Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group...

24
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran TIK (Jaringan) Di Kelas IX C SMPN 8 Salatiga Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015 Artikel Ilmiah Diajukan kepada Fakultas Teknologi Pendidikan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer Disusun oleh: Adrianus Andri (702010110) Mila Chrismawati Paseleng, S.Si. , M.Pd. Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2015

Transcript of Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group...

Page 1: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13968/2/T1_702010110_Full... · MAN,WAN, PAN, internet dan intranet. Berdasarkan permasalahan

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan

Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran TIK (Jaringan) Di Kelas IX C SMPN 8

Salatiga Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada

Fakultas Teknologi Pendidikan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Disusun oleh:

Adrianus Andri (702010110) Mila Chrismawati Paseleng, S.Si. , M.Pd.

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

2015

Page 2: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13968/2/T1_702010110_Full... · MAN,WAN, PAN, internet dan intranet. Berdasarkan permasalahan

ii

Page 3: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13968/2/T1_702010110_Full... · MAN,WAN, PAN, internet dan intranet. Berdasarkan permasalahan

iii

Page 4: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13968/2/T1_702010110_Full... · MAN,WAN, PAN, internet dan intranet. Berdasarkan permasalahan

iv

Page 5: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13968/2/T1_702010110_Full... · MAN,WAN, PAN, internet dan intranet. Berdasarkan permasalahan

v

Page 6: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13968/2/T1_702010110_Full... · MAN,WAN, PAN, internet dan intranet. Berdasarkan permasalahan

vi

Page 7: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13968/2/T1_702010110_Full... · MAN,WAN, PAN, internet dan intranet. Berdasarkan permasalahan

vii

Page 8: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13968/2/T1_702010110_Full... · MAN,WAN, PAN, internet dan intranet. Berdasarkan permasalahan

1

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan

Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran TIK (Jaringan) Di Kelas IX C SMPN 8

Salatiga Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015

1)Adrianus Andri, 2) Mila Chrismawati Paseleng

Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia Email: 1) [email protected], 2)[email protected]

Abstract

The purpose of this study to improve the student’s learning activities and student’s learning outcomes using design group investigation in ICT lesson. This study used classroom action research, in which every cycle has four stages: planning, action, observation and reflection. The research instruments are test, observation, and documentary studies. The population in this study are students of grade IX of SMP Negeri 8 in Salatiga, and the sample in this study are grade IX C with a total sample of 30 students. The results show the use of design group investigation can improve the student’s learning activities in particular related to involvement in group work, student’s attention to the teacher’s explanations, student’s attention to the group and student cognitive outcomes in ICT lesson. This is proven by the increase of student’s learning activities in each meeting and increase of students cognitive the outcomes in each cycle. Keywords: Design group investigation, student activity, students learning outcomes

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa menggunakan model group investigasi dalam pelajaran TIK. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dimana di setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Instrumen yang digunakan berupa tes, observasi dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP N 8 salatiga, dan sampel yang digunakan adalah kelas IX C dengan total sampel 30 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model group investigasi dapat meningkatkan keaktifan khususnya yang berkaitan keterlibatan siswa dalam kerja kelompok, perhatian siswa terhadap penjelasan guru dan perhatian siswa terhadap penjelasan kelompok dan hasil belajar kognitif siswa pada pembelajaran TIK. Hal ini dapat dibuktikan dengan peningkatan persentase keaktifan siswa pada setiap pertemuan dan hasil belajar kognitif siswa pada setiap siklus. Kata Kunci: Model group investigasi, Keaktifan Siswa, Hasil Belajar, Penelitian

Tindakan Kelas 1)Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

2)Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Page 9: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13968/2/T1_702010110_Full... · MAN,WAN, PAN, internet dan intranet. Berdasarkan permasalahan

2

1. Pendahuluan Terjadi pergeseran paradigma tentang belajar yaitu pembelajaran

yang semula berpusat kepada guru (Teacher centered) beralih ke pembelajaran aktif yang berpusat pada siswa (Student centered). Pembelajaran student centered menempatkan siswa sebagai subjek sekaligus objek belajar, sedangkan guru sebagai fasilitator. Inti dari proses pembelajaran ini adalah seluruh kegiatan siswa dalam mencapai tujuan belajar. Penerapannya dalam pembelajaran TIK menuntut siswa untuk aktif baik secara fisik maupun mental untuk mengikuti pembelajaran. Keaktifan dalam hal ini diwujudkan siswa dengan memperhatikan dan memperaktekkan langsung pengetahuan yang diberikan oleh guru. Dengan demikian penguasaan siswa akan maksimal sehingga hasil belajarnya lebih baik.

Observasi yang dilakukan kegiatan pembelajaran TIK di SMPN 8 Salatiga. Ketika guru menyampaikan materi, hanya beberapa siswa yang memperhatikan dan pada saat guru selesai menyampaikan materi hanya satu atau dua siswa yang aktif bertanya, menjawab pertanyaan guru maupun untuk berargument yang lainnya hanya pasif selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran yang diterapkan guru masih tidak efektif seperti proses pembelajaran masih terpusat pada guru (Teacher centered), kurangnya interaksi antara siswa dengan guru,antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan sumber belajar, siswa kurang diberikan tugas diskusi kelompok maupun individu. Hal ini mengakibatkan siswa tidak aktif yang akhirnya berdampak pada hasil belajar kognitif siswa yang tidak tercapai secara maksimal. Berikut data hasil observasi keaktifan dan hasil belajar siswa yang dilaksanakan pada tanggal 10 dan 18 september 2014, perhatian siswa terhadap penjelasan guru 61%, keterlibatan siswa dalam kerja kelompok 58,2%, perhatian siswa terhadap penjelasan kelompok 65,25%, dimana terdapat 61% siswa memperoleh tingkat presentase keaktifan sedang. Kemudian dilihat hasil belajar kognitif dari 30 siswa diketahui 18 siswa yang sudah mendapatkan nilai diatas KKM yaitu 60% dan 12 siswa masih dibawah KKM 40%. Dari hasil kerja kelompok rata-rata nilai 62,42 dengan materi menjelaskan jenis-jenis jaringan LAN, MAN,WAN, PAN, internet dan intranet.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dibutuhkan model pembelajaran yang dapat mengaktifan siswa dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dan mendorong keterlibatan siswa di dalam proses pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi pelajaran TIK. Model pembelajaran yang melatih siswa mampu memecahkan masalah atau persoalan yang diberikan guru, dengan menempatkan guru sebagai fasilitator belajar. Salah satu model tersebut adalah dengan penerapan model pembelajaran group investigation. Model group investigation merupakan model pembelajaran yang menekankan partisipasi dan aktivitas peserta didik untuk bekerja sama dalam kelompok diskusi untuk berusaha mencari

