PENERAPAN PENGENDALIAN INTERN PENJUALAN KREDIT …

14
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017) 227 PENERAPAN PENGENDALIAN INTERN PENJUALAN KREDIT DALAM UPAYA MEMINIMALISIR PIUTANG TIDAK TERTAGIH PADA PT. SUPRALITA MANDIRI CABANG SIDOARJO Novi Arie Kardiyanti, Ali Rasyidi, Siti Rosyafah Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bhayangkara Surabaya [email protected] ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana penerapan pengendalian intern yang dilakukan oleh PT. Supralita Mandiri Cabang Sidoarjo untuk mencapai tujuannya dalam meminimalisir piutang tidak tertagih. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif yaitu prosedur penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan perilaku yang dapat diamati. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa penerapan pengendalian intern penjualan kredit pada PT. Supralita Mandiri Cabang Sidoarjo masih banyak ditemukan kekurangan, karena ada perangkapan fungsi yang tidak sesuai dengan unsur pengendalian intern, sehingga masih cukup banyak piutang yang belum dapat ditagihkan. Kata Kunci: Penjualan Kredit, Pengendalian Intern, Piutang Tidak Tertagih. ABSTRACT The purpose of this study is determine to extent of which the application internal control performed by PT. Supralita Mandiri divisi Sidoarjo to achieve its goal in receivables uncollectible.This research uses qualitative approach method of research procedure that aims to produce descriptive data in the form of written or spoken words of persons and observable behavior.The result of this research is application internal control of credit sales at PT. Supralita Mandiri divisi Sidoarjo is still found a lot of deficiencies, because there is a set of functions that are not in accordance with the elements internal control, so there are still many accounts that can’t be billed. Keywords: Credit Sales, Internal Control, Receivables uncollectible. PENDAHULUAN Suatu perusahaan membutuhkan manajemen yang baik dan berkemampuan untuk mencapai tujuannya, salah satunya adalah dengan menerapkan pengendalian intern. Pihak manajemen harus mempertahankan adanya pengendalian dan

Transcript of PENERAPAN PENGENDALIAN INTERN PENJUALAN KREDIT …

Page 1: PENERAPAN PENGENDALIAN INTERN PENJUALAN KREDIT …

Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)

227

PENERAPAN PENGENDALIAN INTERN PENJUALAN KREDIT

DALAM UPAYA MEMINIMALISIR PIUTANG TIDAK

TERTAGIH PADA PT. SUPRALITA MANDIRI CABANG

SIDOARJO

Novi Arie Kardiyanti, Ali Rasyidi, Siti Rosyafah

Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bhayangkara Surabaya

[email protected]

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana penerapan

pengendalian intern yang dilakukan oleh PT. Supralita Mandiri Cabang Sidoarjo

untuk mencapai tujuannya dalam meminimalisir piutang tidak tertagih. Penelitian ini

menggunakan metode pendekatan kualitatif yaitu prosedur penelitian yang bertujuan

untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang dapat diamati. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa

penerapan pengendalian intern penjualan kredit pada PT. Supralita Mandiri Cabang

Sidoarjo masih banyak ditemukan kekurangan, karena ada perangkapan fungsi yang

tidak sesuai dengan unsur pengendalian intern, sehingga masih cukup banyak piutang

yang belum dapat ditagihkan.

Kata Kunci: Penjualan Kredit, Pengendalian Intern, Piutang Tidak Tertagih.

ABSTRACT

The purpose of this study is determine to extent of which the application

internal control performed by PT. Supralita Mandiri divisi Sidoarjo to achieve its

goal in receivables uncollectible.This research uses qualitative approach method of

research procedure that aims to produce descriptive data in the form of written or

spoken words of persons and observable behavior.The result of this research is

application internal control of credit sales at PT. Supralita Mandiri divisi Sidoarjo is

still found a lot of deficiencies, because there is a set of functions that are not in

accordance with the elements internal control, so there are still many accounts that

can’t be billed.

Keywords: Credit Sales, Internal Control, Receivables uncollectible.

