PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan...

175
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGGUNAAN PECAHAN DALAM MASALAH PERBANDINGAN DAN SKALA PADA SISWA KELAS V SDN 04 NGRINGO JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : Endah Erviana K7108036 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Juli 2012

Transcript of PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan...

Page 1: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGGUNAAN

PECAHAN DALAM MASALAH PERBANDINGAN

DAN SKALA PADA SISWA KELAS V SDN 04

NGRINGO JATEN KARANGANYAR

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Oleh :

Endah Erviana

K7108036

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Juli 2012

Page 2: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGGUNAAN

PECAHAN DALAM MASALAH PERBANDINGAN

DAN SKALA PADA SISWA KELAS V SDN 04

NGRINGO JATEN KARANGANYAR

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh :

Endah Erviana

K7108036

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Ilmu Pendidikan

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Juli 2012

Page 4: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRAK

Endah Erviana. PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGGUNAAN

PECAHAN DALAM MASALAH PERBANDINGAN DAN SKALA PADA

SISWA KELAS V SDN 04 NGRINGO JATEN KARANGANYAR TAHUN

PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta Juli 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan

penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala dengan

diterapkannya model experiential learning pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo,

Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini

dilaksanakan dalam bentuk siklus sebanyak dua siklus. Tiap siklus terdiri dari

tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Tiap siklus dilaksanakan

dalam dua pertemuan. Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas V SDN 04

Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012 berjumlah 34 orang yang

terdiri dari 1 guru kelas, 18 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki. Sumber data

dalam penelitian ini terbagi dalam sumber data primer dan sumber data sekunder.

Sumber data primer adalah guru dan siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten,

Karanganyar sedangkan sumber data sekunder adalah dokumen. Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi,

wawancara, tes, dan dokumen. Validasi data penelitian diuji dengan menggunakan

triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Data dianalisis dengan

menggunakan teknik analisis data model interaktif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan model

pembelajaran experiential learning dapat meningkatkan keterampilan penggunaan

pecahan dalam masalah perbandingan dan skala. Keterampilan siswa

menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala terlihat dari hasil

belajar yang diperoleh. Semakin terampil siswa maka semakin tinggi nilai yang

diperoleh. Pada kondisi awal/pratindakan, nilai rata-rata siswa adalah 54,40

dengan ketuntasan sebesar 21,21%. Setelah pelaksanaan tindakan, siklus I

menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa, nilai rata-rata siswa naik

menjadi 62,78 dengan ketuntasan sebesar 42,42 %. Hal yang serupa terjadi pada

siklus II yang memperlihatkan adanya peningkatan hasil belajar siswa, nilai rata-

rata siswa naik menjadi 79,19 dengan ketuntasan sebesar 81,81%.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, disimpulkan bahwa penerapan model

experiential learning dapat meningkatkan keterampilan penggunaan pecahan

dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo,

Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

Kata kunci: experiential learning, keterampilan, pecahan, perbandingan, skala

Page 7: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

ABSTRACT

Endah Erviana. APPLICATION OF EXPERIENTIAL LEARNING MODEL

TO IMPROVE SKILLS OF USING FRACTION IN RATIO AND SCALE

PROBLEMS OF GRADE V STUDENTS OF SDN 04 NGRINGO JATEN

KARANGANYAR ACADEMIC YEAR 2011/2012. Skripsi, Teacher Training

and Education Faculty of Sebelas Maret University Surakarta July 2012.

The objectives of this research is to increase the student’s skills in using

fraction in ratio and scale problems by applying experiential learning model in

SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar academic year 2011/2012.

This research is a Classroom Action Research (CAR). This research was

carry outs two cycles. Each cycle consisted of planning, action, observation and

reflection. Each cycle was handled in two meetings. The subjects of the research

were grade V students of SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar, academic year

2011/2012, which consisted of 33 students, 18 females and 15 males. The source

of data in this research was divided into two kinds, namely primary and secondary

data. Primary data were teacher and grade V students of SDN 04 Ngringo, Jaten,

Karanganyar and secondary ones were documents. The techniques of data

collection were observations, interviews, tests and documents. Data validity used

in this research were source of data triangulation and method triangulation. The

data were analyzed with interactive model of data analysis.

The result of the research shows that by applying experiential learning

model can improve student’s skills in using fraction in ratio and scale problems.

The skill improvement was based on the result of the test. The higher the student’s

skill, the higher score will they achieve. In pre-action-condition, the mean of

student’s score was 54,40 with passing grade of 21,21%. After taking action, first

cycle showed that student’s achievement improved. The mean of student’s score

improved becoming 54,40 with passing grade of 42,42%. The same condition

happened in second cycle which showed the improvement of student’s

achievement. The mean of student’s score improved becoming 79,19 with passing

grade of 81,81%.

Based on the result, it can be included that experiential learning model

can increase grade V student’s skills in using fraction in ratio and scale problems

in SDN 04 Ngringo academic year 2011/2012.

Key Words: experiential learning, skill, fraction, ratio, scale

Page 8: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

MOTTO

“Hidup ini tidaklah mudah.

Tidak mudah menyerah pada keadaan adalah hal terbaik dalam menghadapinya.”

(Karya sendiri)

“Saat lelah berlari maka berjalanlah.

Saat sudah tak mampu berjalan maka duduklah sejenak.

Kumpulkan semua tenaga dan berlarilah kembali.”

(Karya sendiri)

“Untuk menjadi orang yang besar diawali dengan langkah kecil.

Tiap hal sekecil apapun lakukanlah sebaik mungkin karena hal itu dapat

menghantarkan kesuksesan.”

(Karya sendiri)

“Hargai waktu yang kau miliki karena waktu tak bisa diputar kembali.

Setiap detik adalah kesempatan.”

(Karya sendiri)

“Teruslah memiliki mimpi walau tak semua mimpi akan jadi nyata.

Teruslah bermimpi walau harapan mulai pudar.

Teruslah bermimpi walau itu tak mudah diraih.

Mimpi akan membuat hidup lebih berarti.”

(Karya sendiri)

Page 9: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk:

“Keluarga”

Keluarga yang telah memberiku semangat dalam menjalani hidup ini.

Keluarga yang selalu dapat menerima setiap kekurangan yang kumiliki.

Keluarga yang senantiasa mendukung setiap langkah yang aku ambil.

Keluarga yang selalu menuntunku ke arah yang baik.

Keluarga yang selalu memberiku yang terbaik.

Terima kasih untuk semua keluargaku: ayahku, ibuku, kakak-kakakku, guru-

guruku, sahabat-sahabatku, teman-temanku, dan semua keluarga baru yang aku

miliki walaupun tanpa ikatan darah.

Page 10: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala

rahmat, nikmat, dan berkah yang senantiasa penulis peroleh sehingga skripsi

dengan judul PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGGUNAAN PECAHAN

DALAM MASALAH PERBANDINGAN DAN SKALA PADA SISWA

KELAS V SDN 04 NGRINGO JATEN KARANGANYAR TAHUN

PELAJARAN 2011/2012 dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini dapat terselesaikan bukan hanya karena kerja keras penulis

tetapi juga karena adanya bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai

pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

4. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd. selaku Pembimbing I, yang selalu memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Karsono, S.Sn. M.Sn. selaku Pembimbing II, yang senantiasa memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Sugiyarti, Ama. Pd. selaku kepala SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar yang

telah memberikan kesempatan dan tempat untuk pengambilan data penelitian

serta bimbingan dan masukan selama pelaksanaan penelitian.

7. Nurjanah, S.Pd. selaku guru kelas V SDN 04 Ngringo yang telah memberikan

waktu dan bantuan selama pelaksanaan penelitian.

8. Semua guru, staf, dan siswa SDN 04 Ngringo yang telah dengan tangan

terbuka menerima kehadiran penulis.

9. Ferawati Listyaningsih dan Ingke Permatasari, selaku rekan penulis dalam

penelitian dan telah melancarkan pelaksanaan penelitian.

10. Rekan-rekan mahasiswa PGSD FKIP UNS yang senantiasa mendukung

penulis.

Page 11: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

11. Semua pihak yang membantu dalam peyusunan skripsi ini yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap skripsi ini

dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

Page 12: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………………………………………………………….... i

HALAMAN PERNYATAAN…………………………………………………. ii

HALAMAN PENGAJUAN………………………………………………….... iii

HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………… iv

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………….. v

HALAMAN ABSTRAK……………………………………………………..... vi

HALAMAN ABSTRACT ……………………………………………………. vii

HALAMAN MOTTO………………………………………………………… viii

HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………….. ix

KATA PENGANTAR…………………………………………………….…. x

DAFTAR ISI………………………………………………………………….. xii

DAFTAR TABEL ……………………………………………………………. xiv

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………...... xv

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………. xvii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………………………….. 1

B. Rumusan Masalah……………………………………………………... 4

C. Tujuan Penelitian……………………………………………………… 4

D. Manfaat Penelitian……………………………………………………... 5

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka…………………………………………………………. 6

1. Hakikat model experiential learning……………………………… 6

2. Hakikat keterampilan penggunaan pecahan

dalam masalah perbandingan dan skala………………………….. 15

B. Hasil Penelitian Yang Relevan……………………………………….. 22

C. Kerangka Berpikir……………………………………………………. 24

D. Hipotesis Tindakan…………………………………………………… 26

Page 13: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………... 27

B. Subjek Penelitian……………………………………………………... 27

C. Sumber Data………………………………………………………….. 27

D. Pengumpulan Data…………………………………………………… 28

E. Uji Validasi Data……………………………………………………... 32

F. Analisis Data…………………………………………………………. 33

G. Indikator Kinerja Penelitian………………………………………….. 34

H. Prosedur Penelitian…………………………………………………… 35

BAB IV. HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pratindakan………………………………………………… 38

B. Deskripsi Hasil Tindakan Antarsiklus………………………………... 40

C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus…………………………… 64

D. Pembahasan…………………………………………………………... 68

BAB V. SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan……………………………………………………………… 72

B. Implikasi……………………………………………………………… 72

C. Saran …………………………………………………………………. 74

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 76

LAMPIRAN…………………………………………………………………… 79

Page 14: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Nilai Ulangan Harian Matematika

pada Materi Perbandingan dan Skala……………………………... 39

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa

pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus I Pertemuan 1………. 43

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa

pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus I Pertemuan 2………. 45

Tabel 4. 4. Distribusi Frekuensi Nilai Rata-rata Matematika Siswa

pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus I…………………….. 50

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa

pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus II Pertemuan 1…........ 56

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa

pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus II Pertemuan 2…..58

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Nilai Rata-rata Matematika Siswa

pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus II………… ………… 62

Tabel 4.8. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Pratindakan

dengan Distribusi Frekuensi Nilai Siklus I dan Siklus II.………… 65

Tabel 4.9. Perbandingan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Pratindakan

dengan Persentase Ketuntasan Belajar Siklus I dan Siklus II……... 66

Page 15: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Proses pembelajaran dalam experiential learning

(Kolb,1984: 33) ……………………………………………… ... 12

Gambar 2.2. Kerangka Berpikir ……………………………………….……… 25

Gambar 3.1. Teknik analisis data model interaktif

diadaptasi dari Miles & Huberman (2009: 20)………………….. 34

Gambar 3.2. Tahap pelaksanaan penelitian

diadaptasi dari Arikunto (2008: 16 ) …………………………..... 37

Gambar 4.1. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Ulangan Harian Matematika

Materi Perbandingan dan Skala. ………………………………… 39

Gambar 4.2. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa

pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus I Pertemuan 1……... 44

Gambar 4.3. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa

pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus I Pertemuan 1……... 46

Gambar 4.4. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Rata-rata Matematika Siswa

pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus I.……....................... 52

Gambar 4.5. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa

pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus II Pertemuan 1……. 56

Gambar 4.6. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa

pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus II Pertemuan 1……. 58

Gambar 4.7. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Rata-rata Matematika Siswa

pada materi perbandingan dan skala siklus II.……………........... 63

Gambar 4.8. Grafik Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Pratindakan

dengan Distribusi Frekuensi Nilai Siklus I dan Siklus II………... 65

Gambar 4.9. Grafik Perbandingan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar

Pratindakan dengan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I

dan Siklus II.………… …………………………………………. 67

Page 16: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

Gambar 4.10. Grafik Perbandingan Rata-Rata Nilai Siswa dan Persentase

Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Tahap Pratindakan, Siklus I,

dan Siklus II. ………………………………………………….68

Page 17: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Jadwal Kegiatan Penelitian di SDN 04 Ngringo Jaten Karanganyar….79

2. Silabus……………………………………………………………………. 80

3. Nilai Ulangan Harian Matematika Materi Perbandingan

dan Skala Siswa Kelas V SDN 04 Ngringo……………………………… 81

4. Pedoman Wawancara Guru Mengenai Pembelajaran

Sebelum Penelitian Tindakan Kelas……………………………………… 82

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)………………………………. 85

6. Lembar Observasi Guru Mengajar……………………………………….. 93

7. Lembar Observasi Aktivitas Siswa……………………………………….. 95

8. Analisis Ketuntasan Hasil Evaluasi Siklus I Pertemuan 1………………... 96

9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)……………………………….. 97

10. Lembar Observasi Guru Mengajar………………………………………. 108

11. Lembar Observasi Aktivitas Siswa……………………………………… 109

12. Analisis Ketuntasan Hasil Evaluasi Siklus I Pertemuan 2………………. 111

13. Analisis Ketuntasan Rata-Rata Hasil Evaluasi Siklus I…………………. 112

14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)……………………………… 113

15. Lembar Observasi Guru Mengajar………………………………………. 123

16. Lembar Observasi Aktivitas Siswa……………………………………… 124

17. Analisis Ketuntasan Hasil Evaluasi Siklus II Pertemuan 1……………… 126

18. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)……………………………… 127

19. Lembar Observasi Guru Mengajar………………………………………. 137

20. Lembar Observasi Aktivitas Siswa……………………………………… 138

21. Analisis Ketuntasan Hasil Evaluasi Siklus II Pertemuan 2……………… 140

22. Analisis Ketuntasan Rata-Rata Hasil Evaluasi Siklus II………………… 141

23. Rekapitulasi Nilai Siswa………………………………………………… 142

24. Pedoman Wawancara Guru Mengenai Penerapan Model Pembelajaran

Experiential Learning…………….……………………………………… 143

25. Foto Pelaksanaan Pembelajaran Model Experiential Learning…………. 145

Page 18: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika adalah disiplin ilmu yang di dalamnya termuat materi yang

mengkaji benda abstrak (benda pikiran). Kajian tersebut disusun dalam suatu

sistem aksiomatis dengan menggunakan simbol (lambang) dan penalaran deduktif

(Sutawijaya dalam Aisyah, 2007: 1-1). Menurut Hudoyo, Matematika berkenaan

dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur

secara logis sehingga Matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak

(Aisyah, 2007: 1-1). Menurut Soedjadi, matematika memiliki objek tujuan

abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif (Heruman,

2007: 1). Dari uraian-uraian pendapat di atas dapat dirumuskan bahwa

Matematika merupakan disiplin ilmu yang mengkaji objek abstrak dan

berdasarkan kesepakatan yang telah disetujui bersama.

Matematika cenderung sulit dipelajari oleh siswa pada tingkat sekolah

dasar apabila dalam pembelajaran masih menggunakan penjelasan dengan

konsep-konsep yang abstrak. Hal ini disebabkan karena tahap perkembangan

kognitif anak sekolah dasar masih berada dalam wilayah operasional kongkret.

Oleh sebab itu, dalam pembelajaran Matematika yang abstrak, siswa sekolah

dasar idealnya memerlukan alat bantu yang berupa media dan alat peraga. Media

dan alat peraga inilah yang diharapkan dapat memperjelas materi Matematika

yang disampaikan oleh guru.

Heruman mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran Matematika harus

terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep

yang akan diajarkan. Dalam Matematika setiap konsep berkaitan dengan konsep

lain, dan suatu konsep menjadi prasyarat bagi konsep lain (2007: 4). Konsep-

konsep yang ada dalam matematika saling terkait satu dengan yang lain. Beberapa

konsep merupakan dasar bagi penguasaan konsep lainnya sehingga pengalaman

yang dimiliki siswa dapat menjadi pondasi bagi pembelajaran konsep selanjutnya.

Page 19: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

2

Sutawijaya berpendapat bahwa memahami konsep saja tidak cukup,

karena dalam praktik kehidupan sehari-hari siswa memerlukan keterampilan

Matematika. Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari keterampilan Matematika.

Setiap saat manusia senantiasa menerapkan konsep Matematika. Penguasaan

dalam penerapan konsep Matematika jauh lebih utama dari pada sekedar

memahami konsepnya. Artinya, penguasaaan konsep Matematika dianggap

bermasalah bila siswa tidak mampu menerapkannya untuk memecahkan persoalan

kehidupan sehari-hari yang dihadapi. (Aisyah, 2007: 1-1)

Berkaitan dengan masalah tersebut, terlihat bahwa di SDN 04 Ngringo

juga terjadi masalah dalam pembelajaran Matematika. Sebagian siswa kelas V

tahun pelajaran 2011/2012 mengaku bahwa Matematika itu sulit dan mereka

hanya dapat memahami sedikit dari penjelasan guru. Mereka sering hanya

meminta jawaban teman yang dianggap pandai saat mengerjakan soal ataupun

tugas Matematika. Hasilnya mereka yang kurang tertarik pada Matematika

semakin tertinggal prestasi dan pemahamannya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V Ibu Nurjanah,S.Pd.

diperoleh keterangan bahwa kompetensi dasar menggunakan pecahan dalam

masalah perbandingan dan skala merupakan materi yang sulit bagi siswa.

Dikatakan demikian karena pengalaman tahun pelajaran 2010/2011 sebagian

besar siswa tidak dapat mencapai KKM. Para siswa mengalami kesulitan

menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala sehingga nilai

mereka tidak mencapai KKM. (lampiran 4: 82)

Materi perbandingan dan skala pada kelas V merupakan dasar dari materi

perbandingan dan skala yang diajarkan pada kelas VI. Materi perbandingan dan

skala pada kelas VI lebih kompleks dan luas dari materi pada kelas V sehingga di

butuhkan pondasi yang mantap. Apabila siswa tidak dapat menguasai materi

perbandingan dan skala dengan baik pada kelas V maka mereka akan mengalami

kesulitan pada saat di kelas VI.

Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilaksanakan oleh guru pada

kompetensi dasar menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala,

sebanyak 78% dari 33 siswa kelas V SDN 04 Ngringo tahun pelajaran 2011/2012

Page 20: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

3

memperoleh nilai dibawah KKM. Nilai KKM untuk kompetensi dasar

menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala adalah 66. Siswa

yang dapat melampaui KKM ada 7 siswa dan sisanya sebanyak 26 siswa tidak

mencapai KKM (data dapat dilihat pada lampiran 3: 81).

Setelah dilakukan pengamatan pada proses pembelajaran diketahui

bahwa guru kelas V SDN 04 Ngringo belum menggunakan model pembelajaran

yang baik dalam proses belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar masih

didominasi kegiatan ceramah dalam proses belajar mengajar. Guru belum

menerapkan prinsip ngilmu iku kalakone kanthi laku (ilmu diperoleh dari

pengalaman).

Banyak siswa kelas V SDN 04 Ngringo belum terampil menggunakan

pecahan dalam masalah perbandingan dan skala. Lemahnya keterampilan

penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala dapat disebabkan

oleh banyak hal, di antaranya : minat siswa rendah karena mengganggap

matematika itu sulit, guru belum menggunakan media pembelajaran, atau guru

belum menerapkan model pembelajaran yang baik.

Dari kemungkinan beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya

keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala, salah

satu faktor penting adalah model yang digunakan. Untuk itu perlu alternatif

penggunaan model pembelajaran untuk menyampaikan materi tentang

perbandingan dan skala. Salah satu model pembelajaran alternatif yang dapat

diajukan disini yaitu model experiential learning.

Model experiential learning merupakan model pembelajaran yang

menekankan pentingnya pengalaman dalam pembelajaran. Model ini tidak hanya

melihat pembelajaran dari sisi kognitif ataupun tingkah laku yang muncul dari

siswa. Kolb (1984: 20) mengemukakan bahwa experiential learning theory

memandang pembelajaran secara holistik yang memadukan pengalaman, persepsi,

kognisi, dan tingkah laku (behavior). Dasar pandangan inilah yang membedakan

experiential learning dengan model pembelajaran yang lain.

Model experiential learning memandang pengetahuan sebagai bentuk

transformasi dari pengalaman. Model ini menekankan keterlibatan siswa secara

Page 21: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

4

langsung dalam pembentukan pengalamannya. Siswa mendapatkan pengalaman

dari materi yang dipelajari kemudian mengolah sendiri pengalamannya.

Pengalaman yang baru akan dikonstruksi sendiri oleh siswa dengan pengalaman

yang telah dimilikinya. Dengan demikian, pembelajaran yang dilaksanakan lebih

bermakna bagi siswa.

Model experiential learning memberikan kebebasan kepada siswa untuk

belajar dengan cara mereka karena setiap individu itu unik dan berbeda. Siswa

bebas membentuk pengetahuannya sendiri sesuai dengan pengalaman yang

dimilikinya. Pemberian kebebasan ini dapat membantu siswa apabila siswa dapat

memanfaatkannya dengan baik. Namun, bagi siswa yang tidak dapat

menggunakan kebebasan itu dengan baik maka dia malah akan tertinggal.

Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas peneliti tertarik untuk

menerapkan model experiential learning. Tujuan utama penelitian ini untuk

meningkatkan keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan

dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo tahun pelajaran 2011/2012.

Dengan adanya perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan dengan penerapan

model experiential learning diharapkan terjadi peningkatan keterampilan siswa.

Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif bagi guru untuk

memperbaiki proses pembelajaran yang dilaksanakannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka

permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan yaitu apakah penerapan model

experiential learning dapat meningkatkan keterampilan penggunaan pecahan

dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo

tahun pelajaran 2011/2012?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui peningkatan keterampilan penggunaan pecahan dalam

Page 22: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

5

masalah perbandingan dan skala dengan diterapkannya model experiential

learning pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo tahun pelajaran 2011/2012.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk ikut memberikan

sumbangan dalam mengembangkan model pembelajaran yang dapat

digunakan sebagai alternatif bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

1) Penelitian ini dapat meningkatkan keterampilan dan penguasaan materi

pada kompetensi dasar menggunakan pecahan dalam masalah

perbandingan dan skala.

b. Bagi Guru

1) Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan dalam memperbaiki

pembelajaran yang dikelola.

2) Hasil penelitian dapat membantu guru untuk mengembangkan diri

secara professional.

3) Hasil penelitian dapat meningkatkan rasa percaya diri.

4) Guru mendapat kesempatan untuk berperan dalam mengembangkan

pengetahuan dan keterampilan.

c. Bagi Sekolah

1) Hasil penelitian dapat memberi sumbangan positif terhadap kemajuan

sekolah.

2) Hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam

perbaikan proses dan hasil belajar siswa.

Page 23: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Hakikat Model Experiential Learning

Model adalah suatu kerangka berpikir yang dipakai sebagai panduan

untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan tertentu (Anitah,

2009: 45). Menurut Syah (2010: 186), model-model mengajar adalah blue print

mengajar yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan

tertentu pengajaran. Cetak biru (blue print) ini lazimnya dijadikan sebagai

pedoman perencanaan dan pelaksanaan pengajaran serta evaluasi belajar.

Sedangkan Winataputra berpendapat bahwa model pembelajaran adalah

kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,

dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para

pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran

(Sugiyanto, 2009: 3). Berdasarkan uraian tersebut, model pembelajaran dapat

dirumuskan sebagai serangkaian kerangka konseptual yang telah direncanakan

sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan dijadikan sebagai

pedoman dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar serta evaluasi belajar.

Guru idealnya menggunakan model pembelajaran yang baik saat

mengajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Banyak model pembelajaran

yang dapat dimanfaatkan oleh guru. Berbagai model pembelajaran yang

inovatif telah banyak dikembangkan di dunia pendidikan. Model pembelajaran

inovatif diyakini dapat meningkatkan kebermaknaan belajar siswa bila

dibandingkan dengan model konvensional.

Model pembelajaran inovatif lebih menekankan pada keaktifan siswa

dalam proses belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan pergeseran paradigma

pembelajaran dari teacher centered menjadi student centered. Banyak model

pembelajaran inovatif yang sedang berkembang saat ini dan salah satunya

adalah experiential learning.

Page 24: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

7

Model Experiential learning berasal dari kata experience dan

learning. Kata experience berarti pengalaman dan learning berarti belajar.

Menurut Kolb experiential learning merupakan model pembelajaran yang

menekankan pada pengalaman dan pengalaman sangat penting dalam proses

pembelajaran. Bahkan Kolb menegaskan “… the central role that experience

plays in the learning proses”. (Kolb, 1984: 20)

Rogers membagi belajar menjadi dua tipe yang saling bertentangan.

Dua tipe belajar tersebut dijelaskan sebagai berikut:

… The first type is very low in meaningfulness for the student because the

educational objectives are selected others; the condition of classroom

are chosen and arranged by the teacher or others: and the learning

experiences are presented in such a way that they may be meaningful to

the teacher or to experts in the particular field of study but have little

meaningfulness and relevance for the student. The second type is that of

significant, meaningful, experiential learning. the second type has a

quality of personal involvement, is self-initiated, tend to be pervasive in

its impact on the student, and its evaluated by the student as well as by

the teacher (Snelbecker, 1974: 153).

Menurut Rogers tipe pertama merupakan tipe belajar yang biasanya dianggap

konvensional. Tipe ini memberikan kewenangan kepada guru untuk

menentukan tujuan pembelajaran, mengatur kondisi kelas, dan menyampaikan

pengalaman belajar sesuai dengan keinginan guru walaupun tidak sesuai

dengan keinginan siswa, dengan cara yang mungkin bermakna bagi guru tetapi

kurang bermakna bagi siswa. Tipe yang kedua merupakan kondisi

pembelajaran yang penuh arti, penuh makna, dan experiential learning. Tipe

kedua ini melibatkan siswa, inisiatif sendiri, berpengaruh pada siswa dan

dievaluasi sendiri oleh siswa sebaik oleh guru. Menurut Rogers tipe kedua

lebih cocok dan dapat membantu pembelajaran lebih bermakna, berarti dan

experiential learning (Snelbecker, 1974: 153).

Sependapat dengan pandangan di atas, Kolb (1984: 38)

mendefinisikan belajar sebagai proses dimana pengetahuan diciptakan melalui

transformasi pengalaman (experience). Pengetahuan merupakan hasil

perpaduan antara memahami dan mentransformasi pengalaman. Kedua

pandangan tersebut beranggapan bahwa pengetahuan merupakan hasil

Page 25: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

8

pembentukan pengalaman. Pengalaman yang dimiliki seseorang dapat

menentukan pengetahuannya. Dalam pembelajaran, pengalaman yang dimiliki

siswa akan mampu membentuk pengetahuan siswa sebanyak pengalamannya.

Rogers bahkan beranggapan bahwa evaluasi juga harus dilakukan sendiri oleh

siswa sedangkan Kolb tidak mengutarakan hal itu.

Dari uraian di atas terlihat bahwa belajar merupakan kegiatan yang

seharusnya dialami siswa dengan penuh makna. Kebermakanaan ini dapat

dicapai dengan menggunakan tipe kedua dari tipe belajar rogers. Tipe belajar

kedua Rogers yang menekankan pada experiential learning seperti halnya

dengan Kolb. Kolb sendiri berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh

pengalaman. Pengalaman mempunyai kedudukan yang penting dalam proses

belajar. Pengalaman yang dialami siswa dapat lebih membekas dalam diri

siswa dari pada sekedar ceramah dari guru. Hal ini diperkuat lagi oleh pendapat

Kolb dan Kolb (tt: 39) “… students in the experiential learning classroom …

formed a better understanding of the concept thus successfully retaining

knowledge better than students in the lecture class.”

Pembelajaran yang konvensional kurang dapat membantu dalam

perkembangan siswa. Bahkan Rogers menjelaskan bahwa pembelajaran

konvensional tidak mempunyai efek atau memberi efek buruk pada siswa. Oleh

karena itu, dibutuhkan jenis pembelajaran yang dapat dimanfaatkan untuk

meningkatkan kebermaknaan belajar. Bagi Rogers “the valuable kind of

learning was that which involved self-discovery, self-appopriated, self-initiated

learning”. Pembelajaran yang bernilai adalah pembelajaran yang melibatkan

diri siswa sepenuhnya dalam proses belajar sehingga bermakna dan bernilai

bagi siswa (Snelbecker, 1974: 488).

Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan seharusnya melibatkan

siswa baik secara mental dan tindakan. Rogers menekankan keterlibatan siswa

secara penuh dalam proses pembelajaran baik dari segi perasaan maupun sikap

siswa. Untuk meciptakan keterlibatan seperti ini guru berperan membantu

siswa mengalami iklim emosional yang mengijinkan mereka untuk bebas

belajar. (Snelbecker, 1974: 488). Kebebasan belajar siswa salah satunya dapat

Page 26: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

9

terwadahi melalui model experiential learning. Model experiential learning

menekankan pada motivasi dan kesadaran siswa untuk belajar sebagai kunci

dalam menciptakan pembelajaran yang bermakna. Secara lebih jauh Rogers

berpendapat bahwa:

… Experiential learning can’t really take place until the person

recognizes some need for that learning. Thus instruction should be

scheduled and planned in accordance with the manner in which students

will quite likely confront problems in which they will need the respective

learnings. Once the student is a ware of a problem requiring learning,

the major role of instructor is to create a climate in which the student

will feel free and stimulated to learn (Snelbecker, 1974: 492).

Experiential learning terjadi apabila timbul kesadaran untuk belajar. Instruksi

disusun sesuai dengan gaya belajar siswa seolah-olah siswa sedang

menghadapi suatu masalah yang membutuhkan pembelajaran. Saat siswa sadar

sebuah masalah membutuhkan belajar peran utama guru adalah menciptakan

iklim yang memungkinkan siswa merasa bebas dan terstimulasi untuk belajar

(Snelbecker, 1974: 492). Dari pendapat Rogers terlihat bahwa guru bertugas

sebagai fasilitator untuk menciptakan keadaan yang membuat siswa termotivasi

untuk belajar dan menyadari pentingnya belajar. Melalui kesadaran dan

motivasi siswa mampu mengembangkan dirinya.

Uraian di atas memberikan gambaran mengenai pengertian

experiential learning. Baharuddin dan Wahyuni (2010: 165), mendefinisikan

experiential learning sebagai tindakan untuk mencapai sesuatu berdasarkan

pengalaman yang secara terus-menerus mengalami perubahan guna

meningkatkan keefektifan dari hasil belajar itu sendiri. Begitu juga dengan

Anitah (2009: 58) berpendapat bahwa paradigma yang mendasari jenis belajar

melalui pengalaman (experiential learning) adalah konstruktivistik. Dengan

paradigma ini, peserta didik belajar dengan mencocokkan pengetahuan dan

pengalaman baru dengan mengganti dan memperluas pengetahuan lama.

Experiential learning merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk

meningkatkan keefektifan dan hasil belajar melalui proses pembelajaran yang

berdasarkan pengalaman yang terus berkembang. Pengalaman yang dimiliki

seseorang selalu bertambah. Bertambahnya pengalaman seseorang akan

Page 27: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

10

mengubah struktur pengetahuan seseorang karena setiap pengalaman baru yang

muncul akan mengganti pengalaman yang lama. Pengetahuan siswa diperkaya

dengan berbagai pengalaman baru yang diperoleh.

Carver, King, Hannum, dan Flower melakukan penelitian mengenai

model pembelajaran dalam e-learning. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

penerapan model experiential learning dapat memperdalam, meningkatkan,

dan lebih bermakna bagi siswa. “When e-learning is designed to incorporate …

of experiential learning … the e-learning becomes deeper, richer, and more

meaningful to the students” (Carver, King, Hannum, dan Fowler, 2007: 250).

Kolb (1984: 21) mengemukakan bahwa experiential learning

bertujuan memberikan saran untuk memandang pembelajaran secara holistik.

Suatu pandangan yang memadukan pengalaman, persepsi, kognisi, dan

tingkah laku sebagai satu kesatuan yang utuh. Sedangkan menurut Baharuddin

dan Wahyuni (2010: 165) merujuk pada pendapat Johnson & Johnson, model

experiential learning bertujuan untuk mempengaruhi siswa melalui tiga cara.

Ketiga cara tersebut adalah mengubah struktur kognitif siswa, mengubah sikap

siswa, dan memperluas keterampilan-keterampilan siswa yang telah ada. Pada

intinya model experiential learning menginginkan pembelajaran yang

menunjang perkembangan siswa dari segi kognitif, afektif, dan psikomotor.

Sebelum model experiential yang dikemukakan Kolb terdapat model

pembelajaran yang membicarakan tentang pengalaman (experience). Ketiga

model itu menunjukkan ciri dari experiential learning yang kemudian

dijadikan dasar oleh Kolb. Merujuk pada tiga model proses experiential

learning yaitu Lewinian’s model, Dewey’s model, dan Peaget’s model, Kolb

mengungkapkan karakteristik dari experiential learning.

Kolb mengemukakan ada enam karakteristik experiential learning.

Keenam karakteristik inilah yang menjadi dasar bagi terbentuknya

pembelajaran. Penguasaan terhadap keenam karakteristik ini akan membantu

dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model experiential learning. Pertama,

belajar yang baik tersusun sebagai proses bukan hasil. Ide dibentuk dan

dibentuk kembali melalui pengalaman. Belajar dideskripsikan sebagai proses

Page 28: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

11

dimana konsep didapat dari pengalaman dan terus menerus diubah oleh

pengalaman. Kedua, belajar adalah proses yang berkelanjutan yang berakar

pada pengalaman. Belajar adalah proses yang berlangsung terus menerus yang

berakar pada pengalaman dan mempunyai peran penting dalam pendidikan.

Ketiga, proses belajar membutuhkan resolusi dari konflik antara dealektika

melawan cara adaptasi kepada dunia. Pengetahuan, keterampilan, dan sikap

yang baru dicapai melalui konfrontasi diantara empat gaya experiential

learning. Keempat, belajar adalah proses yang holistik dalam upaya adaptasi

terhadap dunia. Belajar merupakan proses utama dalam adaptasi yang

dilakukan oleh manusia. Kelima, dalam belajar terkandung proses pertukaran

antara orang dengan lingkungan. Keenam, belajar adalah proses menciptakan

ilmu pengetahuan (Kolb, 1984: 25 – 38).

Membicarakan lebih jauh mengenai efektivitas, Kolb memiliki

pandangan yang penting. Secara sederhana disebut sebagai empat jenis

kemampuan berbeda meliputi : concrete experience abilities (CE), reflective

observation abilities (RO), abstract conceptualization abilities (AC), dan

active experimentation (AE). Siswa harus terlibat secara penuh dalam

pengalaman baru (CE). Siswa harus mampu merefleksi dan mengamati

pengalamannya dari berbagai sudut pandang (RO). Siswa harus mampu

menciptakan konsep-konsep yang mengintegrasikan pengamatannya menjadi

teori yang logis (AC) dan siswa harus mampu menggunakan teori ini untuk

membuat keputusan dan memecahkan masalah (AE) (Kolb, 1984: 30).

Belajar dari pengalaman merupakan proses mengkonstruksi

pengetahuan yang melibatkan keterikatan diantara keempat jenis kemampuan

di atas. Proses ini dilukiskan dalam bentuk siklus belajar meliputi experiencing,

reflecting, thingking, dan acting yang tanggap terhadap situasi belajar dan yang

dipelajari. Concrete experience (experiencing) merupakan dasar bagi

observation and reflection (reflecting). Hasil reflecting diasimilasi dan disaring

dalam abstract conceptualization (thinking) kemudian dalam active

experimentation muncul implementasi yang baru (acting) (Kolb dan Yeganeh,

2011: 3).

Page 29: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

12

Kolb berpendapat bahwa Pebelajar secara terus menerus memilih

kelompok kemampuan pembelajaran tertentu dalam situasi pemebelajaran

tertentu. Menurutnya terdapat dua dimensi pokok dalam proses pembelajaran

ini. Pertama, pengalaman nyata disatu sisi dan konseptualisasi abstrak disisi

yang lain. Kedua, eksperimentasi aktif disatu sisi dan observasi reflektif disisi

yang lain. Dalam proses pembelajaran, seseorang dapat beralih dari pelaku

menjadi pengamat dan dari keterlibatan khusus menjadi bagian analitik umum.

Saat menghadapi suatu pembelajaran siswa akan memilih kemampuan tertentu.

Saat menghadapi situasi yang berbeda siswa mungkin akan memilih

kemampuan yang berbeda. Dalam proses pembelajaran siswa bebas untuk

memilih menjadi pelaku, pengamat, terlibat secara khusus ataupun analitik

umum (Kolb, 1984: 30 – 31).

Proses pembelajaran experiential learning dapat digambarkan sebagai

siklus seperti dibawah ini:

Gambar 2.1. Proses pembelajaran dalam experiential learning (Kolb, 1984: 33)

Dari gambar 2.1. dapat dibuat langkah – langkah pembelajaran model

experiential learning sebagai berikut:

concrete experience

reflective observation

abstract conceptualization

active

experimentation

Page 30: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

13

a. Concrete experience (pengalaman nyata)

b. Reflective observation (observasi reflektif)

c. Abstract conceptualization (konseptuaisasi abstrak)

d. Active experimentation (eksperimentasi aktif)

Pembelajaran experiential learning terjadi melalui empat tahap.

Pertama, pengalaman nyata. Dalam pengalaman nyata, siswa terlibat

sepenuhnya dalam pengalaman baru. Kedua, observasi reflektif. Siswa

merefleksi dan mengamati pengalamannya dari berbagai pandangan/segi.

Ketiga, konseptualisasi abstrak. Siswa harus mampu menciptakan konsep-

konsep yang mengintegrasikan pengamatannya menjadi teori yang logis.

Keempat, eksperimentasi aktif. Siswa harus mampu menggunakan teori ini

untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah. Keempat tahap ini

membentuk siklus. Menurut Thobroni dan Mustofa (2011: 160) yang merujuk

pada Kolb, sistem belajar seperti ini terjadi secara berkesinambungan dan

berlangsung tanpa disadari siswa.

Menurut Baharuddin dan Wahyuni (2010: 168), Experiential learning

merupakan model pembelajaran yang sangat memperhatikan perbedaan atau

keunikan yang dimiliki oleh siswa. Siswa merupakan individu yang berbeda

antara yang satu dengan yang lainnya. Setiap individu memiliki keunikan yang

tidak dimiliki individu lainnya. Seorang siswa mungkin memiliki pengalaman

berbeda dengan siswa lain. Masing-masing siswa juga mungkin memiliki gaya

belajar yang unik dan berbeda dengan yang lainnya. Oleh karena itu,

diperlukan sesuatu yang dapat mengakomodir perbedaan-perbedaan itu

terutama dalam pembelajaran. Keempat tahapan dalam experiential learning

dapat digunakan sebagai salah satu jalan untuk mengakomodasi perbedaan dan

keunikan yang dimiliki oleh masing-masing individu. Model experiential

learning memberikan kebebasan kepada siswa. Keunikan dan perbedaan

masing-masing individu ini melalui experiential learning terwadahi dalam

empat tahap pembelajaran. Tahap pembelajaran ini meliputi pengalaman

konkret, observasi reflektif, konseptualisasi abstrak, dan eksperimentasi aktif.

Page 31: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

14

Pebelajar dapat memilih tahap pembelajaran sesuai dengan yang mereka ingin

kembangkan.

Pelaksanaan experiential learning dalam pembelajaran tidaklah

mudah. Guru harus selalu teliti. Rogers menyediakan 10 panduan dalam

pelaksanaan experiential learning yang perlu diperhatikan oleh guru dengan

penjelasan sebagai berikut:

… First, the teacher should recognize that he is an important influence in

setting the tone for the class; thus it important that he communicate his

trust in the students right from the start. Second, he should stimulate

students to articulate their individual and group objectives and should

help them to clarify such purpose, recognizing that there may be quite

contradictory purposes among group members. Third, he should expect

and depend upon individual students tobheve the motivation to pursue

those learnings which are relevant for them. Fourth, he should serve as a

resourse person who makes available the widest range of learning

experiences possible for the objectives selected. Fifth, he should serve as

a general resourse person for group members. Sixth, he should recognize

and accept both the emotional and intellectual messages expressed

within the group. Eighth, he should be open in expressing his feelings

with the group, using himself as constructive maintain accurate and

sensitive emphatic understanding of the group member’s feelings,

especially when strong emotion are expressed. Finally, he must know

himself well enough to recognize his limitations as well as his strengths

in working with group. (Snelbecker, 1974: 492).

Kesepuluh pedoman meliputi: pertama, guru harus menyadari bahwa dia

adalah pengaruh penting dalam kelas, sehingga dia harus mengkomunikasikan

kepercayaannya pada siswa sejak awal. Kedua, dia harus merangsang siswa

untuk mengaitkan tujuan antara siswa dengan kelompok dan membatu mereka

menjelaskan tujuan. Ketiga, dia harus meningkatkan motivasi siswa untuk

mengejar pembelajaran yang relevan bagi mereka. Keempat, dia harus menjadi

sumber yang dapat memperluas jangkauan pengalaman belajar dari tujuan yang

telah dipilih. Kelima, dia harus menjadi sumber umum bagi semua anggota

dalam kelompok. Keenam, dia harus mengakui dan menerima semua tingkah

laku yang ditunjukkan siswa. Ketujuh, dia harus aktif mengikut sertakan semua

anggota dalam kelompok. Kedelapan, dia harus terbuka dalam kelompok dan

menjadi alat membangun experiential learning yang lebih mendalam.

Page 32: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

15

Kesembilan, dia harus tanggap terhadap semua ekspresi yang muncul.

Kesepuluh, dia harus mengetahui kemampuan dirinya dalam kelompok

(Snelbecker, 1974: 492). Kesepuluh panduan ini apabila dilaksanakan dengan

baik oleh guru tentu saja dapat meningkatkan efektivitas experiential learning.

Guru dalam hal ini sepenuhnya berkedudukan sebagai fasiliator yang

mendukung jalannya pembelajaran.

Selain kesepuluh panduan di atas terdapat pula beberapa metode yang

dapat digunakan guru dalam experiential learning. Rogers memperkenalkan

tujuh metode praktis yang dapat mempermudah pelaksanaan experiential

learning. “… these method include provision for student’s choices in structure,

use of contracts, inquiry training, simulation, basic encounter groups, special

facilitator-learning groups, and programmed instruction.” Metode tersebut

adalah siswa memilih susunan, menggunakan kontrak, pelatihan inkuiri,

simulasi, pelatihan kepekaan, fasiltator-belajar kelompok, dan instruksi

terprogram” (Snelbecker, 1974: 492). Guru dapat memilih salah satu metode

Rogers dalam melaksanakan experiential learning. Pemilihan metode yang

tepat akan mampu meningkatkan efektivitas kegiatan belajar mengajar.

2. Hakikat Keterampilan Penggunaan Pecahan dalam Masalah

Perbandingan dan Skala

Sukardi (2009: 1) mengungkapkan terdapat beberapa tingkah laku

yang sering muncul dalam pembelajaran dan menjadi perhatian guru yang

kemudian dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu pengetahuan intelektual

(cognitive), keterampilan (skills) yang menghasilkan tindakan, dan bentuk lain

adalah values dan attitudes atau yang dikategorikan ke dalam affective domain.

Terdapat tiga ranah yang menjadi perhatian dalam pelaksanaan pembelajaran

yaitu pengetahuan intelektual, keterampilan dan sikap.

Keterampilan merupakan salah satu ranah yang diperhatikan dalam

pembelajaran. Dalyono (2005: 214) mengartikan keterampilan sebagai kegiatan

yang berhubungan dengan urat-urat saraf dan otot-otot (neuromuscular) yang

lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah. Meskipun sifatnya motorik,

namun keterampilan memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran

Page 33: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

16

yang tinggi. Hal yang senada diungkapkan oleh Reber yang berpendapat bahwa

keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang

kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk

mencapai hasil tertentu. Keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik

melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif

(Dalyono, 2005: 214). Oemar Hamalik (2010: 173) mengutarakan bahwa

keterampilan motorik adalah serangkaian gerakan otot (muscular) untuk

menyelesaikan tugas dengan berhasil. Begitu pula dengan gagne yang

mengungkapkan bahwa keterampilan (skills) adalah kemampuan memberikan

jawaban dengan benar dan cepat (Aisyah, 2007: 3-2). Dari berbagai uraian

tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan merupakan kemampuan yang

berkaitan dengan gerakan motorik tanpa mengabaikan aspek kognitif untuk

menyelesaikan tugas dengan benar dan cepat.

Gagne (1972: 87) membagi domain pembelajaran menjadi lima yaitu

“motor skills, verbal information, intellectual skills, cognitive strategis, and

attitudes” (keterampilan motorik, informasi verbal, keterampilan intelektual,

strategi kognitif dan sikap). Keterampilan motorik yaitu kapabilitas mengatur

gerak. Informasi verbal merupakan kemampuan untuk mengkomunikasikan

secara lisan pengetahuannya tentang fakta-fakta. Keterampilann intelektual

merupakan kemampuan untuk dapat memperbedakan, menguasai konsep,

aturan, dan memecahkan masalah. Strategi kognitif adalah kemampuan untuk

mengkoordinasikan serta mengembangkan proses berpikir dengan cara

merekam, membuat analisis dan sistesis. Sikap adalah kecenderungan untuk

merespon secara tepat terhadap stimulus (Aisyah, 2007: 3-2). Berdasarkan

domain belajar gagne terdapat dua keterampilan dalam pembelajaran yaitu

keteramplan motorik dan keterampilan intelektual. Keterampilan motorik

menekankan pada gerak yang kasat mata sedangkan keterampilan intelektual

menekankan pada proses kognitif.

Sardiman (2006: 27) mengungkapkan keterampilan ada dua yaitu

keterampilan jasmani dan rohani. Keterampilan jasmaniah merupakan

keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat, diamati sehingga

Page 34: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

17

menitikberatkan pada keterampilan gerak anggota tubuh seseorang yang

sedang belajar termasuk teknik dan pengulangan. Sedangkan keterampilan

rohani lebih abstrak menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, dan

keterampilan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan

suatu masalah atau konsep sehingga bukan hanya pengulangan tetapi mencari

jawaban yang tepat dan cepat.

Keterampilan tidak didapatkan oleh seseorang begitu saja melainkan

melalui proses. Keterampilan perlu untuk dilatih melalui berbagai cara yang

dapat mengasah keterampilan yang dimiliki seseorang. Seperti halnya yang

dikatakan oleh Sardiman (2006: 27) keterampilan dapat dididik yaitu dengan

banyak melatih kemampuan. Dengan melatih kemampuan yang dimiliki,

seseorang dapat menjadi terampil dan mengembangkan keterampilan yang

dimilikinya. Keterampilan yang terus dilatih pada suatu ketika akan menjadi

kebiasaan. Hurlock (tt: 154) mengungkapkan bahwa keterampilan yang

dipelajari dengan baik akan berkembang menjadi kebiasaan.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

sekolah baik itu di SD, SMP, maupun SMA. Matematika sekolah merupakan

Matematika yang telah dipilah-pilah dan disesuaikan dengan tahap

perkembangan intelektual siswa, serta digunakan sebagai salah satu sarana

untuk mengembangkan kemampuan berpikir bagi siswa. Dengan demikian,

Matematika yang diajarkan pada tingkat SD berbeda dengan yang diajarkan di

SMP maupun SMA. Perbedaannya terletak pada keluasan dan kedalaman

materi yang dikaji karena semakin tingkatannya semakin rumit dan kompleks.

Adapun ruang lingkup materi kajian Matematika di SD mencakup a) bilangan,

b) geometri dan pengukuran, dan c) pengolahan data (Syarifuddin, 2009: 1)

Pecahan merupakan salah satu materi Matematika yang dikaji di SD.

Pecahan merupakan salah satu materi kajian Matematika yang termasuk ke

dalam golongan bilangan. Pecahan di SD diajarkan pada kelas III, IV, dan V.

Materi pecahan pada kelas III masih sederhana dan masih dasar. Materi

pecahan yang masih sederhana dan dasar di kelas III kemudian dikembangkan

di kelas IV. Materi pecahan diperluas lagi di kelas V disertai terapannya dalam

Page 35: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

18

kehidupan sehari-hari. Materi pecahan pada kelas V diperluas dengan adanya

materi perbandingan dan skala. Untuk dapat menguasai materi perbandingan

dan skala diperlukan keterampilan dalam penerapan pecahan. Pecahan dapat

digunakan untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan

dan skala. Sehingga, dapat dirumuskan bahwa keterampilan penggunaan

pecahan merupakan kemampuan mencari jawaban dengan benar dan cepat

dengan menggunakan konsep pecahan.

Heruman (2007: 43) mengartikan pecahan sebagai bagian dari sesuatu

yang utuh. Sedangkan, Sutawidjaja, dkk (1991/1992: 153) mendefinisikan

bilangan pecah sebagai perbandingan dua bilangan cacah dengan pembagi

bukan nol, dengan kata lain suatu bilangan pecah adalah sembarang bilangan

yang dapat diberi nama dengan a dan b bilangan cacah dan b ≠ 0. Suatu

Bilangan pecahan didefinisikan sebagai “lambang” atau nama dari suatu

bilangan pecah yang berbentuk

dengan a dan b sama-sama bilangan cacah

dan b≠ 0. Sa’jidah (2001: 73) juga mendefinisikan pecahan sebagai bilangan

yang dapat dinyatakan sebagai perbandingan dua bilangan cacah a dan b, yang

ditulis

dengan syarat b ≠ 0. Hal ini diperkuat dengan pendapat Riedesel,

Schwartz, & Clements (1996: 218) yang menyatakan bahwa pecahan

disimbolkan dengan

, bagian yang atas disebut numerator dan bagian yang

bawah disebut denominator dengan denominator tidak boleh nol (0).

Berdasarkan empat pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pecahan adalah

perbandingan dua bilangan cacah yang dapat dinyatakan dalam bentuk

dengan b ≠ 0 dan merupakan bagian dari sesuatu yang utuh.

Riedesel, Schwartz, & Clements (1996: 219) mengungkapkan terdapat

beragam pengertian mengenai pecahan. Pecahan dapat diartikan sebagai

pembagian, bagian dari sesuatu yang utuh, bagian dari sebuah kelompok,

ataupun perbandingan.

Riedesel, Schwartz, & Clements (1996: 218) menyatakan bahwa

pecahan disimbolkan dengan

, bagian yang atas disebut numerator dan

bagian yang bawah disebut denominator. Bird (2004: 6) mendefinisikan

Page 36: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

19

pecahan sebagai pembagian. 2 dibagi 3 dapat ditulis sebagai

.

disebut

pecahan, bilangan diatas garis (2) disebut pembilang dan bilangan dibawah

garis (3) disebut penyebut. Sutawidjaja, dkk (1991/1992: 153) menggunakan

istilah pembilang dan penyebut sebagai referensi pemberian nama bilangan

yang lambangnya dinotasikan dengan

; a disebut pembilang dan b disebut

penyebut. Begitu pula dengan Sa’dijah (2001: 74) menyebut a sebagai

pembilang dan b sebagai penyebut. Heruman (2007: 43) melalui ilustrasi

gambar mendeskripsikan bagian dari sesuatu yang utuh adalah bagian yang

diperhatikan, yang biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah yang

dinamakan pembilang. Adapun bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap

sebagai satuan dan dinamakan penyebut. Sebagai contoh:

Bagian yang diarsir adalah pembilang dan bagian yang utuh adalah penyebut.

Bagian yang diarsir ada 1 bagian dan bagian secara utuh ada 2 bagian sehingga

bentuk pecahan ini dapat dinyatakan sebagai pecahan

. Dari berbagai

pandangan tersebut diketahu bahwa pecahan dinyatakan dalam bentuk

dengan a dinamakan pembilang dan b dinamakan penyebut.

Menurut Sutawidjaja, dkk (1991/1992: 153) karena bilangan pecah

yang namanya

didefinisikan sebagai perbandingaan dua bilangan cacah

(b≠0), maka b disebut juga pembagi dan a disebut juga yang dibagi.

Nama paling sederhana nama pecahan nama desimal

2

,

,

,… 1,999atau 2,00 atau 2

,

,

,… 0,500

Bila menggunakan notasi

untuk memberikan nama suatu bilangan pecah,

maka cara membacanya seperti contoh-contoh berikut:

tiga perempat,

lima perdua,

dua perdelapan.

Page 37: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

20

Pembelajaran pecahan pada kelas V SD meliputi mengubah bentuk

pecahan, membandingkan pecahan, menjumlah dan mengurang pecahan,

mengali dan membagi pecahan, perbandingan dan skala. Kajian pada penelitian

ini difokuskan pada materi perbandingan dan skala.

Perbandingan disebut juga dengan rasio. Sa’dijah (2001: 86)

mengatakan bahwa perbandingan adalah pasangan terurut bilangan a dan b,

ditulis a : b dengan b ≠ 0. Sedangkan, Sutawidjaja, dkk (1991/1992: 229)

mengungkapkan bahwa bila kita gunakan pasangan bilangan untuk menyatakan

hubungan banyak ke banyak, maka dalam penerapan sosial mempunyai makna

perbandingan.

Buchori, Jumadi, dan Juliatun (2007: 108) mengatakan bahwa untuk

mengukur adanya suatu perbandingan sekurang-kurangnya harus ada dua objek

yang sejenis. Misal membandingkan umur A dengan umur B. Hasil bagi

keduanya merupakan perbandingan umur A dengan umur B.

Pada tingkat sekolah dasar, perhatian utama anak terhadap

perbandingan adalah mencari nama-nama ekuivalen yang sesuai dari suatu

himpunan nama-nama yang ekuivalen atau menyusun nama-nama ekuivalen.

Sebagai contoh 3 mangga berharga 100 rupiah berapa banyak mangga yang

dapat dibeli dengan uang 600 rupiah?

Perbandingan

dan

dikatakan ekuivalen jika dan hanya jika

axd=bxc. Sebagi contoh

=

karena 3x8=4x6.

Definisi pasangan ekuivalen membantu kita mendapatkan

perbandingan yang benar. Kita tahu bahwa kita p x 100=3x600, atau

px100=1800. Jika

merupakan anggota dari himpunan pasangan

perbandingan yang sama dengan salah satu anggota

, maka p= 18. Ini berarti

bahwa kita dapat membeli 18 mangga dengan uang 600 rupiah.

Untuk membuat plester dibutuhkan 3 ember pasir dan 2 ember semen.

banyak pasir 3 ember dari 5 ember yang ada, ditulis

. Dapat dikatakan banyak

Page 38: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

21

pasir dibanding campuran adalah 3 dibanding 5, ditulis 3:5. Jadi, penulisan

mempunyai nilai yang sama dengan 3:5.

Perbandingan banyak digunakan dalam membuat denah/peta berskala.

Suatu wilayah, kota, jalan, atau tempat tertentu dapat digambarkan dalam

bentuk denah/peta dengan skala atau perbandingan tertentu. Skala biasanya

digunakan pada peta. Dengan menggunakan skala, maka akan lebih mudah

menggambarkan jarak yang sangat jauh. (Khafid dan Suyati, 2006: 57)

Skala merupakan perbandingan ukuran pada peta dengan ukuran yang

sebenarnya, misal skala 1:25.000.000 artinya jarak1 cm pada peta sama dengan

25.000.000 cm atau 250 km pada jarak sebenarnya. (Purwanti, dkk, 2004: 51)

Jadi,

= jarak pada peta : jarak sebenarnya

Contoh: Jarak kota Yogyakarta – Solo adalah 90 km. Pada sebuah peta jarak

tersebut berukur 3 cm. Berapa skala peta tersebut?

=

=

=

=

= 1 : 3.000.000

Penelitian dilaksanakan pada mata pelajaran Matematika dalam materi

pokok operasi hitung pecahan dalam perbandingan. Standar kompetensi yang

dikaji adalah menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah. Kompetensi

dasar yang menjadi objek penelitian yaitu menggunakan pecahan dalam

masalah perbandingan dan skala. Materi perbandingan dan skala diajarkan

melalui penerapan model pembelajaran experiential learning.

Model experiential learning merupakan model yang menjadikan

pengalaman sebagai inti dari pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator

yang menciptakan suatu situasi yang dapat menyebabkan siswa belajar

berdasarkan pengalaman. Situasi ini harus mampu menimbulkan kesadaran dan

Page 39: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

22

motivasi belajar pada diri siswa. Situasi ini juga harus menimbulkan perasaan

bebas pada diri siswa seolah mereka dapat belajar sesuai keinginan mereka.

Kolb (1976: 25) mengungkapkan untuk menciptakan suasana

experiential learning dapat menggunakan “… games, role plays, and exercise

(concrete experience).” Peneliti bermaksud menciptakan situasi di atas melalui

permainan. Permainan yang melibatkan seluruh siswa baik secara individu

maupun kelompok. Permainan akan cocok untuk digunakan karena anak-anak

senang bermain dan dapat dilaksanakan pada materi perbandingan dan skala.

Permainan dapat membuat siswa melakukan penemuan, fasiltator-belajar

kelompok, dan instruksi terprogram dalam waktu yang bersamaan. Permainan

memberi peluang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan keinginan dan

keunikan yang mereka miliki. Mereka dapat mengalami keempat tipe

kemampuan (CE, RO, AC, dan AE) dan memilih bagaimana mereka mau

belajar. Melalui permainan, anak-anak dapat belajar tanpa mereka sadari.

Permainan yang ingin digunakan peneliti adalah permainan isi botol,

puzzle peta, dan gambar dimana aku. Permainan ini didesain sendiri oleh

peneliti dengan mencocokan antara model experiential learning dengan materi

ajar perbandingan dan skala.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain:

1. Penelitian yang telah dilakukan oleh Ceria Oktaviani (2007) menyatakan

bahwa penerapan model experiential learning mampu meningkatkan

vocabulary mastery pada siswa kelas IV SDN Bulukantil No. 150 Surakarta.

