PENERAPAN PRINSIP FIDUCIARY DUTY TERHADAP TANGGUNG …
Transcript of PENERAPAN PRINSIP FIDUCIARY DUTY TERHADAP TANGGUNG …
Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021
257
PENERAPAN PRINSIP FIDUCIARY DUTY TERHADAP TANGGUNG JAWAB SEKUTU
KOMPLEMENTARIS DALAM MENJALANKAN DAN MELAKUKAN PENGURUSAN
SERTA PENGELOLAAN COMANDITAIRE VENNOOTSCHAP (CV) DI KECAMATAN
BANAWA, KABUPATEN DONGGALA
Darwati
Email: [email protected]
Universitas Tadulako
Rosnani Lakuna
Email: [email protected]
Universitas Tadulako
Abraham Kekka
Email: [email protected]
Universitas Tadulako
Abstrak
Penerapan Prinsip Fiduciary Duty Terhadap Tanggung Jawab Sekutu Komplementaris Dalam
Menjalankan Dan Melakukan Pengurusan Serta Pengelolaan Comanditaire Vennootschap (CV) Di
Kecamatan Banawa, Kabupaten Donggala.Permasalahan yang diteliti adalah bagaimanakah
Penerapan Prinsip Fiduciary Duty Terhadap Tanggung Jawab Sekutu Komplementaris dalam
Menjalankan dan Melakukan Pengurusan serta Pengelolaan Comanditaire Vennootschap (CV).
Penelitian yang digunakan adalah metode penelitian Penelitian yang dilakukan ini merupakan
penelitian yang bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan empiris normatif,. Hasil
penelitian menemukan bahwa Hubungan antara Direksi dengan perseroan yang dalam hal ini
adlah CV. Inovi adalah hubungan antara agen dengan prinsipal yang saling tergantung dalam
kepentingan bersama yang dikenal sebagai fiduciary . Jadi, konsepsi dan penerapan Fiduciary Duty
Direksi menurut peraturan perundang- undangan maupun business practice, diperlukan sejak
perusahaan telah dimiliki oleh tidak lagi pada satu pemilik/keluarga tetapi beberapa pemilik bahkan
menjadi perusahaan publik. Hal ini dimaksudkan melindungi kepentingan seluruh pemegang saham
terutama pemegang saham minoritas dari kemungkinan abuse of power yang dilakukan Direksi.
Sehingga, penerapan fiduciary duty Direksi sebagai pemenuhan ”legal compliance” maupun
kebutuhan bisnis adalah suatu kebutuhan.Tanggung jawab direksi berdasarkan prinsip Fiduciary
Duties pada CV. Inovi ialah mampu melaksanakan tugasnya dengan penuh itikad baik, bertanggung
jawab, serta menghindari adanya benturan kepentingan. Direksi juga bertindak dengan penuh
kehati-hatian dalam membuat segala keputusan dan kebijakan (duty of care), serta mampu
mengutamakan kepentingan perseroan diatas kepentingan pribadinya (duty of loyalty).
Kata Kunci: Comenditaire Vennotschap; Fiduciary Duty
PENDAHULUAN Filsuf terkenal Aristoteles mengatakan, “
Manusia adalah ditakdirkan sebagai makhluk
sosial” atau dalam bahasa latin disebut dengan
Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021
258
zoon politicon. Manusia tidak dapat dipikirkan
sebagai makhluk yang dapat hidup sendiri serta
terasing dari sesama manusia lainnya, manusia
harus selalu hidup dalam ikatan kelompoknya
sehingga manusia harus hidup sebagai bagian
dari satu kesatuan sosial.
Berdasarkan hal tersebut diatas memberi
gambaran bahwa untuk memenuhi kebutuhannya
sehari-hari manusia membutuhkan interaksi
dengan manusia lainnya guna untuk
kelangsungan hidup serta untuk menjaga
keseimbangan kehidupan itu sendiri . pemenuhan
kebutuhan tersebut oleh manusia bukan saja
didasarkan pada pemenuhan kebutuhan hidup
sehari-hari tetapi juga untuk mencapai suatu cita-
cita bersama yang ingin dicapai sehingga
menimbulkan adanya hak dan kewajiban.
Hubungan yang terjadi antar manusia
tersebut yang memiliki cita-cita bersama
berdampak terjadinya ikatan hubungan pamrih
karena masing-masing pihak dapat saling
menuntut untuk pelaksanaan pamrih tersebut,
misalnya hak untuk mendapat keuntungan
bersama atas suatu pekerjaan yang dilakukan
secara bersama-sama.
Berkembangnya hubungan-hubungan antar
manusia tersebut melahirkan berbagai macam
bentuk paguyuban, perkumpulan, organisasi,
lembaga, kelompok yang bergerak dalam bidang
sosial, keagamaan, kemanusiaan, politik, usaha
dan masih banyak lagi ragamnya yang terus
berkembang sampai saat ini baik yang bersifat
profit maupun non-profit.
