Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al...

79
Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al- Qur’an atas Buku ‘Tadzkiroh’ Karya Abu Bakar Ba’asyir Oleh: MUHAMAD NURKHOLIS AL-HASAN 1110024000008 JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/1437 H

Transcript of Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al...

Page 1: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al-

Qur’an atas Buku ‘Tadzkiroh’ Karya Abu Bakar Ba’asyir

Oleh:

MUHAMAD NURKHOLIS AL-HASAN

1110024000008

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2015 M/1437 H

Page 2: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

i

Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al-

Qur’an dalam Buku ‘Tadzkiroh’ Karya Abu Bakar Ba’asyir

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Adab dan HumanioraUntuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

Oleh:

MUHAMAD NURKHOLIS AL-HASAN

1110024000008

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2015 M/1437 H

Page 3: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

ii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah

dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya bukan hasil karya asli atau

jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di

UIN Syarif Hidayatullah.

Ciputat, 29 September 2015

Muhamad Nurkholis al-hasan

NIM: 1110024000008

Page 4: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat
Page 5: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat
Page 6: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

v

ABSTRAK

Secara etimologis dan secara leksikal, kata tâghût ( ) dalam Kamusal-Munjid berasal dari kata-kata: artinya:

, (melampaui ukuran dan batas), dan kata tâghût artinya adalah setiappangkal kesesatan, setan yang mengeluarkan dari jalan kebenaran, dan setiapsesembahan selain Allah. Al-thawaghi dan al-thawaghit adalah rumah-rumahberhala. Sedangkan dalam Kamus al-Munawwir, tâghût berasal dari akar kata: طغى, artinya: melampauai batas. Bisa juga dari akar kata: طغى

, artinya: melampaui ukuran dan batas. Sedangkan katatâghût ( ) artinya adalah berhala, setan, patung, dukun dan setiap yangdisembah selain Allah.

Kata tagha dalam berbagai bentuknya ditemukan dalam al-Qur’ansebanyak 39 kali. Kata ini mula nya digunakan dalam arti meluapnya airsehingga mencapai tingkat kritis atau membahayakan.

Kata tagha طغى) ) dalam berbagai bentuknya kemudian digunakan dalamarti yang lebih umum, yakni segala sikap yang melampaui batas, sepertikekufuran kepada Tuhan, pelanggaran kesewenang-wenangan terhadap manusiadan tentunya juga tetap berlaku makna asli yang disebut diatas yaknimelimpahnya air

Menurut Quraish Shihab Bahwa kata tâghût ( ) terambil dari akarkata yang berarti melampaui batas biasanya digunakan untuk yang melampauibatas dalam keburukan.

Dalam KBBI tâghût ditulis dengan kata Tagut, makna pertama dalamkamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat jahat dan yang keduabermakna berhala makna ini diambil dalam bahasa arab. Baik para ulamadahulu dan ulama sekarang belum menemukan makna final dari kata tâghût itusendiri.

Page 7: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur peneliti panjatkan pada Allah SWT, yang telah memberi

nikmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini. Shalawat beserta salam senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad

SAW, keluarganya, sahabat-sahabatnya dan para pengikutnya.

Dalam hal ini peneliti menyadari, skripsi yang peneliti karyakan ini masih

jauh dari sempurna, proses penelitiannya pun tidak terjadi secara instan begitu

saja, butuh proses panjang dalam menyelesaikannya. Skripsi ini merupakan

sebuah karya penulisan guna memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Sastra di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tak lupa peneliti juga ingin haturkan terima kasih kepada seluruh sivitas

akademik UIN Syarif Hidayatullah, kepada: Prof. Dr. Sukron Kamil, MA selaku

Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, Dr. Moch. Syarif Hidayatullah M.Hum

selaku Ketua Jurusan Tarjamah, Rizqi Handayani, MA selaku Sekretaris Jurusan

Tarjamah. Serta seluruh dosen-dosen Jurusan Tarjamah atas segala ilmu dan

pengetahuan yang diberikan selama ini kepada peneliti. Semoga ilmu yang

diberikan bermanfaat bagi peneliti dan menjadi bekal dimasa depan tentunya.

Secara khusus peneliti ingin mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada

Bapak Prof. Dr. Ahmad Satori Ismail, MA. dan Bapak Abdul Rosyid, MA. selaku

dosen pembimbing skripsi, serta Bapak Drs. Ahmad Syatibi, MA. dan Ibu Karlina

Helmanita, M.Ag selaku dosen penguji sidang skripsi, yang sudah meluangkan

waktu di tengah kesibukannya untuk membaca, mengoreksi, dan memberikan

referensi, serta memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penghormatan serta salam cinta peneliti haturkan kepada sosok yang sangat

berjasa selama ini, kedua orangtua peneliti, H. Agus Miharja, BBA, SE dan Hj.

Nuryanih. Terima kasih Papah dan Mamah tercinta atas do’a yang tiada hentinya

selalu dipanjatkan, serta dukungan dan motivasi yang diberikan untuk peneliti.

Tak lupa peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih kepada kakak peneliti,

Page 8: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

vii

Abdul Hamid Sutomi dan juga adik peneliti, Yayas, Ami, Anis, dan Ela yang

telah mendukung dan menghibur peneliti sehingga penulisan skripsi ini selesai.

Kepada kerabat peneliti yang berada di wilayah UIN Syarif Hidayatullah,

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman Tarjamah

angakatan 2010 dan khususnya sahabat-sahabat peneliti; Arif Azami, Mutz,

Asiah, Humairoh, Farhan, Syafaat, dan Lukman. Terima kasih atas motivasi, doa,

dukungan serta ide-ide kalian yang telah disumbangkan untuk peneliti, dan sudah

meluangkan waktunya untuk membantu peneliti dalam mencari referensi. Terima

kasih juga kepada adik-adik kelas atas dukungannya.

Semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi semuanya. Saran dan

kritik membangun penulis harapkan untuk interpretasi yang lebih baik lagi.

Peneliti

Muhamad Nurkholis al-Hasan

Page 9: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………….. i

LEMBAR PERNYATAAN……………………………………………………………... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………………………. iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ………………………………………… iv

ABSTRAK ........................................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ….....……………………………………………………………. vi

DAFTAR ISI ..............................................................……………………......................... viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ..……………………………………. xi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………………… 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ………………………………………………… 6

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ………………………………………………… 6

D. Tinjauan Pustaka …………………………………………………………………… 7

D. Metodologi Penelitian ………………………………………………………… 7

E. Sistematika Penulisan ………………………………………………………… 9

BAB II : KERANGKA TEORI

A. Morfologi …………………………………………………………………………. 10

1. Morfem ………………………………………………………………… 12

2. Akar (ashl) dan Pola (wazn) ………………………………………… 12

3. Kelas Kata ………………………………………………………………… 13

4. Nomina ………………………………………………………………… 14

5. Verba ………………………………………………………………… 15

6. Partikel ………………………………………………………………… 16

7. Pembentukan kata ………………………………………………………… 17

Page 10: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

ix

B. Wawasan Semantik ………………………………………………………… 17

1. Pengertian Semantik …………………………………………………… 17

2. Jenis-Jenis Makna ………………………………………………………… 17

3. Teori Makna ………………………………………………………………. 19

4. Rincian dalam Konteks …………………………………………………. 22

5. Pentingnya Makna Kontekstual Dalam Terjemahan ……………………. 24

C. Penerjemahan …………………………………………………………………. 26

1. Model Penerjemahan ……...………………………………………………. 29

2. Memperhatikan Tujuan Kalimat …………………………………………. 32

3 Memperhatikan Konteks Kalimat …………………………………………. 32

BAB III : BIOGRAFI ABU BAKAR BA’ASYIR DAN GAMBARAN UMUM BUKUTADZKIROH

A. Riwayat Hidup ………………………………………………………………… 34

B. Latar Belakang Pendidikan …………………………………………………… 36

C. Aktifitas Dakwah dan Politik ………………………………………………… 37

D. Gambaran Umum Buku Tadzkiroh …………………………………………… 40

BAB IV : ANALISIS PENERJEMAHAN KATA THAGHUT DALAM BUKUTADZKIROH

A. Temuan ayat-ayat al-Qur’an yang terdapat kata Thaghut………………….............. 44

B. Analisis terjemahan kata thagut dan konsekuensi teologis ……...………………… 49

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………………… 57

B. Saran ………………………………………………………………… 58

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

x

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Dalam skripsi ini, sebagian data ditransliterasikan ke dalam huruf latin.

Transliterasi ini berdasarkan pedoman transliterasi Arab-Latin dalam buku

“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1. Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padannya dalam aksara latin.

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan

b be

t te

ts te dan es

j je

h h dengan garis bawah

kh ka dan ha

d de

dz de dan zet

r er

z zet

s es

sy es dan ye

s es dengan garis di bawah

Page 12: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

xi

d de dengan garis di bawah

t te dengan garis di bawah

z zet dengan garis di bawah

‘koma terbalik di atas

hadap kanan

gh ge dan ha

f ef

q ki

k ka

l el

m em

n en

w we

h ha

, apostrof

Y ye

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal

tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggul,

ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Page 13: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

xii

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ــــَـــ a fathah

ـــِــــ i kasrah

ـــُــــ u Dammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

---- ai a dan i

---- au a dan u

Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa arab

dilambangkan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ـَا ـ â a dengan topi di atas

î i dengan topi di atas

û u dengan topi di atas

Page 14: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

xiii

3. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara arab dilambangkan dengan huruf,

yaitu , dilahirkan menjadi huruf /I/, baik diikuti huruf syamsiyah maupun huruf

qomariyah. Contoh: al-rijâl, al-dîwân bukan ad-dîwân.

4. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan

sebuah tanda ّ_( ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf , yaitu

dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini

tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata

sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata tidak

ditulis ad-darûrah melainkan al-darûrah, demikian seterusnya.

5. Ta Marbûtah

Berkaitan dengan alih aksara ini, huruf ta marbûtah terdapat pada kata yang

berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat

contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti

oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2 di bawah). Namun, jika huruf ta marbûtah

tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi

huruf /t/ (lihat contoh 3)

No Kata Arab Alih Aksara

1 طريقة Tarîqah

2 al-jâmi’ah al-islâmiyyah

Page 15: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

xiv

3 Wahdat al-wujûd

6. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih

aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang

berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain

untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama

diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata

sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri

tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. (Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî

bukan Abû Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi).

Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan dalam

alih akasara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau

cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, juduk buku itu ditulis dengan cetak miring,

maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari

dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya

berasal dari bahasa arab. Misalnya ditulis, Abdussamad al-Palimbani, tidak ‘Abd

al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.

Page 16: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

xv

7. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism), maupun huruf (harf) ditulis

secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-kalimat

dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:

Kata Arab Alih Aksara

dzahaba al-ustâdzu

tsabata al-ajru

al-harakah al-‘asriyyah

asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh

Maulânâ Malik al-Sâlih

Yu’atsirukum Allâh

al-mazâhir al-‘aqliyyah

al-âyât al-kauniyyah

al-darûrat tubihu al-mahzûrât

Page 17: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Alquran adalah kitab yang mengandung firman-firman Allah Swt. Alquran

diturunkan buat manusia melalui Nabi Muhammad saw dengan perantara Jibril,

untuk menjadi petunjuk dan pegangan bagi hidup manusia sekarang maupun di

akhirat kelak.1

Teks Alquran memang tidak berubah, tetapi penafsiran atas teks selalu

berubah sesuai dengan konteks ruang dan waktu. Oleh karena itu, Alquran selalu

membuka diri untuk dianalisis, dipersepsi, dan diinterpretasikan dengan berbagai

alat, metode, dan pendekatan untuk menguak isinya. Aneka metode dan tafsir

yang berkembang merupakan usaha untuk membedah makna yang terdapat dalam

Alquran itu.2

Alquran secara empiris merupakan suatu naskah teks dalam kitab yang

menggunakan sarana komunikasi bahasa. Namun, perlu dipahami bahwa Alquran

berbeda dengan teks sastra maupun teks lainnya. Adanya kekhususan ini karena

sifat hakikat bahasa yang terkandung dalam Alquran memiliki fungsi yang

1 Tim Raden, al-Qur’an Kita: Studi Ilmu, Sejarah dan Tafsir Kalamullah (Kediri: Lirboyo Press,2011), h. 142.

2 Tim Raden, al-Qur’an Kita, h. 142.

Page 18: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

2

berbeda dengan fungsi bahasa lainnya. Perbedaan ini terletak pada hakikat makna,

fungsi bahasa Alquran yang khas, universal dan mengatasi ruang dan waktu.3

Oleh karena itu, dalam menerjemahkan suatu ayat perlu adanya ketelitian

dan memahami asbabun nuzul-nya. Sebab, apabila tidak menggunakan ketelitian

dalam memahami ayat-ayat Alquran dan tidak mengetahui asbabun nuzul-nya

dengan baik maka akan berdampak buruk apabila menjadi konsumsi publik,

terlebih yang membacanya itu adalah orang awam.

Saat ini, ada golongan yang memelintir ayat-ayat Alquran dengan

menggunakan ayat tersebut. Mereka membuat keputusan bahwa Pemerintahan

NKRI dan semua yang ada dalam pemerintahan itu merupakan tâghût. Kemudian

belum lama ini sering terdengar golongan yang sangat mudah mengafirkan.

Mereka mengklaim bahwa NKRI itu seperti tâghût, mereka juga menilai bahwa

Pancasila, UUD ’45, dan undang-undang lainnya adalah hukum tâghût yang harus

diingkari, barangsiapa yang mengikuti hukum tâghût maka ia kafir murtad.4

Pemikiran-pemikiran mereka ini dituang dalam buku yang belum lama

telah ditarik peredarannya di tempat umum oleh Kapolri yang didukung oleh

MUI.5 Dalam buku tersebut banyak sekali membahas kata tâghût dengan

didampingi dalil-dalil Alquran.

