pengabdian wamantik

42
Program Pengabdian Mahasiswa PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PEMBERDAYAAN WAMANTIK (SISWA PEMANTAU JENTIK) DENGAN METODE BERGILIR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN ANGKA BEBAS JENTIK DI SEKOLAH DASAR KECAMATAN GAJAHMUNGKUR Oleh: Nurul Siti Fatonah 6411411249 Ketua Khairuz Zakiyah 6411411142 Anggota i

description

soal

Transcript of pengabdian wamantik

Program Pengabdian Mahasiswa

PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PEMBERDAYAAN WAMANTIK (SISWA PEMANTAU JENTIK) DENGAN METODE BERGILIR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN ANGKA BEBAS JENTIK DI SEKOLAH DASAR KECAMATAN GAJAHMUNGKUR Oleh:

Nurul Siti Fatonah6411411249Ketua

Khairuz Zakiyah6411411142Anggota

Ayu Andini6450408134Anggota

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

MARET, 2013HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT1. Judul Kegiatan

: Pemberdayaan Siswa Pemantau Jentik dengan Metode Bergilir sebagai Upaya Meningkatkan Angka Bebas Jentik Di Sekolah Dasar Kecamatan Gajahmungkur2. Bidang Kegiatan

: Kesehatan3. Ketua Pelaksana

:a. Nama

: Nurul Siti Fatonah

b. Jenis Kelamin

: Perempuan

c. NIM

: 6411411249d. Semester

: IV

e. Fakultas/Jurusan/Prodi

: Ilmu Keolahragaan/Ilmu Kesehatan

Masyarakat/S14. Alamat Ketua Pelaksana

:a. Alamat Jurusan

: Kampus Sekaran Gd. F1 lt. 2

(024) 8508107b. Alamat Rumah

: Somopuro (RT 21/ RW 09),

Somopuro, Jogonalan, Klaten / 0856421294555. Jumlah Anggota Pelaksana

: 2 Oranga. Nama Anggota

: 1. Khairuz Zakiyah 2. Ayu Andini6. Lokasi Kegiatan

: Sekolah Dasar di Kecamatan

Gajahmungkur7. Kerjasama dengan Institusi Lain

: -8. Lama Kegiatan

: 3 bulan9. Biaya yang Diperlukan

:

a. Sumber dari Lembaga Penelitian

Universitas Negeri Semarang

: Rp 3.000.000,-b. Sumber Lain

: -Semarang, 25 Maret 2013Menyetujui,

Dekan Fakultas

Ketua Peneliti

Ilmu Keolahragaan

Drs. Harry Pramono, M.Si

Nurul Siti FatonahNIDN.0019105905

NIM. 6411411249Menyetujui

Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Drs. Bambang Budi Raharjo, M.SiNIDN : 0017126002

DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR v1. Judul Penelitian 1

2. Latar Belakang Masalah 1

3. Perumusan Masalah 3

4. Tujuan Penelitian 3

5. Manfaat 3

6. Tinjauan Pustaka 4

Demam Berdarah Dengue (DBD) 4

Nyamuk Aedes aegyti 4

Pemberantasan DBD 6

Survei Jentik 6

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Angka Bebas Jentik 7

Siswa Pemantau Jentik 8

7. Khalayak Sasaran 9

8. Metode 11

9. Indikator Keberhasilan 14

10. Jadwal Kegiatan 1511. Tim Pelaksana 1512. Biaya Kegiatan 1613. Lampiran 17

a. Daftar Pustaka 17b. Biodata Ketua dan Anggota Pelaksana 19

c. Gambaran Ipteks yang Akan Diterapkan atau Dikembangkan 21

d. Kartu Pemantau Jentik 21e. Checklist Peran Siswa Pemantau Jentik 22f. Papan Pengumuman Keberadaan Jentik 23DAFTAR TABEL

Tabel1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan 11

Tabel 2. Jadwal Kegiatan 15DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alur Pelaksanaan Tugas Wamantik 141. JudulPEMBERDAYAAN SISWA PEMANTAU JENTIK DENGAN METODE BERGILIR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN ANGKA BEBAS JENTIK NYAMUK DI SEKOLAH DASAR KECAMATAN GAJAHMUNGKUR TAHUN 2013.

2. Latar Belakang Masalah

Pada tahun 2011 di Indonesia terdapat 65.432 kasus DBD dengan 595 kematian. IR DBD di Indonesia tahun 2011 adalah 27,56 per 100.000 penduduk dengan CFR 0,91% (Profil Kesehatan Indonesia, 2011). Menurut data dari Dinas Propinsi Jawa Tengah, pada tahun 2011 IR DBD di Kota Semarang sebesar 29,4/100.000 penduduk dengan CFR 0,9%. IR DBD Kota Semarang merupakan tertinggi kedua setelah Kota Tegal 29,9/100.000 penduduk.

