PENERAPAN STANDAR NASIONAL PENGASUHAN ANAK DI PANTI ASUHAN...

7
224 Prosiding Interdisciplinary Postgraduate Student Conference 3 rd Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PPs UMY) ISBN: 978-602-19568-4-7 PENERAPAN STANDAR NASIONAL PENGASUHAN ANAK DI PANTI ASUHAN YATIM PUTRI ‘AISYIYAH YOGYAKARTA Dewi Masyitoh Magister Studi Islam, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Yogyakarta, Indonesia Email : [email protected] Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui bagaimana Panti Asuhan Aisyiyah Yogyakarta menerapkan standar penentuan respon yang tepat bagi anak; (2) mengetahui bagaimana Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah Yogyakarta menerapkan standar pelayanan pengasuhan bagi anak; (3) mengetahui kendala yang dihadapi dalam dalam seluruh tahapan implementasi dari pendekatan awal, asesmen, perencanaan pengasuhan sampai dengan pengakhiran pelayanan dan bagaimana solusi pemecahan.Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif melalui proses studi pustaka, wawancara mendalam (dept interview) dengan para informan di lapangan dan pengamatan. Informan dipilih dengan metode snowball sampling, dengan lingkup informan adalah orang-orang yang terlibat dalam program pelayanan dan pembinaan di dalam panti. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: dalam hal penerapan stansar penentuan respon yang tepat bagi anak, (1) Panti sudah melakukan standar tentang peran Panti dalam pelayanan bagi anak yang meliputi peran panti, pencegahan keterpisahan, peran untuk menerima rujukan, respon berdasarkan asesmen yang akurat, respon terhadap kebutuhan pengasuhan, respon terhadap kebutuhan ekonomi, respon terhadap kebutuhan pendidikan, namum panti tidak melakukan respon terhadap kebutuhan akan perlindungan khusus. (2) Panti tidak melakukan standar perencanaan pengasuhan darurat, pengasuhan jangka pendek, dan pengasuhan jangka panjang karena tujuan penempatan anak di panti untuk keberlangsungan pendidikan. Dalam hal penerapan standar pelayanan pengasuhan, Panti sudah melakukan (1) penerapan standar pendekatan awal dan rujukan, (2) standar pelayanan pengasuhan, (3) standar pelayanan berbasis panti, (4) standar pelaksana pengasuhan. Sedangkan standar evaluasi serta pengakhiran pelayanan dan pengasuhan anak yang dilakukan panti terkait dengan selesainya masa sekolah. Kelemahan Panti dalam menerapkan standar ini dikarenakan : (1) keterbatasan jumlah pengasuh maupun staf yang telah dilatih secara profesional, (2) Partisipasi anak di dalam panti kurang, (3) keluarga tidak terlibat dalam pengasuhan anak di dalam panti. Kata kunci : Pengasuhan Anak, Panti Asuhan I. PENDAHULUAN Pendirian panti asuhan pada hakekatnya merupakan upaya untuk membantu pengasuhan anak dari keluarga yang tidak mampu atau ditinggal oleh salah satu atau kedua orangtuanya. Dilihat dari definisinya panti asuhan adalah lembaga untuk mengasuh anak-anak, menjaga dan memberikan bimbingan kepada anak dengan tujuan agar mereka dapat menjadi manusia dewasa yang cakap dan berguna serta bertanggung jawab atas dirinya dan terhadap masyarakat kelak di kemudian hari. Panti asuhan dapat pula dikatakan atau berfungsi sebagai pengganti keluarga dan pimpinan panti asuhan sebagai pengganti orang tua, sehubungan dengan orang tua anak tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dalam mendidik dan mengasuh anaknya. 1 Pengasuhan dapat dilakukan di dalam panti maupun di luar panti (rumah keluarga). Bentuk pengasuhan yang diberikan diantaranya bantuan pendidikan dan pemberian fasilitas pendukung pendidikan anak. Pada umumnya masyarakat sangat antusias memberikan bantuan untuk para anak yang diasuh dalam panti. Pemahaman bahwa akan mendapat ganjaran dari Allah swt atas bantuan yang telah diberikan kepada anak yang tinggal dipanti, menjadi salah satu pendorong masyarakat untuk terus memberikan bantuan. Sehingga saat ini panti menjadi soalah satu tujuan favorit para donatur. Kondisi di atas menjadikan para pengurus panti beranggapan bahwa semakin banyak anak yang tinggal di panti maka semakin banyaklah bantuan yang akan didapat. Hal ini menyebabkan pergeseran maksud dan tujuan didirikannya panti. Karena yang tinggal di panti tidak hanya anak yang tidak memiliki orang tua saja, tetapi anak yang masih memiliki orangtua pun diajak untuk tinggal di panti, hanya karena ekonomi orangtuanya tidak mampu. Fungsi panti asuhan adalah untuk membantu pengasuhan anak, tapi pada kenyataanya yang terjadi adalah panti asuhan mengambil alih pengasuhan anak dari orangtuanya. Padahal pendidikan yang terbaik adalah di dalam keluarganya dan dengan pengasuhan orangtuanya sendiri. Kondisi ini yang mendasari ketertarikan penulis untuk meneliti bagaimana Panti melakukan respon awal terhadap masalah pengasuhan dan bagaimana pelayanan pengasuhan di Panti Asuhan 1 Badan Pembinaan Koordinasi dan Pengawasan Kegiatan Panti Asuhan. 1982. t.p. h. 1

Transcript of PENERAPAN STANDAR NASIONAL PENGASUHAN ANAK DI PANTI ASUHAN...

Page 1: PENERAPAN STANDAR NASIONAL PENGASUHAN ANAK DI PANTI ASUHAN ...pascasarjana.umy.ac.id/.../2017/03/...STANDAR-NASIONAL-PENGASU… · adalah Laporan Penelitian Kualitas Pengasuhan Anak

224 Prosiding Interdisciplinary Postgraduate Student Conference 3rd Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PPs UMY)

ISBN: 978-602-19568-4-7

PENERAPAN STANDAR NASIONAL PENGASUHAN ANAK DI PANTI

ASUHAN YATIM PUTRI ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

Dewi Masyitoh

Magister Studi Islam, Program Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Yogyakarta, Indonesia

Email : [email protected]

Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk (1)

mengetahui bagaimana Panti Asuhan Aisyiyah

Yogyakarta menerapkan standar penentuan respon

yang tepat bagi anak; (2) mengetahui bagaimana

Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah Yogyakarta

menerapkan standar pelayanan pengasuhan bagi

anak; (3) mengetahui kendala yang dihadapi dalam

dalam seluruh tahapan implementasi dari

pendekatan awal, asesmen, perencanaan

pengasuhan sampai dengan pengakhiran pelayanan

dan bagaimana solusi pemecahan.Jenis penelitian

yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif

yang menghasilkan data deskriptif melalui proses

studi pustaka, wawancara mendalam (dept interview)

dengan para informan di lapangan dan pengamatan.

Informan dipilih dengan metode snowball sampling,

dengan lingkup informan adalah orang-orang yang

terlibat dalam program pelayanan dan pembinaan di

dalam panti. Berdasarkan hasil penelitian, dapat

disimpulkan bahwa: dalam hal penerapan stansar

penentuan respon yang tepat bagi anak, (1) Panti

sudah melakukan standar tentang peran Panti dalam

pelayanan bagi anak yang meliputi peran panti,

pencegahan keterpisahan, peran untuk menerima

rujukan, respon berdasarkan asesmen yang akurat,

respon terhadap kebutuhan pengasuhan, respon

terhadap kebutuhan ekonomi, respon terhadap

kebutuhan pendidikan, namum panti tidak

melakukan respon terhadap kebutuhan akan

perlindungan khusus. (2) Panti tidak melakukan

standar perencanaan pengasuhan darurat,

pengasuhan jangka pendek, dan pengasuhan jangka

panjang karena tujuan penempatan anak di panti

untuk keberlangsungan pendidikan. Dalam hal

penerapan standar pelayanan pengasuhan, Panti

sudah melakukan (1) penerapan standar pendekatan

awal dan rujukan, (2) standar pelayanan pengasuhan,

(3) standar pelayanan berbasis panti, (4) standar

pelaksana pengasuhan. Sedangkan standar evaluasi

serta pengakhiran pelayanan dan pengasuhan anak

yang dilakukan panti terkait dengan selesainya masa

sekolah. Kelemahan Panti dalam menerapkan

standar ini dikarenakan : (1) keterbatasan jumlah

pengasuh maupun staf yang telah dilatih secara

profesional, (2) Partisipasi anak di dalam panti

kurang, (3) keluarga tidak terlibat dalam pengasuhan

anak di dalam panti.

Kata kunci : Pengasuhan Anak, Panti Asuhan

I. PENDAHULUAN

Pendirian panti asuhan pada hakekatnya

merupakan upaya untuk membantu pengasuhan anak

dari keluarga yang tidak mampu atau ditinggal oleh

salah satu atau kedua orangtuanya. Dilihat dari

definisinya panti asuhan adalah lembaga untuk

mengasuh anak-anak, menjaga dan memberikan

bimbingan kepada anak dengan tujuan agar mereka

dapat menjadi manusia dewasa yang cakap dan berguna

serta bertanggung jawab atas dirinya dan terhadap

masyarakat kelak di kemudian hari. Panti asuhan dapat

pula dikatakan atau berfungsi sebagai pengganti

keluarga dan pimpinan panti asuhan sebagai pengganti

orang tua, sehubungan dengan orang tua anak tidak

dapat berfungsi sebagaimana mestinya dalam mendidik

dan mengasuh anaknya.1

Pengasuhan dapat dilakukan di dalam panti maupun di luar panti (rumah keluarga). Bentuk

pengasuhan yang diberikan diantaranya bantuan

pendidikan dan pemberian fasilitas pendukung

pendidikan anak. Pada umumnya masyarakat sangat

antusias memberikan bantuan untuk para anak yang

diasuh dalam panti. Pemahaman bahwa akan mendapat

ganjaran dari Allah swt atas bantuan yang telah

diberikan kepada anak yang tinggal dipanti, menjadi

salah satu pendorong masyarakat untuk terus

memberikan bantuan. Sehingga saat ini panti menjadi

soalah satu tujuan favorit para donatur.

Kondisi di atas menjadikan para pengurus

panti beranggapan bahwa semakin banyak anak yang

tinggal di panti maka semakin banyaklah bantuan yang

akan didapat. Hal ini menyebabkan pergeseran maksud

dan tujuan didirikannya panti. Karena yang tinggal di

panti tidak hanya anak yang tidak memiliki orang tua

saja, tetapi anak yang masih memiliki orangtua pun

diajak untuk tinggal di panti, hanya karena ekonomi

orangtuanya tidak mampu. Fungsi panti asuhan adalah

untuk membantu pengasuhan anak, tapi pada

kenyataanya yang terjadi adalah panti asuhan

mengambil alih pengasuhan anak dari orangtuanya.

Padahal pendidikan yang terbaik adalah di dalam

keluarganya dan dengan pengasuhan orangtuanya

sendiri.

Kondisi ini yang mendasari ketertarikan

penulis untuk meneliti bagaimana Panti melakukan

respon awal terhadap masalah pengasuhan dan

bagaimana pelayanan pengasuhan di Panti Asuhan

1 Badan Pembinaan Koordinasi dan Pengawasan

Kegiatan Panti Asuhan. 1982. t.p. h. 1

Page 2: PENERAPAN STANDAR NASIONAL PENGASUHAN ANAK DI PANTI ASUHAN ...pascasarjana.umy.ac.id/.../2017/03/...STANDAR-NASIONAL-PENGASU… · adalah Laporan Penelitian Kualitas Pengasuhan Anak

225 Prosiding Interdisciplinary Postgraduate Student Conference 3rd Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PPs UMY)

ISBN: 978-602-19568-4-7

Aisyiyah Yogya. Apakah Panti sudah melakukan

tindakan standar sesuai dengan standar yang telah

ditentukan dalam Standar Nasional Pengasuhan Anak

Untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial. Ditemukan

hampir tidak ada asesmen tentang adanya kebutuhan

pengasuhan anak-anak baik sebelum, selama, maupun

selepas mereka meninggalkan panti asuhan. Kriteria

seleksi anak-anak dan praktek rekruitmen sangat mirip

di hampir semua panti asuhan yang diases dan mereka

fokus kepada anak-anak usia sekolah, keluarga miskin,

keluarga yang kurang beruntung dan yang terlalu tua

''untuk mengasuh sendiri''.

Upaya untuk menentukan kebutuhan anak

terhadap pengasuhan baik yang berbasis keluarga

maupun pengasuhan alternatif, dilakukan melalui

tahapan yang bersifat berkelanjutan mulai dari

pendekatan awal, asesmen, perencanaan, pelaksanaan

rencana pengasuhan sampai dengan evaluasi dan

pengakhiran pelayanan.

I.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas,

dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana Panti Asuhan Aisyiyah Yogyakarta

menerapkan standar penentuan respon yang

tepat bagi anak?

2. Bagaimana Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah

Yogyakarta menerapkan standar pelayanan

pengasuhan bagi anak?

3. Kendala yang dihadapi dalam proses mulai dari

pendekatan awal, asesmen, perencanaan

pengasuhan sampai dengan pengakhiran pelayanan

dan bagaimana solusi pemecahan?

I.2 Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi standar penentuan respon yang

tepat bagi anak di Panti Asuhan Yatim Putri

Aisyiyah Yogyakarta.

2. Mengidentifikasi standar pelayanan pengasuhan di

Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah Yogyakarta.

3. Mengidentifikasi potensi, tantangan dan sumber

daya yang ada di Panti Asuhan Yatim Putri

Aisyiyah Yogyakarta.

I.3 Manfaat Penelitian

1. Terpetakannya standar penentuan respon yang

tepat bagi anak di Panti Asuhan Aisyiyah

Yogyakarta.

2. Terpetakannya standar pelayanan pengasuhan di

Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah Yogyakarta.

3. Terpetakannya kekuatan dan kelemahan Panti

Asuhan Aisyiyah Yogyakarta dalam menerapkan

Standar Nasional Pengasuhan Anak terkait

standar penentuan respon yang tepat dan standar

pelayanan pengasuhan.

I.4 Tinjauan Pustaka

Penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian

Kependudukan, LPPM UNS dengan UNICEF dengan

fokus penelitian tentang Pola Pengasuhan Anak Di

Panti Asuhan Dan Pondok Pesantren Kota Solo Dan

Kabupaten Klaten, pada tahun 2009. Hasil dari

penelitian tersebut menyebutkan bahwa pusat-pusat

pengasuhan anak berbasis lembaga, seringkali menjadi

magnet yang menarik sumberdaya dalam jumlah besar,

karena sistem pelayanannya jelas, terukur dan menarik

banyak lembaga donor. Namun demikian, model

pelayanan sosial berbasis lembaga tidak sanggup

merespons perkembangan masalah dan kebutuhan

akan pelayanan di masa depan yang cenderung semakin

meningkat secara cepat.

Penelitian lain yang menjadi tinjauan pustaka

adalah Laporan Penelitian Kualitas Pengasuhan Anak di

Panti Sosial Asuhan Anak PSAA al-Ikhlas Kabupaten

Lombok Barat Nusa Tenggara Timur yang dilakukan

oleh Lisma Dyawati Fuaida dkk, kerjasama antara

Depsos, Save the Children dan UNICEF. Kesimpulan

dalam penelitian ini :

1. Praktek Profesional

Kualitas pelayanan di Panti masih kurang karena

pekerjaan sebagai pengurus panti lebih

merupakan pekerjaan sampingan bukan praktek

profesional. Panti juga tidak mempunyai proses

atau tahapan penerimaan anak yang ketat dan

panti tidak memiliki rencana pelayanan anak

secara individual.

2. Personal Care.

Secara kualitas makanan yang disediakan belum

memenuhi standar gizi. Fasilitas kesehatan yang

dapat diakses cukup baik. Pemanfaatan waktu

luang, olah raga dan kesenian cukup. Panti belum

memenuhi privasi anak dalam hal ruangan toilet,

kamar mandi, dan ganti pakaian. Anak hanya

mendapatkan pelayanan pendidikan formal saja.

Panti memberikan hak untuk dikunjungi secara

maksimal, namun hak untuk berkunjung hanya

diberikan pada saat liburan. Meskipun demikian

tidak banyak orang tua yang memanfaatkan

kesempatan tersebut. Tentang pengasuhan,

pengendalian dan sangksi berjalan seimbang.

3. Pengaturan Staff

Panti tidak mengenal proses rekuitmen staff,

relawan ataupun staff terlatih apalagi

memperhatikan kesesuaian dengan kebutuhan

panti baik dalam jumlah anak maupun bidang

tugas.

4. Sumber-sumber

Panti hanya melayani anak di dalam panti dan

tidak mempunyai program pelayanan di luar panti.

5. Administrasi

Panti belum mempunyai rekaman atau catatan

baik berupa data atau bentuk lain yang tersimpan

dengan baik dan sistematis, hanya catatan

keuangan dan bantuan barang dan properti yang

tergabung dengan buku tamu. Tidak pernah ada

monitoring dan evaluasi, namun keterlibatan

kepala panti cukup signifikan.

Page 3: PENERAPAN STANDAR NASIONAL PENGASUHAN ANAK DI PANTI ASUHAN ...pascasarjana.umy.ac.id/.../2017/03/...STANDAR-NASIONAL-PENGASU… · adalah Laporan Penelitian Kualitas Pengasuhan Anak

226 Prosiding Interdisciplinary Postgraduate Student Conference 3rd Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PPs UMY)

ISBN: 978-602-19568-4-7

II. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode kualitatif yang

menghasilkan data deskriptif melalui proses studi

pustaka, wawancara mendalam (indept interview)

dengan para informan di lapangan dan pengamatan.

Informan dipilih dengan metode snowball sampling,

dengan lingkup informan adalah orang-orang yang

terlibat dalam program pelayanan dan pembinaan di

dalam panti. Metode kualitatif dimaksudkan sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang dapat diamati. Peneliti terjun

langsung ke lapangan dan bertemu langsung dengan

para informan, baik primer maupun sekunder. Dengan

menggunakan metode snowball sampling, peneliti

pertama-tama bertemu dengan satu orang, misalnya

kepala panti atau bagian humas. Peneliti menunjukkan

maksud dan tujuan tentang penelitian dan data-data

yang dibutuhkan. Atas kebutuhan data tersebut,

peneliti meminta informasi kepada siapa saja untuk

melakukan wawancara. Dengan metode tersebut,

peneliti memperoleh petunjuk yang tepat, khususnya

kepada informan yang tepat untuk melakukan

wawancara.

Penelitian ini sengaja tidak merumuskan

hipotesa. Menurut Rianto Adi bahwa penelitian

deskriptif bertujuan menggambarkan secara cermat

karakteritik dari fakta-fakta (individu, kelompok atau

keadaan) dan untuk menentukan frekwensi sesuatu

yang terjadi Dalam hal penelitian ini fakta-fakta

tersebut bisa berkaitan dengan pendapat atau

komentar dari para informan yang diwawancarai oleh

peneliti. Fakta-fakta dalam penelitian ini, dengan

demikian, tidak berdasarkan kuantitas akan tetapi

bagaimana fakta tersebut dapat menjawab pertanyaan-

pertanyaan peneliti ini secara kualitatif. Contoh,

bagaimana penerapan SNPA yang dilakukan oleh panti

ini diketahui melalui penjelasan dari informasi kunci

sehingga mampu menjawab permasalahan yang

dihadapi peneliti.

1. Sumber data.

Menurut Lonfland sebagaimana dikutip

Moleong, sumber data utama dalam penelitian kualitatif

ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sehingga,

berdasarkan hal ini sumber data dipilah menjadi dua

bagian,yakni sumber data primer dan sumber data

sekunder. Keduanya dapat dijelaskan di bawah ini :

a. Sumber data primer, yaitu segala pernyataan atau

tindakan para pengurus atau pengelola sekaligus

pekerja sosial, musyrifah dan anak asuh panti

asuhan yatim putri ‘Aisyiyah Yogyakarta. Secara

lebih rinci, sumber data primer ini adalah

informan yang terdiri dari orang-orang sebagai

berikut :

1) Pengurus. Kepala Panti/ Humas

Data yang diperoleh dari informan ini adalah

yang berkaitan dengan visi misi panti, program

kerja panti, respon pengurus terhadap SNPA.

2) Pekerja Sosial

Data yang diperoleh dari informan ini adalah

yang berkaitan bagaimana pekerja sosial

mensosialisasikan dan menerapkan SNPA di

dalam panti, apa saja kendala yang dihadapi

dan bagaimana solusi pemecahannya.

3) Musyrifah

Data yang ingin diperoleh dari informan ini

adalah bagaimana responnya terhadap

penerapan SNPA di dalam panti. Perbedaan

apa yang dirasakan setelah penerapan SNPA

ini.

4) Anak Asuh

Data yang ingin diperoleh dari informan ini

adalah bagaimana penerapan SNPA yang

dirasakan oleh informan. Apa perbedaan

antara diberlakukannya penerapan SNPA

dengan sebelum penerapan SNPA.

b. Sumber data sekunder, yaitu buku, laporan-

laporan kegiatan panti asuhan dan sumber-

sumber lain yang mempunyai pembahasan yang

berkaitan dengan tema penelitian ini.

2. Teknik pengumpulan data

a. Observasi

Observasi yang dimaksud disini yaitu

mengamati gejala yang diteliti. Dalam hal ini

peneliti menangkap gejala yang diamati

kemudian dicatat selanjutnya data tersebut

dianalisis. Nawawi berpendapat bahwa dalam

sebuah pengamatan, peneliti perlu berusaha

agar yang diamati tidak mengetahui atau merasa

diamati karena jika mereka tahu, mereka akan

curiga sehingga tingkah lakunya mungkin akan

dibuat-buat atau tidak wajar lagi.

Dalam observasi ini, peneliti langsung

terjun ke lapangan. Ketika observasi peneliti

pertama-tama menyatakan maksud dan tujuan

penelitian dan mengutarakan apa saja yang

dibutuhkan selama penelitian. Dalam proses

observasi, peneliti tidak mendapatkan kesulitan

yang berarti.

b. Wawancara.

Wawancara kualitatif menurut Hamid

Patilima mengandung makna bahwa peneliti

mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lebih

bebas dan leluasa tanpa terikat oleh susunan

pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya.

Dalam penelitian ini digunakan metode

wawancara langsung tidak berstruktur yaitu

wawancara yang bebas di mana peneliti tidak

menggunakan pedoman wawancara yang telah

tersusun secara sistematis dan lengkap untuk

pengumpulan datanya.

Penelitian yang menggunakan metode

wawancara tidak terstruktur mempunyai

kelebihan fleksibilitas dan terbuka pada

Page 4: PENERAPAN STANDAR NASIONAL PENGASUHAN ANAK DI PANTI ASUHAN ...pascasarjana.umy.ac.id/.../2017/03/...STANDAR-NASIONAL-PENGASU… · adalah Laporan Penelitian Kualitas Pengasuhan Anak

227 Prosiding Interdisciplinary Postgraduate Student Conference 3rd Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PPs UMY)

ISBN: 978-602-19568-4-7

pertanyaan-pertanyaan baru yang diperoleh di

lapangan. Sebab, seorang peneliti, termasuk

peneliti sendiri ketika melakukan penelitian akan

bertemu dengan fakta-fakta atau pernyataan-

pernyataan tidak terduga. Diperlukan kejelian

dan kekritisan peneliti dalam

menginterpretasikan dan mengejar informasi

sedalam-dalamnya dari sebuah masalah yang

sedang dihadapi. Inilah mengapa penelitian yang

menggunakan metode wawancara tidak

terstruktur mempunyai kelebihan dibandingkan

dengan metode yang lain.

c. Dokumentasi.

Dokumentasi merupakan analisis

terhadap dokumen-dokumen yang terkait

dengan tema penelitian. Sedangkan yang

termasuk dalam dokumen ini antara otobiografi,

memoar, catatan harian, surat-surat pribadi,

catatan pengadilan, berita koran, artikel majalah,

brosur, buletin, foto-foto dan dokumen laporan

tahunan dari subyek penelitian. Dokumen-

dokumen ini dapat mengungkapkan bagaimana

subyek mendefinisikan dirinya, lingkungan dan

situasi yang dihadapinya pada suatu saat, dan

bagaimana kaitan antara definisi diri tersebut

dalam hubungan dengan orang-orang di

sekelilingnya dengan tindakan-tindakannya.

Terkait dengan penelitian ini, yang

dimaksud dengan dokumen adalah berkait

dengan laporan-laporan tahunan, program kerja

panti, buku induk anak asuh panti, atau

dokumen penting lainnya yang menunjang tema

penelitian. Dokumentasi juga berhubungan

dengan adanya foto-foto atau gambar tentang

suatu kegiatan yang bisa menjadi alat pendukung

untuk memperoleh informasi terkait tema

penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti telah

mengambil foto dengan kamera ataupun

kegiatan-kegiatan yag telah pernah dilaksanakan

di panti.

d. Teknik analisis data

Menurut Patton, analisis data adalah

suatu proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,

kategori dan satuan uraian dasar. Analisis data

juga dipahami sebagai proses mengorganisasikan

dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori

dan satuan uraian dasar sehingga dapat

ditemukan tema dan dapat dirumuskan

hipotesis kerja seperti yang dirumuskan oleh

data.

Dalam hal ini kegiatan menulis data

meliputi: a). Pengumpulan data; b). Mereduksi

data, untuk mendapatkan pokok-pokok tema

yang dianggap memiliki relevansi dengan

masalah penelitian; c). Penilaian data yang

dilakukan dengan cara mengkategorikan data

primer dan data sekunder dengan sistem

pencatatan yang relevan; d).

Menginterpretasikan data yang dilakukan dengan

cara menganalisis secara kritis data yang telah

terkumpul dan pada akhirnya sampai pada suatu

kesimpulan.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Perundang-undangan nasional, baik UU no. 4

tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak dan UU No.

23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, telah

menyatakan pentingnya pengasuhan anak oleh orang

tua dan keluarga, akan tetapi hal tersebut belum

sepenuhnya terpenuhi pada tataran implementasi.

Meningkatnya jumlah panti dari tahun ke tahun

menunjukkan sangat diperlukannya upaya penyadaran

pada berbagai kalangan agar mengedepankan

pendekatan berbasis keluarga daripada pendekatan

institusional dalam pengasuhan anak. Panti Asuhan

sebagai alternatif terakhir pengasuhan bisa dilihat dari

matrik pengasuhan berikut ini:

Tabel 1. Matrik Pengasuhan

KEBERADAAN

ORANGTUA

KANDUNG

MAMPU TIDAK

MAMPU

Kedua orangtua

lengkap

Pemeliharaan

Keluarga

• Dukungan keluarga

• Kindship

Care

• Foster Care

• Adopsi

Salah satu meninggal dunia

atau orangtua

tunggal

Pemeliharaan Keluarga

Kedua orang tua

tiada

• Kindship care

• Perwalian

• Foster Care

• Adopsi

• Panti Asuhan

A. Penerapan Standar Penentuan Respon yang Tepat

Bagi Anak.

Pada penerapan standar respon yang tepat bagi anak

terdapat dua hal penting yaitu standar peran panti dalam pelayanan bagi anak dan standar perencanaan

pengasuhan.

1. Standar tentang peran panti dalam pelayanan bagi

anak meliputi :

a) Peran Panti

Penerapan standar ini diawali dengan assesment

terhadap anak asuh yang sudah tinggal di panti

asuhan untuk menggali alasan mengapa mereka di

panti. Hal ini dilakukan karena aturan ini baru

diterapkan di panti ketika pekerja sosial

ditempatkan di sana. Sebelumnya panti mempunyai

mekanisme sendiri penerimaan anak asuh yang

lebih longgar. Setelah ada Peksos, proses

rekruitmen lebih ketat bukan hanya persyaratan

Page 5: PENERAPAN STANDAR NASIONAL PENGASUHAN ANAK DI PANTI ASUHAN ...pascasarjana.umy.ac.id/.../2017/03/...STANDAR-NASIONAL-PENGASU… · adalah Laporan Penelitian Kualitas Pengasuhan Anak

228 Prosiding Interdisciplinary Postgraduate Student Conference 3rd Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PPs UMY)

ISBN: 978-602-19568-4-7

tersebut diatas tapi juga asesmen dan home visit.

Hanya saja yang menjadi kendala di lapangan untuk

anak-anak yang berasal dari luar Jogja. Berikut tabel

daerah asal anak asuh berdasarkan data panti tahun

2013. Tabel 2. Daerah Asal Anak Asuh

NO DAERAH ASAL JUMLAH

1. DIY 14

2. JAWA TENGAH 37

3. JAWA TIMUR 1

4. JAWA BARAT 3

5. NTT 2

6. NTB 1

7. PAPUA 1

JUMLAH 59

b) Pencegahan dari keterpisahan.

Upaya yang dilakukan oleh pekerja sosial setelah

melakukan assesment dan home visit adalah

melakukan pendekatan kepada keluarga untuk

memberikan pertimbangan pengasuhan yang

terbaik untuk anak.

c) Peran untuk menerima rujukan.

Panti tidak pernah melakukan penjangkauan

dengan tujuan untuk mencari anak. Yang terjadi justru panti banyak menerima rujukan dari

berbagai daerah karena sudah ada kerjasama

sebelumnya dengan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah

di daerah.

d) Respon berdasarkan assesmen yang akurat.

Asesmen anak mencakup aspek-aspek : identitas

anak, latar belakang keluarga, kondisi fisik,

emosional dan sosial anak serta kebutuhannya

terhadap pengasuhan alternatif.

e) Respon terhadap kebutuhan pengasuhan.

Panti melakukan asesmen terhadap situasi

keluarga yang menjadi hambatan dalam

pengasuhan kemudian Panti memberikan

dukungan untuk mengatasi hambatan tersebut.

Panti juga memberikan atau mengfasilitasi dengan

pihak lain yang memberikan pelayanan langsung

kepada keluarga atau kelompok keluarga.

Disamping itu Panti mengidentifikasi keberadaan,

kemauan dan kemampuan keluarga besar, kerabat

dan anggota komunitas yang akan melaksanakan

fungsi pengasuhan dan memberikan dukungan

untuk memperkuat fungsi pengasuhan.

f) Respon terhadap kebutuhan perlindungan khusus.

Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah adalah panti

yang khusus untuk anak yatim, piatu, yatim piatu

yang membutuhkan dukungan ekonomi untuk

melanjutkan pendidikan sehingga tidak menerima

anak-anak yang membutuhkan perlindungan

khusus,

g) Respon terhadap kebutuhan ekonomi

Panti memberikan dukungan untuk anak dalam

keluarga melalui bantuan finansial dengan

memberikan santunan kepada anak non panti.

Tapi untuk pemberdayaan keluarga secara

ekonomi belum berhasil dilakukan. Sebenarnya

dengan fasilitas panti yang lengkap untuk sarana

pemberdayaan ekonomi, program ini sangat

mungkin dilakukan. Namun, nampaknya yang

menjadi kendala adalah terbatasnya SDM yang

bertanggung jawab menangani masalah tersebut.

h) Respon terhadap kebutuhan pendidikan

Panti mengfasilitasi akses terhadap pendidikan

dengan memberikan biaya pendidikan,

perlengkapan sekolah dan transportasi.

Disamping itu panti juga memberikan uang saku

yang jumlah tidak tetap, tergantung uang yang

terkumpul dari hasil undangan. Panti tidak hanya

membantu biaya pendidikan sampai dengan

tingkat SMA, tapi bagi anak asuh yang berprestasi

didorong untuk melanjutkan sampai jenjang PT

dengan biaya penuh dari panti. Ketentuan ini

berlaku untuk anak panti, sedangkan anak asuh

non panti bantuan diberikan sampai jenjang SMA.

2. Penerapan standar perencanaan pengasuhan

Langkah selanjutnya dalam standar penentuan

respon yang tepat adalah standar perencanaan

pengasuhan yang mencakup rencana pengasuhan,

pengasuhan darurat, pengasuhan jangka pendek dan

pengasuhan jangka panjang. Langkah ini tidak

dilakukan di Panti Asuhan ‘Aisyiyah Yogyakarta,

karena tujuan penempatan anak di panti untuk

keberlangsungan pendidikan sehingga penempatan

yang dilakukan adalah pengasuhan jangka panjang

untuk penyelesaian pendidikan sampai dengan

jenjang SMA.

B. Penerapan Standar Pelayanan Pengasuhan

Pada penerapan standar pelayanan pengasuhan

terdapat lima langkah penting yaitu standar pendekatan

awal dan penerimaan rujukan, standar pelayanan

pengasuhan oleh panti, standar pelayanan berbasis

panti, standar pelaksana pengasuhan dan standar

evaluasi serta pengakhiran pelayanan.

1. Penerapan standar pendekatan awal dan

penerimaan rujukan.

Penerapan langkah ini meliputi : standar pendekatan

awal, penerimaan rujukan, asesmen awal,

pengambilan keputusan pelayanan, kesepakatan,

rujukan ke instansi lain dan kebersamaan anak

bersaudara.

2. Standar pelayanan pengasuhan oleh panti.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penerapan

standar ini yaitu : asesmen lanjutan, perencanaan

pengasuhan, pelayanan untuk anak dalam keluarga,

dukungan pengasuhan berbasis keluarga, dukungan

pengasuhan berbasis keluarga pengganti,

pengasuhan oleh orang tua asuh, perwalian, dan

pengangkatan anak

3. Penerapan Standar Pelayanan Berbasis Panti

Penerapan standar ini meliputi pelayanan

pengasuhan dalam panti, peran sebagai pengganti

orang tua, martabat anak sebagai manusia,

Page 6: PENERAPAN STANDAR NASIONAL PENGASUHAN ANAK DI PANTI ASUHAN ...pascasarjana.umy.ac.id/.../2017/03/...STANDAR-NASIONAL-PENGASU… · adalah Laporan Penelitian Kualitas Pengasuhan Anak

229 Prosiding Interdisciplinary Postgraduate Student Conference 3rd Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PPs UMY)

ISBN: 978-602-19568-4-7

perlindungan anak, perkembangan anak, identitas

anak, relasi anak, partisipasi anak, makanan dan

pakaian, akses terhadap pendidikan dan kesehatan,

privasi/kerahasiaan pribadi anak, pengaturan waktu

anak, kegiatan/pekerjaan anak di Panti dan aturan

disiplin dan sanksi.

4. Standar Pelaksana Pengasuhan

Dalam menerapkan standar ini ada 3 komponen

yang berperan penting yaitu peran orang tua dan

keluarga, pengasuh dan pekerja sosial professional.

a) Peran dan Keterlibatan orang tua dan keluarga.

Dalam prakteknya di PAY Yogyakarta, orang tua

tidak terlalu berperan kecuali ada kasus berat

yang menimpa anak asuh maka panti bersama-

sama keluarga mencari jalan keluar bersama

untuk pembinaan anak. Hal ini dikarenakan orang

tua sejak awal sudah menyerahkan sepenuhnya

pengasuhan kepada panti dan tidak ada

pertemuan secara berkala dengan orang tua/wali

untuk membicarakan dan saling berbagi tentang

kehidupan dan pengasuhan anak. Pertemuan

dilakukan hanya pada saat acara syawalan ketika

orang tua/wali anak asuh mengantarkan kembali

anak asuh ke panti setelah pulang liburan, itupun

hanya bagi orang tua/wali yang mengantarkan

anaknya kembali ke panti.

b) Pengasuh terkait dengan peran pengasuh,

lingkungan pengasuhan keluarga, perbandingan

anak dan pengasuh, pengasuhan 24 jam kontinu,

mendukung hubungan anak dengan pengasuh.

Yang menjadi kelemahan dari panti ini adalah

kurangnya tenaga pengasuh. Tenaga pengasuh

yang ada sudah “sepuh” sehingga terbatas

kemampuannya.

c) Pekerja sosial profesional, mencakup fungsi dan

peran pekerja sosial profesional, manajemen

kasus, jaminan ketersediaan kompetensi

pekerjaan sosial dan supervisi.

Pada awalnya di PAY pekerja sosial yang ada

didatangkan dari Kementrian Sosial yang sudah

mendapatkan pelatihan pekerja sosial. Namun,

semenjak ditarik oleh Dinas, pekerja sosial yang

berada di PAY adalah pekerja sosial swadaya yang

berlatar belakang Ilmu Kesejahteraan Sosial dan

sedang menempuh pendidikan pasca sarjana

Pendidikan Sosial namun belum mendapatkan

sertifikasi dari Dinas. Latar belakang yang

mendukung peran kepengasuhan adalah

pengalamannya tinggal di pondok pesantren,

walaupun dalam prakteknya tidak bisa disamakan

antara pengalaman di pesantren dengan situasi

pengasuhan di panti asuhan. Disamping itu,

pekerja sosial swadaya tidak ada ikatan dengan

Dinas, sehingga tidak mempunya hubungan kerja

sama dengan pihak luar untuk membantu

pekerjaan sebagai pekerja sosial di Panti. Berbeda

dengan pekerja sosial terdahulu yang berasal dari

Dinas, ketika ada masalah yang tidak bisa

ditangani bisa menjalin kerjasama PDAK, sebuah

LSM yang menangani masalah anak dan keluarga.

5. Standar evaluasi serta pengakhiran pelayanan dan

pengasuhan anak.

Standar evaluasi serta pengakhiran pelayanan dan

pengasuhan untuk anak, terdiri dari review

penempatan dan pengasuhan, pelaporan anak yang

melarikan diri atau pengasuhannya diakhiri. Dalam

prakteknya di PAY, pengakhiran pelayanan terkait

dengan selesainya masa sekolah karena tujuan

penempatan di panti adalah alasan pendidikan dan

ekonomi. Jadi, anak menetap di panti selama masa

pendidikan berlangsung. Pengakhiran layanan bisa

terjadi apabila anak asuh melakukan kesalahan yang

mengakibatkan pemulangan kepada orang tua.

Kasus anak yang melarikan diri boleh dikata jarang

terjadi.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat

disimpulkan bahwa: dalam hal penerapan standar

penentuan respon yang tepat bagi anak, (1) Panti sudah

melakukan standar tentang peran Panti dalam

pelayanan bagi anak yang meliputi peran panti,

pencegahan keterpisahan, peran untuk menerima

rujukan, respon berdasarkan asesmen yang akurat,

respon terhadap kebutuhan pengasuhan, respon

terhadap kebutuhan ekonomi, respon terhadap

kebutuhan pendidikan, namum panti tidak melakukan

respon terhadap kebutuhan akan perlindungan khusus.

(2) Panti tidak melakukan standar perencanaan

pengasuhan darurat, pengasuhan jangka pendek, dan

pengasuhan jangka panjang karena tujuan penempatan

anak di panti untuk keberlangsungan pendidikan.

Dalam hal penerapan standar pelayanan pengasuhan,

Panti sudah melakukan (1) penerapan standar

pendekatan awal dan rujukan, (2) standar pelayanan

pengasuhan, (3) standar pelayanan berbasis panti, (4)

standar pelaksana pengasuhan. Sedangkan standar

evaluasi serta pengakhiran pelayanan dan pengasuhan

anak yang dilakukan panti terkait dengan selesainya

masa sekolah. Kelemahan Panti dalam menerapkan

standar ini dikarenakan : (1) keterbatasan jumlah

pengasuh maupun staf yang telah dilatih secara

profesional, (2) Partisipasi anak di dalam panti kurang,

(3) keluarga tidak terlibat dalam pengasuhan anak di

dalam panti.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Adi, Rianto. 2005. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Granit. Jakarta [2] Agustiani, dkk. 2009. Studi Komparatif tentang Kepercayaan Diri

Remaja yang Berada di Panti Asuhan ‘Aisyiyah Muhammadiyah dengan Remaja yang Tinggal Bersama Orang Tua (Studi Pada

Siswa SMP Muhammadiyah). Jurnal Psikologi. UIN Sultan Syarif Karim. Pekanbaru Riau [3] Badan Pembinaan Koordinasi dan Pengawasan Kegiatan

PantiAsuhan. 1982. t.p. [4]Departemen Sosial RI. 1997. Panduan Pelaksanaan Pembinaan

Page 7: PENERAPAN STANDAR NASIONAL PENGASUHAN ANAK DI PANTI ASUHAN ...pascasarjana.umy.ac.id/.../2017/03/...STANDAR-NASIONAL-PENGASU… · adalah Laporan Penelitian Kualitas Pengasuhan Anak

230 Prosiding Interdisciplinary Postgraduate Student Conference 3rd Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PPs UMY)

ISBN: 978-602-19568-4-7

Kesejahteraan Sosial Anak Melalui Panti Asuhan Anak. Tidak

diterbitkan. Jakarta [5] Direktorat Jendral Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI.

2011. Standar Nasional Pengasuhan Anak untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak. Jakarta

[6] Ghazali, Hilman. 2007. Penempatan Sumber Daya Manusia di Panti

Asuhan ‘Aisyiyah Yogyakarta. Abstrak tesis. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

[7] Hartini, Niken. 2001. Deskripsi Kebutuhan Psikologis pada Anak Panti. Jurnal Insan Media Psikologi. No 2 [8] Hilman. 2002. Kemandirian Remaja yang Tinggal di Panti Asuhan

Ditinjau dariPersepsi Pelayanan Sosial dan Dukungan Sosial. Tesis.

Program Studi Psikologi Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.

Yogyakarta [9] Hurlock, EB. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Rentang Kehidupan. Erlangga. Jakarta

[10] Majalah al-Manar. 2015. PAY Putri ‘Aisyiyah Raih Akreditasi dengan Program Unggulan. Februari 2015

[11] Maleong, Lexy J. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi revisi. Cetakan ke 26. Rosda Karya. Bandung

[12]Mulyana, Deddy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya. Cet. Kedua. Rosda Karya. Bandung

[13] Patilima, Hamid. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung

[14]Pedoman Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah no 164/SK-PPA/A/XII/2013

Tentang Amal Usaha Kesejahteraan Sosial ‘Aisyiyah [15]Pusat Penelitian Kependudukan LPPM UNS dan Unicef. 2003.

Pola Pengasuhan Anak di Panti Asuhan dan Pondok Pesantren Kota Solo dan Kabupaten Klaten. Surakarta [16]Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan

R&D. Alfabeta. Bandung