Contoh dalil Alquran Surah al-Baqarah 256, Allah swt berfirman:

3 Sahiron Syamsuddin, dkk., Hermeneutika Al-Qur’an Mazhab Yogya (Yogyakarta: Islamika,2003), h. 69-70.

4 Abu Bakar Ba’asyir, Tadzkiroh ‘Nasehat dan Peringatan Karena Alloh, Kepada KetuaMPR/DPR dan Semua Anggotanya Yang Mengaku Muslim & Aparat Taghut N.K.R.I Bidang Hukumdan Pertahanan Yang Mengaku Muslim’ (Jakarta: JAT Media Center,2012), Jilid II, cet-I, h. 8-9.

5 Dani Prabowo, “MUI dukung Penarikan Buku Abu Bakar Ba’asyir,“ artikel diakses pada 12febuari 2015 dari www.kompas.com/news/nasional/3 Januari 2014.

Page 19: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

3

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah

jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu Barangsiapa yang

ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah

berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah

Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Dalam ayat 257 Surah al-Baqarah, Allah Swt berfirman:

“Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka

dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir,

pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya

kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal

di dalamnya.”

kata tâghût berasal dari kata (طغي) yang berarti melewati batas dalam bermaksiat.6

Penyebutan dan perubahan kata (derivasi)-nya dalam Alquran ada 39 kali; adapun

6 Ar-Raghib Al-Ashfahani, Al-Mufrodaat fi Gharib Al-Qur’an. (Beirut/Damaskus, Dar Al-Qalam/Dar Asy-Syamiyyah, 1412 H), h. 520.

Page 20: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

4

dengan bentuknya kata tâghût ( ) ada 8 kali.7 Imam al-Raghib menjelaskan

bahwa thaghut adalah ungkapan bagi setiap yang melewati batas. Seperti;

penyihir, peramal, jin durhaka, dan siapapun yang memalingkan diri dari jalan

kebaikan.8 Penulis Fathul Majid Syarah Kitab Tauhid, memberikan beberapa

definisi tentang makna tâghût. Kata tâghût ( ) diambil dari tughyân ( )

yang berarti melampaui batas.

Kata tâghût menurut Quraish Shihab adalah melampui batas, maksud

melampaui batas disini adalah melampui batas dalam segala macam kebatilan

baik dalam bentuk berhala, ide-ide yang sesat, manusia durhaka, atau siapa pun

yang mengajak kepada perbuatan yang menyesatkan. Ada lagi yang memahami

kata tâghût dalam arti hukum-hukum yang berlaku pada masa jahiliyah, yang

telah dibatalkan dengan kehadiran Islam.9

Dalam memahami suatu makna kata, kita harus melihat kamus jika ingin

mengetahui makna tersebut. Namun, dalam kehidupan sehari-hari orang tidak

selamanya membuka kamus jika ada kata yang tidak dimengerti maknanya, dan

juga orang tidak harus membuka kamus kalau akan berkomunikasi.

Sulit memang jika memberikan batasan tentang makna, akan tetapi ilmu

linguistik memberikan batasan makna sesuai dengan bidang ilmu yang merupakan

7 A.D. Muhammad Zaki Muhammad Khidr, Mu’jam Kalimat Al-Qur’an Al-Karim. (MaktabahSyamilah Versi 3.51), h. 225.

8 Ar-Raghib Al-Ashfahani, Al-Mufrodaat, h. 520.9M Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an: Vol. 1 (Jakarta:

Penerbit Lentera Hati, 2006), h.465.

Page 21: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

5

keahliannya. Jadi tidak mengherankan, kata dan kalimat yang mengandung makna

adalah milik pemakai bahasa. Hal ini karena pemakai bahasa bersifat dinamis

yang kadang-kadang memperluas makna sesuatu kata ketika ia berkomunikasi

sehingga makna kata dapat saja berubah.10

Dalam linguistik umum karangan Abdul Chair disebutkan bahwa untuk

melihat makna kata bisa menggunakan berbagai jenis pendekatan makna, di

antaranya: makna leksikal, gramatikal, kontekstual dan referensial.11 Pemaknaan

yang dilakukan oleh Abu Bakar Ba’syir tentang tâghût lebih dekat menggunakan

teori makna yang hanya bersandarkan kamus, atau bisa juga berdasaran makna

referensial sesuai dengan pengetahuan-pengetahuannya tentang tâghût. Dari

permasalahan ini, penulis mencoba menganalisa makna tâghût yang digunakan

oleh Abu Bakar Ba’asyir. Sejauh mana pengaruh objek kajian semantik

memandang pemaknaan kata tâghût dalam buku Tadzkiroh (Peringatan dan

Nasehat Karena Allah) Karya Abu Bakar Ba’asyir.

Jika ayat-ayat yang terdapat pada buku Tadzkiroh dimaknai seperti yang

dilakukan oleh Abu Bakar Ba’asyir, pandangan peneliti ke depannya adalah

agama islam akan saling mengafirkan satu sama lain karena tunduk terhadap

tâghût yang menurut pandangan golongan mereka.

Berdasarkan persoalan-persoalan di atas, peneliti mengambil judul skripsi

“Penerjemahan kata tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat Alquran dalam buku

Tadzkiroh Karya Abu Bakar Ba’asyir”

10 Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, (Jakarta: Rineka Cipta 2001), cet 1, h. 84.11 Abdul Chair, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), cet II, h. 284.

Page 22: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

6

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Pembatasan masalah dalam penulisan skripsi ini sesuai dengan judul yang

akan diajukan yaitu ”Penerjemahan kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat

Alquran dalam buku Tadzkiroh Karya Abu Bakar Ba’asyir.” Adapun pembagian

masalahnya sebagai berikut:

1. Apakah pengunaan kata makna tâghût dalam terjemahan ayat-ayat

Alquran di buku Tadzkiroh sudah sesuai dengan terjemahan Kemenag RI?

2. Apakah dari terjemahan yang sama terjadi pemahaman yang sama atau

tidak?

3. Apakah kata tâghût dalam pemahaman umat Islam memiliki konsekuensi

teologis?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan masalah yang peneliti uraikan di atas, tujuan penulisan judul

ini secara umum adalah guna mengetahui makna-makna yang terkandung dalam

kata tâghût dalam terjemahan Alquran yang ditelaah melalui kajian semantik.

Adapun tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan ini antara lain:

1. Untuk mengetahui kesesuaian kata makna tâghût dalam terjemahan ayat-

ayat Alquran di buku Tadzkiroh dengan Alquran terjemahan Kemenag RI.

2. Untuk mengetahui pemahaman yang terjadi pada terjemahan yang sama

atau tidak.

Page 23: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

7

3. Untuk mengetahui konsekuensi teologis kata tâghût pada pemahaman

umat Islam.

D. Tinjauan Pustaka

Setelah peneliti mencari dan menelaah berbagai karya-karya ilmiah baik

melalui perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora maupun perpustakaan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Adapun kajian tentang kata tâghût, peneliti menemukan pada sebuah

skripsi yang berjudul “Konsep tâghût dalam Alquran” (sebuah analisis makna

tâghût dalam Alquran serta korelasinya terhadap berbagai penyimpangan akidah

dalam realitas sosial) yang ditulis oleh Andriansyah. Pada skripsi tersebut peneliti

menganalisis makna tâghût terfokus menurut kacamata akidah saja, sedangkan

pada skripsi ini penulis membandingkan penerjemahan kata tâghût pada ayat-ayat

Alquran yang terdapat pada buku Tadzkiroh 1&2 dan Alquran Terjemahan

Kemenag RI.

E. Metodologi Peneltian

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

jenis penelitian qualitatif dengan model penulisan deskriptif analitis. Maksudnya,

penelitian ini dilakukan berangkat dari studi pustaka, pengamatan, dan telaah

dengan objek yang akan diteliti, yakni buku Tadzkiroh. Setelah itu, sumber data

yang diperoleh dikualifikasi validitasnya. Data-data ini nantinya ada yang masuk

Page 24: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

8

dalam kategori data pokok (primer) seperti kajian buku yang ditulis oleh Abu

Bakar Ba’asyir Tentang tâghût yang sudah lama dibicarakan oleh umat Islam.

Data seperti ini bisa diambil melalui literatur-literatur terkait, karya ilmiah, media

elektronik, atau internet yang memiliki hubungan erat dengan judul skripsi ini,

guna mengumpulkan sebanyak mungkin data-data yang diperlukan.

Pengolahan data dalam penelitian skripsi ini menggunakan teori semantik

kontekstual, yaitu makna sebuah kata terikat oleh lingkungan kultural atau

ekologis pemakai bahasa tertentu.12 Pengumpulan datanya dengan cara selective

coding, yaitu memilih secara selektif kasus-kasus yang sesuai topik pembahasan

terhadap semua data. Kemudian setelah data-data itu dikualifikasikan, langkah

berikutnya menelaah dan menganalisanya lalu, dideskripsikan dengan cara

interpretasi peneliti melalui analisis morfologi, semantik, dan penerjemahan.

Kemudian dalam penyusunan dan tehnik penulisan skripsi, Penulis

berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan

Disertasi) yang diterbitkan oleh Center Of Quality Development and Assurance

(CeQDA) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

12 Moh.Matsna, Orientasi Semantik al-Zamakhsyari (Jakarta: Anglo Media, 2006), h. 21.

Page 25: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

9

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab I pendahuluan mencakup

latar belakang masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat masalah

penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II kerangka teori mencakup morfologi yang terdiri atas morfem, akar

(ashl) dan Pola (wazn), kelas kata, nomina, verba, partikel, pembentukan kata.

Wawasan semantik yang mencakup terdiri atas pengertian semantik, jenis-jenis

semantik, teori semantik, rincian dalam konteks dan pentingnya makna

kontekstual dalam terjemahan. Yang terakhir penerjemahan yang mencakup

terdiri atas model penerjemahan, memperhatikan tujuan kalimat dan

memperhatikan konteks kalimat.

Bab III biografi mencakup riwayat hidup, latar belakang pendidikan,

aktifitas dakwah dan politik dan gamabaran umum buku tadzkiroh.

Bab IV analisis mencakup temuan ayat- ayat al-Qur’an yang terdapat kata

tâghût dan analisis terjemahan kata tâghût dan konsekuensi teologis.

Bab V penutup mencakup kesimpulan dan saran-saran.

Page 26: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

10

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Morfologi

Proses morfologi pada dasarnya adalah proses pembentukan kata dari

sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi),

pengulangan (dalam proses reduplikasi), penggabungan (dalam proses

komposisi), pemendekan (dalam proses akronimisasi), dan pengubahan status

(dalam proses konversi).13

Morfologi atau tata bentuk kata adalah bagian dari tata bahasa yang

mempelajari bentuk betuk kata dan segala hal proses pembentukannya. Morfologi

mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Dalam

bahasa arab, ilmu ini lebih dikenal dengan’ilm al-sharf yang merupakan satuan

gramatikal yang membahas masalah struktur intern kata. Menurut Verhaar, secara

terminologi morfologi adalah salah satu dari bidang linguistik yang mempelajari

susunan bagian-bagian kata secara gramatikal. Definisi lain dikemukakan oleh

Hijazi yang menyatakan bahwa morfologi adalah penyatuan dari beberapa unsur

bunyi yang ada sehingga menjadi sebuah kata yang mengalami afiksasi.14

Sebagai suatu disiplin ilmu, ia tidak berdiri sendiri tanpa adanya

keterikatan atau ketergantungan pada ilmu yang lain. Oleh karena itu, morfologi

13 Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia (pendidikan proses) (Jakarta :Rineka Cipta,2008), h. 25.

14 Moch Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Jakarta, UIN,2010), cet 1, h. 59.

Page 27: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

11

tidak bisa lepas dari tiga unsur subdisiplin linguistik lainnya (fonologi, sintaksis,

dan semantik). Inilah alasan mengapa linguistik sering juga disebut dengan

linguistik umum (general linguitic). Dengan demikian, sangat tampak bangunan

komunal linguistik itu sendiri dan pertanda bahwa terdapat unsur keterkaitan yang

kuat antara beberapa subdisiplin ilmu. Lebih konkret lagi dapat kita kaji bahwa

linguistik itu tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja, seperti bahasa Arab,

Indonesia, Inggris, melainkan mengkaji seluk-beluk bahasa pada umumnya,

bahasa yang menjadi alat interaksi manusia.15

Morfologi merupakan salah satu dari empat unsur pokok (fonologi,

morfologi, sintaksis, dan semantik) dalam ilmu linguistik. Hal ini senada dengan

pendapat yang dikemukakan oleh Hijazi. Meskipun ada pula pedapat lain yang

menganggap bahwa fonetik dan fonologi adalah dua hal yg berbeda, didasarkan

pada fungsionalitas bunyi yang dikaji. Belakangan selain subdisiplin tersebut,

dimasukkan pula pragmatik dalam unsur pokok lingustik.16

Terlepas dari itu, beberapa karya tentang morfologi dalam bahasa Arab,

diiringi dengan pembahasan sintaksis. Bahkan, Al-Zaji berpendapat bahwa

morfologi dan sintaksis adalah dua ilmu yang sama. Hal ini menunjukan bahwa

morfologi merupakan disiplin ilmu yang keberadaanya sangat diperlukan, karena

morfologi adalah salah satu inti ilmu yang memfasilitasi pemahaman terhadap

makna sebuah teks, terutama bahasa Arab.17

15 Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik, cet 1, h. 59.16 Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik, cet 1, h. 60.17 Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik, cet 1, h. 60.

Page 28: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

12

1. Morfem

Morfem adalah bentuk bahasa yang dapat dipisah-pisahkan menjadi

bagian yang lebih kecil, kemudian dapat diceritakan lagi menjadi bagian yang

lebih kecil lagi sampai ke bentuk yang jika dipotong lagi tidak mempunyai

makna. Oleh karenanya, al-khuli mendefinisikan morfem sebagai “satuan

gramatikal terkecil, otonom, dan mempunyai makna”. Dalam bahasa Arab, kita

bisa mengambil contoh pada kata al-‘ilm yang dapat dipisah menjadi al + ‘ilm.

