PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE · Selain itu, sumber informasi yang telah dikutip...
Transcript of PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE · Selain itu, sumber informasi yang telah dikutip...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE
TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP
PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA
( Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SDN 2 Gemblegan
Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten Tahun Ajaran 2011/2012 )
SKRIPSI
Oleh:
TIKA YULIANTI
K7108242
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Tika Yulianti
NIM : K7108242
Jurusan/Program Studi : FKIP/ Ilmu Pendidikan
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul ”PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE TALKING STICK UNTUK
MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PROKLAMASI
KEMERDEKAAN INDONESIA. Penelitian tindakan kelas pada siswa kelas V
SDN 2 Gemblegan Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten Tahun Ajaran
2011/2012.” Ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri. Selain itu, sumber
informasi yang telah dikutip telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Tika Yulianti
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE
TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP
PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA
( Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SDN 2 Gemblegan
Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten Tahun Ajaran 2011/2012 )
Oleh
TIKA YULIANTI
K7108242
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya
pada Tuhan.
Yeremia 17: 7
Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan
mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
Matius 7: 7
Ia datang dan memberikan damai sejahtera kepada kamu yang “jauh”
dan damai sejahtera kepada kamu yang “dekat”, karena oleh Dia kita kedua belah
pihak dalam satu roh beroleh jalan masuk kepada Bapa.
Efesus 2 : 17-18
Berusaha dan bersemangat menjadi generasi penerus bangsa yang dapat
diandalkan dan bermanfaat bagi Bangsa dan Negara Indonesia.
Penulis
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada:
Bapak dan ibuku (Sarwono dan Ponirah) yang telah membesarkan
dengan penuh kasih sayang membimbingku, mendukungku dan
menantikan kesuksesanku.
Kakakku (Agung Santosa) dan kekasihku tersayang yang sudah
memberiku semangat dan memotivasiku setiap saat.
Teman-teman seperjuanganku angkatan 2008 S1 PGSD yang selalu
memberikan inspirasi dan semangat bagiku untuk menjadi lebih baik lagi.
Keluarga besar FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta dan
Almamaterku tercinta.
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Tika Yulianti. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
METODE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN
KONSEP PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA. Penelitian
Tindakan Kelas pada siswa Kelas V SDN 2 Gemblegan Kecamatan Kalikotes
Kabupaten Klaten Tahun Ajaran 2011/212. Skripsi, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan penguasaan konsep
proklamasi kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SDN 2 Gemblegan dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif metode talking stick.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) berlangsung
selama 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu: 1) perencanaan 2)
pelaksanaan tindakan 3) observasi 4) refleksi. Subjek penelitian adalah guru dan
siswa kelas V SDN 2 Gemblegan Klaten yang berjumlah 30 siswa dengan laki-
laki 16 dan perempuan 14. Sumber data yang digunakan adalah sumber data
primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
wawancara dan tes. Uji validitas data dengan menggunakan triangulasi data dan
metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif
(Miles dan Huberman) yang terdiri dari tiga tahap yaitu 1) reduksi data 2) display
atau penyajian data 3) penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif metode talking stick dapat meningkatkan penguasaan
konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia dari prasiklus ke siklus I dan
meningkat ke siklus II. Persentase ketuntasan belajar penguasaan konsep
proklamasi kemerdekaan Indonesia pada prasiklus adalah 53,33% dengan rata-rata
kelas 61. Pada siklus I persentase meningkat menjadi 76,66% dengan rata-rata
kelas 70,83. Sedangkan pada siklus II persentase ketuntasan belajar menjadi 90%
dengan rata-rata kelas 81,33.
Simpulan penelitian ini adalah melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif metode talking stick dapat meningkatkan penguasaan konsep
proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Kata kunci: konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia, talking stick
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Tika Yulianti. THE APLICATION OF COOPERATIVE LEARNING
MODEL BY USING TALKING STICK METHOD TO IMPROVE
MASTERY OF INDONESIAN INDEPENDENCE PROCLAMATION
CONCEPT. A Classroom Action Research on Fifth Year students of SDN 2
Gemblegan Kalikotes, Klaten in 2011/2012. Skripsi, Teacher Training and
Education Faculty of Sebelas Maret University of Surakarta, July 2012.
The purpuse of this research is to improve mastery of Indonesian
Independence Proclamation Concept among fifth years students of SDN 2
Gemblegan by using cooperative learning model by using talking stick.
The form of this research is to improve the class a class action which lasts
for two cycles. Each cycle consists of four phases: 1) planing 2) the
implementation of the action 3) observation 4) reflection. The subjects of the
teacher and research are 30 students of fifth years students of SDN 2 Gemblegan
there are 16 male and 14 female students in the class.
Data collections used in this research were observation, interview and test.
Data triangulation is applied to test validity of the data. Mean while, the technique
to analyze the data is the interactive analysis model (Miles and Huberman), which
consists of three phases: 1) data reduction 2) data display or data presentation 3)
conclusion drawing.
The result of the research show that that through the implementation of
cooperetive learning model using talking stick method can enhance the concept
mastery of the Indonesian independence proclamation from precycle to cycle I
and II. The percentage of learning completeness of concept mastery of Indonesian
independence proclamation on precycle is 53,33% in average of 61. In the first
cycle the percentage increase to 76,66% in average 70,83 %. Whereas, in the
second cycle the percentage of learning completeness is 90% in average 81,33%
of each class.
The conclusion of this study is through the implementation of coopertive
learning model using talking stick method can improve the concept mastery of the
Indonesian independence proclamation.
Key word: Indonesian independence proclamation concept, talking stick
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan
kasihNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Metode Talking Stick untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SDN 2 Gemblegan Kecamatan
Kalikotes Kabupaten Klaten Tahun Ajaran 2011/2012.”
Penulisan ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat melakukan
penelitian dan guna memperoleh gelar Sarjana pada program PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam menyusun proposal ini, tentunya penulis tidak lepas dari
bimbingan, bantuan maupun kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd selaku ketua Program Pendidikan Guru Sekolah
Dasar yang telah memberikan izin penulisan skripsi.
2. Drs. Chumdari, M.Pd selaku sekretaris Program Pendidikan Guru Sekolah
Dasar yang memberikan arahan dan motivasinya.
3. Prof. Dr. Retno Winarni, MPd selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat
membantu dalam penulisan skripsi ini.
4. Idam Ragil W A, M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dukungan, dorongan dan semangat yang sangat
membantu dalam penulisan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang secara
tulus ikhlas memberikan ilmu dan masukan kepada penulis.
6. Saminto, S.Pd selaku Kepala Sekolah SDN 2 Gemblegan Klaten yang telah
memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
7. Drs. Wagiyono selaku Guru Kelas V SDN 2 Gemblegan Klaten yang dengan
senang hati membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
8. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih
jauh dari sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran yang membangun guna penyempurnaan tugas ini. Penulis berharap laporan
tugas ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri khususnya serta pembaca
pada umumnya.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ..................................................... v
HALAMAN MOTTO ................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vii
ABSTRAK .................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ........................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 4
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 6
1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Metode Talking Stick 6
a. Pengertian Pembelajaran ................................................. 6
b. Pengertian Model Pembelajaran ................................... 6
c. Macam-macam Model Pembelajaran ............................ 6
d. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ................... 8
e. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif ........... ............. 10
f. Fase Model Pembelajaran Kooperatif............................. 11
g. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif ................ 14
h. Macam-macam Metode Pembelajaran Kooperatif ......... 16
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i. Pengertian Metode Talking Stick ..................................... 17
j. Langkah-langkah Metode Talking Stick .......................... 20
k. Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Metode Talking
Stick ................................................................................. 22
l. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Metode Talking
Stick ................................................................................. 23
2. Hakikat Penguasaan Konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 24
a. Pengertian Penguasaan Konsep ....................................... 24
b. Konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ................. 24
3. Penelitian yang Relevan ........................................................... 27
B. Kerangka Berpikir ........................................................................ 28
C. Hipotesis ........................................................................................ 30
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 31
B. Subjek Penelitian ........................................................................... 31
C. Data dan Sumber Data .................................................................... 31
D. Pengumpulan Data .......................................................................... 32
E. Validitas Data ................................................................................. 33
F. Analisis Data................................................................................... 33
G. Indikator Kinerja Penelitian ........................................................... 34
H. Prosedur Penelitian ........................................................................ 34
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan .................................................................... 40
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus ........................................... 44
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus .................................... 61
D. Pembahasan ................................................................................... 65
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan ........................................................................................ 68
B. Implikasi ........................................................................................ 68
C. Saran ..................... .................................................................... 69
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 70
LAMPIRAN ......................................................................................... 74
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Menurut
Trianto ......................................................................................... 11
Tabel 2.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Suprijono ...................................................................... 12
Tabel 4.1 Frekuensi Data Nilai Awal Penguasaan Konsep
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Kelas V SDN 2 Gemblegan 41
Tabel 4.2 Hasil Frekuensi Evaluasi Penguasaan Konsep Proklamasi
kemerdekaan Indonesia pada Siklus I ......................................... 49
Tabel 4.3 Hasil Frekuensi Evaluasi Konsep Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia siklus II ....................................................................... 58
Tabel 4.4 Data Distributif Frekuensi Perbandingan Nilai evaluasi
Penguasaan Konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada
Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II .......................................... 61
Tabel 4.5 Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa pada Pratindakan
Siklus I dan Siklus II ................................................................... 63
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berfikir ....................................................... 30
Gambar 3.1 Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas ............................... 35
Gambar 4.1 Grafik Histogram Frekuensi Nilai Awal Penguasaan
Konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ......................... 42
Gambar 4.2 Grafik Daftar Nilai Rata-rata, Nilai Tertinggi dan Nilai
Terendah pada Pratindakan .................................................... 42
Gambar 4.3 Grafik Persentase Ketuntasan Belajar pada Kondisi Awal .... 43
Gambar 4.4 Grafik Histogram Frekuensi Nilai Penguasaan Konsep
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Kelas V SDN 2
Gemblegan pada Siklus I ...................................................... 50
Gambar 4.5 Grafik Daftar Nilai Rata-rata, Nilai Tertinggi dan Nilai
Terendah pada Siklus I ........................................................... 50
Gambar 4.6 Grafik Persentase Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus I .... 51
Gambar 4.7 Grafik Histogram Frekuensi Nilai Penguasaan Konsep
Proklamasi kemerdekaaan Indonesia pada Siswa kelas V
SDN 2 Gemblegan Siklus II ................................................... 59
Gambar 4.8 Grafik Daftar Nilai Rata-rata, Nilai Tertinggi dan Nilai
Terendah Siswa pada Siklus II .............................................. 59
Gambar 4.9 Grafik Persentase Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus II .. 60
Gambar 4.10 Grafik Perbandingan Daftar Nilai pada Kondisi Awal, siklus I
dan Siklus II ........................................................................... 62
Gambar 4.11 Grafik Rekapitulasi Nilai Terndah, Nilai rata-rata dan
Nilai Tertinggi pada Kondisin Awal, Siklus I dan Siklus II .. 63
Gambar 4.12 Grafik Perbandingan Ketuntasan Belajar siswa pada Kondisi
Awal, Siklus I dan Siklus II ................................................... 64
Gambar 4.13 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa tentang Penguasaan
Konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Siswa
Kelas V SDN 2 Gemblegan .................................................... 64
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Wawancara Guru Sebelum Tindakan ..................................... 73
Lampiran 2 Wawancara Siswa Sebelum Tindakan .................................... 75
Lampiran 3 Silabus ................................................................................... 77
Lampiran 4 Jadwal Penelitian .................................................................... 79
Lampiran 5 Soal Pretes .............................................................................. 80
Lampiran 6 Nilai Awal .............................................................................. 81
Lampiran 7 RPP Siklus I Pertemuan 1....................................................... 82
Lampiran 8 Instrumen RPP Siklus I Pertemuan 1 ..................................... 92
Lampiran 9 Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus I Pertemuan 1 ...... 98
Lampiran 10 Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus I Pertemuan 1 ........ 101
Lampiran 11 RPP Siklus I Pertemuan 2....................................................... 105
Lampiran 12 Instrumen RPP Siklus I Pertemuan 2 ..................................... 116
Lampiran 13 Lembar Observasai Kegiatan Siswa Siklus I Pertemuan 2 .... 123
Lampiran 14 Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus I Pertemuan 2 ........ 126
Lampiran 15 Nilai Rata-rata siklus I ........................................................... 130
Lampiran 16 RPP Siklus II Pertemuan 1 ..................................................... 131
Lampiran 17 Instrumen RPP Siklus II Pertemuan 1 .................................... 140
Lampiran 18 Lembar Observasi Kegiatan siswa Siklus II Pertemuan 1...... 146
Lampiran 19 Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus II pertemuan 1 ...... 149
Lampiran 20 RPP Siklus II Pertemuan 2 ..................................................... 153
Lampiran 21 Instrumen RPP Siklus II Pertemuan 2 .................................... 163
Lampiran 22 Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II Pertemuan 2 .... 171
Lampiran 23 Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus II peretemuan 2 ..... 174
Lampiran 24 Nilai Rata-rata Siklus II .......................................................... 177
Lampiran 25 Perbandingan Nilai Prasiklus, Siklus I dan Siklus II ............. 178
Lampiran 26 Kisi-kisi Soal .......................................................................... 179
Lampiran 27 Wawancara Guru Sesudah Penelitian .................................... 183
Lampiran 28 Wawancara Siswa Sesudah Penelitian .................................. 185
xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 28 Foto Siklus I dan Siklus II ..................................................... 187
Lampiran 29 Nilai Tertinggi Dan Nilai Terendah Siswa ............................ 190
xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di Sekolah Dasar, pelajaran IPS merupakan pelajaran yang wajib.
Pelajaran IPS bukan hanya belajar disiplin ilmu-ilmu sosial melainkan belajar
tentang konsep-konsep untuk membentuk peserta didik untuk menjadi subjek
yang baik. Oleh karena itu Ilmu Pengetahuan Sosial memberikan sumbangan
materi-materi yang diubah sebagai pengetahuan yang berkaitan dengan kehidupan
sosial. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-
ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan
budaya. Sedangkan tujuan pendidikan IPS untuk mendidik dan memberi bekal
kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai minat, bakat,
kemampuan dan lingkungannya serta berbagai bekal siswa siswa untuk
melanjutkan pendidikkan yang lebih tinggi. Pendapat di atas mempertegas bahwa
pendidikkan IPS di SD bertujuan agar siswa mampu mengembangkan
kemampuan dan ketrampilan yang ada pada diri siswa baik minat, bakat, untuk
melanjutkan pendidikkan yang lebih tinggi.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis tanggal 24 Januari 2012
dengan wali kelas V SDN 2 Gemblegan Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten
tentang pelajaran IPS, diperoleh hasil pelajaran IPS mengalami banyak kendala
dan masalah (Lampiran 1 halaman 73). Hal ini didukung dengan hasil observasi
pada pembelajaran IPS yang dilaksanakan di kelas V, ditemukan beberapa
masalah dalam penguasaan pelajaran IPS. Hasil wawancara dari guru kelas V,
konsep pelajaran IPS yang sering mengalami masalah adalah pada konsep
proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pada saat pembelajaran IPS yang sedang
berlangsung siswa terlihat kurang aktif dan beberapa siswa yang ramai sendiri.
Guru sudah berusaha menenangkannya tetapi siswa kembali seperti itu. Banyak
cara yang sudah digunakan guru untuk memfokuskan pikiran siswa pada pelajaran
ini tetapi belum berhasil. Sedangkan hasil wawancara dengan siswa kelas V SDN
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2 Gemblxxegan guru hanya berusaha agar konsep selesai dengan cara
menjelaskan secara terus menerus dan memberikan soal (Lampiran 2 halaman 75).