Page 10: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13968/2/T1_702010110_Full... · MAN,WAN, PAN, internet dan intranet. Berdasarkan permasalahan

3

sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui berbagai sumber dari buku pelajaran maupun internet [1]. Dalam model investigation kelompok merupakan sebagai wahana untuk mendorong dan membimbing keterlibatan siswa selama proses pembelajaran. Keaktifan siswa melalui investigasi kelompok ini diwujudkan di dalam aktivitas saling bertukar pikiran melalui komunikasi yang terbuka dan bebas serta kebersamaan melalui dari kegiatan merencanakan sampai pada pelaksanaan investigasi topik [2]. Selain itu materi ajar dijelaskan oleh siswa pada kegiatan presentasi yang diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka akan dilakukan penelitian tentang model group investigation dalam pembelajaran TIK. Melalui penerapan model group investigation dalam penelitian ini diharapkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas IX C dengan materi jaringan di SMPN 8 Salatiga dapat meningkat.

2. Tinjuan Pustaka

Penelitian sebelumnya dilakukan Dwi Rahayu Widyaningsih mengenai upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata diklat IPS ekonomi melalui model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) kelas penjualan di SMK BATIK 2 Surakarta tahun pelajaran 2008/2009. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Pemilihan topik atau materi pembelajaran ditentukan oleh setiap kelompok yang terdiri 8 kelompok dari 41 jumlah siswa dan setiap kelompok beranggotakan 5 siswa dan 1 kelompok beranggotakan 6 siswa, pemilihan kelompok sesuai dengan no urut absen. Observasi yang digunakan nonpartisipatif peneliti hanya berperan sebagai pengamat. Penelitian hanya menekankan pada peningkatan hasil belajar ranah kognitif tes evaluasi. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran, sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model group investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa [3].

Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Putu Ayu Fitri Mayasari Karya yaitu Penerapan Metode pembelajaran group investigation pada mata pelajaran TIK untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII G SMP Negeri 2 Singaraja Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang tediri dari dua siklus, dimana pemilihan anggota kelompok ditentukan oleh siswa sendiri berdasarkan penomoran yang terdiri dari 5 kelompok beranggotakan 5 siswa dengan jumlah dalam satu kelas 25 siswa dan pemilihan topik pembahasan secara undian oleh guru mengenai materi perangkat lunak pengolah kata. Kemudian penilaian hasil belajar menekankan pada peningkatan hasil belajar afektif atau aktivitas siswa, psikomotorik dan kognitif berupa tes evaluasi serta respon siswa mengenai penerapan model group investigation [4].

Page 11: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13968/2/T1_702010110_Full... · MAN,WAN, PAN, internet dan intranet. Berdasarkan permasalahan

4

Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya yang membahas terkait penerapan model pembelajaran group investigation dalam berbagai kasus. Dimana dalam penelitian tersebut pemilihan topik dan pembentukan kelompok serta observasi atau pengamatan memiliki perbedaan masing-masing. Kemudian penilaian hasil belajar menekankan pada peningkatan hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik, serta penelitian merupakan penelitian tindakan kelas. Maka dilakukan penelitian yang membahas tentang penggunaan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK. Khususnya mengenai materi dasar-dasar sistem jaringan internet atau intranet dan perangkat keras untuk akses internet dikelas IXC SMP Negeri 8 Salatiga. Dalam penelitian ini, uji coba pembelajaran dilakukan dengan penelitian tindakan kelas. Dimana penelitian ini terdiri dari 2 siklus, siklus 1 setiap kelompok beranggotakan 5 siswa dari 6 kelompok dengan jumlah 30 siswa dalam satu kelas, dalam setiap kelompok terdapat ketua kelompok yang sudah ditentuakan oleh guru berdasarkan prestasi belajarnya. Pemilihan topik sesuai no urut kelompok terdiri dari 6 topik pembahasan. Siklus 2 pembagian kelompok ditentukan oleh siswa yang berhak menentukan setiap anggota kelompoknya, kelompok terbentuk 11 kelompok yang beranggotakan 3 siswa dan ada 3 siswa anggota kelompoknya 2 orang. Pemilihan topik memakai sistem undian terdiri dari 11 topik pembahasan. Penekanan penilaian hasil belajar hanya melihat peningkatan hasil belajar kognitif yang mencakup kerja kelompok,tes evaluasi dan afektif berupa keaktifan siswa.

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pendoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas [5]. Model group investigation merupakan cara yang langsung dan efisien untuk mengajarkan pengetahuan akdemik sebagai proses sosial dan lebih menekankan kepada kerjasama peserta didik dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok, siswa diorganisir ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 2 atau 3 orang yang disertai tugas, melalui kerjasama kelompok peserta didik akan belajar bagaimana bekerja dengan teman lain atau seluruh siswa di kelas dalam berbagai variasi tugas [2].

Prinsip-prinsip model pembelajaran group investigation adalah sebagai berikut: a) Membutuhkan kemampuan kelompok, dimana dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat kesempatan memberikan kontribusi dan dalam penyelidikan, siswa dapat mencari informasi dari berbagai sumber atau informasi lainnya, baik dari dalam maupun di luar kelas, kemudian siswa mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap anggota untuk mengerjakan lembar kerja; b) Rencana kooperatif, siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas; c) peran guru, guru menyediakan sumber belajar dan sebagai fasilitator artinya bahwa guru memperhatikan, mengawasi, mengatur dan membantu

Page 12: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13968/2/T1_702010110_Full... · MAN,WAN, PAN, internet dan intranet. Berdasarkan permasalahan

5

siswa dalam pekerjaannya jika siswa menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok [6].

