PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE …...menyelesaikan skripsi dengan judul “PENERAPAN MODEL...
Transcript of PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE …...menyelesaikan skripsi dengan judul “PENERAPAN MODEL...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE SNOWBALL DRILLING
UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP
PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN
PADA SISWA KELAS VB SDN SAMBENG
TODANAN BLORA TAHUN 2012
SKRIPSI
Oleh:
DAIMATUN NI’MAH
K7108109
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE SNOWBALL DRILLING
UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP
PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN
PADA SISWA KELAS VB SDN SAMBENG
TODANAN BLORA TAHUN 2012
Oleh:
DAIMATUN NI’MAH
K7108109
Skripsi
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan
Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Daimatun Ni’mah. PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE
SNOWBALL DRILLING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
KONSEP PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN PADA SISWA
KELAS VB SDN SAMBENG TODANAN BLORA TAHUN 2012. Skripsi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli
2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep
perjuangan melawan penjajahan melalui penerapan model kooperatif tipe
snowball drilling pada siswa kelas VB SDN Sambeng Todanan Blora Tahun
2012.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini
dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian
adalah siswa kelas VB SDN Sambeng Todanan Blora yang berjumlah 20 siswa.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, observasi,
wawancara, dan tes. Uji validitas data pada penelitian ini menggunakan validitas
isi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif (Miles &
Huberman) yang terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan
penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan
bahwa dengan menerapkan model kooperatif tipe snowball drilling dapat
meningkatkan pemahaman konsep perjuangan melawan penjajahan pada siswa
kelas VB SDN Sambeng Todanan Blora tahun 2012. Peningkatan pemahaman
konsep tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai pemahaman konsep
siswa pada setiap siklus yaitu nilai rata-rata pemahaman konsep siswa sebelum
tindakan (prasiklus) hanya sebesar 60,9, pada siklus I nilai rata-rata pemahaman
konsep siswa menjadi 69,75, dan pada siklus II meningkat menjadi 77,6. Sebelum
dilaksanakan tindakan, siswa yang memperoleh nilai di atas KKM (≥63) hanya
sebanyak 9 siswa (45%), pada siklus I meningkat menjadi 14 siswa (70%), dan
pada siklus II meningkat lagi menjadi 18 siswa (90%).
Simpulan penelitian ini adalah penerapan model kooperatif tipe snowball
drilling dapat meningkatkan pemahaman konsep perjuangan melawan penjajahan
pada siswa kelas VB SDN Sambeng Todanan Blora tahun 2012.
Kata Kunci: snowball drilling, pemahaman konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Daimatun Ni’mah. APPLICATION OF COOPERATIVE MODEL
OF SNOWBALL DRILLING TYPE IN ATTEMPTS OF IMPROVING
COMPREHENSION OF FIGHTING-AGAINST-INVADER CONCEPT OF
THE FIFTH-B-GRADE STUDENTS OF SDN SAMBENG TODANAN OF
BLORA REGENCY AT 2012 YEAR. Skripsi: The Faculty of Teacher Training
and Education, Sebelas Maret University. Surakarta. July 2012.
The objective of this research is to improve understanding
comprehension of fighting-against-invader concept of the fifth-B-grade students
of SDN Sambeng Todanan of Blora regency at 2012 year.
This research is an action classroom research. It is conducted in two
cycles and each cycle consists of 4 stages, namely: planning, action
implementation, observation and reflection. The subject of this research is fifth-B-
grade students of SDN Sambeng Todanan of Blora regency at 2012 year
amounting to 20 individuals. The data were gathered through documentation,
observation, interview and test techniques. The data were validated of this
research by using content validity. The data were then analyzed by using the
interactive analytical model (Miles & Huberman) consisting of three components,
namely: data reduction, data presentation, and conclusion drawing or verification.
Based on the result of this the research, it is concluded that application of
cooperative model of the snowball drilling type can improve comprehension of
fighting-against-invader concept of fifth-B-grade students of SDN Sambeng
Todanan of Blora regency at 2012 year. The improvement of comprehension can
be proved by the increase of concept comprehension score of the students at each
cycle, namely, average score of concept comprehension before action (precycle)
was only 60.9. At cycle I, the score of concept comprehension increased to 69.75
and at cycle II, it increased further to 77.6. Before implementation of action,
students with score of above minimum classical completeness (≥63) were only 9
students (45%). At cycle I, the students who had achieved minimum classical
completeness were 14 students (70%), and at cycle II, it increased further to 18
students (90%).
Conclusion of this research is application of cooperative model of
snowball drilling type can improve comprehension of fighting-against-invader
concept of fifth-B-grade students of SDN Sambeng Todanan of Blora regency at
2012 year.
Keyword: snowball drilling, comprehension of concept
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
Berani berbuat harus berani bertanggungjawab. (Penulis)
Berlatihlah untuk selalu jujur karena sekali kita ketahuan tidak jujur, maka
orang lain akan sulit untuk mempercayai kita 100%. Apabila kepercayaan
tentang kejujuran sudah ada di tangan, maka genggam dan jagalah
kepercayaan itu. (Penulis)
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau
telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan
yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap. (QS. Al-
Insyirah: 6-8)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk:
“Bapak dan Ibu”
(Sawiyo Abdul Rohim dan Suminah)
Terima kasih atas doa, kasih sayang, dan motivasi yang telah kalian berikan
padaku. Terima kasih kalian selalu mendengarkan keluh kesahku. Aku sangat
bangga telah lahir di tengah-tengah kalian.
“Simbahku”
(Warsini)
Terima kasih atas kasih sayangmu dan doa yang selalu kau panjatkan kepada
Allah SWT untukku. Semoga semua doa-doa yang kau panjatkan untukku
dikabulkan oleh-Nya. Amin..
“Almamaterku”
(PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta)
Tempatku menimba ilmu yang InsyaAllah dapat bermanfaat bagi masa depanku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan segala rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “PENERAPAN MODEL KOOPERATIF
TIPE SNOWBALL DRILLING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
KONSEP PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHN PADA SISWA
KELAS VB SDN SAMBENG TODANAN BLORA TAHUN 2012”.
Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian dari
persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak,.
Maka dari itu, pada kesempatan ini penulis dengan tulus menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Rusdiana Indianto, M. Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
3. Drs. Hadi Mulyono, M. Pd selaku Ketua Program Pendidikan Guru Sekolah
Dasar.
4. Dr. Suwarto WA, M. Pd selaku pembimbing I, yang selalu memberikan
motivasi dan bimbingannya dalam penyusunan skripsi ini.
5. Dra. Sularmi, M. Pd selaku pembimbing II yang selalu memberikan
pengarahan dan bimbingandalam penyusunan skripsi ini.
6. Edy Mulyono, S. Pd selaku Kepala SDN Sambeng, yang telah memberi izin,
kesempatan, dan tempat guna pengambilan data dalam penelitian.
7. Suprapto, selaku guru kelas VB SDN Sambeng, yang telah memberi
bimbingan dan bantuan dalam penelitian.
8. Para siswa kelas VB SDN Sambeng yang telah bersedia untuk berpartisipasi
dalam pelaksanaan penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
9. Semua pihak-pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
karena keterbatasa penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, Juni 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................... .. i
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................... ...... .. ii
HALAMAN PENGAJUAN ................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ v
HALAMAN ABSTRAK ................................................................ ..... .. vi
ABSTRACT ........................................................................................... vii
HALAMAN MOTTO .......................................................................... .. viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................. ............ .. x
DAFTAR ISI ................................................................................... .... .. xii
DAFTAR TABEL ............................................................................. .. .. xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................ ... .. xvii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... .. xix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................... .. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....…………………....................... 5
C. Pembatasan Masalah ………………………………….. 6
D. Rumusan Masalah .......................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ............................................................ 7
F. Manfaat Penelitian .......................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA........................................................... .. 9
A. Kajian Teori .............................................................. ..... 9
1. Hakikat Pemahaman Konsep Perjuangan Melawan
Penjajahan ................................................................. 9
a. Pengertian Pemahaman ......................... ............. 9
b. Macam-macam Pemahaman ............ .................. 11
c. Pengertian Konsep ............ ................................. 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
d. Ciri-ciri Konsep ............ ...................................... 13
e. Jenis-jenis Konsep ............ .................................. 14
f. Kegunaan Konsep ............ .................................. 15
g. Pemahaman Konsep ............ ............................... 16
h. Materi Perjuangan Melawan Penjajahan ............ 17
2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Snowball Drilling .. ................................................... 20
a. Pengertian Model Pembelajaran ......................... 22
b. Pengertian Pembelajaran Kooperatif .................. 22
c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif ....... 27
d. Model Kooperatif Tipe Snowball Drilling .......... 28
e. Langkah-langkah Model Kooperatif Tipe
Snowball Drilling ............................................... 31
B. Penelitian yang Relevan ................................................. . 32
C. Kerangka Berpikir........................................................... . 34
D. Hipotesis ........................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN .................................................... .. 38
A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................... 38
B. Subjek Penelitian ............................................................ 39
C. Bentuk dan Strategi Penelitian ....................................... 39
D. Sumber Data ................................................................... 41
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................. 41
F. Validitas Data ................................................................. 44
G. Teknik Analisis Data ...................................................... 45
H. Indikator Keberhasilan ................................................... 47
I. Prosedur Penelitian ......................................................... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................... 52
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................. 52
B. Deskripsi Pembahasan Penelitian .................................... 53
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus dan
Pembahasan ..................................................................... 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ......................... .. 106
A. Simpulan .......................................................................... 106
B. Implikasi ........................................................................... 107
C. Saran ................................................................................. 108
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... . 110
LAMPIRAN .......................................................................................... 113
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif …………… 27
3.1 Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan ………………………….. .. 39
4.1 Daftar Nilai Pemahaman Konsep pada Prasiklus ...................... 54
4.2 Distribusi Frekuensi Data Nilai Pemahaman Konsep pada
Prasiklus ..................................................................................... 55
4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Individu Pemahaman Konsep
pada Siklus I Pertemuan 1 .......................................................... 66
4.4 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Individu Pemahaman Konsep
pada Siklus I Pertemuan 2 .......................................................... 67
4.5 Hasil Rekapitulasi Nilai Pemahaman Konsep pada Siklus I ..... 69
4.6 Distribusi Frekuensi Nilai Pemahaman Konsep pada Siklus I .. 69
4.7 Hasil Rekapitulasi Pengamatan Perilaku Berkarakter pada
Siklus I ...................................................................................... . 71
4.8 Hasil Pengamatan Perilaku Berkarakter pada Siklus I .............. 72
4.9 Hasil Rekapitulasi Pengamatan Keterampilan Sosial pada
Siklus I .................................................................................... ... 73
4.10 Hasil Pengamatan Keterampilan Sosial pada Siklus I ............... 73
4.11 Hasil Rekapitulasi Pengamatan Psikomotor pada Siklus I ......... 75
4.12 Hasil Pengamatan Psikomotor pada Siklus I ............................. 75
4.13 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Individu Pemahaman Konsep
pada Siklus II Pertemuan 1 ......................................................... 88
4.14 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Individu Pemahaman Konsep
pada Siklus II Pertemuan 2 ......................................................... 89
4.15 Hasil Rekapitulasi Nilai Pemahaman Konsep pada Siklus II ..... 91
4.16 Distribusi Frekuensi Nilai Pemahaman Konsep pada Siklus II... 91
4.17 Hasil Rekapitulasi Pengamatan Perilaku Berkarakter pada
Siklus II ...................................................................................... 93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
4.18 Hasil Pengamatan Perilaku Berkarakter pada Siklus II ............. 94
4.19 Hasil Rekapitulasi Pengamatan Keterampilan Sosial pada
Siklus II .................................................................................... .. 95
4.20 Hasil Pengamatan Keterampilan Sosial pada Siklus II .............. 95
4.21 Hasil Rekapitulasi Pengamatan Psikomotor pada Siklus II ........ 97
4.22 Hasil Pengamatan Psikomotor pada Siklus II ............................. 97
4.23 Peningkatan Aktivitas Siswa pada Siklus I dan Siklus II .......... 100
4.24 Peningkatan Kemampuan Guru pada Siklus I dan Siklus II ..... . 101
4.25 Nilai Pemahaman Konsep dan Persentase Ketuntasan
Klasikal pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II .......................... 102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Skema Kerangka Berpikir ...................................................... .... 36
3.1 Komponen-Komponen Analisis Data .................................... .... 47
3.2 Siklus Penelitian Tindakan Kelas ......................................... ..... 48
4.1 Grafik Nilai Pemahaman Konsep pada Prasiklus ...................... 55
4.2 Grafik Nilai Tes Individu Pemahaman Konsep pada Siklus I
Pertemuan 1 ............................................................................... 66
4.3 Grafik Nilai Tes Individu Pemahaman Konsep pada Siklus I
Pertemuan 2 ............................................................................. .. 68
4.4 Grafik Nilai Pemahaman Konsep pada Siklus I ........................ 70
4.5 Grafik Hasil Pengamatan Perilaku Berkarakter pada Siklus I ... 72
4.6 Grafik Hasil Pengamatan Keterampilan Sosial pada Siklus I .... 74
4.7 Grafik Hasil Pengamatan Psikomotor pada Siklus I ................. . 76
4.8 Grafik Nilai Tes Individu Pemahaman Konsep pada
Siklus II Pertemuan 1 .................................................................. 88
4.9 Grafik Nilai Tes Individu Pemahaman Konsep pada
Siklus II Pertemuan 2 ................................................................. 90
4.10 Grafik Nilai Pemahaman Konsep pada Siklus II ........................ 92
4.11 Grafik Hasil Pengamatan Perilaku Berkarakter pada Siklus II ... 94
4.12 Grafik Hasil Pengamatan Keterampilan Sosial pada Siklus II .... 96
4.13 Grafik Hasil Pengamatan Psikomotor pada Siklus II ................. 98
4.14 Grafik Peningkatan kemampuan Guru pada Siklus I dan
Siklus II ................................................................................... ... 102
4.15(a) Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Pemahaman Konsep dan
Persentase Ketuntasan klasikal pada Prasiklus, Siklus I, dan
Siklus II ............................................................................... ....... 103
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
4.15(b) Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Pemahaman Konsep dan
Persentase Ketuntasan klasikal pada Prasiklus, Siklus I, dan
Siklus II ............................................................................... ....... 104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Pedoman Wawancara Guru Sebelum Menerapkan Model
Kooperatif Tipe Snowball Drilling ........................................ ...... 113
2 Kisi-kisi Soal Tes Awal Pemahaman Konsep .......................... .... 115
3 Nilai Pemahaman Konsep pada Prasiklus .............................. ...... 120
4 Silabus Kelas V Semester 2 Materi Perjuangan Melawan
Penjajahan ......................................................................... ........... 121
5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1 .... ...... 125
6 Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan 1 ............... ..... 136
7 Kisi-kisi Soal Snowball Drilling Siklus I Pertemuan 1 ........... ..... 144
8 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan 1 ............................... 148
9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2 .... ...... 151
10 Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan 2 ............... ..... 160
11 Kisi-kisi Soal Snowball Drilling Siklus I Pertemuan 2 ........... ..... 166
12 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan 2 ............................... 168
13 Nilai Pemahaman Konsep pada Siklus I ................................ ...... 170
14 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1 .... ..... 171
15 Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan 1 ............... ... 181
16 Kisi-kisi Soal Snowball Drilling Siklus II Pertemuan 1 ........... ... 187
17 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan 1 .............................. 191
18 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2 .... ..... 193
19 Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan 2 ............... ... 202
20 Kisi-kisi Soal Snowball Drilling Siklus II Pertemuan 2 ........... ... 207
21 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan 2 .............................. 210
22 Nilai Pemahaman Konsep pada Siklus II .............................. ....... 213
23 Pedoman Pengamatan Perilaku Berkarakter ....................... ......... 214
24 Lembar Pengamatan Perilaku Berkarakter ............................. ...... 216
25 Hasil Rekapitulasi Pengamatan Perilaku Berkarakter pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
Siklus I .................................................................................. ........ 218
26 Hasil Rekapitulasi Pengamatan Perilaku Berkarakter pada
Siklus II ................................................................................ ........ 220
27 Pedoman Pengamatan Keterampilan Sosial ................................. 222
28 Lembar Pengamatan Keterampilan Sosial ................................... 224
29 Hasil Rekapitulasi Pengamatan Keterampilan Sosial pada
Siklus I .................................................................................. ........ 226
30 Hasil Rekapitulasi Pengamatan Keterampilan Sosial pada
Siklus II ........................................................................................ 228
31 Pedoman Pengamatan Aspek Psikomotor ........................... ......... 230
32 Lembar Pengamatan Aspek Psikomotor ...................................... 232
33 Hasil Rekapitulasi Pengamatan Aspek Psikomotor pada
Siklus I .................................................................................. ........ 234
34 Hasil Rekapitulasi Pengamatan Aspek Psikomotor pada
Siklus II ................................................................................. ....... 236
35 Pedoman Observasi Guru .............................................. ............... 238
36 Lembar Observasi Guru ............................................................... 242
37 Hasil Rekapitulasi Observasi Guru Siklus I dan Siklus II ...... ..... 244
38 Pedoman Wawancara Guru Setelah Menerapkan Model
Kooperatif Tipe Snowball Drilling ...................................... ........ 245
39 Presensi Siswa Kelas VB SDN Sambeng Selama Tindakan ........ 247
40 Contoh Karya Siswa SDN Sambeng Selama Tindakan ............... 248
41 Contoh Foto Pelaksanaan Tindakan ......................................... .... 266
42 Surat-surat ........................................................................... ......... 272
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan perpaduan konsep-konsep dari
berbagai ilmu sosial yang sejenis yang digabungkan dengan pendekatan edukatif,
psikologis, kelayakan, dan kegunaan bagi siswa. Konsep-konsep dasar dari
berbagai ilmu sosial (Sejarah, Geografi, Antropologi, Ekonomi, Politik, Sosiologi,
dan Psikologi) yang digabung menjadi satu sehingga menjadi ilmu pengetahuan
sosial, yaitu pengetahuan yang berkaitan langsung dengan kehidupan sosial.
Sehingga ilmu sosial ini yang perlu dipelajari siswa terutama siswa SD. (Team
IPS, 2003:2).
Melalui pembelajaran IPS ini diharapkan nantinya siswa dapat hidup di
masyarakat dengan baik. Hal ini dikarenakan pembelajaran IPS itu berkaitan
langsung dengan kehidupan sosial. IPS memperkenalkan kepada siswa bahwa
manusia dalam hidup bersama dituntut mempunyai rasa tanggung jawab sosial.
Mereka nantinya akan menyadari bahwa hidup bersama itu akan menghadapi
berbagai masalah. Masalah-masalah tersebut akan mendorong kepekaan sosial
siswa dan selanjutnya akan menjadi tantangan bagi siswa untuk dapat
memecahkannya. Oleh karena itu, setelah terjun ke masyarakat diharapkan siswa
dapat hidup dengan baik dengan berbekal pembelajaran IPS.
Mata pelajaran IPS bertujuan untuk: (1) mengajarkan konsep-konsep
dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan, pedagogis, dan
psikologis; (2) mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri,
memecahkan masalah, dan keterampilan sosial; (3) membangun komitmen dan
kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (4) meningkatkan
kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk,
baik secara nasional maupun global. (Kurikulum 2004 dalam Hidayati, Mujinem,
dan Anwar Senen, 2008: 1-24).
Sejalan dengan tujuan tersebut, tujuan pendidikan IPS menurut Nursid
Sumaatmadja dalam Hidayati (2008:1-24) adalah “membina anak didik menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
kepedulian social yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara”.
Tujuan pembelajaran IPS yang telah diuraikan di atas akan dapat
terwujud ketika dilaksanakan proses pembelajaran yang berkualitas. Sebagai suatu
proses, pembelajaran merupakan suatu proses yang berkesinambungan dan tidak
terbatas pada penyampaian materi pelajaran di kelas. Akan tetapi, yang lebih
penting adalah bagaimana agar materi yang diterima siswa di kelas dapat
dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajaran yang berkualitas tidak lepas dari peran guru secara
aktif. Sejak Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang
Undang-undang Guru dan Dosen (UUGD) disahkan, secara otomatis peran guru
harus berubah sesuai tuntutan kurikulum yang telah diberlakukan. Pasal 20 (b)
menyebutkan bahwa: ”Guru berkewajiban meningkatkan dan mengembangkan
kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni”.
Berdasarkan pasal tersebut, guru dituntut untuk menciptakan kondisi
pembelajaran yang kondusif, mengembangkan bahan pengajaran dan
meningkatkan kemampuan siswa untuk menguasai tujuan pembelajaran yang
harus dicapai. Oleh karena itu, guru harus mampu mengelola proses pembelajaran
yang dapat memberikan rangsangan kepada siswa sebagai subjek utama belajar.
Guru perlu memiliki kreativitas agar dapat menciptakan suasana kelas yang
nyaman dan menyenangkan sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan
lancar. Dengan demikian, materi yang disampaikan oleh guru pun menjadi
bermakna bagi siswa.
Berdasarkan data nilai yang diperoleh peneliti, rata-rata nilai pemahaman
konsep pada mata pelajaran IPS khususnya materi perjuangan melawan
penjajahan siswa kelas VB SDN Sambeng dengan siswa yang berjumlah 20 anak
tergolong dalam kategori rendah. Rata-rata nilai IPS siswa kelas VB SDN
Sambeng khususnya materi perjuangan melawan penjajahan adalah 62,1 dengan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 63. Hal ini ditunjukkan dari 20
siswa, hanya sebanyak 9 siswa (45%) yang nilainya di atas KKM, sedangkan 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
siswa (55%) nilainya masih berada di bawah KKM. Fakta tersebut merupakan
suatu bukti bahwa proses pembelajaran yang telah dilaksanakan kurang berhasil
dalam memberikan pemahaman konsep pada siswa.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru kelas VB SDN
Sambeng, rendahnya pemahaman konsep pada mata pelajaran IPS khususnya
materi perjuangan melawan penjajahan disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu (1)
guru cenderung menyampaikan pembelajaran IPS khususnya materi perjuangan
melawan penjajahan secara konvensional atau ceramah, pemberian tugas, dan
diselingi tanya jawab saja sehingga interaksi antara guru dengan siswa menjadi
pasif dan menyebabkan siswa menjadi cepat bosan dalam proses pembelajaran;
(2) siswa hanya disuruh mencatat materi dan menghafalkan konsep; (3) guru
belum menemukan model pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan materi
perjuangan melawan penjajahan sehingga pembelajaran yang diajarkan saat ini
kurang optimal.
Berbagai hal yang muncul tersebut membuat siswa mengalami kesulitan
dalam memahami konsep. Untuk menyelesaikan berbagai masalah di atas
dibutuhkan sebuah solusi. Perjuangan melawan penjajahan merupakan salah satu
rangkaian dari sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Materi tersebut
saling berkesinambungan sehingga kurangnya pemahaman konsep materi
perjuangan melawan penjajahan akan mempengaruhi pemahaman konsep pada
materi selanjutnya, yaitu: materi perjuangan para tokoh menuju kemerdekaan,
materi tokoh perjuangan proklamasi kemerdekaan, dan materi perjuangan
mempertahankan kemerdekaan. Salah satu solusi alternatif agar pemahaman
konsep pada materi perjuangan melawan penjajahan dapat meningkat, yaitu
dengan menerapkan model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.
Model pembelajaran tersebut harus dimanfaatkan seefektif mungkin oleh guru
guna menunjang kegiatan pembelajaran.
Model pembelajaran merupakan kerangka berpikir yang dipakai sebagai
panduan untuk melaksanakan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran. Makin tepat modelnya diharapkan makin efektif pula pencapaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
tujuan tersebut. Penerapan model dalam proses pembelajaran yang dipilih guru
merupakan salah satu cara meningkatkan kualitas pembelajaran.
Salah satu pengembangan model pembelajaran adalah model
pembelajaran kooperatif. Anita Lie (2008: 12) menyebutkan pembelajaran
kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pengajaran
yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama
siswa dalam tugas-tugas yang tersruktur. Dalam sistem ini guru bertindak sebagai
fasilitator. Kegiatan belajar bersama seperti ini dapat memacu belajar aktif.
Diharapkan dalam proses belajar mengajar dapat terjadi aktivitas siswa yaitu
siswa mau dan mampu mengemukakan pendapat sesuai dengan apa yang telah
dipahami. Selain itu diharapkan pula mampu berinteraksi secara positif antara
siswa satu dengan siswa lainnya maupun antara siswa dengan guru apabila ada
kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam belajar. Dengan demikian, penggunaan
keterampilan-keterampilan kooperatif menjadi semakin penting.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk
meningkatkan pemahaman konsep adalah model kooperatif tipe snowball drilling.