Hal ini terlihat dari meningkatnya nilai rata-rata siswa dari 6,4 pada pretest

menjadi 8,4 pada posttest. Kesamaan penelitian yang akan dilaksanakan

dengan penelitian Ceria Oktaviani adalah jenis penelitiannya yaitu penelitian

tindakan kelas (PTK). Persamaan yang lain terlihat dari variabel X penelitian

yaitu menggunakan model experiential learning. Perbedaannya terletak pada

variabel Y, tempat, subyek, dan tahun penelitian. Variabel Y dalam penelitian

Ceria Okatviani adalah vocabulary mastery sedangkan variabel Y dalam

Page 40: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

23

penelitian ini adalah kemampuan menggunakan pecahan dalam masalah

perbandingan dan skala. Penelitian Ceria Oktaviani dilaksanakan pada siswa

kelas IV SDN Bulukantil No. 150 Surakarta sedangkan penelitian ini

dilaksanakan pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar.

Penelitian Ceria Okatviani dilaksanakan pada tahun 2007 sedangkan

penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2012.

2. Penelitian yang telah dilakukan oleh Nita Praniyati (2010) menyatakan bahwa

kemampuan menghitung pecahan siswa kelas V SDN 01 Macanan tahun

pelajaran 2009/2010 meningkat. Hal ini terlihat dari meningkatnya nilai rata-

rata siswa dari 60,37 menjadi 69,90 dan persentase ketuntasan meningkat dari

63,32% menjadi 80%. Kesamaan penelitian yang akan dilaksanakan dengan

penelitian Nita Praniyati adalah keduanya menggunakan jenis penelitian

tindakan kelas (PTK). Selain itu, keduanya mengkaji objek penelitian yang

sama yaitu pada mata pelajaran Matematika materi pecahan. Meskipun objek

penelitiannya sama tetapi terdapat perbedaan pada fokus penelitian. Penelitian

Nita Praniyati menekankan pada kemampuan menghitung pecahan sedangkan

penelitian ini lebih khusus yaitu menekankan pada keterampilan

menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala. Perbedaan

yang lain terdapat pada model pembelajaran yang diterapkan, penelitian Nita

Praniyati menerapkan model kooperatif tipe STAD sedangkan penelitian ini

menerapkan model experiential learning. Tempat pelaksanaan dan subyek

penelitian pun berbeda, penelitian Nita Praniyati dilaksanakan di SDN 01

Macanan pada siswa kelas V sedangkan penelitian ini dilaksanakan di SDN

04 Ngringo pada siswa kelas V. Satu perbedaan lagi terletak pada tahun

pelaksanaan penelitian, penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2012

sedangkan penelitian Nita Praniyati dilaksanakan pada tahun 2010.

3. Penelitian yang telah dilaksanakan oleh Warsito (2011) menyatakan bahwa

kemampuan membandingkan pecahan siswa kelas III SDN Mlese, Cawas,

Klaten tahun pelajaran 2010/2011 meningkat. Hal ini terlihat dari

meningkatnya nilai rata-rata siswa dari 65 menjadi 79,6 dan persentase

ketuntasan meningkat dari 80% menjadi 100%. Kesamaan penelitian yang

Page 41: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

24

akan dilaksanakan dengan penelitian Warsito adalah keduanya menggunakan

jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Selain itu, keduanya mengkaji objek

penelitian yang sama yaitu pada mata pelajaran Matematika materi pecahan.

Meskipun objek penelitiannya sama tetapi terdapat perbedaan pada fokus

penelitian. Penelitian Warsito menekankan pada kemampuan

membandingkan pecahan sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan ini

menekankan pada keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah

perbandingan dan skala. Perbedaan yang lain terdapat pada model

pembelajaran yang diterapkan, penelitian Warsito menerapkan pendekatan

matematika realistik sedangkan penelitian ini menerapkan model experiential

learning. Tempat pelaksanaan dan subyek penelitian pun berbeda, penelitian

Warsito dilaksanakan di SDN 1 Mlese, Cawas, Klaten pada siswa kelas III

sedangkan penelitian ini dilaksanakan di SDN 04 Ngringo pada siswa kelas

V. Perbedaan yang terakhir terletak pada tahun pelaksanaan penelitian,

penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2012 sedangkan penelitian Warsito

dilaksanakan pada tahun 2011.

C. Kerangka Berpikir

Kondisi pembelajaran Matematika materi perbandingan dan skala di

SDN 04 Ngringo sebelum dilakukan tindakan masih menggunakan model

konvensional. Model pembelajaran konvensional yang didominasi kegiatan

ceramah, penjelasan papan tulis, penugasan langsung, dan teks book. Hal ini

menyebabkan keterampilan siswa menggunakan pecahan dalam masalah

perbandingan dan skala rendah sehingga nilai siswa pun rendah.

Berdasarkan kenyataan tersebut maka perlu dilakukan tindakan yang

berupa perbaikan dalam proses pembelajaran Matematika materi perbandingan

dan skala. Peneliti menawarkan alternatif solusi yaitu dengan menerapkan model

pembelajaran experiential learning. Penerapan model experiential learning

memungkinkan siswa mengalami empat tahap pembelajaran yaitu concrete

experience (CE), reflective observation (RO), abstract conceptualization (AC),

dan active experimentation (AE). Penelitian dilaksanakan sebanyak dua siklus.

Page 42: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

25

Masing-masing siklus dilaksanakan melalui empat tahap yaitu perencanaan,

pelaksanaan, observasi dan refleksi. Dalam pelaksanaan penelitian, tiap siklus

terdiri atas dua pertemuan.

Setelah penelitian dilaksanakan, diharapkan keterampilan siswa kelas V

SDN 04 Ngringo dalam menggunakan pecahan khususnya pada masalah

perbandingan dan skala meningkat. Dengan demikian, nilai siswa pun akan

meningkat. Secara ringkas kerangka berpikir dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2. Kerangka Berpikir

Pembelajaran masih

konvensional :

ceramah, papan tulis,

teks book.

Keterampilan siswa

dalam menggunakan

pecahan dalam masalah

perbandingan dan skala

rendah

Kondisi awal

Experiential learning (CE,

RO, AC, AE) Siklus1:

perencanaan

pelaksanaan

observasi

refleksi

Keterampilan

penggunaan

pecahan

dalam

masalah

perbandingan

dan skala

proses

siswa

Siklus 2 :

perencanaan

pelaksanaan

observasi

refleksi

Keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah

perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04

Ngringo meningkat

Kondisi akhir

Page 43: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

26

D. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir maka dapat ditarik

hipotesis sebagai berikut: Penerapan model experiential learning dapat

meningkatkan keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan

dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo tahun pelajaran 2011/2012.

Page 44: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SDN 04 Ngringo yang terletak di Kelurahan

Ngringo Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar. Penelitian dilakukan selama 7

bulan dimulai dari Bulan Januari sampai Bulan Juli. Persiapan dimulai dari bulan

Januari sampai April meliputi kegiatan koordinasi peneliti dengan kepala sekolah

dan guru kelas, diskusi dengan guru untuk mengidentifikasi masalah pembelajaran

dan merancang tindakan, menyusun proposal penelitian, menyiapkan perangkat

pembelajaran dan instrumen penelitian, dan mengadakan simulasi pelaksanaan

tindakan. Pelaksanaan tindakan dan analisis data dilaksanakan pada bulan April

dan Mei. Penyusunan laporan, ujian dan revisi, dan penggandaan dan

pengumpulan laporan dilaksanakan dari bulan Mei sampai Juli. (lampiran 1: 79)

B. Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo. Subjek

penelitian adalah guru dan siswa kelas V SDN 04 Ngringo. Jumlah subjek

penelitian adalah 34 orang yang terdiri dari 1 guru kelas dan 33 siswa. 33 siswa

kelas V SDN 04 Ngringo dengan perincian 18 siswa perempuan dan 15 siswa

laki-laki.

C. Sumber Data

Sumber data terbagi menjadi 2 (Sugiyono, 2008: 62), yaitu sumber data

primer dan sumber data sekunder. Penjelasan dari sumber data primer dan sumber

data sekunder adalah sebagai berikut:

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan

data kepada pengumpul data. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah

guru dan siswa kelas V SDN 04 Ngringo.

Page 45: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

28

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data. Sumber data sekunder penelitian ini

adalah dokumen. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi arsip,

foto, dan video.

D. Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2008: 62), teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian

adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini antara lain:

1. Pengamatan (Observasi)

Menurut Arikunto (1991: 27), pengamatan atau observasi adalah suatu

teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta

pencatatan secara sistematis. Observasi terbagi menjadi 3 macam: Pertama,

observasi partisipan yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat tetapi

pengamat mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati. Kedua,

observasi sistematik yaitu observasi dimana faktor-faktor yang diamati sudah

didaftar secara sistematis, dan sudah diatur menurut kategorinya. Dalam

observasi sistematik pengamat berada diluar kelompok sehingga tidak

dibingungkan oleh situasi kelompok yang melingkupi dirinya. Ketiga,

observasi eksperimental yang terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi dalam

kelompok. Dalam hal ini ia dapat mengendalikan unsur-unsur penting dalam

situasi sedemikian rupa sehingga situasi itu dapat diatur sesuai dengan tujuan

evaluasi.

Menurut sugiyono (2008: 64), observasi terbagi menjadi tiga:

Pertama, observasi partisipatif, sambil melakukan pengamatan peneliti ikut

melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dan ikut merasakan suka

dukanya. Kedua, observasi terus terang atau tersamar, peneliti dalam

melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data,

bahwa ia sedang melakukan penelitian tetapi suatu saat peneliti juga tidak terus

Page 46: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

29

terang atau tersamar dalam observasi. Ketiga, observasi tak berstruktur,

observasi tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan

dobservasi dikarenakan peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan

diobservasi.

Observasi yang akan dilaksanakan oleh peneliti adalah observasi

sistematik. Melalui observasi, peneliti hendak mencari data mengenai proses

pembelajaran dengan menggunakan model experiential learning dan

mengamati tingkah laku siswa meliputi kognitif, afektif, dan psikomotor.

Subjek observasi adalah siswa kelas V SDN 04 Ngringo dan peneliti

sedangkan observerbya adalah guru kelas V SDN 04 Ngringo. Penggunaan

observasi sistematik akan memudahkan peneliti karena semua data yang

hendak dicari sudah tertata dengan rapi dan tinggal memberi tanda bila tingkah

laku yang dikehendaki terjadi.

2. Wawancara (Interview)

Menurut Arikunto (1991: 27), wawancara atau interview adalah suatu

metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden

dengan jalan tanya jawab sepihak (responden tidak diberi kesempatan sama

sekali untuk mengajukan pertanyaan). Wawancara dapat dilakukan dengan dua

cara : Pertama, interview bebas dimana responden mempunyai kebebasan

untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang

telah dibuat oleh subjek evaluasi. Kedua, interview terpimpin yang dilakukan

oleh subjek evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang

sudah disusun terlebih dahulu.

Estenberg menyatakan bahwa interview merupakan hatinya penelitian

sosial. Menurutnya wawancara terbagi menjadi 3 macam : Pertama, wawancara

terstruktur yaitu pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa

pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan.

Kedua, wawancara semiterstruktur dalam pelaksanaanya lebih bebas dibanding

dengan wawancara terstruktur yang bertujuan untuk menemukan permasalahan

secara terbuka. Ketiga, wawancara tak berstruktur yang bebas dimana peneliti

Page 47: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

30

tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis

dan lengkap untuk pengumpulan datanya. (Sugiyono, 2008: 72)

Peneliti menggunakan interview semi terstruktur dalam pengambilan

data. Penciptaan suasana yang terkesan bebas dalam wawancara akan

mempermudah peneliti dalam mendapatkan data yang sebenarnya. Penggunaan

interview semi terstruktur akan membuat nara sumber menjadi lebih santai

sehingga nara sumber dapat menyampaikan pemikirannya dengan terbuka dan

leluasa. Penggunaan jenis interview semi terstruktur membuat peneliti dapat

menggali informasi seluas-luasnya tanpa terkesan mendekte nara sumber dan

tanpa mengabaikan informasi yang ingin digali. Nara sumber dalam penelitian

ini adalah guru kelas V SDN 04 Ngringo. Wawancara akan digunakan peneliti

untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimiliki siswa dan pendapat

guru mengenai proses pembelajaran dengan menggunakan model experiential

learning.

3. Tes

Menurut Arikunto (1991: 29), tes adalah suatu alat pengumpulan

informasi tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes ini bersifat

lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan. Ditinjau dari kegunaan

untuk mengukur siswa, tes dapat dibedakan atas tiga macam: Pertama, tes

diagnostik yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa

sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan

pemberian perlakuan yang tepat. Kedua, tes formatif yang dimanfaatkan untuk

mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti suatu

program tertentu. Tes formatif diberikan pada akhir setiap program atau tes

akhir proses. Ketiga, tes sumatif yang dilaksanakan setelah berakhirnya

pemberian sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar.

Biasanya dilakukan pada akhir semester.

Tes dapat memberikan gambaran riil dari penelitian ini. Tes akan

dilaksanakan pada setiap akhir pertemuan sehingga tes yang digunakan adalah

tes formatif. Tes formatif yang dimaksud adalah tes formatif untuk materi

perbandingan dan skala. Tes formatif materi perbandingan dan skala diberikan

Page 48: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

31

kepada siswa kelas V SDN 04 Ngringo. Tes formatif ini digunakan untuk

mendapatkan data yang berupa nilai materi perbandingan dan skala. Nilai-nilai

yang didapat dari tes formatif menunjukkan keterampilan siswa dalam materi

perbandingan dan skala. Tes formatif dapat menggambarkan hasil

pembelajaran yang dilaksanakan peneliti. Tes yang dilaksanakan setiap akhir

pertemuan akan memberikan gambaran kepada peneliti mengenai proses

pencapaian dari penelitian yang telah dilaksanakan.

4. Dokumen

Menurut Sugiyono (2008: 82), dokumen merupakan catatan peristiwa

yang sudah berlalu. Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-

karya monumental dari seseorang.

Menurut Elliot ada macam-macam dokumen yang dapat membantu

dalam pengumpulan data penelitian yang berkaitan dengan permasalahan

dalam penelitian tindakan kelas. Dokumen-dokumen tersebut meliputi silabi

dan rencana pembelajaran, laporan diskusi-diskusi tentang kurikulum, berbagai

macam ujian dan tes, laporan rapat, laporan tugas siswa, bagian-bagian dari

buku teks yang digunakan dalam pembelajaran, dan contoh essay yang ditulis

siswa. (Wiriaatmaja, 2009: 121)

Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini ada beberapa macam

yaitu arsip, foto, dan video. Arsip yang dimanfaatkan peneliti adalah silabus,

RPP dan data nilai siswa. Silabus memuat standar kompetensi dan kompetensi

dasar yang dijadikan sebagai acuan peneliti dalam menentukan materi yang

diteliti. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) digunakan sebagai acuan

dalam pelaksanaan pembelajaran. Rencana pembelajaran ini mengandung

model experiential learning. Nilai siswa yang dikaji peneliti adalah nilai siswa

pada materi perbandingan dan skala. Nilai dimana banyak siswa belum

mencapai KKM. Nilai inilah yang kemudian dijadikan peneliti sebagai data

awal dari penelitian. Nilai yang diambil dari arsip guru lebih otentik dari pada

dari sumber yang lain. Foto dan video akan digunakan untuk merekam kegiatan

penelitian yang berlangsung. Perekaman dengan video akan memudahkan

peneliti dalam mengolah data karena dapat diputar berulang-ulang.

Page 49: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

32

E. Uji Validasi Data

Menurut Moelong (2010: 330), triangulasi adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data dengan memanfaatkan sarana diluar data itu untuk keperluan

pengecekan atau pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang

digunakan antara lain berupa triangulasi sumber data, triangulasi metode

pengumpulan data dan triangulasi teori. Dalam penelitian ini akan digunakan dua

triangulasi yaitu triangulai sumber data dan triangulasi metode.

1. Triangulasi Sumber Data

Moelong (2010: 331) mengemukakan bahwa triangulasi sumber data

merupakan pemeriksaan keabsahan data dengan membandingkan data yang

diperoleh melalui berbagai sumber data. Sumber data tersebut meliputi

dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan

mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang

yang berbeda. Beberapa sumber data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah arsip, hasil tes, hasil wawancara, hasil observasi, video, dan foto.

Sumber-sumber data ini yang akan dibandingkan antara yang satu dengan yang

lain. Pemilihan sumber data ini didasarkan pada asumsi bahwa sumber-sumber

data ini berkaitan langsung dengan penelitian. Dengan menggunakan sumber

data ini akan didapatkan data-data yang otentik yang dapat mewakili setiap

segi dalam penelitian. Dalam pelaksanaannya, peneliti membandingkan data

yang diperoleh dari arsip, hasil tes, hasil wawancara, hasil observasi, video dan

foto.

2. Triangulasi Metode

Patton (2006: 99) yang merujuk pada Denzin mengemukakan bahwa

triangulasi metode merupakan penggunaan beberapa metode untuk mengkaji

masalah atau suatu data. Metode tersebut meliputi wawancara, pengamatan,

daftar pertanyaan terstruktur, dan dokumen. Beberapa metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode observasi, wawancara, tes, dan

pemeriksaan dokumen. Metode-metode ini dipilih karena dapat

menggambarkan proses penelitian secara utuh meliputi aspek kognitif, afektif,

dan psikomotor. Selain itu, metode ini dapat merekam jalannya proses

Page 50: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

33

pembelajaran dan berbagai persepsi yang muncul. Dalam pelaksanaanya,

peneliti menggunakan beberapa metode untuk mendapatkan data penelitian

yaitu melalui metode observasi, wawancara, tes, dan pemeriksaan dokumen.

F. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data model

interaktif. Miles dan Huberman (2009) mengungkapkan bahwa teknik analisis

data model interaktif terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan

yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Penjelasan

ketiga alur kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Miles dan Huberman (2009: 16) mengartikan reduksi data sebagai

proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhaan, pengabstrakan, dan

transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di

lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan

mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-

kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

2. Penyajian Data

Miles dan Huberman (2009: 17) mengartikan penyajian sebagai

sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dapat dilakukan dengan

menggunakan matriks, grafik, jaringan, dan bagan.

3. Menarik Kesimpulan/ Verifikasi

Dari awal permulaan pengumpulan data, peneliti sudah mulai mencari

benda-benda mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-

konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat, dan proposisi. Pada awalnya

kesimpulan belum jelas namun kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan

mengakar dengan kokoh (Miles dan Huberman, 2009: 18). Secara lebih ringkas

langkah-langkah analisis data model interaktif dapat dilihat pada gambar 3.1.

Page 51: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

34

Gambar 3.1. Teknik analisis data model interaktif diadaptasi dari Miles &

Huberman (2009: 20)

Data dikumpulkan dari berbagai sumber dan menggunakan berbagai

metode. Kemudian data dipilih dan digolongkan. Setelah itu, data disajikan

dalam bentuk matriks, grafik, jaringan, ataupun bagan. Semua data yang telah

mengalami proses reduksi dan disajikan kemudian ditarik kesimpulan.

G. Indikator Kinerja Penelitian

Menurut Suwandi (2009: 61), indikator kinerja merupakan rumusan

kinerja yang akan dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan atau

keefektifan penelitian. Pada bagian ini dirumuskan indikator sebagai tolok ukur

keberhasilan penelitian yang dilakukan.

Indikator kinerja yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

meningkatnya keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan

dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo dengan menggunakan model

experiential learning. Indikator penelitian ini bersumber dari KTSP SDN 04

Ngringo kelas V mata pelajaran Matematika dengan kriteria ketuntasan minimal

(KKM) yaitu 66.

Besarnya indikator kinerja pada penelitian ini adalah 80%. Pembelajaran

dikatakan berhasil apabila hasil belajar siswa mencapai rata-rata kelas 66 dan

siswa yang memperoleh nilai ≥66 mencapai 80% dari 33 siswa.

Pengumpulan

data Penyajian data

Reduksi

data Kesimpulan-kesimpulan :

penarikan/verifikasi

Page 52: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

35

H. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus yang mencakup empat

kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan analisis dan refleksi.

1. Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

1) Menyusun RPP

2) Penyusunan rencana tindakan

3) Penyusunan media

4) Penyusunan instrumen

5) Penyusunan pedoman pengamatan

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan terbagi menjadi 2 pertemuan. Pertemuan

pertama mempelajari perbandingan sedangkan pertemuan kedua

mempelajari skala. Semua kegiatan pembelajaran yang diterapkan meliputi

empat tahap siklus experiential learning yaitu concrete experience (CE),

reflective observation (RO), abstract conceptualization (AC), dan active

experimentation (AE).

Pertemuan pertama

1) Permainan isi botol (CE, RO)

a) Siswa mengisi batu warna-warni kedalam botol dalam batas waktu

tertentu.

b) Siswa menghitung banyaknya batu yang tadi dimasukkan dalam botol.

c) Siswa membandingkan batu-batu yang berbeda warna.

2) Siswa melakukan perbandingan. (CE)

3) Siswa menyampaikan hasil kerja. (RO)

4) Siswa yang lain memberikan tanggapan. (AC)

5) Melakukan evaluasi. (AE)

Pertemuan kedua

1) Permainan susun puzzle peta. (CE)

a) Siswa melengkapi puzzle peta.

b) Siswa melengkapi soal yang rumpang.

Page 53: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

36

c) Siswa melakukan operasi hitung dengan menggunakan skala.

2) Menyampaikan hasil kerja. (RO)

3) Siswa menanggapi hasil kerja teman. (AC)

4) Melakukan evaluasi. (AE)

c. Observasi

Pengamatan dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung

dengan teknik observasi sistematik. Dengan menggunakan teknik ini

peneliti sudah mempersiapkan dengan baik secara terperinci hal-hal yang

ingin diamati sehingga peneliti hanya tinggal memberi tanda cek (√) pada

kolom yang tersedia bila perilaku yang diharapkan terjadi.

d. Refleksi

Analisis dilaksanakan sesuai dengan teknik analisis diatas. Setelah

dianalisis peneliti mengadakan refleksi terhadap tindakan yang telah

dilaksanakan. Siklus I belum memenuhi indikator kinerja sehingga belum

berhasil. Oleh karena itu, perlu untuk mengadakan siklus II.

2. Siklus II

a. Perencanaan Tindakan

1) Menyusun RPP

2) Penyusunan rencana tindakan

3) Penyusunan media

4) Penyusunan instrumen

5) Penyusunan pedoman pengamatan

b. Pelaksanaan Tindakan

1) Memperbaiki tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah

disempurnakan berdasarkan refleksi pada siklus I. Upaya peningkatan

efektifitas dari kegiatan membandingkan dilakukan dengan

menggunakan lebih banyak variasi pertanyaan. Sedangkan upaya

peningkatan efektifitas penggunaan skala dilakukan dengan merubah

kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang sebelumnya

menggunakan puzzle peta diganti dengan kegiatan siswa menggambar

denah dari rumah ke sekolah.

Page 54: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

37

2) Guru memantau perkembangan hasil belajar siswa.

c. Observasi

Pengamatan dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung

dengan teknik observasi sistematik. Dengan menggunakan teknik ini

peneliti sudah mempersiapkan dengan baik secara terperinci hal-hal yang

ingin diamati sehingga peneliti hanya tinggal memberi tanda cek (√) pada

kolom yang tersedia bila perilaku yang diharapkan terjadi.

d. Refleksi

Analisis dilaksanakan sesuai dengan teknik analisis diatas. Setelah

dianalisis peneliti mengadakan refleksi terhadap tindakan yang telah

dilaksanakan. Siklus II sudah berhasil karena sudah memenuhi indikator

kinerja. Maka, tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Secara lebih sederhana prosedur penelitian dapat dilihat pada gambar 3.2.

Gambar 3.2. Tahap pelaksanaan penelitian diadaptasi dari Arikunto (2008: 16 )

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan : penerapan

model experiential learning

Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan : penerapan

model experiential learning

Refleksi SIKLUS I

Pengamatan

Page 55: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

BAB IV

HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pratindakan

Pratindakan merupakan keadaan pembelajaran sebelum dilaksanakan

penelitian. Kondisi pratindakan diketahui melalui wawancara dan analisis

dokumen (nilai siswa). Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Ibu

Nurjanah, S.Pd. guru kelas V di SDN 04 Ngringo pada 12 Januari 2012, diketahui

bahwa kebanyakan siswa kelas V mengalami kesulitan dalam mata pelajaran

Matematika. Secara lebih khusus para siswa kelas V mengalami kesulitan pada

materi perbandingan dan skala (lampiran 4: 82). Hal ini diperkuat dengan

rendahnya nilai ulangan harian pada materi perbandingan dan skala. Dari 33 siswa

kelas V, terdapat 7 (21,21%) siswa yang mencapai KKM 66. Sisanya 26 siswa

(78,78%) siswa tidak mencapai KKM 66 dengan nilai rata-rata kelas sebesar

56,36 (lampiran 3: 81). Berdasarkan keadaan tersebut, peneliti mengadakan

penelitian pada siswa kelas V di SDN 04 Ngringo. Peneliti menerapkan model

pembelajaran experiential learning sebagai bentuk alternatif dari model

pembelajaran yang bisa diterapkan dalam peningkatan keterampilan penggunaan

pecahan dalam masalah perbandingan dan skala.

Untuk lebih jelasnya distribusi frekuensi nilai ulangan harian yang

dilaksanakan oleh guru kelas V SDN 04 Ngringo pada materi perbandingan dan

skala, sebelum dilaksanakan tindakan dapat dilihat pada tabel 4.1.

Page 56: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

39

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Nilai Ulangan Harian Matematika pada Materi

Perbandingan dan Skala.

Panjang Interval Frekuensi

(fi)

Nilai tengah

(xi)

fi.xi Persentase

30 – 41 8 35,5 284,0 24,24 %

42 – 53 7 47,5 332,5 21,21 %

54 – 65 11 59,5 654,5 33,33 %

66 – 77 4 71,5 286,0 12,12 %

78 – 89 1 83,5 83,5 3,03 %

90 – 101 2 95,5 191,0 6,06 %

Jumlah 33 1831,5 100,00 %

Nilai rata-rata kelas = ∑

=

Ketuntasan klasikal =

21, 21 %

Berdasarkan tabel 4.1. maka nilai ulangan siswa dapat dibentuk

grafikyang dapat dilihat pada gambar 4.1.

Gambar 4.1. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Ulangan Harian Matematika Materi

Perbandingan dan Skala.

Tabel 4.1. dan gambar 4.1. menunjukkan distribusi frekuensi nilai

ulangan harian Matematika materi perbandingan dan skala pada siswa kelas V

0

2

4

6

8

10

12

30 – 41 42 – 53 54 – 65 66 – 77 78 – 89 90 – 101

Fre

ku

ensi

Interval Nilai

Page 57: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

40

SDN 04 Ngringo sebelum pelaksanaan tindakan (pratindakan). Dari tabel 4.1. dan

gambar 4.1. terlihat bahwa nilai rata-rata kelas adalah 55,50 dengan perincian

nilai sebagai berikut : siswa yang mendapat nilai 30 – 41 sebanyak 8 siswa, siswa

yang mendapat nilai 42 – 53 sebanyak 7 siswa, siswa yang mendapat nilai 54 – 65

sebanyak 11 siswa, siswa yang mendapat nilai 66 – 77 sebanyak 4 siswa, siswa

yang mendapat nilai 78 – 89 sebanyak 1 siswa, dan siswa yang mendapat nilai 90

– 101 sebanyak 2 siswa. Dari tabel 4.1. dan gambar 4.1. juga terlihat bahwa

terdapat 7 siswa atau 21,21% siswa yang dapat memenuhi KKM sebesar 66.

Sebanyak 26 siswa atau 78,78% siswa tidak mencapai KKM.

B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus

Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus. Tiap siklusnya terdiri atas 2

pertemuan dan meliputi 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan

refleksi.

1. Siklus I

Siklus I mulai dilaksanakan dari tanggal 12 April 2012 sampai 25

April 2012. Berikut ini merupakan perincian dari kegiatan penelitian pada

siklus I:

a. Perencanaan

Perencanaan tindakan dilaksanakan pada hari Senin, 12 April 2012.

Peneliti berdiskusi dengan guru mengenai rancangan penelitian yang akan

dilaksanakan. Setelah diskusi, disepakati bahwa penelitian siklus I

dilaksanakan sebanyak dua pertemuan dan setiap pertemuan mendapat

alokasi waktu 2 x 35 menit Penelitian dilaksanakan pada hari Jum’at, 20

April 2012 dan Rabu, 25 April 2012. Berikut ini adalah kegiatan yang

dilaksanakan oleh peneliti selama tahap perencanaan:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat sesuai dengan

permasalahan yang diteliti yaitu pada mata pelajaran Matematika materi

perbandingan dan skala. RPP dibuat 2 pertemuan dengan alokasi waktu

tiap pertemuannya 2 x 35 menit. Adapun RPP ini disusun dengan format:

Page 58: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

41

standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran,

dampak pengiring, materi ajar, model pembelajaran, media dan sumber

belajar, langkah-langkah kegiatan, dan penilaian.

