PENGALAMAN RELIGIUS PARA PENGANUT SAPTA DARMA … · ritual in which it is a part of Sapta Darma s...
Transcript of PENGALAMAN RELIGIUS PARA PENGANUT SAPTA DARMA … · ritual in which it is a part of Sapta Darma s...
i
PENGALAMAN RELIGIUS
PARA PENGANUT SAPTA DARMA YANG TELAH
BERPENGALAMAN MELAKUKAN SUJUD
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh :
Helios Satryo Aryo Dewo - 029114021
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk
1. Tuhan ku yang selalu melindungi dan membimbingku melalui para malaikat-
malaikat Nya yang sampai saat ini telah sangat berjasa di hidupku.
2. Kedua orang tuaku yang telah memunculkanku di dunia ini, aku
mencintai kalian berdua.
3. Seseorang yang sangat kusayangi yang telah sabar menantiku.
4. Saudara-saudara dan teman-teman yang aku kasihi dan aku
sayangi.
5. Keluarga besar Sapta Darma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN MOTTO
v Musim tidak saling berebut untuk berganti, awanpun tidak bertanding
melaju lebih cepat daripada angin. Alam lebih tahu kapan mereka harus
bekerja. (Dan Millman)
v Lebih baik tidak mengekspresikan apa-apa daripada disalahartikan. (Karl
Kraus)
v Jika Tuhan memberi kita roti yang keras, maka Ia akan memberi kita
gigi yang tajam. (Peribahasa Jerman)
v Cukup dengan hening, hadirkan Tuhan, hayati sifat-sifat Nya
dikehidupanmu dan akan kau temukan kebahagiaan di dunia ini.
v Tantangan hidup yang sebenarnya adalah ketika kita berusaha bangkit
dari keterpurukan hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya orang lain, kecuali yang sudah disebutkan dalam kutipan dan
daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
Pengalaman Religius Para Penganut Sapta Darma Yang Telah Berpengalaman Melakukan Sujud
Helios Satryo Aryo Dewo 029114021
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Pengalaman religius dikatakan sebagai suatu sensasi luar biasa akan Tuhan yang mampu merubah kehidupan seseorang. Pengalaman religius ini dapat difasilitasi oleh ritual, salah satunya adalah ritual sujud yang menjadi bagian dalam ajaran Sapta Darma. Oleh para praktisinya, sujud hanya dapat dipahami dengan melakukannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengalaman-pengalaman religius para penganut Sapta Darma yang difasilitasi oleh sujud serta pengaruhnya terhadap kehidupan mereka sehari-hari.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan dengan cara wawancara. Responden dalam penelitian ini berjumlah 3 orang, subyek pertama berusia 75 tahun dan sudah bergabung selama 50 tahun, subyek kedua berusia 51 tahun dan sudah bergabung selama 11 tahun, subyek ketiga berusia 60 tahun dan sudah melakukan sujud sejak umur 23 tahun. Dalam penelitian ini para responden menceritakan pengalaman-pengalaman religius yang mereka dapatkan melalui sujud.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sujud mampu untuk memfasilitasi pengalaman religius. Responden merasakan suatu sensasi fisik maupun psikologis dan merasakan suatu manfaat ketika melakukan sujud, subyek juga merasakan pertemuan dengan Tuhan nya. Pengalaman religius yang dialami oleh subyek memunculkan konsep tentang Tuhan yang menghasilkan suatu pengendalian diri di dalam penghayatan akan sifat-sifat Tuhan. Kata kunci : Pengalaman religius, ritual sujud, pengendalian diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
The Religious Experiences of Sapta Darma’s Followers Who Are Experienced With Sujud
Helios Satryo Aryo Dewo 029114021
Psychology Department Sanata Dharma University
Religious experience is being known as an extraordinary sensation of God in which it has the power of changing a human being’s life. This religious experience can be facilitated by rituals and one of them is called sujud (kneeling) ritual in which it is a part of Sapta Darma’s teaching. By its practitioners, sujud can only be understood when a person is actually experiences it. The purpose of this research paper is to describe the religious experiences of Sapta Darma’s followers which are being facilitated with sujud and also the influences to their daily life.
This research paper was done through qualitative method. The data were collected by doing interviews. Respondents in this research were divided into 3 people, first subject was 75 years old and had been joining since 50 years ago, second is a 51 year-old follower since 11 years ago, and the third one is 60 years old and had been doing sujud since the age of 23. In this research respondents were telling their religious experiences they achieve through sujud.
Research results show that sujud has the power to facilitate religious experiences. Respondents were felt a physical and/or psychological sensation and a great benefits when they were doing sujud, subjects also feel their meets with their God. The religious experiences being experienced by subjects finally produces a concept of God in which it creates a self control in terms of their special attentions toward God’s natural characteristics.
Keywords : Religious experience, sujud ritual, self-control.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat, kasih dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengalaman Religius Para Penganut Sapta
Darma Yang Difasilitasi Oleh Ritual Sujud”.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin terlaksana
dengan baik tanpa bantuan, dukungan dan dorongan serta kerja sama dari berbagai
pihak yang terkait, oleh karena itu perkenankanlah penulis mengucapkan terima
kasih yang mendalam kepada :
1. Tuhan, yang telah membantuku dalam pengerjaan skripsi ini dengan cara
Nya yang kadang masih susah kupahami.
2. My Big Boss alias bokap, atas dukungan finansial yang telah diberikan.
3. Mamah yang penuh dengan permasalahan hidup tapi masih mau
membantuku menyelesaikan sebagian permasalahan dalam rumah tangga,
Keep Fight Mom!!!.
4. Pak Didik selaku wakil dekan dan pembimbingku, kritikan bapak memang
tajam dan kadang sangat menyakitkan tapi saran bapak sangat membantu
saya dan juga terima kasih atas referensi-referensi yang diberikan, itu
sangat memperkaya pengetahuan saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
5. Mbak Wahyu yang telah merelakan waktunya untuk membantu saya
dengan mengenalkan saya kepada bapak tuntunan dan para anggota Sapta
Darma.
6. Bapak Tuntunan dan anggota Sapta Darma yang sudi menjadi responden
di dalam penelitian ini.
7. Viki, atas bantuan pinjaman laptop dan printernya serta “cambuk” yang
memacuku di dalam penyelesaian skripsi ini.
8. R. M. Harcanie yang telah mengutus abdi dalemnya untuk mencari info
mengenai lokasi pusat dari Sapta Darma.
9. Teman-teman kerjaku di shooternet, atas bantuan yang kalian berikan
untuk mengisi jatah kerjaku disaat aku ingin fokus ke penyelesaian skripsi
ini.
10. Semua dosen psikologi yang telah menambah pengetahuan saya tentang
dinamika manusia.
11. Semua karyawan-karyawan di Fakultas Psikologi Sanata Dharma, Mas
Dony, Mas Gandung, Mas Muji, Mbak Nani dan pak Gie atas bantuan dan
peran serta kalian di dalam penyelesaian skripsi ini.
12. Teman-temanku psikologi angkatan 2002 yang telah mendukungku untuk
menyelesaikan skripsi ini.
13. Danang dan Suko yang telah banyak sekali membantuku baik melalui
dukungan serta fasilitas yang telah kalian berikan.
14. Kocak, Richard dan Tombro yang sangat berperan dalam penge rjaan
penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
15. Buat semua orang yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu, terima kasih
atas semuanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul........................................................................................... i
Halaman Persetujuan Pembimbing............................................................ ii
Halaman Pengesahan................................................................................. iii
Halaman Persembahan............................................................................... iv
Halaman Motto.......................................................................................... v
Pernyataan Keaslian Karya........................................................................ vi
Abstrak....................................................................................................... vii
Abstract...................................................................................................... viii
Kata Pengantar........................................................................................... ix
Daftar Isi.................................................................................................... xii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian.......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian........................................................................ 6
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Pengalaman Religius..................................................................... 7
B. Ritual............................................................................................. 11
C. Kebatinan
1. Kebatinan Secara Umum................................................... 13
2. Konsep Tuhan Dalam Kebatinan....................................... 16
3. Manunggaling Kawulo Gusti............................................. 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
D. Sapta Darma................................................................................... 19
E. Sujud Sebagai Yang Memfasilitasi Pengalaman Religius........... 24
F. Pertanyaan Penelitian................................................................... 26
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian........................................................................ 27
B. Definisi Operasional.................................................................... 27
C. Metode Pengumpulan Data......................................................... 28
D. Data Dalam Penelitian................................................................. 29
E. Subyek Penelitian........................................................................ 30
F. Pedoman Wawancara.................................................................. 30
G. Analisis Data............................................................................... 31
BAB IV. PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Penelitian................................................................ 34
B. Proses Perkenalan dan Gambaran Komunitas Sapta Darma....... 35
C. Ritual Sujud Penggalian.............................................................. 37
1. Gambaran Singkat
Mengenai Ritual Sujud Penggalian................................. 37
2. Tujuan Sujud Penggalian................................................ 38
3. Inti Penggalian................................................................ 38
4. Tata Tertib Penggalian................................................... 39
5. Bahan-Bahan Penggalian............................................... 42
D. Ajaran-Ajaran Dalam Sapta Darma........................................... 44
E. Deskripsi Subyek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
1. Sy................................................................................... 48
2. Sn.................................................................................... 49
3. Wm................................................................................. 49
F. Hasil Analisis Data
1. Narasi Subyek
a. Sy............................................................................. 50
b. Sn............................................................................. 56
c. Wm.......................................................................... 60
2. Kategori Hasil Penelitian................................................. 65
G. Pembahasan
1. Pembahasan Tiap Kategori
a. Latar Belakang Subyek Melakukan Sujud.................. 68
b. Sensasi Fisik Yang Dirasakan Subyek
Ketika Sujud................................................................ 69
c. Sensasi Psikologis Yang Dirasakan Subyek
Ketika Sujud................................................................ 70
d. Pengalaman Akan Tuhan Ketika Sujud...................... 71
e. Manfaat Yang Dirasakan Ketika Sujud...................... 72
f. Pengaruh Ke Dalam Kehidupan Sehari-hari.............. 73
g. Pengalaman Di Dalam Relasi Mereka
Dengan Tuhan nya..................................................... 74
h. Makna Sujud.............................................................. 74
2. Pembahasan Umum Tentang Sujud
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
Dan Pengalaman Akan Tuhan......................................... 75
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 83
B. Keterbatasan Penelitian................................................................ 84
C. Implikasi Untuk Psikologi........................................................... 85
D. Saran............................................................................................ 87
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 88
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akhir-akhir ini baik di televisi maupun di media-media komunikasi
lain, sering dijumpai kisah-kisah seseorang yang menceritakan pengalaman-
pengalaman religius yang dia alami, salah satunya adalah acara Solusi yang
ditayangkan di SCTV. Mereka mengatakan bahwa pengalaman mereka telah
merubah semua kehidupannya, mereka percaya bahwa Tuhan telah
membimbing mereka di dalam menyelesaikan semua permasalahan
kehidupannya dan bahkan mereka juga merasakan keajaiban-keajaiban Nya.
Pengalaman religius dianggap sebagai suatu sensasi yang luar biasa yang telah
merubah hidup seseorang menjadi lebih baik dan hal ini menjadi sangat
penting bagi kehidupan manusia karena bisa membuat hidup manusia menjadi
lebih mudah dan lebih bahagia dan bila memang benar bahwa pengalaman
religius menjadi salah satu media untuk menyelesaikan sebagian permasalahan
manusia, pengalaman religius menjadi sangat vital untuk diteliti.
Bila berbicara mengenai pengalaman religius maka ada kemungkinan
bahwa masing-masing definisi yang dimiliki setiap orang berbeda-beda.
Pengalaman religius secara sempit dikatakan sebagai semua pengalaman akan
Tuhan yang menunjukkan keberadaanNya, jadi disitu harus ada Tuhan
(Swinburne, 1991). Habel mendefinisikan pengalaman religius sebagai jalan
yang terstruktur dimana seseorang masuk ke dalam suatu relasi atau menerima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
kesadaran dari yang disucikan dalam konteks tradisi religius yang khusus
(Habel dkk, 1993). Paloutzian menambahkan bahwa pengalaman religius
adalah salah satu aspek yang paling inti dan yang paling penting dari
keagamaan dan yang paling sulit dan yang paling cepat berlalu untuk
dipelajari (1996).
Pengalaman religius sering dihubungkan dengan ritual, ritual juga
diklaim sebagai salah satu kunci untuk mencapai penga laman mistik, spiritual
dan religius (Rappaport; Bloch dalam Cross Currents, 2003). Ritual dianggap
sebagai suatu aturan budaya yang mendasari semua kehidupan manusia yang
mampu membantu manusia untuk mengembangkan dirinya ketika berhadapan
dengan permasalahan-permasalahan yang mendasar dalam hidupnya
(Malinowski; Eliade dalam Diaz & Sawatzky, 1995). Ada anggapan bahwa
ritual harus ada di dalam suatu kelompok masyarakat karena peran ritual di
dalam suatu kelompok yaitu sebagai yang mendorong keharmonisan dalam
suatu kelompok dan sebagai penopang dan yang melindungi mereka dari
kehancuran (van Gennep; McManus dalam Diaz & Sawatzky, 1995).
Di Indonesia khususnya masyarakat Jawa, ritual sesungguhnya
bukanlah sesuatu yang asing lagi. Namun kini tampaknya hal ini mulai
ditinggalkan oleh sebagian masyarakat Jawa. Kini hanya segelintir masyarakat
Jawa yang tertarik untuk mempelajari ritual-ritual yang ada di masyarakat
Jawa. Kenyataan ini menyerupai kasus yang terjadi di masyarakat asli
Amerika Utara yang diteliti oleh Laughlin dan d’Aquili. Bisa jadi hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
mengindikasikan awal kehancuran dari suatu ideologi yang telah menopang
mereka (dalam Diaz & Sawatzky, 1995).
Rappaport mengatakan bahwa hanya dengan melakukan ritual, kita
baru bisa memahami apa yang sesungguhnya bisa diekspresikan olehnya
(Rappaport dalam Cross Currents, 2003). Ini mungkin erat kaitannya dengan
ritual sujud yang dilakukan oleh penganut salah satu aliran kejawen, aliran
Sapta Darma. Melalui para praktisinya, mereka percaya bahwa kebenaran
sejati dari Sapta Darma hanya dapat diekspresikan dan dialami langsung
dengan melakukan sujud yang dianggap sebagai media untuk berinteraksi
dengan diri sendiri, orang lain, alam, dan Tuhan-nya.
Sapta Darma merupakan salah satu aliran kebatinan yang masih hidup
di Indonesia. Sapta Darma mengajarkan kepada para pengikutnya untuk
mengembangkan ketenangan batin atau rasa, dimana metode yang digunakan
untuk menjalankan hal itu biasa disebut dengan sujud. Sujud merupakan
sebuah upaya untuk menaikkan sari hidup yang juga disebut “air perwitosari”
atau “air suci” dari tulang ekor ke ubun-ubun melalui tulang belakang serta
menurunkannya lagi ke tulang ekor, bersama dengan naik turunnya air suci itu
kepala harus ditundukkan hingga ke tanah dan diangkat lagi (Hadiwijono,
1999). Jika dilakukan dengan rutin, sujud diyakini akan mampu menghasilkan
sesuatu yang sangat penting di dalam diri manusia, yaitu “atom berjiwa” yang
dapat digunakan untuk memberantas kuman-kuman penyakit dalam tubuh,
menentramkan berbagai napsu angkara, mencerdaskan pikiran serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
menjadikan manusia dapat bersekutu dan mendapat bagian dari sifat-sifat
Hyang Maha Kuasa (Pawenang, 1962).
Sebelumnya pernah juga dilakukan penelitian mengenai Sapta Darma
yang dilakukan oleh Giri (2003) dan Maria (2006). Penelitian yang dilakukan
Giri (2003) berusaha untuk mencari apa makna kebahagiaan menurut pengikut
aliran kebatinan Sapta Darma. Ada penegasan bahwa konsep “ketentraman”
yang mereka miliki sifatnya lebih mendalam daripada konsep kebahagiaan.
Para penganut Sapta Darma memiliki pemahaman bahwa kebahagiaan pada
dasarnya terdapat di dalam diri manusia sendiri dan hal itu akan dapat tercapai
apabila hidup seseorang dipergunakan untuk berbuat baik terhadap sesama
serta yang paling jelas ketika hidup seseorang telah dapat masuk kedalam
lingkungan yang transenden. Maria (2006) berusaha untuk menjelaskan
realisasi diri penganut kerokhanian Sapta Darma ditinjau dari perspektif Jung.
Realisasi diri adalah keberhasilan individu mengintegrasikan seluruh aspek
kehidupan yang saling bertentangan, yaitu kesadaran dan ketidaksadaran,
sikap ekstroversi dan introversi dan 4 fungsi psikis, baik yang rasional yaitu
pikiran dan perasaan, maupun yang irasional yaitu pengindera dan intuisi.
Pencapaian realisasi diri penganut Kerokhanian Sapta Darma didukung oleh
penghayatan penganut terhadap ajarannya. Sujud sebagai sarana pengendalian
diri dan mawas diri merupakan upaya aktif mengintegrasikan diri secara
harmonis melalui proses memilah, mengembangkan dan mengintegrasikan
potensi unsur-unsur kepribadian, baik yang disadari maupun yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
disadari sehingga meningkatkan kualitas pribadi yang mengarah pada realisasi
diri.
Dalam penelitian ini, yang akan menjadi fokus adalah pengalaman
religius ketika seseorang melakukan ritual sujud. Sujud sebagai salah satu
contoh ritual dianggap mampu memfasilitasi sua tu pengalaman religius.
Adapun yang akan menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah
pengalaman religius seperti apakah yang diperoleh para penganut Sapta
Darma yang telah berpengalaman melakukan sujud mengingat dibutuhkannya
suatu penelitian di dalam memahami sujud itu sendiri dan apa pengaruh
pengalaman religius tersebut di dalam kehidupan mereka?
B. Rumusan Masalah
Setelah melihat latar belakang di atas, maka yang akan menjadi
pertanyaan dalam penelitian ini adalah, “Apa pengalaman religius para
penganut Sapta Darma yang telah berpengalaman melakukan sujud dan apa
pengaruh pengalaman itu terhadap kehidupan mereka?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa pengalaman
religius yang dialami oleh para penganut Sapta Darma yang telah
berpengalaman melakukan ritual sujud dan apa pengaruh pengalaman itu
terhadap kehidupan mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
D. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan ritual-ritual yang ada di masyarakat
Jawa tetap terus dipertahankan dan diharapkan juga penelitian ini dapat
membantu perkembangan ilmu psikologi khususnya psikologi agama di dalam
melihat pengalaman religius dan pengaruhnya dalam kehidupan seseorang.
Dan bagi masyarakat nantinya diharapkan dapat berpikir lebih terbuka ketika
melihat fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat Indonesia yang
berhubungan dengan pengalaman religius mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini membahas pemahaman akan apa itu pengalaman religius dan
komponen-komponen apa yang harus ada agar suatu pengalaman dapat disebut
sebagai pengalaman religius; gambaran dan elemen-elemen yang ada di dalam
ritual sujud; penjelasan mengenai kebatinan dan konsep Tuhan menurut kebatinan
baru kemudian masuk ke Sapta Darma dan sujud baik itu tata cara maupun
tujuannya; kemudian akan dilanjutkan dengan penjelasan dari peneliti mengenai
ritual sujud sebagai yang memfasilitasi pengalaman religius; dan diakhir bab ini
adalah pertanyaan dari penelitian ini.
A. Pengalaman Religius
Pengalaman adalah suatu pengetahuan yang timbul bukan pertama-
tama dari pikiran melainkan terutama dari pergaulan praktis dengan dunia.
Pergaulan tersebut bersifat langsung, intuitif dan afektif. Istilah ‘dunia’
mencakup baik orang maupun barang. Ada penekanan pada unsur pasif.
Dalam mengalami sesuatu, orang pertama-tama merasa ‘kena’ atau disentuh
oleh sesuatu hal, lebih daripada secara aktif mengerjakan atau mengolah hal.
Oleh karena itu keindrawian dan, afeksi dan emosi memainkan peranan yang
besar dalam pengalaman. Setiap pengalaman sesungguhnya tidak dapat
dipisahkan dengan apa yang bersifat irasional dalam diri manusia. (Syukur,
1988)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Pengalaman religius harus dibedakan dengan pengalaman biasa,
pengalaman religius memang sulit untuk didefinisikan, James mendefinisikan
pengalaman religius sebagai semua perasaan, tingkah laku dan pengalaman
dari seseorang sejauh mereka melihat diri mereka sendiri di dalam relasi
mereka dengan apapun yang mereka pandang sebagai Tuhan mereka (James,
1958). Pengalaman religius juga dikatakan sebagai pengalaman yang spesifik
yang mencakup rasa kagum terhadap alam yang tak terbatas, keterpesonaan
sekaligus misteri menanggapi kehadiran Yang Suci, ketergantungan terhadap
kekuatan Tuhan atau perintah dari yang tak tampak, perasaan bersalah dan
kegelisahan yang menemani kepercayaan dalam keputusan Tuhan dan
perasaan damai yang mengikuti keyakinan dalam pengampunan Tuhan
(religious-experience). Otto memberi syarat kepada pengalaman agar dapat
disebut sebagai pengalaman religius (Otto, 1959):
1. Adanya keterpesonaan kepada Numinous yang merupakan suatu dunia
atau dimensi dari realita yang misterius dan mempesona.
2. Adanya suatu daya tarik yang mampu mengatasi ketakutan
3. Adanya suatu perasaan misteri dan rasa ingin tahu yang menjadi satu dan
bisa dikatakan merupakan sentuhan manusia dengan “Wholly Other”
Moore dan Habel mengidentifikasikan pengalaman religius ke dalam 2
kelompok, yaitu pengalaman religus yang didapat melalui media dan
pengalaman religius yang didapat tanpa melalui media apapun. Pengalaman
religius yang didapat melalui media bisa didapat melalui ritual, orang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
spesial, kelompok-kelompok religius, obyek-obyek tertentu atau dari alam.
Sedangkan pengalaman religius yang tidak melalui media apapun mereka
dapat melalui dewa atau Tuhan nya secara langsung (Habel dkk, 1993).
Pengalaman religius tidak dapat dipisahkan dari apa yang kita sebut
sebagai pengalaman mistik, mistik dianggap sebagai suatu proses identifikasi
terhadap suatu kekuatan dan realita dan semua ketidak rasionalan yang
tertinggi (Otto, 1959). James menggunakan istilah “bagian mistik dari
kesadaran” untuk meliputi seluruh bagian-bagian dari pengalaman, baik
pengalaman yang tidak religius maupun pengalaman yang sangat religius
sekalipun. Mistik dibagi menjadi 4 tanda yang menjadi bagian dari
pengalaman yaitu (James, 1958):
a) lebih menggambarkan suatu perasaan yang tak terlukiskan yang muncul
dari pengalaman yang tidak dapat dibagikan kepada yang lain
b) munculnya insight yang lebih kita kenal sebagai pencerahan atau wahyu
yang merupakan susunan dari pengetahuan yang kita pelajari dari waktu
ke waktu
c) tidak bertahan lama
d) bersifat pasif
Berangkat dari pemikiran bahwa tubuh dan pikiran memiliki suatu
hubungan, ditemukan suatu hasil penelitian yang menunjukkan kaitan erat
antara pengalaman religius dan susunan organ tubuh. Banyak ritual-ritual
religius atau latihan- latihan religius didesain untuk merangsang indra- indra
dalam tubuh khususnya mata, telinga, hidung, lidah dan organ-organ
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
pengindraan lainnya. Tidak mungkin ditemukan adanya pengalaman religius
yang tidak berhubungan dengan penginderaan karena sensasi dan perasaan-
perasaan diproduksi oleh organ-organ internal dalam tubuh dan oleh reaksi-
reaksi dalam tubuh (Wuff, 1997).
Setelah melihat penjelasan di atas mengenai pengalaman religius,
maka dapat dikatakan bahwa suatu pengalaman dapat dikatakan sebagai
pengalaman religius bila memiliki semua komponen-komponen di bawah ini:
a. Setiap pengalaman religius menceritakan pengalaman akan pertemuan
dengan Tuhan nya atau yang di Tuhan kan atau yang transenden. Maka
jelas komponen utama yang harus ada dalam pengalaman religius adalah
adanya kehadiran Tuhan atau apapun yang di Tuhan kan.
b. Pertemuan dengan Tuhan nya biasanya akan memunculkan suatu perasaan
yang kadang sulit untuk dijelaskan. Maka yang menjadi komponen kedua
adalah adanya perasaan yang muncul ketika bersentuhan dengan Tuhan
nya baik itu kekaguman, ketergantungan, kegelisahan dan sampai ke
ketakutan sekalipun tergantung bagaimana seseorang memandang Tuhan
nya sebagai yang mempesona (fascinosum) atau sebagai yang maha
dahsyat (tremendum).
c. Ada suatu penelitian yang menjelaskan keterkaitan pengalaman religius
dengan pengindraan dalam tubuh. Jadi komponen ketiga adalah semua
sensasi yang dirasakan secara fisik oleh tubuh dalam menanggapi
pengalaman religius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
d. Suatu pengalaman religius cenderung pasif dimana seseorang merasa
disentuh oleh kekuatan dari luar yang dirasa sebagai kehadiran dari Tuhan
mereka.
e. Yang menjadi komponen terakhir dalam pengalaman religius adalah
adanya suatu perubahan yang cukup berarti di dalam kehidupannya setelah
pengalaman akan pertemuannya dengan Tuhan nya dan perubahan itu
cenderung mengarah ke perubahan yang lebih baik meskipun tidak
menutup kemungkinan itu tidak mempengaruhi hidupnya sama sekali.
B. Ritual
Ritual merupakan susunan dari tingkah laku yang memiliki nilai-nilai
simbolik yang pelaksanaannya ditentukan oleh suatu agama atau budaya dari
suatu kelompok masyarakat tertentu (Ritual).
Ritual sujud yang nantinya akan diteliti dalam penelitian ini
merupakan ritual faktitif yang meningkatkan produktivitas atau kekuatan, atau
pemurnian dan perlindungan dan juga tindakan religius dari para anggotanya
(Dhavamony, 1995). Ritual memiliki elemen penting di dalamnya yang juga
tampak dalam ritual sujud (Erikson dalam Wuff, 1997), yaitu:
a. The Numinous
Numinous seringkali dihubungkan dengan setting religius dan
ritual, Erikson memikirkan ini sebagai hal yang sangat penting bagi ritual.
Bagi Erikson penghormatan terhadap Numinous bisa mengalami distorsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
sampai ke menjadi pemujaan dan ini justru merupakan perubahan ke arah
yang lebih buruk.
b. The Judicious
Istilah- istilah yang dipilih yang bisa memberi sugesti perbedaan
antara yang benar dan yang salah.
c. The Formal
Aspek ini meyakinkan bahwa susunan bagian-bagian dari suatu
ritual tampak begitu sempurna yang kadang oleh para psikoanalis ini justru
dianggap sebagai model-model dari ritual.
d. The Ideological
Berbeda dengan elemen-elemen sebelumnya yang dimulai pada
masa anak-anak. Elemen ini menegaskan bahwa anggota-anggota yang
sudah dewasa dapat secara penuh menjadi anggota dalam suatu kelompok
ritual dan sudah bisa membuat suatu komitmen bagi kelompoknya serta
membagikan pandangannya tentang dunia yang dia inginkan.
e. The Affiliative
Elemen ini berhubungan dengan ego yang diekspresikan dalam
persahabatan, cinta dan pekerjaan.
f. The Integral
Secara tradisional, para leluhur meyakinkan makna dari roda
kehidupan manusia dengan mempersonifikasi kebijaksaan suatu ritual.
Peran mereka inilah yang oleh Erikson disebut sebagai integral yang
dalam beberapa tahun kemudian dia sebut sebagai filosofi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa ritual seperti sujud
merupakan suatu tradisi dari para leluhur yang memiliki nilai filosofi dan
ideologi tersendiri yang selalu terhubung oleh sesuatu yang berbau dengan
mistik sebagai ciri mereka dan ada kecenderungan dimana ritual hanya dapat
dipahami dengan melakukan dan membuka diri terhadap pengalaman yang
dimunculkan dalam ritual. Ada peran-peran penting yang harus dimainkan
dalam ritual oleh anggota-anggotanya dalam hubungannya dengan kelompok
tersebut. Tujuan dari ritual ada bermacam-macam, mereka mencakup
pemenuhan untuk kewajiban atau pemikiran-pemikiran yang idealis akan
religiusitas mereka, pemuasan dari kebutuhan emosi dan spiritualitas para
praktisi, mempereta tali sosial dalam masyarakat, demonstrasi dari rasa hormat
atau kepatuhan, menyatakan bergabungnya seseorang dalam suatu kelompok,
mendapatkan pengakuan dari kelompok, atau kadang hanya untuk kepuasan
ritual itu sendiri (Ritual).
C. Kebatinan
1. Kebatinan Secara Umum
Aliran kebatinan lebih dikenal sebagai kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa yang merupakan suatu sistem kepercayaan atau sistem
spiritual yang ada di Indonesia selain agama, aliran, faham, sekte atau madzab
dari agama tersebut, serta bukan pula termasuk kepercayaan adat (Sofwan,
1999). Kata kebatinan itu sendiri berasal dari kata Arab, batin yang berarti
sebelah dalam, inti, bagian dalam, di dalam hati, tersembunyi dan misterius
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
(Mulder, 1983). Geertz mengartikan batin sebagai “dunia-dalam dari
pengalaman manusia” (1963).
Dengan lebih singkat Kamil (1985) merumuskan kebatinan sebagai
olah batin yang macam apapun. Kebatinan itu sendiri seperti yang telah
dirumuskan dalam kongres BKKI (Badan Kongres Kebatinan Indonesia)
kedua di Sala pada tahun 1956 yang menyatakan bahwa kebatinan ialah
“Sumber Azaz dan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa untuk mencapai budi
luhur, guna kesempurnaan hidup.” Untuk mencapainya kebatinan berprinsip
agar manusia selalu berusaha membersihkan diri dengan semboyan “sepi ing
pamrih rame ing gawe”.
Djojodigoeno (Giri, 2003) menambahkan bahwa kebatinan
mempunyai 4 unsur yang penting yaitu :
a. Ilmu gaib
Ilmu yang menitik beratkan pada penggunaan ilmu-ilmu gaib untuk
melayani keperluan manusia.
b. Union mistik
Usaha untuk menyatukan jiwa manusia dengan Tuhan.
c. Sangkan paraning dumadi
Bertujuan mengenal Tuhan dan menembus alam rahasia mengenai
darimana manusia datang dan kemana manusia pergi.
d. Budi luhur
Menciptakan masyarakat yang saling menghargai dan saling mencintai
sesuai perintah Tuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Mukti Ali (Soesilo, 2004) juga mengemukakan 5 sifat kebatinan, yaitu:
1) Bersifat “batin”, yaitu yang dipergunakan sebagai keunggulan kekuatan
lahir, peraturan hukum yang diharuskan dari luar oleh pendapat umum.
2) Bersifat subyektif, yaitu mementingkan rasa atau pengalaman rohani.
3) Sifat keaslian, yang merupakan ciri khas kebatinan, lebih mengutamakan
gaya hidup dan kesopanan timur.
4) Hubungan erat antar para warganya.
5) Sifat kelima adalah faktor ahklak atau budi luhur.
Kebatinan tidak akan terlepas dari mistik, karena pada dasarnya
kebatinan adalah mistik, yang berupaya menembus pengetahuan mengenai
alam raya dengan tujuan mengadakan suatu hubungan langsung antara
individu dengan Yang Maha Kuasa (Endraswara, 2003).
Ada begitu banyak aliran kebatinan yang ada di Indonesia, menurut
catatan yang ada pada Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat (PAKEM)
Departemen Agama, jumlah aliran kebatinan pada tahun 1950 an mencapai
kurang lebih 400 aliran. Aliran-aliran tersebut baru benar-benar terorganisir
setelah kemerdekaan. Aliran kebatinan tersebut memiliki ajaran yang berbeda-
beda serta motivasi dan tujuan yang berbeda-beda pula, bahkan ada
diantaranya yang menyatakan diri sebagai agama atau minta diakui sebagai
agama seperti Aliran Sapta Darma sehingga pemerintah merasa perlu untuk
melakukan pengawasan terhadap aliran-aliran kebatinan tersebut.
Menurut Mulder kebangkitan kebatinan Jawa secara fenomenal dalam
tahun-tahun sesudah kemerdekaan tidak dapat diterangkan dengan suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
alasan sederhana saja. Ada 2 interpretasi yang muncul, yang pertama adanya
perasaan muak terhadap bentuk-bentuk tingkah laku religius agama tertentu.
