Penerapan Metode Jigsaw dengan Memanfaatkan Video ......dan mengolah angka menggunakan rumus atau...

14
2 1. Pendahuluan Pengaruh TIK terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran sangat besar. Sebab, TIK mampu meningkatkan kualitas mutu pendidikan. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka, tetapi juga dengan menggunakan media-media komunikasi [1]. Literasi (Literacy) adalah kemampuan seorang individu untuk membaca dan menulis yang ditandai dengan kemampuan memahami pernyataan singkat yang ada hubungannya dengan kehidupannya [2]. Dalam pembelajaran TIK siswa diharapkan dapat menguasai konsep perkembangan TIK pada bidang pendidikan khususnya pada materi teori pelajaran tersebut. Kemampuan yang akan dibentuk pada penelitian ini yaitu, siswa dapat mengolah data menggunakan perhitungan statistik, membuat tabel dan mengolah angka menggunakan rumus atau formula excel. Kompetensi dasar dapat membuat dokumen pengolah angka dengan tabel serta indikator yang akan dicapai yaitu menjelaskan formula dan menghitung dengan rumus excel. Pokok permasalahan yang ada di sekolah adalah rendahnya hasil belajar siswa, dilihat dari hasil ulangan harian yang nilainya dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang memiliki rata-rata nilai dibawah 75. Siswa dinyatakan tuntas dalam pembelajaran jika nilai diatas KKM, yaitu 75. Dari 100% siswa, 60% belum mencapai KKM dan 40% sudah mencapai KKM. SMA N 1 Karanggede masih menerapkan pembelajaran dengan metode konvensional atau metode ceramah yang penyampaian materinya diuraikan oleh guru. Dari hasil pengamatan dan pengalaman pembelajaran secara langsung yang dilakukan oleh peneliti selama kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) dan hasil wawancara sederhana serta observasi sederhana terhadap pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pembelajaran di SMA N 1 Karanggede menunjukan adanya permasalahan dalam pembelajaran. Dari masalah di sekolah tersebut ada beberapa faktor yang membuat hasil belajar menurun dikarenakan metode pembelajaran di sekolah yang kurang menarik siswa hanya berangkat, duduk, mendengarkan, dan mencatat apa yang guru sampaikan kebanyakan membuat siswa bosan, siswa cenderung tidak memperhatikan, dan sebagainya. Hal ini mempengaruhi kondisi siswa yang rata-rata belum memahami materi yang disampaikan oleh guru dikarenakan pemahaman dan pengalaman mereka kurang seperti kesulitan dalam membuat tabel sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama serta kendala yang lain ada beberapa komputer di lab yang rusak. Media yang dipakai masih menggunakan power point, dengan demikian peneliti ingin memberi sebuah pembelajaran dan media baru dengan memanfaatkan IT Literacy. Selain faktor diatas yang menjadi pemicu rendahnya nilai TIK dari wawancara guru dan siswa yaitu, menurut pengamatan guru, siswa cenderung belum bisa aktif dikarenakan dari TK sampai SMA pembelajaran memang menggunakan metode ceramah, siswa hanya datang, duduk, mendengarkan, dan mencatat apa yang guru sampaikan. Kebiasaan itu yang membuat siswa menjadi diam, dan pasif. Menurut siswa, di sekolah harus diberi pembelajaran

Transcript of Penerapan Metode Jigsaw dengan Memanfaatkan Video ......dan mengolah angka menggunakan rumus atau...

  • 2

    1. Pendahuluan

    Pengaruh TIK terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses

    pembelajaran sangat besar. Sebab, TIK mampu meningkatkan kualitas mutu

    pendidikan. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui

    hubungan tatap muka, tetapi juga dengan menggunakan media-media

    komunikasi [1]. Literasi (Literacy) adalah kemampuan seorang individu untuk

    membaca dan menulis yang ditandai dengan kemampuan memahami

    pernyataan singkat yang ada hubungannya dengan kehidupannya [2].

    Dalam pembelajaran TIK siswa diharapkan dapat menguasai konsep

    perkembangan TIK pada bidang pendidikan khususnya pada materi teori

    pelajaran tersebut. Kemampuan yang akan dibentuk pada penelitian ini yaitu,

    siswa dapat mengolah data menggunakan perhitungan statistik, membuat tabel

    dan mengolah angka menggunakan rumus atau formula excel. Kompetensi

    dasar dapat membuat dokumen pengolah angka dengan tabel serta indikator

    yang akan dicapai yaitu menjelaskan formula dan menghitung dengan rumus

    excel. Pokok permasalahan yang ada di sekolah adalah rendahnya hasil belajar

    siswa, dilihat dari hasil ulangan harian yang nilainya dibawah KKM (Kriteria

    Ketuntasan Minimal) yang memiliki rata-rata nilai dibawah 75. Siswa

    dinyatakan tuntas dalam pembelajaran jika nilai diatas KKM, yaitu 75. Dari

    100% siswa, 60% belum mencapai KKM dan 40% sudah mencapai KKM.

