Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture ...

21
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt 148 Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture untuk Meningkatkan Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini di Kelompok Bermain R. Tutupary Prodi Pendidikan Luar Sekolah FKIP-Universitas Pattimura E-mail : [email protected] Artikel diterima: 30 April 2017; direvisi 22 Mei 2017; disetujui 25 Juni 2017 ABSTRACT The world of children is a world of play, and learning is done with or while playing that involves all the senses of the child. Paud teachers and parents need to look at the aspects of personality that exist in the development of children, including aspects of cognitive aspects, aspects of moral values, aspects of intelligence, motor aspects, social aspects of emotional. These five aspects may affect the thinking aspect of the child, and this is highly dependent on the ability of each individual. Therefore, children need to get good and proper stimulation to optimize aspects of its development. This study aims to determine the application of cooperative learning picture and picture type in improving early childhood cognitive development in KB Mawar FKIP Unpatti Ambon. This research is a Classroom Action Research. The subjects of this study were students aged 4-5 years KB Roses FKIP Unpatti Ambon which amounted to 10 people. Data collection techniques are observation and interview. This classroom action research procedure is carried out in two cycles, namely cycle I and cycle II. To know the result of student learning by using learning strategy with song on cognitive aspect conducted evaluation in the form of observation to cognitive aspect. Where indicators are performed by holding observations after completion of learning in each cycle at the end of the second meeting. The results showed that in the first cycle, there are still students who do not meet the criteria of the indicators conducted by the tutor, so it can be said as a weakness encountered in the implementation of the first cycle action, while in cycle II students are very active hear the teacher explanation. Very active in question is that students can follow the teacher's explanation well so that what is assigned can be done well. Thus it can be concluded that by using cooperative learning picture and picture type can develop early childhood cognitive in KB Mawar FKIP Unpatti Ambon. Keywords: early childhood; cognitive development; model picture and picture learning This is an open access article distributed under the Creative Commons 4.0 Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. ©2017 by author.

Transcript of Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture ...

Page 1: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture ...

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

148

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture

untuk Meningkatkan Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini di Kelompok Bermain

R. Tutupary Prodi Pendidikan Luar Sekolah FKIP-Universitas Pattimura

E-mail : [email protected]

Artikel diterima: 30 April 2017; direvisi 22 Mei 2017; disetujui 25 Juni 2017

ABSTRACT

The world of children is a world of play, and learning is done with or while

playing that involves all the senses of the child. Paud teachers and parents need

to look at the aspects of personality that exist in the development of children,

including aspects of cognitive aspects, aspects of moral values, aspects of

intelligence, motor aspects, social aspects of emotional. These five aspects may

affect the thinking aspect of the child, and this is highly dependent on the

ability of each individual. Therefore, children need to get good and proper

stimulation to optimize aspects of its development. This study aims to

determine the application of cooperative learning picture and picture type in

improving early childhood cognitive development in KB Mawar FKIP Unpatti

Ambon. This research is a Classroom Action Research. The subjects of this

study were students aged 4-5 years KB Roses FKIP Unpatti Ambon which

amounted to 10 people. Data collection techniques are observation and

interview. This classroom action research procedure is carried out in two

cycles, namely cycle I and cycle II. To know the result of student learning by

using learning strategy with song on cognitive aspect conducted evaluation in

the form of observation to cognitive aspect. Where indicators are performed by

holding observations after completion of learning in each cycle at the end of

the second meeting. The results showed that in the first cycle, there are still

students who do not meet the criteria of the indicators conducted by the tutor,

so it can be said as a weakness encountered in the implementation of the first

cycle action, while in cycle II students are very active hear the teacher

explanation. Very active in question is that students can follow the teacher's

explanation well so that what is assigned can be done well. Thus it can be

concluded that by using cooperative learning picture and picture type can

develop early childhood cognitive in KB Mawar FKIP Unpatti Ambon.

Keywords: early childhood; cognitive development; model picture and picture

learning

This is an open access article distributed under the Creative Commons 4.0 Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. ©2017 by author.

Page 2: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture ...

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

149

PENDAHULUAN

Pendidikan hendaknya diberikan sejak usia dini, sebab usia dini merupakan periode emas

(Golden Age) untuk mulai diberikannya stimulasi lewat pendidikan dan masa yang menjadi

landasan bagi kehidupan selanjutnya. Usia ini merupakan masa peka bagi anak, dimana anak

mulai sensitive untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi anak. Hal ini

mengisyaratkan bahwa semua pihak perlu memahami akan pentingnya masa usia dini untuk

optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan dengan memberikan stimulasi yang tepat bagi

mereka. Maka pendidikan sejak dini tepat diselenggarakan sebagai upaya untuk meletakan dasar-

dasar pengembangan kemampuan fisik, aspek kognitif, social-emosial, konsep diri, seni moral,

dan nilai-nilai agama (Yasmin dan Sanan, 2010: 2-5). Sebagaimana tertulis dalam pasal 1 butir

14 Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasianal, menyebutkan bahwa

Pendidikan Anak Usia Dini merupakan suatu upayah yang ditujukan kepada anak sejak lahir

hingga enam tahun yang dilakukan melalui pemberian ransangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan untuk

memiliki jenjang pendidikan yang lebih lanjut.

Terkait dengan uraian di atas, Conny R. Semiawan (Jalal, 2002: 16) menjelaskan bahwa

“bermain bagi anak adalah kegiatan yang serius tetapi menyenangkan, bermain adalah aktivitas

yang dipilih sendiri oleh anak karena menyenangkan, bukan karena hadiah atau pujian”. Melalui

bermain, semua aspek perkembangan anak dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, bermain bagi

anak usia dini merupakan jembatan bagi berkembangnya semua aspek. Bermain adalah medium,

dimana anak menyatakan jati dirinya, bukan saja dalam fantasinya, tetapi juga benar nyata secara

aktif. Selain itu, bermain merupakan pendekatan dalam mengelola kegiatan belajar anak, dengan

menerapkan metode, strategi, sarana, dan media belajar yang merangsang anak untuk melakukan

eksplorasi, menemukan dan menggunakan benda-benda yang ada disekitarnya. Permainan juga

merupakan alat bagi anak untuk menjelajah dunianya, dari yang tidak dikenali, sampai pada yang

ia ketahui, dan dari yang tidak dapat diperbuatnya hingga mampu melakukannya. Secara tegas

dapat dikatakan bahwa belajar sambil bermain bagi anak usia dini merupakan prasyarat penting

bila orang tua menginginkan anaknya sehat mental. Akan tetapi sebagian kelompok bermain

belum bisa menerapkan model pembelajaran yang lebih mengedepankan pola bermain sambil

belajar.