Metode snowball drilling dikembangkan untuk menguatkan pengetahuan yang
diperoleh peserta didik dari membaca bahan-bahan bacaan (Agus Suprijono,
2009: 105). Langkah-langkah penerapan tipe snowball drilling yaitu guru
mempersiapkan paket soal-soal dan menggelindingkan bola salju berupa soal
latihan dengan cara menunjuk/mengundi untuk mendapatkan seorang siswa yang
akan menjawab soal nomor 1. Jika siswa yang mendapat giliran pertama
menjawab soal nomor tersebut langsung menjawab benar, maka siswa itu diberi
kesempatan menunjuk salah satu temannya menjawab soal nomor berikutnya
yaitu soal nomor 2. Seandainya siswa yang pertama mendapat kesempatan
menjawab soal nomor 1 gagal, maka siswa itu diharuskan menjawab soal
berikutnya dan seterusnya hingga siswa tersebut berhasil menjawab benar item
soal pada suatu nomor soal tertentu. Penerapan model kooperatif tipe snowball
drilling dalam pembelajaran menuntut perhatian tinggi dari siswa. Siswa dapat
membuat kesalahan yang sama jika siswa itu tidak memperhatikan teman-
temannya yang menjawab soal pada putaran sebelumnya. Tipe snowball drilling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
secara sosial berimplikasi pada tumbuhnya sikap kooperatif. Model kooperatif
tipe snowball drilling juga menuntut guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam
menyiapkan soal-soal yang lebih variatif sehingga siswa tidak merasa bosan
dengan tipe soal-soal yang baru. Model pembelajaran ini sangat cocok diterapkan
dalam pembelajaran IPS khususnya materi perjuangan melawan penjajahan
karena materi yang dipelajari menuntut perhatian dan ketelitian yang tinggi dari
siswa. Pemahaman materi yang mendalam juga sangat diperlukan dalam
pembelajaran IPS sehingga diperlukan banyak latihan dalam proses pembelajaran
IPS. Dengan menerapkan model pembelajaran ini diharapkan pemahaman konsep
siswa akan meningkat.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk
mengajukan penelitian “Penerapan Model Kooperatif Tipe Snowball Drilling
untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Perjuangan Melawan Penjajahan pada
Siswa Kelas VB SDN Sambeng Todanan Blora Tahun 2012”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti
mengidentifikasi adanya beberapa masalah yang dialami dalam pembelajaran IPS
khususnya materi perjuangan melawan penjajahan, yaitu:
1. Proses pembelajaran IPS khususnya materi perjuangan melawan penjajahan
masih disampaikan secara konvensional atau ceramah, pemberian tugas, dan
diselingi tanya jawab saja.
2. Siswa hanya mencatat materi yang telah disampaikan oleh guru dan
menghafalkan konsep. Itupun dilakukan oleh siswa dengan bermalas-malasan
karena materi IPS yang cenderung banyak.
3. Guru belum menemukan model pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan
materi perjuangan melawan penjajahan. Diperlukan model pembelajaran yang
menarik dan menyenangkan sehingga proses pembelajaran menjadi bermakna
dan materi yang diajarkan oleh guru dapat diserap oleh siswa secara optimal.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengajarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
materi perjuangan melawan penjajahan adalah model kooperatif tipe snowball
drilling.
4. Perlunya metode pembelajaran yang tepat yang dapat menarik siswa sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai dan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran.
5. Perlunya media pembelajaran yang menarik yang dapat memudahkan siswa
dalam menerima pelajaran.
6. Guru kurang mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan.
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari terjadinya perluasan masalah yang diteliti, maka
dalam penelitian ini peneliti memberi batasan masalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang diterapkan adalah model kooperatif tipe snowball
drilling.
2. Pemahaman konsep dalam pembelajaran IPS, yaitu pemahaman konsep yang
dikuasai oleh siswa pada pembelajaran IPS. Pemahaman konsep pada
penelitian ini dibatasi pada materi perjuangan melawan penjajahan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah penerapan model kooperatif tipe snowball drilling dapat
meningkatkan pemahaman konsep perjuangan melawan penjajahan pada
siswa kelas VB SDN Sambeng, Todanan, Blora tahun 2012 ?
2. Bagaimanakah pelaksanaan model kooperatif tipe snowball drilling dalam
meningkatkan pemahaman konsep perjuangan melawan penjajahan pada
siswa kelas VB SDN Sambeng, Todanan, Blora tahun 2012?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
E. Tujuan Penelitian
Dilihat dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk meningkatkan pemahaman konsep perjuangan melawan penjajahan
melalui model kooperatif tipe snowball driling pada siswa kelas VB SDN
Sambeng, Todanan, Blora tahun 2012.
2. Untuk mengetahui hambatan ketika model kooperatif tipe snowball drilling
diterapkan sehingga hambatan-hambatan tersebut dapat segera diatasi dan
pemahaman konsep perjuangan melawan penjajahan pada siswa kelas VB
SDN Sambeng, Todanan, Blora tahun 2012 dapat meningkat.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik bersifat
teoretis maupun praktis.
1. Manfaat Teoretis
Manfaat secara teoretis dari hasil penelitian ini adalah agar penelitian
ini dapat memperkaya khasanah keilmuan, khususnya dalam hal model
pembelajaran yang cocok diterapkan dalam pembelajaran IPS untuk
pemahaman konsep khususnya materi perjuangan melawan penjajahan. Selain
itu, hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian
lebih lanjut mengenai penerapan model yang lebih inovatif dalam kegiatan
pembelajaran di kelas.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Meningkatnya pemahaman konsep khususnya materi perjuangan
melawan penjajahan pada pembelajaran IPS.
2) Meningkatnya hasil belajar IPS.
b. Bagi Guru
1) Meningkatnya kualitas pembelajaran.
2) Meningkatnya kinerja guru karena model kooperatif tipe snowball
drilling dapat mengefektifkan waktu pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
c. Bagi Sekolah
1) Memperoleh sumbangan yang positif khususnya dalam perbaikan
pembelajaran IPS.
2) Meningkatnya kualitas pendidikan khususnya proses pembelajaran IPS.
3) Terwujudnya pembelajaran efektif di sekolah.
d. Bagi Peneliti
1) Mengembangkan wawasan mengenai penerapan model kooperatif tipe
snowball drilling yang tepat dalam proses pembelajaran.
2) Mendapatkan fakta bahwa dengan menerapkan model kooperatif tipe
snowball drilling dapat meningkatkan pemahaman konsep perjuangan
melawan penjajahan pada siswa kelas VB SDN Sambeng.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Pemahaman Konsep Perjuangan Melawan Penjajahan
a. Pengertian Pemahaman
Endang Poerwanti (2009: 1-23) menyatakan bahwa pemahaman
merupakan aspek dalam ranah kognitif. Pemahaman (comprehension),
kemampuan ini menuntut siswa memahami atau mengerti apa yang
diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat
menggunakan isinya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain.
Bloom dan kawan-kawan membagi ranah kognitif ke dalam 6
tingkatan, yang tersusun dari kemampuan yang paling rendah sampai
kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu: pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pemahaman merupakan tingkatan
kedua setelah pengetahuan. Bloom dan kawan-kawan dalam Suyono dan
Hariyanto (2011: 168) mendeskripsikan pemahaman (comprehension)
adalah menerjemahkan makna pengetahuan (translation), menafsirkan
(interpretation), ekstrapolasi (extrapolation).
Menurut Winkel (1999: 246), pemahaman mencakup kemampuan
untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Adanya
kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan,
mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain,
membuat perkiraan tentang kecenderungan yang nampak dalam data
tertentu.
Anas Sudijono (2005: 50) mengemukakan bahwa
Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk
mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan
diingat. Dengan kata lain memahami adalah mengetahui tentang
sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang peserta
didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
penjelasan atau memberi uraian lebih rinci tentang hal ini dengan
menggunakan kata-katanya sendiri.
Pemahaman yaitu memahami informasi dan bisa menjelaskannya
ke dalam kata-kata sendiri (John W. Santrock, 2009: 147). Dalam hal ini
memahami berarti membentuk arti dari instruksi yang meliputi
menginterpretasikan, memberikan contoh, mengklasifikasikan, meringkas,
menduka, membandingkan, dan menjelaskan. Menurut Taufik Tea (2009:
199), dijelaskan bahwa pemahaman tumbuh karena adanya proses berpikir
yang sistematis dan jelas.
Bloom dalam Ian (2010), berpendapat bahwa
Here we are using the tern “comprehension’ to include those
objectives, behaviors, or responses which represent an
understanding of the literal message contained in a comminication.
Di sini menggunakan pengertian pemahaman mencakup tujuan,
tingkah laku, atau tanggapan mencerminkan sesuatu pemahamn
pesan tertulis yang termuat dalam satu komunikasi.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
pemahaman adalah kemampuan untuk menangkap materi yang sedang
dipelajari, memahami makna materi, dan memanfaatkan materi tersebut.
Dengan demikian, diharapkan siswa dapat paham terhadap materi yang
diajarkan oleh guru, yaitu materi perjuangan melawan penjajahan, baik
penjajahan melawan Belanda maupun penjajahan melawan Jepang.
Memaknai seseorang/siswa yang sudah paham atau belum paham
terhadap materi pembelajran yang diberikan oleh pebelajar tidaklah mudah.
Untuk itu, perlu adanya kata kerja yang menggambarkan aktivitas
pembelajaran. Berdasarkan taksonomi Bloom pada domain kognitif dalam
Suyono & Hariyanto (2011: 169), kata kerja untuk tingkatan kognitif yang
pemahaman adalah menjelaskan, mengulangi, menyusun ulang kata-kata,
mengkritik, menggolongkan, meringkas, menggambarkan, menerjemahkan,
mereviu, melaporkan, menuliskan kembali, mendiskusikan, memperkirakan,
menafsirkan, menteorikan, mengacu, dan memberi contoh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
b. Macam-macam Pemahaman
Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan adalah
pemahaman. Dalam taksonomi Bloom, kesanggupan memahami setingkat
lebih tinggi daripada pengetahuan. Namun, tidaklah berarti bahwa
pengetahuan tidak perlu sebab untuk dapat memahami perlu terlebih dahulu
mengetaui atau mengenal. Menurut Nana Sudjana ( 2010: 51), ada tiga
macam pemahaman yang berlaku umum, yaitu:
1) Pemahaman terjemahan, yaitu kesanggupan memahami makna yang
terkandung di dalamnya, mulai dari terjemahan dalam arti sebenarnya.
2) Pemahaman penafsiran, menghubungkan bagian-bagian terdahulu
dengan yang diketahui berikutnya, membedakan yang pokok dan yang
bukan pokok.
3) Pemahaman ekstrapolasi, yaitu kesanggupan melihat dibalik yang
tertulis, tersirat dan tersurat, membuat ramalan tentang sesuatu, atau
memperluas wawasan.
Ketiga macam pemahaman di atas kadang-kadang sulit dibedakan
dan bergantung pada konteks isi pelajaran. Kata-kata operasional untuk
merumuskan tujuan instruksional dalam bidang pemahaman, antara lain:
membedakan, menjelaskan, meramalkan, menafsirkan, memperkirakan,
memberi contoh, mengubah, membuat rangkuman, menulis kembali, dan
melukiskan dengan kata-kata sendiri.
Ketiga macam pemahaman di atas juga dijadikan landasan dalam
penelitian ini. Dengan digolongkannya pemahaman menjadi tiga macam,
dapat diketahui siswa-siswa mana yang telah menguasai dan menerapkan
macam pemahaman di atas. Ketiga macam pemahaman di atas juga
diterapkan dalam materi perjuangan melawan penjajahan dan diharapkan
siswa kelas VB SDN Sambeng dapat memahami materi perjuangan
melawan penjajahan yang disampaikan oleh guru dengan baik.
c. Pengertian Konsep
Suyono dan Hariyanto (2011: 145) menyatakan bahwa konsep
adalah suatu gugusan atau sekelompok fakta/keterangan yang memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
makna. Sedangkan Ruminiati (2007: 1-28) berpendapat bahwa konsep
adalah suatu pernyataan yang masih bersifat abstrak/ pemikiran untuk
mengelompokkan ide-ide atau peristiwa yang masih dalam angan-angan
seseorang. Meskipun belum diimplementasikan, konsep yang bersifat positif
memiliki makna yang baik. Begitu pula sebaliknya, apabila konsep tersebut
bersifat negatif, maka juga akan memiliki makna negatif pula.
Menurut Bruner dalam Ruminiati (2007: 1-28) menyatakan bahwa
konsep adalah suatu kata yang bernuansa abstrak dan dapat digunakan untuk
mengelompokkan ide, benda, atau peristiwa. Selain konsep memiliki nama,
contoh positif, dan ciri. Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2010: 162),
suatu konsep adalah suatu kelas atau kategori stimuli yang memiliki ciri-ciri
umum. Stimuli merupakan obyek-obyek atau orang (person). Kita dapat
menyatakan suatu konsep dengan sebutan “nama”. Konsep-konsep tidak
terlalu kongruen dengan pengalaman pribadi kita, tetapi menyajikan usaha-
usaha manusia untuk mengklasifikasikan pengalaman kita. Konsep adalah
suatu yang sangat luas. Sedangkan Syaiful Sagala (2011: 71) berpendapat
bahwa
Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok
orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk
pengetahuan meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh
dari fakta, peristiwa, pengalaman melalui generalisasi, dan berpikir
abstrak. Konsep dapat mengalami perubahan disesuaikan dengan
fakta atau pengetahuan baru, sedangkan kegunaaan konsep adalah
menjelaskan dan meramalkan.
Menurut Winkel (1999: 100), konsep atau pengertian adalah satuan
arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri sama. Orang
yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap segala objek
yang dihadapi sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu
(klasifikasi).
Lain dengan Winkel, Rosser dalam Syaiful Sagala (2011: 73)
menyatakan bahwa konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas
objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan
yang mempunyai atribut-atribut yang sama. Ausubel dalam Syaiful Sagala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
(2011: 73) menyatakan bahwa konsep-konsep diperoleh dengan cara
formasi konsep (concept formation) merupakan bentuk perolehan konsep-
konsep sebelum anak-anak masuk sekolah. Sedangkan menurut Gagne
dalam Syaiful Sagala (2011: 73), formasi konsep dapat disamakan dengan
belajar konsep-konsep konkret, dan asimilasi konsep (concept assimilation)
merupakan cara utama memperoleh konsep-konsep selama dan sesudah
sekolah.
Djamarah & Zain dalam Trianto (2011; 158) mengemukakan
konsep atau pengertian merupakan kondisi utama yang diperlukan untuk
menguasai kemahiran diskriminasi dan proses kognitif fundamental
sebelumnya berdasarkan kesamaan ciri-ciri dari sekumpulan stimulus dan
objek-objeknya. Seseorang dapat menguasai konsep apabila ia mampu
membedakan antara benda yang satu dengan benda yang lain, peristiwa
yang satu dengan peristiwa yang lain. Dengan menguasai konsep siswa akan
dapat menggolongkan dunia sekitarnya menurut konsep itu.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep
adalah suatu pernyataan yang bersifat abstrak, yang merupakan buah
pemikiran atau pendapat dari sesorang dan pendapat tersebut dapat berubah
sesuai dengan pengetahuan yang baru. Konsep perjuangan melawan
penjajahan diharapkan dapat dipahami oleh siswa kelas VB SDN Sambeng
sehingga pemahaman mereka tentang materi perjuangan melawan
penjajahan dapat meningkat.
d. Ciri-ciri Konsep
Oemar Hamalik (2010: 162) menyebutkan ciri-ciri konsep sebagai
berikut:
1) Atribut konsep adalah suatu sifat yang membedakan antara konsep satu
dengan konsep lainnya sehingga adanya keragaman antara konsep-
konsep sebenarnya ditandai oleh adanya atribut yang berbeda.
2) Atribut nilai-nilai, adanya variasi-variasi yang terdapat pada suatu
atribut. Konsep menjadi bermacam-macam karena jumlah nilai yang
berbeda. Suatu konsep mungkin mempunyai rentang nilai yang luas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Jadi, jika atribut konsep sangat luas, maka konsep tersebut dapat saja
diidentifikasi berdasarkan atribut-atribut lainnya.
3) Jumlah atribut juga bermacam-macam antara satu konsep dengan
konsep lainnya. Semakin kompleks suatu konsep, semakin banyak pula
jumlah atribitnya dan semakin sulit untuk mempelajarinya.
4) Kedominanan atribut, menunjuk pada kenyataan bahwa beberapa
atribut lebih dominan (obvious) daripada yang lainnya. Jadi, dominan
menunjuk kepada konsep sebagaimana atribut sehingga konsep
dominan memiliki atribut dominan.
Ciri-ciri konsep di atas dijadikan landasan dalam penelitian ini.
Konsep perjuangan melawan penjajahan dapat dilihat apakah memenuhi
ciri-ciri konsep yang disebutkan di atas atau tidak. Apabila sebagian besar
ciri konsep tersebut terdapat dalam konsep perjuangan melawan penjajahan,
maka konsep perjuangan melawan penjajahan dapat dikatakan baik.
e. Jenis-jenis Konsep
Oemar Hamalik (2010: 163) menyebutkan jenis-jenis konsep
sebagai berikut:
1) Konsep konjungtif (conjuctive concepts)
Artinya nilai-nilai tertentu dari berbagai atribut disajikan bersama-
sama. Nilai-nilai dan atribut ditambahkan bersama untuk menghasilkan
suatu konsep konjungtif. Konsep konjungtif sangat mudah dipelajari
dan diajarkan karena hanya menambah antara atribut dan nilai-nilai.
2) Konsep disjungtif (disjunctive concepts)
Artinya sesuatu yang dapat dirumuskan dalam sejumlah cara yang
berbeda-beda. Antara atribut-atribut dan nilai-nilai dapat disubstitusikan
antara yang satu dengan yang lainnya.
3) Konsep hubungan (relational concepts)
Yakni suatu konsep yang mempunyai hubungan-hubungan khusus
antara atribut satu dengan lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
f. Kegunaan Konsep
Belajar konsep berguna dalam rangka pendidikan siswa atau paling
tidak punya pengaruh tertentu. Menurut Oemar Hamalik (2010: 164),
kegunaan konsep, antara lain:
1) Mengurangi kerumitan lingkungan.
Lingkungan itu sangat kompleks dan untuk mempelajarinya tentu saja
sulit jika tidak dirinci menjadi unsur-unsur yang lebih sederhana. Oleh
karena itu, lingkungan yang luas dan rumit dapat dikurangi
kerumitannya dengan menjabarkannya menjadi sejumlah konsep (suatu
kelas stimulasi).
2) Membantu untuk mengidentifikasi objek-objek yang ada di sekitar.
Konsep berguna untuk mengidentifikasi objek-objek yang ada di dunia
sekitar kita dengan cara mengenali ciri masing-masing objek.
3) Membantu untuk mempelajari sesuatu yang baru, lebih luas, dan lebih
maju.
Siswa tidak harus belajar secara konstan, tetapi dapat menggunakan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang telah dimilikinya untuk
mempelajari sesuatu yang baru.
4) Mengarahkan kegiatan instrumental.
Berdasarkan konsep dan prinsip yang telah diketahui, maka seseorang
dapat menentukan tindakan-tindakan apa yang selanjutnya perlu
dikerjakan atau dilakukan.
5) Memungkinkan pelaksanaan pengajaran.
6) Mempelajari dua hal yang berbeda dalam kelas yang sama.
Kegunaan konsep di atas dijadikan landasan dalam penelitian ini.
Dengan mempelajari suatu konsep akan membantu kita untuk mempelajari
sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru tersebut akan dapat kita terima dengan
baik. Konsep perjuangan melawan penjajahan juga bisa diterima dengan
baik oleh siswa kelas VB SDN Sambeng apabila disampaikan dengan jelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
g. Pemahaman Konsep
Menurut John W. Santrock (2009: 2), pemahaman konseptual
adalah sebuah aspek penting dalam pembelajaran dan lebih lanjutnya
pemahaman konseptual ditingkatkan ketika guru menjelajahi sebuah topik
secara mendalam, serta memberikan contoh-contoh yang sesuai dan menarik
dengan konsep yang terlibat.
Oemar Hamalik (2010: 166) menyatakan bahwa hal-hal yang harus
diperhatikan untuk mengetahui keberhasilan siswa memahami suatu konsep,
yaitu: (1) dapat menyebutkan contoh konsep; (2) dapat menyatakan ciri-ciri
konsep; (3) dapat memilih dan membedakan antara contoh dari yang bukan
konsep; (4) dapat memecahkan masalah yang berkenaan dengan konsep.
Flavell dalam Syaiful Sagala (2011: 72) memaparkan bahwa
pemahaman terhadap konsep-konsep dapat dibedakan dalam tujuh dimensi,
yaitu:
1) Atribut, setiap konsep mempunyai atribut yang berbeda, contoh konsep
harus mempunyai atribut yang relevan dan atribut yang tidak relevan.
Atribut bisa berupa fisik, maupun berupa fungsional.
2) Struktur, menyangkut cara terkaitnya atribut-atribut itu. Ada tiga
macam struktur yang dikenal, yaitu konsep konjungtif, konsep
disjungtif, dan konsep relasional.
3) Keabstrakan, yaitu konsep-konsep dapat dilihat dan konkret, atau
konsep-konsep itu terdiri dari konsep-konsep lain.
4) Keinklusifan, ditunjukkan pada jumlah contoh yang terlibat dalam
konsep tersebut.
5) Generalitas atau keumuman, bila diklasifikasikan, konsep dapat berbeda
dalam posisi superordinat atau subordinatnya.
6) Ketepatan, suatu konsep menyangkut apakah ada sekumpulan aturan
untuk membedakan contoh dari noncontoh suatu konsep.
7) Kekuatan, yaitu kekuatan suatu konsep oleh sejauh mana orang setuju
bahwa konsep itu penting.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
pemahaman konsep adalah kemampuan untuk mengerti materi yang
diajarkan, menangkap makna materi yang dipelajari, dan memanfaatkan isi
materi yang dipelajari sehingga dapat memecahkan masalah yang
berhubungan dengan materi yang dipelajari. Dalam pelaksanaan
pembelajaran, tiga domain hasil belajar (kognitif, afektif, dan psikomotor)
harus selalu ada karena ketiga domain tersebut merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Akan tetapi, pemahaman
konsep hanya termasuk dalam domain kognitif. Oleh karena itu, meskipun
guru menilai ketiga domain tersebut, kesimpulan yang disajikan dalam
penelitian ini hanya mencakup domain kognitif saja.
h. Materi Perjuangan Melawan Penjajahan
Perjuangan melawan penjajahan merupakan salah satu pokok
materi yang harus dipelajari oleh siswa kelas V pada semester II. Yang
dipelajari dalam pokok materi ini terdiri dari 2 sub pokok materi, yaitu
Perjuangan Melawan Penjajahan Belanda dan Perjuangan Melawan
Penjajahan Jepang. Pengajaran materi perjuangan melawan penjajahan
dimaksudkan agar siswa dapat menghargai perjuangan para tokoh pejuang
dalam melawan penjajahan Belanda dan Jepang.
Pengertian perjuangan yaitu perkelahian (memperebutkan sesuatu
yang dianggap berharga); peperangan; usaha yang penuh dengan kesukaran
dan bahaya. Sedangkan arti kata dari melawan adalah menghadapi
(berperang, bertinju, bergulat, dsb untuk mempertahankan diri). Menurut I
Wayan Badrika (2004: 144) mendefinisikan penjajahan sebagai penguasaan
terhadap suatu daerah dan suatu bangsa oleh bangsa lainnya. Penjajahan
seperti itu mengarah pada penguasaan dari sesuatu yang telah ditundukan
sehingga menjadi lemah dengan menggunakan ancaman, teror, agitasi,
tekanan, agresi dan tindakan kekerasan lainnya. Dari beberapa arti kata
tersebut, pengertian perjuangan melawan penjajahan adalah usaha yang
dilakukan sekuat tenaga untuk melawan pendudukan suatu negara yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
dijajah oleh negara penjajah dengan menggunakan ancaman, teror, tekanan,
dan kekerasan tindakan lainnya.
Indonesia pernah dikuasai oleh bangsa asing dalam waktu yang
sangat lama. Bangsa-bangsa asing yang pernah menjajah Indonesia adalah
Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang. Penjajahan menyebabkan
penderitaan bagi rakyat Indonesia. Bangsa Indonesia tidak tinggal diam
sehingga mereka melakukan perjuangan untuk mengusir penjajah dari bumi
pertiwi. Pada awalnya, bangsa Indonesia mengadakan perlawanan di
daerahnya masing-masing. Kemudian tumbuh kesadaran bahwa kita ini
adalah satu bangsa. Kesadaran itu menimbulkan tekad untuk bersatu
menjadi satu bangsa yang terwujud dalam Sumpah Pemuda tahun 1928.
Perjuangan melawan penjajah juga tidak hanya dalam bentuk fisik, tetapi
juga melalui organisasi-organisasi. (Endang Susilaningsih, 2008: 134)
Berikut ini adalah ringkasan materi yang diambil dari beberapa
Buku Sekolah Elektronik (BSE) karangan Endang Susilaningsih, dkk (2008:
135-149) dan Siti Syamsiyah, dkk (2008: 73-82) dari Depdiknas (2008):
1) Perjuangan Melawan Penjajahan Belanda
Belanda datang ke tanah Nusantara dimulai pada tahun 1596.
Mereka ingin melakukan hubungan dagang dengan penduduk yang ada di
wilayah Nusantara. Untuk pertama kalinya beberapa kapal Belanda
singgah di Pelabuhan Banten di bawah pimpinan Cornelis de Houtman.