    SMA N 1 Karanggede masih menerapkan pembelajaran dengan metode

    konvensional atau metode ceramah yang penyampaian materinya diuraikan

    oleh guru. Dari hasil pengamatan dan pengalaman pembelajaran secara

    langsung yang dilakukan oleh peneliti selama kegiatan Praktik Pengalaman

    Lapangan (PPL) dan hasil wawancara sederhana serta observasi sederhana

    terhadap pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

    pembelajaran di SMA N 1 Karanggede menunjukan adanya permasalahan

    dalam pembelajaran. Dari masalah di sekolah tersebut ada beberapa faktor

    yang membuat hasil belajar menurun dikarenakan metode pembelajaran di

    sekolah yang kurang menarik siswa hanya berangkat, duduk, mendengarkan,

    dan mencatat apa yang guru sampaikan kebanyakan membuat siswa bosan,

    siswa cenderung tidak memperhatikan, dan sebagainya. Hal ini mempengaruhi

    kondisi siswa yang rata-rata belum memahami materi yang disampaikan oleh

    guru dikarenakan pemahaman dan pengalaman mereka kurang seperti kesulitan

    dalam membuat tabel sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama serta

    kendala yang lain ada beberapa komputer di lab yang rusak. Media yang

    dipakai masih menggunakan power point, dengan demikian peneliti ingin

    memberi sebuah pembelajaran dan media baru dengan memanfaatkan IT

    Literacy.

    Selain faktor diatas yang menjadi pemicu rendahnya nilai TIK dari

    wawancara guru dan siswa yaitu, menurut pengamatan guru, siswa cenderung

    belum bisa aktif dikarenakan dari TK sampai SMA pembelajaran memang

    menggunakan metode ceramah, siswa hanya datang, duduk, mendengarkan,

    dan mencatat apa yang guru sampaikan. Kebiasaan itu yang membuat siswa

    menjadi diam, dan pasif. Menurut siswa, di sekolah harus diberi pembelajaran

  • 3

    dan media yang menarik seperti menonton video atau belajar diluar kelas

    karena pengajaran guru hanya didalam kelas mendengarkan dan menulis setiap

    hari, itu membuat siswa mengalami kejenuhan dan membuat siswa mengantuk.

    Siswa berharap pembelajaran menjadi menarik dan tidak membosankan.

    Penelitian ini mengkaji penerapan metode jigsaw dengan memanfaatkan

    video sebagai media pembelajaran. Aplikasi yang digunakan adalah screen

    cast-O-Matic sebagai pembuatan video pembelajaran, dikarenakan mudah

    didapat, free, dapat digunakan secara offline dan mudah dipelajari. Video

    termasuk dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi dengan demikian

    peneliti memilih menggunakan video sebagai media pembelajaran, dalam

    pembuatan materi guru mengemas dalam bentuk video tutorial dan

    membuatnya sendiri. Metode jigsaw sebagai metode untuk berdiskusi, Karena

    metode pembelajaran ini dalam penerapannya bersifat student centred. Guru

    juga berperan dalam pembelajaran sebagai fasilitator dan siswa ditekankan

    supaya dapat meningkatkan hasil belajar. Dengan menggunakan metode ini

    serta memanfaatkan video pembelajaran maka diharapkan siswa aktif belajar,

    dan memiliki semangat belajar yang tinggi sehingga hal ini dapat

    meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK. Sebelumnya guru

    hanya ceramah didepan kelas dengan materi yang disampaikan menggunakan

    media power point, kali ini siswa dituntut untuk belajar mandiri dengan

    menggunakan sumber belajar menggunakan video pembelajaran yang guru

    berikan perkelompok, sehingga siswa belajar akan menjadi menarik dan

    menyenangkan dengan tujuan menciptakan pemahaman yang kuat bagi siswa.

    Hal-hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

    Berdasarkan uraian latar belakang maka akan dilakukan penelitian tentang

    penerapan metode jigsaw dengan memanfaatkan video pembelajaran untuk

    meningkatkan hasil belajar di SMA N 1 Karanggede pada mata pelajaran TIK

    kelas XI.

    2. Kajian Pustaka

    Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nur Azizah

    tahun 2013 dengan judul “Pengaruh metode pembelajaran jigsaw terhadap

    hasil belajar mata pelajaran dasar kompetensi kejuruan di SMK Wongsorejo

    Gombong”. Dalam penelitiannya terdapat perbedaan yang signifikan antara

    hasil belajar peserta didik kelas eksperimen yang menggunakan metode

    pembelajaran jigsaw dengan peserta didik kelas kontrol yang menggunakan

    metode pembelajaran konvensional pada mata pelajaran dasar kompetensi

    kejuruan di SMK Wongsorejo Gombong. Terbukti dari hasil pembelajaran

    pada kelas kontrol yang nilai rata-rata kelasnya 62,17 di bawah Kriteria

    Ketuntasan Minimum (KKM) yang bernilai 70. Hasil pembelajaran pada

    kelas eksperimen yang diperoleh memuaskan karena nilai rata-rata

    kelasnya 76,53, di atas KKM yang bernilai 70. Pembelajaran yang

    menggunakan metode jigsaw terbukti efektif pada mata pelajaran dasar

    kompetensi kejuruan di SMK Wongsorejo Gombong [3].

  • 4

    Penelitian lainnya dilakukan oleh Ratna Amalia tahun 2012 dengan

    judul “Penerapan model kooperatif tipe TTW (Think, Talk, Write)

    menggunakan multimedia video pembelajaran dalam pelajaran fisika SMA”.

    Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata hasil belajar kelas

    eksperimen 83,82 dan rata-rata hasil belajar kelas kontrol 74,24 berarti nilai

    rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih besar dari pada rata-rata hasil

    belajar kelas kontrol[4].

    Pembelajaran kooperatif merupakan pengajaran yang menuntut keaktifan

    siswa dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling

    membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas

    kooperatif siswa diharapkan mampu saling membantu, saling mendiskusikan

    dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu

    dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Cooperative

    learning dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar yang lebih

    baik, sikap tolong-menolong dalam beberapa perilaku sosial. Tujuan utama

    dalam penerapan model belajar mengajar adalah agar peserta didik dapat

    belajar berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai

    pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk

    mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara

    berkelompok [5].

