Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Tumbuhan Indonesia

34
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PADJADJARAN Prosiding Seminar Nasional Biologi “Peran IPTEK Bidang Biologi Dalam Melestarikan Kearifan Masyarakat Untuk Mendukung Pemanfaatan Sumber Daya Alam Berkelanjutan” Senin, 6 Desember 2010 Pusat Pelayanan Basic Sciences Jatinangor Didukung oleh : Jurusan Biologi Fmipa Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung Sumedang km 21 Jatinangor 45363, Tlp/Fax (022) 7796412 Web : biologi.unpad.ac.id Foto : Bowo Budileksono ISSN : 2088 - 0286

description

bahan alam

Transcript of Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Tumbuhan Indonesia

Page 1: Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Tumbuhan Indonesia

JURUSAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS PADJADJARAN

ProsidingSeminar Nasional Biologi

“Peran IPTEK Bidang Biologi Dalam Melestarikan KearifanMasyarakat Untuk Mendukung Pemanfaatan Sumber Daya

Alam Berkelanjutan”Senin, 6 Desember 2010

Pusat Pelayanan Basic Sciences Jatinangor

Didukung oleh :

Jurusan Biologi Fmipa Universitas PadjadjaranJalan Raya Bandung Sumedang km 21 Jatinangor 45363,

Tlp/Fax (022) 7796412Web : biologi.unpad.ac.id Foto : Bowo Budileksono

ISSN : 2088 - 0286

Page 2: Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Tumbuhan Indonesia

1

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-NyaSeminar Nasional Biologi yang telah diadakan oleh Jurusan Biologi, FMIPA,Universitas Padjadjaran (UNPAD) pada tanggal 6 Desember 2010 ini telahterlaksana. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari Dies Natalis UniversitasPadjadjaran serta menjadi kesempatan civitas akademika Biologi FMIPA untukmemberi penghormatan akademik kepada tiga Guru Besar Biologi Unpad yangpurnabakti setelah mengabdi dan berkarya selama lebih dari 25 tahun diUnivesitas Padjadjaran.

Kegiatan ini merupakan peluang bagi para peneliti untuk dapatmempresentasikan hasil penelitian di bidang Biologi, baik yang bersifat ilmumurni, ilmu dasar, maupun ilmu terapan dengan inovasi yang sesuai dengantema seminar : “ Peran IPTEK Bidang Biologi dalam Melestraikan KearifanMasyarakat untuk Mendukung Pemanfaatan Sumber Daya Alam yangBerkelanjutan”

Pada seminar ini juga, untuk pertama kalinya kami mengundangpeneliti dan akademisi dari berbagai disiplin ilmu yang berhubungan denganBiologi untuk hadir dan menampilkan poster makalahnya. Hal ini diharapkandapat menjadi awal suatu jaringan kerjasama/interdisiplin antar peneliti dariberbagai bidang keilmuan dalam kajian biologi untuk bersama-samamengembangkan penelitian berbasis biologi.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihakyang telah berpartisipasi dalam seminar ini, baik sebagai pembicara utama,pemakalah, pendukung dana, maupun sebagai peserta seminar. Tanpakehadiran dan bantuan Anda semua seminar ini tidak akan dapat terlaksana.Khusus kepada para pemakalah, kami memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas peran serta anda pada seminar ini. Partisipasi Anda semuamembangkitkan keyakinan, bahwa penelitian berbasis Bidang Biologi akansangat berkembang di masa datang.

Kami menyadari bahwa dalam penyelenggaraan seminar inimasih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, kami memohon maaf yangsebesar-besarnya,. Kami juga sangat mengharapkan umpan balik berupa sarandan kritik dari seluruh hadirin.

Bandung, Desember 2010

Ketua Panitia Pelaksana

Dr. Teguh Husodo MS.

PRAKATA

Page 3: Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Tumbuhan Indonesia

i

DAFTAR ISI 1

2 3 Prakata

Daftar Isi

Daftar Makalah Pembicara

SUMBANGAN PENGETAHUAN TAKSONOMI DALAM

MENSOSIALISASIKAN KEANEKARAGAMAN HAYATI UNTUK

PENELITIAN DAN PEMBANGUNAN

Aseng Ramlan

Guru Besar Purnabakti Jurusan Biologi Fakultas MIPA-UNPAD

PENGEMBANGAN AGROFORESTRI UNTUK MENUNJANG PANGAN

DAN SEBAGAI ROSOT KARBON

Karyono

Guru Besar Purnabakti Jurusan Biologi Fakultas MIPA-UNPAD

KEARIFAN BUDAYA INDONESIA DALAM MENGELOLA

SUMBERDAYA KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN

EKOSISTEMNYA

Herwasono Soedjito

Pusat Penelitian Biologi – LIPI

PERLINDUNGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DI INDONESIA

Dra. Masnellyarti Hilman, M.Sc

Kementerian Lingkungan Hidup

BEBERAPA ASPEK BIOLOGI YANG BERMANFAAT

MENUNJANG PENANGGULANGAN PENYAKIT PARASIT

Sayuti Murad

Daftar Makalah Poster

1 Pemanfaatan Tumbuhan Paku dan Umbi-umbian di Kabupaten Bima,

Nusa Tenggara Barat

Agung Kurniawan, Ema Hendriyani, I Nyoman Peneng , Bayu Adjie

Page 4: Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Tumbuhan Indonesia

ii

2 Efektivitas Ekstrak Minyak Serai Wangi ( Andropogon nardus L)

Terhadap Serangan Rayap Kayu Kering ( Cryptotermes cynocephalus

light )

Agus Ismanto dan Nia Yuliani

3 Pemanfaatan Infusa Biji Petai Cina ( Leucaena Leucocephala ) Terhadap

Penghambatan Transpor Glukosa Melalui Membran Usus Halus Tikus

Wistar, sebagai Obat Alternative Penyakit Diabetes Mellitus

Anna Martiana. S dan Tien Turmuktini

4 Uji Toksisitas Bioinsektisida Ekstrak Air Biji Mahkota dewa (Phaleria

papuana warb.) terhadap Mortalitas Larva Aedes aegypti

Anita Oktaria, M.Si dan Suryatmana Tanuwidjaja, M.Si

5 Kromoplas dan Akumulasi pada Organ Buah Tumbuhan Tropika

Anjela Jitmau dan Fery F. Karwur

6 Kajian Model Perubahan Iklim Untuk Penentuan Masa Awal Tanam

Padi

Armi Susandi, Mamad Tamamadin

7 Jumlah Primordial Germ Cells (PGC) pada Beberapa Tingkat Umur

Embrio yang Berbeda oada Ayam Buras dan RAS

A.R Setioko, T. Kostaman dan S. Sopiyana

8 Keong Air Tawar Genus filopaludina Dari Sulawesi: Studi Morfologi dan

Anatomi

Ayu S. Nurinsiyah, Ristiyanti M. Marwoto, Sayuti Murad

9 Pengolahan Air Terproduksi Oleh Eichhornia crassipes dan Salvinia

natans dalam free water surface Constructed wetland

Barti Setiani Muntalif dan Fanny Hapsari Utomo Putri

10 Konservasi Burung Cendrawasi Yapen ( Paradiseae Minor Jobensis

Rotschild), Berbasis Kearifan Masyarakat di Kabupaten Kepulauan

Yapen Provinsi Papua

Basa T. Rumahorba

Page 5: Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Tumbuhan Indonesia

iii

11 Analisis Spektrum Karotenoid dari Minyak Sawit Mengunakan

Spektroskopi NIR ( Near Infrared)

Beatrix Wanma, Haryono Semanggun, Ferdi. S. Rondonuwu

12 Etnobotani Aren – Arenga Pinnata Di Desa

Genteng Kecamatan Sukasari , Dan Desa Kadakajaya Kecamatan

Tanjunsari, Kabupaten Sumedang

Dedeh Saodah Widaningsih

13 Analisis Isi Lambung Ikan Kasau (Lobocheilos schwanefeldi) Dari

Perairan Sungai Siak, Provinsi Riau

Deni Efizon dan Chaidir P. Pulungan

14 Uji Kawin Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan yang Diberi Ekstrak

Biji Nimba (Azadirachta indica a. Juss)

Desak Made Malini, Tri Dewi K. Pribadi, Sri Rejeki R.