Page 3: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture ...

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

150

Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Kegiatan

belajar dapat mengembangkan potensi-potensi yang dibawa sejak lahir. Komponen-komponen

yang ada dalam kegiatan belajar yang ada dalam kegiatan belajar di antaranya adalah guru dan

siswa. Seorang guru dituntut mempunyai pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang professional

dalam membelajarkan siswa-siswanya. Perkembangan sains saat ini telah melaju dengan pesat

dan erat hubungannya dengan perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi memberikan

wahana yang memungkinkan sains berkembang dengan pesat. Hal ini menggungah para

pendidik untuk dapat merancang dan melaksanakan pendidikan yang lebih terarah pada

penguasaan konsep sains, yang dapat bermanfaat dalam kegiatan sehari-hari di masyarakat.

Untuk dapat menyesuaikan perkembangan sains, kreatifitas sumberdaya manusia merupakan

syarat untuk ditingkatkan. Jalur yang tepat dan sesuai untuk meningkatkan sumberdaya manusia

adalah melalui jalur pendidikan (Dimyati & Mudjiono, 2002).

Guru sebagai pendidik atau pengajar memegang peran yang amat sangat penting dalam

keberhasilan suatu proses pembelajaran. Itulah sebabnya setiap perbincangan mengenai

pembaharuan kurikulum, pengadaan alat-alat belajar sampai dengan criteria sumber daya

manusia yang dihasilkan oleh usaha pendidikan, selalu bermuara pada guru. Hal ini

menunjukkan betapa signifikan (Berarti penting) posisi guru dalam pendidikan (Muhibin,

1999:223) namun semua itu kembali kepada tugas utama dari seorang guru yaitu, mengelola

proses belajar yang melibatkan peran aktif siswa dan mengarah, sehingga menimbulkan ada

interaksi. Yang memungkinkan guru dapat mentransfer pengetahuan yang diajarkan kepada para

siswanya. Dan diiringi oleh kreatifitas dari guru agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan

baik.

Peningkatan kognitif anak didik melalui penggunaan APE pada Taman Kanak-kanak dengan

cara menerapkan proses belajar sambil bermain. Anak usia dini dapat saja diberikan materi

pelajaran, diajari membaca, menulis, dan berhitung. Bahkan dapat saja diajari pengetahuan

tentang materi IPS dan lain-lainnya. Jerome Bruner menyatakan, setiap materi dapat diajarkan

kepada setiap kelompok umur dengan cara-cara yang sesuai dengan perkembangannya, kuncinya

adalah pada bermain (Supriadi, 2002: 40). Bermain adalah kata kunci pada pendidikan anak usia

dini. Ia sebagai media sekaligus sebagai substansi pendidikan itu sendiri. Dunia anak adalah

dunia bermain, dan belajar dilakukan dengan atau sambil bermain yang melibatkan semua indra

anak. Bruner dan Donalson dari telaahnya menemukan bahwa sebagian pembelajaran terpenting

dalam kehidupan diperoleh dari masa kanak-kanak yang paling awal, dan pembelajaran itu

Page 4: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture ...

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

151

sebagian besar diperoleh dari bermain. Sayangnya, menurut Samples bermain sebagai gagasan

yang dikaitkan dengan pembelajaran kurang mendapatkan apresiasi dalam berbagai lingkungan

budaya (Supriadi, 2002: 40).

Berdasarkan alasan-alasan yang telah di paparkan, maka guru Paud dan orang tua perlu

mencermati aspek-aspek kepribadian yang ada dalam perkembangan anak, diantaranya aspek

aspek kognitif, aspek nilai moral, aspek kecerdasan, aspek motorik, aspek sosial emosional

(Kamtini&Tanjung,2005). Kelima aspek tersaebut dapat mempengaruhi aspek pemikiran anak,

dan ini sangat bergantung pada kemampuan setiap individu. Oleh karena itu, anak perlu

mendapatkan stimulasi yang baik dan tepat untuk mengoptimalkan aspek-aspek

perkembangannya. Salah satu kegiatan yang dapat menstimulasi otak anak dengan baik adalah

bernyanyi Bernyanyi bukan sekedar bisa mengucapkan apa yang dinyanyikan, tetapi juga perlu

diperhatikan apakah anak bisa mengerti apa yang dinyanyikan lewat syair lagu. Dalam dunia

anak lebih banyak bernyanyi bahkan hampir sebagian besar proses pembelajaran disekolah pada

pendidikan anak usia dini diawali dengan bernyanyi.

Melihat dari fenomena yang terjadi maka di KB Mawar FKIP Unpatti Ambon, jika dalam

meningkatkan perkembangan kognitif menggunakan strategi membaca langsung, anak kurang

variatif dan menyenangkan sehingga anak terlihat kurang merespon. Kondisi seperti ini

dirasakan kurang menyenangkan, karena anak pada KB Mawar FKIP Unpatti Ambon pada

umumnya senang bernyanyi dan bermain dengan alat-alat permainan. Berdasarkan paparan di

atas, maka peniliti tertarik melakukan penelitian mengenai strategi pembelajaran dalam

pengembangan aspek kognitif bagi anak usia dini melalui penerapan pembelajaran kooperatif

tipe picture and picture.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk dapat mengetahui penerapan pembelajaran

kooperatif tipe picture and picture dalam meningkatkan perkembangan kognitif anak usia dini

pada Kelompok Bermain Mawar FKIP Unpatti Ambon. Dalam penelitian ini penulis memakai

beberapa teori pendukung yang dapat memperkuat penulisan ini diantaranya adalah : Hakikat

Anak Usia Dini, Hakikat Perkembangan Kognitif, hakikat model pembelajaran kooperatif serta

Hakikat Model Pembelajaran Picture And Picture. Hakikat Anak Usia Dini yang di dalamnya

memuat tentang dasar pendidikan anak usia dini yang diatur dalam Undang-undang Sistim

Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14 yaitu “pendidikan anak usia

dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia

enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

Page 5: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture ...