Lama kelamaan, kapal dagang Belanda yang datang semakin bertambah.
Untuk mencegah adanya persaingan yang tidak sehat di antara
pedagang Belanda dan pedagang asing lainnya (khususnya Portugis dan
Spanyol), maka para pedagang Belanda mendirikan VOC (Vereenigde
Oost Indische Compagnie). VOC yaitu kongsi atau perserikatan
perdagangan Belanda yang ada di wilayah Nusantara.VOC didirikan
pada tahun 1602 dan dipimpin oleh seorang Gubernur Jenderal yang
bernama Pieter Both. Akan tetapi, pada tanggal 31 Desember 1799 VOC
dibubarkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Kedatangan bangsa asing ke wilayah Nusantara pada awalnya
disambut dengan gembira oleh rakyat Indonesia. Mereka semua datang
dengan tujuan melakukan perniagaan, yaitu jual beli rempah-rempah
yang memang sangat dibutuhkan oleh bangsa Eropa. Akan tetapi, karena
keangkuhan dan keserakahannya, bangsa Eropa menerapkan sistem
monopoli.
Pada saat sistem ini diterapkan, mulailah ada reaksi dari rakyat
Indonesia. Apalagi setelah mereka menerapkan sistem kolonial. Rakyat
Indonesia bukan saja bereaksi, tetapi juga mengadakan perlawanan
bersenjata. Adapun perlawanan rakyat Indonesia dipimpin oleh tokoh-
tokoh pejuang, antara lain Pattimura, Tuanku Imam Bonjol, Pangeran
Diponegoro, Pangeran Antasari, Sultan Ageng Tirtayasa, Cut Nyak Dien,
Teuku Umar, dan masih banyak lagi.
2) Perjuangan Melawan Penjajahan Jepang
Pada tanggal 11 Januari 1942 Jepang datang pertama kali di
Tarakan Kalimantan Timur. Tanggal 8 Maret 1942 Belanda menyerah
tanpa syarat kepada Jepang. Pada awal mulanya Jepang bersikap manis
dengan propagandanya, yaitu Tiga A yang berisi Jepang Cahaya Asia,
Jepang Pelindung Asia, Jepang Pemimpin Asia. Tujuan 3A adalah untuk
menggerakkan rakyat membantu Jepang. Tanggal 9 Maret 1943 dibentuk
Putera (pusat tenaga rakyat) yang dipimpin oleh Empat Serangkai, yaitu
Ir. Soekarno, Moh. Hatta, K.H. Dewantara, dan K.H. Mas Mansur.
Tahun 1944 Jepang membentuk Jawa Hokokai atau
Perhimpunan Kebaktian Jawa untuk kepentingan perang Jepang. Untuk
membantu militer Jepang dibentuk organisasi Seinendan, Fujinkai,
Bogodan (pembantu polisi), Keibodan dan Heiho (pembantu prajurit).
Tahun 1943 dibentuk PETA (Pembela Tanah Air) dan Giguyun (tentara
suka rela) yang bertugas mempertahankan wilayahnya.
Untuk kepentingan perang Jepang, rakyat diperas dan dipaksa
bekerja. Jepang menggerakkan pekerja paksa yaitu Romusha. Mereka
dipaksa bekerja di tengah hutan, di tebing, pantai, sungai untuk membuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
lapangan terbang dan kubu-kubu pertahanan serta rel kereta api.
Romusha dipekerjakan di dalam dan luar negeri seperti Burma, Malaysia
dan Thailand.
Akibat penjajahan Jepang, rakyat kelaparan, kurang pangan, dan
sandang. Rakyat dipaksa menanam padi sebanyak-banyaknya dan jarak
untuk dijadikan pelumas mesin-mesin dan pesawat. Jepang berkuasa di
Indonesia selama kurang lebih tiga setengah tahun.
Beberapa tokoh pahlawan yang mengadakan perlawanan
terhadap Jepang, yaitu Tengku Abdul Jalil, Tengku Abdul Hamid, K.H.
Zainal Mustafa, Pang Suma, L. Roemkorem, dan Supriyadi.
2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Drilling
a. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Agus Suprijono (2011: 45), model pembelajaran
merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi
pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap
implementasi kurikulum dan implementasinya pada tingkat operasional di
kelas. Lebih lanjut Agus Suprijono (2011: 46) menyatakan bahwa model
pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.
Menurut Arend dalam Agus Suprijono (2011: 46), model
pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di
dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Selain itu,
Arends dalam Trianto (2011: 22) menyatakan, “The term teaching model
refers to a particular apporoach to instruction that includes its goals,
syntax, environment, and management system”. Istilah model pengajaran
mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya,
sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya.
Model pembelajaran, seperti yang dikemukakan oleh Joyce dan
Weil dalam Soli Abimanyu, dkk (2008: 2-4) adalah kerangka konseptual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Joyce sendiri dalam Trianto (2011: 22) mengemukakan bahwa
model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas
atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-
perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer,
kurikulum, dan lain-lain. Selanjutnya, Joyce menyatakan bahwa setiap
model pembelajaran mengarahkan kita dalam mendesain pembelajaran
untuk membantu siswa sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran
tercapai.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah kerangka berpikir yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran dan melaksanakan aktivitas
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Nieveen dalam Trianto (2011: 24), suatu model
pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Sahih (Valid)
Model pembelajaran dikatakan valid apabila model yang dikembangkan
didasarkan pada rasional teoretis yang kuat dan terdapat konsistensi
internal.
2) Praktis
Model pembelajaran dikatakan baik apabila para ahli dan praktisi
menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan, serta
kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat
diterapkan.
3) Efektif
Model pembelajaran dikatakan baik apabila ahli dan praktisi berdasar
pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut efektif, serta secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
operasional model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang
diharapkan.
b. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (2009: 4), pembelajaran kooperatif merujuk pada
berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam
mempelajari materi pembelajaran. Sedangkan menurut Trianto (2011:56),
pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis. Pembelajaran
ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan
memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan
temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling
membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat
sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam
pembelajaran kooperatif.
Menurut Wina Sanjaya (2009: 242), pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem
pengelompokan /tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang
mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau
suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dalam pembelajaran
kooperatif dilakukan secara kelompok. Setiap kelompok yang mampu
menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan akan memperoleh penghargaan
(reward). Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai
ketergantungan yang positif. Ketergantungan seperti itulah yang selanjutnya
akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok. Setiap
individu akan saling membantu. Mereka akan mempunyai motivasi untuk
keberhasilan kelompok sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan
yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok.
Sugiyanto (2009: 37) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif
(Cooperative Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus
pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Seperti yang
dikemukakan oleh Roger, dkk dalam Miftahul Huda (2011: 29) bahwa
Cooperative learning is group learning activity organized in such a
way that learning is based on the socially structured change of
information between learners in group in which each learner is
held accountable for his or her own learning and is motivated to
increase the learning of others.
Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran
kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran
harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara
kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap
pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan
didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang
lain.
Agus Suprijono (2011: 54) menjelaskan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja
kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau
diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih
diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-
pertanyaan, serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang
untuk membantu siswa menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru
biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas. Selain itu, Art
dan Newman dalam Miftahul Huda (2011: 32) mendefinisikan pembelajaran
kooperatif sebagai small group of learners working together as a team to
solve a problem, complete a task, or accomplish a common goal (kelompok
kecil pembelajar/siswa yang bekerjasama dalam satu tim untuk mengatasi
suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mencapai satu tujuan
bersama).
Dalam jurnal internasional yang ditulis oleh Johnson & Johnson
(2000: 2) menyatakan bahwa ”cooperative learning exists when students
work together to accomplish shared learning goals”. Diartikan bahwa
pembelajaran kooperatif ada ketika siswa-siswa bekerja bersama untuk
berbagi dalam menyelesaikan tujuan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Anita Lie (2008: 12) menyebutkan pembelajaran kooperatif dengan
istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pengajaran yang memberi
kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa
dalam tugas-tugas yang tersruktur. Dalam sistem ini guru bertindak sebagai
fasilitator. Kegiatan belajar bersama seperti ini dapat memacu belajar aktif.
Diharapkan dalam proses belajar mengajar dapat terjadi aktivitas siswa yaitu
siswa mau dan mampu mengemukakan pendapat sesuai dengan apa yang
telah dipahami. Selain itu diharapkan pula mampu berinteraksi secara positif
antara siswa satu dengan siswa lainnya maupun antara siswa dengan guru
apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam belajar. Dengan
demikian, penggunaan keterampilan-keterampilan kooperatif menjadi
semakin penting.
Dalam jurnal internasional yang ditulis Jacobs & Hannah (dalam
http://www.georgejacobs.net/ cooperative.html) menyatakan bahwa
“cooperative learning, also known as collaborative learning, is a body of
concepts and techniques for helping to maximize the benefits of cooperation
among students”. Artinya, pembelajaran kooperatif yang juga dikenal
sebagai pembelajaran kolaboratif, adalah suatu bentuk dari konsep dan
tehnik untuk membantu memaksimalkan keuntungan-keuntungan kerjasama
diantara siswa.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok untuk
bekerja sama dan saling membantu sehingga memaksimalkan tujuan dari
pembelajaran tersebut.
Slavin, Abrani, dan Chambers dalam Wina Sanjaya (2009: 244)
berpendapat bahwa belajar melalui kooperatif dapat dijelaskan dari beberapa
perspektif, yaitu perspektif motivasi, perspektif sosial, perspektif
perkembangan kognitif, dan perspektif elaborasi kognitif.
1) Perspektif Motivasi
Artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompok
memungkinkan setiap anggota kelompok saling membantu karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
keberhasilan setiap individu pada dasarnya adalah keberhasilan
kelompok. Hal semacan ini akan mendorong setiap anggota keompok
untuk memperjuangkan keberhasilan kelompoknya.
2) Perspektif Sosial
Artinya bahwa melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu
dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok
memperoleh keberhasilan. Bekerja secara tim dengan mengevaluasi
keberhasilan sendiri oleh kelompok, merupakan iklim yang bagus
karena setiap anggota kelompok menginginkan semuanya memperoleh
keberhasilan.
3) Perspektif Perkembangan Kognitif
Artinya bahwa dengan adanya interaksi antaranggota dalam suatu
kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir
mengolah berbagai informasi.
4) Perspektif Elaborasi Kognitif
Artinya bahwa setiap siswa dalam suatu kelompok akan berusaha untuk
memahami dan menimba informasi untuk menambah pengetahuan
kognitifnya.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya
terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Menurut Johnson & Johnson
dan Sutton dalam Trianto (2011: 60), elemen-elemen pembelajaran
kooperatif adalah sebagai barikut:
1) Saling Ketergantungan Positif
Guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling
membutuhkan dan sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan
terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua
anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa bahwa dirinya
merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil
terhaddap suksesnya kelompok. Hal inilah yang dimaksud dengan
saling ketergantungan positif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
2) Interaksi Antara Siswa
Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa karena
dalam belajar kelompok seorang siswa akan membantu siswa lain untuk
sukses sebagai anggota kelompok. Interaksi antara siswa dalam belajar
kelompok dapat berupa: (a) saling membantu secara efektif dan efisien;
(b) saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan; (c)
memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien; (d)
saling mengingatkan; (e) saling membantu dalam merumuskan dan
mengembangkan argumentasi, serta meningkatkan kemampuan
wawasan terhadap masalah yang dihadapi; (f) saling percaya; (g) saling
memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.
3) Tanggung Jawab Individual
Tanggung jawab individual adalah kunci untuk menjamin semua
anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama, artinya setelah
mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat
menyelesaikan tugas yang sama. Tanggung jawab individual dalam
belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal: (a)
membantu siswa yang membutuhkan bantuan; dan (b) siswa tidak dapat
hanya sekadar “membonceng” pada hasil kerja teman sekelompoknya.
4) Keterampilan Interpersonal dan Kelompok Kecil
Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi
yang diberikan, seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana
berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Untuk
mengkoordinasikan kegiatan siswa dalam pencapaian tujuan, siswa
harus: (a) saling mengenal dan mempercayai; (b) mampu
berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius; (c) saling menerima
dan saling mendukung; (d) mampu menyelesaikan konflik secara
konstruktif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
5) Proses Kelompok
Proses kelompok terjadi apabila anggota kelompok mendiskusikan
bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat
hubungan kerja yang baik.
Selain itu, konsep utama dari pembelajaran kooperatif menurut
Slavin dalam Tianto (2011: 61) adalah;
1) Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok
mencapai kriteria yang ditentukan.
2) Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya
kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota
kelompok.
3) Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa
telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar
mereka sendiri.
c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Terdapat enam langkah atau tahapan di dalam pelajaran yang
menggunakan pembelajaran kooperatif (Trianto, 2011: 66). Langkah-
langkah tersebut ditunjukkan pada tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1. langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan motivasi
siswa
Guru menyampaikan semua tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa belajar.
Fase-2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada
siswa dengan jalan demonstrasi atau
lewat bahan bacaan.
Fase-3
Mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok kooperatif
Guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu
setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Fase-4
Membimbing kelompok bekerja dan
belajar
Guru membimbing kelompok-
kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas mereka.
Fase-5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah dipelajari
atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase-6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk
menghargai baik upaya maupun
hasil belajar individu dan kelompok.
(Sumber. Ibrahim, dkk, 2000: 10)
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif di atas dijadikan
landasan dalam penelitian ini. Penelitian ini menerapkan langkah-langkah
pembelajaran kooperatif dan mengaplikasikannya dalam pembelajaran IPS
materi perjuangan melawan penjajahan pada siswa kelas VB SDN
Sambeng.
d. Model Kooperatif Tipe Snowball Drilling
Metode drill masih memberikan peran besar bagi guru dalam
kegiatan belajar mengajar. Siswa hanya menjadi objek pembelajaran.
Interaksi yang terjadi hanya antara guru dan siswa, sementara interaksi
antara siswa dan siswa diabaikan. Proses interaksi demikian tidak jarang
menimbulkan perasaan takut pada diri siswa. Beban psikis bertambah berat
jika siswa tidak mampu menjawab pertanyaan dengan benar yang diberikan
oleh gurunya. (Mudzakkir Hafidh, 2012)
Interaksi belajar mengajar dengan menggunakan metode drill
bersifat mekanis. Proses interaktif itu tidak memberi peluang kepada siswa
untuk menemukan sendiri informasi. Informasi adalah pemberian guru.
Pengetahuan siswa adalah bentukan guru. Proses belajar mengajar seperti
itu tidak menciptakan dinamika siswa dalam belajar. Pembelajaran seperti
itulah yang dikatakan Paulo Freire sebagai pembelajaran gaya bank atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
banking concept of education. Guru merupakan investor, pengetahuan guru
adalah modal investasi, dan siswa adalah rekening koran yang mencatat
setiap transaksi investasi yang dilakukan guru. (Mudzakkir Hafidh, 2012)
Metode drill selain berdampak negatif pada pengembangan aspek
sosial dan psikologis seperti disampaikan di atas, metode ini juga tidak
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan nilai-nilai
moralitas. Hal itu terlihat dalam aspek penilaian. Penilaian sepenuhnya
dilakukan guru, sementara siswa hanya menerima hasil jadinya. Nilai yang
diterima itu sebagai bentuk “putusan” sebagaimana seorang hakim
menjatuhkan vonis kepada terdakwa. Siswa tidak memperoleh kesempatan
untuk menilai proses dan hasil kerjanya sendiri. Jika siswa mendapat
kesempatan menilai sendiri, maka akan banyak manfaat yang diperolehnya.
Setidaknya, siswa dapat mengembangkan aspek-aspek moralitas. Dengan
menilai sendiri siswa dapat mengetahui dan memahami sampai di mana
suatu pengetahuan itu dikuasai. Kesempatan menilai sendiri memberikan
pembelajaran kepada siswa untuk melihat kelemahan-kelemahan dan
kekuatan-kekuatan yang ada pada dirinya. Jadi, menilai sendiri adalah
belajar untuk jujur.
Metode drill mengakibatkan iklim pembelajaran tidak
menyenangkan perlu diperbaiki. Perbaikan tentu ditujukan kepada
terciptanya efektivitas metode drill. Metode drill mampu menciptakan
kondisi motivasional atau medan psikologis/emosi yang positif, sehingga
metode tersebut dapat menarik perhatian siswa belajar, menumbuhkan
percaya diri, dan kepuasan dalam diri siswa terhadap hal yang dipelajarinya.
(Mudzakkir Hafidh, 2012)
Snowball drilling, begitu nama yang diberikan atas tipe yang
dihasilkan dari modifikasi metode drill. Istilah itu tidak dikenal dalam
literatur metode-metode pembelajaran. Selama ini yang tertulis dalam
literatur metode pembelajaran adalah snow balling. Metode snowball
dipergunakan untuk mendapatkan jawaban yang dihasilkan dari diskusi
siswa secara bertingkat. Dimulai dari kelompok kecil kemudian dilanjutkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
ke kelompok besar sehingga akhirnya akan memunculkan dua atau tiga
jawaban yang telah disepakati oleh siswa secara berkelompok. Metode itu
akan berjalan dengan baik jika materi yang dipelajari menuntut pemikiran
yang mendalam atau menuntut siswa berpikir analisis bahkan sintesis.
(Mudzakkir Hafidh, 2012)
Berbeda dengan metode snowball, tipe snowball drilling tidak
dipakai dalam konteks diskusi, melainkan pemberian informasi sebanyak-
banyaknya melalui latihan soal-soal. Snowball drilling bukan untuk
pembelajaran berbasis masalah melainkan materi-materi yang bersifat
faktual. Perbedaan lainnya, istilah snowball tidak menggambarkan proses
diskusi dari kelompok kecil menuju kelompok besar, melainkan kecepatan
suatu kelompok menyelesaikan paket soal dengan benar dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya pada suatu putaran. Semakin cepat paket soal itu
dijawab dengan benar pada suatu putaran, semakin besar kesempatan kelas
tersebut mendapat paket soal berikutnya. (Mudzakkir Hafidh, 2012)
Tipe snowball drilling pada dasarnya sama dengan metode drill.
Persamaan itu terletak pada pijakan konstruksi teori yang digunakan yaitu
keduanya berdasarkan pada behaviorisme. Perbedaan antara metode drill
dan snowball drilling terletak pada pola interaksinya. Metode drill
memposisikan guru sebagai subyek dan siswa sebagai objek, sehingga
interaksi yang terjadi hanya antara guru dan siswa. Dalam tipe snowball
drilling posisi guru sebagai fasilitator dan siswa sebagai subjek, sehingga
pola interaksi yang terjadi adalah antara guru dan siswa, serta siswa dengan
siswa. Perbedaan lain antara metode drill dan tipe snowball drilling adalah
aspek teknis perolehan informasi. Informasi yang diperoleh siswa dalam
proses interaktif dengan menggunakan metode drill diperoleh melalui
pemberian guru, sementara informasi yang didapat siswa dalam proses
interaktif dengan menggunakan tipe snowball drilling diperoleh siswa
melalui pendekatan trial and error. (Mudzakkir Hafidh, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
e. Langkah-langkah Model Kooperatif Tipe Snowball Drilling
Dalam penerapan tipe snowball drilling, peran guru adalah
mempersiapkan paket soal-soal dan lembar skoring penilaian yang
dibagikan kepada siswa serta menggelindingkan bola salju berupa soal
latihan dengan cara menunjuk/mengundi untuk mendapatkan seorang siswa
yang akan menjawab soal nomor 1. Jika siswa yang mendapat giliran
pertama menjawab soal nomor tersebut langsung menjawab benar maka
siswa itu diberi kesempatan menunjuk salah satu temannya menjawab soal
nomor berikutnya yaitu soal nomor 2. Seandainya, siswa yang pertama
mendapat kesempatan menjawab soal nomor 1 gagal maka siswa itu
diharuskan menjawab soal berikutnya dan seterusnya hingga siswa tersebut
berhasil menjawab benar item soal pada suatu nomor soal tertentu.
(Mudzakkir Hafidh, 2012)
Jika mencermati mekanisme tipe snowball drilling terlihat bahwa
tipe itu menuntut perhatian tinggi dari siswa. Seorang siswa pada suatu
giliran yang akan menjawab soal-soal yang belum terjawab benar pada
putaran sebelumnya dapat membuat kesalahan yang sama seperti yang
dilakukan temannya pada putaran sebelumnya. Kesalahan tersebut tidak
akan terulang lagi jika siswa itu memperhatikan teman-temannya yang
menjawab soal pada putaran sebelumnya. Proses interaksi pembelajaran
seperti itu mempunyai implikasi sosial. Tipe snowball drilling secara sosial
berimplikasi pada tumbuhnya sikap kooperatif.
Menurut Patni dalam Putri Arifah (2011: 20), terdapat langkah-
langkah untuk melakukan snowball drilling yaitu:
1) Peserta didik ditunjuk atau diundi satu persatu untuk menjawab
pertanyaan yang diberikan guru.
2) Jika peserta didik pertama berhasil menjawab, maka peserta
didik tersebut berhak menunjuk teman yang lainnya untuk
menjawab soal berikutnya. Tetapi jika peserta tersebut gagal
menjawab pertanyaan pertama, maka dia harus menjawab
pertanyaan berikutnya hingga berhasil menjawab.
3) Di akhir pelajaran guru memberikan ulasan terhadap hal yang
telah dipelajari peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Langkah-langkah model kooperatif tipe snowball drilling di atas
dijadikan landasan dalam penelitian ini. Langkah-langkah tersebut
diterapkan dalam melaksanakan pembelajaran IPS khususnya materi
perjuangan melawan penjajahan, baik perjuangan melawan penjajahan
Belanda maupun perjuangan melawan penjajahan Jepang. Dengan
diterapkan model kooperatif tipe snowball drilling diharapkan siswa dapat
menangkap materi yang disampaikan oleh guru dengan baik dan siswa
merasa asyik dengan model pembelajaran tersebut.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan adalah penelitian terdahulu yang digunakan
sebagai acuan dan pembanding penelitian yang sedang dilakukan. Terkait dengan
penelitian peningkatan pemahaman konsep perjuangan melawan penjajahan siswa
dengan model kooperatif tipe snowball drilling, terdapat beberapa penelitian yang
relevan, antara lain:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Putri Arifah (2011) berjudul Penggunaan
Metode Pembelajaran Snowball Drilling untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Mata Pelajaran Akuntansi pada Siswa Kelas XI IPS 2 SMA MTA Surakarta
Tahun Ajaran 2011/2011 yang bertujuan untuk mengetahui penerapan metode
pembelajaran snowball drilling dalam upaya meningkatkan prestasi belajar
Akuntansi siswa kelas XI IPS 2 SMA MTA Surakarta. Penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan prestasi belajar Akuntansi siswa
kelas XI IPS 2 SMA MTA Surakarta dengan metode pembelajaran snowball
drilling. Hal tersebut terefleksi dari beberapa indikator sebagai berikut: (1)
Penerapan metode snowball drilling dalam pembelajaran Akuntansi
mengalami peningkatan. Hal ini dapat terlihat dari presentase pada siklus I
sebesar 78% dan mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 90%. Melalui
metode snowball drilling mampu membuat siswa lebih memahami Akuntansi
dengan baik. (2) Prestasi belajar akuntansi mengalami peningkatan.
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa pada siklus I diketahui bahwa sebanyak 26
siswa atau sebesar 83,87% sudah memenuhi KKM dan terjadi peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
pada siklus II yaitu sebanyak 31 siswa atau sebesar 100%. Penelitian ini
memiliki kesamaan variabel, yaitu sama-sama membahas tentang tipe
snowball drilling. Sedangkan perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian
ini terletak pada subjek penelitian dan mata pelajaran yang menjadi fokus
penelitian. Subjek penelitian tersebut adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA MTA
Surakarta dan fokus penelitiannya adalah mata pelajaran Akuntansi,
sedangkan subjek penelitian ini adalah siswa kelas VB SDN Sambeng dan
fokus penelitiannya adalah mata pelajaran IPS.
2. Penelitian yang dilakukan Dwi Wulandari (2010) yang berjudul Penggunaan
Metode Snowball Drilling dalam Meningkatkan Kreativitas Belajar IPS
Siswa Kelas V SD Negeri 03 Wonorejo Kec. Jatiyoso Kab. Karanganyar
Tahun Ajaran 2009/ 2010 bertujuan untuk (1) mengetahui adanya
peningkatan kreativitas belajar siswa dalam mata pelajaran IPS kelas V SDN
03 Wonorejo melalui metode snowball drilling; (2) mengetahui dampak
kreativitas belajar siswa terhadap peningkatan hasil belajar siswa SDN 03
Wonorejo. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa (a) penggunaan metode
snowball drilling pada pokok bahasan usaha ekonomi di Indonesia dapat
meningkatkan kreativitas belajar siswa; (b) peningkatan kreativitas belajar
siswa berdampak pula pada peningkatan hasil belajar siswa. Penelitian ini
sama-sama mengkaji tentang tipe snowball drilling yang diterapkan dalam
pembelajaran IPS. Bedanya, penelitian tersebut lebih menspesifikkan pada
peningkatan kreativitas belajar IPS, sedangkan penelitian ini menspesifikkan
pada peningkatan pemahaman konsep perjuangan melawan penjajahan.