Menurut data Dinkes Kota Semarang pada tahun 2011 selama 5 bulan berturut-turut, yaitu dari bulan Agustus sampai bulan Desember Kecamatan Gajahmungkur menempati peringkat pertama IR DBD tertinggi di Kota Semarang. IR DBD di Kecamatan Gajahmungkur pada tahun 2011 adalah 400,51/100.000 penduduk.Survei yang dilakukan oleh Puskesmas Pegandan rata-rata Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kecamatan Gajahmungkur dari bulan April sampai bulan Desember sebesar 90,44% yang masih dibawah ABJ standar nasional, yaitu 95%. Survei angka bebas jentik di Sekolah Dasar Kecamatan Gajahmungkur yang dilakukan oleh peneliti pada tahun 2013 mendapatkan hasil dari 22 Sekolah Dasar yang ada hanya 9 SD yang bebas jentik sehingga ABJ di Sekolah Dasar Kecamatan Gajahmungkur tersebut adalah 41%.

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat menyebabkan kematian secara cepat. Penyakit ini juga sering menimbulkan KLB karena perilaku menggigit vektornya yang menggigit secara berulang-ulang (Multiple Bites) sehingga DBD dapat menular dan menyebar secara cepat (Depkes RI, 2010).

Sekolah merupakan salah satu tempat potensial terjadinya penularan DBD karena siswa sekolah berasal dari berbagai wilayah yang berbeda yang kemungkinan membawa virus dengue dengan serotip berbeda. Anak-anak merupakan umur yang susceptible terserang DBD. Sedangkan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor utamanya aktif menggigit pada jam 09.00-10.00 dan 16.00-17.00, dimana anak sekolah dasar sedang aktif belajar di sekolah. oleh karena itu lingkungan sekolah harus terbebas dari nyamuk penular DBD (Depkes RI: 2010).Sampai saat ini belum ditemukan obat dan vaksin DBD sehingga pemberantasan DBD ditekankan pada pemberantasan vector penular utamanya yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pemberantasan DBD yang menjadi prioritas adalah pelaksanaan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengueatau lebih dikenal dengan sebutan PSN 3Mplus (Depkes RI, 2010).

Kegiatan Pemantauan Jentik Berkala diharapkan dapat memberikan gambaran sebaran vektor DBD dan evaluasi mengenai pelaksanaan PSN DBD. Hal ini dimaksudkan dapat memotivasi masyarakat dalam melaksanakan PSN DBD dengan frekuensi yang tepat dan kualitas yang baik (Depkes RI, 2010).

Pemberdayaan siswa sekolah dasar menjadi Siswa Pemantau Jentik (Wamantik) mulai dicetuskan sejak tahun 2004 oleh pemerintah. tetapi sampai saat ini implementasi program masih belum berjalan. Pemerintah masih belum memiliki konsep yang tepat dan efektif dalam pemberdayaan siswa sehingga perlu dirumuskan metode pemberdayaan siswa pemantau jentik di sekolah dasar (ferry,2008).

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis memiliki gagasan untuk melakukan kegiatan pengabdian masyarakat mengenai Pemberdayaan Siswa Pemantau Jentik dengan Metode Bergilir sebagai Upaya Meningkatkan Angka Bebas Jentik Di Sekolah Dasar Kecamatan Gajahmungkur Tahun 2013.3. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana membentuk siswa pemantau jentik dengan metode bergilir sebagai upaya meningkatkan angka bebas jentik di Sekolah Dasar Kecamatan Gajahmungkur?2. Bagaimana melakukan pelatihan pemantauan jentik pada kader siswa pemantau jentik?

3. Bagaimana memenejemen program siswa pemantau jentik sehingga mampu menjadi program rutin dan berkesinambungan dengan kaderisasi yang baik?

4. Tujuan Penelitian

1. Membentuk siswa pemantau jentik dengan metode bergilir sebagai upaya meningkatkan angka bebas jentik di Sekolah Dasar Kecamatan Gajahmungkur.2. Melakukan pelatihan pemantauan jentik pada kader siswa pemantau jentik.3. Memenejemen program siswa pemantau jentik sehingga mampu menjadi program rutin dan berkesinambungan dengan kaderisasi yang baik.5. ManfaatBagi Siswa dan Pihak Sekolah Dasar Kecamatan Gajahmungkur

Manfaat yang diperoleh dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah dapat memotivasi pelaksanaan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue sehingga lingkungan sekolah akan terbebas dari jentik nyamuk. Selain itu berperan dalam meningkatkan mental, kemampuan bekerjasama, sifat peduli, menambah pengetahuan mengenai demam berdarah dengue kepada peserta didik atau siswa sekolah tersebut.