Salah satu hubungan yang sangat
berkembang tersebut adalah hubungan dalam
dunia usaha. Dunia usaha adalah dunia yang
terus berkembang dari waktu ke waktu. Setiap
individu yang menjalankan usaha senantiasa
mencari jalan untuk mendapatkan keuntungan
yang besar, dengan demikian hal tersebut terus
memacu lahirnya lembaga-lembaga atau badan-
badan usaha untuk memfasilitasi kegiatan
mencari keuntungan tersebut.1
Negara Indonesia yang merupakan negara
bekas jajahan Belanda dimana peraturan
mengenai bidang usaha ini sudah ada sejak
kolonialisme masih berkuasa dinegara kita, oleh
sebab itu pada tanggal 18 Agustus 1945 ketika
pemerintah Negara Indonesia mensahkan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
sebagai konstitusi Negara kita, maka berdasarkan
Pasal II Aturan Peralihan yang berbunyi :
“semua lembaga Negara yang ada masih
berfungsi sepanjang untuk melaksanakan
ketentuan Undang-Undang Dasar dan
belum diadakan yang baru menurut
Undang-Undang Dasar ini”.
Hal ini berdasarkan asas konkordansi agar
tidak terjadi kekosongan hukum (rechtvacuum),
sehingga dengan demikian peraturan yang
mengatur mengenai dunia usaha yaitu Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata dan Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang dinyatakan
berlaku serta menjadi acuan untuk pengaturan
mengenai kegiatan usaha di Indonesia.
1 Achmad Ihsan, S.H, 1986, Dunia Usaha
Indonesia, PT Pradnya Paramita, Jakarta
Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021
259
Saat ini tidak semua peraturan mengenai
kegiatan usaha hanya berdasarkan pada Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata dan Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang, pemerintah
sudah banyak mengeluarkan peraturan untuk
mengatur kegiatan usaha di Indonesia dimana
peraturan tersebut dimulai dari Peraturan Daerah
sampai kepada tingkat Undang-Undang,
contohnya Undang-Undang Perseroan Terbatas,
Undang-Undang Pasar Modal, Undang-Undang
Kepailitan, Undang-Undang Penanaman Modal
dan lain-lain.
Banyaknya regulasi yang telah dikeluarkan
untuk pengaturan dunia usaha, masih saja ada
kekurangan dalam pengaturannya, padahal
peraturan perundangan tersebut sangat mendesak
sekali keberadaannya dan sangat dibutuhkan
oleh masyarakat pelaku dunia usaha, peraturan
tersebut adalah peraturan terkait dengan
keberadaan badan-badan usaha yang tidak
berbadan hukum seperti Firma (Fa),
Commanditaire Vennootschap (CV), Usaha
Dagang (U.D), Perusahaan Otto (P.O) yang
banyak tumbuh bak jamur di musim hujan.2
Alasan masyarakat memilih kegiatan
usahanya yang dilembagakan pada bentu-bentuk
perusahaan diatas, dikarenakan alasan
pendiriannya sederhana, modal yang tidak terlalu
besar, kegiatan usaha yang dilakukan sederhana,
dapat menentukan sendiri keanggotaan
2 Fadjar Adam, S.H dkk, 2002, Pengantar Hukum
Dagang Indonesia, Yayasan
Masyarakat Indonesia, Palu.
badannya, wilayah usaha yang tidak terlalu luas,
masalah administrasi pemerintah yang tidak
terlalu rumit. Alasan inilah yang mneyebabkan
masyarakat banyak mendirikan perusahaan
tersebut sedangkan pengaturannya dalam
perundang-undangan sangat minim.
Akibat minimnya peraturan perundangan-
undangan yang mengatur mengenai badan usaha
yang tidak berbadan hukum ini, menyebabkan
terjadi banyak pelanggaran dalam prakteknya
sehari-hari, perusahaan tersebut banyak
dijadikan sebagai sarana untuk pihak-pihak yang
tidak bertanggung jawab dijadikan tameng untuk
menghindari pajak yang besar bagi perusahaan-
perusahaan yang besar, sarana untuk
memenangkan tender barang dan/atau jasa untuk
kepentingan pihak yang terafiliasi dengan
instansi yang mengadakan tender, sarana untuk
pencucian uang hasil kejahatan, dimana salah
satu pihak menjadi sekutu komanditaris (pelepas
uang) dalam suatu persekutuan komanditer (CV).
Masyarakat Propinsi Sulawesi Tengah
banyak sekali yang mendirikan jenis badan usaha
yang tidak berbadan hukum diantaranya
Commanditaire Vennootschap (CV), biasanya
didirikan oleh pelaku usaha untuk melakukan
kegiatan dibidang pembangunan, perdagangan
umum, penyedia jasa serta usaha-usaha kecil
lainnya sedangkan Usaha Dagang (U.D)
biasanya didrikan khusus untuk bidang
perdagangan umum, Perusahaan Otto (P.O)
dirikan untuk kegiatan usaha jasa transportasi.
