PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE KANCING ......PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE KANCING GEMERINCING...
Transcript of PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE KANCING ......PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE KANCING GEMERINCING...
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE
KANCING GEMERINCING DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA
GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS
CERITA PENDEK MURID KELAS VI SD NEGERI 1 LEJANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
FATHUL JANNAH
105401109416
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2020
ii
iii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Kantor: Jl. Sultan Alauddin No.259, Telp. (0411)-866132, Fax. (0411)-860132
iv
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Fathul Jannah
NIM : 10540 11094 16
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Judul Skripsi : Penerapan Model Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing
dengan Menggunakan Media Gambar dalam Meningkatkan
Kemampuan Menulis Cerita Pendek Murid Kelas VI
SD Negeri 1 Lejang
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji
adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan
oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi
apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, 2020
Yang Membuat Pernyataan
Fathul Jannah
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Kantor: Jl. Sultan Alauddin No.259, Telp. (0411)-866132, Fax. (0411)-860132
v
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Fathul Jannah
NIM : 10540 11094 16
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah dasar
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya
akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penciplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi.
4. Apabila saya melanggar pada perjanjian pada butir 1, 2, dan 3 saya bersedia
menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini kami buat dengan penuh kesadaran
Makassar, 2020
Yang Membuat Perjanjian
Fathul Jannah
vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN
“Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Maka
apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja
keras (untuk urusan yang lain)”
(Q.S Asy-Syarh: 6-7)
Kupersembahkan karya ini sebagai wujud syukur dan terima kasihku untuk ayah
dan ibuku tercinta, serta saudara-saudaraku yang senantiasa tulus dan ikhlas
memberikan do’a serta bantuannya baik berupa materi maupun moril dalam
mewujudkan harapan penulis.
vii
ABSTRAK
Fathul Jannah. 2020. Penerapan Model Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing
dengan Menggunakan Media Gambar dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis
Cerita Pendek Murid Kelas VI SD Negeri 1 Lejang. Skripsi. Jurusan Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Munirah dan Pembimbing II Abdul
Munir.
Masalah utama dalam penelitian ini, yaitu apakah dengan penerapan model
kooperatif tipe kancing gemerincing dengan menggunakan media gambar dapat
meningkatkan kemampuan menulis cerita pendek murid kelas VI SD Negeri 1
Lejang. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis cerita
pendek murid kelas VI SD Negeri 1 Lejang melalui penerapan model kooperatif
tipe kancing gemerincing dengan menggunakan media gambar.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action
research) yang terdiri dari dua siklus, setiap siklus dilaksanakan sebanyak tiga kali
pertemuan. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi,
dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah murid kelas VI SD Negeri 1 Lejang
Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep sebanyak 22 orang, terdiri dari 9 murid
laki-laki dan 13 murid perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah observasi dan tes hasil belajar yang dianalisis dengan teknik analisis
kuantitatif dan teknik analisis kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I yang tuntas secara
individual hanya 9 murid atau 40,91% yang memenuhi Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) dengan nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 63,18 atau berada
pada kategori rendah. Sedangkan, pada siklus II adalah 21 murid atau 95,45% yang
memenuhi KKM dengan nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 80,91 atau berada
pada kategori tinggi.
Kemudian, terjadi juga peningkatan pada setiap aspek yang diamati dalam
aktivitas belajar murid dari siklus I ke Siklus II. Pertama, murid yang
memperhatikan pembahasan materi hanya 75% menjadi 88,65%. Kedua, murid
yang aktif bertanya pada saat proses pembelajaran berlangsung hanya 36,36%
menjadi 63,65%. Ketiga, murid yang menelaah dan membaca kembali cerita
pendek hasil diskusi kelompok hanya 45,45% menjadi 68,18%. Keempat, murid
yang menggunakan kancing untuk mengeluarkan pendapatnya saat berdiskusi
hanya 68,18% menjadi 90,95%. Kelima, murid yang menyimak ketika temannya
menyampaikan hasil diskusinya hanya 63,65% menjadi 84,09%. Dan keenam,
murid yang memberikan tanggapan kepada kelompok yang telah menyampaikan
hasil diskusinya pada siklus I hanya 34,09% lalu pada siklus II menjadi 54,55%.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa melalui
penerapan model kooperatif tipe kancing gemerincing dengan menggunakan
media gambar dapat meningkatkan kemampuan menulis cerita pendek murid
kelas VI SD Negeri 1 Lejang.
Kata kunci: model kooperatif, kancing gemerincing, kemampuan menulis, cerita
pendek, media gambar.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Mengabulkan Do’a. dia tidak menolak
permohonan dan tidak pernah memupuskan harapan. Dialah yang pantas dipuji dan
dipuja. Memuji-Nya atas nikmat agung yang tiada terkira yang telah diberikan
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat
guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar. Shalawat dan salam yang melimpah semoga selalu
tercurah kepada Nabiullah Muhammad saw, keluarganya, sahabatnya, dan para
pengikutnya yang istiqomah dan setia dijalan-Nya hingga akhir zaman.
Berkat motivasi dan bantuan dari berbagai pihak dalam perampungan
skripsi ini, akhirnya penulis dapat menyelesaikannya dengan baik meskipun masih
terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Segala rasa hormat,
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada H. Abd. Azis Ramli dan
Hj. Hasbiah sebagai kedua orang tua penulis yang telah berjuang, berdo’a,
mengasuh, membesarkan, mendidik, dan membiayai penulis dalam proses
pencarian ilmu.
Demikian pula penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima
kasih kepada Dr. Munirah, M.Pd., dosen pembimbing I dan Dr. Drs. Abdul Munir,
M.Pd., dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
arahan, motivasi, serta bimbingan dengan penuh kesabaran dan ketulusan kepada
penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
ix
Tidak lupa pula penulis juga menyampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih kepada Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah memberi peluang untuk mengikuti proses
perkuliahan pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
yang telah memberikan izin sehingga penelitian ini dapat terlaksana. Aliem Bahri,
S.Pd., M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan seluruh staf
pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang penuh
perhatian dalam membimbing dan memfasilitasi selama proses perkuliahan hingga
penyusunan skripsi.
Ibu Sahriah, S.Pd Kepala Sekolah SD Negeri 1 Lejang dan Ibu Hj. Rukiah,
S.Pd wali kelas VI, yang telah memberikan izin dan bantuan kepada peneliti dalam
melaksanakan penelitian.
Serta seluruh rekan mahasiswa jurusan PGSD angkatan 2016 terkhususnya
untuk teman-teman kelas C atas segala kebersaamaan, motivasi, saran, dan
bantuannya kepada penulis. Akhir kata, dengan segala kerendahan hati, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak karena penulis yakin bahwa
suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Semoga dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca, terutama bagi penulis pribadi. Aamiin
allahumma aamiin.
Makassar, 2020
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN .......................................................................................... v
MOTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... vi
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN
HIPOTESIS TINDAKAN ...................................................................................... 7
A. Kajian Pustaka ............................................................................................ 7
1. Menulis ................................................................................................. 7
2. Cerita Pendek ..................................................................................... 12
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing ........... 15
4. Media Pembelajaran ........................................................................... 21
5. Media Gambar .................................................................................... 24
6. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................. 25
xi
B. Kerangka Pikir ......................................................................................... 27
C. Hipotesis Tindakan ................................................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 29
A. Jenis Penelitian ......................................................................................... 29
B. Subjek dan Lokasi Penelitian ................................................................... 29
C. Faktor yang Diselidiki ............................................................................... 29
D. Prosedur Penelitian ................................................................................... 30
E. Instrumen Penelitian ................................................................................. 34
F. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 37
G. Teknik Analisis Data ................................................................................ 37
H. Indikator Keberhasilan ............................................................................. 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 40
A. Hasil Penelitian ........................................................................................ 40
1. Siklus I ............................................................................................... 40
2. Siklus II .............................................................................................. 53
B. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................... 65
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 68
A. Simpulan .................................................................................................. 68
B. Saran ......................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 70
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif ................................ 19
2.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Model Kooperatif Tipe
Kancing Gemerincing .............................................................................. 20
2.3 Kelompok Media Menurut Anderson ...................................................... 24
3.1 Pedoman Observasi Aktivitas Belajar Murid ........................................... 34
3.2 Pedoman Observasi Aktivitas Kegiatan Guru .......................................... 34
3.3 Pedoman Penilaian Menulis Cerita Pendek (Cerpen) .............................. 36
3.4 Kriteria Penilaian ..................................................................................... 38
4.1 Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus I .......................................... 45
4.2 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Murid pada Siklus I ........................... 47
4.3 Statistik Skor Kemampuan Menulis Cerita Pendek Murid Siklus I ......... 49
4.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kemampuan Menulis
Cerita Pendek Siklus I .............................................................................. 49
4.5 Distribusi Frekuensi, Persentase, dan Kategori Ketercapaian
Ketuntasan pada Siklus I .......................................................................... 50
4.6 Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus II ........................................ 58
4.7 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Murid pada Siklus II .......................... 60
4.8 Statistik Skor Hasil Belajar Murid pada Siklus II .................................... 62
4.9 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kemampuan Menulis
Cerita Pendek pada Siklus II .................................................................... 62
4.10 Distribusi Frekuensi, Persentase, dan Kategori Ketercapaian
Ketuntasan Siklus II ................................................................................. 63
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Bagan Kerangka Pikir .............................................................................. 28
3.1 Penelitian Tindakan Model Hopkins ........................................................ 30
4.1 Grafik Ketuntasan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Siklus I ............ 50
4.2 Grafik Ketuntasan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Siklus II ........... 63
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
LAMPIRAN 2 DAFTAR HADIR MURID PADA SIKLUS I DAN SIKLUS II
LAMPIRAN 3 HASIL OBSERVASI AKTIVITAS MURID PADA SIKLUS I
DAN SIKLUS II
LAMPIRAN 4 HASIL OBSERVASI AKTIVITAS GURU PADA SIKLUS I
DAN SIKLUS II
LAMPIRAN 5 HASIL TES MURID PADA SIKLUS I DAN SIKLUS II
LAMPIRAN 6 KETUNTASAN BELAJAR MURID PADA SIKLUS I DAN
SIKLUS II
LAMPIRAN 7 PERBANDINGAN NILAI MURID PADA SIKLUS I DAN
SIKLUS II
LAMPIRAN 8 PERSURATAN PENELITIAN
LAMPIRAN 9 DOKUMENTASI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu usaha sadar dan terencana dalam
membentuk manusia seutuhnya atau dapat pula dikatakan bahwa pendidikan adalah
suatu proses dalam kegiatan memanusiakan manusia. Hal ini sejalan dengan
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang
pendidikan nasional, yang menyatakan:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara”.
Masalah bahasa memegang peranan yang sangat penting. Pendidikan di
Indonesia menempatkan Bahasa Indonesia sebagai salah satu bidang studi yang
diajarkan di sekolah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk penguasaan
bahasa atau kemampuan murid berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran
Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk
berkomunikasi dengan baik dan benar baik secara lisan maupun tulisan.
Pembelajaran Bahasa Indonesia harus berisi usaha-usaha yang dapat membawa
serangkaian keterampilan.
Kemampuan berbahasa terdiri dari empat komponen yang perlu
dikembangkan, yaitu komponen menyimak, komponen berbicara, komponen
membaca dan komponen menulis. Setiap komponen itu sangat erat hubungannya
2
dengan komponen-komponen lainnya dengan cara yang beraneka ragam (Tarigan
dalam Nafi’ah, 2018: 30). Salah satu bidang garapan Bahasa Indonesia di SD yang
memegang peranan penting adalah pengajaran menulis. Menulis ialah menurunkan
atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang
dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang
grafik tersebut dan mereka dapat memahami suatu bahasa. Menulis merupakan
salah satu komponen berbahasa yang mempunyai peranan penting di dalam
kehidupan manusia. Tanpa melatih kemampuan menulis sejak dini maka anak didik
akan mengalami kesulitan dalam belajar terhadap semua mata pelajaran.
Pembelajaran menulis di sekolah dasar memiliki berbagai macam jenis salah
satunya adalah menulis narasi. Narasi adalah cerita yang menyajikan serangkaian
peristiwa (Nadhiroh, 2012). Dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada menulis
cerita pendek pada kelas VI di sekolah dasar. Guru harus membekali dirinya dengan
kemampuan menulis yang bagus serta dituntut mampu memilih model yang sesuai
dengan pembelajaran menulis cerita pendek sehingga dapat meningkatkan
kemampuan menulis murid.
Namun, harapan di atas tidak sesuai dengan kenyataannya. Berdasarkan
hasil wawancara peneliti dengan Ibu Hj. Rukiah, S.Pd guru kelas VI SD Negeri 1
Lejang diperoleh keterangan bahwa kemampuan murid dalam menulis cerita
pendek masih kurang karena selama ini guru masih menggunakan model
pembelajaran yang bersifat konvensional, yaitu dengan ceramah sehingga murid
kurang termotivasi dan cenderung bosan dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini
menyebabkan rata-rat nilai ulangan murid masih rendah, dari 22 murid hanya 35%
3
dari mereka memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yang
artinya masi ada 65% murid yang belum mencapai batas KKM. Nilai KKM dari
mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VI SD Negeri 1 Lejang adalah 65. Selain itu
partisipasi murid pun masih rendah, menurut Ibu Hj. Rukiah masih adanya murid
yang kurang berkontribusi dalam pembelajaran, adanya murid yang cerita serta
bermain-main pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Model pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang menumbuhkan
kreativitas murid dalam mengungkapkan gagasan, menentukan kalimat-kalimat
yang tepat, maupun mendengarkan pandangan atau pemikiran teman kelompoknya.
Karena itu, diperlukan sebuah model pembelajaran untuk meningkatkan
kemampuan murid dalam menulis khususnya dalam menulis cerita pendek. Salah
satu model pembelajaran yang tepat adalah dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing yang dipadukan dengan media
gambar. Ini didasari oleh pertimbangan bahwa kemampuan menulis adalah
kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang grafis yang dimengerti oleh
penulis itu sendiri maupun orang lain, serta pemerataan tanggung jawab akan
terpacu apabila semua anggota aktif tanpa menggantungkan diri pada rekannya.
Kancing gemerincing memastikan bahwa setiap murid mendapat kesempatan untuk
berperan serta, sedangkan penggunaan media gambar itu sendiri membantu
pemahaman murid tentang gambaran cerita yang dimaksud.
“Model kooperatif tipe kancing gemerincing dalam kegiatannya masing-
masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan
kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran orang lain.
Keunggulan teknik untuk mengatasi hambatan pemerataan umpatan yang
sering mewarnai kerja kelompok. Karena dalam kerja kelompok sering ada
anggota yang terlalu dominan bicara, sementara anggota lain pasif. Artinya
4
pemerataan tanggung jawab dalam kelompok tidak tercapai, karena anggota
yang pasif akan terlalu menggantungkan diri pada rekannya yang dominan”
(Lie, 2008: 63).
Model kooperatif tipe kancing gemerincing dikembangkan oleh Spencer
Kagan (1992). Model ini dapat diterapkan pada semua mata pelajaran dan semua
tingkatan kelas. Dalam kegiatan kancing gemerincing, masing-masing anggota
kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan
mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain.
Keunggulan lain dari model pembelajaran ini adalah untuk mengatasi
hambatan yang sering mewarnai kerja kelompok. Karena, kebanyakan dalam
kelompok seringkali ada satu anak yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang
lebih dominan, sehingga tidak terjadi pemerataan tanggung jawab dalam kelompok.
Permasalahan di atas harus diatasi atau diteliti agar dapat meningkatkan
kemampuan murid khususnya dalam menulis cerita pendek. Berdasarkan uraian di
atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan
Model Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing dengan Menggunakan Media
Gambar dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Murid
Kelas VI SDN 1 Lejang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut: “Apakah penerapan model kooperatif tipe kancing
gemerincing dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan kemampuan
menulis cerita pendek murid kelas VI SDN 1 Lejang?”
5
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas maka yang
menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menulis
cerita pendek murid kelas VI SDN 1 Lejang melalui penerapan model kooperatif
tipe kancing gemerincing dengan menggunakan media gambar.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini dapat dijabarkan menjadi manfaat
teoretis dan manfaat praktis. Manfaat teoretis, yaitu manfaat dalam bentuk teori
yang diperoleh dari penelitian, sedangkan manfaat praktis adalah manfaat yang
diperoleh secara praktis dari penelitian, yaitu manfaat dari penerapan model
kooperatif tipe kancing gemerincing dengan media gambar dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
peneliti, murid, guru, dan sekolah tempat penelitian dilaksanakan.
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat teoretis, yaitu sebagai
masukan dalam mengatasi permasalahan pembelajaran yang terjadi, memberikan
informasi mengenai model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing yang
dapat digunakan dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran Bahasa
Indonesia materi menulis cerita pendek.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi banyak pihak, yaitu
murid, guru, sekolah, dan peneliti.
6
a) Bagi Murid
Manfaat yang diperoleh murid dari penelitian ini, yaitu meningkatkan
kemampuan murid dalam menulis cerita pendek, meningkatkan keaktifan dan
keterlibatan murid dalam proses pembelajaran menulis cerita pendek, dan
meningkatkan kerjasama antarmurid.
b) Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi guru. Manfaat tersebut
antara lain, mengoptimalkan proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran, dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menarik, serta
menambah pengetahuan dan pengalaman guru tentang model kancing gemerincing.
c) Bagi Sekolah
Manfaat dari penelitian bagi sekolah, diantaranya dapat meningkatkan
motivasi sekolah dalam menciptakan sistem pembelajaran yang kreatif dan inovatif,
serta dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam rangka memajukan dan
meningkatkan prestasi sekolah.
d) Bagi Peneliti
Bagi peneliti, yaitu meningkatnya daya pikir dan keterampilan dalam
melakukan pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada materi menulis cerita
pendek dengan menggunakan model kancing gemerincing dan media gambar.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Pustaka
1. Menulis
a. Pengertian Menulis
Kamus lengkap Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa kata menulis berasal
dari kata “tulis”. Tulis adalah ada huruf (angka dan sebagainya digurat dan
sebagainya) dengan pena (pensil, cat, dan sebagainya). Menulis adalah membuat
huruf, angka, dan sebagainya dengan pena, pensil, cat, dan sebagainya dengan
tulisan (dalam Munirah, 2018: 154).