PENDAHULUAN

Suatu perusahaan membutuhkan manajemen yang baik dan berkemampuan

untuk mencapai tujuannya, salah satunya adalah dengan menerapkan pengendalian

intern. Pihak manajemen harus mempertahankan adanya pengendalian dan

Page 2: PENERAPAN PENGENDALIAN INTERN PENJUALAN KREDIT …

Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)

228

pengawasan intern yang memadai, agar kemajuan perusahaan yang dicita-citakan

dapat tercapai. Salah satunya adalah dengan menerapkan pengendalian intern

penjualan kredit.

Penjualan merupakan salah satu aktivitas dan sumber pendapatan perusahaan.

Penjualan dibagi menjadi dua, yaitu kredit dan tunai. Penjualan kredit akan

menguntungkan perusahaan karena lebih menarik calon pembeli sehingga volume

penjualan meningkat yang berarti menaikkan pendapatan perusahaan, namun juga

dapat menimbulkan resiko berupa tidak tertagihnya piutang.

Untuk mengurangi adanya resiko piutang tidak tertagih yang terjadi dalam

aktivitas penjualan kredit, perusahaan harus merancang pengendalian intern

penjualan kredit yang memadai, seperti diadakan pemilihan secara seksama terhadap

para pelanggan berdasarkan faktor-faktor yang melekat dengan tujuan untuk

menentukan pelanggan yang benar-benar bisa dipercaya dan dapat memenuhi

kewajiban tepat pada waktunya. Bila langkah pertama ini berjalan dengan sesuai,

dalam arti langganan bisa dipercaya mengenai syarat-syarat waktu pembayaran

hutangnya kepada perusahaan dengan tepat kemudian disusul pelaksanaan sistem dan

prosedur penagihan piutang yang baik dan memadai, maka tujuan dalam

meningkatkan laba dapat tercapai.

Obyek penelitian skripsi ini adalah PT. Supralita Mandiri yaitu salah satu

perusahaan distribusi yang dinamis, berkembang, dan berpengalaman

mendistribusikan produk bayi bermerek Johnson’s Baby. PT. Supralita Mandiri

melayani pesanan dari pasar modern dan tradisional, sehingga sebagian besar

penjualan yang dilakukan adalah dengan cara kredit. PT. Supralita Mandiri

memberikan jangka waktu bermacam-macam kepada para pelanggannya. Hal ini

beresiko menimbulkan piutang tidak tertagih pada perusahaan. Oleh karena itu,

kebutuhan akan pengendalian intern penjualan kredit merupakan hal yang wajib

diterapkan untuk mengurangi piutang tidak tertagih sehingga tujuan perusahaan

dapat tercapai. Pada PT. Supralita Mandiri sudah diterapkan pengendalian intern,

namun dinilai kurang memadai karena masih banyak piutang yang belum tertagih

pada pelanggannya. Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukanlah penelitian

berjudul “Penerapan Pengendalian Intern Penjualan Kredit Dalam Upaya

Page 3: PENERAPAN PENGENDALIAN INTERN PENJUALAN KREDIT …

Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)

229

Meminimalisir Piutang Pada PT. Supralita Mandiri Cabang Sidoarjo”. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui, mengidentifikasi, dan memberi saran mengenai

penerapan pengendalian intern penjualan kredit dalam upaya mengurangi piutang

tidak tertagih pada PT. Supralita Mandiri Cabang Sidoarjo.

Titik Kurniawati (2011), berjudul “Penerapan Sistem dan Prosedur Penjualan

Kredit Sebagai Alat Pengendalian Intern Pada PT Kerta Rajasa Raya”, Universitas

Bhayangkara Surabaya. Pengendalian intern dikatakan lemah apabila masih adanya

perangkapan fungsi misalnya fungsi penjualan yang merangkap sebagai fungsi yang

mengotorisasi kredit sehingga hal tersebut mempengaruhi sistem dan prosedur yang

dijalankan oleh perusahaan. Ayu Widayanti (2012), dalam “Peranan Pengendalian

Intern Melalui Evaluasi Sistem dan Prosedur Penjualan Kredit Sebagai Upaya

Meminimalisir Kredit Macet Pada PT Tritanu”, Universitas Bhayangkara Surabaya.