Setiap hari seperti ini sehingga siswa merasa bosan, jenuh dan kurang semangat.
Dan setelah guru memberikan pertanyaan untuk menguji kemampuan siswa dalam
menerima pelajaran cukup banyak siswa yang tidak bisa menjawab. Ketika diberi
pertanyaan siswa hanya diam dan tersenyum saja. Siswa merasa malu dan kurang
percaya diri untuk menjawab pertanyaan atau sekedar memberikan pendapat pada
pertanyaan yang diajukan oleh guru. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan
konsep IPS belum sepenuhnya dikuasai. Berdasarkan hasil pretes tentang konsep
proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dilakukan tanggal 27 April 2012 dengan
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 70. Hasil yang didapat dari 30 siswa yaitu
53,33 % (16 siswa) sudah tuntas dan 46,67% (14 siswa) belum tuntas (Lampiran 5
halaman 80) . Hal ini terlihat cukup banyak siswa yang mendapatkan nilai di
bawah kriteria ketuntasan minimal yang sudah ditentukan guru yaitu 70. Dengan
ini dapat diketahui bahwa penguasaan konsep proklamasi masih rendah dan belum
sepenuhnya dikuasai oleh siswa.
Rendahnya penguasaan IPS dan nilai siswa pada konsep proklamasi
kemerdekaan Indonesia karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 1) materi
pelajaran IPS yang sangat banyak dan meluas 2) rendahnya minat belajar siswa
sehingga kurang tertarik terhadap materi pelajaran 3) kurangnya penguasaan guru
dengan metode pembelajaran. Guru menggunakan pembelajaran bersifat
konvensional yaitu ceramah. Guru hanya mentransfer pengetahuan kepada siswa
secara satu arah, siswa belajar hanya dengan mendengarkan, mencatat materi
pelajaran dan mengerjakan Lembar Kerja Siswa ( LKS ). Siswa tidak menguasai
konsep karena banyaknya materi dan keterbatasan waktu tatap muka pelajaran
IPS.
Kondisi seperti ini tidak bisa dibiarkan karena akan berakibat pada
penguasaan konsep dan sikap siswa. Apabila siswa tidak menguasai konsep
proklamasi kemerdekaan Indonesia ini maka siswa akan merasa acuh tak acuh dan
kurang peduli dengan kemerdekaan yang sudah didapatkan. Selain itu siswa tidak
akan memiliki sikap menghargai jasa-jasa yang sudah dikorbankan oleh
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pahlawan-pahlawan bangsa. Hal ini juga akan berdampak pada penguasaan
konsep selanjutnya, karena materi pada pelajaran IPS selalu berkelanjutan. Oleh
sebab itu penting bagi guru bisa memecahkan masalah ini, sehingga siswa mampu
menguasai konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan benar.
Bertolak dari latar belakang masalah yang diuraikan di atas maka dapat
diidentifikasi masalahnya adalah kurangnya penguasaan konsep proklamasi
kemerdekaan Indonesia dan kurang tepatnya metode yang digunakan dalam
pelajaran IPS.
Dalam penelitian ini akan dibatasi masalah-masalah tentang konsep
pelajaran IPS yang teliti adalah mendiskripsikan proklamasi kemerdekaan
Indonesia dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode talking
stick.
Untuk mengatasi permasalahan ini guru sudah menggunakan bermacam-
macam cara, salah satunya menggunakan model pembelajaran metode Student
Team Achievement Division ( STAD ). Tetapi metode Student Team Achievement
Division ( STAD ) ini kurang berhasil karena hanya sebagian siswa saja yang mau
aktif dan sebagian terlihat pasif. Terkadang mereka hanya mengandalkan
kemampuan temannya untuk mengerjakan soal tersebut. Di dalam diskusi ini
siswa kurang termotivasi untuk menguasai konsep karena tugas kelompok.
Sedangkan menguasai dan memahamai konsep yang ada itu adalah tugas semua
siswa.
Sebagai pendidik guru dituntut untuk melaksanakan pembelajaran yang
bermakna dan berpusat pada siswa. Pembelajaran yang bermakna akan
memberikan pengalaman yang mengesankan bagi siswa. pengalaman yang
diperoleh dengan menemukan sendiri akan semakin berkesan apabila proses
pembelajaran yang diperoleh merupakan hasil penemuan sendiri. Dalam konteks
ini semua siswa membaca, mengalami dan melakukan pencarian sendiri.
Pembelajaran yang berlangsung melibatkan siswa sepenuhnya untuk merumuskan
sendiri suatu konsep.
Model pembelajaran kooperatif alternatif yang dapat digunakan guru
untuk mengajar salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif metode
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
talking Stick . Menurut Suprijono (2009) metode talking stick merupakan konsep
yang inovatif untuk mendorong pengetahuan siswa untuk berani mengemukakan
pendapat. Dengan media tongkat yang berputar dari siswa satu ke siswa lain
sambil diiringi musik nyanyian (halaman 109). Pembelajaran seperti ini cukup
menyenangkan dan memberi tantangan pada siswa agar dapat menjawab
pertanyaan yang diberikan. Secara tidak langsung siswa termotivasi untuk belajar
dan menguasai materi agar siswa mampu menjawab pertanyaan maupun pendapat
dari soal yang diberikan, sehingga dapat mendorong siswa untuk membaca dan
belajar agar dapat menguasai konsep.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Metode Talking Stick
untuk Meningkatkan Penguasaan konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia“
penelitian tindakan kelas pada siswa kelas V SDN 2 Gemblegan Kecamatan
Kalikotes Kabupaten Klaten tahun ajaran 2011/2012.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu
permasalahan sebagai berikut : Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif
metode talking stick dapat meningkatkan penguasaan konsep proklamasi
kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SDN 2 Gemblegan Kecamatan Kalikotes
Kabupaten Klaten pada tahun ajaran 2011/ 2012?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menerapkan model pembelajaran kooperatif
metode talking stick untuk meningkatkan penguasaan konsep proklamasi
kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SDN 2 Gemblegan Kecamatan
Kalikotes Kabupaten Klaten tahun ajaran 2011/ 2012.
D. Manfaat Penelitian
Sebagai Penelitian Tindakan Kelas (PTK), penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan seperti:
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Manfaat Teoretis
a. Dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya dengan
pokok permasalahan yang hampir sama dengan penelitian ini.
b. Menambah jumlah referensi yang berkaitan dengan model pembelajaran
kooperatif metode talking stick.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Siswa memiliki pengalaman belajar konsep proklamasi kemerdekaan
Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
metode talking stick.
2) Siswa berani menyampaikan jawaban atas pertanyaan guru dengan
cara bermain dan membuat suasana menyenangkan dalam proses
pembelajaran.
b. Bagi Guru
Dapat digunakan sebagai masukan bagi guru Sekolah Dasar, khususnya
guru kelas V dalam memperoleh metode yang tepat dalam pembelajaran
IPS kelas V.
c. Bagi Sekolah
Dapat digunakan sebagai acuan dalam meningkatkan penguasaan konsep
proklamasi kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SDN 2 Gemblegan
Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten tahun ajaran 2011/2012.
d. Umum / Masyarakat
Dapat memberikan inspirasi bagi guru atau peneliti yang lain dalam
melakukan penelitian khususnya yang berhubungan dengan pembelajaran
IPS.
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Metode Talking Stick
a. Pengertian Pembelajaran
Menurut Yusufhadi Miarsih pembelajaran sebagai aktivitas atau kegiatan
yang terfokus pada kondisi atau kepentingan dalam pembelajar (learner centered)
istilah pembelajaran digunakan untuk menggantikan istilah “pengajaran“ yang
lebih bersifat sebagai aktivitas yang berfokus pada guru (teacher centered)
(Pribadi, 2010: 9).
Sedangkan Isjoni pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh
siswa, bukan dibuat untuk siswa (2010: 14). Patricia L. Smith dan Tillman J.
Ragan berpendapat bahwa pembelajaran adalah pengembangan dan penyampaian
informasi dan kegiatan yang diciptakan untuk memfasilitasi pencapaian tujuan
yang spesifik ( Pribadi, 2010: 9).
Trianto mengemukakan “pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang
guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan
sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan” (2010:
17).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan dengan
maksud untuk memudahkan terjadinya proses belajar untuk memfasilitasi
pencapaian tujuan yang spesifik.
b. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Joyce dan Weil “model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran” (Abimanyu, 2008: 3.11).
Suprijono berpendapat “model pembelajaran adalah pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial”
(2010: 46). Sedangkan Arends “model pembelajaran mengacu pada pendekatan
yang akan digunakan termasuk di dalamnya adalah tujuan-tujuan pembelajaran,
tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan
pengelolaan kelas”. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisai
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar (Suprijono, 2010: 46).
Trianto (2011) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk
menentukan perangkat perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku,
film, komputer, kurikulum dan lain-lain.
Senada dengan itu Soekamto “model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan preosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar” (Trianto, 2011: 22).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran adalah kerangka atau pedoman yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
c. Macam-Macam Model Pemblajaran
Ada berbagai macam model pembelajaran yang dikembangkan oleh para
ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa. Sugiyono mengungkapkan
model pembelajaran antara lain:
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Model Pembelajaran Kontektual ( CTL )
2) Model Pembelajaran Kooperatif
3) Model Pembelajaran Quantum
4) Model Pembelajaran Terpadu
5) Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning-PBL)
(2008: 58-123)
Sedangkan menurut Dwijiastuti model-model pembelajaran antara lain :
1) Model Pembelajaran Kotektual
2) Model Pembelajaran Pembelajaran Kooperatif
3) Model Pembelajaran Quantum Teaching
4) Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning-PBL)
(2008: 151-211)
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
macam-macam model pembelajaran adalah 1) Model Pembelajaran Kontektual
(CTL) 2) Model Pembelajaran Kooperatif 3) Model Pembelajaran Quantum 4)
Model Pembelajaran Terpadu 5) Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based Learning-PBL).
d. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Dwijiastuti “pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk
menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan
permusuhan, sebagai latihan di masyarakat” (2008: 160). Isjoni menyatakan
bahwa “kooperatif berarti mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan
saling membantu satu sama lainnya sebagai satu tim” (2009: 8).
Isjoni mengemukakan “pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran dengan sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa
lebih bergairah dalam belajar” (2009: 22). Thomson, dkk juga berpendapat
“pembelajaran kooperatif adalah siswa belajar bersama dalam kelompok-
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kelompok kecil saling membantu satu sama lain” (Hidayati, Mujinem, Anwar
Senen, 2009: 7-30).
Menurut Suprijono “pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih
luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih
dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru” (2010: 54).
Tarim, Kamuran dan Akdniz, Fikri (2007) mengemukakan pengertian
kooperatif sebagai berikut:
The terms cooperative learning and group learning are often used
interchangeably, yet the former comprises a more robust structure and
includes features that are not present in the latter. Simply placing students
into groups and requiring them to work together does not necessarily
promote cooperative learning (Gillies, 2003). Rather, to be assured that a
cooperative learning environment exists, groups must be structured in such
a way that group members understand the need to co-ordinate activities to
facilitate one another's learning (Johnson and Johnson, 1990).
Kutipan di atas berarti istilah pembelajaran kooperatif dan pembelajaran
kelompok sering digunakan secara bergantian, namun demikian formasi terdiri
dari struktur yang lebih kuat dan termasuk hal-hal yang tidak tertulis dalamnya.
Cukup menempatkan siswa ke dalam kelompok dan mengharuskan mereka untuk
bekerja sama tidak selalu dalam pembelajaran kooperatif (Gillies, 2003).
Sebaliknya, diyakinkan bahwa lingkungan belajar kooperatif ada, kelompok
harus disusun sedemikian rupa sehingga anggota kelompok mengerti keperluan
untuk mengkoordinasikan kegiatan untuk memfasilitasi satu sama lain dalam
belajar (Johnson dan Johnson, 1990).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menempatkan siswa kedalam
beberapa kelompok kecil dalam tingkat kemampuan, jenis kelamin, maupun latar
belakang yang berbeda-beda untuk menyelesaikan tugas-tugas. Selain itu
menekankan pada kerjasama dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah
suatu pola atau rencana yang digunakan sebagai acuan untuk melakukan kegiatan
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
belajar, berfikir dengan menempatkan siswa kedalam beberapa kelompok atau
team untuk bekerjasama dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.
e. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pokok belajar kooperatif menurut Jhonson adalah
memaksimalkan belajar siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan
pemahaman baik secara individual maupun secara kelompok karena siswa bekerja
sebagai team, maka dengan sendirinya siswa dapat memperbaiki hubungan
diantara para siswa dari berbagai latar belakang etnik dan kemampuan,
mengembangkan keterampilan-ketrampilan proses kelompok dan pemecahan
kelompok (Trianto, 2009: 57). Zamroni menyatakan manfaat penerapan belajar
kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikkan khususnya dalam
wujud input dalam level individual. Di samping itu, belajar kooperatif dapat
mengembangkan solidaritas sosial dikalangan siswa. Dengan belajar kooperatif,
diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik
yang cemerlang (Trianto, 2009: 57) .
Ibrahim mengungkapkan tujuan kooperatif adalah terjadi jika dapat
mencapai tujuan mereka hanya siswa lain dengan siapa mereka bekerja sama
mencapai tujuan tersebut. Tujuan pembelajaran ini mencakup tiga jenis tujuan
penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan
pengembangan ketrampilan sosial (Trianto, 2009: 59). Sedangkan Isjoni tujuan
utama dalam penerapan model pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik
dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling
menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk
mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara
berkelompok (2010: 9).
Isjoni menyatakan tujuan penting dalam pembelajaran kooperatif ialah
untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi.
Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki siswa sebagai warga masyarakat,
bangsa dan negara, mengingat kenyataan yang dihadapi bangsa ini dalam
mengatasi masalah-masalah sosial semakin kompleks (2010: 109). Senada dengan
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
itu Johnson & Johnson “tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan
belajar untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara
individu maupun secara kelompok” (Trianto, 2010: 57).
Suprijono berpendapat “pembelajaran kooperatif bertujuan mengembangkan
inteligensi interpersonal. Inteligensi ini berupa kemampuan untuk mengerti
dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, temparemen
orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah, suara, isyarat dari orang lain juga
termasuk dalam inteligensi ini. Secara umum inteligensi interpersonal
berkaitan dengan kemampuan seseorang menjalin relasi dan komunikasi
dengan berbagai orang. Interaksi kelompok dalam interaksi pembelajaran
kooperatif dengan kata lain bertujuan mengembangkan ketrampilan sosial
(social skill). Beberapa komponen ketrampilan sosial adalah kecakapan
berkomunikasi, kecakapan bekerja kooperatif dan kolaboratif, serta
solidaritas” (2010:62).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang
melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.
Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan
partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan
dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada
siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama sama dengan siswa yang berbeda
latar belakang. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu
siswa berperan sebagai siswa ataupun guru. Dengan bekerja secara kolaboratif
untuk mencapai sebuah tujuan bersama.
f. Fase Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Trianto (2009: 67) langkah-langkah pembelajaran kooperatif
adalah :
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi
Guru menyampaikan semua tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
siswa belajar.
Fase-2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada
siswa dengan jalan demontrasi atau
lewat bahan bacaan
Fase-3
Mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok kooperatif
Guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu
setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
Fase-4
Membimbing kelompok bekerja
dan belajar
Guru memimbing kelompok-
kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas mereka.
Fase-5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah dipelajari
atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase-6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk
menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok.
Sedangkan menurut Suprijono (2010:65) sintak model pembelajaran
kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase yaitu:
Tabel 2.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1 : Present goals and set
Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan peserta didik
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
mempersiapkan peserta didik siap
belajar.