Langkah-langkah model pembelajaran group investigation adalah sebagai berikut: (a) mengidentifikasi topik dan mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok, para siswa menelaah sumber-sumber informasi, menentukan topik dan bergabung ke dalam kelompok belajar, dengan pilihan topik yang sama atau ditentuakan oleh guru. Komposisi kelompok didasarkan atas ketertarikan topik yang sama dan heterogen. (b) merencanakan tugas-tugas belajar, direncanakan secara bersama-sama oleh para siswa dalam kelompoknya masing-masing, yang meliputi; apa yang kita selediki, bagaimana melakukannya, bagaimana pembagian kerja dan untuk tujuan apa topik ini diinvestigasi. (c) melaksanakan investigasi, siswa mencari informasi-informasi, menganalisis data dan membuat kesimpulan. Setiap anggota kelompok harus berkontribusi kepada usaha kelompok, para siswa bertukar pikiran, mendiskusikan, mengklarifikasikan dan mensintesis ide-ide. (d) menyiapkan laporan akhir, anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial proyeknya, merencanakan apa yang akan dilaporkan dan bagaimana membuat presentasinya. (e) mempresentasikan laporan akhir, presentasi dibuat untuk keseluruhan kelas dalam berbagai macam bentuk. Bagian-bagian presentasi harus secara aktif dapat melibatkan pendengar (kelompok lain). (f) evaluasi, para siswa berbagi mengenai balikan terhadap topik yang dikerjakan, kerja yang telah dilakukan dan pengalaman-pengalaman afektifnya. Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran [7].

Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik dan kegiatan piskis. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampialan-keterampilan dan sebagainya. Sedangkan kegiatan piskis misalnya menggunakan pengetahuan yang dimiliki dan memecahkan masalah yang dihadapi,membandingkan satu konsep dengan yang lain dan menyimpulkan selama proses kegiatan pembelajaran [8]. Ciri dari keaktifan belajar diantaranya, 1) perhatian siswa terhadap penjelasan guru yang dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada guru apabila tidak memahami persoalan dan mengerjakan tugas yang diberikan guru, 2) keterlibatan siswa dalam kerja kelompok adalah berusaha mencari berbagai informasi yang diperoleh untuk pemecahan masalah, melaksanakan diskusi kelompok, mengerjakan tugas kelompok dan mencatat tugas diberikan guru dan melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru, 3) perhatian siswa terhadap penjelasan kelompok yang dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada kelompok, mendengarkan penjelasan kelompok dan memberikan jawaban terhadap kelompok [9].

Hasil belajar itu mencakup kemampuan ranah kognitif (pengetahuan, ingatan, pemahaman, menjelaskan dan meringkas) afektif (sikap menerima, memberikan respons dan karakteristik) dan pisikomotorik (keterampilan) [10]. Hasil belajar adalah suatu penilaian

Page 13: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13968/2/T1_702010110_Full... · MAN,WAN, PAN, internet dan intranet. Berdasarkan permasalahan

6

akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. hasil belajar yang semakin membaik akan mampu membentuk pribadi individu siswa. Hasil belajar siswa dalam pelajaran TIK hanya menekankan pada hasil belajar ranah afektif berupa keaktifan siswa dan hasil belajar kognitif berupa pengetahuan siswa mengenai materi pelajaran TIK yang mencakup siswa mampu memahami dasar-dasar sistem jaringan di internet atau intranet dan mengidentifikasi perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan dalam akses internet atau intranet.

3 . Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas atau sering disebut dengan CAR (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan kelas dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelasnya [11]. Penelitian ini menggunakan desain tindakan model Kemmis & Mc Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin, hanya saja komponen acting (tindakan) dengan observing (pengamatan) dijadikan sebagai suatu kesatuan karena keduanya merupakan kegiatan yang tak terpisahkan terjadi dalam waktu yang sama [12]. Model yang dikemukakan oleh Kemmis & Mc Taggart terdiri dari empat komponen, yaitu: plan (perencanaan), acting dan observing (tindakan dan pengamatan) dan reflect (refleksi). Pelaksanaan tindakan dilakukan sampai target yang diinginkan tercapai. Desain penelitian tersebut dapat dilihat dalam bentuk gambar 1.

Gambar 1 Siklus PTK menurut Kemmis & Taggart [12].

Langkah-langkah pelaksanaan penelitian terdiri dari siklus pertama dan siklus kedua, masing-masing siklus terdiri dari beberapa tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

Tahap perencanaan dilakukan oleh peneliti dan guru mata pelajaran TIK sebagai kolaborasi. Perencanaan yang di lakukan mencakup persiapan yang dibutuhkan saat pelaksanaan siklus I yaitu menyiapkan Rencana

Page 14: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13968/2/T1_702010110_Full... · MAN,WAN, PAN, internet dan intranet. Berdasarkan permasalahan

7

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berisi serangkaian kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran group investigation, menyiapkan instrumen lembar obeservasi atau pengamatan, dokumentasi dan tes hasil belajar serta mempersiapkan lembar kerja kelompok.

