PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN...

111
PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN TENTANG ASI EKSKLUSIF DI POSYANDU FLAMBOYAN II KELURAHAN REMPOA KOTAMADYA TANGERANG SELATAN TAHUN 2012 Skripsi Diajukan Sebagai Tugas Akhir Strata-1 (S-1) pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep) Oleh : UMMI HANAN 108104000053 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H/2012 M

Transcript of PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN...

Page 1: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI

KESEHATAN TENTANG ASI EKSKLUSIF DI POSYANDU

FLAMBOYAN II KELURAHAN REMPOA KOTAMADYA

TANGERANG SELATAN

TAHUN 2012

Skripsi Diajukan Sebagai Tugas Akhir Strata-1 (S-1) pada Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)

Oleh :

UMMI HANAN

108104000053

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1433 H/2012 M

Page 2: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas
Page 3: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas
Page 4: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas
Page 5: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas
Page 6: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data pribadi

Nama : Ummi Hanan

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat, tanggal, lahir : Bogor, 26 Januari 1990

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat lengkap : Rangga Mekar Rt/ Rw 03/ 09 Bogor Selatan, Bogor

16135.

Telepon, Hp : 081908425930

E-mail : [email protected]

Pendidikan

Formal

1995-1996 : RA Tarbiyatul Huda

1996-2002 : SDN Batutulis I

2002-2005 : MTs Al-Fatah Lampung

2005-2008 : MA Al-Fatah Lampung

2008-2012 : Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Non formal

2009 : Pelatihan SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique)

Seminar-seminar yang telah diikuti

2009 : Seminar Nasional “Cultural Approach In Holistic Nursing

Care In Globalization Era”

Page 7: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

vi

2010 : Seminar Profesi “Keperawatan Islami, Penerapan dalam

Praktek dan Kurikulum Pendidikan Perawat di Indonesia”

Pengalaman organisasi

2005-2007 : Koordinator divisi kesehatan dan olah raga ISMA (Islamic

Student Movement of Alfatah)

2005-2007 : Ketua umum majalah Adzkia Alfatah

2008-sekarang : KSH (Keluarga Besar Sabuk Hitam) Karate-Do

2009-2010 : Anggota divisi Keislaman BEMJ Ilmu Keperawatan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2010-2011 : Koordinator departemen Keilmuan BEMJ Ilmu

Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

Page 8: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

vii

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, September 2012

Ummi Hanan

Pengalaman Kader Kesehatan dalam Promosi Kesehatan Tentang ASI

Eksklusif di Posyandu Flamboyan II Kelurahan Rempoa Kotamadya

Tangerang Selatan

xiv + 82 halaman + 3 skema + 6 lampiran

Kata kunci: Pengalaman, Kader Kesehatan, Promosi Kesehatan, ASI

eksklusif

ABSTRAK

Keberhasilan pelaksanaan program ASI eksklusif di Indonesia belum

sesuai harapan. Perhatian terhadap kader kesehatan sebagai ujung tombak

keberhasilan program ASI eksklusif diperlukan untuk meningkatkan kembali

promosi kesehatan (promkes) program ASI eksklusif. Tujuan dari penelitian ini

untuk mengeksplorasi pengalaman kader kesehatan dalam promkes program ASI

eksklusif.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi deskriptif. Informan terdiri dari 4 informan utama (kader kesehatan)

dan 8 informan pendukung (2 orang petugas kesehatan puskesmas dan 6 orang ibu

yang memiliki balita di posyandu Flamboyan II). Teknik pengumpulan data

dilakukan dengan wawancara mendalam dan FGD.

Hasil penelitian didapatkan 4 buah tema yang menunjukkan kader

kesehatan yang bertugas di posyandu Flamboyan II telah memahami definisi ASI

eksklusif serta manfaat pemberian ASI eksklusif dan kerugiannya bila tidak

diberikan ASI eksklusif. Kader kesehatan tersebut belum merealisasikan promkes

program ASI eksklusif secara maksimal. Hambatan dalam melakukan usaha

promkes program ASI eksklusif yaitu kurangnya pembinaan bagi kader kesehatan

oleh pihak puskesmas mengenai promkes program ASI eksklusif. Kebutuhan

kader kesehatan terkait upaya promkes program ASI eksklusif yaitu pembinaan

dari pihak puskesmas setempat serta alat peraga. Peneliti menyarankan agar

penelitian ini menjadi dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya dengan

penggalian informasi yang lebih dalam mengenai kebutuhan kader kesehatan

untuk menunjang perannya sebagai promotor kesehatan sehingga dapat ditemukan

solusi terbaik dalam meningkatkan pelaksanaan program ASI eksklusif. Implikasi

penelitin ini terhadap ilmu keperawatan yaitu sebagai dasar informasi bagi

keperawatan mengenai gambaran pelaksanaan program ASI eksklusif, sehingga

dapat meningkatkan kembali usaha untuk mensukseskan program ASI eksklusif

khususnya dari sisi keperawatan anak, maternitas dan komunitas.

Referensi : 40 (tahun 1995-2011)

Page 9: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

viii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

SCHOOL OF NURSING

Undergraduate Thesis, September 2012

Ummi Hanan

Experience in Health Promotion Health Cadre On Exclusive breastfeeding at

Flamboyan II Public health centre Urban South Tangerang municipality

Rempoa

xiv + 82 pages + 6 + 3 scheme attachments

Keywords: Experience, Health cadre, Health Promotion, exclusive

breastfeeding

ABSTRACT

The successful implementation of the program of exclusive breastfeeding

in Indonesia is not as expected. Attention to health volunteers spearheading the

success of exclusive breastfeeding is needed to improve back health promotion

(promkes) program of exclusive breastfeeding. The purpose of this research is to

explore the experience of health cadres in promkes exclusive breastfeeding

program.

This research was qualitative research with descriptive phenomenological

approach. Informants consisted of 4 key informants (health worker) and 8

informants support (2 persons health centers and 6 mothers with toddlers in

posyandu Flamboyan II). Data was collected by in-depth interviews and focus

group discussions.

The results obtained 4 pieces of theme that shows health volunteers who

served in posyandu Flamboyan II have understood the definition of exclusive

breastfeeding and exclusive breastfeeding benefits and disadvantages if not

exclusively breastfed. Health worker program is not realized promkes exclusive

breastfeeding to the fullest. Barriers to doing business promkes exclusive

breastfeeding program is the lack of guidance for health cadres by the clinic

regarding promkes exclusive breastfeeding program. Needs related health cadres

promkes effort is coaching program exclusively breastfed from the local health

center and props. Researchers suggest that this research became the basis for

further research to dig deeper into the information needs of health volunteers to

support its role as a health promoter in order to discover the best solution to

enhance the implementation of the program of exclusive breastfeeding.

Implications of this research is the science of nursing is as basic information for

nursing on exclusive breastfeeding overview of the implementation of the

program, thus increasing the effort to make the program successful return of

exclusive breastfeeding, particularly from the nursing child, maternity and

community.

Reference: 40 (years 1995-2011)

Page 10: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya dan shalawat serta salam kepada Nabi

Muhammad SAW, sehingga dapat menyelesaikan proposal skripsi ini yang

berjudul ”Pengalaman Kader Kesehatan dalam Promosi Kesehatan tentang ASI

Eksklusif di wilayah Rempoa”. Proposal skripsi ini disusun sebagaimana untuk

memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

UIN Jakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah mendapat banyak bantuan dari

berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, ucapan terima kasih

yang tak terhingga saya ucapkan kepada:

1. Prof. dr.Dr (hc) M.K Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Ibu Tien Gartinah, MN selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

3. Ibu Irma Nurbaeti, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku Sekretaris Program Studi

Ilmu Keperawatan dan Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan

memnberikan motivasi

4. Ibu Puspita Palupi, S.Kep., M.Kep., Ns.Sp.Kep.Mat selaku Pembimbing I

yang telah banyak membimbing dan memberikan motivasi.

5. Ibu Raihana Nadra Alkaff, SKM, MMA selaku Pembimbing II yang telah

membimbing dan memberikan motivasi.

Page 11: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

x

6. Kementerian Agama Republik Indonesia selaku pemberi beasiswa santri

berprestasi sehingga saya dapat menyelesaikan program studi di Ilmu

Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah tanpa biaya.

7. Bapak Sadewa Eka dan Ibu Ratu Farichah tercinta terima kasih atas limpahan

kasih sayang, do’a dan dukungannya yang telah diberikan. Jazakallah khairan

katsira.

8. Segenap Dosen Ilmu Keperawatan yang telah memberikan masukan dan

motivasi

9. Segenap staff bidang Akademik FKIK dan Program Studi Ilmu Keperawatan

10. Ibu-ibu kader Posyandu wilayah Rempoa yang telah membantu dalam proses

penelitian.

11. Kakak-kakak yang saya cintai mb Atmim, mb Ima, A idiq, Bang Maman di

Kalimantan serta adik-adikku Husna, Fathan, Afra, Fathin di Bogor terima

kasih atas do’a dan dukungannya yang telah diberikan. Jazakallah khairan

katsira.

12. Teman-temanku, PSIK 2008 terimakasih atas doa dan dukungannya.

Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam proses

skripsi ini, karena sesungguhnya kesempurnaan milik Allah. Semoga skripsi

ini bisa dikembangkan kembali dan dapat memberikan manfaat. Amiin

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Tangerang, September 2012

Penulis

Page 12: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

xi

DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii

SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

DAFTAR SKEMA ............................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................. 6

C. Tujuan .................................................................................... 7

1. Tujuan Umum ................................................................. 7

2. Tujuan Khusus ................................................................ 8

D. Manfaat .................................................................................. 8

E. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengalaman ............................................................................ 11

B. Kader Kesehatan .................................................................... 12

C. Promosi Kesehatan ................................................................. 14

D. ASI Eksklusif ......................................................................... 20

Page 13: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

xii

E. Kerangka Teori.......................................................................

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH

A. Kerangka konsep .................................................................... 30

B. Daftar Istilah........................................................................... 31

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian .................................................................... 33

B. Lokasi dan Waktu Penelitian. ................................................ 34

C. Instrumen Penelitian............................................................... 34

D. Informan Penelitian............................................................... . 34

E. Teknik pengumpulan data...................................................... 35

F. Keabsahan Data................................................................... ... 40

G. Teknik analisa data................................................................ . 42

H. Etika Penelitian ...................................................................... 44

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum wilayah penelitian .................................................... 46

B. Hasil Penelitian ..................................................................................... 47

1. Karakteristik informan .................................................................... 47

2. Hasil analisis tematik ...................................................................... 50

BAB VI PEMBAHASAN

A. Interpretasi Hasil Penelitian .................................................................. 67

BAB VII PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 79

B. Saran .................................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA

Page 14: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

xiii

LAMPIRAN

DAFTAR SKEMA

Nomor Tabel Hal

Skema 2.1

Skema 2.2

Skema 3.1

Proses Promosi Kesehatan

Mekanisme Pengeluaran ASI

Lay out ruang diskusi

17

23

39

Page 15: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pedoman wawancara

2. Pedoman FGD

3. Tabel karakteristik informan

4. Analisis tematik

5. Lembar Persetujuan Informan

6. Surat Izin penelitian

Page 16: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Profil kesehatan Indonesia (2010) mengungkapkan bahwa

gambaran status gizi buruk balita di Indonesia sebesar 4,9%. Kusmana

(2011) mengatakan banyak faktor yang menyebabkan meningkatnya

jumlah penderita gizi buruk seperti kemiskinan dan budaya setempat yang

berimbas pada pola konsumsi dan asupan gizi masyarakat seperti

pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif yang tidak efektif (Depkes, 2011).

Survey kesehatan nasional (Susenas, 2008) melaporkan cakupan

pemberian ASI eksklusif pada bayi 0–6 bulan turun dari 62,2% tahun 2007

menjadi 56,2% pada tahun 2008. Riset kesehatan dasar menunjukkan

angka bayi yang mendapat ASI eksklusif sampai dengan enam bulan

hanya 15,3% (Riskesdas, 2010). Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat

dalam mendorong peningkatan pemberian ASI masih relatif rendah. ASI

mengandung kaya akan karotenoid dan selenium, sehingga ASI berperan

dalam sistem pertahanan tubuh bayi untuk mencegah berbagai penyakit.

Setiap tetes ASI juga mengandung mineral dan enzim untuk pencegahan

penyakit dan antibodi yang lebih efektif dibandingkan dengan kandungan

yang terdapat dalam susu formula (Depkes, 2011).

Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI, 2007)

tercatat bahwa data pemberian ASI ekslusif sebesar 38% (2007) menurun

dari kondisi tahun 2003 yaitu 39,5% dari keseluruhan jumlah bayi,

Page 17: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

2

sementara jumlah bayi dibawah 6 bulan yang diberi susu formula

meningkat dari 16,7% (2003) menjadi 27,9% (2007) (Depkes, 2009).

Direktur jenderal (Dirjen) Gizi dan kesehatan ibu dan anak (KIA) dalam

Depkes (2011) mengungkapkan bahwa masalah utama masih rendahnya

penggunaan ASI di Indonesia adalah faktor sosial budaya, kurangnya

pengetahuan ibu hamil, keluarga dan masyarakat akan pentingnya ASI,

serta jajaran kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung peningkatan

pemberian ASI eksklusif. Masalah ini diperparah dengan gencarnya

promosi susu formula melalui iklan di berbagai media dan kurangnya

dukungan dari masyarakat, termasuk institusi yang memperkerjakan

perempuan yang belum memberikan tempat seperti pojok laktasi dan

kesempatan bagi ibu menyusui di tempat kerja.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pinem (2010) di kota Medan

yang menyebutkan bahwa faktor-faktor penghambat ibu dalam pemberian

ASI eksklusif yang paling dominan adalah faktor iklan, faktor budaya, dan

faktor pengetahuan. Rendahnya pemberian ASI merupakan ancaman bagi

tumbuh kembang anak yang akan berpengaruh pada pertumbuhan dan

perkembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pemberian ASI

dengan tidak ekslusif salah satunya dapat mengakibatkan bayi kekurangan

gizi. Hasil studi makanan pendamping ASI (MP-ASI) menunjukan bahwa

baik kualitas maupun kuantitas MP-ASI masih dibawah Angka Kecukupan

Gizi (AKG), rendahnya mikronutrien, hanya memenuhi kurang lebih 20%

dari AKG (Depkes, 2002).

Page 18: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

3

Data menurut Riskesdas (2007) di Provinsi Banten menunjukkan

bahwa angka kekurusan pada balita di provinsi Banten mencakup 14,1%

artinya masalah gizi di provinsi Banten sudah berada diantara 10,1% -

15%. Menurut salah satu indikator status gizi, balita di provinsi Banten

berada pada keadaan serius dengan angka kekurusan diatas 10%.

Kabupaten Lebak dan kota Tangerang merupakan wilayah yang memiliki

masalah balita kurus dan sangat kurus yang kritis dengan angka diatas

15%. Angka gizi buruk di Provinsi Banten mencapai 4,4% dan persentase

gizi kurang 12,2%.

Upaya pemerintah untuk mengingkatkan ASI eksklusif terbukti

dengan ditetapkannya Undang-undang (UU) Kesehatan nomor 36 tahun

2009 tentang ASI eksklusif. Pasal 128 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap

bayi berhak mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan sampai enam

bulan, kecuali atas indikasi medis. Pasal 200 juga menerangkan bahwa

setiap orang yang dengan sengaja menghalangi program pemberian ASI

eksklusif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128 ayat (2) dipidana

penjara paling lama 1 tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00.

Pemberian ASI sejak dini mempunyai dampak yang positif baik

bagi ibu maupun bayinya. Manfaat memberikan ASI bagi ibu tidak hanya

menjalin kasih sayang, tetapi dapat mengurangi perdarahan setelah

melahirkan, mempercepat pemulihan kesehatan ibu, menunda kehamilan,

mengurangi risiko terkena kanker payudara, dan merupakan kebahagiaan

tersendiri bagi ibu (Budiharja, 2011). Bukti-bukti menunjukkan bahwa

Page 19: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

4

bayi baru lahir memerlukan unsur penting untuk kekebalannya yang

berasal dari ASI, selama pematangan sistem kekebalannya sendiri sedang

berlangsung. ASI mengandung immunoglobulin A (IgA) yang kadarnya

tinggi dan mampu melindungi bayi terhadap serangan beberapa bakteri

dan virus, terutama di saluran napas dan saluran cerna (Wong, 2009).

Pemberian ASI tidak sekedar rekomendasi WHO tetapi diakui

agama sebagai makanan bayi ciptaan Tuhan yang tidak dapat digantikan

dengan makanan dan minuman yang lain (Depkes, 2011). Berikut kutipan

Al-Qur’an yang menerangkan mengenai perintah memberikan ASI yaitu:

Ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi

yang ingin menyusui secara sempurna. Kewajiban ayah menanggung

nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak

dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita

karena anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena anaknya.

Ahli warispun (berkewajiban) seperti itu pula. Apabila keduanya ingin

menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan

permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Jika kamu ingin

anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila

kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu

kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu

kerjakan (Al-Baqarah: 233). Hikmah ayat yang terkandung dalam kitab

suci Al-Qur’an tersebut menekankan bahwa ASI sangat penting untuk

bayi. Ayat tersebut selain dengan tegas menganjurkan menyempurnakan

Page 20: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

5

masa menyusui, juga menyampaikan tentang peran ayah untuk mencukupi

keperluan sandang dan pangan ibu, agar ibu dapat menyusui dengan baik.

Keberhasilan pemberian ASI eksklusif memerlukan dukungan dari

berbagai pihak yang terdiri dari keluarga khususnya ayah, pemerintah,

tenaga kesehatan dan kader kesehatan masyarakat. Kader kesehatan

mempunyai peran yang besar dalam upanya meningkatkan kemampuan

masyarakat menolong dirinya mencapai derajat kesehatan yang optimal.

Peran kader juga ikut membina masyarakat dalam bidang kesehatan

melalui kegiatan yang dilakukan di Posyandu (Efendi, 2009). Kader

kesehatan tidak hanya diharapkan untuk dapat menyelesaikan setiap

masalah-masalah yang dihadapinya, namun diharapkan dapat

menyelesaikan masalah-masalah umum yang terjadi di masyarakat dan

amat mendesak untuk diselesaikan (Hamid dkk, 2010).