Fase 2: PresentInformation
Menyajikan informasi
Mempresentasikan informasi kepada
peserta didik secara verbal.
Fase 3: Organize students into Memberikan penjelasan kepada peserta
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
learning teams
Mengorganisir peserta didik ke dalam
tim-tim belajar
didik tentang tata cara pembentukan tim
belajar dan membantu kelompok
melakukan transisi yang efisien.
Fase 4 : Assist team work and study
Membantu kerja tim dan belajar
Membantu tim-tim belajar selama
peserta didik mengerjakan tugasnya.
Fase 5 : Test on the materials
Mengevaluasi
Menguji pengetahuan peserta didik
mengenai berbagai materi pembelajarn
atau kelompok-kelompok mempresen-
tasikan hasi kerjanya
Fase 6 : Provide recognition
Memberikan pengakuan atau
penghargaan
Mempersiapkan cara untuk mengakui
usaha dan prestasi individu maupun
kelompok
Berdasarkan kedua tabel di atas, maka dapat disimpulkan pada fase
pertama, guru mengklarifikasi maksud pembelajaran kooperatif. Hal ini penting
untuk dilakukan karena peserta didik harus memahami dengan jelas prosedur dan
aturan dalam pembelajaran. Fase kedua, gurue menyampaikan informasi, sebab
informasi ini merupakan isi akademik. Fase ketiga, kekacauan bisa terjadi pada
fase ini, oleh sebab itu transisi pembelajaran dari dan ke kelompok-kelompok
belajar harus diorkestrasi dengan cermat. Sejumlah elemen perlu dipertimbangkan
dalam menstrukturisasikan tugasnya. Guru harus menjelaskan bahwa peserta didik
harus saling bekerjasama di dalam kelompok. Tiap kelompok memiliki
akuntabilitas individual untuk mendukung tercapainya tujuan kelompok. Pada
fase ke tiga ini terpenting jangan sampai ada free-rider atau anggota yang hanya
menggantungkan tugas kelompok kepada individu lainnya. Fase keempat, guru
perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tentang tugas-tugas yang
dikerjakan peserta didik dan waktu yang dialokasikan. Pada fase ini bantuan yang
diberikan guru dapat berupa petunjuk, pengarahan, atau meminta beberapa peserta
didik mengulangi hal yang sudah ditunjukkanya. Fase kelima guru melakukan
evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang konsisten dengan tujuan
pembelajaran. Fase keenam guru mempersiapkan struktur reward yang akan
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diberikan kepada peserta didik. Variasi struktural reward bersifat individualistis,
kompetitif dan kooperatif. Struktur reward individualistis terjadi apabila sebuah
reward dapat dicapai tanpa tergantung pada apa yang dilakukan pada orang lain.
Struktur reward kompetitif adalah jika peserta didik diakui usaha individualnya
berdasarkan perbandingan dengan orang lain. Struktur reward kooperatif
diberikan kepada tim meskipun anggota tim-timnya saling bersaing.
g. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Roger dan David Johnson menyatakan bahwa untuk mencapai hasil yang
maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus terapkan. Lima
unsur tersebut adalah 1) positive interdependence (saling ketergantungan positive)
2) personal responsibility (tanggung jawab perorangan) 3) face to face promotive
(interaksi promotif) 4) interpersonal skill (komunikasi antar anggota) 5) Group
processing (pemrosesan kelompok) (Suprijono, 2010: 58). Sedangkan Isjoni
keunggulan kooperatif yang diperoleh dalam pembelajaran ini adalah: 1) saling
ketergantungan yang positif 2) adanya pengakuan dalam merespon perbedaan
individu 3) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas 4) suasana
kelas yang rileks dan menyenangkan 5) terjalinnya hubungan yang hangat dan
bersahabat antara siswa dengan guru 6) memiliki banyak kesempatan untuk
mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan (2010: 36).
Karakteristik pembelajaran kooperatif dalam Anita Lie
a) Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif guru menciptakan suasana yang
mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling
membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling
ketergantungan dapat dicapai melalui 1) saling ketergantungan mencapai tujuan
2) saling ketergantungan menyelesaikan tugas 3) saling ketergantungan bahan
atau sumber 4) saling ketergantungan peran 5) saling ketergantungan hadiah.
b) Interaksi tatap muka
Interaksi siswa akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok
sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru.
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Interaksi semacam ini sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar
dari sesama.
c) Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar
kelompok. Penilaian ditunjukkan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap
materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual selanjutnya
disampaikan oleh guru kepada kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa
yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata rata hasil
belajar semua anggota, karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan
sumbangan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas
rata-rata penguasaan atas semua anggota kelompok secara individual ini yang
dimaksud dengan ankuntabilitas individual.
d) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman,
mengkritik ide daan bukan mengkritik teman berani mempertahankan pikiran
logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang
bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal relationship)
tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat
menjalin hubungan antarpribadi akan memperoleh teguran dari guru dan sesama
siswa.
e) Evaluasi proses kelompok
Perlu dijadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi
proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya mereka bisa
bekerjasama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap
kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah
beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative
learning (2008: 35).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
karakteristik model pembelajaran kooperatif adalah adanya 1) saling
ketergantungan yang positif 2) adanya pengakuan dalam merespon perbedaan
individu 3) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas 4) suasana
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kelas yang rileks dan menyenangkan 5) terjalinnya hubungan yang hangat dan
bersahabat antara siswa dengan guru 6) memiliki banyak kesempatan untuk
mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.
h. Macam-Macam Metode Pembelajaran Kooperatif
Adapun metode-metode pembelajaran kooperatif menurut Ahmad
Munjin yaitu:
1) Metode example non example
2) Metode picture and picture
3) Metode cooperatif script
4) Metode student teams-achievement divisions
5) Metode Jigsaw
6) Metode Artikulasi
7) Metode make a match
8) Metode debat
9) Metode group investigation
10) Metode snawball throwing
11) Metode inside-outside-circle
12) Metode tebak kata
13) Metode talking stick (2009: 130-137)
Suprijono menyatakan metode-metode kooperatif antara lain :
1) Jigsaw
2) Think-pair-share
3) Numbered heads together
4) Group investigation
5) Make a match
6) Two stay two stray
7) Listening team
8) Inside-outside-circle
9) Bambo dancing
10) Point-counter-point.
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Selain itu ada juga metode-metode pendukung pengembangan
pembelajaran kooperatif antara lain :
1) PQ4R
2) Guided note talking
3) Snowball drilling
4) Concept mapping
5) Giving question and getting answer
6) Question student have
7) Everyone is teacher here
8) Tebak pelajaran
9) Talking stick (2010: 89-111)
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa macam
macam metode kooperatif adalah example non example, piccture and picture,
cooperatif script, student teams-achievement divisions, Artikulasi, make a match,
debat, group investigation snawball throwing, inside-outside-circle, tebak kata,
Jigsaw, think-pair-share, numbered heads together, group investigation, two stay
two stray, listening team,inside-outside-circle, bambo dancing, point-counter-
point, PQ4R, guided note talking, snowball drilling, concept mapping, giving
question and getting answer, question student have, everyone is teacher here,
tebak pelajaran, talking stick.
i. Pengertian Metode Talking Stick
1. Pengertian Metode
Dalam pembelajaran seorang guru harus menguasai berbagai metode.
Metode mengajar yang digunakan sebaiknya sesuai dengan materi dan tujuan
pembelajaran serta memudahkan siswa dalam memahami materi. Menurut
Surtikanthi dan Hariyatmi “metode adalah cara mengajar (yang bersifat umum)
yang dapat digunakan untuk semua jenis mata pelajaran” (2006: 5). Kemudian
Sagala “mengemukakan metode adalah cara yang digunakan oleh guru atau siswa
dalam mengolah informasi yang berupa fakta, data dan konsep pada proses
pembelajaran yang mungkin terjadi dalam suatu strategi” (Rumini, 2007: 2.3).
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Bambang Setiyadi dan Junaidi Mistar berpendapat “metode adalah suatu
cara yang teratur atau yang telah dipikirkan secara mendalam untuk digunakan
dalam mencapai sesuatu” (2008: 4.3). Ahmad Munjin dan Lilik Nur Kholidah
mengungkapkan “metode adalah suatu cara yang dilalui untuk menyajikan bahan
ajaran agar mencapai tujuan pembelajaran” (2009: 29).
Sedangkan menurut Isjoni “metode ialah a way in achieving something
cara untuk mencapai sesuatu (2009: 109). Wina Sanjaya menyatakan metode
adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara
optimal” (2009: 147). Siswantoro mengemukakan bahwa “metode adalah cara
yang dipergunakan seseorang peneliti didalam usaha memecahkan masalah yang
diteliti” (2010: 55).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
metode adalah cara yang digunakan oleh guru atau siswa dalam mengolah
informasi yang berupa fakta, data dan konsep pada proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
2. Pengertian Talking Stick
Menurut Suprijono Talking stick merupakan metode pendukung
pengembangan pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa untuk
mengemukakan pendapat. Metode pembelajaran talking stick merupakan konsep
yang inovatif untuk mendorong pengetahuan siswa untuk berani mengemukakan
pendapat. Pembelajaran dengan metode talking stick diawali dari penjelasan guru
tentang materi pokok yang akan dipelajari. Peserta didik diberi kesempatan untuk
membaca dan mempelajari materi ini. Guru memberikan waktu yang cukup. Guru
meminta peserta didik menutup bukunya dan guru mengambil tongkat digunakan
secara bergulir sambil diiringi musik. Bagi siswa yang memegang tongkat saat
musik berhenti harus menjawab pertanyaan dari guru yang sudah dipersiapkan
sebelumnya. Tongkat tersebut diberikan kepada peserta didik dan bagi siswa yang
mendapatkan tongkat diwajibkan untuk menjawab pertanyaan (2010: 109).
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pencipta talking stick adalah orang Amerika yang bernama Locust.
Kimberly Fujioka (1998) menyatakan pengertian talking stick sebagai berikut:
"The talking stick has been used for centuries by many Indian tribes as a
means of just and impartial hearing. The talking stick was commonly used
in council circles to decide who had the right to speak. When matters of
great concern would come before the council, the leading elder would hold
the talking stick, and begin the discussion. When he would finish what he
had to say, he would hold out the talking stick, and whoever would speak
after him would take it. In this manner, the stick would be passed from one
individual to another until all who wanted to speak had done so. The stick
was then passed back to the elder for safe keeping." (Locust, 1998)
Talking Stick Rules. There are rules about using the talking stick, which
Locust states: "Whoever holds the talking stick has within his hands the
power of words. Only he can speak while he holds the stick, and the other
council members must remain silent. The eagle feather tied to the stick gives
him the courage and wisdom to speak truthfully and wisely. The rabbit fur
on the end of the stick, reminds him that his words must come from his
heart. " (Locust, 1998).
Kutipan di atas mempunyai maksud bahwa “Talking stick telah
digunakan selama berabad-abad oleh banyak suku Indian sebagai alat yang adil
dan tidak memihak pada pendengarnya. Talking stick yang umum digunakan
didalam kelompok membentuk lingkaran untuk memutuskan siapa yang memiliki
hak untuk berbicara. Yang menjadi perhatian besar adalah setiap kelompok
sebelumnya menentukan ketua yang akan memegang tongkat (talking stick), dan
mulai diskusi. Ketika ia telah selesai berpendapat, dia akan memberikan tongkat
(talking stick) pada siapa pun yang akan berbicara setelah menerima tongkat
talking stick. dengan cara ini, tongkat itu akan diberikan dari satu orang kepada
yang lainnya sampai pada siapa yang memegang tongkat yang diinginkan untuk
berbicara. Begitu seterusnya sampai tongkat itu lalu kembali dipegang oleh
ketua." (Locust, 1998)
Aturan talking stick. Ada aturan tentang menggunakan tongkat bicara,
Locust menyatakan: "Barangsiapa memegang tongkat bicara kepadanya diberikan
kuasa untuk berkata-kata. Hanya dia dapat berbicara sementara ia memegang
tongkat, dan anggota kelompok lainnya harus tetap diam. Tongkat itu terikat bulu
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
elang yang memberinya keberanian dan kebijaksanaan untuk berbicara jujur dan
bijaksana. Bulu kelinci di ujung tongkat, mengingatkan dia bahwa kata-katanya
harus datang dari hatinya.. "(Locust, 1998).
Selain itu ada pendapat George Por. (2009) "The Talking Stick will be
introduced as listening and speaking in those situations the talking stick c
ircle serves as time-proven method to ensure that everybody's voice is heard.
Every stakeholder has a piece of the truth; everyone's contribution is needed to
make it whole.
Kutipan George Por. (2009) berarti “tongkat berbicara akan mengawali
pendengaran dan pembicaraan dalam situasi lingkaran tongkat tersebut. Bicara
berfungsi sebagai metode pembuktian waktu untuk memastikan bahwa suara
setiap orang memiliki bagian kebenaran; kontribusi setiap orang dijadikannya
untuk membuatnya utuh.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan talking
stick dicetuskan oleh orang Amerika bernama Locust. Talking stick adalah tongkat
berbicara yang mana penggunaannya menggunakan media tongkat. Kepada
siapapun yang memegang tongkat wajib mengeluarkan pendapatnya sesuai
dengan hati nurani tanpa gangguan dari orang lain. Sekarang talking stick
digunakan untuk metode pembelajaran siswa yang dikondisikan sedemikian rupa
sehingga siswa dapat mengikuti pembelajaran. Media yang digunakan yaitu
tongkat diiringi dengan nyanyian. Saat bernyanyi tongkat berputar dari siswa satu
ke siswa yang lain. Bagi siswa yang memegang tongkat saat nyanyian berhenti
berarti siswa wajib menjawab pertanyaan dari guru.
j. Langkah-Langkah Metode Talking Stick
Ahmad Munjin dan Lilik Kholidah berpendapat langkah-langkah
pelaksanaan talking stick adalah :
1) Guru menyiapkan sebuah tongkat
2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari
materi pada pegangannya atau paketnya.
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan siswa
untuk menutup bukunya.
4) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru
memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus
menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat
bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
5) Guru memberikan kesimpulan
6) Evaluasi (2009: 134)
Suprijono mengemukakan langkah-langkah pembelajaran talking stick
adalah :
1) Pembelajaran dengan metode talking stick diawali dari penjelasan guru
tentang materi pokok yang akan dipelajari
2) Peserta didik diberi kesempatan untuk membaca dan mempelajari materi ini
3) Guru meminta peserta didik menutup bukunya
4) Guru mengambil tongkat digunakan secara bergulir sambil diiringi musik
5) Bagi siswa yang memegang tongkat saat musik berhenti harus menjawab
pertanyaan dari guru yang sudah dipersiapkan sebelumnya
6) Tongkat tersebut diberikan kepada peserta didik dan bagi siswa yang
mendapatkan tongkat diwajibkan untuk menjawab pertanyaan demikian
seterusnya
7) Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk melakukan refleksi
8) Guru memberi ulasan terhadap jawaban siswa
9) Kesimpulan (2010: 109)
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
langkah-langkah talking stick adalah guru menyiapkan sebuah tongkat sebelum
pembelajaran. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi
pada pegangannya atau paketnya. Setelah selesai membaca buku dan
mempelajarinya mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya. Guru mengambil
tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan
dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap
pertanyaan dari guru diiringi dengan musik. Pada kegiatan akhir guru memberikan
kesimpulan dan melakukan evaluasi.
k. Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Metode Talking Stick
Berdasarkan beberapa pendapat di atas bahwa pembelajaran kooperatif
menitik beratkan pada kerjasama, maka pelaksanaan model pembelajaran
kooperatif metode talking stick dapat dilaksanakan sebagai berikut :
1) Kegiatan awal
a) Guru memberikan salam dan mengajak berdoa
b) Guru melakukan presensi
c) Guru memberikan apresepsi mengenai kompetensi pembelajaran yang
akan dicapai
d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
e) Guru memberikan motivasi pada siswa sesuai dengan materi yang
dipelajari
2) Kegiatan inti
a) Eksplorasi
- Guru melakukan apresepsi yaitu bertanya jawab tentang hal-hal yang
berhubungan materi dengan pengalaman siswa
- Guru memberikan penjelasan materi yang dipelajari
- Guru menyiapkan tongkat sepanjang 30 cm
b) Elaborasi
- Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok setiap kelompok terdiri dari
5 siswa untuk bekerjasama dan menyelesaikan soal
- Guru membagikan tugas kelompok untuk dikerjakan bersama-sama
dalam kelompok
- Guru membantu siswa saat mengalami kesulitan dalam proses diskusi
- Guru mengambil tongkat dan menyiapkan masing-masing kelompok
untuk diajak bernyanyi dan memberikan tongkat kepada salah satu
anggota dalam kelompok untuk melakukan permainan dalam talking
22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
stick bagi yang mendapatkan stick pada akhir nyanyian kelompok
menjawab pertanyaan dari guru.
c) Konfirmasi
- Guru memberi penguatan pada jawaban siswa saat talking stick
- Guru dan siswa bertanya jawab tentang materi yang belum jelas
3) Kegiatan akhir
- Siswa bersama-sama dengan guru menyimpulkan pembelajaran
- Guru memberikan evaluasi baik secara individu
- Guru memberi tugas sebagai tindak lanjut pelajaran hari ini
- Guru mengakhiri pembelajaran
l. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Metode Talking Stick
Menurut Amiroh (2009) merupakan pengembang dari model kooperatif
memilki kelebihan talking stick antara lain: 1) Siswa dapat mengembangkan
pengetahuan, kemampuan dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar
yang terbuka dan demokratis. Siswa bukan lagi sebagai objek pembelajaran
namun juga dapat berperan sebagai tutor bagi temannya 2) Meningkatkan
kebaikan budi, kepekaan dan toleransi 3) Meningkatkan kemajuan belajar 4)
Menguji kesiapan siswa 5) Melatih siswa untuk memahami dengan cepat 6)
Meningkatkan kehadiran siswa dan sikap yang lebih positif 7) Menambah rasa
senang berada di sekolah serta menyayangi teman-teman sekelasnya 8) Agar
siswa lebih giat belajar 9) Akan menimbulkan persahatan yang akrab dikalangan
siswa karena siswa bekerja berkelompok 10) Mudah diterapkan dan tidak mahal.
2. Hakikat Penguasaan Konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
a. Pengertian Penguasaan Konsep
Penguasaan dapat diartika sebagai pemahaman atau kesanggupan untuk
menggunakan kemampuan dan sebagainya. Sehingga penguasaan diartikan
sebagai pemahaman yang berarti mengetahui yang sifatnya mengingat atau
menghafal melainkan dapat menyampaikan kembali dengan kata-kata lain
sehingga tidak mengubah maknanya.
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut Moore “konsep adalah sesuatu yang tersimpan dalam pikiran
suatu pikiran, suatu ide atau suatu gagasan” (Faqih Samlawi dan Bunyamin
mahfud, 2001: 11). Parker menyatakan “konsep adalah suatu gagasan yang ada
melalui contoh-contohnya” (Faqih Samlawi dan Bunyamin mahfud, 2001: 11).
Buchari Alma dan Harlasguna berpendapat “konsep adalah suatu pengertian yang
disimpulkan dari sekumpulan data yang memiliki cara-cara yang sama” (2003:
152). Sanjaya mengemukakan “konsep adalah abstraksi kesamaan atau
keterhubungan dari sekelompok benda atau sifat” (2010: 142). Hilda Taba
menyatakan “konsep berarti memahami sesuatu yang abstrak sehingga mendorong
anak untuk berfikir lebih mendalam” (Sanjaya, 2010: 144) .
Berdasarkan beberapa pendapat di atas konsep mengandung pengertian
sekumpulan data yang masih bersifat abstrak. Konsep merupakan data yang luas
sehingga untuk merumuskan konsep harus diuraikan agar dapat dipahami dengan
baik. Oleh karena itu penguasaan konsep dapat diartikan sebagai proses
mengubah informasi yang berupa data, sifat atau fakta agar siswa lebih mengerti
sesuatu yang tersimpan dalam pikiran, sehingga mendorong anak untuk
memahami, berfikir dan mengusai data lebih mendalam.
b. Konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Mata pelajaran IPS kelas V SD pada standar kompetensi (SK): 2.
Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kompetensi dasar (KD): 2.3.
Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Sedangkan indikatornya adalah:
kognitif
- Produk
2.3.1. Menjelaskan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi disekitar
proklamasi
2.3.2. Menyebutkan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi disekitar
proklamasi
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2.3.3. Menjelaskan peranan PPKI dalam perumusan dasar negara dan UUD
1945.
2.3.4.Menyebutkan cara menghargai jasa tokoh-tokoh kemerdekaan
Indonesia
2.3.5. Membaca tokoh-tokoh penting dan riwayat singkat tokoh kemerdekaan
dalam peristiwa proklamasi
- Proses
2.3.6. Mendiskusikan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi disekitar
proklamasi
2.3.7. Mendiskusikan peranan PPKI
Afektif
2.3.8. Mendengarkan pendapat teman mengenai peristiwa-peristiwa penting
yang ada di sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia
2.3.9. Memberi contoh sikap menghargai jasa tokoh-tokoh kemerdekaan
Indonesia.
Psikomotor
2.3.10. Menempel urutan peristiwa sekitar proklamasi berdasarkan gambar
2.3.11 Menempel gambar pahlawan sesuai namanya
Materi pelajaran peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia dan
tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia. Sudiyo mengemukakan pengertian
“proklamasi adalah puncak-puncak pergerakkan nasional” (2002: 17). Sedangkan
Endang Sulilaningsih, dkk “Proklamasi merupakan puncak perjuangan bangsa
Indonesia dan menandai lahirnya Bangsa Indonesia” (2008: 177). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah berbagai
fakta atau data tentang berbagai perjuangan sebagai puncak dari pergerakkan
nasional yang menandai lahirnya Bangsa Indonesia.
Proklamasi kemerdekaan Indonesia sebetulnya merupakan bagian dari
pidato proklamasi yang disampaikan oleh Ir. Soekarno sebagai wakil bangsa
Indonesia. Proklamasi tersebut dibacakan tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00
WIB bertempat di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta. Terjadinya
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melalui proses yang panjang. Sejarah
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mencatat bahwa sebelum kedatangan bangsa penjajah, di wilayah Nusantara ini
telah berdiri negara-negara yang dikenal dengan kerajaan-kerajaan yang berdaulat.
Namun, karena adanya politik adu domba dari pihak penjajah, wilayah Nusantara
dapat dikuasai. Sebagai akibatnya, rakyat Indonesia hidup dalam alam
penderitaan. Reaksi dari rakyat adalah melakukan perlawanan terhadap penjajah.
Setelah melalui waktu yang sangat lama disertai pengorbanan besar dari seluruh
rakyat Indonesia, akhirnya kemerdekaan dapat diwujudkan. Adapun saat
menjelang diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia bisa ditegaskan dimulai
pada tanggal 16 Agustus 1945. Pada waktu itu terjadi penculikan terhadap 2 tokoh
bangsa Indonesia yang paling terkemuka, yaitu Ir. Soekarno dan Drs. M. Hatta
oleh para pemuda pejuang Indonesia dari Jakarta ke Rengasdengklok Karawang
Jawa Barat. Maksud mereka agar kedua tokoh ini terhindar dari pengaruh
ancaman dan tekanan pemerintah pendudukan Jepang. Kedua tokoh itupun
menegaskan bahwa tidak akan ada tekanan yang mampu menggoyahkan
perjuangan bangsa Indonesia. Akhirnya, mereka dikembalikan lagi ke Jakarta dan
diamankan di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda sebagai penguasa Jepang
di daerah Jawa. Di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda itulah naskah
proklamasi dirumuskan oleh 3 orang pemimpin golongan tua, yaitu Ir. Soekarno,
Drs. Kesempatan itu digunakan oleh bangsa Indonesia untuk memproklamasikan
kemerdekaan. Ada beberapa peristiwa sejarah menjelang Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang patut kita ketahui. M. Hatta, dan Mr.
Achmad Soebardjo. Perumusan naskah proklamasi juga disaksikan 3 orang wakil
golongan muda, yaitu Sukarni, B.M. Diah, dan Mbah Diro. Setelah selesai ditulis,
naskah proklamasi diketik oleh Sayuti Melik. Kemudian, Ir. Soekarno dan Drs. M.
Hatta menandatanganinya atas nama bangsa Indonesia.
Pada konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia ini siswa diajak untuk
mempelajari beberapa peristiwa penting dan beberapa tokoh pejuang proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Materi ini membahas peristiwa menjelang proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Peristiwa penting tersebut diantaranya adalah: pertemuan
di Dalat, menanggapi berita kekakalan Jepang, peristiwa rengasdengklok,
perumusan teks proklamasi, detik-detik proklamasi kemerdekaan Indonesia 17
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Agustus 1945. Sedangkan tokoh-tokoh penting yang terlibat dalam proklamasi
kemerdekaan Indonesia antara lain: Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Ahmad
Subarjo, Ibu Fatmawati, Sutan Syahrir, Laksamana Tadashi Maeda. Yang terakhir
yaitu siswa diajak dapat menghargai dan bersikap benar pada tokoh-tokoh
proklamasi kemerdekaan Indonesia.
3. Penelitian yang Relevan
Penelitian dari Setya Ristanto (2011) yang berjudul “Penggunaan Model
pembelajaran Tipe Team Game Turnament untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia siswa Kelas V SDN 1 Brujul Tahun
Ajaran 2010/2011.” Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa hasil belajar
IPS konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia mengalami peningkatan. Dari
hasil penelitian tersebut telah disimpulkan bahwa hasil belajar IPS tentang
proklamasi kemerdekaan Indonesia mengalami peningkatan. Tujuan pembelajaran
dapat tercapai. Terbukti dengan nilai rata-rata 69,9 pada siklus I menjadi 84 pada
siklus ke II. Penelitian Setyo Ristanto mempunyai persamaan dengan penelitian
ini yaitu pada materi IPS konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia di kelas V.
Perbedaan penelitian ini adalah tempat, jumlah subjek, dan model
pembelajarannya.
Penelitian Dwi Cahyaningsih (2011) yang berjudul “Peningkatan
Kemampuan Kognitif Siswa melalui Optimalisasi Pendekatan Kooperatif Tipe
Talking Stick pada Pembelajaran Matematika (Ptk Pembelajaran Matematika di
Kelas V SDN Gawan tahun Ajaran 2010/2011).” Hasil yang diperoleh yaitu: (1)
kemampuan dalam pengetahuan peningkatannya mencapai 20% (2) kemampuan
dalam pemahaman peningkatannya mencapai 20%, 3) kemampuan dalam
penerapan peningkatannya mencapai 14,29% (4) kemampuan dalam analisis
peningkatannya mencapai 17,14%,(5) kemampuan dalam sintesis peningkatannya
mencapai 17,14% (6) kemampuan dalam evaluasi peningkatannya mencapai
14,29%. Kesimpulan penelitian Dwi Cahyaningsih adalah penerapan pendekatan
kooperatif tipe talking stick dapat meningkatkan peningkatan kemampuan kognitif
siswa. Penelitian Dwi Cahyaningsih mempunyai persamaan dengan penelitian ini
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yaitu pada penggunaan talking stick. Sedangkan perbedaan penelitian Dwi
Cahyaningsih untuk peningkatan kemampuan kognitif siswa tetapi penelitian ini
meningkatkan penguasaan konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia, tempat,
waktu dan subjek yang diteliti.
Senada dengan penelitian Riana Kusuma Sari dengan judul
“Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika melalui
Metode Talking Stick pada Siswa Kelas IV SDN Newung I Kecamatan Sukodono
Tahun Ajaran 2011/2012.” Hasil yang diperoleh pada siklus I dengan penerapan
metode Talking Stick terjadi peningkatan hasil belajar dari 25% menjadi 65% dari
20 siswa yang mendapat nilai ≥ 60,sebagai KKM. Sedang pada siklus II dari 65%
menjadi 85% dari 20 siswa yang mendapat nilai ≥ 60. Kesimpulan penelitian ini
adalah metode talking stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN
Newung 1 Kecamatan Sukodono tahun ajaran 2011/2012. Penelitian Riana
Kusuma Sari mempunyai kesamaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan
metode talking stick. Sedangkan perbedaan penelitian Riana Kusuma Sari tentang
hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika tetapi penelitian ini untuk
meningkatkan penguasaan konsep proklamasi kemerdekan Indonesia, tempat,
waktu dan subjek yang diteliti.
B. Kerangka Berfikir
Peran guru dalam pembelajaran sangat besar. Siswa menjadi pandai
maupun kurang pandai adalah hasil bimbingan guru. Sehingga untuk
menghasilkan siswa yang pandai dan menguasai materi itu sangat penting. Pada
kondisi awal pembelajaran IPS di SDN 2 Gemblegan Klaten tentang proklamasi
kemerdekaan Indonesia kurang maksimal, terbukti dari 53,33% ( 16 siswa ) yang
dapat lulus KKM yang ditentukan. Pada hakekatnya pembelajaran IPS itu adalah
belajar tentang konsep. Konsep-konsep pembelajaran IPS itu sangat luas dan
banyak. Untuk menguasai pembelajaran IPS yang banyak dan luas itu diperlukan
cara-cara khusus untuk memudahkan siswa dalam menguasai materi
pembelajaran. Penguasaan materi pelajaran merupakan puncak dari pembelajaran.
Metode guru yang konvensional perlu dikembangkan lagi untuk menghasilkan
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Agar pembelajaran lebih fokus dan
tidak membosankan perlu dicoba dengan cara permainan. Hal ini perlu dilakukan
karena karakteristik siswa SD yang masih suka bermain.
Untuk memberikan ketertarikkan siswa untuk fokus dalam pelajaran dan
dapat menambah penguasaan pelajaran pada konsep proklamasi kemerdekaan
Indonesia maka cara yang dapat ditempuh adalah dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif metode talking stick. Metode talking stick dalam
pelaksanaanya penuh dengan nuansa permainan dan menyenangkan tetapi tidak
meninggalkan pembelajaran. Model bembelajaran kooperatif metode talking stick
ini diharapkan dapat membantu meningkatkan penguasaan konsep proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Melalui kolaborasi antara peneliti dengan guru kelas
model pembelajaran kooperatif metode talking stick ini akan diterapkan dengan
menggunakan siklus I dan siklus II yang melalui tahap perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi. Pada penelitian ini memiliki indikator ketercapaian
85%. Apabila 85% belum tercapai maka akan dilanjutkan dengan mengadakan
siklus II hingga tercapai 85%. Apabila masih belum tercapai maka akan
dilanjutkan ke siklus selanjutnya sehingga ketuntasan 85% (26 siswa) dari 30
siswa.
Berdasarkan hal tersebut, maka pada kondisi akhir dapat diperoleh bahwa
dengan model pembelajaran kooperatif metode talking stick dapat meningkatkan
penguasaan konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia pada siwa kelas V SN 2
Gemblegan Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten tahun ajaran 2011/2012.
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Secara skematis uraian digambarkan kerangka pemikirannya sebagai
berikut :
C. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir di atas, maka dalam
penelitian ini dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut: penerapan model
pembelajaran kooperatif metode talking stick dapat meningkatkan penguasaan
konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SDN 2
Gemblegan Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten Tahun Ajaran 2011/2012.