Perbedaan penelitian ini terletak pada subjek penelitian. Subjek penelitian
tersebut adalah siswa kelas V SDN 03 Wonorejo, sedangkan subjek
penelitian ini adalah siswa kelas VB SDN Sambeng.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Renny Indah Kantiti (2011) yang berjudul
Penggunaan Media Edutainment sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman
Konsep Perjuangan Melawan Penjajahan pada Peserta Didik Kelas V SDN 02
Jati Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011. Tujuan penelitian ini
adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep perjuangan melawan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
penjajahan melalui penggunaan media edutainment pada peserta didik kelas
V SD Negeri 02 Jati Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011.
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa dengan menggunakan media
edutainment dapat meningkatkan pemahaman konsep perjuangan melawan
penjajahan pada peserta didik kelas V SDN 02 Jati Jaten Karanganyar tahun
pelajaran 2010/2011. Peningkatan pemahaman konsep tersebut dapat
dibuktikan dengan meningkatnya nilai pemahaman konsep peserta didik pada
setiap siklus yaitu nilai rata-rata pemahaman konsep peserta didik sebelum
tindakan (pra siklus) hanya sebesar 59,3, pada siklus I nilai rata-rata
pemahaman konsep peserta didik menjadi 68,8, dan pada siklus II meningkat
menjadi 78,1. Sebelum dilaksanakan tindakan, peserta didik yang
memperoleh nilai diatas KKM (≥60) hanya sebanyak 10 peserta didik (42%),
pada siklus I meningkat menjadi 16 peserta didik (67%), dan pada siklus II
meningkat lagi menjadi 23 peserta didik (96%). Penelitian ini sama-sama
membahas tentang pemahaman konsep perjuangan melawan penjajahan,
tetapi berbeda dalam pemberian solusinya. Penelitian tersebut menggunakan
media edutainment, sedangkan penelitian ini dilakukan dengan menerapkan
model kooperatif tipe snowball drilling. Selain berbeda dalam pemberian
solusinya, penelitian ini juga berbeda subjek penelitiannya. Subjek penelitian
tersebut adalah siswa kelas V SD Negeri 02 Jati, sedangkan subjek penelitian
ini adalah siswa kelas VB SDN Sambeng.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan alur penalaran yang sesuai dengan tema
dan masalah penelitian, serta didasarkan pada kajian teoritis. Pada kondisi awal,
pemahaman konsep materi perjuangan melawan penjajahan pada siswa kelas VB
SDN Sambeng, Todanan, Blora tergolong rendah, terbukti dari 11 siswa (55%)
dari 20 siswa mempunyai nilai di bawah KKM. Hal tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya: (1) guru cenderung menyampaikan pembelajaran
IPS khususnya materi perjuangan melawan penjajahan secara konvensional atau
ceramah, pemberian tugas, dan diselingi tanya jawab saja sehingga interaksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
antara guru dengan siswa menjadi pasif dan menyebabkan siswa menjadi cepat
bosan dalam proses pembelajaran; (2) siswa hanya disuruh mencatat materi dan
menghafalkan konsep; (3) guru belum menemukan model pembelajaran yang
tepat untuk mengajarkan materi perjuangan melawan penjajahan sehingga
pembelajaran yang diajarkan saat ini kurang optimal. Ketidakoptimalan
pembelajaran tersebut menyebabkan rendahnya pemahaman konsep yang dimiliki
siswa.
Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu model pembelajaran yang
dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Diantara berbagai model dalam
pembelajaran, model kooperatif tipe snowball drilling adalah model yang
diharapkan dapat membantu meningkatkan pemahaman konsep siswa, khususnya
pemahaman konsep pada materi perjuangan melawan penjajahan. Melalui
kolaborasi antara peneliti dan guru kelas, model kooperatif tipe snowball drilling
diterapkan dengan menggunakan siklus I dan siklus II, yang setiap siklus melalui
tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Berdasarkan hal tersebut, maka pada kondisi akhir dapat diperoleh bahwa
dengan model kooperatif tipe snowball drilling dapat meningkatkan pemahaman
konsep perjuangan melawan penjajahan pada siswa kelas VB SDN Sambeng,
Todanan, Blora. Secara skematis kerangka berpikir dapat digambarkan pada
gambar 2.1 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Gambar 2.1. Skema Kerangka Berpikir
1. Nilai pemahaman konsep
perjuangan melawan
penjajahan siswa kelas VB
SDN Sambeng rendah.
2. 11 siswa atau 55%memiliki
nilai di bawah KKM, yaitu 63.
Kondisi
Awal
1. Guru mengajar
secara
konvensional.
2. Tidak menggunakan
model pembelajaran
yang menarik.
Tindakan
Melalui PTK,
guru
menerapkan
model kooperatif
tipe snowball
drilling dalam
pembelajaran
IPS materi
perjuangan
melawan
penjajahan.
Siklus I
Materi
perjuangan
melawan
penjajahan
Belanda.
- 14 siswa
tuntas (70%)
- 6 siswa tidak
tuntas (30%)
Siklus II
Materi
perjuangan
melawan
penjajahan
Jepang.
- 18 siswa
tuntas (90&)
- 2 siswa tidak
tuntas (10%)
Kondisi
Akhir
Melalui penerapan model kooperatif
tipe snowball drilling dapat
meningkatkan pemahaman konsep
perjuangan melawan penjajahan pada
siswa kelas VB SDN Sambeng.
Empat tahap:
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Observasi
4. Refleksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
D. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: “Penerapan model
kooperatif tipe snowball drilling dapat meningkatkan pemahaman konsep
perjuangan melawan penjajahan pada siswa kelas VB SDN Sambeng Todanan
Blora tahun 2012.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VB SDN Sambeng, Todanan,
Blora, tahun 2012. Lokasi sekolah berada di Kelurahan Sambeng, Kecamatan
Todanan, Kabupaten Blora. Adapun alasan pemilihan tempat tersebut
didasarkan pada pertimbangan: (1) peneliti ingin meningkatkan pemahaman
konsep pada mata pelajaran IPS khususnya materi perjuangan melawan
penjajahan siswa dengan menerapkan model kooperatif tipe snowball drilling;
(2) SD tersebut pernah digunakan peneliti dalam menempuh jenjang sekolah
dasar sehingga memudahkan pelaksanaan penelitian; (3) lokasi SD tersebut
mudah dijangkau oleh peneliti; (4) sekolah tersebut belum pernah digunakan
sebagai objek penelitian sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan adanya
penelitian ulang.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama tujuh bulan, yaitu dari bulan
Januari tahun 2012 sampai dengan bulan Juli tahun 2012. Untuk lebih jelasnya
rincian waktu dan jenis kegiatan dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Tabel 3.1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan
No.
Waktu
Jenis Keg
Januari
2012
Februari
2012
Maret
2012
April
2012
Mei
2012
Juni
2012
Juli
2012
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
1. Pengumpulan data
2. Pengajuan proposal
3. Revisi Proposal
4. Seminar Proposal
4. Pengajuan surat izin
5. Pelaksanaan
1. Siklus I
2. Siklus II
6. Analisis data
7. Pembuatan laporan
8. Konsultasi laporan
9. Ujian skripsi
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas VB SDN Sambeng, Kecamatan
Todanan, Kabupaten Blora 2012, berjumlah 20 siswa, yang terdiri dari 10 siswa
laki-laki dan 10 siswa perempuan.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research). Dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung di
dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di dalam kelas
(Suharsimi Arikunto, 2008: 2).
Penelitian tindakan kelas termasuk penelitian yang reflektif. Kegiatan
penelitian dimulai dari permasalahan yang riil yang dihadapi oleh guru dalam
proses pembelajaran, kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalah
tersebut. Setelah itu, masalah tersebut ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
terencana dan terukur. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas membutuhkan
kerjasama antara peneliti, guru, siswa, dan staf sekolah lainnya untuk
menciptakan suatu kinerja sekolah yang lebih baik.
Prinsip utama dalam PTK adalah pemberian tindakan dalam siklus
yang bertahap dan berkelanjutan sampai memperoleh hasil yang ditetapkan.
Siklus yang dinamis dengan tindakan yang sama. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto (2008: 73), bahwa
PTK dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang yang di dalamnya terdapat
empat tahapan utama kegiatan, yaitu (a) perencanaan; (b) tindakan; (c)
pengamatan; dan (d) refleksi.
2. Strategi Penelitian
Strategi penelitian adalah penelitian tindakan kelas yang secara rinci
diuraikan sebagai berikut:
a. Tahap perencanaan tindakan meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1) Membuat skenario pembelajaran.
2) Mempersiapkan instrumen penelitian.
3) Mempersiapkan dan merancang tindakan yang sesuai dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar.
4) Mengajukan solusi alternatif.
b. Tahap pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melaksanakan proses
pembelajaran sesuai rancangan. Setiap tindakan dan proses pembelajaran
tersebut selalu diikuti kegiatan pemantauan.
c. Tiap pengamatan dan interpretasi dilakukan dengan mengamati dan
menginterpretasi aktivitas penerapan tindakan pada pembelajaran. Pada
tahap interpretasi proses koreksi hasil kerja dilakukan oleh peneliti.
Interpretasi ini berguna untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan
dapat mengatasi permasalahan yang ada.
d. Tahap analisis dan refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil
pengamatan dan interpretasi sehingga diperoleh simpulan tentang bagian
yang perlu diperbaiki dan bagian yang telah mencapai tujuan penelitian.
Dari hasil penarikan simpulan tersebut, dapat diketahui apakah penelitian ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
mencapai keberhasilan atau tidak. Supardi dalam Suharsimi Arikunto (2008:
133) menjelaskan bahwa refleksi (reflection) adalah kegiatan mengulas
secara kritis (reflective) tentang perubahan yang terjadi (a) pada siswa; (b)
suasana kelas; dan (guru). Pada tahap ini, guru sebagai peneliti menjawab
pertanyaan mengapa (why), bagaimana (how), dan seberapa jauh (to what
extent) intervensi telah menghasilkan perubahan secara signifikan.
D. Sumber Data
Sumber data atau informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini
sebagian besar berupa data kualitatif. Data yang diperoleh berasal dari berbagai
sumber. Sumber data atau informasi tersebut meliputi:
1. Informasi data yang diperoleh berasal dari nara sumber yang terdiri atas
siswa kelas VB semester II SDN Sambeng Todanan Blora tahun pelajaran
2011/2012 yang berjumlah 20 siswa dan guru kelas V SDN Sambeng,
Todanan, Blora.
2. Arsip berupa kurikulum tingkat satuan pendidikan dan dokumen berupa data
nilai mata pelajaran IPS, khususnya materi perjuangan melawan penjajahan
yang digunakan untuk mendapatkan data nilai siswa kelas VB SDN Sambeng
sebelum dilakukan tindakan.
3. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran IPS materi perjuangan melawan
penjajahan dengan menerapkan model kooperatif tipe snowball drilling pada
siswa kelas VB SDN Sambeng, Todanan, Blora.
4. Informasi lain tentang kondisi SDN Sambeng, Todanan, Blora.
E. Teknik Pengumpulan Data
Ada empat teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini, yaitu sebagai berikut:
1. Dokumentasi
Teknik mencatat dokumen ini oleh Yin dalam H.B. Sutopo (2002: 69)
disebut sebagai content analysis, sebagai cara untuk menemukan beragam hal
sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitiannya. Data dokumentasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
digunakan untuk memperoleh berbagai arsip atau data. Data dokumentasi
tersebut meliputi silabus IPS kelas V, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), foto kegiatan pembelajaran, hasil observasi selama proses
pembelajaran, serta hasil tes siswa kelas VB SDN Sambeng sebelum dan
sesudah penerapan model kooperatif tipe snowball drilling .
2. Observasi
Menurut H. B. Sutopo (2002: 64), observasi digunakan untuk
menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan
benda, serta rekaman gambar. Observasi dapat dilakukan baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Observasi yang peneliti lakukan adalah observasi partisipasi. Peneliti
bertindak sebagai guru atau pengajar dan berperan penuh melaksanakan
tindakan yang dapat mempengaruhi peristiwa yang sedang berlangsung.
Observer yang membantu adalah guru kelas V SDN Sambeng. Observasi
terhadap guru difokuskan pada kemampuan guru dalam melaksanakan
pembelajaran konsep perjuangan melawan penjajahan dengan menerapkan
model kooperatif tipe snowball drilling. Alat penilaian yang digunakan untuk
mengobservasi guru, yaitu dengan menggunakan Alat Penilaian Kemampuan
Guru (APKG). Sementara itu, observasi terhadap siswa kelas VB SDN
Sambeng difokuskan pada pengamatan aspek afektif (pengamatan perilaku
berkarakter dan keterampilan sosial) dan aspek psikomotor. Awalnya siswa
masih bingung untuk mengikuti pembelajaran dengan penerapan model
kooperatif tipe snowball drilling. Akan tetapi, setelah mendapat bimbingan dari
guru siswa menjadi paham dan bisa mengikuti pembelajaran dengan lancar.
Sebagian siswa terlihat antusias dalam mendengarkan soal-soal yang diberikan
oleh guru.
Selain mengamati kegiatan guru dan aktivitas siswa, observer juga
mengamati penerapan model kooperatif tipe snowball drilling untuk
mengetahui keefektifan model tersebut dalam pembelajaran. Akan tetapi,
pedoman penerapan model kooperatif tipe snowball drilling sudah terdapat di
dalam pedoman kegiatan guru (dapat dilihat pada lampiran 35 halaman 238).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
3. Wawancara
Wawancara digunakan untuk menilai keadaan seseorang, misalnya
dalam memperoleh data tentang latar belakang siswa, pendidikan, orang tua,
perhatian dan sikap terhadap sesuatu. Menurut H. B. Sutopo (2002: 58), ada
dua jenis teknik wawancara, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak
terstruktur yang disebut wawancara mendalam (in-depth interviewing).
Wawancara yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara tidak terstruktur atau wawancara mendalam karena peneliti merasa
tidak tahu apa yang belum diketahuinya. Dengan demikian wawancara
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang bersifat “open-ended” dan
mengarah pada kedalaman informasi serta dilakukan dengan cara yang tidak
secara formal terstruktur guna menggali pandangan subjek yang diteliti tentang
banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian
informasinya secara lebih jauh dan mendalam. Wawancara ini dilakukan untuk
mendapatkan informasi tentang data yang berkaitan dengan pemahaman
konsep materi perjuangan melawan penjajahan siswa kelas VB SDN Sambeng
sebelum dan sesudah penerapan model kooperatif tipe snowball drilling.
Pedoman wawancara terlampir.
4. Tes
Tes adalah serangkaian pernyataan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi
Arikunto dalam Endang Poerwanti, dkk (2009: 4-4).
Dilihat dari bentuk jawaban yang diberikan siswa, tes dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu (a) essay; (b) tes jawaban pendek; dan (c) tes objektif.
Adapun tes dalam penelitian ini dilaksanakan pada saat sebelum tindakan atau
tes awal (lihat lampiran 2) dan setiap akhir pembelajaran. Pemberian tes pada
setiap akhir pembelajaran dimaksudkan untuk mengukur seberapa tinggi
pemahaman konsep pada materi perjuangan melawan penjajahan yang dikuasai
siswa kelas VB SDN Sambeng setelah kegiatan pemberian tindakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
F. Validitas Data
Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa
validitasnya sehingga data tersebut bisa dipertanggungjawabkan dan dijadikan
sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Validitas alat ukur
menunjukkan kualitas kesahihan suatu instrumen atau alat pengumpul data dapat
dikatakan valid atau sahih apabila alat ukur tersebut mampu mengukur apa yang
seharusnya diukur/diinginkan, sehingga alat ukur dikatakan sahih apabila dapat
mengungkap secara cermat dan tepat data dari variabel yang diteliti. Tinggi
rendahnya tingkat validitas instrumen menunjukkan sejauhmana data dari variabel
yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang
dimaksud. Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.
Endang Poerwanti, dkk (2009: 4-37) mengemukakan bahwa pada
validitas isi yang menjadi kriterium untuk menetapkan valid atau tidaknya alat
ukur adalah isi/substansi dari variabel yang akan diukur sehingga pada umumnya
validitas ini hanya digunakan untuk mengukur variabel dengan cakupan materi
yang jelas. Derajad validitas menunjuk pada kemampuan tes dalam
menggambarkan topik-topik dan ruang lingkup cakupan materi yang akan diukur.
Apabila alat ukur yang dikembangkan telah representatif, dalam arti mewakili
semua cakupan materi, maka alat ukur tersebut telah memenuhi syarat content
validity.
Dalam penelitian ini, alat ukur untuk dapat mengukur pemahaman
konsep perjuangan melawan penjajahan pada siswa kelas VB SDN Sambeng,
Todanan, Blora adalah tes hasil belajar siswa pada materi perjuangan melawan
penjajahan, baik perjuangan melawan penjajahan Belanda maupun perjuangan
melawan penjajahan Jepang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis yang menggunakan model analisis interaktif. Cara analisisnya
mengikuti pola pemikiran yang konkrit kualitatif artinya suatu analisis yang
kajiannya didasarkan pada kenyataan-kenyataan empirik dan unsur-unsur terkecil
dari pendekatan secara mikro ke makro untuk unit kasus tertentu.
Model analisis interaktif mempunyai tiga komponen yaitu: (1) Reduksi
Data (Data Reduction), (2) Penyajian Data (Data Display), (3) Penarikan
Kesimpulan (Verification). Miles dan Huberman (2009: 19) mengemukakan
bahwa tiga komponen tersebut sebagai sesuatu yang jalin menjalin pada saat
sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar,
untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis. Reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan
sebagai rangkaian kegiatan analisis yang saling susul menyusul. Secara singkat,
tiga komponen tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data adalah suatu proses pemilihan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data yang telah muncul dari
beberapa catatan tertulis yang diperoleh di lapangan. Reduksi data merupakan
bentuk analisis yang menajamkan, membuang yang tidak perlu, mengarahkan,
menggolongkan, dan mengorganisasi data sehingga diperoleh suatu simpulan.
Dalam penelitian ini, reduksi yang dilakukan dengan pemilihan dan
penyederhanaan dengan data kondisi SDN Sambeng, data nilai pemahaman
konsep siswa, serta data hasil observasi guru dan siswa kelas VB SDN
Sambeng.
2. Penyajian Data (Data Display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan.
Hasil dari data-data penelitian selanjutnya digabungkan dan disimpulkan.
Dalam penelitian ini, penyajian data dilakukan pada saat mengolah dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
mengambil tindakan terhadap data yang masuk, kemudian disusun dan
didisplay dalam bentuk tabel, grafik, dan dinarasikan dalam pembahasan
penelitian.
Data yang disajikan dalam penelitian ini meliputi data kondisi SDN
Sambeng, data nilai pemahaman konsep siswa, data hasil observasi guru dan
siswa kelas VB SDN Sambeng, serta data hasil wawancara guru sebelum dan
sesudah tindakan dengan menerapkan model kooperatif tipe snowball drilling
dalam pembelajaran.
3. Penarikan Kesimpulan (Verification)
Kesimpulan merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah
ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang
sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi
jelas, dapat berupa hubungan kausal (interaktif), hipotesis atau teori. Penyajian
data yang dikemukakan bila telah didukung oleh data-data yang mantap, maka
dapat dijadikan kesimpulan yang kredibel.
Penarikan kesimpulan tentang peningkatan yang terjadi dilaksanakan
secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara, kesimpulan yang ditarik
pada akhir siklus I, dan kesimpulan terakhir pada akhir siklus II. Kesimpulan
yang pertama sampai dengan yang terakhir harus terkait. Setiap kesimpulan
yang ditarik pada akhir siklus dilakukan refleksi untuk menentukan atau
menyusun rencana tindakan berikutnya. Setelah semua data disajikan dalam
laporan, peneliti menarik kesimpulan yang merupakan jawaban dari hipotesis
penelitian.
Secara diagramatik, hubungan interaksi antara unsur-unsur kerja
analisis tersebut dapat ditunjukkankan seperti gambar 3.1 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Gambar 3.1. Komponen-komponen Analisis Data
(Sumber. Miles & Huberman, 2009: 20)
H. Indikator Keberhasilan
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang dijadikan acuan atau
tolak ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian (Sarwiji
Suwandi, 2008: 70). Indikator kinerja yang ingin dicapai dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah meningkatnya pemahaman konsep perjuangan melawan
penjajahan pada siswa kelas VB SDN Sambeng, Todanan, Blora dengan
menerapkan model kooperatif tipe snowball drilling. Indikator penelitian ini
bersumber dari kurikulum dan silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V serta Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM), yaitu 63. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila pemahaman konsep
siswa secara klasikal memperoleh nilai ≥63 mencapai 80%.
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah sebuah rangkaian tahap penelitian dari awal
hingga akhir. Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
meningkatnya pemahaman konsep perjuangan melawan penjajahan pada siswa
kelas VB SDN Sambeng Todanan Blora melalui penerapan model kooperatif tipe
snowball drilling. Untuk memperoleh indikator yang ingin dicapai, prosedur
penelitian ini mencakup beberapa tindakan. Setiap tindakan tersebut dirancang
dalam satu siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap sebagai berikut: 1)
Pengumpulan Data
(Data Collection)
Reduksi Data
(Data Reduction)
Penyajian Data
(Data Display)
Penarikan
Kesimpulan/Verifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
perencanaan (planning); 2) pelaksanaan tindakan (action); 3) observasi dan
evaluasi tindakan (observation and evaluation); dan 4) refleksi tindakan
(reflecting). Menurut Suharsimi Arikunto, dkk (2006:16), prosedur penelitian di
atas dapat ditunjukkan pada gambar 3.2 berikut:
Gambar 3.2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas
(Sumber. Suharsimi Arikunto, dkk, 2008: 16)
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan 2 kali pertemuan di
setiap siklusnya. Secara rinci, setiap siklus dipaparkan sebagai berikut:
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
1) Menentukan pokok bahasan yaitu perjuangan melawan penjajahan
Belanda dan perjuangan melawan penjajahan Jepang.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
menerapkan model kooperatif tipe snowball drilling.
Refleksi Awal
Perencanaan
Refleksi Pelaksanaan SIKLUS I
Pengamatan
Refleksi Pelaksanaan
Pengamatan
SIKLUS II
Perencanaan
N
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
3) Menyusun lembar observasi guru dan siswa selama menerapkan model
kooperatif tipe snowball drilling.
4) Menyiapkan alat evaluasi pembelajaran.
5) Menetapkan indikator ketercapaian yang dilaksanakan dalam proses
pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan/ Tindakan
Tahap ini dilakukan dengan mengadakan pembelajaran perjuangan
melawan penjajahan sesuai dengan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang telah disusun sebelumnya oleh peneliti dengan menerapkan
model kooperatif tipe snowball drilling pada proses pembelajaran. Siklus I
dilaksanakan dalam 2 x pertemuan, yaitu pertemuan pertama mempelajari
tentang perjuangan melawan penjajahan Belanda dan pertemuan kedua
mempelajari tentang perjuangan melawan penjajahan Jepang. Waktu setiap
pertemuan yaitu 2 x 35 menit.
c. Tahap Observasi
Melakukan pengamatan atau observasi kegiatan guru dan siswa
selama penerapan model kooperatif tipe snowball drilling. Pengamatan
aktivitas siswa meliputi pengamatan afektif (perilaku berkarakter dan
keterampilan sosial) dan psikomotor siswa. Selain itu, guru juga melakukan
pengamatan atau observasi terhadap hasil tes pemahaman konsep siswa di
setiap akhir pembelajaran. Observasi diarahkan pada poin-poin dalam
pedoman yang telah disiapkan peneliti.
d. Tahap Analisis dan Refleksi
Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap hasil evaluasi
data kaitannya dengan indikator kinerja siklus I. Peneliti menganalisis
pemahaman konsep perjuangan melawan penjajahan pada siswa kelas VB
SDN Sambeng sesuai dengan nilai evaluasi saat pembelajaran. Indikator
ketercapaian kinerja pada siklus I adalah 80% siswa mendapatkan nilai ≥63
(KKM). Akan tetapi, pada kenyataannya siswa kelas VB SDN Sambeng
pada siklus I yang mendapat nilai ≥63 hanya 14 siswa atau 70%. Oleh
karena itu, proses pembelajaran IPS materi perjuangan melawan penjajahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
dengan penerapan model kooperatif tipe snowball drilling tersebut perlu
diperbaiki lagi dan disempurnakan pada siklus II.
2. Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Perencanaan pada siklus II meliputi rencana perbaikan
pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe snowball drilling
yang didasarkan pada hasil refleksi pada siklus I. Rencana perbaikan pada
siklus II ini dilaksanakan untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan
masalah.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
menerapkan model kooperatif tipe snowball drilling.
3) Menyusun lembar observasi guru dan siswa selama menerapkan model
kooperatif tipe snowball drilling.
4) Menyiapkan alat evaluasi pembelajaran.