Bagi Instansi Kesehatan

Kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat bermanfaat sebagai bahan yang menyajikan informasi dan menjadi bahan acuan mengenai program alternatif dalam pemantauan jentik di sekolah dasar sehingga dapat mendorong pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue sebagai kegiatan pencegahan kejadian DBD yang berasal dari lingkungan sekolah dasar. Selain itu membantu dalam pelaksanaan program pemberantasan demam berdarah dengue berbasis pemberdayaan masyarakat.6. Tinjauan Pustaka

Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang ditandai dengan: (1) Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari; (2) Manifestasi perdarahan (petekie, purpura, perdarahan konjungtiva, epistaksis, ekimosis, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hematuri) termasuk uji Tourniquet (Rumple Leede) positif; (3) Trombositopenia (jumlah trombosit 100.000/pl); (4) Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit 20 %); dan (5) Disertai dengan atau tanpa pembesaran hati (hepatomegali) (Depkes RI, 2010).

Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue yang dikenal dengan 4 serotipe (den-1, den-2, den-3, dan den-4), termasuk dalam group B Arthopod borne virus (Arbovirus). Hasil penelitian menunjukan bahwa den-3 sangat berkaitan dengan kasus BDB berat dan merupakan serotype yang paling luas distribusinya disusul oleh den-2, den-1, dan den-4 (Depkes RI, 2010).

Siklus penularan DBD terjadi ketika nyamuk Aedes aegypti menggigit orang yang sakit DBD atau orang yang dalam darahnya mengandung virus dengue. Virus dengue akan bertahan selama 4-7 hari dalam tubuh penderita. Kemudian akan bertahan selama satu minggu di dalam tubuh nyamuk sehingga ketika menggigit manusia, virus dengue akan berpindah ke dalam tubuh orang yang digigit (Depkes RI, 2010).

Nyamuk Aedes aegytiNyamuk Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain dan mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan dan kaki. Kepompong pupa berbentuk seperti koma. Pupa bentuknya lebih besar namun lebih ramping dibanding larva (jentiknya). Pupa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata pupa nyamuk lain (Depkes RI, 2010).

Menurut Sungkar (2005) dalam Cecep (2011) bahwa tanda khas nyamuk Aedes aegypti berupa gambaran lyre pada bagian dorsal toraks (mesonatum) yaitu sepasang garis putih yang sejajar di tengah dan garis lengkung putih yang lebih tebal pada tiap sisinya.

Nyamuk Aedes aegypti mengalami metamorphosis sempurna, yaitu dari telur, jentik, pupa, dan dewasa. Perkembangan dari telur hingga dewasa membutuhkan waktu sekitar 9-10 hari (Depkes RI, 2010).Tempat perkembangbiakan utama adalah tempat-tempat penampungan air berupa genangan air yang tertampung di suatu tempat atau bejana di dalam atau sekitar rumah atau tempat-tempat umtu, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. Nyamuk ini biasanya tidak dapat berkembangbiak di genangan yang langsung berhubungan dengan tanah (Depkes RI, 2010).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Farid Setyo Nugroho tahun 2009 menyatakan bahwa pada jenis tempat perindukan buatan jentik Aedes aegypti banyak ditemukan pada bak mandi sebanyak 24 (47,06%), pada tempayan sebanyak 23 (45,10%), pada drum sebanyak 3 (5,88%), pada tempat minum burung sebanyak 1 (1,96%), tidak ditemukan jentik Aedes aegypti pada jenis tempat perindukan yang lain. Pada sampah padat hanya ditemukan jentik Aedes aegypti pada jenis kaleng bekas yaitu sebanyak 2 (100%).

Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari. Aktivitas menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari, dengan 2 puncak aktivitas antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00. Tidak seperti nyamuk lain, Aedes aegypti mempunyai kebiasaan mengisap darah berulang kali (multiple bites) dalam siklus gonotropik. Setiap kali bertelur, nyamuk dapat menghasilkan telur sebanyak 100 butir. Telur dapat bertahan di tempat yang kering sampai berbulan-bulan pada suhu -2 0C sampai 42 0C. Kemampuan terbang nyamuk betina rata-rata 40 meter, maksimal 100 meter, namun secara pasif misalnya karena angin atau terbawa kendaraan dapat berpindah lebih jauh. Suhu rata-rata optimum untuk perkembangbiakan nyamuk adalah 25oC-27oC. perkembangbiakan namuk akan terhenti sama sekali pada suhu kurang dari 10oC atau lebih dari 40oC (Depkes RI, 2010). Pada kelembaban kurang dari 60% umur nyamuk menjadi pendek sehingga tidak cukup untuk siklus perkembangbiakan virus dengue dalam tubuh nyamuk (Cecep, 2011).