Berdasarkan fenomena tersebut diatas
yaitu minimnya pengaturan mengenai badan
Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021
260
usaha tersebut, penulis/peneliti tertarik untuk
meneliti praktek kegiatan salah satu badan usaha
yang tidak berbadan hukum tersebut yaitu
khususnya Commanditaire Vennootschap (CV)
mengenai pelaksanaan kegiatan perusahaan
sehari-sehari yang dilaksanakan oleh sekutu
komplementaris, maka penelitian ini berjudul
PENERAPAN PRINSIP FIDUCIARY DUTY
TERHADAP TANGGUNG JAWAB
SEKUTU KOMPLEMENTARIS DALAM
MENJALANKAN DAN MELAKUKAN
PENGURUSAN SERTA PENGELOLAAN
COMANDITAIRE VENNOOTSCHAP ( CV),
dengan lokasi penelitian di Kecamatan Banawa,
Kabupaten Donggala.
METODE
Penelitian yang dilakukan ini merupakan
penelitian yang bersifat deskriptif dengan
menggunakan pendekatan empiris normatif,
yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana
Penerapan Prinsip Fiduciary Duty Terhadap
Tanggung Jawab Sekutu Komplementaris
dalam Menjalankan dan Melakukan
Pengurusan serta Pengelolaan Comanditaire
Vennootschap ( CV) dengan studi kasus para
pelaku usaha yang mendirikan persekutuan
komanditer yang tergabung dalam keanggotaan
Gabungan Pengusaha Konstruksi (GAPENSI)
Kabupaten Donggala, khususnya di Kecamatan
Banawa.
PEMBAHASAN
Penerapan Ficuary Duty
Penerapan Ficuary Duty, dapat diartikan
bahwa pada dasarnya Direksi hanya berhak dan
berwenang untuk bertindak atas nama dan untuk
kepentingan Perseroan dalam batas-batas yang
diizinkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan setiap tindakan yang dilakukan oleh
Direksi di luar kewenangan yang diberikan
tersebut tidak mengikat Perseroan. Ini berarti
Direksi memiliki limitasi dalam bertindak atas
nama dan untuk kepentingan Perseroan.
Direksi adalah organ utama yang
menjamin kelangsungan usaha perseroan karena
perseroan tidak dapat berbuat apa-apa tanpa
peran anggota direksi. Hubungan direksi dan
perseroan selain didasarkan hubungan kerja,
direksi juga memiliki hubungan fidusia
(kepercayaan) dengan perseroan.
Tanggung jawab direksi berdasarkan
prinsip Fiduciary Duties dalam Perseroan
Terbatas harus mampu melaksanakan tugasnya
dengan penuh itikad baik, bertanggung jawab,
serta menghindari adanya benturan kepentingan.
Direksi juga dituntut untuk bertindak dengan
penuh kehati-hatian dalam membuat segala
keputusan dan kebijakan (duty of care) serta
mampu mengutamakan kepentingan perseroan
diatas kepentingan pribadinya (duty of loyalty).
Keempat prinsip tersebut pada
hakekatnya menunjukkan pada kita semua
Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021
261
bahwa Direksi Peseroan, dalam menjalankan
tugas kepengurusan harus senantiasa:
1. bertindak dengan itikad baik
2. senantiasa memperhatikan kepentingan
Perseroan dan bukan kepentingan
pemegang saham semata-mata;
3. kepengurusan Perseroan harus dilakukan
dengan baik, sesuai dengan tugas dan
kewenangan yang diberikan kepadanya,
dengan tingkat kecermatan yang wajar,
dengan ketentuan bahwa Direksi tidak
diperkenankan untuk memperluas maupun
mempersempit ruang lingkup geraknya
sendiri;
4. tidak diperkenankan untuk melakukan
tindakan yang dapat menyebabkan
benturan kepentingan antara kepentingan
Perseroan dengan kepentingan Direksi
Pada dasarnya Direksi merupakan organ
”kepercayaan” Perseroan, yang akan bertindak
mewakili Perseroan dalam segala macam
tindakan hukumnya untuk mencapai tujuan dan
kepentingan Perseroan.
Tugas dan tanggung jawab Direksi tersebut
di atas, adalah tugas dan tanggung jawab Direksi
sebagai suatu organ, yang merupakan tanggung
jawab kolegial sesama anggota Direksi terhadap
Perseroan. Direksi tidak secara sendiri-sendiri
bertanggung jawab kepada Perseroan. Ini berarti
setiap tindakan yang diambil atau dilakukan oleh
salah satu atau lebih anggota Direksi akan
mengikat anggota Direksi lainnya. Namun ini
tidak berarti tidak diperkenankan terjadinya
pembagian tugas diantara anggota Direksi
Perseroan, demi pengurusan yang efisien.
