Pengakuan Internasional Terhadap Konsep Negara Kepulauan Indonesia

20
PENGAKUAN INTERNASIONAL TERHADAP KONSEPSI NEGARA KEPULAUAN Oleh: Ahmad Khudlori Khoirul Nizam Kiky Zakaria Sulung Abdillah Yudha Nur Rahmani Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Prodip I Kepabeanan dan Cukai Balai Diklat Keuangan Makassar Tahun Anggaran 2010/2011

Transcript of Pengakuan Internasional Terhadap Konsep Negara Kepulauan Indonesia

Page 1: Pengakuan Internasional Terhadap Konsep Negara Kepulauan Indonesia

PENGAKUAN INTERNASIONALTERHADAP KONSEPSI NEGARA KEPULAUANOleh:

Ahmad KhudloriKhoirul NizamKiky ZakariaSulung AbdillahYudha Nur Rahmani

Sekolah Tinggi Akuntansi NegaraProdip I Kepabeanan dan CukaiBalai Diklat Keuangan MakassarTahun Anggaran 2010/2011

Page 2: Pengakuan Internasional Terhadap Konsep Negara Kepulauan Indonesia

Prolog (1)

Secara geografis Indonesia merupakan negara maritim, yang memiliki luas perairan 3.257.483 km², yang terdiri dari laut territorial dengan luas 0.8 juta km2, laut nusantara 2.3 juta km2 dan zona ekonomi eksklusif 2.7 juta km2.Disamping itu Indonesia memiliki 17.504 pulau besar dan kecil yang sekitar 6.000 di antaranya tidak berpenghuni, serta garis pantai sepanjang 95.181 km.

sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia (diakses pada 31 Mei 2011)

Page 3: Pengakuan Internasional Terhadap Konsep Negara Kepulauan Indonesia

Prolog (2)

Negara Indonesia adalah negara kepulauan (archipelagic state) yang dalam perjuangannya telah dikeluarkan berbagai macam produk hukum yang mengaturnya, diantaranya:1. Territoriale Zeen en Maritime Kringen Ordonnantie (TZMKO)

tahun 19392. Deklarasi Djuanda (13 Desember 1957) yang dipertegas

secara juridis formal dengan dibuatnya Undang-Undang Nomor 4/Prp Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia

3. United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) tahun 1982 yang diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations Convention on the Law of the Sea (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hukum Laut)

Page 4: Pengakuan Internasional Terhadap Konsep Negara Kepulauan Indonesia

TZMKO 1939

Pada abad ke-17 seorang tokoh hukum Belanda yang bernama Grotius (1609) mengemukakan bahwa, “laut tidak dapat dijadikan milik suatu negara karena tidak dapat dikuasai dengan tindakan okupasi , dengan demikian menurut sifatnya, lautan adalah bebas dari kedaulatan negara manapun.” (*)

Jadi pada waktu itu Belanda tampaknya menganut paham ’mare liberum’ (laut bebas). Hampir bisa dipastikan bahwa pendapat itu mncerminkan kepentingan dan posisi Belanda pada waktu itu dalam penjelajahan samudera.

(*) A. Hamzah. (1984). Laut, Teritorial dan Perairan Indonesia: Himpunan Ordonansi, Undang-undang dan Peraturan Lainnya

Page 5: Pengakuan Internasional Terhadap Konsep Negara Kepulauan Indonesia

Pada tahun 1939 pemerintah kolonial Belanda menerbitkan undang-undang yang mengatur hukum laut yang lebih komprehensif denga keluarnya Staatblad tahun 1939 No. 442 mengenai ’Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie’ (Ordonansi Laut Teritorial dan Lingkungan Maritim).Dalam undang-undang ini dijelaskan bahwa laut teritorial Hindia Belanda adalah tiga mil laut dari garis air surut pulau-pulau (termasuk batu karang dan gosong) atau bagian-bagian pulau yang termasuk wilayah Hindia Belanda.Jadi dengan demikian pada waktu itu Hindia Belanda menggunakan konsep ’pulau demi pulau’ sehingga fungsi laut dalam negara kepulauan sebagai pemisah. Ordonansi tersebut berlaku hingga tentara Jepang menduduki kepulauan Indonesia dan juga setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945.

