PENERBITAN SUMATERA

28
WARTA FKKM I Triwulan I 2011 1

description

Tentang Hasil Kerja Tim http://penerbitansumatera.blogspot.com/2008_10_01_archive.html

Transcript of PENERBITAN SUMATERA

Page 1: PENERBITAN SUMATERA

WARTA FKKM I Triwulan I 2011 1

Page 2: PENERBITAN SUMATERA

2 WARTA FKKM I Triwulan I 2011

Page 3: PENERBITAN SUMATERA

WARTA FKKM I Triwulan I 2011 3

Pengelolaan Kolaboratifuntuk Semenanjung Kampar

PENGELOLAAN kolaboratifsebagai solusi jangka panjangpengelolaan di SemenanjungKampar sangat diperlukan.Kawasan yang diyakini se-bagai salah satu kawasan tu-tupan gambut terluas yangmasih bersisa di Sumatera,riuh rendah dengan kampanyepara pihak dengan berbagaiperspektif. Yang pasti semuapihak sepakat untuk penyela-matan. Bagaimana caranya?Itulah yang coba dicabarkandalam Warta FKKM edisi ini.

Menyadari pentingnya upa-ya bersama untuk melakukanpengelolaan secara lestari,FKKM wilayah Riau mendo-rong para pihak yang berke-pentingan di kawasan Se-menanjung Kampar dudukbersama. Baik perusahaan, pe-merintah, NGO dan masya-rakat Adat diminta mencari ti-tik temu atas pemaksimalandan pelestarian kawasan rawagambut.

Pertemuan para pihak yangdiselenggarakan di HotelPangeran Pekanbaru pada 17Februari lalu tentu saja di-harapkan bisa menjadi ger-bang solusi bagi masa depanSemenanjung Kampar.

Dalam edisi Warta FKKM

kali ini juga ditampilkanperkembangan setelah ditetap-kannya Hutan Produksi GiamSiak Kecil-Bukit Batu olehUNESCO sebagai cagar biosferketujuh milik Indonesia. De-ngan penetapan ini cagar bios-fer akan terus diupayakan ber-bagai pengembangan baiklaboratorium penelitian mau-pun tujuan wisata alam sertaoptimalisasi kawasan dengankonsep pengurangan emisi kar-bon yang bersertifikasi (REDD).

Pembaca, Warta FKKM edi-si ini juga disuguhi ulasan ten-tang upaya pemanfaatan hasilhutan non kayu oleh FKKMbekerjasama dengan FAO dihutan adat Buluh Cina.

Kawasan Hutan Adat Bu-luh Cina sendiri dibentuk ataskesadaran masyarakat adatakan pentingnya konservasi.Tak lupa warta juga menampil-kan ulasan pelatihan ke Jembertentang upaya menghitung be-saran cadangan karbon yangtersimpan dalam sebuah ka-wasan hijau. Peserta pelatihandari Riau yang diutus ke Jember diharapkan dapat menular-kan pengetahuan yang merekadapat pada para pihak untukmendukung kehutanan ma-syarakat yang lestari. ***

Kerabat Kerja

Diterbitkan OlehForum Komunikasi Kehutanan

Masyarakat (FKKM)Wilayah Riau

PenasehatIr. H. Fadrizal Labay, MP (Koordinator)

Ir. Bimo NugrohoIr. Anna Juliarti, M.Si

Priyo AnggoroJapri Datuk P. Kuntu

Hisyam S

Pemimpin UmumAiden Yusti M.Si

Pemimpin RedaksiDrs. M. Syarif Hidayat

AnggotaIr. Mardianto Manan, MTP

Andi Novirianti, M.SiWahyu Yudistira

Redaksi/Tata Letak/ GrafisIra, Andi & Angga

email: [email protected]

KeuanganIr. Emi Andriani

DistribusiSugiarti

Alamat RedaksiSekretariat FKKM

Jl. Tanjung Sari No. 32Pekanbaru, Riau, 28131

Telp/Fax :(0761) 31509

Redaksi menerima tulisan berupa Artikel,Essay maupun pengalaman perjalanan yangsesuai dengan semangat FKKM. Konservasi

yang berkeadilan bagi kehutananmasyarakat

KANAL

Triwulan I Januari - Maret 2011

SERIUS: Peserta Dialog Multi Pihak terlihat serius memperhatikanbahan diskusi yang dipaparkan

Page 4: PENERBITAN SUMATERA

4 WARTA FKKM I Triwulan I 2011

SEMENANJUNG Kampar.Sejatinya wilayah ini adalahkawasan seluas 682,511 hektardari luasan gambut yangterletak di sebelah timurProvinsi Riau.Terletak diantara 101,050' dan 103,047'Bujur Timur serta 00,10' dan101,4' Lintang Utara. Secaraadministratif wilayah iniberada di dua kabupatenyaitu Kabupaten Siak sebesar38 persen dan KabupatenPelalawan 62 persen. Ka-wasan ini mencakup 14 desadi Kabupaten Siak dan 12

desa di Kabupaten Pelalawan.Terdiri dari hutan rawa

gambut dengan dua kubahgambut yang berpuncakmencapai 15-20 meter. Memili-ki empat kawasan lindungyaitu Suaka MargasatwaDanau Pulau Besar, SuakaMargasatwa Tasik Belat,Suaka Margasatwa TasikMetas, Suaka MargasatwaTasik Serkap, dan ekosistemhutan mangrove. Semenan-jung Kampar memiliki potensikayu yang tinggi yaknisekitar 287 m/hektar dengan

58 jenis kayu. Sepuluh jenis diantaranya dilindungi danpresentase tutupan tajuk rata-rata 76 persen. Di kawasan inijuga ditemui 25 jenis satwadan 7 jenis di antaranyadilindungi.

Hampir keseluruhanSemenanjung Kampar meru-pakan hamparan gambutdengan ketebalan lebih dari 4meter. Juga terdapat beberapakubah gambut yang luasdengan kedalaman lebih dari15-20 meter. SemenanjungKampar merupakan depositkandungan karbon yangsangat tinggi. Menurutperhitungan Delft Hydrautics--lembaga yang bergerakdalam penelitian lingkungan--jika Semenanjung Kampardikonversi untuk perkebunan

Semenanjung Kampar; Kekayaan dalam KeberagamanIni wilayah yang penuh cerita. Terentang di atas bukit-bukit gambut

perkasa. Di balik kemolekan rupa dan kelebatan hutannya, dia

menyimpan sukma yang sewaktu-waktu bisa menjadi senjata.

Dialah yang dalam tahun-tahun terakhir hidup pada pembicaraan di

meja-meja konferensi tingkat dunia

UTAMA

Foto : Doc FKKM Riau

Page 5: PENERBITAN SUMATERA

WARTA FKKM I Triwulan I 2011 5

atau HTI diperkirakan 4,5 Gtkarbon akan terlepas keatmosfir.

Propinsi Riau sendirimerupakan wilayah yangmemiliki lahan gambutterluas di Sumatera dengantutupan 4,044 juta hektar.Menurut Susanto Kur-niawan, koordinator Jikalaha-ri, hutan rawa gambutSemenanjung Kampar luas-nya mencapai 682.511 hektar,sekitar 41 persen atau 284.880hektar di antaranya ditetap-kan untuk hutan tanamanindustri (HTI). Sebesar 35persen atau 245.120 hektarlainnya diserahkan untukHak Pengusahaan Hutan(HPH), dan 24 persen atau170 ribu hektar lagi untukperkebunan kelapa sawit.Hanya sisa dari kawasan ituyang digunakan untukkawasan suaka margasatwa.

Berdasarkan data WeatlandInternasional, Riau memilikiluas lahan gambut terbesarkedua setelah Papua yaitusebesar 3,836 juta hektar atau17 persen dari luas total lahangambut Indonesia. Keistime-waan hutan rawa gambut diRiau adalah memiliki kedala-man mencapai 10 meter,seperti yang terdapat diSemenanjung Kampar.Keadaan rawa gambut Sema-nanjung Kampar membentukbukit bukit kubah besar didalam tanah yang berfungsimenyimpan kandungankarbon terbesar di Indonesia

Berdasarkan data JaringanKerja Penyelamatan HutanRiau (Jikalahari) sejak tahun1996 hingga tahun 2007kawasan SemenanjungKampar telah kehilangan

239,517 hektar hutan alam.Bahkan, selama 7 tahunterakhir pertumbuhan akasiatelah merubah tutupan lahanhutan dan merupakan anca-man bagi keselamatan eko-sistem hutan rawa gambutSemenanjung Kampar.

Menurut beberapa peneli-tian, lahan gambut (peatlands)memiliki fungsi yang lebihbesar sebagai pengendaliperubahan iklim globalkarena kemampuannya dalammenyerap dan menyimpancadangan karbon dunia.Selain itu, lahan gambutdikenal luas dalam menjagakestabilan tata air sertamenyerap dan melepas airsecara horizontal. Setiapkonversi dan eksploitasi lahangambut akan menyebabkanterlepasnya emisi karbon(CO2) yang mencemarilingkungan global karenaterganggunya sistem watertable (sistem hidrologis secara

keseluruhan). Apabila emisidari lahan gambut diperhi-tungkan, maka Indonesiatercatat sebagai negara urutantiga penghasil emisi karbon(CO2) terbesar di dunia.

Terdapat kekayaan floraseperti pohon Ramin (Gonysty-lus Bancanus Kurz) yangdilindungi CITES dan Meran-ti Lilin (shorea teysmanianaDyer) serta 32 spesies lainnya.Wilayah ini tergolong sangatbaik dan berguna melindungihabitat binatang arborealmaupun regenerasi per-mudaan alami.

Satwa Harimau Sumatera(Panthera Tigris Sumatrae), ikanarwana, buaya muara danberuang madu merupakanspesies yang potensial dilanskap Semenanjung Kam-par.  Laporan penilaian teknis"Setting Priorities for the Conser-vation and Recovery of WildTigers: 2005-2015" yang diter-bitkan WCS, WWF, Smithso-

PEMBIBITAN AKASIA untuk HTI. Semenajung kampar merupakanbagian kawasan HTI yang ditetapkan Departemen Kehutanan

Foto : Doc FKKM Riau

Page 6: PENERBITAN SUMATERA

6 WARTA FKKM I Triwulan I 2011

nian dan NFWF-STF mengi-dentifikasikan SemenanjungKampar sebagai lanskapkonservasi harimau kelas II.Lanskap ini memiliki habitatmemadai untuk 50 harimau,tingkat ancaman yang sedang,dan basis untuk konservasiyang perlu perbaikan.

Sosial Masyarakat Masyarakat yang ber-

mukim di dalam dan sekitarkawasan SemenanjungKampar diperkirakan berjum-lah 33 ribu jiwa. Merekatersebar di 26 desa. 14 desaberada di Kabupaten Siak dan12 desa di Kabupaten Pelala-wan. Berdasar etnis,masyarakat yang mendiamikawasan didominasi olehSuku Melayu sebesar 70persen, Suku Akit 15 persendan sisanya Jawa, Minang,dan Bugis. Suku yang palinglama mendiami kawasan iniadalah Suku

Melayu dan Suku Akit. SukuAkit dapat dijumpai di DesaSungai Akar, Desa Mengkiraudan Desa Mengkopot.Masyarakat di KecamatanTeluk Meranti sudah mendi-ami sisi selatan kawasan sejak1918-an.

Sejak tahun 1960-anseiring dengan komersialisasihutan yang dikeluarkan olehpemerintah, sebagian besarmasyarakat di sekitar ka-wasan ini mulai memanfaat-kan kayu sebagai sumberekonomi. Tercatat hampir 90persen kepala keluarga bekerjasebagai logger. Namun sejaktahun 2007 masyarakat mulaimenghentikan aktivitasnyaseiring dengan semakingencarnya pemberantasanillegal logging yang dilakukanpemerintah dan penegakhukum. Masyarakat punmulai kembali pada usahasebelumnya sebagai petani,

ataupun nelayan. Ketergan-tungan mata pencaharianmasyarakat yang sangat lamaterhadap hasil hutan kayumenimbulkan kesulitantersendiri dalam mencarialternatif ekonomi.

Scale Up, lembaga yangaktif meningkatkan peranpembangunan berkelanjutanyang berbasis di Riau melaku-kan penelitian tentang keter-gantungan masyarakattempatan terhadap hutanSemenanjung Kampar. Menu-rut survey, mata pencahariansebagian besar masyarakatdari sekitar 33 ribu orangtergantung seluruhnya atausebahagian pada hutan diSemenanjung Kampar. Pen-duduk desa di sisi utara aktifmenggunakan hutan untukberburu, membuat arang,memancing dan pertanianskala kecil. Sementara sebagi-an kecil menambah pendapa-

Sebagian besar masyarakat wilayah adat di sisi selatan telah dipindahkan kesisi lain dari sungai Kampar. Pemindahan ini merupakan bagian dari programpemerintah untuk memberi layanan publik dan koneksi jalan.

Foto : Doc FKKM Riau

Page 7: PENERBITAN SUMATERA

WARTA FKKM I Triwulan I 2011 7

tan dengan upah bekerja padapemegang konsesi seperti dibidang eksplorasi minyakdan gas, pembalakan danperkebunan.

Sebagian besar masyarakatdengan wilayah adat di sisiselatan telah dipindahkan kesisi lain dari Sungai Kampar.Pemindahan ini merupakanbagian dari program peme-rintah untuk memberilayanan publik dan koneksijalan. Semua komunitas inibagaimanapun masihmenggunakan secaraekstensif terhadap wilayahmereka di Semenanjunguntuk pertanian, kebunkaret, berburu, memancing,hasil ekstraksi hutan bukankayu, mengakses kayu danuang dari hasil panen.

Meskipun peta yangterperinci tentang sistemmasyarakat penggunatanah saat ini masihkurang, survey awal ScaleUp menunjukkan bahwamasyarakat menggunakansebagian besar dari kawasanSemenanjung. Penggunaanyang paling intensif adalah disekitar tepi semenanjung dansungai-sungai yang mem-belah semenanjung hingga kedanau --Tasik Belat, TasikMetas, Tasik Serkap, DanauPulau Besar dan Bawah--sebagai pusat sumber perika-nan sejak lama.

Secara umum masyarakatdi Semenanjung Kamparmasih mempertahankansumber daya alam sepertihasil hutan bukan kayu,ikan, sumber air dan hasilhutan non kayu. Sumberdaya yang ada di hutangambut dimanfaatkan dengancara-cara tradisional yang

lebih arif dan kurang eksploita-tif dibandingkan denganusaha perkebunan skalabesar dan hutan tanamanindustri (HTI).

Koordinator JikalahariSusanto Kurniawan menyay-angkan keluarnya izin HTIdan HPH di hutan rawagambut Semenanjung Kam-

par. Menurutnya diberikan-nya izin konsensi HTI diSemenanjung Kampar hanyaakan mengancam hampir 700ribu hektar hutan gambutyang ada di SemenanjungKampar. Dampak dari kebija-kan tersebut menyebabkanterganggunya keseimbanganekosistem dan manusia sepertikebakaran hutan, banjir, danpemanasan global. Yangsangat mendesak untukdilakukan menurut dia adalahagar semua pihak terusberusaha melindungi ka-wasan gambut yang masihtersisa dari kawasan tersebut.“Sebab di SemenanjungKampar terdapat kekayaanekologi, budaya dan ekonomi

masyarakat yang tak ternilai."ujar Susanto.

Tak hanya Susanto, Direk-tur Eksekutif Wahana Lingku-ngan Hidup (Walhi) RiauHariansyah Usman jugamenyayangkan pemberian izinkonsesi HTI ini. Menurut priayang akrab disapa Kaka inipenyelamatan hutan rawa

gambut harus dalam kerangkapengelolaan hutan berbasismasyarakat. Masyarakat harusmenjadi aktor utama pengelo-laan hutan, bukan sekedarmelibatkan masyarakat. Menu-rut Kaka sepanjang tigadasawarsa pengelolaan hutanparadigma yang dipakai adalahmengedapankan kekuasaannegara yang memandang hutansebagai unit ekonomi bagikeuntungan jangka pendek,berorientasi pasar ekspor danhanya berbasis pada produksikayu. " Masyarakat harusmenjadi aktor utama sebagaipengelola hutan yang diusa-hakan pada lahan miliknegara," tutur Kaka.***

IRA GUSLINA

Foto : Doc FKKM Riau

Page 8: PENERBITAN SUMATERA

8 WARTA FKKM I Triwulan I 2011

UTAMA

DISKUSI pagi itu (17/2)berjalan santai. Meski begitu,materi yang diperbincangkantak sesederhana suasana yangterbangun. Jelimet, rumit, dantak berkesudahan, hinggakerap moderator membiarkanpembicara atau peserta bertu-tur melebihi kesepakatanwaktu. Semua yang terlibattak ingin melewatkan kesem-patan menyampaikan penda-pat atas apa yang seharusnyadilakukan untuk mencarikata sepakat di akhir diskusibertajuk “Dialog Multi PihakPenyelamatan SemenanjungKampar”. Sebuah upayapenyelamatan kawasanSemenanjung Kampar.

Lima panelis bercakap

“Kita sepakat untuk satu hal, Semenanjung Kampar harusdiselamatkan.”

lan masyarakat, perusahaandan pengambil kebijakanduduk melingkar dalamformasi letter U yang disiap-kan panitia. Maka selamalebih dari tiga jam itu berlun-curanlah gagasan penyelama-tan Semenanjung Kampar.Baik panelis maupun pesertatentu saja memaparkangagasan sesuai dengan kese-harian dan aktivitas yangditekuni.

Pemerintah Indonesiasebenarnya sudah punyarancangan pengelolaan ka-wasan Semenanjung Kamparberupa Kesatuan PengelolaanHutan Produksi (KPHP) .Program ini tertuang dalamSK Menteri Kehutanan No509/Menhut-II/2010 tertanggal21 September 2010. Suratkeputusan ini menetapkankawasan Semenanjung Kam-par seluas 513.276 hektareakan menjadi percontohandan kawasan pengelolaanhutan terpadu dengan namaKPHP Model Tasik BesarSerkap. Tak tanggung-tang-gung Menteri KehutananZulkifli Hasan pun langsungdatang ke SemenanjungKampar untuk meresmikanKPHP Model ini.

Dua ModelMenurut keterangan yang

dirilis Kementerian Kehutan-an, pembangunan KPHmerupakan prioritas pemba-ngunan nasional dalam Inpresnomor 3 Tahun 2010 tentang

Urung Rembuk Penyelamatan

bergantian di bawah pandu-an Koordinator WilayahForum Komunikasi Kehu-tanan Masyarakat (FKKM)Wilayah Riau Fadrizal Labay.Mereka adalah PejabatKementerian Kehutananpada Direktorat BinaProduksi Kehutanan Har-giono, Dinas KehutananProvinsi Riau yang diwakiliKepala Bidang PlanologiRiau Fredrik Suli, DirekturTropenbos InternationalPetrus Gunarso, Koordina-tor Jaringan Kerja Penyela-matan Hutan Riau, danDirektur PT RAPP, MuliaNauli. Lebih dari 25 orangpeserta yang terdiri dariaktivis lingkungan, perwaki-

Page 9: PENERBITAN SUMATERA

WARTA FKKM I Triwulan I 2011 9

program pembangunan yangberkeadilan. Saat ini Kemente-rian Kehutanan telah mene-tapkan 22 lokasi KPH Lin-dung dan KPH ProduksiModel serta 10 KPH Konser-vasi Taman Nasional.

Pembentukan KPH diaturdalam Permenhut No.P.6/Menhut-II/2009 tentangpembentukan wilayah KPH,dan merupakan wilayahpengelolaan hutan sesuaidengan fungsi pokok danperuntukan yang dapatdikelola secara efisien danlestari. Penetapan wilayahKPH Produksi Model TasikBesar Serkab di SemenanjungKampar merupakan upayapencapaian target pemba-

ngunan KPH.KPHP model Tasik Besar

Serkap merupakan lahangambut yang berperan besardalam proses penurunanemisi karbon. Ia memilikinilai konservasi tinggi, danterdapat banyak izin peman-faatan hutan. Kawasan inijuga menjadi perhatianberbagai pihak, ketergantu-ngan masyarakat terhadapkawasan hutan tinggi dansalah satu calon lokasi pene-rapan reducing emissions fromdeforestation and forest degrada-tion (REDD).

Wilayah KPHP Tasik BesarSerkap berada di KabupatenPelalawaan dan KabupatenSiak, Riau. Luas kawasansekitar 513.276 hektar denganhutan produksi terbatassekitar 2.660 hektar, hutanproduksi tetap 491.768 hektardan hutan produksi yangdapat dikonversi sekitar18.844 hektar. Wilayah iniakan dikelola secara lestarioleh unit organisasi pengelolaKPHP sesuai dengan ketentu-an peraturan perundang-undangan. Unit ini akanberada di bawah pemerintahpropinsi dan lintas kabu-paten. Pembentukan unit inimengacu pada PeraturanMendagri No 61 Tahun 2010tanggal 23 Desember 2010tentang pedoman organisasidan tata kerja KPHL danKPHP daerah. Dana pengem-bangannya dapat bersumberdari APBN, APBD dan danalain yang tidak mengikatsesuai dengan ketentuanperaturan perundang-unda-ngan.

Pejabat KementerianKehutanan pada Direktorat

Bina Produksi Kehutanan,Hargiono yang hadir padadialog menyebut, modelpengelolaan hutan ala KPHsebenarnya bukanlah konsepbaru. Hanya saja kementerianmemberlakukannya lagi.Konsep KPH menurut Har-giono adalah pengelolaansuatu kawasan oleh suatubadan. Hanya saja seharus-nya konsep KPH ini diber-lakukan di atas tanah tanpakonsesi sehingga KPH ting-gal mengatur dan mengelolaperuntukan pengelolaanlahan. “Misalnya lahan yangkosong ditentukan apakahlahan ini cocok untuk hutanlindung atau untuk yang lainsesuai dengan tata hutan,setelah ditentukan baruditawarkan ke izin-izin.”Ujarnya.

Meski begitu dengankondisi kawasan Semenan-jung Kampar yang sudahterbagi dalam berbagai perun-tukan lahan, menurutnyabukan mustahil untukmemberlakukan KPHP, walaukondisinya terbalik. “Daripada tidak sama sekali karenaberorientasi pada lahan yangsudah ada lebih baik terlam-bat. Ya memang situasinyasudah izin baru ada KPH.”

Meski mengusung konsepKPH, pemerintah mengakuiperbedaan pemahamanberbagai pihak di kawasanSemananjung Kampar telahmenyebabkan berbagaipersepsi dan resistensi. DiakuiKepala Planologi DinasKehutanan Riau Fredrik Sulipembentukan institusi KPHmemerlukan kerjasamapersonal, pendanaan danorganisasi yang jelas. Selain

Pemegang izin IUPHK-HTdalam KPHP Model Kabupaten

Pelalawan & Kabupaten Siak

1. PT RAPP2. PT. Arara Abadi3. PT Mitra Hutani Jaya4. PT. Ekawana Lestaridhar-

ma5. PT Satria Perkasa Agung6. PT. National Timber & PT.

Trimoas FDI7. PT. Balai Khayang Mandiri8. PT. Uni seraya9. PT. Putra Riau Perkasa10. PT. Madukoro11. PT. Selaras Abadi Utama12. CV. Bhakti Praja Mulia13. CV. Alam Lestari14. CV. Harapan Jaya15. CV. Tuah Negeri16. CV. Mutiara Lestari

Sumber: Dinas KehutananProvinsi Riau

Page 10: PENERBITAN SUMATERA

10 WARTA FKKM I Triwulan I 2011

itu KPH Model Tasik Serkapmerupakan institusi perdanasetelah dikeluarkannya SKMendagri dan perdana untukKPHP tingkat provinsisehingga belum ada contohyang bisa dipakai.

KPHL dan KPHP provinsiRiau merupakan SKPDprovinsi yang berada danbertanggung jawab kepadagubernur melalui sekretarisdaerah. Namun hingga kinipendanaan masih menjadimasalah karena belum jelassiapa yang akan mendanaimeski Kepmendagri menyebutKPHP dibiayai oleh pemerin-tah pusat, pemerintah daerah.“Perlu komitmen yang tinggiuntuk menjadi yang pertamadan membuktikan bahwayang kita kembangkan dapatberjalan dan menguntungkanbanyak pihak,” tutur Fredrik.

Hanya saja pengelolaan alaKPHP ini punya catatanminus. Menurut kebanyakanpeserta dialog, pola ini terlaluakomodatif terhadap pemega-ng konsesi dan tidak meman-dang Kawasan SemenanjungKampar sebagai kesatuanutuh. Sebab dalam modelKPH ini ada yang disebutzonasi pokok yang terdiridari kawasan lindung gam-but dan kawasan budi dayaterbatas. “Dalam konteksHutan Rawa gambut tidakbisa memilah-milah sebabmemandang SemenanjungKampar haruslah denganutuh.” Jelas Susanto Kur-niawan.

Jaringan Kerja Penyelama-tan Hutan Riau (Jikalahari)punya agenda lain terhadapSemenanjung Kampar.Menurut Jikalahari pe-

ngelolan bersama ekosistemhutan rawa gambut Se-menanjung Kampar secaraterpadu haruslah memberimanfaat keselamatan ter-hadap lingkungan, sosial,budaya, pendidikan danekonomi lokal, regional daninternasional secara berkelan-jutan. Konsep pengelolaanbersama secara terpadusemestinya menggunakanpendekatan multi sektor danmultistakeholder. Pengelolaankolaboratif menurut Jikalaha-ri mestinya dilaksanakan olehsebuah badan bernama BadanPengelolaan SemananjungKampar.

Badan ini mengusungsemangat untuk melibatkanpara pihak yang berkepen-tingan terhadap kawasanSemenanjung Kampar baiksecara langsung maupun

Foto : Doc FKKM Riau

Page 11: PENERBITAN SUMATERA

WARTA FKKM I Triwulan I 2011 11

tidak langsung. Prinsipnyajelas, demokratis, terbuka,transparan, akuntabilitas,kesetaraan, keadilan sosialdan bekerja untuk keselama-tan ekosistem gambut danruang hidup masyarakat.Berbeda dengan konsepKPHP, zona lindung danzona pemanfaatan merupakansatu kesatuan media gambutyang tidak terpisahkansebagai media yang tumbuh,habitat biota, keanekaragam-an hayati, hidrologis danfungsi sosial, ekonomi danbudaya masyarakat setempat.

Zona pemanfaatan meru-pakan wilayah hak kelolamasyarakat dan sekaligussebagai sabuk pengaman bagizona inti. Zona pemanfaatanyang dimaksud pada kawasanini adalah pemanfaatan yang

sesuai dengan PP 26/2008pasal 99 C tentang rencanatata ruang nasional yangberbunyi “pemanfaatan ruangkawasan untuk kegiatanbudidaya hanya diizinkanbagi penduduk asli denganluasan tetap, tidak mengu-rangi fungsi lindung dan dibawah pengawasan ketat.”

Konsep pengelolaanSemenanjung Kampar modelini juga diklaim sejalandengan rencana tata ruangnasional dan rencana pena-taan lahan gambut Riausecara berkelanjutan olehKementerian LingkunganHidup. Penataan kawasan inidapat dilakukan denganempat pendekatan. Pertama

mempertahankan sisa tutu-pan hutan 2009. Kedua me-mastikan tidak adanya izinbaru untuk konversi hutanrawa gambut SemenanjungKampar. Ketiga untuk ka-wasan yang telah dibebaniizin namun belum ditebangmaka dipastikan untuk tidakditebang. Keempat untukkawasan yang sudah dibebaniizin dan sudah existing makadipastikan untuk melakukanpraktek pengelolaan hutanterbaik dengan didoronguntuk tidak memperpanjangizin setelah izin berakhir.

Badan pengelola yangdiusulkan Jikalahari adalahlembaga yang bertanggungjawab terhadap pengelolanSemenanjung Kampar yangdidirikan dan dikontrolsecara bersama-sama oleh

seluruh pemangku kepen-tingan di SemenanjungKampar. Badan pengelolaberanggotakan pemerintah,masyarakat, dan pemerhatilingkungan. Badan ini bersi-fat koordinatif, konsultatif,dan dapat memberdayakaninstitusi.

Badan pengelola berfungsiuntuk merumuskan kebija-kan, perencanaan, pelaksa-naan, pengawasan danevaluasi pengelolaan Se-menanjung Kampar. Badanpengelola dapat melakukanpenanganan yang progresifdan dapat memperpendekbirokrasi mengingat ba-nyaknya kepentingan dankritisnya status Semenanjung

Kampar. Badan dapat menun-juk tim profesional danindependen untuk melaku-kan, memonitoring terhadapaspek kebijakan, peren-canaan, pelaksanaan, penga-wasan dan evaluasi. Badanjuga dapat mengenakansanksi hingga rekomendasipencabutan izin bagi parapihak yang tidak menjalan-kan kesepakatan pengelolaanhutan alam dan hidrologisecara profesional dan lestari.

Meski begitu untuk modelini Susanto menyadari sebe-lum implementasi konsepdijalankan adalah kesiapan ditingkat masyarakat sebagaisalah satu pemangku kepen-tingan yang langsung terlibatdi lapangan, serta peta stake-holder yang terlibat dalampengelolaan dan jeda tebang

di kawasan Se-menanjung Kam-par. Hal yang takkalah urgen adalahpenghentiansementara konver-

si di kawasan SemenanjuangKampar. “Sebab ketika kitabersama-sama berkumpulmenyelamatkan Semenanjungkampar, tetapi di lapangantetap ada konversi itu tidakbisa. Sama artinya dengantidak ada apa-apa.”

Menanggapi model KPHPyang ditawarkan pemerintah,Susanto optimistis perlu adabadan pengelola yang masukdalam KPHP. “Saya pikir perlumenyusun dan merumuskanpola penyelematan Semenan-jung Kampar secara berkelan-jutan, melaksanakan monitor-ing dan melakukan evaluasipelaksanaan pengawasanSemenanjung Kampar.”***

IRA GUSLINA

pengelolan bersama ekosistem hutan rawa gambut Semenanjung Kamparsecara terpadu haruslan memberi manfaat keselamatan terhadap lingku-ngan, sosial, budaya, pendidikan dan ekonomi lokal, regional dan interna-sional secara berkelanjutan.

Page 12: PENERBITAN SUMATERA

12 WARTA FKKM I Triwulan I 2011

MEMBACAMEMBACAMEMBACAMEMBACAMEMBACA SemenanjungKampar, tidak bisa tidak harusjuga mempertautkan denganmasyarakat tempatan. Bagai-manapun kawasan SemenanjungKampar bukanlah wilayah takbertuan. Terdapat lebih dari 33ribu jiwa masyarakat yangtinggal disini baik asli maupunpendatang.

Keterlibatan masyarakatdalam pengelolaan SemenanjungKampar, menurut Direktur ScaleUp, Ahmad Zazali, masyarakatmerupakan komponen pentingdalam pengelolaan suatu wilayah.Hal lain yang tak bisa diabaikanbahwa hutan alam Semenan-jung Kampar merupakan alaslahirnya corak identitasbudaya orang Melayu pesisirdi daerah ini. Kelompok inilahyang kuat memprotes izinkonversi hutan alam menjadiHTI di kawasan ini.

Penolakan yang dilakukanmasyarakat tentu bukanlahsesuatu yang kosong. Terham-batnya ruang gerak berimbaspada menurunnya sumberpemasukan yang mengasapidapur masyarakat. Pemberianizin konsesi beberapa HTIbahkan diklaim sebagai penyebabmenurunnya tingkat perekonomi-an sebagian masyarakat. Singkat-nya, Semenanjung Kamparmerupakan medan kontestasi dari

UTAMA

Menimbang Hutandan Masyarakat

kepentingan para pihak. Kalanganbisnis dengan aktor utama PTRAPP mendorong pemanfaatansumber daya kehutanan dikawasan ini dari perspektifindustrialisasi dan eksploitasi.Sementara itu, sebagian NGOpemerhati lingkungan menawar-kan agenda dari sudut pandangkonservasi.

Pengurus JaringanMasyarakat Gambut Riau,Isyadul Halim menegaskan

pentingnya perhatian semua pihakterhadap keberadaan masyarakat.“Masyarakat tidak bodoh, hanyasaja tidak diberi ruang untukmengolah tanah mereka.”

Selain itu, Halim memper-tanyakan kebijakan pemerintahyang terkesan lebih memihakpemodal. Ketika hak pengelolaanmasyarakat Semenanjung Kampardipertanyakan dengan legalitassertifikat kepemilikan tanah atauHGU, beberapa perusahaanjustru mendapat izin konsesibaru. “Kami akan selalu memoni-toring hak masyarakat, dan kamimenyatakan semua bentukketidakadilan terhadap

masyarakat harus dihentikan.”Kepala Planologi Dinas

Kehutan Riau Fredik Suli membe-narkan pentingnya peningkatanperan masyarakat. Menurut dia didalam pola KPHP model yangsudah ditetapkan pemerintah,masyarakat justru diberi ruangyang sangat luas untuk ikutmengelola kawasan SemenanjungKampar. Sama halnya denganperusahaan masyarakat bisamelakukan pengelolaan hutan danakan dipantau dan dikoordiniroleh KPHP. “Perlakukannya akansama dengan perusahaan,”katanya.

Mengenai keterlibatanmasyarakat Direktur PT RAPP,Mulia Nauli menyebut sejauh iniperusahaan bubur kertas inisangat konsen tidak hanya dalammenggenjot produksi tetapi jugaterhadap keberlanjutan hutan danmasyarakat melalui programPeople Planet and Profit. Win-win solution inilah yang diterap-

kan manajemen PT RAPPpengelolaan kolaboratif bersamamasyarakat tempatan. “Tapi perludiingat bahwa RAPP hanya satudari sekian banyak perusahaanyang ada di Semenanjung Kam-par.” Tegasnya.

Direktur Eksekutif WahanaLingkungan Hidup (Walhi) RiauHariansyah Usman menyatakanbahwa penyelamatan hutanSemanjung Kampar sebagai hargamati. Ketika kawasan sudahdikatakan lindung maka harusdijaga dan dikelola dengan benar.“Jangan sampai ambivalen, lindungiya di konversi iya juga.” ***

“Masyarakat tidak bodoh, hanya saja tidak diberi ruanguntuk mengolah tanah mereka.”

Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) RiauHariansyah Usman menyatakan bahwa penyelamatan hutanSemanjung Kampar sebagai harga mati. Ketika kawasan sudahdikatakan lindung maka harus dijaga dan dikelola dengan benar.

Page 13: PENERBITAN SUMATERA

WARTA FKKM I Triwulan I 2011 13

Peserta pelatihan hari itu(13/01) antusias mengikuti

Materi. Bertempat di Anju-ngan Haji Yunus Buluh Cinapeserta dan pemateri berbaur

sambil mempraktekkanpembuatan kerajinan berba-

han baku rotan. Pelatihanini ditaja oleh Forum Komu-

nikasi KehutananMasyarakat (FKKM) Riau.

MENURUT Aiden Yusti,Sekretaris FKKM Riau, pelati-han penganyaman Rotanmerupakan tanggung jawabFKKM untuk semakin meng-gaungkan konservasi yangberkeadilan bagi masyarakatsekitar hutan. Hal ini jelasAiden, pihaknya bekerjasamadengan FAO, sebagai upayamenghargai masih lestarinyahutan adat tujuh danau yangterdapat di Kenagarian BuluhCina. Namun ia mengingat-kan, hutan ini tidak akandapat bertahan lama jikamasyarakat adat di sekitarkawasan hutan tidak dido-rong memiliki pendapatanselain kayu. “Tekananekonomi semakin tinggi,godaan paling instan dalampikiran masyarakat sekitarhutan adat adalah melakukanpengambilan kayu ke hutanlarangan ini,” jelasnya.Diharapkan dengan peman-faatan hasil hutan non kayuseperti rotan, bambu, pandanataupun hasil hutan nonkayu lainnya dapat menjadi

alternatif penghasilan bagimasyarakat.

Sementara itu Emi Andriatimenyatakan pelatihan yangdiselenggarakan oleh FKKMbekerjasama dengan FAO inimendatangkan para pengrajindari wilayah Rumbai. PengrajinRotan ini juga menyatakan siapmembantu masyarakat me-masarkan hasil kerajinanrotannya jika memangmasyarakat Buluh Cina sudahsiap memproduksi untuk dijual.

Dipilihnya Rotan, jelasEmi, dikarenakan bahan bakurotan dalam pantauan FKKMmasih sangat memadai untukwilayah Buluh Cina. Namunpotensi kerajinan yang bisadiekspor ini belum terman-faatkan oleh masyarakatsekitar kawasan hutan adatBuluh Cina. Bahkan di-indikasikan banyak terjadi

pencurian rotan dari hutanlarangan ini.

“Dari pada hasil rotan initidak dapat dinikmati olehmasyarakat sekitar hutan,tentu lebih baik kita optimal-kan,” jelas Emi yang jugabendahara FKKM. Selanjut-nya ia menyebut FKKMberharap pelatihan yang telahdigelar di Buluh Cina inidapat membantu meningkat-kan kesejahteraan masyarakat.

Apa yang diharapkan olehpengurus FKKM ini diaminkanoleh Sekretaris Desa BuluhCina M. Rais. Menurut Rais,masyarakat desanya setelahpelatihan yang diadakanFKKM sudah ada yang mengo-lah rotan menjadi kerajinantangan. “Walau sederhana,sudah ada hasil kerajinanyang dihasilkan olehmasyarakat,” tutupnya.***

Rotan untuk KesejahteraanMasyarakat

BERITA

Serius: Para peserta pelatihan kerajinan berbahan baku rotan seriusmempraktekkan petunjuk yang diberikan instruktur

foto : Doc FKKM

Page 14: PENERBITAN SUMATERA

14 WARTA FKKM I Triwulan I 2011

Keindahan tasik di hutanlarangan Buluh Cina sungguhmemukau mata. Tanah yanghijau dengan pohon yangsangat besar hingga pelukanbeberapa orang dewasamembentang di areal seluas1.000 hektar. Hanya, keinda-hannya kini semakin teran-cam dengan meluasnya ke-inginan menanam sawit yangmemberi keuntungan ekon-omis secara instan.

DESA Buluh Cina berjarak 3Km dari pusat kecamatan, 100Km dari pusat kabupaten dan 21Km dari ibukota propinsi. Desadengan luas 6.500 hektar inimasuk dalam wilayah Kabupat-en Kampar. Secara adat desa inimasuk dalam Negeri Enam Tan-jung yang terdiri dari 6 desa.

Menakar Masa Depan

Hutan Adat Buluh CinaYang paling menarik dari

Desa Buluh Cina adalah hutanwisatanya nan elok. Hutanwisata Buluh Cina didirikandengan kesadaran masyarakatadat berdasarkan surat keputu-san Lembaga Musyawarah Ber-sama (LMB) Nomor 01-XII /LMB 1997. Areal seluas 1000hektar ini dicadangkan menja-di hutan wisata.

Berdasar data tahun 2010,Desa Buluh Cina didiami 1.261orang dari 367 kepala keluarga.Agama yang dianut masya-rakat 100 persen Islam.Masyarakatnya terdiri dari56,67 persen suku Melayu, 40persen suku Domo, dan pen-datang kurang lebih 3 persen.Dengan mayoritas pendudukMelayu ini, masyarakat lebihleluasa untuk mengatur dan

mengelola hutan adat yangmereka punya.

Besarnya potensi hutan adatmasyarakat adat Buluh Cina,mendorong FKKM melakukansurvey bagaimana masyarakatmemandang pentingnya ke-beradaan hutan wisata BuluhCina. Survey wawancara me-libatkan responden berusiaproduktif yakni pada kisaran15-64 tahun ( 93,75%) sedang-kan sisanya berusia diatas 64tahun (6,25%).

Penelitian yang dipimpinDefri Yoza ini menemukan gam-baran yang cukup mengkha-watirkan tentang masa depanhutan wisata Buluh Cina ini.Bagaimana tidak, walau masya-rakat adat Buluh Cina meng-ikhlaskan lahannya dijadikanhutan wisata (93,75%), namunmasyarakat adat sendiri se-makin hari semakin terbatas la-han yang dimilikinya. Akibat-nya jika adaperkembangana n g g o t akeluarga mem-buat himpitanekonomi mere-ka semakin sulit.

“Dari penelitian

ALAM

Page 15: PENERBITAN SUMATERA

WARTA FKKM I Triwulan I 2011 15

ini kita dapatkan kebanyakanresponden tidak memiliki lahanyang memadai,” jelas Defri. La-han masing-masing respondenhanya sekitar 1-2 hektar, danjustru sebagian besar respondentidak memiliki lahan untukmenopang ekonomi. Lahanyang dikuasai masyarakat seki-tar hutan ini ini kebanyakan di-tanami sawit dan karet. Lahanini merupakan warisan dariorang tua dan jarang sekaliyang dibeli. Sebagian besar res-ponden justru menggantung-kan ekonominya menjadi nela-yan penangkap ikan SungaiKampar dengan pendapatanbulanan rata-rata Rp 1.500.000per kepala keluarga.

Masyarakat Buluh Cinarata-rata hanya menggan-tungkan hidup pada hutanuntuk keperluan kayu bakardan tidak menggantungkansemua kehidupannya secaratotal. Bahkan tanpa hutan ke-hidupan masyarakat ini tidakakan terganggu sama sekali.”Sehingga secara pengeta-huan dan pengalaman tingkatinteraksi masyarakat tidakterlalu tinggi.”

Pengetahuan masyarakatmengenai status hutan bia-sanya diperoleh dari orang-orang sekitarnya yang seringmemanfaatkan hutan untukmenambah penghasilan. Ba-nyak yang memiliki penghasi-lan utama dari berkebun sawitatau karet. Selain itu merekamendapatkan informasi dari pi-hak penyuluh, media massa danmedia cetak mengenai manfaatdan fungsi hutan tetapi tingkatinteraksi kecil.

Jenis-jenis pemanfaatan sum-berdaya hutan yang dilakukanoleh masyarakat Desa BuluhCina terdiri dari pemanfaatansumberdaya hutan sebagai ba-han obat-obatan, bahan ma-kanan, bahan bangunan dankerajinan tangan, untuk kayubakar, sebagai makanan ternakdan sebagai sumber kehidupanlainnya. Sumberdaya hutanyang dimanfaatkan meliputihasil hutan kayu dan hasil hu-tan non kayu.

Penggunaan sumberdayahutan khususnya kayu saat initidak diperbolehkan lagi ber-dasarkan aturan yang telah di-sepakati pada Musyawarah Be-

sar yang dilakukan oleh ma-syarakat Desa Buluh Cina. Sete-lah dikeluarkannya aturan un-tuk larangan dalam menebangkayu pada tahun 1997 bersa-maan dengan MusyawarahBesar yang dilakukan, masya-rakat Desa Buluh Cina tidakdiperbolehkan lagi menebangkayu. Namun untuk kayuyang tumbang karena faktoralam dan sebelum aturan dike-luarkan boleh dimanfaatkanoleh masyarakat.

Masyarakat juga meng-gunakan bambu pooring un-tuk membuat sampan hias.Badan sampan dari bambu, ke-pala sampan dari kayu rengas,

1. Menebang Hutan di 1000 HaHutan Ulayat yang telahdijadikan Hutan Wisata Alambernama “Rimbo 7 Danau”

2. Merusak/MengambilAnggrek, Palem, atauTumbuhan apapun di Rimbo7 Danau

3. Menembak, Menjerat, ataumenangkap burung, tupaiatau satwa lainnya

4. Menangkap ikan denganmemakai tuba, dinamit,putas atau Listrik (Aki)

5. Membawa, mengedarkan,memperjualbelikan ataumengkonsumsi Narkoba,minuman Keras, dan berjudidalam segala bentuk

6. Berpakaian dan berperilakutidak pantas

7. Mengadakan hiburan Band/Orgen (untuk kepentinganapapun) dan/berkunjunguntuk berwisata lewat pukul17.30 Wib

8. Melepaskan ternak yangmengganggu tanamanwarga dan kebersihan desa

9. Membuang sampahdisembarang tempat

10. Menyetel Suara Radio atautelevisi yang menyebabkantetangga terganggu

10 Larangan Adat di DesaBuluh Cina

Foto : Doc FKKM Riau

Page 16: PENERBITAN SUMATERA

16 WARTA FKKM I Triwulan I 2011

dayung sampan dari tusukgigi dan dudukan sampan darirumah keong. Dalam 1 ming-gu dapat dibuat sampan hiassebanyak 15 buah namun han-ya untuk memenuhi kebutu-han pesanan dari pembeli.Satu buah sampan hias tanpakaca dijual seharga Rp. 25.000,-sedangkan sampan hias yangdiberi kaca dijual seharga Rp.50.000,-.

Pengambilan sumberdayahutan untuk keperluan keraji-nan tangan bersifat insidentil

karena masyarakat tidak men-jadikan pembuatan kerajinantangan ini sebagai mata penca-harian pokok. Hanya pada mo-men tertentu seperti Acara PacuSampan Buluh Cina. Sebagaicontoh kerajinan tangan sam-pan hias dibuat hanya pada saatacara pacu sampan tersebut. Se-dangkan untuk pembuatan pe-lita dari rotan masih dalam ska-la kecil untuk memenuhi kebu-

tuhan perorangan.Jenis-jenis sumberdaya hu-

tan yang dimanfaatkan olehmasyarakat Desa Buluh Cinasebagai bahan makanan terdiridari bahan makanan untuksayur-sayuran, buah-buahan,madu. Tumbuhan yang diman-faatkan sebanyak 11 jenis dari10 famili.

Penggunaan untuk sendiridilakukan pada sumberdayahutan yang sulit untuk dida-patkan sehingga jumlah dankesinambungannya untuk di-

kumpulkan sangat terbatas.Sumberdaya hutan yang ma-suk dalam kriteria ini sepertirebung, umbut rotan dan lalap-lalapan. Sedangkan sumberdayahutan untuk dijual dari jenispakis sayur dan buah-buahanseperti manggis, rambai, duri-an dan petai.

Biasanya para pengumpulsundak langit juga merupakanpengumpul pakis dimana sam-

bil menunggu pakis kembalibertunas para pengumpul akanberalih mencari sundak langit.Pengumpulan pakis dilakukandengan cara dipetik di lokasi-lokasi penyebaran pakis. Peme-tikan pakis dilakukan padadaun yang masih muda. Masya-rakat Buluh Cina umumnyamengambil pakis tiga kalidalam seminggu pada hari Se-nin, Selasa dan Rabu. Biasanyapakis yang diambil, banyaktumbuh pada musim penghu-jan. Pada tingkat pengumpulsatu ikat pakis dihargai Rp. 600,-sedangkan apabila pakis sudahsampai di pasar dihargai Rp.1.500,- per ikatnya.

Ada juga masyarakat yangmengumpulkan pakis kadang-kala juga mengumpulkan um-but rotan. Pengumpulan um-but rotan biasanya dilakukanapabila mudah dilihat dan di-jangkau. Pengumpulan umbutrotan bukan merupakan kegia-tan yang dilakukan secara se-ngaja sehingga hanya bebera-pa orang saja yang mengumpul-kan umbut rotan (20 orang).Satu batang umbut rotan di-

hargai sebesar Rp.1.000,-.

Selain pakis danumbut rotan, hu-tan ulayat Desa Bu-luh Cina juga meng-

hasilkan madu lebah. Madu le-bah ini terdapat pada jenis-je-nis pohon tertentu yang disu-kai oleh lebah untuk bersarang.Pohon-pohon yang dihingga-pi oleh lebah untuk bersarangdisebut Pohon Sialang.

Saat ini Desa Buluh Cinatinggal dua orang yang berpro-fesi sebagai pengumpul madudengan jumlah madu yang da-pat dipanen masing-masing se-

Jenis-jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat DesaBuluh Cina sebagai bahan makanan terdiri dari bahan makanan untuksayur-sayuran, buah-buahan, madu.

Foto : Doc Teraju

Page 17: PENERBITAN SUMATERA

WARTA FKKM I Triwulan I 2011 17

banyak 20 kg per panen dansebanyak 30 kg per panen. Diantara dua orang pengumpulmadu di Desa Buluh Cina ting-gal seorang yang masih aktif.Hal ini berkaitan dengan poten-si sialang yang terbatas. Selainitu pengaruh umur turut me-ngurangi kemampuan seseor-ang dalam mengumpulkanmadu. Pengumpul madu bia-sanya memanjat pohon untukmengumpulkan madu tersebut.Bagi masyarakat Buluh Cinamadu bermanfaat untuk cam-

puran minuman jamu atau un-tuk stamina. Madu dari BuluhCina biasanya dijual seharga Rp.30.000,- per kilonya. Pada hu-tan ulayat Desa Buluh Cinaditemukan pohon sialang dibeberapa lokasi dengan rinciansebagai berikut : di TanjungAlai, Danau Baru Pangkal danSimpang Tigo.

Di samping tumbuhan dihutan ulayat Desa Buluh Cinajuga memiliki tujuh buah da-nau yang disebut danau tapalkuda (Oxbow lake). Menurut se-

jarah pembentukannya danauini awalnya adalah sungai yangberevolusi dan karena terlaluberbelok-belok menyebabkanterjadinya penimbunan aliransehingga sungai terbendungdan membentuk danau. Danauini terdapat di wilayah hutanulayat dan mengandung poten-si ikan yang cukup besar. Ikanmerupakan hasil hutan bukankayu (Sumadiwangsa dan Set-yawan, 2007) dan dijadikan olehmasyarakat sebagai sumbermata pencaharian. Ada sekitar120 orang yang berprofesi se-bagai penangkap ikan di danauhutan ulayat Desa Buluh Cina.

Hasil tangkapan ikan ma-syarakat Desa Buluh Cina ber-fluktuasi tergantung darimusim. Pada saat memasukibulan-bulan musim penghujanhasil tangkapan ikan jugameningkat. Di antara 21 orangyang mencari ikan dua dian-taranya adalah perempuan.Para perempuan yang mencariikan di danau hutan ulayatDesa Buluh Cina meng-gunakan pancing untuk me-nangkap ikan. Berbeda denganpara lelaki yang menggunakanjala atau lukah.

Pada tingkat nelayan hargaikan dijual bervariasi berdasar-kan jenis ikan yang ada. Ikanbaung dijual seharga Rp.25.000,- sedangkan ikan tomandijual seharga Rp. 15.000,-perkilonya. Jika rata-rata har-ga ikan di tingkat penangkapikan sebesar Rp. 20.000,- de-ngan hasil tangkapan 1.760 kgmaka tiap bulannya didapatkanuang hasil tangkapan ikansebesar Rp. 35.200.000,- atau Rp.422.400.000,- tiap tahunnya daridanau yang terdapat di hutanulayat Desa Buluh Cina. ***

SURAT PENYERAHAN 1.000 HEKTAR HUTAN ULAYAT BULUHCINA

KEPADA PEMERINTAH PROVINSI RIAU UNTUK DIJADIKAN HUTAN

WISATA

PADA HARI INI, MINGGU 24 MARET 2004 BERTEPATAN DENGAN PELAKSANAAN

HARI ULANG TAHUN KE-25 SURAT KABAR GENTA DI DESA BULUHCINA, KAMI

SELAKU NINIK MAMAK, PEMERINTAH DESA, DAN KETUA LEMBAGA MUSYAWARAH

BESAR (LMB) BULUHCINA – KENEGERIAN ENAM TANJUNG, KECAMATAN SIAK

HULU, KABUPATEN KAMPAR, MENYATAKAN:

1. MENYERAHKAN 1.000 HEKTAR HUTAN ULAYAT KEPADA PEMERINTAH

PROVINSI RIAU YANG DITERIMA OLEH GUBERNUR RIAU BP. H. M. RUSLI

ZAILANL SE. DI DALAM HUTAN PRIMER YANG DISERAHKAN TERSEBUT SELAN

TERDAPAT 7 (TUJUH) BUAH DANAU, SEKALIGUS MERUPAKAN HABITAT

RATUSAN JENIS FLORA DAN FAUNA TROPIS

2. PENYERAHAN INI DIIRINGI HARAPAN

2.A AGAR PEMERINTAH PROVINSI DAN/ATAU PEMERINTAH KABUPATEN

KAMPAR DAPAT MEMBANGUNKAN KEBUN KELAPA SAWIT SELUAS

1.500 HEKTAR UNTUK MASYARAKAT ADAT DESA BULUHCINA DI

TANAH ULAYAT YANG BERADA DISEBAGIAN SELATAN/SATU

HAMPARAN DENGAN HUTAN ULAYAT YANG DISERAHKAN UNTUK

HUTAN WISATA TERSEBUT

2.B AGAR PEMERINTAH PROVINSI DAN/ATAU PEMERINTAH KABUPATEN

KAMPAR DAPAT MEMBANGUN JALAN DI HUTAN WISATA TERSEBUT

BERIKUT BERBAGAI FASILITAS WISATA LAINNYA, BAIK DARI DANA

PEMERINTAH MAUPUN DARI INVESTOR DAN PIHAK LAINNYA,

SEHINGGA HUTAN DIMAKSUD MEMBERIKAN KONTRIBUSI KONGKRET

BAGI PEREKONOMIAN MASYARAKAT ADAT YANG MENYERAHKANNYA.

2.C AGAR PEMERINTAH PROVINSI DAN/ATAU PEMERINTAH KABUPATEN

KAMPAR MENGANGKAT BEBERAPA WARGA DESA BULUHCINA

SEBAGAI PETUGAS KEHUTANAN UNTUK MENGATASI SECARA

KONTINYU KESELAMATAN HUTAN/DANAU, BERIKUT FLORA DAN

FAUNANYA.

DEMIKIAN PENYERAHAN INI KAMI LAKUKAN, SEMOGA ALLAH SENANTIASA

MELIMPAHKAN RAHMAT DAN HIDAYAHNYA. AMIN.

BULUH CINA 24 MARET 2004

MAKMUR HENDRIK DAHLAN S. DT. MAJOLELO ZULKARNAINI JS

KETUA LMB NINIK MAMAK KEPALA DESA

YANG MENERIMA

GUBERNUR PROVINSI RIAU

H. M. RUSLI ZAINAL SE

Page 18: PENERBITAN SUMATERA

18 WARTA FKKM I Triwulan I 2011

CAGAR Biosfer Giam SiakKecil-Bukit Batu bukanhanya berfungsi sebagaipenyelamatan habitat. Ia jugamenjadi penjamin keberlanju-tan fungsi ekosistem untukmenyokong kehidupansekitar. Di Cagar Biofer inipula terbuka kemungkinanmelakukan skema pendanaandalam upaya penguranganemisi gas rumah kaca global.

Cagar Alam Biosfer GiamSiak Kecil Bukit Batu merupa-kan merupakan satu daritujuh Cagar Biosfer yang adadi Indonesia. Cagar iniditetapkan pada 29 Mei 2009melalui sidang 21st Session ofthe International CoordinatingCouncil of the Man and theBiosphere ProggrammeUNESCO di Jeju, Korea.

Pesona Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu

Sejarah lahirnya Cagar AlamBiosfer Giam Siak Kecilmemerlukan waktu agaklama. Manager Proyek CagarBiosfer Giam Siak Kecil, YuyuArla menyebut pengelolaan

saujana Giam Siak Kecil BukitBatu memerlukan persiapan,perencanaan, dan upaya yanghati-hati. “Kalau program iniberhasil tentu akan menjadicontoh terhadap upayapelestarian kawasan rawagambut di Provinsi Riau,”ujarnya.

Cagar Biosfer ini memilikiluas 178.722 hektar yangterdiri dari zona inti danzona penyangga. Zona intiadalah areal hutan alami asli

CAGARBIOSFER

Bagi Sinarmas, lingkungan yang terpelihara adalah tiangpenyangga untuk dapat beroperasi secara berkelanjutan.

Untuk dapat terus berproduksi, Sinarmas senantiasamelakukan penanaman dan memelihara bentang alam

ekosistem sekitar sesuai konsep pengelolaan hutantanaman secara lestari.

Foto : Doc Sinarmas Forestry

Foto : Doc FKKM Riau

Page 19: PENERBITAN SUMATERA

WARTA FKKM I Triwulan I 2011 19

yang terdiri dari SuakaMargasatwa Giam SiakKecil seluas 84.967 hektardan Suaka MargasatwaBukit Batu seluas 21.500hektar. Sedang zonapenyangga adalahhutan produksi yangtidak ditebangi lagi.

Di antara kedua blokhutan alam ini terdapatwilayah hutan produksibeberapa perusahaan.Hutan produksi ini milikkelompok usaha Sinar-mas Forestry denganluas 72.255 hektar.Rinciannya, PT DexterTimber Perkasa Indone-sia seluas 31.745 hektar,PT Satria Perkasa Agungseluas 23.383 hektar, PTSakato Pratama Makmur12.302 hektar, dan PTBukit Batu Hutani Alamseluas 5.095 hektar. Penyatu-an inilah yang menjadijantung Cagar Biosfer.

Kawasan ini berbatasandengan wilayah penyanggayang terdiri dari konsesihutan produksi milik PTArara Abadi dan sebagianwilayah konsesi PT SatriaPerkasa Agung, PT SakatoPratama Makmur, dan PTBukit Batu Hutani Alam.

Lebih lanjut Yuyu menye-but lingkungan yang lestariadalah kepentingan seluruhpihak, termasuk pula sektorindustri. Bagi Sinarmas,

lingkungan yang terpeliharaadalah tiang penyanggauntuk dapat beroperasi secara

berkelanjutan. Untuk dapatterus berproduksi, Sinarmassenantiasa melakukanpenanaman dan memeliharabentang alam ekosistemsekitar sesuai konsep pengelo-laan hutan tanaman secaralestari. “Itu yang mendorongkami mengajukan usulanCagar Biosfer Giam SiakKecil-Bukit Batu kepadapemerintah.”

Hutan rawa gambutSuaka Margasatwa Giam SiakKecil seluas 84.967 hektaredan Suaka Margasatwa BukitBatu seluas 21.500 hektare

merupakan bagian dari eco-region hutan Sumatera. Pene-litian Lembaga Ilmu Penge-

tahuan Indonesia pada 2007lalu melaporkan paling tidakterdapat 126 jenis pohonyang tergolong dalam 67marga dan 34 suku. Jumlahjenis tumbuhan akan bertam-bah bila digabungkan jenissemak dan perdu. Margapohon dominan adalahcalopgyllum, chamnosperma,Dysera, Alstonia, Shorea,Gonystylus, dan Palaquium.Hal yang sangat menarikadalah masih banyak ditemu-kannya jenis Ramin (Gonysty-lus bancanust) dan Gaharu(Aquilaria Beccariana), Meranti

Bunga (Shoreateysmanniana) danPunak (tetrameristaglabra) yangdikenal sebagaiindikator hutan

rawa gambut yang masihbaik.

Selain tumbuhan, Cagar

Penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia pada 2007 lalu melapor-kan paling tidak terdapat 126 jenis pohon yang tergolong dalam 67 margadan 34 suku. Jumlah jenis tumbuhan akan bertambah bila digabungkanjenis semak dan perdu.

Foto : Doc UNESCO

Page 20: PENERBITAN SUMATERA

20 WARTA FKKM I Triwulan I 2011

Giam Siak Kecil-Bukit Batujuga memiliki kekayaan fauna.Pada daerah ini LIPI mengi-dentifikasi areal ini didiamisedikitnya 159 jenis burung,10 jenis mamalia, 13 jenis ikan,8 jenis reptil berikut 52 jenistumbuhan langka dan dilind-ungi. Beberapa yang menonjoladalah habitat Buaya Sumpit,

burung Julang Jambul Hitam,gajah, ikan tapah dan labi-labi. Buaya sumpit merupakanreptil yang sering disebutSenyulong kerap dijumpaimasyarakat.

Di luar zona inti dan zonapenyangga terdapat zonayang disebut zona transisi.Zona ini memiliki luas

304.123 hektar yang menjadiareal kerjasama pengemba-ngan model pembangunanberkelanjutan di bidangperkebunan, pertaniantanaman pangan, perikananhingga pemukiman.

Ketiga zonasi yang ada dicagar biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu ini dikelola denganmenggunakan pendekatanbentang alam yang didasarkanpada kebutuhan dan kondisisetempat. “Zona penyanggaberupa hutan tanaman di-harapkan mampu menjaminkelestarian zona inti karenakawasan ini selalu mendapat-kan pengawasan dan dikeloladengan baik oleh SinarmasForestry,” ujar Yuyu.

Lebih jauh, pengelolaancagar biosfer menurut Yuyuakan dilakukan dengan kerjasa-ma antar pihak swasta danpemerintah melalui Balai BesarKonservasi Sumber Daya Alam(BKSDA).  Setiap bulan akandilakukan patroli ke zona intidan zona penyangga untukmengantisipasi adanyapenebangan liar di kawasantersebut. Selain usaha untukmelestarikan flora dan fauna,pemberdayaan ekonomimasyarakat sekitar hutan jugaperlu dilakukan. Hal ini dilaku-kan agar masyarakat tetap bisamenggantungkan hidup padahutan namun tidak merusakhutan itu sendiri. ***

Foto : Doc Sinarmas Forestry

Page 21: PENERBITAN SUMATERA

WARTA FKKM I Triwulan I 2011 21

PENGEMBANGAN CagarBiosfer Giam Siak Kecil-BukitBatu merupakan harapanbanyak orang. Salah satuyang menjadi catatan ForumKomunikasi KehutananMasayarakat (FKKM) adalahpelibatan dan perhatianterhadap masyarakat disekitar kawasan biosfer.Selain karena posisimasyarakat yang berbatasanlangsung dengan kawasanjuga karena amanat dariprogram Cagar Biosfer adalahuntuk meningkatkan peranserta masyarakat dalammenjaga kawasan ini.

Menurut catatan FKKMbiasa ada kecenderungankawasan konservasi menjadiareal tertutup yang tidak bisadiakses oleh masyarakatmeski hanya untuk mendap-atkan hasil hutan bukankayunya. Melihat keterliba-tan masyarakat ini, FKKMmelakukan penelitian ter-hadap masyarakat di DesaTasik Betung.

Desa Tasik Betung secarageografis terletak di Kecama-tan Sungai Mandau, Kabu-paten Siak. Sebagian besardesa ini termasuk dalam zonainti kawasan cagar biosfer.Bagian wilayah desa yangmerupakan area inti cagarbiosfer berupa tasik danhutan yang dimanfaatkanuntuk kegiatan ekonomimasyarakat. Desa ini dibagian utara berbatasandengan Kabupaten Bengkalisdan di selatan berbatasandengan Desa Lubuk Umbut,Desa Bencah Umbai, DesaLubuk Jering dan Desa Olak.Di bagian timur berbatasandengan Kabupaten Bengkalis.

Begitu juga dengan di bagianbarat berbatasan denganKabupaten Bengkalis.

Desa Tasik Betung memili-ki kondisi alam yang terdiridari sungai dan tasik. Tasikselain digunakan untukkegiatan usaha perikanantangkap juga dimanfaatkansebagai roda transportasi airuntuk mencapai daerah disekitarnya. Tak jarang pula,tasik dimanfaatkan sebagaijalur perniagaan menuju

Bengkalis. Sebelum mencapaiBengkalis, jalur perniagaantasik ini disambungkandengan jalur perniagaanmelalui Sungai Siak Kecil.Fungsi tasik ini masih diang-gap penting sebagai penun-jang perekonomian dankegiatan sosial masyarakatmengingat prasarana jalan didesa ini sangat kurangmemadai.

Secara administratif DesaTasik Betung dibagi kedalam

CAGARBIOSFER

Pengembangan KolaboratifMasyarakat-Lingkungan

Desa Tasik Betung secara geografis terletak di Kecamatan SungaiMandau, Kabupaten Siak. Sebagian besar desa ini termasuk

dalam zona inti kawasan cagar biosfer. Bagian wilayah desa yangmerupakan area inti cagar biosfer berupa tasik dan hutan yang

dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi masyarakat.

Page 22: PENERBITAN SUMATERA

22 WARTA FKKM I Triwulan I 2011

2 wilayah, yaitu DusunSeminai Kuning dan DusunTasik Betung yang lebihdikenal dengan sebutandusun Kampung Baru. Keduadusun terpisah, dapat ditem-puh melalui jalan daratsejauh sekitar 20 km. Denganmenggunakan sampan jikaair sedang naik perjalanandapat ditempuh dalam 1 jamperjalanan. Perubahan sosialyang terjadi pada masyarakatDesa Tasik Betung berawaldari masuknya PT MurniTimber pada tahun 1980-andengan membuka jalan akses

menuju Desa Tasik Betungyang diteruskan oleh PTArara Abadi (PT AA) padatahun 1990-an. Sebelumnyamoda transportasi masihmenggunakan sampan yanghanya digunakan jika air ditasik banjir. Dengan terbu-kanya akses menuju DesaTasik Betung maka pendatangmulai masuk. Pada umumnyapendatang membuka perke-bunan sawit yang dimulaipada tahun 2005.

Secara umum matapencaharian masyarakatsekitar hutan telah mengala-mi pergeseran. Awalnya

berupa pengumpulan danpemanfaatan hasil hutanmulai bergeser menjadi petanimenetap dengan melakukanbudidaya bidang pertaniankhususnya perkebunankelapa sawit dan karet.Sebagian besar masyarakatDesa Tasik Betung bekerjasebagai petani, baik sebagaipetani perkebunan karetmaupun petani perkebunansawit. Selain sebagai petaniyang mengusahakan lahansendiri, sebagian masyarakatjuga bekerja sampingansebagai buruh (ngimas) dilahan milik orang lain.Sedangkan pekerjaan lainseperti menjerat kijang/rusa,mengambil kayu, mengambilmadu, dan nelayan hanyasebagai pekerjaan sampingan.Pekerjaan sebagai nelayanbiasanya dilakukan pada saatair di tasik agak berkurang,biasanya nelayan langsungmengolah ikannya sebagaiikan salai.

Sekteraris Wilayah FKKMRiau, Aiden Yusti menyebutasal usul lahan masyarakatDesa Tasik Betung ada yangdibuka sendiri, warisan, dandibeli. Lahan yang dibukasendiri merupakan pembu-kaan hutan yang dilakukanmasyarakat asli. Sumberlahan terbesar berasal dariwarisan dari orang tua,karena Desa Tasik Betungmerupakan desa tua yangsudah ada sebelum adanyapembukaan lahan olehperusahaan HTI. ”Orang-orang tua dahulu membukalahan sesuai dengan kebutu-han mereka dengan melaku-kan peladangan berpindah, ”ujar Aiden.

Page 23: PENERBITAN SUMATERA

WARTA FKKM I Triwulan I 2011 23

Dari segi perkembanganperekonomian masyarakatTasik Betung relatif tertinggaldibanding dengan desa lain.Penyebaran penduduk lebihbanyak bermukim di sekitartasik yang terdapat di masi-ng-masing desa. Hal inikarena pada awalnya matapencaharian mereka memanglebih banyak tergantungpada penangkapan ikan ditasik.

Terhadap pemanfaatanhutan, interaksi masyarakattergolong rendah. Pemanfaa-tan hutan semakin rendahseiring dengan berkurangnyahasil hutan kayu dan nonkayu. Perubahan ini terjadikarena perubahan polapenggunaan lahan menjadiperkebunan sawit dan karetberdasarkan perubahanpekerjaan.

Dalam pemanfaatan danpengelolaan Cagar BiosferGiam Siak Kecil-Bukit Batu,Aiden menilai pelibatanmasyarakat sangat diperlu-kan. Pelibatan masyarakat

dalam segala keputusanterkait dengan keberadaanhutan dimana interaksi yangmereka lakukan lebih duludibandingkan dengan kelu-arnya segala peraturan, halini dapat meminimalisirsegala konflik lahan yangbanyak terjadi. Aiden melihatperlunya dilakukan penataanulang segala kawasan hutanyang terkait dengan tenurialsistem, pemanfaatan sumber-daya hutan, tata ruang.

“Pemberdayaan masyarakatsekitar hutan perlu ditingkat-kan dengan melibatkan segalastakeholder bidang kehutan-an untuk mencapai tujuanmemakmurkan masyarakatdengan pembangunganhutan dan kehutanan secaraberkelanjutan.”

Selain itu menurut catatanpenelitian yang pernahdilakukan FKKM di daerahini, perlu dilakukan kajiulang segala aturan denganmemperhatikan kekhasanekologi, sosial budaya danekonomi masyarakat tempa-tan. Hal ini untuk memini-malisir kerugian di bidangekologi, konflik denganmasyarakat dan ikut mening-katkan perekonomianwilayah. “Pengelolaan ka-wasan juga harus diikutikegiatan pendampingan danpemberdayaan masyarakatsekitar kawasan konservasidengan menerapkan modeldesa konservasi serta mem-perhatikan kondisi sosial,ekonomi dan budayamasyarakat secara berke-sinambungan.” Tutupnya. ***

Page 24: PENERBITAN SUMATERA

24 WARTA FKKM I Triwulan I 2011

LEMBAGA Konservasi Desa(LKD) yang dibentuk 2007lalu oleh PT. RAPP denganMasyarakat Desa Segati, dandifasilitasi Forum KomunikasiKehutanan Masyarakat(FKKM) Riau melahirkansemangat kemandirian dimasyarakat Desa Segati. "Kitasangat terbantu dengankeberadaan LKD, banyakterobosan yang dapat kitalaksanakan untuk kepentin-gan desa dan konservasi

dengan mengedepankanorganisasi LKD," jelas M. AliSaputra Ketua LKD DesaSegati.

Ali menjelaskan, denganLKD masyarakat lebihmudah berkomunikasidengan perusahaan terutamaRAPP untuk melaksanakanprogam peningkatanekonomi desa. "Baik programpenghijauan jalan sampaipeningkatan ekonomimasyarakat seperti pembua-

tan kolam ikan," jelas Ali.Sekretaris FKKM Wilayah

Riau, Aiden Yusti menyebutsemakin berdayanya LKD ditengah masyarakat Segati,menjadi kebanggaan tersendi-ri bagi FKKM. Aiden menye-but FKKM meyakini LKDyang telah dibentuk denganstruktur kepengurusan yangdisepakati bersama, dapatmelanjutkan kerja menjagadan mengelola kawasankonservasi secara bersama-sama dengan pihak perusa-haan. "Tentu FKKM tetapmemberi mentoring dansupporting," imbuhnya.

Selama FKKM melakukanpendampingan di Segati, adaempat tema pelatihan yangtelah dilakukan. Pertamapeningkatan kesadaranhukum masyarakat di arealkonservasi perusahaan.Kedua pengenalan tanamanmelinjo dan potensi yangdihasilkan. Ketiga inventa-risasi hasil hutan non kayu

MembangunKemandirian

LKD

SEGATI

LKD mendorong masyarakatsemakin peduli dengankonservasi dan pemaksima-lan pemanfaatan lingkunganhutan dengan lestari.

Duplikasi LKD disekitar estate PT RAPP

* Dalam proses LKD di beberapa desa lainnya termasuk desa PulauMuda (estate Meranti) dan Teluk Lanus (estate Tasik Belat).

* MPA = Masyarakat Peduli ApiSumber : Pemaparan Tulisan Riyadin (RAPP)

Pertemuan LKD, FKKM. RAPP beberapa waktu lalu

Page 25: PENERBITAN SUMATERA

WARTA FKKM I Triwulan I 2011 25

(HHNK) yang dapat diman-faatkan masyarakat di arealkonsesi. Keempat pelatihantentang kerambah ikan."Tentang yang tidak kalahpenting adalah bagaimanaprogram ini terpublikasi dantersosialisasi dengan baik,"ujar Aiden

Andri Sentosa, pengurussekretariat nasional FKKMyang bermarkas di Bogormelihat LKD sebagai halpositif dan patut ditiru diberbagai daerah. Meski begitudia mengingatkan agarkonservasi yang ada di DesaSegati tidak hanya berorian-tasi pada bagaimana mengu-rus, melindungi dan melaku-kan penanaman hutan saja."LKD harus dapat meman-faatkan potensi dan sumber-daya yang ada di desa untukkeberlanjutan ekosistem,"ujarnya.

Belajar dari LKD SegatiBelajar dari keberhasilan

program LKD di desa Segati,kemudian PT RAPP mendup-likasikan program ini kesebelas desa lain di sekitarestate-estate PT RAPP lain-nya. Desa itu adalah DesaOlak, Desa Petodan, DesaPulo Kopung, Desa LubukKembang Bungo, Desagunung Sahilan, Desa Da-yun, Desa Pelalawan, DesaSigarutang, Desa KualaPanduk, Desa Meranti danDesa Binjai.

Di Setiap daerah PT RAPPmelakukan berbagai kegiatanyang disesuaikan dengankeadaan masyarakat dankondisi geografis. Di Desa

Olak misalnya RAPP melaku-kan rangkaian kegiatanseperti studi banding pen-gelolaan kawasan konservasidi Desa Buluh Cina, pendidi-kan lingkungan untuk anaksekolah, pemasangan nomorpohon (tagging) di kawasankonservasi budaya kolamtujuh, dan pemasangan signboard kolam tujuh.

Di Desa Lubuk KembangBungo PT RAPP dan LKDsudah melakukan sosialisasiCSR dan lingkungan ter-hadap kelompok pencarirotan, sosialisasi hasil hutannon kayu berupa rotan,inventarisasi hasil hutan nonkayu di areal PT RAPP. Selainitu juga telah dilakukangreen edu untuk siswa SD013 Lubuk Kembang Bungo,penanaman Matoa, danpelatihan kerajinan Rotanpada kelompok masyarakatpencari rotan. Untuk bebera-

pa desa lainnya saat ini masihdalam tahap sosialisasi pro-gram LKD.

Juru bicara RAPP, Riyadinmenyebut sebelum terben-tuknya LKD yang harusdibentuk dulu adalah "trust"atau rasa saling percayaantara masyarakat danperusahaan. Selain itu pem-bentukan LKD harus bisamenjawab peningkatanpendapatan masyarakat disatu sisi dan perlindunganareal konsesi perusahaan disatu sisi lainnya agar terjadi"take and give" yang bisamelanggengkan kerjasamayang ada. "Kunci keberhasi-lan LKD adalah komunikasiaktif antara masyarakat(LKD) dengan pihak perusa-haan untuk selalu mencipta-kan program bersama yangmenguntungkan kedua belahpihak." Ujarnya.***

Ira Guslina

Kolam Ikan sebagai salah satu program kerja LKD Segati

Page 26: PENERBITAN SUMATERA

26 WARTA FKKM I Triwulan I 2011

PERUBAHAN iklim merupa-kan situasi yang saat ini kitahadapi dan tidak dapat di-

tawar. Yang dapat dilakukanhanya meredam lajunya. Darisitu kita akan sadar bahwa

secara alamiah iklim itu me-mang akan berubah walau tan-pa campur tangan manusia.

Apalagi ada aktivitas manusia,iklim sudah pasti berubah de-ngan drastis. Penyebab utama

perubahan iklim didorong dariaktivitas manusia melepas gaskarbon ke udara, serta dibu-

kanya kawasan tutupan hutanterutama lahan gambut yangmelepas milyaran ton gas kar-

bon ke udara.Atas alasan itu, Sekretariat

Nasional-Forum Komunikasi

Kehutanan Masyarakat beker-jasama dengan KementerianKehutanan, LATIN dan Fakul-

tas Pertanian UniversitasBrawijaya (UB) Malang meng-gelar Pelatihan Peningkatan

Peran Serta Para Pihak dalam

Training Menghitung Karbon di Alam

Pengukuran, Pelaporan danVerifikasi (MRV) PerubahanCadangan Karbon Kehutanan

Masyarakat. Pelatihan yang di-laksanakan di Jember pada 26-28 Nopember 2010 lalu.

Sekretaris Wilayah FKKMRiau Aiden Yusti menyebutwilayah Riau diwakili oleh tiga

orang peserta. Selain dia, jugaikut M Ali Saputra, ketua Lem-baga Konservasi Desa Segati,

dan seorang anggota LKD.Menurut Aiden pelatihan inimendorong peserta untuk

mengetahui sistem pengukuran,pelaporan dan verifikasi (MRV)emisi dan peningkatan cadangan

karbon. Selain itu pelatihan inijuga bertujuan meningkatkanpengetahuan para pihak dalam

upaya mengukur dan meman-tau pengurangan emisi dari ber-bagai kegiatan yang ada dan

peningkatan serapan karbondari pengelolaan kehutananmasyarakat

Lebih lanjut Aiden menye-

but pelatihan ini mengharap-

kan optimalisasi jasa ekologiskehutanan masyarakat untukpeningkatan kesejahteraan

masyarakat di sekitar kawasanhutan. “Ini mendorong kehu-tanan masyarakat berperan

besar dalam reduksi emisi aki-bat deforestrasi dan degradasihutan ataupun dari konserva-

si dan pengelolaan kelestarianhutan.” Selain itu peserta jugadiminta mengetahui lebih jauh

cara peningkatan cadangankarbon hutan, mengetahui be-sarnya peran meraka yang te-

lah mereka berikan dan dapatberkontribusi dalam skemaREDD maupun REDD+.

Aiden menyadari, dalampengelolaan karbon sebagaisalah satu solusi perubahan

iklim, diperlukan sistem untukmendokumentasikan, melapor-kan, dan memverifikasikan pe-

rubahan karbon secara transpa-ran, konsisten, dapat dibanding-kan, lengkap dan akurat. “ Ha-

rapan kita MRV ini dapat mem-bantu memperlihatkan perankehutanan masyarakat dalam

pengurangan emisi & peningka-tan cadangan karbon,” jelasnya.

Pelatihan yang dilaksanakan se-

lama tiga hari ini juga diharapkandapat mendorong agar lembaga lem-baga yang berperan dalam kehutan-

an masyarakat lebih memberikankesadaran bagi masyarakat sekitarhutan, serta mendorong tumbuh-

nya ekonomi masyarakat denganmengedepankan jasa ekologis. Jasaini dapat berupa penyediaan air ber-

sih dari mata air, jasa REDD dengansertifikasi hingga pemanfaatan hasilhutan non kayu untuk kesejahte-

raan masyarakat. ***

KabarRimbawan

Page 27: PENERBITAN SUMATERA

WARTA FKKM I Triwulan I 2011 27

Page 28: PENERBITAN SUMATERA

28 WARTA FKKM I Triwulan I 2011