Pengendalian intern yang belum terwujud dengan baik, karena belum adanya bagian

khusus yang menangani kredit.

Sukrisno Agoes (2014:79), pengendalian intern adalah suatu proses yang

dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain entitas yang didesain

untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan,

seperti keandalan laporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi, dan kepatuhan

terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Mulyadi (2016:129), pengendalian

intern meliputi struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan

untuk menjaga asset organisasi, mengecek ketelitian, dan keandalan data akuntansi,

mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Unsur-unsur

pengendalian intern antara lain:

1. Struktur Organisasi yang Memisahkan Tanggung Jawab Secara Tegas.

2. Sistem Wewenang dan Prosedur Pencatatan yang Memberikan Perlindungan yang

Cukup terhadap Aset, Uang, Pendapatan, dan Beban.

3. Praktik yang Sehat dalam Melaksanakan Tugas dan Fungsi Setiap Unit

Organisasi. Adapun cara-cara yang umumnya ditempuh oleh perusahaan dalam

menciptakan praktik yang sehat adalah:

a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaiannya harus

dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang.

Page 4: PENERAPAN PENGENDALIAN INTERN PENJUALAN KREDIT …

Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)

230

b. Pemeriksaan mendadak (surprised audit). Pemeriksaan mendadak

dilaksanakan tanpa pemberitahuan lebih dahulu kepada pihak yang akan

diperiksa, dengan jadwal yang tidak teratur.

c. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu

orang atau satu unit organisasi, tanpa ada campur tangan dari pihak lain.

d. Perputaran jabatan (job rotation).

e. Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak.

f. Secara priodik diadakan pencocokan fisik asset dengan catatannya.

g. Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektivitas unsur-

unsur sistem pengendalian intern yang lain.

4. Karyawan yang Kompeten, Berkualitas, dan Memiliki Keahlian sesuai dengan

Tanggung Jawabnya.

Untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, berkembang dan memperoleh

keuntungan perusahaan, maka perusahaan harus melakukan salah satu fungsi

pokoknya yaitu penjualan.

Menurut Sujarweni (2015:79), penjualan adalah suatu sistem kegiatan pokok

perusahaan untuk memperjual-belikan barang dan jasa yang perusahaan hasilkan.

Secara umum penjualan ada dua jenis yaitu:

1. Penjualan tunai

Penjualan tunai merupakan sistem yang diberlakukan perusahaan dalam menjual

barang dengan cara mewajibkan pembeli untuk melakukan pembayaran harga

terlebih dahulu sebelum barang diserahkan kepada pembeli. Setelah pembeli

melakukan pembayaran, barang akan diserahkan, kemudian transaksi penjualan

dicatat.

2. Penjualan kredit

Penjualan kredit merupakan sistem penjualan dimana pembayarannya dilakukan

setelah barang diterima pembeli. Jumlah dan jatuh tempo pembayarannya

disepakati oleh kedua pihak.

Mulyadi (2016:162), penjualan kredit adalah jika order dari pelanggan telah

terpenuhi dan pengiriman barang atau penyerahan jasa, untuk jangka waktu tertentu

perusahaan memiliki piutang kepada pelanggannya.

Page 5: PENERAPAN PENGENDALIAN INTERN PENJUALAN KREDIT …

Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)

231

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penjualan kredit adalah sebagai berikut:

1. Standar Kredit

Standar kredit adalah salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan, dengan

menurunkan standar kredit dapat menstimulasi permintaan, yang akhirnya akan

mengarah pada penjualan dan laba yang lebih tinggi.

2. Syarat Pembayaran

Syarat pembayaran kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Bila perusahaan

menetapkan syarat penjualan kredit yang ketat berarti perusahaan lebih

mengutamakan keamanan kredit dibandingkan misalnya memberikan batas waktu

pembayaran yang singkat dan memberikan beban bunga bila pengembaliannya

terlambat.

3. Plafon Kredit

Dalam memberikan kredit kepada pelanggan maupun calon pelanggan,

perusahaan akan membuat sebuah batasan kredit yang berbeda-beda terhadap

pelanggan satu dengan pelanggan lainnya, hal ini dikarenakan tingkat kemampuan

yang berbeda pula. Hal ini adalah salah satu alat kontrol dalam pelaksanaan

kebijakan kredit.