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

152

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam

memasuki pendidikan lebih lanjut”

Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan

usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak (Yuliani

Nurani Sujiono, 2009: 7). Usia dini merupakan usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan

perkembangan yang pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden age). Makanan yang

bergizi yang seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan

perkembangan tersebut. Yang dimaksud dengan anak usia dini atau anak prasekolah adalah

mereka yang berusia antara 0 sampai 6 tahun. Mereka biasanya mengikuti program prasekolah

atau kindergarten. Sedangkan di Indonesia umumnya mereka mengikuti program tempat

penitipan anak dan kelompok bermain (play group). Dari pengertian tersebut tergambar bahwa

anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun. Hal ini sejalan dengan

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas pasal 28

ayat 1 yaitu pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang Pendidikan Dasar.

Hakikat Perkembangan Kognitif yang di dalamnya memuat tentang Makna Perkembangan

Kognitif Bagi Kehidupan Anak, Pentingnya Perkembangan Kognitif, Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Perkembangan Kogntif, Teori kognitf dalam bermain dan Standar

Perkembangan Kognitif (Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No.

137 Tahun 2014 Tentang Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak).

Kemampuan kognitif diperlukan oleh anak dalam rangka mengembangkan pengetahuannya

tentang apa yang dilihat, dengar, rasa, raba, ataupun di cium melalui pancaindra yang

dimilikinya (Julliani Sujono: 2008). Di kelompok bermain atau lembaga sejenisnya,

pengembangan kognitif dikenal juga dengan istilah pengembangan daya pikir. Apabila dilihat

dari definisi dan peristilahan yang sering ditukar-pakaikan maka pada dasarnya isilah intelektual

adalah sama pengertianya dengan istilah kognitif. Kognitif berhubungan dengan intelejensi.

Kognitif lebih bersifat pasif atau statis yang merupakan aktualisasi atau perwujudan dari daya

dan potensi tersebut yang berupa perilaku atau aktifitas.

Potensi kognitif ditentukan pada saat konsepsi (pembuahan), namun terwujud atau tidaknya

potensi kognitif tergantung dari lingkungan dan kesempatan yang diberikan. Potensi kognitif

yang dibawa sejak lahir atau merupakan faktor keturunan yang menentukan batas perkembangan

tingkat intelejensi (batas maksimal). Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan

individu untuk menghubungkan, memilih, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa.

Page 6: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture ...

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

153

Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecedasan yang mencirikan seseorang dengan

berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide dan belajar. Menurut Terman kognitif

adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri diri dengan lingkungan. Selanjutnya Colvin

mendefinisikan bahwa kognitif adalah intelektual ditambah dengan meyesuiakn diri dengan

lingkungan dan Henman mendefinisikan bahwa kognitif adalah intelektual ditambah dengan

pengetahuan. Selain itu Hunt mendefinisikan bahwa kognitif adalah teknik untuk memproses

informasi yang disediakan oleh indra. Dengan demikian kognitif adalah teknik memproses

informasi yang disediakan oleh indra yang menghasilkan kemampuan untuk menyesuaikan diri

dengan lingkungan.

Gardner dalam Munandar (2000), mengemukakan bahwa pegertian intelejensi sebagai

kemampuan untuk memecahkan masalah atau untuk menciptakan karya yang dihargai dalam

suatu kebudayaan atau lebih. Sedangkan Pamela Minet mendefinisikan bahwa perkembangan

intelektual adalah sama dengan perkembangan mental, sedangkan perkembangan kognitif adalah

perkembangan berpikir. Pikiran adalah bagian dari berpikir dari otak. Individu berpikir

menggunakan pikiran. Kemampuan ini yang menentukan cepat tidaknya atau terselesaikan

tidaknya suatu masalah yang sedang dihadapi. Melalui kemampuan intelejensi yang dimiliki

oleh seorang anak maka kita dapat mengatakan apakah seorang anak pandai atau bodoh, pandai

sekali atau bodoh sekali. Pada hakikatnya intelejensi adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir,

yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu.

Pada dasarnya pengembangan kognitif dimaksudkan agar anak mampu melakukan

eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui pancaindranya sehingga dengan pengetahuan yang

didapatnya tersebut anak akan dapat melangsungkan hidupnya dan menjadi manuusia yang utuh

sesuai dengan kodratnya sebagai makluk Tuhan yang harus memberdayakan apa yang ada

didunia ini untuk kepentingan dirinya dan orang lain.

Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat kuantitatif,

melainkan kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan pada segi material, melainkan pada segi

fungsional. Dari uraian ini, perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan kualitatif dan

fungsi-fungsi. Perubahan suatu fungsi adalah disebabkan oleh adanya proses pertumbuhan

material yang memungkinkan adanya fungsi itu, dan disamping itu disebabkan oleh karena

perubahan tingkah laku hasil belajar.

Adapun aliran-aliran yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan siswa adalah : a) Aliran Nativisme. Tokoh utama aliran ini adalah Arthur

Page 7: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture ...

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

154

Schopenhauer (1788-1860). Menurut aliran ini, perkembangan manusia itu ditentukan oleh

pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa; b) Aliran

Empirisme. Tokoh utama aliran ini adalah John Locke (1632-1704). Dengan konsep “tabula

rasa”, menurut aliran ini perkembangan manusia itu semata-mata bergantung pada lingkungan

dan pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak

mempunyai pengaruh apapun; c) Aliran Konvergensi. Tokoh utamanya adalah Louis William

Stern (1871-1938). Menurut aliran ini, faktor pembawaan maupun faktor lingkungan memiliki

andil yang sama besar dalam perkembangan manusia.

Dari uraian di atas diketahui bahwa faktor pembawaan dan lingkungan memiliki andil yang

sama dalam perkembangan. Akan tetapi, hasil proses perkembangan seseorang tak dapat

dijelaskan hanya dengan menyebut pembawaan dan lingkungan. Artinya, keberhasilan seseorang

bukan karena pembawaan dan lingkungan saja, karena seseorang tidak hanya dikembangkan oleh

pembawaan dan lingkungannya saja tetapi juga oleh dirinya sendiri. Setiap orang memiliki

potensi self direction dan self dicpline yang memungkinkan dirinya bebas memilih antara

mengikuti atau menolak sesuatu (aturan atau stimulus) lingkungan yang hendak

mengembangkan dirinya.