Menteri koordinator kesejakteraan rakyat (Menko Kesra) Prof Dr

Alwi Shihab dalam Setiyowanto (2007) mengutarakan posyandu sebagai

ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat mempunyai peran penting

dalam meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan juga melanjutkan

pemberian ASI sampai usia 24 bulan diserta pemantauan pertumbuhan

mulai bayi lahir sampai usia 60 bulan. Semua kegiatan Posyandu sangat

tergantung pada Kader Posyandu. Hal ini menunjukan bahwa kader

kesehatan yang merupakan salah satu pihak yang berperan dalam

memajukan kesehatan di masyarakat turut berperan penting dalam

mensukseskan program ASI eksklusif di masyarakat.

Page 21: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

6

Berdasarkan penelitian-penelitian mengenai peran kader kesehatan

tentang ASI Eksklusif belum pernah dilakukan, oleh karena itu peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian tersebut di wilayah Rempoa. Rempoa

merupakan salah satu wilayah di kota Tangerang yang memiliki tingkat

pelaksanaan program ASI eksklusif dibawah 50%. Hasil penelusuran data

yang peneliti dapatkan di puskesmas Ciputat Timur, didapatkan bahwa

Rempoa merupakan salah satu wilayah yang memiliki tingkat pelaksanaan

ASI eksklusif rendah di Tangerang Selatan. Salah satu hasil penelitian

oleh mahasiswa Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah di

Rempoa menunjukan hanya 32,1% ibu yang memberikan ASI saja kepeda

bayinya sampai bayi berusia 6 bulan.

B. Rumusan Masalah

Profil kesehatan Indonesia (2010) mengungkapkan bahwa

gambaran status gizi buruk balita di Indonesia sebesar 4,9%. Balita yang

menderita gizi buruk di provinsi Banten sebesar 0,14% dibandingkan

tahun sebelumnya, sebesar 1,18% atau sekitar 7.589 balita gizi buruk.

Kusmana (2011) mengatakan banyak faktor yang menyebabkan

meningkatnya jumlah penderita gizi buruk di provinsi Banten. Salah satu

faktor yang mempengaruhi penderita gizi buruk adalah pola asupan gizi

sejak lahir yaitu tidak diberikannya ASI eksklusif (Depkes, 2011).

Data Susenas (2008) menunjukan bahwa cakupan pemberian ASI

eksklusif pada bayi 0–6 bulan turun dari 62,2% tahun 2007 menjadi 56,2%

pada tahun 2008. Riskesdas (2010) mencatat angka bayi yang

Page 22: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

7

mendapatkan ASI eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3%.

Sedangkan salah satu dampak yang terjadi menurunnya angka pemberian

ASI eksklusif pada bayi akan meningkatnya angka gizi buruk akibat

makanan pendamping yang belum sesuai dengan standar AKG. Hasil studi

MP-ASI menunjukan bahwa baik kualitas maupun kuantitas MP-ASI

masih dibawah Angka Kecukupan Gizi (AKG), rendahnya mikronutrien,

hanya memenuhi kurang lebih 20% dari AKG (Depkes, 2002).

Diperlukan perhatian khusus terhadap kader kesehatan sebagai

ujung tombak keberhasilan program ASI eksklusif untuk meningkatkan

kembali usaha-usaha dalam promosi kesehatan program ASI eksklusif.

Hasil penelusuran data yang peneliti dapatkan di puskesmas Ciputat

Timur, didapatkan bahwa Rempoa merupakan salah satu wilayah yang

memiliki tingkat pelaksanaan ASI eksklusif rendah di Tangerang Selatan.

Menurut salah satu hasil penelitian oleh mahasiswa Kesehatan Masyarakat

UIN Syarif Hidayatullah menunjukan di wilayah rempoa hanya 32,1% ibu

yang memberikan ASI saja kepeda bayinya sampai bayi berusia 6 bulan.

Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di wilayah

tersebut.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana

pengalaman kader kesehatan dalam promosi kesehatan mengenai

program ASI eksklusif.

Page 23: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

8

2. Tujuan Khusus

a. Tereksplorasinya makna dan arti ASI eksklusif bagi kader

kesehatan.

b. Tereksplorasinya upaya yang telah dilakukan kader dalam

melaksanakan promosi kesehatan program ASI eksklusif.

c. Tereksplorasinya hambatan kader dalam meningkatkan program

ASI eksklusif di masyarakat.

d. Tereksplorasinya berbagai hal yang dibutuhkan kader kesehatan

terkait upaya promosi kesehatan mengenai program ASI

eksklusif.

D. Manfaat

1. Manfaat ilmiah

Penelitian ini bermanfaat menjadi data dasar bagi peneliti

selanjutnya dalam mengembangkan dan memperkaya penelitian

selanjutnya tentang peran kader dalam promosi kesehatan mengenai

ASI eksklusif serta memberikan informasi kesehatan mengenai peran

kader dalam promosi kesehatan tentang program ASI eksklusif.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

Penelitian ini untuk menambah wawasan dan khasanah

pengetahuan mengenai penelitian dan prosesnya, khususnya yang

berkaitan dengan peran kader kesehatan dalam promosi kesehatan

mengenai ASI eksklusif.

Page 24: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

9

b. Bagi institusi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur

dan memberikan informasi serta pengembangan kurikulum

pendidikan keperawatan untuk keperawatan maternitas khususnya

tentang promosi kesehatan pemberian ASI eksklusif.

c. Bagi institusi pelayanan kesehatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan

dalam rangka meningkatkan upaya promosi kesehatan sekaligus

mendukung program pemerintah dalam menggalakkan ASI

eksklusif. Sebagai bahan evaluasi dalam meningkatkan kesehatan

ibu dan bayi khususnya mengenai ASI eksklusif. Diharapkan

dapat sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan

dan kegiatan program kesehatan keluarga khususnya kesehatan

ibu dan anak (KIA).

d. Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat

mengenai peran kader kesehatan dalam promosi kesehatan

program ASI eksklusif.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan secara kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi deskriptif yang berupaya untuk mengeksplorasi secara

mendalam tentang peran kader kesehatan dalam promosi kesehatan

mengenai ASI eksklusif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara

Page 25: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

10

mendalam (indepth interview) menggunakan pedoman wawancara untuk

kader kesehatan sebagai informan utama dan petugas kesehatan puskesmas

sebagai informan pendukung serta focus Group Discussion (FGD)

menggunakan pedoman FGD untuk ibu-ibu (masyarakat setempat).

Informan dalam penelitian ini adalah empat orang kader kesehatan sebagai

informan utama dan delapan orang informan pendukung yang meliputi

satu orang bidan, satu orang koordinator kader kesehatan sekaligus

petugas promosi kesehatan dan enam orang ibu–ibu masyarakat posyandu

setempat. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Agustus dan

September di posyandu Flamboyan II wilayah Rempoa Tangerang Selatan

provinsi Banten.

Page 26: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengalaman

Pengalaman merupakan akumulasi dari setiap kejadian dan

penyikapan terhadap permasalahan yang dialami. Dalam mengaktualisasikan

setiap kejadian sering orang mengalami kesulitan. Pengalaman langkah awal

dari pelaksanaan setiap ranah di mana pengalaman merupakan referensi.

Makin banyak pengalaman yang dimiliki seseorang, akan semakin dewasa

dalam menata kehidupan dan semakin mudah menjalankan tugas-tugas

(Yudantara, 2008).

Hadiwijono (2010) mengungkapkan pengalaman adalah keseluruhan

atau totalitas segala pengamatan, yang disimpan didalam ingatan dan

digabungkan dengan suatu pengharapan akan masa depan, sesuai dengan apa

yang diamati pada masa yang lampau. Pengalaman adalah awal segala

pengetahuan juga awal tentang asas-asas yang diperoleh dan diteguhkan oleh

pengalaman. Segala pengetahuan diturunkan dari pengalaman. Hanya

pengalamanlah yang memberi jaminan akan kepastian. Keberadaan

pengalaman tidak dapat dibalik karena waktu berjalan terus, dan pengalaman

baru akan datang lagi. Kejadian terjadi terus-menerus, referensi semakin

banyak, tinggal menghitung-hitung waktu untuk memutuskan dan memilih

pengalaman mana yang dijadikan sebagai rekomendasi untuk bertindak.

Pengalaman akan terus-menerus terjadi sepanjang hidup kita. Semakin sering

kita mencoba, semakin banyak pengalaman yang kita alami, dan semakin

Page 27: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

12

mengerti tentang kekurangan yang ada. Peristiwa, percobaan, pengalaman,

perjuangan, pergaulan, pekerjaan, pengangguran, kemalasan, semua kejadian

itu merupakan pengalaman yang memberi hasil yang berbeda (Hadiwijono,

2010).

B. Kader Kesehatan

1. Pengertian

Direktorat Bina Peran serta Masyarakat Depkes (2006) memberikan

batasan mengenai kader yaitu warga masyarakat setempat yang dipilih dan

ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela. Kader kesehatan

yaitu kader yang dipilih oleh masyarakat tersebut menjadi penyelenggara

Posyandu. Beberapa ahli mengemukakan mengenai pengertian tentang kader

kesehatan menurut Gunawan (1980) dalam Efendi (2009) yang memberikan

batasan tentang kader kesehatan sebagai promotor kesehatan desa adalah

tenaga sukarela dan dipilih oleh dari masyarakat bertugas mengembangkan

masyarakat. Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang

dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah

kesehatan perseorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam

hubungannya yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan

kesehatan (WHO, 1995 dalam Efendi, 2009).

2. Peran dan Tugas Kader Kesehatan

Kader kesehatan mempunyai peran yang besar dalam upaya

meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai

derajat kesehatan yang optimal. Peran kader lainnya yaitu ikut membina

Page 28: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

13

masyarakat dalam bidang kesehatan melalui kegiatan yang dilakukan di

Posyandu. Tugas kader kesehatan meliputi pelayanan kesehatan dan

pembangunan masyarakat, tetapi yang harus mereka lakukan itu seyogyanya

terbatas pada bidang-bidang atau tugas-tugas yang pernah diajarkan pada

mereka. Mereka harus benar-benar menyadari tentang keterbatasan yang

mereka miliki. Mereka tidak diharapkan mampu menyelesaikan semua

masalah-masalah yang dihadapinya, namun semua masalah-masalah umum

yang terjadi di masyarakat dan amat mendesak untuk diselesaikan (WHO,

1995).

Hamid dkk dalam survey data dasar pengembangan model pelayanan

kesehatan maternal (2010) mengungkapkan tentang tugas kader kesehatan

masyarakat di Indonesia yaitu;

1. Pemberian motivasi dan saran-saran pada ibu-ibu sebelum dan sesudah

melahirkan

2. Pemberian motivasi dan saran-saran tentang perawatan anak

3. Pemberian motivasi dan peragaan tentang gizi

4. Program penimbangan balita dan pemberian makanan tambahan

5. Pemberian motivasi tentang imunisasi dan bantuan pengobatan

6. Pemberian motivasi KB

7. Pemberian motivasi tentang sanitasi lingkungan, kesehatan perorangan dan

kebiasaan sehat secara umum.

8. Pemberian motivasi tentang penyakit menular, pencegahan dan perujukan

9. Pemberian motivasi tentang perlunya follow-up pada penyakit menular dan

perlunya memastikan diagnosa/ kasus

Page 29: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

14

10. Mengumpulkan data yang dibutuhkan puskesmas/ pemerintah

11. Membantu pencatatan dan pelaporan

12. Berpartisipasi dalam pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan oleh

masyarakat setempat.

Pentingnya peranan kader dalam setiap kegiatan posyandu terlihat jelas

dalam pelaksanaan pelayanan lima meja. Pada pelayanan lima meja: Di meja 1

kader melakukan pendaftaran, di meja 2 kader melakukan penimbangan balita,

di meja 3 kader melakukan pencatatan hasil penimbangan balita pada KMS, di

meja 4 kader melakukan penyuluhan bersama dengan petugas kesehatan. di

meja 5 pelayanan KB dan Kesehatan oleh petugas kesehatan. Perlu ditekankan

bahwa para kader kesehatan masyarakat itu tidaklah bekerja dalam suatu

ruangan yang tertutup, namun mereka itu bekerja dan berperan sebagai

seorang pelaku dari sebuah sistem kesehatan. Para kader kesehatan

seyogyanya selalu menyadari bahwa derajat kesehatan masyarakat itu

meningkat atau menurun bukan semata-mata karena adanya sumbangan dari

sektor lainnya misalnya sektor pendidikan, sektor pertanian, sektor

komunikasi, sektor pelayanan masyarakat dan lain-lainnya (WHO, 1995).

C. Promosi Kesehatan

1. Pengertian

WHO mendefinisikan promosi kesehatan yaitu suatu proses

pemberdayaan individu dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan

mereka mengendalikan determinan-determinan kesehatan sehingga dapat

meningkatkan derajat kesehatan mereka. Promosi kesehatan yaitu upaya

meningkatkan kemampuan masyarakat dalam dalam mengendalikan faktor-

Page 30: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

15

faktor kesehatan melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama

masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta

mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial

budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan

kesehatan (Depkes, 2006).

Promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut

pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk perubahan

lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan (Green dan Ottoson,

1998 dalam Taufik, 2010). Promosi kesehatan merupakan proses

pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan

kesehatannya. Proses permberdayaan tersebut dilakukan dari, oleh, untuk dan

bersama masyarakat, artinya proses pemberdayaan tersebut dilakukan melalui

kelompok-kelompok potensial di masyarakat . Proses pemberdayaan tersebut

dilakukan dengan menggunakan pendekatan sosial budaya setempat. Proses

pembelajaran tersebut juga dibarengi dengan upaya mempengaruhi

lingkungan, baik lingkungan fisik termasuk kebijakan dan peraturan

perundangan (Taufik, 2010). Ahli lain menyebutkan mengenai model promosi

kesehatan yaitu suatu cara untuk menggambarkan interaksi manusia dengan

lingkungan fisik dan interpersonalnya dalam berbagai dimensi. Model ini

mengintegrasikan teori nilai harapan (Expectancy-value) dan teori kognitif

sosial (Social Cognitive Theory) dalam perspektif keperawatan manusia

dilihat sebagai fungsi yang holistik (Pender, 2010).

Page 31: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

16

2. Tujuan Promosi Kesehatan

Green (1991) dalam Maulana (2009) menyebutkan bahwa tujuan

promosi kesehatan terdiri dari tiga tingkatan, yaitu tujuan program, tujuan

pendidikan, dan tujuan perilaku.

Tujuan program (program objective). Tujuan program merupakan refleksi

dari fase sosial dan epidemiologi, berupa pernyataan tentang apa yang akan

dicapai dalam periode tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan.

Tujuan ini harus mencakup who will in how much of what by when. Tujuan

program juga sering disebut sebagai tujuan jangka penjang.

Tujuan pendidikan (educational objective). Merupakan pendidikan dan

pembelajaran yang harus dicapai agar tercapai perilaku yang diinginkan.

Tujuan pendidikan disebut juga tujuan jangka menengah.

Tujuan perilaku (behavioral objective). Merupakan tujuan jangka pendek,

yang merupakan gambaran perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi

masalah kesehatan. Tujuan perilaku berhubungan dengan pengetahuan, sikap,

dan tindakan.

3. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan

Ruang lingkup Promosi Kesehatan menurut Taufik (2010) meliputi:

a. Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education)

yang penekanannya pada perubahan/ perbaikan perilaku melalui

peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan.

b. Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing), yang

penekanannya pada pengenalan produk/ jasa melalui kampanye.

Page 32: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

17

c. Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan

informasi) yang tekanannya pada penyebaran informasi.

d. Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang

penekanannya pada upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

e. Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu

upaya mempengaruhi lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan

kebijakan yang berwawasan kesehatan (melalui upaya legislasi atau

pembuatan peraturan, dukungan suasana, dan lain-lain di berbagai bidang/

sektor, sesuai keadaan).

f. Promosi kesehatan juga mencakup pengorganisasian masyarakat

(community organization), pengembangan masyarakat (community

development), penggerak masyarakat (social mobilization), pemberdayaan

masyarakat (community empowerment)

Aktivitas utama promosi kesehatan menurut Piagam Ottawa (1986)

dalam Depkes (2006) terdiri dari Advokasi (Advocating), Pemberdayaan

(Enabling) dan Mediasi (Mediating). Komponen utama promosi kesehatan

meliputi:

1. Membangun kebijakan umum berwawasan kesehatan (Build Healthy Public

Policy) yaitu mengupayakan agar para penentu kebijakan diberbagai sektor

dan tingkatan administrasi mempertimbangkan dampak kesehatan dari

setiap kebijakan yang dibuatnya.

2. Menciptakan lingkungan yang mendukung (Create Supportive

Environment) yaitu menciptakan suasana lingkungan baik fisik maupun

sosial politik untuk mendukung terhadap kegiatan masyarakat agar lebih

Page 33: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

18

berdaya dalam upaya mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi

kesehatan.

3. Memperkuat gerakan masyarakat (Strengthen Community Action) yaitu

memberikan dukungan terhadap kegiatan masyarakat agar lebih berdaya

dalam upaya mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan.

4. Mengembangkan keterampilan individu (Develop Personal Skill) yaitu

mengupayakan agar masyarakat mempu membuat keputusan yang efektif

dalam upaya kesehatan, melalui pemberain informasi, pendidikan, dan

pelatihan yang memadai. Upaya ini akan lebih efektif dan efisien bila

dilakukan melalui pendekatan tantanan (setting).

5. Reorientasi pelayanan kesehatan (Reorient health Service) yaitu mengubah

orientasi pelayanan kesehatan agar lebih mengutamakan upaya promotif

dan preventif, tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.

Piagam Ottawa (1986) tersebut merumuskan strategi dasar promosi

kesehatan yaitu pemberdayaan, bina suasana dan advokasi. Pemberdayaan

masyarakat ditujukan kepada masyarakat khususnya individu, keluarga atau

kelompok agar berdaya dalam mengendalikan faktor-faktor yang

mempengaruhi kesehatan. Bina suasana ditujukan kepada pembentuk opini

atau pihak-pihak yang mempengaruhi opini di masyarakat, seperti tokoh

masyarakat, organisasi kemasyarakatan dan organisasi non pemerintah.

Advokasi ditujukan kepada pembuat keputusan dan penentu kebijakan publik

serta pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) lainnya (Depkes, 2006).