15 Uji Toksisitas akut Dekok Daun Sonchus Arvensis L.

Diah Dhianawati Djunaedi, Kosasih Padmawinata, Iwang Soediro, Andreanus

A. Soemardji

16 Pengaruh Kebisingan Mesin Industri Terhadap Kesehatan Tenaga Kerja

Dwi Endah Wahyuningtyas, Otniel Moeda, Jubhar Mangimbulude

17 Respon Pertumbuhan Vegetatif Bibit Kakao ( Theobroma cacao L)

Kultivar Upper Amazone Hybrid (UAH) Akibat Pemberian Air dengan

Jumlah dan Interval Penyiraman yang Berbeda

Endang Kantikowati, Tien Turmuktini, Syofa Sahdina

18 Keanekaragaman Tumbuhan Obat Suku Mentawai di Desa Mailepet,

Siberut

Francisca Murti Setyowati

19 Pemanfaatan Limbah Penyulingan Nilam Untuk Arkoba ( Arang

Kompos Bioaktif)

Gusmalina dan Sri Komarayati

Page 6: Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Tumbuhan Indonesia

iv

20 Pengujian Potensi Bakteri Resistensi (Ochrobactrum sp dan 8 SBY 1)

Dalam Memacu Pertumbuhan Tanaman Salvinia Molesta

Hartati Imamuddin dan Dwi Agustiyani

21 Analisa Bakteri Coliform Pada Depot Air Minum Isi Ulang Kabupaten

Sarmi, Propinsi Papua

Hengky K.Baransano,Otniel Moeda, Jubhar C. mangimbulude

22 Potensi Jenis – jenis Asteraceae sebagai Sumber senyawa Antifidan

terhadap Hama Solanaceae Epilachna vigintioctopunctata Fabricius

(Coccinellidae: Coleoptera)

Hikmat Kasmara, Melanie & Wawan Hermawan

23 Penyimpanan Karbon melalui Pengukuran Biomassa dan Pertumbuhan

Daun Enhalus acoroides (l.f.) Royle di Pulau Pari Lepulauan Seribu

Honey Lestari Liwe, Prihadi Santoso, Budi Irawan & Wawan Kiswara

24 Pengaruh Penambahan Bakteri Nitrifikasi Dan Denitrifikasi Terhadap

Penurunan Kadar Ammonia, Nitrit, Nitrat, Dan Hidrokarbon Limbah

Cair Minyak Bumi

Ida Indrawati

25 Penyakit Busuk Batang ( Sclerotium rolfsii) pada Tanaman Alokasia Hias

( Araceae)

I Putu Agus Hendra Wibawa dan Agung Kurniawan

26 Fotostabilitas dan Thermostabilitas Ekstrak Kasar Pigmen Karotenoid

Buah Nona ( Parartocarpus philipinensis)

Leonardo Aisoi, Surya Satriya Trihandaru dan Martanto Martosupono

27 Uji Toksisitas Limbah Cair Pabrik Tempe terhadap Ikan Nila

(Oreochromis nilloticus L.) di Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

Madihah dan Keukeu Kaniawati

28 Potensi Jamur Metarhizium Anisopliae indigenous dalam Mengendalikan

Hama Pertanian dan Perkebunan Secara Alami

Melanie, S.Si.,M.Si.

Page 7: Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Tumbuhan Indonesia

v

29 Pengomposan Sampah Organik Pasar Dengan Penambahan Aktivator

EM4

Mohammad Nurul H. & Edwi Mahajoeno

30 Pengaruh Konsentrasi Sukrosa Pada Medium MS dan N6 Terhadap

Pendewasaan Embrio Somatik Dari Kultur Meristem Jahe (Zingiber

officinale rosc.)

Mohamad Nurzaman, , Karyono, Titin Supriatun, Otih Rostiana

31 Pengamatan Spawning Berulang pada Lobster Air Tawar (LAT) Capit

Merah (Cherax Quadricarinatus)

Muhammad Idris, Tjandra Anggraeni, Ahmad Ridwan dan Edy Yuwono

32 Pengetahuan Ibu Guru Tingkat Dasar Tentang Menopause di Kecamatan

Kertasemaya Kabupaten Indramayu

Muhammad Muflih Muhadjir M.Si

33 Evaluasi Pengetahuan Bioteknologi Pengolahan Air Mineral Yang

Higienis Untuk Kesehatan Pada Masyarakat Desa Lohbener dan Desa

Kalmati Kecamatan Jatibarang Kabupaten Indramayu

Nenden Indrayati, Anggraeni, Darwati, Tati Herlina

34 Penambahan Konsorsium Jamur dan Beberapa Takaran Oily Sludge

Dalam Fitoremediasi Dengan Menggunakan Tanaman

Sengon(Paraserianthes falcataria (L). Nielsen) Bermikoriza

Dr.Hj. Nia Rossiana, MSi; Dr.Titin Supriatun Sadeli, MS dan Nicky Firda

Fara‘nuari

35 Toksisitas Abu Dasar Batubara (Battom Ash) Terhadap Karakteristik

Darah Ikan Mas (Cyprinus Carpio Linn.)

Nining Ratningsih , Sunardi, Gita Oktavia Pratiwi

36 Jenis jenis Araceae dari Kabupaten Jembrana, Bali

Ni Putu Sri Asih dan Agung Kurniawan

37 Pengaruh Jumlah dan Aktivitas Wisatawan Terhadap Keanekaragaman

dan Populasi Gastropoda di Pantai Barat Pasir Putih Pananjung

Pangandaran Kabupaten Ciamis

Nurullia Fitriani, Hikmat Kasmara, dan Melanie

Page 8: Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Tumbuhan Indonesia

vi

38 Pengaruh Waktu Fermentasi Dan Dosis Inokulum Neurospora sitophila

Terhadap Kandungan Gizi Bungkil Biji Jarak Pagar ( Jatropha curcas

L.)

Poniah Andayaningsih, Abun, Nani Nur‘aini.

39 Ecological Status Of Jakarta Urban Mangrove Forest : Benthic Infauna

Structure Perspective

R. Indarjani

40 Pemanfaatan Kulit Nanas untuk Nata De Pina Sebagai Alternatif Bahan

Kertas Saring Mikrobia

Rachmad Romadhon dan Evie Ratnasari

41 Induksi Tunas Ganda Tanaman Duku (Lansium domesticum l.)

Pada berbagai Formulasi Media melalui Kultur In Vitro

Ragapadmi Purnamaningsih dan Mia Kosmiatin

42 Seleksi Bakteri Termofilik Dengan Uji Aktifitas Lipase Dari Sumber Air

Panas

Rasti Saraswti, Jetty Nurhayati, Asri Peni Wulandari, Novita Tri Wahyuni

43 Seleksi Bakteri Termofilik Dengan Uji Aktifitas Kitinase Dari Air Panas

Rasti Saraswti, Jetty Nurhayati, Asri Peni Wulandari, Tiffani Farah Aulia

44 Evaluasi Sifat Pengumbian In Vitro Pada 15 Genotipe Kentang (Solanum

tuberosum L.)

Ria Cahyaningsih,G. A. Wattimena

45 Identifikasi Pigmen Karotenoid pada Ekstrak Kasar Tepung Pokem

(Setaria italicum L.)

Rinto Herry Mambrasar, Budhi Prasetyo dan Martanto Martosupono

46 Uji Aktivitas Ekstrak dan Fraksi Daun Urang Aring ( Eclipta prostrata

L.) Terhadap Mikroba Mulut

Ririn Puspadewi, S.Si, M.Si., Putranti Adirestuti, Dr,M.S., Anggkosa

Sumekar,S.Farm

Page 9: Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Tumbuhan Indonesia

vii

47 Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Tumbuhan Indonesia Terancam

Kepunahan : Tiga Tahun Perkembangannya

Rosniati A. Risna, Didik Widyatmoko, Yyan W.C. Kusuma, R. Hendrian,

Dodo, Mujahidin, Eka. M.D, Rahayu

48 Karakteristik Habitat Jalak Tunggir-Merah (Scissirostrum dubium,

Latham, 1802) di Kawasan Panaruban, Subang, Jawa Barat

Ruhyat Partasasmita, Nadia Rahma Yusnita, Prihadi Santoso, Joko Kusmoro

49 Analisis Kompatibilitas Mikoriza dengan tanaman mindi ( Melia

azedarach L.) Untuk Mendukung Nfrastruktur Hijau DAS Bengawan

Solo

Siti Chalimah dan Suparti

50 Study Of Various Yam Bean ( Pachyrgizus spp) Genotypes for Cosmetics

Raw Material to Preserve Indonesia Local Wisdom

Sofiya Hasani, Wieny H. Rizky, dan A. Kurniawan

51 Perbanyakan Xanadu (Philodendron xanadu) Melalui Kultur In Vitro

Sri Hutami, Ika Mariska,Yati Supriati dan Ragapadmi Purnamaningsih

52 Kualitas Arang Kompos dan Limbah Cair dari Limbah Penyulingan

Sagu

Sri Komaryati dan Gusmalina

53 Bakteri Pelarut Fosfat sebagai “Plant Growth Promoting” pada Tanaman

Buah

Sri Widawati dan Suliasih

54 Uji Potensi Antibakteri Buah dan Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

Terhadap Shigella dysenteriae

Suparti dan Supriyatin

55 Studi Pola Ekspresi Gen Spesifik Kantung Embrio Jagung Menggunakan

Marker Green Flourescence Protein

Suseno Amin

Page 10: Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Tumbuhan Indonesia

viii

56 Keanekaragaman Cendawan Mikoriza Arbuskula pada Rhizosfer Akar

Tanaman Durian ( Durio zibethinus Murr ) Berdasarkan Sifat Morfologi

dan Infektivitas pada Inang

Susilo, Edwi Mahajoeno

57 Beberapa Aspek Ekologi Burung Kowak-Malam Kelabu (Nycticorax

nycticorax Linnaeus, 1758) Di Kawasan Taman Ganeca , Kebun Binatang

Bandung Dan Kebon Kopi 1

Teguh, Husodo; Hadikusumah, Y.H2; Ruchiyat, Y; Shofyadi, A

58 Hubungan Kandungan Ajmalisin dengan Pertumbuhan Kalus

Catharanthus roseus [l.] G. Don dengan Pemberian NAA dan BAP

Tia Setiawati , Titin Supriatun dan Rahmad Kuntadi

59 Karakterisasi Fenotipe Ayam Gaok Asli Madura Hasil Koleksi Ex-Situ

Plasma Nutfah di Balai Penelitian Ternak Ciawi

Tike Sartika, Soni Sopiyana dan Sofjan Iskandar

60 Peran Endomikoriza Terhadap Serapan Tembaga (Cu) dan

Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Sawi Hijau (Brassica juncea L.)