Dalam konsep fiduciary duty ini,
Direksi memiliki kewajiban untuk menghindari
diadakannya, dibuat, atau ditandatanganiny
perjanjian, atau dilakukannya perbuatan yang
menempatkan Direksi tersebut pada suatu
keadaan, yang tidak memungkinkan dirinya
untuk bertindak secara wajar demi tujuan dan
kepentingan Perseroan. Kewajiban ini bertujuan
untuk mencegah Direksi secara tidak layak
memperoleh keuntungan dari Perseroan, yang
mengangkat dirinya menjadi Direksi. Lebih jauh
lagi kewajiban ini sebenarnya melarang dengan
mencegah Direksi untuk menempatkan dirinya
pada suatu keadaan yang memungkinkan Direksi
bertindak untuk kepentingan mereka sendiri,
pada saat yang bersamaan mereka harus
bertindak mewakili untuk dan atas nama
Perseroan.
Pelanggaran terhadap fiduciary duty,
sebagaimana halnya pelanggaran-pelanggaran
hukum lainnya memberikan hak kepada pihak
yang dirugikan untuk dan atas namanya
melakukan gugatan terhadap pihak yang
menerbitkan kerugian tersebut. Dalam hal
pelanggaran fiduciary duty oleh Direksi ada
sekurangnya tiga kepentingan yang harus
diperhatikan;
1. kepentingan Perseroan;
2. kepentingan pemegang saham Perseroan
khususnya pemegang saham minoritas, dan
Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021
262
kepentingan pihak ketiga yang berhubungan
hukum dengan Perseroan, khususnya
kepentingan dari para kreditor Perseroan.
Hubungan fiduciary timbul ketika satu pihak
berbuat sesuatu bagi kepentingan pihak lain
dengan mengesampingkan kepentingan
pribadinya sendiri. Fiduciary Duties Direksi ini
mengandung prinsip sebagai berikut:
1. Direksi dalam melakukan tugasnya tidak
boleh melakukannya untuk kepentingan
pribadi ataupun kepentingan pihak ketiga
tanpa persetujuan dan atau sepengetahuan
perseroan;
2. Direksi tidak boleh memanfaatkan
kedudukannya sebagai pengurus untuk
memperoleh keuntungan, baik untuk dirinya
sendiri maupun pihak ketiga kecuali atas
persetujuan perseroan
3. Direksi tidak boleh menggunakan atau
menyalahgunakan aset perseroan untuk
kepentingannya sendiri dan atau pihak
ketiga.
1. Telah melakukan dan menjalankan
pengurusan perseroan dengan itikad baik
dan kehati-hatian untuk kepentingan
perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan
perseroan yang ditetapkan dalam Anggaran
Dasar;
2. Tidak mempunyai benturan kepentingan
baik langsung maupun tidak langsung atas
tindakan pengurusan yang mengakibatkan
kerugian perseroan, dan;
3. Telah mengambil tindakan untuk
mencegah timbul atau berlanjutnya
kerugian tersebut.
Analisis Sistuasi CV. Inovi
CV. Inovi adalah sebuah perusahaan yang
sejak berdirinya berkantor pusat di jalan cemara
Palu Barat Kelurahan Donggala Kodi dan
memiliki beberapa cabang diberbagai tempat.
Pada awal berdirinya Cv. Inovi mulai
mengembangkan usahanya dengan dipimpin dan
dikendalikan oleh Persero Pengurus yaitu
Direktur dan Wakil Direktur dan beberapan
anggota persero lainnya.
Saat ini CV. Inovi bergerak
diberbagai dibidang antara lain:
1. Perdagangan Umum, Pertokoan,
Supermaket,ekspor impor, pengadaan
barang.
2. Percetakan, Penjilidan,foto copi, servis
alat/elektronik, inventaris kantor.
3. Jasa Pemborongan bangunan-bangunan,
gedung dan perumahan, jembatan
jalan,pengairan dan irigasi., instalasi
listrik, perpipaan.
4. Perkebunan, Pertanian, perikanan dan
peternakan.
Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021
263
5. Pengolahan hasil hutan seperti Damar,
Rotan serta segala jenis hasil hutan.
6. Industri-industri kecil pariwisata dan
industry perbengkelan.
7. Developer, pertambangan, jasa
telekomunikasi, jasa konsultan dan jasa
angkatan darat.
Struktur Organisasi CV. Inovi adalah sebagai
berikut
1. Pemilik Perusahaan
2. Direksi
3. seorang Direktur,
4. Untuk mendukung tugas Dewan Komisaris
dalam melakukan Audit Committee
(Komite Audit) yang bertanggung jawab
memilih Akuntan Publik dan Auditor
Eksternal untuk melakukan tugas audit
perseroan.
5. Direksi menjalankan tugas melalui
pembagian tugas yang dikenal dengan
sebutan Director in Charge (selanjutnya
disebut DIC). Seluruh Direktur bertindak
sebagai CEO (Chief Executive Officer)
pada bidangnya masing-masing.