Page 34: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

19

Proses Promosi kesehatan

Skema 2. 1 Proses promosi kesehatan

4. Promosi Kesehatan tentang ASI Eksklusif

Gerakan nasional peningkatan penggunaan ASI eksklusif merupakan

salah satu upaya pemerintah untuk mencapai tujuan Millenium Development

Goals (MDGs). Keberhasilan dari upaya penting ini perlu didukung dan

dilaksanakan oleh seluruh anggota masyarakat. Pada Pekan ASI sedunia

Agustus 2008, The World Alliance For Breast Feeding Action (WABA)

memilih tema Mother Support: Going For the Gold. Makna tema tersebut

adalah suatu gerakan untuk mengajak semua orang meningkatkan dukungan

kepada ibu untuk memberikan bayi-bayi mereka makanan yang berstandar

emas yaitu ASI yang diberikan eksklusif selama 6 bulan pertama dan

melanjutkan ASI bersama makanan pendamping ASI lainnya yang sesuai

sampai bayi berusia 2 tahun atau lebih (Depkes, 2008).

Pemberdayaan

Masyarakat Proses Promosi Kesehatan

Mampu

memelihara dan

meningkatkan

kesehatannya

(melaksanakan

program ASI

eksklusif)

pembelajaran

Dari, oleh, untuk

bersama masyarakat

Sesuai Sosial Budaya

Mempengaruhi

Lingkungan

Page 35: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

20

Pemberian ASI secara eksklusif dapat menekan angka kematian bayi

hingga 13 % sehingga dengan dasar asumsi jumlah penduduk 219 juta, angka

kelahiran total 22 per 1000 kelahiran hidup, angka kematian balita 46 per 1000

kelahiran hidup maka jumlah bayi yang akan terselamatkan sebanyak 30 ribu.

Promosi pemberian ASI masih terkendala oleh rendahnya pengetahuan ibu

tentang manfaat ASI dan cara menyusui yang benar, kurangnya pelayanan

konseling laktasi dari petugas kesehatan, masa cuti yang terlalu singkat bagi

ibu yang bekerja, persepsi sosial budaya dan keagresifan produsen susu

formula mempromosikan produknya kepada masyarakat dan petugas

kesehatan. Pemberian ASI eksklusif akan berdampak pada sistem endokrin

yakni pelepasan hormon prolaktin dan oksitosin yang akan mempengaruhi

sikap dan pola asuh ibu terhadap perkembangan emosional dan otak anak.

Anak-anak yang tidak mendapatkan ASI cenderung lebih beresiko terkena

depresi dan masalah emosional lainnya (Sitopeng, 2008 dalam Hasrimayana,

2009).

D. ASI Eksklusif

1. Pengertian ASI

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose, dan

garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu

yang berguna sebagai makanan utama bagi bayi (Roesli, 2004). ASI

mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan, faktor pertumbuhan, antialergi,

serta anti inflamasi. ASI merupakan makanan yang mencukupi seluruh unsur

kebutuhan bayi baik fisik, psikologis, sosial, maupun spiritual (Purwanti,

Page 36: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

21

2004). Pemberian ASI pada bayi merupakan cara terbaik untuk peningkatan

kualitas SDM sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa. ASI merupakan

makanan yang paling sempurna bagi bayi. Pemberian ASI berarti memberikan

zat-zat gizi yang bernilai tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan

perkembangan syaraf dan otak, memberikan zat-zat kekebalan terhadap

beberapa penyakit dan mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayinya

(Sunartyo dalam Oki 2009).

2. Stadium ASI

ASI terbagai menjadi beberapa stadium yang terdiri dari ASI stadium

I, II, dan III. Stadium I adalah kolostrum merupakan cairan yang pertama

disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke 1 sampai hari ke 4. Kolostrum

berwarna kuning keemasan disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan

sel-sel hidup. Kolostrum merupakan pencahar yang membersihkan mekonium

sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima

ASI. Kandungan tertinggi dalam kolostrum adalah antibodi yang siap

melindungi bayi saat kondisinya masih lemah. Kandungan protein dalam

kolostrum lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan protein dalam susu

matur. Lemak kolostrum lebih banyak mengandung kolesterol dan lisotin

sehingga bayi sejak dini sudah terlatih mengolah kolesterol. Kandungan hidrat

arang kolostrum lebih rendah dibandingkan susu matur akibat dari aktivitas

bayi pada 3 hari pertama masih sedikit dan tidak memerlukan banyak kalori.

Total kalori kolostrum hanya 58 kal/100 ml kolostrum. ASI stadium II adalah

ASI peralihan. ASI ini diproduksi pada hari ke 4 sampai hari ke 10. Komposisi

protein makin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang makin tinggi, dan

Page 37: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

22

jumlah volume ASI semakin meningkat. Hal ini merupakan pemenuhan

terhadap aktivitas bayi yang mulai aktif karena bayi sudah beradaptasi terhadap

lingkungan. ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari hari ke

10 sampai seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bagi bayi yang terus

berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai berumur 6 bulan.

Setelah 6 bulan bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain selain ASI

(Purwanti, 2004).

3. Kandungan ASI

ASI mengandung berbagai jenis zat diantaranya karbohidrat. Laktosa

adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber

energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir 2 kali lipat

dibandingkan laktosa yang ditemukan pada susu sapi. Kadar karbohidrat dalam

kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa

pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan). Zat lain yang terkandung

dalam ASI yaitu karnitin. Karnitin mempunyai peran membantu proses

pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme

tubuh. ASI mengandung kadar karnitin yang tinggi terutama pada 3 minggu

pertama menyusui, bahkan didalam kolostrum kadar karnitin lebih tinggi lagi

(IDIAI Cab. DKI Jakarta, 2008).

Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan

protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI dan susu sapi terdiri

dari protein whey dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari

protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi

lebih banyak mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus

Page 38: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

23

bayi. Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan susu sapi. Kadar

lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan otak yang

cepat selama masa bayi. Lemak omega 3 dan omega 6 yang berperan pada

perkembangan otak bayi ditemukan dalam ASI. Disamping itu ASI lebih

banyak mengandung asam lemak rantai penjang diantaranya asam

dokosaheksomik (DHA) dan asam arakidonat (ARA) yang berperan terhadap

perkembangan jaringan saraf dan retina mata (Irawati, 2011).

Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi

sebagai faktor pembekuan. Vitamin D untuk mencegah bayi menderita

penyakit tulang. Vitamin A berfungsi untuk kesehatan mata dan juga untuk

mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhan. Mineral utama

yang terdapat didalam ASI adalah kalsium yang mempunyai fungsi untuk

pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transmisi jaringan saraf dan pembekuan

darah. Kandungan zat gizi didalam ASI lebih mudah diserap yaitu 20-50%

dibandingkan hanya 4-7% pada susu formula sehingga bayi yang mendapat

ASI eksklusif mempunyai resiko lebih kecil untuk mengalami kekurangan zat

besi dibanding dengan bayi yang mendapat susu formula. Mineral zink

dibutuhkan oleh tubuh karena merupakan mineral yang banyak membantu

berbagai proses metabolisme di dalam tubuh (Soehardjo, 2007).

Page 39: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

24

4. Pembentukan ASI

Menurut Manuaba (2001) Pembentukan ASI mempunyai tiga tingkat:

1. Mammogenesis yaitu pengembangan dan persiapan pada mama

2. Laktognenesis yaitu persiapan dan pembuatan ASI

3. Galaktogenensis yaitu mempertahankan pengeluaran ASI.

Pembentukan ASI merupakan proses hormonal yang kompleks dan

dapat dijabarkan sebagai berikut: Estrogen berfungsi untuk proliferasi alveoli,

duktus lobus mama dan jaringan ikat serta mioepitel, deposit lemak, air, dan

garam menjadikan mama tegang dan terasa penuh sehingga menghasilkan

jepitan dan tekanan saraf terasa sakit. Progesteron berfungsi meningkatkan

kematangan alveoli dan duktus untuk persiapan pengeluaran ASI. pertumbuhan

hormon kortisol, insulin, dan tiroksin berfungsi membentuk ASI. Hormon

prolaktin bekerja mengeluarkan ASI, tetapi fungsinya dihalangi oleh estrogen

(menghalangi ASI ke aveoli), progesteron (menghalangi perubahan laktogen

menjadi alfa laktal bumin), dan human placental lactogen hormone

mengadakan ikatan dengan APR (alveolar prolactin receptor) sehingga

prolaktin tak berfungsi. Oksitosin merangsang mioepitel sehingga ASI diperas

dari duktus alveola mamae dan mancur melalui puting susu, serta rangsangan

terhadap uterus sehingga mempercepat involusi uteri dapat dirasakan sakit

intrasimfisis.

Page 40: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

25

Sucking puting susu menimbulkan let-down refleks:

Duktus dan alveoli kosong.

Prolaktin dan oksitosin dengan mioepitel mengisi

kembali

Sucking segera setelah persalinan bahkan sebelum

tali pusat dipotong atau sekitar ½ jam.

5. Mekanisme Pengeluaran ASI

Setelah persalinan maka hormon estrogen, progesteron, dan human

placental lactogen hormone menurun dan menghilang, sehigga proses

pengeluaran ASI ditentukan oleh prolaktin dan oksitosin (neurohipofisis)

dengan matarantai hipothalamus dan serat saraf. Konsep pemberian ASI

berdasarkan "call feeding" (on demand), artinya bayi sendiri mengukur rasa

laparnya. Makin cepat disusukan, makin mantap mata rantai "sucking" proses

berlangsung (Manuaba, 2001).

Skema 2.2 Mekanisme pengeluaran ASI

Nervus interkostal 4-6 menuju central nervus system:

Nucleus paraventrikuler

Nucleus supra optimal

hipotalamus

Neurohipofisis:

Pengeluaran: prolaktin dan

oksitosin.

Page 41: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

26

6. Manfaat ASI

Pemberian ASI sangat penting dan dianjurkan karena mempunyai

banyak manfaat serta akan menghemat biaya pembelian susu formula.

Manfaat-manfaat ASI antara lain ASI dapat menurunkan risiko terjadinya

infeksi paru-paru berat pada bayi perempuan yang dirawat di rumah sakit.

Penemuan ini berdasarkan studi yang dilakukan pada bayi di Buenos Aires,

Argentina (Polack, 2009). Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi

yang bernilai gizi tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan

perkembangan syaraf dan otak, memberikan zat-zat kekebalan terhadap

beberapa penyakit dan mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayinya

(Depkes RI, 2005).

Manfaat ASI yang diungkapkan oleh Roesli (2004) meliputi: ASI

sebagai nutrisi, ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh, ASI juga dapat

meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan tali kasih antara ibu dan bayi.

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang

seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah

makanan bayi yang paling sempurna baik kualitas maupun kuantitasnya.

Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan

cukup memenuhi kebutuhan tubuh bayi normal sampai usia 6 bulan. Setelah

usia 6 bulan, bayi harus mulai diberi makanan padat, tetapi ASI dapat

diteruskan sampai usia dua tahun atau lebih.

ASI meningkatkan daya tahan tubuh. Bayi yang baru lahir secara

alamiah mendapat imunoglobulin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya melalui

ari-ari, namun kadar zat ini akan cepat menurun segera setelah bayi lahir.

Page 42: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

27

Badan bayi sendiri baru membuat zat kekebalan cukup banyak sehingga

mencapai kadar protektif pada waktu berusia 9-12 bulan. Saat kadar zat

kekebalan bawaan menurun, sedangkan yang dibentuk oleh badan bayi belum

mencukupi maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi.

ASI meningkatkan kecerdasan. Nutrien yang diperlukan untuk

pertumbuhan otak bayi yang tidak ada atau sedikit sekali terdapat pada susu

sapi antara lain: taurin, yaitu suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat

di ASI. Laktosa, merupakan hidrat arang utama dari ASI yang hanya sedikit

sekali terdapat pada susu sapi. Asam lemak ikatan panjang (omega-3, omega-

6) merupakan asam lemak utama dari ASI yang hanya terdapat sedikit dalam

susu sapi.

Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang. Bayi yang sering berada

dalam dekapan ibu karena menyusui akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia

juga akan merasa aman dan tentram, terutama karena masih dapat mendengar

detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan

terlindung dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi

bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang

baik.

ASI tidak hanya bermanfaat untuk bayi saja, tetepi juga bermanfaat

untuk ibu dan keluarga. Manfaat untuk ibu diantaranya menjalin kasih sayang

antara ibu dengan bayi, mengurangi perdarahan setelah persalinan,

mempercepat pemulihan kesehatan ibu, menunda kehamilan berikutnya,

mengurangi risiko terkena kanker payudara, lebih praktis karena ASI lebih

mudah diberikan setiap saat bayi membutuhkan, dan menumbuhkan rasa

Page 43: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

28

percaya diri ibu untuk menyusui. Manfaat untuk keluarga antara lain tidak

perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian susu formula dan

perlengkapannya, tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu botol

misalnya merebus air dan mencuci peralatan, tidak perlu biaya dan waktu

untuk merawat dan mengobati anak yang sering sakit karena pemberian susu

botol (Depkes, 2007).

7. Pengertian ASI Eksklusif

Beberapa ahli mengungkapkan ASI ekslusif atau lebih tepat disebut

pemberian ASI secara eksklusif artinya bayi hanya diberi ASI saja, tanpa

tambahan cairan lain, seperti air putih, susu formula, jeruk, madu, air teh, juga

tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit,

bubur nasi ataupun tim kecuali obat, vitamin, mineral dan ASI yang diperas

sejak bayi lahir sampai bayi berumur enam bulan, setelah enam bulan, bayi

mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberikan ASI sampai bayi

berumur dua tahun Roesli (2004) & Budiasih (2008). ASI Eksklusif

merupakan makanan terbaik yang harus diberikan pada bayi, karena

didalamnya terkandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi yang tidak

ada terdapat pada susu sapi. ASI diberikan selama enam bulan pertama

kehidupan (Depkes, 2006).

Page 44: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

29

8. Undang-Undang Kesehatan mengenai ASI Eksklusif

Rendahnya pemberian ASI Eksklusif mendapat perhatian berbagai

pihak khususnya pemerintah, terbukti dengan ditetapkannya Undang-undang

(UU) Kesehatan nomor 36/tahun 2009 tentang ASI eksklusif menyebutkan:

Pasal 128

(1) Setiap bayi berhak mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan selama 6

(enam) bulan, kecuali atas indikasi medis.

(2) Selama pemberian ASI, pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah,

dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan

waktu dan fasilitas khusus.

(3) Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

diadakan di tempat kerja dan tempat sarana umum.

Pasal 129

(1) Pemerintah bertanggung jawab menetapkan kebijakan dalam rangka

menjamin hak bayi untuk mendapatkan ASI secara eksklusif.

(2) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan

Peraturan Pemerintah.

Pasal 200

Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi program pemberian ASI

eksklusif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128 ayat (2) dipidana penjara

paling lama 1 tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00.

Disebutkan dalam Pasal 128 ayat (1) bahwa setiap bayi berhak

mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan selama 6 bulan kecuali atas

indikasi medis. Pasal ini disebutkan bahwa yang dimaksud dengan

Page 45: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

30

“pemberian ASI eksklusif” adalah pemberian hanya ASI selama 6 bulan, dan

dapat terus dilanjutkan sampai dengan 2 tahun dengan memberikan MP-ASI

sebagai tambahan makanan sesuai dengan kebutuhan bayi. Lebih lanjut lagi

dinyatakan bahwa selama pemberian ASI, pihak keluarga, pemerintah,

pemerintah daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh

dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus yang diadakan di tempat kerja

dan sarana umum.

Peran pemerintah secara tegas dinyatakan dalam Pasal 129 ayat 1

yang menyatakan bahwa pemerintah bertanggung jawab menetapkan

kebijakan dalam rangka menjamin hak bayi untuk mendapatkan ASI secara

eksklusif. Kebijakan yang berupa pembuatan norma, standar, prosedur dan

kriteria tersebut selanjutnya akan diatur dalam peraturan pemerintah.

Kelebihan dalam UU Kesehatan ini adalah adanya sanksi pidana yang

dinyatakan secara tegas dalam Pasal 200. Sanksi pidana tersebut dikenakan

bagi setiap orang yang dengan sengaja menghalangi program pemberian ASI

eksklusif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128 ayat 2. Ancaman pidana

yang diberikan adalah pidana penjara paling lama 1 tahun dan denda paling

banyak Rp100.000.000,00.

Page 46: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

31

31

KERANGKA TEORI

Dimodifikasi dari Taufik (2010), WHO (1995), Depkes (2006), Efendi (2009), Hamid dkk (2010), dan Roesli (2004)

Peran Kader kesehatan:

Pemberian motivasi dan saran-saran pada ibu-

ibu sebelum dan sesudah melahirkan

Pemberian motivasi dan saran-saran tentang

perawatan anak

Pemberian motivasi dan peragaan

tentang gizi

Program penimbangan balita dan

pemberian makanan tambahan

Pemberian motivasi tentang imunisasi dan

bantuan pengobatan

Pemberian motivasi tentang sanitasi

lingkungan, kesehatan perorangan dan

kebiasaan sehat secara umum.

Kader Kesehatan masyarakat

Proses Promosi Kesehatan Depkes (2006)

Promosi kesehatan

Program ASI eksklusif

oleh kader kesehatan

Pemberdayaan

Mayarakat Promosi Kesehatan:

Ruang Lingkup

a. pendidikan kesehatan (health education)

b. pemasaran sosial (social marketing),

c. upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan

informasi)

d. upaya peningkatan (promotif)

e. upaya advokasi

f. pengorganisasian masyarakat (community

organization), pengembangan masyarakat

(community development), penggerak

masyarakat (social mobilization),

pemberdayaan masyarakat (community

empowerment)

Masyarakat mampu memelihara

dan meningkatkan kesehatannya

(melaksanakan program ASI

eksklusif)

Page 47: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

32

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DAFTAR ISTILAH

A. Kerangka Konsep

Konsep merupakan abstraksi dari suatu realitas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar

variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti) (Nursalam,

2008). Pada penelitian ini peneliti ingin meneliti mengenai pengalaman kader

kesehatan dalam promosi kesehatan program ASI eksklusif dimana variabel yang

akan diteliti meliputi makna dan arti ASI eksklusif bagi kader kesehatan, segala

upaya yang telah kader lakukan dalam melaksanakan promosi kesehatan ASI

eksklusif, termasuk hambatan atau kendala yang kader temui dalam proses

pelaksanaan, serta kebutuhan baik yang telah atau belum terpenuhi dalam

melaksanakan program promosi tersebut.

