PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan...

121
UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) (STUDI PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN RAWA BUAYA, CENGKARENG) SKRIPSI ACHMAD RAMADHAN 0706283405 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA DEPOK JANUARI 2012 Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Transcript of PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan...

Page 1: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

UNIVERSITAS INDONESIA

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA (SMK3) (STUDI PADA PROYEK

PEMBANGUNAN JALAN RAWA BUAYA, CENGKARENG)

SKRIPSI

ACHMAD RAMADHAN

0706283405

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

DEPOK

JANUARI 2012

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 2: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA (SMK3) (STUDI PADA PROYEK

PEMBANGUNAN JALAN RAWA BUAYA, CENGKARENG)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ilmu Administrasi

ACHMAD RAMADHAN

0706283405

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

KEKHUSUSAN SUMBER DAYA MANUSIA

DEPOK

JANUARI 2012

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 3: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Achmad Ramadhan

NPM : 0706283405

Tanda Tangan :

Tanggal : 3 Januari 2012

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 4: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Achmad Ramadhan

NPM : 0706283405

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Judul Skripsi : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3) (Studi pada proyek

Pembangunan Jalan Bawa Buaya, Cengkareng)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai

bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu

Administrasi pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Drs. Muh. Azis Muslim, M.Si (……………………… )

Penguji : Dra. Afiati Indri Wardani, M.Si (……………………… )

Ketua Sidang : Achmad Lutfi, S.Sos., M.Si (……………………… )

Sekretaris Sidang : Desy Hariyati, S.Sos (……………………… )

Ditetapkan di : Depok,

Tanggal : 3 Januari 2012

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 5: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-

Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam

rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Administrasi

Program Studi Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, tidaklah

mudah bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Bambang Shergi Laksmono, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.

2. Dr. Roy V. Salomo, M.Soc. Sc., selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi

FISIP UI.

3. Prof. Dr. Irfan Ridwan M, M.Si., selaku Ketua Program Sarjana Reguler/Kelas

Paralel Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI.

4. Achmad Lutfi, S.Sos, M.Si., selaku Ketua Program Studi Administrasi Negara

FISIP UI.

5. Achmad Lutfi, S.Sos, M.Si.,selaku pembimbing akademik yang telah

menyediakan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing saya selama

kuliah di Universitas Indonesia.

6. Drs. Muh. Azis Muslim, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan

waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi

ini.

7. Pihak Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional IV Kementerian Pekerjaan Umum

RI yang telah banyak membantu dan memberikan izin atas penelitian ini

8. Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh

data yang saya perlukan.

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 6: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

vi

Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan

semua pihak yang telah membantu saya salam menyelesaikan skripsi ini. Semoga

skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Depok, 3 Januari 2012

Achmad Ramadhan

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 7: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

vii

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-

Nya, akhirnya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Lembar ini ditujukan bagi semua

pihak, mulai dai keluarga sampai sahabat, yang telah mendukung dan membantu saya

selama proses pembuatan skripsi ini.

1. Special thanks to my family, Kedua orangtua yang tidak pernah lelah untuk

mendukung, membimbing, serta mendoakan saya kapanpun dan dimanapun.

Kedua adikku tercinta, sita dan kiki yang selalu mendukung dan menghibur saya

saat jenuh dengan skripsi.

2. Pacar tercinta, niar yang selalu ada mendengarkan segala curhatan saya, yang rela

menemani dan menghibur saat saya mentok dengan skripsi. Terimakasiiiiiiiih

banyaaaaak buat kamu.

3. Sahabat-sahabat kosan SR, dedi; wildan; rajak; ul; madil, terimakasih banget udah

mau menghabiskan kegilaannya sama-sama. Pengalaman satu kosan bersama

kalian ga akan pernah terlupakan. Spesial buat ul dan wildan thanks banget buat

keikhlasannya menghabiskan kegilaan bareng sampai detik-detik terakhir sidang.

Thanks for you guys.

4. Tim Kantor Komunikasi UI, Mbak Riska; Mbak Ida;Mbak Finda; Mas Ardi; Bu

Farida, sangat bangga bisa mendapat kesempatan menjadi bagian dari kalian.

Spesial buat tim eksternal Kantor Komunikasi UI, Mbak Riska; Diki; Alfian;

Adam; Andre; Wibi; Roki; Egi; Nisa, pengalaman kerja bareng kalian ga akan

pernah terlupakan its so memorable & unforgettable , ini tim terbaik yang pernah

saya temui. Semoga kekeluargaan di tim ini ga akan pernah pudar. Khusus buat

mbak riska, terimakasih banget atas semua kepercayaannya selama ini, semua

pengalaman, serta dukungan dan bantuan atas skripsi ini.

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 8: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

viii

5. Sahabat-sahabat di Negara 2007, Wibi; Frida; Nurma; Ilo; Ayu yang mendukung

dan membantu saya sampai detik-detik terakhir menjelang sidang skripsi.

Terimakasih dan maaf juga buat Wibi yang kadang direpotkan dengan semua

urusan skripsi saya. Buat Bangun, terimakasih udah mau membantu saat buat

input SPSS, dan mau diganggu terus dengan pertanyaan-pertanyaan dari saya

tentang skripsi ini. Buat teman-teman Negara lainnya, Ridwan; Tito; Trikur;

Putra; Imam; Ruli; Irfani; Gilang; Dodi; Dina; Dinar; Andini dan yang lainnya

(maaf kalau ga kesebut semuanya) terimakasih banget buat dukungan, doa serta

segala masukannya selama ini. Thanks for all guys

Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan kalian

yang telah membantu dan mendoakan saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Terimakasih banyak buat semuanya dan mohon maaf apabila ada nama-nama yang

belum tersebut. Semoga kita semua menjadi orang sukses dan berguna dimanapun

kapapun. Amin

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 9: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

ix

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah

ini:

Nama : Achmad Ramadhan

NPM : 0706283405

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Departemen : Ilmu Administrasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jenis Karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exculsive Royalty-

Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

(Studi pada Proyek Pembangunan Jalan Rawa Buaya, Cengkareng).

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/

formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan

memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok

Pada Tanggal: 3 Januari 2012

Yang menyatakan

(Achmad Ramadhan)

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 10: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

x

ABSTRAK

Nama : Achmad Ramadhan

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3) (Studi pada Proyek Pembangunan Jalan Rawa Buaya,

Cengkareng) .

Skripsi ini merupakan pemaparan hasil penelitian kuantitatif mengenai penerapan

sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek pembangunan jalan

di Rawa Buaya, Cengkareng. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan

sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di proyek tersebut. Selain itu,

penelitian yang bersifat deskriptif ini juga ditujukan untuk mengidentifikasi

hambatan-hambatan yang dihadapi saat pelaksanaan. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa secara umum pelaksanaan sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja di proyek tersebut berjalan sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.

Namun, masih terdapat beberapa hal yang menghambat seperti kurangnya kesadaran

individu akan pentingnya K3 terutama disiplin penggunaan Alat Pelindung Diri.

Kata Kunci

Penerapan, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Proyek

Pembangunan Jalan

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 11: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

xi

ABSTRACT

Name : Achmad Ramadhan

Study Program : Public Administration

Title : The Implementation of Occupational Health and Safety

Management System (Study in road construction projects at Rawa

Buaya, Cengkareng)

This thesis is an exposition of quantitative research concerning in the implementation

of occupational health and safety management system, on road construction projects

at Rawa Buaya, Cengkareng. The aim of this research is to analyze the

implementation of occupational health and safety management systems in that

project. In addition, this descriptive research is also intended to identify obstacles that

encountered during implementation. The results of this study indicate that in general

the implementation of occupational health and safety management systems in the

project goes according to the conditions set. However, there are still some things that

impede such as individual's lack of awareness of the importance occupational health

and safety in particular disciplines of using Personal Protective Equipment.

Key words

Implementation, the occupational health and safety management system, Road

construction projects

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 12: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

xii

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iv

KATA PENGANTAR ...................................................................................... v

UCAPAN TERIMAKASIH .............................................................................. vii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........................ ix

ABSTRAK ........................................................................................................ x

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi

1. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 7

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 7

1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................. 7

1.6 Batasan Penelitian ................................................................................... 8

2. KERANGKA TEORI ................................................................................... 9

2.1 Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 9

2.2 Kerangka Teori...................................................................................... 15

2.2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia ............................................ 15

2.2.2 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ................... 17

2.2.3 Faktor – Faktor yang Mendorong Penerapan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja ............................................. 19

2.2.4 Kecelakaan Kerja ........................................................................ 20

2.2.4.1 Faktor – Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja ................. 22

2.2.4.2 Klasifikasi Kecelakaan Akibat Kerja ............................. 23

2.2.5 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ................................. 24

2.2.6 Syarat –Syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja ..................... 24

2.2.7 Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (SMK3) ..................................................... 26

2.3 Operasionalisasi Konsep ....................................................................... 28

3. METODE PENELITIAN .......................................................................... 29

3.1 Pendekatan Penelitian ........................................................................... 29

3.2 Jenis Penelitian ...................................................................................... 29

3.2.1 Berdasarkan Tujuan Penelitian ................................................... 29

3.2.2 Berdasarkan Manfaat Penelitian ................................................. 30

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 13: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

xiii

3.2.3 Berdasarkan Dimensi Waktu ...................................................... 30

3.3 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 31

3.4 Teknik Analisis Data ............................................................................. 33

3.5 Populasi dan Sampel ............................................................................. 33

3.5.1 Populasi ...................................................................................... 33

3.5.2 Sampel ....................................................................................... 34

3.6 Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 36

4. GAMBARAN UMUM ................................................................................ 37

4.1 Gambaran Umum Proyek Pembangunan Jalan Rawa Buaya ............... 37

4.2 Gambaran Umum PerMen No: 09/PRT/M/2008 .................................. 38

4.3 Gambaran Umum Peraturan yang digunakan Kontraktor ..................... 40

5. ANALISIS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3)

(STUDI PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN RAWA

BUAYA, CENGKARENG) ...................................................................... 43

5.1 Identitas Responden .............................................................................. 43

5.2 Analisis Berdasarkan Dimensi Tanggungjawab

dan Komitmen Perusahaan .................................................................... 45

5.3 Analisis Berdasarkan Dimensi Kebijakan dan Disiplin K3 .................. 50

5.3.1 Adanya Peraturan K3 .................................................................. 51

5.3.2 Adanya Standar Operating Procedure (SOP) k3 ....................... 52

5.3.3 Ada Pemeriksaan Kesehatan ...................................................... 53

5.3.4 Ada Pemeliharaan Mesin atau Peralatan Kerja .......................... 56

5.3.5 Disiplin K3 ................................................................................. 57

5.4 Analisis Berdasarkan Dimensi Komunikasi

Dan Pelatihan K3 .................................................................................. 66

5.4.1 Ada Sosialisasi dan Penyebaran Informasi K3 ........................... 67

5.4.2 Ada Pelatihan dan Penyuluhan K3 ............................................. 69

5.4.3 Ada Rambu-Rambu K3 .............................................................. 71

5.5 Analisis Berdasarkan Dimensi Inspeksi dan

Penyelidikan Kecelakaan Kerja ............................................................ 74

5.5.1 Adanya Inspeksi ke Lokasi Proyek ............................................ 74

5.5.2 Ada Penyelidikan Kecelakaan Kerja .......................................... 76

5.5.3 Ada SOP Keadaan Tanggap Darurat .......................................... 78

5.6 Analisis Berdasarkan Dimensi Evaluasi ............................................... 79

5.7 Hambatan-Hambatan dalam Penerapan K3 .......................................... 81

6. SIMPULAN DAN SARAN……… ........................................................... 87

6.1 Simpulan…. ....................................................................................... 87

6.2 Saran…………. ..................................................................................... 88

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 89

LAMPIRAN .................................................................................................... 93

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ 103

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 14: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

xiv

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1.1 Data Kecelakaan Kerja di Indonesia

Tahun 2009-2010.......................................................................2

Tabel 1.2 Data Kecelakaan Kerja Sektor Konstruksi

Tahun 2006-2010 ......................................................................4

Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian ..........................................................12

Tabel 2.2 Operasionalisasi Konsep .........................................................28

Tabel 3.1 Populasi dan Sampel................................................................35

Tabel 5.1 Analisis Berdasarkan Dimensi Tanggungjawab dan

Komitmen Perusahaan ............................................................50

Tabel 5.2 Daftar Ketersediaan Alat Pelindung Diri

(Periode Oktober 2011) ...........................................................58

Tabel 5.3 Sanksi Atas Pelanggaran K3 ...................................................64

Tabel 5.4 Analisis Berdasarkan Dimensi Kebijakan

dan Disiplin K3 .......................................................................66

Tabel 5.5 Analisis Berdasarkan Dimensi Komunikasi dan

Pelatihan K3 ............................................................................73

Tabel 5.6 Rincian Kecelakaan Kerja di Lokasi

Proyek (per oktober 2011) ......................................................77

Tabel 5.7 Analisis Berdasarkan Dimensi Inspeksi dan

Penyelidikan Kecelakaan Kerja ..............................................79

Tabel 5.8 Analisis Berdasarkan Dimensi Evaluasi .................................81

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 15: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

xv

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 2.1 Bagan Manajemen: Akar Kecelakaan Kerja .......................... 22

Gambar 4.1 Lokasi Proyek Pembangunan ................................................. 38

Grafik 5.1 Jenis Kelamin Responden ...................................................... 43

Grafik 5.2 Tingkat Pendidikan Responden.............................................. 44

Grafik 5.3 Lama Kerja Responden .......................................................... 45

Grafik 5.4 Adanya Pengawasan dari Perusahaan .................................... 47

Grafik 5.5 Adanya Panitia Pembina K3 .................................................. 49

Grafik 5.6 Ada Peraturan K3 ................................................................... 51

Grafik 5.7 Ada SOP K3 ........................................................................... 52

Grafik 5.8 Ada Pemeriksaan Kesehatan .................................................. 54

Grafik 5.9 Ada Pemeliharaan Mesin atau Peralatan Kerja ...................... 56

Grafik 5.10 Jumlah Alat Pelindung Diri .................................................... 58

Grafik 5.11 Kualitas Alat Pelindung Diri Sesuai Standar ......................... 60

Grafik 5.12 Upaya Perusahaan Menjaga Kondisi

Tempat Kerja Tetap Aman ..................................................... 60

Grafik 5.13 Upaya Perusahaan Menjaga Kondisi

Tempat Kerja Tetap Sehat ...................................................... 62

Grafik 5.14 Sanksi Perusahaan Terhadap Pelanggaran K3 ....................... 63

Grafik 5.15 Bentuk Sanksi K3 ................................................................... 63

Grafik 5.16 Terdapat Sosialisasi K3 .......................................................... 67

Grafik 5.17 Terdapat Briefing Sebelum Pekerjaan Dimulai...................... 68

Grafik 5.18 Terdapat Pelatihan K3 ............................................................ 70

Grafik 5.19 Terdapat Penyuluhan K3 ........................................................ 70

Grafik 5.20 Terdapat Rambu-Rambu K3 .................................................. 71

Grafik 5.21 Jumlah Rambu-Rambu K3 ..................................................... 72

Grafik 5.22 Letak Rambu-Rambu K3 Strategis ........................................ 73

Grafik 5.23 Inspeksi K3 ............................................................................ 74

Grafik 5.24 Adanya Penyelidikan Kecelakaan Kerja ................................ 76

Grafik 5.25 Adanya SOP Keadaan Tanggap Darurat ................................ 79

Grafik 5.26 Adanya Audit K3 ................................................................... 81

Grafik 5.27 Hambatan Dalam Penerapan K3 ............................................ 82

Gambar 5.1 Contoh Pekerja Yang Tidak Memakai APD .......................... 83

Gambar 5.2 Contoh Rambu K3 Yang Tidak Terpasang

Dengan Baik ........................................................................... 86

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 16: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ...............................................................94

Lampiran 2 Pedoman Wawancara ..............................................................98

Lampiran 3 Contoh Rambu-Rambu K3 ......................................................99

Lampiran 4 Contoh Papan Pengumuman K3 ...........................................100

Lampiran 5 Contoh SOP Keadaan Tanggap Darurat

Dan Kecelakaan Kerja...........................................................101

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 17: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

1

Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sumber daya manusia sebagai salah satu unsur penunjang organisasi, dapat

diartikan sebagai manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi (disebut

personil, tenaga kerja, pekerja/karyawan); atau potensi manusiawi sebagai penggerak

organisasi dalam mewujudkan eksistensinya; atau potensi yang merupakan aset dan

berfungsi sebagai modal non-material dalam organisasi bisnis, yang dapat

diwujudkan menjadi potensi nyata secara fisik dan non-fisik dalam mewujudkan

eksistensi organisasi (Nawawi, 2000:45). Berdasarkan pengertian tersebut, dapat

disimpulkan bahwa sumber daya manusia adalah suatu proses mendayagunakan

manusia sebagai tenaga kerja secara manusiawi, agar potensi fisik dan psikis yang

dimilikinya berfungsi maksimal bagi pencapaian tujuan organisasi (lembaga).

Seiring dengan kemajuan industrialisasi, penerapan teknologi canggih seperti

penggunaan mesin-mesin, bahan-bahan dan peralatan-peralatan baru yang rumit serta

kompleks dalam meningkatkan produktifitas kerja secara teknis, saat ini sangat

diperlukan. Namun, penggunaan teknologi tersebut seringkali tidak diiringi dengan

persiapan sumber daya manusia yang memadai terutama dari segi kualitas. Selain itu,

perusahaan atau organisasi juga harus mempersiapkan peraturan atau prosedur teknis

yang dapat mendukung terwujudnya penggunaan teknologi secara aman dan tepat

guna. Ketidakpastian tersebut dapat berakibat pada terciptanya para pekerja yang

memiliki keterbatasan pengetahuan tentang cara mengoperasikan peralatan kerja,

dimana kondisi ini seringkali menjadi pemicu timbulnya penyakit dan kecelakaan

akibat kerja.

Secara umum penyebab kecelakaan kerja digolongkan ke dalam dua kategori

yaitu disebabkan karena kondisi tidak aman (unsafe condition) maupun tindakan

tidak aman (unsafe action). Kondisi tidak aman terjadi apabila pelaksanaan kegiatan

pekerja di lingkungan kerja tidak mematuhi peraturan dan prosedur yang telah

1

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 18: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

2

Universitas Indonesia

ditetapkan, yang mengatur agar kondisi tempat kerja aman dan sehat. Sedangkan,

tindakan tidak aman terjadi jika pekerja tidak mengetahui, tidak mampu, dan tidak

mau menjalankan cara kerja dan peraturan–peraturan yang telah ditetapkan (Budiono,

2005 : 171).

Di Indonesia, angka kecelakaan kerja mengalami penurunan yang cukup

signifikan yaitu dari 96.314 kasus kecelakaan kerja pada tahun 2009 menjadi

65.000 kasus pada tahun 2010. Adapun rinciannya yaitu:

Tabel 1.1

Data Kecelakaan Kerja di Indonesia 2009-2010

Tahun Sembuh Cacat

Funngsi

Cacat

Sebagian

Cacat

Total

Meninggal

Dunia

Total

2009 87.035 4.380 2.713 42 2.144 96.314

2010 56.629 3.662 2.713 31 1.965 65.000

Sumber: Diolah kembali dari www.jamsostek.co.id, 2010

Sementara itu, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar

mengatakan penurunan tersebut salah satunya disebabkan oleh meningkatnya kinerja

pengawas ketenagakerjaan. Namun, jumlahnya masih relatif tinggi jika dibandingkan

dengan negara lain. Menurutnya, kemungkinan masih banyak dark number atau

angka kecelakaan kerja yang tidak dilaporkan. Selain itu, penurunan juga disebabkan

karena adanya peningkatan jumlah perusahaan yang menerapkan standar

Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang kemudian menurunkan angka kecelakaan

kerja (www.kabarbisnis.com, 2010).

Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di dalam suatu organisasi lebih

dikenal dengan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

Sistem ini merupakan bagian dari organisasi yang erat kaitannya dengan manajemen

sumber daya manusia. Di Indonesia, sistem manajemen keselamatan dan kesehatan

kerja (SMK3) diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5 tahun 1996.

Perlunya sebuah organisasi atau perusahaan menerapkan sistem manajemen

keselamatan dan kecelakaan kerja (SMK3) dalam rangka meminimalisir timbulnya

kecelakaan kerja dan untuk menciptakan kondisi lingkungan kerja yang sehat, aman,

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 19: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

3

Universitas Indonesia

dan produktif, sebenarnya telah diisyaratkan dalam pasal 27 UUD 1945 yang

menyatakan bahwa setiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghasilan yang

layak bagi kemanusiaan. Pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan haruslah memenuhi

kriteria yang menjamin keselamatan dan kesehatan bagi pekerjanya dalam melakukan

pekerjaan.

Masalah keselamatan dan kesehatan kerja berdampak ekonomis yang cukup

signifikan. Setiap kecelakaan kerja dapat menimbulkan berbagai macam kerugian. Di

samping dapat mengakibatkan korban jiwa, biaya-biaya lainnya adalah biaya

pengobatan, kompensasi yang harus diberikan kepada pekerja, premi asuransi, dan

perbaikan fasilitas kerja. Terdapat biaya-biaya tidak langsung yang merupakan akibat

dari suatu kecelakaan kerja yaitu mencakup kerugian waktu kerja (pemberhentian

sementara), terganggunya kelancaran pekerjaan (penurunan produktivitas), pengaruh

psikologis yang negatif pada pekerja, memburuknya reputasi perusahaan, denda dari

pemerintah, serta kemungkinan berkurangnya kesempatan usaha (kehilangan

pelanggan pengguna jasa). Penerapan K3 yang baik tidak hanya memberikan

kenyamanan bagi pekerja tetapi juga bagi perusahaan karena dapat meminimalisir

biaya pengeluaran.

Selain itu, dengan dilaksanakannya program-program keselamatan dan

kesehatan kerja maka dapat diketahui sampai sejauh mana upaya pencegahan

kecelakaan yang telah dilakukan oleh suatu organisasi atau perusahaan, sebagai

bagian dari langkah-langkah yang diambil berkaitan dengan penetapan kebijaksanaan,

pengorganisasian, perencanaan dan implementasi pengukuran kinerja, dan peninjauan

kembali kinerja yang telah dicapai.

Salah satu sektor yang harus menerapkan K3 dengan baik adalah sektor Jasa

konstruksi karena sektor ini memiliki kegiatan dengan tingkat resiko kecelakaan kerja

yang paling tinggi. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi mencatat hingga

2010, kecelakaan kerja masih didominasi oleh bidang jasa konstruksi (31,9%),

disusul industri (31,6%), transportasi (9,3%), pertambangan (2,6%), kehutanan

(3,8%), dan lainnya (20%) (suaramerdeka.com, 2010).

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 20: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

4

Universitas Indonesia

Untuk lebih lengkapnya, tabel dibawah ini menggambarkan jumlah

kecelakaan kerja yang terjadi di sektor konstruksi dari tahun 2006 hingga 2010:

Tabel 1.2

Data Kecelakaan Kerja Sektor Konstruksi Tahun 2006-2010

Tahun Sembuh

Tanpa

Cacat

Cacat

Fungsi

Cacat

Sebagian

Cacat

Total

Meninggal

Dunia

Total

2006 491 7 17 0 29 544

2007 1.053 11 38 2 61 1.165

2008 2.015 72 72 2 146 2.307

2009 1.786 59 77 3 143 2.068

2010 1.707 52 63 2 166 1.990

Sumber: Diolah kembali dari Pusbin PK Kementerian PU, 2011

Dari data di atas terlihat bahwa terjadi peningkatan jumlah kecelakaan kerja

dari tahun 2006 hingga tahun 2008, kemudian mengalami penurunan yang cukup

signifikan pada tahun berikutnya. Hal ini menunjukkan adanya upaya dari

pemerintah dalam mencegah dan menanggulangi kecelakaan kerja khususnya di

sektor konstruksi. Pada tahun 2010, jumlah kecelakaan kerja di sektor konstruksi

sebesar 1990 dengan korban sembuh tanpa cacat (1707); cacat fungsi (52); cacat

sebagian (63); cacat total (2); dan meninggal dunia (166).