    Metode jigsaw, siswa dapat mengolah informasi dan meningkatkan

    keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab atas

    keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan

    dapat menyampaikan kepada kelompoknya. Dalam metode jigsaw, siswa

    ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 anggota.

    Setiap kelompok diberi informasi yang membahas salah satu topik dari materi

    pelajaran mereka pada saat itu. Dari informasi yang diberikan pada setiap

    kelompok ini, masing-masing anggota harus mempelajari bagian-bagian yang

    berbeda dari informasi tersebut. Sekarang guru menginginkan siswa

    mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami.

    Metode ini memberi siswa lebih banyak waktu untuk berkomunikasi dan

    bertukar informasi dengan teman kelompoknya, guru membagi siswa dalam

    kelompok kecil yang terdiri dari (4-6 orang) setiap anggota kelompok

    mempelajari topik yang sudah ditentukan. Dalam metode jigsaw siswa bekerja

    kelompok selama dua kali, yakni dalam kelompok mereka sendiri dan dalam

    kelompok ahli. Setelah masing-masing anggota menjelaskan bagiannya kepada

    teman-teman satu kelompoknya, mereka mulai bersiap untuk diuji secara

    individu (biasanya dengan kuis) [6].

    Secara umum media pembelajaran dalam pendidikan disebut media, yaitu

    berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya

    untuk berpikir. Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia,

    materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu

    memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap. Pengertian media dalam

    proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis,

    photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun

    kembali informasi visual atau verbal [7].

  • 5

    Video dalam penggunaannya sebagai peralatan pemain ulang(Play back)

    dari suatu program rekaman, terdiri dari minimal satu buah video tape recorder

    dan satu buah monitor. Berbagai jenis video dibuat dengan berbagai tujuan

    penggunaan. Ada yang untuk keperluan broadcast, untuk keperluan

    pengajaran/pendidikan, keperluan industri dan keperluan rumah tangga [8].

    Video dapat menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama-sama dengan

    suara alamiah atau suara yang sesuai. Kemampuan video menggambarkan

    fungsi hidup dan suara memberinya daya tarik tersendiri, media ini pada

    umumnya digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi, dan

    pendidikan[9]. Karakteristik media video pembelajaran yang mampu

    meningkatkan motivasi dan efektifitas penggunaanya, yaitu: video mampu

    memperbesar objek yang kecil, teknik editing objek yang dihasilkan dengan

    pengambilan gambar oleh kamera dapat diperbanyak, video mampu

    memanipulasi tampilan gambar, sesekali objek perlu diberikan manipulasi

    tertentu sesuai dengan tuntutan pesan yang ingin disampaikan, video mampu

    mempertahankan perhatian siswa/audience yang melihat, video mampu

    menampilkan objek gambar dan informasi yang paling baru, hangat dan

    aktual[10].

    Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

    memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

    sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

    Belajar adalah perubahan relatif permanen pada perilaku, pengetahuan dan

    kemampuan berfikir yang diperoleh karena pengalaman. Pengalaman tersebut

    dapat diperoleh dengan adanya interaksi antara seseorang dan lingkungannya

    [11]. Jadi ,dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang

    diperoleh dari pengalaman dengan berinteraksi kepada seseorang dan

    lingkungannya.

    3. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dalam

    penelitian ini menggunakan Quasi eksperimental design dan yang digunakan

    adalah Nonequivalen Control Group Design. Desain ini kelompok eksperimen

    maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random [12].Berikut tabel

    prosedur penelitian. Tabel 1. Prosedur penelitian

    INDEPENDENT

    GROUP PRETEST VARIABLE POSTTEST

    EKSPERIMEN Y1 X Y2

    CONTROL Y3 - Y4

    Keterangan :

    Y1 : Kemampuan kelas eksperimen sebelum diberi perlakuan

    Y2 : Kemampuan kelas eksperimen sesudah diberi perlakuan

    Y3 : Kemampuan kelas kontrol sebelum diberi perlakuan

    Y4 : Kemampuan kelas kontrol sesudah diberi perlakuan

    X : Perlakuan metode jigsaw dengan memanfaatkan video pembelajaran

  • 6

    Penelitian dilakukan di SMA N 1 Karanggede, data diperoleh dari hasil

    pretest dan posttest kelas kontrol dan eksperimen, kelas IPS 3 sebagai kelas

    kontrol dengan jumlah siswa 29 orang dan kelas IPS 4 sebagai kelas

    eksperimen dengan jumlah siswa 29 orang.

    Sebelum memberikan pretest dan posttest pada kedua kelas tersebut

    adalah uji instrumen. Pengujian validitas instrumen yaitu kegiatan menguji

    aplikasi instrumen yang sudah dibuat sebelum digunakan untuk mengumpulkan

    data yang sebenarnya. Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah

    validitas konstruksi (Construct Validity). Reliabilitas instrumen adalah

    ketetapan alat evaluasi dalam mengukur. Dalam penelitian ini reliabilitas yang

    digunakan adalah Alpha Cronbach. Tingkat kesulitan merupakan suatu

    pernyataan tentang seberapa sulit atau seberapa mudah sebuah butir pernyataan

    bagi peserta uji dan daya beda adalah kemampuan sesuatu soal untuk

    membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa

    yang kurang pandai (berkemampuan rendah) [13].

