Penerapan Learning Organization pada PT. XYZ -...
Transcript of Penerapan Learning Organization pada PT. XYZ -...
Korespondensi: Lucky Meinanda Prasiwi. [email protected]
Cholichul Hadi. [email protected] Departemen Psikologi Industri dan Organisasi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga,
Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan, Surabaya 60286
Penerapan Learning Organization pada PT. XYZ
Lucky Meinanda P
Cholichul Hadi
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya
Abstract. This study aims to explain the application of learning organization in PT. XYZ. This study uses learning organizational theory which developed by Watkins and Marsick (2003). Learning organization measured through three levels of the organization are individuals, groups, and organizations. This study was conducted in a shoe manufacturing company in Indonesia. The method used in this research is a qualitative-case study. Data mining techniques used in this research is the interviews with 6 key informants (5 HR staff and 1 employee production). Data is also collected by the study of document on both written documents and visual documents, also observations written in narrative. Based on the research results, it can be concluded that all five subsystems learning organization has applied and complement to each other. The local culture influences the implementation of learning organizations. Culture influenced the development of the organizational system causing the uniqueness of each unit of XYZ. There are several obstacles in implementing of learning organization such as the lack of availability placement of development program graduate and also the characteristic of community who is not a learner impacted the learning process in organization. Keywords: learning organization, learning, organizational culture Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan learning organization pada PT. XYZ dengan menggunakan teori learning organization yang dikemukakan oleh Marsick dan Watkins. Learning organization terukur melalui tiga level yang sama yaitu individu, kelompok dan organisasi. Berdasarkan level-level ini Watkins dan Marsick mengusulkan tujuh model dimensi untuk mengetahui budaya learning organization yaitu learning, inquiry dan dialogue, team learning, system capture, collective vision, connecting organization and environment, strategic leadership. Penelitian ini dilakukan di salah satu perusahaan manufaktur sepatu di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif-studi kasus. Teknik penggalian data yang digunakan adalah wawancara kepada 3 informan kunci yang berasal dari staf HRD. Penggalian data juga dikumpulkan dengan teknik studi dokumen baik yang tertulis dan visual, serta observasi yang ditulis dalam bentuk naratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan learning organization di PT. XYZ dipengaruhi oleh budaya lokal. Selain itu budaya yang mempengaruhi perkembangan sistem organisasi menimbulkan keunikan tersendiri pada masing-masing unit XYZ. Terdapat beberapa kendala dalam menerapkan learning organization seperti kurangnya ketersediaan posisi dalam penempatan lulusan program development dan karakter masyarakat sekitar juga menjadi salah satu kendala dalam melakukan kegiatan pembelajaran.Kata kunci: organisasi pembelajar, belajar, budaya organisasi
Pendahuluan
Persaingan bisnis di era globalisasi merupakan hal yang tidak bisa dihindari oleh
setiap organisasi. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya persaingan bisnis adalah
minat konsumen. Perubahan minat konsumen mendorong munculnya para kompetitor
baru yang berlomba untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan cepat, sehingga
organisasi dituntut untuk menyesuaikan diri agar mampu bersaing dengan para
kompetitor (Sari, 2012; Marquardt, 2002). Ketika organisasi mampu menghadapi perubahan
lingkungan maka kebutuhan inovasi untuk mempertahankan keunggulan organisasi akan
meningkat (Tsai & Wang, 2004 dalam Idowu 2013).
Perkembangan teknologi, ekonomi global, dan perubahan peran serta harapan
karyawan juga menjadi faktor mengapa pembelajaran menjadi penting dilakukan bagi
organisasi (Marquardt, 2002). Pembelajaran tidak hanya menjadi startegi pengembangan
bagi sumber daya manusia namun pembelajaran menjadi inti dari semua bagian operasi,
cara berperilaku dan sebuah sistem dalam organisasi. Kecerdasan indivu dalam organisasi
baik pada level individu, kelompok dan organisasi dikombinasikan dengan peningkatan
sistem organisasi, pemenuhan teknologi, manajemen pengetahuan serta pemberdayaan
manusia (marquardt, 2002). Sehingga organisasi dapat menciptakan pengetahuan baru
untuk mencapai tujuan perusahaan.
Organisasi pembelajar atau learning organization merupakan sebuah konsep
dimana suatu organisasi dianggap mampu untuk belajar sehingga organisasi memiliki
kecepatan berpikir dan bertindak dalam merespon berbagai perubahan yang muncul.
Watkins & Marsick (2003) menjelaskan konsep learning organization dapat meningkatkan
kapasitas organisasi untuk melakukan pembelajaran dan bertransformasi melalui 7 dimensi
yaitu menciptakan peluang belajar secara terus-menerus, mempromosikan penyelidikan
dan dialog, mendorong kolaborasi dan pembelajaran dalam kelompok, membangun sistem
untuk menangkap dan membagi pembelajaran, memberdayakan anggota organisasi
menuju visi bersama, menyediakan strategi kepemimpinan untuk belajar, dan
menghubungkan organisasi dengan lingkungannya.