4. Volume Penjualan Kredit

Dalam melakukan penjualan secara kredit, perusahaan dapat menetapkan batas

maksimal kredit yang akan diberikan kepada pelanggannya.

5. Kebiasaan Pembayaran Pelanggan

Ada sebagian langganan yang mempunyai kebiasaan untuk membayar dengan

menggunakan kesempatan mendapatkan cash discount, dan ada sebagian lagi

tidak menggunakan kesempatan tersebut.

6. Kebijakan Pengumpulan Piutang

Perusahaan dapat menjalankan kebijaksanaan dalam pengumpulan piutang dalam

dua cara yaitu secara aktif maupun pasif.

Mulyadi (2016:168), terdapat enam fungsi terkait dalam sistem penjualan

kredit adalah:

1. Fungsi penjualan

Page 6: PENERAPAN PENGENDALIAN INTERN PENJUALAN KREDIT …

Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)

232

Fungsi penjualan bertanggung jawab untuk menerima surat order dari pembeli,

mengedit order dari pelanggan untuk menambahkan informasi yang belum ada

pada surat order tersebut, meminta otorisasi kredit.

2. Fungsi kredit

Bertanggung jawab untuk meneliti status kredit pelanggan dan memberikan

otorisasi pemberian kredit kepada pelanggan.

3. Fungsi gudang

Fungsi gudang menyimpan barang dan menyiapkan barang yang dipesan oleh

pelanggan serta menyerahkan barang ke fungsi pengiriman.

4. Fungsi pengiriman

Fungsi pengiriman bertanggung jawab untuk menyerahkan barang atas dasar surat

order pengiriman yang diterima dari fungsi penjualan.

5. Fungsi penagihan

Fungsi penagihan bertanggung jawab untuk membuat dan mengirimkan faktur

penjualan kepada pelanggan serta menyediakan copy faktur bagi kepentingan

pencatatan transaksi penjualan oleh fungsi akuntansi.

6. Fungsi akuntansi

Fungsi akuntansi bertanggung jawab untuk mencatat piutang yang timbul dari

transaksi penjualan kredit dan membuat serta mengirimkan pernyataan piutang

pada debitur serta membuat laporan penjualan. Fungsi ini juga bertanggung jawab

untuk mencatat harga pokok persediaan yang dijual ke dalam kartu persediaan.

Untuk meningkatkan penjualan, di samping melakukan penjualan tunai,

perusahaan juga melayani penjualan secara kredit kepada pelanggan. Penjualan

secara kredit ini kemudian akan menimbulkan piutang yang muncul sebagai salah

satu akun dalam neraca perusahaan, khususnya dalam kelompok aktiva lancar karena

normalnya piutang berjangka waktu pendek.

Hery (2014:29), sebagian piutang timbul dari penyerahan barang dan jasa

secara kredit kepada pelanggan. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada umumnya

pelanggan akan menjadi lebih tertarik untuk membeli sebuah produk yang

ditawarkan secara kredit oleh perusahaan (penjual). Kieso (2013:368), piutang

didefinisikan sebagai jumlah yang dapat ditagih dalam bentuk tunai dari seorang atau

Page 7: PENERAPAN PENGENDALIAN INTERN PENJUALAN KREDIT …

Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)

233

perusahaan lain. Warren (2008:442), piutang meliputi semua klaim dalam bentuk

uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau organisasi.

Bambang Riyanto (2010:85-87) berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi

piutang:

1. Volume penjualan kredit

2. Syarat pembayaran penjualan kredit

3. Ketentuan dalam pembatasan kredit

4. Kebijakan dalam pengumpulan piutang

5. Kebiasaan membayar dari para pelanggan

Piutang tidak tertagih timbul karena adanya resiko piutang yang tidak dapat

terbayar oleh debitur perusahaan karena berbagai alasan, misalnya pailit/bangkrut,

force major (bencana alam), karakteristik pelanggan. Semakin banyak piutang usaha

yang diberikan maka semakin banyak pula resiko piutang yang tidak terbayar. Hery

(2014:186) piutang tak tertagih timbul adanya pelanggan yang tidak bisa membayar

karena menurunnya omzet penjualan sebagai akibat dari lesunya perekonomian dan

kebangkrutan dialami debitur.

