PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa...

105
1 PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH PERSPEKTIF MASYARAKAT DESA WAKAL (Studi Kasus Desa Wakal, Kec. Lei Hitu, Kab. Maluku Tengah, Ambon) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy.) oleh: Husni Seban 106044101402 KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PRODI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011

Transcript of PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa...

Page 1: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

1

PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH PERSPEKTIF MASYARAKAT DESA WAKAL

(Studi Kasus Desa Wakal, Kec. Lei Hitu, Kab. Maluku Tengah, Ambon)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy.)

oleh:

Husni Seban

106044101402

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA

PRODI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011

Page 2: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

2

Page 3: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

3

Page 4: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

4

Page 5: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

5

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ ii

KATA PENGANTAR.......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................... 5

C. Tujuan dan kegunaan penelitian ............................................... 6

D. Studi Kajian Terdahulu ............................................................ 7

E. Metode Penelitian .................................................................... 10

F. Sistematika Penulisan .............................................................. 13

BAB II HISAB RUKYAT

A. Pengertian Hisab Rukyat .......................................................... 15

B. Dasar Hisab dan Rukyat ........................................................... 20

C. Perkembangan Hisab Rukyat di Indonesia ................................ 28

1. Sejarah Hisab Rukyat di Indonesia ....................................... 28

2. Penentuan Awal Bulan Qamariyah ....................................... 31

BAB III PROFIL DAN SETTING LOKASI DESA WAKAL

Page 6: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

6

A. Sejarah Singkat Desa Wakal .................................................... 49

B. Letak Geografis Desa Wakal .................................................... 52

C. Struktur Penduduk ................................................................... 54

D. Tokoh-Tokoh Adat Masyarakat Desa Wakal ............................ 55

E. Hubungan Antara Tokoh Adat dengan Pemerintah Desa .......... 57

BAB IV PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH DALAM

PERSPEKTIF MASYARAKAT DESA WAKAL

A. Dasar Pijakan Penetapan Awal Bulan Qamariyah ..................... 59

B. Sistem Penetapan Awal Bulan Qamariyah ................................ 60

C. Data-Data Penetapan Awal Bulan Qamariyah Sistem Hisab

Wakal ...................................................................................... 64

D. Implikasi Penetapan Awal Bulan Qamariyah Menurut

Perspektif Masyarakat Desa Wakal .......................................... 69

E. Hubungan Antara Hisab Islam Jawa dengan Hisab Islam

Wakal

1. Sejarah Singkat Almanak Hisab Islam Jawa ......................... 70

2. Masuknya Pengaruh Islam Jawa di Desa Wakal ................... 75

3. Persamaan dan Perbedaan Almanak Hisab Islam Jawa

dengan Hisab Islam Wakal .................................................. 76

F. Analisis Penulis ....................................................................... 77

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................... 89

Page 7: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

7

B. Saran-Saran............................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………92

LAMPIRAN

1. Almanak Hisab Islam Jawa ....................................................................... 95

2. Almanak Hisab Islam Wakal ..................................................................... 96

3. Tabel Jumlah Hari Sewindu Almanak Hisab Jawa ..................................... 97

4. Tabel Jumlah Hari Sewindu Almanak Hisab Wakal .................................. 98

5. Berita Wawancara dengan Bapa Imam H. Duma Supeleti ..........................100

6. Surat Keterangan Selesai Penelitian Pemerintah Desa Wakal .....................104

Page 8: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

8

KATA PENGANTAR

Alhamdulillâhirabbil’âlamîn. Seiring dengan rahmat Allah, ma’unah serta

barokah-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kepada

Allah swt. kita memanjatkan pujian, meminta pertolongan, dan memohon

ampunan. Kepada-Nya pula kita meminta perlindungan dari keburukan diri dan

kejahatan amal perbuatan.

Shalawat dan salam teriring mahabbah semoga senantiasa tercurahkan

kepada Rasulullah Muhammad saw., beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang

yang mengikuti ajaran beliau hingga hari akhir. Dialah Nabi utusan Allah yang

terakhir dan tiada Nabi setelahnya. Kemuliaannya lebih utama dari pada manusia

dan makhluk lainnya, Dialah manusia pilihan yang paling bertakwa dan paling

taat akan perintah-perintah Allah, Rasul yang sangat mencintai umatnya, ridho

Allah agar bisa hidup berdampingan dengan Rasulullah saw. di surga merupakan

cita-cita para hamba-Nya.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, Penulis banyak menemui hambatan

dan cobaan. Namun, Penulis berusaha menghadapi semuanya dengan ikhtiar dan

tawakkal. Penulis sadar dengan sepenuh hati bahwa skripsi ini hanyalah setitik

debu jalanan untuk menitik jalan menuju orang-orang besar. Namun dalam

kapasitas Penulis yang serba dho’if dan dihimpit dengan berbagai keterbatasan,

skripsi ini rasanya sebuah pencapaian monumental yang membuat diri ini serasa

besar, minimal membesarkan perasaan Penulis dan mengobarkan bara semangat

Page 9: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

9

untuk memburu pencapaian-pencapaian berikutnya yang dianggap besar oleh

orang-orang besar. Lebih dari itu, skripsi ini merupakan seteguk air dalam rentang

kemarau studi yang Penulis tempuh selama ini.

Penulis juga sadar sepenuhnya bahwa diri ini berutang budi kepada banyak

pihak yang telah berkontribusi langsung maupun tidak langsung dalam penulisan

skripsi ini. Penulis juga ingin menyampaikan ungkapan rasa terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada para pihak yang telah menanamkan jasa baik berupa

bimbingan, arahan serta bantuan yang diberikan sehingga Penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, Penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM.,

selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs., H. A. Basiq Djalil, SH., MA., selaku Ketua Program

Studi dan Ibu Rosdiana, MA. sebagai Sekretaris Jurusan Program

Studi Ahwal Al-Syakhsyiah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. Sirril Wafa, M.A., selaku Dosen Pembimbing yang telah

berkenan meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan kesabarannya untuk

memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran

dalam memperoleh data-data yang diperlukan untuk penelitian ini.

Page 10: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

10

5. Sekretaris Desa Wakal serta jajarannya yang telah membantu proses

kelancaran dalam memperoleh data-data yang diperlukan untuk

penelitian ini.

6. Seluruh dosen dan civitas akademika Fakultas Syariah dan Hukum,

terima kasih atas ilmu dan bimbingannya. seluruh Staf Akademik,

Jurusan, Kasubag, Keuangan dan Perpustakaan terima kasih atas

bantuan dalam upaya membantu memperlancar penyelesaian skripsi ini.

7. Aba dan Umi tercinta atas pengorbanan dan cinta kasihnya baik berupa

moril dan materil, serta doa yang tak terhingga sepanjang masa untuk

keberhasilan studi Penulis, segala hormat Penulis persembahkan.

8. Seluruh keluarga besarku, adik-adikku Ridwan Seban, Jihan Seban dan

Ziqli Seban yang senantiasa menjadi dorongan dan motivasi Penulis

tetap semangat dalam menempuh studi di kampus tercinta ini.

9. Bunda yang tercinta, Egrie Alffa Delicta yang selalu memberikan

motivasi kepada Penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman JASAD XII khususnya, saudara Saiful Mujahid dan

Akromi Mashuri yang menjadi tempat sharing Penulis.

11. Teman-teman Peradilan Agama Angkatan 2006 khususnya, Pipih

Muhafilah yang selalu memotivasi Penulis, Nahraji Zen yang selalu

setia menemani Penulis sewaktu mengulang mata kuliah dan

Mahmudin Al-Firdaus yang selalu senantiasa membantu Penulis.

12. Anak-anak kosan RT Subuh khususnya, Mujahidin teman sekamar

Penulis yang telah banyak membantu Penulis.

Page 11: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

11

13. Lahila Band khususnya, Niko Gusriyanda dan Damanhuri yang selalu

menjadi tempat sharing Penulis dan selalu memotivasi Penulis.

Besar harapan bagi Penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa

saja yang memerlukannya dan dapat memberikan khazanah baru dalam dunia

akademik. Sebagai manusia yang dho’if, yang memiliki keterbatasan dan

kekurangan, tentunya skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,

dengan tangan terbuka dan kerendahan hati Penulis akan sangat berterima kasih

apabila para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang

membangun demi kebaikan dan perbaikan atas karya-karya yang lainnya.

Akhirnya, hanya kepada Allah swt. juga kita memohon agar apa yang telah

kita lakukan menjadi suatu investasi yang sangat berharga dan kelak dapat

membantu kita di yaumil akhir .

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 24 Februari 2011 M21 Rabiul Awwal 1432 H

Penulis

Page 12: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perayaan hari raya Iedhul Fitri 2 tahun belakangan ini kurang

semarak, karena umat Islam Indonesia merayakannya tidak serempak. Umat

Islam dari ormas Muhammadiyah melaksanakannya 1 hari lebih cepat dari

hari raya yang ditetapkan Pemerintah. Walaupun tidak selamanya terjadi

perbedaan, namun masalah klasik ini, senantiasa mencuat dan menjadi

pembicaraan hangat dikala perbedaan itu muncul.1

Perbedaan seringkali muncul dalam kehidupan umat manusia, sejak

pertama kali manusia diciptakan oleh Allah SWT sampai datangnya hari

kiamat. Begitu pula perbedaan untuk menentukan awal bulan Qamariyah,

yang mana di dalamnya banyak ditemukan perbedaan pendapat, sistem atau

cara menentukan awal bulan Qamariyah. Hendaknya, hal ini tidak

membenarkan kepada pihak sendiri dan saling menyalahkan kepada pihak

lain, karena perbedaan pendapat ini tidak lain untuk kembali pada semangat

untuk selalu memurnikan ajaran Allah SWT melalui petunjuk yang

dibenarkan oleh Rasulullah SAW.2

Perbedaan ini bukan saja menyangkut masalah penentuan hari ataupun

tahun semata, tetapi sangat berkaitan dengan masalah ibadah seperti puasa,

haji, hari raya Iedul Fitri dan hari raya Iedul Adha. Kemudian berimplikasi

1 Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, (Jakarta: Amythas Publicita, 2007), hal. 6-7.

2Ibid.

Page 13: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

13

pada syarat-syarat terpenuhinya suatu ibadah maka dari itu penggunaan

metode ataupun cara argumentasi yang dipegang oleh suatu kelompok atau

organisasi. Hal ini didasarkan pada suatu ibadah dilakukan sesuai dengan

pendapat yang dipahami dan kemampuan untuk memahami sebuah perintah

dalam agama.3

Teori dan praktek yang berbeda dalam penentuan awal bulan

Qamariyah tidak hanya terjadi pada umat Islam di tanah air, begitupula di

negara-negara lain yang berpenduduk agama Islam. Bahkan, di Saudi Arabia

yang merupakan tempat dimana agama Islam pertama kali di dakwahkan oleh

Rasulullah terjadi perbedaan penentuan awal bulan Qamariyah. Maka dari itu

tidak heran bilamana perbedaan penentuan awal bulan Qamariyah itu juga

terjadi di Indonesia pemikiran itu tidak lepas dari keberadaan faktor

perkembangan ilmu, budaya, tempat dan sumber daya manusia.

Di Indonesia, secara umum menentukan awal bulan Qamariyah lahir

tiga arus utama mazhab hisab rukyat yaitu, pertama, mazhab rukyat yang

dipresentasikan oleh organisasi kemayarakatan Islam terbesar di Indonesia

Nahdlatul Ulama, kedua, mazhab hisab yang dipelopori oleh Muhammadiyah

dan mazhab Imkan al-Ru’yah yang dimunculkan oleh pemerintah.4

Nahdhatul Ulama sebagai organisasi masyarakat Islam yang berhaluan

ahlussunnah waljamaah berketetapan mencontoh sunnah Rasulullah dan para

sahabatnya dan mengikuti ijtihad para ulama empat mazhab (Hanafi, Maliki,

3 Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, (Jakarta: Amythas Publicita,

2007), hal. 6-7.4 Ahmad Izzudin, Fiqh Hisab Rukyat: Menyatukan NU & Muhammadiyah dalam

Penentuan Awal Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha, (Jakarta: Erlangga, 2007), h.xvi

Page 14: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

14

Syafi’i dan Hambali) dalam hal penentuan awal bulan Qamariyah wajib

menggunakan ru’yatul hilal bilfi’li (melihat hilal secara langsung) atau

istikmal (menyempurnakan bulan Sya’ban 30 hari).5

Muhammadiyah menetapkan hisab wujudul hilal sebagai pegangan

dalam penentuan awal bulan Qamariyah.6 Kendatipun demikian,

Muhammadiyah menyatakan “Apabila ahli hisab menetapkan bahwa

(tanggal) bulan belum tampak, padahal kenyataan ada orang yang melihat

pada malam itu juga, Majlis Tarjih memutuskan bahwa rukyatlah yang

muktabar.7

Pemerintah sendiri memiliki kewenangan (kompetensi) untuk

berusaha menghilangkan perbedaan pendapat. Untuk itu Pemerintah memilih

konsep imkanurrukyat dalam penentuan awal bulan Qamariyah. Konsep ini

memadukan antara mazhab rukyat dan mazhab hisab. Aplikasi imkanurrukyat

yaitu sistem hisab digunakan untuk menghitung kemungkinan hilal (tanggal)

bulan dirukyat. Kemudian jika menurut data hisab imkanurrukyat sudah

dinyatakan mungkin untuk dirukyat, tetapi praktik di lapangan tidak dapat

dirukyat karena mendung atau gangguan cuaca, maka dasar yang digunakan

adalah istikmal.8

Selain ormas Islam besar di atas yang seringkali mengalami

perbedaan, terdapat pula umat Islam dari suku-suku tertentu di pelosok

Indonesia yang menentukan penetapan awal bulan Ramadhan dan Idul Fitri

5 Ibid.6 Wahyu Widiana, Penentuan Awal Bulan Qamariyah, h. 24.7 Ahmad Izzudin, Fiqh Hisab Rukyah, h. 82.8 Ahmad Izzudin, Fiqh Hisab Rukyah, h. 82.

Page 15: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

15

tidak mengikuti Pemerintah, seperti aliran Alip Rebo Wage di Purbalingga,

Aliran Gowa Tallo di Sulawesi, masyarakat Desa Wakal di Maluku, dan lain

sebagainya.

Terkait dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian pada masyarakat Desa Wakal, Kecamatan Lei Hitu di Maluku,

karena setiap tahun di desa tersebut selalu menjalankan ibadah puasa dan

merayakan Iedul Fitri dan Iedul Adha lebih cepat dari yang ditentukan

Pemerintah. Padahal masyarakat Desa Hitu dan desa-desa di sekitarnya yang

juga merupakan bagian Kecamatan Lei Hitu, Propinsi Maluku, pada

umumnya mengikuti ketetapan Pemerintah.9

Masyarakat Desa Wakal sepenuhnya mempercayakan penetapan awal

bulan Qamariah dan hari raya Iedul Fitri kepada para tokoh-tokoh adat dan

pengurus mesjid desa tersebut. Apa dasar hukum dan bagaimana sistem juga

praktek para tokoh adat dan Bapa Raja dalam menetapkan awal bulan

Qamariyah, menjadi bahasan utama dalam penelitian ini. Adapun judul

penelitian ini adalah: “Penetapan Awal Bulan Qamariyah Perspektif

Masyarakat Desa Wakal” (Studi Kasus Desa Wakal Kecamatan Lei

Hitu, Kabupaten Maluku Tengah, Ambon).

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Banyaknya pemikiran penetapan awal bulan Qamariyah di Indonesia

membuka peluang sebagai objek penelitian. Salah satunya adalah pemikiran

9 Wawancara penulis dengan Bapa Imam Duma Supeleti, Imam Besar Mesjid Nurul Awal

Wakal.

Page 16: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

16

yang dilakukan oleh masyarakat Desa Wakal. Untuk itu secara umum

penelitian ini terbatas pada penetapan awal bulan Qamariyah dalam perspektif

masyarakat Desa Wakal. Adapun perinciannya penulis membatasi sebagai

berikut:

a. Masyarakat Desa Wakal adalah masyarakat yang tinggal di Desa

Wakal, Kecamatan Lei Hitu, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku.

b. Penentuan awal bulan yang dimaksud dalam tulisan ini merupakan

awal bulan dalam kalender Islam atau dengan kata lain awal bulan

Qamariyah.

c. Dalam pembahasan penetapan awal bulan Qamariyah dalam tulisan

ini, penulis hanya akan memberikan fokus bahasan mengenai

penetapan awal Ramadhan, Iedul Fitri dan Iedul Adha.

2. Rumusan Masalah

Menurut teori ilmu Falak yang berlaku saat ini perbedaan yang

ditolerir adalah perbedaan satu hari dari yang ditetapkan oleh Pemerintah

dalam pelaksanaan hari raya Iedul Fitri maupun Iedul adha. Sedangkan

kenyataannya masyarakat Desa Wakal dalam merayakan Iedul Fitri dan Iedul

Adha selalu berbeda 2 bahkan sampai 4 hari dari yang ditetapkan oleh

Pemerintah.

Penetapan awal bulan Qamariyah dalam Islam sangat penting

terutama pada bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah. Dimana bulan-bulan

tersebut sangat berkaitan dengan ibadah.

Page 17: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

17

Rumusan tersebut di rinci dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

a. Mengapa selalu terjadi perbedaan antara masyarakat Desa Wakal

dengan Pemerintah dalam menentukan awal-awal Bulan

Qamariyah khususnya bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah?

b. Apa dasar hukum dan metode yang digunakan dalam penentuan

awal-awal bulan Qamariyah khususnya bulan Ramadhan, Syawal

dan Dzulhijjah oleh masyarakat Desa Wakal?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin

dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui profil masyarakat Desa Wakal.

2. Untuk mengetahui sistem yang digunakan masyarakat Desa

Wakal untuk menentukan awal bulan Qamariyah.

3. Untuk mengetahui landasan hukum yang digunakan masyarakat

Desa Wakal untuk menentukan awal bulan Qamariyah.

4. Untuk mengetahui respon masyarakat sekitar mengenai praktek

penetapan awal bulan Qamariyah perspektif masyarakat Desa

Wakal.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis, sebagai sumbangsih penulis terhadap

pengembangan Ilmu Falak di Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya untuk memperkaya

khazanah kemajemukan metode penentuan awal bulan Qamariyah.

Page 18: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

18

2. Secara praktis, memberikan informasi mengenai profil dan sejarah

masyarakat Desa Wakal khususnya yang berkaitan dengan

menentukan awal bulan Qamariyah.

D. Studi Kajian Terdahulu

Adapun fungsi dari studi review yaitu untuk menghindari dari tuduhan

duplikasi dan penjiplakan (plagiat) atau peniruan atas judul yang hampir

sama pada judul-judul skripsi sebelumnya. Dari penelusuran penulis, skripsi

yang membahas tema sejenis yaitu:

“Penentuan Awal Bulan dalam Perspektif NU dan

Muhammadiyah” skripsi yang ditulis oleh Ilmanudin pada tahun 2004. Jenis

penelitian yang digunakan adalah studi lapangan dan didukung dengan studi

perpustakaan (library research). Skripsi ini mengusung permasalahan yang

membahas perbedaan cara menentukan awal bulan menurut NU dan

Muhammadiyah yang melahirkan berbagai perselisihan antar umat Islam.