Morfem al- merupakan morfem morfem terikat, sedangkan kata ‘ilm merupakan

morfem bebas.18

Morfem bebas adalah morfem yang tidak tergantung pada adanya morfem

lain. Ia dapat berdiri sendiri dan dapat membentuk suatu kata. Contohnya kata

fahima. Sementara itu, morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri

sendiri. Ia tidak dapat membentuk suatu kata dan tidak mempunyai makna bila

tidak digabungkan dengan kata lain. Contohnya artikel al-.

2. Akar (Ashl) dan Pola (Wazn)

Bahasa Arab memiliki prinsip akar dan pola. Secara struktur dan semantic,

leksikon bahasa arab berkaitan dengan akarnya. Akar-akar tersebut diderivasikan

dengan menggandakan radikal tengah, menambahkan prefiks yang berupa

konsonan, atau kombinasi dari proses-proses tersebut.

18 Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik, cet 1, h. 60.

Page 29: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

13

Maksud dari akar adalah “asal sebuah kata”. Kata kataba mempunyai asal

KTB. Dari asal kata ini nantinya akan melahirkan beberapa pola atau bentuk kata,

atau yang disebut juga dengan pola (wazn). Contoh pola pada kata kataba adalah

yaKTubu ‘menulis’,KiTa:B ‘buku’, maKTaB ‘meja’, maKTaBah/’perpustakaan’.

muKa:TaBah,dsb. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa akar adalah asal

dari suatu kata, sementara pola adalah bentuk kata yang mengalami

perkembangan sehingga dari satu asal kata menghasilkan kata yang berbeda-beda

dengan makna yang tentunya berbeda pula dan inilah yang diistilahkan dalam

bahasa Arab dengan tashri:f (derivasi), yaitu adanya proses pembentukan kata

baru.

Pada saat sebuah kata sebuah kata mengalami suatu proses pembentukan

kata lain, sebenarnya ia telah mengalami dua perubahan, yaitu yang disebut

dengan mofrosintaktik (infleksi) dan morfoseantik (derivasi). Dari sini dapat

disimpulkan bahwa morfositaksis lebih menekankan kepada proses pembentukan

kata baru karena unsur gramatikalnya, sementara morfosemantik menekankan

pada proses pembentukan kata-kata baru karena adanya perubahan pada pola

dasarnya.

3. Kelas Kata (Aqsa:m al-Kalimah)

Ni’mah membagi kelas kata dalam bahasa Arab menjadi tiga: nomina,

verba, dan partikel. Nomina (ism) adalah kata yang mengacu pada makna yang

terkandung di dalamnya tanpa menunjukkan hubungan dengan waktu atau kala.

Page 30: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

14

Verba (fi’il) adalah kata yang mengacu pada suatu peristiwa yang terjadi pada

waktu tertentu. Partikel (harf) adalah kata yang hanya mempunyai makna bila

berdampingan dengan kata lain.

Berbeda dengan bahasa Indonesia yang memiliki tidak kurang 13 anggota

kelas kata, bahasa Arab hanya memiliki tiga saja anggota kelas kata. Ini tidak

berarti bahasa Arab tidak memiliki anggota kelas kata, selain tiga yang sudah

disebutkan sebelumnya. Dalam bahasa Arab, pronominal (dhami:r), adjektiva

(shifah), numeralia(‘adad), adverbial (zharaf), demonstrativa(isya:rah), semuanya

masuk dalam kategori ism. Semantara itu, interogative (istifha:m), preposisi

(jarri), konjungsi (‘athf), semuanya masuk dalam kategori harf.

4. Nomina (ism)

Wright membagi nomina menjadi nomina primitf dan nomina derivatif.

Nomina primitif merupakan kata benda, seperti /rajul/ ‘lelaki’, عني / ‘ain/

‘mata’. Nomina derivatif bisa berupa kata benda atau ajektiva, deverba yang

diderivasikan dari verba,seperti تقسيم /taqsi:m/ ‘divisi’ (dari /-qasam /قسم

‘membagi’), atau denominatif yang diderivasikan dari nomina, seperti /

ma’sadah/ ‘tempat yang dipenuhi singa (dari /asad/ ‘singa’). Perkembangan

mutakhirnya, nomina juga dibentuk dari pronomina dan artikel

(departikulatif),seperti /ana:niyyah/ ‘egoisme’, كيفية /kayfiyyah/ ‘kualitas’.

Nomina sendiri mempunyai beberapa ciri berikut: (1) kata yang berharakat

bernunasi (tanwin), seperti /rajulun/ ‘seorang lelaki’; (2) kata yang dibubuhi

Page 31: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

15

artikel alif lam( ), seperti / al-rajulu/ ‘lelaki itu’; (3) kata yang didahului

preposisi jarr ( ) , seperti / min al-rajul/ ‘dari lelaki itu’ dan

partikel sumpah (ب, و, ت), seperti با هللا / billa:hi/ ‘demi allah/.

5. Verba

Verba atau kata kerja adalah jenis kata yang mengandung makna dasar

perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas. Berdasarkan

bentuknya, verba dapat dibagi menjadi dua macam. Pertama, verba asal, yang

dapat berdiri sendiri tanpa afiks. Contohnya, katab, qara’a, ja’a, dan lain

sebagainya. Kedua, verba turunan, yaitu verba yang telah mengalami afiksasi,

reduplikasi, atau berupa penggabungan paduan bentuk dasar. Contohnya, yaktub

dan yaqra’.19

a) Infleksi adalah kata kata dalam bahasa bahasa berfleksi, seperti bahasa

Arab, untuk dapat digunakan di dalam kalimat harus disesuaikan dulu

bentuknya dengan kategori kategori gramatikal yang berlaku dalam bahasa

itu. Alat yang digunakan untuk penyesuaian bentuk itu biasanya berupa

modifikasi internal, yakni perubahan yang terjadi di dalam bentuk dasar

itu. Dalam bahasa Arab perubahan perubahan tersebut berupa perubahan

bentuk jumlah dan jenis.20

b) Derivasi adalah proses pembentukan kata kata, atau dapat diartikan

perubahan morfemis yang menghasilkan kata dengan identitas morfemis

19 Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik, cet 1, h. 68.20 Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik, cet 1, h. 68.

Page 32: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

16

yang lain. Derivasi juga dikenalkan dengan nama morfosemantik, yaitu

suatu bentuk proses morfologis pada dataran pembentukan kata baru, yang

dalam bahasa Arab disebut dengan al-tashrif al-ishthilahi. Perubahan

perubahan yang terjadi di dalam derivasi ini terletak pada pola kata, baik

nantinya pola itu terdiri dari tiga atau lebih.21

6. Partikel (harf)

Menurut Syaibah, harf terbagi menjadi 3 (tiga): (1) harf yang

mendampingi ism; (2) harf yang mendampingi fi’il; (3) harf yang mendampingi

ism dan fi’il. Harf yang mendampingi ism biasanya berfungsi sebagai preposisi

(harf al-jarr); harf al-nida’: ‘partikel vokatif’; dan partikel akusatif (na:shib),

seperti anna ‘bahwa’, kaanna ‘sepertinya’, lakinna ‘tetapi’, laita ‘andai saja’.

Sementara itu, harf yang mendampingi fi’il biasanya merupakan partikel akusatif,

seperti an ‘bahwa’, lan ‘ tidak pernah’, kai ‘agar’, idzan ‘jadi’; juga harf yang

merupakan partikel jusif, seperti lam ‘belum’, la: ‘jangan’, in (pada klausa

kondisional) ‘andai’. Lain lagi, harf yang bisa mendampingi ism dan fi’il. Ia

biasanya berupa konjungsi (harf al-‘athf), harf al-istifha:m (partikel tanya), harf

al-jawa:b (partikel jawab, seperti na’am ‘iya’ dan la: ‘tidak’, dan sebagainya.

21 Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik, cet 1, h. 70.

Page 33: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

17

7. Pembentukan Kata (Bina:’ al-Kalimah)

Beberapa kata baru terbentuk melalui proses pengabungan dua kata atau

lebih. Perpaduan ini sedikitnya dapat berwujud ke dalam beberapa jenis

perpaduan kata berikut: afiksasi, pemajemukan, akronim, pembentukan susut,

abreviasi, paduan dan pemenggalan.

B. Wawasan Semantik

1. Pengertian Semantik

Kata semantik berasala dari bahasa Yunani sema (kata benda) yang berarti

tanda atau lambang. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti menandai atau

melambangkan. Tanda atau lambang itu sendiri dikemukakan Ferdinand De

Saussure terdiri dari dua bagian, yaitu komponen yang diartikan atau makna dari

komponen yang pertama itu. Kedua komponen ini merupakan tanda atau lambang;

sedangkan yang ditandai atau dilambanginya adalah sesuatu yang berada di luar

bahasa yang disebut referen atau hal yang ditunjuk.22

2. Jenis-Jenis Makna

1. Makna Leksikal

Istilah leksikal adalah bentuk ajektifa dari nomina leksikon, yang berasal

dari leksem. Dalam kajian morfologi leksem lazim diartikan sebagai bentuk dasar

yang setelah mengalami proses gramatikalisasi akan menjadi kata. Sedangkan

22 Abdul Chaer, Pengantar semantik Bahasa Indonesia (Jakarta: Pt Rineka Cipta.2009) cet 2,h.2.

Page 34: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

18

dalam kajian semantik leksem lazim diartikan sebagai satuan bahasa yang

memiliki satu makna atau satu pengertiaan.23

Jadi, makna leksikal adalah makna yang secara inheren dimiliki oleh sebuah

leksem. Makna leksikal ini dapat juga diartikan sebagai makna kata secara lepas,

di luar konteks kalimatnya. Makna leksikal ini terutama yang berupa kata atau

entri yang terdaftar dalam kamus. Misalnya, ‘bagian tubuh dari leher ke atas’

adalah makna leksikal dari kata kepala’, sedangkan makna ’ketua’ atau

‘pemimpin’ bukanlah makna lesikal. Sebab untuk menyatakan makna ‘ketua’ atau

pemimpin kata kepala itu harus bergabung dengan unsur lain, seperti dalam frase

kepala sekolah atau kepala kantor.24

2. Makna Gramatikal

Makna gramatikal adalah makna yang menyangkut hubungan intra bahasa,

atau makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata di dalam

kalimat. Di dalam semantik makna gramatikal dibedakan dari makna leksikal.

Sejalan dengan pemahaman makna dibedakan dari arti. Makna merupakan

pertautan yang ada antara satuan bahasa, dapat dihubungkan dengan makna

gramatikal, sedangkan arti adalah pengertiaan satuan kata sebagai unsur yang

dihubungkan.25

23 Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik (Jakarta: Pt Rineka Cipta.2003), cet 1, h.269.24 Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, cet 1, h. 270.25 T. Fatimah Djajasudarma, Semantik 2 Relasi Makna Paradigmatik-Sintagmatik-Derivasional

(Bandung: PT Refika Aditama,2013), cet 5, h. 16.

Page 35: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

19

Oleh karna itu, pada makna sebuah kata baik kata dasar maupun kata jadian,

sering sangat tergantung pada konteks kalimat atau konteks situasi maka makna

gramatikal ini sering juga disebut makna kontekstual atau makna situasional.26

3. Makna Kontekstual

Makna Kontekstual adalah teori yang berasumsi bahwa sistem bahasa itu

saling berkaitan satu sama lain di antara unit-unitnya, dan selalu mengalami

perubahan dan perkembangan. Karena itu, dalam menentukan makna, diperlukan

adanya penentuan berbagai konteks yang melingkupinya. Teori yang

dikembangkan oleh Wittgenstein ini menegaskan bahwa makna suatu kata

dipengaruhi oleh empat konteks, yaitu : (a) konteks kebahasaan, (b) Konteks

emosional, (c) konteks situasi dan kondisi. Dan (d) konteks sosio-kultural.27

3. Teori Makna

Makna merupakan pertautan yang ada di antara unsur-unsur suatu bahasa

(terutama kata-kata). Menurut Palmer makna hanya menyangkut intrabahasa

sedangkan menurut Lyons mengkaji makna suatu kata ialah memahami kajian

kata tersebut yang berkenaan dengan hubungan-hubungan makna yang membuat

kata tersebut berbeda dari kata-kata lainnya. Dalam hal isi komunikasi ini

menyangkut makna leksikal dari kata-kata itu sendiri. Makna mempunyai tiga

tingkat keberadaan, yakni :

1. Pertama, makna menjadi isi dari suatu bentuk kebahasaan.

2. Kedua, makna menjadi isi dari suatu kebahasaan.

26 Abdul Chaer, Pengantar Semantik, cet 2, h. 62.27 Moh.Matsna, Orientasi Semantik , h, 21.

Page 36: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

20

3. Ketiga, makna menjadi isi komunikasi yang mampu membuahkan

informasi tertentu.

Sehubungan dengan tiga tingkat keberadaan makna, samsuri

mengungkapkan adanya garis hubungan antara makna, ungkapan dan kembali ke

makna.

Pada hakekatnya mempelajari makna berarti mempelajari bagaimana setiap

pemakai bahasa saling mengerti. Makna sebuah kalimat sering tidak tergantung

pada system gramatikal dan leksikal saja, tetapi tergantung pada kaidah wacana.