Tahap pelaksanaan, rancangan model dan sekenario di terapkan dalam pembelajaran di kelas. Dalam pelaksanaan tindakan ini guru sebagai observer dan peneliti sebagai pengajar. Pelaksanaan siklus I dilakukan dalam 3 kali pertemuan yang dilakukan sesuai dengan RPP yang telah dibuat, Tetapi pertemuan ketiga hanya dilakukan tes evaluasi siklus I tanpa penerapan model group investigation. Pertemuan pertama siklus I,pembelajaran dimulai dengan pembagian kelompok dan topik yang telah ditentukan sebelumnya oleh guru, pembagian ketua kelompok berdasarkan prestasi belajar,dimana setiap kelompok terdapat ketua kelompok yang memiliki prestasi belajar memang baik. Kelompok terbagi menjadi 6 kelompok dan setiap kelompok beranggotakan 5 siswa. Setelah kelompok terbentuk guru mempresentasikan materi pembelajaran mengenai dasar-dasar sistem jaringan internet atau intranet dengan topik permasalahan yaitu 1. Jaringan LAN, 2. Jaringan WAN, 3. Jaringan MAN, 4. Jaringan internet, 5. Jaringan intranet dan 6. jaringan personal area network (PAN), kemudian setiap kelompok dibagikan lembar kerja kelompok untuk dibahas bersama anggota kelompok.

Pertemuan kedua, pembagian kelompok dan ketua kelompok sama seperti pertemuan pertama yang berbeda hanya pembagian topik permasalahan. Guru mempresentasikan materi mengenai topologi jaringan dengan topik permasalahan adalah 1.Topologi mesh, 2.Topologi tree, 3.Topologi bus, 4.Topologi star, 5.Topologi linear dan 6.Topologi ring.

Refleksi siklus I, peneliti dan pengamat melakukan diskusi tentang hal-hal yang dirasakan sudah berjalan dengan baik dan bagian mana yang belum. Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang baru selesai dilaksanakan dalam siklus I, peneliti dan observer menentuakan rancangan untuk siklus kedua.

Pertemuan pertama siklus II, pembagian anggota kelompok diserahkan kepada siswa, setiap siswa berhak menentukan anggota kelompoknya jumlah kelompok beranggotakan 3 siswa dan ada 3 kelompok yang beranggotakan 2 siswa. Kelompok yang terbentuk menjadi 11 kelompok. Kemudian pemilihan topik pembahasan memakai sistem undian terdiri dari 11 topik. Materi pembelajaran mengenai perangkat keras untuk mengakses internet. Setelah semua kelompok terbentuk, guru membagikan lembar kerja kelompok pada setiap kelompok.

Pertemuan kedua, pembagian anggota kelompok ditentukan oleh siswa. Setiap kelompok beranggotakan 6 siswa, kelompok terbentuk menjadi 5 kelompok. Pemilihan topik dilakukan secara undi,yang terdiri dari 5 topik pembahasan. Materi ajar perangkat lunak untuk mengakses internet. Kemudian guru membagikan lembar kerja kelompok pada setiap kelompok.

Page 15: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13968/2/T1_702010110_Full... · MAN,WAN, PAN, internet dan intranet. Berdasarkan permasalahan

8

Refleksi siklus II, peneliti dan observer melakukan diskusi tentang hal-hal yang sudah dilaksanakan dan diamati, kemudian diketahui bahwa pada siklus II sudah berjalan sesuai dengan yang diharapkan, hanya ada beberapa kekurangan sedikit, tetapi sudah mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan baik itu dari keaktifan dan hasil belajar kognitif siswa. Setelah melihat semua indikator tercapai peneliti tidak lagi melanjutkan untuk siklus berikutnya.

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lembar lembar observasi atau pengamatan digunakan untuk melihat proses pembelajaran siswa dalam penerapan model group investigation. Dokumentasi, peneliti melakukan dokumentasi dalam pembelajaran sesuai dengan tindakan dengan dokumen foto dan tes terdiri dari lembar kerja siswa yang dikerjakan berkelompok dan tes evaluasi sebanyak 20 butir soal dilaksanakan diakhir siklus. Selanjutnya tes digunakan untuk mengukur pencapaian siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Lembar observasi keaktifan disusun berdasarkan indikator keaktifan siswa menurut Sudjana (1990), yaitu: perhatian siswa terhadap penjelasan guru, keterlibatan siswa dalam kerja kelompok dan perhatian siswa terhadap penjelasan kelompok [9]. Indikator-indikator tersebut kemudian dijabarkan ke dalam beberapa deskriptor, dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 Aspek Pengamatan Keaktifan Siswa [9].

No. Indikator Deskriptor

1.

Perhatian siswa terhadap penjelasan guru

a. Mengajukan pertanyaan kepada guru b. Mencatat penjelasan guru berkaitan

dengan pelajaran c. Menjawab pertanyaan guru

2.

Keterlibatan siswa dalam kerja kelompok

a. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai petunjuk guru

b. Mencari informasi untuk memecahkan masalah

c. Mengemukakan pendapat atau ide dalam diskusi kelompok

d. Mengerjakan pembagian tugas individu dalam kelompok

e. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok

3.

Perhatian siswa terhadap penjelasan kelompok

a. Menyimak dan mengajukan pertanyaan kepada kelompok lain

b. Mencatat hasil diskusi kelompok waktu presentasi

c. Menjawab pertanyaan dari kelompok lain d. Menanggapi pendapat mengenai

presentasi kelompok lain

Page 16: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13968/2/T1_702010110_Full... · MAN,WAN, PAN, internet dan intranet. Berdasarkan permasalahan

9

Data observasi keaktifan siswa kemudian dinilai dengan kategori sebagai berikut ini:

1.Jika salah satu deskriptor dilakukan siswa maka diberikan tanda checklist 2.Jika tidak ada deskriptor dilakukan siswa maka tanpa tanda checklist

Untuk mengetahui keaktifan setiap siswa, dilakukan proses perhitungan dengan menggunakan rumus [13].

Keaktifan siswa =

Kategori keaktifan siswa dibuat berdasarkan teori dari Sugiyono, sehingga diperoleh [14].

Presentase < 30% = keaktifan rendah Presentasee 30% ≤ Presentase ≤ 70% = keaktifan sedang Presentase > 70% = keaktifan tinggi

Dalam penelitian ini hasil observasi keaktifan siswa dianalisis dengan menghitung presentase rata-rata nilai berdasarkan indikator dan presentase nilai berdasarkan kategori. Untuk mengetahui hasil evaluasi dianalisis menurut nilai rata-rata, nilai terendah, nilai tertinggi,jumlah siswa yang tuntas,jumlah siswa yang tidak tuntas dan presentase ketuntasan. Perhitungan hasil belajar tes evaluasi dengan menggunakan rumuas [15].