PT. XYZ merupakan salah satu perusahaan yang terus-menerus melakukan
pengembangan dengan meintegrasikan kegiatan belajar secara sistematis dengan
kehidupan organisasi. PT. XYZ adalah perusahaan manufaktur dalam skala multinasional
yang bergerak di sektor kulit dan alas kaki. Pada dasarnya industri manufaktur memiliki
pertumbuhan yang cukup kuat di Indonesia yaitu sebesar 20% sumbangsih yang diberikan
bagi pertumbuhan Produk Domestik Bruto Negara (Kebijakan Perburuhan dan Tantangan
Pasar ASEAN, 2014).
Bagi PT. XYZ, konsep learning organization sebenarnya sudah mulai dilakukan.
Sistem PT. XYZ yang diterapkan mendukung kegiatan belajar untuk berjalan secara terus-
menerus. Kegiatan pengembangan skill dan kompetensi karyawan dihubungkan dengan
pengembangan organisasi secara keseluruhan. Budaya menjadi salah satu faktor penting
dalam menerapkan learning organization. Adanya perbedaan budaya antara budaya yang
dibawa oleh perusahaan dengan budaya lokal di masing-masing negara menjadi hal yang
berpengaruh pada penerapan learning organization.
Learning Organization (LO)
Dasar pemikiran dari learning organization merupakan konsep learning yang
dikembangkan oleh John Dewey dimana proses learning terjadi melalui pengalaman yang
mengartikan bahwa belajar melekat secara alami pada manusia (Wenger, 1996 dalam
Kontoghiorghes, dkk., 2005).
Marsick & Watkins menjelaskan bahwa individu dapat membentuk iklim atau
budaya untuk belajar ketika terjadi suatu ketidaksesuaian pada perilaku yang menjadi
pemicu dari suatu respon. Setiap individu dapat menentukan strategi dan tindakan sebagai
respon dari pemicu yang ada (Argyris, dkk, 1985, dalam Watkins&Marsick, 2003).
Marsick & Watkins mengembangkan teori mengenai learning organization
dengan menciptakan beberapa dimensi yang dapat membentuk budaya belajar. Konsep
learning organization meningkatkan kapasitas untuk melakukan pembelajaran dan
bertransformasi melalui dimensi yang disebutkan (Marsick, 2013). Terdapat 7 dimensi dari
konsep learning organization yang dijelaskan oleh Watkins dan Marsick, yaitu:
Tabel 1
Tabel Dimensi Learning Organization
No Dimensi Keterangan Kode
1 Learning Kegiatan belajar didesain ke dalam pekerjaan sehingga anggota
organisasi dapat belajar melalui pekerjaan yang ada. Kesempatan-
kesempatan disediakan untuk keberlangsungan pendidikan dan
pertumbuhan yang berlangsung di organisasi.
CL
2 Dialogue & Inquiry Anggota organisasi mendapatkan keterampilan penalaran produktif
untuk mengekspresikan pandangan mereka dan kemampuannya dalam
mendengarkan dan menyelidiki pandangan orang lain. Budaya berubah
dan mendukung dari munculnya pertanyaan, feedback, dan
eksperimen.
DI
3 Team learning Pekerjaan didesain untuk meggunakan kelompok dalam mengakses
berbagai cara berpikir dari anggota organisasi. Kelompok diharapkan
untuk belajar dan bekerja secara bersama-sama. Kolaborasi merupakan
nilai yang berasal dari budaya dan penghargaan.
TL
4 System capture Sistem teknologi digunakan untuk membagi pembelajaran dan
diintegrasikan dengan pekerjaan. Menyediakan akses dan mengelola
sistem teknologi yang ada.
ES
5 Collective vision Memberdayakan anggota organisasi, menumbuhkan rasa memiliki dan EP
mengimplementasikan tujuan organisasi secara bersama-sama.
Membagikan tanggungjawab dalam menentukan keputusan sehingga
memotivasi anggota orgaisasi untuk belajar sesuai dengan kemampuan
mereka.
6 Connecting
organization &
environment
Anggota organisasi dapat melihat keterkaitan dan efek dari
pekerjaannya terhadap perusahaan. Anggota organisasi dapat peduli
dengan lingkungan sekitarnya. Anggota organisasi menggunakan
informasi untuk menilai pekerjaan mereka. Organisasi terhubung
dengan komunitas dan masyarakat.
CO
7 Strategic leadership Organisasi menyediakan model kepemimpinan yang dapat mendukung
pembelajaran. Pemimpin menggunakan pembelajaran sebagai strategi
untuk mencapai hasil bisnis.
PL
Watkins & Marsick mencatat bahwa untuk membangun suatu learning
organization maka salah satu langkah awal yang dapat dilakukan adalah dengan
memeriksa kemampuan organisasi untuk belajar dan berubah pada empat level (Watkins
dan O’neil, 2014).
1. Terjadi perubahan pada tingkat individu berupa perilaku, pengetahuan, motivasi
dan kapasitas untuk belajar.