5) Menetapkan indikator ketercapaian yang dilaksanakan dalam proses
pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan/ Tindakan
Pada dasarnya tindakan yang dilaksanakan pada siklus II ini hampir
sama dengan siklus I, yaitu pembelajaran dengan menerapkan model
kooperatif tipe snowball drilling. Perbedaannya hanya pada proses
pembelajaran dan soal instrumennya karena pada siklus II ini dilaksanakan
perbaikan tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah
disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Meskipun demikian,
pelaksanaan tindakan siklus II ini terbagi dalam 2 x pertemuan pun dengan
materi yang sama, yaitu pertemuan pertama mempelajari tentang perjuangan
melawan penjajahan Belanda dan pertemuan kedua mempelajari tentang
perjuangan melawan penjajahan Jepang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
c. Tahap Observasi
Melakukan pengamatan/observasi kegiatan guru dan siswa selama
penerapan model kooperatif tipe snowball drilling. Pengamatan aktivitas
siswa meliputi pengamatan afektif (perilaku berkarakter dan keterampilan
sosial) dan psikomotor siswa. Selain itu, guru juga melakukan pengamatan
atau observasi terhadap hasil tes pemahaman konsep siswa di setiap akhir
pembelajaran. Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang
telah disiapkan peneliti.
d. Tahap Analisis dan Refleksi
Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap hasil evaluasi
data kaitannya dengan indikator kinerja siklus I. Peneliti menganalisis
pemahaman konsep siswa sesuai dengan nilai saat evaluasi dan hasil
observasi saat pembelajaran. Pada siklus II, siswa kelas VB SDN Sambeng
yang mendapat nilai ≥63 (KKM) sebanyak 18 siswa atau 90%. Hal tersebut
sudah melebihi indikator kinerja yang ditetapkan oleh peneliti yaitu 80%
siswa mendapat nilai ≥63 (KKM). Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa penerapan model kooperatif tipe snowball drilling tersebut telah
berhasil meningkatkan pemahaman konsep perjuangan melawan penjajahan
pada siswa kelas VB SDN Sambeng, Todanan, Blora, sehingga tidak perlu
lagi diteruskan pada siklus berikutnya atau penelitian ini berhenti pada
siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Sambeng, Todanan, Blora. Sekolah
ini berdiri pada tanggal 1 Januari 1961 dengan SK gubernur Jateng no.
421.2/011/XIV/47/85 dan berstatus negeri. Nomor Statistik Sekolah (NSS) SDN
Sambeng yaitu 101031614013. Sekolah ini mempunyai visi yaitu belajar,
beriman, berbudaya, terampil, dan mandiri. Sedangkan misinya yaitu dengan
pembelajaran berbasis kompetensi kita wujudkan siswa-siswi yang berkepribadian
terampil, mandiri, mampu membangun manusia Indonesia seutuhnya.
Secara geogarafis SDN Sambeng berada di wilayah Kabupaten Blora,
tepatnya terletak di desa Sambeng, Kecamatan Todanan. Letak SDN Sambeng
sangat strategis karena selain dekat dengan pemukiman penduduk, sekolah ini
juga dekat dengan lapangan, masjid, puskesmas, dan balai desa. Hal ini
memudahkan sekolah apabila akan melakukan praktik keagamaan, olahraga,
maupun kegiatan pembelajaran yang lainnya. Selain itu, sekolah dasar ini terletak
di desa Sambeng bagian timur dan dekat dengan jalan raya sehingga memudahkan
para siswa untuk menjangkau sekolah dasar ini karena yang menuntut ilmu di
sekolah dasar ini tidak hanya siswa dari desa Sambeng, melainkan ada siswa yang
berasal dari desa Ngrandu dan desa Tawang.
Data personil ketenagaan SDN Sambeng terdiri dari seorang kepala
sekolah dengan 5 guru yang telah berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS), 7 tenaga
pengajar yang masih wiyata bakti, dan 1 penjaga sekolah. Pada tahun pelajaran
2011/2012 jumlah siswa SDN Sambeng sebanyak 204 siswa. Setiap siswa
mempunyai karakter yang unik. Mereka berasal dari berbagai latar belakang sosial
yang berbeda-beda. Sebagian besar orang tua siswa bekerja sebagai petani.
Bangunan gedung SDN Sambeng berdiri di dua tanah yang berbeda.
Bangunan gedung I berdiri di atas tanah seluas 191 m2 dan bangunan gedung II
berdiri di atas tanah seluas 210 m2. Walaupun hanya berdiri di atas tanah yang
sempit, di sini ada adalah 7 ruang kelas, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
mushola, dan 4 kamar mandi. Apabila dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain
pada umumnya, SDN Sambeng masih kekurangan ruangan yang menunjang
kegiatan siswa, seperti ruang UKS dan ruang perpustakaan yang belum ada di SD
tersebut. Selain mempunyai beberapa ruangan, SDN Sambeng juga mempunyai
halaman yang biasanya digunakan untuk upacara, olahraga, dan sebagai tempat
bermain para siswa ketika istirahat.
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
Proses penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklusnya terdiri
dari 2 kali pertemuan dengan 4 tahapan yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan,
(3) pengamatan atau observasi, dan (4) refleksi. Sebelum dilaksanakan siklus,
dilaksanakan pula tindakan prasiklus untuk mengetahui kondisi awal tingkat
pemahaman konsep siswa pada pembelajaran IPS materi perjuangan melawan
penjajahan.
1. Prasiklus
Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan peneliti pada
pembelajaran IPS khususnya materi perjuangan melawan penjajahan
menunjukkan bahwa pembelajaran yang guru lakukan di kelas VB SDN
Sambeng, Todanan, Blora masih dilakukan secara konvensional, antara lain (1)
guru cenderung menyampaikan pembelajaran IPS khususnya materi
perjuangan melawan penjajahan secara konvensional atau ceramah, pemberian
tugas, dan diselingi tanya jawab saja sehingga interaksi antara guru dengan
siswa dan siswa dengan siswa menjadi pasif sehingga menyebabkan siswa
menjadi cepat bosan dalam proses pembelajaran; (2) siswa hanya disuruh
mencatat materi dan menghafalkan konsep; (3) guru belum menemukan model
pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan materi perjuangan melawan
penjajahan sehingga pembelajaran yang diajarkan menjadi kurang optimal.
Ketidakoptimalan pembelajaran tersebut menyebabkan rendahnya pemahaman
konsep yang dimiliki siswa.
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru kelas
V SDN Sambeng (lihat lampiran 1 halaman 113), faktor mendasar yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
menyebabkan rendahnya pemahaman konsep materi perjuangan melawan
penjajahan dalam pembelajaran IPS adalah sebagian besar siswa kurang
memperhatikan penjelasan guru dan mereka justru ramai ketika pembelajaran
berlangsung. Hal tersebut terjadi karena pembelajaran yang disampaikan oleh
guru masih bersifat konvensional dan guru masih belum menerapkan model
pembelajaran yang menarik dan cocok untuk materi perjuangan melawan
penjajahan.
Keadaan ini dapat dilihat dari nilai rata-rata pemahaman konsep siswa
SDN Sambeng yang hanya sebesar 62,1 (di bawah KKM ≥63). Fakta tersebut
menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh guru
kurang berhasil dalam memberikan pemahaman konsep pada siswa. Secara
rinci daftar nilai pemahaman konsep perjuangan melawan penjajahan siswa
kelas VB SDN Sambeng pada prasiklus dapat dilihat di lampiran 3 halaman
120. Nilai pemahaman konsep materi perjuangan melawan penjajahan siswa
pada prasiklus secara singkat ada pada tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1. Daftar Nilai Pemahaman Konsep Perjuangan Melawan Penjajahan
Siswa Kelas VB SDN Sambeng pada Prasiklus
No.
Urut Nilai
KKM
(63)
No.
Urut Nilai
KKM
(63)
1. 38 TT 11. 56 TT
2. 46 TT 12. 63 T
3. 62 TT 13. 63 T
4. 50 TT 14. 48 TT
5. 67 T 15. 58 TT
6. 67 T 16. 62 TT
7. 57 TT 17. 55 TT
8. 100 T 18. 65 T
9. 71 T 19. 85 T
10. 57 TT 20. 72 T
Ketuntasan klasikal = 9 : 20 x 100% = 45%
Keterangan : T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Pada kondisi awal atau prasiklus, nilai pemahaman konsep siswa pada
materi perjuangan melawan penjajahan tergolong rendah karena lebih dari 50%
dari 20 siswa kelas VB SDN Sambeng nilainya belum memenuhi Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 63. Berdasarkan data di atas, siswa yang
mendapat nilai di bawah 63 (KKM), yaitu sebanyak 11 siswa atau 55% dan
siswa yang mendapat nilai di atas KKM hanya 9 siswa atau 45%. Lebih
jelasnya, dari tabel 4.1 dapat dibuat distribusi frekuensi pada tabel 4.2 sebagai
berikut:
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Data Nilai Pemahaman Konsep Perjuangan
Melawan Penjajahan Siswa Kelas VB SDN Sambeng pada Prasiklus
No. IntervalFrekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi)fi.xi
Persentase
(%)
1. 38-50 4 44 176 20
2. 51-63 9 57 513 45
3. 64-76 5 70 350 25
4. 77-89 1 83 83 5
5. 90-102 1 96 96 5
20 350 1218 100
60,9
Jumlah
Skor rata-rata kelas
Tabel 4.2 di atas dapat disajikan ke dalam bentuk grafik seperti
gambar 4.1 berikut:
Gambar 4.1. Grafik Nilai Pemahaman Konsep Perjuangan Melawan
Penjajahan Siswa Kelas VB SDN Sambeng pada Prasiklus
20%
45%
25%
5% 5%
0
2
4
6
8
10
38-50 51-63 64-76 77-89 90-102
Fre
ku
ensi
/ P
erse
nta
se
Interval Nilai
Banyak Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Berdasarkan tabel 4.2 dan gambar 4.1, data nilai rata-rata kelas untuk
pemahaman konsep perjuangan melawan penjajahan siswa kelas VB SDN
Sambeng pada prasiklus sebesar 60,9. Siswa yang mendapat nilai 38-50 ada 4
siswa atau 20%. Siswa yang mendapat nilai 51-63 sebanyak 9 siswa atau 45%.
Siswa yang mendapat nilai 64-76 sebanyak 5 siswa atau 45%. Siswa yang
mendapat nilai 77-89 ada 1 siswa atau 5%. Siswa yang mendapat nilai 90-102
sebanyak 1 siswa atau 5%.
Berdasarkan data yang telah dipaparkan, maka diperlukan sebuah
solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Salah satu solusi alternatif untuk
mengatasi masalah tersebut yaitu dengan penerapan model kooperatif tipe
snowball drilling. Metode snowball drilling dikembangkan untuk menguatkan
pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari membaca bahan-bahan bacaan
(Agus Suprijono, 2009: 105). Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
snowball drilling dalam pembelajaran menuntut perhatian tinggi dari siswa.
Siswa dapat membuat kesalahan yang sama jika siswa itu tidak memperhatikan
teman-temannya yang menjawab soal pada putaran sebelumnya. Tipe snowball
drilling secara sosial berimplikasi pada tumbuhnya sikap kooperatif. Model
pembelajaran kooperatif tipe snowball drilling juga menuntut guru untuk lebih
kreatif dan inovatif untuk menyiapkan soal-soal yang lebih variatif sehingga
siswa tidak merasa bosan dengan tipe soal-soal yang baru. Model pembelajaran
ini sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran IPS khususnya materi
perjuangan melawan penjajahan karena materi yang dipelajari menuntut
perhatian dan ketelitian yang tinggi dari siswa. Pemahaman materi yang
mendalam juga sangat diperlukan dalam pembelajaran IPS sehingga diperlukan
banyak latihan dalam proses pembelajaran IPS.
2. Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Setiap
pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan
selama seminggu yaitu pada tanggal 18 April 2012. Adapun tahapan-tahapan
yang dilakukan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
a. Perencanaan
Kegiatan perencanaan dilaksanakan oleh peneliti dan guru kelas V
SDN Sambeng untuk mendiskusikan rancangan tindakan yang akan
dilaksanakan. Rancangan tindakan yang dilaksanakan berdasar pada solusi
permasalahan yang muncul yaitu penerapan model kooperatif tipe snowball
drilling. Selanjutnya disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I
akan dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan yaitu pada hari Rabu, tanggal
18 April 2012. Adapun deskripsi perencanaan siklus I adalah sebagai
berikut:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) IPS untuk
2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit setiap
pertemuannya. Pertemuan ke-1 materi yang disampaikan adalah
perjuangan melawan penjajahan Belanda, sedangkan pertemuan ke-2
materi yang disampaikan adalah perjuangan melawan penjajahan Jepang,
dengan penerapan model kooperatif tipe snowball drilling dalam
pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun
meliputi: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan
pembelajaran, dampak pengiring, materi pembelajaran, metode dan
model pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, media dan sumber
pembelajaran, dan penilaian dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 125
dan lampiran 9 halaman 152.
2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Fasilitas dan sarana yang dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran
adalah:
a) Ruang kelas yang didesain seperti biasa yaitu secara klasikal dan
disusun rapi. Akan tetapi, apabila pada saat diskusi kelompok, meja
dan kursi disusun secara berkelompok untuk mempermudah siswa
bekerja sama dengan masing-masing anggota kelompoknya.
b) Menyiapkan media berupa gambar-gambar yang mendukung
pembelajaran materi perjuangan melawan penjajahan dan peta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Indonesia untuk membantu memperlancar proses pembelajaran.
Selain itu,disiapkan juga kamera digital yang digunakan sebagai
sarana dokumentasi pada proses pembelajaran IPS materi perjuangan
melawan penjajahan.
3) Menyiapkan Lembar Pengamatan dan Lembar Penilaian
Lembar pengamatan digunakan untuk memantau segala aktivitas siswa
selama pelaksanaan pembelajaran IPS berlangsung. Pengamatan yang
dilakukan meliputi pengamatan afektif (perilaku berkarakter dan
keterampilan sosial) dapat dilihat pada lampiran 24 halaman 216 dan
lampiran 28 halaman 224, serta pengamatan psikomotor siswa dapat
dilihat pada lampiran 32 halaman 232. Selain itu, peneliti juga menyusun
lembar observasi guru berupa Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG)
yang dapat dilihat pada lampiran 36 halaman 242. Sedangkan untuk
lembar penilaian disusun berdasarkan pada kisi-kisi soal yang telah
disesuaikan dengan indikator dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Lembar penilaian meliputi lembar diskusi dan tes individu dapat dilihat
dalam lampiran 6 halaman 136, lampiran 10 halaman 160, lampiran 8
halaman 148, dan lampiran 12 halaman 169.
b. Tindakan
Dalam pelaksanaan tindakan ini, peneliti yang berkolaborasi
dengan guru menerapkan model kooperatif tipe snowball drilling. Peneliti
bertindak sebagai pengajar, sedangkan guru kelas V SDN Sambeng sebagai
observer atau pengamat.
1) Pertemuan Ke-1
Pertemuan ke-1 dilaksanakan pada hari Rabu, 18 April 2012. Materi
yang dipelajari pada pertemuan tersebut yaitu materi perjuangan
melawan penjajahan Belanda. Adapun langkah-langkah pembelajarannya
mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a) Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan diawali dengan mengucapkan salam,
mempresensi siswa, mengkondisikan kelas dan mempersiapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
kesiapan siswa, serta mempersiapkan sarana pembelajaran. Sebelum
kegiatan apersepsi dilakukan, siswa diajak menyanyikan lagu
nasional. Hal ini bertujuan supaya siswa terbiasa untuk bisa
menghargai jasa para pahlawan. Ketika kegiatan apersepsi
berlangsung, guru bertanya jawab dengan siswa untuk menggali
sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi perjuangan melawan
penjajahan Belanda, seperti bangsa-bangsa asing yang pernah
menjajah Indonesia. Ketika apersepsi sudah selesai, guru menjelaskan
kepada siswa tentang tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan
pada pertemuan tersebut yaitu siswa dapat mendeskripsikan
kedatangan Belanda di Indonesia, siswa dapat menjelaskan bentuk
penjajahan Belanda di Indonesia, siswa dapat mengidentifikasi tokoh
pejuang dan perlawanannya terhadap penjajahan Belanda di
Indonesia, dan siswa dapat menempel dan menjodohkan nama tokoh
pejuang Indonesia dengan gambar tokoh pejuang Indonesia yang
melawan penjajahan Belanda.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti dilakukan dengan menerapkan model kooperatif tipe
snowball drilling dengan menggunakan media yang dapat membantu
lancarnya proses pembelajaran yang berlangsung yaitu berupa gambar
dan peta Indonesia, dan menggunakan metode ceramah bervariasi,
tanya jawab, diskusi, dan penugasan. Kegiatan inti meliputi 3 proses,
yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
(1) Eksplorasi
Siswa mendapat pertanyaan dari guru tentang bangsa asing yang
pernah menjajah Indonesia sebelum bangsa Belanda. Akan tetapi,
jarang ada siswa yang berani mengungkapkan pendapat mereka.
Oleh karena itu, guru memancing siswa yang sekiranya ingin
mengungkapkan pendapat dan menunjuknya. Siswa tersebut
terlihat ingin mengungkapkan pendapat karena dapat dilihat dari
raut wajahnya dan bibirnya yang ingin menjawab pertanyaan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
guru, tetapi tidak berani berbicara keras. Kemudian guru
menunjukkan peta Indonesia dan bertanya jawab dengan siswa
tentang kedatangan Belanda ke Indonesia.
Berdasarkan hasil tanya jawab, guru meminta siswa untuk
mendeskripsikan kedatangan Belanda ke Indonesia dengan maju
ke depan kelas. Akan tetapi, tidak ada siswa yang berani maju
karena mereka malu. Oleh karena itu, guru menunjuk dua siswa
secara bergantian untuk maju ke depan kelas dan meminta mereka
mendeskripsikan kedatangan Belanda ke Indonesia. Kemudian
guru bertanya jawab dengan siswa tentang bentuk-bentuk
penjajahan yang dilakukan oleh Belanda dengan menunjukkan
gambar yang dapat mengarahkan tersampaikannya materi bentuk-
bentuk penjajahan yang dilakukan oleh Belanda.
Setelah itu guru membagi siswa menjadi 4 kelompok untuk
melakukan diskusi kelompok. Pembagian kelompok berdasarkan
tempat duduk siswa, yaitu siswa yang ada di meja depan
berkelompok dengan siswa yang ada di meja belakangnya, begitu
seterusnya. Empat siswa yang ada di dua meja yang ada di
belakang sendiri disebar ke 4 kelompok secara acak sehingga
setiap kelompok terdiri dari 5 siswa. Setelah itu guru membagikan
nama kelompok pada setiap meja kelompok dengan nama tokoh
pejuang Indonesia yang menentang penjajahan Belanda. Masing-
masing kelompok diberi Lembar Kerja Siswa (LKS) tentang
perlawanan tokoh pejuang Indonesia yang menentang penjajahan
Belanda dan diminta untuk mengerjakannya.
(2) Elaborasi
Guru meminta salah satu siswa dari salah satu kelompok untuk
menyampaikan hasil diskusi kelompoknya. Kemudian, guru
meminta siswa tersebut untuk menunjuk salah satu siswa dari
kelompok lain untuk menyampaikan hasil diskusi, begitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
seterusnya sampai semua kelompok menyampaikan hasil diskusi
kelompok mereka.
Kemudian guru melakukan snowball drilling sesuai dengan
langkah-langkahnya. Guru meminta salah satu siswa secara
sukarela untuk menjawab soal yang sudah disiapkan oleh guru
tentang materi perjuangan melawan penjajahan Belanda. Ketika
siswa tersebut dapat menjawab benar soal yang diberikan guru,
siswa tersebut diminta untuk menunjuk siswa yang lain. Ketika
siswa tersebut tidak dapat menjawab soal dengan benar, guru
mengganti soal yang lain untuk dijawab oleh siswa tersebut
sampai siswa bisa menjawab dengan jawaban yang benar, begitu
seterusnya sampai semua siswa mendapat giliran.
(3) Konfirmasi
Pada proses konfirmasi, siswa mendapat umpan balik atas
pembelajaran pada hari ini. Kemudian guru memberikan
penguatan kepada siswa dengan cara memberikan pujian sesegera
mungkin. Siswa yang mengalami kesulitan dapat bertanya kepada
guru.
c) Kegiatan Penutup
Secara bersama-sama siswa mendapat bimbingan dari guru untuk
menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan. Selanjutnya siswa
mengerjakan soal atau tes individu yang diberikan guru untuk
mengetahui pemahaman konsep siswa terhadap materi perjuangan
melawan penjajahan Belanda. Soal atau tes individu dapat dilihat pada
lampiran 8 halaman 148. Kemudian siswa menyimak penjelasan guru
tentang materi pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan
berikutnya, yaitu materi tentang perjuangan melawan penjajahan
Jepang.
2) Pertemuan Ke-2
Pertemuan ke-2 dilaksanakan pada hari Rabu, 18 April 2012. Materi
yang dipelajari pada pertemuan ke-2, yaitu tentang perjuangan melawan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
penjajahan Jepang. Adapun langkah-langkah pembelajarannya mencakup
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a) Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan diawali dengan mengucapkan salam,
mempresensi siswa, mengkondisikan kelas dan mempersiapkan
kesiapan siswa serta mempersiapkan sarana pembelajaran. Setelah itu,
sebelum kegiatan apersepsi dilakukan siswa diajak menyanyikan lagu
nasional. Hal ini bertujuan supaya siswa terbiasa untuk bisa
menghargai jasa para pahlawan. Ketika kegiatan apersepsi
berlangsung, guru bertanya jawab dengan siswa untuk menggali
sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi perjuangan melawan
penjajahan Jepang, seperti bangsa asing yang pernah menjajah
Indonesia setelah Belanda. Ketika apersepsi sudah selesai, guru
menjelaskan kepada siswa tentang tujuan pembelajaran yang akan
dilaksanakan pada pertemuan tersebut, yaitu siswa dapat
mendeskripsikan kedatangan Jepang di Indonesia, siswa dapat
menjelaskan bentuk penjajahan Jepang di Indonesia, siswa dapat
mengidentifikasi tokoh pejuang dan perlawanannya terhadap
penjajahan Jepang di Indonesia, dan siswa dapat menempel dan
menjodohkan nama tokoh pejuang Indonesia dengan gambar tokoh
pejuang Indonesia yang melawan penjajahan Jepang.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran yang
sama dengan pertemuan ke-1, yaitu dengan menerapkan model
kooperatif tipe snowball drilling dengan metode ceramah bervariasi,
tanya jawab, diskusi, dan penugasan. Kegiatan inti juga meliputi 3
proses, yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
(1) Eksplorasi
Siswa mendapat pertanyaan dari guru tentang bangsa asing yang
pernah menjajah Indonesia setelah bangsa Belanda. Kemudian
guru menunjukkan peta Indonesia dan bertanya jawab dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
siswa tentang kedatangan Jepang ke Indonesia. Berdasarkan hasil
tanya jawab, guru meminta siswa untuk menunjukkan letak
Kalimantan Timur pada peta Indonesia. Akan tetapi, tidak ada
siswa yang berani maju karena mereka malu. Oleh karena itu,
guru menunjuk beberapa siswa secara bergantian untuk maju ke
depan kelas dan meminta mereka menunjukkan letak Kalimantan
Timur pada peta Indonesia. Kemudian guru bertanya jawab
dengan siswa tentang bentuk penjajahan yang dilakukan oleh
Jepang dan menunjukkan gambar penderitaan rakyat Indonesia
ketika dijajah oleh Jepang.
Setelah itu guru membagi siswa menjadi 4 kelompok untuk
melakukan diskusi kelompok. Pembagian kelompok berdasarkan
nomor presensi siswa, yaitu siswa yang mempunyai nomor
presensi 1-5 menjadi satu kelompok, siswa yang mempunyai
nomor presensi 6-10 menjadi satu kelompok, begitu seterusnya.
Kemudian guru membagikan nama kelompok pada masing-
masing meja kelompok dengan nama tokoh pejuang Indonesia
yang melawan penjajahan Jepang. Masing-masing kelompok
diberi Lembar Kerja Siswa (LKS) tentang perlawanan tokoh
pejuang Indonesia yang menentang penjajahan Jepang dan
diminta untuk dikerjakannya.
(2) Elaborasi
Dalam proses elaborasi, guru meminta secara sukarela salah satu
siswa dari salah satu kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi
kelompoknya. Setelah selesai, guru meminta siswa tersebut untuk
menunjuk salah satu siswa dari kelompok lain untuk
menyampaikan hasil diskusi, begitu seterusnya sampai semua
kelompok menyampaikan hasil diskusi mereka.
Kemudian guru melakukan snowball drilling sesuai dengan
langkah-langkahnya. Guru meminta salah satu siswa secara
sukarela untuk menjawab soal yang sudah disiapkan oleh guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
tentang materi perjuangan melawan penjajahan Jepang. Ketika
siswa tersebut dapat menjawab benar soal yang diberikan guru,
siswa tersebut diminta untuk menunjuk siswa yang lain. Ketika
siswa tersebut tidak dapat menjawab soal dengan benar, guru
mengganti soal yang lain untuk dijawab oleh siswa tersebut
sampai siswa bisa menjawab dengan jawaban yang benar, begitu
seterusnya sampai semua siswa mendapat giliran.