Mengacu pada penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang

mempengaruhi tinggi rendahnya mutu hasil perkembangan seseorang pada dasarnya terdiri dari

dua macam, yaitu: 1) Faktor interen, yaitu faktor yang ada dalam diri seseorang yang meliputi

pembawaan, potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya dan 2) Faktor

ekstern, yaitu hal-hal yang datang atau ada di luar diri seseorang yang meliputi lingkungan

(khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi orang tersebut dengan lingkungannya.

Jean Piaget megemukakan bahwa anak menjalani tahapan perkembangan kognitif sampai

akhirnya proses berpikir menyamai proses berpikir orang dewasa, dalam perkembangan kognitif

memerlukan proses belajar yang bersifat adaptasi. Didalam adaptasi ada dua keseimbangan yang

perlu menunjang didalam pelaksanaan yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses

penggabungan informasi yang baru diterima dalam realisasi dengan stuktur kognitif seseorang.

Sedangkan akomodasi adalah mengubah stuktur kognitif seseorang disesuaikan, diselaraskan

dengan atau menurut apa yang diamati dan realisasi.

Piaget mengemukakan bahwa saat bermain anak tidak belajar sesuatu yang baru, tetapi

mereka belajar mempraktekkan dan mengkonsolisdasi ketrampilan yang baru diperoleh.

Perkembangan bermain berhubungan dengan perkembangan kecerdasan seseorang, maka taraf

Page 8: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture ...

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

155

kecerdasan seorang anak akan mempengaruhi kegiatan bermainnya. Selain itu Lev Vigotsy yang

adalah seorang psikologi perkembangan Rusia yang meyakini bahwa mempunyai peran

langsung terhadap perkembangan seseorang, bermain adalah self helf toll. Sering kali

keterlibatan anak dalam kegiatan bermain dengan sendirinya mensosial dan emosi anak

mengalami kemajuan dan perkembangannya, bukan hanya perkembangan kognitif yang

diperlihatkan dalam bermain tetapi juga peran penting dalam perkembangan.

Standar Perkembangan Kognitif (Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia No. 137 Tahun 2014 Tentang Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak) dapat terlihat

pada tabel berikut ini :

Tabel 1. Standar Perkembangan Kognitif (Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia No. 137 Tahun 2014 Tentang Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak)

Lingkup Perkembangan

Kognitif Tingkat Pencapaian

A. Belajar dan Pemecahan

Masalah

1. Mengenal benda berdasarkan fungsi (pisau untuk memotong, pensil

untuk menulis

2. Menggunakan benda-benda sebagai permainan simbolik (kursi sebagai

mobil

3. Mengenal konsep sederhanan dalam kehidupan sehari-hari (gerimis,

hujan, gelap, terang, temaran dsb

4. Mengetahui Konsep Banyak dan sedikit

5. Mengkreasikan sesuatu dengan idenya sendiri yang terkait dengan

berbagai pemecahan masalah

6. Mengamati benda dan gejala dengan rasa ingin tahu

7. Mengenal pola kegiatan dan menyadari pentingnya waktu

8. Memahami posisi/kedudukan dalam keluarga, ruang, lingkungan sosial

(misal: sebagai peserta didik /anak/teman

B. Berpikir Logis 1. Mengklasifikasi benda berdasarkan fungsi, bentuk atau warna atau

ukuran

2. Mengenal gejala sebab akibat yang terkait dengan dirinya

3. Mengklasifikasi benda ke dalam kelompok yang sama atau kelompok

yang sejenis atau kelompok yang berpasangan dengan 2 variasi

4. Mengenal pola (misal. AB-AB dan ABC-ABC) dan mengulanginya

5. Mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi ukuran atau warna

C. Berpikir Simbolik 1. Membilang banyak benda satu sampai sepuluh

2. Mengenal konsep bilangan

3. Mengenal lambang bilangan

4. Mengenal lambang huruf

(Sumber : Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 137 Tahun 2014 Tentang Tingkat

Pencapaian Perkembangan Anak)

Agar hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan penulisan maka penulis menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dalam meningkatkan perkembangan

kognitif Anak Usia Dini di KB Mawa FKIP Unpatti Ambon. Pembelajaran kooperatif

merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu.

Prinsip dasar pembejaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling

Page 9: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture ...

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

156

mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif peserta

didik pandai mengajar peserta didik yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. peserta didik

kurang pandai dapat belajar dala suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang

membantu dan memotivasinya. peserta didik yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif setelah

menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi seara aktif agar bisa diterima

oleh anggota kelompoknya.

Dengan pemilihan metode, strategi, pendekatan, serta teknik pembelajaran, diharapkan

adanya perubahan dari mengingat (memorizing) atau menghafal (rote learning) ke arah berpikir

(thinking) dan pemahaman (understanding), dari model ceramah ke pendekatan discovery

learning atau inquiry learning, dari belajar individual ke kooperatif, serta dari subject centered ke

learner centered atau terkonstruksinya pengetahuan peserta didik. Menurut Nur (2000), semua

model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur

penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan pada model pembelajaran

kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan pada model

pembelajaran yang lain. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif,

peserta didik didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus

mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model

pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik peserta didik meningkat dan siswa dapat

menerima berbagai keragaman dari temannya, serta berkembangnya keterampilan sosial.

Selain itu Menurut Slavin dalam (Yasa, 2008: 2). Pembelajaran kooperatif adalah

pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, peserta didik dalam satu kelas dijadikan

kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang

difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting

kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai

wadah peserta didik bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan

teman sebayanya. Salah satu model pembelajaran yang digunakan oleh penulis adalah model

pembelajaran Picture and Picture yang berarti suatu metode belajar yang menggunakan

gambar dan dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis. Pembelajaran ini memiliki ciri

aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar

sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam

proses pembelajaran. Dalam proses pembelajarannya penggunaan media gambar dapat

Page 10: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture ...

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

157

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif, kreatif dan menemukan sendiri

dengan bantuan guru materi yang dipelajari.

Keunggulan dari model pembelajaran kooperatif adalah (1) membantu peserta didik belajar

berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan peserta

didik dalam praktik berpikir, (2) membantu peserta didik mengevaluasi logika dan bukti-bukti

bagi posisi dirinya atau posisi yang lain, (3) memberikan kesempatan pada peserta didik untuk

memformulasikan penerapan suatu prinsip, (4) membantu peserta didik mengenali adanya suatu

masalah dan memformulasikannya dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari bacaan

atau ceramah, (5) menggunakan bahan-bahan dari anggota lain dalam kelompoknya, dan (6)

mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.