2. Terjadi perubahan pada kapasitas kelompok untuk berinovasi dan menghasilkan
pengetahuan baru.
3. Terjadi perubahan pada kapasitas organisasi untuk berinovasi dan menciptakan
pengetahuan baru.
4. Terjadi perubahan pada seluruh kapasitas komunitas dan masyarakat melalui
kualitas pekerjaan dan yang lainnya.
Budaya
Budaya merupakan suatu fenomena kolektif dimana budaya menjadi suatu
program mental (cara berpikir, perasaan, dan tindakan manusia) kolektif yang
membedakan individu pada satu kelompok dengan kelompok yang berbeda (Hofstede,
2010). Hofstede menganalogikan cara berpikir dan perasaan manusia sebagai mental
programs software of the mind dan budaya sendiri mengandung makna mengenai
bagaimana cara kita memandang perilaku sehari-hari namun tetap dikontrol dengan
mental program manusia.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dengan tipe penelitian studi
kasus (case study). Konteks pada penelitian ini berupa organisasi yaitu PT. XYZ yang
bergerak pada bidang sepatu. Kasus yang dipahami berupa penerapan learning
organization yang dipengaruhi oleh budaya setempat PT. XYZ.
Melalui studi kasus kualitatif peneliti melakukan eksplorasi dari fenomena yang
ada melalui berbagai sumber data. Pengumpulan data dilakukan melalui studi wawancara,
srtudi observasi dan studi dokumen. Studi wawancara dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara yang dapat memudahkan peneliti. Data observasi dituliskan dalam
bentuk yang informatif dan dianalisa berdasarkan kode-kode manual. Sedangkan studi
dokumen dilakukan untuk menunjang data-data yang ada. Ketiga teknik tersebut
diintegrasikan satu sama lain sehingga membentuk gambaran mendalam pada kasus.
Teknik analisis yang digunakan adalah analisis tematik. Pendekatan theory driven
digunakan peneliti dalam melakukan analisa yang berdasar pada teori mengenai learning
organization yang dikemukakan oleh Watkins & Marsick (2003).
Hasil dan Bahasan
Penerapan learning organization
Hasil penerapan learning organization pada perusahaan ini ditandai dari kegiatan
belajar yang didesain dengan baik dan terstandar. Kegiatan belajar di rancang berdasarkan
pendekatan 70-2-10. Pendekatan 70 lebih memfokuskan pada learning by experience yang
diwujudkan dalam bentuk on the job training. Pendekatan 20 menekankan kegiatan belajar
dilakukan melalui kelompok-kelompok. Pada pendekatan ini diharapkan informasi dan
pembelajaran dari faktor sosial dapat terjadi. Pendekatan 10 merupakan bentuk
pembelajaran secara mandiri melalui proses pelatihan formal dan non-formal seperti
training in class, membaca power point dan sebagainya.
Kegiatan belajar dimaknai PT. XYZ sebagai sesuatu yang tidak instan sehingga
untuk mendapatkan hasil yang maksimal pembelajaran harus dilakukan dalam seting kerja
yang disesuaikan dengan pekerjaan. Pengaplikasian pendekatan 70 memiliki pengaruh
besar terhadap kemampuan namun pada nyatanya masih ditemukan kesulitan untuk
menerapkan pendekatan ini. Kegiatan pembelajaran yang diajukan melalui Personal
Development Plan masih cenderung menggunakan pendekatan 20 terutama 10.
Pemberdayaan karyawan dilakukan oleh PT. XYZ salah satunya dengan
membentuk Subject Matter Expert yaitu para karyawan yang ahli dan dianggap menguasai
pada bidang kerja atau areanya. Keberadaan Subject Matter Expert ini sangat membantu
proses belajar yang ada di PT. XYZ dengan menjadi trainer internal pada training-training
yang dilakukan oleh perusahaan sendiri. Selain itu Subject Matter Expert juga dapat
menjadi coach atau mentor yang ditunjuk untuk membantu kegiatan belajar di PT. XYZ.
PT. XYZ menerapakan Human Resource Business Partner yang merupakan sistem
baru di departemen HR. Sistem HRBP mendukung penerapan model pembelajaran 70-20-
10 dimana kegiatan pembelajaran dapat lebih termonitor dan sesuai dengan kebutuhan
perusahaan. Pemberian edukasi bagi para karyawan mengenai kegiatan training dapat
terakomodir. Kepala departemen juga memiliki kesempatan untuk berdiskusi dengan
pihak HRBP dan mengidentifikasi efektivitas pengembangan yang diajukan untuk
pencapaian business objective. Pembelajaran juga dapat dipastikan berjalan sesuai dengan
tujuan dan berdampak pada peningkatan kinerja karyawan.
PT. XYZ memiliki nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi dalam melakukan
kegiatannya. Adapun nilai tersebut yaitu heritage, innovation, care, passion, dan excellent.