2) Membuat Media Pembelajaran

Penelitian dilaksanakan sebanyak dua pertemuan. Pada

pertemuan pertama penelitian dilaksanakan dengan menggunakan batu 2

warna yaitu merah dan biru sedangkan pada pertemuan kedua

menggunakan puzzle peta dan satuan jarak. Batu dua warna dibuat

peneliti dengan mewarnai batu-batu kerikil seukuran ujung ibu jari.

Puzzle peta dibuat dengan memotong-motong peta secara tidak

beraturan. Satuan jarak dibuat dengan menggambar tangga satuan jarak

pada kertas duplek. Media dibuat sendiri oleh peneliti pada hari Minggu,

15 April 2012.

Peneliti juga menyiapkan media pendukung lainnya yaitu botol

dan peta. Botol akan digunakan untuk permainan dengan batu. Peta

digunakan sebagai bentuk nyata dari penggunaan skala. Peta dipinjam

peneliti dari SDN 04 Ngringo.

3) Menyiapkan Lembar Observasi

Observasi dilaksanakan pada tiap pertemuan. Peneliti meminta

bantuan dari guru kelas untuk menjadi observer. Observasi dilakukan

terhadap kegiatan siswa dan juga peneliti selaku guru pada saat penelitian

berlangsung.

Lembar observasi yang digunakan ada dua yaitu lembar

observasi guru mengajar dan lembar observasi aktivitas siswa. Lembar

observasi guru disesuaikan dengan kajian teori model pembelajaran

experiential learning. Berdasarkan kajian teori, peneliti merumuskan 10

aspek yang harus diamati selama proses pembelajaran yaitu menciptakan

komunikasi yang baik dalam kelas, memberikan kepercayaan pada siswa,

menciptakan situasi yang membuat siswa merasa bebas dalam belajar,

memberikan rangsangan-rangsangan yang dapat membantu siswa,

memancing motivasi siswa untuk belajar, memberikan tanggapan yang

Page 59: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

42

tepat saat reaksi siswa muncul, menerima dan menaggapi secara positif

semua respon yang ditimbulkan siswa, menjadi narasumber bagi siswa,

menciptakan situasi yang mengaktifkan semua anggota kelompok,

membangun suasana yang memberikan pengalaman bagi siswa. Lembar

observasi guru mengajar yang digunakan pada tiap pertemuan selalu

sama.

Lembar observasi yang kedua adalah lembar observasi aktivitas

siswa. Lembar observasi aktivitas siswa meliputi aspek kognitif, afektif,

dan psikomotor. Lembar observasi aktivitas siswa disesuaikan dengan

kegiatan belajar yang dilaksanakan siswa sehingga akan terdapat

perbedaan pada tiap pertemuan walaupun pada intinya sama. Lembar

observasi aktivitas siswa pada pertemuan pertama meliputi 14 aspek

yaitu mengisi botol dengan batuan tepat waktu, melakukan perbandingan

dengan batuan, bekerja sama dengan teman, toleransi terhadap teman,

berani menyampaikan hasil kerja, mengamati pola perbandingan,

mengulang-ulang kegiatan membandingkan batuan, berani bertanya,

berani berpendapat, interaksi antar siswa, menjawab soal perbandingan

kurang dari 3 menit, memberikan jawaban yang benar atau tepat,

menggunakan lambang perbandingan dengan benar, dan menuliskan

perbandingan dengan benar. Sedangkan untuk pertemuan kedua terdiri

dari 14 aspek berikut: mengamati peta, menunjukkan skala pada peta,

mengukur jarak antarkota dalam peta, menyusun puzzle peta,

mengerjakan tugas dengan baik, toleransi terhadap teman, berani

menyampaikan hasil kerja, berani bertanya, berani berpendapat, interaksi

antar siswa, menjawab soal skala kurang dari 3 menit, memberikan

jawaban yang benar atau tepat, menuliskan skala dengan benar, dan

menggunakan lambang skala dengan benar.

b. Pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan

alokasi waktu 2 x 35 menit. Pada saat penelitian berlangsung peneliti

bekerja sama dengan guru kelas. Peneliti berkedudukan sebagai pengajar

Page 60: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

43

dan guru sebagai observer. Berikut ini deskripsi tindakan yang dilaksanakan

untuk meningkatkan keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah

perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo:

1) Pertemuan 1

Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Jum’at, 20 April 2012.

Penelitian dilaksanakan selama 2 x 35 menit yang dimulai pada pukul

07.30. Pada pertemuan 1, siswa belajar mengenai perbandingan. Media

yang digunakan adalah batu dua warna yaitu warna merah dan warna

biru. Kegiatan belajar mengajar diawali dengan permainan mengisi botol

dengan batu. Kemudian siswa membandingkan batu yang berwarna

merah dan biru yang ada dalam botol sesuai dengan lembar kerja siswa.

Setelah itu, masing – masing kelompok menyampaikan hasil kerja dan

kelompok yang lain menjawab hasil perbandingan. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada RPP. (lampiran 5: 84)

Pada akhir pertemuan dilaksanakan evaluasi melalui tes tertulis.

Hasil evaluasi siswa segera dianalisis oleh peneliti (lampiran 8: 94).

Berikut ini disajikan distribusi frekuensi nilai Matematika siswa pada

materi perbandingan dan skala siklus I pertemuan 1 tertera pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa pada Materi

Perbandingan dan Skala Siklus I Pertemuan 1.

Panjang

Interval

Frekuensi

(fi)

Nilai tengah

(xi)

fi.xi Persentase

30 – 41 2 35,5 71,0 6,06 %

42 – 53 3 47,5 142,5 9,09 %

54 – 65 10 59,5 595,0 30,30 %

66 – 77 11 71,5 786,5 33,33 %

78 – 89 3 83,5 250,5 9,09 %

90 – 101 4 95,5 382,0 12,12 %

Jumlah 33 2227,5 100,00 %

Nilai rata-rata kelas = ∑

=

Ketuntasan klasikal =

54,54%

Page 61: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

44

Berdasarkan tabel 4.2. maka dapat digambarkan pada grafik

yang dapat dilihat pada gambar 4.2.

Gambar 4.2. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa pada

Materi Perbandingan dan Skala Siklus I Pertemuan 1.

Tabel 4.2. dan gambar 4.2. menunjukkan distribusi frekuensi

nilai hasil evaluasi Matematika materi perbandingan dan skala pada

siswa kelas V SDN 04 Ngringo pada siklus I pertemuan 1. Dari tabel 4.2.

dan gambar 4.2. terlihat bahwa nilai rata-rata kelas adalah 67,50 dengan

perincian nilai sebagai berikut : siswa yang mendapat nilai 30 – 41

sebanyak 2 siswa, siswa yang mendapat nilai 42 – 53 sebanyak 3 siswa,

siswa yang mendapat nilai 54 – 65 sebanyak 10 siswa, siswa yang

mendapat nilai 66 – 77 sebanyak 11 siswa, siswa yang mendapat nilai 78

– 89 sebanyak 3 siswa, dan siswa yang mendapat nilai 90 – 101 sebanyak

4 siswa. Dari tabel 4.2. dan gambar 4.2. juga terlihat bahwa terdapat 18

siswa atau 54,54% siswa yang dapat memenuhi KKM sebesar 66.

Sebanyak 26 siswa atau 45,46% siswa tidak mencapai KKM.

0

2

4

6

8

10

12

30 – 41 42 – 53 54 – 65 66 – 77 78 – 89 90 – 101

Fre

ku

ensi

Interval Nilai

Page 62: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

45

2) Pertemuan 2

Pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Rabu, 25 April 2012.

Penelitian dilaksanakan selama 2 x 35 menit yang dimulai pada pukul

07.00. Pada pertemuan 2, siswa belajar mengenai skala. Media yang

digunakan adalah peta, puzzle peta, dan tangga satuan jarak.

Pembelajaran diawali dengan bercerita dan mengamati peta. Kemudian,

siswa menyusun puzzle peta dan menentukan jarak pada peta, jarak

sebenarnya, ataupun skala peta. Setelah itu, masing – masing kelompok

menyampaikan hasil kerja kelompok dan kelompok yang lain menjawab

hasil dari kerja kelompok tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada RPP. (lampiran 9: 97)

Pada akhir pertemuan dilaksanakan evaluasi melalui tes tertulis.

Hasil evaluasi siswa segera dianalisis oleh peneliti (lampiran 12: 111).

Berikut ini disajikan distribusi frekuensi nilai Matematika siswa pada

materi perbandingan dan skala siklus I pertemuan 2 tertera pada tabel 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa pada Materi

Perbandingan dan Skala Siklus I Pertemuan 2.

Panjang

Interval

Frekuensi

(fi)

Nilai tengah

(xi)

fi.xi Persentase

18 – 29

30 – 41

1

14

23,5

35,5

23,5

497,0

3,03 %

42,42 %

42 – 53 0 47,5 0,0 0,00 %

54 – 65 4 59,5 238,0 12,12 %

66 – 77 5 71,5 357,5 15,15 %

78 – 89 4 83,5 334,0 12,12 %

90 – 101 5 95,5 477,5 15,15 %

Jumlah 33 1927,5 100,00 %

Nilai rata-rata kelas = ∑

=

Ketuntasan klasikal =

42,42%

Berdasarkan tabel 4.3. maka dapat digambarkan pada grafik

yang dapat dilihat pada gambar 4.3.

Page 63: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

46

Gambar 4.3. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa pada

Materi Perbandingan dan Skala Siklus I Pertemuan 2.

Tabel 4.3. dan gambar 4.3. menunjukkan nilai hasil evaluasi

Matematika materi perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04

Ngringo pada siklus I pertemuan 2. Dari tabel 4.3. dan gambar 4.3.

terlihat bahwa nilai rata-rata kelas adalah 58,40 dengan perincian nilai

sebagai berikut : siswa yang mendapat nilai 18 – 29 sebanyak 1 siswa,

siswa yang mendapat nilai 30 – 41 sebanyak 14 siswa, siswa yang

mendapat nilai 42 – 53 sebanyak 0 siswa, siswa yang mendapat nilai 54 –

65 sebanyak 4 siswa, siswa yang mendapat nilai 66 – 77 sebanyak 5

siswa, siswa yang mendapat nilai 78 – 89 sebanyak 4 siswa, dan siswa

yang mendapat nilai 90 – 101 sebanyak 5 siswa. Dari tabel 4.3. dan

gambar 4.3. juga terlihat bahwa terdapat 14 siswa atau 42,42 % siswa

yang dapat memenuhi KKM sebesar 66. Sebanyak 19 siswa atau 57,58 %

siswa tidak mencapai KKM.

c. Observasi

Observasi dilaksanakan oleh peneliti dengan dibantu oleh guru

kelas. Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran Matematika

materi perbandingan dan skala berlangsung dari kegiatan awal sampai

evaluasi. Observasi dilaksanakan secara sistematik. Observasi dilaksanakan

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18 – 29 30 – 41 42 – 53 54 – 65 66 – 77 78 – 89 90 – 101

Fre

ku

ensi

Interval Nilai

Page 64: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

47

untuk mendapatkan data mengenai proses pembelajaran dengan

menggunakan model experiential learning.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilaksanakan oleh guru kelas,

dan peneliti dapat disajikan sebagai berikut:

1) Pertemuan 1

Observer pada penelitian hari Jum’at, 20 April 2012 adalah guru

kelas V yaitu Ibu Nurjanah, S.Pd. Observasi aktivitas siswa dilakukan

meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Aspek-aspek yang

diamati terdapat 14 kriteria yaitu mengisi botol dengan batuan tepat

waktu, melakukan perbandingan dengan batuan, bekerja sama dengan

teman, toleransi terhadap teman, berani menyampaikan hasil kerja,

mengamati pola perbandingan, mengulang-ulang kegiatan

membandingkan batuan, berani bertanya, berani berpendapat, interaksi

antar siswa, menjawab soal perbandingan kurang dari 3 menit,

memberikan jawaban yang benar atau tepat, menggunakan lambang

perbandingan dengan benar, dan menuliskan perbandingan dengan benar.

Berdasarkan data hasil observasi yang dilakukan oleh guru kelas

V Ibu Nurjanah, S.Pd. diketahui bahwa sebanyak 2 siswa yang tidak

melakukan ke-14 kriteria. Sebanyak 1 siswa yang melakukan 5 kriteria.

Sebanyak 8 siswa melakukan11 kriteria. Sebanyak 4 siswa melakukan 12

kriteria. Sebanyak 11 siswa melakukan 13 kriteria. Sebanyak 7 siswa

melakukan ke-14 kriteria. Dari uraian tersebut diketahui bahwa sebanyak

30 siswa dapat dikatakan aktif dalam pembelajaran karena telah

memenuhi lebih dari 75% dari kriteria yang telah ditentukan. (lampiran

7: 94)

Selain observasi terhadap kegiatan siswa, observasi juga

dilaksanakan untuk mengetahui kegiatan guru dalam pembelajaran sudah

sesuai belum dengan model yang diterapkan. Observasi yang dilakukan

meliputi 10 kriteria yaitu menciptakan komunikasi yang baik dalam

kelas, memberikan kepercayaan pada siswa, menciptakan situasi yang

membuat siswa merasa bebas dalam belajar, memberikan rangsangan-

Page 65: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

48

rangsangan yang dapat membantu siswa, memancing motivasi siswa

untuk belajar, memberikan tanggapan yang tepat saat reaksi siswa

muncul, menerima dan menaggapi secara positif semua respon yang

ditimbulkan siswa, menjadi narasumber bagi siswa, menciptakan situasi

yang mengaktifkan semua anggota kelompok, membangun suasana yang

memberikan pengalaman bagi siswa. Berdasarkan observasi yang

dilaksanakan oleh guru kelas V Ibu Nurjanah, S.Pd. diketahui peneliti

yang berperan sebagai guru dapat memenuhi ke 9 dari 10 kriteria tersebut

dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Salah satu kriteria belum

terpenuhi karena observer tidak memberikan tanda (√) pada kolom “ya”

maupun kolom “tidak”. Kriteria tersebut adalah menciptakan situasi yang

mengaktifkan kelompok. Berdasarkan hasil observasi tersebut maka

peneliti telah melaksanakan 90% kriteria yang ada sehingga peneliti

sudah cukup sesuai dalam menerapkan model experiential learning.

(lampiran 6: 93)

2) Pertemuan 2

Observasi pada siklus I pertemuan 2 yaitu hari Rabu, 25 April

2012 dilaksanakan oleh guru kelas V Ibu Nurjanah, S.Pd. Observasi

aktivitas siswa dilakukan meliputi aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor. Aspek-aspek yang diamati terdapat 14 kriteria yaitu

mengamati peta, menunjukkan skala pada peta, mengukur jarak antarkota

dalam peta, menyusun puzzle peta, mengerjakan tugas dengan baik,

toleransi terhadap teman, berani menyampaikan hasil kerja, berani

bertanya, berani berpendapat, interaksi antar siswa, menjawab soal skala

kurang dari 3 menit, memberikan jawaban yang benar atau tepat,

menuliskan skala dengan benar, dan menggunakan lambang skala dengan

benar.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh guru kelas V

Ibu Nurjanah, S.Pd. diketahui bahwa sebanyak 3 siswa yang melakukan 8

kriteria. Sebanyak 1 siswa melakukan 9 kriteria. Sebanyak 1 siswa

melakukan 10 kriteria. Sebanyak 3 siswa melakukan 11 kriteria.

Page 66: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

49

Sebanyak 1 siswa melakukan 12 kriteria. Sebanyak 2 siswa melakukan

13 kriteria. Sebanyak 23 siswa melakukan 14 kriteria. Dari uraian

tersebut diketahui bahwa sebanyak 29 siswa dapat dikatakan aktif dalam

pembelajaran karena telah memenuhi lebih dari 75% dari kriteria yang

telah ditentukan. (lampiran 11: 109)

Selain observasi terhadap kegiatan siswa, observasi juga

dilaksanakan untuk mengetahui kegiatan guru dalam pembelajaran sudah

sesuai belum dengan model yang diterapkan. Observasi yang dilakukan

meliputi 10 kriteria yaitu menciptakan komunikasi yang baik dalam

kelas, memberikan kepercayaan pada siswa, menciptakan situasi yang

membuat siswa merasa bebas dalam belajar, memberikan rangsangan-

rangsangan yang dapat membantu siswa, memancing motivasi siswa

untuk belajar, memberikan tanggapan yang tepat saat reaksi siswa

muncul, menerima dan menaggapi secara positif semua respon yang

ditimbulkan siswa, menjadi narasumber bagi siswa, menciptakan situasi

yang mengaktifkan semua anggota kelompok, membangun suasana yang

memberikan pengalaman bagi siswa. Berdasarkan observasi yang

dilaksanakan oleh guru kelas V Ibu Nurjanah, S.Pd. diketahui peneliti

yang berperan sebagai guru dapat memenuhi ke 9 dari 10 kriteria tersebut

dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Salah satu kriteria belum

terpenuhi karena observer tidak memberikan tanda (√) pada kolom “ya”

maupun kolom “tidak”. Kriteria tersebut adalah memberikan rangsangan-

rangsangan yang dapat membantu siswa. Berdasarkan hasil observasi

tersebut maka peneliti telah melaksanakan 90% kriteria yang ada

sehingga peneliti sudah cukup sesuai dalam menerapkan model

experiential learning. (lampiran 10: 108)

d. Refleksi

Berdasarkan hasil evaluasi pertemuan 1 dan pertemuan 2 dapat

diambil nilai rata-rata yang merupakan nilai dari siklus I (lampiran 13: 112).

Berikut ini disajikan distribusi frekuensi nilai rata-rata Matematika siswa

pada materi perbandingan dan skala siklus I tertera pada tabel 4.4.

Page 67: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

50

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Nilai Rata-rata Matematika Siswa pada

Materi Perbandingan dan Skala Siklus I.

Panjang

Interval

Frekuensi

(fi)

Nilai tengah

(xi)

fi.xi Persentase

30 – 38

39 – 47

1

3

34

43

34

129

3,03 %

9,09 %

48 – 56 10 52 520 30,30 %

57 – 65 5 61 305 15,15 %

66 – 74 4 70 280 12,12 %

75 – 83 8 79 632 24,24 %

84 – 92 2 88 176 6,06 %

Jumlah 33 2076 100,00 %

Nilai rata-rata kelas = ∑

=

Ketuntasan klasikal =

42,42%

Berdasarkan tabel 4.4. maka dapat digambarkan pada grafik yang

dapat dilihat pada gambar 4.4.

Gambar 4.4. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Rata-rata Matematika Siswa

pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus I.

Tabel 4.4. dan gambar 4.4. menunjukkan distribusi frekuensi nilai

rata-rata hasil evaluasi Matematika materi perbandingan dan skala pada

0

2

4

6

8

10

12

30 – 38 39 – 47 48 – 56 57 – 65 66 – 74 75 – 83 84 – 92

Fre

ku

ensi

Interval Nilai

Page 68: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

51

siswa kelas V SDN 04 Ngringo pada siklus I pertemuan 1 dan 2. Dari tabel

4.4. dan gambar 4.4. terlihat bahwa nilai rata-rata kelas adalah 62,90

dengan perincian nilai sebagai berikut : siswa yang mendapat nilai 30 – 38

sebanyak 1 siswa, siswa yang mendapat nilai 39 – 47 sebanyak 3 siswa,

siswa yang mendapat nilai 48 – 56 sebanyak 10 siswa, siswa yang mendapat

nilai 57 – 65 sebanyak 5 siswa, siswa yang mendapat nilai 66 – 74 sebanyak

4 siswa, siswa yang mendapat nilai 75 – 83 sebanyak 8 siswa, dan siswa

yang mendapat nilai 84 – 92 sebanyak 2 siswa. Dari tabel 4.4. dan gambar

4.4. juga terlihat bahwa terdapat 14 siswa atau 42,42% siswa yang dapat

memenuhi KKM sebesar 66. Sebanyak 29 siswa atau 57,57% siswa tidak

mencapai KKM.

Hasil yang terlihat pada tabel 4.4. dan gambar 4.4. menunjukkan

bahwa indikator kinerja belum tercapai. Penelitian dikatakan berhasil

apabila siswa yang mendapat nilai minimal KKM 66 mencapai 80% dengan

nilai rata-rata diatas 66. Dari data yang disajikan pada tabel 4.4. dan gambar

4.4. terlihat bahwa siswa yang mendapat nilai minimal 66 ada 14 siswa atau

42,42% dengan nilai rata-rata 62,90. Dengan demikian, dapat dikatakan

bahwa penelitian ini belum berhasil.

Berdasarkan hasil pengamatan selama pembelajaran berlangsung,

peneliti menemukan kelebihan dan kekurangan dari pelaksanaan

pembelajaran. Kelebihan dari pelaksanaan pembelajaran ini terlihat dari

aktivitas siswa dimana lebih dari 75% siswa aktif dalam pembelajaran. Hasil

belajar yang diperoleh siswa menunjukkan adanya peningkatan dari 21,21%

(kondisi awal) menjadi 42,42% (pada siklus I) siswa yang mencapai KKM.

Walaupun demikian, hasil yang didapat masih belum memenuhi indikator

kinerja ketuntasan belajar 80% sehingga belum bisa dikatakan berhasil.

Beberapa hal yang mungkin menyebabkan kekurangberhasilan penelitian

pada siklus I ini antara lain: model pembelajaran experiential learning

adalah model yang baru bagi siswa sehingga siswa masih merasa asing,

siswa belum terbiasa melaksanakan instruksi yang diberikan oleh peneliti,

permainan puzzle peta yang digunakan kurang efektif, dan soal yang

Page 69: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

52

digunakan peneliti kurang variatif. Apabila dilihat dari sisi guru, juga masih

terdapat kekurangan yaitu pada pertemuan 1 guru kurang menciptakan

situasi yang mengaktifkan semua anggota kelompok dan pada pertemuan 2

guru kurang memberikan rangsangan-rangsangan yang dapat membantu

siswa. Kekurangan ini mungkin disebabkan oleh guru yang kurang teliti

dalam memperhatikan setiap aspek pembelajaran. Walaupun masih ada

kekurangan tapi sudah cukup baik karena ke 9 aspek yang lain sudah dapat

dilaksanakan oleh peneliti sehingga situasi experiential learning sudah

dapat terbangun.

Berdasarkan uraian di atas maka penelitian pada siklus I belum

berhasil dan harus dilanjutkan ke siklus II. Pembelajaran pada siklus II akan

dilaksanakan sesuai dengan hasil refleksi di atas. Kekurangan-kekurangan

yang terdapat pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II.

2. Siklus II

Sesuai dengan kesepakatan bersama antara peneliti dengan guru kelas

maka siklus II dilaksanakan mulai dari tanggal Kamis, 26 April 2012 sampai

Sabtu, 12 Mei 2012. Seperti yang telah disepakati bahwa penelitian siklus II

dilaksanakan sebanyak dua pertemuan dan setiap pertemuan mendapat alokasi

waktu 2 x 35 menit. Penelitian dilaksanakan pada hari Jum’at, 27 April 2012

dan Jum’at, 11 Mei 2012. Berikut ini merupakan deskripsi kegiatan yang

dilaksanakan:

a. Perencanaan

Berdasarkan refleksi yang dilaksanakan peneliti terhadap

pelaksanaan siklus I maka peneliti memperbaiki rencana pembelajaran

untuk dilaksanakan pada siklus II. Peneliti berinisiatif untuk memperbanyak

variasi soal yang dikerjakan oleh siswa sebagai bentuk perbaikan dari siklus

sebelumnya. Tujuan dari pemberian soal yang variatif adalah agar siswa

lebih banyak mendapatkan pengalaman mengerjakan berbagai jenis soal

sehingga saat menemui soal yang sama siswa tidak lagi kebingungan. Selain

itu, peneliti juga memperbaiki media yang digunakan dalam pembelajaran.

Page 70: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

53

Peneliti juga menggunakan permainan yang berbeda. Berikut ini adalah

kegiatan yang dilaksanakan oleh peneliti selama tahap perencanaan:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat sesuai dengan

permasalahan yang diteliti yaitu pada mata pelajaran Matematika materi

perbandingan dan skala. RPP dibuat 2 pertemuan dengan alokasi waktu

tiap pertemuannya 2 x 35 menit. RPP yang dibuat berdasarkan hasil

refleksi dari siklus I. Adapun RPP ini disusun dengan format: standar

kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak

pengiring, materi ajar, model pembelajaran, media dan sumber belajar,

langkah-langkah kegiatan, dan penilaian.

2) Membuat Media Pembelajaran

Penelitian dilaksanakan sebanyak dua pertemuan. Pada

pertemuan pertama penelitian dilaksanakan dengan menggunakan

sedotan dua warna yaitu merah dan kuning sedangkan pada pertemuan

kedua menggunakan kotak tebakan satuan dan satuan jarak.

Peneliti juga menyiapkan media pendukung lainnya yaitu botol

dan peta. Botol akan digunakan untuk permainan dengan sedotan. Peta

digunakan sebagai bentuk nyata dari penggunaan skala. Peta dipinjam

peneliti dari SDN 04 Ngringo.

3) Menyiapkan Lembar Observasi

Observasi dilaksanakan pada tiap pertemuan. Peneliti meminta

bantuan dari guru kelas untuk menjadi observer. Observasi dilakukan

terhadap kegiatan siswa dan juga peneliti selaku guru pada saat penelitian

berlangsung.

Lembar observasi yang digunakan ada dua yaitu lembar

observasi guru mengajar dan lembar observasi aktivitas siswa. Lembar

observasi guru disesuaikan dengan kajian teori model pembelajaran

experiential learning. Berdasarkan kajian teori, peneliti merumuskan 10

aspek yang harus diamati selama proses pembelajaran yaitu menciptakan

komunikasi yang baik dalam kelas, memberikan kepercayaan pada siswa,

Page 71: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

54

menciptakan situasi yang membuat siswa merasa bebas dalam belajar,

memberikan rangsangan-rangsangan yang dapat membantu siswa,

memancing motivasi siswa untuk belajar, memberikan tanggapan yang

tepat saat reaksi siswa muncul, menerima dan menaggapi secara positif

semua respon yang ditimbulkan siswa, menjadi narasumber bagi siswa,

menciptakan situasi yang mengaktifkan semua anggota kelompok,

membangun suasana yang memberikan pengalaman bagi siswa. Lembar

observasi guru mengajar yang digunakan pada tiap pertemuan selalu

sama.

Lembar observasi yang kedua adalah lembar observasi aktivitas

siswa. Lembar observasi aktivitas siswa meliputi aspek kognitif, afektif,

dan psikomotor. Lembar observasi aktivitas siswa disesuaikan dengan

kegiatan belajar yang dilaksanakan siswa sehingga akan terdapat

perbedaan pada tiap pertemuan walaupun pada intinya sama. Lembar

observasi aktivitas siswa pada pertemuan pertama meliputi 14 aspek

yaitu mengisi botol dengan sedotan tepat waktu, melakukan

perbandingan dengan sedotan, bekerja sama dengan teman, toleransi

terhadap teman, berani menyampaikan hasil kerja, mengamati pola

perbandingan, mengulang-ulang kegiatan membandingkan sedotan,

berani bertanya, berani berpendapat, interaksi antar siswa, menjawab

soal perbandingan kurang dari 3 menit, memberikan jawaban yang benar

atau tepat, menggunakan lambang perbandingan dengan benar, dan

menuliskan perbandingan dengan benar. Sedangkan untuk pertemuan

kedua terdiri dari 14 aspek berikut: mengamati peta, menunjukkan skala

pada peta, mengukur jarak antarkota dalam peta, mencocokan dua kotak

yang berisi perubahan satuan dengan benar, menggambar peta/denah

sederhana, toleransi terhadap teman, berani menyampaikan hasil kerja,

berani bertanya atau berani berpendapat, interaksi antar siswa, menjawab

soal skala kurang dari 3 menit, memberikan jawaban yang benar atau

tepat, menuliskan skala dengan benar, dan menggunakan lambang skala

dengan benar.

Page 72: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

55

b. Pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan

alokasi waktu 2 x 35 menit. Pada saat penelitian berlangsung peneliti

bekerja sama dengan guru kelas. Peneliti berkedudukan sebagai pengajar

dan guru sebagai observer. Berikut ini deskripsi tindakan yang dilaksanakan

untuk meningkatkan keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah

perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo:

1) Pertemuan 1

Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Jum’at, 27 April 2012.

Penelitian dilaksanakan selama 2 x 35 menit yang dimulai pada pukul

07.30. Pada pertemuan 1, siswa belajar mengenai perbandingan. Media

yang digunakan pada penelitian ini adalah sedotan dua warna yaitu

merah dan kuning. Siswa mengisi botol dengan sedotan kemudian

membandingkan sedotan sesuai dengan lembar kerja siswa. Setelah itu,

masing – masing kelompok menyampaikan hasil kerja dan kelompok

yang lain menebak hasilnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

RPP. (lampiran 14: 113)

Pada akhir pertemuan dilaksanakan evaluasi melalui tes tertulis.

Hasil evaluasi siswa segera dianalisis oleh peneliti (lampiran 17: 126).

