Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team...

20
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Turnament (TGT) Berbantuan Media “ Pohon Pintar” 2.1.1.1 Pengertian Model pembelajaran Kooperatif Menurut Eggen dan Kauchak dalam Wardhani(2005), model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran menurut Joyce (Trianto, 2011:5) adalah “Suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain”. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guru adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut Davidson dan Warsham (dalam Isjoni, 2011: 28), “Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berefektifitas yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik”. Slavin (dalam Isjoni, 2011: 15) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen”. Jadi dalam model pembelajaran kooperatif ini, siswa bekerja sama dengan kelompoknya untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan begitu siswa akan bertanggung jawab atas belajarnya sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan yang diberikan pada mereka. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan pembentukan kelompok yang bertujuan untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif.

Transcript of Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team...

Page 1: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3736/3/T1_262012013_BAB II… · 2.1.1.6.1 Kelebihan Model pembelajaran kooperatif Team

7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Turnament (TGT)

Berbantuan Media “ Pohon Pintar”

2.1.1.1 Pengertian Model pembelajaran Kooperatif

Menurut Eggen dan Kauchak dalam Wardhani(2005), model pembelajaran adalah

pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai

suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan,

melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran menurut

Joyce (Trianto, 2011:5) adalah “Suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan

sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam

tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya

buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain”. Salah satu model pembelajaran yang

dapat diterapkan guru adalah model pembelajaran kooperatif.

Menurut Davidson dan Warsham (dalam Isjoni, 2011: 28), “Pembelajaran

kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa untuk tujuan

menciptakan pendekatan pembelajaran yang berefektifitas yang mengintegrasikan

keterampilan sosial yang bermuatan akademik”. Slavin (dalam Isjoni, 2011: 15)

menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana

siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen”. Jadi dalam model

pembelajaran kooperatif ini, siswa bekerja sama dengan kelompoknya untuk

menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan begitu siswa akan bertanggung jawab atas

belajarnya sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang diberikan pada mereka.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan pembentukan kelompok yang

bertujuan untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif.

Page 2: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3736/3/T1_262012013_BAB II… · 2.1.1.6.1 Kelebihan Model pembelajaran kooperatif Team

24

2.1.1.2 Unsur-unsur Pokok Model Pembelajaran Kooperatif

Ada 4 unsur pokok model pembelajaran kooperatif, yaitu: 1. adanya peserta dalam

kelompok, 2. adanya aturan kelompok, 3. adanya upaya belajar setiap anggota kelompok,

dan 4. adanya tujuan yang akan dicapai (Sanjaya, 2009: 241).

2.1.1.2.1 Adanya Peserta dalam Kelompok

Peserta pembelajaran kooperatif adalah para siswa yang melakukan kegiatan

belajar secara berkelompok. Pengelompokan siswa bisa dilakukan berdasarkan beberapa

pertimbangan, misalnya minat, bakat kemampuan akademis, dst. Pertimbangan apapun

yang dipilih dalam mengelompokkan siswa, tujuan pembelajaran harus yang diutamakan.

2.1.1.2.2. Adanya Aturan Kelompok

Aturan kelompok merupakan sesuatu yang telah disepakati oleh pihak-pihak

yang terlibat, baik siswa sebagai peserta didik maupun siswa sebagai anggota kelompok.

2.1.1.2.2 Adanya Upaya Belajar Setiap Anggota Kelompok

Upaya belajar merupakan segala aktivitas siswa untuk meningkatkan

kemampuan, baik kemampuan yang telah dimiliki, maupun kemampuan yang baru.

Aktivitas belajar siswa dilakukan secara berkelompok, sehingga diantara mereka terjadi

saling membelajarkan melalui tukar pikiran, pengalaman, maupun gagasan.

2.1.1.2.3. Adanya Tujuan yang Akan Dicapai

Aspek tujuan dalam model pembelajaran ini dimaksudkan untuk memberikanb

arah pada perencanaan, pelaksanaan, dan juga evaluasi. Dengan adanya tujuan yang

jelas, setiap anggota kelompok dapat memahami sasaran setiap aktivitas belajar.

2.1.1.3 Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-

elemen yang saling berhubungan. Elemen-elemen yang sekaligus merupakan karakteristik

pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: saling ketergantungan positif, interaksi

tatap muka, akuntabilitas individual, dan keterampilan hubungan antar pribadi (Nurhadi

dan Senduk, 2003: 60). Berikut penjelasan untuk masing-masing elemen.