    Tahap pertama dari penelitian ini adalah tahap persiapan. Tahapan ini

    meliputi membuat surat ijin penelitian, menyiapkan instrumen penelitian,

    mengobservasi pembelajaran siswa didalam kelas, mengobservasi sarana dan

    prasarana di sekolah penelitian, menyiapkan media pembelajaran, menyiapkan

    lembar penilaian hasil belajar siswa. Tahap kedua adalah tahap pelaksanaan

    penelitian, tahapan ini meliputi pemberian pretest, pemberian perlakuan dan

    pemberian posttest. Pemberian pretest pada kelas kontrol dan eksperimen dengan bobot soal yang sama, kemudian memberi perlakuan untuk kelas

    kontrol dikenai metode ceramah sedangkan kelas eksperimen dikenai metode

    jigsaw dengan memanfaatkan video pembelajaran, tahap terakhir yaitu

    pemberian posttest pada kedua kelas kontrol dan eksperimen.

    Tahapan akhir adalah pengolahan analisis hasil pengumpulan data.

    Analisis data pada penelitian ini meliputi (1) Pemberian skor melalui tes. (2)

    Menghitung nilai pretest dan posttest dari kelas eksperimen dan kelompok

    dilakukan uji normalitas. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah

    data dari masing-masing kelompok terdistribusi normal atau tidak. (4)

    Melakukan uji homogenitas pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji

    homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah dari data masing-masing

    kelompok sampel mempunyai varians yang sama atau berbeda. (5) Uji

    kesamaan dua rata-rata. Dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat

    kesamaan antara rata-rata nilai antara kelas eksperimen dan kontrol. Dari

    perhitungan uji kesamaan dua rata-rata kita dapat membuat kesimpulan.

  • 7

    Tabel 2. Proses Pembelajaran

    Kelas Eksperimen Waktu

    Apresepsi

    Salam pembuka,doa, absensi siswa.

    Eksplorasi

    Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan

    Elaborasi

    Guru membagi menjadi beberapa kelompok - Siswa dibagi menjadi 4-6 kelompok jigsaw dengan

    berhitung 1-6 siswa yang mendapat nomer 1

    berkumpul dengan nomor 1 dan seterusnya.

    - Siswa berkumpul dalam kelompok ahli - Siswa berdiskusi tentang materi yang sudah

    ditentukan perkelompok mengenai materi MS-Excel.

    Kelompok 1 mendapat materi Formula berisi fungsi

    SUM, MIN, MAX, AVERAGE, COUNT.

    Kelompok 2 dengan materi Hlookup yaitu

    pembacaan tabel secara horizontal , Kelompok 3

    dengan materi Vlookup yaitu pembacaan tabel

    secara vertikal, Kelompok 4 dengan materi IF

    ganda yaitu memilih salah satu dari dua nilai

    berdasar pengujian logika, Kelompok 5 dengan

    materi Date yaitu mengolah data tanggal dan waktu.

    - Setelah perkelompok siswa sudah menerima materinya, mereka berdiskusi dan memahami dengan

    materi yang ditampilkan dalam video pembelajaran.

    - Kemudian mereka kembali kekelompok masing-masing untuk menjelaskan dan mempraktekkan

    kepada teman-temannya, mereka saling bertukar

    informasi mengenai materi yang mereka dapat.

    Diskusi ini diakhiri dengan latihan soal dan dikerjakan

    secara berkelompok dan memberi penjelasan tentang hal-

    hal yang belum diketahui.

    Konfirmasi

    Diskusi ini diakhiri dengan penugasan perkelompok

    5 menit

    10 menit

    20 menit

    30 menit

    20 menit

    Kegiatan Akhir

    Guru memberikan simpulan pertemuan hari ini.

    5 menit

    Minggu 3: Posttest

    4. Hasil Pembahasan Hasil penelitian ini meliputi: hasil pengamatan pembelajaran, pengujian

    validitas, reliabilitas, tingkat kesulitan, daya beda, pengolahan hasil pretest dan

    posttest, uji normalitas, uji homogenitas, uji kesamaan rata-rata, dan pengujian

    hipotesis.

    Tahap pertama yaitu melakukan wawancara terhadap salah satu guru di

    SMA Negeri 1 Karanggede. Hasil wawancara yang dilakukan sebelum

    diterapkan metode jigsaw diperoleh informasi bahwa masalah yang terjadi

  • 8

    disekolah adalah siswa kurang memperhatikan dan pasif pada saat

    pembelajaran dan hasil wawancara yang dilakukan kepada siswa bahwa

    pembelajaran dengan metode ceramah dan media yang digunakan kurang

    menarik siswa menjadi bosan dan mengantuk. Selanjutnya mengadakan

    analisis pretest dan posttest. Data yang diujikan dalam penelitian adalah hasil

    belajar dengan menggunakan instrumen tes yang telah divalidasi dan reliable

    pada butir soal. Pretest dilakukan untuk mengukur sejauh mana kemampuan

    siswa sebelum di beri treatment. Penelitian dilakukan terhadap dua kelas, yaitu

    kelas IPS 3 untuk kelas kontrol dengan jumlah 29 siswa dan kelas IPS 4 untuk

    kelas eksperimen dengan jumlah 29 siswa. Proses pembelajaran dengan

    metode jigsaw dimulai dengan guru membagi kelompok 4-6 orang siswa dibagi

    menjadi beberapa kelompok dengan berhitung 1-5, siswa yang mendapat

    nomor 1 berkumpul dengan nomor 1, nomor 2 dengan 2 dan seterusnya yang

    disebut kelompok ahli. Kemudian mereka diberi topik yang berbeda dengan

    menampilkan video pembelajaran di masing-masing komputer mereka

    berkumpul dan kelompok 1 mendapat materi formula, kelompok 2 hlookup,

    kelompok 3 vlookup, kelompok 4 IF ,dan kelompok 5 date. Diskusi ini

    berlangsung selama 30 menit dan dalam kelompoknya siswa memahami materi

    yang ditampilkan dalam video pembelajaran, siswa kembali kekelompok

    semula/ kelompok awal kemudian mereka menjelaskan kepada temannya

    materi yang mereka dapat selama 20 menit. Siswa saling bertukar informasi

    dan berinteraksi, sebelumnya siswa terlihat pasif di kelas karena hanya duduk

    dan mendengarkan namun dengan adanya pembelajaran seperti ini siswa

    cenderung aktif mereka dapat melakukan diskusi dengan melihat tampilan

    video yang dapat diputar secara berulang-ulang dan dapat mendemonstrasikan

    kepada teman yang lain sehingga proses belajar mengajar yang sebelumnya

    terlihat pasif menjadi aktif, menarik dan menyenangkan. Berdasarkan hasil

    pengamatan terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar dengan menerapkan