Menurut Abidin, menulis adalah suatu proses berkomunikasi secara tidak
langsung antara penulis dan pembacanya (dalam Nafi’ah, 2018: 93). Selanjutnya,
menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan
menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya (Suparno dan Yunus dalam
Dalman, 2016: 4).
Menulis merupakan kegiatan pengungkapan ide, gagasan, pikiran, atau
perasaan secara tertulis (dalam Munirah, 2018: 154). Dalam hal ini, menulis juga
dapat dikatakan sebagai kegiatan merangkai huruf menjadi kata atau kalimat untuk
disampaikan kepada orang lain, sehingga dapat memahaminya dan terjadinya
komunikasi antarpenulis dan pembaca dengan baik.
8
Ada beberapa ahli berpendapat mengenai pengertian menulis sebagai
berikut. (1) Menurut Tarigan, menulis adalah menurunkan atau melukiskan
lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahan yang dipahami oleh
seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut
sepanjang mereka memahami bahasa dan gambaran-gambaran tersebut. (2)
Menurut Musaba, menulis adalah berarti melahirkan atau mengungkapkan pikiran
atau perasaan melalui suatu lambang atau tulisan. (3) Menurut Enre, menulis
merupakan kemampuan mengungkapkan pikiran dan juga perasaan dalam tulisan
yang efektif. (4) Menurut Sabir, menulis merupakan keterampilan berbahasa yang
dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, secara tatap muka
dengan orang lain. (5) Menurut Takala, menulis merupakan sistem yang
konvensional yang dapat dilihat dan dibaca (dalam Kasupardi, Endang dan
Supriatna, 2010: 5).
Ada beberapa persyaratan yang sebaiknya dimiliki oleh seorang murid untuk
menghasilkan tulisan yang baik. Syarat-syarat tersebut adalah: (1) kemampuan
untuk menemukan masalah yang akan ditulis, (2) kepekaan terhadap kondisi
pembaca, (3) kemampuan menyusun rencana penulisan, (4) kemampuan
menggunakan Bahasa Indonesia, (5) kemampuan memulai menulis, dan (6)
kemampuan memeriksa karangan sendiri, (Syafi’e dalam Effendy, 2012).
Menulis sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Menulis merupakan
keterampilan berbahasa yang kompleks, untuk itu perlu dilatihkan secara teratur
dan cermat sejak kelas awal SD. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang
produktif dan ekspresif karena penulis harus terampil menggunakan grofologi,
9
struktur bahasa, dan memiliki pengetahuan bahasa yang memadai (Morsey dalam
Santosa, 2008: 3.21). Pembelajaran menulis akan efektif bila murid diberi banyak
kesempatan untuk berlatih dan juga disediakan saluran untuk mempublikasikan
aneka karya tulisan yang diproduksinya.
Berdasarkan pendapat dari beberapa para ahli, dapat disimpulkan bahwa
menulis adalah suatu keterampilan berbahasa dalam mengungkapkan gagasan,
pendapat, perasaan atau sikap ke dalam bentuk tulisan atau lambang-lambang grafik
yang ingin disampaikan kepada pembaca.
b. Tujuan Menulis
Secara umum, kegiatan menulis biasa dilakukan karena kesenangan, untuk
memberi informasi atau untuk mempengaruhi pembaca. Tujuan menulis menurut
Sujanto (dalam Kasupardi, 2010: 8) sebagai berikut: (1) mengekspresikan perasaan,
(2) memberi informasi, (3) mempengaruhi pembaca, dan (4) memberi huburan.
Selanjutnya, tujuan menulis menurut Hugo Hartig adalah sebagai berikut.
(1) Tujuan Penugasan. Penulis tidak memiliki tujuan, untuk apa dia menulis.
Penulis hanya menulis, tanpa mengetahui tujuannya. Dia menulis karena mendapat
tugas bukan atas kemauan sendiri. (2) Tujuan Altruistik. Penulis bertujuan untuk
menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin
menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalaran
penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih
menyenangkan dengan karyanya itu. (3) Tujuan Persuasif. Penulis bertujuan
mempengaruhi pembaca agar para pembaca yakin akan kebenaran gagasan atau ide
yang dituangkan atau diutarakan oleh penulis. (4) Tujuan Informasional/Tujuan
10
Penerangan. Penulis menuangkan ide gagasan dengan tujuan memberi informasi
atau keterangan kepada pembaca. (5) Tujuan Pernyataan Diri. Penulis berusaha
untuk memperkenalkan atau menyatakan dirinya sendiri kepada para pembaca.
Dengan melalui tulisannya, pembaca dapat memahami siapa sebenarnya sang
penulis itu. (6) Tujuan Kreatif. Penulis bertujuan agar para pembaca dapat memiliki
nilai-nilai artistik atau nilai-nilai kesenian dengan membaca tulisan si penulis. (7)
Tujuan Pemecahan Masalah. Penulis berusaha memecahkan suatu masalah yang
dihadapi (dalam Kasupardi, 2010: 8-9).
c. Manfaat Menulis
Menulis memiliki banyak manfaat yang dapat dipetik dalam kehidupan ini,
diantaranya adalah (1) menulis untuk peningkatan kecerdasan, (2) menulis sebagai
pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, (3) menulis sebagai penumbuh
keberanian penulis, dan (4) dengan menulis, penulis akan terdorong kemauan dan
kemampuannya untuk mengumpulkan informasi (dalam Dalman, 2016: 6).
Kemudian, manfaat dari kegiatan menulis, yaitu sebagai berikut (1)
wawasan tentang suatu topik bertambah luas dan dalam. (2) Dengan menulis
tentang sesuatu, penulis terpaksa belajar tentang sesuatu itu serta berpikir atau
bernalar, mengumpulkan fakta, menghubungkan- menghubungkan, serta menarik
kesimpulan. (3) Menulis berarti menyusun gagasan secara runtut dan sistematis.
dengan demikian, penulis menjelaskan sesuatu yang semula masih samar bagi
dirinya. (4) Jika menulis, penulis menuangkan gagasannya ke atas kertas, sehingga
ada jarak antara penulis dengan gagasan itu. Dengan demikian, akan lebih mudah
dengan menilai gagasannya. (5) Dengan menuliskan permasalahan di atas kertas,
11
akan lebih mudah memecahkannya. (6) Tugas menulis mengenai suatu topik
memaksakan untuk belajar secara aktif. (7) Kegiatan menulis yang terencana akan
membiasakan untuk berpikir dan berbahasa secara tertib (dalam Kasupardi, 2010:
9-10).
d. Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar
Bahasa Indonesia merupakan suatu alat yang penting dalam rangka
merealisasikan dan mencapai tujuan kebahasaan Indonesia, yaitu meningkatkan
kemampuan murid dalam berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia, baik secara
lisan maupun tulisan. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP),
standar isi Bahasa Indonesia sebagai berikut: “Pembelajaran Bahasa Indonesia
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi
dengan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis,
serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia”.
Pengajaran Bahasa Indonesia juga dimaksudkan untuk melatih keterampilan
mendengar, berbicara, membaca, dan menulis yang masing-masing erat
hubungannya (Nafi’ah, 2018: 34).
Pembelajaran menulis pada kelas rendah, yaitu murid diperkenalkan dengan
membuat/menulis huruf-huruf atau alphabet latin dan merangkainya menjadi kata-
kata, selain itu juga murid dibiasakan untuk menulis dengan sikap yang benar
seperti memegang dan menggunakan alat tulis. Kemudian di SD kelas tinggi,
setalah murid menguasai teknik menulis kata, kemudian dilanjutkan dengan latihan
merangkaikan kata-kata menjadi kalimat, dan kalimat- kalimat menjadi paragraf,
12
dan yang terakhir paragraf- paragraf disusun menjadi sebuah wacana (Nafi’ah,
2018: 99).
Kemampuan menulis adalah kemampuan seseorang untuk menuangkan
buah pikiran, ide, gagasan, dengan mempergunakan rangkaian bahasa tulis yang
baik dan benar (Effendy, 2012). Kepandaian seseorang dalam menulis tidak selalu
ditentukan oleh faktor-faktor yang memiliki hubungan dengan kemampuan
menulis, yaitu kemampuan menyimak, kemampuan berbicara, dan kemampuan
membaca. Jelaslah bahwa ketiga faktor tersebut merupakan bagian dari sejumlah
faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan menulis seseorang. Agar
pembelajaran menulis di SD dapat terlaksana dengan baik maka guru harus terampil
di dalam merancang dan mengelola proses pembelajaran, guru hendaknya dapat
menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran (Munirah,
dkk, 2019: 733).
2. Cerita Pendek
a. Pengertian Cerita Pendek
Cerita pendek adalah kisahan pendek (kurang dari 10.000 kata) yang
dimaksudkan memberikan kesan tunggal yang dominan (Panuti Sudjiman, 1984:
15). Dalam KBBI, (2008: 263) dikatakan bahwa cerita pendek adalah kisahan
pendek kurang dari 10.000 kata yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan
memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi atau pada suatu ketika (dalam
Darusuprapti, 2015: 33).
Cerpen merupakan genre fiksi yang bentuknya ada dua, yaitu (1) cerita fiksi
yang rangkaian peristiwanya panjang dan menghadirkan banyak konflik dan
13
persoalan yang disebut dengan novel atau raman, sedangkan (2) yang rangkaian
peristiwanya pendek dan menghadirkan satu konflik dalam satu persoalan yang
disebut cerita pendek (selanjutnya disebut cerpen). Menurut Ellery Sedgwick
(dalam Mahendra, 2017: 7), cerpen adalah penyajian suatu keadaan tersendiri atau
suatu kelompok keadaan yang memberikan kesan yang tunggal pada jiwa pembaca.
Cerita pendek berisi cerita khayalan imajinasi yang tidak terlalu panjang.
Aminudin (dalam Darusuprapti, 2015: 33-34) menyebutkan bahwa ciri-ciri cerita
pendek sebagai berikut. (1) Cerita pendek dapat kita baca hanya dengan sekali
duduk. Maksudnya, kita bisa dapat membacanya langsung bisa selesai dalam waktu
itu juga. Tidak seperti novel yang bisa selesai dibaca dalam beberapa jam bahkan
beberapa hari. (2) Tokoh-tokoh yang ada dalam cerita pendek lebih sedikit
dibandingkan dengan tokoh-tokoh yang ada dalam novel. (3) Jalan cerita dalam
cerita tidak sepanjang cerita jalan cerita yang ada dalam novel. Dalam cerita
pendek, biasanya hanya ada satu urutan peristiwa.
b. Unsur-Unsur Cerita Pendek
Unsur-unsur cerita pendek adalah sebagai berikut. (1) Tema. Menurut
Lukens tema dalam sastra adalah ide-ide yang membangun sebuah cerita, seperti
masyarakat, sifat-sifat manusia, atau kondisi manusia. Selanjutnya, dinyatakan
bahwa tema adalah permasalahan pokok dalam sebuah cerita. Menurut Tompkin,
tema adalah makna tersirat dari cerita dan menunjukkan kebenaran bahwa tema
adalah makna tersirat dari cerita dan menunjukkan kebenaran umum tentang sifat
manusia. Menurut beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tema
merupakan dasar pemikiran yang melandasi suatu karya sastra. Melalui tema inilah
14
pengarang mengungkapkan apa yang ia lihat, dengar, serta ia rasakan sehingga
dapat dinikmati oleh pembaca. (2) Alur. Menurut Burhan Nurgiyantoro, plot adalah
urutan kejadian/peristiwa dalam sebuah cerita yang disusun oleh pengarang
berdasarkan urutan kaitan sebab akibat. Menurut Lukens, alur atau plot adalah
urutan peristiwa yang menunjukkan perilaku tokoh. Pernyataan tersebut didukung
Tompkins, alur atau plot adalah urutan kejadian yang melibatkan tokoh dengan
situasi konflik. Jadi alur dalam cerita yaitu jalinan peristiwa dalam sebuah cerita
yang memperhatikan hubungan sebab akibat sehingga cerita itu merupakan
keseluruhan yang padu, bulat, dan utuh. (3) Tokoh dan Penokohan. Jones
menyatakan bahwa penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang
seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Penokohan meliputi pelaku cerita,
perwatakan tokoh, dan pelukisan tokoh. Tokoh dan penggambaran karakter tokoh
yang terdapat dalam cerita pendek bersifat terbatas. Baik karakter fisik maupun sifat
tokoh tidak digambarkan secara khusus, hanya tersirat dalam cerita yang
disampaikan sehingga pembaca harus mengkontruksikan sendiri gambaran yang
lebih lengkap tentang tokoh itu. Enny Zubaidah menyatakan bahwa tokoh cerita
adalah sebagai pelaku cerita. Ia memiliki sifat, kebiasaan, dan tingkah laku yang
secara keseluruhan mampu menggambarkan seseorang. (4) Latar atau Setting.
Menurut Abrams, latar adalah landasan tumpu yang menyaran pada pengertian
tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial terjadinya peristiwa. Pelukisan
latar cerita dalam cerita pendek jumlahnya terbatas. Cerita pendek tidak
memerlukan detail-detail khusus tentang keadaan latar. Penggambaran latar
dilakukan secara garis besar dan bersifat implisit, namun tetap memberikan suasana
15
terrtentu yang dimaksudkan. Kemudian, menurut Enny Zubaidah, latar
menggambarkan tempat, suasana, dan waktu terjadinya peristiwa ketika peristiwa
tersebut berlangsung. (5) Amanat. Waluyo mengungkapkan amanat, pesan, nasehat
merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah membaca cerpen. Amanat
dirumuskan sendiri oleh pembaca. Cara menyimpulkan amanat cerpen sangat
berkaitan dengan cara pandang pembaca terhadap suatu hal. Meskipun ditentukan
berdasarkan cara pandang pembaca, amanat tidak lepas dari tema dan isi cerpen
yang dikemukakan penulis. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa amanat
merupakan makna tersirat yang disampaikan penulis dalam cerpennya. (6) Gaya
Penceritaan. Suharianto mengatakan bahwa gaya bahasa dalam karya sastra
mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai alat penyampaian maksud pengarang dan
sebagai penyampaai perasaan. Artinya, melalui karya sastra seorang pengarang
bukan hanya sekedar bermaksud memberitahukan kepada pembaca mengenai apa
yang dilakukan dan dialami tokoh dalam ceritanya, melainkan bermaksud pula
untuk mengajak pembacanya untuk ikut merasakan apa yang dilakukan oleh tokoh
cerita. Menurut Charlotte Huck, Sudan Hepler, dan Janet Hickman, gaya
penceritaan yang baik itu sesuai antara plot, tema, penokohan (karakter), dan antara
gagasan dan penuangan gagasannya.
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing
a. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan
16
pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran,
pengelolaan kelas. “Setiap model pembelajaran mengarahkan kita dalam
merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran” (Joyce dalam Al-Tabany, 2015: 23).
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih suatu model
pembelajaran, yaitu materi pelajaran, jam pelajaran, tingkat perkembangan kognitif
murid, lingkungan belajar, dan fasilitas penunjang yang tersedia, sehingga tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Istilah model pembelajaran
memiliki makna yang lebih luas daripada strategi, metode, atau prosedur. Menurut
Kardi dan Nur, model pembelajaran memiliki empat ciri khusus yang tidak dimiliki
oleh strategi, metode, dan prosedur, yaitu:
“(1) Rasional teoritik, logis yang disusun oleh para pencipta dan
pengembangnya. (2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana murid
belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai). (3) Tingkah laku mengajar
yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. (4)
Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai” (dalam Al-Tabany, 2015: 24).
Arends, menyeleksi enam macam model pengajaran yang sering dan praktis
digunakan guru dalam mengajar, yaitu presentasi, pengajaran langsung, pengajaran
konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah, dan diskusi
kelas (dalam Al-Tabany, 2015: 26). Selanjutnya, “dalam mengajarkan suatu konsep
atau materi tertentu, tidak ada satu model pembelajaran yang lebih baik dari model
pembelajaran lainnya. Artinya untuk setiap model pembelajaran harus disesuaikan
dengan konsep yang lebih cocok dan dapat dipadukan dengan model pembelajaran
yang lain untuk meningkatkan hasil belajar murid” (Al-Tabany, 2011: 9).
17
Berdasarkan berbagai pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan model pembelajaran pada hakikatnya adalah teknik kegiatan
belajar mengajar yang dilakukan antara guru dan murid, dengan metode-metode
tertentu agar penyampaian materi yang dilakukan oleh seorang guru dapat diterima
dan dipahami secara baik dan benar oleh murid. Sehingga tercapailah tujuan
pembelajaran yang diharapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
b. Model Pembelajaran Kooperatif
Falsafah yang mendasari model pembelajaran gotong royong dalam
pendidikan adalah falsafah homo homini socius (Lie, 2008: 28). Kerjasama
merupakan kebutuhan yang sangat penting, artinya bagi kelangsungan hidup, tanpa
kerjasama tidak akan ada individu, keluarga, organisasi, atau sekolah. Tanpa
kerjasama penilitan dan penulisan ini tidak mungkin selesai, dan tanpa kerjasama
kehidupan ini sudah punah. Sedangkan, Roger, dkk. menyatakan bahwa:
“Pembelajaran kooperatif merupakan aktifitas pembelajaran kelompok yang
diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada
perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok pembelajar
yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas
pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran
anggota-anggota yang lain” (dalam Huda, 2013: 29).
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
membantu murid dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan
kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama di
antara sesama anggota kelompok yang akan meningkatkan motivasi, produktivitas,
perolehan hasil belajar yang lebih baik, dan dapat mendorong peningkatan
kemampuan murid dalam memecahkan berbagai permasalahan yang ditemui
selama pembelajaran. Belajar kooperatif ialah pembelajaran yang memaksimalkan
18
belajar murid untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara
individu maupun secara kelompok (Johnson dalam Al-Tabany, 2015: 109).
Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa murid akan lebih mudah
menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan
temannya. Murid secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu
memecahkan masalah-masalah kompleks. Sehingga Eggen dan Kauchak (dalam
Al-Tabany, 2015: 108) mengemukakan bahwa “dalam belajar kooperatif, murid
dibentuk dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari empat atau lima orang untuk
bekerjasama dalam menguasai materi yang diberikan guru”. Kelompok kecil
kooperatif sebagai suasana pembelajaran dimana para murid saling berinteraksi
dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi
mencapai tujuan bersama (Parker dalam Huda, 2013: 29). Dalam belajar kooperatif
murid belajar bersam sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas kelompok
untuk mencapai tujuan bersama (Artzt dan Newman dalam Al-Tabany, 2015: 108).
Manfaat penerapan belajar kooperatif, yakni dapat mengurangi kesenjangan
pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual (Zamroni dalam Al-
Tabany, 2015: 109). Di samping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan
solidaritas sosial di kalangan murid. Belajar kooperatif menekankan pada tujuan
dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok
mencapai tujuan atau penguasaan materi (Slavin dalam Al-Tabany, 2015: 109).
Berdasarkan pengertian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif, dapat mengembangkan kualitas diri
murid terutama kualitas aspek afektif murid yang dapat dilakukan secara bersama-
19
sama. Belajar dari kelompok kecil dengan prinsip kooperatif sangat baik digunakan
untuk mencapai tujuan belajar, baik yang sifatnya kognitif, afektif, maupun
psikomotor. Suasana belajar yang berlangsung dalam suasana interaksi saling
terbuka, percaya, dan rileks diantara anggota kelompok memberikan kesempatan
bagi murid untuk memperoleh dan memberi masukan diantara mereka untuk
mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, dan moral, serta keterampilan yang
ingin dikembangkan dalam pembelajaran.
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang
menggunakan pembelajaran kooperatif (Ibrahim, dkk dalam Al-Tabany, 2015: 117)
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase – 1
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut
dan memotivasi murid belajar.
Fase – 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada murid
dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan.
Fase – 3
Mengorganisasikan murid
ke dalam kelompok-
kelompok belajar.
Guru menjelaskan kepada murid bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efesien.
Fase – 4
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar.
Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
mereka.
Fase – 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari, masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase – 6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai
upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok.
20
c. Model Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing
Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Model
ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia
anak didik. Dalam kegiatan Kancing Gemerincing, masing-masing anggota
kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan
mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain. Model ini dapat
digunakan untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering
mewarnai kerja kelompok. Dalam banyak kelompok, sering ada anak yang terlalu
dominan dan banyak bicara. Sebaliknya, juga ada anak yang pasif dan pasrah saja
pada rekannya yang lebih dominan. Dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggung
jawab dalam kelompok bisa tidak tercapai karena anak yang pasif terlalu
menggantungkan diri pada rekannya yang dominan. Teknik ini memastikan setiap
murid mendapatkan kesempatan untuk berperan serta (Huda, 2013: 142). Langkah-
langkah pembelajaran model kooperatif dengan tipe kancing gemerincing adalah
sebagai berikut (Lie, 2008: 63-64).
Tabel 2.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Model Kooperatif Tipe
Kancing Gemerincing
Tahap Kegiatan
1
Guru menyiapkan kotak kecil yang berisi kancing-kancing
atau bisa juga benda-benda kecil lainnya, seperti kacang
merah, potongan sedotan, batang-batang lidi, sendok es
krim, dan sebagainya.
2
Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap murid dalam
masing-masing kelompok mendapat dua atau tiga buah
kancing (jumlah kancing bergantung pada sukar tidaknya
tugas yang diberikan).
21
3
Setiap kali seorang murid berbicara atau mengeluarkan
pendapat, dia harus menyerahkan salah satu kancingnya dan
meletakkannya di tengah-tengah kelompoknya.
4
Jika kancing yang dimiliki seorang murid, habis, dia tidak
boleh berbicara lagi sampai semua rekannya juga
menghabiskan kancing mereka.
5
Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum
selesai, kelompok boleh mengambil kesepakatan untuk
membagikan kancing lagi dan mengulangi prosedurnya
kembali.
4. Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
medium yang secara harfiah dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar
(Sanjaya, 2013: 204).
Media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk
tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, Koran, majalah, dan sebagainya
(Rossi dan Breidle dalam Sanjaya, 2013: 204). Kemudian menurut Rossi, alat-alat
semacam radio dan televisi kalau digunakan dan diprogram untuk pendidikan, maka
merupakan media pembelajaran.
Namun demikian, media bukan hanya berupa alat atau bahan saja, akan
tetapi hal-hal lain yang memungkinkan murid dapat memperoleh pengetahuan.
Menurut Gerlach, secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan atau
kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan murid memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Jadi, dalam pengertian ini, media bukan
hanya alat perantara, seperti tv, radio, slide, bahan cetakan, akan tetapi meliputi
orang atau manusia sebagai sumber belajar atau juga berupa kegiatan semacam
22
diskusi, seminar, karyawisata, simulasi, dan lain sebagaianya yang dikondisikan
untuk menambah pengetahuan dan wawasan, mengubah sikap murid atau untuk
menambah keterampilan (Sanjaya, 2013: 204-205).
a. Manfaat Media Pembelajaran
Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis
terhadap murid (Hamalik dalam Arsyad, 2017: 19).
Kemudian, Sudjana dan Rivai mengumakakan manfaat media pembelajaran
dalam proses belajar murid, yaitu: (1) pembelajaran akan lebih menarik perhatian
murid sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, (2) bahan pembelajaran akan
lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh murid dan
memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran, (3) metode
mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui
penuturan kata-kata oleh guru, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam
pelajaran, dan (4) murid dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak
hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain, seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain (dalam Arsyad, 2017:
28).
Manfaat media pendidikan yang dirincikan oleh Encyclopedia of
Educational Research sebagai berikut: (1) meletakkan dasar-dasar yang konkret
untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme, (2) memperbesar perhatian
murid, (3) meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh
23
karena itu membuat pelajaran lebih mantap, (4) memberikan pengalaman nyata
yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan murid, (5)
menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar
hidup, (6) membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan
kemampuan berbahasa, dan (7) memberikan pengalaman yang tidak mudah
diperoleh dengan cara lain dan membantu efesiensi dan keragaman yang leibh
banyak dalam belajar (dalam Arsyad, 2017: 28-29).
b. Klasifikasi Media Pembelajaran
Media pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam dua macam, yaitu
media tradisional dan media teknologi mutakhir, Seels dan Glasgow (dalam
Prastowo, 2015: 309). Kemudian, ada tiga klasifikasi media menurut sifatnya, yaitu
(1) media auditif (seperti radio dan rekaman suara), (2) media visual (seperti film,
slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak),
dan (3) media audiovisual (rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan
sebagainya), Sanjaya (dalam Prastowo, 2015: 309-310).
Menurut Rudy Brets, ada tujuh klasifikasi media, yaitu: (1) media
audiovisual gerak (film suara, pita video, film tv), (2) media audiovisual diam (film
rangkai suara), (3) audio semigerak (tulisan jauh bersuara), (4) media visual
bergerak (film bisu), (5) media visual diam (halaman cetak, foto, microphone, slide
bisu), (6) media audio (radio, telepon, pita audio), dan (7) media cetak (buku,
modul, bahan ajar mandiri). Pengelompokan media juga dikemukakan oleh
Anderson, yaitu sebagai berikut: (dalam Sanjaya, 2013: 213)
24
Tabel 2.3 Kelompok Media Menurut Anderson
No. Kelompok Media Media Instruksional
1 Audio a. Pita audio (rol atau kaset)
b. Piringan audio
c. Radiao (rekaman siaran)
2 Cetak a. Buku teks terprogram
b. Buku pegangan/manual
c. Buku tugas
3 Audio – Cetak a. Buku latihan dilengkapi kaset
b. Gambar/poster (dilengkapi audio)
4 Proyek Visual Diam a. Film bingkai (slide)
b. Film rangkai (berisi pesan verbal)
5 Proyek Visual Diam dengan
Audio
a. Film bingkai (slide) suara
b. Film rangkai suara
6 Visual Gerak a. Film bisu dengan judul (caption)
7 Visual Gerak dangan Audio a. Film suara
b. Video/vcd/dvd
8 Benda a. Benda nyata
b. Model tiruan (mock up)
9 Komputer Media berbasis computer, CAI
(Computer Assisted Instructional) &
CMI (Computer Managed Instructional)
5. Media Gambar
Gambar atau foto merupakan salah satu media grafis paling umum
digunakan dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena gambar atau foto
memiliki beberapa kelbihan, yakni sifatnya konkret, lebih realistis dibandingkan
dengan media verbal, dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja, baik
itu untuk usia muda maupun tua, murah harganya dan tidak memerlukan peralatan
khusus dalam penyampaiannya. Namun demikian, di samping kelebihan, gambar
atau foto memiliki kelemahan diantaranya, yakni hanya menekankan persepsi
indera mata dan ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar. (Sanjaya, 2013:
25
214). Media gambar merupakan salah satu media visual dalam bentuk grafis
(disajikan melalui kata-kata, kalimat, angka-angka, dan simbol/gambar) yang
memungkinkan terjadinya komunikasi yang diekspresikan lewat atau simbol.
6. Hasil Penelitian yang Relevan
Berikut ini adalah beberapa penelitian mengenai model kooperatif tipe
kancing gemerincing yang telah dilakukan.
Vikha Candra Marganingsih (2012), “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis
Puisi Pada Siswa Kelas V SD Negeri Pilangsari 1 Sragen Tahun Ajaran
2011/2012”. Hasil penelitian ini, yaitu terjadi peningkatan dari siklus pertama
hingga siklus ketiga.
Henu Pawitra Nugroho (2017), “Upaya Meningkatkan Kerja Keras Dan
Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Materi Menulis Pantun
Melalui Strategi Pembelajaran Talking Chips (Kancing Gemerincing) Di Kelas IV
SD Negeri 2 Lesmana”. Hasil penelitian ini adalah dapat meningkatkan kerja keras
dan prestasi belajar siswa.
I Komang Sucipta, I Gusti Ngurah Japa, dan I Gede Margunayasa (2018),
“Pengaruh Model Pembelajaran Kancing Gemerincing terhadap Hasil Belajar IPA
Kelas V”. Hasil penelitian tersebut dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar
IPA siswa kelas V Gugus IV Kecamatan Sidemen tahun pelajaran 2017/2018.
Listini dan Saraswati (2017) “Meningkatkan Kemampuan Menulis
Cerpen melalui Model Pembelajaran Sinektik Siswa Kelas VII SMP Sandika
26
Sukajadi”. Hasil penelitian ini membuktikan adanya peningkatan kemampuan
siswa dalam menulis cerpen.
Fajarsih Darusuprapti (2015), “Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita
Pendek menggunakan Media PopUp untuk Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah
Sidokarto Godean Sleman Yogyakarta”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
media popup dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek.
Ferdinandus Siki, Sunoto, dan Roekhan (2017) “Upaya Meningkatkan
Kemampuan Menulis Cerpen Berdasarkan Pengalaman Pribadi dengan Strategi
Pemodelan”. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kemampuan menulis dan kualitas pembelajaran pada siklus I
dan II mengalami peningkatan.
Zulfa Ulya (2019), “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Kancing Gemerincing untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Cerita pada
Siswa Kelas II SDI Nailul Falah Sukorejo-Pasuruan”. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa metode pembelajaran Kancing Gemerincing dapat diterapkan
dengan baik dalam pembelajaran.
Dari beberapa hasil penelitian tersebut, peneliti menemukan bahwa model
kooperatif tipe kancing gemerincing dapat meningkatkan kemampuan menulis
murid di sekolah dasar, baik itu menulis melengkapi cerita pendek, menulis puisi
dan menulis pantun. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peniliti juga tertarik untuk
menerapkan model kancing gemerincing dengan menggunakan media gambar
untuk meningkatkan kemampuan menulis cerita pendek murid kelas VI SDN 1
Lejang.
27
B. Kerangka Pikir
Menulis merupakan suatu kemampuan yang penting bagi masyarakat pada
umumnya dan bagi murid pada khususnya. Murid memerlukan kemampuan
menulis baik di sekolah maupun di masyarakat. Salah satu yang diajarkan di
sekolah adalah menulis cerita pendek.
Kondisi awal pada saat pembelajaran menulis cerita pendek di SDN 1
Lejang masih kurang efektif, sehingga murid masih kurang berkontribusi dalam
pembelajaran menulis cerita pendek. Hal ini juga mengakibatkan proses dan
kualitas hasil menulis cerita pendek menjadi rendah. Untuk itu, guru perlu
menerapkan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan
murid dalam menulis cerita pendek.
Salah satu model pembelajaran yang diterapkan adalah model pembelajaran
kooperatif tipe kancing gemerincing. Model pembelajaran ini dapat meningkatkan
minat murid dalam pembelajaran menulis cerita pendek, karena murid akan
bersemangat dengan adanya diskusi kelompok, saling bertukar pendapat, setiap
murid memiliki hak yang sama dalam mengutarakan pendapatnya sehingga murid
menjadi lebih mudah dalam pembelajaran. Pembelajaran dengan model kooperatif
menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan dapat meningkatkan
proses dan kualitas hasil pembelajaran menulis cerita pendek.
28
Berdasarkan uraian tersebut maka digambarkan dalam bentuk bagan di
bawah ini:
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir yang telah dipaparkan di
atas, maka hipotesis tindakannya adalah penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe kancing gemerincing dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan
kemampuan menulis cerita pendek murid kelas VI SDN 1 Lejang.
Kondisi Awal
Hasil Kemampuan
Menulis Cerita Pendek
Murid Meningkat
Pelaksanaan Siklus
Penerapan Model Kooperatif
Tipe Kancing Gemerincing
dengan Menggunakan Media
Gambar
Guru Mengajar dengan Model
Konvensional
Kemampuan Menulis Murid
Rendah
Tindakan
Kondisi Akhir
Pelaksanaan Siklus
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action
research). Penelitian tindakan kelas sebagai suatu bentuk penelaahan penelitian
yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat
memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara
lebih professional. Penelitian dilakukan dalam 4 tahap, yaitu perencanaan
(planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection).
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan kolaborasi bersama dengan guru.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas VI SD Negeri 1 Lejang
Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep. Subjek penelitian adalah murid kelas VI
SD Negeri 1 Lejang Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep, dengan jumlah
murid di kelas tersebut sebanyak 22 orang, dengan rincian 9 murid laki-laki dan 13
murid perempuan.
C. Faktor yang Diselidiki
Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini faktor yang diamati,
yaitu: (1) Faktor proses, yaitu melihat keaktifan murid berinteraksi dengan guru dan
sesama murid lainnya dalam proses belajar mengajar dan (2) Faktor hasil, yaitu
melihat hasil kemampuan menulis murid setelah tes akhir yang diberikan setiap
siklus.
30
D. Prosedur Penelitian
Dalam satu siklus pada penelitian tindakan kelas terdiri dari beberapa
kegiatan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kemudian, kegiatan-
kegiatan pada siklus kedua merupakan pengulangan dan perbaikan dari kegiatan
pada siklus pertama.
Secara umum, prosedur penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1 Penelitian Tindakan Model Hopkins (dalam Sanjaya, 2009: 47)
31
Secara rinci, prosedur penelitian tindakan kelas ini, dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Siklus I
Tahap 1 Perencanaan
Pada tahap ini, dilaksanakan kegiatan sebagai berikut: (1) menelaah
kurikulum Bahasa Indonesia SD kelas VI untuk kesesuaian waktu antara materi
pelajaran dengan rencana penelitian. (2) Membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). (3) Merancang media pembelajaran, berupa media gambar
yang dapat digunakan untuk mempermudah proses belajar mengajar. (4)
Menyiapkan teks cerita pendek untuk diberikan kepada murid. (5) Membuat lembar
observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas dengan
menggunakan model kooperatif tipe kancing gemerincing yang dipadukan dengan
media gambar. (6) Membuat alat evaluasi, yaitu tes tertulis dan rubrik penilaian.
Tahap 2 Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini, dilaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan
model kooperatif tipe kancing gemerincing yang dipadukan dengan media gambar
pada pokok bahasan melengkapi cerita dongeng. Adapun kegiatan yang dilakukan
pada tahap ini adalah: (1) guru menyampaikan atau mengenalkan topik, bahan
pelajaran, dan tujuan pembelajaran untuk hari itu. (2) Murid dibagi menjadi 5
kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang. (3) Cerita pendek
dibagikan kepada setiap kelompok, kemudian murid menelaah dan membaca cerita
tersebut untuk mengetahui maksud ceritanya. (4) Kancing-kancing/benda kecil
lainnya dibagikan kepada murid, masing-masing murid mendapatkan 2 buah
32
kancing. (5) Guru memberikan penjelasan teknik melengkapi cerita pendek dengan
berdiskusi menggunakan media kancing sebagai berikut: semua anggota kelompok
harus mengemukakan pendapatnya, yaitu kalimat yang tepat untuk melengkapi
cerita pendek sehingga cerita menjadi padu. Jika salah satu murid sedang berbicara
mengemukakan pendapatnya, maka murid yang lain harus mendengarkan pendapat
murid tersebut dan murid yang telah berbicara mengemukakan pendapatnya harus
menyerahkan salah satu kancing dan meletakkannya di tengah-tengah kelompok.
Jika kancing yang dimiliki seorang murid telah habis, dia tidak boleh berpendapat
lagi sampai rekan-rekannya juga menghabiskan kancing mereka. Jika kancing yang
dimiliki oleh murid dalam satu kelompok sudah habis sedangkan tugas belum
selesai, maka kelompok boleh mengambil kesempatan untuk membagikan kancing
lagi dan prosedur atau caranya diulangi lagi. (6) Guru menugaskan murid untuk
melengkapi cerita pendek dengan teknik kancing gemerincing yang telah
dijelaskan. (7) Setiap kelompok melengkapi cerita pendek dengan bimbingan guru.
(8) Setelah murid dalam kelompoknya menyelesaikan tugas melengkapi cerita
pendek, maka kelompok tersebut harus mengoreksi hasil tulisannya. (9) Setiap
kelompok berkesempatan membaca hasil menulis cerita dari tiap-tiap kelompok,
hal ini dimaksudkan agar dapat mengapresiasi hasil karya orang lain.
