PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

126
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT BAYANGAN CERMIN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I WALENG KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh: FAJAR SETYAWATI K7108140 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012

Transcript of PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

Page 1: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user i

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI

SIFAT-SIFAT BAYANGAN CERMIN PADA SISWA KELAS V

SD NEGERI I WALENG KECAMATAN GIRIMARTO

KABUPATEN WONOGIRI TAHUN AJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Oleh:

FAJAR SETYAWATI

K7108140

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Juli 2012

Page 2: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Fajar Setyawati

NIM : K7108140

Jurusan/Program Studi : Ilmu Pendidikan/PGSD

menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “PENERAPAN MODEL

KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT

BAYANGAN CERMIN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I WALENG

KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN

AJARAN 2011/2012” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain

itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil

jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, Juli 2012

Yang membuat pernyataan

Fajar Setyawati

Page 3: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI

SIFAT-SIFAT BAYANGAN CERMIN PADA SISWA KELAS V

SD NEGERI I WALENG KECAMATAN GIRIMARTO

KABUPATEN WONOGIRI TAHUN AJARAN 2011/2012

Oleh:

FAJAR SETYAWATI

K7108140

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Juli 2012

Page 4: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iv

Page 5: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

a.n Dekan

Page 6: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vi

ABSTRAK

Fajar Setyawati. K7108140. PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE

GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT BAYANGAN

CERMIN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I WALENG

KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN

AJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model Group

Investigation (GI) dalam pembelajaran dan untuk meningkatkan kemampuan

mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin melalui penerapan model kooperatif

tipe Group Investigation (GI) pada siswa kelas V SD Negeri I Waleng Kecamatan

Girimarto Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 2011/2012.

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri

I Waleng Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 2011/2012.

Jumlah siswa yang diteliti adalah 29 siswa, terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 15

siswa perempuan. Objek penelitian adalah kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat

bayangan cermin sebagai variabel terikat dan penerapan model Group

Investigation (GI) sebagai variabel bebas. Bentuk penelitian ini adalah Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan selama dua siklus. Tiap siklus terdiri

dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan/tindakan, observasi, dan

refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes,

dokumentasi, dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis

data kualitatif yang dilakukan secara interaktif. Validitas data yang digunakan

adalah trianggulasi data, trianggulasi metode, dan trianggulasi teori.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa nilai rata-rata siswa pada

kondisi awal adalah 57,56 dengat persentase ketuntasan klasikal sebesar 31,03%.

Pada siklus I, nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 71,17 dengan persentase

ketuntasan klasikal sebesar 62,07%. Selanjutnya pada siklus II, nilai rata-rata

siswa meningkat lagi menjadi 76,24 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar

89,66%.

Simpulan penelitian ini adalah penerapan model kooperatif tipe Group

Investigation (GI) dapat meningkatkan kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat

bayangan cermin pada siswa kelas V SD Negeri I Waleng Kecamatan Girimarto

Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 2011/2012. Oleh karena itu, model kooperatif

tipe Group Investigation (GI) dapat digunakan sebagai salah satu alternatif model

pembelajaran yang dapat diterapkan guru untuk meningkatkan kemampuan

mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin pada siswa Sekolah Dasar.

Kata kunci: model Group Investigation (GI), kemampuan mengidentifikasi sifat-

sifat bayangan cermin

Page 7: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

ABSTRACT

Fajar Setyawati. K7108140. APPLICATION OF COOPERATIVE MODEL

OF GROUP INVESTIGATION (GI) IN ATTEMPTS OF IMPROVING

SKILL OF IDENTIFYING NATURE OF MIRROR REFLECTIONS

AMONG 5TH

GRADE STUDENTS OF SD NEGERI I WALENG OF

KECAMATAN GIRIMARTO, WONOGIRI REGENCY OF 2011/2012

ACADEMIC YEAR. Minithesis. Surakarta: Teacher Training and Education

Faculty of Sebelas Maret University of Surakarta. 2012

Purpose of the research is to know application of Group Investigation (GI)

model in learning and to improve skill of identifying nature of mirror reflections

by using the cooperative model of Group Investigation (GI) type among 5th

grade

students of SD Negeri I Waleng of Kecamatan Girimarto, Wonogiri Regency of

2011/2012 academic year.

Subject of the research is 5th

grade students of SD Negeri I Waleng of

Kecamatan Girimarto, Wonogiri Regency of 2011/2011 academic year. Amount

of the school’s students are 29 individuals consisting of 14 male and 15 female

students. Object of the research is skill of identifying nature of mirror reflections

as a dependent variabel and application of Group Investigation (GI) model as

independent variable. The research is a Classroom Action Research (CAR)

performed in two cycles. Each cycle consists of four stages, there are planning,

implementation/action, observation, and reflection. Data is collected by using

observation, test, documentation, and interview techniques. Data of the research is

analyzed by using qualitative data analysis that is performed interactively. Data

validity is examined by using data triangulation, method triangulation, and theory

triangulation.

Based on the research, it is known that average grade of students before

action implementation was 57.56 and percentage of classical completeness was

31.03%. In cycle I, the average grade increased to 71.17 and percentage of

classical completeness was 62.07%. Then, the average grade increased further in

cycle II, namely, 76.24% with percentage of classical completeness was 89.66%.

Conclusion of the research is application of cooperative model of Group

Investigation (GI) type is able to improve skill of the 5th

grade students of SD

Negeri I Waleng in identifying nature of mirror reflections. Therefore, cooperative

model of Group Investigation (GI) type is useful to use as a learning model

alternative that can be applied by teacher in attempt of improving skill of

identifying nature of mirror reflections among students of elementary school.

Key words: Group Investigation (GI) model, skill of identifying the nature of

mirror reflection

Page 8: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

MOTTO

# Orang besar bukan orang yang otaknya sempurna tetapi orang yang mengambil

sebaik-baiknya dari otak yang tidak sempurna (Nabi Muhammad SAW) #

# Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua (Aristoteles) #

# Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal

yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka

menyukainya atau tidak (Aldus Huxley) #

Page 9: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix

PERSEMBAHAN

Teriring syukurku pada Tuhan Yang Maha Esa, kupersembahkan karya ini untuk:

Ayah dan Ibuku (Bapak Siswanto dan Ibu Karmiyati)

Yang tiada hentinya mendoakan, memberikan kasih sayang dan motivasi,

serta selalu memberikan segala yang terbaik dalam hal materiil dan moril

Susan Timur, Agus Ariyanto, Dinia Ika, Yuyun Rima , Mintikawati

Terima kasih karena kalian senantiasa mendorong langkahku dengan

perhatian dan semangat

Keluarga besar Che_Community ‘08 serta teman-teman PGSD FKIP

UNS angkatan 2008 untuk kebersamaan yang tak terlupakan

Keluarga besar SD Negeri I Waleng Girimarto Wonogiri

Terima kasih atas bantuan dan bimbingan selama melaksanakan

penelitian

FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, almamaterku yang selalu

kubanggakan

Page 10: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan berkah,

rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Penerapan Model Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Untuk

Meningkatkan Kemampuan Mengidentifikasi Sifat-sifat Bayangan Cermin Pada

Siswa Kelas V SD Negeri I Waleng Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri

Tahun Ajaran 2011/2012”.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam menyusun skripsi ini, tentunya penulis tidak lepas dari bantuan dan

kerjasama berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.

3. Ketua Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. Ngadino Y, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

5. Idam Ragil WA, S.Pd, M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

6. Kepala SD Negeri I Waleng Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri yang

telah memberikan kesempatan dan tempat guna pengambilan data dalam

penelitian.

7. Sukiya, S.Pd. selaku Guru Kelas V SD Negeri I Waleng Kecamatan

Girimarto Kabupaten Wonogiri yang telah membantu penulis selama

penelitian.

Page 11: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xi

8. Para siswa Kelas V SD Negeri I Waleng Kecamatan Girimarto Kabupaten

Wonogiri yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan

penelitian ini.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

mungking disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena

keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini

bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

Page 12: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ ii

HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v

HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ vi

HALAMAN MOTTO .................................................................................... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... ix

KATA PENGANTAR .................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv

DAFTAR TABEL........................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 7

C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian................................................................................. 7

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 10

A. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 10

1. Hakikat Kemampuan Mengidentifikasi Sifat-sifat Bayangan

Cermin pada Pembelajaran IPA .................................................... 10

a. Pengertian Kemampuan Mengidentifikasi .................................. 10

b. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam ........................................... 11

c. Prinsip-prinsip Pembelajaran IPA Sekolah Dasar ...................... 12

d. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ............................... 16

e. Manfaat Pembelajaran IPA ......................................................... 19

f. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar IPA ....................................... 22

xii

Page 13: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

g. Materi tentang Sifat-sifat Bayangan Cermin pada

Pembelajaran IPA ...................................................................... 24

h. Pembelajaran IPA tentang Sifat-sifat Bayangan Cermin

di Kelas V ................................................................................... 26

2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group

Investigation (GI). ........................................................................... 27

a. Pengertian Model Pembelajaran ................................................. 27

b. Pengertian Model Kooperatif ...................................................... 28

c. Karakteristik dan Prinsip-prinsip Model Pembelajaran

Kooperatif .................................................................................. 29

d. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif dengan

Model Pembelajaran Konvesional ............................................. 31

e. Pengertian Model Group Investigation (GI) ............................... 33

f. Ciri Pokok Model Group Investigation (GI) .............................. 35

g. Keadaan yang Mendukung Penerapan Model Group

Investigation (GI) ........................................................................ 36

h. Langkah-langkah Pelaksanaan Model Group

Investigation (GI) ........................................................................ 37

i. Kelebihan Model Group Investigation (GI) ............................... 39

j. Penerapan Model Group Investigation (GI) dalam Materi

Sifat-sifat Bayangan Cermin ....................................................... 40

B. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 42

C. Kerangka Berpikir ................................................................................ 43

D. Hipotesis Tindakan ............................................................................... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 45

A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 45

B. Subjek dan Objek Penelitian ................................................................ 45

C. Bentuk Penelitian ................................................................................. 46

D. Sumber Data ......................................................................................... 47

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 47

F. Validitas Data ....................................................................................... 49

xiii

Page 14: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

G. Analisis Data ........................................................................................ 50

H. Indikator Kinerja .................................................................................. 52

I. Prosedur Penelitian ............................................................................... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 57

A. Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................................. 57

1. Letak Geografis SD Negeri I Waleng.............................................. 57

2. Keadaan Personil SD Negeri I Waleng ........................................... 57

3. Keadaan Sarana dan Prasarana SD Negeri I Waleng ...................... 58

B. Deskripsi Pratindakan .......................................................................... 59

C. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus .................................................. 61

1. Tindakan Siklus I ............................................................................. 61

a. Tahap Perencanaan ..................................................................... 61

b. Tahap Pelaksanaan/Tindakan ..................................................... 62

c. Tahap Observasi ......................................................................... 66

d. Tahap Refleksi ............................................................................ 72

2. Tindakan Siklus II ........................................................................... 76

a. Tahap Perencanaan ..................................................................... 76

b. Tahap Pelaksanaan/Tindakan ..................................................... 77

c. Tahap Observasi ......................................................................... 81

d. Tahap Refleksi ............................................................................ 87

D. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus ........................................... 90

E. pembahasan .......................................................................................... 99

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ................................................... 103

A. Simpulan .............................................................................................. 103

B. Implikasi ............................................................................................... 104

C. Saran ..................................................................................................... 105

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 107

LAMPIRAN .................................................................................................... 109

xiv

Page 15: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Skema Pembelajaran Sifat-sifat Bayangan Cermin dengan Model

Group Investigation (GI) ................................................................ 40

2.2. Skema Kerangka Berpikir .............................................................. 44

3.1. Komponen dalam Analisis Data (Interaktive Model) .................... 51

3.2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ................................................... 53

4.1. Grafik Nilai Tes Kemampuan Mengidentifikasi Sifat-sifat

Bayangan Cermin Sebelum Tindakan ............................................ 61

4.2. Grafik Persentase Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I........... 69

4.3. Grafik Nilai Tes Kemampuan Mengidentifikasi Sifat-sifat

Bayangan Cermin oleh Siswa pada Siklus I ................................... 73

4.4. Grafik Persentase Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II ......... 85

4.5. Grafik Hasil Tes Kemampuan Mengidentifikasi Sifat-sifat

Bayangan Cermin oleh Siswa pada Siklus II ................................. 89

4.6. Grafik Perbandingan Persentase Hasil Observasi Aktivitas Siswa

pada Siklus I dan Siklus II .............................................................. 92

4.7. Grafik Perbandingan Persentase Ketuntasan Klasikal

Kemampuan Mengidentifikasi Sifat-sifat Bayangan Cermin oleh

Siswa Sebelum Tindakan dan Siklus I ........................................... 94

4.8. Grafik Perbandingan Persentase Ketuntasan Klasikal

Kemampuan Mengidentifikasi Sifat-sifat Bayangan Cermin oleh

Siswa pada Siklus I dan Siklus II ................................................... 96

4.9. Perbandingan Hasil Tes Belajar Kemampuan Mengidentifikasi

Sifat-sifat Bayangan Cermin oleh Siswa Sebelum Tindakan,

Siklus I, dan Siklus II ..................................................................... 98

xv

Page 16: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Model

Pembelajaran Konvensional ........................................................... 32

4.1. Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kemampuan Mengidentifikasi

Sifat-sifat Bayangan Cermin oleh Siswa Sebelum Tindakan ......... 60

4.2. Data Persentase Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I ............. 68

4.3. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Mengidentifikasi Sifat-

sifat Bayangan Cermin oleh Siswa pada Siklus I ........................... 72

4.4. Data Persentase Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II ............ 84

4.5. Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kemampuan Mengidentifikasi

Sifat-sifat Bayangan Cermin oleh Siswa pada Siklus II................. 88

4.6. Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I dan

Siklus II .......................................................................................... 91

4.7. Perbandingan Ketuntasan Klasikal Kemampuan

Mengidentifikasi Sifat-sifat Bayangan Cermin oleh Siswa

Sebelum Tindakan dan Siklus I ...................................................... 93

4.8. Perbandingan Ketuntasan Klasikal Kemampuan

Mengidentifikasi Sifat-sifat Bayangan Cermin oleh Siswa pada

Siklus I dan Siklus II ...................................................................... 95

4.9. Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Tentang Kemampuan

Mengidentifikasi Sifat-sifat Bayangan Cermin oleh Siswa

Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ..................................... 97

4.10. Hasil Penelitian Kemampuan Mengidentifikasi Sifat-sifat

Bayangan Cermin Melalui Model Kooperatif Tipe Group

Investigation (GI) pada Siswa Kelas V SD Negeri I Waleng

Tahun Ajaran 2011/2012 ................................................................ 99

xvi

Page 17: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Rincian Waktu Pelaksanaan Penelitian ....................................... 110

2 Pedoman Observasi Awal Peneliti Terhadap Pembelajaran

yang Dilaksanakan oleh Guru Kelas V ....................................... 111

3 Hasil Observasi Awal Peneliti Terhadap Pembelajaran yang

Dilaksanakan oleh Guru Kelas V ................................................ 112

4 Pedoman Wawancara Guru Sebelum Diterapkan Model Group

Investigation (GI) ........................................................................ 113

5 Hasil Wawancara Guru Sebelum Diterapkan Model Group

Investigation (GI) ........................................................................ 114

6 Pedoman Wawancara Guru Setelah Diterapkan Model Group

Investigation (GI) ........................................................................ 116

7 Hasil Wawancara Guru Setelah Diterapkan Model Group

Investigation (GI) ........................................................................ 117

8 Daftar Nilai Ulangan Akhir Semester II Siswa Kelas V SD

Negeri I Waleng Kec. Girimarto Kab. Wonogiri Tahun Ajaran

2009/2010 ................................................................................... 119

9 Daftar Nilai Ulangan Akhir Semester II Siswa Kelas V SD

Negeri I Waleng Kec. Girimarto Kab. Wonogiri Tahun Ajaran

2010/2011 ................................................................................... 120

10 Daftar Nilai Ulangan Akhir Semester I Siswa Kelas V SD

Negeri I Waleng Kec. Girimarto Kab. Wonogiri Tahun Ajaran

2011/2012 ................................................................................... 121

11 Daftar Nilai Tes Awal Kemampuan Mengidentifikasi Sifat-

sifat Bayangan Cermin Siswa Sebelum Tindakan ...................... 122

12 Daftar Nilai Tes Kemampuan Mengidentifikasi Sifat-sifat

Bayangan Cermin Siswa pada Siklus I ....................................... 123

13 Daftar Nilai Tes Kemampuan Mengidentifikasi Sifat-sifat

Bayangan Cermin Siswa pada Siklus II ...................................... 124

xvii

Page 18: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14 Daftar Nilai Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ............. 125

15 Silabus Siklus I ........................................................................... 126

16 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ................... 128

17 Silabus Siklus II .......................................................................... 159

18 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II .................. 160

19 Pedoman Observasi Aktivitas Siswa .......................................... 188

20 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I ............... 189

21 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan II .............. 190

22 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I .............. 191

23 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan II ............ 192

24 Penjelasan Pedoman Observasi Guru kepada Peneliti Lembar

Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran .......................................... 193

25 Pedoman Observasi Guru kepada Peneliti Lembar Penilaian

Pelaksanaan Pembelajaran .......................................................... 201

26 Hasil Observasi Guru kepada Peneliti Penilaian Pelaksanaan

Pembelajaran Siklus I ................................................................. 203

27 Hasil Observasi Guru kepada Peneliti Penilaian Pelaksanaan

Pembelajaran Siklus II ................................................................ 205

28 Data Pegawai SD Negeri I Waleng Kec. Girimarto Kab.

Wonogiri ..................................................................................... 207

29 Data Siswa SD Negeri I Waleng Kec. Girimarto Kab.

Wonogiri Bulan April 2012 ........................................................ 208

30 Lembar Jawaban Tes Evaluasi Siswa ......................................... 209

31 Foto Pelaksanaan Penelitian ....................................................... 214

32 Surat Keterangan Penelitian ........................................................ 224

xviii

Page 19: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang selalu

dijumpai pada berbagai jenjang pendidikan, salah satunya di jenjang Sekolah

Dasar. Sukardjo, dkk menyebutkan bahwa “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah

ilmu yang mempelajari alam dengan segala isinya, atau secara sederhana

merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis tentang

gejala alam” (2005: 1). IPA menjadi salah satu mata pelajaran yang wajib diikuti

oleh semua siswa. Dengan adanya pembelajaran IPA diharapkan dapat

membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa secara alamiah agar dapat

meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam dan seisinya. Siswa

juga diharapkan dapat memahami konsep-konsep pada mata pelajaran IPA. Mata

pelajaran IPA memiliki materi yang sangat luas. Keluasan materi tersebut

membuat sebagian besar siswa Sekolah Dasar kesulitan untuk menguasainya. Hal

ini didukung pula oleh adanya proses pembalajaran IPA yang terjadi di Sekolah

Dasar cenderung bersifat teoritik saja. Padahal seorang guru dapat dikatakan

profesional jika dalam melaksanakan pembelajarannya dapat menerapkan

pembelajaran yang inovatif dan memberikan pembelajaran yang bermakna bagi

siswa.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di SD Negeri I

Waleng Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri dapat diketahui bahwa proses

pembelajaran IPA yang terjadi di kelas hanya mengajak siswa untuk menghafal

konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut untuk menyelesaikan

masalah dalam kehidupan nyata yang berkaitan dengan konsep yang dimiliki.

Guru lebih sering menggunakan metode ceramah sebagai pilihan utama dalam

menyampaikan materi pembelajaran, sehingga sering mengabaikan pengetahuan

awal yang dimiliki siswa. Guru juga belum menggunakan media pembelajaran

yang bervariasi sehingga kurang menarik perhatian siswa saat mengikuti

Page 20: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

pembelajaran. Pada proses pembelajaran, siswa dihadapkan pada sesuatu yang

abstrak (hanya dibayangkan) tanpa mengalami atau melihat langsung. Padahal

pembelajaran yang sesungguhnya tidak hanya sekedar menghafal konsep atau

materi saja, tetapi juga memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru kelas V SD

Negeri I Waleng Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri, diketahui bahwa

proses pembelajaran IPA pada tahun-tahun sebelumnya menyatakan bahwa siswa

masih kurang mampu memahami materi pada pembelajaran IPA. Selain

berdasarkan wawancara, rendahnya kemampuan memahami materi pada

pembelajaran IPA oleh siswa juga terlihat pada bukti arsip hasil belajar dari tahun

ke tahun. Dalam data arsip hasil belajar yang terdokumentasi, nilai Ulangan Akhir

Semester (UAS) mata pelajaran IPA mulai tahun ajaran 2009/2010 semester II,

2010/2011 semester II, dan 2011/2012 semester I memberikan gambaran awal

kurangnya kemampuan memahami materi pada pembelajaran IPA. Pada tahun

ajaran 2009/2010 semester II, nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) IPA

kelas V adalah ≥ 63. Dari 26 siswa hanya 12 siswa (46,15%) yang nilainya

mencapai KKM dan 14 siswa (53,85%) lainnya belum mencapai KKM. Data nilai

Ulangan Akhir Semester (UAS) pada tahun ajaran 2009/2010 semester II dapat

dilihat pada lampiran 8 halaman 119. Pada tahun ajaran 2010/2011 semester II,

nilai KKM IPA kelas V adalah ≥ 69. Dari 24 siswa hanya 12 siswa (50%) yang

nilainya mencapai KKM dan 12 siswa (50%) lainnya belum mencapai KKM. Data

nilai Ulangan Akhir Semester (UAS) pada tahun ajaran 2010/2011 semester II

dapat dilihat pada lampiran 9 halaman 120. Sedangkan pada tahun ajaran

2011/2012 semester I, nilai KKM IPA kelas V ≥ 69. Dari 29 siswa hanya 10 siswa

(34,48%) yang nilainya mencapai KKM dan 19 siswa (65,52%) lainnya belum

mencapai KKM. Data nilai Ulangan Akhir Semester (UAS) pada tahun ajaran

2011/2012 semester I dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 121.

Guru kelas V SD Negeri I Waleng juga menyatakan bahwa salah satu materi

pembelajaran IPA yang kurang dipahami siswa adalah sifat-sifat bayangan

cermin. Hal itu dibuktikan dengan tes pra siklus tentang materi sifat-sifat

Page 21: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

bayangan cermin yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 10 Maret 2012. Tes pra

siklus tersebut menunjukkan data dengan nilai KKM ≥ 69, dapat diketahui bahwa

dari 29 siswa hanya 9 siswa (31,03%) yang nilainya mencapai KKM dan 20 siswa

(68,97%) lainnya belum mencapai KKM. Data nilai tes pra siklus dapat dilihat

pada lampiran 11 halaman 122.

Masalah pembelajaran yang ditunjukkan berdasarkan hasil observasi,

wawancara, dan tes awal yang terjadi di SD Negeri I Waleng Kecamatan

Girimarto Kabupaten Wonogiri di atas memerlukan suatu upaya pemecahan.

Karena materi pembelajaran IPA yang diberikan guru di jenjang pendidikan dasar

ini pasti akan berkaitan dengan materi pembelajaran IPA di jenjang pendidikan

yang lebih tinggi. Demikian juga materi tentang sifat-sifat bayangan pada cermin

yang merupakan materi pembelajaran IPA sebagai dasar pengetahuan di jenjang

pendidikan Sekolah Dasar yang nantinya akan dipelajari kembali pada jenjang

pendidikan berikutnya. Apabila siswa pada jenjang Sekolah Dasar saja kurang

menguasai materi sifat-sifat bayangan cermin ini, maka dikhawatirkan siswa akan

mengalami kesulitan saat mengikuti proses pembelajaran IPA yang berkaitan

dengan materi ini pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Dari hasil observasi dan wawancara diperoleh hasil bahwa adanya siswa

yang kurang mampu mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin seperti yang

dipaparkan di atas disebabkan oleh tiga faktor utama yang dapat dilihat pada

lampiran 3 dan 5 halaman 112 dan 114. Faktor penyebab yang pertama adalah

pada saat pembelajaran IPA tentang sifat-sifat bayangan cermin, ternyata guru

masih menerapkan model pembelajaran yang bersifat konvensional. Pemilihan

model pembelajaran akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Model pembelajaran

konvensional tersebut masih didominasi dengan penggunaan metode ceramah. Hal

ini mengakibatkan siswa menjadi mudah merasa jenuh dan kurang aktif dalam

mengikuti proses pembelajaran.

Hasil observasi juga menunjukkan bahwa faktor penyebab yang kedua

adanya siswa yang kurang mampu mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin

adalah kurangnya perhatian siswa saat mengikuti pembelajaran. Penerapan model

Page 22: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

pembelajaran konvensional menjadikan siswa kurang antusias untuk mengikuti

kegiatan belajar mengajar. Siswa lebih suka bermain sendiri dan berbicara dengan

teman sebangkunya. Kurangnya perhatian siswa pada saat pembelajaran

mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam menerima dan mengikuti

pembelajaran, sehingga nilai mereka yang berkaitan dengan materi sifat-sifat

bayangan cermin menjadi rendah.