Pemberantasan DBD

Kegiatan pemberantasan DBD dilakukan secara kimia, biologi, dan pengelolaan lingkungan atau secara fisik. Pemberantasan DBD secara kimia dapat dilakukan dengan aplikasi insektisida untuk memberantas nyamuk dewasa Aedes aegypti adalah dengan fogging/pengasapan atau dengan cara pengembunan (cold aerosol, Ultra Low Volume (ULV)) dan juga dapat dilakukan dengan larvasidasi untuk memberantas jentik nyamuk (Cecep, 2011).

Pengendalian biologi/hayati adalah pengendalian larva nyamuk dengan cara menggunakan musuh alami. Pengendalian tersebut, misalna aplikasi Bacillus thuringiensis, Romanomermis iyengari, Mesocyclops aspericornis, dan ikan pemakan jentik (Aplocelus pancake, cupang, guppy). Sedangkan untuk pengendalian dengan cara fisik dapat melakukan kegiatan 3Mplus.Survei Jentik

Metode survei jentik dibagi menjadi dua, yaitu metode survei dengan single larva dan visual. Uraian metode tersebut sebagai berikut:

a. Single larva adalah metode yang dilakukan dengan mengambil satu jentik di setiap tempat genagan air yang ditemukan jentik untuk diidentifikasi lebih lanjut

b. Visual adalah metode yang dilakukan dengan cara melihat ada atau tidaknya jentik di setiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya. Program DBD biasanya menggunakan cara visual (Depkes RI, 2010).

Ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik Aedes aegypti adalah sebagai berikut:

1. Angka Bebas Jentik

Angka Bebas Jentik adalah ukuran yang digunakan untuk mengetahui kepadatan jentik dengan cara menghitung rumah atau bangunan yang tidak dijumpai jentik dibagi dengan seluruh jumlah rumah atau bangunan.

ABJ =

100%

2. House Index (HI)

Jumlah rumah/bangunan yang ditemukan jentik

Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa

3. Container Index (CI)

Jumlah container dengan jentik

Jumlah container yang diperiksa

4. Breteau Index (BI)

Jumlah container dengan jentik dalam 100 rumah atau bangunan.

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Angka Bebas Jentika. Pelaksanaan PSN DBD

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Agus Setyobudi (2011) bahwa partisipasi PSN memiliki hubungan yang bermakna dengan keberadaan jentik nyamuk. menurut penelitian yang dilakukan oleh Laksmono Widagdo dkk (2008) menyebutkan bahwa ada hubungan antara karakteristik sosial yakni pendidikan, pekerjaan, jumlah penghuni rumah dan pendapatan rata-rata dengan PSN 3M Plus sedangkan umur, pengetahuan dan sikap, tidak terdapat hubungan.

Menurut Rachman dan Wiku (2009) bahwa dukungan dari birokrasi setempat sangat penting untuk menggerakan masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Arif (2009) menyebutkan bahwa terdapat hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan kegiatan PSN DBD. Sedangkan sikap tidak memiliki hubungan yang bermakna.

b. Tempat Perkembangbiakan (Breeding Place)Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sitti Badrah dan Nurul Hidayah (2011) adalah dari 340 TPA yang diperiksa, jenis bahan TPA yang paling banyak terdapat jentik adalah yang terbuat dari semen (CI 86.7%), kemudian besi (CI 45.7%), tanah liat (CI 40.0%), porselen (CI 9.5%) dan plastik (CI 7,4%).Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Agus Setyobudi (2011) yang menyatakan bahwa keberadaan breeding place memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap keberadaan jentik nyamuk.c. Faktor lingkungan

Menurut penelitian Djoko Suprijanto (2004) bahwa ada hubungan yang signifikan antara jumlah, volume, pencahayaan, bahan, pengaruh sinar matahari, tutup, letak, kondisi air, pemakaian abate, dan pemeliharaan ikan pada penampungan air dengan keberadaan jentik.

d. Pemantauan Jentik Berkala

Penelitian yang dilakukan oleh Abdullah Rachman Rosidi dan Wiku Adisasmito (2009) menyebutkan bahwa pelaksanaan pemantauan jentik secara berkala mampu meningkatkan Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.

Siswa Pemantau Jentik

Siswa Pemantau Jentik (Wamantik) adalah pemberdayaan siswa sekolah dasar untuk menjadi juru pemantau jentik. Siswa berasal dari sekolah tersebut dengan kisaran umur 9-12 tahun, yang lebih tepatnya siswa kelas 5 SD. Siswa yang telah mampu membaca dan memahami apa yang mereka baca, lihat, dan dengar. Mereka memantau jentik di lingkungan sekolah. Kegiatan atau tugas siswa pemantau jentik dilakukan secara kelompok bergilir berdasarkan kelompok piket kebersihan kelas.