Pembagian tugas ini tidak dituangkan
dalam suatu aktanotariil, tetapi hanya
bersifat managerial, karena dianggap tugas
operasional Direksi. Job Description
(Uraian tugas) Direksi tercantum dalam
Surat Kuasa bagi masing-masing Direktur,
yang biasanya digunakan untuk
kepentingan bertindak keluar mewakili
perseroan.
7. didalam Anggaran Dasar disebutkan bahwa
perseroan diwakili Direktur dalam hal ini
Direktur yang bertanggung jawab atas
kepentingan tersebut.
8. Pengangkatan seorang Direktur selalu
didahului oleh pemeriksaan ada tidaknya
benturan kepentingan (Conflict of Interest)
dari yang bersangkutan. Dan setelah diangkat,
Direktur tersebut wajib menandatangani suatu
Surat Kesanggupan (Letter of Intent) bahwa
yang bersangkutan akan menjalankan tugas
yang dipercayakan perseroan
9. Dari sudut Undang-Undang Nomor 13 tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan, Direksi
dianggap sebagai karyawan perseroan, karena
memperoleh imbalan atas hasil kerjanya.
Hubungan fiduciary timbul ketika satu
pihak berbuat sesuatu bagi kepentingan pihak
Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021
264
lain dengan mengesampingkan kepentingan
pribadinya sendiri. Fiduciary Duties Direksi ini
mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Direksi dalam melakukan tugasnya tidak boleh
melakukannya untuk kepentingan pribadi
ataupun kepentingan pihak ketiga tanpa
persetujuan dan atau sepengetahuan perseroan;
2. Direksi tidak boleh memanfaatkan
kedudukannya sebagai pengurus untuk
memperoleh keuntungan, baik untuk dirinya
sendiri maupun pihak ketiga kecuali atas
persetujuan perseroan;
3. Direksi tidak boleh menggunakan atau
menyalahgunakan aset perseroan untuk
kepentingannya sendiri dan atau pihak ketiga.
Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021
265
Pasal 97 ayat (2) UUPT menyebutkan bahwa
setiap anggota Direksi wajib dengan itikad baik
dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas
untuk kepentingan dan usaha perseroan. Dalam
menjalankan tugas fiduciary-nya, seorang direksi
harus melakukannya dengan (1) itikad baik
(good faith), (2) memenuhi unsur tujuan yang
layak (proper of purpose), (3) kebebasan yang
penuh tanggung jawab, serta (4) tidak memiliki
benturan kepentingan.
Pada prinsipnya direksi dibebani prinsip
Fiduciary Duties terhadap perseroan, bukan
terhadap pemegang saham. Karena itu, hanya
perusahaanlah yang dapat memaksakan direksi
untuk melaksanakan prinsip Fiduciary Duties.
Akan tetapi, dalam menjalankan fungsinya
sebagai direksi, secara umum ia juga harus
memperhatikan kepentingan pemegang saham.
Meskipun menyandang prinsip Fiduciary Duties
sebagai direksi, ia tetap bebas dalam
memberikan suara dan pendapat sesuai dengan
keyakinan dan kepentingannya dalam setiap
rapat yang dihadirinya. Direksi juga memiliki
kebebasan dalam mengambil keputusan sesuai
pertimbangan bisnis dan naluri bisnis yang
dimilikinya selama keputusan itu tidak
merugikan perseroan.
Pada umumnya, Fiduciary Duties direksi dibagi
menjadi dua komponen utama, yaitu:
1. Duty of Care, direksi diharuskan untuk
bertindak dengan kehati-hatian dalam
membuat segala keputusan dan kebijakan
perseroan. Dalam membuat setiap kebijakan,
direksi harus tetap mempertimbangkan segala
informasi-informasi yang ada secara patut dan
wajar.
2. Duty of Loyalty, direksi bertanggung jawab
untuk selalu berpihak kepada kepentingan
perusahaan yang dipimpinnya. Direksi yang
diberikan kepercayaan oleh perseroan harus
bertindak untuk kepentingan pemegang saham,
bertindak untuk kepentingan dan tujuan
perseroan, serta bertindak dengan
mengutamakan kepentingan perseroan diatas
kepentingan pribadi.
Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021
266
Dari kedua komponen tersebut dapat
diketahui bahwa direksi dilarang menggunakan
posisinya untuk mengutamakan kepentingan
pribadi diatas kepentingan perusahaan yang telah
memberinya kepercayaan dan segala perbuatan
hukum yang menguntungkan pribadi direksi
serta merugikan perseroan. Kedua larangan
tersebut apabila dilakukan merupakan hal yang
bertentangan dengan kedua komponen Fiduciary
Duties diatas.