B. Daftar Istilah

1. Pengalaman kader kesehatan dalam promosi kesehatan program ASI

eksklusif adalah segala hal yang telah dilalui kader kesehatan baik usaha

ataupun kendala dalam mempromosikan ASI eksklusif

2. Makna dan arti ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan.

Page 48: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

33

3. Upaya kader kesehatan yaitu usaha atau kegiatan tertentu yang dilakukan

kader kesehatan untuk mewujudkan program ASI esklusif di masyarakat.

4. Hambatan adalah hal-hal yang membuat para pelaku usaha menemukan

kesulitan atau tantangan dalam melakukan usahanya.

5. Kebutuhan adalah aspek dalam menggerakan pelaku usaha menjalankan

aktivitasnya dan menjadi alasan pelaku usaha untuk berusaha.

Page 49: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

34

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan

pendekatan fenomenologi. Penelitian kualitatif merupakan sumber dari

deskripsi yang luas dan kokoh, dan memuat penjelasan tentang proses-proses

yang terjadi dalam lingkup setempat. Penelitian kualitatif ini dapat

memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab akibat dalam

lingkup pikiran orang setempat, memperoleh penjelasan yang kaya dan

bermanfaat karena penelitian kualitatif isinya adalah narasi kata-kata

(Siswanto, 2005 dalam Prastowo, 2010). Menurut Rahardjo (2010), Tujuan

utama penelitian kualitatif adalah untuk memahami (to understand)

fenomena atau gejala sosial dengan lebih menitik beratkan pada gambaran

yang lengkap tentang fenomena yang dikaji daripada memerincinya menjadi

variabel-variabel yang saling terkait. Harapannya ialah diperoleh pemahaman

yang mendalam tentang fenomena untuk selanjutnya dihasilkan sebuah teori.

Fenomenologi adalah ilmu yang berorientasi untuk mendapatkan

penjelasan tentang realitas sosial yang tampak. Fenomena yang tampak

adalah refleksi dari realitas yang tidak berdiri sendiri karena ia memiliki

makna yang memerlukan penafsiran lebih lanjut (Kuswarno, 2009).

Pendekatan ini diharapkan peneliti dapat menggali informasi secara

Page 50: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

35

mendalam mengenai pengalaman kader kesehatan dalam promosi kesehatan

program ASI eksklusif.

B. Lokasi dan Waktu penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di posyandu Flamboyan II wilayah Rempoa

kotamadya Tangerang Selatan provinsi Banten.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2012.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Pedoman wawancara mendalam (indepth interview) dengan bantuan alat

pencatat dan alat perekam suara (tape recorder)

2. Pedoman FGD

D. Informan Penelitian

Pemilihan informan penelitian ini ditetapkan secara langsung

(purposive) dengan prinsip kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan

(adequancy). Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan utama dan

informan pendukung.

1. Informan utama

Informan utama yaitu empat orang kader kesehatan yang telah ditetapkan

bertugas di suatu posyandu setempat dengan kriteria meliputi bersedia

Page 51: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

36

menjadi informan dalam penelitian dengan mengisi lembar informed

consent, memiliki pengalaman bertugas menjadi kader kesehatan minimal

satu tahun, dan pernah melakukan promosi kesehatan mengenai ASI

esklusif.

2. Informan Pendukung

Informan pendukung yaitu satu orang bidan dan satu orang

koordinator kader kesehatan yang menangani posyandu setempat dengan

kriteria bersedia menjadi informan penelitian dengan mengisi lembar

informed consent, serta enam orang ibu-ibu posyandu setempat yang telah

terpapar dengan promosi kesehatan program ASI eksklusif dengan kriteria

bersedia menjadi informan penelitian dengan mengisi lembar informed

consent, dapat berkomunikasi dengan baik, masih aktif dalam aktifitas

posyandu balita maksimal lima tahun terakhir, merupakan penduduk yang

bertempat tinggal di daerah setempat minimal satu tahun.

E. Tekhnik Pengumpulan Data

1. Pengumpul data

Tekhnik pengumpulan data adalah cara yang dipakai untuk

mengumpulkan informasi atau fakta-fakta dilapangan (Pohan, 2007). Teknik

pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian

karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2007).

Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juli 2012. Pengumpulan data

dilakukan oleh peneliti dengan metode wawancara mendalam dengan

menggunakan pedoman wawancara dan FGD menggunakan pedoman FGD.

Page 52: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

37

2. Tahap pengumpulan data

a) Tahap persiapan pengumpulan data

Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti mengurus

izin penelitian kepada pihak-pihak terkait. Selanjutnya peneliti

meminta data ke puskesmas untuk mengetahui daerah posyandu yang

memiliki tingkat pelaksanaan program ASI eksklusif terendah dalam

wilayah tersebut. Peneliti akan meminta bantuan pada koordinator

kader kesehatan setempat untuk memilih partisipan sesuai kriteria

yang telah ditentukan, selanjutanya mengadakan pertemuan dengan

informan untuk menjelaskan tujuan penelitian dan menyesuaikan

jadwal.

b) Tahap pelaksanaan pengumpulan data

Dalam penelitian ini tekhnik pengumpulan data dilakukan

dengan cara mengumpulkan data primer.

1. Data primer meliputi:

a. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan

makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2007). Wawancara yaitu

suatu metode pengumpulan data yang berupa pertemuan dua orang

atau lebih secara langsung untuk bertukar informasi dan ide dengan

tanya jawab secara lisan sehingga dapat dibangun makna dalam suatu

topik tertentu (Prastowo, 2011).

Page 53: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

38

Wawancara mendalam ini secara umum adalah proses

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya

jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan

terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Bungin dalam

Prastowo, 2011). Waktu yang dibutuhkan dalam wawancara

mendalam pada penelitian ini maksimal 20 menit.

b. FGD

FGD adalah suatu tekhik penelitian kualitatif yang bertujuan

untuk mendapatkan informasi (perasaan, pikiran) berdasarkan

pengamatan subjektif dari sekelompok sasaran terhadap situasi/

produk tertentu. Sasaran diskusi biasanya homogen dengan jumlah

kelompok berkisar 6-12 orang, diskusi berakhir 1-2 jam dipimpin oleh

moderator. Moderator berusaha menjalin hubungan yang akrab

dengan responden sehingga responden dapat mengemukakan secara

jujur/ terbuka terhadap hal-hal yang menyangkut kepribadian,

perasaan, dan emosi sesungguhnya (Nursalam, 2008). Persiapan

peneliti dalam pelaksanaan FGD yaitu:

1) Membentuk Tim

Sebelum melakukan pengumpulan data melalui FGD,

peneliti membentuk sebuah tim yang terdiri dari empat orang

meliputi satu orang sebagai moderator/fasilitator diskusi (peneliti

sendiri), satu orang sebagai asisten moderator/co-fasilitator

sekaligus pencatat proses/notulen, satu orang sebagai penghubung

Page 54: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

39

peserta (koordinator kader kesehatan posyandu setempat), serta

satu orang untuk dokumentasi.

2) Memilih dan Mengatur Tempat

Pelaksanaan FGD dilakukan dirumah koordinator kader

kesehatan posyandu setempat dengan pengaturan tempat

berdasarkan skema berikut:

Skema 3. 2. Lay out ruang diskusi (Irwanto, 2006: 68)

3) Menyiapkan Logistik

Logistik adalah berbagai keperluan teknis yang diperlukan

sebelum, selama, dan sesudah FGD terselenggara. Logistik yang

dipersiapkan oleh peneliti meliputi alat tulis (pena dan buku untuk

keperluan notulen), sebuah tape recorder untuk perekam suara,

sebuah kamera untuk mendokumentasikan kondisi ruangan dan

jalannya acara, serta sejumlah souvenir untuk peserta FGD.

Page 55: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

40

5) Rekruitmen Peserta

Pelaksanaan FGD ini bersamaan dengan pelaksanaan

posyandu setempat sehingga peneliti tidak menemui kendala

berarti untuk mengumpulkan ibu-ibu posyandu.

F. Keabsahan Data

Bagian yang tak terpisahkan dalam proses analisis data yaitu

pengecekan keabsahan data. Hal ini sangat penting dan tidak boleh terlewat

sehingga data yang diperoleh benar-benar kredibel dan terpercaya. Lincoln

dan Guba dalam Bungin (2008) menyebutkan paling sedikit ada 4 standar

atau kriteria utama guna menamin keabsahan hasil penelitian kualilatif, yaitu:

1. Standar Kredibilitas

Agar hasil penelitian kualitatif memiliki tingkat kepercayaan yang

tinggi sesuai dengan fakta dilapangan (informasi yang digali dari sebyek atau

partisipan yang diteliti), peneliti melakukan upaya upaya sebagai berikut:

a. Memperpanjang keikut sertaan peneliti dalam proses pengumpulan data

dilapangan.

b. Melakukan triangulasi metode dengan FGD

c. Melibatkan teman sejawat (yang tidak ikut melakukan penelitian) untuk

berdiskusi, memberikan masukan, bahan kritik mulai awal kegiatan

proses penelititan sampai tersusunnya hasil penelitian (peer debriefing)

d. Melacak kesesuaian dan kelengkapan hasil analisis data.

Page 56: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

41

e. Mengecek bersama-sama dengan anggota penelitian yang terlibat dalam

proses pengumpulan data, baik tentang data yang telah dikumpulkan,

kategorisasi analisis, penafsiran dan kesimpulan hasil penelitian.

2. Standar Transferabilitas

standar ini merupakan modifikasi validitas eksternal dalam penelitian

kuantitatif. Pada prinsipnya, standar transferabilitas ini merupakan

pertanyaan empirik yang tidak dapat dijawab oleh peneliti kualitatif itu

sendiri, tetapi dijawab dan dinilai oleh para pembaca laporan penelitian. Hasil

penelitian kualitatif memiliki standar transferabilitas yang tinggi bilamana

para pembaca laporan penelitian ini memperoleh gambaran dan pemahaman

yang jelas tentang konteks dan fokus penelitian.

3. Standar Dependabilitas

Standar dependabilitas ini boleh dikatakan mirip dengan reabilitas.

Adanya pengecekan atau penilaian akan ketepatan peneliti dalam

mengkonseptualisasikan apa yang diteliti merupakan cerminan dari

kemantapan dan ketepatan menurut standar reliabilitas penelitian. Semakin

konsisten peneliti dalam keseluruhan proses penelitian baik dalam kegiatan

pengumpulan data, interpretasi temuan maupun dalam melaporkan hasil

penelitian, akan semakin memenuhi dependabilitas. Salah satu upaya peneliti

dalam menilai dependabilitas adalah dengan melakukan audit (pemeriksaan)

dependabilitas itu sendiri. Ini dapat dilakukan oleh auditor yang independen,

dengan melakukan review terhadap seluruh hasil penelitian.

Page 57: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

42

4. Standar Konfirmabilitas

Standar konfirmabilitas ini lebih terfokus pada audit (pemeriksaan)

kualitas dan kepastian hasil penelitian, dalam hal ini peneliti memeriksa

kembali apa benar hasil penelitian sesuai dengan pengumpulan data

dilapangan dengan cara melakukan pertemuan yang kedua kalinya dengan

sejumlah partisipan baik utama maupun pendukung.

G. Tekhnik Analisa Data

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana pengalaman

kader kesehatan dalam promosi kesehatan mengenai program ASI eksklusif.

Analisa data yang akan digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan

teknik Colaizzi (1978). Langkah-langkah analisis data berdasarkan Colaizzi

(1978) dalam Streubert (2003), meliputi:

1. Peneliti memulai mengorganisasikan semua data atau gambaran

menyeluruh tentang fenomena yang diteliti yaitu pengalaman kader

dalam mempromosikan ASI eksklusif.

2. Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir

mengenai pengalaman kader dalam promosi kesehatan ASI eksklusif

meliputi arti, upaya, hambatan, serta hal yang dibutuhkan dalam promosi

trsebut. Data yang dianggap penting kemudian dilakukan pengkodean

data.

3. Membaca semua gambaran semua informan secara berulang-ulang dari

fenomena yang dialami informan mengenai pengalaman informan dalam

Page 58: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

43

promosi kesehatan ASI eksklusif sampai diperoleh pemahaman yang

benar

4. Mengulang catatan asli dan kutipan pertanyaan penting dengan

mengelompokkan kata kunci dari para informan mengenai pengalaman

informan dalam promosi kesehatan ASI eksklusif

5. Mengatur kumpulan membentuk pegertian dari kelompok tema dengan

membuat kategori-kategori.

6. Peneliti kemudian menulis gambaran tempat dan merumuskan tema.

7. Selanjutnya mengintegrasi hasil analisis ke dalam bentuk deskriptif

8. Peneliti mengulang validasi data ke partisipan atas gambaran yang

diberikan untuk megklarifikasi data hasil penelitian

9. Jika data baru ditanyakan selama validasi, gabungkan sehingga menjadi

gambaran yang lengkap ( Streubert dan Carpenter, 2003).

Gambar 4.2 Teknik analisa data Colaizzi (1978)

Sumber: Streubert & Carpenter (2003).

Menggabungkan data yang baru

diperoleh saat dilakukan validasi

Memiliki gambaran yang jelas

tentang fenomena yang diteliti

Mencatat data yang diperoleh

(hasil wawancara) Kembali ke responden untuk

klarifikasi data hasil penelitian

Mengintegrasikan hasil analisis ke

dalam bentuk deskriptif

Membaca transkrip secara

berulang-ulang

Merumuskan tema

Mengelompokkan kata kunci

Membuat kategori-kategori

Page 59: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

44

H. Etika Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti meyakinkan bahwa responden perlu

mendapat perlindungan dari hal-hal yang merugikan selama penelitian,

dengan memperhatikan aspek-aspek self determination, privacy, anonymity,

confidentially dan protection from discomport (Polit, 2006). Peneliti juga

membuat Informed consent sebelum penelitian dilakukan.

a. Penentuan Sendiri (Self Determination)

Responden diberi kebebasan untuk menentukan apakah bersedia

atau tidak mengikuti kegiatan penelitian dengan sukarela, setelah semua

informasi yang berkaitan dengan penelitian dijelaskan dengan

menandatangani Informed Consent yang telah disediakan.

b. Pribadi (Privacy)

Peneliti juga menjaga kerahasiaan atas informasi yang diberikan

responden untuk kepentingan penelitian. Nama responden akan dirahasiakan

sebagai ganti digunakan nomor responden.

c. Tanpa Nama (Anonymity)

Selama kegiatan penelitian nama responden akan dirahasiakan

sebagai gantinya digunakan inisial.

d. Kerahasiaan (Confidentiall)

Peneliti menjadi kerahasiaan identitas responden dan informasi

yang diberikan. Semua catatan dan data responden disimpan sebagai

dokumentasi penelitian.

Page 60: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

45

e. Perlindungan dari Ketidaknyamanan (Protection From Disconfort)

Peneliti menekankan apabila responden merasa tidak aman atau

nyaman selama mengikuti kegiatan penelitian sehingga menimbulkan

masalah baik fisik maupun psikologis, maka peneliti mempersiapkan

responden untuk menghentikan partisipasinya.

Page 61: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

46

BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada 12

partisipan melalui proses analisis data dari hasil wawancara mendalam, FGD serta

catatan lapangan, ditemukan tema yang selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk

naratif dengan penyajian hasil penelitian sebagai berikut.

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Posyandu Flamboyan II merupakan salah satu posyandu dibawah

binaan puskesmas Ciputat Timur. Posyandu ini menangani tiga RT yaitu RT

satu, dua, dan RT enam wilayah jalan Haji Amid. Dikelola oleh empat orang

kader kesehatan yang rata-rata memiliki pengalaman bertugas sebagai kader

selama dua puluh tahun. Kegiatan posyandu yang dilakukan setiap bulannya

diadakan di salah satu rumah kader kesehatan karena belum memiliki

bangunan khusus posyandu. Posyandu ini terletak di kelurahan Rempoa

kecamatan Ciputat Timur kota Tangerang Selatan.

Adapun batas-batas Kelurahan Rempoa adalah sebelah utara provinsi

DKI Jakarta. Sebelah selatan kelurahan Cempaka Putih sebelah barat

kelurahan Rengas dan Pondok Ranji dan sebelah timur yaitu kelurahan

Cireundeu. Jarak desa rempoa dengan pusat pemerintahan kecamatan adalah

3 km dengan waktu tempuh 15 menit. Jarak kelurahan Rempoa dengan pusat

pemerintahan provinsi adalah 95 km dengan waktu tempuh sekitar 2 jam.

Page 62: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

47

Kelurahan Rempoa kecamatan Ciputat Timur kota Tangerang Selatan

mempunyai luas wilayah 219,50 He.

Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu kota dari 8

kabupaten/kota di Provinsi Banten, Kota Tangerang Selatan merupakan

pemekaran dari kabupaten Tangerang, diresmikan sebagai daerah otonom

pada tanggal 28 Oktober 2008 dengan diberlakukannya undang-undang

nomor 51 tahun 2008. Kota Tangerang Selatan merupakan daerah strategis

karena berbatasan langsung dengan DKI Jakarta, berjarak ±20 kilometer ke

ibukota negara dan ±20 menit dari bandara internasional Soekarno-Hatta.

Kota Tangerang Selatan terdiri dari tujuh kecamatan yakni: Pamulang,

Ciputat, Ciputat Timur, Pondok Aren, Setu, Serpong dan Serpong Utara.

Kota Tangerang Selatan memiliki luas wilayah 147,19 Km2, terdapat 14

rumah sakit, 11 puskesmas, 18 puskesmas pembantu, 140 klinik, 97 rumah

bersalin, 211 dokter praktek , 175 bidan praktek dan 913 posyandu yang

semuanya tersebar di 7 kecamatan di kota Tangerang Selatan.

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik informan

Dalam penelitian ini informan dibagi menjadi dua yaitu informan

utama dan informan pendukung. Informan utama terdiri dari empat orang

kader kesehatan yang telah ditetapkan bertugas di posyandu Flamboyan II.