Bagi penganut kebatinan, “Tuhan” ada dalam hati manusia dan hidup manusia
sendiri harus menjadi doa terus menerus kepada Yang Mahakuasa. Interpretasi
kedua yang dianut luas menganggap bahwa bangkitnya kebatinan merupakan
reaksi melawan serangan gencar modernisasi dan sehubungan dengan itu,
kemerosotan moral bangsa (Hadiwijono, 1967).
Setelah melihat unsur dan sifat kebatinan maka dapat disimpulkan
bahwa kebatinan merupakan usaha manusia yang terus menerus dalam
mengolah batinnya sehingga manusia dapat bersatu dengan Tuhan untuk
mencapai kesempurnaan hidup.
2. Konsep Tuhan Dalam Kebatinan
Kebatinan mengakui Tuhan dimana wujud dan keberadaannya masih
diluar jangkauan manusia sehingga Tuhan dipandang sebagai Zat yang tidak
bisa digambarkan, tidak bisa dipikirkan seperti apa, yang lebih dikenal dengan
istilah tan kena kinanya ngapa (Sofwan, 1999). Oleh Hadiwijono (1999),
Tuhan dipandang sebagai Zat yang mutlak dalam arti falsafah yang menjadi
sumber segala sesuatu.
Ada ambivalensi dalam pandangan tentang Tuhan menurut kebatinan.
Disatu sisi Tuhan dipandang sebagai Dzat yang transenden namun disisi lain
Tuhan dipandang sebagai sebagai Dzat yang immanen. Tuhan sebagai Dzat
yang transenden tampak ketika ia dipandang sebagai Dzat yang mutlak yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
tidak bisa digambarkan seperti apa yang oleh salah satu aliran kebatinan
disebut sebagai terdahulu dari segala yang terdahulu, yang paling luar dari
yang paling luar. Tuhan sebagai Dzat yang immanen artinya Tuhan ada di
dalam alam ini, Tuhan tersembunyi, terlibat di dalam alam yang nyata bahkan
Tuhan termasuk dalam susunan alam (Sofwan, 1999).
Pandangan tentang Tuhan sesungguhnya bertolak dari pengalaman
individu menanggapi suatu Dzat Gaib, Yang Illahi. Pertama Yang Illahi diakui
sebagai Fascinosum : yang menarik, yang mempesona, karib, mesra dan
menimbulkan cinta pada Nya. Yang kedua, Ia diakui sebagai Tremendum :
yang menakutkan, yang jauh, yang dashyat (Sofwan, 1999).
Ajaran ke Tuhan an dalam kebatinan disimpulkan sebagai paham
pantheisme. Pantheisme berasal dari kata pan (seluruh) dan Theos (Tuhan),
bahwa seluruh yang ada ini adalah Tuhan, maka ciri khas dari ajaran ini
adalah mengidentikkan Tuhan dengan akan satu keadaannya dalam dzat.
Pentheisme mangajarkan bahwa Tuhan bukan sebagai obyek penyembahan
atau kebaktian, tetapi Tuhan dipandang sebagai hukum yang merangkum
keseluruhan sebagai satu kesatuan yang tak berkepribadian, kendatipun Ia
dipandang sebagai yang hidup.
Dari pendapat-pendapat di atas maka dapat dilihat bahwa
sesungguhnya dalam kebatinan, manusia dipandang sebagai mikrokosmos dan
Tuhan sebagai makrokosmos yang mengatur kehidupan di dalamNya.
Hubungan antara manusia dan Tuhan saling mempengaruhi karena manusia
hidup di dalam Tuhan sebagai keseluruhan, sehingga diantara mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
diharapkan adanya suatu keselarasan agar dapat tercipta suatu hubungan yang
“satu” diantara keduanya. Manusia sebagai mikrokosmos harus mampu
menyatu dalam keseluruhan dalam artian manusia yang berkedudukan sebagai
“kawula” harus mampu menyatu dengan “Gusti”. Penyatuan ini yang nantinya
lebih dikenal sebagai “Manunggaling Kawula Gusti”.
3. Manunggaling Kawula Gusti
“Manunggaling Kawula Gusti”, merupakan istilah untuk
menggambarkan penyatuan atau peleburan manusia sebagai “kawula” dan
Tuhan sebagai “Gusti”. Ajaran tersebut menghantarkan pada suatu kesimpulan
bahwa manusia yang telah mencapai taraf penyatuan dengan Tuhan, tidak lagi
terbebani hukum dan bebas dari hukum. Bagi mereka yang telah menemukan
kesatuan dengan hakekat hidup atau Dzat Tuhan, segala peribadatan adalah
kepalsuan. Karena Tuhan tidak terkena hukum kealaman, maka manusia yang
menyatu dalam Dzat Tuhan akan mencapai keabadian seperti Tuhan yang
terbebas dari semua kerusakan. Puncak penyatuan “Kawulo Gusti” oleh Syekh
Siti Jenar disebutkan sebagai uninong aning unong (Soesilo, 2004).
Dalam konsep “Manunggaling Kawula Gusti”, manusia yang mampu
bersatu dengan Tuhan diyakini akan memiliki sifat-sifat yang juga dimiliki
oleh Tuhan. Manusia yang telah mencapai penyatuan dengan Tuhan nantinya
juga akan memiliki kekuatan-kekuatan yang berasal dari Tuhan seperti
kemampuan untuk menyembuhkan, kemampuan mencipta dan kemampuan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
kemampuan lain yang diluar akal manusia. Kelebihan ini diharapkan dapat
digunakan sebijaksana mungkin oleh mereka yang telah mencapai tahapan itu.
D. Sapta Darma
Sapta Darma yang artinya 7 kewajiban suci merupakan wahyu yang
diterima oleh bapak Hardjosapuro yang kemudian lebih dikenal dengan
sebutan Sri Gutomo. Bapak Hardjosapuro dilahirkan di Pare, Kediri, Jawa
Timur pada tanggal 27 Desember 1914. Beliau hanyalah rakyat biasa yang
bekerja sebagai tukang cukur rambut ataupun sebagai tukang blangkon dan
pedagang kecil karena beliau memang hanya berijazah sekolah rakyat (Giri,
2003).
Berikut adalah hasil penelitian yang diambil dari Giri (2003). Sujud
menurut Wewarah Sapta Darma bila dilaksanakan dengan sungguh-sungguh
dan dengan cara sujud yang sempurna, niscaya kita betul-betul akan mengerti
apa yang dikatakan “pembangunan Rokhani” yang sesungguhnya. Karena
sujud, selain membuktikan kebaktian umat terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
juga memberikan manfaat yang besar bagi tercapainya keluhuran budi dan lain
sebagainya antara lain: ketenangan, kesadaran, kewaspadaan serta
ketentraman hidup, yang akhirnya akan menuju kepada kebahagiaan dan
kesempurnaan hidup di dunia dan di alam langgeng (Giri, 2003).
Warga Sapta Darma diwajibkan sujud dalam sehari semalam (24 jam)
sedikitnya sekali. Lebih dari itu lebih baik, dengan pengertian bahwa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
penting bukan banyak kalinya ia melakukan sujud tetapi kesungguhan
sujudnya (emating sujud).
Sikap duduk
Duduk tegap menghadap ke timur (=timur/kawitan/asal), artinya di
waktu sujud manusia harus menyadari/mengetahui asalnya. Bagi pria duduk
bersila kaki kanan di depan kaki kiri. Bagi wanita bertimpuh. Namun
diperkenankan, mengambil sikap duduk seenaknya asal tidak meninggalkan
kesusilaan dan tidak mengganggu jalannya getaran rasa.
Tangan bersidakep, yang kanan di luar dan yang kiri di dalam.
Selanjutnya menenteramkan badan dan pikiran, mata melihat ke depan
ke satu titik pada ujung kain sanggar yang terletak kurang lebih satu meter dari
posisi duduk. Kepala dan punggung (tulang belakang) segaris lurus.
Setelah merasa tenang dan tenteram, serta adanya getaran (hawa) dalam
tubuh yang berjalan merambat dari bawah ke atas. Selanjutnya getaran rasa
tersebut merambat ke atas sampai dikepala, karenanya lalu mata terpejam
dengan sendirinya. Kemudian setelah ada tanda pada ujung lidah terasa dingin
seperti kena angin (Jawa = pating trecep) dan keluar air liurnya terus ditelan,
lalu mengucap dalam batin:
Allah Hyang Maha Agung
Allah Hyang Maha Rokhim
Allah Hyang Maha Adil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Hal ini dimaksudkan:
a. Mengagungkan/meluhurkan nama Allah.
b. Mengingat- ingat akan sifat keluhuran Allah.
Ucapan itu tidak hanya diucapkan dalam mulai sujud, tetapi juga
diucapkan bila Warga Sapta Darma akan memulai samadi (ening).
Bila kepala sudah terasa berat, tanda bahwa rasa telah berkumpul di
kepala. Hal ini menjadikan badan bergoyang dengan sendirinya. Kemudian
dimulai dengan merasakan jalannya air sari yang ada di tulang ekor (Jawa:
brutu atau silit kodok). Jalannya air sari merambat halus sekali, naik seolah-
olah mendorong tubuh membungkuk ke muka. Membungkukknya badan
diikuti terus (bukan karena kemampuan tapi karena ada rasa), sampai dahi
menyentuh kain sanggar.
Setelah dahi menyentuh kain sanggar, dalam batin mengucap:
“Hyang Maha Suci Sujud Hyang Maha Kuasa” (3 kali).
Hyang Maha Suci ialah sebutan bagi roh suci seorang manusia yang
berasal dari Sinar Cahaya Allah ialah yang meliputi seluruh tubuh seorang
manusia.
Maha berarti ter (=paling).
Kuasa berarti kuasa atau menguasai.
Maha Suci berarti meliputi/tersuci (terputih).
Jadi maksudnya adalah kesucian yang meliputi pribadi kita bersujud
pada Hyang Maha Kuasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Hyang Maha Kuasa adalah sebutan Allah yang menguasai alam seisinya
termasuk manusia baik rohaniah maupun jasmaniahnya.
Sujud berarti: penyerahan diri pada Hyang Maha Kuasa atau
menyembah Hyang Maha Kuasa. Jadi berarti: Roh suci kita menyerahkan
purbawasesa pada Hyang Maha Kuasa.
Selesai mengucapkan, kepala diangkat perlahan- lahan, hingga badan
dalam sikap duduk tegak lagi seperti semula.
Mengulang lagi merasakan di tulang ekor seperti tersebut di atas,
sehingga dahi menyentuh kain sanggar lagi. Setelah dahi menyentuh kain
sanggar di dalam batin mengucap:
“Kesalahnnya Hyang Maha Suci Mohon Ampun Hyang Maha
Kuasa”(3kali).
Maksudnya : setelah meneliti dan menyadari kesalahan-kesalahan (dosa-
dosa) setiap harinya, maka selalu Roh Suci mohon ampun pada Nya akan
segala dosa-dosanya tersebut.
Dengan perlahan- lahan tegak kembali, lalu mengulang, merasakan lagi
di tulang ekor seperti tersebut di atas sampai dahi menyentuh kain sanggar
yang ke tiga kalinya.
Kemudian dalam batin mengucap:
“Hyang Maha Suci bertobat Hyang Maha Kuasa”(3kali).
Dimaksudkan untuk tidak berbuat kesalahan dan dosa lagi.
Akhirnya duduk tegak kembali, masih tetap dalam sikap tersebut hingga
beberapa menit lagi, baru kemudian sujud selesai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Sujud yang dilakukan dengan penuh kesungguhan akan memiliki
dampak yang sangat besar sekali bila dilakukan minimal sehari sekali dan
sungguh-sungguh.
Sebenarnya sujud menurut wewarah tersebut bila didalami serta diteliti
sungguh-sungguh adalah membimbing/menuntun jalannya air sari. Air sari
yang telah tersaring sungguh-sungguh, serta menuntun Sinar Cahaya yang
ada/meliputi seluruh tubuh, diratakan sampai ke sel-sel yang sedalam-
dalamnya.
Getaran atau Sinar Cahaya Allah adalah cahaya yang digambaran
berwarna hijau muda (=maya) yang ada di dalam seluruh pribadi manusia.
Adapun air sari atau air putih/suci berasal dari sari bumi yang akhirnya
menjadi bahan makanan yang di makan manusia. Sari-sari makanan tersebut
mewujudkan air sari yang tempatnya di ekor (Jawa=Cetik/silit kodok/brutu).
Bersatu padunya getaran sinar cahaya dengan getaran air sari yang merambat
berjalan halus sekali di seluruh tubuh, menimbulkan daya kekuatan yang besar
sekali. Daya kekuatan ini disebut: atom berjiwa yang ada pada pribadi
manusia.
Jadi kekuatan ini mempunyai arti dan guna yang besar sekali seperti
diantaranya:
- Dapat memberantas kuman-kuman penyakit dalam tubuh
- Dapat menentramkan/menindas nafsu angkara
- Dapat mencerdaskan pikiran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
- Dapat memiliki kewaskitaan, seperti kewaskitaan akan
penglihatan, pendengaran, penciuman, tutur kata atau percakapan
serta kewaskitaan rasa.
Untuk mencapai itu semua maka syarat yang harus dilaksanakan adalah
pengolahan/penyempurnaan budi pekerti yang menuju keluhuran pada sikap
dan tindakan sehari-hari.
Setelah melihat penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa laku
sujud ini bertujuan untuk membangkitkan suatu kekuatan yang luar biasa di
dalam diri kita yang tertanam di tulang ekor kita yang mereka kenal sebagai
inti atom berjiwa yang kemudian mengalir melalui tulang punggung sampai ke
kepala kita. Selain itu sujud juga ditujukan sebagai bukti penyerahan diri dan
kebaktian kita kepada Tuhan.
E. Sujud Sebagai Yang Memfasilitasi Pengalaman Religius
Ritual sujud yang sering dilakukan oleh penganut Sapta Darma, baik
yang dilakukan sendiri maupun sujud yang dilakukan bersama-sama dalam
acara-acara tertentu memfasilitasi seseorang untuk mengalami suatu
pengalaman religius. Meminjam istilah “transport” dari James (Cross
Currents, 2003) yang merupakan suatu mekanisme dimana individu mencapai
tingkatan pengalaman religius atau mistis yang membutuhkan keterlibatan
pelatihan tubuh dan mental yang memicu pengalaman. Dalam sujud Sapta
Darma istilah “transport” termasuk dalam pelatihan seseorang yang akan
masuk bergabung menjadi anggota Sapta Darma. Untuk melakukan sujud,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
pertama kali mereka harus disujudkan oleh mereka yang memiliki
kewenangan untuk itu. selanjutnya bila mereka tertarik untuk menjadi
warganya mereka akan diberi pelatihan khusus yang akan dibimbing oleh
mereka yang berkompeten. Ada larangan bagi mereka yang ingin melakukan
sujud tanpa dibimbing oleh mereka yang sudah terlatih untuk menyujudkan
orang lain. Tidak ada peran khusus dalam ritual sujud yang mengatur
hubungan mereka dengan sesama penganut, sujud hanya mengatur hubungan
mereka dengan Tuhan. Sujud ini dianggap sebagai jalan agar manusia dapat
bersatu dengan Tuhan. Oleh Fromm ritual ini hanya salah satu cara manusia
untuk mengembangkan dirinya sendiri.
“Tujuan hidup adalah memekarkan cinta dan akal manusia dan ... setiap kegiatan manusia yang lain ditujukan untuk mencapai tujuan itu.” (Fromm dalam Crapps, 1993)
Jadi ritual sujud merupakan salah satu jalan yang memfasilitasi
manusia untuk mendapatkan pengalaman religius. Untuk itu mereka para
pelaku sujud harus mau mengikuti pelatihan dan memahami apa dan
bagaimana sujud itu.
Sujud dalam Sapta Darma merupakan salah satu bentuk ritual
tersendiri yang menjadi ciri ajaran mereka. Di dalam usaha mendekatkan diri
pada Tuhan sebagai ciri kebatinan, ritual sujud ini dipercaya dapat
membangkitkan inti atom berjiwa dan dapat lebih mendekatkan diri pada
Tuhan bagi para pelaku sujud. Setiap sentuhan manusia dengan dunia luar
tentu akan menghasilkan suatu pengalaman tersendiri yang tentu akan
membedakannya dengan orang lain. Bila dihadapkan oleh suatu “dunia” yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
sama dalam hal ini ritual sujud, maka apa saja pengalaman religius yang dapat
muncul? Hal inilah yang ingin dilihat dalam penelitian ini.
Pengalaman religius yang muncul nantinya juga bisa menjelaskan hal-
hal lain yang dapat dimunculkan oleh pengalaman religius. Bila berbicara
tentang pengalaman religius, pasti kita juga akan berbicara tentang Tuhan,
konsep akan Tuhan menurut para pelaku sujud akan tercermin atau muncul
dari bagaimana mereka mengalami kedatangan Tuhan, entah itu sebagai yang
mempesona atau sebagai yang menakutkan. Dari situ akan tampak bagaimana
mereka memandang Tuhan nya.
F. Pertanyaan Penelitian
Setelah melihat pernyataan di atas maka pertanyaan dalam penelitian
ini adalah :
1. Pertanyaan umum
a. Apa pengalaman religius para penganut Sapta Darma ketika melakukan
ritual sujud?
2. Pertanyaan khusus
a. Apa makna ritual sujud bagi para penganut Sapta Darma?
b. Bagaimana para penganut Sapta Darma memandang Tuhan mereka?
c. Apa yang dirasakan oleh penganut Sapta Darma ketika merasakan
kehadiran Tuhan?
d. Adakah perubahan yang mereka rasakan di dalam kehidupan setelah
mereka mengalami suatu pengalaman religius dan apakah itu?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang akan digunakan adalah metode
deskriptif eksploratif, yaitu jenis penelitian non hipotesis yang bertujuan
untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena tertentu untuk
diangkat dan dipaparkan hasilnya dengan perolehan data yang berupa data
kualitatif (Arikunto, 1996). Dalam hal ini yang akan dilihat nantinya
adalah bagaimana pengalaman religius para penganut aliran Sapta Darma
ketika melakukan ritual sujud. Penelitian ini tidak melihat dinamika yang
terjadi antar variabel karena penelitian ini hanya ingin memaparkan
bagaimana pengalaman religius para pengikut Sapta Darma ketika
melakukan ritual sujud.
B. Definisi Operasional
Pengalaman Religius
Semua pengalaman seseorang yang memiliki semua komponen-
komponen dibawah ini :
1. adanya kehadiran Tuhan yang dirasakan oleh subyek
2. munculnya suatu perasaan dari subyek yang kadang sulit untuk
dijelaskan ketika bersentuhan dengan Tuhan nya baik itu kekaguman,
ketergantungan, kegelisahan dan sampai ke ketakutan sekalipun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
tergantung bagaimana seseorang memandang Tuhan nya sebagai yang
mempesona (fascinosum) atau sebaga i yang maha dahsyat
(tremendum)
3. adanya semua sensasi yang dirasakan secara fisik oleh subyek dalam
menanggapi pengalaman religius
4. penekanan pada unsur pasif dimana subyek merasa disentuh oleh
kekuatan dari luar yang dirasa sebagai kehadiran dari Tuhan mereka
5. adanya suatu perubahan yang cukup berarti di dalam kehidupan subyek
setelah pengalaman akan pertemuannya dengan Tuhan nya dan
perubahan itu cenderung mengarah ke perubahan yang lebih baik
seperti yang dinyatakan dalam wawancara.
Ritual Sujud
Ritual sujud merupakan suatu ritual yang menjadi ajaran di dalam
Sapta Darma, ada aturan-aturan yang mengatur para pelakunya di dalam
melakukan sujud baik itu sikap-sikap sujud maupun doa-doa yang
terkandung di dalamnya.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode yang akan digunakan untuk
mengumpulkan data adalah wawancara yang sifatnya lebih mendalam
mengingat apa yang akan dibahas dalam penelitian ini sifatnya memang
membutuhkan eksplorasi dalam interview.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan yang diarahkan untuk mencapai
tujuan tertentu (Poerwandari, 1998). Wawancara kualitatif ini
dilakukan untuk mengeksplorasi semua pengalaman dari para penganut
Sapta Darma ketika melakukan ritual sujud. Wawancara dalam
penelitian ini menggunakan model wawancara terbuka, yaitu model
wawancara dimana pewawancara tidak mempergunakan pertanyaan
yang baku dalam proses wawancara tetapi hanya berdasar pada garis
besar pokok-pokok permasalahan yang akan dipertanyakan dalam
proses wawancara (Moeloeng, 1989).
2. Studi Pustaka
Studi pustaka dalam penelitian ini dilakukan sebagai upaya
untuk mengumpulkan informasi tentang pustaka atau dokumen yang
berkaitan dengan aliran kebatinan Sapta Darma yang tidak dapat
diperoleh di lapangan.
D. Data Dalam Penelitian
Dalam penelitian ini data yang akan dikumpulkan berupa:
1. Hasil wawancara mengenai bagaimana pengalaman religius para
penganut Sapta Darma melakukan ritual sujud.
2. Studi Pustaka tentang gambaran Sapta Darma secara umum baik itu
sejarah, ajaran-ajaran maupun ritual-ritual yang diselenggarakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
E. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah penganut Sapta Darma yang telah
berpengalaman melakukan laku sujud sebagai suatu rutinitas dan minimal
dilakukan sehari sekali dan juga subyek penelitian ini harus sudah pernah
melakukan sujud penggalian. Subyek penelitian tidak dibatasi pada
tingkatan guru maupun murid melainkan lebih ditekankan pada rutinitas
laku sujud.
Metode pengambilan sample dilakukan dengan menggunakan
metode bola salju (snow ball) atau berantai. Pengambilan sample
dilakukan secara berantai dengan meminta informasi pada orang lain yang
telah diwawancarai atau dihubungi sebelumnya, sedemikian seterusnya.
Peneliti bertanya pada subyek penelitian tentang narasumber lain yang
penting atau harus dihubungi.
Karena penelitian ini difokuskan pada pengalaman religius yang
sifatnya lebih subyektif dan bukan pada proses generalisasi maka subyek
yang akan digunakan nantinya akan ditetapkan sejumlah 3 orang. Dari situ
nantinya diharapkan hasil yang didapat dapat lebih memfokuskan pada
pengalaman religius subyek.
F. Pedoman Wawancara
Wawancara yang dilakukan bersifat terbuka sehingga wawancara
dilakukan dengan berdasarkan pada pedoman wawancara yang berisi
konsep-konsep yang akan dicari dalam wawancara untuk memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
batasan akan topik yang jelas. Pedoman ini akan membantu peneliti dalam
proses wawancara untuk melihat konsep mana yang belum dimunculkan
dalam wawancara. Pedoman ini dibuat untuk memunculkan komponen-
komponen yang ada di dalam pengalaman religius. Ada kemungkinan
bahwa hasil yang didapat nantinya akan sedikit berbeda, hal ini
dikarenakan sifat penelitian ini tergantung dari bagaimana hasil yang
didapat dalam penelitian.
Pertanyaan yang akan dijadikan pedoman dalam penelitian ini :
1. Sudah berapa lama Anda melakukan sujud?
2. Sejauh ini apa pengalaman Anda selama melakukan sujud?
3. Apa saja yang Anda rasakan ketika Anda melakukan sujud?
4. Pernahkah Anda merasakan kehadiran Tuhan ketika anda melakukan
sujud?
5. Apa yang Anda rasakan ketika Tuhan datang?
6. Adakah perubahan yang Anda rasakan di dalam hidup anda setelah
anda mengalami berbagai pengalaman di dalam melakukan sujud?
7. Apa makna sujud bagi Anda?
G. Analisis Data
Metode dari James dengan mengumpulkan semua riwayat
spiritualitas dari hidup seseorang adalah teknik yang berguna untuk
memahami pengalaman religius yang difasilitasi oleh ritual sujud. Oleh
karena itu peneliti akan menggunakan teknik ini dimana nantinya peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
diharapkan dapat lebih memahami pengalaman religius yang dialami oleh
para penganut Sapta Darma yang melakukan ritual sujud.
Analisis data akan menggunakan pendekatan induktif untuk
melihat tema-tema yang dimunculkan dari data yang diperoleh (Thomas,
2003). Dari hasil wawancara akan dilihat mana bagian terkecil yang
memiliki makna dan berkaitan dengan fokus dan masalah penelitian.
Kemudian langkah berikutnya adalah membuat koding untuk memberikan
kode pada “satuan”. Langkah selanjutnya adalah menyusun kategori untuk
mengklasifikasikan setiap “satuan” yang memiliki kesamaan yang
kemudian akan dicari kaitan antara satu kategori dengan kategori lain
untuk menemukan konsep-konsep yang muncul. Setelah itu baru
dilakukan interpretasi dengan cara melakukan uji silang antara hasil
wawancara dengan konsep-konsep yang sudah ada dalam pengalaman
religius.
Berikut adalah langkah- langkah yang dilakukan oleh peneliti untuk
menganalisis data yang diperoleh :
1. Melakukan transkrip verbatim dari hasil wawancara.
2. Membaca hasil wawancara dengan seksama dan berulang-ulang untuk
memahami hasil secara keseluruhan.
3. Melakukan proses pengkodingan atau seleksi terhadap data untuk
menemukan tema-tema yang sesuai dengan pokok persoalan.
4. Melakukan ekstraksi terhadap tema-tema yang muncul sehingga diperoleh
beberapa kategori.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
5. Mengeliminasi pernyataan yang tidak relevan terhadap fenomena yang
diteliti.
6. Merangkai setiap kategori menjadi suatu deskripsi terhadap fenomena
yang diteliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
BAB IV
PELAKSANAAN
DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti melibatkan 3 orang responden yang
semuanya merupakan warga dari aliran kepercayaan Sapta Darma. Pemilihan
responden didasarkan pada kriteria tertentu yaitu yang telah melakukan sujud
penggalian dan telah rutin melakukan sujud wajib setidaknya selama 10 tahun.
Hal ini dilakukan agar sampel benar-benar mewakili fenomena yang dipelajari
(Strauss dan Corbin 1990, dalam Purwandari, 1998).
Penelitian ini menggunakan teknik wawancara dan dalam setiap
wawancara peneliti menggunakan alat perekam yang hasil rekamannya
kemudian akan ditranskrip secara verbatim. Sebelum melakukan pengambilan
data, peneliti terlebih dahulu melakukan perkenalan dengan warga maupun
tuntunan dari Sapta Darma dengan melakukan kunjungan untuk
memperkenalkan diri serta mengenal lebih jauh mengenai Sapta Darma.
Selain itu peneliti juga meminta ijin kepada bapak tuntunan untuk meminta
ijin melakukan penelitian terhadap para warga Sapta Darma. Dalam setiap
wawancara, peneliti terlebih dahulu membina rapport dengan para responden.
Hal itu dilakukan dengan tujuan supaya proses pengambilan data terlaksana
dengan baik dan menghasilkan data yang optimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Data yang berupa studi pustaka merupakan suatu dokumen yang
berkaitan dengan Sapta Darma, penjelasan mengenai ritual sujud dan ajaran-
ajaran dalam Sapta Darma. Data dari studi pustaka didapat dari tulisan tentang
Sapta Darma yang dibuat sendiri oleh orang Sapta Darma serta dokumen yang
ditulis oleh pihak luar diluar warga Sapta Darma yang juga menulis tentang
Sapta Darma.
B. Proses Perkenalan dan Gambaran Komunitas Sapta Darma
Sanggar yang bersebelahan tidak jauh dari Puri Dwipari yang terletak
di daerah Taman Siswa, sekilas terlihat seperti rumah biasa, hanya saja yang
membedakannya dengan rumah lain adalah adanya suatu ruang khusus yang
terlihat cukup sakral di bagian depan dari bangunan. Ada suasana yang
menenangkan ketika peneliti pertama kali masuk ke sanggar Sapta Darma.
Bagian dalam bangunan terdapat teras yang cukup luas yang berfungsi untuk
menerima tamu dan terdapat patung semar dan wewarah tujuh yang menempel
di dinding.
Peneliti pertama kali diterima dengan sangat baik oleh para warga
Sapta Darma yang kebetulan sedang berkumpul, mbak W kemudian
menanyakan maksud dan tujuan datang ke Sapta Darma. Peneliti berusaha
untuk menjelaskan maksud dan tujuan datang ke sanggar, dan mbak W dengan
sukarela berkenan untuk membantu kelancaran penelitian ini. Mbak W juga
menceritakan bahwa sebelumnya sudah banyak peneliti yang datang baik itu
dari Indonesia maupun peneliti dari luar. Peneliti kemudian diperkenalkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
dengan salah satu tuntunan yang sedang piket di situ. Peneliti menjelaskan
kembali maksud dan tujuan serta sekaligus meminta ijin untuk melakukan
penelitian.
Sanggar selalu terbuka baik itu untuk para warga Sapta Darma maupun
untuk orang luar yang datang dengan tujuannya tertentu. Setiap hari sanggar
tidak pernah sepi, sering tampak beberapa orang yang sedang mengobrol
maupun melakukan sujud di sanggar. Sanggar selalu dipimpin oleh seorang
bapak tuntunan dan setiap 5 hari tuntunan akan di rolling. Bagi para penganut
Sapta Darma, mereka sering berkunjung hanya sekedar mengobrol dengan
warga lain maupun berkunjung untuk melakukan sujud di sanggar. Bagi
mereka yang belum menjadi warga bila ingin disujudkan maka bapak
tuntuanan yang nantinya akan mensujudkan karena ada larangan untuk belajar
sujud sendiri tanpa bimbingan dari mereka yang sudah terlatih untuk itu.
Peneliti merasakan adanya suatu keramahan yang ditunjukkan oleh
para warga dan bapak tuntunan, hal ini cukup memudahkan peneliti untuk
masuk dan memahami bagaimana serta ajaran-ajaran apa yang ada di dalam
Sapta Darma. Bapak tuntunan menceritakan bahwa selain sujud wajib yang
harus dilakukan setiap hari, ada juga sujud penggalian yang dilakukan pada
hari-hari tertentu.
Ketika peneliti hadir di salah satu ritual sujud penggalian yang
dilakukan di bulan April yang dikhususkan untuk ibu-ibu, banyak sekali
warga yang datang sampai memenuhi hampir semua ruang di sanggar.
Walaupun dikhususkan untuk ibu-ibu namun ternyata banyak juga warga lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
baik itu bapak-bapak maupun dari kalangan remaja yang datang. Berikut
adalah gambaran dari ritual sujud penggalian yang dilakukan setiap 5 kali
dalam setahun.
C. Ritual Sujud Penggalian
Selain sujud wajib yang dilakukan setiap hari, ada juga sujud
penggalian yang dilakukan 5 kali dalam setahun. Berikut adalah jadwal sujud
penggalian yang dilakukan di dalam Sapta Darma :
• Sebelum dan sesudah tanggal 21 April, sujud penggalian
khusus wanita terutama ibu-ibu.
• 6-12 Juli, sujud penggalian khusus remaja.
• 22-27 September, sujud penggalian khusus petugas Sapta
Darma.
• Pertengahan Oktober, sujud penggalian khusus warga.
• 20-27 Desember, sujud penggalian khusus tuntunan kabupaten
ke atas sampai ke tuntunan Agung dan sekaligus memperingati
turunnya wahyu sujud.
1. Gambaran Singkat Mengenai Ritual Sujud Penggalian
Ritual sujud penggalian sudah dilakukan sejak Bapak Panuntun
Agung SRI GUTAMA masih hidup. Sujud penggalian ini dijalankan
bersama-sama dan diasuh oleh satu atau dua orang tuntunan, dan beberapa
orang pengawas. Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota dapat langsung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
diawasi sujudnya dan dapat diasuh serta dibimbing mutu kerokhaniannya,
menurut kemampuan masing-masing tingkat pesujudannya.
2. Tujuan Sujud Penggalian
a. Membentuk ksatria utama yang berbudi luhur, berkepribadian dan
berkewaspadaan tinggi. Sikap-sikap itulah yang nantinya akan
memunculkan manusia-manusia yang dapat Memayu hayuning Bagya
Buana.
b. Meningkatkan mutu kerokhanian para tuntunan dan warga Sapta
Darma.
c. Menyempurnakan pengabdiannnya kepada Hyang Maha Kuasa dan
pada umat manusia.