Berdasarkan hasil observasi juga diketahui faktor penyebab yang ketiga

adanya siswa yang kurang mampu mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin

adalah variasi penggunaan media pembelajaran masih kurang. Pada saat

pembelajaran sifat-sifat bayangan cermin, guru hanya menggunakan media visual

dua dimensi atau gambar tentang macam-macam cermin yang terdapat dalam

sumber belajar, yaitu buku paket IPA kelas V Sekolah Dasar. Dengan kondisi

yang demikian, menyebabkan siswa belum mengalami kebermaknaan proses

pembelajaran IPA khusunya materi sifat-sifat bayangan pada cermin.

Pembelajaran semacam itu artinya masih menekankan pada produk IPA saja.

Padahal, pembelajaran IPA hendaknya mengandung tiga hal, yaitu proses,

prosedur, dan produk.

Dalam mengajarkan materi sifat-sifat bayangan cermin ini sebenarnya guru

sudah menggunakan media pembelajaran, tetapi hanya menggunakan media visual

dua dimensi yang terdapat dalam sumber belajar yang ada di kelas V SD Negeri I

Waleng. Selain itu, dalam menjelaskan materi tentang sifat-sifat bayangan cermin

guru juga sudah melakukan beberapa percobaan untuk mengidentifikasi sifat-sifat

bayangan pada cermin, namun percobaan ini hanya dilakukan oleh guru di depan

kelas tanpa adanya partisipasi langsung dari siswa. Siswa hanya diminta untuk

memperhatikan dan mengamati percobaan yang didemonstrasikan oleh guru.

Upaya yang telah dilakukan guru belum optimal, karena siswa belum mengalami

kebermaknaan dalam belajar. Pembelajaran yang telah dilakukan guru masih

bersifat teacher centered learning, sehingga menjadikan siswa menjadi kurang

aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar. Padahal menurut Trianto, salah

satu perubahan paradigma pembelajaran adalah orientasi pembelajaran yang

Page 23: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

semula berpusat pada guru (teacher centered learning) beralih berpusat pada

murid (student centered learning) (2007: 2).

Sebagai guru yang profesional hendaknya mampu memilih model

pembelajaran yang sesuai dengan sifat materi pembelajaran yang akan

disampaikan kepada siswa. Menurut Sugiyanto dalam pemilihan model

pembelajaran guru perlu mempertimbangkan beberapa hal, yaitu 1) tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai, 2) sifat bahan/materi ajar, 3) kondisi siswa, dan

4) ketersediaan sarana-prasarana belajar (2009: 3).

Salah satu alternatif pemecahannya yaitu dengan menerapkan strategi

pembelajaran yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi

strategi yang dapat membuat pembelajaran yang lebih bermakna. Siswa perlu

mengerti makna belajar beserta manfaatnya sehingga mereka bisa menempatkan

diri sebagai manusia yang membutuhkan suatu bekal untuk hidupnya. Mereka

mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya

dengan guru sebagai pengarah dan pembimbingnya. Oleh karena itu, diperlukan

suatu strategi pembelajaran yang tepat yaitu dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI).

Menurut Isjoni dalam model pembelajaran kooperatif tipe Group

Investigation (GI), siswa memilih sub topik yang ingin mereka pelajari dan topik

yang biasanya telah ditentukan guru, selanjutnya siswa dan guru merencanakan

tujuan, langkah-langkah belajar berdasarkan sub topik dan materi yang dipilih

(2010: 58-59). Model Group Investigation (GI) merupakan strategi yang

dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan

bermakna, tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada. Dengan

menerapkan model ini, mendorong siswa lebih tertarik dalam mengikuti proses

pembelajaran karena siswa bebas memilih sub topik materi yang ingin mereka

pelajari. Guru berperan sebagai fasilitator bukan sebagai sumber ilmu

pengetahuan satu-satunya dalam pembelajaran. Guru memberikan fasilitas kepada

siswa berupa strategi dan media pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk

menemukan pengetahuan dan mengembangkan keterampilan baru sesuai dengan

Page 24: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

pengetahuan yang mereka miliki. Berdasarkan konsep ini diharapkan proses

pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Tugas guru dalam

pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) adalah membantu siswa

dalam mencapai tujuan belajar yang ingin dicapainya. Maksudnya, guru lebih

berhubungan dengan strategi daripada memberi informasi. Guru hanya mengelola

kelas sebagai sebuah tim yang saling bekerja sama untuk menemukan suatu yang

baru bagi siswa. Proses belajar mengajar lebih cenderung pada student centered

learning daripada teacher centered learning.

Pendapat Killen menyatakan bahwa model Group Investigation (GI)

memiliki lima ciri pokok, yaitu 1) siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil

dan memiliki independensi terhadap guru, 2) kegiatan-kegiatan siswa terfokus

pada upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan, 3) kegiatan

belajar siswa selalu mempersyaratkan siswa untuk mengumpulkan data,

menganalisisnya, dan mencapai beberapa kesimpulan, 4) siswa akan

menggunakan pendekatan yang beragam dalam belajar, dan 5) hasil dari

penelitian siswa dipertukarkan di antara seluruh siswa dalam kelas (Aunurrahman,

2010: 152-15).

Dengan berbagai alasan yang telah diuraikan di atas, maka penerapan model

Group Investigation (GI) pada mata pelajaran IPA khususnya materi cahaya dan

sifat-sifat bayangan cermin dinilai sangat sesuai untuk mengatasi permasalahan

pembelajaran yang terjadi pada siswa kelas V SD Negeri I Waleng Kecamatan

Girimarto Kabupaten Wonogiri dibandingkan dengan penerapan model lainnya.

Siswa dapat memilih sub topik yang ingin dipelajari, kemudian diajak melakukan

percobaan untuk mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

Penelitian Tindakan Kelas yang diberi judul “Penerapan Model Kooperatif Tipe

Group Investigation (GI) Untuk Meningkatkan Kemampuan

Mengidentifikasi Sifat-Sifat Bayangan Cermin Pada Siswa Kelas V SD

Negeri I Waleng Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran

2011/2012”.

Page 25: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Apakah penerapan Model Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) dapat

meningkatkan kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin pada

siswa kelas V SD Negeri I Waleng Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri

Tahun Ajaran 2011/2012?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum:

Untuk mengetahui penerapan model Group Investigation (GI) dalam

pembelajaran.

2. Tujuan Khusus:

Untuk meningkatkan kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bayangan

cermin pada siswa kelas V SD Negeri I Waleng Kecamatan Girimarto

Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 2011/2012 melalui penerapan model

kooperatif tipe Group Investigation (GI).

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Adapun beberapa manfaat dari penelitian ini secara teoritis yaitu

sebagai berikut:

a. Agar penelitian ini dapat memperkaya khasanah keilmuan mengenai

pembelajaran IPA, khususnya dalam mengidentifikasi sifat-sifat

bayangan cermin di Sekolah Dasar.

b. Agar kesulitan yang dialami siswa pada pembelajaran IPA, khususnya

dalam mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin dapat diatasi.

Page 26: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

2. Manfaat Praktis

Selain manfaat teoritis dalam penelitian ini terdapat juga manfaat

praktis, yaitu sebagai berikut:

a. Bagi Siswa.

1) Meningkatkan kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bayangan

cermin melalui penerapan model Group Investigation (GI), sehingga

hasil belajarnya dapat meningkat.

2) Menumbuhkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA.

3) Memberikan pengalaman belajar yang menarik dan berkesan pada

siswa.

b. Bagi Guru

1) Terbiasa menyiapkan perlengkapan mengajar.

2) Mendapatkan strategi pembelajaran yang tepat dalam mengajarkan

pembelajaran IPA, khususnya kemampuan mengidentifikasi sifat-

sifat bayangan cermin.

3) Meningkatkan kinerja guru.

c. Bagi Sekolah

1) Menumbuhkan budaya meneliti di SD Negeri I Waleng Kecamatan

Girimarto Kabupaten Wonogiri yang dilakukan oleh siapapun.

2) Meningkatkan mutu pendidikan khususnya mata pelajaran IPA.

3) Mendorong guru lain untuk aktif melaksanakan pembelajaran yang

inovatif.

d. Bagi Peneliti

1) Mengembangkan wawasan mengenai penggunaan pendekatan yang

tepat dalam proses pembelajaran.

2) Untuk mengukur seberapa besar prestasi yang dicapai siswa dalam

pembelajaran IPA, khususnya kemampuan mengidentifikasi sifat-

Page 27: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

sifat bayangan cermin dengan menerapkan model pembelajaran

Group Investigation (GI).

3) Memperoleh bukti bahwa dengan menerapkan model pembelajaran

Group Investigation (GI) dalam pembelajaran IPA mampu

meningkatkan kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bayangan

cermin pada siswa kelas V SD Negeri I Waleng Kecamatan

Girimarto Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 2011/2012.

Page 28: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Kemampuan Mengidentifikasi Sifat-sifat Bayangan Cermin

pada Pembelajaran IPA

a. Pengertian Kemampuan Mengidentifikasi

Istilah kemampuan memiliki pengertian yang sangat beragam. Ada

beberapa ahli yang mengemukakan pengertian kemampuan. Desmita

menyebutkan bahwa “Ability (kemampuan, kecakapan) adalah suatu

istilah umum yang berkenaan dengan potensi untuk menguasai suatu

keterampilan” (2008: 257). Dengan memiliki suatu kemampuan, maka

seseorang akan berusaha untuk menjadi terampil dalam melakukan

sesuatu. Sunarto dan Hartono juga mengungkapkan pengertian

kemampuan. Menurut mereka, ”kemampuan adalah daya untuk

melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan”

(2008: 120). Oleh sebab itu, kemampuan dapat diperoleh dari

pembawaan maupun latihan-latihan yang telah dilakukan oleh seseorang.

Seorang pakar menyatakan dua kategori dari ability (kemampuan,

kecakapan) sebagai berikut:

Pertama, kemampuan (kecakapan) nyata atau aktual (actual ability),

yang menunjukkan kepada aspek kecakapan yang segera dapat

didemonstrasikan dan diuji sekarang juga karena merupakan hasil

atau belajar yang bersangkutan dengan cara, bahan, dan dalam hal

tertentu yang telah dijalaninya. Kedua, kecakapan potensial

(potential ability), yang menunjukkan kepada aspek kecakapan yang

masih terkandung dalam diri yang bersangkutan yang diperolehnya

secara herediter (pembawaan kelahirannya), yang mungkin dapat

merupakan: a) abilitas dasar umum (general intelligence) dan b)

abilitas dasar khusus dalam bidang tertentu (bakat) (Makmun, 2009:

54).

Istilah mengidentifikasi berasal dari kata identifikasi yang memiliki

beberapa pengertian. Ada beberapa ahli yang mengungkapkan pengetian

dari identifikasi. Hawadi menyatakan, “identifikasi adalah suatu prosedur

Page 29: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

yang dipilih dan yang cocok dengan ciri-ciri yang akan dicari dan selaras

dengan program yang mau dikembangkan” (2002: 107). Selain itu,

Hansen dan Linden menyatakan bahwa “dalam identifikasi, maka proses

identifikasi yang dipilih haruslah berdasarkan tujuan yang ingin dicapai”

(2002: 107).

Dalam melakukan identifikasi terdapat beberapa prinsip identifikasi

sebagai berikut:

Prinsip pertama, metode identifikasi haruslah dipilih konsisten

dengan definisi. Prinsip kedua, prosedur identifikasi haruslah

bervariasi. Prinsip ketiga, prosedur untuk identifikasi harus baku dan

konsisten. Prinsip keempat, jika ada keterbatasan dalam lingkungan,

maka kita harus mempertimbangkan apa yang dapat dilakukan dalam

lingkungan tertentu (Hawadi, 2002: 108).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa kemampuan mengidentifikasi adalah potensi yang dimiliki oleh

seseorang yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil dari

latihan atau praktik dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu dalam

wujud tindakan mencari dan mengenal ciri-ciri individu atau benda untuk

menentukan atau menetapkan identitas (orang, benda, dan sebagainya).

Dalam penelitian ini meneliti tentang kemampuan mengidentifikasi sifat-

sifat bayangan cermin yang merupakan pokok bahasan dari mata

pelajaran IPA kelas V Sekolah Dasar.

b. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata

pelajaran yang di ajarkan di sekolah-sekolah. Ada beberapa ahli yang

menyatakan pengertian dari IPA itu sebagai suatu mata pelajaran di

sekolah. Sukardjo, dkk menyebutkan, “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

adalah ilmu yang mempelajari alam dengan segala isinya, atau secara

sederhana merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara

sistematis tentang gejala alam” (2005: 1). Gejala alam tersebut dapat

Page 30: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

dipisahkan menjadi gejala alam fisik (fisika) dan gejala alam hayati

(biologi).

Sutrisno, Kresnadi, dan Kartono juga mengemukakan pengertian

IPA. Menurut mereka, “IPA merupakan usaha manusia dalam memahami

alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran,

serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan

penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul

(truth)” (2007: 1-19). Jadi, IPA mengandung tiga hal: proses (usaha

manusia memahami alam semesta), prosedur (pengamatan yang tepat dan

prosedurnya benar), dan produk (kesimpulannya betul). Sedangkan

menurut Trianto menyatakan bahwa “IPA adalah suatu kumpulan teori

yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala

alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan

eksperimen, serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka,

jujur, dan sebagainya” (2010: 136-137).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

IPA merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang cara

mencari tahu tentang alam dan seisinya secara sistematis melalui

berbagai metode ilmiah, serta menuntut adanya sikap ilmiah dan

keterampilan proses pada diri siswa.

c. Prinsip-prinsip Pembelajaran IPA Sekolah Dasar

Pembelajaran IPA yang diberikan di Sekolah Dasar mengacu pada

beberapa prinsip utama pembelajaran IPA itu sendiri. Iskandar

mengemukakan sembilan prinsip sebagai pedoman agar siswa menjadi

termotivasi dalam belajar IPA sebagai berikut:

1) Prinsip kebermaknaan

2) Prinsip prasarat

3) Prinsip modeling

4) Prinsip Menarik

5) Prinsip partisipasi dan keterlibatan

6) Prinsip penarikan bimbingan secara langsung

7) Prinsip penyebaran jadwal

Page 31: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

8) Prinsip konsekuen dan kondisi yang menyenangkan

9) Prinsip komunikais terbuka (2001: 87-88)

Prinsip pembelajaran IPA yang pertama, prinsip kebermaknaan.

Dalam pembelajaran IPA harus mengacu pada prinsip kebermaknaan ini,

sehingga dengan adanya prinsip kebermaknaan siswa menjadi

termotivasi untuk belajar jika siswa merasakan bahwa hal-hal yang

dipelajari bermakna baginya.

Prinsip pembelajaran IPA yang kedua, prinsip prasarat. Dengan

adanya prinsip prasarat pada pembelajaran IPA, siswa akan termotivasi

untuk belajar apabila siswa sebelumnya telah memiliki bekal

pengetahuan, sehingga bekal pengetahuan itu dapat dikaitkan dengan hal-

hal yang akan dipelajari pada kemudian hari.

Prinsip pembelajaran IPA yang ketiga, prinsip modeling. Dalam

pembelajaran IPA sangat penting sekali adanya modeling. Prinsip

modeling ini mengacu pada siswa yang termotivasi untuk belajar dan

menunjukkan sikap seperti yang telah dilakukan oleh guru sebagai

pembawa pesan dalam kegiatan belajar mengajar. Guru merupakan

model bagi siswa untuk dijadikan tokoh panutan.

Prinsip pembelajaran IPA yang keempat, prinsip menarik.

Pembelajaran IPA yang dilaksanakan di Sekolah Dasar hendaknya

menarik perhatian siswa, sehingga siswa menjadi termotivasi untuk mau

belajar. Semakin menarik penyajian pembelajaran IPA tersebut, maka

akan semakin tinggi motivasi siswa untuk belajar.

Prinsip pembelajaran IPA yang kelima, prinsip partisipasi dan

keterlibatan. Pembelajaran IPA yang dilaksanakan di Sekolah Dasar

harus menuntut partisipasi siswa dalam setiap kegiatan yang dilakukan

dalam pembelajaran. Selain itu, juga harus menuntut keterlibatan secara

aktif oleh siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung.

Prinsip pembelajaran IPA yang keenam, prinsip penarikan

bimbingan secara langsung. Dalam proses pembelajaran, guru memang

harus memberikan bimbingan, namun bimbingan yang diberikan oleh

Page 32: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

guru kepada siswa itu hendaknya berangsur-angsur ditarik kembali.

Dengan penarikan bimbingan secara berangsur-angsur tersebut

diharapkan siswa dapat merasakan kemajuan dalam belajarnya dan

adanya pertambahan kemampuan dalam diri siswa itu sendiri.

Prinsip pembelajaran IPA yang ketujuh, prinsip penyebaran jadwal.

Pelaksanaan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar harus dijadwalkan

antara tenggang waktu yang tidak terlalu pendek ataupun tidak terlalu

panjang. Siswa menjadi termotivasi untuk belajar apabila program-

program praktik dan latihan dilaksanakan berdasarkan jadwal yang

sistematis.

Prinsip pembelajaran IPA yang kedelapan, prinsip konsekuen dan

kondisi yang menyenangkan. Siswa akan termotivasi untuk belajar IPA

apabila guru konsekuen dengan peraturan-peraturan yang telah

diberikannya, khususnya yang berhubungan dengan disiplin kelas. Selain

itu, siswa juga akan lebih termotivasi apabila guru mampu memberikan

suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.

Prinsip pembelajaran IPA yang kesembilan, prinsip komunikasi

terbuka. Dalam penyampaian materi pembelajaran IPA hendaknya pesan

dan harapan yang akan disampaikan pada siswa terstruktur dengan baik

dan komunikatif, sehingga dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih

giat lagi.

Sutrisno, dkk juga mengemukakan lima prinsip utama dalam

pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Lima prinsip utama tersebut

merupakan lima pernyataan tentang kebenaran dalam pembelajaran IPA

yang dijadikan anutan untuk melaksanakan pembelajaran IPA sebagai

berikut:

1) Pemahaman kita tentang dunia sekitar kita dimulai melalui

pengalaman, baik secara inderawi maupun noninderawi

2) Pengetahuan yang diperoleh tidak pernah terlihat secara langsung,

sehingga perlu diungkap selama proses pembelajaran

3) Pengetahuan pengalaman siswa pada umumnya kurang konsisten

dengan pengetahuan para ilmuwan

Page 33: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

4) Dalam setiap pengetahuan mengandung fakta, data, konsep,

lambang, dan relasi dengan konsep yang lain

5) IPA terdiri dari produk, proses, dan prosedur (2007: 5-5 – 5-7)

Prinsip pertama, pemahaman kita tentang dunia sekitar kita dimulai

melalui pengalaman, baik secara inderawi maupun noninderawi. Setiap

siswa berhak mendapatkan kesempatan untuk memperoleh pengalaman

dalam belajar. Pengalaman dalam belajar itu dapat diperoleh siswa

dengan cara berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran yang

dilakukan.

Prinsip kedua, pengetahuan yang diperoleh tidak pernah terlihat

secara langsung, sehingga perlu diungkap selama proses pembelajaran.

Pengetahuan siswa yang diperoleh melalui pengalaman perlu diungkap

pada awal kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, pengalaman yang

dimiliki siswa sebelumnya dapat dikaitkan dengan materi pembelajaran

yang akan dipelajari oleh siswa.

Prinsip ketiga, pengetahuan pengalaman siswa pada umumnya

kurang konsisten dengan pengetahuan para ilmuwan. Pengetahuan

pengalaman yang demikian itu disebut miskonsepsi. Miskonsepsi berarti

perbedaan pemahaman pengetahuan tentang konsep yang dimiliki siswa

dengan konsep yang benar sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki para

ilmuwan. Guru perlu merancang pembelajaran yang efektif, sehingga

tidak terjadi miskonsepsi.

Prinsip keempat, dalam setiap pengetahuan mengandung fakta,

data, konsep, lambang, dan relasi dengan konsep yang lain. Dari setiap

pengetahuan yang diberikan kepada siswa mengandung banyak pesan

pembelajaran. Siswa harus mampu mengelompokkan setiap pengetahuan

yang diperolehnya ke dalam fakta, data, konsep, lambang, dan hubungan

dengan konsep yang lain. Dengan demikian, pengetahuan yang diperoleh

siswa itu dapat bermanfaat bagi kehidupan.

Prinsip kelima, IPA terdiri atas produk, proses, dan prosedur.

Dengan perkembangan IPA yang sangat pesat, maka akan lebih baik

Page 34: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

apabila pembelajaran IPA tidak hanya ditekankan pada produk IPA saja,

melainkan siswa dibekali dengan keterampilan menemukan pengetahuan,

yaitu proses dan prosedur IPA. Proses menyangkut aktivitasnya,

sedangkan prosedur menyangkut metode ilmiah yang digunakan dalam

kegiatan penelitian.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa IPA

memiliki beberapa prinsip utama. Setiap prinsip dalam pembelajaran IPA

dapat menimbulkan motivasi pada diri siswa untuk mau belajar tentang

alam semesta dan sekitarnya.

d. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Materi IPA yang disajikan di Sekolah Dasar dimaksudkan untuk

mencapai tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Secara umum,

menurut Sapriati, dkk ada tujuh tujuan pembelajaran IPA di Sekolah

Dasar sebagai berikut:

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-

Nya

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran

tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA,

lingkungan, teknologi, dan masyarakat

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah, dan membuat kesimpulan

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga, dan melestarikan lingkungan alam

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA

sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs (2009:

8.24)

Tujuan pertama, memperoleh keyakinan terhadap kebesaran

Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan

keteraturan alam ciptaan-Nya. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dapat

memberikan keyakinan pada siswa terhadap kebesaran Tuhan Yang

Page 35: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Maha Esa yang telah menciptakan alam semesta dan seisinya, sehingga

dapat menimbulkan sikap yang religius pada diri siswa.

Tujuan kedua, mengembangkan pengetahuan dan pemahaman

konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari. melalui pembelajaran IPA, siswa dapat

mengembangkan pengetahuan yang diperolehnya, baik berdasarkan

pengalaman maupun hasil dari kegiatan pembelajaran di sekolah. Siswa

juga dapat memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki tersebut dalam

memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan ketiga, mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan

kesadaran tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA,

lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Rasa ingin tahu yang tinggi,

sikap positif, dan kesadaran yang dimiliki oleh siswa dapat menentukan

perkembangan kepribadian siswa. Dengan kepribadian yang baik, maka

siswa dapat menjadi manusia sosial yang baik juga.

Tujuan keempat, mengembangkan keterampilan proses untuk

menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat

kesimpulan. Pengetahuan yang diperoleh siswa melalui pembelajaran

IPA dapat mengembangkan keterampilan proses pada diri siswa itu

sendiri, sehingga siswa mampu memecahkan masalah yang ditemui

dalam kehidupan sehari-hari, serta mampu membuat kesimpulan yang

tepat.

Tujuan kelima, meningkatkan kesadaran untuk berperan serta

dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. Melalui

pembelajaran IPA yang dimulai dari pendidikan dasar dapat

menumbuhkan rasa cinta siswa terhadap lingkungannya, sehingga siswa

menjadi termotivasi untuk senantiasa memelihara, menjaga, dan

melestarikan lingkungan alam.

Tujuan keenam, meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam

dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. Melalui

pembelajaran IPA, siswa akan mengetahui hal-hal buruk yang akan

Page 36: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

terjadi pada alam jika manusia tidak hati-hati dalam bersikap. Dengan

demikian, diharapkan siswa memiliki kesadaran untuk menghargai alam

demi kelangsungan hidup makhluk hidup yang merupakan ciptaan Tuhan

Yang Maha Esa.

Tujuan ketujuh, memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan

keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke

SMP/MTs. Mata pelajaran IPA diajarkan pada semua jenjang

pendidikan. Dengan mengajarkan IPA di Sekolah Dasar, maka dapat

memberikan pengetahuan-pengetahuan dasar IPA bagi siswa, sehingga

dapat dijadikan bekal pengetahuan pada jenjang pendidikan berikutnya.

Laksmi juga mengemukakan lima tujuan diselenggarakannya

pembelajaran IPA di Sekolah Dasar sebagai berikut:

1) Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup

dan bagaimana bersikap

2) Menanamkan sikap hidup ilmiah

3) Memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan

4) Mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja, serta

menghargai para ilmuwan penemunya

5) Menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan

permasalahan (Trianto, 2010: 142)

Tujuan pertama, memberikan pengetahuan kepada siswa tentang

dunia tempat hidup dan bagaimana bersikap. Pada intinya, pembelajaran

IPA yang diberikan di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa memperoleh

pengetahuan tentang dunia tempat mereka hidup dan mengajarkan

bagaimana hendaknya manusia bersikap dalam menjaga dan melestarikan

lingkungan alam.