Dalam makalah yang disampaikan pada Seminar Nasional Manajemen Resiko

Bidang K3, 27-28 April 2011, disebutkan bahwa sektor konstruksi memiliki resiko

tinggi terhadap kecelakaan kerja. Kasus kecelakaan kerja di sektor konstruksi terjadi

dengan penyebab yang beragam misalnya pekerja jatuh dari ketinggian, tower crane,

gondola runtuh, rangka baja runtuh saat masih dalam pelaksanaan, pekerja terkubur

oleh longsoran dinding penahan tanah maupun bongkahan bangunan, kerusakan

scaffolding, dan sebagainya. Beberapa contoh kasus misalnya runtuhnya struktur

bengunan Pasar Tanah Abang (2009),dan keruntuhan jembatan di Surabaya (2009).

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.09/PRT/M/2008,

Keselamatan dan Kesehatan kerja adalah pemberian perlindungan kepada setiap

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 21: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

5

Universitas Indonesia

orang yang berada di tempat kerja, yang berhubungan dengan pemindahan bahan

baku, penggunaan peralatan kerja konstruksi, proses produksi dan lingkungan sekitar

tempat kerja. Seringkali suatu proyek konstruksi harus dilaksanakan dalam kondisi

yang kompleks dan sulit sehingga berpotensi meningkatkan resiko kecelakaan.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan staf Badan Pembinaan Konstruksi

Kementerian Pekerjaan Umum, terdapat tiga bidang dalam sektor konstruksi yaitu

bidang jalan atau bina marga; sumber daya air atau bendungan; dan cipta karya atau

permukiman. Dari ketiga bidang tersebut, sektor konstruksi jalan merupakan sektor

yang paling fokus dalam menerapkan SMK3 di tiap proyeknya. Maksudnya,

penerapan program K3 di tiap proyek pembangunan jalan sudah lebih baik dari dua

sektor lainnya. Bahkan, Kementerian Pekerjaan Umum juga telah mewajibkan setiap

kontraktor yang terlibat untuk menerapkan K3. Berbagai program K3 yang diterapkan

dalam proyek pembangunan jalan antara lain menyediakan Alat Pelindung Diri yang

berkualitas dan memadai, menyediakan fasilitas kesehatan, dan memberikan jaminan

sosial bagi para pekerja. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, peneliti memilih sektor

konstruksi jalan sebagai fokus penelitian.

Jalan merupakan infrastruktur yang penting bagi masyarakat. Fasilitas jalan

yang baik akan memudahkan masyarakat dalam melakukan aktivitas. Jakarta sebagai

kota metropolitan yang juga merupakan pusat pemerintahan memiliki banyak ruas

jalan seperti jalan layang dan jalan tol. Bahkan sampai saat ini, kota Jakarta masih

terus menambah ruas jalan sebagai upaya mengimbangi jumlah kendaraan yang

semakin meningkat.

Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum RI adalah

instansi pemerintah yang memiliki tugas dan fungsi umum dalam pembangunan jalan

dan jembatan. Selain itu, instansi ini juga bertanggungjawab terhadap pemeliharaan

infrastrukstur jalan dan jembatan. Direktorat Jenderal Bina Marga memiliki satu unit

yang fokus terhadap Jalan nasional yaitu Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional IV,

yang merupakan satuan non vertikal yang memiliki kewenangan dalam melakukan

pembangunan jalan nasional di wilayah Jakarta Barat dan sekitarnya.

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 22: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

6

Universitas Indonesia

Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis mengenai

penerapan SMK3 maka peneliti memilih lokasi penelitian pada proyek pembangunan

jalan di daerah Rawa Buaya, Cengkareng. Alasan peneliti hanya memilih satu lokasi

untuk penelitian yaitu agar penelitiannya spesifik pada satu lokasi pembangunan jalan

saja. Hal tersebut ditujukan agar fokus penelitian ini tidak melebar ke aspek lain.

Selain itu, proyek pembangunan jalan tersebut masih berlangsung sampai saat ini.

Sedangkan, beberapa proyek pembangunan jalan di Jakarta lainnya telah selesai

pengerjaannya, sehingga tidak memungkinkan peneliti melakukan penelitian di

lokasi-lokasi tersebut.

Dalam hal ini, peneliti ingin membuktikan apakah penerapan SMK3 pada

proyek pembangunan jalan Rawa Buaya, Cengkareng sudah sesuai atau belum

dengan standar yang ada. Selain itu, apakah penurunan jumlah kecelakaan kerja

beberapa tahun belakangan ini merupakan suatu jaminan bahwa pelaksanaan SMK3

telah dilakukan dengan maksimal.

1.2 Rumusan Masalah

Sektor konstruksi merupakan salah saru sektor yang memiliki resiko tingkat

kecelakaan tertinggi dibandingkan sektor-sektor lainnya. Hal inilah yang menjadi

alasan betapa pentingnya penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (SMK3) yang baik sebagai upaya pencegahan terjadinya kecelakaan kerja.

Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum RI sebagai

instansi yang berwenang serta berfungsi dalam melakukan pembangunan dan

pemeliharaan jalan telah banyak melakukan pembangunan jalan di wilayah Jakarta.

Tentunya, dalam setiap proyek dibutuhkan tenaga kerja yang berkualitas. Dan para

tenaga kerja tersebut sangat rentan akan resiko kecelakaan kerja, mengingat sektor

konstruksi adalah sektor yang beresiko. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk

meneliti bagaimana penerapan standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada

proyek pembangunan jalan di Rawa buaya, Cengkareng.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan dalam penelitian ini,

yaitu:

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 23: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

7

Universitas Indonesia

1. Bagaimana penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3) dalam proyek pembangunan jalan di daerah Rawa Buaya?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis mengenai penerapan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek pembangunan

jalan di Rawa buaya, Cengkareng.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini juga memiliki signifikansi secara akademis dan praktis sebagai

berikut:

1. Manfaat akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan

ilmu pengetahuan dalam bidang Ilmu Administrasi Negara. Ilmu pengetahuan

yang dapat dikembangkan dalam penelitian ini adalah konsep mengenai

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Selain itu, penelitian ini juga diharapkan

dapat memberikan sumbangan pemikiran dan tambahan wawasan bagi peneliti

yang ingin melakukan penelitian yang sejenis.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak Ditjen Bina

Marga Kementerian Pekerjaan Umum RI dan pihak kontraktor sebagai pelaksana

dalam menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3) di setiap proyek pembangunan.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini merupakan gambaran umum tentang isi

skripsi secara keseluruhan. Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab,

yaitu:

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 24: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

8

Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab ini peneliti menguraikan latar belakang permasalahan, pokok

permasalahan, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB 2 KERANGKA TEORI

Pada bab ini diuraikan mengenai kerangka pemikiran yang digunakan peneliti

dalam membahas penelitian ini.

BAB 3 METODE PENELITIAN

Pada bagian ini, peneliti memberikan penjelasan tentang bagaimana metode

penelitian yang peneliti gunakan serta alasan pemilihan metode tersebut.

BAB 4 GAMBARAN UMUM

Pada bab ini peneliti memberikan gambaran umum mengenai kebijakan-

kebijakan serta peraturan apa saja yang digunakan Direktorat Jenderal Bina Marga

Kementerian Pekerjaan Umum RI sebagai pedoman dalam melaksanakan SMK3

dalam setiap proyek konstruksi. Selain itu, dalam bab ini juga dibahas mengenai

gambaran umum dari proyek pembangunan jalan Rawa buaya, Cengkareng.

BAB 5 ANALISIS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN

DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) (STUDI PADA PROYEK

PEMBANGUNAN JALAN RAWA BUAYA, CENGKARENG)

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai bagaimana kondisi penerapan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dalam proyek pembangunan

jalan di Rawa Buaya, Cengkareng.

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab terakhir ini peneliti menguraikan simpulan dan rekomendasi

berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh.

1.6 Batasan Penelitian

Pada penelitian ini, penelitian yang dilakukan hanya sebatas pada analisis

sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dari segi fisik. Peneliti tidak

melakukan analisis terhadap unsur mental dan kesejahteraan sosial para personil

proyek.

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 25: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

9

Universitas Indonesia 9

BAB 2

KERANGKA TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Dalam melakukan penelitian mengenai “Penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) (Studi pada proyek pembangunan

jalan Rawa Buaya, Cengkareng)”, peneliti melakukan peninjauan terhadap

beberapa penelitian terkait yang pernah dilakukan sebelumnya. Peneliti mengambil

dua hasil penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan.

Penelitian pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Trustantiah dengan

judul “Analisis Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di

BP Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan program K3

di BP Indonesia.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan survei dengan pendekatan

kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan sumber primer dan sumber sekunder.

Data primer diperoleh dari responden yang diteliti yaitu karyawan BP Indonesia

dalam bentuk kuesioner. Sedangkan, data sekundernya merupakan data olahan dalam

bentuk jadi yang berasal dari literatur-literatur yang berkaitan dengan tujuan

penelitiannya. Hasil dari penelitian ini adalah pelaksanaan program keselamatan dan

kesehatan kerja di BP (British Petroleum Indonesia) cukup berhasil karena tidak ada

fatality (kematian karena kecelakaan kerja). Kedua unsur yang ada dalam program

K3 yaitu keselamatan dan kesehatan lingkungan kerja mampu menciptakan kondisi

dan lingkungan kerja yang aman, sehat, nyaman dan bebas dari risiko kecelakaan

bagi karyawan dan manajemen.

Penelitian kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Catur Setya Nugraha

yang berjudul “Analisis Mengenai Penerapan Program Keselamatan dan

Kesehatan Pada PT Kereta Api Indonesia (PERSERO) UPT Balai Yasa Traksi

Manggarai”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana

penerapan dan apa saja hambatan dari program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 26: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

10

Universitas Indonesia

yang dilakukan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) khususnya di lingkungan

kerja UPT Balai Yasa Traksi Manggarai.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan

penelitian kuantitatif. Selain itu, metode pengumpulan data dalam penelitian ini ada

dua yaitu metode pengumpulan data melalui studi lapangan dan studi kepustakaan.

Studi lapangan dilakukan dengan melakukan penyebaran kuesioner kepada para

responden dan wawancara mendalam dengan para narasumber yang berwenang

menangani masalah K3. Sedangkan, studi kepustakaan dilakukan dengan membaca

dan mempelajari sejumlah buku, peraturan perundang-undangan , dokumen dan arsip

perusahaan, artikel pada majalah, Koran serta literatur lainnya yang berkaitan.

Berdasarkan jenis penelitiannya, Catur menggunakan metode penelitian

deskriptif yang berupaya menggambarkan serta menganalisis setiap fenomena

fenomena yang terjadi bekaitan dengan segala upaya yang dilakukan oleh PT Kereta

Api Indonesia (Persero) dalam penerapan program K3. Hasil yang diperoleh Catur

dalam penelitiannya adalah penerapan program K3 pada PT KAI (Persero) UPT Balai

Yasa Traksi Manggarai secara umum sudah berjalan sesuai dengan kebijakan K3

yang telah ditetapkan. Namun, penerapan program tersebut masih belum berlangsung

optimal dikarenakan ada beberapa hambatan dalam upaya peningkatan penerapan

program K3 itu seperti kurangnya sosialisasi K3 yang ditandai dengan masih

kurangnya frekuensi penyuluhan dan diklat mengenai K3, lemahnya sistem

pengawasan dan law enforcement, serta kurangnya kesadaran dan disiplin dalam

menggunakan alat pelindung diri.

Perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan dua penelitian

sebelumnya yaitu penelitian ini menganalisis mengenai sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3). Sedangkan, dua penelitian sebelumnya

hanya menganalisis mengenai program-program K3 di lokasi penelitiannya. Dalam

penelitian ini, peneliti menganalisis unsur K3 secara keseluruhan mulai dari tingkat

manajemen sampai pelaksanaan. Misalnya, ada tidaknya audit, pengawasan, dan

disiplin penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Perbedaan lainnya yaitu terletak

pada lokasi penelitian yang dipilih peneliti. Lokasi penelitian yang dipilih peneliti

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 27: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

11

Universitas Indonesia

adalah proyek pembangunan jalan yang berada di lingkungan terbuka (oudoor).

Sementara itu, lokasi penelitian dari dua penelitian sebelumnya adalah lokasi tertutup

(indoor) yaitu di pabrik. Perbedaan terakhir yang signifikan antara penelitian ini

dengan dua penelitian sebelumya yaitu sektor yang akan diteliti adalah sektor

konstruksi, merupakan sektor yang memiliki angka kecelakaan kerja tertinggi sampai

tahun 2010. Sedangkan, dua penelitian sebelumnya memilih sektor industri untuk

diteliti. Sisanya, beberapa bagian dari penelitian ini memiliki persamaan dengan

penelitian terdahulu seperti pendekatan penelitian kuantitatif dan jenis penelitian

deskriptif. Perbandingan antara penelitian ini dengan dua penelitian terdahulu

disajikan dalam tabel di bawah ini:

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 28: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

12

Universitas Indonesia

Tabel 2.1

Perbandingan Penelitian

Penelitian Pertama Penelitian Kedua Penelitian yang akan dilakukan

Nama Peneliti Catur Setya Nugraha Trustantiah. Achmad Ramadhan

Judul Penelitian Analisis Mengenai Penerapan

Program Keselamatan dan

Kesehatan Pada PT Kereta Api

Indonesia (PERSERO) UPT Balai

Yasa Traksi Manggarai

Analisis Pelaksanaan Program

Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) di BP Indonesia

Penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (SMK3) (Studi pada

Proyek Pembangunan Jalan

Rawa Buaya, Cengkareng)

Pendekatan

Penelitian

Kuantitatif Kuantitatif Kuantitatif

Tujuan -Menganalisis bagaimana penerapan

program keselamatan dan kesehatan

kerja yang dilakukan oleh PT Kereta

API Indonesia (persero) khususnya di

lingkungan kerja UPT Balai Yasa

Traksi Manggarai

-Menganalisis hambatan-hambatan

dalam penerapan program K3 yang

dihadapi oleh PT Kereta API

Indonesia (persero UPT Balai Yasa

Traksi Manggarai

Untuk mengetahui

pelaksanaan K3 di BP

Indonesia .

Untuk mengidentifikasi dan

menganalisis mengenai

penerapan Sistem Manajemen

Kesehatan dan Keselamatan

Kerja (SMK3) dalam proyek

pembangunan jalan rawa buaya,

Cengkareng.

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 29: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

13

Universitas Indonesia

Teori yang

digunakan

Teori yang digunakan adalah teori

mengenai keselamatan dan kesehatan

kerja dari tjepy F Aloewie

Teori yang digunakan adalah

teori yang berhubungan dengan

manajemen SDM yang mengacu

pada pemeliharaan karyawan

dan teori tentang keselamatan

dan kesehatan kerja .

Teori yang digunakan adalah

teori mengenai Keselamatan

dan kesehatan kerja (K3) serta

teori mengenai manajemen

SDM

Metode

Pengumpulan Data

Kuantitatif Kuantitatif Kuantitatif

Jenis Penelitian Deskriptif Deskriptif Deskriptif

Teknik

Pengumpulan Data

-Studi Lapangan (Kuesioner &

wawancara mendalam)

-Studi Kepustakaan

Studi Kepustakaan, Kuesioner,

Wawancara tidak terstruktur

Kuesioner, Wawancara

mendalam, observasi, dan studi

kepustakaan.

Hasil -Secara umum, penerapan program K3

pada oleh PT Kereta API Indonesia

(persero UPT Balai Yasa Traksi

Manggarai sudah berjalan sesuai

dengan kebijakan K3 yang telah

ditetapkan

-Hambatan dalam penerapan K3 yaitu

kurangnya sosialisasi seperti

Pelaksanaan program

keselamatan dan kesehatan kerja

di BP (British Petroleum

Indonesia) cukup berhasil karena

tidak ada fatality (kematian

karena kecelakaan kerja)

Secara umum penerapan sistem

manajemen K3 di proyek

pembangunan Rawa Buaya

telah berjalan dengan baik yaitu

sesuai dengan ketentuan yang

telah ditetapkan. Namun, masih

terdapat beberapa hambatan

yaitu kurangnya kesadaran akan

pentingnya K3, kurangnya

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 30: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

14

Universitas Indonesia

kurangnya penyuluhan dan diklat,

lemahnya sistem pengawasan dan law

enforcement, kurangnya kesadaran dan

disiplin dalam menggunakan alat

pelindung diri.

anggaran, latar belakang

pendidikan yang beragam, dan

kurangnya pengawasan.

Sumber: Berbagai Sumber (Diolah oleh Peneliti)

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 31: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

15

Universitas Indonesia

2.2. Kerangka teori

2.2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia dapat diartikan sebagai kegiatan

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atas pengadaan

tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan, dan

pemutusan hubungan kerja dengan sumber daya manusia untuk mencapai sasaran

perorangan, organisasi dan masyarakat (Flippo, 1997). Menurut Henry Simamora

(2004:54), manajemen sumber daya manusia adalah pendayagunaan,

pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa, dan pengelolaan individu

anggota organisasi atau kelompok karyawan.

Adapun, tujuan utama dari manajemen sumber daya manusia adalah

untuk meningkatkan kontribusi sumber daya manusia (karyawan) terhadap

organisasi. Hal ini dapat dipahami bahwa semua kegiatan organisasi dalam

mencapai tujuannya tergantung kepada sumber daya manusia yang mengelola

organisasi tersebut. Oleh karena itu, organisasi harus mengelola dan

mendayagunakan SDM atau karyawan yang dimilikinya dengan baik sehingga

dapat membantu pencapaian tujuan organisasi yang telah ditentukan.

Terkait dengan hal tersebut, Flippo (1997) menyatakan bahwa fungsi

manajemen sumber daya manusia terbagi menjadi dua yaitu fungsi manajerial dan

operasional. Fungsi operasional dalam manajemen sumber daya manusia

merupakan dasar pelaksanaan proses manajemen sumber daya manusia yang

efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan organisasi/ perusahaan. Fungsi

operasional tersebut meliputi:

a. Procurement (Pengadaan)

Maksud dari pengadaan adalah upaya untuk mendapatkan jenis dan jumlah

tenaga kerja yang sesuai dengan yang dibutuhkan agar sasaran organisasi

dapat tercapai. Hal ini terutama bersangkutan dengan masalah penentuan

kebutuhan tenaga kerja, penarikan (recruitment), seleksi, orientasi, dan

penempatan.

b. Development (Pengembangan)

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 32: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

16

Universitas Indonesia

Adalah proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis, konseptual, dan

moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan latihan

yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa ini maupun

masa depan.

c. Compensation (Kompensasi)

Diartikan sebagai usaha untuk memberikan balas jasa atau imbalan yang

memadai kepada karyawan yang sesuai dengan kontribusi yang telah

disumbangkan kepada perusahaan.

d. Integration (Integrasi)

Fungsi ini mengintegrasikan karyawan baru dalam lingkungan yang relatif

baru. Integrasi merupakan usaha untuk menyelaraskan berbagai kepentingan

individu, perusahaan maupun masyarakat. Oleh karena itu, harus dipahami

sikap karyawan dalam kaitannya dengan kebijakan dan prinsip.

e. Maintenance (Pemeliharaan)

Adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental

dan loyalitas karyawan agar tercipta hubungan jangka panjang. Pemeliharaan

yang baik dilakukan dengan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

f. Separation (Pemisahan)

Fungsi ini merupakan pemutusan hubungan kerja dan mengembalikan orang-

orang tersebut ke dalam masyarakat dengan keadaan sebaik mungkin.

Organisasi harus melaksanakan fungsi ini berdasarkan persyaratan-

persyaratan yang telah ditentukan, sehingga karyawan merasa mendapat

perlakuan yang baik setelah mereka memberikan kontribusi kepada

perusahaan.

Dari keenam fungsi operasional diatas, fungsi pemeliharaan

(maintenance) harus mendapat perhatian yang sungguh – sungguh dari manajer.

Apabila pemeliharaan karyawan ini kurang mendapat perhatian, akibatnya

semangat kerja, sikap dan loyalitas karyawan menurun. Absensi dan turn over

meningkat, disiplin akan menurun, sehingga pengadaan, pengembangan,

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 33: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

17

Universitas Indonesia

kompensasi dan pengintegrasian yang telah dilakukan dengan baik dan biaya

yang besar kurang berarti untuk menunjang tujuan perusahaan.

Terkait dengan fungsi pemeliharaan, Hasibuan (2000) mendefinisikan

pemeliharaan (maintenance) sebagai usaha mempertahankan dan/atau

meningkatkan kondisi fisik, mental, dan sikap karyawan, agar mereka tetap loyal

dan bekerja produktif untuk menunjang tercapainya tujuan perusahaan. Pemilihan

metode yang tepat sangat penting dalam mendukung tercapainya tujuan organisasi

perusahaan. Adapun metode-metode pemeliharaan tersebut antara lain:

Komunikasi

Insentif

Kesejahteraan karyawan

Kesehatan dan keselamatan kerja

Hubungan industrial

2.2.2. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Setiap orang yang bekerja senantiasa mengharapkan keselamatan baik pada

waktu berangkat kerja, melaksanakan pekerjaan, maupun dalam perjalanan

pulang setelah selesai bekerja. Menurut Budiono, dkk (2005 : 224), keselamatan

kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan

dan proses pengolahannya. Definisi tersebut menjelaskan bahwa keselamatan

kerja terjadi ketika pekerja terbebas dari adanya ancaman dalam bekerja yang

disebabkan oleh alat kerja maupun lingkungan.

Dalam konsep pengelolaan keselamatan kerja modern dikenal 2 definisi

keselamatan kerja. Pertama, keselamatan kerja didefinisikan sebagai bebas dari

kecelakaan atau bebas dari kondisi sakit, luka atau bebas dari kerugian. Kedua,

didefinisikan sebagai pengontrolan kerugian. Definisi yang pertama lebih

fungsional karena berkaitan dengan luka, sakit, kerusakan harta dan kerugian

terhadap proses. Sedangkan, definisi kedua mengarah pada tindakan pecegahan

kecelakaan dan mengusahakan seminimum mungkin terjadinya kerugian.

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 34: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

18

Universitas Indonesia

Adapun, definisi K3 yang dirumuskan oleh ILO/WHO Joint safety and

Health Committee, yaitu :

Occupational Health and Safety is the promotion and maintenance of the

highest degree of physical, mental and social well-being of all occupation;

the prevention among workers of departures from health caused by their

working conditions; the protection of workers in their employment from

risk resulting from factors adverse to health; the placing and maintenance

of the worker in an occupational environment adapted to his physiological

and psychological equipment and to summarize the adaptation of work to

man and each man to his job.