Karakteristik dari informan utama yang diperoleh antara lain nama, umur,

pendidikan terakhir, dan pekerjaan. Sedangkan untuk informan pendukung

terdiri dari satu orang bidan dan satu orang koordinator kader kesehatan

Page 63: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

48

sekaligus petugas promosi kesehatan yang menangani posyandu Flamboyan

II, serta enam orang ibu-ibu posyandu Flamboyan II yang telah terpapar

dengan promosi kesehatan program ASI eksklusif. Karakteristik dari

informan pendukung yang diperoleh antara lain nama, umur, pendidikan

terakhir, dan pekerjaan.

a. Informan utama

Informan utama yaitu empat orang kader kesehatan yang bertugas

di posyandu Flamboyan II. Peneliti melakukan wawancara mendalam

pada kader kesehatan setelah menjelaskan maksud dan tujuan penelitian

dan kader tersebut bersedia menjadi informan dengan mengisi lembar

informed consent. Kader kesehatan yang bertugas di posyandu

Flamboyan II rata-rata memiliki pengalaman bertugas menjadi kader

kesehatan selama dua puluh tahun. Karakteristik informan utama yang

peneliti dapatkan sebagai berikut:

Partisipan pertama (P1) berusia 47 tahun, pendidikan terakhir SMEA,

bekerja sebagai ibu rumah tangga, dan lama bertugas di posyandu

Flamboyan II selama 22 tahun.

Partisipan kedua (P2) berusia 42 tahun, pendidikan terakhir SMEA,

bekerja sebagai ibu rumah tangga, dan lama bertugas di posyandu

Flamboyan II selama 3 tahun.

Partisipan ketiga (P3) berusia 52 tahun, pendidikan terakhir SD, bekerja

sebagai ibu rumah tangga, dan lama bertugas di posyandu Flamboyan II

selama 22 tahun.

Page 64: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

49

Partisipan keempat (P4) berusia 55 tahun, pendidikan terakhir SMA,

bekerja sebagai ibu rumah tangga, dan lama bertugas di posyandu

Flamboyan II selama 11 tahun.

b. Informan pendukung

Informan pendukung yaitu satu orang bidan dan satu orang

koordinator kader kesehatan sekaligus petugas promosi kesehatan

bertugas di puskesmas Ciputat Timur yang merupakan puskesmas yang

menangani posyandu Flamboyan II. Peneliti melakukan wawancara

mendalam pada bidan dan petugas promosi kesehatan tersebut setelah

menjelaskan maksud serta tujuan penelitian dan informan bersedia

menjadi informan penelitian dengan mengisi lembar informed consent.

informan pendukung selanjutnya yaitu enam orang ibu-ibu posyandu

setempat yang telah terpapar dengan promosi kesehatan program ASI

eksklusif. Peneliti melakukan FGD pada ibu-ibu posyandu setelah

menjelaskan maksud serta tujuan penelitian dan ibu-ibu tersebut bersedia

menjadi informan dengan mengisi lembar informed consent, karakteristik

informan pendukung dapat berkomunikasi dengan baik dan masih aktif

dalam aktifitas posyandu balita merupakan penduduk yang bertempat

tinggal di sekitar posyandu Flamboyan II. Kriteria lain pada informan

pendukung sebagai berikut:

Partisipan kelima (P5) berusia 27 tahun, pendidikan terakhir D3, bekerja

sebagai bidan di puskesmas Ciputat Timur.

Page 65: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

50

Partisipan keenam (P6) berusia 29 tahun, pendidikan terakhir D3,

bekerja sebagai petugas promosi kesehatan sekaligus koordinator kader

kesehatan di wilayah puskesmas Ciputat Timur.

Partisipan ketujuh (P7) berusia 25 tahun, pendidikan terakhir SD,

bekerja sebagai ibu rumah tangga.

Partisipan kedelapan (P8) berusia 29 tahun, pendidikan terakhir D3,

bekerja sebagai ibu rumah tangga.

Partisipan kesembilan (P9) berusia 25 tahun, pendidikan terakhir SD,

bekerja sebagai ibu rumah tangga.

Partisipan kesepuluh (P10) berusia 24 tahun, pendidikan terakhir SMA,

bekerja sebagai ibu rumah tangga.

Partisipan kesebelas (P11) berusia 25 tahun, pendidikan terakhir SMA,

bekerja sebagai ibu rumah tangga.

Partisipan kedua belas (P12) berusia 25 tahun, pendidikan terakhir SD,

bekerja sebagai ibu rumah tangga.

2. Hasil Analisis Tematik

Dari hasil analisis tematik ditemukan 4 tema, yaitu makna dan arti

ASI eksklusif, upaya kader kesehatan, kebutuhan promosi kesehatan ASI

ekslusif, dan hambatan promosi kesehatan ASI eksklusif. Berikut

penjelasan tema dari hasil analisa tematik.

a. Makna dan Arti ASI Eksklusif.

Tema ini didapatkan dari tiga kategori yaitu definisi ASI eksklusif,

manfaat diberikannya ASI eksklusif, dan kerugian jika tidak diberikan ASI

Page 66: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

51

ekslusif. Kader kesehatan di posyandu Flamboyan II pada umumnya sudah

paham mengenai pengertian ASI eksklusif walau masing masing berbeda

dalam mendefinisikannya, namun masih terbatas dalam mengeksplorasi

tentang manfaat pemberian ASI eksklusif dan kerugian jika tidak diberikan

ASI eksklusif. Berikut ungkapan partisipan:

“Yaitu utamanya buat kesehatan bayi, dan ga ada campuran apa-

apa buat bayi. Ya itu yang ibu ketahui. Jadi air susu ibu yang

diberikan pada bayi dari 0 sampai 6 bulan tanpa tambahan

apapun”. (Ibu P2)

“ASI eksklusif itu kita menyusui sampai berumur 6 bulan ya, tanpa

ada tambahan makanan baik susu atau makanan yang lain-lain

lah. Sesudah itu baru ada tambahan susu atau pun makanan bubur

sampai umur 2 tahun. Kalo sampe 6 bulan ga ada tambahan

apapun”. (Ibu P4)

Satu dari 8 informan pendukung mengungkapkan pengertian yang

berbeda mengenai definisi ASI ekslusif, berikut pernyataan informan

tersebut:

“Yang saya ketahui, ASI eksklusif itu adalah pemberiannya selama

empat sampai enam bulan. Tapi yang paling penting dari ASI

eksklusif itu adanya kontak antara bayi dan ibunya. Jadi misalnya

ada orang di pekerja. Misalnya pagi bekerja dia bilang, oh saya

ASI eksklusif, saya pakai naro ASI eksklusifnya itu dibotol, saya

taro dikulkas. Itu sebenarnya bukan ASI eksklusif. Nah, ASI

eksklusif itu adanya kontak antara bayi pada saat memberikan ASI

antara bayi dan si ibunya itu”. (P6)

Beberapa manfaat diberikannya ASI ekslusif dan kerugian jika

tidak diberikannya ASI eksklusif yang dapat disebutkan para kader antara

lain:

“Untuk kekebalan dan kesehatan anaknya juga. Kadang-kadang

ada yang 3 bulan udah dikasih pisang atau bubur, kan kasian

anaknya. Saya udah bilang, pencernaan bayi kan masih belum bisa

mencerna”. (P1)

Page 67: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

52

Kalo kerugiannya kita ga bakal dapet kekebalan tubuh, sering

sakit nanti anak. Kalo manfaatnya bagus untuk anak, untuk

menambah anak sehat, kuat, nanti kalo anak umur sekian-sekian

bagus. Beda sama susu formula saya bilang gitu. Anak nya lemah,

lembek, pokonya banyak deh kerugiannya, saya bialng gitu. Kalo

tete ngga, kalo menyusi tidak, itu bagus. Cuma itu aja. itu setau

ibu”. (Ibu P4)

b. Upaya Kader Kesehatan

Tema ini peneliti dapatkan dari 8 kategori yaitu bentuk

pelaksanaan promosi kesehatan program ASI eksklusif, materi yang

disampaikan dalam penggalakkan ASI eksklusif, kerjasama kader

kesehatan dengan pihak terkait mengenai promosi kesehatan program ASI

eksklusif, kerja sama antara kader kesehatan setempat dalam promosi

kesehatan program ASI eksklusif, capaian promosi kesehatan ASI

eksklusif ke seluruh lapisan masyarakat, penyampaian promosi kesehatan

program ASI eksklusif sehingga dapat sampai ke seluruh lapisan

masyarakat, evaluasi program promosi kesehatan tentang ASI eksklusif,

serta inovasi-inovasi kader kesehatan dalam mempengaruhi budaya

setempat mengenai ASI eksklusif.

Pengetahuan kader kesehatan di posyandu Flamboyan II mengenai

promosi kesehatan program ASI eksklusif masih sangat minim, dibuktikan

dengan jawaban para kader kesehatan yang mengatakan bahwa mereka

tidak tahu apa itu promosi kesehatan ketika peneliti mewawancarainya.

Para kader kesehatan mengungkapkan penggalakan ASI eksklusif yang

mereka lakukan selama ini hanya menganjurkan saja, ketika peneliti

mewawancarai mengenai pengetahuan secara umum tentang promosi

Page 68: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

53

kesehatan, sebagian besar dari mereka tidak mengetahuinya. Berikut hasil

wawancaranya:

“Kita kalo disini, di posyandu-posyandu, kita cuma menganjurkan

aja ya sama ibu-ibu yang datang ke posyandu. Kan kita hanya

sekedar menganjurkan doang.” (P1)

Tidak ada kader kesehatan di posyandu Flamboyan II yang dapat

mendefinisikan tentang pengertian promosi kesehatan secara umum.

Jawaban lain yang peneliti dapatkan dari salah satu kader kesehatan yang

berumur 55 tahun yaitu:

“Promosi? Ya kalo promosi kesehatan ya kalo ada acara-acara di

posyandu maupun di arisan-arisan gitu sering melakukan

penyuluhan-penyuluhan tentang ASI eksklusif sampe 6 bulan.

Cuma kebanyakan kaya anak saya sendirilah contohnya, dia air

tetenya sedikit. Jadi menyusui sampe 2 tahun tapi untuk 6 bulan

untuk ASI eksklusif itu dia ga bisa harus ada tambahan makanan.

Ya kalo saya si terus terang promosi ga bisa ya, promosi ya

sekedar ngasih tau kalo ketemu kita ngomong. Kalo promosi-

promosi ya ngga ada. Paling juga kalo arisan, masalah ASI,

masalah kesehatan , masalah anak sakit, kalo promosi bukannya

belum, contoh deh tetangga saya, saya bilangin. Minimal mulut ke

mulut.” (P2)

Hasil wawancara yang peneliti dapatkan, di posyandu Flamboyan

II belum pernah ada promosi kesehatan tentang ASI eksklusif secara

khusus. Penggalakan ASI eksklusif yang selama ini dilakukan hanya

berupa informasi yang disampaikan pihak puskesmas (bagian ahli gizi)

hanya kepada kader kesehatan setempat pada saat rapat koordinasi (rakor)

setiap bulannya. Rapat koordinasi setiap bulan tidak selalu menyampaikan

mengenai program ASI eksklusif, melainkan tergantung tema yang

ditentukan sesuai masalah kesehatan terkini. Kader kesehatan kemudian

menyampaikan melalui mulut ke mulut kepada masyarakat/ ibu-ibu yang

Page 69: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

54

hamil dan memiliki bayi dibawah umur 6 bulan. Adapun informasi yang

diberikan hanya seputar pengetahuan ASI eksklusif. Tenaga kesehatan dari

puskesmas belum pernah mengadakan pembinaan terhadap kader

kesehatan mengenai penyampaian informasi yang baik atau tekhnik

penyuluhan yang benar terhadap masyarakat. Berikut pernyataan

partisipan:

“Oh…disini belum.belum ada yang seperti itu (promosi kesehatan

tentang ASI eksklusif secara khusus). Cuman gini, sekarang kan

mulai digencarkan, kita datang ke ibu hamil ni, jadi kita hanya

menganjurkan aja si sifatnya. Kita kasih tau, lebih baik ASI

eksklusif….Iya individual. kalo ketemu ibunya yang anaknya

dibawah 6 bulan kita tanya ini anaknya masih ASI aja atau sudah

ditambah makanan tambahan? kalo belum, ya bagus, jangan dulu

dikasih tambahan makanan sampe 6 bulan ya.”. (P1)

“Secara individual aja waktu posyandu (penyampaian pada ibu-

ibu). Kan kalo kemis keempat suka pertemuan rakor di kelurahan

(khusus kader kesehatan), itu kan suka dibicarain tentang

posyandu, tentang ASI, tentang lain lainya suka diituin sama

bidan-bidan. Nah ibu tau dari situ sedikit sedikit aja, hehe.”. (P3)

Bentuk pelaksanaan ini diperkuat oleh informasi dari informan

pendukung melalui wawancara kepada bidan puskesmas dan koordinator

kader kesehatan sekaligus petugas promosi kesehatan yang menangani

posyandu Flamboyan II serta ibu-ibu masyarakat setempat yaitu:

“Kalo saya biasanya kegiatan-kegiatan itu di masyarakatnya pas

ada kegiatan kaya pertemuan dikelurahan, pertemuan kader, nah

pertemuan kader itu biasanya memberi tahu kepada kader tentang

apa itu ASI eksklusif mengaitkan dengan kegiatan tentang gizi.

Jadinya kita ikut sertakan program-program gizi biasanya. Dan

lebih detail tentang kandungan dari pada tentang ASI itu apa aja,

nanti biasanya penanggung jawab gizi yang lebih ini...tapi kita

menjelaskan ASI eksklusif itu apa, bagaimana caranya”. (P6)

Page 70: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

55

Hasil FGD didapatkan ibu-ibu belum pernah mendapatkan

promosi kesehatan tentang ASI eksklusif secara khusus. Sebagian besar

mereka mendapatkan informasi mengenai pentingnya ASI eksklusif hanya

dari mulut ke mulut melalui kader dan bidan baik di posyandu ataupun di

puskesmas saat masih mengandung bayinya. Berikut ungkapan partisipan

pada saat dilakukan FGD:

“Belum pernah (promosi kesehatan tentang ASI eksklusif secara

khusus).”(P7)

“Kalo kader kesehatan belum pernah, tapi kalo dari bidan dikasih

tau. Ibu bidannya cuma bilang dikasih ASI eksklusif dulu aja

jangan dikasih susu botol. Gitu. Udah gitu doang.”(P9)

“Ngga. Perorang aja (cara penyampaian informasi ASI

eksklusif).” (P8)

Pihak puskesmas mengatakan bahwa materi mengenai

penyuluhan program ASI eksklusif yang disampaikan kepada para kader

kesehatan sudah cukup memenuhi standar, meliputi pengertian, manfaat,

kerugian jika tidak diberikan, cara memberikannya. Namun yang peneliti

dapatkan dari para kader kesehatan, mereka mengungkapkan bahwa

pengetahuan mereka mengenai ASI eksklusif tidak terlalu mendalam.

Mereka hanya memahaminya secara umum saja, sehingga pada

penyampaiannya terhadap masyarakat/ ibu-ibu setempat sangat terbatas.

Berikut pernyataannya:

Page 71: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

56

“Ya paling cuma kaya gitu. Ditanya kan, dikasih ASI ga? dikasih

makanan atau susu lainnya ga? ngga. Jangan ya, ini untuk

kekebalan dan kesehatan anaknya juga. Udah berapa bulan?

kadang-kadang kan baru beberapa bulan udah dikasih susu

kadang-kadang ada yang 3 bulan udah dikasih pisang atau

bubur, kan kasian anaknya. Saya udah bilang, pencernaan bayi

kan masih belum bisa mencerna. Susah juga si kalo ngomong

ama orang kampung itu.” (P1)

“Ibu bilang jangan dikasih makan dulu sampai umur 6 bulan.

Kasih ASI aja, nanti kalo setelah 6 bulan baru dikasih tambahan

makanan.” (P3)

Berikut Hasil wawancara yang peneliti dapatkan mengenai

materi yang disampaikan pihak puskesmas saat promosi kesehatan

program ASI eksklusif kepada kader kesehatan.

“Kaya misalnya bahwa kalo penyuluhan kan saya lebih ke

program TB juga, jadi kalo kita penyuluhan tentang TB ni, apa

itu pengertian, penyebab, terus tanda dan gejala, kemudian

penanggulannya seperti apa, kemudian peranan keluarganya

seperti apa. Jadi kalo ASI eksklusif itu sama aja, apa pengertian,

bagaimana cara pemberian, bagaimana cara penyimpanan ASI

yang baik itu seperti apa.” (P6)

Kerjasama kader kesehatan dalam menggalakkan ASI eksklusif

yang selama ini dilakukan hanya dengan pihak puskesmas saja. Bahkan

didapatkan dari beberapa kader kesehatan yang menyatakan bahwa

penggalakkan ASI eksklusif yang mereka lakukan selama ini hanya

tugas dari puskesmas saja. Berikut ungkapan partisipan:

“Sebenarnya kan tiap bulan ada tu bidan datang. Cuma ya

diposyandu aja. Jadi cuma yang keliatan aja. kita kan setiap

bulan juga ada rakor juga sekaligus pertemuan kader ya untuk

laporan-laporan itu semua. Jadi ada bidan, ada dokter

puskesmas, pokja- pokja gitu, jadi laporan ini, laporan itu.” (P1)

“Ada. Dari ahli gizi di puskesmas. Pas rakor. Atau datang ke

posyandu itupun ga setiap bulan datang, selama ini baru 1 kali

Page 72: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

57

dateng. Tapi ya itu, cuma dikasih tau ASI itu apa, berapa berat

anak ideal, paling gitu yang BBLR kita suruh rujuk ke

puskesmas”.(P2)

“Ya dari puskesmas si sudah, kalo disini kan ada jampersal, jadi

setiap persalinan kita promosikan pada pasien tentang ASI

eksklusif. ya kadang, bu nangis aja, gini gini, ga keluar, ga papa

bu, dirangsang aja. nanti juga keluar sendiri, ya kalo ASI nya

sedikit ya nanti kita kasih buat pelancar ASI dari puskesmas, kita

kasih biasanya.”(P5)

Kerjasama secara khusus antara sesama kader kesehatan

Flamboyan II dalam promosi kesehatan program ASI eksklusif belum

terealisasikan. Hasil wawancara yang peneliti dapatkan, para kader

kesehatan merasa pengetahuan mereka belum cukup mendalam dalam

memahami ASI eksklusif. Mereka mengungkapkan selain tugas mereka

sebagai kader kesehatan sudah cukup banyak, tidak semua masyarakat

atau ibu–ibu di wilayah posyandu Flamboyan II merespon dengan baik

informasi kesehatan dari para kader kesehatan, kecuali terdapat pihak

puskesmas yang secara khusus menyampaikan informasi kesehatan

tersebut. Berikut seluruh ungkapan kader kesehatan:

“Kurang (kerjasama antar sesama kader). Kan kalo dulu,

sekarang si ada lembaran-lembaran paling itu aja yang diisi.