Tujuan kedua, menanamkan sikap hidup ilmiah. Melalui

pembelajaran IPA, siswa dapat mempelajari sikap hidup ilmiah. Sikap

hidup ilmiah tersebut dapat dijadikan bekal pengetahuan dalam

kehidupan sehari-hari.

Tujuan ketiga, memberikan keterampilan untuk melakukan

pengamatan. Dalam pembelajaran IPA, siswa diajarkan tentang

keterampilan proses yang salah satunya adalah keterampilan melakukan

pengamatan. Apabila siswa terampil dalam melakukan pengamatan,

Page 37: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

maka siswa dapat mengidentifikasi masalah yang terjadi dalam

kehidupan untuk selanjutnya dipecahkan dan dibuat kesimpulan.

Tujuan keempat, mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara

kerja, serta menghargai para ilmuwan penemunya. Pembelajaran IPA

menghasilkan banyak sekali temuan-temuan, baik dalam pengetahuan

maupun teknologi. Dengan diberikannya pembelajaran IPA di Sekolah

Dasar diharapkan dapat mengembangkan sikap selalu menghargai para

ilmuwan-ilmuwan terdahulu dan bahkan memotivasi siswa agar bisa

menjadi seperti para ilmuwan yang mampu menemukan pengetahuan-

pengetahuan yang baru.

Tujuan kelima, menggunakan dan menerapkan metode ilmiah

dalam memecahkan permasalahan. Pengetahuan yang diperoleh siswa

melalui pembelajaran IPA di Sekolah Dasar memberikan pengetahuan

bagaimana menerapkan metode-metode ilmiah dalam memecahkan

permasalahan yang dijumpainya dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran IPA yang dilaksanakan di

sekolah-sekolah memiliki tujuan utama yaitu untuk mengembangkan

pengetahuan dan pemahaman tentang alam semesta, mengembangkan

keterampilan proses, serta untuk meningkatkan kesadaran untuk

menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan

Tuhan Yang Maha Esa.

e. Manfaat Pembelajaran IPA

Selain memiliki tujuan, pembelajaran IPA juga memberikan

manfaat. Iskandar mengemukakan tiga manfaat yang diperoleh dari

dilaksanakannya pembelajaran IPA sebagai berikut:

1) IPA berfaedah bagi suatu bangsa, karena kesejahteraan materiil suatu

bangsa bergantung sekali pada kemampuan bangsa itu dalam bidang

IPA

2) IPA memberikan kesempatan latihan berpikir kritis

3) IPA merupakan bagian dari kebudayaan bangsa (2001: 17-19)

Manfaat pertama, IPA berfaedah bagi suatu bangsa, karena

kesejahteraan materiil suatu bangsa bergantung sekali pada kemampuan

Page 38: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

bangsa itu dalam bidang IPA. IPA merupakan dasar teknologi dan

teknologi sering disebut-disebut sebagai tulang punggung pembangunan.

Suatu teknologi tidak akan berkembang pesat bila tidak didasari

pengetahuan dasar yang memadai. Pengetahuan dasar untuk teknologi

adalah IPA.

Manfaat kedua, IPA memberikan kesempatan latihan berpikir

kritis. Melalui pembelajaran IPA dapat membiasakan siswa untuk

berpikir kritis dalam menemukan suatu konsep atau fakta baru

berdasarkan suatu metode tertentu, misalnya memalui percobaan.

Manfaat ketiga, IPA merupakan bagian dari kebudayaan bangsa.

Pada era globalisasi seperti sekarang ini, kehidupan manusia semakin

lama semakin banyak dipengaruhi oleh hasil-hasil IPA. Kebutuhan hidup

yang berhubungan dengan teknologi merupakan hasil-hasil dari IPA itu

sendiri.

Pendapat lain juga mengemukakan bahwa ada beberapa manfaat

pembelajaran IPA yang di sekolah-sekolah. Menurut Trianto ada enam

manfaat pembelajaran IPA sebagai berikut:

1) Memberikan kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk

meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

2) Memberikan pengetahuan

3) Siswa memiliki keterampilan dan kemampuan untuk menangani

peralatan, memecahkan masalah, dan melakukan observasi

4) Siswa memiliki sikap ilmiah

5) Memiliki kebiasaan mengembangkan kemampuan berpikir analitis

induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains

untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam

6) Memberikan sikap apresiatif terhadap sains (2010: 143)

Manfaat pertama, memberikan kesadaran akan keindahan dan

keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa. Melalui pembelajaran IPA, kita dapat mengetahui betapa

indahnya alam sekitar kita dengan segala keteraturannya. Hal ini sangat

bermanfaat bagi kehidupan kita, karena dengan mengetahui hal tersebut

dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap kelestarian lingkungan dan

dapat meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Page 39: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Manfaat kedua, memberikan pengetahuan. Pengetahuan yang

dimaksud adalah pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep,

fakta yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan, dan hubungan

antara sains dan teknologi. Semakin banyak kita mempelajari tentang

IPA, maka akan semakin banyak pengetahuan yang akan kita peroleh.

Manfaat ketiga, siswa memiliki keterampilan dan kemampuan

untuk menangani peralatan, memecahkan masalah, dan melakukan

observasi. Setiap materi pembelajaran IPA yang kita pelajari dapat

mengembangkan keterampilan dan kemampuan siswa dalam mencari

pemecahan setiap masalah yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.

Manfaat keempat, siswa memiliki sikap ilmiah. Banyak sekali

sikap-sikap ilmiah yang hendak dimiliki oleh seseorang, diantaranya

skeptis, kritis, sensitif, objektif, jujur, terbuka, benar, dan dapat bekerja

sama. Dengan memiliki sikap-sikap ilmiah tersebut, maka dapat

mengembangkan kepribadian yang baik bagi siswa.

Manfaat kelima, memiliki kebiasaan mengembangkan kemampuan

berpikir analitis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan

prinsip sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam. Melalui

pembelajaran IPA memberikan manfaat kepada siswa agar selalu berpikir

analitis induktif dan deduktif, sehingga dapat membantu siswa dalam

membuat suatu keputusan berkenaan dengan pemecahan masalah yang

ditemui dalam kehidupan.

Manfaat keenam, memberikan sikap apresiatif terhadap sains.

Semakin kita menyadari keindahan keteraturan alam dan penerapannya

dalam teknologi, maka kita akan semakin mencintai alam semesta

sebagai salah satu ciptaan Tuhan yang sangat luar biasa.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa IPA

memiliki manfaat yang sangat banyak sekali. Dengan adanya manfaat-

manfaat tersebut bagi kehidupan, maka sangat penting sekali untuk

diselenggarakannya pembelajaran IPA di sekolah-sekolah. IPA tidak

hanya mengajarkan fakta-fakta saja, tetapi juga mengajarkan metode-

Page 40: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

metode memecahkan masalah yang baik, menganjurkan sikap yang baik,

melatih kemampuan, mengambil keputusan, melatih kerja sama dalam

kelompok, dan melatih menghargai pendapat orang lain.

f. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar IPA

Sapriati, dkk menyatakan bahwa dalam Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP), disebutkan bahwa penialian (evaluasi) bertujuan

untuk mengetahui kemajuan belajar siswa, untuk keperluan perbaikan

dan peningkatan kegiatan belajar siswa, dan untuk memperoleh umpan

balik bagi perbaikan pelaksanaan kegaiatan belajar mengajar (2009: 7.3).

Penilaian (evaluasi) pembelajaran dibedakan menjadi dua, yaitu

evaluasi proses dan evaluasi hasil. Aspek yang harus dikembangkan

dalam pembelajaran IPA, sebagaimana tercantum dalam Tujuan

Pendidikan IPA di Sekolah Dasar meliputi tiga ranah, yaitu 1) ranah

kognitif (ranah proses berpikir), 2) ranah afektif (ranah sikap hidup), dan

3) ranah psikomotor (ranah keterampilan fisik).

Evaluasi proses dalam pembelajaran IPA bermaksud untuk

mendapatkan informasi sejauhmana siswa dapat menguasai apa yang

dipelajari, baik mengenai materi pembelajaran, nilai, dan sikap yang

tersirat dalam materi itu, serta kemampuan menggunakan berbagai

keterampilannya untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan

konsep IPA yang telah dipelajari tersebut. Dengan evaluasi proses, guru

akan mengetahui kualitas pembelajaran sehingga dengan hasil evaluasi

proses dapat menentukan sikap guru, apakah proses pembelajaran

berikutnya guru harus mengulang materi yang sama atau sudah bisa

mengajarkan materi yang baru.

Evaluasi proses akan mempengaruhi evaluasi hasil. Jika proses

dalam pembelajaran dinyatakan belum baik, maka harus dilakukan upaya

perbaikan agar nanti hasil belajar yang dicapai akan baik pula. Namun,

dalam penelitian ini yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan

penelitian dalam ranah kognitif menggunakan evaluasi hasil saja.

Page 41: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Sedangkan untuk mengetahui keberhasilan pada ranah afektif dan ranah

psikomotor hanya dilakukan dengan evaluasi proses saja.

Alat evaluasi yang digunakan untuk melakukan evaluasi proses dan

evaluasi hasil yaitu:

1) Alat evaluasi untuk mengukur ranah kognitif

Ranah kognitif dapat ditentukan dengan menggunakan tes,

baik bentuk objektif maupaun bentuk uraian (esai). Dalam

kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin ini,

peneliti akan melakukan evaluasi proses ranah kognitif dengan

memberikan lembar kerja kelompok yang berisi perintah tentang

percobaan yang harus dilakukan setiap kelompok, kemudian mereka

wajib menjawab beberapa soal yang ada. Untuk mengetahui evaluasi

hasil pada akhir pembelajaran, siswa akan diminta untuk

mengerjakan lembar soal evaluasi yang dikerjakan secara individu.

2) Alat evaluasi untuk mengukur ranah afektif

Ranah afektif berhubungan dengan sikap yang dimiliki

seseorang. Selama proses pembelajaran berlangsung, latihan tentang

ranah afektif harus terus dilakukan. Untuk mengetahui keberhasilan

pada ranah afektif, maka guru perlu menentukan alat evaluasi untuk

mengamati sikap setiap siswa. Dalam proses pembelajaran sifat-sifat

bayangan cermin, peneliti mengamati sikap siswa, baik dalam

melakukan kegiatan kerja kelompok maupun kegiatan belajar

lainnya. Sikap yang diamati meliputi ketepatan waktu dalam

mengerjakan soal evaluasi, kerjasama dalam kelompok, dan

kemandirian dalam mengerjakan soal evaluasi. Sikap tersebut

diamati oleh peneliti dan dicatat pada pedoman observasi aktivitas

siswa.

3) Alat evaluasi untuk mengukur ranah psikomotor

Ranah psikomotor melatih siswa untuk terampil menggunakan

panca indranya dalam pembelajaran IPA. Dalam pembelajaran sifat-

sifat bayangan cermin dilakukan berbagai percobaan yang

Page 42: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

mengaktifkan setiap siswa dalam pembelajaran secara berkelompok.

Oleh karena itu, keaktifan setiap siswa dalam melaksanakan kegiatan

juga diamati oleh peneliti. Hasil pengamatan tersebut dicatat dalam

pedoman observasi aktivitas siswa.

g. Materi tentang Sifat-sifat Bayangan Cermin pada Pembelajaran IPA

Cahaya sangat penting dalam kehidupan kita. Setiap hari kita selalu

menggunakan cahaya. Pada siang hari kita dapat melihat berbagai benda.

Pada malam hari dengan bantuan cahaya lampu, kita dapat membaca,

menulis, dan beraktivitas lain.

Untuk dapat melihat benda, diperlukan alat indra, yaitu mata.

Benda terlihat oleh mata karena benda tersebut memantulkan cahaya ke

mata kita. Tanpa cahaya, mata kita tidak akan melihat apapun. Cahaya

yang cukup sangat baik untuk penglihatan. Cahaya yang terlalu terang

dan kurang terang membuat mata tidak sehat.

Ada benda yang memancarkan cahaya sendiri dan ada pula yang

hanya memantulkan cahaya dari benda lain. Widodo mengemukakan

bahwa “benda yang dapat memancarkan cahaya sendiri disebut sumber

cahaya” (2004: 82). Contoh sumber cahaya adalah lampu, nyala lilin,

matahari, bintang, dan kunang-kunang. Tinjauan pokok bahasan ini

bersumber dari buku paket IPA kelas V Sekolah Dasar.

1) Cahaya dan Sifatnya

Sumardi, Syulasmi, dan Rumanta menyebutkan bahwa “cahaya

merupakan energi yang berbentuk gelombang dan dapat membantu

kita untuk melihat” (2008: 10.3). Sedangkan Rositawaty dan

Muharam menyatakan bahwa cahaya memiliki sifat, yaitu: 1) cahaya

merambat lurus, 2) cahaya dapat menembus benda bening, 3) cahaya

dapat dipantulkan, 4) cahaya dapat dibiaskan, dan 5) cahaya dapat

diuraikan (2008: 100-104).

2) Pemantulan Cahaya

Page 43: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Kita dapat melihat benda di sekitar kita karena pantulan cahaya

yang jatuh pada benda tersebut ke mata kita. Ketika kita belajar di

bawah cahaya lampu, kita dapat melihat buku karena berkas cahaya

lampu dipantulkan buku ke mata kita. Seoran pakar secara rinci

merumuskan dua macam pemantulan sebagai berikut:

Pertama, pemantulan teratur yang terjadi apabila cahaya

mengenai permukaan benda yang rata, licin, dan mengkilap.

Salah satu benda yang dapat memantulkan cahaya secara teratur

adalah cermin. Pada pemantulan teratur sinar pantul memiliki

arah yang teratur. Kedua, pemantulan baur yang terjadi apabila

cahaya mengenai permukaan benda yang kasar atau tidak rata

dan sinar pantul arahnya tidak beraturan atau berhamburan ke

segala arah (Azmiyawati, 2008: 112).

3) Cermin

a) Cermin Datar

Azmiyawati menyatakan bahwa “cermin datar yaitu cermin

yang permukaan bidang pantulnya datar dan tidak melengkung”

(2008: 112-113). Cermin datar biasa digunakan untuk

bercermin. Azmiyawati juga menyebutkan sifat-sifat bayangan

pada cermin datar, yaitu:

1. Ukuran (besar dan tinggi) dan jarak bbayangan sama

dengan ukuran benda

2. Kenampakan bayangan berlawanan dengan benda

3. Bayangan tegak seperti bendanya

4. Bayangan bersifat semu atau maya (2008: 113).

b) Cermin Cembung

Menurut Azmiyawati, “cermin cembung adalah cermin yang

permukaan bidang pantulnya melengkung ke arah luar” (2008:

113). Cermin cembung ini biasa digunakan untuk spion pada

kendaraan bermotor. Azmiyawati juga menyebutkan sifat-sifat

bayangan pada cermin cembung, yaitu:

(1) Ukuran bayangan lebih kecil dari ukuran benda

(2) Bayangan tegak seperti bendanya

(3) Bayangan bersifat semu atau maya (2008: 113).

c) Cermin Cekung

Page 44: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Azmiyawati menyatakan bahwa “cermin cekung adalah cermin

yang permukaan bidang pantulnya melengkung ke arah dalam”

(2008: 114). Cermin cekung biasa digunakan sebagai reflektor

pada lampu mobil dan lampu senter. Azmiyawati juga

menyebutkan sifat-sifat bayangan cermin cekung yaitu:

(1) Jika benda dekat dengan cermin cekung, bayangan benda

bersifat tegak, lebih besar, dan semu atau maya.

(2) Jika benda jauh dari cermin cekung, bayangan benda

bersifat nyata dan terbalik (2008: 114).

h. Pembelajaran IPA tentang Sifat-sifat Bayangan Cermin pada Kelas

V Sekolah Dasar

Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), IPA di

Sekolah Dasar diberikan secara mata pelajaran sejak kelas IV sampai

kelas VI, sedangkan kelas I sampai kelas III diberikan secara tematik

dengan mata pelajaran lain. Materi IPA kelas V Sekolah Dasar yang

dipakai dalam penelitian ini adalah Cahaya, khususnya tentang sifat-sifat

bayangan pada cermin. Dalam silabus kelas V materi ini terdapat pada:

Standar Kompetensi

6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatuu

karya/model.

Kompetensi Dasar

6.1.Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya.

Indikator

6.1.1. Mendeskripsikan sifat cahaya yang mengenai cermin.

6.1.2. Menulis laporan hasil diskusi tentang sifat cahaya yang mengenai

cermin.

6.1.3. Mempresentasikan hasil diskusi tentang sifat cahaya yang

mengenai cermin.

6.1.4. Mengumpulkan data hasil diskusi tentang sifat cahaya yang

mengenai cermin.

Page 45: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

6.1.5. Mengidentifikasi sifat-sifat bayangan pada cermin.

6.1.6. Menulis laporan hasil diskusi tentang sifat-sifat bayangan pada

cermin.

6.1.7. Mempresentasikan hasil diskusi tentang sifat-sifat bayangan pada

cermin.

6.1.8. Mengumpulkan data hasil diskusi tentang sifat-sifat bayangan

pada cermin.

2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)

a. Pengertian Model Pembelajaran

TIM PGSD menyatakan “Model pembelajaran adalah suatu pola

instruksional yang memberikan proses spesifikasi dan penciptaan situasi

lingkungan tertentu yang mengakibatkan para siswa berinteraksi,

sehingga terjadi perubahan khusus pada tingkah laku mereka” (2007: 24).

Dengan kata lain, penciptaan suatu situasi lingkungan yang

memungkinkan terjadinya proses belajar yang kondusif, sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.

Menurut Joyce, “model pembelajaran adalah suatu perencanaan

atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan

pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk

menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya

buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain” (Trianto, 2007: 5).

Sedangkan Winataputra mengemukakan bahwa “model pembelajaran

adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis

dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

belajar terntenu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan

aktivitas pembelajaran” (Sugiyanto, 2009: 3).

Komalasari menyatakan bahwa “model pembelajaran merupakan

salah satu bagian dari keseluruhan sistem berlajar yang tidak dapat

dipisahkan dari sistem lainnya” (2010: 57). Model pembelajaran

Page 46: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir

yang disajikan secara kas oleh guru.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran merupakan bagian dari keseluruhan sistem berlajar yang

tidak dapat dipisahkan dari sistem lainnya. Model pembelajaran

berhubungan dengan perencanaan yang disusun secara sistematis untuk

menyampaikan materi pembelajaran tententu dalam pelaksanaan aktivitas

pembelajaran di sekolah.

b. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pengertian model pembelajaran kooperatif sangat beragam. Ada

beberapa ahli yang mengungkapkan pengertian model pembelajaran

kooperatif. Sugiyanto menyatakan, “model pembelajaran kooperatif

adalah suatu model pembelajaran yang secara sadar dan sengaja

mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari

ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan

permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat” (2009: 40). Dengan

menerapkan model kooperatif dalam pembelajaran dapat melatih siswa

saling bekerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan permasalahan

dalam belajar.

Model pembelajaran kooperatif/kelompok adalah rangkaian

kegiatan berlajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok

tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Menurut Sanjaya ada empat unsur penting dalam model pembelajaran

kooperatif, yaitu: 1) adanya peserta dalam kelompok, 2) adanya aturan

kelompok, 3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan 4)

adanya tujuan yang harus dicapai (2009: 241).

Menurut Isjoni, “Cooperative Learning adalah suatu model

pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan

kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student centered),

terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam

Page 47: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain,

siswa yang agresif, dan tidak peduli pada yang lain” (2010: 16).

Rusman menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif (cooperative

learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan

bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur

kelompok yang bersifat heterogen” (2010: 202-203). Pada hakikatnya

cooperative learning sama dengan kerja kelompok.

Slavin menyebutkan bahwa “cooperative learning merupakan

model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, di mana pada saat itu

guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-

kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya (peer

teaching)” (Isjoni, 2010: 17).

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang

menuntut adanya kerja sama dalam suatu kelompok, sehingga tujuan

pembelajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai.

c. Karakteristik dan Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif yang diterapkan dalam

pembelajaran memiliki karakteristik yang membedakan dengan model

pembelajaran lainnya. Menurut Sanjaya, model pembelajaran kooperatif

memiliki empat karakteristik sebagai berikut:

1) Pembelajaran secara tim

2) Didasarkan pada manajemen kooperatif

3) Kemauan untuk bekerja sama

4) Keterampilan bekerja sama (2009: 244-246)

Pertama, pembelajaran secara tim. Penerapan model pembelajaran

kooperatif dalam kegiatan belajar mengajar, guru membagi siswa

menjadi kelompok-kelompok kecil untuk berdiskusi.

Page 48: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Kedua, didasarkan pada manajemen kooperatif. Manajemen

kooperatif mempunyai empat fungsi pokok, yaitu 1) fungsi perencanaan,

2) fungsi organisasi, 3) fungsi pelaksanaan, dan 4) fungsi kontrol.

Penerapan model pembelajaran kooperatif harus sesuai dengan fungsi

manajemen dalam kooperatif itu sendiri.

Ketiga, kemauan untuk bekerja sama. Keberhasilan pembelajaran

kooperatif ditentukan oleh kebersamaan secara kelompok. Oleh sebab

itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran

kooperatif.

Keempat, keterampilan bekerja sama. Kemauan untuk bekerja

sama dengan orang lain itu kemudian dipraktikan melalui aktivitas dan

kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja sama. Dengan

demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan

berkomunikasi dengan anggota lain.

Selain memiliki karakteristik, model pembelajaran kooperatif juga

memiliki prinsip-prinsip dasar. Sanjaya mengemukakan empat prinsip

dasar pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

1) Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence)

2) Tanggung jawab perseorangan (individual accountability)

3) interaksi tatap muka (face to face promotion interaction)

4) partisipasi dan komunikasi (participation communication)

(2009: 246-247)

Prinsip pertama, prinsip ketergantungan positif (positive

interdependence). Dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan suatu

penyelesaian tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan oleh

setiap anggota kelompoknya. Oleh sebab itu, perlu disadari oleh setiap

anggota kelompok bahwa keberhasilan penyelesaian tugas kelompok

akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota.

Prinsip kedua, tanggung jawab perseorangan (individual

accountability). Karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap

anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung

Page 49: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang

terbaik untuk keberhasilan kelompoknya.

Prinsip ketiga, interaksi tatap muka (face to face promotion

interaction). Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan yang luas

kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan

informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan

memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok

untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan

kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-

masing anggota.

Prinsip keempat, partisipasi dan komunikasi (participation

communication). Pembelajaran kooperatif dapat melatih siswa mampu

berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting

sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak.

d. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Model

Pembelajaran Konvensional

Dalam pembelajaran konvensional juga dikenal adanya belajar

kelompok, meskipun demikian, ada sejumlah perbedaan esensial antara

kelompok belajar koorepatif dengan kelompok belajar konvensional.

Sugiyanto memaparkan delapan perbedaan antara kelompok belajar

koorepatif dengan kelompok belajar konvensional. Perbedaan tersebut

dijabarkan dalam tabel 2.1.

Page 50: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Tabel 2.1. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Model

Pembelajaran Konvensional

No. Kelompok Belajar

Kooperatif

Kelompok Belajar

Konvensional

1. Adanya saling ketergantungan

positif, saling membantu, dan

saling memberikan motivasi,

sehingga ada interaksi

promotif.

Guru sering membiarkan adanya

siswa yang mendominasi

kelompok atau menggantungkan

diri pada kelompok.

2. Adanya akuntabilitas

individual yang mengukur

penguasaan materi

pembelajaran tiap anggota

kelompok. Kelompok diberi

umpan balik tentang hasil

belajar para anggotanya,

sehingga dapat saling

mengetahui siapa yang

memerlukan bantuan dan siapa

yang dapat memberikan

bantuan.

Akuntabilitas individual sering

diabaikan, sehingga tugas-tugas

sering diborong oleh salah

seorang anggota kelompok,

sedangkan anggota kelompok

lainnya hanya enak-enak saja di

atas keberhasilan temannya

yang dianggap sebagai

“pemborong”.

3. Kelompok belajar bersifat

heterogen, baik dalam

kemampuan akademik, jenis

kelamin, ras, etnik, dan

sebagainya, sehingga dapat

saling mengetahui siapa yang

memerlukan bantuan dan siapa

yang dapat memberikan

bantuan.

Kelompok belajar biasanya

bersifat homogen.

4. Ketua kelompok dipilih secara

demokratis atau bergilir untuk

memberikan pengalaman

memimpin bagi para anggota

kelompok.

Ketua kelompok sering

ditentukan oleh guru atau

kelompok dibiarkan untuk

memilih ketuanya dengan cara

masing-masing.

5. Keterampilan sosial yang

diperlukan dalam kerja gotong

royong seperti kepemimpinan,

kemampuan berkomunikasi,

mempercayai orang lain, dan

mengelola konflik secara

langsung diajarkan.