Berikut ini disajikan distribusi frekuensi nilai Matematika siswa pada

materi perbandingan dan skala siklus II pertemuan 1 tertera pada tabel

4.5.

Page 73: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

56

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa pada Materi

Perbandingan dan Skala Siklus II Pertemuan 1.

Panjang

Interval

Frekuensi

(fi)

Nilai tengah

(xi)

fi.xi Persentase

39 – 47 1 43 43 3,03 %

48 – 56 1 52 52 3,03 %

57 – 65 1 61 61 3,03 %

66 – 74 8 70 560 24,24 %

75 – 83 3 79 237 9,09 %

84 – 92 13 88 1144 39,39 %

93 – 101 6 97 582 18,18 %

Jumlah 33 2679 100,00 %

Nilai rata-rata kelas = ∑

=

Ketuntasan klasikal =

90,90%

Berdasarkan tabel 4.5. maka dapat digambarkan pada grafik

yang dapat dilihat pada gambar 4.5.

Gambar 4.5. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa pada

Materi Perbandingan dan Skala Siklus II Pertemuan 1.

Tabel 4.5. dan gambar 4.5. menunjukkan distribusi frekuensi

nilai hasil evaluasi Matematika materi perbandingan dan skala pada

0

2

4

6

8

10

12

14

39 – 47 48 – 56 57 – 65 66 – 74 75 – 83 84 – 92 93 – 101

Fre

ku

ensi

Interval Nilai

Page 74: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

57

siswa kelas V SDN 04 Ngringo pada siklus II pertemuan 1. Dari tabel

4.5. dan gambar 4.5. terlihat bahwa nilai rata-rata kelas adalah 81,18

dengan perincian nilai sebagai berikut : siswa yang mendapat nilai 39

– 47 sebanyak 1 siswa, siswa yang mendapat nilai 48 – 56 sebanyak 1

siswa, siswa yang mendapat nilai 57 – 65 sebanyak 1 siswa, siswa

yang mendapat nilai 66 – 74 sebanyak 8 siswa, siswa yang mendapat

nilai 75 – 83 sebanyak 3 siswa, siswa yang mendapat nilai 84 – 92

sebanyak 13 siswa, dan siswa yang mendapat nilai 93 – 101 sebanyak

6 siswa. Dari tabel 4.5. dan gambar 4.5. juga terlihat bahwa terdapat

30 siswa atau 90,90% siswa yang dapat memenuhi KKM sebesar 66.

Sebanyak 3 siswa atau 9,10% siswa tidak mencapai KKM.

2) Pertemuan 2

Pertemuan 2 dilaksanakan pada hari jum’at, 11 Mei 2012.

Penelitian dilaksanakan selama 2 x 35 menit yang dimulai pada pukul

07.30. Pada pertemuan 2, siswa belajar mengenai skala. Media yang

digunakan adalah peta, tangga satuan jarak, dan papan permainan. Siswa

mencocokan besarnya satuan – satuan yang ada dalam kotak. Setelah itu,

siswa menggambar denah/peta antara sekolah dan rumah mereka. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada RPP. (lampiran 18: 127)

Pada akhir penelitian dilaksanakan evaluasi melalui tes tertulis.

Hasil evaluasi siswa segera dianalisis oleh peneliti (lampiran 21: 140).

Berikut ini disajikan distribusi frekuensi nilai Matematika siswa pada

materi perbandingan dan skala siklus II pertemuan 2 tertera pada tabel

4.6.

Page 75: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

58

Tabel 4.6. Nilai Matematika Siswa pada Materi Perbandingan dan Skala

Siklus II Pertemuan 2.

Panjang

Interval

Frekuensi

(fi)

Nilai tengah

(xi)

fi.xi Persentase

30 – 38

39 – 47

1

1

34

43

34

43

3,03 %

3,03 %

48 – 56 1 52 52 3,03 %

57 – 65 3 61 183 9,09 %

66 – 74 9 70 630 27,27 %

75 – 83 7 79 553 21,21 %

84 – 92 11 88 968 33,33 %

Jumlah 33 2463 100,00 %

Nilai rata-rata kelas = ∑

=

Ketuntasan klasikal =

81,81%

Berdasarkan tabel 4.6. maka dapat digambarkan pada grafik

yang dapat dilihat pada gambar 4.6. sebagai berikut:

Gambar 4.6. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa pada

Materi Perbandingan dan Skala Siklus II Pertemuan 2.

Tabel 4.6. dan gambar 4.6. menunjukkan distribusi frekuensi

nilai hasil evaluasi Matematika materi perbandingan dan skala pada

0

2

4

6

8

10

12

30 – 38 39 – 47 48 – 56 57 – 65 66 – 74 75 – 83 84 – 92

Fre

ku

ensi

Interval Nilai

Page 76: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

59

siswa kelas V SDN 04 Ngringo pada siklus II pertemuan 1. Dari tabel

4.6. dan gambar 4.6. terlihat bahwa nilai rata-rata kelas adalah 74,63

dengan perincian nilai sebagai berikut : siswa yang mendapat nilai 30 –

38 sebanyak 1 siswa, siswa yang mendapat nilai 39 – 47 sebanyak 1

siswa, siswa yang mendapat nilai 48 – 56 sebanyak 1 siswa, siswa yang

mendapat nilai 57 – 65 sebanyak 3 siswa, siswa yang mendapat nilai 66 –

74 sebanyak 9 siswa, siswa yang mendapat nilai 75 – 83 sebanyak 7

siswa, dan siswa yang mendapat nilai 84 – 92 sebanyak 11 siswa. Dari

tabel 4.6. dan gambar 4.6. juga terlihat bahwa terdapat 27 siswa atau

81,81% siswa yang dapat memenuhi KKM sebesar 66. Sebanyak 6 siswa

atau 18,19% siswa tidak mencapai KKM.

c. Observasi

Observasi dilaksanakan oleh peneliti dengan dibantu oleh guru

kelas. Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran Matematika

materi perbandingan dan skala berlangsung dari kegiatan awal sampai

evaluasi. Observasi dilaksanakan secara sistematik. Observasi dilaksanakan

untuk mendapatkan data mengenai proses pembelajaran dengan

menggunakan model experiential learning.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilaksanakan oleh guru kelas,

dan peneliti dapat disajikan sebagai berikut:

1) Pertemuan 1

Observer pada penelitian hari Jum’at, 27 April 2012 adalah guru

kelas V yaitu Ibu Nurjanah, S.Pd. Observasi aktivitas siswa dilakukan

meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Aspek-aspek yang

diamati terdapat 14 kriteria yaitu mengisi botol dengan sedotan tepat

waktu, melakukan perbandingan dengan sedotan, bekerja sama dengan

teman, toleransi terhadap teman, berani menyampaikan hasil kerja,

mengamati pola perbandingan, mengulang-ulang kegiatan

membandingkan sedotan, berani bertanya, berani berpendapat, interaksi

antar siswa, menjawab soal perbandingan kurang dari 3 menit,

Page 77: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

60

memberikan jawaban yang benar atau tepat, menggunakan lambang

perbandingan dengan benar, dan menuliskan perbandingan dengan benar.

Berdasarkan data hasil observasi yang dilakukan oleh guru kelas

V Ibu Nurjanah, S.Pd. diketahui bahwa sebanyak 1 siswa yang

melakukan 6 kriteria. Sebanyak 1 siswa melakukan 8 kriteria. Sebanyak

2 siswa melakukan 9 kriteria. Sebanyak 2 siswa melakukan 10 kriteria.

Sebanyak 2 melakukan 12 kriteria. Sebanyak 25 siswa melakukan ke-14

kriteria. Dari uraian tersebut diketahui bahwa sebanyak 27 siswa dapat

dikatakan aktif dalam pembelajaran karena telah memenuhi lebih dari

75% dari kriteria yang telah ditentukan. (lampiran 16: 124)

Selain observasi terhadap kegiatan siswa, observasi juga

dilaksanakan untuk mengetahui kegiatan guru dalam pembelajaran sudah

sesuai belum dengan model yang diterapkan. Observasi yang dilakukan

meliputi 10 kriteria yaitu menciptakan komunikasi yang baik dalam

kelas, memberikan kepercayaan pada siswa, menciptakan situasi yang

membuat siswa merasa bebas dalam belajar, memberikan rangsangan-

rangsangan yang dapat membantu siswa, memancing motivasi siswa

untuk belajar, memberikan tanggapan yang tepat saat reaksi siswa

muncul, menerima dan menaggapi secara positif semua respon yang

ditimbulkan siswa, menjadi narasumber bagi siswa, menciptakan situasi

yang mengaktifkan semua anggota kelompok, membangun suasana yang

memberikan pengalaman bagi siswa. Berdasarkan observasi yang

dilaksanakan oleh guru kelas V Ibu Nurjanah, S.Pd. diketahui peneliti

yang berperan sebagai guru dapat memenuhi ke 9 dari 10 kriteria tersebut

dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Salah satu kriteria belum

terpenuhi karena observer tidak memberikan tanda (√) pada kolom “ya”

maupun kolom “tidak”. Kriteria tersebut adalah memberikan tanggapan

yang tepat saat reaksi siswa muncul. Berdasarkan hasil observasi tersebut

maka peneliti telah melaksanakan 90% kriteria yang ada sehingga

peneliti sudah cukup sesuai dalam menerapkan model experiential

learning. (lampiran 15: 123)

Page 78: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

61

2) Pertemuan 2

Observasi pada siklus II pertemuan 2 yaitu hari Jum’at, 11 Mei

2012 dilaksanakan oleh guru kelas V Ibu Nurjanah, S.Pd. Observasi

aktivitas siswa dilakukan meliputi aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor. Aspek-aspek yang diamati terdapat 14 kriteria yaitu

mengamati peta, menunjukkan skala pada peta, mengukur jarak antarkota

dalam peta, mencocokan dua kotak yang berisi perubahan satuan dengan

benar, menggambar peta/denah sederhana, toleransi terhadap teman,

berani menyampaikan hasil kerja, berani bertanya atau berani

berpendapat, interaksi antar siswa, menjawab soal skala kurang dari 3

menit, memberikan jawaban yang benar atau tepat, menuliskan skala

dengan benar, dan menggunakan lambang skala dengan benar.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh guru kelas V

Ibu Nurjanah, S.Pd. diketahui bahwa sebanyak 4 siswa yang melakukan 8

kriteria. Sebanyak 1 siswa melakukan 11 kriteria. Sebanyak 1 siswa

melakukan 12 kriteria. Sebanyak 2 siswa melakukan 13 kriteria.

Sebanyak 25 siswa melakukan ke-14. Dari uraian tersebut diketahui

bahwa sebanyak 29 siswa dapat dikatakan aktif dalam pembelajaran

karena telah memenuhi lebih dari 75% dari kriteria yang telah ditentukan.

(lampiran 20: 138)

Selain observasi terhadap kegiatan siswa, observasi juga

dilaksanakan untuk mengetahui kegiatan guru dalam pembelajaran sudah

sesuai belum dengan model yang diterapkan. Observasi yang dilakukan

meliputi 10 kriteria yaitu menciptakan komunikasi yang baik dalam

kelas, memberikan kepercayaan pada siswa, menciptakan situasi yang

membuat siswa merasa bebas dalam belajar, memberikan rangsangan-

rangsangan yang dapat membantu siswa, memancing motivasi siswa

untuk belajar, memberikan tanggapan yang tepat saat reaksi siswa

muncul, menerima dan menaggapi secara positif semua respon yang

ditimbulkan siswa, menjadi narasumber bagi siswa, menciptakan situasi

yang mengaktifkan semua anggota kelompok, membangun suasana yang

Page 79: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

62

memberikan pengalaman bagi siswa. Berdasarkan observasi yang

dilaksanakan oleh guru kelas V Ibu Nurjanah, S.Pd. diketahui peneliti

yang berperan sebagai guru dapat memenuhi ke 9 dari 10 kriteria tersebut

dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Salah satu kriteria belum

terpenuhi karena observer tidak memberikan tanda (√) pada kolom “ya”

maupun kolom “tidak”. Kriteria tersebut adalah menerima dan

menanggapi secara positif semua respon yang ditimbulkan siswa.

Berdasarkan hasil observasi tersebut maka peneliti telah melaksanakan

90% kriteria yang ada sehingga peneliti sudah cukup sesuai dalam

menerapkan model experiential learning. (lampiran 19: 137)

d. Refleksi

Berdasarkan hasil evaluasi pertemuan 1 dan pertemuan 2 dapat

diambil nilai rata-rata yang merupakan nilai dari siklus II (lampiran 22:

141). Berikut ini disajikan distribusi frekuensi nilai Matematika siswa pada

materi perbandingan dan skala siklus II tertera pada tabel 4.7.

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Nilai Rata-rata Matematika Siswa pada

Materi Perbandingan dan Skala Siklus II.

Panjang

Interval

Frekuensi

(fi)

Nilai tengah

(xi)

fi.xi Persentase

42 – 49

50 – 57

1

1

45,5

53,5

45,5

53,5

3,03 %

3,03 %

58 – 65 4 61,5 246 3,03 %

66 – 73 3 69,5 208,5 9,09 %

74 – 81 9 77,5 697,5 27,27 %

82 – 89 5 85,5 427,5 21,21 %

90 – 97 10 93,5 935 33,33 %

Jumlah 33 2613,5 100,00 %

Nilai rata-rata kelas = ∑

=

Ketuntasan klasikal =

81,81%

Berdasarkan tabel 4.7. maka dapat digambarkan pada grafik yang

dapat dilihat pada gambar 4.7.

Page 80: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

63

Gambar 4.7. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Rata-rata Matematika Siswa

Materi Perbandingan dan Skala Siklus II.

Tabel 4.7. dan gambar 4.7. menunjukkan distribusi frekuensi nilai

rata-rata hasil evaluasi Matematika materi perbandingan dan skala pada

siswa kelas V SDN 04 Ngringo pada siklus II pertemuan 1 dan 2. Dari tabel

4.7. dan gambar 4.7. terlihat bahwa nilai rata-rata kelas adalah 79,19 dengan

perincian nilai sebagai berikut : siswa yang mendapat nilai 42 – 49 sebanyak

1 siswa, siswa yang mendapat nilai 50 – 57 sebanyak 1 siswa, siswa yang

mendapat nilai 58 – 65 sebanyak 4 siswa, siswa yang mendapat nilai 66 – 73

sebanyak 3 siswa, siswa yang mendapat nilai 74 – 81 sebanyak 9 siswa,

siswa yang mendapat nilai 82 – 89 sebanyak 5 siswa, dan siswa yang

mendapat nilai 90 – 97 sebanyak 10 siswa. Dari tabel 4.7. dan gambar 4.7.

juga terlihat bahwa terdapat 27 siswa atau 81,81% siswa yang dapat

memenuhi KKM sebesar 66. Sebanyak 6 siswa atau 18,19% siswa tidak

mencapai KKM.

Hasil yang terlihat pada tabel 4.7. dan gambar 4.7. menunjukkan

bahwa indikator kinerja telah tercapai. Penelitian dikatakan berhasil apabila

siswa yang mendapat nilai minimal KKM 66 mencapai 80% dengan nilai

rata-rata diatas 66. Dari data yang disajikan pada tabel 4.7. dan gambar 4.7.

0

2

4

6

8

10

12

42 – 49 50 – 57 58 – 65 66 – 73 74 – 81 82 – 89 90 – 97

Fre

ku

ensi

Interval Nilai

Page 81: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

64

terlihat bahwa siswa yang mendapat nilai minimal 66 ada 27 siswa atau

81,81% dengan nilai rata-rata 79,19. Dengan demikian, penelitian telah

berhasil pada siklus II.

Berdasarkan hasil pengamatan selama pembelajaran berlangsung,

peneliti menemukan kelebihan dan kekurangan dari pelaksanaan

pembelajaran. Kelebihan dari pelaksanaan pembelajaran ini terlihat dari

aktivitas siswa dimana lebih dari 75% siswa aktif dalam pembelajaran. Hasil

belajar yang diperoleh siswa menunjukkan adanya peningkatan dari 42,42%

(pada siklus I) menjadi 81,18% (pada siklus II) siswa yang mencapai KKM.

Dengan demikian, hasil yang didapat sudah memenuhi indikator kinerja

ketuntasan belajar 80% sehingga bisa dikatakan berhasil. Akan tetapi, upaya

untuk peningkatan efektifitas dalam pembelajaran masih diperlukan agar

siswa dapat aktif 100%. Selain itu, guru juga harus lebih cermat agar ke 10

aspek dapat terlaksanakan semua dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas, walaupun masih ada kekurangan namun

penelitian pada siklus II sudah berhasil sehingga tidak perlu dilanjutkan ke

siklus III. Kekurangan yang masih terjadi dilapangan dapat diperbaiki di

masa mendatang.

C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus

Penelitian ini terdiri atas dua siklus. Hasil dari tindakan antarsiklus akan

dibandingkan dengan pratindakan. Pembandingan ini dilakukan untuk mengetahui

peningkatan yang terjadi dari pratindakan, siklus I dan siklus II. Berdasarkan

rekapitulasi nilai yang dilakukan oleh peneliti (lampiran 23: 142), maka dapat

disusun menjadi tabel 4.8. dan tabel 4.9. mengenai perbandingan distribusi

frekuensi nilai hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa. Berikut ini disajikan

perbandingan antara distribusi frekuensi nilai pratindakan dengan distribusi

frekuensi nilai siklus I dan siklus II yang tertera pada tabel 4.8.

Page 82: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

65

Tabel 4.8. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Pratindakan dengan Distribusi

Frekuensi Nilai Siklus I dan Siklus II.

Panjang

Interval

Frekuensi Nilai

tengah

(x)

fi.xi

Pra

tindakan

Siklus

I

Siklus

II

Pra

tindakan

Siklus

I

Siklus

II

30 – 41 8 2 0 35,5 248,0 71,0 0,0

42 – 53 7 8 1 47,5 332,5 380,0 47,5

54 – 65 11 9 5 59,5 654,5 535,5 297,5

66 – 77 4 9 5 71,5 286,0 643,5 357,5

78 – 89 1 3 12 83,5 83,5 250,5 1002,0

90 – 101 2 2 10 95,5 191,0 191,0 955,0

Jumlah 33 33 33 1795,5 2071,5 2659,5

Nilai rata-rata kelas ∑

54,40 62,78 79,19

Berdasarkan tabel 4.8. maka dapat digambarkan pada grafik yang dapat

dilihat pada gambar 4.8.

Gambar 4.8. Grafik Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Pratindakan dengan

Distribusi Frekuensi Nilai Siklus I dan Siklus II.

Tabel 4.8 dan gambar 4.8 menunjukkan perbandingan distribusi

frekuensi nilai pratindakan, siklus I, dan siklus II. Siswa yang mendapat nilai 30 –

0

2

4

6

8

10

12

14

30 – 41 42 – 53 54 – 65 66 – 77 78 – 89 90 – 101

Fre

ku

ensi

Interval Nilai

Pratindakan Siklus I Siklus II

Page 83: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

66

41 pada pratindakan sebanyak 8 siswa, pada siklus I sebanyak 2 siswa, dan pada

siklus II sebanyak 0 siswa. Siswa yang mendapat nilai 42 – 53 pada pratindakan

sebanyak 7 siswa, pada siklus I sebanyak 8 siswa, dan pada siklus II sebanyak 1

siswa. Siswa yang mendapat nilai 54 – 65 pada pratindakan sebanyak 11 siswa,

pada siklus I sebanyak 9 siswa, dan pada siklus II sebanyak 5 siswa. Siswa yang

mendapat nilai 66 – 41 pada pratindakan sebanyak 4 siswa, pada siklus I sebanyak

9 siswa, dan pada siklus II sebanyak 5 siswa. Siswa yang mendapat nilai 78 – 89

pada pratindakan sebanyak 1 siswa, pada siklus I sebanyak 3 siswa, dan pada

siklus II sebanyak 12 siswa. Siswa yang mendapat nilai 90 – 101 pada pratindakan

sebanyak 2 siswa, pada siklus I sebanyak 2 siswa, dan pada siklus II sebanyak 10

siswa.

Selain nilai siswa, pembandingan juga dilakukan terhadap besarnya

ketuntasan belajar siswa. Jumlah siswa yang dapat mencapai KKM yang

dinyatakan dalam bentuk persen. Berikut ini disajikan perbandingan antara

persentase ketuntasan hasil belajar pratindakan dengan persentase ketuntasan

belajar siklus I dan siklus II yang tertera pada tabel 4.9.

Tabel 4.9. Perbandingan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Pratindakan dengan

Persentase Ketuntasan Belajar Siklus I dan Siklus II.

Panjang

Interval

Frekuensi Nilai

tengah

Persentase

Pra

tindakan

Siklus

I

Siklus

II

Pra

tindakan Siklus I Siklus II

30 – 41 8 2 0 35,5 24,24% 6,06% 0 %

42 – 53 7 8 1 47,5 21,21% 24,24% 3,03%

54 – 65 11 9 5 59,5 33,33% 27,27% 15,15%

66 – 77 4 9 5 71,5 12,12% 27,27% 15,15%

78 – 89 1 3 12 83,5 3,03% 9,09% 36,36%

90 – 101 2 2 10 95,5 6,06% 6,06% 30,30%

Jumlah 33 33 33 100,00% 100,00% 100,00%

Persentase ketuntasan 21,21% 42,42% 81,81%

Berdasarkan tabel 4.9. maka dapat digambarkan pada grafik yang dapat

dilihat pada gambar 4.9.

Page 84: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

67

Gambar 4.9. Grafik Perbandingan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar

Pratindakan dengan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I

dan Siklus II.

Tabel 4.9 dan gambar 4.9 menunjukkan persentase ketuntasan hasil

belajar siswa dari pratindakan, siklus I, dan siklus II. Siswa yang mendapat nilai

30 – 41 pada pratindakan sebanyak 24,24%, pada siklus I sebanyak 6,06%, dan

pada siklus II sebanyak 0%. Siswa yang mendapat nilai 42 – 53 pada pratindakan

sebanyak 21,21%, pada siklus I sebanyak 24,24%, dan pada siklus II sebanyak

3,03%. Siswa yang mendapat nilai 54 – 65 pada pratindakan sebanyak 33,33%

siswa, pada siklus I sebanyak 27,27%, dan pada siklus II sebanyak 15,15%. Siswa

yang mendapat nilai 66 – 41 pada pratindakan sebanyak 12,12%, pada siklus I

sebanyak 27,27%, dan pada siklus II sebanyak 15,15%. Siswa yang mendapat

nilai 78 – 89 pada pratindakan sebanyak 3,03% siswa, pada siklus I sebanyak

9,09%, dan pada siklus II sebanyak 36,36%. Siswa yang mendapat nilai 90 – 101

pada pratindakan sebanyak 6,06%, pada siklus I sebanyak 6,06%, dan pada siklus

II sebanyak 30,30%.

Berdasarkan tabel 4.8 dan tabel 4.9 juga diketahui rata-rata nilai dan

persentase ketuntasan hasil belajar yang dapat disajikan dalam bentuk grafik pada

gambar 4.10.

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

30 – 41 42 – 53 54 – 65 66 – 77 78 – 89 90 – 101

Fre

ku

ensi

Interval Nilai

Pratindakan Siklus I Siklus II

Page 85: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

68

Gambar 4.10. Grafik Perbandingan Rata-Rata Nilai Siswa dan Persentase

Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Tahap Pratindakan, Siklus I, dan

Siklus II.

Berdasarkan gambar 4.10. terlihat bahwa pada pratindakan siswa

mempunyai rata-rata nilai 54,40 dengan ketuntasan hasil belajar sebesar 21,21%.

Pada tahap siklus I, siswa mempunyai rata-rata nilai 62,78 dengan ketuntasan

hasil belajar sebesar 42,42%. Pada tahap siklus II, siswa mempunyai rata-rata nilai

79,19 dengan ketuntasan hasil belajar sebesar 81,81%.

D. Pembahasan

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

sekolah dasar. Berbagai kajian mengenai matematika diajarkan di sekolah dasar

seperti aljabar dan geometri. Dalam pelaksanaanya pembelajaran Matematika di

SDN 04 Ngringo kurang berjalan dengan baik utamanya pada materi

perbandingan dan skala. Hal ini terlihat dari hasil ulangan harian materi

perbandingan dan skala yang kurang baik yaitu nilai rata-rata 54,40 dengan

ketuntasan 21,21%. Melihat kenyataan tersebut, peneliti ingin memberikan

alternatif pemecahan masalah tersebut dengan menawarkan model pembelajaran

experiential learning untuk diterapkan dalam pembelajaran.

Penelitian dilaksanaan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat

tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Setelah melalui

54,40 62,78

79,19

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90N

ilai

Rata-rata nilai hasil

belajar

Pratindakan Siklus I Siklus II

21,21%

42,42%

81,81%

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

80,00%

90,00%

Per

sen

tase

Persentase ketuntasan hasil

belajar

Pratindakan Siklus I Siklus II

Page 86: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

69

keempat tahap tersebut maka didapat hasil penelitian. Hasil penelitian ini yang

akan dipaparkan. Pemaparan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

peningkatan keterampilan penggunaan pecahan siswa kelas V SDN 04 Ngringo

dalam masalah perbandingan dan skala setelah penerapan model pembelajaran

experiential learning tahun pelajaran 2011/2012. Data yang dipaparkan meliputi

data pratindakan, siklus I, dan siklus II.

Semua data hasil penelitian telah dipaparkan di atas. Data awal atau data

sebelum penelitian dilaksanakan. Data hasil evaluasi tiap pertemuan baik siklus I

maupun siklus II. Data rata-rata nilai tiap siklus. Pada sub bab sebelumnya juga

telah dipaparkan persentase dari ketuntasan belajar siswa dan data hasil observasi

selama penelitian berlangsung.

Pratindakan merupakan kondisi awal pembelajaran sebelum dilakukan

tindakan. Pada kondisi ini rata-rata hasil evaluasi yang diperoleh siswa adalah

54,40. Ketuntasan belajar siswa adalah 21,21% atau 7 siswa dari 33 siswa yang

dapat mencapai KKM. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: minat

siswa yang rendah karena menganggap Matematika sebagai mata pelajaran yang

sulit, guru belum menggunakan media dalam mengajar materi perbandingan dan

skala, dan guru kelas masih menggunakan model pembelajaran yang masih

didominasi oleh ceramah. Melihat kondisi ini, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan memfokuskan pada model pembelajaran. Peneliti menawarkan

alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran

perbandingan dan skala yaitu model pembelajaran experiential learning.

Siklus I merupakan tindakan pertama penelitian. Tindakan itu adalah

dengan menerapkan model pembelajaran experiential learning dalam proses

pembelajaran. Model pembelajaran experiential learning terdiri atas empat tahap

proses belajar yaitu concrete experience (CE), reflective observation (RO),

abstract conceptualization (AC), dan active experimentation (AE). Dalam

pelaksanaan di kelas terjadi banyak hal yang menarik. Siswa sangat antusias

dalam pembelajaran. Siswa melaksanakan setiap kegiatan belajar dengan cukup

baik walaupun masih terlihat sedikit kebingungan. Siswa sangat aktif dalam

pembelajaran sehingga siswa mendapat pengalaman dalam perbandingan dan

Page 87: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

70

skala. Siswa juga terlihat sangat menikmati cara mereka belajar. Walaupun

keadaan dalam proses belajar mengajar berjalan dengan baik, hasil evaluasi siklus

I belum memuaskan. Hasil yang diperoleh adalah nilai rata-rata evaluasi siswa

adalah 62,78 dengan ketuntasan belajar sebesar 42,42% atau 14 siswa dari 33

siswa yang mampu mencapai KKM. Dengan demikian, masih ada 19 siswa atau

57,58% yang belum lulus KKM.

Ketuntasan belajar siklus I belum memenuhi harapan dikarenakan

beberapa hal diantaranya model experiential learning masih baru bagi siswa

sehingga belum terbiasa, permainan puzzle peta kurang memberikan pengalaman

untuk siswa, dan variasi soal yang diberikan oleh peneliti kurang sebaran tingkat

kognisinya. Oleh karena itu, peneliti melakukan beberapa perbaikan dalam

pembelajaran siklus II. Perbaikan yang dimaksud adalah dengan mengubah

permainan puzzle peta dengan permainan tebak kotak dan menggambar denah,

dan menambah sebaran kognisi dalam variasi soal.

Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I berdasarkan refleksi yang

telah dilakukan. Pada siklus II peneliti menerapkan model pembelajaran

experiential learning dalam proses pembelajaran dengan perbaikan sesuai dengan

hasil refleksi siklus I. Siswa sangat aktif dan antusias dalam pembelajaran.