Bila dicermati lebih dalam, definisi di atas dapat dipilah-pilah dalam

beberapa kalimat yang menunjukkan bahwa K3 adalah :

Promosi dan pemeliharaan derajat tertinggi semua pekerja baik secara fisik,

mental, dan kesejahteraan sosial di semua jenis pekerjaan.

.Untuk mencegah penurunan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi

pekerjaan mereka.

Melindungi pekerja pada setiap pekerjaan atas risiko yang timbul dari faktor-

faktor yang dapat mengganggu kesehatan.

Penempatan dan pemeliharaan pekerja di lingkungan kerja yang sesuai dengan

kondisi fisologis dan psikologis pekerja dan untuk menciptakan kesesuaian

antara pekerjaan dengan pekerja dan setiap orang dengan tugasnya.

Menurut OHSAS 18001: 2007, keselamatan dan kesehatan kerja adalah

kondisi-kondisi dan faktor-faktor yang berdampak, atau dapat berdampak, pada

kesehatan atau keselamatan karyawan atau pekerja lain (termasuk pekerja kontrak

dan personel kontraktor, atau orang lain di tempat kerja).

Sementara pengertian K3 menurut Suma’mur (1981) adalah sebagai berikut:

“Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat

dan kematian sebagai akibat dari kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang

baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja. Selain menjadi

penyebab hambatan-hambatan langsung gangguan kesehatan, kecelakaan juga

menimbulkan kerugian secara tidak langsung yaitu kerusakan mesin dan

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 35: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

19

Universitas Indonesia

peralatan kerja, terhentinya proses produksi untuk beberapa saat, kerusakan

pada lingkungan kerja dan lain-lain.

Kesehatan kerja adalah spesialis dalam ilmu kedokteran beserta praktiknya

yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat

kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental atau gangguan-gangguan

kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta

terhadap penyakit-penyakit umum”.

Di sisi lain, Robert L Mathis (2002) mendefinisikan K3 secara terpisah

yaitu kesehatan, keselamatan, dan keamanan. Menurutnya, kesehatan merujuk

pada kondisi fisik, mental, dan stabilitas emosi secara umum. Individu yang sehat

adalah yang bebas dari penyakit, cedera, serta masalah mental dan emosi yang

bisa menggangu aktivitas manusia normal pada umumnya. Sedangkan,

keselamatan merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang.

Tujuan utama program keselamatan kerja yang efektif adalah untuk mencegah

kecelakaan atau cedera dalam bekerja.

Kemudian, keamanan merupakan perlindungan terhadap fasilitas

pengusaha dan peralatan yang ada yang ditujukan untuk melindungi para

karyawan ketika sedang bekerja atau sedang melaksanakan penugasan pekerjaan.

2.2.3. Faktor- Faktor yang Mendorong Penerapan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja

Banyak kalangan industri menganggap K3 sudah menjadi kebutuhan yang

sangat penting. Tanpa adanya penerapan K3 di lingkungan kerja maka

kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja sangat besar. Menurut seorang ahli

keselamatan kerja, Willy Hammer mengatakan bahwa ada tiga alasan pokok

mengapa program K3 perlu dilaksanakan yaitu berdasarkan perikemanusiaan, UU

atau Hukum dan alasan ekonomi. Kemudian, Goudzali juga mengungkapkan hal

yang serupa mengenai faktor-faktor pentingnya penerapan K3, antara lain:

Kemanusiaan. Para karyawan merupakan manusia biasa yang bukan semata-

mata sebagai alat produksi , tetapi adalah sosok manusia yang merupakan aset

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 36: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

20

Universitas Indonesia

perusahaan. Dengan demikian, setiap manusia perlu mendapat perlindungan

dari segala ancaman dan bahaya yang selalu mengintai di sekitarnya.

Peraturan Pemerintah. Suatu perusahaan, apapun jenis usaha yang

dilakukan, bertujuan agar produknya itu dapat dipakai atau digunakan oleh

masyarakat dan keberadaan perusahaan di tengah masyarakat tersebut

mempunyai hubungan sehingga keberadaannya itu diatur melalui berbagai

mekanisme peraturan perundang-undangan.

Ekonomi. Faktor Ekonomi juga merupakan pendorong diberlakukannya

pemeliharaan K3 dalam suatu perusahaan. Hal ini dapat dipahami bahwa

suatu perusahaan dalam operasinya akan selalu bergerak menurut

pertimbangan ekonomis yaitu mencari keuntungan. Dengan melakukan

pemeliharaan K3 secara terus meneru, berarti perusahaan harus mengeluarkan

biaya yang lebih banyak. Namun, biaya yang dikeluarkan akan lebih besar

lagi apabila terjadi kecelakaan kerja. Pemeliharaan K3 ditujukan untuk

mencegah terjadinya kecelakan kerja.

2.2.4. Kecelakaan Kerja

Pelaksanaan program K3 yang baik semata-mata ditujukan untuk dapat

memenuhi kebutuhan tenaga kerja akan rasa aman dan nyaman dalam bekerja,

sehingga aktivitas dari organisasi dapat berjalan dengan lancar dan tujuan yang

telah ditetapkan sebelumnya dapat tercapai. Selain itu, penerapan program K3

juga bertujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dalam bentuk apapun.

Menurut Departemen Kesehatan dalam situsnya www.depkes.go.id,

kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan yang

biasanya menyebabkan kerugian material dan penderitaan dari yang paling ringan

sampai yang paling berat. Berdasarkan penyebabnya, kecelakaan kerja terbagi

kedalam dua kelompok yaitu:

1. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu kondisi yang tidak aman dari:

Mesin, peralatan, bahan dan lain-lain

Lingkungan kerja

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 37: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

21

Universitas Indonesia

Proses kerja

Sifat pekerjaan

Cara kerja

2. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia

yang dapat terjadi antara lain karena:

Kurangnya perhatian dan keterampilan pelaksana

Cacat tubuh yang tidak kentara (bodiliy defect)

Keletihan dan kelemahan daya tahan tubuh

Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik

Sedangkan, Sugeng Budiono dan Jusuf (2005) mengatakan bahwa secara

umum kecelakaan kerja terbagi menjadi dua golongan yaitu:

1. Kecelakaan industri (Industrial Accident) yaitu kecelakaan yang terjadi di

tempat kerja karena adanya sumber bahaya atau bahaya kerja

2. Kecelakaan dalam perjalanan (Community accident) yaitu kecelakaan yang

terjadi diluar tempat yang berkaitan dengan adanya hubungan kerja

Di sisi lain, Silalahi (1985:22) mengartikan kecelakaan kerja adalah

setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan

kecelakaan.. Menurutnya, kecelakaan kerja terjadi secara tiba-tiba dan sulit untuk

diprediksi terlebih dahulu. Oleh karena itu, cara menanggulangi kecelakaan kerja

adalah dengan meniadakan unsur penyebab kecelakaan kerja dan/atau dengan

mengadakan pengawasan yang ketat, sehingga pada dasarnya kecelakaan kerja

hanyalah merupakan gejala yang berakar pada manajemen. Pernyataan ini dapat

dilihat dari gambar berikut:

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 38: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

22

Universitas Indonesia

Gambar 2.2

Manajemen Sebagai Akar Kecelakaan Kerja

Sumber: Bennet Silalahi (1985)

2.2.4.1 Faktor-faktor Penyebab kecelakaan kerja

Menurut International Labour Organization (ILO), terdapat 3 faktor

yang menyebabkan kecelakaan kerja yaitu:

Faktor peralatan teknis, biasanya menyangkut masalah keburukan

pabrik, peralatan yang digunakan, mesin-mesin yang sudah tidak layak

pakai.

Faktor lingkungan kerja, meliputi lingkungan fisik tempat kerja

maupun lingkungan sosial psikologis yang lebih luas.

Faktor Manusia

Maksudnya tenaga kerja tidak mengetahui tata cara yang aman atau

perbuatan yang berbahaya; tidak sanggup memenuhi persyaratan kerja

sehingga terjadi tindakan di bawah standar; mengetahui seluruh

peraturan dan persyaratan kerja tetapi tidak mematuhinya.

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 39: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

23

Universitas Indonesia

1.2.4.2.Klasifikasi kecelakaan akibat kerja

Adapun klasifikasi kecelakaan kerja menurut International Labour

Organization (ILO) yaitu:

1. Menurut jenis kecelakaan. Misalnya:

Terjatuh

Tertimpa benda jatuh

Tertumbuk, terjepit oleh benda

Gerakan-gerakan melebihi kemampuan

Pengaruh suhu tinggi

Terkena arus listrik

Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi

2. Menurut penyebab

Mesin

Alat angkut dan alat angkat

Peralatan lain

Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi

Lingkungan kerja

3. Menurut sifat luka atau kelainan

Patah tulang/keseleo

Memar, luka dipermukaan

Luka bakar

Keracunan

Pengaruh cuaca

Pengaruh arus listrik

4. Menurut letak kelainan atau luka tubuh

Kepala

Leher

Badan

Anggota atas

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 40: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

24

Universitas Indonesia

Anggota bawah

Banyak tempat, kelainan umum

2.2.5. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Tujuan utama dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah mewujudkan

masyarakat dan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera. Tujuan

keselamatan dan kesehatan kerja menurut Mangkunegara, sebagai berikut:

Agar setiap pegawai mendapat jaminan K3 baik secara fisik, social dan

psikologi

Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya dan

seefektif mungkin

Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya

Ada jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai

Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja

Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan

atau kondisi kerja

Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

2.2.6. Syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

a. Pembinaan K3.

Kegiatan sosialisasi K3 bagi seluruh pegawai dari seluruh tingkat jabatan,

yang dapat berupa penyuluhan, pelatihan, kursus, pemasangan poster keselamatan

kerja, pemasangan rambu-rambu atau tanda peringatan bahaya, pemasangan UU

keselamatan kerja di tempat kerja, dll (Sendjum, 2001).

b. Kondisi Fisik Tempat Kerja.

Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka

bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, untuk keperluan suatu usaha dan

dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya kerja. (Kansil, 2001).

Menurut Michael Haris, Kondisi fisik tempat kerja bukan hanya menyangkut

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 41: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

25

Universitas Indonesia

kebersihan perawatan tempat kerja, melainkan juga faktor fisik lainnya seperti

suara, suhu penerangan, dan penyediaan alat pemadaman api yang memadai.

Kondisi fisik tempat kerja yang baik akan meminimalisir resiko terjadinya

kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh kondisi tidak aman, dan dampaknya

kepada pekerja adalah berkurangnya ketegangan-ketegangan (pemisahan sosial,

rasa bosan, letih, dan tidak diperhatikan) yang dirasakan oleh pekerja (Garry

Desler, 1998:137).

c. Proses Kerja .

Merupakan seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam bekerja, dimulai dari

kegiatan paling awal hingga akhir. Proses kerja yang sesuai akan membekali

pekerja dengan pengetahuan lengkap mengenai pekerjaanyadan mengurangi stress

dan konsekuensi lainnya akibat stress dikalangan pekerja.

d. Alat-alat pelindung diri (APD) bagi Tenaga Kerja

Yang dimaksud dengan alat pelindung diri adalah “Seperangkat alat yang

digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari

adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja (Sugeng Budiono dan Jusuf, 329).

Pengunaan alat pelindung diri dapat berbeda-beda, tergantung jenis jenis

pekerjaan yang dilakukan. APD yang biasa digunakan:

Helm pengaman (safety helmet)

Alat pelindung pendengaran (ear protection)

Alat pelindung mata (googles)

Alat pelindung pernapasan

Pelindung muka

Pelindung tangan (gloves)

Pelindung kaki (safety shoes)

e. Pelayanan dan fasilitas kesehatan

Hal ini memegang peranan penting dalam menjaga K3 karena sejumlah

masalah yang berkaitan dengan kesehatan akan dapat merusak kinerja pegawai.

Oleh karena itu, adanya perhatian atas hal ini menjadi hal yang penting.

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 42: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

26

Universitas Indonesia

Pelayanan dan fasilitas kesehatan yang dimaksud antara lain tersedianya tenaga

kerja medis ahli beserta obat-obatan dan saran medis dalam menghadapai

kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja.

2.2.7. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan

bagian dari Sistem Manajemen Organisasi yang digunakan untuk

mengembangkan dan menerapkan kebiajakan K3 dan mengelola risiko (OHSAS

18001:2007). Adapun tujuan sistem manajemen K3 menurut Rudi Suardi

(2005:3) adalah:

a. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-

tingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri atau pegawai-pegawai

bebas.

b. Sebagai upaya untuk mencegah dan memberantas penyakit dan kecelakaan

akibat kerja, memelihara, meningkatkan kesehatan dan gizi para tenaga kerja,

merawat, meningkatkan efisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia,

memberantas kelelahan kerja dan melipatgandakan gairah serta kenikmatan

bekerja.

Menurut Robert L Mathis dan John H Jackson, Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang efektif terdiri dari lima hal, sebagai

berikut:

a. Tanggung jawab dan komitmen perusahaan. Inti dari sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja adalah komitmen perusahaan dan usaha

K3 yang komprehensif. Usaha ini sebaiknya dicerminkan dari tindakan-

tindakan manajerial dan dikoordinasikan mulai dari tingkat manajemen

paling tinggi. Fokus pendekatan sistematis terhadap keselamatan kerja

adalah adanya kerjasama terus menerus dari para pekerja, manajer, dan

yang lainnya.

b. Kebijakan dan disiplin K3. Merancang kebijakan dan peraturan mengenai

K3 serta mendisiplinkan pelaku pelanggaran merupakan komponen

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 43: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

27

Universitas Indonesia

penting dalam rangka menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat.

Dukungan yang sering terhadap perlunya perilaku kerja yang aman dan

memberikan umpan balik terhadap praktik-praktik keselamatan kerja yang

positif, juga sangat penting dalam meningkatkan keselamatan para

pekerja.

c. Komunikasi dan pelatihan K3. Sebagai tambahan, dalam pelatihan K3

perlu dilakukan komunikasi secara terus menerus untuk membangun

kesadaran akan pentingnya K3. Bentuk komunikasi antara lain mengubah

poster keselamatan kerja dan mengupdate papan buletin K3.

d. Inspeksi dan Penyelidikan Kecelakaan Kerja. Inspeksi tempat kerja

sebaiknya dilakukan secara berkala oleh komite K3 atau koordinator K3.

Sama halnya ketika terjadi kecelakaan kerja, penyelidikan juga harus

dilakukan oleh komite atau koordinator K3.

e. Evaluasi. Perusahaan harus mengawasi dan mengevaluasi usaha-usaha

K3nya dengan melakukan audit secara periodik. Hal ini ditujukan untuk

menganalisis serta mengukur kemajuan dalam manajemen K3.

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 44: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

28

Universitas Indonesia

2.3. Operasionalisasi Konsep

Tabel 2.2

Operasionalisasi Konsep

Sumber: Hasil olahan dari Robert L Mathis & John H Jackson , 2002

Variabel Dimensi Kategori Indikator Skala

Sistem Manajemen

Keselamatan dan

Kesehatan Kerja

(SMK3)

Tanggungjawab dan

komitmen perusahaan

Baik/

Buruk

Ada tindakan konkrit dari

perusahaan

Ada koordinasi dari tingkat

manajemen tertinggi

Ordinal

Kebijakan dan disiplin

K3 Ada peraturan K3

Ada SOP tentang K3

Ada pemeriksaan kesehatan

Ada pemeliharaan mesin atau

peralatan kerja

Disiplin K3

Komunikasi dan

pelatihan K3 Ada sosialisasi dan penyebaran

informasi K3

Ada pelatihan dan penyuluhan

tentang K3

Ada rambu-rambu K3

Inspeksi dan

penyelidikan kecelakaan

kerja

Ada inspeksi ke lokasi proyek

Ada penyelidikan kecelakaan

kerja

Ada SOP keadaan tanggap darurat

Evaluasi Ada audit K3

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 45: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

29

Universitas Indonesia

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 46: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

30

Universitas Indonesia

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 47: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

29

Universitas Indonesia 29

BAB 3

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan sebuah cara yang digunakan untuk mencapai

tujuan penelitian. Tujuan penelitian itu sendiri adalah memecahkan permasalahan

yang ada di dalam realita sosial. Metode penelitian juga merupakan semua asas,

peraturan, dan teknik-teknik yang perlu diperhatikan dan diterapkan dalam usaha

pengumpulan data dan analisis untuk memecahkan masalah di bidang ilmu

pengetahuan (Unaradjan, 2000:5).

3.1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif yang mengacu pada teori mengenai keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menguji suatu teori, menyajikan suatu fakta

atau mendeskripsikan statistik untuk menunjukkan hubungan antar variabel,

mengembangkan konsep, mengembangkan pemahaman atau mendeskripsikan banyak

hal (Subana dan Sudrajat, 2001).

3.2. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis mengklasifikasikan jenis penelitian menjadi

empat bagian yaitu berdasarkan tujuan, manfaat, dimensi waktu, dan teknik

pengumpulan data dari penelitian yang bersangkutan.

3.2.1. Berdasarkan Tujuan Penelitian

Berdasarkan tujuannya, penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Tujuan

dari penelitian deskriptif bersifat suatu paparan pada variabel-variabel yang diteliti,

misalnya tentang siapa, yang mana, kapan, dan dimana maupun ketergantungan

variabel pada sub-sub variabelnya (Husein Umar, 2008:8).

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 48: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

30

Universitas Indonesia

Menurut Nawawi (1983:64), metode penelitian deskriptif mempunyai dua ciri pokok,

yaitu:

Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian

dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah yang bersifat aktual.

Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana

adanya diiringi dengan interpretasi rasional.

Pengertian lain diungkapkan oleh Vredenberg (1978:32) yang dikutip oleh

Soejono dan Abdurrahman (2005:23), tujuan utama dari penelitian deskriptif adalah

melukiskan realitas sosial yang kompleks sedemikian rupa sehingga relevansi

sosiologis/ antropologis dapat ditangkap. Sama halnya dengan tujuan dari jenis

penelitian deskriptif yang telah disebutkan sebelumnya, penelitian kali ini berupaya

menggambarkan serta menganalisis penerapan sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja (SMK3) pada proyek pembangunan jalan di Rawa Buaya,

Cengkareng.

3.2.2. Berdasarkan Manfaat Penelitian

Berdasarkan manfaatnya, penelitian ini termasuk penelitian murni. Penelitian

ini merupakan penelitian yang manfaatnya dirasakan untuk waktu yang lama karena

biasanya dilakukan karena kebutuhan peneliti sendiri. Penelitian murni dilakukan

dalam kerangka pengembangan ilmu pengetahuan. Penelitian murni lebih banyak

ditujukan bagi pemenuhan keinginan atau kebutuhan peneliti, sehingga peneliti

memiliki kebebasan untuk menentukan permasalahan apa yang akan diteliti. Fokus

penelitian ada pada logika dan rancangan penelitian yang dibuat oleh peneliti sendiri

(Prasetyo dan Jannah, 2006:38).

3.2.3. Berdasarkan Dimensi waktu

Berdasarkan dimensi waktu, penelitian ini merupakan penelitian bersifat

cross-sectional, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari objek

penelitian dalam satu waktu tertentu (Husein Umar, 2008:9). Penelitian ini hanya

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 49: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

31

Universitas Indonesia

digunakan dalam waktu yang tertentu, dan tidak akan dilakukan penelitian lain di

waktu yang berbeda untuk diperbandingkan. Pengertian satu waktu tertentu disini

tidak bisa hanya dibatasi pada hitungan minggu, hitungan bulan, atau hitungan tahun

saja, namun tidak ada batasan baku untuk menunjukkan satu waktu tertentu akan

tetapi sampai penelitian itu selesai. Jadi, ketika peneliti merasa ada data-data yang

tidak lengkap maka peneliti dapat kembali ke lapangan untuk melengkapi data

(Prasetyo dan Jannah, 2005:45). Penelitian ini dilaksanakan pada satu kurun waktu di

proyek pembangunan jalan (flyover), wilayah Rawa Buaya, Cengkareng.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan teknik pengumpulan datanya, penelitian yang akan dilakukan

menggunakan teknik pengumpulan data survei, wawancara, observasi, dan s

tergolong sebagai penelitian survei. Survei dilakukan untuk memperoleh data primer.

Dalam penelitian survei, data di lapangan diperoleh melalui survei langsung pada

objek penelitian, yaitu dengan menggunakan instrumen kuesioner dan wawancara

1. Survei

Dalam studi lapangan ini, data primer pertama didapat dari instrumen berupa

angket atau kuesioner. Tujuannya adalah untuk mencari informasi yang lengkap

mengenai suatu masalah dari responden tanpa khawatir bila responden memberikan

jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan

(Prasetyo dan Jannah, 2005:42). Dalam penelitian ini, kuesioner ditujukan kepada

seluruh personil yang terlibat dalam proyek pembangunan jalan Rawa Buaya,

Cengkareng.

2. Wawancara

Wawancara adalah cara mendapatkan informasi dengan bertanya langsung

kepada narasumber secara tatap muka yang beracuan pada daftar pertanyaan yang

telah dibuat. Wawancara merupakan suatu proses interaksi dimana hasil wawancara

ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi

(Cholid dan Abu, 2007:76).

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 50: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

32

Universitas Indonesia

Pada tahap wawancara ini, peneliti melakukan wawancara dengan

safety & health excutive officer PT Jaya Konstruksi sebagai pihak yang

bertanggungjawab atas pelaksanaan dan pengawasan K3 di lokasi proyek.

Narasumber tersebut terpilih karena peneliti ingin mewawancarai pihak

yang benar-benar mengetahui tentang kondisi di lapangan. Alasan lain

peneliti hanya mewawancarai satu narasumber yaitu karena adanya

keterbatasan waktu yang dimiliki peneliti.

Di sisi lain, untuk mendukung dan memperkuat hasil kuesioner yang

disebar peneliti juga melakukan wawancara dengan karyawan dan pekerja

secara acak. Hal ini ditujukan untuk mengetahui pendapat mereka sebagai

pihak yang melaksanakan berbagai kebijakan K3 pada proyek

pembangunan ini.

3. Observasi

Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap karyawan

yang sedang bekerja (Husein Umar, 2005:72). Untuk melengkapi informasi

yang telah didapat dari kuesioner dan wawancara, peneliti juga melakukan

observasi atau melakukan pengamatan langsung ke lokasi proyek. Dalam hal

ini, peneliti mengamati mengenai bagaimana penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di lapangan dan pelanggaran-

pelanggaran apa saja yang terjadi.

4. Studi Literatur

Untuk memperoleh data sekunder, metode yang dilakukan adalah

melalui studi literatur dengan cara menganalisis berbagai literatur yang ada

seperti buku, skripsi, dan tesis yang berhubungan dengan penelitian, serta

dokumen-dokumen pendukung lainnya seperti majalah, jurnal, karya ilmiah,

internet, dan lain-lain. Data ini digunakan untuk mendukung data primer yang

sebelumnya telah dilakukan dengan studi lapangan.

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 51: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

33

Universitas Indonesia

3.4. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, selanjutnya peneliti melakukan analisis data. Peneliti

menggunakan teknik analisis data kuantitatif. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan analisis data univariat, yaitu pengujian dari distribusi kasus hanya pada

satu variabel pada suatu waktu (Babbie, 1985). Peneliti menggunakan tabel frekuensi

yang merupakan analisis terhadap jawaban responden. Data yang telah dianalisis

disajikan dalam bentuk tabel-tabel, diagram, dan sebagainya guna mempermudah

pembaca dalam memahami hasil penelitian.

Tingkat pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat

pengukuran ordinal. Tingkat pengukuran ordinal menunjukan adanya urutan-urutan

kategori yang ada. Dalam mengolah data, peneliti menggunakan software SPSS

(Statistical Product and Service Solution). SPSS merupakan sebuah program

komputer yang digunakan untuk menganalisis data statistik. Keuntungan dengan

menggunakan program SPSS adalah memudahkan perhitungan dan tingkat akurasi

hasil perhitungan sangat tinggi. Data yang terkumpul diolah dengan menganalisis

jawaban responden yang disajikan menurut landasan teori yang digunakan.

3.5. Populasi dan Sampel

3.5.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan gejala atau satuan yang akan diteliti. Populasi

yang diambil untuk penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja yang terlibat dalam

proyek pembangunan jalan layang Rawa Buaya baik tenaga kerja konstruksi maupun

officer yang terlibat dalam proyek tersebut. Populasi dalam penelitian ini berjumlah

132 orang.

Unit analisis adalah satuan yang akan diteliti. Sedangkan unit observasi adalah

satuan darimana data diperoleh. Adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah

tenaga kerja yang terlibat dalam proyek pembangunan jalan layang Rawa Buaya, dan

unit observasinya adalah tenaga kerja sebagai individu.

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 52: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

34

Universitas Indonesia

3.5.2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti. Sampel harus

dilihat sebagai suatu pendugaan terhadap populasi dan bukan populasi itu sendiri

(Prasetyo dan Jannah, 2005:119). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh SDM

yang terlibat dalam proyek pembangunan jalan layang Rawa Buaya yang terdiri dari

karyawan pusat, karyawan kontrak lokal, dan tenaga kerja. Karyawan pusat

merupakan personil inti dalam proyek. Biasanya karyawan ini merupakan perwakilan

langsung dari kantor pusat kontraktor seperti kepala proyek, deputi kepala proyek,

dan kepala teknik. Sedangkan, karyawan kontrak lokal merupakan personil

pendukung dalam proyek seperti kepala gudang, logistik, pelaksana, dan keamanan.

Tenaga kerja terdiri dari personil pelaksana di proyek seperti tukang dan mandor.

Besaran sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin

(Prasetyo dan Jannah, 2005:137).

n = besaran sampel

N = besaran populasi

e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran

ketidaktelitian karena kesalahan penarikan sampel)

Dengan menggunakan rumus Slovin tersebut untuk populasi sebanyak 132

orang, dan dengan ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel dalam

penelitian sebesar 10% maka,

132

sampel = = 56,89

1 + 132(10%)²

n = N

1+Ne2

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 53: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

35

Universitas Indonesia

Berdasarkan rumus tersebut, diperoleh hasil sebesar 56,89 kemudian

dilakukan pembulatan menjadi 57. Jadi, total sampel yang akan diambil dalam

penelitian ini berjumlah 57 karyawan. Berdasarkan keterangan dari pihak kontraktor,

semua karyawan yang terlibat dalam proyek ini (karyawan pusat, kontrak lokal, dan

tenaga kerja) mendapatkan perlakuan yang sama baik dari penerapan peraturan

maupun segi fasilitas yang diberikan seperti pengobatan jika mengalaman kecelakaan

kerja. Oleh karena itu, dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah semua

karyawan yang terlibat dalam proyek pembangunan jalan Rawa Buaya yang terdiri

dari karyawan pusat, karyawan kontrak lokal, dan tenaga kerja.

Secara lebih spesifik penentuan besaran sampel pada masing-masing

kelompok karyawan menggunakan rumus (Prasetyo dan Jannah, 2005:130):

Sampel1 = Populasi1 x Total Sampel

Total Populasi

Adapun rincian populasi dan sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada

tabel dibawah ini:

Tabel 3.1

Populasi dan Sampel

Jenis Karyawan Populasi Jumlah Sampel

Karyawan Pusat 7 3

Karyawan Kontrak Lokal 34 15

Tenaga Kerja 91 39

Total 132 57

Sumber: Diolah oleh peneliiti

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik penarikan sampel

probabilita atau Probability Sampling, dimana derajat keterwakilan dapat

diperhitungkan pada peluang tertentu. Teknik penarikan sampel probabilita adalah

suatu teknik penarikan sampel yang mendasarkan diri bahwa setiap anggota populasi

memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Secara lebih spesifik

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 54: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

36

Universitas Indonesia

teknik probabilita yang digunakan adalah Propotionate Stratified Random Sampling

atau teknik penarikan sampel terlapis. Teknik penarikan sampel ini dilakukan karena

populasi yang ingin diteliti bersifat heterogen.

3.6 Keterbatasan Penelitian

Dalam menyelesaikan penelitian mengenai penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada proyek pembangunan jalan Rawa Buaya,

peneliti menghadapi beberapa hambatan antara lain:

1. Proses birokrasi dan administrasi yang berbelit-belit mengakibatkan izin atas

penelitian ini menjadi sangat lama dan tidak jelas kewenangannya.

2. Jam kerja yang padat membuat peneliti kesulitan untuk mewawancarai

responden dalam jumlah banyak. Oleh karena itu, peneliti hanya mengambil

beberapa responden dari karyawan dan pekerja sebagai keterwakilan.

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 55: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

37

Universitas Indonesia

BAB 4

GAMBARAN UMUM

Pada penelitian ini, gambaran umum yang akan dipaparkan oleh peneliti

adalah gambaran umum mengenai proyek pembangunan jalan layang (flyover) Rawa

Buaya, kebijakan tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang digunakan oleh

Ditjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum RI dalam setiap proyek konstruksi,

peraturan lokal yang digunakan pihak kontraktor dalam proyek Rawa Buaya ini.

4.1. Gambaran Umum Proyek Pembangunan Jalan Rawa Buaya

Proyek pembangunan jalan layang (flyover) di Rawa Buaya merupakan salah

satu upaya pemerintah dalam mengatasi permasalahan kemacetan di kota Jakarta.

Tujuan dari proyek pembangunan tersebut yaitu untuk menghindari kemacetan

khusunya kemacetan yang ditimbulkan karena adanya perlintasan kereta api. Proyek

tersebut dimulai pada tanggal 11 Oktober 2010 dan ditargetkan selesai pada tanggal 1

Juni 2012. Adapun nilai kontrak bagi proyek ini adalah sebesar Rp. 126.980.752.000

Jalan yang akan dibangun tersebut memiliki lebar sebesar 8m serta panjang sebesar

1.183m (arah barat) dan 1.206m (arah timur). Proyek ini juga melibatkan tenaga

konsultan pengawas dari PT Perentjan Djaya yang bekerja sama dengan PT.JRS.

Selain itu, jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan dalam proyek ini sebanyak 91

pekerja

Jalan ini adalah jalan yang mengubungkan antara daerah Duri Kosambi

dengan Rawa Buaya, dan dari arah Ciledug dengan Puri Kembangan menuju jalan

Daan Mogot. Lokasi proyek pembangunan jalan ini berada di Jalan Lingkar Luar

Barat, Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat. Secara garis besar kondisi

lingkungan dan fisik lokasi proyek adalah Jalan Raya yang padat lalu lintasnya

seperti dilalui oleh rel kereta api. Maka dari itu, diperlukan diperlukan traffic

management yang tepat dalam sehingga pelaksanaan proyek ini dapat berjalan

dengan aman. Berikut gambaran lokasi proyek:

37

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 56: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

38

Universitas Indonesia

Gambar 4.1

Lokasi Proyek Pembangunan

Sumber: Data PT Jaya Konstruksi (September 2011)

4.2. Gambaran Umum PerMen No: 09/PRT/M/2008

Adapun kebijakan dasar yang menjadi pedoman dalam setiap pelaksanaan

proyek konstruksi adalah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:

09/PRT/M/2008 tentang pedoman sistem manajemen keselamatan dan kesehatan

kerja (SMK3) konstruksi bidang pekerjaan umum.

Latar belakang dijadikannya peraturan tersebut sebagai pedoman

penyelenggaraan SMK3 konstruksi bidang pekerjaan umum adalah dalam rangka

mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, dimana setiap

penyelenggara konstruksi wajib memenuhi syarat-syarat keamanan, keselamatan dan

kesehatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi. Selain itu, diperlukan suatu

pedoman pembinaan dan pengendalian SMK3 konstruksi bidang pekerjaan umum

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 57: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

39

Universitas Indonesia

agar penyelenggaraan keamanan serta keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat

kegiatan konstruksi dapat terselenggara secara optimal.

Pedoman ini juga disusun dengan merujuk pada beberapa kebijakan atau

peraturan perundang-undangan yang telah ada sebelumnya antara lain Pasal 27 ayat

(2) UUD 1945; UU nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja; UU nomor 18

tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi; UU nomor 13 tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan; Peraturan Pemerintah nomor 29 tahun 2000 tentang

Penyelenggaraan Jasa Konstruksi; serta Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga

Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum nomor: 174/MEN/1986 & 104/KPTS/1986

tentang keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi.

Adapun maksud dari pedoman ini adalah sebagai acuan bagi pengguna jasa

dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan

Umum yang dilaksanakan secara sistematis, terencana, terpadu dan terkoordinasi.

Kemudian, tujuan diberlakukannya peraturan tersebut sebagai pedoman adalah agar

semua pemangku kepentingan mengetahui dan memahami tugas serta kewajibannya

dalam menyelenggarakan SMK3 konstruksi bidang pekerjaan umum sehingga dapat

mencegah terjadinya kecelakaan kerja konstruksi dan penyakit akibat kerja

konstruksi.

Sementara itu, ketentuan penyelenggaraan SMK3 Konstruksi berdasarkan

peraturan ini yaitu:

1) Kegiatan jasa konstruksi yang dilaksanakan oleh pengguna jasa atau penyedia

jasa, terdiri dari jasa pemborongan, jasa konsultasi, dan kegiatan swakelola

yang aktifitasnya melibatkan tenaga kerja dan peralatan kerja untuk keperluan

pelaksanaan pekerjaan fisik di lapangan wajib menyelenggarakan SMK3

konstruksi bidang pekerjaan umum.

2) Setiap penyelenggaraan SMK3 konstruksi bidang pekerjaan umum wajib

menggunakan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 09/PRT/M/2008

sebagai pedoman beserta lampirannya.

3) Penyelenggaraan SMK3 konstruksi bidang pekerjaan umum dikelompokkan

menjadi tiga kategori, yaitu resiko tinggi, resiko sedang, dan resiko kecil.

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 58: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

40

Universitas Indonesia

4) Kinerja penerapan penyelenggaraan SMK3 konstruksi bidang pekerjaan

umum dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

Baik, apabila mencapai hasil penilaian > 85%

Sedang, apabila mencapai hasil penilaian 60% - 85%

Kurang, apabila mencapai hasil penilaian < 60%

5) Dalam rangka penyelenggaraan SMK3 konstruksi bidang pekerjaan umum

harus dibuat rencana keselamatan dan kesehatan kerja kontrak (RK3K) oleh

penyedia jasa dan disetujui oleh pengguna jasa.

6) Di tempat kerja harus selalu terdapat pekerja yang sudah terlatih dan/atau

bertanggungjawab dalam pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).

7) Untuk kegiatan swakelola, perlu ada penentuan tentang pihak yang berperan

sebagai penyelenggara langsung dan pihak yang berperan sebagai pengendali.

4.3. Gambaran Umum Peraturan yang digunakan Kontraktor

Peraturan lokal yang digunakan kontraktor dalam proyek pembangunan jalan

Rawa Buaya ini merupakan peraturan yang dibuat berdasarkan standarisasi OHSAS

18001:2007. Peraturan tersebut yaitu peraturan K3L atau SHE (safety, health,

environment) plan. Peraturan tersebut tidak hanya mengatur tentang pelaksanaan K3

tetapi juga mengatur tentang pemeliharaan lingkungan. Lingkup rencana K3L sendiri

dimaksudkan agar dapat melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja,

menjamin agar setiap sumber produksi dapat dipakai secara aman dan efisien,

menjamin proses produksi berjalan secara aman, serta menjaga dan menjamin

pelaksanaan proyek tidak mencemari lingkungan. Secara umum, sasaran penerapan

K3L di proyek adalah zero accident, tidak adanya penyakit yang timbul akibat kerja,

peningkatan kesadaran tentang K3L, pemenuhan peraturan perundangan K3L, dan

efisiensi sumber daya alam.

Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak kontraktor, peraturan K3L yang

diterapkan dalam proyek ini meliputi beberapa poin umum yaitu:

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 59: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

41

Universitas Indonesia

Peraturan tentang larangan merokok, makan dan minum di area kerja. Dalam

peraturan ini disebutkan bahwa merokok hanya diperkenankan di area-area yang

telah ditentukan

Peraturan tentang pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) sesuai dengan jenis

pekerjaan yang dilakukan. Misalnya, jika pekerjaan dilakukan pada ketinggian

maka pekerja diwajibkan memakai helm, safety shoes, dan safety belt.

Himbauan kepada semua personil proyek untuk mematuhi semua rambu yang ada

Himbauan agar selalu menjaga kebersihan di area proyek

Himbauan apabila terjadi keadaan darurat harus segera dilaporkan kepada petugas

patrol K3 yang bertugas.

Peraturan ini juga mengatur mengenai identifikasi bahaya dan penilaian resiko

pada bahan, alat dan metode kerja. Sebagai tindak lanjut, perusahaan

mengklasifikasikan potensi-potensi bahaya yang ditemukan untuk selanjutnya

disusun cara untuk mengantisipasi bahaya tersebut. Dengan begitu, semua pihak baik

personil proyek maupun masyarakat umum akan tetap aman dan nyaman berada di

sekitar lokasi proyek. Selain itu, lingkungan di sekitar lokasi juga akan tetap

terpelihara.

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 60: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

42

Universitas Indonesia

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 61: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

43

Universitas Indonesia

43

BAB 5

ANALISIS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA (SMK3) (STUDI PADA PROYEK PEMBANGUNAN

JALAN RAWA BUAYA, CENGKARENG)

Pada bab ini, peneliti menganalisis mengenai penerapan sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) pada proyek pembangunan jalan di Rawa

Buaya, Cengkareng, berdasarkan hasil olahan data kuesioner yang terdiri dari

beberapa indikator dan dikelompokkan menjadi lima dimensi. Dimensi tersebut yaitu

tanggung jawab dan komitmen perusahaan, kebijakan dan disiplin K3, komunikasi

dan pelatihan K3, inspeksi dan penyelidikan kecelakaan kerja, dan evaluasi.

5.1. Identitas Responden

Grafik 5.1

Jenis Kelamin Responden

Sumber: Data Primer Peneliti (November 2011)

Berdasarkan jenis kelamin, responden dalam penelitian ini terdiri atas 56 laki-

laki (98%) dan 1 perempuan (2%). Hal ini sesuai dengan jenis pekerjaannya yaitu

jasa konstruksi dimana pekerjaan ini memang mayoritas dilakukan oleh laki-laki.

Sementara itu, karyawan perempuan yang menjadi responden dalam penelitian ini

adalah satu-satunya karyawan perempuan yang bekerja dalam proyek ini dan bertugas

sebagai sekretaris.

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 62: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

44

Universitas Indonesia

Tingkat pendidikan para karyawan dan tenaga kerja yang terlibat dalam

proyek ini juga sangat beragam yaitu sebanyak 24 responden (42%) berpendidikan

kurang dari SMP, 16 responden (28%) SMA, 3 responden (5%) Diploma, 6

responden (11%) S1, dan sisanya sebanyak 8 responden (14%) tidak menjawab

pertanyaan ini. Dari hasil yang diperoleh, mayoritas responden memiliki pendidikan

kurang dari SMP. Hal ini dikarenakan jumlah tenaga kerja terbanyak dalam proyek

pembangunan jalan Rawa Buaya adalah tenaga kerja kasar atau kuli bangunan yang

mayoritas berpendidikan kurang dari SMP. Peneliti menganggap tenaga kerja kasar

atau kuli bangunan tersebut adalah pihak yang memiliki resiko kecelakaan kerja

tertinggi di lapangan. Sehingga peneliti memilih responden yang paling banyak

jumlahnya adalah dari golongan tenaga kerja kasar atau kuli bangunan tersebut.

Grafik 5.2

Tingkat Pendidikan Responden

Sumber: Data Primer Peneliti (November 2011)

Sementara itu, berdasarkan hasil penelitian terhadap 57 responden, terdapat

sebanyak 23 responden (40%) memiliki masa kerja kurang dari setahun, 14

responden (25%) memiliki masa kerja lebih dari setahun, 10 responden (18%) masa

kerjanya selama setahun, dan sisanya sebanyak 10 responden (17%) tidak menjawab

pertanyaan ini. Hasil tersebut dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 63: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

45

Universitas Indonesia

Grafik 5.3

Lama Kerja Responden

Sumber: Data Primer Peneliti (November 2011)

Dari hasil olah data tersebut diketahui mayoritas pekerja hanya bekerja selama

kurang dari setahun. Hal ini dikarenakan adanya penyesuaian antara jumlah pekerja

dengan kondisi pekerjaan yang dinamis sehingga kerap terjadi pergantian pekerja

dalam masa yang singkat. Misalnya, jika kondisi pekerjaan sudah mencapai 75%

biasanya perusahaan mengurangi jumlah kuli bangunan untuk menghemat biaya

pengeluaran.

5.2. Analisis Berdasarkan Dimensi Tanggung Jawab dan Komitmen Perusahaan

Menurut Robert L Mathis dan John H Jackson (2002), inti manajemen

keselamatan kerja adalah komitmen perusahaan dan usaha-usaha keselamatan kerja

yang komprehensif. Usaha tersebut dikoordinasikan dari tingkat manajemen paling

tinggi untuk melibatkan seluruh anggota perusahaan. Dalam dimensi ini, terdapat dua

indikator, yaitu adanya tindakan konkrit dari perusahaan yang berupa tindakan

pengawasan dan adanya koordinasi dari tingkat manajemen tertinggi yang berupa

panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja (P2K3).

Indikator pertama yang akan dibahas dalam dimensi ini adalah adanya

tindakan konkrit dari perusahaan. Dalam proyek ini, tindakan konkrit yang dilakukan

pihak manajemen perusahaan terkait K3 berupa sosialisasi, pengawasan, dan

pelatihan. Untuk dimensi ini, peneliti mengambil pengawasan sebagai tindakan

konkrit perusahaan karena sosialisasi dan pelatihan akan dijelaskan secara lebih

mendalam pada dimensi berikutnya. Pengawasan dapat diartikan sebagai suatu

kegiatan yang bertujuan untuk menemukan kemampuan dan ketidakmampuan

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 64: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

46

Universitas Indonesia

anggota, untuk memberikan bantuan kepada anggota tersebut meningkatkan

kemampuannya. Pengawasan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk seperti inspeksi

dan audit. Berbeda dengan pengawasan, inspeksi bertujuan untuk memeriksa sampai

sejauh mana suatu rencana telah dilaksanakan atau apakah yang dilaksanakan selama

ini telah sesuai dengan maksud dan tujuan yang hendak dituju. Jadi, dapat dikatakan

bahwa inspeksi dan audit adalah bentuk spesifik dari tindakan pengawasan.

Dalam dimensi ini, peneliti hanya menanyakan kepada para responden tentang

ada tidaknya tindakan pengawasan dalam proyek pembangunan jalan Rawa buaya.

Pada bagian ini, peneliti juga hanya akan memaparkan tentang keberadaan tindakan

pengawasan di proyek dan bentuk-bentuk lain pengawasan menurut para responden.

Sedangkan, untuk inspeksi dan audit secara lebih rinci akan dijelaskan pada dimensi

keempat dan kelima. Dari kuesioner yang disebarkan, peneliti mendapatkan sebanyak

54 responden (95%) mengatakan bahwa perusahaan telah melakukan pengawasan

selama proyek ini berlangsung. Para responden mengatakan upaya pengawasan

tersebut yaitu pengawasan dari safety officer, audit K3, ada panitia Pembina K3

(P2K3), dan pengawasan tentang pemakaian APD. Namun, masih terdapat 3

responden (5%) yang menyatakan bahwa perusahaan tidak melakukan upaya

pengawasan. Peneliti menganalisis bahwa responden yang menjawab tidak pada

indikator ini adalah para pekerja atau karyawan baru yang belum mendapatkan

sosialisasi K3. Hal ini disebabkan karena sifat pekerjaan yang dinamis sehingga turn

over dalam proyek ini sangat tinggi terutama bagi para pekerja di lapangan. Pada

umumnya, pergantian pekerja dilakukan sesuai dengan kebutuhan proyek. Apalagi

para pekerja tersebut tidak memiliki kontrak bekerja, jadi mereka bebas untuk keluar

saat pekerjaannya sudah selesai, dengan seizin mandor atau supervisor masing-

masing. Adapun grafiknya sebagai berikut:

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 65: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

47

Universitas Indonesia

Grafik 5.4

Adanya Pengawasan dari Perusahaan

Sumber: Data Primer Peneliti (November 2011)

Berdasarkan hasil olahan kuesioner, sebanyak 25 responden (44%) menjawab

bentuk pengawasan yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan adalah

pengawasan yang dilakukan oleh safety officer. Pengawasan yang dilakukan oleh

safety officer antara lain berupa safety morning dan safety briefing yang rutin

dilakukan setiap Selasa pagi. Hal ini senada dengan keterangan yang diberikan oleh

safety and health executive officer, Yanuar Rimba:

“Sosialisasi tiap Selasa pagi kita ada safety morning. Itu diikuti oleh seluruh

karyawan pusat dan lokal aja. Untuk tenaga kerja ada safety briefing. Itu

dilakukan setiap ada pekerjaan baru atau pekerjaan lama yang memiliki

potensi bahaya baru. Maksudnya gini, kalau pekerjaan baru kan jelas potensi

bahayanya jelas baru dan mereka belum tau kan Tapi kalo yang lama ada

potensi bahaya baru misalnya lokasinya beda.”.(Wawancara dengan safety

and health executive officer PT Jaya Konstruksi, November 2011)

Upaya pengawasan yang telah disebutkan pada paragraf sebelumnya adalah

upaya yang dilakukan oleh pihak pelaksana atau kontraktor. Sedangkan, upaya

pengawasan yang dilakukan oleh pihak Kementerian Pekerjaan Umum sebagai

owner dari proyek ini hanya sebatas pada pengawasan secara umum. Maksudnya,

pengawasan yang dilakukan oleh owner adalah pengawasan secara umum bukan

pengawasan yang dikhususkan pada satu aspek saja seperti K3. Selain itu,

pengawasan ini hanya sebatas pengawasan lapangan saja dan tidak menyentuh pada

hal-hal administratif seperti laporan. Namun, jika terdapat pelanggaran dalam

pelaksanaan proyek, pihak owner tetap memberikan teguran secara lisan dan tertulis.

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 66: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

48

Universitas Indonesia

Hal ini diperkuat dari keterangan yang diberikan oleh pihak Badan Pembinaan

Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum RI, yang menyatakan bahwa:

“Ya kalau dari pihak kita sih, paling cuma mengawasi dalam bentuk teguran.

Kalau ada pelanggaran ya kita tegur secara lisan dan tertulis ke satker

proyeknya” (Wawancara dengan staff Badan Pembinaan Konstruksi

Kementerian PU, Juli 2011)

Di sisi lain, teguran dari pihak owner atas pelanggaran K3 yang terjadi selama

proyek pembangunan jalan ini berlangsung tidak ada. Namun, teguran yang diberikan

owner kepada pihak kontraktor yaitu teguran dan himbauan tentang kemacetan. Hal

ini dikarenakan kemacetan yang kerap terjadi menimbulkan ketidaknyamanan dan

protes dari masyarakat. Teguran ini diberikan pada awal berlangsungnya proyek. Saat

ini, pihak pelaksana proyek sudah melakukan berbagai upaya untuk meminimalisir

tingkat kemacetan.