Kelima nilai yang ini sangat mendukung kegiatan belajar di organisasi. Nilai-nilai
organisasi memunculkan budaya discipline performance yang berarti melakukan kegiatan
belajar sebagai bentuk kontribusi karyawan pada organisasi. Hal yang dipelajari merupakan
sesuatu yang mendukung kinerja karyawan itu sendiri dan teraplikasikan melalui kinerja
yang lebih baik. Disiplin mengartikan komitmen karyawan dalam mematuhi hal yang
sudah direncanakan. Disiplin juga berarti memastikan pembelajaran yang dilakukan
karyawan dapat mencapai tujuan.
Penerapan learning organization pada PT. XYZ sebagai perusahaan global pada
kenyataannya tidak selalu sama di setiap unit. Hal ini dipengaruhi oleh budaya setempat
dimana budaya memiliki peranan penting dalam keberlangsungan proses learning
organization itu sendiri. Budaya lokal dan nilai lokal berpengaruh pada pertumbuhan
sistem organisasi pada setiap unit XYZ. Perbedaan budaya dan nilai-nilai ini juga
mempengaruhi proses pembelajaran pada anggota organisasi dan organisasi itu sendiri.
Karakter orang-orang yang berada di PT. XYZ Indonesia digambarkan sebagai
pribadi yang cukup senang dan antusias dalam melakukan pembelajaran. Tidak begitu sulit
untuk mengajak karyawan mengikuti training, namun tidak semua orang dapat
mengaplikasikan hasil pembelajaran yang mereka lakukan. Berbeda dengan unit XYZ Cina,
dimana dorongan karyawan untuk belajar lebih dipengaruhi oleh kebutuhan untuk
berprestasi yang tinggi. Hal ini mempengaruhi tingkat return of investment yang lebih kuat
pada unit XYZ Cina dibandingkan dengan Indonesia.
Perbedaan budaya pada negara-negara tersebut mempengaruhi karakter karyawan
dalam melakukan pembelajaran. Tingginya hasil skor LTO pada negara Cina
menggambarkan sifat karyawan yang lebih memiliki cara berpikir yang pragmatis.
Sehingga minat karyawan dalam melakukan pembelajaran lebih bergantung pada
keuntungan apa yang diperoleh bagi setiap individu. Pada Indonesia budaya yang tercipta
memanglah cukup pragmatis namun tidak setinggi pada masayarakat Cina.
Pengaruh budaya pendidikan di Indonesia juga dirasa ikut serta mempengaruhi
penarapan learning organization. Model pendidikan Indonesia yang lebih menekankan
pada teori, hafalan, penelitian ilmiah dan sebagainya berpengaruh pada penguasaan
konsep ketika dilakukan training. Namun ketika dihadapkan pada problem nyata di
pekerjaan hal tersebut menjadi sulit untuk diselesaikan. Oleh karena itu pada PT. XYZ
Indonesia mayoritas pembelajaran dilakukan dengan metode 10.
1. Learning
Pada PT. XYZ, perencanaan kebutuhan belajar karyawan terakomodir dalam
Annual Performance Review (APR). Pengembangan pengetahuan dan kemampuan
karyawan tersusun melalui Personal Development Plan (PDP) untuk mencapai Key
Performance Indicator (KPI). Proses ini membantu organisasi dalam mengidentifikasi
secara sistematis kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan proses bisnis di masa
depan. Melalui proses ini juga organisasi mampu menganalisas tugas pekerjaan dimasa
depan dan project-project yang berdampak pada kemampuan organisasi..
Penilaian kinerja karyawan salah satunya dilakukan dengan memberi kebebasan
karyawan dalam melakukan perencanaan pengembangan skill dan kompetensi pada tiap
tahunnya. Permintaan pelatihan dapat diajukan melalui PDP yang terdapat di dalam APR.
Perencanaan ini tentunya dilakukan antara kedua belah pihak yaitu atasan dan bawahan
yang bersangkutan.
HRD memiliki peran untuk memfasilitasi kegiatan belajar berlangsung. Melalui
HRBP kegiatan tersebut terakomodir salah satunya dengan melakukan diskusi kepada
karyawan yang bersangkutan mengenai bentuk kegiatan pembelajaran. Hal ini
dikombinasikan dengan sejauh mana kebutuhan kemampuan dan pengetahuan karyawan
yang perlu di tingkatkan. sehingga dapat ditemukan pendekatan apa yang sesuai untuk
digunakan pada PDP-nya.
2. Inquiry dan Dialogue
Karyawan PT. XYZ memperoleh kesempatan untuk mengasah kemampuannya
melalui berbagai cara seperti kelompok-kelompok komite yang ada di dalam organisasi,
beberapa jenis komite dibentuk oleh PT. XYZ seperti komite auditor Quality Assurance,
auditor Code of Conduct, auditor Environment Healthy and Safety, Subject Matter Expert
dan komite XYZ people.