Makna sebuah kalimat yang baik pilihan katanya dan susunan gramatikalnya

sering tidak dapat dipahami tanpa memperhatikan hubungannya dengan kalimat

lain dalam sebuah wacana.Selain itu, dalam suatu bahasa faktor ekstralinguistik

(sosial) dapat mempengaruhi dalam penentuan makna kalimat, contohnya dalam

bahasa Sunda dan Jawa. Masalah ini termasuk sosiolinguistik bukan masalah

leksikal. Filosof dan Linguis mencoba menjelaskan tiga hal yang berhubungan

degan makna, yakni :

1. Makna kata secara alamiah

2. Mendeskripsikan makna kalimat secara alamiah

3. Menjelasakan proses komunikasi.

Suatu kata akan mempunyai makna yang beragam bila dihubungkan dengan

makna lain. Hal tersebut mengakibatkan suatu kata A bila dihubungkan dengan

Page 37: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

21

kata B akan memiliki jenis hubungan yang berbeda bila A dihubungkan dengan

C.28

Konteks kebahasaan berkaitan dengan struktur kata dalam kalimat yang

dapat menentukan makna yang berbeda, seperti taqdim (posisi didahulukan) dan

ta’khir (diakhirkan), seperti: "" berbeda dengan "

" . Konteks emosional dapat menentukan makna bentuk kata dan strukturnya

dari segi kuat dan lemahnya muatan emosional, seperti dua kata yang berarti

“membunuh”, yaitu: تل dan قتل yang pertama digunakan dalam pengertiaan

membunuh orang yang mempunyai kedudukan sosial yang tinggi dan dengan

motif politis, sedangkan yang kedua membunuh secara membabi buta dan

ditujukan kepada orang yang tidak memiliki status sosial yang tinggi. Konteks

situasi adalah situasi eksternal yang membuat suatu kata berubah maknanya

karena adanya perubahan situasi. Sedangkan konteks kultural adalah nilai-nilai

sosial-kultural yang mengitari kata yang menjadikannya mempunyai makna yang

berbeda dari makna leksikalnya.

Menurut J.R. Firth, teori kontekstual sejalan dengan teori relativisme dalam

pendekatan semantik bandingan antar bahasa. Makna sebuah kata terikat oleh

lingkungan kultural dan ekologis pemakai bahasa tertentu. Teori ini juga

mengisyaratkan bahwa sebuah kata atau simbol tidak mempunyai makna jika ia

terlepas dari konteks. Namun demikian, ada yang berpendapat bahwa setiap kata

mempunyai makna dasar atau premier yang terlepas dari konteks situasi. Kata

28 T. Fatimah Djajasudarma, Semantik 1 Pengantar ke arah Ilmu Makna (Bandung: PT RefikaAditama, 1999), cet 2, h. 5-6.

Page 38: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

22

baru mendapatkan makna sekunder sesuai dengan konteks situasi. Singkatnya

hubungan makna bagi firth, baru dapat ditentukan setelah masing-masing kata

berada dalam konteks pemakaian melalui beberapa tataran analisis, seperti

leksikal, gramatikal, dan sosio-kultural.29

Makna sebuah kata bergantung pada penggunaannya dalam bahasa

(kalimat). Misalnya kata baik, jika ia bersanding pada seseorang maka makna

terkait dengan budi perkerti yang dimiliki. Namun jika kata baik oleh seorang

dokter kepada pasien, maka ia berarti sehat. Begitu juga jika kata baik oleh

pedagang buah, maka artinya adalah segar, bersih dan bergizi.30

Kata hub (mencintai) dalam kalimat ana uhibu ummî (saya mencintai ibuku)

yang disampaikan pada saat kesusahan dengan ana uhibu umî dalam suasana

lebaran, akan berbeda kadar makna mencintai karena konteks emosinya yang

berbeda. Begitu pula penggunaan kata dalam konteks-konteks yang lain31

4. Rincian dalam Konteks32

Unsur-unsur pembicara, pendengar, dan benda atau situasi (keadaan,

peristiwa, dan proses) yang menjadi acuan dalam konteks wacana dapat dirinci.

Setiap orang (pembicara) memiliki cara untuk memperkenalkannya sesuai dengan

konteks. Ciri-ciri orang dapat diperjelas acuannya, misalnya dengan ciri fisik

(luar) atau dengan uraian yang agak emosional, bahkan dapat pula dinyatakan

29 Moh.Matsna, Orientasi Semantik, h. 23.30 Ahmad Muzakki, Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa Agama, (Malang: UIN

Malang Pres, 2007), h. 29-40.31 Ahmad Muzakki, Kontribusi Semiotika, h. 29-40.32 Abdul Chaer, lingiustik Umum (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994) h. 35-37.

Page 39: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

23

dengan perbuatan yang sedang dilakukan orang tersebut. Bila perhatikan antara

lain ada:

a. Rincian ciri luar (fisik);

Rincian ini dapat melibatkan ciri-ciri yang dimiliki oleh manusia, benda,

binatang secara fisik, atau ciri luar yang menyangkut milik atau ciri luar dari

bagian tubuh yang menonjol secara fisik. Contoh: Pandangannya tertuju kepada

laki-laki yang tegap, berkumis tebal, dengan dahi lebar.

b. Rincian emosional

Rincian emosional berhubungan erat dengan makna feeling di dalam

semantik. Makna feeling (perasaan) berhubungan dengan sikap pembicara, situasi

pembicaraan. Rincian emosinonal di dalam konteks wacana menyangkut masalah

perasaan (emosi). Contoh: Gadis cantik yang mungil itu duduk di atas permadani.

c. Rincian perbuatan

Rincian perbuatan menyangkut upaya ragam tindakkan yang dilakukan atau

yang dialami oleh pelaku atau pengalaman di dalam konteks wacana. Rincian

perbuatan menunjukkan atau mengacu pada unsur-unsur sebagai ciri atau pewatas

acuan (orang, binatang, benda tertentu). Contoh: Laki-laki yang sedang berjalan

itu, guru saya.

d. Rincian campuran (mis., rincian emosional dan perbuatan)

Rincian campuran ini terjadi antara rincian emosional dan perbuatan, fisik

dan perbuatan, atau fisik dan emosinal, dan sebagainya. Upaya yang digunakan

merupakan campuran dari fisik, perbuatan dan emosional, olehkarena itu disebut

Page 40: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

24

campuran. Contoh: Mila yang cantik itu mengambil gelas dari dapur, ia berbaju

hijau pada waktu itu, serta rambutnya yang ikal sebatas bahu membuat wajah

bulat itu bertambah menarik. Gelas itu diberikan kepada temannya yang berkumis

tipis berperawakan mungil seperti perempuan, tangannya gemetar menuangkan

wiski ke dalam gelas tadi.

5. Pentingnya Makna Kontekstual Dalam Terjemahan

Makna dan terjemahan memiliki hubungan yang sangat erat. Menurut

Newmark menerjemahkan berarti memindahkan makna dari serangkaian atau satu

unit linguistik dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Yang perlu dicermati adalah

di dalam sebuah wacana terdapat lebih dari satu macam makna. Oleh sebab itu

menurut Suryawinata ada lima macam makna, yaitu makna leksikal, gramatikal,

tekstual, kontekstual atau situasional, dan makna sosiokultural.33

Berkaitan dengan penerjemahan, makna merupakan referensi dasar bahasa

yang selalu diperhatikan.34 Teori makna kontekstual dalam dunia penerjemahan

memiliki peran yang sangat penting karena makna suatu kata seperti makna

konotatif dalam prakteknya sangat bergantung dalam konteks sekaligus relasi

dengan kosa kata lainnya dalam kalimat. Contoh: kata kitâbun dalam

makna dasar bermakna “Buku” tetapi ketika kata kitab dihubungkan dengan

konsep Islam serta kemudian ditempatkan dalam hubungan erat dengan kata-kata

33 Sa’adah, ”Analisis semantik Kontekstual atas penerjemahan Kata Arab serapan,” (SkripsiS1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010), h. 26.

34 Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke Dalam Bahasa Indonesia. (Jakarta:Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah,2008), h. 136.

Page 41: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

25

penting Alquran seperti Allah, wahy, tanzil dan sebagainya akan mengalami

pengembangan dan perluasan maknanya, seperti kitab suci, Alquran, maupun

Bibel Yahudi dan Kristen ketika direlasikan dengan kata ahl dalam perbincangan

Alquran.35

Makna kontekstual dalam terjemahan berfungsi satu lafadz berfungsi untuk

menunjukan makna hakiki. Disamping itu, lafadz yang mengandung makna

majazi lebih halus diungkapkan dan mudah ditangkap, karena bersifat indrawi,

sehingga lebih mengena dalam hati pendengar.36

Makna kontekstual menjadi sangat penting dalam penerjemahan karena

makna kontekstual menjadi bagian dari teks yang mempengaruhi proses dalam

penerjemahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu teks terjemahan meliputi

faktor kontekstual, tekstual dan penerjemahan. Makna kontekstual sangat

berpengaruh terhadap hasil tulisan karena teks ditulis oleh seorang penulis pada

suatu konteks tertentu. Oleh karena itu, segala hal yang dipahami penulis pada

masa ia hidup akan mempengaruhi apa yang ditulisnya dalam teks tersebut.

Sehubungan dengan itu, dalam menerjemahkan teks, konteks tidak dapat

dilepaskan darinya.

Faktor-faktor yang berkaitan dengan konteks produksi teks meliputi sejarah

bahasa, penulis teks, budaya tempat teks ditulis atau dihasilkan, wilayah tempat

teks dihasilkan, variasi sosial teks, dan topik teks. Dengan faktor-faktor inilah

35 Phil. M. Nur Kholis Setiawan, al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar (Yogyakarta: Elsaq Press,2005), h. 167.

36 Moh.Matsna, Orientasi Semantik, h. 103.

Page 42: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

26

setiap penerjemah akan menghasilkan terjemahan yang berbeda dari suatu teks

yang sama. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor, seperti kompetensi

penerjemah, wawasannya dan kamus yang digunakannya dalam proses

menerjemahkan.

Teks tidak muncul begitu saja, tetapi teks dihasilkan dari suatu ruang dan

waktu tertentu di suatu masa. Jika sebuah teks ada sekarang, teks tersebut

tentunya diproduksi dari masa yang lebih lampau daripada sekarang. Dengan kata

lain, teks bertalian dengan sejarah.37

C. Penerjemahan

Banyak definisi yang diberikan oleh para ahli terkait penerjemahan. Secara

umum, definisi itu mengerucut pada definisi bahwa penerjemahan adalah “proses

memindahkan makna yang telah diungkapkan dalam bahasa yang satu (Bsu)

menjadi ekuivalen yang sedekat-dekatnya dan sewajar wajarnya dalam bahasa lain

(Bsa).” Jadi, secara singkat dapat dikatakan bahwa penerjemahan adalah

pemindahan pesan teks Bsu ke Bsa, bukan pemindahan struktur Bsu ke Bsa.38

Menurut Eugene A,Nida dan Charles R.Taber, dalam buku The Theory And

Pratice of Translation, menerjemahkan adalah memindahkan suatu amanat dari

bahasa sumber ke dalam bahasa penerima (sasaran) dengan pertama-tama

mengungkapkan maknanya dan kedua mengungkapkan gaya bahasanya.39

37 Muh. Arif Rokhman, Penerjemahan Teks Inggris ( Teori dan Latihan Dilengkapi Teks-TeksIlmu Sosial & Humaniora), (Yogyakarta: Pyramid Publisher, 2006) h. 11-12.

38 Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik, cet 1, h. 165.39 A. Widyamartaya, Seni Menerjemahkan, (Flores: Nusa Indah,1989) h. 11.

Page 43: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

27

Dalam bahasa Indonesia, istilah terjemah dipungut dari bahasa Arab,

tarjamah. Bahasa Arab sendiri memungut istilah tersebut dari bahasa Armenia,

turjuman. Kata Turjuman sebentuk tarjaman dan tarjuman yang berarti orang

yang mengalihkan tuturan dari satu bahasa ke bahasa lain.40

al-Zarqani mengemukakan bahwa secara etimologis istilah terjemah

memiliki empat makna:

a. Menyampaikan tuturan kepada orang yang tidak menerima tuturan

itu. Makna ini terdapat dalam puisi berikut,

Usia 80, dan aku telah mencapainya, pendengaranku memerlukan

penerjemah.

b. Menjelaskan tuturan dengan bahasa yang sama, misalnya bahasa

Arab dijelaskan dengan bahasa Arab atau bahasa Indonesia

dijelaskan dengan bahasa Indonesia pula. Sekaitan dengan terjemah

yang berarti.

c. Menafsirkan tuturan dengan bahasa yang berbeda, misalnya bahasa

Arab dijelaskan dengan bahasa Indonesia atau sebaliknya. Dengan

demikian, penerjemah disebut pula sebagai penjelas atau penafsir

tuturan.

Makna etimologis di atas memperlihatkannya adanya satu karakteristik yang

menyatukan keempat makna tersebut, yaitu bahwa menerjemahkan berarti

40 Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia (Teori dan Praktek), (Bandung: Humaniora,2005), cet. Ke-1. H. 7.

Page 44: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

28

menjelaskan dan menerangkan tuturan, baik penjelasan itu sama dengan tuturan

yang dijelaskannya maupun berbeda.

Adapun secara terminologis, menerjemah didefinisikan sebagai

mengungkapkan makna tuturan suatu bahasa di dalam bahasa lain dengan

memenuhi seluruh makna dan maksud tuturan itu.

Takrif di atas mengandung beberapa kata kunci yang perlu dijelaskan lebih

lanjut. Kata mengungkapkan merupakan padanan untuk al-ta’bîr yang asal

katanya adalah ‘abara, yaitu melewati atau melintasi, misalnya ‘abara al-sabîl

berarti melintas jalan. Karena itu, air mata yang melintas di pipi disebut ‘abarah.

Nasihat atau pelajaran yang diperoleh melalui suatu peristiwa atau kejadian

dikenal dengan ‘ibarah.

Konsep yang terkandung dalam kata al-tabîr yang dipadankan dengan

mengungkapkan menunjukan bahwa ujaran atau nas itu merupakan sarana yang

dilalui oleh seorang penerjemah untuk memperoleh makna yang terkandung

dalam nas itu. Oleh karena itu, yang diungkapkan oleh penerjemah adalah makna

nas, sedangkan nas itu sendiri hanya merupakan sarana, bukan tujuan.

Kata kunci lainnya ialah makna. Secara singkat dapat dikatakan bahwa

makna berarti segala informasi yang berhubungan dengan suatu ujaran. Makna ini

bersifat objektif. Artinya, informasi itu hanya diperoleh dari ujaran tersebut tanpa

melihat penuturnya. Adapun istilah maksud merujuk pada informasi yang

Page 45: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

29

diperoleh menurut pandangan penutur. Dengan demikian, maksud itu bersifat

subjektif.