Pembelajaran dengan menggunakan model picture and picture mempunyai beberapa

kelebihan dan kelemahan seperti terlihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2. Kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Picture and Picture

Kelebihan Kelemahan

1) Guru lebih mengetahui kemampuan masing-

masing peserta didik.

2) Melatih berpikir logis dan sistematis.

3) Membantu peserta didik belajar berpikir kritis

berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan

dengan memberikan kebebasan peserta didik

dalam praktik berpikir,

4) Mengembangkan motivasi untuk belajar yang

lebih baik.

5) Peserta didik dilibatkan daiam perencanaan dan

pengelolaan kelas.

6) Peserta didik mengetahui aplikasi dari materi

berupa contoh gambar.

7) Peserta didik diberi kesempatan untuk

mengemukakan pendapatnya

1) Memakan banyak waktu.

2) Banyak peserta didik yang pasif.

3) Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan

dikelas.

4) Banyak peserta didik tidak senang apabila

disuruh bekerja sama dengan yang lain.

5) Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya

yang cukup memadai. (Habisyafitri, 2012)

Langkah-langkah pembelajaran dengan model Picture and Picture adalah sebagai berikut:

Fase 1: Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. Langkah pertama ini sangat

penting disampaikan kepada peserta didik agar mereka dapat mengukur sejauh mana

materi yang harusdikuasainya. Di samping itu guru juga harus menyampaikan

indikator-indikator ketercapaian kompetensi dasar, dengan tujuan agar peserta didik

dapat mencapai kriteria ketuntasan mninimal yang ditetapkan.

Fase 2: Guru menyajikan materi sebagai pengantar pembelajaran Penyajian materi sebagai

pengantar merupakan hal yang sangat penting diberikan oleh guru dengan tujuan

mengarahkan peserta didik agar mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam

penyampaiannya, guru haruslah kreatif mencari cara dan teknik yang baik agar

Page 11: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture ...

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

158

peserta didik termotivasi untuk belajar lebih dalam tentang materi yang akan

dipelajari.

Fase 3: Guru menunjukkan gambar atau memperlihatkan gambar yang berhubungan dengan

materi. Dalam langkah ini, guru memperlihatkan beberapa gambar yang yang

berhubungan dengan materi yang akan diajarkan dan menanyakan kepada peserta

didik tentang nama, ciri-ciri benda yang ditunjukkan

Fase 4: Guru memberikan kumpulan gambar kepada peserta didik dalam kelompok. Dalam

langkah ini guru haruslah dapat melakukan inovasi agar gambar yang menjadi media

untuk model pembelajaran ini dapat menarik dan memotivasi peserta didik untuk

memahami suatu konsep yang diajarkan

Fase 5: Peserta didik mengamati gambar- gambar dan mengklasifikasi ciri-ciri. Pada langkah

ini, peserta didik dalam kelompok mengamati gambar-gambar yang diberikan guru.

peserta didik melakukan diskusi kelompok untuk menentukan nama, ciri-ciri benda

yang diamati. Hasil diskusi kelompok dicatat dalam catatan khusus, dipandu dengan

lembaran kerja peserta didik yang dibuat guru

Fase 6: Siswa mengemukan pendapat/mempresentasikan alasan pemikiran. Siswa dilatih

untuk mengemukan alasan pemikiran atau pendapat tentang hasil diskusi

kelompoknya dengan cara melaporkan hasilnya di depan kelas. Dalam lngkah ini

peran guru sangatlah penting sebagai fasilitator dan motivator adar peserta didik

bernai mengemukan pendaptnya. Biasanya siswa pada kelas rendah tidak berani untuk

berbicara kecuali dituntun dan dimotivasi oleh gurunya.

Fase 7: Guru bersama sama dengan peserta didik melakukan diskusi kelas tentang hasil

pemikiran dari tiap kelompok. Guru dapat memtivasi dan mengajak peserta didik

untuk berdiskusi, bertanya kepada teman yang melaporkan pekerjaannya di depan

kelas. Pekerjaan ini sangat sulit dilakukan, sehingga guru harus berinovasi agar

peserta didik mau bertanya dan menjawab pertanyaan gdari temannya maupun dari

guru. Guru bisa membantu dengan memberikan kalimat yang belum lengkap sehingga

peserta didik bisa melanjutkan apa yang akan disampaikan

Fase 8: Penarikan kesimpulan pembelajaran bersama-sama. Langkah terakhir pada

pembelajaran dengan model Picture And Pictureadalah guru mengajak peserta didik

untuk dapat bersama-sama menyimpulkan materi yang dipelajari dengan kata-kjata

dan bahasasendiri. Pada langkah ini, guru harus sering melakukan penekanan-

penekanan pada hal yang ingin dicapai dengan meminta peserta didik lain

mengulangi, dan menuliskan kembali konsep-konsep yang ingin dicapaisesuai dengan

indikator yang harapkan (Hanafiah & Suhana, 2009:42).

Page 12: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture ...

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

159

Selain itu juga ada peneliti sebelumnya yang telah melakukan penelitian yang berhubungan

dengan perkembangan kognitif anak menggunakan model pembelajaran Picture and Picture

diantaranya adalah : (Ni Nyoman Parwati , Desak Putu Parmiti, I Nyoman Jampel) yang meneliti

tentang “Penerapan Pembelajaran Picture And Picture Berbantuan Media Kartu Angka

Bergambar Dapat Meningkatkan Perkembangan Kognitif” Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui, peningkatan kemampuan kognitif anak didik setelah penerapan model

pembelajaran picture and picture berbantuan media kartu angka bergambar kelompok B

semester II tahun pelajaran 2012/2013 TK Widya Brata Mengwi. Jenis penelitian ini adalah

penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah 20

orang Anak TK ada Kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013. Data penelitian

tentang perkembangan kognitif dikumpulkan dengan metode observasi dengan instrumen

berupa lembar format observasi. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode

analisis statistik deskriptif dan metode analisis statistik kuantitatif. Hasil analisis

menunjukan rata-rata persentase perkembangan kognitif anak kelompok B semester II di TK

Widya Brata Mengwi pada siklus I sebesar 53,00% berada pada kategori sangat rendah dan

rata-rata persentase perkembangan kognitif anak kelompok B semester II di TK Widya Brata

Mengwi pada siklus II 93,00% berada pada kategori sangat tinggi ini menunjukan adanya

peningkatan rata-rata persentase perkembangan kognitif anak dari siklus I ke siklus II sebesar

40% dan berada pada kategori aktif.