Tahap 3 Observasi/Evaluasi
Tahap observasi dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung
dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Pada tahap ini peneliti
memperhatikan tentang kehadiran, keaktifan murid dalam bertanya dan
33
memberikan jawaban, serta keaktifan murid dengan model kooperatif tipe kancing
gemerincing selama proses pembelajaran berlangsung.
Pada tahap ini juga dilakukan evaluasi berupa tes untuk mengetahui sejauh
mana peningkatan kemampuan menulis melengkapi cerita pendek setelah
berlangsungnya tindakan pada siklus I menggunakan model kooperatif tipe kancing
gemerincing yang dipadukan dengan media gambar.
Tahap 4 Refleksi
Hasil yang diperoleh pada tahap observasi, digunakan untuk merefleksi
tingkat perubahan hasil belajar dan aktivitas murid. Hasil ini akan dipergunakan
sebagai acuan untuk melangkah ke siklus selanjutnya. Jika pada siklus pertama
belum memenuhi hasil yang diinginkan maka diadakan siklus ke II.
2. Siklus II
Berdasarkan refleksi yang dilakukan terhadap hasil yang diperoleh pada
siklus I, maka dilakukan perbaikan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II.
Pelaksanaan tindakan pada siklus II disesuaikan dengan perubahan yang ingin
dicapai.
Kegiatan yang dilakukan pada siklus II relatif sama dengan kegiatan pada
siklus I. Akan tetapi, dilakukan perbaikan yang dianggap perlu sesuai hasil refleksi
pada siklus I. Setelah siklus II dilaksanakan, kemudian dilakukan evaluasi untuk
memperbaiki kekurangan pada siklus I sehingga pelaksanaan siklus II lebih baik
daripada siklus I.
34
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Pedoman Observasi
Pedoman observasi yang terdiri atas lembar observasi aktivitas murid dan
lembar observasi aktivitas guru. Instrumen ini untuk melihat kegiatan guru dan
murid selama proses belajar mengajar.
Tabel 3.1 Pedoman Observasi Aktivitas Belajar Murid
No. Aktivitas Tidak
Terlaksana Terlaksana
1 Murid yang memperhatikan pembahasan materi
2 Murid yang aktif bertanya pada saat proses
pembelajaran berlangsung
3 Murid yang menelaah dan membaca kembali
cerita pendek hasil diskusi kelompok
4 Murid yang menggunakan kancing untuk
mengeluarkan pendapatnya saat berdiskusi
5 Murid yang menyimak ketika temannya
menyampaikan hasil diskusinya
6
Murid yang memberikan tanggapan kepada
kelompok yang telah menyampaikan hasil
diskusinya
Tabel 3.2 Pedoman Observasi Aktivitas Kegiatan Guru
No. Kegiatan yang Diamati Tidak
Terlaksana Terlaksana
1 Kegiatan Awal
a. Menyiapkan media pembelajaran yang akan
digunakan
b. Mengajak semua murid berdoa dan
memeriksa kehadiran murid
c. Melakukan apersepsi
d. Menyampaikan tujuan pembelajaran
35
2 Kegiatan Inti
a. Guru menyampaikan atau mengenalkan
topik pembelajaran
b. Guru membagi murid menjadi beberapa
kelompok, masing-masing kelompok terdiri
dari 5 atau 6 orang
c. Membagikan cerita pendek kepada tiap-tiap
kelompok dan membagikan kancing-
kancing serta wadah untuk kancing
d. Guru memberikan penjelasan mengenai cara
berdiskusi menggunakan model kooperatif
tipe kancing gemerincing
e. Guru menugaskan murid untuk membuat
cerita pendek dengan model kancing
gemerincing yang telah dijelaskan
f. Guru membimbing setiap kelompok dalam
membuat cerita pendek
g. Setelah diskusi selesai, guru meminta murid
untuk membacakan hasil teks cerita pendek
yang telah dibuat
h. Guru memberikan applause kepada
kelompok yang telah membacakan cerita
pendek dengan baik
3 Kegiatan Akhir
a. Menyimpulkan materi pembelajaran
b. Guru memberikan pesan moral dan
sekaligus menutup pembelajaran dengan
berdoa mengucapkan salam
2. Pedoman Tes Hasil Belajar
Pedoman tes hasil belajar, yaitu menulis cerita pendek dapat memudahkan
dalam melakukan penilaian hasil menulis cerita pendek murid. Berikut adalah
pedoman penilaian hasil menulis cerita pendek.
36
Tabel 3.3 Pedoman Penilaian Menulis Cerita Pendek (Cerpen)
No. Unsur yang Dinilai Skor
1 Tema
Tinggi: tema sangat penting/jelas yaitu
hewan dan tumbuhan 9-15
Sedang: tema penting namun tidak terlalu
jelas 4-8
Kurang: tema tidak jelas 2-3
2 Alur
Tinggi: tokoh sentral digambarkan secara
detail sehingga terlihat nyata 12-20
Sedang: tokoh sentral dapat dilihat tapi
tidak terlalu nyata 7-11
Kurang: tokoh sentral bukan tokoh nyata;
hanya sebuah nama dan tidak bisa
dimengeti
2-6
3 Tokoh dan Penokohan
Tinggi: urutan kejadian jelas walaupun
kadang penulis menceritakan urutan
kejadian masa lalu maupun masa depan.
6-10
Sedang: urutan kadang tidak jelas, mana
yang terjadi lebih dahulu 3-5
Kurang: kejadian benar-benar tidak jelas
urutannya. Apakah suatu kejadian
muncul sesudah atau sebelum kejadian
yang lain.
1-2
4 Latar atau Setting
Tinggi: kejadian muncul di tempat yang
detail, seperti bisa dilihat 12-20
Sedang: kadang-kadang setting terlihat
nyata; tapi kadang kejadian muncul
begitu saja, pembaca tidak sadar dimana
settingnya
7-11
Kurang: kejadian muncul tanpa setting
yang detail. Pembaca bisa melihat
kejadian, tapi tidak bisa melihat
tempatnya
3-6
5 Amanat
Tinggi: amanat sangat penting/jelas 9-15
Sedang: amanat penting namun tidak
terlalu jelas 4-8
Kurang: amanat tidak jelas 2-3
37
6 Gaya Penceritaan
Tinggi: gaya penceritaan dalam tulisan
benar-benar menarik pembacanya 12-20
Sedang: penulis menggunakan bahasa
yang abstrak dan umum. Walau
tulisannya benar namun kurang sentuhan
pribadi. Gaya tulisan tidak menarik,
terlalu berhati-hati, datar, dan tidak
marah.
7-11
Kurang: gaya penceritaannya tidak jelas,
tidak hidup dan datar 3-6
Total 100
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan, maka teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati
setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi
tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti. Observasi digunakan untuk
memantau kegiatan murid, misalnya mencatat perilaku murid dalam kegiatan
diskusi, atau mencatat perilaku murid dalam mengikuti proses pembelajaran.
2. Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
murid pada materi pembelajaran. Tes menulis cerita pendek akan diberikan secara
individu kepada murid pada akhir setiap siklus.
G. Teknik Analisis Data
Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
kuantitatif dan kualitatif. Teknik analisis kuantitatif merupakan teknik untuk data
38
nilai menulis cerita pendek murid yang dianalisis dengan mencari nilai rata-rata.
Sedangkan, teknik analisis kuantitatif untuk analisis data lembar observasi murid
dan guru.
Tabel 3.4 Kriteria Penilaian
No. Skala Kriteria
1 89 – 100 Sangat Tinggi
2 77 – 88 Tinggi
3 65 – 76 Sedang
4 53 – 64 Rendah
5 ≤ 52 Sangat Rendah
1. Rata-Rata Kelas
X = ∑ 𝑥
𝑛
Keterangan:
X = rata-rata kelas
⅀𝑥 = jumlah seluruh nilai
𝑛 = banyak murid
2. Ketuntasan Belajar
Untuk ketuntasan belajar ada dua kategori, yaitu ketuntasan belajar secara
individu dan secara klasikal. Seorang murid tuntas belajar individu apabila telah
mencapai skor 65% atau nilai 65 dan suatu kelas dikatakan tuntas belajar klasikal
jika rata-rata 85% murid telah tuntas secara individu.
39
a) Nilai perolehan murid sama dengan jumlah skor perolehan murid ( n = ⅀ SP )
dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 65.
b) Persentase Ketuntasan Belajar
% = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑢𝑟𝑖𝑑 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑛𝑦𝑎 ≥ 65
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑚𝑢𝑟𝑖𝑑 × 100
c) Persentase Ketidaktuntasan
% = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑢𝑟𝑖𝑑 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑛𝑦𝑎 ≤ 65
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑚𝑢𝑟𝑖𝑑 × 100
H. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian ini adalah meningkatnya kualitas
pembelajaran yang dapat dilihat dari dua segi, yaitu kualitas proses dan kualitas
hasil. Dari segi kualitas proses meliputi keaktifan fisik, mental, dan social.
Sedangkan dari segi kualitas hasil dapat dilihat dari meningkatnya ketuntasan
belajar murid. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata kelas yang diperoleh, yaitu
mencapai ketuntasan individu dengan nilai minimal 65 dan ketuntasan klasikal
tercapai minimal 85%. Maka dari 22 murid SD Negeri 1 Lejang, 19 diantaranya
harus mencapai nilai minimal 65.
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Siklus I
a. Perencanaan Siklus I
Sebelum tindakan siklus I dilaksanakan, perlu direncanakan instrumen
penelitian terlebih dulu. Hal ini dimaksudkan supaya pelaksanaan dapat berjalan
lancar sesuai yang diharapkan. Perencanaan dalam siklus I adalah sebagai berikut.
Pertama-tama, peneliti melakukan pertemuan dengan guru kelas VI untuk
mendiskusikan tentang persiapan penelitian. Setelah itu, peneliti menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran untuk 2 kali pertemuan, mempersiapkan media
pembelajaran berupa media gambar yang dapat digunakan untuk mempermudah
proses belajar mengajar serta membantu murid dalam mengetahui gambaran cerita
yang dimaksud. Kemudian guru menyiapkan teks cerita pendek untuk diberikan
kepada murid yang akan diberikan setelah guru menjelaskan materi cerita pendek,
hal ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan menulis murid dalam
materi cerita pendek. Selanjutnya guru membuat lembar observasi untuk
mengetahui kondisi belajar mengajar di kelas dengan menggunakan model
kooperatif tipe kancing gemerincing, dan perencanaan yang terakhir adalah guru
membuat alat evaluasi berupa tes membuat cerita pendek dan rubrik penilaiannya
yang terdiri dari beberapa aspek penilaian, yaitu tema, tokoh, alur, latar atau setting,
amanat, dan gaya penceritaan. Evalauasi ini diadakan pada pertemuan ketiga, yang
41
bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan menulis cerita pendek murid
dengan menggunakan media gambar.
b. Pelaksanaan Siklus I
Pelaksanaan pembelajaran tatap muka pada siklus I sebanyak 3 kali
pertemuan, yaitu pertemuan pertama pada hari senin tanggal 3 Agustus 2020,
pertemuan kedua pada hari rabu tanggal 5 Agustus 2020, kemudian pertemuan
ketiga yaitu pemberian tes hasil belajar dilaksanakan pada hari jumat tanggal 7
Agustus 2020. Berikut ini adalah penjelasan pelaksanaan hasil penelitian siklus I
yaitu:
Pertemuan Ke 1
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari senin tanggal 3 Agustus 2020.
Sebelum memulai pembelajaran guru memberikan media gambar yang berkaitan
dengan cerita pendek yang akan dipelajari, selanjutnya guru dan murid berdo’a
bersama, guru mengabsen murid. Kemudian, guru melakukan apersepsi untuk
mengaktifkan para murid agar lebih siap untuk menghadapi pelajaran.
Setelah itu, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menyampaikan
atau mengenalkan topik pembelajaran yang akan dipelajari, yaitu menulis cerita
pendek, setelah itu guru mengenalkan sebuah cerita pendek yang akan
dipelajarinya. Setelah itu, murid dibagi menjadi beberapa kelompok yang masing-
masing kelompok terdiri dari lima atau enam orang murid. Kegiatan selanjutnya,
guru membagikan Lembar Kerja Murid (LKM) kepada setiap kelompok. Lembar
Kerja Murid (LKM) berisi beberapa gambar yang berkaitan dengan cerita pendek
42
yang akan dibuatnya. Setelah masing-masing kelompok mendapatkan LKM, maka
murid-murid dalam setiap kelompok berdiskusi.
Kegiatan selanjutnya, guru membagikan kancing-kancing dan wadah untuk
kancing kepada setiap kelompok. Setiap murid dalam kelompok mendapatkan lima
buah kancing. Setelah itu, guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan
model kooperatif tipe kancing gemerincing. Murid secara bergantian
mengemukakan idenya untuk membuat cerita pendek. Setiap murid yang telah
mengeluarkan pendapatnya harus menyimpan satu kancing di dalam wadah. Jika
kancing yang dimiliki oleh murid telah habis, maka dia tidak boleh mengeluarkan
pendapatnya lagi sampai kancing temannya juga habis. Jika semua kancing dalam
kelompok telah habis dan cerita pendek yang dibuat belum selesai, maka kelompok
tersebut boleh membagikan kancing lagi sampai cerita pendek tersebut dapat selesai
dengan baik.
Dengan bimbingan guru setiap kelompok berdiskusi dalam menemukan
kalimat yang tepat sesuai dengan gambar tersebut. Ketika masing-masing
kelompok telah selesai maka terlebih dahulu kelompok itu harus mengoreksi hasil
tulisannya, setelah itu perwakilan setiap kelompok diminta maju untuk
membacakan hasil diskusinya, sedangkan kelompok lain menyimak dengan baik,
hal ini dimaksudkan untuk mengapresiasi hasil karya orang lain. Sebelum
mengakhiri pembelajaran, guru memberikan applause kepada murid-murid yang
telah membacakan hasil diskusinya.
Sebagai kegiatan akhir guru bersama murid menyimpulkan materi
pembelajaran dan menutup pembelajaran dengan berdoa dan mengucapkan salam.
43
Pertemuan Ke 2
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari rabu tanggal 5 Agustus 2020. Pada
pertemuan kedua ini guru memberikan pembelajaran dan materi yang sama namun
cerita pendek yang berbeda. Sebagai kegiatan awal, guru dan murid berdo’a
sebelum proses belajar mengajar, selanjutnya guru mengecek kesiapan murid dan
mengabsen murid. Setelah itu, guru melaksanakan apersepsi agar murid agar lebih
siap untuk menghadapi pelajaran kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai.
Selanjutnya, pada kegiatan inti guru menyampaikan atau mengenalkan topik
pembelajaran yang akan dipelajari, yaitu menulis cerita pendek. Setelah itu guru
membagi murid-murid ke dalam beberapa kelompok, seperti kelompok pada
pertemuan pertama. Kegiatan selanjutnya guru membagikan Lembar Kerja Murid
(LKM) kepada setiap kelompok. Setelah masing-masing kelompok mendapatkan
LKM, maka murid-murid dalam setiap kelompok berdiskusi. Selanjutnya, guru
membagikan kancing-kancing dan wadah untuk kancing kepada setiap kelompok.
Setiap murid dalam kelompok mendapatkan lima buah kancing. Setelah itu, murid
berdiskusi dengan teman kelompoknya sesuai langkah-langkah pembelajaran
kancing gemerincing.
Dengan bimbingan guru setiap kelompok berdiskusi dalam menemukan
kalimat yang tepat untuk cerita pendek tersebut. Ketika masing-masing kelompok
telah selesai maka terlebih dahulu kelompok itu harus mengoreksi hasil tulisannya,
setelah itu perwakilan setiap kelompok diminta maju untuk membacakan hasil
diskusinya, sedangkan kelompok lain menyimak dengan baik, hal ini dimaksudkan
44
untuk mengapresiasi hasil karya orang lain. Sebelum mengakhiri pembelajaran,
guru memberikan applause kepada murid-murid yang telah membacakan hasil
diskusinya.
Sebelum mengakhiri pembelajaran, guru memberikan tugas kepada murid
untuk mengukur sejauh mana murid memahami materi yang dipelajari. Sebagai
kegiatan akhir guru bersama murid menyimpulkan materi pembelajaran dan
menutup pembelajaran dengan berdoa dan mengucapkan salam.
Pertemuan Ke 3
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari jumat tanggal 7 Agustus 2020.
Pada pertemuan ketiga ini dilaksanakan evaluasi siklus I. Pada kegiatan awal, murid
diminta untuk menyiapkan kelas, lalu guru mengabsen murid, dan kemudian guru
mengingatkan kembali hal-hal yang harus diperhatikan dalam menulis cerita
pendek. Selanjutnya, guru membagi lembar soal kepada murid. Setelah murid
mengerjakan tes siklus I dan telah mengumpulnya kepada guru, maka sekaligus
guru mengakhiri pertemuan terakhir pada siklus I dengan mengucapkan salam.
Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan
menulis murid dalam membuat cerita pendek. Hasil dari evaluasi tersebut kemudian
dianalisis dan direfleksi.
c. Observasi
1. Hasil Observasi Aktivitas Guru
Hasil observasi aktivitas guru yang diperoleh selama kegiatan pembelajaran
siklus I adalah sebagai berikut:
45
Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus I
No. Kegiatan yang Diamati Pertemuan
Keterangan I II
1 Kegiatan Awal
=
Terlaksana
X = Tidak
Terlaksana
a. Menyiapkan media pembelajaran yang
akan digunakan
b. Mengajak semua murid berdoa dan
memeriksa kehadiran murid
c. Melakukan apersepsi X X
d. Menyampaikan tujuan pembelajaran
2 Kegiatan Inti
a. Guru menyampaikan atau mengenalkan
topik pembelajaran
b. Guru membagi murid menjadi beberapa
kelompok, masing-masing kelompok
terdiri dari 5 atau 6 orang
c. Membagikan cerita pendek kepada tiap-
tiap kelompok dan membagikan kancing-
kancing serta wadah untuk kancing
d. Guru memberikan penjelasan mengenai
cara berdiskusi menggunakan model
kooperatif tipe kancing gemerincing
e. Guru menugaskan murid untuk membuat
cerita pendek dengan model kancing
gemerincing yang telah dijelaskan
f. Guru membimbing setiap kelompok
dalam membuat cerita pendek X
g. Setelah diskusi selesai, guru meminta
murid untuk membacakan hasil teks
cerita pendek yang telah dibuat
h. Guru memberikan applause kepada
kelompok yang telah membacakan cerita
pendek dengan baik
46
3 Kegiatan Akhir
a. Menyimpulkan materi pembelajaran X X
b. Guru memberikan pesan moral dan
sekaligus menutup pembelajaran dengan
berdoa mengucapkan salam
Jumlah 11 12
Total 14 14
Persentase (%) 78,57 85,71
Berdasarkan tabel 4.1 lembar observasi aktivitas guru pada siklus I
diperoleh hasil, yaitu pada pertemuan pertama, dari 14 aktivitas guru yang diamati,
hanya 11 aktivitas atau 78,57% yang terlaksana dan masih ada 3 aktivitas yang
belum terlaksana, yaitu guru tidak melakukan apersepsi karena terlalu tergesa-gesa
dalam menyampaikan tujuan pembelajaran sehingga apersepsi terabaikan, guru
tidak membimbing setiap kelompok dalam membuat cerita pendek dikarenakan
terlalu fokus dalam memantau kegiatan diskusi agar murid dapat menggunakan
kancing dalam berdiskusi untuk mengeluarkan pendapatnya, dan guru tidak
menyimpulkan materi pembelajaran karena setelah semua kelompok
menyampaikan hasil diskusinya, waktu yang diberikan telah selesai sehingga guru
hanya menyampaikan pesan-pesan moral serta menutup pembelajaran dengan doa
dan mengucap salam.
Sedangkan pada pertemuan kedua terjadi peningkatan aktivitas guru dari 14
aktivitas yang diamati terdapat 12 aktivitas atau 85,71% yang terlaksana dan ada 2
aktivitas yang belum terlaksana, yaitu guru tidak melakukan apersepsi karena
terlalu tergesa-gesa dalam menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
sehingga apersepsi terabaikan dan guru juga tidak menyimpulkan materi
47
pembelajaran dikarenakan waktu yang tersedia telah selesai sehingga guru hanya
menyampaikan pesan-pesan moral sebagai kegiatan akhir dan sekaligus menutup
pembelajaran dengan doa dan mengucapkan salam.
2. Hasil Observasi Aktifitas Murid
Berdasarkan lembar observasi yang dilakukan peneliti pada saat proses
pembelajaran berlangsung pada siklus pertama diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Murid pada Siklus I
No Aktivitas Siklus I
X (%) 1 2
1. Murid yang memperhatikan pembahasan materi 15 18 75
2. Murid yang aktif bertanya pada saat proses
pembelajaran berlangsung 6 10 36,36
3. Murid yang menelaah dan membaca kembali
cerita pendek hasil diskusi kelompok 8 12 45,45
4. Murid yang menggunakan kancing untuk
mengeluarkan pendapatnya saat berdiskusi 13 17 68,18
5. Murid yang menyimak ketika temannya
menyampaikan hasil diskusinya 12 16 63,65
6.
Murid yang memberikan tanggapan kepada
kelompok yang telah menyampaikan hasil
diskusinya
6 9 34,09
Keterangan:
1 = jumlah murid yang melaksanakan aktivitas pada pertemuan 1
2 = jumlah murid yang melaksanakan aktivitas pada pertemuan 2
X (%) = total persentase aktivitas pada pertemuan 1 dan 2
Berdasarkan tabel 4.2 lembar observasi murid pada siklus I yang dilakukan
pada saat proses pembelajaran berlangsung pada siklus pertama diperoleh hasil
sebagai berikut:
48
a) Dari 22 murid kelas VI, hanya 75% murid yang memperhatikan pembahasan
materi dan murid lainnya masih ada yang sibuk berbicara serta bemain dengan
teman duduknya.
b) Murid yang aktif bertanya pada saat proses pembelajaran berlangsung hanya
sebesar 36,36%. Rendahnya murid yang aktif bertanya pada saat proses
pembelajaran berlangsung dikarenakan masih ada yang tidak berani bersuara
atau bertanya mengenai hal yang tidak ia mengerti.
c) Ketika guru telah membagikan LKM kepada setiap kelompok, hanya 45,45%
murid yang menelaah dan membaca kembali cerita pendek hasil diskusi
kelompoknya, serta masih ada murid yang tidak acuh dalam menelaah dan
membaca kembali hasil diskusi kelompoknya.
d) Dalam berdiskusi, murid harus menggunakan kancing untuk mengeluarkan
pendapatnya. Yang telah melakukan hal tersebut hanya 68,18% murid dan
masih ada murid lainnya yang hanya bermain-main menggunakan kancing
tersebut tanpa mengeluarkan pendapatnya.
e) Ketika setiap perwakilan dalam kelompok menyampaikan hasil diskusinya
maka murid yang lain harus menyimaknya dan murid yang melakukan hal
tersebut hanya 63,65% sedangkan murid lainnya hanya sibuk berbicara tanpa
menyimak apa yang disampaikan oleh temannya.
f) Murid yang memberikan tanggapan kepada kelompok yang telah
menyampaikan hasil diskusinya hanya 34,09% murid. Masih rendahnya murid
yang memberikan tanggapan dikarenakan masih ada yang malu dalam
menyampaikan tanggapannya.
49
3. Hasil Belajar Siklus I
Hasil tes kemampuan menulis cerita pendek murid pada siklus I dapat
dilihat pada lampiran 5. Berdasarkan lampiran tersebut, maka hasil analisis
deskriptif skor hasil belajar murid kelas VI SD Negeri 1 Lejang setelah
diterapkannya model kooperatif tipe kancing gemerincing dengan menggunakan
media gambar adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Statistik Skor Kemampuan Menulis Cerita Pendek Murid
Siklus I
STATISTIK NILAI STATISTIK
Subjek 22
Skor Ideal 100
Skor Tertinggi 73
Skor Terendah 52
Skor rata-rata 63,18
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa skor rata-rata kemampuan menulis cerita
pendek murid pada akhir siklus I adalah 63,18 dari skor ideal 100. Skor tertinggi 73
dan skor terendah adalah 52. Apabila skor kemampuan murid pada siklus I
dikelompokkan ke dalam lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi skor
sebagai berikut:
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kemampuan Menulis
Cerita Pendek Siklus I
No. Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 ≤ 52 Sangat rendah 1 4,54
2 53-64 Rendah 12 54,55
3 65-76 Sedang 9 40,91
4 77-88 Tinggi - -
5 89-100 Sangat tinggi - -
Jumlah 22 100
50
59,09
40,91
0
10
20
30
40
50
60
70
Per
senta
se
Ketuntasan Belajar
Tidak Tuntas Tuntas
Berdasarkan tabel 4.4 maka dapat dikemukakan bahwa dari 22 murid Kelas
kelas VI SD Negeri 1 Lejang, terdapat 1 orang murid atau 4,54% yang berada pada
kategori sangat rendah, pada kategori rendah terdapat 12 murid atau sekitar 54,55%,
kategori sedang terdapat 9 murid atau sekitar 40,91%. Sedangkan pada kategori
tinggi dan sangat tinggi, tidak ada murid yang berada pada kedua kategori tersebut.
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi, Persentase, dan Kategori
Ketercapaian Ketuntasan pada Siklus I
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
≤ 65 Tidak tuntas 13 59,09
≥ 65 Tuntas 9 40,91
Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa 59,09% atau 13 murid termasuk dalam
kategori tidak tuntas. Sesuai dengan penentuan batas kelulusan mata pelajaran
Bahasa Indonesia, murid dikatakan lulus apabila telah mencapai skor minimum 65.
Sehingga hanya 9 orang yang mencapai batas ketuntasan atau 40,91% yang tuntas.
Dengan hasil belajar pada siklus I ini menuntut adanya perbaikan pembelajaran,
sehingga penelitian dilanjutkan pada siklus II. Adapun grafik ketuntasan
kemampuan menulis cerita pendek pada siklus I adalah sebagai berikut:
Grafik 4.1 Ketuntasan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Siklus I
51
Pada grafik 4.1 menunjukkan persentase jumlah ketuntasan hasil belajar
murid, yaitu dari 22 murid, hanya 40,91% atau 9 murid yang tuntas dan sebanyak
59,09% atau 13 murid yang tidak tuntas.
d. Refleksi Siklus I
Data-data yang diperoleh melalui observasi dan penilaian hasil kemampuan
menulis cerita pendek dikumpulkan untuk dianalisis dan direfleksi. Hal ini
dilakukan sebagai pedoman atau acuan pengambilan langkah pada siklus
berikutnya. Adapun hasilnya adalah:
1) Guru tidak melakukan apersepsi sehingga guru tidak bisa membangkitkan
pengetahuan awal murid. Untuk siklus kedua, sebaiknya apersepsi dilakukan
untuk melibatkan murid agar mereka tidak pasif dan membangkitkan
pengetahuan sebelumnya.
2) Pada pertemuan pertama guru tidak membimbing murid dalam berdiskusi dan
pada pertemuan kedua guru sudah mulai membimbing murid dalam berdiskusi.
Untuk siklus berikutnya, guru sebaiknya membimbing murid ketika berdiskusi
pada setiap pertemuan agar dalam berdiskusi murid bisa mengerjakan tugasnya
dengan baik.
3) Kurangnya pengelolaan waktu ketika mengajar sehingga pada saat waktu yang
disediakan telah selesai maka guru tidak sempat lagi untuk menyimpulkan
materi pembelajaran cerita pendek. Untuk siklus kedua, guru sebaiknya
mengelola waktu dengan baik sehingga dapat menyimpulkan materi
pembelajarannya.
52
4) Masih ada murid yang tidak memperhatikan pembahasan materi ketika guru
menjelaskan pembelajaran tentang cerita pendek. Untuk siklus kedua, guru
harus memberikan pemahaman kepada semua murid agar memperhatikan
materi yang disampaikan.
5) Masih banyak murid yang enggan untuk bertanya pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Untuk siklus berikutnya, murid harus lebih aktif lagi
bertanya jika ada hal yang tidak ia pahami.
6) Murid dalam setiap kelompok masih kurang menelaah dan membaca teks cerita
pendek yang telah mereka buat. Untuk siklus berikutnya, diharapkan guru dapat
memberikan pemahaman kepada murid agar mereka dapat menelaah dan
membaca hasil cerita pendek yang telah dibuat.
7) masih ada muridyang bermain-main menggunakan kancing yang telah
dibagikan tanpa mengeluarkan pendapatnya dalam berdiskusi. Pada siklus
berikutnya, guru akan membimbing murid agar tidak lagi bermain-main dengan
menggunakan kancing tersebut agar murid fokus dan dapat mengeluarkan
pendapatnya.
8) Masih terdapat murid yang tidak menyimak dan gaduh ketika kelompok lain
menyampaikan hasil diskusinya. Pada siklus kedua agar tidak terjadi lagi hal
yang sama maka harus meningkatkan pengawasan kepada individu maupun
kelompok.
9) Masih rendahnya murid yang menyampaikan tanggapannya kepada kelompok
yang telah menyampaikan hasil diskusinya. Untuk siklus kedua, guru sebaiknya
53
memberikan motivasi kepada murid agar bisa mengeluarkan tanggapannya dan
tidak malu lagi dalam menyampaikan tanggapannya.
10) Kreativitas dan imajinasi murid masih kurang karena mereka belum mampu
mengembangkan ide yang dimiliki sehingga murid merasa kesusahan dalam
membuat cerita pendek dengan benar.
2. Siklus II
a. Perencanaan Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan pada siklus I telah diketahui bahwa
masih ada 13 murid yang belum tuntas dalam pembelajaran menulis cerita pendek.
Dengan berpedoman pada analisis dan hasil refleksi pada siklus I maka tahap
perencanaan pada siklus II ini adalah guru menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran untuk 2 kali pertemuan, mempersiapkan media pembelajaran berupa
media gambar yang bertujuan untuk membantu murid dalam mengetahui gambaran
cerita yang dimaksud. Kemudian guru menyiapkan teks cerita pendek untuk
diberikan kepada murid yang akan diberikan setelah guru menjelaskan materi cerita
pendek, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan murid dalam
menulis cerita pendek. Selanjutnya guru membuat lembar observasi untuk
mengetahui kondisi belajar mengajar di kelas dengan menggunakan model
kooperatif tipe kancing gemerincing dan perencanaan yang terakhir adalah guru
membuat alat evaluasi berupa tes membuat cerita pendek dan rubrik penilaiannya
yang terdiri dari beberapa aspek penilaian, yaitu tema, tokoh, alur, latar atau setting,
amanat, dan gaya penceritaan. Evalauasi ini diadakan pada pertemuan ketiga, yang
54
bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan menulis cerita pendek murid
dengan menggunakan media gambar.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Setelah rencana tindakan dibuat, peneliti segera melakukan tindakan
penelitian dengan melaksanakan proses pembelajaran Bahasa Indonesia menulis
cerita pendek menggunakan model kooperatif tipe Kancing Gemerincing yang
dipadukan dengan media gambar sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang telah dibuat untuk meningkatkan kemampuan dan hasil belajar murid. Siklus
II dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan sebagai berikut:
Pertemuan Ke 1
Pelaksanaan pembelajaran pada hari selasa tanggal 11 Agustus 2020.
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II adalah mengulangi kembali
tahap-tahap pada siklus I, yaitu sebelum memulai pembelajaran guru menyediakan
media gambar yang berkaitan dengan cerita pendek yang akan dipelajari,
selanjutnya guru mengabsen murid. Kemudian, guru melakukan apersepsi untuk
mengingat kembali pelajaran sebelumnya dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
Setelah itu, guru menyampaikan atau mengenalkan topik pembelajaran yang
akan dipelajari, yaitu menulis cerita pendek. Kemudian, murid dibagi menjadi
beberapa kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari lima atau enam
orang murid. Kegiatan selanjutnya, guru membagikan Lembar Kerja Murid (LKM)
kepada setiap kelompok. Lembar Kerja Murid (LKM) berisi beberapa gambar yang
berkaitan dengan cerita pendek yang akan dibuatnya. Setelah masing-masing
55
kelompok mendapatkan LKM, maka murid-murid dalam setiap kelompok
berdiskusi.
Pada kegiatan selanjutnya, guru membagikan kancing-kancing dan wadah
untuk kancing kepada setiap kelompok. Setiap murid dalam kelompok
mendapatkan lima buah kancing. Setelah itu, guru menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran dengan model kooperatif tipe kancing gemerincing. Murid secara
bergantian mengemukakan idenya untuk membuat cerita pendek. Setiap murid
yang telah mengeluarkan pendapatnya harus menyimpan satu kancing di dalam
wadah. Jika kancing yang dimiliki oleh murid telah habis, maka dia tidak boleh
mengeluarkan pendapatnya lagi sampai kancing temannya juga habis. Jika semua
kancing dalam kelompok telah habis dan cerita pendek yang dibuat belum selesai,
maka kelompok tersebut boleh membagikan kancing lagi sampai cerita pendek
tersebut dapat terselesaikan dengan baik.
Dengan bimbingan guru setiap kelompok berdiskusi dalam menemukan
kalimat yang tepat dalam membuat cerita pendek tersebut. Ketika masing-masing
kelompok telah selesai, maka terlebih dahulu kelompok itu harus mengoreksi hasil
tulisannya, setelah itu perwakilan setiap kelompok diminta maju untuk
membacakan hasil diskusinya, sedangkan kelompok lain menyimak dengan baik,
hal ini dimaksudkan untuk mengapresiasi hasil karya orang lain. Sebelum
mengakhiri pembelajaran, guru memberikan applause kepada murid-murid yang
telah membacakan hasil diskusinya.
56
Sebagai kegiatan akhir guru bersama murid menyimpulkan materi
pembelajaran dan menutup pembelajaran dengan memberikan pesan moral kepada
murid serta berdoa lalu mengucapkan salam.
Pertemuan Ke 2
Proses pembelajaran dilaksanakan oleh peneliti pada hari kamis 13 Agustus
2020. Pelaksanaan tindakan yang dilakukan sama dengan tahap-tahap yang
dilaksanakan pada pertemuan pertama siklus II. Sebelum memulai pembelajaran
guru menyediakan media gambar yang akan digunakan saat pembelajaran
berlangsung, selanjutnya guru dan murid berdoa bersama, lalu guru mengabsen
murid. Setelah itu, guru melakukan apersepsi untuk mengingat kembali pelajaran
sebelumnya dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan selanjutnya guru menyampaikan atau mengenalkan topik
pembelajaran yang akan dipelajari, yaitu menulis cerita pendek. Setelah itu, murid
dibagi menjadi beberapa kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari lima
atau enam orang murid. Kegiatan selanjutnya guru membagikan Lembar Kerja
Murid (LKM) kepada setiap kelompok. Lembar Kerja Murid (LKM) berisi
beberapa gambar yang berkaitan dengan cerita pendek yang akan dibuatnya.
Setelah masing-masing kelompok mendapatkan LKM, maka murid-murid dalam
setiap kelompok berdiskusi.
Kegiatan selanjutnya, guru membagikan kancing-kancing dan wadah untuk
kancing kepada setiap kelompok. Setiap murid dalam kelompok mendapatkan lima
buah kancing. Setelah itu, guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan
model kooperatif tipe kancing gemerincing. Murid secara bergantian
57
mengemukakan idenya untuk membuat cerita pendek. Setiap murid yang telah
mengeluarkan pendapatnya harus menyimpan satu kancing di dalam wadah. Jika
kancing yang dimiliki oleh murid telah habis, maka dia tidak boleh mengeluarkan
pendapatnya lagi sampai kancing temannya juga habis. Jika semua kancing dalam
kelompok telah habis dan cerita pendek yang dibuat belum selesai, maka kelompok
tersebut boleh membagikan kancing lagi sampai cerita pendek tersebut
terselesaikan dengan baik.