3. Inti Penggalian
a. Sujud dalam Sapta Darma adalah bukan hanya sujud wadag saja
(jasmani), melainkan sujud rokhani (rasa).
b. Menanamkan pengertian kepada para penggali bahwa arti daripada
sujud Sapta Darma dengan sebutan “Hyang Maha Suci sujud Hyang
Maha Kuasa” betul-betul Hyang Maha Sucinya (Rokh Suci Manusia)
yang sujud kepada Hyang Maha Kuasa.
c. Bahwa dalam ucapan “batin” artinya bukan “batin dalam arti jasmani”
(pikir), melainkan “batinnya-rokhani”.
d. Dengan sujud penggalian, manusia akan dapat “Ngunduh (memetik)
Wohing Pakarti”, atau mendapatkan pengertian kerokhanian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
e. Yang akan dicapai dalam sujud penggalian adalah “Wohing
Pakartining Rasa” yang akan dapat menuju “Waskitaning Cahaya”
yang akhirnya akan meningkat kepada “Waskitaning Pangandika” =
kata-kata yang tepat dan benar.
f. Dalam tingkatan “Warangka Manjing Curiga” para warga penggali
harus melepaskan sama sekali pamrih Rokhaniah dan Jasmaniah.
4. Tata Tertib Penggalian
a. Penggalian dilakukan bersama-sama di sanggar-sanggar di bawah
bimbingan seseorang atau beberapa orang Tuntunan yang sudah
pernah melakukan sujud penggalian. Disamping itu ada beberapa
orang warga pengawas, guna mengawasi para warga yang sedang
melakukan sujud penggalian.
b. Jumlah warga penggali satu kelompok terdiri dari 12 orang warga.
Boleh diadakan dua, tiga atau empat kelompok, yang disesuaikan
dengan besar kecilnya sanggar.
c. Lamanya penggalian ditentukan 12 malam berturut-turut atau apabila
mungkin dapat dilakukan siang dan malam berturut-turut selama 6
hari, misalnya pagi mulai jam 09.00 sampai dengan jam 14.00 ; malam
mulai jam 20.00 sampai jam 01.00.
d. Selama penggalian sujud dapat dilakukan tiga kali; misalnya dimulai
dari jam 20.00, jam 22.00 dan jam 24.00 selesai, atau jam 19.00, jam
21.00 dan jam 23.00 selesai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
e. Tuntunan penggali harus luwes (supel) melihat keadaan warga, apabila
keadaannya lesu, tuntunan harus bisa memberi semangat kembali
dalam melakukan sujud penggalian.
f. Penggalian yang dimaksud adalah sekaligus merupakan peruwatan
“Saudara Dua Belas” di dalam pribadinya masing-masing warga, untuk
menuju “Jejering Satria Utama”, maka tidak mengherankan apabila
warga penggali mengalami masa krisis, misalnya badan terasa lesu,
sakit, bosan dan macam-macam hambatan lain yang dialami dalam
penggalian. Masa krisis ini biasanya berjalan selama 3 hari, maka
hendaknya Tuntunan penggalian memberitahu lebih dulu sebelum
penggalian dimulai.
g. Sesudah hari kedua, pada waktu-waktu istirahat sesudah sujud, para
warga penggali mulai melaporkan hasil pasujudannya kepada
Tuntunan penggalian satu persatu diruang tersendiri untuk
menghindari agar warga yang lain tidak turut mendengarkan.
h. Masing-masing warga penggali tidak boleh menceritakan hasilnya
kepada warga yang lain.
i. Pada waktu-waktu tertentu sesudah hari ketujuh para warga penggali
diberi pelajaran untuk berbicara di muka orang banyak, cara-cara
berpidato dengan teknik tersendiri menurut Kerokhanian Sapta Darma.
j. Para warga penggali dalam waktu-waktu senggang dirumah,
diwajibkan untuk menghafalkan isi buku Wewarah jilid ke I KSD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
terutama tujuan KSD, Wewarah Tujuh, Simbol Pribadi Manusia dan
Tali Rasa.
k. Di dalam kamar penggalian para warga tidak diperbolehkan
mempercakapkan soal-soal kejasmanian agar supaya suasana
penggalian tetap pada “Sphere” suasana kerohanian.
l. Dalam kamar penggalian tidak diperbolehkan makan, minum dan
merokok, untuk ini disediakan tempat lain.
m. Tempat duduk sebaiknya diundi untuk menjaga ketertiban, hal ini
untuk melatih para peserta jangan mempunyai rasa iri hati ingin duduk
di depan. Sebab dengan jalan diundi mereka akan merasa puas dengan
pilihannya sendiri; dan nomornya harus diingat- ingat untuk
mendapatkan giliran laporan.
n. Tuntunan, warga serta pengawas sama kewajiban dan tanggung
jawabnya. Tuntunan, warga dan pengawas penggalian merupakan
“Telu-teluning Atunggal” yang sinarnya saling mempengaruhi satu
dengan yang lain. Para warga penggali diharuskan 15 menit sebelum
pesujudan dimulai supaya siap di sanggar penggalian.
o. Para penggali diharapkan menggunakan waktu sebaik-baiknya karena
para penggali akan mendapatkan penggemblengan langsung dari
Hyang Maha Kuasa untuk menjadi Pelopor Budi Luhur bagi umat
manusia dan menjadi rokhaniawan yang sejati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
5. Bahan-bahan Penggalian
Untuk dapat melaksanakan inti penggalian, maka penggalian
dibagi ke dalam tiga tingkatan.
a. Pada Tingkatan Pertama
Para warga penggali harus dapat memisahkan Rasa dan Pangrasa,
artinya segala angan-angan, pikiran, ciptaan-ciptaan dan gagasan-gagasan
harus dihilangkan sama sekali, tinggal rasa yang meliputi seluruh tubuh
atau “Rasa Sejati”.
Setelah itu getaran air suci yang keluar dari tulang ekor (tali- rasa)
sedetik demi sedetik melalui ruas-ruas tulang punggung naik ke atas otak
kecil menuju otak besar, setelah dahi menyentuh tikar maka getaran air
suci akan berkumpul di ujung lidah yang merupakan “benda hidup” (atom
berjiwa) atau “sari-sarinya hidup”.
Sari-sari hidup inilah yang akan mengisi gelombang-gelombang
hidup yang dinamakan Radar.
Apabila terasa dingin di dada, maka mulailah warga penggali akan
menemukan apa yang dinamakan “RADAR” (alat kewaspadaan rasa). Dari
situ para warga akan dapat “ngunduh wohing pakartining rasa” yang
dicapai dalam 5 hari. Pada hari ke 6, tuntunan akan mengadakan testing
soal radar.
b. Pada Tingkatan Kedua
Pada tingkatan ini warga penggali akan mulai meneliti “Sapta
Rengga”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Dalam tingkatan ini terjadi “pisahing gembung dan kepala”, berarti
para warga sama sekali sudah harus menghilangkan “angkara murka”,
tinggalah meneliti atau memelihara Sapta Rengga nya. Untuk ini Sapta
Rengga dari para warga akan mendapat pembersihan oleh sari-sarinya
hidup (ge taran-getaran air suci) maka dapat dirasakan sehabis bungkukan
kesatu, kedua, ketiga.
Setelah itu para warga penggali akan menemukan “terjadinya
sabda” ialah “kumpulnya rasa dan cahaya” dan menemukan alat
kontrolnya sekali. Di situ para warga akan dapat mencapai tataran
“ngunduh wohing pakartining cahya” untuk memiliki “waskitaning
pangandika”, “sabda waskita tunggal”. Disini “rasa liniputan dening
cahya”.
Apabila warga sudah mencapai tingkatan ini maka segala kata-
katanya harus betul-betul dijaga kebersihannya, karena sabdanya sudah
gawat. Berbicaralah yang baik kepada siapapun.
Diluar penggalian, warga penggali dianjurkan untuk
mempraktekkan sabdanya untuk menolong orang-orang yang dalam
kegelapan (terjadi pada hari ketujuh dan kedelapan).
c. Pada Tingkatan Ketiga
Tingkatan ini adalah untuk memisahkan antara “Rasa”dan “Cahya”
yang akhirnya nanti cahta akan menuju sentral (Hyang Maha Kuasa) inilah
yang dinamakan “Curiga Manjing Warangka”, hal ini sudah terjadi dalam
alam lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Cara pelaksanaanya :
Pada hari kesembilan para warga penggali agar dapat menutupi
“Babahan Hawa Sanga” maka sujudnya harus betul-betul sudah menyerah
bulat-bulat.
Pada hari kesepuluh, para warga penggali mulai meningkat kepada
“Pudak Sinumpet”, inilah inti dari pada “Sujud Dasa Warsa”.
Dalam hal ini seakan-akan para warga penggali akan mendapatkan
“cahya” dari “sentral” yang akan menutup ubun-ubun penggali.
Pada hari kesebelas, para warga penggali sudah harus mencapai
“kukuding saudara sebelas” yang sudah mendapatkan pencaran sinar
Sentral Hyang Maha Kuasa. Biasanya sujudnya sudah mengalami
kebahagiaan.
Untuk ini para warga penggali diberi pelajaran “Racut dengan
duduk” agar supaya betul-betul Hyang Maha Sucinya dapat menghadap
Hyang Maha Kuasa.
Pada hari kedua belas, “Kukud saudara dua bela s” berarti telah
“Jejer Satria Utama” maka untuk ini para warga penggali diberi pelajaran :
racut dengan tata cara terlentang.
D. Ajaran-Ajaran Dalam Sapta Darma
Inti sari tujuan atau cita-cita ajaran dari Kerokhanian Sapta Darma
dirinci sebagai berikut (Pawenang, 1962) :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
1) Menanamkan tebalnya kepercayaan, dengan menunjukkan bukti-bukti
serta persaksian, bahwa sesungguhnya Allah itu ada dan tunggal (Esa),
serta memiliki lima sila (sikap perwujudan kehendak) yang mutlak, yaitu:
Maha Agung, Maha Rokhim, Maha Adil, Maha Wasesa, Maha Langgeng.
Menguasai alam semesta beserta segala isinya yang terjadi. Oleh karena
itu manusia wajib mengagungkan Asma Allah, serta setia dan tawakal
menjalankan segala perintah-perintah Nya.
2) Melatih kesempurnaan sujud, yaitu berbaktinya manusia pada Hyang
Maha Kuasa. Mencapai keluhuran budi dengan cara-cara yang mudah dan
sederhana, dapat dijalankan atau dilakukan oleh semua umat manusia.
3) Mendidik manusia bertindak suci dan jujur, mencapai napsu, budi dan
pekerti yang menuju pada keluhuran dan keutamaan guna bekal hidupnya
di dunia dan alam langgeng. Maka warga Sapta Darma akan dididik
menjadi Ksatria Utama yang dengan penuh kesusilaan, bertabiat dan
bertindak pengasih dan penyayang, suka menolong kepada siapa saja yang
sedang menderita dan kegelapan juga akan dididik untuk dapat hidup
dengan kepercayaan atas kekuatannya sendiri.
4) Mengajar warganya untuk dapat mengatur hidupnya mengingat hidup
manusia di dunia adalah rohaniah dan jasmaniah, maka diwaktu siang
diwajibkan bekerja diwajibkan bekerja demi mencukupi kebutuhan
jasmaniah sedangkan diwaktu malam dan diwaktu senggang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan rohaniah seperti melakukan sujud. Bila kedua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
hal tersebut dilakukan secara bersungguh-sungguh dan tertib pasti akan
mencapai luhurnya jasmani dan rokhani.
5) Menjalankan wewarah tujuh yang dilandasi kesempurnaan sujud dan bila
dijalankan dengan ikhlas dan sungguh-sungguh serta penuh rasa yang
halus sekali, menurut Kerokhanian Sapta Darma dapat mempengaruhi dan
menyebabkan manusia memiliki ketajaman dan kewaspadaan
(kewaskitaan) yang bermacam-macam antara lain:
a. Waskita akan penglihatan (pandulu),
b. Waskita akan penciuman (pangganda),
c. Waskita akan pendengaran (pamiarsa),
d. Waskita akan tutur kata (pangandika).
Untuk mencapai kewaskitaan tersebut dapat dilakukan di sanggar-sanggar
bersama warga lain di bawah asuhan tuntunan sanggar. Bila dirumah dan
guna melatih diri dapat dilakukan dalam segala waktu, ditempat pesujudan
yang khusus disediakan, yaitu tempat yang bersih atau suci. Berarti tempat
tidur sehari-hari seyogyanya tidak digunakan untuk tempat sujud.
Wewarah tujuh merupakan kewajiban sekaligus menjadi
pandangan dan pedoman hidup manusia baik secara vertikal dengan
sesama manusia maupun secara horisontal dengan Hyang Maha Kuasa
selama manusia hidup di dunia ini. Adapun wahyu wewarah tujuh adalah
sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Wewarah Pitu Wajibing Warga Sapta Darma
1. Setya t uhu marang anane Pancasila 2. Kanthi jujur lan suci ati kudu setya nindakake angger-angger
Negarane 3. Melu cawe-cawe acancut taliwanda anjaga adeging Nusa lan
Bangsane 4. Tetulung marang sopo bae yen perlu, kanti ora anduweni
pamrih apa bae kajaba mung rasa welas lan asih 5. Wani urip kanti kapitayan saka kekuwatane dewe 6. Tanduke marang warga bebrayan kudu susila kanti alusing
budi pakarti tansah agawe pepadang lan mareming liyan 7. Yakin yen kahanan donyo iku ora langgeng tansah owah
gingsir (anyakra manggilingan)
Terjemahan dalam bahasa Indonesia sebagai berikut :
Wewarah Tujuh Kewajiban warga Sapta Darma
1. Setia tuhu kepada adanya Pancasila 2. Dengan jujur dan suci hati, harus setia melaksanakan undang-
undang negaranya 3. Turut serta menyingsingkan lengan baju, menegakkan
berdirinya nusa dan bangsanya 4. Menolong kepada siapa saja bila perlu, tanpa mengharapkan
sesuatu balasan apapun, melainkan hanya berdasarkan rasa cinta kasih
5. Berani hidup berdasarkan kepercayaan dan kekuatannya sendiri
6. Sikapnya dalam hidup bermasyarakat, keluarga, harus susila beserta halusnya budi pekerti, selalu merupakan penunjuk jalan yang mengandung jasa serta memuaskan
7. Yakin bahwa keadaan dunia ini tidak abadi, melainkan selalu berubah-ubah (Anyakra manggilingan)
6) Memberantas kerpercayaan akan takhayul dalam segala macam bentuk
dan manifestasinya. Kerokhanian Sapta Darma mengajarkan kepada
manusia untuk melakukan atau mengagungkan Allah Hyang Maha Kuasa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
serta menyadari bahwa manusia adalah mahluk yang tertinggi
martabatnya, dimana hidupnya ada dalam kekuasaan Nya.
E. Deskripsi Subyek
1. Sy
Bapak Sy mulai bergabung dengan Sapta Darma tahun 1956, sejak
berumur 25 tahun. Ketika itu beliau masih bekerja sebagai guru SD. Di
usianya yang sudah mencapai 75 tahun, bapak Sy masih bergabung
dengan Sapta Darma dan menjabat sebagai salah satu tuntunan di Sapta
Darma.
Saat ini bapak Sy sudah pensiun dari pekerjaannya dan tinggal
berdua dengan istrinya. Beliau memiliki 2 anak yang sudah bekerja, salah
satu anaknya sudah bekerja telkom Bandung dan satunya bekerja di dinas
kesehatan di Semarang. Setiap bulan sekali bapak Sy bergiliran menjaga
sanggar selama 5 hari di Yogyakarta.
Dalam kesehariannya sebagai tuntunan Sapta Darma, ada sikap
disiplin yang selalu diperlihatkannya, mungkin ini dikarenakan peran
beliau sebagai sekretaris tuntunan agung Sapta Darma yang menuntut
kecepatan dan kecermatan dalam pekerjaannya. Sikap disiplinnya bukan
sesuatu yang tidak fleksibel, masih ada sikap toleran yang sering
ditunjukkan oleh bapak Sy sepanjang itu masih memiliki alasan yang
masih dapat diterimanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
2. Sn
Bapak Sn sudah bergabung dengan Sapta Darma selama 11 tahun
sampai saat ini beliau sudah berusia 51 tahun. Awal mula Bapak Sn
bergabung dengan Sapta Darma adalah ketika beliau mendapat saran dari
neneknya yang terlebih dulu sudah bergabung dengan Sapta Darma.
Latar belakang ekonomi bapak Sn bisa dikatakan kurang dan saat
ini beliau hanya bekerja serabutan. Bapak Sn seringkali terlihat bekerja di
sanggar Sapta Darma, hal ini dikarenakan pada saat itu sanggar Sapta
Darma sedang membutuhkan pekerja untuk renovasi bangunan.
Ada kerelaan yang dimunculkan oleh bapak Sn ketika bekerja di
sanggar. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya keinginan yang kuat
dari beliau untuk mengabdi di Sapta Darma, ada pemikiran dari bapak Sn
bahwa dengan melayani dan bekerja sebaik mungkin untuk perkembangan
Sapta Darma hal itu nantinya akan bermanfaat juga bagi dirinya.
3. Wm
Bapak Wm mulai bergabung dengan Sapta Darma pada tahun 1970
sejak beliau berumur 23 tahun, sampai saat bapak Wm sudah berusia 60
tahun dan menjabat sebagai salah satu tuntunan di Sapta Darma.
Saat ini kehidupan ekonomi dari bapak Wm bisa dikatakan sudah
berkecukupan. Bapak Wm memiliki rumah makan di Semarang tempat
beliau tinggal bersama dengan keluarganya. Rumah makan tersebut
dikelola oleh keluarga mereka sendiri dan hasilnya sudah dirasa cukup
untuk memenuhi kebutuhan mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Di dalam kesehariannya bapak Wm terlihat ramah dengan semua
orang, ada keterbukaan yang ditunjukkan oleh beliau dan juga terlihat
adanya sikap dan perkataan yang tegas ketika beliau berbicara dengan
orang lain. Bapak Wm kadang memiliki kemampuan untuk memahami apa
yang sedang dipikirkan oleh orang lain. Kadang bila ada warga yang
sedang bermasalah, beliau akan menghampiri dan mengajaknya untuk
berbicara untuk mencari solusi yang terbaik bagi permasalahannya. Ada
sikap empati yang ditunjukkan oleh bapak Wm, beliau akan berusaha
memahami bagaimana karakter seseorang dan akan berusaha untuk
menyesuaikan diri dengan orang lain.
F. Hasil Analisis Data
1. Narasi Subyek
a. Sy
Latar belakang Sy melakukan sujud adalah perasaan dimana
dia merasa cocok setelah mendapat cerita dari temannya yang baru
sekali melakukan sujud. Beliau merasa bahwa dia secara otomatis
merasa ingin disujudkan tanpa alasan yang jelas.
Begitu saya diberi cerita diceritani tentang Sapta Darma. Itu yang menceritani itu juga baru berpengalaman satu hari satu malam, lalu bercerita pada saya. Saya kok otomatis minta dituntuni, minta disujudkan. Akhirnya disujudkan saja dan waktu itu yang diceritakan pada saya hanya caranya sujud (5-11).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Ketika melakukan sujud, sensasi fisik yang dirasakan oleh
bapak Sy adalah dia merasa ada getaran-getaran yang berjalan mulai
dari ujung kaki, lewat sumsum tulang belakang, naik sampai ke ubun-
ubun. Setelah sampai di ubun-ubun mata bapak Sy terasa berat dan
secara otomatis matanya akan tertutup. Getaran itu akan terus berjalan
sampai ke lidah, dan akan terasa seperti ada setrum di lidah. Kemudian
tubuh membungkuk secara otomatis sampai dahi menyentuh kain mori
yang terletak di lantai. Bila beliau sudah melakukan kontak dengan
Tuhan, akan muncul sinar dari Hyang Maha Kuasa yang dianggap
sebagai santapan rohani menurut Sapta Darma.
Dalam situasi ening itulah rasa istilah lainnya rohani itu akan aktif melaksanakan sujud itu terasa, rasanya giming-giming gitu. Pokoknya ada rasa yang berjalan mulai dari kaki. Dia akan naik ke atas, ini mata masih terbuka. Nanti klo sudah dikepala nanti akan terasa berat. Nah setelah berat nanti diperhatikan trus sampai menyatu di ubun-ubun ini. Setelah menyatu di ubun-ubun ini barulah nanti akan turun ke bawah menutup mata sampai di mulut, ujung lidah nanti di ujung lidah akan terasa yang istilah jawanya pating trecep, seperti ada setrum. Ini nanti klo sudah ada setrum listrik itu (75-86). Nanti akan ada rasa yang datang dari tulang ekor, dari sana akan ada rasa yang naik lewat sumsum tulang belakang, naik ke atas sampai menyatu diubun-ubun. Klo sudah sampai di ubun-ubun pada waktu ini badannya sudah membungkuk dengan sendirinya. Pada waktu disini ditahan sedikit trus sampai di mori putih nah ini rasa yang dari sumsum tulang belakang sudah sampai di ubun-ubun kemudian dirasakan lagi keujung lidah, sampai di ujung lidah nanti kita seakan-akan menyatu lagi atau kontak dengan Yang Maha Kuasa dengan mengucap sujud, ucapannya Hyang Maha Suci sujud Hyang Maha Kuasa 3 kali diucapkan lalu kembali tegak. (99-112).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Prinsipnya habis sujud kembali tegak ini harus dirasakan sebab itu ketika kita kontak dengan Hyang Maha Kuasa, itu kita mendapat sinar dari Hyang Maha Kuasa, sinar baru, nah inilah santapan rohani menurut Sapta Darma (152-156).
Sensasi psikologis yang dirasakan ketika bapak Sy melakukan
sujud adalah dia merasa sangat tenang, dan tidak ada beban sama
sekali ketika dia sujud.
Kemudian setelah itu nanti ada rasa lagi turun ke bawah. Rasanya enak gitu, tenang, dalam perasaan tenang sekali, pokoknya ga da beban apa-apa sampai rasa itu menyentuh disini (91-94).
Ketika melakukan sujud, Sy merasakan bahwa dirinya sedang
menghadap Tuhan. Di dalam melakukan sujud, beliau menekankan
pada hening, beliau berusaha mempasifkan semua jasmani dan rohani
untuk menyatu dengan Tuhan dan bila penyatuan sudah terjadi, akan
terlihat cahaya yang dianggap sebagai sinar dari Tuhan.
Ini nanti klo sudah ada setrum listrik itu, ini otomatis perhatian rohani trus merasa menghadap kepada Yang Maha Kuasa kemudian meluhurkan asma Allah yang bunyinya Allah Hyang Maha Agung, Allah Hyang Rokhim, Allah Hyang Maha Adil (86-91) nanti kita seakan-akan menyatu lagi atau kontak dengan Yang Maha Kuasa dengan mengucap sujud (108-110). ketika kita kontak dengan Hyang Maha Kuasa, itu kita mendapat sinar dari Hyang Maha Kuasa, sinar baru (153-155).
Bapak Sy merasa banyak sekali manfaat yang didapatnya.
Melalui sujud beliau merasa semua napsu-napsu yang ada di dirinya
dapat dikendalikan, bapak Sy juga merasa sujud berfungsi sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
pembenahan pribadi, ketika ada alat-alat atau organ-organ yang tidak
bagus dengan sujud alat-alat tersebut dapat tersembuhkan, dan sujud
dianggap mampu menghilangkan getaran-getaran yang kurang bagus
bagi tubuh.
Dalam hati pembersihan untuk mengendalikan napsu, musuh kita yang tersisa, napsu dalam pribadi kita yang dikendalikan supaya kita bisa berbuat baik. Sampai ke bawah. Juga berfungsi untuk pembenahan pribadi klo ada alat yang kurang bagus bisa menjadi bagus, alat yang kurang sehat bisa menjadi sehat (124-129). Perbedaannya ya itu sebelum sujud mungkin masih membawa getaran-getaran yang tidak baik itu rasanya berat di badan tapi setelah sujud nanti tidak, enteng, lego (183-186).
Dari pengalaman-pengalaman yang didapat bapak Sy selama
melakukan sujud, penting pengaruhnya bagi keseharian kehidupannya.
Beliau merasa lebih tenang dan perasaan nerimo dari bapak Sy
terkesan lebih kental karena selalu berusaha merasa cukup di dalam
kekurangan hidupnya. Ketika bapak Sy mendapat godaan-godaan dari
luar, beliau dapat lebih mengendalikan diri untuk berusaha menahan
godaan-godaan yang dapat menghancurkan perkawinannya. Ada
kemungkinan bapak Sy merasakan adanya ketidak puasan dengan latar
belakang keluarga nya, terutama pernikahan kedua orang tuanya
ataupun dari kakek dan neneknya. Hal ini terlihat dari bagaimana
beliau menyatakan ingin membuat sejarah baru mengenai
pernikahannya yang ingin berbeda dengan kondisi keluarganya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
sebelumnya sehingga Sy berusaha untuk menghayati pernikahannya
dan berusaha untuk mengendalikan godaan yang datang.
Yang jelas saya merasa tenang dan saya sebelum ketemu Sapta Darma saya juga merasa cukup, tidak pernah merasa kurang. Sebab itu saya terima, teman-teman keluar sebagai guru, saya tetap menjadi guru. Meskipun pada waktu itu gajinya mung sedikit saya rasa sudah cukup (225-230). Pokoknya saya merasa syukurlah pada Tuhan Yang Maha Esa saya diberikan tuntunan, bimbingan lalu yang penting lagi pada waktu saya berangkat untuk menikah saya pamit kepada orang tua, saya ingin membuat sejarah baru, tidak seperti mbah-mbah saya, seperti bapak ibu saya. Pokoknya saya ingin membuat sejarah baru. Akhirnya setelah saya hayati itu perkawinan saya ternyata saya ada saja godaan tapi saya dapat mengendalikan terutama godaan itu, godaan mata itu. Tapi saya dapat mengendalikan sampe sekarang (258-268).
Selain itu Sy juga memiliki pengalaman-pengalaman yang luar
biasa yang menceritakan bagaimana relasinya dengan Tuhan nya. Sy
mampu menyembuhkan orang termasuk anaknya sendiri yang ketika
itu sedang sakit perut dengan hening, bersatu dengan Tuhan dan
mengucapkan sabda waras. Kadang Sy merasa ada suatu perintah dari
yang tak tampak yang membuatnya melakukan hal yang masih asing
dan baru baginya. Sy pernah merasa ada sesuatu yang mengisi jari-
jarinya ketika ada seorang anak yang sakit, kemudian Sy meletakkan
jari-jarinya di tubuh anak itu dan mengagungkan nama Tuhan dan
seketika anak itu langsung sembuh. Ada pengalaman lain yang
diceritakan oleh Sy yaitu ketika ada orang yang sedang kerasukan,
tidak ada seorang pun yang mampu menyembuhkannya termasuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
orang pintar yang memiliki kelebihan yang lebih kita kenal dengan
sebutan dukun. Sy merasa kasihan dan tiba-tiba Sy merasakan ada
setrum di kedua jarinya kemudian dia letakkan kedua jarinya di ketiak
dari orang yang kerasukan tadi dan tanpa dia ketahui sebelumnya Sy
kemudian menutup jalur dari tubuh orang tersebut agar roh tadi tidak
dapat masuk kembali, hal ini sebelumnya belum pernah Sy ketahui dan
ternyata memang cara itu yang benar menurut beberapa orang yang dia
kenal.
Yang pertama anak saya yang pada waktu itu berumur 3 bulan itu sakit perut kemudian saya hanya hening, mengheningkan cipta. Klo memusatkan kan hanya hening saja, hanya diam, dalam hati menyatu dengan Tuhan kemudian disabdakan, sabda waras. Hanya sabda waras itu sabdanya kemudian anak saya menjadi sembuh (19-25). Demikian pula murid saya, saya kan seorang guru. Yang pertama kali menjadi kejutan atau menambah keyakinan saya, murid saya bermain-main, jatuh kemudian tak bernapas. Kemudian saya meminta anak-anak lain untuk meletakkannya di meja. Saya belum diberitahu tapi kok saya ada perasaan jari-jari saya diisi, jari-jari tengah saya ini saya pegangkan pada pusat kemudian saya luhurkan asma Allah, Allah Hyang Maha Agung, Allah HyangRohkim, Allah Hyang Maha adil dan saya sabda waras, anak itu seketika bangun trus lari- lari lagi. Itu yang membuat saya tambah yakin dan banyak lagi (25-37). Beberapa hari kemudian ga sampai lama ada tetangga yang istilahnya apa itu ya, kesurupan, kemasukan roh jahat. Sudah dipanggilkan yang namanya mbah Joremi yang biasanya memberikan penyembuhan, itu ndak mampu. Akhirnya saya kok merasa kasihan saya melihat merasa kasian, anak-anak masih disekolah itu, akhirnya timbul rasa untuk memberi penyembuhan, pangusadan. Itu otomatis saya ini, ini ada seperti ada setrumnya ini di driji dua ini, ini saya tunjukkan pada ketiaknya dua-duanya nah itu roh yang ada di dalamnya itu lari, orangnya trus sadar. Nah setelah sadar, juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
belum pernah saya diberitahu sebelumnya oleh orang yang menuntuni saya itu klo sudah begitu ini tuh diping maksudnya menutup agar rohnya itu tidak bisa kembali lagi. Itu yang menambah saya menjadi tambah yakin, tambah tekunlah saya sujud (37-53).
Sy memaknai sujud sebagai suatu kewajiban, dimana manusia
yang berasal dan nantinya akan kembali lagi pada Tuhan harus
bersujud dan memohon ampun kepada Tuhan atas semua kesalahan-
kesalahan yang pernah dia perbuat.
Jadi kemudian timbul pengertian bahwa sujud itu terutama disamping merupakan kewajiban didalam hidup kita ini berasal dari Yang Maha Kuasa maka kita harus sujud kepada Yang Maha Kuasa (53-57).
b. Sn
Awal mula Sn mulai melakukan sujud adalah ketika Sn
mengalami krisis ekonomi, Sn kesulitan untuk mencari nafkah bagi
dirinya maupun keluarganya, dengan sujud Sn merasa kehidupannya
sedikit demi sedikit mulai terkatrol. Selain itu ada ketakutan dari Sn
terhadap karma dari perilaku-perilaku buruk yang telah dia perbuat
selama hidupnya, Sn tidak mau karma tersebut nantinya menimpa dia
dan keluarganya.
Kita ingin seperti itu jangan sampai nanti anak istri, anak-anak yang kita tinggalkan menuai hukum karma orang tua. Jadi kita Sangkan paraning dumadi , kita akan kembali kesana lagi tapi kan kita…ya walau dosa kita sebesar apapun kalo tiap hari kita melakukan pertobatan dan tidak melakukan itu kan kita nanti akan kembali ke asal yang cahaya Allah yang baik lagi (44-51).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
dulu kehidupan saya tu ya…dalam bahasa jawa krisis ekonomi kemaren yang payah ya mencari nafkah. Setelah kita bersujud dan berdoa kepada Yang Maha Kuasa secara olah roso, kita bisa terkatrol ya kehidupan saya ya (63-68).
Ketika melakukan sujud sensasi fisik yang dirasakan Sn adalah
Sn merasa melihat cahaya yang subyek anggap sebagai sinar cahaya
Allah. Ada keterpesonaan yang tampak di dalam menanggapi
kehadiran Tuhan nya yang menunjukkan rasa kekagumannya melihat
cahaya Allah.
Yang kita dapatkan tu ya waktu kita pemula, memulai sujud pertama kali tu kita langsung bisa melihat sinar cahaya Allah itu betul-betul woh inilah yang dikatakan Tuhan itu berwujud seperti sinar cahaya Allah (29-34).
Sn merasakan suatu kedamaian, rasa tenteram dan rasa nyaman
di hati ketika melakukan sujud.
Ya pengalaman saya tu waktu sujud tu kita mendapatkan suatu kedamaian, ketentraman hati, dan rasa ayem gitu lo bahasa jawanya (2-4).
Dalam sujud, Sn merasakan adanya suatu kebenaran yang
membuatnya percaya bahwa Tuhan itu sungguh ada setelah Sn
merasakan pertemuan dengan Nya. Tuhan dianggap sebagai sosok
yang selalu mengabulkan apa yang diharapkan oleh Sn, karena Dia
selalu memberikan apa yang diinginkan oleh Sn. Sn melihat suatu
cahaya yang dia anggap sebagai wujud dari Tuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Bahwa Tuhan tu memang ada betul dan kita bisa merasakan bahwa, gimana ya..kita bisa istilahnya klo orang ketemulah (8-10). Ya apa yang kami harapkan Tuhan memberikan dan apa yang kita inginkan Dia juga memberi (12-14) Allah itu betul-betul woh inilah yang dikatakan Tuhan itu berwujud seperti sinar cahaya Allah (32-34)
Manfaat yang dirasakan Sn dengan melakukan sujud adalah Sn
dapat menemukan apa yang selama ini ingin dia cari. Dengan latar
belakang ekonomi Sn yang dirasa masih kurang, Sn menemukan
bahwa dengan melakukan sujud, Sn dapat lebih terkatrol kehidupan
ekonominya. Selain itu Sn merasa dengan melakukan sujud, semua
dosa dan kesalahan-kesalahan yang telah dia perbuat selama hidupnya
dapat terampuni.