Kalo ga ada acara khusus susah si. Kalo misalnya cuma dari

kader-kader aja mereka suka ngeremehin. Kecuali kalo ada

petugas dari puskesmas. Itu juga susah ngumpulinnya, yang

anak-anaknya tidur, pokonya susah deh kalo ngumpulin ibu-

ibunya mah”. (P1)

“Ngga ada (kerjasama antar kader).” (P2)

Page 73: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

58

Sebagian besar kader kesehatan menyatakan bahwa capaian

promosi kesehatan mengenai ASI eksklusif belum sampai ke seluruh

lapisan masyarakat khususnya wilayah sekitar posyandu Flamboyan II.

Berikut pernyataannya:

“Intinya info udah sampe, tapi pelaksanaannya yang belum.

Karena tadi, hati ibu ga tega ngeliat anak nangis, mungkin

kurang susu. ASInya kurang, jadi ah, kasih aja biskuit. kaya

gitu gitu”. (P2)

“Belum. Tapi banyak yang tau si udah”. (P3)

“Belum nyampe”. (P4)

Belum ada usaha khusus bagi kader kesehatan di posyandu

Flamboyan II, agar capaian promosi kesehatan mengenai ASI

eksklusif berjalan secara maksimal. Berikut dua ungkapan dari empat

partisipan utama:

“Itu butuh pengetahuan dari ibu-ibunya sendiri juga si. Dari

ibu-ibunya harus, dari kader juga penting si. Kan kalo kader

cuma dikasih tau ASI eksklusif pas raker. Ada lembaran

khusus yang harus diisi, bayi ini udah berapa kali ke

posyandu, dia ASI eksklusif atau ngga, gitu. Cuma dikasih gitu

doang”. (P1)

“Ya paling nanti kumpul lagi ama kader, ya menurut saya

yang punya bayi aja dibilangin”. (P3)

Kader kesehatan posyandu flamboyan II dan petugas

kesehatan puskesmas menyampaikan bahwa belum pernah ada

evaluasi secara langsung kepada masyarakat/ ibu-ibu setempat

mengenai penggalakkan ASI eksklusif baik oleh pihak puskesmas dan

Page 74: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

59

dinas kesehatan ataupun oleh kader kesehatan itu sendiri. Berikut

ungkapan beberapa partisipan:

“Ngga. Ngga ada. Cuma kita kasih saran ibu nanti kalo yang

ASI eksklusif ditulis .Emang ada catetannya. Peribahasanya

istilahnya dari seratus Cuma satu lah yang berhasil.

Ibaratnya kaya gitu. Bahkan saya belom dapetin yang

berhasil. Satu dualah ada”. (P2)

“ “Ngga. Puskesmas tidak lagi. kontrol juga tidak ada. Ya kita

terus terang bilang tidak ada ya, nanti kalo saya bilang ada,

ko ini ada promosi ibu belum aja ngerti si”. (P4)

“Oh, Ngga. Ngga ada sih. Kalo kaya gitu mah. Kalo yang

kaya gitu paling lahir disini kita sarankan untuk ASI eksklusif

ya, ya gitu aja si sebenarnya kalo dari sini”. (P5)

Evaluasi dilakukan oleh petugas promosi kesehatan

puskesmas hanya kepada pihak kader kesehatan saat perkumpulan

kader kesehatan atau rakor yang diadakan setiap bulannya. Berikut

pernyataannya:

“Kalo ada kesalahan, kita tau .kalo kita tau secara langsung ,

kita langsung mengklarifikasi , kasih tau secara langsung, tapi

kalo misalnya kita tekankan pada mereka kalo misalnya

mereka tidak mengerti, harap itu jadi PR dan tanyakan ke

kita”. (P6)

Belum ada inovasi-inovasi dari kader kesehatan dalam

menggalakkan ASI eksklusif di wilayah posyandu Flamboyan II, hal

ini berkaitan dengan persepsi kader kesehatan tersebut mengenai

perannya terhadap promosi kesehatan ASI eksklusif bahwa mereka

hanya sebatas menganjurkan saja, terlepas masyarakat atau ibu-ibu

yang memiliki bayi dibawah 6 bulan mau mengikuti atau tidak

Page 75: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

60

anjuran tersebut. Berikut hasil wawancara dua orang dari empat orang

partisipan utama:

“Ga ada. Cuma ngasih motivasi aja”. (P2)

“Belum ada. Sebatas ini baru menyampaikan secara

individual saja”. (P3)

c. Hambatan Promosi Kesehatan ASI Eksklusif

Hambatan promosi kesehatan ASI eksklusif peneliti dapatkan dari

tiga kategori, yakni hambatan internal dalam promosi kesehatan tentang

ASI eksklusif, hambatan eksternal promosi kesehatan ASI eksklusif, serta

penanggulangan hambatan tersebut. Kader kesehatan di posyandu

Flamboyan II mengatakan tidak ada hambatan yang terlalu signifikan

dalam usaha menggalakakkan program ASI eksklusif. Mereka

menyampaikan bahwa tidak ada hambatan dari sisi internal secara

bermakna. Berikut hasil wawancara pada partisipan mengenai hambatan

internal:

“Ngga ya.. kan kita hanya sekedar menganjurkan doang. Paling

kita menganjurkan doang, makan sayur yang banyak, buahnya

juga, makan yang banyak”. (P1)

“Kalo kita bilang,,ada masalah, itu urusan dia sendiri, jadi kan ini

udah urusan masing-masing ya”. (P2)

“Ngga lah, yang penting kita udah ngasih tau”. (P4)

Hambatan eksternal yang selama ini kader kesehatan rasakan yaitu

minimnya pembinaan dari puskesmas yang berimbas terhadap minimnya

pengetahuan mengenai promosi kesehatan program ASI eksklusif yang

Page 76: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

61

kader kesehatan miliki. Hambatan eksternal lainnya yaitu banyaknya

alasan-alasan yang diutarakan masyarakat/ ibu-ibu posyandu bahwa ASI

yang keluar sedikit, bayinya nangis terus karena lapar, dan sebagainya.

Berikut hasil wawancara pada partisipan mengenai hambatan eksternal:

“Iya kita juga bingung, habis ga ada pembinaan khusus

bagaimana caranya biar ibu-ibu agar melaksanakan ASI eksklusif.

ya itulah masalahnya, belum ada pembinaaan khusus tentang ASI

eksklusif. Waktu itu pernah si ada pemberitahuan tentang ASI

eksklusif waktu rakor (rapat koordinasi), dikasih tau ASI eksklusif

itu apa, trus kita dikasih lembaran, trus cuma disuruh ngedata kalo

ada yang ke posyandu, ibu itu ASI eksklusif atau ngga. Kita juga

ga disuruh ke rumahnya, kasih penyuluhan atau gimana juga

ngga. Paling suruh nyatet, ni bayi berapa kali dateng, kasih ASI

apa ngga. Dah, ditanya gitu doang. Ya begitu. Itu juga tugasnya

udah banyak banget, apalagi kalo ditambah ASI eksklusif”. (P1)

“Cuma tadi aja masalahnya alasan-alasan”. (P2)

Pernyataan lain yang diungkapkan informan pendukung sebagai berikut:

“Masalahnya…kita kan kader banyak ya, posyandupun ga kalah

banyak. Jadi kita itu untuk pelatihan rata-rata susah. Jadi selama

ini yang dateng pelatihan ketuanya saja atau perwakilan. Jadi

selama ini hambatanya susah melakukan pelatihan secara

menyeluruh. Bagaimana mereka melakukan penyuluhan, masing-

masing itu susah. Butuh waktu yang sangat lama. Dan yang kita

urusan bukan hanya ASI ekklusif. Mereka juga kayanya

kegiatannya banyak, urusan rumah tangga juga, trus karna kalo

disini hambatannya karna disini komplek, apalagi kalo udah

komplek elit..sudah pasti susah. Jadi kalo ngurusin masalah

kesehatan sudah tidak bisa gitu”. (P5)

Baik kader kesehatan ataupun pihak petugas kesehatan puskesmas

belum menemukan cara khusus untuk menanggulangi hambatan yang

selama ini dirasakan dalam promosi kesehatan ASI eksklusif. Berikut

ungkapan partisipan:

“Yaudah, terima aja gitu dengan segala keluh kesah, dipendem

sendiri. Ya emang mungkin udah jadi tugas kader kesehatan

Page 77: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

62

ya..teorinya kan begini begitu. Cuma pelaksanaannya di

masyarakat kan beda”. (P2)

“Ga ada. Belom…”. (P2)

d. Kebutuhan Promosi Kesehatan ASI Eksklusif.

Tema ini peneliti dapatkan dari dua kategori yaitu kebutuhan yang

dibutuhkan dalam promosi kesehatan tentang ASI eksklusif dan usaha

yang dilakukan dalam menaggulangi kebutuhan yang belum terpenuhi.

Kebutuhan kader kesehatan wilayah posyandu Flamboyan II yang

terpenting dan belum terpenuhi secara maksimal dalam promosi kesehatan

program ASI eksklusif yakni pembinaan khusus dari pihak puskesmas

yang menangani posyandu tersebut. Perkumpulan kader kesehatan yang

selama ini dilakukan dengan pihak puskesmas lebih bersifat evaluasi dan

melakukan laporan-laporan masalah kesehatan sesuai tema setiap bulan

yang di tetapkan dari puskesmas. Pembinaan yang diberikan oleh pihak

puskesmas bersifat penyampaian informasi terkait masalah kesehatan

terkini. Dua orang dari empat kader kesehatan mengungkapkan sebagai

berikut:

“Kita kan pengetahuan juga kurang dalam menyampaikan ke

masyarakat. Kadang kalo kita nanya ke mereka suka dibilang sok

pinter amat si, emang lu siapa, mungkin dalam hati mereka gitu y.

Ada yang suka ada juga yang ga suka kalo kita datengin. Namanya

orang kan beda-beda. Penyuluhan lah pasti, jelas binaan kami

butuh banget. Kita bisanya kalo mereka dateng ke posyandu.kalo

kita yang dateng ke mereka ga bisa”. (P1)

“Yang penting pembinaan dari puskesmas atau ahli gizi kalo

dateng ke posyandu. mungkin mereka (ibu-ibu posyandu) butuh

penyuluhan juga dari bidan, soalnya kan kalo kita sama kaya

mereka (ibu-ibu posyandu), jadi mereka lebih percaya ama bidan.

Page 78: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

63

Kita si mengharapkan kedepannya ibu-ibu hamil dikumpulkan

untuk penyuluhan ASI eksklusif ini”. (P2)

Adapun ungkapan dari informan pendukung sebagai berikut:

“Oh iya, harus ada peraga kalo ngga dirakor, disalah satu

kumpulan ibu-ibu misalnya posyandu harus nya dikasih alat

peraga satu-satu biar ibunya tau, o, ini fungsi ASI eksklusif itu

untuk itu lho…menyusui yang benar itu gini…”. (P5)

“Petugasnya dibanyakin, jadi pemegang programnya khusus satu-

satu. Jadi semua fokus kerja. Misalnya khusus promosi kesehatan

saja. Jadi dia khusus menangani masalah promosi kesehatan saja,

itu mungkin bisa”. (P6)

Belum ada usaha khusus bagi kader kesehatan dan pihak

puskesmas terkait dalam memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi

dalam promosi kesehatan tentang program ASI eksklusif,. Kader

kesehatan dan puskesmas terkait hanya memaksimalkan kemampuan yang

ada dengan sebaik mungkin. Berikut hasil wawancara yang peneliti

dapatkan:

“Selama ini belum si, jadi yang ada dan yang bisa aja

dimaksimalin.” (P3)

“Ya paling kalo ada kebutuhan kebutuhan yang belum ada kita

langsung usulkan saja pada dinas. Nanti dianggarkan dari dinas.

Dan kalo masalah petugas yang kurang mau tidak mau kita

bekerja sesuai dan semaksimal kemampuan kita kerjakan,

sebenarnya ga ada masalah si…cuma itu tadi karna kita megang

programnya kebanyakan, jadi cukup terbengkelai”. (P6)

Page 79: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

64

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Interpretasi Hasil Penelitain dan Diskusi

1. Makna dan Arti ASI Eksklusif.

Seluruh kader kesehatan yang bertugas di posyandu Flamboyan II

dapat dikatakan telah menguasai pengertian ASI eksklusif walaupun dalam

hasil wawancara masing-masing kader kesehatan tersebut memiliki versi

yang berbeda dalam mengartikan ASI eksklusif, namun cukup dapat

menyimpulkan bahwa pemahaman mereka terhadap pengertian ASI eksklusif

sudah sesuai dengan teori. ASI ekslusif atau lebih tepat disebut pemberian

ASI secara eksklusif artinya bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan

cairan lain, seperti air putih, susu formula, jeruk, madu, air teh, juga tanpa

tambahan makanan padat, seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur

nasi ataupun tim kecuali obat, vitamin, mineral dan ASI yang diperas sejak

bayi lahir sampai bayi berumur enam bulan. Setelah enam bulan, bayi mulai

dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberikan ASI sampai bayi

berumur dua tahun Roesli (2004) & Budiasih (2008).

Hasil wawancara peneliti menunjukan bahwa para kader kesehatan

yang bertugas di posyandu Flamboyan II telah mengerti secara mendasar

manfaat ASI eksklusif dan kerugiannya bila tidak diberikan ASI eksklusif

bagi bayi. Pengetahuan tersebut mereka dapatkan melalui perkumpulan

kader kesehatan dengan pihak puskesmas yang diadakan setiap bulannya saat

rapat koordinasi. Kader kesehatan mengungkapkan, belum pernah ada

Page 80: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

65

pembinaan dari pihak puskesmas khusus mengenai ASI eksklusif secara

mendalam, sehingga tidak semua pengetahuan penting mengenai ASI

eksklusif tersampaikan. Disebutkan dalam teori manfaat pemberian ASI

eksklusif dan kerugian apabila tidak diberikan ASI eksklusif tidak hanya

berimbas pada bayinya saja, melainkan berimbas juga terhadap sang ibu dan

keluarganya. Manfaat bagi ibu diantaranya menjalin kasih sayang antara ibu

dengan bayi, mengurangi perdarahan setelah persalinan, mempercepat

pemulihan kesehatan ibu, menunda kehamilan berikutnya , mengurangi

resiko terkena kanker payudara, lebih praktis karena ASI lebih mudah

diberikan setiap saat bayi membutuhkan, dan menumbuhkan rasa percaya diri

ibu untuk menyusui. Manfaat bagi keluarga meliputi tidak perlu

mengeluarkan biaya untuk pembelian susu formula dan perlengkapannya,

tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu botol misalnya

merebus air dan mencuci peralatan, tidak perlu biaya dan waktu untuk

merawat dan mengobati anak yang sering sakit karena pemberian susu botol

(Depkes, 2007).

2. Upaya Kader Kesehatan

Peneliti mendapatkan tiga dari empat orang kader kesehatan tidak

mengetahui tentang promosi kesehatan program ASI eksklusif. Hanya satu

orang saja dapat menjawab ketika ditanya mengenai promosi kesehatan

program ASI eksklusif. Para kader tersebut mengatakan peran mereka selama

ini dalam menggalakkan ASI eksklusif kepada para ibu yang memiliki bayi

dibawah umur 6 bulan hanya menganjurkan saja. Usaha yang mereka lakukan

dalam menyampaikan pentingnya ASI eksklusif kepada para ibu yang

Page 81: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

66

memiliki bayi dibawah 6 bulan hanya melalui mulut ke mulut sebatas

pengetahuan yang mereka miliki. Mereka merasa keberhasilan program ASI

eksklusif bukanlah termasuk tanggung jawab kader kesehatan mengingat

pihak puskesmas yang menangani wilayah posyandu Flamboyan II tidak

terlalu menggemborkan pelaksanaan ASI eksklusif tersebut. Hal ini bertolak

belakang dengan pernyataan bahwa keberhasilan pemberian ASI eksklusif

memerlukan dukungan dari berbagai pihak yang terdiri dari keluarga

khususnya ayah, pemerintah, tenaga kesehatan dan kader kesehatan

masyarakat. Kader kesehatan mempunyai peran yang besar dalam upanya

meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya mencapai derajat

kesehatan yang optimal. Peran kader lainnya yaitu ikut membina masyarakat

dalam bidang kesehatan melalui kegiatan yang dilakukan di posyandu (Efendi,

2009).

Promosi kesehatan merupakan elemen yang sangat penting dalam

meningkatkan derajat kesehatan di masyarakat. WHO (1995) mendefinisikan

promosi kesehatan yaitu suatu proses pemberdayaan individu dan masyarakat

untuk meningkatkan kemampuan mereka mengendalikan determinan-

determinan kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan mereka.

Promosi kesehatan yaitu upaya meningkatkan kemampuan masyarakat dalam

dalam mengendalikan faktor-faktor kesehatan melalui pembelajaran dari, oleh,

untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri,

serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai

sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan

kesehatan (Depkes, 2006).

Page 82: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

67

Bentuk penyampaian yang selama ini kader lakukan dalam

menggalakan ASI eksklusif di wilayah posyandu Flamboyan II tersebut tentu

tidak memungkinan penyampaian informasi penting secara maksimal.

