Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn...
-
Upload
iman-setiawan -
Category
Documents
-
view
553 -
download
0
Transcript of Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn...
1
PENERAPAN MODEL TRANSFORMASI SASTRA
DALAM PEMBELAJARANMEMBACA PEMAHAMAN PROSA FIKSI
KELAS V SDN GENTENG KECAMATAN SUKASARI
KABUPATEN SUMEDANG
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
PUSPA WIDAYASARI
0604746
PROGRAM SI KELAS PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KAMPUS SUMEDANG
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2010
2
PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. JUDUL PENELITIAN
PENERAPAN MODEL TRANSFORMASI SASTRA DALAM
PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN PROSA FIKSI KELAS V
SDN GENTENG KECAMATAN SUKASARI KABUPATEN SUMEDANG.
B. BIDANG KAJIAN
Bidang kajian yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah
penggunaan suatu model pembelajaran dengan fokus kajian yang berkaitan
dengan penerapan Model Transformasi Sastra untuk meningkatkan
kemampuan membaca pemahaman prosa fiksi dikelas V SDN Genteng
Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang.
C. PENDAHULUAN
Pembelajaran Bahasa Indonesia di lembaga-lembaga pendidikan
adalah bertujuan umum untuk memantapkan fungsi bahasa Indonesia serta
membina keterampilan peserta didik dalam berbahasa. Selain itu mata
pelajaran Bahasa Indonesia merupakan suatu program untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa dan sikap positif
terhadap Bahasa Indonesia.
3
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD dilaksanakan dengan mengacu
pada KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Keterampilan yang
dikembangkan dalam pembelajaran bahasa ini mencakup empat aspek
keterampilan berbahasa yaitu aspek menyimak/mendengarkan, aspek
berbicara, aspek membaca dan aspek menulis. Dari ke setiap aspek tersebut
memiliki urutan keterkaitan yang tidak dapat terpisahkan satu sama lainnya
dengan kata lain seseorang dapat terampil dalam suatu aspek Bahasa
Indonesia yang merupakan hasil dari pemenuhan proses aspek-aspek yang
lainnya.
Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa
sekolah dasar yaitu keterampilan membaca. Membaca merupakan
kemampuan kompleks, membaca bukanlah kegiatan memandangi lambang-
lambang tertulis saja akan tetapi yang membaca harus mampu memahami
materi yang dibacanya agar lambang-lambang yang dilihatnya itu menjadi
lambang-lambang yang bermakna baginya.
Membaca sebagai salah satu keterampilan berbahasa merupakan hal
yang penting dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar.
Membaca merupakan interaksi antara pembaca dan penulis. Interaksi tersebut
tidak langsung namun bersifat komunikatif, komunikatif antara pembaca dan
penulis akan makin baik jika pembaca mampunyai kemampuan yang lebih
baik. Dengan demikian pembaca harus mampu menyusun pengertian-
4
pengertian yang tertuang dalam kalimat-kalimat yang disajikan oleh penulis
sesuai dengan konsep yang terdapat dalam diri pembaca.
Menurut Hudgson (Tarigan,1986:7) pengertian membaca adalah
sebagai berikut:
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh
penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis.suatu proses yang
menunjuk agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan
terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan agar makna kata-kata
secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi,
maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau
dipahami dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.
Hal tersebut diatas, sesuai dengan pengertian proses membaca yang
dikemukakan oleh Spodek dan Saracho (Zuhdi,1999:48) mengatakan bahwa:
Membaca merupakan proses memperoleh makna dari barang cetak
yang dapat ditempuh pembaca dalam memperoleh makna dari barang
cetak dengan dua cara; 1. Langsung, yakni menghubungkan cirri
penanda visual dari tulisan dengan maknanya, dan 2. Tidak langsung,
yakni mengidentifikasi bunyi dalam kata dan menghubungkannya
dengan makna.
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan fokus membaca karya sastra
bagi siswa-siswi di kelas tinggi sekolah dasar perlu dijadikan salah satu
bahan ajar yang harus mendapat perhatian setiap guru. Karena membaca
karya sastra berfungsi untuk menghibur sekaligus juga mendidik.
Menurut Zuchdi (1999;75) bahwa:
Karya sastra sebagai suatu bentuk karya seni memiliki sifat indah dan
berguna.Sifat ini membuat pembaca senang untuk menikmatinya.
Kondisi tersebut dapat dimanfaatkan bagi pengajaran. Karena pada
umumnya anak-anak senang membaca karya sastra, maka apabila
karya sastra dijadikan bahan ajar bahasa, mereka diharapkan akan
senang belajar bahasa.
5
Untuk meningkatkan kemampuan bersastra atau berapresiasi sastra,
anak diberikan pembelajaran sastra dalam berbagai jenis dan dalam bentuk
kegiatan membaca.
Kegiatan apresiasi sastra menurut Effendi (Aminuddin, 1995:35)
adalah: “Kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga
menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan
kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra”. Maka dapat
disimpulkan bahwa, kegiatan apresiasi akan tumbuh dengan baik apabila
pembaca mampu menumbuhkan rasa akrab dengan teks sastra yang
diaprisiasikannya menumbuhkan sikap sungguh-sungguh. Jadi karena sastra
mempunyai banyak manfaat yang dapat dijadikan pelajaran yang sangat
berharga dalam kehidupan siswa, sastra perlu dijadikan bahan ajar di sekolah
dasar.
Sastra diapresiasi masyarakat untuk memperhalus budi dan
memperkaya spiritual serta hiburan. Selain itu, sastra telah masuk kedalam
kurikulum sekolah sebagai pengetahuan budaya, oleh karena itu pengajaran
sastra di sekolah dasar sangat penting sekali.
Mengikutsertakan pengajaran sastra dalam kurikulum berarti akan
membantu siswa berlatih keterampilan membaca. Pengajaran sastra bersifat
apresiatif, yaitu menekankan pada pemberian kesempatan dan dorongan
kepada anak untuk membaca karya-karya sastra yang diminati. Dalam
pembacaan karya sastra itu, akan berpeluang besar untuk menemukan
6
kesenangan atau kenikmatan membaca. Sehingga akan menumbuhkan minat
baca dalam diri anak. Hal ini sesuai dengan pendapat berikut.
Di sekolah dasar pembelajaran sastra dimaksudkan untuk
meningkatkan kemmapuan siswa mengapresiasi karya sastra. Kegiatan
mengapresiasi sastra berkaitan dengan latihan mempertajam perasaan,
penalaran, daya khayal serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya
dan lingkungan hidup. Pengembangan kemampuan bersastra disekolah
dasar dilakukan dengan berbagai jenis dan bentuk melalui kegiatan
mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Adapun pemilihan
bahan ajar tersebut dapat dicari pada sumber-sumber yang relevan.
Depdiknas (Resmini, 2006:91).
Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran sastra di sekolah dasar
sangat diperlukan. Hal ini disebabkan karena pembelajaran apresiasi terhadap
seni menunjang peningkatan kreativitas, dan aspek kreativitas merupakan
sesuatu yang esensial dalam pembelajaran bidang apapun.
Secara umum salah satu tujuan pengajaran Bahasa Indonesia dalam
kurikulum, adalah “Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra
untuk memperluas wawasan, memperluas budi pekerti, serta meningkatkan
pengetahuan kemampuan berbahasa”.
Pembelajaran membaca pemahaman prosa fiksi di sekolah dasar,
khususnya di SDN Genteng kurang optimal. Penyebab timbulnya
permasalahan tersebut disebabkan pula oleh guru yang kurang kreatif dalam
menerapkan model-model pembelajaran, cerita yang dipilih oleh guru tidak
menarik untuk dibaca oleh siswa sehingga suasana pembelajaran yang
tercipta membuat siswa pasif, diakhir pembalajaran siswa tidak diberi
7
penguatan dan aplikasi atau makna isi cerita yang dibacanya dalam
kehidupan sehari-hari. Respon yang dibuat siswa hanya sebatas menjawab
pertanyaan bacaan, sehingga banyak siswa yang menyontek jawaban kepada
teman-temannya saat mengerjakan soal, menjadikan pembelajaran kurang
kreatif dan monoton.
Ditinjau dari permasalahan yang terjadi dikelas V SDN Genteng, maka
peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas dengan mengoptimalkan
membaca pemahaman prosa fiksi dengan berbagai hasil aprisiasi karya siswa
melalui model transformasi sastra sebagai pemotivasi belajar siswa dalam
membaca, diantaranya adalah menggambar sesuai isi dan makna cerita lalu
membuat kesimpulan dari isi cerita berdasarkan gambar yang dibuatnya.
Berdasarkan hasil praktik pembelajaran yang dilakukan peneliti pada
tanggal 12 Desember 2009 ketika melaksanakan pembelajaran membaca
pemahaman prosa fiksi dengan mengacu pada RPP yang dibuat oleh guru
kelas V SDN Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang, aktivitas
siswa cenderung pasif dan kurang memperhatikan penjalasan guru. Siswa
bermalas-malasan dan kurang adanya semangat ketika membaca karena
cerita yang dipilih guru kurang menarik minat siswa untuk membaca
sehingga siswa terlihat malas untuk membaca cerita tersebut, . Siswa hanya
diberi kan beberapa latihan soal yang berkaitan dengan isi cerita.