Apabila anggota direksi
menyalahgunakan kedudukannya sebagai
pemegang amanah perseroan (Fiduciary Duties)
atau apabila bersalah atau lalai dalam
menjalankan tugasnya yang mengakibatkan
perseroan menderita kerugian, maka setiap
anggota direksi bertanggung jawab secara
pribadi.9 Pasal 97 ayat (3) UUPT menyebutkan
bahwa setiap aggota direksi bertanggung jawab
penuh secara pribadi atas kerugian perseroan
apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai
menjalankan tugas dalam mengurus perseroan.
Pasal 97 ayat (4) UUPT juga menyebutkan jika
direksi terdiri atas dua anggota direksi atau lebih,
tanggung jawab secara pribadi tersebut berlaku
secara tanggung renteng bagi setiap anggota
direksi.
Penerapan GCG telah tertanam baik.
Sistem Corporate Governance di seluruh fungsi
organisasi berjalan sebagaimana mestinya.Dan
salah satu pembuktian bahwa sistem ini telah
teruji adalah ketika pada awal tahun 2010
Presiden Direktur MR meninggal dunia, Dewan
Komisaris segera menunjuk PS sebagai
Pelaksana Tugas (Personal in Charge) Presiden
Direktur demi keberlanjutan perusahaan dan
RapatUmum Pemegang Saham Luar Biasa pada
tanggal 1 Maret 2010 memberi kepastian kepada
para pemegang saham bahwa masa transisi ini
dilakukan sesuai prosedur yaitu atas persetujuan
Dewan Komisaris, Anggaran Dasar Perseroan
serta ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
Tugas dan Wewenang Direksi
sebagaimana tercantum dalam Pasal Anggaran
Dasar Perseroan diantaranya sebagai berikut
berikut:
1. Direksi bertanggung jawab penuh dalam
melaksanakan tugasnya melakukan
pengurusan Perseroan untuk kepentingan
Perseroan dalam mencapai maksud dan
tujuannya.
2. Setiap anggota Direksi wajib dengan itikad
baik dan penuh tanggung jawab
menjalankan tugasnya dengan
mengindahkan peratura perundan undangan
yang berlaku. Pembagian tugas dan
wewenang setiap anggota Direksi
Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021
267
ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang
Saham dan dalam hal Rapat Umum
Pemegang Saham tidak menetapkan, maka
pembagian tugas dan wewenang anggota.
3, Di dalam hal hanya ada seorang anggota
Direksi, maka segala tugas dan wewenang
yang diberikan bagi para anggota Direksi
dalam Anggaran Dasar ini, berlaku pula
baginya.Sesuai dengan Anggaran Dasar
Perseroan, Direksi wajib mengadakan
Rapat Direksi secara berkala.
4. Rapat Direksi diadakan di tempat
kedudukan Perseroan atau tempat
kegiatan usaha perseroan. Apabila semua
anggota Direksi hadir atau diwakili,
panggilan terlebih dahulu tersebut tidak
disyaratkan dan rapat
5. Direksi dapat diadakan dimanapun juga
dan berhak mengambil keputusan yang
sah dan mengikat.
6. Rapat Direksi adalah sah dan berhak
mengambil keputusan yang mengikat
apabila lebih dari ½ (satu per dua) bagian
dari jumlah anggota
7. Direksi yang sedang menjabat hadir atau
diwakili dalam rapat
8. Keputusan Rapat Direksi harus diambil
berdasarkan musyawarah untuk muf
9. Dalam hal keputusan musyawarah untuk
mufakat tidak tercapai,maka keputusan
diambil dengan pemungutan suara
berdasarkan suara setuju lebih dari ½
(satu per dua) bagian dari jumlah anggota
Direksi yang sedang menjabat.Apabila
suara yang setuju dan tidak setuju
berimbang, maka usul dianggap ditolak.
Dalam prakteknya di CV. Inovi, Direksi
memenuhi jadwal rapat rutin yaitu 2 (dua) kali
dalam seminggu diantara Direksi perseroan dan
rapat dengan Dewan Pemilik Perusahaan
perseroan minimal 1 (satu) kali dalam satu bulan.
Setiap keputusan Direksi yang bisa
dikategorikan sebagai Corporate Opportunity
selalu dikaji aspek benturan kepentigannya. Jika
dalam keputusan tersebut terdapat benturan
kepentingan maka yangdiutamakan dalam
menyetujui keputusan tersebut adalah prinsip
QSDSM (Quality Cost Delivery Safety Moral).
Direktur di CV.Inovi berwenang mewakili
perseroan baik didalam maupun diluar
pengadilan. Dalam hal ini sesuai dengan tugas
dan tanggung jawabnya sebagai DIC.
Jika terjadi suatu kesalahan dalam
penerapan keputusan Direksi maka sistem di
CV.Inovi tidak akan meletakkan kesalahan
tersebut secara perorangan, namun proses
internal akan menelusuri sampai kesalahan
tersebut diselesaikan tuntas. Jika salah Direktur
akan melakukan suatu project, maka
mekanismenya harus melalui rapat Direksi.