(3) Konfirmasi
Pada proses konfirmasi, siswa mendapat umpan balik atas
pembelajaran pada hari ini. Kemudian, guru memberikan
penguatan kepada siswa dengan cara memberikan pujian sesegera
mungkin. Siswa yang mengalami kesulitan juga dapat bertanya
kepada guru.
c) Kegiatan Penutup
Secara bersama-sama siswa mendapat bimbingan dari guru untuk
menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan. Selanjutnya siswa
mengerjakan soal atau tes individu yang diberikan guru untuk
mengetahui pemahaman konsep siswa terhadap materi perjuangan
melawan penjajahan Jepang. Soal atau tes individu dapat dilihat pada
lampiran 12 halaman 169. Kemudian siswa menyimak penjelasan
guru tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan
berikutnya, yaitu sama dengan siklus I, pertemuan ketiga mempelajari
materi perjuangan melawan penjajahan Belanda dan pertemuan
keempat mempelajari materi perjuangan melawan penjajahan Jepang.
c. Observasi
Pengamatan atau observasi dilakukan oleh guru kelas V SDN
Sambeng selama kegiatan pembelajaran materi perjuangan melawan
penjajahan berlangsung. Pengamatan atau observasi dilakukan dengan
menggunakan lembar observasi sebagai pedomannya, yaitu lembar
pengamatan perilaku berkarakter dapat dilihat pada lampiran 24 halaman
216, lembar pengamatan keterampilan sosial dapat dilihat pada lampiran 28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
halaman 224, lembar pengamatan aspek psikomotor dapat dilihat pada
lampiran 32 halaman 232, dan lembar observasi guru dapat dilihat pada
lampiran 36 halaman 242. Sedangkan untuk pendokumentasian
pembelajaran dibantu oleh rekan sejawat.
Observasi guru atau pengajar dilakukan untuk mengetahui kinerja
guru dalam mengajar dan dapat dijadikan dasar perbaikan guru atau
pengajar dalam pelaksanaan pembelajaran selanjutnya. Observasi aktivitas
siswa dibagi menjadi 2 pengamatan, yaitu pengamatan afektif (perilaku
berkarakter dan keterampilan sosial) dan psikomotor siswa. Selain
mengobservasi pelaksanaan proses pembelajaran, peneliti juga mengamati
atau mengobservasi nilai pemahaman konsep siswa di setiap akhir
pertemuan. Hasil pengamatan atau observasi ini selanjutnya digunakan
sebagai dasar tahap refleksi siklus I.
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pembelajaran
IPS materi perjuangan melawan penjajahan berlangsung, diperoleh
gambaran tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan rincian
sebagai berikut:
1) Aspek Kognitif
Aspek kognitif diukur dari kompetensi yang diberikan kepada siswa pada
saat pembelajaran dilaksanakan. Kompetensi yang diukur pada siklus I
berasal dari nilai tes individu atau hasil evaluasi yang diberikan pada
akhir pembelajaran. Meskipun dalam pelaksanaan pembelajaran terdapat
kompetensi proses, tetapi dalam pembahasan ini kompetensi proses tidak
dijelaskan. Adapun kompetensi produk yang diukur, yaitu (1)
mendeskripsikan kedatangan Belanda di Indonesia; (2) menjelaskan
bentuk penjajahan Belanda di Indonesia; (3) mendeskripsikan kedatangan
Jepang di Indonesia; dan (4) menjelaskan bentuk penjajahan Jepang di
Indonesia. Berdasarkan data nilai tes individu atau hasil evaluasi pada
pertemuan ke-1 dan ke-2 (lihat lampiran 13 halaman 172), maka dapat
dibuat rincian sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
a) Pertemuan Ke-1
Kompetensi produk mengacu pada hasil, yaitu berupa nilai tes
individu atau hasil evaluasi yang diberikan di akhir pembelajaran.
Dari data nilai tes individu pada pertemuan ke-1, diketahui bahwa
siswa yang belum tuntas sebanyak 10 siswa. Data nilai tersebut dapat
dibuat distribusi frekuensi pada tabel 4.3 sebagai berikut:
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Nilai Tes Individu Pemahaman
Konsep Perjuangan Melawan Penjajahan Siswa Kelas VB
SDN Sambeng pada Siklus I Pertemuan 1
No. IntervalFrekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi)fi.xi
Persentase
(%)
1. 40-46 4 43 172 20
2. 47-53 0 50 0 0
3. 54-60 6 57 342 30
4. 61-67 2 64 128 10
5. 68-74 2 71 142 10
6. 75-81 6 78 468 30
20 363 1252 100
62,6Skor rata-rata kelas
Jumlah
Dari tabel 4.3 di atas, maka dapat dibuat grafik pada gambar
4.2 berikut:
Gambar 4.2. Grafik Nilai Tes Individu Pemahaman Konsep
Perjuangan Melawan Penjajahan Siswa Kelas VB
SDN Sambeng pada Siklus I Pertemuan 1
20%
0%
30%
10% 10%
30%
0
1
2
3
4
5
6
7
40-46 47-53 54-60 61-67 68-74 75-81
Fre
ku
ensi
/ P
erse
nta
se
Interval Nilai
Banyak Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Berdasarkan tabel 4.3 dan gambar 4.2 di atas, nilai tes
individu siswa kelas VB SDN sambeng pada siklus I pertemuan 1
diperoleh rata-rata kelas sebesar 62,6. Siswa yang mendapat nilai 40-
46 sebanyak 4 siswa atau 20%. Siswa yang mendapat nilai 47-53 tidak
ada atau 0%. Siswa yang mendapat nilai 54-60 sebanyak 6 siswa atau
30%. Siswa yang mendapat nilai 61-67 sebanyak 2 siswa atau 10%.
Siswa yang mendapat nilai 68-74 sebanyak 2 siswa atau 10%. Siswa
yang mendapat nilai 75-81 sebanyak 6 siswa atau 30%.
b) Pertemuan Ke-2
Kompetensi produk mengacu pada hasil, yaitu berupa nilai tes akhir
atau tes individu. Dari data nilai tes individu pada pertemuan ke-2,
siswa yang belum tuntas sebanyak 4 siswa. Data nilai tersebut dapat
dibuat distribusi frekuensi pada tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Nilai Tes Individu Pemahaman
Konsep Perjuangan Melawan Penjajahan Siswa Kelas VB
SDN Sambeng pada Siklus I Pertemuan 2
No. IntervalFrekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi)fi.xi
Persentase
(%)
1. 50-57 4 53,5 214 20
2. 58-65 2 61,5 123 10
3. 66-73 0 69,5 0 0
4. 74-81 6 77,5 465 30
5. 82-89 0 85,5 0 0
6. 90-97 8 93,5 748 40
20 441 1550 100
77,5Skor rata-rata kelas
Jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Dari tabel 4.4 di atas, maka dapat dibuat grafik pada gambar
4.3 berikut:
Gambar 4.3. Grafik Nilai Tes Individu Pemahaman Konsep
Perjuangan Melawan Penjajahan Siswa Kelas VB SDN
Sambeng pada Siklus I Pertemuan 2
Berdasarkan tabel 4.4 dan gambar 4.3 di atas, nilai tes individu
siswa kelas VB SDN sambeng pada siklus I pertemuan 2 diperoleh rata-
rata kelas sebesar 77,5. Siswa yang mendapat nilai 50-57 sebanyak 4
siswa atau 20%. Siswa yang mendapat nilai 58-65 sebanyak 2 siswa atau
10%. Siswa yang mendapat nilai 66-73 tidak ada atau 0%. Siswa yang
mendapat nilai 74-81 sebanyak 6 siswa atau 30%. Siswa yang mendapat
nilai 82-89 tidak ada atau 0%. Siswa yang mendapat nilai 90-97
sebanyak 8 siswa atau 40%.
Dari data di atas, nilai pemahaman konsep perjuangan melawan
penjajahan siswa kelas VB SDN Sambeng pada siklus I didapat dari rata-
rata nilai tes individu pada pertemuan ke-1 dan ke-2. Data nilai
pemahaman konsep perjuangan melawan penjajahan siswa kelas VB
SDN Sambeng pada pertemuan ke-1 dan ke-2 yang telah dirata-rata
dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 172), maka dapat dibuat tabel 4.5
sebagai berikut:
20%
10%
0%
30%
0%
40%
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
50-57 58-65 66-73 74-81 82-89 90-97
Fre
ku
ensi
/ P
erse
nta
se
Interval Nilai
Banyak Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Tabel 4.5. Hasil Rekapitulasi Nilai Pemahaman Konsep Perjuangan
Melawan Penjajahan Siswa Kelas VB SDN Sambeng pada
Siklus I
1 52,5 11 72,5
2 47,5 12 77,5
3 50 13 70
4 47,5 14 52,5
5 62,5 15 77,5
6 82,5 16 75
7 82,5 17 87,5
8 87,5 18 85
9 70 19 85
10 72,5 20 67,5
70,25
Nomor
UrutNilai
Rata-rata
NilaiNomor
Urut
Berdasarkan hasil rekapitulasi nilai pemahaman konsep
perjuangan melawan penjajahan siswa kelas VB SDN Sambeng pada
siklus I yang terdapat dalam tabel 4.5 diketahui bahwa sebanyak 6 siswa
atau 30% belum tuntas dan sebabyak 14 siswa atau 70% sudah tuntas.
Dari tabel 4.5, maka dapat dibuat distribusi frekuensi pada tabel 4.6
sebagai berikut:
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Nilai Pemahaman Konsep Perjuangan
Melawan Penjajahan Siswa Kelas VB SDN Sambeng pada
Siklus I
No. IntervalFrekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi)fi.xi
Persentase
(%)
1. 47,5-53,5 6 50,5 303 30
2. 54,5-60,5 0 57,5 0 0
3. 61,5-67,5 1 64,5 64,5 5
4. 68,5-74,5 5 71,5 357,5 25
5. 75,5-81,5 2 78,5 157 10
6. 82,5-88,5 6 85,5 513 30
20 408 1395 100
69,75Skor rata-rata kelas
Jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Tabel 4.6 di atas dapat disajikan ke dalam bentuk grafik seperti
gambar 4.4 berikut:
Gambar 4.4. Grafik Nilai Pemahaman Konsep Perjuangan Melawan
Penjajahan Siswa Kelas VB SDN Sambeng pada Siklus I
Berdasarkan tabel 4.6 dan gambar 4.4 di atas, nilai pemahaman
konsep perjuangan melawan penjajahan siswa kelas VB SDN Sambeng
pada siklus I diperoleh rata-rata kelas sebesar 69,75. Siswa yang
mendapat nilai 47,5-53,5 sebanyak 6 siswa atau 30%. Siswa yang
mendapat nilai 54,5-60,5 tidak ada atau 0%. Siswa yang mendapat nilai
61,5-67,5 sebanyak 1 siswa atau 5%. Siswa yang mendapat nilai 68,5-
74,5 sebanyak 5 siswa atau 25%. Siswa yang mendapat nilai 75,5-81,5
sebanyak 2 siswa atau 10%. Siswa yang mendapat nilai 82,5-88,5
sebanyak 6 siswa atau 30%.
2) Aspek Afektif
Aspek afektif dibagi menjadi 2 pengamatan, yaitu pengamatan perilaku
berkarakter dan pengamatan keterampilan sosial siswa.
a) Pengamatan Perilaku Berkarakter
Aspek afektif perilaku berkarakter yang diamati dalam penelitian
siklus I pada pertemuan ke-1 dan ke-2, meliputi: (1) jujur, (2) cinta
tanah air, (3) disiplin, dan (4) tanggung jawab (lihat lampiran 24
30%
0%
5%
25%
10%
30%
0
1
2
3
4
5
6
7
Fre
ku
ensi
/ P
erse
nta
se
Interval Nilai
Banyak Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
halaman 216). Adapun hasil yang diperoleh dalam lampiran 25
halaman 218 dapat dibuat tabel 4.7 sebagai berikut:
Tabel 4.7. Hasil Rekapitulasi Pengamatan Perilaku Berkarakter Siswa
Kelas VB SDN Sambeng pada Siklus I
Pert 1 Pert 2
1 65 70 68 C A : Sangat Baik (≥80)
2 60 70 65 C B : Baik (70-79)
3 70 75 73 B C : Cukup (60-69)
4 65 70 68 C D : Kurang (<60)
5 65 60 63 C
6 70 85 78 B
7 75 80 78 B
8 90 95 93 A
9 65 75 70 B
10 75 75 75 B
11 60 70 65 C
12 80 85 83 A
13 60 55 58 D
14 70 75 73 B
15 70 80 75 B
16 65 75 70 B
17 75 85 80 A
18 80 90 85 A
19 90 95 93 A
20 70 80 75 B
74 BRata-rata Klasikal
KeteranganPerilaku BerkarakterNo.
UrutRata-rata Kategori
Berdasarkan tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai
perilaku berkarakter secara klasikal sebesar 74 atau masuk dalam
kategori B (baik). Dari tabel 4.7 di atas, maka dapat dibuat tabel 4.8
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tabel 4.8. Hasil Pengamatan Perilaku Berkarakter Siswa Kelas VB
SDN Sambeng pada Siklus I
No. Kategori Frekuensi Persentase (%)
1. A (Sangat Baik) 5 25
2. B (Baik) 9 45
3. C (Cukup) 5 25
4. D (Kurang) 1 5
Dari tabel 4.8 di atas dapat disajikan dengan grafik pada
gambar 4.5 berikut:
Gambar 4.5. Grafik Hasil Pengamatan Perilaku Berkarakter Siswa
Kelas VB SDN Sambeng pada Siklus I
Berdasarkan tabel 4.8 dan gambar 4.5 di atas, siswa yang
mendapat A sebanyak 5 siswa atau 25%. Siswa yang mendapat B
sebanyak 9 siswa atau 45%. Siswa yang mendapat C sebanyak 5 siswa
atau 25%. Siswa yang mendapat D sebanyak 1 siswa atau 5%.
b) Pengamatan Keterampilan Sosial
Aspek afektif keterampilan sosial yang diamati dalam penelitian siklus
I, meliputi: (1) bertanya, (2) berani berpendapat, (3) pendengar yang
baik, dan (4) bekerja sama (lihat lampiran 28 halaman 224). Adapun
hasil yang diperoleh dalam lampiran 29 halaman 226 dapat dibuat
tabel 4.9 sebagai berikut:
5%
25%
45%
25%
0
2
4
6
8
10
D C B A
Fre
ku
ensi
/ P
erse
nta
se
Kategori Nilai
Banyak Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Tabel 4.9. Hasil Rekapitulasi Pengamatan Keterampilan Sosial Siswa
Kelas VB SDN Sambeng pada Siklus I
Pert 1 Pert 2
1 50 55 53 D A : Sangat Baik (≥80)
2 55 55 55 D B : Baik (70-79)
3 55 65 60 C C : Cukup (60-69)
4 55 55 55 D D : Kurang (<60)
5 50 55 53 D
6 70 75 73 B
7 55 55 55 D
8 70 80 75 B
9 55 55 55 D
10 65 80 73 B
11 50 55 53 D
12 65 75 70 B
13 60 75 68 C
14 55 60 58 D
15 65 65 65 C
16 70 75 73 B
17 60 75 68 C
18 70 80 75 B
19 70 80 75 B
20 55 60 58 D
63 CRata-rata Klasikal
KeteranganKeterampilan SosialNo.
UrutRata-rata Kategori
Berdasarkan tabel 4.9 dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai
keterampilan sosial siswa secara klasikal hanya sebesar 63 atau hanya
masuk dalam kategori C (cukup). Dari tabel 4.9 di atas, maka dapat
dibuat tabel 4.10 sebagai berikut:
Tabel 4.10. Hasil Pengamatan Keterampilan Sosial Siswa Kelas VB
SDN Sambeng pada Siklus I
No. Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 A (Sangat Baik) 0 0
2. B (Baik) 7 35
3. C (Cukup) 4 20
4 D (Kurang) 9 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Dari tabel 4.10 di atas dapat disajikan dengan gambar 4.6 berikut:
Gambar 4.6. Grafik Hasil Pengamatan Keterampilan Sosial Siswa
Kelas VB SDN Sambeng pada Siklus I
Berdasarkan tabel 5.10 dan gambar 4.6 di atas, siswa yang
mendapat A tidak ada atau 0%. Siswa yang mendapat B sebanyak 4
siswa atau 20%. Siswa yang mendapat C sebanyak 7 siswa atau 5%.
Siswa yang mendapat D masih banyak, yaitu sebanyak 9 siswa atau
45%.
3) Aspek Psikomotor
Aspek psikomotor yang diamati, meliputi: (1) menempel nama tokoh dan
gambar tokoh, (2) ketepatan menjodohkan nama tokoh dengan gambar
tokoh, (3) kerapian hasil tempelan, dan (4) kebersihan hasil tempelan
(lihat lampiran 32 halaman 232). Adapun hasil yang diperoleh dalam
lampiran 33 halaman 234 dapat dibuat tabel 4.11 berikut:
45%
35%
20%
0 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
D C B A
Fre
ku
ensi
/ P
erse
nta
se
Kategori Nilai
Banyak Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Tabel 4.11. Hasil Rekapitulasi Pengamatan Psikomotor Siswa Kelas VB
SDN Sambeng pada Siklus I
Pert 1 Pert 2
1 70 60 65 C A : Sangat Baik (≥80)
2 90 60 75 B B : Baik (70-79)
3 70 60 65 C C : Cukup (60-69)
4 100 60 80 A D : Kurang (<60)
5 70 60 65 C
6 70 100 85 A
7 100 100 100 A
8 90 100 95 A
9 90 100 95 A
10 90 100 95 A
11 70 80 75 B
12 90 80 85 A
13 90 80 85 A
14 90 80 85 A
15 90 80 85 A
16 100 100 100 A
17 100 100 100 A
18 100 100 100 A
19 90 100 95 A
20 90 100 95 A
86 ARata-rata Klasikal
KeteranganPsikomotorNo.
UrutRata-rata Kategori
Berdasarkan tabel 4.11 dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai
aspek psikomotor siswa secara klasikal sebesar 86 atau kategori A
(sangat baik). Dari tabel 4.11 di atas, maka dapat dibuat tabel 4.12
sebagai berikut:
Tabel 4.12. Hasil Pengamatan Psikomotor Siswa Kelas VB SDN
Sambeng pada Siklus I
No. Kategori Frekuensi Persentase (%)
1. A (Sangat Baik) 15 75
2. B (Baik) 2 10
3. C (Cukup) 3 15
4. D (Kurang) 0 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Dari tabel 4.12 di atas dapat disajikan dengan grafik pada
gambar 4.7 berikut:
Gambar 4.7. Grafik Hasil Pengamatan Psikomotor Siswa Kelas VB SDN
Sambeng pada Siklus I
Berdasarkan tabel 4.12 dan gambar 4.7 di atas, siswa yang
mendapat A sebanyak 15 siswa atau 75%. Siswa yang mendapat B
sebanyak 2 siswa atau 10%. Siswa yang mendapat C sebanyak 3 siswa
atau 15%. Siswa yang mendapat D tidak ada atau 0%.
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi terhadap guru selama
pembelajaran IPS materi perjuangan melawan penjajahan berlangsung,
diperoleh pula gambaran tentang kinerja guru atau pengajar selama
mengajar (lihat lampiran 37 halaman 244). Dari hasil observasi yang didapat
pada pertemuan ke-1 dan ke-2, maka diperoleh skor rata-rata kemampuan
guru dalam mengajar sebesar 3,41 yang termasuk dalam kategori
memuaskan.
Berdasarkan data hasil observasi guru dapat dianalisis bahwa guru
atau pengajar sudah sangat baik dalam aspek (1) persiapan pembelajaran,
(2) membuka pembelajaran, (3) ketepatan dan daya tarik model
pembelajaran, dan (4) menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas,
0%
15% 10%
75%
0
2
4
6
8
10
12
14
16
D C B A
Fre
ku
ensi
/ P
erse
nta
se
Kategori Nilai
Banyak Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
lancar, baik, dan benar. Akan tetapi, pengajar masih kurang dalam aspek (1)
kejelasan dan sistematika penyampaian materi, (2) ketepatan strategi
pembelajaran, (3) kemampuan menerapkan model pembelajaran, (4)
menumbuhkan partisipasi aktif dan antusiasme dalam belajar, (5) memantau
kemajuan belajar selama proses, (6) melakukan penilaian/evaluasi, dan (7)
menutup pembelajaran. Disamping model pembelajaran yang diterapkan
oleh guru/pengajar masih jarang diterapkan dalam pembelajaran dan materi
perjuangan melawan penjajahan yang disampaikan melalui model
kooperatif tipe snowball drilling masih membingungkan bagi siswa,
sehingga siswa lebih membutuhkan waktu yang lama untuk menyerap
materi yang disampaikan. Sebagian siswa masih belum bisa membedakan
materi yang ada di dalam materi perjuangan melawan penjajahan Belanda
dengan materi perjuangan melawan penjajahan jepang.
d. Refleksi
Data yang diperoleh melalui pengamatan atau observasi
dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil pengamatan dan
observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan, peneliti
melakukan refleksi dengan menganalisis nilai pemahaman konsep
perjuangan melawan penjajahan siswa kelas VB SDN Sambeng, kemudian
dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Indikator
kinerja siklus I yaitu siswa yang berhasil saat evaluasi sebanyak 16 siswa
atau mencapai indikator ketercapaian kinerja sebesar 80% di atas batas
tuntas (≥63).
Analisis hasil tindakan siklus I direfleksi sesuai dengan proses
pembelajaran yang dilakukan. Guru melaksanakan penilaian dengan hasil
rata–rata klasikal mencapai 70,25 dan siswa yang memperoleh nilai ≥63
sebanyak 14 siswa atau 70% dari 20 siswa. Pembelajaran dikatakan berhasil
apabila nilai pemahaman konsep perjuangan melawan penjajahan siswa
kelas VB SDN Sambeng mencapai rata–rata klasikal sebesar 63 dan siswa
yang memperoleh nilai ≥63 mencapai 80%. Dengan demikian, hasil nilai
pemahaman konsep perjuangan melawan penjajahan siswa kelas VB SDN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Sambeng pada siklus I belum mencapai target indikator kinerja yang
ditetapkan oleh peneliti yaitu 80% dari siswa mendapatkan nilai ≥63.
Selain itu, terdapat pula beberapa kekurangan dalam pembelajaran
yang perlu dicari solusinya. Jika dianalisis dari observasi aktivitas siswa,
siswa juga masih kurang dalam aspek afektif pada indikator keberanian
bertanya dan berpendapat (lihat lampiran 29 halaman 226). Kekurangan
tersebut menyebabkan guru tidak mengetahui dengan jelas tentang materi
yang belum siswa pahami. Jika dianalisis dari observasi guru, yang menjadi
kendala dalam pembelajaran, antara lain kemampuan guru/pengajar dalam
menerapkan model pembelajaran yang masih kurang kreatif, masih barunya
model pembelajaran yang diterapkan, dan materi yang disampaikan oleh
guru dirasa masih membingungkan bagi sebagian siswa. Meskipun model
pembelajaran yang diterapkan memiliki daya tarik bagi siswa, tetapi karena
kemampuan guru/pengajar yang kurang kreatif dalam menerapkan model
pembelajaran membuat siswa merasa sedikit jenuh, terutama siswa yang
duduk di bagian belakang.
Berdasarkan analisis di atas, maka dapat disimpulkan refleksi dari
kekurangan yang terdapat dalam proses pembelajaran, yaitu (1)
memperbaiki kemampuan guru dalam menerapkan model kooperatif tipe
snowball drilling dan menuntut guru lebih kreatif lagi, guru tidak sekedar
mempersiapkan soal dan langsung memberikannya kepada siswa, tetapi
guru diharapkan dapat lebih kreatif dalam memberikan soal kepada siswa
sehingga siswa menjadi bersemangat dalam mengikuti pembelajaran; (2)
mengupayakan siswa untuk lebih aktif dan antusias dalam bertanya dan
mengemukakan pendapat ketika pembelajaran berlangsung. Jadi,
dikarenakan kurang kreatifnya guru/pengajar dalam menerapkan model
pembelajaran dan siswa kurang aktif dalam bertanya dan mengemukakan
pendapat, hasil yang diperoleh siswa belum maksimal sehingga indikator
kinerja yang ditetapkan oleh peneliti masih belum tercapai dan ditemukan
banyak kekurangan pada pelaksanaan tindakan siklus I. Oleh karena itu,
peneliti melakukan perbaikan pada siklus selanjutnya, yaitu siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
3. Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Setiap
pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan
selama seminggu, yaitu pada tanggal 19 April 2012. Adapun tahapan-tahapan
yang dilakukan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan tindakan siklus I diketahui
bahwa indikator kinerja yang ditetapkan oleh peneliti yaitu 80% dari jumlah
siswa kelas VB SDN Sambeng mendapatkan nilai ≥63 belum tercapai
untuk nilai pemahaman konsep perjuangan melawan penjajahan. Oleh
karena itu, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki guru dalam melaksanakan
tindakan pada siklus II ini sebagai upaya untuk mengatasi berbagai
kekurangan yang ada, yaitu sebagai berikut:
1) Perbaikan dalam menerapkan model pembelajaran yang diterapkan, yaitu
model kooperatif tipe snowball drilling. Peneliti menambahkan nomor
snowball drilling dari nomor 1-20 dengan warna bervariasi dengan tujuan
untuk menarik perhatian siswa supaya lebih fokus dalam mengikuti
pembelajaran dengan model kooperatif tipe snowball drilling. Selain
menambahkan nomor snowball drilling, peneliti juga menambahkan
gambar di setiap soal snowball drilling dengan tujuan supaya siswa lebih
dapat menangkap materi yang disampaikan oleh guru/pengajar.