Karyawan dapat memberikan pandangan dan opininya melalui free idea yaitu
dengan memberikan ide-ide bagi organisasi untuk melakukan perbaikan dan peningkatan
kemampuan. Free idea sendiri sebenarnya tidaklah tertulis secara formal dalam kertas di
beberapa departemen, namun kegiatan ini lebih membudaya dan mendukung munculnya
suatu perubahan, kebebasan untuk berinovasi dan bereksperimen. Free idea juga salah satu
sarana inovasi pada PT. XYZ melalui cara yang kreatif dan berbeda untuk menghasilkan hal
baru bagi organisasi.
3. Team Learning
Pekerjaan didesain dalam bentuk kelompok untuk dapat mengakses berbagai cara
berpikir dari anggota organisasi. Pembelajaran secara berkelompok dibentuk melalui
kegiatan sharing season dan pembelajaran lintas fungsi khususnya pada metode belajar 20.
Sistem belajar memaksa karyawan harus bekerja sama antar tim melalui assignment dan
pemberian project pada metode belajar 70. Komite-komite yang dibentuk oleh PT. XYZ
seperti subject matter expert juga mendukung kegiatan belajar dalam tim. Hal ini
mendukung organisasi dalam menciptakan budaya untuk saling berkolaborasi satu sama
lain.
4. System Capture
Teknologi digunakan untuk membagi informasi dan pembelajaran kepada seluruh
karyawan. Pekerjaan diintegrasikan dengan penggunaan teknologi melalui media
komputer. Perusahaan juga menyediakan akses serta mengelola sistem teknologi yang ada.
Pengaplikasian teknologi pada organisasi dapat meningkatkan efesiensi dan
efektivitas pembelajaran. Kemudahan yang diberikan oleh pengaplikasian teknologi dapat
terintegrasi dengan kegiatan organisasi. Beberapa media elektronik yang berbasis teknologi
digunakan oleh PT. XYZ seperti komputer, finger print, serta alat-alat pendukung proses
produksi. Komputer sebagai salah satu media yang sering digunakan oleh karyawan PT.
XYZ untuk mengakses portal serta melakukan beberapa kegiatan yang mendukung proses
pembelajaran seperti membuat bahan presentasi dengan power point, mengetik hasil
pekerjaan dan sebagainya. Penggunaan teknologi dalam kegiatan belajar juga diterapkan
oleh PT. XYZ untuk berdiskusi dengan unit XYZ lain. salah satu contoh kegiatan yang
dialkukan oleh departemen Human Resource melalui teleconference dengan unit XYZ di
negara lain.
5. Collective Vision
Karyawan merupakan salah satu faktor utama pada PT. XYZ dimana menurut
Marquardt (2002) pemberdayaan karyawan pada learning organization diharapkan
membentuk karyawan agar mampu merencanakan kompetensi dan kebutuhan mereka di
masa menatang. Pemberdayaan di PT. XYZ dilakukan dengan tetap menciptakan
kesesuaian dengan visi dan aturan perusahaan.
Watkins dan Marsick menjelaskan pemberdayaan anggota organisasi dapat
dilakukan dengan menumbuhkan rasa memiliki dan mengimplementasikan tujuan
organisasi secara bersama-sama. Membagikan tanggungjawab dalam menentukan
keputusan sehingga memotivasi anggota orgaisasi untuk belajar sesuai dengan kemampuan
mereka.
Organisasi dapat menumbuhkan inisiatif karyawan dengan mendukung karyawan
dalam melakukan tanggungjawabnya. Karyawan berkesempatan untuk mengambil
keputusan yang berdampak secara langsung pada pekerjaan mereka. Diharapkan melalui
proses ini karyawn dapat memiliki rasa tanggung jawab dan meningkatkan kontribusi
karyawan pada kemajuan organisasi.
Komitmen organisasi dalam melakukan pengembangan, pelatihan dan pendidikan
bagi sumber daya manusia salah satunya dilakukan dengan memberikan pendampingan
dan pembinaan serta menjadi role model yang dilakukan pemimpin bagi anggotanya.
Melalui komite Subject Matter Expert, peran manajer sebagai instruktur atau mentor dapat
dilakukan di PT. XYZ.
6. Connecting Organization & Environment
Anggota organisasi dapat melihat keterkaitan dan efek dari pekerjaannya terhadap
perusahaan. Hal ini sejalan dengan nilai perusahaan yang dimaknai yaitu nilai care dimana
karyawan diharapkan peduli dengan hasil pekerjaannya yang dapat mempengaruhi proses
sebelumnya dan selanjutnya. Kegiatan organisasi yang berjalan saling berkaitan antar
prosesnya menyebabkan pentingnya rasa peduli pada tiap proses yang berjalan. Sehingga
ketika karyawan tidak dapat memberikan performa yang paling baik dan maksimal maka
dapat mempengarui hasil pekerjaan karyawan lain.