Jadi apa yang kita cari kita bisa menemuken (4-5).
Dalam kehidupan sehari-harinya Sn merasakan kedamaian.
Ada ketakutan dari Sn ketika dia ingin berbuat kesalahan, Sn merasa
ada sesuatu kekuatan yang menghalanginya dan yang memberitahunya
bila perbuatan yang akan dia perbuat nantinya akan merugikan dirinya
atau orang lain. Hal ini menunjukkan bagaimana Sn selalu berhati-hati
dalam berperilaku agar Sn terhindar dari kesalahan-kesalahan yang
akan menimbulkan karma yang buruk bagi dirinya dan keluarganya.
Waktu kita belum melakukan sujud dan kita seperti orang yang menganut suatu agama ya. Kita itu hanya mengandalkan pisik jasmaninya saja tapi setelah kami menemukan pisik jasmani dan rohani kita bisa bersatu, kita damai (52-57).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
apa yang kita hadapi tuh kita bisa mengerti dan kita akan berbuat tuh dalam hati sudah berkata itu tidak baik kalau ingin yang berbuat kejahatan ya, nanti kita ada yang ngandani lah bahasa jawanya (58-62).
Ada berbagai pengalaman yang Sn ceritakan yang berkaitan
dengan hubungannya dengan Tuhan nya. Ketika istrinya terserang
tumor di leher, dokter sudah melakukan operasi sampai 3 kali namun
masih saja tumor itu tetap tumbuh, Sn kemudian memasrahkan semua
kepada Tuhan dan memohon agar istrinya dapat disembuhkan dan
kesembuhanlah yang akhirnya dia dapatkan. Sn juga menceritakan
bagaimana dia dan keluarganya dapat terselamatkan ketika gempa
besar melanda Yogyakarta. Sn menceritakan bagaimana Tuhan
menyelamatkan dia dan keluarganya ketika gempa itu datang, Sn dan
keluarga masih diijinkan untuk bisa keluar dari rumah sebelum rumah
itu roboh. Oleh Sn, Tuhan dipandang sebagai suatu kekuatan yang
mampu mengatasi semua ketakutan.
Kemaren tu saya menghadapi contoh ya, istri saya sakit keras, yang paling parah itu pengalaman saya tu istri saya kena penyakit tumor itu di leher, bengkak, besar itu kan. Sama dokter udah dioperasi 3 kali, masih tumbuh trus. Akhirnya saya udah kebingungan ya ga punya apa-apa, operasi trus. Ya sudah akhirnya saya pasrah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Tuhan memberikan permohonan saya, istri saya bisa sembuh tanpa mengeluarkan biaya apapun (71-80). waktu gempa itu lo kita diberi keselamatanlah, rumah runtuh kita bisa diluar semua baru rumahnya runtuh (99-100).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Oleh Sn, sujud dimaknai sebagi suatu pegangan dalam
hidupnya yang Sn pakai sebagai suatu acuan dalam berperilaku
maupun sebagai sarana untuk memohonkan ampun kepada Tuhan nya
bila selama hidupnya Sn telah melakukan suatu kesalahan untuk
menghindari karma bagi dirinya dan keluarganya.
Makna saya tu, sujud tuh suatu pegangan ya, pegangan hidup (112-114).
c. Wm
Latar belakang Wm melakukan sujud adalah Wm tidak
menemukan apa yang selama ini ingin dia cari dari agama yang telah
dia anut, Wm tidak menemukan “rasa” yang selama ini ingin dia
temukan. Namun ketika dia mengenal tentang sujud, Wm merasa
bahwa ini yang dia cari. Sujud tidak dapat begitu saja dengan mudah
dipahami, tidak asal menghapal ucapan dan gerakan kemudian selesai
seperti di agama-agama yang dia anut. Selain itu latar belakang Wm
melakukan sujud juga dikarenakan latar belakang ekonomi yang
rendah, Wm merasa dengan melakukan sujud kehidupan ekonominya
bisa meningkat.
Kita ya sujud itu memang membutuhkan suatu perjuangan, perjuangan untuk sujud itu tidak semudah seperti orang-orang lain di dalam ajaran yang lain seperti yang pernah saya lakukan seperti Islam ya, dulu kan saya juga sholat ya. Itu tidak seperti ini, kan asal hapal, diucapkan bergerak seperti itu selesai (227-233). kehidupan bisa meningkat (276).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Wm merasa bahwa sensasi fisik dari setiap orang sifatnya
rahasia dan hanya bisa dipahami oleh individu- individu itu sendiri.
Ketika sujud Wm merasakan adanya suatu gelombang-gelombang
yang berjalan tanpa menceritakan dan menjelaskan secara lebih
mendetail mengenai gelombang-gelombang itu. Ketika mulai
melakukan sujud, meskipun dalam keadaan gelap, Wm melihat suatu
cahaya yang menutupi semua yang ada di depan nya. Selain itu Wm
juga merasakan adanya tekanan yang berat sekali yang memaksanya
untuk memejamkan matanya, dan Wm merasa tidak mampu untuk
membuka matanya bahkan untuk membuka sedikitpun Wm merasa
tidak mampu. Wm juga merasa mendengar sesuatu yang berkata
kepadanya dan Wm berusaha untuk menirukannya dengan
mengucapkannya.
itu seperti gelombang-gelombang rasa yang berjalan (78-79). walaupun mata kita memandang melek begini ya karena awalnya kan juga melek ya tapi apapun yang ada di depan kita ga kelihatan yang kelihatan cuma cahaya, walaupun dalam keadaan gelap akan timbul cahaya (154-158) Kalau mata sudah menutup dengan sendirinya, mata dibuka pun kita tidak mampu membuka gini tuh kita tidak mampu. Ya rasanya berat sekali, menutup akhirnya nanti kita merasakan lagi ada yang asma 3 itupun juga, kita mendengarkan dan menirukan jadi disana ada yang mengatakan. Kita dengar, kita disini didalam hati jasmani menirukan apa yang diucap itu tadi (250-257).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Dengan melakukan sujud, Wm merasakan suatu kebahagiaan
dan keindahan bila sujud yang dilakukannya dapat ia hayati dengan
baik dan berhasil.
Itu kalau betul-betul bisa seperti itu setiap hari hebat, indah, kebahagiaan yang didapat (257-259).
Ketika sujud, Wm melihat suatu cahaya yang berasal dari
Tuhan sebagai tanda bahwa Wm masih diberikan suatu kehidupan
karena ketika cahaya itu tidak ada lagi maka begitupun juga kehidupan
manusia. Wm menekankan bahwa sesungguhnya Tuhan itu ada di
dalam hati kita, kita tidak perlu bersusah-susah mencari Nya. Yang
kita butuhkan hanyalah keinginan dan niat kita untuk bersatu dengan
Tuhan melalui doa.
walaupun dalam keadaan gelap akan timbul cahaya. Sinar itu muncul darimana? Dari sana yang memancarkan, semua manusia yang masih hidup di dunia ini dipancari oleh sinar Allah. Kalau tidak mendapatkan sinar Allah ya... kita tidak hidup lagi... karena rohani manusia adalah bagian dari sinar Allah sendiri, jadi dimana Tuhan itu? Ada di dalam kita, ga usah mencari kemana-mana. Gitu to? Kalau kita sudah berdoa gini dimana? Ya di dalam hati kita kan? Tidak dimana-mana kan Tuhan itu, buat apa kita jauh-jauh? Kita diam..seperti sujud itu juga, mampu ga jiwa saya menyatu dengan Yang Maha Kuasa (157-169).
Ada banyak manfaat yang dirasakan Wm dari sujud. Sujud oleh
Wm dianggap mampu untuk mengurangi hawa-hawa napsu yang ada
di dirinya dan Wm menjadi lebih mampu untuk mengendalikan dirinya
dan sifat-sifat dengki dan amarah yang ada di dirinya. Dengan sering
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
melakukan sujud, Wm percaya hal itu akan membawa kedamaian,
kebahagiaan dan ketentraman dalam pribadinya. Selain itu sujud juga
dipercaya oleh Wm dapat meningkatkan taraf hidupnya, Wm banyak
bercerita bagaimana sekarang dia sudah memiliki rumah sendiri
sebagai buah dari sujud. Sujud dianggap mampu untuk mengabulkan
semua keinginan dan cita-cita dari Wm dan kadang itu terjadi tanpa dia
sadari bagaimana hal itu bisa terjadi.
Setelah sujud, kita melaksanakan sujud ini, kita mengolah rasa akhirnya dengan hawa napsu-napsu itu bisa berkurang dari sedikit (7-10). dengan orang lain tidak punya rasa dengki, atau ingin marah walaupun kita diterpa oleh perkataan-perkataan yang ga pas dengan rasa kita, kita bisa mengendalikan diri, itu hasil dari sujud (13-16). Jadi semakin lama kita semakin sujud dan kita mau tekun dengan sujud, kita akan membuahkan rasa damai, bahagia dan ketentraman dalam pribadi...gitu (16-19). Kehidupan sehari-hari juga ada perubahan. Perubahannya banyak mas misalnya dulu kita ga punya rumah dengan sujud begini kita dapat bangun rumah, kehidupan bisa meningkat (273-276) Apa yang saya inginkan, apa yang saya cita-citakan terlaksana dengan kita tidak tau (317-318).
Semua pengalaman Wm membawa pengaruh ke kehidupannya
sehari-hari. Wm menjadi lebih pasrah menerima apapun yang
diperuntukkan baginya karena bila ada sesuatu musibah yang
menimpanya, dia percaya bahwa Tuhan akan memberikan yang lebih
baik lagi baginya. Di dalam berperilaku khususnya dalam mengucap,
Wm menjadi lebih hati-hati karena ada ketakutan dari dia bila nantinya
apa yang dia ucapkan terpengaruh oleh emosinya dan hal itu benar-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
benar terjadi maka hal itu akan mengakibatkan efek yang buruk bagi
dirinya maupun orang lain. Wm selalu mengintrospeksi dirinya, dan
melihat kembali kesalahan-kesalahan apa yang telah dia perbuat dan
memohonkan ampun kepada Tuhan atas kesalahan-kesalahan yang
telah dia perbuat.
Ini sudah kehendak Tuhan, kita monggo, saya serahkan asal nantinya jadinya lebih baik lagi dari yang sekarang (311-313). Ini dalam ajaran Sapta Darma, maka kalo orang-orang dalam Sapta Darma jangan sekali-kali, belajarlah berkata baik dan benar. Karena apa? Apa yang dikatakan nanti bisa terjadi sungguhan, itu yang kasihan (385-389). kalo kita merasa sakit kita harus introspeksi, menelurusi kesalahan-kesalahan yang pernah kita buat kita mohonkan ampun, kalo ngga suatu saat kita akan melihat kesalahan saya (403-407)
Wm juga menceritakan bagaimana pengalamannya di dalam
relasinya dengan Tuhan nya. Ketika Wm akan membangun rumah tapi
dana yang dimilikinya sangat terbatas, dengan percaya dan yakin
kepada Tuhan bahwa Dia akan membantunya, rumah itupun jadi. Hal
ini menjadi pertanyaan dari sejumlah orang dan bagi diri Wm sendiri,
bagaimana hal itu terjadi karena bila dilakukan kalkulasi, dana yang
dimiliki oleh Wm tidak mungkin dapat menyelesaikan rumah itu tanpa
bantuan dana dari luar. Oleh Wm, Tuhan dianggap sebagai suatu
kekuatan yang selalu memberikan jalan yang kadang tidak dapat dia
pahami bagaimana hal itu dapat terjadi, karena hal itu merupakan
sesuatu yang mustahil bagi dirinya dan orang lain. Wm merasa bila
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Tuhan sudah berkehendak, maka tidak ada yang mustahil bagi Nya.
Wm merasa heran, kadang dia sering mengucapkan kata-kata yang dia
sendiri tidak tahu kenapa subyek mengatakan itu, Wm menganggap itu
sebagai petunjuk dari Nya akan sesuatu hal yang nantinya dapat
digunakan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi kemudian.
Saya bangun rumah ga punya duit. Uang 30 juta, material yang ada cuma kusen pintu sama jendela jangan daun pintu sama jendela. Padahal saya tanya sama yang mborong tenaga, rumah saya karena terlalu gede ya. Itu biaya tukangnya saja sudah 28 juta itu belum finishing, baru buat pondasi sampai batu bata naik masang itu kusen-kusen sama sampai gendeng, itu belum semuanya ya. Itu sudah 28 juta, uang tingal 2 juta. Apa mungkin itu terjadi kalau itu bukan kehendak Tuhan? Dengan saya yakin seyakin-yakinnya, Tuhan akan memberikan saya rumah, jadi...(281-293). karena saya yakin kalo kita dekat dengan Tuhan, maka kita akan dibimbing, diberi petunjuk walaupun kadang-kadang kita itu sok-sok ga mudeng ya, sampai-sampai saya kok gak mudeng apa yang saya katakan itu seolah-olah keluar dari mulut karena saya (365-370).
Sujud oleh Wm dimaknai sebagai suatu perjuangan yang harus
dilakukan oleh setiap orang untuk memohonkan pengampunan dari
Nya atas semua kesalahan-kesalahan yang pernah subyek perbuat.
Selain itu sujud juga dianggap sebagai suatu syarat untuk mencapai
kebahagiaan dalam hidup.
itu artinya kita dapat bahagia di dunia ini dan bahagia nanti di alam langgeng sana untuk mencapai itu maka kita dengan sujud tekun (22-25). Kita ya sujud itu memang membutuhkan suatu perjuangan (227-228).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
2. Kategori Hasil Penelitian
No Kategori Subyek I
Subyek II
Subyek III
1 2 3 4
5
Latar belakang melakukan sujud a. Merasa cocok b. Ada perasaan misteri sekaligus
rasa ingin tahu c. Menghindari karma d. Krisis ekonomi e. Dianggap sebagai suatu
perjuangan
Sensasi fisik yang dirasakan ketika sujud
a. Ada getaran yang berjalan b. Mata akan tertutup dengan
sendirinya c. Lidah terasa seperti disetrum d. Tubuh membungkuk dengan
sendirinya e. Melihat cahaya f. Mendengar dari sesuatu yang
tak tampak
Sensasi psikologis yang dirasakan ketika sujud
a. Merasa tenang b. Merasa tidak ada beban c. Damai d. Tenteram e. Ayem f. Indah g. Bahagia
Pengalaman akan Tuhan ketika sujud a. Pertemuan dengan Tuhan b. Bersatu dengan Tuhan c. Melihat atau mendapatkan
cahaya dari Tuhan d. Tuhan dilihat sebagai cahaya e. Tuhan sebagai Sang Pemberi f. Tuhan ada di dalam hati
manusia
Manfaat yang dirasakan melalui sujud
v v
v v v v v
v v
v v v
v v v v v v
v v v
v v
v v v v
v v
v v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
6 7
a. Napsu dapat terkendali b. Pembenahan pribadi c. Kesehatan tubuh serta alat-
alatnya d. Menghilangkan getaran-getaran
yang kurang baik e. Bisa membantu menemukan
apa yang selama ini ingin dicari f. Mampu mengendalikan rasa
dengki dan amarah g. Mampu memberikan perasaan
kedamaian, kebahagiaan dan ketentraman
h. Meningkatkan kehidupan ekonomi
Pengaruh ke dalam kehidupan sehari-hari
a. Merasa lebih tenang b. Selalu berusaha cukup di dalam
kekurangan c. Mampu mengendalikan godaan
yang datang d. Merasa damai e. Adanya suatu ketakutan akan
suatu akibat yang ditimbulkan melalui kesalahan yang akan dibuat
f. Adanya ketergantungan kepada Tuhan
g. Lebih menjaga perkataan h. Melakukan instropeksi diri
Pengalaman di dalam relasi mereka dengan Tuhan nya
a. Tuhan sebagai pemberi kesembuhan
b. Adanya perintah dari yang tak tampak
c. Tuhan dianggap sebagai yang mengatasi semua bencana dan permasalahan hidup
d. Tuhan sebagai pemberi mukjizat
v v v v
v v v v v
v
v v v v
v v
v v
v v v
v
v v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
8
Makna sujud a. Sebagai suatu kewajiban b. Pegangan c. Syarat untuk mencapai
kebahagiaan d. Sebagai suatu perjuangan
v
v
v v
G. Pembahasan
1. Pembahasan Tiap Kategori
a. Latar Belakang Subyek Melakukan Sujud
Kategori ini menjelaskan bagaimana latar belakang para subyek
berkeinginan untuk melakukan sujud. 2 dari 3 subyek mengatakan
bahwa mereka melakukan sujud dikarenakan latar belakang ekonomi
mereka yang jauh dari cukup. Mereka menganggap bahwa dengan
melakukan sujud mereka akan mendapat kehidupan yang sejahtera
baik itu di kehidupan sekarang ataupun di kehidupan akherat nantinya.
Dari situ tampak bagaimana sujud dipandang oleh para subyek sebagai
suatu ritual yang mampu menyelesaikan permasalahan yang mendasar
di kehidupannya, konsep ini sesuai seperti yang sudah dikonsepkan
sebelumnya oleh Malinowski dan Eliade ( dalam Diaz & Sawatzky,
1995) yang menganggap bahwa ritual merupakan aturan dari suatu
budaya yang mendasari semua kehidupan manusia, sehingga dengan
melakukan ritual, manusia akan mampu menyelesaikan semua
permasalahan yang mendasar di hidupnya.
Selain itu ada juga subyek yang melakukan sujud dikarenakan
adanya suatu perasaan cocok ketika mendapatkan cerita dari temannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
yang baru melakukan sujud sehari semalam yang membuatnya
otomatis ingin disujudkan tanpa alasan yang jelas. Hal ini
menunjukkan adanya suatu rasa misteri dan rasa ingin tahu yang
menjadi satu dari subyek yang menggerakannya untuk disujudkan,
oleh subyek sujud dianggap sebagai yang mampu memfasilitasi
kehadiran Tuhan. Rasa misteri dan ingin tahu yang menjadi satu ini
bisa dikatakan sesuai dengan apa yang sudah dijelaskan sebelumnya
oleh Otto ketika manusia bersentuhan dengan “Wholly Other”,
perasaan ini dapat muncul ketika manusia bersentuhan dengan Yang
Suci yang dikenal sebagai The Numinous yang merupakan suatu
misteri yang mencakup perasaan tremendum sekaligus fascinosum
(1959).
Latar belakang lain yang membuat salah satu subyek
melakukan sujud adalah dikarenakan adanya suatu daya tarik yang
mampu mengatasi ketakutan-ketakutannya terhadap karma yang
nantinya bisa menimpa dirinya atau keluarganya akibat kesalahan-
kesalahan yang pernah dia perbuat semasa hidupnya. Ada juga subyek
yang mengatakan latar belakang kenapa dia melakukan sujud
dikarenakan selama ini dia tidak dapat menemukan “rasa” yang ingin
dicarinya dari agama-agama yang telah dia pelajari sebelumnya namun
justru dia temukan dengan melakukan sujud.
b. Sensasi Fisik Yang Dirasakan Subyek Ketika Sujud
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Kategori ini mencoba menceritakan apa saja sensasi fisik yang
dirasakan oleh sebagian dari subyek atau semua subyek ketika mereka
melakukan sujud. Ada getaran-getaran atau gelombang-gelombang
yang berjalan yang berjalan dari silit kodok menuju ke ubun-ubun
melalui sumsum tulang bekalang. Ketika sampai di ubun-ubun akan
terasa suatu tekanan yang berat yang akan menutup kedua mata
subyek. Getaran itu akan berjalan sampai ke lidah dan akan
memunculkan sensasi setrum di lidah, setelah itu baru tubuh akan
membungkuk dengan sendirinya. Ada juga subyek yang menceritakan
bahwa subyek seperti mendengar suara yang kemudian berusaha dia
tirukan. Semua sensasi yang dimunculkan melalui sujud mungkin akan
dirasakan berbeda-beda bagi setiap subyek meskipun ada juga
persamaan-persamaan yang mereka rasakan.
Perbedaan ini bisa muncul tergantung dari bagaimana para
pelaku sujud mau untuk meneliti semua sensasi yang mereka rasakan.
Sujud sebagai salah satu contoh dari ritual religius, merangsang para
pelakunya untuk melatih kepekaan indra- indra yang dimilikinya,
karena memang ritual-ritual religius atau latihan-latihan religius
didesain untuk merangsang indra-indra dalam tubuh khususnya mata,
telinga, hidung, lidah dan organ-organ pengindraan lainnya (Wuff,
1997), sehingga salah satu penekanan sujud ada pada penelitian
terhadap semua sensasi yang dirasakan oleh tubuh.
c. Sensasi Psikologis Yang Dirasakan Subyek Ketika Sujud
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Kategori ini mencoba untuk menggambarkan semua perasaan
yang dimunculkan ketika sujud. Para subyek menggunakan ungkapan
kata-kata yang berbeda-beda dalam mengungkapkan perasaan mereka
ketika melakukan sujud. Ketika melakukan sujud, para subyek
merasakan suatu ketenangan, tidak ada beban, damai, tenteram, ayem,
indah dan bahagia. Perasaan-perasaan yang dimunculkan oleh sujud
sesungguhnya juga tidak dapat terlepas dari bagaimana para pelaku
sujud merasakan sensasi fisik ketika melakukan sujud karena semua
pengindraan baik itu sensasi fisik dan perasaan dimunculkan atau
diproduksi melalui reaksi-reaksi dari organ-organ yang sama dalam
tubuh manusia. Hasil dari pengindraan inilah yang nantinya dapat
memunculkan pengalaman-pengalaman religius dari subyek. Tidak
mungkin ditemukan adanya pengalaman religius yang tidak
berhubungan dengan penginderaan karena sensasi dan perasaan-
perasaan diproduksi oleh organ-organ internal dalam tubuh dan oleh
reaksi-reaksi dalam tubuh (Wuff, 1997).
d. Pengalaman Akan Tuhan Ketika Sujud
Ketika melakukan sujud, para pelaku merasakan bagaimana
mereka dapat berkomunikasi dengan Tuhan nya, sebagai bukti bahwa
mereka telah terhubung dengan Tuhan nya mereka mengatakan bahwa
mereka telah melihat suatu cahaya Allah. Ada 2 perbedaan bagaimana
para pelaku memandang cahaya itu, salah satu subyek mengatakan
bahwa cahaya itu adalah wujud dari Allah itu sendiri sehingga ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
mengalami Tuhan secara langsung, namun subyek yang lain
mengatakan bahwa cahaya itu merupakan pemberian Tuhan sebagai
hadiah dan sebagai tanda bahwa mereka masih diberi kehidupan oleh
Nya karena bila cahaya itu sudah tidak ada maka itu sama saja dengan
kematian. Ada penekanan pada hening untuk dapat bersatu dengan
Tuhan karena sesungguhnya Tuhan itu ada di dalam hati manusia,
penyatuan inilah yang nantinya dikenal sebagai Manunggaling Kawulo
Gusti yaitu istilah yang digunakan untuk menggambarkan penyatuan
atau peleburan manusia sebagai “kawula” dan Tuhan sebagai “Gusti” .
Ada ambivalensi yang dimunculkan ketika para pelaku sujud
memandang Tuhan mereka, disatu sisi Tuhan dipandang sebagai Dzat
yang Transenden namun disatu sisi Tuhan juga dipandang sebagai
Dzat yang Immanent. Tuhan dipandang sebagai Dzat yang transenden
ketika Tuhan dianggap sebagai Dzat yang mutlak yang tidak bisa
digambarkan, berbeda dengan bila dipandang sebagai Dzat yang
Immanen yang berpikir bahwa sesungguhnya Tuhan ada di alam ini
dan menjadi bagian dari alam ini. Hal ini juga ditegaskan oleh Sofwan,
bagaimana ambivalensi yang dimunculkan ketika kebatinan
memandang Tuhan mereka, Tuhan dipandang sebagai yang
Transenden dan sebagai yang Immanen (1999).
e. Manfaat Yang Dirasakan Melalui Sujud
Ada banyak manfaat yang didapat oleh para subyek melalui
sujud. Oleh para subyek, sujud dianggap mampu untuk mengendalikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
napsu-napsu yang mereka miliki, juga rasa dengki dan amarah mereka.
Sujud juga bermanfaat untuk menyehatkan tubuh serta alat-alatnya dan
menghilangkan getaran-getaran yang kurang baik yang menempel di
tubuh. Secara psikologis pun, sujud dirasa dapat memberikan perasaan
damai, kebahagiaan dan ketentraman dan dapat berguna sebagai
pembenahan pribadi. Selain itu sujud juga dianggap mampu untuk
menemukan apa yang selama ini dicari oleh subyek termasuk juga
peningkatan kehidupan ekonomi dari subyek.
f. Pengaruh Ke Dalam Kehidupan Sehari-hari
Dari manfaat yang mereka rasakan, hal itu akan berpengaruh ke
dalam kehidupan mereka. Sujud yang dianggap mampu untuk
mengendalikan napsu-napsu yang mereka miliki, membuat mereka
mampu untuk mengendalikan godaan-godaan yang datang, mencoba
merasa cukup di dalam segala kekurangannya dan selalu berusaha
menjaga setiap perkataannya. Tidak menutup kemungkinan
kemampuan pengendalian diri ini juga dikarenakan adanya ketakutan
dari subyek akan akibat dari kesalahan yang akan dia perbuat nantinya
yang akan menyebabkan dirinya atau keluarganya akan mendapat
karma yang buruk sebagai akibat dari perbuatannya. Kadang para
subyek pun tidak mengetahui kesalahan-kesalahan yang pernah dia
perbuat. Ketika musibah datang, mereka akan berusaha untuk
memohonkan ampun kepada Tuhan dan mengintrospeksi dirinya
sendiri, melihat kesalahan-kesalahan apa yang telah mereka perbuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
dan bila mereka telah menemukannya mereka akan memohonkan
pengampunan atas kesalahannya kepada Tuhan nya.
Sikap pasrah para subyek dengan mengembalikan semua
permasalahan kepada Tuhan, menunjukkan adanya suatu
ketergantungan kepada Tuhan sehingga mereka selalu memasrahkan
semua permasalahannya kepada Tuhan, karena mereka percaya bila
Tuhan sudah berkehendak maka itu lah yang akan terjadi, mereka
kadang merasa adanya suatu perintah dari yang tak tampak yang
kadang mereka juga tidak tahu kenapa mereka mengikuti perintah itu.
g. Pengalaman di dalam relasi mereka dengan Tuhan nya
Kategori ini mencoba menggambarkan bagaimana pengalaman
para subyek ketika mereka menjalin suatu hubungan dengan Tuhan
nya, nantinya pengalaman ini akan membentuk konsep mereka tentang
Tuhan nya. Dari pengalaman-pengalaman para subyek Tuhan dianggap
sebagai suatu kuasa yang mampu memberikan penyembuhan dan
pemberi mukjizat. Ada suatu daya tarik dari Nya yang mampu
mengatasi semua ketakutan di dalam hidup para subyek baik itu
bencana maupun semua permasalahan hidup subyek. 2 dari 3 subyek
menceritakan mendapat suatu perintah dari yang tak tampak yang
mereka anggap itu sebagai tuntunan atau petunjuk dari Tuhan, kadang
mereka sendiripun tidak tahu darimana dan mengapa mereka
mengikuti perintah itu.
h. Makna Sujud
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Dari pengalaman-pengalaman yang didapat para subyek ketika
mereka melakukan sujud, hal itu nantinya akan memunculkan
penilaian mereka tentang sujud, bagaimana mereka memandang dan
memaknai sujud. Subyek memaknai sujud sebagai suatu kewajiban,
dengan mengingat bahwa manusia itu berasal dari Tuhan dan manusia
harus wajib untuk sujud dan memohon ampun kepada penciptanya.
Sujud juga dimaknai sebagai suatu pegangan hidup dimana nantinya
akan selalu digunakan ketika subyek harus menyelesaikan semua
permasalahan yang mendasar di hidupnya sebagai syarat untuk
mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akherat nantinya. Selain itu
sujud juga dimaknai sebagai suatu perjuangan, karena untuk
mendapatkan apa yang bisa difasilitasi oleh sujud bukanlah sesuatu
yang mudah.
2. Pembahasan Umum Tentang Sujud dan Pengalaman Akan Tuhan
Sujud sebagai salah satu contoh dari ritual mampu untuk
memunculkan suatu pengendalian diri dari para pelakunya. Hal ini bisa
dikatakan bahwa salah satu tujuan dari ritual sujud ini adalah terbentuknya
sikap untuk mampu mengendalikan diri atas semua napsu-napsu yang ada
di diri manusia.
Pengendalian diri yang muncul melalui ritual sujud maupun
pengalaman akan Tuhan, ada kemungkinan bahwa itu merupakan bagian
dari proses dan sekaligus hasil dari proses. Dengan melihat pengertian dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
kebatinan secara umum, sebagai suatu usaha manusia untuk terus menerus
mengolah batinnya untuk mencapai kesempurnaan hidup maka timbul
suatu pengertian bahwa pengendalian diri yang dimunculkan baru suatu
proses manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup. Hidup manusia pun
selalu berproses dan tidak akan pernah statis. Jadi dapat dis impulkan
bahwa pengendalian diri yang muncul melalui ritual maupun pengalaman
akan Tuhan bisa dikatakan sebagai suatu efek namun juga dapat dikatakan
sebagai suatu proses.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Diaz dan
Sawatzky, mereka melakukan penelitian terhadap ritual penduduk asli
Amerika Utara. Ada penekanan bahwa dengan melakukan ritual para
pelakunya menjadi mampu untuk melalui semua transisi kehidupan
mereka, merasakan suatu rasa aman dan dukungan ketika mereka
menghadapi permasalan-permasalahan dalam hidupnya serta menemukan
kembali identitas sosial asli mereka sehingga memungkinkan terjadinya
suatu perpaduan yang harmonis di dalam kehidupan mereka (van Gennep;
McManus dalam Diaz & Sawatzky, 1995).
Untuk bisa mendapatkan apa yang mampu difasilitasi sujud
bukanlah sesuatu yang mudah, seperti apa yang dikatakan oleh salah satu
subyek, sujud membutuhkan suatu perjuangan. Sujud dapat dikatakan
berhasil dan dapat dikatakan gagal tergantung dari bagaimana kemampuan
subyek untuk melakukan hening, bersikap pasif atau pasrah baik jasmani
maupun rokhani dengan mengosongkan pikiran, menghilangkan semua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
angan atau gagasan-gagasan yang ada di pikiran, menghilangkan emosi-
emosi dan napsu-napsu yang akan mengganggu jalannya sujud. Ketika
terjadi suatu kegagalan melakukan hening maka tidak akan dirasakan suatu
sensasi yang diharapkan, karena yang akan terjadi nantinya justru hanya
asal bergerak dan asal mengucap seperti yang sudah dituliskan dalam
ajaran Sapta Darma dan ini juga akan berakibat pelaku tidak akan
mendapatkan manfaat yang bisa didapatkan melalui sujud dan juga tidak
akan mempengaruhi ke kehidupan sehari-harinya.
Jasmaninya diusahakan pasif, tidak hanya wujudnya jasmani ini saja tapi juga pikirannya juga pasif. Klo sudah bisa pasif semua pikiran, angan dan sebagainya itu yang dinamakan ening (SI, 72-75).
Pertama waktu kita mau sujud saja sudah harus mengosongkan pikiran padahal mengosongkan pikiran sulitnya bukan main, loh iya toh, sulitnya bukan main. Kalo sudah baru dapat ketenangan, kalo sudah tenang baru kita dapat merasakan sesuatu atau yang disebut tadi rasa yang meliputi seluruh tubuh, lah inilah yang menggerakkan kita untuk manembah pada Tuhan, menggerakkan jasmani kita karena itu juga berjalan ya bergerak akhirnya kita dapat mengucap dengan ucapan yang ada betul-betul dari rasa kita atau dari roh kita, kalo bisa, kalo bisa itu karena tidak setiap hari mampu kita karena terpengaruh oleh perbuatan kita sewaktu kita bekerja di kantor atau bekerja dimana saja itu kan ada getaran-getaran yang menerpa kita, lah itu pengaruhnya besar sekali (SIII, 38-53).
pada waktu sujud untuk menentramkan gagasan itu sulitnya bukan main ya akhirnya sujudnya ya itu tadi asal bungkuk asal ngucap sudah... lalu tidak menggunakan rasa karena rasa itu akan bergerak dan berjalan pada saat kita hening (SIII, 133-138).