Titin Supriatun Sadeli dan Fitri Annisa

61 Antibacterial Potency Against E. Coli of Some Seaweed Species of Bayah

Beach, Lebak District West Java Provience

Tri Saptari Haryani dan Triastinurmiatiningsih

62 Uji Potensi Antifungi Isolat Bakteri Rizosfer Rumput Pangola ( Digitaria

decumbens) Terhadap Jamur Candida albicans

Tutik Rahayu dan Andi Dwi Saputro

63 Relevance Between Study of Tiger Biogeography With Phylogenetic

Relationship Based on Cytochrome B Genetic Markers

Ulfi

64 Keanekaragaman dan Potensi Flora di Kawasan Hutan Taman Nasional

Bogani Nani Wartabone Sulawesi Utara

Wardah

Page 11: Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Tumbuhan Indonesia

ix

65 Status Peruntukan Situ Citatah Kabupaten Bogor dan Kemungkinan

Pengembangannya

Widyo Astono, Melati Fachrul, Diana Hendrawan

66 Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Pewarna Alami di Beberapa Daerah di

Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur

Wenni S. Lestari, I Dewa P.Darma, I M Sudi dan Siti F. Hanum

67 Efek Chitosan dan Ekstrak Kentang dalam Media Vacin dan Went

Terhadap Pertumbuhan Protocorm Anggrek Phalaenops hibrida in vitro

Wieny H. Rizky, Karlina Syahruddin dan Sanny Faridiyana

68 Efektivitas Infeksi Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus

(HaNPV) Terhadap Kerusakan Badan Lemak Larva Dan Organ

Reproduksi Pupa Spodoptera litura Fabricius

Yasmi P. Kuntana, Heni Setiawati, Mia Miranti

69 Konservasi In Vitro Tiga Varietas Pisang Melalui Teknik Pertumbuhan

Minimal

Yati Supriati

70 Perbandingan Pertumbuhan Candida Albicans pada Media CMA ( Corn

Meal Agar) Formula dan Modifikasi Media CMA

(Corn Meal Agar)

Yati Supriyatin, S.Pd., M.Si dan Anita Oktari, M.Si

71 Modifikasi Media Pertumbuhan Candida albicans Menggunakan Bahan

Air Tajin

Yati Supriatin,S.Pd.,M.Si & Suryatmana Tanuwidjaja, Drs, M.Si

72 Profil Folikel Rambut Akibat Etoposid dan Berbagai Produk Olahan

Kedelai (Glycine max (l.) Merr.)

Yetty Yusri Gani, Cucu Hadiansyah, Madihah

73 Penanda Molukuler Berbasis Kromosom Y pada Manusia

Yulindra M. Numberi, Ferry F. Karwur, Jubhar Mangibulude

4

Page 12: Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Tumbuhan Indonesia

541

47. PENETAPAN SPESIES PRIORITAS KONSERVASI TUMBUHAN

INDONESIA

TERANCAM KEPUNAHAN: TIGA TAHUN PERKEMBANGANNYA2

Rosniati A. Risna1, Didik Widyatmoko

2, R. Hendrian

1, Yayan W.C. Kusuma

1,

Dodo1, Mujahidin

1, Eka M.D. Rahayu

1 dan Yoga S. Sudiarsana

1

1Pusat Konservasi Tumbuhan – Kebun Raya Bogor, Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia

Jl. Ir. H. Juanda 13 Bogor 16003 Telp./Fax 02518322187; [email protected] 2UPT Balai Konservasi Tumbuhan – Kebun Raya Cibodas, Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia

Sindanglaya Cianjur 43253 PO Box 19 SDL

ABSTRAK

Peran mendasar dari Kebun Raya sebagai pusat konservasi tumbuhan di Indonesia

adalah menyiapkan timbangan ilmiah sebagai bahan perumusan kebijakan di

bidang konservasi tumbuhan di Indonesia. Sebagai salah satu bentuk konkrit dari

pelaksanaan tugas tersebut dalam konteks ini, sejak tahun 2008 Pusat Konservasi

Tumbuhan – Kebun Raya Bogor telah menyusun suatu sistem penetapan prioritas

konservasi tumbuhan untuk spesies terancam kepunahan di Indonesia. Prioritisasi

tersebut sangat penting dilakukan mengingat Indonesia diketahui memiliki

kekayaan spesies tumbuhan yang sangat tinggi di dunia (± 38000 spesies atau

ranking ke-5 di dunia) dengan tingkat endemisitas ±55% sementara di sisi lain

Indonesia menduduki ranking ke-4 dunia dalam hal jumlah spesies terancam

kepunahannya, serta dihadapkan pada tekanan-tekanan terhadap habitat yang

semakin mengancam kelestariannya, padahal ketersediaan sumber daya untuk

konservasi sendiri (dana dan ahli) sangat terbatas. Sistem prioritisasi yang

dikembangkan ini disusun dengan metode scoring, terdiri dari 17 kriteria yang

difokuskan pada faktor keunikan taksonomi dan geografis, status populasi,

ancaman, kerentanan/kerawanan, potensi propagasi, serta nilai manfaat dari

spesies target. Assessment dilakukan terhadap spesies target oleh panel pakar

dalam serangkaian workshop. Hingga tahun 2010, penilaian prioritas telah

dilakukan terhadap enam famili yaitu Arecaceae, Cyatheaceae, Nepenthaceae,

Orchidaceae, Dipterocarpaceae, dan Thymelaeaceae, teridentifikasi 164 spesies

memerlukan aksi konservasi segera. Luaran lain yang telah dicapai adalah buku

‖Spesies Prioritas untuk Konservasi Tumbuhan Indonesia Seri I‖ dan software

sistem penetapan spesies prioritas konservasi untuk aplikasinya secara luas.

Kata kunci : spesies prioritas, tumbuhan, terancam kepunahan, konservasi

Page 13: Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Tumbuhan Indonesia

542

ABSTRACT

A fundamental role of Botanic Gardens as a center for plant conservation in

Indonesia is to provide scientific judgement as policy-making materials to

response national issues in Indonesian plant conservation. As an action of this

role, in this context, since 2008 Bogor Botanic Gardens has been working on

setting priority for the conservation of Indonesian threatened plant species. This

prioritization is very important to Indonesia because the country is the 5th world‘s

most diverse flora with about 55% endemism but also experiences detrimental

threats to their habitats, ranks the 4th in terms of the world‘s threatened plants

number and has very limited conservation resources (budget and experts) on the

other hand. We develop a particular scoring method using 17 criteria to the

priority setting process, focusing on taxonomic and geographic distinctiveness,

population status, threats, vulnerability, propagation potential and use value of

target species. Total score against all criteria of each species were then classified

into three categories of priority from the most to the least priority for

conservation. The assessment was conducted by a group of plant specialists in a

serial of workshops. Currently, prioritization has done to six families (Arecaceae,

Cyatheaceae, Nepenthaceae, Orchidaceae, Dipterocarpaceae, dan Thymelaeaceae)

and identified 164 species of the families require immediate conservation action.

Other outcomes of the project are a book of ‖Species Priority for Indonesian Plant

Conservation Seri I‖ and a software concerning the system for a nationally

application in the short future.

Key words: setting priority, threatened plant, conservation

PENDAHULUAN

Penyusunan prioritas untuk efektivitas alokasi sumber daya yang terbatas

bagi aksi-aksi konservasi merupakan fungsi fundamental bagi institusi yang

bergerak dalam bidang konservasi, terutama instansi pemerintah terkait konservasi

dan pengelolaan keanekaragaman hayati (Coates & Atkins 2001). Di Indonesia,

bidang konservasi dan pengelolaan keanekaragaman hayati juga telah diatur

secara legal dalam berbagai bentuk perundang-undangan. Dalam PP No. 8 Tahun

1999 Tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar, Pasal 65 huruf b,

tertera bahwa Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ditetapkan sebagai

Otoritas Keilmuan (scientific authority). Selanjutnya pada Pasal 66 Butir 2 huruf

a, dinyatakan bahwa Otoritas Keilmuan memiliki kewenangan – di antaranya –

untuk memberikan rekomendasi tentang penetapan daftar klasifikasi tumbuhan

dan satwa liar. Dalam menindaklanjuti penunjukan tersebut, LIPI menentukan

salah satu sasaran dari rencana strategisnya yaitu tersedianya timbangan ilmiah

(scientific judgment) dan rekomendasi untuk menjawab isu-isu nasional. Pada

lingkup yang lebih spesifik, sebagaimana tercantum pada Keputusan Kepala LIPI

Nomor 1151/M/2001 Pasal 157, Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor

LIPI bertugas untuk melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan di

bidang konservasi tumbuhan di Indonesia, sesuai dengan tugas pokok dan

fungsinya.

Page 14: Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Tumbuhan Indonesia

543

Tupoksi yang diemban untuk konservasi tersebut bukanlah misi yang

mudah. Hal ini karena Indonesia dihadapkan pada potensi biodiversitasnya yang

tinggi dan sekaligus ancaman-ancaman terhadap kelestariannya. Untuk tumbuhan

saja, Indonesia diperkirakan memiliki ± 38.000 spesies yang 55% di antaranya

merupakan spesies endemik, mengantarkan Indonesia menempati ranking ke-5 di

dunia dari kekayaan tumbuhannya (Mittermeier et al. 1999). Namun degradasi

habitat yang terjadi semakin meningkat dari tahun ke tahun, seperti yang disitir

oleh Kusuma et al. (2008), membuat keragaman tumbuhan ini juga semakin

terancam keberadaannya di Nusantara. Penyebab utamanya adalah deforestasi

akibat pengalihfungsian hutan, pembukaan hutan secara besar-besaran, pencurian

kayu dan kebakaran hutan. Dilaporkan bahwa tingkat deforestasi di Indonesia

mencapai 2,83 juta hektar per tahun (Rustam & Purwanto, 2007). Tekanan-

tekanan tersebut menjadikan Indonesia juga dikenal sebagai salah satu negara

dengan tingkat kerusakan yang sangat tinggi di dunia, atau hot spot country.