    metode jigsaw dan video pembelajaran diperoleh informasi bahwa selama

    pembelajaran berlangsung siswa aktif berdiskusi dikelas, saling berinteraksi

    dan bertukar pikiran, siswa bertanya hal-hal yang belum mereka ketahui, siswa

    mengetahui rumus apa saja yang mereka pelajari melalui video pembelajaran,

    pada saat di kelas siswa mengikuti pembelajaran dengan baik, banyak siswa

    kelas eksperimen yang mengikuti pembelajaran dan aktif berdiskusi

    dibandingkan kelas kontrol dengan metode ceramah yang beberapa tidak

    memperhatikan dan sibuk sendiri. Dengan adanya diskusi jigsaw dapat

    memberikan efek positif terhadap keaktifan siswa didalam kelas karena banyak

    yang bertanya, saling berinteraksi kepada teman lainnya dan antusias siswa

    meningkat, sedangkan pemanfaatan video pembelajaran ini memberikan

    pemahaman bagi siswa yang sebelumnya mereka membuka catatan namun

    dengan melihat video pemahaman mereka dapat mengingat apa yang mereka

    lihat. Hasil pembelajaran dikelas adalah hasil diskusi siswa yaitu soal latihan

    yang diberikan perkelompok untuk mengetahui pemahaman siswa setelah

    diberi treatment. Jadi, dengan pemberian soal tersebut siswa tidak hanya

    paham pada saat praktek di lab tetapi juga pada saat mengerjakan soal teori/non

    praktek. Di akhir pembelajaran dilakukan tanya jawab kepada siswa kelas

  • 9

    eksperimen mengenai diskusi yang dilakukan dari beberapa siswa menanggapi

    bahwa pembelajaran dengan metode jigsaw dengan melihat video lebih

    menarik dan menyenangkan, siswa antusias pada saat pembelajaran, banyak

    yang mengikuti pelajaran dengan baik, siswa saling berinteraksi dengan

    temannya. Menurut guru dan tanya jawab dengan siswa pada kelas kontrol

    setelah pembelajaran masih terlihat pasif sebagian siswa tidak memperhatikan

    pembelajaran di kelas, antusias kurang, dan tidak terdapat perubahan dari

    pembelajaran yang sebelumnya yaitu siswa ramai sendiri, banyak yang

    melamun, mengantuk dan sibuk sendiri. Tahap terakhir adalah pemberian

    posttest terhadap dua kelas untuk mengukur kemampuan siswa setelah

    diterapkan metode jigsaw dengan video pembelajaran pada kelas eksperimen

    dan metode ceramah kepada kelas kontrol.

    Metode jigsaw dengan video pembelajaran dapat meningkatkan

    keaktifan siswa di kelas. Aktifitas belajar siswa dalam kelas diamati ketika

    pembelajaran sedang berlangsung. Terbukti dari hasil observasi yang dilakukan

    tentang keaktifan dikelas berdasarkan indikator dapat dilihat dari tabel berikut:

    Tabel 3. Hasil Observasi keaktifan siswa di kelas

    NO Aktivitas Belajar Siswa Presentase

    Kelas

    1. Peran serta siswa dalam belajar kelompok 85 100 %

    2. Menjelaskan kepada temanya 87 92 %

    3. Bertanya kepada guru 83 79 %

    4. Bertanya kepada teman 97 82 %

    5. Pemahaman siswa terhadap materi 96 94 %

    6. Ketertarikan siswa terhadap video

    pembelajaran

    90 80 %

    7. Memperhatikan video pembelajaran 83 %

    Total Presentase 87%

    Tabel 3 menunjukan hasil observasi keaktifan siswa selama pembelajaran

    di kelas. Penerapan metode jigsaw dengan video pembelajaran memperoleh

    jumlah presentase 87%. Aktifitas siswa meliputi peran siswa dalam

    berkelompok 100%, menjelaskan pada temannya 92%, bertanya pada guru

    79%, bertanya pada teman 82%, pemahaman terhadap materi 94%,

    ketertarikam siswa terhadap video 80%, mengomentari video 83%. Total

    presentase tersebut dengan jumlah 87% masuk dalam kategori baik.

    Video tutorial adalah video yang dapat diproduksi untuk menjelaskan

    secara detail suatu proses tertentu dan cara latihan guna memudahkan tugas

    para guru/dosen, yang digunakan adalah jenis linear karena video ini tidak

    dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat digunakan oleh pengguna dan

    berjalan secara berurutan. Hasil implementasi video pembelajaran, yang

    digunakan dalam pembuatan video ini adalah tutorial dengan durasi 5-7 menit.

    video mampu mempertahankan perhatian siswa, hasil penelitian ini

    menunjukan siswa bisa bertahan lebih lama sampai video selesai dibandingkan

    mereka mendengarkan guru berbicara tanpa melihat prosesnya. Melalui video

  • 10

    siswa mampu memahami pesan pembelajaran, video yang dikembangkan tidak

    tergantung pada bahan ajar lain, bahasa yang digunakan sederhana dan mudah

    dimengerti oleh siswa, teks yang digunakan jelas huruf dan tulisanya, warna

    tulisan dan gambar kontras.