Informasi yang sampai pada para ibu tentu hanya sebatas pengetahuan bahwa

pemberian ASI saja pada bayi dari 0 hingga 6 bulan sangat penting, namun

belum tentu para ibu mengetahui secara mendalam mengenai manfaat

pemberian ASI eksklusif dan kerugiannnya apabila tidak didberikan ASI

eksklusif bahkan cara penyimpanan ASI yang baik sehingga awet dan dapat

tetap diberikan kepada bayi bagi ibunya yang aktif bekerja diluar rumah. Hal

ini dapat menjadi salah satu penyebab para ibu tidak memiliki keteguhan

dalam melaksanakan program ASI eksklusif, selain itu memberi peluang

besar pula bagi ibu-ibu tersebut untuk mengeluarkan alasan-alasan klasik

tidak diberikannya ASI eksklusif pada bayi mereka. Tidak ada pola

kerjasama secara khusus antar kader kesehatan dalam penggalakkan ASI

eksklusif. Bentuk pola kerjasama yang kader kesehatan setempat lakukan

dengan puskesmas terkait hanya berupa penyampaian informasi ASI

eksklusif dari pihak puskesmas kepada kader kesehatan atau perwakilannya,

selanjutnya pihak kader kesehatan menyampaikan informasi tersebut kepada

para ibu wilayah posyandu Flamboyan II melalui mulut ke mulut.

Dalam melakukan promosi kesehatan, kerjasama baik antar kader

kesehatan maupun pihak terkait lainnya sangat dibutuhkan, karena promosi

kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut pendidikan,

organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk perubahan

lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan (Green dan Ottoson,

Page 83: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

68

1998 dalam Taufik, 2010). Peneliti mendapatkan dari hasil wawancara

melalui pihak puskesmas bahwa mereka telah berusaha menyampaikan setiap

informasi kesehatan secara maksimal, dengan mengadakan evaluasi setiap

setelah penyuluhan kepada kader kesehatan (dalam rakor) dengan harapan

adanya penjelasan kembali atau klarifikasi apabila ada hal yang tidak kader

kesehatan mengerti tentang informasi tersebut, namun pada fenomena yang

didapatkan melalui hasil wawancara pada kader, mereka mengatakan belum

terlalu paham dengan informasi yang disampaikan, sehingga pengetahuan

mereka mengenai ASI eksklusif tidak terlalu dalam. Kader kesehatan

mengatakan, bahwa pada intinya mereka hanya melakukan apa yang

ditugaskan, seperti pencatatan siapa saja yang melaksanakan ASI eksklusif

atau yang tidak, serta laporan-laporan mengenai masalah kesehatanm lainnya.

Para kader kesehatan telah berusaha sesuai kemampuannya agar

informasi pentingnya program ASI eksklusif di wilayah posyandu Flamboyan

II sampai ke seluruh lapisan masyarakat. Para kader mengungkapkan

walaupun informasi telah tersebar namun pelaksanaan program ASI eksklusif

belum optimal dilakukan. Para kader kesehatan merasa penyampaian mereka

diremehkan oleh masyarakat setempat, karena masyarakat menganggap

bahwa kader kesehatan sama saja dengan mereka dan tidak berhak mengatur

masyarakat dengan informasi-informasi tersebut. Dapat disimpulkan terdapat

salah persepsi antara masyarakat dengan kader kesehatan sebagaimana

beberapa ahli mengemukakan mengenai pengertian tentang kader kesehatan

menurut Gunawan (1980) dalam Efendi (2009) yang memberikan batasan

tentang kader kesehatan sebagai promotor kesehatan desa adalah tenaga

Page 84: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

69

sukarela dan dipilih oleh dari masyarakat bertugas mengembangkan

masyarakat. Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang

dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah

kesehatan perseorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam

hubungannya yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan

kesehatan (WHO, 1995 dalam Efendi, 2009). Penting bagi masyarakat

mengetahui siapa kader kesehatan berikut peran dan tugasnya dalam

masyarakat, sehingga terdapat jalinan kerjasama yang sangat baik serta saling

mendukung dalam meningkatkan kesehatan secara optimal di masyarakat

setempat.

Kader kesehatan menuturkan pihak puskesmas belum pernah

melakukan promosi kesehatan khusus mengenai ASI eksklusif secara

langsung kepada masyarakat. Selama ini hanya cukup pendataan yang

puskesmas intruksikan kepada kader kesehatan mengenai jumlah para ibu

yang melaksanakan ASI eksklusif dan yang tidak melaksanakan ASI

eksklusif. Para kader kesehatan juga mengakui belum pernah ada inovasi-

inovasi terkait promosi kesehatan ASI eksklusif yang kader lakukan demi

meningkatkan dan membantu mensukseskan tercapainya program ASI

eksklusif secara optimal.

Page 85: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

70

3. Hambatan Promosi Kesehatan ASI Eksklusif

Hambatan internal dalam melakukan promosi kesehatan program ASI

eksklusif tidak dirasakan oleh para kader kesehatan. Para kader kesehatan

menganggap informasi yang disampaikan kepada masyarakat hanyalah

anjuran para kader kesehatan mengingat tugas dari puskesmas, selanjutnya

mengenai dilaksanakan atau tidak anjuran tersebut merupakan urusan

masyarakat itu sendiri. Tentunya perlu menjadi perhatian khusus bagi tenaga

kesehatan untuk meluruskan persepsi para kader kesehatan mengenai peran

dan tugas kader kesehatan yang sebenarnya. Survey data dasar

pengembangan model pelayanan kesehatan maternal mengungkapkan

beberapa tugas kader kesehatan masyarakat di Indonesia selain membantu

pencatatan dan pelaporan, kader kesehatan juga bertugas dan berperan dalam

pemberian motivasi dan saran-saran pada ibu-ibu sebelum dan sesudah

melahirkan, pemberian motivasi dan saran-saran tentang perawatan anak,

pemberian motivasi dan peragaan tentang gizi, program penimbangan balita

dan pemberian makanan tambahan, serta pemberian motivasi tentang

imunisasi dan bantuan pengobatan (Hamid, 2010).

Hambatan eksternal yang kader kesehatan rasakan dalam melakukan

usaha promosi kesehatan program ASI eksklusif yaitu kurangnya pembinaan

dari pihak puskesmas khususnya mengenai bentuk penyampaian promosi

kesehatan yang benar terhadap masyarakat. Seorang ahli menyebutkan

dalam teori bahwa suatu organisasi akan berjalan dan bergerak maju untuk

mencapai visi dan misinya sangat tergantung dari upaya pembinaan atau

perintah dari pemimpinnya. Pembinaan (directing) merupakan salah satu

Page 86: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

71

fungsi penting dalam manajemen. Pembinaan yang diberikan secara tepat,

tentang apa yang diharapkan dari pekerjaannya secara jelas merupakan

kegiatan utama. Pembinaan harus mempunyai tujuan yang jelas, karena

fungsi pembinaan berhubungan langsung dengan upaya dalam meningkatkan

kinerja karyawan dan merealisasikan tujuan pelayanan (Nursalam, 2009).

Para kader kesehatan mengungkapkan kurangnya pembinaan dari

pihak tenaga kesehatan puskesmas menyebabkan minimnya pengetahuan

yang kader kesehatan miliki dalam menyampaikan informasi pada

masyarakat khususnya di wilayah posyandu Flamboyan II. Selaku kader

kesehatan yang memiliki peran sebagai penyuluh dan motivator dalam bidang

kesehatan, seharusnya memiliki pengetahuan cukup sehingga dapat

menyampaikan informasi kesehatan kepada masyarakat dengan baik.

Informasi kesehatan yang tersampaikan dengan baik, dapat mempengaruhi

perilaku kesehatan masyarakat. Pengetahuan merupakan elemen yang sangat

penting dalam perilaku kesehatan. Lawrence Green dalam Notoatmodjo

(2007) mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan.

Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni

faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour

causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3

faktor :

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

Page 87: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

72

2. Faktor-faktor pendukung (Enabling factors), yang terwujud dalam

fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan

sebagainya.

3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap

dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok

referensi dari perilaku masyarakat.

Alasan-alasan masyarakat yang mengatakan bahwa ASI yang keluar

sedikit, bayinya masih terlihat lapar, serta anggapan sebagian kecil

masyarakat bahwa kader kesehatan sama saja seperti mayarakat yang lain

sehingga tidak berhak mengatur dengan informasi-informasi kesehatan

merupakan hambatan lain yang kader kesehatan keluhkan dalam

menggalakkan program ASI eksklusif. Petugas kesehatan puskesmas

setempat mengungkapkan bahwa mereka telah berusaha melakukan

pembinaan terhadap kader kesehatan semaksimal mungkin dengan tenaga

kesehatan yang terbatas, namun tidak semua kader kesehatan langsung

mengerti dan memahami dengan baik tentang informasi kesehatan yang

disampaikan. Tenaga kesehatan yang kurang dan faktor terbatasnya

pendidikan formal yang kader kesehatan miliki merupakan hambatan dari

pihak puskesmas dalam melakukan promosi kesehatan atau pembinaan

terhadap kader kesehatan.

Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh

pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau

masyarakat yang bersangkutan. Ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku

para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan

Page 88: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

73

memperkuat terbentuknya perilaku (Notoatmodjo, 2007). Adanya berbagai

hambatan ini, baik kader kesehatan atau petugas kesehatan puskesmas yang

menangani posyandu setempat belum menemukan metode secara khusus

untuk menanggulangi hambatan tersebut.

4. Kebutuhan Promosi Kesehatan ASI Eksklusif

Kebutuhan kader kesehatan terkait upaya promosi kesehatan

mengenai program ASI eksklusif yakni pembinaan dari pihak puskesmas

setempat kepada kader kesehatan tersebut khususnya mengenai cara

penyampaian informasi yang baik kepada masyarakat sehingga informasi

yang disampaikan dapat diterima oleh masyarakat secara optimal. Pembinaan

dari pihak puskesmas kader kesehatan harapkan tidak hanya pada kader

kesehatan, namun ada waktu khusus untuk pembinaan secara langsung

kepada masyarakat berupa penyuluhan setelah masyarakat setempat

dikumpulkan. Kebutuhan lain bagi kader kesehatan yaitu tenaga kerja yang

kurang, sehingga para kader kesehatan merasa walaupun mereka tidak

melakukan promosi kesehatan tentang program ASI eksklusif, namun beban

kerja yang mereka emban selaku kader kesehatan saat ini sangatlah berat

mengingat yang mereka kerjakan bukan hanya mengurusi masalah kader,

melainkan urusan rumah tangga juga.

Nursalam (2009) mengungkapkan bahwa fungsi pembinaan adalah

untuk membuat agar karyawan melakukan tugas sesuai dengan apa yang

diinginkan untuk mencapai tujuan organisasi, meningkatkan semangat tim

Page 89: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

74

dalam koorporasi. Roland dan Rowland dalam Nursalam (2009) menyatakan

bahwa pembinaan dimulai dengan mempertahankan tindakan terhadap

tujuan yang diinginkan yang saling terkait dengan kepemimpinan. Pembinaan

yang efektif akan meningkatkan kemampuan dan kemauan staf dalam

menciptakan keselarasan antara tujuan manajemen keperawatan dan tujuan

staf. Sebagai fasilitator, tenaga kesehatan dipuskesmas harus mampu

membina kader kesehatan agar dapat mengelola dirinya sendiri dan

membantu serta memotivasi masyarakat untuk melaksanakan perilaku

kesehatan.

Di sisi lain, pihak puskesmas menyampaikan bahwa kebutuhuan

puskesmas terkait upaya promosi kesehatan mengenai program ASI eksklusif

yaitu alat peraga promosi kesehatan dan penambahan tenaga kesehatan. Alat

peraga adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk membantu dan

memperagakan sesuatu dan menyalurkan pesan dari pengirim pesan ke

penerima pesan sehingga dapat menerangkan pikiran, perasaan, perhatian dan

minat sasaran sedemikian rupa, dan akhirnya timbul pemahaman, pengertian

serta penghayatan dari apa yang diterangkan di dalam proses pengajaran/

promosi kesehatan. Tujuan sehingga alat peraga menjadi sesuatu yang

penting dalam proses kegiatan promosi kesehatan yaitu sebagai alat bantu

dalam penyuluhan kesehatan, untuk menimbulkan perhatian terhadap suatu

permasalahan yang dijelaskan, sebagai pengingat suatu pesan/ informasi,

untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur dan tindakan, serta untuk membuat

penyajian materi ceramah lebih sistematis dan efektif (Taufik, 2010).

Keberadaan alat peraga promosi kesehatan telah cukup terpenuhi.

Page 90: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

75

Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, pihak puskesmas harapkan agar

pembagian tanggung jawab program lebih ringan karena masing-masing

penanggung jawab lebih berkonsentrasi terhadap program kerjanya sehingga

semua program kerja puskesmas dapat tertangani secara maksimal.

Tidak banyak usaha yang dapat kader kesehatan lakukan dalam

memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi. Usaha kader kesehatan dalam

menutupi kekurangan tersebut hanya dengan memaksimalkan kemampuan

yang ada. Biasanya pihak puskesmas memenuhi kebutuhan yang belum

terpenuhi dengan mengusulkannya ke dinas kesehatan terkait. Untuk masalah

tenaga kesehatan, pihak puskesmas memaksimalkan dengan baik tenaga

kesehatan yang ada, sehingga ada kalanya program yang direncanakan

akhirnya terbengkelai.

B. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan yang peneliti temukan dalam proses penelitian tentang

pengalaman kader kesehatan dalam promosi kesehatan tentang ASI eksklusif

antara lain:

1. Terbatasnya referensi mengenai kader kesehatan, sehingga cukup

menghambat peneliti dalam mengeksplorasi teori tentang kader kesehatan.

2. Terbatasnya kemampuan peneliti mengingat penelitian ini merupakan

Pengalaman pertama peneliti dalam melakukan suatu penelitian sehingga

menyebabkan banyaknya kekurangan dalam proses penelitian ini.

Page 91: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

76

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian ini mendapatkan empat buah tema yaitu makna dan arti

ASI eksklusif, upaya kader kesehatan, hambatan promosi kesehatan ASI

eksklusif, serta kebutuhan promosi kesehatan ASI eksklusif. Berikut

uraiannya:

1. Seluruh kader kesehatan yang bertugas di posyandu Flamboyan II telah

memahami definisi ASI eksklusif serta mengerti secara mendasar manfaat

pemberian ASI eksklusif dan kerugiannya bila tidak diberikan ASI

eksklusif bagi bayi.

2. Kader kesehatan yang bertugas di posyandu Flamboyan II belum

merealisasikan promosi kesehatan tentang program ASI eksklusif secara

maksimal.

3. Hambatan kader kesehatan dalam melakukan usaha promosi kesehatan

program ASI eksklusif yaitu minimnya pengetahuan kader kesehatan

mengenai promosi kesehatan ASI eksklusif dan kurangnya pembinaan

dari pihak puskesmas khususnya mengenai bentuk penyampaian promosi

kesehatan yang benar terhadap masyarakat. Petugas kesehatan di

puskesmas mengungkapkan bahwa mereka telah berusaha melakukan

pembinaan terhadap kader kesehatan semaksimal mungkin dengan tenaga

kesehatan yang terbatas, namun tidak semua kader kesehatan langsung

mengerti dan memahami dengan baik tentang informasi kesehatan yang

Page 92: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

77

disampaikan. Tenaga kesehatan yang kurang dan terbatasnya pendidikan

formal yang kader kesehatan miliki merupakan hambatan dari pihak

puskesmas dalam melakukan promosi kesehatan atau pembinaan terhadap

kader kesehatan.

4. Kebutuhan kader kesehatan terkait upaya promosi kesehatan mengenai

program ASI yaitu pembinaan dari pihak puskesmas setempat kepada

kader kesehatan khususnya mengenai cara penyampaian informasi/

penyuluhan yang baik kepada masyarakat sehingga informasi yang

disampaikan dapat diterima oleh masyarakat secara optimal. Kebutuhuan

puskesmas terkait upaya promosi kesehatan mengenai program ASI

eksklusif yaitu alat peraga promosi kesehatan dan penambahan tenaga

kesehatan.

B. Saran

1. Kader Kesehatan

a. Sebagai penyuluh, pengetahuan kader kesehatan harus terus ditambah

baik melalui informasi terbaru dari puskesmas ataupun melalui media

cetak seperti majalah. metode dalam penyuluhan harus lebih menarik

dibantu dengan media promosi kesehatan seperti leaflet atau brosur agar

informasi yang diberikan dapat tersampaikan dengan lebih baik.

b. Kader kesehatan diharapkan memfungsikan kembali meja keempat pada

kegiatan posyandu yaitu melakukan penyuluhan bersama dengan petugas

kesehatan secara perseorangan khususnya mengenai pentingnya ASI

eksklusif.

Page 93: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

78

c. Dapat memunculkan inovasi-inovasi kreatif terkait ASI eksklusif agar

masyarakat termotivasi dan memiliki prinsip yang kuat untuk melakukan

program ASI eksklusif, seperti pemberian reward bagi para ibu yang

berhasil melaksanakan program ASI eksklusif.

2. Petugas Kesehatan Puskesmas

a. Petugas kesehatan puskesmas diharapkan mampu melakukan peningkatan

kopetensi kader kesehatan dengan memberikan pembinaan terhadap kader

kesehatan secara intensif, misalnya dengan menyisipkan materi tentang

pentingnya program ASI eksklusif pada saat refreshing training yang

diadakan setiap setahun dua kali. Selain mengenai pentingnya program

ASI eksklusif bagi masyarakat, pembinaan yang dibutuhkan kader

kesehatan juga meliputi pelatihan bagaimana bentuk dan cara

menyampaikan informasi kesehatan atau penyuluhan kesehatan yang baik

kepada masyarakat.

b. Promosi kesehatan tentang ASI esklusif secara langsung kepada

masyarakat sangat perlu dilakukan oleh petugas kesehatan puskesmas

sehingga petugas kesehatan puskesmas mampu melakukan monitoring

dan evaluasi pelaksanaan promosi kesehatan ASI eksklusif sekaligus

memberi motivasi langsung kepada masyarakat untuk melakukan

program ASI eksklusif bada bayi mereka. Contoh media kesehatan yang

efektif yang dapat terus diulang secara berkala yaitu promosi kesehatan

dalam bentuk iklan berupa video.

Page 94: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

79

3. Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat menjadi dasar untuk melakukan penelitian

lanjutan terkait peran kader kesehatan dalam promosi program ASI eksklusif

dengan penggalian informasi yang lebih dalam mengenai hal-hal yang kader

butuhkan untuk menunjang perannya sebagai promotor kesehatan agar

promosi kesehatan ASI eksklusif dapat terealisasikan secara maksimal.