2.1.1.3.1 Saling Ketergantungan Positif

Saling ketergantungan positif adalah hubungan yang saling membutuhkan. Saling

ketergantungan positif menuntut adanya interaksi promotif yang memungkinkan sesama

siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil yang optimal, yang dicapai melalui:

Page 3: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3736/3/T1_262012013_BAB II… · 2.1.1.6.1 Kelebihan Model pembelajaran kooperatif Team

24

a. saling ketergantungan pencapaian tujuan, b. saling ketergantungan dalam

menyelesaikan tugas, c. saling ketergantungan bahan atau sumber belajar, d. saling

ketergantungan peran, dan saling ketergantungan hadiah.

2.1.1.3.2. Interaksi Tatap Muka

Interaksi tatap muka terwujud dengan adanya dialog yang dilakukan bukan hanya

antara siswa dengan guru tetapi juga antara siswa dengan siswa. Interaksi semacam itu

memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber belajar. Fakta seperti itu

dibutuhkan karena ada siswa yang merasa lebih mudah belajar dari sesama siswa.

2.1.1.3.3. Akuntabilitas Individual

Pembelajaran kooperatif terwujud dalam bentuk belajar kelompok. Meskipun

demikian penilaian tertuju pada penguasaan materi belajar secara individual. Hasil

penilaian pada kemampuan individual tersebut selanjutnya disampaikan guru kepada

kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa diantara mereka yang

memerlukan bantuan dan yang dapat memberikan bantuan.

2.1.1.3.4. Keterampilan Menjalin Hubungan antar Pribadi

Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

(interpersonal relationship) dikembangkan. Pengembangan kemampuan tersebut

dilakukan dengan melatih siswa untuk bersikap tenggang rasa, sopan, mengkritik ide

bukan pribadi, tidak mendominasi pembicaraan, menghargai pendapat orang lain, dst.

2.1.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Turnament

Metode TGT dikembangkan pertama kali oleh David De Vries dan Keith Edward.

Menurut David De Vries dan Keith Edward metode ini merupakan suatu pendekatan kerja

sama antar kelompok dengan mengembangkan kerja sama antarpersonal. Dalam

pembelajaran TGT peserta didik memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain

untuk memperoleh skorbagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru

dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi

pelajaran.Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan

kelompok.

Page 4: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3736/3/T1_262012013_BAB II… · 2.1.1.6.1 Kelebihan Model pembelajaran kooperatif Team

24

Menurut Saco (2006), dalam TGT siswa memainkan permainan-permainan

dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing.

Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang

berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan

pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka).Permainan

dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi

angka. Tiap siswa, misalnya, akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka tadi dan

berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut.

Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif

yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan

status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan

dan penguatan (reinforcement). Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam

pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks

disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan

belajar (Kiranawati, 2007)

Dari ketiga pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa TGT merupakan tipe

pembelajaran kooperatif yang melibatkan keaktifan siswa baik individu maupun kelompok

dan mengandung unsur permainan dan turnament yang menggembirakan.

Ditinjau dari kompetensi yang dapat dikembangkan dalam Model Pembelajaran

TGT yaitu sebagai berikut.

1. Pengetahuan (knowledge) yaitu kesadaran dalam aspek kognitif, dengan

menggunakan TGT pengetahuan siswa mengenai materi pelajaran akan lebih

mendalam karena dalam TGT ada unsur tutor sebaya.

2. Pemahaman (understanding) yaitu menyangkut kognitif dan afektif yang dimiliki oleh

individu. Di samping memahami materi pelajaran dengan TGT siswa juga dilatih untuk

memahami perasaan orang lain.

3. Kemampuan (skill) adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas

atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Kompetensi ini dapat dengan mudah

diperoleh siswa, karena dalam TGT dapat mengembangkan banyak kompetensi

diantaranya membuat pertanyaan dan menjelaskan kepada siswa lain.

Page 5: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3736/3/T1_262012013_BAB II… · 2.1.1.6.1 Kelebihan Model pembelajaran kooperatif Team

24

4. Nilai (value) adalah suatu standar perilaku yang diyakini dan secara psikologis telah

menyatu dalam diri seseorang. Kompetensi ini pada TGT terkandung dalam kejujuran

dalam merahasiakan soal masing-masing individu, keterbukaan dalam memberikan

penjelasan kepada teman lain dan demokrasinya terlihat ketika berdiskusi untuk

menyatukan pendapat yang berbeda.

5. Sikap (attitude) yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau reaksi

terhadap suatu rangsangan yang akan datang dari luar. Kompetensi sikap diperoleh

siswa karena dalam TGT siswa belajar dengan kelompok masing-masing tanpa ada

tekanan dari guru, sehingga siswa merasa senang dan santai.