Dari penelitian tersebut, saudara Ilmanudin mengemukakan solusi berupa

penggunaan suatu teknologi yang dikuatkan oleh kebijakan Pemerintah,

kesadaran ormas tentang pentingnya menjaga keutuhan kesatuan Islam dan

kesadaran hukum masyarakat. Penelitian yang dibuat oleh Ilmanudin jelas

berbeda dengan penelitian yang penulis bahas. Perbedaan tersebut terletak

pada objek penelitian. Objek penelitian yang digunakan oleh penulis adalah

masyarakat Desa Wakal yang tinggal di Desa Wakal, Kecamatan Lei Hitu,

Kabupaten Maluku Tengah, Maluku.

Page 19: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

19

“Penentuan Awal Bulan dalam Perspektif Al-Marzukiyah (studi

terhadap kalangan Al-Marzukiyah di Cipinang)” Skripsi yang ditulis oleh

Eka Sartika pada tahun 2006. Skripsi ini meneliti bagaimana Al-Marzukiyah

dalam menentukan awal bulan Qamariyah, landasan yang digunakan,

bagaimana prakteknya dan bagaimana pandangan Al-Marzukiyah melihat

kebijakan Pemerintah dalam menentukan awal bulan Qamariyah.

Penelitiannya menghasilkan bahwa Al-Marzukiyah adalah segolongan

masyarakat yang mengikuti pemahaman dan pemikiran KH. A. Marzuki.

Metode penelitian yang digunakan adalah survei yaitu melakukan wawancara

dengan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian tersebut menjelaskan

penetapan awal bulan Al-Marzukiyah berdasarkan peredaran bulan dan bumi

sebenarnya yang tergolong dalam sistem hisab hakiki yang beraliran

imkanurrukyah. Landasan yang dipakai adalah al-Qur’an, hadits dan pendapat

ulama. Salah satunya didasarkan pada pendapat Ibnu Hajjar dalam kitab

Tuhfat Ibn Hajjar bahwa rukyat sangat penting dalam menentukan awal

bulan. Penelitian yang dibuat oleh Eka Sartika jelas berbeda dengan

penelitian yang penulis bahas. Perbedaan tersebut terletak salah satunya pada

objek penelitian. Objek penelitian penulis adalah masyarakat Desa Wakal.

“Problematika Penetapan Hari Raya Idul 1427 H/2006 M antara

PBNU dan PWNU Jawa Timur” Skripsi ini ditulis oleh Nur Said pada

tahun 2007. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, yang

menekankan kualitas sesuai dengan pemahaman yang deskriptif. Penelitian

ini berupa studi empiris untuk menemukan teori-teori proses terjadinya

Page 20: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

20

perbedaan penetapan awal bulan Syawal 1427/2006 antara PBNU dan PWNU

Jawa Timur. Penelitian tersebut fokus membahas konsep penetapan awal

bulan Syawal Idul Fitri PBNU dan PWNU Jawa Timur dan penyebab dari

perbedaan penetapan awal bulan Syawal 1427 H/2006 M Idul Fitri PBNU dan

PWNU JATIM. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Said jelas berbeda

dengan penelitian yang penulis bahas. Perbedaan tersebut salah satunya pada

objek penelitian. Objek penelitian penulis adalah masyarakat Desa Wakal,

Kecamatan Lei Hitu, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku.

“Penentuan Awal Bulan Dalam Perspektif ABOGE (Studi

Terhadap Komunitas ABOGE di Purbalingga)” Skripsi ini ditulis oleh

Alfina Rahil Ashidiqi pada tahun 2009. Penelitian ini bersifat kualitatif dan

menyimpulkan bahwa ABOGE berasal dari singkatan Alif Rebo Wage, yang

mempunyai arti tanggal 1 Muharram tahun Alif akan jatuh pada hari Rebo

(Rabu) pasaran Wage. Praktek dari sistem yang digunakan adalah

menggabungkan konsep dari Timur Tengah dan Jawa. Kalender Hijriyah

yang mempresentasikan konsep Timur Tengah dan pasaran sebagai

interpretasi konsep asli Jawa. Dalam prakteknya hisab ABOGE tidak

mengenal kurup. Tahun kabisat dan basithah. Dengan demikian

mengakibatkan perbedaan pada penentuan hari dengan Pemerintah dan

sesama penganut hisab urfi. Penelitian ini berbeda objek penelitian dengan

penelitian yang dibuat oleh penulis yaitu masyarakat yang tinggal di Desa

Wakal.

Page 21: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

21

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Skripsi ini merupakan jenis penelitian lapangan (metode field

research) yang bersifat penelitian deskriptif. Suatu penelitian yang

dimaksud untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau

kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang

berkenaan dengan masalah yang diteliti.10

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini

adalah pendekatan studi kasus. Yaitu penulis mengambil masyarakat Desa

Wakal di Maluku sebagai objek studi kasus penelitian.

2. Sumber Data

a. Data Primer

Didapatkan dari hasil wawancara kepada tokoh-tokoh adat

masyarakat Desa Wakal dan data-data atau dokumen yang berkaitan

tentang masyarakat Desa Wakal. Data tersebut dianalisis dengan cara

menguraikan dan menghubungkan dengan masalah yang dikaji.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah seluruh literatur yang berhubungan

dengan Ilmu Falak secara umum atau literatur lain yang dapat

memberikan informasi tambahan pada judul yang diangkat dalam

skripsi ini. Yaitu, buku, majalah, jurnal, artikel dan lain sebagainya.

10 Faisal Sanapiah, Format-Format Penelitian Sosial, Dasar-Dasar dan Aplikasinya,

(Jakarta: PT. Rajawali Pers, 2003), cet. Ke-6, h.20.

Page 22: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

22

c. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:

1) Interview atau wawancara, adalah suatu percakapan dengan

mempunyai tujuan.11Interview yang sering disebut juga

wawancara atau kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang

dilakukan oleh pewancara (interviewer) untuk memperoleh

informasi dari terwawancara (interviewer)12. Dalam hal ini

penulis mengadakan wawancara langsung dengan tokoh-tokoh

masyarakat Desa Wakal. Sebagai objek penelitian penulis,

sekaligus sumber data primer dalam penelitian.

2) Dokumentasi (pengumpulan data melalui studi kepustakaan),

yaitu penelitian kepustakaan dan literatur yang mempunyai

relevansi dengan judul baik tokoh-tokoh masyarakat Desa

Wakal atau dari pihak lain.

d. Analisis Data

Analisis data adalah proses pengecekan dan pengaturan secara

sistematis transkip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan

lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap

bahan-bahan tersebut agar dapat dipresentasikan temuannya kepada

orang lain.13 Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan

11 Imron Arifin, Penelitian Kualitatif dalam Bidang-Bidang Ilmu Sosial dan Keagamaan,

(Malang: Kalimasahada Press,1994), cet. ke-1, h. 63.12 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: PT.Rineka Cipta,1996),cet. X, h.

144.13 Imron Arifin, Penelitian Kualitatif dalam Bidang-Bidang Sosial dan Keagamaan, h. 72

Page 23: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

23

menggunakan “Analisis Kualitatif” yaitu menganalisis dengan cara

menguraikan dan mendeskripsikan tentang profil masyarakat Desa

Wakal dan bagaimana cara masyarakat Desa Wakal dalam

menentukan awal bulan Qamariyah. Dan menghubungkan dengan

hasil interview dari tokoh-tokoh adat masyarakat Desa Wakal.

Sehingga didapatkan suatu kesimpulan yang obyektif logis, konsisten,

dan sistematis sesuai dengan tujuan yang dilakukan data penulis

dalam penelitian ini.

e. Pedoman Penulisan Laporan

Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada “Buku Pedoman

Penulisan Skripsi Tahun 2007” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran secara global mengenai apa yang akan

dibahas, skripsi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :

BAB PERTAMA Pada bagian pendahuluan yang mencakup latar belakang

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan

penelitian dan kegunaan penelitian, tinjauan kajian

(review) terdahulu, metode penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB KEDUA Menjelaskan konsep objek penelitian yang bersifat

literatur. Yakni mengenai pengertian hisab rukyat, sejarah

Page 24: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

24

dan perkembangannya hisab rukyat di Indonesia yang

mencakup aliran-aliran hisab rukyat.

BAB KETIGA Yaitu membahas tentang profil masyarakat Desa Wakal

yang menjelaskan seluk beluk dan sejarah masyarakat

Desa Wakal serta tokoh-tokoh adat masyarakat Desa

Wakal yang berperan dalam penentuan penetapan awal

bulan Qamariyah.

BAB KEEMPAT Membahas mengenai penetapan awal bulan Qamariyah

dalam perspektif masyarakat Desa Wakal. Dalam bab ini

membahas inti dari penelitian yaitu dasar hukum tokoh-

tokoh masyarakat adat Desa Wakal dalam menetapkan

awal bulan Qamariyah. Kemudian membahas mengenai

sistem dan praktek dari penetapan awal bulan Qamariyah

yang dipakai oleh masyarakat Desa Wakal, yang disertai

data-data penetapan awal bulan Qamariyah menurut

sistem masyarakat Desa Wakal, implikasi penetapan awal

bulan Qamariyah terhadap Iedul Fitri dan Iedul Adha.

BAB KELIMA Pada bab penutup ini berisi kesimpulan sebagai jawaban

atas masalah yang dirumuskan, serta saran-saran dan

harapan-harapan bagi lembaga, civitas akademika, serta

masyarakat umum.

Page 25: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

25

BAB II

HISAB RUKYAT

A. Pengertian Hisab Rukyat

Secara bahasa, hisab berasal dari bahasa Arab yaitu حسابا - یحسب -حسب

yang mengandung arti “menghitung atau membilang”.14 Jadi hisab adalah

kiraan, perhitungan dan bilangan. Kata ini banyak disebut dalam al-Quran

untuk menjelaskan hari perhitungan (yaumul hisab), hari dimana Allah akan

memperhitungkan dan menimbang semua amal dan dosa manusia dengan adil.

Seluruh kata hisab muncul dalam al-Qur'an berjumlah 37 kali, yang

kesemuanya mengandung arti perhitungan tanpa penggunaan arti yang kabur.15

Secara istilah hisab adalah perhitungan benda-benda langit untuk

mengetahui kedudukannya pada suatu saat yang diinginkan.16 Istilah tersebut

masih umum, karena dalam prakteknya penggunaan hisab berbeda tergantung

pada tujuan penggunaannya. Apakah ditujukan pada kapan waktu sholat atau

menentukan arah kiblat ataupun awal bulan Qamariyah.

Kamus-kamus istilah menyamakan arti ilmu Hisab dengan aritmatic,

yang mempunyai pengertian suatu ilmu pengetahuan yang membahas tentang

14 Louis Ma’luf, AI-Munjid (Mesir: AI-Mathba'ah AI-Kathotlikiyah,1918), cet. XVIII h.

132.

15 Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, (Jakarta: Amythas Publicita, 2007), h. 120.

16 Maskufa, Cara Mudah Belajar Ilmu Falak, (Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 141.

Page 26: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

26

perhitungan dalam menentukan awal bulan Qamariyah yang didasarkan pada

peredaran bulan mengelilingi bumi.17

Dalam disiplin Ilmu Falak (astronomi), kata hisab mengandung arti

sebagai ilmu hitung posisi benda-benda langit. Posisi benda langit yang

dimaksud di sini adalah lebih khusus pada posisi matahari dan bulan dilihat

dari pengamat di bumi. Hitungan posisi ini penting dalam kaitannya dengan

syariah khususnya masalah ibadah misalnya: shalat fardu menggunakan posisi

matahari sebagai acuan waktunya, menentukan arah kiblat dengan menghitung

posisi bayangan matahari, menentukan awal bulan hijriyah dengan melihat

posisi bulan dan mengetahui kapan terjadi gerhana dengan menghitung posisi

matahari dan bulan, Ilmu Falak yang mempelajari kaidah-kaidah Ilmu Syariah

tersebut dinamakan Falak Syar'i (Ilmu Falak + Ilmu Syariah = Falak Syar’i).

Nama yang populer di Indonesia adalah Falak saja.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam, hisab

adalah salah satu cabang ilmu pasti yang mempelajari angka dalam bentuk

penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan perakaran.18

Mengenai istilah hisab, Islam juga mengaitkan ilmu menghitung lain

yang dikenal dengan nama “Ilmu Mawaris atau Faraidh”. Ilmu faraidh

termasuk dalam ilmu hisab karena adanya persamaan substansi yaitu secara

17 Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, (Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan

Agama Islam, 1990), cet. 1 h. 3. Lihat di Departemen Agama, Pedoman Perhitungan Awal Bulan Qamariyah (Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1995), h. 6.

18 Abdul Aziz Dahlan, ed, Ensiklopedi Islam, jilid. 4, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), h. 117.

Page 27: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

27

prinsip kedua ilmu tersebut menggunakan perhitungan-perhitungan dan proses

perumusan secara pasti.19

Umumnya umat Islam di Indonesia mengenal Ilmu Falak sebagai ilmu

hisab semata. Dalam konteks ini, ilmu hisab yang dimaksud adalah Ilmu Falak

yang digunakan umat Islam untuk melaksanakan praktek-praktek ibadah

dengan cara mengetahui dan mempelajari benda-benda langit tentang fisik,

gerak, ukuran dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya.20

Benda langit yang dipergunakan oleh umat Islam untuk kepentingan

hisab adalah matahari, bulan dan bumi. Itupun terbatas pada status posisinya

saja sebagai akibat oleh pergerakan benda-benda langit yang disebut

Astromekanika.21 Dalam perkembangan selanjutnya, ilmu hisab menggunakan

perhitungan modern yang mempunyai tingkat akurasi lebih tinggi dan dapat

dipertanggungjawabkan, ilmu tersebut adalah ilmu ukur bola Sperical

Trigonometri.22 Perkembangan - perkembangan tersebut hanya cenderung

mengarahkan semakin tingginya akurasi atau kecermatan produk perhitungan

19 Ilmanudin, Penentuan Awal Bulan Dalam Perspektif NU dan Muhammadiyah tudi

Komparasi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2003), h. 11.

20 Eka Sartika, Penentuan Awal Bulan Dalam Perspektif Al-Marzukiyah “Studi Terhadap Kalangan Al-Marzukiyah”, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h. 13. Diambil dari Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, (Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Cet 1,1990). h. 14.

21 Astromekanika adalah bagian dari ilmu astronomi yang mempelajari gerak dan gaya tarik benda-benda langit dengan menggunakan cara dan teori mekanika. Lihat Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, h. 375.

22 Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, h. 15.

Page 28: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

28

ilmu hisab.23 Sebagai pendukung yang lain, ilmu hisab juga menggunakan

informasi data yang dikontrol dengan observasi setiap saat.24

Sehingga dapat disimpulkan bahwa istilah hisab seringkali dikaitkan

dalam literatur Ilmu Falak yang berhubungan dengan kedudukan-kedudukan

benda-benda langit khususnya matahari, bulan dan bumi dan perubahan-

perubahannya. Dengan pesatnya pengaruh ilmu pengetahuan, hisab menjadi

lebih berkembang.

Secara bahasa, rukyat berasal dari bahasa Arab yaitu رؤیة-یرى-رأى

yang mempunyai arti melihat secara kasat mata atau dengan menggunakan

akal.25 Arti yang paling umum adalah “melihat dengan mata kepala”.26

Menurut istilah, rukyat adalah melihat hilal pada saat matahari

terbenam tanggal 29 bulan Qamariyah. Kalau hilal berhasil dirukyat maka

sejak matahari terbenam tersebut sudah dihitung bulan baru, kalau tidak maka

malam itu dan keesokan harinya masih merupakan bulan yang berjalan dengan

digenapkan (diistikmalkan) menjadi 30 hari.27

Dalam literatur fiqh, kata rukyat seringkali dipadukan dengan kata hilal

sehingga menjadi rukyatul hilal yang berarti melihat hilal (bulan baru). Rukyat

23 Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Pedoman Rukyat dan Hisab

Nahdlatul Ulama, (Jakarta: Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, 2006), h. 5.

24 Eka Sartika, Penentuan Awal Bulan Dalam Perspektif AI-Marzukiyah, h.13.

25 Louis Ma’luf, AI-Munjid, h. 243.

26 Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab dan Rukyat Telaah Syariah, Sains, dan Teknologi, (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), h. 41.

27 Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, h. 15.

Page 29: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

29

hilal ini berkaitan erat dengan masalah ibadah terutama ibadah puasa.28

Penggunaan hilal diperuntukan menentukan hukum-hukum suatu ibadah dan

tergolong syariat para nabi sebelum Nabi Muhammad SAW.29 Muhammadiyah

memahami rukyat tidak semata-mata melihat secara fisik dengan mata kepala.

Tapi melihat dengan mata pikiran yaitu dengan ilmu pengetahuan.30

Rukyat juga dimaksudkan untuk menentukan awal bulan Ramadhan,

awal bulan Syawal dan juga awal bulan Dzulhijjah. Dua bulan yang pertama

berkaitan dengan ibadah puasa dan bulan ketiga terakhir berkaitan dengan

ibadah haji. Keberhasilan rukyat hilal sangat bergantung pada kondisi ufuk

disebelah barat tempat peninjau, posisi hilal dan kejelian mata.31

Dalam prakteknya, tidak semua orang yang telah menguasai Ilmu

Falak secara teoritis dapat mempraktekan rukyat di lapangan. Dalam

pelaksanaan rukyat dibutuhkan keterampilan dan pengalaman yang banyak.

Sehingga Departemen Agama selalu mengadakan rukyatul hilal setiap akhir

bulan Hijriyah, untuk memperkirakan ketinggian hilal yang terlihat pada tiap

bulan. Dengan demikian dapat menguji kevalidan hisab dalam menghitung

posisi benda langit secara nyata, agar penentuan hari-hari yang berkaitan

dengan ibadah tidak terjadi kesalahan.

B. Dasar Hisab dan Rukyat

28 Abdul Aziz Dahlan, ed , Ensiklopedi Islam, jilid. 4 h. 180.

29 Abu Yusuf AI-Atsary, Pilih Hisab Ru'yah, (Solo: Pustaka Darul Islam, tt), h. 32.

30 Susiknan Azhari, Hisab dan Rukyat Wacana untuk Membangun Kebersamaan di Tengah Perbedaan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007). H. 136.

31 Maskufa, Cara Mudah Belajar Ilmu Falak, h. 142.

Page 30: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

30

Secara umum, menentukan awal bulan Qamariyah khususnya pada

bulan-bulan yang terkait dengan ibadah seperti Ramadhan, Syawal dan

Dzulhijjah, terdapat dua metode yaitu metode rukyat dan metode hisab.

Metode rukyat inilah yang pertama kali digunakan oleh umat Islam sejak

masa Nabi Muhammad SAW.32 Namun dengan berkembangnya ilmu

pengetahuan rukyat tidak hanya dilakukan dengan mata telanjang tetapi juga

dengan teleskop.33

Dasar penggunaan hisab dalam menentukan awal bulan adalah:

1. Dijelaskan di dalam QS. Yunus (10): 5 yang berbunyi:

Artinya: “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan

bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi

perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan

perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu

32 Maskufa, Cara Mudah Belajar Ilmu Falak, h. 143.

33 Abu Yusuf Al-Atsary, Pilih Hisab Ru'yah, h. 29.

Page 31: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

31

melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya)

kepada orang-orang yang mengetahui”.

Ayat diatas merangkum kata wa qaddarahu (وقدره ) yang artinya

dan ditetapkan-Nya dan al-hisaba (الحساب ) yang artinya perhitungan

(waktu) dijadikan dasar bahwa posisi, kedudukan dan saat hilal itu, dapat

dihitung. Karena Allah SWT menganjurkan manusia untuk mengetahui

waktu dan mendayagunakan kemampuan intelektualnya sebagai

makhluk cerdas.34

Wahbah Zuhaili, dkk. menyebutkan dalam Ensiklopedi Al-Quran

bahwa kata tempat dalam kalimat “Dan ditetapkannya perjalanan bulan

ditempat-tempatnya” berjumlan dua puluh delapan tempat. Manzilah

adalah jarak tertentu yang dapat ditempuh gerakan bulan dalam sehari

semalam, agar kalian mengetahui waktu. Dengan matahari, dapat

diketahui batasan hari, sedangkan dengan bulan dapat diketahui dengan

bilangan bulan dan tahun.35

Abu Yusuf Al-Atsary mengutip pendapat Syaikh Ibnu Taimiyyah

bahwa kata لتعلموا (supaya kamu mengetahui...) berkaitan dengan kata

وقدره (Dia menetapkan...) bukan kepada جعل (Dia menjadikan...).

Karena sifat matahari yang bersinar dan bulan yang bercahaya tidak

berpengaruh dalam mengetahui hitungan tahun dan hisab. Namun yang

34 Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, (Jakarta: Amythas Publicita,

2007), h. 122.

35 Wahbah Zuhaili, M. Adnan Salim, M. Rusydi Zein, M. Wahbi Sulaiman, Ensiklopedi Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press, 2007), Cet. 1, h. 208.

Page 32: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

32

memberikan pengaruh dalam hal itu adalah perpindahan keduanya dari

satu tempat ke tempat lainnya.36

Ayat diatas menjelaskan tujuan dari penciptaan benda-benda

langit seperti matahari, bulan, dan tempat peredarannya bagi kepentingan

manusia dalam menjalankan kewajibannya khususnya yang bernilai

ibadah maupun muamalah.

2. Didalam QS. Al-Isra’ (17): 12 yang berbunyi:

Artinya: “Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua

tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang

itu terang, agar kamu mencari kurnia dari Tuhanmu, dan supaya kamu

mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. dan segala sesuatu

telah Kami terangkan dengan jelas”.

36 Abu Yusuf Al-Atsary, Pilih Hisab Rukyat, (Solo: Darul Islam, tth), h.73.

Page 33: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

33

Allah menciptakan pergantian malam menjadi siang, siang

menjadi malam dan seterusnya bergantian sebagai tanda-tanda bagi

manusia untuk mengetahui waktu.

3. Dijelaskan juga dalam QS. Al-Baqarah (2): 185 yang berbunyi:

Artinya: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan

Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran

sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai

petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu,

Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan

itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit

Page 34: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

34

atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya

berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang

lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki

kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan

hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan

kepadamu, supaya kamu bersyukur”.

Berdasarkan ayat diatas menjelaskan bahwa penentuan

awal Ramadhan, rukyat menurut para ahli hisab dimaknai sebagai rukyat

bil’ilmi yaitu penggunaan hisab untuk menentukan awal Ramadhan. Hal

ini diperkuat dengan hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori.

4. Dijelaskan dalam Hadits

حد ثنا یحیى بن بكیر قال حد ثنى اللیث عن عقیل عن ابن شھاب قال أخبرنى

صلى سالم بن عبد هللا بن عمر أن عمر رضي هللا عنھما قال سمعت رسول هللا

هللا علیھ وسلم یقول إذا رأیتموه فصوموا وإذا رأیتموه فأفطروا فإن غم علیكم فا

)رواه البخارى(قدروالھ

Artinya: “Bercerita kepada kami Yahya Bin Bukair, ia berkata

menceritakan kepadaku Al-laits dari uqail dari Ibn Syihab berkata Salim

bin Abdullah bin umar telah mengkhabarkan kepadaku bahwa Umar ra.

menyampaikan bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda bila

kamu melihal hilal, maka berpuasalah, dan bila kamu melihat hilal maka

Page 35: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

35

berbukalah. Bila hilal ilu tertutup awan maka kira-kirakanlah ia”.

(Diriwayatkan oleh Bukhari).37

Pada kalimat فاقدروالھ yang artinya maka kira-kirakanlah pada

hadits diatas, ahli hisab memahaminya dengan terbukanya penggunaan

hisab dalam penentuan waktu selain rukyat.

Nash-nash yang menerangkan penggunaan rukyat sebagai dasar

dalam penetapan awal bulan Qamariyah adalah:

a. Disandarkan pada QS. Al-Baqarah (2): 89 yang berbunyi:

Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit.

Katakanlah: ‘Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi

manusia dan (bagi ibadat) haji; dan bukanlah kebajikan memasuki

rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah

37 Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Matan al-Bukhari bi Hasyiyati as-

Sanadi, juz 1 (Beirut:Dar al-Kitab al-Islam, tt), h 325-327. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Muslim dengan jalur periwayatan yang berbeda.

Page 36: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

36

kebajikan orang yang bertakwa. dan masuklah ke rumah-rumah itu

dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu

beruntung”.

Secara jelas dan gamblang, ayat diatas mengungkapkan bulan

sabit (hilal) sebagai tanda-tanda bagi manusia untuk mengetahui

hari, bulan, tahun dan kepentingan yang bersifat ibadah.

Oleh karena itu sangat penting dalam mengetahui pergerakan

benda bulan sabit dalam penetapan awal bulan Qamariyah. Sehingga

kita diwajibkan untuk menguasai ilmu Falak.

b. Disandarkan pada Hadits yang berbunyi:

حد ثنا عبد الرحمن بن سالم الجمحى حد ثنا الربیع یعنى ابن مسلم عن

محمد وھو ابن زیاد عن ابى ھریرة رضي هللا عنھ ان النبى صلى هللا

علیھ وسلم قال صو موا لرؤیتھ وافطروا لرؤیتھ فان غمى علیكم فا

)رواه مسلم(كملوا العدد

Artinya: “Berpuasalah kamu karena melihat hilal, dan

berbukalah kamu karena melihat hilal. Bila kamu tertutup oleh

mendung maka sempurnakanlah bilangan”. (Diriwayatkan oleh

Muslim) 38

38 Imam Ibn al-Husain Muslim bin al Hajaj Ibn Muslim al-Qushairi al-Nisaburi, Al

Jami’u al al-Musama Shahih Muslim, juz 3 (Beirut: Dar Al-Jail, Dar Al-Afaq), h. 124.

Page 37: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

37

c. Disandarkan pada Hadits yang berbunyi:

حد ثنا یحیى بن یحیى قال قرأت على مالك عن نا فع عن ابن عمر

علیھ وسلم أنھ ذكر رمضان فقال ال رض هللا عن النبى صلى هللا

تصوموا حتى تروا الھالل والتفطروا حتى تروه فإن أغمى علیكم

)رواه مسلم(فاقدروالھ

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Yahya bin

Yahya berkata saya telah membacakan kepada Malik dan Nafi’

dari Ibnu Umar semoga Allah Meridhoi keduanya SAW.,

bahwasanya Nabi SAW telah menuturkan Ramadhan maka Beliau

bersabda: ‘Janganlah kamu berpuasa sebelum kamu melihat hilal

(Ramadhan) dan janganlah kamu berbuka sebelum kamu melihai

hilal (Syawal). Jika tertutup atas kalian maka taqdirkanlah”.

(Diriwayatkan oleh Muslim) 39

Dan masih banyak hadits yang menyebutkan rukyalul hilal

sebagai cara untuk menentukan awal bulan Qamariyah pada masa

Nabi Muhammad SAW. Menurut Susiknan Azhari, jumlah hadits

yang berbicara tentang rukyat sekitar 56 hadits.40 Hal itu didukung

oleh keadaan masyarakat di Madinah yang tidak mahir untuk

berhitung dan menulis. Dan ini diperkuat dalam hadist yang

berbunyi sebagai berikut:

39 Ibn Muslim al-Qushairi al-Nisaburi, Shahih Muslim, h. 122.40 Susiknan Azhari, Hisab dan Rukyat, Wacana untuk Membangun Kebersamaan di

Tengah Perbedaan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 53.

Page 38: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

38

إنا : علیھ وسلم قالعن إبن عمر رضى هللا عنھما عن النبى صلى هللا

أمة أمیة النكتب وال نحسب الشھر ھكذا وھكذا و ھكذا یعني تمام ثالثین

)رواه مسلم(

Artinya: “Dari Ibnu Umar ra. Dari Nabi SAW bersabda

kami adalah ummat yang buta huruf (ummi), tidak dapat menulis

dan menghitung. Satu bulan adalah seperti ini, seperti ini, seperti

ini. Ibnu Umar melipat satu jari jempol pada gerakan yang ketiga

(29 hari). Satu bulan adalah seperti ini, seperti ini dan seperti ini

yaitu genap 30 hari”. (Diriwayatkan oleh Imam Muslim).41

C. Perkembangan Hisab Rukyat Indonesia

1. Sejarah Hisab dan Rukyat di Indonesia

Selama pertengahan pertama abad kedua puluh, peringkat kajian

Islam yang paling tinggi termasuk kajian hisab rukyat hanya dapat dicapai

di Mekkah, yang kemudian diganti di Kairo. Karena di sana Islam

berkembang dan banyaknya para alim ulama dan ilmuwan. Banyak orang

yang ingin mengkaji Islam lebih dalam berbondong-bondong datang ke

sana, tidak terkecuali para alim ulama atau ilmuwan Indonesia. Pantaslah

kiranya pemikiran hisab rukyat di Jazirah Arab sangat berpengaruh dalam

pemikiran hisab rukyat di Indonesia. Seperti Muhammad Manshur al-

Batawi yang mengarang kitab Sullamun Nayyirain, ternyata secara historis

41 Muhammad Nashirudin Al-Albani, penerjemah Imror Rosadi, Mukhtashar Shahih

Muslim, jil. 1, (Jakarta: Pustaka Azzam), h. 419.

Page 39: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

39

merupakan hasil dari rihlah ilmiyyah yang beliau lakukan selama di

Jazirah Arab. Sumber jadwal yang dipakai berasal dari Ulugh Beik, begitu

pula beberapa kitab hisab rukyat yang berkembang di Indonesia. Dan

banyak kitab di Indonesia merupakan hasil cangkokan kitab karya Ulama

Mesir yakni Al-Mathla’ul Said fi Hisaabil Kawakib ala Rasdi Jadid.42

Sebelum kedatangan agama Islam, di Indonesia telah tumbuh

perhitungan tahun menurut kalender Jawa Hindu atau tahun Saka yang

dimulai pada hari Sabtu, 14 Maret 78 M. Namun sejak tahun 1043 H/1633

M yang ketepatan 1555 tahun Saka, tahun Saka diasimilasikan dengan

Hijriyah, kalau mulanya tahun Saka berdasarkan peredaran matahari, oleh

Sultan Agung diubah menjadi tahun Hijriyah, yakni berdasarkan peredaran

bulan, sedangkan tahunnya tetap meneruskan tahun saka tersebut.43

Sehingga jelas bahwa sejak zaman berkuasanya kerajaan-kerajaan

Islam di Indonesia, umat Islam sudah terlibat dalam pemikiran hisab

rukyat, hal ini ditandai dengan adanya pengunaan kalender Hijriyah

sebagai kalender resmi.

Penanggalan Hijriyah atau penanggalan Islam digunakan di

Indonesia sebagai penanggalan resmi semenjak berkuasanya kerajaan-

kerajaan Islam. Hal ini menunjukan berkembangnya hisab dan rukyah

sebagai metode penentuan awal bulan Qamariyah di Indonesia.

42 Ahmad Izzudin, Fiqih Hisab Rukyah: Menyatukan NU & Muhammadiyah dalam

Penentuan Awal Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 47.

43 Muhammad Wardan, Hisab ‘Urfi dan Hakiki, (Yogyakarta: Siaran, 1957), h. 12.

Page 40: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

40

Dengan datangnya penjajahan Belanda penanggalan Masehi mulai

diterapkan dalam kegiatan-kegiatan administrasi pemerintahan dan

dijadikan sebagai penanggalan resmi. Namun umat Islam tetap

mempergunakan penanggalan Hijriyah terutama di daerah-daerah

kerajaan Islam.44 Belanda membiarkan pemakaian dan penanggalan.

Adapun pengaturannya diserahkan kepada para penguasa kerajaan-

kerajaan Islam dalam mengatur hari-hari yang berhubungan dengan

peribadatan, seperti tanggal 1 Ramadhan, 1 Syawal, dan 10 Dzulhijjah.

Sejak abad pertengahan yang didasarkan pada sistem serta tabel

matahari dan bulan yang disusun oleh astronom Sultan Ulugh Beik As-

Samarkand. Ilmu Hisab ini berkembang dan tumbuh subur terutama di

pondok-pondok pesantren di Jawa dan Sumatera. Kitab-kitab ilmu hisab

yang dikembangkan para ahli hisab di Indonesia biasanya mabda’ (epoch)

dan markaznya disesuaikan dengan tempat tinggal pengarangnya. Seperti

Nawawi Muhammad Yunus al-Kadiri dengan karya Risalatul Qamarain

dengan markaz Kediri. Walaupun ada juga yang tetap berpegang pada

kitab asal (kitab induk) seperti al-Mathla’ul Said fi Hisaabil Kawakib ala

Rasydil Jadid karya Syekh Hussain Zaid al-Misra dengan markaz Mesir.

Dan sampai sekarang khazanah (kitab-kitab) hisab di Indonesia dapat

dikatakan relatif banyak apalagi banyak pakar hisab sekarang yang

menerbitkan kitab falak dengan cara menanamkan kitab-kitab yang sudah

lama ada di masyarakat disamping adanya kecanggihan teknologi yang

44 Departemen Agama, Almanak Hisab dan Rukyat, h. 22.

Page 41: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

41

dikembangkan oleh para pakar astronomi dalam mengolah data-data

kontemporer berkaitan dengan hisab rukyat.45

Setelah Proklamasi Kemerdekaan, maka berlakulah penanggalan

Masehi di Indonesia. Setelah terbentuknya Departemen Agama pada

tanggal 2 Januari 1946, maka diberikan tugas-tugas pengaturan hari libur,

dan termasuk juga tentang pengaturan tanggal 1 Ramadhan, 1 Syawal, dan

10 Dzulhijjah yang diberlakukan di seluruh Indonesia. Wewenang ini

tercantum dalam Penetapan Pemerintah tahun 1946 No. 2/UM.7

UM.9/UM, dan dipertegas dengan Keputusan Presiden No. 25 tahun 1967

No. 148/1968 dan No. 10 tahun 1971. Dalam prakteknya penetapan hari

libur terkadang belum seragam, sebagai dampak adanya perbedaan

pemahaman antara beberapa pemahaman yang ada dalam wacana hisab

rukyat.46

2. Penentuan Awal Bulan Qamariyah

Secara garis besar Penentuan Awal Bulan Qamariyah di Indonesia

terbagi menjadi dua yaitu rukyat dan hisab.

a. Rukyat

Rukyat adalah menentukan awal bulan dengan membuktikan

keberadan hilal sesaat setelah matahari terbenam pada tanggal 29

bulan Hijriyah. Bila hilal terhalangi oleh awan karena cuaca yang

45 Ahmad Izzudin, Fiqih Hisab Rukyah: Menyatukan NU & Muhammadiyah dalam

Penentuan Awal Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 49.46 Departemen Agama, Almanak Hisab dan Rukyat, h.22.

Page 42: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

42

tidak memungkinkan, maka pada bulan tersebut digenapkan menjadi

30 hari (istikmal).47

b. Hisab

Sistem hisab yang dipergunakan dalam menentukan awal

bulan Qamariyah di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu hisab urfi

dan hisab hakiki.

1) Hisab Urfi

Hisab Urfi adalah sistem perhitungan penanggalan

yang didasarkan kepada peredaran rata-rata bulan mengelilingi

bumi dan ditetapkan secara konvensional.48 Hisab urfi yang

berkaitan dengan Qamariyah yang terdapat di Indonesia yaitu:

a) Hisab Hijriyah (Arab)

Lama peredaran satu bulan sinodis49 selalu berubah-

ubah. Sebagai contoh dalam tahun 1978 M. Jarak ijtimak yang

terpendek ialah 29 hari 10 jam 27 menit (Ijtimak Muharam

1398 H ke Shafar) sedang jarak ijtimak yang terpanjang ialah

29 hari 15 jam 11 menit (ijtimak Sya'ban ke Ramadhan). Oleh

karena itu maka Dalam hisab urfi ini lama peredaran sinodis

bulan dirata-ratakan menjadi 29 hari 12 jam 44 menit atau

29,5306 hari. Lama satu tahun yaitu 12 x 29,5306 hari +

47 Kardiman dkk, Garis Tanggal Kalender Islam 1421, (Bogor: BAKOSURTANAL,

2001) h. 6.

48 Departemen Agama, Pedoman Perhitungan Awal Bulan Qamariyah, (Jakarta: Dirjen Pcmbinaan Kelembagaan Agama Islam, 1995), h. 7.

49 Jarak waktu dari satu ijtima’ ke ijtima’ berikutnya.

Page 43: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

43

354,3672 hari atau 354 hari 8 jam 48 menit 36 detik atau 354

11/30 hari (dengan mengabaikan 36 detik pertahun). Untuk

menghilangkan pecahan ini maka diadakan kebulatan masa

selama 30 tahun. Jadi lama hari dalam 30 tahun yaitu 30 x 354

11/30 hari = 10631 hari.50

Hisab urfi ini mempunyai prinsip-prinsip sebagai

berikut:

Permulaan perhitungan (1 Muharam tahun 1 H) ditetapkan

pada hari Kamis tanggal 15 Juli 622 M. Ketentuan ini

menurut pendapat Jumhur Ulama ahli hisab, sebab

kedudukan hilal pada hari Rabu petang sewaktu matahari

terbenam sudah mencapai 5°57'.51

Umur bulan Qamariyah adalah 29 dan 30 hari secara

bergantian, kecuali pada bulan Dzulhijjah yang bertepatan

dengan tahun kabisat, umur bulan ditambah 1 hari menjadi

30 hari.52

Jumlah hari dalam satu tahun ditetapkan antara 354 dan 355

hari. Tahun basithah berjumlah 354 hari sedang tahun

50 Muhammad Syakur Chudlori, Perbandingan Tarikh, (Bandung: Institut Agama Islam

Negeri Sunan Gunung Djati, 1990), h. 11.

51 Muhammad Wardan, Hisab 'Urfi dan Hakiki, (Yogyakarta: Siaran, 1957), h. 11. Dalam buku Perbandingan Tarikh, Muhammad Syakur Chudlori mengutip pendapat Muhammad Ma’shum bin Ali dalam Durusul Falakiah III bahwa tanggal 1 Muharam 1 H menurut rukyat jatuh pada hari Jumat, 16 Juli 622 M.

52 Muhammad Syakur Chudlori, Perbandingan Tarikh, h. 12.

Page 44: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

44

kabisat berjumlah 355 hari. Kelebihan satu hari dalam tahun

kabisat dimasukkan dalam bulan Dzulhijjah.

Tahun-tahun kabisat terjadi 11 kali dalam siklus 30 tahun

yaitu jatuh pada tahun ke 2,5,7,10,13,16,18,21,24,26 dan

29. Namun sebagian ulama berpendapat bahwa tahun ke 16

bukan tahun kabisat, melainkan tahun ke 15. Pendapat ini

merujuk pada rumus yang dikemas dalam syair berikut:

عن كل خل حبھ فصا نھ . كف الخلیل كفھ دیا نھ

29 26 24 21 18 15 13 10 7 5 2

Pada syair diatas tiap huruf hijaiyah yang bertitik

menunjukan tahun kabisat dan huruf yang tidak bertitik

menunjukan tahun basithah. Sebagai contoh tahun 1420 H

mempunyai bilangan 10 (1420:30= 47 daur sisa 10 tahun),

jadi tahun 1420 H adalah tahun kabisat.