Semua keputusan yang mempertaruhkan
stakeholder wajib dibahas dalam rapat Direksi.
Rapat Direksi tersebut menjamin bahwa
keputusan Direksi adalah keputusan perseroan
yang sudah memenuhi calculated risks, baik
terhadap money (uang); value (nilai) maupun
image (citra) perseroan. Dan sebelum dibahas
dalam rapat Direksi, maka Direktur yang
Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021
268
bersangkutan akan mengkaji lebih dahulu dalam
lingkungan internal bidang yang dipimpinnya.
Hal ini merupakan mekanisme kontrol dalam
pengambilan keputusan Direksi, dan merupakan
wujud kolegialitas dimana keputusan salah
seorang Direktur pada prinsipnya merupakan
keputusan bersama Direksi.
Dari uraian yang telah diberikan tersebut diatas
dapat dianalisa sebaga berikut:
A. Fiduciary duty Direksi terhadap Perseroan di
CV. Inovi telah dijalankan dengan baik,
sesuai prinsip-prinsip fiduciary duty yang
tercermin dalam dua kewajiban, yaitu:
1. Duty of loyakty and good faith yang
dikategorikan lagi ke dalam :
a. Duty to act bona fide in the interest of the
company;
b. Duty to exercise power for their proper
purposes;
c. Duty to retain their discrenatory powers;
d. Duty to avoid conflicts of interest.
2. Duty of care and diligence
Dalam konteks duty of loyalty and good
faith, Direksi tidak semata mata hanya
melaksanakan tugas untuk dan bagi kepentingan
perseroan semata-mata, melainkan juga para
stakeholders perseroan, yang didalamnya juga
meliputi kepentingan para pemegang saham
perseroan, kreditor perseroan dalam arti luas,
yang meliputi juga para pemasok, rekanan kerja,
juga yang tidak boleh dilupakan adalah
konsumen.
B.Ketentuan UUPT Pasal 97 ayat (2) dapat
dikatakan suatu bentuk pengejawantahan dari
duty of loyalty and good faith. Untuk dapat
memenuhi ketentuan pasal tersebut, Direksi
Perseroan dituntut memiliki kemampuan dan
keahlian tertentu. Pemilihan anggota Direksi
CV. Inovi dilakukan melalui mekanisme Komite
Remunerasi dan Nominasi. Komite tersebut
akan memilih calon Direktur berdasarkan hal-hal
antara lain: kapasitas personal dan
profesionalnya dan dinilai aspek benturan
kepentingannya. Setelah terpilih, Direktur CV.
Novi menyatakan komitmen tertulisnya kepada
perseroan melalui penandantanganan Letter of
Intent. Dalam hal yang demikian, menurut
konsepsi fiduciary duty, seorang anggota Direksi
menyatakan komitmennya dalam menjalankan
perseroan sesuai dengan kegiatan usaha
perseroan, untuk memperoleh keuntungan bagi
perseroan.
Dalam konsepsi fiduciary duty
terjandung duty of care and skill atau duty of
care and diligence, yang pelanggarannya
mengakibatkan breach of duty dari seorang
anggota Direksi, yang dapat membawanya
kepada pertanggungjawaban pribadi terhadap
kerugian yang diderita oleh perseroan, pemegang
saham, maupun pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap perseroan,
CV, Inovi telah menginternalisasikan
konsepsi fiduciary duty kedalam pedoman bisnis
perseroan yang dituangkan dalam Pedoman
GCG Perseroan, dimana pedoman tersebut
berfungsi sebagai:
Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021
269
1. Sebagai acuan dasar dalam implementasi
corporate governance, khususnya bagi
Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan;
2. Anggota Direksi dan dewan Komisaris lebih
mengutamakan kepentingan perseroan
daripada kepentingan pribadi atau
kepentingan sejumlah pemegang saham
tertentu.
3. Mendorong pertumbuhan bisnis dan
akuntabilitas perseroa dengan tujuan
meningkatkan shareholder value dalam
jangka panjang dan stakeholder lainnya.
Dalam menerapkan CG, CV. Inovi telah
menyusun kebijakan dan pedoman yang termuat
dalam GCG Code of Conduct yang antara lain
mengatur mengenai:
a. Pedoman Etika Bisnis dan Etika Kerja
c. Fungsi Sekretaris Perusahaan
d. Sistem Audit dan Manajemen Bisnis
e. Pedoman terhadap Transaksi yang dianggap
mempunyai
Benturan Kepentingan
d. Remunerasi
e. Kebijakan Deviden
f. Manajemen Resiko
g. Audit Internal
h. Audit Eksternal
i. Kalender Keuangan
j. Kepatuhan Hukum
k. Komunikasi Perusahaan
l. Penilaian Tata Kelola Perusahaan
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan analisa yang telah
dilakukan dalam dapat ditarik simpulan sebagai
berikut:
1. Hubungan antara Direksi dengan perseroan
yang dalam hal ini adlah CV. Inovi adalah
hubungan antara agen dengan prinsipal yang
saling tergantung dalam kepentingan
bersama yang dikenal sebagai fiduciary .