Keterampilan sosial sering tidak

diajarkan secara langsung.

6. Pada saat belajar kooperatif

sedang berlangsung, guru terus

melakukan pemantauan

Pemantauan melalui observasi

dan intervensi sering dilakukan

oleh guru pada saat belajar

Page 51: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

melalui observasi dan

melakukan intervensi jika

terjadi masalah dalam

kerjasama antaranggota

kelompok.

kelompok sedang berlangsung.

7. Guru memperhatikan secara

langsung proses kelompok

yang terjadi dalam kelompok-

kelompok belajar.

Guru sering tidak

memperhatikan proses

kelompok yang terjadi dalam

kelompok-kelompok belajar.

8. Penekanan tidak hanya pada

penyelesaian tugas, tetapi juga

hubungan interpersonal

(hubungan antarpribadi yang

saling menghargai).

Penekanan sering hanya pada

penyelesaian tugas.

Sumber: (Sugiyanto, 2009: 42-43)

e. Pengertian Model Group Investigation (GI)

Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching dalam

jurnal internasional menyatakan pendapat tentang Group Investigation

(GI) sebagai berikut:

Group Investigation seems compatible with the constructivist

paradigm in that it establishes a situation in which students interact

with an information rich environment while working collaboratively

with others in a cooperative climate to investigate a problem, plan

and make presentations, and evaluate their projects (Asia-Pacific

Forum on Science Learning and Teaching, 2004).

Kutipan jurnal tersebut mengandung arti bahwa sebenarnya model

Group Investigation (GI) itu hampir sama dengan paradigma

konstruktivisme. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa membangun

pengetahuannya sendiri melalui kerjasama dengan siswa lain. Dalam

melakukan diskusi, setiap kelompok membuat perencanaan untuk

menyelidiki suatu masalah yang dihadapi, kemudian membuat suatu

laporan untuk dipresentasikan. Setelah hasil diskusi dipresentasikan,

kemudian akan dievaluasi. Setiap kelompok akan dinilai.

Trianto menyebutkan “Group Investigation (GI) merupakan model

pembelajaran kooperatif yang paling kompleks” (2007: 59). Model ini

Page 52: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

dikembangkan pertama kali oleh Thelan, kemudian perkembangannya

diperluas dan dipertajam oleh Sharan. Berbeda dengan STAD dan

Jigsaw, pada model Group Investigation (GI) ini siswa terlibat dalam

perencanaan, baik topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya

penyelidikan mereka. Dengan model ini perlu mengajarkan siswa

keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik.

Sedangkan Sugiyanto menyatakan “Group Investigation (GI)

adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa

sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik dan sub topik maupun

cara untuk mempelajarinya melalui investigasi” (2009: 46-47). Model ini

menuntut siswa memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi

maupun keterampilan proses memiliki kelompok (group process skills).

Para guru yang menggunakan model Group Investigation (GI) ini

umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang

beranggotakan 4-5 siswa dengan karakteristik heterogen

Turkish Science Education dalam jurnal internasional menyatakan

pendapatnya tentang Group Investigation (GI) sebagai berikut:

Group investigation is a cooperative learning method and has as its

hallmark students working in small groups, actively constructing

their knowledge, with the outcome of the enhancement of student

learning and of student satisfaction (Turkish Science Education,

2010).

Kutipan jurnal tersebut mengandung arti bahwa model Group

Investigation (GI) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif,

dimana siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil. Setiap

siswa dalam masing-masing kelompok harus berusaha aktif membangun

pengetahuannya sendiri, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa

dan menimbulkan kepuasan bagi diri siswa.

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

Group Investigation (GI) adalah model pembelajaran yang sangat

Page 53: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

kompleks dan menuntut keterlibatan siswa secara aktif mulai dari

perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil belajar serta menuntut

siswa memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun

keterampilan proses memiliki kelompok.

f. Ciri Pokok Model Group Investigation (GI)

Killen memaparkan lima ciri pokok model Group Investigation

(GI) sebagai pendekatan pembelajaran sebagai berikut:

1) Para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dan memiliki

independensi terhadap guru

2) Kegiatan-kegiatan siswa terfokus pada upaya menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang telah dirumuskan

3) Kegiatan belajar siswa akan selalu mempersyaratkan mereka untuk

mengumpulkan sejumlah data, menganalisisnya, dan mencapai

beberapa kesimpulan

4) Siswa akan menggunakan pendekatan yang beragam di dalam

belajar

5) hasil-hasil penelitian siswa dipertukarkan di antara seluruh siswa

(Aunurrahman, 2010: 153)

Ciri pokok pertama, para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok

kecil dan memiliki independensi terhadap guru. Dalam penerapan model

Group Investigation (GI), siswa dalam kelas dibagi ke dalam kelompok-

kelompok kecil. Setiap kelompok bekerja secara mandiri dengan

bimbingan guru.

Ciri pokok kedua, kegiatan-kegiatan siswa terfokus pada upaya

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan. Setiap

kelompok wajib berdiskusi untuk melakukan penyelidikan mengenai

masalah yang telah diberikan oleh guru. Selanjutnya menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan sebelumnya.

Ciri pokok ketiga, kegiatan belajar siswa akan selalu

mempersyaratkan mereka untuk mengumpulkan sejumlah data,

menganalisisnya, dan mencapai beberapa kesimpulan. Pada saat

berdiskusi, setiap kelompok harus mengumpulkan berbagai data yang

berhubungan dengan masalah yang dipelajari. Setelah data terkumpul,

Page 54: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

data harus dianalisis untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan,

kemudian setiap kelompok membuat laporan, yaitu kesimpulan hasil

diskusi yang telah dilakukan.

Ciri pokok keempat, siswa akan menggunakan pendekatan yang

beragam di dalam belajar. Dalam Group Investigation (GI), kelompok

bebas memilih subtopik yang akan dipelajari, kemudian dari setiap

kelompok membuat perencanaan kooperatif sesuai dengan subtopik yang

telah dipilih. Setiap kelompok memiliki kebebasan memilih pendekatan

yang sesuai dengan subtopik yang telah dipilih.

Ciri pokok kelima, hasil-hasil penelitian siswa dipertukarkan di

antara seluruh siswa. Setelah setiap kelompok selesai melakukan diskusi

dan membuat laporan hasil diskusi, setiap kelompok diwajibkan untuk

mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Dengan demikian,

kelompok akan mengetahui hasil diskusi kelompok lainnya.

g. Keadaan yang Mendukung Penerapan Model Group Investigation

(GI)

Seorang guru dapat menggunakan model Group Investigation (GI)

di dalam proses pembelajaran dengan beberapa keadaan yang dapat

mendukung penerapan model Group Investigation (GI) itu sendiri.

Aunurrahman mengemukakan enam keadaan yang dapat mendukung

penerapan model Group Investigation (GI), diantaranya:

1) Bilamana guru bermaksud agar siswa-siswa mencapai studi yang

mendalam tentang isi atau materi, yang tidak dapat dipahami secara

memadai dari sajian-sajian informasi yang terpusat pada guru,

2) Bilamana guru bermaksud mendorong siswa untuk lebih skeptis

tentang ide-ide yang disajikan dari fakta-fakta yang mereka

dapatkan,

3) Bilamana guru bermaksud meningkatkan minat siswa terhadap suatu

topik dan memotivasi mereka membicarakan berbagai persoalan di

luar kelas,

4) Bilamana guru bermaksud membantu siswa memahami tindakan-

tindakan pencegahan yang diperlukan atas interpretasi informasi

yang berasal dari penelitian-penelitian orang lain yang mungkin

dapat mengarah pada pemahaman yang kurang positif,

Page 55: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

5) Bilamana guru bermaksud mengembangkan keterampilan-

keterampilan penelitian, yang selanjutnya dapat mereka pergunakan

di dalam situasi belajar yang lain, dan

6) Bilamana guru menginginkan peningkatan dan perluasan

kemampuan siswa (Aunurrahman, 2010: 152).

h. Langkah-langkah Pelaksanaan Model Group Investigation (GI)

Pelaksanaan model Group Investigation (GI) dari beberapa

langkah. Sugiyanto menyatakan bahwa ada enam langkah dalam

pelaksanaan model Group Investigation (GI) sebagai berikut:

1) Seleksi topik

2) Merencanakan kerjasama

3) Implementasi

4) Analisis dan sintesis

5) Penyajian hasil akhir

6) Evaluasi selanjutnya (2009: 47-48)

Langkah pertama, seleksi topik. Para siswa memilih subtopik dari

topik yang telah diberikan oleh guru. Para siswa diorganisasikan menjadi

kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented group)

yang beranggotakan 2 sampai 6 siswa.

Langkah kedua, merencanakan kerjasama. Setiap kelompok dengan

bimbingan guru membuat berbagai prosedur belajar yang sesuai dengan

subtopik yang telah dipilih sebelumnya. Prosedur belajar yang dimaksud

adalah pendekatan ataupun metode yang akan dipilih untuk

melaksanakan investigasi dalam kelompok itu sendiri.

Langkah ketiga, implementasi. Dalam tahap ini, setiap kelompok

melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah sebelumnya.

Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan

dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan

berbagai sumber, baik yang terdapat di dalam maupun luar sekolah.

Langkah keempat, analisis dan sintesis. Setelah melaksanakan apa

yang telah direncanakan, setiap kelompok menganalisis dan mensintesis

berbagai informasi yang diperoleh dan merencanakan peringkasan dalam

suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

Page 56: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Langkah kelima, penyajian hasil akhir. Semua kelompok

menyajikan presentasi yang menarik dari subtopik yang telah dipelajari

agar semua siswa terlibat dan mencapai perspektif yang luas mengenai

subtopik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinasi oleh guru.

Langkah keenam, evaluasi selanjutnya. Guru beserta siswa

melakukan evaluasi mengenai kontribusi setiap kelompok terhadap

pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap

siswa secara individual atau kelompok atau keduanya.

Pendapat lain juga menyatakan langkah-langkah penerapan model

Group Investigation (GI). Menurut Isjoni, langkah-langkah penerapan

model Group Investigation (GI) adalah sebagai berikut:

1) Siswa memilih subtopik yang ingin mereka pelajari dan topik

biasanya telah ditentukan guru

2) Siswa dan guru merencanakan tujuan dan langkah-langkah belajar

berdasarkan subtopik dan materi yang dipilih

3) Siswa mulai belajar dengan berbagai sumber belajar baik di dalam

atau pun di luar sekolah

4) Setelah proses pelaksanaan belajar selesai, siswa menganalisis,

menyimpulkan, dan membuat kesimpulan untuk mempresentasikan

hasil belajar mereka di depan kelas (2010: 59)

Dari kedua pendapat mengenai langkah-langkah penerapan model

Group Investigation (GI) tersebut di atas memiliki kesamaan. Pada

intinya, langkah-langkah pelaksanaan dalam penerapan model Group

Investigation (GI) adalah sebagai berikut:

1) Siswa diberi kesempatan untuk memilih subtopik yang akan

dipelajari

2) Siswa kemudian membuat perencanaan kegiatan yang akan

dilakukan selama proses pembelajaran

3) Siswa mengumpulkan dan menganalisis data

4) Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas

Namun dalam penelitian ini, penerapan model Group Investigation

(GI) mengacu pada pendapat Sugiyanto saja karena langkah-langkah

penerapan model Group Investigation (GI) lebih kompleks. Pada akhir

Page 57: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

kegiatan pembelajaran, setelah siswa mempresentasikan hasil diskusinya

di depan kelas, ada evaluasi selanjutnya yang diberikan guru kepada

setiap kelompok yang dapat memberikan motivasi kepada setiap

kelompok agar lebih meningkatkan prestasinya terutama dalam kegiatan

kerja kelompok. Tujuan dari evaluasi selanjutnya adalah untuk

mendapatkan informasi tentang sejauhmana siswa dapat menguasai apa

yang dipelajarinya, baik mengenai materi pembelajaran, nilai, dan sikap

yang tersirat dalam materi itu, serta kemampuan menggunakan berbagai

keterampilannya untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan

konsep IPA yang telah dipelajari tersebut.

i. Kelebihan Model Group Investigation (GI)

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan kelebihan

model Group Investigation (GI) kaitannya dengan pembelajaran sifat-

sifat bayangan cermin, sebagai berikut:

1) Mampu menciptakan cara belajar siswa lebih aktif.

Pada pembelajaran sifat-sifat bayangan cermin siswa akan dibagi

menjadi beberapa kelompok untuk melakukan percobaan dan diskusi

kelompok untuk mengidentifikasi sifat-sifat bayangan pada cermin.

2) Dapat menumbuhkan minat dan kreativitas siswa, baik secara

perorangan maupun kelompok.

Ketika proses belajar mengajar langsung, guru memberikan

kebebasan setiap siswa dalam kelompok untuk memilih subtopik

bahasan sesuai minat, sehingga dapat mengembangkan daya

kreativitas siswa.

3) Membantu terjadinya pembagian tanggung jawab ketika siswa

mengikuti pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan

manusia sosial.

Dengan penerapan model Group Investigation (GI) dalam

pembelajaran sifat-sifat bayangan cermin ini, siswa akan

berkelompok untuk membahas suatu subtopik tertentu sehingga

Page 58: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

memungkinkan adanya kerjasama antaranggota kelompok sesuai

dengan tanggung jawab masing-masing siswa.

j. Penerapan Model Group Investigation (GI) dalam Materi Sifat-sifat

Bayangan Cermin

Skema pembelajaran materi sifat-sifat bayangan cermin yang

melibatkan siswa secara aktif selama proses pembelajaran dengan

penerapan model Group Investigation (GI) dalam penelitian ini dapat

divisualisasikan ke dalam gambar 2.1, yaitu sebagai berikut:

Gambar 2.1. Skema Pembelajaran Sifat-sifat Bayangan Cermin dengan

Model GI

1. Siswa memilih subtopik dari topik yang ditentukan

guru

2. Pembentukan kelompok yang terdiri dari 4-6 siswa

Seleksi Topik

1. Siswa dan guru merencanakan langkah kerja

untuk kelompok

2. Siswa melakukan diskusi kelompok

1. Siswa melaksanakan langkah kerja yang telah

direncanakan

2. Guru mengawasi perkembangan kelompok dan

menawarkan bantuan bila diperlukan

Siswa mengolah informasi yang diperoleh dari

berbagai sumber dan membuat laporan untuk

dipresentasikan

Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi di

depan kelas dengan dikoordinasi oleh guru.

Guru dan siswa mengevaluasi tiap kontribusi

kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu

keseluruhan dengan menggunakan penilaian

individual maupun kelompok

Merencanakan

Kerja sama

Implementasi

Analisis dan

Sintesis

Penyajian

Hasil Akhir

Evaluasi

Selanjutnya

Page 59: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Berdasarkan skema pada gambar 2.1, proses pembelajaran sifat-

sifat bayangan cermin dengan penerapan model Group Investigation (GI)

yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini:

1) Pendahuluan, yaitu memberi apersepsi dengan menggali

pengetahuan siswa dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan

dengan materi sifat-sifat bayangan cermin. Pemilihan subtopik oleh

siswa dari topik bahasan yang telah ditentukan oleh guru, kemudian

siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok yang terdiri dari 4-6

siswa bersifat heterogen. Pembentukan kelompok yang bersifat

heterogen diharapkan dapat mempermudah siswa dalam

memecahkan masalah, karena antaranggota kelompok dapat saling

melengkapi satu sama lain.

2) Setiap kelompok membuat perencanaan langkah kerja kelompok

sesuai dengan subtopik yang akan dipelajari dan berorientasi pada

tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

3) Siswa melakukan diskusi dengan kelompoknya dengan menerapkan

langkah kerja yang telah direncanakan sebelumnya, yaitu dengan

melakukan percobaan dan mencari informasi dari berbagai sumber

belajar yang ada. Pada saat diskusi berlangsung, guru melakukan

pengawasan secara ketat terhadap perkembangan setiap kelompok.

4) Siswa menganalisis data dan informasi yang diperoleh selama

disksusi berlangsung, kemudian membuat laporan untuk

dipresentasikan.

5) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi dengan

dikoordinasi oleh guru.

6) Siswa dan guru melakukan evaluasi. Dalam hal ini siswa melakukan

evaluasi terhadap kinerja kelompoknya dan guru memberikan

evaluasi secara individu berdasarkan hasil pengamatan terhadap

keaktifan setiap siswa selama mengikuti kegiatan diskusi.

Page 60: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

B. Penelitian Yang Relevan

Ernawati (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Peningkatan Prestasi

Belajar IPA Materi Tata Surya melalui Model Group Investigation Berbantuan TI

Pada Siswa Kelas VI SD Negeri Bangunreja 02 Tahun Pelajaran 2010/2011” yang

menyimpulkan bahwa penerapan model Group Investigation dapa meningkatkan

prestasi belajar IPA materi tata surya pada siswa kelas VI SD Negeri Bangunreja

02 tahun pelajaran 2010/2011. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang

menunjukkan peningkatan pada siklus I sebesar 12,74% dan siklus II sebesar

23,70%. Penelitian Ernawati memiliki satu variabel yang sama dengan penelitian

yang akan dilakukan, yaitu variabel bebasnya adalah Model Group Investigation.

Sedangkan perbedaannya adalah pada variabel terikat yaitu Prestasi Belajar IPA

Materi Tata Surya, karena dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah

Kemampuan Mengidentifikasi Sifat-sifat Bayangan Cermin. Sedangkan pada

penelitian ini menunjukkan peningkatan pada siklus I sebesar 31,04% dan pada

siklus II sebesar 27,59%.

Tyas Herwinda (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Penggunaan

Metode Group Investigation (GI) untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam

Menyelesaikan Soal Cerita Pokok Bahasan Perbandingan Pada Siswa Kelas V SD

Negeri Panularan No. 06 Laweyan Surakarta” yang menyimpulkan bahwa

pembelajaran matematika melalui penerapan metode Group Investigation (GI)

efektif meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita perbandingan

pada siswa kelas V SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan Surakarta. Hal ini dapat

dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunukkan bahwa pada siklus I

ketuntasan klasikal mencapai 56% dan pada siklus II ketuntasan klasikal

mencapai 76%. Penelitian Tyas Herwinda memiliki satu variabel yang sama

dengan penelitian yang akan dilakukan, yaitu variabel bebasnya adalah Model

Group Investigation. Sedangkan perbedaannya adalah pada variabel terikat yaitu

Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pokok Bahasan Perbandingan, karena

dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah Kemampuan Mengidentifikasi

Sifat-sifat Bayangan Cermin. Sedangkan pada penelitian ini menunjukkan bahwa

Page 61: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

pada siklus I ketuntasan klasikal mencapai 62,07% dan pada siklus II ketuntasan

klasikal mencapai 89,66%.

C. Kerangka Berpikir

Pada kondisi awal dapat diketahui bahwa umumnya siswa kelas V SD

Negeri I Waleng Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri mengalami kesulitan

dalam mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin. Hal ini disebabkan oleh

beberapa faktor, diantaranya karena pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru

masih bersifat konvensional. Guru masih cenderung menggunakan metode

ceramah dalam menyampaikan materi dan membuat siswa merasa cepat bosan.

Selain itu, guru belum menggunakan media yang bervariasi yang dapat

mendukung penyampaian materi sifat-sifat bayangan cermin. Pembelajaran yang

demikian menjadikan siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran sifat-

sifat bayangan cermin.

Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model Group Investigasi

(GI). Dengan menerapkan model Group Investigasi (GI), pembelajaran menjadi

lebih menyenangkan, karena kegiatan belajar mengajar terfokus pada pelibatan

siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar. Model ini

menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi

maupun memiliki kekompakan dalam kerja kelompok. Dalam pembelajaran IPA,

model ini sangat cocok untuk diterapkan. Dalam pelaksanaannya siswa dibagi

menjadi enam kelompok dan melakukan percobaan tentang pemantulan cahaya

dan sifat-sifat bayangan cermin.

Melalui penerapan model Group Investigasi (GI), maka kemampuan

mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin pada siswa kelas V SD Negeri I

Waleng Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri dapat ditingkatkan. Skema

kerangka berpikir dalam penelitian ini digambarkan secara sistematis ke dalam

gambar 2.2, yaitu sebagai berikut:

Page 62: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Gambar 2.2. Skema Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir tersebut di atas, maka

hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: penerapan model

kooperatif tipe Group Investigasi (GI) diduga dapat meningkatkan kemampuan

mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin pada siswa kelas V SD Negeri I

Waleng Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 2011/2012.

Kondisi

Awal

Tindakan

Kondisi

Akhir

Guru belum

menerapkan model

Group Investigasi

(GI)

Kemampuan mengidentifikasi

sifat-sifat bayangan cermin

siswa rendah

Guru menerapkan

model Group

Investigasi (GI) pada

pembelajaran sifat-

sifat bayangan cermin

Siklus I

Siswa dibagi menjadi 6

kelompok dan melakukan

percobaan tentang pemantulan

cahaya dan sifat-sifat bayangan

cermin. Hasil diskusi

dipresentasikan di depan kelas.

Siklus II

Siswa dibagi menjadi 6

kelompok dan melakukan

percobaan tentang sifat-sifat

bayangan cermin. Hasil diskusi

dipresentasikan di depan kelas.

Melalui penerapan model Group Investigasi (GI)

dapat meningkatkan kemampuan mengidentifikasi

sifat-sifat bayangan cermin pada siswa.

Page 63: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

10

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri I Waleng dengan

jumlah siswa pada kelas V tahun ajaran 2011/2012 yaitu 29 siswa yang terdiri

dari 14 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Alasan pemilihan sekolah ini

sebagai lokasi penelitian didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu: 1)

lokasi sekolah dekat dengan rumah peneliti, sehingga dapat menghemat

waktu dan biaya, 2) peneliti ingin meningkatkan kemampuan

mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin dengan menerapkan model

Group Investigation (GI), 3) memudahkan kerjasama antara peneliti, pihak

sekolah, dan objek yang diteliti, dan 4) pada sekolah ini belum pernah

dilakukan penelitian sejenis.

2. Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran

2011/2012 selama lima bulan, mulai dari bulan Februari sampai Juni 2012.

Rincian waktu pelakasanaan penelitian dapat dilihat pada lampiran 1 halaman

110.

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Arikunto menyatakan subjek penelitian merupakan subjek yang dituju

untuk diteliti oleh peneliti (2006: 145). Dalam penelitian ini, peneliti

mengambil subjek penelitian yaitu guru dan siswa kelas V SD Negeri I

Waleng Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 2011/2012.

Siswa yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah

29 siswa terdiri dari 14 laki-laki dan 15 perempuan.

45

Page 64: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

2. Objek Penelitian

Arikunto menyebutkan objek penelitian harus merupakan sesuatu yang

aktif dan dapat dikenai aktivitas (2006: 102). Objek dalam penelitian ini

adalah penerapan model kooperatif Group Investigasi (GI) untuk

meningkatkan kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin.

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa variabel penelitiannya adalah

penerapan model kooperatif Group Investigasi (GI) sebagai independent

variable (X) dan kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin

sebagai dependent variable (Y). Menurut Arikunto Independent variable (X)

adalah variabel bebas atau variabel yang mempengaruhi, sedangkan

dependent variable (Y) adalah variabel terikat atau variabel yang dipengaruhi

(2006: 119).

Berdasarkan kajian teori yang dipaparkan pada bab II, model Group

Investigasi (GI) adalah model pembelajaran yang sangat kompleks dan

menuntut keterlibatan siswa secara aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan,

dan pelaporan hasil belajar serta menuntut siswa memiliki kemampuan yang

baik dalam berkomunikasi maupun keterampilan proses memiliki kelompok.

Sedangkan kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin adalah

potensi yang dimiliki oleh seseorang yang merupakan bawaan sejak lahir atau

merupakan hasil dari latihan atau praktik dan digunakan untuk mengerjakan

sesuatu dalam wujud tindakan mencari dan mengenal sifat-sifat bayangan

pada cermin.

C. Bentuk Penelitian

Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Suhardjono

menyebutkan bahwa PTK adalah penelitian tindakan (action research) yang

dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya

(2009: 58). Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan model siklus. Setiap

siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan/tindakan,

observasi, dan refleksi.

Page 65: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

D. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan berbagai sumber data atau subjek dari mana

data dapat diperoleh (Arikunto, 2006: 129). Dalam penelitian ini, sumber data

dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Sumber data pokok (primer), yaitu:

a) Siswa kelas V SD Negeri I Waleng sebagai subjek penelitian

b) Guru sebagai informan, terutama guru kelas V yang lebih mengenal seluk

beluk siswanya dan mengetahui bagaimana perkembangan prestasi anak

didiknya

c) Pihak lain yang berhubungan, orang tua yang dimintai informasi tentang

siswa

2. Sumber data sekunder, antara lain :

a) Arsip atau dokumen

Pengumpulan data tertulis, misalnya daftar nilai siswa

b) Tes hasil belajar

Siswa akan dites atau diuji kemampuannya oleh guru. Tes dilaksanakan

sebelum dan setelah pelaksanaan tindakan kelas. Tes digunakan sebagai

alat pembanding prestasi belajar siswa dan untuk mengetahui

kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin pada siswa

meningkat atau tidak.

c) Lembar Observasi

Observasi digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran yang berkaitan dengan kemampuan mengidentifikasi sifat-

sifat bayangan cermin pada pembelajaran IPA.

E. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan Penelitian Tindakan Kelas dan sumber data yang

dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini melalui:

Page 66: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

1. Observasi

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi,

yang merupakan kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan

menggunakan seluruh alat indera (Arikunto, 2006: 156). Observasi yang

dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab

kurangnya kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin pada

pembelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri I Waleng Kecamatan Girimarto

Kabupaten Wonogiri. Observasi ini dilakukan pada saat proses belajar

mengajar pada mata pelajaran IPA, hal ini dilakukan untuk mengetahui

penyebab kurangnya kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bayangan

cermin pada mata pelajaran IPA yang berakibat rendahnya prestasi siswa

dalam mata pelajaran IPA. Sumber ini dibatasi pada segala sesuatu di luar diri

siswa.

2. Tes

Untuk mengetahui adanya peningkatan kemampuan mengidentifikasi

sifat-sifat bayangan cermin pada pembelajaran IPA dalam penelitian ini

digunakan tes yang berupa serentetan pertanyaan atau latihan, serta alat lain

yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto,

2006: 150). Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis

yang dilaksanakan pada setiap akhir pelaksanaan tindakan. Tes yang

digunakan berupa tugas atau soal yang harus dikerjakan oleh siswa secara

individu. Tes diberikan pada siswa kelas V SD Negeri I Waleng Kecamatan

Girimarto Kabupaten Wonogiri.

3. Dokumentasi

Pengumpulan data dalam penelitian ini juga menggunakan teknik

dokumentasi, dimana peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-

buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian,

dan sebagainya (Arikunto, 2006: 158). Dalam penelitian ini dokumentasi

digunakan untuk memperoleh data-data antara lain daftar nama siswa,

kurikulum, foto atau rekaman kegiatan pembelajaran IPA, dan daftar nilai

Page 67: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

harian dan nilai UAS siswa kelas V SD Negeri I Waleng dalam pembelajaran

IPA.

4. Wawancara

Wawancara atau interview dilakukan oleh pewawancara untuk

memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto, 2006: 155). Dalam

penelitian ini dilakukan wawancara dengan guru. Wawancara dilakukan

dengan tujuan untuk memperoleh informasi dari guru mengenai penyebab

rendahnya kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin dan

untuk mengetahui tingkat kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bayangan

cermin pada siswa kelas V SD Negeri I Waleng Kecamatan Girimarto

Kabupaten Wonogiri sebelum dan setelah diterapkan model Group

Investigation (GI).

F. Validitas Data

Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa

validitasnya, sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat

dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Untuk menguji

validitas data dalam penelitian ini digunakan trianggulasi yang merupakan teknik

yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multi perspektif. Artinya,

untuk menarik simpulan yang mantap diperlukan tidak hanya satu cara pandang,

melainkan bisa dipertimbangkan beragam fenomena yang muncul, dan

selanjutnya dapat ditarik simpulan yang lebih mantap dan lebih bisa diterima

kebenarannya (Slamet dan Suwarto, 2007: 54). Trianggulasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah triangulasi data, triangulasi metode, dan trianggulasi

teori.

1. Triangulasi Data

Triangulasi data sering juga disebut trianggulasi sumber. Cara ini

mengarahkan peneliti agar di dalam mengumpulkan data, peneliti wajib

menggunakan beragam sumber data yang tersedia (Slamet dan Suwarto,

2007: 54). Artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap

kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda. Data yang

Page 68: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

dikumpulkan adalah data hasil wawancara dengan guru, hasil observasi

terhadap siswa dan guru, dan daftar nilai siswa kelas V SD Negeri I Waleng

Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri pada siklus I dan siklus II.

2. Triangulasi Metode

Triangulasi metode mengarahkan seorang peneliti untuk

mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan metode

pengumpulan data yang berbeda (Slamet dan Suwarto, 2007: 54). Dalam

triangulasi metode ini yang ditekankan adalah penggunaan metode

pengumpulan data yang berbeda pada data yang sama untuk menguji

keabsahan informasinya.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode observasi kemudian

dilakukan wawancara yang mendalam dengan guru kelas V SD Negeri I

Waleng Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri dan hasilnya diuji dengan

pengumpulan data sejenis dengan menggunakan metode dokumentasi pada

pelaku kegiatan. Data yang diperoleh melalui beberapa teknik pengumpulan

data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan dapat ditarik

kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya.

3. Trianggulasi Teori

Trianggulasi teori ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan

perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji

(Slamet dan Suwarto, 2007: 55). Artinya dari beberapa perspektif teori

tersebut akan diperoleh pandangan yang lebih lengkap, tidak hanya sepihak,

sehingga bisa dianalisis dan ditarik simpulan yang lebih utuh dan

menyeluruh. Dalam penelitian ini menggunakan berbagai teori dari beberapa

ahli untuk membentuk suatu pengetahuan yang menyeluruh.

G. Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam

analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus

menerus sampai tuntas (Sugiyono, 2008: 91). Aktivitas dalam analisis data, yaitu

Page 69: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

data collection, data reduction, data display, dan conclusions: drawing/verifying.

Model interaktif dalam analisis data ditunjukkan pada gambar 3.1 berikut:

Gambar 3.1. Komponen dalam Analisis Data (Interaktive Model)

Sumber: Sugiyono (2008:91)

Berdasarkan model interaktif di atas, aktivitas analisis data dalam penelitian

ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Data Collection atau Pengumpulan Data

Pengumpulan data dengan pelaksanaan pembelajaran untuk

meningkatkan kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin pada

pembelajaran IPA.

2. Data Reduction atau Reduksi Data

Reduksi data adalah suatu proses pemilihan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan informasi data yang telah muncul dari

beberapa catatan tertulis yang diperoleh di lapangan. Reduksi data merupakan

bentuk analisis yang menajamkan, membuang yang tidak perlu,

mengarahkan, menggolongkan, dan mengorganisasi data sehingga diperoleh

suatu kesimpulan.

Data

Collection

Data

Reduction

Conclusions:

Drawing/Verifying

Data

Display

Page 70: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

3. Data Display atau Penyajian Data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang telah tersusun dan

memberikan kemungkinan adanya penarikan suatu kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Penyajian data tersebut dengan menggabungkan

berbagai informasi yang telah didapat selama kejadian berlangsung.

4. Verifying atau Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan suatu proses peninjauan kembali

pada benar tidaknya data yang diperoleh dalam pelaksanaan penelitian.

H. Indikator Kinerja

Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan

dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian (Suwandi, 2011: 66).

Pada penelitian ini, indikator yang menjadi pedoman keberhasilan adalah

meningkatnya kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin pada

siswa kelas V SD Negeri I Waleng Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri

tahun ajaran 2011/2012 melalui penerapan model Group Investigation (GI).

Penelitian akan diakhiri setelah 80% siswa telah memenuhi KKM IPA pada kelas

V SD Negeri I Waleng Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri yaitu ≥ 69,00.

Sesuai penghitungan berarti paling sedikit 24 siswa dari 29 siswa telah mencapai

KKM. Apabila batas KKM sudah tercapai berarti siklus dapat dihentikan dan

penelitian dikatakan telah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh peneliti.

I. Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas atau Classroom Action

Research yang mengacu pada teori Kurt Lewin. Kurt Lewin mengemukakan

bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan serangkaian langkah yang

membentuk spiral (Slamet dan Suwarto, 2007: 65). Pelaksanaan penelitian

meliputi empat tahapan yang saling terkait dan berkesinambungan, dimana tahap-

tahap tersebut membentuk satu siklus dan dapat dilanjutkan ke siklus berikutnya

dengan tahapan yang sama berdasarkan hasil yang dicapai pada siklus

Page 71: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

sebelumnya. Adapun tahapan-tahapan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini tertera

pada gambar 3.2, yaitu sebagai berikut:

SIKLUS I SIKLUS II

Gambar 3.2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Sumber: Slamet dan Suwarto (2007: 65)

Adapun prosedur Penelitian Tindakan Kelas secara rinci diuraikan sebagai

berikut:

1. Rancangan Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan sebagai berikut:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

menerapkan model Group Investigation (GI) yang digunakan

dalam tindakan.

2) Menyiapkan berbagai media yang akan digunakan dalam

pembelajaran sifat-sifat bayangan cermin.

3) Menyiapkan perangkat pengambilan data (instrumen penelitian),

yaitu lembar kerja siswa, lembar soal evaluasi individu, dan

pedoman pengamatan (observasi) terhadap aktivitas siswa dan

guru.

Planing

Reflectin

g

Acting

Observing

Dan

seterusnya Planing

Reflectin

g

Acting

Observing

Page 72: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini dilakukan dengan mengadakan pembelajaran tentang

sifat-sifat bayangan cermin sesuai dengan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti. Siklus I

dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dan masing-masing pertemuan

selama 3 x 35 menit. Pada pertemuan pertama siswa dibentuk menjadi 6

kelompok dimana setiap kelompok akan melaksanakan percobaan untuk

mengetahui peristiwa pemantulan secara teratur dan baur. Pada

pertemuan kedua, setiap kelompok diminta untuk memilih subtopik dari

topik yang telah ditentukan guru (memilih salah satu jenis cermin dari

tiga macam cermin yang akan dipelajari), kemudian melakukan

percobaan untuk mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin. Sebelum

pelaksanaan diskusi, setiap kelompok wajib memperhatikan petunjuk

dari guru, kemudian di akhir pembelajaran setiap kelompok wajib

melaporkan hasil diskusinya di depan kelas. Pada akhir pembelajaran,

setiap siswa diberi soal evaluasi individu untuk dikerjakan secara

mandiri.

c. Tahap Observasi

Peneliti bertugas sebagai guru mengamati hasil jawaban soal

evaluasi individu setiap siswa kemudian dinilai, mengamati aktivitas

siswa kemudian mengisi pedoman observasi aktivitas siswa. Sedangkan

guru kelas V SD Negeri I Waleng Kecamatan Girimarto Kabupaten

Wonogiri sebagai kolaborator yang melakukan observasi terhadap

peneliti, baik observasi terhadap RPP maupun observasi terhadap

pelaksanaan pembelajaran.

d. Tahap Refleksi

Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap pelaksanaan proses

pembelajaran dan hasil tes kemampuan siswa untuk mengidentifikasi

sifat-sifat bayangan cermin. Dari data rata-rata nilai tes kemampuan

Page 73: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin siswa pada siklus I

diketahui bahwa siswa yang tuntas sebanyak 18 siswa (62,07%). Hal

tersebut belum mencapai indikator kinerja, yaitu 80%. Oleh karena itu,

dianalisis permasalahan yang ada pada siklus I, kemudian diperbaiki

pada siklus II.

2. Rancangan Siklus II

a. Tahap Perencanaan

1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif

pemecahan masalah.

2) Penyusunan rencana pembelajaran dengan penerapan model Group

Investigation (GI).

3) Menyiapkan berbagai media yang akan digunakan dalam

pembelajaran sifat-sifat bayangan cermin.

4) Menyiapkan perangkat pengambilan data (instrumen penelitian)

yaitu lembar kerja siswa, lembar soal evaluasi individu, dan lembar

pengamatan (observasi) untuk peneliti yang berperan sebagai guru

dan untuk siswa.

b. Tahap Pelaksanaan/Tindakan

Tahap ini dilakukan dengan mengadakan pembelajaran tentang

sifat-sifat bayangan cermin sesuai dengan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya oleh peneliti. Seperti

halnya siklus I, siklus II juga dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dan

masing-masing pertemuan 3 x 35 menit. Proses pembelajaran yang

dilaksanakan dalam siklus II akan berbeda dengan proses pembelajaran

yang ada di siklus I. Pada siklus II akan dilakukan upaya perbaikan

terhadap kesulitan yang ditemukan dalam siklus I. Pada pertemuan

pertama, siswa dibagi menjadi enam kelompok, setiap kelompok

melakukan percobaan tentang sifat-sifat bayangan cermin dan setiap

kelompok mendiskusikan 3 jenis cermin. Pada pertemuan kedua, setiap

Page 74: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

kelompok tidak melakukan percobaan melainkan mengisi lembar kerja

siswa. Lembar kerja siswa itu diisi dengan cara memilih salah satu jenis

cermin yang pernah dipelajari, kemudian menuliskan tujuan percobaan,

alat dan bahan yang dibutuhkan, langkah kegiatan, dan hal yang diamati.

Sebelum pelaksanaan diskusi, setiap kelompok wajib memperhatikan

petunjuk dari guru, kemudian di akhir pembelajaran setiap kelompok

wajib melaporkan hasil diskusinya di depan kelas. Pada akhir

pembelajaran, setiap siswa diberi soal evaluasi individu untuk dikerjakan

secara mandiri.

c. Tahap Observasi

Peneliti berperan sebagai guru mengamati hasil jawaban tes

evaluasi individu setiap siswa kemudian dinilai, hasil pengamatan

aktivitas siswa untuk dicatat pada pedoman observasi aktivitas siswa.

Sedangkan guru kelas V SD Negeri I Waleng Kecamatan Girimarto

Kabupaten Wonogiri sebagai kolabolator melakukan observasi terhadap

peneliti, baik observasi terhadap RPP maupun observasi terhadap

pelaksanaan pembelajaran.

d. Tahap Refleksi

Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan untuk

menentukan tingkat ketercapaian tujuan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti dalam meningkatkan kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat

bayangan cermin siswa kelas V SD Negeri I Waleng Kecamatan

Girimarto Kabupaten Wonogiri. Dari data yang dikumpulkan diketahui

bahwa siswa yang tuntas sudah lebih dari indikator kinerja yang telah

ditetapkan, yaitu 26 siswa (89,66%). Berdasarkan hal tersebut, maka

penelitian diakhiri pada siklus II.

Page 75: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

10

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis SD Negeri I Waleng

Secara geografis SD Negeri I Waleng Kecamatan Girimarto Kabupaten

Wonogiri terletak di Dukuh Tambakan, Desa Waleng, Kecamatan Girimarto,

Kabupaten Wonogiri. Letak SD Negeri I Waleng cukup strategis karena

terletak di tengah Dukuh Tambakan. Sekolah ini berdiri pada tahun 1949

dengan Nomor Statistik Sekolah (NSS) 101031224008.

Letak geografis SD Negeri I Waleng Kecamatan Girimarto Wonogiri

memang tidak terletak tepat di jantung kota Wonogiri. Meskipun demikian,

sarana komunikasi dan transportasi juga mudah karena letaknya di pinggir

jalan. Jarak antara Sekolah Dasar dengan Kantor Kecamatan dan Kantor Unit

Pelaksanaan Teknis Kecamatan Girimarto kurang lebih sekitar 6 km. Dengan

jarak yang tidak terlalu jauh dengan Kantor Kecamatan dapat memudahkan

apabila ada urusan dinas.

Dukuh Tambakan mempunyai penduduk yang banyak, sehingga

meskipun letak Sekolah Dasar di desa, tetapi jumlah siswanya cukup banyak.

Masyarakatnya pun aktif dalam mendukung program-program yang diadakan

oleh pihak sekolah, hal itu membuat kegiatan di sekolah dan masyarakat

dapat berjalan dengan baik dan lancar.

2. Keadaan Personil SD Negeri I Waleng

Berdasarkan arsip sekolah, yaitu data pegawai sekolah dan observasi

yang dilakukan oleh peneliti, diketahui bahwa SD Negeri I Waleng pada

tahun ajaran 2011/2012 dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah dan memiliki

tujuh orang guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS), dua tenaga

pengajar yang masih Wiyata Bhakti (WB), satu tenaga perpustakaan, dan satu

orang penjaga sekolah yang juga telah berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Data ini dapat dilihat pada lampiran 28 halaman 207.

57

Page 76: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Berdasarkan arsip sekolah, dapat diketahui jumlah siswa di SD Negeri I

Waleng tahun ajaran 2011/2012 sebanyak 149 siswa. Siswa terbagi dalam

enam kelas, mulai dari kelas I sampai kelas VI. Siswa kelas I sebanyak 31

siswa. Siswa kelas II sebanyak 18 siswa. Kelas III sebanyak 25 siswa. Kelas

IV sebanyak 22 siswa. Kelas V sebanyak 29 siswa dan siswa kelas VI

sebanyak 24 siswa. Data ini dapat dilihat pada lampiran 29 halaman 208.

3. Keadaan Sarana dan Prasarana SD Negeri I Waleng

Berdasarkan arsip inventaris sekolah, dapat diketahui bahwa bangunan

gedung SD Negeri I Waleng terdiri atas enam kelas, dua kantin sekolah, satu

ruang guru dan kepala sekolah, ruang perpustakaan, ruang komputer untuk

kegiatan administrasi sekolah, tiga kamar mandi/WC, satu ruang gudang,

tempat parkir siswa dan guru, dan satu ruang UKS. Selain ruang-ruang

tersebut di SD Negeri I Waleng juga memiliki halaman yang sangat luas dan

biasanya digunakan untuk pembelajaran Penjaskes. Sarana dan prasarana

sekolah masih terawat dan kebersihannya juga terjaga. Keadaan kelas dan

berbagai ruangan masih tertata rapi. Setiap kegiatan belajar mengajar

berakhir, penjaga sekolah selalu mengunci setiap ruangan dan memastikan

tingkat keamanan setiap ruangan.

Kelas V SD Negeri I Waleng yang merupakan tempat penelitian,

memiliki keadaan sarana dan prasarana yang masih bagus. Di dalam kelas

terdapat satu meja guru beserta kursinya, 15 meja siswa dengan 15 kursi

panjang. Di depan kelas terdapat dua papan tulis (white board dan black

board) dengan spidol, kapur, dan penghapus. Di atas papan tulis terdapat

pajangan seperangkat gambar presiden, wakil presiden, dan lambang Negara.

Di dinding sekeliling kelas juga terdapat gambar-gambar yang berhubungan

dengan materi pembelajaran. Terdapat satu buah almari di dekat meja guru.

Di dalam kelas juga terdapat jam dinding, sehingga dapat mengontrol waktu

selama pembelajaran dan cermin agar siswa dapat mengecek kerapian diri.

Papan struktur organisasi kelas, papan jadwal pelajaran, papan piket, dan

papan absensi juga tertempel rapi di dinding. Di bagian pojok kelas juga

Page 77: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

tersedia alat kebersihan yang digunakan siswa setiap pagi untuk

membersihkan kelas agar nyaman digunakan saat proses pembelajaran, serta

terdapat tempat sampah organik dan non-organik yang berada di depan kelas.

B. Deskripsi Pratindakan

Pada tahun ajaran 2011/2012 jumlah siswa kelas V SD Negeri I Waleng

Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri sebanyak 29 siswa, terdiri atas 14

siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti

melakukan observasi dengan tujuan untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di

kelas V SD Negeri I Waleng. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V

SD Negeri I Waleng, diketahui bahwa siswa mengalami kesulitan dalam

memahami materi pembelajaran IPA, khususnya dalam mengidentifikasi sifat-

sifat bayangan cermin. Terdapat tiga faktor yang menyebabkan siswa kurang

mampu mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin, yaitu pada saat kegiatan

belajar mengajar berlangsung guru menggunakan model yang masih didominasi

dengan metode ceramah, kurangnya perhatian siswa saat mengikuti pembelajaran,

dan media pendukung yang digunakan guru saat pembelajaran kurang bervariasi.

Rendahnya kemampuan siswa dalam mengidentifikasi sifat-sifat bayangan

cermin sangat dipengaruhi oleh proses belajar mengajar yang dilaksanakan guru.

Berdasarkan pengamatan peneliti, guru belum melibatkan siswa secara aktif

dalam pembelajaran. Guru sudah melakukan percobaan tentang sifat-sifat

bayangan cermin, namun hanya didemonstrasikan di depan kelas saja dan siswa

tidak melakukan percobaan secara langsung. Dengan demikian, pembelajaran

menjadi kurang bermakna bagi siswa.

Kesulitan siswa dalam mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin tersebut

ditunjukkan melalui tes awal yang telah dilaksanakan oleh peneliti pada hari

Sabtu, 10 Maret 2012. Berdasarkan tes pra siklus dengan nilai Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) ≥ 69, diketahui dari 29 siswa hanya 9 siswa (31,03%) yang

nilainya mencapai KKM dan 20 siswa (68,97%) lainnya belum mencapai KKM.

Nilai tes pra siklus setiap siswa ini dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 122.

Agar lebih jelas lagi, kondisi awal hasil tes kemampuan mengidentifikasi sifat-

Page 78: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

sifat bayangan cermin sebelum tindakan dapat dilihat pada tabel 4.1 dan gambar

4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kemampuan Mengidentifikasi Sifat-

sifat Bayangan Cermin oleh Siswa Sebelum Tindakan

No. Interval

Nilai

Frekuensi

(fi)

Nilai Tengah

(xi) fixi

Persentase

(%) Keterangan

1. 20-31 4 25,5 102 13,79% Tidak Tuntas

2. 32-43 3 37,5 112,5 10,35% Tidak Tuntas

3. 44-55 7 49,5 346,5 24,13% Tidak Tuntas

4. 56-67 6 61,5 369 20,69% Tidak Tuntas

5. 68-79 3 72,5 217,5 10,35% Tuntas

6. 80-91 6 85,5 513 20,69% Tuntas

Jumlah 29 1660,5 100%

Nilai Rata-rata Kelas = 1660,5 : 29 = 57,56

Ketuntasan Klasikal = 9 : 29 x 100% = 31,03%

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui ketuntasan klasikal sebelum tindakan hanya

sebesar 31,03% dan nilai rata-rata kelasnya sebesar 57,56. Data tabel 4.1 tersebut

dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 4.1.

Page 79: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Gambar 4.1. Grafik Nilai Tes Kemampuan Mengidentifikasi Sifat-sifat

Bayangan Cermin Sebelum Tindakan

C. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus

1. Tindakan Siklus I

Tindakan siklus I dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dalam satu

minggu. Siklus I tepatnya dilaksanakan pada tangga 9 dan 10 April 2012.

Setiap pertemuan terdiri dari tiga jam pelajaran (3 x 35 menit). Ada beberapa

tahapan yang dilakukan pada siklus I, yaitu sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan

Berdasarkan tes awal yang dilakukan pada siswa kelas V, diketahui

bahwa nilai siswa tentang kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat

bayangan cermin sebelum tindakan masih rendah. Dari 29 siswa kelas V,

0

4

3

7

6

3

6

0

1

2

3

4

5

6

7

8

20-31 32-43 44-55 56-67 68-79 80-91

FR

EK

UE

NS

I

INTERVAL NILAI

Page 80: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

hanya 9 siswa (31,03%) yang nilainya mencapai KKM dan 20 siswa

(68,97%) lainnya belum mencapai KKM. Dengan kenyataan yang

demikian, peneliti melakukan koordinasi dengan guru kelas V untuk

membahas alternatif cara untuk meningkatkan kemampuan

mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin pada siswa kelas V SD

Negeri I Waleng Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri tahun ajaran

2011/2012. Peneliti akhirnya menerapkan model Group Investigation

(GI) dalam proses pembelajaran sifat-sifat bayangan cermin pada siswa

kelas V SD Negeri I Waleng.

Berdasarkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

tentang materi sifat-sifat bayangan cermin, peneliti merencanakan

langkah-langkah pembelajaran dengan menerapkan model Group

Investigation (GI) sebagai berikut:

1) Memilih Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator

yang sesuai dengan silabus IPA kelas V semester II. Silabus dapat

dilihat pada lampiran 15 halaman 126.

2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan

indikator yang telah dibuat. RPP disusun dengan dua kali pertemuan

dan setiap pertemuan terdiri dari tiga jam pelajaran, serta

dilaksanakan dalam waktu satu minggu. Mengenai susunan RPP dan

langkah-langkah pembelajaran dengan menerapkan model Group

Investigation (GI) dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 128.

3) Menyiapkan berbagai media pembelajaran yang akan digunakan

dalam pembelajaran. Media tersebut meliputi senter, cermin datar,

cermin cekung, cermin cembung, dan alat tulis.

4) Menyiapkan perangkat pengambilan data (instrumen penelitian).

Instrumen penelitian meliputi pedoman observasi aktivitas siswa dan

peneliti yang berperan sebagai guru, Lembar Kerja Siswa (LKS), dan

lembar soal evaluasi individu.