Dengan bimbingan guru setiap kelompok berdiskusi dalam menemukan
kalimat yang tepat dalam cerita pendek tersebut. Ketika masing-masing kelompok
telah selesai, maka terlebih dahulu kelompok itu harus mengoreksi hasil tulisannya,
setelah itu perwakilan setiap kelompok diminta maju untuk membacakan hasil
diskusinya, sedangkan kelompok lain menyimak dengan baik, hal ini dimaksudkan
untuk mengapresiasi hasil karya orang lain. Sebelum mengakhiri pembelajaran,
guru memberikan applause kepada murid-murid yang telah membacakan hasil
diskusinya.
Sebagai kegiatan akhir guru bersama murid menyimpulkan materi
pembelajaran dan menutup pembelajaran dengan berdoa dan mengucapkan salam.
Pertemuan Ke 3
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 15 Agustus 2020.
Pada kegiatan awal, murid diminta untuk menyiapkan kelas, guru mengabsen
murid, dan kemudian guru mengingatkan kembali hal-hal yang harus diperhatikan
dalam membuat cerita pendek. Selanjutnya guru membagi lembar soal kepada
murid. Setelah murid mengerjakan tes siklus II dan telah mengumpulnya kepada
58
guru, maka sekaligus guru mengakhiri pertemuan terakhir pada siklus II dengan
memberikan pesan-pesan moral kepada murid serta berdoa lalu mengucapkan
salam.
c. Observasi Siklus II
1. Hasil Observasi Aktifitas Guru
Hasil observasi aktivitas guru yang diperoleh selama kegiatan pembelajaran
siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus II
No. Kegiatan yang Diamati Pertemuan
Keterangan I II
1 Kegiatan Awal
=
Terlaksana
X = Tidak
Terlaksana
a. Menyiapkan media pembelajaran yang
akan digunakan
b. Mengajak semua murid berdoa dan
memeriksa kehadiran murid X
c. Melakukan apersepsi
d. Menyampaikan tujuan pembelajaran
2 Kegiatan Inti
a. Guru menyampaikan atau mengenalkan
topik pembelajaran
b. Guru membagi murid menjadi beberapa
kelompok, masing-masing kelompok
terdiri dari 5 atau 6 orang
c. Membagikan cerita pendek kepada tiap-
tiap kelompok dan membagikan
kancing-kancing serta wadah untuk
kancing
d. Guru memberikan penjelasan mengenai
cara berdiskusi menggunakan model
kooperatif tipe kancing gemerincing
59
e. Guru menugaskan murid untuk membuat
cerita pendek dengan model kancing
gemerincing yang telah dijelaskan
f. Guru membimbing setiap kelompok
dalam membuat cerita pendek
g. Setelah diskusi selesai, guru meminta
murid untuk membacakan hasil teks
cerita pendek yang telah dibuat
h. Guru memberikan applause kepada
kelompok yang telah membacakan cerita
pendek dengan baik
3 Kegiatan Akhir
a. Menyimpulkan materi pembelajaran
b. Guru memberikan pesan moral dan
sekaligus menutup pembelajaran dengan
berdoa mengucapkan salam
Jumlah 13 14
Total 14 14
Persentase (%) 92,85 100
Berdasarkan tabel 4.6 lembar observasi aktivitas guru pada siklus II
diperoleh hasil, yaitu pada pertemuan pertama dari 14 aktivitas guru, yang
terlaksana hanya 13 aktivitas atau 92,85% dan masih ada 1 kegiatan yang tidak
terlaksana, yaitu tidak mengajak semua murid berdoa dan tidak memeriksa
kehadiran murid. Pada pertemuan kedua ini, terjadi peningkatan aktivitas guru yaitu
dari 14 aktivitas yang diamati, semuanya sudah terlaksana atau 100% aktivitas
sudah terlaksanakan oleh guru.
2. Hasil Observasi Aktifitas Murid
Berdasarkan lembar observasi yang dilakukan peneliti pada saat proses
pembelajaran berlangsung pada siklus pertama diperoleh hasil sebagai berikut:
60
Tabel 4.7 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Murid pada Siklus II
No Aktivitas Siklus I
X (%) 1 2
1. Murid yang memperhatikan pembahasan materi 19 20 88,65
2. Murid yang aktif bertanya pada saat proses
pembelajaran berlangsung 13 15 63,65
3. Murid yang menelaah dan membaca kembali
cerita pendek hasil diskusi kelompok 14 16 68,18
4. Murid yang menggunakan kancing untuk
mengeluarkan pendapatnya saat berdiskusi 19 21 90,95
5. Murid yang menyimak ketika temannya
menyampaikan hasil diskusinya 18 19 84,09
6.
Murid yang memberikan tanggapan kepada
kelompok yang telah menyampaikan hasil
diskusinya
11 13 54,55
Keterangan:
1 = jumlah murid yang melaksanakan aktivitas pada pertemuan 1
2 = jumlah murid yang melaksanakan aktivitas pada pertemuan 2
X (%) = total persentase aktivitas pertemuan 1 dan 2
Berdasarkan tabel 4.7 lembar observasi murid pada siklus II yang dilakukan
pada saat proses pembelajaran berlangsung pada siklus kedua diperoleh hasil
sebagai berikut:
a) Pada siklus II ini, terjadi peningkatan aktivitas pada aspek murid yang
memperhatikan pembahasan materi, yaitu 88,65% dan masih ada beberapa
murid yang belum memperhatikan dengan baik materi yang disampaikan
tersebut dikarenakan murid tersebut masih sering berbicara dan bermain dengan
teman yang ada di dekatnya.
61
b) Murid yang aktif bertanya pada saat proses pembelajaran berlangsung hanya
sebesar 63,65%. Pada siklus II ini, murid sudah tidak enggan lagi dan sudah
mulai berani untuk bertanya jika ada yang tidak ia pahami.
c) Ketika guru telah membagikan LKM kepada setiap kelompok, terdapat 68,18%
murid yang sudah aktif dalam menelaah dan membaca kembali cerita pendek
hasil diskusi kelompoknya karena murid telah memahami pentingnya
menelaah.
d) Dalam berdiskusi, murid harus menggunakan kancing untuk mengeluarkan
pendapatnya. Yang telah melakukan hal tersebut terdapat 90,95% murid, itu
dikarenakan murid-murid telah terbiasa mengeluarkan pendapatnya dengan
menggunakan kancing dan masih ada satu atau dua murid lainnya tidak dapat
hadir saat proses belajar mengajar.
e) Ketika setiap perwakilan dalam kelompok menyampaikan hasil diskusinya
maka murid yang lain harus menyimaknya dan murid yang melakukan hal
tersebut sebesar 84,09% atau hampir semua murid sudah menyimak dengan
baik.
f) Murid yang memberikan tanggapan kepada kelompok yang telah
menyampaikan hasil diskusinya terdapat 54,55% dan hal tersebut menunjukkan
bahwa murid sudah mulai berani untuk menyampaikan tanggapannya.
3. Hasil Belajar Siklus II
Berdasarkan hasil analisis deskriptif maka rangkuman statistik skor hasil
belajar murid kelas VI SD Negeri 1 Lejang sebagai berikut:
62
Tabel 4.8 Statistik Skor Hasil Belajar Murid pada Siklus II
STATISTIK NILAI STATISTIK
Subjek 22
Skor Ideal 100
Skor Tertinggi 89
Skor Terendah 62
Skor rata-rata 80,13
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa skor rata-rata kemampuan menulis cerita
pendek murid pada akhir siklus II adalah 80,13 dari skor ideal 100. Skor tertinggi
89 dan skor terendah adalah 62. Apabila skor kemampuan murid pada siklus II
dikelompokkan ke dalam lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi skor
yang ditunjukkan pada tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kemampuan Menulis
Cerita Pendek pada Siklus II
No. Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 ≤ 52 Sangat rendah - -
2 53-64 Rendah 2 9,1
3 65-76 Sedang 1 4,54
4 77-88 Tinggi 18 81,82
5 89-100 Sangat tinggi 1 4,54
Jumlah 22 100
Berdasarkan tabel 4.9 maka dapat dikemukakan bahwa dari 22 murid Kelas
VI SD Negeri 1 Lejang, tidak ada murid berada pada kategori sangat rendah,
sedangkan pada kategori rendah terdapat 2 murid atau 9,1%, dan juga terdapat 1
murid atau 4,54% pada kategori sedang. Kemudian pada kategori tinggi terdapat 18
murid atau sekitar 81, 82% dan pada kategori sangat tinggi, hanya terdapat 1 murid
atau sekitar 4,54%.
63
9,09
90,91
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Per
senta
se
Ketuntasan Belajar
Tidak Tuntas Tuntas
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi, Persentase, dan Kategori
Ketercapaian Ketuntasan Siklus II
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
≤ 65 Tidak tuntas 2 9,09
≥ 65 Tuntas 20 90,91
Dari tabel 4.10 menunjukkan bahwa dari 22 murid kelas VI SD Negeri 1
Lejang, terdapat 2 murid berada pada kategori belum tuntas atau 9,09% yang belum
tuntas dan 20 murid berada dalam kategori tuntas atau 90,91% yang sudah tuntas.
Adapun grafik ketuntasan kemampuan menulis cerita pendek pada siklus II
adalah sebagai berikut :
Grafik 4.2 Ketuntasan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Siklus II
Dari grafik 4.2 menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar Bahasa
Indonesia pada murid kelas VI SD Negeri 1 Lejang mengalami peningkatan yaitu
dari 40,91% atau 9 murid di siklus I meningkat menjadi 90,91% atau 20 murid yang
tuntas di siklus II.
64
d. Refleksi Siklus II
Sebagaimana yang dilakukan pada siklus I, pada siklus II ini juga dilakukan
analisis data terhadap deskripsi data yang dipaparkan di atas. Pada siklus II sudah
ada indikasi yang menunjukkan peningkatan proses pembelajaran. Hal ini terlihat
pada aktivitas guru yang diamati, yaitu hanya 1 aktivitas saja yang tidak terlaksana
yaitu guru tidak mengajak murid berdoa dan tidak memeriksa kehadiran murid.
Namun ke 13 aktivitas yang lainnya telah terlaksana dengan baik karena sudah
terbiasa menerapkan model kooperatif tipe kancing gemerincing serta sudah
mampu mengelola waktu dengan baik.
Selain itu juga terjadi peningkatan aktivitas murid yang diamati, yaitu murid
yang lebih aktif dan tampak lebih serius dalam memperhatikan materi yang
diajarkan oleh guru. Keaktifan murid di dalam pembelajaran pada siklus II ini
terbukti dengan tingginya respon murid terhadap pertanyaan yang diberikan guru,
murid menjawab pertanyaan guru dengan penuh semangat dan antusias. Demikian
juga dengan murid yang menelaah dan membaca teks cerita pendek yang telah
dibagikan sudah ada peningkatan karena murid telah memahami pentingnya
menelaah teks cerita pendek tersebut serta secara keseluruhan murid juga sudah
memperlihatkan aktivitas yang sangat baik, yaitu sudah melakukan kegiatan diskusi
sesuai prosedur model kooperatif tipe kancing gemerincing sehingga murid dapat
aktif dalam kegiatan berdiskusi tanpa didominasi oleh murid tertentu saja. Hasilnya
murid-murid bisa mengeluarkan pendapatnya dalam membuat cerita pendek
dengan baik. Selain itu, pada aspek murid yang menyimak kelompok lain yang
sedang membacakan hasil diskusinya juga mengalami peningkatan, hal ini terlihat
65
karena murid sudah bisa menghargai hasil diskusi kelompok lain sehingga aspek
murid yang memberi tanggapan kepada kelompok lain juga mengalami peningkatan
karena murid telah berani mengeluarkan tanggapannya.
Murid-murid juga mengalami peningkatan dalam kemampuannya menulis
cerita pendek karena secara keseluruhan murid sudah mampu mengerjakan tes
tersebut secara optimal meskipun ada satu atau dua orang murid yang belum mampu
menulis cerita pendek dengan baik.
Hal ini terbukti bahwa melalui penerapa model kooperatif tipe kancing
gemerincing dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan kemampuan
murid dalam menulis cerita pendek.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari analisis kuantitatif dan kualitatif, terlihat bahwa pada pelaksanaan
pembelajaran Bahasa Indonesia “Menulis Cerita Pendek” melalui model kooperatif
tipe kancing gemerincing dengan menggunakan media gambar dapat memberikan
perubahan pada aktivitas diskusi murid dan dapat meningkatkan kemampuan murid
dalam menulis cerita pendek karena dalam penerapan model kooperatif tipe
kancing gemerincing murid dituntut untuk mengeluarkan ide/pendapatnya ketika
berdiskusi sehingga semua murid dapat aktif dalam kegiatan diskusi. Sedangkan
media gambar yang disajikan oleh guru dapat memberikan pemahaman kepada
murid tentang cerita yang dimaksud sehingga murid dapat membuat cerita pendek
yang baik. Jadi hal tersebut akan berdampak pada peningkatan kemampuan menulis
cerita pendek murid kelas VI SD Negeri 1 Lejang.
66
Berdasarkan hasil penelitian dari setiap aspek yang diamati dalam aktivitas
belajar murid kelas VI dari siklus I ke Siklus II mengalami peningkatan, yaitu
pertama, murid yang memperhatikan pembahasan materi pada siklus I hanya 75%
lalu pada siklus II menjadi 88,65%. Kedua, murid yang aktif bertanya pada saat
proses pembelajaran berlangsung pada siklus I hanya 36,36% lalu pada siklus II
menjadi 63,65%. Ketiga, murid yang menelaah dan membaca kembali cerita
pendek hasil diskusi kelompok pada siklus I hanya 45,45% lalu pada siklus II
menjadi 68,18%. Keempat, murid yang menggunakan kancing untuk mengeluarkan
pendapatnya saat berdiskusi pada siklus I hanya 68,18% lalu pada siklus II menjadi
90,95%. Kelima, murid yang menyimak ketika temannya menyampaikan hasil
diskusinya pada siklus I hanya 63,65% lalu pada siklus II menjadi 84,09%. Dan
keenam, murid yang memberikan tanggapan kepada kelompok yang telah
menyampaikan hasil diskusinya pada siklus I hanya 34,09% lalu pada siklus II
menjadi 54,55%.
Begitu juga dengan hasil tes yang diberikan pada tiap siklus menunjukkan
peningkatan hasil rata-rata dari siklus I ke siklus II, yakni 63,18 meningkat menjadi
80,91. Dari 22 murid kelas VI SD Negeri 1 Lejang yang tuntas pada siklus I hanya
9 murid atau 40,91% sedangkan yang tidak tuntas terdapat 13 murid atau 59,09%.
Sedangkan, pada siklus II hanya 2 murid yang tidak tuntas atau 9,09% sedangkan
20 murid berada dalam kategori tuntas atau 90,91%, perolehan ini sudah lebih dari
persentase yang telah ditentukan, yaitu 85%. Adapun nilai setiap individual pada
siklus I dan siklus II dapat dilihat melalui lampiran 5.
67
Penggunaan model kooperatif tipe kancing gemerincing ini terbukti dapat
meningkatkan kemampuan murid dalam menulis, hal ini sesuai atau sejalan dengan
penelitian yang pernah dilakukan oleh Zulfa Ulya pada tahun 2019 dengan judul
skripsi “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing
untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Cerita pada Siswa Kelas II SDI Nailul
Falah Sukorejo-Pasuruan”. Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil
belajar siswa pada siklus I persentase ketuntasan klasikal mencapai 77,7% dan pada
siklus II persentase ketuntasan klasikan mencapai 88,8%.
Persamaan dari penelitian tersebut, yaitu sama-sama mengunakan penelitian
tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus dengan menggunakann model kooperatif
tipe kancing gemerincing yang hasilnya meningkat. Namun perbedaan dari
penelitian ini adalah materinya lebih terkhusus pada cerita pendek dan mengunakan
media gambar untuk memudahkan murid dalam membuat cerita. Kemudian dari
hasilnya, pada siklus I persentase ketuntasan klasikal hanya mencapai 40,91% yang
kemudian meningkat pada siklus II yaitu 90,91%.
68
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa
penerapan model kooperatif tipe kancing gemerincing dengan menggunakan media
gambar dapat meningkatkan kemampuan menulis cerita pendek murid kelas VI
SDN 1 Lejang. Hal ini dibuktikan dengan hasil rata-rata kemampuan menulis cerita
pendek murid pada siklus I sebesar 63,18 dengan ketuntasan klasikal 40,91%, yang
kemudian meningkat menjadi 80,13 pada siklus II dengan ketuntasan klasikal
90,91% dan berada pada kategori tinggi.
Pada aspek aktivitas belajar terdapat peningkatan pada setiap yang diamati
dalam murid dari siklus I ke Siklus II. Pertama, murid yang memperhatikan
pembahasan materi pada siklus I hanya 75% lalu pada siklus II menjadi 88,65%.
Kedua, murid yang aktif bertanya pada saat proses pembelajaran berlangsung pada
siklus I hanya 36,36% lalu pada siklus II menjadi 63,65%. Ketiga, murid yang
menelaah dan membaca kembali cerita pendek hasil diskusi kelompok pada siklus
I hanya 45,45% lalu pada siklus II menjadi 68,18%. Keempat, murid yang
menggunakan kancing untuk mengeluarkan pendapatnya saat berdiskusi pada
siklus I hanya 68,18% lalu pada siklus II menjadi 90,95%. Kelima, murid yang
menyimak ketika temannya menyampaikan hasil diskusinya pada siklus I hanya
63,65% lalu pada siklus II menjadi 84,09%. Dan keenam, murid yang memberikan
69
tanggapan kepada kelompok yang telah menyampaikan hasil diskusinya pada siklus
I hanya 34,09% lalu pada siklus II menjadi 54,55%.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti mengemukakan
beberapa saran yaitu:
1. Sebaiknya dalam proses belajar mengajar, hendaknya guru menerapkan model
kooperatif tipe kancing gemerincing bukan hanya pada pokok bahasan menulis
cerita pendek saja.
2. Guru sebaiknya menyediakan serta menggunakan media pembelajaran untuk
meningkatkan keaktifan dan memberi pemahaman kepada murid.
3. Murid diharapkan untuk berperan aktif dalam upaya penciptaan kegiatan belajar
yang menyenangkan.
4. Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya lebih
cermat dalam mengembangkan dan memperkuat hasil penelitian ini.