Kepedulian organisasi pada lingkungan sekitarnya tidak hanya digambarkan pada
proses produksi dan kegiatan organisasi saja. Organisasi juga diharapkan dapat terhubung
dengan komunitas dan masyarakat. Organisasi dapat memberikan manfaat bagi
lingkungan dan masyarakat sekitar. Beberapa program Corporate System Responsibility
yang dilakukan PT. XYZ seperti memberikan beasiswa pendidikan bagi siswa-siswi
masyarakat sekitar meruapakan bentuk keterkaitan organisasi pada lingkungannya.
Penerapan komitmen XYZ yang tertulis pada Code of Conduct mencerminkan
kepedulian organisasi terhadap lingkungan sekitar seperti menghormati budaya tiap-tiap
negara tempat XYZ beroperasi. Selain itu, PT. XYZ menjunjung tinggi, menghormati dan
aktif melakukan berbagai upaya dalam rangka melindungi hak asasi manusia. Serta
berkomitmen untuk menjadi perusahaan pemimpin dalam bidang pelestarian lingkungan,
kesehatan dan keamanan serta mempromosikan pembangunan berkesinambungan.
7. Strategic Leadership
Organisasi menyediakan model kepemimpinan yang dapat mendukung
pembelajaran. Terdapat beberapa nilai-nilai dalam prkatek kepemimpinan di PT. XYZ yang
tertulis dalam prinsip kepemimpinan. Pemimpin memiliki kewajiban untuk membagi
informasi terbaru kepada seluruh anggotanya mengenai tren bisnis, kompetitor dan arah
organisasi kedepannya.
Pemimpin memiliki tanggung jawab dalam membangun pemahaman anggotanya
baik pada level yang berbeda atau kelompok. Pemahaman mengenai visi dan arah
organisasi berhubungan dengan kemampuan karyawan dalam menetukan pembelajaran di
PDP. Masukan dari anggota lintas fungsional juga dapat menjadi masukan bagi pemimpin
dalam membuat keputusan yang tepat.
Salah satu prinsip kepemimpinan pada PT. XYZ yaitu relating dimana pemimpin
harus mampu membangun hubungan dengan kuat dan berkelanjutan kepada pemimpin
lain dan seluruh shareholder perusahaan. Pemimpin juga mampu mengembangkan orang-
orang yang ada di organisasi dengan memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk
melakukan pembelajaran. Prinsip kepemimpinan ini juga dapat mendukung terbentuknya
budaya yang terbuka pada perubahan. PT. XYZ dapat menyediakan kesempatan bagi
seluruh karyawan untuk bereksperimen secara bebas dengan ide-ide barunya.
Pemimpin juga memiliki tanggung jawab untuk menjadi role model bagi para
anggotanya. Melalui nilai accountability pemimpin diharapkan dapat menunjukkan
integritasnya dalam melakukan pekerjaan. Melakukan pekerjaan dengan passion dan
penuh semangat sehingga membagikan semangat positif bagi karyawan dalam melakukan
pekerjaan. Nilai ini juga berhubungan dengan kemampuan seorang pemimpin dalam
mengetahui area yang dapat dikembangkan dalam pekerjaannya.
Pembelajaran sebagai strategi pengembangan bisnis diterapkan oleh pemimpin di
PT. XYZ. kegiatan coaching dan mentoring juga dilakukan oleh para pemimpin di
organsiasi sebagai bentuk tanggung jawab mereka dalam mengembangkan anggota
organisasiya. Selain itu pemimpin juga dapat memastikan kegiatan organisasi berjalan
sesuai dengan nilai-nilai yang dikembangkan di PT. XYZ.
Kendala penerapan learning organization
Kendala terbesar dalam menerapkan learning organization di PT. XYZ adalah dari
peran budaya. Pada dasaranya budaya yang berkembang di masyarakat sekitar Kota S
secara demografis dan psikografis bukanlah masyarakat pembelajar. Hal tersebut
berpengaruh pada budaya yang juga terbentuk di PT. XYZ itu sendiri. Mayoritas karyawan
yang berasal dari Kota S membuat pengaruh tersendiri bagi kegiatan belajar di organisasi.
Kurangnya pengaplikasian hasil pelatihan dan pengemabangan pada praktek kerja sehari-
hari menyebabkan rendahnya return of investment dari segi pengaplikasian learning.
Kendala lain yang dirasakan oleh PT. XYZ dalam menerapkan learning
organization adalah penempatan para lulusan program pengembangan seperti SDTP dan
STP masih mengalami beberapa kendala. Tidak tersedianya posisi untuk para lulusan
tersebut disebabkan oleh belum terkoneksikanya antara proses people development dengan
organizational development. Menghadapi tantangan ini departemen HR melakukan
reorganisasi dengan mengubah proses HR yang memungkinkan sinkronisasi antara
kegiatan people development dengan organizational development, sehingga diharapkan
ditahun berikutnya proses tersebut berjalan dengan lebih lancar.
Menhubungkan antara kegiatan people development dengan organizational
development tentunya memberikan dampak positif bagi organisasi seperti jumlah karyawan
yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Penempatan lulusan program pengembangan
yang sesuai dengan skill yang mereka miliki dan kebutuhan organisasi. Hal tersebut
berdampak bagus pada anggota organisasi dan proses bisnis.