    Gambar 1. Diagram Pengukuran Aktivitas Belajar Siswa

    Data yang diujikan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa.

    Pengukuran hasil belajar menggunakan instrumen penelitian berupa tes yang

    telah divalidasi dan reliabel pada setiap butir soalnya. Menentukan valid atau

    tidaknya butir soal adalah membandingkan rhitung dengan rtabel. Dengan

    jumlah responden 28 dan taraf signifikansi=5% maka 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 =0, 388. Berdasarkan hasil dari 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 tiap butir soal jika dibandingkan dengan 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 ,

    maka butir soal yang valid adalah jika 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , yaitu pada butir soal ke

    1, 4, 6, 9, 10, 13, 14, 16, 17, 20, 24, 25, 26, 29, 30 dan butir soal yang tidak

    valid adalah jika 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , , yaitu pada butir soal nomor 2, 3, 5, 7, 8,

    11, 12, 15, 18, 19, 21, 22, 23, 27, dan 28. Setelah melakukan uji validitas, maka

    dilakukan uji reliabilitas guna untuk mengukur suatu gejala pada waktu yang

    berlainan senantiasa menunjukkan hasil yang sama. Berdasarkan perhitungan

    dengan menggunakan program penghitungan, dengan jumlah data (n) = 28,

    maka didapat 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 sebesar 0,388. Oleh karena nilai r = 0,565 > r tabel = 0,388 maka dapat disimpulkan bahwa item-item tersebut reliabel. Setelah melakukan

    uji validitas dan reliabilitas dilakukan pengujian tingkat kesukaran soal dan

    daya pembeda.Berdasarkan hasil uji coba dengan salah satu program

    penghitungan, maka didapatkan hasil tingkat kesukaran soal. Pengkajian

    tingkat kesukaran soal guna untuk mengetahui tingkat kesukaran soal-soal.

    Penghitungan tersebut menghasilkan informasi berupa jumlah soal yang

    tergolong sukar, sedang, dan mudah. Dalam penghitungan ini didapatkan ada

    16 soal tergolong mudah, dan 15 soal tergolong sedang. Setelah melakukan uji

    tingkat kesukaran soal dilakukan uji instrumen yang terakhir yaitu uji daya

    pembeda. Dari hasil uji instrumen daya pembeda ini didapati dengan kategori

    baik terdapat 2 soal, dengan kategori cukup terdapat 13 soal, dalam kategori

    jelek terdapat 12 soal, dan dalam kategori sangat jelak terdapat 3 soal.

    Peran serta siswa dalam bela…

    Menjelaska

    n kepad

    a …

    Bertanya

    kepada

    guru

    Bertanya

    kepada

    tem…

    Pemahama

    n siswa terh…

    Ketertarikan siswa terhadap …

    Memperhatikan video pem…

    1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

    Presentase Kelas 100% 92% 79% 82% 94% 80% 83%

    0%20%40%60%80%

    100%120%

    Axi

    s Ti

    tle

    Presentase Kelas

  • 11

    Data pretest diperoleh dari tes tertulis dengan soal pilihan ganda

    sebanyak 15 soal untuk mengukur kemampuan siswa sebelum menerima

    pembelajaran atau treatment. Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan

    data, maka didapat statistik deskriptif data pretest kelas eksperimen dan kelas

    kontrol sebagai berikut: Tabel 4. Deskriptif data Pretest

    N Minimum Maximum Sum Mean

    Kontrol 29 5,30 8,60 195,60 6,7448

    Eksperimen 29 5,30 8,60 191,80 6,6138

    Dilihat dari tabel diatas terdapat perbedaan nilai rata-rata kelas

    eksperimen dan kontrol, yaitu 6,6138 untuk kelas eksperimen dan 6,7448 untuk

    kelas kontrol. Nilai terendah dan nilai tertinggi memiliki hasil yang sama, yaitu

    kelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama memiliki nilai terendah 5,3 dan

    nilai tertinggi 8,6.

    Pemberian soal posttest dilakukan setelah pemberian perlakuan dengan

    tujuan dapat mengetahui kemampuan siswa setelah mengikuti proses

    pembelajaran dengan diberi treatment dan tanpa treatment. Berdasarkan hasil

    penelitian dan perhitungan data, maka didapat statistik deskriptif data posttest

    kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut:

    Tabel 5. Deskriptif data Posttest

    N Minimum Maximum Sum Mean

    Kontrol 29 6,00 8,60 206,40 7,1172

    Eksperimen 29 7,30 9,30 235,80 8,1310

    Dilihat dari tabel diatas bahwa rata-rata nilai posttest kelas ekperimen

    lebih tinggi dari kelas kontrol, yaitu 8,1310 untuk kelas eksperimen dan 7,1172

    untuk kelas kontrol. Berdasarkan tabel itu pula menunjukkan bahwa nilai

    terendah dan nilai tertinggi dari masing-masing kelas, yaitu nilai terendah 7,3

    dan nilai tertinggi 9,3 untuk kelas eksperimen dan nilai terendah 6,0 dan nilai

    tertinggi 8,6 untuk kelas kontrol.

    Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi

    normal atau tidak normal antara kelas kontrol dan eksperimen. Pengujian ini

    dilakukan dengan statistik uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan aplikasi

    program perhitungan. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel dibawah.