2) Mengupayakan siswa lebih aktif dan antusias dalam bertanya dan
mengemukakan pendapat ketika pembelajaran berlangsung dengan cara
menunjuk siswa tertentu untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
guru.
Adapun deskripsi perencanaan siklus II adalah sebagai berikut:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) IPS selama
2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit setiap
pertemuannya. Materi yang disampaikan pada pertemuan ke-1 dan ke-2
pun masih sama dengan materi yang disampaikan pada siklus I, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
materi pertemuan ke-1 tentang perjuangan melawan penjajahan Belanda
dan materi pertemuan ke-2 tentang perjuangan melawan penjajahan
Jepang dengan menerapkan model kooperatif tipe snowball drilling. RPP
yang disusun meliputi: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,
tujuan pembelajaran, dampak pengiring, materi pembelajaran, metode
dan model pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, media dan
sumber pembelajaran, dan penilaian dapat dilihat pada lampiran 14
halaman 173 dan lampiran 18 halaman 194.
2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Fasilitas dan sarana yang dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran
masih sama dengan fasilitas dan sarana yang digunakan pada saat siklus I
berlangsung. Akan tetapi, pada siklus II ini ada tambahan media, yaitu
nomor snowball drilling dan gambar-gambar yang berkaitan dengan
materi yang disampaikan.
3) Menyiapkan Lembar Pengamatan dan Lembar Penilaian
Lembar pengamatan digunakan untuk memantau segala aktivitas siswa
selama pelaksanaan pembelajaran IPS berlangsung. Pengamatan yang
dilakukan meliputi pengamatan afektif (perilaku berkarakter dan
keterampilan sosial) dapat dilihat pada lampiran 24 halaman 216 dan
lampiran 28 halaman 224, serta pengamatan psikomotor siswa dapat
dilihat pada lampiran 32 halaman 232. Selain itu, peneliti juga menyusun
lembar observasi guru berupa Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG)
yang dapat dilihat pada lampiran 36 halaman 242. Sedangkan untuk
lembar penilaian disusun berdasarkan pada kisi-kisi soal yang telah
disesuaikan dengan indikator dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Lembar penilaian meliputi lembar diskusi dan tes individu dapat dilihat
dalam lampiran 15 halaman 181, lampiran 19 halaman 202, lampiran 17
halaman 191, dan lampiran 21 halaman 210.
b. Tindakan
Dalam pelaksanaan tindakan ini, peneliti yang berkolaborasi
dengan guru menerapkan model kooperatif tipe snowball drilling. Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
disini bertindak sebagai pengajar dan guru kelas V SDN Sambeng sebagai
observer atau pengamat.
1) Pertemuan Ke-1
Pertemuan I dilaksanakan pada hari Kamis, 19 April 2012. Materi yang
dipelajari pada pertemuan tersebut, yaitu materi perjuangan melawan
penjajahan Belanda. Adapun langkah-langkah pembelajarannya
mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a) Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan diawali dengan mengucapkan salam,
mempresensi siswa, mengkondisikan kelas dan mempersiapkan
kesiapan siswa serta mempersiapkan sarana pembelajaran. Setelah itu,
sebelum kegiatan apersepsi dilakukan siswa diajak menyanyikan lagu
nasional. Hal ini bertujuan supaya siswa terbiasa untuk bisa
menghargai jasa para pahlawan. Ketika kegiatan apersepsi
berlangsung, guru bertanya jawab dengan siswa untuk menggali
sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi perjuangan melawan
penjajahan Belanda, seperti makna perjuangan melawan penjajahan
bagi Indonesia. Ketika apersepsi sudah selesai, guru menjelaskan
kepada siswa tentang tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan
pada pertemuan tersebut, yaitu siswa dapat mendeskripsikan
kedatangan Belanda di Indonesia, siswa dapat menjelaskan bentuk
penjajahan Belanda di Indonesia, siswa dapat mengidentifikasi tokoh
pejuang dan perlawanannya terhadap penjajahan Belanda di
Indonesia, dan siswa dapat menempel gambar tokoh pejuang
Indonesia yang melawan penjajahan Belanda pada gambar peta
Indonesia.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti dilakukan dengan menerapkan model kooperatif tipe
snowball drilling dengan menggunakan media yang dapat membantu
lancarnya proses pembelajaran yang berlangsung, yaitu berupa
gambar, nomor snowball drilling, dan peta Indonesia, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
menggunakan metode ceramah bervariasi, tanya jawab, diskusi, dan
penugasan. Kegiatan inti meliputi 3 proses, yaitu eksplorasi, elaborasi,
dan konfirmasi.
(1) Eksplorasi
Siswa mendapat pertanyaan dari guru tentang kedatangan bangsa
Belanda ke Indonesia. Kemudian guru menunjukkan peta
Indonesia kepada para siswa dan meminta siswa tertentu untuk
mendeskripsikan kedatangan Belanda ke Indonesia. Setelah itu,
siswa mendapat pertanyaan dari guru tentang tujuan kedatangan
Belanda ke Indonesia dan bentuk penjajahan Belanda di
Indonesia.
Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok untuk melakukan
diskusi kelompok. Sebelumnya guru membagikan kertas kecil
yang bertuliskan nama-nama pahlawan yang menentang
penjajahan Belanda. Setelah semua siswa mendapat kertas
tersebut, guru meminta para siswa untuk mencari teman-teman
satu kelompoknya dengan mencocokkan tulisan yang sama yang
tertera di kertas kecil yang diterima oleh siswa. Tiap kelompok
terdiri dari 5 siswa. Kemudian guru membagikan nama kelompok
pada setiap meja kelompok dengan nama tokoh pejuang yang
menentang penjajahan Belanda. Masing-masing kelompok diberi
Lembar Kerja Siswa (LKS) tentang perlawanan tokoh pejuang
Indonesia yang menentang penjajahan Belanda untuk dikerjakan
bersama kelompoknya.
(2) Elaborasi
Dalam proses elaborasi, guru meminta secara sukarela salah satu
siswa dari salah satu kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi
kelompoknya. Setelah selesai, guru meminta siswa tersebut untuk
menunjuk salah satu siswa dari kelompok lain untuk
menyampaikan hasil diskusi kelompok siswa tersebut, begitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
seterusnya sampai semua kelompok menyampaikan hasil diskusi
kelompok mereka.
Kemudian guru melakukan snowball drilling sesuai dengan
langkah-langkahnya. Guru menempel nomor snowball drilling di
papan tulis. Guru meminta salah satu siswa secara sukarela untuk
menjawab soal yang sudah disiapkan oleh guru tentang materi
perjuangan melawan penjajahan Belanda dengan memilih satu
nomor snowbal drilling yang diinginkan. Ketika siswa tersebut
dapat menjawab benar soal yang diberikan guru, siswa tersebut
diminta untuk menunjuk siswa yang lain. Ketika siswa tersebut
tidak dapat menjawab soal dengan benar, guru mengganti soal
yang lain untuk dijawab oleh siswa tersebut dengan meminta
siswa untuk memilih satu nomor snowball drilling lagi sampai
siswa bisa menjawab dengan jawaban yang benar, begitu
seterusnya sampai semua siswa mendapat giliran.
(3) Konfirmasi
Pada proses konfirmasi, siswa mendapat umpan balik atas
pembelajaran pada hari ini. Kemudian guru memberikan
penguatan kepada siswa dengan cara memberikan pujian sesegera
mungkin. Siswa yang mengalami kesulitan dapat bertanya kepada
guru.
c) Kegiatan Penutup
Secara bersama-sama siswa mendapat bimbingan dari guru untuk
menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan. Selanjutnya siswa
mengerjakan soal atau tes individu yang diberikan guru untuk
mengetahui pemahaman konsep siswa terhadap materi perjuangan
melawan penjajahan Belanda. Soal atau tes individu dapat dilihat pada
lampiran 17 halaman 191. Kemudian siswa menyimak penjelasan
guru tentang materi pembelajaran yang akan dilaksanakan pada
pertemuan berikutnya, yaitu materi tentang perjuangan melawan
penjajahan Jepang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
2) Pertemuan Ke-2
Pertemuan ke-2 dilaksanakan pada hari Kamis, 19 April 2012. Materi
yang dipelajari pada pertemuan ke-2, yaitu tentang perjuangan melawan
penjajahan Jepang. Adapun langkah-langkah pembelajarannya mencakup
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a) Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan diawali dengan mengucapkan salam,
mempresensi siswa, mengkondisikan kelas dan mempersiapkan
kesiapan siswa serta mempersiapkan sarana pembelajaran. Setelah itu,
sebelum kegiatan apersepsi dilakukan siswa diajak menyanyikan lagu
nasional. Hal ini bertujuan supaya siswa terbiasa untuk bisa
menghargai jasa para pahlawan. Ketika kegiatan apersepsi
berlangsung, guru bertanya jawab dengan siswa untuk menggali
sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi perjuangan melawan
penjajahan Jepang, seperti makna kemerdekaan bagi rakyat Indonesia.
Ketika apersepsi sudah selesai, guru menjelaskan kepada siswa
tentang tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan
tersebut, yaitu siswa dapat mendeskripsikan kedatangan Jepang di
Indonesia, siswa dapat menjelaskan bentuk penjajahan Jepang di
Indonesia, siswa dapat mengidentifikasi tokoh pejuang dan
perlawanannya terhadap penjajahan Jepang di Indonesia, dan siswa
dapat menempel nama dan gambar tokoh pejuang Indonesia yang
melawan penjajahan Jepang pada gambar peta Indonesia.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran yang
sama dengan pertemuan ke-1, yaitu dengan menerapkan model
kooperatif tipe snowball drilling dengan metode ceramah bervariasi,
tanya jawab, diskusi, dan penugasan. Kegiatan inti juga meliputi 3
proses, yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
(1) Eksplorasi
Guru menunjukkan peta Indonesia dan bertanya jawab dengan
siswa tentang kedatangan Jepang ke Indonesia. Berdasarkan hasil
tanya jawab, guru meminta siswa tertentu untuk menunjukkan
letak Kalimantan Timur pada peta Indonesia. Kemudian guru
bertanya jawab dengan siswa tentang alasan Jepang menduduki
Indonesia dan bentuk penjajahan yang dilakukan oleh Jepang di
Indonesia.
Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok untuk melakukan
diskusi kelompok. Sebelumnya guru membagikan kertas kecil
yang bertuliskan nama-nama yang nantinya digunakan sebagai
nama kelompok. Setelah semua siswa mendapat kertas tersebut,
guru meminta para siswa untuk mencari teman-teman satu
kelompoknya dengan menyocokkan tulisan yang sama yang
tertera di kertas kecil yang diterima oleh siswa. Tiap kelompok
terdiri dari 5 siswa. Kemudian guru membagikan nama kelompok
pada setiap meja kelompok dengan nama tokoh pejuang yang
menentang penjajahan Jepang. Masing-masing kelompok diberi
Lembar Kerja Siswa (LKS) tentang perlawanan tokoh pejuang
Indonesia yang menentang penjajahan Jepang dan diminta untuk
mengerjakannya.
(2) Elaborasi
Dalam proses elaborasi, Setelah mereka selesai berdiskusi dengan
teman kelompoknya, guru meminta secara sukarela salah satu
siswa dari salah satu kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi
kelompoknya. Setelah selesai, guru meminta siswa tersebut untuk
menunjuk salah satu siswa dari kelompok lain untuk
menyampaikan hasil diskusi, begitu seterusnya sampai semua
kelompok menyampaikan hasil diskusi kelompok mereka.
Kemudian guru melakukan snowball drilling sesuai dengan
langkah-langkahnya. Guru menempel nomor snowball drilling di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
papan tulis. Guru meminta salah satu siswa secara sukarela untuk
menjawab soal yang sudah disiapkan oleh guru tentang materi
perjuangan melawan penjajahan Jepang dengan memilih satu
nomor snowball drilling yang diinginkan. Ketika siswa tersebut
dapat menjawab benar soal yang diberikan guru, siswa tersebut
diminta untuk menunjuk siswa yang lain. Ketika siswa tersebut
tidak dapat menjawab soal dengan benar, guru mengganti soal
yang lain untuk dijawab oleh siswa tersebut dengan meminta
siswa untuk memilih satu nomor snowball drilling lagi sampai
siswa bisa menjawab dengan jawaban yang benar, begitu
seterusnya sampai semua siswa mendapat giliran.
(3) Konfirmasi
Pada proses konfirmasi, siswa mendapat umpan balik atas
pembelajaran pada hari ini. Kemudian, guru memberikan
penguatan kepada siswa dengan cara memberikan pujian sesegera
mungkin. Siswa yang mengalami kesulitan juga dapat bertanya
kepada guru.
c) Kegiatan Penutup
Secara bersama-sama siswa mendapat bimbingan dari guru untuk
menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan. Selanjutnya siswa
mengerjakan soal atau tes individu yang diberikan guru untuk
mengetahui pemahaman konsep siswa terhadap materi perjuangan
melawan penjajahan Jepang. Soal atau tes individu dapat dilihat pada
lampiran 21 halaman 210.
c. Observasi
Seperti pada siklus I, pengamatan atau observasi dilakukan oleh
guru kelas V SDN Sambeng selama kegiatan pembelajaran materi
perjuangan melawan penjajahan. Pengamatan atau observasi dilakukan
dengan menggunakan lembar observasi sebagai pedomannya yang dapat
dilihat pada lampiran 23-36 halaman 214-242, sedangkan
pendokumentasian pembelajaran dibantu oleh rekan sejawat. Observasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
yang dilakukan oleh guru kelas V SDN Sambeng meliputi observasi
guru/pengajar, dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.
Observasi guru atau pengajar dilakukan untuk mengetahui kinerja
guru dalam mengajar dan dapat dijadikan dasar perbaikan guru atau
pengajar dalam pelaksanaan pembelajaran. Observasi aktivitas siswa dibagi
menjadi 2 pengamatan, yaitu pengamatan afektif (perilaku berkarakter dan
keterampilan sosial) dan psikomotor siswa. Selain mengobservasi
pelaksanaan proses pembelajaran, peneliti juga mengamati atau
mengobservasi nilai pemahaman konsep siswa di setiap akhir pertemuan.
Hasil pengamatan atau observasi ini selanjutnya digunakan sebagai dasar
tahap refleksi siklus II. Hasil pengamatan dalam penelitian ini dinyatakan
dalam bentuk persen (%) dan banyaknya persentase dihitung dari seluruh
jumlah siswa kelas VB SDN Sambeng, yaitu 20 siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pembelajaran
IPS materi perjuangan melawan penjajahan berlangsung, diperoleh
gambaran tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan rincian
sebagai berikut:
1) Aspek Kognitif
Aspek kognitif diukur dari kompetensi yang diberikan kepada siswa pada
saat pembelajaran dilaksanakan. Kompetensi yang diukur pada siklus II
berasal dari nilai tes individu atau hasil evaluasi yang diberikan pada
akhir pembelajaran. Meskipun dalam pelaksanaan pembelajaran terdapat
kompetensi proses, tetapi dalam pembahasan ini kompetensi proses tidak
dijelaskan. Adapun kompetensi produk yang diukur, yaitu (1)
mendeskripsikan kedatangan Belanda di Indonesia; (2) menjelaskan
bentuk penjajahan Belanda di Indonesia; (3) mendeskripsikan kedatangan
Jepang di Indonesia; dan (4) menjelaskan bentuk penjajahan Jepang di
Indonesia. Berdasarkan data nilai tes individu atau hasil evaluasi pada
pertemuan ke-1 dan ke-2 (lihat lampiran 22 halaman 213), maka dapat
dibuat rincian sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
a) Pertemuan Ke-1
Kompetensi produk mengacu pada hasil, yaitu berupa nilai tes
individu atau hasil evaluasi yang diberikan di akhir pembelajaran.
Dari data nilai tes individu pada pertemuan ke-1, diketahui bahwa
siswa yang belum tuntas sebanyak 2 siswa. Data nilai tersebut dapat
dibuat distribusi frekuensi pada tabel 4.13 sebagai berikut:
Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Nilai Tes Individu Pemahaman
Konsep Perjuangan Melawan Penjajahan Siswa Kelas VB
SDN Sambeng pada Siklus II Pertemuan 1
No. IntervalFrekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi)fi.xi
Persentase
(%)
1. 40-49 1 44,5 44,5 5
2. 50-59 0 54,5 0 0
3. 60-69 2 64,5 129 10
4. 70-79 7 74,5 521,5 35
5. 80-89 2 84,5 169 10
6. 90-99 8 94,5 756 40
20 417 1620 100
81Skor rata-rata kelas
Jumlah
Dari tabel 4.13 di atas, maka dapat dibuat grafik pada gambar
4.8 berikut:
Gambar 4.8. Grafik Nilai Tes Individu Pemahaman Konsep
Perjuangan Melawan Penjajahan Siswa Kelas VB
SDN Sambeng pada Siklus II Pertemuan 1
5% 0%
10%
35%
10%
40%
0
2
4
6
8
10
40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-99
Fre
ku
ensi
/ P
erse
nta
se
Interval Nilai
Banyak Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Berdasarkan tabel 4.13 dan gambar 4.8 di atas, nilai tes
individu siswa kelas VB SDN sambeng pada siklus II pertemuan 1
diperoleh rata-rata kelas sebesar 81. Siswa yang mendapat nilai 40-49
sebanyak 1 siswa atau 5%. Siswa yang mendapat nilai 50-59 tidak ada
atau 0%. Siswa yang mendapat nilai 60-69 sebanyak 2 siswa atau
10%. Siswa yang mendapat nilai 70-79 sebanyak 7 siswa atau 35%.
Siswa yang mendapat nilai 80-89 sebanyak 2 siswa atau 10%. Siswa
yang mendapat nilai 90-99 sebanyak 8 siswa atau 40%.
b) Pertemuan Ke-2
Kompetensi produk mengacu pada hasil, yaitu berupa nilai tes akhir
atau tes individu. Dari data nilai tes individu pada pertemuan ke-2,
siswa yang belum tuntas sebanyak 2 siswa. Data nilai tersebut dapat
dibuat distribusi frekuensi pada tabel 4.14 sebagai berikut:
Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Nilai Tes Individu Pemahaman
Konsep Perjuangan Melawan Penjajahan Siswa Kelas VB
SDN Sambeng pada Siklus II Pertemuan 2
No. IntervalFrekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi)fi.xi
Persentase
(%)
1. 35-44 1 39,5 39,5 5
2. 45-54 0 49,5 0 0
3. 55-64 2 59,5 119 10
4. 65-74 5 69,5 347,5 25
5. 75-84 5 79,5 397,5 25
6. 85-94 7 89,5 626,5 35
20 387 1530 100
76,5Skor rata-rata kelas
Jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Dari tabel 4.14 di atas, maka dapat dibuat grafik pada gambar
4.9 berikut:
Gambar 4.9. Grafik Nilai Tes Individu Pemahaman Konsep
Perjuangan Melawan Penjajahan Siswa Kelas VB SDN
Sambeng pada Siklus II Pertemuan 2
Berdasarkan tabel 4.14 dan gambar 4.9 di atas, nilai tes individu
siswa kelas VB SDN sambeng pada siklus I pertemuan 2 diperoleh rata-
rata kelas sebesar 76,5. Siswa yang mendapat nilai 35-44 sebanyak 1
siswa atau 5%. Siswa yang mendapat nilai 45-54 tidak ada atau 0%.
Siswa yang mendapat nilai 55-64 sebanyak 2 siswa atau 10%. Siswa
yang mendapat nilai 65-74 sebanyak 5 siswa atau 25%. Siswa yang
mendapat nilai 75-84 sebanyak 5 siswa atau 25%. Siswa yang mendapat
nilai 85-94 sebanyak 7 siswa atau 35%.
Dari data di atas, nilai pemahaman konsep perjuangan melawan
penjajahan siswa kelas VB SDN Sambeng pada siklus II didapat dari
rata-rata nilai tes individu pada pertemuan ke-1 dan ke-2. Data nilai
pemahaman konsep perjuangan melawan penjajahan siswa kelas VB
SDN Sambeng pada pertemuan ke-1 dan ke-2 yang telah dirata-rata
dapat dilihat pada lampiran 22 halaman 213), maka dapat dibuat tabel
4.15 sebagai berikut:
5% 0%
10%
25% 25%
35%
0
2
4
6
8
35-44 45-54 55-64 65-74 75-84 85-94
Fre
ku
ensi
/ P
erse
nta
se
Interval Nilai
Banyak Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Tabel 4.15. Hasil Rekapitulasi Nilai Pemahaman Konsep Perjuangan
Melawan Penjajahan Siswa Kelas VB SDN Sambeng pada
Siklus II
1 47,5 11 80
2 82,5 12 87,5
3 55 13 72,5
4 65 14 70
5 80 15 65
6 92,5 16 87,5
7 77,5 17 75
8 97,5 18 92,5
9 90 19 92,5
10 67,5 20 77,5
77,75
Nomor
UrutNilai
Rata-rata
NilaiNomor
Urut
Berdasarkan hasil rekapitulasi nilai pemahaman konsep
perjuangan melawan penjajahan siswa kelas VB SDN Sambeng pada
siklus II yang terdapat dalam tabel 4.15 diketahui bahwa sebanyak 2
siswa atau 10% belum tuntas dan sebabyak 18 siswa atau 90% sudah
tuntas. Dari tabel 4.15, maka dapat dibuat distribusi frekuensi pada tabel
4.16 sebagai berikut:
Tabel 4.16. Distribusi Frekuensi Nilai Pemahaman Konsep Perjuangan
Melawan Penjajahan Siswa Kelas VB SDN Sambeng pada
Siklus II
No. IntervalFrekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi)fi.xi
Persentase
(%)
1. 47,5-55,5 2 51,5 103 10
2. 56,5-64,5 2 60,5 121 10
3. 65,5-73,5 3 69,5 208,5 15
4. 74,5-82,5 6 78,5 471 30
5. 83,5-91,5 3 87,5 262,5 15
6. 92,5-100,5 4 96,5 386 20
20 444 1552 100
77,6Skor rata-rata kelas
Jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Tabel 4.16 di atas dapat disajikan ke dalam bentuk grafik seperti
gambar 4.10 berikut:
Gambar 4.10. Grafik Nilai Pemahaman Konsep Perjuangan Melawan
Penjajahan Siswa Kelas VB SDN Sambeng pada Siklus II
Berdasarkan tabel 4.16 dan gambar 4.10 di atas, nilai
pemahaman konsep perjuangan melawan penjajahan siswa kelas VB
SDN Sambeng pada siklus II diperoleh rata-rata kelas sebesar 77,6.
Siswa yang mendapat nilai 47,5-55,5 sebanyak 2 siswa atau 10%. Siswa
yang mendapat nilai 56,5-64,5 sebanyak 2 siswa atau 10%. Siswa yang
mendapat nilai 65,5-73,5 sebanyak 3 siswa atau 15%. Siswa yang
mendapat nilai 74,5-82,5 sebanyak 6 siswa atau 30%. Siswa yang
mendapat nilai 83,5-91,5 sebanyak 3 siswa atau 15%. Siswa yang
mendapat nilai 92,5-100,5 sebanyak 4 siswa atau 20%.
2) Aspek Afektif
Aspek afektif dibagi menjadi 2 pengamatan, yaitu pengamatan perilaku
berkarakter dan pengamatan keterampilan sosial siswa.
a) Pengamatan Perilaku Berkarakter
Aspek afektif perilaku berkarakter yang diamati dalam penelitian
siklus I pada pertemuan ke-1 dan ke-2, meliputi: (1) jujur, (2) cinta
tanah air, (3) disiplin, dan (4) tanggung jawab (lihat lampiran dan 24
10% 10%
15%
30%
15%
20%
0
1
2
3
4
5
6
7
Fre
ku
ensi
/ P
erse
nta
se
Interval Nilai
Banyak Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
halaman 216). Adapun hasil yang diperoleh dalam lampiran 26
halaman 220 dapat dibuat tabel 4.17 sebagai berikut:
Tabel 4.17. Hasil Rekapitulasi Pengamatan Perilaku Berkarakter
Siswa Kelas VB SDN Sambeng pada Siklus II
Pert 1 Pert 2
1 70 75 73 B A : Sangat Baik (≥80)
2 80 80 80 A B : Baik (70-79)
3 80 90 85 A C : Cukup (60-69)
4 80 85 83 A D : Kurang (<60)
5 70 75 73 B
6 80 90 85 A
7 75 80 78 B
8 95 95 95 A
9 75 80 78 B
10 70 75 73 B
11 65 70 68 C
12 85 90 88 A
13 60 60 60 C
14 75 80 78 B
15 85 85 85 A
16 75 85 80 A
17 90 95 93 A
18 95 95 95 A
19 95 95 95 A
20 80 85 83 A
81 ARata-rata Klasikal
KeteranganPerilaku BerkarakterNo.
