PENERJEMAHAN ARAB; -...

132
i PENERJEMAHAN ARAB; KEJ AYAANNYA PADA MASA ABBÂ SIYYAH SERTA ANALISIS PERKEMBANGAN TEORI PENERJEMAHAN Tesis DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SYARAT-SYARAT MENCAPAI GELAR MAGISTER AGAMA ISLAM (S2) DALAM BIDANG BAHASA DAN SASTRA ARAB Oleh : LILY NABILAH 298-BSA-004 PEMBIMBING : PROF. DR. H. CHATIBUL UMAM DR. H. ROFII PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB PROGRAM PASCASARJANA UIN “SYARIF HIDAYATULLAH” JAKARTA 2001-2002

Transcript of PENERJEMAHAN ARAB; -...

Page 1: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

i

PENERJEMAHAN ARAB;

KEJAYAANNYA PADA MASA ‘ABBÂSIYYAH SERTA ANALISIS PERKEMBANGAN TEORI PENERJEMAHAN

Tesis DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SYARAT-SYARAT MENCAPAI

GELAR MAGISTER AGAMA ISLAM (S2) DALAM BIDANG BAHASA DAN SASTRA ARAB

Oleh : LILY NABILAH 298-BSA-004

PEMBIMBING : PROF. DR. H. CHATIBUL UMAM

DR. H. ROFI’I

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB PROGRAM PASCASARJANA UIN “SYARIF HIDAYATULLAH”

JAKARTA 2001-2002

Page 2: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan judul “PENERJEMAHAN ARAB; KEJAYAANNYA PADA MASA ‘ABBÂSIYYAH SERTA ANALISIS PERKEMBANGAN TEORI PENERJEMAHAN” yang ditulis oleh :

Nama : Lily Nabilah

NIM : 298-BSA-004

Program studi : BAHASA DAN SASTRA ARAB

Disetujui untuk dibawa ke dalam ujian/penilaian tesis.

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. DR. H. Chatibul Umam Prof. DR. H. Rofi’I Tanggal :………………… Tanggal :……………

Page 3: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

iii

PEDOMAN TRANSLITERASI

a = ء b = ب t = ت ts = ث j = ح h = ح kh = خ d = د dz = ذ r = ر z = ز s = س sy = ش sh = ص dl = ض th = ط zh = ظ ع = ‘gh = غ f = ف q = ق k = ك l = ل m = م n = ن w = و h = ه y = ى

â = a panjang î = i panjang û = u panjang

Page 4: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, seraya memanjatkan kalimat tasyakkur ke hadirat Allah SWT

yang telah memberikan rahmat dan ‘inâyah kepada kita semua, sehingga kita dapat

menjalankan segala tugas dan kewajiban dengan sebaik-baiknya.

Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah kepada Nabi `akhîruzzamân,

Muhammad SAW, penuntun jalan umat Islam, dari alam kebodohan menuju alam yang

penuh dengan ilmu pengetahuan, dan senantiasa kita nantikan syafâ’atnya di hari akhir

nanti. Amin......

Tiada kata yang dapat penulis lantunkan, selain ungkapan rasa haru dan bahagia

yang dalam atas berakhirnya tugas penulisan tesis ini. Penulis menyadari, meskipun

memakan waktu yang cukup lama, tesis ini belumlah mencapai taraf kesempurnaan,

karena masih banyak kekurangan dan kelemahan di sana-sini. Di samping itu, penulis

pun menyadari bahwa penyelesaian penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan

dorongan berbagai pihak. Untuk itu penulis merasa perlu untuk mengucapkan terima

kasih kepada orang-orang yang telah memberikan sokongan dan dukungannya kepada

penulis dalam penulisan tesis ini, baik secara moril maupun spirituil.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada Bapak Prof. DR. H. Chatibul Umam dan DR. H. Rofi’i, yang

telah dengan ikhlas dan sabar membimbing penulis dalam penyusunan tesis ini. Semua

petunjuk dan arahannya merupakan pengetahuan yang amat berharga bagi penulis untuk

pengembangan ilmu berikutnya. Selanjutnya, kepada Bapak DR. H.D. Hidayat, MA,

Page 5: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

v

yang telah memberikan masukan dan saran dalam pemilihan judul tesis ini, juga kepada

Bapak Prof. DR. Said Agil Husen al-Munawwar selaku Direktur pascasarjana UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan para stafnya, terutama Bapak Dr. A. Wahib Mu’thi

sebagai asisten Direktur, yang telah memberikan segala kemudahan dalam pelayanan

administrasi selama penulis melaksanakan kuliah hingga penulisan tesis ini. Kepada

segenap dosen Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis menyampaikan

ribuan terima kasih atas segala ilmu, didikan dan pemikiran yang diajarkan. Hanya

kepada Allah SWT penulis serahkan, semoga Dia membalas semua itu dengan balasan

yang setimpal, jazâkumullâh ahsanal jazâ....., amin.

Selanjutnya, kepada ayahanda tercinta, KH. Drs. Moh. Dawam Anwar,

matta’ahullâh bithûli hayâtihî wa syafâhullâh min maradlihî, penulis ucapkan banyak

terima kasih atas segala motivasi, didikan dan ajarannya selama penulis menuntut ilmu,

dari kecil hingga sekarang, bahkan walau di tengah sakitnya yang parah beliau masih

memperhatikan penulis dengan memberikan masukan dan saran dalam penulisan tesis

ini. Semoga Allah SWT senantiasa mengiringi kehidupannya dengan keridlaan yang tak

pernah putus di dunia dan akhirat, amin. Juga kepada ibunda tersayang, terima kasih atas

segala kasih sayang dan dukungan yang diberikan kepada penulis. Tiada kata yang

pantas keluar dari mulut seorang anak kecuali doa yang tak pernah henti kepada Allah

SWT, semoga Dia senantiasa membalas segala kesabaran dan pengorbanan ibunda yang

telah mendidik dan merawat ananda hingga ananda menjadi seorang manusia seperti

sekarang ini. Kepada saudara-saudaraku, khususnya adik laki-lakiku satu-satunya,

Khalid, yang telah ikut menyumbangkan sedikit pemikiran dalam penulisan tesis ini,

Page 6: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

vi

juga adik-adikku yang lain atas segala sokongan dan persaudaraan yang indah selama

ini.Terima kasih.

Kepada suamiku terkasih, syukrân katsîrâ penulis ucapkan atas segala cinta,

pengertian dan pengorbanan selama ini. Juga kepada kedua mujâhid kecilku, Mu’tazz

dan ‘Ayyasy, binar mata dan teriakan kecilmu telah mampu menyalakan semangat

bunda agar tak patah semangat dalam menjalankan studi ini.

Akhirnya, kepada semua pihak yang tak dapat disebutkan satu per-satu, penulis

mengucapkan banyak terima kasih atas segala bantuan dan dukungan yang telah

diberikan kepada penulis demi terselesaikannya penyusunan tesis ini.

Harapan penulis, semoga sumbangan pemikiran yang amat sederhana dalam tesis

ini dapat menambah khazanah pemikiran bagi para peminat bidang terjemah, khususnya

di bumi Indonesia tercinta ini. Tak lupa pula, segala kritik dan saran amat penulis

harapkan dari para pembaca untuk menyempurnakan tulisan ini di masa yang akan

datang.

Tambun, 24 November 2002 19 Ramadlan 1423

Penulis

Page 7: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………… ii

PEDOMAN TRANSLITERASI…………………………………………. iii

KATA PENGANTAR……………………………………………………. iv

DAFTAR ISI……………………………………………………………… vii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah………………………………………... 1

B. Perumusan dan pembatasan masalah………………………….. 6

C. Tujuan penelitian……………………………………………... 7

D. Metodologi penelitian………………………………………… 7

E. Sistematika pembahasan……………………………………… 8

BAB II. KAJIAN HISTORIS PENERJEMAHAN ARAB

A. Cikal-bakal pertumbuhan aktivitas penerjemahan Arab……… 10

B. Sejarah penerjemahan Arab………………………………….. 14

C. Pelopor-pelopor penerjemahan Arab………………………… 34

D. Penemu teori penerjemahan pertama………………………… 38

Page 8: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

viii

BAB III. RUANG LINGKUP PENERJEMAHAN

A. Pengertian terjemah………………………………………… 40

B. Tujuan atau motif penerjemahan…………………………… 46

C. Prinsip dasar penerjemahan………………………………… 49

D. Perbedaan antara tarjamah, ta’rîb dan tafsîr………………. 53

E. Klasifikasi teori-teori penerjemahan………………………. 57

F. Macam-ragam penerjemahan……………………………… 87

BAB IV. ANALISIS PERKEMBANGAN PENERJEMAHAN ARAB

A. Urgensi penerjemahan di dunia Arab……………………… 89

1. Membangun kesefahaman di antara bangsa dan negara menuju hidup

sejahtera di atas keadilan…………………………… 92

2. Memindahkan pemikiran ilmiah atau non ilmiah, antar anggota

suatu bangsa yang sedang berkembang…………….. 93

3. Ia merupakan kesenangan jasmani dan rohani bagi seluruh umat

manusia yang berbeda ras, warna kulit dan bahasa 94

4. Menaikkan derajat material dan spiritual kehidupan setiap Individu

di atas bumi ini…………………………………… 94

5. Mengurangi resiko akibat konflik politik dan militer, dan

menggiatkan hubungan pergagangan…………… 95

B. Terjemah Arab di antara teori dan praktek……………….. 96

C. Beberapa masalah dalam penerjemahan

Page 9: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

ix

1. Kurang pemahaman tentang sejarah naskah-naskah yang

diterjemahkan……………………………………… 101

2. Kesalahan bahasa dalam menerjemahkan suatu teks 105

D. Eksistensi teori penerjemahan Arab di antara teori penerjemahan

Asing………………………………………………………. 109

E. Penerjemahan Arab, sekarang dan akan datang…………… 117

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………… 123

B. Saran-saran………………………………………………… 127

DAFTAR PUSTAKA

Page 10: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah.

Berabad-abad yang lalu sebelum kedatangan agama Islam, bangsa Arab telah dikenal

sebagai bangsa yang aktif berakulturasi dengan bangsa lain, khususnya dalam bidang

perdagangan. Hal itu disebabkan oleh karena jazirah Arab menjadi pusat perdagangan

internasional yang senantiasa disinggahi oleh beraneka-ragam suku bangsa di dunia. Keadaan

itu kemudian mempengaruhi bahasa yang mereka gunakan, yaitu bahasa Arab.

Pada awalnya, bahasa Arab hanya digunakan sebagai media komunikasi antar individu.

Namun seiring dengan pertambahan kebutuhan hidup dan kemajuan pemikiran manusia, maka

bahasa tersebut meningkat kegunaannya sebagai bahasa ilmiah di seluruh bidang ilmu

pengetahuan. Sejarah telah mencatat bahwa penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa ilmiah

ditandai oleh kemunculan aktivitas penerjemahan buku-buku bangsa Yunani, Persia dan India.1

Aktivitas ini tumbuh subur pada masa daulat Abbasiyyah di bawah pimpinan Khalifah Al-

Ma’mun.

Pada saat itu beliau mendirikan perpustakaan Dar el-Hikmah yang menghimpun

buku - buku berbahasa asing dalam jumlah yang cukup besar. Kemudian beliau

mempekerjakan para penerjemah untuk menerjemahkan buku-buku tersebut ke dalam bahasa

Arab. Mulai saat itulah Dar el - Hikmah berkembang pesat sebagai pusat

1 Philippe Sayegh dan jean Akl. A Translation Course for Baccalaureate Students. (Libanon: Maktabah Lubnan Nasyirun.1993), cet.5, h. 4.

Page 11: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

2

penerjemahan bermacam-macam ilmu pengetahuan yang menjadi tolok ukur kejayaan

dan kegemilangan Islam pada masa itu.

Sebenarnya, cikal-bakal aktivitas penerjemahan sudah tampak jauh sebelum masa

kepemimpinan Khalifah Al-Ma’mun. Akan tetapi kedaannya masih bersifat individual dan

tidak seramai aktivitas pada masa Al-Ma’mun. Hal itu disebabkan oleh karena perhatian

kaum muslimin pada awal sejarah Islam masih sepenuhnya dicurahkan untuk

pengembangan agama Islam dan melaksanakan ajaran Islam dengan sebaik-baiknya.

Keadaan yang demikian itu membuat mereka merasa berkecukupan dalam menjalani

hidupnya, sehingga tidak tidak terbetik dalam benak mereka untuk memperhatikan

perkembangan ilmu pengetahuan yang sedang terjadi di belahan bumi lain. Apalagi Kekuatan

barisan mereka pada saat itu merupakan kekuatan yang solid yang selalu menjunjung tinggi

nilai-nilai persatuan. Akan tetapi manakala kedamaian dan keharmonisan hidup yang mereka

alami itu berubah, yang ditandai oleh timbulnya berbagai macam konflik di antara mereka,

misalnya dalam memahami ajaran agama, maka kekuatan yang solid itu mulai goyah sedikit

demi sedikit, terutama semenjak wafatnya Rasulullah. Tidak ada lagi yang dapat mereka

jadikan tumpuan untuk membantu mereka dalam mengatasi berbagai macam persoalan.

Maka sebagai gantinya, mereka mencari cara lain sebagai kompensasi bentuk

pemecahan masalah yang mereka hadapi. Contohnya : mereka mulai membuka hubungan

diplomatic dengan bangsa lain yang berbeda agama dan keyakinan dengan mereka, juga

Page 12: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

3

hubungan lain yang bersifat ilmiah. Seperti ketika terjadi perdebatan tentang qadha dan

kebebasan berkehendak. Sedikit banyak hasil pemikiran para filosof Yunani mulai

mempengaruhi dalil-dalil mereka. Seperti pemikiran Aristoteles, Tales, Plato dan lain-lain.2

Maka mulai saat, itu berkembanglah aktivitas penerjemahan naskah-naskah asing

kedalam bahasa Arab. Begitu pula dengan para penerjemah Arab mulai bermunculan satu demi

satu. Dan lambat-laun kemasyhuran nama mereka dapat disejajarkan dengan tokoh-tokoh

terkenal bangsa Arab dan Persia, seperti : Ibnu al-Muqaffa’, Anusyirwan, Bazarjamhar,

Ardasyir dan lain-lain.3 Mengenai tokoh-tokoh penerjemahan Arab ini akan diuraikan pada

bagian lain.

Pada masa Abbasiyyah, Kebudayaan yang paling banyak memberi warna penerjemahan

Arab adalah kebudayaan Persia. Hal ini disebabkan oleh karena daulat Abbasiyyah dikuasai

oleh bangsa Persia. Karena pada saat itu bahasa Persia sedang mengalami kerusakan dan

berada diambang kepunahan, maka mereka yang menjadi pemimpin berusaha untuk menjaga

kelestariannya dengan menerjemahkan naskah-naskah karya mereka ke dalam bahasa

Arab.

Di samping itu tujuan lain dari penerjemahan tersebut adalah agar terbentuk suatu

masyarakat Islam dengan gaya Persia dalam tiga hal, yaitu : politik, sosial dan budaya.4 Maka

tidak mengherankan apabila kebudayaan Persia dapat mendominasi aktivitas penerjemahan

pada saat itu.

2 Mahir Abdul Qadir Muhammad. Al-Turats wa al-Hadharah al-Islamiyyah..( Beirut: Dar al-. Nahdhah

al-‘Arabiyyah, tt), h. 31. 3 Ibid., h. 21. 4 Abdul Hakim Hassan. Al-Adab al-Muqaran wa al-Turats al-Islamy. ( Kairo: Maktabah al-Adab, tt.), h.

40.

Page 13: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

4

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya aktivitas penerjemahan Arab,

antara lain :

1. Faktor sosiologis bangsa Arab.

Faktor ini didasari oleh adanya konflik internal yang terjadi di tengah-tengah ummat

Islam. Perpecahan ini timbul karena mereka saling berbeda dalam cara

memahami ajaran agama Islam. Satu demi satu persoalan mulai muncul di hadapan

Kaum muslimin, dari masalah khilafah sampai kepada persoalan yang berhubungan

dengan masalah akidah Islam. Karena itulah, ummat Islam kemudian terpecah ke

dalam beberapa kelompok, antara lain : Ahlussunnah wa al-jama’ah, Syi’ah,

Mu’tazilah, Jabariyah dan lain-lain. Semua ini tidak terlepas dari upaya-upaya musuh

Islam yang terdiri dari golongan Yahudi dan Nasrani yang sengaja memecah-belah

persatuan ummat Islam dengan menghembuskan angin permusuhan diantara mereka.

Perbedaan pendapat telah mendorong mereka untuk mencari jawaban lain selain dari

Al-qur’an, dan semua itu mereka dapatkan setelah mereka mempelajari hasil pemikiran

ummat Yahudi dan Nasrani dalam bidang ilmu kalam dan filsafat. Inilah yang melatar-

belakangi timbulnya aktivitas penerjemahan di kalangan bangsa Arab bila ditinjau dari

sudut sosiologisnya.5

5 Mahir Abdul Qadir Muhammad. op.cit., h. 26-28.

Page 14: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

5

2. Faktor psikologis bangsa Arab.

Dalam menggali ilmu pengetahuan, bangsa Arab terkenal sebagai bangsa yang

cerdas dan memiliki semangat yang tinggi untuk menguasainya. Terkadang mereka

perlu berjalan berbulan-bulan dalam mencari seorang guru untuk mempelajari suatu

ilmu. Inilah ciri khas yang membedakan mereka dari bangsa - bangsa lain. Kerasnya

alam gurun sahara telah menempa mereka untuk menjadi manusia yang dapat

memiliki daya ingat yang kuat dan berfikir keras dalam memperoleh suatu ilmu.

Begitu pula dengan ajaran agama, akan lebih meresap ke dalam jiwa mereka apabila

sudah dapat diterima oleh akal dan fikiran mereka.

Hal inilah yang kemudian mendorong bangsa Arab untuk berperan aktif dalam

aktivitas penerjemahan, karena jiwa mereka sudah lama terisi oleh seruan dan anjuran

dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW tentang pentingnya ilmu pengetahuan dan

kewajiban untuk mencarinya. Demikianlah latar belakang yang mempengaruhi bangsa

Arab dalam penerjemahan ditinjau dari sudut psikologisnya.

Dari uraian di atas, dapat ditarik suatu benang merah dalam sejarah awal penerjemahan

Arab, yaitu meski apapun alasan-alasan yang melatar-belakangi minat kaum muslimin dalam

menekuni aktivitas penerjemahan tersebut, kita tidak dapat memungkiri bahwa penerjemahan

telah banyak memberikan kontribusi kemajuan yang amat besar bagi umat Islam. Hal ini

terbukti di masa Abbasiyyah, saat kaum muslimin mengalami kemajuan yang amat pesat

dalam bidang ilmu pengetahuan (hal ini akan dijelaskan lebih lanjut pada bab II ).

Page 15: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

6

Dengan melihat fakta sejarah di atas, kami memandang perlunya diadakan penelitian

yang lebih mendalam tentang peran penerjemahan Arab dalam perkembangan ilmu

pengetahuan. Apalagi setelah dilihat bahwa dalam perkembangan selanjutnya banyak sekali

teori-teori penerjemahan yang muncul dan saling bercampur-baur satu sama lain. Untuk itu

kami sangat berminat untuk mengetahui tentang sejauh - manakah teori-teori tersebut saling

berinteraksi dan berasimilasi, dan di manakah letak eksistensi teori penerjemahan Arab ketika

teori-teori asing banyak bermunculan.

B. Perumusan dan pembatasan masalah.

Adapun masalah sentral dalam penelitian ini adalah perkembangan teori-teori

penerjemahan secara umum, baik teori penerjemahan Arab, maupun teori penerjemahan asing.

Sedangkan topik yang akan diangkat adalah teori penerjemahan manakah yang paling dominan

di antara teori-teori penerjemahan itu, apakah teori penerjemahan asing, ataukah teori

penerjemahan Arab, serta di manakah letak eksistensi teori penerjemahan Arab itu sendiri

setelah teori penerjemahan asing banyak bermunculan.

Mengenai pembatasan masalah, maka penelitian ini akan dibatasi pada ketentuan-

ketentuan sebagai berikut :

1. Penerjemahan Arab di sini maksudnya adalah penerjemahan dari bahasa asing ( sebagai

bahasa sumber/pertama) ke dalam bahasa Arab (sebagai bahasa sasaran/kedua).

Page 16: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

7

2. Kajian historis penerjemahan Arab dititik-beratkan pada masa Abbasiyah, sebab di

masa itulah terjadi puncak kejayaan Islam dalam ilmu pengetahuan karena didorong

oleh adanya aktivitas penerjemahan.

C. Tujuan penelitian.

Tujuan dari penelitian ini antara lain :

1. Untuk mengetahui sekilas perjalanan sejarah penerjemahan di dunia Arab, dan sebagai

fokus sejarahnya adalah penerjemahan pada masa Abbasiyah.

2. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang diberikan oleh bidang penerjemahan

bagi kemajuan dan kejayaan Islam di masa Abbasiyah, dan bagaimanakah dampak hal

itu pada zaman sekarang.

3. Untuk mengetahui eksistensi teori penerjemahan Arab di antara teori-teori

penerjemahan asing yang berkembang.

D. Metodologi penelitian.

Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis menggunakan metodologi penelitian

pustaka (library research), di mana langkah-langkahnya sebagai berikut :

1. mengumpulkan dan mengkaji secara mendalam buku-buku yang membahas tentang

sejarah penerjemahan Arab, serta buku-buku yang menjelaskan tentang teori-teori

Page 17: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

8

penerjemahan, baik teori penerjemahan Arab, maupun teori penerjemahan asing. Begitu

pula buku-buku yang berisi tentang urgensi penerjemahan serta kontribusinya dalam

mendorong terciptanya kemajuan dan kejayaan Islam pada masa Abbasiyah hingga

sekarang.

2. Menyeleksi data-data tentang perkembangan teori penerjemahan secara umum dari

buku-buku tersebut, kemudian dilakukan analisis data hingga dapat melahirkan suatu

hipotesa tentang permasalahan yang dijumpai dalam perkembangan teori penerjemahan

Arab.

3. Sebagai langkah akhir, penulis mencoba untuk memberikan kritik dan saran dalam

upaya meningkatkan perkembangan teori penerjemahan Arab.

E. Sistematika pembahasan.

Mengenai sistematika pembahasan, maka penelitian mengandung 5 bab dan beberapa

sub-bab :

Bab I : berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, perumusan dan

pembatasan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II : berupa kajian historis penerjemahan Arab yang diawali oleh cikal-bakal

pertumbuhan aktivitas penerjemahan Arab, masa-masa penting perkembangan aktivitas

penerjemahan Arab, gerakan penerjemahan pada abad ke-1 dan ke-2 H, gerakan penerjemahan

pada abad ke-3 dan ke- 4 H, gerakan penerjemahan di Spanyol dan Mesir, para tokoh yang

Page 18: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

9

paling berjasa dalam mengembangkan aktivitas penerjemahan di dunia Arab, serta teori-

teori yang mereka ciptakan.

Bab III : Menjelaskan tentang ruang lingkup penerjemahan, antara lain : definisi

terjemah, tujuan dan motif penerjemah, prinsip-prinsip dasar penerjemahan, perbedaan antara

terjemah-tafsir dan ta’rib, klasifikasi teori-teori penerjemahan, dan Macam ragam

penerjemahan

Bab IV : Menganalisa perkembangan teori penerjemahan Arab yang meliputi : urgensi

penerjemahan di dunia Islam, terjemah di antara teori dan prakteknya, eksistensi teori

penerjemahan Arab diantara teori-teori penerjemahan asing, serta Penerjemahan Arab,

sekarang dan yang akan datang.

Bab V : Merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

Page 19: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

10

BAB II

KAJIAN HISTORIS PENERJEMAHAN ARAB

1. Cikal-bakal pertumbuhan aktivitas penerjemahan Arab.

Sebagaimana telah disinggung pada bab terdahulu, bahwa pada dasarnya aktivitas

penerjemahan Arab sudah dimulai sejak Rasulullah masih hidup, hanya saja keadaannya masih

bersifat individual dan tidak segencar apa yang terjadi di masa Abbasiyyah, dimana khalifah al-

Ma’mun memiliki perhatian yang cukup besar dalam bidang ini dengan mendirikan pusat

penerjemahan yang disebut dengan Dar el-Hikmah.

Munculnya aktivitas penerjemahan pada abad ke-1 Hijriyah ditandai oleh adanya

kegiatan pemindahan (transfering) ilmu pengetahuan dan kebudayaan bangsa lain kedalam

dunia Islam yang dipelopori oleh dua tokoh dibawah ini :

1.Al-harits bin Kaldah.

Ia adalah seorang dokter yang hidup sezaman dengan Nabi dan wafat pada tahun

33 H. Menurut Schact dan Boutrous, beliau adalah pelopor pertama dalam bidang ini. Ia

menjalani studinya di Jandisabur, sebuah daerah dekat kota Sausah, yang mana daerah

ini memiliki sebuah lembaga pendidikan termasyhur yang telah banyak sekali

menghasilkan ahli-ahli terjemah yang ulung. Adapun Rasulullah sendiri memang

Page 20: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

11

mengakui kehebatan beliau dalam menyembuhkan berbagai-macam penyakit.1

2. Khalid bin Yazid bin Mu’awiyah (wafat tahun : 85 H / 704 M).

Menurut Schact dan Boutrous, cucu dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan ini adalah

salah satu khalifah Bani Umayyah yang pertama kali menaruh perhatian yang besar

dalam bidang ilmu pengetahuan, khususnya dalam ilmu kimia. Pendapat ini dibenarkan

oleh Umar Farukh yang menurutnya ketika beliau merasa putus asa dalam memegang

tampuk kepemimpinannya, maka kemudian ia memalingkan perhatiannya pada bidang

ilmiah. Lalu beliau mulai mempelajari ilmu kimia pada seorang pendeta yang bernama

Maryanus dan memerintahkan untuk menerjemahkan buku-buku kimia kedalam bahasa

Arab.2

Namun ada sebagian ulama yang mengingkari peran Khalid bin Yazid bin

Mu’awiyah sebagai seorang pelopor penerjemahan di kalangan bangsa Arab pada abad

permulaan Hijriyah. Diantaranya adalah Ibnu Khaldun dalam kitabnya Al-muqaddimah.

Beliau mengatakan bahwasanya memang ada yang menisbatkan sebagian mazhab adan

pendapat kepada Khalid bin Yazid bin Mu’awiyah, pengasuh marwan bin Hakam.

Sedangkan kenyataannya, beliau merupakan salah satu generasi Arab yang sifat

baduwinya masih sangat kental. Secara umum, beliau belum mengenal keilmuan. Maka,

1 Schact dan Boutrous. Turats al-Islam. Terjemah oleh Husein Mu’nis dan Ihsan Shadiqi al-‘Amd. (Kuwait: ‘Alam al-Ma’rifah. 1978), jilid III., h. 85.

2 Ibid., h. 113.

Page 21: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

12

bagaimana mungkin beliau bisa menciptakan suatu hal yang asing yang bersandar pada

pengetahuan tentang tabiat molekul dan percampurannya. Apalagi pada saat itu kitab-

kitab para tokoh kimia dan kedokteran belum begitu banyak dan belum diterjemahkan.

Kecuali, jika yang dimaksud adalah Khalid bin Yazid lainnya dari tokoh kimia yang

memiliki kesamaan nama.3

Meskipun ada perbedaan pendapat tentang keberadaan Khalid bin Yazid bin

Mu’awiyah ini, namun sebagian besar ulama melegitimasi keberadaan beliau sebagai

salah seorang tokoh penerjemahan di abad permulaan Islam. Seperti al-Suyuthi dan

Ibnu Nadim yang mensinyalir bahwa beliau seperti seorang hakim dalam keluarga

Marwan bin Hakam yang memiliki pribadi yang istimewa, mempunyai semangat yang

tinggi dan cinta kepada ilmu pengetahuan.4

Dari uraian tadi dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya hubungan ilmiyah bangsa

Arab dengan bangsa lain telah lama dimulai sebelum abad ke-1 Hijriyah. Kemudian

hubungan tersebut semakin erat lagi dengan kemunculan kedua tokoh tadi yang

mempelopori pemindahan ilmu pengetahuan dan kebudayaan bangsa lain kedalam bahasa

Arab dengan melalui aktivitas penerjemahan. Sedangkan ilmu pengetahuan yang

digeluti oleh orang-orang Arab terdahulu berkisar seputar bidang kimia dan kedokteran.5 Lalu

mulai saat itu berkembang kepada bidang-bidang lain seperti : filsafat, matematika, astronomi

dan sebagainya.

3 Ibnu Khaldun. Al-muqaddimah.,( tt)., h. 505. 4 Ibnu Nadim. Al-fihrasat.(tt), h. 242. 5 Mahir Abdul Qadir Muhammad. Op.cit.,h. 22.