Page 6: Pengakuan Internasional Terhadap Konsep Negara Kepulauan Indonesia

Deklarasi Djuanda 1957

Negara Indonesia mencatat tonggak sejarah baru di bidang hukum laut dan memperkokoh kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ketika pada tanggal 13 Desember 1957 Perdana Menteri Djuanda Kartawidjaja mengeluarkan sebuah pernyataan (deklarasi) mengenai Wilayah Perairan Negara Republik Indonesia .Mochtar Kusumaatmadja, yang ditunjuk Ir. Djuanda untuk mencari dasar hukum guna mengamankan keutuhan wilayah RI, mengemukakan konsep ’Archipelagic State’ yang merupakan suatu eksperimen radikal dalam sejarah hukum laut dan hukum tata negara di dunia.

Page 7: Pengakuan Internasional Terhadap Konsep Negara Kepulauan Indonesia

Inti Deklarasi Djuanda:Semua perairan di sekitar, di antara, dan yang menghubungkan pulau-pulau atau bagian pulau-pulau yang termasuk daratan Negara Republik Indonesia, dengan tidak memandang luas atau lebarnya adalah bagian dari wilayah daratan Negara Republik Indonesia dan dengan demikian merupakan bagian dari perairan nasional yang berada di bawah kedaulatan mutlak Negara Kesatuan Republik Indonesia. Batas laut teritorial Indonesia yang sebelumnya 3 mil diperlebar menjadi 12 mil diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung terluar pada pulau-pulau dari wilayah negara Indonesia pada saat air laut surut.(*)

(*) Lihat teks utuh Pengumuman Pemerintah mengenai Wilayah Perairan Negara Republik Indonesia yang dibuat di Jakarta pada tanggal 13 Desember 1957.

Page 8: Pengakuan Internasional Terhadap Konsep Negara Kepulauan Indonesia

Deklarasi Djuanda, pada awalnya mendapat protes keras dari Amerika Serikat, Australia, Inggris, Belanda, dan New Zealand, tetapi mendapat dukungan dari Uni Soviet, RRC, Filipina, dan Ekuador.Deklarasi Djuanda dipertegas lagi secara juridis formal dengan dibuatnya Undang-Undang Nomor 4/Prp Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia.Walaupun berat, pemerintah RI gencar melancarkan lobi-lobi pada setiap konferensi internasional untuk terus menyempurnakan implementasi asas negara kepulauan dalam sistem hukum di Indonesia.

Page 9: Pengakuan Internasional Terhadap Konsep Negara Kepulauan Indonesia

UNCLOS 1982

Pada tanggal 21 Maret 1980, dengan menggunakan dasar Hukum Laut Internasional mengenai Economic Exclusive Zone Pemerintah Indonesia mengumumkan Zone Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEE) selebar 200 mil diukur dari garis dasar. Pada tahun 1983, pengumuman ini disahkan menjadi Undang-undang RI No. 5/ 1983.Pada Konvensi Hukum Laut Internasional di Teluk Montego Jamaika tanggal 10 Desember 1982, yang dihadiri oleh 160 negara, telah menyetujui berbagai konvensi termasuk yang diusulkan oleh Indonesia mengenai ZEE dan prinsip negara kepulauan. (*)

(*) http://en.wikipedia.org/wiki/United_Nations_Convention_on_the_Law_of_the_Sea(diakses pada 31 Mei 2011)

Page 10: Pengakuan Internasional Terhadap Konsep Negara Kepulauan Indonesia

Gambar 1. Pembagian Wilayah menurut UNCLOS 1982

Page 11: Pengakuan Internasional Terhadap Konsep Negara Kepulauan Indonesia

Wawasan Nusantara yang dalam status juridisnya adalah negara kepulauan (archipelagic states) sudah diakui oleh masyarakat internasional dengan adanya Konvensi Hukum Laut 1982 yang diatur dalam Bab IV Pasal 46 yang berbunyi sebagai berikut :

a) “archipelagic State” means a State constituted wholly by one or more archipelagos and may include other islands;

b) “archipelago” means a group of islands, including parts of islands, interconnecting waters and other natural features which are so closely interrelated that such islands, waters and other natural features form an intrinsic geographical, economic and political entity, or which historically have been regarded as such.