Pembelajaran masih berpusat pada guru dengan memggunakan metode
ceramah.
8
Berdasarkan paradigma pembelajaran diatas, maka hasil pembelajaran
membaca pemahamn prosa fiksi pun menjadi kurang optimal. Berdasarkan
data awal, ternyata masih banyak siswa-siswi kelas V SDN Genteng
Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang siswa tidak bisa menyimpulkan
cerita yang dibacanya. Dari 20 orang siswa kelas V hanya 6 orang yang dapat
menyimpulkan cerita sesuai isi dan makna cerita yang telah mereka baca.
Siswa yang tuntas jika mendapat skor minimal 5 atau nilai yang diperoleh
siswa minimal 83,3 jika dilihat dari data hasil observasi awal siswa yang
dapat menyimpulkan cerita sesuai isi dan makna cerita dan dikatakan tuntas
karena nilai yang diperoleh telah mencapai KKM sebanyak 6 orang siswa
atau 30%. Adapun siswa yang belum tuntas sebanyak 14 siswa atau 70%.
Data penelitian awal tercantum sebagai berikut:
9
Daftar Nilai Siswa Kelas V SDN Genteng
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dalam Membaca Pemahaman Prosa Fiksi
KKM : 83,3
No Nama
Aspek yang dinilai
Skor Nilai
Tafsiran
Kesesuaian Keruntutan T TT
3 2 1 3 2 1
1. Agus Herdiana √ √ 6 100 √
2. Agus Sukarman √ √ 4 66,7 √
3. Asep Subagja √ √ 4 66,7 √
4. Dian Sopian √ √ 3 50 √
5. Haidar Al-Askari √ √ 4 66,7 √
6. Hendri Kuswandi √ √ 5 83,3 √
7. Kirman Rudiansah √ √ 5 83,3 √
8. Nia Kurnia √ √ 3 50 √
9. Nica Rianti √ √ 5 83,3 √
10. Nissa Khoerur R √ √ 4 66,7 √
11. Rafiq Taufik Q √ √ 4 66,7 √
12. Siti Aminah √ √ 3 50 √
13. Sukar Mulyana √ √ 3 50 √
14. Tantan Hotibul U √ √ 5 83,3 √
15. Wiwi Winangsih √ √ 3 50 √
16. Yaya Heryanto √ √ 3 50 √
17. Yuni Fadillah √ √ 4 66,7 √
18. Dede Iis Sarifah √ √ 3 50 √
19. Muhammad Sigit √ √ 3 50 √
20. Risa Delistiani √ √ 6 100 √
Jumlah 4 12 4 4 12 4 - 6 14
Rata-Rata 0,
2
0,
6
0,
2
0,
2
0,
6
0,
2
- 0,3 0,7
Presentase 20
%
60
%
20
%
20
%
60
%
20
%
- 30
%
70
%
10
Deskriptor:
- Kesesuaian
3 : Jika siswa membuat kesimpulan sesuai dengan gambar dan isi cerita.
2 : Jika siswa membuat kesimpulan kurang sesuai dengan gambar dan isi
cerita.
1 : Jika siswa membuat kesimpulan tidak sesuai dengan gambar dan isi cerita.
Keruntutan
3 : Jika siswa membuat kesimpilan dengan runtut.
2 : Jika siswa membuat kesimpilan dengan kurang runtut.
1 : Jika siswa membuat kesimpilan dengan tidak runtut.
Keterangan:
Skor Ideal : 6
Konversi skor kedalam nilai adalah: Skor yang didapat x 100
Skor Ideal
Nilai : 6/6 x 100 = 100
T = Tuntas
TT = Tidak Tuntas
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap proses
pembelajaran, sesuai dengan hasil identifikasi masalah ternyata ada beberapa
factor yang menyebabkan sebagian besar siswa kurang mampu
11
menyimpulkan cerita yang dibaca, kurang aktif dan kurang bersemangat
ketika belajar. Factor tersebut diantaranya adalah Model yang digunakan
tidak bervariasi dan tidak menarik sehingga kurang menarik minat dan
motivasi siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman. Pembelajaran
masih berpusat pada guru dengan memggunakan metode ceramah. Guru
merasa bingung dalam menentukan model pembelajaran yang cocok untuk
mengatasi siswa dalam masalah membaca pemahaman. Hal itu disebabkan
oleh keterbatasan pengetahuan guru dalam memahami model-model
pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas upaya untuk meningkatkan kemampuan
membaca pemahaman prosa fiksi memerlukan model pembelajaran yang
menarik dan bervariasi yang dapat memberikan penekanan-penekanan unsur
cerita dalam proses membaca pemahaman prosa fiksi agar siswa memiliki
motivasi sehingga siswa mudah dalam memahami isi cerita yang dibacanya.
Upaya yang dilakukan adalah dengan menerapkan model transformasi sastra.
Manfaat dari model transformasi sastra tersebut terhadap membaca
pemahaman prosa fiksi siswa dapat menciptakan berbagai macam ide, serta
dapat mencurahkan kreatifitasnya bahkan bisa mengkreasi daya ciptanya
melalui prosa fiksi tersebut dalam bentuk gambar. Selain itu siswa akan
mendapat penyaluran yang berkaitan dengan keinginan, cita-cita, kecintaan,
12
kerinduan, keprihatinan, dan berbagai pikiran yang lain yang tidak dapat
disalurkan sendiri.
Dari hasil karya siswa tentang prosa fiksi yang menggunakan model
transformasi sastra maka siswa akan lebih senang dan lebih berkonsentrasi
dalam membaca. Kebiasaan membaca akan lebih menambah pengetahuan
siswa dalam berbagai bidang khususnya yang berkaitan dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia.
D. PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH
1. Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang dikemukakan diatas
peneliti akan mengangkat model transformasi sastra sebagai media untuk
mengoptimalkan membaca pemahaman cerita anak. Melalui model
transformasi sastra diharapkan dapat mengoptimalkan membaca pemahaman
siswa dalam pembelajaran keterampilan membaca pemahaman cerita anak.
Dalam hubungan tersebut peneliti mencoba merumuskan masalah sebagai
berikut.
a. Bagaimana perencanaan penerapan model transformasi sastra dalam
mengoptimalkan pembelajaran membaca pemahaman prosa fiksi dikelas
V SDN Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang?
13
b. Bagaimana pelaksanaan penerapan model transformasi sastra dalam
mengoptimalkan pembelajaran membaca pemahaman prosa fiksi dikelas
V SDN Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang?
1) Bagaimana kinerja guru dalam pelaksanaan penerapan model
transformasi sastra dalam mengoptimalkan pembelajaran membaca
pemahaman prosa fiksi dikelas V SDN Genteng Kecamatan Sukasari
Kabupaten Sumedang?
2) Bagaimana aktivitas siswa dalam pelaksanaan penerapan model
transformasi sastra dalam mengoptimalkan pembelajaran membaca
pemahaman prosa fiksi dikelas V SDN Genteng Kecamatan Sukasari
Kabupaten Sumedang?
c. Bagaimana hasil yang dicapai pada penerapan model transformasi sastra
dalam mengoptimalkan pembelajaran membaca pemahaman prosa fiksi
dikelas V SDN Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang?
2. Pemecahan Masalah
Alternative pemecahan masalah yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan membaca pemahaman prosa fiksi siswa kelas V SDN Genteng
diperlukan suatu model pembelajaran yang menarik yang dapat
menumbuhkan minat siswa dalam membaca. Pemilihan model harus
disesuaikan dengan factor penyebab yang melatar belakangi masalah tersebut
muncul. Walaupun guru telah memberikan bantuan kepada siswa melalui
caranya sendiri, tapi siswa yang mampu menyimpulkan isi bacaan tersebut
14
secara keseluruhan hanya (30%) dari 20 orang siswa. Maka dari itu, untuk
mengantisipasi permasalahan tersebut, peneliti berkeyakinan untuk
menerapkan model transformasi sastra.
Melalui model transformasi sastra, peneliti berkeyakinan bahwa
masalah-masalah yang dihadapi siswa dalam pembelajaran membaca
pemahaman prosa fiksi dapat teratasi. Selain itu, melalui penerapan model
transformasi sastra dapat mempermudah memahami cerita yang dibacanya.
Pada dasarnya model transformasi sastra dapat membantu siswa lebih aktif
dan bersemangat lagi untuk belajar karena dengan menggunakan model ini
siswa akan memperoleh kegembiraan di samping itu mereka banyak mendapat
pengalaman dari hasil pembelajarannya.
Dari berbagai alasan tersebut maka dengan menerapkan model
transformasi sastra akan sangat membantu siswa dalam memunculkan potensi
membaca yang dimiliki oleh setiap siswa secara menyenangkan. Siswa tidak
akan tertarik untuk membaca jika siswa tersebut tidak berniat untuk membaca.
Hal yang harus dimunculkan oleh guru adalah pemilihan cerita yang menarik
perhatian siswa. Guru dapat menceritakan sebagian kecil dari cerita tersebut,
selanjutnya siswa diarahkan untuk dapat membaca isi cerita. Dengan
demikian, minat siswa terhadap membaca dapat ditumbuhkan sehingga siswa
menjadi paham tentang berbagai isi buku yang dibacanya.