Hasil belajar tes evaluasi =

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah Analisis kualitatif dan kuantitatif. Teknik analisis data kualitatif mengacu pada pada metode analisis dari Mile dan Hiberman, yang menjelaskan langkah-langkah sebagai berikut: a) reduksi data yaitu mengumpulkan data sesuai dengan tujuan penelitian, kemudian data tersebut di seleksi sehingga membentuk pola yang jelas. b) penyajian data merupakan upaya menyusun informasi secara sistematis agar mudah dipahami. c) penarikan kesimpulan merupakan proses pengambilan intisari dari sajian data yang telah terorganisir tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat atau formula yang singkat dan padat. Teknik analisis data kuantitatif dengan statistik deskriptif adalah penyajian data melalui tabel,perhitungan rata-rata dan presentase. Kemudian peneliti hanya mendeskripsikan data sampel [16].

Indikator kinerja merupakan tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam penelitian ini yang menjadi indikator keberhasilan setelah pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut: 1) Peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan Ideal, yaitu minimal 75% siswa yang memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (70); 2) Masing-masing indikator keaktifan atau afektif siswa mencapai 75%; dan 3) Peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran dinyatakan berhasil apabila 75% siswa memperoleh kategori keaktifan tinggi [17].

Page 17: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13968/2/T1_702010110_Full... · MAN,WAN, PAN, internet dan intranet. Berdasarkan permasalahan

10

Tabel 2 Desain Model Group Investigation No. Langkah-langkah Kegiatan 1. Mengidentifikasi

topik dan mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok

Guru mempresentasikan materi pembahasan. kemudian membentuk kelompok dan pemilihan topik. Setelah itu guru membagikan lembar kerja kepada semua kelompok yang berisi masalah untuk dibahas bersama anggota kelompok.

2. Merencanakan tugas-tugas belajar

Kelompok akan membagi tugas kepada seluruh anggota kelompok. Kemudian membuat rencana dalam menyelesiakan masalah yang akan diselidiki, bagaimana dalam menyelesaikan masalah tersebut langkah atau strategi apa yang akan dilakukan oleh kelompok. Kemudian sumber yang digunakan untuk memperoleh informasi.

3. Melaksanakan investigasi

Siswa secara individu mendiskusikan, mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi informasi yang didapat dari berbagai sumber kemudian mengumpulkan ide-ide untuk menjadi suatu kesimpulan untuk mecapai solusi masalah dalam kelompok.

4. Mempersiapkan laporan akhir

Semua jawaban mengenai topik yang dibahas sudah menjadi keseluruhan dan kesepakatan bersama kelompok yang siap dipresentasikan hasil investigasinya didepan kelas.

5. Mempresentasikan laporan akhir

Guru memilih secara acak kelompok yang maju pertama untuk presentasi. Presentasi dilakukan secara bergantian, kelompok teman diharapkan aktif baik dalam bertanya maupun mengevaluasi presentasi kelompok.

6. Evaluasi Siswa memberikan tanggapan dari masing-masing topik yang disajikan setiap kelompok. Guru juga memberikan evaluasi dan saran-saran kepada setiap kelompok serta memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk Tanya jawab berkaitan topik yang belum dipahami.

Page 18: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13968/2/T1_702010110_Full... · MAN,WAN, PAN, internet dan intranet. Berdasarkan permasalahan

11

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berdasarkan hasil pelaksanaan dan observasi pada siklus I peneliti menemukan beberapa kelemahan dan keberhasilan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif group investigation. Kelemahan pada siklus I diantaranya sebagai berikut: 1) siswa masih kurang aktif, seperti malu-malu dan ragu untuk mengungkapkan pendapat atau idenya dalam diskusi kelompok maupun dalam presentasi, 2) siswa masih ragu untuk bertanya pada guru, 3) kontribusi siswa dalam kelompok masih kurang optimal, masih ada beberapa siswa yang hanya diam pada waktu diskusi kelompok, 4) hanya ada beberapa siswa yang aktif mencatat hasil diskusi kelompok teman, 5) dari evaluasi hasil belajar kognitif persentase siswa yang tuntas belum mencapai indikator keberhasilan yang diharapakan. Keberhasilan pada siklus I, siswa sudah mengalami perubahan. Seperti,ada inisitif sendiri untuk menjawab pertanyaan guru,menghargai kelompok dalam presentasi dan adanya kekompakan kelompok dalam melaksanakan presentasi kelompok.

Maka untuk mengatasi kekurangan yang terjadi dalam meningkatkan hasil yang lebih maka diperlukan adanya siklus berikutnya yaitu siklus II. Adapun solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah 1) memberikan nasihat dan perhatian kepada siswa agar mengerjakan tugasnya masing-masing dalam kelompok, 2) guru perlu menekankan bahwa siswa yang aktif dalam diskusi, bertanya, menjawab, maupun berpendapat dan mencatat akan mendapatkan tambahan nilai baik dalam kelompok atau individu sehingga siswa semangat untuk belajar,3) memberikan kesempatan kepada siswa atau kelompok untuk bertanya secara bergantian dalam presentasi hasil diskusi kelompok, 4) selain itu bagi siswa yang disiplin dalam mengerjakan tugas diskusi juga akan mendapatkan penambahan nilai dan bagi siswa yang tidak disiplin akan mendapatkan sangksi yaitu nilainya akan dikurangi, 5) Kemudian guru dalam menjelaskan tahapan-tahapan model group investigation akan lebih sabar dan jelas agar siwa lebih paham.