UrutRata-rata Kategori
Berdasarkan tabel 4.17 dapat disimpulkan bahwa rata-rata
nilai perilaku berkarakter secara klasikal sebesar 81 atau masuk dalam
kategori A (sangat baik). Dari tabel 4.17 di atas, maka dapat dibuat
tabel 4.18 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Tabel 4.18. Hasil Pengamatan Perilaku Berkarakter Siswa Kelas VB
SDN Sambeng pada Siklus II
No. Kategori Frekuensi Persentase (%)
1. A (Sangat Baik) 12 60
2. B (Baik) 6 30
3. C (Cukup) 2 10
4. D (Kurang) 0 0
Dari tabel 4.18 di atas dapat disajikan dengan grafik pada
gambar 4.11 berikut:
Gambar 4.11. Grafik Hasil Pengamatan Perilaku Berkarakter Siswa
Kelas VB SDN Sambeng pada Siklus II
Berdasarkan tabel 4.18 dan gambar 4.11 di atas, siswa yang
mendapat A sebanyak 12 siswa atau 60%. Siswa yang mendapat B
sebanyak 6 siswa atau 30%. Siswa yang mendapat C sebanyak 2 siswa
atau 10%. Siswa yang mendapat D tidak ada atau 0%.
b) Pengamatan Keterampilan Sosial
Aspek afektif keterampilan sosial yang diamati dalam penelitian siklus
I, meliputi: (1) bertanya, (2) berani berpendapat, (3) pendengar yang
baik, dan (4) bekerja sama (lihat lampiran 28 halaman 224). Adapun
hasil yang diperoleh dalam lampiran 30 halaman 228 dapat dibuat
tabel 4.19 sebagai berikut:
0%
10%
30%
60%
0
2
4
6
8
10
12
14
D C B A
Fre
ku
ensi
/ P
erse
nta
se
Kategori Nilai
Banyak Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Tabel 4.19. Hasil Rekapitulasi Pengamatan Keterampilan Sosial Siswa
Kelas VB SDN Sambeng pada Siklus II
Pert 1 Pert 2
1 55 60 58 D A : Sangat Baik (≥80)
2 60 65 63 C B : Baik (70-79)
3 60 70 65 C C : Cukup (60-69)
4 55 60 58 D D : Kurang (<60)
5 60 60 60 C
6 70 75 73 B
7 60 65 63 C
8 70 85 78 B
9 60 60 60 C
10 70 80 75 B
11 55 60 58 D
12 70 75 73 B
13 65 75 70 B
14 55 65 60 C
15 65 65 65 C
16 75 75 75 B
17 65 80 73 B
18 70 85 78 B
19 70 85 78 B
20 60 60 60 C
67 CRata-rata Klasikal
KeteranganKeterampilan SosialNo.
UrutRata-rata Kategori
Berdasarkan tabel 4.19 dapat disimpulkan bahwa rata-rata
nilai keterampilan sosial siswa secara klasikal hanya sebesar 67 atau
hanya masuk dalam kategori C (cukup). Dari tabel 4.19 di atas, maka
dapat dibuat tabel 4.20 sebagai berikut:
Tabel 4.20. Hasil Pengamatan Keterampilan Sosial Siswa Kelas VB
SDN Sambeng pada Siklus II
No. Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 A (Sangat Baik) 0 0
2. B (Baik) 9 45
3. C (Cukup) 8 40
4 D (Kurang) 3 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Dari tabel 4.20 di atas dapat disajikan dengan gambar 4.12 berikut:
Gambar 4.12. Grafik Hasil Pengamatan Keterampilan Sosial Siswa
Kelas VB SDN Sambeng pada Siklus II
Berdasarkan tabel 4.20 dan gambar 4.12 di atas, siswa yang
mendapat A tidak ada. Siswa yang mendapat B sebanyak 9 siswa atau
45%. Siswa yang mendapat C sebanyak 8 siswa atau 40%. Siswa yang
mendapat D sebanyak 3 siswa atau 15%.
3) Aspek Psikomotor
Aspek psikomotor yang diamati, meliputi: (1) menempel nama tokoh dan
gambar tokoh, (2) ketepatan menjodohkan nama tokoh dengan gambar
tokoh, (3) kerapian hasil tempelan, dan (4) kebersihan hasil tempelan
(lihat lampiran 32 halaman 232). Adapun hasil yang diperoleh dalam
lampiran 34 halaman 236 dapat dibuat tabel 4.21 berikut:
15%
40%
45%
0 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
D C B A
Fre
ku
ensi
/ P
erse
nta
se
Kategori Nilai
Banyak Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Tabel 4.21. Hasil Rekapitulasi Pengamatan Psikomotor Siswa Kelas VB
SDN Sambeng pada Siklus II
Pert 1 Pert 2
1 90 90 90 A A : Sangat Baik (≥80)
2 90 90 90 A B : Baik (70-79)
3 100 90 95 A C : Cukup (60-69)
4 90 90 90 A D : Kurang (<60)
5 90 90 90 A
6 90 90 90 A
7 90 90 90 A
8 100 90 95 A
9 90 90 90 A
10 100 90 95 A
11 90 90 90 A
12 100 90 95 A
13 100 90 95 A
14 90 90 90 A
15 90 90 90 A
16 90 90 90 A
17 90 90 90 A
18 90 90 90 A
19 90 90 90 A
20 90 90 90 A
91 ARata-rata Klasikal
KeteranganPsikomotorNo.
UrutRata-rata Kategori
Berdasarkan tabel 4.21 dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai
aspek psikomotor siswa secara klasikal sebesar 91 atau kategori A
(sangat baik). Dari tabel 4.21 di atas, maka dapat dibuat tabel 4.22
sebagai berikut:
Tabel 4.22. Hasil Pengamatan Psikomotor Siswa Kelas VB SDN
Sambeng pada Siklus II
No. Kategori Frekuensi Persentase (%)
1. A (Sangat Baik) 20 100
2. B (Baik) 0 0
3. C (Cukup) 0 0
4. D (Kurang) 0 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Dari tabel 4.22 di atas dapat disajikan dengan grafik pada
gambar 4.13 berikut:
Gambar 4.13. Grafik Hasil Pengamatan Psikomotor Siswa Kelas VB
SDN Sambeng pada Siklus II
Berdasarkan tabel 4.22 dan gambar 4.13 di atas, siswa yang
mendapat A sebanyak 20 siswa atau 100%. Ini berarti semua siswa
mendapat A sehingga tidak ada lagi siswa yang mendapat B, C, maupun
D.
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi terhadap guru selama
pembelajaran IPS materi perjuangan melawan penjajahan berlangsung,
diperoleh pula gambaran tentang kinerja guru atau pengajar selama
mengajar (lihat lampiran 37 halaman 244). Dari hasil observasi yang didapat
pada pertemuan ke-1 dan ke-2, maka diperoleh skor rata-rata kemampuan
guru dalam mengajar sebesar 3,60 yang termasuk dalam kategori sangat
memuaskan.
Berdasarkan data hasil observasi guru dapat dianalisis bahwa guru
atau pengajar sudah baik dalam segala aspek. Dari aspek-aspek tersebut,
guru atau pengajar sudah sangat baik dalam aspek (1) persiapan
pembelajaran, (2) membuka pembelajaran, (3) ketepatan dan daya tarik
model pembelajaran, (4) kemampuan menerapkan model pembelajaran, (5)
0% 0% 0%
100%
0
5
10
15
20
25
D C B A
Fre
ku
ensi
/ P
erse
nta
se
Kategori Nilai
Banyak Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
melakukan penilaian/evaluasi, dan (6) menggunakan bahasa lisan dan tulis
secara jelas, lancar, baik, dan benar. Aspek yang dinilai kurang pada siklus I
sudah meningkat secara keseluruhan, karena sudah dilakukan perbaikan.
d. Refleksi
Data yang diperoleh melalui pengamatan atau observasi
dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil pengamatan dan
observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan, peneliti
melakukan refleksi dengan menganalisis nilai pemahaman konsep
perjuangan melawan penjajahan siswa kelas VB SDN Sambeng, kemudian
dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Indikator
kinerja siklus II sama dengan indikator kinerja pada siklus II, yaitu siswa
yang berhasil saat evaluasi sebanyak 16 siswa atau mencapai indikator
ketercapaian kinerja sebesar 80% di atas batas tuntas (≥63).
Analisis hasil tindakan siklus I direfleksi sesuai dengan proses
pembelajaran yang dilakukan. Guru melaksanakan penilaian dengan hasil rata–
rata klasikal mencapai 77,6 dan siswa yang memperoleh nilai ≥63 sebanyak 18
siswa atau 90% dari 20 siswa. Dengan demikian, hasil nilai pemahaman konsep
perjuangan melawan penjajahan siswa kelas VB SDN Sambeng pada siklus II
sudah mencapai target indikator kinerja yang ditetapkan oleh peneliti.
Ketercapaian tersebut membuat peneliti tidak perlu lagi melanjutkan penelitian
pada siklus berikutnya karena hal tersebut sudah menunjukkan bahwa penerapan
model kooperatif tipe snowball drilling dapat meningkatkan pemahaman konsep
perjuangan melawan penjajahan pada siswa kelas VB SDN Sambeng, Todanan,
Blora tahun 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus dan Pembahasan
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap
siklusnya terdiri dari empat tahap, yaitu: 1) tahap perencanaan tindakan; 2) tahap
pelaksanaan tindakan; 3) tahap observasi dan 4) tahap refleksi.
Berdasarkan deskripsi penelitian di atas, berikut akan dikemukakan
perbandingan hasil tindakan antarsiklus dan pembahasan hasil penelitian tentang
penerapan model kooperatif tipe snowball drilling untuk meningkatkan
pemahaman konsep perjuangan melawan penjajahan pada siswa kelas VB SDN
Sambeng, Todanan, Blora tahun 2012. Dari hasil pengamatan dan analisis data
yang ada, dapat dilihat adanya peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran,
kegiatan guru, dan peningkatan nilai pemahaman konsep perjuangan melawan
penjajahan siswa kelas VB SDN Sambeng.
Data peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dapat dilihat pada
tabel 4.23 berikut:
Tabel 4.23. Peningkatan Aktivitas siswa SDN Sambeng pada Siklus I dan
Siklus II
No. Aspek Siklus I Siklus II
Rata-rata Kategori Rata-rata Kategori
1. Afektif Perilaku
Berkarakter 74 B 81 A
2. Afektif Keterampilan
Sosial 63 C 67 C
3. Psikomotor 86 A 91 A
Berdasarkan tabel 4.23, aktivitas siswa jika dilihat dari aspek afektif
perilaku berkarakter mengalami peningkatan dari nilai rata-rata klasikal siklus I
hanya sebesar 74 menjadi sebesar 81 pada siklus II. Jika dilihat dari aspek afektif
keterampilan sosial, nilai rata-rata klasikal juga meningkat dari 63 pada siklus I
menjadi 67 pada siklus II. Sedangkan, aktivitas siswa pada aspek psikomotor juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
meningkat dari rata-rata klasikal sebesar 86 pada siklus I menjadi 91 pada siklus
II.
Sementara itu, kemampuan guru atau pengajar dalam melakukan
kegiatan pembelajaran juga mengalami peningkatan. Peningkatan kemampuan
guru dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Guru mampu dalam melakukan persiapan pembelajaran, meliputi persiapan
ruang, media pembelajaran, dan mengkondisikan kesiapan siswa.
2. Guru mampu membuka pembelajaran, yaitu melakukan kegiatan presensi dan
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
3. Guru lebih mampu dalam menyampaikan materi.
4. Guru mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan menarik untuk
diterapkan dalam materi perjuangan melawan penjajahan.
5. Guru lebih mampu dalam menerapkan model pembelajaran.
6. Guru mampu melakukan penilaian atau evaluasi dengan baik.
7. Guru mampu menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, lancar, baik,
dan benar.
Berdasarkan data hasil observasi guru (lampiran ...) diketahui bahwa
terdapat peningkatan dari siklus I ke siklus II, yaitu dari rata-rata nilai siklus I
sebesar 3,41 menjadi sebesar 3,60. Kemampuan guru dalam pembelajaran pada
siklus I dan siklus II mengalami peningkatan sebesar 0,19. Peningkatan
kemampuan guru dalam pembelajaran pada siklus I dan siklus II disajikan pada
tabel 4.24 berikut.
Tabel 4.24. Peningkatan Kemampuan Guru dalam Pembelajaran pada
Siklus I dan Siklus II
Siklus I Siklus II
Pert 1 Pert 2 Rata-rata Pert 1 Pert 2 Rata-rata
3,36 3,45 3,41 3,55 3,64 3,60
Berdasarkan tabel 4.24, peningkatan kemampuan guru dalam
pembelajaran dapat disajikan dengan grafik pada gambar 4.14 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Gambar 4.14. Grafik Peningkatan Kemampuan Guru dalam
Pembelajaran pada Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapat, maka dapat dijelaskan
pula perhitungan nilai rata-rata pemahaman konsep dan ketuntasan belajar materi
perjuangan melawan penjajahan pada siswa kelas VB SDN Sambeng, Todanan,
Blora. Peningkatan terlihat dari sebelum tindakan atau prasiklus dan setelah
tindakan, yaitu siklus I dan siklus II yang masing-masing terdiri dari 2 pertemuan.
Peningkatan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.25 berikut:
Tabel 4.25. Nilai Pemahaman Konsep dan Persentase Ketuntasan
Klasikal Siswa Kelas VB SDN Sambeng pada Prasiklus,
Siklus I, dan Siklus II
Kriteria
Ketuntasan
Minimal
(KKM)
Nilai Pemahaman Konsep Persentase (%)
Prasiklus Siklus I Siklus II Prasiklus Siklus I Siklus
II
63 60,9 69,75 77,6 45% 70% 90%
Berdasarkan perhitungan nilai pemahaman konsep pada tabel 4.25 di
atas, siswa yang memperoleh nilai ≥63 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan
yang signifikan. Hal ini menandakan bahwa penerapan model kooperatif tipe
3
3,1
3,2
3,3
3,4
3,5
3,6
3,7
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Rata-rata
Nil
ai/
Per
sen
tase
Pelaksanaan Tindakan
Siklus I Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
snowball drilling dalam pembelajaran IPS materi perjuangan melawan penjajahan
pada siswa kelas VB SDN Sambeng dinyatakan berhasil karena secara klasikal
menunjukkan adanya peningkatan nilai pemahaman konsep. Adapun peningkatan
nilai pemahaman konsep dan ketuntasan belajar materi perjuangan melawan
penjajahan melalui penerapan model kooperatif tipe snowball drilling dapat
digambarkan dalam bentuk grafik pada gambar 4.15(a) dan gambar 4.15(b)
berikut:
Gambar 4.15(a). Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Pemahaman Konsep
Perjuangan Melawan Penjajahan Siswa Kelas VB SDN
Sambeng dan Persentase Ketuntasan Klasikal Siswa pada
Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
60,9
45%
69,75 70% 77,6
90%
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Nilai Pemahaman Konsep
Perjuangan Melawan Penjajahan
Persentase Ketuntasan
Nil
ai
/ P
erse
nta
se
Pelaksanaan Tindakan
Prasiklus Siklus I Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Gambar 4.15(b). Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Pemahaman Konsep
Perjuangan Melawan Penjajahan Siswa Kelas VB SDN
Sambeng dan Persentase Ketuntasan Klasikal Siswa pada
Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
Dari gambar 4.15(a) dan 4.15(b) terlihat bahwa nilai pemahaman konsep
perjuangan melawan penjajahan siswa kelas VB SDN Sambeng pada prasiklus
hanya 60,9 yang kemudian meningkat pada siklus I menjadi 69,75 dan meningkat
lagi pada siklus II menjadi 77,6. Dari segi ketuntasan belajar materi perjuangan
melawan penjajahan pada prasiklus ketuntasan sebesar 45%, siklus I ketuntasan
belajar meningkat sebesar 70%, dan siklus II ketuntasan belajar meningkat lagi
menjadi sebesar 90%.
Hambatan-hambatan yang ditemui pada masing-masing siklus berbeda-
beda, diantaranya: hambatan yang dijumpai pada siklus I, yaitu kemampuan
guru/pengajar dalam menerapkan model pembelajaran yang masih kurang kreatif,
masih barunya model pembelajaran yang diterapkan, dan materi perjuangan
melawan penjajahan yang disampaikan dengan model kooperatif tipe snowball
drilling dirasa masih membingungkan bagi sebagian siswa.
Upaya untuk mengatasi hambatan yang ada pada siklus I yang
disempurnakan pada siklus II, yaitu perbaikan dalam menerapkan model
kooperatif tipe snowball drilling menjadi lebih kreatif dan mengupayakan siswa
0
20
40
60
80
100
Prasiklus Siklus I Siklus II
Nil
ai/
Per
sen
tase
Pelaksanaan Tindakan
Tuntas
Tidak Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
menjadi lebih aktif dan antusias dalam bertanya dan mengemukakan pendapat
ketika pembelajaran berlangsung. Pembelajaran pada siklus II sudah berhasil
sehingga tidak ada hambatan yang berarti. Perbaikan-perbaikan yang telah
dilakukan ternyata bisa mengatasi kendala yang terjadi pada siklus I dan dapat
meningkatkan nilai pemahaman konsep perjuangan melawan penjajahan pada
siswa kelas VB SDN Sambeng.
Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan guru kelas V SDN
Sambeng (lihat lampiran 1 halaman 113), hasil belajar siswa sebelum penerapan
model kooperatif tipe snowball drilling sudah cukup baik, tetapi siswa yang tuntas
hanya 45%. Hal itu dikarenakan guru jarang menerapkan model pembelajaran
yang menarik dan menyenangkan sehingga siswa kurang maksimal dalam
memahami konsep materi yang diajarkan. Sedangkan hasil wawancara setelah
menerapkan model kooperatif tipe snowball drilling (lihat lampiran 38 halaman
245) yaitu penerapan model kooperatif tipe snowball drilling dalam pembelajaran
IPS materi perjuangan melawan penjajahan terbukti dapat meningkatkan nilai
pemahaman konsep siswa SDN Sambeng.
Dengan demikian, bisa diketahui bahwa salah satu upaya untuk
meningkatkan pemahaman konsep perjuangan melawan penjajahan pada siswa
kelas VB SDN Sambeng, Todanan, Blora, yaitu dengan penerapan model
kooperatif tipe snowball drilling. Penerapan model kooperatif tipe snowball
drilling ternyata memang dapat menjadikan pembelajaran IPS khususnya materi
perjuangan melawan penjajahan lebih menarik dan menyenangkan sehingga nilai
pemahaman konsep siswa dapat meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus
dengan menerapkan model kooperatif tipe snowball drilling dalam pembelajaran
IPS materi perjuangan melawan penjajahan pada siswa kelas VB SDN Sambeng,
Todanan, Blora, dapat ditarik simpulan bahwa pembelajaran dengan menerapkan
model kooperatif tipe snowball drilling dapat meningkatkan pemahaman konsep
perjuangan melawan penjajahan pada siswa kelas VB SDN Sambeng, Todanan,
Blora. Peningkatan tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai
pemahaman konsep perjuangan melawan penjajahan pada setiap siklusnya, yaitu
pada tindakan prasiklus nilai rata-rata pemahaman konsep perjuangan melawan
penjajahan siswa hanya 60,9, siklus I nilai rata-rata pemahaman konsep siswa
sebesar 69,75, dan siklus II nilai rata-rata pemahaman konsep siswa sebesar 77,6.
Tingkat ketuntasan belajar siswa pada prasiklus sebanyak 9 siswa atau 45%,
siklus I sebanyak 14 siswa atau 70%, dan siklus II sebanyak 18 siswa atau 90%.
Hal ini menunjukkan peningkatan dari prasiklus ke siklus I sebesar 25%,
peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 20%, dan peningkatan ketuntasan
dari prasiklus sampai siklus II sebesar 45%. Dengan demikian, secara klasikal
pembelajaran telah mencapai ketuntasan belajar yang ditargetkan.
Selanjutnya, berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan pembelajaran
yang dilaksanakan dalam dua siklus dengan menerapkan model kooperatif tipe
snowball drilling berdasarkan langkah-langkah sebagai berikut: (1) guru
mempersiapkan paket soal-soal yang akan dibagikan kepada siswa, (2) guru
menggelindingkan bola salju berupa soal latihan dengan cara menunjuk/mengundi
untuk mendapatkan seorang siswa yang akan menjawab soal nomor 1, (3) siswa
yang mendapat giliran pertama menjawab soal nomor tersebut dan apabila siswa
dapat langsung menjawab benar, maka siswa itu diberi kesempatan menunjuk
salah satu temannya untuk menjawab soal nomor berikutnya yaitu soal nomor 2,
(4) Seandainya, siswa yang pertama mendapat kesempatan menjawab soal nomor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
1 gagal, maka siswa itu diharuskan menjawab soal berikutnya dan seterusnya
hingga siswa tersebut berhasil menjawab benar item soal pada suatu nomor soal
tertentu. Akan tetapi, pada kenyataannya terdapat beberapa hambatan yang
muncul ketika pembelajaran berlangsung sehingga pemahaman konsep siswa pada
siklus I belum mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan. Hambatan
tersebut perlu diatasi pada siklus II agar pembelajaran lebih maksimal dan
pemahaman konsep siswa meningkat. Kemudian setelah pelaksanaan
pembelajaran pada siklus II diterapkan alternatif pemecahan masalah untuk
mengatasi hambatan yang dialami pada pembelajaran siklus I, pemahaman konsep
siswa menjadi meningkat dan indikator kinerja yang ditetapkan oleh peneliti dapat
dicapai.
Berdasarkan hasil tes dan proses pembelajaran pada tiap siklus yang
dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa penerapan model kooperatif tipe snowball
drilling dapat meningkatkan pemahaman konsep perjuangan melawan penjajahan
pada siswa kelas VB SDN Sambeng, Todanan, Blora, tahun 2012.
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan penelitian ini yaitu: penerapan model kooperatif
tipe snowball drilling dapat meningkatkan pemahaman konsep perjuangan
melawan penjajahan pada siswa kelas VB SDN Sambeng, Todanan, Blora tahun
2012, maka implikasi penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:
1. Implikasi Teoretis
Peningkatan pemahaman konsep perjuangan melawan penjajahan
pada siswa kelas VB SDN Sambeng melalui model kooperatif tipe snowball
drilling mengimplikasikan bahwa hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan
sebagai salah satu acuan untuk menerapkan model kooperatif tipe snowball
drilling dalam pembelajaran. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan referensi
bagi peneliti lain untuk menambah wawasan mereka mengenai teori dan
penerapan model kooperatif tipe snowball drilling dalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
2. Implikasi Praktis
Penelitian ini membuktikan bahwa hasil pembelajaran meningkat
setelah diterapkan model kooperatif tipe snowball drilling. Berdasarkan pada
hasil tersebut, maka model kooperatif tipe snowball drilling dapat digunakan
sebagai salah satu alternatif model pembelajaran untuk diterapkan dalam
pembelajaran di kelas dan dapat digunakan oleh guru sebagai masukan dalam
upaya meningkatkan pemahaman konsep perjuangan melawan penjajahan pada
pembelajaran IPS. Selain itu, penelitian ini dapat digunakan dan dikembangkan
oleh guru yang menghadapi masalah sejenis yang pada umumnya dimiliki oleh
sebagian besar siswa. Adanya kendala yang dihadapi dalam pembelajaran
melalui penerapan model kooperatif tipe snowball drilling sebisa mungkin
harus bisa diatasi. Oleh karena itu, semua aspek baik dari guru maupun siswa
harus diperhatikan agar mendukung keberhasilan suatu pembelajaran.
C. Saran
Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, serta dalam
rangka ikut menyumbangkan pemikiran bagi guru dalam meningkatkan
pemahaman konsep pada pembelajaran IPS, khususnya materi perjuangan
melawan penjajahan, maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
a) Siswa harus lebih aktif dalam meningkatkan keberanian bertanya dan
menyampaikan ide atau pendapat dalam proses pembelajaran untuk
menambah pengetahuan, pemahaman, dan meningkatkan hasil belajar.
b) Siswa harus lebih berkonsentrasi ketika pembelajaran dengan menerapkan
model kooperatif tipe snowball drilling karena model tersebut
membutuhkan konsentrasi yang tinggi supaya siswa dapat mengikuti
pembelajaran dengan baik.
2. Bagi Guru
a) Dalam penyampaian materi, guru hendaknya menerapkan model
pembelajaran yang sesuai sehingga dapat memberikan kemudahan bagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
siswa untuk lebih memahami konsep dan mampu memberikan pengalaman
yang berbeda dan bervariasi.
b) Guru hendaknya berusaha meningkatkan kompetensi profesionalnya dalam
merancang proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan agar pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa.
Pembelajaran yang menarik dan menyenangkan akan memudahkan siswa
untuk memahami suatu konsep.
3. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi sekolah dalam
meningkatkan mutu pembelajaran yaitu dengan menerapkan model kooperatif
tipe snowball drilling dalam pembelajaran untuk materi perjuangan melawan
penjajahan pada pembelajaran IPS dan materi-materi lainnya yang sesuai.
4. Bagi Peneliti Lain
Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya
menghindari kemungkinan-kemungkinan hambatan dalam pelaksanaan model
kooperatif tipe snowball drilling dan mempersiapkan alternatif untuk
mengatasinya agar pemahaman konsep siswa meningkat.