METODE

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian tindakan kelas.

Arikanto dkk (2006:3) memberikan kesimpulan penelitian tindakan kelas adalah suatu

pengamatan terhadap aktivitas belajar yang berupa sebuah tindakan yang sengaja dilakukan

didalam kelas. Penelitian ini berlangsung di KB Mawar FKIP Unpatti Ambon. Subjek penelitian

ini adalah siswa usia 4-5 tahun KB Mawar FKIP Unpatti Ambon yang berjumlah 10 orang.

Variabel dalam penelitian ini ada 2 yaitu : 1) Variabel bebas: Penerapan Pembelajaran

Kooperatif Tipe Picture and Picture dan 2) Variabel terikat: Perkembangan Kognitif. Untuk

memperoleh data dari sumber data, maka instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Pedoman observasi, berupa format pengamatan yang harus diisi oleh observer; dan 2)

Pedoman wawancara, berupa format wawancara yang digunakan peneliti untuk mengajukan

pertanyaan kepada para siswa. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan melalui : 1)

Page 13: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture ...

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

160

Observasi yang dilakukan untuk mengumpulkan data tentang partisipasi dan keaktifan siswa

dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and

Picture; dan 2) Wawancara yang dalam penelitian ini dilaksanakan secara langsung yaitu

percakapan atau Tanya jawab dengan para siswa tanpa perantara.

Prosedur penelitian tindakan kelas ini direncanakan sebanyak dua siklus, yaitu : 1) Siklus I

selama dua kali pertemuan; dan 2) Siklus II selama dua kali pertemuan. Kriteria keberhasilan

pembelajaran pada KB Mawar FKIP Unpatti Ambon yaitu:

Tebel 3. Kriteria keberhasilan pembelajaran pada KB Mawar FKIP Unpatti Ambon

Tingkat Penguasaan (X) Keterangan

X ≥ Cukup Tuntas

X ≤ Cukup Tidak Tuntas

(Sumber : KB Mawar FKIP Unpatti Ambon)

Selanjutnya untuk menghitung keberhasilan secara klasikal digunakan rumus:

Ketuntasan Klasikal (%) = Jumlah siswa yang berhasil

x 100% Jumlah seluruh siswa

HASIL

Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Bermain Mawar FKIP Unpatti Ambon.

penelitian ini dilaksanakan 2 bulan dari bulan April sampai bulan Mei

2017. Data

perkembangan kognitif pada penelitian siklus 1 disajikan dalam bentuk

tabel hasil

perkembangan kognitif dan grafik hasil perkembangan kognitif. Dari hasil observasi yang

dilaksanakan pada saat penerapan metode picture-picture dalam meningkatkan perkembangan

kognitif anak dengan menggunakan 5 indikator yang muncul dalam proses pembelajaran akan

diberi bobot, yakni 3 (sangat baik), bobot 2 (cukup baik), bobot 1 (kurang baik). Skor

total yang diperoleh masing-masing siswa dibagi dengan bobot maksimal dikali 100.

Page 14: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture ...

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

161

Tabel 4. Hasil Perkembangan Kognitif Siklus I

No. Indikator Hasil Perkembangan Kognitif Total

B % C % K % %

1

Mengenal perbedaan berdasarkan

fungsi, bentuk atau warna, ukuran 2 20 3 30 5 50 100

2 Mengenal gejala sebab-akibat yang

terkait dengan dirinya 1 10 3 30 6 60 100

3

Mengklasifikasikan benda ke dalam

kelompok yang sama atau kelompok

yang sejenis atau kelompok yang

berpasangan dengan 2 variasi

2 20 2 20 6 60 100

4 Mengenal pola (misal, AB-AB dan

ABC-ABC) dan mengulanginya 3 30 3 30 4 40 100

5 Mengurutkan benda berdasarkan 5

seriasi ukuran atau warna 2 20 3 30 5 50 100

Berdasarkan informasi tabel, dapat diketahui untuk indikator mengenal perbedaan

berdasarkan fungsi, bentuk atau warna dan ukuran: yang memiliki nilai baik sebanyak 2 orang

siswa (20%), 3 orang siswa (30%) memperoleh nilai cukup dan 5 orang siswa (50%)

memperoleh nilai kurang,untuk indikator ke 2 yaitu mengenal gejala sebab-akibat yang terkait

dengan dirinya, yaitu untuk nilai Baik sebanyak 1 orang (10%), untuk nilai Cukup 3 orang siswa

(30%) dan nilai Kurang yaitu 6 orang siswa (60%), Untuk indikator Mengklasifikasikan benda

ke dalam kelompok yang sama atau kelompok yang sejenis atau kelompok yang berpasangan

dengan 2 variasi adalah yang memiliki nilai baik sebanyak 2 orang siswa (20%), 2 orang siswa

(20%) memperoleh nilai cukup dan 6 orang siswa (60%) memperoleh nilai kurang, kemampuan

mengenal pola (misal, AB-AB dan ABC-ABC) dan mengulanginya nilai Baik sebanyak 3 orang

(30%), untuk nilai Cukup 3 orang siswa (30%) dan nilai Kurang yaitu 4 orang siswa (40%),

kemampuan mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi ukuran atau warna adalah: yang memiliki

nilai baik sebanyak 2 orang siswa (20%), 3 orang siswa (30%) memperoleh nilai cukup dan 5

orang siswa (50%) memperoleh nilai kurang. Dalam hal ini tutor megulang kembali apa yang

terjadi pada saat proses pembelajaran. Anak didik kurang aktif mendengar apa yang dijelaskan

guru. Kuranga aktif yang dimaksud adalah anak didik belum dapat mengikuti penjelasan guru

dengan baik sehingga apa yang ditugaskan belum dapat dilakukan dengan baik.

Page 15: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture ...