Karyawan yang memiliki usia tua dengan masa kerja 15 tahun hingga 20 tahun
terbilang cukup banyak di PT. XYZ. Kondisi ini terkadang cukup menjadi tantangan bagi
perusahaan dalam memajukan kualitas dan mengajak mereka untuk beradaptasi dengan
perubahan yang cepat. Selain menciptakan sistem dan lingkungan organisasi yang
memaksa anggotanya untuk belajar, niat dan keinginan untuk melakukan pembelajaran itu
sendiri juga menjadi faktor penting dalam keberhasilan learning organization.
Simpulan dan Saran
Penerapan learning organization PT. XYZ dapat dilihat berdasarkan teori yang
dikembangkan oleh Watkins & Marsick dengan menciptakan peluang belajar secara terus-
menerus, mempromosikan penyelidikan dan dialog, mendorong kolaborasi dan
pembelajaran dalam kelompok, membangun sistem untuk menangkap dan membagi
pembelajaran, memberdayakan anggota organisasi menuju visi bersama, menyediakan
strategi kepemimpinan untuk belajar, dan menghubungkan organisasi dengan
lingkungannya.
Budaya berperan penting pada penerapan learning organization dimana budaya
mampu membentuk keunikan tersendiri bagi tiap unit XYZ. Budaya memberikan pengaruh
pada cara belajar orang-orang di dalam organisasi. Pada penerapannya, pendekatan
pembelajaran di PT. XYZ ditunjukkan dengan dominasi pada pendekatan 10 pada kegiatan
pembelajaran.
PT. XYZ melakukan beberapa usaha seperti mensinergikan kebutuhan
pembelajaran dengan kebutuhan bisnis yang didukung dengan sistem Human Resource
Business Partner. Bentuk-bentuk kegiatan belajar dalam training juga ditekankan pada
pendekatan 20 dan 70 untuk menghadapi kendala dalam menerapkan learning
organization.
Saran yang dapat diberikan bagi organisasi yaitu perusahaan dapat menyediakan
program pembelajaran dengan memaksimalkan penggunaan media virtual/internet seperti
e-learning sehingga pembelajaran masal dapat dilakukan. Meningkatkan komitmen
karyawan dalam melakukan pembelajaran untuk membangun budaya disiplin belajar.
Pemberian konsekuensi kepada pihak departemen atau karyawan terkait yang tidak
berkomitmen pada kegiatan training dan pengembangan. Memberikan sosialisasi kepada
karyawan mengenai pengembangan diri yang tidak harus berorientasi pada jabatan atau
posisi di perusahaan. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan semangat
karyawan dalam melakukan pembelajaran. Meningkatkan metode pembelajaran 70 dengan
memberikan project dan assignment lintas fungsi. Hasil dari project dan assignment
diharapkan dapat berdampak positif bagi peningkatan kinerja dan proses bisnis organisasi.
Hal ini juga dapat didukung dengan struktur organisasi dan alur informasi yang lebih
memudahkan kegiatan lintas fungsi.
Bagi penelitian selanjutnya sebaiknya dapat menggali data yang didukung dengan
kuisioner learning organization. Melakukan penelitian yang menjelasakan mengenai
pembentukan learning organization pada organisasi. Serta diharapkan peneliti selanjutnya
dapat menggali data secara menyeluruh dengan mengambil perwakilan pada tiap-tiap
departemen dalam organisasi sehingga informasi yang didapatkan akan lebih kuat dan
menggambarkan organisasi secara keseluruhan.
Pustaka Acuan
Akella, D. (2008). Discipline and Negotiation: Power in Learning Organization. Global
Business Review, 9(2), 219-241.
Bawono, Sri., Mangkuprawira, Sjafri., Daryanto, Heny K., Sarma, Ma’mun. (___). Analisis
Persepsi Penerapan Model Organisasi Pembelajaran Di PTN “X”. Journal of
Business Strategy and Execution, 3(1), 7-89.
Baxter, P. Jack, S. (2008). Qualitative Case Study Methodology: Study Design and
Implementation for Novice Research. The Qualitative Report, 13 (4), 544-559.
Bierema, L.L. (1999). The Process of the Learning Organization: Making Sense of Change.
NASSP Bulletin, 82, 46-56.
Boyatzis, R. E. (1998). Transforming Qualitative Information: Thematic Analysis and Code
Development. California: Sage Publication, Inc.
Bui, Hong T.M., Baruch, Yehuda. (2011). Learning Organizations in Higher Education: An
Empirical Evaluation Within an International Context. Management Learning,
43(5), 515-544.
Coldwell, D.A., & Fried, A. (2011). Learning organizations without borders? A cross-cultural
study of university HR practitioners perceptions of the salience of Senge’s five
disciplines in effective work outcomes. International Journal of Cross Cultural
Management, 12(1), 101-114.
Creswell, J. W. (2007). Qualitative Inquiry and Research Design, Choosing Among Five
Approaches. California: Sage Publication.
