PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

44
[UNIVERSITAS MATARAM] [Jurnal Hukum JATISWARA] [Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 39 PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 TERHADAP PELAKSANAAN SERTIFIKASI GURU DI KOTA MATARAM Hj. Zohriah 1 Kepala SMP Negeri 11 Mataram ABSTRAK Penelitian ini hanya ditujukan pada pelaksanaan sertifikasi bagi guru Pegawai Negeri di Kota Mataram, yang diawali dari pengaturan tunjangan profesi guru menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005, Penerapan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 di Kota Mataram dan juga berbagai kendala dalam pelaksanaan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 di Kota Mataram dan solusi yang ditawarkan untuk mengatasi kendala tersebut. Hasil penelitian ini ditemukan adanya insinkronisasi antara Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009 dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) yang dijadikan pedoman dalam pembayaran tunjangan profesi guru. Selain itu juga ditemukan adanya kekaburan norma dalam Pasal 35 ayat (2) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005. Meskipun Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 berjalan efektif sesuai dengan yang diharapkan, namun terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 di Kota Mataram. Solusinya agar Menteri Keuangan mengikuti ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009 yang memerintahkan agar pembayaran tunjangan sertifikasi guru dibayarkan setiap bulan. Untuk mengatasi pertentangan Norma dalam Pasal 35 ayat (2) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 agar tidak merugikan guru maka dibutuhkan adanya revisi Undang- undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, khususnya Pasal 35 ayat (2) agar sinkron dengan Pasal 35 ayat (1). Kata Kunci: Sertifikasi, Guru, Profesional. ABSTRACT This study is only aimed at the implementation of the Civil Service certification for teachers in Mataram, starting from the teaching profession allowance arrangement pursuant to Law No. 14 Year 2005, Application of the Law No. 14 Year 2005 in Mataram and the various constraints in the implementation of the Law Law Number 14 Year 2005 in Mataram and proposed solutions to overcome the stretcher. The results of this study found the insinkronisasi the Government Regulation No. 41 of 2009 by the Ministry of Finance (PMK) are used as guidelines in the payment of teachers' professional allowance. It also found the vagueness of norms in Article 35 paragraph (2) of Law No. 14 Year 2005. Although Law No. 14 Year 2005 effective as expected, but there are some obstacles in the implementation of Law No. 14 Year 2005 on the city of Mataram. The solution is that the Minister of Finance to follow the provisions of the Government Regulation Number 41 Year 2009, which ordered that the payments be paid every month teacher certification. To resolve the conflict norms in Article 35 paragraph (2) of Act No. 14 of 2005 so as not to harm the teacher is required to revise Law No. 14 Year 2005 on Teachers and Lecturers, in particular Article 35 paragraph (2) in order to sync with Article 35 paragraph (1). 1 Kepala SMP Negeri 11 Mataram

Transcript of PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

Page 1: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[UNIVERSITAS MATARAM] [Jurnal HukumJATISWARA]

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 39

PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005TERHADAP PELAKSANAAN SERTIFIKASI GURU

DI KOTA MATARAM

Hj. Zohriah1

Kepala SMP Negeri 11 Mataram

ABSTRAK

Penelitian ini hanya ditujukan pada pelaksanaan sertifikasi bagi guru Pegawai Negeri diKota Mataram, yang diawali dari pengaturan tunjangan profesi guru menurut Undang-undangNomor 14 Tahun 2005, Penerapan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 di Kota Mataramdan juga berbagai kendala dalam pelaksanaan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 di KotaMataram dan solusi yang ditawarkan untuk mengatasi kendala tersebut. Hasil penelitian iniditemukan adanya insinkronisasi antara Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009 denganPeraturan Menteri Keuangan (PMK) yang dijadikan pedoman dalam pembayaran tunjanganprofesi guru. Selain itu juga ditemukan adanya kekaburan norma dalam Pasal 35 ayat (2)Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005. Meskipun Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005berjalan efektif sesuai dengan yang diharapkan, namun terdapat beberapa kendala dalampelaksanaan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 di Kota Mataram. Solusinya agarMenteri Keuangan mengikuti ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41Tahun 2009 yang memerintahkan agar pembayaran tunjangan sertifikasi guru dibayarkansetiap bulan. Untuk mengatasi pertentangan Norma dalam Pasal 35 ayat (2) Undang-undangNomor 14 Tahun 2005 agar tidak merugikan guru maka dibutuhkan adanya revisi Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, khususnya Pasal 35 ayat (2) agarsinkron dengan Pasal 35 ayat (1).

Kata Kunci: Sertifikasi, Guru, Profesional.

ABSTRACT

This study is only aimed at the implementation of the Civil Service certification forteachers in Mataram, starting from the teaching profession allowance arrangement pursuantto Law No. 14 Year 2005, Application of the Law No. 14 Year 2005 in Mataram and thevarious constraints in the implementation of the Law Law Number 14 Year 2005 in Mataramand proposed solutions to overcome the stretcher. The results of this study found theinsinkronisasi the Government Regulation No. 41 of 2009 by the Ministry of Finance (PMK)are used as guidelines in the payment of teachers' professional allowance. It also found thevagueness of norms in Article 35 paragraph (2) of Law No. 14 Year 2005. Although Law No.14 Year 2005 effective as expected, but there are some obstacles in the implementation ofLaw No. 14 Year 2005 on the city of Mataram. The solution is that the Minister of Finance tofollow the provisions of the Government Regulation Number 41 Year 2009, which orderedthat the payments be paid every month teacher certification. To resolve the conflict norms inArticle 35 paragraph (2) of Act No. 14 of 2005 so as not to harm the teacher is required torevise Law No. 14 Year 2005 on Teachers and Lecturers, in particular Article 35 paragraph(2) in order to sync with Article 35 paragraph (1).

1 Kepala SMP Negeri 11 Mataram

Page 2: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[Jurnal HukumJATISWARA]

[FAKULTAS HUKUM]

40 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

Key word: certification, teacher, professional

Pokok Muatan

PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 TERHADAPPELAKSANAAN SERTIFIKASI GURU DI KOTA MATARAM ....................................... 39

A. PENDAHULUAN ............................................................................................................ 401. Latar Belakang ............................................................................................................. 40

2. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 43

B. Metode Penelitian ............................................................................................................. 441. Jenis Penelitian............................................................................................................. 44

2. Metode Pendekatan ...................................................................................................... 44

3. Bahan Hukum dan Data ............................................................................................... 44

4. Teknik Pengumpulan Data dan Bahan Hukum............................................................ 45

5. Analisa Data dan Bahan Hukum.................................................................................. 45

C. PEMBAHASAN............................................................................................................... 451. Pengaturan Tunjangan Profesi Guru Menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun

2005.............................................................................................................................. 45

2. Penerapan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 di Kota Mataram ........................ 55

3. Faktor-faktor yang Menjadi Kendala Dalam Pelaksanaan Undang-UndangNomor 14 Tahun 2005 di Kota Mataram dan Solusinya. ............................................ 66

4. Alternatif Solusi terhadap Kendala-Kendala Dalam Pelaksanaan Sertifikasi Gurudi Kota Mataram .......................................................................................................... 73

D. PENUTUP ........................................................................................................................ 771. Kesimpulan .................................................................................................................. 77

2. Saran............................................................................................................................. 78

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 79

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Guru merupakan komponen palingmenentukan dalam sistem pendidikansecara keseluruhan, yang harus mendapatperhatian sentral, pertama dan utama.Figur guru akan menjadi sorotan ketikamembicarakan masalah pendidikan, karenaguru selalu terkait dengan komponenmanapun dalam sistem pendidikan.

Guru memegang peran utama dalampembangunan pendidikan, khususnya yang

diselenggarakan secara formal di sekolah.Guru juga sangat menentukan keberhasilanpeserta didik, terutama dalam kaitannyadengan proses belajar mengajar, karenaguru merupakan komponen yang palingberpengaruh terhadap terciptanya prosesdan hasil pendidikan yang berkualitas.

Oleh karena itu, upaya perbaikanapapun yang dilakukan untuk mening-katkan kualitas pendidikan tidak akanmemberikan sumbangan yang signifikantanpa didukung oleh guru yang profesionaldan berkualitas. Dengan kata lain,perbaikan kualitas pendidikan harus

Page 3: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[UNIVERSITAS MATARAM] [Jurnal HukumJATISWARA]

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 41

berpangkal dari guru dan berujung padaguru pula.

Menurut Mulyasa, faktor yangmenyebabkan rendahnya profesional guruantara lain karena:

1. Masih banyak guru yang tidakmenekuni profesinya secara utuh. Halini disebabkan karena sebagian guruyang bekerja di luar jam kerjanyauntuk memenuhi kebutuhan hidupsehari-hari, sehingga tidak memilikikesempatan untuk meningkatkan diri,baik membaca, menulis, apalagimembuka internet;

2. Belum adanya standar profesional gurusebagaimana tuntutan di negara-negaramaju;

3. Adanya perguruan tinggi swasta yangmencetak guru asal jadi, atau setengahjadi, tanpa memperhitungkan output-nya kelak di lapangan, sehinggamenyebabkan banyak guru yang tidakpatuh terhadap etika profesinya;

4. Kurangnya motivasi guru dalammeningkatkan kualitas diri karena gurutidak dituntut untuk menelitisebagaimana yang diberlakukan padadosen di perguruan tinggi.1

Menyadari kondisi di atas,pemerintah melakukan berbagai upayauntuk mengembangkan standar kom-petensi dan sertifikasi guru, antara laindengan dikeluarkannya Undang-undangNomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru danDosen serta peraturan pelaksanaannya,dengan maksud untuk meningkatkanprofesionalisme dan kompetensi guru.Pasal 16 Undang-undang Nomor 14 Tahun2005 pada intinya mewajibkan kepadapemerintah memberikan tunjangan profesikepada guru yang telah memiliki sertifikatpendidik sebesar satu kali gaji pokok.

1 Mulyasa, Standar Kompetensi dan SertifikasiGuru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2011 ,halaman 10.

Sebagai implementasi dari ketentuandalam Undang-undang Nomor 14 Tahun2005 tersebut, maka dikeluarkanlahPeraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun2008 Tentang Guru. Pada Pasal 12Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun2008 tersebut menyebutkan bahwa guruyang menjadi peserta program sertifikasiadalah guru dalam jabatan yang memilikikualifikasi akademik S-1 atau D-IV dapatmengikuti program sertifikasi. Selain itudalam pasal yang sama juga dinyatakanbahwa bentuk penilaian program sertifikasimenggunakan bentuk penilaian portofoliodan juga PLPG.

Dalam Peraturan pemerintah Nomor74 Tahun 2008 itu juga diatur tentang gurudalam jabatan yang memiliki kualifikasiakademik S-2 maupun S-3 dengangolongan IV/b, maupun juga guru yangtelah menduduki golongan IV/c secaralangsung mendapatkan sertifikat pendidikdan berhak mendapatkan tunjanganprofesi.

Selain Peraturan Pemerintah Nomor74 Tahun 2008 Tentang Guru, pemerintahjuga mengeluarkan Peraturan PemerintahNomor 41 Tahun 2009 Tentang TunjanganProfesi Guru dan Dosen, TunjanganKhusus Guru dan Dosen, dan TunjanganKehormatan Profesor. Dalam PeraturanPemerintah Nomor 41 Tahun 2009 ini,pada Pasal 3 ayat (1) diatur bahwa guruyang telah memiliki sertifikat pendidik danmemenuhi persyaratan sesuai denganperaturan perundang-undangan diberikantunjangan profesi setiap bulan.

Untuk pelaksanaan programsertifikasi bagi guru ini, secara teknisdiatur dalam Peraturan Menteri PendidikanNasional Nomor 18 Tahun 2007, PeraturanMenteri Pendidikan Nasional Nomor 11Tahun 2008, Peraturan Menteri PendidikanNasional 10 Tahun 2009, PeraturanMenteri Pendidikan Nasional Nomor 11Tahun 2011 dan terakhir Peraturan

Page 4: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[Jurnal HukumJATISWARA]

[FAKULTAS HUKUM]

42 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

Menteri Pendidikan dan kebudayaanNomor 5 Tahun 2012 yang semuanyaTentang Sertifikasi Guru Dalam jabatan.

Mengenai pembayaran tunjanganprofesi guru setiap tahunnya diatur dalamPeraturan Menteri Keuangan (PMK)sebagai pedoman pembayaran tunjanganprofesi guru. Dalam PMK ini, diaturpembayaran tunjangan profesi gurudibayarkan setiap triwulan, bukan setiapbulan sebagaimana diperintahkan olehPasal 3 ayat (1) Peraturan PemerintahNomor 41 Tahun 2009 sebagaimana telahdisebutkan di atas.

Sertifikasi guru merupakanpemenuhan kebutuhan untuk meningkat-kan kompetensi profesional. Oleh karenaitu, proses sertifikasi dipandang sebagaibagian esensial dalam memperolehsertifikat kompetensi sesuai denganstandar yang telah ditetapkan. Sertifikasiguru merupakan proses uji kompetensibagi guru yang ingin memperolehpengakuan dan atau meningkatkankompetensi sesuai profesi yang dipilihnya.

Representasi pemenuhan standarkompetensi yang telah ditetapkan dalamsertifikasi kompetensi adalah sertifikatkompetensi pendidik. Sertifikat ini sebagaibukti pengakuan atas kompetensi guruyang memenuhi standar untuk melakukanpekerjaan profesi guru pada jenis danjenjang pendidikan tertentu.

Tilaar mengungkapkan bahwaproses sertifikasi guru menuju profesio-nalisasi pelaksanaan tugas dan fungsinyaharus dibarengi dengan kenaikankesejahteraan guru. Kesejahteraan gurudapat diukur dari gaji dan insentif yangdiperoleh.2 Gaji guru di Indonesia masihrelatif rendah jika dibandingkan dengan

2 H.A.R Tilaar, Manajemen PendidikanNasional. Kajian Pendidikan Masa Depan, RemajaRosda Karya, Bandung. 2008, halaman 382.

negara-negara lain.3 Rendahnya kesejah-teraan guru di Indonesia dapatmempengaruhi kinerja guru, semangatpengabdiannya, dan juga upayamengembangkan profesionalismenya.

Program sertifikasi dilaksanakansecara objektif, transparan dan akuntabel.Objektif artinya proses pemberiansertifikat pendidik dilakukan tidakdiskriminatif dan mengikuti standarnasional pendidikan. Program sertifikasiyang Transparan artinya bahwa prosessertifikasi memberikan peluang bagipemangku kepentingan pendidikan untukmemperoleh akses informasi tentangpengelolaan pendidikan sebagai suatusistem meliputi masukan, proses dan hasilsertifikasi. Sedangkan proses yangakuntabel dimaksudkan bahwa sertifikaiyang dilaksanakan dapat dipertanggungjawabkan kepada para pemangkukepentingan pendidikan secaraadministratif, finansial dan akademik.

Program sertifikasi guru padadasarnya memberikan harapan yang tinggi,bahwa para guru yang benar-benarmemenuhi persyaratan akan dapat lulussertifikasi. Mereka yang lulus adalahmereka yang benar-benar dikategorikansebagai pendidik profesional. Sehinggadiharapkan mutu pendidikan di Indonesiameningkat karena memiliki tenagapendidik yang baik. Namun, dalamrealitasnya ditemukan kesenjangan antaraharapan dengan kenyataan dalam programsertifikasi di lapangan. Permasalahan inisecara kasat mata, sebagian besardiakibatkan oleh faktor “oknum guru”yang menghalalkan segala cara untuk lulussertifikasi. Sebagian lagi memiliki masalahberupa implikasi yang kontra produktifterhadap apa yang diharapkan. Kalau mau

3 Sebagai perbandingan saja bahwa gaji guru diSingapura sebesar Rp 40.200.000,- di Australia berkisarantara Rp 40.000.000,- sampai dengan Rp 90.000.000,-di Jepang gaji guru berkisar antara Rp 40.000.000,-sampai Rp 60.000.000,-

Page 5: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[UNIVERSITAS MATARAM] [Jurnal HukumJATISWARA]

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 43

jujur, segala permasalahan ini sebenarnyaditimbulkan oleh konsep pemberiansertifikasi guru yang tidak sesuai denganprinsip-prinsip evaluasi yang baik danbenar.4

Untuk Kota Mataram, guru yangdinyatakan lulus penilaian sertifikasi sejaktahun 2006 sampai dengan tahun 2012sebanyak 2.516 orang, dan yang belummengikuti penilaian sertifikasi sebanyak547 orang guru. Diharapkan pada tahun2013 ini seluruh guru di Kota Mataramsudah tuntas keseluruhannya mengikutiprogram sertifikasi.

Berikut merupakan beberapa per-masalahan di lapangan yang timbul daridiadakannya program sertifikasi guru diKota Mataram, yakni:

1. Pemalsuan Karya Ilmiah

Kenyataan di lapangan ternyata tidakhanya ijazah yang ditemukan palsu, tapiternyata banyak karya ilmiah sebagaipersyaratan kelengkapan portofolio jugaditemukan palsu. Modus yang digunakanadalah dengan menggunakan karya ilmiahrekan guru lain dan mengganti namapenulisnya dengan nama oknum gurutersebut, maka karya ilmiah “aspal”tersebut dijadikan dokumen dalamportopolio guru yang bersangkutan.

2. Pemalsuan Sertifikat dan Piagam

Selain melakukan pemalsuan ter-hadap karya ilmiah, juga dilakukanpemalsuan terhadap sertifikat dan piagam.Pemalsuan terhadap sertifikat dan piagamini jauh lebih mudah dibandingkan denganpemalsuan karya ilmiah, karena hanyadengan menggunakan komputer dapatdibuat sertifikat maupun piagam peng-hargaan atas nama oknum guru tersebutdengan menerangkan bahwa ia telah

4 Adityavatara Widiadi, Sertifikasi Guru:Tinjauan Evaluatif atas Penggunaan PenilaianPortofolio Sebagai Alat Uji Kompetensi, Makalah,Jakarta, 2011, halaman 7.

mengikuti kegiatan tertentu, padahalkegiatan tersebut tidak pernah diadakan.

3. Tersendatnya PembayaranTunjangan Profesi Guru

Persoalan lain yang terjadi dilapangan adalah tersendatnya pembayarantunjangan profesi guru yang telahdinyatakan lulus sertifikasi. Pembayarantunjangan profesi mulai tahun 2007 sampaidengan tahun 2010 meskipun penerimaan-nya setiap triwulan sekali tetap berjalanlancar, namun setelah pembayarantunjangan profesi setelah diserahkan keKota Mataram mulai tahun 2011 melaluiDana Alokasi Umum (DAU) pembayaran-nya tersendat dan dibayarkan pada bulanMei 2011 untuk pembayaran bulan Januaridan Februari, sedangkan untuk bulan-bulan berikutnya pembayarannya tidak adakepastian, bahkan untuk tahun 2011pembayaran tunjangan profesi guru yanglulus sertifikasi di Kota Mataramdibayarkan sebanyak sebelas bulan dalamsatu tahun, dan untuk tahun 2012tunjangan profesi guru di Kota Mataramdibayarkan hanya sepuluh bulan, sisanyasampai saat ini belum ada kejelasan.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yangtelah diuraikan tersebut di atas, makadalam yang dijadikan rumusan masalahadalah:

1. Bagaimana pengaturan tunjanganprofesi guru menurut Undang-undangNomor 14 Tahun 2005?

2. Bagaimana penerapan Undang-undangNomor 14 Tahun 2005 di KotaMataram?

3. Faktor-faktor yang menjadi kendaladalam pelaksanaan Undang-undangNomor 14 Tahun 2005 di KotaMataram dan bagaimana solusinya?