Perbedaan dengan siklus I adalah siswa sudah terlihat mulai dapat menguasai

situasi yang diciptakan peneliti. Siswa sudah dapat menempatkan dirinya dan

dapat melaksanakan instruksi peneliti dengan baik. Melalui variasi sebaran

kognisi pada soal yang diberikan peneliti membuat siswa mendapatkan lebih

banyak pengalaman dalam masalah perbandingan dan skala. Menggambar denah

rumah-sekolah juga memberi dampak yang positif bagi siswa. Siswa menentukan

sendiri jarak sebenarnya, jarak pada peta, dan menghitung skala gambar mereka

sehingga mereka benar-benar tahu asal dari penghitungan skala. Proses belajar

mengajar sudah berjalan dengan baik dan hal ini berbading lurus dengan hasil

evaluasi. Hasil evaluasi sudah memenuhi harapan peneliti. Hasil evaluasi yang

diperoleh pada siklus II adalah nilai rata-rata siswa sebesar 79,19 dengan

ketuntasan belajar sebesar 81,81% atau 27 siswa dari 33 siswa mampu mencapai

KKM. Walaupun masih ada 6 siswa atau 18,19% siswa belum lulus KKM

Page 88: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

71

penelitian ini dapat dikatakan berhasil. Dikatakan demikian karena ketuntasan

belajar telah melampaui indikator kinerja penelitian 80% dan nilai rata-rata diatas

KKM 66 sehingga penelitian dapat dikatakan telah sukses.

Data-data di atas didukung oleh hasil wawancara pascatindakan dengan

guru kelas kelas V SDN 04 Ngringo. Guru kelas V Ibu Nurjanah, S.Pd.

menyampaikan bahwa penerapan model pembelajaran experiential learning telah

meningkatkan antusiasme siswa dalam belajar mengenai perbandingan dan skala.

Guru kelas V Ibu Nurjanah, S.Pd. juga mengisyaratkan bahwa model

pembelajaran experiential learning dapat meningkatkan keterampilan peggunaan

pecahan dalam masalah perbandingan dan skala (lampiran 24: 143).

Uraian di atas menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar dari

pratindakan, siklus I, sampai siklus II. Hasil dari penelitian menunjukkan

kenaikan nilai rata-rata siswa dari 54,40 menjadi 62,78 kemudian naik menjadi

79,19. Hasil dari penelitian juga menunjukkan peningkatan ketuntasan belajar dari

21,21% naik menjadi 42,42% kemudian naik lagi menjadi 81,81%. Kenaikan

yang terjadi dalam pratindakan, siklus I, dan siklus II menunjukkan peningkatan

dari keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala

pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo tahun pelajaran 2011/2012.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model experiential

learning dapat meningkatkan keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah

perbandingan dan skala. Hasil penelitian ini diperkuat oleh hasil penelitian

sebelumnya yang dilaksanakan oleh Ceria Oktaviani. Hasil penelitian Ceria

Oktaviani memperlihatkan hal yang sama. Hasil penelitian Ceria Oktaviani

menunjukkan bahwa penerapan model experiential learning dapat meningkatkan

vocabulary mastery. Dengan demikian, maka penerapan model experiential

learning memang dapat meningkatkan kebermaknaan belajar siswa. Dalam

penelitian ini kebermaknaan tersebut berpengaruh pada keterampilan siswa dalam

penggunaan pecahan. Sehingga, penerapan model experiential learning dapat

meningkatkan keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan

dan skala.

Page 89: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

BAB V

SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Penelitian tindakan kelas telah dilaksanakan sebanyak dua siklus yang

telah dibahas pada bab-bab sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut

dapat disimpulkan bahwa penerapan model experiential learning dapat

meningkatkan keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan

dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo tahun pelajaran 2011/2012. Hal ini

terbukti dari adanya peningkatan hasil belajar siswa dari masa pra tindakan, siklus

I, dan siklus II. Pada kondisi awal/pra tindakan, nilai rata-rata siswa adalah 54,40

dengan ketuntasan sebesar 21,21%. Siklus I menunjukkan adanya peningkatan

hasil belajar siswa, nilai rata-rata siswa adalah 62,78 dengan ketuntasan sebesar

42,42%. Dan siklus II memperlihatkan adanya peningkatan kembali, nilai rata-rata

siswa adalah 79,19 dengan ketuntasan sebesar 81,81%. Sehingga, dapat

disimpulkan bahwa penerapan model experiential learning dapat meningkatkan

keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala pada

kelas V SD N 04 Ngringo tahun pelajaran 2011/2012.

B. Implikasi

Penerapan pembelajaran dan prosedur penelitian didasarkan pada

penerapan model pembelajaran experiential learning dalam pembelajaran

Matematika kelas V. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I

dilaksanakan pada 15 – 25 April 2012 dan siklus II dilaksanakan pada 26 April –

12 Mei 2012. Tiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan,

observasi dan refleksi. Setiap kegiatan dalam penelitian direncanakan sedemikian

rupa untuk meningkatkan efektivitas dari pembelajaran yang hendak

dilaksanakan. Dalam pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan observasi untuk

mengetahui efektivitas dari pembelajaran dan kekurangan dari pembelajaran.

Kemudian, dilaksanakan refleksi untuk mencari solusi yang tepat untuk mengatasi

kelemahan yang ada. Setiap pertemuan yang akan dilaksanakan harus

Page 90: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

73

memperhatikan pertemuan sebelumnya sebagai perbaikan dari pertemuan yang

akan datang. Siklus II harus memperhatikan hasil refleksi dari siklus I untuk

memperbaiki jalannya pembelajaran untuk lebih meningkatkan efektivitas

pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian di atas terbukti bahwa keterampilan

penggunaan pecahan dalam masalah perbadingan dan skala dapat meningkat

melalui penerapan model experiential learning pada siswa kelas V SDN 04

Ngringo tahun pelajaran 2011/2012. Berkaitan dengan penelitian yang telah

dilaksanakan ini, maka dapat diutarakan implikasi dari hasil penelitian sebagai

berikut:

1. Implikasi Teoritis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

menerapkan model pembelajaran experiential learning dapat meningkatkan

keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala.

Model experiential learning terdiri dari empat tahap yaitu pengalaman nyata,

observasi reflektif, konseptualisasi abastrak, dan eksperimentasi aktif. Keempat

tahap ini saling berkolaborasi membentuk siklus. Penerapan model experiential

learning memberikan pengalaman nyata pada siswa juga melatih siswa berpikir

dan menemukan sendiri suatu konsep kemudian menggunakannya untuk

menyelesaikan suatu permasalahan. Matematika yang pada dasarnya abstrak

ditampilkan dalam bentuk konkrit, kemudian siswa mencari sendiri konsep dari

suatu teori, kemudian memadukan teori yang diperolehnya menjadi satu teori

yang logis selanjutnya teori tersebut digunakan untuk menyelesaikan masalah

yang berkaitan dengan Matematika yaitu pada masalah perbandingan dan

skala. Dengan demikian, pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.

Persentase ketuntasan hasil belajar dan rata-rata nilai siswa

meningkat. Meningkatnya ketuntasan dan rata-rata nilai siswa menunjukkan

bahwa keterampilan siswa juga meningkat. Dapat dilihat, terjadi peningkatan

dari pra tindakan, siklus I, dan siklus II.

Page 91: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

74

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan guru sebagai bahan pertimbangan

dalam menentukan model pembelajaran yang ingin diterapkan. Pemilihan

model pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai akan

meningkatkan efektivitas dari pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran

dapat dicapai oleh siswa SDN 04 Ngringo khususnya pada mata pelajaran

Matematika.

C. Saran

Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, maka ada

beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan antara lain:

1. Bagi Sekolah

Sekolah hendaknya menghimbau kepada para guru untuk mencoba

menerapkan model pembelajaran experiential learning sebagai alternatif

model pembelajaran yang digunakan.

2. Bagi Guru

a. Sebaiknya guru menerapkan model-model pembelajaran yang baru

sehingga dapat mencegah siswa dari kebosanan, salah satunya adalah

dengan model experiential learning.

b. Guru hendaknya melakukan upaya tindak lanjut terhadap penerapan

model experiential learning dalam pembelajaran karena tidak tertutup

kemungkinan model ini dapat diterapkan dalam materi yang lain

ataupun dalam mata pelajaran yang lain.

3. Bagi Siswa

Siswa diharapkan dapat tetap semangat dan antusias dalam belajar

seperti saat diterapkannya model pembelajaran experiential learning.

Selain itu, siswa dapat belajar secara mandiri dengan menggunakan prinsip

belajar model experiential learning.

4. Bagi peneliti lain

Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama

hendaknya mengkaji lebih banyak teori mengenai model pembelajaran

Page 92: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

75

experiential learning sehingga dapat melengkapi kekurangan yang ada agar

18,19% siswa yang belum tuntas dapat diupayakan menjadi 0%.

Page 93: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, N. dkk. (2007). Pengembangan Pembelajaran Matematika di SD. Jakarta:

Dirjendiktinasional.

Anitah, S. (2009). Teknologi Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka.

Arikunto, S. (1991). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

_____. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Baharudin & Wahyuni, E. N. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran.

Jogjakarta: Ar-ruz Media.

Bird, J. (2004). Matematika Dasar Teori dan Aplikasi. Terj. Ir. Refina Indriasari,

M.Sc. Jakarta: Erlangga.

Buchori, Jumadi, & Juliatun, E. (2007). Gemar Belajar Matematika 5. Semarang:

Aneka Ilmu.

Carver, R. King, R. & Fowler, B. (2007). Toward a Model of Experiential

Learning. MERLOT Journal of Online Learning And Teaching. 3 (3)

247-256.

Dalyono. (2005). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Gagne, R. M. (1972). Domain of Learning. Diperoleh 29 Februari 2012 dari

http://www.ibstpi.org/Products/pdf/chapter_3.pdf

Hamalik, O. (2010). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.

Jakarta: Bumi Aksara.

Heruman. (2007). Model-model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hurlock, E. B. (tt). Perkembangan Anak. Terj. Meitasari Tjandrasa dan Muslichah

Zarkasih. Jakarta: Erlangga.

Khafid, M. & Suyati. (2006). Matematika untuk SD kelas 5 KTSP 2006. Jakarta:

Erlangga.

Kolb, A. Y. & Kolb, D. A. (tt). Experiential Learning Theory : a Dynamic,

Holistic Approach to Management Learning, Education and Development.

Page 94: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Weatherhead School of Management Case Western Reserve University.

Diperoleh 28 Februari 2012 pukul 13.00 dari

http://learningfromexperience.com/research-library/using-experiential-

learning-theory-to-promote-student-learning-and-development-in-programs-

of-education-abroad/

Kolb, D. A. (1976, Spring). Management and The Learning Process. XVIII (3)

21-31.

Kolb, D. A. (1984). Experiential Learning: Experience as The Source of Learning

and Development. New Jersey: Prentice Hall.

Kolb, D. A. & Yeganeh, B. (2011, 9 September). Deliberate Experiential Learning

: Mastering The Art of Learning from Experience. Orbh Working Paper

Case Western Reserve University.

Miles, M. B. & Huberman, A. M. (2009). Analisis Data Kualitatif. Terj. Tjejep

Rohendi Rohidi. Jakarta: UI-Press.

Moelong, L. J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Oktavianai, C. (2007). Improving Vocabulary Mastery Through Experiential

Learning. Skripsi tidak diterbitkan Pendidikan Bahasa Inggris FKIP UNS.

Patton, M. Q. (2006). Metode Evaluasi Kualitatif. Terj. Budi Puspo Priyadi.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Praniyati, N. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student

Teams-Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Kemampuan

Menghitung Pecahan pada Siswa Kelas V SDN 01 Macanan Tahun

Pelajaran 2009/2010. Skripsi tidak diterbitkan PGSD FKIP UNS.

Riedesel, C. A, Schwartz, J. E, & Clements, D. H. (1996). Theaching Elementary

School Mathematics. USA: Library of Congres cataloging in publication

data.

Sa’jidah, C. (2001). Pendidikan Matematika II. Malang: Universitas Negeri

Malang.

Sardiman. (2006). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Snelbecker, G. E. (1974). Learning Theory, Instructional Theory, and

Psychoeducational Design. United Stated of Amerika: Mc Graw-Hill.

Page 95: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Sugiyanto. (2009). Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia

Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta.

Sugiyono. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2009). Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta:

Bumi Aksara.

Sutawidjaja, Akbar. (1991/1992). Pendidikan Matematika III. Jakarta: Depdikbud

Dirjen Dikti.

Suwandi, S. (2009). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Dan Penulisan Karya

Ilmiah. Surakarta: Psg Rayon 13 Surakarta Fkip UNS.

Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Syarifuddin. (2009). Pembelajaran Inovatif: Pembelajaran Matematika Sekolah.

Diperoleh 8 Juni 2012 pukul 19.00 dari

http://syarifartikel.blogspot.com/2009/07/pembelajaran-matematika-

sekolah-1.html?m=1.

Thobroni, M. & Mustofa, A. (2011). Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan

Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Warsito. (2011). Penerapan Pendekatan Matematika Realistic untuk

Meningkatkan Kemampuan Membandingkan Pecahan (PTK pada Siswa

Kelas III SDN 1 Mlese, Cawas, Klaten Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi

tidak diterbitkan PGSD FKIP UNS.

Wiriatmadja, R. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Page 96: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

LAMPIRAN 1

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

DI SDN 04 NGRINGO JATEN KARANGANYAR

Kegiatan Penelitian Jan Feb Mar Apr Mei Juni juli

1. Persiapan Penelitian

a. Koordinasi peneliti dengan kepala

sekolah dan guru kelas.

b. Diskusi dengan guru untuk

mengidentifikasi masalah

pembelajaran dan merancang

tindakan.

c. Menyusun proposal penelitian.

d. Menyiapkan perangkat pembelajaran

dan instrumen penelitian.

e. Mengadakan simulasi pelaksanaan

tindakan

2. Pelaksanaan tindakan

a. Siklus I

- Perencanaan

- Pelaksanaan

- Observasi

- Refleksi

b. Siklus II

- Perencanaan

- Pelaksanaan

- Observasi

- Refleksi

3. Analisis data dan pelaporan

a. Analisis data

b. Menyusun laporan skripsi

c. Ujian dan revisi

d. Penggandaan dan pengumpulan

laporan

Page 97: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

LAMPIRAN 2

SILABUS

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : V/2

Standar Kompetensi : 5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.

Kompetensi Dasar Materi pokok Kegiatan pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi

waktu

Sumber belajar

5.4. Menggunakan

pecahan dalam

masalah

perbandingan

dan skala

Operasi hitung

dalam masalah

perbandingan

dan skala

Menceritakan masalah

sehari-hari yang

melibatkan

perbandingan

Melakukan diskusi

untuk memecahkan

masalah yang berkaitan

dengan perbandingan

dan mengadakan

percobaan untuk

membuat skala dari

sekitar ruangan sekitar

(gedung sekolah)

Menjelaskan arti

perbandingan

pecahan.

Menggunakan

perbandingan

untuk

menentukan

skala.

Melakukan

operasi hitung

dengan

menggunakan

perbandingan dan

skala.

Tertulis

Kinerja

10 jp x

35 menit Buku

Pelajaran

Matematika

SD Kelas V

Buku yang

sesuai

80

Page 98: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

LAMPIRAN 3

NILAI ULANGAN HARIAN MATEMATIKA MATERI PERBANDINGAN

DAN SKALA SISWA KELAS V SDN 04 NGRINGO

(NILAI PRASIKLUS)

No. Nama siswa Nilai Ketuntasan

Tuntas Belum

1. Bryan Fajar N 60 √

2. Faris Prasetyo 60 √

3. G. Guruh Septian 70 √

4. Yessy Melinda 40 √

5. Rizal Mahmudi 80 √

6. Andreas Fajar R M 70 √

7. Andika Fakri A 60 √

8. Ain Fadhila C 40 √

9. Alzela Novia P 100 √

10. Arie Rangga W 50 √

11. Alan Prakosa 60 √

12. Chiesa Setya P 60 √

13. Diky Wasta Via D 60 √

14. Dita Aulia F 50 √

15. Grocia Gubriella 60 √

16. Guna Darma A 70 √

17. Yustinus Anton 70 √

18. Laviola Fiorentina 50 √

19. Melinda 60 √

20. Resa Nora A 30 √

21. Ridauljanah Eldik 40 √

22. Sheva Anjani A 40 √

23. Selvi Triningrum 40 √

24. Syahrul Fajar R 60 √

25. Santi Wulan Sari 50 √

26. Tyo Widyanto 60 √

27. Widya Mutiara N 50 √

28. Ananda A 30 √

29. Ervian Dwi Putra 60 √

30. Putri Gani A 50 √

31. Sri Rejeki 50 √

32. Viona 40 √

33. Zulbaidah 90 √

Jumlah 1860 7 26

Rata – rata/persentase ketuntasan 56,36 21,21 % 78,79 %

Page 99: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

LAMPIRAN 4

PEDOMAN WAWANCARA GURU MENGENAI PEMBELAJARAN

SEBELUM PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Tujuan : Menggali kelemahan siswa pada pembelajaran sebelum

pelaksanaan penelitian tindakan kelas.

Bentuk : Wawancara semi terstruktur

Responden : Guru kelas V SD Negeri 04 Ngringo

Nama Guru : Nurjanah, S.Pd

Hari, tanggal : 12 Januari 2012

No. Pertanyaan Ringkasan jawaban

1. Bagaimana perkembangan siswa saat ini? Kondisi siswa masih seperti

biasanya, karena masih awal

masuk setelah libur jadi masih

penyesuaian.

2. Bagaimana hasil ulangan akhir semester

gasal 2011/2012?

Hasinya lumayan bagus.

3. Pada mata pelajaran apa nilai siswa

rendah/tidak mencapai KKM?

Matematika, siswa mengalami

kesusahan dalam operasi hitung.

4. Pada mata pelajaran Matematika di

semester genap, kelemahan siswa pada

materi apa?

Biasanya siswa lemah pada

materi perbandingan dan skala.

5. Apa penyebab kelemahan siswa tersebut? Karena materinya baru dan sulit.

Siswa kesulitan dalam

membandingkan benda dan

menghitung jarak.

6. Berapa jumlah siswa yang mengalami

kesusahan/tidak mencapai KKM dalam

materi perbandingan dan skala?

Pengalaman tahun kemarin

(2010/2011) lumayan banyak,

diatas 50 % yang tidak

Page 100: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

mencapai KKM.

7. Untuk tahun pelajaran 2011/2012 apakah

juga memiliki kelemahan yang sama?

Kemungkinan juga iya, tapi

untuk lebih yakin dapat dilihat

setelah ulangan harian.

Kesimpulan hasil wawancara :

Siswa kelas V SD N 04 Ngringo mengalami kesulitan pada mata pelajaran

Matematika materi perbandingan dan skala.

Ngringo, 20 Februari 2012

Narasumber Pewawancara

Page 101: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

LAMPIRAN 5

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Siklus I Pertemuan 1

Nama Sekolah : SDN 04 Ngringo

Mata pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : V/II

Alokasi waktu : 2 x 35 menit (1 x pertemuan)

A. Standar Kompetensi

5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.

B. Kompetensi Dasar

5.4. Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala.

C. Indikator

Kognitif

5.4.1. Membuat perbandingan.

5.4.2. Melakukan operasi hitung dengan menggunakan perbandingan.

Afektif

1. Perilaku berkarakter : kejujuran, keberanian, perhatian, ketelitian,

ketekunan, tanggung jawab, toleransi, dan tepat waktu.

2. Keterampilan sosial: bertanya, menjawab pertanyaan, berpendapat, dan

mendengarkan.

Psikomotor

1. Melakukan perbandingan.

D. Tujuan Pembelajaran

Kognitif

1. Melalui inkuiri-diskoveri siswa dapat membuat perbandingan dengan

benar.

2. Melalui penugasan siswa dapat melakukan operasi hitung dengan

menggunakan perbandingan dengan benar.

Page 102: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Afektif

1. Perilaku berkarakter: Siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran dan

menunjukkan karakter kejujuran, keberanian, perhatian, ketelitian,

ketekunan, tanggung jawab, toleransi, dan tepat waktu.

2. Keterampilan sosial: Siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran dengan

menunjukkan keterampilan bertanya, menjawab pertanyaan, berpendapat,

dan mendengarkan.

Psikomotor

1. Melalui demonstrasi siswa dapat melakukan perbandingan dengan benar.

E. Dampak Pengiring

Setelah pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat menggunakan pecahan

dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang berhubungan dengan

perbandingan.

F. Materi Pembelajaran

Untuk membuat plester dibutuhkan 3 ember pasir dan 2 ember semen.

Banyak pasir 3 ember dari 5 ember yang ada, ditulis

. Dapat dikatakan

banyak pasir dibanding campuran adalah 3 dibanding 5, ditulis 3:5. Jadi,

penulisan

mempunyai nilai yang sama dengan 3:5.

Buchori, Jumadi, Erna Juliatun (2007:108) mengatakan bahwa untuk

mengukur adanya suatu perbandingan sekurang-kurangnya harus ada dua

objek yang sejenis. Misal membandingkan umur A dengan umur B. Hasil

bagi keduanya merupakan perbandingan umur A dengan umur B.

G. Metode dan Model Pembelajaran

Metode pembelajaran

1. Ceramah

2. Penugasan

3. Inkuiri-diskoveri

4. Demonstrasi

Model pembelajaran : experiential learning

Page 103: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

H. Media dan Sumber Belajar

1. Botol

2. Batu hias warna-warni

3. Lembar kerja siswa

4. Buku paket kelas V

I. Langkah-langkah Pembelajaran

No. Kegiatan Waktu Nilai karakter

1. Kegiatan awal 10 menit

d) Berdo’a

e) Menyanyikan lagu nasional

f) Presensi

g) Menyampaikan tujuan pembelajaran

h) Apersepsi : membandingkan usia

guru dengan siswa.

i) Membagi siswa menjadi beberapa

kelompok tiap kelompok 5 anak.

j) Menjelaskan peraturan permainan

Religius

Cinta tanah air

Disiplin

Kerja keras

2. Kegiatan inti 45 menit

Eksplorasi : Permainan isi botol (CE,

RO)

k) Siswa mengisi batu warna-warni

kedalam botol dalam batas waktu

tertentu.

l) Siswa menghitung banyaknya

batu yang tadi dimasukkan dalam

botol.

m) Siswa membandingkan batu-batu

yang berbeda warna.

Rasa ingin

tahu

Kerja sama

Kerja sama

Elaborasi :

n) Siswa melakukan perbandingan.

(AC)

o) Setiap kelompok menyampaikan

hasil kerja secara bergiliran.

p) Siswa menjawab pertanyaan yang

ditentukan oleh guru. (AC)

q) Siswa yang menyampaikan hasil

kerja menentukan benar tidaknya

jawaban dari kelompok lain. (AC)

Kerja keras

Tanggung

jawab

Kerja keras

Tanggung

jawab

Konfirmasi :

r) Memantau dan membimbing

siswa dalam penyelesaian tugas.

s) Memberi bintang pada kelompok

Page 104: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

yang dapat menjawab soal dengan

benar.

t) Memberi pemantapan pada tiap

segmen penyampaian hasil kerja.

3. Kegiatan akhir : 15 menit

u) Membimbing siswa membuat

kesimpulan.

v) Melakukan evaluasi. (AE)

w) Mengumpulkan lembar evaluasi

siswa

Tanggung

jawab

Mandiri

Catatan:

CE adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap concrete

experience.

RO adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap reflective

observation.

AC adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap abstract

conceptualization.

AE adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap active

experimentation.

J. Penilaian

Prosedur : tes akhir

Jenis tagihan : individu

Jenis tes : tertulis

Bentuk tes : jawaban singkat

Page 105: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Surakarta, 20 Mei 2012

Page 106: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

LEMBAR KERJA SISWA

Kelompok :

Anggota :

Bandingkanlah batu warna merah dan biru sesuai dengan kolom dibawah ini!

No. Jumlah

batu

merah

Jumlah

batu biru

Jumlah

semua

batu

Batu merah :

batu biru

Batu merah :

semua batu

Batu biru :

semua batu

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Page 107: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

KISI-KISI SOAL EVALUASI SIKLUS I PERTEMUAN 1

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : V/2

Jumlah Soal : 10

Kompetensi dasar Materi Indikator C1 C2 C3 C4 C5 C6 Bentuk

soal

5.4. Menggunakan

pecahan dalam

masalah perbandingan

dan skala.

Operasi hitung

pecahan dalam

perbandingan

5.4.1. Membuat perbandingan.

5.4.2. Melakukan operasi hitung

dengan menggunakan

perbandingan.

1,2 3,4 5,6,7

8

9

10

Jawaban

singkat

Jawaban

singkat

90

Page 108: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

SOAL EVALUASI SIKLUS I PERTEMUAN 1

NAMA :

NO. ABSEN :

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar!

1. Pak Toyo mempunyai 20 ekor ayam sedangkan Pak Adi mempunyai 12 ekor

ayam. Berapakah perbandingan banyak ayam Pak Toyo dan Pak Adi?

2. Umur ayah 40 tahun sedangkan umur Ita 8 tahun. Berapakah perbandingan

umur ayah dengan Ita?

3. Dika mempunyai 15 kelereng berwarna hijau dan 20 kelereng berwarna

merah. Berapa perbandingan kelereng yang berwarna merah dengan semua

kelereng?

4. Eni mempunyai 20 pita. Pita yang berwarna merah ada 15 potong, sedangkan

sisanya berwarna kuning. Berapakah perbandingan pita berwarna merah

dengan kuning?

5. Pak Rustam memiliki 24 ekor bebek jantan dan betina. Perbandingan bebek

jantan dan betina adalah 1:2. Berapa masing-masing jumlah bebek jantan dan

betina?

6. Ibu membuat kue bolu. Terdiri dari dua rasa yaitu rasa coklat dan mocca.

Banyaknya kue bolu coklat ada 12 buah. Pebandingan kue rasa coklat dan

mocca adalah 3:4. Berapakah jumlah seluruh kue yang dibuat ibu?

7. Di dalam kerajang terdapat bola besar dan bola kecil. Bola besar ada

sebanyak 6 buah. Perbandingan bola besar dengan bola kecil adalah 2:5.

Berpakah jumlah semua bola yang ada di dalam keranjang?

8. Jumlah gelas dan botol yang diletakkan di atas meja ada 25 buah.

Perbandingan gelas dengan botol adalah 4:1. Berapakah jumlah botol yang

ada di atas meja?

9. Toni mempunyai kelereng berwarna putih dan hijau. Kelereng hijau ada 24

butir. Perbandingan antara kelereng hijau dan seluruh kelerang adalah 2:5.

Page 109: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Berapa bagiankah kelereng hijau bila dibandingkan dengan jumlah seluruh

kelereng?

10. Banyaknya pensil dalam kotak adalah

dari jumlah bolpoin. Berapakah

jumlah pensil tersebut jika jumlah bolpoin dalam kotak ada 21 biji?

KUNCI JAWABAN

1. 5 : 3

2. 5 : 1

3. 4 : 7

4. 3 : 1

5. 8 bebek jantan dan 16 bebek betina

6. 28

7. 21

8. 5

9.

10. 12

Penilaian = jumlah betul x 10

Page 110: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

LAMPIRAN 6

LEMBAR OBSERVASI GURU MENGAJAR

Nama Sekolah : SD Negeri 04 Ngringo

Kelas / Semester : V/II

Materi : Perbandingan dan skala

Siklus/ Pertemuan ke : I/1

Petunjuk:

Berilah tanda (√) pada kolom dibawah ini!

Aspek yang diamati YA TIDAK

1. Menciptakan komunikasi yang baik dalam kelas

2. Memberikan kepercayaan pada siswa

3. Menciptakan situasi yang membuat siswa merasa bebas

dalam belajar

4. Memberikan rangsangan-rangsangan yang dapat membantu

siswa

5. Memancing motivasi siswa untuk belajar

6. Memberikan tanggapan yang tepat saat reaksi siswa muncul

7. Menerima dan menaggapi secara positif semua respon yang

ditimbulkan siswa

8. Menjadi narasumber bagi siswa

9. Menciptakan situasi yang mengaktifkan semua anggota

kelompok

10. Membangun suasana yang memberikan pengalaman bagi

siswa

Catatan: Ya = apabila kriteria dilaksanakan dengan baik.

Tidak = apabila kriteria kurang/belum dilaksanakan.

Ngringo, 20 Mei 2012

Observer

Page 111: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

LAMPIRAN 7

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA

Mata Pelajaran : Matematika

Kompetensi Dasar : Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan

skala

Siklus/ Pertemuan : I/1

Hari, tanggal : Jum’at, 20 April 2012

Beri tanda (√) bila tingkah laku yang diinginkan terjadi!