Berikut adalah Research Question dan Model Analisis dari penelitian ini:

Main Research Question

Bagaimana penerapan pengendalian intern penjualan kredit dalam upaya

meminimalisir piutang tidak tertagih pada PT. Supralita Mandiri Cabang Sidoarjo?

Mini Research Question

1. Bagaimana sistem penjualan kredit di perusahaan?

2. Apakah sudah diterapkan pengendalian intern penjualan kredit?

3. Sejauh mana penerapan pengendalian intern penjualan kredit yang telah

dilakukan oleh perusahaan?

4. Bagaimana penerapan pengendalian intern penjualan yang memadai sehingga

dapat mencapai tujuan perusahaan yaitu meminimalisir piutang tidak tertagih.

Page 8: PENERAPAN PENGENDALIAN INTERN PENJUALAN KREDIT …

Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)

234

Model Analisis

Sumber: Peneliti (2017)

Gambar 1

Model Analisis

METODE PENELITIAN

Pendekatan penelitian yang digunakan penulis dalam penulisan proposal ini

adalah pendekatan kualitatif, karena tujuan penulisannya adalah untuk mengetahui

penerapan pengendalian intern penjualan kredit dalam upaya meminimalisir piutang

tidak tertagih pada PT. Supralita Mandiri Cabang Sidoarjo. Pendekatan penelitian

kualitatif bertujuan untuk meneliti latar belakang fenomena secara mendalam, utuh,

dan sampai sekarang belum banyak diketahui, serta dimanfaatkan oleh peneliti yang

berminat untuk menelaah sesuatu latar belakang misalnya tentang motivasi, peranan,

nilai, sikap, dan persepsi.

Untuk dilakukan penelitian yang maksimal, tepat pada inti permasalahan, dan

tidak meluas peneliti membatasi penelitian ini pada masalah pengendalian intern

penjualan kredit yang diterapkan pada PT. Supralita Mandiri Cabang Sidoarjo.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, pengamatan (observasi),

studi kepustakaan, dokumentasi, sedankan teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini berdasarkan pengamatan terhadap data-data yang diperoleh dari PT.

Supralita Mandiri Cabang Sidoarjo untuk dianalisis sebagai berikut:

Mengumpulkan data atau informasi berkaitan dengan penjualan kredit perusahaan

Menganalisa flowchart dan otorisasi penjualan kredit

Sistem Akuntansi Penjualan Kredit

Prosedur Penjualan Kredit

Merancang pengendalian intern penjualan kredit

Menerapkan sistem pengendalian intern penjualan kredit

Meminimalisir piutang tidak tertagih

Page 9: PENERAPAN PENGENDALIAN INTERN PENJUALAN KREDIT …

Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)

235

1. Mengumpulkan data atau informasi berkaitan dengan penjualan kredit

perusahaan yaitu berupa flowchart, prosedur otorisasi, piutang, daftar umur

piutang.

2. Menganalisa flowchart, prosedur otorisasi, piutang, daftar umur piutang.

3. Mengevaluasi flowchart, prosedur otorisasi, piutang, daftar umur piutang

berdasarkan dasar teori yang digunakan dalam penelitian.

4. Merancang pengendalian intern penjualan kredit.

5. Menerapkan sistem pengendalian intern penjualan kredit.

6. Menganalisa piutang tidak tertagih setelah diterapkan pengendalian intern

penjualan kredit.

7. Menarik kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan temuan peneliti dalam penelitian ini, unsur pengendalian intern

penjualan kredit pada PT. Supralita Mandiri Cabang Sidoarjo dijelaskan dalam

uraian berikut:

1. Struktur Organisasi yang Memisahkan Tanggung Jawab Secara Tegas.

Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian tanggung jawab

fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-

kegiatan pokok perusahaan. Struktur organisasi pada PT. Supralita Mandiri Cabang

Sidoarjo dinilai belum sesuai dengan unsur pengendalian intern karena masih ada

perangkapan fungsi yaitu fungsi penjualan dan penagihan, dimana sales/salesman

dalam divisi penjualan merangkap sebagai penagih hutang para pelanggan. Adanya

keterkaitan antara fungsi penjualan dan penagihan dapat memberi kesempatan pada

karyawan yang bersangkutan untuk melakukan kecurangan, karena sesuai dengan

teori suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk melaksanakan

semua tahap suatu transaksi.