2. Dalam penerapan Fiduciary Duty di CV.
Inovi, tugas dan tanggung jawab Direksi
meliputi antara lain:
a. Melaksanakan tugas dan tanggung
jawab memelihara dan mengoperasikan
perseroan dengan terencana,penuh
keahlian dan kehati-hatian.
b. Mengendalikan dan mendayagunakan
semua sumber daya perseroan untuk mencapai
tujuan perseroan dalam berbisnis.
3. Pada umumnya Direksi bertanggung jawab
dalam mengelola perseroan. Walaupun
demikian tidak semua tindakan diluar
kewenangan yang diberikan Undang - Undang
dan Anggaran Dasar ,yang dibuat oleh anggota
Direksi tersebut mengandung gross
negligence,fraud, conflict of interest atau
illegality terhadap perseroan. UUPT tidak
mengatur konsepsi yang dipergunakan.
Ketentuan Pasal 97 ayat (3) dan Pasal 95 ayat (5)
UUPT hanya menyebutkan kesalahan atau
kelalaian.
Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021
270
4. Jadi, konsepsi dan penerapan Fiduciary Duty
Direksi menurut peraturan perundang- undangan
maupun business practice, diperlukan sejak
perusahaan telah dimiliki oleh tidak lagi pada
satu pemilik/keluarga tetapi beberapa pemilik
bahkan menjadi perusahaan publik. Hal ini
dimaksudkan melindungi kepentingan seluruh
pemegang saha terutama pemegang saham
minoritas dari kemungkinan abuse of power
yang dilakukan Direksi. Sehingga, penerapan
fiduciary duty Direksi sebagai pemenuhan ”legal
compliance” maupun kebutuhan bisnis adalah
suatu kebutuhan.
5. Tanggung jawab direksi berdasarkan prinsip
Fiduciary Duties pada CV. Inovi ialah mampu
melaksanakan tugasnya dengan penuh itikad
baik, bertanggung jawab, serta menghindari
adanya benturan kepentingan. Direksi juga
bertindak dengan penuh kehati-hatian dalam
membuat segala keputusan dan kebijakan
(duty of care), serta mampu mengutamakan
kepentingan perseroan diatas kepentingan
pribadinya (duty of loyalty).
Saran
Penelitian yang dilakukan ini diharapkan
dapat dimanfaatkan dan dijadikan masukan bagi
semua pihak yang berkepentingan terhadap
diterapkannya prinsip fiduciary duty Direksi
dalam pengelolaan perseroan terbatas, sesuai
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, yaitu bahwa Fiduciary duty
Direksi yang diterapkan dengan memenuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan dan
prinsip-prinsip GCG, dapat menjadikan
perseroan dikelola tidak hanya memenuhi
ketentuan dasar yang ditentukan undang-undang
dan peraturan tetapi juga dapat memenuhi
norma-norma yang berlaku dimasyarakat untuk
mencapai nilai yang diharapkan oleh pemegang
saham (shareholder value) dan sekaligus
memenuhi kepentingan semua petaruh
(stakeholder interest) secara seimbang. Studi
kasus CV, Inovi diharapkan dapat dijadikan
sebagai acuan praktek terbaik atau best practice
bagi perusahaanperusahaan lain. Selain itu,
untuk kepentingan akademis, penelitian ini
diharapkan
dapat dilanjutkan dengan penelitian empiris
untuk menguji lebih lanjut apakah penerapan
prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good
CorporateGovernance/GCG) merupakan bagian
yang melekat secara alamiah dalam proses
pengelolaan perseroan, dan dapat sepenuhnya
mendukung peran Direksi agar melakukan tugas,
tanggung jawab dan kewenangannya terhadap
perseroan secara.
Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021
271
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Achmad Ihsan, S.H, 1986, Dunia Usaha Indonesia, PT Pradnya Paramita, Jakarta.
Fadjar Adam, S.H dkk, 2002, Pengantar Hukum Dagang Indonesia, Yayasan Masyarakat Indonesia,
Palu.
Fred BG. Tumbuan, 2001, Tanggungjawab Direksi dan Komisaris serta Kedudukan RUPS Perseroan
Terbatas Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995, Makalah Kuliah S2 Fakultas Hukum
Universitas Indonesia,
Gunawan Widjaja, 2008, Resiko Hukum Sebagai Direksi, Komisaris dan Pemilik PT, Forum
Sahabat, Jakarta
Ida Bagoes Mantra, 2008, Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung.
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Prof. R. Subekti, S.H, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, PT Pradnya Paramita, Jakarta.
Prof. R. Subekti, S.H dan R. Tjitrosudibio, 2000, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan
Undang-Undang Kepailitan, PT Pradnya Paramita, Jakarta.