4. Institusi Pendidikan

Penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan dan literatur

terkait pelaksanaan promosi kesehatan tentang program ASI eksklusif oleh

kader kesehatan di masyarakat, serta menjadi dasar dalam melaksanakan

tridharma perguruan tinggi melalui pemberdayaan masyarakat terkait

perilaku kesehatan yang bermanfaat bagi masyarakat.

Page 95: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

DAFTAR PUSTAKA

Budiasih, Kun. Pentingnya ASI Esklusif untuk Bayi Usia 0-6 Bulan. Jakarta: Harapan. 2008.

Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2010.

Departemen Agama RI. Alqur'an dan terjemahannya. Bandung: PT Syamil Cipta Media. 2005

Departemen Kesehatan. Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007. Diakses

dari: www.gizikia.depkes.go.id. pada tanggal 27 Desember 2011 pukul 13.25. 2011.

Departemen Kesehatan RI. USAID indonesia, health service program (HSP). Paket Modul

Kegiatan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif 6 Bulan- Panduan Kegiatan

Belajar Bersama Masyarakat. Jakarta. 2008.

Departemen Kesehatan. Banyak Sekali Manfaat ASI Bagi Bayi dan Ibu. Diakses dari:

http://www.bppsdmk.depkes.go.id/index. pada tanggal 27 Desember 2011 pukul 13.25.

2011

Departemen Kesehatan. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Provinsi Banten

Tahun 2007. Jakarta : Depkes RI. 2009.

Departemen Kesehatan. Strategi Nasional Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu sampai Tahun

2005. Jakarta : Depkes RI. 2002.

Departemen Kesehatan. Manajemen Laktasi, Panduan bagi Bidan dan Petugas Kesehatan di

Puskesmas, Dit.Gizi Masyarakat . Jakarta : Depkes RI. 2007.

Departemen Kesehatan RI, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan

Masyarakat.. Manajemen Laktasi. Jakarta. 2005.

Departemen Kesehatan. Modul dan Materi untuk Politeknik/ D3 kesehatan. Jakarta: Depkes RI.

2006

Departemen Kesehatan. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia. 2009.

Efendi, Ferry dan Makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 2009.

Hadiwijono, Harun. Sari Sejarah filsafat Barat 2. Yogyakarta: Kanisius. 2011

Hamid, Farida dkk. Survei Data Dasar Pengembangan Model Pelayanan Kesehatan Maternal di

Kotamadya Tangerang Selatan tahun 2010. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif

Hidayatullah. 2010

Page 96: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

Hasrimayana. Hubungan antara sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja

puskesmas Kedawung II Sragen. 2009.

Ikatan dokter anak Indonesia cabang Jakarta, Bedah ASI – Kajian dari berbagai sudut pandang

iliah. Jakarta: Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2008.

Irawati. Pusat promosi kesehatan. Diakses dari

http://www.promosikesehatan.com/?act=article&id=337. Pada tanggal 20 April 2012 pukul

09.00 WIB. 2012.

Irwanto. Focused Group Discussion (FGD). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2006

Manuaba, Ida Bagus Gde. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri, Ginekologi, dan KB.

Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC. 2001.

Minarto, kementrian kesehatan republic Indonesia, direktorat jenderal bina gizi dan kia. Diakses

dari http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/658. pada tanggal 21 Desember 2011 pukul

11.00. 2011.

Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika. 2008.

Nursalam. Kumpulan Pelatihan Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 2009.

Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. 2007.

Prastowo, Andi. Menguasai Teknik-teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif. Jogjakarta : DIVA

Press. 2010.

Pinem, Susanti Ervira Sari. Faktor-faktor Penghambat Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif di

Kelurahan Tanjung Selamet Kecamatan Medan Tuntungan. 2010.

Polack, Fernando. The pediatrick Infectious Disease journal. Buenos Aires. Argentina. 2009.

Profil Kesehatan Indonesia. 2010.

Purwanti, H S. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta: EGC. 2004.

Rahardjo, Mudjia. Analisis Data Penelitian Kualitatif (Sebuah Pengalaman Empirik). 2010.

Roesli, Utami. Buku Saku Gizi Bayi. Jakarta: EGC. 2004.

Soehardjo. Pemberian makanan pada bayi dan anak. Yogyakarta: Kanisius. 2007.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. 2009

Taufik, M. Prinsip-prinsip Promosi Kesehatan dalam Bidang Keperawatan. Bandung:

Infomedika. 2010

Undang-Undang Republik Indonesia tentang kesehatan nomor 36. 2009

Page 97: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

WHO. Kader Kesehatan. EGC: Jakarta. 1995.

Widowati, Oki. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pemberian Asi

Eksklusif Di Kelurahan Purwosari Kecamatan Laweyan. 2009.

Wong. Buku Ajar Keperawatan Pediatric. Jakarta: EGC. 2009

Yudantara, K.G. Semestinya hidup itu bahagia. Jakarta: Praninta Aksara. 2008.

Page 98: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

Lampiran 1

Pedoman Wawancara Mendalam (IndepthInterview)

I. Petunjuk umum

a. Tahap perkenalan

b. Ucapkan terima kasih kepada informan atas kesediaan dan waktu yang

telah diluangkan untuk pelaksanaan wawancara

c. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara mendalam

II. Petunjuk wawancara mendalam

a. Wawancara dilakukanoleh seorang pewawancara

b. Informan bebas menyampaikan pendapat, pengalaman, saran dan

pengalaman

c. Pendapat, saran, pengalaman dan komentar informan sangat bernilai

d. Tidak ada jawaban yang benar atau salah

e. Semua pendapat, pengalaman, saran dan komentar akan dijamin

kerahasiannya

f. Wawancara ini akan direkam pada tape recorder untuk membantu dalam

penulisan hasil

Page 99: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

III. Pelaksanaan wawancara

A. Perkenalan

a. Identitas informan

Nama (Inisial) :

Umur :

Jenis kelamin :

Pekerjaan :

Pendidikan terakhir :

B. Catatanlapangan

a. Waktu pelaksanaan :

b. Tempat pelaksanaan :

c. Keadaan Lingkungan :

d. Ekspresi wajah informan :

C. Wawancara

a. Makna dan arti ASI eksklusif bagi kader kesehatan.

1) Apa yang kader ketahui tentang ASI eksklusif?

2) Apa yang kader ketahui tentang manfaat dan kerugiannya jika tidak

diberikan ASI eksklusif?

b. Upaya yang telah dilakukan kader dalam melaksanakan promosi

kesehatan program ASI eksklusif.

1) Apa yang kader ketahui tentang promosi kesehatan program ASI

eksklusif?

Page 100: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

2) Apa saja yang telah ibu lakukan dalam usaha promosi kesehatan

program ASI eksklusif?

a. Bagaimana bentuk pelaksanaan promosi kesehatan program ASI

eksklusif ini?

b. Materi apa saja yang diberikan dalam promosi program tersebut?

c. Bagaimana kerjasama yang biasa kader lakukan dengan pihak

terkait?

d. Adakah kerja sama secara khusus yang dilakukan kader dalam

promosi kesehatan program ASI eksklusif?

e. Menurut Ibu, apakah promosi ini sudah diketahui oleh seluruh

lapisan masyarakat di daerah ini?

f. Bagaimana cara penyampaian promosi program tersebut sehingga

dapat sampai ke seluruh lapisan masyarakat?

g. Bagaimana cara ibu dan pihak terkait mem follow up promosi

program ASI eksklusif?

3) Adakahinovasi-inovasi yang dilakukan kader kesehatan berkaitan

dengan budaya setempat mengenai ASI eksklusif?

c. Hambatan kader dalam meningkatkan program ASI eksklusif di

masyarakat.

1) Adakah hambatan/ kendala dalam melaksanakan promosi program ASI

eksklusif?

a. Apa saja kendala internal dalam melaksanakan promosi program

ASI eksklusif?

Page 101: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

b. Apa saja kendala eksternal dalam melaksanakan promosi program

ASI eksklusif?

2) Apa saja yang telah dilakukan kader untuk menanggulangi hambatan

tersebut?

a. Kebutuhan kader kesehatan terkait upaya promosi kesehatan

mengenai program ASI eksklusif.

1) Apa saja yang kader butuhkan dalam usaha promosikesehatan ASI

eksklusif?

2) Apakah kebutuhan tersebut telah terpenuhi?Apa yang telah/

belumterpenuhi?

3) Bagaimana mengusahakan kebutuhan yang belum terpenuhi tersebut?

Page 102: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

Lampiran 2

Pedoman FGD (Focus Group Discussion)

I. Petunjuk umum

a. Tahap perkenalan

b. Ucapkan selamatdatangdanterima kasih kepada informan atas

kesediaan dan waktu yang telah diluangkan untuk pelaksanaan

FGD

c. Jelaskan maksud dan tujuan FGD

d. Memaparkan singkat topik yang akan dibahas (overview)

e. Membacakan aturan umum diskusi untuk disepakati bersama

II. Petunjuk FGD

a. FGDdipanduoleh seorang moderator (peneliti)

b. Informan bebas menyampaikan pendapat, saran dan pengalaman

c. Informanmendapatpeluang yang samauntukmemberi pendapat,

saran, pengalaman dan komentar informan sangat bernilai

d. Tidak ada jawaban yang benar atau salah

e. Semua pendapat, pengalaman, saran dan komentar akan dijamin

kerahasiaannya

Page 103: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

III. Pelaksanaan FGD

A. Identitas Informan

B. CatatanLapangan

a. Waktu pelaksanaan :

b. Tempat pelaksanaan :

c. Alat bantu yang digunakan :

C. Pertanyaan

a. Apa yang ibu-ibuketahui tentang ASI eksklusif?

b. Apa yang ibu-ibu ketahui tentang manfaat diberikannya ASI eksklusif

dan kerugiannya jika tidak diberikan ASI eksklusif?

c. Apa upaya yang telah dilakukan kader dalam melaksanakan promosi

kesehatan program ASI eksklusif?

d. Apa hambatan ibu-ibu dalam melaksanakan program ASI eksklusif?

Page 104: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

Lampiran 3

Tabel Karakteristik Informan

a. Informan Utama

No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Lama bertugas

1. Ibu N 47 th SMEA Ibu Rumah Tangga 22 tahun

2. Ibu L 42 th SMEA Ibu Rumah Tangga 3 tahun

3. Ibu U 52 th SD Ibu Rumah Tangga 22 tahun

4. Ibu R 55 th SMA Ibu Rumah Tangga 11 tahun

b. Informan Pendukung

No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan

1. Bidan Y 27 th D3 Bidan Puskesmas

2. Ibu LD 29 th D3 Petugas promkes

3. Ibu I 25 th SD Ibu Rumah Tangga

4. Ibu F 29 th D3 Ibu Rumah Tangga

5. Ibu M 24 th SD Ibu Rumah Tangga

6. Ibu N 26 th SMA Ibu Rumah Tangga

7. Ibu S 26 th SMA Ibu Rumah Tangga

8. Ibu A 23 th SD Ibu Rumah Tangga

Page 105: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas
Page 106: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

Lampiran 4

Analisis Tematik

No Pernyataan signifikan Kategori Sub Tema Tema Informan

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 1 Menyusui dari 0 sampai

berumur 6 bulan ya, tanpa

ada tambahan makanan baik

susu atau makanan yang

lain-lain

Pengertian ASI

eksklusif

Makna dan

arti ASI

eksklusif √ √ √ √ √ √ √

2 Untuk kekebalan dan

kesehatan

Manfaat ASI

eksklusif

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √

3 Kerugiannya kita ga bakal

dapet kekebalan tubuh,

sering sakit nanti, Anak nya

lemah, lembek,

Kerugian ASI

eksklusif

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √

4 Datang ke ibu hamil ni, jadi

kita hanya menganjurkan aja

si sifatnya.

Bentuk usaha

penggalakkan

ASI eksklusif

yang kader

lakukan

terhadap

masyarakat

Penggalakk

an yang

kader

lakukan

Upaya

kader

kesehatan

√ √ √ √ √ √ √

Page 107: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

5 Pas ada kegiatan kaya

pertemuan dikelurahan,

pertemuan kader, nah

pertemuan kader itu

biasanya memberi tahu

kepada kader tentang apa itu

asi eksklusif mengaitkan

dengan kegiatan tentang

gizi.

Bentuk usaha

promosi

kesehatan ASI

eksklusif yang

pihak puskesmas

lakukan terhadap

kader

Promosi

kesehatan

yang pihak

puskesmas

lakukan

√ √

6 Saya sudah bilang

manfaatnya, kerugiannya,

kalo kerugiannya kita ga

bakal dapet kekebalan tubuh,

sering sakit nanti anak.kalo

manfaatnya bagus untuk

anak, untuk menambah anak

sehat, kuat, nanti kalo anak

umur sekian sekian bagus.

Jenis materi

yang

disampaikan

kader kesehatan

saat melakukan

promosi

kesehatan ASI

eksklusif

Materi

promosi

kesehatan

program

ASI

eksklusif

√ √ √ √ √ √

7 Apa itu pengertian,

penyebab, terus tanda dan

gejala, kemudian

penanggulannya seperti apa,

kemudian peranan

keluarganya seperti apa. Jadi

kalo ASI eksklusif itu sama

aja, apa pengertian,

bagaimana cara pemberian,

bagaimana cara

penyimpanan asi yang baik

itu seperti apa.

Materi yang

disampaikan

ketika pertemuan

dengan kader

√ √

Page 108: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

8 Dari kelurahan ada

pertemuan setiap bulan kan

baru kan mereka ngasih tau

ke kader

Bentuk

kerjasama kader

kesehatan

dengan pihak

terkait dalam

mempromosikan

ASI eksklusif

kerjasama

dalam

promosi

kesehatan

program

ASI

eksklusif

√ √ √ √ √ √

9 Ngga ada (kerjasama antar

kader)

Kerjasama antara

sesama kader

kesehatan dalam

mempromosikan

ASI eksklusif

√ √ √ √ √

10 Intinya info udah sampe,

tapi pelaksanaannya yang

belum.

Capaian promosi

ASI eksklusif

sampai ke

seluruh lapisan

masyarakat

capaian

promosi

kesehatan

ASI

eksklusif

√ √ √

11 Ngga. Ngga ada. Cuma kita

kasih saran ibu nanti kalo

yang ASI eksklusif ditulis

Evaluasi promosi

kesehatan

program ASI

eksklusif dari

pihak kader

ataupun

puskesmas

terkait

Evaluasi

promosi

kesehatan

ASI

eksklusif

√ √ √ √

Page 109: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

12

Belum ada. Sebatas ini baru

menyampaikan secara

individual saja

inovasi-inovasi

yang kader

lakukan dalam

promosi

kesehatan ASI

eksklusif

Inovasi

dalam

promosi

kesehatan

ASI

eksklusif

√ √ √ √ √ √

13 Tidak ada. Kalo kita bilang

ada masalah, itu urusan dy

sendiri, jadi kan ini udah

urusan masing-masing y

Hambatan

internal pihak

kader kesehatan

dalam promosi

kesehatan ASI

eksklusif

Hambatan

Internal

promosi

kesehatan

ASI

eksklusif

Habatan

promosi

kesehatan

ASI

eksklusif √ √ √ √

14 Iya kita juga bingung, habis

ga ada pembinaan khusus

bagaimana caranya biar ibu-

ibu agar melaksanakan ASI

eksklusif

Hambatan

eksternal pihak

kader dalam

promosi

kesehatan ASi

eksklusif

Hambatan

eksternal

promosi

kesehatan

ASI

eksklusif

√ √ √ √ √ √

15 Cuma tadi aja masalahnya

alasan-alas an ibu misalnya

ASI nya sedikit

Hambatan

eksternal pihak

kader dalam

promosi

kesehatan ASi

eksklusif

√ √ √ √ √ √ √

Page 110: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

16 Masalahnya, kita kan kader

banyak ya, posyandupun ga

kalah banyak. Jadi kita itu

untuk pelatihan rata-rata

susah. Jadi selama ini yang

dateng pelatihan ketuanya

saja atau perwakilan

Hambatan pihak

puskesmas

dalam promosi

kesehatan

terhadap kader

√ √

17 Yaudah, terima aja gitu

dengan segala keluh kesah,

dipendem sendiri. Ya

emang mungkin udah jadi

tugas kader kesehatan

ya..teorinya kan begini

begitu. Cuma

pelaksanaannya di

masyarakat kan beda

Penanggulangan

hambatan yang

kader kesehatan

lakukan dalam

promosi

kesehatan

Penanggula

ngan

hambatan

promosi

kesehatan

ASI

eksklusif

√ √ √ √

18 Yang penting pembinaan

dari puskesmas atau ahli gizi

kalo dateng ke posyandu.

mungkin mereka (ibu-ibu

posyandu) butuh penyuluhan

juga dari bidan, soalnya kan

kalo kita sama kaya mereka

(ibu-ibu posyandu), jadi

mereka lebih percaya ama

bidan.

Kebutuhan yang

dibutuhkan pihak

kader kesehatan

dalam promosi

kesehatan ASI

eksklusif

Kebutuhan

promosi

kesehatan

ASI

ekslusif √ √ √ √ √ √

Page 111: PENGALAMAN KADER KESEHATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25693/1/UMMI... · promosi kesehatan (promkes) program ... (2 orang petugas

19 Petugasnya dibanyakin, jadi

pemegang programnya

khusus satu-satu.jadi semua

focus kerja. Misalnya khusus

promosi kesehatan saja.jadi

dy khusus menangani

masalah promosi kesehatan

saja, itu mungkin bias

Kebutuhan yang

dibutuhkan pihak

puskesmas

dalam promosi

ASI eksklusif

20 Selama ini belum si, jadi

yang ada dan yang bisa aja

dimaksimalin

Usaha kader

kesehatan dalam

memenuhi

kebutuhan yang

belum terpenuhi

Usaha

memenuhi

kebutuhan

Promosi

kesehatan

ASI

eksklusif

√ √ √ √

21 Ya paling kalo ada

kebutuhan kebutuhan yang

belum ada kita langsung

usulkan saja pada dinas.nanti

dianggarkan dari dinas. Dan

kalo masalah petugas yang

kurang mau tidak mau kita

bekerja sesuai dan

semaksimal kemampuan kita

kerjakan, sebenarnya ga ada

masalah. Cuma itu tadi

karna kita megang

programnya kebanyakan,

jadi cukup terbengkelai

Usaha pihak

puskesmas

dalam memenuhi

kebutuhan yang

belum terpenuhi

√ √