Tingginya laju kerusakan hutan tersebut tentu saja mengakibatkan ancaman

yang serius pada keberadaan spesies-spesies tumbuhan di dalamnya, yang pada

akhirnya mengakibatkan banyak spesies menjadi langka dijumpai atau terancam

kepunahan. Berdasarkan threat assessment, IUCN mempublikasikan daftar

spesies tumbuhan terancam kepunahan di Indonesia saja mencapai 386 spesies

dari 43 famili, yaitu yang tergolong ke dalam kategori Critically Endangered

(kritis), Endangered (genting) dan Vulnerable (rawan) dalam IUCN Red list

(IUCN 2009). Apabila studi-studi yang lebih fokus dan intensif dilakukan, jumlah

spesies Indonesia yang terancam kepunahan diyakini jauh melebihi angka yang

dilaporkan IUCN tersebut.

Pertanyaannya, apakah semua spesies terancam kepunahan dalam IUCN

Red List harus diselamatkan dengan program konservasi secara sekaligus? Tentu

saja hal ini tidak mungkin mengingat keterbatasan sumber daya (dana dan tenaga

ahli) juga waktu karena kita berpacu dengan hilangnya kekayaan tumbuhan kita.

Selama ini, sistem kategorisasi spesies terancam kepunahan atau disebut

juga dengan status konservasi yang dikeluarkan IUCN dipercaya merupakan salah

satu sistem terbaik dan yang paling banyak diterapkan untuk konservasi

biodiversitas di berbagai belahan dunia, baik level nasional, regional maupun

global (Possingham et al. 2002). Daftar spesies terancam kepunahan atau Red list

yang disusun dengan kategori IUCN tersebut juga menjadi perangkat esensial

untuk penetapan prioritas program-program konservasi (Schmeller et al. 2008;

Rodriguez et al. 2004). Namun demikian – tanpa bermaksud mengecilkan

kontribusi signifikannya bagi dunia konservasi biodiversitas– IUCN Red list tidak

dirancang untuk menetapkan prioritas konservasi melainkan lebih kepada risk

assessment atau penilaian risiko kepunahannya walaupun memang dapat

menerangkan fenomena endangerment atau keterancaman (IUCN 2001;

Possingham et al. 2002). IUCN Red List tidak selalu mencerminkan kebutuhan

konservasi yang aktual dan dapat sangat berbeda dengan prioritas konservasi

suatu negara. Kategorisasi spesies berdasarkan status konservasinya merupakan

proses yang penting (Burgman et al. 1999; Keith 1998) namun bukan satu-satunya

parameter penentu prioritas konservasi (Keller & Bollman 2004; Possingham et

al. 2002). Oleh karena itu, sudah banyak negara yang menerapkan metode

Page 15: Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Tumbuhan Indonesia

544

alternatif ataupun komplemennya untuk penyusunan spesies prioritas konservasi

dengan penggunakan variabel atau kriteria berlainan antara negara satu dengan

negara lainnya (e.g. Schmeller et al. 2008; Soberon & Medellin 2007; de

Grammont & Cuarón 2006; Sapir et al. 2003; Coates & Atkins 2001, Molloy &

Davis 1992). Munculnya metode-metode ini menandakan bahwa sistem

penyusunan prioritas konservasi tetap diperlukan untuk menyiasati keterbatasan

yang ada, dan juga antara lain karena penyusunan prioritas konservasi akan

membantu mengelompokkan spesies berdasarkan pada urgensi dan keseriusan

masalah yang dihadapi setiap spesies (Risna et al. 2010). Untuk menyusun

prioritas konservasi tersebut, diperlukan tiga kriteria sebagai parameter

penilaiannya yaitu kekhasan, keterancaman dan kegunaan, tidak sekedar menilai

risiko kepunahan yang dihadapi spesies (Indrawan et al. 2007).

Di atas semuanya, konservasi memang merupakan kunci dalam

penyelamatan spesies (maupun kawasan) terutama yang dikategorikan terancam

kepunahan. Akan tetapi program-program konservasi sendiri sering kali

mengalami kendala mendasar karena kurangnya dana (Knapp et al. 2003). Bahkan

untuk sumber daya yang tersedia pun, bidang konservasi seringkali harus bersaing

dengan prioritas di bidang sosial, seperti produksi pangan dan pemukiman, seperti

yang disitir oleh Wilson et al. (in press). Hal ini semakin mendorong perlunya

dilakukan penyusunan prioritas konservasi terhadap semua spesies yang dinilai

memiliki extinction proneness agar segera diambil langkah atau aksi konservasi

yang tepat untuk mencegah penurunan populasinya di alam (Mace et al. 2007).

Tanpa adanya skema prioritisasi, rencana-rencana konservasi tumbuhan dapat

terhambat atau menjadi tidak terencana dengan tepat sasaran (Possingham et al.

2002) karena melimpahnya jumlah spesies yang perlu dipertimbangkan, di mana

setiap spesies membutuhkan manajemen penyelamatan yang berbeda pula.

Berdasarkan apa yang dipaparkan di atas, dan terkait dengan peran Kebun

Raya Indonesia dalam konservasi spesies tumbuhan Indonesia, maka Kebun Raya

Bogor berupaya mengembangkan sistem penetapan spesies prioritas untuk

konservasi tumbuhan Indonesia terancam kepunahan yang bisa diterapkan secara

konsisten oleh penilai-penilai yang berbeda. Dengan sistem ini pula, diharapkan

akan lahir suatu daftar ranking spesies tumbuhan Indonesia terancam kepunahan

untuk dijadikan prioritas konservasi berdasarkan penilaian (assessment) ilmiah

dari pakar relevan sehingga data yang dihasilkan lebih akurat. Pada akhirnya,

sistem penyusunan prioritas konservasi berikut daftar spesies prioritas

konservasinya dapat dijadikan acuan bagi program konservasi tumbuhan di

Indonesia, khususnya untuk pemulihan spesies, yang ditujukan bagi efektifitas

alokasi sumber daya yang tersedia untuk strategi dan program konservasi.

METODE PENELITIAN

Konstruksi sistem

Sistem yang digunakan dalam penyusunan prioritas konservasi tumbuhan

diadaptasi dari metode Molloy & Davis (1992) dengan beberapa modifikasi yang

disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Metode ini dipilih karena beberapa

Page 16: Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Tumbuhan Indonesia

545

pertimbangan : 1) bersifat komprehensif karena tidak hanya menilai risiko

kepunahan yang dihadapi spesies melainkan valuasi berbagai aspek bermakna,

termasuk tiga kriteria yang mutlak untuk prioritisasi konservasi yaitu kekhasan,

keterancaman dan kegunaan, 2) bersifat sederhana namun terukur sehingga relatif

mudah digunakan dengan hasil yang lebih konsisten, dan 3) lebih spesifik karena

kriteria penilaian status populasi kelompok tumbuhan dibedakan dari kriteria

untuk hewan (Risna et al. 2010).

Penilaian meliputi 17 kriteria yang dibagi dalam 6 kelompok faktor yaitu

keunikan, status populasi, ancaman, kerawanan, potensi propagasi dan nilai

manfaat, yang selanjutnya disebut kriteria scoring (Tabel 1). Seluruh kriteria

tersebut diberi skor 1 – 5 untuk mewakili nilai kerawanan dari yang paling rendah

(1) hingga paling tinggi (5). Karena keterbatasan halaman dalam makalah ini,

definisi lengkap dari kriteria-kriteria tersebut tidak disampaikan di sini; definisi

dapat dilihat dalam Risna et al. (2010).

Taksa Target Penilaian

Taksa yang dijadikan target penilaian diutamakan taksa yang menghadapi

faktor-faktor penyebab keterancaman di alam (seperti eksploitasi berlebihan,

perdagangan dan pencurian), penyebaran populasinya meliputi kawasan

Indonesia, dan digolongkan ke dalam daftar IUCN Red List (IUCN 2009),

WCMC (WCMC 1997), CITES (CITES 2009) serta referensi relevan lainnya

dalam level nasional (Mogea et al. 2001; PP No. 7/1999). Ada 12 famili yang

ditetapkan menjadi target penilaian hingga tahun 2012 dengan tujuan mencari

model yang konsisten sehingga dapat diterapkan oleh penilai berbeda. Hingga

tahun 2010, taksa yang dinilai sebanyak 6 famili yaitu Arecaceae (60 spesies),

Cyatheaceae (34), Nepenthaceae (53), Orchidaceae (44), Dipterocarpaceae (54),

dan Thymelaeaceae (35). Sebagai catatan, khusus Dipterocarpaceae hingga saat

ini baru dikerjakan untuk empat genera: Anisoptera, Dipterocarpus, Upuna dan

Vatica, sedangkan genera lainnya akan dikerjakan tahun 2011 dengan metode

yang sama.