Itu karena pengaruh yang kita lakukan siang tadi, kadang sujud pun ga berhasil (SIII, 126-127).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Sikap pengendalian diri para subyek dengan mengendalikan
godaan-godaan yang datang, menjaga perilaku dan seringnya melakukan
introspeksi diri yang menjadi pengaruh sujud di dalam kehidupan sehari-
hari memunculkan suatu pertanyaan baru dalam penelitian ini. Apakah
sikap pengendalian diri tersebut muncul dari sujud itu sendiri atau
pengalaman mereka akan Tuhan nya melalui sujud yang justru lebih
berperan dalam perubahan perilaku mereka?
Untuk menjawab pertanyaan ini, maka terlebih dulu akan dilihat
konsep Tuhan yang sudah terbentuk dari pengalaman masing-masing
subyek akan Tuhan nya melalui sujud. Nantinya akan tampak adakah
pengaruh pengalaman mereka akan Tuhan terhadap perilaku mereka
sehari-hari.
Oleh subyek I, Tuhan dipandang sebagai yang menciptakan
manusia, sehingga manusia harus sujud kepada Nya. Tuhan juga dianggap
sebagai pembimbing dan penuntun subyek di setiap kehidupannya. Ada
sikap tunduk yang harus dilakukan oleh subyek untuk membalas apa yang
telah diberikan oleh Nya kepadanya sehingga subyek memaknai sujud
sebagai suatu kewajiban yang harus dilakukan manusia untuk membalas
semua kebaikan yang telah diberikan oleh Nya.
Dari konsep yang sudah terbentuk, bisa saja ini mempengaruhi
bagaimana subyek akan berperilaku. Sikap subyek yang selalu
mengendalikan dirinya dan nerimo bisa muncul karena subyek merasa apa
yang telah diberikan oleh Tuhan sudah dirasa cukup olehnya dan untuk itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
subyek harus membayarnya dengan berbuat seperti apa yang diinginkan
oleh Nya.
Melalui sujud, subyek II mengkonsepsikan Tuhan sebagai suatu
daya tarik yang mampu mengatasi semua ketakutan-ketakutannya akan
karma yang dapat berakibat buruk baginya maupun keluarganya. Subyek
merasa bahwa selama melakukan sujud, Tuhan selalu memberikan apa
yang diinginkannya. Ada keterpesonaan yang muncul ketika subyek
bertemu dengan Tuhan nya. Dari situ ada kemungkinan bahwa subyek
akan menjaga semua perilakunya yang bertentangan dengan Tuhan nya.
Subyek merasakan ada suatu kekuatan yang menghalanginya melalui suatu
“bisikan” bila perbuatan yang akan dilakukannya dirasa salah. Ada kehati-
hatian subyek dalam berperilaku untuk terhindar dari kesalahan-kesalahan
yang nantinya dapat mengakibatkan karma buruk bagi dirinya dan
keluarganya.
Oleh subyek III, Tuhan dipandang sebagai suatu kekuatan yang
mampu mengatasi semua permasalahan hidup subyek, hal ini
memunculkan ketergantungan dari subyek akan Tuhan. Setiap ada
permasalahan yang sedang dihadapi, subyek selalu berusaha bersikap
pasrah karena ada keyakinan dari subyek bahwa Tuhan akan memberikan
sesuatu yang lebih baik lagi. Subyek selalu berhati-hati dalam berperilaku
maupun mengucap karena ada ketakutan dari subyek bila apa yang di
ucapkan bercampur dengan cahaya Allah dan diucapkan dengan emosi
maka bisa berakibat fatal bagi orang lain maupun dirinya dikemudian hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Subyek selalu mengintrospeksi dirinya untuk melihat kembali adakah
kesalahan-kesalahan yang tidak berkenan di hati Tuhan, karena nantinya
itu akan berakibat buruk bagi dirinya juga. Hal ini menunjukkan adanya
ketakutan dari subyek akan hukuman-hukuman dari Tuhan akan
kesalahan-kesalahannya, sehingga subyek di dalam berperilaku selalu
berusaha dilandaskan oleh keyakinan akan Tuhan nya.
Dari dinamika para subyek terlihat bagaimana sesungguhnya ada
peran yang besar dari pengalaman mereka akan Tuhan ketika melakukan
sujud terhadap perilaku mereka sehari-hari. Pengalaman mereka akan
Tuhan membentuk suatu konsep akan Tuhan dimana itu akan menjadi
landasan mereka untuk berperilaku. Tuhan dianggap sebagai sosok yang
mampu mengatasi semua ketakutan, sebagai sang pencipta, sebagai
sesuatu yang mempesona, sebagai yang mampu mengatasi semua
permasalahan di dunia, sebagai sang pembimbing dan sebagai sang
penghukum.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Diaz dan Sawatzky
(1995), penelitian yang mereka lakukan terhadap masyarakat asli Amerika
Utara menemukan bahwa dengan melakukan ritual, para pelaku menjadi
mampu untuk melewati semua transisi kehidupan mereka dan merasakan
suatu dukungan dan kenyamanan dari lingkungan asli mereka ketika
mereka kehilangan identitas sosial mereka di dalam masyarakat dan
memungkinkan munculnya suatu perpaduan yang harmonis di dalam
kehidupan mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Perbedaan ini bisa dimunculkan oleh beberapa faktor.
Pengendalian diri yang dihasilkan melalui ritual sujud ada dugaan muncul
dari bagaimana dosa selalu menjadi ancaman di dalam kehidupan kita
yang sering kita dengar dari orang tua maupun para pemuka-pemuka
agama. Apapun yang kita lakukan di dalam kehidupan kita, kita selalu
berusaha untuk menghindari dosa dan menghindari suatu dunia yang
dinamakan “neraka” oleh beberapa agama yang ada di Indonesia, terlepas
dari ada tidaknya neraka itu. Ketakutan yang muncul ini mungkin
melahirkan suatu sosok yang mampu untuk mengantarkan kita pada dunia
yang lebih baik yang lebih kita kenal sebagai Tuhan. Tuhan digambarkan
sebagai sosok yang mewakili semua kebaikan dan kebenaran di dunia.
Dengan mengikuti semua perilaku dan aturan-aturan yang dibuat Nya,
maka ada harapan dari para pelaku untuk terhindar dari kesalahan-
kesalahan yang memungkinkannnya menjadi semakin dekat dengan
neraka. Pencarian akan Tuhan juga hampir selalu menjadi pilihan akhir
ketika manusia mengalami suatu permasalahan-permasalahan hidup yang
tidak dapat mereka selesaikan. Ritual sujud dianggap oleh para pelakunya
mampu untuk menghubungkan mereka dengan Tuhan. Pengalaman
mereka akan Tuhan akan membentuk konsep mereka tentang Tuhan,
Tuhan yang digambarkan sebagai yang mewakili semua kebaikan dan
kebenaran di dunia akan berusaha dipahami oleh para pelaku dan dihayati
di dalam hidupnya, inilah yang nantinya akan memunculkan suatu
pengendalian diri di dalam kehidupan sehari-hari para pelaku sujud.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Berbeda dengan apa yang dipahami oleh para pelaku ritual
masyarakat asli Amerika utara, manusia datang di dunia sebagai mahluk
yang murni dari ciptaan Sang Pencipta. Mereka belum pernah sekalipun
mendengar cerita dari para sesepuh mereka bahwa manusia sudah berdosa
sejak lahir atau selalu saja membicarakan dosa di dalam kehidupan
mereka. Perbedaan pemikiran ini yang mungkin memunculkan bagaimana
cara berpikir yang berbeda antara masyarakat Indonesia dengan
masyarakat asli Amerika Utara. Selain itu para pelaku ritual dari
masyarakat asli Amerika Utara pun berangkat dari latar belakang
pergolakan dari keterasingan diri mereka di dalam masyarakat, karena
mereka merasa tidak memiliki identitas sosial asli mereka di dalam
masyarakat saat itu. Sampai akhirnya ritual yang mereka lakukan membuat
para pelaku menjadi lebih merasa diterima dan mereka akhirnya dapat
menemukan kembali identitas asli mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
ritual sujud yang menjadi ajaran di dalam Sapta Darma, mampu untuk
memfasilitasi hadirnya suatu pengalaman religius. Untuk mendapatkan apa
yang mampu difasilitasi oleh sujud dibutuhkan sikap hening baik itu jasmani
maupun rohani yang menekankan pada sikap pasif fisik dan pikiran, sehingga
ada kecenderungan bahwa para pelaku bisa gagal untuk mendapatkan apa
yang mampu difasilitasi oleh ritual sujud dikarenakan gagalnya menekan
semua gagasan dan emosi di pikiran mereka.
Perbedaan sensasi fisik yang dirasakan oleh para pelaku disebabkan
karena tingginya atau rendahnya kemauan dan kemampuan untuk berusaha
meneliti dan memahami apa yang dirasakan ketika melakukan sujud. Ketika
melakukan sujud, para pelaku sama-sama merasakan suatu kedamaian,
ketenangan dan perasaan terlepas dari semua beban.
Pertemuan para pelaku dengan Tuhan nya ketika melakukan sujud
memunculkan cara pandang yang berbeda. Suatu cahaya yang muncul ketika
melakukan sujud dapat dianggap sebagai wujud Tuhan itu sendiri (Tuhan
dipandang sebagai yang immanent) atau merupakan hadiah dari Tuhan sebagai
tanda bahwa mereka masih mendapat anugerah dari Nya (Tuhan dipandang
sebagai yang transenden). Konsep akan Tuhan juga dipengaruhi dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
bagaimana para pelaku melihat peran serta Tuhan di dalam kehidupan mereka
setelah melakukan ritual sujud.
Ritual sujud yang memfasilitasi pengalaman religius menghasilkan
suatu pengendalian diri. Pengendalian diri yang dimunculkan di dalam
kehidupan sehari-hari subyek dapat muncul dari proses mereka mengenal
Tuhan nya dan menghayati sifat-sifat Nya di dalam kehidupan mereka.
B. Keterbatasan Penelitian
Beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini yang
berjudul “Pengalaman Religius Para Penganut Sapta Darma Yang Difasilitasi
Oleh Ritual Sujud” ya itu:
1. Peneliti masih merasakan kurangnya kedekatan dengan subyek serta
komunitas Sapta Darma sehingga ada kecenderungan data yang diperoleh
dari subyek serta latar belakangnya kurang menyeluruh dan kurang dapat
mewakili keadaan yang sebenarnya dari subyek.
2. Jumlah subyek juga dirasa terlalu sedikit dan kurang dapat mewakili
semua penganut Sapta Darma sehingga penyimpulan dirasa kurang dapat
mewakili semua penganut Sapta Darma.
3. Peneliti merasa kurang menguasai ajaran-ajaran yang ada di dalam Sapta
Darma.
4. Peneliti masih merasa perlu untuk menambah referensi-referensi dari teori-
teori yang mendukung penelitian ini serta penelitian-penelitian lain yang
serupa dengan penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
C. Implikasi Untuk Psikologi
Penelitian ini memunculkan suatu pandangan yang berbeda di dalam
teknik psikoterapi, khususnya di dalam pengendalian diri. Psikoterapi secara
umum merupakan teknik yang secara psikologis berusaha untuk melihat dan
menyelesaikan abnormalitas seseorang dengan berdasarkan pada pemikiran-
pemikiran yang rasional serta prosedur yang jelas. Teknik yang diperoleh
dalam penelitian ini sedikit meninggalkan rasionalitas yang menjadi landasan
berpikir dalam psikoterapi. Tuhan yang oleh Otto dipandang sebagai
numinous yang merupakan suatu dunia atau dimensi yang mewakili semua
ketidak rasionalan dan juga memunculkan perasaan misteri baik itu yang
mempesona dan menakutkan secara bersamaan, dimunculkan dalam ritual
sujud. Hadirnya Tuhan mampu memunculkan pengendalian di dalam diri
subyek. Pengendalian diri ini terbentuk dari konsep Tuhan yang sudah
terbentuk melalui sujud.
Selain itu didalam psikoterapi subyek akan cenderung diposisikan
sebagai seseorang yang terganggu, berbeda dengan teknik ini yang membuat
subyek justru merasa “lebih” dikarenakan adanya pemikiran yang
memunculkan kepercayaan diri di dalam diri subyek bahwa dia mampu untuk
sendiri menyelesaikan permasalahan di dalam dirinya. Ada pemikiran yang
ditanamkan kepada para penganut Sapta Darma bahwa mereka tidak boleh
bergantung kepada orang lain dan mereka harus percaya kepada diri sendiri
bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan-
permasalahan hidupnya dan bahkan mereka mampu untuk membantu orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
lain (Pawenang, 1962). Penempatan posisi ini mungkin dapat dipertimbangkan
oleh psikoterapi untuk pengembangan teknik-teknik di dalam psikoterapi.
Dihilangkannya hubungan antara status psikoterapis dan klien yang terganggu
dengan dirubah menjadi manusia yang sama-sama merupakan mahluk yang
berakal budi dan mahluk hidup yang tertinggi statusnya dibandingkan dengan
mahluk hidup lain yang ada di bumi diharapkan dapat memunculkan perasaan
lebih dari klien untuk meningkatkan keyakinan bahwa sesunguhnya mereka
bukanlah orang yang terganggu tetapi itu hanyalah proses yang harus mereka
lewati dan mereka mampu untuk melewati semua itu.
Melalui sujud, para pelaku diajak untuk lebih aktif mengenal dan
memahami diri mereka sendiri dengan melakukan komunikasi intrapersonal
dengan diri mereka sendiri dan mencoba merasakan semua sensasi yang
dirasakan oleh tubuh dan mengembangkan semua indera yang mereka miliki.
Para pelaku sujud berusaha untuk melihat kembali reinforcement dan ganjaran
yang mereka dapatkan dari setiap perilakunya. Ada kebutuhan yang harus
diseimbangkan di dalam diri manusia menurut Sapta Darma yaitu kebutuhan
jasmani dan rohani. Pengenalan terhadap diri sendiri mungkin perlu
ditekankan di dalam teknik psikoterapi untuk lebih mempertanggung
jawabkan semua perilaku kepada dirinya sendiri dan bukan kepada pihak-
pihak di luar dirinya, nantinya hal ini diharapakan mampu untuk
memunculkan suatu pengendalian diri yang kuat dan sehat karena
pengendalian diri yang muncul datang dari dalam dan bukan pengendalian
dari pihak luar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
D. Saran
Dari penelitian ini diharapkan akan lebih banyak lagi para peneliti
yang tertarik untuk mempelajari ritual budaya di Indonesia dan manfaatnya
bagi kehidupan umat manusia. Penelitian ini juga diharapkan dikembangkan
dengan menambah jumlah subyek dengan pembatasan kriteria yang lebih
khusus agar faktor-faktor lain diluar penelitian dapat terkontrol. Bagi peneliti
selanjutnya diperlukan persiapan yang lebih matang sebelum melakukan
penelitian kualitatif studi deskriptif, terutama mempelajari dan
mempersiapkan keahlian dalam menjalankan proses penelitian sehingga dapat
meminimalkan kekurangan yang berkaitan dengan proses penelitian tersebut.
Perlunya membuat perbandingan dengan penelitian lain yang sejenis
memungkinkan munculnya perspektif-perspektif baru yang dapat memperkaya
hasil penelitian. Hasil yang akan didapat tentu akan menjadi jauh berbeda bila
kita membandingkan hasil penelitian kita dengan penelitian lain yang sejenis.
Oleh karena itu diharapkan peneliti-peneliti baru nantinya dapat
mempertimbangkan hal ini untuk memajukan ilmu psikologi khususnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsini (1996). Prosedur penelitian: Suatu Pendekatan Praktek . Yogyakarta: PT Rineka Cipta.
Crapps, W. Robert (1993). Dialog Psikologi dan Agama. Yogyakarta: Kanisius. Diaz, Sandra & Sawatzky (1995). Rediscovering Native Rituals: “Coming Home
To My Self”. The Journal of Transpersonal Psychology Vol. 27, No. 1. Dhavamony, Maria (1995). Fenomenologi Agama. Yogyakarta: Kanisius. Endraswara, Suwardi (2003). Mistik kejawen : sinkretisme, simbolisme dan
sufisme dalam budaya spiritual Jawa. Yogyakarta : Narasi. Geertz, Clifford (1963). Agricultural Involution: The Processes of Ecological
Change in Indonesia. Berkeley and Los Angeles: University of California Press.
Giri (2003). Makna Kebahagiaan Menurut Pengikut Aliran Kebatinan Sapta
Darma. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Habel, Norman, O'Donoghue, Michael and Maddox, Marion (1993). 'Religious
experience'. In: Myth, ritual and the sacred. Underdale: University of South Australia dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Religious_experience. (dikutip tanggal 2 Agustus 2007)
Hadiwijono, Harun (1999). Kebatinan dan Injil. Jakarta: Gunung Mulia. Hadiwijono, Harun (1967). Man in the Present Javanese Mysticism. Baarn: Bosch
en Keuning N. V. James, W. (1958). The Varieties of Religious Experience. United States of
America: The New American Library of World Literature, Inc. Kartapradja, Kamil. Prof. (1985). Aliran Kebatinan dan Kepercayaan. Jakarta:
Yayasan Masagung. Maria (2006). Realisasi Diri Penganut Kerokhanian Sapta Darma Menurut
Perspektif Carl Gustav Jung. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma. Mulder, Niels, Dr. (1983). Kebatinan dan Hidup Sehari-hari Orang Jawa.
(Terjemahan: Nugroho, Alois, A, Drs). Jakarta: Gramedia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Otto, Rudolf (1959). The Idea of the Holy. (tanslated by: John W. Harvey). Great Britain: Penguin Books.
Paloutzian, F. Raymond (1996). Invitation To The Psychology of Religion. USA:
Ally & Bacon. Pawenang, Sri. (1962). Wewarah Kerokhanian Sapta Darma. Yogyakarta:
Sekretariat Tuntunan Agung Unit Penerbitan Surokarsan. Pawenang, Sri. Dasa Warsa Kerokhanian Sapta Darma. Yogyakarta: Sekretariat
Tuntunan Agung Unit Penerbitan Surokarsan. Pawenang, Sri. Pedoman Penggalian Pribadi Manusia Secara Kerokhanian Sapta
Darma. Yogyakarta: Sekretariat Tuntunan Agung Unit Penerbitan Surokarsan.
Poerwandari, Kristi E. (1998). Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi.
Jakarta: LPSP3 Universitas Indonesia. Religious Experience dalam http://www.britannica.com/eb/article-
9109480/religious-experience. (dikutip tanggal 7 Agustus 2007) Ritual and Religious Experience: William James and the Study of Alternative
Spiritualities dalam Cross Currents, Fall 2003, Vol. 53, No 3. Ritual dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Ritual. (dikutip tanggal 2 Agustus 2007) Sofwan, Ridin Drs. H. (1999). Menguak Seluk Beluk Aliran Kebatinan. Semarang:
Aneka Ilmu. Soesilo (2004). Kejawen : philosofi & perilaku. Jakarta: Yayasan "Yusula". Syukur, Nico, Dr. (1988). Pengalaman dan Motivasi Beragama. Yogyakarta:
Kanisius. Swinburne, Richard (1991). The Existence of God. Oxford University Press,
pp254-271 dalam http://philosophyofreligion.info/religiousexperience.html. (dikutip tanggal 10 Agustus 2007)
Thomas, David, R. (2003). A General Inductive Approach for Qualitative Data
Analysis. New Zealand: University of Auckland. Wuff, M. David (1997). Psychology of Religion Classic & Contemporary. USA:
John Wiley & Sons, Inc.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Transkrip Verbatim Subyek I
Nama : Waridjan Setyoatmojo
Umur : 75 tahun
Waktu wawancara : Kamis, 6 September 2007
Bapak mulai melakukan sujud sejak kapan pak? Mulai sepuluh November lima puluh
enam sampai sekarang sudah berapa lama itu…mulai saya umur 25. Selama bapak
melakukan sujud, ada pengalaman apa saja pak? Kalo dari pengalaman yang bersifat
rohani, yang bersifat abstrak ga ada. Hanya dalam perasaan saya merasa cocok begitulah.
Begitu saya diberi cerita, diceritani tentang Sapta Darma. Itu yang menceritani itu juga
baru berpengalaman satu hari satu malam. Baru belajar sujud satu hari satu malam, lalu
bercerita pada saya. Saya kok otomatis minta dituntuni, minta disujudkan. Akhirnya
disujudkan saja dan waktu itu yang diceritakan pada saya hanya caranya sujud. Setelah
dituntuni belajar sujud, hanya diberi pesan supaya nanti dipraktekkan, dalam praktek ini
yang maksudnya disambil praktek sujud setiap hari juga dipesan supaya dibuktikan
dengan modal merasa mampu untuk memberikan pertolongan pada orang lain, terutama
orang sakit. Dari sedikit, perasaan saya menjadi tambah percaya dan bertambah yakin itu
karena hasil dari pengobatan itu. Yang pertama anak saya yang pada waktu itu berumur 3
bulan itu sakit perut kemudian saya hanya hening, mengheningkan cipta. Klo
memusatkan kan hanya hening saja, hanya diam, dalam hati menyatu dengan Tuhan
kemudian disabdakan, sabda waras. Hanya sabda waras itu sabdanya kemudian anak saya
menjadi sembuh. Demikian pula murid saya, saya kan seorang guru. Yang pertama kali
menjadi kejutan atau menambah keyakinan saya, murid saya bermain-main, jatuh
kemudian tak bernapas. Kemudian saya meminta anak-anak lain untuk meletakkannya di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
meja. Saya belum diberitahu tp kok saya ada perasaan jari-jari saya diisi, jari-jari tengah
saya ini saya pegangkan pada pusat kemudian saya luhurkan asma Allah, Allah Hyang
Maha Agung, Allah HyangRohkim, Allah Hyang Maha adil dan saya sabda waras, anak
itu seketika bangun trus lari- lari lagi. Itu yang membuat saya tambah yakin dan banyak
lagi. Beberapa hari kemudian ga sampai lama ada tetangga yang istilahnya apa itu ya,
kesurupan, kemasukan roh jahat. Sudah dipanggilkan yang namanya mbah Joremi yang
biasanya memberikan penyembuhan, itu ndak mampu. Akhirnya saya kok merasa
kasihan saya melihat merasa kasian, anak-anak masih disekolah itu, akhirnya timbul rasa
untuk memberi penyembuhan, pangusadan. Itu otomatis saya ini, ini ada seperti ada
setrumnya ini di driji dua ini, ini saya tunjukkan pada ketiaknya dua-duanya nah itu roh
yang ada di dalamnya itu lari, orangnya trus sadar. Nah setelah sadar, juga belum pernah
saya diberitahu sebelumnya oleh orang yang menuntuni saya itu klo sudah begitu ini tuh
diping (menunjukkan telapak tangan, perut, dahi)maksudnya menutup agar rohnya itu
tidak bisa kembali lagi. Itu yang menambah saya menjadi tambah yakin, tambah tekunlah
saya sujud. Jadi kemudian timbul pengertian bahwa sujud itu terutama disamping
merupakan kewajiban didalam hidup kita ini berasal dari Yang Maha Kuasa maka kita
harus sujud kapada Yang Maha Kuasa. Yang sujud itu hidup kita ini, jasmaninya hanya
ikut saja membungkuk tiga kali. Itu yang menyebabkan saya bertambah yakin dan
banyak lagi. Bukan hanya puluhan tp sudah ratusan. Tentang sujud itu setiap hari wajib
menurut petunjuk di buku yang sudah tertulis, satu hari satu malam 24 jam minimal satu
kali, itu yang benar tp lebih dari satu kali lebih baik. Tapi satu kali sudah dapat
melakukan sujud benar-benar itu sudah baik. Ketika bapak melakukan sujud, bisa
dijelasin apa yang bapak rasakan? Oh iya jadi pada waktu sujud, kita merasakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pertama-tama teori sujud kan duduk bersila (kemudian menunjukkan posisi sujud yang
benar). Setelah duduk di mori putih itu terus duduk bersila untuk bapak-bapak, duduk
bertimpuh untuk ibu. Lalu sedakep, klo sudah sedakep, jasmani sudah diatur kemudian
mulai rohani sekarang yang harus bekerja. Jasmaninya diusahakan pasif, tidak hanya
wujudnya jasmani ini saja tapi juga pikirannya juga pasif. Klo sudah bisa pasif semua
pikiran, angan dsb itu yang dinamakan ening. Dalam situasi ening itulah rasa istilah
lainnya rohani itu akan aktif melaksanakan sujud itu terasa, rasanya giming-giming gitu.
Pokoknya ada rasa yang berjalan mulai dari kaki. Dia akan naik ke atas, ini mata masih
terbuka. Nanti klo sudah dikepala nanti akan terasa berat. Nah setelah berat nanti
diperhatikan trus sampai menyatu di ubun-ubun ini. Setelah menyatu di ubun-ubun ini
barulah nanti akan turun ke bawah menutup mata sampai di mulut, ujung lidah nanti di
ujung lidah akan terasa yang istilah jawanya pating trecep, seperti ada setrum. Ini nanti
klo sudah ada setrum listrik itu, ini otomatis perhatian rohani trus merasa menghadap
kepada Yang Maha Kuasa kemudian meluhurkan asma Allah yang bunyinya Allah
Hyang Maha Agung, Allah Hyang Rokhim, Allah Hyang Maha Adil. Kemudian setelah
itu nanti ada rasa lagi turun ke bawah. Rasanya enak gitu, tenang, dalam perasaan tenang
sekali, pokoknya ga da beban apa-apa sampai rasa itu menyentuh disini (menunjukkan
titik di bawah pusar). Istilahnya dalam Sapta Darma sampai di bundelan tali roso do, klo
menurut Sapta Darma kan ada dua belas saudara antara lain yang namanya Sukmo
Kencono nanti klo sudah sampai disini maka kita tingkatkan ening kita, lebih pasif lagi,
angan-angan tidak boleh bekerja. Nanti akan ada rasa yang datang dari tulang ekor, dari
sana akan ada rasa yang naik lewat sumsum tulang belakang, naik ke atas sampai
menyatu diubun-ubun. Klo sudah sampai di ubun-ubun pada waktu ini badannya sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
membungkuk dengan sendirinya. Pada waktu disini ditahan sedikit (posisi membungkuk
kepala menempel di lantai) trus sampai di mori putih nah ini rasa yang dari sumsum
tulang belakang sudah sampai di ubun-ubun kemudian dirasakan lagi keujung lidah,
sampai di ujung lidah nanti kita seakan-akan menyatu lagi atau kontak dengan Yang
Maha Kuasa dengan mengucap sujud, ucapannya Hyang Maha Suci sujud Hyang Maha
Kuasa 3 kali diucapkan lalu kembali tegak. Mengapa Hyang Maha Suci yang mengucap
sujud? Karena yang sujud itu rasa kita, ya sinar atau nur kita yang berasal dari Hyang
Maha Kuasa itu yang berhak sujud. Jadi manusia itu yang bisa sujud hanya nur kita, jadi
klo sudah bisa rasa yang meliputi seluruh tubuh kita sudah tersaring klo sudah jadi nur,
nur itulah yang bisa sujud kepada Hyang Maha Kuasa. Jadi tidak cukup hanya ucapan,
jadi yang mengucap itu nur tadi istilahnya dalam batin jadi mengucap dalam batin.
Sesudah mengambil sujud ini dirasakan dari ubun-ubun turun ke bawah sampai ke muka
ini terasa. Dalam hati pembersihan untuk mengendalikan napsu, musuh kita yang tersisa,
napsu dalam pribadi kita yang dikendalikan supaya kita bisa berbuat baik. Sampai ke
bawah. Juga berfungsi untuk pembenahan pribadi klo ada alat yang kurang bagus bisa
menjadi bagus, alat yang kurang sehat bisa menjadi sehat. Oleh karena itu kalo benar-
benar sujudnya pada Yang Maha Kuasa dan selalu mengurangi kesalahan, ingat pada
kesalahan nanti akan dapat berbuat baiklah. Itu bungkukan yang pertama, terus dirasakan
terus sampai ke do lagi. Kemudian dirasakan lagi dari silit kodok, begitupun untuk
bungkukan kedua caranya sama. Nah setelah sampai di mori lalu paling tidak ingat,
syukur tahu. Jadi klo diketahui kesalahan apa saja yang pernah diperbuat sejak umur 5
tahun. Menurut Sapta Darma orang itu sudah memiliki kesalahan atau dapat dikatakan
salah klo sudah berumur 5 tahun. Nah sejak umur 5 tahun itu nanti akan kelihatan paling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tidak ingat kesalahan yang pernah dibuat. Setelah ingat kesalahan yang pernah dibuat,
kemudian ini terus dirasakan terus nurnya agar dapat terus berhubungan dengan Yang
Maka Kuasa lalu dalam batin mengucap kesalahan Hyang Maha Suci nyuwun pangapura
Hyang Maha Kuasa dalam bahasa Jawa. Di Indonesiakan juga boleh Kesalahan Hyang
Maha Suci mohon ampun Hyang Maha Kuasa boleh 3 kali juga. Sesudah itu kembali
tegak, sama dirasakan turunnya seperti tadi. Prinsipnya habis sujud kembali tegak ini
harus dirasakan sebab itu ketika kita kontak dengan Hyang Maha Kuasa, itu kita
mendapat sinar dari Hyang Maha Kuasa, sinar baru, nah inilah santapan rohani menurut
Sapta Darma. Santapan rohani menurut Sapta Darma itu setipa habis sujud dirasakan.
Disamping untuk memelihara kesehatan, untuk memperbaiki napsu-napsu yang kurang
baik itu juga fungsinya. Kemudian dirasakan lagi ketiga kalinya dari silit kodok sampai
naik lagi ke ubun-ubun kemudian dahi dan ujung hidung ini menyentuh mori putih
kemudian ingat kepada kesalahan tadi. Lalu dengan mengucap Hyang Maha Suci
mertobat Hyang Maha Kuasa. Jadi dengan ingat kesalahan tadi lalu mengucap Hyang
Maha Suci mertobat Hyang Maha Kuasa 3 kali. Mengapa Hyang Maha Suci kok
mertobat? Sebetulnya Hyang Maha Suci itu tugasnya mengendalikan saudara yang ada
dalam pribadi, napsu yang ada dalam pribadi ini . klo Hyang Maha Suci tidak bisa
menguasai, tidak bisa masesa kepada napsu-napsu itu berarti salah Hyang Maha Suci,
sebab yang bisa sujud itu Hyang Maha Suci. Jadi saudara yang lain hanya berbuat salah
karena ingin menguasai pribadi manusia sebetulnya napsu-napsu itu. Klo orang dikuasai
napsu-napsunya yang berlebihan lalu menjadi orang yang angkara murka seperti
Dasamuka. Demikian teorinya sujud setelah dirasakan sampai lerem, sampai tenteram,
sampai tenang dan dirasakan betul-betul ada perbedaannya sebelum sujud dan setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sujud itu ada perbedaannya. Bisa dijelaskan perbedaannya? Perbedaannya ya itu
sebelum sujud mungkin masih membawa getaran-getaran yang tidak baik itu rasanya
berat di badan tapi setelah sujud nanti tidak, enteng, lego. Itu perbedaannya. Nah manfaat
sujud banyak sekali klo manfaat sujud. Yang pertama kali tadi memenuhi kewajiban,
hidup wajib sujud kepada yang memberi hidup kemudian untuk kepentingan pribadi
sujud bisa mendatangkan kesehatan. Dibuktikan sebelum sujud dan sesudah sujud
rasanya lebih enak, lebih segar daripada sebelum sujud. Itu untuk pribadi. Yang lainnya
tadi untuk mengendalikan napsu, untuk memperbaiki napsu. Nah klo merasakan disini
tadi istilahnya dalam Sapta Darma, istilahnya membangun sanggar candi sapta rengga.
Ini lambang daripada sanggar candi sapta rengga. Kenapa disebut sanggar candi sapta
rengga? Karena bagian tubuh manusia yang paling atas ini lah yang disebut sebagai
manusia. Ini mukanya yang dihiasi atau direngga dengan alat, lubang banyaknya tujuh,
mata dua, telinga dua, lubang hidung dua, tutuk satu. Orang itu enak dan tidak enak, bejo
dan ciloko itu tergantung pada ini, sapta rengga ini. Klo ini berkata yang tidak baik
mungkin akan ditempeleng orang, lah klo ini mencium yang bukan haknya akan
ditempeleng orang. Demikian pula klo ini mendengar suara orang lalu amarah kemudian
timbul cekcok kan juga mendatangkan yang tidak enak. Matapun demik ian itu pula.
Lebih- lebih kalau sudah berkeluarga itu harus bisa mengendalikan, harus bisa
mengendalikan rumah tangganya supaya tetap utuh bersatu. Klo di jalan bertemu orang
yang cantik jangan sampai lupa dengan istrinya, salah satu contoh itu. Ini yang penting,
klo kita bisa mengendalikan mata, telinga, hidung dan tutuk dengan baik akan selamat.