Gambar 2.1. Skema Kerangka Berpikir
Hasil penguasaan
konsep proklamasi
kemerdekaan
Indonesia tinggi
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Guru
menggunakan
model
pembelajaran
kooperatif metode
STAD
Penguasaan
konsep proklamasi
kemerdekaan
Indonesia rendah
Siklus I Penguasaan
konsep proklamasi
kemerdekaan
Indonesia
meningkat
Siklus II
Penguasaan konsep
proklamasi
kemerdekaan
Indonesia
meningkat
Menerapkan
model
pembelajaran
kooperatif metode
talking stick
Melalui model
pembelajaran
kooperatif metode
talking stick dapat
meningkatkan
penguasaan konsep
proklamasi
kemerdekaan Indonesia
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas V SDN 2 Gemblegan
Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten Tahun Ajaran 2011/2012. Alasan
penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Gemblegan Kecamatan Kalikotes Kabupaten
Klaten yaitu 1) mempertimbangkan kemudahan kerjasama antara peneliti, pihak
sekolah, dan objek yang diteliti 2) penghematan waktu dan biaya karena lokasi
penelitian yang dekat dengan rumah peneliti 3) sekolah tersebut masih jarang
diadakan penelitian yang serupa, sehingga terhindar penelitian yang serupa.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2011/2012
secara bertahap. Penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu: tahap persiapan, tahap
penelitian dan tahap penyelesaian. Penelitian ini dimulai dari bulan Januari 2012
sampai pada bulan Juli 2012. Tahap persiapan dimulai dari bulan Febuari 2012
sampai bulan Maret, sedangkan tahap penelitian dilaksanakan pada bulan Maret
hingga April dan selanjutnya tahap penyelesaian dilaksanakan pada bulan April
sampai dengan Juli (Lampiran 4 halaman 79).
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 2 Gemblegan Kecamatan
Kalikotes Kabupaten Klaten tahun ajaran 2011/2012 semester II sebanyak 30
siswa. Jumlah siswa perempuan 14 siswa sedangkan siswa laki-laki 16 siswa.
Pada dasarnya mereka mempunyai latar belakang yang berbeda-beda dan
semuanya normal.
C. Data dan Sumber Data
Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang penguasaan
konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia dan nilai pada pelajaran IPS pada
siswa kelas V. Selain itu informasi tentang kemampuan guru dalam menyusun
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
rencana pelaksaan pembelajaran dan mengobservasi pada saat pembelajaran
sedang berlangsung. Sumber data atau informasi yang digunakan dalam penelitian
ini terdiri dari :
1. Sumber data primer ( pokok )
Sumber data penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu nara
sumber informasi meliputi siswa kelas V, guru kelas V, kepala sekolah atau
pihak lain yang berhubungan.
2. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder dalam penelitian ini meliputi arsip rencana
pelaksaan pembelajaran (RPP), vidio pelaksanaan pembelajaran, silabus dan
tes penguasaan konsep proklamsi kemerdekaan Indonesia.
D. Pengumpulan Data
Untuk memecahkan masalah dalam penelitian diperlukan data yang
relevan dengan permasalahananya, sedangkan untuk mendapatkan data tersebut
perlu digunakan teknik pengumpulan data yang tepat. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penbelitian ini adalah :
1. Observasi (pengamatan)
Observasi yang digunakan dalam penelian ini adalah observasi partisipasi,
peneliti berperan aktif mengamati dan mengikuti semua kegiatan yang sedang
dilakukan. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai
penguasaan materi serta partisipasi siswa kelas V SDN 2 Gemblegan
Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten saat pembelajaran IPS. Selain itu
observasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan guru dalam mengelola
kegiatan belajar mengajar di SDN 2 Gemblegan Kecamatan Kalikotes
Kabupaten Klaten tahun ajaran 2011/2012.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan-
pertanyaan kepada subjek penelitian. Instrumen ini dilakukan untuk
mendapatkan informasi mengenai fakta, keyakinan, peran, dan niat. Dalam
penelitian ini wawancara ditujukan kepada siswa kelas V SDN 2 Gemblegan
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten, guru kelas V, kepala sekolah serta
pihak pihak yang berhubungan penelitian.
3. Tes
Tes adalah seperangkat rancangan yang diberikan kepada
seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang
dijadikan penetapan skor angka.
Tes yang digunakan untuk mengetahui perkembangan penguasaan
konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia wajib dijawab karena untuk
mengetahui seberapa jauh siswa kels V SDN 2 Gemblegan Kecamatan
Kalikotes Kabupaten Klaten tahun ajaran 2011/2012 menguasai materi
tersebut.
E. Validitas Data
Untuk menjamin dan mengembangkan penelitian, validitas data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan triangulasi.
Triangulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap suatu data. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu triangulasi sumber dan metode. Triangulasi sumber mengambil data dari
nara sumber sedangkan triangulasi metode adalah mengambil data dari metode
pengumpulan data yang berbeda antara lain hasil tes, observasi dan dokumentasi.
F. Analisis Data
Tehnik analisis data proses mencari dan menyusun secara sistematis dan
data yang diperoleh berasal dari wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi
dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami
oleh diri sendiri maupun orang lain. Dalam hal ini analisis data yang digunakan
bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya
dikembangkan menjadi hipotesis. Model yang dipakai adalah model Miles dan
Huberman (1984) dan dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sampai tuntas. Analisis data model Miles dan Huberman ini mempunyai 3 langkah
yaitu 1) Reduksi data 2) dispay atau penyajian data 3) mengambil kesimpulan lalu
diverifikasi.
G. Indikator Kinerja Penelitian
Untuk mengetahui keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas ini,
diterapkan indikator kinerja. Indikator kinerja yaitu nilai tes siswa tentang
penguasaan konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia pada mata pelajaran IPS
dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 70. Jumlah murid kelas V
SDN 2 Gemblegan adalah 30 siswa. Pada pelaksanan pembelajaran dikatakan
berhasil apabila evaluasi penguasaan konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia
secara keseluruhan memperoleh nilai minimal 70 mencapai 26 siswa (85%).
Apabila pada siklus I belum mencapai keberhasilan, maka penelitian dilanjutkan
ke siklus II dan seterusnya hingga keberhasilan 26 siswa (85%) dapat dicapai.
Setelah keberhasilan 26 siswa ( 85%) tercapai maka penelitian dihentikan.
H. Prosedur Penelitian Tindakan
Prosedur penelitian tindakaan kelas ini terdiri dari siklus-siklus. Tiap
siklus dilaksanakan sesuai perubahan yang dicapai. Untuk mengetahui
permasalahan yang merupakan rendahnya penguasaan konsep proklamasi
kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SDN 2 Gemblegan Kecamatan
Kalikotes Kabupaten Klaten. Dilakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru. Mekanisme kerja dalam pelaksanaan PTK ini
diwujudkan dalam siklus-siklus dimana setiap siklusnya mencakup 4 kegiatan,
yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Berikut ini adalah
gambaran tiap siklus.
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 3.1 Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas PTK
(Sumber: Iskandar, 2009: 65)
Refleksi
Perencanaan
Refleksi
Pengamatan
SIKLUS I
Perencanaan
Pelaksanaan
Identifikasi
masalah
Permasalahan
baru hasil
refleksi
Pengamatan
SIKLUS II Pelaksanaan
Dilanjutkan ke
siklus
berikutnya
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan bagan tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa prosedur
rencana tindakan dalam penelitian ini adalah :
Siklus I
a. Perencanaan
Guru menentukan pokok bahasan sesuai dengan Standar kompetensi
(SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Pada penelitian ini akan mengambil :
SK: menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam
mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
KD: menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif metode talking stick. Siklus I
dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan (Lampiran 7 dan 11, halaman 82 dan
105). Dikembangkan dengan skenario pembelajaran kemudian menyiapkan
soal evaluasi, lembar penilaian, media pembelajaran, lembar observasi
aktivitas guru dan siswa (Lampiran 8 dan 12, halaman 92 dan 116).
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Peneliti melaksanakan proses pembelajaran sesuai Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah dirancang. Pelaksanaan
pembelajaran dilaksanakan menggunakan model pembelajaran kooperatif
metode talking stick. Pembelajaran siklus I pertemuan pertama tentang
pertemuan di Dalat, menanggapi berita kekalahan Jepang, peristiwa
Rengasdengklok dan detik-detik proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Pertemuan II tentang perumusan teks proklamasi, peranan PPKI, tokoh-tokoh
penting dalam peristiwa 17 Agustus 1945 serta cara menghargai tokoh
perjuangan bangsa. Kegiatan yang dilakukan peneliti pada saat pembelajaran
adalah:
1) Kegiatan awal
- Guru memberikan salam dan memimpin berdoa
- Guru melakukan presensi
- Guru menyampaikan kompetensi dasar yang hendak dicapai
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
- Guru memberi motivasi
2) Kegiatan inti
(a) Eksplorasi
- Guru melakukan apresepsi yaitu tanya jawab tentang pelajaran
ini dan menghubungkannya pada pengetahuan siswa
- Guru memberikan penjelasan materi yang akan dipelajari.
- Guru menyiapkan tongkat sepanjang 30 cm.
(b) Elaborasi
- Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok heterogen dengan
jumlah setiap kelompok 5 siswa dengan tingkat prestasi yang
berbeda-beda.
- Siswa duduk secara berkelompok sesuai dengan kelompoknya
masing-masing.
- Guru memberikan tugas kepada masing-masing kelompok.
- Siswa mengerjakan tugas sesuai dengan materi yang dipelajari.
- Dalam menyelesaikan tugasnya siswa saling bekerja sama dalam
kelompoknya sehingga terjadi diskusi dengan kelompoknya
untuk mendapatkan hasil diskusi.
- Siswa yang mengalami kesulitan segera meminta arahan atau
bantuan dari guru untuk menyelesaikan pekerjaannya.
- Guru mengambil tongkat, setiap kelompok mengirimkan satu
anggota untuk permainan dalam metode talking stick. Siswa
diajak bernyanyi dan memberikan tongkat untuk dipegang pada
siswa secara bergantian. Bagi siswa yang mendapatkan stick
pada akhir nyanyian kelompoknya diwajibkan menjawab
pertanyaan dari guru.
- Demikian seterusnya hingga sebagian besar kelompok
berkesempatan untuk menjawab pertanyaan dari guru.
(c) Konfirmasi
- Guru dan siswa bertanya jawab tentang materi yang belum jelas.
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
- Guru memberi penghargaan pada kelompok maupun individu.
3) Kegiatan Penutup
- Siswa bersama-sama dengan guru menyimpulkan pembelajaran pada
hari ini.
- Guru melakukan evaluasi baik secara kelompok maupun individu.
- Guru memberikan tugas sebagai tindak lanjut pembelajaran hari ini.
- Guru menutup pembelajaran.
c. Tahap Observasi atau Pengamatan
Kegiatan observasi dilakukan guru kelas dan peneliti bersamaan
pelaksanaan tindakan pada proses pembelajaran sesuai penilaian yang sudah
disiapkan (Lampiran 9 dan 10, halaman 98 dan 101). Model pembelajaran
yang digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif metode talking stick.
Kegiatan yang dilakukan peneliti adalah 1) memonitor siswa selama proses
pembelajaran 2) menilai penguasaan siswa dengan melihat nilai evaluasi
setelah pelaksanaan pembelajaran.
d. Tahap Refleksi
Guru mengadakan refleksi dan evaluasi untuk melihat hasil
penguasaan siswa tentang konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Pembelajaran dikatakan berhasil apabila pada saat evaluasi siswa
mendapatkan nilai 70 sebanyak 26 siswa (85%) berarti pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif dapat dikatakan siswa
mengalami peningkatan. Namun, jika belum berhasil mencapai kinerja
keberhasilan guru dapat memperbaiki pada siklus II dengan melihat
kelemahan-kelemahan pada pembelajaran siklus I.
Siklus II
a. Perencanaan
Dalam siklus II ini peneliti masih menggunakan model pembelajaran
kooperatif metode talking stick. Pada proses perencanaan, peneliti
penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan memperbaiki
kelemahan-kelemahan yang terdapat pada siklus I. Mengembangkan format
evaluasi siswa, menyusun lembar observasi guru dan siswa selama
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menggunakan model pembelajaran kooperatif metode talking stick dan
menetapkan indikator kinerja keberhasilan pelaksanaan pembelajaran ini.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Peneliti melaksanakan proses pembelajaran sesuai rencana
pelaksanaan pembelajaran seperti siklus I tetapi sudah diperbaiki setiap
kelemahannya. Pelaksanaannya yaitu pada mata pelajaran IPS konsep
Proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan KD menghargai jasa dan peranan
tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Model
pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif metode
talking stick.
c. Tahap Observasi atau Pengamatan
Kegiatan observasi dilakukan oleh guru kelas dan peneliti bersamaan
dengan pelaksanaan tindakan yaitu pada proses pembelajaran IPS dengan KD
menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Kegiatan yang dilakukan peneliti adalah 1)
memonitor siswa selama proses pembelajaran 2) menilai penguasaan siswa
dengan melihat nilai evaluasi setelah pelaksanaan pembelajaran.
d. Tahap Refleksi
Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis,
sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan. Untuk
melihat keberhasilan kegiatan yang telah dilakukan digunakan data yang
berasal dari data evaluasi. Melalui hasil data evaluasi dapat disimpulkan
mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif metode talking stick
dalam penguasaan konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia. Apabila hasil
yang diperoleh belum sesuai target yaitu siswa mendapatkan nilai 70
sebanyak 85% (26 siswa) maka indikator kinerja telah tercapai. Namun, jika
indikator kinerja belum tercapai maka peneliti melakukan siklus yang
berikutnya sehingga pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif
metode talking stick berhasil meningkatkan penguasaan siswa tentang konsep
proklamasi kemerdekaan Indonesia.
39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Pada awal penelitian terlebih dahulu peneliti melakukan survey awal
dengan tujuan untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan. Proses ini
dilakukan pada 24 Januari 2012 pada pelajaran IPS di kelas V SDN 2 Gemblegan
Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten. Data awal yang didapat yaitu
pembelajaran guru banyak menggunakan metode ceramah dalam menjelaskan
materi pelajaran, kegiatan pembelajaran kurang aktif, guru tidak menyiapkan
media saat menjelaskan materi pelajaran. Guru kurang banyak bertanya jawab
secara langsung untuk mengetahui penguasaan siswa pada materi tersebut.
Permasalahan yang ditemui pada diri siswa saat wawancara yaitu:
mereka kurang termotivasi untuk mengikuti pelajaran, malas dalam
memperhatikan penjelasan guru (Lampiran 2 halaman 75). Siswa jenuh harus
mengerjakan lembar kerja siswa (LKS). Siswa masih banyak yang main sendiri
atau tidak mendengarkan penjelasan guru. Siswa kurang berkomunikasi dalam
pembelajaran yang disampaikan guru, selain itu siswa tidak mau bertanya dan
menjawab pertanyaan dari guru. Pembelajaran didominasi oleh siswa yang
pandai berbicara. Hasil survey dan wawancara dari guru kelas memang untuk
pembelajaran IPS penguasaan konsep siswa itu rendah ( Lampiran 1 halaman 73).
Hal ini disebabkan karena banyak dan meluasnya konsep pelajaran IPS, meskipun
guru sudah menggunakan metode STAD tetapi tetap saja nilai IPS siswa rendah.
Pada penuturan dari guru kelas yang sudah mengajar selama 34 tahun masih
kesulitan untuk meningkatkan penguasan konsep proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Untuk materi ini sesungguhnya sangat penting dikuasai siswa.