6. Minat (interest) adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu

perbuatan. Adanya turnamen dalam TGT meningkatkan minat belajar siswa untuk

mempelajari materi pelajaran.

2.1.1.5 Komponen dan Pelaksanaan Pembelajaran TGT

Menurut Robert E. Slavin (2008), pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5

komponen utama, yaitu : presentasi di kelas, tim (kelompok), game (permainan), turnamen

(pertandingan), dan rekognisi tim (perhargaan kelompok). Prosedur pelaksanaan TGT

dimulai dari aktivitas guru dalam menyampaikan pelajaran, kemudian siswa bekerja dalam

tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran.

Selanjutnya diadakan turnamen, di mana siswa memainkan game akademik dengan

anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya.

TGT modifikasi dari Robert E. Slavin terdiri dari 5 tahap aktivitas pengajaran

sebagai berikut :

2.1.1.5.1 Persiapan

Guru mempersiapkan media pembelajaran dan materi yang akan disampaikan

beserta Lembar Kerja Kelompok (LKK). Melakukan tanya jawab mengenai pengetahuan

awal materi yang akan dipelajari. Kemudian guru mempersiapkan alat-alat untuk

permainan, yaitu : kartu permainan yang dilengkapi nomor, skor, dan pertanyaan

mengenai materi.

2.1.1.5. 2. Presentasi Kelas

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas,

biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, dan diskusi yang

Page 6: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3736/3/T1_262012013_BAB II… · 2.1.1.6.1 Kelebihan Model pembelajaran kooperatif Team

24

dipimpin guru. Disamping itu, guru juga menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang

harus dilakukan siswa, dan memberikan motivasi. Pada saat penyajian kelas ini siswa

harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena

akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game

turnament karena scor game akan menentukan scor kelompok.

2.1.1.5.3. Belajar kelompok (Tim)

Guru membagi siswa dalam kelompok – kelompok kecil. Siswa bekerja dalam

kelompok yang terdiri atas 5 orang yang anggotanya heterogen dari kemampuan

akademik, jenis kelamin, ras atau etnik yang berbeda. Dengan adanya heterogenitas

anggota kelompok, diharapkan dapat memotivasi siswa untuk saling membantu antar

siswa yang berkemampuan lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam

menguasai materi pelajaran. Pada saat pembelajaran, fungsi kelompok adalah untuk lebih

mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan

anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game (turnamen).

Setelah guru menginformasikan materi dan tujuan pembelajaran, kelompok berdiskusi

dengan menggunakan hasil lembar kerja kelompok. Dalam kelompok terjadi diskusi untuk

memecahkan masalah bersama, saling memberikan jawaban dan mengoreksi jika ada

anggota kelompok yang salah dalam menjawab. Penataan ruang kelas diatur sedemikian

rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.

2.1.1.5.4.Permaian/ Pertandingan (Game/ Turnamen)

Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji

pengetahuan yang di dapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan

game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu

bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang

menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan

siswa untuk turnamen mingguan. Masing-masing siswa menyumbangkan poin bagi

kelompoknya.

2.1.1.5.5 Rekognisi Tim (Penghargaan Tim)

Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah

menghitung skor kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas poin yang didapat

oleh kelompok tersebut. Dimana penentuan poin yang diperoleh oleh masing-masing

Page 7: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3736/3/T1_262012013_BAB II… · 2.1.1.6.1 Kelebihan Model pembelajaran kooperatif Team

24

anggota kelompok didasarkan pada jumlah kartu yang diperoleh dengan jawaban yang

benar.

2.1.1.6. Kelebihan dan kelemahan TGT

2.1.1.6.1 Kelebihan

Model pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT) ini mempunyai

kelebihan dan kekurangan. Menurut Suarjana (2000:10) dalam Istiqomah (2006), yang

merupakan kelebihan dari pembelajaran TGT antara lain :

1) Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas

2) Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu

3) Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam

4) Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa

5) Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain

6) Motivasi belajar lebih tinggi

7) Hasil belajar lebih baik

8) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi

2.1.1.6.2 Kelemahan TGT

Kelemahan TGT yaitu sebagai berikut.

2.1.1.6.2.1 Bagi guru

- Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi

akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang

kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok.

- Waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu

yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas

secara menyeluruh.

2.1.1.6.2.2 Bagi siswa

- Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan

penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah

membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar

dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.