Page 6: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[Jurnal HukumJATISWARA]

[FAKULTAS HUKUM]

44 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

B. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Menilik masalah yang dikaji dalampenelitian sebagaimana diutarakan ter-dahulu, maka penelitian ini dikategorikansebagai penelitian hukum normatif-empiris, yaitu penelitian yang dilakukandengan mengkaji ketentuan perundang-undangan (inabstracto) serta melihat fakta-fakta hukum yang terjadi di lapangan(inconcreto).

2. Metode Pendekatan

Untuk mengkaji permasalahan dalampenelitian ini, maka pendekatan yangdilakukan adalah:

a. Pendekatan perundang-undangan(statute approach) yakni denganmelakukan telaahan terhadap peraturanperundang-undangan yang berkait eratdengan masalah yang diteliti, yaituregulasi tentang pelaksanaan sertifikasiguru.

b. Pendekatan konseptual (conseptualapproach) digunakan untuk memahamikonsep yang digunakan dalampelaksanaan sertifikasi bagi guru.

c. Pendekatan sosio-legal (socio-legalapproach) digunakan untukmengetahui bagaimana aturan hukumdilaksanakan tentang sertifikasi guru.

3. Bahan Hukum dan Data

a. Bahan Hukum

Bahan hukum yang diperlukandalam penelitian ini dipilah menjadi 3(tiga) bahan hukum, yakni bahan hukumprimer, bahan hukum skunder dan bahanhukum tersier atau bahan non hukum.

a. Bahan hukum primer dalam penelitianini adalah Undang-undang Nomor 20Tahun 2003 Tentang SistimPendidikan Nasional; Undang-undangNomor 14 Tahun 2005 Tentang Gurudan Dosen, serta semua peraturan

pelaksanaannya seperti Peraturanpemerintah Nomor 74 Tahun 2008Tentang Guru, Peraturan PemerintahNomor 41 Tahun 2009 TentangTunjangan Profesi Guru dan Dosen,Tunjangan Khusus Guru dan Dosen,serta Tunjangan Kehormatan Profesor.Peraturan Menteri Pendidikan NasionalNomor 18 Tahun 2007, PeraturanMenteri Pendidikan Nasional Nomor11 Tahun 2008, Peraturan MenteriPendidikan Nasional Nomor 10 Tahun2009, Peraturan Menteri PendidikanNasional Nomor 11 tahun 2011,Peraturan menteri Pendidikan danKebudayaan Nomor 5 Tahun 2012,Peraturan Menteri Keuangan (PMK)yang dikeluarkan setiap tahun sebagaipedoman pembayaran tunjanganprofesi guru, diantaranya PeraturanMenteri Keuangan Nomor71/PMK.07/2011, Peraturan MenteriKeuangan Nomor 72/PMK.07/2011dan Peraturan Menteri KeuanganNomor 43/PMK.07/2012.

b. Bahan hukum sekunder dalampenelitian ini adalah bahan hukumyang menjelaskan bahan hukumprimer, seperti buku-buku dan makalahyang terkait erat dengan objekpenelitian.

c. Bahan hukum tersier atau bahan nonhukum, yakni bahan yang memberikanpetunjuk maupun penjelasan bahanhukum primer dan bahan hukumsekunder seperti Kamus Besar BahasaIndonesia, Kamus Inggris-Indonesia.

b. Data

Dalam penelitian ini yang dijadikandata lapangan adalah hasil wawancaradengan berbagai pihak yang terkait eratdengan materi penelitian, yakni denganKepala Dinas Pendidikan, Pemuda danOlah Raga Kota Mataram, Kepala LPMPNusa Tenggara Barat, Koordinator PLPGUniversitas Mataram, guru-guru di Kota

Page 7: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[UNIVERSITAS MATARAM] [Jurnal HukumJATISWARA]

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 45

Mataram yang dilipilh secara acak danmewakili tingkat pendidikan berupa guruSekolah Dasar, Sekolah MenengahPertama, Sekolah Menengah Atas danSekolah Menengah Kejuruan.

4. Teknik Pengumpulan Data danBahan Hukum

Pengumpulan bahan hukum dilaku-kan dengan cara menginven-ventarisir,memilah, memilih dan menata semuabahan hukum yang diperoleh, kemudiandilakukan klasifikasi menurut kebutuhandan berdasar pokok masalah yang diteliti.Teknik semacam ini dalam penelitiandinamakan dengan teknik pengum-pulanbahan hukum kepustakaan.

Untuk melengkapi kebutuhan datadan bahan hukum, maka dilakukanpenelusuran di lapangan dengan melaku-kan wawancara baik dengan respondenmaupun informan yang dibutuhkan dengantidak menggunakan panduan pertanyaantetapi menggunakan pertanyaan lepas yangdisesuaikan dengan kebutuhan penelitian.

a. Responden dalam penelitian ini adalahguru-guru di Kota Mataram yangdipilih secara acak dan mewakili stratapendidikan, yakni: guru SD, SMP,SMA dan SMK di Kota Mataram.

b. Informan dalam penelitian ini adalahKepala Dinas Dikpora Kota Mataram,Kepala LPMP Nusa Tenggara Baratdan Koordinator PLPG UniversitasMataram.

Semua hasil wawancara tersebutkemudian dipilih dan dipilah sesuaidengan masalah yang diteliti. Tekniksemacam ini dilakukan untuk melengkapikebutuhan data dan bahan hukum yangakan dijadikan bahan analisa penelitian.

5. Analisa Data dan Bahan Hukum

Dari bahan hukum yang sudahdikumpulkan dan diolah, maka selanjutnyadilakukan analisis dengan menggunakan

metode analisa kualitatif deskriptif yaitudengan merumuskan dalam bentukmenguraikan yang dapat memberikanpenjelasan secara signifikan terhadappokok masalah yang menjadi objek yangditeliti, sehingga merupakan jawabansebagai hasil temuan dari hasil tujuanpenelitian dengan pola berfikir yangruntun dan sistemis.

Analisa kualitatif dilakukan dengancara deduktif yaitu menarik suatukesimpulan dari data yang sifatnya umumke khusus untuk mendapatkan kejelasanterhadap suatu kebenaran sehinggamemperoleh gambaran yang jelas terhadapmasalah yang diteliti.

C. PEMBAHASAN

1. Pengaturan Tunjangan Profesi GuruMenurut Undang-undang Nomor 14Tahun 2005.

Penjelasan Umum Undang-undangNomor 14 Tahun 2005 menyatakan bahwauntuk meningkatkan penghargaan terhadaptugas guru, kedudukan guru perludikukuhkan dengan pemberian sertifikatpendidik. Sertifikat tersebut merupakanpengakuan atas kedudukan guru sebagaitenaga profesional. Dalam melaksanakantugasnya, guru harus memperolehpenghasilan di atas kebutuhan hidupminimum sehingga memiliki kesempatanuntuk meningkatkan kemampuan profe-sionalnya.

a. Pengaturan Mengenai PesertaProgram Sertifikasi

Pasal 8 Undang-undang Nomor 14Tahun 2005 menyatakan bahwa “Guruwajib memiliki kualifikasi akademik,kompetensi, sertifikat pendidik, sehatjasmani dan rohani, serta memilikikemampuan untuk mewujudkan tujuanpendidikan nasional.”

Page 8: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[Jurnal HukumJATISWARA]

[FAKULTAS HUKUM]

46 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

Pasal 11 Undang-undang Nomor 14Tahun 2005 menyatakan:

(1) Sertifikat pendidik sebagaimanadimaksud dalam Pasal 8 diberikankepada guru yang telah memenuhipersyaratan.

(2) Sertifikat pendidik diselenggarakanoleh perguruan tinggi yang memilikiprogram pengadaan tenagakependidikan yang terakreditasi.

(3) Sertifikat pendidik dilaksanakansecara objektif, transparan danakuntabel.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenaisertifikasi pendidik sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Mencermati ketentuan Pasal 11tersebut di atas, maka dapat ditarik garisbesar intisari yang diatur adalah (1)sertifikat pendidik diberikan kepada guruyang telah memenuhi persyaratan; (2)penyelenggara sertifikasi adalah perguruantinggi yang memiliki program pengadaantenaga kependidikan yang terakreditasi;dan (3) sertifikasi dilaksanakan secaraobjektif, transparan dan akuntabel. Dariketiga butir intisari yang terdapat dalamPasal 11 Undang-undang Nomor 14 Tahun2005 tersebut, yang berkait erat dengantulisan ini adalah butir pertama, olehkarena itu dalam bahasan berikut ini hanyamengenai pemberian sertifikat kepada guruyang telah memenuhi persyaratan.

Undang-undang Nomor 14 Tahun2005 mengamanatkan kepada Pemerintahagar melaksanakan program sertifikasidalam jangka waktu 12 (dua belas) bulansejak undang-undang ini ditetapkan danmemerintahkan kepada Pemerintah untukmembuat peraturan perundang-undangansebagai pelaksanaan ketentuan undang-undang ini dalam jangka waktu 18(delapan belas) bulan sejak undang-undangini ditetapka. Amanat tersebut tertuang

dalam Pasal 82 dan 83 Undang-undangNomor 14 Tahun 2005.

Pasal 82 ayat (1) menyatakan“Pemerintah mulai melaksanakan programsertifikasi pendidik paling lama dalamjangka waktu 12 (dua belas) bulanterhitung sejak berlakunya undang-undangini.”

Pasal 83 Undang-undang Nomor 14Tahun 2005 menyebutkan: “Semuaperaturan perundang-undangan yangdiperlukan untuk melaksanakan Undang-undang ini harus diselesaikan selambat-lambatnya 18 (delapan belas) bulan sejakberlakunya Undang-Undang ini.”

Meskipun perintah tersebut telahtegas dituangkan dalam pasal 82 dan 83Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005,tetapi pemerintah sampai dengan tahun2007 belum juga mengeluarkan PeraturanPemerintah sebagai pelaksanaan dariketentuan Undang-undang Nomor 14Tahun 2005, dan juga pemerintah belumjuga melaksanakan program sertifikasikepada guru.

Protes guru kepada pemerintahterjadi di seluruh Indonesia dan menudingpresiden telah melanggar sumpah danjanjinya sebagaimana diucapkan pada saatdilantik menjadi Presiden RepublikIndonesia untuk melaksanakan semuaparaturan perundang-undangan. Untukmengatasi desakan guru tersebut, MenteriPendidikan Nasional Republik Indonesiamengeluarkan Peraturan Menteri Pendidi-kan Nasional Nomor 18 Tahun 2007Tentang Sertifikasi Bagi Guru dalamJabatan sebagai landasan yuridispelaksanaan program sertifikasi bagi guru.Peraturan Menteri Pendidikan NasionalNomor 18 Tahun 2007 telah disempurna-kan dengan dikeluarkannya PeraturanMenteri Pendidikan Nasional Nomor 11Tahun 2008 Tentang Perubahan PeraturanMenteri Pendidikan Nasional Nomor 18

Page 9: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[UNIVERSITAS MATARAM] [Jurnal HukumJATISWARA]

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 47

Tahun 2007 Tentang Sertifikasi Bagi GuruDalam Jabatan.

Pasal 1 Peraturan Menteri Pendidi-kan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 yangditanda tangani oleh Menteri PendidikanNasional pada tanggal 4 Mei 2007menyebutkan:

(1) Sertifikasi bagi guru dalam jabatanadalah proses pemberian sertifikatpendidik untuk guru dalam jabatan.

(2) Sertifikasi sebagaimana dimaksud padaayat (1) dapat diikuti oleh guru dalamjabatan yang telah memiliki kualifikasiakademik sarjana (S1) atau diplomaemapt (D-IV).

(3) Sertifikasi bagi guru dalam jabatansebagaimana dimaksud pada ayat (1)diselenggarakan oleh perguruan tinggiyang menyelenggarakan programpengadaan tenaga kependidikan yangterakreditasi dan ditetapkan olehMenteri Pendidikan Nasional.

Ketentuan guru sebagai pesertasertifikasi sebagaimana dijumpai dalamPasal 1 Peraturan Menteri PendidikanNasional Nomor 18 Tahun 2007 intinyatidak jauh berbeda dengan ketentuan yangsama yakni mengatur mengenai gurusebagai peserta sertifikasi sebagaimanaterdapat dalam Peraturan PemerintahNomor 74 Tahun 2008.

Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor74 Tahun 2008 Tentang Guru dinyatakanbahwa:

(1) Sertifikat Pendidik bagi guru diperolehmelalui program pendidikan profesiyang diselenggarakan perguruan tinggiyang memiliki program pengadaantenaga kependidikan yang terakredi-tasi, baik yang diselenggarakan olehPemerintah maupun Masyarakat, danditetapkan oleh Pemerintah.

(2) Program pendidikan profesi sebagai-mana dimaksud pada ayat (1) hanyadiikuti oleh peserta didik yang telah

memiliki Kualifikasi Akademik S-1atau D-IV sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

Ketentuan yang terdapat dalamPermendiknas Nomor 18 Tahun 2007 diatas mendapat protes dari kalangan guruyang sudah lama mengabdikan diri denganmenggunakan ijazah Sekolah PendidikanGuru (SPG) dan juga Diploma 1 (D1)maupun Diploma 3 (D3). Guru-guru yangtelah lama mengabdi tersebut pada saatdilaksanakannya program sertifikasi initelah berusia diatas 50 tahun, artinyakalaupun mereka meneruskan pendidikanke jenjang Strata 1 (S1) maka begituselesai kulaih mereka telah memasuki usiapensiun.

Untuk mengatasi dilematis gurutersebut, pemerintah melalui PeraturanPemerintah Nomor 74 Tahun 2008memberi kesempatan kepada guru yangbelum memiliki kualifikasi sarjana (S-1)maupun D-IV untuk mengikuti sertifikasi.Ketentuan tersebut terdapat dalam Pasal 66Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun2008 Tentang Guru berbunyi:

Dalam jangka waktu 5 (lima) tahunsejak berlakunya Peraturan Pemerintah ini,Guru Dalam Jabatan yang belummemenuhi Kualifikasi Akademik S-1 atauD-IV, dapat mengikuti uji kompetensiuntuk memperoleh Sertifikat Pendidikapabila sudah:

a. Mencapai usia 50 (lima puluh) tahundan mempunyai pengalaman kerja 20(dua puluh) tahun sebagai Guru; atau

b. Mempunyai golongan IV/a, atau yangmemenuhi angka kredit kumulatifsetara dengan golongan IV/a.

Sebagai pelaksanaan dari ketentuanpasal 66 Peraturan Pemerintah Nomor 74Tahun 2008 tersebut Menteri PendidikanNasional mengeluarkan Peraturan MenteriNomor 10 Tahun 2009 Tentang Sertifikasi

Page 10: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[Jurnal HukumJATISWARA]

[FAKULTAS HUKUM]

48 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

Guru Dalam Jabatan sebagai penggantiPeraturan Menteri Pendidikan NasionalNomor 18 tahun 2007 sebagaimana diubahdengan Peraturan Menteri PendidikanNasional Nomor 11 Tahun 2008. Dalamketentuan Pasal 2 ayat (2) PeraturanMenteri Pendidikan Nasional Nomor 10Tahun 2009 disebutkan:

Uji kompetensi sebagaimana dimak-sud pada ayat (1) huruf a, dapat diikutioleh guru dalam jabatan yang:

a. Memiliki kualifikasi akademik sarjana(S1) atau atau diploma empat (D-IV);

b. Belum memenuhi kualifikasi akademikS-1 atau D-IV apabila sudah:1) Mencapai usia 50 tahun dan

mempunyai pengalaman kerja 20tahun sebagai guru; atau

2) Mempunyai golongan IV/a, atauyang memenuhi angka kreditkumulatif setara dengan golonganIV/a.

Meskipun ketentuan dalam Pasal 66Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun2008 Tentang Guru yang memberi kesem-patan kepada guru yang belum memilikikualifikasi Sarjana (S-1) maupun D-IV,Menteri Pendidikan Nasional membuatregulasi yang berisi tambahan berupapeluang bagi guru dalam jabatan yangbelum berkualifikasi S1 maupun D-IVuntuk dapat mengikuti sertifikasi dengansyarat bahwa guru tersebut telah diangkatmenjadi guru sebelum tanggal 30Desember 2005.5

b. Pengaturan Mengenai BentukProgram Sertifikasi

Bentuk program sertifikasi yangdilakukan oleh guru agar mendapatpengakuan sebagai guru yang profesionaladalah dalam bentuk penilaian portofolio.Dalam Peraturan Menteri Pendidikan

5 Pasal 4 ayat (2) huruf c Peraturan MenteriPendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2011.

Nasional Nomor 18 Tahun 2007disebutkan dalam Pasal 2 ayat (2) bahwa“Uji kompetensi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilakukan dalam bentukpenilaian protofolio.” Selanjutnya padaayat (3) Pasal 2 Peraturan Menteripendidikan tersebut dijelaskan bahwa:

Penilaian portofolio sebagaimanadimaksud pada ayat (2) merupakanpengakuan atas pengalaman profesionalguru dalam bentuk penilaian terhadapkumpulan dokumen yang mendeskripsi-kan:

a. Kualifikasi akademik;b. Pendidikan dan pelatihan;c. Pengalaman mengajar;d. Perencanaan dan pelaksanaan

pembelajaran;e. Penilaian dari atasan dan pengawas;f. Prestasi akademik;g. Karya pengembangan profesi;h. Keikutsertaan dalam forum ilmiah;i. Pengalaman organisasi di bidang

pendidikan dan sosial; danj. Penghargaan yang relevan dengan

bidang pendidikan.

Ketentuan yang sama juga terdapatdalam Pasal 12 ayat (2) dan (3) PeraturanPemerintah Nomor 74 Tahun 2008Tentang Guru. Persyaratan yang telahditentukan dalam Peraturan MenteriPendidikan Nasional Nomor 18 Tahun2007 tersebut telah lebih dahulu digunakansebagai payung hukum pelaksanaanprogram sertifikasi, mengingat sampaidengan tahun 2007 Peraturan Pemerintahsebagai pelaksanaan Undang-undangNomor 14 tahun 2005 belum juga di-keluarkan meskipun telah diperintahkanoleh UU No. 14 tahun 2005 yang terdapatdalajm Pasal 82 dan 83.

Portofolio yang disusun oleh gurusebagai peserta program sertifikasi tersebutkemudian dinilai oleh perguruan tinggiyang diberikan kewenangan untuk

Page 11: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[UNIVERSITAS MATARAM] [Jurnal HukumJATISWARA]

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 49

menyelenggarakan sertifikasi. Hasil daripenilaian tersebut adalah:

a. dinyatakan lulus, maka selanjutnyaguru peserta sertifikasi tersebutdiberikan sertifikat; atau

b. dinyatakan tidak lulus, menurutPeraturan Menteri Pendidikan NasionalNomor 18 Tahun 2007 pada Pasal 2ayat (5) dapat melakukan kegiatan-kegiatan untuk melengkapi dokumenportofolio agar mencapai nilai lulus;atau mengikuti pendidikan danpelatihan profesi guru yang diakhiridengan ujian sesuai persyaratan yangditentukan oleh perguruan tinggipenyelenggara sertifikasi yangmencakup kompetensi pedagogik,kepribadian, sosial, dan profesional.

Bagi guru yang mengikuti ujiantersebut apabila dinyatakan:

a. lulus, maka mendapat sertifikatpendidik;

b. tidak lulus, diberi kesempatan untukmengulang ujian materi pendidikan danpelatihan yang belum lulus.

Ketentuan ujian bagi guru sebagaipeserta program sertifikasi menurutPeraturan Pemerintah Nomor 74 tahun2008 terdapat dalam Pasal 12 ayat (5)berbunyi:

Dalam penilaian portofoliosebagaimana dimaksud pada ayat (4), GuruDalam Jabatan yang belum mencapaipersyaratan uji kompetensi untukmemperoleh Sertifikat Pendidik diberikesempatan untuk:

a. melengkapi persyaratan portofolio;atau

b. mengikuti pendidikan dan pelatihan diperguruan tinggi yang memilikiprogram pengadaan tenagakependidikan yang terakreditasi danditetapkan oleh Pemerintah.

Berikut ini adalah diagram alur ujikompetensi bagi guru sebagai pesertaprogram sertifikasi dalam bentukportofolio:

Penilaian Portofolio bagi GuruDalam Jabatan Menurut Peraturan MenteriPendidikan Nasional Nomor 18 tahun2007:

Penilaian Portofolio bagi Guru Dalam Jabatan Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008:

GuruPeserta

Sertifikasi

Portofolio

Lulus

TidakLulus

Sertifikat pendidik

Lakukan kegiatanMelengkapi portofolio

Mengikuti diklatProfesi guru

Lulus (dapatsertifikat)

Tidak Lulus(ikut ujianulang)

GuruPesertaSertifikasi

Portofolio

Lulus

Tidak Lulus

Sertifikat pendidik

Melengkapiportofolio

Mengikuti diklat

Page 12: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[Jurnal HukumJATISWARA]

[FAKULTAS HUKUM]

50 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

Selain pemberian sertifikat dalambentuk portofolio, juga sertifikat pendidikdapat diberikan secara langsung kepadaguru tanpa melalui penilaian portofolio.Ketentuan ini terdapat dalam Pasal 2 ayat(1) Peraturan Menteri Pendidikan NasionalNomor 10 Tahun 2009 Tentang Sertifikasibagi Guru Dalam Jabatan yang berbunyi:

(1) Sertifikasi bagi guru dalam jabatandilaksanakan melalui:a. Uji kompetensi untuk memperoleh

sertifikat pendidik;b. Pemberian sertifikat pendidik

secara langsung.

Untuk uji kompetensi sebagaimanadimaksud di atas diikuti oleh guru sebagaipeserta program sertifikasi melaluipenilaian portofolio dan diikuti oleh guruseperti yang disyaratkan dalam PeraturanPemerintah Nomor 74 tahun 2008 dan jugaPeraturan Menteri Nomor 18 Tahun 2007,Peraturan Menteri Pendidikan NasionalNomor 10 tahun 2009 yakni diikuti olehguru yang telah memenuhi kualifikasiakademik S-1 atau D-IV. Bagi guru yangbelum memenuhi kualifikasi akademik S-1atau D-IV dapat mengikuti sertifikasidengan syarat telah berusia 50 tahun danmempunyai pengalaman kerja 20 tahunsebagai guru, atau mempunyai golonganIV/a, atau yang memenuhi angka kreditkumulatif setara dengan golongan IV/a.

Peraturan Menteri PendidikanNasional Nomor 10 tahun 2009memberikan kelonggaran bagi guru yangyang telah memeliki kualifikasi akademikS-2 atau S-3 maupun bagi guru yang telahmempunyai golongan IV/c diberikansertifikat langsung tanpa mengikutipenilaian portofolio. Ketentuan ini terdapatdalam Pasal 2 ayat (11) Peraturan MenteriPendidikan Nasional Nomor 10 tahun2009 yang selengkapnya berbunyi:

Pemberian sertifikat pendidik secaralangsung sebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf b diberikan kepada:

a. Guru yang sudah memiliki kualifikasiakademik S-2 atau S-3 dari perguruantinggi terakreditasi dalam bidangkependidikan atau bidang studi yangrelevan dengan mata pelajaran ataurumpun mata pelajaran yangdiampunya dengan golongan sekurang-kurangnya IV/b atau yang memenuhiangka kredit kumulatif setara dengangolongan IV/b; atau

b. Guru kelas yang sudah memilikikualifikasi akademik S-2 atau S-3 dariperguruan tinggi terakreditasi dalambidang kependidikan atau bidang studiyang relevan dengan tugas yangdiampunya dengan golongan sekurang-kurangnya IV/b atau yang memenuhiangka kredit kumulatif setara dengangolongan IV/b; atau

c. Guru bimbingan dqan konseling ataukonselor yang sudah memilikikualifikasi akademik S-2 atau S-3 dariperguruan tinggi terakreditasi dalambidang kependidikan atau bidang studiyang relevan dengan tugas bimbingandan konseling dengan golongansekurang-kurangnya IV/b atau yangmemenuhi angka kredit kumulatifsetara dengan golongan IV/b; atau

d. Guru yang diangkat dalam jabatanpengawas pada satuan pendidikan yangsudah memiliki kualifikasi akademikS-2 atau S-3 dari perguruan tinggiterakreditasi dalam bidangkependidikan atau bidang studi yangrelevan dengan tugas kepengawasandengan golongan sekurang-kurangnyaIV/b atau yang memenuhi angka kreditkumulatif setara dengan golonganIV/b; atau

e. Guru yang sudah mempunyaigolongan serendah-rendahnya IV/c,atau yang memenuhi angka kreditkumulatif setara dengan golongan

Page 13: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[UNIVERSITAS MATARAM] [Jurnal HukumJATISWARA]

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 51

IV/c. dengan cara memverifikasikeabsahan dan kebenaran dokumen.

Peraturan Menteri PendidikanNasional Nomor 11 Tahun 2011 TentangSertifikasi Bagi Guru Dalam jabatan padaPasal 2 ayat (1) mengatur mengenai:

a. Penilaian portofolio;b. Pendidikan dan latihan profesi

guru;c. Pemberian sertifikat pendidik

secara langsung; ataud. Pendidikan profesi guru.”

Ketentuan tersebut di atas diberikankepada guru sebagai peserta sertifikasiuntuk dapat memilih satu diantara empatbentuk penilaian sertifikasi tersebut di atas.

Guru dalam jabatan yang memilihsertifikasi melalui penilaian portofolioharus mengikuti tes awal yangdikoordinasikan oleh KonsorsiumSertifikasi Guru. Selanjutnya guru dalamjabatan yang lulus tes awal harusmenyerahkan portofolio untuk penilaian;dan bagi guru dalam jabatan yang tidaklulus dalam tes awal harus mengikutipendidikan dan latihan profesi guru(PLPG), sedangkan bagi guru yangmemenuhi persyaratan kelulusan akademikdan administrasi penilaian portofoliomendapat sertifikat pendidik.1

Guru yang belum memenuhi syaratkelulusan administrasi penilaian portofoliodapat melengkapi administrasi portofolio,sedangkan guru dalam jabatan yang belummemenuhi syarat kelulusan akademikpenilaian portofolio mengikuti pendidikandan latihan profesi guru (PLPG) yangdiakhiri uji kompetensi.2

Guru yang memilih untuk mengikutiprogram sertifikasi guru melalui pendidi-

1 Pasal 5 Peraturan menteri Pendidikan NasionalNomor 11 Tahun 2011.

2 Pasal 6 Peraturan Menteri Pendidkan NasionalNomor 11 Tahun 2011.

kan dan latihan profesi guru (PLPG)diperuntukkan bagi guru yang:

a. Tidak memiliki kesiapan diri untukpenilaian portofolio;

b. Tidak lulus penilaian portofolio; danc. Dinyatakan tidak memenuhi persyara-

tan untuk memperoleh sertifikatpendidik secara langsung.3

Guru dalam jabatan yang luluspendidikan dan latihan profesi guru(PLPG) mendapat sertifikat pendidik,sedangkan bagi guru yang tidak luluspendidikan dan latihan profesi guru diberikesempatan mengulang uji kompetensisatu kali.4

Sedangkan sertifikasi melaluipemberian sertifikat pendidik secaralangsung diperuntukkan bagi:

a. Guru yang sudah memiliki kualifikasiakademik S-2 atau S-3 dari perguruantinggi terakreditasi dalam bidangkependidikan atau bidang studi yangrelevan dengan mata pelajaran ataurumpun mata pelajaran yangdiampunya dengan golongan sekurang-kurangnya IV/b atau yang memenuhiangka kredit kumulatif setara dengangolongan IV/b; atau

b. Guru kelas yang sudah memilikikualifikasi akademik S-2 atau S-3 dariperguruan tinggi terakreditasi dalambidang kependidikan atau bidang studiyang relevan dengan tugas yangdiampunya dengan golongan sekurang-kurangnya IV/b atau yang memenuhiangka kredit kumulatif setara dengangolongan IV/b; atau

c. Guru bimbingan dqan konseling ataukonselor yang sudah memilikikualifikasi akademik S-2 atau S-3 dariperguruan tinggi terakreditasi dalam

3 Pasal 7 Peraturan Menteri Pendidikan NasionalNomor 11 Tahun 2011.

4 Pasal 8 Peraturan Menteri Pendidikan NasionalNomor 11 Tahun 2011.

Page 14: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[Jurnal HukumJATISWARA]

[FAKULTAS HUKUM]

52 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

bidang kependidikan atau bidang studiyang relevan dengan tugas bimbingandan konseling dengan golongansekurang-kurangnya IV/b atau yangmemenuhi angka kredit kumulatifsetara dengan golongan IV/b; atau

d. Guru yang diangkat dalam jabatanpengawas pada satuan pendidikan yangsudah memiliki kualifikasi akademikS-2 atau S-3 dari perguruan tinggiterakreditasi dalam bidang kependidi-kan atau bidang studi yang relevandengan tugas kepengawasan dengangolongan sekurang-kurangnya IV/batau yang memenuhi angka kreditkumulatif setara dengan golonganIV/b; atau

e. Guru yang sudah mempunyai golonganserendah-rendahnya IV/c, atau yangmemenuhi angka kredit kumulatifsetara dengan golongan IV/c. 5

c. Pengaturan tentang PembayaranSertifikasi

Tindak lanjut dari pemberiansertifikat pendidik bagi guru yang telahdinyatakan lulus mengikuti programsertifikasi adalah pemberian tambahanpenghasilan berupa tunjangan yang disebuttunjangan profesi. Tunjangan profesiadalah tunjangan yang diberikan kepadaguru yang memiliki sertifikat pendidiksebagai penghargaan atas profesionalitas-nya.6

Dalam melaksanakan tugas keprofe-sionalannya, guru berhak memperolehpenghasilan di atas kebutuhan hidupminimum dan jaminan kesejahteraansosial.7 Penghasilan di atas kebutuhanhidup minimum menurut Penjelasan Pasal14 ayat (1) Undang-undang Nomor 14

5 Pasal 9 Peraturan Menteri Pendidikan NasionalNomor 11 Tahun 2011.

6 Penjelasan Pasal 15 ayat (1) Undang UndangNomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.

7 Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.

Tahun 2005 adalah pendapatan yangcukup untuk memenuhi kebutuhan hidupguru dan keluarganya secara wajar, baiksandang, pangan, papan, kesehatan,pendidikan, rekreasi dan jaminan hari tua.

Pasal 15 ayat (1) Undang-undangNomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru danDosen menyatakan bahwa:

Penghasilan di atas kebutuhan hidupminimum sebagaimana dimaksud dalamPasal 14 ayat (1) huruf a meliputi gajipokok, tunjangan yang melekat pada gaji,serta penghasilan lain berupa tunjanganprofesi, tunjangan fungsional, tunjangankhusus, dan maslahat tambahan yangterkait dengan tugasnya sebagai guru yangditetapkan dengan prinsip penghargaanatas dasar prestasi.

Pengaturan mengenai besarnyatunjangan profesi bagi guru yang telahdinyatakan lulus mengikuti programsertifikasi diatur dalam Pasal 16 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 yangselengkapnya berbunyi:

(1) Pemerintah memberikan tunjanganprofesi sebagaimana dimaksud dalamPasal 15 ayat (1) kepada guru yangtelah memiliki sertifikat pendidik yangdiangkat oleh penyelenggara pendidi-kan dan/atau satuan pendidikan yangdiselenggarakan oleh masyarakat.

(2) Tunjangan profesi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diberikansetara dengan 1 (satu) kali gaji pokokyang diangkat oleh satuan pendidikanyang diselenggarakan oleh pemerintahatau pemerintah daerah pada tingkat,masa kerja, dan kualifikasiyang sama.

(3) Tunjangan profesi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dialokasikandalam anggaran pendapatan danbelanja negara (APBN) dan/atauanggaran pendapatan dan belanjadaerah.

Page 15: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[UNIVERSITAS MATARAM] [Jurnal HukumJATISWARA]

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 53

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenaitunjangan profesi guru sebagaimanadimaksud pada ayat (1), ayat (2) danayat (3) diatur dengan PeraturanPemerintah.

Guru yang telah mendapatkansertifikat pendidik berkewajiban me-menuhi beban kerja sebagai guru,sebagaimana yang telah ditentukan didalam Pasal 35 Undang-undang Nomor 14Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen yangmenyatakan bahwa:

(1) Beban kerja guru mencakup kegiatanpokok yaitu merencanakan pem-belajaran, melaksanakan pembela-jaran, menilai hasil pembelajaran,membimbing dan melatih pesertadidik, serta melaksanakan tugastambahan;

(2) Beban kerja guru dalam melaksanakanproses pembelajaran sebagaimanadimaksud pada ayat (1) adalahsekurang-kurangnya 24 (dua puluhempat) jam tatap muka dalam 1 (satu)minggu;

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenaibeban kerja guru sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Menelaah ketentuan Pasal 35tersebut di atas, menurut penulis telahterjadi pertentangan norma dalam satuperaturan yang sama, yaitu ketentuan Pasal35 ayat (1) dengan Pasal 35 ayat (2),dimana dalam Pasal 35 ayat (1) mengaturtentang beban pokok guru terdiri darimerencanakan pembelajaran, melaksana-kan pembelajaran, menilai hasil pem-belajaran, membimbing dan melatihpeserta didik, dan tugas tambahan.

Sedangkan Pasal 35 ayat (2) hanyamengakui beban pokok guru itu adalahpelaksanaan pembelajaran saja, yaknidengan mensyaratkan 24 (dua puluhempat) jam tatap muka dalam satu minggu,

baru seorang guru dapat memperolehtunjangan profesi.

Sebagai tindak lanjut dari ketentuanPasal 16 ayat (4) Undang-undang Nomor14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen,maka pemerintah telah mengeluarkanPeraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun2008 Tentang Guru dan PeraturanPemerintah Nomor 41 Tahun 2009Tentang Tunjangan Profesi Guru danDosen, Tunjangan Khusus Guru danDosen, Serta Tunjangan KehormatanProfesror.

Pasal 15 ayat (1) PeraturanPemerintah Nomor 74 Tahun 2008Tentang Guru dikatakan bahwa:

Tunjangan profesi diberikan kepadaGuru yang memenuhi persyaratan sebagaiberikut:

a. memiliki satu atau lebih SertifikatPendidik yang telah diberi satu nomorregistrasi Guru oleh Departemen;

b. memenuhi beban kerja sebagai Guru;c. mengajar sebagai Guru mata pelajaran

dan/atau Guru kelas pada satuanpendidikan yang sesuai denganperuntukan Sertifikat Pendidik yangdimilikinya;

d. terdaftar pada Departemen sebagaiGuru Tetap;

e. berusia paling tinggi 60 (enam puluh)tahun; dan

f. tidak terikat sebagai tenaga tetap padainstansi selain satuan pendidikan tempatbertugas.

Selain Peraturan Pemerintah Nomor74 Tahun 2008 Tentang Guru, pemerintahjuga telah mengeluarkan PeraturanPemerintah Nomor 41 Tahun 2009Tentang Tunjangan Profesi Guru danDosen, Tunjangan Khusus Guru danDosen, Serta Tunjangan KehormatanProfesror. Menurut Pasal 3 ayat (1)Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun2009 bahwa guru dan dosen yang telah

Page 16: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[Jurnal HukumJATISWARA]

[FAKULTAS HUKUM]

54 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

memiliki sertifikat pendidik danmemenuhi persyaratan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangandiberi tunjangan profesi setiap bulan.

Selanjutnya Pasal 4 PeraturanPemerintah Nomor 41 Tahun 2009menyebutkan bahwa tunjangan profesibagi guru dan dosen pegawai negeri sipilyang menduduki jabatan fungsional gurudan dosen diberikan sebesar 1 (satu) kaligaji pokok pegawai negeri sipil yangbersangkutan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

Selanjutnya Pasal 7 PeraturanPemerintah Nomor 41 Tahun 2009menyatakan bahwa tunjangan profesi bagiguru diberikan diberikan terhitung mulaibulan januari tahun berikutnya setelahyang bersangkutan mendapat NomorRegistrasi Guru dari Departemen. Pem-berian tunjangan profesi bagi guru inidihentikan oleh pemerintah apabila guruyang bersangkutan tidak memenuhi lagisyarat sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

Pembayaran tunjangan profesi gurudiberikan setelah Menteri Keuanganmengeluarkan Peraturan Menteri Ke-uangan (PMK) yang mengatur tentangPedoman Umum dan Alokasi TunjanganProfesi Guru Pegawai Negeri Sipil Daerahsetiap tahunnya. Dalam Peraturan MenteriKeuangan tersebut dinyatakan dalam Pasal4 ayat (2) bahwa penyaluran tunjanganprofesi guru pelaksanaannya dibayarkansetiap triwulan, yakni triwulan pertamadibayarkan pada minggu terakhir bulanMaret, triwulan kedua dibayarkan padaminggu terakhir bulan Juni, pembayarantriwulan ketiga dilaksanakan pada mingguterakhir bulan September, dan triwulankeempat dibayarkan pada minggu terakhirbulan November.

Menilik kedua peraturan perundang-undangan tersebut di atas, yakni Peraturan

Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009 yangmenyatakan pada Pasal 3 ayat (1) bahwapembayaran tunjangan profesi diberikansetiap bulan, sedangkan pada PeraturanMenteri Keuangan yakni pada Pasal 4 ayat(2) pembayaran dilakukan setiap triwulan.Dengan demikian dapat dikatakan bahwatelah terjadi insinkronisasi antara PeraturanPemerintah Nomor 41 Tahun 2009 denganPeraturan Menteri Keuangan yang di-keluarkan setiap tahun pembayaran, yakniPMK Nomor 71/PMK.07/2011, PMKNomor 72/PMK.07/2011 dan PMK Nomor34/PMK.07/2012.

Merujuk pada Teori Perundang-undangan atau Teori Kepastian Hukumsebagai pisau analisis dalam mengupasmasalah ini, sebagaimana dikemukakanterdahulu bahwa untuk di Indonesiaimplementasinya terdapat di dalamUndang-Undang Nomor 12 Tahun 2011Tentang Pembentukan PeraturanPerundang-Undangan sebagai penggantidari Undang-Undang Nomor 10 Tahun2004 Tentang Pembentukan PeraturanPerundang-Undangan. Menurut PenjelasanPasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor12 Tahun 2011 menyatakan bahwa padaasasnya Peraturan Perundang-undanganyang lebih rendah tidak boleh bertentangandengan Peraturan Perundang-undanganyang lebih tinggi.

Apabila dikaitkan dengan pelaksana-an sertifikasi guru, maka ditemukanadanya insinkronisasi secara vertikal darisegi format peraturan, yaitu peraturan yanglebih rendah bertentangan denganperaturan yang lebih tinggi, yakni antaraPeraturan Menteri Keuangan (PMK)dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41Tahun 2009 Tentang Tunjangan ProfesiGuru dan Dosen, Tunjangan Khusus Gurudan Dosen, Tunjangan KehormatanProfesor.

Peraturan Menteri Keuangan (PMK)yang dijadikan pedoman pembayaran

Page 17: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[UNIVERSITAS MATARAM] [Jurnal HukumJATISWARA]

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 55

tunjangan profesi guru setiap tahunnya,tidak sejalan dengan kehendak PeraturanPemerintah Nomor 41 Tahun 2009. Dalamhal ini maka asas hukum yang digunakanadalah Asas Lex Superior Drogate LegiImperior, yaitu peraturan yang lebih tinggimengenyampingkan peraturan yang lebihrendah.

Mengacu pada asas hukum tersebutdi atas, maka sepatutnya PMK yangmengatur mengenai tunjangan profesi guruharus mengacu pada ketentuan PeraturanPemerintah Nomor 41 Tahun 2009 agartunjangan profesi guru dibayarkan setiapbulan, bukan setiap triwulan.

Keseluruhan bahasan di atas, dapatditarik simpulan sementara bahwapengaturan tunjangan profesi guru padadasarnya mengacu kepada Undang-undangNomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru danDosen, yang selanjutnya secara teknisdiatur lebih lanjut dalam PeraturanPemerintah Nomor 74 Tahun 2008Tentang Guru, Peraturan PemerintahNomor 41 Tahun 2009 Tentang TunjnganProfesi Guru dan Dosen, TunjanganKhusus Guru dan Dosen, TunjanganKehormatan Profesor.

Peraturan Menteri yang mengaturtentang sertifikasi ini adalah PeraturanMenteri Pendidikan Nasional Nomor 18Tahun 2007, Peraturan Menteri PendidikanNasional Nomor 11 Tahun 2008, PeraturanMenteri Pendidikan Nasional Nomor 10Tahun 2009, Peraturan Menteri PendidikanNasional, Nomor 11 Tahun 2011 danPeraturan Menteri Pendidikan NasionalNomor 5 Tahun 2012, semuanya TentangSertifikasi Guru Dalam Jabatan.Sedangkan untuk pembayaran tunjanganprofesi guru diatur dalam PeraturanMenteri Keuangan (PMK) yangdikeluarkan setiap tahun pembayaransebagai pedoman pembayaran tunjanganprofesi guru.

2. Penerapan Undang-undang Nomor14 Tahun 2005 di Kota Mataram

Pelaksanaan sertifikasi guru di KotaMataram dilaksanakan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Penetapan Peserta Program Sertifi-kasi

Untuk menentukan peserta programsertifikasi guru di Kota Mataram tidakdilakukan menurut kemauan DinasPendidikan, Pemuda dan Olah Raga(Dikpora) Kota Mataram, tetapi lebihmengacu kepada ketentuan peraturanperundang-undangan yang ada. Langkahpertama yang dilakukan oleh DinasDikpora Kota Mataram setelahmendapatkan pemberitahuan jumlah kuotaKota Mataram untuk mengikuti sertifikasiadalah menginventarisir guru sebagaicalon peserta program sertifikasi.8

Penentuan persyaratan peserta diaturdalam Pedoman Penetapan Peserta yangdikeluarkan oleh Kementerian Pendidikandan Kebudayaan diantaranya mengaturmengenai persyaratan peserta danpenetapan peserta sertifikasi guru.

a. Persyaratan PesertaSyarat guru untuk menjadi peserta

sertifikasi adalah:

Guru yang masih aktif mengajar dibawah binaan KementerianPendidikan dan Kebudayaan;

Memiliki kualifikasi akademikSarjana (S-1) atau D-IV dariprogram studi yang terakreditasiatau minimal memiliki izinpenyelenggaraan;

Guru yang belum memilikikualifikasi akademik S-1 dan D-IVtetapi pada tanggal 1 Januari tahunberjalan pelaksanaan sertifikasisudah mencapai usia 50 tahun dan

8 Wawancara dengan Sekretaris Dikpora KotaMataram tanggal 19 Januari 2013.

Page 18: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[Jurnal HukumJATISWARA]

[FAKULTAS HUKUM]

56 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

mempunyai pengalaman kerja 20tahun sebagai guru; ataumempunyai golongan IV/a ataumemenuhi angka kredit kumulatifsetara dengan golongan IV/a yangdibuktikan dengan SK kenaikanpangkat;

Sudah menjadi guru pada satuanpendidikan pada saat Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005tentang guru dan Dosen ditetapkantanggal 30 Desember 2005;

Pada tanggal 1 Januari tahunberikutnya belum memasuki usia60 tahun;

Sehat jasmani dan rohanidibuktikan dengan suratketerangan sehat dari dokter;

Memiliki Nomor Unik Pendidikandan Tenaga Kependidikan(NUPTK);9

Selain persyaratan tersebut di atas,terdapat juga persyaratan khususnya bagiguru satuan pendidikan yang memilikikualifikasi akademik magister (S-2) ataudoktor (S-3) dari perguruan tinggiterakreditasi dalam bidang kependidikanatau bidang studi yang relevan denganmata pelajaran atau rumpun mata pelajaranyang diampunya, dengan golongansekurang-kurangnya IV/b atau yangmemenuhi angka kredit kumulatif setaradengan golongan IV/b, diberikan sertifikatsecara langsung.

Demikian juga bagi guru satuanpendidikan yang memiliki golonganserendah-rendahnya IV/c atau yangmemenuhi angka kredit kumulatif setaradengan golongan IV/c, diberikan sertifikatsecara langsung.

b. Penetapan Peserta

9 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikandan Penjaminan Mutu Pendidikan, Sertifikasi GuruDalam Jabatan, Buku 1 Pedoman Penetapan Peserta,2011, halaman 12-13.

Setelah kuota guru yang menjadipeserta sertifikasi untuk Kota Mataramtelah diterima, maka Dinas Dikporamenyampaikan kepada seluruh sekolahyang ada di Kota Mataram mengenaijumlah guru yang akan diusulkan untukmenjadi peserta program sertifikasimasing-masing sekolah.

Setelah diinventarisir usulan darimasing-masing sekolah, Dinas DikporaKota Mataram menetapkan pesertaProgram Sertifikasi untuk tahun tersebutdengan ketentuan sebagai berikut:

Semua guru yang telah memenuhipersyaratan memiliki kesempatan yangsama untuk menjadi peserta programsertifikasi;

Guru yang sudah mengikuti sertifikasitetapi didiskualifikasi sesuai denganPasal 63 ayat (5) Peraturan PemerintahNomor 74 Tahun 2008 kehilanganhaknya sebagai peserta sertifikasi;

Urutan peserta sertifikasi mem-perhatikan faktor usia, masa kerjasebagai guru dan pangkat/golongan.10

Dinas Dikpora Kota Mataram jugadapat menghapus calon peserta sertifikasiyang sudah tercantum namanya dalamdaftar calon sertifikasi guru yang sudahdisetujui Lembaga Penjamin MutuPendidikan (LPMP) dengan alasan yangdapat dipertanggung jawabkan, yaituMeninggal dunia, Sakit permanen,Melakukan pelanggaran disiplin, Mutasike jabatan selain guru, Mutasi kekabupaten/kota lain, Mengajar sebagaiguru tetap di kementerian lain, Pensiun,Mengundurkan diri sebagai peserta, Sudahmemiliki sertifikat pendidik dikementerian lain.

10 Ibid, halaman 14 dan 16.

Page 19: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[UNIVERSITAS MATARAM] [Jurnal HukumJATISWARA]

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 57

b. Prosedur Operasional StandarPeserta Program Sertifikasi

Penetapan peserta sertifikasi guruharus dilakukan secara transparan danberkeadilan sesuai aturan prioritas. Prosespenetapan peserta melalui beberapatahapan sesuai dengan petunjuk yangterdapat dalam Pedoman PersyaratanPeserta yang dikeluarkan oleh Kemen-terian Pendidikan dan Kebudayaan.11

Dalam Pedoman Persyaratan Pesertatersebut adalah:

a. Tahap Persiapan;Setelah kuota Kota Mataram

telah ditetapkan oleh BadanPengembangan Sumber Daya ManusiaPendidikan dan Penjaminan MutuPendidikan (PSDMP-PMP) berdasar-kan data jumlah guru pada dataNUPTK yang memenuhi persyaratansesuai persyaratan peserta dan belummemiliki sertifikat pendidik, makaDinas Dikpora Kota Matarammelakukan langkah-langkah sebagaiberikut:

Pembentukan Panitia SertifikasiGuru di tingkat Dikpora KotaMataram yang bertugas danbertanggungjawab terkait prosespenetapan peserta sertifikasi guru,seperti melakukan update data gurupada sistem NUPTK, mencetakFormat A0 dari SP2SG danmemberikan kepada calon peserta,melakukan verifikasi data calonpeserta sertifikasi guru, melakukanentry data A1 pada AP2SG;mendistribusikan Format A1 yangsudah disahkan LPMP kepadapeserta sertifikasi guru.

Sosialisasi Sertifikasi Guru dalamjabatan yang dilaksanakan denganmelibatkan peserta dari Kota

11 Wawancara dengan Sekretaris Dikpora KotaMataram tanggal 2 Februari 2013.

Mataram. Materi sosialisasi antaralain alur pelaksanaan sertifikasiguru, kuota sertifikasi guru,perbaikan data guru pada sistempendataan NUPTK, mekanismepenetapan peserta melalui AP2SG,jadwal pelaksanaan sertifikasi guru.

Pembaharuan (Update) Data Gurupada NUPTK yang dilakukan olehoperator Dinas Dikpora KotaMataram dengan menggunakanprosedur pendataan NUPTK yangsudah ada. Pembaharuan dataNUPTK mempengaruhi urutandalam daftar calon pesertasertifikasi guru.12

b. Tahap Registrasi Peserta;Tahapan ini dimulai setelah

Dinas Dikpora Kota Matarammelakukan update data NUPTK, makaAplikasi Penetapan Peserta SertifikasiGuru (AP2SG) memunculkan daftarcalon peserta. Tahapan registrasipeserta ini dilakukan kegiatan:

Membuka daftar calon pesertasertifikasi guru melalui AP2SG;

Verifikasi dan pembersihan daftarcalon peserta;

Cetak Bukti Calon Peserta (FormatA0);

Verifikasi data pada Format A0oleh guru;

Guru menyerahkan Format A0 dandokumen/berkas sertifikasi keDinas Dikpora Kota Mataram;

Perbaikan data calon peserta olehDinas Dikpora Kota Mataram.13

c. Tahap Finalisasi Penetapan Peserta;Dalam tahapan ini dilakukan

kegiatan sebagai berikut:

Verifikasi dan validasi berkaspendukung;

Persetujuan data peserta;

12 Wawancara dengan Sekretaris Dikpora KotaMataram tanggal 2 Februari 2013.

13 Wawancara dengan Sekretaris Dikpora KotaMataram tanggal 2 Februari 2013

Page 20: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[Jurnal HukumJATISWARA]

[FAKULTAS HUKUM]

58 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

Penetapan nomor peserta; Pencetakan dan penandatangan

Format A1; Pencetakan Format B1; Pendistribusian Format A1 kepada

peserta sertifikasi guru; Pendistribusian berkas peserta dan

Format A1 ke LPTK.14

c. Realisasi Pelaksanaan SertifikasiGuru di Kota Mataram

Pelaksanaan Program Ser-tifikasiGuru di Indonesia dimulai sejak tahun2006, termasuk juga guru-guru di KotaMataram mendapatkan kesempatan untukmengikuti sertifikasi guru mulai tahun2006.

Jumlah guru pegawai negeri sipil(PNS) sampai dengan tahun 2012 adalahsebanyak 3.063 orang yang tersebar dalamenam strata pendidikan di Kota Mataramyakni Taman Kanak-Kanak (TK), SekolahDasar (SD), Sekolah Menengah Pertama(SMP), Sekolah Luar Biasa (SLB),Sekolah Menengah Umum (SMA) danSekolah Menengah Kejuruan (SMK)dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 11: Jumlah Guru PNS di KotaMataram sampai Tahun2012

No Satuan Pendidikan Jumlah

1Taman Kanak Kanak(TK)

142

2 Sekolah Dasar (SD) 1.395

3Sekolah Luar Biasa(SLB)

39

4Sekolah MenengahPertama (SMP)

693

5Sekolah Menengah Atas(SMA)

393

6Sekolah MenengahKejuruan (SMK)

401

Sumber Data: Dinas Dikpora KotaMataram 2013.

14 Wawancara dengan Sekretaris Dikpora KotaMataram tanggal 2 Februari 2013

Berdasarkan jumlah guru PNStersebut, menurut data yang ada di DinasDikpora Kota Mataram bahwa guru yangsudah mengikuti sertifikasi dari tahun2006 sampai dengan tahun 2012 adalahsebanyak 2.516 orang dengan rinciansebagai berikut:

Tabel 12: Jumlah Guru PNS SudahSertifikasi Tahun 2006-2012

No Satuan Pendidikan Jumlah

1Taman Kanak Kanak(TK)

94

2 Sekolah Dasar (SD) 1.048

3Sekolah Luar Biasa(SLB)

32

4Sekolah MenengahPertama (SMP)

652

5Sekolah Menengah Atas(SMA)

341

6Sekolah MenengahKejuruan (SMK)

349

Sumber Data: Dinas Dikpora KotaMataram 2013.

Tabel 13: Rekapitulasi PesertaSertifikasi Guru PNS & Non PNS

No Tahun Kuota LulusTidakLulus

Kete-rangan

1 2006 51 51 0JumlahLulusterdiri dari:PNS = 2516dan NonPNS = 102

2 2007 457 457 03 2008 402 402 04 2009 198 198 05 2010 178 169 96 2011 609 607 37 2012 760 735 25

Jumlah 2655 2618 37

Sumber Data: Dinas Dikpora KotaMataram 2013.

Dari data yang tersaji di atas, dapatdilihat bahwa dari jumlah guru yangberstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil(PNS) di Kota Mataram sebanyak 3.063orang tersebut, yang telah mengikutisertifikasi dari tahun 2006 sampai dengan

Page 21: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[UNIVERSITAS MATARAM] [Jurnal HukumJATISWARA]

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 59

tahun 2012 adalah sebanyak 2.516 orangtermasuk guru yang menjadi pengawas.

Peserta sertifikasi bagi guru di KotaMataram jumlah atau kuotanya sudahditentukan oleh Menteri PendidikanNasional yang sekarang telah dirubahnomen klaturnya menjadi MenteriPendidikan dan Kebudayaan. Untuk KotaMataram jumlah kuotanya sejak tahun2006 sampai dengan 2012 selalu tidaksama karena tergantung dari kesediaananggaran di Kementerian Pendidikan danKebudayaan.

Berikut di bawah ini akan disajikanperkembangan sertifikasi bagi guru diKota Mataram sejak tahun 2006 sampaidengan 2012 dengan perincian sebagaiberikut:

Tabel 14: Jlh Guru Sertifikasi KotaMataram Tahun 2006 Kuota 51 Orang

No. Guru F PLPG Jumlah1 Taman Kanak

Kanak (TK)0 0 0

2 Sekolah Dasar(SD)

7 9 26

3 SekolahMenengahPertama (SMP)

3 2 25

4 Sekolah LuarBiasa (SLB)

0 0 0

5 SekolahMenengah Atas(SMA)

0 0 0

6 SekolahMenengahKejuruan (SMK)

0 0 0

Jumlah 0 1 51

Sumber Data Dinas Dikpora KotaMataram 2013 setelah diolah

Jumlah kuota yang diterima olehKota Mataram untuk peserta sertifikasiguru pada tahun 2006 sebagai tahunpertama pelaksanaan sertifikasi guru diIndonesia adalah sebanyak 51 orang.Sesuai ketentuan yang berlaku, bahwabentuk penilaian sertifikasi guru pada saat

itu adalah menggunakan bentuk porto folio(PF). Apabila guru yang mengikutisertifikasi dengan menggunakan penilaianporto folio tidak lulus, maka barulahpenilaian dilakukan dengan menggunakanPLPG. Untuk guru di Kota Mataram padatahun 2006, sertifikasi hanya diikuti olehguru sekolah dasar dan sekolah menengahpertama, dengan pertimbangan bahwapeserta sertifikasi dilaksanakan denganmenerapkan asas objektif dan transparan,serta mempertimbangkan faktor usia gurudi Kota Mataram.

Jumlah kuota Kota Mataram adalahsebanyak 51 orang, diikuti guru sekolahdasar sebanyak 26 orang dan guru darisekolah menengah pertama sebanyak 25orang. Dari keseluruhan peserta tersebut,yang dinyatakan lulus melalui penilaianporto folio sebanyak 20 orang dan yangtidak lulus porto folio sebanyak 31 orang,kemudian mereka yang tidak lulus portofolio tersebut mengikuti penilaian melaluiPLPG.

Pertama kali dilaksanakannyasertifikasi guru di Indonesia adalah padatahun 2006, sedangkan peraturanperundang-undangan yang menjadi payunghukum dilaksanakannya sertifikasi gurusebagaimana diatur dalam Undang-undangNomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru danDosen adalah Peraturan MenteriPendidikan Nasional Nomor 18 Tahun2007 Tentang Sertifikasi Guru DalamJabatan yang ditetapkan berlakunya padatanggal 4 Mei 2007. Peraturan MenteriPendidikan Nasional tersebut mulaiberlaku sejak tanggal ditetapkan, artinyapelaksanaan sertifikasi bagi guru dalamjabatan dimulai pada tahun 2007berdasarkan Peraturan Menteri PendidikanNasional Nomor 18 Tahun 2007. Namunperlu untuk diketahui, bahwa dalam pasal7 Peraturan Menteri Pendidikan NasionalNomor 18 Tahun 2007 dinyatakan bahwa”Guru yang terdaftar sebagai calon peserta

Page 22: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[Jurnal HukumJATISWARA]

[FAKULTAS HUKUM]

60 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

sertifikasi guru pada tahun 2006 dan telahmemiliki sertifikat pendidik dan nomorregistrasi guru dari DepartemenPendidikan Nasional sebelum Oktober2007 memperoleh tunjangan profesipendidik terhitung mulai 1 Oktober 2007.”

Menurut Koordinator Pendidikandan Latihan Profesi Guru (PLPG)Universitas Mataram, peserta sertifikasiguru yang terdaftar pada tahun 2006dintegrasikan pelaksanaannya pada tahun2007, karena pelaksanaan sertifikasi bagiguru yang direncanakan mulai tahun 2006belum memiliki dasar hukum.

Tabel 15: Jlh Guru Sertifikasi KotaMataram Tahun 2007 Kuota 457 Orang

No Guru F PLPG Jumlah

1

TamanKanakKanak(TK)

5 14 19

2SekolahDasar (SD)

7 97 124

3

SekolahMenengahPertama(SMP)

8 47 115

4SekolahLuar Biasa(SLB)

5 2 7

5

SekolahMenengahAtas(SMA)

6 44 120

6

SekolahMenengahKejuruan(SMK)

1 41 72

Jumlah 12 245 457

Sumber Data Dinas Dikpora KotaMataram 2013 setelah diolah

Tabel 15 tersebut di atasmenunjukkan bahwa pelaksanaansertifikasi guru pada tahun 2007 untukKota Mataram diikuti oleh guru sebanyak457 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak212 orang guru yang dinyatakan luluspenilaian melalui bentuk porto folio dan

245 orang tidak lulus penilaian porto folio.Peserta sertifikasi guru Kota Mataramyang dinyatakan tidak lulus penilaian portofolio tersebut diharuskan mengikutipenilaian melalui PLPG.

Peserta program sertifikasi guru diKota Mataram yang mengikuti penilaianmelalui PLPG untuk tahun 2007 tersebutdinyatakan lulus keseluruhannya danberhak mendapatkan sertifikasi pendidik.

Tabel 16: Jlh Guru Sertifikasi KotaMataram Tahun 2008 Kuota 402 Orang

No Guru F PLPG Jumlah

1TamanKanak Kanak(TK)

0 2 2

2SekolahDasar (SD)

6 6 72

3

SekolahMenengahPertama(SMP)

0 95 165

4Sekolah LuarBiasa (SLB)

3 2 5

5SekolahMenengahAtas (SMA)

55 37 92

6

SekolahMenengahKejuruan(SMK)

37 29 66

Jumlah 231 171 402

Sumber Data Dinas Dikpora KotaMataram 2013 setelah diolah

Tabel 17: Jlh Guru Sertifikasi KotaMataram Tahun 2009 Kuota 198 Orang

No. Guru F LPG Jumlah

1Taman KanakKanak (TK)

2 2 4

2Sekolah Dasar(SD)

9 5 94

3SekolahMenengahPertama (SMP)

7 1 38

4Sekolah LuarBiasa (SLB)

1 0 1

5SekolahMenengah Atas(SMA)

9 2 21

Page 23: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[UNIVERSITAS MATARAM] [Jurnal HukumJATISWARA]

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 61

6MenengahKejuruan (SMK)

3 6 29

Jumlah 1 16 187

Sumber Data Dinas Dikpora KotaMataram 2013 setelah diolah

Untuk pelaksanaan sertifikasi guru diKota Mataram pada tahun 2008 tidakberbeda dengan pelaksanaan sertifikasiguru tahun-tahun sebelumnya, yakni daripeserta yang telah ditentukan sesuaidengan jumlah kuota untuk Kota Matarampada tahun 2008 sebanyak 402 orang yangdinyatakan lulus penilai porto folio adalahsebanyak 231 orang guru, sedangkansisanya sebanyak 171 orang guru yangtidak lulus penilaian porto folio mengikutiPLPG.

Peserta sertifikasi guru tahun 2009diikuti oleh guru PNS sebanyak 187 orangdan guru non PNS sebanyak 11 orang.Dalam Tabel 17 di atas yang nampakhanya peserta sertifikasi guru yang diikutioleh Guru PNS saja, sedangkan guru nonPNS tidak dinampakkan karena di luarmateri bahasan tulisan ini. Dari jumlahpeserta sertifikasi tahun 2009 yang diikutioleh 187 orang guru di Kota Mataram,yang dinyatakan lulus melalui penilaianporto folio adalah sebanyak 71 orangsedangkan sebanyak 116 orang harusmengikuti penilaian melalui PLPG karenadinyatakan tidak lulus melalui penilaianporto folio.

Tabel 18: Jlh Guru Sertifikasi KotaMataram Tahun 2010 Kuota 178 Orang

No. Guru F LPG Jumlah

1TamanKanakKanak (TK)

0 6 6

2SekolahDasar (SD)

2 8 90

3

SekolahMenengahPertama(SMP)

7 4 31

4SekolahLuar Biasa

3 0 3

(SLB)

5SekolahMenengahAtas (SMA)

5 1 16

6

SekolahMenengahKejuruan(SMK)

9 7 26

Jumlah 6 36 172

Sumber Data Dinas Dikpora KotaMataram 2013 setelah diolah

Pelaksanaan sertifikasi bagi guru diKota Mataram pada tahun 2010 dikuti olehsebanyak 178 orang peserta sesuai denganjumlah kuota untuk Kota Mataram. Pesertayang dinyatakan lulus melalui penilaianporto folio sebanyak 36 orang dan yangdinyakan harus mengikuti penilaianmelalui PLPG sebanyak 142 orang. Daripeserta sebanyak 142 orang tersebut, yangdinyakan lulus melalui penilaian PLPGsebanyak 136 orang dan yang dinyatakantidak lulus adalah sebanyak 6 orang.Peserta yang tidak lulus sebanyak 6 orangtersebut diberi kesempatan untukmengikuti ujian ulang pada tahunberikutnya, landasan hukum yangdigunakan berdasarkan Peraturan MenteriPendidikan Nasional Nomor 10 Tahun2009 Tentang Sertifikasi Guru DalamJabatan.

Tabel 19: Jlh Guru Sertifikasi KotaMataram Tahun 2011 Kuota 609 Orang

No Guru F PLPG Jumlah

1Taman KanakKanak (TK)

0 29 29

2Sekolah Dasar(SD)

0 343 343

3

SekolahMenengahPertama(SMP)

0 96 96

4Sekolah LuarBiasa (SLB)

0 3 3

5SekolahMenengahAtas (SMA)

0 57 57

Page 24: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[Jurnal HukumJATISWARA]

[FAKULTAS HUKUM]

62 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

6

SekolahMenengahKejuruan(SMK)

0 79 79

Jumlah 0 607 607

Sumber Data Dinas Dikpora KotaMataram 2013 setelah diolah.

Peserta sertifikasi tahun 2011 diikutioleh peserta sesuai dengan jumlah kuotauntuk Kota Mataram yakni sebanyak 609orang guru dengan mengikuti penilaianmelalui PLPG, dan yang dinyatakan luluspenilaian sebanyak 607 orang, sedangkansebanyak 2 orang dinyatakan tidak luluspenilaian PLPG dan mengikuti sertifikasipada tahun berikutnya.

Demikian juga dengan pelaksanaansertifikasi bagi guru di Kota Mataram padatahun 2012 yang diikuti oleh gurusebanyak 760 orang. Dari jumlah tersebut,semuanya mengikuti penilaian melaluiPLPG dan dinyatakan lulus peniliansebanyak 735 orang guru, dan yangdinyatakan tidak lulus penilaian sebanyak25 orang. Dari 735 orang tersebut, guruPNS sebanyak 647 orang dan selebihnyasebanyak 88 orang guru adalah guru nonPNS. Pelaksanaan sertifikasi guru padatahun 2011 dan tahun 2012 adalahmenggunakan Peraturan MenteriPendidikan Nasional Nomor 11 Tahun2011 Tentang Sertifikasi Guru DalamJabatan. Hasil pelaksanaan sertifikasi gurudalam jabatan tahun 2012 untuk KotaMataram dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

Tabel 20: Jlh Guru Sertifikasi KotaMataram Tahun 2012 Kuota 760 Orang

No Guru F PLPG Jumlah

1Taman KanakKanak (TK)

0 44 44

2Sekolah Dasar(SD)

0228 228

3

SekolahMenengahPertama(SMP)

0 190 190

4Sekolah LuarBiasa (SLB)

0 16 16

5SekolahMenengahAtas (SMA)

0 64 64

6

SekolahMenengahKejuruan(SMK)

0 105 105

Jumlah 0 647 647

Sumber Data Dinas Dikpora KotaMataram 2013 setelah diolah

1. Pembayaran Sertifikasi Guru di KotaMataram

Guru yang telah memperolehsertifikat pendidik sebagai hasilpenilaian sertifikasi diberikantunjangan sertifikasi sebesar satu kaligaji pokok yang diberikan setiap bulan,terhitung mulai bulan Januari tahunberikutnya, misalnya seorang guruyang telah dinyatakan lulus penilaiansertifikasi pada tahun 2010, maka gurutersebut mulai bulan Januari 2011berhak mendapatkan tunjangan profesisebesar satu kali gaji pokok yang iaterima.

Pelaksanaan pembayarantunjangan sertifikasi bagi guru yangtelah lulus penilaian sertifikasi menjadikewenangan Menteri Keuangan.Menteri Keuangan setiap tahunmengeluarkan Peraturan MenteriKeuangan Tentang Pedoman Umumdan Alokasi Tunjangan Profesi GuruPegawai Negeri Sipil Daerah, yangmengatur secara tekhnis pembayarantunjangan profesi bagi guru yang telahlulus penilaian sertifikasi.

Page 25: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[UNIVERSITAS MATARAM] [Jurnal HukumJATISWARA]

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 63

Gambar di atas menunjukkanmengenai alur pembayaran tunjanganprofesi guru yang telah lulus penilaiansertifikasi. Anggaran tunjangan profesibagi guru seluruh Indonesia dianggarkanmelalui Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara (APBN). Pembayaran dilakukanoleh Menteri Keuangan yang ditransfer kerekening Dinas Pendidikan, Pemuda danOlah Raga Provinsi Nusa Tenggara Baratsebesar yang dianggarkan dan dikirimkansetiap tiga bulan sekali (per triwulan).Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah RagaProvinsi Nusa Tenggara Barat menerbitkanSPM (Surat Perintah Membayar) kepadaKPPN di Mataram, dan oleh KPPNmenerbitkan Perintah Pencairan Danakepada Bank Mitra KPPN denganmelampirkan nama-nama guru yang akanmenerima tunjangan profesi. Oleh BankMitra KPPN mengirimkan dana untukpembayaran tunjangan profesi guru yangdiperintahkan tersebut ke Bank Tujuan,yakni tempat rekening guru yang akanmenerima tunjangan profesi, dan terakhir,para guru dapat mencairkan danatunjangan profesi di rekening masing-masing. Pembayaran tunjangan profesiguru dibayarkan setiap tiga bulan(triwulan) sekali, yakni dengan tahapan:

Tahap I dibayarkan pada akhir bulan Maretuntuk 3 bulan pertama;

Tahap II dibayarkan pada akhir bulan juniuntuk 3 bulan kedua;

Tahap III dibayarkan pada akhir bulanSeptember untuk 3 bulan ketiga

Tahap IV dibayarkan pada akhirNopember untuk 3 bulan keempat.

Pembayaran tunjangan profesi sejaktahun 2006 sampai dengan tahun 2010dilakukan oleh pemerintah melalui DinasDikpora Provinsi Nusa Tenggara Barat,dan berjalan lancar tanpa ada keluhan dariguru. Mulai tahun 2011 pembayarantunjangan profesi guru dimasukkanmenjadi Dana Alokasi Umum (DAU) yangmasuk dari Rekening Kas Umum keRekening Kas Daerah melalui AnggaranPendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Perintah untuk membayar sejaktahun 2011 diawali dengan PeraturanMenteri Keuangan (PMK) dikeluarkanbiasanya setiap bulan Maret tahunanggaran berjalan yang memuat teknispembayaran tunjangan profesi guru.

Dalam PMK tersebut juga telahdiperhitungkan perkiraan kenaikan gajipokok guru Pegawai Negeri Sipil Daerah,memperhitungkan perkiraan kurang bayartunjangan profesi guru tahun sebelumnyadan juga telah memperhitungkan kurang

DikporaNTB

Menerbitkanperintah bayar KPPN

Menerbitkanperintahcairkan

BankMitraKPPN

RekeningGuruPenerima

Kliring ke BankTujuan

Masuk rekening guru

Page 26: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[Jurnal HukumJATISWARA]

[FAKULTAS HUKUM]

64 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

salur tunjangan profesi guru tahunsebelumnya.1

Gambar tersebut menunjukkan alurpembayaran tunjangan profesi guru untuktahun 2011 dan 2012, dimana dana untuktunjangan profesi guru telah dimasukkanke dalam Kas Daerah Kota Matarammelalui Dana Alokasi Umum (DAU)dengan alur sebagai berikut:

1. Menteri Keuangan mengeluarkanPeraturan Menteri Keuangan (PMK)Tentang Pedoman Umum dan AlokasiTunjangan Profesi Guru PegawaiNegeri Sipil Daerah, yang memuatpedoman teknis pembayaran tunjanganprofesi guru;

2. Dinas Pendidikan, Pemuda dan OlahRaga (Dikpora) Kota Mataram setelahmenerima PMK tersebut menerbitkanSurat Perintah Membayar (SPM)kepada Kepala Bagian Keuangan KotaMataram sejumlah dana untuk guru-guru yang telah ditentukan nama danjumlah yang harus dibayarkan;

3. Kepala Bagian Keuangan KotaMataram setelah menerima SPM dariDinas Dikpora Kota Matarammengeluarkan Surat Perintah PencairanDana kepada Bank NTB, dimana uang

1 Pasal 2 ayat (2) Peraturan Menteri KeuanganRepublik Indonesia Nomor 71/PMK.07/2011, PeraturanMenteri Keuangan Republik Indonesia Nomor72/PMK.07/2011; Peraturan menteri Keuangan RepublikIndonesia Nomor 34/PMK.07/2012.

Kas Daerah Kota Mataram disimpanuntuk dibayarkan tunjangan profesiguru sesuai dengan nomor rekening dimasing-masing bank penyalur yangtelah ditentukan oleh pemerintah;

4. Bank NTB kemudian mengirimkan(kliring) dana tunjangan profesi gurutersebut ke masing-masing bankpenyalur untuk dibayarkan kepadaguru melalui rekening masing-masingguru. Bank penyalur yang telahditentukan oleh pemerintah tersebutadalah Bank NTB, Bank BRI, BankMandiri dan Bank BNI.

Data yang diperoleh di DinasDikpora Kota Mataram untuk pembayarantunjangan profesi guru tahun 2011 yangditerima dari Menteri Keuangan sebesarRp 32.998.896.000,- (tiga puluh duamilyar sembilan ratus sembilan puluhdelapan juta delapan ratus sembilan puluhenam ribu rupiah), sedangkan dana yangdibutuhkan untuk membayar tunjanganprofesi guru tahun 2011 sebesar Rp35.397.691.700,- (tiga puluh lima milyartiga ratus sembilan puluh tujuh juta enamratus sembilan puluh satu ribu tujuh ratusrupiah), artinya masih kekurangan sebesarRp 2.398.795.700,- (dua milyar tiga ratussembilan puluh delapan juta tujuh ratussembilan puluh lima ribu tujuh ratusrupiah).

Dalam realisasi pembayarantunjangan profesi guru di Kota Mataramuntuk tahun 2011 hanya dibayarkankepada guru di Kota Mataram untuk 11(sebelas) bulan sedangkan pembayaransatu bulan yakni untuk pembayarantunjangan profesi guru bulan desembersampai saat ini belum terwujud.

Data yang ada di Dinas DikporaKota Mataram untuk realisasi pembayarantunjangan profesi guru untuk tahun 2012,yakni dana yang ditransfer berdasarkanPMK Nomor 34/PMK.07/2012 sebesar Rp

PMK DIKPORAKabag

Keuangan

Bank NTBBankPenyalur

RekeningGuru

Page 27: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[UNIVERSITAS MATARAM] [Jurnal HukumJATISWARA]

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 65

57.803.999.000,- (lima puluh tujuh milyardelapan ratus tiga juta sembilan ratussembilan puluh sembilan ribu rupiah),sedangkan dana yang harus direalisasikansebesar Rp 67.361.828.800,- (enam puluhtujuh milyar tiga ratus enam puluh satujuta delapan ratus dua puluh delapan ribudelapan ratus rupiah).

Dengan demikian terdapatkekurangan sebesar Rp 9.557.829.800,-(sembilan milyar lima rtus lima puluhtujuh juta delapan ratus dua puluhsembilan ribu delapan ratus rupiah).Kekurangan ini menyebabkan semua guruyang telah lulus sertifikasi dan berhakmenerima tunjangan profesi menerimasepuluh bulan saja, sedangkan untuk bulanNopember dan Desember 2012 sampaisaat ini belum dibayarkan.

Menurut Sekretaris Dinas DikporaKota Mataram, kekurangan dana tersebutdisebabkan karena jumlah yang diusulkanoleh Pemerintah Kota Mataram kePemerintah Pusat sesuai dengan kondisiriil guru di Kota Mataram, baik tahun 2010untuk usulan pembayaran tunjanganprofesi tahun 2011 dan juga untukpembayaran 2012 diusulkan sesuai dengankondisi riil guru di Kota Mataram padatahun 2011.

Kekurangan bayar tersebutdisebabkan karena pada tahun pembayaran2011 maupun 2012 terjadi kenaikan gajibaik yang disebabkan karena kenaikangolongan maupun kenaikan gaji berkala.2

Menurut Sekretaris Dinas Dikpora KotaMataram, untuk kenaikan gaji guru, baikyang disebabkan karena terjadi kenaikangolongan guru maupun kenaikan gajiberkala setiap tahunnya, Pemerintah KotaMataram dalam hal ini Dinas DikporaKota Mataram tidak berwenang untukmengajukan usulan pembayaran ke

2 Wawancara dengan Sekretaris Dikpora KotaMataram tanggal 2 Maret 2013.

Menteri Keuangan dengan memprediksiadanya kenaikan golongan dan kenaikangaji berkala.

Sementara dalam PMK yangdikirimkan ke Kas Umum Daerah KotaMataram untuk pembayaran tunjanganprofesi guru setiap tahunnya telahmemprediksi adanya kenaikan gaji pokokdan kenaikan gaji berkala. Dengandemikian menurut penulis dapat dikatakanbahwa antara das sollen dengan das seindalam pelaksanaan pembayaran tunjanganprofesi guru di Kota Mataram tidak sesuaidan sangat merugikan guru di KotaMataram.

Mengkaji pemaparan dalam bab ini,maka simpulan penulis sementara adalahbahwa penerapan sertifikasi guru di KotaMataram secara umum berjalan efektif,dengan indikator sebagai berikut:

1. Faktor hukumnya sendiri; ketentuanyang mengatur tentang tunjangansertifikasi guru tersebut mengacu padaUndang-undang Nomor 14 tahun 2005Tentang Guru dan Dosen besertaperaturan pelaksanaanya yakniPeraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun2008 Tentang Guru; PeraturanPemerintah Nomor 41 Tahun 2009Tentang Tunjangan Profesi Guru danDosen, Tunjangan Khusus Guru danDosen, Tunjangan KehormatanProfesor; Peraturan MenteriPendidikan Nasional Nomor 18 Tahun2007, Peraturan Menteri PendidikanNasional Nomor 11 Tahun 2008,Peraturan Menteri Pendidikan NasionalNomor 10 Tahun 2009, PeraturanMenteri Pendidikan Nasional Nomor11 Tahun 2011 dan Peraturan MenteriPendidikan dan Kebudayaan Nomor 5Tahun 2012, kesemuanya TentangSertifikasi Guru Dalam jabatan. Selainitu juga terdapat Peraturan MenteriKeuangan (PMK) yang dikeluarkansetiap tahunnya untuk dijadikan

Page 28: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[Jurnal HukumJATISWARA]

[FAKULTAS HUKUM]

66 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

pedoman pembayaran tunjanganprofesi guru dalam jabatan.

Dalam undang-undang initerdapat rumusan norma yangbertentangan antara rumusan Pasal 35ayat (1) dengan rumusan Pasal 35 ayat(2). Dalam Pasal 35 ayat (1)dinyatakan bahwa: “Beban kerja gurumencakup kegiatan pokok yaitumerencanakan pembelajaran, melak-sanakan pembelajaran, menilai hasilpembelajaran, membimbing danmelatih peserta didik, serta melak-sanakan tugas tambahan.” Sedangkanpada Pasal 35 ayat (2) dikatakanbahwa: “Beban kerja guru dalammelaksanakan proses pembelajaransebagaimana dimaksud pada ayat (1)adalah sekurang-kurangnya 24 (duapuluh empat) jam tatap muka dalam 1(satu) minggu.”

Jika terjadi rumusan perten-tangan norma seperti yang terdapatdalam Pasal 35 ayat (1) denganrumusan yang terdapat dalam Pasal 35ayat (2) Undang-undang Nomor 14Tahun 2005, maka untuk menyelesai-kannya digunakanlah asas lex posteriordrogate legi priori, maksudnya adalahperaturan yang belakangan (terbaru)mengenyampingkan peraturan yangterdahulu.

Persoalan di lapangan adalahketentuan dalam Pasal 35 ayat (2)Undang-undang Nomor 14 Tahun2005 tersebut sangat memberatkanguru, khususnya guru mata pelajaranseperti yang terdapat di SMP, SMAdan SMK. Karena tugas seorang guruselain pelaksanaan pembelajaran, jugamelakukan perencanaan pembelajaran,menilai hasil pembelajaran, mem-bimbing dan melatih peserta didik,serta melaksanakan tugas tambahan.Tugas pokok tersebut dilaksanakanoleh seorang guru di luar pelaksanaanpembelajaran, dan tentunya sangat

membutuhkan waktu, tenaga danpikiran; yang tentunya harusdiperhitungkan.

2. Faktor penegak hukumnya; dalam halini yang dimaksudkan penegakhukumnya adalah aparat penyeleng-gara program sertifikasi guru di KotaMataram, yang terdapat di LPMPNTB, Dinas Dikpora Kota Mataram,PLPG Universitas Mataram, telahmelaksanakan tugasnya dengan baiksesuai dengan pedoman yang telahditentukan.

3. Faktor sarana atau fasilitas pendukung;faktor ini pada umumnya cukupmembantu, namun ada kalanyamendapatkan hambatan, sepertifasilitas internet yang masih seringbermasalah.

4. Faktor budaya masyarakat sendiri;dalam hal ini adalah faktor guru yangbersangkutan masih terdapat hambatanyang berarti yang disebabkan karenafaktor guru secara pribadi.

3. Faktor-faktor yang MenjadiKendala Dalam PelaksanaanUndang-Undang Nomor 14 Tahun2005 di Kota Mataram danSolusinya.

a. Faktor Faktor yang Menjadi KendalaPelaksanaan Sertfikasi Guru di KotaMataram

Pelaksanaan sertifikasi bagi di KotaMataram yang diselenggarakan sejak tahun2006 tentunya memiliki masalah ataukendala karena setiap regulasi ketikadilaksanakan tentunya terdapat kendala.Setelah melakukan penelitian, penulistelah melakukan identifikasi terhadapmasalah atau kendala dalam pelaksanaansertifikasi bagi guru di Kota Mataram danpenulis menemukan beberapa faktorkendala tersebut, yakni faktor hukumnya,faktor penegak hukumnya, faktor sarana

Page 29: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[UNIVERSITAS MATARAM] [Jurnal HukumJATISWARA]

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 67

atau fasilitas pendukung, faktor budayamasyarakat.

1) Faktor Hukumnya;

Faktor hukumnya yang dimaksudkandisini adalah yang berkaitan denganpengaturan tentang beban kerja guru yangterdapat di dalam Pasal 35 Undang-undangNomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru danDosen yang hanya mengakui bahwa bebankerja guru itu adalah pelaksanaanpembelajaran dengan sekurang-kurangnya24 (dua puluh empat) jam tatap mukadalam satu minggu baru berhak mendapattunjangan sertifikasi. Ketentuan dalamPasal 35 ayat (2) Undang-undang Nomor14 Tahun 2005 ini sangat memberatkanguru, karena beban kerja guru bukan hanyapelaksanaan pembelajaran, tetapi jugamerencanakan pembelajaran, evaluasi dantindak lanjut hasil pembelajaran,membimbing dan melatih peserta didik,serta melaksanakan tugas tambahan.

2) Perencanaan Pembelajaran;

Perencanaan pembelajaran merupa-kan salah satu kompetensi pedagogis yangharus dimiliki guru, yang bermuara padapelaksanaan pembelajaran. Tanpaperencanaan pembelajaran, maka tentunyapelaksanaan pembelajaran menjadi tidakjelas, guru tidak memiliki pedoman dalammengajar. Perencanaan pembelajaran yangdibuat oleh guru sedikitnya mencakup tigakegiatan yakni identifikasi kebutuhan,perumusan kompetensi dasar, danpenyusunan program pembelajaran.

Dalam identifikasi kebutuhan,diketahui bahwa kebutuhan merupakankesenjangan antara apa yang seharusnyadengan kondisi yang sebenarnya, atausesuatu yang harus dipenuhi untukmencapai tujuan. Identifikasi kebutuhanbertujuan antara lain untuk melibatkan danmemotivasi peserta didik agar kegiatanbelajar dirasakan sebagai bagian dari

kehidupan dan mereka merasamemilikinya.

Identifikasi kompetensi merupakansesuatu yang ingin dimiliki oleh pesertadidik, dan merupakan komponen utamayang harus dirumuskan dalam pem-belajaran, yang memiliki peran pentingdan menentukan arah pembelajaran.Kompetensi yang jelas akan memberipetunjuk yang jelas pula terhadap materiyang harus dipelajari, penetapan metodedan media pembelajaran, serta memberipetunjuk terhadap penilaian. Oleh karenaitu, setiap kompetensi harus merupakanperpaduan dari pengetahuan, keterampilan,nilai dan sikap yang direfleksikan dalamkebiasaan berfikir dan bertindak.

Kompetensi yang harus dipelajaridan dimiliki peserta didik perlu dinyatakansedemikian rupa agar dapat dinilai, sebagaiwujud hasil belajar yang mengacu padapengalaman langsung. Peserta didik perlumengetahui tujuan belajar, dan tingkat-tingkat penguasaan yang akan digunakansebagai kriteria pencapaian secaraeksplisit, dikembangkan berdasarkantujuan-tujuan yang telah ditetapkan, danmemiliki kontribusi terhadap kompetensi-kompetensi yang sedang dipelajari.Dengan demikian, dalam pembelajaranyang dirancang oleh guru harusberdasarkan kompetensi, penilaian tidakdilakukan berdasarkan pertimbangan yangbersifat subjektif.

Sedangkan penyusunan programpembelajaran akan bermuara padaRencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),sebagai produk program pembelajaranjangka pendek, yang mencakup komponenprogram kegiatan belajar dan prosespelaksanaan program. Komponen programmencakup kompetensi dasar, materistandar, metode dan teknik, media dansumber belajar, waktu belajar dan dayadukung lainnya.

Page 30: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[Jurnal HukumJATISWARA]

[FAKULTAS HUKUM]

68 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

Dengan demikian rencana pelak-sanaan pembelajaran pada hakikatnyamerupakan suatu sistem, yang terdiri ataskomponen-komponen yang salingberhubungan serta berinteraksi satu samalain, dan memuat langkah-langkahpelaksanaannya, untuk mencapai tujuanatau membentuk kompetensi.

3) Pelaksanaan Pembelajaran;

Kegagalan dalam pelaksanaanpembelajaran sebagian besar selaindisebabkan karena kurangnya kesiapanguru dalam penguasaan materi pelajaran,juga disebabkan karena arah pembelajaranyang termuat dalam RPP tidak tepat.

Kegagalan pelaksanaan pem-belajaran yang disebabkan karenakurangnya kesiapan guru dalam materipelajaran, dapat terjadi karena faktor kulturguru itu sendiri, misalnya karena malasbelajar sebelum mengisi materi di kelas,atau dapat juga disebabkan karena adanyapersoalan lain di internal guru yangbersangkutan.

Sedangkan kegagalan pelaksanaanpembelajaran dikarenakan arahpembelajaran yang termuat dalam RPPtidak tepat, dapat terjadi karena kesibukanguru yang bersangkutan terfokus hanyapada pelaksanaan pembelajaran tanpamemperhatikan pentingnya perencanaanpembelajaran.

Dalam pembelajaran, tugas guruyang paling utama adalah mengkondisikanlingkungan agar menunjang terjadinyaperubahan perilaku dan pembentukankompetensi peserta didik. Umumnyapelaksanaan pembelajaran mencakup tigahal pokok yaitu pendahuluan, kegiatan inti,dan penutup.

Pelaksanaan pembelajaran biasanyadimulai dengan pendahuluan, yangberisikan diantaranya pre-tes, untukmenjajagi proses pembelajaran yang akan

dilaksanakan. Oleh karena itu, pre-tesmemegang peranan yang cukup pentingdalam proses pembelajaran, yangberfungsi antara lain:

1. Untuk menyiapkan peserta didik dalamproses belajar, karena dengan pre-tesmaka pikiran mereka akan terfokuspada soal-soal yang harus merekajawab/kerjakan;

2. Untuk mengetahui tingkat kemajuanpeserta didik sehubungan denganproses pembelajaran yang dilakukan,dengan cara membandingkan hasil pre-tes dengan post-tes;

3. Untuk mengetahui kemampuan awalyang telah dimiliki peserta didikmengenai kompetensi dasar yang akandijadikan topik dalam prosespembelajaran;

4. Untuk mengetahui darimanaseharusnya proses pembelajarandimulai, kompetensi dasar mana yangtelah dimiliki peserta didik, dan tujuan-tujuan mana yang perlu mendapatpenekanan dan perhatian khusus.

Sedangkan kegiatan inti dalamproses pembelajaran disini dimaksudkansebagai pelaksanaan pembelajaran danpembentukan kompetensi peserta didik.Proses pembelajaran dan pembentukankompetensi perlu dilakukan dengan tenangdan menyenangkan, karena itu tentu sajamenuntut kreativitas guru dalammenciptakan lingkungan yang kondusif.Proses pembelajaran dan pembentukankompetensi dikatakan berjalan efektifapabila seluruh peserta didik terlibat secaraaktif.

Pelaksanaan pembelajaran padaumumnya diakhiri dengan penutup yangberisikan, antara lain, post-tes. Sepertihalnya pre-tes, post tes memiliki banyakkegunaan, terutama dalam melihatkeberhasilan pembelajaran. Fungsi post-tesantara lain:

Page 31: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[UNIVERSITAS MATARAM] [Jurnal HukumJATISWARA]

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 69

a. Untuk mengetahui tingkat penguasaanpeserta didik terhadap kompetensiyang telah ditentukan, baik secaraindividu maupun kelompok. Ini dapatdiketahui dengan membandingkanhasil pre-tes dan post-tes;

b. Untuk mengetahui kompetensi dasardan tujuan-tujuan yang dapat dikuasaioleh peserta didik, serta kompetensidasar dan tujuan-tujuan yang belumdikuasasinya. Sehubungan dengankompetensi dasar dan tujuan yangbelum dikuasai ini, apabila sebagianbesar belum menguasainya maka perludilakukan pembelajaran kembali(remedial teaching).

c. Untuk mengetahui peserta didik yangperlu mengikuti kegiatan remedial, danyang perlu mengikuti kegiatanpengayaan, serta untuk mengetahuitingkat kesulitan belajar;

d. Sebagai bahan acuan untuk melakukanperbaikan terhadap prosespembelajaran dan pembentukankompetensi peserta didik yang telahdilaksanakan, baik terhadapperencanaan, pelaksanaan, maupunevaluasi.

1. Evaluasi dan Tindak Lanjut HasilPembelajaran;

Evaluasi hasil belajar dilakukanuntuk mengetahui perubahan prilaku danpembentukan kompetensi peserta didik,yang dapat dilakukan diantaranya denganpenilaian kelas.

Penilaian kelas dilakukan denganulangan harian, ujian tengah semester, danujian Semester. Ulangan harian dilakukansetiap selesai proses pembelajaran dalamsatuan bahasan atau kompetensi tertentu.Ulangan harian ini terdiri dari seperangkatsoal yang harus dijawab para peserta didik,dan tugas-tugas terstruktur berkaitandengan konsep yang sedang dibahas.Ulangan harian minimal dilakukan tigakali dalam setiap semester. Ulangan harian

ini terutama ditujukan untuk memperbaikiprogram pembelajaran, tetapi tidakmenutup kemungkinan digunakan untuktujuan-tujuan lain, misalnya sebagai bahanpertimbangan dalam memberikan nilaibagi peserta didik.

Ujian tengah semester dilakukanpada setengah semester pembelajaran, atausekitar tiga bulan sejak mulai semesterpembelajaran. Materi ujian adalah materibahasan yang telah diberikan sejak awalsemester sampai dengan materi menjelangujian tengah semester dilaksanakan.

Sedangkan ujian semesterdilaksanakan pada akhir semester pem-belajaran, untuk mengukur kemampuanpeserta didik dalam menyerap pelajaranyang telah diberikan selama satu semester.

Selain melakukan evaluasi tersebutdi atas, guru juga melakukan evaluasiafektif dan penilaian terhadap tugas yangtelah diberikan, baik tugas mandirimaupun tugas perorangan. Evaluasi afektifini dilakukan untuk mengetahui sikapsiswa selama dalam proses belajar.Penilaian terhadap evaluasi afektif ini jugasangat mempengaruhi nilai KKM (kriteriaKetuntasan Minimal) peserta didik.Demikian juga dengan penilaian tugas,baik mandiri maupun kelompok, dapatmempengaruhi nilai peserta didik secarakeseluruhan. Setelah melakukan evaluasidan diperoleh nilai rata-rata peserta didik,dan apabila terdapat nilai peserta didiktidak mencapai KKM, maka gurumelakukan remedial di luar jam pelajaran,maksimal dilakukan 3 kali remedial.

a. Membimbing dan Melatih PesertaDidik;

Selain beban kerja tersebut di atas,guru juga melaksanakan tugasmembimbing dan melatih peserta didikdi luar jam pembelajaran berupa ekstrakurikuler.

b. Melaksanakan Tugas Tambahan

Page 32: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[Jurnal HukumJATISWARA]

[FAKULTAS HUKUM]

70 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

Guru juga melaksanakan tugastambahan, seperti Kepala Sekolah,Wakil Kepala Sekolah, BagianKesiswaan, Bagian Kurikulum, BagianSarana dan Prasarana, PengelolaPerpustakaan, Kepala Bengkel,Koordinator Mata pelajaran.

Kelima kegiatan guru dalam prosespembelajaran sebagaimana diuraikan diatas, tidak semuanya diperhitungkan olehpemerintah dalam penilaian sertifikasi.Tuntutan pemerintah kepada guru adalahharus memenuhi 24 (dua puluh empat) jamtatap muka saja, tanpa memperhatikanproses pembelajaran yang lain. Disinilahpemerintah dianggap tidak adilmemperlakukan guru dalam penilaiansertifikasi, padahal tugas guru bukan hanyamengajar di dalam kelas saja, tetapi tugasguru selain mengajar, juga melakukanpersiapan pembelajaran, seperti membuatRPP, evaluasi diringi dengan memberikanpenilaian dan diakhiri dengan tindak lanjuthasil evaluasi. Tuntutan guru kepadapemerintah adalah jumlah 24 (dua puluhempat) jam tatap muka tersebut termasukperencanaan, evaluasi dan tindak lanjuthasil evaluasi, membimbing dan melatihpeserta didik, serta melaksanakan tugastambahan, karena itu juga merupakanbeban kerja guru dalam prosespembelajaran.

Selain ketentuan tentang kewajibanguru selama 24 (dua puluh empat) jamtatap muka baru dapat dibayarkantunjangan sertifikasinya, sebagai faktorkendala dalam pelaksanaan sertifikasi diKota Mataram, juga kendala substansiyang dihadapi adalah faktor pengaturanpembayaran tunjangan profesi. Pengaturandalam Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 41 Tahun 2009 TentangTunjangan Profesi Guru dan Dosen,Tunjangan Khusus Guru dan Dosen, sertaTunjangan Kehormatan Profesor, padaPasal 3 ayat (1) disebutkan bahwa guru

yang telah memiliki sertifikat pendidik danmemenuhi persyaratan diberikan tunjangansetiap bulan. Sedangkan dalam PeraturanMenteri Keuangan (PMK) yang dijadikandasar pembayaran tunjangan profesidinyatakan pada Pasal 4 ayat (2) bahwapembayaran tunjangan profesi gurudibayarkan secara triwulan, yakniTriwulan Pertama dibayarkan pada akhirbulan Maret, Triwulan Kedua dibayarkanpada akhir bulan Juni, Triwulan Ketigadibayarkan pada akhir bulan September,dan Triwulan Keempat dibayarkan padaakhir bulan Nopember tahun berjalan.

Kendala substansi ini jugadisebabkan karena pembayaran tunjanganprofesi guru dialihkan dari pembayarandari pemerintah pusat ke rekening masing-masing guru melalui Pemerintah ProvinsiNusa Tenggara Barat sebagaimanadilakukan dari tahun 2006 sampai dengantahun 2010, dipindahkan menjadi bagianDana Alokasi Umum (DAU) yangdibayarkan melalui Rekening Kas Umumke Rekening Kas Daerah Kota Matarammulai tahun 2011.

2. Faktor Penegak Hukumnya;

Kendala yang disebabkan karenafaktor penegak hukumnya dalam tulisanini adalah kendala yang berasal daripelaksana program sertifikasi guru, yakniLembaga Penjamin Mutu Pendidikan(LPMP) Nusa Tenggara Barat dan DinasPendidikan, Pemuda dan Olah Raga(Dikpora) Kota Mataram.

a. Kendala di LPMP Nusa TenggaraBarat

Kendala yang dialami oleh LPMPNusa Tenggara Barat selama pelaksanaanprogram sertifikasi ini menurut KepalaSeksi Sistem Informasi LPMP NusaTenggara Barat adalah terletak pada sistempenyampaian informasi melalui internetyang seringkali mengalami gangguan

Page 33: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[UNIVERSITAS MATARAM] [Jurnal HukumJATISWARA]

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 71

sehingga menyebabkan informasiterlambat diterima oleh Dinas Dikporabaik Kabupaten maupun Kota di NusaTenggara Barat.3

Informasi melalui internet memangsangat dibutuhkan dalam penyampaianinformasi ke seluruh daerah di NusaTenggara Barat pada khususnya, karenadengan jaringan internet akanmemudahkan komunikasi cepat sampai.Oleh karena itu, menurut Sri Sukriyani,keberadaan internet yang canggih sebagaimedia komunikasi di LPMP merupakansatu keharusan. Internet yang dimiliki olehLPMP sekarang ini jika dibandingkandengan internet yang diharapkan memangmasih membutuhkan perhatian serius,karena LPMP sebagai wakil pemerintahpusat di bidang lembaga penjamin mutupendidikan sangat besar peranannya dalamkesuksesan pelaksanaan ProgramSertifikasi. Karena untuk programsertifikasi di Nusa Tenggara barat, peranadministratif LPMP sedemikian penting-nya.4

b. Kendala di Dinas Dikpora KotaMataram

Kendala yang paling krusial dalampelaksanaan sertifikasi ini adalah berkaitandengan pembayaran tunjangan profesi guruyang telah dinyatakan lulus penilaiansertifikasi. Pembayaran tunjangan profesiguru sejak tahun 2006 sampai dengan2010 dibayarkan langsung oleh PemerintahPusat melalui Dinas Pendidikan dan OlahRaga Provinsi Nusa Tenggara Barat sepertiskema pembayaran sebagaimanadipaparkan pada bab sebelumnya.

Pembayaran tunjangan profesisampai dengan tahun 2010 tidak pernahada persoalan, dalam arti meskipun

3 Wawancara dengan Dra Sri Sukriyani, KepalaSeksi Sistem Informasi LPMP NTB tanggal 7 Maret2013.

4 Ibid.

dibayarkan setiap tiga bulan, tetapi tidakpernah dikeluhkan oleh guru karena tidakada yang tidak dibayarkan hak-hak yangharus diterima guru. Persoalan barumuncul setelah pembayaran tunjanganprofesi guru dibayarkan melaluiPemerintah Kota Mataram karena danatunjangan profesi guru tersebut ditansferdari Rekening Kas Umum ke RekeningKas Daerah Kota Mataram sebanyak yangditetapkan atas usulan Pemerintah KotaMataram setiap tahunnya.

Persoalan pembayaran tunjanganprofesi guru di Kota Mataram adalah untuktahun 2011 dibayarkan ke rekening guruselama 11 (sebelas) bulan dan untuk tahun2012 selama 10 (sepuluh) bulan. Alasanyang dikemukakan oleh Dinas DikporaKota Mataram, kekurangan tersebutdisebabkan karena usulan Pemerintah KotaMataram ke Menteri Pendidikan danKebudayaan adalah sesuai dengan kondisiriil guru pada tahun pengusulan tanpamemprediksi adanya kenaikan gaji, baikkenaikan gaji disebabkan karena kenaikangolongan maupun adanya kenaikan gajiberkala.

Kekurangan pembayaran tunjanganprofesi guru di Kota Mataram ini adalahmerupakan kekeliruan dari Dinas DikporaKota Mataram yang tidak memprediksiadanya kenaikan gaji guru yangdisebabkan karena kenaikan golonganmaupun kenaikan gaji berkala, padahaldalam PMK telah disebutkan kalau danayang ditransfer dari Rekening Kas Umumke Rekening Kas Umum Daerah termasukprediksi kenaikan gaji guru.5

Selain kekurangan pembayarantunjangan profesi guru, di Pemerintah KotaMataram juga terjadi keterlambatanpembayaran tunjangan profesi guru untuktahun 2012, yang seharusnya menurut

5 Lihat Pasal 2 ayat (2) PMK Nomor71/PMK.07/2011, PMK Nomor 72/PMK.07/2011, PMKNomor 34/PMK.07/2012.

Page 34: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[Jurnal HukumJATISWARA]

[FAKULTAS HUKUM]

72 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

PMK Nomor 34/PMK.07/2012 tunjanganprofesi guru diterima pada minggu ketigabulan Maret atau selambat-lambatnyaminggu pertama bulan April, tetapi untukguru-guru di Kota Mataram menerimapada bulan Mei 2012 sebanyak dua bulan(untuk bulan Januari dan Februari) saja.6

Kendala lain yang terjadi di KotaMataram adalah lambatnya guru menerimainformasi dari Dinas Dikpora KotaMataram yang disebabkan karena adanyakendala sarana informasi seperti internetyang seringkali mengalami gangguan dankekurangan sumber daya manusia (SDM).

3. Faktor Sarana atau Fasilitas;Faktor sarana atau fasilitas

yang mendukung pelaksanaansertifikasi bagi guru di Kota Mataramsangat penting dan mempunyai peranperan vital dalam kelancaranpelaksanaan sertifikasi guru. Dikatakandemikian, tanpa sarana atau fasilitasyang memadai, maka sangat mustahilpelaksanaan sertfikasi guru di KotaMataram dapat berjalan dengan lancar.Kendala yang terdapat dalamkebutuhan sarana adalah saranakomunikasi penyampaian informasikepada guru yang seringkalimendapatkan gangguan, sepertigangguan internet yang telah ada, baikdi LPMP maupun yang ada di DinasDikpora. Gangguan internet inimembawa dampak terhambatnyapenyampaian informasi yang harussegera sampai kepada guru melaluisekolah masintg-masing.

4. Faktor Budaya Masyarakat;Faktor kendala yang penting

dalam pelaksanaan program sertifikasiguru adalah faktor budaya masyarakatdalam hal ini kultur guru itu sendiri,karena kultur guru sangat berpengaruh

6 Wawancara dengan Hj. Sahariawati, dandengan Hj. Fikriah guru Sekolah Dasar di Mataram,tanggal 10 Maret 2013.

kepada lulus atau tidak lulusnya gurudalam penilaian sertifikasi. Faktorkultur guru ini menurut hasil penelitianpenulis disebabkan karena faktorinternal dan faktor eksternal guru yangbersangkutan.

a. Faktor Internal Guru;Kendala yang terjadi dalam

pelaksanaan program sertifikasi diKota Mataram yang berasal dari kulturguru secara internal dapat dilihat darikemampuan akademik guru yangbersangkutan dan juga faktor mentalguru.

Kendala di bidang akademikdapat dilihat dari rendahnyakemampuan guru dalam menulis dimedia massa, kurangnya PenelitianTindakan Kelas (PTK) yang berakibatpada penilaian porto folio tidakmencapai nilai standar yang ditetapkanoleh PLPG Universitas Mataram yaituminimal 850.7

Data pendukung kurangnyakemampuan akademik guru di KotaMataram tersebut dapat di lihat dari tingkatkelulusan penilaian sertifikasi guru-guru diKota Mataram melalui penilaian portofolio dari tahun 2006 sampai dengan tahun2010 adalah sebagai berikut:

Tabel 21: Jumlah Kelulusan PF danPLPG Guru Kota Mataram

o TahunJumlahPeserta

Penilaian

PortoFolio

PLPG

1 2006 51 20 31

2 2007 457 212 245

3 2008 402 231 171

7 Wawancara dengan Prof Dr H. Agil Alaydrus,Koordinator PLPG Universitas Mataram Tahun 2006-2009, tanggal 11 Maret 2013.

Page 35: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[UNIVERSITAS MATARAM] [Jurnal HukumJATISWARA]

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 73

4 2009 198 79 119

5 2010 169 40 127

Jumlah 1.277 582 693Sumber data: Dinas Dikpora Kota Mataram setelahdiolah.

Angka di atas menunjukkan bahwadari jumlah peserta program sertifikasiguru di Kota Mataram dari tahun 2006sampai dengan tahun 2010 sebanyak 1.277orang guru yang dapat lulus penilaianmelalui porto folio sebanyak 582 orang,sedangkan selebihnya sebanyak 693 orangguru karena tidak lulus porto folio makaharus mengikuti penilaian melalui PLPG.

Selain kurangnya kemampuanakademik guru dalam menulis, jugakendala yang terjadi disebabkan karenafaktor mental guru itu sendiri yangmencoba untuk mencari jalan mudah untukmendapatkan sertifikat akademik. Cara inisangat merugikan guru itu sendiri, modusyang dilakukan yakni dengan melampirkanijazah S-1 yang diperoleh dari perguruantinggi yang tidak terakreditasi dan tidakmemiliki izin operasional yang beralamatdi luar daerah, sedangkan guru yangbersangkutan tidak dapat menunjukkanizin belajar yang dikeluarkan olehPemerintah Kota Mataram, artinya guruyang bersangkutan memperoleh ijazahdengan cara yang tidak semestinya.8

Pengalaman yang disampaikan olehasesor Universitas Mataram dalammelakukan penilaian porto folio menurutProf. Dr Agil Alaydrus, bahwa banyakjuga guru yang melampirkan poto copysertifikat penataran yang sebenarnya miliktemannya, tetapi kembali di poto copy olehguru yang bersangkutan dan seolah-olahbahwa yang bersangkutan pernahmengikuti penataran. Karena cara inidiketahui oleh asesor maka poto copysertifikat tersebut dikesampingkan dan

8 Ibid.

menyebabkan guru tersebut mengalamikekurangan nilai dari standar yang telahditentukan.9

b. Faktor Eksternal Guru;

Faktor eksternal guru yangmenyebabkan timbul masalah dalampelaksanaan program sertifikasi ini adalahlambannya guru mengurus dokumen yangakan menjadi bahan penilaian melaluiporto folio disebabkan bukan dari guruyang bersangkutan, tetapi disebabkankarena terlambat menerima informasi.Keterlambatan ini dapat mengakibatkankurangnya kesiapan guru secaraadministratif untuk memenuhi nilai yangdibutuhkan dalam penilaian melalui portofolio.10

4. Alternatif Solusi terhadap Kendala-Kendala Dalam PelaksanaanSertifikasi Guru di Kota Mataram

Dalam pelaksanaan programsertifikasi guru di Kota Mataram terdapatbeberapa kendala sebagaimanadikemukakan di atas, tetapi setiap kendalatentu ada jalan keluarnya. Allah SWTsendiri telah menyatakan dalam Surat AlBaqarah ayat 682 yang artinya bahwa“Aku (Allah) tidak memberikan bebankepada hambaku diluar bataskemampuannya”. Oleh karena itu,kendala-kendala yang terjadi dalampelaksanaan program sertifikasi bagi gurudi Kota Mataram tentu ada solusinya danpelaksanaan berjalan atau tidaknya solusiyang ditawarkan itu sangat bergantung darikebijakan pengambil keputusan dan jugakemauan dari guru tersebut, solusi yangpenulis tawarkan untuk mengatasi kendala-kendala yang telah dikemukakan tersebutdi atas adalah sebagai berikut:

1. Faktor hukumnya;

9 Ibid.10 Wawancara dengan Dra Sri Sukriyani, Kepala

Seksi Sistem Informasi LPMP NTB tanggal 7 Maret2013.

Page 36: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[Jurnal HukumJATISWARA]

[FAKULTAS HUKUM]

74 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

Pada pemaparan kendalapelaksanaan program sertifikasi guru diKota Mataram dipandang dari faktorhukumnya sebagaimana dikemukakandi atas, terdapat dua masalah yangmenjadi kendala bagi guru di KotaMataram, baik bagi guru yang akanmengikuti penilaian sertifikasi maupunyang telah mengikuti programsertifikasi yakni adanya ketentuan agarguru harus 24 (dua puluh empat) jamtatap muka, apabila tidak dapatmemenuhi ketentuan 24 (dua puluhempat) jam tatap muka tersebut makatunjangan profesi yang telahditerimanya harus dihentikan. Selainketentuan 24 (dua puluh empat) jamtatap muka tersebut, kendala yangterjadi dalam pelaksanaan programsertifikasi guru adalah adanyainsinkronisasi ketentuan pemberiantunjangan profesi bagi guru, yaknipada Pasal 3 ayat (1) PeraturanPemerintah Nomor 41 Tahun 2009Tentang Tunjangan Profesi Guru danDosen, Serta Tunjangan KehormatanProfesor, menyatakan bahwa guru dandosen yang telah memiliki sertifikatpendidik dan memenuhi persyaratansesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan diberi tunjanganprofesi setiap bulan. Sedangkan padaPeraturan Menteri Keuangan yangdikeluarkan setiap tahun sebagaipedoman pemberian tunjangan profesiguru diatur bahwa pemberiantunjangan profesi guru diberikan setiaptriwulan, yakni untuk triwulan pertamadiberikan pada akhir bulan Maret,triwulan kedua diberikan pada akhirbulan Juni, triwulan ketiga diberikanpada akhir bulan September dan untuktriwulan keempat diberikan pada akhirbulan Nopember.

Untuk mengatasi kendalaketentuan 24 (dua puluh empat) jamtatap muka sebagaimana diatur dalam

Pasal 6 Peraturan Menteri PendidikanNasional (sekarang Pendidikan danKebudayaan) Nomr 18 Tahun 2007dan Pasal 6 Peraturan MenteriPendidikan Nasional Nomor 11 Tahun2008, bukan hanya yangdiperhitungkan 24 (dua puluh empat)jam selama pelaksanaan pembelajarandi depan kelas, tetapi juga perludiperhitungkan proses pembelajaranyang lain seperti perencanaanpembelajaran, evaluasi hasilpembelajaran dan tindak lanjut hasilevaluasi, sehingga menjadi akumulasi24 (dua puluh empat) jam.

Proses pembelajaran diawali dengansebuah perencanaan pembelajaran yangmemuat aktivitas diluar kelas:

a. Penetapan minggu efektif;b. Pembagian atau alokasi waktu;c. Program Tahunan;d. Program Semester;e. Silabus;f. Rencana Pelaksanaan pembelajaran

(RPP).

Perencanaan pembelajaran tersebutdi atas, apabila seorang guru baru mulaimenyusunnya, maka diawali dengankegiatan workshop khusus tentangpenyusunan program pembelajaran selama56 (lima puluh enam) jam setiap awaltahun ajaran untuk program satu tahun,atau dapat juga dilakukan workshop setiapawal semester dengan alokasi waktu yangsama.

Pelaksanaan pembelajaran adalahmerupakan bagian kedua dalam prosespembelajaran setelah perencanaanpembelajaran. Pelaksanaan pembelajarantersebut selalu mengacu pada RPP yangtelah disusun sebelumnya. Baik atauburuknya pelaksanaan pembelajaransangat bergantung dari baik atau buruknyaRPP yang telah disusun, dengan demikiandapat dikatakan bahwa RPP merupakan

Page 37: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[UNIVERSITAS MATARAM] [Jurnal HukumJATISWARA]

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 75

pedoman seorang guru dalam mengajarselama satu tahun pembelajaran.

Evaluasi hasil pembelajarandilakukan oleh guru secara berkala, yaknievaluasi pertama berupa ulangan harianyang diberikan paling sedikit 3 (tiga) kalidalam satu semester. Dalam ulanganharian, apabila ada peserta didikmemperoleh nilai di bawah KriteriaKetuntasan Minimal (KKM) makadiadakan remedial dan pengayaan, yangdapat dilaksanakan diluar atau dalam jampelajaran. Remedial ini diberikan palingbanyak 3 (tiga) kali setiap ulangan harian,apabila ada peserta didik yang tidak dapatmemperoleh nilai sesuai KKM maka nilaiyang digunakan adalah nilai palingmenguntungkan bagi peserta didik.

Demikian juga sebaliknya, apabilaada peserta didikketika mengikuti remedialtersebut memperoleh nilai di atas KKM,maka nilainya sesuai dengan KKM.Sedangkan pengayaan diberikan kepadasemua peserta didik dalam bentukpendalaman materi yang sudah diberikan.Biasanya pengayaan ini diberikan olehguru kepada peserta didik pada saatmendekati evaluasi. Ulangan harian inidimaksudkan untuk mengukur kemampuanpeserta didik dalam menyerap pelajaranyang telah diberikan oleh guru. Evaluasikedua diberikan pada tengah semesterpembelajaran dan evaluasi ketiga berupaulangan semester yang dilaksanakan padaakhir semester pembelajaran.

Oleh karena itu, penulis mengusul-kan satu solusi untuk mengatasi keluhanguru, khususnya guru SMP, SMA danSMK, mengenai ketentuan 24 (dua puluhempat) jam tatap muka dirubah menjadiguru wajib melaksanakan prosespembelajaran dengan akumulasi waktuminimal 24 (dua puluh empat) jam, denganalokasi waktu:

Perencanaan Pembelajarandihitung 2 jam;

Pelaksanaan Pembelajaranminimal 18 jam tatap muka;

Evaluasi dan tindak lanjutdihitung 2 jam;

Membimbing, melatih pesertadidik dan/atau melaksanakantugas tambahan dihitung 2 jam;sehingga keseluruhannya menjadiminimal 24 (dua puluh empat)jam.

Selanjutnya mengenai ketentuanpembayaran setiap bulan sebagaimanadiatur dalam Pasal 3 ayat (1) PeraturanPemerintah Nomor 41 Tahun 2009Tentang Tunjangan Profesi Guru danDosen, Serta Tunjangan KehormatanProfesor, yang menyatakan bahwa guruyang telah lulus sertifikasi dan memenuhipersyaratan sesuai dengan peraturanperundang-undangan, menurut penulisagar ditaati dan ditindak lanjuti olehMenteri Keuangan dalam PMK setiaptahunnya agar tidak terlalu merugikanguru. Solusi dari penulis ini denganmempertimbangkan agar tunjangan profesiyang diterima oleh guru setiap bulannyatersebut dapat direncanakan penggunaan-nya terlebih dahulu oleh guru.

2. Faktor penegak hukumnya atau faktorpenyelenggara;

Faktor penegak hukum atau jugadisebut faktor struktur yangdimaksudkan disini adalah faktorpelaksana program sertifikasi itusendiri, dalam hal ini adalah LPMPdan Dinas Dikpora Kota Mataram,sedangkan pada PLPG UniversitasMataram menurut Prof Dr AgilAlaydrus, tidak ditemukan kendalaPLPG dalam melaksanakankewajibannya.11

11 Wawancara dengan Prof Dr H. Agil Alaydrus,Koordinator PLPG Universitas Mataram Tahun 2006-2009, tanggal 11 Maret 2013

Page 38: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[Jurnal HukumJATISWARA]

[FAKULTAS HUKUM]

76 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

Kendala di LPMP adalahmenyangkut masalah sarana informasi,dalam hal ini adalah internet yangseringkali terganggu dan menyebabkanmandeknya penyampaian informasi kedaerah. Terlambatnya informasi diterima daerah berdampak padaketerlambatan informasi di terima olehguru. Solusi untuk mengatasi kendalatersebut menurut Kepala Seksi SistemInformasi LPMP NTB adalah denganmenggunakan modem yang dimilikioleh pribadi pegawai LPMP meskipunmengalami slow respond.12

Sedangkan kendala di PemerintahKota Mataram adalah berkaitan denganpembayaran tunjangan profesi kepada gurusetelah masuk Dana Alokasi Umum(DAU) yang ditransfer dari Rekening KasUmum ke Rekening Kas Umum Daerahmelalui APBD. Pembayaran tunjanganprofesi guru mulai tahun 2011 setelahmasuk Ke Kas Daerah Kota Matarammengalami keterlambatan dan jugakurangnya tunjangan profesi yang diterimaoleh guru. Untuk tahun 2011 guru hanyamenerima tunjangan profesi sebanyaksebelas bulan, sedangkan untuk tahun2012 guru menerima tunjangan profesihanya sepuluh bulan. Kekurangantunjangan guru untuk tahun 2011 dan 2012tersebut, sampai saat ini belum adakejelasan dimana letak masalahnya, yangjelas guru-guru di Kota Mataram sangatdirugikan.

Untuk mengatasi kendala tersebut,maka menurut penulis, sebaiknya danatunjangan profesi guru untuk tahun-tahunselanjutnya langsung saja dikelola olehPemerintah Pusat, dan dikirimkan setiapbulan langsung ke rekening guru masing-masing seperti pengelolaan dana BantuanOperasional Sekolah (BOS). Penulis

12 Wawancara dengan Dra Sri Sukriyani, KepalaSeksi Sistem Informasi LPMP NTB tanggal 7 Maret2013

yakin, dengan pengelolaan dana tunjanganprofesi guru oleh Pemerintah Pusat sepertitahun 2006 sampai dengan tahun 2010,maka guru tidak mengalami kerugian lagi.

Selain masalah pembayarantunjangan profesi, masalah lainnya adalahkendala sumber daya manusia (SDM) yangmengurus program sertifikasi guru di KotaMataram. Kelambanan penyampaianinformasi yang telah diterima dari LPMPmengalami keterlambatan sampai ke gurudi sekolah disebabkan karena SDM yangmengelola pusat informasi melalui saranainternet. Kendalanya bukan saja faktorSDM tetapi juga sarana internet yanglamban.

Solusi untuk mengatasi kendalatersebut menurut penulis adalah denganmemberikan pelatihan dan ketrampilanmelalui kurusus-kursus teknologi kepadapegawai yang menangani pusat informasidata, dan mengganti sarana teknologiinformasi berupa internet tersebut denganyang lebih mutakhir. Dengan dua solusitersebut diyakini akan mengalami banyakperubahan dalam pengelolaan informasi.

3. Faktor sarana atau fasilitas;Dalam mengatasi kendala yang

disebabkan karena faktor sarana ini,maka pemerintah dihimbau segeramemperhatikan masalah saranainformasi yang sering menjadigangguan bagi penyelenggara programsertifikasi bagai guru untuk secepatnyamendapat informasi melalui sekolahmasing-masing dengan menggunakanserver yang memadai.

4. Faktor Budaya Masyarakat;Selain dua faktor tersebut di atas,

yakni faktor hukumnya dan faktorpenegak hukumnya, maka faktor yangpaling menentukan dalam kelancaranpelaksanaan sertifikasi guru di KotaMataram adalah faktor budayamasyarakat dalam hal ini adalah faktorkultur guru itu sendiri.

Page 39: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[UNIVERSITAS MATARAM] [Jurnal HukumJATISWARA]

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 77

Dua kendala yang dialami guru yangberasal dari kultur guru itu sendiri, yaknirendahnya kemampuan guru dalammenulis dan melakukan PenelitianTindakan Kelas (PTK) dan yang keduaadalah mental guru itu sendiri yanginginnya mendapatkan sertifikat pendidikdengan cara mudah.

Untuk kendala pertama yaknirendahnya kemampuan guru dalammenulis dan melakukan PTK, maka solusiyang penulis tawarkan adalah agar guruyang bersangkutan memperbanyakmengikuti kegiatan pendidikan danpelatihan di bidang menulis karya ilmiah,baik yang diselenggarakan oleh PerguruanTinggi maupun yang diselenggarakan olehLembaga Swadaya Masyarakat. Guruharus memulai membiasakan diri untukberlatih menulis melalui media massamaupun melalui jurnal-jurnal ilmiah sertamajalah ilmiah yang ada di perguruantinggi. Disinilah peran dari PGRI untukmembantu guru sebagai anggotanya, yaknidengan membuat majalah ilmiah maupunjurnal penelitian untuk tempat berlatihnyaguru dalam menulis karya ilmiah.

Solusi berikutnya berkaitan dengankurangnya kemampuan guru dalammembuat PTK adalah agar pengawasmasing-masing mata pelajaranmemberikan bimbingan yang lebih intensifdalam penyusunan PTK maupun karyailmiah lainnya.

Sedangkan menyangkut masalahkualifikasi akademik yang dimiliki olehguru yang dikeluarkan oleh perguruantinggi yang belum terakreditasi dan tidakmemiliki ijin operasional, dan perguruantinggi yang mengeluarkan ijazah pendidikyang dimiliki oleh guru tersebut beralamatdi luar daerah, sedangkan guru yangbersangkutan tidak dapat menunjukkan ijinbelajar yang dikeluarkan oleh PemerintahKota Mataram yang menyatakan bahwa

guru tersebut memang benar belajar diperguruan tinggi di luar daerah tersebut.

Solusinya adalah agar guru tersebutmemilih perguruan tinggi yang telahterakreditasi dan tidak terburu-burumendapatkan ijazah akademik dengancara-cara yang tidak dibenarkan olehaturan perundang-undangan yang berlaku.

Masalah lain yang terjadi dalampelaksanaan sertifikasi guru di KotaMataram adalah menyangkut penggunaanfoto copy sertifikat telah mengikutipelatihan atau kegiatan lain yang bukanmiliknya.

Solusinya adalah agar guru yangmenggunakan cara seperti tersebutsebaiknya mengikuti kegiatan-kegiatanpelatihan, seminar dan semacamnya.Sekali lagi, di sinilah peran PGRI dalammembantu anggotanya dengan caramenyelenggarakan kegiatan seminarnasional di bidang pendidikan.

Pemaparan dalam bab ini jikadianalisis dengan menggunakan teoriefektifitas hukum maka dapat disimpulkansementara bahwa penerapan ketentuanperaturan perundang-undangan tentangsertifikasi guru ini menemui beberapakendala di beberapa faktor, yakni faktorhukumnyai berupa pengaturan tunjanganprofesi guru, faktor penegak hukumnyayakni aparatur pelaksana sertifikasi guru,faktor sarana atau fasilitas penunjangnya,dan faktor budaya masyarakat yaitu faktoryang berasal dari guru itu sendiri.

D. PENUTUP

1. Kesimpulan

Keseluruhan uraian yang telahdikemukakan pada bab-bab sebelumnya,maka penulis dapat menarik kesimpulansebagai berikut:

a. Pengaturan mengenai tunjangan profesiguru ini terdapat pertentangan norma

Page 40: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[Jurnal HukumJATISWARA]

[FAKULTAS HUKUM]

78 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

dalam Pasal 35 ayat (1) dengan Pasal 35ayat (2) Undang-undang Nomor 14Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.Selain itu juga terdapat insinkronisasiantara Peraturan Pemerintah Nomor 41Tahun 2009 Tentang Tunjangan ProfesiGuru dan Dosen, Tunjangan KhususGuru dan Dosen, TunjanganKehormatan Profesor dengan PeraturanMenteri Keuangan (PMK) sebagaipedoman pembayaran tunjangan profesiguru.

b. Penerapan Undang-Undang Nomor 14Tahun 2005 di Kota Mataram padaumumnya berjalan efektif yang ditandaidengan lancarnya pelaksanaansertifikasi guru di Kota Mataram,meskipun terdapat permasalahan yangsangat merugikan kepentingan guru,yakni (1) pembayaran tunjangan profesiguru setelah diserahkan ke PemerintahKota Mataram mulai tahun 2011terdapat kekurangan pembayaransertifikasi guru. Untuk tahun 2011 guruhanya menerima pembayaran tunjanganprofesi selama sebelas bulan, dan untuktahun 2012 guru menerima tunjanganprofesi sebanyak sepuluh bulan; (2)Ketentuan yang terdapat di dalam Pasal35 ayat (2) Undang-undang Nomor 14Tahun 2005 sangat memberatkan gurumata pelajaran.

c. Faktor–faktor yang menjadi kendaladalam pelaksanaan Undang-undangNomor 14 tahun 2005 di Kota Mataramadalah (1) faktor hukumnya sendiri,yakni berupa faktor pengaturantujangan profesi itu sendiri, (2) faktorpenegak hukum yakni faktor pelaksanasertifikasi guru, (3) faktor sarana ataufasilitas pendukung, dan (4) faktorbudaya masyarakat yakni faktor dariguru itu sendiri.

2. Saran

a. Revisi Undang-undang Nomor 14Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen,khususnya Pasal 35 ayat (2) agarsejalan dengan bunyi Pasal 35 ayat (1)yang berbunyi: ”Beban kerja gurumencakup kegiatan pokok yaitumerencanakan pembelajaran,melaksanakan pembelajaran, menilaihasil pembelajaran, membimbing danmelatih peserta didik, sertamelaksanakan tugas tambahan”. RevisiPasal 35 ayat (2) tersebut seharusnyaberbunyi sebagai berikut: “Beban kerjaguru sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dihitung sekurang-kurangnya 24(dua puluh empat) jam.”

b. Peraturan Menteri Keuangan yangdijadikan pedoman pembayarantujangan profesi guru seyogyanyamengikuti ketentuan Pasal 3 ayat (1)Peraturan pemerintah Nomor 41 Tahun2009 yang menyatakan pemberiantunjangan profesi guru dibayarkansetiap bulannya. Selain itu agarPembayaran tunjangan profesi gurumulai tahun 2013 ditarik kembali olehpemerintah pusat seperti pembayarandana Bantuan Operasional Sekolah(BOS) yang dibayarkan olehpemerintah pusat langsung ke rekeningmasing-masing guru tanpa melaluiPemerintah Kota Mataram.

c. Alternatif solusi untuk mengatasikendala tersebut adalah (1) untuk faktorhukumnya agar dilakukan revisiUndang-undang Nomor 14 Tahun 2005Tentang Guru dan Dosen khususnyaPasal 35 ayat (2). Selain itu dilakukansinkronisasi pengaturan tentangtunjangan profesi guru, agar PMKmengacu kepada Peraturan PemerintahNomor 41 Tahun 2009; (2) untuk faktorpenegak hukum dengan carapembenahan pelaksana sertifikasi guru,yakni dengan peningkatan SDM; (3)

Page 41: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[UNIVERSITAS MATARAM] [Jurnal HukumJATISWARA]

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 79

faktor sarana atau fasilitas pendukungberupa peningkatan sarana memadai;dan (4) faktor budaya masyarakat agarguru mengevaluasi diri sendiri, danmeningkatkan kemampuan akademikdan profesionalitas.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, S.M, 1975, Tathawwur Al-FikryAl-Tarbawy, Matabi’ Sabjal Al-Arabi,Kairo.

Ajami, 2006, Al-Tqarbiyah al- Islamiyah:Al-Ushul wa al Tathbiqat, Dar AlNasyir Al Dauli, Riyadh.

Attamimi, Hamid, 1992, Teori Perundang-undangan Indonesia, PidatoPengukuhan Guru Besar pada FakultasHukum Universitas Indonesia, Jakarta.

Atmosudirdjo, Prajudi, 1983, HukumAdministrasi Negara, GhaliaIndonesia, Jakarta.

Darmodiharjo, Darji dan Sidharta, 1995,Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Apadan Bagaimana Filsafat HukumIndonesia, Gramedia Pustaka Utama,Jakarta.

Fajar, Mukti, 2005, Tipe Negara Hukum,Banyumedia Publishing, Malang.

Fajar, Mukti dan Yulianto Achmad, 2010,Dualisme Penelitian Hukum Normatif& Empiris, Pustaka Pelajar,Yogyakarta.

Fanani, Ahmad Zainal, Teori KeadilanDalam Perspektif Filsafat Islam,Makalah, Universitas Islam Indonesia,Yogjakarta.

Fathurrohman, Pupuh dan Aa Suryana,2012, Guru Profesional, RefikaAditama, Bandung.

Friedmann, W, 1990, Teori dan FilsafatHukum, Idealisme Filosofis dan

Problematika Keadilan, Rajawali,Jakarta.

Friedrich, Carl Joachim, 2004, FilsafatHukum, Perspektif Historis, NuansaNusamedia, Bandung.

Fuady, Munir, 2009, Teori Negara HukumModern, Refika Aditama, Bandung.

Gautama, Sudargo, 1983, PengertianNegara Hukum, Alumni, Bandung.

Harmmond, Darling, Bransford,J,2005,Preparing Teacher for A ChangingWorld: What Teacher Should Learnand Be Able To Do, Jossey-Bass, SanFransisco.

Hidayanto, Dwi Nugroho, 2008, MenjadiGuru Kaya Raya Bahagia MasukSurga, Liberty.

Husain,S.S, & Ashraf, SA, 1979, Crisis inMuslem Education, King AbdulazizUniversity, Jeddah.

Kelsen, Hans, 2010, Pengantar TeoriHukum, Nusa Media, Bandung.

------, 2007, Teori Hukum Murni, DasarDasar Ilmu Hukum Normatif, NusaMedia, Bandung.

Khadduri, Majid, 1999, The IslamicConception of Justice, The JohnsHopkins Press, Baltimore, USA.Terjemahan oleh Mohtar Zoerni danJoko S. Kahhar, Teologi KeadilanPerspektif Islam, Risalah Gusti.

Kusumaatmadja, Mochtar, 1995,Pemantapan Cita Hukum dan Azas-Azas Hukum Nasional Dimasa Kinidan Masa Yang Akan Datang,Makalah, Jakarta.

Lang, HR & Evans, DN, 2006, Models,Strategies, and Methods for EffectiveTeaching, Pearson Education, USA,

Lebacqz, Karen, 1986, Six Theories ofJustice, Augsbung Publishing House,Indianapolis.

Page 42: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[Jurnal HukumJATISWARA]

[FAKULTAS HUKUM]

80 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

Mahfud, MD, 2010, Membangun PolitikHukum,Menegakkan Konstitusi,Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Marzuki, Peter Mahmud, 2008, PengantarIlmu Hukum, Kencana Prenada MediaGroup, Jakarta.

--------, 2008, Penelitian Hukum, KencanaPrenada Gorup, Jakarta.

Mertokusumo, Sudikno, 2012, TeoriHukum, Cahaya Atma Pustaka,Yogyakarta.

Meuwissen, 2009, Pengembangan Hukum,Ilmu Hukum, Teori Hukum, danFilsafat Hukum, Refika Aditama,Bandung.

Musfah, Jejen, 2011, PeningkatanKompetensi Guru Melalui Pelatihandan Sumber Belajar Teori danPraktik, Kencana Prenada MediaGroup, Jakarta.

Mulyasa, 2011, Standar Kompetensi danSertifikasi Guru, RemadjaRosdakarya, Bandung.

------, Pendidikan dalam Spektrum BlueOcean Strategy; Tata KelolaPendidikan Berdaya Saing di TengahKompleksitas Perubahan, PidatoPengukuhan Guru Besar PPSUNINUS, Bandung.

Najib, Sulhan, 2010, Pendidikan BerbasisKarakter: Sinergi antara Sekolah danRumah dalam membentuk KarakterAnak, Jaring Pena, Surabaya.

Naegle, P, 2002, The Teacher’s CompleteSourcebook; Midle School, Scolastic,New York.

Rahardjo, Satjipto, 2007, MembedahHukum Progresif, Kompas MediaNusantara, Jakarta.

--------, 1996, Ilmu Hukum, Citra AdityaBakti, Bandung.

Pantja Astawa, I Gede dan Suprin Na’a,2008, Dinamika Hukum dan IlmuPerundang-Undangan di Indonesia,Alumni, Bandung.

Praja, Juhaya.s, 2011, Teori Hukum danAplikasinya, Pustaka Setia, Bandung.

Ranggawidjaja, Rosjidi, 1996, PedomanTeknik Perancangan Perundang-undangan, Citra Bakti Akademika,Bandung.

Rawls, John, 2006, A Theory of Justice,diterjemahkan oleh Uzair Fauzan danHeru Prasetyo, Teori Keadilan DasarDasar Fulsafat Politik UntukMewujudkan Kesejahteraan SosialDalam Negara, Pustaka Pelajar,Yogjakarta.

Rohmadi, Muhammad, 2012, menjadiGuru Profesional, Berbasis PenilaianKinerja Guru (PKG) danPengembangan KeprofesianBerkelanjutan (PKB), Yuma Presindo,Surakarta.

Sarimaya, Farida,2009, Sertifikasi Guru,Apa, Mengapa dan Bagaimana?,Yrama Widia, Bandung.

Simorangkir, 1998, Hukum dan KonstitusiIndonesia, Haji Masagung, Jakarta.

Soehino, 2008, Ilmu Negara, Liberty,Jogjakarta.

Soejito, Irawan, 1993, Teknik MembuatUndang-Undang, Pradnya Paramita,Jakarta.

Soeprapto, Maria Farida Indrati, 1998,Ilmu Perundang-Undangan, DasarDasar dan Pembentukannya,Kanisius, Yogjakarta.

Sukmadinata, 2006, PengembanganKurikulum: Teori dan Praktik,Rosdakarya, Bandung.

Page 43: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[UNIVERSITAS MATARAM] [Jurnal HukumJATISWARA]

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 81

-----,2006, Pengembangan Kurikulum:Teori dan Praktik, Rosdakarya,Bandung.

Syarif, Amiroeddin, 1987, Perundang-Undangan; Dasar, Jenis dan TeknikMembuatnya, Bina Aksara, Jakarta.

Tanya, Bernard L, et.al,2010, Teori HukumStrategi tertib Manusia Lintas Ruangdan Generasi, Genta Publishing,Yogyakarta.

Tilaar, H.A.R, 2008, ManajemenPendidikan Nasional, KajianPendidikan Masa Depan, RemajaRosda Karya, Bandung.

Widiadi, Adityavatara, 2011,SERTIFIKASI GURU: TinjauanEvaluatif atas Penggunaan PenilaianPortofolio Sebagai Alat UjiKompetensi, Makalah, Jakarta.

Wiranata, I Gede AB, 2007, HukumProgresif Versus PembangunanHukum (Sebuah Pencarian Model),Kompas Media Nusantara, Jakarta.

Zakaria, Fath, 1998, Mozaik BudayaOrang Mataram, Yayasan Sumurmas,Mataram.

KAMUS:

Departemen Pendidikan dan KebudayaanRepublik Indonesia, Kamus BesarBahasa Indonesia, Jakarta.

Echols, JM dan Shadily, H, 2002, KamusInggris Indonesia, Gramedia, Jakarta.

Garner, Bryan A, 2004, Black’s LawDictionary, Ninth Edition.

Mataram Dalam Angka 2012.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN:

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003Tentang Sistim Pendidikan Nasional,Lembaran Negara Republiik IndonesiaTahun 2003 Nomor 78, TambahanLembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4301;

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005Tentang Guru dan Dosen, LembaranNegara Republik Indonesia Tahun2005 Nomor 157, dan TambahanLembaran Negara Republik IndonesiaNomor 14;

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun2008, Tentang Guru, LembaranNegara Republik Indonesia Tahun2008 Nomor 194, TambahanLembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4941;

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun2009, Tentang Tunjangan ProfesiGuru dan Dosen, Tunjangan KhususGuru dan Dosen, TunjanganKehormatan Profesor, LembaranNegara Republik Indonesia Tahun2009 Nomor 85, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor5016;

Peraturan Menteri Pendidikan NasionalNomor 18 Tahun 2007 TentangSertifikasi Guru Dalam jabatan.

Peraturan Menteri Pendidikan NasionalNomor 11 Tahun 2008 TentangSertifikasi Guru Dalam jabatan.

Peraturan Menteri Pendidikan NasionalNomor 10 Tahun 2009 TentangSertifikasi Guru Dalam jabatan.

Peraturan Menteri Pendidikan NasionalNomor 11 Tahun 2011 TentangSertifikasi Guru Dalam jabatan.

Peraturan Menteri Pendidikan danKebudayaan Nomor 5 Tahun 2012Tentang Sertifikasi Guru Dalamjabatan.

Page 44: PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 …

[Jurnal HukumJATISWARA]

[FAKULTAS HUKUM]

82 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

Peraturan Menteri Keuangan Nomor71/PMK.07/2011 Tentang PedomanUmum dan Alokasi Tunjangan ProfesiGuru Pegawai Negeri Sipil DaerahKepala Daerah Provinsi, Kabupatendan Kota.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor72/PMK.07/2011 Tentang PedomanUmum dan Alokasi Tunjangan ProfesiGuru Pegawai Negeri Sipil DaerahKepala Daerah Provinsi, Kabupatendan Kota.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor43/PMK.07/2012 Tentang PedomanUmum dan Alokasi Tunjangan ProfesiGuru Pegawai Negeri Sipil DaerahKepala Daerah Provinsi, Kabupatendan Kota.