Peneliti melakukan pre-tes (Lampiran 5 halaman 80) untuk melihat
persentase tingkat penguasaan konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia setelah
guru mengajarkannya. Hasil yang didapatkan pada penguasaan konsep siswa
dengan nilai KKM 70 dari 30 siswa ketuntasan mencapai 53,33% (16 siswa) dan
46,67% (14 siswa) belum tuntas. Dari data ini dapat diketahui bahwa penguasaan
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia masih rendah. Untuk meningkatkan
penguasaan konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat dilakukan dengan
model pembelajaran kooperatif metode talking stick.
Jumlah rata-rata nilai dari tindakan prasiklus konsep proklamasi
kemerdekaan Indonesia pada pelajaran IPS kelas V SDN 2 Gemblegan adalah 61
(Lampiran 6 halaman 81). Berdasarkan data nilai siswa pada lampiran 6 maka,
dapat disajikan tabel distribusi frekuensi seperti tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Frekuensi Data Nilai Awal Penguasaan Konsep Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia Kelas V SDN 2 Gemblegan
No Interval Frekuensi
(xi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi Persentase
1. 30-38 2 34 68 6,66%
2. 39-47 5 43 215 16,66%
3. 48-56 3 52 156 10%
4. 57-65 4 61 244 13,33%
5. 66-74 12 70 840 40%
6. 75-83 4 79 316 13,33%
Jumlah 30 1839 100%
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat disajikan dalam bentuk grafik
histogram pada gambar 4.1 di bawah ini:
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4.1 Grafik Histogram Frekuensi Nilai Awal Penguasaan Konsep
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Siswa Kelas V SDN 2
Gemblegan
Adapun daftar nilai awal yaitu nilai terendah 30, nilai tertinggi 80, rata-
rata kelas 61 dan ketuntasan nilai awal 53,33%. Untuk memperjelas daftar nilai
rata-rata, nilai tertinggi, dan nilai terendah siswa pada kondisi awal disajikan
dalam gambar 4.2 sebagai berikut:
Gambar 4.2 Grafik Daftar Nilai Rata-Rata, Nilai Tertinggi, dan Nilai Terendah
Siswa Pada Kondisi Awal
2
5
3 4
12
4
0
2
4
6
8
10
12
14
30-38 39-47 48-56 57-65 66-74 75-83
Fre
kue
nsi
Interval nilai
30
61
80
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Nilai Terendah Rata-rata Nilai Nilai Tertinggi
Nila
i
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan gambar 4.2 dapat diketahui bahwa sebelum dilakukan
tindakan, dari 30 siswa kelas V SDN 2 Gemblegan 16 siswa (53,33%) yang
memperoleh nilai ketuntasan yaitu nilai ≥ 70. Sedangkan 14 siswa (46,67%)
memperoleh nilai dibawah KKM. Dengan demikian dapat disajikan dalam bentuk
grafik ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal pada gambar 4.3 sebagai
berikut:
Gambar 4.3 Grafik Persentase Ketuntasan Belajar Siswa pada Kondisi Awal
Analisis hasil evaluasi dari tes awal siswa penguasaan konsep proklamasi
kemerdekaan Indonesia diperoleh nilai rata-rata penguasaan awal siswa kelas V
yaitu 61. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan konsep proklamasi
kemerdekaan Indonesia masih rendah. Hasil rata-rata nilai siswa tersebut ternyata
masih di bawah nilai rata-rata yang diharapkan oleh pihak guru, sekolah dan
peneliti yaitu 70. Besarnya persentase siswa tuntas belajar yaitu 53,33%,
sedangkan ketuntasan belajar siswa diharapkan dapat mencapai 85%. Dari hasil
pretes atau tes awal tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan
penguasaan konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif metode talking stick pada siswa kelas V SDN 2
Gemblegan Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten tahun ajaran 2012.
53.33
46.67
42
44
46
48
50
52
54
Tuntas belum tuntas
p
e
r
s
e
n
t
a
s
e
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
1. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus 1
Tindakan pada siklus 1 dilaksanakan 2 kali pertemuan (4x35 menit)
pertemuan 1 tanggal 1 Mei 2012 dan pertemuan 2 tanggal 3 Mei 2012. Adapun
tahap-tahap yang dilakukan pada siklus 1 sebagai berikut:
a. Perencanaan
Guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif metode talking stick. RPP
siklus I pertemuan 1 (Lampiran 7 halaman 82) dan instrumen pelaksanaan
pembelajaran (Lampiran 8 halaman 92).
Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
pertemuan 2 (Lampiran 11 halaman 105) dan instrumen pelaksanaan
pembelajaran ( Lampiran 12 halaman 116 ).
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
1) Siklus I Pertemuan 1
Penelitian dilaksanakan tanggal 1 Mei 2012 pada pukul 09.00-10.10
WIB. Pelaksanaan pembelajaran sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran
yang sudah disiapkan. Dalam tahap ini dibagi menjadi 3 kegiatan yaitu
kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Kegiatan awal dimulai dari guru masuk kelas dan mengucapkan
salam. Guru mengkondisikan kelas supaya siap memulai pelajaran dan
melakukan presensi kehadiran. Guru menyampaikan kompetensi dasar yang
dicapai yaitu menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan selanjutnya memberi motivasi dengan mengajak siswa
bernyanyi “Hari Merdeka”.
Kegiatan inti dibagi dalam tiga bagian yaitu ekplorasi, elaborasi
dan konfirmasi. Pada eksplorasi guru bertanya jawab tentang kapan lahirnya
bangsa Indonesia dan mengapa Bangsa Indonesia perlu merdeka. Selanjutnya
guru menyuruh 2 siswa untuk menempelkan peta konsep tentang peristiwa
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Kemudian guru
menjelaskan secara singkat peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan
Indonesia 17 Agustus 1945. Setelah selesai menjelaskan guru menyuruh
siswa untuk membaca buku atau peta konsep 5 menit untuk persiapan
melakukan permainan dengan tongkat.
Kegiatan elaborasi siswa dibagi menjadi 6 kelompok setiap
kelompok terdiri dari 5 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kemudian
siswa duduk bersama dengan kelompoknya. Guru memberikan lembar kerja
kelompok untuk dikerjakan secara bersama-sama. Setelah semua sudah
berdiskusi dan sudah siap untuk permainan. Guru melakukan permaian
sebelumnya guru membagikan kartu bernomor di dada sebagai urutan siswa
mengikuti metode talking stick. Guru memimpin dalam permainan
sebelumnya siswa diajak untuk bernyanyi “Hari Merdeka” dengan memegang
tongkat secara bergilir. Kepada siswa yang memegang tongkat wajib
menjawab pertanyaan dari guru, hingga sebagian siswa mempunyai
kesempatan menjawab dengan bantuan teman kelompoknya.
Kegiatan konfirmasi guru memberi penguatan pada jawaban siswa
yang sudah bisa menjawab dengan tepat. Kemudian guru memberi
kesempatan pada siswa yang ingin bertanya.
Kegiatan penutup guru dan siswa menyimpulkan pelajaran pada
hari ini. Kemudian siswa mengerjakan soal evaluasi untuk mengetahui
penguasaan konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia ini. Guru memberikan
PR untuk dikerjakan dirumah dan guru menutup dengan memberi pesan
moral.
2) Siklus 1 Pertemuan 2
Siklus 1 pertemuan 2 dilaksanakan pada tanggal 3 Mei pukul 07.00-
08.10 WIB. Penelitian ini dibagi 3 kegiatan yaitu kegiatan pembukaan,
kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Kegiatan pembukaan guru masuk kelas dengan mengucapkan salam.
Guru mengkoordinasikan tempat duduk siswa. Ketua kelas memimpin
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berdoa. Kemudian guru menyampaikan kompetensi dasar yang dicapai yaitu
menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran,
memberi motivasi pada siswa dengan menyanyi “Mengheningkan Cipta”.
Kegiatan inti dibagi 3 tahap yaitu eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi. Ekplorasi guru bertanya jawab tentang: “Siapa saja tokoh pejuang
bangsa Indonesia? Bagaimana cara kita menghormati jasa para pahlawan
yang sudah gugur? Apakah kalian tau riwayat singkat tokoh pejuang kita?
Kemudian guru menjelaskan tentang peranan PPKI, nama dan riwayat singkat
tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia. Guru menjelaskan bahwa nanti kita
akan mengadakan tanya jawab dan memberi tahu caranya dengan media
tongkat.
Kegiatan elaborasi siswa dibagi menjadi 6 kelompok setiap
kelompok terdiri dari 5 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kemudian
siswa duduk bersama dengan kelompoknya. Guru memberikan lembar kerja
kelompok untuk dikerjakan secara bersama-sama. Setelah semua sudah
berdiskusi dan sudah siap untuk permainan. Guru melakukan permaian
sebelumnya guru membagikan kartu bernomor yang di pasang di dada kepada
semua siswa sebagai nomor urut mengikuti metode talking stick. Guru
memimpin dalam permainan, sebelumnya siswa diajak untuk bernyanyi
“Mengheningkan Cipta” dengan memegang tongkat secara bergilir. Kepada
siswa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru, hingga
sebagian siswa mempunyai kesempatan menjawab dengan bantuan teman
kelompoknya.
Kegiatan konfirmasi guru memberi penguatan pada jawaban siswa
yang sudah bisa menjawab dengan tepat. Kemudian guru memberi
kesempatan pada siswa yang ingin bertanya.
Kegiatan penutup guru dan siswa menyimpulkan pelajaran pada
hari ini. Kemudian siswa mengerjakan soal evaluasi untuk mengetahui
penguasaan konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia ini. Guru memberikan
46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PR untuk dikerjakan di rumah dan guru menutup dengan memberi pesan
moral.
c. Tahap Observasi dan Pengamatan
Observasi dilakukan guru kelas V SDN 2 Gemblegan dan peneliti.
Observer mengamati seputar kegiatan guru (Lampiran 10 dan 14 pada
halaman 101 dan 126) saat belajar mengajar pada konsep proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Kegiatan yang dilakukan peneliti adalah 1)
memonitor siswa selama proses pembelajaran 2) menilai penguasaan siswa
dengan melihat nilai evaluasi setelah pelaksanaan pembelajaran. Penguasaan
yang diamati berdasarkan lembar observasi yang sudah dibuat sebelumnya
(Lampiran 9 dan 13 pada halaman 98 dan 123).
Rincian skor kegiatan siswa siklus I pertemuan 1 sebagai berikut:
1) perhatian siswa terhadap pembelajaran yang disampaikan guru mempunyai
skor tiga 2) kemauan untuk menerima pelajaran mempunyai skor dua 3)
keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran mempunyai skor dua 4)
keaktifan siswa dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif metode
talking stick mempunyai skor dua 5) hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan
pendapat mempunyai skor tiga 6) kerjasama antar siswa dalm proses
pembelajaran mempunyai skor tiga 7) kesungguhan siswa mengerjakan tugas
individu maupun tugas kelompok mempunyai skor tiga 8) kemauan untuk
menerapkan model pembelajaran kooperatif metode talking stick mempunyai
skor empat 9) keaktifan untuk membuat kesimpulan pelajaran mempunyai
skor tiga 10) kesungguhan siswa dalam mengerjakan evaluasi mempunyai
skor empat
Rincian skor kegiatan siswa siklus I pertemuan 2 sebagai berikut:
1) perhatian siswa terhadap pembelajaran yang disampaikan guru mempunyai
skor tiga 2) kemauan untuk menerima pelajaran mempunyai skor dua 3)
keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran mempunyai skor dua 4)
keaktifan siswa dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif metode
talking stick mempunyai skor tiga 5) hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan
pendapat mempunyai skor tiga 6) kerjasama antar siswa dalm proses
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pembelajaran mempunyai skor tiga 7) kesungguhan siswa mengerjakan tugas
individu maupun tugas kelompok mempunyai skor tiga 8) kemauan untuk
menerapkan model pembelajaran kooperatif metode talking stick mempunyai
skor empat 9) keaktifan untuk membuat kesimpulan pelajaran mempunyai
skor tiga 10) kesungguhan siswa dalam mengerjakan evaluasi mempunyai
skor empat
Keterangan skor tersebut adalah jika mendapatkan skor 1 berarti
kurang, mendapatkan skor 2 berarti cukup, skor 3 berarti baik, skor 4 berarti
baik sekali. Jumlah skor kegiatan siswa siklus I pertemuan 1 adalah 2,7 dan
pertemuan 2 mempunyai skor 3,00 sehingga mempunyai skor rata-rata 2,85.
Rincian skor kegiatan guru siklus I pertemuan 1 sebagai berikut: 1)
Membuka pelajaran mempunyai skor tiga 2) kejelasan dan sistematika
penyampaian materi mempunyai skor tiga 3) Ppngelolaan kelas mempunyai
skor dua 4) penggunaan bahasa mempunyai skor dua 5) ketepatan dan daya
tarik model pembelajaran kooperatif metode talking stick mempunyai skor
tiga 6) kemampuan menggunakan model pembelajaran kooperatif metode
talking stick mempunyai skor tiga 7) penggunaan model pembelajaran
kooperatif metode talking stick mempunyai skor tiga 8) Pemberian umpan
balik mempunyai skor tiga 9) menunjukkan hubungan antarpribadi yang
kondusif mempunyai skor empat 10) penilaian proses dan penguasaan konsep
proklamasi kemerdekaan Indonesia mempunyai skor tiga 11) ketepatan
metode pembelajaran mempunyai skor tiga 12) menutup pelajaran
mempunyai skor empat.
Rincian kegiatan guru siklus I pertemuan 2 sebagai berikut: 1)
membuka pelajaran mempunyai skor empat 2) kejelasan dan sistematika
penyampaian materi mempunyai skor tiga 3) pengelolaan kelas mempunyai
skor tiga 4) penggunaan bahasa mempunyai skor empat 5) ketepatan dan
daya tarik model pembelajaran kooperatif metode talking stick mempunyai
skor empat 6) kemampuan menggunakan model pembelajaran kooperatif
metode talking stick mempunyai skor empat 7) penggunaan model
pembelajaran kooperatif metode talking stick mempunyai skor empat 8)
48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pemberian umpan balik mempunyai skor tiga 9) menunjukkan hubungan
antarpribadi yang kondusif mempunyai skor empat 10) penilaian proses dan
penguasaan konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia mempunyai skor
empat 11) ketepatan metode pembelajaran mempunyai skor tiga 12) menutup
pelajaran mempunyai skor empat
Jumlah skor kegiatan guru siklus I pertemuan 1 adalah 3,00 dan
pertemuan 2 mempunyai skor 3,4 sehingga mempunyai skor rata-rata 3,2.