Masa daur (satu siklus) pada tahun Hijriyah terdiri dari 30

tahun yang terdiri dari 11 tahun kabisat (tahun panjang),

dan 19 tahun basithah (tahun pendek).53

b) Hisab Islam ala Jawa54

Hisab ini awalnya hitungan Hindu Jawa atau Saka.

yang berdasarkan pada peredaran matahari.55 Kemudian

53 Muhammad Syakur Chudlori, Perbandingan Tarikh, h. 12.

54 Irfan Anshory, “Mengenal Kalender Hijriyah”, artikel diakses pada 15 Desember 2010 dari http:www.formasibumi.com/2010/05/ mengenal- kalender- hijriyah.html.

55 Muhammad Wardan, Hisab ‘Urfi dan Hakiki, h. 13.

Page 45: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

45

dikenal bernama kalender Saka. Kalender ini dipakai nenek

moyang kita sewaktu masih memeluk agama Hindu. Kalender

Saka dimulai tahun 78 Masehi, ketika kota Ujiayini (Malwa di

India sekarang) direbut kaum Saka (Seythia) dibawah

pimpinan Raja Kaniska dari tangan kaum Salavahan.

Tahun baru terjadi pada saat Minasamkranti (matahari

pada rasi Pisces) awal musim semi. Nama-nama bulan adalah

(Caitra, Waisaka, Jyestha, Asadha, Srawana, Bhadrawada,

Aswina (Asuji), Kartika, Margasira, Posya, Magha, Palguna).

Agar kembali sesuai dengan matahari bulan Asadha dan

Srawana diulang secara bergilir setiap tiga tahun dengan nama

Dwitiya Asadha dan Dwitiya Srawana. Satu bulan dibagi dua

bagian: suklapaksa (paro terang, dari konjungsi sampai

purnama) dan kresnapaksa (paro gelap, dari selepas purnama

sampai menjelang konjungsi), masing-masing bagian 15 atau

14 hari (tithi). Jadi, kalender Saka tidak memiliki tanggal 16.

Misalnya, tithi pancami sulakpaksa adalah tanggal lima,

sedangkan tithi pancami kresnapaksa adalah tanggal dua

puluh. Kalender Saka dipakai di Jawa sampai awal abad ke-

17.56

Kesultanan Demak, Banten, dan Mataram

menggunakan kalender Saka dan kalender Hijriah secara

56 Muhammad Wardan, Hisab 'Urfi dan Hakiki, (Yogyakarta: Siaran, 1957), h. 13.

Page 46: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

46

bersama-sama. Pada tahun 1633 Masehi (1555 Saka atau 1043

Hijriah), Sultan Agung Ngabdurahman Sayidin Panotogomo

Molana Matarami (1613-1645) dari Mataram menghapuskan

kalender lunisolar Saka dari Pulau Jawa, lalu menciptakan

kalender Jawa yang mengikuti kalender lunar Hijriah. Namun,

bilangan tahun 1555 tetap dilanjutkan. Jadi, 1 Muharram 1043

Hijriah adalah 1 Muharam 1555 Jawa, yang jatuh pada hari

Jum’at Legi tanggal 8 Juli 1633 Masehi. Angka tahun Jawa

selalu berselisih 512 dari angka tahun Hijriah. Keputusan

Sultan Agung ini disetujui dan diikuti oleh Sultan Abdul

Mafakhir Mahmud Abdulkadir (1596-1651) dari Banten.

Dengan demikian kalender Saka tamat riwayatnya di seluruh

Jawa, dan digantikan oleh kalender Jawa yang bercorak

Islam.57

Nama-nama bulan disesuaikan dengan lidah Jawa:

Muharam, Sapar, Rabingulawal, Rabingulakir, Jumadilawal,

Jumadilakir, Rejeb, Saban, Ramadlan, Sawal, Dulkangidah,

Dulkijah. Muharam juga disebut bulan Sura maksudnya adalah

Hari Asyura 10 Muharram. Rabi’ul-Awwal dijuluki bulan

Mulud, yaitu bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Rabi'ul-

57 Muhammad Wardan, Hisab 'Urfi dan Hakiki, (Yogyakarta: Siaran, 1957), h. 14.

Page 47: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

47

Akhir adalah Bakdamulud atau Silihmulud, artinya “sesudah

Mulud”.58

Sya’ban merupakan bulan Ruwah, waktunya

mendoakan arwah keluarga yang telah wafat. dalam rangka

menyambut bulan Pasa (puasa Ramadhan). Dzul-Qa'dah

disebut Hapit atau Sela sebab terletak di antara dua hari raya.

Dzul-Hijjah merupakan bulan Haji atau Besar (Rayagung), saat

berlangsungnya ibadah haji dan Iedul Adha.59

Nama-nama hari dalam bahasa Sansekerta (Raditya,

Soma, Anggara, Budha, Brehaspati, Sukra, Samaiscara) yang

berbau Jahiliyah (penyembahan benda-benda langit) juga

dihapuskan oleh Sultan Agung, lalu diganti dengan nama-nama

hari dalam bahasa Arab yang disesuaikan dcngan lidah Jawa:

Ahad, Senen, Seloso, Rebo, Kemis, Jumuwah, Saptu.60

Tetapi hari-hari pancawara (Pahing, Pon, Wage,

Kaliwuan, Umanis atau Legi) tetap dilestarikan, sebab hal ini

merupakan konsep asli masyarakat Jawa, bukan diambil dari

kalender Saka atau budaya India.

Dalam setiap siklus satu windu (delapan tahun).

Tanggal 1 Muharam (Sura) berturut-turut jatuh pada hari ke-1,

ke-5, ke-3, ke-7, ke-4, ke-2, ke-6 dan ke-3. Itulah sebabnya

tahun-tahun Jawa dalam satu windu dinamai berdasarkan

58 Muhammad Wardan, Hisab 'Urfi dan Hakiki, (Yogyakarta: Siaran, 1957), h. 14.59 Muhammad Wardan, Hisab 'Urfi dan Hakiki, h. 15.60 Muhammad Wardan, Hisab 'Urfi dan Hakiki, h. 15.

Page 48: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

48

numerologi huruf Arab: Alif (1), Ha (5), Jim Awwal (3), Zai

(7), Dal (4), Ba (2), Waw (6) dan Jim Akhir (3). Sudah tentu

pengucapannya menurut lidah Jawa: Alip, Ehe, Jimawal, Je,

Dal, Be, Wawu, dan Jimakir. Tahun-tahun Ehe, Dal, dan

Jimakir ditetapkan sebagai kabisat. Jumlah hari dalam satu

windu adalah [354 x 8] + 3 = 2835 hari. Itulah sebabnya

tanggal 1 Muharam tahun Alip dalam setiap 8 tahun selalu

jatuh pada hari dan pasaran yang sama.61

Oleh karena kabisat Jawa tiga dari delapan tahun

(3/8=45/l20), sedangkan kabisat Hijriah 11 dari 30 tahun

(11/30=44/120), maka dalam setiap 15 windu (120 tahun),

yang disebut satu kurup, kalender Jawa harus maju satu hari

maupun pasarannya (pancawara), agar kembali sesuai dengan

kalender Hijriah.62

Awalnya penggabungan hisab Hindu Jawa atau Soko

dengan Hisab Hijriah yaitu pada tahun 1633 M atau tahun

1043 H dan tahun Jawa 1555. Pada waktu itu tanggal 1 Suro

tahun Alip jatuh pada hari Jumat Legi (8 Juli) dan selanjutnya

sejak waktu itu sampai permulaan tahun 1627 atau tahun 1115

H (17 Mei tahun 1703 M) kurup Jamngiah, artinya selama itu

tanggal 1 Suro tahun Alip jatuh pada hari Jumat legi (Awahgi=

Alip mulai Jumuwah Legi), Kemudian sesudah itu diadakan

61 Muhammad Wardan, Hisab 'Urfi dan Hakiki, h. 16.62 Muhammad Wardan, Hisab 'Urfi dan Hakiki, h. 16.

Page 49: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

49

pergantian kurup menjadi Kamsiah artinya tanggal 1 Suro

tahun Alip selama 120 tahun lagi jatuh pada hari Kamis

Kliwon (Amiswon= Alip-Kemis Kliwon), berarti pengunduran

satu hari beserta pancawaranya. Kemudian setelah Kamsiah

berjalan 120 tahun, diadakan pergantian kurup lagi, yaitu

diganti menjadi kurup Arbangiah, artinya tanggal 1 Suro tahun

Alip selama 120 tahun jatuh pada hari Rabu Wage, (Aboge=

Alip-Rebo-Wage). Adapun sekarang ini kurupnya sudah

berganti menjadi kurup Tsalasiah artinya tanggal 1 Suro tahun

Alip jatuh pada hari Selasa Pon (Asopon= Alip-Seloso-Pon).63

Pergantian kurup yang terjadi pada Hisab ini

adalah sebagai berikut:

Mulai 1 Suro Alip tahun 1555 atau tahun 1043 H (8 Juli

1633) sampai permulaan tahun 1627 atau 1115 H (17 Mei

1703 M) kurupnya jamngiah legi (Angahgi).

Mulai permulaan tahun 1627 atau 1115 H (17 Mei 1703 M)

sampai permulaan tahun 1747 atau 1235 (20 Oktober 1819

M) kurupnya kamsiah kliwon (Amiswon).

Mulai permulaan tahun 1747 atau 1235 H (20 Oktober

1819 M) sampai permulaan tahun 1867 atau tahun 1355 H

(24 Maret 1936 M) kurupnya arbangiah wage (Aboge).

63 Muhammad Wardan, Hisab 'urfi dan Hakiki, h. 17.

Page 50: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

50

Mulai permulaan tahun 1867 atau 1355 H (24 Maret 1936

M) kurupnya tsalasiah pon (Asapon).64

Dan pergantian kurup diatas terlihat bahwa ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagaimana berikut:

Pergantian dari kurup jamngiah ke kurup kamsiah baru

diumumkan pada hari Kamis Kliwon tanggal 11 Desember

1749 M berarti sudah terlambat 46,5 tahun.65

Pergantian dari kurup kamsiah ke kurup arba'iah baru

diumumkan pada hari Jumat Pon tanggal 28 September

tahun 1821 M, oleh Keraton Surakarta, berarti sudah

terlambat 2 tahun, oleh Keraton Ngajogyakarto baru pada

hari Senen Kliwon tanggal 1 Suro tahun 1793 atau 1281 H

(6 Juni 1864).

Pergantian dari kurup arba’iah ke kurup tsalasiah sudah

diumumkan pada tanggal 1 Dulkangidah tahun Wawu 1865

atau 1353 H (5 Februari1933 M).66

Untuk itu hisab urfi digunakan sebatas membuat

kalender yang bersifat jangka panjang. Kalender yang

menentukan awal bulan secara taksiran agar mempermudah

pencarian data dan kepentingan kehidupan pada masa

64 Muhammad Wardan, Hisab 'urfi dan Hakiki, h. 17.65 Muhammad Wardan, Hisab 'urfi dan Hakiki, h. 17.66 Muhammad Wardan, Hisab 'urfi dan Hakiki, h. 17.

Page 51: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

51

sekarang. Bukan kalender untuk menentukan waktu yang

berkaitan dengan ibadah.

2) Hisab Hakiki

Hisab hakiki adalah sistem hisab yang didasarkan kepada

peredaran bulan dan bumi yang sebenarnya. Menurut sistem ini

umur tiap bulan tidaklah tetap dan juga tidak beraturan, melainkan

kadang-kadang 2 bulan berturut-turut umurnya 29 hari atau 30 hari,

atau kadang-kadang pula bergantian seperti menurut perhitungan

hisab urfi.67

Nurhayati Zen mengutip pemikiran Ahmad Dahlan bahwa

hari raya akan jatuh pada tanggal 1 Syawal karena munculnya

bulan di arah barat yang berdasarkan hisab. Dengan tanpa harus

memandang hari ataupun dasar penghitungan lain, jika hari itu

menurut perhitungan pada bulan telah tiba pada tanggal 1 Syawal

maka hari raya Iedul fitri harus dirayakan.68

Dalam praktek perhitungannya, sistem ini mempergunakan

data sebenarnya dari gerakan bulan dan bumi serta mempergunakan

kaidah-kaidah ilmu ukur segitiga bola.

Terdapat beberapa aliran dalam menentukan masuknya

bulan baru dengan mempergunakan sistem hisab hakiki ini. Pada

garis besarnya ada dua golongan yaitu yang berpedoman kepada

67 Departemen Agama, Pedoman Perhitungan Awal Bulan Qamariyah, h. 8-13.68 Nurhayati Zen, “Komparasi Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan Hasyim Asy’ari artikel

diakses pada 23 Desember 2010 dari http//ppbi.fiba.blogspot.com/2010/03 /html.

Page 52: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

52

ijtimak semata dan yang berpedoman kepada posisi bulan diatas

ufuk pada saat matahari terbenam.

Jika diuraikan lagi, maka akan terdapat 6 golongan, yaitu:69

a) Golongan yang berpedoman kepada ijtimak qablal ghurub

Golongan ini menetapkan, bahwa jika ijtimak terjadi

sebelum matahari terbenam, maka malam dan keesokan

harinya ditetapkan sebagai tanggal 1 bulan yang baru.

Sistem ini sama sekali tidak mempersoalkan rukyat dan

tidak memperhitungkan posisi hilal dan ufuk. Asal sebelum

matahari terbenam sudah terjadi ijtimak. Meskipun hilal masih

dibawah ufuk, maka malam hari itu berarti sudah termasuk

bulan baru.

b) Golongan yang berpedoman kepada ijtimak qablal fajri

Beberapa ahli mensinyalir bahwa timbul suatu

pendapat baru yang menghendaki permulaan bulan Qamariyah

ditentukan oleh kejadian ijtimak sebelum terbit fajar. Maka

malam itu sudah masuk awal bulan baru, walaupun pada saat

matahari terbenam pada malam itu belum terjadi ijtimak.

Nampaknya sampai saat ini di Indonesia belum ada

para ahli yang berpegang kepada ijtimak qablal fajri ini.

Mereka baru mensinyalir adanya pendapat ini yang didasarkan

69 Departemen Agama, Pedoman Perhitungan Awal Bulan Qamariyah, h. 8-13.

Page 53: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

53

atas peristiwa-peristiwa yang sering terjadi akibat penentuan

hari raya haji yang dilakukan oleh Pemerintah Saudi Arabia.

c) Golongan yang berpedoman kepada posisi bulan diatas ufuk

hakiki

Menurut golongan ini untuk masuknya tanggal satu

bulan Qamariyah, posisi hilal harus sudah berada diatas ufuk

hakiki. Dimaksud dengan ufuk hakiki adalah bidang datar yang

melalui titik pusat bumi dan tegak lurus pada garis vertikal dari

si peninjau.

Sistem ini tidak memperhitungkan pengaruh tinggi

tempat si peninjau. Dapat disimpulkan sistem ini berpendapat

bahwa jika setelah terjadi ijtihad, maka hilal sudah wujud

diatas ufuk hakiki pada saat terbenam matahari, maka

malamnya sudah dianggap bulan baru, sebaliknya jika pada

saat terbenam matahari hilal masih berada dibawah ufuk

hakiki maka malam itu belum dianggap sebagai bulan baru.

d) Golongan yang berpedoman kepada posisi diatas ufuk hissi

Golongan ini berpendapat, jika pada pada saat matahari

terbenam setelah terjadi ijtimak, hilal sudah wujud diatas ufuk

hissi, maka malam itu sudah termasuk tanggal satu bulan baru.

Dimaksud dengan ufuk hissi adalah bidang datar yang melalui

mata si peninjau dan sejajar dengan ufuk hakiki.

Page 54: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

54

Golongan yang berpegang pada ufuk hissi menentukan

ketinggian hilal diukur dari atas permukaan bumi, sedangkan

yang berpegang kepada ufuk hakiki mengukur ketinggian itu

dari titik pusat bumi. Dan nampaknya sistem ini kurang

populer, sehingga banyak para ahli yang mengabaikan

eksistensi sistem ini.

e) Golongan yang berpedoman kepada posisi hilal diatas ufuk

mar’i

Sistem ini pada dasarnya sama seperti sistem hisab

yang berpedoman kepada ufuk hakiki dan hissi, yaitu

memperhitungkan posisi hilal pada saat terbenam matahari

setelah terjadi ijtimak. Hanya saja sistem ini tidak cukup

sampai di sana. Setelah diperoleh nilai ketinggian hilal dari

ufuk hakiki kemudian ditambahkan koreksi-koreksi terhadap

nilai ketinggian itu.

Koreksi-koreksi tersebut adalah:

Kerendahan ufuk

Pengaruh ketinggian tempat si peninjau.

Semakin tinggi kedudukan si peninjau semakin besar

nilai kerendahan ufuk ini, akibatnya semakin rendahlah

ufuk mar’i tersebut.

Refraksi

Page 55: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

55

Refraksi adalah perbedaan antara tinggi benda

langit menurut penglihatan dengan tinggi benda langit

menurut penglihatan dengan tinggi yang sebenarnya.

Contohnya: bila sinar cahaya secara miring menembus

lapisan udara yang mengelilingi bumi, cahaya itu

membelok ke bawah. Akibatnya semua benda langit

yang kita awasi terlihat seakan-akan berkedudukan di

langit pada tempat yang lebih tinggi dari yang

sebenarnya.70

Semidiameter (jari-jari)

Yang diperhitungkan oleh sistem ini bukanlah

titik pusat hilal, melainkan piringan atasnya. Oleh

karena itu harus diadakan penambahan senilai

semidiameter terhadap posisi titik pusat hilal.

Parallaks (beda lihat)

Yang diperhitungkan dalam sistem ini adalah

tinggi hilal dari mata si peninjau. Sedang menurut

astronomi dari titik pusat bumi, maka ada perbedaan

tinggi hilal jika dilihat dari mata si peninjau dan dari

titik pusat bumi. Perbedaan ini dikenal dengan istilah

“parallaks” (beda lihat).

70 Sa’adoeddin Djambek, Hisab Awal Bulan, (Jakarta: Tirtamas, 1976), h. 18.

Page 56: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

56

f) Golongan yang berpedoman kepada posisi hilal yang mungkin

dapat dirukyat (imkamur rukyat).

Golongan ini mengemukakan bahwa pada saat matahari

terbenam setelah terjadi ijtimak hilal harus mempunyai posisi

sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk dapat dilihat.

Para ahli yang termasuk golongan ini tidak sependapat tentang

berapa ukuran ketinggian hilal yang mungkin dapat dilakukan

rukyat bilfi’li. Ada yang mengatakan 8°, 7°, 6°, 5°, dan lain

sebagainya.

Dari kedua macam sistem hisab diatas, hisab hakiki dianggap lebih

sesuai dengan syara’. Karena dalam prakteknya, hisab hakiki

memperhitungkan kapan hilal akan muncul atau wujud. Hal itu sesuai

dengan hilal sebagai dasar pergantian bulan. Dengan demikian sistem hisab

hakiki adalah sistem yang dipergunakan oleh umat Islam untuk menentukan

awal bulan yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah. Pada

perkembangannya yang terakhir di Indonesia, aliran-aliran hisab rukyat

terbagi menjadi empat aliran yaitu:

1) Rukyatul Hilal

Rukyatul Hilal adalah kriteria penentuan awal bulan Hijriyah

dengan merukyat (mengamati) hilal secara langsung. Apabila hilal

Page 57: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

57

(bulan sabit) tidak terlihat (atau gagal terlihat), maka bulan (kalender)

berjalan digenapkan (istikmal) menjadi 30 hari.71

2) Hisab Hakiki Wujudul Hilal

Hisab Hakiki Wujudul Hilal adalah kriteria penentuan awal

bulan (kalender) Hijriyah dengan menggunakan dua prinsip: ijtimak

(konjungsi) telah terjadi sebelum matahari terbenam (ijtima’ qablal

ghurub), dan Bulan terbenam setelah matahari terbenam (moonset after

sunset); maka pada petang hari tersebut dinyatakan sebagai awal

bulan (kalender) Hijriyah, tanpa melihat berapapun sudut ketinggian

(altitude) bulan saat matahari terbenam.72

3) Imkanur Rukyat

Imkanur Rukyat adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender)

Hijriyah yang ditetapkan berdasarkan Musyawarah Menteri-menteri

Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura

(MABIMS), dan dipakai secara resmi untuk penentuan awal bulan

Hijriyah pada Kalender Resmi Pemerintah, dengan prinsip awal bulan

(kalender) Hijriyah terjadi jika:

a) Pada saat matahari terbenam, ketinggian (altitude) Bulan di atas

cakrawala minimum 2°, dan sudut elongasi (jarak lengkung) Bulan-

Matahari minimum 3°, atau

71 Wikipedia ensiklopedia bebas, artikel diakses pada 23 Desember 2010 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Hisabdan_rukyat/Imkanur_Rukyat_MABIMS.72 Wikipedia ensiklopedia bebas, artikel diakses pada 23 Desember 2010 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Hisabdan_rukyat/Imkanur_Rukyat_MABIMS.

Page 58: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

58

b) Pada saat bulan terbenam, usia Bulan minimum 8 jam, dihitung

sejak ijtimak.73

4) Kesatuan Wilayah Hukum

Menurut konsep ini, kriteria penentuan awal bulan (kalender)

Hijriyah yang menganut prinsip bahwa jika satu penduduk negeri melihat

hilal, maka penduduk seluruh negeri berpuasa (dalam arti luas telah

memasuki bulan Hijriyah yang baru) meski yang lain mungkin belum

melihatnya.

Sebagaimana telah disebutkan, bahwa Pemerintah secara resmi

menetapkan awal bulan Qamariyah dengan mempergunakan kriteria

Imkanur rukyat. Kriteria ini diharapkan menyatukan perbedaan kriteria

dalam menentukan awal bulan Qamariyah antar ormas ataupun kelompok

ahli hisab ataupun rukyat di Indonesia. Namun usaha penyatuan kriteria

penentuan awal bulan Qamariyah nampaknya belum terwujud. Sebab tidak

semua ormas dan kelompok ahli hisab ataupun rukyat menerima Imkaanur

Rukyat sebagai kriteria yang dipakai untuk menentukan awal bulan

Qamariyah.74

73 Mutoha,“Hilal Ramadhan”, artikel diakses pada 23 Desember 2010 dari

http://mutoha.BIogspot com/2006/10/hilal-ramadhan.html.74 Departemen Agama, Pedoman Perhitungan Awal Bulan Qamariyah, h. 8-13.

Page 59: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

59

BAB III

PROFIL DAN SETTING LOKASI DESA WAKAL

A. Sejarah Singkat Desa Wakal

Kerajaan Tanah Hitu terletak di Pulau Ambon, tepatnya di Kecamatan

Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, Indonesia. Dinamakan

Kerajaan Tanah Hitu karena letaknya berada di daerah Leihitu. Pada saat

kerajaan tersebut masih eksis, daerahnya bernama Tanah Hitu. Kini, nama

Tanah Hitu sudah tidak ada lagi, yang ada adalah Kecamatan Leihitu yang

kadang biasa disebut dengan Jazirah Leihitu. Di Kecamatan Leihitu terdapat

banyak desa, di antaranya adalah Hitu Lama, Hila, Wakal, Mamala, Morela,

Seith, dan sebagainya. Secara geografis, Pulau Ambon terdiri dari dua wilayah

(jazirah), yaitu Jazirah Leihitu (kadang disebut Lei Hitu) yang mayoritas

penduduknya beragama Islam, sedangkan di bagian selatan disebut Jazirah Lei

Timur yang mayoritas penduduknya beragama Kristen. Secara administratif

pemerintahan Provinsi Maluku, Leihitu masuk dalam Kabupaten Maluku

Tengah, sedangkan Lei Timur masuk ke dalam Kota Ambon.75

Kerajaan ini berdiri sebelum era kolonialisme di Indonesia. Berdirinya

kerajaan ini tidak terlepas dari keberadaan Empat Perdana. Mereka adalah

empat kelompok yang pertama kali menginjakkan kakinya di Tanah Hitu.

Empat Perdana bukan berarti empat orang Perdana, tapi merujuk pada

periodisasi kedatangan para perdana ke Maluku. Sehingga, sebutan empat

75 Kerajaan Tanah Hitu, artikel diakses pada tanggal 28 Januari 2011dari

http://ariee.wordpress.com/2007/12/11/kerajaan-tanah-hitu/

Page 60: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

60

tidak menunjuk pada jumlah empat orang, tapi lebih diartikan pada empat

kelompok yang datang pada setiap periode. Empat Perdana juga dikenal

sebagai penyebar ajaran Islam pertama kali di Maluku.76

Empat Perdana tersebut merupakan bangsa Alifuru. Secara historis,

bangsa Alifuru adalah sub ras Melanesia yang pertama kali mendiami Pulau

Seram dan pulau-pulau lainnya di Maluku. Secara etimologis, kata “Alifuru”

artinya adalah “orang yang pertama kali datang”.

Kedatangan Empat Perdana ke Hitu dilakukan secara bertahap

(periodik). Perdana yang datang awal kali ke Tanah Hitu adalah Pattisilang

Binaur. Ia datang dari Gunung Binaya (Seram Barat) ke Nunusaku, yang

kemudian dilajutkan ke Tanah Hitu. Ketika pertama kali singgah di Tanah

Hitu, kelompok ini mendiami Bukit Paunusa. Ia kemudian mendirikan sebuah

negeri bernama Soupele dengan marga Tomu Totohatu. Dengan marga ini,

Pattisilang Binaur kadang juga disebut dengan nama Perdana Totohatu atau

Perdana Jaman Jadi.77

Setelah Pattisilang, perdana pada periode kedua datang secara

berkelompok, yaitu Kiyai Daud dan Kiyai Turi, yang disebut juga Pattikuwa

dan Pattituri, dengan saudara Perempuannya bernama Nyai Mas. Konon,

mereka merupakan anak dari Muhammad Taha Bin Baina Mala bin Baina

Urati Bin Saidina Zainal Abidin Baina Yasirullah Bin Muhammad An Naqib,

yang nasabnya berujung pada Ali bin Abi Thalib dan Fatimah binti Rasulullah

76 Kerajaan Tanah Hitu, artikel diakses pada tanggal 28 Januari 2011dari

http://ariee.wordpress.com/2007/12/11/kerajaan-tanah-hitu/77 Kerajaan Tanah Hitu, artikel diakses pada tanggal 28 Januari 2011dari

http://ariee.wordpress.com/2007/12/11/kerajaan-tanah-hitu/

Page 61: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

61

SAW. Ibu mereka merupakan keturunan dari keluarga Raja Mataram Islam

yang tinggal di Kerajaan Tuban. Sejak kecil Pattikawa, Pattituri, dan Nyai

Mas dibesarkan dalam lingkungan keluarga ibunya. Kedatangan mereka ke

Tanah Hitu bermaksud mencari tempat tinggal leluhur ayahnya. Ayah mereka

datang ke Tanah Hitu pada abad ke-X dengan nama Saidina Zainal Abidin

Baina Yasirullah. Disebut Yasirullah karena ia melakukan perjalanan secara

rahasia untuk mencarikan tempat tinggal untuk anak cucunya kelak di

kemudian hari. Maka, dengan kehendak Allah SWT ia singgah di suatu tempat

yang kini bernama Negeri Hitu, tepatnya di Haita Huseka‘a (Labuhan

Huseka‘a). Rombongan kelompok Perdana Pattikawa datang ke tempat

tersebut pada tahun 1440 M. Mereka akhirnya dapat menemukan kuburan

ayahnya yang berada di atas batu karang, bernama Hatu Kursi atau Batu

Kadera, yang jaraknya kira-kira 1 KM dari Negeri Hitu.78

Sejarah kedatangan Perdana Pattikuwa ke Tanah Hitu menyebabkan

dirinya juga disebut dengan istilah Perdana Tanah Hitu atau Perdana Awal.

Arti dari istilah tersebut menunjukkan bahwa ia merupakan orang pertama

yang mendirikan negeri Wapaliti di pesisir pantai, Muara Sungai Wai Paliti,

inilah yang menjadi cikal bakal desa Wakal dengan Pattikuwa sebagai raja

pertamanya 79

Desa Waipaliti kemudian berganti nama menjadi Desa Awal,

penyebabnya adalah karena masyarakat Wakal mengklaim bahwa mereka

78 Kerajaan Tanah Hitu, artikel diakses pada tanggal 28 Januari 2011dari

http://ariee.wordpress.com/2007/12/11/kerajaan-tanah-hitu/79 Kerajaan Tanah Hitu, artikel diakses pada tanggal 28 Januari 2011dari

http://ariee.wordpress.com/2007/12/11/kerajaan-tanah-hitu/

Page 62: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

62

adalah masyarakat yang pertama masuk Islam di Maluku. Dampaknya adalah

dalam hal ibadah seperti puasa bulan Ramadhan, Iedul Fitri dan Iedul Adha

masyarakat Desa Wakal selalu lebih “Awal” (cepat) dari masyarakat sekitar.

Perdana yang datang pada periode ketiga bernama Jamilu, yang datang

dari Kerajaan Jailolo. Jamilu datang ke Tanah Hitu pada tahun 1465 M. Ia

mendirikan negeri bernama Laten. Nama negeri tersebut menjadi nama

marganya, yaitu Lating. Jamilu disebut juga Perdana Jamilu atau Perdana

Nustapi dengan gelar Kapitan Hitu I. Nama Nustapi memiliki arti sebagai

seorang pendamai karena ia pernah mendamaikan permusuhan antara Perdana

Tanah Hitu (Pattikawa) dengan Perdana Totohatu.80

Kelompok pendatang terakhir adalah Kie Patti dari Gorom (Pulau

Seram bagian Timur). Ia datang ke Tanah Hitu pada tahun 1468. Ia

mendirikan negeri bernama Olong. Nama negeri tersebut juga sekaligus

menjadi nama marganya. Kie Patti disebut juga Perdana Pattituban, karena ia

pernah diutus ke Tuban untuk memahami sistem pemerintahan di daerah itu

yang nantiya akan dijadikan dasar pemerintahan di Kerajaan Tanah Hitu.81

B. Letak Geografis Desa Wakal

1. Jarak dan Cakupan Wilayah

Jarak Desa Wakal dari instansi-instansi pemerintahan diatasnya :82

a. Kecamatan Leihitu : 7 Km.

80 Kerajaan Tanah Hitu, artikel diakses pada tanggal 28 Januari 2011dari

http://ariee.wordpress.com/2007/12/11/kerajaan-tanah-hitu/

81 Kerajaan Tanah Hitu, artikel diakses pada tanggal 28 Januari 2011dari http://ariee.wordpress.com/2007/12/11/kerajaan-tanah-hitu/

82 Data Profil Desa Wakal tahun 2009 diambil dari kantor pemerintahan Desa Wakal .

Page 63: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

63

b. Ibukota Kabupaten Maluku Tengah : 250 Km.

c. Ibu kota Propinsi Ambon : 32 Km.

Cakupan wilayahnya meliputi 9 Dusun Dalam pelaksanaan tugas

pemerintahan Desa Wakal dibantu oleh 9 Kepala Dusun:83

a. Dusun Kampung Baru

b. Dusun Ganemo

c. Dusun Delima

d. Dusun Jambu Manis

e. Dusun Wahatu

f. Dusun Lula

g. Dusun Oli Lama

h. Dusun Waipool

i. Dusun Waringin

2. Luas Wilayah

Luas wilayah Desa Wakal adalah sebesar 853 ha/m² meliputi:84

a. Luas Pemukiman : 40 ha/m²

b. Luas Perkebunan : 800 ha/m²

c. Luas Prasarana Umum : 4 ha/m²

d. Luas Perkantoran : 2 ha/m²

e. Luas Taman : 1 ha/m²

f. Luas Kuburan : 3 ha/m²

83 Data Profil Desa Wakal tahun 2009 diambil dari kantor pemerintahan Desa Wakal .84 Data Profil Desa Wakal tahun 2009 diambil dari kantor pemerintahan Desa Wakal .

Page 64: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

64

3. Batas Wilayah

Desa Wakal mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:85

Sebelah Utara : Laut

Sebelah Selatan : Desa Rumah Tiga

Sebelah Timur : Desa Hitu Mesing

Sebelah Barat : Desa Hila

C. STRUKTUR PENDUDUK

Jumlah Penduduk Desa Wakal hingga November 2009 tercatat

sebanyak 3.288 jiwa, dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 706 jiwa.

Berikut ini adalah keadaan penduduk Desa Wakal berdasarkan beberapa

klasifikasi tertentu, yaitu :86

1. Klasifikasi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah1. Laki – laki 1.662 jiwa2. Perempuan 1.626 jiwa

Total Penduduk November 2008 3.288 jiwaTabel 3.1

2. Klasifikasi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No. Mata Pencaharian Jumlah1. Petani 502 jiwa2. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 130 jiwa3. Wiraswasta 119 jiwa4. Pengemudi 69 jiwa5. Nelayan 21 jiwa6. TNI dan POLRI 16 jiwa

Total 857 jiwaTabel 3.2

85 Data Profil Desa Wakal tahun 2009 diambil dari kantor pemerintahan Desa Wakal .86 Data Profil Desa Wakal tahun 2009 diambil dari kantor pemerintahan Desa Wakal .

Page 65: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

65

3. Klasifikasi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah1. Tamat SD/Sederajat 792 jiwa2. Tamat SMP/Sederajat 553 jiwa3. Tamat SMA/Sederajat 712 jiwa4. Tamat D2/Sederajat 63 jiwa5. Tamat D3/Sederajat 50 jiwa6. Tamat S1/Sederajat 58 jiwa7. Tamat S2/Sederajat 3 jiwa

Total 2.231 jiwaTabel 3.3

D. Tokoh-Tokoh Adat Masyarakat Desa Wakal

Dalam pemerintahan desa Wakal pemegang puncak kekuasaan adalah

Bapa Raja baik dalam struktur pemerintahan adat maupun pemerintahan desa

atau negeri. Bapa Raja dipilih oleh masyarakat setelah disetujui oleh tokoh-

tokoh adat masyarakat Desa Wakal.

Dibawah ini adalah silsilah Raja Wakal dari pertama kali desa Wakal

terbentuk:87

1. Raja Pattikuwa dari Rumah (Marga) Waipaliti/Supeleti

2. Raja Halakanea dari Rumah Supeleti

3. Raja Reyhata dari Rumah Supeleti

4. Raja Sedek dari Rumah Pattah

5. Raja Pati Haji dari Rumah Pattah

6. Raja Bangsa Pati dari Rumah Supeleti

7. Raja Ahaja dari Rumah Suneth

8. Raja Ali dari Rumah Suneth

87 Wawancara pribadi dengan H. Duma Supeleti, Imam Besar Mesjid Nurul Awal Wakal,

Wakal 6 Agustus 2010.

Page 66: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

66

9. Raja Sayhan dari Rumah Suneth

10. Raja Abdullah dari Rumah Suneth

11. Raja Said dari Rumah Suneth

12. Raja Said dari Rumah Mahu

13. Raja Sayhan dari Rumah Suneth (sampai sekarang…)

Dalam pemerintahan adat selain Bapa Raja sebagai pemegang

kekuasaan tertinggi adalah Imam Mesjid Nurul Awal Wakal yang sering

disebut Bapa Imam atau Tupey. Untuk saat ini pemegang jabatan Bapa Imam

yaitu H. Duma Supeleti yang bertugas untuk memimpin ibadah dan upacara

adat di desa Wakal. Pemilihan Bapa Imam biasanya turun temurun sehingga

sulit untuk orang yang tidak mempunyai nasab dengan Bapa Imam

sebelumnya untuk menjadi Bapa Imam.88

Dalam menjalankan tugasnya Bapa Imam dibantu oleh empat orang

Bapa Khotib yang biasa dipanggil dengan Bapa Tib. Bapa Tib bertugas

sebagai orang yang menyampaikan khotbah saat sholat Jum’at dan sekaligus

sebagai pengurus Mesjid Nurul Awal Wakal. Untuk saat ini jabatan Bapa Tib

dipegang oleh Bapa Tib Ahmad Lewaru, Bapa Tib Dudi Nakul, Bapa Tib

Karim pattah dan Bapa Tib Ali Mahu.89

E. Hubungan Antara Tokoh Adat dengan Pemerintah Desa

Dalam pemerintahan adat Bapa Raja akan memberikan perintah

kepada Tupey yaitu Bapa Imam yang kedudukanya di mesjid. Selanjutnya

88 Wawancara pribadi dengan H. Duma Supeleti, Imam Besar Mesjid Nurul Awal Wakal,

Wakal 6 Agustus 2010.89 Wawancara pribadi dengan H. Duma Supeleti, Imam Besar Mesjid Nurul Awal Wakal,

Wakal 6 Agustus 2010.

Page 67: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

67

dari Bapa Imam akan disampaikan ke para soa dan dilanjutkan ke

masyarakat Wakal.

Dalam pemerintahan adat desa Wakal kepala atau ketua adat adalah

Bapa Imam yang kedudukannya di mesjid. Dalam hal pemilihan ketua adat

masih bersifat turun temurun memiliki nasab atau keturunan dari Bapa Imam

sebelumnya.90

Dibawah adalah skema struktur pemerintahan adat desa wakal:

Pemerintahan Adat

Bapa Raja

Tupey (Imam kedudukan di mesjid)

Lahutun-Taneaman-Picasou (wakil raja)

Masyarakat

Sedangkan untuk pemerintahan negeri Bapa Raja akan memberi

perintah kepada para soa. Soa adalah wakil raja yang sejatinya merupakan

perwakilan atau ketua dari masing-masing kelompok tersebut dalam

90 Wawancara pribadi dengan H. Duma Supeleti, Imam Besar Mesjid Nurul Awal Wakal,

Wakal 6 Agustus 2010.

Page 68: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

68

pemerintahan adat. Tugas mereka adalah menyampaikan titah atau perintah

raja kepada masing-masing masyarakat kelompoknya.91

Desa Wakal terdiri dari 3 soa, yaitu:92

a. Soa Henel

Soa atau wakil raja dari masyarakat Henel di pimpin oleh kepala

soa Taneaman.

b. Soa Asel

Soa atau wakil raja dari masyarakat Asel dipimpin oleh kepala soa

Lahutun.

c. Soa Ukutelu

Soa Ukutelu atau wakil raja dari masyarakat Ukutelu di pimpin

oleh Kepala soanya yang bernama Picasou.

Dibawah ini merupakan skema dari struktur pemerintahan negeri:93

Pemerintahan Negeri

Bapa Raja

Lahutun-Taneaman-Picasou (wakil raja)

Masyarakat

91 Wawancara pribadi dengan H. Duma Supeleti, Imam Besar Mesjid Nurul Awal Wakal,

Wakal 6 Agustus 2010.92 Wawancara pribadi dengan H. Duma Supeleti, Imam Besar Mesjid Nurul Awal Wakal,

Wakal 6 Agustus 2010.93 Wawancara pribadi dengan H. Duma Supeleti, Imam Besar Mesjid Nurul Awal Wakal,

Wakal 6 Agustus 2010.

Page 69: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

69

Dari dua skema diatas dapat dilihat perbedaan struktur dari

pemerintahan adat dan pemerintahan negeri.

Page 70: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

70

BAB IV

PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH MENURUT

PERSPEKTIF MASYARAKAT DESA WAKAL

A. Dasar Pijakan Penetapan Awal Bulan Qamariyah

Tokoh adat masyarakat desa Wakal dalam menentukan awal bulan

Qamariyah berdasarkan pada QS. Yunus (10) ayat 5:

Artinya: “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang Mengetahui”

Tokoh adat masyarakat desa Wakal memahami kalimat “Lita’lamuu

‘adada siniina wal hisaaba” mengandung perintah untuk mengetahui

bilangan tahun dan waktu dengan menggunakan sistem hisab. Sistem hisab

yang dimaksud adalah hisab sebagai satu-satunya metode untuk menentukan

awal bulan Qamariyah.94

Dari kerangka pemahaman di atas, tokoh adat desa Wakal memahami

perhitungan hisab Wakal sebagai interpretasi dari surat Yunus ayat 5.

Kerangka pemahaman tersebut lahir dari pendapat bahwa perhitungan waktu

94 Wawancara pribadi dengan H. Duma Supeleti, Imam Besar Mesjid Nurul Awal Wakal, Wakal 6 Agustus 2010.

Page 71: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

71

bersifat pasti dan dapat diprediksi sebelumnya, karena perhitungan yang

berubah tidak menunjukkan kevalidan metode penghitungan waktu.

Sedangkan sistem rukyat sangat tergantung pada hilal yang terlihat pada

tanggal 29 bulan Hijriah. Sehingga tokoh adat masyarakat desa Wakal tidak

mengakomodir rukyat sebagai bagian dari sistem penentuan awal bulan

Qamariyah yang digunakan. Karena rukyat tidaklah pasti, tergantung pada

terlihatnya hilal.

B. Sistem Penetapan Awal Bulan Qamariyah

Tokoh adat masyarakat desa Wakal menggunakan sistem hisab Wakal

yang menggunakan almanak dalam penetapan awal bulan Qamariyah.

Almanak yang digunakan masyarakat Wakal tidak ada rujukan atau kitab

yang menjelaskan dan mengatur secara jelas tentang penggunaan almanak

tersebut. Cara penggunaan almanak ini hanya dijelaskan secara lisan.95

Dan almanak tersebut tidak boleh dibicarakan atau diajarkan kepada

orang awam selain Bapa Imam dan penerusnya karena merupakan hal yang

tabu sesuai kepercayaan mereka.

95 Wawancara pribadi dengan H. Duma Supeleti, Imam Besar Mesjid Nurul Awal Wakal,

Wakal 6 Agustus 2010

Page 72: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

72

Masyarakat desa Wakal menggunakan almanak di atas sepanjang

masa. Almanak ini menyajikan hari dan tanggal satu tiap bulan Qamariyah

selama delapan tahun atau satu windu. Untuk melihat hari dan tanggal

lainnya, diurutkan dari tanggal 1 bulan Qamariyah tersebut. Setelah delapan

tahun (satu siklus usai), penghitungan akan kembali lagi pada tahun pertama

yaitu tahun Alif dan begitu seterusnya.96

96 Wawancara pribadi dengan H. Duma Supeleti, Imam Besar Mesjid Nurul Awal Wakal,

Wakal 6 Agustus 2010.

Page 73: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

73

Untuk mempergunakan tabel almanak, perhatikan langkah-langkah

dibawah ini:97

1. Mencari letak kotak tahun-tahun hisab Wakal pada tabel satu yang berisi

nama-nama tahun Jawa berbentuk huruf-huruf hijaiyyah yang berjumlah 8

yaitu Alip, Ha, Jim Awal, Za, Dal, Ba, Wawu dan Jim akhir.

2. Mencari letak kotak nama-nama bulan Hijriyah. Dalam bulan-bulan

tersebut berjumlah 12 yaitu Muharram, Safar, Rabiul Awal, Rabiul Akhir,

Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal,

Dzulqa’idah dan Dzulhijjah.

3. Mencari kotak yang menghubungkan nama tahun dan bulan Hijriyah.

Dengan cara mengurutkan ke bawah dari tahun yang dicari sampai sejajar

dengan nama bulan yang dicari, bila kotak tersebut menghubungkan nama

tahun dan bulan Hijriyah, maka sudah ditemukan hari dan tanggal 1 bulan

dari tahun yang dicari.

Misalnya, untuk menentukan pada hari apa jatuh tanggal 1 Rabiul

Awwal tahun Zai? Maka, carilah kolom tahun yang diatas tertulis huruf Za (

dan berikan tanda pada kotak tersebut. Lalu, mencari bulan Rabiul Awwal (ز

yang tertulis pada urutan kotak bulan Hijriyah, begitupula berikan tanda pada

kotak tersebut. Setelah itu urutkan dari kotak tahun Zai ke bawah, sampai

sejajar dengan kotak yang bertuliskan Rabiul Awwal. Bila sudah menemukan

kotak yang menghubungkan keduanya, maka kotak yang menunjukkan

tanggal 1 Rabiul Awwal tahun Za telah ditemukan dan jatuh pada hari Ahad.

97 Wawancara pribadi dengan H. Duma Supeleti, Imam Besar Mesjid Nurul Awal Wakal,

Wakal 6 Agustus 2010

Page 74: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

74

Tabel dibawah ini mengilustrasikan contoh penemuan tanggal 1 Rabiul

Awwal tahun Za.98

Tabel 4.2

Penentuan Tanggal 1 Rabiul Awwal Tahun Za pada Kalender Hisab

Wakal

◦◦◦◦◦◦◦

ز

ةجمع

سبت

احد باءار جمعت اثنین الولاربیع

Dalam prakteknya penetapan Awal Bulan Qamariyah akan diadakan di

Mesjid Nurul Awal Wakal yang dipimpin oleh Bapa Imam dan dihadiri oleh

tokoh-tokoh adat masyarakat Desa Wakal, kesepakatan yang diambil dalam

rapat tersebut akan diumumkan kepada masyarakat Desa Wakal oleh para Soa

yang merupakan wakil dari Bapa Raja Desa wakal.

Perhitungan hisab Wakal merupakan Kategori hisab urfi’ statis yang

tidak mengindahkan pergerakan benda-benda langit.

Perhitungan hisab Wakal tergolong ilmu cerita yang tidak boleh

dicatat dan merupakan hal yang tabu untuk diceritakan karena merupakan

ilmu keramat.

C. Data-Data Penetapan Awal Bulan Qamariyah Sistem Hisab Wakal

98 Wawancara pribadi dengan H. Duma Supeleti, Imam Besar Mesjid Nurul Awal Wakal,

Wakal 6 Agustus 2010

Page 75: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

75

Disini penulis akan menyajikan data-data hasil penetapan sistem hisab

Wakal dan prediksinya, yang disandingkan dengan keputusan Pemerintah

dalam penentuan tanggal 1 Muharram, 1 Ramadhan, 1 Syawal dan 10

Dzulhijjah dari tahun 2005 M/1426 H sampai dengan tahun 2011 M/1432

H.99

Pada tahun 2005 ditemukan data bahwa Pemerintah menetapkan

tanggal 1 Muharram pada hari Jumat tanggal 11 Februari 2005. Sedangkan

masyarakat Desa Wakal menetapkan tanggal 1 Muharram lebih awal 4 hari

pada hari Senin tanggal 7 Februari 2005. Kemudian pada bulan Ramadhan,

keputusan Pemerintah menetapkan 1 Ramadhan pada hari Senin tanggal 3

Oktober 2005. Sedangkan masyarakat Desa Wakal memulai ibadah puasa

lebih cepat 2 hari dari Pemerintah pada hari Sabtu tanggal 1 Oktober 2005.

Dengan demikian, Pemerintah menetapkan 1 Syawal pada hari Kamis tanggal

3 November 2005. Adapun masyarakat desa Wakal menetapkan hari Senin

tanggal 31 Oktober 2005 sebagai tanggal 1 Syawal 1426 H lebih awal 4 hari

dari Pemerintah. Selanjutnya, penetapan tanggal 10 Dzulhijjah 1426 H yang

dilakukan oleh Pemerintah jatuh pada hari Kamis 11 Januari 2005. Berbeda

dengan masyarakat desa Wakal yang menetapkan 10 Dzulhijjah 1426 H lebih

awal 4 hari yaitu pada hari Minggu tanggal 7 Januari 2005.100

Maka dapat disimpulkan dari data tesebut, bahwa penetapan tanggal 1

Muharram, 1 Ramadhan, 1 Syawwal, dan 10 Dzulhijjah tahun 1426 H versi

99 Data hari-hari besar Desa Wakal didapat dari wawancara dengan Bapa Imam Duma

Supeleti dan penelusuran penulis terhadap tokoh-tokoh adat masyarakat Desa Wakal.100Artikel diakses pada tanggal 23 Maret 2011

http://www.tempointeraktif.com/hg/nasiona l/2004/ 11/08/brk,20041108-11,id.html

Page 76: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

76

hisab Wakal dengan versi Pemerintah selalu berbeda ada yang 2 hari bahkan

ada yang sampai 4 hari. Sebagaimana tersajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.3 Hari Besar Islam Tahun 2005 M/1426 H/ Tahun Dal

No. Tanggal Hisab Wakal Pemerintah

1. 1 Muharram Senin, 7 Februari

2005

Jumat, 11 Februari 2005

2. 1 Ramadhan Sabtu, 1 Oktober

2005

Senin, 3 Oktober 2005

3. 1 Syawal Senin, 31 Oktober

2005

Kamis, 3 November 2005

4. 10 Dzulhijjah Minggu, 7 Januari

2005

Kamis, 11 Januari 2006

Dari data-data tersebut, penentuan tanggal 1 Muharram, 1 Ramadhan,

1 Syawal, dan 10 Dzulhijjah tahun 1426 H masyarakat desa Wakal selalu

lebih awal 2 sampai 4 hari dibandingkan dengan keputusan Pemerintah.

Perbedaan tersebut sangat jauh dan tidak sesuai dengan kaidah Ilmu Falak

saat ini sehingga perbedaan ini menimbulkan kesan yang tidak harmonis

antara masyarakat desa Wakal dengan masyarakat tetangga dan sekitarnya.101

Data-data yang dapat dilacak sepanjang tahun 2006, memperlihatkan

bahwa hari-hari besar Islam meliputi tanggal 1 Muharram, 1 Ramadhan, 1

Syawal dan 10 Dzulhijjah yang ditentukan oleh sistem hisab Wakal selalu

berbeda dengan keputusan Pemerintah. Pelaksanaan hari-hari besar Islam

101 Wawancara pribadi dengan H. Duma Supeleti, Imam Besar Mesjid Nurul Awal

Wakal, Wakal 6 Agustus 2010

Page 77: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

77

yang ditentukan oleh masyarakat desa Wakal pada tahun 2006 selalu lebih

cepat dari penetapan hari-hari besar Islam yang ditentukan oleh Pemerintah.

Sebagaimana tertulis pada tabel dibawah.

Tabel 4.4 Hari Besar Islam Tahun 2006 M/1427 H/Tahun Ba

No. Tanggal Hisab Wakal Pemerintah

1. 1 Muharram Sabtu, 28 Januari 2006 Selasa, 31 Januari 2006

2. 1 Ramadhan Kamis, 21 September 2006 Minggu, 24 September 2006

3. 1 Syawal Sabtu, 21 Oktober 2006 Selasa, 24 Oktober 2006

4. 10 Dzulhijjah Jumat, 29 Desember 2006 Minggu, 31 Desember 2006

Pada tahun 2007 M/1428 H ditemukan data-data yang tertulis pada

tabel tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya terjadi perbedaan

penentuan tanggal 1 Muharram, 1 Ramadhan, 1 Syawal, dan 10 Dzulhijjah

antara pemerintah dengan masyarakat Desa Wakal. Sebagaimana tertulis pada

tabel dibawah.102

Tabel 4.5 Hari Besar Islam Tahun 2007 M/1428 H/ Tahun Wawu

No. Tanggal Hisab Wakal Pemerintah

1. 1 Muharram Rabu, 17 Januari 2007 Sabtu, 20 Januari 2007

2. 1 Ramadhan Senin, 10 September

2007

Kamis, 13 September

2007

3. 1 Syawal Rabu, 10 Oktober 2007 Sabtu, 13 Oktober 2007

4. 10 Dzulhijjah Sabtu, 15 Oktober 2007 Kamis, 20 Desember

102 Wawancara pribadi dengan H. Duma Supeleti, Imam Besar Mesjid Nurul Awal

Wakal, Wakal 6 Agustus 2010

Page 78: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

78

2007

Seperti pada tahun-tahun sebelumnya pada tahun 2008 M/1428 H

ditemukan terjadi perbedaan penentuan tanggal 1 Muharram, 1 Ramadhan, 1

Syawal, dan 10 Dzulhijjah antara pemerintah dengan masyarakat Desa

Wakal. Sebagaimana tertulis pada tabel dibawah.103

Tabel 4.6 Hari Besar Islam Tahun 2008 M/1429H/ Tahun Jim Akhir

No. Tanggal Hisab Wakal Pemerintah

1. 1 Muharram Minggu, 6 Januari 2008 Kamis, 10 Januari 2008

2. 1 Ramadhan Jumat, 29 Agustus 2008 Senin, 1 September

2008

3. 1 Syawal Minggu, 28 September

2008

Rabu, 1 Oktober 2008

4. 10

Dzulhijjah

Sabtu, 6 Desember 2008 Senin, 8 Desember 2008

103 Artikel diakses pada tanggal 23 Maret 2011, kbriad.blogspot.com/2006/10/lebaran-

tahun-2006-di-uae.html

Page 79: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

79

Selanjutnya untuk data tahun 2009 M/1430 H.104 terjadi lagi

perbedaan penentuan tanggal 1 Muharram, 1 Ramadhan, 1 Syawal dan 10

Dzuljjah seperti sebelumnya. Sebagaimana tertulis pada tabel dibawah.105

Tabel 4.7 Hari Besar Islam Tahun 2009 M/1430 H/ Tahun Alif

No. Tanggal Hisab Wakal Pemerintah

1. 1 Muharram Jumat, 26 Desember

2008

Minggu, 28 Desember

2008

2. 1 Ramadhan Rabu, 19 Agustus 2009 Jumat, 21 Agustus 2009

3. 1 Syawal Jumat, 18 September

2009

Minggu, 20 September

2009

4. 10 Dzulhijjah Kamis, 26 November

2009

Jumat, 27 November 2009

Pada tahun 2010 M/1431 H ditemukan terjadi perbedaan penentuan

tanggal 1 Muharram, 1 Ramadhan, 1 Syawal, dan 10 Dzulhijjah antara

pemerintah dengan masyarakat Desa Wakal, bahkan terjadi perbedaan sampai

3 hari. Sebagaimana tertulis pada tabel dibawah.106

Tabel 4.8 Hari Besar Islam Tahun 2010 M/1431 H/ Tahun Ha

No. Tanggal Hisab Wakal Pemerintah

1. 1 Muharram Minggu, 13 Desember Jumat, 18 Desember

104 Artikel diakses pada tanggal 23 Maret 2011, www.depkominfo.go.id/.../menag-

lebaran-kemungkinan-tanggal-20-september-2009/105 Wawancara pribadi dengan H. Duma Supeleti, Imam Besar Mesjid Nurul Awal

Wakal, Wakal 6 Agustus 2010106 Artikel diakses pada tanggal 23 Maret 2011 dari www.poskota.co.id/berita.../10-11-

september-idul-fitri-2010

Page 80: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

80

2009 2009

2. 1 Ramadhan Minggu, 8 Agustus 2010 Rabu, 11 Agustus 2010

3. 1 Syawal Selasa, 7 September 2010 Jumat, 10 September

2010

4. 10

Dzulhijjah

Senin, 15 November 2010 Rabu, 17 November

2010

Melihat perbedaan penentuan awal bulan Qamariyah yang dilakukan

oleh masyarakat Desa Wakal dan Pemerintah pada tahun-tahun sebelumnya,

penentuan tanggal 1 Muharram tahun ini 2011 M/1432 H antara masyarakat

Desa Wakal dan Pemerintah masih mengalami perbedaan, masyarakat Desa

Wakal menetapkan hari Minggu 5 Desember 2010, sedangkan Pemerintah

menetapkan hari Selasa tanggal 7 Desember 2010 terlambat 2 hari dari

masyarakat Desa Wakal. Diperkirakan, penentuan 1 Ramadhan 1432 H tidak

jauh berbeda dengan penentuan Ramadhan sebelumnya yang berbeda,

Pemerintah menetapkan hari Minggu tanggal 31 Juli 2011 sedangkan

masyarakat Desa Wakal akan mulai berpuasa dua hari lebih awal yaitu hari

Jumat tanggal 29 Juli 2011 begitupula penetapan 1 Syawal dan 10 dzulhijjah

sebagaimana tabel dibawah.107

Tabel 4.9 Hari Besar Islam Tahun 2011 M/1432 H/ Tahun Jim

Awal

107 Artikel diakses pada tanggal 23 Maret 2011 dari

tanggalanislam.blogspot.com/2011_02_01_ archive.html

Page 81: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

81

No. Tanggal Hisab Wakal Pemerintah

1. 1 Muharram Minggu, 5 Desember 2010 Selasa, 7 Desember 2010

2. 1 Ramadhan Jumat, 29 Juli 2011 Minggu, 31 Juli 2011

3. 1 Syawal Minggu, 28 Agustus 2011 Selasa, 30 Agustus 2011 *

4. 10 Dzulhijjah Jumat, 4 November 2011 Minggu, 6 November 2011

Memperhatikan data-data yang diperoleh dari tahun 2005 M/1426 H

sampai tanggal 1 Muharram tahun 2010 M/1432 H dan perkiraan sampai pada

tanggal 10 Dzulhijjah tahun 2011 M/1432 H, penulis menyimpulkan bahwa

selalu terjadi perbedaan dalam penentuan hari-hari besar Islam antara

keputusan Pemerintah dan masyarakat Desa Wakal, Kec. Lei Hitu, Kab.

Maluku Tengah, Maluku. Penulis juga meprediksikan bahwa perbedaan

dalam penentuan tanggal 1 Muharram, 1 Ramadhan, 1 Syawal dan 10

Dzulhijjah antara Pemerintah dan masyarakat Desa Wakal untuk tahun-tahun

selanjutnya akan selalu mengalami perbedaan.

D. Implikasi Penetapan Awal Bulan Qamariyah Menurut Perspektif

Masyarakat Desa Wakal

Berawal dari pemahaman yang berbeda terhadap surat Yunus ayat 5

dan meneruskan sistem hisab turun-temurun yang diwariskan dari leluhur

mereka. Masyarakat Desa Wakal tetap meneruskan sistem dan praktek

penetapan awal bulan Qamariyah meskipun berbeda dengan penetapan

* Pada saat tulisan ini disusun, kepastian jatuhnya hari raya Iedul Fitri 1432 H belum

diputuskan karena masih harus menunggu hasil siding itsbat oleh Menteri Agama yang akan dilaksanakan kemudian.

Page 82: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

82

Pemerintah. Sistem hisab masyarakat Desa Wakal sebenarnya merupakan

konsep hisab Jawa yang memadukan konsep penetapan awal bulan

Qamariyah ala Timur Tengah dengan konsep Jawa. Dari data-data yang

diperoleh, menunjukkan sistem hisab Wakal menetapkan waktu-waktu yang

terkait dengan ibadah seperti penetapan tanggal 1 Muharram, 1 Ramadhan, 1

Syawal dan 10 Dzulhijjah berbeda dengan penetapan Pemerintah dan

penganut hisab urfi lainnya. Hal ini mengakibatkan perbedaan pelaksaan

ibadah puasa, sholat tarawih, sholat hari raya Iedul Fitri dan penyembelihan

hewan kurban berbeda satu, dua atau tiga hari lebih cepat dengan Pemerintah

dan masyarakat sekitar. Karena selang perbedaan penetapan hari-hari besar

Islam antara keduanya yang jauh sehingga menimbulkan adanya sisi

ketidakharmonisan antara masyarakat Desa Wakal dengan masyarakat

sekitar. Meskipun adanya ketidakharmonisan dan perbedaan dalam penetapan

hari besar Islam tetapi muncul sifat toleransi beragama antara masyarakat

Desa Wakal dengan masyarakat sekitarnya.

E. Hubungan Antara Hisab Islam Jawa dengan Hisab Islam Wakal

1. Sejarah Singkat Almanak Islam Jawa

Kalender Hijriyah Jawa Kalender Saka dipakai di Jawa sampai

awal abad ke-17. Kesultanan Demak, Banten, dan Mataram

menggunakan kalender Saka dan kalender Hijriyah secara bersama-sama.

Pada tahun 1633 Masehi (1555 Saka atau 1043 Hijriyah), Sultan Agung

Ngabdurahman Sayidin Panotogomo Molana Matarami (1613-1645) dari

Mataram menghapuskan kalender lunisolar Saka dari Pulau Jawa, lalu

Page 83: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

83

menciptakan Kalender Jawa yang mengikuti kalender lunar Hijriyah.

Cuma bilangan tahun 1555 tetap dilanjutkan. Jadi 1 Muharram 1043

Hijriyah adalah 1 Muharam 1555 Jawa, yang jatuh pada hari Jum’at Legi

tanggal 8 Juli 1633 Masehi. Angka tahun Jawa selalu berselisih 512 dari

angka tahun Hijriyah. Keputusan Sultan Agung ini disetujui dan diikuti

oleh Sultan Abul-Mafakhir Mahmud Abdulkadir (1596-1651) dari

Banten. Dengan demikian kalender Saka tamat riwayatnya di seluruh

Jawa, dan digantikan oleh kalender Jawa yang sangat bercorak Islam dan

sama sekali tidak lagi berbau Hindu atau budaya India. Nama-nama

bulan disesuaikan dengan lidah Jawa: Muharam, Sapar, Rabingulawal,

Rabingulakir, Jumadilawal, Jumadilakir, Rejeb, Saban, Ramelan, Sawal,

Dulkangidah, Dulkijah. Muharram juga disebut bulan Sura sebab

mengandung Hari Asyura 10 Muharram. Rabi’ul Awwal dijuluki bulan

Mulud, yaitu bulan kelahiran Nabi Muhammad s.a.w. Rabi’ul Akhir

adalah Bakdamulud atau Silihmulud, artinya “sesudah mulud”. Sya’ban

merupakan bulan Ruwah, saat mendoakan arwah keluarga yang telah

wafat, dalam rangka menyambut bulan Pasa (puasa Ramadhan). Dzul-

Qa’dah disebut Hapit atau Sela sebab terletak di antara dua hari raya.

Dzul-Hijjah merupakan bulan Haji atau Besar (Rayagung), saat

berlangsungnya ibadah haji dan Idul Adha. Nama-nama hari dalam

bahasa Sansekerta (Raditya, Soma, Anggara, Budha, Brehaspati, Sukra,

Sanaiscara) yang berbau jahiliyah (penyembahan benda-benda langit)

juga dihapuskan oleh Sultan Agung, lalu diganti dengan nama-nama hari

Page 84: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

84

dalam bahasa Arab yang disesuaikan dengan lidah Jawa: Ahad, Senen,

Seloso, Rebo, Kemis, Jumuwah, Saptu. Tetapi hari-hari pancawara

(Pahing, Pon, Wage, Kaliwuan, Umanis atau Legi) tetap dilestarikan,

sebab hal ini merupakan konsep asli masyarakat Jawa, bukan diambil

dari kalender Saka atau budaya India. Dalam setiap siklus satu windu

(delapan tahun), tanggal 1 Muharam (Sura) berturut-turut jatuh pada hari

ke-1, ke-5, ke-3, ke-7, ke-4, ke-2, ke-6 dan ke-3.108

Itulah sebabnya tahun-tahun Jawa dalam satu windu dinamai

berdasarkan numerologi huruf Arab: Alif (1), Ha (5), Jim Awwal (3), Zai

(7), Dal (4), Ba (2), Waw (6) dan Jim Akhir (3). Sudah tentu

pengucapannya menurut lidah Jawa: Alip, Ehe, Jimawal, Je, Dal, Be,

Wawu dan Jimakir. Tahun-tahun Ehe, Dal dan Jimakir ditetapkan sebagai

kabisat. Jumlah hari dalam satu windu adalah (354 x 8) + 3 = 2835 hari.

Itulah sebabnya setiap awal windu (1 Muharam tahun Alip) selalu jatuh

pada hari dan pasaran yang sama. Menarik untuk dicatat bahwa jika umat

Islam di luar Jawa hanya mengenal Senin 12 Rabi’ul-Awwal sebagai hari

dan tanggal kelahiran Nabi Muhammad s.a.w. maka umat Islam di Jawa

menyebutkan saat lahirnya Junjungan kita yang mulia itu secara lebih

komplit: Senin Pon 12 Rabingulawal (Mulud) Tahun Dal. Oleh karena

kabisat Jawa tiga dari delapan tahun (3/8 = 45/120), sedangkan kabisat

Hijriyah 11 dari 30 tahun (11/30 = 44/120), maka dalam setiap 15 windu

108 Hijri Kalender, artikel diakses pada tanggal 12 Januari 2011 dari website

http://malikulalaa.bl ogspot.com/2008/02/almanak.html

Page 85: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

85

(120 tahun), yang disebut satu kurup, kalender Jawa harus hilang satu

hari, agar kembali sesuai dengan kalender Hijriyah.109

Kurup pertama berlangsung dari Jum’at Legi 1 Muharam tahun

Alip 1555 Saka/1043 Hijriah/1633 Masehi sampai Kamis Kliwon 30

Dulkijah tahun Jimakir 1674 S/1162 H/1749 M. Di sini 30 Dulkijah

dihilangkan. Dengan demikian Rabu Wage 29 Dulkijah tahun Jimakir

1674 Saka akhir kurup pertama langsung diikuti oleh awal kurup kedua

Kamis Kliwon 1 Muharam tahun Alip 1675 Saka. Jadi, awal windu (1

Muharam tahun Alip) bergeser dari Jum’at Legi menjadi Kamis Kliwon.

Setelah 120 tahun berikutnya, awal windu harus bergeser lagi menjadi

Rabu Wage, kemudian pada gilirannya menjadi Selasa Pon, dan

seterusnya. Setiap kurup (periode 120 tahun) dinamai menurut hari

pertamanya.110

a. Periode pertama tahun 1555-1674 Saka/1043-1162 Hijriah/1633-

1749 Masehi disebut kurup Jamngiah (Awahgi = tahun Alip mulai

Jumuwah Legi)

b. Periode kedua tahun 1675-1794 Saka/1163-1282 Hijriah/1749-1866

Masehi disebut kurup kamsiah (Amiswon = Alip-Kemis-Kliwon)

c. Periode ketiga tahun 1795-1914 Saka/1283-1402 Hijriah/1866-1982

Masehi disebut kurup arbangiah (Aboge = Alip-Rebo-Wage)

109 Hijri Kalender, artikel diakses pada tanggal 12 Januari 2011 dari website

http://malikulalaa.bl ogspot.com/2008/02/almanak.html110 Zubair Umar Al-Jaelani, Khulashat al-Kafiyyah, (Kudus: Menara Kudus, tthn), h. 14.

Page 86: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

86

d. Sejak tanggal 1 Muharam tahun Alip 1915 Saka, 1 Muharram 1403

Hijriyah yang bertepatan dengan tanggal 19 Oktober 1982, kita

berada dalam kurup salasiah (Asopon = Alip-Seloso-Pon), yaitu

periode 1915-2034 Saka/1403-1523 Hijriah/1982-2099 Masehi, di

mana setiap tanggal 1 Muharam tahun Alip pasti jatuh pada hari

Selasa Pon.

2. Masuknya Pengaruh Islam Jawa di Desa Wakal

Melihat sejarah terbentuknya Desa Wakal tidak terlepas dari

peran Kiyai Daud atau biasa disebut dengan Perdana Awal yang berasal

dari Jawa. Kiyai Daud ibunya merupakan keturunan dari keluarga Raja

Mataram Islam yang tinggal di Kerajaan Tuban. Sejak kecil Pattikuwa

bersama saudara laki-lakinya Kiyai Turi dan saudara perempuannya Nyai

Mas dibesarkan dalam lingkungan keluarga ibunya. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa almanak yang saat ini dipakai di Desa Wakal

memiliki hubungan atau berasal dari Jawa yang merupakan almanak

Islam pertama dibuat oleh Sultan Agung Ngabdurahman Sayidin

Panotogomo Molana Matarami. Karena mengingat Raja Pattikuwa

memiliki hubungan dengan Kerajaan Mataram Islam dan Pattikuwa

sendiri dibesarkan dilingkungan Kerajaan Mataram Islam.111

Sumber sejarah yang lain adalah ketika Sultan Zainal Abidin

(1486-1500 Masehi) memerintah di Ternate, ia mengambil kesempatan

untuk belajar mengenai agama Islam di Gresik. Disini ia bertemu dengan

111 Wawancara pribadi dengan H. Duma Supeleti, Imam Besar Mesjid Nurul Awal

Wakal, Wakal 6 Agustus 2010

Page 87: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

87

kepala daerah Hitu dari Ambon yang beragama Islam, yaitu Pate Putih,

yang datang untuk tujuan yang sama. Antara keduanya diadakan

persetujuan yang berakibat bahwa para sultan Ternate kemudian

mengklaim sebagian dari Pulau Ambon.112

Kerajaan Hitu juga merupakan bandar niaga utama di Maluku

Tengah sekitar awal abad ke-16 bersamaan dengan meluasnya

penanaman cengkih di wilayah itu terutama di Jazirah Hoamoal di Seram

Barat. Perluasan wilayah penanaman cengkih ini ada kaitannya dengan

perluasan kekuasaan Kerajaan Ternate di wilayah Maluku Tengah.

Kedudukan istimewa Kerajaan Hitu disebabkan adanya hubungan dengan

Jepara di Jawa. Hubugan ini oleh Jamilu dan keturunannya yang dikenal

sebagai keluarga Perdana Nusapati. Dalam hikayat Tanah Hitu beberapa

kali diceritakan mengenai pelayaran Jamilu dan sanak keluarganya ke

Jepara untuk mengadakan perdagangan dan pelayaran.113

3. Persamaan dan Perbedaan Almanak Hisab Islam Jawa dengan

Almanak Hisab Wakal

Almanak hisab Islam Jawa dan almanak hisab Islam Wakal

memiliki persamaan seperti:

a) Almanak hisab Wakal hari pertama bulan Muharram tahun Alif sama

dengan hari pertama bulan Muharram tahun Alif almanak hisab

Islam Jawa yang dibuat oleh Sultan Agung yaitu hari Jumat.

112 Dahlan, Abdul Aziz, ed., Ensiklopedi Islam, Jilid 5, (Jakarta: PT Ichtiar Baru van

Hoeve, 1999), h. 99.113 RZ. Leirissa dkk., Ternate Sebagai Bandar Jalur Sutra, (Jakarta: DEPDIKBUD,

1999), h. 16.

Page 88: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

88

b) Daur dalam perhitungan lamanya satu windu atau 8 tahun terdiri dari

nama-nama tahun Alif (1), Ha (5), Jim Awal (3), Zai (7), Dal (4), Ba

(2), Wauw (6), dan Jim Akhir (3).

Adapun perbedaan ketentuan Hisab Jawa Islam (Hisab Urfi)

dengan sistem hisab Wakal adalah:

a) Tahun-tahun Ehe, Dal dan Jimakir ditetapkan sebagai kabisat.

Jumlah hari dalam satu windu adalah [354x8]+3=2835 hari. Itulah

sebabnya tanggal 1 Muharram tahun Alip dalam setiap 120 tahun

selalu jatuh pada hari dan pasaran yang sama. Sedangkan sistem

hisab Wakal tidak mengenal tahun kabisat dan tahun basithah.

Dalam almanak Wakal penetapan awal bulan Qamariyah hanya

berpatokan pada almanak yang turun temurun diwariskan kepada

Tupey (Imam Besar Mesjid Nurul Awal Wakal).

b) Berlakunya kurup, yaitu kalender Jawa harus hilang satu hari (maju

satu hari) agar kembali sesuai dengan kalender Hijriah. Pada

kalender Jawa, tahun kabisat ada 3 dari delapan (3/8=45/120),

sedangkan kabisat Hijriah ada 11 dari 30 tahun (11/30=44/120),

maka dalam setiap 15 windu (120 tahun) kalender Jawa lebih satu

hari dari kalender Hijriah. Agar kalender Jawa sesuai dengan

kalender Hijriah maka kalender Jawa harus maju satu hari.

Sedangkan di Wakal tidak menggunakan sistem kurup. Karena tidak

ada kitab atau penjelasan mengenai sistem kurup sebelumnya.

F. Analisis Penulis

Page 89: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

89

Dari hasil penelitian penulis kepada masyarakat Desa Wakal,

Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku, yang

didukung dengan data wawancara dengan tokoh adat masyarakat Wakal dan

dari beberapa literatur yang berkaitan, penulis melihat ada beberapa hal yang

perlu ditelaah.

Pertama, Analisis dari segi pemahaman terhadap dasar pijakan penghitungan

hisab Wakal yaitu surat Yunus ayat 5 yang berbunyi:114

Artinya: “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang Mengetahui.

Tokoh adat masyarakat desa Wakal memahami kalimat “Lita’lamuu

‘adada siniina wal hisaaba” mengandung perintah untuk mengetahui

bilangan tahun dan waktu dengan menggunakan sistem hisab. Sistem hisab

yang dimaksud adalah hisab sebagai satu-satunya metode untuk menentukan

awal bulan Qamariyah.

Dari kerangka pemahaman di atas, tokoh adat desa Wakal memahami

perhitungan hisab Wakal sebagai interpretasi dari surat Yunus ayat 5.

114 Wawancara pribadi dengan H. Duma Supeleti, Imam Besar Mesjid Nurul Awal

Wakal, Wakal 6 Agustus 2010.

Page 90: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

90

Kerangka pemahaman tersebut lahir dari pendapat bahwa perhitungan waktu

bersifat pasti dan dapat diprediksi sebelumnya, karena perhitungan yang

berubah tidak menunjukkan kevalidan metode penghitungan waktu.

Sedangkan sistem rukyat sangat tergantung pada hilal yang terlihat pada

tanggal 29 bulan Hijriah. Sehingga tokoh adat masyarakat desa Wakal tidak

mengakomodir rukyat sebagai bagian dari sistem penentuan awal bulan

Qamariyah yang digunakan. Karena rukyat tidaklah pasti, tergantung pada

terlihatnya hilal.

Wahbah Zuhaili dkk., menyebutkan dalam Ensiklopedi Al-Quran

bahwa kata tempat dalam kalimat “Dan ditetapkannya perjalanan bulan

ditempat-tempatnya” berjumlah dua puluh delapan tempat. Manzilah adalah

jarak tertentu yang dapat ditempuh gerakan bulan dalam sehari semalam, agar

kalian mengetahui waktu. Dengan matahari, dapat diketahui batasan hari,

sedangkan bulan dapat diketahui bilangan bulan dan tahun.115

Kemudian dalam tafsiran yang diterbitkan oleh Universitas Islam

Indonesia menyebutkan bahwa Allah SWT menjadikan bulan dan

menjadikannya beredar menjalani garis edar dalam manzilah-manzilahnya

agar manusia mudah mengetahui bilangan tahun, perhitungan waktu,

perhitungan bulan, penentuan hari, jam, detik dan sebagainya. Sehingga,

manusia dapat membuat rencana untuk dirinya, keluarganya, masyarakat,

115 Wahbah Zuhaili dkk., Ensiklopedi Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2007), Cet.1,

h.208.

Page 91: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

91

agamanya, serta rencana-rencana lain yang berhubungan dengan hidup dan

kehidupannya sebagai anggota masyarakat dari hamba Allah.116

Abu Yusuf Al-Ansary mengutip pendapat Syaikh Ibnu Taimiyyah

bahwa firman Allah التعلمو (supaya kamu mengetahui…) berkaitan dengan

firman Allah (Dia menetapkan…) bukan kepada ره وقد (Dia menjadikan…).

Karena sifat matahari yang bersinar dan bulan yang bercahaya tidak

berpengaruh dalam mengetahui hitungan tahun dan hisab. Namun yang

memberikan pengaruh dalam hal itu adalah perpindahan keduanya dari satu

tempat ke tempat lainnya. Disamping itu dalam ayat lain dijelaskan bahwa

penentuan bulan dan tahun tidak dikaitkan dengan matahari.117

Firman Allah SWT dalam Q.S. At-Taubah (9) ayat 36 yang berbunyi:

)٣٦: ٩التوبة(

Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram”. (Q.S. At-Taubah : 36)

Dari beberapa penafsiran diatas, penulis menyimpulkan bahwa

kandungan dari surat Yunus ayat 5 yaitu Allah SWT menciptakan matahari,

bulan dan tempat peredarannya bertujuan agar manusia mengetahui

pergantian waktu yang diakibatkan dari peredaran dan persinggungan

keduanya.

116 Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Yogyakarta: Dana Bhakti

Wakaf, 1990) jilid 10, 11, 12, h. 314.117 Abu Yusuf Al-Ansary, Pilih Hisab Rukyat, (Solo: Darul Islam,tth), h. 73.

Page 92: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

92

Kedua, Analisis dari segi sejarah masuknya pengaruh Islam Jawa ke

Desa Wakal. Melihat sejarah terbentuknya Desa Wakal tidak terlepas dari

peran Kiyai Daud atau biasa disebut dengan Perdana Awal yang berasal dari

Jawa. Kiyai Daud ibunya merupakan keturunan dari keluarga Raja Mataram

Islam yang tinggal di Kerajaan Tuban. Sejak kecil Pattikuwa bersama saudara

laki-lakinya Kiyai Turi dan saudara perempuannya Nyai Mas dibesarkan

dalam lingkungan keluarga ibunya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

almanak yang saat ini dipakai di Desa Wakal memiliki hubungan atau berasal

dari Jawa yang merupakan almanak Islam pertama dibuat oleh Sultan Agung

Ngabdurahman Sayidin Panotogomo Molana Matarami. Karena mengingat

Raja Pattikuwa memiliki hubungan dengan Kerajaan Mataram Islam dan

Pattikuwa sendiri dibesarkan dilingkungan Kerajaan Mataram Islam.

Sumber sejarah yang lain adalah ketika Sultan Zainal Abidin (1486-

1500 M) memerintah di Ternate, ia mengambil kesempatan untuk belajar

mengenai agama Islam di Gresik. Disini ia bertemu dengan kepala daerah

Hitu dari Ambon yang beragama Islam, yaitu Pate Putih, yang datang untuk

tujuan yang sama. Antara keduanya diadakan persetujuan yang berakibat

bahwa para sultan Ternate kemudian mengklaim sebagian dari Pulau

Ambon.118

Kerajaan Hitu juga merupakan bandar niaga utama di Maluku Tengah

sekitar awal abad ke-16 bersamaan dengan meluasnya penanaman cengkih di

wilayah itu terutama di Jazirah Hoamoal di Seram Barat. Perluasan wilayah

118 Dahlan, Abdul Aziz, ed., Ensiklopedi Islam, Jilid 5, (Jakarta: PT Ichtiar Baru van

Hoeve, 1999), hal. 99.