Adapun bahan-bahan yang dijadikan bacaan diantaranya karya sastra
atau cerita fiksi. Siswa sangat menyenangi cerita fiksi, sebab sastra memiliki
15
tempat khusus dalam perkembangan sastra anak usia 8-9 tahun menurut
Tarigan (1995:90) “Anak-anak menyenangi kisah-kisah yang tinggi, humor
yang kasar dalam situasi setiap hari, mengapresiasi petualangan imajiner”.
Implementasinya dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia (Tarigan,
1995:91)”. Para guru perlu mengakui dan menghargai betapa pentingnya
sastra bagi kegembiraan hati, membebaskan ketegangan serta memberikan
kemikmatan dan kesenangan”.
Adapun jenis kegiatan pembelajaran dengan model transformasi sastra
dalam penelitian ini yaitu menggambar sesuai isi dan makna cerita, dengan
kata lain merubah bentuk teks cerita menjadi gambar lalu membuat
kesimpulan berdasarkan gambar tersebut. Sedangkan langkah-langkah
pembelajaran pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Guru membuka pelajaran dengan mengadakan apersepsi mengenai materi
pembelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dibahas,
kemudian membacakan sebuah cerita.
b. Siswa mengamati cerita yang dibacakan oleh guru.
c. Siswa mengamati penjelasan guru dalam membuat contoh gambar yang
sesuai dengan isi dan makna cerita dipapan tulis.
d. Siswa bersama guru melakukan Tanya jawab tentang cerita,
e. Setelah itu siswa disuruh membaca cerita anak yang dibagikan oleh guru
dengan waktu yang telah ditentukan.
f. Siswa dengan bimbingan guru menggambar sesuai isi dan makna cerita.
16
g. Setelah siswa selesai menggambar lalu siswa disuruh membuat
kesimpulan berdasarkan gambar yang dibuat oleh siswa.
h. Hasil karya pemahaman membaca siswa, diperlihatkan dan dideskripsikan
didepan kelas.
i. Guru bersama siswa lain memberikan tanggapan terhadap hasil kerja
siswa.
j. Siswa mengerjakan LKS.
k. Guru bersama siswa membahas LKS.
l. Guru memberikan penilaian.
m. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran.
n. Guru memberikan tindak lanjut berupa PR.
o. Kemudian menutup pembelajaran.
Selain itu, target yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah
memperbaiki proses dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca
pemahaman prosa fiksi dikelas V SDN Genteng Kecamatan Sukasari
Kabupaten Sumedang. Adapun rincian target yang ingin dicapai adalah
sebagai berikut.
17
E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah.
1. Mendeskripsikan perencanaan penerapan model transformasi sastra dalam
mengoptimalkan pembelajaran membaca pemahaman prosa fiksi dikelas
V SDN Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang
2. Mendeskripsikan pelaksanaan penerapan model transformasi sastra dalam
mengoptimalkan pembelajaran membaca pemahaman prosa fiksi dikelas
V SDN Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang.
3. Mendeskripsikan hasil yang dicapai pada penerapan model transformasi
sastra dalam mengoptimalkan pembelajaran membaca pemahaman prosa
fiksi dikelas V SDN Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang.
F. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian tindakan kelas
dengan menerapkan model transformasi sastra adalah sebagai berikut.
1. Bagi Siswa, dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca
pemahaman prosa fiksi. Selain itu dengan menerapkan model transformasi
sastra siswa dapat memperoleh pengalaman untuk berkreasi dalam
apresiasi sastra prosa fiksi serta siswa akan lebih aktif dan bersemangat
lagi dalam belajar.
18
2. Bagi Guru, dapat dijadikan alternative bahan atau strategi dalam
pembelajaran membaca pemahaman prosa fiksi bagi siswa kelas V
sekolah dasar.
3. Bagi Peneliti, dapat dijadikan pengalaman yang berharga dalam
menerapkan model transformasi sastra ketika pembelajaran membaca
pemahaman prosa fiksi, sehingga dapat mengetahui tingkat
keberhasilannya. Dengan demikian, peneliti akan memperoleh kepuasan
batin karena telah mampu memperbaiki situasi dan menyelesaikan
permasalahan dalam penelitiannya.
G. BATASAN ISTILAH
1. Model Pembelajaran menurut Soekamto dalam Trianto (2007:5) adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman-pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran
dan para pengajar dalam merancang aktivitas belajar. Model pembelajaran
yang dimaksudkan adalah pembelajaran dengan menerapkan model
transformasi sastra tentang keterampilan membaca pemahaman.
2. Membaca menurut Tarigan (1986:7) adalah suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak
disampaikan penulis melalui kata-kata/bahasa tulis.
19
3. Membaca Pemahaman menurut Tarigan (1986:56) adalah sejenis membaca
yang bertujuan untutk memahami isi bacaan. Dalam hal ini yang akan
dijadikan bahan bacaan adalah cerita sastra anak.
4. Prosa Fiksi menurut Aminuddin (2002:66) adalah kisahan atau cerita yang
diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan latar serta tahapan
dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarang.
5. Model Pembelajaran Transformasi Sastra adalah strategi pembelajaran yang
digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi cerita
anak melalui kegiatan kreatif berupa menggambar sesuai isi dan makna cerita.
H. KAJIAN PUSTAKA
1. Keterampilan Membaca
a. Pengertian Membaca
b. Jenis-jenis Keterampilan Membaca
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Membaca
d. Tujuan Keterampilan Membaca
2. Pembelajaran Keterampilan Membaca di SD
a. Tujuan Pembelajaran Membaca di SD
b. Jenis-jenis Pembelajaran Membaca di SD
3. Membaca Pemahaman Sastra
a. Pengertian Membaca Pemahaman Sastra
b. Komponen Membaca Pemahaman Sastra
20
c. Manfaat Unsur Intrinsik dan Ektrinsik Sastra
d. Penilaian Kemampuan Membaca Sastra
4. Pembelajaran Prosa Fiksi di SD
a. Pengertian Prosa Fiksi
b. Jenis-jenis Prosa Fiksi
1) Buku Bergambar
2) Fiksi Realistik
3) Fiksi Sejarah
4) Fiksi Ilmu Pengetahuan
5) Fantasi
6) Biografi
c. Kandungan Nilai dalam Prosa Fiksi
d. Pembelajaran Prosa Fiksi
5. Model Pembelajaran Transformasi Sastra
a. Pengertian Model Transformasi Sastra
Model transformasi sastra dalam penelitian ini adalah strategi
pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam mengapresiasi cerita sastra anak melalui kegiatan kreatif berupa
membuat gambar sesuai dengan isi dan makna cerita.
Dibidang sastra, Panuti Sudjiman (R Panca Pertiwi, 2006:73)
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan transformasi adalah
“Perubahan bentuk, penampilan, sifat atau watak”. Berdasarkan
21
batasan itu, dibidang sastra dikenal beberapa macam perwujudan
transformasi.
Pada kenyataannya transformasi berkontribusi langsung dalam
upaya memperkaya khazanah sastra. Transformasi telah berlangsung
sepanjang masa dan seputar dunia. Dalam berbagai cara
pentransformasian itu memang banyak kemungkinan terjadinya
pergeseran dan perubahan yang disengaja maupun yang tidak
disengaja, baik pergeseran tematis, structural, mapun statistic.
Kecendrungan tersebut perlu ditelusuri melalui dua hal, yaitu hal-hal
apa saja yang berhubungan dengan transformasi, dan bagaimana
transformasi genre itu berlangsung.
1) Pembaharuan Topik
2) Kombinasi
3) Pengelompokan
4) Perubahan Skala
5) Perubahan Fungsi
6) Pernyataan Bandingan
7) Pencantuman
8) Pencampuran Generik
b. Jenis dan Langkah Model Transformasi Sastra
Adapun jenis kegiatan pembelajaran dengan model
transformasi sastra dalam penelitian ini yaitu menggambar sesuai isi
22
dan makna cerita, dengan kata lain merubah bentuk teks cerita menjadi
gambar. Sedangkan langkah-langkah pembelajaran pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1) Guru membuka pelajaran dengan mengadakan apersepsi mengenai
materi pembelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang
akan dibahas, kemudian membacakan sebuah cerita.
2) Siswa mengamati cerita yang dibacakan oleh guru.
3) Siswa mengamati penjelasan guru dalam membuat contoh gambar
yang sesuai dengan isi dan makna cerita dipapan tulis.
4) Siswa bersama guru melakukan Tanya jawab tentang cerita,
5) Setelah itu siswa disuruh membaca cerita anak yang dibagikan
oleh guru dengan waktu yang telah ditentukan.
6) Siswa dengan bimbingan guru menggambar sesuai isi dan makna
cerita.
7) Setelah siswa selesai menggambar lalu siswa disuruh membuat
kesimpulan berdasarkan gambar yang dibuat oleh siswa.
8) Hasil karya pemahaman membaca siswa, diperlihatkan dan
dideskripsikan didepan kelas.
9) Guru bersama siswa lain memberikan tanggapan terhadap hasil
kerja siswa.
10) Siswa mengerjakan LKS.
11) Guru bersama siswa membahas LKS.
23
12) Guru memberikan penilaian.
13) Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran.
14) Guru memberikan tindak lanjut berupa PR.