No. Nama siswa Aspek yang diamati Jml

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1. Bryan FN √ - - √ - √ - √ - √ - - - - 5

2. Faris P √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ 13

3. G. Guruh S - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 13

4. Yessy M - √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ 12

5. Rizal M - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 13

6. Andreas - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 13

7. Andika FA - √ √ √ - √ - - √ √ √ √ √ √ 10

8. Ain FC √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

9. Alzrela NP √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

10. Arie RW √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

11. Alan P - - - - - - - - - - - - - - 0

12. Chiesa SP √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

13. Diky WVD - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 13

14. Dita AF - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 13

15. Grocia G - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 13

16. Guna DA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

17. Yustinus A - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 13

18. Laviola F - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 13

19. Melinda - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 13

20. Resa NA - √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ 11

21. Ridauljanah - √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ 11

22. Sheva AA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ 12

23. Selvi T - √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ 11

24. Syahrul FR - √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ 11

25. Santi WS - √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ 11

26. Tyo W - √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ 11

27. Widya MN √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ 12

28. Ananda A - √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ 11

Page 112: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

29. Ervian DP - - - - - - - - - - - - - - 0

30. Putri GA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

31. Sri Rejeki √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

32. Viona - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 13

33. Zulbaidah - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 13

Keterangan:

1. Mengisi botol dengan batuan tepat waktu.

2. Melakukan perbandingan dengan batuan.

3. Bekerja sama dengan teman.

4. Toleransi terhadap teman.

5. Berani menyampaikan hasil kerja.

6. Mengamati pola perbandingan.

7. Mengulang-ulang kegiatan membandingkan batuan.

8. Berani bertanya.

9. Berani berpendapat.

10. Interaksi antar siswa.

11. Menjawab soal perbandingan kurang dari 3 menit.

12. Memberikan jawaban yang benar atau tepat.

13. Menggunakan lambang perbandingan dengan benar.

14. Menuliskan perbandingan dengan benar.

Ngringo, 20 Mei 2012

Observer

Page 113: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

LAMPIRAN 8

ANALISIS KETUNTASAN HASIL EVALUASI

SIKLUS I PERTEMUAN 1

No. Nama siswa Nilai Ketuntasan

Tuntas Belum

1. Bryan Fajar N 70 √

2. Faris Prasetyo 70 √

3. G. Guruh Septian 70 √

4. Yessy Melinda 70 √

5. Rizal Mahmudi 60 √

6. Andreas Fajar R M 50 √

7. Andika Fakri A 70 √

8. Ain Fadhila C 50 √

9. Alzela Novia P 100 √

10. Arie Rangga W 30 √

11. Alan Prakosa 60 √

12. Chiesa Setya P 70 √

13. Diky Wasta Via D 40 √

14. Dita Aulia F 70 √

15. Grocia Gubriella 80 √

16. Guna Darma A 80 √

17. Yustinus Anton 60 √

18. Laviola Fiorentina 90 √

19. Melinda 70 √

20. Resa Nora A 60 √

21. Ridauljanah Eldik 60 √

22. Sheva Anjani A 70 √

23. Selvi Triningrum 90 √

24. Syahrul Fajar R 60 √

25. Santi Wulan Sari 60 √

26. Tyo Widyanto 50 √

27. Widya Mutiara N 90 √

28. Ananda A 70 √

29. Ervian Dwi Putra 70 √

30. Putri Gani A 60 √

31. Sri Rejeki 60 √

32. Viona 60 √

33. Zulbaidah 80 √

Jumlah 2200 18 15

Rata – rata/persentase ketuntasan 66,67 54,54 % 45,45 %

Page 114: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

LAMPIRAN 9

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Siklus I Pertemuan 2

Nama Sekolah : SDN 04 Ngringo

Mata pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : V/II

Alokasi waktu : 2 x 35 menit (1 x pertemuan)

A. Standar Kompetensi

5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.

B. Kompetensi Dasar

5.4. Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala.

C. Indikator

Kognitif

5.4.3. Menunjukkan skala.

5.4.4. Menentukan skala peta/gambar.

5.4.5. Melakukan operasi hitung dengan menggunakan skala.

Afektif Afektif

1. Perilaku berkarakter : kejujuran, keberanian, perhatian, ketelitian,

ketekunan, tanggung jawab, toleransi, dan tepat waktu.

2. Keterampilan sosial: bertanya, menjawab pertanyaan, berpendapat, dan

mendengarkan.

Psikomotor

1. Menyusun puzzle peta.

D. Tujuan Pembelajaran

Kognitif

1. Melalui pengamatan siswa dapat menunjukkan skala pada peta dengan

tepat.

2. Melalui inkuiri-diskoveri siswa dapat menentukan skala gambar.

Page 115: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

3. Melalui penugasan siswa dapat melakukan operasi hitung dengan

menggunakan skala dengan benar.

Afektif

1. Perilaku berkarakter: Siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran dan

menunjukkan karakter kejujuran, keberanian, perhatian, ketelitian,

ketekunan, tanggung jawab, toleransi, dan tepat waktu.

2. Keterampilan sosial: Siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran dengan

menunjukkan keterampilan bertanya, menjawab pertanyaan, berpendapat,

dan mendengarkan.

Psikomotor

1. Melalui penugasan siswa menyusun puzzle peta dengan benar.

E. Dampak Pengiring

Setelah pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat menggunakan pecahan

dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang berhubungan dengan skala.

F. Materi Pembelajaran

Perbandingan banyak digunakan dalam membuat denah/peta berskala.

Suatu wilayah,kota,jalan,atau tempat tertentu dapat digambarkan dalam

bentuk dengah/peta dengan skala atau perbandingan tertentu. Skala biasanya

digunakan pada peta. Dengan menggunakan skala, maka akan lebih mudah

menggambarkan jarak yang sangat jauh. (M khafid dan Suyati, 2006:57)

Skala merupakan perbandingan ukuran pada peta dengan ukuran yang

sebenarnya, misal skala 1:25.000.000 artinya jarak1 cm pada peta sama

dengan 25.000.000 cm atau 250 km pada jarak sebenarnya. (Teguh

Purwanti,dkk 2004: 51)

Jadi, skala jarak pada peta

jarak sebenarnya

= jarak pada peta : jarak sebenarnya

Contoh jarak kota Yogyakarta – solo adalah 90 km. Pada sebuah peta jarak

tersebut berukur 3 cm. berapa skala peta tersebut?

skala jarak pada peta

jarak sebenarnya

= 3 cm

90 km =

3 cm

9 000 000 cm=

3

9 000 000

Page 116: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

= 1

3000 000

= 1 : 3.000.000

G. Metode dan Model Pembelajaran

Metode pembelajaran

1. Ceramah

2. Pengamatan

3. Penugasan

4. Inkuiri-diskoveri

Model pembelajaran : experiential learning

H. Media dan Sumber Belajar

1. Peta

2. Puzzle peta

3. Tangga satuan jarak

4. Lembar kerja siswa

5. Buku paket kelas V

I. Langkah-langkah Pembelajaran

No. Kegiatan Waktu Nilai karakter

1. Kegiatan awal 10 menit

x) Berdo’a

y) Menyanyikan lagu nasional

z) Presensi

aa) Menyampaikan tujuan

pembelajaran

bb) Apersepsi : bercerita mengenai

letak rumah peneliti dengan SDN

04 Ngringo.

Religius

Cinta tanah air

Disiplin

Kerja keras

2. Kegiatan inti 45 menit

Eksplorasi :

cc) Mengamati skala yang terdapat

pada peta. (CE)

dd) Menentukan jarak sebenarnya

antarkota dalam peta. (CE)

Rasa ingin

tahu

Kerja keras

Elaborasi : Permainan susun puzzle

ee) Menyusun puzzle peta. (CE)

ff) Siswa melakukan operasi hitung

skala dengan melengkapi soal yang

rumpang. (RO)

Kerja keras

Kerja keras

Page 117: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

gg) Siswa menyampaikan hasil

kerjanya. (CE)

hh) Siswa yang lain menanggapi

dengan cara menjawab dengan cara

mewakilkan anggota ke depan dan

menuliskan jawaban di papan tulis.

(RO dan AC)

ii) Pengkoreksian oleh pemberi soal.

(RO dan AC)

jj) Penyampaian soal oleh guru. (AC)

Keberanian

Kerja keras

Tanggung

jawab

Konfirmasi :

kk) Memantau dan membimbing siswa

dalam penyelesaian tugas.

ll) Memberi bintang pada kelompok

yang dapat menjawab soal dengan

benar.

mm) Memberi pemantapan pada tiap

segmen penyampaian hasil kerja.

3. Kegiatan akhir : 15 menit

nn) Membimbing siswa membuat

kesimpulan.

oo) Melakukan evaluasi. (AE)

pp) Mengumpulkan lembar evaluasi

siswa

Tanggung

jawab

Mandiri

Catatan:

CE adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap concrete

experience.

RO adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap reflective

observation.

AC adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap abstract

conceptualization.

AE adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap active

experimentation.

J. Penilaian

Prosedur : tes akhir

Jenis tagihan : individu

Jenis tes : tertulis

Bentuk tes : jawaban singkat

Page 118: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Surakarta, 25 Mei 2012

Page 119: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

LEMBAR KERJA SISWA

1. Susunlah pazel peta/gambar menjadi peta/gambar yang utuh!

2. Lengkapilah soal dibawah ini sesuai dengan peta/gambar yang kamu miliki!

(daerah yang diukur jaraknya tentukan sendiri!)

……………. terletak sejauh …. km dari………………. Seseorang membuat

peta Kabupaten Karanganyar. Pada peta tersebut jarak ……….. terletak

sejauh …. cm dari……………... Skala yang digunakan dalam membuat peta

tersebut adalah…

skala jarak pada peta

jarak sebenarnya

3. Lengkapilah soal dibawah ini sesuai dengan peta/gambar yang kamu miliki!

(daerah yang diukur jaraknya tentukan sendiri!)

Jarak …………..dan …………. pada peta adalah ….. cm. Skala peta itu

adalah 1 : …………. Jarak sebenarnya ……………dengan ………. adalah …

skala jarak pada peta

jarak sebenarnya

Page 120: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

4. Lengkapilah soal dibawah ini sesuai dengan peta/gambar yang kamu miliki!

(daerah yang diukur jaraknya tentukan sendiri!)

…………….dan ………. berada di Kabupaten Karanganyar. Jarak keduanya

………km. Jika Kabupaten Karanganyar tersebut digambar pada peta

berskala 1 : …………, berapa jarak keduanya pada peta?

skala jarak pada peta

jarak sebenarnya

5. Lengkapilah soal dibawah ini sesuai dengan peta/gambar yang kamu miliki!

(daerah yang diukur jaraknya tentukan sendiri!)

Desa ……….. berjarak ….. km dari Desa ……….. Pada peta jarak kedua

desa itu … cm. Besar skala peta itu adalah …

skala jarak pada peta

jarak sebenarnya

6. Lengkapilah soal dibawah ini sesuai dengan peta/gambar yang kamu miliki!

(daerah yang diukur jaraknya tentukan sendiri!)

Tinggi jendela pada gambar adalah … cm. Jika gambar menggunakan skala 1

: ... Maka, tinggi jendela yang sebenarnya adalah …

skala jarak pada peta

jarak sebenarnya

Page 121: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

MEDIA PUZZLE PETA

Page 122: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

KISI-KISI SOAL EVALUASI SIKLUS I PERTEMUAN 2

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : V/2

Jumlah Soal : 10

Kompetensi dasar Materi Indikator C1 C2 C3 C4 C5 C6 Bentuk

soal

5.4. Menggunakan pecahan

dalam masalah

perbandingan dan skala.

Operasi hitung

pecahan dalam

perbandingan

5.4.3. Menunjukkan skala.

5.4.4. Menentukan skala

gambar.

5.4.5. Melakukan operasi

hitung dengan

menggunakan skala.

1

2,3,4

5,6,7

8

9

10

Jawaban

singkat

Jawaban

singkat

Jawaban

singkat

105

Page 123: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

LEMBAR EVALUASI SIKLUS I PERTEMUAN 2

NAMA :

NO. ABSEN :

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar!

1.

Besar skala peta diatas adalah …

2. Di halaman sekolah terdapat tiang bendera setinggi 10 m. Pada sebuah

gambar, tinggi tiang itu 5 cm. Skala yang digunakan dalam gambar itu adalah

3. Desa Ngarai berjarak 7 km dari Desa Jalu. Pada peta jarak kedua desa itu 14

cm. Besar skala peta itu adalah …

4. Kabupaten Sragen terletak sejauh 45 km dari Kabupaten Boyolali. Seseorang

membuat peta Provinsi Jawa Tengah. Pada peta tersebut jarak Kabupaten

Sragen terletak sejauh 15 cm dari Kabupaten Boyolali. Skala yang digunakan

dalam membuat peta tersebut adalah…

5. Jarak kota A dan B pada peta adalah 8 cm. Skala peta itu adalah 1 :

1.500.000. Jarak sebenarnya kota A dengan kota B adalah …

Page 124: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

6. Tinggi gedung pada gambar adalah 33 cm. Jika gambar gedung menggunakan

skala 1 : 400. Tinggi gedung yang sebenarnya adalah …

7. Kota Ruteng dan Bajawa berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jarak

kedua kota 75 km. Jika provinsi tersebut digambar pada peta berskala 1 :

2.500.000, berapa jarak kedua kota itu pada peta?

8. Jarak kota A ke kota B pada peta adalah 7 cm dan jarak kota B ke kota C

adalah 5 cm. Jika jarak sebenarnya kota A ke kota B adalah 8,4 km, berapa

jarak kota B ke kota C ?

9. Panjang sungai pada peta A yang berskala 1 : 1.700.000 adalah 23 cm. Pada

peta B sungai itu digambar sepanjang 17 cm. Besar skala yang digunakan

untuk menggambar peta B adalah …

10. Seorang arsitek ingin membuat rancangan gedung. Ia ingin membuat gedung

setinggi 800 m. Dia menggambar gedung itu dengan skala 1 : 5.000. Berapa

tinggi gedung dalam gambar?

KUNCI JAWABAN

1. 1 : 1.800.000

2. 1 : 200

3. 1 : 50.000

4. 1 : 300.000

5. 120 km

6. 132 m

7. 3 cm

8. 6 km

9. 1 : 2.300.000

10. 16 cm

Penilaian = jumlah betul x 10

Page 125: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

LAMPIRAN 10

LEMBAR OBSERVASI GURU MENGAJAR

Nama Sekolah : SD Negeri 04 Ngringo

Kelas / Semester : V/II

Materi : Perbandingan dan skala

Siklus/ Pertemuan ke : I/2

Petunjuk:

Berilah tanda (√) pada kolom dibawah ini!

Aspek yang diamati YA TIDAK

1. Menciptakan komunikasi yang baik dalam kelas

2. Memberikan kepercayaan pada siswa

3. Menciptakan situasi yang membuat siswa merasa bebas

dalam belajar

4. Memberikan rangsangan-rangsangan yang dapat membantu

siswa

5. Memancing motivasi siswa untuk belajar

6. Memberikan tanggapan yang tepat saat reaksi siswa muncul

7. Menerima dan menaggapi secara positif semua respon yang

ditimbulkan siswa

8. Menjadi narasumber bagi siswa

9. Menciptakan situasi yang mengaktifkan semua anggota

kelompok

10. Membangun suasana yang memberikan pengalaman bagi

siswa

Catatan: Ya = apabila kriteria dilaksanakan dengan baik.

Tidak = apabila kriteria kurang/belum dilaksanakan.

Ngringo, 25 Mei 2012

Observer

Page 126: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

LAMPIRAN 11

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA

Mata Pelajaran : Matematika

Kompetensi Dasar : Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan

skala

Siklus/ Pertemuan : I/2

Hari, tanggal : Rabu, 25 April 2012

Beri tanda (√) bila tingkah laku yang diinginkan terjadi!

No. Nama siswa Aspek yang diamati Jml

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1. Bryan FN √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ - √ √ 10

2. Faris P √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

3. G. Guruh S √ √ √ √ √ √ √ - - √ - - - - 8

4. Yessy M √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

5. Rizal M √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

6. Andreas FRM √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

7. Andika FA √ √ √ √ √ √ √ - - √ - - √ √ 10

8. Ain Fadhila C √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

9. Alzrela NP √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

10. Arie RW √ √ √ √ - √ √ - - √ - - - √ 8

11. Alan Prakosa √ √ √ √ - √ √ √ √ √ - √ √ √ 12

12. Chiesa SP √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

13. Diky WVD √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ 13

14. Dita Aulia F √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

15. Grocia G √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

16. Guna DA √ √ √ √ √ √ √ - - √ - √ √ √ 11

17. Yustinus A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

18. Laviola F √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

19. Melinda √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

20. Resa Nora A √ √ √ √ √ √ √ - - - √ √ √ √ 11

21. Ridauljanah E √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

22. Sheva A A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

23. Selvi T √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

24. Syahrul F R √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ 14

25. Santi Wulan S √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

26. Tyo W √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

27. Widya MN √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

28. Ananda A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

Page 127: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

29. Ervian Dwi P √ √ √ √ √ √ √ - - √ - - - - 8

30. Putri Gani A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

31. Sri Rejeki √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

32. Viona √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

33. Zulbaidah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

Keterangan:

1. Mengamati peta.

2. Menunjukkan skala pada peta.

3. Mengukur jarak antarkota dalam peta.

4. Menyusun puzzle peta.

5. Mengerjakan tugas dengan baik.

6. Toleransi terhadap teman.

7. Berani menyampaikan hasil kerja.

8. Berani bertanya.

9. Berani berpendapat.

10. Interaksi antar siswa.

11. Menjawab soal skala kurang dari 3 menit.

12. Memberikan jawaban yang benar atau tepat.

13. Menuliskan skala dengan benar.

14. Menggunakan lambang skala dengan benar.

Ngringo, 25 Mei 2012

Observer

Page 128: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

LAMPIRAN 12

ANALISIS KETUNTASAN HASIL EVALUASI

SIKLUS I PERTEMUAN 2

No. Nama siswa Nilai Ketuntasan

Tuntas Belum

1. Bryan Fajar N 40 √

2. Faris Prasetyo 40 √

3. G. Guruh Septian 30 √

4. Yessy Melinda 60 √

5. Rizal Mahmudi 40 √

6. Andreas Fajar R M 90 √

7. Andika Fakri A 40 √

8. Ain Fadhila C 100 √

9. Alzela Novia P 80 √

10. Arie Rangga W 30 √

11. Alan Prakosa 40 √

12. Chiesa Setya P 40 √

13. Diky Wasta Via D 40 √

14. Dita Aulia F 90 √

15. Grocia Gubriella 70 √

16. Guna Darma A 40 √

17. Yustinus Anton 40 √

18. Laviola Fiorentina 70 √

19. Melinda 70 √

20. Resa Nora A 40 √

21. Ridauljanah Eldik 80 √

22. Sheva Anjani A 60 √

23. Selvi Triningrum 90 √

24. Syahrul Fajar R 40 √

25. Santi Wulan Sari 60 √

26. Tyo Widyanto 40 √

27. Widya Mutiara N 70 √

28. Ananda A 80 √

29. Ervian Dwi Putra 20 √

30. Putri Gani A 90 √

31. Sri Rejeki 60 √

32. Viona 80 √

33. Zulbaidah 70 √

Jumlah 1930 14 19

Rata – rata/persentase ketuntasan 58,48 42,42 % 57,58 %

Page 129: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

LAMPIRAN 13

ANALISIS KETUNTASAN RATA-RATA HASIL EVALUASI

SIKLUS I

No. Nama siswa Nilai Ketuntasan

Tuntas Belum

1. Bryan Fajar N 55 √

2. Faris Prasetyo 55 √

3. G. Guruh Septian 50 √

4. Yessy Melinda 65 √

5. Rizal Mahmudi 50 √

6. Andreas Fajar R M 70 √

7. Andika Fakri A 55 √

8. Ain Fadhila C 75 √

9. Alzela Novia P 90 √

10. Arie Rangga W 30 √

11. Alan Prakosa 50 √

12. Chiesa Setya P 55 √

13. Diky Wasta Via D 40 √

14. Dita Aulia F 80 √

15. Grocia Gubriella 75 √

16. Guna Darma A 60 √

17. Yustinus Anton 50 √

18. Laviola Fiorentina 80 √

19. Melinda 70 √

20. Resa Nora A 50 √

21. Ridauljanah Eldik 70 √

22. Sheva Anjani A 65 √

23. Selvi Triningrum 90 √

24. Syahrul Fajar R 50 √

25. Santi Wulan Sari 60 √

26. Tyo Widyanto 45 √

27. Widya Mutiara N 80 √

28. Ananda A 75 √

29. Ervian Dwi Putra 45 √

30. Putri Gani A 75 √

31. Sri Rejeki 60 √

32. Viona 70 √

33. Zulbaidah 75 √

Jumlah 2065 14 19

Rata – rata/persentase ketuntasan 62,57 42,42 % 57,58 %

Page 130: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

LAMPIRAN 14

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Siklus II Pertemuan 1

Nama Sekolah : SDN 04 Ngringo

Mata pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : V/II

Alokasi waktu : 2 x 35 menit (1 x pertemuan)

A. Standar Kompetensi

5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.

B. Kompetensi Dasar

5.4. Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala.

C. Indikator

Kognitif

5.4.1. Membuat perbandingan.

5.4.2. Melakukan operasi hitung dengan menggunakan perbandingan.

Afektif

1. Perilaku berkarakter : kejujuran, keberanian, perhatian, ketelitian,

ketekunan, tanggung jawab, toleransi, dan tepat waktu.

2. Keterampilan sosial: bertanya, menjawab pertanyaan, berpendapat, dan

mendengarkan.

Psikomotor

1. Melakukan perbandingan.

D. Tujuan Pembelajaran

Kognitif

1. Melalui inkuiri-diskoveri siswa dapat membuat perbandingan dengan

benar.

2. Melalui penugasan siswa dapat melakukan operasi hitung dengan

menggunakan perbandingan dengan benar.

Page 131: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

Afektif

1. Perilaku berkarakter: Siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran dan

menunjukkan karakter kejujuran, keberanian, perhatian, ketelitian,

ketekunan, tanggung jawab, toleransi, dan tepat waktu.

2. Keterampilan sosial: Siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran dengan

menunjukkan keterampilan bertanya, menjawab pertanyaan, berpendapat,

dan mendengarkan.

Psikomotor

1. Melalui demonstrasi siswa dapat melakukan perbandingan dengan benar.

E. Dampak Pengiring

Setelah pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat menggunakan pecahan

dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang berhubungan dengan

perbandingan.

F. Materi Pembelajaran

Untuk membuat plester dibutuhkan 3 ember pasir dan 2 ember semen.

banyak pasir 3 ember dari 5 ember yang ada, ditulis

. Dapat dikatakan

banyak pasir dibanding campuran adalah 3 dibanding 5, ditulis 3:5. Jadi,

penulisan

mempunyai nilai yang sama dengan 3:5.

Buchori, Jumadi, Erna Juliatun (2007:108) mengatakan bahwa untuk

mengukur adanya suatu perbandingan sekurang-kurangnya harus ada dua

objek yang sejenis. Misal membandingkan umur A dengan umur B. Hasil

bagi keduanya merupakan perbandingan umur A dengan umur B.

G. Metode dan Model Pembelajaran

Metode pembelajaran

1. Ceramah

2. Penugasan

3. Inkuiri-diskoveri

4. Demonstrasi

Model pembelajaran : experiential learning

Page 132: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

H. Media dan Sumber Belajar

1. Botol

2. Sedotan warna-warni

3. Lembar kerja siswa

4. Buku paket kelas V

I. Langkah-langkah Pembelajaran

No. Kegiatan Waktu Nilai karakter

1. Kegiatan awal 10 menit

qq) Berdo’a

rr) Menyanyikan lagu nasional

ss) Presensi

tt) Menyampaikan tujuan pembelajaran

uu) Apersepsi : membandingkan usia

guru dengan siswa.

vv) Membagi siswa menjadi beberapa

kelompok tiap kelompok 5 anak.

ww) Menjelaskan peraturan permainan

Religius

Cinta tanah air

Disiplin

Kerja keras

2. Kegiatan inti 45 menit

Eksplorasi : Permainan isi botol (CE,

RO)

xx) Siswa mengisi sedotan warna-

warni kedalam botol dalam batas

waktu tertentu.

yy) Siswa menghitung banyaknya

sedotan yang tadi dimasukkan

dalam botol.

zz) Siswa membandingkan sedotan

yang berbeda warna.

Rasa ingin

tahu

Kerja sama

Kerja sama

Elaborasi :

aaa) Siswa melakukan

perbandingan. (RO/AC)

bbb) Masing-masing kelompok

menyampaikan hasil kerja

kelompok.

ccc) Siswa mengerjakan soal

presentasi teman. (RO/AC)

ddd) Siswa menjawab soal-soal

tersebut. (RO/AC)

Kerja keras

Tanggung

jawab

Kerja keras

Keberanian

Konfirmasi :

eee) Memantau dan

membimbing siswa dalam

penyelesaian tugas.

fff) Memberi bintang pada kelompok

Page 133: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

yang dapat menjawab soal dengan

benar.

ggg) Memberi pemantapan

pada tiap segmen penyampaian

hasil kerja.

3. Kegiatan akhir : 15 menit

hhh) Membimbing siswa

membuat kesimpulan.

iii) Melakukan evaluasi. (AE)

jjj) Mengumpulkan lembar evaluasi

siswa

Tanggung

jawab

Mandiri

Catatan:

CE adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap concrete

experience.

RO adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap reflective

observation.

AC adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap abstract

conceptualization.

AE adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap active

experimentation.

J. Penilaian

Prosedur : tes akhir

Jenis tagihan : individu

Jenis tes : tertulis

Bentuk tes : pilihan ganda

Page 134: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

Surakarta, 27 Mei 2012

Page 135: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

LEMBAR KERJA SISWA

Kelompok :

Anggota :

Bandingkanlah sedotan warna-warni sesuai dengan kolom dibawah ini!

No. Jumlah

sedotan

merah

Jumlah

sedotan

kuning

Jumlah

semua

sedotan

Sedotan

merah :

sedotan

kuning

Sedotan

merah :

semua

sedotan

Sedotan

kuning :

semua

sedotan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Lengkapilah soal dibawah ini sesuai dengan hasil kerja kelompokmu!

1. Sedotan merah ada ….. sedangkan sedotan kuning ada ….. Perbandingan

sedotan merah dengan sedotan kuning adalah …

2. Tika mempunyai …. Sedotan berwarna merah dan …. Sedotan berwarna

kuning. Perbandingan sedotan yang berwarna merah dengan semua sedotan

adalah …

3. Rika mempunyai ….sedotan. …. sedotan merah, sedangkan sisanya berwarna

kuning. Perbandingan sedotan merah dengan kuning adalah …

4. Ika mempunyai … sedotan merah dan kuning. Perbandingan sedotan merah

dan kuning adalah….. Jumlah masing-masing sedotan merah dan kuning

adalah …

5. Kiki mempunyai sedotan merah dan kuning. Banyaknya sedotan merah ada

… buah. Pebandingan sedotan merah dan kuning adalah … Jumlah seluruh

sedotan Kiki adalah …

Page 136: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

6. Di dalam botol terdapat sedotan merah dan kuning. Sedotan merah ada

sebanyak …. buah. Perbandingan sedotan merah dengan kuning adalah …:….

Jumlah semua sedotan yang ada di dalam botol adalah …

7. Beta mempunyai sedotan berwarna merah dan kuning. Sedotan merah ada ….

buah. Perbandingan antara sedotan merah dan seluruh sedotan adalah …:…

Jumlah sedotan merah adalah

bagian dari jumlah seluruh sedotan.

Page 137: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

KISI-KISI SOAL EVALUASI SIKLUS II PERTEMUAN 1

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : V/2

Jumlah Soal : 10

Kompetensi dasar Materi Indikator C1 C2 C3 C4 C5 C6 Bentuk

soal

5.4. Menggunakan

pecahan dalam

masalah perbandingan

dan skala.

Operasi hitung

pecahan dalam

perbandingan

5.4.1. Membuat perbandingan.

5.4.2. Melakukan operasi hitung

dengan menggunakan

perbandingan.

1,2 3,4 5,6,7

8

9

10

Pilihan

ganda

Pilihan

ganda

120

Page 138: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

LEMBAR EVALUASI SISWA

NAMA :

NO. ABSEN :

Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang benar!

1. Adi mempunyai 30 kelereng sedangkan Dika mempunyai 25 kelereng.

Perbandingan banyak kelereng Adi dan Dika adalah ….

a. 6 : 5 c. 3 : 2

b. 6 : 4 d. 4 : 5

2. Umur Ani 15 tahun sedangkan umur Surya 5 tahun. Perbandingan umur Ani

dengan Surya adalah …

a. 5 : 1 c. 4 : 1

b. 3 : 1 d. 1 : 4

3. Susi mempunyai 20 vas berwarna hijau dan 16 vas berwarna merah.

Perbandingan vas yang berwarna merah dengan semua vas adalah …

a. 5 : 4 c. 4 : 9

b. 5 : 9 d. 4 : 13

4. Rina membeli 35 tangkai bunga mawar. 15 tangkai mawar merah, sedangkan

sisanya berwarna putih. Perbandingan mawar merah dengan mawar putih

adalah …

a. 3 : 4 c. 7 : 3

b. 4 : 3 d. 7 : 4

5. Luna membeli 28 pasang sepatu dan sandal. Perbandingan sepatu dan sandal

adalah 3 : 4. Jumlah masing-masing sepatu dan sandal adalah …

a. 14 dan 14 c. 16 dan 12

b. 18 dan 10 d. 20 dan 8

6. Firly adalah perajin boneka. Ia membuat boneka doraemon dan pikacu.

Banyaknya boneka doraemon ada 15 buah. Pebandingan boneka doraemon

dan pikacu adalah 3:2. Jumlah seluruh boneka yang dibuat Firly adalah …

a. 10 c. 15

Page 139: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

b. 20 d. 25

7. Di dalam kerajang terdapat bola besar dan bola kecil. Bola besar ada

sebanyak 8 buah. Perbandingan bola besar dengan bola kecil adalah 2:7.

