Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn...

72
1 PENERAPAN MODEL TRANSFORMASI SASTRA DALAM PEMBELAJARANMEMBACA PEMAHAMAN PROSA FIKSI KELAS V SDN GENTENG KECAMATAN SUKASARI KABUPATEN SUMEDANG PROPOSAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Oleh PUSPA WIDAYASARI 0604746 PROGRAM SI KELAS PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS SUMEDANG UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010

Transcript of Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn...

Page 1: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

1

PENERAPAN MODEL TRANSFORMASI SASTRA

DALAM PEMBELAJARANMEMBACA PEMAHAMAN PROSA FIKSI

KELAS V SDN GENTENG KECAMATAN SUKASARI

KABUPATEN SUMEDANG

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

PUSPA WIDAYASARI

0604746

PROGRAM SI KELAS PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

KAMPUS SUMEDANG

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2010

Page 2: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

2

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. JUDUL PENELITIAN

PENERAPAN MODEL TRANSFORMASI SASTRA DALAM

PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN PROSA FIKSI KELAS V

SDN GENTENG KECAMATAN SUKASARI KABUPATEN SUMEDANG.

B. BIDANG KAJIAN

Bidang kajian yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah

penggunaan suatu model pembelajaran dengan fokus kajian yang berkaitan

dengan penerapan Model Transformasi Sastra untuk meningkatkan

kemampuan membaca pemahaman prosa fiksi dikelas V SDN Genteng

Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang.

C. PENDAHULUAN

Pembelajaran Bahasa Indonesia di lembaga-lembaga pendidikan

adalah bertujuan umum untuk memantapkan fungsi bahasa Indonesia serta

membina keterampilan peserta didik dalam berbahasa. Selain itu mata

pelajaran Bahasa Indonesia merupakan suatu program untuk

mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa dan sikap positif

terhadap Bahasa Indonesia.

Page 3: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

3

Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD dilaksanakan dengan mengacu

pada KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Keterampilan yang

dikembangkan dalam pembelajaran bahasa ini mencakup empat aspek

keterampilan berbahasa yaitu aspek menyimak/mendengarkan, aspek

berbicara, aspek membaca dan aspek menulis. Dari ke setiap aspek tersebut

memiliki urutan keterkaitan yang tidak dapat terpisahkan satu sama lainnya

dengan kata lain seseorang dapat terampil dalam suatu aspek Bahasa

Indonesia yang merupakan hasil dari pemenuhan proses aspek-aspek yang

lainnya.

Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa

sekolah dasar yaitu keterampilan membaca. Membaca merupakan

kemampuan kompleks, membaca bukanlah kegiatan memandangi lambang-

lambang tertulis saja akan tetapi yang membaca harus mampu memahami

materi yang dibacanya agar lambang-lambang yang dilihatnya itu menjadi

lambang-lambang yang bermakna baginya.

Membaca sebagai salah satu keterampilan berbahasa merupakan hal

yang penting dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar.

Membaca merupakan interaksi antara pembaca dan penulis. Interaksi tersebut

tidak langsung namun bersifat komunikatif, komunikatif antara pembaca dan

penulis akan makin baik jika pembaca mampunyai kemampuan yang lebih

baik. Dengan demikian pembaca harus mampu menyusun pengertian-

Page 4: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

4

pengertian yang tertuang dalam kalimat-kalimat yang disajikan oleh penulis

sesuai dengan konsep yang terdapat dalam diri pembaca.

Menurut Hudgson (Tarigan,1986:7) pengertian membaca adalah

sebagai berikut:

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh

pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh

penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis.suatu proses yang

menunjuk agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan

terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan agar makna kata-kata

secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi,

maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau

dipahami dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.

Hal tersebut diatas, sesuai dengan pengertian proses membaca yang

dikemukakan oleh Spodek dan Saracho (Zuhdi,1999:48) mengatakan bahwa:

Membaca merupakan proses memperoleh makna dari barang cetak

yang dapat ditempuh pembaca dalam memperoleh makna dari barang

cetak dengan dua cara; 1. Langsung, yakni menghubungkan cirri

penanda visual dari tulisan dengan maknanya, dan 2. Tidak langsung,

yakni mengidentifikasi bunyi dalam kata dan menghubungkannya

dengan makna.

Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan fokus membaca karya sastra

bagi siswa-siswi di kelas tinggi sekolah dasar perlu dijadikan salah satu

bahan ajar yang harus mendapat perhatian setiap guru. Karena membaca

karya sastra berfungsi untuk menghibur sekaligus juga mendidik.

Menurut Zuchdi (1999;75) bahwa:

Karya sastra sebagai suatu bentuk karya seni memiliki sifat indah dan

berguna.Sifat ini membuat pembaca senang untuk menikmatinya.

Kondisi tersebut dapat dimanfaatkan bagi pengajaran. Karena pada

umumnya anak-anak senang membaca karya sastra, maka apabila

karya sastra dijadikan bahan ajar bahasa, mereka diharapkan akan

senang belajar bahasa.

Page 5: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

5

Untuk meningkatkan kemampuan bersastra atau berapresiasi sastra,

anak diberikan pembelajaran sastra dalam berbagai jenis dan dalam bentuk

kegiatan membaca.

Kegiatan apresiasi sastra menurut Effendi (Aminuddin, 1995:35)

adalah: “Kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga

menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan

kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra”. Maka dapat

disimpulkan bahwa, kegiatan apresiasi akan tumbuh dengan baik apabila

pembaca mampu menumbuhkan rasa akrab dengan teks sastra yang

diaprisiasikannya menumbuhkan sikap sungguh-sungguh. Jadi karena sastra

mempunyai banyak manfaat yang dapat dijadikan pelajaran yang sangat

berharga dalam kehidupan siswa, sastra perlu dijadikan bahan ajar di sekolah

dasar.

Sastra diapresiasi masyarakat untuk memperhalus budi dan

memperkaya spiritual serta hiburan. Selain itu, sastra telah masuk kedalam

kurikulum sekolah sebagai pengetahuan budaya, oleh karena itu pengajaran

sastra di sekolah dasar sangat penting sekali.

Mengikutsertakan pengajaran sastra dalam kurikulum berarti akan

membantu siswa berlatih keterampilan membaca. Pengajaran sastra bersifat

apresiatif, yaitu menekankan pada pemberian kesempatan dan dorongan

kepada anak untuk membaca karya-karya sastra yang diminati. Dalam

pembacaan karya sastra itu, akan berpeluang besar untuk menemukan

Page 6: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

6

kesenangan atau kenikmatan membaca. Sehingga akan menumbuhkan minat

baca dalam diri anak. Hal ini sesuai dengan pendapat berikut.

Di sekolah dasar pembelajaran sastra dimaksudkan untuk

meningkatkan kemmapuan siswa mengapresiasi karya sastra. Kegiatan

mengapresiasi sastra berkaitan dengan latihan mempertajam perasaan,

penalaran, daya khayal serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya

dan lingkungan hidup. Pengembangan kemampuan bersastra disekolah

dasar dilakukan dengan berbagai jenis dan bentuk melalui kegiatan

mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Adapun pemilihan

bahan ajar tersebut dapat dicari pada sumber-sumber yang relevan.

Depdiknas (Resmini, 2006:91).

Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran sastra di sekolah dasar

sangat diperlukan. Hal ini disebabkan karena pembelajaran apresiasi terhadap

seni menunjang peningkatan kreativitas, dan aspek kreativitas merupakan

sesuatu yang esensial dalam pembelajaran bidang apapun.

Secara umum salah satu tujuan pengajaran Bahasa Indonesia dalam

kurikulum, adalah “Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra

untuk memperluas wawasan, memperluas budi pekerti, serta meningkatkan

pengetahuan kemampuan berbahasa”.

Pembelajaran membaca pemahaman prosa fiksi di sekolah dasar,

khususnya di SDN Genteng kurang optimal. Penyebab timbulnya

permasalahan tersebut disebabkan pula oleh guru yang kurang kreatif dalam

menerapkan model-model pembelajaran, cerita yang dipilih oleh guru tidak

menarik untuk dibaca oleh siswa sehingga suasana pembelajaran yang

tercipta membuat siswa pasif, diakhir pembalajaran siswa tidak diberi

Page 7: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

7

penguatan dan aplikasi atau makna isi cerita yang dibacanya dalam

kehidupan sehari-hari. Respon yang dibuat siswa hanya sebatas menjawab

pertanyaan bacaan, sehingga banyak siswa yang menyontek jawaban kepada

teman-temannya saat mengerjakan soal, menjadikan pembelajaran kurang

kreatif dan monoton.

Ditinjau dari permasalahan yang terjadi dikelas V SDN Genteng, maka

peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas dengan mengoptimalkan

membaca pemahaman prosa fiksi dengan berbagai hasil aprisiasi karya siswa

melalui model transformasi sastra sebagai pemotivasi belajar siswa dalam

membaca, diantaranya adalah menggambar sesuai isi dan makna cerita lalu

membuat kesimpulan dari isi cerita berdasarkan gambar yang dibuatnya.

Berdasarkan hasil praktik pembelajaran yang dilakukan peneliti pada

tanggal 12 Desember 2009 ketika melaksanakan pembelajaran membaca

pemahaman prosa fiksi dengan mengacu pada RPP yang dibuat oleh guru

kelas V SDN Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang, aktivitas

siswa cenderung pasif dan kurang memperhatikan penjalasan guru. Siswa

bermalas-malasan dan kurang adanya semangat ketika membaca karena

cerita yang dipilih guru kurang menarik minat siswa untuk membaca

sehingga siswa terlihat malas untuk membaca cerita tersebut, . Siswa hanya

diberi kan beberapa latihan soal yang berkaitan dengan isi cerita.

Pembelajaran masih berpusat pada guru dengan memggunakan metode

ceramah.

Page 8: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

8

Berdasarkan paradigma pembelajaran diatas, maka hasil pembelajaran

membaca pemahamn prosa fiksi pun menjadi kurang optimal. Berdasarkan

data awal, ternyata masih banyak siswa-siswi kelas V SDN Genteng

Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang siswa tidak bisa menyimpulkan

cerita yang dibacanya. Dari 20 orang siswa kelas V hanya 6 orang yang dapat

menyimpulkan cerita sesuai isi dan makna cerita yang telah mereka baca.

Siswa yang tuntas jika mendapat skor minimal 5 atau nilai yang diperoleh

siswa minimal 83,3 jika dilihat dari data hasil observasi awal siswa yang

dapat menyimpulkan cerita sesuai isi dan makna cerita dan dikatakan tuntas

karena nilai yang diperoleh telah mencapai KKM sebanyak 6 orang siswa

atau 30%. Adapun siswa yang belum tuntas sebanyak 14 siswa atau 70%.

Data penelitian awal tercantum sebagai berikut:

Page 9: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

9

Daftar Nilai Siswa Kelas V SDN Genteng

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dalam Membaca Pemahaman Prosa Fiksi

KKM : 83,3

No Nama

Aspek yang dinilai

Skor Nilai

Tafsiran

Kesesuaian Keruntutan T TT

3 2 1 3 2 1

1. Agus Herdiana √ √ 6 100 √

2. Agus Sukarman √ √ 4 66,7 √

3. Asep Subagja √ √ 4 66,7 √

4. Dian Sopian √ √ 3 50 √

5. Haidar Al-Askari √ √ 4 66,7 √

6. Hendri Kuswandi √ √ 5 83,3 √

7. Kirman Rudiansah √ √ 5 83,3 √

8. Nia Kurnia √ √ 3 50 √

9. Nica Rianti √ √ 5 83,3 √

10. Nissa Khoerur R √ √ 4 66,7 √

11. Rafiq Taufik Q √ √ 4 66,7 √

12. Siti Aminah √ √ 3 50 √

13. Sukar Mulyana √ √ 3 50 √

14. Tantan Hotibul U √ √ 5 83,3 √

15. Wiwi Winangsih √ √ 3 50 √

16. Yaya Heryanto √ √ 3 50 √

17. Yuni Fadillah √ √ 4 66,7 √

18. Dede Iis Sarifah √ √ 3 50 √

19. Muhammad Sigit √ √ 3 50 √

20. Risa Delistiani √ √ 6 100 √

Jumlah 4 12 4 4 12 4 - 6 14

Rata-Rata 0,

2

0,

6

0,

2

0,

2

0,

6

0,

2

- 0,3 0,7

Presentase 20

%

60

%

20

%

20

%

60

%

20

%

- 30

%

70

%

Page 10: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

10

Deskriptor:

- Kesesuaian

3 : Jika siswa membuat kesimpulan sesuai dengan gambar dan isi cerita.

2 : Jika siswa membuat kesimpulan kurang sesuai dengan gambar dan isi

cerita.

1 : Jika siswa membuat kesimpulan tidak sesuai dengan gambar dan isi cerita.

Keruntutan

3 : Jika siswa membuat kesimpilan dengan runtut.

2 : Jika siswa membuat kesimpilan dengan kurang runtut.

1 : Jika siswa membuat kesimpilan dengan tidak runtut.

Keterangan:

Skor Ideal : 6

Konversi skor kedalam nilai adalah: Skor yang didapat x 100

Skor Ideal

Nilai : 6/6 x 100 = 100

T = Tuntas

TT = Tidak Tuntas

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap proses

pembelajaran, sesuai dengan hasil identifikasi masalah ternyata ada beberapa

factor yang menyebabkan sebagian besar siswa kurang mampu

Page 11: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

11

menyimpulkan cerita yang dibaca, kurang aktif dan kurang bersemangat

ketika belajar. Factor tersebut diantaranya adalah Model yang digunakan

tidak bervariasi dan tidak menarik sehingga kurang menarik minat dan

motivasi siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman. Pembelajaran

masih berpusat pada guru dengan memggunakan metode ceramah. Guru

merasa bingung dalam menentukan model pembelajaran yang cocok untuk

mengatasi siswa dalam masalah membaca pemahaman. Hal itu disebabkan

oleh keterbatasan pengetahuan guru dalam memahami model-model

pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas upaya untuk meningkatkan kemampuan

membaca pemahaman prosa fiksi memerlukan model pembelajaran yang

menarik dan bervariasi yang dapat memberikan penekanan-penekanan unsur

cerita dalam proses membaca pemahaman prosa fiksi agar siswa memiliki

motivasi sehingga siswa mudah dalam memahami isi cerita yang dibacanya.

Upaya yang dilakukan adalah dengan menerapkan model transformasi sastra.

Manfaat dari model transformasi sastra tersebut terhadap membaca

pemahaman prosa fiksi siswa dapat menciptakan berbagai macam ide, serta

dapat mencurahkan kreatifitasnya bahkan bisa mengkreasi daya ciptanya

melalui prosa fiksi tersebut dalam bentuk gambar. Selain itu siswa akan

mendapat penyaluran yang berkaitan dengan keinginan, cita-cita, kecintaan,

Page 12: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

12

kerinduan, keprihatinan, dan berbagai pikiran yang lain yang tidak dapat

disalurkan sendiri.

Dari hasil karya siswa tentang prosa fiksi yang menggunakan model

transformasi sastra maka siswa akan lebih senang dan lebih berkonsentrasi

dalam membaca. Kebiasaan membaca akan lebih menambah pengetahuan

siswa dalam berbagai bidang khususnya yang berkaitan dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia.

D. PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH

1. Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang dikemukakan diatas

peneliti akan mengangkat model transformasi sastra sebagai media untuk

mengoptimalkan membaca pemahaman cerita anak. Melalui model

transformasi sastra diharapkan dapat mengoptimalkan membaca pemahaman

siswa dalam pembelajaran keterampilan membaca pemahaman cerita anak.

Dalam hubungan tersebut peneliti mencoba merumuskan masalah sebagai

berikut.

a. Bagaimana perencanaan penerapan model transformasi sastra dalam

mengoptimalkan pembelajaran membaca pemahaman prosa fiksi dikelas

V SDN Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang?

Page 13: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

13

b. Bagaimana pelaksanaan penerapan model transformasi sastra dalam

mengoptimalkan pembelajaran membaca pemahaman prosa fiksi dikelas

V SDN Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang?

1) Bagaimana kinerja guru dalam pelaksanaan penerapan model

transformasi sastra dalam mengoptimalkan pembelajaran membaca

pemahaman prosa fiksi dikelas V SDN Genteng Kecamatan Sukasari

Kabupaten Sumedang?

2) Bagaimana aktivitas siswa dalam pelaksanaan penerapan model

transformasi sastra dalam mengoptimalkan pembelajaran membaca

pemahaman prosa fiksi dikelas V SDN Genteng Kecamatan Sukasari

Kabupaten Sumedang?

c. Bagaimana hasil yang dicapai pada penerapan model transformasi sastra

dalam mengoptimalkan pembelajaran membaca pemahaman prosa fiksi

dikelas V SDN Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang?

2. Pemecahan Masalah

Alternative pemecahan masalah yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan membaca pemahaman prosa fiksi siswa kelas V SDN Genteng

diperlukan suatu model pembelajaran yang menarik yang dapat

menumbuhkan minat siswa dalam membaca. Pemilihan model harus

disesuaikan dengan factor penyebab yang melatar belakangi masalah tersebut

muncul. Walaupun guru telah memberikan bantuan kepada siswa melalui

caranya sendiri, tapi siswa yang mampu menyimpulkan isi bacaan tersebut

Page 14: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

14

secara keseluruhan hanya (30%) dari 20 orang siswa. Maka dari itu, untuk

mengantisipasi permasalahan tersebut, peneliti berkeyakinan untuk

menerapkan model transformasi sastra.

Melalui model transformasi sastra, peneliti berkeyakinan bahwa

masalah-masalah yang dihadapi siswa dalam pembelajaran membaca

pemahaman prosa fiksi dapat teratasi. Selain itu, melalui penerapan model

transformasi sastra dapat mempermudah memahami cerita yang dibacanya.

Pada dasarnya model transformasi sastra dapat membantu siswa lebih aktif

dan bersemangat lagi untuk belajar karena dengan menggunakan model ini

siswa akan memperoleh kegembiraan di samping itu mereka banyak mendapat

pengalaman dari hasil pembelajarannya.

Dari berbagai alasan tersebut maka dengan menerapkan model

transformasi sastra akan sangat membantu siswa dalam memunculkan potensi

membaca yang dimiliki oleh setiap siswa secara menyenangkan. Siswa tidak

akan tertarik untuk membaca jika siswa tersebut tidak berniat untuk membaca.

Hal yang harus dimunculkan oleh guru adalah pemilihan cerita yang menarik

perhatian siswa. Guru dapat menceritakan sebagian kecil dari cerita tersebut,

selanjutnya siswa diarahkan untuk dapat membaca isi cerita. Dengan

demikian, minat siswa terhadap membaca dapat ditumbuhkan sehingga siswa

menjadi paham tentang berbagai isi buku yang dibacanya.

Adapun bahan-bahan yang dijadikan bacaan diantaranya karya sastra

atau cerita fiksi. Siswa sangat menyenangi cerita fiksi, sebab sastra memiliki

Page 15: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

15

tempat khusus dalam perkembangan sastra anak usia 8-9 tahun menurut

Tarigan (1995:90) “Anak-anak menyenangi kisah-kisah yang tinggi, humor

yang kasar dalam situasi setiap hari, mengapresiasi petualangan imajiner”.

Implementasinya dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia (Tarigan,

1995:91)”. Para guru perlu mengakui dan menghargai betapa pentingnya

sastra bagi kegembiraan hati, membebaskan ketegangan serta memberikan

kemikmatan dan kesenangan”.

Adapun jenis kegiatan pembelajaran dengan model transformasi sastra

dalam penelitian ini yaitu menggambar sesuai isi dan makna cerita, dengan

kata lain merubah bentuk teks cerita menjadi gambar lalu membuat

kesimpulan berdasarkan gambar tersebut. Sedangkan langkah-langkah

pembelajaran pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Guru membuka pelajaran dengan mengadakan apersepsi mengenai materi

pembelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dibahas,

kemudian membacakan sebuah cerita.

b. Siswa mengamati cerita yang dibacakan oleh guru.

c. Siswa mengamati penjelasan guru dalam membuat contoh gambar yang

sesuai dengan isi dan makna cerita dipapan tulis.

d. Siswa bersama guru melakukan Tanya jawab tentang cerita,

e. Setelah itu siswa disuruh membaca cerita anak yang dibagikan oleh guru

dengan waktu yang telah ditentukan.

f. Siswa dengan bimbingan guru menggambar sesuai isi dan makna cerita.

Page 16: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

16

g. Setelah siswa selesai menggambar lalu siswa disuruh membuat

kesimpulan berdasarkan gambar yang dibuat oleh siswa.

h. Hasil karya pemahaman membaca siswa, diperlihatkan dan dideskripsikan

didepan kelas.

i. Guru bersama siswa lain memberikan tanggapan terhadap hasil kerja

siswa.

j. Siswa mengerjakan LKS.

k. Guru bersama siswa membahas LKS.

l. Guru memberikan penilaian.

m. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran.

n. Guru memberikan tindak lanjut berupa PR.

o. Kemudian menutup pembelajaran.

Selain itu, target yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah

memperbaiki proses dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca

pemahaman prosa fiksi dikelas V SDN Genteng Kecamatan Sukasari

Kabupaten Sumedang. Adapun rincian target yang ingin dicapai adalah

sebagai berikut.

Page 17: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

17

E. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah.

1. Mendeskripsikan perencanaan penerapan model transformasi sastra dalam

mengoptimalkan pembelajaran membaca pemahaman prosa fiksi dikelas

V SDN Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

2. Mendeskripsikan pelaksanaan penerapan model transformasi sastra dalam

mengoptimalkan pembelajaran membaca pemahaman prosa fiksi dikelas

V SDN Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang.

3. Mendeskripsikan hasil yang dicapai pada penerapan model transformasi

sastra dalam mengoptimalkan pembelajaran membaca pemahaman prosa

fiksi dikelas V SDN Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang.

F. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian tindakan kelas

dengan menerapkan model transformasi sastra adalah sebagai berikut.

1. Bagi Siswa, dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca

pemahaman prosa fiksi. Selain itu dengan menerapkan model transformasi

sastra siswa dapat memperoleh pengalaman untuk berkreasi dalam

apresiasi sastra prosa fiksi serta siswa akan lebih aktif dan bersemangat

lagi dalam belajar.

Page 18: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

18

2. Bagi Guru, dapat dijadikan alternative bahan atau strategi dalam

pembelajaran membaca pemahaman prosa fiksi bagi siswa kelas V

sekolah dasar.

3. Bagi Peneliti, dapat dijadikan pengalaman yang berharga dalam

menerapkan model transformasi sastra ketika pembelajaran membaca

pemahaman prosa fiksi, sehingga dapat mengetahui tingkat

keberhasilannya. Dengan demikian, peneliti akan memperoleh kepuasan

batin karena telah mampu memperbaiki situasi dan menyelesaikan

permasalahan dalam penelitiannya.

G. BATASAN ISTILAH

1. Model Pembelajaran menurut Soekamto dalam Trianto (2007:5) adalah

kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman-pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran

dan para pengajar dalam merancang aktivitas belajar. Model pembelajaran

yang dimaksudkan adalah pembelajaran dengan menerapkan model

transformasi sastra tentang keterampilan membaca pemahaman.

2. Membaca menurut Tarigan (1986:7) adalah suatu proses yang dilakukan serta

dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak

disampaikan penulis melalui kata-kata/bahasa tulis.

Page 19: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

19

3. Membaca Pemahaman menurut Tarigan (1986:56) adalah sejenis membaca

yang bertujuan untutk memahami isi bacaan. Dalam hal ini yang akan

dijadikan bahan bacaan adalah cerita sastra anak.

4. Prosa Fiksi menurut Aminuddin (2002:66) adalah kisahan atau cerita yang

diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan latar serta tahapan

dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarang.

5. Model Pembelajaran Transformasi Sastra adalah strategi pembelajaran yang

digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi cerita

anak melalui kegiatan kreatif berupa menggambar sesuai isi dan makna cerita.

H. KAJIAN PUSTAKA

1. Keterampilan Membaca

a. Pengertian Membaca

b. Jenis-jenis Keterampilan Membaca

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Membaca

d. Tujuan Keterampilan Membaca

2. Pembelajaran Keterampilan Membaca di SD

a. Tujuan Pembelajaran Membaca di SD

b. Jenis-jenis Pembelajaran Membaca di SD

3. Membaca Pemahaman Sastra

a. Pengertian Membaca Pemahaman Sastra

b. Komponen Membaca Pemahaman Sastra

Page 20: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

20

c. Manfaat Unsur Intrinsik dan Ektrinsik Sastra

d. Penilaian Kemampuan Membaca Sastra

4. Pembelajaran Prosa Fiksi di SD

a. Pengertian Prosa Fiksi

b. Jenis-jenis Prosa Fiksi

1) Buku Bergambar

2) Fiksi Realistik

3) Fiksi Sejarah

4) Fiksi Ilmu Pengetahuan

5) Fantasi

6) Biografi

c. Kandungan Nilai dalam Prosa Fiksi

d. Pembelajaran Prosa Fiksi

5. Model Pembelajaran Transformasi Sastra

a. Pengertian Model Transformasi Sastra

Model transformasi sastra dalam penelitian ini adalah strategi

pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa

dalam mengapresiasi cerita sastra anak melalui kegiatan kreatif berupa

membuat gambar sesuai dengan isi dan makna cerita.

Dibidang sastra, Panuti Sudjiman (R Panca Pertiwi, 2006:73)

menyatakan bahwa yang dimaksud dengan transformasi adalah

“Perubahan bentuk, penampilan, sifat atau watak”. Berdasarkan

Page 21: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

21

batasan itu, dibidang sastra dikenal beberapa macam perwujudan

transformasi.

Pada kenyataannya transformasi berkontribusi langsung dalam

upaya memperkaya khazanah sastra. Transformasi telah berlangsung

sepanjang masa dan seputar dunia. Dalam berbagai cara

pentransformasian itu memang banyak kemungkinan terjadinya

pergeseran dan perubahan yang disengaja maupun yang tidak

disengaja, baik pergeseran tematis, structural, mapun statistic.

Kecendrungan tersebut perlu ditelusuri melalui dua hal, yaitu hal-hal

apa saja yang berhubungan dengan transformasi, dan bagaimana

transformasi genre itu berlangsung.

1) Pembaharuan Topik

2) Kombinasi

3) Pengelompokan

4) Perubahan Skala

5) Perubahan Fungsi

6) Pernyataan Bandingan

7) Pencantuman

8) Pencampuran Generik

b. Jenis dan Langkah Model Transformasi Sastra

Adapun jenis kegiatan pembelajaran dengan model

transformasi sastra dalam penelitian ini yaitu menggambar sesuai isi

Page 22: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

22

dan makna cerita, dengan kata lain merubah bentuk teks cerita menjadi

gambar. Sedangkan langkah-langkah pembelajaran pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1) Guru membuka pelajaran dengan mengadakan apersepsi mengenai

materi pembelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang

akan dibahas, kemudian membacakan sebuah cerita.

2) Siswa mengamati cerita yang dibacakan oleh guru.

3) Siswa mengamati penjelasan guru dalam membuat contoh gambar

yang sesuai dengan isi dan makna cerita dipapan tulis.

4) Siswa bersama guru melakukan Tanya jawab tentang cerita,

5) Setelah itu siswa disuruh membaca cerita anak yang dibagikan

oleh guru dengan waktu yang telah ditentukan.

6) Siswa dengan bimbingan guru menggambar sesuai isi dan makna

cerita.

7) Setelah siswa selesai menggambar lalu siswa disuruh membuat

kesimpulan berdasarkan gambar yang dibuat oleh siswa.

8) Hasil karya pemahaman membaca siswa, diperlihatkan dan

dideskripsikan didepan kelas.

9) Guru bersama siswa lain memberikan tanggapan terhadap hasil

kerja siswa.

10) Siswa mengerjakan LKS.

11) Guru bersama siswa membahas LKS.

Page 23: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

23

12) Guru memberikan penilaian.

13) Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran.

14) Guru memberikan tindak lanjut berupa PR.

15) Kemudian menutup pembelajaran.

c. Keuntungan Model Transformasi Sastra

Manfaat dari model transformasi sastra adalah mampu

mendorong siswa untuk menciptakan berbagai macam ide serta dapat

mencurahkan kreatifitasnya bahkan bias mengkreasikan daya ciptanya

dalam cerita sastra anak tersebut melalui bentuk gambar sehingga

siswa dapat memperoleh pengalaman sastra. Hal ini sesuai dengan

salah satu tujuan pengajaran sastra disekolah yakni tujuan memperoleh

pengalaman sastra.

Model transformasi sastra dengan kegiatan-kegiatan

kreatifitasnya, sesuai dengan perkembangan kognitif siswa sehingga

siswa tidak akan merasa terbebani dalam melaksanakan pembelajaran.

Siswa akan merasa senang sehingga pembelajaran tidak

membosankan. Model transformasi sastra merupakan strategi

pembelajaran yang dapat menstimulasi atau merangsang

perkembangan kognitif. Kognitif tersebut mengandung pengertian

“Berbagai proses mental yang digunakan dalam berfikir” Richard (

Tarigan 1995:38). Setiap proses tersebut sangat penting dan juga erat

kaitannya dengan pemahaman dan apresiasi sastra. Dengan

Page 24: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

24

menggunakan model transformasi sastra dalam pembelajaran

membaca cerita sastra anak diharapkan siswa akan lebih senang dan

lebih berkonsentrasi dalam membaca sastra sehingga siswa tidak

hanya bias membaca symbol-simbol tertulis saja tetapi mampu

memahami isi bacaan tersebut.

I. HIPOTESIS TINDAKAN

Berdasarksn latar belakang masalah dan teori tentang pembelajaran

cerit anak dengan menggunakan Model Transformasi Sastra maka peneliti

dapat menentukan hipotesis tindakan sebagai berikut.

Jika guru menggunakan Model Transformasi Sastra dalam

pembelajaran cerita anak, maka pemahaman siswa tentang prosa fiksi dikelas

V SDN Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang akan meningkat.

J. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN

1. Rencana Penelitian

a. Tempat Penelitian

Lokasi/tempat melaksanakan penelitian ini adalah SDN

Genteng yang berada di Dusun Sukamenak Desa Genteng Kecamatan

Sukasari Kabupaten Sumedang. Pemilihan lokasi penelitian ini

didasarkan pada pertimbangan bahwa kondisi tingkat kemampuan

membaca pemahaman prosa fiksi siswa kelas V SDN Genteng masih

Page 25: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

25

belum optimal, sehingga memerlukan upaya dalam meningkatkannya.

Kenyataan ini pun disadari pula oleh Kepala Sekolah dan guru-guru

lainnya, sehingga mereka memberikan dukungan dan kerja sama

dalam penelitian ini. Selain itu, peneliti juga sebagai salah satu guru

sukarelawan di sekolah yang bersangkutan, sehingga peneliti

memahami keadaan sekolah, karakteristik siswa, termasuk proses

pembelajaran yang berlangsung.

b. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Genteng

sebanyak 20 orang, terdiri dari 6 orang siswa perempuan dan 14 orang

siswa laki-laki. Latar belakang kehidupan social ekonomi orang tua

siswa rata-rata kelas menengah ke bawah dan sebagian besar bermata

pencaharian sebagai petani.

Adapun pemilihan subjek peneliti dengan pertimbangan bahwa

pembelajaran membaca pemahaman prosa fiksi merupakan materi

yang penting bagi siswa.

c. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini diperkirakan akan dilaksanakan

dalam waktu 6 bulan mulai bulan November 2009 sampai bulan April

2010.

Page 26: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

26

2. Prosedur Penelitian

Dalam melaksanakan suatu penelitian hendaklah disusun

terlebih dahulu prosedur yang akan digunakan. Dalam penelitian tindakan

kelas, peneliti menggunakan model Spiral Hopkins (Aqib, 2006:31), yaitu

perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Page 27: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

27

RENCANA

REFLEKSI SIKLUS I TINDAKAN

OBSERVASI

RENCANA

REFLEKSI SIKLUS II TINDAKAN

OBSERVASI

RENCANA

REFLEKSI SIKLUS III TINDAKAN

OBSERVASI

Gambar 1

Bagan Model Spiral Hopkins (Aqib, 2006:31)

Page 28: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

28

Adapun pelaksanaan setiap siklus pada pembelajaran membaca

pemahaman prosa fiksi dengan menerapkan model transformasi sastra

dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.

a. Perencanaan Tindakan

Secara garis besar perencanaan tindakan ini meliputi kegiatan

sebagai berikut.

1) Peneliti mengadakan penelitian awal pada proses pembelajaran

membaca pemahaman prosa fiksi dikelas V SDN Genteng, dengan

maksud untuk mendapatkan data awal dan mencatat permasalahan

serta kendala yang ditemukan dalam pembelajaran itu.

2) Peneliti berdiskusi dengan guru kelas V membicarakan kesan dan

permasalahan yang ditemukan serta dirasakan ketika kegiatan

pembelajaran membaca pemahaman prosa puisi melalui model

transformasi sastra dikelas V SDN Genteng.

3) Peneliti mengenalkan model transformasi sastra dalam

mengoptimalkan pembelajaran membaca dengan memberikan

penjelasan singkat mengenai teknik pembelajaran mengubah

bacaan ke dalam gambar.

4) Setelah mencapai kesepakatan peneliti menyususn persiapan

mengajar dengan menerapkan model transformasi sastra dalam

Page 29: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

29

pembelajaran membaca pemahaman prosa fiksi dikelas V SDN

Genteng.

5) Peneliti menyiapkan instrument pengumpul data untuk digunakan

dalam tahap pelaksanaan tindakan, yakni lembar observasi, lembar

wawancara, catatan lapangan dan tes hasil belajar.

6) Menentukan indikator keberhasilan pembelajaran membaca

pemahaman prosa fiksi melalui model transformasi sastra yaitu,

siswa dapat menggambar sesuai dengan isi dan makna

menggambar sesuai isi dan makna cerita lalu membuat kesimpulan

cerita berdasarkan gambar yang dibuatnya.

Menentukan indikator keberhasilan pembelajaran membaca

pemahaman prosa fiksi melalui model transformasi sastra yaitu, siswa dapat

menggambar sesuai isi dan makna cerita lalu membuat kesimpulan dari isi

cerita berdasarkan gambar yang dibuatnya.

b. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap pelaksanaan tindakan

ini adalah sebagai berikut.

1) Peneliti dan guru kelas V sebagai praktisi melaksanakan

pembelajaran dengan menerapkan model transformasi sastra dalam

Page 30: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

30

pembelajaran membaca pemahaman prosa fiksi dikelas V SDN

Genteng.

2) Bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran peneliti

melaksanakan observasi untuk mengenali, merekam, dan

mendokumentasikan indicator yakni, siswa dapat menggambar

sesuai isi dan makna cerita lalu membuat kesimpulan dari isi cerita

berdasarkan gambar yang dibuatnya dari proses dan hasil

penerapan model transformasi sastra dalam pembelajaran

membaca pemahaman prosa fiksi dikelas V SDN Genteng.

c. Observasi

Pelaksanaan kegiatan observasi pelaksanaannya bersamaan

dengan kegiatan pembelajaran. Peneliti secara kritis, sistematis, dan

objektif memantau jalannya pembelajaran dengan maksud untuk

mendapatkan data kesulitan baik yang dialami oleh siswa maupun

guru, kelebihan kekurangan, hasil maupun dampak yang timbul dari

proses pembelajaran membaca pemahaman melalui model

transformasi sastra.

d. Refleksi

Data yang didapatkan dari hasil observasi kemudian segera

dianalisis dan diberi makna sehingga dapat diketahui apakah tindakan

yang dilakukan telah mencapai tujuan. Pemaknaan hasil observasi ini

Page 31: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

31

dijadilan dasar untuk melaksanakan evaluasi sehingga dapat disusun

langkah-langkah dalam tindakan berikutnya.

3. Instrumen

Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Instrumen penelitian

kualitatif meliputi lembar observasi, lembar wawancara, lembar kegiatan

siswa, dan catatan lapangan, sedangkan instrument penelitian kuantitatif

berupa tes.

Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Lembar Observasi

Lembar observasi adalah alat penelitian yang digunakan untuk

mengukur tingkah laku individu/proses terjadinya suatu kegiatan yang

dapat diamati pada waktu proses pembelajaran berlangsung, baik

prilaku guru pada saat mengajar maupun prilaku siswa pada saat

mengikuti pembelajaran. Lembar observasi ini bertujuan untuk

mengetahui kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki atau hal-hal

yang harus dipertahankan dan ditingkatkan pada pembelajaran

selanjutnya. Jadi dalam penelitian ini ada dua bentuk lembar observasi

yang digunakan yaitu lembar observasi guru dan lembar observasi

siswa.

Page 32: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

32

Observasi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh

pelaksanaan tindakan telah sesuai dengan rencana tindakan yang telah

detentukan sebelumnya. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, alat

yang digunakan dalam observasi ini yaitu lembar observasi. Lembar

observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dan kinerja

guru dalam pembelajaran membaca pemahaman prosa fiksi dengan

menerapkan model transformasi sastra.

b. Lembar Wawancara

Lembar wawancara adalah alat penelitian yang digunakan

untuk mengetahui pendapat siswa dan guru tentang pelaksanaan

pembelajaran ataupun permasalahan pada saat kegiatan belajar

mengajar. Wawancara dilakukan secara teratur pada setiap tindakan

dan dilakukan pada siswa dan guru dan setiap tindakan berbeda.

Wawancara dilakukan pada saat penelitian berlangsung dengan

tujuan untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dan

guru ketika proses pembelajaran. Wawancara dibutuhkan untuk

memperoleh data yang hanya dapat diungkapkan secara lisan oleh

sumbernya. (Wiraatmadja, 2005:117)

Untuk memperoleh data dari wawancara, maka alat yang

digunakan adalah lembar wawancara atau pedoman wawancara.

Dalam lembar wawancara tersebut berisi tentang pertanyaan-

pertanyaan yang akan diajukan kepada siswa dan guru setelah proses

Page 33: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

33

pembalajaran selesai. Dengan lembar wawancara ini, peneliti dapat

mengetahui kekurangan atau kesan-kesan yang siswa dan guru peroleh

ketika melaksanakan pembelajaran membaca pemahaman prosa fiksi

dengan menggunakan model transformasi sastra.

c. Lembar Kegiatan Siswa

Lembar Kegiatan Siswa adalah instrument penelitian berupa

soal (permasalahan) yang harus dikerjakan siswa secara individu atau

kelompok dalam kegiatan pembelajaran. Lembar kegiatan siswa

digunakan untuk memperoleh data mengenai tingkat keberhasilan

siswa dalam membaca pemahaman prosa fiksi dengan menerapkan

model transformasi sastra

d. Catatan Lapangan

Catatan lapangan adalah alat penelitian yang berupa

pengumpulan data/catatan tentang peristiwa-peritiwa pada saat

pembelajaran berlangsung. Catatan lapangan berfungsi untuk mencatat

kejadian-kejadian yang dianggap penting selama kegiatan

pembelajaran berlangsung. Catatan ini berupa deskripsi kualitatif

tentang proses pembelajaran yang dilakukan siswa dan guru.

4. Data dan Sumber Data

Data dari penelitian ini diperoleh dari hasil observasi, wawancara

dan tes yang dilakukan terhadap siswa kelas V SDN Genteng Kecamatan

Page 34: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

34

Sukasari Kabupaten Sumedang yang berkaitan dengan pembelajaran

membaca pemahaman prosa fiksi.

Sumber data pada penelitian ini adalah siswa kelas V SDN

Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang dan guru sebagai

mitra peneliti serta seluruh komponen sekolah.

5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

a. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan tes hasil

belajar yang dilakukan pada siswa kelas V SDN Genteng. Data pada

penelitian ini terdiri dari data proses dan data hasil belajar.

1) Pengolahan Data Proses

Dalam pengolahan data proses, dilakukan melalui observasi

terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa. Teknik yang digunakan

dalam pengolahan data proses yaitu penilaian terhadap aspek-aspek

yang terdapat dalam lembar observasi kineja guru dan aktivitas siswa.

Masing-masing memiliki skor 3-2-1 dengan descriptor penilaian yang

telah ditentukan.

Deskriptor Kinerja Guru :

1. Mengadakan apersepsi.

a. Nilai 3 jika apersepsi yang dilakukan guru sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

Page 35: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

35

b. Nilai 2 jika apersepsi yang dilakukan guru tidak dengan tujuan

pembelajaran.

c. Nilai 1 jika guru tidak mengadakan apersepsi.

2. Menyampaikan tujuan dan langkah pembelajaran.

a. Nilai 3 jika guru menyampaikan tujuan dan langkah pembelajaran.

b. Nilai 2 jika guru menyampaikan tujuan atau langkah pembalajaran

saja.

c. Nilai 1 jika guru tidak menyampaikan tujuan dan langkah

pembelajaran.

3. Membacakan cerita dan membuat contoh gambar dipapan tulis.

a. Nilai 3 jika guru membacakan cerita anak dan membuat contoh

gambar dipapan tulis.

b. Nilai 2 jika guru membacakan cerita atau membuat contoh gambar

saja.

c. Nilai 1 jika guru tidak membacakan cerita dan membuat contoh

gambar saja.

4. Menjelaskan bagaimana cara menggambar sesuai isi dan makna cerita

dipapan tulis.

a. Nilai 3 jika guru memberikan penjelasan cara menggambar kepada

seluruh siswa.

b. Nilai 2 jika guru memberikan penjelasan cara menggambar kepada

sebagian siswa saja.

Page 36: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

36

c. Nilai 1 jika guru tidak memberikan penjelasan cara menggambar.

5. Membimbing siswa dalam membuat kesimpulan cerita yang dibacanya

sesuai isi dan makna cerita.

a. Nilai 3 jika guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan

cerita kepada seluruh siswa.

b. Nilai 2 jika guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan

kepada sebagian siswa saja.

c. Nilai 1 jika guru tidak membimbing siswa dalam membuat

kesimpulan.

6. Mengadakan Tanya jawab dengan siswa.

a. Nilai 3 jika guru melakukan Tanya jawab sesuai dengan materi

pembelajaran.

b. Nilai 2 jika guru melakukan Tanya jawab tapi tidak sesuai dengan

materi pembelajaran.

c. Nilai 1 jika guru tidak melakukan Tanya jawab.

7. Membimbing dan memperhatikan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

a. Nilai 3 jika guru membimbing dan memperhatikan siswa dalam

kegiatan pembelajaran.

b. Nilai 2 jika guru hanya memperhatikan siswa dari meja guru saja.

c. Nilai 1 jika guru tidak membimbing dan memperhatikan siswa dalam

kegiatan pembelajaran.

8. Memberikan tanggapan dan penguatan terhadap hasil karya siswa.

Page 37: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

37

a. Nilai 3 jika guru memberikan tanggapan dan penguatan terhadap hasil

karya siswa.

b. Nilai 2 jika guru hanya memberikan tanggapan atau penguatan saja.

c. Nilai 1 jika guru tidak memberikan tanggapan dan penguatan terhadap

hasil karya siswa.

Deskriptor Aktivitas Siswa:

1. Memperhatikan dan merespon penjelasan guru

a. Nilai 3 jika siswa memperhatikan dan merespon penjelasan guru.

b. Nilai 2 jika siswa kurang memperhatikan dan merespon penjelasan

guru.

c. Nilai 1 jika siswa tidak memperhatikan dan merespon penjelasab guru.

2. Aktivitas membaca

a. Nilai 3 jika siswa serius membaca tanpa main-main.

b. Nilai 2 jika siswa bermalas-malasan ketika membaca yaitu sambil

tiduran diatas meja atau membaca sambil bermain main.

c. Nilai 1 jika siswa tidak membaca yaitu hanya bermain mai saja dan

mengganggu teman-teman lainnya.

3. Keaktifan

a. Nilai 3 jika siswa aktif bertanya kepada guru atau menjawab

pertanyaan dari guru.

Page 38: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

38

b. Nilai 2 jika siswa kurang aktif ia hanya bertanya atau hanya menjawab

pertanyaan dari guru saja.

c. Nilai 1 jika siswa tidak aktif bertanya kepada guru atau tidak

menjawab pertanyaan dari guru.

Setelah itu, hasil pengamatan diolah dan dianalisis,

dipaparkan dan disimpulkan berdasarkan hasil pengamatan tersebut

dapat dilakukan refleksi untuk memperbaiki tindakan sebelumnya.

2) Pengolahan Data Hasil Belajar

Pengolahan data hasil dilakukan melalui tes tertulis, dalam

mengolah data hasil belajar siswa, maka terlebih dahulu harus

menentukan aspek-aspek yang akan dinilai. Setelah itu diberi skor dan

terakhir membandingkannya dengan batas nilai yang ditentukan,

teknik pengolahan data hasil belajar menggunakan KKM (Kriteria

Ketuntasan Minimum) sebagai krieria “Tuntas” atau “Tidak Tuntas”

dalam pembelajaan membaca pemahaman prosa fiksi. Berikut ini

paparan pengolahan data hasil Deskriptor Penilaian.

- Kesesuaian

3 : Jika siswa membuat kesimpulan sesuai dengan gambar dan isi

cerita.

2 : Jika siswa membuat kesimpulan kurang sesuai dengan gambar dan

isi cerita.

Page 39: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

39

1 : Jika siswa membuat kesimpulan tidak sesuai dengan gambar dan isi

cerita.

- Keruntutan

3 : Jika siswa membuat kesimpulan dengan runtut.

2 : Jika siswa membuat kesimpulan dengan kurang runtut.

1 : Jika siswa membuat kesimpulan dengan tidak runtut.

a) Komponen atau aspek yang dinilai adalah kesesuaian membuat

kesimpulan sesuai gambar dan isi cerita serta keruntutan membuat

kesimpulan.

b) Skor Ideal : 6, nilai :100

c) Nilai Ketuntasan Minimum

Skor Ideal : 6

Konversi skor kedalam nilai adalah: Skor yang didapat x 100

Skor Ideal

Nilai : 6/6 x 100 = 100

T = Tuntas

TT = Tidak Tuntas

Page 40: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

40

Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM):

1. Kompleksitas Indikator

Tingkat Kompleksitasnya adalah tingkat kesulitan atau

kerumitan setiap indicator yang akan dicapai oleh siswa, termasuk

juga tingkat kesulitan bagi guru dalam menyampaikannya.

2. Daya Dukung

Kemampuan sumber daya pendukung dapat dilihat dari

keberadaan tenaga pendidik, sarana dan prasarana pendidikan, biaya

pengelolaan/manajemen sekolah, peran komite sekolah dan stake

holder serta lingkungan sekolah dalam pendukung pencapaian

pembelajaran.

3. Intake Siswa

Intake siswa adalah tingkat kemampuan rata-rata siswa secara

keseluruhan pada tahun sebelumnya intake siswa dapat diperoleh

melalui:

a. Hasil seleksi penerimaan siswa baru

b. Raport kelas terakhir dan tahun sebalumnya

c. Tes seleksi masuk atau psikotes

d. Nilai Ujian Nasional (UAS/UASBN)

Page 41: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

41

e. Bagi kelas 1 untuk intake siswa dipertimbangkan dari:hasil tes

awal, atau tes UTS atau UAS semester 1 tahun berjakan.

Menafsirkan KKM

Dapat diperoleh dengan beberapa alternative, antara lain:

1. Dengan memberikan point pada setiap criteria yang ditetapkan

dengan menggunakan bobot.

a. Kompleksitas : Tinggi = 1

Sedang = 2

Rendah = 3

b. Daya Dukung : Tinggi = 3

Sedang = 2

Rendah = 1

c. Intake Siswa : Tinggi = 3

Sedang = 2

Rendah = 1

2. Dengan memberikan rentang nilai pada setiap criteria.

a. Kompleksitas : Tinggi = 50-64

Sedang = 65-80

Rendah = 81-100

b. Daya Dukung : Tinggi = 81-100

Page 42: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

42

Sedang = 65-80

Rendah = 50-64

c. Intake Siswa : Tinggi = 81-100

Sedang = 65-80

Rendah = 50-64

Nilai KKM = 83,3 = 83,3

1

Dengan demikian siswa yang dinyatakan Tuntas memperoleh

lebih dari sama dengan 83,3 sedangkan siswa yang dinyatakan Tidak

Tuntas memperoleh skor kurang dari 83,3.

Kompetensi Dasar

KKM Skor

yang

diperole

h

Nilai Ket

Komplek

sitas

Daya

Dukung

Intake

Siswa

3 2 1 3 2 1 3 2 1

Menyimpulkan isi cerita anak

kedalam beberapa kalimat.

- Membuat ringkasan cerita

berdasarkan cerita yang

dibacanya dengan kesesuaian

dan keruntutan cerita yang tepat.

5

83,3

Page 43: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

43

b. Analisis Data

Analisis data menurut Patton (Moleong, 2004:103) adalah “Proses

mengatur urutan data, mengorganisasi kedalam suatu pola, kategori dan

satuan uraian dasar”. Analisis data dalam pelaksanaannya dilakukan dalam

suatu prosese dan dikerjakan secara intensif. Abalisis data dengan reduksi

data, pemahaman, dan penyimpulan. Pada tahap reduksi data peneliti

menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan, kemudian

menginformasikan secara utuh. Kegiatan penyajian data adalah

mengorganisasikan data hasil reduksi, hal ini dilakukan untuk

menghasilkan sajian data yang utuh.

Proses analisis data dalam penelitian ini dimulai dengan menelaah

dan mempelajari seluruh data yang terkumpul dari berbagai instrument

penelitian. Kemudian data tersebut direduksi dengan jalan membuat

abstrak yaitu merangkumnya menjadi intisari yang terjaga kebenarannya.

Selanjutnya data tersebut disusun dan dikategorikan, disajikan, dimaknai

dan terakhir diperiksa kebenarannya. Kegiatan akhir yang dilaksanakan

adalah dengan mengadakan pemeriksaan validasi data.

Page 44: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

44

6. Validasi Data

Merukujuk pada Hopkins (Wiraatmaja, 2005:170) “Untuk

menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan yang didasari

atas empat criteria yang digunakan yaitu kepercayaan (Creadibility),

keteralihan (Transferability), ketergantungan (Dependability) dan

kepastian (Confirmability). Dari keempat criteria diatas maka untuk

mencapai hal tersebut validasi data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut.

a. Triangulasi

Triangulasi yaitu “Memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk

atau analisis dengan membandingkan dengan hasil orang lain”

(Wiraatmaja, 2005:168). Hal tersebut sependapat dengan Elliott

dalam Wiraatmaja ”Tringulasi dilakukan berdasarkan tiga sudut

pandangan yakni sudut pandang guru, sudut pandang siswa dan sudut

pandang yang melakukan pengamatan atau observasi (atau peneliti)”

(2005:169).

Jadi pada pelaksanaannya peneliti membandingkan data hasil

pengamatan dengan data hasil wawancara, baik dengan siswa ataupun

dengan teman sejawat. Hal tersebut sangat perlu dilakukan agar data

yang diperoleh dapat dipercaya. Setelah membandingkan data

tersebut, peneliti dengan guru mendiskusikan persamaan atau

Page 45: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

45

perbedaan yang terdapat dalam data yang diperoleh kemudian

menganalisa dan menyelesaikan permasalahan yang ditemukan.

b. Member Check

Member Check adalah cara untuk memperoleh keabsahan data

terhadap kebenaran data yang telah diperoleh setelah selesai

mengumpulkan data, yakni dengsn cara mengkonfirmasikan kepada

subjek penelitian maupun sumber lain yang berkompeten. Dalam

proses ini informasi tentang seluruh pelaksanaan tindakan yang

diperoleh peneliti dan mitra akan dikonfirmasikan kebenarannya

kepada guru melalui diskusi balikan.

c. Expert Opinion

Expert Opinion dilakukan dengan cara meminta nasihat kepada

pakar atau pembimbing yang akan memeriksa semua tahapan

kegiatan penelitian dan akan memberikan arahan terhadao masalah-

masalah penelitian yang dikemukakan.

Page 46: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

46

K. JADWAL PENELITIAN

Penelitian ini direncanakan memerlukan waktu pelaksanaan selama 6 bulan, yaitu mulai bulan November

tahun 2009 sampai dengan bulan April tahun 2010.

NO DESKRIPSI KEGIATAN

WAKTU PELAKSANAAN

NOVEMBER

2009

DESEMBER

2009

JANUARI

2010

FEBRUARI

2010

MARET

2010

APRIL

2010

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Penyusunan Proposal

2. Seminar Proposal

3. Penyempurnaan Proposal

4. Pelaksanaan Penelitian

5. Pengolahan dan Analisis Data

6. Penyusunan dan Revisi Laporan

7. Pertanggung Jawaban Laporan

Page 47: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

47

L. DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung Yrama.

Aqib Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung Yrama Widya.

Depdiknas. 2007. Kurikulum Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Moleong, Lexy. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya.

Pertiwi Panca. R. 2006. Apresiasi Prosa Fiksi. Bandung:UNPAS.

Tarigan, HG. 1995. Dasar-Dasar Psikosastra. Bandung: Angkasa.

Tarigan, HG. 1986. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:

Angkasa.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

Jakarta: Prestasi Pustaka.

Wiraatmaja, Rochyati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT.

Rosda Karya.

Zuhdi, Rofi’udin. D. 1999. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi.

Jakarta: Depdikbud.

Page 48: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

48

M.LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Instrumen Penelitian

LEMBAR OBSERVASI KINERJA GURU

Nama Guru :

Hari/Tanggal :

Topik :

No Aspek Yang Dinilai Skala Penilaian

Skor Keterangan

3 2 1

1. Mengadakan apersepsi.

2. Menyampaikan tujuan dan langkah

pembelajaran.

3. Membacakan cerita dan membuat contoh

gambar yang sesuai dengan isi dan makna

cerita dipapan tulis.

4. Menjelaskan bagaimana cara menggambar

sesuai isi dan makna cerita dipapan tulis.

5. Membimbing siswa dalam membuat

kesimpulan cerita berdasarkan gambar.

6. Mengadakan Tanya jawab dengan siswa.

7. Membimbing dan memperhatikan siswa

dalam kegiatan pembelajaran.

8. Memberikan tanggapan dan penguatan

terhadap hasil karya siswa.

Jumlah

Presentasi

Page 49: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

49

Deskriptor :

1. Mengadakan apersepsi.

a. Nilai 3 jika apersepsi yang dilakukan guru sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

b. Nilai 2 jika apersepsi yang dilakukan guru tidak dengan tujuan

pembelajaran.

c. Nilai 1 jika guru tidak mengadakan apersepsi.

2. Menyampaikan tujuan dan langkah pembelajaran.

a. Nilai 3 jika guru menyampaikan tujuan dan langkah pembelajaran.

b. Nilai 2 jika guru menyampaikan tujuan atau langkah pembalajaran saja.

c. Nilai 1 jika guru tidak menyampaikan tujuan dan langkah

pembelajaran.

3. Membacakan cerita dan membuat contoh gambar dipapan tulis.

a. Nilai 3 jika guru membacakan cerita anak dan membuat contoh gambar

dipapan tulis.

b. Nilai 2 jika guru membacakan cerita atau membuat contoh gambar saja.

c. Nilai 1 jika guru tidak membacakan cerita dan membuat contoh gambar

saja.

4. Menjelaskan cara menggambar sesuai isi dan makna cerita.

a. Nilai 3 jika guru memberikan penjelasan cara menggambar kepada

seluruh siswa.

Page 50: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

50

b. Nilai 2 jika guru memberikan penjelasan cara menggambar kepada

sebagian siswa saja.

c. Nilai 1 jika guru tidak memberikan penjelasan cara menggambar.

5. Membimbing siswa dalam membuat kesimpulan cerita berdasarkan

gambar.

a. Nilai 3 jika guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan cerita

kepada seluruh siswa.

b. Nilai 2 jika guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan

kepada sebagian siswa saja.

c. Nilai 1 jika guru tidak membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.

6. Mengadakan Tanya jawab dengan siswa.

a. Nilai 3 jika guru melakukan Tanya jawab sesuai dengan materi

pembelajaran.

b. Nilai 2 jika guru melakukan Tanya jawab tapi tidak sesuai dengan

materi pembelajaran.

c. Nilai 1 jika guru tidak melakukan Tanya jawab.

7. Membimbing dan memperhatikan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

a. Nilai 3 jika guru membimbing dan memperhatikan siswa dalam

kegiatan pembelajaran.

b. Nilai 2 jika guru hanya memperhatikan siswa dari meja guru saja.

Page 51: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

51

c. Nilai 1 jika guru tidak membimbing dan memperhatikan siswa dalam

kegiatan pembelajaran.

8. Memberikan tanggapan dan penguatan terhadap hasil karya siswa.

a. Nilai 3 jika guru memberikan tanggapan dan penguatan terhadap hasil

karya siswa.

b. Nilai 2 jika guru hanya memberikan tanggapan atau penguatan saja.

c. Nilai 1 jika guru tidak memberikan tanggapan dan penguatan terhadap

hasil karya siswa.

Keterangan:

- Pada kolom lembar observasi diisi dengan menggunakan tanda(√) sesuai

dengan jumlah indicator yang dilaksanakan guru.

- Skor ideal 6

- Presentase = Jumlah Skor keseluruhan x 100%

Jumlah aspek keseluruhan

Sumedang, 2009

Observer

(Puspa Widayasari)

NIM 0604746

Page 52: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

52

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA

Hari/Tanggal :

Topik :

Nama Siswa

Aspek yang dinilai

Memperhatikan

dan merespon

penjelasan guru

dalam kegiatan

Tanya jawab

Aktivitas

membaca Keaktifan

3 2 1 3 2 1 3 2 1

Agus Herdiana

Agus Sukarman

Asep Subagja

Dian Sopian

Haidar Al-Askari

Hendri Kuswandi

Kirman Rudiansah

Nia Kurnia

Nica Rianti

Nissa Khoerur R

Rafiq Taufik Q

Siti Aminah

Sukar Mulyana

Tantan Hotibul U

Wiwi Winangsih

Yaya Heryanto

Yuni Fadillah

Dede Iis Sarifah

Muhammad Sigit

Risa Delistiani

Jumlah

Presentase

Page 53: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

53

Deskriptor:

1. Memperhatikan dan merespon penjelasan guru

a. Nilai 3 jika siswa memperhatikan dan merespon penjelasan guru.

b. Nilai 2 jika siswa kurang memperhatikan dan merespon penjelasan

guru.

c. Nilai 1 jika siswa tidak memperhatikan dan merespon penjelasan guru.

2. Aktivitas membaca

a. Nilai 3 jika siswa serius membaca tanpa main-main.

b. Nilai 2 jika siswa bermalas-malasan ketika membaca yaitu sambil

tiduran diatas meja atau membaca sambil bermain main.

c. Nilai 1 jika siswa tidak membaca yaitu hanya bermain mai saja dan

mengganggu teman-teman lainnya.

3. Keaktifan

3) Nilai 3 jika siswa aktif bertanya kepada guru atau menjawab

pertanyaan dari guru.

4) Nilai 2 jika siswa kurang aktif ia hanya bertanya atau hanya menjawab

pertanyaan dari guru saja.

5) Nilai 1 jika siswa tidak aktif bertanya kepada guru atau tidak

menjawab pertanyaan dari guru.

Page 54: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

54

Keterangan:

- Pada kolom lembar observasi diisi dengan menggunakan tanda(√) sesuai dengan

jumlah indicator yang dilaksanakan siswa.

- Skor ideal 3

- Presentase = Jumlah Skor keseluruhan x 100%

Jumlah siswa

Sumedang, 2009

Observer

(Puspa Widayasari)

NIM 0604746

Page 55: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

55

PEDOMAN WAWANCARA GURU SIKLUS 1

Wawancara tentang pembelajaran keterampilan membaca dengan menerapkan model

Transformasi Sastra.

Nama Guru :

Waktu Wawancara :

Tempat Wawancara :

No Pertanyaan Ringkasan Jawaban Keterangan

1. Apakah pernah sebelumnya anda

menggunakan model Transformasi

Sastra dalam pembelajaran membaca?

2. Apa yang anda ketahui dari model

Transformasi Sastra?

3. Setelah dilaksanakannya pembelajaran

dengan menggunakan model

Transformasi Sastra apa yang menjadi

hambatan selama kegiatan pembelajaran

berlangsung?

4. Apakah ada perbedaan hasil yang

dicapai pada saat pembelajaran dengan

model Transformasi sastra dan dengan

menggunakan metode lain?

5. Setelah dilaksanakannya pembelajaran

Transformasi Sastra dan hasil yang

telah dicapai, apa pendapat anda

Page 56: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

56

mengenai model Transformasi Sastra?

6. Sesuaikah model Transformasi Sastra

dengan karakteristik pembelajaran

bahasa Indonesia terutama keterampilan

membaca di SD? Jelaskan alasannya!

7. Apa yang menjadi kemudahan dalam

menerapkan model Transformasi Sastra

dalam pembelajaran bahasa Indonesia?

8. Bagaimana untuk selanjutnya, apakah

akan terus menggunakan model

Transformasi Sastra dalam

pembelajaran keterampilan membaca

dalam pelajaran bahasa Indonesia?

Kesimpulan:

…………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………

Sumedang, 2009

Pewawancara

(Puspa Widayasari)

NIM. 0604746

Page 57: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

57

PEDOMAN WAWANCARA SISWA SIKLUS 1

Wawancara tentang pembelajaran keterampilan membaca dengan

menerapkan model Transformasi Sastra.

Nama Siswa :

Waktu Wawancara :

Tempat Wawancara :

No Pertanyaan Ringkasan Jawaban Keterangan

1. Apakah kamu senang dengan

pembelajaran yang diberikan tadi?

2. Kegiatan apa yang menurutmu

menyenangkan ketika pembelajaran

berlangsung tadi?

3. Apakah kamu menemui kesulitan dalam

kegiatan menggambar tadi?

4. Apakah kamu menemui kesulitan dalam

mencari pesan/amanat yang terkandung

dalam cerita tadi?

5. Bagaimana suasana dalam pembelajaran

tadi?

6. Apakah perbedaan cara pembelajaran tadi

dengan pembelajaran sebelumnya? Bila

ada apa bedanya?

7. Mana yang akan kamu pilih antara belajar

dengan cara biasa atau dengan cara seperti

tadi? Apa alasannya?

Page 58: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

58

Kesimpulan:

…………………………………………………………………

…………………………………………………………………

…………………………………………………………………

Sumedang, 2009

Pewawancara

(Puspa Widayasari)

NIM. 0604746

Page 59: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

59

Catatan Lapangan

Hari/Tanggal :

Waktu Pelaksanaan :

Tempat Pelaksanaan :

NO Deskripsi Proses Pembelajaran Komentar

Page 60: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

60

2. Model yang Dijadikan Alternative Perbaikan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SIKLUS 1

Mata pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas / Semester : V (Lima) / II (Dua)

Alokasi Waktu : 3 x 35 Menit

Standar Kompetensi :

7. Membaca

Memahami teks dengan membaca sekilas, membaca memindai, dan membaca

cerita anak.

Kompetensi Dasar :

7.3 Menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat.

Indikator :

Membuat kesimpulan berdasarkan cerita yang dibacanya dengan kesesuaian dan

keruntutan cerita yang tepat.

Page 61: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

61

Tujuan Pembelajaran :

Melalui model transformasi sastra siswa dapat membuat ringkasan cerita

berdasarkan cerita yang dibacanya dengan runtut dan sesuai cerita yang dibaca.

Dampak Pengiring :

Setelah pembelajaran selesai, diharapkan siswa dapat membuat ringkasan cerita

berdasarkan cerita yang dibacanya dengan kesesuaian dan keruntutan cerita yang

tepat melalui penerapan model transformasi sastra dan siswa dapat memahami

setiap isi bacaan sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-

hari.

Materi Pokok :

Cerita Anak “ Asal Mula Kota Cianjur”

Metode :

Ceramah, Tanya Jawab, Penugasan.

Alat, Bahan dan Sumber Belajar :

A. Alat : Kertas, Spidol berwarna, Papan tulis.

B. Bahan : Prosa atau Cerita anak.

C. Sumber : KTSP 2007 mata pelajaran Bahasa Indonesia

kelas V semester II.

Page 62: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

62

Buku Paket Bahasa Indonesia Kelas V Penerbit Pusat

Perbukuan Departemen Pendidikan Indonesia Tahun 2008.

Buku Paket Bahasa Indonesia Kelas V Penerbit PT. Bumi

Aksara.

Buku kumpulan Cerita anak.

Langkah-Langkah Pembelajaran :

A. Kegiatan Awal (± 10 Menit)

- Mengucapkan salam.

- Mengkondisikan siswa kearah pembelajaran yang kondusif.

- Berdo’a.

- Mengecek kehadiran siswa.

- Mengadakan apersepsi seputar materi pembelajaran.

- Menyampaikan tujuan pembelajaran dan langkah pembelajaran.

B. Kegiatan Inti (± 85 Menit)

- Siswa mengamati penjelasan guru tentang langkah kegiatan yang akan

dilaksanakan.

- Siswa mengamati cerita yang dibacakan oleh guru.

- Siswa mengamati penjelasan guru dalam membuat contoh gambar yang sesuai

dengan isi dan makna cerita dipapan tulis.

- Siswa bersama guru melakukan Tanya jawab tentang cerita,

Page 63: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

63

- Siswa bersama guru melakukan Tanya jawab tentang cerita,

- Setelah itu siswa disuruh membaca cerita anak yang dibagikan oleh guru

dengan waktu yang telah ditentukan.

- Siswa membaca cerita “ Asal Mula Kota Cianjur“ secara berulang-ulang dan

teliti.

- Siswa dengan bimbingan guru menggambar sesuai isi dan makna cerita yang

telah dibaca.

- Setelah siswa selesai menggambar guru membimbing siswa untuk dapat

membuat kesimpulan isi cerita berdasarkan gambar yang dibuatnya.

- Hasil karya pemahaman membaca siswa, diperlihatkan dan dideskripsikan

didepan kelas.

- Guru bersama siswa lain memberikan tanggapan terhadap hasil kerja siswa.

- Siswa mengerjakan LKS.

- Guru bersama siswa membahas LKS.

C. Kegiatan Akhir (± 10 Menit)

- Guru mengadakan evaluasi.

- Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran.

- Guru memberikan tindak lanjut berupa PR.

- Menutup pembelajaran.

Page 64: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

64

Evaluasi :

A. Prosedur Penilaian : Tes Proses dan Tes Hasil.

B. Jenis Penilaian : Tulisan.

C. Bentuk Penilaian : Uraian dan Isian.

D. Alat Penilaian : Soal dan Format Penilaian.

Page 65: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

65

LKS

Nama :

Nilai :

I. Kerjakan latihan dibawah ini dengan tepat!

1. Buatlah sebuah gambar berdasarkan isi dan makna cerita yang telah

kalian baca!

2. Buatlah kesimpulan dari gambar tersebut dengan kata-kata kalian

sendiri sesuai dengan pemahaman kalian!

II. Jawablah pertanyaan berikut dengan benar!

1. Siapakah pelaku utama pada cerita Asal Mula Kota Cianjur?

2. Apakah konflik atau masalah utama yang terdapat dalam cerita Asal

Mula Kota Cianjur?

3. Siapakah yang meninggal pada akhir cerita, kapan, dan dimana?

4. Kesimpulan apa yang kamu ambil setelah membaca cerita Asal Mula

Kota Cianjur?

5. Apakah kamu merasakan adanya manfaat setelah membaca cerita Asal

Mula Kota Cianjur?

Page 66: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

66

Format Penilaian

a. Penilaian Proses

No Nama

Aspek yang dinilai

Skor Nilai

Tafsiran

Kesesuaian Keruntutan T TT

3 2 1 3 2 1

1. Agus Herdiana

2. Agus Sukarman

3. Asep Subagja

4. Dian Sopian

5. Haidar Al-Askari

6. Hendri Kuswandi

7. Kirman Rudiansah

8. Nia Kurnia

9. Nica Rianti

10. Nissa Khoerur R

11. Rafiq Taufik Q

12. Siti Aminah

13. Sukar Mulyana

14. Tantan Hotibul U

15. Wiwi Winangsih

16. Yaya Heryanto

17. Yuni Fadillah

18. Dede Iis Sarifah

19. Muhammad Sigit

20. Risa Delistiani

Jumlah

Rata-Rata

Presentase

Page 67: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

67

Deskriptor:

- Kesesuaian

3 : Jika siswa membuat kesimpulan sesuai dengan gambar dan isi cerita.

2 : Jika siswa membuat kesimpulan kurang sesuai dengan gambar dan isi

cerita.

1 : Jika siswa membuat kesimpulan tidak sesuai dengan gambar dan isi cerita.

Keruntutan

3 : Jika siswa membuat kesimpulan dengan runtut.

2 : Jika siswa membuat kesimpulan dengan kurang runtut.

1 : Jika siswa membuat kesimpulan dengan tidak runtut.

Keterangan:

Skor Ideal : 6

Konversi skor kedalam nilai adalah: Skor yang didapat x 100%

Skor Ideal

Nilai : 6/6 x 100 = 100

T = Tuntas

TT = Tidak Tuntas

Page 68: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

68

b. Penilaian Hasil

No Nama Nilai

1. Agus Herdiana

2. Agus Sukarman

3. Asep Subagja

4. Dian Sopian

5. Haidar Al-Askari

6. Hendri Kuswandi

7. Kirman Rudiansah

8. Nia Kurnia

9. Nica Rianti

10. Nissa Khoerur R

11. Rafiq Taufik Q

12. Siti Aminah

13. Sukar Mulyana

14. Tantan Hotibul U

15. Wiwi Winangsih

16. Yaya Heryanto

17. Yuni Fadillah

18. Dede Iis Sarifah

19. Muhammad Sigit

20. Risa Delistiani

Jumlah

Rata-Rata

Presentase

Page 69: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

69

Keterangan:

Skor Ideal : 100

Konversi skor kedalam nilai adalah: Skor yang didapat x 100%

Skor Ideal

Nilai : 100/100 x 100 = 100

T = Tuntas

TT = Tidak Tuntas

Sumedang, 2009

Guru Wali Kelas V Peneliti

Mengetahui

Kepala Sekolah SDN Genteng

Page 70: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

70

Lampiran

“Asal Mula Kota Cianjur”

Dahulu kala di Jawa Barat ada seorang lelaki yang kaya raya, tetpai kikir. Pak

Kikir mempunyai seorang anak lelaki yang baik budi. Para tetangga Pak Kikir

beranggapan bahwa jika ingin hasil panen melimpah ruah, Pak Kikir harus

mengadakan pesta Syukuran dengan baik. Karena takut hasil panennya gagal, Pak

Kikir terpaksa mengadakan pesta selamatan. Semua penduduk diundangnya. Mereka

mengira bahwa dipesta itu akan disuguhi makanan yang lezat tetapi kenyataannya di

sana hanya tersedia makanan biasa saja. Lagi pula banyak yang tidak mendapat

makanan.

“Huh, kalau tidak bias menyediakan makanan, mengapa berani mengundang

orang? Sungguh keterlaluan, buat apa hartanya yang segudang itu?” kata orang

pengunjung.

“Tuhan tak akan memberkahi hartanya yang segudang itu,” jawab temannya.

Disaat pesta syukuran itu sedang belangsung, datanglah seorang nenek renta

minta sedekah kepada Pak Kikir.

“Tuan, berilah saya sesuap nasi. Tuan!” rintih nenek itu.

“Apa, sedekah? Kau kira untuk menanak nasi itu tak perlu jerih payah, hah!”

jawab Pak Kikir.

Page 71: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

71

“Maaf, saya hanya minta sedikit dari harta tuan yang melimpah ruah itu,

Tuan!” kata nenek itu.

“ Tidak! Cepat pergi dari sini! Kalau tidak, aku menyuruh tukang pukul

menghajarmu,” bentak Pak Kikir pula.

Rupaya teriakan Pak Kikir terdengar pula oleh putranya yang baik hati itu,

segera diambilnya jatah makan siangnya, lalu ia berlari mengejar nenek yang sudah

sampai di ujung desa. Saat ia akan memberikan makanan itu, dilihatnya nenek itu

sedang menangis.

Sepasang mata nenek itu berbinar senang saat menerima makanan itu. Ia

mengucapkan terima kasih sambil berdoa, “ Sungguh baik engkau, Nak! Semoga

kelak hidupmu mulia. “Nenek itu segera melahap makanan itu. Setelah anak muda itu

pergi, nenek pun segera melanjutkan perjalanannya.

Sesampainya di atas bukit dekat desa itu, dilihatnya rumah megah Pak Kikir

yang berada di tengah-tengah rumah penduduk yang miskin akibat katamakan Pak

Kikir.

“Ingatlah Pak Kikir, keserakahanmu dan kekikiranmu itu akan

menenggelamkan dirimu sendiri. Tuhan akan menimpakan hukuman kepadamu!” doa

nenek sambil menancapkan tongkatnya ke tanah, lalu dicabutnya lagi.

Page 72: Penerapan Model Transformasi Sastra Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Prosa Fiksi Kelas v Sdn Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

72

Dari lubang bekas tongkat itu memancar air yang sangat deras. Makin lama

air itu makin banyak dan mengalir menuju desa.

“Banjir! Banjir!” teriak beberapa penduduk yang sempat melihat datangnya

air bah itu dari atas bukit. Penduduk lainnya menjad panik. Anak Pak Kikir tanpa

mengenal lelah menganjurkan para penduduk segera meninggalkan desa menuju atas

bukit. Namun memang sudah wataknya, masih ada saja orang yang dalam keadaan

bahaya tak mau meninggalkan harta bendanya. Di antaranya, ayahnya sendiri yaitu

Pak Kikir. Karena sibuk menyelamatkan hartanya, akhirnya orang-orang yang

serakah dan kikir itu tenggelam dalam arus air bah. Tetapi, sebagian orang yang mau

mendengar anjuran putra Pak Kikir yang baik budi itu selamat. Di bawah pimpinan

putra Pak Kikir itulah mereka membangun desa baru. Penduduk selalu mendengar

anjuran pimpinan mereka itu untuk mengolah tanah yang telah dibagi rata. Desa itu

berkembang menjadi kota kecil yang disebut Cianjur. Ci artinya air. Cianjur artinya

daerah yang cukup mengandung air. Anjuran pemimpin desa dijadikan pedoman para

petani untuk mengolah sawahnya. Hingga kini, beras Cianjur terkenal enak dan

wangi.

Dikutip dari: Kumpulan Cerita Rakyat Legenda Nusantara dengan pengubahan

seperlunya.