Syukur klo bisa melaksanakan ini sampai dengan titik darah penghabisan, artinya sudah
waktunya dipanggil oleh Yang Maha Kuasa, itu menurut Sapta Darma. Kalau sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
seperti istilahnya kesalahan-kesalan yang sudah habis dimohonkan ampun, bersih jadi
langsung tidak usah ke neroko tapi langsung suarga menurut Sapta Darma. Dari
pengalaman-pengalaman bapak yang telah anda dapatkan ini, adakah pengaruhnya
ke kehidupan sehari-hari? Yang jelas saya merasa tenang dan saya sebelum ketemu
Sapta Darma saya juga merasa cukup, tidak pernah merasa kurang. Sebab itu saya terima,
teman-teman keluar sebagai guru, saya tetap menjadi guru. Meskipun pada waktu itu
gajinya mung sedikit saya rasa sudah cukup. Sampai dengan keluarga saya juga bahagia.
Istri satu dan memang sudah menjadi cita-cita saya sebelum ketemu Sapta Darma, saya
masih jejaka itu juga ingin kawin itu satu saja. Malah menjadi motivasi saya, Nabi Adam.
Yang Maha Kuasa menurunkan Nabi Adam hanya satu jodoh, ya satu itu saja jodoh dan
pada waktu itu saya minta kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, belum ketemu Sapta Darma
lo..saya mohon anak dua saja cukup. Jadi pemerintah belum menganjurkan Keluarga
Berencana, saya sudah mengeluarkan. Saya minta dua saja, satu laki satu perempuan.
Ketemu Sapta Darma saya kawin. Artinya kawin trus anak saya umur 38 ketemu Sapta
Darma. Nah ndilalah anak saya itu yang pertama sebelum ketemu Sapta Darma tapi saya
sudah mengerti tidak tahu lo ya, tapi mengerti bahwa anak saya nanti laki- laki sebab itu
masih umur 6 bulan dalam kandungan sudah saya beri nama. Tapi klo yang kedua saya
sudah melakukan sujud. Sudah sujud juga kemudian, 6 bulan dalam kandungan sudah
saya beri nama Sri, Sri Astuti dan namanya saya ketemukan dua, Sri Astuti dan Sri Ratna
Astuti. Akhirnya pada waktu lahir saya namakan Sri Astuti tapi setelah masuk kelas satu,
anaknya minta ditambahkan Ratna jadi Sri Ratna Astuti. Klo yang laki- laki
Wijayakusuma saya berikan nama itu. Dan anak saya dua itu sudah dewasa semua. Yang
satu sudah berumur 51 tahun, yang nomer dua 49 tahun. Pokoknya saya merasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
syukurlah pada Tuhan Yang Maha Esa saya diberikan tuntunan, bimbingan lalu yang
penting lagi pada waktu saya berangkat untuk menikah saya pamit kepada orang tua, saya
ingin membuat sejarah baru, tidak seperti mbah-mbah saya, seperti bapak ibu saya.
Pokoknya saya ingin membuat sejarah baru. Akhirnya setelah saya hayati itu perkawinan
saya ternyata saya ada saja godaan tapi saya dapat mengendalikan terutama godaan itu,
godaan mata itu. Tapi saya dapat mengendalikan sampe sekarang, anak saya yang satu
bekerja di Bandung di telkom, yang satu di dinas kesehatan di Semarang. Jadi saya
tinggal lagi berduaan dengan istri saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No Jawaban subyek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Mulai sepuluh November lima puluh enam sampai sekarang sudah berapa lama itu, mulai saya umur 25. Kalo dari pengalaman yang bersifat rohani, yang bersifat abstrak ga ada. Hanya dalam perasaan saya merasa cocok begitulah. Begitu saya diberi cerita diceritani tentang Sapta Darma. Itu yang menceritani itu juga baru berpengalaman satu hari satu malam, lalu bercerita pada saya. Saya kok otomatis minta dituntuni, minta disujudkan. Akhirnya disujudkan saja dan waktu itu yang diceritakan pada saya hanya caranya sujud. Setelah dituntuni belajar sujud, hanya diberi pesan supaya nanti dipraktekkan, dalam praktek ini yang maksudnya disambil praktek sujud setiap hari juga dipesan supaya dibuktikan dengan modal merasa mampu untuk memberikan pertolongan pada orang lain, terutama orang sakit. Dari sedikit, perasaan saya menjadi tambah percaya dan bertambah yakin itu karena hasil dari pengobatan itu. Yang pertama anak saya yang pada waktu itu berumur 3 bulan itu sakit perut kemudian saya hanya hening, mengheningkan cipta. Klo memusatkan kan hanya hening saja, hanya diam, dalam hati menyatu dengan Tuhan kemudian disabdakan, sabda waras. Hanya sabda waras itu sabdanya kemudian anak saya menjadi sembuh. Demikian pula murid saya, saya kan seorang guru. Yang pertama kali menjadi kejutan atau menambah keyakinan saya, murid saya bermain-main, jatuh kemudian tak bernapas. Kemudian saya meminta anak-anak lain untuk meletakkannya di meja. Saya belum diberitahu tapi kok saya ada perasaan jari- jari saya diisi, jari-jari tengah saya ini saya pegangkan pada pusat kemudian saya luhurkan asma Allah, Allah Hyang Maha Agung, Allah HyangRohkim, Allah Hyang Maha adil dan saya sabda waras, anak itu seketika bangun trus lari- lari lagi. Itu yang membuat saya tambah yakin dan banyak lagi. Beberapa hari kemudian ga sampai lama ada tetangga yang istilahnya apa itu ya, kesurupan, kemasukan roh jahat. Sudah dipanggilkan yang namanya mbah Joremi yang biasanya memberikan penyembuhan, itu ndak mampu. Akhirnya saya kok merasa kasihan saya melihat merasa kasian, anak-anak masih disekolah itu, akhirnya timbul rasa untuk memberi penyembuhan, pangusadan. Itu otomatis saya ini, ini ada seperti ada setrumnya ini di driji dua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91
ini, ini saya tunjukkan pada ketiaknya dua-duanya nah itu roh yang ada di dalamnya itu lari, orangnya trus sadar. Nah setelah sadar, juga belum pernah saya diberitahu sebelumnya oleh orang yang menuntuni saya itu klo sudah begitu ini tuh diping maksudnya menutup agar rohnya itu tidak bisa kembali lagi. Itu yang menambah saya menjadi tambah yakin, tambah tekunlah saya sujud. Jadi kemudian timbul pengertian bahwa sujud itu terutama disamping merupakan kewajiban didalam hidup kita ini berasal dari Yang Maha Kuasa maka kita harus sujud kepada Yang Maha Kuasa. Yang sujud itu hidup kita ini, jasmaninya hanya ikut saja membungkuk tiga kali. Itu yang menyebabkan saya bertambah yakin dan banyak lagi. Bukan hanya puluhan tapi sudah ratusan. Tentang sujud itu setiap hari wajib menurut petunjuk di buku yang sudah tertulis, satu hari satu malam 24 jam minimal satu kali, itu yang benar tp lebih dari satu kali lebih baik. Tapi satu kali sudah dapat melakukan sujud benar-benar itu sudah baik. Oh iya jadi pada waktu sujud, kita merasakan. Pertama-tama teori sujud kan duduk bersila. Setelah duduk di mori putih itu terus duduk bersila untuk bapak-bapak, duduk bertimpuh untuk ibu. Lalu sedakep, klo sudah sedakep, jasmani sudah diatur kemudian mulai rohani sekarang yang harus bekerja. Jasmaninya diusahakan pasif, tidak hanya wujudnya jasmani ini saja tapi juga pikirannya juga pasif. Klo sudah bisa pasif semua pikiran, angan dsb itu yang dinamakan ening. Dalam situasi ening itulah rasa istilah lainnya rohani itu akan aktif melaksanakan sujud itu terasa, rasanya giming-giming gitu. Pokoknya ada rasa yang berjalan mulai dari kaki. Dia akan naik ke atas, ini mata masih terbuka. Nanti klo sudah dikepala nanti akan terasa berat. Nah setelah berat nanti diperhatikan trus sampai menyatu di ubun-ubun ini. Setelah menyatu di ubun-ubun ini barulah nanti akan turun ke bawah menutup mata sampai di mulut, ujung lidah nanti di ujung lidah akan terasa yang istilah jawanya pating trecep, seperti ada setrum. Ini nanti klo sudah ada setrum listrik itu, ini otomatis perhatian rohani trus merasa menghadap kepada Yang Maha Kuasa kemudian meluhurkan asma Allah yang bunyinya Allah Hyang Maha Agung, Allah Hyang Rokhim, Allah Hyang Maha Adil. Kemudian setelah itu nanti ada rasa lagi turun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137
ke bawah. Rasanya enak gitu, tenang, dalam perasaan tenang sekali, pokoknya ga da beban apa-apa sampai rasa itu menyentuh disini. Istilahnya dalam Sapta Darma sampai di bundelan tali roso do, klo menurut Sapta Darma kan ada dua belas saudara antara lain yang namanya Sukmo Kencono nanti klo sudah sampai disini maka kita tingkatkan ening kita, lebih pasif lagi, angan-angan tidak boleh bekerja. Nanti akan ada rasa yang datang dari tulang ekor, dari sana akan ada rasa yang naik lewat sumsum tulang belakang, naik ke atas sampai menyatu diubun-ubun. Klo sudah sampai di ubun-ubun pada waktu ini badannya sudah membungkuk dengan sendirinya. Pada waktu disini ditahan sedikit trus sampai di mori putih nah ini rasa yang dari sumsum tulang belakang sudah sampai di ubun-ubun kemudian dirasakan lagi keujung lidah, sampai di ujung lidah nanti kita seakan-akan menyatu lagi atau kontak dengan Yang Maha Kuasa dengan mengucap sujud, ucapannya Hyang Maha Suci sujud Hyang Maha Kuasa 3 kali diucapkan lalu kembali tegak. Mengapa Hyang Maha Suci yang mengucap sujud? Karena yang sujud itu rasa kita, ya sinar atau nur kita yang berasal dari Hyang Maha Kuasa itu yang berhak sujud. Jadi manusia itu yang bisa sujud hanya nur kita, jadi klo sudah bisa rasa yang meliputi seluruh tubuh kita sudah tersaring klo sudah jadi nur, nur itulah yang bisa sujud kepada Hyang Maha Kuasa. Jadi tidak cukup hanya ucapan, jadi yang mengucap itu nur tadi istilahnya dalam batin jadi mengucap dalam batin. Sesudah mengambil sujud ini dirasakan dari ubun-ubun turun ke bawah sampai ke muka ini terasa. Dalam hati pembersihan untuk mengendalikan napsu, musuh kita yang tersisa, napsu dalam pribadi kita yang dikendalikan supaya kita bisa berbuat baik. Sampai ke bawah. Juga berfungsi untuk pembenahan pribadi klo ada alat yang kurang bagus bisa menjadi bagus, alat yang kurang sehat bisa menjadi sehat. Oleh karena itu kalo benar-benar sujudnya pada Yang Maha Kuasa dan selalu mengurangi kesalahan, ingat pada kesalahan nanti akan dapat berbuat baiklah. Itu bungkukan yang pertama, terus dirasakan terus sampai ke do lagi. Kemudian dirasakan lagi dari silit kodok, begitupun untuk bungkukan kedua caranya sama. Nah setelah sampai di mori lalu paling tidak ingat, syukur tahu. Jadi klo diketahui kesalahan apa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183
saja yang pernah diperbuat sejak umur 5 tahun. Menurut Sapta Darma orang itu sudah memiliki kesalahan atau dapat dikatakan salah klo sudah berumur 5 tahun. Nah sejak umur 5 tahun itu nanti akan kelihatan paling tidak ingat kesalahan yang pernah dibuat. Setelah ingat kesalahan yang pernah dibuat, kemudian ini terus dirasakan terus nurnya agar dapat terus berhubungan dengan Yang Maka Kuasa lalu dalam batin mengucap kesalahan Hyang Maha Suci nyuwun pangapura Hyang Maha Kuasa dalam bahasa Jawa. Di Indonesiakan juga boleh Kesalahan Hyang Maha Suci mohon ampun Hyang Maha Kuasa boleh 3 kali juga. Sesudah itu kembali tegak, sama dirasakan turunnya seperti tadi. Prinsipnya habis sujud kembali tegak ini harus dirasakan sebab itu ketika kita kontak dengan Hyang Maha Kuasa, itu kita mendapat sinar dari Hyang Maha Kuasa, sinar baru, nah inilah santapan rohani menurut Sapta Darma. Santapan rohani menurut Sapta Darma itu setiap habis sujud dirasakan. Disamping untuk memelihara kesehatan, untuk memperbaiki napsu-napsu yang kurang baik itu juga fungsinya. Kemudian dirasakan lagi ketiga kalinya dari silit kodok sampai naik lagi ke ubun-ubun kemudian dahi dan ujung hidung ini menyentuh mori putih kemudian ingat kepada kesalahan tadi. Lalu dengan mengucap Hyang Maha Suci mertobat Hyang Maha Kuasa. Jadi dengan ingat kesalahan tadi lalu mengucap Hyang Maha Suci mertobat Hyang Maha Kuasa 3 kali. Mengapa Hyang Maha Suci kok mertobat? Sebetulnya Hyang Maha Suci itu tugasnya mengendalikan saudara yang ada dalam pribadi, napsu yang ada dalam pribadi ini . klo Hyang Maha Suci tidak bisa menguasai, tidak bisa masesa kepada napsu-napsu itu berarti salah Hyang Maha Suci, sebab yang bisa sujud itu Hyang Maha Suci. Jadi saudara yang lain hanya berbuat salah karena ingin menguasai pribadi manusia sebetulnya napsu-napsu itu. Kalo orang dikuasai napsu-napsunya yang berlebihan lalu menjadi orang yang angkara murka seperti Dasamuka. Demikian teorinya sujud setelah dirasakan sampai lerem, sampai tenteram, sampai tenang dan dirasakan betul-betul ada perbedaannya sebelum sujud dan setelah sujud itu ada perbedaannya. Perbedaannya ya itu sebelum sujud mungkin masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229
membawa getaran-getaran yang tidak baik itu rasanya berat di badan tapi setelah sujud nanti tidak, enteng, lego. Itu perbedaannya. Nah manfaat sujud banyak sekali klo manfaat sujud. Yang pertama kali tadi memenuhi kewajiban, hidup wajib sujud kepada yang memberi hidup kemudian untuk kepentingan pribadi sujud bisa mendatangkan kesehatan. Dibuktikan sebelum sujud dan sesudah sujud rasanya lebih enak, lebih segar daripada sebelum sujud. Itu untuk pribadi. Yang lainnya tadi untuk mengendalikan napsu, untuk memperbaiki napsu. Nah klo merasakan disini tadi istilahnya dalam Sapta Darma, istilahnya membangun sanggar candi sapta rengga. Ini lambang daripada sanggar candi sapta rengga. Kenapa disebut sanggar candi sapta rengga? Karena bagian tubuh manusia yang paling atas ini lah yang disebut sebagai manusia. Ini mukanya yang dihiasi atau direngga dengan alat, lubang banyaknya tujuh, mata dua, telinga dua, lubang hidung dua, tutuk satu. Orang itu enak dan tidak enak, bejo dan ciloko itu tergantung pada ini, sapta rengga ini. Klo ini berkata yang tidak baik mungkin akan ditempeleng orang, lah klo ini mencium yang bukan haknya akan ditempeleng orang. Demikian pula klo ini mendengar suara orang lalu amarah kemudian timbul cekcok kan juga mendatangkan yang tidak enak. Matapun demikian itu pula. Lebih- lebih kalau sudah berkeluarga itu harus bisa mengendalikan, harus bisa mengendalikan rumah tangganya supaya tetap utuh bersatu. Klo di jalan bertemu orang yang cantik jangan sampai lupa dengan istrinya, salah satu contoh itu. Ini yang penting, klo kita bisa mengendalikan mata, telinga, hidung dan tutuk dengan baik akan selamat. Syukur klo bisa melaksanakan ini sampai dengan titik darah penghabisan, artinya sudah waktunya dipanggil oleh Yang Maha Kuasa, itu menurut Sapta Darma. Kalau sudah seperti istilahnya kesalahan-kesalan yang sudah habis dimohonkan ampun, bersih jadi langsung tidak usah ke neroko tapi langsung suarga menurut Sapta Darma. Yang jelas saya merasa tenang dan saya sebelum ketemu Sapta Darma saya juga merasa cukup, tidak pernah merasa kurang. Sebab itu saya terima, teman-teman keluar sebagai guru, saya tetap menjadi guru. Meskipun pada waktu itu gajinya mung sedikit saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271
rasa sudah cukup. Sampai dengan keluarga saya juga bahagia. Istri satu dan memang sudah menjadi cita-cita saya sebelum ketemu Sapta Darma, saya masih jejaka itu juga ingin kawin itu satu saja. Malah menjadi motivasi saya, Nabi Adam. Yang Maha Kuasa menurunkan Nabi Adam hanya satu jodoh, ya satu itu saja jodoh dan pada waktu itu saya minta kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, belum ketemu Sapta Darma lo..saya mohon anak dua saja cukup. Jadi pemerintah belum menganjurkan Keluarga Berencana, saya sudah mengeluarkan. Saya minta dua saja, satu laki satu perempuan. Ketemu Sapta Darma saya kawin. Artinya kawin trus anak saya umur 38 ketemu Sapta Darma. Nah ndilalah anak saya itu yang pertama sebelum ketemu Sapta Darma tapi saya sudah mengerti tidak tahu lo ya, tapi mengerti bahwa anak saya nanti laki- laki sebab itu masih umur 6 bulan dalam kandungan sudah saya beri nama. Tapi klo yang kedua saya sudah melakukan sujud. Sudah sujud juga kemudian, 6 bulan dalam kandungan sudah saya beri nama Sri, Sri Astuti dan namanya saya ketemukan dua, Sri Astuti dan Sri Ratna Astuti. Akhirnya pada waktu lahir saya namakan Sri Astuti tapi setelah masuk kelas satu, anaknya minta ditambahkan Ratna jadi Sri Ratna Astuti. Klo yang laki- laki Wijayakusuma saya berikan nama itu. Dan anak saya dua itu sudah dewasa semua. Yang satu sudah berumur 51 tahun, yang nomer dua 49 tahun. Pokoknya saya merasa syukurlah pada Tuhan Yang Maha Esa saya diberikan tuntunan, bimbingan lalu yang penting lagi pada waktu saya berangkat untuk menikah saya pamit kepada orang tua, saya ingin membuat sejarah baru, tidak seperti mbah-mbah saya, seperti bapak ibu saya. Pokoknya saya ingin membuat sejarah baru. Akhirnya setelah saya hayati itu perkawinan saya ternyata saya ada saja godaan tapi saya dapat mengendalikan terutama godaan itu, godaan mata itu. Tapi saya dapat mengendalikan sampe sekarang, anak saya yang satu bekerja di Bandung di telkom, yang satu di dinas kesehatan di Semarang. Jadi saya tinggal lagi berduaan dengan istri saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No Kategori Pernyataan Tema 1 2
Latar belakang melakukan sujud Sensasi fisik yang dirasakan ketika sujud
Hanya dalam perasaan saya merasa cocok begitulah (4-5). Begitu saya diberi cerita diceritani tentang Sapta Darma. Itu yang menceritani itu juga baru berpengalaman satu hari satu malam, lalu bercerita pada saya. Saya kok otomatis minta dituntuni, minta disujudkan. Akhirnya disujudkan saja dan waktu itu yang diceritakan pada saya hanya caranya sujud (5-11). Dalam situasi ening itulah rasa istilah lainnya rohani itu akan aktif melaksanakan sujud itu terasa, rasanya giming-giming gitu. Pokoknya ada rasa yang berjalan mulai dari kaki. Dia akan naik ke atas, ini mata masih terbuka. Nanti klo sudah dikepala nanti akan terasa berat. Nah setelah berat nanti diperhatikan trus sampai menyatu di ubun-ubun ini. Setelah menyatu di ubun-ubun ini barulah nanti akan turun ke bawah menutup mata sampai di mulut, ujung lidah nanti di ujung lidah akan terasa yang istilah jawanya pating trecep, seperti ada setrum. Ini nanti klo sudah ada setrum listrik itu (75-86).
Ada perasaan cocok melakukan sujud. Mendapat cerita dari teman kemudian otomatis juga minta disujudkan, hal ini menunjukkan adanya perasaan misteri sekaligus rasa ingin tahu untuk melakukan sujud. Ada yang berjalan mulai dari kaki sampai ke kepala (ubun-ubun). Setelah sampai di ubun-ubun getaran tadi akan turun menutup mata dan ketika sampai di lidah, akan terasa seperti ada setrum listrik di lidah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Sensasi psikologis yang dirasakan ketika sujud
Nanti akan ada rasa yang datang dari tulang ekor, dari sana akan ada rasa yang naik lewat sumsum tulang belakang, naik ke atas sampai menyatu diubun-ubun. Klo sudah sampai di ubun-ubun pada waktu ini badannya sudah membungkuk dengan sendirinya. Pada waktu disini ditahan sedikit trus sampai di mori putih nah ini rasa yang dari sumsum tulang belakang sudah sampai di ubun-ubun kemudian dirasakan lagi keujung lidah, sampai di ujung lidah nanti kita seakan-akan menyatu lagi atau kontak dengan Yang Maha Kuasa dengan mengucap sujud, ucapannya Hyang Maha Suci sujud Hyang Maha Kuasa 3 kali diucapkan lalu kembali tegak. (99-112). Prinsipnya habis sujud kembali tegak ini harus dirasakan sebab itu ketika kita kontak dengan Hyang Maha Kuasa, itu kita mendapat sinar dari Hyang Maha Kuasa, sinar baru, nah inilah santapan rohani menurut Sapta Darma (152-156). Kemudian setelah itu nanti ada rasa lagi turun ke bawah. Rasanya enak gitu, tenang, dalam perasaan tenang sekali, pokoknya ga da beban apa-apa sampai rasa itu menyentuh disini (91-94).
Ada rasa yang berjalan melalui sumsum tulang belakang, sampai menyatu di ubun-ubun. Tubuh akan membungkuk dengan sendirinya. Rasa tersebut akan sampai di ujung lidah. Tubuh tegak kembali. Melihat sinar dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Ada rasa enak, tenang sekali dalam perasaan dan merasa tidak ada beban sama sekali ketika melakukan sujud.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
5
Pengalaman akan Tuhan ketika sujud Manfaat yang dirasakan melalui sujud
Ini nanti klo sudah ada setrum listrik itu, ini otomatis perhatian rohani trus merasa menghadap kepada Yang Maha Kuasa kemudian meluhurkan asma Allah yang bunyinya Allah Hyang Maha Agung, Allah Hyang Rokhim, Allah Hyang Maha Adil (86-91) nanti kita seakan-akan menyatu lagi atau kontak dengan Yang Maha Kuasa dengan mengucap sujud (108-110). ketika kita kontak dengan Hyang Maha Kuasa, itu kita mendapat sinar dari Hyang Maha Kuasa, sinar baru (153-155). Dalam hati pembersihan untuk mengendalikan napsu, musuh kita yang tersisa, napsu dalam pribadi kita yang dikendalikan supaya kita bisa berbuat baik. Sampai ke bawah. Juga berfungsi untuk pembenahan pribadi klo ada alat yang kurang bagus bisa menjadi bagus, alat yang kurang sehat bisa menjadi sehat (124-129). Perbedaannya ya itu sebelum sujud mungkin masih membawa getaran-getaran yang tidak baik itu rasanya berat di badan tapi setelah sujud nanti tidak, enteng, lego
Ada perasaan sedang menghadap Tuhan. Bersatu dengan Tuhan. Mendapatkan sinar dari Tuhan. Mengendalikan napsu. Pembenahan pribadi. Menyehatkan kembali alat-alat yang kurang bagus. Menghilangkan getaran-getaran yang kurang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6 7
Pengaruh ke dalam kehidupan sehari-hari Pengalaman di dalam relasi mereka dengan Tuhan nya
(183-186). Yang jelas saya merasa tenang dan saya sebelum ketemu Sapta Darma saya juga merasa cukup, tidak pernah merasa kurang. Sebab itu saya terima, teman-teman keluar sebagai guru, saya tetap menjadi guru. Meskipun pada waktu itu gajinya mung sedikit saya rasa sudah cukup (225-230). Akhirnya setelah saya hayati itu perkawinan saya ternyata saya ada saja godaan tapi saya dapat mengendalikan terutama godaan itu, godaan mata itu. Tapi saya dapat mengendalikan sampe sekarang (265-268). Yang pertama anak saya yang pada waktu itu berumur 3 bulan itu sakit perut kemudian saya hanya hening, mengheningkan cipta. Klo memusatkan kan hanya hening saja, hanya diam, dalam hati menyatu dengan Tuhan kemudian disabdakan, sabda waras. Hanya sabda waras itu sabdanya kemudian anak saya menjadi sembuh (19-25). Demikian pula murid saya, saya kan seorang guru. Yang pertama kali menjadi
Merasa tenang. Selalu berusaha merasa cukup di dalam kekurangan. Mampu mengendalikan godaan yang datang. Dengan hening dan menyatu dengan Tuhan, kesembuhan akan didapat. Ada perasaan jari-jari tangan diisi yang diikuti dengan meluhurkan nama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kejutan atau menambah keyakinan saya, murid saya bermain-main, jatuh kemudian tak bernapas. Kemudian saya meminta anak-anak lain untuk meletakkannya di meja. Saya belum diberitahu tapi kok saya ada perasaan jari-jari saya diisi, jari-jari tengah saya ini saya pegangkan pada pusat kemudian saya luhurkan asma Allah, Allah Hyang Maha Agung, Allah HyangRohkim, Allah Hyang Maha adil dan saya sabda waras, anak itu seketika bangun trus lari- lari lagi. Itu yang membuat saya tambah yakin dan banyak lagi (25-37). Beberapa hari kemudian ga sampai lama ada tetangga yang istilahnya apa itu ya, kesurupan, kemasukan roh jahat. Sudah dipanggilkan yang namanya mbah Joremi yang biasanya memberikan penyembuhan, itu ndak mampu. Akhirnya saya kok merasa kasihan saya melihat merasa kasian, anak-anak masih disekolah itu, akhirnya timbul rasa untuk memberi penyembuhan, pangusadan. Itu otomatis saya ini, ini ada seperti ada setrumnya ini di driji dua ini, ini saya tunjukkan pada ketiaknya dua-duanya nah itu roh yang ada di dalamnya itu lari, orangnya trus sadar. Nah setelah sadar, juga belum pernah saya diberitahu sebelumnya oleh orang yang menuntuni saya itu klo
Tuhan, kemudian mengucap sabda waras dan kesembuhan didapat. Ada perintah dari yang tak tampak yang membimbing untuk melakukan penyembuhan. Ada perasaan jari- jari seperti disetrum dan seperti sudah mengetahui sebelumnya bahwa untuk menutup agar roh itu tidak dapat kembali lagi, jalur-jalur khusus sebagai jalannya disilang. Ada perintah dari yang tak tampak yang membimbing untuk melakukan penyembuhan orang yang kerasukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Makna sujud
sudah begitu ini tuh diping maksudnya menutup agar rohnya itu tidak bisa kembali lagi. Itu yang menambah saya menjadi tambah yakin, tambah tekunlah saya sujud (37-53). Jadi kemudian timbul pengertian bahwa sujud itu terutama disamping merupakan kewajiban didalam hidup kita ini berasal dari Yang Maha Kuasa maka kita harus sujud kepada Yang Maha Kuasa (53-57).
Sujud sebagai suatu kewajiban.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Transkrip Verbatim Subyek II
Nama : Sunardji
Umur : 51 tahun
Waktu wawancara : Minggu, 16 September 2007
Bapak melakukan ritual sujud sudah berapa lama pak? Saya sudah sebelas tahun. Dari
bapak melakukan sujud bisa diceritakan ga pengalaman-pengalamannya? Ya
pengalaman saya tu waktu sujud tu kita mendapatkan suatu kedamaian, ketentraman hati,
dan rasa ayem gitu lo bahasa jawanya. Jadi apa yang kita cari kita bisa menemuken. Di
dalam suatu bentuk kita sebagai orang beranut agama ya to di dalam sujud kita bisa
merasakan benar-benar bahwa Tuhan tu benar-benar kita ada diantaranya Dia. Bahwa
Tuhan tu memang ada betul dan kita bisa merasakan bahwa, gimana ya..kita bisa
istilahnya klo orang ketemulah. Ya kita itu, kita bisa menemukanlah gitu loh istilahnya.
Ya apa yang kami harapkan Tuhan memberikan dan apa yang kita inginkan Dia juga
memberi. Jadi kita merasa suatu ketentraman, kedamaian di dalam bahasa agama itu
dikatakan, kalau orang nasrani itu bahasa jawanya wulang roso wewarahing Gusti Allah
ya to, disini saya menemukan disini olah roso wewarahing Gusti Allah jadi kita bukan
hanya suatu teori tapi memang kita bisa menyatakan bukti bahwa teori itu bisa kita
buktikan dengan sujud ini, olah roso ini. Ketika bapak melakukan sujud itu apa yang
bapak rasakan? Yang saya rasakan tu hanya apa ya…kita bisa tadi itu, kita bisa
menemukan apa yang kita kehendaki. Jadi kalo kita ingin menghendaki sujud itu adalah
sujud tesdumadining manusia ya, kita..tesdumadining manusia kan wiwitane manusia itu
berada, ada. Kita menghadap sujud menghadap ke timur itu kan kawitan. Disitu kita bisa
menemukan sinar cahaya Allah yang benar-benar kita bisa ketemu. Yang kita dapatkan tu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ya waktu kita pemula, memulai sujud pertama kali tu kita langsung bisa melihat sinar
cahaya Allah itu betul-betul woh inilah yang dikatakan Tuhan itu berwujud seperti sinar
cahaya Allah. Kemudian kita melakukan sujud terus ritual-ritual gitu itu adalah istilahnya
kita itu mohon pengampunan dosa dan bertobat. Jadi ritual kita hanya itu saja, kita
mengakui bahwa saya tu manusia yang bersalah dan kita bertobat untuk tidak mengulangi
apa yang telah kita perbuat. Dalam bahasa jawanya Sangkan Paraning Dumadi ya, jadi
kita sudah berada, ada jadi manusia ini kan kita ini nanti juga akan tidak ada lagi. Jadi
kita juga harus bisa melihat aku ki asale soko ngendi dan kembali kemana lagi? Kita
ingin seperti itu jangan sampai nanti anak istri, anak-anak yang kita tinggalkan menuai
hukum karma orang tua. Jadi kita Sangkan paraning dumadi , kita akan kembali kesana
lagi tapi kan kita…ya walau dosa kita sebesar apapun kalo tiap hari kita melakukan
pertobatan dan tidak melakukan itu kan kita nanti akan kembali ke asal yang cahaya
Allah yang baik lagi. Dari pengalaman-pengalaman bapak melakukan sujud
berpengaruh ga terhadap kehidupan bapak? Wo.. jelas mas berpengaruh. Waktu kita
belum melakukan sujud dan kita seperti orang yang menganut suatu agama ya. Kita itu
hanya mengandalkan pisik jasmaninya saja tapi setelah kami menemukan pisik jasmani
dan rohani kita bisa bersatu, kita damai ya to? dan ayem dalam bahasa jawanya. Kita
punya pengalaman apa yang kita hadapi tuh kita bisa mengerti dan kita akan berbuat tuh
dalam hati sudah berkata itu tidak baik kalau ingin yang berbuat kejahatan ya, nanti kita
ada yang ngandani lah bahasa jawanya. Trus pengalaman untuk kehidupan sehari-hari
misalkan dulu kehidupan saya tu ya…dalam bahasa jawa krisis ekonomi kemaren yang
payah ya mencari nafkah. Setelah kita bersujud dan berdoa kepada Yang Maha Kuasa
secara olah roso, kita bisa terkatrol ya kehidupan saya ya. Misalkan besok itu kita tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
punya yang kita makan untuk anak-anak itu, kita tidak tau, tau-tau loh kok ada orang
yang ngasih, pak ini tolong dikerjakan pak, oh iya pak, kita selesai dapat grebekan.
Kemaren tu saya menghadapi contoh ya, istri saya sakit keras, yang paling parah itu
pengalaman saya tu istri saya kena penyakit tumor itu di leher, bengkak, besar itu kan.