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

162

Gambar 1. Hasil Perkembangan Kognitif Siklus I

Kolaborasi yang dilakukan peneliti dengan observer untuk menganalisa hasil penelitian pada

siklus I berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan tentang model pembelajaran kooperatif tipe

picture and picture terhadap perkembangan kognitif anak didik dapat disimpulkan bahwa

perkembangan kognitif anak didik KB Mawar FKIP Unpatti Ambon kurang baik. Hal ini

didasarkan pada capaian nilai yang diperoleh anak didik dalam lembar observasi aktivitas

belajar, dimana jika nilai seluruh anak didik dirata-ratakan maka diketahui bahwa nilai

ketrampilan yang dicapai dengan menggunakan kriteria terhadap lima aspek indikator mencapai

kategori cukup baik. Anak didik sesuai dengan indikator keberhasilan yang dicapai. Berdasarkan

hasil perolehan data di atas maka dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar pada KB

Mawar FKIP Unpatti Ambon pada siklus I belum berhasil meningkatkan kognitif anak. Indikator

keberhasilan diukur melalui rendahnya aktivitas dan keaktifan anak didik saat proses belajar

mengajar berlangsung baik. Anak didik juga mampu menngucapkan menghitung maupun

mengurutkan secara cepat dan tepat. Masih terdapatnya anak didik yang tidak memenuhi kriteria

indikator yang dilakukan tutor dapat dikatakan sebagai kelemahan yang ditemui dalam

pelaksanaan tindakan sehingga perlu dilaksanakan pembelajaran perbaikan pada siklus ke II.

Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil evaluasi siklus I.

berdasarkan hasil refleksi tindakan siklus I diketahui bahwa kognitif anak didik masih belum

cukup baik, sehingga diperlukan tindakan lanjutan untuk lebih meningkatkan kognitif anak didik

tersebut.

Page 16: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture ...

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

163

Tabel 5. Hasil Perkembangan Kognitif Siklus II

No. Indikator Hasil Perkembangan Kognitif Total

B % C % K % %

1 Mengenal perbedaan berdasarkan

fungsi, bentuk atau warna, ukuran 6 60 4 40 100

2 Mengenal gejala sebab-akibat yang

terkait dengan dirinya 5 50 5 50 100

3

Mengklasifikasikan benda ke dalam

kelompok yang sama atau kelompok

yang sejenis atau kelompok yang

berpasangan dengan 2 variasi

7 70 3 30 100

4 Mengenal pola (misal, AB-AB dan

ABC-ABC) dan mengulanginya 6 60 4 40 100

5 Mengurutkan benda berdasarkan 5

seriasi ukuran atau warna 8 80 2 20 100

Berdasarkan informasi tabel, dapat diketahui bahwa untuk indikator mengenal perbedaan

berdasarkan fungsi, bentuk atau warna dan ukuran: yang memiliki nilai baik sebanyak 6 orang

siswa (60%), 4 orang siswa (40%) memperoleh nilai cukup dan tidak ada siswa yang

memperoleh nilai kurang, untuk indikator ke 2 yaitu mengenal gejala sebab-akibat yang terkait

dengan dirinya, yaitu untuk nilai Baik sebanyak 5 orang (50%), untuk nilai Cukup 5 orang siswa

(50%), Untuk indikator mengklasifikasikan benda ke dalam kelompok yang sama atau kelompok

yang sejenis atau kelompok yang berpasangan dengan 2 variasi adalah yang memiliki nilai baik

sebanyak 7 orang siswa (70%), 3 orang siswa (30%) memperoleh nilai cukup, kemampuan

mengenal pola (misal, AB-AB dan ABC-ABC) dan mengulanginya untuk nilai Baik sebanyak 6

orang (60%), untuk nilai Cukup 4 orang siswa (40%) dan kemampuan mengurutkan benda

berdasarkan 5 seriasi ukuran atau warna adalah: yang memiliki nilai baik sebanyak 8 orang siswa

(80%), 2 orang siswa (20%) memperoleh nilai cukup. Dalam hal ini tutor telah melakukan

pembelajaran dengan baik sehingga dapat memotivasi siswa untuk aktif dalam proses

pembelajaran. Anak didik sangat aktif mendengar penjelasan guru. Sangat aktif yang dimaksud

adalah anak didik sudah dapat mengikuti penjelasan guru dengan baik sehingga apa yang

ditugaskan sudah dapat dilakukan dengan baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran yang dilakukan telah mampu meningkatkan perkembangan kognitif anak pada

siklus II ini.

Page 17: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture ...

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

164

Gambar 2. Hasil Perkembangan Kognitif Siklus II

Tingginya aktivitas dan keaktifan anak didik saat proses belajar mengajar berlangsung baik.

Anak didik juga mampu melafalkan dan menghafal syair serta membuat gerakan secara cepat

dan tepat, bahkan dalam lingkup perkembangan yang dinilai dapat berhasil dalam proses

pembelajaran. Hal ini didasarkan pada capaian nilai yang diperoleh anak didik dalam lembar

observasi aktivitas belajar, dimana jika nilai seluruh anak didik dirata-ratakan maka diketahui

bahwa nilai kemampuan yang dicapai anak didik sesuai dengan indikator keberhasilan yang

dicapai lebih tinggi dari (siklus I), menjadi meningkat di siklus II.

PEMBAHASAN

Berdasarkan paparan data hasil penelitian yang telah dikemukakan pada tindakan siklus I dan

II sebagai upaya untuk meningkatkan kognitif anak didik pada KB Mawar FKIP Unpatti Ambon.

Dengan memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mengamati gambar dan

mengklasifikasikannya sendiri, maka anak akan percaya diri sehingga perkembangan kognitif

belajar anak didik dapat meningkat. Asumsi ini sesuai dengan yang dikemukakan Rahim (2005:

22) yaitu: tutor sebaiknya memberikan latihan yang sesuai dengan kemampuan anak didik ketika

kegiatan belajar mengajar berlangsung, sehingga anak didik dapat berperan aktif untuk mencapai

kompetensi yang diharapkan. Peneliti selaku tutor pelajaran melaksanakan proses belajar

mengajar secara interaktif dengan anak didik sehingga anak didik baik pada saat menyimak

materi pelajaran, mengajukan pertanyaan dan memberikan jawaban atas pertanyaan yang

diberikan mampu dilakukan anak.

Page 18: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture ...

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

165

Selama proses penyajian materi pelajaran, gambar sebagai media pembelajaran yang

digunakan disajikan oleh tutor dengan mudah dimengerti anak, dengan demikian anak didik

mampu menjawab soal evaluasi yang diberikan. Jawaban yang diberikan anak didik pada

umumnya adalah sama hal ini karena adanya saling kerjasama antara anak didik dalam

menyelesaikan soal-soal yang diberikan.