Merujuk dari Departemen Kesehatan RI tahun 2006 mengenai tugas Jumantik, maka tugas dari siswa pemantau jentik adalah sebagai berikut:

a. Membuat analisis tempat-tempat perindukan atau tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk yang ada di sekitar sekolah, misal bak mandi, pot-vas bunga yang terisi air, kaleng dan botol bekas, tempayan, tempat sampah, dan lain sebagainya.

b. Memantau jentik secara rutin, yaitu dua kali dalam semingguc. Mencatat hasil pemantauan jentik di kartu pemantauan jentikd. Melaporkan hasil pemantauan jentik kepada supervisor wamantik, yaitu guru kelas 5e. Bersama supervisor, memberikan surat himbauan kepada penjaga sekolah atau petugas kebersihan sekolah apabila ditemukan jentik di tempat penampungan air yang diperiksa.7. Khalayak SasaranKecamatan Gajahmungkur berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2011 merupakan kecamatan dengan IR DBD tertinggi di Kota Semarang. Pada tahun 2011 di Puskesmas Pegandan tercatat 112 penderita DBD, sebanyak 35 penderita adalah anak usia sekolah. Pada tahun 2012 sampai bulan Juni 2012 di Puskesmas Pegandan tercatat sebanyak 30 penderita DBD, sebanyak 3 penderita adalah anak usia sekolah. Survei yang dilakukan oleh Puskesmas Pegandan rata-rata Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kecamatan Gajahmungkur dari bulan April sampai bulan Desember sebesar 90,44% yang masih dibawah ABJ standar nasional, yaitu 95%.

Angka bebas jentik di Sekolah Dasar Kecamatan Gajahmungkur 41% yang masih dibawah standar nasional. Keberadaan jentik di lingkungan sekolah akan berpengaruh terhadap keberadaan vektor penular yang juga mempengaruhi penularan DBD.

Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Kecamatan Gajahmungkur. Tepatnya di sekolah dasar yang berdasarkan survei pendahuluan penulis terdapat jentik nyamuk di tempat penampungan air yang ada di lingkungan sekolah dan pelaksanaan kegiatan PSN di sekolah tersebut masih belum baik (kuantitas dan kualitas). Sekolah dasar tersebut diantaranya adalah Sekolah Dasar Kemala Bhayangkari, SDN Bendungan, SDN Sampangan 01, SDN Gajahmungkur 01.Keempat sekolah dasar tersebut terletak di sekitar lingkungan tempat tinggal penduduk sehingga keberadaan vektor DBD selain dapat menularkan DBD pada orang-orang yang ada di sekolah dasar tersebut, tetapi juga dapat menularkan DBD pada penduduk di sekitarnya karena kemampuan terbang nyamuk Aedes aegypti sampai 100 m.Sekolah dasar memiliki potensi untuk melakukan pengendalian DBD berbasis pemberdayaan masyarakat, yaitu memberdayakan siswa kelas lima dengan sistem bergilir. Kelas 5 dari sekolah tersebut memiliki jadwal kebersihan sekolah sehingga kegiatan siswa pemantau jentik dapat disesuaikan dengan jadwal piket kebersihan kelas tersebut dalam pelaksanaannya. Penyatuan kegiatan pemantauan jentik dengan jadwal kebersihan kelas akan membuat pelaksanaan kegiatan pemantauan jentik terasa ringan, menyenangkan karena dilaksanakan secara berkelompok sehingga akan memacu kegiatan tersebut akan dilaksanakan secara berkesinambungan.Jumlah siswa masing-masing dari keempat sekolah tersebut adalah jumlah siswa kelas 5 di SDN Sampangan 01 yang beralamat di JL Menoreh Tengah III No. 23 adalah 36 siswa, jumlah siswa kelas 5 di SDN Petompon 01 yang beralamat di JL. Kelud Raya No. 1 adalah 35 siswa, jumlah siswa kelas 5 di SDN Bendungan yang beralamat di JL. Veteran No. 1 adalah 32 siswa, jumlah siswa kelas 5 di SD Kemala Bhayangkari yang beralamat di JL Tumpang Raya No. 103-A adalah 33 siswa. Keempat sekolah dasar tersebut memiliki bak penampungan air di kamar mandi yang memungkinkan menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti. Umur siswa kelas 5 di keempat sekolah dasar tersebut berkisar 10-13 tahun. Supervisor dari kegiatan pemantauan jentik ini adalah guru wali kelas lima, dimana masing-masing sekolah memiliki guru wali kelas lima. Supervisor disini memiliki peran dalam kegiatan pemantauan dalam peran siswa pemantau jentik dalam melaksanakan tugasnya.8. MetodeMetode pelaksanaan dalam kegiatan pengabdian masyarakat mengenai pemberdayaan siswa pemantau jentik dengan metode bergilir sebagai upaya meningkatkan angka bebas jentik di Sekolah Dasar Kecamatan Gajahmungkur terdiri dari tahap awal, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Masing-masing tahapan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Tabel1. Tahapan Pelaksanaan KegiatanTAHAP AWAL1. Perizinan dan koordinasi