Sama dokter udah dioperasi 3 kali, masih tumbuh trus. Akhirnya saya udah kebingungan
ya ga punya apa-apa, operasi trus. Ya sudah akhirnya saya pasrah kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa. Tuhan memberikan permohonan saya, istri saya bisa sembuh tanpa
mengeluarkan biaya apapun. Kalo di dokter kan berapa juta ya (tertawa). Memang
pengalaman tu memang dicoba oleh Yang Maha Kuasa apa kita bisa memanfaatkan ga
hubungan antara manusia dengan Yang Maha Kuasa. Istri saya sakit lagi, pembuluh
jantungnya tersumbat, dokter mengatakan kamu harus opname di rumah sakit tapi kita
dengan sujud permohonan pengampunan bisa sembuh. Pengalaman kehidupan sehari-hari
hidup kita sudah ya layaklah, klo untuk dipandang ke ekonomi ke atas jelas kita ga sama.
Anak-anak diwaktu sekolah kita ga punya biaya, tau-tau ada orang yang ngasih, beasiswa
dari pemerintah, orang tua asuh tanpa kita minta dia sudah mengulurkan tangannya
sehingga kehidupan saya merasa oh ini to yang kita cari bisa ketemu. Memanfaatkan
banyak kita gunakan untuk kesembuhan orang sakit, dalam bahasa jawa pangusadan, kita
juga kami dan rekan-rekan juga sama pengalaman seperti itu. Pengalamannya banyak,
waktu gempa itu lo kita diberi keselamatanlah, rumah runtuh kita bisa diluar semua baru
rumahnya runtuh (tertawa), seharusnya kita ga bisa kerja to, bapak itu ada bantuan dari
saudara-saudara kita, dari perkumpulan maupun dari lain- lain bisa dipake untuk
kehidupan kita. Itu kalo pengalaman sujud yah, hasil karya sujud. Kalo ritual ya jelas kita
ritualnya sujud tiap hari itu ndak ada ritual apapun. Seperti halnya kalo manusia ya kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
klo orang Islam ya ke mesjid, sholat kalo orang nasrani ke gereja. Saya tiap hari kesini tu
kan ya sujud, setelah sujud hati kita merasa tenteram, pulang dengan anak istri merasakan
kedamaian di dalam keluarga. Dari semua itu, makna sujud bagi bapak itu apa? Makna
saya tu, sujud tuh suatu pegangan ya, pegangan hidup bahwa saya merasa, saya itu…
makna itu… Tuhan berada bersama saya. Jadi kalau saya pengen berpikiran yang kotor
gitu ya, kita sudah..oh iya saya ingat sujud itu adalah pengampunan dosa dengan Tuhan,
apa saya harus berbuat kesalahan lagi, dan kita bisa mengekang hawa napsu dan kita
punya maknanya tu ya seperti kita dalam bahasa jawanya tu hastabrata ya bahasa ibrani,
bahasa orang timur juga hastabrata itu dari jawa ya punya sifat delapan ya. Hastabrata itu
kan delapan ..opo…hmmm norma ya seperti opo.. patokanlah hidup itu manusia itu
pertama harus selalu ingat dalam bahasa jawanya eling, kedua mituhu, ketiga percaya,
keempat itu relo, nerimo, temen, sabar, budi luhur. Nah dengan sujud itu kita bisa
mengolah kedelapan hastabrata itu, jadi kita akhirnya menjadi orang yang tenang, ayem
dan segala sesuatunya kalo kita ingin…kalo akan terjadi sesuatu kita sudah seperti ada
yang firasat gitulah. Woh besok akan jadi begini, kita harus hati-hati. Itu makna sujud
kami kan seperti itu, dalam bahasa jawa yang saya pegang itu hastabrata karena
hastabrata itu adalah ujud dari waktu manusia diciptakan itu punya tiga bentuk ya, tiga
norma yaitu bahasa jawanya toto urip, toto laku, toto kromo. Nah toto urip itu kita kan
udah jelas, kita ingin hidup yang tenteram, nyaman terus toto laku itu kan kita harus
melakukan, ya sebagi orang sapta darma sujud nah toto kromo hubungan kita dengan
sesama dan hubungan dengan Tuhan kita dengan Tuhan sebetulnya tatanan, probositolah
bahasa jawanya. Ya itu kita akhirnya bisa menemukan makna sujud itu seperti buat saya
ya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No Jawaban subyek Tema 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Saya sudah sebelas tahun. Ya pengalaman saya tu waktu sujud tu kita mendapatkan suatu kedamaian, ketentraman hati, dan rasa ayem gitu lo bahasa jawanya. Jadi apa yang kita cari kita bisa menemuken. Di dalam suatu bentuk kita sebagai orang beranut agama ya to di dalam sujud kita bisa merasakan benar-benar bahwa Tuhan tu benar-benar kita ada diantaranya Dia. Bahwa Tuhan tu memang ada betul dan kita bisa merasakan bahwa, gimana ya..kita bisa istilahnya klo orang ketemulah. Ya kita itu, kita bisa menemukanlah gitu loh istilahnya. Ya apa yang kami harapkan Tuhan memberikan dan apa yang kita inginkan Dia juga memberi. Jadi kita merasa suatu ketentraman, kedamaian di dalam bahasa agama itu dikatakan, kalau orang nasrani itu bahasa jawanya wulang roso wewarahing Gusti Allah ya to, disini saya menemukan disini olah roso wewarahing Gusti Allah jadi kita bukan hanya suatu teori tapi memang kita bisa menyatakan bukti bahwa teori itu bisa kita buktikan dengan sujud ini, olah roso ini. Yang saya rasakan tu hanya apa ya…kita bisa tadi itu, kita bisa menemukan apa yang kita kehendaki. Jadi kalo kita ingin menghendaki sujud itu adalah sujud tesdumadining manusia ya, kita..tesdumadining manusia kan wiwitane manusia itu berada, ada. Kita menghadap sujud menghadap ke timur itu kan kawitan. Disitu kita bisa menemukan sinar cahaya Allah yang benar-benar kita bisa ketemu. Yang kita dapatkan tu ya waktu kita pemula, memulai sujud pertama kali tu kita langsung bisa melihat sinar cahaya Allah itu betul-betul woh inilah yang dikatakan Tuhan itu berwujud seperti sinar cahaya Allah. Kemudian kita melakukan sujud terus ritual-ritual gitu itu adalah istilahnya kita itu mohon pengampunan dosa dan bertobat. Jadi ritual kita hanya itu saja, kita mengakui bahwa saya tu manusia yang bersalah dan kita bertobat untuk tidak mengulangi apa yang telah kita perbuat. Dalam bahasa jawanya Sangkan Paraning Dumadi ya, jadi kita sudah berada, ada jadi manusia ini kan kita ini nanti juga akan tidak ada lagi. Jadi kita juga harus bisa melihat aku ki asale soko ngendi dan kembali kemana lagi? Kita ingin seperti itu jangan sampai nanti anak istri, anak-anak yang kita tinggalkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91
menuai hukum karma orang tua. Jadi kita Sangkan paraning dumadi , kita akan kembali kesana lagi tapi kan kita…ya walau dosa kita sebesar apapun kalo tiap hari kita melakukan pertobatan dan tidak melakukan itu kan kita nanti akan kembali ke asal yang cahaya Allah yang baik lagi. Wo.. jelas mas berpengaruh. Waktu kita belum melakukan sujud dan kita seperti orang yang menganut suatu agama ya. Kita itu hanya mengandalkan pisik jasmaninya saja tapi setelah kami menemukan pisik jasmani dan rohani kita bisa bersatu, kita damai ya to? dan ayem dalam bahasa jawanya. Kita punya pengalaman apa yang kita hadapi tuh kita bisa mengerti dan kita akan berbuat tuh dalam hati sudah berkata itu tidak baik kalau ingin yang berbuat kejahatan ya, nanti kita ada yang ngandani lah bahasa jawanya. Trus pengalaman untuk kehidupan sehari-hari misalkan dulu kehidupan saya tu ya…dalam bahasa jawa krisis ekonomi kemaren yang payah ya mencari nafkah. Setelah kita bersujud dan berdoa kepada Yang Maha Kuasa secara olah roso, kita bisa terkatrol ya kehidupan saya ya. Misalkan besok itu kita tidak punya yang kita makan untuk anak-anak itu, kita tidak tau, tau-tau loh kok ada orang yang ngasih, pak ini tolong dikerjakan pak, oh iya pak, kita selesai dapat grebekan. Kemaren tu saya menghadapi contoh ya, istri saya sakit keras, yang paling parah itu pengalaman saya tu istri saya kena penyakit tumor itu di leher, bengkak, besar itu kan. Sama dokter udah dioperasi 3 kali, masih tumbuh trus. Akhirnya saya udah kebingungan ya ga punya apa-apa, operasi trus. Ya sudah akhirnya saya pasrah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Tuhan memberikan permohonan saya, istri saya bisa sembuh tanpa mengeluarkan biaya apapun. Kalo di dokter kan berapa juta ya (tertawa). Memang pengalaman tu memang dicoba oleh Yang Maha Kuasa apa kita bisa memanfaatkan ga hubungan antara manusia dengan Yang Maha Kuasa. Istri saya sakit lagi, pembuluh jantungnya tersumbat, dokter mengatakan kamu harus opname di rumah sakit tapi kita dengan sujud permohonan pengampunan bisa sembuh. Pengalaman kehidupan sehari-hari hidup kita sudah ya layaklah, klo untuk dipandang ke ekonomi ke atas jelas kita ga sama. Anak-anak diwaktu sekolah kita ga punya biaya, tau-tau ada orang yang ngasih, beasiswa dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137
pemerintah, orang tua asuh tanpa kita minta dia sudah mengulurkan tangannya sehingga kehidupan saya merasa oh ini to yang kita cari bisa ketemu. Memanfaatkan banyak kita gunakan untuk kesembuhan orang sakit, dalam bahasa jawa pangusadan, kita juga kami dan rekan-rekan juga sama pengalaman seperti itu. Pengalamannya banyak, waktu gempa itu lo kita diberi keselamatanlah, rumah runtuh kita bisa diluar semua baru rumahnya runtuh (tertawa), seharusnya kita ga bisa kerja to, bapak itu ada bantuan dari saudara-saudara kita, dari perkumpulan maupun dari lain- lain bisa dipake untuk kehidupan kita. Itu kalo pengalaman sujud yah, hasil karya sujud. Kalo ritual ya jelas kita ritualnya sujud tiap hari itu ndak ada ritual apapun. Seperti halnya kalo manusia ya kita klo orang Islam ya ke mesjid, sholat kalo orang nasrani ke gereja. Saya tiap hari kesini tu kan ya sujud, setelah sujud hati kita merasa tenteram, pulang dengan anak istri merasakan kedamaian di dalam keluarga. Makna saya tu, sujud tuh suatu pegangan ya, pegangan hidup bahwa saya merasa, saya itu… makna itu… Tuhan berada bersama saya. Jadi kalau saya pengen berpikiran yang kotor gitu ya, kita sudah..oh iya saya ingat sujud itu adalah pengampunan dosa dengan Tuhan, apa saya harus berbuat kesalahan lagi, dan kita bisa mengekang hawa napsu dan kita punya maknanya tu ya seperti kita dalam bahasa jawanya tu hastabrata ya bahasa ibrani, bahasa orang timur juga hastabrata itu dari jawa ya punya sifat delapan ya. Hastabrata itu kan delapan ..opo…hmmm norma ya seperti opo.. patokanlah hidup itu manusia itu pertama harus selalu ingat dalam bahasa jawanya eling, kedua mituhu, ketiga percaya, keempat itu relo, nerimo, temen, sabar, budi luhur. Nah dengan sujud itu kita bisa mengolah kedelapan hastabrata itu, jadi kita akhirnya menjadi orang yang tenang, ayem dan segala sesuatunya kalo kita ingin…kalo akan terjadi sesuatu kita sudah seperti ada yang firasat gitulah. Woh besok akan jadi begini, kita harus hati-hati. Itu makna sujud kami kan seperti itu, dalam bahasa jawa yang saya pegang itu hastabrata karena hastabrata itu adalah ujud dari waktu manusia diciptakan itu punya tiga bentuk ya, tiga norma yaitu bahasa jawanya toto urip, toto laku, toto kromo. Nah toto urip itu kita kan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138 139 140 141 142 143 144 145
udah jelas, kita ingin hidup yang tenteram, nyaman terus toto laku itu kan kita harus melakukan, ya sebagi orang sapta darma sujud nah toto kromo hubungan kita dengan sesama dan hubungan dengan Tuhan kita dengan Tuhan sebetulnya tatanan, probositolah bahasa jawanya. Ya itu kita akhirnya bisa menemukan makna sujud itu seperti buat saya ya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No Kategori Pernyataan Tema 1 2
3
Latar belakang melakukan sujud Sensasi fisik yang dirasakan ketika sujud Sensasi psikologis yang dirasakan ketika sujud
Kita ingin seperti itu jangan sampai nanti anak istri, anak-anak yang kita tinggalkan menuai hukum karma orang tua. Jadi kita Sangkan paraning dumadi , kita akan kembali kesana lagi tapi kan kita…ya walau dosa kita sebesar apapun kalo tiap hari kita melakukan pertobatan dan tidak melakukan itu kan kita nanti akan kembali ke asal yang cahaya Allah yang baik lagi (44-51). dulu kehidupan saya tu ya…dalam bahasa jawa krisis ekonomi kemaren yang payah ya mencari nafkah. Setelah kita bersujud dan berdoa kepada Yang Maha Kuasa secara olah roso, kita bisa terkatrol ya kehidupan saya ya (63-68). Yang kita dapatkan tu ya waktu kita pemula, memulai sujud pertama kali tu kita langsung bisa melihat sinar cahaya Allah itu betul-betul woh inilah yang dikatakan Tuhan itu berwujud seperti sinar cahaya Allah (29-34). Ya pengalaman saya tu waktu sujud tu kita mendapatkan suatu kedamaian, ketentraman
Menghindari karma. Masalah krisis ekonomi. Melihat Tuhan yang berwujud seperti cahaya. Merasa damai, tenteram dan rasa ayem.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
5
6
Pengalaman akan Tuhan ketika sujud Manfaat yang dirasakan melalui sujud Pengaruh ke dalam kehidupan sehari-hari
hati, dan rasa ayem gitu lo bahasa jawanya (2-4). Bahwa Tuhan tu memang ada betul dan kita bisa merasakan bahwa, gimana ya..kita bisa istilahnya klo orang ketemulah (8-10). Ya apa yang kami harapkan Tuhan memberikan dan apa yang kita inginkan Dia juga memberi (12-14) Allah itu betul-betul woh inilah yang dikatakan Tuhan itu berwujud seperti sinar cahaya Allah (32-34) Jadi apa yang kita cari kita bisa menemuken (4-5). Waktu kita belum melakukan sujud dan kita seperti orang yang menganut suatu agama ya. Kita itu hanya mengandalkan pisik jasmaninya saja tapi setelah kami menemukan pisik jasmani dan rohani kita bisa bersatu, kita damai (52-57). apa yang kita hadapi tuh kita bisa mengerti dan kita akan berbuat tuh dalam hati sudah
Bertemu dengan Tuhan. Tuhan sebagai pemberi. Tuhan berwujud seperti cahaya. Bisa menemukan apa yang selama ini dicari. Merasa damai. Setiap ingin berbuat yang tidak baik, merasa seperti ada yang memberitahu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
8
Pengalaman di dalam relasi mereka dengan Tuhan nya Makna sujud
berkata itu tidak baik kalau ingin yang berbuat kejahatan ya, nanti kita ada yang ngandani lah bahasa jawanya (58-62). Kemaren tu saya menghadapi contoh ya, istri saya sakit keras, yang paling parah itu pengalaman saya tu istri saya kena penyakit tumor itu di leher, bengkak, besar itu kan. Sama dokter udah dioperasi 3 kali, masih tumbuh trus. Akhirnya saya udah kebingungan ya ga punya apa-apa, operasi trus. Ya sudah akhirnya saya pasrah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Tuhan memberikan permohonan saya, istri saya bisa sembuh tanpa mengeluarkan biaya apapun (71-80). waktu gempa itu lo kita diberi keselamatanlah, rumah runtuh kita bisa diluar semua baru rumahnya runtuh (99-100). Makna saya tu, sujud tuh suatu pegangan ya, pegangan hidup (112-114).
bahwa itu tidak benar. Adanya suatu perasaan takut akan perbuatan yang salah dan mungkin takut akan konsekuensi yang nantinya bisa dimunculkan akibat perbuatan yang salah. Tuhan memberikan mukjizat dengan penyembuhan. Tuhan sebagai penyembuh. Tuhan dianggap sebagai penyelamat dari bencana. Sujud sebagai suatu pegangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Transkrip Verbatim Subyek III
Nama : Waiman Sukamtono
Umur : 60 tahun
Waktu wawancara : Kamis, 4 Oktober 2007
Bapak sudah berapa lama melakukan sujud? Saya melakukan sujud sejak tahun tujuh
puluh. Sejak umur? Sejak umur 23 tahun. Bisa diceritakan pengalaman-pengalaman
yang bapak dapat selama melakukan sujud? Ya pengalaman-pengalaman yang saya
terima ya kita sebagai manusia lumrah ya mas ya, itu pertama kita dapat ini… hawa
napsu kita itu dapat berkurang sedikit demi sedikit, yang dulu kita itu pemarah atau
punya rasa jahil dengan orang lain. Setelah sujud, kita melaksanakan sujud ini, kita
mengolah rasa akhirnya dengan hawa napsu-napsu itu bisa berkurang dari sedikit. Nah
mungkin entah nanti kapan ya, sampai akhir mungkin itu bisa ya tidak mendekati
sempurna ya mas ya tapi kita lalu punya ini..dengan orang lain tidak punya rasa dengki,
atau ingin marah walaupun kita diterpa oleh perkataan-perkataan yang ga pas dengan rasa
kita, kita bisa mengendalikan diri, itu hasil dari sujud. Jadi semakin lama kita semakin
sujud dan kita mau tekun dengan sujud, kita akan membuahkan rasa damai, bahagia dan
ketentraman dalam pribadi...gitu. Jadi memang tujuan dari Sapta Darma, tujuan dari
Sapta Darma ya..itu untuk membentuk manusia yang dapat memayu hayu bagya bawana,
itu artinya kita dapat bahagia di dunia ini dan bahagia nanti di alam langgeng sana untuk
mencapai itu maka kita dengan sujud tekun, karena disini tuh ada sujud, 2 ya..sujud wajib
dan sujud penggalian jadi kita kalo wajib kita harus tekun dengan kewajiban itu entah
kita satu hari satu kali atau dua kali tapi wajib satu kali, satu hari satu malam satu kali
tapi lebih baik klo kita ada waktu terluang begini, nganggur.. ya digunakan untuk sujud
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Yang ditekankan kuantitasnya apa kualitasnya
dari sujud? Kualitas, bukan kuantitas, kuantitas kan banyaknya sujud ya tapi kualitasnya
sujud jadi isinya bagaimana kita untuk kualitas itu mencapai apa yang sesuai dengan
yang ada di dalam buku maupun dari bapak-bapak pengalaman-pengalaman kita dalam
waktu sujud karena kita untuk mencapai itu memang tidak mudah ya mas ya. Pertama
waktu kita mau sujud saja sudah harus mengosongkan pikiran padahal mengosongkan
pikiran sulitnya bukan main, loh iya toh, sulitnya bukan main. Kalo sudah baru dapat
ketenangan, kalo sudah tenang baru kita dapat merasakan sesuatu atau yang disebut tadi
rasa yang meliputi seluruh tubuh, lah inilah yang menggerakkan kita untuk manembah
pada Tuhan, menggerakkan jasmani kita karena itu juga berjalan ya bergerak akhirnya
kita dapat mengucap dengan ucapan yang ada betul-betul dari rasa kita atau dari roh kita,
kalo bisa, kalo bisa itu karena tidak setiap hari mampu kita karena terpengaruh oleh
perbuatan kita sewaktu kita bekerja di kantor atau bekerja dimana saja itu kan ada
getaran-getaran yang menerpa kita, lah itu pengaruhnya besar sekali. Sedangkan seperti
kita waktu berjalan di jalan raya naik kendaraan trus ada orang nyalip dengan ugal-ugalan
woh itu didada kan panas ya mas, nanti waktu sujud itu pengaruhnya besar sekali itu.
Kenapa saya kok sujudnya seperti ini, kita introspeksi nah pada waktu kita nanti sujud itu
kita akan melihat kesalahan kita sendiri, wah ternyata seperti itu to tadi siang saya
dongkol dengan orang yang nyalip saya keliatan itu gambar itu, orang nyalip kita wah di
dada panas. Itu pengaruhnya besar sekali mas, maka kita harus berhati-hati walaupun
dimana saja kalau kita misalnya mendengar ada orang marah-marah pada kita ya kita
introspeksi kenapa orang itu kok marah? apa tersinggung? apa masalah sesuatu? tapi kita
kan harus mengendalikan diri… dengan cara kita mengendalikan diri karena kita sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mendapatkan sinar-sinar dari Allah itu, akhirnya yang tadi juga ingin marah ya tapi bisa
diredam dengan dada kita yang dapat dingin, ketika dada dingin kan kita sudah tenang-
tenang saja. Memang pengalaman-pengalaman seperti itu kita tidak sama ya, ada si A ada
si B apa hasilnya atau pada proses sujudnya pun tidak sama. Ketika bapak melakukan
sujud itu bisa diceritakan ga pak apa yang bapak rasakan? Kalo kita merasakan sesuatu
yang ada di dalam tubuh kita, itu seperti gelombang-gelombang rasa yang berjalan, itu
termasuk rahasia pribadi. Jadi semua orang sujud tidak sama, walaupun satu tujuan sama
tapi hasilnya tuh ga sama mas. Jadi sesuai dengan kemampuan pribadi-pribadi kita
sendiri atau kemampuan-kemampuan kita untuk mengendalikan hawa napsu. Jadi kita
sujud yang sudah sekian tahun seperti saya ya mungkin tingkatannya dengan pak Narji
pun ga sama ya dalam kemampuan atau kita berdarma karena disini juga dituntut untuk
berdarma ya, berdarma adalah sikap kita kepada sesama hidup untuk menolong kepada
seseorang karena pertolongan itu tidak hanya dengan dana, uang ataupun harta kekayaan,
darma kan bukan dengan itu, mungkin hanya dengan solusi untuk mengambil kebijakan
di dalam kita menghadapi suatu masalah itu kan sudah merupakan suatu darma juga,
misalnya seperti mas ini ada sesuatu masalah lalu minta tolong pak bagaimana ya caranya
untuk menyelesaikan masalah ini, mari kita bersama-sama membongkar, membuka
lembaran-lembaran itu untuk mencari solusi yang dianggap paling baik, itu kan juga
dianggap suatu sikap untuk menolong orang lain tapi di dalam ajaran Sapta Darma ada
lagi yaitu untuk menolong orang sakit. Sampai dimana kemampuan kita, kehendak Tuhan
itu bagaimana, sanggup ga kita menyatukan rasa dengan cahaya, nah ini disini ada
tingkatan seperti itu mas, karena cahaya itu adalah miliknya Tuhan bukan kita, kita hanya
sebagai perantara, kita sudah berusaha tapi kan Tuhan sudah menentukan yang lain tapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
apakah kita merasakan ga kalo orang tersebut sudah saatnya akan meninggal atau orang
itu bisa sembuh tapi cuma sebentar karena waktunya sudah tinggal beberapa hari lagi,
kan gitu to mas? Loh disabda waras kan bisa saja tapi pada saatnya mati ga bisa apa-apa,
itu sudah kodrat. Jadi seperti itu kemampuan seseorang juga ditentukan oleh kebersihan
jiwa, apakah sudah bersih apakah pendekatan diri pada Tuhan sudah mulus ya misalnya
ya to, kita kan ga tau to hubungan kita dengan Tuhan, hanya Tuhan yang tau sampai
dimana orang ini? bagaimana tata cara dia menyembah kepada Tuhan? apakah saat
menyembah mesti diterima oleh Tuhan? Kan tidak tentu... loh betul.. karena tadi sujud
jam 5 sore mencapai suatu titik perjalanan dari sini ke beringharjo ya misalnya ya, saya
misalkan seperti itu... trus sujud jam 7 kita lebih jauh lagi mungkin sampai ke jombor
kesana, karena apa? Itu karena pengaruh yang kita lakukan siang tadi, kadang sujud pun
ga berhasil. Loh sujud kok sampe ga berhasil? Itu bagaimana pak? Karena gagasan kita
gak bisa ditenangkan jadi gagasan itu keluar trus kan. Loh betul ga? Suatu saat kita kalut,
tadi siang ada peristiwa misalnya seperti orang yang sudah berkeluarga ya, istri maunya
marah-marah karena kurang ini kurang itu, kita kan di dalam hati kita kan juga tertekan,
pada waktu sujud untuk menentramkan gagasan itu sulitnya bukan main ya akhirnya
sujudnya ya itu tadi asal bungkuk asal ngucap sudah... lalu tidak menggunakan rasa
karena rasa itu akan bergerak dan berjalan pada saat kita hening, isitilahe wong jowo iso
nutupi babahan howo songo, babahan itu tempat keluarnya masuk hawa napsu, termasuk
dua mata, dua telinga, lubang hidung dua, mulut satu, bawah ada dua, kan ada 9 itu.
Itulah kalau kita dapat menutup rapat, jadi ada suara kita tidak mendengar ya walupun
mendengar tapi kita tidak dapat menerima apa yang tadi diucapkan mereka walaupun
saya diam disini, mas sama mbak wahyu cerita disitu mungkin ceritanya ga masuk cuma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengar ada orang bicara tapi ga masuk. Kalau disini melihat sesuatu tuh seolah-olah kita
gambaran-gambaran seperti itu tidak perlu dihiraukan, ada nyamuk nggigit itu ga akan
terasa, tapi nanti kalau sudah selesai sujud baru gatal ini. Berarti pada saat sujud bisa
menutup itu tadi, pendengaran kita tertutup, rasa kita tertutup, penglihatan kita walaupun
mata kita memandang melek begini ya karena awalnya kan juga melek ya tapi apapun
yang ada di depan kita ga kelihatan yang kelihatan cuma cahaya, walaupun dalam
keadaan gelap akan timbul cahaya. Sinar itu muncul darimana? Dari sana yang
memancarkan, semua manusia yang masih hidup di dunia ini dipancari oleh sinar Allah.
Kalau tidak mendapatkan sinar Allah ya... kita tidak hidup lagi... karena rohani manusia
adalah bagian dari sinar Allah sendiri, jadi dimana Tuhan itu? Ada di dalam kita, ga usah
mencari kemana-mana. Gitu to? Kalau kita sudah berdoa gini dimana? Ya di dalam hati
kita kan? Tidak dimana-mana kan Tuhan itu, buat apa kita jauh-jauh? Kita diam..seperti
sujud itu juga, mampu ga jiwa saya menyatu dengan Yang Maha Kuasa? Dapat ga roh
kita tuh menyembah pada Tuhan karena di dalam ajaran Sapta Darma menyembah pada
Tuhan tidak menggunakan jasmani, kalau bisa kita melihat...dengan keheningan itu kita
melihat rohani kita, sujud pada Yang Maha Kuasa lalu merasakan dan melihat kesalahan-
kesalahan kita mungkin dari jaman yang kita belum mengenal dosa istilahnya ya umur 5
tahun sampai sekarang itu, suatu saat kita tuh pernah berbuat kesalahan pada orang tua
atau orang lain yang betul-betul Tuhan itu...bahwa itu adalah kesalahan yang paling
besar. Itu kalo kelihatan kita mohon ampun, disitu... apa kita mampu ga seperti itu tapi
untuk melihat itu sudah tidak ketemu. Mungkin hanya teringat saya dulu kok pernah
melempari mangganya si A, ya to pada waktu saya kecil. Itu juga dosa, dosa kan? Itu
milik orang lain... dengan seperti itu lalu kita untuk kehidupan sehari-hari memang kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
harus berhati-hati menjalankan wewarah tujuh tuh ya...kalo harus sempurna ga mungkin,
kita ga mampu sebagai manusia biasa ga akan mampu melaksanakan wewarah tujuh
seratus persen. Kita ga bisa, saya yakin itu. Saya rasa semua warga Sapta Darma belum
ada yang mampu menjalankan seratus persen wewarah tujuh, kalau Cuma ya...ini
dilaksanakan-dilaksanakan tapi tidak seratus persen soalnya sulit...sulit mas... Apakah
kita selalu mentaati peraturan negara? Mungkin ada forbidden aja kita masuk ya betul ga?
Secara jasmani melanggar secara rohani pun melanggar. Sudah tau ada larangan kok
dilanggar. Maka kalau kita sudah tau larangan ya jangan dilanggar. Itu kan peraturan
negara, apa kita sudah ikut melaksanakan pembangunan negara kita di tingkat lingkungan
RT maupun RW, kampung kita pernahkah kita kerja bakti? Pernahkah kita ikut ronda
malam kalau memang ditugaskan? Nah yang sepele-sepele itu belum tentu kalau kita
dapat melaksanakan terus menerus, itu saja sudah melanggar wewarah tujuh. Kita
dimintai tolong saudara-saudara kita atau lingkungan sekitar kita atau diperjalanan ada
orang minta tolong, kita ada tapi kita bilang ga ada, itu sudah tidak sesuai dengan
wewarah tujuh. Kita harus bener-bener ikhlas, kalau ada orang nembung minta utang
pada kita, apakah orang itu nanti akan mengembalikan atau tidak nah karena warga Sapta
Darma sudah diberi alat kontrol, kalau orang ini besok tidak akan mengembalikan. Orang
ini mau menipu, kita tidak boleh mengecewakan dia kan? Ya ada tapi ini untuk keperluan
hari ini, kalau anda yang pake saya kan juga harus mementingkan diri saya sendiri,
kebutuhan saya sendir ya monggo cari yang lain. Kalau itu diberi ya itu ga akan kembali,
itu pengalaman saya. Jadi kita rasakan ini komentar seperti ini apa benar? Jadinya sesuai
dengan pengecekan kita itu tadi, ini tidak akan jadi, tidak akan berhasil itu kita sudah
medapatkan suatu gambaran, atau suatu rasa ya, wah ini keliru tapi biarkan saja sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pengalaman. Betul ga? Kita ya sujud itu memang membutuhkan suatu perjuangan,
perjuangan untuk sujud itu tidak semudah seperti orang-orang lain di dalam ajaran yang
lain seperti yang pernah saya lakukan seperti Islam ya, dulu kan saya juga sholat ya. Itu
tidak seperti ini, kan asal hapal, diucapkan bergerak seperti itu selesai. Mulai bersama-
sama ada Imam kita makmum, Imam selesai kita selesai sebetulnya ga bisa. Siapa yang
ngimami? Ga ada, kita sendiri. Tuh lo baring-baring disitu, mapan jam 7 sore ini dateng
bareng-bareng 5 atau 10 orang, tapi selesainya? Ada yang 15 menit sudah selesai ada
yang setengah jam, mungkin ada yang satu jam, mungkin ada yang satu jam lebih.
Karena apa? Karena dari mereka ini ya ada yang betul-betul mau meneliti, meneliti betul-
betul, dirasakan satu persatu sampai selesai tapi ada yang kadang cuma acak. Acak
gimana pak? cuma terasa sedikit langsung gerak, itu kan seperti diacak gitu ya to? Wah
sudah terasa kok matanya udah langsung merem, nah ini karena sujud ini..mata
memandang tidak boleh berkedip, memandang satu titik tidak boleh berkedip supaya
nanti dapat menutup dengan sendirinya. Kalau mata sudah menutup dengan sendirinya,
mata dibuka pun kita tidak mampu membuka gini tuh kita tidak mampu. Rasanya berat
seperti itu ya pak? Ya rasanya berat sekali, menutup akhirnya nanti kita merasakan lagi
ada yang asma 3 itupun juga, kita mendengarkan dan menirukan jadi disana ada yang
mengatakan. Kita dengar, kita disini didalam hati jasmani menirukan apa yang diucap itu
tadi. Itu kalau betul-betul bisa seperti itu setiap hari hebat, indah, kebahagiaan yang
didapat. Ini untuk mencapai kebahagiaan tuh kita harus betul-betul menggali rasa yang
meliputi seluruh tubuh itu. Ini pengalaman saya. Mungkin seperti pak Narji atau pak
Setyo lain lagi karena beliau pengalamannya... seperti pak Setyo dengan saya sudah lama
pak Setyo, pak Setyo masih bisa bertemu dengan Bopo Panuntun Agung kalau saya kan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sudah ga, lebih tua lagi. Pak Setyoatmojo tuh masih menerima langsung dari Bopo
Panuntun Agung klo seperti saya kan baru ibu Sri Pawenang tapi sebenarnya sama saja.