Page 93: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

93

penanaman cengkih ini ada kaitannya dengan perluasan kekuasaan Kerajaan

Ternate di wilayah Maluku Tengah. Kedudukan istimewa Kerajaan Hitu

disebabkan adanya hubungan dengan Jepara di Jawa. Hubugan ini oleh

Jamilu dan keturunannya yang dikenal sebagai keluarga Perdana Nusapati.

Dalam hikayat Tanah Hitu beberapa kali diceritakan mengenai pelayaran

Jamilu dan sanak keluarganya ke Jepara untuk mengadakan perdagangan dan

pelayaran.119

Secara arkeologis bukti-bukti kemapanan Islam dapat ditelusuri di

wilayah bekas Kerajaan Hitu. Dapat dikatakan pada wilayah bagian selatan

kepulauan Maluku, kerajaan Hitu adalah sebuah wilayah dengan keagamaan

dan budaya Islam yang paling kuat dan paling mapan. Daerah ini selama ini

memang dianggap sebagai wilayah kerajaan Islam di Pulau Ambon yang

kekuasaan dan keislamannya sejajar dengan Ternate. Di wilayah ini

ditemukan bekas Masjid Kuno Tujuh Pangkat, yang dibangun diatas bukit

bernama Amahitu. Selain bekas masjid kuno ditemukan juga naskah alquran

kuno dan naskah kuno lainnya, pucuk mustaka masjid kuno, mahkota raja,

kompleks makam raja, penanggalan Islam kuno, timbangan zakat fitrah dan

lain-lain. Dari data arkeologi ini dapat menggambarkan bahwa kerajaan Hitu

merupakan wilayah kerajaan dengan corak budaya Islam yang kuat.120

119 RZ. Leirissa dkk., Ternate Sebagai Bandar Jalur Sutra, Jakarta: DEPDIKBUD, 1999.

hal. 16.

120 Jejak Arkeologi Pengaruh Budaya Islam di Wilayah Maluku dan Maluku Utara oleh Wuri Handoko, artikel ini diakses pada tanggal 28 Januari 2011 dari website http://arkeomaluku.com/

Page 94: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

94

Dari penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa almanak hisab

Islam yang sekarang digunakan di Desa Wakal adalah merupakan produk

atau almanak hisab Islam Jawa yang pertama dibuat oleh Sultan Agung

Ngabdurahman Sayidin Panotogomo Molana Matarami.

Meskipun almanak hisab Islam yang sekarang digunakan di Wakal

sama dengan almanak hisab Islam Jawa yang pertama dibuat oleh Sultan

Agung namun terdapat beberapa kekeliruan penulisan hari awal bulan

sehingga menyebabkan jumlah hari dalam satu bulan kurang dari 29 hari dan

bahkan ada yang lebih dari 30 hari. Beberapa kekeliruan tersebut antara lain:

1. Awal bulan Muharram tahun Ha almanak hisab Islam Wakal jatuh pada

hari Ahad sedangkan pada almanak hisab Islam Jawa jatuh pada hari

Selasa yang mengakibatkan kekeliruan yang fatal pada jumlah hari bulan

Dzulhijjah tahun Alif Wakal hanya 27 hari dari yang seharusnya 29 hari

sehingga mengakibatkan jumlah tahun Alif Wakal hanya menjadi 352 hari

dari yang seharusnya 354 hari. Selain itu juga mengakibatkan jumlah hari

bulan Muharram tahun Ha menjadi 32 hari dari yang seharusnya 30 hari.

2. Awal bulan Rajab tahun Ha almanak hisab Islam Wakal jatuh pada hari

Jumat sedangkan pada almanak hisab Islam Jawa jatuh pada hari Kamis

yang mengakibatkan jumlah hari bulan Jumadil Akhir Tahun Ha menjadi

30 hari dari yang seharusnya 29 hari, dan juga mengakibatkan jumlah hari

bulan Rajab tahun Ha menjadi 29 hari dari yang seharusnya 30 hari.

Sehingga mengakibatkan jumlah hari tahun Ha menjadi 357 hari lebih 2

hari dari yang seharusnya 355 hari tahun Ha almanak hisab Islam Jawa.

Page 95: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

95

3. Awal bulan Muharram tahun Zai Wakal jatuh pada hari Jumat berbeda

dengan almanak hisab Islam Jawa yang jatuh pada hari Kamis sehingga

mengakibatkan jumlah hari bulan Dzulhijjah tahun Jim Awal menjadi 30

hari dari yang seharusnya 29 hari. Selain itu juga mengakibatkan jumlah

hari bulan Muharram tahun Zai Wakal menjadi 29 hari dari yang

seharusnya 30 hari.

4. Awal bulan Ramadhan tahun Zai Wakal jatuh pada hari Jumat dari yang

seharusnya jatuh pada hari Selasa sehingga mengakibatkan kesalahan fatal

jumlah bulan Ramadhan tahun Zai yang hanya 27 hari dari yang

seharusnya 30 hari. Selain itu juga mengakibatkan jumlah bulan Sya’ban

tahun Zai menjadi 32 hari dari yang seharusnya 29 hari.

5. Awal bulan Dzulqaidah tahun Zai Wakal jatuh pada hari Senin dari yang

seharusnya jatuh pada hari Jumat sehingga mengakibatkan kesalahan fatal

jumlah hari bulan Syawal tahun Jai menjadi 32 hari dari yang seharusnya

29 hari dan juga mengakibatkan jumlah hari bulan Dzulqaidah Wakal

menjadi 32 hari dari yang seharusnya 30 hari.

6. Awal bulan Dzulhijjah tahun Zai Wakal jatuh pada hari Jumat berbeda dari

almanak hisab Islam Jawa yang jatuh pada hari Ahad sehingga

mengakibatkan jumlah hari bulan Dzulhijjah tahun Zai menjadi 31 hari

dari yang sebenarnya 29 hari. Sehingga mengakibatkan jumlah hari tahun

Zai Wakal menjadi 360 hari jauh berbeda dengan yang seharusnya 354

hari.

Page 96: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

96

7. Awal bulan Jumadil Akhir tahun Dal Wakal jatuh pada hari Jumat berbeda

dengan almanak hisab Islam Jawa yang jatuh pada hari Selasa sehingga

mengakibatkan jumlah hari bulan Jumadil Akhir tahun Dal menjadi 33

hari dari yang seharusnya 29 hari dan juga mengakibatkan jumlah hari

bulan Jumadil Awal tahun Dal Wakal menjadi 33 hari dari yang

seharusnya 30 hari. Hal ini mengakibatkan jumlah hari dalam setahun

menjadi 359 hari dari yang seharusnya 355 hari.

8. Awal bulan Dzulhijjah tahun Wawu Wakal jatuh pada hari Rabu

sedangkan almanak hisab Islam Jawa jatuh pada hari Sabtu sehingga

mengakibatkan jumlah hari bulan Dzulqaidah tahun Wawu menjadi 28

hari dari yang seharusnya 30 hari dan juga mengakibatkan jumlah hari

bulan Dzulhijjah tahun Wawu menjadi 32 hari dari yang seharusnya 29

hari. Hal ini mengakibatkan jumlah hari tahun Wawu menjadi 355 hari

dari yang seharusnya 354 hari.

Untuk penjelasan lebih rinci dapat melihat Tabel Almanak Hisab

Islam Jawa, Almanak Hisab Islam Wakal, Jumlah Hari Almanak Hisab Islam

Jawa dan Jumlah Hari Islam Wakal dalam lembar lampiran.

Karena kesalahan tersebut mengakibatkan jumlah hari dalam satu

windu almanak hisab Wakal menjadi 2848 hari. Sedangkan jumlah hari dalam

satu windu almanak hisab Islam Jawa adalah (354 x 8) + 3 = 2835 hari.

Selain masalah penyimpangan almanak hisab Islam Wakal, untuk

saat ini almanak hisab Islam Jawa yang pertama kali dibuat oleh Sultan

Agung sendiri sudah tidak bisa digunakan lagi karena dalam setiap 15 windu

Page 97: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

97

(120 tahun), yang disebut satu kurup, almanak Jawa harus maju satu hari,

agar kembali sesuai dengan almanak Hijriah.

Kurup pertama berlangsung dari Jum’at Legi 1 Muharam tahun Alip

1555 Saka/1043 Hijriah/1633 Masehi sampai Kamis Kliwon 30 Dulkijah

tahun Jimakir 1674 S/1162 H/1749 M. Di sini 30 Dulkijah dihilangkan.

Dengan demikian Rabu Wage 29 Dulkijah tahun Jimakir 1674 Saka akhir

kurup pertama langsung diikuti oleh awal kurup kedua Kamis Kliwon 1

Muharam tahun Alip 1675 Saka. Jadi, awal windu (1 Muharam tahun Alip)

bergeser dari Jum’at Legi menjadi Kamis Kliwon. Setelah 120 tahun

berikutnya, awal windu harus bergeser lagi menjadi Rabu Wage, kemudian

pada gilirannya menjadi Selasa Pon, dan seterusnya. Setiap kurup (periode

120 tahun) dinamai menurut hari pertamanya.121

1. Periode pertama tahun 1555-1674 Saka/1043-1162 Hijriah/1633-1749

Masehi disebut kurup Jamngiah (Awahgi = tahun Alip mulai Jumuwah

Legi)

2. Periode kedua tahun 1675-1794 Saka/1163-1282 Hijriah/1749-1866

Masehi disebut kurup kamsiah (Amiswon = Alip-Kemis-Kliwon)

3. Periode ketiga tahun 1795-1914 Saka/1283-1402 Hijriah/1866-1982

Masehi disebut kurup arbangiah (Aboge = Alip-Rebo-Wage)

4. Sejak tanggal 1 Muharam tahun Alip 1915 Saka, 1 Muharram 1403

Hijriyah yang bertepatan dengan tanggal 19 Oktober 1982, kita berada

dalam kurup salasiah (Asopon = Alip-Seloso-Pon), yaitu periode 1915-

121 Zubair Umar Al-Jaelani, Khulashat al-Kafiyyah, Kudus: Menara Kudus, tthn., hal. 14

Page 98: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

98

2034 Saka/1403-1523 Hijriah/1982-2099 Masehi, di mana setiap tanggal 1

Muharam tahun Alip pasti jatuh pada hari Selasa Pon.

Karena telah masuk ke dalam kurup Asopon sehingga penggunaan

almanak hisab Islam Jawa kurup pertama tidak bisa digunakan lagi.

Dari penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa almanak

hisab yang sekarang digunakan di Desa Wakal telah jauh menyimpang dari

almanak hisab Islam Jawa yang pertama kali dibuat oleh Sultan Agung.

Sehingga tidak bisa dijadikan pedoman dalam penetapan awal bulan

Qamariyah.

Tokoh adat masyarakat Wakal menggunakan hisab Wakal, tidak

terlepas dari taqlid buta kepada para pendahulu mereka yang telah diwariskan

secara turun-temurun kepada Tupey atau Imam Besar Mesjid Nurul Awal

Wakal. Dengan kerangka pemikiran seperti itu, Tokoh adat masyarakat

Wakal tidak mentelaah dan memperbaiki kembali terhadap metode yang

dipakai sejak dulu sampai sekarang. Sehingga hisab Wakal selalu berbeda

dengan Pemerintah dan penganut hisab urfi lainnya.

Page 99: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

99

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemaparan-pemaparan yang telah disampaikan, penulis dapat

menarik kesimpulan bahwa:

1. Dasar pijakan tokoh-tokoh adat masyarakat Desa Wakal dalam

menetapkan awal bulan Qamariyah berdasarkan pada hisab yang

disandarkan pada surat Yunus ayat 5. Mereka berpendapat bahwa ayat

tersebut mengandung perintah untuk menetapkan awal bulan Qamariyah

atau waktu dengan menggunakan hisab semata. Dan hisab yang diyakini

sebagai interpretasi surat Yunus ayat 5 adalah Hisab Wakal.

2. Almanak hisab Wakal bersumber dari almanak hisab Jawa pertama yang

dibuat oleh Sultan Agung Ngabdurahman Sayidin Panotogomo Molana

Matarami dan telah dimodifikasi. Penggunaan almanak tersebut sudah

tidak sesuai dengan jaman sekarang karena almanak hisab Jawa harus

mengalami kurup yaitu maju satu hari setiap 120 tahun dari pertama kali

dibuat. Hisab Wakal dapat dikatakan sebagai hisab ‘urf statis yang

tergolong mathematical calendar yang tidak mengindahkan pergerakan

bintang sehingga bersifat pasti. Karena almanak Wakal telah dimodifikasi

dari almanak Jawa sehingga menimbulkan terjadinya kesalahan seperti,

tidak beraturannya jumlah hari dalam sebulan ada yang kurang dari 29 hari

bahkan ada yang lebih dari 31 hari sehingga jumlah hari dalam setahunnya

Page 100: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

100

juga tidak beraturan ada yang 352 hari (tahun Alif) bahkan ada yang 360

hari (tahun Jai) dalam setahun. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan kaidah

almanak hisab Jawa yang jumlah harinya dalam sebulan bergantian antara

29 dan30 hari. Dan untuk jumlah hari dalam setahun 354 hari kecuali

untuk tahun kabisat (tahun Ha, Jai, dan tahun Jim Akhir) ditambah satu

hari menjadi 355 hari. Karena kesalahan tersebut penulis dapat

mengatakan bahwa hisab wakal sangat jauh menyimpang dari kaidah ilmu

Falak saat ini. Almanak hisab Wakal masih bisa dipakai untuk kalender

kegiatan sehari-hari selama tidak dipakai dalam hal ibadah seperti

penetapan hari-hari besar Islam.

B. Saran-Saran

1. Kepada Tokoh-Tokoh adat masyarakat Desa Wakal khususnya Bapa Imam

Mesjid Nurul Awal Wakal hendaknya lebih terbuka untuk mendiskusikan

penetapan awal bulan yang diyakini, agar tidak terjadi penyimpangan

dalam penentuan hari-hari besar agama Islam seperti 1 Muharram, 1

Ramadhan, 1 Syawal, dan 10 Dzulhijjah.

2. Kepada Pemerintah khususnya Departemen Agama agar memasukan

pelajaran Ilmu Falak di sekolah tingkat Aliyah di Desa Wakal.

3. Kepada Pemerintah khususnya Departemen Agama Provinsi Ambon

hendaknya mengupayakan pendekatan yang lebih intensif dan lebih

mensosialisasikan mengenai Ilmu Falak kepada masyarakat Desa Wakal

melalui mesjid atau mushola-mushola.

Page 101: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

101

4. Kepada Fakultas hendaknya lebih memfalisitasi sarana dan prasarana

praktek Ilmu Falak, seperti mengadakan laboratorium perbintangan guna

meningkatkan pemahaman dan kualitas mahasiswa dalam persoalan Ilmu

Falak.

Page 102: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

102

DAFTAR PUSTAKA

--------------------, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Departemen Agama RI. 1987.

---------------------, Ilmu Falak Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern, Jogjakarta: Suara Muhammadiyah, 2007.

--------------------------, Pedoman Penghitungan Awal Bulan Qamariyah, Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Islam, 1995.

Al-Atsary, Abu Yusuf, Pilih Hisab Ru’yah, Solo: Pustaka Darul Islam.t.th.

Anshory, Irfan “Mengenal Kalender Hijriah” artikel diakses pada 15 Desember 2010 dari http:www.formasibumi.com/2010/05/ mengenal- kalender-hijriyah.html.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1996, cet. X.

Arifin, Imron, Penelitian Kualitatif dalam Bidang-Bidang Ilmu Sosial dan Keagamaan, Malang: Kalimasahada Press, 1994, cet. ke-1.

Azhari, Susiknan, Hisab dan Rukyat Wacana untuk Membangun Kebersamaan di Tengah Perbedaan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

Chudlori, M. Syakhur, Perbandingan Tarikh, Bandung: Institut Agama Islam Negeri Sunan Gunung Djati, 1990.

Dahlan, Abdul Aziz, ed., Ensiklopedi Islam, Jilid 4. Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 1994.

Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, Cet. I, Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1990.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988.

Djambek, Sa’adoeddin, Hisab Awal Bulan, Jakarta: Tirtamas, 1976.

Ilmanudin, Penentuan Awal Bulan Dalam Perspektif NU dan Muhammadiyah suatu Komparasi, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2003.

Izzudin, Ahmad, Fiqih Hisab Rukyah: Menyatukan NU & Muhammadiyah dalam Penentuan Awal Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha, Jakarta: Erlangga, 2007.

Page 103: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

103

Jejak Arkeologi Pengaruh Budaya Islam di Wilayah Maluku dan Maluku Utara oleh Wuri Handoko, artikel ini diakses pada tanggal 28 Januari 2011 dariwebsitehttp://arkeomaluku.com/index.php?action=news.detail&id_news=8&judul=JEJAK%20ARKEOLOGI%20PENGARUH%20BUDAYA%20ISLAM%20DI%20WILAYAH%20MALUKU%20%20DAN%20MALUKU%20UTARA

Kardiman dkk., Garis Tanggal Kalender Islam 1421 H, Bogor: BAKOSURTANAL, 2001.

Kerajaan Tanah Hitu, artikel diakses pada tanggal 28 Januari 2011 dari http://ariee.wordpress.com/2007/12/11/kerajaan-tanah-hitu/

Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Pedoman Rukyat dan Hisab Nahdlatul Ulama, Jakarta: Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdalatul Ulama, 2006.

Ma’luf Louis, Al-Munjid, Mesir: Al-Mathba’ah Al-Katholikiyah, 1918, Cet. Ke-18.

Maskufa, Cara Mudah Belajar Ilmu Falak, Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2008.

Masroeri, Ahmad Ghazalie, Penentuan Awal Bulan Qamariyah Perspektif NU, artikel diakses pada tanggal 15 Desember 2010 dari http: www.nu.or.id.

Rukyatul Hilal Indonesia, “Hisab (Perhitungan Astronomis)”. Artikel diakses pada 25 Januari 2011 dari www.hisab-rukyat.html

Ruskanda, Farid, 100 Masalah Hisab dan Rukyat Telaah Syariah, Sains, dan Teknologi, Jakarta: Gema Insani, 2005.

Saksono, Tono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, Jakarta: Amythas Publicita, 2007.

Sanapiah, Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, Dasar-Dasar dan Aplikasinya, Cet. Ke-6 Jakarta: PT. Rajawali Pers, 2003.

Sartika, Eka, Penentuan Awal Bulan Dalam Perspektif Al-Marzukiyah (Studi Terhadap Kalangan Al-Marzukiyah), Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2006.

Syarifuddin, Amir, Ushul Fiqh, Jakarta: Logos, 2005, jil. 1.

Universitas Islam Indonesia, Al-Quran dan Tafsirnya, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1990, jilid 10,11,12.

Wardan, Muhammad, Hisab ‘Urfi dan Hakiki, Yogyakarta; Siaran, 1957.

Page 104: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

104

Widiana, Wahyu, Penentuan Awal Bulan Qamariyah dan Permasalahannya di Indonesia, Hisab Rukyat dan Perbedaannya, Ed. Choirul Fuad Yusuf dan Bashor A. Hakim, Jakarta: Departemen Agama RI, 2004.

Wikipedia ensiklopedia bebas, artikel diakses pada 25 Januari 2011 dari http://id.wikipedia.org/wiki/hisab_danrukyat/imkanur_Rukyat_MABIMS

Yatim, Badri, Ed., Ensiklopedia Mini Sejarah dan Kebudayaan, Jakarta: Logos, 1996.

Zubair Umar Al-Jaelani, Khulashat al-Kafiyyah, Kudus: Menara Kudus, tthn.

Page 105: PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21725...Bapa Imam Duma Supeleti yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data

105