Perizinan dilakukan kepada birokrasi setempat untuk mengadakan kegiatan pengabdian. Perizinan dilakukan dengan pihak Dinas Pendidikan Kota Semarang, pihak Dinas Kesehatan Kota Semarang, dan pihak sekolah tempat pengabdian berlangsung. Koordinasi dilakukan dengan tim pengabdian masyarakat, dosen pendamping, pihak sekolah sebagai persiapan dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat.

2. Persiapan

Persiapan yang dilakukan adalah mempersiapkan sarana dan prasarana pelatihan siswa pemantau jentik, membeli peralatan pemantauan jentik, sepeti senter, toples jentik, gayung, pipet. Membuat media, seperti poster, banner, buku panduan pemantauan jentik. Membuat seragam siswa pemantau jentik. Membuat materi pelatihan pemantauan jentik.

TAHAP PELAKSANAAN1. Pembentukan Siswa Pemantau Jentikpembentukan siswa pemantau jentik yang diambil dari siswa kelas lima sekaligus pembagian jadwal pelaksanaan pemantauan jentik dari masing-masing kelompok yang disesuaikan dengan jadwal kebersihan kelas. Selain itu juga pembentukan struktur pengurus program siswa pemantau jentik dengan supervisor adalah guru wali kelas 5 sehingga pelaksanaannya dapat lebih terorganisir. Pembentukan ini disahkan oleh kepala sekolah SD bersangkutan.2. Pelatihan Siswa Pemantau JentikPelatihan dilakukan dengan memberikan bekal pengetahuan yang berhubungan dengan demam berdarah dengue dan pemantauan jentik kepada siswa kelas lima. Pelatihan dilakukan dengan memberikan materi dan praktek langsung kepada siswa. Praktek langsung dalam kegiatan pelatihan ini adalah praktek pemantauan jentik dan analisis tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk.3. Pelaksanaan Kegiatan Siswa Pemantau JentikSiswa pemantau jentik memiliki tugas dalam melaksanakan kegiatan memantau jentik, mencatat hasil pemantauan jentik pada kartu pemantauan jentik, melaporkan hasil pemantauan jentik pada supervisor wamantik, dan menuliskan hasil pemantauan jentik pada papan pengumuman keberadaan jentik. Pelaksanaan tugas siswa pemantau jentik dilaksanakan setiap dua kali dalam seminggu dengan rentang waktu 3 hari dari hari pemantauan sebelumnya. Dimana setiap kegiatan pemantauan jentik dilaksanakan oleh kelompok yang berbeda.

TAHAP AKHIR1. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dilakukan untuk mengetahui berjalannya kegiatan siswa pemantau jentik sehingga dapat dilakukan evaluasi apabila ada yang kurang atau perlu ditambahkan.2. Pembuatan laporan

Penyusunan laporan dilakukan sebagai bukti pelaksanaan pengabdian masyarakat yang disertai dengan dokumentasi dan hasil evaluasi kegiatan.

Alur Pelaksanaan Kegiatan Siswa Pemantau Jentik

Gambar 1. Alur Pelaksanaan Tugas Wamantik

9. Indikator KeberhasilanIndikator keberhasilan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah:

1. Terbentuknya siswa pemantau jentik di keempat sekolah dasar tempat pengabdian masyarakat.2. Pengetahuan siswa mengenai demam berdarah dengue dan cara pemantauan jentik meningkat.3. Angka Bebas Jentik di sekolah dasar dapat meningkat > 95%.4. Kegiatan siswa pemantau jentik dapat terlaksana 2 kali dalam seminggu di keempat sekolah tempat pengabdian masyarakat.10. Jadwal KegiatanJadwal kegiatan pelaksanaan pengabdian masyarakat pelatihan pembuatan kue kering adalah sebagai berikut

Tabel 2. Jadwal KegiatanKegiatanB1B2B3

123412341234

Perizinan dan Koordinasi

Persiapan

Pembentukan siswa pemantau jentik

Pelatihan siswa pemantau jentik

Pelaksanaan kegiatan siswa pemantau jentik

Monitoring dan Evaluasi

Pembuatan laporan

Penanggungjawab masing-masing kegiatan adalah:

1. Nurul Siti Fatonah: perizinan dan koordinasi, persiapan2. Khairus Zakiyah: pembentukan, pelatihan, dan pelaksanaan kegiatan siswa pemantau jentik3. Tuti

: monitoring dan evaluasi, pembuatan laporan11. Tim Pelaksanaa. Ketua Pelaksana Kegiatan