15) Kemudian menutup pembelajaran.
c. Keuntungan Model Transformasi Sastra
Manfaat dari model transformasi sastra adalah mampu
mendorong siswa untuk menciptakan berbagai macam ide serta dapat
mencurahkan kreatifitasnya bahkan bias mengkreasikan daya ciptanya
dalam cerita sastra anak tersebut melalui bentuk gambar sehingga
siswa dapat memperoleh pengalaman sastra. Hal ini sesuai dengan
salah satu tujuan pengajaran sastra disekolah yakni tujuan memperoleh
pengalaman sastra.
Model transformasi sastra dengan kegiatan-kegiatan
kreatifitasnya, sesuai dengan perkembangan kognitif siswa sehingga
siswa tidak akan merasa terbebani dalam melaksanakan pembelajaran.
Siswa akan merasa senang sehingga pembelajaran tidak
membosankan. Model transformasi sastra merupakan strategi
pembelajaran yang dapat menstimulasi atau merangsang
perkembangan kognitif. Kognitif tersebut mengandung pengertian
“Berbagai proses mental yang digunakan dalam berfikir” Richard (
Tarigan 1995:38). Setiap proses tersebut sangat penting dan juga erat
kaitannya dengan pemahaman dan apresiasi sastra. Dengan
24
menggunakan model transformasi sastra dalam pembelajaran
membaca cerita sastra anak diharapkan siswa akan lebih senang dan
lebih berkonsentrasi dalam membaca sastra sehingga siswa tidak
hanya bias membaca symbol-simbol tertulis saja tetapi mampu
memahami isi bacaan tersebut.
I. HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarksn latar belakang masalah dan teori tentang pembelajaran
cerit anak dengan menggunakan Model Transformasi Sastra maka peneliti
dapat menentukan hipotesis tindakan sebagai berikut.
Jika guru menggunakan Model Transformasi Sastra dalam
pembelajaran cerita anak, maka pemahaman siswa tentang prosa fiksi dikelas
V SDN Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang akan meningkat.
J. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN
1. Rencana Penelitian
a. Tempat Penelitian
Lokasi/tempat melaksanakan penelitian ini adalah SDN
Genteng yang berada di Dusun Sukamenak Desa Genteng Kecamatan
Sukasari Kabupaten Sumedang. Pemilihan lokasi penelitian ini
didasarkan pada pertimbangan bahwa kondisi tingkat kemampuan
membaca pemahaman prosa fiksi siswa kelas V SDN Genteng masih
25
belum optimal, sehingga memerlukan upaya dalam meningkatkannya.
Kenyataan ini pun disadari pula oleh Kepala Sekolah dan guru-guru
lainnya, sehingga mereka memberikan dukungan dan kerja sama
dalam penelitian ini. Selain itu, peneliti juga sebagai salah satu guru
sukarelawan di sekolah yang bersangkutan, sehingga peneliti
memahami keadaan sekolah, karakteristik siswa, termasuk proses
pembelajaran yang berlangsung.
b. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Genteng
sebanyak 20 orang, terdiri dari 6 orang siswa perempuan dan 14 orang
siswa laki-laki. Latar belakang kehidupan social ekonomi orang tua
siswa rata-rata kelas menengah ke bawah dan sebagian besar bermata
pencaharian sebagai petani.
Adapun pemilihan subjek peneliti dengan pertimbangan bahwa
pembelajaran membaca pemahaman prosa fiksi merupakan materi
yang penting bagi siswa.
c. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini diperkirakan akan dilaksanakan
dalam waktu 6 bulan mulai bulan November 2009 sampai bulan April
2010.
26
2. Prosedur Penelitian
Dalam melaksanakan suatu penelitian hendaklah disusun
terlebih dahulu prosedur yang akan digunakan. Dalam penelitian tindakan
kelas, peneliti menggunakan model Spiral Hopkins (Aqib, 2006:31), yaitu
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
27
RENCANA
REFLEKSI SIKLUS I TINDAKAN
OBSERVASI
RENCANA
REFLEKSI SIKLUS II TINDAKAN
OBSERVASI
RENCANA
REFLEKSI SIKLUS III TINDAKAN
OBSERVASI
Gambar 1
Bagan Model Spiral Hopkins (Aqib, 2006:31)
28
Adapun pelaksanaan setiap siklus pada pembelajaran membaca
pemahaman prosa fiksi dengan menerapkan model transformasi sastra
dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.
a. Perencanaan Tindakan
Secara garis besar perencanaan tindakan ini meliputi kegiatan
sebagai berikut.
1) Peneliti mengadakan penelitian awal pada proses pembelajaran
membaca pemahaman prosa fiksi dikelas V SDN Genteng, dengan
maksud untuk mendapatkan data awal dan mencatat permasalahan
serta kendala yang ditemukan dalam pembelajaran itu.
2) Peneliti berdiskusi dengan guru kelas V membicarakan kesan dan
permasalahan yang ditemukan serta dirasakan ketika kegiatan
pembelajaran membaca pemahaman prosa puisi melalui model
transformasi sastra dikelas V SDN Genteng.
3) Peneliti mengenalkan model transformasi sastra dalam
mengoptimalkan pembelajaran membaca dengan memberikan
penjelasan singkat mengenai teknik pembelajaran mengubah
bacaan ke dalam gambar.
4) Setelah mencapai kesepakatan peneliti menyususn persiapan
mengajar dengan menerapkan model transformasi sastra dalam
29
pembelajaran membaca pemahaman prosa fiksi dikelas V SDN
Genteng.
5) Peneliti menyiapkan instrument pengumpul data untuk digunakan
dalam tahap pelaksanaan tindakan, yakni lembar observasi, lembar
wawancara, catatan lapangan dan tes hasil belajar.
6) Menentukan indikator keberhasilan pembelajaran membaca
pemahaman prosa fiksi melalui model transformasi sastra yaitu,
siswa dapat menggambar sesuai dengan isi dan makna
menggambar sesuai isi dan makna cerita lalu membuat kesimpulan
cerita berdasarkan gambar yang dibuatnya.
Menentukan indikator keberhasilan pembelajaran membaca
pemahaman prosa fiksi melalui model transformasi sastra yaitu, siswa dapat
menggambar sesuai isi dan makna cerita lalu membuat kesimpulan dari isi
cerita berdasarkan gambar yang dibuatnya.
b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap pelaksanaan tindakan
ini adalah sebagai berikut.
1) Peneliti dan guru kelas V sebagai praktisi melaksanakan
pembelajaran dengan menerapkan model transformasi sastra dalam
30
pembelajaran membaca pemahaman prosa fiksi dikelas V SDN
Genteng.
2) Bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran peneliti
melaksanakan observasi untuk mengenali, merekam, dan
mendokumentasikan indicator yakni, siswa dapat menggambar
sesuai isi dan makna cerita lalu membuat kesimpulan dari isi cerita
berdasarkan gambar yang dibuatnya dari proses dan hasil
penerapan model transformasi sastra dalam pembelajaran
membaca pemahaman prosa fiksi dikelas V SDN Genteng.
c. Observasi
Pelaksanaan kegiatan observasi pelaksanaannya bersamaan
dengan kegiatan pembelajaran. Peneliti secara kritis, sistematis, dan
objektif memantau jalannya pembelajaran dengan maksud untuk
mendapatkan data kesulitan baik yang dialami oleh siswa maupun
guru, kelebihan kekurangan, hasil maupun dampak yang timbul dari
proses pembelajaran membaca pemahaman melalui model
transformasi sastra.
d. Refleksi
Data yang didapatkan dari hasil observasi kemudian segera
dianalisis dan diberi makna sehingga dapat diketahui apakah tindakan
yang dilakukan telah mencapai tujuan. Pemaknaan hasil observasi ini
31
dijadilan dasar untuk melaksanakan evaluasi sehingga dapat disusun
langkah-langkah dalam tindakan berikutnya.
3. Instrumen
Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Instrumen penelitian
kualitatif meliputi lembar observasi, lembar wawancara, lembar kegiatan
siswa, dan catatan lapangan, sedangkan instrument penelitian kuantitatif
berupa tes.
Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Lembar Observasi
Lembar observasi adalah alat penelitian yang digunakan untuk
mengukur tingkah laku individu/proses terjadinya suatu kegiatan yang
dapat diamati pada waktu proses pembelajaran berlangsung, baik
prilaku guru pada saat mengajar maupun prilaku siswa pada saat
mengikuti pembelajaran. Lembar observasi ini bertujuan untuk
mengetahui kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki atau hal-hal
yang harus dipertahankan dan ditingkatkan pada pembelajaran
selanjutnya. Jadi dalam penelitian ini ada dua bentuk lembar observasi
yang digunakan yaitu lembar observasi guru dan lembar observasi
siswa.
32
Observasi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh
pelaksanaan tindakan telah sesuai dengan rencana tindakan yang telah
detentukan sebelumnya. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, alat
yang digunakan dalam observasi ini yaitu lembar observasi. Lembar
observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dan kinerja
guru dalam pembelajaran membaca pemahaman prosa fiksi dengan
menerapkan model transformasi sastra.
b. Lembar Wawancara
Lembar wawancara adalah alat penelitian yang digunakan
untuk mengetahui pendapat siswa dan guru tentang pelaksanaan
pembelajaran ataupun permasalahan pada saat kegiatan belajar
mengajar. Wawancara dilakukan secara teratur pada setiap tindakan
dan dilakukan pada siswa dan guru dan setiap tindakan berbeda.