Sementara itu, indikator kedua yang akan dibahas dalam dimensi ini adalah

adanya koordinasi dari tingkat manajemen tertinggi. Menurut Hasibuan (1995),

koordinasi adalah kegiatan mengarahkan, mengintegrasikan, dan mengkoordinasikan

unsur-unsur manajemen dan pekerjaan-pekerjaan para bawahan dalam mencapai

tujuan organisasi. Koordinasi yang dilakukan harus bersifat dinamis yaitu tidak hanya

satu arah dari atasan kepada bawahan, tetapi juga harus ada timbal balik dari bawahan

kepada atasan. Dalam proyek pembangunan jalan Rawa buaya, salah satu bentuk

bentuk koordinasi dari pihak manajemen adalah dibentuknya Panitia Pembina

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). Dari 57 responden, 55 responden (96%)

mengatakan bahwa dalam proyek ini terdapat Panitia Pembina Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (P2K3). Berdasarkan keterangan dari safety officer PT Jaya

Konstruksi, Panitia Pembina K3 (P2K3) dalam proyek pembangunan jalan Rawa

Buaya terdiri dari internal tim yang terlibat dalam proyek. Hampir semua anggota

P2K3 dalam proyek ini merangkap dua jabatan misalnya staf engineering dan safety

officer. Jadi, setiap anggota tidak hanya berperan dalam menjalankan tugas dan

wewenang P2K3 saja tetapi juga tetap menjalankan tugas lainnya di luar P2K3.

Kurangnya ketersediaan SDM menjadi penyebab tidak adanya tim khusus yang

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 67: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

49

Universitas Indonesia

melakukan kewenangan P2K3. Berikut kutipan hasil wawancara peneliti dengan

safety officer PT Jaya Konstruksi:

“P2K3 itu ada dua, ada yang di pusat dan yang di proyek. kalo di jakon

P2K3 proyek timnya dari internal tim proyek itu sendiri dan rangkap jabatan,

bukan orang yang khusus megang K3 aja.”( Wawancara dengan safety and

health executive officer PT Jaya Konstruksi, November 2011)

Namun, masih ada 2 responden (4%) yang menjawab bahwa dalam proyek ini

tidak terdapat terdapat panitia Pembina K3 (P2K3). Dari hasil analisis peneliti,

responden yang menjawab tidak disebabkan karena kurangnya pengetahuan.

Maksudnya, dalam proyek ini sering terjadi pergantian personil sehingga personil

baru tersebut kurang paham tentang segala hal mengenai K3. Adapun grafik

mengenai ada tidaknya P2K3 dalam proyek ini, sebagai berikut:

Grafik 5.5

Adanya Panitia Pembina K3 (P2K3)

Sumber: Data Primer Peneliti (November 2011)

Berdasarkan Peraturan Menteri PU Nomor: 09/PRT/M/2008 tentang pedoman

sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) konstruksi bidang

pekerjaan umum, panitia Pembina K3 (P2K3) adalah badan pembantu di perusahaan

dan tempat kerja yang merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja

untuk mengembangkan kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif dalam

penerapan keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam proyek ini, Panitia Pembina

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) terdiri dari ketua P2K3L, Sekretaris

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 68: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

50

Universitas Indonesia

P2K3L, anggota, dan pelaksana struktur. P2K3 bertugas untuk mensosialisasikan

semua kebijakan dan program K3L di masing-masing unit kerja. Selain itu, P2K3

juga harus menjamin setiap pelaksanaan dan pemeliharaan proses SMK3 di proyek

ini berjalan dengan baik.

Untuk lebih rinci, perbandingan antara responden yang menjawab “ya” dan

“tidak” akan dipaparkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.1

Analisis Berdasarkan Dimensi Tanggungjawab dan Komitmen Perusahaan

No. Indikator Ya Tidak

1 Adanya Tindakan Konkrit Pihak Perusahan 54 3

2 Adanya Koordinasi Pihak Manajemen

Tertinggi

55 2

Sumber: Diolah oleh Peneliti

Berdasarkan dimensi tanggungjawab dan komitmen perusahaan, Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja berjalan dengan baik. Hal ini terbukti

dengan mayoritas responden yang menjawab “ya” atas kedua indikator dalam

dimensi ini.

5.3. Analisis Berdasarkan Dimensi Kebijakan dan Disiplin K3

Mendesain kebijakan dan peraturan keselamatan kerja serta mendisiplinkan

pelaku pelanggaran merupakan komponen penting usaha-usaha keselamatan kerja.

Sastrohadiwiryo (2003) mengemukakan bahwa kebijakan K3 adalah suatu pernyataan

tertulis yang ditandatangani pengusaha atau pengurus yang memuat visi dan tujuan

perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja,

kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh

yang bersifat umum dan operasional.

Dimensi ini terdiri atas lima indikator yaitu ada peraturan K3, ada SOP

tentang K3, ada pemeriksaan kesehatan, pemeliharaan mesin atau peralatan kerja, dan

disiplin K3. Indikator-indikator tersebut menjadi acuan peneliti dalam menyusun

pertanyaan dalam kuesioner.

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 69: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

51

Universitas Indonesia

5.3.1. Adanya peraturan K3

Grafik 5.6

Ada Peraturan K3

Sumber: Data Primer Peneliti (November 2011)

Berdasarkan hasil yang diperoleh di lapangan, sebanyak 56 responden (98%)

menyatakan bahwa terdapat peraturan K3 dalam proyek pembangunan ini. Para

responden menyebutkan beberapa bentuk peraturan yang yaitu peraturan pemakaian

alat pelindung diri (APD), peraturan tentang rambu dan sosialisasi K3, kebijakan

K3L, dan peraturan tentang larangan merokok. Dari keempat rambu tersebut,

peraturan pemakaian APD adalah bentuk peraturan yang paling banyak disebutkan.

Hal ini menunjukkan bahwa pemakaian APD menjadi fokus utama para pekerja

karena sangat erat kaitannya dengan resiko kecelakaan. Sementara itu, 1 responden

(2%) mengatakan bahwa dalam proyek pembangunan ini tidak terdapat peraturan K3.

Sama halnya dengan dimensi sebelumnya, peneliti menduga responden tersebut

adalah pekerja atau karyawan baru yang belum mendapatkan sosialisasi tentang K3.

Dalam proyek pembangunan ini, kontraktor sebagai pihak pelaksana juga

memiliki peraturan mengenai K3 yang disebut kebijakan K3L. Kebijakan K3L itu

sendiri memuat kebijakan tentang pemakaian APD, larangan merokok, rambu K3,

prosedur keadaan darurat, dan kebersihan lingkungan sekitar proyek. Peraturan

tersebut dibuat berdasarkan landasan hukum yang dijadikan sebagai pedoman yaitu

OHSAS 18001:2007 dan Peraturan Menteri PU Nomor: 09/PRT/M/2008 tentang

pedoman sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) konstruksi

bidang pekerjaan umum. Pada umumnya, semua personil yang terlibat dalam proyek

ini paham dan patuh akan peraturan yang telah ditetapkan perusahaan. Meskipun

terkadang masih ada beberapa tindakan indisipliner misalnya pekerja yang tidak

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 70: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

52

Universitas Indonesia

memakai APD saat bekerja. Begitu pula dengan larangan merokok di lokasi proyek,

rata-rata semua pekerja paham dan patuh akan peraturan tersebut. Hal ini dipertegas

dengan pernyataan dari mandor proyek di bawah ini:

“Di lapangan itu memang gak boleh merokok. Cuma ya gak ada yang

komplain karena kan sudah aturan. Udah ngerti, ya kalau mau merokok pas

istirahatlah ada tempat khususnya buat merokok.”(Wawancara dengan

mandor proyek, November 2011)

5.3.2. Adanya Standard Operating Procedure (SOP) K3

Grafik 5.7

Ada SOP K3

Sumber: Data Primer Peneliti (November 2011)

Standard Operating Procedure (SOP) adalah dokumen tertulis yang memuat

prosedur kerja secara rinci, tahap demi tahap dan sistematis. SOP memuat

serangkaian instruksi secara tertulis tentang kegiatan rutin atau berulang-ulang yang

dilakukan oleh sebuah organisasi. Untuk itu, SOP juga dilengkapi dengan referensi,

lampiran, formulir, diagram dan alur kerja (flow chart). SOP sering juga disebut

sebagai manual SOP yang digunakan sebagai pedoman untuk mengarahkan dan

mengevaluasi suatu pekerjaan (Aries, 2007) . Implementasi SOP yang baik, akan

menunjukkan konsistensi hasil kinerja, hasil produk dan proses pelayanan yang

kesemuanya mengacu pada kemudahan karyawan dan kepuasan pelanggan.

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, 53 responden (93%) menjawab bahwa

terdapat SOP dalam penerapan K3 di proyek pembangunan jalan Rawa Buaya.

Sedangkan, 1 responden (5%) menjawab tidak ada SOP. Alasan responden menjawab

tidak disebabkan karena kurangnya pengetahuan akan ketersediaan SOP di proyek

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 71: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

53

Universitas Indonesia

ini. Begitu pula dengan responden yang tidak menjawab pertanyaan ini. SOP

mengenai K3 dalam proyek ini lebih dikenal dengan sebutan QSHE plan. Hal ini

dipertegas dari keterangan Safety officer PT Jaya Konstruksi yang mengemukakan

bahwa:

“Setiap proyek mulai kita selalu merencanakan yang namanya QSHE plan.

Semuanya itu sebelum proyek mulai sudah kita rencanakan seperti

programnya apa saja. Itu SOP nya yang harus kita ikutin secara garis

besar.” (Wawancara dengan safety and health executive officer PT Jaya

Konstruksi, November 2011)

QSHE plan ini mencakup semua hal, mulai dari perencanaan sampai sasaran

dan program apa saja yang akan dilakukan. SOP tersebut juga memuat tentang

berbagai kebijakan terkait K3 serta landasan hukum apa saja yang menjadi dasar

penetapan segala peraturan mengenai K3 di proyek pembangunan jalan Rawa Buaya.

Proses pembuatan QSHE plan mengacu pada landasan hukum yang digunakan seperti

OHSAS 18001:2007, UU Nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja dan

Peraturan Menteri PU Nomor: 09/PRT/M/2008 tentang pedoman sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) konstruksi bidang pekerjaan umum. QSHE

plan tidak hanya membahas tentang prosedur penerapan K3 di lapangan tetapi juga

membahas tentang lingkungan. Misalnya, dampak-dampak apa saja yang dapat

ditimbulkan dari proyek pembangunan dan bagaimana caranya menjaga lingkungan

agar tetap bersih. Apalagi proyek ini adalah proyek pembangunan jalan yang sudah

tentu berkaitan erat dengan masyarakat umum terutama masalah kemacetan lalu

lintas. Dengan adanya SOP ini, pihak manajemen perusahaan akan lebih mudah

mengarahkan para pekerja untuk lebih peduli dan disiplin dalam melaksanakan

segala peraturan mengenai K3.

5.3.3. Ada Pemeriksaan Kesehatan

Indikator yang ketiga adalah adanya pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan

kesehatan yang dilakukan secara berkala menjadi salah satu aspek penting terkait

dengan kondisi para pekerja. Kondisi pekerja sangat berpengaruh terhadap kinerjanya

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 72: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

54

Universitas Indonesia

di lapangan. Apalagi jenis pekerjaan di bidang konstruksi adalah jenis pekerjaan yang

sangat membutuhkan kekuatan fisik. Selain itu, pekerjaan ini juga sangat dinamis

sehingga sangat rentan akan resiko kecelakaan kerja. Adapun grafik terkait adanya

pemeriksaan kesehatan di proyek pembangunan ini, sebagai berikut:

Grafik 5.8

Ada pemeriksaan kesehatan

Sumber: Data Primer Peneliti (November 2011)

Dari grafik diatas, terlihat bahwa sebanyak 52 responden (91%) mengatakan

terdapat pemeriksaan kesehatan selama proyek ini berlangsung dan 2 responden (4%)

menjawab tidak ada pemeriksaan kesehatan. Adapun periode pemeriksaan kesehatan

yang paling banyak disebutkan oleh responden yaitu sekali dalam setahun.

Kemudian, safety officer PT. Jaya Konstruksi juga mengatakan bahwa dalam kurun

waktu setahun proyek pembangunan berlangsung baru satu kali dilakukan

pemeriksaan kesehatan yaitu pada awal proyek dimulai. Oleh karena itu, ada

beberapa pekerja yang belum diperiksa kesehatannya, terutama bagi pekerja baru. Hal

tersebut senada dengan pernyataan dari salah seorang karyawan, yakni:

“Kalau untuk pemeriksaan kesehatan kan baru sekali ya, bulan april atau ga

maret. Itu untuk semuanya, karyawan dan pekerja.”(Wawancara dengan

karyawan PT Jaya Konstruksi, November 2011)

Terkait dengan pemeriksaan kesehatan, peneliti menganalisis bahwa 2

responden yang mengatakan tidak ada pemeriksaan kesehatan adalah pekerja baru

yang memang belum mendapatkan fasilitas tersebut seperti pernyataan pada

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 73: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

55

Universitas Indonesia

paragraph sebelumnya. Berdasarkan OHSAS 18001:2007, pemeriksaan kesehatan

seperti cek fisik dan medical check up dilakukan satu kali dalam setahun.

Sementara itu, dari informasi yang didapat pemeriksaan kesehatan yang

dilakukan dalam proyek pembangunan ini berupa medical check up dan pengobatan

bila sakit. Maksudnya, untuk semua karyawan, perusahaan memberikan pelayanan

kesehatan seperti medical check up dan pengobatan bila sakit. Sedangkan, untuk

pekerja hanya diberikan fasilitas pengobatan saja. Berdasarkan keterangan dari pihak

kontraktor, medical check up untuk karyawan pusat di lakukan di Prodia dan untuk

pengobatannya dapat dilakukan dimana saja. Perusahaan menanggung biaya

pengobatan secara proporsional yaitu 85% dan hal ini berlaku untuk semuanya baik

karyawan maupun pekerja. Sementara itu, medical check up dan pengobatan bagi

karyawan lokal atau kontrak proyek dilakukan di rumah sakit yang telah bekerjasama

dengan pihak perusahaan. Sedangkan, para pekerja tidak diberikan fasilitas medical

check up melainkan hanya jaminan biaya pengobatan secara proporsional.

Pengobatan bagi para pekerja juga dilakukan di rumah sakit yang telah bekerjasama

dengan pihak perusahaan.

Dari pemaparan diatas, terlihat bahwa perusahaan masih harus meningkatkan

pemeriksaan kesehatan bagi karyawan maupun pekerja. Pemeriksaan kesehatan yang

hanya dilakukan sekali dalam setahun dirasa belum cukup untuk menjamin kesehatan

dari para karyawan maupun pekerja. Terutama bagi para pekerja di lapangan yang

setiap hari berada di lingkungan yang penuh dengan debu dari proyek maupun dari

kendaraan yang melintas di sekitar lokasi proyek. Selain itu, pemberian pelayanan

kesehatan yang berbeda antara karyawan dan pekerja juga sangat disayangkan.

Seharusnya, perusahaan dapat menyediakan fasilitas yang sama bagi keduanya.

Berikut kutipan wawancara peneliti dengan salah seorang karyawan:

“Menurut saya pribadi masih kurang. Harapan saya.semua pengobatan bisa

diganti full, tidak proporsional lagi dan semua personel proyek baik itu

karyawan atau pekerja dapat medical check up” (Wawancara dengan

karyawan PT Jaya Konstruksi, November 2011)

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 74: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

56

Universitas Indonesia

5.3.4. Ada Pemeliharaan Mesin atau Peralatan Kerja

Grafik 5.9

Ada Pemeliharaan Mesin atau Peralatan Kerja

Sumber: Data Primer Peneliti (November 2011)

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, sebanyak 54 responden (95%)

menjawab ada upaya pemeliharaan mesin atau peralatan kerja oleh pihak manajemen

perusahaan.. Dari 54 responden yang menjawab “ya”, terdapat 13 responden

mengungkapkan bahwa alasan mereka menjawab ada upaya pemeliharaan

(maintenance) karena mesin dapat digunakan dengan baik. Alasan lain yang

dikemukakan antara lain karena ada pemeriksaan setelah mesin digunakan dan ada

jadwal pemeliharaan. Kemudian, berdasarkan wawancara peneliti dengan salah

seorang karyawan diungkapkan bahwa ada bagian khusus yang menangani perawatan

mesin. Berikut kutipan hasil wawancara dengan salah seorang karyawan PT Jaya

konstruksi:

“Kalau untuk pemeliharaan mesin itu kan ada orangnya sendiri. Itu bagian

electrical yang khusus menangani perawatan. Itu rutin dilakukan, kalau gak

salah periodenya satu bulan sekali ya”(Wawancara dengan karyawan PT

Jaya Konstruksi, November 2011)

Sedangkan, terdapat 1 responden (2%) menjawab tidak ada pemeliharaan

mesin, 2 responden (3%) tidak menjawab pertanyaan ini. Sementara itu,tidak ada

alasan atau keterangan atas jawaban responden tersebut. Pemeliharaan mesin atau

peralatan kerja digolongkan ke dalam dua kategori yaitu pemeliharaan mesin milik

PT Jaya Konstruksi sendiri dan pemeliharaan atas mesin yang disewa dari subkon

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 75: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

57

Universitas Indonesia

lain. Untuk pemeliharaan dan perawatan mesin milik PT Jaya Konstruski dilakukan

oleh pihak perusahaan sendiri dimana terdapat tim khusus yang bertugas

menjalankannya. Sedangkan, untuk mesin yang disewa dari subkon lain,

pemeliharaan dan perawatannya tergantung kesepakatan awal. Pada umumnya,

perawatannya dilakukan oleh pemilik alat sendiri yaitu subkon yang menyewakan.

Jadi, pihak kontraktor Jaya Konstruksi tidak bertanggungjawab atas perawatan mesin

tersebut.

5.3.5. Disiplin K3

Indikator terakhir dalam dimensi ini adalah disiplin K3. Dari indikator

tersebut peneliti membaginya menjadi beberapa pertanyaan yaitu tentang jumlah dan

kualitas alat pelindung diri (APD), upaya perusahaan dalam menjaga kondisi tempat

kerja tetap aman dan sehat, serta sanksi yang diberikan pihak manajemen perusahaan

bagi setiap pelanggaran K3.

a. Jumlah dan Kualitas Alat Pelindung Diri (APD)

Terkait dengan jumlah alat pelindung diri yang disediakan di lokasi proyek,

51 responden (89%) menjawab bahwa jumlah APD yang terdapat di lokasi

proyek memadai. Sebaliknya, 2 responden (4%) menjawab bahwa jumlah APD

yang disediakan pihak perusahaan belum memadai. Sisanya, 3 responden tidak

menjawab dan 1 responden jawabannya dianggap tidak relevan oleh peneliti

karena responden tersebut mencontreng kedua pilihan jawaban. Dapat dilihat

dari jawaban tersebut bahwa mayoritas dari responden menganggap jumlah APD

yang disediakan perusahaan telah memadai, karena setiap karyawan telah

memakai atau memiliki APD. Sedangkan, untuk responden yang menjawab

“tidak” atas pertanyaan ini juga tidak menyebutkan alasannya. Terkait dengan

jumlah APD, grafiknya sebagai berikut:

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 76: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

58

Universitas Indonesia

Grafik 5.10

Jumlah Alat Pelindung Diri

Sumber: Data Primer Peneliti (November 2011)

Adapun rincian alat pelindung diri yang tersedia di lokasi proyek, sebagai

berikut:

Tabel 5.2

Daftar Ketersediaan Alat Pelindung Diri (Periode Oktober 2011)

No. Jenis Alat Pelindung Diri Jumlah

1 Helm 249

2 Sepatu Safety 55

3 Sepatu Boot AP 176

4 Rompi Reflektor 218

5 Sarung Tangan 163

6 Kacamata las 3

7 Kacamata UV 55

8 Masker 161

9 Lampu Lalin 15

10 Peluit 15

11 TOA 2

Total 1112

Sumber: Diolah kembali dari PT Jaya Konstruksi (2011)

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 77: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

59

Universitas Indonesia

Dari tabel diatas, terdapat sebelas jenis alat pelindung diri yang disediakan

pihak kontraktor dalam proyek pembangunan ini. Data tersebut adalah data

ketersediaan APD termutakhir sampai Oktober 2011. Jika dibandingkan dengan

populasi karyawan dan tenaga kerja yang terlibat dalam proyek ini, total

ketersediaan APD di atas cukup memadai. Dari data terakhir yang diperoleh

peneliti, masih terdapat sisa helm sebanyak 45 item, sepatu boot AP sebanyak 13

item, rompi reflektor sebanyak 55 item, dan masker sebanyak 5 item.

Sementara itu, hasil yang diperoleh peneliti terkait kualitas alat pelindung

diri juga tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Pada bagian ini, sebanyak 54

responden (95%) menjawab bahwa kualitas alat pelindung diri yang disediakan

sudah memenuhi standar. Sisanya, 1 responden menjawab bahwa kualitas alat

pelindung diri yang disediakan belum memenuhi standar dan 2 responden tidak

menjawab pertanyaan. Para responden yang menjawab “ya” pada bagian ini

beralasan bahwa alat pelindung diri yang disediakan telah sesuai dengan Standar

Nasional Indonesia (SNI). Sementara, responden yang menjawab “tidak”, juga

tidak menyebutkan alasannya. Beberapa responden juga mengakui bahwa

kondisi APD yang disediakan kontraktor masih layak pakai. Berikut kutipan

hasil wawancara peneliti dengan salah seorang pekerja:

“Ya kalau APD kualitasnya sih cukup mas, yang penting masih enak

dipakai.” (Wawancara dengan salah seorang pekerja di lokasi proyek,

November 2011)

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 78: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

60

Universitas Indonesia

Adapun grafik atas mengenai kualitas alat pelindung diri sesuai standar atau

tidak, sebagai berikut:

Grafik 5.11

Kualitas Alat Pelindung Diri Sesuai Standar

Sumber: Data Primer Peneliti (November 2011)

b. Upaya Perusahaan dalam Menjaga Kondisi Tempat Kerja Tetap Aman

dan Sehat

Grafik 5.12

Upaya Perusahaan Menjaga Kondisi Tempat Kerja Tetap Aman

Sumber: Data Primer Peneliti (November 2011)

Dari grafik diatas terlihat bahwa sebanyak 53 responden menyatakan

terdapat upaya dari perusahaan untuk menjaga kondisi tempat kerja tetap aman.

Sedangkan, seorang responden menjawab tidak ada upaya dari perusahaan untuk

menjaga kondisi tempat kerja tetap aman. Responden yang menjawab “ya”

beralasan bahwa mereka dapat bekerja dengan nyaman dan baik. Selain itu,

mereka juga mengatakan bahwa adanya inspeksi dan tindakan koreksi dari pihak

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 79: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

61

Universitas Indonesia

manajemen juga merupakan salah satu upaya dalam menjaga kondisi tempat

kerja tetap aman. Inspeksi dilakukan secara rutin yaitu harian dan mingguan.

Inspeksi sendiri dilakukan untuk meninjau ulang sampai sejauh mana pekerjaan

yang dilakukan dan memastikan apakah pekerjaan tersebut sudah benar atau

belum. Jika dalam inspeksi ditemukan kesalahan, maka pihak perusahaan akan

mengingatkan. Misalnya ada metode kerja yang salah, yang dapat menyebabkan

terjadinya kecelakaan, pihak perusahaan akan mengingatkan dan memperbaiki

sistem kerja yang salah itu.

Kemudian, untuk menjaga tempat kerja tetap aman pihak perusahaan juga

menempatkan satpam atau keamanan tidak hanya di kantor tetapi juga di lokasi

proyek. Ketersediaan alat pemadam api di kantor dan lokasi proyek juga

merupakan bentuk antisipasi perusahaan jika terjadi kebakaran. Kebakaran

merupakan salah satu bentuk kecelakaan kerja yang sangat rentan terjadi

mengingat di lokasi terdapat beberapa bahan kimia berbahaya yang dapat

menjadi pemicu kebakaran. Untuk menigkatkan keamanan di tempat kerja,

perusahaan juga bekerjasama dengan pihak Polsek dan Pemadam Kebakaran

setempat.

Sementara itu, sebanyak 52 responden (91%) menyatakan bahwa terdapat

upaya dari perusahaan dalam menjaga kondisi tempat kerja tetap sehat dan 2

responden (4%) menjawab bahwa upaya tersebut tidak dilakukan pihak

perusahaan. Untuk menjaga kondisi tempat kerja agar tetap sehat, dilakukan

melalui kegiatan pembersihan kantor setiap minggu. Upaya pembersihan

tersebut tidak hanya dilakukan di kantor tetapi juga di lokasi proyek seperti

membersihkan kotoran bekas galian di jalan. Hal ini ditujukan tidak hanya untuk

kenyamanan para pekerja di lapangan tetapi juga kenyamanan masyarakat

pengguna jalan. Kegiatan – kegiatan tersebut senada dengan keterangan yang

diungkapkan oleh salah seorang karyawan yaitu:

“Kalo untuk sehat ya itu tadi termasuk kita ada pemeriksaan kesehatan.

Ada lagi kalau misalkan diperlukan, itu untuk kesehatan juga, pernah itu

ada fogging untuk penyemprotan nyamuk, kan kondisi juga agak sumpek

kan. Sama mungkin kebersihannya bersih-bersih tiap seminggu sekali lah

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 80: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

62

Universitas Indonesia

ya. Itu juga ga dilakukan hanya dikantor aja di lapangan juga. Jadi, ada

bagian kebersihannya dua orang. Jadi, tiap kali misalkan ada kegiatan

apa, misalkan galian kalo kotor kita sapu jadi ga ganggu pengguna

jalan.”(Wawancara dengan karyawan PT Jaya Konstruksi, November

2011)

Sebagaimana yang disebutkan dalam kutipan wawancara di atas bahwa

salah satu bentuk upaya perusahaan dalam menjaga kebersihan tempat kerja

adalah dengan melakukan fogging atau penyemprotan nyamuk. Selain itu,

perusahaan juga bekerja sama dengan rumah sakit di sekitar lokasi proyek untuk

menangani karyawan/ pekerja yang sakit atau mengalami kecelakaan. Rumah

sakit yang bekerja sama dengan pihak kontraktor yaitu RSUD Cengkareng.

Perusahaan juga menyediakan alat P3K dan obat-obatan apabila ada personil

proyek yang mengalami luka ringan. Selain itu, penyediaan air bersih,

pembuatan sarana MCK yang memadai, dan penyediaan tempat sampah juga

merupakan upaya perusahaan dalam rangka menjaga kondisi tempat kerja tetap

sehat. Untuk menjaga semua fasilitas tersebut tetap bersih dilakukan melalui

safety patrol oleh petugas patroli K3L. Adapun grafik mengenai upaya

perusahaan dalam menjaga kondisi tempat kerja tetap sehat, sebagai berikut:

Grafik 5.13

Upaya Perusahaan Menjaga Kondisi Tempat Kerja Tetap Sehat

Sumber: Data Primer Peneliti (November 2011)

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 81: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

63

Universitas Indonesia

c. Sanksi atas Pelanggaran K3

Grafik 5.14

Sanksi Perusahaan Terhadap Pelanggaran K3

Sumber: Data Primer Peneliti (November 2011)

Disiplin K3 yang terakhir adalah adanya sanksi dari perusahaan bagi setiap

pelanggaran K3. Berdasarkan hasil yang diperoleh, sebanyak 51 responden

(89%) menyatakan bahwa terdapat sanksi apabila ada pelanggaran. Ada

beberapa bentuk sanksi yang disebutkan oleh para responden, antara lain denda

berupa uang, teguran atau peringatan, dikeluarkan, lari keliling lapangan, dan

membersihkan kamar mandi. Berikut ini rincian jumlah responden dari masing-

masing bentuk sanksi:

Grafik 5.15

Bentuk Sanksi K3

Sumber: Data Primer Peneliti (November 2011)

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 82: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

64

Universitas Indonesia

Dari kelima bentuk sanksi tersebut, sanksi yang dinyatakan secara tertulis

dan resmi sesuai dengan peraturan perusahaan adalah sanksi berupa uang. Hal ini

dipertegas oleh pernyataan yang diungkapkan oleh safety officer PT Jaya

Konstruksi, yaitu:

“Sanksinya kita pakai duit. Untuk karyawan dan pekerja beda, pekerja

nominalnya lebih kecil. Ini kan juga bertingkat kalau berulang-ulang ya

dikeluarkan. Pelanggaran ketiga atas orang yang sama akan dikeluarkan.”

(Wawancara dengan safety and health executive officer PT Jaya Konstruksi,

November 2011)

Di sisi lain, sebanyak 1 responden (2%) menyatakan bahwa tidak ada

sanksi atas pelanggaran di proyek ini dan 5 responden tidak menjawab pertanyaan

ini. Sama halnya dengan beberapa pernyataan sebelumnya, peneliti menganalisis

bahwa responden yang menjawab “tidak” adalah personil baru yang masih kurang

pengetahuannya akan peraturan K3 di proyek pembangunan ini. Berdasarkan data

dari pihak kontraktor, ada enam jenis tindakan pelanggaran yang dapat dikenakan

sanksi. Enam jenis tindakan pelanggaran tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 5.3

Sanksi atas Pelanggaran K3

No. Jenis Pelanggaran Pelaku Pelanggaran

Karyawan Pekerja

1 Tidak menggunakan APD

sesuai dengan kondisi

pekerjaan

30,000.00 20,000.00

2 Merokok di area kerja, pada

saat bekerja

30,000.00 20,000.00

3 Buang sampah sembarangan 30,000.00 20,000.00

4 Tidak hadir pada kegiatan K3L

(Rapat internal, Briefing K3L,

Safety Morning) tanpa alasan

jelas

30,000.00 20,000.00

5 Berjudi, minum miras Dikeluarkan dari proyek

6 Membuat kerusuhan (berkelahi,

dll)

Sumber: Diolah kembali dari PT Jaya Konstruksi (2011)

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 83: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

65

Universitas Indonesia

Dari tabel diatas, terbukti bahwa memang benar pihak perusahaan telah

secara tegas menyusun dan mengklasifikasikan jenis-jenis pelanggaran atas K3.

Hal ini ditujukan untuk melatih disiplin para karyawan dan pekerja. Selain itu,

sanksi tersebut juga diberlakukan untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan

kerja. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, nominal yang dikenakan

berbeda antara antara pelanggaran yang dilakukan oleh karyawan dan pekerja.

Karyawan dikenakan sanksi lebih besar yaitu Rp. 30.000. Sedangkan, pekerja

dikenakan sanksi sebesar Rp. 20.000. Sementara, untuk jenis pelanggaran yang

cukup berat seperti berjudi, berkelahi dan minum minuman keras dikenakan

sanksi tegas berupa pemecatan atau dikeluarkan dari proyek.

Berdasarkan informasi yang diperoleh, selama proyek berlangsung

terdapat 92 tindakan pelanggaran yaitu 49 pelanggaran karena tidak memakai alat

pelindung diri (APD) dan 43 pelanggaran karena tidak mengikuti kegiatan K3

tanpa alasan jelas. Pemberian sanksi dikenakan langsung pada saat ditemukan

pelanggaran. Sedangkan, untuk pembayaran gaji tidak harus langsung dibayar

pada saat itu juga.Pada umumnya, pembayaran sanksi dilakukan bulanan melalui

pemotongan gaji. Adapun ketentuan atas penerapan sanksi tersebut, yaitu:

Sanksi dikenakan tiap kali ditemukan pelanggaran

Sanksi berlaku di proyek kecuali di tempat khusus yang sudah ditentukan

Sanksi tersebut berlaku bagi semua pihak yang terlibat di proyek

Sanksi dikenakan sesuai dengan jenis pekerjaannya

Pelanggaran ke-3 oleh orang yang sama akan dikenakan sanksi peringatan

dan ancaman dapat dikeluarkan dari proyek

Yang berhak menindak suatu pelanggaran adalah petugas patrol K3L yang

bertugas pada hari itu. Personel lain sifatnya hanya membantu petugas

patroli (melaporkan)

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 84: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

66

Universitas Indonesia

Untuk lebih rinci, perbandingan antara responden yang menjawab “ya” dan

“tidak” akan dipaparkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.4

Analisis Berdasarkan Dimensi Kebijakan dan Disiplin K3

No. Indikator Ya Tidak

1 Ada Peraturan K3 56 1

2 Ada SOP tentang K3 53 3

3 Ada Pemeriksaan Kesehatan 52 2

4 Ada Pemeliharaan Mesin atau Peralatan Kerja 53 1

5 Disiplin K3 51 1

Sumber: Diolah oleh Peneliti

Berdasarkan dimensi Kebijakan dan Disiplin K3, Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja berjalan dengan baik. Hal tersebut terbukti dengan

mayoritas responden yang menjawab “ya” atas kelima indikator dalam dimensi ini.

5.4. Analisis Berdasarkan Dimensi Komunikasi dan Pelatihan K3

Komunikasi dua arah yang efektif dan pelaporan rutin merupakan sumber

penting dalam penerapan Sistem Manajemen K3. Penyediaan informasi yang sesuai

bagi tenaga kerja dan seluruh pihak yang terkait dapat digunakan untuk memotivasi

dan mendorong penerimaan serta pemahaman umum sebagai upaya perusahaan untuk

meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja. Dimensi ini terdiri atas tiga

indikator yaitu ada sosialisasi dan penyebaran informasi K3, pelatihan dan

penyuluhan, rambu-rambu K3.

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 85: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

67

Universitas Indonesia

5.4.1. Ada Sosialisasi dan Penyebaran Informasi K3

Grafik 5.16

Terdapat Sosialisasi K3

Sumber: Data Primer Peneliti (November 2011)

Berdasarkan hasil yang diperoleh di lapangan, terdapat 52 responden (91%)

mengatakan bahwa terdapat sosialisasi tentang K3 dan 2 responden (4%) menjawab

tidak ada sosialisasi tentang K3 dari perusahaan. Responden yang menjawab “tidak”

dikarenakan mereka adalah personil baru dan belum mendapat sosialisasi dari

perusahaan. Ada beberapa bentuk sosialisasi yang dilakukan oleh pihak manajemen

perusahaan antara lain safety morning, sosialisasi melalui papan pengumuman K3,

induksi K3, sosialisasi kesehatan fisik, dan poster K3. Dari hasil penyebaran

kuesioner, bentuk sosialisasi yang paling banyak disebutkan adalah safety morning.

Safety morning rutin dilakukan tiap Selasa pagi. Pelaksanaan kegiatan sosialisasi ini

diikuti oleh seluruh karyawan dan disampaikan oleh safety officer dari PT Jaya

Konstruksi. Kegiatan sosialisasi ini wajib diikuti oleh setiap karyawan, karena jika

tidak, akan ada sanksi yang dikenakan bagi yang melanggar.

Untuk induksi K3, sosialisasi ini dilakukan terhadap setiap karyawan baru dan

tamu. Hal ini bertujuan agar semua karyawan maupun tamu mampu memahami dan

mewaspadai segala ancaman bahaya yang ada di sekitar lingkungan proyek

pembangunan. Pihak yang bertanggung jawab atas pelaksanaan berbagai kegiatan

sosialisasi tersebut adalah safety officer kecuali untuk induksi tamu dilakukan oleh

security.

Dengan adanya sosialisasi yang rutin diharapkan dapat memperkecil resiko

terjadinya kecelakaan kerja dan semua pihak yang terlibat dalam proyek

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 86: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

68

Universitas Indonesia

pembangunan jalan layang (flyover) Rawa Buaya ini dapat bekerja dengan aman dan

nyaman. Sebagai bagian dari sosialisasi K3, pihak perusahaan juga melakukan

briefing kepada setiap pekerja sebelum pekerjaan dimulai. Kegiatan tersebut lebih

dikenal dengan sebutan safety briefing. Tidak jauh berbeda dengan safety morning,

safety briefing dilakukan untuk menjelaskan suatu pekerjaan baru atau pekerjaan

lama yang memiliki potensi bahaya baru. Selain itu, safety briefing lebih ditujukan

bagi para pekerja dan dilakukan oleh pelaksana K3 di lapangan. Dari 57 responden

yang menjadi sampel dalam penelitian ini, sebanyak 49 responden (86%)

menyatakan bahwa benar perusahaan melakukan briefing sebelum pekerjaan dimulai.

Sedangkan, 3 responden (5%) menyatakan bahwa tidak ada briefing sebelum

pekerjaan dimulai. Sisanya, 5 responden tidak menjawab pertanyaan ini. Adapun

grafiknya sebagai berikut:

Grafik 5.17

Terdapat Briefing Sebelum Pekerjaan Dimulai

Sumber: Data Primer Peneliti (November 2011)

Bentuk dari safety briefing yaitu berupa pengarahan langsung kepada para

pekerja mengenai pekerjaan yang akan dilakukan saat itu dan perkiraan bahaya yang

akan ditemui pada hari itu. Safety briefing ini dilakukan oleh safety officer

didampingi oleh mandor proyek. Kegiatan ini berlangsung sekitar lima menit dan

dilakukan di lokasi pekerjaan. Untuk meningkatkan tingkat kewaspadaan para pekerja

akan adanya bahaya maka dalam kegiatan ini juga diberikan contoh-contoh

kecelakaan yang pernah terjadi sebelumnya. Setelah itu, dibuat persetujuan secara

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 87: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

69

Universitas Indonesia

aklamasi sebagai tanda bahwa pekerja telah sepakat dan sepaham dengan pihak

kontraktor tentang identifikasi bahaya yang mengancam.

Selain itu, bentuk komunikasi lain yang dilakukan perusahaan adalah rapat

K3L mingguan. Rapat ini rutin dilaksanakan sekali dalam seminggu yaitu pada hari

Rabu. Rapat ini dipimpin oleh koordinator K3L dan dilaksanakan sekitar 1 jam di

kantor ataupun basecamp di lokasi proyek. Rapat ini juga dihadiri oleh petugas K3L

proyek, mandor, subkon, dan petugas lainnya bila diperlukan. Pada umumnya, rapat

ini membahas mengenai kondisi K3 di lapangan misalnya ada tidaknya pelanggaran,

kecelakaan kerja, potensi bahaya baru, dan kendala yang dihadapi.

5.4.2. Ada Pelatihan dan Penyuluhan K3

Pelatihan K3 dilakukan sesuai dengan tingkat resiko di unit kerja masing-

masing yang bertujuan memastikan karyawan atau pekerja memiliki kompetensi

untuk melaksanakan pekerjaannya dan peduli akan konsekuensi K3 dari pekerjaannya

tersebut. Pelatihan juga merupakan salah satu bentuk kepedulian perusahaan akan

keselamatan pekerjanya. Terkait dengan ada tidaknya pelatihan K3 yang diberikan

pihak manajemen perusahaan, 50 responden (88%) menyatakan bahwa benar pihak

perusahaan telah memberikan pelatihan K3. Sedangkan, 1 responden (2%)

menjawab tidak ada pelatihan yang diberikan. Ada beberapa jenis pelatihan K3 yang

telah diberikan perusahaan antara lain pelatihan penanganan bahan berbahaya dan

beracun, penanganan kecelakaan lalu lintas, penanganan kebakaran, dan evakuasi

keadaan darurat. Semua jenis pelatihan tersebut wajib diikuti oleh semua karyawan

maupun pekerja dalam proyek ini. Pernyataan tentang adanya pelatihan K3 diperkuat

oleh keterangan dari salah satu karyawan yang mengatakan bahwa:

“Kalau untuk pelatihan itu ada sebenarnya sih. Kita ada simulasi ya,

semacam ada rekayasa suatu kejadian. Misalkan kita ada kejadian

kecelakaan. Nah, tindakannya apa saja yang dilakukan mulai terjadinya

kecelakaan, terus kita bawa ke rumah sakit. Sama juga kalo misalkan ada

tumpahan limbah itu juga ada penanganannya sendiri”.(Wawancara

dengan karyawan PT Jaya Konstruksi, November 2011)

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 88: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

70

Universitas Indonesia

Adapun grafik mengenai ada tidaknya pelatihan K3bagi para pekerja maupun

karyawandi lokasi proyek, sebagai berikut:

Grafik 5.18

Terdapat Pelatihan K3

Sumber: Data Primer Peneliti (November 2011)

Selain pelatihan, perusahaan juga memberikan penyuluhan K3 bagi para

karyawan dan pekerja. Berdasarkan hasil yang diperoleh, terdapat 50 responden

(88%) yang menyatakan “ya” ada penyuluhan K3 yang diberikan perusahaan.

Sedangkan, 2 responden (3%) mennyatakan tidak ada penyuluhan K3 dalam proyek

ini. Bentuk penyuluhan yang diberikan pihak manajemen perusahan bukanlah dalam

bentuk seminar ataupun penataran, melainkan dalam bentuk briefing yang rutin

dilakukan setiap minggu. Kegiatan tersebut adalah safety morning, yang telah

dijelaskan pada bagian sebelumnya. Hal ini juga didukung dengan data yang

diperoleh peneliti, dimana sebanyak 28 responden menjawab periode penyuluhan

dilakukan tiap minggu. Adapun, grafiknya sebagai berikut:

Grafik 5.19

Terdapat Penyuluhan K3

Sumber: Data Primer Peneliti (November 2011)

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 89: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

71

Universitas Indonesia

5.4.3. Ada Rambu-Rambu K3

Rambu-rambu K3 merupakan salah salah satu bentuk komunikasi dan

sosialisasi dari pihak manajemen perusahaan kepada pekerjanya. Rambu-rambu

merupakan salah satu komponen penting dalam penerapan K3 terutama dalam

menginformasikan adanya tanda bahaya di lingkungan sekitar. Terkait dengan

ketersediaan rambu-rambu di lokasi proyek, sebanyak 53 responden (93%)

menyatakan bahwa memang benar terdapat rambu-rambu K3 di lokasi proyek dan 1

responden (2%) menjawab tidak terdapat rambu-rambu. Sisanya, 3 responden (5%)

tidak menjawab pertanyaan ini. Menurut analisis peneiliti, responden yang

mengatakan bahwa tidak terdapat rambu-rambu di lokasi proyek karena masih

banyak rambu-rambu yang tidak terpasang dengan baik. Misalnya, rambu-rambu

tersebut diletakkan di lokasi yang jauh dari jangkauan dan masih ditumpuk. Terkait

dengan ketersediaan rambu-rambu di lokasi proyek, grafiknya sebagai berikut:

Grafik 5.20

Terdapat Rambu-Rambu K3

Sumber: Data Primer Peneliti (November 2011)

Dari segi jumlah ketersediaan rambu-rambu K3 di lokasi proyek, sebagian

besar responden menganggap jumlah rambu-rambu yang disediakan perusahaan

sudah memadai. Hanya terdapat 1 responden (2%) yang menjawab bahwa rambu-

rambu yang disediakan belum memadai. Rambu-rambu yang terdapat di lokasi

proyek antara lain rambu-rambu tentang pemakaian APD, rambu tentang larangan

merokok, rambu yang berhubungan dengan traffic management, rambu tentang

himbauan membuang sampah pada tempatnya, rambu tentang peringatan adanya

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 90: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

72

Universitas Indonesia

bahaya, dan sebagainya. Contoh dari rambu-rambu tersebut dapat dilihat pada

lampiran penelitian. Jumlah rambu-rambu di lokasi proyek dianggap telah memadai

karena jumlahnya sesuai dengan kondisi tempat kerja dan tidak ada kecelakaan berat

yang menimpa pekerja. Selain itu, setiap rambu-rambu yang rusak atau hilang akan

segera diganti oleh perusahaan. Hal ini senada dengan pernyataan dari seorang

karyawan Jaya Konstruksi, yaitu:

“Sudah memadai kok sebenarnya. misalkan kalau rambu-rambu itu hilang

atau rusak langsung kita ganti soalnya kan itu penting juga. Ya jadi kita tiap

hari ada pengecekan lapangan.” (Wawancara dengan karyawan PT Jaya

Konstruksi, November 2011)

Grafik 5.21

Jumlah Rambu-Rambu K3

Sumber: Data Primer Peneliti (November 2011)

Sama halnya dengan dua data sebelumnya, letak pemasangan rambu-rambu

K3 di lokasi proyek juga dianggap sudah strategis. Sebanyak 50 responden

menganggap bahwa letak rambu-rambu di lokasi proyek strategis pemasangannya dan

2 responden menyatakan bahwa lokasi pemasangan rambu-rambu K3 tidak strategis.

Menurut para responden yang menjawab “ya” beralasan bahwa rambu-rambu tersebut

mudah dilihat dan dijangkau. Namun, peneliti menemukan kondisi yang berbeda saat

melakukan pengamatan langsung. Masih ada beberapa rambu-rambu yang ditumpuk

begitu saja dan ada yang ditempatkan di balik tanaman sehingga tidak terlihat oleh

para pekerja. Hal ini juga terkait dengan jawaban responden yang mengatakan rambu-

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 91: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

73

Universitas Indonesia

rambu tidak terpasang dengan baik. Menanggapi hal tersebut salah seorang karyawan

menyatakan bahwa:

“Ya itu mungkin kalau di awal-awal proyek sih masih terpasang. Mungkin

karena mas datangnya agak di akhir-akhir jadi ya kayak gitu. Itu mungkin

karena banyak hal misalkan kayak ada kendaraan berat lewat kan mesti

disingkirkan dulu biar gak ganggu.” (Wawancara dengan karyawan PT Jaya

Konstruksi, November 2011)

Grafik 5.22

Letak Rambu-Rambu K3 Strategis

Sumber: Data Primer Peneliti (November 2011)

Dengan demikian, untuk mengantisipasi adanya rambu-rambu yang tidak

terpasang dengan baik maka pihak perusahaan harus meningkatan pengawasannya

dengan menginspeksi secara lebih teliti lagi setiap aspek K3 di lapangan terutama

masalah rambu-rambu. Hal ini dikarenakan rambu-rambu merupakan komponen

penting dalam pekerjaan konstruksi, yaitu untuk mengingatkan pekerja agar lebih

waspada dan disiplin dalam bekerja.

Untuk lebih rinci, perbandingan antara responden yang menjawab “ya” dan

“tidak” akan dipaparkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.5

Analisis Berdasarkan Dimensi Komunikasi dan Pelatihan K3

No. Indikator Ya Tidak

1 Ada Sosialisasi dan Penyebaran Informasi K3 52 2

2 Ada Pelatihan dan Penyuluhan tentang K3 50 1

3 Ada Rambu-Rambu K3 53 1

Sumber: Diolah oleh Peneliti

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 92: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

74

Universitas Indonesia

Berdasarkan dimensi Komunikasi dan Pelatihan K3, Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja berjalan dengan baik. Hal ini terbukti dengan

mayoritas responden yang menjawab “ya” atas ketiga indikator dalam dimensi ini.

5.5. Analisis Berdasarkan Dimensi Inspeksi dan Penyelidikan Kecelakaan Kerja

Dimensi ini terdiri atas tiga indikator yaitu ada inspeksi ke lokasi proyek,

penyelidikan kecelakaan kerja, serta ada SOP keadaan tanggap darurat.

5.5.1. Adanya Inspeksi ke Lokasi Proyek

Grafik 5.23

Inspeksi K3

Sumber: Data Primer Peneliti (November 2011)

Berdasarkan hasil yang diperoleh di lapangan, sebanyak 51 responden (89%)

setuju bahwa perusahaan melakukan inspeksi ke lokasi proyek dan hanya 1 responden

(2%) yang menyatakan bahwa tidak ada inspeksi yang dilakukan perusahaan.

Sisanya, 5 responden (9%) tidak menjawab pertanyaan ini. Responden tidak

menyebutkan alasan atas jawaban “tidak”. Pada proyek ini, inspeksi K3 dilaksanakan

untuk mencegah terjadinya kecelakaan akibat kecerobohan pekerja maupun kondisi

lingkungan yang berbahaya.

Inspeksi dilakukan oleh petugas patroli K3. Petugas patroli K3 berbeda setiap

harinya tergantung jadwal piket yang telah ditentukan perusahaan. Setiap akan

melaksanakan inspeksi, petugas patroli harus melapor ke safety officer dan jika

berhalangan harus ada pihak yang menggantikan tugasnya hari itu. Inspeksi K3

sendiri dilaksanakan secara rutin yaitu setiap hari dan setiap minggu. Inspeksi harian

dilakukan pada pagi hari sebelum pekerjaan dimulai, pada puncak pekerjaan, dan sore

hari menjelang pulang. Dalam inspeksi harian, petugas yang mengontrol harus benar-

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 93: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

75

Universitas Indonesia

benar teliti saat memeriksa. Jika ditemukan kondisi pekerjaan yang berbahaya,

petugas harus segera menghentikan pekerjaan dan melaporkan kepada koordinator

K3L untuk ditindaklanjuti. Kemudian, dilakukan pengarahan langsung tentang

adanya kondisi yang berbahaya. Jika terdapat kesalahan pada instruksi yang lama,

maka petugas harus memberikan pengarahan kepada para pekerja dengan instruksi

kerja yang baru sesuai dengan kondisi terbaru.

Sedangkan, inspeksi yang dilakukan setiap minggu terdiri dari inspeksi alat

kerja, tempat kerja, dan metode kerja. Sama halnya dengan inspeksi harian, jika

ditemukan kesalahan atas ketiga unsur tersebut maka harus dilakukan perbaikan dan

pengarahan ulang kepada para pekerja. Hal ini semata-mata untuk menjaga agar

pekerja tetap aman dalam melaksanakan pekerjaannya. Penjelasan mengenai inspeksi

juga diungkapkan oleh safety officer PT Jaya Konstruksi. Pernyataannya adalah

sebagai berikut:

“Kita ada inspeksi rutin. Itu hampir tiap hari kita patrol, kita lihat kalau ada

yang gak bener kita ingetin. Terus kita patrol, kalau kerjaannya sampai pagi

ya sampai pagi. Terus ada inspeksi juga alat kerja kita inspeksi, tempat kerja,

dan metode kerja. Semuanya mingguan., jadi tiap inspeksi ketiga parameter

itu kita review”. (Wawancara dengan safety and health executive officer PT

Jaya Konstruksi, November 2011)

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 94: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

76

Universitas Indonesia

5.5.2. Ada Penyelidikan Kecelakaan Kerja

Grafik 5.24

Adanya Penyelidikan Kecelakaan Kerja

Sumber: Data Primer Peneliti (November 2011)

Terkait dengan tindakan penyelidikan kecelakaan kerja yang dilakukan

perusahaan, 51 responden (89%) menyatakan bahwa benar terdapat penyelidikan

apabila terjadi kecelakaan kerja. Sisanya, 1 responden (2%) menjawab bahwa tidaka

ada penyelidikan atas kecelakaan yang terjadi dan 5 responden tidak menjawab

pertanyaan ini. Terkait dengan jawaban “tidak” dan “tidak menjawab”, peneliti

menganalisis bahwa para responden tersebut adalah personil baru dimana pada saat

mereka tergabung kedalam tim pada proyek ini tidak terjadi kecelakaan kerja. Selain

itu, mereka masih belum paham mengenai mekanisme dan peraturan K3 dalam

proyek pembangunan jalan ini.

Robert L Mathis & John H Jackson (2002) mengatakan bahwa penyelidikan

terhadap kecelakaan kerja harus dilaksanakan segera mungkin setelah kecelakaan

untuk memastikan bahwa kondisi-kondisi saat kecelakaan belum banyak berubah.

Selain itu, untuk memudahkan prosedur pelaksanaan penyelidikan maka perusahaan

juga memiliki SOP mengenai pelaksananaan penyelidikan kecelakaan kerja. Hal ini

juga diakui oleh mayoritas responden (89%) yang menyatakan bahwa memang benar

terdapat SOP penyelidikan kecelakaan kerja di proyek ini. Pihak kontraktor sendiri

juga mengklasifikasikan kecelakaan kerja ke dalam tiga kelompok yaitu kecelakaan

ringan, kecelakaan berat, dan kecelakaan meninggal dunia. Masing-masing jenis

kecelakaan memiliki prosedur tersendiri. Selain itu, pihak perusahaan juga

menyediakan rumah sakit rujukan jika terjadi kecelakaan.

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 95: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

77

Universitas Indonesia

Dalam proyek pembangunan jalan Rawa Buaya, pihak yang bertanggung

jawab atas pelaksanaan penyelidikan kecelakaan kerja adalah safety and health

executive (SHE) officer proyek. Adapun mekanisme penyelidikannya yaitu, 1) jika

terjadi kecelakaan maka safety officer segera ke TKP untuk meninjau; 2) selanjutnya

safety officer menghadirkan saksi untuk memberikan keterangan atas kecelakaan

yang terjadi di TKP; 3) Kemudian, SHE officer menulis hasil investigasi di suatu

form khusus yang terdiri dari keterangan tentang penyebab kecelakaan, foto/ denah

lokasi, jumlah biaya pengobatan dan kerugian yang dialami perusahaan, evaluasi dan

saran tindakan pencegahan agar kejadian tersebut tidak berulang; 4) tahap terakhir,

hasil investigasi tersebut dilaporkan ke Panitia Pembina K3 (P2K3) pusat. Dari

beberapa penyelidikan kecelakaan kerja yang dilakukan selama proyek ini

berlangsung, ditemukan beberapa jenis kecelakaan seperti tabel dibawah ini:

Tabel 5.6

Rincian Kecelakaan Kerja di Lokasi Proyek (per oktober 2011)

No. Pengelompokkan Kecelakaan Jumlah Korban

1. Kematian -

2. Terpukul/ terbentur 1

3. Tertusuk 1

4. Jatuh dari tempat yang berbeda ketinggian 1

5. Jatuh dari tempat yang sama ketinggiannya 1

6. Terjepit -

7. Terhimpit -

8. Tertimpa 2

9. Tergores/ terkoyak 1

10. Menabrak/ ditabrak 1

11. Kontak dengan panas, radiasi, dll 1

12. Lain-lain -

Total 9

Sumber: Data PT Jaya Konstruksi (2011)

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 96: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

78

Universitas Indonesia

Berdasarkan tabel di atas, jumlah korban yang mengalami kecelakaan kerja

selama proyek ini berlangsung adalah 9 orang. Dari kecelakaan yang terjadi tidak ada

korban yang meninggal. Pada umumnya kecelakaan-kecelakaan tersebut terjadi

karena faktor human error atau kelalaian dari individu sendiri. Berdasarkan analisis

pihak penyelidik kecelakaan di lokasi proyek disimpulkan bahwa selain faktor human

error, kecelakaan tersebut juga terjadi karena kurangnya penerapan safety riding.

Maksudnya, nilai-nilai akan keselamatan kerja kurang diterapkan dengan baik. Hal

ini juga terkait dengan disiplin dan kesadaran setiap personil proyek dalam

melaksanakan segala peraturan K3 yang telah ditetapkan.

5.5.3. Ada SOP Keadaan Tanggap Darurat

Dari data yang diperoleh di lapangan, terdapat 48 responden (84%) setuju

bahwa terdapat SOP keadaan tanggap darurat dalam proyek ini. Sisanya, 1 responden

(2%) menjawab “tidak” dan 8 responden (14%) tidak menjawab pertanyaan ini. Ada

beberapa potensi bahaya yang dikategorikan sebagai keadaan tanggap darurat.

Potensi tersebut yaitu kebakaran, gempa bumi, banjir, longsor atau tertimbun,

kesalahan pemakaian alat, kurangnya rambu-rambu pelaksanaan, huru-hara,

kecelakaan lalu lintas, dan tumpahan B3. Untuk menanggulangi kondisi tersebut,

pihak perusahaan melakukan pelatihan atau simulasi. Selain itu, pihak perusahaan

juga memiliki tim tanggap darurat tersendiri yang bertanggungjawab atas semua

penanganan keadaan tanggap darurat. Berikut kutipan hasil wawancara peneliti

dengan SHE (Safety and Health Executive) Officer:

“ Iya, tim tanggap darurat juga ada dimana kompetensinya sesuai dengan

tugasnya. Tim tanggap darurat itu terdiri dari kita-kita juga. Tim tanggap

darurat sendiri ada jobdesk-nya sendiri dan struktur organisasinya sendiri”.

(Wawancara dengan safety and health executive officer PT Jaya Konstruksi,

November 2011)

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 97: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

79

Universitas Indonesia

Grafik 5.25

Adanya SOP Keadaan Tanggap Darurat

Sumber: Data Primer Peneliti (November 2011)

Untuk lebih rinci, perbandingan antara responden yang menjawab “ya” dan

“tidak” akan dipaparkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.7

Analisis Berdasarkan Dimensi Inspeksi dan Penyelidikan Kecelakaan Kerja

No. Indikator Ya Tidak

1 Ada Inspeksi ke Lokasi Proyek 51 1

2 Ada Penyelidikan Kecelakaan Kerja 51 1

3 Ada SOP Keadaan Tanggap Darurat 51 2

Sumber: Diolah oleh Peneliti

Berdasarkan dimensi Inspeksi dan Penyelidikan Kecelakaan Kerja, Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja berjalan dengan baik. Hal ini terbukti

dengan mayoritas responden yang menjawab “ya” atas ketiga indikator dalam

dimensi ini.

5.6. Analisis Berdasarkan Dimensi Evaluasi

Dimensi evaluasi adalah dimensi terakhir dari Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (SMK3). Pada dimensi ini, hanya terdapat satu indikator yaitu

audit K3. Menurut Sastrohadiwiryo (2003), audit K3 harus dilaksanakan secara

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 98: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

80

Universitas Indonesia

berkala untuk mengetahui keefektifan penerapan Sistem Manajemen K3 dan hasilnya

juga harus digunakan dalam melakukan peninjauan ulang manajemen.

Berdasarkan keterangan dari safety officer, audit dilaksanakan dalam 1 tahun

sekali. Kegiatan audit tersebut terdiri dari audit eksternal dan audit internal.

Menurutnya, pelaksanaan audit sekali dalam setahun diberlakukan sejak tahun 2010.

Sebelumnya, audit internal dilakukan setiap 4 bulan sekali atau 3 kali dalam setahun.

Sementara, audit eksternal dilakukan setiap 2 kali dalam setahun. Perubahan periode

audit dikarenakan adanya perubahan pada badan yang memberikan sertifikasi

OHSAS 18001:2007 yaitu SGS. Perbedaan antara audit eksternal dan internal terletak

pada pihak yang melakukan audit. Untuk audit internal dilakukan oleh pihak

manajemen Jaya Konstruksi, sedangkan audit eksternal dilakukan oleh badan yang

memberikan sertifikasi OHSAS 18001:2007. Audit internal biasanya dilakukan

sebelum audit eksternal. Selama proyek ini berlangsung audit telah dilakukan di

bulan Mei 2011.

Hal ini juga diakui oleh para responden, dimana sebanyak 52 responden (91%)

mengatakan bahwa terdapat audit selama proyek ini berlangsung. Sisanya, 5 (9%)

responden memilih untuk tidak menjawab pertanyaan ini. Kemudian, penjelasan

mengenai periode audit juga diperkuat dengan data yang diperoleh peneliti dimana

sebanyak 15 responden (26%) menjawab audit dilakukan sekali dalam setahun.

Seluruh hasil temuan saat audit harus didokumentasikan dan digunakan untuk

identifikasi tindakan perbaikan dan pencegahan. Hal ini ditujukan agar pelaksanaan

Sistem Manajemen K3 selanjutnya menjadi lebih baik. Berdasarkan hasil yang

diperoleh di lapangan, para responden menyebutkan beberapa bentuk tindakan

konkrit yang dilakukan perusahaan setelah audit. Bentuk tindakan tersebut yaitu ada

perbaikan (56%), ada penyuluhan dan himbauan (9%), serta ada peringatan terhadap

kesalahan yang ditemukan (10%). Hasil tersebut diperkuat dengan keterangan dari

salah satu karyawan, sebagai berikut:

“Kalau misalkan untuk administrasi ada kekurangan dalam hal pengurutan.

Misalkan penataan administrasinya masih kurang kita harus tata lagi ulang

dari awal. Kalau dari lapangan sendiri, ya itu tadi kayak masih ada yang gak

pakai APD, itu kita briefing lagi kita kasih penjelasan lagi. Agar mereka juga

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 99: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

81

Universitas Indonesia

bener-bener tau dan bener-bener sadar. Kalau misalkan dia tetep gak pakai

juga kan ada sanksi. Itu yang buat efek jera juga ya”. (Wawancara dengan

karyawan PT Jaya Konstruksi, November 2011)

Grafik 5.26

Adanya Audit K3

Sumber: Data Primer Peneliti (November 2011)

Untuk lebih rinci, perbandingan antara responden yang menjawab “ya” dan

“tidak” akan dipaparkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.8

Analisis Berdasarkan Evaluasi

No. Indikator Ya Tidak

1 Ada Audit K3 52 -

Sumber: Diolah oleh Peneliti

Berdasarkan dimensi Evaluasi, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja berjalan dengan baik. Hal ini terbukti dengan mayoritas responden yang

menjawab “ya” atas indikator dalam dimensi ini.

5.7. Hambatan-Hambatan dalam Penerapan K3

Berdasarkan hasil penelitian, dalam pelaksanaan proyek pembangunan jalan

Rawa Buaya masih terdapat beberapa hambatan khususnya terhadap pelaksanaan K3

di lokasi proyek. Adapun hambatan-hambatan yang disebutkan oleh responden di

lapangan, sebagai berikut:

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 100: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

82

Universitas Indonesia

Grafik 5.27

Hambatan dalam Penerapan K3

Sumber: Data Primer Peneliti (November 2011)

Dari grafik diatas, terlihat bahwa 20 responden (35%) menyebutkan bahwa

kurangnya kesadaran individu atas pentingnya K3 menjadi hambatan terbanyak yang

diarasakan dalam proyek ini. Hambatan lain yang disebutkan oleh responden yaitu

kurang tegas dalam melakukan pengawasan (19%), adanya latar belakang pendidikan

yang beragam (16%), kurangnya anggaran K3 (16%), serta adanya faktor alam dan

faktor lainnya (2%). Penjelasan mendalam tentang hambatan-hambatan yang

dihadapi pada proyek ini akan dijelaskan secara terpisah dalam poin-poin di bawah

ini:

a. Kurangnya kesadara individu akan pentingnya K3

Kurangnya kesadaran individu atas pentingnya K3 terbukti dengan masih

banyaknya pekerja yang belum disiplin dalam menggunakan alat pelindung diri

(APD). Hal ini disebabkan oleh adanya pola pikir pekerja yang masih menganggap

bahwa pemakaian APD tidak terlalu penting dan hanya membuat tidak nyaman dalam

bekerja. Hal ini senada dengan peryataan yang diungkapkan oleh salah seorang

pekerja di lokasi proyek, yaitu:

“Ya emang tempo-tempo kan. Ya namanya orang itu lupa. Kebanyakan pada

alasan kayak sarung tangannya rusak, kaos kakinya rusak atau apa gitu.

Alasannya tuh kalo helm kalo lagi panas ya pusing karena kan pakai topi

dobel”. (Wawancara dengan salah seorang pekerja di lokasi proyek,

November 2011)

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 101: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

83

Universitas Indonesia

Hal tersebut juga diperkuat oleh keterangan dari safety officer yang

mengungkapkan:

“Jadi, mereka gak sadar bahwa memakai APD itu buat kepentingan mereka

sendiri bukan buat kita. Kendala nya itu lebih ke pola pikir bahwa K3 itu

sekedar kewajiban aja bukan hak mereka. Kalau mereka berpikirnya itu udah

hak mereka pasti lebih tertib”. (Wawancara dengan safety and health

executive officer PT Jaya Konstruksi, November 2011)

Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan, peneliti juga melihat ada

beberapa pekerja yang tidak memakai APD. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui

gambar dibawah ini:

Gambar 5.1

Contoh Pekerja Yang Tidak Memakai APD

Sumber: Data Primer Peneliti (November 2011)

Dari beberapa pernyataan dan gambar diatas, terlihat bahwa memang

kurangnya kesadaran para pekerja akan pentingnya K3 terutama dalam pemakaian

APD menjadi kendala utama atas pelaksanaan K3. Padahal pihak perusahaan telah

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 102: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

84

Universitas Indonesia

memberlakukan sistem denda bagi setiap pihak yang melanggar. Perusahaan harus

lebih intensif dalam melakukan pengawasan di lokasi proyek.

b. Kurangnya ketersediaan anggaran

Hal lain yang menjadi hambatan adalah kurangnya ketersediaan anggaran K3.

Banyak kontraktor atau perusahaan yang masih belum menganggap bahwa K3 itu

penting sehingga mereka tidak mengalokasikan kebutuhan K3 dalam anggarannya.

Mayoritas dari mereka menganggap bahwa anggaran kebutuhan K3 hanya akan

memperbesar biaya pengeluaran. Namun, biaya yang dikeluarkan akan lebih besar

lagi apabila terjadi kecelakaan kerja akibat tidak dilaksanakannya pemeliharaan K3.

Goudzali saydam (1996) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa jenis pengeluaran

yang termasuk kedalam biaya kecelakaan, antara lain:

Biaya pengobatan dan perawatan pegawai yang mendapatkan kecelakaan

Biaya karena berkurangnya produksi atas pegawai yang mendapat kecelakaan

Biaya pegawai yang menolong tenaga yang mendapat kecelakaan

Biaya karena merosotnya produksi atas nama pegawai yang membantu

pegawai yang mendapat kecelakaan

Biaya perbaikan peralatan yang rusak

Biaya atas kehilangan waktu bagi pimpinan dan sebagainya

Berdasarkan keterangan dari safety officer, dalam proyek ini anggaran

mengenai K3 sudah tertulis dan disetujui pada saat kontrak di awal proyek.

Menurutnya, pihak Kementerian Pekerjaan Umum (owner) hanya mengalokasikan

dana K3 sebesar Rp. 37 juta dari nilai proyek sebesar Rp. 126.980.752.000,-.

Sedangkan, pihak kontraktor sendiri telah mengalokasikan anggaran K3 sebesar Rp.

135 juta.

b. Latar belakang pendidikan yang beragam

Latar belakang pendidikan yang beragam dari semua personil yang terlibat

dalam proyek juga menjadi kendala dalam melaksanakan berbagai program K3. Latar

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 103: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

85

Universitas Indonesia

belakang pendidikan berpengaruh terhadap proses pemahaman individu akan segala

peraturan yang ada. Pada umumnya, kesulitan pemahaman ini dihadapi oleh para

pekerja yang mayoritas memiliki latar belakang pendidikan yang rendah. Dari

identitas responden yang diperoleh peneliti, mayoritas pekerja memiliki pendidikan

yang cukup rendah yaitu kurang dari SMP. Oleh karena itu, perusahaan harus

memberikan pengarahan secara terus menerus agar para pekerja paham akan

pentingnya K3. Dari latar belakang pendidikan yang dimiliki masing-masing

individu, seharusnya pihak manajemen perusahaan dapat menentukan bentuk

sosialisasi seperti apa yang cocok untuk diterapkan. Dari informasi yang didapatkan

peneliti, perusahaan telah melakukan berbagai upaya sosialisasi seperti safety

morning, safety briefing, sosialisasi dengan rambu-rambu K3, serta pelatihan atau

simulasi. Latar belakang pendidikan ini juga berpengaruh pada kesadaran para

pekerja akan pentingnya K3 terutama pemakaian APD di lokasi proyek.Hal ini diakui

oleh safety officer PT Jaya Konstruksi yang mengungkapkan bahwa:

“Kadang sudah kita ingatkan dan sudah kita himbau tentang APD tetapi

karena latar belakang para pekerja kan beragam misalnya mereka minimal

SMA semua lah, itu gampang kita ingatkan tapi karena mereka beragam jadi

masih ada yang bandel.” (Wawancara dengan safety and health executive

officer PT Jaya Konstruksi, November 2011)

c. Pihak perusahaan kurang tegas dalam melakukan pengawasan

Hambatan keempat yang dihadapi dalam proyek pembangunan jalan Rawa

Buaya yaitu pihak perusahaan kurang tegas dalam melakukan pengawasan.

Sebenarnya, pihak perusahaan telah memiliki beberapa program pengawasan yang

cukup baik seperti inspeksi, safety morning, dan safety briefing. Namun, dalam

pelaksanaannya kegiatan tersebut masih kurang tegas. Misalnya, masih terdapat

beberapa rambu K3 yang tidak terpasang dengan baik. Seharusnya perusahaan lebih

memperhatikan hal-hal seperti ini apalagi rambu-rambu merupakan komponen

penting dalam penerapan K3. Dengan adanya rambu-rambu yang terpasang dengan

baik maka para pekerja maupun masyarakat sekitar lokasi lebih mudah

mengidentifikasi adanya bahaya. Dengan begitu resiko terjadinya kecelakaan kerja

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 104: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

86

Universitas Indonesia

akan lebih kecil. Berikut contoh gambar tentang rambu-rambu K3 yang tidak

terpasang dengan baik:

Gambar 5.2

Contoh Rambu K3 Yang Tidak Terpasang Dengan Baik

Sumber: Data Primer Peneliti (November 2011)

d. Adanya Faktor Alam dan lainnya

Hambatan terakhir yang juga dirasakan dalam proyek ini yaitu adanya faktor

alam. Sebenarnya, hanya ada 1 responden yang menyebutkan faktor alam sebagai

hambatan. Namun, peneliti tetap memasukkannya sebagai salah satu hambatan yang

dihadapi di proyek ini. Mengingat lokasi proyek berada di lingkungan terbuka yang

bersentuhan langsung dengan alam sekitarnya. Faktor cuaca seperti hujan terkadang

menghambat pengerjaan proyek karena jika pekerjaan diteruskan akan

membahayakan keselamatan dari para pekerja. Selain itu, kondisi udara yang panas

dan polusi udara juga turut mempengaruhi kinerja. Hal yang mendapat perhatian

paling khusus terkait dengan kondisi tempat kerja adalah traffic management.