Page 22: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

13

Akan tetapi ada beberapa kelemahan yang dijumpai dari para penerjemah pada masa-

masa awal perkembangannya, antara lain :

1. Bahwa sebagian besar mereka yang menerjemahkan buku-buku filsafat dan

ilmu kalam masih belum cukup memadai kemampuannya dalam bidang ini,

karena kebanyakan mereka terdiri dari para dokter.

2. Karena itu pula, mereka merasa kesulitan dalam memahami inti

permasalahan dalam filsafat, ilmu kalam, dan ketuhanan secara lebih

spesifik. Maka sering dijumpai suatu pendapat yang tidak dapat

dipertanggungjawabkan keasliannya, karena pendapat tersebut mereka

sandarkan kepada pendapat yang lain. Fakta seperti ini bersumber kepada

suatu fenomena dalam penerjemahan Arab dimana terkadang apa yang

diterjemahkan itu masih asing bagi orang Arab itu sendiri.

3. Sebagian besar penerjemah pada masa ini tidak menguasai seluk-beluk

bahasa Arab secara sempurna, karena itu mereka tidak mampu

menerjemahkan naskah asing kedalam bahasa Arab secara lebih detail dan

terperinci.6

6 Ibid.., h. 31-32.

Page 23: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

14

3. Masa-masa penting dalam perkembangan penerjemahan Arab.

A.Terjemah di masa Bani Umayyah.

Pada dasarnya, masa ini merupakan masa permulaan sejarah peradaban Islam. Sebagai

masa pertama, tentunya masih banyak kekurangan maupun kelemahannya, karena itu, ia tidak

bisa dibandingkan dengan masa-masa sesudahnya. Meskipun demikian, sesungguhnya secara

umum, di masa inilah terjadi peletakan batu pertama gerakan penerjemahan dan sebagai tolok

ukur pertama penerjemahan dalam dunia Islam, baik di belahan bumi bagian timur, maupun di

bagian barat. Joseph Hasyim menyebutkan bahwasanya penerjemahan pada masa ini terbatas

pada sebagian ilmu-ilmu alam seperti kimia dan kedokteran, dan belum sampai kepada ilmu-

ilmu logika seperti filsafat dan ilmu jiwa. Hal itu didasari oleh adanya kebutuhan manusia yang

baru berkisar seputar ilmu-ilmu tersebut. Misalnya : manusia membutuhkan ilmu kedokteran

karena ia ditimpa berbagai-macam penyakit.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam aktivitas penerjemahan pada saat itu, manusia

mendahulukan kebutuhan yang lebih penting dari kebutuhan-kebutuhan yang lain. Contohnya :

penerjemahan ilmu kedokteran lebih penting dari penerjemahan ilmu logika.

B. Terjemah pada masa Khalifah al-Manshur dan al-Rasyid.

Penerjemahan pada masa ini berbeda dengan masa sebelumnya, karena terjadinya

berbagai-macam perkembangan, baik dari segi materi yang diterjemahkan, jumlah penerjemah

dan latar-belakang budaya mereka, kumpulan-kumpulan hasil terjemahan, dan ditambah lagi

dengan adanya tuntutan materi atau immateri dari mereka maupun orang-orang

Page 24: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

15

yang berkepentingan dengan mereka, dan lain sebagainya. Penerjemahan pada masa Bani

Umayyah memang amat menonjolkan fenomena-fenomena tadi. Dan pada kenyataannya

penerjemahan pada masa ini –sebagaimana ia berbeda dari penerjemahan masa sebelumnya-

pun memiliki perbedaan dalam hal perkemabangannya antara satu masa dengan masa lainnya.

Sebagai contoh, penerjemahan pada masa al-Manshur berbeda perkembangannya dengan

penerjemahan pada masa Harun al-Rasyid. Pada masa al-Rasyid penerjemahan berkembang

pesat melampaui perkembangan penerjemahan masa al-Manshur, begitu pula dengan bidang-

bidang lainnya. Dan tentang penerjemahan pada masa al-Rasyid O’lery mengatakan

bahwasanya para penerjemah di masa ini senantiasa bekerja keras dalam bidangnya, yang mana

sebagian besar mereka terdiri dari orang-orang Nasrani, Yahudi dan orang-orang yang baru

masuk Islam.7

C. Terjemah pada masa Khalifah al-Ma’mun.

Masa ini merupakan masa terakhir kejayaan penerjemahan dalam Islam, bahkan dapat

dikatakan bahwa keutamaannya tidak dapat dicapai dalam kurun waktu empat abad lamanya.

Khalifah al-Ma’mun benar-benar telah mengungguli para khalifah bani Abbasiyah yang lain

dalam perhatian dan kepemimpinannya dalam bidang ini. Suatu predikat yang pantas

disandarkan padanya karena kepiawannya dalam memimpin gerakan penerjemahan hingga

mencapai tingkat kesempurnaan. Banyak penerjemah ulung yang muncul pada masa ini seperti

: Hunain bin Ishak al-Abbady, Yohana bin Masawaih, Ya’qub bin Ishaq al-Kindy dan ‘Amr bin

al-Farkhan al-Thabary. Begitu pula halnya dengan hasil-hasil terjemahan mereka. Hasil-hasil

7 Lady Lessey O’lery. Al-fikru al-‘Araby wa Makanuhu fi al-Tarikh..,( tt),h. 120.

Page 25: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

16

tersebut terkenal sebagai hasi-hasil penerjemahan yang tiada dapat menandinginya dari hasil-

hasil penerjemahan masa sebelumnya. Banyak sekali para penerjemah yang berdatangan ke

Baghdad yang menjadi pusat penerjemahan pada masa itu, diantaranya dari Irak, Syam, dan

Persia. Diantara mereka ada yang beragama Nasrani, Majusi, Hindu dan Zoroaster.

.Mereka menerjemahkan naskah-naskah Yunani, Persia , India dan lain sebagainya. Mereka

senantiasa berdiskusi dan bertukar-fikiran satu sama lain, sehingga hari-hari mereka penuh

dengan berbagai penelitian dan pengkajian. Kejayaan penerjemahan pada masa ini terus

berlangsung sampai terjadinya proses penerjemahan kitab-kitab kuno ke dalam bahasa Arab.8

D. Terjemah pada masa setelah Khalifah al-Ma’mun.

Masa terjemah keempat ini memiliki perbedaan dari aspek kandungan dan macamnya

karena perbedaan dalam perhatian yang diberikan oleh orang-orang yang terlibat dalam

penerjemahan ini. Sesungguhnya, bobot gerakan penerjemahan pada masa ini terasa semakin

melemah, yaitu pada masa Khalifah al-Mu’tashim dan al-Watsiq. Hal itu berlanjut hingga masa

Khalifah al-Mutawakkil, seakan-akan aktivitas penerjemahan pada masa itu berjalan mundur

dan kembali seperti gerakan penerjemahan pada masa Khalifah al-Ma’mun. Kemunduran itu

semakin berlanjut hingga permulaan abad ke-4 Hijriyah. Adapun tokoh-tokoh penerjemah pada

masa ini antara lain : Tsabit bin Qurrah, Sinan bin Tsabit bin Qurrah, Mata bin Yunus, Yahya

bin ‘Addy, Qistha bin Luqa al-Ba’labaky dan Ibnu Zur’ah.

Pada masa inipun terjadi penerjemahan barbagai-macam naskah seperti yang terjadi

pada masa sebelumnya. Adapun mengenai bukti-bukti nyata kemunduran masa ini, al-ustadz

8 Jurji Zaidan. Tarikh al-Tamaddun al-Islamy. (Mesir. 1958), jilid III, h. 161.

Page 26: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

17

Abdul Hamid al-‘Alujy pernah mengatakan bahwa sesungguhnya masa ini berjalan mundur

setelah terjadi pergulatan atau perseteruan yang panjang tentang sebuah nama dalam bidang

kedokteran Arab, yang sebenarnya dasar pendapat itu merupakan dasar yang kuat yang diambil

dari kumpulan pendapat-pendapat ilmiah para dokter Arab dalam bidang kedokteran.

Pendapat-pendapat itu diadopsi dari pemikiran kedokteran klasik, khususnya kedokteran

Yunani, serta dipoles dengan seni kedokteran India dan Persia.9

4. Gerakan penerjemahan pada abad ke-1 Hijriyah.

Penerjemahan pada abad ke-1 Hijriyah memiliki ciri tersendiri dalam sejarah

penerjemahan pada umumnya – meskipun ruang lingkupnya masih amat terbatas. Proses

transformasi ilmu-ilmu orang asing ke dalam bahasa Arab pada masa ini merupakan proses

transformasi pertama dalam sejarah Islam. Jadi, dapat dikatakan bahwa penerjemahan pada

masa ini merupakan pembuka lembaran awal sejarah penerjemahan di dunia Arab.

Imam al-Suyuti pernah mengatakan bahwa sesungguhnya ilmu-ilmu yang pertama kali

muncul itu masuk ke dalam kehidupan umat Islam pada abad ke –1 Hijriyah ketika kaum

muslimin mulai dapat menguasai beberapa wilayah, akan tetapi jumlahnnya masih amat minim

serta belum dapat tersebar luas di antara mereka. Hal itu disebabkan oleh karena golongan

ulama salaf melarang mereka untuk memperdalam bidang penerjemahan ini. 10 Pertumbuhan

ilmu pengetahuan Arab dapat disaksikan pada masa ini, di mana sebagian besar bersumber dari

bidang penerjemahan. Pada awal kebangkitan ini, bangsa Arab mulai memperhatikan ilmu

9 Abdul Hamid al-‘Alujy. Tarikh al-Thibb al-‘Iraqy.,( tt), h. 19. 10 Al-imam al-Suyuti. Shaunu al-Manthiq wa al-Kalam ‘an Fanni al-Manthiq wa al-Kalam. (tt), h. 12.

Page 27: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

18

Kimia, di mana sebelumnya mereka menggeluti bidang ilmu kedokteran. Dari sinilah, kelak

mereka akan mempunyai jasa yang amat besar bagi perkembangan kedua ilmu ini .

Adapun di antara tokoh yang paling terkenal dalam bidang penerjemahan pada masa ini

adalah al-Amir Khalid bin Yazid. Beliau bernama lengkap Abu Hasyim Khalid bin Yazid bin

Muawiyah bin Abi Sufyan al-Umawy. Dia berketurunan suku Quraisy, dan yang paling faham

tentang ilmu pengetahuan. Dialah yang memberikan perhatian yang mendalam pada buku-buku

Kimia orang-orang terdahulu, dan dia terkenal sebagai seorang orator dan penyair yang fasih

serta memiliki ide-ide cemerlang. Dan dialah orang yang pertama kali menerjemahkan buku-

buku Kedokteran, Astronomi dan Kimia ke dalam bahasa Arab, sebagaimana dia pula orang

Arab pertama yang membahas ilmu Logika.

Di antara naskah-naskah yang berhasil diterjemahkan pada masa ini adalah Kanasy fi

al-Thib karangan Ahran al-Qis, yang diterjemahkan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz (99-

101 H). Dalam hal ini, Khalifah didampingi oleh seorang dokter yang bernama Masarjawaih.

Menurut Ibnu al-Nadim, ia adalah seorang dokter di Bashrah, berkebangsaan Israil, dan

menguasai ilmu Kedokteran. Dialah yang memimpin Khalifah Umar bin Abdul Aziz dalam

menerjemahkan buku tersebut, dan memili peran yang besar dalam penerjemahan tersebut.11

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Khalifah Khalid bin Yazid dan

Khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah dua tokoh Bani Umayyah yang memiliki perhatian yang

amat besar dalam bidang penerjemahan di masa ini. Bahkan Ahmad Amin menganggap bahwa

peran kedua tokoh ini tidak bisa disamakan dengan tokoh-tokoh lain (khususnya mereka yang

11 Ibnu Nadim. Al-fahrasat.( tt), h. 142-143.

Page 28: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

19

mempelopori gerakan filsafat), meskipun itu dari tokoh-tokoh Abbasiyah.12

Akan tetapi pada dasarnya, penerjemahan pada masa Bani Umayyah masih bersifat

individualistis yang eksistensi dan kehancurannya bergantung kepada para tokoh-tokoh

penerjemahan pada masa ini. Berbeda dengan masa Abbasiyah, di mana gerakan penerjemahan

dapat tumbuh subur dan memiliki ruang gerak yang amat luas. Menurut Muhammad Ali Abu

Rayyan, perbedaan ini bersumber kepada kondisi dan situasi perpolitikan yang kurang kondusif

pada masa Bani Umayyah, sehingga menghambat lajunya perkembangan ilmu pengetahuan

pada masa itu.13

Pendapat ini dibantah oleh Rasyid al-Jamily, di mana ia mengatakan bahwa sebenarnya

kondisi perpolitikan pada masa Bani Umayyah tidak jauh berbeda dengan kondisi perpolitikan

yang terjadi pada masa Bani Abbasiyah. Apalagi pada masa Abbasiyah, bukan hanya masalah

politik saja yang meresahkan kehidupan umat Islam. masih banyak lagi permasalahan yang

timbul pada masa itu, seperti masalah-masalah sosial dan keagamaan. Akan tetapi, gerakan

penerjemahan masih bisa berjalan dengan baik, bahkan mencapai puncak kejayaannya.

Menurutnya, Peran para Khalifahlah yang amat menentukan kemajuan dan kemunduran

gerakan penerjemahan. Bila dibandingkan, para Khalifah pada masa Bani Umayyah yang

memiliki perhatian pada bidang ilmu pengetahuan, khususnya penerjemahan, jauh lebih sedikit

jumlahnya dengan para Khalifah pada masa Abbasiyah. Pada masa Bani Umayyah hanya dua

orang Khalifah yang diketahui memiliki perhatian penuh terhadap ilmu, yaitu Khalifah Khalid

bin Yazid dan Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Sedangkan pada masa Abbasiyah, hampir

12 Ahmad Amin. Fajru al-Islam.( tt), h. 164-165. 13 Muhammad Ali Abu Rayyan. Tarikh al-Fikr al-Falsafy fi al-Islam. (Beirut. 1970), jilid 1, h. 54.

Page 29: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

20

sebagian besar pemimpinnya menaruh perhatian yang mendalam bagi perkembangan ilmu

pengetahuan. Sebut saja seperti Khalifah al-Manshur, Harun al-Rasyid, al-Ma’mun, al-

Mutawakkil dan lain-lain.14

5. Gerakan penerjemahan pada abad ke-2 Hijriyah.

Sudah tidak diragukan lagi, bahwa penerjemahan pada abad kedua Hijriyah ini lebih

utama dari abad kesatu Hijriyah. Hal itu disebabkan oleh bahwasanya perhatian yang cukup

besar dari sebagian besar Khalifah Abbasiyah telah memberikan tempat yang layak bagi

perkembangan aktivitas penerjemahan . Di samping itu, kondisi masyarakat pada masa itu amat

mendukung keberadaan penerjemahan ini, sehingga dapat terciptalah suatu iklim yang kondusif

bagi perkembangan ilmu pengetahuan lewat bidang penerjemahan ini.

Berikut ini, penulis akan menjelaskan perkembangan penerjemahan berdasarkan

kepemimpinan para Khalifah Bani Abbasiyah, sebagai tambahan penjelasan terdahulu.

1. Gerakan penerjemahan pada masa Khalifah al-Manshur.

Abu al-Hasan Ali bin al-Husain bin Ali menyebutkan bahwa Khalifah al-

Manshur adalah Khalifah pertama yang bergaul rapat dengan para ahli Nujum, dan

mempraktekkan ilmu tersebut. Di antara ahli Nujum yang dekat dengan beliau adalah

Nubkhat al-Majusi yang masuk agama Islam berkat pertolongannya, begitu pula

Ibrahim al-Fazary yang memiliki syair Kasidah Nujum dan Ali bin Isa al-Istharlabi.15

14 Rasyid al-Jamily. Harakatu al-Tarjamah fi al-Masyriq al-Islamy fi al-Qarnaini al-Tsalits wa al-Rabi’

li al-Hijrah.(Irak: Dar al-Syuun al Tsaqafiyyah al-‘Ammah, tt), h. 76. 15 Abu al-Hasan Ali bin al-Husain bin Ali. Muruju al-Zahab wa Ma’adinu al-Jauhar. (Kairo. 1958), jilid

4, h. 241-242.

Page 30: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

21

Di antara naskah-naskah yang berhasil diterjemahkan ke dalam bahasa Arab

pada masa ini adalah : kitab Kalilah wa Dimnah16, dan Sandahind17. Begitu pula karya-

karya Aristoteles, Bartolemeus, Ekledes, buku-buku Aritmatika dan buku-buku lain

yang berbahasa asing yang berisi ilmu pengetahuan tentang Nujum, Matematika,

kedokteran dan Filsafat.

Khalifah al-Manshur memang dikenal sebagai seorang Khalifah yang menaruh

minat yang besar dalam ilmu Nujum, Arsitektur dan kedokteran. Karena itu pula, buku-

buku asing yang banyak diterjemahkan pada masanya adalah buku-buku yang berisi

ilmu-ilmu tersebut.18 Begitu pula dengan buku-buku ilmu Logika. T. Jones De Boer

pernah mengatakan bahwa Kitab-kitab ilmu Manthiq (logika) juga diterjemahkan

kedalam bahasa Arab pada masa ini. Ibnu al-Muqaffa’ adalah seseorang yang paling

berjasa dalam gerakan penerjemahan buku-buku Logika tersebut. Gerakan ini terus

berjalan pada masa-masa setelahnya. Akan tetapi Ibnu al-Muqaffa’ lebih dikenal

sebagai tokoh dalam bidang Filsafat.19

16 Kitab ini berasal dari India. Pertama kali diterjemahkan kedalam bahasa Persia oleh Anusyirwan bin Qabbaz bin Fairuz. Kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Arab oleh Abdullah Ibnu al-Muqaffa’ al-Khathib.Kitab ini berisi tuntunan dalam upaya mendidik jiwa dan membersihkan hati. Karena itu, kitab ini sangat besar manfaatnya serta memiliki tujuan yang mulia. (Lihat Thabaqat al-Umam, karangan Sha’id al-Andalusy, h. 17).

17 Sandahind adalah salah satu golongan mazhab di kalangan bangsa India yang mempelajari ilmu Nujum. (lihat Tarikh al-Ya’quby, karangan Ahmad bin Abi Ya’qub. 1358 H. Jilid I, h. 65-66, dan Tarikh al-Falak ‘inda al-“Arab, karangan Imam Ahmad. Kairo: 1960., h. 23). Ilmu ini dipelajari pula oleh beberapa ulama Islam, seperti : Muhammad bin Ibrahim al-Fazary, Habsy bin Abdullah al-Baghdady, Muhammad bin Musa al-Khawarizmy, dan al-Husein bin Muhammad dan lain-lain. (lihat Tarikh al-Hukamaa, karangan al-Qifthy, h. 266 dan 270).

18 Jurjy Zaidan. Tarikh al-Tamaddun al-Islamy.( tt), jilid III, h. 157 dan 210. Lihat pula Muhammad Ali Abu Rayyan. Op.cit., jilid I, h. 87-88.

19 T. Jones De Boer. The History of Philosophy in Islam. (London ; 1933), h. 17.

Page 31: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

22

Khalifah al-Manshur sangat dihormati dan cintai oleh para ulama di masanya,

karena kecerdasannya. Ia pun dekat dengan para sastrawan, karena ia adalah seorang

sastrawan yang menggeluti berbagai-macam bidang ilmu dan seorang Khalifah Bani

Abbas yang pertama kali menaruh perhatian terhadap ilmu pengetahuan. Ia lah yang

mengumpulkan para ahli Astronomi dan Arsitektur dan lain-lain dalam istananya. Sejak

saat itu, mulailah aktivitas penerjemahan buku-buku ilmiah dari bahasa-bahasa Yunani,

Suryani dan Persia kedalam bahasa Arab. Bahkan tidak hanya itu, Khalifah al-Manshur

juga memberlakukan penerjemahan buku-buku yng berisi adat-istiadat orang Nasrani

dan Persia. 20

Adapun para penerjemah yang terkenal pada masa ini adalah : Abdullah bin al-

Muqaffa’ yang menerjemahkan buku-buku Aristoteles dalam ilmu Logika kedalam

bahasa Arab, yaitu : Kotogorias, Bariarmenias dan Analotika, serta Abu Yahya al-

Bathriq yang menerjemahkan buku-buku kedokteran yang dikarang oleh Jalianus dan

Abqarat, dan anaknya yang bernama Yahya yang menerjemahkan buku Aristoteles

yang berjudul al-Siyasah fi Tadbiri al-Riyasah.21 Ada pula penerjemah lain yang juga

termasyhur pada masa ini , seperti : Georges bin Jibrail bin Bakhtisyu’ yang

menerjemahkan buku-buku kedokteran, dan al-Hajjaj bin Yusuf bin Mathar yang

menerjemahkan buku Arsitektur karya Ekledes.

20 George E. Kirk. A Short History of the Middle East from the Rise of Islam to Modern Times. (London.

1959), h. 30. 21 Ibnu Abi Ushaiba’ah. ‘Uyunu al-Anbaa.( tt), jilid II, h. 174.

Page 32: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

23

Sebagai kesimpulan dari uraian di atas, bahwasanya Khalifah al-Manshur adalah

Khalifah Bani Abbas yang pertama kali berjasa dalam bidang penerjemahan. Di

masanya, banyak diterjemahkan buku-buku ilmiah bahasa Yunani, Suryani, Persia dan

India kedalam bahasa Arab. Akan tetapi amat disayangkan, bahwa aktivitas

penerjemahan ini tidak bisa Berlanjut dengan baik pada masa-masa sesudahnya, yaitu

pada masa Khalifah al-Mahdi ( 158-169 H / 774-758 M) dan Khalifah al-Hadi ( 169-

170 H / 785-786 M). Dan barulah pada masa Khalifah Harun al-Rasyid, aktivitas ini

dapat berjalan lagi dan mencapai kesuksesan yang lebih baik.

2. Gerakan penerjemahan pada masa Khalifah Harun al-Rasyid (170-193 H / 786-808 M).

Nama lengkap khalifah ini adalah Harun bin Muhammad bin Abdullah bin

Muhammad bin Ali bin Abdullah bin al-‘Abbas. Dilahirkan pada tahun 145 Hijriyah di

zaman Khalifah al-Manshur, dan wafat pada tahun 193 H.22

Beliau adalah seorang pakar dalam bidang keilmuan yang menggeluti bidang

sastra dan dekat dengan para ulama.23Selain itu, beliau merupakan Khalifah Bani Abbas

yang amat tersohor, sehingga namanya pun dikenal luas oleh bangsa-bangsa lain dan

sering disebut dalam literatur-literatur mereka.24 Sesungguhnya, nama beliau menjadi

teladan bagi kejayaan Khilafah di dunia timur, dan sebagai penopang utama bagi

22 Abu Ja’far Muhammad bin Jarir al-Thabary. Tarikh al-Umam wa al-Muluk. (Kairo. 1939), jilid VI, h.

441. 23 Umar bin al-Hasan bin Ali bin Dahyah al-Kilaby. Al-Nibras fi Tarikh Khulafa Bani al-‘Abbas.

(Baghdad. 1946), h. 36. 24 Ahmad Mukhtar al-‘Abbady. Fi al-Tarikh al-‘Abbasy wa al-Fathimy.( Beirut. 1971), h. 80.

Page 33: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

24

sastra Arab. Ia amat dikenal di Eropa setelah diterjemahkannya buku Alfu

Lailah wa Lailah Ke dalam bahasa-bahasa Eropa.25

Khalifah ini sepanjang hidupnya senantiasa berminat penuh terhadap segala

sesuatu yang berbau Persia. Dan dibawah kepemimpinannya terjadi peristiwa gerakan

adopsi kebudayaan Helenisme.26Di samping itu, Khalifah al-Rasyid pun gemar

mengembara untuk mencari ilmu. Al-Suyuthi mengatakan bahwa Khalifah ini pernah

mengembara bersama kedua putranya yang bernama al-Amin dan al-Ma’mun dalam

rangka untuk menemui al-Imam Malik guna mempelajari kitabnya yang berjudul al-

Muwaththa’ .27Dengan demikian, Khalifah Harun al-Rasyid merupakan seorang

Khalifah yang paling banyak jasanya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan bangsa

Arab, khususnya dalam penerjemahan naskah-naskah Yunani kedalam bahasa Arab.

Padahal hal itu amat sulit untuk dilakukan. Pertama : para penerjemah Arab harus dapat

menyingkap segala rahasia bangsa Yunani dalam bidang ilmu pengetahuan yang ditulis

dengan bahasa Yunani yang amat rumit. Kedua : menerjemahkan semua itu kedalam

bahasa Arab. Dan ketiga : mereka harus mampu berkreativitas dalam ilmu tersebut

dengan membuat inovasi-inovasi terbaru dalam rangka pengembangan ilmu yang telah

mereka miliki.28

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Khilafah Abbasiyah dibawah

pimpinan beliau merupakan rujukan utama para cendekiawan dan pakar peneliti

25 F.F. Arbuthnot. Arabic Authors : A Manual of Arabian History and Literature. (London. 1890), h. 95-

96. 26 Suatu kebudayaan yang didalamnya berisi banyak kebudayaan yang berbeda-beda, seperti : Yunani,

Mesir, Syiria dan Persia. (lihat Min Hadharatina, karangan George ‘Athiyyah.( Beirut. 1959), h. 31-32). 27 Al-Suyuthi. Husnu al-Muhadharah fi Tarikhi Mishr wa al-Qahirah. (Kairo. 1967), jilid II, h. 26. 28 William Cecil Dampier. A Shorter History of Science. (Cambridge. 1944), h. 37-38.

Page 34: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

25

ilmiah dalam membahas ilmu pengetahuan. Dan segala pengorbanannya dalam bidang

ini telah mengharumkan nama dan periode kepemimpinannya sebagai yang termasyhur

di belahan dunia timur dan barat.

Selain jasa Khalifah ini, ada nama lain yang tidak boleh dilupakan dalam masa

ini yang juga berjasa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan lewat penerjemahan,

yaitu periode keturunan Yahya bin Khalid al-Barmaky. Mereka dikenal sebagai

peminat dan pengagum ilmu pengetahuan Yunani. Dan mereka disebut sebagai

pemimpin bidang penerjemahan yang sangat terkenal pada masa Khalifah al-Rasyid.29

6. Gerakan penerjemahan pada abad ke-3 Hijriyah.

Perkembangan penerjemahan pada masa ini bertumpu kepada dua orang Khalifah Bani

Abbasiyah, yaitu : al-Ma’mun dan al-Mutawakkil. Karakteristik penerjemahan pada paruh

pertama masa ini umumnya lebih condong kepada penerjemahan kedalam bahasa Suryani.

Sedangkan pada paruh kedua baru bertambah sedikit demi sedikit kepada penerjemahan

kedalam bahasa Arab. Dalam masa ini pula terjadi gerakan pengoreksian hasil-hasil terjemahan

pada masa sebelumnya.

Para penerjemah pada masa ini sebagian besar beragama Nasrani dan berbicara dengan

bahasa Suryani, sedangkan beberapa diantaranya telah menguasai bahasa Yunani dan Persia.30

29 Rasyid al-Jamily. Op.cit., h. 93. 30 Abdul Rahman Badawy. Al-Turats al-Yunani fi al-Hadharah al-Islamiyyah. (Kairo. 1946), h. 57-58.

Page 35: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

26

Gerakan penerjemahan pada masa ini semakin meningkat dan kegiatan ilmiah pun

semakin bertambah. Dimasa ini berbagai macam naskah ilmiah diterjemahkan, begitu pula

naskah-naskah tentang Moral, Filsafat, Kejiwaan, Astronomi, Kedokteran dan Logika. Dalam

ilmu Astronomi buku yang diterjemahkan adalah al-Majisthy karangan Bartolemeus. Dalam

ilmu Kedokteran diterjemahkan buku Abqarath karya Jalianus. Dalam ilmu Logika

diterjemahkan buku Aristoteles dan juga bukunya dalam ilmu Metafisika. Begitu pula karya-

karya Plato dalam ilmu Politik.31

Ada beberapa hal penting yang terjadi pada masa ini, ditinjau dari masalah

pengkhususan dalam bahasa yang diterjemahkan. Tentang ini Arbuthnot memberikan

penjelasan sebagai berikut. Bahwasanya pada masa Khalifah al-Ma’mun muncul satu

kelompok baru dari kalangan ulama yang mengkhususkan diri dalam segi bahasa apakah yang

diterjemahkan kedalam bahasa Arab. Apakah bahasa Yunani, Suryani, atau Persia. Contohnya,

ada sekelompuk penerjemah dari bahasa Persia, tokohnya adalah ‘Amr bin al-Farkhan al-

Thabary, Sahl bin Harun dan Khalifah al-Ma’mun sendiri. Dari bahasa Yunani, pelopornya

adalah : Hunain bin Ishak al-‘Abbady dan Ya’qub bin Ishak al-Kindy. Dan dari bahasa

Suryani adalah : Ishak bin Hunain dan Hubaisy bin al-Hasan al-A’sam.32

Masa al-Ma’mun adalah masa awal penerjemahan berkembang dalam ruang yang lebih

luas dengan kedatangan kaum Nasrani kedalam Emporium Romawi Timur dalam rangka

meneliti buku-buku terbaru. Begitu pula dengan umat Islam yang menerjemahkan naskah -

31 Muhammad Ali Abu Rayyan. Op.cit., h. 87-88 dan 92. 32 F.F. Arbuthnot. Op.cit., h. 90-91. Lihat pula Arthur Gilman. The Saracens from the Earliest Times to

the Fall of Baghdad. (London. 1886), h. 388-389.