Page 8: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3736/3/T1_262012013_BAB II… · 2.1.1.6.1 Kelebihan Model pembelajaran kooperatif Team

24

2.1.1.7 Media Pembelajaran

2.1.1.7.1 Pengertian Media pembelajaran

Secara etimologi kata ‘media’ berasal dari bahasa Latin, ‘medium’, artinya

perantara atau pengantar. Secara umum media diartikan sebagai segala sesuatu yang

dapat menyalurkan informasi dari sumber kepada penerima. Istilah media sangat populer

dalam bidang komunikasi. Proses pembelajaran pada dasarnya juga termasuk di

dalamnya karena dalam proses tersebut ada komunikasi, komunikator, dan media

komunikasi.

Ada berbagai pendapat ahli mengenai media pembelajaran. Gagne dan Briggs

(dikutip Arsyad, 2002) menyatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara

fisik digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran yang anatara lain terdiri atas

buku, tape recorder, film, foto, grafik, kaset, video, kamera, televisi, komputer dan lain-lain.

Dalam Depdiknas (2003) dinyatakan bahwa media pembelajaran adalah media pendidikan

yang secara khusus digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang sudah

dirumuskan.

2.1.1.7.2. Fungsi Media pembelajaran

Secara umum, fungsi media adalah sebagai penyalur pesan. Dalam proses

pembelajaran, fungsi media adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa

sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan efisien serta hasilnya lebih baik.Dalam

proses belajar-mengajar, media memiliki fungsi yang sangat penting. Enoch (1992)

mengemukakan bahwa penggunaan media dalam proses belajar mengajar dapat

membangkitkan rasa ingin tahu dan minat, membangkitkan motivasi dan rangsangan

dalam proses belajar mengajar, serta dapat mempengaruhi psikologis siswa. Secara lebih

khusus, Kemp dan Dayton (1985) mengidentifikasi beberapa manfaat media

pembelajaran, yaitu :

1) Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan untuk menghindari penafsiran

yang beragam

2) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik

3) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif

4) Pemakaian waktu dan tenaga lebih efisien

5) Kualitas hasil belajar siswameningkat

Page 9: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3736/3/T1_262012013_BAB II… · 2.1.1.6.1 Kelebihan Model pembelajaran kooperatif Team

24

6) Proses belajar dapat dilakukan di mana saja kapan saja

7) Menumbuhkan sikap positif siswa terhadap proses belajar

8) Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif

2.1.1.7.3 Jenis Media Pembelajaran

Ada berbagai penggolongan media. Gerlach (1971)mengklasifikasikan jenis media

berdasarkan teknologi yang digunakan, yaitu media tradisional dan media dengan

teknologi mutakhir. Media tradisional meliputi (1) media visual diam yang diproyeksikan,

(2) media visual yang tak diproyeksikan, (3) Audio, (4) multimedia , (5) visual yang

diproyeksikan, (6) media cetak, (7) pemaianan, dan (8) realita. Atmohoetomo (dalam

Ruhani, 1997) membagi media pembelajaran menjadi 3 jenis, yaitu media audio, media

visual, media audio visual.

2.1.1.7.4 Pengembangan media Pembelajaran

Hafni (1985) mengemukakan bahwa media yang akan dipilih hendaknya memiliki

karakteristik berikut :

1) Relevan dengan tujuan

2) Sederhana, Media yang digunakan hendaknya bisa menyederhanakan hal-hal yang

ruwet atau sulit sehingga siswa mudah memahami pesan yang ada dalam media

tersebut.

3) Esensial

4) Menarik dan menantang.

2.1.1.8. Pohon Pintar

Menurut kamus Bahasa Indonesia Dekdibud (1988 : 686, 691) pengertian pohon

adalah: tumbuhan yang berbatang keras dan besar. Dan bahagian yang permukaan atau

yang dianggap pangkal, dasar. Sedangkan pengertian pintar yaitu: pandai, cakap, cerdik,

banyak akal dan mahir mengerjakan sesuatu. Dari keterangan di atas dapat

disimpulkan permainan mengenal angka melalui pohon pintar yaitu suatu alat permainan

menggunakan sebatang pohon yang telah dibentuk semenarik mungkin serta

menggunakan angka sehingga dapat membantu anak dalam meningkatkan potensi dan

kecerdasan, kreativitas yang ada dalam diri anak agar berkembang secara optimal sesuai

dengan pertumbuhan dan aspek perkembangan anak.

Page 10: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3736/3/T1_262012013_BAB II… · 2.1.1.6.1 Kelebihan Model pembelajaran kooperatif Team

24

2.1.1.8.1 Cara membuat Pohon Pintar

Permainan mengenal angka warna buah melalui pohon pintar membutuhkan

bermacam – macam bahan dan alat seperti dibawah ini :

a. Bahan : Batang pohon yang memiliki ranting, papan kayu/triplek, paku, kertas,

isolasi, kartu angka

b. Alat : Gergaji, paku, kuas, pelubang kertas

Langkah-langkah membuat pohon pintar sebagai berikut :

a. Menyiapkan bahan dan alat

b. Memilih Batang pohon dengan memiliki jumlah ranting kurang lebih sepuluh. Jika

memang membutuhkan ranting yang banyak, bisa ditambah dengan melilitkan

kawat. Kawat ditutupi menggunakan kertas warna coklat. Rekatkan dengan

isolasi.

c. Gergaji papan kayu/triplek untuk alas batang pohon.

d. Paku papan kayu dan batang pohon hingga rapi.

e. Untuk kartu angka, buatlah lingkaran dengan menggunakan tutup gelas dari kertas

manila. Lingkaran tersebut dibuat berlobang untuk meletakkan pada ranting

pohon.

f. Angka ditulis anak sendiri ketika akan mulai permainan

2.1.1.8.2 Penyajian Pohon Pintar

Penyajian atau pelaksanaan dari permainan FPB melalui ‘pohon pintar’

dilaksanakan secara kelompok dengan metode praktek langsung dan pemberian tugas..

Adapun cara penyajian dari permainan ini adalah sebagai berikut :

1) Guru menyediakan alat peraga atau media yang digunakan.

2) Guru memperkenalkan permainan FPB dan KPK dengan ‘pohon pintar’ kepada anak

dengan menggunakan metode tanya jawab.

3) Guru menjelaskan cara memainkan alat permainan tersebut kepada anak dengan

cara memperagakannya serta menetapkan aturan bermain, adapun cara

memainkannya adalah : Anak disuruh mengambil angka dan meletakkan kepada guru

angka berapa yang ia ambil, Lalu anak menggantungkannya ke pohon pintar, Anak

disuruh mengambil kartu angka yang paling banyak pada KPK, dan mengambil kartu

Page 11: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3736/3/T1_262012013_BAB II… · 2.1.1.6.1 Kelebihan Model pembelajaran kooperatif Team

24

angka sedikit pada FPB .Diibaratkan anak sedang panen. Panen melimpah pada

KPK, dan panen sedikit pada FPB.

4) Guru menetapkan aturan bermain kepada anak agar anak dapat bermain dengan

tertib sesuai aturan yang telah disepakati bersama.

5) Guru mempersilahkan atau menyuruh anak memainkan alat permainan tersebut

secara bergiliran.

6) Guru memberikan motivasi atau bimbingan serta penghargaan kepada anak dalam

melaksanakan permainan.

2.1.2 Hasil Belajar Matematika

2.1.2.1 Hasil Belajar

Konsep tentang belajar telah banyak didefinisikan oleh para pakar psikologi.

Gagne dan Barliner (1983: 252)menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana

suatu organisasi mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Morgan et.al.

(1986: 140) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif permanen yang

terjadi karena hasil daripraktik atau pengalaman.

Sedangkan Slavin (1994: 152) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan

individu yang disebabkan oleh pengalaman. Gagne (1997: 3) menyatakan bahwa belajar

merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia, yang berlangsung selama

periode tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan.

Dari keempat pengertian tersebut tampak bahwa konsep tentang belajar

mengandung tiga unsur utama yaitu :

1) Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku.

2) Perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman.

3) Perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif permanen.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku

seseorang karena proses pengalaman dan bersifat permanen.Belajar memiliki berbagai

unsur yang saling kait mengait sehingga menghasilkan perubahan perilaku (Gagne, 1997:

4).Unsur-unsur tersebut antara lain :1) pembelajar,dapat berupa peserta didik,

pembelajar,warga belajar, dan peserta pelatihan. 2) Rangsangan (stimulus). 3) Memori

yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap. 4) Respon yaitu tindakan yang

dihasilkan dari aktualisasi memori.

Page 12: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3736/3/T1_262012013_BAB II… · 2.1.1.6.1 Kelebihan Model pembelajaran kooperatif Team

24

Menurut Winkel (1991: 28) meyataka bahwa hasil belajar adalah bukti

keberhasilan dan usaha yang dilakuakan dan merupakan kecakapan yang diperoleh

melalui kegiatan pembelajaran di sekolah yang dinyatakan dengan angka. Selanjutnya

Soemantri (2001: 1) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan suatu indikator dari

perubahan yang terjadi pada diri siswa setelah mengalami proses belajar dimana untuk

mengungkapnya biasanya menggunakan suatu alat penilaian yang ditetapkan sekolah

oleh guru. Sejalan dengan pendapat tersebut Mappa (1988: 20) berpendapat bahwa hasil

belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dalam bidang studi tertentu yang

menggunakan tes standar alat ukur keberhasilan belajar seorang siswa.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Hasil belajar adalah perubahan yang terjadi

pada diri individu yang belajar, bukan saja perubahan yang mengenai pengetahuan, tetapi

juga kemampuan untuk membentuk kecakapan dalam bersikap. Hasil belajar merupakan

hasil yang dicapai oleh siswa setelah proses pembelajaran dalam waktu tertentu yang

diukur dengan menggunakan alat evaluasi tertentu. Perolehan aspek-aspek perubahan

perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Dalam

pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh pembelajar setelah

melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Benyamin S.

Bloom (gay, 1985 : 72-76; Gage dan Berliner, 198:457- 60) mengusulkan tiga taksonomi

yang disebut ranah belajar, yaitu : 1) Ranah Kognitif yang berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan, dan

kemahiran intelektual.

2) Ranah Afektif yang berhubungan dengan perasaan sikap, minat dan nilai

3) Ranah Psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan

motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf.

Alat evaluasi ini dikenal dengan instrument evalausi. Penggunaa alat evaluasi ini

adalah untuk mendapatkan hasil yang lebih baik sesuai kenyataan yang di evaluasi. Ada

dua jenis alat evaluasi dalam pembelajaran yaitu :

1) Tes adalah penilaian komprenhensive terhadap seseorang individu atau usaha

keseluruhan usaha evaluasi program. Ada dua jenis alat yang digunakan dalam

program pembelajaran :

Page 13: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3736/3/T1_262012013_BAB II… · 2.1.1.6.1 Kelebihan Model pembelajaran kooperatif Team

24

a. Tes baku (standard) artinya tes tersebut telah melalui validasi dan reliabilitas

untuk suatu tujuan tertentu

b. Tes buatan guru umumnya belum distadirisasi tetapi harus telah

dipertimbangkan factor validasi dan reliabilitasnya.

2) Non tes digunakan untuk menilai aspek-aspek tingkah laku seperi

sikap,minat,perhatian, karakteristik dan lain- lain yang sejenis.

Dalam menggunakan alat evaluasi dikenal dengan teknik evaluasi

. Teknik- teknik ini adalah :

1) Teknik Tes :

a. Tes tulisan : obyektif tes : i) Benar/salah

ii)Pilihan berganda

iii) Menjodohkan

iv Melengkapi

b. Lisan : i) satu penguji menilain satu calon

ii)Satu penguji menilai sekelompok

iii)Kelompok penguji menilai satu calon

iv)kelompok penguji menilai sekelompok calon

c. Tindakan : i) Perorangan

ii) kelompok

2) Teknik Non tes : untuk menilai aspek- aspek tingkah laku seperti sikap minat,

perhatian, dan karakteristik lain yang sejenis. Jenis non tes ini adalah :

a. Observasi : pengamatan kepada tingkah laku pada suatu situasi tertentu melalui

observasi langsung dan tidak langsung

b. Wawancara : Berkomunkasi langsung antara yang menginterview dengan yang

diinterview

c. Studi Kasus : mempelajari individu dalam periode tertentu secara terus menerus

untuk melihat perkembangannya.

d. Rating Scale :(skala penilaian) : salah satualat penilaian yang menggunakan skala

yang telah didsusun dari ujung yang negative sampai yang ujung positif

Page 14: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3736/3/T1_262012013_BAB II… · 2.1.1.6.1 Kelebihan Model pembelajaran kooperatif Team

24

e. check list hampir menyerupai rating scale hanya pada check list tidak disusun

kriterium dari yang positf ke negative cukup kemungkinankemungkinan jawaban

yang akan kita minta dari yang dinilai

f. Inventori : memilih alternative jawabab diantara setuju, kurang setuju, atau tidak

setuju

2.1.2.2 Matematika

Istilah “matematika berasal dari Bahasa Yunani, “mathein” atau “manthenein”

yang berarti mempelajari. Kata “matematika juga diduga erat hubungannya dengan kata

dari bahasa sansekerta, “medha” atau “madya” yang berarti kepandaian, ketahuan, atau

intelegensi.

Menurut Sutawijaya(1997) dalam Aisyah (2007), matematika mengkaji benda

abstrak (benda pikiran) yang disusun dalam suatu sistem aksiomatis dengan

menggunakan simbol (lambang)dan penalaran deduktif.

Sedangkan menurut Rusefendi (1989) dalam Subarinah (2006), matematika itu

terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak terdefinisikan, definisi-definisi, aksioma-

aksioma, dan dalili-dalil yang dibuktikan kebenarannya sehingga matematika disebut

sebagai ilmu deduktif

Subarinah (2006) menyatakan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan

yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya. Hal ini

berarti belajar matematika pada hakekatnya adalah belajar konsep, struktur konsep dan

mencari hubungan antar konsep dan strukturnya.

Dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan yang

mempelajari konsep-konsep abstrak yang disusun dengan menggunkan simbol dan

merupakan bahasa yang eksak serta penalaran deduktif

Pembelajarn matematika pada hakekatnya adalah proses yang sengaja

dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan memungkinkan siswa

melaksanakan kegiatan belajar matematika. Pembelajaran matematika di tingkat SD

dihararapkan dapat mengembangkan kreativitas dan kompetensi siswa .

Model belajar matematika diorientasikan untuk membuat matematika menjadi

pelajaran yang bermakna. Adapun tori belajar matematika antara lain:

Page 15: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3736/3/T1_262012013_BAB II… · 2.1.1.6.1 Kelebihan Model pembelajaran kooperatif Team

24

1) Teori Belajar Burner. Bruner mempelopori aliran psikologi kognitif yang memberi

dorongan supaya pendidikan memberikan perhatian pada pentingnya

pengembangan berfikir. Menurut Burner dalam Aisyah (2007), terdapat tiga model

tahapan perkembangan kognitif manusia yaitu : tahap enaktif, tahap Ikonik, dan

tahap Simbolik

2) Teori Belajar Dienes. Teori belajar Dienes pada prinsipnya sangat relevan dengan

dengan tori perkembangan kognitif Piaget dan konsep Pembelajaran Aktif, Kreatif,

Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM). Dienes dalam Subarinah (2006)

berpendapat bahwa konsep-konsep matematika akan mudah dipahami apabila

malalui tahapan tertentu yang dibedakan dalam 6 tahapan yaitu : 1) Permainan

Bebas (Free Play), 2) Permainan menggunakan Aturan (Games), 3) Permainan

Kesamaan Sifat (searching for communalities), 4) Permainan Representasi

(Representation), 5) Permainan dengan Simbolik (Symbolization), 6) Permainan

dengan Formalisasi (Formalization)

3) Teori Belajar Van Hiele. Van Hiele melakukan penelitian tentang perkembangan

kognitif siswa dalam memahami geometri.

2.2 Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian ini penulis menggunakan kajian beberapa penelitian yang telah

dilakukan para penulis sebelumnya yang terdiri dari :

1) Rodhy melalui PTK yang berjudul “penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT

dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Rantau

Badauh pada materi pecahan”

Berdasarkan PTK yang dilakukan oleh Rodhy guru SMP Negeri 1 Rantau badauh ,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) siswa memberikan respon yang positif dalam

pembelajaran matematika dengan model kooperatif tipe TGT; (2) rata-rata hasil belajar

siswa yang memperoleh nilai 65,0 meningkat dari 42% siswa pada evaluasi 1 menjadi 57%

pada evaluasi 2.

2) Dwi Setyorini melaui PTK yang berjudul “Penerapan pembelajaran kooperatif tipe

Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan hasil belajar matematika

pada siswa kelas X SMA Negeri 9 Malang.”

Page 16: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3736/3/T1_262012013_BAB II… · 2.1.1.6.1 Kelebihan Model pembelajaran kooperatif Team

24

Berdasarkan PTK yang dilakukan oleh Dwi Setyorini guru SMA Negeri 9 Malang

kelas X diperoleh hasil penelitian yaitu pada siklus I banyaknya siswa yang tuntas belajar

dalam subpokok bahasan menentukan besar sudut antara garis dan bidang dalam ruang

dimensi tiga adalah 64,71%, sedangkan pada siklus II banyaknya siswa yang tuntas belajar

dalam subpokok bahasan menentukan besar sudut antara dua bidang dalam ruang dimensi

tiga adalah 82,35%. Aktivitas siswa selama pembelajaran kooperatif tipe TGT secara

keseluruhan mendapat penilaian dari observer sebesar 62,5% pada siklus I dan pada siklus

II sebesar 82,29%. Dalam analisis persentase skor rata-rata observer tersebut menunjukkan

bahwa aktivitas siswa termasuk dalam kategori “baik” untuk siklus I dan kategori “sangat

baik” untuk siklus II. Aktivitas guru selama pembelajaran kooperatif tipe TGT secara

keseluruhan mendapat penilaian dari observer sebesar 71,82% pada siklus I dan pada

siklus II sebesar 83,33%. Dalam analisis persentase skor rata-rata observer tersebut

menunjukkan bahwa aktivitas guru termasuk dalam kategori baik untuk siklus I dan kategori

sangat baik untuk siklus II. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SMA Negeri 9 Malang

untuk mata pelajaran matematika adalah 75. Berdasarkan ketuntasan pembelajaran di SMA

Negeri 9 Malang, pelaksanaan pembelajaran dikatakan berhasil apabila sekurangkurangnya

75% siswa mendapat nilai minimal 75.

3) Febriana Dheni Purnasari dalam PTK yang berjudul Upaya Meningkatkan Prestasi

Belajar Matematika Melalui Cooperative Learning Tipe Teams Games Tournament

(TGT) Terhadap Pokok Bahasan Pecahan pada Siswa Kelas IV SDN Negeri 3

Karangrejo Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo Tahun Pelajaran

2011/2012

Berdasarkan PTK yang dilakukan oleh Febrina Dheni Purnasari pada Siswa kelas IV

SDN Negeri 3 Karangrejo Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo menunjukkan

bahwa penggunaaan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Teams Games

Tournament dapat meningkatkan hasil belajar matematika. hasil penelitian menunjukkan

bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata pelajaran matematika

dapat meningkatan prestasi belajar siswa dari siklus I dengan persentase sebesar 28,40%

dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 11 siswa dari 12 siswa. Hal ini menunjukan

adanya ketuntasan yang baik karena pada pra siklus jumlah siswa yang tidak tuntas

sebanyak 5 siswa dengan presentase 42 % kemudian pembelajaran pada siklus II juga

Page 17: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3736/3/T1_262012013_BAB II… · 2.1.1.6.1 Kelebihan Model pembelajaran kooperatif Team

24

memberikan hasil yang baik, yakni dengan tingkat kelulusan sebesar 100% dengan jumlah

keseluruhan siswa mengalami ketuntasan hasil belajar pada pokok bahasan pecahan. Bila

dibandingkan dengan kondisi pra siklus hingga siklus II, maka terjadi peningkatan sebesar

42 %.

Dilihat dari berbagai penelitian seperti tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa

penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

.Sehingga peneliti akan mencoba untuk melakukan penelitian dengan judul peningkatkan

hasil belajar matematika dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

dengan berbantuan media pohon pintar pada siswa kelas 5 SD negeri Gerlang Semester 1

tahun Pelajaran 2013/2014.

2.3 Kerangka Berfikir

Upaya yang diperlukan untuk mendorong siswa aktif dalam kegiatan belajar di

kelas selalu bergantung pada guru. Keaktifan siswa belum berkembang selama proses

pembelajaran yang berdampak pada prestasi belajar siswa masih rendah dalam

mempelajari materi KPK dan FPB. Hal ini yang menjadi indikator perlunya upaya untuk

membantu siswa agar dapat mempelajari materi KPK dan FPB dengan lebih baik sesuai

dengan tujuan pembelajaran.Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih

mendorong keaktifan, kerjasama dan tanggung jawab dalam diri siswa. Selain itu tercipta

susana pembelajaran yang menyenangkan. Melalui penerapan model pembelajaran

Kooperatif tipe TGT hasil belajar siswa kelas 5 SDN Gerlang semester 1 Tahun pelajaran

2013/2014 dapat meningkat.

Berdasarkan paparan di atas, maka kerangka penelitian tindakan kelas ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

Page 18: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3736/3/T1_262012013_BAB II… · 2.1.1.6.1 Kelebihan Model pembelajaran kooperatif Team

24

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas diduga melalui penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan media pohon pintar dapat

meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 5 SD Negeri Gerlang semester 1 tahun

pelajaran 2013/2014

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berfikir di atas maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini

adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan berbantuan media

pohon pintar dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 5 SD Negeri

Gerlang semester 1 tahun pelajaran 2013/2014

Kondisi awal Tindakan Kondisi akhir

Model pembelajaran masih berorientasi pada guru sehingga siswa kurang aktif selama kegiatan pembelajaran akibatnya prestasi belajar siswa masih rendah

Penjelasan tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT •Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT .•Refleksi dari hasil siklus mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT Pemilihan media

pembelajaran

Peningkatan hasil

belajar matematika

siswa kelas 5

SDNegeri Gerlang

semester 1 tahun

pelajaran 2013/2014

Evaluasi awal

Evaluasi efek

Evaluasi akhir

Page 19: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3736/3/T1_262012013_BAB II… · 2.1.1.6.1 Kelebihan Model pembelajaran kooperatif Team

24

Page 20: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3736/3/T1_262012013_BAB II… · 2.1.1.6.1 Kelebihan Model pembelajaran kooperatif Team

24

.