Wawancara dilakukan pada saat penelitian berlangsung dengan
tujuan untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dan
guru ketika proses pembelajaran. Wawancara dibutuhkan untuk
memperoleh data yang hanya dapat diungkapkan secara lisan oleh
sumbernya. (Wiraatmadja, 2005:117)
Untuk memperoleh data dari wawancara, maka alat yang
digunakan adalah lembar wawancara atau pedoman wawancara.
Dalam lembar wawancara tersebut berisi tentang pertanyaan-
pertanyaan yang akan diajukan kepada siswa dan guru setelah proses
33
pembalajaran selesai. Dengan lembar wawancara ini, peneliti dapat
mengetahui kekurangan atau kesan-kesan yang siswa dan guru peroleh
ketika melaksanakan pembelajaran membaca pemahaman prosa fiksi
dengan menggunakan model transformasi sastra.
c. Lembar Kegiatan Siswa
Lembar Kegiatan Siswa adalah instrument penelitian berupa
soal (permasalahan) yang harus dikerjakan siswa secara individu atau
kelompok dalam kegiatan pembelajaran. Lembar kegiatan siswa
digunakan untuk memperoleh data mengenai tingkat keberhasilan
siswa dalam membaca pemahaman prosa fiksi dengan menerapkan
model transformasi sastra
d. Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah alat penelitian yang berupa
pengumpulan data/catatan tentang peristiwa-peritiwa pada saat
pembelajaran berlangsung. Catatan lapangan berfungsi untuk mencatat
kejadian-kejadian yang dianggap penting selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Catatan ini berupa deskripsi kualitatif
tentang proses pembelajaran yang dilakukan siswa dan guru.
4. Data dan Sumber Data
Data dari penelitian ini diperoleh dari hasil observasi, wawancara
dan tes yang dilakukan terhadap siswa kelas V SDN Genteng Kecamatan
34
Sukasari Kabupaten Sumedang yang berkaitan dengan pembelajaran
membaca pemahaman prosa fiksi.
Sumber data pada penelitian ini adalah siswa kelas V SDN
Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang dan guru sebagai
mitra peneliti serta seluruh komponen sekolah.
5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
a. Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan tes hasil
belajar yang dilakukan pada siswa kelas V SDN Genteng. Data pada
penelitian ini terdiri dari data proses dan data hasil belajar.
1) Pengolahan Data Proses
Dalam pengolahan data proses, dilakukan melalui observasi
terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa. Teknik yang digunakan
dalam pengolahan data proses yaitu penilaian terhadap aspek-aspek
yang terdapat dalam lembar observasi kineja guru dan aktivitas siswa.
Masing-masing memiliki skor 3-2-1 dengan descriptor penilaian yang
telah ditentukan.
Deskriptor Kinerja Guru :
1. Mengadakan apersepsi.
a. Nilai 3 jika apersepsi yang dilakukan guru sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
35
b. Nilai 2 jika apersepsi yang dilakukan guru tidak dengan tujuan
pembelajaran.
c. Nilai 1 jika guru tidak mengadakan apersepsi.
2. Menyampaikan tujuan dan langkah pembelajaran.
a. Nilai 3 jika guru menyampaikan tujuan dan langkah pembelajaran.
b. Nilai 2 jika guru menyampaikan tujuan atau langkah pembalajaran
saja.
c. Nilai 1 jika guru tidak menyampaikan tujuan dan langkah
pembelajaran.
3. Membacakan cerita dan membuat contoh gambar dipapan tulis.
a. Nilai 3 jika guru membacakan cerita anak dan membuat contoh
gambar dipapan tulis.
b. Nilai 2 jika guru membacakan cerita atau membuat contoh gambar
saja.
c. Nilai 1 jika guru tidak membacakan cerita dan membuat contoh
gambar saja.
4. Menjelaskan bagaimana cara menggambar sesuai isi dan makna cerita
dipapan tulis.
a. Nilai 3 jika guru memberikan penjelasan cara menggambar kepada
seluruh siswa.
b. Nilai 2 jika guru memberikan penjelasan cara menggambar kepada
sebagian siswa saja.
36
c. Nilai 1 jika guru tidak memberikan penjelasan cara menggambar.
5. Membimbing siswa dalam membuat kesimpulan cerita yang dibacanya
sesuai isi dan makna cerita.
a. Nilai 3 jika guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan
cerita kepada seluruh siswa.
b. Nilai 2 jika guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan
kepada sebagian siswa saja.
c. Nilai 1 jika guru tidak membimbing siswa dalam membuat
kesimpulan.
6. Mengadakan Tanya jawab dengan siswa.
a. Nilai 3 jika guru melakukan Tanya jawab sesuai dengan materi
pembelajaran.
b. Nilai 2 jika guru melakukan Tanya jawab tapi tidak sesuai dengan
materi pembelajaran.
c. Nilai 1 jika guru tidak melakukan Tanya jawab.
7. Membimbing dan memperhatikan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
a. Nilai 3 jika guru membimbing dan memperhatikan siswa dalam
kegiatan pembelajaran.
b. Nilai 2 jika guru hanya memperhatikan siswa dari meja guru saja.
c. Nilai 1 jika guru tidak membimbing dan memperhatikan siswa dalam
kegiatan pembelajaran.
8. Memberikan tanggapan dan penguatan terhadap hasil karya siswa.
37
a. Nilai 3 jika guru memberikan tanggapan dan penguatan terhadap hasil
karya siswa.
b. Nilai 2 jika guru hanya memberikan tanggapan atau penguatan saja.
c. Nilai 1 jika guru tidak memberikan tanggapan dan penguatan terhadap
hasil karya siswa.
Deskriptor Aktivitas Siswa:
1. Memperhatikan dan merespon penjelasan guru
a. Nilai 3 jika siswa memperhatikan dan merespon penjelasan guru.
b. Nilai 2 jika siswa kurang memperhatikan dan merespon penjelasan
guru.
c. Nilai 1 jika siswa tidak memperhatikan dan merespon penjelasab guru.
2. Aktivitas membaca
a. Nilai 3 jika siswa serius membaca tanpa main-main.
b. Nilai 2 jika siswa bermalas-malasan ketika membaca yaitu sambil
tiduran diatas meja atau membaca sambil bermain main.
c. Nilai 1 jika siswa tidak membaca yaitu hanya bermain mai saja dan
mengganggu teman-teman lainnya.
3. Keaktifan
a. Nilai 3 jika siswa aktif bertanya kepada guru atau menjawab
pertanyaan dari guru.
38
b. Nilai 2 jika siswa kurang aktif ia hanya bertanya atau hanya menjawab
pertanyaan dari guru saja.
c. Nilai 1 jika siswa tidak aktif bertanya kepada guru atau tidak
menjawab pertanyaan dari guru.
Setelah itu, hasil pengamatan diolah dan dianalisis,
dipaparkan dan disimpulkan berdasarkan hasil pengamatan tersebut
dapat dilakukan refleksi untuk memperbaiki tindakan sebelumnya.
2) Pengolahan Data Hasil Belajar
Pengolahan data hasil dilakukan melalui tes tertulis, dalam
mengolah data hasil belajar siswa, maka terlebih dahulu harus
menentukan aspek-aspek yang akan dinilai. Setelah itu diberi skor dan
terakhir membandingkannya dengan batas nilai yang ditentukan,
teknik pengolahan data hasil belajar menggunakan KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimum) sebagai krieria “Tuntas” atau “Tidak Tuntas”
dalam pembelajaan membaca pemahaman prosa fiksi. Berikut ini
paparan pengolahan data hasil Deskriptor Penilaian.
- Kesesuaian
3 : Jika siswa membuat kesimpulan sesuai dengan gambar dan isi
cerita.
2 : Jika siswa membuat kesimpulan kurang sesuai dengan gambar dan
isi cerita.
39
1 : Jika siswa membuat kesimpulan tidak sesuai dengan gambar dan isi
cerita.
- Keruntutan
3 : Jika siswa membuat kesimpulan dengan runtut.
2 : Jika siswa membuat kesimpulan dengan kurang runtut.
1 : Jika siswa membuat kesimpulan dengan tidak runtut.
a) Komponen atau aspek yang dinilai adalah kesesuaian membuat
kesimpulan sesuai gambar dan isi cerita serta keruntutan membuat
kesimpulan.
b) Skor Ideal : 6, nilai :100
c) Nilai Ketuntasan Minimum
Skor Ideal : 6
Konversi skor kedalam nilai adalah: Skor yang didapat x 100
Skor Ideal
Nilai : 6/6 x 100 = 100
T = Tuntas
TT = Tidak Tuntas
40
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM):
1. Kompleksitas Indikator
Tingkat Kompleksitasnya adalah tingkat kesulitan atau
kerumitan setiap indicator yang akan dicapai oleh siswa, termasuk
juga tingkat kesulitan bagi guru dalam menyampaikannya.
2. Daya Dukung
Kemampuan sumber daya pendukung dapat dilihat dari
keberadaan tenaga pendidik, sarana dan prasarana pendidikan, biaya
pengelolaan/manajemen sekolah, peran komite sekolah dan stake
holder serta lingkungan sekolah dalam pendukung pencapaian
pembelajaran.
3. Intake Siswa
Intake siswa adalah tingkat kemampuan rata-rata siswa secara
keseluruhan pada tahun sebelumnya intake siswa dapat diperoleh
melalui:
a. Hasil seleksi penerimaan siswa baru
b. Raport kelas terakhir dan tahun sebalumnya
c. Tes seleksi masuk atau psikotes
d. Nilai Ujian Nasional (UAS/UASBN)
41
e. Bagi kelas 1 untuk intake siswa dipertimbangkan dari:hasil tes
awal, atau tes UTS atau UAS semester 1 tahun berjakan.
Menafsirkan KKM
Dapat diperoleh dengan beberapa alternative, antara lain:
1. Dengan memberikan point pada setiap criteria yang ditetapkan
dengan menggunakan bobot.
a. Kompleksitas : Tinggi = 1
Sedang = 2
Rendah = 3
b. Daya Dukung : Tinggi = 3
Sedang = 2
Rendah = 1
c. Intake Siswa : Tinggi = 3
Sedang = 2
Rendah = 1
2. Dengan memberikan rentang nilai pada setiap criteria.
a. Kompleksitas : Tinggi = 50-64
Sedang = 65-80
Rendah = 81-100
b. Daya Dukung : Tinggi = 81-100
42
Sedang = 65-80
Rendah = 50-64
c. Intake Siswa : Tinggi = 81-100
Sedang = 65-80
Rendah = 50-64
Nilai KKM = 83,3 = 83,3
1
Dengan demikian siswa yang dinyatakan Tuntas memperoleh
lebih dari sama dengan 83,3 sedangkan siswa yang dinyatakan Tidak
Tuntas memperoleh skor kurang dari 83,3.
Kompetensi Dasar
KKM Skor
yang
diperole
h
Nilai Ket
Komplek
sitas
Daya
Dukung
Intake
Siswa
3 2 1 3 2 1 3 2 1
Menyimpulkan isi cerita anak
kedalam beberapa kalimat.
- Membuat ringkasan cerita
berdasarkan cerita yang
dibacanya dengan kesesuaian
dan keruntutan cerita yang tepat.
√
√
√
5
83,3
43
b. Analisis Data
Analisis data menurut Patton (Moleong, 2004:103) adalah “Proses
mengatur urutan data, mengorganisasi kedalam suatu pola, kategori dan
satuan uraian dasar”. Analisis data dalam pelaksanaannya dilakukan dalam
suatu prosese dan dikerjakan secara intensif. Abalisis data dengan reduksi
data, pemahaman, dan penyimpulan. Pada tahap reduksi data peneliti
menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan, kemudian
menginformasikan secara utuh. Kegiatan penyajian data adalah
mengorganisasikan data hasil reduksi, hal ini dilakukan untuk
menghasilkan sajian data yang utuh.
Proses analisis data dalam penelitian ini dimulai dengan menelaah
dan mempelajari seluruh data yang terkumpul dari berbagai instrument
penelitian. Kemudian data tersebut direduksi dengan jalan membuat
abstrak yaitu merangkumnya menjadi intisari yang terjaga kebenarannya.
Selanjutnya data tersebut disusun dan dikategorikan, disajikan, dimaknai
dan terakhir diperiksa kebenarannya. Kegiatan akhir yang dilaksanakan
adalah dengan mengadakan pemeriksaan validasi data.
44
6. Validasi Data
Merukujuk pada Hopkins (Wiraatmaja, 2005:170) “Untuk
menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan yang didasari
atas empat criteria yang digunakan yaitu kepercayaan (Creadibility),
keteralihan (Transferability), ketergantungan (Dependability) dan
kepastian (Confirmability). Dari keempat criteria diatas maka untuk
mencapai hal tersebut validasi data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
a. Triangulasi
Triangulasi yaitu “Memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk
atau analisis dengan membandingkan dengan hasil orang lain”
(Wiraatmaja, 2005:168). Hal tersebut sependapat dengan Elliott
dalam Wiraatmaja ”Tringulasi dilakukan berdasarkan tiga sudut
pandangan yakni sudut pandang guru, sudut pandang siswa dan sudut
pandang yang melakukan pengamatan atau observasi (atau peneliti)”
(2005:169).
Jadi pada pelaksanaannya peneliti membandingkan data hasil
pengamatan dengan data hasil wawancara, baik dengan siswa ataupun
dengan teman sejawat. Hal tersebut sangat perlu dilakukan agar data
yang diperoleh dapat dipercaya. Setelah membandingkan data
tersebut, peneliti dengan guru mendiskusikan persamaan atau
45
perbedaan yang terdapat dalam data yang diperoleh kemudian
menganalisa dan menyelesaikan permasalahan yang ditemukan.
b. Member Check
Member Check adalah cara untuk memperoleh keabsahan data
terhadap kebenaran data yang telah diperoleh setelah selesai
mengumpulkan data, yakni dengsn cara mengkonfirmasikan kepada
subjek penelitian maupun sumber lain yang berkompeten. Dalam
proses ini informasi tentang seluruh pelaksanaan tindakan yang
diperoleh peneliti dan mitra akan dikonfirmasikan kebenarannya
kepada guru melalui diskusi balikan.
c. Expert Opinion
Expert Opinion dilakukan dengan cara meminta nasihat kepada
pakar atau pembimbing yang akan memeriksa semua tahapan
kegiatan penelitian dan akan memberikan arahan terhadao masalah-
masalah penelitian yang dikemukakan.
46
K. JADWAL PENELITIAN
Penelitian ini direncanakan memerlukan waktu pelaksanaan selama 6 bulan, yaitu mulai bulan November
tahun 2009 sampai dengan bulan April tahun 2010.
NO DESKRIPSI KEGIATAN
WAKTU PELAKSANAAN
NOVEMBER
2009
DESEMBER
2009
JANUARI
2010
FEBRUARI
2010
MARET
2010
APRIL
2010
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan Proposal
2. Seminar Proposal
3. Penyempurnaan Proposal
4. Pelaksanaan Penelitian
5. Pengolahan dan Analisis Data
6. Penyusunan dan Revisi Laporan
7. Pertanggung Jawaban Laporan
47
L. DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung Yrama.
Aqib Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung Yrama Widya.
Depdiknas. 2007. Kurikulum Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Moleong, Lexy. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya.
Pertiwi Panca. R. 2006. Apresiasi Prosa Fiksi. Bandung:UNPAS.
Tarigan, HG. 1995. Dasar-Dasar Psikosastra. Bandung: Angkasa.
Tarigan, HG. 1986. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Wiraatmaja, Rochyati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT.
Rosda Karya.
Zuhdi, Rofi’udin. D. 1999. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi.
Jakarta: Depdikbud.
48
M.LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Instrumen Penelitian
LEMBAR OBSERVASI KINERJA GURU
Nama Guru :
Hari/Tanggal :
Topik :
No Aspek Yang Dinilai Skala Penilaian
Skor Keterangan
3 2 1
1. Mengadakan apersepsi.
2. Menyampaikan tujuan dan langkah
pembelajaran.
3. Membacakan cerita dan membuat contoh
gambar yang sesuai dengan isi dan makna
cerita dipapan tulis.
4. Menjelaskan bagaimana cara menggambar
sesuai isi dan makna cerita dipapan tulis.
5. Membimbing siswa dalam membuat
kesimpulan cerita berdasarkan gambar.
6. Mengadakan Tanya jawab dengan siswa.
7. Membimbing dan memperhatikan siswa
dalam kegiatan pembelajaran.
8. Memberikan tanggapan dan penguatan
terhadap hasil karya siswa.
Jumlah
Presentasi
49
Deskriptor :
1. Mengadakan apersepsi.
a. Nilai 3 jika apersepsi yang dilakukan guru sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
b. Nilai 2 jika apersepsi yang dilakukan guru tidak dengan tujuan
pembelajaran.
c. Nilai 1 jika guru tidak mengadakan apersepsi.
2. Menyampaikan tujuan dan langkah pembelajaran.
a. Nilai 3 jika guru menyampaikan tujuan dan langkah pembelajaran.
b. Nilai 2 jika guru menyampaikan tujuan atau langkah pembalajaran saja.
c. Nilai 1 jika guru tidak menyampaikan tujuan dan langkah
pembelajaran.
3. Membacakan cerita dan membuat contoh gambar dipapan tulis.
a. Nilai 3 jika guru membacakan cerita anak dan membuat contoh gambar
dipapan tulis.
b. Nilai 2 jika guru membacakan cerita atau membuat contoh gambar saja.
c. Nilai 1 jika guru tidak membacakan cerita dan membuat contoh gambar
saja.
4. Menjelaskan cara menggambar sesuai isi dan makna cerita.
a. Nilai 3 jika guru memberikan penjelasan cara menggambar kepada
seluruh siswa.
50
b. Nilai 2 jika guru memberikan penjelasan cara menggambar kepada
sebagian siswa saja.
c. Nilai 1 jika guru tidak memberikan penjelasan cara menggambar.
5. Membimbing siswa dalam membuat kesimpulan cerita berdasarkan
gambar.
a. Nilai 3 jika guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan cerita
kepada seluruh siswa.
b. Nilai 2 jika guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan
kepada sebagian siswa saja.
c. Nilai 1 jika guru tidak membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.
6. Mengadakan Tanya jawab dengan siswa.
a. Nilai 3 jika guru melakukan Tanya jawab sesuai dengan materi
pembelajaran.
b. Nilai 2 jika guru melakukan Tanya jawab tapi tidak sesuai dengan
materi pembelajaran.
c. Nilai 1 jika guru tidak melakukan Tanya jawab.
7. Membimbing dan memperhatikan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
a. Nilai 3 jika guru membimbing dan memperhatikan siswa dalam
kegiatan pembelajaran.
b. Nilai 2 jika guru hanya memperhatikan siswa dari meja guru saja.
51
c. Nilai 1 jika guru tidak membimbing dan memperhatikan siswa dalam
kegiatan pembelajaran.
8. Memberikan tanggapan dan penguatan terhadap hasil karya siswa.
a. Nilai 3 jika guru memberikan tanggapan dan penguatan terhadap hasil
karya siswa.
b. Nilai 2 jika guru hanya memberikan tanggapan atau penguatan saja.
c. Nilai 1 jika guru tidak memberikan tanggapan dan penguatan terhadap
hasil karya siswa.
Keterangan:
- Pada kolom lembar observasi diisi dengan menggunakan tanda(√) sesuai
dengan jumlah indicator yang dilaksanakan guru.
- Skor ideal 6
- Presentase = Jumlah Skor keseluruhan x 100%
Jumlah aspek keseluruhan
Sumedang, 2009
Observer
(Puspa Widayasari)
NIM 0604746
52
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA
Hari/Tanggal :
Topik :
Nama Siswa
Aspek yang dinilai
Memperhatikan
dan merespon
penjelasan guru
dalam kegiatan
Tanya jawab
Aktivitas
membaca Keaktifan
3 2 1 3 2 1 3 2 1
Agus Herdiana
Agus Sukarman
Asep Subagja
Dian Sopian
Haidar Al-Askari
Hendri Kuswandi
Kirman Rudiansah
Nia Kurnia
Nica Rianti
Nissa Khoerur R
Rafiq Taufik Q
Siti Aminah
Sukar Mulyana
Tantan Hotibul U
Wiwi Winangsih
Yaya Heryanto
Yuni Fadillah
Dede Iis Sarifah
Muhammad Sigit
Risa Delistiani
Jumlah
Presentase
53
Deskriptor:
1. Memperhatikan dan merespon penjelasan guru
a. Nilai 3 jika siswa memperhatikan dan merespon penjelasan guru.
b. Nilai 2 jika siswa kurang memperhatikan dan merespon penjelasan
guru.
c. Nilai 1 jika siswa tidak memperhatikan dan merespon penjelasan guru.
2. Aktivitas membaca
a. Nilai 3 jika siswa serius membaca tanpa main-main.
b. Nilai 2 jika siswa bermalas-malasan ketika membaca yaitu sambil
tiduran diatas meja atau membaca sambil bermain main.
c. Nilai 1 jika siswa tidak membaca yaitu hanya bermain mai saja dan
mengganggu teman-teman lainnya.
3. Keaktifan
3) Nilai 3 jika siswa aktif bertanya kepada guru atau menjawab
pertanyaan dari guru.
4) Nilai 2 jika siswa kurang aktif ia hanya bertanya atau hanya menjawab
pertanyaan dari guru saja.
5) Nilai 1 jika siswa tidak aktif bertanya kepada guru atau tidak
menjawab pertanyaan dari guru.
54
Keterangan:
- Pada kolom lembar observasi diisi dengan menggunakan tanda(√) sesuai dengan
jumlah indicator yang dilaksanakan siswa.
- Skor ideal 3
- Presentase = Jumlah Skor keseluruhan x 100%
Jumlah siswa
Sumedang, 2009
Observer
(Puspa Widayasari)
NIM 0604746
55
PEDOMAN WAWANCARA GURU SIKLUS 1
Wawancara tentang pembelajaran keterampilan membaca dengan menerapkan model
Transformasi Sastra.
Nama Guru :
Waktu Wawancara :
Tempat Wawancara :
No Pertanyaan Ringkasan Jawaban Keterangan
1. Apakah pernah sebelumnya anda
menggunakan model Transformasi
Sastra dalam pembelajaran membaca?
2. Apa yang anda ketahui dari model
Transformasi Sastra?
3. Setelah dilaksanakannya pembelajaran
dengan menggunakan model
Transformasi Sastra apa yang menjadi
hambatan selama kegiatan pembelajaran
berlangsung?
4. Apakah ada perbedaan hasil yang
dicapai pada saat pembelajaran dengan
model Transformasi sastra dan dengan
menggunakan metode lain?
5. Setelah dilaksanakannya pembelajaran
Transformasi Sastra dan hasil yang
telah dicapai, apa pendapat anda
56
mengenai model Transformasi Sastra?
6. Sesuaikah model Transformasi Sastra
dengan karakteristik pembelajaran
bahasa Indonesia terutama keterampilan
membaca di SD? Jelaskan alasannya!
7. Apa yang menjadi kemudahan dalam
menerapkan model Transformasi Sastra
dalam pembelajaran bahasa Indonesia?
8. Bagaimana untuk selanjutnya, apakah
akan terus menggunakan model
Transformasi Sastra dalam
pembelajaran keterampilan membaca
dalam pelajaran bahasa Indonesia?
Kesimpulan:
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
Sumedang, 2009
Pewawancara
(Puspa Widayasari)
NIM. 0604746
57
PEDOMAN WAWANCARA SISWA SIKLUS 1
Wawancara tentang pembelajaran keterampilan membaca dengan
menerapkan model Transformasi Sastra.
Nama Siswa :
Waktu Wawancara :
Tempat Wawancara :
No Pertanyaan Ringkasan Jawaban Keterangan
1. Apakah kamu senang dengan
pembelajaran yang diberikan tadi?
2. Kegiatan apa yang menurutmu
menyenangkan ketika pembelajaran
berlangsung tadi?
3. Apakah kamu menemui kesulitan dalam
kegiatan menggambar tadi?
4. Apakah kamu menemui kesulitan dalam
mencari pesan/amanat yang terkandung
dalam cerita tadi?
5. Bagaimana suasana dalam pembelajaran
tadi?
6. Apakah perbedaan cara pembelajaran tadi
dengan pembelajaran sebelumnya? Bila
ada apa bedanya?
7. Mana yang akan kamu pilih antara belajar
dengan cara biasa atau dengan cara seperti
tadi? Apa alasannya?
58
Kesimpulan:
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
Sumedang, 2009
Pewawancara
(Puspa Widayasari)
NIM. 0604746
59
Catatan Lapangan
Hari/Tanggal :
Waktu Pelaksanaan :
Tempat Pelaksanaan :
NO Deskripsi Proses Pembelajaran Komentar
60
2. Model yang Dijadikan Alternative Perbaikan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS 1
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : V (Lima) / II (Dua)
Alokasi Waktu : 3 x 35 Menit
Standar Kompetensi :
7. Membaca
Memahami teks dengan membaca sekilas, membaca memindai, dan membaca
cerita anak.
Kompetensi Dasar :
7.3 Menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat.
Indikator :
Membuat kesimpulan berdasarkan cerita yang dibacanya dengan kesesuaian dan
keruntutan cerita yang tepat.
61
Tujuan Pembelajaran :
Melalui model transformasi sastra siswa dapat membuat ringkasan cerita
berdasarkan cerita yang dibacanya dengan runtut dan sesuai cerita yang dibaca.
Dampak Pengiring :
Setelah pembelajaran selesai, diharapkan siswa dapat membuat ringkasan cerita
berdasarkan cerita yang dibacanya dengan kesesuaian dan keruntutan cerita yang
tepat melalui penerapan model transformasi sastra dan siswa dapat memahami
setiap isi bacaan sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-
hari.
Materi Pokok :
Cerita Anak “ Asal Mula Kota Cianjur”
Metode :
Ceramah, Tanya Jawab, Penugasan.
Alat, Bahan dan Sumber Belajar :
A. Alat : Kertas, Spidol berwarna, Papan tulis.
B. Bahan : Prosa atau Cerita anak.
C. Sumber : KTSP 2007 mata pelajaran Bahasa Indonesia
kelas V semester II.
62
Buku Paket Bahasa Indonesia Kelas V Penerbit Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Indonesia Tahun 2008.
Buku Paket Bahasa Indonesia Kelas V Penerbit PT. Bumi
Aksara.
Buku kumpulan Cerita anak.
Langkah-Langkah Pembelajaran :
A. Kegiatan Awal (± 10 Menit)
- Mengucapkan salam.
- Mengkondisikan siswa kearah pembelajaran yang kondusif.
- Berdo’a.
- Mengecek kehadiran siswa.
- Mengadakan apersepsi seputar materi pembelajaran.
- Menyampaikan tujuan pembelajaran dan langkah pembelajaran.
B. Kegiatan Inti (± 85 Menit)
- Siswa mengamati penjelasan guru tentang langkah kegiatan yang akan
dilaksanakan.
- Siswa mengamati cerita yang dibacakan oleh guru.
- Siswa mengamati penjelasan guru dalam membuat contoh gambar yang sesuai
dengan isi dan makna cerita dipapan tulis.