Page 36: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

27

naskah kuno yang sudah sangat sulit untuk dicari. Banyak pula golongan orang kaya yang

meminta para penerjemah untuk menerjemahkan naskah yang mereka inginkan, dengan

memberikan imbalan memuaskan bagi mereka.33

Secara khusus, Khalifah al-Ma’mun memberikan perhatian penuh dalam ilmu

astronomi untuk diterjemahkan. Karena itu, ilmu ini berkembang pesat pada masanya, baik

dalam bidang penerjemahan, maupun dalam aplikasinya. Salah satu sebabnya adalah karena

Khalifah sendiri telah lama menggeluti budaya perbintangan, didorong pula oleh penelitiannya

terhadap naskah-naskah Yunani dalam bidang ini. Maka, penerjemahan ilmu ini mencapai

implementasi yang nyata pada masa ini, dan kajian-kajian tentang ilmu inipun mencapai

jumlah yang banyak.

Selain ilmu Astronomi, Filsafat pun menarik perhatian Khalifah al-Ma’mun. Al-ustadz

al-Fard Jayum pernah mengatakan bahwa ilmu Filsafat tidak mencapai perkembangan yang

baik kecuali pada masa Khalifah Bani Abbas : al-Ma’mun.34 Diantara faktor pendorong al-

Ma’mun untuk menerjemahkan buku-buku Filsafat antara lain :

1. Kaum muslimin telah menyadari bahwa Filsafat tidak bertentangan dengan akidah

mereka, dan mereka mengetahui keunggulan ilmu-ilmu bangsa Yunani.

2. Filsafat adalah suatu ilmu yang membutuhkan waktu luang dan memberikan

ketenangan dalam hidup.

3. Filsafat juga merupakan suatu ilmu yang memberikan kesenangan jiwa.35

33 Joseph Hell. Die Kultur der Uraber. (Leipzig. 1919) , h. 102. 34 Thomas Arnold. Turats al-Islam. (Kairo. 1936), jilid I, h. 248. 35 Muhammad Ali Abu Rayyan. Op.cit., h. 88 dan 91.

Page 37: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

28

Sebelum berakhirnya khilafah al-Ma’mun, bangsa Arab telah menjadi bangsa yang

senang mengarungi lautan ilmu, seperti ilmu kedokteran, Filsafat, Matematika dan sejarah,

dimana mereka telah berhasil menerjemahkan buku-buku Abqarath, Jalianus, Bartolemeus,

Ekledes dan Aristoteles.36 Bahkan dapat dibayangkan, bila masa kejayaan penerjemahan itu

terus berlangsung pada masa-masa setelah Khalifah al-Ma’mun, maka naskah terjemahan yang

ditinggalkan oleh masanya adalah naskah-naskah yang hebat dan sempurna.

Akan tetapi, amat disayangkan, karena Khalifah Abbasiyah yang memegang tampuk

kepemimpinan setelah al-Ma’mun kurang dapat meningkatkan perkembangan penerjemahan.

Seperti Khalifah al-Mu’tashim dan al-Watsiq. Aktivitas peerjemahan pada masa kedua

Khalifah ini memang masih berjalan, akan tetapi tidak segiat aktivitas pada masa Khalifah al-

Ma’mun, bahkan mulai melemah dan berkurang jumlahnya.

Meskipun demikian, masa kemunduran itu tidak berjalan lama. Ketika Khalifah al-

Mutawakkil mulai berkuasa, kegiatan penerjemahan kembali merebak gairahnya. Keadaan ini

pun tidak terlepas dari jasa Hunain bin Ishak al-‘Abbady yang mempelopori semangat

penerjemahan. Karena itu, Khalifah al-Mutawakkil dianggap telah memberikan peran positif

dalam menggerakkan kembali kegiatan penerjemahan, serta memberikan nafas baru untuk

kedua kalinya bagi perkembangan kegiatan penerjemahan ini. Dalam hal ini, Max Mayerhof

menjelaskan bahwa sekitar tahun 241 H / 856 M, Khalifah al-Mutawakkil memperbarui

sekolah terjemah dan perpustakaan di kota Baghdad, dimana beliau mempercayakan Hunain

bin Ishak untuk menjalankannya. Para Khalifah dan individu-individu yang lain mengizinkan

36 W. Cooke Taylor. The History of Mohammedanism. (London. 1851), h. 268-269.

Page 38: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

29

dan memberikan bantuan kepada para pakar Nasrani yang sedang meneliti naskah-naskah yang

akan diterjemahkan di kota Baghdad. Hal ini pun tidak jauh berbeda dengan Hunain bin Ishak

yang mengembara di kota Baghdad, Suriah, Palestina dan Mesir ketika ia tidak menemukan

naskah yang ia cari di kota Damaskus.37

Sesungguhnya, penerjemahan pada masa Khalifah al-Mutawakkil telah mampu

mencakup sebagian besar peradaban bangsa asing. Di samping itu, faktor materi telah berperan

penting dalam meningkatkan kuantitas penerjemahan, dimana al-Mutawakkil dan Khalifah

lainnya serta para mentri, telah berani mengorbankan harta yang amat banyak untuk diberikan

kepada para penerjemah. Sehingga hal itu dapat menambah semangat para penerjemah untuk

giat menghasilkan terjemahan yang berguna bagi masyarakat pada masa itu.

7. Gerakan penerjemahan pada abad ke-4 Hijriyah.

Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa abad ke-3 Hijriyah

merupakan suatu masa dalam Khilafah Bani Abbas yang sarat dengan kegiatan penerjemahan,

sehingga jumlah kegiatan tersebut tak terhitung jumlahnya. Kegiatan itu pun pada dasarnya

telah menjadi pendorong tumbuhnya gerakan budaya masyarakat dalam bidang penyusunan

sebuah karya tulis/buku ilmiah. Akan tetapi, kegiatan itu pun masih kalah jumlah bilangannya

bila dibandingkan dengan aktivitas penerjemahan.

Adapun kondisi yang terjadi pada abad ke-4 Hijriyah ini merupakan kondisi sebaliknya

yang terjadi pada abad ke-3 Hijriyah, dimana aktivitas penyusunan karya ilmiah lebih banyak

37 Thomas Arnold. The Legacy of Islam. (Oxford. I931), h. 318.

Page 39: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

30

jumlahnya dibandingkan dengan jumlah aktivitas penerjemahan, karena kegiatan tersebut

merupakan dampak langsung dari adanya proses penerjemahan tersebut. Muhammad Jamal al-

Din berbicara tentang hal ini dalam bukunya sebagai berikut : “Para ulama Baghdad dan kota-

kota Islam lainnya telah menyibukkan dirinya di abad ke-2 dan ke-3 Hijriyah dengan aktivitas

penerjemahan ilmu-ilmu asing kedalam bahasa Arab. Akan tetapi pada abad ke-4 Hijriyah

mereka mulai berpaling kepada kegiatan yang lebih bersifat individualistis, dimana mereka

lebih memperhatikan ilmu-ilmu keagamaan dari pada ilmu-ilmu seperti : Matematika dan

Filsafat. Hal itu disebabkan oleh adanya factor agama yang sangat berpengaruh dalam

membentuk jiwa dan kepribadian mereka untuk selalu menyibukkan diri dalam semua hal yang

bersifat agamis, dan mendorong minat mereka untuk mempelajari ilmu bahasa, karena ilmu

tersebut merupakan jalan dalam memahami ajaran agama.38

Pada abad ke-4 Hijriyah ini, aktivitas penerjemahan telah mencapai taraf

kesempurnaan. Dan mulailah kegiatan penyusunan karya ilmiah menjadi aktivitas baru bagi

bangsa Arab. Contohnya, ada beberapa buah buku ilmiah yang dikarang oleh mereka, seperti

Muhammad bin Abi Bakr al-Razy, al-Faraby dan Ibnu Sina.Topik filsafat pada masa ini pun

lebih umum dan luas dari masa-masa sebelumnya, karena ia mencakup ilmu Logika, ilmu

Alam, Kimia, Ketuhanan, Matematika, ilmu Jiwa, Sosiologi dan lain sebagainya. Akan tetapi

dengan berlalunya waktu, terjadi pula pemisahan ilmu-ilmu tersebut dari ruang lingkup ilmu

Filsafat, dan menjadi ilmu yang berdiri sendiri, seperti ilmu Logika, Jiwa dan Sosiologi.

Maka secara umum dapat disimpulkan, bahwa bila pada abad ke-2 dan ke-3 Hijriyah

38 Muhammad Jamal al-Din Surur. Tarikh al-Hadharah al-Islamiyyah fi al-Syarq. (tt), h. 203.

Page 40: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

31

kaum Muslimin lebih menaruh perhatian pada aktivitas penerjemahan, dengan memindah ilmu-

ilmu asing kedalam bahasa Arab serta mempelajari dan menguasainya, maka pada abad ke-4

Hijriyah ini lebih memfokuskan diri dalam belajar secara otodidak. Mereka tidak lagi

beraktivitas dalam suatu kumpulan orang yang menghasilkan suatu karya terjemahan, akan

tetapi berpindah kepada suatu kegiatan yang lebih bersifat individualistis, demi kepentingan

masing-masing. Hasil terjemahan yang mereka kerjakan pun lebih dipengaruhi oleh

kebudayaan-kebudayaan lain yang bersifat filosofis dan ilmiah, bukan lagi dipengaruhi oleh

kebudayaan Yunani, Persia dan India.39

Meskipun gerakan penerjemahan pada masa ini telah berunah ruang lingkupnya, dari

penerjemahan ilmu-ilmu yang bersifat ‘Aqly (rasio sebagai dalil) kepada ilmu-ilmu yang

bersifat Naqly (menggunakan dalil agama) , akan tetapi diantara para pakar peneliti modern

masih ada yang berpendapat bahwa kegiatan penerjemahan pada masa ini lebih terfokus pada

penerjemahan ilmu Filsafat. Diantara mereka adalah : De Boer yang mengatakan bahwa proses

penerjemahan pada masa ini masih berjalan. Dan dapat dipastikan bahwa kegiatan

penerjemahan sejak masa Hunain bin Ishak lebih terbatas dalam penerjemahan buku-buku

Aristoteles, maupun kumpulan ringkasan atau penjelasannya.40

Pendapat ini ditanggapi oleh al-Jamily, dimana menurutnya meskipun pada masa ini

banyak karya-karya Aristoteles yang diterjemahkan, namun masih banyak karya lain yang juga

diterjemahkan pada masa ini. Umpamanya, Hunain bin Ishak memang banyak menerjemahkan

buku-buku Aristoteles, akan tetapi ia lebih banyak menerjemahkan buku-bukunya dalam

39 Rasyid al-Jamily., op.cit., h. 127. 40 T. Jones De Boer., op. cit., h. 18-19.

Page 41: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

32

bidang kedokteran. Kemungkinan yang dimaksud De Boer di sini adalah Ishak bin Hunain

yang memang mengkhususkan dirinya dalam penerjemahan ilmu-ilmu Filsafat.41

Para penerjemah pada masa ini termasuk penerjemah yang paling berjasa dalam

bidangnya, sehingga namanya senantiasa diingat oleh bangsa Arab sepanjang masa. Bahkan

kita seyogyanya dapat memberikan pujian yang tinggi kepada mereka, karena hasil-hasil

terjemahannya adalah masterpiece diantara hasil-hasil terjemahan yang lain. Sebut saja seperti

Sinan bin Tsabit bin Qarrah, Abu Basyr Mata bin Yunus, Yahya bin ‘Addy dan Isa bin

Ishak bin Zur’ah. Sedangkan sebagian besar buku-buku yang diterjemahkan itu berasal dari

Yunani, dan diterjemahkan kedalam dua bahasa, yaitu : bahasa Suryani dan Arab.

Diantara ilmu-ilmu yang diterjemahkan dari Yunani adalah : ilmu Kedokteran,

Matematika, Filsafat, Astronomi, Farmasi, Kimia, Botani dan lain-lain. Dan selebihnya adalah

dari India, seperti : Sastra dan termasuk pula Kedokteran dan Matematika, dan dari Persia,

seperti : Seni bercerita, Hikmah-hikmah, Pribahasa, menejemen politik dan perkantoran.

Pada umumnya, Khilafah Bani Abbas pada masa ini memiliki citra atau kesan positif

dan juga negatif. Citra positif itu disebabkan oleh adanya perkembangan yang pesat dalam

bidang ilmiah, seperti : bidang Seni Syair , Prosa, dan seluruh bidang Sains, khususnya

Filsafat. Sedangkan citra negatif itu timbul dari adanya menejemen politik yang rusak.

Misalnya : pelimpahan kekuasaan kepada orang yang bukan ahlinya, dan sarat dengan unsur-

unsur korupsi, kolusi dan nepotisme. Sehingga dapat dikatakan, bahwa pada masa ini dunia

Islam menjadi sarana untuk memuaskan ambisi, keinginan dan hawa nafsu keduniaan semata.

41 Rasyid al-Jamily., op.cit., h. 130.

Page 42: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

33

karena itu, sejak saat itulah dunia Islam mulai terperosok kedalam jurang kesesatan dan

kehancuran.42 Keadaan ini terus berlangsung hingga terjadilah kebangkitan Islam di Spanyol.

8. Gerakan Penerjemahan di Spanyol.

Ketika umat Islam telah dapat menguasai daerah Afrika Utara dan Eropa Selatan,

pengaruh Arab mulai memasuki kawasan tersebut, terutama di kawasan Spanyol, dengan

ditandai oleh munculnya kajian-kajian pemikiran Arab. Meskipun peperangan antara umat

Islam dengan kaum Nasrani masih berkecamuk, akan tetapi para ulama Islam terus berdatangan

ke Spanyol dan kian bertambah jumlahnya. Imbas dari hasil pemikiran mereka memiliki

pengaruh yang amat luas bagi kaum Yahudi dan bangsa Spanyol. Hal itu terbukti dengan

adanya aktivitas penerjemahan baik kedalam bahasa Arab maupun kedalam bahasa yang lain.

Sebagai contoh, mereka menerjemahkan kitab al-Hayawan kedalam bahasa Arab, begitu pula

dengan kitab Maqamat al-Hariri yang berisi bermacam-macam ilmu pengetahuan, mereka

terjemahkan kedalam bahasa Ibrani dan Latin. Peristiwa ini terjadi pada masa pemerintahan

raja Alfonso VI.

Setelah kota Toledo dapat Ia kuasai,pada tahun 1085, lalu Alfonso VI ini

memerintahkan Gerard Cremona –seorang ilmuwan Nasrani- untuk memimpin penerjemahan

buku-buku orang Islam kedalam bahasa Latin. Maka pada tahun 1150 ia membangun sebuah

pusat penerjemahan di kota Tolon dekat dengan Madrid. Kegiatan itu semakin hari semakin

berkembang hingga sampai ke kota Pernis yang berbatasan dengan Prancis. Pada

42 Ibid., h. 137-138.

Page 43: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

34

akhirnya kegiatan tersebut dapat masuk ke daratan Prancis dan negara-negara yang bertetangga

dengannya. Maka semenjak itu, pusat penerjemahan itu berkembang pesat sebagai sebuah

pusat penerjemahan dua kebudayaan besar, yaitu : Arab dan Yunani.43

9. Gerakan penerjemahan di Mesir.

Aktivitas penerjemahan di Mesir sebenarnya telah dimulai sejak dahulu kala ketika para

Ramses berkuasa. Pada masa itu telah dimulai penerjemahan naskah-naskah kuno yang

terdapat pada prasasti-prasasti dan lembaran kulit binatang yang ditulis dengan bahasa Mesir

kuno kedalam bahasa yang digunakan pada saat itu meskipun jumlahnya tidak terlalu banyak.

Kemudian pada abad ke 3 SM peradaban manusia diKairo semakin maju dengan

dirampungkannya dua aktivitas penerjemahan yang memiliki pengaruh yang amat besar bagi

perkembangan agama dan ilmu pengetahuan. Kedua penerjemahan itu adalah :

1. Penerjemahan kitab Taurat dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani yang dikerjakan

pada masa raja Bartolomeus II.

2. Penerjemahan kitab Injil dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Qibti pada abad ke 3 M.

Setelah umat Islam dapat menguasai Mesir, maka Kairo kembali mengulang perannya

yang amat penting dalam bidang penerjemahan dan ta’rib, dimana setelah sekian lama

43 Alan Gilchrist. Modern English Reading : Early Arab Civilization. (Longman. 1973), h. 26-27.

Page 44: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

35

pemikiran dan kebudayaan Yunani dipelajari disana lalu diterjemahkan kedalam bahasa Arab.

Peristiwa itu mendapat sambutan yang amat baik dari umat Islam yang mencerminkan bahwa

mereka memiliki akidah yang benar. Sejak saat itu peradaban bangsa Arab memulai masa-

masa kejayaannya. Apalagi setelah Kairo dijadikan sebagai salah satu pusat penerjemahan

disamping pusat-pusat yang tersebar di wilayah Baghdad, Tunisia dan Spanyol.

Akan tetapi ketika bangsa Turki mulai menduduki wilayah Arab pada tahun 1514-1914

–sekitar 400 tahun- kejayaan tersebut semakin hari semakin terkikis, khususnya dalam

kebudayaan, perekonomian dan pengajaran. Bahasa Arab yang sebelumnya mendominasi

hampir di semua bidang kini mulai tergeser keberadaannya oleh bahasa Turki. Begitu pula

halnya dengan aktivitas penerjemahan. Kegiatan ini mulai mengalami kevakuman yang cukup

lama. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendudukan Turki tersebut merupakan penghalang

yang amat besar bagi kemajuan peradaban Arap maupun Eropa.

Kemudian di penghujung abad ke 18, yaitu sekitar tahun 1798 tentara Prancis mulai

berdatangan ke wilayah Mesir. Inilah momentum sejarah awal penjajahan bangsa Eropa diatas

bumi jazirah Arab. Meskipun demikian, penjajahan tersebut tidak dapat melumpuhkan sendi-

sendi aktivitas penerjemahan yang telah berlangsung saat itu. Sebaliknya, kaum penjajah amat

memperhatikan aktivitas tersebut dengan diadakannya penerjemahan naskah-naskah Arab

kedalam bahasa Perancis. Karena itulah, penjajahan tersebut pada dasarnya telah memberikan

keuntungan yang besar bagi bangsa Arab. Ada beberapa hasil yang dicapai dalam bidang ini,

antara lain :

Page 45: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

36

1. Penerjemahan kitab Taurat dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani pada masa raja

Bartolomeus II.

2. Penerjemahan kitab Injil dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Qibthi pada abad ke-3

Masehi.

Selanjutnya, penerjemahan Arab di Mesir mulai berkembang pesat pada masa

Muhammad Ali , dimana aktivitas tersebut memiliki peran yang amat vital dalam lembaga

pendidikan formal. Lembaga tersebut mendatangkan staf pengajar dari Eropa dengan tujuan

agar mereka dapat mengajarkan bagaimana mereka dapat berhasil dalam bidang sain dan

teknologi pada saat itu. Hal ini merupakan motivasi yang besar bagi para penerjemah untuk

menerjemahkan apa yang mereka sampaikan dalam bahasa Inggris atau Perancis kedalam

bahasa Arab , kemudian terjemahan itu disampaikan kepada para pelajar yang sebagian besar

mereka berkebangsaan Suriah, Libanon, Armenia, Tunisia dan Marokko.

Semenjak dipelopori oleh Rifaat al-Tahtawi dan sahabat-sahabatnya perkembangan

penerjemahan di Mesir semakin hari semakin maju. Sebelumnya mereka diutus oleh

Muhammad Ali untuk menuntut ilmu ke Eropa pada sekitar tahun 1930-an. Sekembalinya

mereka dari sana mereka mulai berusaha keras untuk menerjemahkan buku-buku bangsa Eropa

tentang sain, sastra dan seni kedalam bahasa Arab hingga akhir tahun 1940 . Pada tahun

itu pula terjadi penyelewengan - penyelewengan dalam Penerjemahan dengan menjiplak

istilah – istilah ilmiah bangsa Eropa , dan tidak diterjemahkan kedalam bahasa Arab

yang benar. Keadaan ini segera diantisipasi oleh al-Azhar dengan mengeluarkan perbaikan-

perbaikan atas kesalahan tersebut. Dan inilah universitas yang pertamakali mempelopori usaha

perbaikan dalam terjemah dan ta’rib.

Page 46: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

37

10. Pelopor-pelopor penerjemahan Arab.

Setelah al-Harits bin Kaldah dan Khalid bin Yazid bin Muawiyah membuka jalan dalam

kegiatan penerjemahan Arab, maka kemudian usaha mereka diikuti pula oleh beberapa tokoh

yang namanya selalu diingat dalam sejarah penerjemahan Arab. Tokoh-tokoh itu adalah :

1. HUNAIN BIN ISHAK.

Dia adalah seorang penerjemah yang paling masyhur di abad ke 3 H. Dilahirkan

pada tahun 194 H, berkebangsaan Arab dan beragama Nasrani. Dia menguasai sejarah

Yunani, Persia dan Suryani. Begitu pula dengan sastra Arab, bahasa Arab dan sebagian

besar ragam bahasa secara mendalam. Ilmu kedokteran pun ia tekuni. Hidupnya

sezaman dengan al-Ma’mun, al-Mu’tashim, al-Watsiq dan al-Mutawakkil. Pada masa

khalifah yang terakhir inilah ia memperoleh kedudukan terhormat sebagai pemimpin

teratas penerjemahan pada masa itu. Yang paling mengagumkan dari karya-karyanya

adalah penerjemahannya terhadap karya-karya Aristoteles. Dan karena inilah hidupnya

senantiasa berkecukupan.

2. YAHYA BIN ADDI.

Ia merupakan seorang penerjemah termasyhur di abad ke 4 H. Berkebangsaan

Arab dan menganut mazhab Ya’qub. Dia menuntut ilmu pada seorang ulama yang

bernama Mata bin Yunus. Keunggulannya dalam bidang ilmiah terlihat dalam ilmu

Page 47: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

38

Filsafat, dan dalam cabang ilmu inilah ia banyak menerjemahkan buku-buku bahasa

Suryani kedalam bahasa Arab.

3. QISTHA BIN LUQA AL-BA’LABAKI.

Dia seorang tokoh penerjemahan Arab di abad ke 3 H. Berkebangsaan Syam

dan beragama Nasrani serta termasuk orang yang paling dekat dengan al-Muqtadir. Dia

menuntut ilmu ke Eropa, lalu menetap di Baghdad untuk menekuni bidang

penerjemahan. Keunggulannya dalam bahasa Yunani, Suryani dan Arab amat diakui

oleh masyarakat pada saat itu. Ciri khas terjemahannya adalah kesempurnaan dalam

memadankan kata dari bahasa satu ke bahasa yang lain, pandai dalam mengungkapkan

maksud dari suatu naskah, dan cermat dalam menangkap apa yang tersirat dalam

naskah itu sendiri. Sebagian besar terjemahannya adalah karya-karya Aristoteles dan

Plato, dan iapun melakukan perbaikan-perbaikan terhadap terjemahan-terjemahan

sebelumnya.

4. ABU USMAN AL-DIMASYQA.

Ia adalah seorang penerjemah ulung di abad ke 4 H. Kebanyakan hasil karyanya

adalah menerjemahkan buku-buku ilmu kalam dan arsitektur. Sedangkan karya

terpenting dalam hidupnya adalah penerjemahan buku Aristoteles yang berjudul Al-

jadal yang ia kerjakan bersama Yahya bin Addi.

Page 48: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

39

5. YOHANA BIN AL-BATHRIQ.

Ia hidup pada abad ke 3 H. Hasil penerjemahannya yang terkenal adalah kitab

al-Hayawan yang dikarang oleh Aristoteles. Ia dalah orang yang amat dekat dengan al-

Ma’mun. Sehingga ia dipercaya untuk menerjemahkan buku-buku kedokteran dan

arsitektur.44

6. IBNU AL-MUQAFFA’.

Dilahirkan pada tahun 106 H dikota Gor Persia. Ketika menginjak remaja ia

memeluk agama Islam.45 Sedangkan orangtuanya beragama Majusi. Ia tinggal di

Bashrah, menuntut ilmu dan bergaul dengan para ulama dan kaum intelektual.

Kemasyhurannya dalam bidang terjemah tertulis dalam sejarah bahwa ia adalah orang

pertama yang menyatukan peradaban Persia dan Arab. Iapun orang yang pertama

menerjemahkan karya-karya filosof Yunani kedalam bahasa Arab, seperti karya

Aristoteles dan Porporios. Ia juga orang pertama yang menerjemahkan karya bangsa

India, seperti kitab Kalilah wa Dimnah dan lain-lain.46

44 Mahir Abdul Qadir Muhammad., op.cit. , h. 34-35. 45 Muhammad Kurd Ali. Umara al-Bayan.(Beirut ; Dar al-Kutub. 1969), cet. 3, h. 86-88. 46 Abdul Amir Syamsu al-Din. Al-Fikru al-Tarbawi ‘inda Ibnu al-Muqaffa’, al-Jahiz, abdul Hamid al-

Katib. (Beirut : Dar al-Iqra’. 1985), cet. I , h. 119-120.

Page 49: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

40

7. AL-JAHIZ.

Ia adalah seorang penulis ulung yang memiliki jasa yang amat besar dalam

mengembangkan prosa Arab. Dilahirkan pada tahun 160 H dan hidup dalam zaman

ketika bahasa Arab dan ilmu pengetahuan sedang berada dipuncak kejayaan. Begitu

pula halnya dengan bidang penerjemahan. Minatnya dalam mempelajari filsafat Yunani

didorong oleh bakatnya dalam bidang dakwah. Disamping itu, filsafat Yunani pada

masa itu sedang menjadi bahan yang hangat untuk didiskusikan. Selain itu pula, filsafat

dapat dijadikan senjata untuk menghadapi mereka yang ingin merusak agama Islam

ataupun sebagai cara dalam menanamkan akidah yang kuat.47 Menurutnya, seorang

penerjemah harus memiliki dua hal, yaitu : kemampuan dalam menguasai bahan yang ia

terjemahkan harus setara dengan kemampuan pengarang buku tersebut, dan

kemampuan dalam menguasai bahasa untuk menerjemah harus sama dengan

kemampuan dalam menguasai bahasa dari bahan yang akan ia terjemahkan. Dan kedua

hal ini amat sulit untuk dimiliki oleh seorang penerjemah.48

47 Kamil Muhammad Muhammad ‘Awaidhah. Al-Jahiz al-Adib al-Failasuf. (Libanon : Dar al-Kutub al-

‘Ilmiyyah. 1993) , cet I, h. 6-11. 48 Abdul Hakim Hassan., op.cit., h. 39.

Page 50: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

41

11. Penemu teori awal penerjemahan.

Dalam prakteknya, penerjemahan pada masa-masa awal menggunakan dua cara, yaitu :

A. Al-tarjamah al-harfiyyah.

Teori ini dipelopori oleh Yohana bin al-Bathriq, Ibnu al-Na’imah al-Himsha dan

lain-lain. Maksud dari teori ini adalah menerjemahkan kata demi kata dari bahasa asing

kedalam bahasa Arab dengan susunan kalimat yang sama dan tidak ada perubahan.

Teori ini menurut para ahli merupakan teori yang kurang sempurna, karena ia memiliki

dua kelemahan, yaitu :

1. Antara kosa kata Arab dengan kosa kata asing tidak selamanya memiliki

kesamaan, sehingga terkadang ada kata-kata asing yang tidak dapat

diterjemahkan kedalam bahasa Arab.

2. Antara bahasa Arab dengan bahasa asing memiliki perbedaan dalam

karakteristik penyusunan kalimat dan hubungan antar kata.