Jumlah semua bola yang ada di dalam keranjang adalah …

a. 9 c. 27

b. 18 d. 36

8. Jumlah siswa kelas V ada 33 siswa. Jumlah siswa laki-laki adalah 15 siswa

sedangkan jumlah siswa perempuan adalah 18 siswa. Perbandingan siswa

laki-laki dengan siswa perempuan adalah ….

a. 11 : 5 c. 5 : 6

b. 11 : 6 d. 6 : 5

9. Rudi mempunyai bola berwarna hijau dan biru. Bola hijau ada 12 buah.

Perbandingan antara bola hijau dan seluruh kelerang adalah 3:7. Jumlah

kelereng hijau adalah …. bagian dari jumlah seluruh kelereng.

a.

c.

b.

d.

10. Banyaknya piring pada rak adalah

dari jumlah mangkuk. Jumlah mangkuk

pada rak ada 16 biji, maka jumlah piring adalah …

a. 13 c. 15

b. 14 d. 16

KUNCI JAWABAN

1. A

2. B

3. C

4. A

5. C

6. D

7. D

8. C

9. B

10. B

Penilaian = jumlah betul x 10

Page 140: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

LAMPIRAN 15

LEMBAR OBSERVASI GURU MENGAJAR

Nama Sekolah : SD Negeri 04 Ngringo

Kelas / Semester : V/II

Materi : Perbandingan dan skala

Siklus/ Pertemuan ke : II/1

Petunjuk:

Berilah tanda (√) pada kolom dibawah ini!

Aspek yang diamati YA TIDAK

1. Menciptakan komunikasi yang baik dalam kelas

2. Memberikan kepercayaan pada siswa

3. Menciptakan situasi yang membuat siswa merasa bebas

dalam belajar

4. Memberikan rangsangan-rangsangan yang dapat membantu

siswa

5. Memancing motivasi siswa untuk belajar

6. Memberikan tanggapan yang tepat saat reaksi siswa muncul

7. Menerima dan menaggapi secara positif semua respon yang

ditimbulkan siswa

8. Menjadi narasumber bagi siswa

9. Menciptakan situasi yang mengaktifkan semua anggota

kelompok

10. Membangun suasana yang memberikan pengalaman bagi

siswa

Catatan: Ya = apabila kriteria dilaksanakan dengan baik.

Tidak = apabila kriteria kurang/belum dilaksanakan.

Ngringo, 27 Mei 2012

Observer

Page 141: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

LAMPIRAN 16

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA

Mata Pelajaran : Matematika

Kompetensi Dasar : Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan

skala

Siklus/ Pertemuan : II/1

Hari, tanggal : Jum’at, 27 April 2012

Beri tanda (√) bila tingkah laku yang diinginkan terjadi!

No. Nama siswa Aspek yang diamati Jml

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1. Bryan FN √ √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ 12

2. Faris P √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

3. G. Guruh S √ √ √ √ √ - - - - √ - - - - 6

4. Yessy M √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

5. Rizal M √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

6. Andreas FRM √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

7. Andika FA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

8. Ain Fadhila C √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

9. Alzrela N P √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

10. Arie RW √ √ √ √ √ √ - - √ √ √ - - - 9

11. Alan Prakosa √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

12. Chiesa Setya P √ √ √ √ √ √ √ - - √ - √ √ - 10

13. Diky W Via D √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

14. Dita Aulia F √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ - √ - 10

15. Grocia G √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

16. Guna DA √ √ √ √ √ √ - √ - √ - √ √ √ 11

17. Yustinus A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

18. Laviola F √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

19. Melinda √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

20. Resa Nora A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

21. Ridauljanah E √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

22. Sheva A A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

23. Selvi T √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

24. Syahrul FR √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

25. Santi Wulan S √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

26. Tyo Widyanto √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

27. Widya MN √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

28. Ananda A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

Page 142: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

29. Ervian Dwi P √ √ √ √ √ √ √ √ - √ - - - - 9

30. Putri Gani A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

31. Sri Rejeki √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

32. Viona √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

33. Zulbaidah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

Keterangan:

1. Mengisi botol dengan batuan tepat waktu.

2. Melakukan perbandingan dengan batuan.

3. Bekerja sama dengan teman.

4. Toleransi terhadap teman.

5. Berani menyampaikan hasil kerja.

6. Mengamati pola perbandingan.

7. Mengulang-ulang kegiatan membandingkan batuan.

8. Berani bertanya.

9. Berani berpendapat.

10. Interaksi antar siswa.

11. Menjawab soal perbandingan kurang dari 3 menit.

12. Memberikan jawaban yang benar atau tepat.

13. Menggunakan lambang perbandingan dengan benar.

14. Menuliskan perbandingan dengan benar.

Ngringo, 27 Mei 2012

Observer

Page 143: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

LAMPIRAN 17

ANALISIS KETUNTASAN HASIL EVALUASI

SIKLUS II PERTEMUAN 1

No. Nama siswa Nilai Ketuntasan

Tuntas Belum

1. Bryan Fajar N 40 √

2. Faris Prasetyo 90 √

3. G. Guruh Septian 100 √

4. Yessy Melinda 50 √

5. Rizal Mahmudi 70 √

6. Andreas Fajar R M 90 √

7. Andika Fakri A 70 √

8. Ain Fadhila C 70 √

9. Alzela Novia P 90 √

10. Arie Rangga W 80 √

11. Alan Prakosa 90 √

12. Chiesa Setya P 80 √

13. Diky Wasta Via D 90 √

14. Dita Aulia F 70 √

15. Grocia Gubriella 90 √

16. Guna Darma A 100 √

17. Yustinus Anton 90 √

18. Laviola Fiorentina 90 √

19. Melinda 90 √

20. Resa Nora A 70 √

21. Ridauljanah Eldik 70 √

22. Sheva Anjani A 100 √

23. Selvi Triningrum 90 √

24. Syahrul Fajar R 90 √

25. Santi Wulan Sari 70 √

26. Tyo Widyanto 80 √

27. Widya Mutiara N 100 √

28. Ananda A 70 √

29. Ervian Dwi Putra 100 √

30. Putri Gani A 90 √

31. Sri Rejeki 60 √

32. Viona 90 √

33. Zulbaidah 100 √

Jumlah 2720 30 3

Rata – rata/persentase ketuntasan 82,42 90,90 % 9,09 %

Page 144: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

LAMPIRAN 18

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Siklus II Pertemuan 2

Nama Sekolah : SDN 04 Ngringo

Mata pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : V/II

Alokasi waktu : 2 x 35 menit (1 x pertemuan)

A. Standar Kompetensi

5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.

B. Kompetensi Dasar

5.4. Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala.

C. Indikator

Kognitif

5.4.3. Menunjukkan skala.

5.4.4. Menentukan skala peta/gambar.

5.4.5. Melakukan operasi hitung dengan menggunakan skala.

Afektif Afektif

1. Perilaku berkarakter : kejujuran, keberanian, perhatian, ketelitian,

ketekunan, tanggung jawab, toleransi, dan tepat waktu.

2. Keterampilan sosial: bertanya, menjawab pertanyaan, berpendapat, dan

mendengarkan.

Psikomotor

1. Menggambar peta sederhana.

D. Tujuan Pembelajaran

Kognitif

1. Melalui pengamatan siswa dapat menunjukkan skala pada peta dengan

tepat.

2. Melalui inkuiri-diskoveri siswa dapat menentukan skala gambar.

Page 145: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

3. Melalui penugasan siswa dapat melakukan operasi hitung dengan

menggunakan skala dengan benar.

Afektif

1. Perilaku berkarakter: Siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran dan

menunjukkan karakter kejujuran, keberanian, perhatian, ketelitian,

ketekunan, tanggung jawab, toleransi, dan tepat waktu.

2. Keterampilan sosial: Siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran dengan

menunjukkan keterampilan bertanya, menjawab pertanyaan, berpendapat,

dan mendengarkan.

Psikomotor

1. Melalui penugasan siswa menggambar peta sederhana.

E. Dampak Pengiring

Setelah pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat menggunakan pecahan

dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang berhubungan dengan skala.

F. Materi Pembelajaran

Perbandingan banyak digunakan dalam membuat denah/peta berskala.

Suatu wilayah,kota,jalan,atau tempat tertentu dapat digambarkan dalam

bentuk dengah/peta dengan skala atau perbandingan tertentu. Skala biasanya

digunakan pada peta. Dengan menggunakan skala, maka akan lebih mudah

menggambarkan jarak yang sangat jauh. (M khafid dan Suyati, 2006:57)

Skala merupakan perbandingan ukuran pada peta dengan ukuran yang

sebenarnya, misal skala 1:25.000.000 artinya jarak1 cm pada peta sama

dengan 25.000.000 cm atau 250 km pada jarak sebenarnya. (Teguh

Purwanti,dkk 2004: 51)

Jadi, skala jarak pada peta

jarak sebenarnya

= jarak pada peta : jarak sebenarnya

Contoh jarak kota Yogyakarta – solo adalah 90 km. Pada sebuah peta jarak

tersebut berukur 3 cm. berapa skala peta tersebut?

skala jarak pada peta

jarak sebenarnya

= 3 cm

90 km =

3 cm

9 000 000 cm=

3

9 000 000

Page 146: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

= 1

3000 000

= 1 : 3.000.000

G. Metode dan Model Pembelajaran

Metode pembelajaran

1. Ceramah

2. Pengamatan

3. Penugasan

4. Inkuiri-diskoveri

Model pembelajaran : experiential learning

H. Media dan Sumber Belajar

1. Peta

2. Papan permainan

3. Tangga satuan jarak

4. Lembar kerja siswa

5. Buku paket kelas V

I. Langkah-langkah Pembelajaran

No. Kegiatan Waktu Nilai karakter

1. Kegiatan awal 10 menit

kkk) Berdo’a

lll) Menyanyikan lagu nasional

mmm) Presensi

nnn) Menyampaikan tujuan

pembelajaran

ooo) Apersepsi : tanya jawab

mengenai letak karisidenan

Surakarta dengan ibukota provinsi

Jawa Tengah Semarang.

Religius

Cinta tanah air

Disiplin

Kerja keras

2. Kegiatan inti 45 menit

Eksplorasi :

ppp) Mengamati skala yang terdapat

pada peta. (CE)

qqq) Menentukan jarak sebenarnya

antarkota dalam peta. (CE)

Permainan mencocokan kotak :

rrr) Siswa memilih dua kotak dan

menentukan apakah yang tertulis

dalam kotak itu sudah cocok atau

Rasa ingin

tahu

Kerja keras

Kerja keras

Page 147: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

belum. (CE)

Permainan gambar dimana aku

sss) Siswa menggambar jarak rumah

mereka dari sekolah. (CE)

ttt) Siswa menentukan jarak pada peta

mereka dan jarak sebenarnya. (CE)

Ketekunan

Kerja keras

Elaborasi :

uuu) Membuat skala dari peta yang

mereka gambar. (RO)

vvv) Melakukan operasi hitung

menggunakan skala dengan

mengkapi soal yang rumpang. (RO)

www) Siswa menyampaikan hasil

kerjanya. (AC)

xxx) Siswa yang lain menanggapi

dengan cara menjawab pemaparan

temannya. (AC)

Kerja keras

Kerja keras

Keberanian

Kerja keras

Konfirmasi :

yyy) Memantau dan membimbing

siswa dalam penyelesaian tugas.

zzz) Memberi bintang pada

kelompok yang dapat menjawab soal

dengan benar.

aaaa) Memberi pemantapan pada tiap

segmen penyampaian hasil kerja.

3. Kegiatan akhir : 15 menit

bbbb) Membimbing siswa membuat

kesimpulan.

cccc) Melakukan evaluasi. (AE)

dddd) Mengumpulkan lembar evaluasi

siswa

Tanggung

jawab

Mandiri

Catatan:

CE adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap concrete

experience.

RO adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap reflective

observation.

AC adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap abstract

conceptualization.

AE adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap active

experimentation.

Page 148: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

J. Penilaian

Prosedur : tes akhir

Jenis tagihan : individu

Jenis tes : tertulis

Bentuk tes : pilihan ganda

Surakarta, 11 Mei 2012

i

n

g

Page 149: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

LEMBAR KERJA SISWA

NAMA :

NO ABSEN :

Buatlah denah sederhana antara rumah dengan sekolah!

Jarak pada denah =…..

Jarak sebenarnya = …

Skala denah jarak pada denah

jarak sebenarnya

= …………

Lengkapilah soal dibawah ini sesuai dengan denah yang kamu gambar!

1. Rumahku berjarak … km dari sekolah. Pada denah jarak rumahku ke sekolah

adalah … cm. Jadi, skala yang kugunakan untuk menggambar denah ini

adalah 1 : ………

2. Skala yang kugunakan untuk menggambar denah adalah 1 : ………

sedangkan jarak rumahku ke sekolah pada denah adalah … cm. Jarak

sebenarnya rumahku ke sekolah adalah ….. km.

3. Jarak rumahku dari sekolah adalah …. km. Aku membuat denah rumah ke

sekolah dengan skala 1 : …… Jarak sekolah ke rumahku pada denah adalah

…. cm.

Page 150: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

KISI-KISI SOAL EVALUASI SIKLUS II PERTEMUAN 2

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : V/2

Jumlah Soal : 10

Kompetensi dasar Materi Indikator C1 C2 C3 C4 C5 C6 Bentuk

soal

5.4. Menggunakan pecahan

dalam masalah

perbandingan dan skala.

Operasi hitung

pecahan dalam

perbandingan

5.4.3. Menunjukkan skala.

5.4.4. Menentukan skala

gambar.

5.4.5. Melakukan operasi

hitung dengan

menggunakan skala.

1

2,3,4

5,6,7

8

9

10

Pilihan

ganda

Pilihan

ganda

Pilihan

ganda

133

Page 151: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

LEMBAR EVALUASI SISWA

NAMA :

NO. ABSEN :

Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang benar!

1.

Besar skala peta diatas adalah …

a. 1 : 1.000.000 c. 1 : 1.800.000

b. 1 : 1.880.000 d. 1 : 1.888.000

2. Pada sketsa gedung itu tingginya 33 cm sedangkan tinggi gedung itu yang

sebenarnya mencapai 66 m. Skala yang digunakan untuk membuat sketsa

tersebut adalah …

Page 152: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

a. 1 : 100 c. 1 : 300

b. 1 : 200 d. 1 : 400

3. Desa Kujang berjarak 12 km dari Desa Pandan. Pada peta jarak kedua desa

itu 8 cm. Besar skala peta itu adalah …

a. 1 : 50.000 c. 1 : 150.000

b. 1 : 100.000 d. 1 : 200.000

4. Kabupaten Sukoharjo terletak sejauh 63 km dari Kabupaten Karanganyar.

Seseorang membuat peta Provinsi Jawa Tengah. Pada peta tersebut jarak

Kabupaten Sukoharjo terletak sejauh 21 cm dari Kabupaten Karanganyar.

Skala yang digunakan dalam membuat peta tersebut adalah…

a. 1 : 400.000 c. 1 : 200.000

b. 1 : 300.000 d. 1 : 100.000

5. Jarak kota Daha dan kota Kafa pada peta adalah 9 cm. Skala peta itu adalah 1

: 500.000. Jarak sebenarnya kota Daha dengan kota Kafa adalah …

a. 450 km c. 4,5 km

b. 45 km d. 0,45 km

6. Panjang rel pada gambar adalah 55 cm. Jika gambar rel menggunakan skala 1

: 150. Panjang rel yang sebenarnya adalah …

a. 8250 m c. 82,5 m

b. 825 m d. 8,25 m

7. Kota Ruteng dan Bajawa berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jarak

kedua kota 75 km. Jika provinsi tersebut digambar pada peta berskala 1 :

1.500.000, berapa jarak kedua kota itu pada peta?

a. 5 cm c. 3 cm

b. 4 cm d. 2 cm

8. Jarak kota A ke kota B pada peta adalah 13 cm dan jarak kota B ke kota C

adalah 7 cm. Jika jarak sebenarnya kota A ke kota B adalah 5,2 km, berapa

jarak kota B ke kota C ?

a. 1,4 km c. 4,2 km

b. 2,8 km d. 5,6 km

Page 153: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

9. Panjang sungai pada peta A yang berskala 1 : 600.000 adalah 23 cm. Pada

peta B sungai itu digambar sepanjang 46 cm. Besar skala yang digunakan

untuk menggambar peta B adalah …

a. 1 : 150.000 c. 1 : 250.000

b. 1 : 200.000 d. 1 : 300.000

10. Seorang kontraktor ingin membuat gedung setinggi 50 m. Dalam sebuah

gambar yang berskala 1 : 250. Tinggi gedung itu dalam gambar adalah…

a. 7.500 cm b. 20 cm

b. 20 m d. 75 m

KUNCI JAWABAN

1. C

2. B

3. C

4. B

5. B

6. C

7. A

8. B

9. D

10. B

Penilaian = jumlah betul x 10

Page 154: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

LAMPIRAN 19

LEMBAR OBSERVASI GURU MENGAJAR

Nama Sekolah : SD Negeri 04 Ngringo

Kelas / Semester : V/II

Materi : Perbandingan dan skala

Siklus/ Pertemuan ke : II/2

Petunjuk:

Berilah tanda (√) pada kolom dibawah ini!

Aspek yang diamati YA TIDAK

1. Menciptakan komunikasi yang baik dalam kelas

2. Memberikan kepercayaan pada siswa

3. Menciptakan situasi yang membuat siswa merasa bebas

dalam belajar

4. Memberikan rangsangan-rangsangan yang dapat membantu

siswa

5. Memancing motivasi siswa untuk belajar

6. Memberikan tanggapan yang tepat saat reaksi siswa muncul

7. Menerima dan menaggapi secara positif semua respon yang

ditimbulkan siswa

8. Menjadi narasumber bagi siswa

9. Menciptakan situasi yang mengaktifkan semua anggota

kelompok

10. Membangun suasana yang memberikan pengalaman bagi

siswa

Catatan: Ya = apabila kriteria dilaksanakan dengan baik.

Tidak = apabila kriteria kurang/belum dilaksanakan.

Ngringo, 11 Mei 2012

Observer

Page 155: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

LAMPIRAN 20

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA

Mata Pelajaran : Matematika

Kompetensi Dasar : Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan

skala

Siklus/ Pertemuan : II/2

Hari, tanggal : Jum’at, 2 Mei 2012

Beri tanda (√) bila tingkah laku yang diinginkan terjadi!

No. Nama siswa Aspek yang diamati Jml

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1. Bryan FN √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ 12

2. Faris P √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

3. G. Guruh S √ √ √ √ √ √ √ - - √ - - - - 8

4. Yessy Melinda √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

5. Rizal M √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

6. Andreas FRM √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

7. Andika FA √ √ √ √ √ √ √ - - √ - - - - 8

8. Ain Fadhila C √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

9. Alzrela NP √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

10. Arie RW √ √ √ √ √ √ √ - - √ - - - - 8

11. Alan Prakosa √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

12. Chiesa Setya P √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

13. Diky W Via D √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ 13

14. Dita Aulia F √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

15. Grocia G √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

16. Guna D A √ √ √ √ √ √ √ - - √ - √ √ √ 11

17. Yustinus A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

18. Laviola F √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

19. Melinda √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

20. Resa Nora A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

21. Ridauljanah E √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

22. Sheva A A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

23. Selvi T √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

24. Syahrul F R √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ 13

25. Santi Wulan S √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

26. Tyo Widyanto √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

27. Widya MN √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

28. Ananda A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

Page 156: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

29. Ervian Dwi P √ √ √ √ √ √ √ - - √ - - - - 8

30. Putri Gani A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

31. Sri Rejeki √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

32. Viona √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

33. Zulbaidah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14

Keterangan:

1. Mengamati peta.

2. Menunjukkan skala pada peta.

3. Mengukur jarak antarkota dalam peta.

4. Mampu mencocokan dua kotak yang berisi perubahan satuan dengan benar.

5. Menggambar peta sederhana.

6. Mengamati gambar peta teman.

7. Toleransi terhadap teman.

8. Berani menyampaikan hasil kerja.

9. Berani bertanya atau berpendapat.

10. Interaksi antar siswa.

11. Menjawab soal skala kurang dari 3 menit.

12. Memberikan jawaban yang benar atau tepat.

13. Menuliskan skala dengan benar.

14. Menggunakan lambang skala dengan benar.

Ngringo, 11 Mei 2012

Observer

Page 157: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

LAMPIRAN 21

ANALISIS KETUNTASAN HASIL EVALUASI

SIKLUS II PERTEMUAN 2

No. Nama siswa Nilai Ketuntasan

Tuntas Belum

1. Bryan Fajar N 80 √

2. Faris Prasetyo 90 √

3. G. Guruh Septian 80 √

4. Yessy Melinda 60 √

5. Rizal Mahmudi 60 √

6. Andreas Fajar R M 70 √

7. Andika Fakri A 80 √

8. Ain Fadhila C 90 √

9. Alzela Novia P 90 √

10. Arie Rangga W 40 √

11. Alan Prakosa 90 √

12. Chiesa Setya P 70 √

13. Diky Wasta Via D 70 √

14. Dita Aulia F 90 √

15. Grocia Gubriella 90 √

16. Guna Darma A 70 √

17. Yustinus Anton 90 √

18. Laviola Fiorentina 90 √

19. Melinda 80 √

20. Resa Nora A 60 √

21. Ridauljanah Eldik 70 √

22. Sheva Anjani A 80 √

23. Selvi Triningrum 80 √

24. Syahrul Fajar R 70 √

25. Santi Wulan Sari 90 √

26. Tyo Widyanto 90 √

27. Widya Mutiara N 90 √

28. Ananda A 70 √

29. Ervian Dwi Putra 70 √

30. Putri Gani A 70 √

31. Sri Rejeki 30 √

32. Viona 50 √

33. Zulbaidah 80 √

Jumlah 2480 27 6

Rata - rata 75,15 81,81 % 18,19 %

Page 158: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141

LAMPIRAN 22

ANALISIS KETUNTASAN RATA-RATA HASIL EVALUASI

SIKLUS II

No. Nama siswa Nilai Ketuntasan

Tuntas Belum

1. Bryan Fajar N 60 √

2. Faris Prasetyo 90 √

3. G. Guruh Septian 90 √

4. Yessy Melinda 55 √

5. Rizal Mahmudi 65 √

6. Andreas Fajar R M 80 √

7. Andika Fakri A 75 √

8. Ain Fadhila C 80 √

9. Alzela Novia P 90 √

10. Arie Rangga W 60 √

11. Alan Prakosa 90 √

12. Chiesa Setya P 75 √

13. Diky Wasta Via D 80 √

14. Dita Aulia F 80 √

15. Grocia Gubriella 90 √

16. Guna Darma A 85 √

17. Yustinus Anton 90 √

18. Laviola Fiorentina 90 √

19. Melinda 85 √

20. Resa Nora A 65 √

21. Ridauljanah Eldik 70 √

22. Sheva Anjani A 90 √

23. Selvi Triningrum 85 √

24. Syahrul Fajar R 80 √

25. Santi Wulan Sari 80 √

26. Tyo Widyanto 85 √

27. Widya Mutiara N 95 √

28. Ananda A 70 √

29. Ervian Dwi Putra 85 √

30. Putri Gani A 80 √

31. Sri Rejeki 45 √

32. Viona 70 √

33. Zulbaidah 90 √

Jumlah 2600 27 6

Rata – rata/persentase ketuntasan 78,78 81,81 % 18,19 %

Page 159: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142

LAMPIRAN 23

REKAPITULASI NILAI SISWA

No.

Daftar nilai siswa

Nilai

awal Tuntas Belum

Siklus

I Tuntas Belum

Siklus

II Tuntas Belum

1. 60 √ 55 √ 60 √

2. 60 √ 55 √ 90 √

3. 70 √ 50 √ 90 √

4. 40 √ 65 √ 55 √

5. 80 √ 50 √ 65 √

6. 70 √ 70 √ 80 √

7. 60 √ 55 √ 75 √

8. 40 √ 75 √ 80 √

9. 100 √ 90 √ 90 √

10. 50 √ 30 √ 60 √

11. 60 √ 50 √ 90 √

12. 60 √ 55 √ 75 √

13. 60 √ 40 √ 80 √

14. 50 √ 80 √ 80 √

15. 60 √ 75 √ 90 √

16. 70 √ 60 √ 85 √

17. 70 √ 50 √ 90 √

18. 50 √ 80 √ 90 √

19. 60 √ 70 √ 85 √

20. 30 √ 50 √ 65 √

21. 40 √ 70 √ 70 √

22. 40 √ 65 √ 90 √

23. 40 √ 90 √ 85 √

24. 60 √ 50 √ 80 √

25. 50 √ 60 √ 80 √

26. 60 √ 45 √ 85 √

27. 50 √ 80 √ 95 √

28. 30 √ 75 √ 70 √

29. 60 √ 45 √ 85 √

30. 50 √ 75 √ 80 √

31. 50 √ 60 √ 45 √

32. 40 √ 70 √ 70 √

33. 90 √ 75 √ 90 √

Rt2 56,36 62,57 78,78

% 21,21% 78,79% 42,42% 57,58% 81,81% 18,18%

Page 160: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

143

LAMPIRAN 24

PEDOMAN WAWANCARA GURU MENGENAI PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN EXPERIENTIAL LEARNING

Tujuan : Mengetahui pendapat guru mengenai penerapan model

pembelajaran experiential learning.

Bentuk : Wawancara semi terstruktur

Responden : Guru kelas V SD Negeri 04 Ngringo

Nama Guru : Nurjanah, S.Pd

Hari, tanggal : 11 Mei 2012

No. Pertanyaan Ringkasan jawaban

1. Pernahkan anda menerapkan model

pembelajaran experiential learning yang

saya gunakan?

Belum pernah, model yang

pernah dicoba adalah tari

bambu.

2. Bagaimana pendapat anda mengenai

model pembelajaran yang saya

laksanakan?

Inovasi yang bagus, membuat

anak-anak tidak bosan. Tapi

agak ribet jadi seolah-olah

waktu agak terbuang.

3. Menurut anda apakah model yang saya

gunakan efektif dalam meningkatkan

keterampilan siswa dalam materi

perbandingan dan skala?

Iya, terlihat dari nilai siswa

yang meningkat.

4. Menurut anda apakah model ini mampu

meningkatkan keterlibatan siswa dalam

pembelajaran?

Iya, anak-anak terlibat secara

aktif. Ada 1 atau 2 anak yang

kurang aktif itu wajar.

5. Bagaimana pendapat anda mengenai

antusiasme siswa dalam kelas saat model

experiential learning diterapkan?

Antusiasme anak-anak sangat

tinggi. Anak-anak terlihat

sangat senang.

6. Apakah anda berniat untuk menerapkan Suatu saat nanti mungkin iya.

Page 161: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

144

model experiential learning suatu hari

nanti?

Kesimpulan hasil wawancara :

Model pembelajaran experiential learning dapat meningkatkan keterampilan

siswa menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala. Guru kelas

V akan mencoba menerapkan model experiential learning di masa yang akan

datang.

Ngringo, 21 Juni 2012

Narasumber Pewawancara

Page 162: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

145

LAMPIRAN 25

FOTO PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MODEL EXPERIENTIAL LEARNING

SIKLUS I PERTEMUAN 1

Siswa menghitung jumlah batu berwarna merah dan biru. (Concrete Experience)

Siswa membandingkan batu yang berwarna merah dan batu yang berwarna biru.

(reflective observation)

Page 163: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

146

Siswa mengerjakan soal yang diajukan oleh guru. (abstract conceptualization)

Siswa mengerjakan soal evaluasi. (active experimentation)

Page 164: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

147

SIKLUS I PERTEMUAN 2

Siswa mengamati dan mengukur jarak Boyolali – Karanganyar pada peta.

(concrete experience)

Siswa mengerjakan lembar kerja yang disiapkan guru. (reflective observation)

Page 165: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

148

Perwakilan siswa menuliskan jawaban. (abstract conceptualization)

Siswa mengerjakan soal evaluasi. (active experimentation)

Page 166: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

149

SIKLUS II PERTEMUAN 1

Siswa menghitung jumlah sedotan merah dan kuning. (Concrete Experience)

Siswa membandingkan sedotan merah dan kuning sesuai lembar kerja siswa.

(reflective observation)

Page 167: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

150

Siswa membandingkan hasil kerja kelompok lain. (abstract conceptualization)

Siswa mengerjakan soal evaluasi. (active experimentation)

Page 168: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

151

SIKLUS II PERTEMUAN 2

Siswa menggambar denah/peta rumah ke sekolah. (concrete experience)

Siswa melakukan operasi hitung menggunakan skala dengan melengkapi soal

yang rumpang. (reflective observation)

Page 169: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

152

Siswa antusias untuk mengerjakan soal dari teman. (abstract conceptualization)

Siswa mengerjakan soal evaluasi. (active experimentation)

Page 170: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

153

Page 171: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

154

Page 172: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

155

Page 173: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

156

Page 174: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

157

Page 175: PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK …/Penerapan... · dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

158