Page 81: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

b. Tahap Pelaksanaan/Tindakan

Pada tahap ini, peneliti yang berperan sebagai guru melaksanakan

proses pembelajaran dengan menerapkan model Group Investigation (GI)

sesuai dengan RPP yang telah disusun pada tahap sebelumnya dan dapat

dilihat pada lampiran 16 halaman 128. Siklus I dilaksanakan dalam dua

kali pertemuan dengan penjelasan sebagai berikut:

1) Pertemuan I

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 9 April 2012

dalam waktu 3 x 35 menit dengan materi tentang pemantulan cahaya.

Guru memasuki kelas V dan mengawali kegiatan pembelajaran

dengan berdoa, absensi siswa, dan membuka pelajaran dengan

salam. Pada kegiatan awal pembelajaran, guru menanyakan kepada

siswa mengapa kita dapat melihat dengan jelas isi laci meja pada

siang hari sebagai bentuk apersepsi pada siswa. Guru meminta

masing-masing siswa mengamati laci mejanya sebagai kegiatan

orientasi pembelajaran. Guru juga menjelaskan tujuan pembelajaran

pada siswa agar menimbulkan rasa ingin tahu siswa.

Kegiatan pembelajaran dilanjutkan pada kegiatan inti tahap

eksplorasi. Guru melakukan tanya jawab tentang penyebab kita dapat

melihat isi ruangan yang gelap pada siang hari. Siswa diminta

mencari informasi dari berbagai sumber yang ada di dalam kelas.

Siswa diminta untuk memilih subtopik materi yang akan dipelajari

pada hari itu, yaitu dari sifat-sifat cahaya akan dibahas tentang

pemantulan cahaya (seleksi topik). Siswa menyimak pemaparan guru

tentang materi yang akan dipelajari.

Kegiatan inti selanjutnya adalah tahap elaborasi. Siswa kelas V

dibagi menjadi enam kelompok yang terdiri dari empat sampai lima

siswa. Setiap kelompok mendapatkan Lembar Kerja Siswa (LKS)

yang berisi tentang petunjuk percobaan dan beberapa pertanyaan

yang harus dijawab. Siswa menyimak penjelasan guru tentang hal-

hal yang harus dilakukan (merencanakan kerja sama). Selanjutnya

Page 82: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

siswa melakukan percobaan tentang pemantulan cahaya

(implementasi). Setiap kelompok diwajibkan mengumpulkan data

hasil percobaan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

terdapat pada LKS (analisis dan sintesis). Setelah selesai melakukan

percobaan, setiap kelompok membuat laporan hasil diskusi.

Kegiatan inti yang terakhir adalah tahap konfirmasi. Setiap

kelompok wajib mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas

secara bergantian dengan kelompok lain (penyajian hasil akhir).

Setiap kelompok akan dinilai sesuai dengan hasil diskusi yang

dilaporkan, kelompok terbaik akan mendapat bintang prestasi

(evaluasi selanjutnya). Selanjutnya, guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan kegiatan pembelajaran secara bersama-sama. Guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal

yang belum dipahami. Jika sudah mengerti semua, maka kegiatan

dilanjutkan pada kegiatan akhir.

Pada kegiatan akhir, siswa diberi soal evaluasi individu yang

harus dikerjakan secara mandiri. Soal evaluasi individu ini

digunakan untuk mengukur sejauh mana pengetahuan yang telah

diterima siswa dalam pembelajaran. Siswa yang telah selesai,

mengumpulkan jawabannya pada guru untuk dikoreksi. Guru

mengajak siswa secara bersama-sama untuk membahas soal tersebut.

Guru memberikan motivasi kepada siswa agar tetap semangat dalam

belajar, sehingga mendapat nilai yang maksimal. Pelajaran diakhiri

oleh guru dengan mengucapkan salam penutup.

2) Pertemuan II

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa, 10 April 2012

dalam waktu 3 x 35 menit dengan materi tentang sifat-sifat bayangan

cermin. Guru memasuki kelas V dan mengawali kegiatan

pembelajaran dengan berdoa, absensi siswa, dan membuka pelajaran

dengan salam. Pada kegiatan awal pembelajaran, guru menanyakan

Page 83: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

kepada siswa, siapa yang pernah bercermin sebagai bentuk apersepsi

pada siswa. Guru menunjukkan gambar seseorang yang sedang

bercermin sebagai kegiatan orientasi pembelajaran. Guru juga

menjelaskan tujuan pembelajaran pada siswa agar menimbulkan rasa

ingin tahu siswa.

Kegiatan pembelajaran dilanjutkan pada kegiatan inti tahap

eksplorasi. Guru melakukan tanya jawab tentang hal yang

menyebabkan terbentuknya bayangan pada cermin. Siswa diminta

mencari informasi dari berbagai sumber yang ada di dalam kelas.

Siswa diminta untuk memilih subtopik materi yang akan dipelajari

pada hari itu, satu kelompok akan mendikusikan satu jenis cermin

(seleksi topik). Siswa menyimak pemaparan guru tentang materi

yang akan dipelajari.

Kegiatan inti selanjutnya adalah tahap elaborasi. Siswa kelas V

dibagi menjadi enam kelompok yang terdiri dari empat sampai lima

siswa. Setiap kelompok mendapatkan Lembar Kerja Siswa (LKS)

yang berisi tentang petunjuk percobaan dan beberapa pertanyaan

yang harus dijawab. Siswa menyimak penjelasan guru tentang hal-

hal yang harus dilakukan (merencanakan kerja sama). Selanjutnya

siswa melakukan percobaan tentang sifat-sifat bayangan cermin yang

telah dipilih (implementasi). Setiap kelompok diwajibkan

mengumpulkan data hasil percobaan untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang terdapat pada LKS (analisis dan sintesis). Setelah

selesai melakukan percobaan, setiap kelompok membuat laporan

hasil diskusi.

Kegiatan inti yang terakhir adalah tahap konfirmasi. Setiap

kelompok wajib mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas

secara bergantian dengan kelompok lain (penyajian hasil akhir).

Setiap kelompok akan dinilai sesuai dengan hasil diskusi yang

dilaporkan, kelompok terbaik akan mendapat bintang prestasi

(evaluasi selanjutnya). Selanjutnya, guru membimbing siswa untuk

Page 84: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

menyimpulkan kegiatan pembelajaran secara bersama-sama. Guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal

yang belum dipahami. Jika sudah mengerti semua, maka kegiatan

dilanjutkan pada kegiatan akhir.

Pada kegiatan akhir, siswa diberi soal evaluasi individu yang

harus dikerjakan secara mandiri. Soal evaluasi individu ini

digunakan untuk mengukur sejauh mana pengetahuan yang telah

diterima siswa dalam pembelajaran. Siswa yang telah selesai,

mengumpulkan jawabannya pada guru untuk dikoreksi. Guru

mengajak siswa secara bersama-sama untuk membahas soal tersebut.

Guru memberikan motivasi kepada siswa agar tetap semangat dalam

belajar, sehingga mendapat nilai yang maksimal. Pelajaran diakhiri

oleh guru dengan mengucapkan salam penutup.

c. Tahap Observasi

Pada tahap ini dilakukan pengamatan oleh guru terhadap

pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model Group

Investigation (GI). Pengamatan dilaksanakan sesuai dengan tujuan

penelitian, yaitu untuk meningkatkan kemampuan mengidentifikasi sifat-

sifat bayangan cermin pada siswa kelas V SD Negeri I Waleng

Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri tahun ajaran 2011/2012.

Hasil observasi terhadap guru yang berperan sebagai guru pada siklus I

dapat dilihat pada lampiran 26 halaman 203. Dari data observasi pada

siklus I selama dua kali pertemuan diperoleh hasil sebagai berikut:

1) Hasil Observasi Terhadap Peneliti yang Berperan sebagai Guru

Pengamatan yang dilakukan terhadap peneliti yang berperan sebagai

guru adalah mengenai pelaksanaan pembelajaran yang mencakup

hal-hal sebagai berikut:

a) Kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan pra

pembelajaran sudah cukup baik. Sebelum memulai

pembelajaran, guru mempersiapkan ruang kelas, alat, dan media

Page 85: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

pembelajaran dengan baik. Namun guru masih kurang dalam

memeriksa kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran.

b) Kemampuan guru dalam memberikan apersepsi pada siswa dan

menyampaikan tujuan pembelajaran sudah baik. Guru

memberikan pertanyaan-pertanyaan dan menunjukkan gambar.

Namun guru masih mengalami kesulitan dalam mengkondisikan

kelas.

c) Kemampuan guru dalam menyampaikan materi ajar sudah baik.

Hal itu ditunjukkan dengan guru sudah menguasai materi ajar

yang akan disampaikan. Namun guru masih kurang dalam

mengaitkan materi pembelajaran dengan pengetahuan lain yang

relevan.

d) Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang

ingin dicapai dengan baik. Pembelajaran dari kegiatan awal

sampai kegiatan akhir juga dilaksanakan secara runtut dan baik,

namun keterampilan guru dalam menguasai kelas masih perlu

ditingkatkan karena masih ada siswa yang ramai sendiri ketika

guru memberikan penjelasan tentang materi.

e) Guru sudah menggunakan media pembelajaran yang efektif dan

efisien. Kemampuan guru untuk melibatkan siswa secara aktif

dalam pengunaan media juga sudah cukup baik, namun pada

akhir pembelajaran guru masih kurang mampu memberikan

pesan atau motivasi yang menarik bagi siswa.

f) Pada pertemuan kedua, guru telah menumbuhkan partisipasi

aktif siswa dalam pembelajaran. Namun, guru masih mengalami

kesulitan dalam mengkondisikan siswa yang kelompoknya telah

selesai mengerjakan tugas yang diberikan guru.

g) Kemampuan guru dalam memantau kemajuan proses belajar

siswa sudah baik. Guru memberikan nilai bagi kinerja setiap

kelompok, serta mengamati aktivitas setiap siswa.

Page 86: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

h) Kemampuan guru dalam berkomunikasi dengan siswa, baik

secara lisan maupun tulisan sudah cukup baik. Guru

menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa. Namun,

terkadang dalam menyampaikan pesan guru kurang

memperhatikan keadaan siswa, sehingga pesan tidak

tersampaikan dengan baik.

i) Kemampuan guru dalam menyimpulkan proses pembelajaran

dengan melibatkan siswa sudah baik. Namun, ketika

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-

hal yang belum dipahami waktu yang diberikan kurang.

2) Hasil Observasi Terhadap Siswa

Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa pada siklus I dapat

dilihat pada lampiran 20 dan 21 pada halaman 189 dan 190. Pada

siklus I, secara keseluruhan aktivitas siswa saat pembelajaran IPA

tentang sifat-sifat bayangan cermin sudah baik. Persentase observasi

aktivitas siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.2 dan gambar

4.2.

Tabel 4.2. Data Persentase Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I

No. Aspek yang

Dinilai

Pertemuan I Pertemuan II Rata-rata

Siklus I

Siswa

(orang) %

Siswa

(orang) %

Siswa

(orang) %

1. Keaktifan

siswa dalam

proses

pembelajaran

23 79,31% 25 86,21% 24 82,76%

2. Kekompakan

dalam diskusi

kelompok

18 62,07% 20 68,97% 19 65,52%

3. Kemandirian

mengerjakan

soal evaluasi

individu

21 72,41% 22 75,86% 22 75,86%

4. Ketepatan

waktu 22 75,86% 22 75,86%

22

75,86%

Page 87: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Dari data pada tabel 4.2 di atas, dapat diketahui bahwa tingkat

persentase aktivitas siswa selama siklus I. Kemudian agar lebih jelas

lagi, data tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik. Grafik

tentang persentase observasi aktivitas siswa pada siklus I dapat

dilihat pada gambar 4.2.

Gambar 4.2. Grafik Persentase Observasi Aktivitas Siswa pada

Siklus I

83%

66%

76% 76%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

Keaktifan

Siswa

Kekompakan

Kelompok

Kemandirian

Siswa

Ketepatan

Waktu

PE

RS

EN

TA

SE

ASPEK YANG DINILAI

Keaktifan

Siswa

Kekompakan

Kelompok

Kemandirian

Siswa

Ketepatan

Waktu

Page 88: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I dapat dilihat pada

lampiran 20 dan 21 pada halaman 189 dan 190. Dari data pada tabel

4.2 dan gambar 4.2 di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Secara keseluruhan keaktifan siswa saat pembelajaran pada

siklus I sudah cukup baik. Dari 29 siswa kelas V, ada 24 siswa

(82,76%) yang aktif dalam pembelajaran dan 5 siswa (17,25%)

lainnya masih kurang aktif dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran. Hal tersebut dapat lebih dirinci lagi dalam tiap

pertemuan. Pada peremuan I, dari 29 siswa terdapat 23 siswa

(79,31%) yang aktif dalam pembelajaran dan 6 siswa (20,69%)

lainnya masih kurang aktif dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran. Sedangkan pada pertemuan II, dari 29 siswa

terdapat 25 siswa (86,21%) yang aktif dalam pembelajaran dan

4 siswa (13,79%) lainnya masih kurang aktif dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran.

b) Kekompakan dalam diskusi kelompok secara keseluruhan sudah

cukup baik. Sebagian besar siswa sudah kompak dalam

berdiskusi dengan kelompoknya. Dari 29 siswa kelas V, ada 19

siswa (65,52%) yang sudah memiliki kekompakan saat

berdiskusi dengan kelompoknya dan 10 siswa (34,48%) lainnya

belum memiliki kekompakan saat berdiskusi dengan

kelompoknya. Hal tersebut dapat lebih dirinci lagi dalam tiap

pertemuan. Pada pertemuan I, dari 29 siswa terdapat 18 siswa

(62,07%) yang sudah memiliki kekompakan saat berdiskusi

dengan kelompoknya dan 11 siswa (37,93%) lainnya belum

memiliki kekompakan saat berdiskusi dengan kelompoknya.

Sedangkan pada pertemuan II, dari 29 siswa terdapat 20 siswa

(68,97%) yang sudah memiliki kekompakan saat berdiskusi

dengan kelompoknya dan 9 siswa (31,03%) lainnya belum

memiliki kekompakan saat berdiskusi dengan kelompoknya.

Page 89: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

c) Kemandirian siswa dalam mengerjakan soal evaluasi individu

secara keseluruhan sudah baik, meskipun masih ada beberapa

siswa yang kurang percaya diri dalam mengerjakan soal dan

masih sering bertanya kepada guru. Dari 29 siswa kelas V, ada

22 siswa (75,86%) yang sudah mengerjakan soal evaluasi

individu secara mandiri dan 7 siswa (24,14%) lainnya masih

belum mengerjakan soal evaluasi secara mandiri. Hal tersebut

dapat lebih dirinci lagi dalam tiap pertemuan. Pada pertemuan I,

dari 29 siswa terdapat 21 siswa (72,41%) yang sudah

mengerjakan soal evaluasi individu secara mandiri dan 8 siswa

(27,59%) lainnya masih belum mengerjakan soal evaluasi secara

mandiri. Sedangkan pada pertemuan II, dari 29 siswa terdapat

22 siswa (75,86%) yang sudah mengerjakan soal evaluasi

individu secara mandiri dan 7 siswa (24,14%) lainnya masih

belum mengerjakan soal evaluasi secara mandiri.

d) Secara keseluruhan ketepatan waktu siswa dalam mengerjakan

soal evaluasi individu pada siklus I sudah cukup baik. Dari 29

siswa kelas V, 22 siswa (75,86%) yang sudah tepat waktu dan 7

siswa (24,14%) lainnya belum tepat waktu. Hal tersebut dapat

lebih dirinci lagi dalam tiap pertemuan. Pada pertemuan I, dari

29 siswa terdapat 22 siswa (75,86%) yang sudah tepat waktu

dan 7 siswa (24,14%) lainnya belum tepat waktu. Pada

pertemuan II juga terdapat kesamaan dengan pertemuan I, yaitu

dari 29 siswa terdapat 22 siswa (75,86%) yang sudah tepat

waktu dan 7 siswa (24,14%) lainnya belum tepat waktu.

e) Berdasarkan nilai tes kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat

bayangan cermin pada siswa yang dilaksanakan pada setiap

akhir pembelajaran, diketahui bahwa dari 29 siswa, ada 18 siswa

(62,07%) yang nilainya telah mencapai KKM, yaitu ≥ 69.

Sedangkan 17 siswa (37,93%) lainnya belum mencapai nilai

KKM. Daftar nilai tes kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat

Page 90: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

bayangan cermin siswa pada siklus I ini dapat dilihat pada

lampiran 12 halaman 123.

d. Tahap Refleksi

Tindakan siklus I menghasilkan data dari hasil observasi, penilaian

proses, dan penilaian hasil tes kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat

bayangan cermin pada siswa kelas V SD Negeri I Waleng, kemudian

dianalisis dan direfleksi sebagai langkah pengambilan tindakan untuk

siklus berikutnya.

Nilai tes kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin

siswa pada siklus I mengalami kenaikan dibandingkan dengan nilai tes

awal siswa sebelum tindakan. Sebelum tindakan, dari 29 siswa dengan

nilai KKM ≥ 69, hanya 9 siswa (31,03%) yang nilainya mencapai KKM

dan 20 siswa (68,97%) lainnya belum mencapai KKM. Nilai terendah

pada tes sebelum tindakan adalah 20 dan nilai tertingginya 90. Pada

siklus I diketahui bahwa dari 29 siswa dengan nilai KKM yang sama, ada

18 siswa (62,07%) yang nilainya mencapai KKM dan 11 siswa (37,93%)

lainnya belum mencapai KKM. Nilai terendah pada siklus I adalah 19

dan nilai tertingginya 92. Hasil perolehan nilai tes kemampuan

mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin siswa pada siklus I dapat

dilihat pada tabel 4.3 dan gambar 4.3.

Page 91: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Mengidentifikasi

Sifat-sifat Bayangan Cermin oleh Siswa pada Siklus I

No. Interval

Nilai

Frekuensi

(fi)

Nilai Tengah

(xi) fixi

Persentase

(%) Keterangan

1. 19-31 1 25 25 3,45% Tidak Tuntas

2. 32-44 0 38 0 0% Tidak Tuntas

3. 45-57 5 51 255 17,24% Tidak Tuntas

4. 58-70 6 64 384 20,69% 1 Tuntas

5 Tidak Tuntas

5. 71-83 10 77 770 34,48% Tuntas

6. 84-96 7 90 630 24,14% Tuntas

Jumlah 29 2064 100%

Nilai Rata-rata Kelas = 2064 : 29 = 71,17

Ketuntasan Klasikal = 18 : 29 x 100% = 62,07%

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui jumlah siswa yang tuntas

pada kondisi awal sebanyak 9 siswa dan meningkat pada siklus I menjadi

sebanyak 18 siswa. Ketuntasan klasikal pada siklus I meningkat dari

31,03% menjadi sebesar 62,07%. Nilai rata-rata kelas pun meningkat dari

57,56 menjadi 71,17. Data pada tabel 4.3 dapat disajikan dalam bentuk

grafik pada gambar 4.3.

Page 92: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Gambar 4.3. Grafik Nilai Tes Kemampuan Mengidentifikasi Sifat-sifat

Bayangan Cermin oleh Siswa pada Siklus I.

Berdasarkan data observasi yang diperoleh dari siklus I ditemukan

kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki oleh guru, yaitu:

1) Bagi Guru

a) Penerapan model Group Investigation (GI) dalam pembelajaran

sifat-sifat bayangan pada cermin pada pertemuan I dan

pertemuan II, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaannya

belum maksimal. Dalam pemilihan subtopik yang akan

dipelajari, guru masih mendominasi. Maksudnya, setiap

kelompok yang memilih satu jenis cermin itu masih belum

memilih secara mandiri tetapi dengan bimbingan dari guru.

b) Guru kurang mampu menguasai kelas dengan baik, hal ini

terbukti dengan adanya siswa yang ramai sendiri ketika

1 0

5

6

10

7

0

2

4

6

8

10

12

19-31 32-44 45-57 58-70 71-83 84-96

FR

EK

UE

NS

I

INTERVAL NILAI

Page 93: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

berdiskusi dengan kelompoknya. Kerjasama antarkelompok juga

masih kurang.

c) Guru kurang mampu memberikan pesan yang menarik dan

motivasi, serta penguatan/penghargaan pada siswa yang

mengakibatkan siswa kurang antusias saat mengikuti

pembelajaran.

2) Bagi Siswa

a) Pada siklus I, dari 29 siswa diketahui ada 24 siswa (82,76%)

sudah aktif dalam mengikuti pembelajaran dan 5 siswa (17,24%)

lainnya masih kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Hal

itu berdasarkan rata-rata observasi tiap pertemuan. Pada

pertemuan I, ada 23 siswa (79,31%) sudah aktif dalam

mengikuti pembelajaran dan 6 siswa (20,69%) lainnya masih

kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Pada pertemuan II,

ada 25 siswa (86,21%) sudah aktif dalam mengikuti

pembelajaran dan 4 siswa (13,79%) lainnya masih kurang aktif

dalam mengikuti pembelajaran.

b) Pada siklus I, dari 29 siswa diketahui 19 siswa (65,52%) yang

sudah memiliki kekompakan dalam berdiskusi dan 10 siswa

(34,48%) lainnya kurang kompak dalam berdiskusi. Hal itu

berdasarkan rata-rata observasi tiap pertemuan. Pada pertemuan

I, ada 18 siswa (62,07%) yang sudah memiliki kekompakan

dalam berdiskusi dan 11 siswa (37,93%) lainnya kurang kompak

dalam berdiskusi. Pada pertemuan II, ada 20 siswa (68,97%)

yang sudah memiliki kekompakan dalam berdiskusi dan 9 siswa

(31,03%) lainnya kurang kompak dalam berdiskusi.

c) Pada siklus I, dari 29 siswa diketahui 22 siswa (75,86%) yang

sudah mandiri dalam mengerjakan soal evaluasi individu dan 7

siswa (24,14%) lainnya belum mengerjakan soal evaluasi

individu secara mandiri. Hal itu berdasarkan rata-rata observasi

Page 94: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

tiap pertemuan. Pada pertemuan I, ada 21 siswa (72,41%) yang

sudah mandiri dalam mengerjakan soal evaluasi individu dan 8

siswa (27,59%) lainnya belum mengerjakan soal evaluasi

individu secara mandiri. Pada pertemuan II, ada 22 siswa

(75,86%) yang sudah mandiri dalam mengerjakan soal evaluasi

individu dan 7 siswa (24,14%) lainnya belum mengerjakan soal

evaluasi individu secara mandiri.

d) Pada siklus I, dari 29 siswa diketahui 22 siswa (75,86%) yang

sudah tepat waktu dan 7 siswa (24,14%) lainnya belum tepat

waktu. Hal itu berdasarkan rata-rata observasi tiap pertemuan.

Pada pertemuan I, ada 22 siswa (75,86%) yang sudah tepat

waktu dan 7 siswa (24,14%) lainnya belum tepat waktu. Pada

pertemuan II juga terdapat kesamaan dengan pertemuan I, yaitu

ada 22 siswa (75,86%) yang sudah tepat waktu dan 7 siswa

(24,14%) lainnya belum tepat waktu.

e) Ketuntasan klasikal pada siklus I belum mencapai target 80%.

Siswa yang tuntas hanya 18 siswa (62,07%). Siswa yang belum

tuntas sebanyak 11 siswa (37,93%).

Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut di atas, peneliti

mencari alternatif pemecahan masalah sebagai berikut:

1) Guru perlu merencanakan pembelajaran yang menyenangkan,

sehingga siswa tidak merasa jenuh.

2) Dalam penerapan model Group Investigation (GI) pada tahap seleksi

subtopik materi yang akan dipelajari, guru hendaknya memberikan

kebebasan penuh kepada siswa untuk memilihnya sendiri.

3) Sebelum memulai pembelajaran, guru membuat perjanjian dengan

siswa dengan hukuman yang akan diberikan pada siswa yang ramai,

sehingga guru dapat menguasai kelas dengan baik.

4) Guru memberikan motivasi kepada siswa tentang penghargaan yang

akan didapatkan bagi kelompok yang nilai hasil diskusinya paling

Page 95: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

baik, sehingga setiap siswa dalam kelompok akan berlomba untuk

mengikuti pembelajaran dengan baik. Dengan adanya penghargaan

untuk siswa, dapat meningkatkan keaktifan siswa saat pembelajaran,

kekompakan siswa dalam diskusi kelompok, kemandirian siswa

dalam mengerjakan soal evaluasi individu, serta meningkatkan

ketepatan waktu dalam mengerjakan soal evaluasi.

2. Tindakan Siklus II

Tindakan siklus II dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dalam

satu minggu, tepatnya dilaksanakan pada tanggal 20 dan 21 April 2012.