Tidak ada bagian khusus yang bertanggung jawab penuh terhadap fungsi

kredit, karena realitanya otorisasi kredit dijalankan oleh supervisor admin. Dalam

mengotorisasi penjualan kredit dinilai kurang melakukan analisa secara maksimal,

Page 10: PENERAPAN PENGENDALIAN INTERN PENJUALAN KREDIT …

Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)

236

tepat, dan akurat. Proses pemberian kredit dan otorisasi pembelian juga dinilai terlalu

mudah.

Tidak adanya bagian survey lapangan pada divisi administrasi untuk calon

pelanggan, sehingga pengajuan kredit yang diajukan selalu mendapat persetujuan.

Hal ini menyebabkan adanya faktur fiktif yang dinilai sebagai kecurangan untuk

meningkatkan omset penjualan.

2. Sistem Wewenang dan Prosedur Pencatatan yang Memberikan Perlindungan

yang Cukup terhadap Aset, Uang, Pendapatan, dan Beban.

Dari sistem dan prosedur pemberian kredit PT. Supralita Mandiri Cabang

Sidoarjo kepada pelanggan dinilai kurang tepat, karena tidak adanya fungsi kredit

tersendiri yang bertugas melakukan analisa kredit dan mengotorisasi penjualan

kredit. Selain itu, karena tidak adanya staf surveyor atau bagian survey lapangan

yang bertugas untuk menyurvey calon pelanggan dan memastikan bahwa pelanggan

tersebut adalah jelas dan bukan fiktif belaka, sehingga faktur yang sudah tercetak

nantinya dapat dipertanggungjawabkan dan ditagihkan kepada yang bersangkutan.

Pada PT. Supralita Mandiri Cabang Sidoarjo hanya terdapat fungsi keuangan

yang didalamnya staf admin penagihan dan kasir. Untuk fungsi akuntansinya sudah

dihandel oleh kantor pusat. Jadi, hal ini sudah sesuai dengan teori yang berisi bahwa

fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi kas.

Adapun unsur pengendalian intern yang paling tepat pada penjualan kredit

adalah:

1) Fungsi akuntansi, penjualan harus terpisah dari fungsi kredit dengan maksud

untuk menciptakan pengecekan intern terhadap transaksi penjualan kredit.

2) Fungsi akuntansi, penjualan harus terpisah dari fungsi penagihan karena hal itu

merupakan salah satu unsur pokok pengendalian intern mengharuskan pemisahan

fungsi operasi, fungsi penyimpanan dan fungsi akuntansi.

3) Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi kas hal ini dimaksudkan untuk

menjaga kekayaan perusahaan dan ketelitian serta keandalan data akuntansi.

4) Transaksi harus dilakukan lebih dari satu orang dengan merancang sistem unuk

melaksanakan kegiatan pokok perusahaan bahwa setiap transaksi harus

dilaksanakan lebih dari satu fungsi.

Page 11: PENERAPAN PENGENDALIAN INTERN PENJUALAN KREDIT …

Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)

237

3. Praktik yang Sehat dalam Melaksanakan Tugas dan Fungsi Setiap Unit

Organisasi.

Cara-cara umum yang diciptakan oleh PT. Supralita Mandiri Cabang Sidoarjo

untuk mencapai praktek yang sehat dan berjalannya tanggung jawab fungsional

namun belum sepenuhnya sempurna. Berikut ini adalah penjelasannya:

a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaiannya harus

dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang sudah dilakukan pada PT.

Supralita Mandiri Cabang Sidoarjo misalnya surat pesanan. Setiap sales/salesman

yang akan mengambil satu bendel surat pesanan harus mencatat nomor awal dan

akhir yang tertera pada bendel surat pesanan. hal ini juga ditujukan untuk

mengefisiensi biaya cetak formulir, karena setiap lembar yang dipakai harus

dipertanggungjawabkan dengan cara dicocokkan faktur yang tercetak.

b. Inspeksi yaitu pemeriksaan dilaksanakan tanpa pemberitahuan lebih dahulu

kepada pihak yang diperiksa dengan jadwal yang tidak teratur. Pada PT. Supralita

Mandiri Cabang Sidoarjo inspeksi sering dilakukan oleh staf kantor pusat.

Pemeriksaan ini dilakukan tiga hingga enam bulan sekali, dengan memfokuskan

pada bagian keuangan dan penjualan. Rangkaian jenis pemeriksaannya antara

lain, stok opname faktur yang bertujuan untuk memeriksa kelengkapan faktur,

stok opname uang kas, stok opname persediaan gudang, back check atau

pengecekan faktur di lapangan, pemeriksaan SOP sudah berjalan dengan baik

atau belum.

c. Sesuai dengan teori, setiap transaksi pada PT. Supralita Mandiri Cabang Sidoarjo

prosesnya tidak hanya dilakukan oleh satu orang melainkan harus mendapat

persetujuan dari atasan langsung atau koordinatornya. Pada setiap formulir yang

dicetak selalu diberi kolom tanda tangan koordinator divisi, sebagai tanda

otorisasi transaksi.

d. Perputaran jabatan sudah diterapkan di PT. Supralita Mandiri Cabang Sidoarjo,

dengan tujuan untuk transparansi operasional, independensi dalam melakukan

tugas masing-masing, dan meminimalisir adanya persekongkolan.

e. Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak. Setiap karyawan

mendapat hak cuti, namun terkadang tuntutan pekerjaan yang cukup rumit dan

Page 12: PENERAPAN PENGENDALIAN INTERN PENJUALAN KREDIT …

Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)

238

terlalu banyak sehingga akan terjadi penumpukan pekerjaan jika ditinggalkan

maka proses pengambilan cuti pada PT. Supralita Mandiri Cabang Sidoarjo ini

dapat dinilai rumit dan sedikit berbelit.

f. Secara periodik diadakan pencocokkan fisik aset dengan catatannya. Hal ini

sudah dilakukan oleh PT. Supralita Mandiri Cabang Sidoarjo setiap dua bulan

sekali dengan istilah stok opname. Stok opname dilakukan pada bagian keuangan

yaitu faktur dan kas, bagian gudang yaitu persediaan barang.

g. Pembentukan unit staf pengawas intern bertujuan untuk mengawasi efektivitas

dan efisiensi setiap fungsi dalam menjalankan tugasnya. Staf pengawas intern

pada PT. Supralita Mandiri sudah dibentuk, namun hanya ada di kantor pusat dan

akan diterjunkan di kantor cabang ketika ada masalah pada cabang tersebut.

4. Karyawan yang Kompeten, Berkualitas, dan Memiliki Keahlian sesuai dengan

Tanggung Jawabnya. Sesuai dengan teori tersebut dari hasil analisis pada PT.

Supralita Mandiri Cabang Sidoarjo sudah dilakukan seleksi dengan cukup baik,

namun karena budaya orang lama yang sudah terbentuk, terkadang karyawan

baru meniru kebiasaan orang lama yang kurang tepat. Piutang tidak tertagih

terjadi karena berbagai penyebab, salah satunya adalah karena sales/salesman

kurang kompeten dalam menjalankan tugasnya. Mereka dinilai kurang

memperhatikan faktor-faktor penjualan kredit dengan alasan tuntutan target

omset yang cukup tinggi sehingga terkadang tanpa memperhatikan standar

pemberian volume kredit dan plafon kredit, dengan mereka memberikan kredit

kepada pelanggan dengan nominal yang cukup besar.

SIMPULAN

Berikut ini adalah simpulan yang peneliti peroleh dari pembahasan atas data

perusahaan:

1. Secara keseluruhan, prosedur pengendalian intern penjualan kredit pada PT.

Supralita Mandiri Cabang Sidoarjo belum berjalan memadai karena ada beberapa

unsur yang belum diterapkan seperti masih adanya perangkapan fungsi penjualan

dan penagihan, sehingga menyebabkan peluang terjadinya kecurangan cukup

tinggi.

Page 13: PENERAPAN PENGENDALIAN INTERN PENJUALAN KREDIT …

Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)

239

2. Tidak adanya fungsi kredit khusus yang hanya menangani penjualan kredit

diantaranya otorisasi pemberian dan penjualan kredit.

3. Faktor-faktor penjualan kredit seperti penentuan standar, plafon, dan pemberian

volume kredit pada PT. Supralita Mandiri Cabang Sidoarjo belum diterapkan

secara sempurna sehingga resiko piutang tidak tertagih masih relatif tinggi.

4. Tidak adanya Staf pengawas intern diperlukan oleh PT. Supralita Mandiri

Cabang Sidoarjo untuk mengawasi proses berjalannya SOP. Staf Pengawas

Intern Pusat diterjunkan ke cabang ketika masalah sudah dianggap parah.

5. Belum adanya bagian surveyor untuk calon pelanggan yang akan mengajukan

kredit, sehingga kurang mengetahui kondisi calon pelanggan tersebut. Dalam hal

ini sales/salesman yang menawarkan kredit kurang begitu detail dalam

menyeleksi calon pelanggan, dengan alasan agar dapat memenuhi target omset

yang telah ditentukan.

SARAN

Untuk perbaikan dalam penerapan pengendalian intern penjualan kredit guna

meminimalisir piutang tidak tertagih, maka penulis memberikan saran untuk

mengatasi masalah tersebut antara lain:

1. Agar sistem dan prosedur penjualan kredit dapat berjalan memadai, maka perlu

dilakukan pemisahan fungsi penjualan dan penagihan agar dapat meminimalisir

peluang terjadinya kecurangan.

2. Agar dapat memaksimalkan otorisasi pemberian dan penjualan kredit, perlu

ditambahkan fungsi kredit.

3. Perlu dilakukan training karyawan khususnya bagian penjualan yaitu

sales/salesman agar lebih memperhatikan faktor-faktor penjualan kredit, seperti

penentuan standar, plafon, dan pemberian volume kredit agar dapat mengurangi

resiko tidak tertagihnya piutang.

4. Perlu ditambahkan staf pengawas intern pada kantor cabang agar dapat

mengawasi proses pelaksanaan tugas sesuai dengan SOP yang berlaku.

Page 14: PENERAPAN PENGENDALIAN INTERN PENJUALAN KREDIT …

Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)

240

5. Perlu ditambahkan bagian surveyor untuk menyurvei kondisi calon pelanggan

yang mengajukan kredit sebelum kreditnya disetujui, agar bisa mengetahui

tentang pelanggan secara detail, khususnya riwayat pembayaran hutangnya.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2014. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh

Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Hery. 2014. Akuntansi Aset, Liabilitas, dan Ekuitas. Jakarta: PT Grasindo.

. 2014. Pengendalian Akuntansi dan Manajemen. Jakarta: Kencana

Prenadamedia Group.

Kieso, dkk. 2011. Intermediate Accounting. United States of America: Wiley.

Kurniati, Titik. 2011. Penerapan Sistem dan Prosedur Penjualan Kredit Sebagai

Alat Pengendalian Intern Pada PT Kerta Rajasa Raya. Universitas

Bhayangkara, Surabaya.

Mulyadi. 2014. Auditing Edisi Keenam. Jakarta: Salemba Empat.

. 2016. Sistem Akuntansi Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat.

Narko. 2010. Sistem Akuntansi Edisi Kelima. Yogyakarta: Yayasan Pustaka

Nusantara.

Riyanto, Bambang. 2010. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:

Gajah Mada University Press.

Sujarweni, Wiratna. 2015. Sistem Akuntansi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Warren, Carl. 2008. Pengantar Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Widayanti, Ayu. 2012. Peranan Pengendalian Intern Melalui Evaluasi Sistem dan

Prosedur Penjualan Kredit Sebagai Upaya Meminimalisir Kredit Macet

Pada PT. Tritanu. Universitas Bhayangkara, Surabaya.