Pelaksanaan dan hasil observasi pada siklus II peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan seperti, 1) siswa yang semula pasif dalam bertanya, mencatat, mengajukan pertanyaan dan berpendapat telah mengalami perubahan baik dalam diskusi kelompok maupun dalam kegiatan presentasi. Hal ini disebabkan guru terus memberikan motivasi dan memberikan semangat kepada para siswa agar ikut aktif dalam proses pembelajaran, 2) kemudian siswa sudah terbiasa dengan penerapan model pembelajaran group investigation, 4) sebagian besar siswa sudah memberikan kontribusi bagi kelompoknya masing-masing, 5) siswa sudah tertib dalam diskusi, presentasi maupun pembentukan kelompok dan dari hasil belajar kognitif dan keaktifan siswa juga telah mencapai indikator keberhasilan yang diharapakan.

Berdasarkan hasil tindakan dan observasi yang telah dilakukan pada siklus I dan II, data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data hasil observasi keaktifan berdasarkan indikator dan kategori dan data

Page 19: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13968/2/T1_702010110_Full... · MAN,WAN, PAN, internet dan intranet. Berdasarkan permasalahan

12

hasil belajar kognitif mencakup kerja kelompok dan tes hasil evaluasi setiap akhir siklus. Berikut ini data hasil observasi atau pengamatan keaktifan siswa berdasarkan indikator di tunjukan pada tabel 3.

Tabel 3 Data Hasil Observasi Keaktifan Siswa Berdasarkan Indikator

No Indikator Prasiklus Siklus I Siklus II

1 Perhatian siswa terhadap penjelasan guru 61% 69,3% 77,15%

2 Keterlibatan siswa dalam kerja kelompok 58,2% 67,4% 81,2%

3 Perhatian siswa terhadap penjelasan kelompok 65,25% 72,12% 78,25%

Berdasarkan Data pada Tabel 2, dapat dilihat adanya peningkatan persentase keaktifan pada masing-masing indikator selama tiga siklus, yaitu pra siklus, siklus I, dan siklus II. Pada pra siklus, keterlibatan siswa dalam kerja kelompok merupakan indikator dengan persentase keaktifan paling rendah daripada dua indikator lainnya. Jadi dapat diketahui bahwa selama ini siswa kurang aktif dalam keterlibatan siswa dalam kerja kelompok, seperti tidak pernah mengemukakan pendapat atau ide, tidak mengerjakan pembagian tugas dengan baik dan tidak menggunakan sumber untuk mencari informasi dalam memecahkan masalah dalam kelompok. Sedangkan dua indikator lain pada dasarnya memang sudah baik. Setelah dilakukan tindakan menggunakan model group investigation pada siklus I, diketahui terjadi peningkatan pada masing-masing indikator. Peningkatan tertinggi terdapat pada indikator keterlibatan siswa dalam kerja kelompok yaitu dari pra siklus ke siklus I sebesar 9,2%, sedangkan indikator perhatian siswa terhadap penjelasan guru dan perhatian siswa terhadap penjelasan kelompok dari pra siklus ke siklus I masing-masing sebesar 8,3% dan 6,87%, peningkatan tidak terlalu besar karena saat proses pembelajaran siswa jarang mengajukan pertanyaan, mencatat penjelasan guru, mencatat hasil diskusi kelompok lain dalam presentasi. Hal ini dikarenakan guru jarang memberikan motivasi dan perhatian khusus kepada kelompok atau siswa tersebut. Berdasarkan presentase, perhatian siswa terhadap penjelasan kelompok lebih besar daripada dua indikator lainnya disebabkan bahwa siswa sudah berani memberikan tanggapan, mencatat hasil diskusi kelompok lain dan mengajukan pertanyaan meskipun belum maksimal. Maka untuk mengatasi kekurangan yang ada pada siklus I diperlukan siklus II, adapun yang akan dilakukan perbaikan berdasarkan indikator keaktifan adalah: 1) perhatian siswa terhadap penjelasan guru, memberikan bimbingan dan pengarahan kepada kelompok atau siswa yang tidak aktif, 2) Keterlibatan siswa dalam kerja kelompok, guru perlu menekankan bahwa siswa yang aktif dalam diskusi,berpendapat,mengerjakan tugas kelompok akan mendapatkan penambahan nilai, baik dalam kelompok atau individu, sehingga siswa semangat untuk belajar, 3) Perhatian siswa terhadap penjelasan kelompok, guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa

Page 20: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13968/2/T1_702010110_Full... · MAN,WAN, PAN, internet dan intranet. Berdasarkan permasalahan

13

atau kelompok untuk bertanya, mencatat dan menjawab secara bergantian dalam presentasi kelompok.

Meskipun keaktifan siswa dari masing-masing indikator keaktifan telah meningkat, tapi mengingat dalam pelaksanaan model group investigation masih ada kekurangan dan belum mencapai indikator keberhasilan. Jadi penelitian dilanjutkan pada siklus II, dengan beberapa perbaikan sesuai hasil refleksi yang dilakukan. Setelah dilakukan tindakan pada siklus II, dilihat dari data hasil observasi keaktifan siswa, masing-masing indikator mengalami peningkatan presentase yang lebih besar dibandingkan pada siklus I. Peningkatan terbesar terdapat pada indikator keterlibatan siswa dalam kerja kelompok, dengan besar peningkatan siklus I ke siklus II sebesar 13,8%. Hal ini disebabkan siswa sudah terbiasa dengan penerapan model group investigation dan kontribusi siswa dalam kerja kelompok sudah maksimal, guru juga terus memberikan bimbingan dan semangat untuk mengikuti pembelajaran. Sedangkan indikator perhatian siswa terhadap penjelasan guru dan perhatian siswa terhadap penjelasan kelompok terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II masing-masing sebesar 7,85% dan 6,13%. Peningkatan tidak terlalu besar disebabkan ada beberapa siswa yang malas untuk mencatat dan kurang memberikan pertanyaan kepada guru. Oleh sebab itu guru memberikan penanganan seperti melakukan pendekatan terhadap siswa atau kelompok tersebut dengan cara memberikan nasihat atau motivasi untuk belajar. Data hasil obervasi keaktifan siswa dari pra siklus sampai dengan siklus II, menunjukan bahwa penerapan model group investigation dapat meningkatkan keaktifan siswa, terutama dalam keterlibatan siswa dalam kerja kelompok.