Setiap pertemuan terdiri dari tiga jam pelajaran (3 x 35 menit). Ada beberapa

tahapan yang dilakukan pada siklus II, yaitu sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan

Berdasarkan hasil analisis dan refleksi pada siklus I, diketahui

bahwa kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin pada

siswa sudah meningkat. Meskipun demikian, peneliti masih ingin

melaksanakan tindakan siklus II karena peningkatan pada siklus I masih

belum mencapai target yang ditetapkan oleh peneliti dan agar lebih yakin

bahwa model Group Investigation (GI) memang dapat meningkatkan

kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin pada siswa

kelas V SD Negeri I Waleng Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri

tahuan ajaran 2011/2012. Oleh karena itu, kegiatan Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) ini dilanjutkan ke siklus II dengan harapan pada siklus II

dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan pada siklus I, sehingga tujuan

meningkatkan kemampuan mengidentifikasi sifati-sifat bayangan cermin

pada siswa melalui penerapan model Group Investigation (GI) akan lebih

maksimal.

Untuk mengatasi kekurangan pada siklus I, maka peneliti

menyusun tahap perencanaan yang meliputi kegiatan:

1) Identifikasi masalah pada siklus I dan menetapkan alternatif

pemecahan masalah.

Page 96: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

2) Menentukan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator

yang sesuai dengan materi sifat-sifat bayangan cermin silabus IPA

kelas V. Silabus dapat dilihat pada lampiran 17 halaman 159.

3) Penyusunan RPP yang sesuai dengan Standar Kompetensi,

Kompetensi Dasar, dan Indikator dengan menerapkan model Group

Investigation (GI). RRP dapat dilihat pada lampiran 18 halaman 160.

4) Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan dalam

pembelajaran. Media itu meliputi cermin datar, cermin cekung, dan

cermin cembung.

5) Menyiapkan perangkat pengambilan data (instrumen penelitian),

yaitu Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar soal evaluasi individu,

pedoman observasi terhadap peneliti yang berperan sebagai guru,

dan pedoman observasi aktivitas siswa.

b. Tahap Pelaksanaan/Tindakan

Pada tahap ini guru melaksanakan proses pembelajaran dengan

menerapkan model Group Investigation (GI) sesuai pada RPP yang telah

disusun pada tahap sebelumnya dan dapat dilihat pada lampiran 18

halaman 160. Siklus II dilaksanakan selama dua kali pertemuan, sebagai

berikut:

1) Pertemuan I

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jum’at, 20 April

2012 selama tiga jam pelajaran (3 x 35 menit) dengan materi

pembelajaran tentang sifat-sifat bayangan cermin. Guru mengawali

pembelajaran dengan berdoa, mengucapkan salam, memeriksa

kehadiran siswa (absensi), serta mengkondisikan kelas dan kesiapan

siswa mengikuti pembelajaran.

Pada kegiatan awal, guru menanyakan tentang jenis cermin

yang biasa digunakan untuk bercermin sebagai kegiatan apersepsi.

Guru mengajak siswa menyanyikan lagu “Sifat Bayangan Cermin”

Page 97: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

sebagai kegiatan orientasi pembelajaran. Guru juga menjelaskan

tujuan pembelajaran yang akan dicapai kepada siswa.

Proses pembelajaran dilanjutkan dengan kegiatan inti tahap

eksplorasi. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang jenis-

jenis cermin yang terdapat pada lagu yang telah dinyanyikan

sebelumnya. Siswa diminta mencari informasi dari berbagai sumber

yang ada di dalam kelas. Siswa diminta untuk memilih subtopik

materi yang akan dipelajari pada hari itu, yaitu dari sifat-sifat

bayangan cermin (seleksi topik). Guru memaparkan penjelasan

tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan itu dan siswa

menyimaknya.

Proses pembelajaran dilanjutkan dengan kegiatan inti tahap

elaborasi dengan membagi siswa menjadi enam kelompok yang

terdiri dari empat sampai lima orang. Setiap kelompok diberikan

Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi perintah percobaan dan

beberapa pertanyaan berkaitan dengan percobaan yang dilakukan.

Siswa menyimak penjelasan guru tentang hal-hal yang harus

dilakukan (merencanakan kerja sama). Selanjutnya siswa melakukan

percobaan tentang sifat-sifat bayangan cermin (implementasi), setiap

kelompok membahas tiga jenis cermin. Setiap kelompok diwajibkan

mengumpulkan data hasil percobaan untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang terdapat pada LKS (analisis dan sintesis). Setelah

selesai melakukan percobaan, setiap kelompok membuat laporan

hasil diskusi.

Kegiatan inti yang terakhir adalah tahap konfirmasi. Setiap

kelompok wajib mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas

secara bergantian dengan kelompok lain (penyajian hasil akhir).

Setiap kelompok akan dinilai sesuai dengan hasil diskusi yang

dilaporkan, kelompok terbaik akan mendapat bintang prestasi

(evaluasi selanjutnya). Selanjutnya, guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan kegiatan pembelajaran secara bersama-sama. Guru

Page 98: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal

yang belum dipahami. Jika sudah mengerti semua, maka kegiatan

dilanjutkan pada kegiatan akhir.

Pada kegiatan akhir, siswa diberi soal evaluasi individu yang

harus dikerjakan secara mandiri. Soal evaluasi individu ini

digunakan untuk mengukur sejauh mana pengetahuan yang telah

diterima siswa dalam pembelajaran. Siswa yang telah selesai,

mengumpulkan jawabannya pada guru untuk dikoreksi. Guru

mengajak siswa secara bersama-sama untuk membahas soal tersebut.

Guru memberikan motivasi kepada siswa agar tetap semangat dalam

belajar, sehingga mendapat nilai yang maksimal. Pelajaran diakhiri

oleh guru dengan mengucapkan salam penutup.

2) Pertemuan II

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 21 April 2012

selama tiga jam pelajaran (3 x 35 menit) dengan materi pembelajaran

tentang sifat-sifat bayangan cermin. Guru mengawali pembelajaran

dengan berdoa, mengucapkan salam, memeriksa kehadiran siswa

(absensi), serta mengkondisikan kelas dan kesiapan siswa mengikuti

pembelajaran.

Pada kegiatan awal, guru menanyakan tentang percobaan yang

telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya sebagai kegiatan

apersepsi. Guru mengajak siswa menyanyikan lagu “Sifat Bayangan

Cermin” sebagai kegiatan orientasi pembelajaran. Guru juga

menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai kepada siswa.

Proses pembelajaran dilanjutkan dengan kegiatan inti tahap

eksplorasi. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai

sifat-sifat bayangan dari tiga jenis cermin. Siswa menyebutkan sifat-

sifat bayangan dari cermin datar, cermin cekung, dan cermin

cembung. Siswa menyimak penjelasan guru tentang sifat-sifat

Page 99: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

bayangan cermin dan kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan

hari itu.

Proses pembelajaran dilanjutkan dengan kegiatan inti tahap

eksplorasi. Guru membagi siswa menjadi enam kelompok yang

terdiri dari empat sampai lima orang. Setiap kelompok mendapat

kebebasan untuk memilih salah satu jenis cermin yang akan

dipelajari (seleksi topik). Setiap kelompok mendapatkan Lembar

Kerja Siswa (LKS) yang berisi petunjuk pengerjaan dan beberapa

pertanyaan yang harus diisi. Siswa menyimak penjelasan dari guru

tentang LKS yang diberikan (merencanakan kerja sama). Siswa

diminta mendiskusikan satu jenis cermin (implementasi). Setiap

kelompok diwajibkan mengumpulkan data berdasarkan hasil

percobaan yang telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya sesuai

dengan jenis cermin yang telah dipilih. Data yang telah terkumpul,

kemudian digunakan untuk menjawab pertanyaan yang ada pada

LKS (analisis dan sintesis). Pertanyaan dalam LKS mencakup tujuan

dari percobaan yang dilakukan tentang jenis cermin yang dipilih, alat

dan bahan yang dibutuhkan, langkah-langkah percobaan yang harus

dilakukan, dan hal-hal yang diamati selama percobaan dilakukan.

Kegiatan inti yang terakhir adalah tahap konfirmasi. Setiap

kelompok wajib mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas

secara bergantian dengan kelompok lain (penyajian hasil akhir).

Setiap kelompok akan dinilai sesuai dengan hasil diskusi yang

dilaporkan, kelompok terbaik akan mendapat bintang prestasi

(evaluasi selanjutnya). Selanjutnya, guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan kegiatan pembelajaran secara bersama-sama. Guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal

yang belum dipahami. Jika sudah mengerti semua, maka kegiatan

dilanjutkan pada kegiatan akhir.

Pada kegiatan akhir, siswa diberi soal evaluasi individu yang

harus dikerjakan secara mandiri. Soal evaluasi individu ini

Page 100: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

digunakan untuk mengukur sejauh mana pengetahuan yang telah

diterima siswa dalam pembelajaran. Siswa yang telah selesai,

mengumpulkan jawabannya pada guru untuk dikoreksi. Guru

mengajak siswa secara bersama-sama untuk membahas soal tersebut.

Guru memberikan motivasi kepada siswa agar tetap semangat dalam

belajar, sehingga mendapat nilai yang maksimal. Pelajaran diakhiri

oleh guru dengan mengucapkan salam penutup.

c. Tahap Observasi

Pada tahap ini dilakukan pengamatan oleh peneliti terhadap

pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus II dengan

menerapkan model Group Investigation (GI). Peneliti pada tahap ini juga

mengajak guru kelas V untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran,

pengamatan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran, serta kinerja peneliti dalam mengajar. Selain itu, peneliti

juga meminta bantuan dari teman kuliah untuk merekam proses

pembelajaran serta dokumentasi dengan menggunakan kamera

digital.dari data observasi pada siklus II yang dilaksanakan selama dua

kali pertemuan diperoleh hasil observasi sebagai berikut:

1) Hasil Observasi Terhadap Peneliti yang Berperan sebagai Guru

Hasil observasi terhadap peneliti yang berperan sebagai guru

pada siklus II dapat dilihat pada lampiran 27 halaman 205.

Pengamatan yang dilakukan terhadap peneliti yang berperan sebagai

guru adalah mengenai pelaksanaan pembelajaran yang mencakup

hal-hal sebagai berikut:

a) Kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan pra

pembelajaran sudah cukup baik. Sebelum memulai

pembelajaran, guru telah mempersiapkan ruang kelas, alat dan

media pembelajaran dengan baik. Guru juga sudah memeriksa

kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran.

Page 101: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

b) Kemampuan guru dalam memberikan apersepsi, orientasi, dan

menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai sangat

baik. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan sebagai kegiatan

apersepsi, serta mengajak siswa menyanyikan lagu yang

berkaitan dengan materi pembelajaran sebagai kegiatan

orientasi.

c) Kemampuan guru dalam menyampaikan materi ajar sangan

baik. Guru menguasai materi ajar yang akan disampaikan. Guru

juga telah mengaitkan materi ajar dengan pengetahuan lain dan

kehidupan nyata siswa.

d) Guru sudah melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan

tujuan yang akan dicapai. Pembelajaran dari kegiatan pra

pembelajaran, kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir

dilaksanakan secara runtut dan sistematis. Keterampilan guru

dalam menguasai kelas sudah baik, serta guru telah mampu

mengaktifkan siswa dalam mengikuti pembelajaran.

e) Guru telah menggunakan media pembelajaran yang efektif dan

efisien. Guru juga telah melibatkan siswa secara aktif dalam

penggunaan media pembelajaran.

f) Guru menumbuhkan partisipasi aktif siswa dengan baik selama

proses pembelajaran berlangsung. Kemampuan guru

membangun hubungan yang baik antarindividu dalam diskusi

kelompoknya sangat baik. Kekompakan dari setiap kelompok

semakin tinggi. Guru juga telah bersikap terbuka terhadap

respon siswa serta telah menumbuhkan motivasi siswa untuk

mengikuti pembelajaran.

g) Kemampuan guru dalam memantau kemajuan belajar siswa

sangat baik. Guru memberikan nilai bagi kinerja setiap

kelompok serta mengamati aktivitas setiap siswa.

h) Kemampuan guru berkomunikasi dengan siswa, baik secara

lisan maupun tulisan sudah baik. Guru menggunakan bahasa

Page 102: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

yang mudah dipahami oleh siswa. Guru juga sudah

menyampaikan pesan atau motivasi dengan gaya yang sesuai.

i) Kemampuan guru dalam menyimpulkan proses pembelajaran

(refleksi) dengan melibatkan siswa sudah baik. Guru juga telah

membimbing siswa untuk mengerjakan soal evaluasi secara

individu.

2) Hasil Observasi Terhadap Siswa

Hasil pengamatan pada aktivitas siswa pada siklus II dapat

dilihat pada lampiran 22 dan 23 pada halaman 191 dan 192. Pada

siklus II, secara keseluruhan aktivitas siswa saat mengikuti

pembelajaran IPA materi sifat-sifat bayangan cermin sudah sangat

baik. Persentase observasi aktivitas siswa pada siklus II ini dapat

dilihat pada tabel 4.4 dan gambar 4.4.

Tabel 4.4. Data Persentase Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II

No. Aspek yang

Dinilai

Pertemuan I Pertemuan II Rata-rata

Siklus II

Siswa

(orang) %

Siswa

(orang) %

Siswa

(orang) %

1. Keaktifan

siswa dalam

proses

pembelajaran

26 89,66% 29 100% 28 96,55%

2. Kekompakan

dalam diskusi

kelompok

27 82,21% 29 100% 27 93,10%

3. Kemandirian

mengerjakan

soal evaluasi

individu

23 79,31% 24 82,76% 24 82,76%

4. Ketepatan

waktu 24 82,76% 29 100% 27 93,10%

Page 103: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Dari data pada tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa tingkat

persentase aktivitas siswa pada siklus II. Kemudian untuk lebih

jelasnya lagi, data tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik.

Grafik tentang data persentase observasi aktivitas siswa pada siklus

II tersebut dapat dilihat pada gambar 4.4.

Gambar 4.4. Grafik Persentase Observasi Aktivitas Siswa pada

Siklus II

Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II dapat dilihat pada

lampiran 22 dan 23 halaman 191 dan 192. Dari data pada tabel 4.4

dan gambar 4.4 di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

97%

93%

83%

93%

75%

80%

85%

90%

95%

100%

Keaktifan

Siswa

Kekompakan

Kelompok

Kemandirian

Siswa

Ketepatan

Waktu

PE

RS

EN

TA

SE

ASPEK YANG DINILAI

Keaktifan

Siswa

Kekompakan

Kelompok

Kemandirian

Siswa

Ketepatan

Waktu

Page 104: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

a) Secara keseluruhan keaktifan siswa saat pembelajaran pada

siklus II sudah cukup baik. Dari 29 siswa kelas V, ada 28 siswa

(96,55%) yang aktif dalam pembelajaran dan 1 siswa (3,45%)

lainnya masih kurang aktif dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran. Hal tersebut dapat lebih dirinci lagi dalam tiap

pertemuan. Pada peremuan I, dari 29 siswa terdapat 26 siswa

(89,66%) yang aktif dalam pembelajaran dan 3 siswa (10,34%)

lainnya masih kurang aktif dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran. Sedangkan pada pertemuan II semua siswa, yaitu

29 siswa (100%) sudah aktif dalam.

b) Kekompakan dalam diskusi kelompok secara keseluruhan sudah

cukup baik. Sebagian besar siswa sudah kompak dalam

berdiskusi dengan kelompoknya. Dari 29 siswa kelas V, ada 27

siswa (93,10%) yang sudah memiliki kekompakan saat

berdiskusi dengan kelompoknya dan 2 siswa (6,90%) lainnya

belum memiliki kekompakan saat berdiskusi dengan

kelompoknya. Hal tersebut dapat lebih dirinci lagi dalam tiap

pertemuan. Pada pertemuan I, dari 29 siswa terdapat 25 siswa

(82,21%) yang sudah memiliki kekompakan saat berdiskusi

dengan kelompoknya dan 4 siswa (17,79%) lainnya belum

memiliki kekompakan saat berdiskusi dengan kelompoknya.

Sedangkan pada pertemuan II semua siswa yaitu 29 siswa

(100%) sudah memiliki kekompakan saat berdiskusi dengan

kelompoknya.

c) Kemandirian siswa dalam mengerjakan soal evaluasi individu

secara keseluruhan sudah baik, meskipun masih ada beberapa

siswa yang kurang percaya diri dalam mengerjakan soal dan

masih sering bertanya kepada guru. Dari 29 siswa kelas V, ada

24 siswa (82,76%) yang sudah mengerjakan soal evaluasi

individu secara mandiri dan 5 siswa (17,24%) lainnya masih

belum mengerjakan soal evaluasi secara mandiri. Hal tersebut

Page 105: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

dapat lebih dirinci lagi dalam tiap pertemuan. Pada pertemuan I,

dari 29 siswa terdapat 23 siswa (79,31%) yang sudah

mengerjakan soal evaluasi individu secara mandiri dan 6 siswa

(20,69%) lainnya masih belum mengerjakan soal evaluasi secara

mandiri. Sedangkan pada pertemuan II, dari 29 siswa terdapat

24 siswa (82,76%) yang sudah mengerjakan soal evaluasi

individu secara mandiri dan 5 siswa (17,24%) lainnya masih

belum mengerjakan soal evaluasi secara mandiri.

d) Secara keseluruhan ketepatan waktu siswa dalam mengerjakan

soal evaluasi individu pada siklus I sudah cukup baik. Dari 29

siswa kelas V, 27 siswa (93,10%) yang sudah tepat waktu dan 2

siswa (6,90%) lainnya belum tepat waktu. Hal tersebut dapat

lebih dirinci lagi dalam tiap pertemuan. Pada pertemuan I, dari

29 siswa terdapat 24 siswa (82,76%) yang sudah tepat waktu

dan 5 siswa (17,24%) lainnya belum tepat waktu. Sedangkan

pada pertemuan II semua siswa, yaitu 29 siswa (100%) tepat

waktu.

e) Berdasarkan nilai tes kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat

bayangan cermin pada siswa yang dilaksanakan pada setiap

akhir pembelajaran, diketahui bahwa dari 29 siswa, ada 26 siswa

(89,66%) yang nilainya telah mencapai KKM, yaitu ≥ 69.

Sedangkan 3 siswa (10,34%) lainnya belum mencapai nilai

KKM. Daftar nilai tes kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat

bayangan cermin siswa pada siklus II ini dapat dilihat pada

lampiran 13 halaman 124.

d. Tahap Refleksi

Berdasarkan hasil observasi, penilaian proses, dan penilaian akhir

kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin pada siswa,

peneliti menyimpulkan bahwa siklus II telah mencapai target penelitian

yang telah ditetapkan, yaitu ketuntasan klasikal sebesar 80% siswa

Page 106: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

nilainya mencapai KKM ≥ 69. Ketuntasan awal hanya 31,03%, kemudian

meningkat pada siklus I menjadi 62,07%, dan pada siklus II mencapai

89,66%. Agar lebih jelas, maka hasil tes kemampuan mengidentifikasi

sifat-sifat bayangan cermin pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.5 dan

gambar 4.5.

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kemampuan Mengidentifikasi

Sifat-sifat Bayangan Cermin oleh Siswa pada Siklus II

No. Interval

Nilai

Frekuensi

(fi)

Nilai Tengah

(xi) fixi

Persentase

(%) Keterangan

1. 28-38 1 33 33 3,45% Tidak Tuntas

2. 39-49 0 44 0 0% Tidak Tuntas

3. 50-60 2 55 110 6,90% Tidak Tuntas

4. 61-71 3 66 198 10,34% Tuntas

5. 72-82 14 77 1078 48,28% Tuntas

6. 83-93 9 88 792 31,03% Tuntas

Jumlah 29 2211 100

Nilai Rata-rata Kelas = 2211 : 29 = 76,24

Ketuntasan Klasikal = 26 : 29 x 100% = 89,66%

Dari tabel 4.5 diketahui ketuntasan klasikal tentang kemampuan

mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin pada siswa kelas V SD

Negeri I Waleng Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri tahun ajaran

2011/2012 pada siklus II lebih meningkat dibanding dengan siklus I.

Pada siklus I ketuntasan klasikal sebesar 62,07%, kemudian meningkat

pada siklus II menjadi sebesar 89,66%. Nilai rata-rata klasikalnya juga

meningkat dari 71,17 menjadi 76,24. Data pada tabel 4.5 di atas dapat

dijelaskan dengan menggunakan grafik. Grafik tentang tes kemampuan

mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin pada siklus II tersebut dapat

disajikan pada gambar 4.5.

Page 107: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Gambar 4.5. Grafik Hasil Tes Kemampuan Mengidentifikasi Sifat-

sifat Bayangan Cermin oleh Siswa pada Siklus II

Berdasarkan hasil penelitian pada siklus II, diketahui bahwa nilai

rata-rata kelas tentang kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bayangan

cermin pada siswa dengan menerapkan model Group Investigation (GI)

sudah melebihi nilai KKM ≥ 69. Nilai ketuntasan klasikalnya juga sudan

mencapai target penelitian, yaitu 89,66% siswa mencapai nilai KKM.

Aktivitas siswa juga telah meningkat dibandingkan dengan aktivitasi

siswa pada siklus I. Bertolak dari hasil penelitian pada siklus II ini, maka

penelitian telah berhasil dan dianggap cukup. Oleh karena itu, penelitian

ini diakhiri pada siklus II.

Dengan menganalisis semua data yang diperoleh selama penelitian,

diketahui bahwa ada 3 siswa (10,34%) belum tuntas. Ketiga siswa

tersebut selama proses pembelajaran tergolong siswa yang sering

berbicara sendiri, siswa yang kurang aktif, serta siswa yang memiliki

0

1 0 2

3

14

9

0

2

4

6

8

10

12

14

16

28-38 39-49 50-60 61-71 72-82 83-93

PE

RS

EN

TA

SE

INTERVAL NILAI

Page 108: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

keterlambatan dalam belajar. Sikap yang ada pada diri masing-masing

siswa tersebut mengakibatkan nilai tes yang diperoleh belum mencapai

KKM, sehingga kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bayangan pada

siswa tersebut juga masih rendah. Untuk selanjutnya rendahnya

kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bayangan pada ketiga siswa

tersebut diharapkan dapat ditingkatkan oleh peneliti lainnya yang

melakukan penelitian yang sama dengan penelitian ini.

D. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dari pengolahan data yang

ada, dinyatakan bahwa pembelajaran IPA dengan menerapkan model Group

Investigation (GI) dapat meningkatkan kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat

bayangan cermin pada siswa kelas V SD Negeri I Waleng Kecamatan Girimarto

Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 2011/2012. Hal itu dapat dilihat dari data hasil

observasi terhadap aktivitas siswa dan juga dari data hasil tes kemampuan

mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin. Hasil observasi aktivitas siswa

menunjukkan peningkatan pada siklus I dan siklus II sebagai berikut:

1. Pada siklus I, diketahui ada 24 siswa (82,76%) sudah aktif saat pembelajaran.

19 siswa (65,52%) yang sudah memiliki kekompakan saat berdiskusi dengan

kelompoknya, 22 siswa (75,86%) sudah mandiri dalam mengerjakan soal

evaluasi individu, serta 22 siswa (75,86%) sudah tepat waktu dalam

mengerjakan soal evaluasi individu.

2. Pada siklus II, diketahui ada 28 siswa (96,55%) sudah aktif saat

pembelajaran. 27 siswa (93,10%) yang sudah memiliki kekompakan saat

berdiskusi dengan kelompoknya, 24 siswa (82,76%) sudah mandiri dalam

mengerjakan soal evaluasi individu, serta 27 siswa (93,10%) sudah tepat

waktu dalam mengerjakan soal evaluasi individu.

Hasil observasi aktivitas siswa terbukti mengalami peningkatan.

Perbandingan hasil observasi aktivitas siswa kelas V SD Negeri I Waleng

Page 109: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri tahun ajaran2011/2012 pada siklus I

dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.6 dan gambar 4.6.

Tabel 4.6. Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I dan Siklus

II

No. Aspek yang Dinilai

Siklus I Siklus II

Siswa

(orang) %

Siswa

(orang) %

1. Keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran 24 82,76% 28 96,55%

2. Kekompakan dalam diskusi

kelompok 19 65,52% 27 93,10%

3. Kemandirian mengerjakan soal

evaluasi individu 22 75,86% 24 82,76%

4. Ketepatan waktu 22 75,86% 27 93,10%

Tabel 4.6 tersebut menunjukkan perbandingan persentase hasil observasi

aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II. Dari tabel 4.6 di atas, dapat dibuat

grafik perbandingan tentang persentase hasil observasi aktivitas siswa pada siklus

I dan siklus II. Grafik tersebut disajikan pada gambar 4.6.

Page 110: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Gambar 4.6. Grafik Perbandingan Persentase Hasil Observasi Aktivitas Siswa

pada Siklus I dan Siklus II

Data hasil tes kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin

pada siswa kelas V SD Negeri I Waleng Kecamatan Girimarto Kabupaten

Wonogiri Tahuan Ajaran 2011/2012 juga menunjukkan peningkatan sebagai

berikut:

1. Pada data awal sebelum tindakan diketahui nilai terendah tes kemampuan

mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin yang diperoleh siswa adalah 20

dan nilai tertingginya 90. Sedangkan nilai rata-rata kelas adalah 57,56.