Hasil evaluasi penguasaan konsep proklamasi kemerdekaan
Indonesia pada siklus I. Data yang sudah diperoleh melalui tes evaluasi
individu pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 diolah menjadi nilai rata-
rata siklus I (Lampiran 15 halaman 130). Berdasarkan data yang diperoleh
dapat disajikan dalam tabel frekuensi 4.2 di bawah ini:
Tabel 4.2 Hasil frekuensi Evaluasi Penguasaan Konsep Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia Siklus I
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah
(xi)
fi.xi Persentase
1. 40-47 2 43,5 87 6,66%%
2. 48-55 1 51,5 51,5 3,33%
3. 56-63 2 59,5 119 6,66%
4. 64-71 9 67,5 675 33,33%
5. 72-79 9 75,5 679,5 30%
6. 80-87 7 83,5 584,5 23,33%
Jumlah 30 381 2196 100%
Hasil frekuensi evaluasi penguasaan konsep proklamasi kemerdekaan
Indonesia siklus I dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 4.4 sebagai
berikut:
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4.4 Grafik Histogram Frekuensi Nilai Penguasaan Konsep Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia Siswa Kelas V SDN 2 Gemblegan pada
Siklus I
Adapun daftar nilai terendah yaitu 40, nilai tertinggi adalah 85, rata-rata
kelas yaitu 70,83 dan ketuntasan belajar 76,66%. Untuk memperjelas daftar nilai
rata-rata, nilai tertinggi, dan nilai terendah siswa pada siklus I pada tabel 4.2 dapat
disajikan dalam gambar 4.5 sebagai berikut ini:
Gambar 4.5 Grafik Daftar Nilai Rata-rata, Nilai Tertinggi, dan Nilai Terendah
Siswa pada siklus I
2
1
2
9 9
4
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
40-47 48-55 56-63 64-71 72-79 80-87
Fre
kue
nsi
Interval nilai
40
70.83
85
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Nilai Terendah Rata-rata Nilai Nilai Tertinggi
Nila
i
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Data ketuntasan belajar siswa pada siklus I adalah 76,66% ( 23 siswa)
dan 23,34% (7 siswa) belum tuntas belajar. Dengan demikian maka, dapat
disajikan dalam bentuk grafik ketuntasan belajar siswa pada siklus I pada gambar
4.6 di bawah ini:
Gambar 4.6 Grafik Persentase Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus I
d. Analisis dan Refleksi
Berdasarkan hasil penelitian siklus I kemudian dilakukan analisis dan
refleksi terhadap proses pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi dari
kegiatan guru dan siswa sudah baik. Pada siklus I didapatkan ketuntasan
penguasaan konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia sebesar 76,66% ( 23
siswa ). Hasil yang dicapai ini belum mencapai indikator kinerja yaitu 85%.
Dengan belum tercapainya target ketuntasan belajar ini maka, penelitian
melanjutkan ke siklus II.
Pada siklus I ini, menunjukkan bahwa penguasaan konsep proklamasi
kemerdekaan Indonesia dengan nilai KKM 70 kelas V SDN 2 Gemblegan
belum mencapai target ketuntasan yang telah ditentukan yaitu 85%. Hal ini
disebabkan karena beberapa permasalahan pada saat proses pelaksaan
pembelajaran. Adapun permasalahan tersebut dan solusinya antara lain:
76.66
23.34
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
tuntas Belum Tuntas
P
e
r
s
e
n
t
a
s
e
51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Pada saat pembelajaran berlangsung ditemui beberapa anak yang ramai
sendiri. Mereka asik bermain dengan barang-barang sekelilingnya seperti
mencoret-coret dan menggambar kartu bernomer. Solusi yang
dilaksanakan untuk mengurangi permasalahan ini adalah guru
mengurangi kartu bernomor yang dibagikan pada siswa. Dalam 1
kelompok hanya diberikan kartu yaitu kepada ketua kelompoknya saja.
Guru harus lebih aktif mengamati siswa dan menegur siswa yang ramai
sendiri.
2) Pada saat pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif metode
talking stick siswa yang tidak mendapat giliran menjawab, mereka hanya
santai-santai tidak mau mendengarkan jawaban teman. Apabila diberi
pertanyaan yang sama mereka tidak bisa mengulangi jawaban temannya
yang sudah benar. Dengan keadaan ini solusi yang dilakukan guru adalah
memberi nasihat pada siswa agar bersedia mendengarkan. Sekali-kali
guru melemparkan pertanyaan yang sama pada siswa yang ramai sendiri,
tidak fokus.
3) Pada pembelajaran model kooperatif metode talking stick dilakukan
dengan cara berdiri tidak efisien waktu. Selain itu siswa tidak bisa
kerjasama dengan maksimal. Solusi yang dapat diambil yaitu saat tongkat
bergilir siswa tetap berada dalam tempat duduk agar siswa tidak berebut
maka ada ketua untuk mengantarkan tongkat ke kelompok berikutnya.
4) Ditemukannya siswa yang menangis karena menginginkan kartu yang
sama dengan temannya. Maka solusinya juga dapat dilakukan mengurangi
jumlah kartu dalam kelompok.
2. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus II
Tindakan pada siklus 1I dilaksanakan 2 kali pertemuan (4x35 menit)
pertemuan 1 tanggal 15 Mei 2012 dan pertemuan 2 tanggal 17 Mei 2012. Tahap-
tahap yang dilakukan pada siklus II adalah:
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Perencanaan
Guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif metode talking stick. RPP
siklus II pertemuan 1 (Lampiran 16 halaman 131) dan instrumen
pelaksanaan pembelajaran (Lampiran 18 halaman 146).
Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
pertemuan 2 (Lampiran 20 halaman 153) dan instrumen pelaksanaan
pembelajaran ( Lampiran 21 halaman 163 ).
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
1) Siklus II Pertemuan 1
Penelitian dilaksanakan tanggal 15 Mei 2012 pada pukul 09.00-
10.10 WIB. Pelaksanaan pembelajaran sesuai rencana pelaksanaan
pembelajaran yang sudah disiapkan. Dalam tahap ini dibagi menjadi 3
kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Kegiatan awal dimulai dari guru masuk kelas dan mengucapkan
salam. Guru mengkondisikan kelas supaya siap dalam memulai pelajan dan
melakukan presensi kehadiran. Guru menyampaikan kompetensi dasar yang
dicapai yaitu menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan selanjutnya memberi motivasi dengan mengajak siswa
bernyanyi “Indonesia Tetap Merdeka”.
Kegiatan inti dibagi dalam tiga bagian yaitu ekplorasi, elaborasi dan
konfirmasi. Pada eksplorasi guru bertanya jawab tentang kapan lahirnya
bangsa Indonesia dan mengapa Bangsa Indonesia perlu merdeka. Selanjutnya
guru menyuruh 2 siswa untuk menempelkan peta konsep tentang peristiwa
sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Kemudian guru
menjelaskan secara singkat peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan
Indonesia 17 Agustus 1945. Setelah selesai menjelaskan guru menyuruh
siswa untuk membaca buku atau peta konsep 5 menit untuk persiapan
melakukan permainan dengan tongkat.
53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kegiatan elaborasi siswa dibagi menjadi 6 kelompok setiap
kelompok terdiri dari 5 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kemudian
siswa duduk bersama dengan kelompoknya. Guru memberikan lembar kerja
kelompok untuk dikerjakan secara bersama-sama. Setelah semua sudah
berdiskusi dan sudah siap untuk permainan. Guru melakukan permaian
sebelumnya guru membagikan kartu bernomor untuk para ketua kelompok
sebagai pengantar tongkat ke kelompok berikutnya sebagai urutan siswa
mengikuti metode talking stick. Guru memimpin pembelajaran dengan
metode talking stick. Sebelumnya siswa diajak untuk bernyanyi “Indonesia
Tetap Merdeka” dengan memegang tongkat secara bergilir. Kepada siswa
yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru, hingga
sebagian siswa mempunyai kesempatan menjawab dengan bantuan teman
kelompoknya.
Kegiatan konfirmasi guru memberi penguatan pada jawaban siswa
yang sudah bisa menjawab dengan tepat. Kemudian guru memberi
kesempatan pada siswa yang ingin bertanya.
Kegiatan penutup guru dan siswa menyimpulkan pelajaran pada hari
ini. Kemudian siswa mengerjakan soal evaluasi untuk mengetahui
penguasaan konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia ini. Guru memberikan
PR untuk dikerjakan di rumah dan guru menutup dengan memberi pesan
moral.
2) Siklus II Pertemuan 2
Siklus II pertemuan 2 dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2012
pukul 07.00-08.10 WIB. Penelitian ini dibagi 3 kegiatan yaitu kegiatan
pembukaan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Kegiatan pembukaan guru masuk kelas dengan mengucapkan salam.
Guru mengkoorninasikan tempat duduk siswa. Ketua kelas memimpin
berdoa. Kemudian guru menyampaikan kompetensi dasar yang dicapai yaitu
menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran,
memberi motivasi pada siswa dengan menyanyi “Hari Merdeka”.
54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kegiatan inti dibagi 3 tahap yaitu eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi. Ekplorasi guru bertanya jawab tentang: “Siapa saja tokoh pejuang
bangsa Indonesia? Bagaimana cara kita menghormati jasa para pahlawan
yang sudah gugur? Apakah kalian tau riwayat singkat tokoh pejuang kita?
Kemudian guru menjelaskan tentang peranan PPKI, nama dan riwayat singkat
tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia. Guru menjelaskan bahwa nanti kita
akan mengadakan tanya jawab dan memberi tahu caranya dengan media
tongkat.
Kegiatan elaborasi siswa dibagi menjadi 6 kelompok setiap
kelompok terdiri dari 5 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kemudian
siswa duduk bersama dengan kelompoknya. Guru memberikan lembar kerja
kelompok untuk dikerjakan secara bersama-sama. Setelah semua sudah
berdiskusi dan sudah siap untuk permainan. Guru melakukan permaian
sebelumnya guru membagikan kartu bernomor untuk ketua kelompok sebagai
orang yang bertanggungjawab mengantarkan tongkat pada kelompok lain.
Guru memimpin pembelajaran dengan menggunakan metode talking stick.
Sebelumnya siswa diajak untuk bernyanyi “Hari Merdeka” dengan
memegang tongkat secara bergilir. Kepada siswa yang memegang tongkat
wajib menjawab pertanyaan dari guru, hingga sebagian siswa mempunyai
kesempatan menjawab dengan bantuan teman kelompoknya.
Kegiatan konfirmasi guru memberi penguatan pada jawaban siswa
yang sudah bisa menjawab dengan tepat. Kemudian guru memberi
kesempatan pada siswa yang ingin bertanya.
Kegiatan penutup guru dan siswa menyimpulkan pelajaran pada
hari ini. Kemudian siswa mengerjakan soal evaluasi untuk mengetahui
penguasaan konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia ini. Guru memberikan
PR untuk dikerjakan di rumah dan guru menutup dengan memberi pesan
moral.
c. Tahap observasi dan Pengamatan
Observasi dilakukan guru kelas V SDN 2 Gemblegan dan peneliti.
Observer mengamati seputar kegiatan guru (Lampiran 19 dan 23 pada
55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
halaman 149 dan 174) saat belajar mengajar pada konsep proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Kegiatan yang dilakukan peneliti adalah 1)
memonitor siswa selama proses pembelajaran 2) menilai penguasaan siswa
dengan melihat nilai evaluasi setelah pelaksanaan pembelajaran. Penguasaan
yang diamati berdasarkan lembar observasi yang sudah dibuat sebelumnya
(Lampiran 18 dan 22 pada halaman 146 dan 171).
Rincian skor kegiatan siswa siklus II pertemuan 1 sebagai berikut:
1) perhatian siswa terhadap pembelajaran yang disampaikan guru mempunyai
skor empat 2) kemauan untuk menerima pelajaran mempunyai skor tiga 3)
keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran mempunyai skor tiga 4)
keaktifan siswa dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif metode
talking stick mempunyai skor empat 5) hasrat untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat mempunyai skor empat 6) kerjasama antar siswa
dalm proses pembelajaran mempunyai skor empat 7) kesungguhan siswa
mengerjakan tugas individu maupun tugas kelompok mempunyai skor empat
8) kemauan untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif metode
talking stick mempunyai skor empat 9) keaktifan untuk membuat kesimpulan
pelajaran mempunyai skor tiga 10) kesungguhan siswa dalam mengerjakan
evaluasi mempunyai skor empat.
Rincian skor kegiatan siswa siklus II pertemuan 2 sebagai berikut:
1) perhatian siswa terhadap pembelajaran yang disampaikan guru mempunyai
skor empat 2) kemauan untuk menerima pelajaran mempunyai skor tiga 3)
keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran mempunyai skor tiga 4)
keaktifan siswa dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif metode
talking stick mempunyai skor empat 5) hasrat untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat mempunyai skor empat 6) kerjasama antar siswa
dalm proses pembelajaran mempunyai skor empat 7) kesungguhan siswa
mengerjakan tugas individu maupun tugas kelompok mempunyai skor empat
8) kemauan untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif metode
talking stick mempunyai skor empat 9) keaktifan untuk membuat kesimpulan
56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pelajaran mempunyai skor tiga 10) kesungguhan siswa dalam mengerjakan
evaluasi mempunyai skor empat
Keterangan skor tersebut adalah jika mendapatkan skor 1 berarti
kurang, mendapatkan skor 2 berarti cukup, skor 3 berarti baik, skor 4 berarti
baik sekali. Jumlah skor kegiatan siswa siklus I pertemuan 1 adalah 3,7 dan
pertemuan 2 mempunyai skor 3,8 sehingga mempunyai skor rata-rata 3,75.
Rincian skor kegiatan guru siklus II pertemuan 1 sebagai berikut: 1)
membuka pelajaran mempunyai skor empat 2) kejelasan dan sistematika
penyampaian materi mempunyai skor tiga 3) pengelolaan kelas mempunyai
skor empat 4) penggunaan bahasa mempunyai skor empat 5) petepatan dan
daya tarik model pembelajaran kooperatif metode talking stick mempunyai
skor empat 6) kemampuan menggunakan model pembelajaran kooperatif
metode talking stick mempunyai skor empat 7) penggunaan model
pembelajaran kooperatif metode talking stick mempunyai skor tiga 8)
pemberian umpan balik mempunyai skor empat 9) menunjukkan hubungan
antar pribadi yang kondusif mempunyai skor empat 10) penilaian proses dan
penguasaan konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia mempunyai skor
empat 11) ketepatan metode pembelajaran mempunyai skor tiga 12) menutup
pelajaran mempunyai skor empat.
Rincian kegiatan guru siklus II pertemuan 2 sebagai berikut: 1)
membuka pelajaran mempunyai skor empat 2) kejelasan dan sistematika
penyampaian materi mempunyai skor empat 3) pengelolaan kelas mempunyai
skor empat 4) penggunaan bahasa mempunyai skor empat 5) ketepatan dan
daya tarik model pembelajaran kooperatif metode talking stick mempunyai
skor empat 6) kemampuan menggunakan model pembelajaran kooperatif
metode talking stick mempunyai skor empat 7) penggunaan model
pembelajaran kooperatif metode talking stick mempunyai skor empat 8)
pemberian umpan balik mempunyai skor tiga 9) menunjukkan hubungan
antarpribadi yang kondusif mempunyai skor empat 10) penilaian proses dan
penguasaan konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia mempunyai skor
57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
empat 11) ketepatan metode pembelajaran mempunyai skor tiga 12) menutup
pelajaran mempunyai skor empat
Jumlah skor kegiatan guru siklus II pertemuan 1 adalah 3,75 dan
pertemuan 2 mempunyai skor 3,8 sehingga mempunyai skor rata-rata 3,77.