Maksudnya, lokasi proyek berada di jalan raya yang dilewati oleh masyarakat umum

sehingga pihak perusahaan harus lebih hati-hati dalam melakukan pekerjaan agar

tidak mengganggu dan membahayakan masyarakat pengguna jalan. Hal ini dilakukan

dengan memasang rambu-rambu peringatan dan pengalihan arus lalu lintas. Khusus

untuk malam hari dipasang flash light di lokasi untuk meminimalisir terjadinya

kecelakaan.

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 105: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

87

Universitas Indonesia

87

BAB 6

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, dapat ditarik kesimpulan bahwa secara umum

penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada

proyek pembangunan jalan Rawa Buaya telah berjalan dengan baik yaitu sesuai

dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Dari hasil yang diperoleh, mayoritas

karyawan dan pekerja menyatakan bahwa pihak kontraktor sebagai pelaksana proyek

telah melaksanakan semua unsur yang ada dalam Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja di proyek ini. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya berbagai

program K3 seperti safety morning dan safety briefing yang merupakan salah satu

upaya perusahaan dalam mensosialisasikan pentingnya K3 dalam pekerjaan

konstruksi.

Namun, masih terdapat beberapa hambatan yang ditemukan pada proyek

pembangunan jalan Rawa Buaya. Hambatan-hambatan tersebut antara lain kurangnya

kesadaran pekerja akan pentingnya K3, khususnya masalah disiplin penggunaan alat

pelindung diri (APD), kurangnya anggaran K3, latar belakang pendidikan yang

beragam, perusahaan kurang tegas dalam melakukan pengawasan, serta adanya faktor

alam dan faktor lainnya. Kurangnya kesadaran atas disiplin penggunaan APD

menjadi hambatan terbesar pada proyek ini. Sanksi berupa denda uang belum

membuat para pekerja menjadi jera dan merubah pola pikirnya. Selain itu, latar

belakang pendidikan yang rendah juga mempengaruhi pola pikir pekerja akan

pentingnya K3.

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 106: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

88

Universitas Indonesia

6.2 Saran

Adapun usulan untuk perbaikan atas perrmasalahan yang ditemui peneliti

dalam proyek tersebut, yakni:

1. Pihak kontraktor sebagai pihak pelaksana proyek harus lebih tegas dan

intensif melakukan pengawasan ke lokasi proyek. Hal ini ditujukan agar para

pekerja lebih disiplin khususnya dalam menggunakan alat pelindung diri.

2. Pihak Ditjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum RI sebagai owner

juga harus melakukan pengawasan yang lebih tegas terkait penerapan K3 di

lokasi proyek. Hal ini dikarenakan selama ini owner hanya mengawasi

proyek secara umum, yaitu hanya memantau sampai sejauh mana proyek

telah dikerjakan. Mungkin akan lebih baik jika pihak owner bekerja sama

dengan pihak kontraktor untuk membentuk tim khusus yang bertugas untuk

mengawasi dan menindak tegas semua pelanggaran.

3. Pihak kontraktor sebagai pelaksana proyek juga harus memeriksa kembali

ketersediaan rambu-rambu K3 di lokasi proyek dan memastikan apakah

rambu-rambu tersebut sudah terpasang dengan baik. Dari pengamatan

langsung peneliti, masih banyak rambu-rambu yang tidak terpasang dengan

baik bahkan rambu-rambu tersebut ditumpuk begitu saja.

4. Karena adanya latar belakang pendidikan yang beragam, maka pihak

kontraktor harus meningkatkan kegiatan sosialisasi dan komunikasi K3

terutama kepada para pekerja.

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 107: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

89

Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Babbie, Earl. (1989). The Practice Of Social Research. California: Wadsworth

Publishing Company.

Budiono, Sugeng dan M.S, Jusuf. (2005). Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan

Kerja. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro.

Dessler, Garry. (1993). Manajemen Personalia. Jakarta: PT Pustaka Binaman

Presindo.

__________. (1998). Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Bahasa Indonesia

(Jilid II). Jakarta: PT Prehalindo.

Flippo, Edwin B. (1997). Manajemen Personalia Edisi Keenam Jilid 2. Terj. Moh.

Masud. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Haris, Michael. (2000). Human Resource Management: A Practical Approach (2nd

Edition). Harcourt Brace College Publishers, FL.

Hasibuan, Malayu. (1995). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: CV Haji

Masagung.

Kansil, CST. (2001). Kitab UU Ketenagakerjaan: Buku Kedua. Jakarta.

Koentjaraningrat. (1985). Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT.

Gramedia.

Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia

Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Manulang, Sendjum H. (2001). Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan (Cetakan III).

Jakarta: Rineka Cipta.

Mathis, Robert L dan John H Jackson. (2002). Manajemen SDM (Buku 2). Jakarta:

Salemba Empat.

Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. (2007). Metode Penelitian: Memberi Bekal

Teoritis Pada Mahasiswa Tentang Metodologi Penelitian Serta Diharapkan

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 108: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

90

Universitas Indonesia

Dapat Melaksanakan Penelitian Dengan Langkah-Langkah Yang Benar.

Jakarta: Bumi Aksara.

Nasution, Mulia. (1994). Manajemen Personalia dalam Perusahaan. Jakarta:

Djambatan.

Nasution, S. (1996). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.

Nawawi, H. Hadarai. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia: cetakan ketiga.

Yogyakarta: Gama press.

P.K, Suma’mur. (1981). Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta:

Gunung Agung. 1981.

______________. (1993) Hygiene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta: CV Haji

Masagung.

Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif:

Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ridley, John. (2008). Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Edisi Ketiga.

Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sastrohadiwiryo, B.Siswanto. (2003). Manajemen Tenaga Kerja Indonesia:

Pendekatan Administratif dan Operasional. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Saydam, Gouzali. (1996). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Djambatan.

Schuler S. Randall dan Susan E. Jackson. (1996). Human Resource Management:

Positioning for the 21st Century. United States of America: West Publishing

Company.

Silalahi, Bennet dan Rumondang Silalahi. (1985). Manajemen Keselamatan dan

kesehatan kerja. Jakarta: PT. Pertja.

Soejono dan H. Abdurrahman. (2005). Metode Penelitian: Suatu Pemikiran dan

Penerapan. Jakarta: Rineka Cipta.

Suardi, Rudi. (2005). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:

Penerbit PPM.

Umar, Husein. (2008). Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan:

Paradigma Positivistik dan Berbasis Pemecahan Masalah. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada.

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 109: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

91

Universitas Indonesia

Unaradjan, Dolet. (2000). Pengantar Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: PT

Grasindo.

Peraturan Perundang-undangan:

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 09/PRT/M/2008 Tentang Pedoman

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi

Bidang Pekerjaan Umum.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5 th 1996. Tentang Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Republik Indonesia. UU no 1 tahun 1970. Tentang Keselamatan Kerja

Sumber Lainnya:

Angka Kecelakaan Kerja Jasa Konstruksi Tinggi. (201013 April 2011.

www.suaramerdeka.com

Badan Pembinaan Konstruksi dan SDM Kementerian Pekerjaan Umum RI. (2011,

April). Program Keselamatan Konstruksi Bagi Keunggulan dan Kemandirian

Konstruksi Indonesia. Disampaikan pada Seminar Nasional Manajemen

Resiko Bidang K3.

Grafik Angka Kecelakaan Kerja Turun. 13 April 2011. www.kabarbisnis.com

OHSAS 18001: 2007. Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja.

www.depkes.go.id

www.jamsostek.co.id

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 110: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

92

Universitas Indonesia

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 111: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

93

LAMPIRAN

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 112: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

94

Universitas Indonesia

LAMPIRAN 1

KUESIONER PENELITIAN

UNIVERSITAS INDONESIA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI

Yth.

Bpk/Sdr Karyawan PT. Jaya Konstruksi

di lokasi proyek

Assalamualaikum. Wr Wb

Karyawan PT.Jaya Konstruksi yang terhormat, Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Achmad Ramadhan

NPM : 0706283405

Memohon kesediaan Bapak/lbu menjawab beberapa pertanyaan yang akan saya

ajukan sehubungan dengan penelitian yang saya lakukan dengan judul “Penerapan

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Ditjen Bina

Marga, Studi kasus: proyek pembangunan jalan rawa buaya, cengkareng”.

Penelitian ini dilakukan sebagai tugas untuk menyelesaikan studi S1 Ilmu

Administrasi Negara di Universitas Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga berguna bagi

peningkatan kualitas keselamatan dan kesehatan kerja (K3) khususnya dalam penerapan

K3 di bidang konstruksi, karena itu keakuratan jawaban yang sesungguhnya sangat kami

harapkan dari Bapak/Sdr, kerahasiaan dari Bpk/Sdr. sebagai responden akan dijamin, dan

besar harapan saya mendapat bantuan yang sangat berguna dari Bpk/Sdr.

Atas partisipasi dan bantuannya saya ucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum. Wr Wb

Jakarta, 18 November 2011

Peneliti,

Achmad Ramadhan

NPM: 0706283405

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 113: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

95

Universitas Indonesia

Jika terdapat pertanyaan, saran, kritik dan lain sebagainya terhadap kuesioner ini

dapat disampaikan melalui email [email protected] atau dengan

menghubungi nomor 081905130255.

Identitas Responden

Nama Responden : …………………………………

Isilah ruang kosong dibawah dan berilah Tanda silang (X) pada nomor yang menjadi

pilihan jawaban Anda!

Identitas Responden

1. Jenis Kelamin

(1) Laki-Laki

(2) Perempuan

2. Usia : ……… Tahun

3. Tingkat Pendidikan

(1) < SMP

(2) SMA

(3) Diploma

(4) S1

(5) >S1

4. Lama kerja : ……….

Berilah tanda silang (X) pada jawaban sesuai pendapat Anda dan berilah alasan pada

ruang yang tersedia.

Tanggungjawab dan Komitmen Perusahaan

5. Apakah terdapat upaya pengawasan dari pihak perusahaan terkait penerapan K3?

a. Tidak

b. Ya

Sebutkan bentuknya

…………………………………………………………………………………………

6. Apakah perusahaan memiliki panitia Pembina K3(P2K3) yang mengkoordinasi

penerapan K3 di perusahaan?

a. Tidak

b. Ya

Kebijakan dan disiplin K3

7. Apakah terdapat peraturan mengenai K3 dalam proyek pembangunan flyover Rawa

buaya?

a. Tidak

b. Ya

Sebutkan bentuk peraturannya

……………...…………………………………………………………………………

8. Apakah terdapat SOP atau prosedur standar penerapan K3 dalam proyek

pembangunan flyover Rawa Buaya?

a. Tidak

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 114: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

96

Universitas Indonesia

b. Ya

9. Apakah terdapat sanksi dari perusahaan jika terjadi pelanggaran terhadap penerapan

K3 di lapangan?

a. Tidak

b. Ya

Sebutkan sanksinya………………………………………………………………

10. Apakah jumlah Alat Pelindung Diri (APD) sudah memadai?

a. Tidak

b. Ya

Alasannya……………………………………………………………………………

11. Apakah kualitas Alat Pelindung Diri (APD) sudah sesuai standar?

a. Tidak

b. Ya

Alasannya…………………………………………………………………………

12. Apakah terdapat pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja lapangan di

proyek pembangunan flyover Rawa Buaya?

a. Tidak

b. Ya

Berapa kali periodenya……………………………………………………………

13. Apakah perusahaan telah melakukan pemeliharaan mesin/peralatan sehingga aman

digunakan?

a. Tidak

b. Ya

Alasannya……………………………………………………………………………

14. Apakah perusahaan selalu menjaga kondisi tempat kerja tetap aman demi

keselamatan dan kesehatan karyawan?

a. Tidak

b. Ya

Alasannya……………………………………………………………………………

15. Apakah perusahaan selalu menjaga kondisi tempat kerja tetap sehat demi

keselamatan dan kesehatan karyawan?

a. Tidak

b. Ya

Alasannya…………………………………………………………………………

Komunikasi dan pelatihan K3

16. Apakah perusahaan melakukan sosialisasi mengenai K3?

a. Tidak

b. Ya

Sebutkan bentuk sosialisasinya

...……………………………………...……………………………………………

17. Apakah perusahaan melakukan briefing mengenai K3 sebelum pekerjaan dimulai?

a. Tidak

b. Ya

18. Apakah perusahaan mengadakan pelatihan tentang K3?

a. Tidak

b. Ya

Berapa kali periodenya………………………………………………………………

19. Apakah perusahaan mengadakan penyuluhan tentang K3?

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 115: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

97

Universitas Indonesia

a. Tidak

b. Ya

Berapa kali periodenya………………………………………………………………

20. Apakah terdapat rambu-rambu mengenai K3 di lokasi proyek?

a. Tidak

b. Ya

21. Apakah jumlah rambu-rambu K3 sudah memadai?

a. Tidak

b. Ya

Alasannya…………………………………………………………………………

22. Apakah letak pemasangan rambu-rambu K3 strategis?

a. Tidak

b. Ya

Alasannya…………………………………………………………………………

Inspeksi dan Penyelidikan Kecelakaan Kerja

23. Apakah perusahaan melakukan inspeksi ke lokasi proyek?

a. Tidak

b. Ya

Berapa kali periodenya………………………………………………………………

24. Apakah perusahaan melakukan penyelidikan apabila terjadi kecelakaan kerja?

a. Tidak

b. Ya

25. Apakah terdapat prosedur evakuasi apabila terdapat keadaan darurat?

a. Tidak

b. Ya

26. Apakah perusahaan memiliki SOP atau prosedur penyelidikan kecelakaan kerja?

a. Tidak

b. Ya

Evaluasi

27. Apakah perusahaan telah melakukan audit atau evaluasi K3 dalam proyek

rawabuaya?

a. Tidak

b. Ya

Berapa kali periodenya……………………………………………………………

28. Apakah terdapat tindakan konkrit dari perusahaan setelah dilakukan audit K3?

a. Tidak

b. Ya

Sebutkan bentuk tindakannya

...………………………………………….....................................................................

29. Hambatan-hambatan dalam penerapan K3 di lokasi proyek pembangunan?

a) …………..

b) …………..

c) ……………

TERIMAKASIH ATAS BANTUAN YANG DIBERIKAN

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 116: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

98

Universitas Indonesia

LAMPIRAN 2

PEDOMAN WAWANCARA

1. Penerapan SMK3 di perusahaan terutama dalam proyek pembangunan jalan Rawa

Buaya

2. landasan hukum atau SOP mengenai penerapan SMK3 khususnya dalam proyek ini

3. Bentuk keterlibatan pihak pusat (Kementerian PU) dalam hal SMK3 di proyek ini

4. Pihak yang bertanggungjawab atas pelaksanaan SMK3

5. Faktor-faktor yang menghambat penerapan SMK3

6. Biaya yang dikeluarkan/ dianggarkan untuk pelaksanaan SMK3 pada proyek ini

7. Respon para karyawan/ pekerja mengenai pelaksanaan SMK3

8. Cara perusahaan mensosialisasikan SMK3 kepada para karyawan/pekerja

9. Fasilitas yang disediakan untuk mendukung penerapan SMK3 dalam proyek ini

10. Sistem pelaporan yang dilakukan jika terjadi kecelakaan kerja

11. Bentuk pengawasan yang dilakukan oleh pihak manajemen dan sanksi yang

diberikan terhadap karyawan/ pekerja yang melanggar

12. Audit terhadap penerapan SMK3 dalam proyek ini

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 117: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

99

Universitas Indonesia

LAMPIRAN 3

CONTOH RAMBU-RAMBU K3

WAJIB BACA :

1. Tamu wajib lapor

2. Pakailah Tanda Pengenal dan Alat Pelindung Diri

3. Selama berada di proyek , patuhilah peraturan K3L

4. Buanglah sampah pada tempatnya

5. Dilarang merokok di area proyek

( kecuali di area merokok )

6. Hubungi petugas ,bila anda melihat kondisi bahaya

7. Berkonsentrasi dalam bekerja

8. Terapkan K3L sebagai gaya hidup

RAMBU - RAMBU K3L

GUNAKAN HELM

GUNAKAN SEPATU

TANPA IJIN DILARANG MELINTAS

GUNAKAN SARUNG TANGAN

GUNAKAN PENUTUP TELINGA

DILARANG MEMBUAT

API

GUNAKAN KACAMATA

LAS

BAHAN MUDAH

TERBAKAR

PERALATAN PPPK

DILARANG MEROKOK

BAHAYA LISTRIK

TEMPAT SAMPAH

HATI- HATI TERSANDUNG

ALAT PEMADAM

API

GUNAKAN APD

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 118: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

100

Universitas Indonesia

SAMPAI HARI KE : SISA HARI :1. JUMLAH JAM KERJA DALAM SETAHUN :

2. JUMLAH INSIDEN / NEARMISS,KECELAKAAN & SAKIT

115 cm - INSIDEN / NEARMISS :

- KECELAKAAN RINGAN ( P3K ) :

- KECELAKAAN SEDANG ( PERAWATAN DOKTER ) :

- KECELAKAAN BERAT ( CACAT, KEHILANGAN JAM KERJA ) :

- KECELAKAAN FATAL ( MENINGGAL ) :

3. INSIDEN RATE :

4. KECELAKAAN TERAKHIR :

5. TOTAL JAM KERJA TANPA KECELAKAAN :

UTAMAKAN KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN

D A T A K E C E L A K A A N

PROYEK FO RAWA BUAYA

LAMPIRAN 4

CONTOH PAPAN PENGUMUMAN K3

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 119: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

101

Universitas Indonesia

FLOW CHART RENCANA TANGGAP DARURAT

KEBAKARAN

Catatan :- Sirine di Base Camp

- Sirine di lapangan menggunakan peluit.- Bunyi peluit panjang panjang menandakan kondisi bahaya.- Bunyi peluit pendek pendek menandakan kondisi sudah aman.

menggunakan megaphone.

Mengarahkan semua orang ke assembly

point.

Menyingkirkan barang-barang berharga ke

assembly point

Menyisir seluruh ruangan/lokasi tidak ada orang & barang-barang

berbahaya tertinggal

Mengabsen seluruh

penghuni/

Pertolongan pertama oleh tim P3K

Cek kondisi korban

Mendata korban+ Mengirim ke RS

Meninggal/ Luka berat

Membuat BA Penanganan

Evakuasi

TIM EVAKUASI

TIM ALARM "Bunyikan

sirine"

1. Membunyikan peluit panjang 2. Petugas melaporkan ke ketua / wakil ketua TTD

Padam

Dipadamkan dengan APAR terdekat oleh tim APAR.

KEBAKARAN

KONDISI AMAN

Laporan ke Koordinator Kebakaran.

Tidak

Ya

Ketua TTD menyatakan

keadaan gawat darurat.

Ya

Tidak Lokalisir kebakaran & usaha pemadaman oleh tim APAR &

HIDRAN.

Laporan ke Koord. K3L

Proyek.

1. Investigasi. 2. Evaluasi dan 3. TindakanPerbaikan

TIM P3K

Membawa orang-orang

yang terluka ke tempat aman

Luka ringan

Tindakan P3K

TIM APAR & HIDRAN

Memadamkan api dengan APAR / Hidran terdekat yang

ada, bekerja sama dengan petugas pemadam

kebakaran.

Meminta tambahan pemadam kebakaran kepada pimpinan

TTD

Api Padam

Membuat BA Penanganan Kecelakaan

Membuat BA Penanganan Kebakaran

Melaporkan ke Pimpinan TTD

Pernyataan Kondisi Aman dari

Ketua TTD

Melapor ke instansi terkait,

BPLHDdinas PMK

TIM PEMULIHAN

TIM MITIGASI

1. Melakukan proses pemulihan jiwa, aset (bila mungkin)paska kebakaran. 2. Membantu Tim P3K melakukan pertolongan korban.

Membuat BA Penanganan Pemulihan

1. Mengantisipasi terjadinya kejahatan. 2. Menjaga pintu masuk supaya tidak ada orang /mobil masuk 3. Mengarahkan mobil pemadam kebakaran ke lokasi kebakaran. 4. Mengarahkan mobil ambulan ke tempat assembly point.

TIM PENGAMANAN

Membuat BA Penanganan Pengamanan

KETUA & WAKIL KETUA TTD

1. Menghubungi Pemadam Kebakaran dan BLHK 2. Menghubungi ambulan untuk stanby di dekat site. 3. Menghubungi kantor polisi

TIM KOMUNIKASI

Mengumumkan kondisi gawat darurat dengan sirine, megaphone &

memerintahkan pengosongan

bangunan/lokasi kebakaran.

1. Melakukan proses inventarisir kerusakan lingkungan paska kebakaran. 2. Melakukan proses pemulihan terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi

LAMPIRAN 5

CONTOH SOP KEADAAN TANGGAP DARURAT DAN KECELAKAAN KERJA

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 120: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

102

Universitas Indonesia

Catatan :FLOW CHART RENCANA TANGGAP DARURAT - Sirine di Base Camp

KECELAKAAN- Sirine di lapangan menggunakan peluit.- Bunyi peluit panjang panjang menandakan kondisi bahaya.- Bunyi peluit pendek pendek menandakan kondisi sudah aman.

menggunakan megaphone.

Pertolongan pertama oleh tim P3K

Cek kondisi korban

Mendata korban & Mengirim ke RS

Meninggal/ Luka berat

TERJADI Kecelakaan

KONDISI AMAN

1. Investigasi. 2. Evaluasi dan 3. Tindakan Perbaikan

TIM P3K

Mengevakuasi orang-orang

yang terluka ke tempat aman

Luka ringan

Tindakan

P3K

Membuat BA Penanganan Kecelakaan

Melaporkan ke Pimpinan TTD

Laporan ke koordinator K3

proyek

Melapor ke instansi terkait

Membunyikan peluit panjang Petugas melaporkan kepada ketua Tim Tangap Darurat

TIM PENGAMANAN

Membuat BA Penanganan Pengamanan

KETUA & WAKIL KETUA TTD

1. Menghubungi tim regu penolong. 2. Menghubungi ambulan untuk stanby di dekat site. 3. Menghubungi kantor polisi

1. Mengantisipasi terjadinya kejahatan. 2. Menjaga pintu masuk supaya tidak ada orang /mobil masuk 3. Mengarahkan mobil regu penolong ke lokasi . 4. Mengarahkan mobil ambulan ke tempat assembly point. 5. Mengamankan tempat kejadian

Ketua TTD berkoordinasi dengan tim dan melapor ke

koordinator K3 proyek

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012

Page 121: PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-Penerapan sistem.pdf · Pihak PT Jaya Konstruksi yang telah banyak membantu dalam ... individu

103

Universitas Indonesia

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Achmad Ramadhan

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 4 Mei 1989

Alamat : Permata Hijau Permai Blok E1 No.2 RT.002/017 Bekasi

Utara 17125

Nomor telepon : 081905130255

Email : [email protected]

Nama Orang Tua : Ayah : Mohamad Sidik

Ibu : Murni Astuti

Riwayat Pendidikan Formal:

2007 - sekarang………....S1 Administrasi Negara FISIP UI

2004 - 2007……………..SMAN 1 Bekasi

2001 - 2004……………..SLTP Negeri 5 Bekasi

1995 - 2001……………..SD Negeri Pejuang IV

1993 - 1995……………..TK Islam Al-Amanah

Prestasi:

----------------------------------------------

Penerapan sistem..., Achmad Ramadhan, FISIP UI, 2012