70
DAFTAR PUSTAKA
Al-Tabany, Trianto Ibnu Badar. 2015. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif,
Progresif, dan Kontekstual: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada
Kurikulum 2013 (Kurikulum Tematik Integratif/KTI). Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group.
Arsyad, Azhar. 2017. Media Pembeljaran. Depok: Rajawali Pers.
Dalman. 2016. Keterampilan Menulis. Depok: Rajawali Pers.
Darusuprapti, Fajarsih. 2015. Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Pendek
menggunakan Media PopUp untuk Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah
Sidokarto Godean Sleman Yogyakarta. Skripsi. Universitas Negeri
Yogyakarta.
Effendy, Akip. 2012. Hakikat Keterampilan Menulis, (Online), (https://www.
kompasiana.com/2012/03/25/hakikat-keterampilan-menulis-449101.html,
diakses 28 Januari 2020).
Huda, Miftahul. 2013. Cooperative Laerning Metode, Teknik, Struktur, dan Model
Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kasupardi, Endang dan Supriatna. 2010. Pengembangan Keterampilan Menulis.
Jakarta: PT. Multi Kreasi Satudelapan.
Lie, Anita. 2008. Cooperative Laerning Mempraktikkan Cooperative Laerning di
Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Grasindo.
Listini dan Saraswati. 2017. Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerpen melalui
Model Pembelajaran Sinektik Siswa Kelas VII SMP Sandika Sukajadi.
Jurnal Bahasa Indonesia dan Sastra Vol 1, No 1.
Mahendra, Ryan. 2017. Kemampuan Menulis Cerita Pendek pada Siswa Kelas XI
SMA Negeri 1 Raman Utara Tahun Pelajaran 2016/2017. Skripsi.
Universitas Lampung.
Marganingsih, Vikha Candra. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Kancing Gemerincing Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis
Puisi Pada Siswa Kelas V SD Negeri Pilangsari 1 Sragen Tahun Ajaran
2011/2012. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Munirah. Aliem Bahri dan Fatmawati. 2019. Pengaruh Penggunaan Media
Gambar Seri terhadap Keterampilan Menulis Cerita Dongeng Siswa Kelas
III SD. Jurnal Kajian Pendidikan Dasar Vol.4, No2.
71
Munirah. 2018. Evaluasi Keterampilan Berbaahasa Indonesia. Makassar: CV.
Berkah Utami.
Nafi’ah, Siti Anisatun. 2018. Model-Model Pembelajaran Bahasa Indonesia di
SD/MI. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Nugroho, Henu Pawitra. 2017. Upaya Meningkatkan Kerja Keras dan Prestasi
Belajar Siswa Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Materi Menulis Pantun
melalui Strategi Pembelajaran Talking Chips (Kancing Gemerincing) Di
Kelas IV SD Negeri 2 Lesmana. Thesis. Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
Prastowo, Andi. 2015. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Tematik Terpadu Implementasi Kurikulum 2013 untuk SD/MI. Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group.
Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.
Sanjaya, Wina. 2013. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group.
Santosa, Puji, dkk. 2008. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Siki, Ferdinandus. Sunoto dan Roekhan. 2017. Upaya Meningkatkan Kemampuan
Menulis Cerpen Berdasarkan Pengalaman Pribadi dengan Strategi
Pemodelan. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, & Pengembangan Vol 2,
No 12.
Sucipta, I Komang. I Gusti Ngurah Japa dan I Gede Margunayasa. 2018. Pengaruh
Model Pembelajaran Kancing Gemerincing terhadap Hasil Belajar IPA
Kelas V. Jurnal Mimbar Ilmu Vol 23, No 3.
Syamsuri, A. Sukri, dkk. 2018. Pedoman Penulisan Skripsi. Makassar: FKIP
Unismuh Makassar.
Ulya, Zulfa. 2019. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing
Gemerincing untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Cerita pada Siswa
Kelas II SDI Nailul Falah Sukorejo-Pasuruan. Skripsi. Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisetem
Pendidikan Nasional. 2010. Bandung: Nuansa Aulia.
L
A
M
P
I
R
A
N
–
L
A
M
P
I
R
A
N
L
A
M
P
I
R
A
N
1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SD Negeri 1 Lejang
Kelas / Semester : VI (Enam) / 2
Tema 9 : Menjelajahi Angkasa Luar
Sub Tema 1 : Keteraturan Yang Menakjubkan
Pembelajaran : 1
A. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah membaca teks, murid dapat mengenal sistem tata surya dengan
keingintahuan yang besar.
2. Murid dapat menjelaskan sistem tata surya melalui kegiatan bermain peran
dengan percaya diri.
3. Dengan bermain peran murid dapat membuat sebuah laporan pengamatan
tentang cara kerja planet dalam sistem tata surya dengan lebih percaya diri.
4. Setelah melakukan pengamatan, murid mampu menjawab pertanyaan yang
berhubungan dengan cara kerja anggota sistem tata surya dengan
keingintahuan yang besar.
5. Dengan membaca sebuah karangan fiksi, murid dapat menjelaskan tokoh
utama dalam karangan fiksi secara lisan, tuisan dan menggambarkannya di
dalam sebuah gambar sederhana dengan percaya diri.
B. Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Pendahuluan
a) Guru memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam
b) Mengajak semua murid berdo’a bersama dan memeriksa kehadiran
murid.
c) Melakukan apersepsi untuk mengaktifkan para murid agar lebih siap
mengikuti pembelajaran.
d) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
2. Kegiatan Inti
a) Guru menyampaikan atau mengenalkan topik pembelajaran yang akan
dipelajari.
b) Guru membagi murid menjadi beberapa kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari 5 atau 6 orang.
c) Guru membagikan cerita pendek kepada tiap-tiap kelompok dan
membagikan kancing-kancing serta wadah untuk kancing.
d) Guru memberikan penjelasan mengenai cara berdiskusi dengan
menggunakan model kooperatif tipe kancing gemerincing.
e) Guru menugaskan murid untuk membuat cerita pendek dengan model
kancing gemerincing yang telah dijelaskan.
f) Guru membimbing setiap kelompok dalam membuat cerita pendek
g) Setelah menyelesaikan tugas maka kelompok tersebut harus mengoreksi
hasil diskusinya terlebih dahulu.
h) Setelah diskusi selesai, guru meminta perwakilan kelompok untuk
membacakan hasil teks cerita pendek yang telah dibuat.
i) Guru memberikan applause kepada setiap perwakilan kelompok yang
telah membacakan hasil diskusinya dengan baik.
3. Kegiatan Penutup
a) Guru dan murid menyimpulkan materi pembelajaran.
b) Guru memberikan pesan moral dan sekaligus menutup pembelajaran
dengan berdo’a dan mengucapkan salam.
C. Penilaian
1. Penilaian Sikap : Observasi selama kegiatan berlangsung
2. Penilaian Pengetahuan
3. Penilaian Keterampilan
Pangkep, Agustus 2020
LEMBAR KERJA MURID
Kelompok :
Anggota : 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Buatlah cerita pendek dari gambar di bawah ini!
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SD Negeri 1 Lejang
Kelas / Semester : VI (Enam) / 2
Tema 9 : Menjelajahi Angkasa Luar
Sub Tema 1 : Keteraturan Yang Menakjubkan
Pembelajaran : 2
A. Tujuan Pembelajaran
1. Dengan mencari informasi penting tentang planet dalam tata surya, siswa
dapat meningkatkan keingintahuannya.
2. Dengan mengumpulkan informasi tentang tata surya, siswa dapat
mempresentasikannya di depan kelas dengan percaya diri.
3. Dengan membaca bacaan tentang model tata surya, siswa dapat membuat
model tata surya sederhana dengan teliti dan mempresentasikannya dengan
percaya diri.
4. Dengan membaca cerita fiksi, siswa dapat menceritakan kembali jalan cerita
dan tokoh – tokoh dalam teks fiksi secara lisan, tulisan, dan visual dengan
percaya diri.
5. Dengan memerhatikan interval nada, siswa dapat menyanyikan lagu
sederhana dengan saksama.
B. Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Pendahuluan
a) Guru memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam
b) Mengajak semua murid berdo’a bersama dan memeriksa kehadiran
murid.
c) Melakukan apersepsi untuk mengaktifkan para murid agar lebih siap
mengikuti pembelajaran.
d) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
2. Kegiatan Inti
a) Guru menyampaikan atau mengenalkan topik pembelajaran yang akan
dipelajari.
b) Guru membagi murid menjadi beberapa kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari 5 atau 6 orang.
c) Guru membagikan cerita pendek kepada tiap-tiap kelompok dan
membagikan kancing-kancing serta wadah untuk kancing.
d) Guru memberikan penjelasan mengenai cara berdiskusi dengan
menggunakan model kooperatif tipe kancing gemerincing.
e) Guru menugaskan murid untuk membuat cerita pendek dengan model
kancing gemerincing yang telah dijelaskan.
f) Guru membimbing setiap kelompok dalam membuat cerita pendek
g) Setelah menyelesaikan tugas maka kelompok tersebut harus mengoreksi
hasil diskusinya terlebih dahulu.
h) Setelah diskusi selesai, guru meminta perwakilan kelompok untuk
membacakan hasil teks cerita pendek yang telah dibuat.
i) Guru memberikan applause kepada setiap perwakilan kelompok yang
telah membacakan hasil diskusinya dengan baik.
3. Kegiatan Penutup
a) Guru dan murid menyimpulkan materi pembelajaran.
b) Guru memberikan pesan moral dan sekaligus menutup pembelajaran
dengan berdo’a dan mengucapkan salam.
C. Penilaian
1. Penilaian Sikap : Observasi selama kegiatan berlangsung
2. Penilaian Pengetahuan
3. Penilaian Keterampilan
Pangkep, Agustus 2020
LEMBAR KERJA MURID
Kelompok :
Anggota : 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Buatlah cerita pendek dari gambar di bawah ini!
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SD Negeri 1 Lejang
Kelas / Semester : VI (Enam) / 2
Tema 9 : Menjelajahi Angkasa Luar
Sub Tema 1 : Keteraturan Yang Menakjubkan
Pembelajaran : 3
A. Tujuan Pembelajaran
1. Dengan mendiskusikan alat penemuan zaman dahulu dan sekarang, siswa
dapat melihat persamaan dan perbedaan cara hidup masyarakat dengan
saksama.
2. Melalui bacaan, siswa dapat mendiskusikan ciri-ciri masyarakat modern
dengan saksama.
3. Dengan mewawancarai narasumber, siswa dapat mengetahui cara hidup
mereka dan membuat kesimpulan dengan akurat.
4. Dengan membaca cerita fiksi, siswa dapat menjawab pertanyaan yang
berhubungan dengan tokoh, menggambar tokoh utama, dan tokoh tambahan
serta membuat ringkasan cerita dengan baik.
5. Melalui bacaan tentang persatuan dan kesatuan, siswa dapat menjelaskan
maknanya dengan penuh percaya diri.
6. Dengan menggunaan teks fiksi, siswa dapat mengasosiasikan makna
persatuan dan kesatuan dengan saksama.
B. Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Pendahuluan
a) Guru memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam
b) Mengajak semua murid berdo’a bersama dan memeriksa kehadiran
murid.
c) Melakukan apersepsi untuk mengaktifkan para murid agar lebih siap
mengikuti pembelajaran.
d) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
2. Kegiatan Inti
a) Guru menyampaikan atau mengenalkan topik pembelajaran yang akan
dipelajari.
b) Guru membagi murid menjadi beberapa kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari 5 atau 6 orang.
c) Guru membagikan cerita pendek kepada tiap-tiap kelompok dan
membagikan kancing-kancing serta wadah untuk kancing.
d) Guru memberikan penjelasan mengenai cara berdiskusi dengan
menggunakan model kooperatif tipe kancing gemerincing.
e) Guru menugaskan murid untuk membuat cerita pendek dengan model
kancing gemerincing yang telah dijelaskan.
f) Guru membimbing setiap kelompok dalam membuat cerita pendek
g) Setelah menyelesaikan tugas maka kelompok tersebut harus mengoreksi
hasil diskusinya terlebih dahulu.
h) Setelah diskusi selesai, guru meminta perwakilan kelompok untuk
membacakan hasil teks cerita pendek yang telah dibuat.
i) Guru memberikan applause kepada setiap perwakilan kelompok yang
telah membacakan hasil diskusinya dengan baik.
3. Kegiatan Penutup
a) Guru dan murid menyimpulkan materi pembelajaran.
b) Guru memberikan pesan moral dan sekaligus menutup pembelajaran
dengan berdo’a dan mengucapkan salam.
C. Penilaian
1. Penilaian Sikap : Observasi selama kegiatan berlangsung
2. Penilaian Pengetahuan
3. Penilaian Keterampilan
Pangkep, Agustus 2020
LEMBAR KERJA MURID
Kelompok :
Anggota : 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Buatlah cerita pendek dari gambar di bawah ini!
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SD Negeri 1 Lejang
Kelas / Semester : VI (Enam) / 2
Tema 9 : Menjelajahi Angkasa Luar
Sub Tema 1 : Keteraturan Yang Menakjubkan
Pembelajaran : 4
A. Tujuan Pembelajaran
1. Dengan membuat peta pikiran dari bacaan tentang dampak social
modernisasi, siswa dapat menjelaskan perubahan sosial yang terjadi sebagai
akibat dari modernisasi dengan benar.
2. Dengan membuat kliping dampak sosial modernisasi, siswa dapat
menyajikan hasil analisisnya terhadap dampak yang terjadi dari modernisasi
3. Dengan membaca cerita fiksi, siswa dapat menjelaskan watak tokoh dalam
bentuk lisan, tulisan dan visual dengan tepat.
4. Melalui diskusi tentang makna persatuan dan kesatuan dalam kehidupan
sehari-hari, siswa dapat menjelaskan makna dan pentingnya persatuan dan
kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan benar.
B. Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Pendahuluan
a) Guru memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam
b) Mengajak semua murid berdo’a bersama dan memeriksa kehadiran
murid.
c) Melakukan apersepsi untuk mengaktifkan para murid agar lebih siap
mengikuti pembelajaran.
d) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
2. Kegiatan Inti
a) Guru menyampaikan atau mengenalkan topik pembelajaran yang akan
dipelajari.
b) Guru membagi murid menjadi beberapa kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari 5 atau 6 orang.
c) Guru membagikan cerita pendek kepada tiap-tiap kelompok dan
membagikan kancing-kancing serta wadah untuk kancing.
d) Guru memberikan penjelasan mengenai cara berdiskusi dengan
menggunakan model kooperatif tipe kancing gemerincing.
e) Guru menugaskan murid untuk membuat cerita pendek dengan model
kancing gemerincing yang telah dijelaskan.
f) Guru membimbing setiap kelompok dalam membuat cerita pendek
g) Setelah menyelesaikan tugas maka kelompok tersebut harus mengoreksi
hasil diskusinya terlebih dahulu.
h) Setelah diskusi selesai, guru meminta perwakilan kelompok untuk
membacakan hasil teks cerita pendek yang telah dibuat.
i) Guru memberikan applause kepada setiap perwakilan kelompok yang
telah membacakan hasil diskusinya dengan baik.
3. Kegiatan Penutup
a) Guru dan murid menyimpulkan materi pembelajaran.
b) Guru memberikan pesan moral dan sekaligus menutup pembelajaran
dengan berdo’a dan mengucapkan salam.
C. Penilaian
1. Penilaian Sikap : Observasi selama kegiatan berlangsung
2. Penilaian Pengetahuan
3. Penilaian Keterampilan
Pangkep, Agustus 2020
LEMBAR KERJA MURID
Kelompok :
Anggota : 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Buatlah cerita pendek dari gambar di bawah ini!
L
A
M
P
I
R
A
N
2
DAFTAR HADIR MURID PADA
SIKLUS I DAN SIKLUS II
DAFTAR HADIR SIKLUS I DAN SIKLUS II
No. Nama Murid Siklus I Siklus II
1 2 3 1 2 3
1 Aniyatul Faa’idha
2 Muhammad Ihsan Ilham
3 Muh. Rezky Fajar. H
4 M. Dzaky Rahmat. J
5 Reyzaldi Alfayet
6 Rifki Adriyansya. T
7 Rizki Saputra
8 Aris - -
9 Afika Ansar
10 Aliyah Ramadiah
11 Aliyah Almafira. S
12 Lulu Awliyah Suaib -
13 Maulidya Samad
14 Reski Nur Aini
15 Sakinah Salsabila
16 Dinda Ayu Lestari
17 Rika Amelia - - -
18 Fitriani
19 Anisa Tri Andini
20 Muh. Fiqri Setiawan Ihsan
21 Muh. Ikrar Abdillah
22 Risya Apriliya Ahmad -
Jumlah 20 19 22 21 21 22
Keterangan:
: Hadir saat pembelajaran berlangsung.
- : Tidak hadir saat pembelajaran berlangsung.