Hasil evaluasi penguasaan konsep proklamasi kemerdekaan
Indonesia pada siklus II pertemuan 1 dan 2 kemudian diolah menjadi nilai
rata-rata siklus II (Lampiran 24 halaman 177). Dalam siklus II mempunyai
nilai rata-rata 81,66. Berdasarkan data tersebut dapat disajikan dalam tabel
4.3 di bawah ini:
Tabel 4.3 Hasil Evaluasi Penguasaan Konsep Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia Siklus II
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah
(xi)
fi.xi Persentase
1. 55-62 2 58,5 117 6,66%%
2. 63-70 4 66,5 266 13,33%
3. 71-78 2 74,5 149 6,66%
4. 79-86 14 82,5 115,5 46,66%
5. 87-94 3 90,5 271,5 10%
6. 95-102 5 98,5 492,5 16,66%
Jumlah 30 471 2196 100%
Hasil evaluasi penguasaan konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia
siklus II dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 4.7 di bawah ini:
58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4.7 Grafik Histogram Frekuensi Nilai Penguasaan Konsep Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia pada Siswa Kelas V SDN 2 Gemblegan
pada Siklus II
Adapun daftar siswa nilai terendah yaitu 55, nilai tertinggi 100, rata-rata
kelas 81,66 dan ketuntasan belajar siswa 90%. Untuk memperjelas daftar nilai
rata-rata, nilai tertinggi, dan nilai terendah siswa pada siklus II pada tabel 4.3
dapat disajikan dalam bentuk gambar 4.8 dibawah ini:
Gambar 4.8 Grafik Daftar Nilai Rata-Rata, Nilai Tertinggi, dan Nilai Terendah
Siswa pada siklus II
2
4
2
14
3
5
0
2
4
6
8
10
12
14
16
55-62 63-70 71-78 79-86 87-94 95-102
Fre
kue
nsi
Interval nilai
55
81.66
100
0
20
40
60
80
100
120
Nilai Terendah Rata-rata Nilai Nilai Tertinggi
Nila
i
59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Data persentase ketuntasan belajar siswa adalah 90% (27 siswa) sudah
tuntas belajar dan 10% (3 siswa) belum tuntas belajar. Dari tabel 4.3 di atas,
maka dapat disajikan dalam bentuk grafik persentase ketuntasan belajar siswa
pada siklus II pada gambar 4.9 di bawah ini:
Gambar 4.9 Grafik Persentase Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus II
d. Analisis dan Refleksi
Data-data hasil penelitian pada siklus II yang sudah terkumpul, kemudian
dianalisis dan direfleksi. Berdasarkan hasil dari analisis dan refleksi dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1) Pembelajaran berlangsung tertib, tidak ada anak yang ramai dan main-
main sendiri karena guru selalu memberi nasihat.
2) Pada saat pelaksanaan metode talking stick guru memberi umpan balik
pada siswa yang tidak fokus dan tidak mendengarkan. Akhirnya mereka
dapat menjawab dengan benar semua pertanyaan dari guru.
3) Saat pelaksaan metode talking stick waktu yang digunakan dengan cara
siswa tetap berada dalam tempat duduk lebih efisien.
4) Tidak ada siswa yang menangis dan berebut kartu bernomor.
90
10 0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Tuntas belum Tuntas
p
e
r
s
e
n
t
a
s
e
60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
Hasil evaluasi penguasaan konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia
mengalami peningkatan. Hal ini dibuktikan dengan nilai penguasaan konsep siswa
pada kondisi awal atau pratindakan kemudian dilakukan siklus I dan siklus II
akhirnya hasil evaluasi penguasaan konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia
mengalami peningkatan. Data nilai dari tiap-siklus dapat dilihat pada Lampiran 25
halaman 178. Berdasarkan daftar perbandingan nilai evaluasi penguasaan konsep
proklamasi kemerdekaan Indonesia (Lampiran 25 halaman 178) maka dapat
disajikan dalam bentuk tabel distributuf frekuensi 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.4 Data Distributif Frekuensi Perbandingan Nilai Evaluasi Penguasaan
Konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Pratindakan, Siklus I dan
Siklus II
No Interval Nilai Frekuensi
Pratindakan Siklus I Siklus II
1. 30-40 6 2 0
2. 41-51 5 1 0
3. 52-62 3 1 2
4. 63-73 12 10 4
5. 74-84 4 11 11
6. 85-95 0 5 8
7. 96-106 0 0 5
Jumlah 30 30 30
Perbandingan nilai evaluasi penguasaan konsep proklamasi kemerdekaan
Indonesia pada pratindakan, siklus I dan siklus II yang ditampilkan pada lampiran
25 halaman 178 dapat disajikan dalam gambar 4.10 sebagai berikut:
61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
5
3
12
4
0 0
2
1 1
10
11
5
0 0 0
2
4
11
8
5
0
2
4
6
8
10
12
14
30-40 41-51 52-62 63-73 74-84 85-95 96-106
frek
uen
si
interval nilai
pratindakan
siklus 1
siklus 2
Gambar. 4.10 Grafik Perbandingan Daftar Nilai pada Pratindakan, Siklus I
dan Siklus II.
Data di atas merupakan perbandingan penguasaan konsep proklamasi
kemerdekaan Indonesia dari pratindakan, siklus I dan siklus II. Nilai siswa
mengalami peningkatan menjadi lebih baik. Perbandingan rekapitulasi nilai
terendah, nilai tertinggi, dan nilai rata-rata pada pratindakan, siklus I dan siklus II
secara detail sebagai berikut: perbandingan rekapitulasi nilai terendah adalah pada
pratindakan 30, siklus I 40 dan siklus II 55. Perbandingan nilai tertinggi pada
pratindakan adalah 80, siklus I 85 dan siklus II 100. Perbandingan rata-rata nilai
pratindakan adalah 61, sikus I 70,83 dan siklus II 81,66. Pada tabel 4.4 di atas,
dapat disajikan dalam grafik pada gambar 4.11 sebagai berikut:
62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4.11 Grafik Rekapitulasi Nilai Terendah, Nilai Rata-rata, dan Nilai
Tertinggi pada Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II
Data perbandingan ketuntasan belajar siswa pada pratindakan,
siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel perbandingan 4.5 sebagai berikut:
Tabel 4.5 Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa pada Pratindakan, Siklus I
dan Siklus II
Keterangan
Pratindakan Siklus I Siklus II
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Tuntas 16 53,33% 23 76,66% 27 90%
Tidak Tuntas 14 46,67% 7 23,34% 3 10%
Berdasarkan perbandingan ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.5 di
atas, dapat disajikan dalam grafik perbandingan ketuntasan belajar siswa pada
gambar 4.12 sebagai berikut:
30
61
80
40
70.83
85
55
81.66
100
0
20
40
60
80
100
120
Nilai Terendah Rata-rata Nilai Nilai Tertinggi
Pratindakan
Siklus I
Siklus II
63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4.12. Grafik Perbandingan Ketuntasan Belajar siswa pada Pratindakan,
Siklus I, dan Siklus II
Berdasarkan tabel 4.5 persentase ketuntasan belajar siswa dapat
disajikan dalam bentuk gambar 4.13 di bawah ini:
Gambar 4.13 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa tentang Penguasaan Konsep
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Siswa Kelas V SDN 2
Gemblegan.
16 14
23
7
27
3
0
5
10
15
20
25
30
Tuntas Tidak Tuntas
Pratindakan
Siklus I
Siklus II
53.33
76.66
90
46.67
23.34
10
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pratindakan Siklus I siklus II
P
e
r
s
e
n
t
a
s
e
Sudah tuntas
Belum tuntas
64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan tindakan penelitian,
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif metode talking stick siswa
kelas V SDN 2 Gemblegan mengalami peningkatan. Hal ini dibuktikan dengan
meningkatnya hasil evaluasi dan kegiatan siswa dalam tiap siklus. Di bawah ini
adalah pembahasan data penguasaan siswa:
Peningkatan penguasaan konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia
siswa kelas V SDN 2 Gemblegan. Pada kondisi awal atau pratindakan guru masih
menggunakan metode ceramah. Setiap pertanyaan yang ditujukan dari guru
didominasi oleh siswa yang pandai saja. Siswa yang kurang aktif malu dan takut
salah dalam menjawab atau sekedar berpendapat. Hal ini mengakibatkan siswa
yang pandai dan semakin pandai sedangkan yang kurang aktif tertinggal. Saat
pembelajaran siswa terlihat mengantuk dan kurang bersemangat. Setelah diadakan
pretes dengan kriteria ketuntasan minimum 70 data yang diperoleh yaitu 53,33%
(16 siswa) tuntas dan 46,67% (14 siswa ) belum tuntas. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa penguasaan konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia masih rendah.
Melihat data penguasaan konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia
yang rendah maka, diadakan penelitian yang tujuannya dapat meningkatkan
persentase ketuntasan belajar siswa. Oleh karena itu peneliti melakukan perbaikan
untuk meningkatkan penguasaan konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia ini
menggunakan model pembelajaran kooperatif metode talking stick.
Isjoni mengemukakan “pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa
lebih bergairah dalam belajar” (2009: 22). Sedangkan menurut Suprijono (2009)
Talking stick merupakan metode pendukung pengembangan pembelajaran
kooperatif yang mendorong siswa untuk mengemukakan pendapat. Metode
pembelajaran talking stick merupakan konsep yang inovatif untuk mendorong
pengetahuan siswa untuk berani mengemukakan pendapat. Metode pembelajaran
65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
talking stick yaitu menggunakan tongkat disertai nyanyian yang membuat siswa
tertarik dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.
Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif metode talking
stick akan mengajak siswa selalu riang dan senang dalam belajar. Metode ini
menuntut siswa untuk dapat lebih aktif dalam menjawab pertanyaan dari guru.
Model pembelajaran kooperatif metode talking stick adalah salah satu cara untuk
memperbaiki kelemahan dalam proses mengajar. Saat pembelajaran tidak hanya
berfokus pada guru tetapi siswa dapat lebih aktif dan bersemangat. Dengan model
kooperatif maka siswa yang kurang pandai dapat bekerjasama dengan temannya
dan meningkatkan penguasaan konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Pada pelaksanaan siklus I diadakan 4x 35 menit atau dua kali pertemuan.
Pembelajaran berjalan dengan lancar namun ada satu siswa menangis. Hal ini
disebabkan karena sifat siswa yang masih kekanak-kanakan. Akhirnya dengan
nasihat guru siswa dapat menerima proses pembelajaran ini dengan baik. Dalam
permainan model pembelajaran kooperatif metode talking stick siswa sudah tidak
malu-malu lagi dalam menjawab pertanyaan. Mereka terlihat antusias untuk dapat
menjawab pertanyaan dari guru. Pada proses pembelajaran meskipun masih ada
siswa yang tidak bisa menjawab akhirnya dengan bantuan teman kelompoknya
bisa menjawab pertanyaan dengan benar. Hasil evaluasi penguasaan yang
diperoleh dari siklus I yaitu 76,66% (23 siswa) tuntas dan 23,34% (7 siswa) belum
tuntas.
Pelaksanaan pembelajaran siklus I sudah mengalami peningkatan namun,
hasil yang diperoleh ini belum seperti yang diharapkan. Hasil yang diharapkan
yaitu persentase ketuntasan siswa mencapai 85% (26 siswa) maka, peneliti
melakukan penelitian siklus II.
Pelaksanaan penelitian berjalan lancar sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah disiapkan. Saat pelaksanaan pembelajaran metode talking
stick siswa sangat antusias menjawab pertanyaan dari dengan bantuan temannya.
Pembelajaran tidak lagi didominasi oleh siswa yang pintar lagi. Semua siswa
berusaha aktif dan bisa menjawab semua pertanyaan dari guru. Namun, ada juga
yang masih ramai sendiri tetapi saat guru memberi umpan balik dengan
66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pertanyaan yang sama siswa yang ramai tersebut dapat menjawab pertanyaan
yang diberikan guru dengan benar. Hasil evaluasi penguasaan konsep proklamasi
kemerdekaan Indonesia pada siklus II ini adalah 90% ( 27 siswa) tuntas dan 10%
(3 siswa) belum tuntas. Siklus yang ke II ini sudah mencapai tujuan awal yaitu
85%. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada tiap siklus meningkat. Nilai Rata-
rata prasiklus adalah 61, siklus I 70,83 dan siklus II meningkat menjadi 81,66.
Selama mengikuti penelitian, kegiatan siswa diamati oleh observer.
Observer dari penelitian ini adalah guru kelas. Guru kelas mengamati dan menilai
setiap perkembangan kegiatan siswa berdasarkan lembar observasi yang telah
disediakan sebelumnya. Terdapat perbedaan kegiatan antarsiklus. Perbedaannya
yaitu jumlah nilai atau skor tiap siklus. Pada siklus I mempunyai rata-rata skor
2,85 sedangkan siklus II meningkat menjadi 3,7.
Hasil penelitian dan wawancara dari siswa dan guru penggunaan metode
talking stick mempunyai kelemahan. Kelemahan yang ditemukan yaitu jika siswa
memegang tongkat belum siap dan tidak bisa menjawab maka siswa akan merasa
malu dan takut. Selain itu membuat siswa jantungan atau deg-degan saat
pembelajaran.
Pada saat mengajar proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan model
pembelajaran kooperatif metode talking stick guru dinilai dan diamati oleh
observer. Observer yang bertugas mengamati adalah guru kelas V SDN 2
Gemblegan. Observer mengamati dan menilai berdasarkan lembar obsevasi
kegiatan guru. Skor yang diperoleh tiap siklus mengalami peningkatan yang baik.
Pada siklus I mempunyai rata-rata yang didapatkan peneliti adalah 3,2 sedangkan
pada siklus II mendapatkan skor 3,5.
Data-data nilai evaluasi konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia dari
tiap siklus yang meningkat. Dengan demikian pelaksanaan Tindakan Penelitian
Kelas (PTK) dapat dihentikan di siklus II. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif metode talking stick dapat
meningkatkan penguasaan konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia siswa kelas
V SDN 2 Gemblegan Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten tahun ajaran
2011/2012.
67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif metode talking stick dapat
meningkatkan penguasaan konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia siswa kelas
V SDN 2 Gemblegan Kalikotes, Klaten tahun ajaran 2011/2012. Hal ini dapat
dibuktikan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif metode talking stick
dapat meningkatkan pencapaian nilai rata-rata kelas dan persentase ketuntasan
siswa. Pada pratindakan nilai rata-rata kelas adalah 61 dengan persentase
ketuntasan 53,33%. Nilai rata-rata kelas siklus I mencapai 70,83 dengan
persentase ketuntasan 76,66% sedangkan nilai rata-rata kelas siklus II mencapai
81,33 dengan persentase ketuntasan 90%.
B. Implikasi
Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif metode talking stick dapat meningkatkan penguasaan konsep
proklamasi kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SDN 2 Gemblegan Kecamatan
Kalikotes Kabupaten Klaten tahun ajaran 2011/ 2012. Hal ini menunjukan bahwa
secara teoritis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk
menggunakan model pembelajaran kooperatif metode talking stick dalam
pembelajaran IPS konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon
guru dalam meningkatkan penguasaan konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia
dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pengunaan model dan
metode pembelajaran yang sesuai, efektif dan efisien.
68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diajukan sebagai
berikut:
1. Bagi Sekolah
Hendaknya mengintruksikan pada guru-guru untuk menggunakan model
pembelajaran kooperatif metode talking stick dalam melaksanakan proses
belajar mengajar pada pelajaran IPS khususnya konsep proklamasi
kemerdekaan Indonesia.
2. Bagi Guru
a. Dalam pembelajaran guru sebaiknya menggunakan model pembelajaran
kooperatif metode talking stick untuk meningkatkan penguasaan konsep
proklamasi kemerdekaan Indonesia.
b. Agar terjadi interaksi kooperatif, guru menciptakan sarana yang
mendukung siswa untuk saling membutuhkan melalui ketergantungan
positif yang menurut tiap anggota kelompok saling membantu demi
keberhasilan kelompok.
3. Bagi Siswa
a. Siswa hendaknya dapat bekerjasama dan berperan aktif saat pembelajaran
sehingga pembelajaran konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat
berhasil dikuasi dengan benar.
b. Siswa dapat memaksimalkan belajar sehingga saat pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif metode talking stick dapat
menjawab pertanyaan dengan tepat dan cepat.
4. Bagi Peneliti Lain
a. Peneliti lain dapat memperoleh alternatif pemecahan masalah di kelas
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif metode talking
stick.
b. Peneliti lain dapat mengurangi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada
penelitian ini untuk kebaikan penelitian yang dikerjakan.
69