2. Pada siklus I nilai terendah tes kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat

bayangan cermin yang diperoleh siswa adalah 19 dan nilai tertingginya 92.

Sedangkan nilai rata-rata kelas adalah 71,17.

83%

66%

76% 76%

97% 93%

83%

93%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Keaktifan

Siswa

Kekompakan

Kelompok

Kemandirian

Siswa

Ketepatan

Waktu

PE

RS

EN

TA

SE

ASPEK YANG DINILAI

Siklus I

Siklus II

Page 111: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

3. Pada siklus II diketahui nilai terendah tes kemampuan mengidentifikasi sifat-

sifat bayangan cermin yang diperoleh siswa adalah 28 dan nilai tertingginya

88,5. Sedangkan nilai rata-rata kelas adalah 76,24.

Hasil tes belajar siswa tentang kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat

bayangan cermin yang diperoleh siswa terbukti mengalami peningkatan.

Perbandingan hasil tes belajar siswa kelas V SD Negeri I Waleng Kecamatan

Girimarto Kabupaten Wonogiri tahun ajaran 2011/2012 sebelum tindakan dan

setelah tindakan siklus I, dapat dilihat pada tabel 4.7 dan gambar 4.7.

Tabel 4.7. Perbandingan Ketuntasan Klasikal Kemampuan Mengidentifikasi

Sifat-sifat Bayangan Cermin oleh Siswa Sebelum Tindakan dan Siklus

I

Keterangan Data Awal Persentase

(%) Siklus I

Persentase

(%)

Jumlah siswa tuntas 9 siswa 31,03% 18 siswa 62,07%

Jumlah siswa tidak tuntas 20 siswa 68,97% 11 siswa 37,93%

Rata-rata kelas 57,56 100% 71,17 100%

Tabel 4.7 di atas menunjukkan perbandingan persentase data ketuntasan

klasikal sebelum tindakan dan sesudah tindakan siklus I. Dari tabel di atas, dapat

juga dibuat grafik perbandingan tentang persentase ketuntasan klasikal hasil tes

kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin siswa sebelum tindakan

dan setelah tindakan siklus I. grafik tersebut disajikan pada gambar 4.7.

Page 112: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Gambar 4.7. Grafik Perbandingan Persentase Ketuntasan Klasikal Kemampuan

Mengidentifikasi Sifat-sifat Bayangan Cermin oleh Siswa Sebelum

Tindakan dan Siklus I

Berdasarkan grafik 4.7 di atas diketahui bahwa ada peningkatan persentase

ketuntasan klasikal pada siklus I. Pada data awal hanya 9 siswa (31,03%) yang

nilainya sudah mencapai KKM. Kemudian pada siklus I meningkat menjadi 18

siswa (62,07%) yang nilainya sudah mencapai KKM.

Peningkatan ketuntasan klasikal juga terjadi pada siklus pada siklus II.

Perbandingan persentase ketuntasan klasikal siklus I dan siklus II dapat dilihat

pada tabel 4.8 dan gambar 4.8.

31%

62%

69%

38%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

Data Awal Siklus I

PE

RS

EN

TA

SE

Jumlah siswa tuntas Jumlah siswa tidak tuntas

Page 113: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Tabel 4.8. Perbandingan Ketuntasan Klasikal Kemampuan Mengidentifikasi

Sifat-sifat Bayangan Cermin oleh Siswa pada Siklus I dan Siklus II

Keterangan Siklus I Persentase

(%) Siklus II

Persentase

(%)

Jumlah siswa tuntas 18 siswa 62,07% 26 siswa 89,66%

Jumlah siswa tidak tuntas 11 siswa 37,93% 3 siswa 10,34%

Rata-rata kelas 71,17 100% 76,24 100%

Berdasarkan tabel 4.8 di atas, dapat diketahui adanya peningkatan

ketuntasan klasikal dari siklus I dan siklus II. Pada siklus I, ketuntasan klasikalnya

62,07% dan pada siklus II meningkat menjadi 89,66%. Data pada tabel 4.8

tersebut dapat dibuat grafik perbandingan persentase ketuntasan klasikal

kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin oleh siswa pada siklus I

dan siklus II. Grafik tersebut dapat dilihat pada gambar 4.8.

Page 114: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

Gambar 4.8. Grafik Perbandingan Persentase Ketuntasan Klasikal Kemampuan

Mengidentifikasi Sifat-sifat Bayangan Cermin oleh Siswa pada

Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan grafik di atas, diketahui bahwa ada peningkatan persentase

ketuntasan klasikal pada siklus II. Pada siklus I, diketahui ada 18 siswa (62,07%)

yang nilainya sudah mencapai KKM. Sedangkan pada siklus II jumlah siswa yang

tuntas mengalami peningkatan menjadi 26 siswa (89,66%) yang nilainya sudah

mencapai KKM.

Berdasarkan data awal, siklus I, dan siklus II juga dapat dilihat

perbandingan nilai terendah, nilai tertinggi, rata-rata nilai kelas, dan ketuntasan

klasikal. Hal itu dapat dijelaskan pada tabel 4.9 dan gambar 4.9.

62%

89%

38%

11%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Siklus I Siklus II

PE

RS

EN

TA

SE

Jumlah siswa tuntas Jumlah siswa tidak tuntas

Page 115: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Tabel 4.9. Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Tentang Kemampuan

Mengidentifikasi Sifat-sifat Bayangan Cermin oleh Siswa Sebelum

Tindakan, Siklus I, dan Siklus II

Keterangan Data Awal Siklus I Siklus II

Nilai Terendah 20 19 28

Nilai Tertinggi 90 92 88,5

Rata-rata Nilai Kelas 57,56 71,17 76,24

Ketuntasan Klasikal (%) 31,03% 62,07% 89,66%

Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa nilai terendah, nilai tertinggi, rata-

rata nilai kelas, dan ketuntasan klasikal meningkat mulai dari data awal, siklus I,

dan siklus II. Tabel 4.9 tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik. Grafik

perbandingan hasil tes belajar tentang kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat

bayangan cermin siswa sebelum tindakan, siklus I, dan siklus II dapat disajikan

pada gambar 4.9.

Page 116: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

Gambar 4.9. Perbandingan Hasil Tes Belajar Kemampuan Mengidentifikasi

Sifat-sifat Bayangan Cermin oleh Siswa Sebelum Tindakan, Siklus

I, dan Siklus II

Dari tabel 4.9 dan gambar 4.9 di atas terbukti bahwa kemampuan

mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin oleh siswa mengalami peningkatan

yang cukup signifikan. Hal itu terlihat dari peningkatan rata-rata nilai kelas dan

ketuntasan klasikal yang mengalami peningkatan mulai dari sebelum tindakan

meningkat pada siklus I dan lebih meningkat lagi pada siklus II. Selain itu,

aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar juga mengalami

peningkatan.

20

90

57,56

31,03

19

92

71,17

62,07

28

88,5

76,24

89,66

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Nilai

Terendah

Nilai

Tertinggi

Rata-rata

Nilai Kelas

Ketuntasan

Klasikal (%)

NIL

AI

Data Awal Siklus I Siklus II

Page 117: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

E. Pembahasan

Setelah melihat hasil penelitian yang disajikan dalam perbandingan

antarsiklus dapat diketahui bahwa kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat

bayangan cermin pada siswa kelas V SD Negeri I Waleng Girimarto Wonogiri

tahun ajaran 2011/2012 mengalami peningkatan. Hal ini dibuktikan dengan

adanya peningkatan dari kondisi awal ke siklus I dan siklus II. Pada kondisi awal,

kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin menunjukkan hasil yang

rendah (tabel 4.9). Dari 29 siswa dengan nilai KKM ≥ 69, hanya 9 siswa (31,03%)

yang sudah tuntas. Rata-rata nilai kelasnya sebesar 57,56.

Berdasarkan hasil pelaksanaan siklus I dan siklus II dapat dinyatakan bahwa

terjadi peningkatan kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin

melalui model Kooperatif tipe Group Investigation (GI). Hal tersebut dapat dilihat

pada rekapitulasi data pada tabel 4.10 sebagai berikut:

Tabel 4.10. Hasil Penelitian Kemampuan Mengidentifikasi Sifat-sifat

Bayangan

Cermin Melalui Model Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)

Pada

Siswa Kelas V SD Negeri I Waleng Tahun Ajaran 2011/2012

No. Aspek yang Diteliti

Hasil Penelitian

Pra

Siklus Siklus I Siklus II

1. Hasil kemampuan

mengidentifikasi sifat-sifat

bayangan cermin

a. Nilai Terendah

b. Nilai Tertinggi

c. Rata-rata Nilai Kelas

d. Ketuntasan Klasikal

20

90

57,56

9 siswa

(31,03%)

19

92

71,17

18 siswa

(62,07%)

28

88,5

76,24

26 siswa

(89,66%)

2. Hasil observasi aktivitas

siswa

a. Keaktifan Siswa

b. Kekompakan

Kelompok

c. Kemandirian Siswa

d. Keterpatan Waktu

-

-

-

-

24 siswa (82,76%)

19 siswa (65,52%)

22 siswa (75,86%)

22 siswa (75,86%)

28 siswa (96,55%)

27 siswa (93,10%)

24 siswa (82,76%)

27 siswa (93,10%)

Page 118: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Berdasarkan tabel 4.10 maka dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Nilai terendah siswa mengalami peningkatan yaitu pada pra siklus sebesar 20,

pada siklus I sebesar 19, dan pada siklus II sebesar 28.

2. Nilai tertinggi siswa mengalami peningkatan yaitu pada pra siklus sebesar 90,

pada siklus I sebesar 92, dan pada siklus II sebesar 88,5.

3. Pada data awal (pra siklus) rata-rata nilai kelas yang diperoleh siswa adalah

57,56, pada siklus I menjadi 71,17, dan meningkat lagi pada siklus II menjadi

76,24. Selain rata-rata nilai kelas, ketuntasan klasikal juga mengalami

peningkatan yaitu pada kondisi awal sebanyak 9 siswa (31,03%), kemudian

pada siklus I sebanyak 18 siswa (62,07%), dan meningkat lagi pada siklus

dua sebanyak 26 siswa (89,66%). Namun, ada 3 siswa (10,34%) yang belum

tuntas. Dari ketiga siswa yang tidak tuntas tersebut, diketahui 1 siswa

merupakan Anak Berkebutuhan Khusus dan 2 siswa lainnya merupakan siswa

yang kurang memperhatikan pembelajaran yang disampaikan oleh guru

karena lebih suka ramai sendiri.

4. Aktivitas siswa dalam pembelajaran pada setiap siklus meningkat. Hal ini

dapat dilihat dari jumlah siswa yang mengalami peningkatan yaitu pada siklus

I siswa yang aktif dalam pembelajaran sebanyak 24 siswa (82,76%) dan pada

siklus II meningkat menjadi sebanyak 28 siswa (96,55%). Berarti aspek

keaktifan siswa, terjadi peningkatan sebanyak 4 siswa (13,79%). Siswa yang

kompak dalam diskusi pada siklus I sebanyak 19 siswa (65,52%) dan pada

siklus II meningkat menjadi sebanyak 27 siswa (93,10%). Berarti dalam

aspek kekompakan kelompok, terjadi peningkatan sebanyak 8 siswa

(27,59%). Siswa yang mandiri dalam mengerjakan soal evaluasi individu

pada siklus I sebanyak 22 siswa (75,86%) dan pada siklus II meningkat

menjadi sebanyak 24 siswa (82,76%). Berarti dalam aspek kemandirian

siswa, terjadi peningkatan sebanyak 2 siswa (6,89%). Siswa yang tepat waktu

dalam mengerjakan soal evaluasi individu pada siklus I sebanyak 22 siswa

(75,86%) dan pada siklus II meningkat menjadi sebanyak 27 siswa (93,10%).

Berarti dalam aspek ketepatan waktu siswa, terjadi peningkatan sebanyak 5

siswa (17,24%).

Page 119: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Berdasarkan uraian di atas terbukti bahwa penerapan model Group

Investigation (GI) dapat meningkatkan kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat

bayangan cermin pada siswa kelas V SD Negeri I Waleng Kecamatan Girimarto

Kabupaten Wonogiri tahun ajaran 2011/2012. Hal itu dipengaruhi oleh langkah-

langkah penerapan model Group Investigation (GI), yaitu seleksi topik,

merencanakan kerja sama, implementasi, analisis dan sintesis, penyajian hasil

akhir, dan evaluasi selanjutnya. Dengan menerapkan keenam langkah tersebut

dalam pembelajaran, maka siswa akan lebih antusias untuk mengikuti

pembelajaran karena adanya tahap seleksi topik yang memungkinkan siswa bebas

memilih materi yang disukainya untuk selanjutnya dipelajari bersama

kelompoknya. Selain itu, materi sifat-sifat bayangan cermin tidak lagi diberikan

guru dengan cara menghafal atau teoritis saja tetapi diiberikan melalui praktik

langsung (percobaan). Melalui praktik langsung (percobaan), siswa dilatih

memecahkan berbagai permasalahan secara berkelompok.

Langkah-langkah penerapan model Group Investigation (GI) sesuai dengan

pendapat Sugiyanto (2009: 47-48) diterapkan dalam proses pembelajaran sifat-

sifat bayangan cermin dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Seleksi topik terlihat ketika guru meminta siswa memilih salah satu topik

bahasan yang akan dipelajari, seperti memilih materi pemantulan cahaya dari

beberapa sifat cahaya dan memilih cermin datar dari tiga jenis cermin pada

kegiatan inti tahap eksplorasi pada pembelajaran siklus I dan siklus II.

2. Merencanakan kerja sama terlihat ketika siswa saling berdiskusi dengan

bimbingan guru mengenai kegiatan-kegiatan apa saja yang harus dilakukan

selama diskusi kelompok berlangsung.

3. Implementasi terlihat ketika setiap kelompok mulai melakukan langkah-

langkah percobaan yang telah direncanakan pada tahap sebelumnya yang

sesuai dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) dari masing-masing kelompok.

4. Analisis dan sintesis terlihat ketika setiap kelompok mulai mengumpulkan

data hasil percobaan, kemudian dianalisis untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang terdapat pada LKS. Selanjutnya setiap kelompok membuat

laporan hasil diskusi.

Page 120: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

5. Penyajian hasil akhir terlihat ketika semua kelompok telah selesai melakukan

diskusi, setiap kelompok diminta untuk membacakan hasil diskusinya di

depan kelas secara bergantian dengan kelompok lain.

6. Evaluasi selanjutnya terlihat ketika semua kelompok telah selesai

membacakan hasil diskusinya di depan kelas, guru memberikan penilaian

kepada hasil kerja dari setiap kelompok dengan memberikan bintang prestasi.

Hasil wawancara dengan guru kelas V SD Negeri I Waleng Kecamatan

Girimarto Kabupaten Wonogiri juga membuktikan bahwa penerapan model

Group Investigation (GI) dapat meningkatkan kemampuan mengidentifikasi sifat-

sifat bayangan cermin. Menurut guru kelas V SD Negeri I Waleng, pembelajaran

menjadi lebih aktif dan menyenangkan karena semua siswa dapat berpartisipasi

secara aktif selama proses pembelajaran melalui kegiatan percobaan dan diskusi

kelompok. Hal itu membuat siswa menjadi lebih mudah menerima pengetahuan

tentang sifat-sifat bayangan cermin. Pada prinsipnya, model Group Investigation

(GI) diterapkan dalam pembelajaran untuk memudahkan siswa dalam

mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin tanpa harus menghafal teorinya.

Siswa hanya perlu aktif mengikuti setiap kegiatan pembelajaran melalui

percobaan-percobaan berdasarkan bimbingan guru. Hasil wawancara guru setelah

diterapkan model Group Investigation (GI) dapat dilihat pada lampiran 7 halaman

117.

Page 121: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

10

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilaksanakan dalam

dua siklus dapat disimpulkan bahwa model Group Investigation (GI) dapat

meningkatkan kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin pada

siswa kelas V SD Negeri I Waleng Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri

tahun ajaran 2011/2012. Bukti tersebut dapat dilihat pada hasil observasi aktivitas

siswa dan data nilai kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin

siswa yang menunjukkan peningkatan pada tiap siklus.

Data hasil observasi aktivitas siswa menunjukkan peningkatan. Hal itu

ditunjukkan berdasarkan rata-rata hasil observasi pada tiap pertemuan diketahui

bahwa aktivitas siswa pada siklus II lebih meningkat dibandingan siklus I. Pada

siklus I, persentase keaktifan siswa sebesar 82,76%, kekompakan dalam

kelompok sebesar 65,52%, kemandirian siswa mengerjakan soal evaluasi individu

sebesar 75,86%, dan ketepatan siswa dalam mengerjakan soal evaluasi individu

sebesar 75,86%. Pada siklus II, persentase keaktifan siswa sebesar 96,55%,

kekompakan dalam kelompok sebesar 93,10%, kemandirian siswa mengerjakan

soal evaluasi individu sebesar 82,76%, dan ketepatan siswa dalam mengerjakan

soal evaluasi individu sebesar 93,10%.

Data nilai tes kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin

siswa dengan nilai KKM ≥ 69 juga menunjukkan peningkatan. Hal itu

ditunjukkan berdasarkan data awal sebelum tindakan rata-rata nilai kelas siswa

hanya 57,56 dengan ketuntasan klasikal sebesar 31,03%. Kemudian pada siklus I,

rata-rata nilai kelas siswa meningkat menjadi 71,17 dengan ketuntasan klasikal

menjadi 62,07%. Pada siklus II, rata-rata nilai kelas meningkat lagi menjadi 76,24

dengan ketuntasan klasikal sebesar 89,66%. Sehingga hipotesis yang berbunyi

“penerapan model kooperatif tipe Group Investigasi (GI) diduga dapat

meningkatkan kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin pada

103

Page 122: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

siswa kelas V SD Negeri I Waleng Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri

Tahun Ajaran 2011/2012” terbukti.

B. IMPLIKASI

Penerapan model Group Investigation (GI) terbukti dapat meningkatkan

kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin pada siswa kelas V SD

Negeri I Waleng Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri tahun ajaran

2011/2012. Model Group Investigation (GI) merupakan salah satu model

pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan oleh setiap guru kelas dalam proses

pembelajaran. Model ini dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti

kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran menjadi menyenangkan karena dengan

menerapkan model Group Investigation (GI) dapat memberikan kebebasan

kepada siswa untuk memilih topik materi yang disukainya untuk dipelajari.

Pembelajaran dengan menerapkan model Group Investigation (GI) juga

mengajarkan pada siswa untuk membangun hubungan baik di kelas karena dalam

penerapannya diharuskan ada diskusi kelompok yang menuntut siswa mampu

berkomunikasi dengan baik dan bekerjasama dengan siswa lainnya. Siswa

diarahkan untuk mampu belajar secara berkelompok untuk menemukan dan

membangun pengetahuannya sendiri. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan

motivator saja. Pembelajaran yang demikian tersebut berdampak baik pada

kualitas proses dan kualitas hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka implikasi dari penelitian ini adalah model

Group Investigation (GI) dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan acuan

bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran IPA, khususnya untuk

meningkatkan kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin pada

siswa kelas V Sekolah Dasar dan tidak menutup kemungkinan bahwa model

Group Investigation (GI) dapat diterapkan dalam pembelajaran-pembelajaran

lainnya.

Page 123: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

C. SARAN

Berkaitan dengan simpulan dan implikasi di atas, maka peneliti dapat

memberikan saran-saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangkan, yaitu

sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

Sekolah sebaiknya selalu mengadakan pelatihan-pelatihan bagi guru

untuk dapat menerapkan berbagai model pembelajaran yang inovatif,

khususnya model Group Investigation (GI) agar dapat meningkatkan kualitas

kinerja guru dalam proses pembelajaran. Peningkatan kualitas kinerja guru

tersebut nantinya akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Sekolah sebaiknya juga mengusahakan tersedianya kelengkapan yang

mendukung proses pembelajaran, seperti buku-buku sebagai sumber belajar

materi sifat-sifat bayangan cermin, serta alat peraga/media pembelajaran

berupa lampu senter (baterai) dan tiga jenis cermin. Dengan demikian, guru

dapat dengan mudah menerapkan model Group Investigation (GI).

2. Bagi Guru

Guru sebaiknya selalu berupaya menerapkan model Group

Investigation (GI) sebagai tindak lanjut dari penelitian yang telah

dilaksanakan pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat bayangan cermin.

Guru juga harus mempersiapkan secara cermat perangkat pendukung

pembelajaran dan fasilitas belajar yang dibutuhkan seperti menyiapkan media

pembelajaran berupa tiga jenis cermin dan senter. Persiapan yang matang

tentang hal tersebut akan mempengaruhi efektifitas dan efisiensi

pembelajaran sifat-sifat bayangan cermin. Selain itu, guru juga perlu

memahami karakteristik, kepribadian, serta kemampuan siswa dalam proses

pembelajaran.

3. Bagi Siswa

Siswa harus lebih meningkatkan keaktifan dalam mengikuti setiap

kegiatan pembelajaran, seperti aktif bertanya, menjawab pertanyaan yang

Page 124: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

diberikan guru, serta aktif dalam kegiatan disksusi dan percobaan untuk

mengidentifikasi sifat-sifat bayangan cermin. Siswa juga harus mau

bekerjasama dengan siswa lain, terutama saat berdiskusi kelompok.

Kemandirian siswa dan ketepatan waktu dalam mengerjakan soal evaluasi

individu juga perlu ditingkatkan lagi. Dengan meningkatkan aktivitas dalam

proses pembelajaran yang menerapkan model Group Investigation (GI), maka

siswa akan mampu meningkatkan kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat

bayangan cermin.

4. Bagi Peneliti Lain

Peneliti lain dapat mengkaji permasalahan yang sama secara lebih

cermat, baik dalam hal pengkajian teori-teori berkaitan dengan model Group

Investigation (GI) maupun hal-hal lain yang menjadi kekurangan dalam

penelitian agar diperoleh hasil penelitian yang lebih baik lagi. Peneliti lain

juga dapat melanjutkan penelitian ini berkaitan dengan masih adanya tiga

siswa yang belum tuntas.

Page 125: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

10

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching. (2004).

(http://www.ied.edu.hk/apslft/download/v5_issues1_files/tsoimf.pdf)

diunduh tanggal 21 Maret 2012.

Aunurrahman. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Azmiyawati, C., Omegawati, W. H., & Kusumawati, R. (2008). IPA Salingtemas:

untuk Kelas V SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Desmita. (2008). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ernawati. (2011). Peningkatan Prestasi Belajar IPA Materi Tata Surya Melalui

Model Group Investigation Berbantuan TI Pada Siswa Kelas VI SD

Negeri Bangunreja 02 Tahun Pelajaran 2010/2011. Surakarta.

Hansen & Linden. (2002). (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/

30600/4/Chapter%2011.pdf) diunduh tanggal 21 Maren 2012.

Hawadi. (2002). (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30600/4/

Chapter%2011.pdf) diunduh tanggal 21 Maren 2012.

Herwinda, T. (2010). Penggunaan Metode Group Investigation (GI) untuk

Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita

Pokok Bahasan Perbandingan pada Siswa Kelas V SD Negeri Panularan

No. 06 Laweyan Surakarta. Surakarta.

Isjoni. (2010). Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.

Iskandar, S. M. (2001). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: Maulana.

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.

Bandung: Refika Aditama

Makmun, A. S. (2009). Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran

Modul. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rositawaty, S. & Muharam, A. (2008). Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam:

untuk Kelas V SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran. Bandung: Rajawali Press.

Page 126: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

Sajidan. (2012). Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta: UNS Press.

Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sapriati, A., Hartinawati, Sulaiman, M., Budiastra, K., Rockiyah, I., Rumanta, M.

et al. (2009). Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Slamet & Suwarto. (2007). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif.

Surakarta: UNS Press.

Sugiyanto. (2009). Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia

Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS

Sugiyono. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suhardjono. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukardjo, Subelo, M., Suwarni, Wahyuni, N. S., Purnomo, D., Aisyah, S. et al.

(2005). Ilmu Kealaman Dasar. Surakarta: UNS Press.

Sumardi, Y., Syulasmi, A., & Rumanta, M. (2008). Konsep Dasar IPA di SD.

Jakarta: Universitas Terbuka.

Sunarto & Hartono, A. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka

Cipta.

Sutrisno, L., Kresnadi, H., & Kartono. (2007). Pengembangan Pembelajaran IPA

SD. Jakarta: Depdiknas.

Suwandi, S. (2011). Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Surakarta: Yuma Pustaka.

Tim PGSD. (2007). Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: PGSD FKIP UNS.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi

Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

________. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Turkish Science Education. (2010). (http://www.tused.org/internet/tused/archive/

v7/i2/text/tusedv7i2s3.pdf) diunduh tanggal 21 Maret 2012.

Widodo, Prabandari, E., Subroto, Kamari, Aryanti, & Sunarti. (2004). Alamku

Sains 5. Jakarta: Bumi Aksara.