B. Al-tarjamah al-Uslubiyyah.

Teori ini dipelopori oleh Hunain bin Ishak, al-Jauhari dan lain-lain. Maksud

dari teori ini adalah menerjemahkan secara global/umum isi dari suatu naskah dari

bahasa asing kedalam bahasa Arab, meskipun berbeda susunan kalimatnya. Teori inilah

yang diakui sebagai teori yang paling baik dari teori yang lain.49

49 Muhammad Daidawy. Ilmu al-Tarjamah baina al-Nazhariyyah wa al-Tathbiq. (Tunisia : Dar al-Ma’arif. 1992), h. 31.

Page 51: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

42

BAB III

RUANG LINGKUP PENERJEMAHAN

1. Definisi terjemah.

Kata terjemah adalah kata yang berasal dari bahasa Arab yaitu Tarjamatun . Bila

dilihat dari sudut ilmu Sharaf1 maka kata tersebut mengikuti wazan Fa’lala. Fi’il Madhi2 kata

tarjamatun adalah Tarjama yang berbentuk Fi’il Ruba’I Mujarrad Shahih yang artinya adalah

fi’il (kata kerja) yang terdiri dari empat huruf yang tidak memiliki huruf tambahan dan bebas

dari huruf ‘Illat (alif, wau dan ya’).3

Adapun arti dari kata tarjamatun atau tarjama adalah : memberikan penjelasan atau

penafsiran dengan lisan atau bahasa yang lain.4 Dalam bahasa Inggris kata itu disebut dengan

Translate-Translation-Interpret-Interpretation dan Explain-Explanation yang artinya :

memindahkan dari satu bahasa ke bahasa yang lain atau memberi penafsiran dan penjelasan.5

Maka secara umum dapat dikatakan bahwa terjemah adalah suatu aktivitas pemindahan

informasi yang melibatkan sedikitnya dua bahasa dan bisa lebih dari itu. Selain itu kata

terjemah dapat pula mengandung arti memberi penafsiran atau penjelasan apabila ia

1Ilmu Sharaf adalah suatu ilmu yang membahas tentang perubahan bentuk (shighat) kata, dalam bahasa

Indonesia disebut Morfologi. Lihat kitab Al-amtsilatu al-Tashrifiyyah karangan Syaikh Muhammad Ma’shum bin Ali h.8

2Fi’il Madhi adalah kata kerja dalam bahasa Arab yang menunjukan arti lampau. 3Syaikh Muhammad Ma’shum bin Ali. Al-amtsilatu al-Tashrifiyyah. Semarang: Pustaka al-Alawiyah.

1991 h. 8. 4Ferdinand Totl. Al-munjid fi al-Lughah wa al-A’lam. Libanon: Dar al-Masyriq. 1986. Cet 28 h.60. 5Rohi Baalbaki. Al-maurid A Modern Arabic-Ennglish Dictionary. Libanon: Dar al-‘Ilm li al-Malayin.

1988. Cet 1 h. 307.

Page 52: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

43

berada pada konteks kalimat tertentu. Seperti contoh : kalimat “Tarjama al-rajula” , artinya ia

memberikan penjelasan tentang riwayat hidup orang itu.6

Dari segi terminologi, para linguis saling berbeda-beda dalam memberikan definisi

terjemah itu sendiri. Maka berikut ini kami akan uraikan beberapa definisi yang telah

dikemukakan oleh mereka.

Muhammad Daidawy menyebutkan dalam bukunya Ilmu al-Tarjamah baina al-

Nazhariyyah wa al-Tathbiq bahwa terjemah adalah :

“Menyampaikan suatu pemikiran dari satu bahasa ke dalam bahasa yang lain, dengan

merubah metode penyampaiannya sesuai dengan padanan kata tersebut dalam bahasa yang

lain, baik secara lisan maupun tulisan.” 7

Menurut J.C. Catford, terjemah adalah :

“The replacement of textual material in one language by equivalent textual material in another

language (penggantian naskah berbahasa sumber dengan naskah berbahasa sasaran secara

sepadan.” 8

J. Levy menguraikan definisi terjemah sebagai berikut :

6Ahmad Warson Munawwir. Al-munawwir Kamus Arab-Indonesia. Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku-

buku Ilmiah Keagamaan Pondok Pesantren Al-munawwir.1984. h 141. 7Muhammad Daidawy. Op.cit., h. 15. 8J.C. Catford. A Linguistic Theory of Translation. London: Oxford University Press. 1965. h.20.

Page 53: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

44

“Translation is a creative process which always leaves the translator a freedom of choice

between several approximately equivalent possibilities of realizing situational meaning ( proses

kreatif yang memberikan kebebasan bagi penerjemah untuk memilih kemungkinan padanan

yang dekat dalam mengungkapkan makna yang sesuai dengan situasinya).” 8

P. Newmark memberikan batasan sebagai berikut:

“Translation is an exercise which consists in the attemp to replace a written message in one

language by the same message in another language (latihan dalam upaya menggantikan pesan

tertulis dari satu bahasa dengan pesan yang sama pada bahasa lainnya).” 9

Lain halnya dengan Eugene A. Nida, ia mengatakan :

“Translating consists in producing in the receptor language the closest natural equivalent to the

message of the source language, first in meaning and secondly in style (menciptakan padanan

yang paling dekat dalam bahasa penerima terhadap pesan bahasa sumber, pertama dalam hal

makna dan kedua dalam gaya bahasanya).” 10

Adapun Leonard Foster berpendapat bahwa terjemah adalah :

8J.Levy. Translation as A Decision Process. Mouton: The Hangue. 1967. 9P.Newmark. Further Proposition on Translation. The Incorporate Linguist. 1974. Jilid II. 10Eugene A. Nida. Principles of Translation as exemplified by Bible Translating. Leiden: Brill. 1964.

Page 54: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

45

“Translation as the transference of the content of a text from one language into another,

bearing in mind that we cannot always dissociate the content from the form (terjemahan

merupakan pemindahan isi naskah dari satu bahasa ke bahasa lainnya. Dan yang perlu diingat

bahwa kita tidak selalu bias memisahkan isi dari bentuk naskah tersebut).” 11

Untuk lebih jelas lagi, berikut ini akan kami paparkan skema proses penerjemahan

secara sederhana, yang pada hakikatnya adalah tidak lain dari sebuah alih pengertian :

BAHASA SUMBER BAHASA PENERIMA Teks yang akan diterje mahkan Terjemahan

Menemukan Menyatakan kembali Pengertian Pengertian Pengertian

Gagasan Teks bahasa ALIH BAHASA Teks bahasa Gagasan

A1 sumber/ lain Indonesia A2

11Leonard Foster. Translation: An Introduction, in Aspects of Translation.. London: Secker and Warburg.

1958. Ed. by A.D. Booth.

Page 55: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

46

Sang penerjemah memulai dengan teks bahasa sumber, dimana tugas utamanya adalah

untuk menentukan pengertian teks sumber tersebut. Pengertian tersebut berada dalam kalbu

sang penulis teks tersebut/asli ketika ia menuliskannya. Selain arti, sang penerjemahpun harus

mampu mencari lambing yang tersembunyi dibalik teks tersebut. Ia dapat menemukan semua

itu dengan meneliti kata-kata, kalimat-kalimat dan frasa-frasa ketika wacana itu dirangkaikan.

Begitu ia yakin bahwa ia telah menguasai isi dari teks bahasa sumber tersebut, ia akan

merekonstruksi kembali pengertian yang sama itu kedalam bahasa sasaran/penerima dengan

memperhatikan pula siapa yang akan membacanya, kebudayaannya, pengetahuan tentang

pokok persoalan, serta potensi bahasa penerima. Struktur bahasa penerima mungkin sangat

berbeda dari struktur gramatika bahasa sumber .12 Namun sang penerjemah berusaha

mengalihkan pengertian secara tepat.13

Dari uraian tadi, maka dapat disimpulkan bahwa penerjemahan pada hakikatnya adalah

suatu proses yang bersifat kreatif dalam rangka pemindahan pesan atau makna dari satu bahasa

ke bahasa yang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan menggunakan

bahasa lisan atau tulisan, yang harus dapat menyentuh keseluruhan unsur dan elemen kedua

bahasa, serta sangat dipengaruhi oleh latar belakang pengarang naskah dan juga penerjemah

nya. Adapun yang dimaksud dengan bersifat kreatif adalah karena proses penerjemahan akan

melatih kemampuan penerjemah dengan melibatkan aspek kebebasan dalam menentukan

12 Oesman Rachman. Penerjemahan Sebagai Penunjang Perkembangan Bahasa dan Ilmu di Indonesia.

Dalam Alim, Burhanuddin dan Suparman.Arti Penerjemahan dan Masa Depan Bahasa Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat. 1989. h.28.

13Chatibul Umam. Metodologi dan Karakteristik Penerjemahan. Dalam makalah : Maharatu al-Tarjamah min al-‘Arabiyyah ila al-Indunisiyyah. Disampaikan pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Bahasa Arab se- Jabotabek di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 1994. h.5-6.

Page 56: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

47

padanan-padanan kata yang ia gunakan untuk mengungkapkan makna yang tersembunyi dan

sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat itu.

Suatu hasil yang sempurna dari penerjemahan tidak akan terlihat bahwa itu adalah

sebuah terjemahan. Inilah yang dikatakan oleh J.B. Philips dalam bukunya Some Personal

Reflections on New Testment Translation.14 Hal ini didasari oleh adanya bukti-bukti yang

memunjukan bahwa proses pemindahan makna tersebut dapat terlaksana dengan baik. Semua

itu tentunya tidak terlepas pula dari faktor kredibilitas sang penerjemah dalam menguasai

aspek-aspek kedua bahasa serta bahan yang ia terjemahkan. Aspek-aspek itu meliputi : kaidah

tata bahasa atau gramatika, peristilahan, serta karakteristik dan perkamusan.15 Apabila semua

itu dapat dikuasai dengan baik oleh seorang penerjemah, maka proses penerjemahan dapat

berjalan dengan sempurna. Karena proses inilah yang merupakan tiang penyangga utama dan

sangat berperan dalam penerjemahan.16

Dalam penerjemahan ada beberapa bagian penting yang harus diperhatikan, yaitu :

1. Bahasa sumber. Adalah bahasa asal atau bahasa asli yang digunakan oleh pengarang

dalam mengungkapkan pesan, gagasan dan keterangan yang menjadi bahan untuk

diterjemahkan.

2. Bahasa sasaran. Adalah bahasa terjemahan tempat pesan, gagasan dan keterangan

pengarang bahasa asal itu tertuang.

14 J.B. Philips. Some Personal Reflections on New Testment Translation. 1953. 15 Chatibul Umam. Op.cit.,h. 3. 16 Muhammad Daidawy. Op.cit., h. 16.

Page 57: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

48

3. Teks. Teks biasanya merupakan satuan bahasa yang paling lengkap dan juga dapat

bersifat abstrak yang diwujudkan secara lisan maupun tulisan. Teks dapat pula diartikan

sebagai wacana, yaitu kesatuan bahasa yang paling lengkap dalam bentuk karangan

utuh, seperti : buku, novel, cerpen, ensiklopedia dan lain-lain.

4. Padanan. Padanan disini tidak hanya menyangkut padanan formal bahasa berupa kata

per-kata atau kalimat per-kalimat, melainkan juga padanan makna, baik makna pusat

(central meaning), makna luas (extended meaning), makna denotative, konotatif, kiasan

dan lain sebagainya.

Keseluruhan bagian penting ini memainkan peran utama dalam suatu proses penerjemahan.

Apabila salah satu unsure tersebut ditiadakan, maka proses tersebut tidak akan mencapai target

yang ingin dicapai. Karena itulah, seorang penerjemah yang baik adalah penerjemah yang

berhasil menguasai kesemua unsur tadi. Bahkan bukan hanya itu saja, selain menguasai iapun

harus dapat menggunakan daya nalarnya secara kreatif dan bebas dalam memindahkan satu

teks kedalam teks lain yang berbeda bahasanya, sehingga hasil terjemahannya tidak berkesan

monoton dan kaku. Adapun mengenai hal-hal yang berhubungan dengan skill atau kemampuan

yang harus dimiliki oleh seorang penerjemah akan kami uraikan pada sub-bab tersendiri.

2.Tujuan atau motif penerjemahan.

Antara seorang penerjemah dengan penerjemah lainnya saling berbeda tujuan ketika

menghadapi suatu bahan yang akan diterjemahkan. Beraneka macam tujuan tersebut akan

selalu menguasai dirinya sehingga lebih bersifat pluralistis. Terkadang seorang penerjemah

Page 58: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

49

memiliki lebih dari satu motif, kemudian motif-motif tersebut akan amat berpengaruh terhadap

kualitas penerjemahannya Seperti contoh, seorang penerjemah yang bertujuan

mendapatkan materi tidak mustahil melahirkan produk terjemahan yang berkualitas rendah.

Boleh jadi ia menggunakan kata-kata seenaknya saja dengan tidak memiliki ide yang

utuh, tidak peka terhadap isi teks, serta jauh dari jiwa dan spiritnya karena dikejar waktu.

Begitu pula ada seorang penerjemah yang melakukan tugasnya dengan tujuan

kemanusiaan saja. Ia berbuat demi membantu orang yang tidak bias membaca naskah aslinya.

Ia akan berusaha sebaik mungkin lewat penghayatan yang dalam, lantas memaparkannya

dengan cermat dan baik. Kalau ia merasa tidak puas terhadap hasilnya maka tak heran jika ia

mengoreksinya kembali berulang-ulang, sampai ia merasa hasilnya sudah pantas untuk

disajikan. Dalam hal ini terkadang ia melakukan perubahan gaya bahasa.17

Berdasarkan motif-motif diatas, maka Ainon Muhammad menggolongkan penerjemah

kedalam tiga karakter, yaitu :

1. Penerjemah ilmuwan yang tahu bidangnya, tetapi jika ia bermaksud menghasilkan

terjemahan yang baik, maka ia terpaksa menambah kemampuannya dalam hal imajinasi

dan gaya bahasa, serta bekerja lebih keras lagi.

2. Penerjemah yang tidak layak, tetapi memiliki niat baik. Yaitu penerjemah yang hanya

membuat susunan kata, frase atau kalimat tanpa menimbulkan kejelasan makna dan

gaya bahasanya tidak sempurna.

17 Nurachman Hanafi. Teori dan Seni Menerjemahkan. Nusa Tenggara Timur: Penerbit Nusa Indah.

1986. Cet 1, hal 69.

Page 59: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

50

3. Penerjemah sebagai penulis professional yang mungkin akan melakukan kesalahan

karena daya nalarnya tidak setajam seorang penerjemah ilmuwan, atau mungkin ia akan

melakukan tambal-sulam sehingga menyerupai karya aslinya.18

Motif yang bermacam-macam dari seorang penerjemah tadi pada dasarnya menunjukan

adanya kesamaan . Yaitu mereka bertujuan untuk memberikan pemahaman bagi orang yang

membacanya. Bagaimana suatu karya penerjemahan dapat mewakili naskah aslinya yang

bahasanya tidak difahami oleh si pembaca, sehingga menjadikannya mampu menelaah dan

memahami maksud yang terkandung dalam naskah asli tersebut. Karena dalam terjemah yang

harus diprioritaskan adalah segi maknanya, maka untuk ini seorang penerjemah dituntut untuk

menyampaikan makna tersebut dengan cara yang baik agar pemahaman yang akan diperoleh

oleh pembaca dapat memiliki kesan yang amat dalam. Inilah yang dikataka oleh Alexander

Souter dalam bukunya yang berjudul “Hints on Translation from Latin into English.” Bahwa

seakan-akan seorang penerjemah itu dapat memberikan kesan langsung ke lubuk hati pembaca,

dimana kesan tersebut menyerupai kesan yang dimiliki oleh teks aslinya.19

Jadi, yang lebih diutamakan dalam penerjemahan adalah bagaimana pesan yang tertulis

dalam naskah /teks tersebut dapat diterima dengan baik oleh pembaca, sehingga ia dapat

memahami secara benar apa yang terkandung didalamnya, bukan bagaimana pesan tersebut

dirangkai dengan kata-kata yang indah serta kalimat-kalimat yang panjang dan sarat dengan

unsur majaz. Adapun mengenai keunggulan suatu makna dari lafaznya, Nabi S.A.W pernah

18 Ainon Muhammad. Penterjemah dan Penterjemahan Karya Prosa. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan

Pustaka. 1997. 19 Alexander Souter. Hints on Translation from Latin into English. London: Society for Promoting

Christian Knowledge. 1920.

Page 60: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

51

menerangkan bahwa sesungguhnya suatu syair itu mengandung hikmah, sedangkan

penjelasannya mengan dung sihir. Artinya, bahwa makna yang terkandung dalam sebuah

kalimat akan lebih berat bobotnya daripada kalimat itu sendiri, meskipun ia amat indah

kedengarannya. Dalam hal inipun Ibnu Jinni pernah mengatakan bahwa kata itu

merupakan pelayan suatu makna dan yang dilayaninya itu lebih mulia daripada yang

melayani.20 Untuk lebih jelasnya, maka akan kami uraikan pada bab selanjutnya.

3. Prinsip Dasar Penerjemahan.

Ada beberapa kriteria penerjemahan yang harus diketahui oleh seorang penerjemah,

dimana kriteria-kriteria tersebut merupakan prinsip-prinsip dasar penerjemahan yang dapat

mendorongnya untuk menciptakan sebuah hasil terjemahan yang baik. Prinsip-prinsip dasar

penerjemahan ini sudah lama muncul semenjak adanya kegiatan penerjemahan beribu tahun

yang lalu. Meskipun demikian, sebagian besar prinsip-prinsip tersebut masih tetap dijadikan

pedoman sampai sekarang.

Martin Luther (1483-1546) mengajukan beberapa prinsip dasar penerjemahan.

Menurutnya, seorang penerjemah harus memiliki kemampuan dalam :

1. Mengalihkan aturan-aturan kata.

2. Mempergunakan kata kerja pembantu (auxiliary verbs).

3. Mempergunakan kata penghubung bila memang diperlukan.

20 Ibnu Jinni. Al-khashaish. Juz 1.

Page 61: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

52

4. Tidak memasukkan kata-kata atau istilah-istilah yang tidak ada padanan terjemahannya

dalam bahasa sasaran.

5. Mempergunakan ungkapan/frase tertentu apabila satu kata bahasa sumber itu tidak

ditemui padanannya dalam bahasa sasaran.

6. mampu mengamati ragam dan gaya bahasa sumber.

Begitu pula dengan Eugene A. Nida (1964) memberikan pendapat bahwa seorang

penerjemah itu harus memiliki kemampuan, antara lain :

1. Penerjemah harus mempunyai pengetahuan tentang bahasa sumber yang memadai –

tidak cukup kalau mengandalkan kamus saja.

2. Penerjemah harus berkemampuan memahami isi pesan yang disampaikan oleh penulis

bahasa sumber.

3. Penerjemah juga harus memperhatikan kehalusan makna dan nilai emotif tertentu dari

kosa kata bahasa sumber serta gaya bahasa yang akan dapat menentukan cita rasa

(flavour and feel) pesan yang disampaikan.

Selain itu, Nida juga mengutip pendapat Alexander Fraser Tytler yang mengatakan

bahwa karya terjemahan itu haruslah memberikan transkrip yang lengkap dari buah fikiran

karya aslinya, disamping itu gaya dan cara penulisannya harus berkarakter sama seperti aslinya,

serta terjemahannya itu harus memberikan kemudahan-kemudahan bagi mereka yang

membacanya seperti kemudahan dalam membaca naskah aslinya.

Sementara itu, Theodore Savory (1968) menawarkan beberapa prinsip penerjemahan, di

antaranya :

Page 62: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

53

1. Penerjemah harus dapat mencarikan padanan kata yang sesuai dengan makna kata-kata

aslinya.

2. Penerjemah harus dapat menyajikan gagasan-gagasan karya aslinya.

3. Penerjemah hendaknya dapat menghasilkan karya terjemahan yang dapat dibaca dengan

mudah.

4. Penerjemah hendaknya dapat merefleksikan gaya naskah pengarang aslinya.

5. Penerjemah hendaknya memilih gaya penerjemahan yang mandiri pula.

6. Penerjemah hendaknya dapat menghasilkan karya terjemahan yang dapat dibaca sesuai

dengan bahasa kontemporer naskah aslinya.

7. Penerjemah juga hendaknya dapat membuat karya terjemahan yang dapat dibaca sesuai

dengan bahasa kontemporer penerjemah.

8. Penerjemah dapat melakukan penambahan atau pengurangan bagian-bagian tertentu

dari naskah aslinya.

9. Penerjemah juga boleh mengerjakan apa adanya, tidak mengurangi atau menambah

bagian-bagian tertentu.

10. Penerjemah dapat menerjemahkan sebuah sajak dalam bentuk prosa.

11. Penerjemah dapat pula menerjemahkan sajak itu kedalam bentuk sajak lagi.

Menurut Ian Finlay (1971), seorang penerjemah itu haruslah :

1. Memiliki pengetahuan bahasa sumber yang sempurna dan up-todate.

2. Memahami materi yang akan diterjemahkan.

3. Mengetahui terminologi-terminologi padanan terjemahannya dalam bahasa sasaran

Page 63: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

54

4. .Berkemampuan mengekspresikan, mengapresiasi serta mengahayati gaya, irama,

nuansa, dan register kedua bahasa sumber dan sasaran. Karena hal demikian akan

sangat membantu menciptakan mood atau keadaan yang diinginkan penulis aslinya

Leonard Forster (1958) dalam Translation : An Introduction mengatakan bahwa sebuah

karya terjemahan dapat dikatakan baik apabila terjemahan dapat meraih tujuan yang sama

seperti yang terdapat dalam naskah aslinya, bukan hanya mendekati tujuan tersebut.

Adapun Koller (1972) Menyebutkan bahwa terjemahan itu hendaknya dapat

dimengerti dengan benar dan mudah sebagaimana naskah aslinya dan kemudian menghadirkan

respon yang sepadan pada bahasa sasarannya. Lain dari pada itu, J.B. Carrol mengungkapkan

bahwa penyimpangan-penyimpangan makna itu hendaknya terjadi sekecil mungkin. Dan L.W.

Tancock menjelaskan bahwa bahasa yang harus dipergunakan oleh penerjemah pada waktu

menerjemahkan naskah bahasa sumber itu adalah bahasa pada waktu dan tempat di saat

terjemahan itu dibuat.21

Demikianlah, ternyata kegiatan penerjemahan tidak semudah apa yang sering

diperkirakan setiap orang. Semua prinsip dasar penerjemahan yang telah diuraikan tadi amatlah

sukar untuk direalisasikan. Betapa tidak, seorang penerjemah setidaknya harus dapat mengupas

naskah yang akan diterjemahkan secara keseluruhan, baik kulit luar maupun dalam naskah

tersebut, sebelum ia berani menjalankan proses penerjemahan. Dengan kata lain, seorang

penerjemah harus dapat mengungguli kemampuan sang pengarang apabila ia ingin karya

terjemahannya meraih kesuksesan yang luar biasa.

21 Suhendra Yusuf. Teori Terjemah Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik dan Sosiolinguistik. Bandung: Penerbit Mandar Maju. 1994. h. 63-66.

Page 64: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

55

4. Perbedaan antara Tarjamah, Ta’rib dan Tafsir.

Sebagaimana telah diuraikan bahwa tarjemah adalah sebuah proses pemindahan pesan

atau makna dari satu bahasa ke bahasa yang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung,

dengan menggunakan bahasa lisan atau tulisan. Penerjemahan pada umumnya tidak terlepas

dari unsur-unsur yang dimiliki oleh kedua bahasa tersebut. Begitu pula, suatu terjemahan akan

amat dipengaruhi oleh faktor-faktor intrinsik dan ekstrinsik yang dimiliki oleh pengarang dan

juga penerjemah. Oleh karena itu, dalam melaksanakan proses penerjemahan seseorang tidak

bisa dengan seenaknya menerjemahkan suatu naskah atau sumber. Hal itu disebabkan oleh

karena penerjemahan pada dasarnya merupakan suatu kerja kolektif yang ketika dilakukan ia

tidak dapat terlepas dari beberapa aspek, baik aspek-aspek yang dimiliki oleh kedua bahasa,

maupun aspek-aspek yang melatar – belakangi pengarang dan penerjemah.

Adapun yang dimaksud dengan ta’rib adalah pemakaian kata asing dalam ungkapan

Arab dengan menerapkan seluruh kaidah bahasa Arab atas kata asing tersebut.22 Dalam bahasa

Inggris disebut dengan istilah “Arabicising” yang berasal dari kata kerja ‘arraba-yu’arribu

yang artinya pengaraban atau arabicise. Adapun kata yang mengalami proses ta’rib dinamakan

“Mu’arrab”, sedangkan orang yang melakukannya disebut dengan “Mu’arrib”.23

Syahadah al-Khaury mengatakan dalam Dirasat fi al-Tarjamah wa al-Ta’rib bahwa

istilah ta’rib memiliki arti yang berbeda-beda. Contohnya : Ia berarti membersihkan dalam

22 Abdul Rasyid Abdul Ghafur al- Hasani al- Madani al- Tatawi. Al- Mu’arrabat al- Rasyidiyyah.

Thahran. 1960. Juz 1. 23 Ilyas Edward A. Ilyas. Al-qamus al-‘Ashry Araby-Injlizy. Mathba’ah al-‘Ashriyyah. Cet 9 h. 431 dan

Mu’jam Mukhtar al-Shihah h. 446.

Page 65: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

56

perkataan : “Arraba fulaanun manthiqahu min al-lahni” (Seseorang telah membersihkan

perkataannya dari lahn atau kesalahan. Iapun berarti memberikan alasan dalam perkataan :

“Arraba ‘an shaahibihi” ( Ia berbicara tentang temannya dan memberikan alasan/pendapat

tentangnya. Adapun ia dapat berarti mengarabkan bila terdapat dalam perkataan : “Arraba

al-isma al-a’jamy” ( Ia mengarabkan kata asing itu).

Dari arti yang berbeda-beda tadi, lalu ia mengelompokkan arti ta’rib yang sering digunakan

kedalam 3 kelompok , yaitu :

1. Ta’rib berarti al-iqtiradh. Yaitu penggunaan kata asing dengan lisan Arab, dimana

ketika kata tertsebut masuk kedalam bahasa Arab ia dilafazkan dengan bahasa Arab

berdasarkan abjad Arab yang berlaku sesuai dengan kemampuan bahasa Arab, sehingga

jiwa dan irama Arab tetap terasa di dalamnya dan tidak hilang. Arti yang pertama ini

sering diaplikasikan untuk nama binatang, tumbuhan, benda mati, obat-obatan, media-

media ilmiah dan lain sebagainya. Contoh al-elektron, al-kalury, al-film, al-tilfiziyyun

dan lain-lain.

2. Ta’rib berarti al-tarjamah. Yaitu memindah naskah bahasa asing kedalam bahasa Arab.

Contoh : Tarjamah al-‘ulum wa al-adab wa al-funun wa saairi ashnaafi al-ma’rifah

yang artinya mengarabkan ilmu pengetahuan, sastra, seni dan semua bentuk

pengetahuan. Begitu pula kata : al-tarjamah al-qanuniyyah wa al-iqtishadiyyah wa al-

idariyyah wa al-siyaasiyyah wa al-I’lamiyyah wa al-tijariyyah yang artinya pengaraban

undang-undang, perekonomian, perkantoran, perpolitikan, informasi dan perdagangan.

Page 66: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

57

3. Ta’rib berarti menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa yang mendasar bagi manusia dan

juga bahasa kehidupan. Dalam hal ini bahasa tersebut menjadi bahasa ilmu

pengetahuan, keseharian, fikiran, perasaan, dan aktivitas masyarakat. Contoh perkataan

: ‘Arrabnaa al-mujtama’ yang artinya kami jadikan bahasa Arab sebagai bahasa

kemasyarakatan/kami mengarabkan masyarakat. Begitu pula perkataan ‘Arrabnaa al-

ta’liim yang artinya kami jadikan bahasa Arab sebagai bahasa pengajaran/kami

mengarabkan pengajaran (menyangkut keseluruhan aspek dan fase-fasenya).24

Dari uraian tadi kita jumpai adanya perbedaan yang amat jelas antara tarjamah dan

ta’rib yaitu: tarjamah bersifat lebih umum dari pada ta’rib karena ia berlaku dari satu bahasa ke

bahasa yang lain tanpa adanya pengkhususan tersendiri, sedangkan ta’rib berlaku hanya dari

bahasa asing kedalam bahasa Arab. Adapun perbedaan lain adalah bahwa tarjamah selalu

berkaitan erat dengan unsur-unsur kedua bahasa dan pengarang naskah yang diterjemahkan

(sebagaimana telah diuraikan pada halaman sebelumnya). Oleh karena itu tarjamah tidak bisa

dilakukan dengan sepintas lalu, bahkan sebelum menerjemahkan seorang penerjemah harus

dapat menguasai bahan yang akan diterjemahkan secara mendalam. Sedangkan ta’rib pada

dasarnya tidak serumit tarjamah, ia bisa dilakukan tanpa harus melibatkan keseluruhan unsur-

unsur kedua bahasa dan ia tidak pula berhubungan erat dengan pengarang.

24 Syahadah al-Khaury. Dirasat fi al-Tarjamah wa al-Musthalah wa al-Ta’rib. Juz I h. 157-159.

Page 67: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

58

Adapun tafsir, dalam prakteknya ia memiliki kesamaan dengan tarjamah dan ta’rib,

akan tetapi skupnya lebih kecil bila dibandingkan dengan keduanya. Tafsir disebut juga al-

ta’wil atau interpretation. Biasanya ia digunakan dalam menerjemahkan suatu ceramah, pidato

atau kitab suci. Penerjemahannyapun lebih luas dengan menekankan detail arti yang dimiliki

oleh masing-masing kata. Adapun Orang yang menafsirkan disebut dengan Mufassir atau

Interpreter.

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa tarjamah, ta’rib dan tafsir secara garis besar

memang meliki persamaan maupun perbedaan. Adapun persamaannya terletak pada adanya

Transferring atau proses pemindahan pesan dari satu bahasa kedalam bahasa yang lain.

Sedangkan perbedaannya antara lain :

1. Ruang lingkupnya.

2. Hubungannya dengan disiplin ilmu tertentu.

3. Tarjamah dan tafsir bisa dilakukan dalam semua bahasa, sedangkan ta’rib hanya

berlaku dari bahasa asing kedalam bahasa Arab.

4. Tafsir bersifat lebih luas dari tarjamah dan ta’rib, karena itu ia dapat disebut pula

dengan terjemah bebas.

5. Tarjamah dan tafsir sering digunakan untuk menyalin suatu teks, sedangkan ta’rib

biasanya digunakan untuk menyalin istilah asing modern.

Page 68: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

59

5. Klasifikasi teori-teori penerjemahan.

Secara umum penerjemahan dapat dibagi kedalam dua bentuk/model, yaitu :

a. Terjemah Lisan ( al-Tarjamah al-Syafawiyyah / Direct Translation ).

b. Terjemah Tulisan ( al-Tarjamah al-Tahririyyah / Written Translation ).

a. Terjemah Lisan.

Terjemah Lisan yang dalam bahasa Arab disebut dengan al-Tarjamah al-Syafawiyyah

atau al-Tarjamah al-Fauriyyah telah digunakan orang sejak ribuan abad yang lalu, dan ia

merupakan satu-satunya teori penerjemahan yang ada pada saat itu, khususnya bagi sebuah

bangsa yang belum mengenal tulisan dalam pergaulan dengan bangsa lain.

Sejarah telah mencatat, bahwa pada abad ke-14 Pierre Dubois –seorang ilmuwan

Perancis- pernah meminta bantuan kepada pemerintah Perancis agar segera mendatangkan para

penerjemah yang menguasai bahasa Arab dan bahasa Perancis, dengan tujuan untuk menguasai

belahan bumi bagian timur dengan cara damai.25 Pada saat itu pula ia minta dibuatkan sebuah

bangunan sekolah bahasa-bahasa ketimuran, agar dapat menghasilkan para penerjemah lisan

yang dapat berkomunikasi dengan selain bangsa Perancis, juga agar dapat memberikan

pengaruh dan pengertian pada mereka sehingga tercapai maksud dan tujuan bangsa Perancis

itu.

25 Hasan Habsyi. Al-harb al-Shalibiyyah II. Dar al-Fikr al-‘Araby. 1970 h.118.

Page 69: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

60

Kemudian pada abad ke-16 setelah Christhoper Columbus menguasai benua Amerika,

Pierre mengutus sejumlah pemuda India ke Spanyol untuk mempelajari bahasanya serta agama

Nasrani dalam kurun waktu yang tidak begitu lama. Setelah kembali, mereka dapat

menyebarkan bahasa dan akidah yang telah dipelajari itu ke seantero bumi Amerika Selatan

dan tengah serta pulau-pulau yang mengelilinginya.

Semenjak itu, penerjemahan lisan menjadi kegemaran para individu di abad-abad

pertengahan dan permulaan abad modern. Ketika itu penerjemahan model ini menjadi alat

untuk berdiskusi di tingkat organisasi daerah dan negara, serta menjadi metode resmi

penerjemahan dalam ruang lingkup nasional maupun internasional.

Setelah Konferensi Perdamaian di Paris tahun 1919, penerjemahan ini semakin

menunjukan arah perkembangannya, dimana ia mulai dipraktekkan dalam dua bahasa utama

yaitu : bahasa Inggris dan Perancis. Apalagi pada saat itu bahasa Perancis merupakan bahasa

diplomatik yang digunakan oleh sebagian besar bangsa di dunia. Setelah itu, tepatnya setelah

Perang Dunia II penerjemahan ini lebih meningkat fungsinya sebagai alat penerjemahan yang

digunakan dalam acara-acara konferensi dan lain-lain.

Mesir mengenal terjemah ini setelah Perang Dunia II dimana terjemah ini disebut

dengan al-Tarjamah al-Mushahabah. Penerjemahan ini mulai memasuki ruang aktivitas dan

penyelidikan setelah setelah terjadinya Revolusi Mesir pada tahun 1952. Pada saat itu, Mesir

terpilih sebagai sekretariat organisasi bangsa-bangsa Afaruasia dipertengahan dekade 50-an.

Dan pada kenyataannya sekretariat inilah yang menjadi lembaga pertama dalam mengajarkan

al-tarjamah al-fauriyyah dan al-tarjamah al-tatabbu’iyyah di Mesir.

Page 70: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

61

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penerjemahan lisan adalah :

1. Agar antara manusia satu sama lain dapat saling berdekatan dan saling memahami apa

yang ada diantara mereka secara lebih terarah.

2. Agar dapat memahami pola berfikir orang lain secara langsung dan cepat.

3. Agar menjadi perantara yang cepat dalam kaitannya dengan hubungan antar komponen

masyarakat.

Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan oleh seorang penerjemah lisan antara lain :

1. Kemampuan eksternal yang menyangkut kemudahan dalam mengungkapkan suatu

maksud dan kuatnya imajinasi.

2. Kemampuan internal yang meliputi pemusatan fikiran, kecermatan dan daya ingat.

Artinya ia dapat langsung menghubungkan dan mempraktekkan kosa kata kedua bahasa

yang sudah tersimpan dalam otaknya dalam waktu singkat untuk mengungkapkan suatu

maksud tidak lebih dari satu jam.

3. Kemampuan moral yang menyangkut aspek penguasaan diri dan kepekaan terhadap

tanggung jawab.

4. Kemampuan budaya yang meliputi pengayoman terhadap masalah-masalah politik,

ekonomi, sosial, perundang-undangan dan organisasi kedaerahan.

5. Seorang penerjemah lisan harus memiliki pengetahuan yang luas dalam dua bahasa

yang ia gunakan tersebut.26

26 Abdul Ghani Abdul Rahman Muhammad. Op.Cit. h.122-123.

Page 71: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

62

Maka dari kriteria-kriteria tadi dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tidak mudah

untuk menjadi seorang penerjemah lisan, karena ia dituntut untuk dapat terampil mengalihkan

bahasa dan ujaran secara langsung, cepat dan tepat, tanpa diberi kesempatan sedikitpun untuk

memperbaiki kesalahannya. Iapun harus memiliki kemampuan berbicara yang fasih atau jelas

baik dalam bahasa sumber maupun bahasa sasaran, berpengetahuan luas dan mampu

menafsirkan apa yang disampaikan oleh penutur bahasa yang ia terjemahkan itu.

Karena itu, untuk dapat menjadi seorang penerjemah lisan yang baik dibutuhkan waktu

yang cukup lama untuk berlatih . Disamping itu iapun harus memiliki pengalaman yang

banyak, karena ia bukan saja harus menjadi penerjemah, lebih dari itu ia harus pula menjadi

seorang penafsir yang mahir. Karena itulah maka dalam bahasa Inggris seorang penerjemah

lisan disebut pula dengan interpreter yang berarti orang yang menafsirkan.

b. Terjemah Tulisan.

Terjemah tulisan yang dalam bahasa Arab disebut dengan al-Tarjamah al-Tahririyyah

merupakan suatu penerjemahan yang telah digunakan oleh para penguasa Arab sebelum adanya

sistim percetakan ribuan tahun yang lalu. Iapun kerap digunakan oleh para raja dalam

kumpulan diwan27 mereka.28

Bukti tentang adanya aktivitas penerjemahan tulisan di Mesir adalah batu Rasyid yang

memiliki tiga bahasa. Selain itu ditemukan pula batu Tal al-‘Umranah di Assiyut yang berisi

27 Diwan adalah buku kumpulan syair dari seorang penyair 28 Ibrahim Badawy al-Jailani. Ilmu al-Tarjamah wa Fadhlu al-Lughah al-‘Arabiyyah’ala al-Lughaat.

Mesir : Al-maktab al-‘Araby li al-Ma’arif. 1997. Cet. 1 h.63.

Page 72: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

63

peristiwa surat-menyurat antara raja-raja Fir’aun dengan raja-raja di belahan dunia timur,

sedangkan batu al-Shal Shal yang berisi dua bahasa ; Sumeria dan Akadiyah juga ditemukan

sebelumnya. Ada pula fakta sejarah yang menyebutkan bahwa ketika raja Sarjun

mengumumkan kemenangannya ia menggunakan bermacam-macam bahasa.

Maka tidak dapat dipungkiri bahwa kebutuhan manusia terhadap terjemah didasari oleh

perbedaan suku dan ras yang ada diantara mereka. Munculnya kelompok-kelompok masyarakat

dalam bangsa Arab yang disebut dengan kabilah dalam jumlah yang amat banyak, dimana

mereka hidup dan bertempat-tinggal dalam suatu komunitas masyarakat suatu bangsa dapat

mendorong terciptanya suatu dialek yang tidak difahami oleh bangsa lainnya. Pada awalnya,

penerjemahan diantara mereka adalah penerjemahan lisan, kemudian berkembang menjadi

penerjemahan tulisan setelah meluasnya aktivitas tulis-menulis.

Perkembangan terjemah lisan kepada terjemah tulisan juga dipengaruhi oleh adanya-

peperangan yang mengharuskan penandatanganan perjanjian-perjanjian antara kedua belah

Yang saling bertikai. Selanjutnya penerjemahan tulisan ini semakin berkembang karena

banyaknya pertempuran antara negara-negara Eropa pada abad ke-19 dan pendirian

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) hingga sekarang.

Lain halnya dengan terjemah lisan, dalam terjemah tulisan seorang penerjemah masih

dapat diberi kesempatan untuk memperbaiki kembali unsur-unsur bahasa yang salah atau

menurutnya memiliki padanan yang kurang tepat. Kefasihan berbicara seorang penerjemah

tulisan tidaklah menjadi syarat yang mutlak. Begitu pula halnya dengan penguasaan bahasa,

seorang penerjemah tulisanpun memang seharusnya menguasai dua bahasa, akan tetapi

Page 73: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

64

kapasitasnya tidak seberat apa yang harus dikuasai oleh penerjemah lisan. Bahkan ada yang

mengatakan bahwa penerjemah tulisan boleh menguasai kedua bahasa walaupun ia bersipat

pasif.29

Bila kita kembali kedalam sejarah penerjemahan pada masa pertumbuhannya maka kita

menemukan dua teori utama penerjemahan, yaitu : Terjemah Harfiyyah (terjemah kata per-

kata) yang dipelopori oleh Yohana bin al-Bathriq dkk, dan Terjemah Ma’nawiyyah (terjemah

makna yang terkandung di dalam teks) yang dipelopori oleh Hunain bin Ishak dkk.

Teori-teori inilah yang banyak digunakan para penerjemah pada masa lalu dan

mengalami perkembangan yang pesat pada masa Abbasiyah hingga sekarang, disamping itu

teori-teori ini pulalah yang sering diperdebatkan oleh para ahli terjemah.

Perdebatan-perdebatan itu berkisar seputar klasifikasi kedua teori tersebut. Sebut saja J.C

Catford dalam bukunya A Linguistic Theory of Translation (1978) menjelaskan dengan panjang

lebar bahwa terjemah memiliki tiga kategori umum, yaitu :

A. Terjemah berdasarkan keluasan bahasa sumber.

B. Terjemah berdasarkan unsur-unsur linguistik bahasa sumber.

C. Terjemah berdasarkan tataran (ranks) linguistik.

A. Terjemah berdasarkan keluasan bahasa sumber.

Maksudnya adalah seberapa jauh unsur-unsur bahasa sumber itu dapat diterjemahkan

kedalam bahasa sasaran, apakah seluruh bagian dari naskah bahasa sumber itu dapat dialihkan,

29 Suhendra Yusuf . Op.Cit. h.14

Page 74: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

65

atau hanya bagian-bagian tertentu saja yang dapat dipindahkan kedalam bahasa sasaran. Atas

dasar inilah maka terjemah ini terbagi kedalam dua bagian, yaitu :

(1). Terjemah Penuh.

Dalam terjemah penuh atau Full Translation ini, keseluruhan naskah bahasa sumber

sepenuhnya diterjemahkan, yaitu setiap bagian dari naskah bahasa sumber dialihkan dengan

padanannya di dalam bahasa sasaran.

(2). Terjemah Parsial.

Pada jenis terjemah parsial atau Partial Translation ini, ada bagian atau beberapa

bagian tertentu dari bahasa sumber yang tidak diterjemahkan. Malah, ada bagian-bagian

tertentu yang dipindahkan begitu saja dan kemudian digabungkan dengan bahasa

terjemahannya. Terjemah jenis ini banyak ditemukan dalam terjemah kesenisastraan. Mengapa

ada unsur-unsur yang tidak diterjemahkan ?, alasannya adalah karena kosakata bahasa sumber

tersebut memang tidak dapat diterjemahkan, atau tidak ditemukan padanannya yang tepat

dalam bahasa sasaran. Alasan lainnya adalah untuk kepentingan-kepentingan tertentu,

misalnya: untuk tetap memelihara ‘warna asli’ nya atau untuk memberikan cita rasa murni

bahasa sumber dalam bahasa terjemahannya. Dalam hal ini, kemungkinan akan terjadi

terjemah pinjam atau Loan Translation, yakni pemakaian unsure-unsur bahasa sumber di

dalam bahasa sasaran dengan memberikan perubahan – perubahan dalam tulisan yang

disesuaikan dengan pelafalan tata penulisan bahasa sasaran. Seperti dalam Bahasa Indonesia

kita jumpai kata menejemen, televisi, kompleks, frekuensi, relatif, temperatur. Kata-kata tadi

dinamakan sebagai kata yang mengalami proses transferensi.

Page 75: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

66

Perbedaan antara terjemah penuh dengan terjemah parsial ini tidak terletak pada unsur-

unsur kebahasaan, melainkan hanya pada seberapa banyak naskah bahasa sumber itu

diterjemahkan.

B. Terjemah berdasarkan unsur-unsur linguistik bahasa sumber.

Maksudnya adalah unsur-unsur linguistik apa saja yang akan diterjemahkan dari bahasa

sumber tersebut. Apakah semua bidang linguistik ( grafologi30, fonologi31, morfologi32,

leksikal33 dan sintaksis34 ) yang akan diterjemahkan, atau hanya bidang-bidang tertentu saja.

Bidang-bidang linguistik tadi kemudian akan menjadi jenis penerjemahan tersendiri yang akan

diuraikan pada halaman selanjutnya. Adapun terjemah jenis ini terbagi kepada dua bagian pula:

(1). Terjemah Tuntas.

Terjemah Tuntas atau Total Translation adalah jenis terjemah yang memindahkan

semua unsur kebahasaan, yakni penggantian unsur tatabahasa dan kosakata bahasa sumber

Dengan padanan terjemah tatabahasa dan kosakata bahasa sasaran, disertai dengan penggantian

unsur-unsur fonologi dan grafologi bahasa sumber oleh fonologi dan grafologi bahasa sasaran.

Pada bahasa-bahasa yang mempergunakan tata huruf atau grafologi dan tata bunyi atau

fonologi yang sama seperti bahasa Inggris dan bahasa Indonesia yang sama-sama

menggunakan huruf latin dan tata bunyi yang relatif sama, pengalihan unsur-unsur tersebut

30 Grafologi adalah ilmu yang mempelajari tentang garis telapak tangan. 31 Fonologi adalah ilmu yang meneliti bunyi bahasa tertentu menurut fungsinya. 32 Morfologi adalah ilmu yang mempelajari struktur internal suatu kata. 33 Leksikal adalah perbendaharaan kata sebuah bahasa. 34 Sintaksis adalah cabang linguistik yang menyangkut susunan kata dalam kalimat.

Page 76: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

67

Memang tidak dicari padanannya, oleh karena hampir tidak pernah ada proses penerjemahan

pada unsur-unsur tersebut. Kalaupun ada, tentunya secara fonologis, bentuk bahasa sumber

dan dan bahasa sasarannya adalah sama atau hampir sepadan, sehingga ada kecocokan dalam

penggantian tata bunyi dan tata huruf bahasa sumber di dalam bahasa sasaran. Pada bahasa-

bahasa yang mempergunakan tata huruf berlainan, seperti bahasa Arab dan Rusia, apabila

diterjemahkan maka dengan sendirinya terjadi terjemah grafologis.

Yang kita kenal dengan istilah penerjemahan sehari-hari sebenarnya adalah jenis

terjemah tuntas ini, meskipun kata tuntas ini pun merupakan istilah yang rancu dan masih

banyak yang salah kaprah dalam menggunakannya. Di lain hal, meskipun penerjemahan secara

tuntas ini memang terjadi, tidak semua unsur bahasa sumber bisa memperoleh padanan

terjemahnya dalam bahasa sasaran.

(2). Terjemah Terbatas.

Pada Terjemah Terbatas atau Restricted Translation ini terjadi penggantian salah satu

unsur saja dalam bahasa sumber dengan padanannya di dalam bahasa sasaran. Di dalamnya,

penerjemah hanya mengalihkan unsur grafologi, fonologi, kosakata, atau tatabahasanya saja

kedalam grafologi, fonologi, kosakata dan tatabahasa bahasa sasaran.

Meskipun penerjemahan grafologi dan fonologi bisa juga dikerjakan, kegiatan ini tidak

sepenuhnya sebagai kegiatan penerjemahan, karena ia terbatas hanya pada pengalihan salah

satu unsur dari suatu naskah dengan tidak mengikutsertakan penerjemahan kosakata dan

tatabahasa. Dengan kata lain, suatu penerjemahan harus dapat melibatkan juga penerjemahan

kosakata dan tatabahasa.

Page 77: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

68

Terjemah terbatas ini kemudian dibagi-bagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut.

(a). Terjemah Fonologi.

Dalam terjemah fonologi atau Phonological Translation ini, fonem bahasa sumber

diganti dengan padanannya dalam bahasa sasaran tanpa perubahan kosakata dan tatabahasa.

Terjemah ini sering dengan sengaja dilakukan oleh para aktor, bintang film, pemain teater,

drama, dan opera dalam menirukan aksen-aksen asing atau aksen-aksen suatu dialek tertentu.

Misalnya, seorang bintang film jawa yang harus menirukan aksen bahasa padang karena ia

berperan dalam film sebagai orang padang. Meskipun itu bisa dilakukan, sangatlah jarang ada

pemain yang dapat melakukan terjemah fonologi ini dengan baik dan konsisten pada aturan

kebahasaan bahasa asing atau dialek bahasa tersebut.

(b). Terjemah Grafologi.

Dalam terjemah grafologi atau Graphological Translation ini grafik atau grafem –yakni

satuan terkecil yang distingtif dalam suatu sistem aksara- bahasa sumber digantikan oleh

padanan grafik bahasa sasarannya tanpa disertai pengalihan unsur-unsur yang lainnya, kecuali

apabila terjadi perubahan-perubahan yang melibatkan pengalihan kosakata dan tatabahasa yang

terjadi secara kebetulan saja.

Terjemah grafologi ini sengaja dikerjakan untuk tujuan-tujuan tertentu, misalnya untuk

menghasilkan tata huruf atau tipografi tertentu. Terjemah ini juga sering terjadi tanpa disengaja

pada seorang pelajar bahasa asing yang sedang menulis bahasa tersebut.

Page 78: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

69

Terjemah grafologi ini harus dibedakan dengan transliterasi, yakni proses pengalihan

grafik yang melibatkan penerjemahan fonologi pada akhir penerjemahannya. Proses

transliterasi ini dapat diuraikan sebagai berikut : satu unit grafik bahasa sumber digantikan

menjadi unit-unit fonologi (fonem-fonem) bahasa sumber tersebut. Kemudian unit-unit

fonologi itu dialihkan dengan padanannya dalam unit-unit fonologi bahasa sasaran, baru

kemudian unit-unit fonologi bahasa sasaran itu digantikan oleh unit-unit grafologi bahasa

sasaran. Perhatikan gambar proses transliterasi berikut ini.

Grafik bahasa sumber Grafik bahasa sasaran

Fonem bahasa sumber Fonem bahasa sasaran

Proses pengalihan

Page 79: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

70

( c ). Terjemah Tatabahasa.

Dalam terjemah tatabahasa atau Grammatical Translation ini, terjadi pemindahan

tatabahasa sumber dengan padanannya tatabahasa sasaran tanpa disertai pengalihan kosakata

bahasa sumber tersebut. Dengan demikian, pada terjemah tatabahasa ini hanya terjadi

penggantian unsur-unsur tatabahasa atau struktur bahasanya saja tanpa pengalihan unsure-

unsur bahasa yang lainnya.

(d). Terjemah kosakata.

Pada terjemah kosakata atau Lexical Translation ini juga terjadi pengalihan kosakata

bahasa sumber dengan padanannya kosakata bahasa sasaran tanpa disertai pemindahan unsur-

unsur tatabahasa atau yang lainnya.

Kedua jenis terjemah diatas yaitu terjemah tatabahasa dan terjemah kosakata sukar dan

jarang sekali terjadi, oleh karena keterhubungan dan keterpautan yang sangat erat antara unsur

tatabahasa dan kosakata. Akan tetapi, dalam sebuah proses belajar bahasa, kedua jenis terjemah

ini biasa dilakukan dalam rangka mendemontrasikan perbedaan antara keduanya.

C.Terjemah berdasarkan tataran (ranks) Linguistik.

Seperti telah dijelaskan diatas bahwa dalam suatu penerjemahan kita dapat menemukan

padanan terjemah dalam bentuk kata per- kata, frase per- frase, klausa per-klausa, kalimat

perkalimat dan seterusnya yang kemudian dapat diikuti dengan proses penyelarasan

(restructuring) , yaitu perubahan-perubahan struktur terhadap hasil transformasi bentuk bahasa

sumber di dalam bahasa sasaran, menjadi bentuk stilistik yang lebih cocok dalam bahasa

Page 80: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

71

sasaran. Penyelarasan ini dilakukan oleh karena seringkali penerjemahan apakah itu

penerjemahan kata per-kata atau yang lainnya terasa ‘tidak enak’ untuk dibaca. Maka

penyesuaian dan penyelarasan itu memang perlu dilakukan khususnya bagi kelompok pembaca

tertentu sejauh tidak mencemari kandungan pesan bahasa sumbernya.

Dengan demikian, manakala pada terjemah tuntas dapat terjadi proses penerjemahan

dalam semua tataran bahasa, baik kata, klausa, frase, kalimat dan seterusnya, maka dalam jenis

terjemah ketiga ini hanya terjadi penerjemahan dalam satu tataran saja. Jenis terjemah ini

dikenal dengan sebutan terjemah terikat. Kebalikan dari terjemah terikat adalah terjemah

bebas, yaitu terjemah yang tidak hanya terikat pada satu tataran saja. Jadi, tataran kalimat

misalnya, yidak harus mendapatkan padanan terjemah dengan tataran kalimat lagi, tataran kata

tidak harus mendapatkan padanan terjemah tataran kata lagi dan seterusnya. Berdasarkan hal

inilah maka terjemah jenis ketiga ini terbagi kedalam dua bagian, yaitu :

(1). Terjemah terikat.

Terjemah terikat atau Rank-Bound Translation ini adalah jenis terjemah yang terbatas

secara lebih khusus lagi kepada penerjemahan dalam tataran kata dan morfem saja, yakni

penggantian kosakata dan morfem bahasa sumber dengan padanannya kosakata dan morfem

bahasa sasaran. Pada jenis terjemah terikat ini biasanya tidak terjadi penerjemahan pada tataran

yang lebih tinggi daripada tataran kata dan morfem saja.

Maka dari itu, terjemah kata per-kata atau word for word dengan sendirinya masuk

dalam terjemah terikat ini. Walaupun ia dikategorikan sebagai terjemahan yang ‘buruk’

terjemah kata per - kata ini biasa digunakan untuk kepentingan - kepentingan tertentu

Page 81: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

72

misalnya, dalam penerjemahan puisi dan segala bentuk penerjemahan dalam usaha

menunjukkan adanya perbedaan antara bahasa sumber dan bahasa sasaran dalam proses belajar

bahasa.

(2) Terjemah bebas.

Terjemah bebas atau Unbounded Translation ini adalam jenis terjemah yang tidak

dibatasi oleh keterikatan pada penerjemahan suatu tataran tertentu. Jenis terjemah ini selalu

berada pada tataran yang lebih tinggi daripada tataran kata dan morfem, dan bisa lebih luas dari

tataran kalimat.

Penerjemahan sebuah kalimat bahasa sumber yang sulit diterjemahkan secara kata per-

kata atau harfiyah dapat dihasilkan dalam padanan terjemah dalam bahasa sasaran yang terdiri

atas beberapa kalimat yang dapat membentuk sebuah padanan terjemahan, tergantung kepada

interpretasi penerjemah dan keterpautan kalimat tersebut dengan konsep yang terkandung

dalam bahasa sumber secara keseluruhan. Atau, penerjemahan itu terjadi karena bahasa

sumbernya begitu rumit sehingga satu kkalimat bahasa sumber itu menyimpan pesan yang

panjang dan memerlukan beberapa kalimat padanannya, baik sebagai kalimat yang dianggap

sepadan pemakaiannya, atau sebagai kalimat penjelas yang memberikan keterangan tambahan

pada konsep yang diterjemahkan.35

35 Suhendra Yusuf. Op.Cit. h. 19-26.

Page 82: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

73

Seorang linguis lain yang bernama Newmark pun memiliki pendapat lain tentang

pembagian teori penerjemahan. Menurutnya, metode atau teori penerjemahan saat ini bukan

lagi mengenai perdebatan antara penerjemahan harfiyah adan penerjemahan bebas seperti yang

selama ini selalu mendominasi pembahasan tentang teori penerjemahan. Persoalan-persoalan di

luar teks sepatutnya mendapat perhatian pula dalam pemilihan teori yang akan digunakan. Oleh

karena itu Ia mengajukan dua kelompok metode penerjemahan. Kedua kelompok itu antara lain

:

1. Metode yang memberikan penekanan terhadap bahasa sumber.

2. Metode yang memberikan penekanan terhadap bahasa sasaran.

1. Metode yang memberikan penekanan terhadap bahasa sumber.

Metode ini berisi empat metode atau teori penerjemahan, yaitu :

(a). Penerjemahan kata demi kata.

Dalam metode ini biasanya kata-kata teks bahasa sasaran langsung diletakkan dibawah

teks bahasa sumber. Kata-kata dalam teks bahasa sumber diterjemahkan di luar konteks, dan

kata-kata yang bersifat cultural (misalnya kata ‘tempe’) dipindahkan apa adanya. Umumnya

metode ini dipergunakan sebagai tahapan prapenerjemahan (sebagai gloss) pada penerjemahan

teks yang sangat sukar atau untuk memahami mekanisme bahasa sumber.

Page 83: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

74

Jadi, dalam proses penerjemahan, metode ini dapat terjadi pada tahap analisis atau tahap

awal pengalihan. Dan dalam prakteknya, khususnya di Indonesia metode ini tidak umum

Digunakan.

(b). Penerjemahan harfiyah.

Konstruksi gramatikal bahasa sumber dicarikan padanannya yang terdekat dalam teks

bahasa sasaran, tetapi penerjemahan kosa katanya dilakukan terpisah dari konteks. Contohnya

seperti kalimat It’s raining cats and dogs dalam bahasa Indonesia diartikan dengan Hujan

kucing dan anjing. Penerjemahan semacam ini selain menghasilkan versi terjemahan yang tidak

bermakna (kucing dan anjing tidak berjatuhan dari langit), juga menghasilkan terjemahan yang

tidak lazim. Maka seperti halnya metode (1) diatas, dalam proses penerjemahan, metode ini

dapat digunakan pada tahap awal pengalihan, bukan sebagai metode yang lazim. Sebagai

proses penerjemahan awal, metode ini dapat membantu penerjemah dalam melihat

permasalahan yang harus diatasi.

(c) . Penerjemahan setia.

Penerjemahan setia mencoba mereproduksi makna kontekstual teks bahasa sumber

dengan masih dibatasi oleh struktur gramatikalnya. Disini kata-kata yang bermuatan budaya

dialihbahasakan, tetapi penyimpangan dari segi tatabahasa dan pilihan kata masih tetap

dibiarkan. Penerjemahan ini berpegang teguh pada maksud dan tujuan teks sumber, sehingga

hasil terjemahan terasa kaku dan seringkali asing. Metode ini dapat dimanfaatkan untuk

membantu penerjemah dalam proses awal pengalihan. Contohnya seperti kalimat Ben is too

Page 84: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

75

well aware that he is naughty (kebetulan tanpa muatan budaya) diterjemahkan kedalam bahasa

Indonesia menjadi ‘ Ben menyadari terlalu baik bahwa ia nakal’. Terjemahan ini terasa

sebagai terjemahan yang dihasilkan oleh mahasiswa asing yang belajar bahasa Indonesia pada

tingkat pralanjutan. Meskipun maknanya sangat dekat (setia) dengan makna dalam teks

sumber, versi terjemahannya dalam bahasa sasaran terasa kaku, dan akan terasa lebih wajar

kalau dipoles lagi dalam tahap penyerasian serta disesuaikan dengan kaidah bahasa sasaran

menjadi ‘ Ben sangat sadar kalau ia nakal’. Dalam penyerasian dengan kaidah bahasa sasaran

yang tidak lagi setia dengan teks sumber ini terjadi pergeseran bentuk (dari frase too well

menjadi ‘sangat’), dan pergeseran nuansa makna dalam penyangatan yang terkandung dalam

frase too well tersebut.

(d). Penerjemahan semantis.

Apabila dibandingkan dengan metode penerjemahan setia, penerjemahan semantis

memiliki kesan lebih luwes, dan penerjemahan setia lebih kaku dan tidak berkompromi dengan

kaidah bahasa sasaran. Berbeda dengan penerjemahan setia, penerjemahan semantis harus pula

mempertimbangkan unsur estetika teks bahasa sumber dengan mengkompromikan makna

selama masih dalam batas kewajaran. Selain itu, kata yang hanya sedikit bermuatan budaya

dapat diterjemahkan dengan kata yang netral atau istilah yang fungsional. Bila dibandingkan

dengan penerjemahan setia, penerjemahan semantis lebih fleksibel, sedangkan penerjemahan

setia lebih terikat oleh bahasa sumber. Contohnya, kalimat He is a book-worm yang

diterjemahkan menjadi ‘dia (laki-laki) adalah seorang yang suka sekali membaca’. Hasil

terjemahan tersebut bersifat fungsional (dapat dimengerti dengan mudah), sekalipun tidak ada

Page 85: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

76

pemadanan budaya.

2. Metode yang memberikan penekanan terhadap bahasa sasaran.

Keempat metode diatas adalah metode yang lebih menekankan bahasa sumber. Selain

melalui penekanan kepada bahasa sumber, metode penerjemahan dapat lebih ditekankan

kepada bahasa sasaran. Ini berarti, selain pertimbangan kewacanaan, penerjemah juga

mempertimbangkan hal-hal lain yang berkaitan dengan bahasa sasaran. Metode-metode

tersebut adalah :

(a). Metode adaptasi.

Adaptasi merupakan metode penerjemahan yang paling bebas dan paling dekat dengan

bahasa sasaran. Istilah “saduran” dapat dimasukkan disini asalkan penyadurannya tidak

mengorbankan hal-hal penting dalam teks bahasa sumber, misalnya tema, karakter atau alur.

Biasanya metode ini dipakai dalam penerjemahan drama atau puisi, yaitu yang

mempertahankan tema, karakter dan alur. Tetapi dalam penerjemahan terjadi peralihan budaya

bahasa sumber ke dalam budaya bahasa sasaran, dan teks asli ditulis kembali serta

diadaptasikan dalam teks bahasa sasaran. Sebagai contoh adalah penerjemahan drama

Shakespeare yang berjudul ‘Macbeth’ oleh WS Rendra. Rendra mempertahankan semua

karakter dalam naskah asli, dan alur cerita juga dipertahankan, tetapi dialognya disadur dan

disesuaikan dengan bahasa Indonesia.

Page 86: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

77

(b). Metode penerjemahan bebas.

Metode ini merupakan penerjemahan yang mengutamakan isi dan mengorbankan

bentuk teks bahasa sumber. Biasanya metode ini berbentuk sebuah parafrase yang dapat lebih

panjang atau pendek dari aslinya. Metode ini sering dipakai di kalangan media massa. Di

Indonesia sendiri metode ini dikenal dengan istilah ‘oplosan’, karena bentuk retorik atau

kalimatnya sudah berubah sama sekali. Metode ini mempunyai kegunaan yang sangat khusus.

Seorang penerjemah harus berhati-hati dalam memilih metode ini serta memikirkan kapan dan

apa tujuan penerjemahannya.

( c). Metode penerjemahan Idiomatik.

Metode ini bertujuan mereproduksi pesan dalam teks bahasa sumber, tetapi sering

dengan menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatic yang tidak didapati pada versi

aslinya. Dengan demikian, banyak terjadi distorsi nuansa makna. Contohnya, dalam teks

bahasa sumber terulis ungkapan : Mari minum bir sama-sama; saya yang bayar. Ungkapan ini

kemudian diterjemahkan menjadi I’ll shout you a beer.

Dalam terjemahn di atas, versi bahasa Inggrisnya lebih idiomatic daripada versi asli.

Versi terjemahan yang tidak terlalu idiomatic dapat berbunyi : l et me buy you a beer.

(d). Penerjemahan komunikatif.

Metode ini merupakan reproduksi makna kontekstual yang sedemikian rupa, sehingga

baik aspek kebahasaan maupun aspek isi langsung dapat dimengerti oleh pembaca. Oleh karena

itu, versi teks bahasa sasarannya pun langsung dapat diterima. Sesuai dengan namanya,

Page 87: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

78

metode ini memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi, yaitu khalayak pembaca dan tujuan

penerjemahan. Melalui metode ini, sebuah versi teks bahasa sumber dapat diterjemahkan menja

di beberapa versi teks bahasa sasaran sesuai dengan prinsip-prinsip di atas. Contohnya adalah

penerjemahan kata spine dalam frase thorns spines in old reef sediments. Apabila kata tersebut

diterjemahkan untuk para ahli atau kalangan ilmuwan biologi, maka padanannya adalah spina

(istilah teknis Latin), tetapi apabila diterjemahkan untuk khalayak pembaca yang lebih umum,

maka kata tersebut dapat diterjemahkan menjadi ‘duri’.36

Dari delapan metode terjemah yang diciptakan oleh Newmark di atas, ada yang bersifat

umum dan ada pula yang bersifat khusus. Yang bersifat khusus, khusus pula penggunaan dan

tujuannya. Dan yang bersifat umum, hanya metode semantis dan komunikatif yang memenuhi

tujuan utama penerjemahan, yaitu demi ketepatan dan efisiensi sebuah teks.

Secara umum dapat dikatakan, bahwa metode penerjemahan semantis dilakukan dengan

mempertimbangkan tingkat kebahasaan penulis teks asli, sedangkan penerjemahan komunikatif

lebih mempertimbangkan tingkat kebahasaan pembaca. Penerjemahan semantis sering

digunakan dalam menerjemahkan teks yang ekspresif, sedangkan metode penerjemahan

komunikatif untuk teks yang informatif atau yang bersifat imbauan (vokatif).

Demikianlah beberapa teori penerjemahan yang diusulkan oleh dua orang linguis barat

yang sangat terkenal, yaitu J.C. Catford dan Newmark. Sebenarnya, bukan hanya mereka saja

yang banyak mengusulkan teori-teori penerjemahan, akan tetapi masih banyak lagi yang lain

yang memberikan usulan dalam cara menerjemahkan. Sebut saja seperti L. Forster dan House.

Masing-masing linguis memiliki ciri yang berbeda dalam tekhnik penerjemahan. Seperti House

36 Rochayah Machali. Pedoman Bagi Penerjemah..Jakarta:PT. Grasindo. 2000. Cet.I h. 49-55

Page 88: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

79

dengan cirinya : overt dan covert translation ( ), atau Forster

dengan cirinya : The unit is the individual, the unit is the sentence or phrase, and the

unit Is the whole work (

). 37Lain pula halnya dengan linguis

berkebangsaan Perancis yaitu J. Vinay dan A. Darbelinet. Keduanya mengusulkan tujuh

macam teori penerjemahan, yaitu :

1. Al-iqtibas

2. Al-isti’arah Al-tarjamah al-Mubasyarah

3. Al-tarjamah al-Harfiyyah

4. Al-tabdil

5. Al-idkhal Al-tarjamah al-Multawiyah

6. Al-mu’adalah, dan

7. Al-taqrib

Adapun penjelasannya sebagai berikut :

1. Al-iqtibas (al-Ta’rib atau al-Ta’jim).

Para penerjemah terdahulu yang hidup pada masa kejayaan penerjemahan dibawah

pemerintahan khalifah al-Ma’mun ataupun setelahnya telah mempraktekkan teori

penerjemahan ini. Sebagai contoh, mereka mengadopsi kalimat- kalimat bahasa Persia dan

latin kedalam bahasa Arab. Sehingga kemudian kalimat-kalimat tersebut banyak bertebaran di

dalam kamus-kamus Arab dan tidak diketahui dari mana asalnya yang sebenarnya. Adapun

37 Nurachman Hanafi. Op.Cit. h.54

Page 89: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

80

dari mana asalnya yang sebenarnya. Adapun pengertian al-Iqtibas sama dengan al-Ta’rib atau

al-Ta’jim, yaitu: mengambil sebuah kata asing, lalu diterjemahkan kedalam bahasa Arab

dengan mengganti huruf-huruf kata asing tersebut dengan padanannya di dalam huruf Arab.

Dengan kata lain, teori ini hanya menerjemahkan dari segi penulisannya saja. Adapun bunyi

kata-katanya masih terdengar sebagai kata asing. Contoh : banafsyah (Persia), sijil (Latin), ruh

(Armenia), bustan (Persia), qalam (Yunani), handasah (Persia) dan lain sebagainya.

1. Al-isti’arah.

Maksud dari teori penerjemahan ini adalah menerjemahkan suatu ungkapan dalam satu

bahasa kedalam bahasa lain. Terkadang teori ini dapat dipraktekkan pada dua bahasa yang

bertetangga, seperti Amerika dan Inggris, atau Spanyol (asli) dan Spanyol Amerika Latin.

Maka ketika ungkapan-ungkapan tersebut sudah dipergunakan dalam kamus, asal kata yang

sebenarnya sudah tidak diketahui lagi. Hal inipun berlaku pada sebagian negara Arab. Contoh

ungkapan asing yang masuk kedalam perkataan Arab adalah : ta’wim al-‘umlah, safir

mufawwadh fauqa al-‘adah, yahdhuru ittifaqiyyah, al-sayyidah al-ula dan lain sebagainya.

2. Al-tarjamah al-Harfiyyah.

Maksud dari teori penerjemahan ini adalah mengganti suatu kata bahasa sumber dengan

kata lain yang serupa dengannya dalam bahasa sasaran/bahasa kedua. Penerjemahan seperti ini

banyak sekali digunakan dalam proses ta’rib (arabisasi) dan ta’jim (perkamusan). Hanya

saja para linguis kurang mendukung adanya teori ini, karena di dalamnya banyak

Page 90: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

81

terdapat kekurangan dan seringkali menyebabkan timbulnya kerusakan dalam bahasa Arab.

Banyak para linguis yang menggunakan komputer dalam melakukan penerjemahan jenis ini.

Apalagi sekarang telah diciptakan kamus komputer di Kanada dan pangsa pasar Eropa lainnya.

Hanya saja yang demikian itu dianggap sebagai hal yang tabu, karena hanya sebagai fasilitator

yang memberikan kemudahan bagi para penerjemah.

Penerjemahan komputer ini dapat menyebabkan beberapa faktor berikut ini :

1. Perubahan arti.

2. Kosong dari arti yang dimaksud.

3. Arti yang dimaksud tidak mungkin tercapai karena tidak adanya kemiripan

antara bahasa sumber dan bahasa sasaran dalam tekhnik penyusunan bahasanya.

4. Dalam proses penerjemahannya tidak diikuti dengan penelitian latar belakang

kalimat tersebut dalam bahasa sumber.

5. Teks/kalimat tersebut sempurna, tetapi tidak memiliki tingkatan bahasa.

Contohnya seperti kalimat Arab : wadha’a al-habla yang diterjemahkan kedalam

bahasa Inggris dengan komputer menjadi : to put the rope. Padahal, arti yang dimaksud adalah

melepaskan ikatannya, bukan meletakkan ikatan. Dengan demikian, hasil penerjemahan tadi

bukanlah penerjemahan yang sesuai dengan isi pesan yang dimaksud.

Meskipun berbagai cara telah ditempuh oleh para linguis dalam menyiasati agar teori

penerjemahan ini dapat lebih sempurna, akan tetapi teori ini tetap dianggap sebagai teori

yang buruk dan banyak kekurangan, bahkan teori inipun dianggap sebagai perusak bahasa.

Menurut mereka, teori ini boleh digunakan hanya pada tahap awal penerjemahan saja,

agar sesuai dengan redaksi kalimat aslinya.

Page 91: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

82

Beberapa teori yang telah dijelaskan diatas, baik al-iqtibas, al-isti’arah dan al-tarjamah

al-harfiyyah, kesemuanya itu dinamakan pula sebagai teori al-Tarjamah al-Mubasyarah, yaitu

penerjemahan secara langsung yang masih terikat dengan teks aslinya. Adapun berikut ini akan

dijelaskan beberapa teori yang masuk dalam kategori al-Tarjamah bitasharruf atau

penerjemahan bebas. Teori-teori tersebut adalah :

1. Al-tabdil.

Teori penerjemahan ini dinamakan pula al-tabdil al-lughawy. Yaitu menggantikan suatu

ungkapan dalam bahasa sumber dengan ungkapan lain dalam bahasa sasaran yang sesuai dalam

segi tatabahasanya, seperti menggunakan mashdar sebagai ganti an + fi’il mudhari’.

Contohnya seperti kalimat : ba’da an yaqraa al- kitaaba menjadi ba’da qiraati al-kitaabi.

Dalam al-tabdil ini terdapat dua komponen penting, yaitu Asas dan Badil. Asas adalah

kalimat yang digantikan (ba’da an yaqraa al-kitaaba), sedangkan badil adalah kalimat yang

menggantikan (ba’da qiraati al-kitaabi).

Terkadang di dalam al-tabdil ini terjadi perubahan arti, akan tetapi yang demikian itu tidak

disyaratkan. Adapun proses penyandaran (antara asas dan badil) merupakan bagian dari al-

tabdil , yaitu ketika suatu bahasa yang melakukan penerjemahan dengan teori ini sampai pada

kesimpulan akhir berupa arti fi’il (pekerjaan), atau berupa fi’il , musnad dan musnad ilaih

dalam susunan kalimatnya. Contohnya : kalimat he was blown away yang diterjemahkan

kedalam bahasa Arab menjadi : zahaba adraaja al- Riyah. Kata zahaba (yang artinya pergi)

sebagai kata kerja disini merupakan kesimpulan akhir kalimat tersebut. Dalam bahasa

Indonesia, maksud dari kalimat tersebut adalah : Dia pergi bagaikan angin lalu.

Page 92: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

83

Bila dilihat lebih dalam lagi, maka pembahasan tentang ijaz38 dan I’jaz39 dalam ilmu

Balaghah masuk dalam pembahasan teori ini.

2. Al-idkhal.

Adapun yang dimaksud dengan teori ini adalah penerjemahan dengan cara membuat

ungkapan-ungkapan baru yang sepadan dalam bahasa sasaran dari teks yang diterjemahkan.

Teori ini dapat dilakukan ketika teori al-tarjamah al-harfiyyah yang telah diuraikan

sebelumnya tidak lagi dapat lagi dipertahankan, karena bahasanya amat sulit. Ia (al-Idkhal)

akan terkesan sebagai suatu pemaksaan ketika ungkapan yang diterjemahkan itu memang

sesuatu yang wajib diterjemahkan atau memang ada sumbernya dalam kamus. Akan tetapi ia

pun dapat terkesan sebagai suatu kepatuhan ketika seorang penerjemah yang memiliki

kemampuan tentang bahasa yang sangat handal dan menguasai dengan baik seluk-beluk

bahasanya, bersengaja menciptakan ungkapan baru yang sesuai dan sepadan dengan teks

aslinya. Dengan kata lain, teori penerjemahan ini tidak dapat dilakukan kecuali oleh para

penerjemah yang memiliki segudang pengalaman dalam bidang terjemah dan memiliki bakat

dan minat bahasa yang tinggi.

38 Ijaz adalah kalimat yang sedikit memiliki arti yang banyak (lihat Al-sayyid Ahmad al-Hasyimy.

Jawahir al-Balaghah fi al-Ma’ani wa al-Bayan wa al-Badi’. Libanon : Dar al-Fikr. 1994., h.192). 39 I’jaz adalah arti suatu kalimat lebih indah dan bernilai dari kalimat itu sendiri. Loc.Cit., h. 488.

Page 93: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

84

3. Al-mu’adalah.

Merupakan suatu teori penerjemahan dengan cara menerjemahkan satu arti kalimat dengan

berbagai macam arti, dimana arti-arti tersebut sangat jauh berbeda dari arti asalnya. Adapun

yang termasuk dalam teori ini adalah bidang peristilahan, pribahasa dan yang serupa dengan

hal itu. Contohnya adalah kalimat : sa’atu al-qahwah (waktu minum teh) diartikan dengan

ba’da al-zhuhri (setelah waktu dzuhur).

4. Al-taqrib.

Teori penerjemahan ini digunakan ketika kata yang diterjemahkan tidak ada padanannya

sama sekali dalam bahasa sasaran. Arti dari al-Taqrib itu sendiri adalah mendekatkan . Maka

al-taqrib dapat berarti mencari arti yang terdekat. Dibuatnya teori ini karena adanya perbedaan

adat kebiasaan antara satu bangsa dengan bangsa lainnya. Misalnya, dalam cara mengucapkan

salam. Orang Amerika kadang-kadang melakukannya dengan berjabat tangan, orang Eskimo

mengucapkan salam dengan hidungnya, Orang Arab dengan cara memeluk dan mencium pipi,

dan orang Inggris dengan cara mencium bibir.40

Demikianlah beberapa teori penerjemahan yang diusulkan oleh para linguis. Walaupun

ada perbedaan dalam teori-teori tersebut, para linguis sepakat untuk menggunakan beberapa

teori penerjemahan dibawah ini sebagai teori penerjemahan umum, yaitu :

40 Muhammad Daidawy. Op.Cit. h.171-178.

Page 94: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

85

1. Terjemah Kata demi Kata (Tarjamah al-Kalimat / Word for Word).

Penerjemahan ini menitik-beratkan pada terjemah kata per-kata. Adapun Forster

menyebutnya dengan interlineal version.

Di Eropa, penerjemahan dengan teori ini kerap dilakukan pada abad pertengahan dan

berkembang cukup luas, terutama pada naskah-naskah yang dianggap sakral, seperti kitab suci.

Di Indonesia sendiri, teori penerjemahan ini dipraktekkan untuk menerjemahkan kitab suci al-

Qur’an.

Teori penerjemahan ini memiliki manfaat antara lain :

1. Naskah asli tetap mendapat perhatian, karena teori ini bertujuan untuk mempertahankan

kemurnian produk terjemahan, agar sesuai dengan bentuk aslinya.

2. Cocok untuk beberapa hal tertentu saja, seperti kitab suci, puisi dan naskah-naskah

pendek lainnya.

Sedangkan kelemahan teori ini antara lain :

1. Arti dari konteks kalimatnya seringkali bukan arti yang tepat. Ia lebih menonjolkan

bentuk per-suku-kata, terutama bila kalimatnya cukup panjang dan kompleks. Apabila

masih kurang dimengerti, maka ia diberi catatan atau keterangan tambahan lainnya.

2. Jika struktur kalimatnya sesuai dengan hasil terjemahannya maka penerjemahan ini

dapat pula disebut sebagai terjemah harfiyah.

2.Terjemah Terikat (al-Tarjamah al-Harfiyyah / Literal Translation).

Teori terjemah jenis kedua ini didasarkan pada konsepsi bahwa seorang penerjemah

hendaknya berlaku setia kepada naskah aslinya, atau sejalan dengan naskah aslinya. Karena itu,

Page 95: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

86

Theodore Savory dalam bukunya yang berjudul The Art of Translation menyebutkan bahwa

terjemah jenis ini merupakan ‘faithful translation’ (penerjemahan yang gagal).

Adapun manfaat yang dapat dipetik dari teori terjemah ini adalah :

1. Segi dan struktur kalimatnya lebih sesuai dengan aslinya. Dengan demikian, tugas

penggarap naskah bukan hanya sebagai penerjemah, bahkan sekaligus ia berlaku

sebagai transformer atau orang yang memindahkan satu naskah kedalam naskah bahasa

yang lain.

2. Gaya penulisan penerjemah lebih sesuai dan tepat sebagaimana aslinya. Karena itu

penerjemah telah berhasil menyentuh keinginan penulis aslinya.

Sedangkan kelemahan teori terjemah ini antara lain :

1. Karena penekanan jatuh pada bentuk dan struktur kalimat, maka secara otomatis makna

menjadi korban utamanya. Padahal yang seharusnya menjadi prioritas utamanya adalah

makna, dan ia tidak dijadikan korban. Sebab, apabila makna dapat tersirat dengan jelas,

maka pembaca seolah-olah berhadapan langsung dengan penulisnya.

2. Terjemah ini bersifat dogmatis pada bentuk, sehingga tidak memiliki kesan luwes

ketika dibaca, dan ia penuh dengan kekakuan dan terkesan dipaksakan.

3. Terjemah Bebas (al-Tarjamah al-Hurroh / Free Translation).

Dalam teori terjemah bebas ini bukan berarti seorang penerjemah boleh menerjemahkan

dengan sekehendak hati yang dapat menghilangkan inti penerjemahan itu sendiri. Arti bebas di

sini adalah penerjemah tidak terlalu terikat oleh bentuk maupun struktur kalimat yang terdapat

dalam naskah yang ia terjemahkan. Ia boleh memodifikasi kalimat agar pesan yang terkandung

Page 96: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

87

di dalamnya mudah dimengerti oleh pembacanya.

Umumnya, terjemah ini menitik-beratkan penekanan pada bahasa sasaran. Itulah

sebabnya, segala kemudahan dapat lebih tercermin agar pembaca dapat merasa puas.

Seandainya terjadi perombakan, penghilangan dan penambahan pada bagian-bagian tertentu

dari kalimatnya, maka hal itu dapat dibenarkan dalam terjemah ini, dengan tujuan mencapai

kemudahan dalam pengertian. Karena itu, Savory menyebutkan pula bahwa terjemah ini

merupakan Idiomatic Translation (penerjemahan idiom).

Adapun manfaat atau kelebihan teori terjemah ini antara lain :

1. Makna mendapat kedudukan yang amat penting. Lewat ketepatan makna, pembaca

dengan mudah dapat menerka maksud penulis, sekalipun dipisahkan oleh latar belakang

budaya, waktu dan tempat yang berbeda.

2. Kreativitas dalam mengungkapkan sesuatu mendapatkan tempat yang semestinya.

Penerjemah dapat mengembangkan kemampuannya semaksimal mungkin, dan dapat

membuat kesan yang lebih indah daripada naskah aslinya.

Sedangkan kelemahan teori terjemah ini antara lain :

1. Produk terjemahan akan tak bernilai (valueless) kalau penerjemahannya terlalu bebas,

2. Gaya penulisan penulisnaskah asli akan terabaikan, dan tersalin dalam gaya ciptaan

penerjemah. Kalau hal ini terjadi, akibatnya produk terjemahan dapat menjadi baik atau

sebaliknya, sesuai dengan kemampuannya.

Agar perbedaan antara ketiga macam teori terjemah yang telah diuraikan tadi lebih jelas,

maka berikut ini penulis akan menjelaskan beberapa contoh kalimat dari ketiga teori tersebut :

kalimat : “ It’s raining cats and dogs” bila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dan Arab

Page 97: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

88

menurut ketiga teori itu adalah :

1. Menurut al-tarjamah al-lafdziyyah : Dia sedang hujan kucing dan anjing.

(Al-samaa’u) mumthirun (tun) qithathan wa

killaaban.

2. Menurut al-tarjamah al-harfiyyah : Hujan kucing dan anjing.

Tamthuru (al-samaa’u) qithathan wa killaaban.

3. Menurut al-tarjamah al-hurrah : Hujan lebat.

Al-matharu ghazirun, tamthuru al-samaa’u

bighazarah, yatahaathalu al-matharu midraaran.41

Demikianlah penjelasan yang sederhana tentang berbagai macam teori dalam terjemah.

Teori-teori diatas merupakan sebagian besar dari teori-teori penerjemahan yang berkembang

sejak pertama kali dipelopori oleh Yohana bin al-Bathriq dan Hunain bin Ishak. Selanjutnya,

bagimana seluk-beluk perkembangannya akan diuraikan pada bab yang akan datang.

6. Macam-ragam penerjemahan.

Ada beberapa macam bentuk penerjemahan, antara lain :

1. Al-tarjamah al-Adabiyyah. Adalah suatu penerjemahan yang meliputi bidang seni dan

sastra. Kegiatan penerjemahan ini telah lama dimulai semenjak abad ke-18.

Penerjemahan ini pernah mengalami masa kevakuman, khususnya ketika terjadi Perang

Dunia. Kemudian penerjemahan ini dapat marak kembali pada abad ke-19 dengan

41 Nurachman Hanafi. Op.Cit. h. 54-60.

Page 98: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

89

bantuan dari lembaga pemerintah maupun swasta yang memiliki perhatian dalam bidang

ini.

2. Al-tarjamah al-Sya’biyyah. Merupakan suatu penerjemahan ringan yang meliputi hal-

hal yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sehari-hari yang terjadi di sekeliling

kita. Biasanya peristiwa itu dimuat dalam surat kabar, majalah mingguan atau bulanan

dan yang senada dengan hal itu dari bentuk media massa lainnya.

3. Al-tarjamah al-‘ilmiyyah. Adalah suatu penerjemahan yang meliputi bidang sains dan

teknologi pada abad modern ini. Penerjemahan ini disebut pula dengan al-Tarjamah al-

Shina’iyyah atau al-Tarjamah al-Taqniyyah karena ia merupakan proses pemindahan

hasil-hasil kreativitas manusia yang berbentuk inovasi terbaru dalam bidang ilmiah dan

pendidikan dari satu bahasa ke dalam bahasa yang lain. Begitu pula ia dinamakan

sebagai terjemah ilmiah, karena berhubungan dengan alat-alat modern hasil ciptaan

manusia.

4. Al-tarjamah al-‘Adiyyah. Merupakan suatu penerjemahan yang bergerak dalam bidang

perundang-undangan, akad perjanjian dan kesepakatan antar negara, surat-surat penting,

ijazah pendidikan dan lain sebagainya. 42

5. Al-tarjamah al-Aliyyah. Adalah suatu penerjemahan yang menggunakan bantuan

program komputer. Penerjemahan ini dapat menambah nilai seorang penerjemah,

menghindarkannya dari kesalahan bahasa, menganalisis penerjemahan dari segi ilmu

tata bahasa dan lain-lain.

42 Abdul Ghani Abdul Rahman Muhammad., op.cit., h. 72-74.

Page 99: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

90

6. Al-tarjamah al-Qur’aniyyah. Merupakan suatu penerjemahan yang melakukan

kegiatannya dalam menerjemahkan kitab suci al-Qur’an al-Karim. Penerjemahan ini

dilakukan untuk pertama kalinya ke dalam bahasa Latin oleh dua orang penerjemah

yang bernama Robert yang berkebangsaan Inggris dan Hermann yang berkebangsaan

Jerman pada tahun 1141-1143 .43

Demikianlah klasifikasi umum macam-ragam penerjemahan yang berkembang dewasa ini.

Selain itu masih ada lagi ragam penerjemahan lain yang yang masuk dalam kelompok ini, akan

tetapi telah diuraikan bentuknya pada bab-bab terdahulu, seperti al-Tarjamah al-Tahririyyah

(terjemah tulisan) dan al-Tarjamah al-Syafawiyyah (terjemah lisan).

43 Ibrahim Badawy al-Jailani., op.cit., h. 70-73.

Page 100: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

91

BAB IV

ANALISIS PERKEMBANGAN PENERJEMAHAN ARAB.

1. Urgensi penerjemahan di dunia Arab.

Sebagaimana telah diuraikan, bahwa terjemah merupakan salah satu cara yang

digunakan dalam pengajaran bahasa. Selain itu, bila kita kembali ke dalam sejarah, maka

terjemah memiliki arti dan kedudukan yang amat penting dalam kehidupan seluruh bangsa di

atas bumi ini, khususnya bagi para pemimpin suatu negara atau para raja. Manusia dengan

segala kekurangannya tidak mungkin dapat hidup terpisah dari manusia lain. Karena itu, tidak

ada jalan lain agar mereka senantiasa dapat hidup secara berdampingan, kecuali dengan

mengetahui dan memahami bahasa yang mereka gunakan. Apabila seseorang sudah dapat

memahami apa yang dibicarakan oleh orang lain, maka akan mudah baginya untuk

memperoleh suatu ilmu pengetahuan. Apalagi bagi orang yang hidupnya senantiasa berpindah-

pindah dari satu tempat ke tempat yang lain, maka otomatis ia harus dapat berbicara dan

mengerti beberapa macam bahasa yang berbeda, agar tidak mendapatkan kesulitan ketika

berinteraksi dengan orang lain.

Maka dalam hal ini, tidak dapat diragukan lagi bahwa terjemah memiliki peran yang

amat penting dalam kehidupan manusia. Artinya, bahwa apabila seseorang sudah dapat

memahami apa yang disampaikan oleh orang lain dalam bahasa yang berbeda, ia dianggap

telah melakukan aktivitas penerjemahan dalam pengertian yang amat sederhana. Sebab, tugas

terjemah yang paling utama adalah mentransformasikan apa yang disampaikan oleh orang lain

dalam bahasa asing, baik yang berbentuk ilmu pengetahuan, kebudayaan, adat-istiadat atau

Page 101: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

92

yang lainnya, ke dalam bahasa yang kita miliki atau bahasa sasaran, agar dapat diambil manfaat

nya.1

Begitu pula yang terjadi di dunia Arab. Sejak penerjemahan pertama kali diminati

orang, ia memang telah berfungsi sebagai salah satu tiang penyangga kehidupan mereka. Pada

awalnya, ia memiliki fungsi yang amat sederhana, yaitu sebagai perantara dalam memenuhi

kebutuhan hidup. Akan tetapi, dengan berjalannya sang waktu dan berubah pula keadaan

zaman, maka meningkat pula kebutuhan hidup manusia sesuai dengan kemajuan pola berfikir

dan taraf hidup mereka,

Dalam beberapa tahun terakhir , penerjemahan di dunia Arab semakin meningkat

kegunaannya dalam berbagai bidang. Bidang-bidang yang terpenting antara lain : perhubungan

(nasional dan internasiona), perekonomian, sains dan teknologi.2 Selain itu, penerjemahan telah

mencapai kedudukan tertinggi dalam organisasi Persatuan Bangsa-bangsa (PBB), sebab ia

berfungsi sebagai alat perhubungan di antara mereka.

Di antara urgensi penerjemahan antara lain :

1. Membangun kesefahaman di antara bangsa dan negara menuju hidup sejahtera

di atas asas keadilan. Antara satu bangsa dengan bangsa yang lain tentunya memiliki

kepentingan, visi, misi dan tujuan yang berbeda. Kepentingan tersebut dapat berarti

negatif dan bertentangan jika pola fikir mereka dalam menjalankan visi, misi dan tujuan

1 Basyir al-‘Aisawy. Al-Tarjamah ila al-‘Arabiyyah Qadhaya wa ‘Araa. (Kairo : Dar al-Fikr al-‘Araby. 2001), cet. 2., h. 46.

2 Mohammed Shaheen. Theories of Translation and Their Application to The Teaching of English/Arabic. (Jordan : Dar al-Thaqafa Library., tt), h. 61.

Page 102: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

93

tersebut tidak berada pada tempat yang semestinya. Contoh : masih banyak terjadi

pertikaian dan peperangan antara satu negara dengan negara yang lain. Hal itu disebabkan

oleh adanya pemikiran negatif dalam cara pandang mereka dalam satu hal. Maka untuk

membangun kesefahaman di antara mereka dibutuhkan suatu cara yang dapat membantu

mereka dalam menjalankan kepentingan, visi , misi dan tujuan tersebut. Pada saat inilah

terjemah mulai memainkan perannya. Apabila antara satu negara dengan negara yang lain

sudah dapat saling bertukar fikiran dengan lancar dan mudah, maka jalan ke arah hidup

yang sejahtera berlandaskan keadilan dan persamaan akan dapat terbentang luas.

Sebaliknya, apabila cara yang digunakan itu kurang tepat, maka harapan mereka untuk

dapat hidup secara damai masih amat jauh untuk dicapai.

2. Memindahkan pemikiran ilmiah atau non-ilmiah, antar anggota suatu bangsa

yang sudah maju, maupun bangsa yang sedang berkembang. Di sini lah letak

pengertian terjemah secara umum yang popular di beberapa tahun belakangan ini.. dan

penerjemahan biasanya digunakan dalam dua kategori ini. Apalagi bila berkaitan dengan

hal-hal inovasi terbaru dalam bidang sains dan teknologi. Memang, sudah sewajarnya bila

antara satu bangsa dengan bangsa yang lain saling tukar-menukar informasi dalam segala

bidang kehidupan mereka., baik dalam bidang yang bersifat ilmiah, seperti : ilmu

pengetahuan, pendidikan, teknologi dan lain sebagainya, maupun dalam bidang yang

bersifat non-ilmiah, seperti : kebudayaan, adat-istiadat, norma hidup dan lain sebagainya.

Semua itu apabila dilakukan dengan baik, maka akan dapat mendorong terciptanya

sebuah dunia yang jauh dari kebiadaban, kebodohan dan kemunduran. Apabila antara

Page 103: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

94

satu bangsa dengan bangsa lain saling mengambil manfaat satu sama lain, maka mereka

akan dapat menikmati hidup dengan baik, penuh dengan kenyamanan, keharmonisan dan

jauh dari keterbelakangan, kesengsaraan dan keterasingan.

3. Ia merupakan kesenangan jasmani dan rohani bagi seluruh umat manusia yang

berbeda dalam ras, warna dan bahasa. Maksudnya adalah, apabila terjemah dapat

berfungsi sebagai alat transformasi perkembangan sain dan teknologi yang amat

dibutuhkan oleh manusia, maka antara satu bangsa dengan bangsa yang lain, baik yang

sudah maju atau yang sedang berkembang, mereka akan mendapatkan kepuasan dan

kesenangan tersendiri dalam batinnya. Bagi bangsa yang sudah maju, mereka dapat

menambah wawasan dan pengalaman, serta dapat dengan mudah menjalin kontak

dengan bangsa lain. Negara itu pun dapat meluaskan wilayah investasinya di kalangan

negara-negara berkembang. Sedangkan bagi negara yang sedang berkembang, tingkat

kepuasan mereka akan kontribusi penerjemahan akan lebih tinggi dari tingkat kepuasan

negara yang sudah maju. Hal ini disebabkan oleh karena rasa haus mereka akan sains

dan teknologi serta perkembangan ilmu pengetahuan lainnya, akan dapat terpenuhi

dengan baik. Maka, apabila kepuasan dan kesenangan batin sudah dapat direalisasikan,

akan membawa dampak baik bagi jasmani seseorang. Selanjutnya, akan terwujud suatu

keseimbangan (balance) antara jasmani dan rohani setiap manusia di bumi ini.

4. Menaikkan derajat materil dan spirituil kehidupan setiap individu di atas bumi

ini. Hal ini disebabkan oleh karena aktivitas penerjemahan telah diaplikasikan dengan

baik oleh setiap individu di dunia ini, hingga ia dapat melahirkan kesejajaran antara satu

Page 104: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

95

bangsa dengan bangsa lain yang berbeda tingkat kemajuan dan perkembangannya.

Semua bangsa akan memiliki predikat dan status yang sama dalam bidang materil

maupun spirituil. Dan tidak akan dijumpai lagi sebuah bangsa yang masih hidup di

bawah garis kemiskinan.

5. Mengurangi resiko akibat konflik politik dan militer, dan menggiatkan hubungan

perdagangan.3 Ini bertujuan untuk menciptakan perdamaian yang penuh dengan

semangat dalam menggapai cita-cita dalam kehidupan. Kembali lagi pada point pertama

di atas, bahwa apabila kesefahaman antar setiap bangsa dapat terwujud, maka akan

terciptalah suatu kehidupan berbangsa dan bernegara yang damai, jauh dari segala

bentuk pertikaian, permusuhan, peperangan, pembantaian dan krisis multi-dimensi

yang lain. Bila setiap bangsa telah mampu menjalankan proses transformasi nilai-nilai

kehidupan pada jalur yang semestinya, maka mereka tidak akan terpasung dalam

permasalahan politik, sosial, moral dan lain-lain yang pernah mereka alami

sebelumnya.

Itulah gambaran secara umum tentang urgensi penerjemahan bagi kehidupan manusia. Bagi

bangsa Arab sendiri, semua itu adalah suatu cambuk untuk melangkah ke arah kemajuan,

setelah mereka sadar akan kontribusi penerjemahan dalam kehidupan mereka. Bahkan, di paruh

pertama abad ke-18, ketika mereka mulai menyadari ketertinggalan mereka dari bangsa-bangsa

yang lain, mereka menanamkan keyakinan dalam diri mereka bahwa penerjemahan

3 Abdul Ghani Abdul Rahman Muhammad., op.cit., h. 68-69.

Page 105: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

96

merupakan satu-satunya cara yang dapat menolong mereka untuk bangkit dari ketertinggalan.

Dan mereka memberanikan diri untuk bersatu dengan negara-negara barat guna mencapai

kemajuan dalam bidang sains dan teknologi, seperti yang telah mereka capai.

Di samping itu, ada faktor lain yang menambaha semarak penerjemahan di dunia Arab,

yaitu Arabisasi dalam dunia pendidikan. Dengan program tersebut, bangsa Arab dapat

mempelajari berbagai-macam disiplin ilmu dalam buku-buku berbahasa asing yang

diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Ada pula beberapa bahasa asing yang dijadikan

pengantar dalam memberikan materi pelajaran, khususnya di jenjang pendidikan tinggi. Bahasa

tersebut adalah bahasa Inggris dan Perancis. Hal yang demikian itu dapat meringankan

program Arabisasi tersebut. Sejak saat itu, penerjemahan tidak lagi menjadi kebutuhan yang

amat mendesak, karena sebagian materi pelajaran tidak lagi harus diterjemahkan ke dalam

bahasa Arab, tetapi langsung menggunakan bahasa sumber. Kondisi semacam ini telah lama

berlangsung di beberapa negara Arab, kecuali Syiria.

Adapun gerakan penerjemahan di dunia Arab merupakan sebuah proses dinamis yang

menitik-beratkan penerjemahan literatur-literatur dan kajian-kajian ilmiah yang ditulis dalam

bahasa Inggris dan Eropa, ke dalam bahasa Arab. Gerakan ini memulai debutnya pada awal

abad ke-19 dan memiliki kontribusi yang amat besar bagi kebangkitan dunia Arab dalam

bidang sains dan teknologi. Sebelumnya, gerakan ini hanya dijalankan oleh beberapa

perusahaan percetakan swasta, akan tetapi setelah beberapa lama, lembaga-lembaga

pemerintahan mulai mengambil alih gerakan ini dan mendistribusikan hasil-hasil penerjemahan

ke seluruh pelosok dunia Arab.

Sebagai bukti kesuksesan penerjemahan di dunia Arab yang berlangsung dari tahun

Page 106: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

97

1970-1980 telah diterjemahkan buku-buku ilmiah berbahasa asing ke dalam bahasa Arab

sebanyak 2840 buah buku. Data ini diperoleh dari hasil penelitian organisasi-organisasi

kependidikan, Sains dan Kebudayaan Arab ALESCO ( Arab League Educational, Scientific

and Cultural Organization). Perinciannya adalah sebagai berikut :4

MATERI TERJEMAHAN JUMLAH BUKU

1. Pengetahuan Umum 22

2. Filsafat 165

3. Teologi 235

4. Pengetahuan Sosial 560

5. Linguistik 20

6. Pengetahuan Teoritis 224

7. Pengetahuan Terapan 185

8. Seni 93

9. Naskah-naskah Kuno 1022

10. Geografi dan Sejarah 315

Total 2840

4 Mohammed Shaheen., op.cit., h. 61-67.

Page 107: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

98

2. Terjemah Arab di antara teori dan praktek.

Teori adalah sekumpulan pendapat yang menjelaskan sebagian peristiwa ilmiah dan

seni. Adapun yang dimaksud dengan teori terjemah adalah kesimpulan yang diambil dari

pemahaman tentang inti penerjemahan dan cara menyempurnakannya, yang dilakukan dengan

jalan meneliti semua unsur yang terkandung di dalam proses penerjemahan tersebut.5

Pada awalnya, teori terjemah merupakan suatu gambaran tentang hasi-hasil pemikiran dan

penelitian para penerjemah yang termasyhur dari kalangan sastrawan dan lain-lain yang amat

terperinci dan diakui kebenarannya. Seperti yang dikatakan al-Jahiz dalam bukunya yang

berjudul al-Hayawan tentang tujuan-tujuan terjemah serta syarat-syarat penerjemah. Begitu

pulaapa yang diutarakan oleh para sastrawan dan pemikir-pemikir Arab modern, seperti :

Abdul Hamid Yunus, ’Abbas Mahmud al-‘Aqqad, Ya’qub Sharuf, Ahmad Husein al-Zayyat,

Khalil Muthran, Anis al-Muqaddasi, Wadi’ Filastin, Ridwan Ibrahim dan lain-lain.

Dengan melihat uraian sebelumnya pada sub bab I, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

penerjemahan di dunia Arab telah dapat mencapai sebagian besar target yang menjadi

tujuannya, khususnya penerjemahan buku-buku sains dan teknologi yang pada saat ini semakin

maju dan berkembang. Negara Arab menyadari bahawa kemajuan yang telah dicapai oleh

negara Amerika dan Eropa patut untuk dijadikan contoh bila mereka ingin berdiri sejajar

dengan negara-negara tersebut. Di samping itu, kesadaran ini harus pula dibarengi dengan

usaha yang gigih, kuat dan tak kenal menyerah demi mencapai cita-cita tersebut. Mereka

5 Roda P. Robert. Teaching Translation, Theory, General Considerations and Considerations in the Canadian Context, xth. (Viena : World Congress pf Fit. 1985).

Page 108: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

99

Menumpukan harapannya pada bidang terjemah dengan keyakinan bahwa lewat

penerjemahan buku-buku ilmiah bangsa-bangsa tersebut mereka akan mengetahui langkah-

langkah apa yang telah dilakukan negara-negara tersebut dalam meraih kemajuan, dan setelah

itu bangsa Arab dapat menirunya dengan mudah. Terbukti selama tidak lebih dari 10 tahun

(1970-1980), mereka telah berhasil menerjemahkan sedikitnya 2840 buah buku ilmiah. Ini

menunjukan, bahaw penerjemahan bagi mereka bukan hanya sekedar teori yang dapat

dipelajari, diperdebatkan dan dikuasai, akan tetapi ia pun dapat di implementasikan dengan

baik dalam karya-karya hasil terjemahan yang memiliki manfaat yang amat besar bagi

kemajuan dan kejayaan bangsa Arab, khususnya untuk perkembangan dunia Islam.

Selain itu, penerjemahan Arab harus dapat memiliki arti seni (art). Ia tidak hanya sebagai

sebuah hobi untuk mendapatkan kesenangan jasmani dan rohani, karena hal itu hanya akan

meracuni akal fikiran serta menghancurkan moralitas suatu bangsa. Ia harus bisa digunakan

sebagai ilmu yang dapat dipelajari oleh para pelajar dan mahasiswa, selanjutnya teori-teorinya

dikembangkan dan digunakan dalam mentranformasikan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi bangsa lain, dan menjadikan terjemah sebagai sustu ilmu yang sejajar dengan ilmu

pengetahuan yang lain.

Maka di dunia Arab, sejarah telah membuktikan bahwa sejak zaman jahiliyah hingga abad

modern ini, cendekiawan-cendekiawan Arab telah mengorbankan dirinya dengan

menghabiskan waktunya dalam bidang penerjemahan ini. Contohnya, pada zaman jahiliyah

telah muncul para dokter Arab, di antaranya : Ibnu Hazim, Armitsah al-Tamimy dan al-

Harits bin Kaldah yang selalu menjalin kontak dengan bangsa Persia dalam

Page 109: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

100

menekuni bidang penerjemahan. Lalu pada masa Rasulullah, muncul seorang penerjemah yang

bernama al-Khazraji , yang minat penerjemahannya didorong oleh adanya kondisi politik dan

keagamaan yang kondusif. Kemudian pada masa-masa setelahnya bermunculan para

penerjemah yang termasyhur dalam bidangnya, seperti : Hunain bin Ishak , Ya’qub bin

Ishak al-Kindy, Tsabit bin Qarrah al-Harani al-Shaibi, ‘Amr bin al-Farkhan al Thabary,

Ishak bin Hunain bin Ishak, Hubaisy bin Hasan al-A’masy, Qistha bin Luqa al-

Ba’labaky, Abu al-Basyr bin Yunus, Sinan bin Tsabit bin Qarrah, Abu Zakaria bin

‘Addi, Isa bin Ishak bin Zur’ah dan lain-lain.

Kemunculan mereka diiringi pula oleh berdirinya sekolah-sekolah penerjemahan yang

memiliki peran yang amat besar dalan memajukan kegiatan penerjemahan. Sekolah-sekolah itu

antara lai : Sekolah al-Iskandariyah, Anthakiyah, Harran, Nashibin, Raha, Jandisabur dan Dar

al-Hikmah yang amat masyhur.6

Kini kita berada di suatu masa, di mana ilmu pengetahuan telah berkembang pesat dan

teknologi telah melampaui kedahsyatannya. Maka yang dibutuhkan sekarang ini adalah

bagaimana agar kegiatan penerjemahan dan kodifikasi suatu ilmu dapat dengan lebih giat

berjalan, begitu pula dengan diskusi-diskusi ilmiah, memperbanyak istilah-istilah ilmiah

berdasarkan bidang disiplin ilmu masing-masing, dan juga penyelarasan dan penyatuan istilah-

istilah tersebut. Dalam hal ini, bangsa Arab telah mengambil langkah sebagai berikut :

1. Halaqah Gotong-royong Arab dalam bidang peristilahan secara teoritis dan praktis pada

tanggal 7-10 Juli 1986 di Tunisia.

6 Muhammad Daidawy., op.cit., h. 412-413.

Page 110: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

101

2. Seminar tentang Analisa dan penyatuan istilah-istilah umum dalam teori dan prakteknya

pada 13-17 Maret 1989 di Tunisia.

3. Muktamar Ilmiah Pertama tentang Penulisan Ilmiah Arab , Suatu Realita dan Harapan

pada 13-15 Maret 1990 di Nagasaki.7

3. Beberapa masalah dalam penerjemahan.

A. Kurang pemahaman tentang sejarah naskah-naskah yang diterjemahkan.

Di antara syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang penerjemah adalah kemampuan

memahami latar belakang sejarah naskah yang akan diterjemahkan. Penguasaan ini mutlak

diperlukan, karena akan memudahkan seorang penerjemah dalam kegiatan menerjemahkan

naskah-naskah tersebut. Selain itu, bila ia mampu menguasainya dengan baik, maka akan dapat

mengarahkan pemikirannya kepada objek permasalahan yang benar, sehingga tidak akan

terjadi pemahaman yang menyimpang dari maksud naskah tersebut.

Namun sebaliknya, bila ia tidak mampu menguasainya, maka sudah pasti hasil

terjemahannya akan banyak memiliki kelemahan dan kekurangan, baik dari segi kuantitas

maupun kualitasnya. Dan pada akhirnya, terjemahannya itu akan tidak bermutu sama sekali.

Sebenarnya, masalah kurang pemahaman akan sejarah suatu naskah bukan merupakan

hal yang dapat merintangi proses penerjemahan, akan tetapi hal itu dapat mengaburkan

pemahaman seorang pembaca ketika ia membaca hasil terjemahan itu. Dengan demikian,

7 Ibid., h. 419.

Page 111: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

102

masalah ini sebetulnya terletak pada tekhnik penyampaian dalam penerjemahan. Karena itulah

yang menjadi tujuan utama penerjemahan, di mana suatu pesan yang terkandung dalam naskah

bahasa sumber dapat sampai dan difahami oleh pembaca hasil trjemahannya dalam bahasa

sasaran. Maka dari itu, Bila suatu proses penerjemahan mengalami apa yang disebut dengan

slah penyampaian (miss connection) yang dapat mengakibatkan adanya kesalah-fahaman (miss

understanding), maka tujuan penerjemahan itu tidak mungkin tercapai.

Peran latar-belakang sejarah suatu naskah adalah utama dan penting sekali dalam proses

penerjemahan, khususnya dalam penerjemahan kesusastraan. Ia tidak boleh diabaikan, dan

harus dijadikan alternatif pemikiran seorang penerjemah dalam menjalani proses

penerjemahan. Sebab, seni sastra amat dipengaruhi oleh kondisi yang sedang berlangsung di

sekelilingnya. Dan dari kondisi lingkungan itulah timbul suatu inspirasi yang mendorong

terciptanya suatu karya dalam seni sastra tersebut.

Basyir al-‘Aisawy pernah memberikan kritikan terhadap suatu hasil penerjemahan

karya sastra yang berjudul : al-Syarah al-Qurmuziyyah, yang diterjemahkan oleh Jazibiyyah

Shidqi dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Arab pada tahun 1958. Judul asli naskah itu adalah

: The Scarlet Letter yang dikarang oleh Nathaniel Hawthorne pada tahun 1850. Di antara

paragraph yang ia kritik adalah berbunyi sebagai berikut :

“ It was time, at length, that I should often exercise other faculties of my nature and

nourish myself with for which I had appetite. Even old inspector was desirable, as a

change, of diet to a man who has known Alcott.”

Adapun terjemahannya dalam bahasa Arab berbunyi :

Page 112: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

103

. و ألغذى نفسى بطعام لم أكن أمیل إلیه من قبل, یرا ألمارس مواهبى الطبیعة األخرىحان الوقت أخ"

."كان مرغوبا فیه كتغییر فى طعام رجل عرف ألكوت, فى حال كحالتى, حتى المفتش الهرم

Maksud dari paragraph di atas adalah persahabatan Howthorne dengan para pemimpin

sebuah sekolah yang bernama Transcendentaliah (al-Ta’aly), serta kerjasama mereka di

sebuah tempat yang disebut dengan Brooke, yaitu sebuah ladang pertanian yang mereka

bangun dan kelola bersama, agar dapat diikuti oleh yang lain. Akan tetapi, suatu ketika

Howthorne mengalami kerugian materil sebesar $ 1000,- dari keuntungan ladang tersebut,

setelah ia bekerja di sana selama kira-kira 1,5 tahun, akibat penipuan yang dilakukan oleh

orang-orang yang bernama Ralph, Emerson dan anak-anaknya.

Menurut al-‘Aisawy, kesalahan pada paragraph ini terletak pada pemakaian kata

Ambersh sebagai ganti dari kata Emerson. Begitu pula kesalahan yang terjadi dalam paragraph

lain, misalnya sebuah nama : Allery Schant yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab menjadi

Emery Schant. Menurutnya, itu semua bisa dikategorikan hanya sebagai suatu kesalahan dalam

percetakan. Akan tetapi ada kesalahan lain yang lebih fatal dari itu. Dalam paragraph

terjemahan di atas disebutkan bahwa ada perubahan bentuk makanan untuk mengenyangkan

perut selama beberapa waktu lamanya. Padahal yang dimaksud dalam paragraph aslinya adalah

perubahan apa yang dimakan oleh jiwa atau fikirannya, sehingga hal itu memberi dampak

buruk dalam persahabatannya dengan para pemimpin sekolah itu. Karena pada dasarnya,

kerugian yang dialami oleh Howthorne ketika bekerja-sama dengan mereka dalam mengelola

Page 113: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

104

ladang itu telah membuka fikirannya agar bangkit dari kesusahan, dan memulai kembali

kegiatannya di sekolah lain.8

Secara umum al-‘Aisawy memberikan kritik sebagai berikut :

1. Sebaiknya penerjemah tersebut memasukkan penjelasan tentang seluruh tokoh yang ada

dalam cerita tersebut pada catatan kaki. Ia pun harus menguasai perjalanan sejarah

cerita tersebut, para tokoh dan setiap peristiwa yang terjadi secara terperinci.

2. Pada dasarnya, catatan kaki memang kurang cocok berada dalam terjemahan naskah-

naskah yang berbau seni, seperti legenda, drama dan lain-lain. Akan tetapi, walaupun ia

dimasukkan di dalamnya, ia tidak mungkin memberikan kesan buruk terhadap naskah

tersebut. Sebaliknya, apabila catatan kaki itu ditulis dalam terjemahan tersebut, maka ia

akan menjadi alternatif bacaan bagi para pembaca yang mau membacanya. Karena tidak

semua orang tidak membutuhkan catatan kaki, ada pula orang yang ingin sekali

mengetahui hal-hal kecil bahkan sepele tentang latar belakang suatu cerita. Dan itu akan

didapatkan dalam catatan kaki.

3. Bila catatan kaki memang harus ditiadakan, maka sebagai gantinya penerjemah harus

memulai penerjemahannya dengan pendahuluan yang terperinci yang berisi gambaran

tentang situasi dan kondisi yang ada pada saat cerita itu dibuat, latar-belakang

sejarahnya, para tokoh dan riwayat hidupnya serta hubungan mereka satu sama lain

dalam cerita tersebut.

8 Walter Blaiar, et.al. The Literature of The United States. (Chicago : Scott, Foresman and Company. 1957), h. 350-351.

Page 114: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

105

4. Sebagai alternatif lain, penerjemah dapat memberi gambaran tentang tokoh-tokoh

tersebut di dalam kurung setelah nama mereka disebutkan.9

Uraian tadi memberikan penjelasan kepada kita bahwa dalam prakteknya, masih ada

penerjemah yang kurang memahami latar-belakang sejarah naskah yang diterjemahkan.

Kebanyakan mereka sudah merasa cukup dengan hanya memahami dan menguasai isi naskah

yang akan mereka terjemahkan, sementara latar-belakang sejarahnya kurang mereka

perhatikan. Padahal, latar-belakang sejarah suatu naskah amat penting untuk diketahui, agar ia

memperoleh kemudahan dan kelancaran dalam menyusun teks terjemahannya secara lebih

lengkap, akurat dan berkualitas. Dengan kata lain, hasil terjemahan harus memiliki dasar yang

kokoh seperti naskah aslinya, bahkan ia harus lebih lengkap dan berbobot dari naskah asli

tersebut.

C.Kesalahan bahasa dalam menerjemahkan suatu teks.

Sesungguhnya, suatu naskah terjemahan yang tidak mengandung banyak kesalahn,

khususnya kesalahn dalam konteks bahasa, akan memiliki nilai tambah yang membuat

pembaca merasa yakin dan percaya akan kemampuan (skill) dan keunggulan penerjemah dalam

menguasai kedua bahasa, bahasa sumber dan bahasa sasaran. Karena itu, seorang penerjemah

harus mampu menguasai karakteristik dan unsur-unsur yang terkandung dalam kedua bahasa

tersebut secara mendetail. Ia pun harus bisa mencermati kekeliruan, baik dalam pengucapan

9 Basyir al-‘Aisawy., op.cit., h. 26-27.

Page 115: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

106

maupun penulisannya, sebelum orang lain mengetahui dan mengkritiknya, terutama sebelum

hasil terjemahannya itu didistribusikan melalui berbagai media cetak dan elektronik.

Dalam hal ini, penerjemah diharapkan pula untuk selalu melakukan berbagai-macam

aktivitas penelitian dan mengevaluasi hasil terjemahannya, agar kesempurnaan dari terjemahan

itu dapat tercapai, serta memiliki andil yang besar dalam memperkaya bahasa Arab. Kesadaran

semacam ini hendaknya selalu ada dalam setiap kalbu penerjemah Arab. Karena pada

kenyataannya, dari tangan-tangan merekalah terlahir kontribusi yang nyata bagi perkembangan

ilmu pengetahuan, yang diadopsi dari kemajuan dan kecanggihan bangsa-bangsa lain.Tanpa

mereka, barangkali bangsa Arab merasakan sedikit kesulitan dalam rangka mengetahui

kemajuan yang telah dicapai oleh bangsa Amerika dan Eropa, terutama mereka yang tidak

pernah mengenyam pendidikan dasar. Maka, eksistensi mereka sangat dibutuhkan, agar bangsa

Arab dapat berdiri sejajar dengan bangsa lain yang telah maju dalam bidang sains dan

teknologi.

Suatu hasil terjemahan akan memiliki nilai kurang, apabila ia berisi banyak kesalahan

dalam menjalankan fungsinya yang utama, sebagai penyampai pesan, fikiran dan makna suatu

naskah berbahasa asing ke dalam bahasa sasaran. Kesalahan yang amat fatal adalah kesalahan

dari segi bahasa, akibat kurang penguasaan terhadap bahasa tersebut, percampuran yang

berlebihan antara satu bahasa dengan bahasa yang lain, serta kerendahan ilmu bahasa yang

dimiliki oleh suatu bahasa. Masalah tersebut dapat mendorong penyebaran bahasa

amiyah/asing yang tidak memiliki akar yang kuat dalam bahasa Arab. Berikut ini, penulis akan

mengklasifikasikan kesalahan bahasa yang sering dilakukan oleh orang Arab :

Page 116: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

107

1. Kesalahan dari segi lafadz.

a. Kata-kata yang seharusnya diberi fathah huruf awalnya, tetapi diganti dengan

dhammah, contoh : Jau’an, Qarawy, Naqu’ dan lain-lain.

b. Kata-kata yang seharusnya diberi fathah huruf awalnya, tetapi diganti dengan

kasrah, contoh : Alyah, Tazkar, Thawal dan lain-lain.

c. Kata-kata yang seharusnya diberi dhammah huruf awalnya, tetapi diganti

dengan fathah, contoh : Jumhur, Khurafah, Duf’ah dan lain-lain.

d. Kata-kata yang seharusnya diberi dhammah huruf awalnya, tetapi diganti

dengan kasrah, contoh : Khulsah, Huzmah, Zubdah dan lain-lain.

e. Kata-kata yang seharusnya diberi kasrah huruf awalnya, tetapi diganti dengan

fathah, contoh : Birmil, Birsim, Bithikh dan lain-lain.

f. Kata-kata yang seharusnya dikasrah huruf awalnya, tetapi diganti dengan fathah,

contoh : Hidhan, Hishshah, Himsha dan lain-lain.

g. Kata-kata yang seharusnya disukun huruf tengahnya tetapi diganti dengan

harakah, contoh : Nahwy. Atau sebaliknya, yang seharusnya diberi harakah,

tetapi diganti dengan sukun, contoh : Zuharah.

h. Kata-kata yang seharusnya ditekhfif huruf tengahnya, tetapi diganti dengan

syaddah, contoh : ‘Ijash.

i. Ada pula kata-kata yang tidak ada sumbernya serta shighat yang tidak

digunakan secara benar.

Page 117: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

108

2. Kesalahan dari segi susunan kalimat.

a. Kata yang dimuta’addikan dengan bukan hurufnya, contoh : Munawwahun bihi

dan al-Shawabu ‘anhu.

b. Kata yang dimuta’addikan dengan huruf tambahan, contoh : ‘Arafa bi al-Syai.

c. Kata yang dimuta’addikan dengan huruf Naqis, contoh : Yahtajani dan al-

Shawabu yahtaju ilayya.

d. Kata-kata yang disusun dalam susunan kalimat yang tidak sempurna, contoh :

Inzar li’Umumi al-Asykhash, al-Shawabu Inzar li al-Afradi ‘Ammatan dan lain-

lain.10 Untuk lebih jelasnya, lihat halaman lampiran.

Dari pengklasifikasian tersebut, dapat diketahui manakah kata-kata yang benar dan

mana yang salah. Adapun tujuan utama pengelompokkan kata-kata di atas adalah agar bangsa

Arab dapat memelihara bahasanya dari kesalahan-kesalahan, baik yang disengaja atau yang

tidak. Begitu pula, agar bahasa Arab senantiasa murni dari percampuran kata-kata asing yang

masuk di dalamnya (lewat proses ta’rib) yang dengan mudahnya menempati tempat kata-kata

Arab yang baku. Dengan demikian, aktivitas penerjemahan akan terbebas dari segala bentuk

kesalahan, dan kata-kata yang baku dapat sering digunakan dalam penerjemahan. Selain itu,

dapat pula menon-aktifkan pengaruh kata-kata asing yang dengan sengaja disebar-luaskan oleh

oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab dan tidak menghargai bahasanya sendiri.

10 Ibrahim Badawy al-Jailani., op.cit., h. 286-287.

Page 118: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

109

4. Eksistensi teori penerjemahan Arab di antara teori-teori penerjemahan asing.

Merupakan suatu kebanggaan yang patut untuk disyukuri, karena bangsa Arab memiliki

predikat sebagai bangsa yang pertama kali menciptakan teori dalam penerjemahan. Mereka

yang berjasa adalah : Yohana bin al-Bathriq dan Ibnu al-Na’imah al-Himsha yang menciptakan

teori al-Tarjamah al-Harfiyyah, dan Hunain bin Ishak serta al-Jauhary yang menciptakan teori

al-Tarjamah al-Uslubiyyah/al-Ma’nawiyyah.

Dalam perkembangannya, kedua teori ini senatiasa dijadikan sebagai referensi utama

dari teori-teori penerjemahan yang banyak dimunculkan oleh para Linguis barat sejak abad ke-

18, seperti teori penerjemahan yang dikemukakan oleh : J.C Catford, Newmark, House,

Forster, Vinay, Nida dan lain-lain yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Dengan

kreativitas mereka, para Linguis tersebut berhasil memunculkan teori-teori penerjemahan baru

yang lebih spesifik dan efektif, sebagai pengembangan dari dua macam teori tersebut.

Meskipun dalam kenyataannya sering terjadi perdebatan di antara mereka dalam upaya

mengunggulkan hasil teori ciptaannya, akan tetapi mereka senantiasa mengembalikan pokok

permasalahan kepada kedua teori awal tersebut. Karena itulah, kedua teori tersebut dapat

bertahan pada posisinya, dan senantiasa digunakan dalam seluruh kegiatan penerjemahan

hingga saat ini. Sebagaimana al-Bustani pernah mengatakan bahwa pada dasarnya kedua teori

ini merupakan teori utama dan yang diunggulkan dalam kegiatan penerjemahan hingga

sekarang, dan setelahnya tidak ada teori-teori lain yang lebih tepat dan sempurna dari kedua

teori tersebut.11

11 Sulaiman al-Bustani. Ilyazah Homeros Mu’arrabah Nazhman. (Mesir : Mathba’ah al-Hilal. 1904), h. 76.

Page 119: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

110

Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan dijelaskan dua contoh penerjemahan dalam

bahasa Arab dengan menggunakan kedua teori di atas. Naskah aslinya berbunyi :

“ The darkness grew apace ; a cold win began to blow in freshening gusts from the east,

and the showering white flakes in the air increased in number. From the edge of the sea came a

ripple and whisper. Beyond these lifeless sounds the world was silent. Silent ? It would be hard

to convey the stillness of it. All the sounds of man, the bleating of sheep, the cries of bird, the

hum of insects, the star that makes the background of our lives-all that was over. As the

darkness thickened, yhe edding flakes grew more adundant, dancing before my eyes : and the

cold of the air more intense. At last, one of one, swiftly, one after the other, the white peaks of

the distant hills vanished into blackness.

The breeze rose to a moaning wind. I saw the black central shadow of the eclipse

sweeping towards me. In another moment, the pale stars alone were visible. All else was

rayless obscurity. The sky was absolutely black.

A horror of this great darkness came on me. The cold that smote to my marrow and the

pain I felt in breathing overcome me. I shivered and a deedly nause seized me. Then like a red-

hot bow in the sky appeared the edgeof the sun. I got off the machine to recover myself. I felt

giddy and incapable of facing the return journey.” 12

12 Abbas Mahmud al-‘Aqqad. Ba’da al-A’ashir. (Mesir : Dar al-Ma’arif. 1950), h. 154-155.

Page 120: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

111

Adapun hasil terjemahan Arab pada naskah di atas berdasarkan teori al-Tarjamah al-

Harfiyyah adalah sebagai berikut :

وازداد عدد ندف . وأخذت ریح باردة تهب من الشرق هبات منعشة–و سرعان ما اشتد الظالم "

و كانت الدنیا فیما خال هذه األصوات التى ال , وارتفعت من ناحیة البحر همسة و حركة, الثلوج فى الهواء

صوات االنسان و فانه لم یبق شىء من أ, ساكنة ؟ ان من العسیر أن أصور لكم سكونها. حیاة فیها ساكنة

ثغاء الخراف و بغام الطیر و طنین الحشرات أو الحركة التى تكون مهاد الصورة فى حیاتناز وزادت مع

و أخیرا . و اشتدت برودة الهواء, اشتداد الظالم ندف الثلج الدوارة زیادة وافرة و تراقصت أمام عینى

و صارت الریاح , ى و تالست فى سواد اللیلواحدة بعد أخر, اختفت القمم البیضاء للتالل النلئیة بسرعة

و لم یبق ما یرى غیر النجوم . و رأیت الظل األسود فى وسط غبرة الكسوف یزحف نحوى. تنوح

.و احلولكت السماء فما یامع قیها شعاع واحد, الشواحب

و غلبنى األلم الذى . و اشتد البرد الذى نفذ الى نخاع عظمى, و روعنى ذلك الظالم الكثیف

ثم بدت حاقت الشمس فى السماء كقوس , شعرت به عند التنفس فارتجفت من البرد و أصابنى دوار ممیت

حام أحمر فنزلت على السرج حتى تثوب نفسى الى فقد شعرت بأن رأسى یدور و أننى غیر قادر على

."رحلة األیاب

Sedangkan hasil terjemahan Arab tentang naskah tersebut berdasarkan teori al-

Tarjamah al-Uslubiyyah/al-Ma’nawiyyah adalah sebagai berikut :

وارتفعت من , و كثرت الثلوج فى الجو, و أخذ الظالم یشتد وهبت ریح صرصر من الشرق"

Page 121: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

112

أأقول ساكنة ؟إن من العسیر أن أصور لكم . و كانت الدنیا فبما خال ذلك ساكنة, البحر همسة و حركة

أو من , فما بقى شىء من أصوات اإلنسان و الحیوان و الطیر و الحشرات و الهوام, ا و وقعهسكونه

و اشتد البرد و . و یاتى من كل أوب, و جعل الثلج المتساقط یزداد مع الظالم, الحركة المألوفة فى حیاتنا

و . صارت تنوح و تهجهجو. و لفها اللیل قى سواده, و اختفت أخیرا القمم البیضاء للتالل النائیة. هرانى

و احلولكت السمْا فما یلمع فیها . و لم یبق ما یرى غیر النجوم الشواحب. رأیت غبرة الكسوف تدنو منى

.شعاع واحد

, و تعذر التنفس. و اشتد على البرد وقف منه جلدى. و ثقلت على نفسى وطأة الظالم الكثیف

, فنزلت على السرج حتى تثوب نفسى إلى, الشمسثم ظهر قوس . وعانیت من ذلك كربا شدیدا, فانتفضت

."فقد كان رأسى یدور و كانت أحس أنى غیر قادر على رحلة األیاب

Hasil al-Tarjamah al-Ma’nawiyyah itu disusun oleh al-Marhum Ibrahim al-Mazani,

sedangkan hasil terjemahan al-Harfiyyahnya disusun oleh al-Sayyidah Ni’mat Ahmad Fuad.

Beliau ini sempat melontarkan kritikan pada hasil kerja al-Marhum. Di antara kritikan tersebut

adalah :

1. Al-mazani sering menggunakan padanan kata dalam terjemahannya, yang pada dasarnya

kata tersebut tidak diperlukan.

2. Dengan demikian al-Mazani terkesan menambah-nambahkan kata yang tidak ada sumber

aslinya.

3. Ada beberapa kalimat dalam terjemahan al-Mazani yang jauh berbeda dengan al-Tarjamah

al-Harfiyyah, yaitu :

Page 122: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

113

a. Dalam terjemah al-Mazani :

Dalam al-Tarjamah al-Harfiyyah :

b. Dalam terjemah al-Mazani :

Dalam al-Tarjamah al-Harfiyyah :

4. Ada beberapa hal yang dilupakan oleh al-Mazani tentang ungkapan-ungkapan yang harus

disesuaikan dengan tabiat orang Arab, contoh :

a. Dalam terjemah al-Mazani :

Dalam al-Tarjamah al-Harfiyyah :

b. Dalam terjemah al-Mazani :

Page 123: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

114

Dalam al-Tarjamah al-Harfiyyah :13

Setelah meneliti kedua terjemahan itu secara mendalam, maka akan dijumpai suatu

kesimpulan :

1. Penerjemahan yang dilakukan berdasarkan teori al-Tarjamah al-Ushlubiyyah terkadang

menghilangkan kata aslinya, dan dicarikan padanan katanya dalam bahasa Arab yang

lebih bagus, indah, dan kaya dengan imajinasi yang tinggi. Hal itu menyebabkan

pembaca tidak merasa jenuh, dan senantiasa ingin mengulang kembali apa yang sudah

dibacanya.

2. Penerjemahan yang dilakukan berdasarkan teori al-Tarjamah al-Harfiyyah hanya

semata-mata memindahkan naskah tersebut ke dalam bahasa Arab sesuai dengan

susunan kalimat aslinya, sehingga hal itu kurang memotivasi para pemabaca untuk

mendalami rahasia kata-katanya.

Meskipun demikian, Jumhur Ulama bahasa Arab mendukung sepenuhnya keberadaan teori

al-Tarjamah al-Uslubiyyah yang diciptakan oleh Hunain bin Ishak.Pemikiran para ulama ini

berpijak pada tujuan pokok penerjemahan, yaitu memindahkan isi suatu naskah dari satu

bahasa ke dalam bahasa yang lain dengan susunan kalimat yang benar, sesuai dengan kaidah

bahasa sasaran dan kalangan pembacanya. Dengan demikian, apabila mereka membaca hasil

terjemahan Arab, maka pada dasarnya ia sedang membaca sesuai dengan kaidah dan norma

13 Shafa Khalushi.,Fannu al-Tarjamah.. ( Mesir : Mathabi’ al-Hai’ah al-Mishriyyah al-‘Ammah li al-Kitab), cet. 2, h. 21-22.

Page 124: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

115

Bahasa Arab, bukan membaca suatu naskah yang terkesan asing seperti pada terjemahan yang

dihasilkan oleh teori al-Tarjamah al-Harfiyyah. Karena itulah, Jumhur ulama bahasa lebih

mendukung dan melegitimasi teori al-Tarjamah al-Ushlubiyyah yang diciptakan oleh Hunain

bin Ishak.14

Dari sekian banyak teori penerjemahan yang berkembang, ada suatu fakta ironis yang

dijumpai oleh penulis dalam melakukan penelitian, yaitu tidak adanya terobosan/inovasi baru

dalam teori terjemah yang berhasil dikembangkan oleh kalangan Linguis Arab, sebagaimana

halnya yang dilakukan oleh para Linguis Barat. Fakta ini muncul dalam data-data yang

dikumpulkan oleh penulis yang diambil dari berbagai buku teori penerjemahan, seperti buku

Ilmu al-Tarjamah wa Fadhlu al-‘Arabiyyah ‘ala al-Lughat karangan Ibrahim Badawy al-

Jailani, lalu buku Ilmu al-Tarjamah baina al-Nazhariyyah wa al-Tathbiq karangan Muhammad

Daidawy, kemudian buku Theories of Translation and their Application to the Teaching of

English/Arabic karangan Mohammed Shaheen, dan lain-lain. Dan yang lebih ironis lagi,

kalangan Linguis Arab seringkali mengadopsi teori-teori penerjemahan asing itu ke dalam

ruang lingkup penerjemahan Arab.

Fakta ini memang tidak bisa dipungkiri. Meskipun begitu banyak buku penerjemahan

yang dikarang oleh para Linguis Arab, namun, sebagian besar hanya menguraikan kembali

teori-teori awal penerjemahan, teori-teori penerjemahan asing yang berkembang, masala-

masalah yang harus diperhatikan oleh seorang penerjemah ketika ia melakukan kegiatan

penerjemahan, fakta-fakta kemajuan yang dicapai bangsa Arab dalam bidang penerjemahan,

14 Ibid., h. 14.

Page 125: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

116

Hubungan antara teori penerjemahan dan prakteknya di dunia Arab dan lain sebagainya. Bila

memang ada beberapa teori penerjemahan yang berhasil disusun oleh para Linguis Arab, teori

tersebut hanya terbatas pada suatu bidang penerjemahan, seperti : teori terjemah undang-

undang, perekonomian, perdagangan, militer, kedokteran, administrasi perkantoran, al-Qur’an

al-Karim dan yang senada dengan hal itu,15 atau teori tersebut muncul sebagai deduksi dari

teori-teori yang sudah berkembang pada umumnya, seperti : teori Terjemah Lisan, Tulisan,

Ilmiah dan lain-lain.

Dengan demikian, ada beberapa kemungkinan yang menjadi penyebab menurunnya

kreativitas para Linguis Arab dalam mengembangkan teori penerjemahan, antara lain :

1. Efektifitas teori penerjemahan yang sudah dikembangkan oleh para Linguis Barat sudah

cukup memberikan jalan keluar terhadap permasalahan-permasalahan yang mereka

hadapi dalam kegiatan penerjemahan.

2. Keadaan yang demikian itu membuat mereka terlena dalam kemudahan, sehingga tidak

dapat merangsang daya nalar mereka untuk lebih berkembang.

3. Kemunduran bangsa Arab akibat penjajahan bangsa asing dahulu telah menimbulkan

dampak negatif bagi perkembangan pola berfikir bangsa Arab dalam bidang ilmiah,

dimana kebebasan berfikir mereka agak terhambat.

4. Adanya budaya meniru kepada hal yang baru merupakan salah satu sifat yang tidak bisa

ditinggalkan oleh manusia.

5. Tidak adanya masalah yang begitu rumityang dijumpai dalam proses penerjemahan,

15 Ibrahim Badawy al-Jailani., op.cit., h. 64.

Page 126: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

117

Sehingga mereka tidak membutuhkan teori yang baru dalam penerjemahan.

6. Mereka seakan-akan lupa pada sebuah kenyataan, di mana bahasa Arab merupakan

bahasa yang paling sempurna di semua unsurnya, sehingga tidak bisa disamakan oleh

bahasa lain dalam segi kualitas, begitu pula dalam teori penerjemahannya.

Dari uraian tadi, dapat diambil kesimpulan, bahwasanya teori penerjemahan Arab yang

diciptakan oleh Hunain bin Ishak dan Yohana bin al-Bathriq merupakan teori yang paling ideal

dalam bidang penerjemahan, meskipun banyak Linguis Arab maupu Batar yang kurang

mendukung salah satu teori dari mereka. Bahkan kedua teori itu merupakan bahan rujukan

utama penerjemahan dan menjadi inspirasi para Linguis dalam mengembangkan teori tersebut.

Namun yang amat disayangkan adalah kurangnya partisipasi para Linguis Arab dalam

mengembangkan teori penerjemahan yang sudah ada, padahal bahasa Arab merupakan bahasa

kitab suci al-Qur’an yang menjadi sumber dari segala sumber ilmu pengetahuan, dan memiliki

kajian yang amat banyak dan beragam untuk diteliti dan diperdalam.

Dengan kata lain, kemajuan luar biasa yang telah dicapai oleh bangsa Arab dalam

bidang penerjemahan dapat dikatakan dengan kemajuan praktis yang lebih menekankan pada

segi aplikasinya, dan belum menjadi sebuah kemajuan teoritis yang lebih mengedepankan

perkembangan teori penerjemahan Arab.

5. Penerjemahan Arab, sekarang dan akan datang.

Sesungguhnya, gambaran yang jelas tentang fakta-fakta perkembangan penerjemahan

Arab amat sulit untuk ditemukan. Hal ini disebabkan oleh faktor wilayah negara Arab

Page 127: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

118

yang amat luas jangkauannya, perbedaan ruang gerak penerjemahan antara satu negara dengan

negara yang lain, serta belum disusunnya data statistik yang lengkap tentang jumlah

penerjemah serta hasil-hasil terjemahannya.16

Dalam hal ini, hanya ada satu buku yang berhasil dijumpai, yaitu buku Dirasat ‘an

Waqi’I al-Tarjamah fi al-Wathani al-‘Araby yang disusun oleh Organisasi Pendidikan, ilmu

dan kebudayaan Arab dan terdiri dari dua jilid. Buku ini menjelaskan pula tentang fakta

penerjemahan di tujuh belas negara Arab.

Adapun yang dijadikan pokok permasalahan dalam fakta penerjemahan Arab pada masa

sekarang adalah :

1. Sumber yang diterjemahkan.

Buku sumber merupakan titik tolak dalam suatu penerjemahan. Ia akan

memberikan santapan yang lezat bagi akal, jiwa dan perasaan orang yang

membacanya. Karena itu, pemilihan buku yang akan diterjemahkan menjadi

persoalan yang amat penting untuk diperhatikan dalam proses penerjemahan.

Dalam hal ini, pemilihan buku untuk diterjemahkan oleh para penerjemah Arab

belum memiliki peraturan yang sistematis sebagai tuntunan bagi dalam

melakukan proses penerjemahan.. Adakalanya buku itu adalah buku yang secara

kebetulan ia jumpai, atau ditunjukan oleh temannya, atau buku itu berhubungan

dengan sifat dan hobinya. Terkadang pula buku itu adalah bahan yang

diperintahkan oleh sebuah percetakan untuk diterjemahkan dengan tujuan agar

16 Syahadah al-Khaury. Dirasat fi al-Tarjamah wa al-Mushthalah wa al-Ta’rib. (Damsyik : Dar al-Thali’ah al-Jadidah. 2001), cet.1, h. 13.

Page 128: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

119

Mendapatkan keuntungan yang besar. Karena itu, dari data-data yang terkumpul

ada beberapa kelemahan yang dijumpai dalam proses pemilihan buku yang akan

diterjemahkan, antara lain :

A. Adanya ketidak-seimbangan jumlah antara buku-buku ilmiah dan

non ilmiah yang diterjemahkan,17 atau di antara bidang disiplin

ilmu buku-buku tersebut. Misalnya, data penerjemahan antara

tahun 1970-1975 mencatat bahwa buku-buku dasar ilmu

pengetahuan yang diterjemahkan mencapai jumlah 246 buah,

sedangkan buku-buku ilmu sosial, kemanusiaan, dan sastra

mencapai jumlah yang lebih tinggi dari buku-buku tadi, yaitu 626

buah buku.18

B. Minat bangsa Arab dalam kegiatan penerjemahan saling berbeda

antara satu negara dengan negara yang lain.

C. Adanya ketidak-seimbangan antara faktor kebutuhan dan

produksi. Misalnya, buku-buku yang bersifat hiburan lebih

banyak diterjemahkan dari pada buku-buku yang bersifat ilmiah,

karena buku-buku tersebut lebih laku dipasaran .19

17 Mohammed Shaheen., op.cit., h. 69. 18 Syahadah al-Khaury., op.cit., h. 15. 19 Mohammed Shaheen., op.cit., h. 67 dan 69.

Page 129: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

120

D. Buku-buku yang diterjemahkan bukanlah buku-buku terbaru,

melainkan ia sudah berpuluh-puluh tahun sejak diciptakan. Hali

ini mengurangi bobot ilmiah buku tersebut, karena

perkembangan ilmu pengetahuan bergerak amat cepat.

E. Terkadang banyak penerjemah yang menerjemahkan buku hanya

dalam satu bidang disiplin ilmu. Ini menunjukkan bahwa

kredibilitas penerjemah Arab dalam menguasai berbagai disiplin

ilmu masih belum merata.20

2. Kredibilitas penerjemah.

Sebagaimana telah diuraikan, bahwa seorang penerjemah harus memiliki

penguasaan terhadap bahasa sumber dan bahasa sasaran secara mendalam.

Dalam penerjemahan Arab, seorang penerjemah harus mampu menguasai Ilmu

Sharaf, Nahwu, Balaghah dan lain-lain yang menjadi unsur-unsur utama bahasa

Arab. Begitu pula dengan bahasa sumber dari naskah yang akan

diterjemahkannya. Hal ini dianggap penting, dengan tujuan agar pemilihan kata-

kata yang akan digunakan lebih luas cakupannya, dan perbandingan antara kata

dalam bahasa sumber dengan kata dalam bahasa sasaran lebih dalam artinya.

Di samping itu pula, selayaknya seorang penerjemah Arab dapat memilih

bidang penerjemahan sesuai dengan kemampuan karakternya dalam bidang

tersebut. Misalnya, seorang dokter lebih mengutamakan penerjemahan dalam

20 Syahadah al-Khaury., op.cit., h. 15.

Page 130: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

121

bidang kedokteran, seorang politisi lebih memilih bidang politik dalam

penerjemahannya, seorang Fisikawan lebih memilih bidang fisika untuk

diterjemahkan dan lain-lain. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah : Apakah

di dunia Arab para penerjemahnya sudah mengaplikasikan hal ini dalam

kegiatan penerjemahannya ?. Jawabannya masih sulit untuk ditemukan.

Sebagian besar penerjemah Arab adalah mereka yang telah mempunyai

pekerjaan pokok, dan terjemah merupakan kegiatan tambahan yang

dilakukannya dalam waktu luang. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penerjemahan

bukanlah bidang utama dalam kehidupan mereka. Dengan demikian, bila dalam

penerjemahan Arab pada masa sekarang mengalami keberhasilan yang sedikit,

dan berkesan kurang terkonsentrasi pada jalurnya, maka hal itu semua terpulang

kepada mereka yang terlibat dalam penerjemahan.

Sesungguhnya, keadaan pada masa yang akan datang dalam penerjemahan Arab, sudah

terbersit sebagian pada kenyataan di hari ini. Di mana masih banyak dijumpai kelemahan dan

kekurangan, baik dalam segi bidang penerjemahan yang ditekuni, maupun dari kemampuan

para penerjemah yang berkecimpung di dalamnya. Karena itu, langkang-langkah yang perlu

diperhatikan adalah :

1. Memperbaiki sistim pengajaran bahasa Arab dan bahasa asing pada jenjang pendidikan

menengah, sebelum memasuki jenjang pendidikan S1.

2. Lembaga-lembaga pendidikan yang mengajarkan materi terjemah harus dapat

memberikan anjuran dan peringatan kepada anak didiknya agar mereka setelah keluar

Page 131: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

122

tersebut mampu mempraktekkan ilmu terjemah yang telah mereka miliki dengan

sebaik-baiknya dan memotivasi mereka untuk memilih bidang penerjemahan

berdasarkan minat dan kemampuan mereka.

3. Memotivasi para penerjemah yang eksis dalam bidang penerjemahan dengan pemberian

honorarium yang sesuai dengan hasil pekerjaannya, serta memberikan penghargaan.

4. Memberikan perlindungan kepada hak para penerjemah dengan dilakukannya nota

kesefahaman antar negara-negara Arab yang berisi kewajiban melindungi segenap hak-

hak mereka, serta mengimplementasikan kewajiban tersebut dalam kehidupan nyata.

5. Mendorong para penerjemah untuk menjadi anggota dalam suatu organisasi kenegaran,

serta mengarahkan organisasi ini agar dapat mewujudkan persatuan seluruh bangsa

Arab. Misalnya : Persatuan Sastrawan dan Seniman Arab, Persatuan Sejarawan Arab,

Persatuan Distributor Arab dan lain-lain.

6. Memberikan perhatian lebih terhadap masalah Arabisasi ilmu pengetahuan sesuai

dengan tingkatan dan jenisnya.

7. Memberikan perhatian yang lebih dan berkesinambungan dalam penyusunan istilah-

istilah ilmiah dan seni.21

Demikianlah uraian tentang kenyataan yang ada pada ruang penerjemahan Arab pada masa

sekarang, serta harapan yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Kiranya, analisa

sederhana ini dapat menjadi renungan dan motivasi bagi para penerjemah agar dapat bertugas

dan berkarya lebih baik lagi dalam bidang penerjemahan.

21 Ibid., h. 21.

Page 132: PENERJEMAHAN ARAB; - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45705/1/LILY NABILAH-SPS.pdfi penerjemahan arab; kejayaannya pada masa ‘abbÂsiyyah

BIODATA PENULIS

Nama : Lily Nabilah

TTL : Bekasi, 1 Mei 1976

Alamat : Pondok Pesantren el-Nur el-Kasysyaf

Jl. S. Hasanuddin 226 Tambun Selatan

Bekasi – Jawa Barat 17511

Riwayat Pendidikan :

1. MI el-Nur el-Kasysyaf (1980-1986)

2. MTS el-Nur el-Kasysyaf (1986-1989)

3. MA el-Nur el-Kasysyaf (1989-1992)

4. Institut Agama Islam Shalahuddin al-Ayyuby (INISA) (1992-1996)

Pengalaman Organisai :

1. Kabid. Pendidikan dan Kesenian ASPI el-Nur el-Kasysyaf (1990-1991).

2. Ketua Umum Sanggar Kaligrafi IPPINK (1990-1991).

3. Ketua Umum Senat Fak. Tarbiyah INISA (1994-1995)

4. Anggota Unit Peningkatan Intelektual (UPI) Senat Fak. Tarbiyah INISA (1993).

5. Ketua Umum Pergerakan Perempuan Kebangkitan Bangsa (PPKB) Kab. Bekasi

(1999- 2003).

6. Ketua FATAYAT NU Kab. Bekasi (1999-sekarang).