Pengalamannya ya lebih banyak beliau, pengalaman di dalam sujud atau dalam
kehidupan sehari-hari mengatasi segala permasalahan itu kan lebih pengalaman. Kalau
untuk bapak pengaruh pengalaman tadi ke kehidupan bapak bagaimana? Kehidupan
sehari-hari juga ada perubahan. Perubahannya banyak mas misalnya dulu kita ga punya
rumah dengan sujud begini kita dapat bangun rumah, kehidupan bisa meningkat.
Memang sesuai dengan ajaran Sapta Darma, barangsiapa dapat sujud Sapta Darma dunia
dan akhirat akan bahagia. Ini sudah saya rasakan karena saya betul-betul membuktikan
kalau saya tuh cuma punya...saya ceritakan ya ini pengalaman saya. Saya bangun rumah
ga punya duit. Terus bagaimana itu pak? Uang 30 juta, material yang ada cuma kusen
pintu sama jendela jangan daun pintu sama jendela. Padahal saya tanya sama yang
mborong tenaga, rumah saya karena terlalu gede ya. Itu biaya tukangnya saja sudah 28
juta itu belum finishing, baru buat pondasi sampai batu bata naik masang itu kusen-kusen
sama sampai gendeng, itu belum semuanya ya. Itu sudah 28 juta, uang tingal 2 juta. Apa
mungkin itu terjadi kalau itu bukan kehendak Tuhan? Dengan saya yakin seyakin-
yakinnya, Tuhan akan memberikan saya rumah, jadi... Dengan perjuangan usaha saya ya
yang sederhana itu akhirnya dapat jadi rumah itu dengan sanggarnya, jangka waktu satu
tahun mas dengan modal 30 juta. Tenaga saja sudah 28 juta setelah finish, pasang
keramik, nglepo, ngecat trus masang plafon itu 28 juta lagi, tenaganya tok itu. Sisa-
sisanya? Lah gimana itu, tinggal percaya atau tidak, inilah kehendak Tuhan. Kenapa kok
sampai seperti itu dan ini pun sekarang rumah yang saya tempati ini tadi pagi sudah
diukur bangunannya eh kemaren bangunannya sekarang tanahnya mau kena jalan tol,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
itupun sudah kehendak Tuhan. Mungkin nanti akan lebih meningkat lagi, nanti saya akan
carikan tempat yang agak luas mungkin sanggar akan saya sendirikan. Ini mungkin bukan
kehendak kita kan, kenapa kok saya beli tanah disitu trus bangun disitu, baru saya tempati
3 tahun, tahun 2004 ampe 2007 malah kena proyek jalan tol. Ini sudah kehendak Tuhan,
kita monggo, saya serahkan asal nantinya jadinya lebih baik lagi dari yang sekarang.
Sanggar dapat pisah dengan rumah, tanahnya dapat luas, rumah sendiri. Kemaren kan
jadi satu, masih gandeng itu lo mas. Dengan begitu ini hasil sujud, karena apa? Apa yang
saya inginkan, apa yang saya cita-citakan terlaksana dengan kita tidak tau. Loh bener ga?
Bila kita secara waras ya mas, secara matematika anak saya, adik-adik saya pun
menyangsikan. Mereka tanya, “kamu punya uang berapa?”, cuma 30, “ini bangunanmu
tidak cukup 100 juta”, ya mboh saya bilang gitu. Ini bukan urusan saya tapi urusan Tuhan
karena ini kehendak Tuhan. Seperti yang saya katakan ke anak-anak mau tanggap warsa,
tahun barunan. Itu saja anak-anak ga yakin dan ga percaya dan istri saya pun masih
meragukan apa yang saya katakan ya, kamu harus menyediakan snack 700 dos. Loh kan
ga meyakinkan to, padahal warga Sapta Darma yang ada di kecamatan ungaran saja cuma
12 orang kenapa saya harus menyediakan 700. Itu bukan juga kehendak saya, saya
mengucap begitupun saya ga merasa. Saya perintah sama kamu, tugasmu sediakan snack
700 dos, kemudian dia tanya, “untuk apa pak?”. Buat tanggap warsa besok, besok itu
tanggap warsa lo, “iya saya tau tapi masa sekian?”. Iya 700 dos, kamu yang biaya, bapak
urusan makan sama sound system sama tempat, kamu cuma saya suruh carikan snack 700
dos. Dia lari pesen di catering, setelah jadi ya diantar, yang dipesen aja bertanya, “loh
mas untuk apa?”, “untuk tahun barunan”, “loh undangannya berapa?”, “ga da undangan”.
Dibuktikan, terbukti mas, tingal seratus dos aja ga ada, 50 aja ga ada, habis itu...
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Makanya tetangga saya pada heran, “loh ditempatnya pak Waiman ada apa?”, mantu ga
tapi kok tamunya seperti itu banyaknya. Itu kalo kita tidak dekat dengan Tuhan ya
hasilnya seperti itu mas. Jadi apa yang kita katakan mungkin akan terjadi, karena ketika
kita berkata kita seolah-olah ga menyadari. Seperti buat rumah ya seperti, “ya besok kita
bangun” padahal uang ga punya... kan aneh to? itu kehendak Tuhan kok, seperti snack
700 dos, saya bilang liat saja nanti. Sedangkan itu ya mertuanya anak saya juga kaget lo
mas kateringnya juga gitu, orang tahun barunan kok 700 dos untuk apa? Orang mantu aja
ga sampe segitu, ga tau bapak yang suruh kok, bapak kalo nyuruh ga dituruti nanti kurang
saya dimarahin. Istri saya juga, “pak mosok masak segini banyaknya?, “Iya!”, “bapak
yakin?”, “yakin buktikan sendiri nanti”. Itu tamu darimana? Ya dari sekabupaten
Semarang, walaupun tanpa undangan, cuma woro-woro ya, ada tanggap warsa besok,
datang semua. Itu saja saya rasa belum semuanya, tidak ada separo dari warga. Karena
apa? karena saya yakin kalo kita dekat dengan Tuhan, maka kita akan dibimbing, diberi
petunjuk walaupun kadang-kadang kita itu sok-sok ga mudeng ya, sampai-sampai saya
kok gak mudeng apa yang saya katakan itu seolah-olah keluar dari mulut karena saya
juga pernah ya mas waktu saat itu masih kuliah ya. Saya mau berangkat kuliah saya
bilang sama mbok saya, ibu saya, “mbok kulo mau berangkat sekolah, mengke niki jam 9
pagi mbah meninggal dunia, ada kabar ke sini, jam 9 nanti bapak kesana”. Saya pulang
bapak pergi, lah saya tanya, “bapak pergi kemana?” layat tempat mbah itu, lah yang
ngomong itu siapa ga mudeng... “Kamu itu...” kalo dalam bahasa jawanya itu ngalup ya.
Apa itu pak? Ngalup itu mendoakan yang ga baik, mendoakan orang yang masih hidup
dikatakan mati. “kamu itu ga pas..”, loh nyatanya mati kok. Betul to? Itu waton berucap
gitu antara sadar dan tidak sadar jadi dimana ya seolah-olah ini mulut bicara sendiri, ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
petunjuk ini. Ini dalam ajaran Sapta Darma, maka kalo orang-orang dalam Sapta Darma
jangan sekali-kali, belajarlah berkata baik dan benar. Karena apa? Apa yang dikatakan
nanti bisa terjadi sungguhan, itu yang kasihan. Misalnya ada anak yang memanjat pohon,
kalo memperingatkan jangan terlalu emosi ya..”mas ora sah menek... mbok pake galah
aja..” klo kita sampe “kamu jangan menek nanti jatuh” sekali waktu terjadi, klo ini pas
ada itu..terbawa oleh sinar.. sabda Allah ...itu yang bahaya karena kadang-kadang kita ga
menyadari. Harus kontrol bener-bener? Kontrol bener... maka didalam Sapta Darma
mengucap sumpah aja ga boleh, kalo kamu berani sumpah hati-hati...kalo kamu berbuat
apa yang kamu sumpah itu celaka sendiri. Karena gini ya mas dalam ajaran Sapta Darma
ya dari pengalaman saya mas..kalo saya berbuat kesalahan salah ya...tapi saya kadang
menyadari kalo saya salah itu artinya juga dapat dendam mas, sakit... kalo kita merasa
sakit kita harus introspeksi, menelurusi kesalahan-kesalahan yang pernah kita buat kita
mohonkan ampun, kalo ngga suatu saat kita akan melihat kesalahan saya...saya pernah ya
mas pagi-pagi karena saya kan jualan nasi ya ngangkat itu lo kuah soto..padahal itu dalam
keadaan mendidih ya itu tumpah kena kaki, woh itu sakitnya bukan main, puanas...
Setelah malam itu saya introspeksi kenapa kaki saya kok tersiram ini..kemudian? setelah
sujud melihat beberapa hari yang lalu saya tuh nebangi ini palem, raja... padahal itu di
pekarangan saya sendiri ya yang sekarang saya tempati rumah ini ya, itu kan saya beli
sudah ada palemnya rojo sekian-sekian ini. Emang kan tidak saya pake, tapi kan karena
saya nebangnya dengan marah, ini dadanya panas..karena dicuri orang, yang lain diambil
ga mau meminta pada saya, kalo minta Pak Waiman pohonnya palem mbok saya
gunakan saja ya karena saya butuh uang atau gimana ya ngomong, tidak... Disini kan
melihat dicuri kan mangkel ya, namanya juga manusia akhirnya yang lainnya saya tebang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
semua. Ini juga kan pertama merugikan perasaan orang lain tersinggung juga..mungkin lo
itu atau kenapa tanaman baik-baik kok ditebangin tidak dimanfaatin untuk dijual atau
diberikan ke orang lain kan juga bisa bermanfaat untuk orang lain saya tebangin gitu aja,
itu kesalahan saya. Sampai kaki juga dihukum...lalu setelah merasakan sujud betul-betul
perilaku kita ya nantinya akan berkurang sedikit-sedikit dengan sendirinya tapi kita juga
berusaha ngerem sedangkan mbatin saja ga boleh mas, mbatin yang jelek ya atau curiga
pada orang lain.. kalo bisa itu dijauhin karena itu nanti juga mempengaruhi waktu sujud.
Bagaimana? Sulit ya? Itu pengalaman saya... apa yang saya lakukan kalo itu memang
kehendak Tuhan ya mas, jadi usaha apa saja kalo itu kehendak Tuhan itu akan jadi. Kalo
kita akan berusaha apapun kita harus sujud terlebih dahulu sebelum melakukan
pekerjaan-pekerjaan itu supaya kita berhasil karena kehendak Tuhanlah semua itu akan
jadi tapi kalo Tuhan tidak menghendaki ya tidak akan jadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No Jawaban subyek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Mulai sepuluh November lima puluh enam sampai sekarang sudah berapa lama itu, mulai saya umur 25. Kalo dari pengalaman yang bersifat rohani, yang bersifat abstrak ga ada. Hanya dalam perasaan saya merasa cocok begitulah. Begitu saya diberi cerita diceritani tentang Sapta Darma. Itu yang menceritani itu juga baru berpengalaman satu hari satu malam, lalu bercerita pada saya. Saya kok otomatis minta dituntuni, minta disujudkan. Akhirnya disujudkan saja dan waktu itu yang diceritakan pada saya hanya caranya sujud. Setelah dituntuni belajar sujud, hanya diberi pesan supaya nanti dipraktekkan, dalam praktek ini yang maksudnya disambil praktek sujud setiap hari juga dipesan supaya dibuktikan dengan modal merasa mampu untuk memberikan pertolongan pada orang lain, terutama orang sakit. Dari sedikit, perasaan saya menjadi tambah percaya dan bertambah yakin itu karena hasil dari pengobatan itu. Yang pertama anak saya yang pada waktu itu berumur 3 bulan itu sakit perut kemudian saya hanya hening, mengheningkan cipta. Klo memusatkan kan hanya hening saja, hanya diam, dalam hati menyatu dengan Tuhan kemudian disabdakan, sabda waras. Hanya sabda waras itu sabdanya kemudian anak saya menjadi sembuh. Demikian pula murid saya, saya kan seorang guru. Yang pertama kali menjadi kejutan atau menambah keyakinan saya, murid saya bermain-main, jatuh kemudian tak bernapas. Kemudian saya meminta anak-anak lain untuk meletakkannya di meja. Saya belum diberitahu tapi kok saya ada perasaan jari- jari saya diisi, jari-jari tengah saya ini saya pegangkan pada pusat kemudian saya luhurkan asma Allah, Allah Hyang Maha Agung, Allah HyangRohkim, Allah Hyang Maha adil dan saya sabda waras, anak itu seketika bangun trus lari- lari lagi. Itu yang membuat saya tambah yakin dan banyak lagi. Beberapa hari kemudian ga sampai lama ada tetangga yang istilahnya apa itu ya, kesurupan, kemasukan roh jahat. Sudah dipanggilkan yang namanya mbah Joremi yang biasanya memberikan penyembuhan, itu ndak mampu. Akhirnya saya kok merasa kasihan saya melihat merasa kasian, anak-anak masih disekolah itu, akhirnya timbul rasa untuk memberi penyembuhan, pangusadan. Itu otomatis saya ini, ini ada seperti ada setrumnya ini di driji dua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91
ini, ini saya tunjukkan pada ketiaknya dua-duanya nah itu roh yang ada di dalamnya itu lari, orangnya trus sadar. Nah setelah sadar, juga belum pernah saya diberitahu sebelumnya oleh orang yang menuntuni saya itu klo sudah begitu ini tuh diping maksudnya menutup agar rohnya itu tidak bisa kembali lagi. Itu yang menambah saya menjadi tambah yakin, tambah tekunlah saya sujud. Jadi kemudian timbul pengertian bahwa sujud itu terutama disamping merupakan kewajiban didalam hidup kita ini berasal dari Yang Maha Kuasa maka kita harus sujud kepada Yang Maha Kuasa. Yang sujud itu hidup kita ini, jasmaninya hanya ikut saja membungkuk tiga kali. Itu yang menyebabkan saya bertambah yakin dan banyak lagi. Bukan hanya puluhan tapi sudah ratusan. Tentang sujud itu setiap hari wajib menurut petunjuk di buku yang sudah tertulis, satu hari satu malam 24 jam minimal satu kali, itu yang benar tp lebih dari satu kali lebih baik. Tapi satu kali sudah dapat melakukan sujud benar-benar itu sudah baik. Oh iya jadi pada waktu sujud, kita merasakan. Pertama-tama teori sujud kan duduk bersila. Setelah duduk di mori putih itu terus duduk bersila untuk bapak-bapak, duduk bertimpuh untuk ibu. Lalu sedakep, klo sudah sedakep, jasmani sudah diatur kemudian mulai rohani sekarang yang harus bekerja. Jasmaninya diusahakan pasif, tidak hanya wujudnya jasmani ini saja tapi juga pikirannya juga pasif. Klo sudah bisa pasif semua pikiran, angan dsb itu yang dinamakan ening. Dalam situasi ening itulah rasa istilah lainnya rohani itu akan aktif melaksanakan sujud itu terasa, rasanya giming-giming gitu. Pokoknya ada rasa yang berjalan mulai dari kaki. Dia akan naik ke atas, ini mata masih terbuka. Nanti klo sudah dikepala nanti akan terasa berat. Nah setelah berat nanti diperhatikan trus sampai menyatu di ubun-ubun ini. Setelah menyatu di ubun-ubun ini barulah nanti akan turun ke bawah menutup mata sampai di mulut, ujung lidah nanti di ujung lidah akan terasa yang istilah jawanya pating trecep, seperti ada setrum. Ini nanti klo sudah ada setrum listrik itu, ini otomatis perhatian rohani trus merasa menghadap kepada Yang Maha Kuasa kemudian meluhurkan asma Allah yang bunyinya Allah Hyang Maha Agung, Allah Hyang Rokhim, Allah Hyang Maha Adil. Kemudian setelah itu nanti ada rasa lagi turun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137
ke bawah. Rasanya enak gitu, tenang, dalam perasaan tenang sekali, pokoknya ga da beban apa-apa sampai rasa itu menyentuh disini. Istilahnya dalam Sapta Darma sampai di bundelan tali roso do, klo menurut Sapta Darma kan ada dua belas saudara antara lain yang namanya Sukmo Kencono nanti klo sudah sampai disini maka kita tingkatkan ening kita, lebih pasif lagi, angan-angan tidak boleh bekerja. Nanti akan ada rasa yang datang dari tulang ekor, dari sana akan ada rasa yang naik lewat sumsum tulang belakang, naik ke atas sampai menyatu diubun-ubun. Klo sudah sampai di ubun-ubun pada waktu ini badannya sudah membungkuk dengan sendirinya. Pada waktu disini ditahan sedikit trus sampai di mori putih nah ini rasa yang dari sumsum tulang belakang sudah sampai di ubun-ubun kemudian dirasakan lagi keujung lidah, sampai di ujung lidah nanti kita seakan-akan menyatu lagi atau kontak dengan Yang Maha Kuasa dengan mengucap sujud, ucapannya Hyang Maha Suci sujud Hyang Maha Kuasa 3 kali diucapkan lalu kembali tegak. Mengapa Hyang Maha Suci yang mengucap sujud? Karena yang sujud itu rasa kita, ya sinar atau nur kita yang berasal dari Hyang Maha Kuasa itu yang berhak sujud. Jadi manusia itu yang bisa sujud hanya nur kita, jadi klo sudah bisa rasa yang meliputi seluruh tubuh kita sudah tersaring klo sudah jadi nur, nur itulah yang bisa sujud kepada Hyang Maha Kuasa. Jadi tidak cukup hanya ucapan, jadi yang mengucap itu nur tadi istilahnya dalam batin jadi mengucap dalam batin. Sesudah mengambil sujud ini dirasakan dari ubun-ubun turun ke bawah sampai ke muka ini terasa. Dalam hati pembersihan untuk mengendalikan napsu, musuh kita yang tersisa, napsu dalam pribadi kita yang dikendalikan supaya kita bisa berbuat baik. Sampai ke bawah. Juga berfungsi untuk pembenahan pribadi klo ada alat yang kurang bagus bisa menjadi bagus, alat yang kurang sehat bisa menjadi sehat. Oleh karena itu kalo benar-benar sujudnya pada Yang Maha Kuasa dan selalu mengurangi kesalahan, ingat pada kesalahan nanti akan dapat berbuat baiklah. Itu bungkukan yang pertama, terus dirasakan terus sampai ke do lagi. Kemudian dirasakan lagi dari silit kodok, begitupun untuk bungkukan kedua caranya sama. Nah setelah sampai di mori lalu paling tidak ingat, syukur tahu. Jadi klo diketahui kesalahan apa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183
saja yang pernah diperbuat sejak umur 5 tahun. Menurut Sapta Darma orang itu sudah memiliki kesalahan atau dapat dikatakan salah klo sudah berumur 5 tahun. Nah sejak umur 5 tahun itu nanti akan kelihatan paling tidak ingat kesalahan yang pernah dibuat. Setelah ingat kesalahan yang pernah dibuat, kemudian ini terus dirasakan terus nurnya agar dapat terus berhubungan dengan Yang Maka Kuasa lalu dalam batin mengucap kesalahan Hyang Maha Suci nyuwun pangapura Hyang Maha Kuasa dalam bahasa Jawa. Di Indonesiakan juga boleh Kesalahan Hyang Maha Suci mohon ampun Hyang Maha Kuasa boleh 3 kali juga. Sesudah itu kembali tegak, sama dirasakan turunnya seperti tadi. Prinsipnya habis sujud kembali tegak ini harus dirasakan sebab itu ketika kita kontak dengan Hyang Maha Kuasa, itu kita mendapat sinar dari Hyang Maha Kuasa, sinar baru, nah inilah santapan rohani menurut Sapta Darma. Santapan rohani menurut Sapta Darma itu setiap habis sujud dirasakan. Disamping untuk memelihara kesehatan, untuk memperbaiki napsu-napsu yang kurang baik itu juga fungsinya. Kemudian dirasakan lagi ketiga kalinya dari silit kodok sampai naik lagi ke ubun-ubun kemudian dahi dan ujung hidung ini menyentuh mori putih kemudian ingat kepada kesalahan tadi. Lalu dengan mengucap Hyang Maha Suci mertobat Hyang Maha Kuasa. Jadi dengan ingat kesalahan tadi lalu mengucap Hyang Maha Suci mertobat Hyang Maha Kuasa 3 kali. Mengapa Hyang Maha Suci kok mertobat? Sebetulnya Hyang Maha Suci itu tugasnya mengendalikan saudara yang ada dalam pribadi, napsu yang ada dalam pribadi ini . klo Hyang Maha Suci tidak bisa menguasai, tidak bisa masesa kepada napsu-napsu itu berarti salah Hyang Maha Suci, sebab yang bisa sujud itu Hyang Maha Suci. Jadi saudara yang lain hanya berbuat salah karena ingin menguasai pribadi manusia sebetulnya napsu-napsu itu. Kalo orang dikuasai napsu-napsunya yang berlebihan lalu menjadi orang yang angkara murka seperti Dasamuka. Demikian teorinya sujud setelah dirasakan sampai lerem, sampai tenteram, sampai tenang dan dirasakan betul-betul ada perbedaannya sebelum sujud dan setelah sujud itu ada perbedaannya. Perbedaannya ya itu sebelum sujud mungkin masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229
membawa getaran-getaran yang tidak baik itu rasanya berat di badan tapi setelah sujud nanti tidak, enteng, lego. Itu perbedaannya. Nah manfaat sujud banyak sekali klo manfaat sujud. Yang pertama kali tadi memenuhi kewajiban, hidup wajib sujud kepada yang memberi hidup kemudian untuk kepentingan pribadi sujud bisa mendatangkan kesehatan. Dibuktikan sebelum sujud dan sesudah sujud rasanya lebih enak, lebih segar daripada sebelum sujud. Itu untuk pribadi. Yang lainnya tadi untuk mengendalikan napsu, untuk memperbaiki napsu. Nah klo merasakan disini tadi istilahnya dalam Sapta Darma, istilahnya membangun sanggar candi sapta rengga. Ini lambang daripada sanggar candi sapta rengga. Kenapa disebut sanggar candi sapta rengga? Karena bagian tubuh manusia yang paling atas ini lah yang disebut sebagai manusia. Ini mukanya yang dihiasi atau direngga dengan alat, lubang banyaknya tujuh, mata dua, telinga dua, lubang hidung dua, tutuk satu. Orang itu enak dan tidak enak, bejo dan ciloko itu tergantung pada ini, sapta rengga ini. Klo ini berkata yang tidak baik mungkin akan ditempeleng orang, lah klo ini mencium yang bukan haknya akan ditempeleng orang. Demikian pula klo ini mendengar suara orang lalu amarah kemudian timbul cekcok kan juga mendatangkan yang tidak enak. Matapun demikian itu pula. Lebih- lebih kalau sudah berkeluarga itu harus bisa mengendalikan, harus bisa mengendalikan rumah tangganya supaya tetap utuh bersatu. Klo di jalan bertemu orang yang cantik jangan sampai lupa dengan istrinya, salah satu contoh itu. Ini yang penting, klo kita bisa mengendalikan mata, telinga, hidung dan tutuk dengan baik akan selamat. Syukur klo bisa melaksanakan ini sampai dengan titik darah penghabisan, artinya sudah waktunya dipanggil oleh Yang Maha Kuasa, itu menurut Sapta Darma. Kalau sudah seperti istilahnya kesalahan-kesalan yang sudah habis dimohonkan ampun, bersih jadi langsung tidak usah ke neroko tapi langsung suarga menurut Sapta Darma. Yang jelas saya merasa tenang dan saya sebelum ketemu Sapta Darma saya juga merasa cukup, tidak pernah merasa kurang. Sebab itu saya terima, teman-teman keluar sebagai guru, saya tetap menjadi guru. Meskipun pada waktu itu gajinya mung sedikit saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271
rasa sudah cukup. Sampai dengan keluarga saya juga bahagia. Istri satu dan memang sudah menjadi cita-cita saya sebelum ketemu Sapta Darma, saya masih jejaka itu juga ingin kawin itu satu saja. Malah menjadi motivasi saya, Nabi Adam. Yang Maha Kuasa menurunkan Nabi Adam hanya satu jodoh, ya satu itu saja jodoh dan pada waktu itu saya minta kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, belum ketemu Sapta Darma lo..saya mohon anak dua saja cukup. Jadi pemerintah belum menganjurkan Keluarga Berencana, saya sudah mengeluarkan. Saya minta dua saja, satu laki satu perempuan. Ketemu Sapta Darma saya kawin. Artinya kawin trus anak saya umur 38 ketemu Sapta Darma. Nah ndilalah anak saya itu yang pertama sebelum ketemu Sapta Darma tapi saya sudah mengerti tidak tahu lo ya, tapi mengerti bahwa anak saya nanti laki- laki sebab itu masih umur 6 bulan dalam kandungan sudah saya beri nama. Tapi klo yang kedua saya sudah melakukan sujud. Sudah sujud juga kemudian, 6 bulan dalam kandungan sudah saya beri nama Sri, Sri Astuti dan namanya saya ketemukan dua, Sri Astuti dan Sri Ratna Astuti. Akhirnya pada waktu lahir saya namakan Sri Astuti tapi setelah masuk kelas satu, anaknya minta ditambahkan Ratna jadi Sri Ratna Astuti. Klo yang laki- laki Wijayakusuma saya berikan nama itu. Dan anak saya dua itu sudah dewasa semua. Yang satu sudah berumur 51 tahun, yang nomer dua 49 tahun. Pokoknya saya merasa syukurlah pada Tuhan Yang Maha Esa saya diberikan tuntunan, bimbingan lalu yang penting lagi pada waktu saya berangkat untuk menikah saya pamit kepada orang tua, saya ingin membuat sejarah baru, tidak seperti mbah-mbah saya, seperti bapak ibu saya. Pokoknya saya ingin membuat sejarah baru. Akhirnya setelah saya hayati itu perkawinan saya ternyata saya ada saja godaan tapi saya dapat mengendalikan terutama godaan itu, godaan mata itu. Tapi saya dapat mengendalikan sampe sekarang, anak saya yang satu bekerja di Bandung di telkom, yang satu di dinas kesehatan di Semarang. Jadi saya tinggal lagi berduaan dengan istri saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No Kategori Pernyataan Tema 1 2
Latar belakang melakukan sujud Sensasi fisik yang dirasakan ketika sujud
Kita ya sujud itu memang membutuhkan suatu perjuangan, perjuangan untuk sujud itu tidak semudah seperti orang-orang lain di dalam ajaran yang lain seperti yang pernah saya lakukan seperti Islam ya, dulu kan saya juga sholat ya. Itu tidak seperti ini, kan asal hapal, diucapkan bergerak seperti itu selesai (227-233). kehidupan bisa meningkat (276). itu seperti gelombang-gelombang rasa yang berjalan (78-79). walaupun mata kita memandang melek begini ya karena awalnya kan juga melek ya tapi apapun yang ada di depan kita ga kelihatan yang kelihatan cuma cahaya, walaupun dalam keadaan gelap akan timbul cahaya (154-158) Kalau mata sudah menutup dengan sendirinya, mata dibuka pun kita tidak mampu membuka gini tuh kita tidak mampu. Ya rasanya berat sekali, menutup akhirnya nanti kita merasakan lagi ada yang asma 3
Sujud dianggap lebih membutuhkan perjuangan. Keterbatasan ekonomi. Ada gelombang yang berjalan. Melihat suatu cahaya. Mata akan terasa berat. Mendengar ada yang berkata Allah Hyang Maha Agung, Allah Hyang Maha Rokhim, Allah Hyang Maha Adil untuk kemudian ditirukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
4
5
Sensasi psikologis yang dirasakan ketika sujud Pengalaman akan Tuhan ketika sujud Manfaat yang dirasakan melalui sujud
itupun juga, kita mendengarkan dan menirukan jadi disana ada yang mengatakan. Kita dengar, kita disini didalam hati jasmani menirukan apa yang diucap itu tadi (250-257). Itu kalau betul-betul bisa seperti itu setiap hari hebat, indah, kebahagiaan yang didapat (257-259). walaupun dalam keadaan gelap akan timbul cahaya. Sinar itu muncul darimana? Dari sana yang memancarkan, semua manusia yang masih hidup di dunia ini dipancari oleh sinar Allah. Kalau tidak mendapatkan sinar Allah ya... kita tidak hidup lagi... karena rohani manusia adalah bagian dari sinar Allah sendiri, jadi dimana Tuhan itu? Ada di dalam kita, ga usah mencari kemana-mana. Gitu to? Kalau kita sudah berdoa gini dimana? Ya di dalam hati kita kan? Tidak dimana-mana kan Tuhan itu, buat apa kita jauh-jauh? Kita diam..seperti sujud itu juga, mampu ga jiwa saya menyatu dengan Yang Maha Kuasa (157-169). Setelah sujud, kita melaksanakan sujud ini,
Mendengar dari sesuatu yang tidak tampak. Merasakan kebahagiaan. Tuhan memancarkan cahaya sebagai yang memberi kehidupan. Manusia adalah bagian dari Tuhan dan Tuhan ada di dalam manusia. Mampu mengurangi hawa napsu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Pengaruh ke dalam kehidupan sehari-hari
kita mengolah rasa akhirnya dengan hawa napsu-napsu itu bisa berkurang dari sedikit (7-10). dengan orang lain tidak punya rasa dengki, atau ingin marah walaupun kita diterpa oleh perkataan-perkataan yang ga pas dengan rasa kita, kita bisa mengendalikan diri, itu hasil dari sujud (13-16). Jadi semakin lama kita semakin sujud dan kita mau tekun dengan sujud, kita akan membuahkan rasa damai, bahagia dan ketentraman dalam pribadi...gitu (16-19). Kehidupan sehari-hari juga ada perubahan. Perubahannya banyak mas misalnya dulu kita ga punya rumah dengan sujud begini kita dapat bangun rumah, kehidupan bisa meningkat (273-276) Apa yang saya inginkan, apa yang saya cita-citakan terlaksana dengan kita tidak tau (317-318). Ini sudah kehendak Tuhan, kita monggo, saya serahkan asal nantinya jadinya lebih baik lagi dari yang sekarang (311-313).
Mampu mengendalikan diri dari rasa dengki dan marah. Mampu memberikan rasa damai, bahagia dan ketentraman dalam pribadi. Sujud mampu meningkatkan kehidupan ekonomi. Mampu memberikan apa yang diinginkan atau dicita-citakan. Memasrahkan semua pada Tuhan. Adanya ketergantungan pada Tuhan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Pengalaman di dalam relasi mereka dengan Tuhan nya
Ini dalam ajaran Sapta Darma, maka kalo orang-orang dalam Sapta Darma jangan sekali-kali, belajarlah berkata baik dan benar. Karena apa? Apa yang dikatakan nanti bisa terjadi sungguhan, itu yang kasihan (385-389). kalo kita merasa sakit kita harus introspeksi, menelurusi kesalahan-kesalahan yang pernah kita buat kita mohonkan ampun, kalo ngga suatu saat kita akan melihat kesalahan saya (403-407) Saya bangun rumah ga punya duit. Uang 30 juta, material yang ada cuma kusen pintu sama jendela jangan daun pintu sama jendela. Padahal saya tanya sama yang mborong tenaga, rumah saya karena terlalu gede ya. Itu biaya tukangnya saja sudah 28 juta itu belum finishing, baru buat pondasi sampai batu bata naik masang itu kusen-kusen sama sampai gendeng, itu belum semuanya ya. Itu sudah 28 juta, uang tingal 2 juta. Apa mungkin itu terjadi kalau itu bukan kehendak Tuhan? Dengan saya yakin seyakin-yakinnya, Tuhan akan memberikan saya rumah, jadi...(281-293)
baik. Menjaga perkataan. Melakukan instropeksi diri untuk melihat kesalahan yang pernah dibuat. Biaya untuk membangun rumah tidak cukup tapi ternyata rumah dapat selesai dibangun. Kehendak Tuhan merupakan suatu mukjizat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Makna sujud
karena saya yakin kalo kita dekat dengan Tuhan, maka kita akan dibimbing, diberi petunjuk walaupun kadang-kadang kita itu sok-sok ga mudeng ya, sampai-sampai saya kok gak mudeng apa yang saya katakan itu seolah-olah keluar dari mulut karena saya (365-370). itu artinya kita dapat bahagia di dunia ini dan bahagia nanti di alam langgeng sana untuk mencapai itu maka kita dengan sujud tekun (22-25). Kita ya sujud itu memang membutuhkan suatu perjuangan (227-228).
Bila dekat dengan Tuhan, Dia akan membimbing, memberi petunjuk meskipun kadang tidak tahu apa maksud dan tujuannya. Adanya suatu perintah dari tak tampak yang memberi petunjuk melalui ucapannya yang kadang tidak disadari bagaimana dan kenapa itu diucapkan. Sujud sebagai suatu syarat untuk bahagia di dunia dan di akherat. Sujud merupakan suatu perjuangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI