PENERAPAN STANDAR NASIONAL PENGASUHAN ANAK DI PANTI ASUHAN...
Transcript of PENERAPAN STANDAR NASIONAL PENGASUHAN ANAK DI PANTI ASUHAN...
224 Prosiding Interdisciplinary Postgraduate Student Conference 3rd Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PPs UMY)
ISBN: 978-602-19568-4-7
PENERAPAN STANDAR NASIONAL PENGASUHAN ANAK DI PANTI
ASUHAN YATIM PUTRI ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
Dewi Masyitoh
Magister Studi Islam, Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Yogyakarta, Indonesia
Email : [email protected]
Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk (1)
mengetahui bagaimana Panti Asuhan Aisyiyah
Yogyakarta menerapkan standar penentuan respon
yang tepat bagi anak; (2) mengetahui bagaimana
Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah Yogyakarta
menerapkan standar pelayanan pengasuhan bagi
anak; (3) mengetahui kendala yang dihadapi dalam
dalam seluruh tahapan implementasi dari
pendekatan awal, asesmen, perencanaan
pengasuhan sampai dengan pengakhiran pelayanan
dan bagaimana solusi pemecahan.Jenis penelitian
yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif
yang menghasilkan data deskriptif melalui proses
studi pustaka, wawancara mendalam (dept interview)
dengan para informan di lapangan dan pengamatan.
Informan dipilih dengan metode snowball sampling,
dengan lingkup informan adalah orang-orang yang
terlibat dalam program pelayanan dan pembinaan di
dalam panti. Berdasarkan hasil penelitian, dapat
disimpulkan bahwa: dalam hal penerapan stansar
penentuan respon yang tepat bagi anak, (1) Panti
sudah melakukan standar tentang peran Panti dalam
pelayanan bagi anak yang meliputi peran panti,
pencegahan keterpisahan, peran untuk menerima
rujukan, respon berdasarkan asesmen yang akurat,
respon terhadap kebutuhan pengasuhan, respon
terhadap kebutuhan ekonomi, respon terhadap
kebutuhan pendidikan, namum panti tidak
melakukan respon terhadap kebutuhan akan
perlindungan khusus. (2) Panti tidak melakukan
standar perencanaan pengasuhan darurat,
pengasuhan jangka pendek, dan pengasuhan jangka
panjang karena tujuan penempatan anak di panti
untuk keberlangsungan pendidikan. Dalam hal
penerapan standar pelayanan pengasuhan, Panti
sudah melakukan (1) penerapan standar pendekatan
awal dan rujukan, (2) standar pelayanan pengasuhan,
(3) standar pelayanan berbasis panti, (4) standar
pelaksana pengasuhan. Sedangkan standar evaluasi
serta pengakhiran pelayanan dan pengasuhan anak
yang dilakukan panti terkait dengan selesainya masa
sekolah. Kelemahan Panti dalam menerapkan
standar ini dikarenakan : (1) keterbatasan jumlah
pengasuh maupun staf yang telah dilatih secara
profesional, (2) Partisipasi anak di dalam panti
kurang, (3) keluarga tidak terlibat dalam pengasuhan
anak di dalam panti.
Kata kunci : Pengasuhan Anak, Panti Asuhan
I. PENDAHULUAN
Pendirian panti asuhan pada hakekatnya
merupakan upaya untuk membantu pengasuhan anak
dari keluarga yang tidak mampu atau ditinggal oleh
salah satu atau kedua orangtuanya. Dilihat dari
definisinya panti asuhan adalah lembaga untuk
mengasuh anak-anak, menjaga dan memberikan
bimbingan kepada anak dengan tujuan agar mereka
dapat menjadi manusia dewasa yang cakap dan berguna
serta bertanggung jawab atas dirinya dan terhadap
masyarakat kelak di kemudian hari. Panti asuhan dapat
pula dikatakan atau berfungsi sebagai pengganti
keluarga dan pimpinan panti asuhan sebagai pengganti
orang tua, sehubungan dengan orang tua anak tidak
dapat berfungsi sebagaimana mestinya dalam mendidik
dan mengasuh anaknya.1
Pengasuhan dapat dilakukan di dalam panti maupun di luar panti (rumah keluarga). Bentuk
pengasuhan yang diberikan diantaranya bantuan
pendidikan dan pemberian fasilitas pendukung
pendidikan anak. Pada umumnya masyarakat sangat
antusias memberikan bantuan untuk para anak yang
diasuh dalam panti. Pemahaman bahwa akan mendapat
ganjaran dari Allah swt atas bantuan yang telah
diberikan kepada anak yang tinggal dipanti, menjadi
salah satu pendorong masyarakat untuk terus
memberikan bantuan. Sehingga saat ini panti menjadi
soalah satu tujuan favorit para donatur.
Kondisi di atas menjadikan para pengurus
panti beranggapan bahwa semakin banyak anak yang
tinggal di panti maka semakin banyaklah bantuan yang
akan didapat. Hal ini menyebabkan pergeseran maksud
dan tujuan didirikannya panti. Karena yang tinggal di
panti tidak hanya anak yang tidak memiliki orang tua
saja, tetapi anak yang masih memiliki orangtua pun
diajak untuk tinggal di panti, hanya karena ekonomi
orangtuanya tidak mampu. Fungsi panti asuhan adalah
untuk membantu pengasuhan anak, tapi pada
kenyataanya yang terjadi adalah panti asuhan
mengambil alih pengasuhan anak dari orangtuanya.
Padahal pendidikan yang terbaik adalah di dalam
keluarganya dan dengan pengasuhan orangtuanya
sendiri.
Kondisi ini yang mendasari ketertarikan
penulis untuk meneliti bagaimana Panti melakukan
respon awal terhadap masalah pengasuhan dan
bagaimana pelayanan pengasuhan di Panti Asuhan
1 Badan Pembinaan Koordinasi dan Pengawasan
Kegiatan Panti Asuhan. 1982. t.p. h. 1
225 Prosiding Interdisciplinary Postgraduate Student Conference 3rd Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PPs UMY)
ISBN: 978-602-19568-4-7
Aisyiyah Yogya. Apakah Panti sudah melakukan
tindakan standar sesuai dengan standar yang telah
ditentukan dalam Standar Nasional Pengasuhan Anak
Untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial. Ditemukan
hampir tidak ada asesmen tentang adanya kebutuhan
pengasuhan anak-anak baik sebelum, selama, maupun
selepas mereka meninggalkan panti asuhan. Kriteria
seleksi anak-anak dan praktek rekruitmen sangat mirip
di hampir semua panti asuhan yang diases dan mereka
fokus kepada anak-anak usia sekolah, keluarga miskin,
keluarga yang kurang beruntung dan yang terlalu tua
''untuk mengasuh sendiri''.
Upaya untuk menentukan kebutuhan anak
terhadap pengasuhan baik yang berbasis keluarga
maupun pengasuhan alternatif, dilakukan melalui
tahapan yang bersifat berkelanjutan mulai dari
pendekatan awal, asesmen, perencanaan, pelaksanaan
rencana pengasuhan sampai dengan evaluasi dan
pengakhiran pelayanan.
I.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas,
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana Panti Asuhan Aisyiyah Yogyakarta
menerapkan standar penentuan respon yang
tepat bagi anak?
2. Bagaimana Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah
Yogyakarta menerapkan standar pelayanan
pengasuhan bagi anak?
3. Kendala yang dihadapi dalam proses mulai dari
pendekatan awal, asesmen, perencanaan
pengasuhan sampai dengan pengakhiran pelayanan
dan bagaimana solusi pemecahan?
I.2 Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi standar penentuan respon yang
tepat bagi anak di Panti Asuhan Yatim Putri
Aisyiyah Yogyakarta.
2. Mengidentifikasi standar pelayanan pengasuhan di
Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah Yogyakarta.
3. Mengidentifikasi potensi, tantangan dan sumber
daya yang ada di Panti Asuhan Yatim Putri
Aisyiyah Yogyakarta.
I.3 Manfaat Penelitian
1. Terpetakannya standar penentuan respon yang
tepat bagi anak di Panti Asuhan Aisyiyah
Yogyakarta.
2. Terpetakannya standar pelayanan pengasuhan di
Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah Yogyakarta.
3. Terpetakannya kekuatan dan kelemahan Panti
Asuhan Aisyiyah Yogyakarta dalam menerapkan
Standar Nasional Pengasuhan Anak terkait
standar penentuan respon yang tepat dan standar
pelayanan pengasuhan.
I.4 Tinjauan Pustaka
Penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian
Kependudukan, LPPM UNS dengan UNICEF dengan
fokus penelitian tentang Pola Pengasuhan Anak Di
Panti Asuhan Dan Pondok Pesantren Kota Solo Dan
Kabupaten Klaten, pada tahun 2009. Hasil dari
penelitian tersebut menyebutkan bahwa pusat-pusat
pengasuhan anak berbasis lembaga, seringkali menjadi
magnet yang menarik sumberdaya dalam jumlah besar,
karena sistem pelayanannya jelas, terukur dan menarik
banyak lembaga donor. Namun demikian, model
pelayanan sosial berbasis lembaga tidak sanggup
merespons perkembangan masalah dan kebutuhan
akan pelayanan di masa depan yang cenderung semakin
meningkat secara cepat.
Penelitian lain yang menjadi tinjauan pustaka
adalah Laporan Penelitian Kualitas Pengasuhan Anak di
Panti Sosial Asuhan Anak PSAA al-Ikhlas Kabupaten
Lombok Barat Nusa Tenggara Timur yang dilakukan
oleh Lisma Dyawati Fuaida dkk, kerjasama antara
Depsos, Save the Children dan UNICEF. Kesimpulan
dalam penelitian ini :
1. Praktek Profesional
Kualitas pelayanan di Panti masih kurang karena
pekerjaan sebagai pengurus panti lebih
merupakan pekerjaan sampingan bukan praktek
profesional. Panti juga tidak mempunyai proses
atau tahapan penerimaan anak yang ketat dan
panti tidak memiliki rencana pelayanan anak
secara individual.
2. Personal Care.
Secara kualitas makanan yang disediakan belum
memenuhi standar gizi. Fasilitas kesehatan yang
dapat diakses cukup baik. Pemanfaatan waktu
luang, olah raga dan kesenian cukup. Panti belum
memenuhi privasi anak dalam hal ruangan toilet,
kamar mandi, dan ganti pakaian. Anak hanya
mendapatkan pelayanan pendidikan formal saja.
Panti memberikan hak untuk dikunjungi secara
maksimal, namun hak untuk berkunjung hanya
diberikan pada saat liburan. Meskipun demikian
tidak banyak orang tua yang memanfaatkan
kesempatan tersebut. Tentang pengasuhan,
pengendalian dan sangksi berjalan seimbang.
3. Pengaturan Staff
Panti tidak mengenal proses rekuitmen staff,
relawan ataupun staff terlatih apalagi
memperhatikan kesesuaian dengan kebutuhan
panti baik dalam jumlah anak maupun bidang
tugas.
4. Sumber-sumber
Panti hanya melayani anak di dalam panti dan
tidak mempunyai program pelayanan di luar panti.
5. Administrasi
Panti belum mempunyai rekaman atau catatan
baik berupa data atau bentuk lain yang tersimpan
dengan baik dan sistematis, hanya catatan
keuangan dan bantuan barang dan properti yang
tergabung dengan buku tamu. Tidak pernah ada
monitoring dan evaluasi, namun keterlibatan
kepala panti cukup signifikan.
226 Prosiding Interdisciplinary Postgraduate Student Conference 3rd Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PPs UMY)
ISBN: 978-602-19568-4-7
II. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif yang
menghasilkan data deskriptif melalui proses studi
pustaka, wawancara mendalam (indept interview)
dengan para informan di lapangan dan pengamatan.
Informan dipilih dengan metode snowball sampling,
dengan lingkup informan adalah orang-orang yang
terlibat dalam program pelayanan dan pembinaan di
dalam panti. Metode kualitatif dimaksudkan sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati. Peneliti terjun
langsung ke lapangan dan bertemu langsung dengan
para informan, baik primer maupun sekunder. Dengan
menggunakan metode snowball sampling, peneliti
pertama-tama bertemu dengan satu orang, misalnya
kepala panti atau bagian humas. Peneliti menunjukkan
maksud dan tujuan tentang penelitian dan data-data
yang dibutuhkan. Atas kebutuhan data tersebut,
peneliti meminta informasi kepada siapa saja untuk
melakukan wawancara. Dengan metode tersebut,
peneliti memperoleh petunjuk yang tepat, khususnya
kepada informan yang tepat untuk melakukan
wawancara.
Penelitian ini sengaja tidak merumuskan
hipotesa. Menurut Rianto Adi bahwa penelitian
deskriptif bertujuan menggambarkan secara cermat
karakteritik dari fakta-fakta (individu, kelompok atau
keadaan) dan untuk menentukan frekwensi sesuatu
yang terjadi Dalam hal penelitian ini fakta-fakta
tersebut bisa berkaitan dengan pendapat atau
komentar dari para informan yang diwawancarai oleh
peneliti. Fakta-fakta dalam penelitian ini, dengan
demikian, tidak berdasarkan kuantitas akan tetapi
bagaimana fakta tersebut dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan peneliti ini secara kualitatif. Contoh,
bagaimana penerapan SNPA yang dilakukan oleh panti
ini diketahui melalui penjelasan dari informasi kunci
sehingga mampu menjawab permasalahan yang
dihadapi peneliti.
1. Sumber data.
Menurut Lonfland sebagaimana dikutip
Moleong, sumber data utama dalam penelitian kualitatif
ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sehingga,
berdasarkan hal ini sumber data dipilah menjadi dua
bagian,yakni sumber data primer dan sumber data
sekunder. Keduanya dapat dijelaskan di bawah ini :
a. Sumber data primer, yaitu segala pernyataan atau
tindakan para pengurus atau pengelola sekaligus
pekerja sosial, musyrifah dan anak asuh panti
asuhan yatim putri ‘Aisyiyah Yogyakarta. Secara
lebih rinci, sumber data primer ini adalah
informan yang terdiri dari orang-orang sebagai
berikut :
1) Pengurus. Kepala Panti/ Humas
Data yang diperoleh dari informan ini adalah
yang berkaitan dengan visi misi panti, program
kerja panti, respon pengurus terhadap SNPA.
2) Pekerja Sosial
Data yang diperoleh dari informan ini adalah
yang berkaitan bagaimana pekerja sosial
mensosialisasikan dan menerapkan SNPA di
dalam panti, apa saja kendala yang dihadapi
dan bagaimana solusi pemecahannya.
3) Musyrifah
Data yang ingin diperoleh dari informan ini
adalah bagaimana responnya terhadap
penerapan SNPA di dalam panti. Perbedaan
apa yang dirasakan setelah penerapan SNPA
ini.
4) Anak Asuh
Data yang ingin diperoleh dari informan ini
adalah bagaimana penerapan SNPA yang
dirasakan oleh informan. Apa perbedaan
antara diberlakukannya penerapan SNPA
dengan sebelum penerapan SNPA.
b. Sumber data sekunder, yaitu buku, laporan-
laporan kegiatan panti asuhan dan sumber-
sumber lain yang mempunyai pembahasan yang
berkaitan dengan tema penelitian ini.
2. Teknik pengumpulan data
a. Observasi
Observasi yang dimaksud disini yaitu
mengamati gejala yang diteliti. Dalam hal ini
peneliti menangkap gejala yang diamati
kemudian dicatat selanjutnya data tersebut
dianalisis. Nawawi berpendapat bahwa dalam
sebuah pengamatan, peneliti perlu berusaha
agar yang diamati tidak mengetahui atau merasa
diamati karena jika mereka tahu, mereka akan
curiga sehingga tingkah lakunya mungkin akan
dibuat-buat atau tidak wajar lagi.
Dalam observasi ini, peneliti langsung
terjun ke lapangan. Ketika observasi peneliti
pertama-tama menyatakan maksud dan tujuan
penelitian dan mengutarakan apa saja yang
dibutuhkan selama penelitian. Dalam proses
observasi, peneliti tidak mendapatkan kesulitan
yang berarti.
b. Wawancara.
Wawancara kualitatif menurut Hamid
Patilima mengandung makna bahwa peneliti
mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lebih
bebas dan leluasa tanpa terikat oleh susunan
pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya.
Dalam penelitian ini digunakan metode
wawancara langsung tidak berstruktur yaitu
wawancara yang bebas di mana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya.
Penelitian yang menggunakan metode
wawancara tidak terstruktur mempunyai
kelebihan fleksibilitas dan terbuka pada
227 Prosiding Interdisciplinary Postgraduate Student Conference 3rd Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PPs UMY)
ISBN: 978-602-19568-4-7
pertanyaan-pertanyaan baru yang diperoleh di
lapangan. Sebab, seorang peneliti, termasuk
peneliti sendiri ketika melakukan penelitian akan
bertemu dengan fakta-fakta atau pernyataan-
pernyataan tidak terduga. Diperlukan kejelian
dan kekritisan peneliti dalam
menginterpretasikan dan mengejar informasi
sedalam-dalamnya dari sebuah masalah yang
sedang dihadapi. Inilah mengapa penelitian yang
menggunakan metode wawancara tidak
terstruktur mempunyai kelebihan dibandingkan
dengan metode yang lain.
c. Dokumentasi.
Dokumentasi merupakan analisis
terhadap dokumen-dokumen yang terkait
dengan tema penelitian. Sedangkan yang
termasuk dalam dokumen ini antara otobiografi,
memoar, catatan harian, surat-surat pribadi,
catatan pengadilan, berita koran, artikel majalah,
brosur, buletin, foto-foto dan dokumen laporan
tahunan dari subyek penelitian. Dokumen-
dokumen ini dapat mengungkapkan bagaimana
subyek mendefinisikan dirinya, lingkungan dan
situasi yang dihadapinya pada suatu saat, dan
bagaimana kaitan antara definisi diri tersebut
dalam hubungan dengan orang-orang di
sekelilingnya dengan tindakan-tindakannya.
Terkait dengan penelitian ini, yang
dimaksud dengan dokumen adalah berkait
dengan laporan-laporan tahunan, program kerja
panti, buku induk anak asuh panti, atau
dokumen penting lainnya yang menunjang tema
penelitian. Dokumentasi juga berhubungan
dengan adanya foto-foto atau gambar tentang
suatu kegiatan yang bisa menjadi alat pendukung
untuk memperoleh informasi terkait tema
penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti telah
mengambil foto dengan kamera ataupun
kegiatan-kegiatan yag telah pernah dilaksanakan
di panti.
d. Teknik analisis data
Menurut Patton, analisis data adalah
suatu proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,
kategori dan satuan uraian dasar. Analisis data
juga dipahami sebagai proses mengorganisasikan
dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori
dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan
hipotesis kerja seperti yang dirumuskan oleh
data.
Dalam hal ini kegiatan menulis data
meliputi: a). Pengumpulan data; b). Mereduksi
data, untuk mendapatkan pokok-pokok tema
yang dianggap memiliki relevansi dengan
masalah penelitian; c). Penilaian data yang
dilakukan dengan cara mengkategorikan data
primer dan data sekunder dengan sistem
pencatatan yang relevan; d).
Menginterpretasikan data yang dilakukan dengan
cara menganalisis secara kritis data yang telah
terkumpul dan pada akhirnya sampai pada suatu
kesimpulan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Perundang-undangan nasional, baik UU no. 4
tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak dan UU No.
23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, telah
menyatakan pentingnya pengasuhan anak oleh orang
tua dan keluarga, akan tetapi hal tersebut belum
sepenuhnya terpenuhi pada tataran implementasi.
Meningkatnya jumlah panti dari tahun ke tahun
menunjukkan sangat diperlukannya upaya penyadaran
pada berbagai kalangan agar mengedepankan
pendekatan berbasis keluarga daripada pendekatan
institusional dalam pengasuhan anak. Panti Asuhan
sebagai alternatif terakhir pengasuhan bisa dilihat dari
matrik pengasuhan berikut ini:
Tabel 1. Matrik Pengasuhan
KEBERADAAN
ORANGTUA
KANDUNG
MAMPU TIDAK
MAMPU
Kedua orangtua
lengkap
Pemeliharaan
Keluarga
• Dukungan keluarga
• Kindship
Care
• Foster Care
• Adopsi
Salah satu meninggal dunia
atau orangtua
tunggal
Pemeliharaan Keluarga
Kedua orang tua
tiada
• Kindship care
• Perwalian
• Foster Care
• Adopsi
• Panti Asuhan
A. Penerapan Standar Penentuan Respon yang Tepat
Bagi Anak.
Pada penerapan standar respon yang tepat bagi anak
terdapat dua hal penting yaitu standar peran panti dalam pelayanan bagi anak dan standar perencanaan
pengasuhan.
1. Standar tentang peran panti dalam pelayanan bagi
anak meliputi :
a) Peran Panti
Penerapan standar ini diawali dengan assesment
terhadap anak asuh yang sudah tinggal di panti
asuhan untuk menggali alasan mengapa mereka di
panti. Hal ini dilakukan karena aturan ini baru
diterapkan di panti ketika pekerja sosial
ditempatkan di sana. Sebelumnya panti mempunyai
mekanisme sendiri penerimaan anak asuh yang
lebih longgar. Setelah ada Peksos, proses
rekruitmen lebih ketat bukan hanya persyaratan
228 Prosiding Interdisciplinary Postgraduate Student Conference 3rd Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PPs UMY)
ISBN: 978-602-19568-4-7
tersebut diatas tapi juga asesmen dan home visit.
Hanya saja yang menjadi kendala di lapangan untuk
anak-anak yang berasal dari luar Jogja. Berikut tabel
daerah asal anak asuh berdasarkan data panti tahun
2013. Tabel 2. Daerah Asal Anak Asuh
NO DAERAH ASAL JUMLAH
1. DIY 14
2. JAWA TENGAH 37
3. JAWA TIMUR 1
4. JAWA BARAT 3
5. NTT 2
6. NTB 1
7. PAPUA 1
JUMLAH 59
b) Pencegahan dari keterpisahan.
Upaya yang dilakukan oleh pekerja sosial setelah
melakukan assesment dan home visit adalah
melakukan pendekatan kepada keluarga untuk
memberikan pertimbangan pengasuhan yang
terbaik untuk anak.
c) Peran untuk menerima rujukan.
Panti tidak pernah melakukan penjangkauan
dengan tujuan untuk mencari anak. Yang terjadi justru panti banyak menerima rujukan dari
berbagai daerah karena sudah ada kerjasama
sebelumnya dengan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah
di daerah.
d) Respon berdasarkan assesmen yang akurat.
Asesmen anak mencakup aspek-aspek : identitas
anak, latar belakang keluarga, kondisi fisik,
emosional dan sosial anak serta kebutuhannya
terhadap pengasuhan alternatif.
e) Respon terhadap kebutuhan pengasuhan.
Panti melakukan asesmen terhadap situasi
keluarga yang menjadi hambatan dalam
pengasuhan kemudian Panti memberikan
dukungan untuk mengatasi hambatan tersebut.
Panti juga memberikan atau mengfasilitasi dengan
pihak lain yang memberikan pelayanan langsung
kepada keluarga atau kelompok keluarga.
Disamping itu Panti mengidentifikasi keberadaan,
kemauan dan kemampuan keluarga besar, kerabat
dan anggota komunitas yang akan melaksanakan
fungsi pengasuhan dan memberikan dukungan
untuk memperkuat fungsi pengasuhan.
f) Respon terhadap kebutuhan perlindungan khusus.
Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah adalah panti
yang khusus untuk anak yatim, piatu, yatim piatu
yang membutuhkan dukungan ekonomi untuk
melanjutkan pendidikan sehingga tidak menerima
anak-anak yang membutuhkan perlindungan
khusus,
g) Respon terhadap kebutuhan ekonomi
Panti memberikan dukungan untuk anak dalam
keluarga melalui bantuan finansial dengan
memberikan santunan kepada anak non panti.
Tapi untuk pemberdayaan keluarga secara
ekonomi belum berhasil dilakukan. Sebenarnya
dengan fasilitas panti yang lengkap untuk sarana
pemberdayaan ekonomi, program ini sangat
mungkin dilakukan. Namun, nampaknya yang
menjadi kendala adalah terbatasnya SDM yang
bertanggung jawab menangani masalah tersebut.
h) Respon terhadap kebutuhan pendidikan
Panti mengfasilitasi akses terhadap pendidikan
dengan memberikan biaya pendidikan,
perlengkapan sekolah dan transportasi.
Disamping itu panti juga memberikan uang saku
yang jumlah tidak tetap, tergantung uang yang
terkumpul dari hasil undangan. Panti tidak hanya
membantu biaya pendidikan sampai dengan
tingkat SMA, tapi bagi anak asuh yang berprestasi
didorong untuk melanjutkan sampai jenjang PT
dengan biaya penuh dari panti. Ketentuan ini
berlaku untuk anak panti, sedangkan anak asuh
non panti bantuan diberikan sampai jenjang SMA.
2. Penerapan standar perencanaan pengasuhan
Langkah selanjutnya dalam standar penentuan
respon yang tepat adalah standar perencanaan
pengasuhan yang mencakup rencana pengasuhan,
pengasuhan darurat, pengasuhan jangka pendek dan
pengasuhan jangka panjang. Langkah ini tidak
dilakukan di Panti Asuhan ‘Aisyiyah Yogyakarta,
karena tujuan penempatan anak di panti untuk
keberlangsungan pendidikan sehingga penempatan
yang dilakukan adalah pengasuhan jangka panjang
untuk penyelesaian pendidikan sampai dengan
jenjang SMA.
B. Penerapan Standar Pelayanan Pengasuhan
Pada penerapan standar pelayanan pengasuhan
terdapat lima langkah penting yaitu standar pendekatan
awal dan penerimaan rujukan, standar pelayanan
pengasuhan oleh panti, standar pelayanan berbasis
panti, standar pelaksana pengasuhan dan standar
evaluasi serta pengakhiran pelayanan.
1. Penerapan standar pendekatan awal dan
penerimaan rujukan.
Penerapan langkah ini meliputi : standar pendekatan
awal, penerimaan rujukan, asesmen awal,
pengambilan keputusan pelayanan, kesepakatan,
rujukan ke instansi lain dan kebersamaan anak
bersaudara.
2. Standar pelayanan pengasuhan oleh panti.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penerapan
standar ini yaitu : asesmen lanjutan, perencanaan
pengasuhan, pelayanan untuk anak dalam keluarga,
dukungan pengasuhan berbasis keluarga, dukungan
pengasuhan berbasis keluarga pengganti,
pengasuhan oleh orang tua asuh, perwalian, dan
pengangkatan anak
3. Penerapan Standar Pelayanan Berbasis Panti
Penerapan standar ini meliputi pelayanan
pengasuhan dalam panti, peran sebagai pengganti
orang tua, martabat anak sebagai manusia,
229 Prosiding Interdisciplinary Postgraduate Student Conference 3rd Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PPs UMY)
ISBN: 978-602-19568-4-7
perlindungan anak, perkembangan anak, identitas
anak, relasi anak, partisipasi anak, makanan dan
pakaian, akses terhadap pendidikan dan kesehatan,
privasi/kerahasiaan pribadi anak, pengaturan waktu
anak, kegiatan/pekerjaan anak di Panti dan aturan
disiplin dan sanksi.
4. Standar Pelaksana Pengasuhan
Dalam menerapkan standar ini ada 3 komponen
yang berperan penting yaitu peran orang tua dan
keluarga, pengasuh dan pekerja sosial professional.
a) Peran dan Keterlibatan orang tua dan keluarga.
Dalam prakteknya di PAY Yogyakarta, orang tua
tidak terlalu berperan kecuali ada kasus berat
yang menimpa anak asuh maka panti bersama-
sama keluarga mencari jalan keluar bersama
untuk pembinaan anak. Hal ini dikarenakan orang
tua sejak awal sudah menyerahkan sepenuhnya
pengasuhan kepada panti dan tidak ada
pertemuan secara berkala dengan orang tua/wali
untuk membicarakan dan saling berbagi tentang
kehidupan dan pengasuhan anak. Pertemuan
dilakukan hanya pada saat acara syawalan ketika
orang tua/wali anak asuh mengantarkan kembali
anak asuh ke panti setelah pulang liburan, itupun
hanya bagi orang tua/wali yang mengantarkan
anaknya kembali ke panti.
b) Pengasuh terkait dengan peran pengasuh,
lingkungan pengasuhan keluarga, perbandingan
anak dan pengasuh, pengasuhan 24 jam kontinu,
mendukung hubungan anak dengan pengasuh.
Yang menjadi kelemahan dari panti ini adalah
kurangnya tenaga pengasuh. Tenaga pengasuh
yang ada sudah “sepuh” sehingga terbatas
kemampuannya.
c) Pekerja sosial profesional, mencakup fungsi dan
peran pekerja sosial profesional, manajemen
kasus, jaminan ketersediaan kompetensi
pekerjaan sosial dan supervisi.
Pada awalnya di PAY pekerja sosial yang ada
didatangkan dari Kementrian Sosial yang sudah
mendapatkan pelatihan pekerja sosial. Namun,
semenjak ditarik oleh Dinas, pekerja sosial yang
berada di PAY adalah pekerja sosial swadaya yang
berlatar belakang Ilmu Kesejahteraan Sosial dan
sedang menempuh pendidikan pasca sarjana
Pendidikan Sosial namun belum mendapatkan
sertifikasi dari Dinas. Latar belakang yang
mendukung peran kepengasuhan adalah
pengalamannya tinggal di pondok pesantren,
walaupun dalam prakteknya tidak bisa disamakan
antara pengalaman di pesantren dengan situasi
pengasuhan di panti asuhan. Disamping itu,
pekerja sosial swadaya tidak ada ikatan dengan
Dinas, sehingga tidak mempunya hubungan kerja
sama dengan pihak luar untuk membantu
pekerjaan sebagai pekerja sosial di Panti. Berbeda
dengan pekerja sosial terdahulu yang berasal dari
Dinas, ketika ada masalah yang tidak bisa
ditangani bisa menjalin kerjasama PDAK, sebuah
LSM yang menangani masalah anak dan keluarga.
5. Standar evaluasi serta pengakhiran pelayanan dan
pengasuhan anak.
Standar evaluasi serta pengakhiran pelayanan dan
pengasuhan untuk anak, terdiri dari review
penempatan dan pengasuhan, pelaporan anak yang
melarikan diri atau pengasuhannya diakhiri. Dalam
prakteknya di PAY, pengakhiran pelayanan terkait
dengan selesainya masa sekolah karena tujuan
penempatan di panti adalah alasan pendidikan dan
ekonomi. Jadi, anak menetap di panti selama masa
pendidikan berlangsung. Pengakhiran layanan bisa
terjadi apabila anak asuh melakukan kesalahan yang
mengakibatkan pemulangan kepada orang tua.
Kasus anak yang melarikan diri boleh dikata jarang
terjadi.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat
disimpulkan bahwa: dalam hal penerapan standar
penentuan respon yang tepat bagi anak, (1) Panti sudah
melakukan standar tentang peran Panti dalam
pelayanan bagi anak yang meliputi peran panti,
pencegahan keterpisahan, peran untuk menerima
rujukan, respon berdasarkan asesmen yang akurat,
respon terhadap kebutuhan pengasuhan, respon
terhadap kebutuhan ekonomi, respon terhadap
kebutuhan pendidikan, namum panti tidak melakukan
respon terhadap kebutuhan akan perlindungan khusus.
(2) Panti tidak melakukan standar perencanaan
pengasuhan darurat, pengasuhan jangka pendek, dan
pengasuhan jangka panjang karena tujuan penempatan
anak di panti untuk keberlangsungan pendidikan.
Dalam hal penerapan standar pelayanan pengasuhan,
Panti sudah melakukan (1) penerapan standar
pendekatan awal dan rujukan, (2) standar pelayanan
pengasuhan, (3) standar pelayanan berbasis panti, (4)
standar pelaksana pengasuhan. Sedangkan standar
evaluasi serta pengakhiran pelayanan dan pengasuhan
anak yang dilakukan panti terkait dengan selesainya
masa sekolah. Kelemahan Panti dalam menerapkan
standar ini dikarenakan : (1) keterbatasan jumlah
pengasuh maupun staf yang telah dilatih secara
profesional, (2) Partisipasi anak di dalam panti kurang,
(3) keluarga tidak terlibat dalam pengasuhan anak di
dalam panti.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Adi, Rianto. 2005. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Granit. Jakarta [2] Agustiani, dkk. 2009. Studi Komparatif tentang Kepercayaan Diri
Remaja yang Berada di Panti Asuhan ‘Aisyiyah Muhammadiyah dengan Remaja yang Tinggal Bersama Orang Tua (Studi Pada
Siswa SMP Muhammadiyah). Jurnal Psikologi. UIN Sultan Syarif Karim. Pekanbaru Riau [3] Badan Pembinaan Koordinasi dan Pengawasan Kegiatan
PantiAsuhan. 1982. t.p. [4]Departemen Sosial RI. 1997. Panduan Pelaksanaan Pembinaan
230 Prosiding Interdisciplinary Postgraduate Student Conference 3rd Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PPs UMY)
ISBN: 978-602-19568-4-7
Kesejahteraan Sosial Anak Melalui Panti Asuhan Anak. Tidak
diterbitkan. Jakarta [5] Direktorat Jendral Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI.
2011. Standar Nasional Pengasuhan Anak untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak. Jakarta
[6] Ghazali, Hilman. 2007. Penempatan Sumber Daya Manusia di Panti
Asuhan ‘Aisyiyah Yogyakarta. Abstrak tesis. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
[7] Hartini, Niken. 2001. Deskripsi Kebutuhan Psikologis pada Anak Panti. Jurnal Insan Media Psikologi. No 2 [8] Hilman. 2002. Kemandirian Remaja yang Tinggal di Panti Asuhan
Ditinjau dariPersepsi Pelayanan Sosial dan Dukungan Sosial. Tesis.
Program Studi Psikologi Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta [9] Hurlock, EB. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Rentang Kehidupan. Erlangga. Jakarta
[10] Majalah al-Manar. 2015. PAY Putri ‘Aisyiyah Raih Akreditasi dengan Program Unggulan. Februari 2015
[11] Maleong, Lexy J. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi revisi. Cetakan ke 26. Rosda Karya. Bandung
[12]Mulyana, Deddy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya. Cet. Kedua. Rosda Karya. Bandung
[13] Patilima, Hamid. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung
[14]Pedoman Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah no 164/SK-PPA/A/XII/2013
Tentang Amal Usaha Kesejahteraan Sosial ‘Aisyiyah [15]Pusat Penelitian Kependudukan LPPM UNS dan Unicef. 2003.
Pola Pengasuhan Anak di Panti Asuhan dan Pondok Pesantren Kota Solo dan Kabupaten Klaten. Surakarta [16]Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan
R&D. Alfabeta. Bandung