    Tabel 6. Uji Normalitas Pretest

    Hasil Peng

    ujian

    Hasil Belajar

    Pretes

    (eksperimen)

    Hasil Belajar

    Pretes(kontrol)

    N 29 29

    Normal

    Parameters

    Mean 6,6138 6,7448

  • 12

    Nilai | Ft-Fs| terbesar 0,856 1,026

    Asymp. Sig (2-Tailed) 0,457 0,243

    Test distribution is

    Normal

    Kriteria pengujian jika nilai | Ft – Fs | terbesar kurang dari nilai tabel

    Kolmogorov-Smirnov, maka Ho diterima dan H1 ditolak.Jika nilai | Ft – Fs |

    terbesar lebih besar dari nilai tabel Kolmogorov-Smirnov, maka Ho ditolak dan

    H1 diterima. Berdasarkan perhitungan uji normalitas pretest eksperimen

    menunjukan bahwa nilai | Ft – Fs | terbesar yang bernilai 0,856 dan

    Asymp.Sig(2-Tailed) bernilai 0,457. Pengujian nilai Kolmogorov-Smirnov,

    dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal karena nilai |Ft –

    Fs | terbesar 0,856 > dari nilai tabel Kolmogorov-Smirnov 0,246 dan nilai

    Asymp.Sig(2-Tailed) 0,457 > 0,05.

    Uji Homogenitas untuk mengetahui kesamaan varians antara skor pretest.

    Pada uji homogenitas kelas pretest diperoleh signifikasi 0,598, dengan

    membandingkan nilai ∝ = 0,05 maka nilai signifikasi atau probabilitas 0,598 > 0,05 maka dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok populasi data

    adalah sama(homogen). Dengan melihat data normalitas yang berdistribusi

    normal dan data homogenitas yang diketahui homogen, sehingga untuk

    pengujian kesamaan rata-rata nilai pretest dari kelas kontrol dan eksperimen

    dengan menggunakan uji parametrik, yaitu uji t dengan statistik Independent

    Sample T-Test. Uji-t (Independent Sample T-Test) dilakukan dengan bantuan

    program penghitungan, dengan taraf signifikansi 5%. Teknik analisis uji-t

    pretest bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada tahap

    awal sebelum dilakukan perlakuan. Ringkasan hasil perhitungan uji-t pretest

    dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

    Tabel 7. Uji Kesamaan Dua Rata-rata pretest

    Kelas Df P ∝ thitung ttabel Eksperimen 56 0,579 0,05 -0,559 2,052 Kontrol

    Dari hasil perhitungan uji-t diperoleh thitung sebesar -0,559. Setelah

    dikonsultasikan dengan ttabel pada taraf signifikansi 5% dan df 56 sebesar 2,052

    ternyata thitung lebih kecil dari ttabel (-0,559< 2,052) yang berarti H0 diterima,

    maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada skor

    pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol.

    Analisis data posstest sama dengan perhitungan data pretest. Langkah

    awal adalah uji normalitas nilai posttest dilakukan untuk mengetahui apakah

    data berdistribusi normal atau tidak normal antara kelas kontrol dan

    eksperimen. Pengujian ini dilakukan dengan statistik uji Kolmogorov-Smirnov

    dengan bantuan aplikasi perhitungan. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada

    tabel dibawah.

  • 13

    Tabel 8. Uji Normalitas posttest Hasil Pengujian Hasil Belajar

    Postest

    (eksperimen)

    Hasil Belajar

    Postest(kontrol)

    N 29 29

    Normal

    Parameters

    Mean 8,1310 7,1172

    Nilai | Ft-Fs| terbesar 1,065 1,110

    Asymp. Sig (2-Tailed) 0,206 0,170

    Test distribution is

    Normal

    Kriteria pengujian jika nilai | Ft – Fs | terbesar kurang dari nilai tabel

    Kolmogorov-Smirnov, maka Ho diterima dan H1 ditolak. Jika nilai | Ft – Fs |

    terbesar lebih besar dari nilai tabel Kolmogorov-Smirnov, maka Ho ditolak dan

    H1 diterima. Berdasarkan perhitungan uji normalitas posttest eksperimen

    menunjukkan bahwa nilai | Ft – Fs | terbesar yang bernilai 1,065 dan

    Asymp.Sig(2-Tailed) bernilai 0,206. Pengujian nilai Kolmogorov-Smirnov,

    dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal karena nilai |Ft –

    Fs | terbesar 1,065 > dari nilai tabel Kolmogorof-Smirnov 0,246 dan nilai

    Asymp.Sig(2-Tailed) 0,206 > 0,05.

    Uji Homogenitas untuk mengetahui kesamaan varians antara skor pretest.

    Pada uji homogenitas kelas pretest diperoleh signifikasi 0,416, dengan

    membandingkan nilai ∝ = 0,05 maka nilai signifikasi atau probabilitas 0,416> 0,05 maka dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok populasi data

    adalah sama(homogen). Setelah dilakukan uji normalitas dan uji

    homogenitas data dari hasil posttest dapat dilihat bahwa skor posttest kelas

    eksperimen dan kontrol berdistribusi normal sehingga untuk menguji

    perbedaan dua rerata posttest digunakan uji statistik parametrik uji- t. Uji-t

    (Independent Samples T Test menggunakan equal variances assumed) dengan

    taraf signifikansi 5%. Rumusan hipotesis yang akan diuji:

    H0 : Penerapan metode belajar jigsaw dengan memanfaatkan video

    pembelajaran sama dengan penggunaan metode belajar konvensional dalam

    meningkatkan hasil belajar siswa. H1 : Rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan metode jigsaw dengan

    video pembelajaran lebih tinggi dari pada rata-rata hasil belajar siswa yang

    diajar dengan metode ceramah atau konvensional.