Page 12: Pengakuan Internasional Terhadap Konsep Negara Kepulauan Indonesia

Gambar 2. Wilayah laut RI menurut TZMKO 1939

Page 13: Pengakuan Internasional Terhadap Konsep Negara Kepulauan Indonesia

Gambar 3. Wilayah laut RI menurut Deklarasi Djuanda

Page 14: Pengakuan Internasional Terhadap Konsep Negara Kepulauan Indonesia

Gambar 4. Wilayah laut RI menurut UNCLOS 1982

Page 15: Pengakuan Internasional Terhadap Konsep Negara Kepulauan Indonesia

Peran dan Konsekuensi

Di balik keberhasilan Indonesia yang telah memperjuangkan lebar laut teritorial sejauh 12 mil laut dan perjuangan yang terpenting diterimanya konsep wawasan nusantara menjadi negara kepulauan oleh dunia internasional adalah tersimpannya tanggung jawab besar dalam memanfaatkan perairan Indonesia (perairan pedalaman, perairan kepulauan dan laut teritorial) dan kekayaan sumber daya alam di dalamnya dengan seoptimal mungkin bagi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Tanggung jawab besar yang diemban oleh NKRI ini untuk menjadikan negara ini menjadi negara besar yang memberikan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

Page 16: Pengakuan Internasional Terhadap Konsep Negara Kepulauan Indonesia

Hak dan Kewajiban

Kewajiban Indonesia yang terpenting sebagai negara kepulauan adalah kewajiban melaksanakan kedaulatan NKRI di perairan kepulauan, yaitu kewajiban memanfaatkan dan memelihara sumber daya alam hayati dan nonhayati di perairan kepulauan serta melaksanakan penegakan hukumnya.

Page 17: Pengakuan Internasional Terhadap Konsep Negara Kepulauan Indonesia

Di perairan kepulauan terdapat kekayaan sumber daya alam nonhayati berupa minyak, gas, dan pertambangan lainnya yang belum dimanfaatkan secara optimal karena ketidakberdayaan sumber daya manusia dan teknologi.Kalau pun ada investasi asing dalam eksplorasi dan eksploitasi di perairan kepulauan tersebut, harus diupayakan melibatkan SDM bangsa kita, sehingga keuntungan besarnya bagi negara dan bangsa.Yang tak kalah pentingnya adalah bagaimana kewajiban Indonesia dalam menjaga sumber daya alam yang berlimpah itu, jangan sampai terus-menerus dicuri atu bahkan dirusak oleh pihak asing.

Page 18: Pengakuan Internasional Terhadap Konsep Negara Kepulauan Indonesia

Catatan Simpulan

Proses penegasan tentang konsepsi negara kepulauan ini tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan dan desakan aktual yang dialami oleh bangsa Indonesia dalam perjalanan sejarahnya semenjak proklamasi 17 Agustus 1945.Konflik dan konfrontasi dengan Belanda selama perang kemerdekaan (1945-1949) dan disusul dengan konflik memperebutkan Papua Barat telah mendorong pemerintah Indonesia untuk segera memperjuangkan hak-haknya khususnya mengenai wilayah geografis.

Page 19: Pengakuan Internasional Terhadap Konsep Negara Kepulauan Indonesia

Hal ini dirasa perlu untuk segara dilakukan sebab hukum laut warisan Belanda (Ordonansi tahun 1939) memungkinkan Angkatan Laut Belanda untuk menggelar kapal-kapal perangnya di laut-laut di kepulaun Indonesia untuk mengepung daerah RI. Hal ini dimungkinkan karena laut teritorial milik Indonesia pada waktu itu (menurut Ordonansi tahun 1939) hanya 3 mil dari garis pantai pada waktu air surut.Pada waktu itu Angkatan Laut Indonesia tidak dapat berbuat banyak karena masih jauh ketinggalan jika dibandingkan dengan Belanda.

Page 20: Pengakuan Internasional Terhadap Konsep Negara Kepulauan Indonesia

TERIMA KASIH