L
A
M
P
I
R
A
N
3
HASIL OBSERVASI AKTIVITAS MURID
PADA SIKLUS I DAN SIKLUS II
HASIL OBSERVASI KEGIATAN MURID
SIKLUS I
No. Nama Murid Pertemuan 1 Pertemuan 2
A B C D E F A B C D E F
1 Aniyatul Faa’idha - - - -
2 Muhammad Ihsan Ilham - - - - - - -
3 Muh. Rezky Fajar. H - - - - -
4 M. Dzaky Rahmat. J - - - - - - -
5 Reyzaldi Alfayet - - - - - -
6 Rifki Adriyansya. T - - - -
7 Rizki Saputra - - - - - - -
8 Aris - - - - - - -
9 Afika Ansar - - - - - -
10 Aliyah Ramadiah - - - - - -
11 Aliyah Almafira. S - - - - - -
12 Lulu Awliyah Suaib - - - - - - -
13 Maulidya Samad - - -
14 Reski Nur Aini - - - - - -
15 Sakinah Salsabila - - - - - -
16 Dinda Ayu Lestari - - - - - -
17 Rika Amelia - - - - - -
18 Fitriani - - - - - - -
19 Anisa Tri Andini - -
20 Muh. Fiqri Setiawan Ihsan - - - -
21 Muh. Ikrar Abdillah - - - - -
22 Risya Apriliya Ahmad - - - - -
JUMLAH 15 6 8 13 12 6 18 10 12 17 16 9
TOTAL KESELURUHAN 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22
PERSENTASE (%) 68,18 27,27 36,36 59,09 54,54 27,27 81,82 45,45 54,54 77,27 72,73 40,91
Keterangan:
A : Murid yang memperhatikan pembahasan materi (75%)
B : Murid yang aktif bertanya pada saat proses pembelajaran berlangsung (36,36%)
C : Murid yang menelaah dan membaca kembali cerita pendek hasil diskusi kelompok (45,45%)
D : Murid yang menggunakan kancing untuk mengeluarkan pendapatnya saat berdiskusi (68,18%)
E : Murid yang menyimak ketika temannya menyampaikan hasil diskusinya (63,65%)
F : Murid yang memberikan tanggapan kepada kelompok yang telah menyampaikan hasil diskusinya (34,09%)
SIKLUS II
No. Nama Murid Pertemuan 1 Pertemuan 2
A B C D E F A B C D E F
1 Aniyatul Faa’idha -
2 Muhammad Ihsan Ilham - - - -
3 Muh. Rezky Fajar. H - -
4 M. Dzaky Rahmat. J - - -
5 Reyzaldi Alfayet - - -
6 Rifki Adriyansya. T - -
7 Rizki Saputra - - -
8 Aris - - -
9 Afika Ansar - - -
10 Aliyah Ramadiah - -
11 Aliyah Almafira. S - - -
12 Lulu Awliyah Suaib - -
13 Maulidya Samad - -
14 Reski Nur Aini - - - - -
15 Sakinah Salsabila - - - - -
16 Dinda Ayu Lestari - - -
17 Rika Amelia - - - -
18 Fitriani - - - -
19 Anisa Tri Andini - - -
20 Muh. Fiqri Setiawan Ihsan - -
21 Muh. Ikrar Abdillah -
22 Risya Apriliya Ahmad - - - -
JUMLAH 19 13 14 19 18 11 20 15 16 21 19 13
TOTAL KESELURUHAN 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22
PERSENTASE (%) 86,36 59,09 63,64 86,36 81,82 50 90,91 68,18 72,73 95,45 86,36 59,09
Keterangan:
A : Murid yang memperhatikan pembahasan materi (88,65%)
B : Murid yang aktif bertanya pada saat proses pembelajaran berlangsung (63,65%)
C : Murid yang menelaah dan membaca kembali cerita pendek hasil diskusi kelompok (68,18%)
D : Murid yang menggunakan kancing untuk mengeluarkan pendapatnya saat berdiskusi (90,95%)
E : Murid yang menyimak ketika temannya menyampaikan hasil diskusinya (84,09%)
F : Murid yang memberikan tanggapan kepada kelompok yang telah menyampaikan hasil diskusinya (54,55%)
1) Persentase (%) = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑢𝑟𝑖𝑑 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑙𝑎𝑘𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑚𝑢𝑟𝑖𝑑 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 × 100
2) Total Persentase (%) = 𝐴1 + 𝐴2
2
Keterangan:
A1 : persentase aspek yang diamati pertemuan 1
A2 : persentase aspek yang diamati pertemuan 2
L
A
M
P
I
R
A
N
4
HASIL OBSERVASI AKTIVITAS GURU
PADA SIKLUS I DAN SIKLUS II
HASIL OBSERVASI KEGIATAN GURU
SIKLUS I
No. Kegiatan yang Diamati Pertemuan
Keterangan I II
1 Kegiatan Awal
=
Terlaksana
X = Tidak
Terlaksana
a. Guru memulai pembelajaran dengan
mengucapkan salam
b. Mengajak semua murid berdoa dan
memeriksa kehadiran murid
c. Melakukan apersepsi X X
d. Menyampaikan tujuan pembelajaran
2 Kegiatan Inti
a. Guru menyampaikan atau mengenalkan
topik pembelajaran
b. Guru membagi murid menjadi beberapa
kelompok, masing-masing kelompok
terdiri dari 5 atau 6 orang
c. Membagikan cerita pendek kepada tiap-
tiap kelompok dan membagikan kancing-
kancing serta wadah untuk kancing
d. Guru memberikan penjelasan mengenai
cara berdiskusi menggunakan model
kooperatif tipe kancing gemerincing
e. Guru menugaskan murid untuk membuat
cerita pendek dengan model kancing
gemerincing yang telah dijelaskan
f. Guru membimbing setiap kelompok
dalam membuat cerita pendek X
g. Setelah diskusi selesai, guru meminta
murid untuk membacakan hasil teks
cerita pendek yang telah dibuat
h. Guru memberikan applause kepada
kelompok yang telah membacakan cerita
pendek dengan baik
3 Kegiatan Akhir
c. Menyimpulkan materi pembelajaran X X
d. Guru memberikan pesan moral dan
sekaligus menutup pembelajaran dengan
berdoa dan mengucapkan salam
Jumlah 11 12
Total 14 14
Persentase (%) 78,57 85,71
SIKLUS II
No. Kegiatan yang Diamati Pertemuan
Keterangan I II
1 Kegiatan Awal
=
Terlaksana
X = Tidak
Terlaksana
a. Guru memulai pembelajaran dengan
mengucapkan salam
b. Mengajak semua murid berdoa dan
memeriksa kehadiran murid X
c. Melakukan apersepsi
d. Menyampaikan tujuan pembelajaran
2 Kegiatan Inti
a. Guru menyampaikan atau mengenalkan
topik pembelajaran
b. Guru membagi murid menjadi beberapa
kelompok, masing-masing kelompok
terdiri dari 5 atau 6 orang
c. Membagikan cerita pendek kepada tiap-
tiap kelompok dan membagikan
kancing-kancing serta wadah untuk
kancing
d. Guru memberikan penjelasan mengenai
cara berdiskusi menggunakan model
kooperatif tipe kancing gemerincing
e. Guru menugaskan murid untuk membuat
cerita pendek dengan model kancing
gemerincing yang telah dijelaskan
f. Guru membimbing setiap kelompok
dalam membuat cerita pendek
g. Setelah diskusi selesai, guru meminta
murid untuk membacakan hasil teks
cerita pendek yang telah dibuat
h. Guru memberikan applause kepada
kelompok yang telah membacakan cerita
pendek dengan baik
3 Kegiatan Akhir
c. Menyimpulkan materi pembelajaran
d. Guru memberikan pesan moral dan
sekaligus menutup pembelajaran dengan
berdoa dan mengucapkan salam
Jumlah 13 14
Total 14 14
Persentase (%) 92,85 100
L
A
M
P
I
R
A
N
5
HASIL TES MURID
PADA SIKLUS I DAN SIKLUS II
Pedoman Penilaian Menulis Cerita Pendek
No. Unsur yang Dinilai Skor
1 Tema
Tinggi: tema sangat penting/jelas yaitu
hewan dan tumbuhan 9-15
Sedang: tema penting namun tidak terlalu
jelas 4-8
Kurang: tema tidak jelas 2-3
2 Alur
Tinggi: tokoh sentral digambarkan secara
detail sehingga terlihat nyata 12-20
Sedang: tokoh sentral dapat dilihat tapi
tidak terlalu nyata 7-11
Kurang: tokoh sentral bukan tokoh nyata;
hanya sebuah nama dan tidak bisa
dimengeti
2-6
3 Tokoh dan Penokohan
Tinggi: urutan kejadian jelas walaupun
kadang penulis menceritakan urutan
kejadian masa lalu maupun masa depan.
6-10
Sedang: urutan kadang tidak jelas, mana
yang terjadi lebih dahulu 3-5
Kurang: kejadian benar-benar tidak jelas
urutannya. Apakah suatu kejadian
muncul sesudah atau sebelum kejadian
yang lain.
1-2
4 Latar atau Setting
Tinggi: kejadian muncul di tempat yang
detail, seperti bisa dilihat 12-20
Sedang: kadang-kadang setting terlihat
nyata; tapi kadang kejadian muncul
begitu saja, pembaca tidak sadar dimana
settingnya
7-11
Kurang: kejadian muncul tanpa setting
yang detail. Pembaca bisa melihat
kejadian, tapi tidak bisa melihat
tempatnya
3-6
5 Amanat
Tinggi: amanat sangat penting/jelas 9-15
Sedang: amanat penting namun tidak
terlalu jelas 4-8
Kurang: amanat tidak jelas 2-3
6 Gaya Penceritaan
Tinggi: gaya penceritaan dalam tulisan
benar-benar menarik pembacanya 12-20
Sedang: penulis menggunakan bahasa
yang abstrak dan umum. Walau
tulisannya benar namun kurang sentuhan
pribadi. Gaya tulisan tidak menarik,
terlalu berhati-hati, datar, dan tidak
marah.
7-11
Kurang: gaya penceritaannya tidak jelas,
tidak hidup dan datar 3-6
Total 100
HASIL TES
SIKLUS I
No. Nama Murid Aspek yang Dinilai
⅀ SP = N 1 2 3 4 5 6
1 Aniyatul Faa’idha 10 10 10 10 4 9 53
2 Muhammad Ihsan Ilham 14 15 10 10 5 10 64
3 Muh. Rezky Fajar. H 14 12 7 14 12 12 71
4 M. Dzaky Rahmat. J 14 10 6 10 7 8 55
5 Reyzaldi Alfayet 14 12 7 15 9 14 71
6 Rifki Adriyansya. T 14 15 8 14 10 10 71
7 Rizki Saputra 14 11 6 10 8 10 59
8 Aris 14 8 9 10 5 7 53
9 Afika Ansar 10 10 7 12 7 10 56
10 Aliyah Ramadiah 14 10 8 8 15 8 63
11 Aliyah Almafira. S 14 13 8 14 10 13 72
12 Lulu Awliyah Suaib 14 15 10 15 5 13 72
13 Maulidya Samad 14 14 8 15 9 13 73
14 Reski Nur Aini 14 12 7 13 5 8 59
15 Sakinah Salsabila 14 10 6 10 7 8 55
16 Dinda Ayu Lestari 10 12 8 12 7 10 59
17 Rika Amelia 14 10 10 10 3 5 52
18 Fitriani 14 10 7 13 5 6 55
19 Anisa Tri Andini 14 14 8 15 9 13 73
20 Muh. Fiqri Setiawan Ihsan 14 14 10 15 7 10 70
21 Muh. Ikrar Abdillah 14 12 10 14 10 10 70
22 Risya Apriliya Ahmad 14 15 10 10 5 10 64
Jumlah 1390
Rata-Rata 63,18
Nilai Tertinggi 73
Nilai Terendah 52
SIKLUS II
No. Nama Murid Aspek yang Dinilai
⅀ SP = N 1 2 3 4 5 6
1 Aniyatul Faa’idha 15 19 9 14 8 13 78
2 Muhammad Ihsan Ilham 15 19 10 18 4 14 80
3 Muh. Rezky Fajar. H 15 18 9 19 10 13 84
4 M. Dzaky Rahmat. J 15 18 9 15 14 9 80
5 Reyzaldi Alfayet 15 17 9 18 8 15 82
6 Rifki Adriyansya. T 15 18 9 19 12 15 88
7 Rizki Saputra 14 15 8 15 15 13 80
8 Aris 14 14 8 11 8 7 62
9 Afika Ansar 15 15 8 15 13 13 79
10 Aliyah Ramadiah 15 15 10 18 12 13 83
11 Aliyah Almafira. S 15 16 10 18 14 15 88
12 Lulu Awliyah Suaib 15 18 9 18 13 13 86
13 Maulidya Samad 15 18 9 19 10 18 89
14 Reski Nur Aini 15 15 9 15 10 15 79
15 Sakinah Salsabila 15 19 10 14 8 13 79
16 Dinda Ayu Lestari 14 15 8 15 14 10 76
17 Rika Amelia 13 13 8 14 8 7 63
18 Fitriani 14 15 8 15 15 10 77
19 Anisa Tri Andini 15 14 9 14 15 13 80
20 Muh. Fiqri Setiawan Ihsan 15 17 10 15 12 15 84
21 Muh. Ikrar Abdillah 15 19 10 18 10 14 86
22 Risya Apriliya Ahmad 15 15 10 18 12 10 80
Jumlah 1763
Rata-Rata 80,13
Nilai Tertinggi 89
Nilai Terendah 62
Keterangan:
⅀ SP = N
⅀ SP : Jumlah Skor Perolehan
N : Nilai
Skor Maksimal : 100
L
A
M
P
I
R
A
N
6
KETUNTASAN BELAJAR MURID
PADA SIKLUS I DAN SIKLUS II
KETUNTASAN BELAJAR MURID
SIKLUS I
No. Nama Murid Nilai Keterangan
Tuntas Tidak Tuntas
1 Aniyatul Faa’idha 53
2 Muhammad Ihsan Ilham 64
3 Muh. Rezky Fajar. H 71
4 M. Dzaky Rahmat. J 55
5 Reyzaldi Alfayet 71
6 Rifki Adriyansya. T 71
7 Rizki Saputra 59
8 Aris 53
9 Afika Ansar 56
10 Aliyah Ramadiah 63
11 Aliyah Almafira. S 72
12 Lulu Awliyah Suaib 72
13 Maulidya Samad 73
14 Reski Nur Aini 59
15 Sakinah Salsabila 55
16 Dinda Ayu Lestari 59
17 Rika Amelia 52
18 Fitriani 55
19 Anisa Tri Andini 73
20 Muh. Fiqri Setiawan Ihsan 70
21 Muh. Ikrar Abdillah 70
22 Risya Apriliya Ahmad 64
Jumlah 9 13
Persentase (%) 40,91 59,09
SIKLUS II
No. Nama Murid Nilai Keterangan
Tuntas Tidak Tuntas
1 Aniyatul Faa’idha 78
2 Muhammad Ihsan Ilham 80
3 Muh. Rezky Fajar. H 84
4 M. Dzaky Rahmat. J 80
5 Reyzaldi Alfayet 82
6 Rifki Adriyansya. T 88
7 Rizki Saputra 80
8 Aris 62
9 Afika Ansar 79
10 Aliyah Ramadiah 83
11 Aliyah Almafira. S 88
12 Lulu Awliyah Suaib 86
13 Maulidya Samad 89
14 Reski Nur Aini 79
15 Sakinah Salsabila 79
16 Dinda Ayu Lestari 76
17 Rika Amelia 63
18 Fitriani 77
19 Anisa Tri Andini 80
20 Muh. Fiqri Setiawan Ihsan 84
21 Muh. Ikrar Abdillah 86
22 Risya Apriliya Ahmad 80
Jumlah 20 2
Persentase (%) 90,91 9,09
Keterangan:
Persentase murid yang tuntas (%) = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑢𝑟𝑖𝑑 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑚𝑢𝑟𝑖𝑑 × 100
Persentase murid yang tidak tuntas (%) = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑢𝑟𝑖𝑑 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑚𝑢𝑟𝑖𝑑 × 100
L
A
M
P
I
R
A
N
7
PERBANDINGAN NILAI MURID
PADA SIKLUS I DAN SIKLUS II
PERBANDINGAN NILAI PADA SIKLUS I DAN SIKLUS II
No. Nama Murid Nilai
Peningkatan Keterangan Siklus I Siklus II
1 Aniyatul Faa’idha 53 78 25 M
2 Muhammad Ihsan Ilham 64 80 16 M
3 Muh. Rezky Fajar. H 71 84 13 M
4 M. Dzaky Rahmat. J 55 80 25 M
5 Reyzaldi Alfayet 71 82 11 M
6 Rifki Adriyansya. T 71 88 17 M
7 Rizki Saputra 59 80 21 M
8 Aris 53 62 9 KM
9 Afika Ansar 56 79 23 M
10 Aliyah Ramadiah 63 83 20 M
11 Aliyah Almafira. S 72 88 16 M
12 Lulu Awliyah Suaib 72 86 14 M
13 Maulidya Samad 73 89 16 M
14 Reski Nur Aini 59 79 20 M
15 Sakinah Salsabila 55 79 24 M
16 Dinda Ayu Lestari 59 76 17 M
17 Rika Amelia 52 63 11 KM
18 Fitriani 55 77 22 M
19 Anisa Tri Andini 73 80 7 M
20 Muh. Fiqri Setiawan Ihsan 70 84 14 M
21 Muh. Ikrar Abdillah 70 86 16 M
22 Risya Apriliya Ahmad 64 80 16 M
Jumlah 1390 1763 348 M
Rata-Rata 63,18 80,13 15,82 M
Keterangan:
M = meningkat
KM = kurang meningkat
L
A
M
P
I
R
A
N
8
PERSURATAN PENELITIAN
L
A
M
P
I
R
A
N
9
DOKUMENTASI
SIKLUS I
1. Memulai Pembelajaran
2. Menjelaskan Model Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing
3. Membagikan LKM dan Media Kancing
4. Membimbing Murid Berdiskusi
5. Perwakilan Kelompok Membacakan Hasil Diskusi
SIKLUS II
1. Memulai Pembelajaran
2. Membagikan LKM dan Media Kancing
3. Membimbing Murid Berdiskusi
4. Perwakilan Kelompok Membacakan Hasil Diskusi
Murid Mengerjakan Evaluasi
RIWAYAT HIDUP
Fathul Jannah. Dilahirkan di Tonasa, Desa Biringere
pada hari Sabtu, tanggal 6 Juni 1998. Penulis merupakan anak
keenam dari enam bersaudara dari pasangan Ayah H. Abd Azis
Ramli dan Ibu Hj. Hasbiah.
Penulis mulai menempuh pendidikan formal pada tahun 2004 di SDS Semen
Tonasa II dan tamat pada tahun 2010. Kemudian, pada tahun yang sama penulis
melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Pangkaje’ne dan tamat pada tahun 2013.
Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 11 Pangkaje’ne (SMA
Negeri 2 Pangkaje’ne) dan tamat pada tahun 2016.
Setelah tamat SMA pada tahun 2016, penulis hijrah ke Kota Makassar untuk
melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi yaitu pada bangku perkuliahan.
Penulis kuliah di Universitas Muhammadiyah Makassar dan diterima pada Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
S1 dan selesai pada tahun 2020 dengan judul skripsi “Penerapan Model Kooperatif
Tipe Kancing Gemerincing dengan Menggunakan Media Gambar dalam
Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Murid Kelas VI SD Negeri 1
Lejang”.