Menurut takrif di atas seorang penerjemah dituntut memenuhi seluruh

makna dan maksud nas yang diterjemahkan. Namun, karena masalah makna ini

sangat luas cakupannya dan memiliki peran yang sangat penting dalam kegiatan

penerjemahan, maka ihwal makna akan dibahas dalam bab tersendiri.

Kata kunci terakhir ialah bahwa terjemahan itu bersifat otonom. Artinya,

terjemahan dituntut untuk dapat menggantikan nas sumber. Namun, sifat otonom

ini tidak dapat diberlakukan kepada seluruh nas terjemahan, misalnya terhadap

terjemahan Alquran. Masalah ini akan dikaji dalam bab tersendiri tentang hokum

menerjemahkan nas keagamaan.

Demikian, takrif diatas menunjukan bahwa penerjemahan merupakan

kegiatan komunikasi yang kompleks dengan melibatkan (a) penulis yang

menyampaikan gagasannya dalam bahasa sumber, (b) penerjemah yang

mereproduksi gagasan tersebut di dalam bahasa penerima, (c) pembaca yang

memahami gagasan melalui penerjemahan, dan (d) amanat atau gagasan yang

menjadi fokus perhatian pihak ketiga.41

1. Model Penerjemahan Alquran

Alquran biasa didefinisikan sebagai firman-firman Allah yang

disampaikan oleh malaikat jibril sesuai redaksi-Nya kepada nabi Muhammad

s.a.w., dan diterima oleh umat islam secara tawatur.42

41 Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia, cet. Ke-1, h. 8-10.42 M.Qurais Shihab, Mukjizat Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1998), cet. Ke-3, h. 43.

Page 46: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

30

Dibandingkan dengan menerjemahkan teks teks lainnya, menerjemahkan

teks Alquran sangat sulit karena mukjizatnya. Karenanya, banyak sekali terjadi

kesalahan dalam terjemahan-terjemahan Alquran.43

Pada dasarnya, model penerjemahan Alquran menurut Manna Khalil

Qaththan dapat digunakan pada dua arti, yaitu:

a. Terjemahan Harfiyah, yaitu mengalihkan lafadz-lafadz dari satu bahasa

ke dalam lafadz-lafadz yang serupa dari bahasa lain sedemikian rupa

sehingga susunan dan tertib bahasa pertama,44 atau memindahkan suatu

kalimat dari satu bahasa ke bahasa lainnya dengan tetap menjaga

kesesuaian makna dan runtutannya serta menjaga makna-makna asli dari

kalimat yang dipindah.45

b. Terjemahan Tafsiriyah / Maknawiyah, yaitu menjelaskan makna

pembicaraan dengan bahasa lain tanpa terikat dengan tertib kata-kata

bahasa asal atau memperhatikan susunan kalimatnya,46 atau penjelasan

kalimat dengan mengunakan bahasa yang lain tanpa adanya batasan

untuk menjaga runtutan dan makna-makna kalimat asal. Proses dari

terjemahan ini adalah dengan memahami makna dari kalimat asal untuk

kemudian disusun dan diungkapkan dengan runtutan bahasa lain yang isi

dan maksudnya dengan asalnya.47

43 M. Hadi Ma’rifat, Sejarah al-Qur’an, (Jakarta: al-Huda,2007) h. 268.44 Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia, cet. Ke-1, h. 69.45 Tim Raden, al-Qur’an Kita, h. 194.46 Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia, cet. Ke-1, h. 69.47 Tim Raden, al-Qur’an Kita, h. 194.

Page 47: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

31

Dalam hal ini, model penerjemahan Alquran lebih terarah kepada

terjemahan harfiyah dan terjemahan tafsiriyah / maknawiyah. Bahwa menafsirkan

Alquran dengan memakai bahasa sumber untuk orang yang memahaminya. Model

penerjemahan ini juga sama dengan menguraikan kandungan sebagian makna dan

maksud ayat-ayat Alquran secara utuh, hal ini berarti sama dengan yang dilakukan

oleh mufassir terbatas sesuai dengan kemampuan manusia sendiri. Sedangkan

menurut Ahmad Hasan al-Zayyat (Khaursyid,1985: 10), tokoh penerjemah

modern, menegaskan bahwa metode penerjemahan yang diikutinya ialah yang

memadukan kebaikan metode harfiyah dan tafsiriyah. Langkah-langkah yang di

laluinya sebagai berikut:

Pertama, menerjemahkan nas sumber secara harfiyah dengan mengikuti struktur

dan urutan nas sumber.

Kedua, mengalihkan terjemahan harfiyah ke dalam struktur bahasa penerima yang

pokok. Di sini terjadilah proses transposisi tanpa menambah atau mengurangi.

Ketiga, mengulangi proses penerjemahan dengan menyelami perasaan dan spirit

penulis melalui penggunaan metafora yang relevan.48

Kiranya metode yang diterapkan oleh al-Zayyat ini dapat diistilahkan

dengan metode eklektik, karena metode tersebut mengambil dan mengaplikasikan

kebaikan yang terdapat dalam metode harfiyah dan metode tafsiriyah.49

Dalam hal ini, seorang penerjemah harus lebih berhati-hati dalam

menerjemahkan suatu teks. Karena menerjemahkan bukanlah sekedar mencari

48 Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia, cet. Ke-1, H. 70.49 Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia, cet. Ke-1, H. 70.

Page 48: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

32

padanan kata yang umumnya dilakukan dengan cara membuka kamus, tetapi

harus pula dapat mencerminkan bahan yang diterjemahkan.50

2. Memperhatikan Tujuan Kalimat

Memperhatikan tujuan bahasa Alquran yang beragam sangat membantu

penerjemah untuk menerjemahkan ayat-ayat Alquran, seperti kata

(ijtinâbun) dalam ayat pengharaman khamar. Banyak orang beranggapan kata

tersebut tidak mengandung tahrim jazim (keharaman yang pasti), seperti

pengharaman bangkai, darah, daging babi yang mengunakan kata حرمت(hurmatun).

Jika diteliti kata (ijtinâbun) atau kata yang berasal darinya,

selalu dibarengi dengan kata syirik, dosa-dosa besar, atau perbuatan-perbuatan

yang menyebabkan dosa besar, seperti terdapat pada surat an-Nahl, 36; al-Hajj,

30; an-Nisa, 31. Dari beberapa ayat disurah-surah itu dan maksud penggunaan

kata tersebut, kata lebih berat daripada حترمي tahrîmun.51

3. Memperhatikan Konteks Kalimat

Salah satu aturan untuk menerjemahkan Alquran adalah harus

memperhatikan konteks ayat, konteks kalimat yang berhubungan dengan

maksud ayat. Imam al-Zarkasy dalam al-Burhan, seperti dikutip al-Qordhawy.

Hal ini penting untuk menentukan arti, seperti al-kitâbun dalam

50 Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia, cet. Ke-1, H. 70.51 Sa’adah,”Analisis semantik Kontekstual atas penerjemahan Kata Arab serapan,” h. 18.

Page 49: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

33

Alquran mengandung banyak arti, diantaranya mengandung arti al-

Qur’ânu seperti dalam surah al-Baqarah, 2; al-An’am, 165; al-Hadid, 25.52

52 Sa’adah,”Analisis semantik Kontekstual atas penerjemahan Kata Arab serapan,” h. 18.

Page 50: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

34

BAB III

Biografi Abu Bakar Ba’asyir dan Gambaran Umum Buku “Tadzkiroh”

Karya Abu Bakar Ba’asyir

A. Riwayat Hidup

Abu Bakar yang bernama lengkap Abu Bakar bin Abud Baamualim Ba’asyir

dilahirkan pada tanggal 12 Dzulhijjah 1356, bertepatan dengan tanggal 17

Agustus 1938 di Mojo Agung, kota kecil yang masuk dalam Kabupaten Jombang,

Jawa Timur. Ayah dan kakeknya asli Hadramaut, Yaman, yang telah menetap dan

menjadi warga negara Indonesia. Ibunda Abu Bakar juga keturunan Arab, sedang

neneknya orang Jawa asli.53

Abu Bakar Ba’asyir sepanjang masa kecilnya hidup di lingkungan yang

sangat agamis. Ba’asyir sudah ditinggal oleh ayahnya sekitar umur sepuluh tahun.

Sepeninggal ayahnya, Ba’asyir diasuh ibundanya dengan menanamkan nilai-nilai

agama.54 Ibunya tidak bersekolah formal tetapi pandai mengaji, dengan berbekal

ilmu agama itulah dia membimbing dan menanamkan nilai-nilai alquran kepada

putra-putrinya dengan kasih sayang. Ibunya meninggal dunia pada tahun 1980

ketika diberi kabar sewaktu Ba’asyir berada di penjara pada saat rezim Soeharto

berkuasa.

53 Fauzan al-Anshari, Hari-Hari Abu Bakar Ba’asyir di Penjara, Saya difitnah(Jakarta:Qalammas, 2006), h. 3.

54 Fauzan al-Anshari, Hari-Hari Abu Bakar Ba’asyir di Penjara, h. 3.

Page 51: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

35

Abu Bakar Ba’asyir menjalani hidupnya penuh dengan dinamika. Ini

dikarenakan Ba’asyir dengan karakternya mempelajari Islam serta

mengaplikasikan melalui gerakan dan pemikiran dalam prespektifnya. Ba’asyir

terlihat berani dalam mengahadapi serangan dari pihak-pihak yang tidak sepaham

dengannya, sekalipun itu datangnya dari pihak luar negeri. Seperti contohnya

serangan yang datangnya dari Presiden Amerika, George Walker Bush,

mengatakan bahwa Ba’asyir merupakan tokoh teroris internasional. Hal itu tidak

mengendurkan semangat Ba’asyir dalam memperjuangkan Islam.

Setiap orang memiliki karakter sendiri yang memang terkadang tidak dapat

orang lain pahami tentang ideologi, prinsip, maupun cita-cita yang melandasi

seseorang memilih jalan hidupnya. Ba’asyir sampai pada usia senja menempati

rumah dinas yang dimiliki oleh pesantren Al-Mukmin dikarenakan Ba’asyir juga

sebagai pendiri selain mengajar di lembaga pendidikan tersebut.55

Pada tahun 1971, Ba’asyir menikah dengan Aisyah Binti Abdurrahman

Baraja, seorang santri Mu’allimat Al-Irsyad Solo. Aisyah adalah adik salah satu

sahabat Ba’asyir bernama Abdullah Baraja. Aisyah terkesan dengan pribadi

Ba’asyir yang sepanjang hidupnya selalu berada pada kekonsistenannya

mendakwahkan Islam. Dari hasil pernikahan ini, Ba’asyir memiliki tiga orang

anak bernama Zulfa, Abdul Rasyid dan Abdurrahim.56

Demi dakwah yang dijalankannya, Ba’asyir terlihat tidak mengkhawatirkan

akan akibat yang diperjuangkan. Hal ini terlihat dari apa yang dilakukannya dalam

55 Fauzan al-Anshari, Hari-Hari Abu Bakar Ba’asyir di Penjara, h. 4.56 Fauzan al-Anshari, Hari-Hari Abu Bakar Ba’asyir di Penjara, h. 4.

Page 52: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

36

mengkritik pemerintah yang menurutnya telah menghalangi syariat Islam

diterapkan dalam ruang legalitas kenegaraan. Akibat dari apa yang diperjuangkan

tersebut, Ba’asyir telah merasakan masuk penjara berulangkali dengan berbagai

tuduhan yang ditujukan kepadanya.57

B. Latar Belakang Pendidikan

Abu Bakar Ba’asyir adalah seorang tokoh keturunan Arab yang tinggal di

sebuah desa bernama Mojo Agung. Sebelum memulai pendidikannya di Pondok

Modern Gontor, Ponorogo, Ba’asyir membantu keluarganya dengan bekerja

selama setahun di perusahaan tenun.58

Setelah menamatkan sekolah di Pesantren Gontor Modern atas biaya

kakaknya, Ba’asyir melanjutkan pendidikannya dengan kuliah di Universitas Al-

Irsyad, Surakarta, dengan mengambil jurusan Dakwah pada tahun 1963. Ba’asyir

mulai ikut dalam organisasi kemasyarakatan di Gerakan Pemuda Islam Indonesia

(GPPI) tingkat kecamatan, langsung sebagai ketua organisasi pada tahun 1961.

Ba’asyir juga menjadi ketua GPII Cabang Pondok Modern Gontor. Pada tahun

1966 Ba’asyir kembali dipercaya sebagai ketua Lembaga Dakwah Mahasiswa

Islam (LDMI) cabang Surakarta pada tahun 1966. Keikutsertaan terakhir Ba’asyir

di dalam organisasi kemasyarakatan adalah dengan memegang amanah dalam

organisasi Islam sebagai Sekretaris Umum Pemuda Al-Irsyad cabang Solo.59

57 Fauzan al-Anshari, Hari-Hari Abu Bakar Ba’asyir di Penjara, h. 4.58 Irfan Suryahardy Awwas, ed., Dakwah & Jihad Abu Bakar Baasyir (Jogjakarta: Wihdah

Press, 2003), h. 5.59 Irfan Suryahardy Awwas, ed., Dakwah & Jihad, h. 5.

Page 53: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

37

Pada usianya yang menginjak umur 31, bersama Abdullah Sungkar dan

Hasan Basri, Ba’asyir mendirikan sebuah radio dakwah yang diberi nama Radio

Dakwah Islamiyah ABC (Al-Irsyad Broadcasting Commission) pada tahun 1967.

Saat itu rezim Soeharto yang masih kuat berkuasa menutup radio tersebut. Namun

Ba’asyir menempuh usaha selanjutnya dengan mendirikan satu lagi pemancar

radio bernama Radio Dakwah Islamiyah Surakarta (RADIS) pada tahun 1969

masih bersama Abdullah Sungkar.60

C. Aktifitas Dakwah dan Politik

Nama Abu Bakar Ba'asyir tentu tak asing bagi orang-orang yang

berkecimpung di dunia Islam, politik, dan hukum. Besarnya pengaruh dia di

negara ini tidak bisa dipungkiri lagi, walaupun cenderung pada arah yang negatif.