1. Nama lengkap

: Nurul Siti Fatonah

2. NIM

: 64114112493. Prodi/Jur/Fak

: IKM/IKM/FIK

4. Bidang keahlian

: Kesehatan Masyarakat

b. Anggota Pelaksana 1

1. Nama lengkap

: Khairuz Zakiyah

2. NIM

: 64114111423. Prodi/Jur/Fak

: IKM/IKM/FIK4. Bidang keahlian

: Kesehatan Masyarakatc. Anggota Pelaksana 2

1. Nama lengkap

: Ayu Andini2. NIM

: 64504081343. Prodi/Jur/Fak

: IKM/IKM/IKM4. Bidang keahlian

: Kesehatan Masyarakat12. Biaya Kegiatan

Rancangan biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat mengenai siswa pemantau jentik adalah:

1. Bahan dan Peralatan Pengabdian Masyarakat

a. Senter10 x @ Rp 20.000,00

: Rp 200.000,00b. Toples jentik 10 x @ Rp 5.000,00

: Rp 50.000,00

c. Pipet jentik 10 x @ Rp 10.000,00

: Rp 100.000,00

d. Poster4 x @ Rp 50.000,00

: Rp 200.000,00

e. Buku panduan 10 x @ Rp 20.000,00

: Rp 200.000,00

f. Identitas pin 10 x @ Rp 5.000,00

: Rp 50.000,00

g. Alat tulis

: Rp 50.000,00

h. Kertas HVS A4 3 Rim

: Rp 120.000,00

i. Tinta printer

: Rp 120.000,00j. Konsumsi pelatihan 160 x @Rp 4.000

: Rp 640.000,00

k. Penghargaan siswa pemantau jentik terbaik

4 x @ Rp 35.000,000

: Rp 140.000,00+

: Rp 1. 870.000,002. Perjalanan

a. Perizinan dengan kesbangpolinmas 3 orang x Rp 20.000,00

: Rp 60.000,00

b. Perizinan dengan Dinas Kesehatan danDinas Pendidikan 3 orang x Rp 20.000,00: Rp 60.000,00

c. Perizinan dengan pihak sekolah

3 orang x Rp 30.000,00

: Rp 90.000,00

d. Pembelian dan persiapan alat dan bahan 3 orang x Rp 20.000,00

: Rp 60.000,00

e. Pelatihan siswa pemantau jentik

3 orang x Rp 50.000,00

: Rp 150.000,00f. Monitoring 3 orang x 3 kali x @ Rp 40.000,00

: Rp 360.000,00+

Rp 780.000,003. Laporan Pengabdian Masyarakat

a. Penyusunan laporan

: Rp 80.000,00

b. Penggandaan laporan

: Rp 170.000,00+

: Rp 250.000,00

4. Publikasi ilmiah

a. Pembuatan Artikel Ilmiah

: Rp 25.000,00

b. Penggandaan Artikel Ilmiah

: Rp 75.000,00+

: Rp 100.000,00Total Biaya

: Rp 3.000.000,0013. Lampirana. Daftar Pustaka

Badrah, Sitti, 2011, Hubungan Antara Tempat Perindukan Nyamuk Aedes aegypti dengan Kasus Demam berdarah dengue di Kelurahan Penajam Kecamatan Penajam Kabupaten Penajam Paser Utara, (online), Vol. 1, No. 2, hal 153-160, diakses 20 November 2012, (http://isjd.lipi.go.id/admin/jurnal/1211153160_2087-7099.pdf)Depkes RI, 2006, Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam berdarah dengue (PSN DBD) oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik), Depkes RI, Jakarta.

________, 2006, Petunjuk Teknis Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam berdarah dengue (PSN DBD) oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik), Depkes RI, Jakarta.

________, 2006, Modul Latihan Juru Pemantau Jentik (Jumantik) dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam berdarah dengue (PSN DBD), Depkes RI, Jakarta.

________, 2010, Penemuan dan Tata Laksana Penderita Demam berdarah dengue, Depkes RI, Jakarta.________, 2010, Sueveilans Epidemiologis Demam berdarah dengue, Depkes RI, Jakarta.________, 2010, Pemberantasan Nyamuk Penular Demam berdarah dengue, Depkes RI, Jakarta.________, 2010, Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam berdarah dengue dan Pemeriksaan Jentik Berkala, Depkes RI, Jakarta.