DDA, (2013, Desember). Sistem Manajemen Mutu. Halo ECCO Indonesia, 03, 05.
Dirani, Khalil M. (2006). A Model Linking the Learning Organization and Performance Job
Satisfaction. Urbana-Champaign; University of Illinois.
Elkjaer, B. (2001). The Learning Organization: an Undelivered Promise. Management
Learning, 32(4), 437-452.
EWP & EAS, (2013, Desember). Kilas Balik 2013 & Resolusi 2014. Halo ECCO Indonesia, 03,
01.
George, Jennifer. M., Jones, Gareth. R. (2012). Understanding and Managing Organizational
Behavior (6th
ed). New Jersey: Pearson Education, Inc.
Herwin, Rakhmat, Ahmad B. (____). Peningkatan Kapasitas Aparatur Melalui Learning
Organization Pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang.
Makassar; Universitas Hasanuddin, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Hofstede, G., Hofstede, G. J., & Minkov, M. (2010). Cultures and organizations, Software of
the mind. New York: The McGraw-Hill Book Company.
Idowu, A. (2013). Organizational Learning, Innovativeness and Financial Performance of
Small and Medium Enterprises (Smes) In Nigeria. European Journal of Business and
Management, 5(2), 179-186.
Kargaard, H., Thomsen, & Hoest, V. (2001). Employees Perception of the Learning
Organization. Management Learning, (32), 469-491
Kebijakan Perburuhan dan Tantangan Pasar ASEAN (2014, 14 Juni). Kompasiana.com [on-
line]. Diakses pada tanggal 24 November 2014 dari
http://ekonomi.kompasiaana.com/bisnis/2014/06/14/kebijakan-perburuhan-dan-
tantangan-pasar-asean-661844.html
Kontoghiorghes, C., Awbrey, S., Feurig, P. (____). Examining the Relationship between
Learning Organization Dimensions and Change Adaptation, Innovation as well as
Organizational Performance. Oakland University.
Marsick, Victoria, J., Watkins, Karen. E. (2003). Demonstrating the Value an Organization’s
Learning Culture: The Dimensions of the Learning Organization Questionnaire.
Advances in Developing Human Resources, 5(2), 132-151.
Marsick, Victoria. J. (2013). The Dimensions of a Learning Organization Questionnaire
(DLOQ): Introduction to the special Issue Examining DLOQ Use Over a Decade.
Advances in Developing Human Resources, 15, 127.
Marquardt, M. J. (2002). Building the Learning Organization: Mastering 5 Elements for
Corporate Learning (2nd
ed). California: Davies-Black.
Mayangsari, P.I., Soeaidy, M.S., Prasetyo, W.Y. (____). Inovasi PT.Pos Indonesia dalam
Menjaga Eksistensi dan Daya Saing Pelayanan Publik. Jurnal Administrasi Publik,
1(2), 248-256.
Menjawab Evolusi Tantangan Industri Manufaktur (2011). Tempo.com [on-line]. Diakses
pada tanggal 24 november 2014 dari
http://www.tempo.co/read/news/2011/12/26/140373692/Menjawab-Evolusi-
Tantangan-Industri-Manufaktur
Moleong, L. J. (2013). Metodelogi Penelitian Kualitatif. (rev. ed). Bandung: Remaja
Rosdakarya
Mony, F. (2011). Learning Organization dan Kepemimpinan dalam Organisasi: Pendekatan
Konseptual. Jurnal Ilmu Ekonomi Advantage, 2(3), 92-98.
Najafbagy, Reza., Doroudi, Homa. (2010). Model of Learning Organization in Broadcasting
Organization of Islamic Republic of Iran. Serbian Journal of Management, 5(2), 213-
225.
O’neil, Judith. (2003). Participants Guide for Interpreting Result of the Dimensions of the
Learning Organization Questionnaire. Advances in Developing Human Resources,
5, 222.
Poerwandari, E. K. (2007). Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi. Jakarta:
Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Fakultas
Psikologi, Universitas Indonesia.
Senge, P. M. (1994). The fifth Discipline: The Art & Practice of The Learning Organization.
New York: Doubleday.
Tata kelola perusahaan (2014, 25 Maret). Telkom Indonesia [on-line]. Diakses pada tanggal
24 November 2014 dari www.telkom.co.id/investor-relations/tata-kelola-
perusahaan/kerangka
TRN, (2013, Desember). Penghargaan “Service Year 2013”. Halo ECCO Indonesia, 03, 04.
Watkins, Karen. E., O’neil, Judy. (2014). The Dimensions of the Learning Organization
Questionnaire (the DLOQ): a Nontechnical Manual. Advances in Developing
Human. 15(2), 133-147.
Wibowo, Bagus B. (2013). Analisis Penerapan Proses Learning Organization Ditinjau dari
Three Building Blocksof the learning organization studi pada bank BNI cabang UGM
Yogyakarta. Universitas Gajah Mada, Fakultas Ekonomi dan Bisnis.