Berbagai badan intelijen serta PBB yang mengklaim bahwa dia adalah pemimpin

Jamaah Islamiyah (JI), suatu aliran agama Islam yang sangat liberal dan memiliki

hubungan dengan Al-Qaeda, yang disinyalir merupakan penanggung jawab

berbagai aksi terorisme berbasis agama Islam.

Menerima tuduhan,diadili, dan menjadi buronan sepertinya bukan hal yang

aneh bagi pria keturunan Arab ini. Tahun 1983, Abu Bakar Ba'asyir ditangkap

bersama dengan Abdullah Sungkar oleh pemerintah Orde Baru karena asas

tunggal Pancasila dan melarang santrinya melakukan hormat bendera karena hal

itu termasuk perbuatan syirik. Keduanya pun divonis 9 tahun penjara. Namun

60 Irfan Suryahardy Awwas, ed., Dakwah & Jihad , h. 6.

Page 54: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

38

pada tahun 1985, kedua tokoh itu melarikan diri ke Malaysia saat mereka dikenai

tahanan rumah. Di Malaysia, pada tahun 1985 sampai 1999 aktivitasnya hanya

berdakwah menurut ajaran Al Quran dan Hadits setiap sebulan sekali dalam

sebuah forum tanpa organisasi. Tetapi pemerintah Amerika Serikat memasukkan

nama Ba'asyir sebagai salah satu teroris karena keterkaitannya dengan jaringan

Al-Qaeda.

Sekembalinya dari Malaysia, Ba'asyir langsung aktif di Majelis Mujahidin

Indonesia (MMI) yang merupakan salah satu dari Organisasi Islam baru yang

bergaris keras dengan tujuan menegakkan Syariah Islam di Indonesia. Pada bulan

Februari 2002, Menteri Senior Singapura, Lee Kuan Yew, menyatakan bahwa

Indonesia, terutama kota Solo sebagai sarang teroris dengan salah satu

pentolannya adalah Abu Bakar Ba'asyir.

Pada tanggal 19 April 2002, Abu Bakar Ba'asyir menolak eksekusi atas

putusan Mahkamah Agung (MA) untuk menjalani hukuman pidana selama 9

tahun atas dirinya dalam kasus penolakannya terhadap Pancasila sebagai asas

tunggal pada tahun 1982 karena menganggap Amerika Serikat mendalangi

eksekusi yang sudah kadaluwarsa itu. Kemudian pada bulan April 2002, dia

meminta perlindungan hukum kepada pemerintah atas dasar putusan kasasi MA

tahun 1985, sebab dasar hukum untuk penghukuman Ba'asyir, yaitu UU Nomor

11/PNPS/1963 mengenai Pemberantasan Tindak Pidana Subversi sudah tidak

berlaku lagi dan pemerintah pun sudah memberi amnesti serta abolisi kepada

tahanan dan narapidana politik dari masa itu. Pada tanggal 8 Mei 2002, Kejaksaan

Page 55: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

39

Agung membatalkan rencana eksekusi terhadap Abu Bakar Ba'asyir. Sebaliknya,

Kejagung menyarankan kepada Kepala Kejaksaan Negeri Sukoharjo (Jawa

Tengah) untuk meminta amnesti bagi Ba'asyir kepada Presiden Megawati

Soekarnoputri.61

Tanggal 8 Agustus 2002, Majelis Mujahidin Indonesia mengadakan kongres I

di Yogyakarta untuk membentuk struktur kepemimpinan di mana Ustadz Abu

Bakar Ba'asyir dipilih sebagai ketua Mujahidin sementara. Setelah sekian lama,

pada akhir tahun 2002 akhirnya beliau kembali ke pesantren Ngruki untuk

mengajar. Tapi kabar kontroversial kembali menyeruak kala pada bulan

September 2002 Majalah TIME menulis berita dengan judul "Confessions of an

Al Qaeda Terrorist" di mana ditulis bahwa Abu Bakar Ba'asyir disebut-sebut

sebagai perencana pemboman di Mesjid Istiqlal. TIME mendasarkan tulisan pada

dokumen CIA, dan pengakuan Umar Al-Faruq, seorang pemuda warga Yaman

berusia 31 tahun yang ditangkap di Bogor pada Juni 2002. Seluruh isi artikel

tersebut disangkal oleh Abu Bakar Ba'asyir. Oktober 2002, Abu Bakar Ba'asyir

mengadukan Majalah TIME, menurutnya berita itu masuk dalam trial by the press

dan berakibat pada pencemaran nama baiknya. Proses hukum dan usaha

penjelasan pada masyarakat mengenai kasus ini berlangsung sepanjang tahun

2002.62

61 Swasti Prawidya Mukti, “Biografi Abu Bakar Baasyir,” artikel diakses pada 20 februari 2015dari http://profil.merdeka.com/indonesia/a/abu-bakar-baasyir/

62 Prawidya Mukti, “Biografi Abu Bakar Baasyir.”

Page 56: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

40

Tanggal 18 Oktober 2002, Ba'asyir ditetapkan tersangka oleh Kepolisian RI

sebagai salah seorang tersangka pelaku pengeboman di Bali. Kemudian tanggal 3

Maret 2005 Ba'asyir dinyatakan bersalah dan dihukum 2,5 tahun penjara atas

konspirasi serangan bom Bali 2002, tetapi tidak bersalah atas tuduhan terkait

dengan bom 2003.63

Tanggal 17 Agustus 2005, masa tahanannya dikurangi 4 bulan 15 hari hingga

akhirnya bebas pada 14 Juni 2006. Tapi pada tanggal 9 Agustus 2010 Abu Bakar

Ba'asyir kembali ditahan oleh Kepolisian RI di Banjar Patroman atas tuduhan

membentuk satu cabang Al-Qaeda di Aceh. Ba'asyir akhirnya dijatuhi hukuman

penjara 15 tahun pada 16 Juni 2011 oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta

Selatan setelah dinyatakan terlibat dalam pendanaan latihan teroris di Aceh dan

mendukung terorisme di Indonesia.64

D. Gambaran Umum Buku Tadzkiroh

Buku berjudul Tadzkiroh karangan Abu Bakar Baasyir yang disebut kepala

Kepala Kepolisian RI Jendral Sutarman sebagai buku yang menginspirasi para

teroris untuk melegalkan perampokan.65

Tadzkiroh atau surat nasihat dan peringatan tersebut berupa nukilan ayat-ayat

al-Qur’an yang kemudian diartikan oleh Baasyir. Terbagi menjadi 12 bab atau

lampiran, dalam pengantarnya tertulis untuk para penguasa yang berpenduduk

63 Prawidya Mukti, “Biografi Abu Bakar Baasyir.”64 Prawidya Mukti, “Biografi Abu Bakar Baasyir.”65 Febriana Firdaus, “ Ini Buku Baasyir yang di sebut Legalkan Perampokan,” artikel di akses

pada 18 februari 2015 dari www.tempo.co/read/news/2014/01/03/063541839/.

Page 57: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

41

muslim. Dalam buku tersebut juga membahas mengenai kata ṯâghût dan

pengertiannya.

Dalam buku Tadzkiroh, Abu Bakar Ba’asyir menulis bahwa seluruh

pemangku kebijakan pemerintahan baik eksekutif, legislatif, yudikatif, dan semua

unsur pemerintahan bahwa mereka disebut aparat tâghût. Lewat buku Tadzkiroh

tersebut Abu Bakar Ba’asyir menyebut semua aparat pemerintahan dianggap

tâghût, murtad dan kafir.

Disebut dalam buku Tadzkiroh bahwa NKRI merupakan negara kafir yang

menlandaskan sistem demokrasi yang dianut oleh beberapa negara barat. Ideologi

Pancasila, UUD dan semua peraturan hukum baik pidana atau perdata dianggap

bukan hukum islam tetapi produk produk yang bernafaskan hukum kafir.

Dalam buku tersebut Abu Bakar Ba’asyir mengunakan dalil-dalil Al-Qur’an

Surat Al-Baqarah Ayat 256 dan 257

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah

jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang

ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah

berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah

Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”

Page 58: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

42

“Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari

kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir,

pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada

cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka

kekal di dalamnya.”

Ayat di atas terdapat kata tâghût yang dipakai oleh Abu Bakar Ba’asyir di

dalam buku Tazdkiroh, ada 6 ayat lagi yang terdapat kata tâghût. Dalam KBBI

tâghût ditulis dengan kata Tagut makna pertama dalam kamus KBBI adalah

memerintahkan orang berbuat jahat dan yang kedua bermakna berhala makna ini

diambil dalam bahasa arab. Baik para ulama dahulu dan ulama sekarang belum

menemukan makna final dari kata tâghût itu sendiri.

Page 59: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

43

BAB IV

Analisis Penerjemahan kata Tâghût dalam buku “Tadzkiroh”

Karya Abu Bakar Ba’asyir

Pada bab ini, penulis akan membatasi analisis yang dibutuhkan sebagai bahan

penelitian, yaitu pada kata tâghût yang ada pada Alquran dan Terjemahan Depag

dan juga pada buku ‘Tadzkiroh’ karya Abu Bakar Ba’asyir dengan meneliti

terjemahan kata tâghût dari segi Penerjemahan kata, Penerjemahan tafsirnya,

morfologi dan semantik. Penulis juga melihat makna kata tâghût yang terdapat

dalam kamus, baik munawwir, Al-‘ashry dan Munjid

Secara etimologis dan secara leksikal, kata tâghût ( ) dalam Kamus al-

Munjid berasal dari kata-kata: : artinya:

. (melampaui ukuran dan batas), dan kata tâghût artinya adalah setiap

pangkal kesesatan, setan yang mengeluarkan dari jalan kebenaran, dan setiap

sesembahan selain Allah. Al-tawaghi dan al-tawaghit adalah rumah-rumah

berhala. Sedangkan dalam Kamus al-Munawwir, tâghût berasal dari akar kata:

طغياناطغيايطغىطغى , artinya: melampauai batas. Bisa juga dari akar kata: طغىartinya: melampaui ukuran dan batas. Sedangkan kata ,يطغو

tâghût ( ) artinya adalah berhala, setan, patung, dukun dan setiap yang

disembah selain Allah swt.

Sedangkan kata tâghût dalam kamus Lisan al-Arab, disebutkan, bahwa

kata ( ) al-tâghût adalah segala yang di’ibadahi/disembah selain dari

Page 60: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

44

Allah. Atau segala sesuatu yang dikultuskan berupa berhala, setan dan sebagainya.

Kata tâghût bisa dalam wujud konteks tunggal dan jamak atau bisa juga menjadi

muzakkar dan mua'nnats. tâghût wazan-nya sama dengan kata fa'alût ( ),

maka disebut taghayût ( ), kemudian posisi Ya ( ) didahulukan sebelum

ghain ( ) dalam keadaan berharakat fathah, dan sebelumnya juga fathah, maka

jadilah tayaghût ( ), lalu huruf Ya dibalik menjadi huruf alif, maka jadilah

tâghût ( ) jamaknya: .

artinya: setiap yang melampaui batas dalam kemaksiatan.

Hal yang hampir senada dengan penjelasan kata tâghût diatas, bahwa kata tâghût

( ) adalah isim musytaq dari tagha ,yang dibalik (dimodifikasi) ,(طغى)

asalnya adalah taghayût ( ) berwazan dengan fa'alût ( ) seperti jabarût

( ), huruf ya ( ) dibalik pada posisi ghain ( ) maka jadilah tayaghût

( ), kemudian ya dibalik lagi menjadi alif karena berharakat dan sebelumnya

fathah maka jadilah tâghût ( ).

A. Penerjemahan Ayat-Ayat Yang Terdapat Kata tâghût

Pada bab ini, penulis akan membatasi analisis ini yaitu pada kata tâghût yang

ada pada al-Qur’an dan Terjemahan Depag dan juga pada buku “Tadzkiroh” karya

ust.Abu Bakar Ba’asyir dengan meneliti terjemahan kata tâghût dari segi

Penerjemahan kata, Penerjemahan tafsirnya dan semantik. Penulis juga melihat

Page 61: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

45

terjemahan kata ṯâghût yang terdapat dalam kamus, baik munawwir, Al-‘ashry

dll.

Al-Baqarah Ayat 256

Terjemahan Depag Terjemahan dari buku TadzkirohTidak ada paksaan untuk (memasuki)agama (Islam); Sesungguhnya telahjelas jalan yang benar daripada jalanyang sesat. Karena itu Barangsiapayang ingkar kepada thaghut danberiman kepada Allah, makasesungguhnya ia telah berpegangkepada buhul tali yang Amat kuat yangtidak akan putus. Dan Allah MahaMendengar lagi Maha Mengetahui

Tidak ada paksaan untuk (memasuki)agama (Islam); Sesungguhnya telahjelas jalan yang benar daripada jalanyang sesat. Karena itu Barangsiapayang ingkar kepada thaghut danberiman kepada Allah, makasesungguhnya ia telah berpegangkepada buhul tali yang Amat kuat yangtidak akan putus. Dan Allah MahaMendengar lagi Maha Mengetahui.

Al-Baqarah Ayat 257

Terjemahan Depag Terjemahan dari buku Tadzkiroh

Allah pelindung orang-orang yangberiman; Dia mengeluarkan mereka darikegelapan (kekafiran) kepada cahaya(iman). dan orang-orang yang kafir,

Allah pelindung orang-orang yangberiman; Dia mengeluarkan mereka darikegelapan (kekafiran) kepada cahaya(iman). dan orang-orang yang kafir,

Page 62: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

46

pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yangmengeluarkan mereka daripada cahayakepada kegelapan (kekafiran). mereka ituadalah penghuni neraka; mereka kekal didalamnya.

pelindung-pelindungnya ialah syaitan,yang mengeluarkan mereka daripadacahaya kepada kegelapan (kekafiran).mereka itu adalah penghuni neraka;mereka kekal di dalamnya.

An-Nisaa Ayat 51

Terjemahan Depag Terjemahan dari buku TadzkirohApakah kamu tidak memperhatikanorang-orang yang diberi bahagian dariAl kitab? mereka percaya kepada jibtdan thaghut, dan mengatakan kepadaorang-orang kafir (musyrik Mekah),bahwa mereka itu lebih benar jalannyadari orang-orang yang beriman.

Apakah kamu tidak memperhatikanorang-orang yang diberi bahagian dariAl kitab? mereka percaya kepada jibtdan thaghut, dan mengatakan kepadaorang-orang kafir (musyrik Mekah),bahwa mereka itu lebih benar jalannyadari orang-orang yang beriman.

An-Nisaa Ayat 60

Terjemahan Depag Terjemahan dari buku Tadzkiroh

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah berimankepada apa yang diturunkan kepadamu dankepada apa yang diturunkan sebelum kamu

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah berimankepada apa yang diturunkan kepadamudan kepada apa yang diturunkan sebelum

Page 63: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

47

? mereka hendak berhakim kepada thaghut,Padahal mereka telah diperintahmengingkari Thaghut itu. dan syaitanbermaksud menyesatkan mereka (dengan)penyesatan yang sejauh-jauhnya.

kamu ? mereka hendak berhakim kepadathaghut, Padahal mereka telah diperintahmengingkari Thaghut itu. dan syaitanbermaksud menyesatkan mereka (dengan)penyesatan yang sejauh-jauhnya.

An-Nisaa Ayat 76

Terjemahan Depag Terjemahan dari buku TadzkirohOrang-orang yang beriman berperangdi jalan Allah, dan orang-orang yangkafir berperang di jalan thaghut, sebabitu perangilah kawan-kawan syaitan itu,karena Sesungguhnya tipu daya syaitanitu adalah lemah.

Orang-orang yang beriman berperangdi jalan Allah, dan orang-orang yangkafir berperang di jalan thaghut, sebabitu perangilah kawan-kawan syaitan itu,karena Sesungguhnya tipu daya syaitanitu adalah lemah.

Al-Maidah Ayat 60

Terjemahan Depag Terjemahan dari buku Tadzkiroh

Katakanlah: "Apakah akan aku beritakankepadamu tentang orang-orang yang lebihburuk pembalasannya dari (orang-orangfasik) itu disisi Allah, Yaitu orang-orangyang dikutuki dan dimurkai Allah, di antaramereka (ada) yang dijadikan kera dan babi

Katakanlah: "Apakah akan aku beritakankepadamu tentang orang-orang yang lebihburuk pembalasannya dari (orang-orangfasik) itu disisi Allah, Yaitu orang-orangyang dikutuki dan dimurkai Allah, diantara mereka (ada) yang dijadikan kera

Page 64: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

48

dan (orang yang) menyembah thaghut?".mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebihtersesat dari jalan yang lurus.

dan babi dan (orang yang) menyembahthaghut?". mereka itu lebih buruktempatnya dan lebih tersesat dari jalanyang lurus.

An-Nahl Ayat 36

Terjemahan Depag Terjemahan dari buku TadzkirohDan sesungguhnya Kami telah mengutusRasul pada tiap-tiap umat (untukmenyerukan): "Sembahlah Allah (saja), danjauhilah Thaghut itu", Maka di antara umatitu ada orang-orang yang diberi petunjukoleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya.Maka berjalanlah kamu dimuka bumi danperhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).

Dan sesungguhnya Kami telah mengutusRasul pada tiap-tiap umat (untukmenyerukan): "Sembahlah Allah (saja),dan jauhilah Thaghut itu", Maka di antaraumat itu ada orang-orang yang diberipetunjuk oleh Allah dan ada pula diantaranya orang-orang yang telah pastikesesatan baginya. Maka berjalanlah kamudimuka bumi dan perhatikanlahbagaimana kesudahan orang-orang yangmendustakan (rasul-rasul).

Az Zumar Ayat 17

Terjemahan Depag Terjemahan dari buku Tadzkiroh

Page 65: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

49

Dan orang-orang yang menjauhiThaghut (yaitu) tidak menyembah- nyadan kembali kepada Allah, bagi merekaberita gembira; sebab itu sampaikanlahberita itu kepada hamba- hamba-Ku,

Dan orang-orang yang menjauhiThaghut (yaitu) tidak menyembah- nyadan kembali kepada Allah, bagi merekaberita gembira; sebab itu sampaikanlahberita itu kepada hamba- hamba-Ku,

B. Analisis Semantik Terjemahan dan Konsekuensi Teologis

Setelah melihat contoh-contoh ayat yang sudah disebutkan di atas terkait pada

kata , maka sedikit banyak akan Penulis coba untuk menganalisisnya.

Tentu sesuai dengan judul yang ada dalam skripsi, yaitu analisis yang kajiannya

lewat semantik gramatikal yang dilengkapi dengan teori kontekstual (Nadzariyah

Siyaqiyah). Dalam hal ini, semantik gramatikal merupakan penyelidikan makna

bahasa dengan menekankan hubungan-hubungan dalam pelbagai tataran

gramatikal.66

Adapun teori kontekstual adalah makna yang dipahami melalui konteks

kebahasaan yang didalam terjemahan jika di lihat dari sisi gramatikalnya ayat ini

memiliki terjemahan yang akurat dan efektif dalam penempatan tataran bahasnya.

Karena secara umum masalah makna gramatikal berkenaan dengan makna yang

terjadi pada proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi atau

penggabungan dasar dengan dasar.67

Selain itu, makna gramatikal dalam ayat ini terdapat kata memiliki

makna ‘berhala’ yang berawal dari kata يطغى-طغى ini memiliki makna berupa

66 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta: Pustaka Umum,2008), h. 75.67 H.R. Taufiqurrochman, M.A, Leksikologi Bahasa Arab, (Malang: UIN-Malang Press,2008),

cet-1 h. 47.

Page 66: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

50

‘melampaui batas’ yang mana merupakan salah satu bentuk afiksasi yang

bernuansa makna gramatikal. Dalam hal ini, terjemahan pada ayat diatas termasuk

makna gramatikal yang mengandung proses afiksasi.

Pada ayat pertama dalam terjemahan surat Al-Baqarah pada ayat 256 kata

tâghût dimaknai hanya tâghût saja sedangkan dilihat dari ayat kedua Kita lihat

penjelasan ahli tafsir mangenai ayat ini. Ibnu Katsir mengatakan: “Allah Ta’ala

mengabarkan bahwasannya Dia akan memberikan petunjuk kepada orang yang

mengikuti jalan-Nya kepada jalan-jalan keselamatan. Maka Alloh akan

mengeluarkan hamba-Nya yaitu orang-orang Mukmin dari kegelapan kekufuran

dan keragu-raguan kepada cahaya kebenaran yang jelas, terang, nyata, mudah dan

bercahaya. Dan bahwasanya orang-orang kafir sesungguhnya pelindung-

pelindung mereka adalah syaiton yang menghiasi mereka kepada kebodohan dan

kesesatan, serta mengeluarkan mereka dan menyimpangkan mereka dari jalan

kebenaran menuju jalan kekufuran dan kedustaan, { Mereka itu adalah penghuni

neraka; mereka kekal di dalamnya}. Maka makna kata ‘tâghût dalam ayat kedua

surat al-Baqarah ayat 257 adalah ‘syaiton’68

Pada ayat yang lain pun sama tâghût diterjemahkan tâghût saja berbeda

halnya dengan surat al-baqarah ayat 257 yang menerjemahkan tâghût secara jelas

dengan menerjemahkan setan. Maka dalam kasus buku ‘Tadzkiroh” Arti tâghût

yang dimaksudkan oleh Abu Bakar Ba’asyir ini adalah tidak benar, dan berbeda

sekali dengan tâghût seperti yang dipahami oleh mayoritas ulama.

68 M Abdul Ghoffar E.M, tafsir Ibnu Katsir jilid 1 (terj) Lubaabut Tafsiir Min Ibni Katsiir(Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i. 2004), h. 518.

Page 67: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

51

Menurut Quraish Shihab, kata tâghût ( ) diambil dari akar kata yang

berarti melampaui batas biasanya digunakan untuk yang melampaui batas dalam

keburukan. Setan, Dajjal, Penyihir. Yang menetapkan hukum bertentangan

dengan ketentuan ilahi, tirani, semuanya digelari tâghût ( ). Kata tagha

dalam berbagai bentuknya ditemukan dalam Al-Qur’an sebanyak 39 kali.69 Kata

ini mula nya digunakan dalam arti meluapnya air sehingga mencapai tingkat kritis

atau membahayakan. Pengertiaan ini digunakan pula oleh Al-Qur’an, antara lain

pada surat al-Haqqah ayat 11

“Sesungguhnya, ketika air telah mencapai tingkat membahayakan, kami

mengangkut nenek moyang kamu ke atas bahter.”

Kata tagha طغى) ) dalam berbagai bentuknya kemudian digunakan dalam arti

yang lebih umum, yakni segala sikap yang melampaui batas, seperti kekufuran

kepada Tuhan, pelanggaran kesewenang-wenangan terhadap manusia dan

tentunya juga tetap berlaku makna asli yang disebut diatas yakni melimpahnya air,

menurut bint Al-syathi, kata tagha dalam Alquran selain digunakan dalam

pengertian asalnya juga berarti melampaui batas, seperi kedurhakaan kepada

Tuhan, sebagaimana tercantum dalam surat Al-Baqarah ayat 15, Al-Maidah ayat

67, Al-An’am ayat 115, dan lain-lain sedang kata tagha dalam berbagai bentuknya

dalam konteks pembicaraan tentang Fir’aun kesemuanya dalam arti kesewenang-

69 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Qur’an Al Karim (Bandung : Pustaka Hidayah,1997), h. 104.

Page 68: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

52

wenangan dan perlakuan kejam terhadap manusia tanpa menafikan hal ihwal

kedurhakaannya kepada Tuhan, yang dapat dipahami dari ayat lain.70 Dengan

demikian kata tagha )طغى ) menerangkan sikap kesewenang-wenangan atau kejam

terhadap sesama manusia seperti yang diungkapkan oleh sekian banyak ulama

tafsir.

Kata tâghût ( ) dalam Alquran sering sekali disebutkan dalam bentuk

isim dan jika dilihat dari segi akar bahasa maka akan lebih banyak lagi baik kita

jumpai dalam bentuk fi’il madi maupun isim masdar. Dalam kitab Mu’jam al-

Mufahras, kata tâghût yang penulis jumpai dalam Alquran terdapat 8 kali

disebutkan. Dalam posisi atau bentuk isim masdar yaitu tughyân, disebutkan 16

kali, dalam bentuk fi’il ditemukan 39 kali.

Secara etimologis dan secara leksikal, kata tâghût ( ) dalam Kamus al-

Munjid berasal dari kata-kata: يطغوطغى : artinya:

(melampaui ukuran dan batas), dan kata tâghût artinya

adalah setiap pangkal kesesatan, setan yang mengeluarkan dari jalan kebenaran,

dan setiap sesembahan selain Allah. Al-tawaghi dan al-tawaghit adalah rumah-

rumah berhala. Sedangkan dalam Kamus al-Munawwir, tâghût berasal dari akar

kata: , artinya: melampauai batas. Bisa juga dari akar kata:

يطغوطغى , artinya: melampaui ukuran dan batas. Sedangkan

kata tâghût ( ) artinya adalah berhala, setan, patung, dukun dan setiap yang

disembah selain Allah Ta'ala.

70 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Qur’an Al Karim, h. 105.

Page 69: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

53

Sedangkan kata tâghût dalam kamus Lisan al-Arab, disebutkan, bahwa

kata ( ) al-tâghût adalah segala yang di’ibadahi/disembah selain dari

Allah. Atau segala sesuatu yang dikultuskan berupa berhala, setan dan sebagainya.

Kata tâghût bisa dalam wujud konteks tunggal dan jamak atau bisa juga menjadi

muzakkar dan mua'nnats. tâghût wazan-nya sama dengan kata fa'alût ( ),

maka disebut taghayût ( ), kemudian posisi Ya ( ) didahulukan sebelum

ghain ( ) dalam keadaan berharakat fathah, dan sebelumnya juga fathah, maka

jadilah tayaghût ( ), lalu huruf Ya dibalik menjadi huruf alif, maka jadilah

tâghût ( ) jamaknya: .

artinya: setiap yang melampaui batas dalam kemaksiatan.

Hal yang hampir senada dengan penjelasan kata tâghût diatas, bahwa kata tâghût

( ) adalah isim musytaq dari tagha ,yang dibalik (dimodifikasi) ,(طغى)

asalnya adalah taghayût ( ) berwazan dengan fa'alût ( ) seperti jabarût

( ), huruf ya ( ) dibalik pada posisi ghain ( ) maka jadilah tayaghût

( ) , kemudian ya dibalik lagi menjadi alif karena berharakat dan

sebelumnya fathah maka jadilah tâghût ( ).

Kembali kepada buku “Tadzkiroh” Abu Bakar Baasyir, dalam buku tersebut

banyak Konsep “tâghût” ditafsirkan secara sepihak, seolah-olah tâghût bermakna

tunggal, yaitu penguasa yang zalim, korup, menindas dan tidak adil. Pemerintah

dan semua aparatur negara dijadikan target tuduhan kafir, musyrik. Padahal,

hingga hari ini, tak ada satupun definisi tâghût yang dapat disepakati oleh semua

pihak, baik ulama terdahulu (salaf) maupun ulama kontemporer (khalaf). Artinya,

Page 70: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

54

telah terjadi perbedaan pendapat yang banyak sejak dahulu dalam memaknai

tâghût. Oleh karena hal itu telah menjadi ajang konflik dan medan pertarungan

pemikiran, maka tidak ada siapapun yang berhak memberikan justifikasi dan

mengklaim interpretasinya yang paling benar atau mempunyai legalitas di sisi

syari’at. Tentu saja pendapat segelintir orang tidak bisa menjadikan yang haram

itu halal, namun fakta ini bisa menjadi petunjuk bahwa pendapat ulama dalam hal

ini tidaklah tunggal.

Bahwa Alquran banyak mengungkap kata “tâghût” dalam berbagai surah atau

ayat-ayatnya. Namun tidak ada satupun ayat Alquran yang menafsirkan atau

menginterpretasikan makna tâghût secara rinci dan konkrit. Demikian pula kitab-

kitab turats (kitab-kitab tafsir klasik) belum menyentuh penafsirannya pada tataran

relitas kehidupan manusia di era globalisasi sekarang ini. Dalam arti, masih

terdapat celah-celah yang memungkinkan makna tâghût ini untuk dikaji,

ditafsirkan dan diinterpretasikan kembali. Oleh sebab itu, adanya keragaman

klasifikasi tâghût yang dikemukakan para ulama membutuhkan penafsiran atau

interpretasi yang lebih luas, jelas dan konkrit.

Kata tâghût ( ) merupakan istilah yang diungkapkan berkali-kali di

dalam ayat-ayat al-Qur'an. Dalam Alquran, pengertian tâghût dapat diketahui

maknanya melalui tafsir yang sesuai dengan redaksi ayat-ayat yang memuat kata

tersebut. Kata tâghût di dalam al-Qur'an disebutkan delapan kali di dalam 5 (lima)

surah dan 8 (delapan) ayat. Masing-masing ayat memiliki makna penafsiran

tekstual dan kontekstual yang beragam. Pengertian tâghût dalam surah al-Baqarah

Page 71: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

55

ayat 256, berarti setan , dalam surah yang sama pada ayat 257, adalah setan

dalam bentuk manusia . Pada surah al-Nisa ayat 51, tâghût berarti; tukang sihir

dan dukun , dalam surah yang sama pada ayat 60, tâghût bermakna Ka'ab bin al-

Asyraf seorang hakim Yahudi , pada ayat 76 dalam surah yang sama, tâghût

maknanya adalah ketaatan terhadap setan . Pada surah al-Maidah ayat 60, tâghût

diartikan sebagai segala sesuatu yang melampaui batas ketentuan Allah . Pada

surah al-Nahl ayat 36, kata tâghût artinya adalah setiap sesuatu yang mengajak

kepada kesesatan. Pada surah al-Zumar ayat 17, tâghût diartikan sebagai sesuatu

yang disembah selain Allah Swt. Deskripsi makna tâghût sebagaimana yang telah

dijelaskan secara etimologis dan leksiologis oleh pakar ahli bahasa di dalam

kamusnya masing-masing, menurut penulis dapat ditarik sebuah pemahaman

bahwa secara tekstual tafsir pengertian tâghût adalah setiap perbuatan melampaui

batas. Bila pengertian ini ditakhsiskan berdasarkan maknanya, maka dapat disebut

maknanya sebagai; setan, dukun, tukang sihir, atau berhala. Makna tekstual

seperti ini sesungguhnya telah ditafsirkan oleh para ahli tafsir klasik terdahulu.

Pengertian makna seperti inilah yang banyak diungkapkan dalam kitab-kitab tafsir

yang beraliran pemahaman tafsir bi al-ma'tsur. Kemudian pengertian tekstual ini

terus berkembang dari masa ke masa sehingga para pakar tafsir kontemporer

menginterpretasikan maknanya secara kontekstual yang disesuaikan dengan

perkembangan zaman. Kata tâghût dari akar taghî ("memberontak, melanggar,

atau melampaui batas"), disebut 8 kali dalam Alquran, tâghût menunjukkan fokus

persembahannya selain Allah, dan sering juga disebut sebagai "berhala" atau

Page 72: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

56

"setan", bahkan maknanya lebih luas dari pada itu. Statement ini nampaknya

cenderung mengklaim secara parsial bahwa makna tâghût hanya terfokus pada

masalah teologis yang mengarah kepada persoalan peribadatan atau persembahan

selain Allah.

Maka amat tidak etis jika dalam buku Tadzkiroh tersebut memaparkan dan

menyebut bahwa segala unsur pemerintahan baik dari tingkat Presiden,Mentri,

MPR, DPR, Polri, Jaksa Agung, MK bahwa dalam sudut pandang buku Tadzkiroh

dianggap kafir dan murtad. Kesalahan dalam memahami pengertian tâghût

berpengaruh dalam gerakan jihadis berhaluan keras. Jadi, radikalisme yang hadir

di Indonesia bukan semata-mata sebagai fenomena impor tetapi salah kaprah di

dalam memahami konsep politik Islam. Artinya, pemanipulasian konsep tâghût

menjadi pendorong aksi-aksi teror mereka. Maraknya gerakan radikalisme dalam

masyarakat muslim secara langsung memperteguh citra lama tentang Islam bahwa

pada dasarnya agama ini bersifat radikal dan intoleran. Kesan ini sulit dibantah,

karena gelombang radikalisme Islam telah menjadi bagian penting dari rentetan

kekisruhan politik sejak pertengahan abad ini. Meskipun demikian, sulit pula

membenarkan pandangan yang umumnya tersebar dalam media massa Barat

bahwa radikalisme adalah ciri inheren Islam. Karena ciri utama agama ini

sebenarnya adalah rahmatan lil ‘alamîn, bukan ghadab (radikalisme) dan irhab

(terorisme).

Page 73: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

57

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan, maka peneliti mengambil

kesimpulan bahwa:

Dalam skripsi ini peneliti melihat ada kesesuaian penerjemahan kata

tâghût pada ayat-ayat Alquran yang terdapat pada buku Tadzkiroh karya Abu

Bakar Ba’asyir dan Alquran terjemahan depag RI. Tetapi kesesuaian ini tidak

lantas pada kesamaan pemahaman kata tâghût itu sendiri. Dalam buku tadkiroh

karya Abu Bakar Ba’asyir disebutkan bahwa tâghût merujuk pada semua unsur

pemerintahan republik Indonesia yang dianggap Abu Bakar Ba’asyir adalah

tâghût. Dalam sudut pandang Abu Bakar Ba’asyir thagut sendiri diartikan secara

garis besar pada buku tersebut ialah kafir. Tetapi beda dalam pemahaman kata

thagut versi Kemenag RI. Kemenang RI mengartikan kata tâghût ialah syaitan dan

berhala atau orang-orang yang mengajak pada kesesatan.

Dan konsekuensi pada ayat-ayat Alquran yang terdapat kata tâghût ini,

akan terjadinya selisih paham pada sesama muslim. Apabila terjadi perselisihan,

maka akan adanya pergesekan antar umat Islam itu sendiri karna adanya

perbedaan memahami makna kata tâghût tersebut. Pada dasarnya makna kata

tâghût merupakan perubahan kata dari kata tagha yang mengalami perubahan kata

Page 74: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

58

(morfologi) menjadi tâghût. Dalam perubahan kata (morfologi) tersebut maka

terdapat perubahan makna juga. Dari awalnya merupakan ‘melampaui batas’

menjadi ‘berhala’.

Apabila terjadi perbedaan dalam memberi makna kata tâghût, maka akan

menimbulkan salah paham dan pengklaiman terlalu cepat dalam mengafirkan

orang lain, sehingga terjadi permusuhan sesama umat Islam disebabkan karena

perbedaan dalam memaknai kata tâghût.

B. Saran-saran

Dari kesimpulan di atas, Pemahaman teks keagamaan yang cenderung

tekstual akan melahirkan sikap rigid, yang dapat berimplikasi negatif pada

pencitraan agama. Agaknya akan menjadi tantangan besar bagi penerjemah

Indonesia untuk dapat menciptakan sebuah terjemahan Alquran dengan

menyelaraskan budaya bangsa kita yang majemuk dan problematika kekinian.

Ayat-ayat Alquran yang sering digunakan Ba’asyir sebagai alat pembenaran

terhadap pemikirannya harus bisa digunakan secara arif dan bijaksana, bukan

digunakan sebagai tameng untuk pembenaran suatu misi organisasi atau individu

dalam penyampaian bertema Islam.

Hal ini diperlukan karena konteks budaya kita yang berbeda jauh dengan

konteks budaya Timur Tengah. Sedangkan ayat-ayat Alquran berlaku secara

universal, di semua tempat di seluruh dunia sepanjang zaman. Dengan demikian,

hal-hal yang bersifat teknis dapat dimodifikasikan sesuai dengan kebutuhan dan

Page 75: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

59

kondisi zaman. Selama tak menyimpang dari garis norma dan kaidah

ketatabahasaan yang berlaku.

Page 76: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

60

DAFTAR PUSTAKA

‘Ali Al-Kabir, Abdullah, dkk. Lisanul ‘Arab Juz 4, Kairo: Darul Ma’arif, t.t.

A. Widyamartaya, Seni Menerjemahkan Flores: Nusa Indah, 1989.

al-Anshari, Fauzan. Hari-Hari Abu Bakar Ba’asyir di penjara, Saya difitnah.

Jakarta: Qalammas, 2006.

Al-Ashfahani, Ar-Raghib. Al-Mufrodaat fi Gharib Al-Qur’an. Beirut, 1412 H.

Ali,Atabik, dkk. Kamus Kontemporer Arab – Indonesia,Yogyakarta: Yayasan Ali

Maksum Pondok Pesantren Krapyak, 1996.

Ba’asyir, Abu Bakar. Tadzkiroh (Nasehat dan Peringatan Karena Allah Untuk

Para Penguasa Negara Karunia Allah Indonesia Yang Berpenduduk

Mayoritas Muslim), Jilid I, Jakarta: JAT Media Center, t.t.

Ba’asyir, Abu Bakar. Tadzkiroh (Nasehat dan Peringatan Keran Alloh, Kepada

Ketua MPR/DPR dan Semua Anggotanya Yang Mengaku Muslim &

Aparat Taghut N.K.R.I Bidang Hukum dan Pertahanan Yang Mengaku

Muslim) Jilid II, Cet-I, Jakarta: JAT Media Center,2012.

Chaer , Abdul. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Pt Rineka Cipta,

2009.

Chaer, Abdul. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendidikan Proses). Jakarta: Rineka

Cipta, 2008.

Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.

Chaer, Abdul. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: Pt Rineka Cipta, 2003.

Page 77: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

61

Djajasudarma, Fatimah. Semantik 1 pengantar ke arah ilmu makna. Bandung: PT

Refika Aditama, 1999.

Djajasudarma, Fatimah. Semantik 2 Relasi Makna Paradigmatik-Sintagmatik-

Derivasional. Bandung: PT Refika Aditama, 2013.

Ghoffar E.M, M. Abdul. Tafsir Ibnu Katsir jilid 1 (terj) Lubaabut Tafsiir Min

Ibni Katsiir. Bogor : Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2004.

Hidayatullah, Moch Syarif dan Abdullah. Pengantar Linguistik Bahasa Arab.

Jakarta:UIN, 2010.

Kamus Al-Mu’jam Al-Wasith, Juz 2, Darul Hindisiyah, 1995.

Kamus Al-Munjid Fi Al-Lughah wa A’lam, Beirut: Dar El-Machreq Sarl

Publisher, 1988.

Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik, Jakarta: Pustaka Umum, 2008.

M. Nur Kholis Setiawan, Phil. al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar. Yogyakarta:

Elsaq press , 2005.

Ma’rifat, M. Hadi. Sejarah al-Qur’an. Jakarta: al-Huda, 2007.

Matsna, Moh. Orientasi Semantik al-Zamakhsyari. Jakarta: Anglo Media, 2006.

Pateda, Mansoer. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta, 2001.

Rokhman, Muh. Arif. Penerjemahan Teks Inggris ( Teori dan Latihan Dilengkapi

Teks-Teks Ilmu Sosial & Humaniora). Yogyakarta: Pyramid Publisher,

2006.

Page 78: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

62

Sa’adah. ”Analisis semantik Kontekstual atas penerjemahan Kata Arab Serapan,”

Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri

Jakarta, 2010.

Sayogie, Frans. Penerjemahan Bahasa Inggris ke Dalam Bahasa Indonesia.

Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008.

Shihab, M.Quraish. Tafsir Al-Qur’an Al-Karim: Tafsir atas Surat-surat Pendek

Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu. Bandung: Pustaka Hidayah, 1997.

Shihab, M Quraish., Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an:

Vol. 1. Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2006.

Syamsuddin, Sahiron, dkk. Hermeneutika Al-Qur’an Mazhab Yogya. Yogyakarta:

Islamika, 2003.

Syihabuddin, M.A, Penerjemahan Arab-Indonesia. Bandung: Humaniora, 2005.

Taufiqurrochman, H.R. Leksikologi Bahasa Arab. Malang: UIN-Malang Press,

2008.

Tim Raden, al-Qur’an kita: studi ilmu, sejarah dan tafsir kalamullah ,kediri:

lirboyo press, 2011.

Media Elektronik

Prabowo, Dani, “ MUI dukung Penarikan Buku Abu Bakar Ba’asyir,“ artikel diakses pada

12 febuari 2015 dari www.kompas.com/news/nasional/3 Januari 2014.

Muhammad Khidr, A.D. Muhammad Zaki. Mu’jam Kalimat Al-Qur’an Al-Karim.

(Maktabah Syamilah).

Page 79: Penerjemahan Kata Tâghût: Studi Terjemahan Ayat-Ayat al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29712/3/MUHAMAD... · kamus KBBI adalah memerintahkan orang berbuat

63

Firdaus,Febriana. “ Ini Buku Baasyir yang di sebut Legalkan Perampokan.” artikel di akses

pada 18 februari 2015 dari www.tempo.co/read/news/2014/01/03/063541839/.

Mukti, Swasti Prawidya. “Biografi Abu Bakar Baasyir.” artikel diakses pada 20 februari

2015 dari http://profil.merdeka.com/indonesia/a/abu-bakar-baasyir/.