Efendi, Ferry, Siswa Pemantau Jentik VS Demam berdarah dengue, 2008, diakses tanggal 24 Januari 2013, (http://ferryefendi.blogspot.com/2008/01/siswa-pemantau-jentik-vs-demam-berdarah.html).Nugroho, Farid Setyo, 2009, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali, diakses 24 Januari 2013, (http://etd.eprints.ums.ac.id/5957/1/J410050002.PDF).Profil Kesehatan Indonesia 2011. 2012. http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_DATA_KESEHATAN_INDONESIA_TAHUN_2011.pdfRosidi, Abd. Rachman dan Wiku Adi Sasmito, 2009, Hubungan Faktor Penggerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam berdarah dengue (PSN DBD) dengan Angka Bebas Jentik di Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, diakses 10 Januari 2013, (http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/412098086.pdf).

Setyobudi, Agus, 2011, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Di Daerah Endemik DBD di Kelurahan Sananwetan Kecamatan Sananwetan Kota Blitar, diakses 10 Januari 2013, (http://journal.unsil.ac.id/jurnal/prosiding/9/930-agus_30.pdf.pdf).Sucipto, Cecep Dani, 2011, Vektor Penyakit Tropis, Gosyen Publishing, Yogyakarta.

Suprijanto, Djoko, 2004, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Demam berdarah dengue di Kelurahan Purwodadi Kabupaten Grobogan, diakses 15 Desember 2012, (http://eprints.undip.ac.id/5348/1/2301.pdf).Widagdo, Laksmono dkk, 2008, Kepadatan Jentik Aedes aegypti sebagai Indikator Keberhasilan Pemberantasan Sarang Nyamuk (3M plus): di Kelurahan Srondol Wetan, Semarang, (Online), Vol. 12, No. 1, Hal 13-19, diakses 15 Desember 2013, (http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/2/ead246ab2a3f2206ed8e1deb7dff8ad289b6059a.pdf)b. Biodata Ketua dan Anggota Pelaksanaa. Ketua Pelaksana1. Nama Lengkap

: Nurul Siti Fatonah

2. Tempat da Tanggal Lahir

: Klaten, 22 Maret 19923. Jenis Kelamin

: Perempuan

4. Fak/Jur/Prodi

: FIK/IKM/IKM,S1

5. NIM/Semester

: 6411411249/IV6. Bidang Keahlian

: Kesehatan Masyarakat

7. Alamat Rumah

: Somopuro (RT 21/ RW 09),

Somopuro, Jogonalan, Klaten

0856421294558. Alamat Kos

: JL. Cempakasari (Kos Ummu

Aiman) RT 01 RW 019. Pengalaman

: -

Semarang, 25 Maret 2013

Ketua

Nurul Siti FatonahNIM 6411411249

b. Anggota Pelaksana 1

1. Nama Lengkap

: Khairus Zakiyah

2. Tempat da Tanggal Lahir

: Batang, 20 November 19923. Jenis Kelamin

: Perempuan

4. Fak/Jur/Prodi

: FIK/IKM/IKM,S1

5. NIM/Semester

: 6411411142/IV6. Bidang Keahlian

: Kesehatan Masyarakat

7. Alamat Rumah

: Kalibeluk RT 8 RW 4,

Warungasem, Batang8. Alamat Kos

: JL. Cempakasari (Kos Ummu

Aiman) RT 01 RW 01

9. Pengalaman

: -Semarang, 25 Maret 2013

Anggota 1

Khairuz Zakiyah

NIM 6411411142c. Anggota Pelaksana 2

1. Nama Lengkap

: Ayu Andini2. Tempat da Tanggal Lahir

: Pekalongan, 18 November 19903. Jenis Kelamin

: Perempuan

4. Fak/Jur/Prodi

: FIK/IKM/IKM,S1

5. NIM/Semester

: 6450408134/X6. Bidang Keahlian

: Kesehatan Masyarakat

7. Alamat Rumah

: Desa Salit RT 02 RW 1, Kajen,

Pekalongan/ 0856410820918. Alamat Kos

: JL. Cempakasari (Kos Ummu

Aiman) RT 01 RW 01

9. Pengalaman

: PKMM Karawitan didanai DIKTI 2011Semarang, 25 Maret 2013

Anggota 2

Ayu Andini

NIM 6450408134c. Gambaran Ipteks yang Akan Diterapkan atau DikembangkanPenerpan ipteks dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah berkaitan dengan kesehatan, yaitu dalam pengendalian vektor penular DBD. Dimana dengan adanya kegiatan pemantauan jentik secara rutin yang dilakukan oleh siswa kelas lima sekolah dasar diharapkan dapat memantau sebaran vektor dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan PSN DBD. Dimana evaluasi tersebut dapat memotivasi pelaksanaan kegiatan PSN DBD untuk lebih baik. Kegiatan pengendalian DBD yang berbasis masyarakat diharapkan akan lebih berhasil dalam memberantas DBD.d. Kartu Pemantau Jentik

e. Checklist Peran Siswa Pemantau Jentik

f. Papan Pengumuman Keberadaan Jentik

Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan jentik

Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa

HI=

100%

CI=

100%

3