    Hipotesis Statistik:

    H0 : μx2 = μy

    2

    H1 : μx2 > μy

    2

    Kriteria Uji Hipotesis Satu Pihak:

    Independent Sample T Test

    1. Jika thitung > ttabel , maka H0 ditolak, H1 diterima.

    2. Jika thitung < ttabel, maka H0 diterima, H1 ditolak.

    Berdasarkan Signifikansi

    3. Jika P > ∝ (0.05), maka H0 diterima, H1 ditolak.

  • 14

    4. Jika P < ∝ (0.05), maka H0 ditolak, H1 diterima. Hasil uji perbedaan dua rata-rata dari skor posttest dapat dilihat pada tabel

    dibawah. Tabel 9 Uji perbedaan rata-rata posttest

    Kelas Df P ∝ thitung ttabel Eksperimen 56 0,000 0,05 5,457 2,052 Kontrol

    Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa signifikansi (P) adalah

    0,000. Karena signifikansi P (0.000) < ∝ (0.05), atau thitung adalah 5,457 karena thitung (5,457) > ttabel (2,052), maka keputusan uji nilai Sig. < α atau thitung >

    ttabel maka keputusannya adalah H0 ditolak dengan kata lain H1 diterima. Dari

    hasil penghitungan diperoleh thitung (th) sebesar 5,457. Setelah dikonsultasikan

    dengan ttabel pada taraf signifikansi 5% dan df 56 sebesar 2,052 ternyata thitung

    lebih besar dari ttabel (5,457> 2,052) sehingga H0 ditolak, yaitu penerapan

    metode belajar jigsaw dengan memanfaatkan video pembelajaran sama dengan

    penggunaan metode belajar konvensional dalam meningkatkan hasil belajar

    siswa. Dengan demikian hasil akhir penelitian H1 diterima, yaitu hasil belajar

    siswa yang diajar dengan metode jigsaw dengan video pembelajaran lebih

    tinggi dari pada rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan metode

    ceramah atau konvensional. Metode pembelajaran yang menggunakan jigsaw

    dapat meningkatkan rata-rata nilai lebih tinggi dibanding yang tidak

    menggunakan sehingga kelas kontrol yang tetap menggunakan metode

    konvensional tidak mengalami perubahan rata-rata nilai sedangkan pada kelas

    eksperimen yang menggunakan metode jigsaw dengan memanfaatkan video

    pembelajaran mengalami perubahan rata-rata nilai yang signifikan.

    5. Penutup Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan

    bahwa penerapan metode jigsaw dengan memanfaatkan video pembelajaran

    lebih tinggi dari pada penggunaan metode ceramah atau konvensional dalam

    meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI SMA N 1 Karanggede pada mata

    pelajaran Teknologi Informasi dan Komputer. Hal ini ditunjukkan oleh uji

    hipotesis posttest ternormalisasi dan homogen. Hasil uji hipotesis posttest

    dengan Uji t adalah P (0.000) < ∝(0.05), sehingga 𝐻𝑜 ditolak, yaitu penerapan metode belajar jigsaw dengan memanfaatkan video pembelajaran sama dengan

    penggunaan metode belajar konvensional dalam meningkatkan hasil belajar

    dan H1 diterima, yaitu rata-rata hasil belajar siswa yang diajar menggunakan

    metode jigsaw dengan video pembelajaran lebih tinggi dari pada rata-rata hasil

    belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode ceramah atau

    konvensional. Dengan demikian menghasilkan kesimpulan bahwa metode

    belajar jigsaw dengan memanfaatkan video pembelajaran lebih tinggi daripada

    penggunaan metode belajar konvensional. Dari hasil penelitian ini, dapat

    dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

    1. Perlunya metode pembelajaran jigsaw dengan memanfaatkan video pembelajaran diterapkan dalam proses belajar sebagai bentuk variasi

  • 15

    pembelajaran sehingga peserta didik dapat lebih bersemangat dan aktif

    dalam pembelajaran serta sebagai alternatif untuk meningkatkan

    kemampuan pemecahan masalah siswa.

    2. Keefektifan metode jigsaw dengan memanfaatkan video pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar siwa diharapkan dapat memacu

    pengembangan dan penelitian lebih lanjut.

    6. Daftar Pustaka

    [1]Rosenberg. 2001. Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Dunia

    Pendidikan. Jogjakarta: Diva Press

    [2]Iriantara, Yosal. 2009. Literasi Media. Bandung : Penerbit Simbiosa

    Rekatama Media

    [3]Azizah, Nur. 2013. Pengaruh Metode Pembelajaran Jigsaw Terhadap Hasil

    Belajar Mata Pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan di SMK Wongorejo

    Gombong. Universitas Negeri Yogyakarta

    [4]Amalia, Ratna. 2012. Penerapan model kooperatif tipe TTW (Think, Talk,

    Write) menggunakan multimedia video pembelajaran dalam pelajaran fisika

    SMA. Universitas Jember

    [5]Robert E. Slavin. 2010. Cooperativ Learning. Bandung : Nusa Media.

    [6]Huda, Miftahul. 2013. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    [7]Gerlach, V.G. dan Ely, D.P. 1971. Teaching and Media. A Systematic

    Approach. Englewood Cliffs: Prentice-Hall, Inc.

    [8]Sadiman, Arief.2007. Media Pendidikan.Jakarta : Penerbit PT.RajaGrafindo

    Persada

    [9]Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Pers

    [10]Riyana, Cheppy. 2007. Pedoman Pengembangan Media Video. Universitas

    Pendidikan Indonesia.

    [11]Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.

    Jakarta:Rineka Cipta

    [12]Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D, Alfabeta,

    Bandung, 2012.

    [13]Nurcahyanto,Guntur. 1956. Ebook Instrumen Penelitian. Jurnal