Tabel 4 Data Hasil Observasi Keaktifan Siswa Berdasarkan Kategori

Siklus Pertemuan Presentase % Kategori keaktifan I II

Prasiklus 61% 61% Sedang Siklus I 67% 72% 69,5% Sedang Siklus II 76% 83% 79,5% Tinggi

Berdasarkan data pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa adanya peningkatan jumlah siswa dari pra siklus sampai dengan siklus I pertemuan I 6% dan pertemuan II 5%, kemudian dari siklus I ke siklus II pertemuan I dan II mengalami peningkatan sebesar 4% dan 7%, kemudian dilihat dari rata-rata presentase adanya peningkatan dari prasiklus ke siklus I dan II. Data pada tabel 3 juga menunjukkan bahwa peningkatan jumlah siswa yang memperoleh keaktifan kategori sedang dari pra siklus ke siklus I presentasenya tidak terlalu besar. Hal ini dikarenakan penerapan model pembelajaran group investigation pada siklus I belum maksimal, dimana siswa belum terbiasa menggunakan model pembelajaran group investigation. Sehingga siswa menjadi sungkan untuk bertanya,menjawab,mencatat dan terlihat masih malu-

Page 21: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13968/2/T1_702010110_Full... · MAN,WAN, PAN, internet dan intranet. Berdasarkan permasalahan

14

malu dalam mengungkapkan ide atau pendapatnya kepada teman atau guru dan kerja kelompok masih belum optimal. Setelah melakukan perbaikan pada siklus II, siswa terlihat lebih aktif dan tidak kaku lagi. Hal ini dikarenakan siswa sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran group investigation. Dibuktikan dengan data hasil observasi keaktifan siswa, dimana terdapat 79,5% siswa yang memperoleh tingkat keaktifan tinggi, ini artinya sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu sebesar 75% siswa yang memperoleh keaktifan kategori tinggi.

Tabel 5 Hasil Kerja Kelompok Pra Siklus dan Siklus I

Indikator Pra siklus Siklus I 1. Menjelaskan jenis-jenis jaringan LAN,

MAN, WAN,PAN,Internet dan Intranet dengan jelas

62,42 70,81

2. Menjelaskan macam-macam topologi jaringan dengan benar 66,61 74,19

Dari tabel 5 dapat dianalisis bahwa terjadi peningkatan hasil kerja kelompok dari pra siklus ke siklus I peningkatan sebesar 8,39 pada indikator menjelaskan jenis-jenis jaringan LAN, MAN, WAN, PAN, Intranet dan internet. Kemudian pada indikator menjelaskan macam-macam topologi jaringan dari pra siklus ke siklus I peningkatan 7,58. Adanya perubahan mengenai peningkatan rata-rata kerja kelompok siswa karena pengaruh penerapan model group investigation. Dimana dalam proses pembelajaran menjadi berpusat pada siswa dan guru mengoptimalkan peranannya sebagai fasilitator dan pembimbing. Sehingga membuat siswa berperan aktif dalam memecahkan masalah dengan mencari berbagai informasi dari berbagai sumber. Kemudian guru menuntun siswa untuk mengembangkan seluruh keterampilan dalam melakukan investigasi, menyusun laporan dan diskusi kelas, yang akhirnya dapat melatih kemampuan berpikir kreaktif siswa. Sehingga berpengaruh pada pengetahuan dan pemahaman siswa.

Tabel 6 Hasil Kerja Kelompok Siklus II

Indikator Siklus II 1. Menyebutkan perangkat keras dan perangkat lunak

yang dibutuhkan dalam akses internet 82,50 2. Menyebutkan fungsi perangkat keras dan perangkat

lunak yang sudah ditemukan 86,00 Berdasarkan tabel 6 dapat dianalisis bahwa terjadi peningkatan

hasil kerja kelompok dari siklus I ke siklus II, masing-masing indikator mengalami peningkatan sebesar 11,69 dan 11,81. Hasil di atas berkaitan dengan materi pada siklus II yang termasuk mudah dan siswa juga sudah terbiasa dengan penerapan model group investigation. Kemudian kontribusi siswa dalam kerja kelompok sudah maksimal dan siswa sudah menguasi topik pembahasan dengan baik yang berpengaruh terhadap hasil akhir kerja kelompok. Apabila dilihat perbedaan dari masing-

Page 22: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13968/2/T1_702010110_Full... · MAN,WAN, PAN, internet dan intranet. Berdasarkan permasalahan

15

masing indikator rata-rata hasil kerja kelompok siklus I dan II, mengalami peningkatan tidak terlalu berbeda hal ini dikarenakan siswa memberikan kontribusi kerja kelompok prosesnya sama seperti pertemuan sebelumnya pada siklus II. Kemudian guru hanya memperbaiki sedikit kekurangan pada pertemuan yang sudah dilakukan di siklus II.

Tabel 7 Hasil Belajar Kognitif Tes Evaluasi

No Skor Ketuntasan Pra Siklus Siklus I Siklus II F % F % F %

1 ≥70 (Tuntas) 18 60% 22 73% 27 90% 2 <70 (Tidak Tuntas) 12 40% 8 27% 3 10%

Jumlah 30 100 30 100 30 100 Rata-rata 70 73,67 80,17

Nilai Tertinggi 94 95 95 Nilai Terendah 55 60 65 Berdasarkan data pada Tabel 6, dapat dilihat terjadi peningkatan

hasil belajar ranah kognitif dari pra siklus sampai dengan siklus II. Ketika belum diberikan tindakan, terdapat 60% yang belum tuntas dari jumlah keseluruhan 30 orang siswa. Kemudian meningkat pada siklus I sebesar 13% menjadi 73%, disebabkan karena penerapan model group investigation, dimana keterlibatan siswa lebih dominan pada tindakan siklus I ini, kemudian siswa berusaha memahami topik pembahasan yang akhirnya berpengaruh pada pemahaman siswa, meskipun masih sedikit meningkat. Kemudian guru juga terus memberikan bimbingan kepada kelompok atau siswa yang mengalami kesulitan dan mengarahkan siswa agar fokus terhadap tugasnya masing-masing. Walapun belum mencapai target sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan. Maka dilakukanlah tindakan pada siklus II dengan beberapa perbaikan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.

Setelah dilakukan tindakan pada siklus II, terjadi peningkatan cukup besar dan sudah mencapai target penelitian. Presentase siswa yang tuntas pada siklus II adalah 90%, melebihi indikator ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu 75%. Meskipun penelitian sudah dikatakan berhasil karena telah terjadi peningkatan hasil belajar kognitif dan telah mencapai indikator keberhasilan, namun masih terdapat 3 orang siswa atau 10% dari jumlah keseluruhan siswa yang belum tuntas. Sehingga butuh remedial sesuai dengan ketentuan dari sekolah untuk mengatasi jika ada siswa yang belum tuntas. Setelah berkonsultasi dengan guru mengenai ada siswa yang belum tuntas, diketahui bahwa tiga orang siswa yang belum tuntas memang mempunyai kemampuan yang rendah dalam menyerap pelajaran perlu penanganan khusus.

Page 23: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13968/2/T1_702010110_Full... · MAN,WAN, PAN, internet dan intranet. Berdasarkan permasalahan

16

4. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua

siklus dapat disimpulkan bahwa: 1) Penggunaan model pembelajaran group investigation dalam pembelajaran TIK dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Hal ini dapat dibuktikan dengan data hasil observasi keaktifan siswa. Jika dilihat berdasarkan aspek, diketahui terjadi peningkatan persentase pada indikator keaktifan siswa setiap siklus, yang artinya selama penerapan model pembelajaran group investigation siswa menjadi aktif bertanya,menjawab pertanyaan guru atau teman, mengemukakan pendapat atau ide, memecahkan masalah, mencatat dan presentasi pada setiap pembelajaran. Sedangkan jika dilihat berdasarkan kategori, terjadi peningkatan presentase siswa yang memperoleh keaktifan kategori tinggi; 2) Penggunaan model group investigation dalam pembelajaran TIK dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Hal ini dapat dibuktikan dengan data hasil belajar siswa dalam kerja kelompok mengalami peningkatan tiap siklus dan tes evaluasi yang diberikan pada akhir siklus mengalami peningkatan pada setiap siklus. Kemudian kekurangan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus bahwa terdapat ada beberapa siswa dalam diskusi kelompok pada setiap kelompok kurang memberikan kontribusinya dalam kerja kelompok disebabkan siswa tersebut lebih menekankan atau mengharapkan kepada siswa yang memiliki kemampuan memang baik untuk aktif mengerjakan tugas sehingga hasil kerja kelompok tidak maksimal.

Saran bagi penelitian selanjutnya adalah: 1) Memberikan instruksi atau arahan yang jelas ketika akan menerapkan model group investigation dalam pembelajaran dikelas agar cara kerja model yang diterapkan dapat betul-betul dimengerti oleh siswa; dan 2) Penelitian harus dipersiapkan dengan matang walaupun memakan waktu yang lebih panjang agar pelaksanaan model ini berjalan dengan baik sesuai yang diharapkan. Selanjutnya guru sebagai fasilitator harus semaksimal mungkin memberikan bimbingan atau semangat belajar kepada siswa atau kelompok selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam pembentukan kelompok, guru harus melihat kemampuan belajar siswa agar dalam kelompok tersebut terdapat siswa yang memiliki kemampuan baik, sedang dan kurang. Serta jumlah kelompok dengan jumlah yang kecil dua atau 3 orang agar interaksi antara sesama anggota kelompok akan lebih intensif.

Page 24: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13968/2/T1_702010110_Full... · MAN,WAN, PAN, internet dan intranet. Berdasarkan permasalahan

17

5. Daftar Pustaka [1] Putu Ida Purnamasari, 2013, Studi Komparasi Pengaruh Penggunaan Model

Pembalajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Dengan Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar TIK, Jurnal Pendidikan Teknik Informatika, 2:5.

[2] Aunurrahman, 2012, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta. [3] Dwi Rahayu Widyaningsih, 2009, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Pada Mata Diklat IPS Ekonomi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Kelas Penjualan Di SMK BATIK 2 Surakarta Tahun pelajaran 2008/2009, Jurnal Ilmu Pendidikan Ekonomi 2:43-44.

[4] Putu Ayu Fitri Mayasari Karya, 2012, Penerapan Metode Pembelajaran Group Investigation pada Mata Pelajaran TIK untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII G SMP Negeri 2 Singaraja, Jurnal Pendidikan Teknik Informatika,1:4.

[5] Ngalimun, 2013, Strategi dan Model Pembelajaran, Yogyakarta : Aswaja Pressindo.

[6] Slavin, Robert E, 1995, Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik, Bandung: Nusa Media.

[7] Rusman, 2013, Model-Model Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pres. [8] Rusman, 2012, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer, Bandung:

Alfabeta. [9] Sudjana, Nana, 1990, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,

Bandung: PT Remaja Rosdakarya. [10] Suprijono, Agus, 2012, Cooperative Learning: teori & aplikasi pakem,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. [11] Arikunto, dkk, 2014, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT Bumi

Aksara. [12] Arikunto, Suharsimi, 2010, Prosedur Penelitian: suatu pendekatan praktik,

Jakarta: PT Rineka Cipta. [13] Kurnianingtyas, L, Y, 2012, Implementasi Strategi Pembelajaran

Kooperatif Teknik Jigsaw Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Akuntasi Pada Siswa Kelas X Akuntasi 3 SMK Negeri 7 Yogyakarta, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, 10:66-77, http://undana.ac.id/. Diakses 18 Nopember 2014.

[14] Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta.

[15] Slameto, dkk, 2012, Asesmen Pembelajaran:Bahan Belajar Mandiri, Salatiga: Widya Sari Press.

[16] Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta.

[17] Mulyasa, 2005, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, Implementasi dan Inovasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.