Proses penilaian dan interpretasi hasil penilaian

Proses penilaian atau assessment dilakukan dalam suatu serial lokakarya

panel pakar. Dalam Lokakarya Seri I tahun 2009 dinilai empat famili: Arecaceae,

Cyatheaceae, Nepenthaceae, dan Orchidaceae. Dua famili lainnya,

Dipterocarpaceae dan Thymelaeaceae, dinilai dalam Lokakarya Seri II tahun

2010. Seluruh spesies target diskor oleh panel pakar atau spesialis taksa relevan

(lihat ‗ucapan terima kasih‘) berdasarkan 17 kriteria yang telah ditentukan dalam

sebuah lembar uji (Gambar 1) untuk setiap spesies, hingga diperoleh total

skornya. Skor akhir adalah hasil konsensus di antara pakar taksa dalam

kelompoknya. Objektivitas dari penilaian dilakukan dengan tidak menjumlahkan

skor seluruh kriteria sebelum skor akhir disepakati oleh pakar dalam kelompok

taksanya. Hal ini dilakukan untuk menghindari pendapat pribadi terhadap posisi

taksa yang dipengaruhi oleh estimasi untuk setiap kriteria.

Page 17: Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Tumbuhan Indonesia

546

Skor akhir selanjutnya diklasifikasikan ke dalam 3 kategori berdasarkan

skor total:

- Kategori A (skor total >50) : spesies dengan prioritas tertinggi (memerlukan

aksi konservasi segera),

- Kategori B (skor total 42 – 50) : spesies dengan prioritas kedua (aksi

konservasinya masih dapat ditunda),

- Kategori C (skor total <42) : spesies dengan prioritas terendah (belum

memerlukan aksi konservasi secara aktif).

Modifikasi terhadap metode Molloy & Davis (1992)

Sistem kategorisasi ini dikembangkan dari metode Molloy dan Davis (1992)

yang dikembangkan di Selandia Baru dalam era 1990-an ini dimodifikasi dalam

beberapa kriteria dengan tujuan untuk menyelaraskan keterpakaiannya sesuai

dengan situasi di Indonesia. Perbedaannya antara lain disebabkan perbedaan

posisi biogeografis antara Indonesia dan Selandia Baru. Kategorisasi skor akhir

juga disederhanakan menjadi 3 kategori A, B, dan C.

Perangkat pembantu komputasi skor

Perangkat lunak berbasis DELPHI dirancang secara khusus untuk

membantu penghitungan dan interpretasi skor akhir dalam proses penilaian yang

dilakukan oleh panel pakar. Model perangkat ini disesuaikan dengan lembar uji

dan dibuat sedemikian sehingga assessor tidak mungkin melewatkan satu pun

kriteria penilaian. Program ini dilengkapi dengan database spesies prioritas

konservasi yang dapat di-update secara terpusat oleh Kebun Raya Bogor sebagai

pusat pangkalan data sekaligus pemegang hak ciptanya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan dua serial lokakarya penyusunan spesies prioritas untuk

konservasi yang dilakukan dengan menerapkan expert judgement ini diperoleh

pelajaran bahwa Indonesia sangat minim akan data autekologi dan demografi

spesies. Padahal kedua data tersebut sangat diperlukan dalam pendugaan langsung

mengenai ancaman dan kepunahan yang dihadapi spesies di alam (Burgman et al.

1999). Walaupun data tersebut telah dimodifikasi menjadi kriteria-kriteria fitur

populasi (seperti ukuran dan jumlah populasi, serta kondisi populasi terbesarnya)

dan keunikan geografis untuk menjelaskan persebaran populasinya di alam, data

pendukung kriteria tersebut tetap saja masih sangat terbatas untuk sebagian besar

spesies yang dinilai. Keterlibatan para ahli dalam menilai pun tidak menjamin

ketersediaan dan kepastian data yang diperlukan tersebut. Untuk itu konsistensi

dan prinsip kehati-hatian (precautionary principles) dalam penilaian dianggap

sangat menentukan agar tidak terjadi underestimating ataupun overestimating

yang akan mempengaruhi ranking spesies prioritas konservasi pada akhirnya.

Prinsip kehati-hatian semacam ini telah dianjurkan dalam penilaian status

konservasi / keterancaman dalam menyusun IUCN Red List (IUCN 1994).

Page 18: Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Tumbuhan Indonesia

547

Terlepas dari masalah ketidakpastian terkait kurangnya data tersebut,

sebagai langkah awal, Kebun Raya telah mendapatkan daftar spesies prioritas

konservasi untuk enam famili terdiri dari 164 spesies yang memerlukan aksi

konservasi segera (Tabel 2). Meskipun sistem penyusunan prioritas yang

diterapkan di sini difokuskan pada taksa, kami juga menggarisbawahi bahwa aksi

konservasi dari taksa prioritas tersebut juga ditujukan pada level ekosistem dan

komunitas ekologisnya. Hal ini terutama dapat dilihat pada taksa

Dipterocarpaceae di mana spesies-spesiesnya hampir semuanya hidup secara

spesifik pada habitat hutan dataran rendah, yang diketahui mengalami kerusakan

deforestasi yang paling serius.

Di antara spesies-spesies yang dijadikan target penilaian prioritas beberapa

di antaranya dikeluarkan dari list target karena berbagai alasan. Yaitu

ketidakpastian dalam hal taksonomi, kurang data dan penyebarannya tidak

termasuk kawasan Indonesia. Kurang data di sini maksudnya adalah data spesies

yang tidak memadai untuk menilai ke-17 kriteria scoring, meskipun pendugaan

terbaik berdasarkan pengetahuan pakar sudah dilakukan secara maksimal.

Kurangnya data yang ditunjukkan oleh beberapa spesies dalam list target

menunjukkan kemungkinan perlunya kategori tambahan untuk mendorong

evaluasi atau survei mengenai spesies yang masuk dalam klasifikasi ini. Hal ini

perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya underestimation kategorisasi prioritas

dari kondisi aktualnya di alam.

Tujuan dari penyusunan sistem ranking ini adalah untuk menyediakan acuan

untuk program konservasi tumbuhan Indonesia dan menunjukkan spesies mana

saja yang memerlukan aksi yang mendesak. Salah satu dari aksi-aksi yang

mungkin dilakukan adalah memodifikasi status legal dari beberapa spesies.

Berdasarkan assessment para ahli, 53% spesies yang diklasifikan ke dalam

Kategori A belum memiliki status perlindungan legal di habitatnya (skor 5 untuk

kriteria No. 8, yaitu 2 spesies dari Dipterocarpaceae, 14 Thymelaeaceae, 7

Arecaceae, 3 Cyatheaceae, 25 Nepenthaceae, dan 36 Orchidaceae.

Hingga saat ini, Kebun Raya Indonesia (KRI) yang terdiri dari KR Bogor,

Cibodas, Purwodadi dan Ekakarya Bali telah mengoleksi 45 spesies dari daftar

yang termasuk Kategori A di mana 25 spesies di antaranya adalah anggrek (Tabel

2). Selain dijadikan tanaman koleksi, beberapa spesies telah diperbanyak baik

melalui metode konvensional maupun kultur jaringan, serta dijadikan obyek

penelitian dalam rangka konservasi dan pemulihan populasinya di alam. Aksi

konservasi lainnya yang telah dilakukan oleh KRI terhadap spesies prioritas

Kategori A adalah melakukan reintroduksi spesies ke habitatnya (Calamus manan

dan Pinanga javana), sedangkan satu spesies lainnya (Vatica bantamensis) sedang

dalam tahap persiapan program reintroduksi ke Taman Nasional Ujung Kulon.

Burgman dan Lindenmayer (1998), seperti yang disitir oleh Coates dan

Atkins (2001), mengidentifikasi tiga metode secara garis besar untuk penetapan

prioritas konservasi pada level spesies, yaitu metode point-scoring –seperti yang

diterapkan dalam penelitian ini–, rule sets dan deskripsi kualitatif, di mana

ketiganya dinilai belum memberikan hasil terbaik yang bisa berlaku dalam segala

situasi. Meskipun dikritisi dan masih diperdebatkan karena memiliki kelemahan

Page 19: Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Tumbuhan Indonesia

548

dalam pembobotannya, metode point-scoring yang berbasis pada skema ranking

liner dari skor total yang diterapkan dalam sistem prioritisasi ini memiliki

kelebihan karena menghasilkan ranking yang lebih definitif terhadap taksa yang

dinilai (Molloy & Davis 1992). Kriterianya pun meliputi aspek-aspek yang

bermakna termasuk keunikan dalam hal taksonomi, penyebaran populasi secara

geografis di mana endemisme termasuk di dalamnya, status dan kondisi

populasinya, keterancaman dan kerawanan serta kemungkinan keberhasilan

program konservasi melalui penilaian kemudahan propagasi, serta nilai

pemanfaatannya dalam skala lokal / nasional.

Diseminasi mengenai kegiatan ini sudah dilakukan melalui beberapa

publikasi media cetak maupun on line. Khusus untuk sistemnya sendiri pernah

diperkenalkan dalam Workshop Penetapan Spesies Prioritas untuk Konservasi

pada tahun 2009 dan 2010, dalam International Conference on Biological

Sciences 2009 di UGM Yogyakarta (Widyatmoko & Risna 2010) dan melalui

penerbitan buku seri pertama (Risna et al. 2010). Sambutan berupa apresiasi,

kritik dan masukan terhadap sistem ini yang disampaikan secara langsung ke

Kebun Raya berlainan. Sebagian besar tanggapan memperlihatkan kerancuan

pemahaman akan kategorisasi IUCN dan penetapan prioritas konservasi sehingga

hal ini perlu diluruskan. Beberapa ahli menyatakan bahwa tidak semua kriteria

yang digunakan memungkinkan untuk pendugaan skor secara akurat misalnya

untuk ukuran populasi. Untuk beberapa kriteria memang hanya mampu dinilai

dengan pendugaan kasar namun kami anggap memadai karena yang diperlukan

adalah suatu kategorisasi, bukan nilai pasti/eksaknya. Segi kepraktisan juga

disoroti karena kriteria-kriteria yang digunakan dalam sistem ini dinilai terlalu

rumit bagi sebagian orang sehingga perlu disederhanakan. Kerumitan ini mungkin

benar untuk sebagian spesies dengan informasi yang sangat terbatas sehingga

untuk pendugaan pun sulit, tapi tidak dengan spesies yang telah didokumentasikan

dengan baik informasi biologis maupun lingkungannya lengkap dengan data

kuantitatifnya. Kuantifikasi dalam dalam kriteria manfaat memang perlu

diperjelas sehingga interpretasi dari penilai dapat lebih dihomogenkan. Saat ini,

pihak yang tercatat memanfaatkan sistem ini adalah Institut Pertanian Bogor, yaitu

untuk tesis mahasiswa strata S2 yang melakukan assessment khusus untuk

konservasi tumbuhan obat (Hidayat, pers.comm).

KESIMPULAN DAN SARAN

Sistem penyusunan spesies prioritas yang dirancang oleh Kebun Raya

Bogor – LIPI ini telah mampu menghasilkan suatu model prioritisasi berbasis

point-scoring terhadap enam famili yang anggotanya banyak dikategorikan

sebagai spesies terancam kepunahan dalam level nasional. Hingga tahun 2010,

total sebanyak 164 spesies dari famili Arecaceae, Cyatheaceae, Dipterocarpaceae,

Nepenthaceae, Orchidaceae dan Thymelaeaceae dikategorikan sebagai spesies

yang perlu mendapat prioritas pertama aksi konservasi. Spesies-spesies dari famili

lainnya masih menunggu untuk dinilai, dan hal ini membutuhkan kerja sama

berbagai pihak. Bukan hanya dalam penilaian skala prioritas konservasi saja,

Page 20: Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Tumbuhan Indonesia

549

melainkan juga dalam menentukan model atau strategi konservasi yang paling

tepat sasaran untuk setiap spesies.

Sistem penyusunan spesies prioritas konservasi memperlihatkan bahwa

prioritisasi sangat bergantung pada ketersediaan dan kualitas data. Kurangnya data

dapat menghasilkan ranking spesies yang tidak tepat dari kondisi aktualnya. Oleh

karena itu diperlukan survei dan penelitian terhadap sebanyak mungkin spesies di

habitat aslinya, serta program-program monitoring baik di kawasan-kawasan

lindung maupun di kawasan yang statusnya belum dilindungi perundang-

undangan di Indonesia.

Diharapkan sistem prioritisasi dan daftar spesies prioritas konservasi yang

dipresentasikan dalam makalah ini dapat membantu para praktisi konservasi

tumbuhan dan pembuat kebijakan untuk menemukan cara yang efektif untuk

mencapai tujuan bersama yaitu menyelamatkan spesies terancam kepunahan.

Sistem prioritisasi yang tepat merupakan langkah pertamanya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Kami sangat berterima kasih pada panel pakar yang telah melakukan

assessment prioritas konservasi: Peter Ashton (Harvard University), Charlie D.

Heatubun (Universitas Papua, Manokwari), Frankie Handoyo (Fragrant Orchid),

Hernawati dan Pitra Akhriadi (Universitas Andalas), Agus Hikmat (Institut

Pertanian Bogor), Stefaan Wulffraat (WWF), Johanis P. Mogea, Himmah

Rustiami, Dedy Darnaedi, Wita Wardani, Muhammad Mansur, Harry Wiriadinata,

Tukirin Partomihardjo dan Kusuma D.S. Yulita (Pusat Penelitian Biologi, LIPI),

I.B.K. Arinasa (UPT Kebun Raya Eka Karya Bali, LIPI) serta Irawati, Dwi M.

Puspitaningtyas, Joko R. Witono, Titien Ng. Praptosuwiryo, Didit O. Pribadi dan

Yupi Isnaini (PKT Kebun Raya Bogor, LIPI).

Penelitian ini didanai oleh DIPA LIPI tahun anggaran 2008–2010 serta

Program Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa (Ristek) tahun

2010.

DAFTAR PUSTAKA

Burgman MA, Keith DA, Rohlf FJ, Todd CR (1999) Probabilistic

classification rules for setting conservation priorities. Biological Conservation 89:

227–231.

[CITES] Convention on Trades of Endangered Species (2009) Appendices I,

II, and III. http://www.cites.org/eng/app/appendices.html. Diakses 10 Maret

2010.

Coates DJ, Atkins KA (2001) Priority setting and the conservation of

Western Australia‘s Diverse and Highly Endemic Flora. Biological Conservation

97: 251–263.

Page 21: Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Tumbuhan Indonesia

550

de Grammont PC, Cuarón AD (2006) An evaluation of threatened species

categorization systems used on the American Continent. Conservation Biology

20(1): 14–27.

Indrawan M, Primack RB, Supriatna J (2007) Biologi Konservasi. Yayasan

Obor Indonesia, Jakarta.

[IUCN] the International Union for Conservation of Nature and Natural

Resources (1994). IUCN Red List Categories. Meeting of the IUCN Council.

Prepared by the International Union for the Conservation of Nature, Species

Survival Commision, Gland, Switzerland.

[IUCN] the International Union for Conservation of Nature and Natural

Resources (2001). Guidelines for Application of IUCN Categories and Criteria.

<www.iucnredlist.org>. Diakses 2 Maret 2010.

[IUCN] the International Union for Conservation of Nature and Natural

Resources (2009). 2009 IUCN Red list of threatened species.

<www.iucnredlist.org>. Diakses 2 Maret 2010.

Keith DA (1998) An evaluation and modification of World Conservation

Union Red List criteria for classification of extinction risk in vascular plants.

Conservation Biology 12: 1076–1090.

Keller V, Bollman K (2004) From red list to species of conservation

concern. Conservation Biology 18(6): 1636–1644.

Knapp SM, Russell RE, Swihart RK (2003) Setting priorities for

conservation: the influence of uncertainty on species rankings of Indiana

mammals. Biological Conservation 111: 223–234.

Kusuma YWC, Dodo, Widyatmoko D (2008) Koleksi tumbuhan terancam

kepunahan di Kebun Raya Bogor. Buletin Kebun Raya Indonesia 11(2): 33–45.

Mace GM, Possingham HP, Leader-Williams N (2007) Prioritizing choises

in conservation. Dalam: Macdonald DW and Service K (Eds). Key Topics in

Conservation Biology. Blackwell Publishing, Oxford, United Kingdom. pp17–34.

Mittermeier RA, Myers N, Mittermeier CG (1999) Hotspots Earth‘s

Biologically Richest and Most Endangered Terrestrial Ecoregions. Emex and

Conservation International.

Mogea JP, Gandawidjaja Dj, Wiriadinata H, Nasution RE, Irawati (2001)

Tumbuhan Langka Indonesia. Puslitbang Biologi – LIPI, Balit Botani, Herbarium

Bogoriense. Bogor. h20-22.

Molloy J, Davis AM (1992) Setting Priorities for the Conservation of New

Zealand‘s Plants and Animals. Department of Conservation, Wellington.

Possingham HP, Andelman SJ, Burgman MA, Medellin RA, Master LL,

Keith DA (2002) Limits to the use of threatened species lists. Trends in Ecology

and Evolution 17(11): 503–507.

Page 22: Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Tumbuhan Indonesia

551

Risna RA, Kusuma YWC, Widyatmoko D, Hendrian R, Pribadi DO (2010).

Spesies Prioritas untuk Konservasi Tumbuhan Indonesia. LIPI Press, Jakarta.

Rodriguez JA, Rojas-Suarez F, Sharpe CJ (2004) Setting priorities for the

conservation of Venezuela‘s threatened birds. Oryx 38(4): 373–382.

Rustam D, Purwanto E (2007) Suatu tinjauan tentang audit lingkungan

sebagai alternatif pengendalian kerusakan hutan. Majalah Kehutanan Indonesia.

http://www.dephut.go.id/

INFORMASI/MKI/07%2011/Artikel,%20Suatu%20tinjauan%20tentang.htm

Sapir Y, Shmida A, Fragman O (2003) Constructing red numbers for setting

conservation priorities of endangered plant species: Israeli flora as a test case.

Journal for Nature Conservation 11: 91–107.

Schmeller DS, Bauch B, Gruber B, Juskaitis R, Budrys E, Babij V, Lanno

K, Sammul M, Varga Z, Henle K (2008) Determination of conservation priorities

in regions with multiple political jurisdictions. Biodiversity Conservation 17:

3623–3630.

Soberon J, Medellin RA (2007) Categorization systems of threatened

species. Conservation Biology 21(5): 1366–1367.

Wilson K, Carwardine J, Possingham H (in press) Setting conservation

priorities. Annals of the New York Academy of Science.

Page 23: Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Tumbuhan Indonesia

552

Tabel 1. Kriteria skoring dalam setiap variabel dan skor yang diterapkan untuk

kategorisasi prioritas konservasi.

KEUNIKAN SKOR

(1) TAKSONOMI

Hanya satu famili dalam ordonya, atau satu genus

dalam familinya 5

Hanya satu spesies dalam genusnya 4

Dikenal pada level spesies; secara genetik dan/atau

morfologi sangat berbeda dari spesies lain dalam

genusnya

3

Dikenal pada level spesies; secara genetik dan/atau

morfologi cukup memiliki kemiripan dengan spesies

lain dalam genusnya

2

Dikenal pada level subspesies 1

(2) DISTRIBUSI GEOGRAFIS

Endemik pada kawasan sempit; total kisaran

kawasan <10 km2 5

Endemik dalam satu bioregion 4

Endemik pada dua atau tiga bioregion 3

Endemik di Indonesia 2

Tidak endemik di Indonesia 1

STATUS POPULASI

(3) JUMLAH POPULASI

Hanya diketahui satu populasi 5

Hanya diketahui dua populasi 4

Diketahui 3–4 populasi, atau tidak diketahui tetapi

diduga kecil 3

Diketahui 5–10 populasi 2

Diketahui >10 populasi, atau tidak diketahui tetapi

diduga memiliki populasi besar 1

(4) UKURAN POPULASI RATA-RATA

Satu individu atau pada area <1 m2 5

Antara 2–10 individu, atau pada area 1–10 m2, atau

tidak diketahui namun diduga kecil 4

Antara 11–50 individu, atau pada area 10–100 m2 3

Antara 51–500 individu, atau pada area 100–1000

m2 2

Lebih dari 500 individu, atau pada area >1000 m2,

atau tidak diketahui namun dianggap besar 1

(5) UKURAN POPULASI TERBESAR

Satu individu, atau area <1 m2 5

Antara 2–10 individu, atau pada area 1–10 m2, atau

tidak diketahui pasti namun dianggap kecil 4

Antara 11–50 individu, atau pada area 10–100 m2 3

Antara 51–500 individu, atau pada area 100–1000

m2 2

Lebih dari 500 individu, atau pada area >1000 m2, 1

Page 24: Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Tumbuhan Indonesia

553

atau tidak diketahui namun dianggap besar

(6) KONDISI POPULASI TERBESAR

Sangat mengkhawatirkan 5

Mengkhawatirkan 4

Marjinal 3

Sedang 2

Sehat 1

(7) TINGKAT KEMEROSOTAN POPULASI

Populasi alami secara keseluruhan saat ini merosot

pada suatu tingkat yang memungkinkan takson

menjadi punah dalam waktu dekat (0–15 tahun)

5

Populasi alami secara keseluruhan saat ini merosot

pada suatu tingkat yang memungkinkan takson

menjadi punah dalam jangka waktu menengah (15–

25 tahun), atau tidak diketahui tetapi diprediksi akan

mengalami kemerosotan secara cepat

4

Populasi alami secara keseluruhan saat ini merosot

pada suatu tingkat yang memungkinkan takson

menjadi punah dalam jangka waktu lebih lama (25–

50 tahun), atau tidak diketahui tetapi diprediksi akan

menurun pada tingkat sedang

3

Populasi alami secara keseluruhan saat ini

memperlihatkan penurunan yang sangat kecil dan

dianggap tidak mengancam kesintasan takson dalam

waktu 50 tahun mendatang

2

Populasi alami secara keseluruhan stabil atau

meningkat 1

ANCAMAN

(8) PERLINDUNGAN LEGAL TERHADAP HABITAT

Tidak ada perlindungan legal di manapun 5

Perlindungan informal pada satu atau beberapa

lokasi populasi 4

Perlindungan legal jangka panjang untuk setidaknya

satu lokasi populasi 3

Perlindungan legal jangka panjang pada beberapa

lokasi populasi 2

Perlindungan legal pada sebagian besar atau seluruh

lokasi populasi 1

(9) PERLINDUNGAN EX SITU

Tidak ada perlindungan ex situ di manapun (kebun

raya, arboretum, bank plasma nutfah, private

gardens, nurseri)

5

Ada satu lokasi perlindungan ex situ 4

Ada 3–4 lokasi perlindungan ex situ 3

Ada 5–10 lokasi perlindungan ex situ, atau tidak

diketahui tetapi diperkirakan cukup banyak 2

Ada >10 lokasi perlindungan ex situ, atau tidak

diketahui tetapi diperkirakan banyak 1

Page 25: Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Tumbuhan Indonesia

554

(10) LAJU KEHILANGAN HABITAT

Seluruh habitat (lokasi) tersisa kemungkinan dapat

rusak/ hilang dalam < 10 tahun 5

Lebih dari separuh habitat (lokasi) tersisa

kemungkinan akan rusak/hilang dalam < 10 tahun 4

Antara 25–50% habitat (lokasi) tersisa kemungkinan

akan rusak/hilang <10 tahun 3

Antara 10–25% habitat (lokasi) tersisa kemungkinan

akan rusak dalam <10 tahun 2

Kurang dari 10% habitat (lokasi) tersisa

kemungkinan akan rusak dalam 10 tahun berikutnya 1

(11) DAMPAK PREDASI / EKSPLOITASI

Predasi/eksploitasi mengakibat-kan dampak sangat

serius terhadap kesintasan takson 5

Predasi/eksploitasi mengakibatkan dampak serius

(berat) terhadap kesintasan takson; atau dampaknya

tidak diketahui tetapi diperkirakan besar

4

Predasi/eksploitasi mengakibatkan dampak sedang

terhadap kesintasan takson 3

Predasi/eksploitasi ringan dengan dampak ringan;

atau dampaknya tidak diketahui tetapi diperkirakan

ringan

2

Predasi/eksploitasi mengakibat-kan dampak sangat

kecil 1

(12) KOMPETISI

Kompetisi mengakibatkan dampak sangat serius

terhadap kesintasan takson 5

Kompitisi mengakibatkan dampak cukup serius

terhadap kesintasan takson; atau dampaknya tidak

diketahui tetapi diperkirakan besar

4

Kompetisi mengakibatkan dampak sedang terhadap

kesintasan takson 3

Kompetisi mengakibatkan dampak ringan, atau

dampak tidak diketahui tetapi diperkirakan ringan 2

Kompetisi tidak signifikan dan tidak membatasi

pemulihan takson 1

(13) FAKTOR-FAKTOR LAIN YANG

MEMPENGARUHI KESINTASAN

Ada faktor (-faktor) lain yang sangat mempengaruhi

kesintasan takson 5

Ada faktor (-faktor) lain yang mengakibatkan

dampak cukup serius terhadap kesintasan takson 4

Ada faktor (-faktor) lain yang mengakibatkan

dampak sedang terhadap kesintasan takson 3

Ada faktor (-faktor) lain yang mengakibatkan

dampak ringan terhadap kesintasan takson 2

Tidak ada faktor-faktor yang diketahui 1

Page 26: Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Tumbuhan Indonesia

555

KERENTANAN / KERAWANAN

(14) SPESIFISITAS HABITAT DAN/ATAU UNSUR

HARA

Memperlihatkan spesifitas habitat dan/atau unsur

hara yang ekstrim 5

Memperlihatkan spesifisitas habitat dan/atau unsur

hara yang tinggi 4

Memperlihatkan spesifisitas habitat dan/atau unsur

hara yang sedang 3

Memperlihatkan spesifisitas habitat dan/atau unsur

hara yang rendah 2

Memperlihatkan karakteristik generalis 1

(15) SPESIALISASI REPRODUKTIF DAN/ATAU

PERILAKU

Memperlihatkan spesialisasi reproduktif dan/atau

perilaku yang sangat membatasi kemampuan

pemulihan dari takson

5

Memperlihatkan spesialisasi reproduktif dan/atau

perilaku yang berdampak besar pada pemulihan

takson

4

Memperlihatkan spesialisasi reproduktif dan/atau

perilaku yang berdampak sedang pada pemulihan

takson

3

Memperlihatkan spesialisasi reproduktif dan/atau

perilaku yang hanya sedikit membatasi pemulihan

takson

2

Tidak memperlihatkan adanya spesialisasi

reproduktif dan/atau perilaku 1

PROPAGASI

(16) KEMUDAHAN PROPAGASI

Kemungkinan keberhasilan propagasi besar (bisa

secara vegetatif dan/atau generatif) dan propagasi

dapat dilakukan dengan teknik sederhana

5

Kemungkinan keberhasilan propagasi cukup besar

(bisa secara vegetatif atau generatif) dan teknik

propagasi cukup sederhana (tidak sulit)

4

Kemungkinan keberhasilan propagasi bervariasi

(pada umumnya hanya bisa secara generatif saja)

dan teknik propagasi tidak rumit

3

Propagasi cukup sulit, atau cukup sulit untuk

mendapatkan material untuk diperbanyak secara

teratur, atau membutuhkan teknik propagasi yang

cukup rumit

2

Propagasi sulit, atau sulit memperoleh material

untuk diperbanyak, atau membutuh-kan teknik

propagasi yang rumit

1

Page 27: Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Tumbuhan Indonesia

556

MANFAAT

(17) NILAI MANFAAT

Dinilai bermanfaat bagi semua orang 5

Dinilai bermanfaat bagi sebagian besar orang 4

Dinilai bermanfaat bagi cukup banyak orang 3

Dinilai bermanfaat bagi sejumlah kecil orang 2

Dianggap tidak ada manfaatnya oleh semua orang

1

Tabel 2. Hasil sementara daftar ranking spesies prioritas kategori A untuk

konservasi tumbuhan Indonesia terancam kepunahan dari enam familli yang telah

dinilai oleh grup spesialis.

NO. SPESIES KATEGORI A SKOR FAMILI

1 Nepenthes adnata 71 Nepenth.

2 Nepenthes campanulata 70 Nepenth.

3 Dendrobium militare 68 Orch.

4 Nepenthes talangensis 68 Nepenth.

5 Nepenthes clipeata 67 Nepenth.

6 Phalaenopsis javanica 67 Orch.

7 Dendrobium ayubii 66 Orch.

8 Dendrobium tobaense 66 Orch.

9 Dipterocarpus littoralis 66 Dipt.

10 Nepenthes lavicola 66 Nepenth.

11 Paphiopedilum kolopakingii 66 Orch.

12 Paphiopedilum moquettianum 66 Orch.

13 Paphiopedilum supardii 66 Orch.

14 Dendrobium taurilinum 65 Orch.

15 Dipterocarpus glabrigemmatus 65 Dipt.

16 Gonystylus areolatus 65 Thym.

17 Gonystylus augescens 65 Thym.

18 Nepenthes tenuis 65 Nepenth.

Page 28: Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Tumbuhan Indonesia

557

19 Paphiopedilum primulinum 65 Orch.

20 Papilionanthe tricuspidata 65 Orch.

21 Paraphalaenopsis denevei 65 Orch.

22 Phalaenopsis floresensis 65 Orch.

23 Dendrobium devosianum 64 Orch.

24 Paphiopedilum sangii 64 Orch.

25 Paphiopedilum schoseri 64 Orch.

26 Paraphalaenopsis labukensis 64 Orch.

27 Phalaenopsis viridis 64 Orch.

28 Arachnis hookeriana 63 Orch.

29 Cymbidium hartinahianum 63 Orch.

30 Paphiopedilum mastersianum 63 Orch.

31 Paphiopedilum niveum 63 Orch.

32 Paphiopedilum victoria-mariae 63 Orch.

33 Phalaenopsis inscriptiosinensis 63 Orch.

34 Vanda devogtii 63 Orch.

35 Vanda jennae 63 Orch.

36 Arenga distincta 62 Arec.

37 Dendrobium capra 62 Orch.

38 Paphiopedilum glaucophyllum 62 Orch.

39 Paraphalaenopsis laycockii 62 Orch.

40 Vanda sumatrana 62 Orch.

41 Arenga longipes 61 Arec.

42 Arenga talamauense 61 Arec.

43 Dendrobium jacobsonii 61 Orch.

44 Dipterocarpus applanatus 61 Dipt.

45 Nepenthes aristolochioides 61 Nepenth.

Page 29: Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Tumbuhan Indonesia

558

46 Nepenthes bongso 61 Nepenth.

47 Nepenthes dubia 61 Nepenth.

48 Nepenthes treubiana 61 Nepenth.

49 Paphiopedilum gigantifolium 61 Orch.

50 Paraphalaenopsis

serpentilingua

61 Orch.

51 Phalaenopsis celebensis 61 Orch.

52 Phalaenopsis tetraspis 61 Orch.

53 Amyxa pluricornis 60 Thym.

54 Ascocentrum aureum 60 Orch.

55 Bulbophyllum phalaenopsis 60 Orch.

56 Dendrobium laxiflorum 60 Orch.

57 Dendrobium nindii 60 Orch.

58 Dendrobium

pseudoconanthum

60 Orch.

59 Dipterocarpus semivestitus 60 Dipt.

60 Gonystylus consanguineus 60 Thym.

61 Nepenthes inermis 60 Nepenth.

62 Paphiopedilum victoria-regina 60 Orch.

63 Phalaenopsis gigantea 60 Orch.

64 Phalaenopsis venosa 60 Orch.

65 Dipterocarpus elongatus 59 Dipt.

66 Dipterocarpus fusiformis 59 Dipt.

67 Gonystylus acuminatus 59 Thym.

68 Gonystylus affinis 59 Thym.

69 Gonystylus glaucescens 59 Thym.

70 Gonystylus keithii 59 Thym.

71 Gonystylus xylocarpus 59 Thym.

Page 30: Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Tumbuhan Indonesia

559

72 Nepenthes insignis 59 Nepenth.

73 Nepenthes rhombicaulis 59 Nepenth.

74 Anisoptera grossivenia 58 Dipt.

75 Anisoptera megistocarpa 58 Dipt.

76 Gyrinops caudata 58 Thym.

77 Gyrinops salicifolia 58 Thym.

78 Nepenthes ephippiata 58 Nepenth.

79 Nepenthes hamata 58 Nepenth.

80 Nepenthes mapuluensis 58 Nepenth.

81 Nepenthes mikei 58 Nepenth.

82 Nepenthes sumatrana 58 Nepenth.

83 Upuna borneensis 58 Dipt.

84 Vatica bantamensis 58 Dipt.

85 Vatica chartacea 58 Dipt.

86 Aetoxylon sympetalum 57 Thym.

87 Dipterocarpus concavus 57 Dipt.

88 Dipterocarpus fagineus 57 Dipt.

89 Dipterocarpus kerrii 57 Dipt.

90 Gyrinops decipiens 57 Thym.

91 Nepenthes klossii 57 Nepenth.

92 Nepenthes ovata 57 Nepenth.

93 Nepenthes spectabilis 57 Nepenth.

94 Phalaenopsis modesta 57 Orch.

95 Vatica pentandra 57 Dipt.

96 Ceratolobus glaucescens 57 Arec.

97 Dipterocarpus baudii 56 Dipt.

98 Dipterocarpus coriaceus 56 Dipt.

Page 31: Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Tumbuhan Indonesia

560

99 Gonystylus borneensis 56 Thym.

100 Gonystylus confusus 56 Thym.

101 Gyrinops podocarpus 56 Thym.

102 Nepenthes eymae 56 Nepenth.

103 Nepenthes mollis 56 Nepenth.

104 Nepenthes paniculata 56 Nepenth.

105 Nepenthes singalana 56 Nepenth.

106 Paphiopedilum violascens 56 Orch.

107 Vatica flavovirens 56 Dipt.

108 Vatica teysmanniana 56 Dipt.

109 Anisoptera laevis 55 Dipt.

110 Cyathea strigosa 55 Cyath.

111 Daemonorops acamptostachys 55 Arec.

112 Dipterocarpus kunstleri 55 Dipt.

113 Dipterocarpus validus 55 Dipt.

114 Nepenthes densiflora 55 Nepenth.

115 Nepenthes veitchii 55 Nepenth.

116 Vatica cauliflora 55 Dipt.

117 Vatica globosa 55 Dipt.

118 Vatica rotata 55 Dipt.

119 Vatica sarawakensis 55 Dipt.

120 Anisoptera curtisii 54 Dipt.

121 Arenga hastata 54 Arec.

122 Cyathea tripinnatifida 54 Cyath.

123 Dipterocarpus eurynchus 54 Dipt.

124 Gonystylus maingayi 54 Thym.

125 Gonystylus velutinus 54 Thym.

Page 32: Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Tumbuhan Indonesia

561

126 Gyrinops moluccana 54 Thym.

127 Licuala pumila 54 Arec.

128 Vatica soepadmoi 54 Dipt.

129 Dipterocarpus cornutus 53 Dipt.

130 Dipterocarpus costulatus 53 Dipt.

131 Dipterocarpus tempehes 53 Dipt.

132 Hidriastele flabellata 53 Arec.

133 Nepenthes bicalcarata 53 Nepenth.

134 Nepenthes eustachya 53 Nepenth.

135 Vatica havilandii 53 Dipt.

136 Aquilaria microcarpa 52 Thym.

137 Cyathea punctulata 52 Cyath.

138 Dipterocarpus grandiflorus 52 Dipt.

139 Iguanura leucocarpa 52 Arec.

140 Nepenthes fusca 52 Nepenth.

141 Nepenthes papuana 52 Nepenth.

142 Pinanga javana 52 Arec.

143 Vatica brunigii 52 Dipt.

144 Vatica maingayi 52 Dipt.

145 Vatica maritima 52 Dipt.

146 Vatica pauciflora 52 Dipt.

147 Vatica ridleyana 52 Dipt.

148 Calamus manan 52 Arec.

149 Ceratolobus pseudoconcolor 52 Arec.

150 Anisoptera marginata 51 Dipt.

151 Aquilaria malaccensis 51 Thym.

152 Cyathea magnifolia 51 Cyath.

Page 33: Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Tumbuhan Indonesia

562

153 Cyathea modesta 51 Cyath.

154 Cyathea pallidipaleata 51 Cyath.

155 Cyathea setifera 51 Cyath.

156 Cyathea teysmannii 51 Cyath.

157 Dipterocarpus lowii 51 Dipt.

158 Gonystylus forbesii 51 Thym.

159 Johannesteijsmannia altifrons 51 Arec.

160 Nepenthes pilosa 51 Nepenth.

161 Nepenthes spathulata 51 Nepenth.

162 Nepenthes stenophylla 51 Nepenth.

163 Sommieria leucophylla 51 Arec.

164 Vatica stapfiana 51 Dipt.

Keterangan:

Nama spesies yang dicetak tebal menandakan spesies telah dikoleksi di Kebun

Raya Indonesia (kompilasi dari Risna et al. 2010 dan data Registrasi Koleksi KRI

2010.

Gambar 1. Lembar uji pada software untuk salah satu spesies yang dinilai oleh

grup spesialis / panel pakar Orchidaceae.

Page 34: Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Tumbuhan Indonesia

563

Gambar 2. Rekapitulasi jumlah spesies untuk setiap kategori prioritas (A, B,

C) untuk konservasi tumbuhan Indonesia dari 6 famili yang dinilai

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Arecaceae

Cyatheaceae s.l.

Dipterocarpaceae

Nepenthaceae

Orchidaceae

Thymelaeaceae

Jumlah spesies

A B C