Berdasarkan hasil analisis tindakan diketahui bahwa hasil penelitian pada siklus I berdasarkan

hasil pelaksanaan tindakan tentang model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture

terhadap perkembangan kognitif anak didik dapat disimpulkan bahwa perkembangan kognitif

anak didik KB Mawar FKIP Unpatti Ambon kurang baik. Hal ini didasarkan pada capaian nilai

yang diperoleh anak didik dalam lembar observasi aktivitas belajar, dimana jika nilai seluruh

anak didik dirata-ratakan maka diketahui bahwa nilai ketrampilan yang dicapai dengan

menggunakan kriteria terhadap lima aspek indikator mencapai kategori cukup baik. Anak didik

sesuai dengan indikator keberhasilan yang dicapai. Berdasarkan hasil perolehan data di atas

maka dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar pada KB Mawar FKIP Unpatti Ambon

pada siklus I belum berhasil meningkatkan kognitif anak. Indikator keberhasilan diukur melalui

rendahnya aktivitas dan keaktifan anak didik saat proses belajar mengajar berlangsung baik

.Anak didik juga mampu menngucapkan menghitung maupun mengurutkan secara cepat dan

tepat. Masih terdapatnya anak didik yang tidak memenuhi kriteria indikator yang dilakukan tutor

dapat dikatakan sebagai kelemahan yang ditemui dalam pelaksanaan tindakan sehingga perlu

dilaksanakan pembelajaran perbaikan pada siklus ke II. Dalam hal ini tutor megulang kembali

apa yang terjadi pada saat proses pembelajaran. Anak didik kurang aktif mendengar apa yang

diceritakan guru. Kuranga aktif yang dimaksud adalah anak didik belum dapat mengikuti

penjelasan guru dengan baik sehingga apa yang ditugaskan belum dapat dilakukan dengan baik.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilakukan belum mampu

meningkatkan perkembangan kognitif anak pada siklus I. Untuk proses dan hasil pembelajaran

pada siklus II Tingginya aktivitas dan keaktifan anak didik saat proses belajar mengajar

berlangsung baik. Anak didik juga mampu melafalkan dan menghafal syair serta membuat

gerakan secara cepat dan tepat, bahkan dalam lingkup perkembangan yang dinilai dapat berhasil

dalam proses pembelajaran. Hal ini didasarkan pada capaian nilai yang diperoleh anak didik

dalam lembar observasi aktivitas belajar, dimana jika nilai seluruh anak didik dirata-ratakan

maka diketahui bahwa nilai keterampilan yang dicapai anak didik sesuai dengan indikator

Page 19: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture ...

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

166

keberhasilan yang dicapai lebih tinggi dari (siklus I) menjadi semua siswa mendapat nilai baik

dan cukup.

Dalam hal ini tutor telah melakukan pembelajaran dengan baik sehingga dapat memotivasi

siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Anak didik sangat aktif mendengar apa yang

diceritakan guru. Sangat aktif yang dimaksud adalah anak didik sudah dapat mengikuti

penjelasan guru dengan baik sehingga apa yang ditugaskan sudah dapat dilakukan dengan baik.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilakukan telah mampu

meningkatkan perkembangan kognitif anak pada siklus II. Berdasarkan uraian di atas, maka

kecenderungan anak didik untuk memenuhi kriteria indikator semakin baik. Dengan demikian

perkembangan kognitif anak didik KB Mawar FKIP Unpatti Ambon semakin meningkat.

PENUTUP

Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan maka dapat disimpulkan bahwa dengan

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dapat mengembangkan kognitif

anak usia dini di KB Mawar FKIP Unpatti Ambon. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan

dan observasi pada siklus I dapat meningkat pada siklus II, yang secara klasikal peningkatan

perkembangan kognitif anak didik sesuai dengan kriteria ketuntasan yaitu 70%.

Dari hasil kesimpulan diatas, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut : 1) Tutor di KB

Mawar FKIP Unpatti Ambon perlu lebih mengoptimalkan penerapan pembelajaran kooperatif

tipe picture and picture yang telah berhasil mengembangkan kognitif anak sesuai dengan hasil

penelitian yang dilakukan; 2) Dalam menggunakan pembelajaran kooperatif tipe picture and

picture, hal terpenting yang harus dilakukan tutor adalah ketepatan penggunaan media

pembelajaran dan perencanaan yang matang sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara

maksimal.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa

Cipta

Baharuddin. 2009, Psikologi Pendidikan. Jogyakarta.

Basyaruddin, Yosi, dan Abdillah Obid. 2004. Manhaj pendidikan Anak Muslim. Jakarta Selatan:

Mustaqim.

Page 20: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture ...

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

167

Depdikbud. 1991. Kamus Umum Kognitif Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas, 2002. Acuan Menu Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Dini (Menu

Pembelajaran Generik). Jakarta: Dirjen Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda,

Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini.

Depdiknas, 2007. Pedoman Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain. Jakarta: Dirjen

pendidikan luar sekolah dan pemuda, Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini

Depdikas RI, Buletin PADU (Jurnal Ilmiah Anak Usia Dini Edisi 03 Desember 2002), Jakarta,

2004

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.

Gunarso, D. Singgih, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000

Hapidin, Model-Model Pendidikian untuk Anak Usia Dini, Jakarta: Ghiyats Alfiani Press, 2006

Hurlock, Elizabeth B. (1978) Perkembangan anak. Jakarta Erlangga

Ismail, Andang . 2007. Education Games: Menjadi Cerdas dan Ceria dengan Permainan

Edukatif. Yogyakarta: Pilar Media.

Jalal, Fasli. 2002. Meningkatkan Kesadaran Akan Pentingnya PADU. Buletin Pada Jurnal

Ilmiah Anak Dini Usia.

Martuti, A.2008. Mengelola PAUD dengan Aneka Permainan Meraih Kecerdasan Majemuk.

Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Musbikin, Imam. 2006. mendidik anak kreatif ala einstein. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Purwanto, Ngalim, M. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.

Sardiman. 1995. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Gapindo.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sudjono, Anas. 1984. Pengukuran Statistik Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.

Yulianai Nurani Sujiono, Metode Pengembangan Kognitif. Penerbit universitas terbuka.

Page 21: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture ...

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

168

Undang-undang no 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional Aneka Ilmu

Semarang

Zainal Aqib. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama