Penerapan Model Pembelajaran Pemaduan Cooperatif Learning .../Penerapan... · Program Studi...

115
"Penerapan Model Pembelajaran Pemaduan Cooperatif Learning Tipe Teams Games Tournament (TGT) dan Talking Stick Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI AK 2 Pada Mata Pelajaran Akuntansi Keuangan Di SMK Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010” Oleh : NANI FAJAR WATI K 7406108 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of Penerapan Model Pembelajaran Pemaduan Cooperatif Learning .../Penerapan... · Program Studi...

"Penerapan Model Pembelajaran Pemaduan Cooperatif Learning

Tipe Teams Games Tournament (TGT) dan Talking Stick

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI AK 2

Pada Mata Pelajaran Akuntansi Keuangan

Di SMK Negeri 1 Surakarta

Tahun Pelajaran 2009/2010”

Oleh :

NANI FAJAR WATI

K 7406108

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

50

"PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PEMADUAN COOPERATIF

LEARNING

TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN TALKING STICK

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI AK 2

PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KEUANGAN

DI SMK NEGERI 1 SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2009/2010”

Oleh :

NANI FAJAR WATI

K 7406108

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan

Gelar Sarjana Pendidikan Bidang Keahlian Khusus Akuntansi

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

51

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing,

Pembimbing I,

Dra. Sri Witurachmi, M.M

NIP. 19540614 198103 2 001

Pembimbing II,

Muhtar, S.Pd M.Si

NIP. 19661231 199412 1 001

52

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret dan diterima untuk memenuhi

persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi

Ketua : Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd 1. __________

Sekretaris : Jaryanto, S.Pd, S.E, M.Si 2. __________

Anggota : Dra. Sri Witurachmi, M.M 3. __________

Anggota : Muhtar, S.Pd, M.Si 4. __________

Disahkan oleh:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dekan

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.

NIP 1960 07 27 1987 02 1 001

53

REVISI

Skripsi ini telah direvisi dengan anjuran Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk

memenuhi persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan.

Tim Penguji Skripsi

Ketua : Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd 1. __________

Sekretaris : Jaryanto, S.Pd, S.E, M.Si 2. __________

Anggota : Dra. Sri Witurachmi, M.M 3. __________

Anggota : Muhtar, S.Pd, M.Si 4. __________

54

ABSTRAK Nani Fajar Wati. "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PEMADUAN COOPERATIF LEARNING TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI AK 2 PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KEUANGAN DI SMK NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Mei 2010.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif pemaduan antara tipe Teams Games Tournament (TGT) dan Talking Stick pada mata pelajaran akuntansi keuangan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI Akuntansi 2 SMK Negeri 1 Surakarta.

Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian ini dilakukan dengan kolaborasi antara peneliti, guru kelas dan melibatkan partisipasi siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010, yang berjumlah 40 siswa. Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui kegiatan berupa: (a) observasi, (b) wawancara, (c) tes, (d) dokumentasi. Prosedur penelitian meliputi tahap: (a) perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi dan interprestasi (d) analisis dan refleksi.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran pemaduan kooperatif learning tipe Teams Games Tournament (TGT) dan Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti pada siklus I telah mencapai indikator kinerja lebih dari 70% siswa telah mencapai stansdar ketuntasan belajar minimal yaitu 75,00. Nilai rata-rata setelah penerapan model pembelajaran pemaduan kooperatif learning tipe Teams Games Tournament (TGT) dan Talking Stick untuk ranah kognitif mengalami peningkatan angka sebesar 12,22 (rata-rata nilai sebelum siklus I yaitu 73,70, rata-rata nilai siklus I 85,92). Pada siklus II jumlah siswa yang mencapai standar ketuntasan belajar minimal sebanyak 39 siswa untuk ranah kognitifnya dengan nilai rata-rata adalah 93,55. Pada siklus II ini terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 7,63 (rata-rata nilai siklus I 85,92, nilai rata-rata siklus II 93, 55). Nilai rata-rata setelah penerapan model pembelajaran pemaduan kooperatif learning tipe Teams Games Tournament (TGT) dan Talking Stick untuk ranah psikomotorik mengalami peningkatan angka sebesar 12,00 (sebelum siklus I yaitu 63,38 nilai siklus I 75,38). Pada siklus II terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 4,35 (rata-rata nilai siklus I 75,38, nilai rata-rata siklus II 79,63). Minat siswa pun terhadap pelajaran akuntasi keuangan mengalami peningkatan yang ditunjukkan peningkatan hasil belajar ranah afektinya, sebelum diterapkannya model pembelajaran TGT dan Talking Stick 5% siswa yang cukup minat dalam belajar akuntansi keuangan, 85% siswa minat dan 10% siswa sangat minat dalam mempelajari akuntansi keuangan, sedangkan setelah diterapkannya model pembelajaran TGT dan Talking Stick terdapat 60% siswa minat dalam mempelajari akuntansi keuangan dan sisanya sebanyak 40% siswa sangat berminat dalam mempelajari akuntansi keuangan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran pemaduan kooperatif

55

learning tipe Teams Games Tournament (TGT) dan Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

MOTTO

Ø Sesungguhnya dibalik kesulitan pasti ada kemudahan (Q.S Al-Insyirah: 7)

Ø Barang siapa pada malam hari merasakan kelelahan dari upaya

keterampilan kedua tangannya pada siang hari, maka pada malam hari itu

ia akan diampuni oleh Allah (HR Ahmad)

Ø Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu,Allah akan

memudahkannya untuk menempuh jalan disurga(HR MUSLIM)

Ø Biarkan orang lain lebih baik dariku asalkan diriku yang sekarang jauh

lebih baik daripada diriku yang dulu (penulis)

56

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya kecil istimewa ini penulis persembahkan ini untuk:

Ibu dan Bapak tersayang di rumah, terimakasih atas doa

dan kepercayaan yang diberikan selama ini.

Saudara-saudaraku tersayang Dwi, Legit, Ilham.

Sahabat – sahabat yang selalu ada untukku Vinata,

Befour (Novi terimakasih atas semua yang telah kamu

ajarkan padaku), Naraci, Atala, Septiari, Wahyuni,

Tante Yani, Elphi, Ratih Kecil, Satei, Vihi, Hami,

Nunik, Ari Wibowo, Giyatmi dan Yamti.

Teman-teman seperjuangan akuntansi 2006.

Adik-adik lesku tersayang.

Almamater.

57

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

hidayahNya serta dengan usaha keras akhirnya penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Program Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Akuntansi Jurusan

Pendidikan Ilmu Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang

tulus dan penghargaan yang tinggi kepada semua pihak yang telah membantu,

baik secara langsung dan tidak langsung hingga selesainya skripsi ini. Ucapan

terimakasih dan penghargaan penulis haturkan kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberikan izin dalam rangka mengadakan penelitian guna penyusunan

skripsi ini.

2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta telah menyetujui atas permohonan izin penyusunan skripsi ini.

3. Drs. Wahyu Adi, M.Pd selaku Ketua BKK Pendidikan Akuntansi Program

Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pengarahan dan izin dalam

penyusunan skripsi ini.

4. Dra. Sri Witurachmi, M.M selaku pembimbing I yang dengan arif dan bijak

dalam memberikan masukan, dorongan, bimbingan dan pengarahan sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Muchtar, S.Pd M.Si selaku pembimbing II yang dengan arif dan bijak dalam

memberikan masukan, dorongan, bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan.

6. Seluruh dosen Program Ekonomi BKK Akuntansi yang telah memberikan

bekal ilmu pengetahuan, sehingga dapat menunjang terselesaikan skripsi ini.

58

7. Tim penguji skripsi yang telah meyediakan waktu dan tenaga untuk menguji

penulis, sehingga penulis dapat melaksanakan ujian skripsi guna

menyelesaikan studi dibangku kuliah.

8. Drs. Mukaswan selaku kepala sekolah SMK Negeri 1 Surakarta yang telah

memberikan izin untuk mengadakan penelitian.

9. Drs. Edi Haryono, M.Pd selaku Waka Kurikulum SMK Negeri 1 Surakarta

atas masukan-masukan yang diberikan kepada penulis.

10. Dra. Sri Lestari selaku guru Akuntansi Keuangan SMK Negeri 1 Surakarta

yang telah membantu dan menyediakan waktu dalam penelitian.

11. Siswa XI Akuntansi 2 SMK Negeri 1 Surakarta.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat

kekurangan. Oleh karena itu segala kritik dan saran sangat penulis harapkan dari

pembaca guna dapat memperbaiki penulisan yang akan datang. Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan.

Surakarta, Mei 2010

Penulis

59

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PENGAJUAN.................................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv

HALAMAN ABSTRAK ...................................................................................... v

HALAMAN MOTTO........................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... viii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... .ix

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii

DAFTAR TABEL................................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 8

C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 8

D. Perumusan Masalah....................................................................... 9

E. Tujuan Penelitian........................................................................... 9

F. Manfaat Penelitian......................................................................... 10

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka............................................................................... 11

1. Hakikat Belajar ...................................................................... 11

2. Keaktifan Belajar.................................................................... 15

3. Hakikat Model Pembelajaran .................................................17

4. Model Pembelajaran Kooperatif ............................................18

5. Hasil Belajar ........................................................................... 33

B. Penelitian yang Relevan ................................................................ 45

C. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 46

D. Hipotesis Tindakan........................................................................ 48

60

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 49

B. Subjek dan Objek Penelitian ......................................................... 50

C. Metode Penelitian.......................................................................... 51

D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 53

E. Prosedur pelaksanan Tindakan...................................................... 55

F. Proses Penelitian ........................................................................... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian........................................................... 61

B. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................. 63

C. Pembahasan ............................................................................... 86

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................... 94

B. Implikasi ............................................................................... 95

C. Saran ............................................................................... 97

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 98

LAMPIRAN .........................................................................................100

61

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Contoh Penempatan Siswa dalam Tim di Meja Tournament

25

Gambar 2. Bagan Putaran Permainan dengan Tiga Orang dalam Satu Meja Turnamen

31

Gambar 3.

Hubungan Tujuan Instruksional, Pengalaman Belajar & Hasil Belajar

33

Gambar 4. Alur Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas 47

Gambar 5. Bagan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 52

Gambar 6. Bagan Siklus Penelitian Tidakan Kelas 60

Gambar 7. Grafik Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif 86

Gambar 8. Grafik Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Siswa 88

Gambar 9. Penilaian Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik 89

Gambar 10. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa 91

Gambar 11. Grafik Peningkatan Keaktifan Siswa 92

Gambar 12. Grafik Kenaikan Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif 234

Gambar 13. Kenaikan Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif 236

Gambar 14. Kenaikan Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik 238

Gambar 15. Observasi Awal (Saat Pembelajaran Berlangsung) 251

Gambar 16. Observasi Awal (Saat Siswa Mengerjakan Ulangan Harian)

251

Gambar 17. Saat Talking Stick 251

Gambar 18. Siswa Sedang Diskusi Kelompok dan Kerja Kelompok (Kerja Tim)

252

Gambar 19. Saat Siswa Mempersentasikan Hasil Kerja Tim 252

Gambar 20. Siswa Sedang Melaksanakan Turnamen Akademik 252

Gambar 21. Siswa Sedang Melaksanakan Evaluasi Akhir 253

Gambar 22. Penghargaan Bagi Tim yang Berpretasi 253

Gambar 23. Wawancara dengan Siswa 254

62

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Nilai Ulangan Harian Siswa XI AK 2 Untuk Kompetensi Dasar Mengelola Kartu Persediaan

4

Tabel 2. Daftar Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Siswa kelas XI Akuntansi Untuk Kompetensi Dasar Mengelola Kartu Persediaan

5

Tabel 3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif

22

Tabel 4. Skor Permainan 31

Tabel 5. Lembar Rangkuman Skor TIM 31

Tabel 6. Lembar Skor Permainan Untuk Permainan dengan Empat Pemain

32

Tabel 7. Lembar Skor PermainanUntuk Permainan dengan Tiga Pemain

32

Tabel 8. Tingkatan Penghargaan Tim 33

Tabel 9. Kategori Ketertarikan Siswa Pada Mata Pelajaran 42

Tabel 10. Penskoran Tes Psikomotorik 44

Tabel 11. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan dalam Penelitian 50

Tabel 12. Indikator Ketercapaian Belajar Siswa 58

Tabel 13. Pimpinan SMK Negeri 1 Surakarta 61

Tabel 14. Penilaian Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif 86

Tabel 15. nilaian Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Siswa 88

Tabel 16. Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik 89

Tabel 17. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa 91

Tabel 18. Prosentase Keaktifan Siswa XI Akuntansi 2 93

Tabel 19. Daftar Siswa XI Akuntansi 2 SMK Negeri 1 Ska 102

Tabel 20. Pedoman Wawancara 103

Tabel 21. Hasil Observasi Awal Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif

107

Tabel 22. Hasil Belajar Siswa Sebelum TGT dan Talking Stick 112

Tabel 23. Lembar Observasi Awal Penilaian Ranah Psikomotorik

113

Tabel 24. Obsevasi Awal Keaktifan Siswa Sebelum Diterapkan TGT dan Talking Stick)

117

63

Tabel 25. Pembagian Siswa dalam TIM 138

Tabel 26. Pembagian Meja Turnamen 139

Tabel 27. Penilaian Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif SiklusI

160

Tabel 28. Lembar Observasi Awal Penilaian Ranah Psikomotorik

161

Tabel 29. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Saat Siklus I 165

Tabel 30. Nilai Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif pada Siklus II

214

Tabel 31. Lembar Observasi Awal Penilaian Ranah Psikomotorik

215

Tabel 32. Hasil Observasi Akhir Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif

221

Tabel 33. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Saat Siklus II 223

Tabel 34. Kenaikan Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif 233

Tabel 35. Prosentase Kenaikan Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif

234

Tabel 36. Kenaikan Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif 235

Tabel 37. Prosentase Kenaikan Hasil Belajar Ranah Afektif Siswa

236

Tabel 38. Kenaikan Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik 237

Tabel 39. Prosentase Kenaikan Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik

338

64

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Denah SMK Negeri 1 Surakarta 100

Lampiran 2. Struktur Organisasi SMK Negeri 1 Surakarta 101

Lampiran 3. Daftar Siswa XI Akuntansi 2 SMK Negeri 1 Surakarta

102

Lampiran 4. Pedoman Wawancara pada Guru 103

Lampiran 5. Pedoman Wawancara pada Siswa 104

Lampiran 6. Tes Penilaian Ranah Afektif Sebelum Diterapkan Talking Stick dan Teams Games Tournament

105

Lampiran 7. Penilaian Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif SebelumDiterapkan TGT dan Talking Stick

107

Lampiran 8. Catatan Lapangan 1 109

Lampiran 9. Hasil Belajar Siswa Sebelum TGT dan Talking Stick

112

Lampiran 10. Lembar Observasi Awal Penilaian Ranah Psikomotorik

113

Lampiran 11. Obsevasi Awal Keaktifan Siswa Sebelum Diterapkan TGT dan Talking Stick)

117

Lampiran 12. Silabus 119

Lampiran 13. RPP Siklus I 121

Lampiran 14. Daftar Pertanyaan Saat Talking Stick Siklus I 131

Lampiran 15. Kunci Jawaban Pertanyaan Saat Talking Stick Siklus I

133

Lampiran 16. Lembar Kerja Tim Siklus I 135

Lampiran 17. Kunci Jawaban Lembar Kerja Tim Siklus I 136

Lampiran 18. Pembagian Siswa dalam TIM 138

Lampiran 19. Pembagian Meja Turnamen 139

Lampiran 20. Aturan Permainan Dalam Kartu Impian 140

Lampiran 21. Soal-soal dalam Turnamen Akademik Siklus I 141

Lampiran 22. Kunci Jawaban Turnamen Akademik Siklus I 145

Lampiran 23. Lembar Skor dalam Permainan TGT Siklus 1 149

Lampiran 24. Lembar Rangkuman Skor TIM Siklus I 151

65

Lampiran 25. Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif Siklus I 153

Lampiran 26. Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif Siklus I

158

Lampiran 27. Nilai Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif pada Siklus I

160

Lampiran 28. Lembar Observasi Penilaian Ranah Psikomotorik Siklus I

161

Lampiran 29. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Saat Siklus I 165

Lampiran 30. Lembar Observasi Pengamatan Pada Guru Siklus I 167

Lampiran 31. Catatan Lapangan 2 170

Lampiran 32. RPP Siklus II 177

Lampiran 33. Daftar Pertanyaan Saat Talking Stick Siklus II 187

Lampiran 34. Kunci Jawaban Pertanyaan Saat Talking Stick Siklus II

189

Lampiran 35. Lembar Kerja Tim Siklus II 191

Lampiran 36. Kunci Jawaban Lembar Kerja Tim Siklus II 193

Lampiran 37. Soal-soal dalam Turnamen Akademik Siklus II 196

Lampiran 38. Kunci Jawaban Turnamen Akademik Siklus I 200

Lampiran 39. Lembar Skor dalam Permainan TGT Siklus II 204

Lampiran 40. Lembar Rangkuman Skor TIM Siklus II 206

Lampiran 41. Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif Siklus I 209

Lampiran 42. Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif Siklus II

211

Lampiran 43. Nilai Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif pada Siklus II

214

Lampiran 44. Lembar Observasi Penilaian Ranah Psikomotorik Siklus II

215

Lampiran 45. Tes Penilaian Ranah Afektif Setelah Diterapkan Talking Stick dan Teams Games Tournament

219

Lampiran 46. Penilaian Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Setelah Diterapkan TGT dan Talking Stick

221

Lampiran 47. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Saat Siklus II 223

Lampiran 48. Lembar Observasi Pengamatan Pada Guru Siklus II 225

Lampiran 49. Catatan Lapangan 3 228

Lampiran 50. Kenaikan Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif 233

66

Lampiran 51. Kenaikan Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif 235

Lampiran 52. Kenaikan Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik 237

Lampiran 53. Hasil Wawancara dengan Guru Akuntansi Keuangan Kelas XI Akuntansi 2

239

Lampiran 54. Hasil Wawancara dengan Siswa Kelas XI Akuntansi 2

242

Lampiran 55. Sertikat Penghargaan Bagi Tim Berprestasi 247

Lampiran 55. Gambar-gambar kegiatan 250

Lampiran 56. Surat-Surat Izin Penelitian 255

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor penentu dalam kehidupan manusia.

Manusia sejak lahir memiliki fitrah untuk mencari tahu terhadap apa yang selama

ini belum diketahuinya. Tantangan globalisasi mendorong manusia untuk

mengetahui setiap informasi yang berkembang. Kemampuan dalam memperoleh

informasi secara cepat akan menjadikan manusia sebagai seseorang yang siap

memegang kendali dalam persaingan global. Dalam rangka inilah manusia

memerlukan kompetensi yang tinggi sehingga dapat membawanya pada tahap

pencapaian pengetahuan yang unggul dalam pendidikan.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

menuntut adanya perubahan dan perkembangan di segala bidang terutama dalam

bidang pendidikan. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam memperbaiki

kualitas sumber daya manusia, kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai

melalui penataan pendidikan yang baik. Upaya peningkatan kualitas pendidikan

diharapkan dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia Indonesia. Oleh

karena itu peningkatan dan pembaharuan dalam bidang pendidikan harus terus

dilakukan agar tujuan dari pendidikan nasional dapat tercapai.

67

Berbagai usaha dalam peningkatan kualitas pendidikan telah dilakukan

salah satunya dengan perubahan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) menjadi

KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), bukan hanya itu saja peningkatan

efektivitas metode pembelajaran juga harus dilakukan. Dalam hal ini peran guru

sangatlah dibutuhkan. Para guru haruslah bekerja keras guna meningkatkan

kualitas pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilihat dari upaya

seorang guru dalam menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif antara lain

penciptaan iklim sosial kelas, penciptaan iklim sosial emosional, dan pengelolaan

klasikal kelas atau dengan kata lain seorang guru harus mempunyai kemampuan

untuk mengelola kelas (management classroom).

Pada abad 21 ini kita perlu menelaah kembali praktik-praktik

pembelajaran di sekolah-sekolah. Peranan yang harus dimainkan oleh dunia

pendidikan dalam mempersiapkan anak didik untuk berpartisipasi secara utuh

dalam kehidupan bermasyarakat di abad 21 akan sangat berbeda dengan peranan

tradisional yang selama ini dipegang erat oleh sekolah-sekolah. Ada persepsi

umum yang sudah menjadi harapan masyarakat. Persepsi umum ini menganggap

bahwa sudah merupakan tugas guru untuk mengajar dan menyodori siswa dengan

muatan-muatan informasi dan pengetahuan. Guru perlu bersikap atau setidaknya

dipandang oleh siswa sebagai yang mahatahu dan sumber informasi. Lebih celaka

lagi siswa belajar dalam situasi yang membebani dan menakutkan karena

dibayangi oleh tuntutan mengejar nilai-nilai tes dan ujian yang tinggi.

Tampak, perlu ada perubahan paradigma dalam menelaah proses belajar

siswa dan interaksi antara siswa dan guru. Sudah seyogyanya kegiatan belajar

mengajar juga lebih mempertimbangkan siswa. Siswa bukanlah botol kosong

yang bisa diisi dengan muatan-muatan informasi apa saja yang dianggap perlu

oleh guru. Selain itu alur proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju

siswa. Siswa bisa juga saling mengajar dengan sesama siswa yang lain. Bahkan

banyak penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peer

teaching) ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru secara penuh.

Terkait dengan hal itu maka efektivitas suatu pembelajaran dapat

68

dilakukan dengan menerapkan metode pembelajaran yang inovatif dimana siswa

dituntut untuk aktif dalam pembelajaran (student oriented), siswa dituntut dapat

menemukan konsep-konsep baru, siswa dituntut dapat berpikir kritis, dan siswa

dituntut dapat bekerjasama tanpa ada rasa beban dan takut dalam mengikuti suatu

pembelajaran.

Berdasarkan hasil pengamatan dilokasi sebagai objek yang akan diteliti,

metode pembelajaran yang sering dipakai pada mata pelajaran akuntansi masih

bersifat teacher centered dengan menggunakan metode yang masih konvensional,

akibatnya siswa menjadi pasif dan motivasi belajar siswapun relatif masih rendah,

sehingga mengakibatkan hasil belajar merekapun juga rendah. Siswa perlu

diajarkan bagaimana cara untuk mendapatkan informasi sendiri, apakah itu dari

guru, teman, bahan-bahan pelajaran, ataupun sumber-sumber lain. Oleh karena itu

perlu diadakan inovasi dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk lebih

meningkatkan kemandirian sekaligus meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu

dengan pembelajaran kooperatif.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dilokasi yaitu di

kelas XI Akuntansi 2 SMK Negeri 1 Surakarta penulis menemukan terdapat

kurangnya minat siswa di dalam proses belajar mengajar. Hal ini dikarenakan

gaya mengajar guru masih konvensional sehingga perlu adanya variasi dalam

gaya mengajar agar siswa merasa tertarik terhadap mata pelajaran sehingga dapat

menumbuhkan keaktifan dan motivasi belajar siswa yang akan mampu

meningkatkan hasil belajar mereka.

Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan peneliti melalui nilai ulangan

harian pada materi mengelola kartu persediaan, hasil ulangan siswa belum

69

menunjukkan hasil yang optimal. Hal tersebut dapat ditunjukkan dalam tabel nilai

siswa yang telah terlampir.

Bila dibandingkan dengan nilai rata-rata yang diperoleh oleh siswa kelas XI

AK 1, nilai rata-rata siswa kelas XI AK 2 lumayan tertinggal, hal tersebut dapat

dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 2. Daftar Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Siswa Kelas XI Akuntansi Untuk Kompetensi Dasar Mengelola Kartu Persediaan

Kelas XI AK 1 XI AK 2

Nilai rata-rata 80,25 73,7

(Sumber: Daftar Nilai Akuntansi Keuangan Siswa Kelas XI, 2010)

Berdasarkan data tersebut dapat terlihat bahwa hasil ulangan harian siswa

XI AK 2 lebih rendah daripada siswa kelas XI AK 1, nilai rata-rata merekapun

juga belum mencapai KKM (KKM untuk bidang keahlian akuntansi keuangan

kelas XI adalah 75) meskipun terdapat beberapa siswa yang nilainya sudah diatas

KKM namun siswa yang nilainya dibawah KKM jumlahnya juga sangat banyak

yaitu hampir 50%nya. Dikarenakan rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran

akuntansi keuangan, peneliti beserta guru akuntansi keuangan kelas XI yaitu Dra

Sri Lestari mengidentifikasikan adanya minat dan motivasi belajar siswa yang

masih rendah, siswa kurang termotivasi untuk belajar karena pembelajaran

berlangsung secara monoton tanpa ada variasi tertentu. Ketiadaan variasi dalam

pembelajaran membuat pembelajaran akuntansi keuangan terasa menjenuhkan

bagi sebagian besar siswa. Selain itu masih terlihat sebagian besar siswa kurang

aktif kecenderungan siswa untuk bicara dengan teman yang lain saat proses

pembelajaran sangat besar dan disaat diberi kesempatan untuk bertanya ataupun

menjawab pertanyaan dari guru tentang materi yang sedang dipelajari maka siswa

terlihat kurang aktif dan cenderung bersikap individual sehingga kerjasama antar

siswa masih kurang. Hal ini mengakibatkan sebagian besar siswa mengalami

kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan guru.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka perlu dikembangkan suatu

metode pembelajaran yang mampu melibatkan peran serta siswa secara

70

menyeluruh sehingga kegiatan belajar mengajar tidak hanya didominasi oleh

siswa-siswa tertentu saja. Selain itu, melalui pemilihan metode pembelajaran

tersebut diharapkan sumber informasi yang diterima siswa tidak hanya dari guru

tetapi dari teman pun mereka dapat memperoleh informasi yang berguna selain itu

juga dapat meningkatkan peran serta dan keaktifan siswa dalam mempelajari dan

menelaah ilmu yang ada terutama mata pelajaran akuntansi keuangan, sehingga

nantinya akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa XI AK 2.

Peneliti telah berdiskusi dengan Dra Sri Lestari, selaku guru mata

pelajaran akuntansi keuangan kelas XI Akuntansi 2 dan telah sepakat

menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament

(TGT) yang akan dipadukan dengan Talking Stick guna meningkatkan keaktifan

serta hasil belajar siswa. Robert E. Slavin (2008: 4) mengatakan bahwa

”Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di

mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu

satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Sedangkan pendapat Sunal

dan Hans pada Isjroni (2009: 15) mengatakan bahwa ”Pembelajaran kooperatif

merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang

untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses

pembelajaran.”

Dalam model pembelajaran kooperatif terdapat banyak sekali metode

pembelajaran yang ada didalamnya seperti: Numbered Heads Together (NHT),

Jigsaw, Group Investigation (GI), Two Stay Two Stray, Make a Match, Listening

Team, Inside Outside Circle, Bamboo Dancing, Point Courter Point, The Power

of Two, Giving Question and Getting Answer, Everyone is Teacher Here, Tebak

Pelajaran, Guided Note Taking, Modeling the Way, Silent Demonstration,

Learning Stars With A Question, Practice Rehearsal Pairs, Learning Contracts,

Learning Journals, Student Facilitator and Explaining, Student Teams

71

Achievement Divisions, Cooperatif Integrated Reading and Composition, Course

Review Horey, Examples Non Examples, Picture and Picture, Snawball

Throwing, Teams Games Tournament (TGT), Talking Stick dan lain-lain. Seperti

yang telah disebutkan diatas oleh peneliti bahwa dalam penelitian ini metode atau

pendekatan pembelajaran yang akan diterapkan adalah pemaduan antara Teams

Games Tournament dengan Talking Stick.

Pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament (TGT) merupakan

salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan

aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa

sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.

Menurut Isjroni (2009: 83) “Teams Games Tournament adalah salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok

belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa yang memiliki kemampuan, jenis

kelamin, dan suku atau ras yang berbeda”. Aktivitas belajar dengan turnamen

yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa

dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama,

persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Dalam turnamen tersebut siswa akan

berkompetisi sebagai wakil-wakil dari kelompok mereka dengan anggota dari

kelompok yang lain yang berkemampuan yang sama, TGT berfungsi sebagai

materi pelajaran sebelum siswa mengikuti kuis-kuis secara individual.

Menurut Saco (2006) pada http://karya-ilmiah.um.ac.id “dalam TGT

siswa memainkan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk

memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing.” Permainan dapat disusun

guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan

materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang

berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka).

72

Permainan dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis

pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa, misalnya, akan mengambil

sebuah kartu yang diberi angka tadi dan berusaha untuk menjawab pertanyaan

yang sesuai dengan angka tersebut. Turnamen harus memungkinkan semua siswa

dari semua tingkat kemampuan (kepandaian) untuk menyumbangkan poin bagi

kelompoknya. Prinsipnya, soal sulit untuk anak pintar, dan soal yang lebih mudah

untuk anak yang kurang pintar. Hal ini dimaksudkan agar semua anak mempunyai

kemungkinan memberi skor bagi kelompoknya. Permainan yang dikemas dalam

bentuk turnamen ini dapat berperan sebagai penilaian alternatif atau dapat pula

sebagai review materi pembelajaran.

Talking Stick merupakan pendekatan pembelajaran dengan bantuan

tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru

setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Kegiatan ini diharapkan dapat

menarik minat siswa untuk belajar di kelas sehingga siswa dapat lebih aktif dalam

proses pembelajaran (http://learningwithme.blogspot.com/2006.com/2006/09).

Dengan demikian dapat tercipta suatu pembelajaran aktif yaitu sebagai suatu

pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika

peserta didik dapat belajar secara aktif maka mereka yang mendominasi kelas

sehingga pembelajaran terpusat pada siswa.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dirumuskan judul

penelitian sebagai berikut: "Penerapan Model Pembelajaran Pemaduan Cooperatif

Learning Tipe Teams Games Tournament (TGT) dan Talking Stick Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI AK 2 Pada Mata Pelajaran Akuntansi

Keuangan di SMK Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010 ”

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat

dikemukakan sebagai berikut:

1. Apa penyebab siswa kurang berminat dalam pembelajaran akuntansi

keuangan?

73

2. Bagaimana keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akuntansi keuangan?

3. Apakah pembelajaran akuntansi keuangan di kelas bersifat monoton dan tidak

menarik bagi siswa?

4. Apakah hasil belajar siswa yang rendah disebabkan karena pembelajaran yang

konvensional?

5. Apakah setiap siswa dapat bekerja sama dengan baik pada saat pembelajaran

akuntansi keuangan?

6. Apakah penerapan model pembelajaran pemaduan cooperatif learning tipe

Teams Games Tournament (TGT) dan Talking Stick dapat meningkatkan hasil

belajar akuntansi siswa?

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ”Apakah penerapan model

pembelajaran kooperatif pemaduan antara tipe Teams Games Tournament (TGT)

dan Talking Stick pada mata pelajaran akuntansi keuangan dapat meningkatkan

hasil belajar siswa kelas XI Akuntansi 2 SMK Negeri 1 Surakarta?”

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model

pembelajaran kooperatif pemaduan antara tipe Teams Games Tournament (TGT)

dan Talking Stick pada mata pelajaran akuntansi keuangan dapat meningkatkan

hasil belajar siswa kelas XI Akuntansi 2 SMK Negeri 1 Surakarta.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis

maupun manfaat praktis sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan pembelajaran yang inovatif

serta mendukung teori Pembelajaraan Kooperatif.

b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai fakta pembelajaran akuntansi yang

74

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament

(TGT) dan Talking Stick.

c. Hasil penelitiaan ini dapat digunakan sebagai informasi bagi ilmu

pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam rangka pengembangan penelitian

mengenai penggunaan metode yang sesuai dalam penggajaran dikelas pada

mata pelajaran Akuntansi Keuangan dengan Kompetensi Dasar Mengelola

Kartu Utang.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah

1) Sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan metode

pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran.

2) Pendorong bagi guru kelas lain untuk melaksanakan pembelajaran aktif,

kreatif, efektif, dan menyenangkan.

b. Bagi guru

1) Mengatasi kendala yang dihadapi guru dalam mata pelajaran akuntansi

keuangan terutama mengenai keaktifan dan hasil belajar siswa.

2) Masukan kepada guru maupun tenaga kependidikan lainnya agar lebih

mencermati dalam menentukan metode pembelajaran sehingga

mencapai tujuan dengan baik.

3) Memberikan masukan dalam pemilihan strategi pembelajaran yang

diharapkan lebih memberikan efektivitas pembelajaran (terutama dalam

penerapan KTSP).

4) Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan

keterampilannya

5) Meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi keuangan.

75

c. Bagi siswa

1) Menumbuhkan kerja sama serta rasa kebersamaan antar siswa.

2) Meningkatkan keaktifan siswa.

3) Memotivasi siswa belajar akuntansi dengan cara yang menyenangkan

dan bervariasi serta dapat memperoleh pengalaman belajar.

4) Menciptakan persaingan sehat antar siswa dalam berprestasi.

5) Meningkatkan hasil belajar siswa.

d. Bagi mahasiswa

1) Mengembangkan wawasan/ ilmu secara langsung yang dapat diambil

mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournament dan Talking Stick yang diterapkan pada siswa akuntansi di

SMK.

2) Mendapat pengalaman baru.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Ilmu pengetahuan yang ada sekarang tidak lepas dari pengetahuan yang

ada sebelumnya. Penelitian ilmiah pada hakikatnya merupakan alat untuk

mendapatkan pengetahuan baru ataupun menguji pengetahuan yang telah ada.

Agar dapat diketahui bagaimana hubungan dan dimana posisi pengetahuan yang

diperoleh dari penelitian, dalam kaitannya dengan pengetahuan yang telah ada,

perlu dilakukan kajian terhadap bahan pustaka yang relevan dengan topik

masalah.

1. Hakikat Belajar

a. Definisi Belajar

76

Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosiologi menuju ke

perkembangan pribadi seutuhnya. Namun, realitas yang dipahami oleh

sebagaian besar masyarakat tidaklah demikian. Belajar dianggapnya sebagai

property sekolah. Kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas

sekolah. Sebagian besar masyarakat menganggap belajar disekolah adalah

usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan. Anggapan tersebut tidak

semuannya salah karena seperti yang dikatakan Reber dalam Agus Suprijono

(2009: 3) mengatakan bahwa belajar adalah “ the process of acquiring

knowlwdge.” Belajar adalah proses mendapat ilmu pengetahuan.

Belajar sebagai konsep untuk mendapat pengetahuan dalam praktiknya

banyak dianut. Guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan

ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan siswa giat mengumpulkan atau

menerimanya. Proses belajar mengajar ini banyak didominasi aktivitas

menghafal. Siswa sudah belajar jika mereka sudah hafal dengan hal-hal yang

telah dipelajarinya. Sudah tentu pengertian belajar seperti ini belumlah tepat

untuk membentuk kepribadian seutuhnya.

Berikut ini merupakan beberapa definisi tentang belajar dari pakar

pendidikan yang dikutip dalam Agus Suprijono (2009: 2)

1) Gagne

“Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai

seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh

langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.”

2) Travers

“Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.”

3) Cronbach

“Learning is shown by change in behaviour as a result of experience.”

(Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman)

4) Harold Spears

“Learnig is to observe, to read, to imitate, to try something themselves,

to listen, to follow direction.” (dengan kata lain, bahwa belajar adalah

77

mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan

mengikuti arah tertentu).

5) Geoch

“Learning is change in performance as a result of practice. (Belajar

adalah perubahan performance sebagai hasil latihan).”

6) Morgan

“Learnig is any relatively permanent change in behavior that is a result

of past experience. (Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat

permanen sebagai hasil dari pengalaman).”

Dari beberapa definisi tentang belajar seperti yang telah diambil dari

beberapa pendapat pakar pendidikan peneliti dapat menyimpulkan bahwa

belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi

tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang dalam situasi

tertentu yang disebabkan adanya pengalaman yang berulang-ulang dalam

situasi itu dimana perubahan tingkah laku itu dapat dijelaskan dalam respon

pembawaan ataupun kematangan.

b. Prinsip Belajar

Menurut Agus Suprijono (2009: 4) “Prinsip-prinsip belajar meliputi 3 hal

yaitu pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku”. Perubahan

perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri:

1) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari.

2) Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya. 3) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup. 4) Positif dan berakumulasi. 5) Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan. 6) Bertujuan terarah. 7) Mencangkup keseluruhan potensi kemanusiaan.

Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong

kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang

dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional

dari berbagai komponen belajar.

78

Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada

dasarnya adalah hasil dari interaksi antara siswa dengan lingkungannya.

William Burton dalam Agus Suprijono (2009: 5) mengemukakan bahwa “ A

good learning situation consist of a rich and varied series of learning

experiences unified around a vigorous purpose and carried on in interaction

with a rich varied and propocative envirotment”.

c. Kegiatan Belajar

Setiap jiwa individu yang menjalankan proses belajar tentunya menjalani

kegiatan belajar yang terus berkembang karena semakin tinggi jenjang

pendidikannya maka semakin tinggi pula dan semakin kompleks kegiatan

belajarnya. Kegiatan belajar banyak sekali tipenya, seperti yang dikemukakan

oleh John Travers dalam Agus Suprijono (2009: 7) bahwa “Kegiatan belajar

digolongkan menjadi belajar gerakan, belajar pengetahuan, dan belajar

pemecahan masalah.” Namun disamping itu ada pula yang menggolongkan

kegiatan belajar menjadi belajar informasi, belajar konsep, belajar prinsip,

belajar keterampilan dan belajar sikap.

Sedangkan menurut Agus Suprijono (2009: 8) sendiri kegiatan belajar

dibagi menjadi beberapa tipe yaitu diantaranya:

1) Kegiatan belajar keterampilan, berfokus pada pengalaman belajar melalui gerak yang dilakukan peserta didik.

2) Kegiatan belajar pengetahuan, merupakan dasar bagi semua kegiatan belajar termasuk ranah kognitif. Ranah ini mencangkup pemahaman terhadap suatu pengetahuan, perkembangan kemampuan, dan keterampilan berpikir.

3) Kegiatan belajar informasi, kegiatan belajar peserta didik memahami symbol, seperti kata, istilah, pengertian, dan peraturan. Belajar informasi yang terbaik adalah dengan memformulasikan informasi ke dalam rangkaian bermakna bagi para peserta didik dalam kehidupannya.

4) Kegiatan belajar konsep, adalah belajar mengembangkan infensi logika atau membuat generalisasi dari fakta ke konsep. Konsep merupakan satu ide yang mengkombinasikan beberapa unsur sumber-sumber berbeda kedalam satu gagasan tunggal. Melalui kegiatan belajar konsep ada beberapa keuntungan yaitu (1) mengurangi beban berat memori karena kemampuan manusia dalam mengategorisasikan berbagai stimulus terbatas; (2) merupakan unsur-unsur pembangunan berpikir; (3)

79

merupakan dasar proses mental yang lebih tinggi; (4) diperlakukan untuk memecahkan masalah.

5) Kegiatan belajar sikap/ kegiatan belajar afektif. Sikap diartikan sebagai pola tindakan peserta didik dalam merespon stimulus tertentu. Dalam kegiatan belajar sikap upaya guru adalah membantu peserta didik memiliki dan mengembangkan perubahan sikap.

6) Kegiatan belajar memecahkan masalah, merupakan kegiatan belajar dalam usaha mengembangkan kemampuan berpikir. Dalam kegiatan memecahkan masalah peserta didik terlibat dalam berbagai tugas, penentuan tujuan yang ingin dicapai dan kegiatan untuk melaksanakan tugas.

d. Pembelajaran dan Pengajaran

Istilah pembelajaran dan pengajaran tentunya sudah sering didengar

dikhalayak umum. Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning dan

pengajaran terjemahan dari teaching. Pengajaran adalah proses, perbuatan,

cara mengajarkan. Pengajaran adalah proses penyampaian. Dengan

pengertian yang demikian menjelaskan bahwa kegiatan belajar mengajar

berpusat pada guru. Guru mengajari peserta didik, guru menyampaikan materi

dan informasi pada peserta didik sehingga peserta didik sebagai penerimanya.

Sehingga hal ini dapat disimpulkan pengajaran merupakan transplantasi

pengetahuan.

Pembelajaran berdasarkan makna berarti proses, cara, perbuatan

mempelajari. Menurut Suherman (1992) dalam Asep Jihad (2009: 11)

“Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara peserta

didik dengan pendidik serta antar peserta didik dalam rangka perubahan

sikap.”

Pembelajaran adalah inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbale balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (Usman, 2001) dalam Asep Jihad (2009: 12) Dalam proses pembelajaran, baik guru maupun siswa bersama-sama

menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini

akan mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran berjalan secara

80

efektif. Menurut Wragg (2007) dalam Asep Jihad (2009: 12) “Pembelajaran

yang efektif adalah pembelajaran yang memudahkan siswa untuk

mempelajari sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, keterampilan, konsep dan

bagaimana serasi dengan sesama atau suatu hasil belajar yang diinginkan.”

Dalam pengajaran guru mengajar, peserta didik belajar sementara pada

pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir

lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru mengajar dalam perspektif

pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didiknya

untuk mempelajarinya. Jadi subyek pembelajaran adalah siswa, sehingga

pembelajaran berpusat pada siswa.

2. Keaktifan Belajar

a. Pengertian Keaktifan Belajar

Keaktifan belajar berarti suatu usaha atau kerja yang dilakukan dengan

giat dalam belajar. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (Poewodarminto,

1992: 17) “Keaktifan adalah kegiatan.” Pada penelitian ini keaktifan yang

dimaksudkan adalah keaktifan belajar siswa. Keaktifan belajar siswa adalah

suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa yang dapat membawa perubahan

kearah yang lebih baik pada diri siswa karena adanya interaksi antara individu

dengan individu dengan lingkungan.

Keaktifan itu ada yang dapat diamati dan ada pula yang tidak dapat

diamati secara langsung, setiap proses pembelajaran melalui asimilasi,

akomodasi kognitif untuk mengembangkan pengetahuan, tindakan serta

pengalaman langsung dalam rangka membentuk keterampilan (motorik,

kognitif dan social) penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam

pembentukan sikap.

Menurut Nana Sudjana (2008: 61) keaktifan siswa dalam kegiatan belajar

dapat dilihat dalam:

1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya 2) Terlibat dalam pemecahan permasalahan 3) Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru bila tidak memahami

persoalan yang dihadapi

81

4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah

5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru 6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya 7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah sejenis 8) Kesempatan menggunakan / menerapkan apa yang telah diperolehnya

dalam menyelesaikan tugas / persoalan yang dihadapinya

b. Ciri-Ciri Keaktifan Belajar

Berikut ini merupakan ciri-ciri dari keaktifan belajar pada diri seorang

siswa:

1) Keinginan dan keberanian menampilkan perasaan,

2) Keinginan dan keberanian serta kesempatan berprestasi dalam kegiatan

baik persiapan, proses dan kelanjutan belajar,

3) Penampilan berbagai usaha dan kreativitas belajar mengajar dalam

menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar mengajar sampai

mencapai keberhasilannya,

4) Kebebasan dan keluasaan melakukan hal tersebut di atas tanpa tekanan

guru atau pihak lain

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar

Mengenai faktor-faktor yang berkontribusi terhadap hasil belajar, Nana

Sudjana (2008: 14) menyatakan bahwa ada lima hal yang mempengaruhi

keaktifan belajar, yakni:

1) stimulus belajar, 2) perhatian dan motivasi, 3) respon yang dipelajarinya, 4) penguatan, 5) pemakaian dan pemindahan

3. Hakikat Model Pembelajaran

a. Definisi Model Pembelajaran

Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh

kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan model

82

pembelajaran. Guru dituntut untuk menguasai berbagai model pembelajaran

yang sesuai dengan karakteristik materi dan siswa. Mills dalam Isjoni (2009:

45) berpendapat “Model adalah representasi akurat sebagai proses actual yang

memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba berdasarkan

model itu.” Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan

digunakan, termasuk didalam tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam

kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

Model pembelajaran menurut Isjoni (2009: 46) dapat didefinisikan sebagai

“Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.”

Good (1972) dan Travers (1973) dalam Wina Sanjaya (2009: 48) “Model

adalah abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks dari suatu

system naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang lainnya.” Model

bukanlah realitas akan tetapi representasi realitas yang dikembangkan dari

keadaan tertentu. Dengan demikian model pada dasarnya rancangan yang

dapat digunakan untuk menerjemahkan sesuatu kedalam realitas yang

sifatnya lebih praktis.

Merujuk pemikiran Joyce, fungsi model adalah “ each model guides us

as we design instruction to help student achieve various objectives.” Melalui

model pembelajaran guru dapat membantu siswa mendapatkan informasi, ide,

keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran

berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para

guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Model pembelajaran dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi penting,

apakah yang dibicarakan tentang mengajar di kelas, di luar kelas atau

mengawasi anak-anak. Model pembelajaran menggambarkan keseluruhan

urutan alur langkah yang pada umumnya diikuti oleh serangkaian kegiatan

pembelajaran. Bentuk pembelajarannya menunjukkan dengan jelas kegiatan-

kegiatan apa yang perlu dilakukan oleh guru atau siswa, urutan kegiatan-

kegiatan tersebut dan tugas-tugas khusus apa yang perlu dilakukan oleh

siswa. Setiap model memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar

83

yang sedikit berbeda satu dengan yang lainnya. Setiap pendekatan

memberikan peran berbeda kepada siswa, ruang fisik dan sistem sosial kelas.

Belajar kooperatif misalnya, memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel,

meliputi tersedianya meja dan kursi yang mudah dipindahkan. Berdasarkan

uraian di atas, dapat dirumuskan bahwa model pembelajaran adalah kerangka

pembelajaran yang berisikan serangkaian prosedur dan perangkat

pembelajaran dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

4. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran

yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan

strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang

tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya,

setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling

membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran

kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam

kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Menurut Slavin (2008: 8)

“Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa

belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaburatif yang

anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.” Sedangkan

menurut Sunal dan Hans (2000) yang dikutip dari Isjoni (2009: 15)

mengemukakan “Pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan

atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan

kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran”.

Selanjutnya Stahl (1994) yang dikutip dari Isjoni (2009: 15) menyatakan

“Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan

meningkatkan sikap tolong-menolong dalam perilaku sosial.”

Falsafah yang mendasari model pembelajaran gotong royong dalam

pendidikan adalah falsafah homo homini socius. Falsafah ini menekankan

bahwa manusia adalah makhluk sosial. Menurut Anita Lie (2008: 24)

84

menyatakan bahwa “Kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting

bagi kelangsungan hidup.”

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang

berdasarkan faham konstruktivis. Dalam pembelajaran kooperatif diperlukan

suatu kerja sama dan saling membantu antara siswa yang satu dengan yang

lain dalam mengerjakan tugas maupun dalam membahas materi.

Model pembelajaran kooperatif berbeda dengan sekadar hanya belajar

dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan

prosedur yang telah ditetapkan. Pelaksanaan prosedur model cooperative

learning dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan

lebih efektif.

Roger dan David Jonshon dalam Anita Lie (2008: 31) mengatakan bahwa

tidak semua kerja kelompok bisa dikatakan cooperative learning. Untuk

mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong

royong harus diterapkan, yaitu: Saling Ketergantungan Positif, Tanggung

Jawab Perseorangan, Tatap Muka, Komunikasi Antaranggota dan Evaluasi

Proses Kelompok.

1) Saling Ketergantungan Positif.

Keberhasilan kelompok sangat bergantung pada usaha setiap anggotannya.

Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif maka guru perlu

menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus

menyelesaikan tugasnya sendiri demi mencapai tujuan kelompok. Dalam

menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru terjadi saling

ketergantungan antar anggota kelompok

2) Tanggung Jawab Perseorangan.

Setiap anggota kelompok diberi tugas yang berbeda. Hal ini bertujuan agar

anggota kelompok bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas

tersebut. Setiap anggota kelompok akan menuntut teman-teman dalam satu

kelompok yang tidak melaksanakan tugas agar tidak menghambat teman

yang lain.

3) Tatap Muka

85

Setiap anggota kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu dan

dan berdiskusi. Kegiatan ini akan memberikan para pembelajar untuk

membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Pembentukan

sinergi ini bertujuan untuk menghargai perbedaan, memanfaatkan

kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Setiap anggota

kelompok perlu diberikan kesempatan untuk saling mengenal dan

menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan diskusi.

4) Komunikasi Antaranggota

Peserta didik harus dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi.

Hal ini dikarenakan keberhasilan suatu kelompok akan tercapai apabila

para angotannya saling mendengarkan dan saling mengutarakan pendapat.

Keterampilan berkomunikasi merupakan proses yang panjang, akan tetapi

proses ini sangat bermanfaat untuk menanbah pengalaman belajar,

pembinaan perkembangan mental dan emosional. Untuk

mengkoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan, maka

peserta didik harus mampu berkomusikasi.

5) Evaluasi Proses Kelompok.

Evaluasi proses kelompok dilaksanakan untuk meningkatkan kerja sama

antara anggota, agar pada proses pembelajaran selanjutnya bisa bekerja

sama dengan lebih baik.

Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk

mencapai tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahim, et al.

(2000) dalam Isjoni (2009: 39), yaitu:

a) Hasil belajar akademik Hasil belajar akademik siswa dapat diperbaiki dan ditingkatkan melalui pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.

b) Penerimaan terhadap perbedaan individu Dalam pembelajaran kooperatif, pembagian kelompok terdiri dari individu yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut antara lain berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan dan ketidakmampuan. Penerimaan terhadap perbedaan individu dalam kelompok dilakukan untuk

86

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dan belajar saling menghargai satu sama lain dalam berbagai latar belakang kondisi.

c) Pengembangan keterampilan sosial Pengembangan keterampilan sosial mengajarkan kepada siswa bekerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki oleh siswa sebagai warga masyarakat, bangsa dan Negara dalam mengatasi masalah-masalah sosial yang semakin kompleks, serta mampu dalam menghadapi persaingan global untuk memenangkan persaingan.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas belajar dengan model kooperatif

dapat diterapkan untuk memotivasi siswa berani mengungkapkan

pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan saling memberikan pendapat.

Selain itu dalam belajar biasanya siswa dapat bekerja sama dan saling tolong-

menolong menguasai tugas yang dihadapinya. Beberapa ahli menyatakan

bahwa model ini tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami

konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan

kemampuan berpikir kritis, bekerja sama dan membantu teman. Dalam

pembelajaran kooperatif siswa terlibat secara aktif pada proses pembelajaran

sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan

komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan

hasil belajarnya. Model pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan dan

kelemahan, diantaranya:

Tabel 3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif

(1) Kelebihan (2) Kelemahan (a) Meningkatkan harga diri tiap individu (b) Penerimaan terhadap perbedaan

individu yang lebih besar. (c) Konflik antar pribadi berkurang (d) Sikap apatis berkurang (e) Pemahaman yang lebih mendalam (f) Retensi atau penyimpanan lebih lama (g) Meningkatkan kebaikan budi,

kepekaan dan toleransi. (h) Model pembelajaran kooperatif dapat

mencegah keagresivan dalam system kompetisi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.

(i) Meningkatkan kemajuan belajar

(a) Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas.

(b) Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai.

(c) Perasaan was-was pada anggota kelompok akan

87

(pencapaian akademik) (j) Meningkatkan kehadiran siswa dan

sikap yang lebih positif (k) Menambah motivasi dan percaya diri (l) Menambah rasa senang berada di

sekolah serta menyenangi teman-teman sekelasnya

(m) Mudah diterapkan dan tidak mahal

hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok.

(d) Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut.

(Sumber:http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/kelebihan-

model-pembelajaran-kooperatif.html)

b. Hakikat Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT)

Teams Games Tournament (TGT) merupakan salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-

kelompok belajar yang beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa yang memiliki

kemampuan, jenis kelamin dan suku ras yang berbeda. Guru menyajikan

materi dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam

kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Kemudian siswa

bekerja dalam tim-timnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah

menuntaskan pelajaran yang telah dipresentasikan oleh guru, akhirnya

diadakan turnamen akademik tentang bahan ajar tersebut. Dalam turnamen

tersebut siswa berkompetisi dengan anggota tim lain yang setara dalam

kinerja akademik mereka yang lalu, agar dapat menyumbangkan poin pada

skor tim mereka.

Menurut Slavin (2008: 170), menyatakan bahwa TGT terdiri dari siklus

regular dari aktivitas pengajaran, sebagai berikut:

Pengajaran. Menyampaikan pelajaran Belajar Tim. Para siswa mengerjakan lembar kegiatan dalam tim mereka untuk menguasai materi. Tournament. Para siswa memainkan game akademik dalam kemampuan yang homogeny, dengan meja tournament tiga peserta. Rekognisi Tim. Skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen anggota tim, dan tim tersebut akan direkognisi apabila mereka berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

88

1) Komponen Pembelajaran Kooperatif

Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT terdapat lima komponen

yaitu : persentasi kelas, tim, game, turnamen, dan penghargaan tim.

a) Presentasi Kelas

Presentasi kelas digunakan guru untuk memperkenalkan materi

pelajaran dengan pengajaran langsung ataupun diskusi. Fokus

presentasi pada kelas berbeda dengan presentasi pada kelas biasa,

karena hanya menyangkut pokok-pokok materi dan teknis

pembelajaran yang akan dilaksanakan, dengan demikian siswa harus

memperhatikan secara cermat sebelum presentasi berlangsung. Siswa

harus menyadari bahwa kecermatannya belajar selanjutnya dan akan

menentukan nilai tim mereka.

b) Tim

Tim terdiri dari empat sampai enam siswa anggota kelas dengan

kemampuan yang berbeda. Anggota tim mewakili kelompok yang ada

di kelas dalam hal kemampuan akademik, jenis kelamin, atau ras dan

suku. Fungsi tim tersebut adalah untuk memastikan bahwa semua

anggota tim belajar lebih khusus lagi adalah untuk menyiapkan

anggotanya supaya dapat mempelajari LKS dan dapat mengerjakan

soal-soal dalam turnamen yang baik. Setelah presentasi kelas kegiatan

tim umumnya adalah diskusi antar anggota, saling membandingkan

jawaban, memeriksa dan mengoreksi kesalahan konsep anggota tim.

c) Game

Permainan bertujuan untuk menguji pengetahuan yang dicapai

siswa dan biasanya disusun dalam pertanyaan-pertanyaan yang

kontennya relevan dengan materi dalam presentasi kelas dan latihan

89

lain. Permainan dilakukan oleh tiga atau empat siswa yang

berkemampuan setara dan masing-masing mewakili tim yang berbeda.

Kelengkapan permainan kebanyakan berupa pertanyaan atau soal dan

kunci jawaban bernomor serta dilengkapi dengan kartu bernomor.

Seorang siswa mengambil kartu bernomor, membaca pertanyaan dari

nomor terambil yang sesuai dan berusaha menjawab pertanyaan.

Siswa lain boleh menantang apabila mempunyai jawaban yang

berbeda.

d) Turnamen

Turnamen adalah sebuah struktur dimana permainan

berlangsung. Biasanya turnamen dilaksanakan pada akhir setiap

minggu atau akhir unit, setelah guru memberi presentasi dikelas dan

setiap tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar

kegiatan siswa. Dalam turnamen tiga atau empat siswa yang setara

dan mewakili tim berbeda bersaing dalam turnamen. Persaingan setara

ini memungkinkan siswa dari semua tingkatan kemampuan awal

menyumbang nilai maksimum bagi timnya.

Ilustrasi hubungan tim-tim yang anggotanya heterogen dan meja

turnamen dengan anggota yang homogen adalah sebagai berikut:

Meja Meja Meja Meja

Turnament Turnament Turnamen Turnament

1 2 3 4

A-1 A-2 A-3 A-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah

B-1 B-2 B-3 B-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah

C-1 C-2 C-3 C-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah

90

Gambar 1. Contoh Penempatan Siswa dalam Tim di Meja Turnamen

Sumber: Slavin (2008: 168)

Gambar diatas menunjukkan bahwa penempatan siswa pada

meja turnamen berdasarkan rangking kemampuan awal siswa pada

satu tim. Meja 1 adalah meja tempat berkompetisi siswa dengan

kemampuan awal tertinggi dalam tim dan sebagai meja “tertinggi”

tingkatannya disbanding meja turnamen 2, meja turnamen 2 lebih

tinggi tingkatannya disbanding meja tourssnament 3. Meja turnamen 4

merupakan meja tournament yang terendah tingkatannya.

Setelah turnamen selesai dan dilakukan penilaian, guru

melakukan pengaturan kedudukan siswa pada tiap meja turnamen.

Kecuali pemenang pada meja “tertinggi” pemenang setiap meja

dinaikkan atau digeser satu tingkat ke meja turnamen selain yang ada

pada meja “terendah” tingkatannya diturunkan satu tingkat ke meja

yang lebih rendah tingkatannya. Pada akhirnya mereka akan

mengalami penaikkan dan penurunnan sehingga akan sampai kepada

meja yang sesuai kriteria mereka.

e) Penghargaan Tim

Guru kemudian mengumumkan kelompok/ tim yang menang,

masing-masing tim akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila nilai

rata-rata skor memenuhi/ melebihi kriteria yang ditentukan.

c. Hakikat Pembelajaran Kooperatif Talking Stick.

Pembelajaran dengan talking stick mendorong siswa untuk berani

mengemukakan pendapat. Pembelajaran dengan talking stick diawali oleh

penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Siswa diberi

kesempatan membaca dan mempelajari materi tersebut. Berikan waktu yang

cukup untuk melakukan aktivitas ini.

91

Guru selanjutnya meminta kepada siswa menutup bukunya. Guru

mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tongkat tersebut

diberikan kepada salah satu siswa. Siswa yang meneriama tongkat tersebut

diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya.

Kemudian guru memberikan kesempatan pada siswa untuk memberikan

refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya. Guru memberikan ulasan

terhadap seluruh jawaban yang diberikan siswa, selanjutnya bersama-sama

siswa merumuskan kesimpulan.

d. Persiapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament

(TGT) dan Talking Stick

Persiapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dan Talking Stick meliputi:

persiapan materi, penetapan siswa dalam tim, dan penetapan siswa dalam

meja turnamen.

1) Persiapan materi

Materi pengajaran dirancang sedemikian rupa sehingga dapat

disajikan dalam presentasi kelas dan turnamen, bentuk rancangan tersebut

dapat dikemas dalam satuan perangkat pembelajaran yang terdiri dari

rencana pembelajaran, materi pengajaran, lembar kegiatan siswa,

kelengkapan turnamen yang akan digunakan dalam turnamen akademik

dan tes hasil belajar yang akan diuji setelah pembelajaran selesai.

a) Persiapan untuk talking stick yaitu meliputi:

(1) Menyiapkan sebuah tongkat atau bisa juga diganti dengan bola.

(2) Guru menyiapkan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang

telah diajarkan.

b) Sedangkan persiapan turnamen meliputi:

(1) Guru mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang

telah diajarkan

(2) Guru mempersiapkan alat-alat untuk permainan yaitu kartu soal,

undian yang berisi nomor soal dan lembar skor permainan.

2) Penetapan siswa dalam tim

92

Setiap tim beranggotakan empat sampai enam siswa yang terdiri dari

siswa yang pandai, sedang, dan kurang pandai. Selain itu dalam

penempatan tim guru sebaiknya mempertimbangkan kriteria keterangan

lainnya, misalnya jenis kelamin, latar belakang sosial, kinerja, suka atau

tidak suka dan lainnya, perlu diperhatikan untuk tidak membentuk

kombinasi yang mematikan, namun jangan membebaskan siswa memilih

timnya sendiri.

3) Penetapan Siswa dalam meja turnamen

Dalam satu meja turnamen terdiri dari tiga atau empat siswa yang

bermain/berkompetisi dengan kemampuan seimbang/setara dan sebagai

wakil tim yang berbeda, hal ini dimaksudkan agar turnamen berjalan

sesuai dengan tujuan. Dalam menetapkan banyak anggota setiap meja

turnamen sebaiknya memperhatikan banyaknya tim terbentuk. Jika banyak

tim merupakan kelipatan dari banyak anggota meja turnamen, maka

penempatan siswa dalam tim dan pada meja turnamen yang misalnya

terdiri dari 40 siswa, 10 tim dan 4 siswa dalam meja turnamen dan 1 meja

turnamen yang berjumlahkan 4 siswa.

e. Langkah dan Aktivitas Pembelajaran

Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif TGT dan Talking Stick

mengikuti siklus sebagai berikut: pemberian materi pelajaran, belajar

kelompok, turnamen akademik, penghargaan tim dan pemindahan.

Uraian aktivitas dari masing-masing langkah-langkah adalah sebagai

berikut:

1) Pemberian Materi Pelajaran

Kegiatan pokok dalam langkah ini adalah mempersentasikan pelajaran

dalam kelas dengan memberikan pelajaran langsung atau diskusi materi.

Presentasi pelajaran dimulai dengan mengulangi keterampilan atau materi

pelajaran yang merupakan prasyarat, selanjutnya guru memulai presentasi

pelajaran. Untuk mengevaluasi pemahaman siswa, guru memberikan

pertanyaan kepada siswa dengan menggunakan alat bantu tongkat atau

93

bola kepada beberapa siswa, kepada siswa yang telah menerima tongkat

diharuskan untuk menjawab pertanyaan dari guru.

2) Belajar Kelompok

Kemudian langkah berikutnya siswa mempelajari LKS/ modul secara

kelompok. Selama belajar kelompok siswa berada dalam timnya, tugas

anggota tim adalah menguasai materi yang telah diberikan guru dan

membantu teman satu tim untuk menguasai materi tersebut.

3) Turnamen Akademik

Dalam turnamen akademik diperlukan perangkat pembelajaran yaitu

kelengkapan turnamen yang berisi:

Ø Kartu soal

Ø Kunci jawaban

Ø Satu set undian bernomor

Ø Lembar pencatatan skor

Langkah-langkah dalam pelaksanaan turnamen akademik adalah

sebagai berikut:

a) Siswa menempati tempat duduk yang telah ditentukan

b) Setelah siswa menempati meja turnamen masing-masing, perwakilan

dari masing-masing meja turnamen mengambil perlengkapan

turnamen

c) Melakukan pengundian untuk menentukan siapa yang akan menjadi

pembaca pertama, penantang pertama, penantang kedua dan

penantang ketiga

d) Masing-masing siswa mengerjakan soal sesuai dengan kartu impian

yang telah dipilih, pembaca pertama membacakan soal yang terdapat

didalam kartu impian lalu mengemukakan jawaban dari pertanyaan

yang diambil dan siswa di sebelah kirinya memiliki kesempatan untuk

94

menantang dan menyampaikan jawaban yang berbeda. Bila ia

mengatakan pas atau tidak menggunakan kesempatan tersebut atau

jika penantang kedua mempunyai jawaban yang berbeda dari kedua

jawaban pertama, penantang kedua dapat menantang. Para penantang

harus berhati-hati karena mereka akan kehilangan skor 3 poin apabila

jawaban mereka salah, apabila setiap siswa telah menjawab,

menantang atau pas, siswa diminta mencocokkan jawaban dengan

kunci jawaban dari guru. Pemain yang memberikan jawaban dengan

benar berhak menyimpan kartu impiannya dan memperoleh poin

sesuai dengan yang tertera dalam soal

e) Putaran selanjutnya segala sesuatunya bergerak satu posisi kekiri,

yaitu penantang pertama menjadi pembaca, penantang kedua menjadi

penantang pertama, penantang ketiga menjadi penantang kedua dan

pembaca menjadi penantang ketiga

f) Siswa diminta mencatat nilai yang diproleh dikolom permainan satu

lembar skor permainan.

g) Apabila masih ada waktu, siswa diminta mengambil undian dan soal

sampai guru menyatakan bahwa waktu telah habis serta mencatat

banyaknya nilai yang telah diperoleh dikolom permainan dua pada

lembar skor permainan dan seterusnya.

Seluruh siswa memainkan permainan tersebut pada waktu yang sama.

Sementara siswa sedang bermain, guru berkeliling dari satu kelompok ke

kelompok lain untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan memastikan

bahwa setiap siswa memahami prosedur permainan tersebut. Sepuluh

menit sebelum permainan berakhir guru memberi tahu bahwa waktu habis

dan meminta siswa menghentikan permainan kemudian siswa menjumlah

skor yang mereka peroleh dalam setiap permainan (apabila mereka

memainkan permainan lebih dari satu) dan mengisi total skor mereka.

Secara umum mintalah siswa memberi poin 60 untuk siswa yang mencapai

95

skor tertinggi, poin 40 untuk siswa yang lebih rendah dan poin 20 untuk

siswa yang terendah, kemudian mereka harus mengisi nama, tim dan skor

mereka pada lembar skor permainan seperti yang ditunjukkan pada tabel 3

setelah permainan selesai guru bersama siswa membahas soal-soal yang

belum jelas.

96

Pembaca

Penantang I

Penantang II

Gambar 2. Bagan Putaran Permainan dengan Tiga Orang dalam Satu Meja Turnamen.

(Sumber: Robert E.Slavin, 2008: 173)

Tabel 4. Skor Permainan Meja No: Putaran ke :

Pemain Tim Game 1

Game 2

Game 3

Total Point Turnamen

A I 5 7 12 20 B II 14 10 24 60 C III 11 12 23 40

(Sumber: Robert E.Slavin, 2008: 173)

Tabel 5. Lembar Rangkuman Skor TIM Nama TIM :

Nama Anggota Point Turnamen ….. ….

Total skor tim Rata-rata skor tim

Penghargaan

….. …. .... ….

(Sumber: Robert E.Slavin, 2008: 173)

1. Mengambil salah satu kartu bernomor dan mencari soal yang berhubungan dengan nomor tersebut pada lembar permainan

2. Membaca dengan kertas pertanyaan 3. Mencoba menjawab pertanyaan

Menantang jika memang dia mau (dan memberikan jawaban yang berbeda) atau boleh melewatinya

Boleh menantang jika penantang I melewati, dan jika dia memang mau. Apabila semua penantang sudah menantang atau melewati, penantang II memeriksa lembar jawaban. Siapapun yang jawabannya benar berhak menyimpan kartunya. Jika si pembaca salah, tidak ada sanksi, tetapi jika kedua penantang yang salah maka dia harus mengembalikan kartu yang telah dimenangkan ke dalam kotak jika ada

97

Tabel 6. Lembar Skor Permainan Untuk Permainan dengan Empat Pemain

Pemain Tidak ada yang seri

Seri nilai tertinggi

Seri nilai tengah

Seri nilai rendah

Seri nilai tertingi 3macam

Seri nilai terendah 3macam

Seri empat macam

Seri nilai tertinggi dan terendah

Skor tertinggi

60 50 60 60 50 60 40 50

Skor tengah atas

40 50 40 40 50 30 40 50

Skor tengah bawah

30 30 40 30 50 30 40 30

Skor terendah

20 20 20 30 20 30 40 30

Sumber: Robert E. Slavin (2008: 175)

Tabel 7. Lembar Skor PermainanUntuk Permainan dengan Tiga Pemain

Pemain Tidak ada yang seri

Seri nilai tertinggi

Seri nilai terendah

Seri 3 macam

Skor tertinggi 60 50 60 40 Skor tengah 40 50 30 40 Skor tertinggi 20 20 30 40 Sumber: Robert E. Slavin (2008: 175)

4) Penghargaan

Setelah selesai permainan, meminta siswa untuk menghitung skor tim

dan siapkan tulisan hasil turnamen untuk diumumkan pada papan

pengumuman. Untuk melakukan ini pertama kali periksalah poin turnamen

pada lembar skor permainan, langkah berikutnya pindahkan tiap poin

turnamen siswa ke lembar ikhtisar tim, jumlahkan seluruh skor anggota

tim dan bagilah dengan banyaknya anggota tim yang ikut bertanding.

Pemberian penghargaan terhadap tim diberikan berdasarkan perolehan

skor rata-rata. Menurut Robert E. Slavin ada tiga macam tingkatan

penghargaan yang diberikan. Ketiga macam penghargaan tersebut seperti

tercantum dalam tabel berikut ini:

98

Tabel 8. Tingkatan Penghargaan Tim

Kriteria (Rata-Rata Tim) Penghargaan 40 45 50

TIM BAIK TIM SANGAT BAIK TIM SUPER

Sumber: Robert E. Slavin (2008: 175)

Penghargaan kepada tim dapat diberikan sertifikat. Kriteria dalam

pemberian penghargaan ini, tim baik hanya akan menerima ucapan selamat

didalam kelas. Selain atau sebagai tambahan sertifikat tim, kemudian

menampilkan tim super pada papan bulletin mingguan, tempatkan foto dan

nama tim mereka pada tempat kehormatan. Apapun yang anda lakukan

untuk merekognisi tim berprestasi, sangat penting untuk

mengkomunikasikan bahwa kesuksesan tim itu (bukan hanya kesuksesan

individu) merupakan sesuatu yang penting karena inilah yang akan

memotivasi para siswa untuk membantu teman saru timnya belajar.

5. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung 3 unsur yang

saling berkaitan yaitu tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses)

belajar-mengajar dan hasil belajar. Menurut Nana Sudjana (2008: 2)

hubungan ketiga unsur tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Tujuan instruksional

(a) (c)

(b)

Pengalaman belajar hasil belajar

(proses belajar mengajar)

Gambar 3. Hubungan Tujuan Instruksional, Pengalaman Belajar & Hasil Belajar

99

Keterangan:

(a) Menunjukkan hubungan antara tujuan instruksional dengan pengalaman

belajar

(b) Menunjukkan hubungan antara pengalaman belajar dengan hasil belajar

(c) Menunjukkan hubungan tujuan instruksional hasil belajar

Dari diagram diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kegiatan

penilaian dinyatakan dalam garis (c) yaitu suatu tindakan untuk melihat

sejauh mana tujuan-tujuan instruksional telah dapat dicapai atau dikuasai

siswa dalam bentuk hasil belajar yang akan diperlihatkan oleh siswa setelah

menempuh pengalaman belajarnya.Tujuan instruksional pada hakikatnya

adalah perubahan tingkah laku yang diinginkan pada diri siswa. Oleh sebab

itu dalam penilaian hendaknya diperiksa sejauh mana perubahan tingkah laku

siswa telah terjadi melalui proses belajarnya. Dengan mengetahui tercapai-

tidaknya tujuan-tujuan instruksional, dapat diambil tindakan perbaikan

pengajaran dan perbaikan siswa yang bersangkutan. Hasil penilaian tidak

hanya bermanfaat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional,

dalam hal ini perubahan tingkah laku siswa, tetapi juga sebagai umpan balik

bagi upaya memperbaiki proses belajar mengajar.

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui

kegiatan belajar. Hasil belajar adalah sesuatu yang menjadi milik siswa

sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Menurut Humalik

(1999) dalam Asep Jihad (2009: 15) “Hasil belajar adalah pola-pola

perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap serta apersepsi

dan abilitas.”

Untuk dapat melakukan evaluasi hasil belajar maka diadakan pengukuran terhadap hasil belajar. Pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan

alat ukurnya. Menurut Purwanto (2009: 2) yang dikutip dari Kerlinger (1996:

687) “Pengukuran adalah membandingkan sesuatu yang diukur dengan alat

ukurnya dan kemudian menerakan angka menurut sistem aturan tertentu.” Dalam pendidikan pengukuran hasil belajar dilakukan dengan mengadakan

testing untuk membandingkan kemampuan siswa yang diukur dengan tes

sebagai alat ukurnya.

100

b. Fungsi Penilaian Hasil Belajar

Tujuan pembelajaran pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku

pada diri siswa. Oleh sebab itu dalam penilaian hendaknya diperiksa sejauh

mana perubahan tingkah laku siswa telah terjadi melalui proses belajarnya.

Dengan mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, dapat diambil

tindakan perbaikan proses pembelajaran dan perbaikan siswa yang

bersangkutan. Misalnya dengan melakukan perubahan dalam strategi

mengajar, memberikan bimbingan dan bantuan belajar kepada siswa. Dengan

perkataan lain, hasil penilaian tidak hanya bermanfaat untuk mengetahui

tercapai tidaknya perubahan tingkah laku siswa, tetapi juga sebagai umpan

balik bagi upaya memperbaiki proses pembelajaran.

Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana keefektifan proses pembelajaran

dalam mengupayakan perubahan tingkah laku siswa. Oleh sebab itu,

penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil

belajar yang dicapai siswa merupakan akibat dari proses pembelajaran yang

ditempuhnya (pengalaman belajarnya). Sejalan dengan pengertian diatas

maka penilaian berfungsi sebagai berikut:

1) Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan pembelajaran. Dengan

fungsi ini maka penilaian harus mengacu pada rumusan-rumusan tujuan

pembelajaran sebagai penjabaran dari kompetensi mata pelajaran.

2) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar. Perbaikan mungkin

dilakukan dalam hal tujuan pembelajaran, kegiatan atau pengalaman

belajar siswa, strategi pembelajaran yang digunakan guru, media

pembelajaran, dll.

3) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang

tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan

belajar siswa dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran dalam

bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya.

101

c. Tujuan Penilaian Hasil Belajar

Sejalan dengan fungsi penilaian di atas maka tujuan dari penilaian hasil

belajar adalah untuk:

1) Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui

kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata

pelajaran yang ditempuhnya. Dengan pendeskripsian kecakapan tersebut

dapat diketahui pula posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan

siswa lainnya

2) Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran disekolah,

dalam aspek intelektual, sosial, emosional, moral, dan ketrampilan yakni

seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa

ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan. Keberhasilan pendidikan dan

pembelajaran penting artinya mengingat peranannya sebagai upaya

memanusiakan atau membudayakan manusia, dalam hal ini para siswa

agar menjadi manusia yang berkualitas.

3) Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan

dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pembelajaran

serta strategi pelaksanaannya. Kegagalan para siswa dalam hasil belajar

yang dicapainya hendakmya tidak dipandang sebagai kekurangan pada

diri siswa semata-mata, tetapi juga bisa disebabkan oleh program

pembelajaran yang diberikan kepadanya atau oleh kesalahan strategi

dalam mekalsanakan program tersebut. Misalnya kekurangtepatan dalam

memilih dan menggunakan metode mengajar dan alat bantu

pembelajaran.

4) Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah

kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak yang dimaksud meliputi

pemerintah, masyarakat, dan para orang tua siswa. Dalam

mempertanggungjawabkan hasil-hasil yang telah dicapainya, sekolah

memberikan laporan berbagai kekuatan dan kelemahan pelaksanaan

sistem pendidikan serta kendala yang dihadapinya. Laporan disampaikan

kepada pihak yang berkepentingan, misalnya dinas pendidikan setempat

102

melalui petugas yang menanganinya. Sedangkan pertanggungjawaban

kepada masyarakat dan orang tua disampaikan melalui laporan kemajuan

belajar siswa (raport) pada setiap akhir program, semester.

d. Aspek-Aspek Dalam Hasil Belajar

Menurut Agus Suprijono (2009: 5) “Hasil belajar merupakan pola-pola

perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan

keterampilan.” Menurut pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:

1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan.

2) Kemampuan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.

3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitif sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Sedangkan menurut Bloom pada Agus Suprijono (2009: 6) “Hasil belajar

mencangkup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.” Domain

kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehensive

(pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan),

analisis (menguraikan, penentuan hubungan), sysnthesis (mengorganisasikan,

merencanakan, membentuk bangunan baru), evaluation (menilai). Domain

afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons),

valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi).

Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routing dan rountinized.

Psikomotorik juga meliputi keterampilan produktif, teknik, fisik, social,

manajerial, dan intelektual.

103

Sejalan dengan pendapat Benjamin S. Bloom, Usman (2001) dalam Asep

Jihad (2009: 16) menyatakan bahwa “Hasil belajar yang dicapai oleh siswa

sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang direncanakan

guru sebelumnya dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu domain kognitif,

afektif dan psikomotorik.”

1) Domain Kognitif a) Pengetahuan. Jenjang yang paling rendah dalam kemampuan kognitif

meliputi pengingatan tentang hal-hal yang bersifat khusus universal, mengetahui metode dan proses, pengingatan terhadap suatu pola, struktur atau seting.

b) Pemahaman. Jenjang setingkat diatas pengetahuan ini akan meliputi penerimaan dalam komunikasi dalam bentuk penyajian yang berbeda, mereorganisasikannya secara setingkat tanpa merubah pengertian dan dapat mengeksporasikan

c) Aplikasi atau penggunaan prinsip atau metode pada situasi yang baru. d) Analisa. Jenjang yang keempat ini akan menyangkut terutama

kemampuan anak dalam memisah-misah terhadap suatu materi menjadi bagian-bagian yang membentuknya, mendeteksi hubungan antara bagian-bagian itu dan cara materi itu diorganisir

e) Sintesa. Jenjang yang sudah satu tingkat lebih sulit dari analisa ini adalah meliputi anak untuk menaruhkan/ menempatkan bagian-bagian atau element satu/ bersama sehingga membentuk suatu keseluruhan yang koheren.

f) Evaluasi. Jenjang ini adalah yang paling atas atau dianggap paling sulit dalam kemampuan pengetahuan anak didik. Disini akan meliputi kemampuan anak didik dalam pengambilan keputusan atau dalam menyatakan pendapat tentang nilai sesuatu tujuan, idea, pekerjaan, pemecahan masalah, metoda, materi dan lain-lain.

2) Domain Afektif a) Memperhatikan. Jenjang ini akan meliputi sifat sensitive terhadap

adanya eksistensi suatu fenomena tertentu/suatu stimulus dan kesadaran yang merupakan perilaku kognitif.

b) Merespon. Dalam jenjang ini anak didik dilibatkan secara puas dalam suatu subjek tertentu, fenomena atau suatu kegiatan sehingga ia akan mencari-cari dan menambah kepuasan dari bekerja dengannya atau terlibat didalamnya.

c) Penghargaan. Pada level ini perilaku anak didik membentuk suatu system nilai yang dapat menuntun perilaku.

d) Mempribadi. Pada tingkat terakhir sudah ada internalisasi, nilai-nilai telah mendapatkan tempat pada diri individu, diorganisir dalam suatu system yang bersifat internal, memilili kpntrol perilaku.

104

3) Domain Psikomotorik a) Menirukan. Apabila ditunjukkan kepada anak didik suatu action yang

dapat diamati maka ia akan mulai membuat sesuatu tiruan terhadap action itu sampai pada tingkat system otot-ototnya dan dituntut oleh dorongan kata untuk menirukan

b) Manifupasi. Pada tingkat ini anak didik dapat menampilkan suatu action seperti yang diajarkan dan juga tidak hanya pada seperti yang diamati.

c) Keseksamaan. Ini meliputi kemampuan anak didik dalam penampilan yang telah sampai pada tingkat perbaikan yang lebih tinggi dalam mereproduksi suatu kegiatan tertentu.

d) Artikulasi. Yang utama disini anak didik telah dapat mengkoordinasikan serentetan action dengan menetapkan urutan/sikuen secara tepat diantara action yang berbeda-beda.

e) Naturalisasi. Tingkat terakhir dari kemampuan psikomotorik adalah apabila anak didik telah dapat melakukan secara alami satu action atau sejumlah action yang urut.

Perubahan salah satu atau ketiga domain yang disebabkan oleh proses

belajar dinamakan hasil belajar. Hasil belajar dapat dilihat dari ada tidaknya

perubahan ketiga domain tersebut yang dialami siswa setelah menjalani

proses belajar.

Berdasarkan pendapat dari para pakar pendidikan diatas dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku siswa

akibat belajar. Perubahan itu diupayakan dalam proses belajar mengajar untuk

mencapai tujuan pendidikan. Perubahan perilaku individu akibat proses

belajar tidaklah tunggal. Setiap proses belajar mempengaruhi perubahan

perilaku domain tertentu pada diri siswa, tergantung perubahan yang

diinginkan terjadi sesuai dengna tujuan pendidikan. Hasil perubahan tingkah

laku tersebut meliputi 3 aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

e. Penilaian Hasil Belajar

Dalam penilaian hasil belajar siswa dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu

penilaian tes dan penilain non tes.

1) Tes

Tes hasil belajar menurut Purwanto (2009: 66) merupakan “Tes

penguasaan, karena tes ini mengukur penguasaan siswa terhadap materi

105

yang diajarkan oleh guru atau dipelajari oleh siswa.” Tes diujikan setelah

siswa memperoleh sejumlah materi sebelumnya dan pengujian dilakukan

untuk mengetahui penguasaan siswa atas materi tersebut. Macam-macam

tes menurut Purwanto (2009: 67) yang dikutip dari Gronlund dan Linn

(1990: 12-13) yaitu:

a) Tes formatif Tes formatif dimaksudkan sebagai tes yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti proses belajar-mengajar. Setiap pokok bahasan membentuk perilaku tertentu sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pembelajarannya.

b) Tes sumatif Tes sumatif dimaksudkan sebagai tes yang digunakan untuk mengetahui penguasaan siswa atas semua jumlah materi yang disampaikan dalam satuan waktu tertentu seperti semester.

c) Tes diagnostik Tes diagnostik digunakan untuk mengidentifikasikan siswa-siswa yang mengalami masalah dan menelusuri jenis masalah yang dihadapi.

d) Tes penempatan Tes penempatan adalah pengumpulan data tes hasil belajar yang diperlukan untuk menempatkan siswa dalam kelompok siswa sesuai dengan minat dan bakatnya.

2) Non Tes

Penilaian non tes merupakan prosedur yang dilalui untuk memperoleh

gambaran mengenai karakteristik minat, sifat, dan kepribadian melalui:

a) Pengamatan, yakni alat penilaian yang pengisiannya dilakukan oleh guru atas dasar pengamatan terhadap perilaku siswa, baik perorangan maupun kelompok, dikelas maupun diluar kelas.

b) Skala sikap, yaitu penilaian yang digunakan untuk mengungkapkan sikap siswa melalui pengerjaan tugas tertulis dengan soal-soal yang lebih mengukur daya nalar atau pendapat siswa

c) Angket, yaitu alat penilaian yang menyajikan tugas-tugas atau mengerjakan dengan cara tertulis

d) Catatan harian, yaitu catatan mengenai perilaku siswa yang dipandang mempunyai kaitan dengan perkembangan pribadinya

e) Daftar cek, yaitu suatu daftar yang dipergunakan untuk mengecek terhadap perilaku siswa telah sesuai dengan yang diharapkan atau belum. (Purwanto, 2009: 69)

106

Dalam penelitian ini untuk menilai keaktifan siswa dilakukan dengan

melakukan observasi di kelas saat pembelajaran berlangsung, aspek yang

dinilai adalah keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dengan talking

stick, keaktifan siswa pada saat diskusi kelompok, keaktifan siswa dalam

mengikuti turnamen akademik, dan kemandirian siswa dalam mengerjakan

soal evaluasi.

Sedangkan untuk penilaian hasil belajar siswa, peneliti melakukan

penilaian tes dan non tes. Untuk pengukuran ranah kognitifnya peneliti

melakukan tes tertulis kepada dengan diberi evaluasi diakhir siklus.

Pada evaluasi diakhir siklus 1 yaitu dengan memberi tes bentuk objektif

dan tes bentuk esai. Pada tes objektif untuk jawaban benar mendapat skor 1

dan jawaban salah mendapat skor 0, untuk tes bentuk esainya setiap soal

mendapat skor maksimal 5 untuk jawaban sempurna, jika jawaban hampir

sempurna mendapat skor 4, jika kurang sempurna (jika 50 % jawaban benar)

mendapat skor 3, jika jawaban yang benar hanya sedikit sekali (30% benar)

mendapat skor 2, untuk jawaban salah mendapat skor 1 dan apabila tidak

dijawab mendapat skor 0. Sedangkan untuk evaluasi diakhir siklus 2 tesnya

hanya berupa esay saja.

Untuk menilai ranah afektifnya dilakukan dengan menyebar angket

kepada siswa. Penyebaran angket ini dilakukan 2 kali yaitu sebelum

diterapkannya model pembelajaran pemaduan antara team games tournament

dan talking stick dan angket yang kedua diberikan kepada siswa setelah

penerapan model pembelajaran pemaduan teams games tournament dan

talking stick selesai dilaksanakan. Penialain afektif dengan menyebar angket

ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana ketertarikan siswa mempelajari

akuntansi keuangan. Penskoran untuk ranah afektif umumnya dibuat dalam

bentuk skala bertingkat yaitu dengan rentang 5-1 atau 1-5 tergantung arah

pertanyaan/ pernyataannya. Misal untuk jawaban sangat setuju diberi skor 5,

jawaban setuju diberi skor 4, jawaban kurang setuju diberi skor 3, jawaban

tidak setuju diberi skor 2 dan jawaban sangat tidak setuju diberi skor 1. Bila

menggunakan 20 butir pernyataan atau pertanyaan maka akan diperoleh skor

107

maksimum 100 dan skor minimum 20. Bila digunakan kategori sebagai

berikut:

Tabel 9. Kategori Ketertarikan Siswa Pada Mata Pelajaran

Skor Kriteria 0-20 Tidak berminat 20-40 Kurang berminat 41-60 Cukup berminat 61-80 Berminat 81-100 Sangat berminat

(Sumber, Asep Jihad, 2009: 89)

Apabila seorang siswa menjawab pertanyaan suatu angket berkaitan

dengan sikap siswa terhadap mata pelajaran akuntansi keuangan dan

memperoleh skor 90 berarti siswa tersebut sangat minat terhadap pelajaran

akuntansi.

Untuk menilai ranah psikomotoriknya dilakukan pengamatan dengan

cermat dan objektif, serta menggunakan pedoman pengamatan yang berisi

aspek yang diamati dan bobot masing-masing. Pengamatan yang dilakukan

untuk memberi nilai pada ranah psikomotorik siswa dilakukan selama proses

pembelajaran berlangsung yaitu mulai dari pemberian materi sampai dengan

dilakukannya evaluasi akhir (post tes) pada setiap siklus. Misalkan pada

pertemuan pertama dimasing-masing siklus siswa diberi pertanyaan melalui

talking stick, disini guru dapat menilai psikomotorik siswa dengan mengamati

bagaimana kecapatan siswa menjawab pertanyaan dari guru. Skor yang

diberikan kepada siswa yaitu dengan rentang 1-5, dengan perincian sebagai

berikut: skor 5 (baik sekali) untuk siswa yang dapat menjawab pertanyaan

dari guru dengan cepat dan penuh rasa percaya diri, skor 4 (baik) untuk siswa

yang cepat menjawab tetapi dia ragu-ragu dengan jawabanya, skor 3 (cukup)

untuk siswa yang memerlukan waktu sejenak untuk menjawab pertanyaan

dari guru, skor 2 (kurang) untuk siswa yang menjawab dengan ragu-ragu dan

membutuhkan waktu yang lama, dan skor 1 (kurang sekali) untuk siswa yang

sama sekali tidak menjawab dan tidak mau mencoba untuk menjawabnya.

108

Pada pertemuan kedua dimasing-masing siklus siswa diperintahkan untuk

berdiskusi dengan kelompoknya, guru dapat mengamati psikomotor dari

siswa dengan mengamati siswa ketika berdiskusi dengan kelompok masing-

masing. Skor yang diberikan yaitu dengan rentang 1-5, siswa akan mendapat

skor 5 (baik sekali) jika dapat bekerjasama dengan baik, menghargai pendapat

teman dan mau memberi penjelasan kepada teman yang mengalami kesulitan

atau kurang paham terhadap suatu permasalahan yang sedang dihadapi. Skor

4 (baik) akan diperoleh siswa jika dia dapat bekerjasama dengan baik,

menghargai pendapat dari teman namun kurang sabar dalam menghadapi

teman sekelompoknya yang masih mengalami kesulitan. Skor 3 (cukup) jika

siswa dapat bekerjasama dengan baik namun dia kurang dapat menghargai

pendapat teman dengan baik. Skor 2 (cukup) jika siswa kurang dapat

bekerjasama dengan siswa yang lain. Skor 1 (kurang sekali) jika siswa sama

sekali tidak dapat bekerjasama dengan baik (menyepelekan diskusi).

Ketika sedang melaksanakan turnamen akademik, siswa juga diamati

untuk dinilai psikomotoriknya yaitu bagaimana kecepatan dan keberanian

dari masing-masing siswa untuk menjawab pertanyaan dalam turnamen

akademik, skor yang diberikan yaitu dengan rentang 1-5 dengan rincian

sebagai berikut: skor 5 (baik sekali) akan diperoleh siswa jika dia cepat

menjawab pertanyaan dan berani menantang peserta lain meskipun

taruhannya pengurangan poin apabila dia salah menjawab, skor 4 (baik)

diberikan kepada siswa yang cepat menjawab pertanyaan namun dia kurang

berani menantang lawan untuk berebut poin. Skor 3 diberikan kepada siswa

yang memerlukan waktu sejenak untuk berfikir dalam menjawab namun dia

juga memiliki keberanian untuk menantang peserta lain. Skor 2 (kurang)

akan diperoleh siswa yang membutuhkan waktu berfikir cukup lama dalam

menjawab pertanyaan dan dia tidak berani menantang lawannya dalam

perebutan poin. Skor 1 (kurang sekali) akan diperoleh siswa yang tidak mau

mencoba menjawab pertanyaan karena dia merasa benar-benar tidak bisa

menjawab pertanyaan dan dia tidak berani menantang lawan dalam berebut

poin.

109

Dalam penilain ranah psikomotorik ini peneliti juga mengamati siswa

saat mengerjakan post tes (evaluasi diakhir siklus). Aspek yang diamati yaitu

meliputi kecepatan siswa dalam menyelesaikan evaluasi dan kerapian

pekerjaan siswa. Skor yang diberikan dengan rentang 1-5. Skor 5 (baik

sekali) akan diperoleh siswa jika dia dapat menyelesaikan tes dalam waktu

yang cepat (selesai sebelum waktu yang ditentukan) dan pekerjaannya pun

rapi tanpa ada coretan. Skor 4 (baik) akan diperoleh siswa jika dia cepat

mengerjakan tes namun pekerjaanya terdapat sedikit coretan, skor 3 (cukup)

akan diperoleh siswa jika dia menyelesaikan tes tepat pada waktunya dan

pekerjaannya terdapat sedikit coretan. Skor 2 (kurang) untuk siswa yang

belum menyelesaikan tesnya sesuai waktu yang ditentukan namun

pekerjaanya rapi. Skor 1 (kurang sekali) akan diperoleh siswa jika dia tidak

dapat menyelesaikan tes sesuai waktu yang telah ditentukan dan pekerjaannya

pun terdapat banyak coretan-coretan. Contoh model penskorannya adalah

sebagai berikut:

Tabel 10. Penskoran Tes Psikomotorik

Aspek yang diamati

No. Nama Siswa

Kecepatan menjawab pertanyaan

saat talking stick

Kerja sama dalam diskusi

kelompok

Kecepatan menjawab

dan keberanian

saat turnament akademik

Kecepatan dan

kerapian pekerjaan

saat evaluasi tertulis

Jumlah Skor

… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … ... … … … … … … … … … … … … … … … … … … …

(Sumber: bentuk tabel diolah sendiri berdasarkan acuan Asep Jihad, 2009)

110

B. Penelitian yang Relevan

Devi Catur Pawestri. 2009. Dalam skipsinya yang berjudul ”Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT) Pada

Mata Pelajaran Ekonomi Sebagai Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Kelas X SMA Muhammadiyah 3 Surakarta Tahun Pelajaran 2008/2009”.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan

pembelajaran tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dewi Kustantina. 2009. Dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan

Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament Untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Kewirausahaan Kelas X Program

Keahlian Penjualan di Ngunut Tulungagung”. Berdasarkan hasil penelitian ini

dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran tipe TGT dapat meningkatkan

hasil belajar siswa.

Yusmiati. Dalam penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan

Kemampuan Reading Comprehension Melalui Pendekatan Cooperative

Learning Tipe Talking Stick Pada Siswa Kelas VII SMPN 67 Jakarta”.

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa kemampuan reading

comprehension dengan menggunakan cooperative learning tipe talking stick di

kelas VII SMPN-167 Jakarta dapat meningkatkan kemampuan Reading

Comprehension siswa.

Ningsih, Retno. 2008. Dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Model Teams Games Tournament (TGT)

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ekonomi Kelas XI di SMA ISLAM

Retakreditasi A Malang.” Berdarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan

bahwa: (1) Penerapan Model pembelajaran kooperatif Tipe Teams Games

Tournament (TGT) pada siswa kelas XI IPS 1 SMA ISLAM Malang dapat

meningkatkan motivasi dan ketuntasan belajar ekonomi siswa. (2) Penerapan

pembelajaran kooperatif model TGT dapat meningkatkan hasil belajar ekonomi

siswa kelas XI IPS SMA ISLAM Malang ditinjau dari aspek kognitif.

111

Ika Rahmawati, 2007. “Penerapan Model Pembelajaran Inovatif

(Innovatif Learning) Metode Talking Stick Untuk Meningkatkan Aktivitas

Belajar Dan Kemandirian Belajar Siswa Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri

4 Malang”. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan

model pembelajaran inovatif metode talking stick dapat meningkatkan aktivitas

belajar dan kemandirian belajar siswa.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang relevan di atas adalah

sama-sama menerapkan model pembelajaran inovatif model cooperatif learning

tipe Teams Games Tournament (TGT) dan tipe Talking Stick yang dapat

membangkitkan minat dan semangat siswa dalam proses pembelajaran sehingga

dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian yang relevan di atas adalah dalam penelitian ini peneliti

memadukan dua metode pembelajaran yang terdapat dalam model pembelajaran

cooperatif learning yaitu TGT dan Talking Stick. Kedua metode tersebut

dilaksanakan secara bersamaan dalam proses pembelajaran dimana metode

Talking Stick digunakan sebagai penunjang metode TGT untuk meningkatkan

keaktifan dan antusias siswa selama pembelajaran, sedangkan dalam penelitian

yang relevan diatas hanya menggunakan salah satu metode pembelajaran saja

yaitu TGT saja atau Talking Stick saja.

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka berpikir merupakan alur penalaran yang sesuai dengan masalah

dan tema dalam penelitian serta didasarkan pada kajian teoritis. Untuk mengetahui

keberhasilan siswa selama mengikuti proses belajar mengajar perlu dilakukan

evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara kontinyu. Untuk mencapai hasil

belajar yang optimal diperlukan langkah-langkah nyata untuk mencapainya.

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat

diuraikan kerangka pemikiran dalam penelitian ini bahwa hasil belajar siswa

dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya yaitu pemilihan model

pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang dipilih harus mampu

meningkatkan keaktifan belajar siswa dan tidak menimbulkan kejenuhan bagi

112

siswa ketika belajar. Oleh karena itu, guru harus membuat variasi atau kombinasi

model mengajar inovatif yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar

siswa.

Selaras dengan judul penelitian yang diambil, yaitu Penerapan Model

Pembelajaran Pemaduan Cooperatif Learning Tipe Teams Games Tournament

(TGT) dan Talking Stick Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI AK

2 Pada Mata Pelajaran Akuntansi Keuangan di SMK Negeri 1 Surakarta Tahun

Ajaran 2009/2010," maka dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 4. Alur Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas

Pembelajaran Konvensional

Hasil belajar siswa rendah, ditunjukkan dengan nilai rata-rata kelas saat ulangan harian sebesar 73,70

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan Talking Stick

1) Presentasi kelas yang dilakukan oleh guru. 2) Guru memberikan pertanyaan secara lisan kepada

beberapa siswa dengan bantuan tongkat untuk menentukan siapa yang menjawab pertanyaan yang diberikan guru, siswa yang mendapat tongkat harus menjawab pertanyaan guru.

3) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap tim memiliki anggota yang heterogen baik, jenis kelamin, ras dan etnisitas maupun kemampuannnya.

4) Memberi kesempatan siswa untuk mempelajari materi dan mendiskusikannya dengan teman satu tim (belajar tim).

5) Melaksanakan turnamen akademik, wakil tim yang mempunyai kemampuan sama berada dalam satu meja

6) Pemberian reward bagi tim berprestasi

Peningkatan hasil belajar akuntansi keuangan tinggi/ meningkat (karena siswa lebih bersemangat dalam pembelajaran) ditandai dengan tercapainya KKM 75 sebanyak 75%

113

Proses pembelajaran konvensional yang dilakukan selama ini hanya

didominasi oleh guru. Siswa hanya pasif menerima ilmu pengetahuan yang telah

diberikan oleh guru, sehingga siswa tidak dapat berkembang secara mandiri.

Tidak adannya variasi dalam pembelajaran akuntansi mengakibatkan siswa

kurang berminat terhadap mata pelajaran tersebut. Selain itu siswa juga akan

mengalami kesulitan dalam memahami materi yang diajarkan karena kurangnya

keaktifan siswa dalam bertanya maupun diskusi.ini mengakibatkan rendahnya

hasil belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi.

Untuk meningkatkan hasil belajar akuntansi, peneliti akan menerapkan

model pembelajaran kooperatif metode Teams Games Tournament (TGT) dan

Talking Stick. Dalam pembelajaran ini siswa yang sudah faham terhadap materi

yang dipelajari, maka harus mengajari teman satu timnya agar semua anggota

dalam tim dapat memahami seluruh materi yang sedang dipelajari sehingga akan

terbentuk pembelajaran yang menarik, berkesan dan membuat siswa lebih

bersemangat sehingga diharapkan hasil belajar meningkat.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat

dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Pemaduan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dan Talking

Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa XI Akuntansi 2 pada mata

pelajaran akuntansi keuangan.”

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

94

A. Tempat Dan Waktu

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Surakarta yang beralamat di

Jalan Sungai Kapuas No. 28, Surakarta, telp. (0271) 653085. Sekolah Menengah

Kejuruan ini di bawah pimpinan Bapak Drs. H. Mukaswan yang bertindak sebagai

kepala sekolah. Sekolah ini memiliki 18 kelas yang terdiri dari:

a. Kelas X terdiri dari 6 kelas

b. Kelas XI terdiri dari 6 kelas

c. Kelas XII terdiri dari 6 kelas

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI AK 2 dengan jumlah siswa

sebanyak 40 orang. Alasan memilih sekolah ini sebagai tempat penelitian adalah:

1) Menurut pendapat beberapa siswa bahwa dalam pembelajaran akuntansi yang

dilakukan selama ini kurang menarik dan belum menunjukkan hasil

maksimal.

2) Antara peneliti dengan pihak sekolah sudah ada hubungan baik mengingat

peneliti sebagai alumni di sekolah tersebut.

3) Sekolah tersebut belum pernah dipergunakan sebagai objek penelitian sejenis,

sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang.

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara kolaborasi dengan guru mata

pelajaran akuntansi keuangan yaitu Dra. Sri Lestari, yang membantu dalam

pelaksanaan observasi dan refleksi selama penelitian berlangsung, sehingga secara

tidak langsung kegiatan penelitian bisa terkontrol sekaligus menjaga kevalitan

dari hasil penelitian.

2. Waktu Penelitian

95

Peneliti merencanakan pelaksanaan penelitian dari bulan Febuari 2010

sampai Maret 2010. Waktu ini meliputi kegiatan persiapan sampai penyusunan

laporan penelitian, dengan jadwal sebagai berikut:

Tabel 11. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan dalam Penelitian

Jenis Kegiatan Des 2009

Jan 2010

Feb 2010

Maret 2010

April 2010

Mei 2010

1. Persiapan Penelitan

a. Penyusunan judul b. Penyusunan

proposal

c. Perizinan 2. Perencanaan Tindakan 3. Implementasi Tindakan

a. Siklus I b. Siklus II

4. Review 5. Penyusunan Laporan

B. Subyek Dan Obyek Penelitian

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas XI Akuntansi 2 SMK Negeri 1

Surakarta. Alasannya karena pertama, terdapat permasalahan kurangnya keaktifan

dan rendahnya hasil belajar siswa kelas XI Akunatansi 2 SMK Negeri 1

Suarakarta. Kedua, karena kelas XI Akuntansi 2 belum pernah digunakan

penelitian sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang

pada subyek, waktu dan obyek yang sama. Ketiga, peneliti memiliki hubungan

baik dengan guru mata pelajaran akuntansi keuangan.

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah berbagai kegiatan yang terjadi di dalam kelas

selama penelitian dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Teams

Games Tournament dan Talking Stick, yang meliputi:

a. Suasana belajar saat berlangsungnya proses belajar-mengajar dengan

penerapan model pembelajaran kooperatif TGT dan Talking Stick.

b. Hasil belajar siswa.

C. Metode Penelitian

96

Jenis Penelitian yang dilaksanakan oleh penulis adalah Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Istilah dalam Bahasa Inggris adalah Classroom Action

Research (CAR) yang mengandung pengertian suatu kegiatan penelitian yang

dilakukan kelas. PTK pertama kali dilakukan oleh Kurt Kewin untuk

mendeskripsikan penelitian yang merupakan perpaduan dari pendekatan

eksperimental dalam bidang ilmu sosial dan program tindakan sosial untuk

menanggapi permasalahan sosial. Menurut Suharsimi Arikunto (2009: 3),

pengertian dari PTK adalah ”Suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa

sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara

bersamaan.” Menurut Zainal Aqib (2009: 18) menyatakan bahwa ”PTK

merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk memperbaiki layanan

kependidikan yang harus diselenggarakan dalam konteks pembelajaran di kelas

dan peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan.”

Komponen dalam sebuah kelas yang dapat dikaji melalui PTK antara lain

siswa, guru, materi pelajaran, peralatan, hasil pembelajaran, lingkungan, dan

pengelolaan (Suharsimi Arikunto, 2009: 58). Penelitian Tindakan Kelas berbeda

dengan penelitian lainnya, PTK memiliki tiga ciri pokok, yaitu:

1. Inkuiri Reflektif. Kegiatan penelitian berdasarkan pada pelaksanaan tuga (practice driven) dan pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi (action driven).

2. Kolaboratif. Kegiatan penelitian tidak dapat dilakukan sendiri peneliti dari luar kelas, tetapi peneliti harus berkolaborasi dengan guru, kolaborasi ini hanya bersifat basa basi tetapi harus ada dalam seluruh proses penelitian tindakan kelas.

3. Reflektif. PTK lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil tindakan. (Suharsimi Arikunto, 2009: 110)

Tujuan akhir dari penelitian tindakan kelas menurut Susilo (2009: 17)

adalah sebagai berikut :

a. Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.

b. Perbaikan dan peningkatan pelayanan professional guru kepada peserta didik dalam konteks pembelajaran di kelas.

c. Mendapatkan pengalaman tentang keterampilan praktik dalam proses pembelajaran secara reflektif, dan bukan untuk mendapatkan ilmu baru.

97

d. Pengembangan kemampuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas dalam rangka mengatasi permasalahan actual yang dihadapi sehari-hari.

e. Adapun tujuan penyertaan penelitian tindakan kelas yang dapat dicapai adalah terjadinya proses latihan dalam jabatan selama proses penelitian itu berlangsung.

Siklus I Siklus II

Dilanjutkan ke siklus berikutnya

Gambar 5. Bagan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

(Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi, 2009: 74)

Permasalahan

Permasalahan baru hasil refleksi

Apabila permasalahan belum terselesaikan

Perencanaan Tindakan I

Pelaksanaan tindakan I

Refleksi I Pengamatan/ pengumpulan Data I

Pelaksanaan tindakan II

Perencanaan Tindakan II

Refleksi II

Pengamatan / Pengumpulan Data II

98

Keterangan:

1. Perencanaan (Planning)

Kegiatan perencanaan mencangkup: (1) identifikasi masalah, (2) analisis

penyebab terjadinya masalah, dan (3) pengembangan bentuk tindakan (aksi)

sebagai pemecahan masalah.

2. Tindakan (Acting)

Setelah ditetapkan bentuk tindakan (aksi) yang dipilih sesuai dengan rencana

pelaksanaan tindakan, maka langkah selanjutnya adalah menerapkan tindakan

dalam proses pembelajaran yang sudah dibuat oleh guru.

3. Observasi (Observing)

Kegiatan observasi atau pengamatan dalam penelitian tindakan kelas

dilakukan untuk mengetahui atau memperoleh gambaran lengkap secara

objektif tentang perkembangan proses pembelajaran, dan pengaruh dari

tindakan yang dipilih terhadap kondisi kelas dalam bentuk data.

4. Refleksi (Reflecting)

Refleksi dilakukan untuk mengadakan upaya evaluasi yang dilakukan guru

dalam tim pengamat dalam penelitian tindakan kelas. Refleksi dilakukan

dengan cara diskusi terhadap berbagai masalah yang muncul di kelas

penelitian yang diperoleh dari analisis data sebagai bentuk dari pengaruh

tindakan yang dirancang. Melalui refleksi inilah maka peneliti akan

menentukan keputusan untuk melakukan siklus selanjutnya ataukah berhenti

karena masalahnya telah terpecahkan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan nara sumber data yang digunakan dalam penelitian ini,

maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

1. Wawancara

”Wawancara atau interview dapat diartikan sebagai teknik

mengumpulkan data dengan menggunakan bahasa lisan baik secara tatap

muka ataupun melalui saluran media tertentu (Wina Sanjaya, 2009: 96).”

Wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa untuk menggali informasi

99

guna memperoleh data terkait dengan aspek-aspek pembelajaran, penentuan

tindakan dan respon yang diberikan sebagai akibat dari tindakan yang

dilakukan. Jenis wawancara bebas terpimpin dilakukan, dimana peneliti

membawa kerangka pertanyaan untuk disajikan, tetapi cara bagaimana

pertanyaan itu diajukan sesuai dengan kebijaksanaan interviewer.

2. Observasi

”Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati

setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat

observasi tentang hal-hal yang akan diteliti (Wina Sanjaya, 2009: 86). ”

Dalam PTK observasi dapat dilakukan untuk memantau guru dan untuk

memantau siswa. Sebagai alat pemantau kegiatan guru, observasi digunakan

untuk mencatat setiap tindakan yang dilakukan guru sesuai dengan masalah

PTK itu sendiri. Berhubungan dengan kegiatan siswa observasi dapat

dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang perilaku-perilaku siswa

sebagai pengaruh tindakan yang dilakukan guru.

Jenis –jenis observasi bila dilihat dari hubungan observer dan observant

dapat dibedakan menjadi 2 yaitu observasi partisipatif dan observasi

nonpartisipatif. Obsevasi partisipatif yaitu observasi yang dilakukan apabila

observer ikut serta dalam kegiatan atau situasi yang dilakukan oleh observant.

Sedangkan observasi nonpartisipatif adalah observasi yang tidak melibatkan

observer dalam kegiatan yang sedang diobservasi. Dengan demikian dalam

observasi nonpartisipatif ini observer murni sebagai pengamat.

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini untuk mengamati

pelaksanaan dan perkembangan pembelajaran akuntansi dilakukan oleh para

siswa. Pengamatan dilakukan sebelum, selama dan sesudah siklus penelitian

berlangsung. Jenis observasi digunakan adalah observasi partisipatif artinya

peneliti ikut terlibat dalam proses pembelajaran (tindakan)

100

3. Tes

Tes digunakan untuk mengetahui perkembangan atau keberhasilan

pelaksanaan tindakan. Tes yang digunakan adalah pilihan ganda dan esai

yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan awal siswa

dan hasil pembelajaran dengan metode pembelajaran tipe TGT pada mata

pelajaran akuntansi. Sedangkan tes yang digunakan untuk metode

pembelajaran talking stick yaitu tes secara lisan.

4. Catatan Harian

Menurut Wina Sanjaya (2009: 98) ”Catatan harian merupakan instrumen

untuk mencatat segala peristiwa yang terjadi sehubungan dengan tindakan

yang dilakukan guru.” Catatan harian berguna melihat perkembangan

tindakan serta perkembangan siswa dalam melakukan proses pembelajaran.

Menurut Rochiati Wiriatmadja (2005: 123) ”Penulisan catatan harian

hendaknya menuliskan tanggal kejadian dengan hal-hal yang mendetail dari

penelitian kelas, seperti waktu, pokok bahasan dan tempat penelitian.”

5. Dokumentasi

Dokmentasi merupakan upaya untuk memberikan gambaran bagaimana

penelitian tindakan kelas dilakukan dokumentasi ini berupa pengambilan

gambar atau photo pada saat proses belajar-mengajar berlangsung.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan tahapan-tahapan yang ditempuh dalam

penelitian dari awal sampai akhir. Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa

tahap kegiatan yaitu:

1. Tahap Pengenalan Masalah

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

a. Mengidentifikasi masalah

b. Menganalisis masalah secara mendalam dengan mengacu pada teori-teori

yang relevan

c. Menyusun bentuk tindakan yang sesuai dengan siklus pertama

d. Menyusun alat monitoring dan evaluasi

101

2. Tahap Persiapan Tindakan

a. Penyusunan jadwal penelitian

b. Penyusunan rencana pembelajaran

c. Penyusunan soal evaluasi

3. Tahap Penyusunan Rencana Tindakan

Rencana tindakan disusun dalam 2 siklus yaitu: siklus pertama dan siklus

kedua. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan tindakan,

pelaksanaan tindakan, observasi dan interprestasi serta tahap analisis dan

refleksi.

4. Tahap Implementasi Tindakan

Dalam tahap ini peneliti melaksanakan hipotesis tindakan yakni untuk

meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran akuntansi melalui

penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT yang dipadu dengan Talking

Stick dalam proses pembelajaran akuntansi. Hipotesis tindakan ini

dimaksudkan untuk menguji kebenarannya melalui tindakan yang telah

direncanakan.

5. Tahap Pengamatan

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa yang sedang

melakukan kegiatan belajar mengajar dibawah bimbingan guru.

6. Tahap Penyusunan Laporan

Pada tahap ini peneliti menyusun laporan dari semua kegiatan yang telah

dilakukan selama penelitian.

F. Proses Penelitian

Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian adalah meningkatnya hasil

belajar akuntansi dan keaktifan siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif

tipe TGT dan Talking Stick. Setiap tindakan upaya peningkatan indikator tersebut

dirancang dalam satu unit sebagai satu siklus. Setiap siklus terdiri dari empat

tahap yaitu: (1) Perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan Tindakan, (3) Observasi

dan interprestasi dan (4) Analisis dan Refleksi untuk perencanaan siklus

berikutnya. Dalam penelitian ini direncanakan dalam 2 siklus.

102

1. Rancangan Siklus Pertama

a. Tahap Perencanaan, pada tahap ini peneliti menyusun skenario

pembelajaran, instrumen untuk evaluasi yang berupa soal tes tertulis dan

menetapkan indikator ketercapaian yang akan dilaksanakan dalam proses

pembelajaran. Pada tahap ini guru dan peneliti menyusun:

1) Skenario pembelajaran sebagai berikut:

a) Guru menjelaskan materi pelajaran yang lampau dan mengaitkan

dengan pelajaran yang akan dipelajari

b) Guru guru menerangkan materi yang bersangkutan

c) Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa mengenai materi

yang telah diterangkan guru memberikan pertanyaan kepada

siswa kemudian melemparkan tongkat kepada siswa dan bagi

siswa yang menerima tongkat tersebut harus menjawab

pertanyaan yang telah diberikan guru

d) Guru membagi kelompok-kelompok sesuai yang telah ditentukan

sebelumnya

e) Guru memberikan tugas kepada kelompok agar siswa

menyelesaikan soal latihan mengenai apa yang telah diterangkan

secara bersama-sama masing-masing kelompok bertanggung

jawab atas anggota kelompoknya agar mengerti materi yang

diberikan karena masing-masing anggota akan dipertandingkan

dengan anggota team lain.

f) Turnamen antar anggota kelompok, dibagi menjadi meja - meja

turnamen dimana setiap meja berbeda anggota kelompoknya

mewakili kelompok yang sebelumnya dimana soal-soal dalam

turnamen itu adalah materi yang diberikan oleh guru yang perlu

dipelajari lagi.

2) Instrumen untuk evaluasi yang berupa soal tes tertulis.

3) Menetapkan indikator ketercapaian.

103

Tabel 12. Indikator Ketercapaian Belajar Siswa

Aspek yang diukur Persentase Target Capaian Cara Mengukur

Keaktifan siswa dalam

mengikuti pembelajaran

75% Diamati saat

pembelajaran dengan

menggunakan lembar

observasi dan dihitung

dari jumlah siswa yang

menunjukkan perhatian

dan kesungguhan dalam

KBM

Ketuntasan hasil belajar

(standar nilai 75)

75% Dihitung dari jumlah

siswa yang mendapat

nilai 75 ke atas, untuk

siswa yang mendapat

nilai 75 dianggap telah

mencapai ketuntasan

belajar

b. Tahap pelaksanaan, dilakukan dengan melaksanakan skenario

pembelajaran yang telah direncanakan yang dilakukan bersamaan dengan

observasi terhadap dampak tindakan.

c. Tahap observasi dan interprestasi, dilakukan dengan mengamati dan

menginterprestasikan aktivitas penerapan pembelajaran kooperatif tipe

TGT dan talking stick pada proses pembelajaran akuntansi tentang

kekurangan dan kemajuan aplikasi tindakan pertama untuk mendapatkan

data.

d. Tahap analisis dan refleksi, dilakukan dengan menganalisis hasil

observasi dan interprestasi sehingga diperoleh kesimpulan bagian mana

yang perlu diperbaiki/disempurnakan dan bagian mana yang telah

memenuhi target.

104

2. Rancangan Siklus Kedua

Pada siklus kedua perencanaan tindakan dengan hasil yang telah dicapai

pada tindakan siklus pertama sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut dengan

materi pembelajaran sesuai dengan silabus mata pelajaran akuntansi, termasuk

perwujudan tahap pelaksanaan, observasi dan interpretasi serta analisis dan

refleksi yang juga mengacu pada siklus sebelumnya.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Diskripsi Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya

Pada tanggal 1 September 1946 di kota Surakarta telah berdiri sebuah

lembaga pendidikan yang bernama Sekolah Tinggi Ekonomi dengan lokasi di

Jalan Simpon. Pada tahun 1947-1948 namanya diubah menjadi Sekolah Ekonomi

Menengah dengan alamat di Jalan Tembaga 11 Surakarta. Sejalan dengan

perkembangan waktu, pada tahun 1959 sampai dengan tahun 1960 nama sekolah

itu diganti menjadi Sekolah menengah Ekonomi Atas (SMEA) yang tetap

bertahan sampai tahun 1996, pada tanggal 1 Januari 1997 nama SMEA diubah

menjadi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Surakarta. Yang berlokasi

di Jalan Kapuas No. 28 Surakarta.

Adapun para pengabdi Negara yang telah memegang jabatan sebagai

pimpinan SMK Negeri 1 Surakarta adalah sebagai berikut:

Tabel 13. Pimpinan SMK Negeri 1 Surakarta

No Nama Masa Jabatan 1. Drs. KRMT. Prawironegoro 1 September 1946 - 19 Desember 1948 2. Mr. KRMT Tirtodiningrat 27 Desember 1948 - tahun 1954 3. Drs. Prawironegoro 27 Desember 1954 - tahun 1955 4. R.S. Budiwiryo 27 Desember 1955 – 31 Maret 1958 5. R.S. Soecipto 1 April 1958 – 10 Desember 1965 6. D. Soetadi 20 Desember 1965 – 23 Januari 1967 7. Drs. Roelijan S 23 Januari 1967 – 1 Juni 1981 8. Soeparjo Sastro Admojo, B.A 1 Juni 1981 – 1 Maret 1986 9. Drs. Soekemi 1 Maret 1986 – 27 Juni 1987 10. Drs. Soedarjono 27 Juni 1987 – 13 Maret 1988 11. Drs. Wiranto 13 Maret 1988 – 30 Agustus 1988

105

12. Sunarno, B.A 30 Agustus 1988 – 1 Januari 1993 13. Dra. Soekiyah Nayono 28 Januari 1993 – 29 Juli 1999 14. Drs. Mukaswan 1 Juli 1999 – sekarang

(Sumber: data arsip sekolah)

SMK Negeri 1 Surakarta mengacu pada bidang keahlian “Bisnis dan

Manajemen” dengan program keahlian sebagai berikut:

a. Akuntansi

b. Administrasi Perkantoran

c. Manajemen Bisnis

SMK Negeri 1 Surakarta saat ini dikepalai oleh seorang kepala sekolah

yaitu Drs. H. Mukaswan, yang dibantu oleh 4 Wakil Kepala Sekolah yaitu:

a. Waka Kurikulum: Drs. Edy Haryono, M.Pd

b. Waka Kesiswaan: Drs Daroji

c. Waka Ketenagaan: Fatmawati, S.Pd

d. Waka Humas: Drs. Kuncahyo

2. Keadaan Lingkungan Belajar

Letak SMK Negeri 1 Surakarta di Jalan Kapuas No. 28 Surakarta ini

letaknya sangat strategis, karena mudah dijangkau oleh alat transportasi,

lingkungan sekolah ini sangat mendukung untuk kegiatan belajar mengajar karena

letaknya di pinggiran kota. Meskipun lokasi SMK Negeri 1 tidak dipinggir jalan

raya bukan berarti lokasi tersebut sulit dijangkau karena sekitar 200 meter

terdapat jalan rtaya yang dilalui oleh berbagai anggkutan umumdekat dengan jalan

raya, tetapi suasana di dalam sekolah tidak terpengaruh oleh suara bising

kendaraan karena letak gedung sekolah menjorok ke dalam dan di dalam gedung

sekolah terdapat pepohonan yang asri untuk menambah rasa nyaman belajar bagi

siswa-siswanya.

Dalam rangka menunjang keberhasilan pendidikannya, SMK Negeri 1

Surakarta berupaya secara bertahap untuk melengkapi sarana-prasarana

pendidikannya. Hingga kini SMK Negeri 1 Surakarta telah memiliki ruang belajar

106

yang representatif, laboratorium Akuntasi, laboratorium administrasi perkantoran,

laboratorium penjualan, laboratorium bahasa, laboratorium komputer,

perpustakaan, ruang karawitan, dan sarana penunjang lainnya.

3. Visi dan Misi SMK Negeri 1 Surakarta

a. Visi SMK Negeri 1 Surakarta

Mencetak tenaga kerja tingkat menengah yang kompeten dibidang akuntansi,

sekretaris dan penjualan untuk dapat bersaing diera globalisasi.

b. Misi SMK Negeri 1 Surakarta

1. Meningkatkan proses pendidikan dan latihan (diklat) yang efektif dan

efisien

2. Bekerja sama dengan dunia usaha/ industri dan lembaga lain untuk

pelatihan siswa yang relevan dengan bidang keahliannya

3. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi bahasa Inggris

4. Membiasakan untuk berlatih berwirausaha sejak kelas 1

5. Meningkatkan kompetensi guru dan staf administrasi sesuai dibidang

keahliannya dengan penataran, studi lanjut, studi banding dan seminar

4. Pelaksanaan Kurikulum

Kurikulum yang diterapkan SMK Negeri 1 Surakarta pada tahun 2010

untuk kelas X, XI, dan XII baik program keahlian akuntansi, administrasi

perkantoran (sekretaris) dan tata niaga (penjualan) menggunakan kurikulum

tingkat satuan pendidikan (KTSP).

B. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Identifikasi Masalah Pembelajaran Akuntansi Keuangan

di Kelas XI Akuntansi 2 di SMK Negeri 1 Surakarta

Kegiatan penelitian diawali dengan observasi dan diskusi dengan guru

akuntansi keuangan kelas XI Akuntansi 2 untuk mengetahui kondisi awal kelas

terutama yang berkaitan dengan mata pelajaran akuntansi keuangan. Kegiatan

observasi dilakukan pada tanggal 5 Febuari 2010 dan 12 Febuari 2010.

107

Berdasarkan dokumentasi nilai dan hasil diskusi awal dengan guru mata pelajaran

akuntansi keuangan diperoleh tingkat penguasaan materi akuntansi siswa yang

relative masih rendah. Identifikasi lebih lanjut terhadap model pembelajaran yang

digunakan oleh guru mata pelajaran akuntansi keuangan masih bersifat

konvensional yaitu dengan ceramah. Kondisi pembelajaran berpusat pada guru

(teacher centre), guru aktif sedangkan siswa bersikap pasif sehingga proses

pembelajaran kurang melibatkan siswa baik secara fisik maupun mental dalam

kegiatan pembelajaran.

Adanya permasalahan ini maka timbul pemikiran untuk menerapkan

model pembelajaran kooperatif, yaitu suatu model yang lebih memusatkan

keaktifan siswa. Keterampilan kooperatif berfungsi melancarkan hubungan kerja

dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun mengembangkan komunikasi

antarangota kelompok, sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi

tugas antar anggota kelompok selama kegiatan belajar berlangsung.

Peneliti menggunakan pemaduan model pembelajaran kooperatif tipe

Teams Games Tournament (TGT) dan Talking Stick pada penelitian ini. TGT

adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif dengan menggunakan permainan

akademik. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam model

pembelajaran memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping

menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan

belajar. Talking Stick merupakan model pembelajaran dengan bantuan tongkat,

setelah guru memberi sedikit penjelasan materi, sebagai refleksi mengenai

pemahaman siswa guru memberikan pertanyaan kepada siswa secara lisan

kemudian melemparkan tongkat (bisa juga diganti dengan bola) kepada salah satu

siswa, bagi siswa yang memperoleh tongkat/bola siswa tersebut wajib menjawab

pertanyaan dari guru.

Dalam penelitian ini model pembelajaran Teams Games Tournament

sengaja dipadukan dengan Talking Stick yaitu untuk lebih menambah antusiasme

siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dalam Teams Games Tournament sebelum

diadakan kerja tim (diskusi kelompok) siswa diberi penjelasan materi secara

singkat terlebih dahulu kemudian diberi variasi dengan talking stick untuk

108

menarik siswa agar lebih bersemangat dalam menjawab pertanyaan dari guru

sebagai refleksi pemahaman siswa setelah diberi sedikit penjelasan dari guru.

Pembelajaran kooperatif TGT dan Talking Stick ini membuat siswa

menjadi lebih bersemangat dan antusias dalam mengikuti proses belajar mengajar

karena siswa akan lebih termotivasi dalam menjawab pertanyaan dari guru, siswa

dapat mengeluarkan pendapatnya, siswa dapat bekerja sama atau berdiskusi

dengan teman yang lain dalam menyelesaikan permasalahan dalam proses belajar

mengajar, dan tidak malu bertanya jika ada materi yang masih belum jelas. Dalam

pembelajaran ini siswa dituntut untuk aktif mengikuti proses belajar mengajar

mulai dari kegiatan menjawab pertanyaan guru ketika talking stick, belajar dalam

tim, kerja tim dan turnamen akademik (games).

Penerapan pemaduan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan

Talking Stick ini memiliki beberapa kelebihan. Pertama, guru hanya menjelaskan

konsep materi pelajaran sehingga memudahkan siswa dalam menangkap inti

materi. Kedua, adanya kegiatan belajar tim, siswa deberi kesempatan untuk

mendalami materi bersama teman satu tim dan bertukar pendapat/ gagasan yang

melibatkan peran serta siswa. Ketiga, adanya kegiatan kerja tim yang akan melatih

siswa untuk saling bekerja sama dalam menyelesaikan tugas. Keempat, adanya

turnamen akademik yang mengharuskan siswa menjawab soal-soal yang

berhubungan dengan materi yang telah mereka pelajari, ini untuk menguji daya

tangkap dan pemahaman siswa ketika belajar tim. Kelima, siswa akan lebih

antusias dalam menjawab pertanyaan dari guru secara lisan.

Penilaian terhadap siswa pada pembelajaran kooperatif TGT dan Talking

Stick ini meliputi keaktifan siswa selama pembelajaran, penilaian ranah kognitif

siswa untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami tentang materi yang

dipelajari, penilaian ranah afektif siswa untuk mengetahui minat siswa dalam

mempelajari akuntansi keuangan, dan penilaian ranah psikomotorik siswa untuk

mengetahui keterampilan siswa.

109

2. Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus yaitu Siklus I dan

Siklus II dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif TGT dengan media

kartu impian dan Talking Stick menggunakan bola sebagai pengganti tongkatnya.

Pengukuran peningkatan hasil belajar siswa melalui tes hasil belajar dan

pengamatan siswa secara langsung selama proses pembelajaran.

a. Siklus I

1) Perencanaan Tindakan

Kegiatan perencanaan tindakan dilaksanakan pada hari Jumat, 5

Februari 2010 dan Jumat, 12 Febuari 2010 diruang guru SMK Negeri 1

Surakarta. Guru bersama peneliti mendiskusikan rancangan tindakan

yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Peneliti dan guru sepakat

bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I akan dilaksanakan 4 kali

pertemuan dengan rincian 3 kali pertemuan masing-masing 2 jam

pelajaran dan satu kali jam pelajaran berdurasi 45 menit. Penelitian ini

direncanakan dimulai tanggal 15 Febuari 2010 sampai dengan 19 Maret

2010. Tahap perencanaan tindakan I meliputi kegiatan sebagai berikut:

(a) Menyiapkan perangkat pembelajaran

Peneliti dibantu Ibu Sri Lestari selaku guru mata pelajaran akuntansi

keuangan kelas XI Akuntansi 2 menyiapkan silabus mata pelajaran

akuntansi keuangan kelas XI, kemudian peneliti menyusun Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan mendiskusikan skenario

pembelajran akuntansi keuangan dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif TGT dan Talking Stick.

Skenario pembelajaran yang direncanakan adalah sebagai berikut:

Pertemuan Pertama ( Senin, 15 Februari 2010)

Alokasi waktu: 2 x 45 menit

(1) Sosialisasi pembelajaran kooperatif TGT dan Talking Stick serta

materi yang akan dipelajari kepada siswa.

110

(2) Pembentukan tim, dari 40 siswa dibagi kedalam 10 tim. Masing-

masing tim beranggotakan 4 siswa yang heterogen.

(3) Penyajian konsep-konsep materi pelajaran.

(4) Pelaksanaan talking stick dengan memberi pertanyaan secara

lisan kepada siswa.

(5) Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

(6) Pemberitahuan bahwa pertemuan selanjutnya akan diadakan

diskusi dalam tim.

Pertemuan Kedua (Senin, 22 Februari 2010)

Alokasi waktu: 2 x 45 menit

(1) Penyajian materi melanjutkan materi pertemuan pertama.

(2) Pemberian pertanyaan kepada siswa yang belum menjawab pada

pertemuan sebelumnya dengan model talking stick.

(3) Belajar tim dan kerja tim.

(4) Memberikan kesempatan siswa untuk bertanya.

(5) Pemberitahuan bahwa pertemuan selanjutnya akan diadakan

turnamen akademik antar tim, siswa diminta untuk

mempersiapkan diri.

Pertemuan Ketiga (Senin, 1 Maret 2010)

Alokasi waktu: 2 x 45 menit

(1) Penempatan siswa pada meja turnamen. Siswa yang mempunyai

kemampuan akademik yang sama ditempatkan pada satu meja.

(2) Pelaksanaan turnamen akademik.

(3) Review pelaksanaan turnamen akademik.

(4) Pemberitahuan kepada siswa bahwa besok akan diadakan

evaluasi yang pertama, siswa diharapkan menyiapkan diri.

Pertemuan Keempat (Jumat, 5 Maret 2010)

111

Alokasi waktu: 2 x 45 menit

(1) Pelaksanaan tes hasil belajar.

(2) Pengumuman pemenang turnamen

(b) Menyiapkan instrument penelitian

Peneliti menyusun instrument penelitian, yaitu berupa pedoman

wawancara dan lembar observasi tentang penerapan pembelajaran

kooperatif TGT dan Talking Stick.

(c) Menyiapkan meteri sesuai dengan Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar

Materi pokok yang digunakan dalam penerapan pembelajaran TGT

dan Talking Stick untuk siklus I adalah kartu utang.

Standar Kompetensi: Mengelola Kartu Utang

Kompetensi Dasar:

(1) Mendiskripsikan Pengelolaan Kartu Utang

(2) Mengidentifikasi Data Utang

(d) Mendesain alat evaluasi berupa tes formatif untuk mengetahui tingkat

hasil belajar siswa setelah penerapan pembelajaran kooperatif TGT

dan Talking Stick

2) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan I dilaksanakan selama 4 kali pertemuan (

masing-masing 2 jam pelajaran) seperti yang telah direncanakan yaitu

tanggal 15 Februari, 22 Februari, 1 Maret dan 5 Maret 2010 di ruang

kelas XI Akuntansi 2. Pelaksanaan dilaksanakan selama 8 x 45 menit

sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP.

Materi pada siklus pelaksanaan tindakan I ini adalah kartu utang.

Pada awal pelaksanaan tindakan diberi pengarahan tentang model

pembelajaran TGT dan Talking Stick kepada siswa. Hal ini bertujuan

112

agar pelaksanaan model pembelajaran tersebut berjalan lancar.

Pengarahan tersebut berupa langkah-langkah pembelajaran kooperatif

TGT dan Talking Stick yang meliputi: mendengarkan penyajian materi

dari guru, menjawab pertanyaan dari guru bagi siswa yang mendapat

tongkat/ bola yang diberikan guru, belajar bersama dengan teman satu

tum, mengerjakan lembar kerja tim, melaksanakan games tournament.

Dengan adanya pengarahan tersebut maka siswa akan mendapatkan

gambaran yang jelas mengenai model pembelajaran kooperatif TGT dan

Talking Stick, sehingga siswa dapat melaksanakan dengan baik kegiatan-

kegiatan yang akan dilaksanakanpada tiap tahap. Selain itu guru juga

memberi penjelasan tentang aspek-aspek yang dinilai selama model

pembelajaran kooperatif TGT dan Talking Stick dilaksanakan yaitu:

keaktifan siswa, kecepatan menjawab saat talking stick, kerja sama dalam

diskusi kelompok, kecepatan dan keberanian menjawab saat turnamen

akademik, kecepatan dan kerapian saat mengerjakan evaluasi. Guru juga

menjelaskan bahwa akan adanya reward atau penghargaan bagi tim yang

memenuhi kriteria tertentu, hal ini kan menambah antusias siswa untuk

bekerja sama dalam tim dan kompetisi antar tim.

Pertemuan pertama, guru mempresentasikan materi secara garis

besar kemudian guru memberi pertanyaan kepada siswa dengan

melempar bola kepada siswa bagi siswa yang mendapat bola maka siswa

tersebut berkewajiban untuk menjawab pertanyaan dari guru. Pertemuan

kedua dilaksanakan dengan melanjutkan penjelasan materi sebelumnya

kemudian guru memberi pertanyaan kepada siswa dengan melempar bola

kepada siswa bagi siswa yang mendapat bola maka siswa tersebut

berkewajiban untuk menjawab pertanyaan dari guru setelah itu

menempatkan siswa kedalam tim yang telah dibentuk untuk belajar tim

dan mengerjakan tugas tim. Pertemuan ketiga dilaksanakan dengan

mengadakan turnamen akademik berupa soal-soal yang berhubungan

dengan materi yang telah dipelajari. Pertemuan keempat dilaksanakan

dengan memberikan tes hasil belajar untuk mengetahui pencapaian

113

belajar siswa. Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai

berikut:

(a) Pertemuan Pertama (Senin, 15 Februari 2010)

(1) Guru mengawali pembelajaran dengan mengucap salam pembuka

dan mengecek kehadiran siswa

(2) Menciptakan suasana kondusif untuk membangkitkan minat siswa

dengan mengecek kondisi baik siswa maupun kelas

(3) Guru memberi pengarahan tentang metode pembelajaran TGT dan

Talking Stick yang akan diterapkan

(4) Guru membagi siswa menjadi 10 kelompok yang masing-masing

kelompok beranggotakan 4 siswa yang berbeda kemampuan

akademiknya

(5) Guru menerangkan materi tentang utang usaha, dan utang jangka

pendek

(6) Guru memberi beberapa pertanyaan kepada siswa tentang materi

yang telah dijelaskan, guru melemparkan tongkat/ bola kepada

siswa dan bagi siswa yang mendapat tongkat diwajibkan

menjawab pertanyaan dari guru

(7) Guru mempersilakan siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum

jelas. Siswa yang bertanya saat itu adalah Dyah Ayu dan Ajeng

Sayekti.

Pelaksanaan tindakan pada pertemuan pertama siswa yang

mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dengan talking stick

baru 50% dan akan dilanjutkan pada pertemuan selanjutnya

dikarenakan keterbatasan waktu.

(b) Pertemuan Kedua (Senin, 22 Februari 2010)

(1) Guru mengawali pembelajaran dengan mengucap salam pembuka

dan mengecek kehadiran siswa

(2) Menciptakan suasana kondusif untuk membangkitkan minat siswa

dengan mengecek kondisi baik siswa maupun kelas

114

(3) Mengulang sedikit materi yang terdahulu yang ada kaitannya

dengan materi yang akan diajarkan dengan cara memberikan

pertanyaan kepada siswa agar guru tahu seberapa jauh

pemahaman siswa (dengan menerapkan Talking Stick: guru

melemparkan bola kepada salah satu siswa, bagi siswa yang

mendapat tongkat tersebut diwajibkan untuk menjawab pertanyaan

dari guru)

(4) Guru menerangkan materi tentang utang jangka panjang

(5) Guru memberi beberapa pertanyaan kepada siswa tentang materi

yang telah dijelaskan, guru melemparkan bola kepada siswa dan

bagi siswa yang mendapat bola diwajibkan menjawab pertanyaan

dari guru

(6) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memahami materi

yang telah disampaikan dan mendiskusikan dengan anggota

kelompok tentang materi yang diajarkan

(7) Siswa mengerjakan lembar kerja tim. Lembar kerja tim

dikumpulkan pada hari itu juga. Guru dan siswa membahas hasil

kerja mereka. Guru mempersilakan tim yang bersedia

mempresentasikan hasil kerja mereka. Pada saat itu Sastri sebagai

perwakilan tim kenanga maju ke depan kelas untuk

mempersentasikan hasil kerja timnya.

(8) Guru mempersilakan siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum

jelas. Siswa yang bertanya saat itu adalah Tanvika dan Anastasia.

Pelaksanaan tindakan kedua sampai pada langkah kerja tim

hanya terdapat satu tim saja yang mempresentasikan hasil kerja

mereka karena keterbatasan waktu pelajaran.

(c) Pertemuan Ketiga (1 Maret 2010)

(1) Salam pembuka dan mengecek kehadiran siswa.

115

(2) Menciptakan suasana kondusif untuk membangkitkan minat siswa

dengan mengecek kondisi baik siswa maupun kelas.

(3) Guru memjelaskan cara main dan aturan main games.

(4) Guru mengumumkan penempatan siswa pada meja turnamen.

(5) Guru membagikan perlengkapan untuk games.

(6) Siswa melaksanakan games/ turnamen akademik. Peneliti yang

bertindak sebagai guru beserta guru yang mengajar akuntansi

keuangan kelas XI mengawasi jalannya turnamen akademik.

(7) Setelah waktu untuk turnamen akademik berakhir, guru mereview

jalannya turnamen akademik kemudian membahas soal turnamen

akademik yang dianggap sulit oleh siswa. Setelah itu guru

menghitung skor yang diperoleh siswa.

(8) Guru meminta siswa mempersiapkan diri untuk menghadapi tes

hasil belajar sesuai apa yang telah dipelajari sebelumnya.

Pelaksanaan pertemuan ketiga ini diakhiri dengan membahas

soal yang dianggap sulit oleh siswa saat turnamen akademik

berlangsung.

(d) Pertemuan Keempat (5 Maret 2010)

(1) Salam pembuka dan mengecek kehadiran siswa.

(2) Menciptakan suasana kondusif untuk membangkitkan minat siswa

dengan mengecek kondisi baik siswa maupun kelas.

(3) Guru membarikan kesempatan kepada siswa mempersiapkan diri

untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam tes hasil belajar.

(4) Guru membagikan soal kepada siswa lalu mempersilakan siswa

untuk mengerjakannya secara mandiri.

(5) Guru mengawasi siswa dalam mengerjakan tes hasil belajar agar

hasilnya benar-benar mencerminkan kemampuan siswa, pada saat

tes berlangsung ada beberapa siswa yang mencoba bertanya

kepada temannya, namun guru segera memperingatkan siswa

untuk mengerjakan soalnya secara mandiri.

116

(6) Meskipun pada awal-awalnya terdapat beberapa siswa yang

mencoba untuk bertanya kepada temannya, namun kegiatan

evaluasi pertama berlangsung cukup tertib.

(7) Kegiatan belajar tim, kerja tim, turnamen akademik dan kegiatan

evaluasi pada siklus I sudah berakhir, kemudian memberi

penghargaan pada tim yang berhasil memperoleh skor terbanyak.

Penghargaan yang diberikan yaitu reward oleh guru yang berupa

sertifikat dan bingkisan untuk tim yang terbaik. Pada siklus I tim

Mawar mendapat predikat Superteam dengan skor rata-rata 50,

dan tim Anggrek dan Kenanga berhasil memperoleh skor rata-rata

tim 40 sehingga mereka mendapat predikat tim baik (goodteam).

Setelah tes hasil belajar dan pemberian penghargaan bagi

masing-masing tim yang berprestasi selesai maka kegiatan

pembelajaran pada pertemuan ini berakhir yang kemudian akan

dilaksanakan siklus ke II.

3) Observasi dan Evaluasi

Pelaksanaan tindakan penelitian ini bersamaan dengan

dilakukannya observasi selama pelaksanaan tindakan. Observasi

dilakukan oleh peneliti mengacu pada lembar observasi yang telah

disusun. Observasi tersebut dilakukan untuk mengevaluasi penerapan

pemaduan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

tournament dan Talking Stick serta untuk mengetahui kemampuan siswa

menerima materi pembelajaran dengan adanya pemaduan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT dan Talking Stick. Pada saat observasi

berlangsung, kegiatan peneliti yang juga berperan sebagai guru saat

penerapan pemaduan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan

Talking Stick adalah memantau pelaksanaan pembelajaran kooperatif

TGT dan Talking Stick. Guru melakukan penyajian kelas tentang

pelaksanaan model kooperatif TGT dan Talking Stick serta penjelasan

konsep materi tentang kartu utang dengan sub materi identifikasi data

117

utang. Guru juga melakukan penilaian terhadap peran serta siswa selama

kegiatan pembelajaran, yang meliputi keaktifan siswa selama

pembelajaran, penilaian ranah kognitif siswa untuk mengetahui sejauh

mana siswa memahami tentang materi yang dipelajari, penilaian ranah

afektif siswa untuk mengetahui minat siswa dalam mempelajari

akuntansi keuangan, dan penilaian ranah psikomotorik siswa untuk

mengetahui keterampilan siswa.

Awal pembelajaran atau pertemuan pertama, siswa terlihat biasa-

biasa saja saat penyajian materi secara ceramah namun ketika diselingi

dengan pertanyaan lisan kemudian guru melempar bola kepada siswa dan

mengharuskan siswa yang memperoleh bola untuk menjawab seketika itu

juga siswa terlihat lebih berantusias dalam mengikuti pembelajaran.

Meskipun pada pertemuan pertama ini terdapat 13 siswa yang izin tidak

mengikuti pelajaran dikarenakan kegiatan keagamaan namun suasana

pembelajaran sudah terlihat lebih aktif dibandingkan sebelum penerapan

TGT dan Talking Stick. Pada pertemuan kedua saat belajar tim dan

diskusi tim siswa terlihat sudah kompak dengan timnya meskipun

terdapat beberapa siswa yang belum bisa menyesuaikan diri dengan

timnya. Suasana pembelajaran tertihat aktif dengan adanya interaksi antar

anggota tim, yang saling mengutarakan pendapatnya masing-masing dan

memberikan bimbingan kepada teman satu timnya yang masih

kebingungan terhadap materi yang dipelajari. Pada pertemuan ketiga saat

turnamen akademik berlangsung siswa terlihat bersemangat untuk

mengikuti turnamen akademik tersebut. Masing-masing siswa berusaha

untuk menyumbangkan skor bagi tim mereka dengan menggunakan

strategi yang tepat agar memperoleh hasil yang maksimal. Pada

pertemuan keempat , semua siswa mengerjakan soal tes dengan sebaik-

baiknya.

4) Analisis dan Refleksi

118

Hasil observasi yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa penerapan

pembelajaran kooperatif TGT dan Talking Stick mampu meningkatkan

hasil belajarnya dan keaktifan siswapun meningkat. Untuk penilaian hasil

belajar dari ranah kognitif dapat dilihat dari hasil post tesnya (tes hasil

belajar) yang menunjukkan nilai rata-rata mereka adalah 85,92 terlihat

meningkat dibandingkan dengan nilai rata-rata mereka sebelum

penerapan model pembelajaran kooperatif TGT dan Talking Stick yaitu

73,70. Jumlah siswa yang mendapatkan nilai diatas standar ketuntasan

75,00 sebanyak 34 siswa dari jumlah keseluruhan 40 siswa. Dengan kata

lain, indikator ketercapaian pada siklus I telah tercapai yaitu 85% siswa

telah memperoleh nilai diatas 75,00 dari 70% target yang direncanakan.

Untuk penilaian hasil belajar ranah psikomotorik siswa peneliti

melakukan pengamatan kepada siswa selama proses pembelajaran

berlangsung. Berdasarkan pengamatan sekitar 70% siswa nilai

psikomotoriknya telah mencapai 75,00. Dengan kata lain indikator

ketercapaian pada siklus I telah tercapai yaitu sebesar 70% siswa telah

memperoleh nilai minimal 75,00 dari target 70% yang telah

direncanakan.

Berdasarkan pengamatan pada siklus I siswa lebih aktif dalam

mengikuti proses belajar mengajar dibandingkan sebelum diterapkannya

model pembelajaran TGT dan Talking Stick. Siswa tampak aktif dalam

menjawab pertanyaan guru saat Talking Stick, aktif dalam diskusi dan

kerja kelompok serta aktif saat turnamen akademik. Rata-rata keaktifan

siswa pada siklus I mencapai 70,83% dengan demikian indikator

ketercapaian yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu sebesar 70% telah

tercapai.

Berdasarkan hasil observasi dan interprestasi tindakan pada siklus

I, peneliti melakukan analisis sebagai berikut:

(a) Masih terdapat siswa yang belum bisa bekerjasama dengan anggota

dalam timnya karena ketidakcocokan antar siswa yang satu dengan

yang lain

119

(b) Masih terdapat beberapa siswa yang tidak mengutarakan pendapat

karena dia merasa malu ketika memberikan pendapatnya pada teman.

(c) Terdapat beberapa siswa yang tidak mau menjawab pertanyaan saat

talking stick dengan alasan tidak bisa.

(d) Pada saat turnamen akademik berlangsung guru merasa kualahan

dalam menjangkau semua siswa untuk dimonitoring jalannya

turnamen akademik.

Berdasarkan observasi dan analisis diatas, maka tindakan refleksi

yang dapat dilakukan adalah:

(1) Guru harus meluangkan waktu untuk melakukan pendekatan

langsung terhadap anak yang mengalami kesulitan bekerjasama

dengan anggota kelompoknya, sehingga setiap siswa memiliki

motivasi dan kesadaran bekerjasama dengan orang lain.

(2) Guru memberikan penjelasan kepada siswa agar mereka tidak malu

dalam mengutarakan pendapatnya karena dengan keberanian

mengutarakan pendapat kepada orang lain akan menumbuhkan

pemikiran kritis dalam dirinya.

(3) Guru memberikan pemahaman kepada siswa agar mereka tidak takut

mencoba untuk menjawab pertanyaan dari guru dan memberikan

pemahaman bahwa mereka bisa karena mencoba.

(4) Pada turnamen akademik selanjutnya peneliti yang bertindak sebagai

guru dalam penerapan model pembelajaran kooperatif TGT dan

Talking Stick meminta bantuan guru pengampu mata pelajaran

akuntansi keuangan untuk ikut serta dalam memonitoring siswa saat

turnamen berlangsung.

b. Siklus II

1) Perencanaan Tindakan

Kegiatan perencanaan tindakan Siklus II dilaksanakan pada hari

Sabtu, 6 Maret 2010 diruang guru SMK Negeri 1 Surakarta. Guru

bersama peneliti mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan

120

dalam penelitian ini. Peneliti dan guru sepakat bahwa pelaksanaan

tindakan pada siklus II akan dilaksanakan 3 kali pertemuan, masing-

masing pertemuan 2 jam pelajaran. Penelitian ini direncanakan dimulai

tanggal 12 Maret, 15 Maret dan 19 Maret 2010. Tahap perencanaan

tindakan II meliputi kegiatan sebagai berikut:

(a) Menyiapkan perangkat pembelajaran

Peneliti dibantu Ibu Sri Lestari selaku guru mata pelajaran akuntansi

keuangan kelas XI Akuntansi 2 menyiapkan silabus mata pelajaran

akuntansi keuangan kelas XI, kemudian peneliti menyusun Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan mendiskusikan skenario

pembelajran akuntansi keuangan dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif TGT dan Talking Stick. Skenario

pembelajaran yang direncanakan adalah sebagai berikut:

Pertemuan Pertama (Jumat, 12 Maret 2010)

Alokasi waktu: 2 x 45 menit

(1) Penyajian konsep-konsep materi.

(2) Pemberian pertanyaan lisan kepada siswa dengan melemparkan

bola kepada siswa, bagi siswa yang memperolehnya wajib untuk

menjawab pertanyaan dari guru.

(3) Belajar tim dan kerja tim.

(4) Memberikan kesempatan siswa untuk bertanya.

(5) Pemberitahuan bahwa pertemuan selanjutnya akan diadakan

turnamen akademik antar tim, siswa diminta untuk

mempersiapkan diri.

Pertemuan Kedua (Senin, 15 Maret 2010)

Alokasi waktu: 2 x 35 menit

(1) Penempatan siswa pada meja turnamen. Siswa yang mempunyai

kemampuan akademik yang sama ditempatkan pada satu meja.

(2) Pelaksanaan games.

(3) Review pelaksanaan games tournament.

121

(4) Pemberitahuan kepada siswa bahwa besok akan diadakan

evaluasi yang pertama, siswa diharapkan menyiapkan diri.

Pertemuan Ketiga (Jumat, 19 Maret 2010)

Alokasi waktu: 2 x 45 menit

(1) Pelaksanaan tes hasil belajar.

(2) Pengumuman pemenang turnamen

(3) Menyebar angket untuk penilaian ranah afektif

(b) Menyiapkan instrument penelitian

Peneliti menyusun instrument penelitian, yaitu berupa pedoman

wawancara dan lembar observasi tentang penerapan pembelajaran

kooperatif TGT dan Talking Stick.

(c) Menyiapkan meteri sesuai dengan standar kompetensi dan

kompetensi dasar

Materi pokok yang digunakan dalam penerapan pembelajaran TGT

dan Talking Stick untuk siklus II masih sama dengan siklus I namun

berbeda Kompetensi dasarnya adalah kartu utang.

Standar Kompetensi: Mengelola Kartu Utang

Kompetensi Dasar:

(1) Membukukan Mutasi Utang ke Kartu Utang

(2) Menyusun Laporan Utang

(d) Mendesain alat evaluasi berupa tes formatif untuk mengetahui

tingkat hasil belajar siswa setelah penerapan pembelajaran kooperatif

TGT dan Talking Stick

2) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan II dilaksanakan selama 3 kali pertemuan

(masing-masing 2 jam pelajaran) seperti yang telah direncanakan yaitu

122

tanggal 12 Maret, 15 Maret dan 19 Maret 2010 di ruang kelas XI

Akuntansi 2. Pelaksanaan dilaksanakan seharusnya dilaksanakan selama

3 x 45 menit sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP namun pada

tanggal 15 Mare 2010 terdapat Try Out untuk kelas XII maka untuk

kelas X dan kelas XI masuk sekolahnya siang, setiap jam pelajaran hanya

berdurasi 35 menit, sehingga untuk pertemuan tanggal 15 Maret 2010

hanya 2 x 35 menit.

Pelaksanaan tindakan ini guru menerapkan model pembelajaran

kooperatif TGT dan Talking Stick dengan media kartu impian dan bola.

Saat pembelajaran guru hanya menjelaskan materi secara garis besar dan

kegiatan selanjutnya lebih dipusatkan pada diskusi kelompok serta

pembelajaran dengan turnamen akademik.

Pertemuan pertama, guru mempresentasikan materi secara garis

besar kemudian guru memberi pertanyaan kepada siswa dengan

melempar bola kepada siswa bagi siswa yang mendapat bola maka siswa

tersebut berkewajiban untuk menjawab pertanyaan dari guru. Setelah itu

menempatkan siswa kedalam tim yang telah dibentuk untuk belajar tim

dan mengerjakan tugas tim. Pertemuan kedua dilaksanakan dengan

mengadakan turnamen akademik berupa soal-soal yang berhubungan

dengan materi yang telah dipelajari. Pertemuan ketiga dilaksanakan

dengan memberikan tes hasil belajar untuk mengetahui pencapaian

belajar siswa.

Urutan pelaksanaan tindakan pada siklus II adalah sebagai berikut:

(a) Pertemuan Pertama (Jumat, 12 Maret 2010)

(1) Guru mengawali pembelajaran dengan mengucap salam pembuka

dan mengecek kehadiran siswa

(2) Menciptakan suasana kondusif untuk membangkitkan minat siswa

dengan mengecek kondisi baik siswa maupun kelas

(3) Guru menerangkan materi tentang identifikasi umur utang,

pembukuan utang kedalam kartu utang dan pembuatan laporan

utang.

123

(4) Guru memberi beberapa pertanyaan kepada siswa tentang materi

yang telah dijelaskan, guru melemparkan bola kepada siswa dan

bagi siswa yang mendapat bola diwajibkan menjawab pertanyaan

dari guru

(5) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memahami materi

yang telah disampaikan dan mendiskusikan dengan anggota

kelompok tentang materi yang diajarkan

(6) Siswa mengerjakan lembar kerja tim. Lembar kerja tim

dikumpulkan pada hari itu juga. Guru dan siswa membahas hasil

kerja mereka. Guru mempersilakan tim yang bersedia

mempresentasikan hasil kerja mereka.

(7) Guru mempersilakan siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum

jelas. Siswa yang bertanya saat itu adalah Sastri, Dyah Ayu,

Anastasia, dan Rika

Pelaksanaan tindakan pertama sampai pada langkah kerja tim

karena keterbatasan waktu ada beberapa siswa yang belum mendapat

kesempatan (mendapat bola) untuk menjawab pertanyaan dari guru.

Selain itu siswa juga tidak dapat mempersentasikan hasil kerja tim

mereka dikarenakan keterbatasan waktu pula.

(b) Pertemuan Kedua (Senin, 15 Maret 2010)

(1) Salam pembuka dan mengecek kehadiran siswa.

(2) Menciptakan suasana kondusif untuk membangkitkan minat siswa

dengan mengecek kondisi baik siswa maupun kelas.

(3) Guru memberi beberapa pertanyaan kepada siswa tentang materi

yang telah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya kepada siswa

yang belum mendapat kesempatan untuk mendapatkan bola, guru

melemparkan bola kepada siswa dan bagi siswa yang mendapat

bola diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru.

(4) Guru mengumumkan penempatan siswa pada meja turnamen.

(5) Guru membagikan perlengkapan untuk turnamen.

124

(6) Siswa melaksanakan games/ turnamen akademik. Peneliti yang

bertindak sebagai guru beserta guru yang mengajar akuntansi

keuangan kelas XI mengawasi jalannya turnamen akademik.

(7) Setelah waktu untuk turnamen akademik berakhir, guru mereview

jalannya turnamen akademik kemudian membahas soal turnamen

akademik yang dianggap sulit oleh siswa. Setelah itu guru

menghitung skor yang diperoleh siswa.

(8) Guru meminta siswa mempersiapkan diri untuk menghadapi tes

hasil belajar sesuai apa yang telah dipelajari sebelumnya.

Pelaksanaan pertemuan kedua ini diakhiri dengan membahas

soal yang dianggap sulit oleh siswa saat turnamen akademik

berlangsung.

(c) Pertemuan Ketiga (Jumat, 19 Maret 2010)

(1) Salam pembuka dan mengecek kehadiran siswa.

(2) Menciptakan suasana kondusif untuk membangkitkan minat siswa

dengan mengecek kondisi baik siswa maupun kelas.

(3) Guru membarikan kesempatan kepada siswa mempersiapkan diri

untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam tes hasil belajar.

(4) Guru membagikan soal kepada siswa lalu mempersilakan siswa

untuk mengerjakannya secara mandiri.

(5) Guru mengawasi siswa dalam mengerjakan tes hasil belajar agar

hasilnya benar-benar mencerminkan kemampuan siswa, pada saat

tes berlangsung ada beberapa siswa yang mencoba bertanya

kepada temannya, namun guru segera memperingatkan siswa

untuk mengerjakan soalnya secara mandiri.

(6) Meskipun pada awal-awalnya terdapat beberapa siswa yang

mencoba untuk bertanya kepada temannya, namun kegiatan

evaluasi pertama berlangsung cukup tertib.

(7) Kegiatan belajar tim, kerja tim, turnamen akademik dan kegiatan

evaluasi pada siklus II sudah berakhir, kemudian memberi

125

penghargaan pada tim yang berhasil memperoleh skor terbanyak.

Penghargaan yang diberikan yaitu reward oleh guru yang berupa

sertifikat dan bingkisan untuk tim yang terbaik. Pada siklus II tim

Tulib mendapat predikat Great Team (tim sangat baik) dengan

skor rata-rata 45, dan tim Anggrek, Mawar dan Kenanga berhasil

memperoleh skor rata-rata tim 40 sehingga mereka mendapat

predikat tim baik (goodteam).

3) Observasi dan Evaluasi

Pelaksanaan tindakan penelitian ini bersamaan dengan

dilakukannya observasi selama pelaksanaan tindakan. Observasi

dilakukan oleh peneliti mengacu pada lembar observasi yang telah

disusun. Observasi tersebut dilakukan untuk mengevaluasi penerapan

model pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament dan Talking

Stick serta untuk mengetahui kemampuan siswa menerima materi

pembelajaran dengan adanya model pembelajaran kooperatif TGT dan

Talking Stick. Pada saat observasi berlangsung, kegiatan peneliti yang

juga berperan sebagai guru saat penerapan model pembelajaran

kooperatif TGT dan Talking Stick adalah memantau pelaksanaan

pembelajaran kooperatif TGT dan Talking Stick. Guru melakukan

penyajian kelas tentang pelaksanaan model kooperatif TGT dan Talking

Stick serta penjelasan konsep materi tentang kartu utang dengan sub

materi identifikasi data utang. Guru juga melakukan penilaian terhadap

peran serta siswa selama kegiatan pembelajaran, yang meliputi keaktifan

siswa selama pembelajaran, penilaian ranah kognitif siswa untuk

mengetahui sejauh mana siswa memahami tentang materi yang dipelajari,

penilaian ranah afektif siswa untuk mengetahui minat siswa dalam

mempelajari akuntansi keuangan, dan penilaian ranah psikomotorik

siswa untuk mengetahui keterampilan siswa.

Selama pembelajaran kooperatif TGT dan Talking Stick

berlangsung, siswa memperhatikan penjelasan dari guru. Siswa belajar

126

dalam timnya tentang sub materi identifikasi umur utang, membukukan

mutasi utang ke kartu utang dan penyusunan laporan utang, sebagian

besar siswa sudah dapat memberikan kontribusi bagi timnya masing-

masing. Pada saat turnamen berlangsung mereka terlihat sangat

bersemangat untuk memenangkan turnamen demi menyumbangkan skor

terbaik untuk tim mereka.

Peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran mengalami

peningkatan pada siklus II. Siswa yang semula pasif mendengarkan

penjelasan dari dan teman telah berani bertanya dan mengeluarkan

pendapatnya. Hal ini disebabkan guru terus memberikan motivasi kepada

siswa agar dapat ikut aktif dalam proses pembelajaran.

4) Analisis dan Refleksi

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dapat dilihat

bahwa penerapan pembelajaran kooperatif TGT dan Talking Stick

mampu meningkatkan hasil belajarnya dan keaktifan siswapun

meningkat. Siswa sudah jelas dan paham mengenai bagaimana penerapan

TGT dan Talking Stick karena siswa sudah terbiasa dengan model

pembelajaran yang digunakan. Hal ini tentu saja menyebabkan

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif TGT dan Talking Stick menjadi lebih efektif.

Untuk penilaian hasil belajar dari ranah kognitif mengalami peningkatan

pada siklus II ini yang dapat dilihat dari hasil post tesnya (tes hasil

belajar) yang menunjukkan nilai rata-rata mereka adalah 93,55% terlihat

meningkat dibandingkan dengan nilai rata-rata mereka pada siklus I yaitu

dengan rata-rata 85,92. Jumlah siswa yang mendapatkan nilai diatas

standar ketuntasan 75,00 sebanyak 39 siswa dari jumlah keseluruhan 40

siswa. Dengan kata lain, indikator ketercapaian pada siklus II telah

tercapai yaitu 97,5% siswa telah memperoleh nilai diatas 75,00 dari 75%

target yang direncanakan.

Untuk penilain hasil belajar ranah psikomotorik siswa peneliti

melakukan pengamatan kepada siswa selama proses pembelajaran

127

berlangsung. Berdasarkan pengamatan pada siklus II sekitar 77,5% siswa

nilai psikomotoriknya telah mencapai 75,00. Dengan kata lain indikator

ketercapaian pada siklus II telah tercapai yaitu sebesar 75% siswa telah

memperoleh nilai minimal 75,00 dari target 75% yang telah

direncanakan.

Untuk penilaian hasil belajar ranah afektif mengenai minat siswa

dalam mengikuti pembelajaran akuntansi keuangan menunjukkan bahwa

setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif TGT dan Talking

Stick minat siswa semakin tinggi.

Berdasarkan pengamatan pada siklus II siswa lebih aktif dalam

mengikuti proses belajar mengajar dibandingkan dibandingkan pada saat

siklus I. Siswa tampak lebih aktif dalam menjawab pertanyaan guru saat

Talking Stick, aktif dalam diskusi dan kerja kelompok serta aktif saat

turnamen akademik. Rata-rata keaktifan siswa pada siklus II mencapai

85% dengan demikian indikator ketercapaian yang telah ditetapkan

sebelumnya yaitu sebesar 75% telah tercapai.

Berdasarkan hasil refleksi tersebut dapat diketahui bahwa

penerapan model pembelajaran kooperatif TGT dan Talking Stick pada

siklus II dinilai telah berhasil dan dianggap memuaskan sehingga tidak

perlu dilanjutkan lagi ke siklus berikutnya.

Berdasarkan hasil observasi dan interprestasi tindakan pada siklus

II, peneliti melakukan analisis sebagai berikut:

(a) Guru lebih bisa membangkitkan semangat dan motivasi siswa untuk

lebih memperhatikan presentasi guru saat kegiatan belajar mengajar

sedang berlangsung

(b) Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar

mengalami peningkatan. Siswa tidak lagi melakukan hal-hal yang

tidak perlu (mengobrol sendiri) dan siswa lebih bersemangat ketika

diskusi berlangsung. Disamping itu siswa juga lebih antusias ketika

menjawab pertanyaan dari guru.

128

0

20

40

60

80

100

Sebelum TGTdan Talking

Stick

Siklus I Siklus II

Tidak Tuntas

Tuntas

(c) Kekompakan dan kerjasama antar siswa mengalami peningkatan

karena mereka telah terbiasa untuk bekerja sama dalam timnya.

Berdasarkan observasi dan analisis diatas, maka tindakan refleksi

yang dapat dilakukan adalah:

(1) Guru lebih kreatif dalam menciptakan suasana pelajaran yang

kondusif sehingga siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi.

(2) Guru lebih inovatif dalam menggunakan berbagai model

pembelajaran saat mengajar sehingga siswa lebih bersemangat

mengikuti pelajaran dan tidak cepat bosan.

C. Pembahasan

Penerapan pemaduan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan

Talking Stick ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk

meningkatkan hasil belajar akuntansi keuangan siswa. Penelitian yang dilakukan

dengan menerapkan dua siklus pembelajaran dengan model yang sama pada setiap

siklusnya yaitu pemaduan TGT dan Talking Stick dengan menggunakan media

kartu impian dan bola. Setiap siklus yang diterapkan pada proses pembelajaran

mampu meningkatkan hasil belajar. Selain itu dengan penerapan model

pembelajaran TGT dan Talking Stick dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam

mengikuti pembelajaran. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat pada grafik

berikut:

1. Penilaian Hasil Belajar Siswa Kognitif

Tabel 14. Penilaian Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif

(Sumber: data primer yang diolah, 2010)

Prosentase (%) Kriteria Sebelum TGT dan Talking

Stick Siklus I Siklus II

Tidak Tuntas 37,5 15 2,5 Tuntas 62,5 85 97,5

129

Gambar 7. Grafik Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif

Penilaian aspek kognitif siswa pada saat diterapkannya

pemaduan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan Talking Stick

dilakukan melalui pemberian post tes diakhir siklus. Sedangkan

penilaian kognitif siswa sebelum diterapkannya model pembelajaran

kooperatif TGT dan Talking Stick diperoleh dari ulangan harian siswa.

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti terlihat bahwa nilai rata-rata

nilai ulangan siswa sebelum penerapan model pembelajaran TGT dan

Talking Stick adalah 73,70 dengan prosentase siswa yang tuntas adalah

sebesar 62,5%. Hal ini menunjukkna bahwa hasil belajar kognitif siswa

masih rendah sebab banyak siswa yang belum mencapai nilai 75,00

sebagai nilai batas tuntas keberhasilan siswa. Masih rendahnya nilai

ulangan siswa dikarenakan siswa kurang antusias dalam mengikuti

pembelajaran. Banyak siswa yang tidak mau bertanya kepada guru

meskipun mereka belum faham terhadap materi yang bersangkutan,

selain itu siswa juga cepat merasa bosan karena pembelajaran kurang

inovatif.

Penyajian materi dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif TGT dan Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar

ranah kognitif siswa. Hal ini terbukti pada nilai post tes diakhir siklus I

nilai rata-rata siswa 85,92 dengan prosentase ketuntasan sebesar 85%

terjadi peningkatan prosentase ketuntasan siswa yaitu sebesar 22,5%

(prosentase sebelum siklus I yaitu 62,5%, prosentase siklus I 85%)

peningkatan nilai rata-ratanya yaitu sebesar 12,22 (sebelum siklus I

yaitu 73,70, nilai siklus I 85,92). Dengan demikian indikator

ketercapaian belajar siswa pada siklus I sebesar 70% telah tercapai. Hal

ini menunjukkan siswa lebih mudah memahami materi yang diberikan

oleh guru sebab adanya penerapan pemaduan model pembelajaran TGT

130

dan Talking Stick. Pada siklus II juga terjadi peningkatan hasil belajar

kognitif siswa yang terbukti dengan nilai rata-rata mereka adalah 93,55

dengan prosentase ketuntasan sebesar 97,5% melampaui indikator

ketercapaian ketuntasan belajar siswa yang telah ditetapkan sebelumnya

yaitu 75%. Apabila dibandingkan dengan siklus I, prosentase

ketuntasan siswa mengalami peningkatan sebesar 12,5% ( siklus I 85%,

siklus II 97,50%), dengan peningkatan nilai rata-rata sebesar 7,63 (rata-

rata nilai siklus I 85,92, nilai rata-rata siklus II 93, 55). Apabila

dibandingkan dengan sebelum penerapan TGT dan Talking Stick, nilai

rata-rata siswa siklus II mengalami peningkatan sebesar 19,85 (sebelum

penerapan TGT dan Talking Stick 73,70, siklus II 93,55) dengan

peningkatan prosentase ketuntasan siswa sebesar 35% (sebelum

penerapan 62,5%, siklus II 97,5%). Di dalam penilaian aspek kognitif

ini pada siklus II masih terdapat seorang siswa yang tidak tuntas dalam

belajarnya dikarenakan nilainya dibawah KKM yaitu hanya

memperoleh 73, perlakuan yang dilakukan oleh guru kepada siswa ini

adalah dengan pendekatan langsung pada siswa tersebut yaitu dengan

memberikan konseling diantaranya mencari tahu permasalahan apa

yang sedang dihadapi siswa yang menjadi hambatannya dalam belajar.

Jika permasalahan itu dikarenakan siswa kesulitan terhadap materi

pelajaran yang bersangkutan maka guru memberikan penjelasan ulang

secara perlahan agar siswa paham dengan materi yang dianggapnya

sulit, jika permasalahan yang dihadapi siswa tersebut berkaitan dengan

masalah pribadinya maka guru berusaha untuk memberikan solusi guna

membantu siswa untuk mengatasi permasalahan tersebut.

2. Penilaian Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif

Tabel 15. Penilaian Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Siswa Jumlah siswa Prosentase Kriteria

Sebelum Penerapan TGT dan

Talking Stick

Setelah Penerapan TGT dan

Talking Stick

Sebelum penerapan TGT dan

Talking Stick

Setelah Penerapan TGT dan

Talking Stick

131

Tidak Minat 0 0 0% 0% Kurang Minat 0 0 0% 0% Cukup minat 2 0 5% 0% Berminat 34 24 85% 60% Sangat Minat 4 16 10% 40%

(Sumber: data primer yang diolah, 2010)

0

20

40

60

80

100

TidakMinat

KurangMinat

CukupMinat

Berminat Sangatberminat

% SebelumTGT danTalking Stick

% SetelahTGT danTalking Stick

Gambar 8. Grafik Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Siswa

Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam ranah afektif

dilakukan dengan menyebar angket kepada siswa. Berdasarkan data

yang diperoleh peneliti terlihat bahwa minat siswa dalam mempelajari

akuntansi keuangan mengalami peningkatan setelah diterapkannya

model pembelajaran kooperatif TGT dan Talking Stick. Hal ini dapat

terbukti bahwa siswa yang sangat berminat dalam mengikuti

pembelajaran akuntansi keuangan mengalami peningkatan sebanyak 12

orang (sebelum TGT dan Talking Stick 4, setelah TGT dan Talking

Stick 16), peningkatan prosentase siswa yang sangat minat dalam

mengikuti pembelajaran akuntansi keuangan adalah 30% (sebelum TGT

dan Talking Stick 10%, setelah TGT dan Talking Stick 40%). Hal ini

menandakan bahwa dengan diterapkannya model pembelajaran TGT

dan Talking Stick siswa lebih berantusias dalam mengikuti

pembelajaran.

132

3. Penilaian Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik

Tabel 16. Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik

(Sumber: data primer yang diolah, 2010)

0

20

40

60

80

100

Sebelum TGTdan Talking

Stick

Siklus I Siklus II

Tidak Tuntas

Tuntas

Gambar 9. Penilaian Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik

Untuk mengetahui hasil belajar ranah psikomotorik siswa

peneliti melakukan pengamatan kepada siswa sebelum diterapkan

pemaduan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan Talking Stick

dan ketika diterapkannya kedua model pembelajaran kooperatif

tersebut selama pembelajaran pada siklus I dan dan siklus II.

Berdasarkan data-data yang diperoleh selama penelitian terlihat bahwa

ketuntasan siswa mengalami peningkatan yang artinya keterampilan

siswa dalam pembelajaran akuntansi keuangan mengalami peningkatan.

Sebelum diterapkannya model pembelajaran TGT dan Talking Stick

hasil belajar ranah psikomotorik siswa rendah yang ditunjukkan dengan

jumlah siswa yang memperoleh nilai 75 keatas hanyalah 6 orang (15%)

dari 40 siswa. Hal ini bukan dikarenakan mereka tidak memiliki

keterampilan yang baik dalam akuntansi keuangan namun mereka

cenderung acuh terhadap pembelajaran. Hasil belajar ranah

Prosentase (%) Kriteria Nilai awal Nilai siklus I Nilai Siklus II

Tidak Tuntas 85 30 22,5 Tuntas 15 70 77,5

133

psikomotorik siswa mengalami peningkatan setelah diterapkannya

model pembelajaran kooperatif TGT dan Talking Stick, yang

dibuktikan dengan jumlah siswa yang memperoleh nilai psikomotorik

minimal 75 ada 28 siswa, hal ini mengalami peningkatan sebanyak 55%

(sebelum diterapkan TGT dan Talking Stick 15%, siklus I 70%).

Dengan demikian indikator ketercapain ketuntasan belajar siswa pada

siklus I sebesar 70% telah tercapai. Pada siklus II hasil belajar ranah

psikomotorik siswa mengalami peningkatan 7,5% dari siklus I (siklus I

70%, siklus II 77,5%) sehingga indikator ketercapaian ketuntasan

belajar siswa untuk siklus II sebesar 75% telah tercapai. Dengan

adanya kenaikan prosentase ketuntasan siswa ini menandakan bahwa

keterampilan mereka setelah diterapkannya model pembelajaran

kooperatif TGT dan Talking Stick lebih baik daripada sebelum

diterapkan model pembelajaran TGT dan Talking Stick, selain itu siswa

juga lebih terampil dalam pembelajaran baik dalam bekerjasama dengan

temannya, mengeluarkan pendapat maupun menjawab pertanyaan dari

guru.

Berdasarkan hasil penilaian ketiga aspek diatas (kognitif, afektif

dan psikomotorik) nilai siswa dalam aspek kognitif lebih tinggi

dibandingkan aspek psikomotorik dikarenakan keterampilan siswa

dalam hal kognitif (pengetahuan, pemahaman, menganalisa) lebih

dominan dibandingkan dengan keterampilan psikomotorik masing-

masing siswa.

Berdasarkan hasil penilaian ketiga aspek diatas (kognitif, afektif

dan psikomotorik) dalam pembelajaran akuntansi keuangan siswa XI

Akuntansi 2 di SMK Negeri 1 Surakarta menunjukkan adanya

peningkatan hasil belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran

kooperatif TGT dan Talking Stick. Sebagian besar siswa dapat

melibatkan diri secara aktif baik fisik, mental maupun sosial dalam

proses pembelajaran. Siswa menunjukkan lebih berantusias, lebih aktif

dan mengubah perilakunya lebih positif setelah penerapan model

134

pembelajaran kooperatif TGT dan Talking Stick. Hal ini terlihat dari

perubahan siswa selama pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif pemaduan TGT dan

Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan penjelasan diatas maka ketuntasan hasil belajar

siswa dan siswa dapat setiap siklus mengalami peningkatan yang dapat

dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 17. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Ranah Kognitif Ranah Psikomotorik Tidak Tuntas

Tuntas Tidak Tuntas

Tuntas

Sebelum TGT dan Talking Stick

37,5% 62,5% 85% 15%

Siklus I 15% 85% 30% 70% Siklus II 2,5% 97,5% 22,5% 77,5%

(Sumber: data primer yang diolah, 2010)

Apabila digambarkan dengan grafik maka peningkatan

ketuntasan hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

0

20

40

60

80

100

Kognitif Psikomotorik

Sebelum TGTdan TalkingStick

Siklus I

Siklus II

Gambar 10. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Ketuntasan hasil belajar siswa untuk ranah afektif tidak

diikutsertakan pada grafik diatas dikarenakan penilaian ranah afektifnya

dilaksanakan pada saat sebelum penerapan pemaduan model

pembelajaran kooperatif TGT dan Talking Stick dan setelah

diterapkannya pemaduan model pembelajaran kooperatif TGT dan

Talking Stick jadi pada penelitian ini penilaian ranah afektifnya tidak

135

pada saat proses pembelajaran dengan TGT dan Talking Stick

berlangsung.

Berdasarkan hasil observasi di kelas XI Akuntansi 2 sebelum

diterapkannya pemaduan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan

Talking Stick dan selama pembelajaran pada siklus I dan siklus II yang

telah menerapkan pemaduan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

dan Talking Stick keaktifan siswa didalam kelas terus mengalami

peningkatan yang akan ditunjukkan sebagai berikut:

Tabel 18. Prosentase Keaktifan Siswa Kelas XI Akuntansi 2 Ketika diterapkan TGT dan

Stick Sebelum

diterapkan TGT dan Talking Stick Siklus I Siklus II

Prosentase 27,5% 70,83% 85% (Sumber: data primer yang diolah, 2010)

0

20

40

60

80

100

Sebelum TGTdan Talking Stick

Siklus I Siklus II

Persentase KeaktifanSiswa

Gambar 11. Grafik Peningkatan Keaktifan Siswa Penilaian keaktifan siswa dilakukan selama proses pembelajaran

berlangsung. Berdasarkan grafik diatas keaktifan siswa mengalami peningkatan

pada siklus I dibandingkan sebelum diterapkan TGT dan Talking Stick yaitu

sebesar 43,33% (sebelum TGT dan Talking Stick 27,5%, siklus I 70,83). Dengan

demikian indikator ketercapain keaktifan belajar siswa pada siklus I sebesar 70%

telah tercapai. Pada siklus II keaktifan siswa juga mengalami peningkatan

dibandingkan dengan siklus I yaitu sebesar 14,17% (siklus I 70,83% dan siklus II

85%) sehingga indikator ketercapaian ketuntasan belajar siswa untuk siklus II

sebesar 75% telah tercapai.

136

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

G. Simpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah penulis lakukan

pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan:

Penerapan pemaduan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournament (TGT) dan Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa

kelas XI Akuntansi 2 SMK Negeri 1 Surakarta Surakarta. Indikator peningkatan

hasil belajar siswa antara lain:

a. Siswa mampu memahami materi yang diberikan oleh guru. Hal ini bisa

dilihat dari hasil evaluasi yang menunjukkan peningkatan pencapaian hasil

belajar siswa untuk ranah kognitif siswa yang tuntas sebelum diterapkan

TGT dan Talking Stick adalah 62,5%, pada siklus I siswa yang tuntas

sebesar 85% dan pada siklus II siswa yang tuntas sebesar 97,5%.

b. Minat siswa terhadap pembelajaran akuntansi keuangan meningkat. Hal

ini dapat dilihat dari penilaian ranah afektif siswa, sebelum diterapkannya

model pembelajaran TGT dan Talking Stick 5% siswa yang cukup minat

dalam belajar akuntansi keuangan, 85% siswa minat dan 10% siswa sangat

minat dalam mempelajari akuntansi keuangan, sedangkan setelah

diterapkannya model pembelajaran TGT dan Talking Stick terdapat 60%

siswa minat dalam mempelajari akuntansi keuangan dan sisanya sebanyak

40% siswa sangat berminat dalam mempelajari akuntansi keuangan.

c. Keterampilan siswa juga mengalami peningkatan yang dapat dilihat dari

penilaian ranah psikomotorik siswa. Sebelum diterapkannya model

pembelajaran TGT dan Talking Stick nilai rata-rata siswa untuk ranah

psikomotorik sebesar 63,38, pada siklus I nilai rata-rata mereka sebesar

75,38 dan pada siklus II nilai rata-rata mereka menjadi 79,63.

d. Selain ketiga ranah diatas berdasarkan observasi kelas siswa terlihat

antusias dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran akuntansi

keuangan, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menunjukkan

137

peningkatan dari 27,5% (sebelum diterapkan model pembelajaran TGT

dan Talking Stick) menjadi 70,83% (pada siklus I), dan pada siklus II

sebesar 85%. Siswa sudah tidak malu dan lebih berani untuk menjawab

pertanyaan dari guru, senang berdiskusi dengan temannya dan tidak takut

lagi dalam mengeluarkan pendapatnya baik kepada guru maupun dengan

teman yang lainnya.

H. Implikasi

Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat dikaji implikasinya baik

implikasi teoritis maupun implikasi praktis sebagai berikut :

1. Implikasi Teoretis

Secara teoretis hasil penelitian ini terbukti secara empirik, kegiatan

pembelajaran akuntansi keuangan pada materi mengelola kartu utang dengan

menggunakan model pembelajaran TGT dan Talking Stick dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dilihat dari segi keaktifan siswa dalam

proses belajar mengajar dan menghasilkan hasil belajar yang lebih baik yang

dapat dilihat dari penilaian kognitif, afektif dan psikomotorik siswanya. Hal

ini disebabkan model pembelajaran TGT dan Talking Stick selalu

menekankan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, baik ketika

menjawab pertanyaan guru, bekerja sama dalam tim maupun pada saat

mengikuti turnamen akademik..

2. Implikasi Praktis

Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa

keberhasilan suatu proses pembelajaran tergantung pada beberapa faktor yang

saling berkaitan satu sama yang lainnya. Faktor-faktor tersebut berasal dari

pihak guru maupun siswa. Faktor dari pihak guru antara lain dalam

mengembangkan dan menjelaskan suatu materi, kemampuan guru dalam

mengembangkan strategi dan model serta metode pembelajaran, kemampuan

guru dalam mengelola kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung, serta

kemampuan guru dalam meningkatkan minat dan semangat siswa untuk

mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan faktor yang berasal dari siswa

138

antara lain minat, antusias belajar dan keaktifan siswa dalam mengikuti

proses pembelajaran.

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa penerapan pemaduan model

pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dan Talking

Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat digunakan sebagai

pertimbangan bagi guru untuk menerapkan model pembelajaran ini dalam

kegiatan pembelajaran sehari-hari yang disesuaikan pula dengan materi

pembelajaran.

Pelaksanaan tindakan yang kemudian dilakukan refleksi terhadap

proses pembelajaran, dapat dideskripsikan terdapatnya peningkatan kualitas

baik proses maupun hasil dari pembelajaran akuntansi keuangan. Untuk

meningkatkan hasil belajar siswa, guru dapat menerapkan berbagai model dan

metode pembelajaran yang baru, inovatif dan menyenangkan yang dapat

memacu siswa untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran.

I. Saran

Berdasarkan atas hasil penelitian, maka peneliti mengajukan saran-saran

sebagai berikut:

1. Bagi sekolah

a. Lebih mengusahakan fasilitas yang dapat mendukung kelancaran kegiatan

belajar mengajar.

b. Hendaknya mendorong dan memotivasi guru untuk selalu berusaha

mengembangkan model dan metode pembelajaran yang menjadikan siswa

untuk aktif dan lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran.

2. Bagi guru

a. Hendaknya guru selalu meningkatkan kemampuannya dalam

mengembangkan dan menyampaikan materi serta dalam mengelola kelas

dengan menerapkan pembelajaran inovatif, sehingga proses dan hasil

pembelajaran dapat terus meningkat seiring dengan meningkatnya

kemampuan yang dimiliki.

139

b. Hendaknya selalu mengembangkan model dan metode pembelajaran yang

dapat merangsang siswa untuk aktif dan lebih mudah dalam memahami

materi pembelajaran.

c. Kerjasama guru dan siswa selama proses pembelajaran harus diperhatikan

sehingga suasana pembelajaran menjadi lebih kondusif dan siswa dapat

lebih mudah memahami materi pembelajaran.

3. Bagi siswa

a. Hendaklah berpartisipasi secara aktif selama proses pembelajaran.

b. Hendaknya siswa dapat bekerjasama dalam arti positif, baik dengan guru

maupun dengan siswa yang lain dalam proses belajar mengajar.

c. Hendaknya meningkatkan keterampilan berkomunikasi yang baik

sehingga tidak merasa canggung ketika hendak bertanya maupun

mengutarakan pendapat kepada orang lain.

140

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Anita Lie. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: PT Gramedia

Asep Jihad. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Press

Cholid Narbuko. 2003. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Devi Catur Pawestri. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teams

Games Tournament (TGT) Pada Mata Pelajaran Ekonomi Sebagai

Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 3

Surakarta Tahun Pelajaran 2008/2009. Surakarta: UNS

Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Nana Sujana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Oemar Humalik. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Purwodarminto. 1992. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Rochiati Wiriatmadja. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya

Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media

Suharsimi Arikunto, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Susilo. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher

Wina Sanjaya. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media

Grup

141

Zainal Aqib. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru. Bandung: Yrama

Widya

http://www.penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/kelebihan-model

pembelajaran-kooperatif.html)

Diakses pada tanggal 3 Desember 2009 pukul 12.53 WIB

http://learning withme.blogspot.com/2006/09/pembelajaran.html

Diakses pada tanggal 29 Januari 2010 pukul 10.00 WIB

http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/manajemen/article/view/3313/1073

Diakses pada tanggal 29 Januari 2010 pukul 10.37 WIB

142

i