- Siswa bersama guru melakukan Tanya jawab tentang cerita,
63
- Siswa bersama guru melakukan Tanya jawab tentang cerita,
- Setelah itu siswa disuruh membaca cerita anak yang dibagikan oleh guru
dengan waktu yang telah ditentukan.
- Siswa membaca cerita “ Asal Mula Kota Cianjur“ secara berulang-ulang dan
teliti.
- Siswa dengan bimbingan guru menggambar sesuai isi dan makna cerita yang
telah dibaca.
- Setelah siswa selesai menggambar guru membimbing siswa untuk dapat
membuat kesimpulan isi cerita berdasarkan gambar yang dibuatnya.
- Hasil karya pemahaman membaca siswa, diperlihatkan dan dideskripsikan
didepan kelas.
- Guru bersama siswa lain memberikan tanggapan terhadap hasil kerja siswa.
- Siswa mengerjakan LKS.
- Guru bersama siswa membahas LKS.
C. Kegiatan Akhir (± 10 Menit)
- Guru mengadakan evaluasi.
- Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran.
- Guru memberikan tindak lanjut berupa PR.
- Menutup pembelajaran.
64
Evaluasi :
A. Prosedur Penilaian : Tes Proses dan Tes Hasil.
B. Jenis Penilaian : Tulisan.
C. Bentuk Penilaian : Uraian dan Isian.
D. Alat Penilaian : Soal dan Format Penilaian.
65
LKS
Nama :
Nilai :
I. Kerjakan latihan dibawah ini dengan tepat!
1. Buatlah sebuah gambar berdasarkan isi dan makna cerita yang telah
kalian baca!
2. Buatlah kesimpulan dari gambar tersebut dengan kata-kata kalian
sendiri sesuai dengan pemahaman kalian!
II. Jawablah pertanyaan berikut dengan benar!
1. Siapakah pelaku utama pada cerita Asal Mula Kota Cianjur?
2. Apakah konflik atau masalah utama yang terdapat dalam cerita Asal
Mula Kota Cianjur?
3. Siapakah yang meninggal pada akhir cerita, kapan, dan dimana?
4. Kesimpulan apa yang kamu ambil setelah membaca cerita Asal Mula
Kota Cianjur?
5. Apakah kamu merasakan adanya manfaat setelah membaca cerita Asal
Mula Kota Cianjur?
66
Format Penilaian
a. Penilaian Proses
No Nama
Aspek yang dinilai
Skor Nilai
Tafsiran
Kesesuaian Keruntutan T TT
3 2 1 3 2 1
1. Agus Herdiana
2. Agus Sukarman
3. Asep Subagja
4. Dian Sopian
5. Haidar Al-Askari
6. Hendri Kuswandi
7. Kirman Rudiansah
8. Nia Kurnia
9. Nica Rianti
10. Nissa Khoerur R
11. Rafiq Taufik Q
12. Siti Aminah
13. Sukar Mulyana
14. Tantan Hotibul U
15. Wiwi Winangsih
16. Yaya Heryanto
17. Yuni Fadillah
18. Dede Iis Sarifah
19. Muhammad Sigit
20. Risa Delistiani
Jumlah
Rata-Rata
Presentase
67
Deskriptor:
- Kesesuaian
3 : Jika siswa membuat kesimpulan sesuai dengan gambar dan isi cerita.
2 : Jika siswa membuat kesimpulan kurang sesuai dengan gambar dan isi
cerita.
1 : Jika siswa membuat kesimpulan tidak sesuai dengan gambar dan isi cerita.
Keruntutan
3 : Jika siswa membuat kesimpulan dengan runtut.
2 : Jika siswa membuat kesimpulan dengan kurang runtut.
1 : Jika siswa membuat kesimpulan dengan tidak runtut.
Keterangan:
Skor Ideal : 6
Konversi skor kedalam nilai adalah: Skor yang didapat x 100%
Skor Ideal
Nilai : 6/6 x 100 = 100
T = Tuntas
TT = Tidak Tuntas
68
b. Penilaian Hasil
No Nama Nilai
1. Agus Herdiana
2. Agus Sukarman
3. Asep Subagja
4. Dian Sopian
5. Haidar Al-Askari
6. Hendri Kuswandi
7. Kirman Rudiansah
8. Nia Kurnia
9. Nica Rianti
10. Nissa Khoerur R
11. Rafiq Taufik Q
12. Siti Aminah
13. Sukar Mulyana
14. Tantan Hotibul U
15. Wiwi Winangsih
16. Yaya Heryanto
17. Yuni Fadillah
18. Dede Iis Sarifah
19. Muhammad Sigit
20. Risa Delistiani
Jumlah
Rata-Rata
Presentase
69
Keterangan:
Skor Ideal : 100
Konversi skor kedalam nilai adalah: Skor yang didapat x 100%
Skor Ideal
Nilai : 100/100 x 100 = 100
T = Tuntas
TT = Tidak Tuntas
Sumedang, 2009
Guru Wali Kelas V Peneliti
Mengetahui
Kepala Sekolah SDN Genteng
70
Lampiran
“Asal Mula Kota Cianjur”
Dahulu kala di Jawa Barat ada seorang lelaki yang kaya raya, tetpai kikir. Pak
Kikir mempunyai seorang anak lelaki yang baik budi. Para tetangga Pak Kikir
beranggapan bahwa jika ingin hasil panen melimpah ruah, Pak Kikir harus
mengadakan pesta Syukuran dengan baik. Karena takut hasil panennya gagal, Pak
Kikir terpaksa mengadakan pesta selamatan. Semua penduduk diundangnya. Mereka
mengira bahwa dipesta itu akan disuguhi makanan yang lezat tetapi kenyataannya di
sana hanya tersedia makanan biasa saja. Lagi pula banyak yang tidak mendapat
makanan.
“Huh, kalau tidak bias menyediakan makanan, mengapa berani mengundang
orang? Sungguh keterlaluan, buat apa hartanya yang segudang itu?” kata orang
pengunjung.
“Tuhan tak akan memberkahi hartanya yang segudang itu,” jawab temannya.
Disaat pesta syukuran itu sedang belangsung, datanglah seorang nenek renta
minta sedekah kepada Pak Kikir.
“Tuan, berilah saya sesuap nasi. Tuan!” rintih nenek itu.
“Apa, sedekah? Kau kira untuk menanak nasi itu tak perlu jerih payah, hah!”
jawab Pak Kikir.
71
“Maaf, saya hanya minta sedikit dari harta tuan yang melimpah ruah itu,
Tuan!” kata nenek itu.
“ Tidak! Cepat pergi dari sini! Kalau tidak, aku menyuruh tukang pukul
menghajarmu,” bentak Pak Kikir pula.
Rupaya teriakan Pak Kikir terdengar pula oleh putranya yang baik hati itu,
segera diambilnya jatah makan siangnya, lalu ia berlari mengejar nenek yang sudah
sampai di ujung desa. Saat ia akan memberikan makanan itu, dilihatnya nenek itu
sedang menangis.
Sepasang mata nenek itu berbinar senang saat menerima makanan itu. Ia
mengucapkan terima kasih sambil berdoa, “ Sungguh baik engkau, Nak! Semoga
kelak hidupmu mulia. “Nenek itu segera melahap makanan itu. Setelah anak muda itu
pergi, nenek pun segera melanjutkan perjalanannya.
Sesampainya di atas bukit dekat desa itu, dilihatnya rumah megah Pak Kikir
yang berada di tengah-tengah rumah penduduk yang miskin akibat katamakan Pak
Kikir.
“Ingatlah Pak Kikir, keserakahanmu dan kekikiranmu itu akan
menenggelamkan dirimu sendiri. Tuhan akan menimpakan hukuman kepadamu!” doa
nenek sambil menancapkan tongkatnya ke tanah, lalu dicabutnya lagi.
72
Dari lubang bekas tongkat itu memancar air yang sangat deras. Makin lama
air itu makin banyak dan mengalir menuju desa.
“Banjir! Banjir!” teriak beberapa penduduk yang sempat melihat datangnya
air bah itu dari atas bukit. Penduduk lainnya menjad panik. Anak Pak Kikir tanpa
mengenal lelah menganjurkan para penduduk segera meninggalkan desa menuju atas
bukit. Namun memang sudah wataknya, masih ada saja orang yang dalam keadaan
bahaya tak mau meninggalkan harta bendanya. Di antaranya, ayahnya sendiri yaitu
Pak Kikir. Karena sibuk menyelamatkan hartanya, akhirnya orang-orang yang
serakah dan kikir itu tenggelam dalam arus air bah. Tetapi, sebagian orang yang mau
mendengar anjuran putra Pak Kikir yang baik budi itu selamat. Di bawah pimpinan
putra Pak Kikir itulah mereka membangun desa baru. Penduduk selalu mendengar
anjuran pimpinan mereka itu untuk mengolah tanah yang telah dibagi rata. Desa itu
berkembang menjadi kota kecil yang disebut Cianjur. Ci artinya air. Cianjur artinya
daerah yang cukup mengandung air. Anjuran pemimpin desa dijadikan pedoman para
petani untuk mengolah sawahnya. Hingga kini, beras Cianjur terkenal enak dan
wangi.
Dikutip dari: Kumpulan Cerita Rakyat Legenda Nusantara dengan pengubahan
seperlunya.