PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

80
i PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA PEMBANGUNAN PROYEK DOUBLE-DOUBLE TRACK KERETA API JALUR JATINEGARA-MANGGARAI BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 50 TAHUN 2012 Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) OLEH: BALQIS SHAHIBAH NIM : 11150480000183 P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440H/2019M

Transcript of PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

Page 1: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

i

PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA

PEMBANGUNAN PROYEK DOUBLE-DOUBLE TRACK KERETA API

JALUR JATINEGARA-MANGGARAI BERDASARKAN

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 50 TAHUN 2012

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

OLEH:

BALQIS SHAHIBAH

NIM : 11150480000183

P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440H/2019M

Page 2: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...
Page 3: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...
Page 4: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...
Page 5: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

v

ABSTRAK

Balqis Shahibah NIM 11150480000183. “PENERAPAN (K3) TERHADAP TENAGA

KERJA PEMBANGUNAN PROYEK DOUBLE-DOUBLE TRACK KERETA API

JALUR JATINEGARA-MANGGARAI BERDASARKAN PERATURAN

PEMERINTAH NOMOR 50 TAHUN 2012.” Program studi Ilmu Hukum, Fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

1440H/2019M.

Studi ini bertujuan untuk menjelaskan Penerapan Keselamatan Kerja Sektor Jasa

Konstruksi Pada Tenaga Kerja Proyek Pembangunan Double-Double Track Kereta Api

Jalur Jatinegara-Manggarai Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun

2012.”

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan

pendekatan penelitian normative empiris. Penelitian yang dilakukan selain melakukan

pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan, buku-buku, dan jurnal (library

research) yang berhubungan dengan skripsi ini, peneliti juga melakukan penelitian

langsung kelapangan dengan cara observasi dan wawancara kepada pihak yang berkaitan,

yaitu bagian K3 pada Poyek Pembangunan double-double track kereta api jalur

Jatinegara-Manggarai tepat di kantor proyeknya.

Hasil penelitian menunjukan bahwa masih ada penerapan keselamatan kerja yang

belum diterapkan secara optimal oleh PT. Hutama Karya sebagaimana yang seharusnya

sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan Pasal 77 yang menjelaskan tentang waktu kerja bagi tenaga kerja.

Kata Kunci : Keselamatan Kerja, Kesehatan Kerja, Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pembimbing : M. Yasir, S.H., M.H

Daftar Pustaka : Tahun 1981 - sampai 2014

Page 6: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

vi

KATA PENGANTAR

حْمَنِِِاللِِِبسِْــــــــــــــــــمِِ حِيْمِِِالرَّ الرَّ

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah dan

nikmat kesehatan sehingga skripsi yang berjudul: Penerapan Keselamatan Kerja

Terhadap Tenaga Kerja Pembangunan Proyek Double-Double Track Kereta Api

Jalur Jatinegara-Manggarai Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun

2012 ini dapat diselesaikan tepat waktu. Shalawat serta salam senantiasa

dipanjatkan pada Rasulullah Saw. Beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga disampaikan kepada para pihak

yang telah membantu dan mendukung proses penulisan skripsi ini, kepada yang

terhormat:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, M.A., S.H., M.H., Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta.

2. Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H., Ketua Program Studi Ilmu

Hukum dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum., Sekretaris Program Studi Ilmu

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta.

3. M. Yasir, S.H., M.H., Pembimbing Skripsi yang telah menyediakan waktu

serta memberikan bimbingan dan dukungan dalam proses penyusunan dan

penyelesaian skripsi ini dengan baik.

4. Segenap informan yang membantu penulis dalam melengkapi data penelitian,

diantaranya yaitu pihak bagian K3 dalam proyek pembangunan proyek DDT

Jatinegara-Manggarai diantaranya: Pak Marson, Mba Tasya, dan Mba Anggita

yang telah membantu peneliti untuk mendapatkan dan melengkapi data

penelitian.

5. Kepala dan Staff Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah membantu menyediakan fasilitas untuk peneliti mengadakan studi

kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini.

Page 7: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

vii

6. Kedua orang tua yang selalu memberikan semangat dan do’a kepada peneliti

dalam proses menyusun skripsi ini.

7. Sahabat-sahabat peneliti, Raines Indah, Rahma Dwi, Novia Amelia dan Rafida

Fauzia yang selalu menemani dalam keadaan suka maupun duka.

8. Dede Imron Yusuf yang telah menemani dan mendukung, memberikan

motivasi dan saran kepada peneliti.

9. Semua pihak terkait yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Tidak ada

yang peneliti bisa berikan untuk meembalas jasa-jasa kalian kecuali do’a dan

ucapan terima kasih. Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan

dan perbaikan namun peneliti berharap agar karya ilmiah ini dapat memberi

manfaat bagi pembaca. Sekian dan Terima Kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Ciputat, 29 Juni 2019

Balqis Shahibah

Page 8: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .........................................

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ..............................................

LEMBAR PENYATAAN ..............................................................................

ABSTRAK .......................................................................................................

KATA PENGANTAR ....................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................

A. Latar Belakang ..............................................................................

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah .......................

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian......................................................

D. Metode Penelitian ..........................................................................

BAB II TINJAUAN UMUM KESELAMATAN KERJA DALAM

HUKUM KETENAGAKERJAAN..................................................

A. Kerangka Konseptual ....................................................................

1. Istilah dan Pengertian Hukum Ketenagakerjaan .......................

a. Kedudukan Hukum Ketenagakerjaan ................................

b. Sumber Hukum Ketenagakerjaan ........................................

2. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja ..........................

a. Keselamatan Kerja ................................................................

b. Kesehatan Kerja ....................................................................

3. Istilah dan Pengertian Tenaga Kerja .........................................

a. Hak dan Kewajiban Pemberi Kerja .......................................

b. Hak dan Kewajiban Pekerja ..................................................

4. Definisi Kecelakaan Akibat Kerja..............................................

5. Jaminan Sosial Tenaga Kerja.....................................................

C. Kerangka Teori ..............................................................................

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ............................................

BAB III PENERAPAN KESELAMATAN KERJA PADA

i

ii

iii

iv

v

vi

viii

1

1

3

5

6

10

10

10

10

11

13

14

15

16

17

18

20

21

22

24

Page 9: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

ix

PEMBANGUNAN PROYEK DOUBLE-DOUBLE TRACK

KERETA API JALUR JATINEGARA-MANGGARAI...............

A. Profil Perusahaan ...........................................................................

B. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Tenaga

Kerja Pembangunan Proyek double-double track .........................

C. Penerapan Kebijakan Sistem Manajemen Mutu Keselamatan

dan Kesehatan Kerja ......................................................................

D. Upaya PT. Hutama Karya dalam memberi perlindungan dan

menjamin keselamatan dan kesehatan kerja bagi tenaga kerja

pembangunan proyek DDT ...........................................................

E. Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja Pembangunan

Proyek DDT...................................................................................

F. Tanggung Jawab PT. Hutama Karya dalam hal terjadinya

kecelakaan kerja.............................................................................

BAB IV PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

TERHADAP TENAGA KERJA PEMBANGUNAN PROYEK

DOUBVLE-DOUBLE TRACK KERETA API JALUR

JATINEGARA-MANGGARAI...............

A. Penerapan Keselamatan dan kesehatan kerja pada pembangunan

proyek DDT kereta api jalur jatinegara-manggarai........................

B. Bentuk Pelaksanaan Pemberian Santunan PT. Hutama Karya

Terhadap Korban Kecelakaan Kerja .............................................

C. Upaya PT. Hutama Karya dalam menjamin Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Pembangunan Proyek DDT Kereta Api Jalur

Jatinegara-Manggarai.....................................................................

D. Analisis Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.............

BAB V PENUTUP ..........................................................................................

A. Kesimpulan ....................................................................................

B. Rekomendasi .................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

LAMPIRAN.....................................................................................................

27

27

30

30

31

34

34

37

37

44

46

54

66

66

66

68

71

Page 10: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang termasuk dalam golongan negara-

negara yang sedang berkembang, dan saat ini juga sedang giat-giatnya

melaksanakan pembangunan untuk dapat melepaskan diri dari berbagai

macam kesulitan yaitu baik dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan

maupun bidang yang lainnya. Agar dapat mengatasi berbagai masalah

tersebut, maka pemerintah sedang giat-giatnya melakukan kebijakan

khususnya dalam bidang ekonomi, dalam hal ini pemerintah berusaha untuk

membangun sarana dan prasarana untuk mendukung kebijakan tersebut.

Salah satu sarana yang mendapat perhatian khusus adalah mengenai adanya

pembangunan dalam jasa konstruksi.

Pada zaman yang semakin modern seperti saat ini, hampir dari sekian

banyak pekerjaan manusia tidak dapat terlepas dari adanya bantuan alat-alat

yang berguna untuk membantu serta memudahkan pekerjaan manusia

tersebut. Contohnya alat, dengan adanya bantuan alat tersebut maka

produkvitas akan semakin meningkat disamping dari segi kualitas yang

semakin membaik.1 Dengan adanya mesin dapat mendatangkan dampak

positif maupun negatif namun jika ditinjau dari segi negatifnya mesin atau

alat yang digunakan oleh para pekerja untuk meringankan pekerjaan,

sewaktu-waktu dapat mendatangkan kerugian. Karena bisa saja mesin

tersebut rusak atau jatuh hingga menyebabkan kecelakaan kerja. Kecelakaan

bukan hanya disebabkan oleh alat-alat kerja tetapi dapat juga disebabkan oleh

kelalaian yang dilakukan pekerja.

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa “Setiap pekerja berhak untuk

1 Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2014), h. 133

Page 11: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

2

memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja dalam

melaksanakan pekerjaannya”. Oleh sebab itu, para pekerja wajib untuk menaati

kebijakan perusahaan yang berkewajiban menyediakan alat-alat keselamatan dan

kesehatan kerja. Seperti adanya helm proyek, sarung tangan, kaca mata dan

berbagai alat perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang sesuai

dengan jenis pekerjaan, guna melindungi para pekerja dari adanya bahaya yang

sewaktu-waktu bisa terjadi akibat adanya hubungan kerja.

PT Hutama Karya adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara Indonesia

yang bergerak di bidang konstruksi, serta penyedia jalan tol. Dalam bidang

konstruksi PT Hutama Karya menjadi pihak yang berkaitan dengan

berlangsungnya pembangunan proyek Double-Double Track (DDT) Kereta Api

jalur Jatinegara-Manggarai. Pembangunan tersebut sedikit banyaknya mendapat

perhatian dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja, tidak lain karena

banyaknya alat-alat berbahaya yang digunakan para pekerja yang dapat

mengakibatkan kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Dengan resiko kerja yang

cukup besar, karyawan dituntut untuk ekstra hati-hati dalam bekerja. Mengingat

kelelahan, tidak konsentrasi dalam bekerja akan menyebabkan kecelakaan kerja

yang dapat menimbulkan cacat fisik atau bahkan resiko kematian.2

Berkaitan dengan keselamatan dalam bekerja beberapa waktu lalu pada

tanggal 4 Februari 2018 terjadi kecelakaan kerja pada pembangunan proyek

Doule-Double Track (DDT) Kereta Api jalur Jatinegara-Manggarai, Jakarta

Timur. Kecelakaan kerja tersebut bermula ketika pukul 05.00 BBWI para pekerja

sedang menaikkan alat berat jenis crane, kemudian ketika bantalan rel sudah

berada diatas namun dudukannya tidak pas sehingga bantalan Rel jatuh dan

menimpa para pekerja. Yang mana akibat dari kecelakaan tersebut 4 (empat)

orang pekerja meninggal dunia akibat tertimpa crane.3 Kecelakaan kerja kembali

terjadi pada tanggal 6 Februari 2018 yaitu Underpass di Jalan Perimeter Selatan

Bandara Soekarno-Hatta longsor, temboknya runtuh menimpa mobil dibawahnya.

2 Zaeni Asyhadie, Hukum Kerja: Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja,

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 95 3 https://m.detik.com/news/berita/crane-ambruk-di-jatinegara-alat-proyek-ddt

Page 12: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

3

Atas peristiwa tersebut menelan korban jiwa, longsor disebabkan karena

konstruksi bangunan yang tidak stabil sehingga dinding bagian underpass jebol.

Selang beberapa minggu kemudian yaitu tepatnya pada tanggal 20

Februari 2018 pukul 03.40 BBWI kecelakaan kerja kembali terjadi yaitu di proyek

pembangunan Tol Becakayu, kecelakaan tersebut terjadi pada saat para pekerja

akan melakukan pengecoran tiang pancang. Dimana tiang tersebut terdapat

bracket tember yang fungsinya sebagai penyangga plat yang akan dicor. Namun,

pada saat pekerja memasukan cor ke dalam tiang pancang tersebut, tiang bracket

terlepas dan jatuh sehingga seluruh material cor dan tember jatuh dan menimpa 7

(tujuh) orang pekerja.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian dan hasilnya dituangkan dalam bentuk skripsi dengan

judul “PENERAPAN KESELAMATAN KERJA TERHADAP TENAGA

KERJA PEMBANGUNAN PROYEK DOUBLE-DOUBLE TRACK

KERETA API JALUR JATINEGARA-MANGGARAI BERDASARKAN

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 50 TAHUN 2012”.

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan

sebelumnya, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Mengenai keselamatan kerja bagi para pekerja pembangunan Proyek

DDT (Double-double track) jalur kereta api Jatinegara-Manggarai.

b. Bagaimana proses penerapan K3 bagi para pekerja pembangunan

Proyek DDT (Double-double track) jalur kereta api Jatinegara-

Manggarai.

c. Apa upaya PT dalam menjamin keselamatan bagi para pekerja

pembangunan Proyek DDT (Double-double track) jalur kereta api

Jatinegara-Manggarai.

d. Apa sanksi bagi PT Hutama Karya apabila terjadi kecelakaan kerja.

Page 13: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

4

e. Apakah PT Hutama Karya telah memenuhi hak dan kewajiban yang

berlaku sesuai dengan peraturan pemerintah Nomor 50 Tahun 2012.

2. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini

Peneliti membatasi masalah yang akan dibahas sehingga pembatasannya

lebih jelas dan terarah sesuai dengan yang diharpkan oleh Peneliti.

Dalam Penelitian ini Penulis hanya akan membahas mengenai Proses

Penerapan Keselamatan Terhadap Tenaga Kerja pembangunan proyek

DDT (Double-double Track) jalur kereta api Jatinegara-Manggarai.

Sebagai bentuk perlindungan terhadap Tenaga Kerja agar tidak terjadi

lagi Kecelakaan dalam bekerja sehingga Tenaga Kerja atau para pekerja

merasa aman dan nyaman saat bekerja serta mendapatkan perlindungan

hukum yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun

2012.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi serta

pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti

memfokuskan pada masalah utama yaitu mengenai penerapan

keselamatan terhadap tenaga kerja pembangunan proyek DDT jalur

kereta api Jatinegara-Manggarai, serta masalah upaya PT Hutama Karya

dalam menjamin keselamatan para pekerja.

Untuk mempertegas arah pembahasan dari masalah utama yang

telah diuraikan di atas, maka dibuat rincian perumusan masalah dalam

bentuk pertanyaan, sebagai berikut:

a. Apakah PT. Hutama Karya sudah menerapkan SMK3 yang sesuai

dengan Peraturan Pemerintah Nomor.50 Tahun 2012?

b. Apakah upaya yang dilakukan oleh PT. Hutama Karya sudah dapat

mengurangi kecelakaan kerja yang terjadi pada proyek

pembangunan double-double track kereta api jalur jatinegara-

manggarai?

Page 14: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

5

C. Tujuan dan Mnfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Terdapat beberapa hal yang dijadikan tujuan dalam penelitian yang

dilakukan, antara lain:

a) Untuk mengetahui penerapan K3 (keselamatan kerja) pada

pembangunan proyek DDT kereta api jalur Jatinegara-Manggarai.

b) Untuk mengetahui upaya PT dalam mencegah kecelakaan kerja dalam

rangka menjamin keselamatan para pekerja pembangunan proyek DDT

kereta api jalur Jatinegara-Manggarai.

2. Manfaat Penelitian

Terdapat beberapa hal yang dijadikan manfaat dalam penelitian yang

dilakukan, antara lain:

a) Manfaat Teoritis :

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai informasi bagi

masyarakat serta dapat dijadikan pedoman sebagai dasar penelitian

yang sesuai dengan bidang penelitian yang penulis teliti.

b) Manfaat Praktis :

1) Hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi

pengembangan hukum bisnis pada umumnya, dan hukum

ketenagakerjaan pada khususnya.

2) Hasil dari penelitian ini dapat memberikan jawaban atas

permasalahan yang diteliti dan diharapkan dapat menekan atau

mengurangi angka kecelakaan dalam bekerja.

Page 15: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

6

D. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian agar terlaksana dengan maksimal maka peneliti

menggunakan metode sebagai berikut :

1. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan normatif empiris. Pendekatan normatif merupakan pendekatan

penelitian yang memiliki objek pada norma atau aturan yang berlaku,

kemudian peneliti juga menggunakan pendekatan empiris yaitu merupakan

penelitian yang diperoleh langsung dari objek penelitian. Dalam hal ini

yang menjadi objek normatif-empiris yaitu norma atau aturan yang

berkaitan dengan pengaturan keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan sebuah penelitian

yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam

terhadap suatu permasalahan. Dalam penelitian kualitatif menggunakan

lingkungan yang menjadi penelitiannya sebagai sumber data.

3. Jenis data

Sumber data yang di pakai oleh peneliti, yaitu:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum utama dalam penelitian

hukum normatif yang berupa peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat kepada

masyarakat. Bahan hukum primer yang digunakan meliputi Undang-

Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja, Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja,4

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi,

Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), Peraturan

4 Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 172

Page 16: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

7

Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015

Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan

Janinan Kematian Bagi Pekerja Harian lepas, Borongan, dan Perjanjian

Kerja Waktu Tertentu Pada Sektor Usaha Jasa Konstruksi, serta

Peraturan lain yang berhubungan dengan Ketenagakerjaan khususnya

dalam bidang (K3).

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan yang tidak mempunyai kekuatan

hukum yang mengikat tetapi membahas dan menjelaskan topik

pembahasan yang terkait dengan penelitian dalam hal ini berupa buku-

buku, artikel internet, skripsi, hasil-hasil penelitian, dan hasil karya

kalangan hukum yang berkaitan dengan penulisan ini.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum yang dapat memberikan petunjuk maupun penjelasan

terhadap bahan hukum primer serta bahan hukum sekunder. Bahan

hukum tersier yang digunakan dapat berupa Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Kamus Hukum maupun Ensiklopedia terkait.

4. Teknik Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan dan pengambilan data yang digunakan

penulis dalam penulisan karya ilmiah ini adalah studi kepustakaan (library

research), yaitu dengan melakukan penelitian terhadap berbagai literatur

yang relevan dengan permasalahan skripsi ini seperti buku-buku, makalah,

artikel, serta berita yang diperoleh penulis dari internet yang bertujuan

mencari atau memperoleh teori-teori atau bahan-bahan yang berkaitan

dengan judul tulisan mengenai Penerapan Keselamatan dan Kesehatan

dalam bekerja.

5. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data

Pengelolaan data baik berupa bahan hukum primer, bahan hukum

sekunder, serta bahan non-hukum dihubungkan sedemikian rupa sehingga

penyajian penulisan menjadi sistematika dan mudah dipahami agar dapat

menjawab setiap permasalahan yang dirumuskan. Penelitian ini

Page 17: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

8

menggunakan metode analisis kualitatif, yaitu suatu metode analisis data

yang tidak menampilkan angka-angka sebagai hasil penelitiannya

melainkan disajikan dalam bentuk pembahasan dengan uraian kalimat-

kalimat dan dipaparkan dalam bentuk tulisan. Hasil dari analisis data ini

akan disimpulkan secara deduktif yaitu cara berfikir yang menarik suatu

kesimpulan dari suatu pertanyaan yang bersifat umum menjadi suatu

pertanyaan yang bersifat khusus, sehingga dari kesimpulan dapat diajukan

beberapa saran terhadap permasalahan.

6. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah studi

kepustakaan yakni dengan melakukan pengkajian dan analisis terhadap

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan literatur serta

menganalisis pendapat sarjana yang berkaitan dengan permasalahan yang

dibahas dan penulisan ini bersifat deskriptif.

7. Teknik Penulisan

Dalam menyusun penulisan skripsi ini, penulis menggunakan

teknik Penulisan yang terdapat dalam buku pedoman penulisan skripsi

Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017 dengan format lima bab yang

terdiri dari:

E. Sistematika Penulisan

Sistematika ini merupakan gambaran dari penelitian agar memudahkan

dalam mempelajari seluruh isinya. Penelitian ini dibahas dan diuraikan menjadi

5 (lima) bab, adapun bab-bab yang dimaksud adalah sebagai berikut:

BAB I : Pada BAB ini menyajikan Pendahuluan memuat secara

keseluruhan mengenai latar belakang masalah, identifikasi

masalah, rumusan, dan pembatasan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian,

BAB II : Pada BAB ini menyajikan kajian teoritis dan review (tinjauan

ulang) hasil studi terdahulu. Pertama pembahsan BAB diawali

Page 18: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

9

dengan pemaparan kerangka konsep, kedua menjelaskan teori

yang digunakan untuk menganalisis dan menginperpretasi

data penelitian.

BAB III : Pada BAB ini menyajikan data penelitian. Penyediaan data

berupa deskripsi data yang berkenaan dengan variabel yang

diteliti secara objektif.

BAB IV : Pada BAB ini menyajikan tentang Interpretasi Temuan.

Penelitian mencakup empat aspek, yaitu : mendeskripsikan,

mengelompokan atau mengkategorisasi, menghubungkan

bagian tertentu dari data dengan data lainnya.

BAB V : Pada BAB ini menyajikan penutup. berisikan kesimpulan

yang diambil dari uraian / deskripsi yang menjawab masalah

berdasarkan data yang diperoleh, serta rekomendasi.

Page 19: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

10

BAB II

TINJAUAN UMUM KESELAMATAN KERJA

DALAM HUKUM KETENAGAKERJAAN

A. Kerangka Konseptual

1. Istilah dan Pengertian Hukum Ketenagakerjaan

Sebelum membahas mengenai Penerapan terhadap Keselamatan dan

Kesehatan Kerja kita perlu mengetahui terlebih definisi atau pengertian

Hukum Ketenagakerjaan karena dengan adanya suatu pengertian yang

memuat substansi, relasi, kuantitas dan kualitas mampu dijadikan titik tolak

ukur terhadap adanya suatu pengertian-pengertian dari berbagai istilah yang

digunakan.

Hukum Ketenagakerjaan pada awalnya dikenal dengan sebutan Hukum

Perburuhan, berdasarkan istilah Hukum Ketenagakerjaan terdiri atas dua

kata, yaitu Hukum dan Ketenagakerjaan. Hukum memiliki arti yang bisa

dikatakan sebagai Norma atau keharusan yang dibuat oleh pemegang

kekuasaan yang berwenang baik hukum yang tertulis maupun yang tidak

tertulis. Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 Tentang

Ketenagakerjaan merumuskan pengertian Ketenagakerjaan adalah segala

yang berkaitan dengan tenaga kerja pada saat sebelum, selama dan sesudah

masa kerja.1

a. Kedudukan Hukum Ketenagakerjaan

Hukum Ketenagakerjaan mengatur hubungan kerja antara pekerja.

Buruh dan pengusaha yang dapat mengatur kepentingan orang

perorangan, berdasarkan hal tersebut Hukum Ketenagakerjaan bersifat

privat (Perdata). Jika kita melihat kedudukan Hukum Ketenagakerjaan

dalam tata Hukum Indonesia terletak dibidang Hukum Administrasi/Tata

Negara, dan Hukum Perdata. Berdasarkan kedudukan tersebut membawa

1 Agusmidah, Dinamika dan Kajian Teori Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Bogor:

Ghalia Indonesia, 2010) h. 5

Page 20: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

11

konsekuensi yuridis bahwa ketentuan peraturan Hukum Ketenagakerjaan

harus berlandaskan pada teori hukum yang berkaitan dengan bidang

tersebut. Praktik hukum tenaga kerja haruslah dijalankan secara berkaitan

antara satu dengan yang lainnya dengan maksud bahwa dalam

pelaksanaannya tidak boleh dipisahkan antara satu dengan yang lain.2

Dan berikut adalah kedudukan Hukum Ketenagakerjaan dalam tata

Hukum Indonesia, yaitu:

1) Kedudukan Hukum Ketenagakerjaan dalam Hukum Perdata

Pada hakikatnya yang memegang peranan penting dalam

hubungan industrial adalah pihak-pihaknya yaitu hanya pekerja dan

pengusaha saja. Hubungan antara pengusaha dan pekerja didasarkan

pada hubungan hukum privat. Adanya hubungan itu didasarkan pada

Hukum Perikatan yang menjadi bagian dari Hukum Perdata.

2) Kedudukan Hukum Ketenagakerjaan dalam Hukum Administrasi

Kedudukan Hukum Ketenagakerjaan di bidang Hukum

Administrasi yang perlu kita fokuskan yaitu terhadap dua hal, antara

subjek hukum dalam penyelenggaraan negara dan bagaimana

perannya. Subjek hukum dalam penyelenggaraan negara berkaitan

dengan 3 (tiga) hal, yaitu pejabat, lembaga serta warga negara. Pejabat

dalam artian adalah seorang pejabat negara yang tunduk pada

ketentuan Hukum administrasi. Peranannya berkaitan dengan

menjalankan fungsi negara dalam pembuatan atau pemberian izin,

bagaimana suatu negara melakukan pencegahan terhadap sesuatu hal

yang dapat terjadi dan bagaimana upaya hukumnya.

b. Sumber Hukum Ketenagakerjaan

Sumber hukum dalam arti materiil adalah Pancasila. Sumber hukum

yang dimaksud disini dalam arti kata sumber hukum formil, yaitu:

1) Sumber hukum tertulis meliputi Undang-Undang, peraturan-peraturan,

perjanjian-perjanjian, putusan pengadilan, traktat/konvensi.

2 Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, (Jakarta: Sinar Grafika,

2013), h. 16

Page 21: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

12

a) Undang-undang

Undang-undang ditetapkan oleh pemerintah dengan persetujuan

Dewan Perwakilan Rakyat. Pada masa penjajahan Belanda

Undang-undang dibentuk di Noderland oleh Raja bersama-sama

dengan Parlemen.

b) Peraturan-peraturan

Peraturan yang dimaksud adalah peraturan-peraturan perundang-

undangan lainnya yang kedudukannya lebih rendah dari Undang-

undang dan pada umumnya merupakan peraturan pelaksana

undang-undang. Seperti Peraturan Pemerintah, Keputusan

Presiden, Peraturan Menteri, Keputusan Menteri dan lain-lain.

c) Putusan Pengadilan

Ketika aturan hukum masih kurang lengkap, putusan pengadilan

tidak hanya memberi bentuk hukum pada kebiasaan, tetapi juga

dapat dinyatakan sebagian besar untuk menentukan dan

menetapkan hukum itu sendiri. Terutama putusan dari Pengadilan

Hubungan Industrial (PHI) yang bersifat mengikat.

d) Traktat/Konvensi

Traktat/konvensi merupakan perjanjian yang dibuat antara satu

negara/lebih. Jika traktat diadakan hanya oleh dua negara maka

perjanjian tersebut disebut traktat bilateral, sedangkan diadakan

oleh banyak negara maka disebut perjanjian multirateral. Negara-

negara yang membuat dan setuju dengan isi dari traktat akan

meratifikasinya. Dengan konsekuensi traktat/konvensi akan

mengikat para pihak yang telah meratifikasinya.

2) Sumber Hukum Tidak Tertulis

Sumber Hukum tidak tertulis yang dimaksud adalah kebiasaan,

terutama kebiasaan yang tumbuh dan berkembang setelah adanya

perang dunia ke II. Ada dua faktor yang mendukung pertumbuhan

tersebut yaitu karena adanya pembentukan undang-undang/peraturan

Page 22: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

13

perundang-undangan tidak dapat dilaksanakan secepat perkembangan

persoalan ketenagakerjaan yang harus diatur dan peraturan-peraturan

yang sudah ada tidak sesuai lagi dengan rasa keadilan masyarakat..

2. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Ditinjau dari segi keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja dapat

diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha

mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di

tempat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja harus diterapkan dan

dilaksanakan di setiap tempat kerja (perusahaan). Tempat kerja adalah

setiap tempat yang di dalamnya terdapat 3 (tiga) unsur, yaitu:

a. Adanya suatu usaha, baik itu usaha yang bersifat ekonomis ataupun

usaha sosial.

b. Adanya sumber bahaya.

c. Adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya, baik secara terus

menerus maupun hanya sewaktu-waktu.

Sebagaimana diketahui bahwa keselamatan dan kesehatan kerja dalam

pelaksanaannya dilandasi oleh peraturan perundang-undangan yang

berlaku, karena keselamatan dan kesehatan kerja merupakan masalah yang

mengandung banyak aspek salah satunya yang berkaitan dengan aspek

hukum. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja

dilakukan secara bersama-sama oleh pimpinan atau pengurus perusahaan

dan seluruh tenaga kerja. Keselamatan kerja berkaitan dengan kecelakaan

kerja yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau dikenal dengan

kecelakaan industri.3 Kecelakaan industri ini secara umum dapat diartikan:

“suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang

mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas”.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu kondisi dalam

pekerjaan yang sehat dan aman baik bagi pekerjanya, perusahaan ataupun

3 Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2003), h. 136

Page 23: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

14

bagi masyarakat dan lingkungan sekitar proyek atau tempat kerja tersebut.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja juga dapat diartikan sebagai suatu usaha

untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat, yang dapat

mengakibatkan kecelakaan dalam bekerja.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja

mengatur secara jelas tentang kewajiban perusahaan untuk menyediakan

tempat kerja dan pekerja dalam melaksanakan pekerjaan terlindungi dalam

keselamatan kerjanya. Dalam peraturan perusahaan berupa suatu

Perjanjian Kerja Bersama (PKB) diatur tentang Keselamatan dan

Kesehatan Kerja. Namun, seringkali kita jumpai pada pelaksanannya di

lapangan diketahui masih saja ada beberapa pekerja yang tidak

menggunakan alat pelindung diri baik berupa helm pengaman, rompi

reflector, dan sepatu pelindung diluar sepengetahuan atasannya.

Berdasarkan Undang-Undang Jaminan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja diperuntukan bagi seluruh pekerja yang bekerja di segala tempat

kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun

di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan Hukum Republik

Indonesia berhak memperoleh jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Seringnya tenaga kerja atau pekerja yang melanggar peraturan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja, disebabkan karena kurangnya kehati-

hatian dalam melakukan pekerjaan dan tidak memakai perlatan pelindung

diri. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa perlu adanya pengetahuan

serta pembinaan mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang tepat.

a. Keselamatan Kerja

Dalam Pasal 86 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

dijelaskan bahwa setiap pekerja ataupun buruh memiliki hak untuk

dapat memperoleh perlindungan atas Keselamatan dan Kesehatan

Kerja, moral serta Kesusilaan bahkan harus melindungi dan

memperlakukan pekerja/buruh sesuai dengan harkat martabat manusia

yang sewajarnya. Sebagai upaya untuk melindungi Keselamatan

pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang maksimal

Page 24: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

15

perlu diselenggarakan adanya upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Dan perlindungan tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan Peraturan

Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.4

Asas Keselamatan kerja tercantum dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata dengan memuat ketentuan yang didalamnya

mewajibkan majikan untuk mengatur dan memelihara ruangan, alat dan

peralatan dimana ia menyuruh melakukan pekerjaan dengan

mengadakan aturan-aturan serta memberi petunjuk sedemikian rupa

hingga setiap pekerja/buruh terlindungi dari bahaya yang dapat

mengancam Keselamatannya.5

Strategi untuk mengatasi beban kerugian terhadap kecelakaan kerja

maka pihak asuransi seperti jaminan sosial tenaga kerja atau Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan merupakan badan hukum

publik yang bertanggung jawab kepada Presiden serta memiliki fungsi

menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk

Indonesia termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam)

bulan di Indonesia. Adanya penyelenggaraan program jaminan sosial

merupakan salah satu bentuk dari tanggung jawab negara untuk

memberikan perlindungan sosial maupun ekonomi terhadap tenaga

kerja Indonesia.

b. Kesehatan Kerja

Menurut Imam Soepomo yang dimaksud dengan Kesehatan Kerja

adalah aturan-aturan dan usaha-usaha untuk menjaga buruh dari

kejadian atau dari keadaan perburuhan yang dapat merugikan kesehatan

atau kesusilaan karena seseorang itu telah melakukan atau karena ia

melakukan pekerjaan dalam suatu hubungan kerja. Kesehatan kerja

meliputi segala upaya dalam hal mencegah terjadinya penyakit yang

disebabkan oleh akibat bekerja serta penyakit lainnya pada tenaga kerja.

4 Lalu Husni, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

1999), h. 137 5 Nandang Mulya Santoso, Tanya Jawab Pengantar Hukum Perburuhan, (Bandung:

Armico, 1981), h. 40

Page 25: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

16

Tujuan Kesehatan Kerja adalah agar tenaga kerja ditempatkan pada

pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan mentalnya,

sehingga setiap tenaga kerja berada dalam keadaan sehat sejahtera

dimulai pada saat ia bekerja sampai dengan selesai bekerja. Upaya

kesehatan kerja memiliki tujuan untuk melindungi pekerja atau buruh

agar terciptanya produktivitas kerja yang maksimal, melalui cara

pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya

di tempat kerja, pengobatan dan rehabilitasi. Maka berdasarkan uraian

tersebut tujuan kesehatan kerja adalah, sebagai berikut:

1) Melindungi pekerja atau buruh dari resiko kecelakaan kerja.

2) Meningkatkan derajat kesehatan para pekerja atau buruh.

3) Agar pekerja atau buruh terjamin keselamatan dan kesehatan

kerjanya.

Kesehatan kerja merupakan cara atau metode agar buruh ataupun

pekerja melakukan pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan yang tidak

hanya ditujukan kepada majikan yang hendak menggunakan tenaga

atau jasa buruh tetapi juga ditujukan untuk pihak buruh tersebut.

3. Istilah dan Pengertian Tenaga Kerja

Dalam hukum perburuhan, terdapat banyak istilah-istilah yang

menyangkut subjek hukum perburuhan mengenai tenaga kerja, tetapi tetap

satu maksudnya. Di antara subjek hukum itu antara lain adalah; tenaga kerja

itu sendiri. Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia

kerja. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (2)

disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan

pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi

kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.6

Tenaga kerja meliputi mereka yang di dalamnya bekerja untuk diri

sendiri maupun untuk anggota keluarga yang tidak menerima bayaran

6 Subijanto, Peran Negara Dalam Hubungan Tenaga Kerja Indonesia, Jurnal Pendidikan

Dan Kebudayaan ( vol 17 no 6, 2011), h. 708

Page 26: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

17

berupa upah atau mereka yang sesungguhnya bersedia dan mampu untuk

bekerja, dengan maksud mereka menganggur dengan terpaksa karena tidak

ada ksesempatan kerja. Jadi dapat disimpulkan tenaga kerja adalah semua

orang yang bersedia dan sanggup untuk melakukan suatu pekerjaan.7

Sedangkan pengertian Tenaga Kerja menurut Pasal 1 angka 3 Undang-

Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dijelaskan bahwa

Pekerja atau buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah

atau imbalan dalam bentuk lain.

Kemudian pekerja adalah setiap orang yang melakukan pekerjaan,

baik dalam hubungan kerja maupun di luar hubungan kerja yang biasanya

disebut buruh bebas.8 Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun

1969 Tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja disebutkan bahwa

Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik

didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat.9

a. Hak dan Kewajiban Pemberi Kerja:

1) Hak Pemberi Kerja:

a) Pemberi kerja atau perusahaan berhak atas hasil dari pekerjaan

yang dilakukan oleh tenaga kerja

b) Pemberi kerja atau perusahaan berhak untuk memerintah/mengatur

tenaga kerja dengan tujuan mencapai target

c) Pemberi kerja atau perusahaan berhak melakukan pemutusan

hubungan kerja terhadap buruh/pekerja/karyawan jika melanggar

ketentuan yang telah disepakati sebelumnya.

2) Kewajiban Pemberi Kerja:

a) Secara tertulis menempatkan semua syarat keselamatan kerja yang

diwajibkan dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi

7 M.B. Hendri Anto, Pengantar Ekonomi Mikro Islam, (Yogyakarta: Ekonomis UII,

2003), h. 4 8 Sofyan Effendi, Hukum Perburuhan di Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984), h.

413 9 Imam Supomo, Hukum Perburuhan Undang-undang dan Peraturan-peraturan,

(Jakarta: Djambatan, 2001), cet. Ke-8, h. 569

Page 27: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

18

tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat yang mudah dilihat

dan dibaca serta menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli

keselamatan kerja;

b) Memasang gambar ditempat kerja yang dipimpinnya, semua

gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan

pembinaan lainnya, pada tempat yang mudah dilihat dan terbaca

menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja;

c) Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri

yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada di bawah

pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang

memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk

yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli

keselamatan kerja.

d) Pemberi kerja wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada

pekerja/buruh;

e) Pemberi kerja wajib memberikan kesempatan secukupnya kepada

pekerja/buruh untuk melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh

agamanya.10

f) Pemberi kerja wajib memberikan jaminan atau santunan kepada

pekerja apabila terjadi kecelakaan dalam bekerja, baik kepada

korban yang sakit atau yang meninggal dunia.

b. Hak dan Kewajiban Pekerja

1. Hak Pekerja:

a) Setiap pekerja berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa

diskriminasi dari pengusaha

b) Setiap tenaga kerja berhak meminta pada pengurus agar

dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja

yang diwajibkan;

10

Vega o. Merpati, Jurnal Hak dan Kewajiban Perusahaan Terhadap Pekerja, vol II/No.8,

2013, h. 80

Page 28: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

19

c) Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau

meningkatkan dan/atau mengembangkan kompetensi kerja

sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya melalui

pelatihan kerja

d) Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan kesempatan yang sama

untuk memilih, mendapatkan, atau pindah pekerjaan dan

memperoleh penghasilan yang layak di dalam atau di luar negeri

e) Setiap pekerja berhak memperoleh perlindungan atas

keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan, serta

perlakuan yang sesuai dengan harkat martabat manusia dan

nilai-nilai agama.

f) Setiap pekerja dan keluarganya berhak untuk memperoleh

jaminan sosial tenaga kerja.

g) Menyatakan keberatan bekerja pada pekerjaan dimana syarat

keselamatan dan kesehatan kerja serta alat perlindungan diri

yang diwajibkan diragukan oleh pegawai pengawas dalam batas

yang masih dapat dipertanggung jawabkan.

h) Mendapatkan santunan apabila terjadi kecelakaaan kerja, baik

kepada korban yang sakit atau yang meninggal dunia.

1) Kewajiban Pekerja:

a) Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai

dan atau ahli keselamatan kerja;

b) Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan;

c) Memenuhi dan menaati semua syarat keselamatan dan kesehatan

kerja yang diwajibkan;

d) Mengerjakan pekerjaan dengan tekun, cermat, dan teliti

e) Menjaga keselamatan barang yang dipercayakan kepadanya

untuk dikerjakan.11

11

C.S.T Kansil, Christine S.T. Kansil, Hukum Perusahaan Indonesia, (Jakarta: PT

Pradnya Paramita, 2009), h. 175

Page 29: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

20

5. Definisi Kecelakaan Akibat Kerja

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak

diharapkan. Tidak terduga oleh karena latar belakang peristiwa itu tidak

terdapat adanya unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan.

Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang ada hubungannya dengan

pekerjaan, bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada

waktu melaksanakan pekerjaan, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam

perjalanan dari rumah menuju tempat kerja ataupun sebaliknya. Maka

dalam hal ini, terdapat dua permasalahan penting, yaitu :

a. Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan,

b. Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan

Kesehatan kerja adalah suatu keadaan atau kondisi badan/tubuh

yang terlindungi dari segala macam penyakit atau gangguan yang

diakibatkan oleh pekerjaan yang dilaksanakan.12

Penyakit kerja membawa

dampak kerugian bagi perusahaan berupa pengurangan waktu kerja dan

biaya untuk mengatasi penyakit tersebut. Sehingga bagi pengusaha

konstruksi, pencegahan jauh lebih menguntungkan daripada

penanggulangannya. Menurut Silalahi N.B. Bennett dan Silalahi B.

Rumondang (1985), dikenal dua kategori penyakit yang diderita tenaga

kerja yaitu :

a. Penyakit umum (general diseases) Penyakit umum adalah semua

penyakit yang mungkin dapat diderita oleh semua orang. Pencegahan

penyakit ini merupakan tanggung jawab seluruh anggota masyarakat.

b. Penyakit akibat kerja (man made diseases) Penyakit akibat kerja dapat

dimulai dengan pengendalian secermat mungkin gangguan kerja dan

kesehatan.

Penyebab penyakit akibat kerja pada proyek konstruksi menurut

undang-undang kecelakaan kerja disebutkan bahwa penyakit akibat kerja

adalah penyakit yang timbul karena hubungan kerja termasuk kecelakaan.

Pencegahan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan:

12

Zainal Asikin, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 97

Page 30: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

21

a. Substitusi, yaitu penggantian bahan-bahan yang berbahaya dengan

bahan yang tidak berbahaya, tanpa mengurangi hasil pekerjaan maupun

mutunya.

b. Alat pelindung diri. Alat ini dapat berbentuk pakaian, topi pelindung

kepala, sarung tangan, sepatu yang dilapisi baja bagian depan untuk

menahan beban yang berat, masker khusus untuk melindungi alat

persnafasan terhadap debu atau gas yang berbahaya, kacamata khusus

dan sebagainya.

c. Pemeriksaan kesehatan. Hal ini meliputi pemeriksaan kesehatan

sebelum bekerja dan pemeriksaan secara berkala untuk dapat mencari

faktor penyebab yang menimbulkan gangguan maupun kelainan

terhadap tenaga kerja.

d. Latihan dan informasi sebelum bekerja, agar pekerja mengetahui dan

lebih berhati-hati terhadap kemungkinan adanya bahaya.

e. Pendidikan tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Pendidikan ini

dilakukan secara teratur.

6. Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Pengertian jaminan sosial tenaga kerja (Pasal 1 Ayat (1) Undang-

Undang Nomor 13 Tahun 2003, aadalah suatu perlindungan bagi tenaga

kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagi

penghasilan dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan

sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa

kecelakaan13

kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua serta meninggal dunia.

Jaminan sosial tenaga kerja mempunyai beberapa aspek, antara lain:

1. Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup

minimal bagi tenaga kerja beserta keluarganya;

2. Merupakan penghargaan untuk tenaga kerja yang telah menyumbangkan

tenaga dan pikirannya kepada perusahaan tempat mereka bekerja.

13

Amidhan H, Hak Pekerja dan Jaminan Sosial Dalam Instrumen Hukum Nasional dan

Internasional, (Jakarta: Komnas HAM, 2005), h. 25

Page 31: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

22

Penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja dimaksudkan dalam

Undang-Undang ini sebagai pelaksanaan Pasal 10 dan Pasal 13 Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

Mengenai Tenaga Kerja yang meliputi Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan

Kematian, Jaminan Hari Tua, dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. Akan

tetapi mengingat objek yang mendapat jaminan sosial tenaga kerja yang

diatur dalam undang-undang ini diprioritaskan bagi tenaga kerja yang

bekerja pada perusahaan, perorangan, dengan menerima upah, maka kepada

tenaga kerja di luar hubungan kerja atau dengan kata lain yang tidak bekerja

pada perusahaan, pengaturan tentang jaminan sosial tenaga kerjanya akan

diatur tersendiri dengan peraturan pemerintah.

B. Kerangka Teoritis

Kerangka Teoritis adalah konsep yang merupakan ekstrak dari hasil

pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya untuk mengadakan

identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan untuk

penelitian.14

1. Perlindungan Buruh

Teori yang digunakan untuk menganalisa permasalahan dalam skripsi

ini adalah teori perlindungan terhadap pekerja atau buruh dalam hal ini teori

berupa perlindungan secara teknis yang berkaitan, menurut Prof. Imam

Soepomo perlindungan teknis merupakan perlindungan terhadap pekerja

dalam bentuk keamanan dan keselamatan kerja. Pengertian perlindungan

buruh atau arbeidsbescherming (dalam bahasa belanda), adalah

perlindungan yang diberikan dalam lingkungan kerja itu sendiri, dengan

jalan memberikan tuntunan, maupun dengan jalan meningkatkan pengakuan

hak–hak asasi manusia, perlindungan fisik dan teknis serta sosial ekonomi

melalui norma yang berlaku.15

14

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia,

1986), h.125 15

Abdul R. Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori dan Contoh Kasus, (Jakarta:

Kencana, 2011), h. 274

Page 32: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

23

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin,

pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja

dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.16

Keselamatan

kerja berlaku disegala tempat kerja, baik di darat, di laut, di permukaan air,

di dalam air maupun di udara. Lokasi proyek merupakan salah satu

lingkungan kerja yang mengandung resiko cukup besar. Tim manajemen

sebagai pihak yang bertanggung jawab selama proses pembangunan harus

mendukung dan mengupayakan program-program yang dapat menjamin

agar dapat meminimalisir bahkan meniadakan kecelakaan kerja.

2. Teori Perlindungan Hukum

Istilah teori perlindungan hukum berasal dari bahasa Inggris, yaitu legal

protection theory.17

Menurut Satjipto Raharjo, perlindungan hukum adalah

memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang

dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat

agar dapat menikmati hak-hak yang telah diberikan oleh hukum, dan

bertujuan mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat

karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan terhadap

kepentingan tertentu yang dapat dilakukan dengan cara membatasi

kepentingan di lain pihak.

Hukum berperan dalam penentuan hak dan kewajiban dan perlindungan

kepentingan sosial dan para individu. Hukum berperan sedemikian rupa,

sehingga dapat berlangsung dengan tertib dan teratur, karena hukum secara

tegas akan menentukan hak–hak dan kewajiban antara mereka yang

mengadakan hubungan, serta bagaimana tugas dan kewajiban serta

wewenang.18

Perlindungan hukum terhadap tenaga kerja dimaksudkan

untuk menjamin hak–hak dasar pekerja/buruh dan menjamin kesamaan

kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apa pun untuk

16

Imam Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, (Jakarta: Djambatan, 2003), h. 227 17

Salim HS an Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis dan

Disertasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), h. 259 18

Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2010), h. 129

Page 33: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

24

mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap

memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha. Perlindungan hukum

ini penting untuk menjamin agar hak–hak manusia sebagai subjek hukum

tidak di langgar atau di rugikan oleh pihak lainnya.19

C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

1. Skripsi yang berjudul “Implementasi Perlindungan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Bagi Pekerja Proyek Konstruksi CV Mupakat Jaya Teknik

(Tinjauan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003)” oleh Nur Rofiah,

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Tahun 2016,

dalam Skripsi ini membahas tentang Implementasi Perlindungan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bagi Pekerja Proyek Konstruksi CV

Mupakat Jaya. Perbedaan antara skripsi tersebut dengan penelitian peneliti

adalah bahwa skripsi tersebut fokus membahas mengenai perlindungan

dalam melaksanakan K3 yang masih kurang maksimal yang dilakukan oleh

Proyek Konstruksi CV Mupakat Jaya meski sudah melakukan upaya

perlindungan K3 dengan menyediakan alat pelindung diri/keselamatan

namun masih banyak pekerja yang tidak memakainya. Persamannya dengan

penelitian yang akan peneliti bahas adalah sama-sama mebahas mengenai

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja guna mencegah atau

mengurangi angka kecelakaan dalam bekerja.

2. Skripsi yang berjudul “Jaminan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Menurut

Hukum Positif Dan Hukum Islam” oleh Iis Afatiah, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, fakultas Syariah dan hukum, dalam

Skripsi ini membahas tentang jaminan keselamatan dan kesehatan kerja

yang bertujuan sebagai motivasi bagi pengusaha dan tenaga kerja akan

pentingnya perlindungan diri dalam bekerja dan tunjangan kesehatan kerja

merupakan kebutuhan mendasar bagi tenaga kerja. Perbedaan antara skripsi

tersebut dengan penelitian yang akan peneliti bahas adalah peneliti akan

19

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Liberty,

1999), h. 40

Page 34: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

25

membahas mengenai penerapan keselamatan dalam bekerja terhadap para

pekerja, sedangkan penelitian dalam skripsi ini membahas mengenai

jaminan keselamatan dan kesehatan kerja yang berkaitan dengan semakin

meningkatnya peran tenaga kerja dalam pembangunan nasional dan semakin

meningkatnya penggunaan teknologi diberbagai industri yang dapat

mengakibatkan tingginya resiko yang mengancam keselamatan.

Persamannya dengan skripsi yang akan peneliti bahas yaitu sama-sama

membahas tentang keselamatan dan kesehatan bagi para pekerja.

3. Skripsi yang berjudul “Analisis Yuridis Terhadap Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Bagi Pekerja Di Pabrik Kulit Fajar Makmur Piyungan

Bantul Yogyakarta” oleh Ekka Septiawanti, Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga Yogyakarta Tahun 2015, Skripsi ini membahas mengenai

perlindungan hukum keselamatan dan kesehatan kerja bagi para pekerja di

pabrik kulit fajar makmur piyungan, Bantul yang belum dilaksanakan secara

maksimal. Hal ini di buktikan bahwa di pabrik tersebut tidak ada pelatihan

tentang K3. Perbedaan antara skripsi tersebut dengan penelitian yang akan

peneliti bahas adalah peneliti akan membahas mengenai penerapan

keselamatan dalam bekerja terhadap para pekerja proyek pembangunan

double-double track kereta api jalur jatinegara-manggarai berdasarkan

peraturan pemerintah Nomor 50 Tahun 2012, sedangkan persamaannya

mengenai ruang lingkup pembahasannya yaitu dalam upaya mewujudkan

keselamatan dan kesehatan bagi para pekerja.

4. Buku yang berjudul sebuah buku yang berjudul “Keselamatan dan

Kesehatan Kerja” oleh K. Ima Ismaradalam, buku tersebut membahas

tentang landasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, kecelakaan kerja,

penyakit akibat kerja, analisis resiko dan pengendalian (K3) serta sistem

manajemen (K3).

5. Jurnal yang berjudul “Tanggung Jawab Perusahaan Terhadap Pekerja

Dalam Hal Terjadinya Kecelakaan Kerja Pada CV Sinar Kawi Di

Tampaksiring Gianyar” oleh Ida Bagus Putu Wira Aditya, I Ketut

Markeling dan Ida Ayu Sukihana, jurnal ini yang membahas tentang

Page 35: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

26

tanggung jawab direktur perusahaan dalam hal terjadinya kecelakaan kerja,

serta mengetahui bagaimana pelaksanaan tanggung jawab direktur

perusahaan terhadap pekerja dalam hal terjadinya kecelakaan kerja.

Persamaannya dengan peneliti adalah peneliti juga membahas kasus

mengenai penerapan K3 yang bertujuan untuk menekan atau mengurangi

angka kecelakaan kerja di Indonesia. Perbedaannya yaitu peneliti membahas

kasus yang berbeda dengan penulis, selain itu peneliti juga membahas

upaya-upaya mengenai keselamatan dan kesehatan kerja yang diharapkan

dapat mengurangi atau mencegah dan menekan angka kecelakaan kerja dan

dapat meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja, sehingga perusahaan-

perusahaan dapat beroperasi semaksimal mungkin terhadap proses

penerapan K3 khususnya pada pembangunan proyek DDT kereta api jalur

Jatinegara-Manggarai.

Page 36: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

27

BAB III

PENERAPAN KESELAMATAN KERJA TERHADAP TENAGA KERJA

PEMBANGUNAN PROYEK DOUBLE-DOUBLE TRACK KERETA API

JALUR JATINEGARA-MANGGARAI

A. Profil PT. Hutama Karya

PT. Hutama Karya (Persero) selanjutnya disebut PT. HK awalnya

merupakan perusahaan swasta Hindia Belanda “Hollandsche Beton

Maatschappij” yang dinasionalisasi pada Tahun 1961 berdasarkan Peraturan

Pemerintah (PP) RI Nomor 61/1961 Tanggal 29 Maret 1961 dengan nama PT.

Hutama Karya. Status perusahaan berubah menjadi Perseroan Terbatas

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1971 juncto Akta

Perseroan Terbatas Nomor 74 tanggal 15 Maret 1973, juncto Akta Perubahan

Nomor 48 tanggal 8 Agustus 1973 yang keduanya dibuat dihadapan Notaris

Kartini Mulyadi, SH yang kemudian berdasarkan Surat Keputusan Bersama

Direksi dan Dewan Komisaris Nomor DU/MK.136/KPTS/03/2009 tanggal 29

Januari 2009 Tentang Penetapan Hari Ulang Tahun PT. Hutama Karya.

Hutama Karya adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

konstruksi terbesar di Indonesia kantor pusat yang beralamat di Jl. Letjen M.T

Haryono Kav 8, Cawang, Jakarta Timur 13340 dan kantor cabang yang

beralamat di Antam Office Park B, Jl. TB Simatupang No. 1, Jakarta Selatan.1

Dengan terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 100 Tahun 2014 yang

kemudian diperbaharui ke dalam Perpres Nomor 117 Tahun 2015, Hutama

Karya saat ini telah menggulirkan Program Transformasi Perubahan dalam

rangka menjawab amanat Pemerintah yang diberikan sekaligus untuk

mendorong pertumbuhan perusahaan yang berkesinambungan.2 Salah satunya

yaitu dalam Pembangunan Proyek Double-Double Track Kereta Api Jalur

Jatinegara-Manggarai PT. Hutama Karya merupakan perusahaan yang

1 Website resmi PT. Hutama Karya www.hutamakarya.com

Page 37: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...
Page 38: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

29

B.

C.

D.

E.

F.

G.

H.

Page 39: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

30

B. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Tenaga Kerja

Pembangunan Proyek DDT:

1. Adanya komitmen terhadap manajemen yang berkaitan dengan Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (K3);

2. Penerapan Peraturan Perundang-undangan proyek konstruksi Double-double

Track sebagai implementasi standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012;

3. Merujuk kepada standar operasional Ke dalam International Standar

Organisation (ISO) 45.000

4. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai standar, yaitu dengan

menggunakan helm pengaman, rompi reflector dan sepatu pelindung;

5. Identifikasi terhadap semua risiko dan peluan terkait Keselamatan dan

Kesehatan Keja (K3);

6. Pengamanan dalam pekerjaan pengangkatan, pekerjaan electrical, serta

pekerjaan di ketinggian;

7. Penanganan keadaan darurat;

8. Metode kerja mencakup cara kerja aman.4

C. Penerapan Kebijakan Sistem Manajemen Mutu Keselamatan Dan

Kesehatan Kerja Serta Lingkungan

Hutama – Modern – Mitra, KSO yang bergerak dalam bidang Industri

Konstruksi berkomitmen untuk memenuhi kepuasan pelanggan dan seluruh

komunitas yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan dengan cara

mengendalikan setiap risiko terhadap Keselamatan, Kesehatan Kerja serta

Kelestarian Lingkungan sehingga akan dihasilkan proses kerja dan produk

yang berkualitas, sehat dan aman baik terhadap manusia ataupun lingkungan.

4 Hasil wawancara langsung dengan kepala bagian K3 Proyek Pembangunan double-

double track kereta api jalur jatinegara-manggarai (Marson Tandirerung)

Page 40: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

31

Untuk mencapai komitmen tersebut Direksi menetapkan beberapa kebijakan,

yaitu:

1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja menjadi tanggung jawab Direksi dan

seluruh karyawan;

2. Mematuhi semua ketentuan peraturan dan persyaratan lain yang relevan

terkait dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja;

3. Mencegah terjadinya pencemaran dan mengendalikan penggunaan sumber

daya alam serta aspek lainnya yang berdampak negatif terhadap lingkungan

dan mengoptimalkan pemakaian bahan yang ramah lingkungan;

4. Menjamin seluruh karyawan dan pihak terkait lainnya kompeten dengan

cara memberikan pelatihan yang memadai sesuai dengan tugas-tugasnya;

5. Menjadikan kebijakan ini sebagai kerangka acuan dalam penetapan tujuan

dan sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja;

6. Mengkomunikasikan kebijakan ini kepada seluruh karyawan ataupun

pekerja serta pihak pemasok atau sub-kontraktor terkait;

7. Menjalankan peningkatan berkesinambungan terhadap penerapan sistem

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

8. Menjamin agar kebijakan ini tersedia bagi pemangku kepentingan yang

memerlukannya.

D. Upaya PT. Hutama Karya dalam memberi perlindungan dan menjamin

Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi Tenaga Kerja Pembangunan

Proyek DDT

Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu

perlindungan dari segi fisik yang mencakup perlindungan keselamatan dari

kecelakaan kerja dan kesehatannya serta adanya pemeliharaan moril kerja dan

perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama,

sebagaimana telah ditegaskan pada Pasal 86 Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2003 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Setiap tenaga kerja

mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:

1. Keselamatan dan kesehatan kerja;

Page 41: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

32

2. Moral dan kesusilaan;

3. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama.

Perlindungan tersebut dimaksudkan agar tenaga kerja dapat secara aman

melakukan pekerjaannya sehari-hari sehingga dapat meningkatkan produksi

dan produktivitas pekerjaannya. Tenaga kerja harus memperoleh perlindungan

dari berbagai peristiwa disekitarnya dan pada dirinya yang dapat menimpa dan

menggangu dalam pelaksanaan pekerjaanya. Dalam bidang konstruksi, ada

beberapa peralatan yang digunakan untuk melindungi seseorang dari

kecelakaan ataupun bahaya yang mungkin bisa terjadi dalam proyek

konstruksi. Peralatan ini wajib digunakan oleh seseorang yang bekerja dalam

suatu lingkungan konstruksi. Macam-macam alat pelindung diri (APD) sebagai

berikut:

a. Kacamata Pengaman, Kacamata pengaman digunakan untuk melindungi

mata dari debu kayu, batu, serpihan besi yang berterbangan ditiup angin.

Tidak semua jenis pekerjaan membutuhkan kacamata kerja.Namun

pekerjaan yang mutlak membutuhkan perlindungan mata adalah mengelas.

b. Sarung tangan, tujuan utama penggunaan sarung tangan adalah melindungi

tangan dari benda-benda keras dan tajam selama menjalankan pekerjaan.

Jenis kegiatan yang memerlukan sarung tangan adalah pekerjaan pembesian,

pekerjaan kayu. dan pekerjaan-pekerjaan yang memiliki resiko sehingga

diperlukan penggunaan sarung tangan.

c. Sepatu pengaman, Sepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan

terhadap kaki. Setiap pekerja konstruksi perlu memakai sepatu denga sol

tebal supaya bisa bebas berjalan dimana-mana tanpa terluka oleh benda-

benda tajam atau alat berat. Bagian muka sepatu harus cukup keras (atau

dilapisi dengan pelat besi) supaya kaki tidak terluka kalau tertimpa benda

dari atas.

d. Helm, Helm (helmet) sangat penting digunakan sebagai pelindung kepala.

Helm digunakan untuk melindungi kepala dari bahaya yang berasal dari

Page 42: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

33

atas, misalnya barang, baik peralatan atau material konstruksi yang jatuh

dari atas.

e. Pelindung telinga, Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-

bunyi yang dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup

keras dan bising.

f. Masker, Pelindung bagi pernapasan sangat diperlukan untuk pekerjaan

konstruksi. Oleh karena itu diperlukan masker. Misalnya serbuk kayu dan

besi sisa dari kegiatan memotong, mengamplas, dan debu-debu bahan

bangunan.

g. Sabuk pengaman (safety belt) berfungsi untuk pelaksanaan pekerjaan pada

bagian bangunan yang tinggi dan pada pekerjaan beresiko tinggi dengan

tidak ditemukannya pijakan kaki.

h. Pakaian kerja, Pakaian kerja bertujuan pemakaian pakaian kerja ialah

melindungi badan manusia terhadap pengaruh-pengaruh yang kurang sehat

atau yang biasa melukai badan.

i. P3K, Apabila terjadi kecelakaan kerja baik yang bersifat ringan ataupun

berat pada pekerjaan konstruksi, sudah seharusnya dilakukan pertolongan

pertama pada kecelakaan di proyek. Adapun jenis dan jumlah obat-obatan

disesuaikan dengan aturan yang berlaku. Selain peralatan standar di atas,

perusahaan konstruksi sebaiknya menyediakan tanda-tanda (mark) dalam

proyek. Tanda dalam proyek konstruksi memberikan informasi berupa

tanda-tanda pada area yang mengandung resiko tinggi kecelakaan.Tanda ini

merupakan kewajiban bagi pengelolah proyek.

j. Adanya Pembinaan terhadap Sumber Daya Manusia terkait dengan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

k. Peningkatan terhadap pemahaman standar Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3).

l. Adanya pemenuhan fasilitas serta peralatan yang berkaitan dengan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

m. Pengawasan yang dilakukan oleh personil yang berkompeten dalam bidang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Page 43: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

34

E. Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Dalam Bekerja Pada

Pembangunan Proyek Double-double Track

Insiden ambruknya crane di proyek rel dwi ganda atau double-double

track (DDT) Jatinegara-Manggarai yang menyebabkan empat orang pekerja

tewas ada kelalaian operator sehingga bantalan beton yang akan dipasang

belum tepat pada posisinya."Bantalan belum pas namun sudah dilepas dengan

alat yang mengangkat. Akibat tidak pas, bantalan jatuh dan menimpa pekerja.

Penyebab bantalan jatuh karena saat pemasangan lower cross beam (LCB)

pada false segmen di tiang CP 22 sehingga front leg Launcer Gantry terlepas

dari dudukan. Akibatnya launcer gantri miring sehingga LCB membentur false

segmen dan tiang CP 22 yang memasang LCB tersebut jatuh menimpa para

pekerja. Adanya indikasi kelalaian ini akan berpotensi menetapkan tersangka

dari operator. Sebelumnya crane di proyek DDT Manggarai-Jatinegara, di

Jalan Matraman, Jakarta Timur, ambruk. Akibatnya empat pegawai tewas

dalam insiden tersebut. Mereka adalah Jaenudin, 44; Dani Prasetyo, 25, Jana

Sutisna, 44, dan Joni Fitrianto, 34.

F. Tanggung Jawab PT. Hutama Karya Dalam Hal Terjadinya Kecelakaan

Kerja

Berdasarkan pasal 1602 huruf x Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(KUH Perdata) menyatakan bahwa “Jika seorang buruh yang tinggal padanya

sakit atau mendapat kecelakaan semasa berlangsungnya hubungan kerja, maka

majikan wajib mengurus perawatan dan pengobatan buruh dengan

sepantasnya”. Berpedoman pada ketentuan di dalam pasal tersebut hendaknya

perusahaan bertanggung jawab penuh dalam memberikan perlindungan

keselamatan dan kesehatan kerja kepada pekerja yang bekerja di

perusahaannya. Selanjutnya berdasarkan ketentuan pasal 86 Ayat (1) Undang-

Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan bahwa “Setiap

pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:

Page 44: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

35

a. Keselamatan dan kesehatan kerja

b. Moral dan kesusilaan

c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-

nilai agama”.

Selain itu banyak tanggung jawab perusahaan yang wajib dilakukan dalam

hal kecelakaan kerja beberapa kewajiban perusahaan tersebut seperti

memberikan hak Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) termasuk juga di

dalamnya menyangkut dengan kecelakaan kerja, perusahaan juga bertanggung

jawab untuk mendaftarkan pekerjanya dalam program asuransi seperti

Jamsostek (Jaminan sosial tenaga kerja) tujuan dari adanya program jamsostek

antara lain untuk memberikan perlindungan bagi tenaga kerja terhadap resiko

sosial-ekonomi yang menimpa tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan baik

berupa kecelakaan kerja, sakit, hari tua, maupun meninggal dunia.5

Terhadap korban yang meninggal dunia atas terjadinya kecelakaan pada

proyek pembangunan double-double track kereta api jalur jatinegara-

manggarai, Hutama Karya sebagai pelaksana konstruksi bertanggung jawab

atas insiden kecelakaan kerja tersebut. Dalam hal pekerja/buruh meninggal

dunia, ahli waris pekerja/buruh berhak mendapatkan hak-haknya sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku atau hak-hak yang telah diatur

dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama,

demikian yang disebut dalam Pasal 61 Ayat (5) Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

Selain itu, berdasarkan Pasal 166 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

Tentang Ketenagakerjaan, dalam hal hubungan kerja berakhir karena

pekerja/buruh meninggal dunia, kepada ahli warisnya diberikan sejumlah uang

yang besar perhitungannya sama dengan perhitungan 2 (dua) kali uang

pesangon sesuai ketentuan Pasal 156 Ayat (2) Undang-Undang

Ketenagakerjaan, 1 (satu) kali uang penghargaan masa kerja sesuai ketentuan

Pasal 156 Ayat (3) Undang-Undang Ketenagakerjaan, yakni sebesar tiga bulan

5 Hasil wawancara langsung dengan kepala bagian K3 Proyek Pembangunan double-

double track kereta api jalur jatinegara-manggarai (Marson Tandirerung)

Page 45: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

36

upah dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima. Uang penggantian

hak tersebut meliputi: Cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur,

biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya ketempat

dimana pekerja/buruh diterima bekerja, penggantian perumahan serta

pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% dari uang pesangon dan/atau uang

penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat dan hal-hal lain yang

ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan dan perjanjian kerja

bersama. Jaminan Kecelakaan Kerja dalam hal Pekerja meninggal dunia

diberikan kepada ali warisnya, meliputi: janda, duda, atau anak. Dalam hal

janda, duda, atau anak tidak ada, maka manfaat Jaminan Kecelakaan Kerja

diberikan sesuai urutan sebagai berikut:

a. keturunan sedarah Pekerja menurut garis lurus ke atas dan ke bawah

sampai derajat kedua;

b. saudara kandung;

c. mertua;

d. pihak yang ditunjuk dalam wasiatnya oleh Pekerja, dan bila tidak ada

wasiat, biaya pemakaman dibayarkan kepada pihak lain yang mengurus

pemakaman, sedangkan santunan kematian diserahkan ke Dana Jaminan

Sosial.

Dalam melaksanakan tanggung jawab untuk memberikan perlindungan

dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja terhadap pekerjanya dalam hal

kecelakaan kerja dilakukan dengan memberikan pertolongan pertama seperti

memberikan obat luka yang sesuai dengan luka yang dialami pekerjanya,

apabila pekerja tersebut mengalami luka parah pihak PT. Hutama Karya dalam

hal ini bagian K3 mengantarkan pekerja tersebut ke Rumah Sakit terdekat

untuk diberikan pengobatan lebih lanjut, pekerja tersebut dibebaskan dari biaya

pengobatan dikarenakan seluruh perkerja pada PT. Hutama Karya khususnya

pada pembangunan proyek double-double track Kereta Api Jalur Jatinegara-

Manggarai mendapatkan jaminan kesehatan yang sudah di daftarkan oleh pihak

PT. Hutama Karya dari jauh-jauh hari.

Page 46: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

37

BAB IV

PENERAPAN KESELAMATAN KERJA TERHADAP TENAGA KERJA

PEMBANGUNAN PROYEK DOUBLE-DOUBLE TRACK

KERETA API JALUR JATINEGARA-MANGGARAI BERDASARKAN

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 50 TAHUN 2012

A. Penerapan Keselamatan Kerja Pada Pembangunan Proyek DDT Kereta

Api Jalur Jatinegara-Manggarai

PT. Hutama Karya merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di

bidang jasa konstruksi. Berbicara tentang perusahaan jasa konstruksi Hutama

Karya merupakan salah satu perusahaan yang terbesar di Indonesia,

pembangunan gedung DPR/MPR sampai pembangunan jembatan terbesar di

Indonesia yaitu Suramadu adalah salah satu proyek dimana Hutama Karya

menjadi salah perusahaan yang membangunannya. Penerapan K3 pada PT.

Hutama Karya sudah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970

tentang keselamatan kerja, Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 1 Tahun

1980 tentang K3 Konstruksi bangunan.

Hutama Karya membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan

Kerja yang selanjutnya disingkat menjadi (P2K3) dalam setiap proyeknya.

Tugas pengurus P2K3, di mulai dari ketua yang dibawahi langsung oleh

General Maneger (GM) dan Sekertaris yang merupakan Ahli Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (AK3) dan membagi menjadi beberapa devisi sesuai bentuk

pekerjaannya. Pengawasan P2K3 dalam hal ini unit K3 sudah berjalan dengan

sistem pengawasan langsung oleh petugas K3, setiap hari petugas K3

mengawasi dan melaporkan setiap tindakan yang dilakukan oleh pekerja baik

sebelum bekerja maupun sesudah pekerja namun faktor keterbatasan petugas

K3 menyebabkan pengawasan kepada pekerja kurang maksimal. Kegiatan rutin

petugas K3 pada proyek pembangunan DDT ini, setiap pagi pukul 07.00

melakukan safety morning kepada seluruh pekerja yang akan bekerja, safety

morning dalam hal ini adalah mengingatkan kembali tentang bahaya yang ada

ditempat kerja dan bagaimana cara menanggulanginya.

Page 47: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

38

Saat pekerja mulai melakukan aktifitas, petugas K3 bertugas untuk

mengawasi secara langsung dan menegur, ketika menemukan pekerja tidak

mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP) saat bekerja, kemudian

melaporkan kepada perusahaan. Dalam hal pengawasan dari Panitia Pembina

Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam proyek pembangunan proyek double-

double track kereta api jalur Jatinegara-Manggarai, sudah terlaksana dan telah

diterapkan. PT. Hutama dalam menerapkan SMK3 yaitu dengan mewajibkan

pekerja menggunakan serta mematuhi beberapa aturan berikut:

1. Penggunaan Peralatan yang memenuhi syarat K3

Penggunaan peralatan yang memenuhi syarat K3 merupakan salah satu

faktor pendukung pekerja dapat bekerja secara aman dan selamat, peralatan-

peralatan yang digunakan oleh pekerja konstruksi haruslah memenuhi syarat

dan mengikuti standar pedoman K3 konstruksi, seperti yang dijelaskan pada

pedoman standar K3, baik pengusaha atau pemilik perusahaan maupun

pekerja haruslah memperhatikan hal tersebut. Setiap Pengusaha wajib

memilih peralatan kerja pada ketinggian yang memenuhi Standar

Internasional, serta mempunyai karakteristik yang memadai dengan sifat

dan beban dari pekerjaan serta memungkinkan digunakan tanpa ada risiko

tambahan.

2. Prosedur Kerja.

Prosedur kerja dalam hal ini adalah cara bekerja dengan aman dan

selamat yang disosialisasikan oleh perusahaan kepada pekerja sebelum

memulai bekerja. Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah prosedur

kerja yang menjadi patokan pekerja saat bekerja. Seluruh pekerja yang

berada dalam suatu proyek pembangunan wajib mengetahui dan

menjalankan SOP yang telah diatur oleh perusahaan. Ini sangat bermanfaat

bagi pekerja untuk bekerja secara produktif dan aman.

3. Penggunaan Sarana yang disediakan

Page 48: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

39

Penggunaan sarana yang digunakan oleh pekerja haruslah disediakan

oleh perusahaan, seperti yang tertera pada pedoman K3 konstruksi yang

mengatur tentang sarana dan prasarana yang wajib disedikan oleh setiap

perusahaan jasa konstruksi untuk menunjang kenyamanan dan keselamatan

para pekerja khususnya pada pekerja ketinggian.

4. Penggunaan Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan

saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja, untuk menjaga keselamatan

pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya. APD dipakai sebagai upaya

terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja.

Penerapan mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah hal

yang seharusnya menjadi perlu diperhatikan secara utama bagi sebuah

perusahaan. Terlebih jika perusahaan tersebut bergerak dalam jasa

konstruksi atau berkaitan dengan pekerjaan yang memiliki resiko tinggi bagi

keselamatan para tenaga kerja tentu Keselamatan dan Kesehatan Kerja

sangatlah diperlukan. Adanya sistem manajeman K3 yang baik akan

menciptakan tempat atau lingkungan kerja yang nyaman, aman, tenaga kerja

yang sehat serta produktif akan meningkatkan kepuasan kerja bagi tenaga

kerja itu sendiri.1 Oleh karena itu, penelitian ini diperlukan analisis untuk

mengetahui sistem manajemen K3 di sector jasa konstruksi pada

Pembangunan Proyek DDT Kereta Api Jalur Jatinegara-Manggarai.

Tempat kerja atau lingkungan kerja yang berada di proyek pembangunan

double-double track kereta api jalur jatinegara-manggarai berpotensi

mengakibatkan kecelakaan kerja bagi para pekerja yang terlibat di

dalamnya. Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas

keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan

meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. Sebagaimana yang

tercantum dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang

Keselamatan Kerja. Selain itu setiap orang yang berada di lingkungan atau

1 Cecep Dani Sucipto, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, (Tangerang: Gosyen

Publishing, 2014), h.2

Page 49: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

40

tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Dengan demikian

kesehatan dan keselamatan kerja merupakan faktor penting dalam kegiatan

proyek pembangunan double-double track kereta api jalur Jatinegara-

Manggarai berlangsung.

Adanya salah satu faktor yang dapat meningkatkan produktivitas kerja

adalah dengan menerapkan manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) yang harus diterapkan oleh sebuah perusahaan secara optimal.

Berkaitan dengan hal tersebut Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan

suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin serta melindungi keselamatan

para tenaga kerja baik secara jasmani maupun rohani. Menurut Suma’mur

keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebuah rangkaian usaha untuk

menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para tenaga kerja

yang bekerja di perusahaan ataupun proyek yang bersangkutan.2 Adanya

jaminan keselamatan kerja dapat memberikan perasaan yang aman sehingga

tenaga kerja dapat bekerja tanpa ada rasa khawatir atau tertekan dengan

keadaan atau kondisi disekitarnya.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada

proyek pembangunan DDT Kereta Api Jalur Jatinegara-Manggarai, disusun

menjadi satu kesatuan dengan sistem manajemen mutu dan manajemen

lingkungan.3 Dalam perencanaannya seluruh standar dan pedoman sistem

tersebut disusun dalam prosedur Rencana Mutu, Keselamatan dan

Kesehatan Kerja serta Lingkungan (RMK3L). RMK3L merupakan integrasi

pemenuhan Sistem Manajemen Mutu Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan

Manajemen Lingkungan yang dituangkan dalam prosedur yang dapat

digunakan untuk melihat, memeriksa, mengkaji, menilai, mengukur

efektifitas, mengetahui ketaatan atau kepatuhan petugas selama proses

pelaksanaan proyek.

Prosedur identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko dari

kegiatan dan jasa dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana untuk

2 Suma’mur, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, (Jakarta: Gunung Agung,

1985), h.2 3 Hasil wawancara pribadi dengan Kepala Bagian K3 Proyek Pembangunan DDT.

Page 50: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

41

memenuhi kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja. Identifikasi bahaya,

penilaian dan pengendalian resiko dilakukan untuk mengetahui seberapa

besar potensi bahaya di lokasi pekerjaan. Pada proyek pembangunan

double-double track kereta api jalur jatinegara-manggarai, prosedur

identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko akibat kecelakaan

dan penyakit kerja telah direncanakan bersamaan dengan dampak

lingkungan.

Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam mengukur, memantau,

dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja, pihak K3

perusahaan melakukan inspeksi ke seluruh area proyek, dimana inspeksi ini

difokuskan pada penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan

kerja di perusahaan dan kondisi bahaya kecelakaan kerja baik dari tenaga

kerja, lingkungan maupun peralatan kerjanya. Berbeda dengan inspeksi,

kemudian terdapat audit SMK3 yang dilakukan untuk mengukur efektifitas

dari pelaksanaan suatu sistem untuk jangka panjang sedangkan inspeksi K3

merupakan upaya untuk menemukan kesesuaian dari suatu objek untuk

jangka pendek. Audit SMK3 lebih menekankan proses sedangkan inspeksi

K3 menekankan pada hasil akhir.

Metode pelaksanaan audit SMK3 dilakukan dengan meninjau, verifikasi

dan observasi sedangkan inspeksi K3 dilakukan dengan pengujian secara

teknis dan mendetail. Tindakan Perbaikan dan Pencegahan Semua hasil

temuan dari pelaksanaan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja,

kemudian didokumentasikan dan digunakan untuk mengidentifikasi ketidak

sesuaian, tindakan perbaikan/koreksi dan pencegahan yang harus segera

dilakukan serta pihak manajemen menjamin pelaksanaanya secara

sistematik dan efektif. Untuk mengadakan penanganan terhadap ketidak

sesuaian, tindakan perbaikan serta pencegahan harus mengikuti prosedur

yang disediakan perusahaan yaitu Prosedur Penanganan Ketidak sesuaian,

Tindakan Koreksi dan Pencegahan.

Tinjauan Oleh Pihak Manajemen secara teratur pelaksanaan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) secara

Page 51: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

42

berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas

keselamatan dan kesehatan kerja, maka dalam peninjauan ulang PT Hutama

Karya selaku pihak yang memiliki tanggung jawab dalam proyek

pembangunan double-double track kereta api jalur jatinegara-manggarai

melakukan evaluasi bidang keselamatan dan kesehatan kerja yang meliputi:

Evaluasi terhadap penerapan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja,

evaluasi dilakukan untuk mengetahui keefektifan implementasi komitmen

manajemen yang dituangkan dalam kebijakan perusahaan dengan inspeksi

secara rutin ke area kerja dan pemeriksaan dokumen-dokumen hasil inspeksi

keselamatan dan kesehatan kerja di lapangan dan pelaporan hasil evaluasi

ini dilakukan secara periodik kepada pihak manajemen.

Pemenuhan target dan keefektivan pelaksanaan keselamatan dan

kesehatan kerja dibuktikan dengan dibuatnya laporan hasil inspeksi baik

berupa dokumen tertulis yang berisikan laporan-laporan angka kecelakaan

kerja, inspeksi tempat kerja dan program-program keselamatan dan

kesehatan kerja maupun berupa laporan secara visual berupa gambar-

gambar pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan

sehingga dapat diukur keefektivan tujuan, sasaran dan kinerja keselamatan

dan kesehatan kerja sesuai kebijakan perusahaan. Keefektivan sasaran dan

target pemenuhan pelaksanaan SMK3 dapat ditinjau dari hasil temuan-

temuan di lapangan dan dokumen-dokumen cacatan hasil inspeksi yang

dibuat dan diserahkan pihak manajemen untuk disebar-luaskan ke pihak

yang terkait sehingga dari data hasil audit tersebut bisa dilakukan tindakan

perbaikan dan terukur sejauh mana keefektivan pelaksanaan SMK3.

Evaluasi efektivitas penerapan SMK3 perlu dilakukan sebagai bahan

acuan untuk memperbaiki/menyempurnakan peraturan atau pedoman yang

telah dibuat. Berdasarkan kelengkapan dan penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan Kerja (SMK3) pada proyek pembangunan double-double track

kereta api jalur jatinegara-manggarai, secara umum sudah berjalan dengan

baik. Disamping itu pentingnya kewaspadaan terhadap bahaya yang timbul

akibat adanya pemakaian alat-alat teknologi canggih yang bertujuan untuk

Page 52: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

43

meringankan atau membantu pekerjaan para pekerja juga perlu diperhatikan,

agar kemudian dapat mencegah terjadinya resiko kecelakaan dalam bekerja.

PT. Hutama Karya dalam rangka untuk mengadakan pencegahan agar

tidak terjadi kecelakaan kerja terhadap tenaga kerja di kemudian hari maka

melakukan upaya-upaya berikut, yaitu: penyediaan alat-alat pelindung diri

yang terdiri dari kacamata pengaman, sarung tangan, helm atau pelindung

kepala, sepatu kerja (safety shoes), masker, sabuk pengaman (safety belt),

serta rompi/pelindung badan. Namun pada kenyataannya yang sangat

disayangkan adalah ketika PT. Hutama Karya telah membuat manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja pada prakteknya si pihak kontraktor belum

sepenuhnya memperhatikan serta menerapkan SMK3 terhadap para

pekerjanya sebagaimana yang diatur dalam Pasal 7 Ayat (3) Peraturan

Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Sistem Manajemen

Keselamatan Kesehatan Kerja yang berbunyi:

1. Penetapan kebijakan K3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Ayat (1)

huruf a dilaksanakan oleh pengusaha.

2. Dalam menyusun kebijakan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1),

pengusaha paling sedikit harus:

a. Melakukan tinjauan awal kondisi K3 yang meliputi:

1) Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko;

2) Perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor lain

yang lebih baik;

3) Peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan;

4) Kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang

berkaitan dengan keselamatan; dan

5) Penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan.

b. memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 secara terus

menerus;

c. memperhatikan masukan dari pekerja/buruh.

3. Kebijakan K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit

memuat:

Page 53: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

44

a. Visi

b. Tujuan perusahaan

c. Komitmen dan tekad melaksanakan kebijakan; dan

d. Kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan

secara menyeluruh yang bersifat umum dan/atau operasional.

B. Bentuk Pelaksanaan Pemberian Santunan PT. Hutama Karya Terhadap

Korban Kecelakaan Kerja

Kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja disebut kecelakaan kerja

sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional:

“Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja,

termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat

kerja atau sebaliknya, dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja”.

Pekerja yang mengalami kecelakaan kerja atau penyakit yang disebabkan oleh

lingkungan kerja mendapatkan uang tunai dan/atau pelayanan kesehatan.

Santunan ini disebut Jaminan Kecelakaan Kerja sebagaimana disebut dalam

Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 11 Tahun 2016

Tentang Pelayanan Kesehatan dan Besaran Tarif Dalam Penyelenggaraan

Program Jaminan Kecelakaan Kerja:

Jaminan Kecelakaan Kerja yang selanjutnya disingkat JKK adalah manfaat

berupa uang tunai atau pelayanan kesehatan yang diberikan pada saat peserta

mengalami kecelakaan kerja atau penyakit yang disebabkan oleh lingkungan

kerja. Besaran Santunan Pekerja Korban Kecelakaan Kerja yang meninggal

dunia. Dalam hal pekerja/buruh meninggal dunia, ahli waris pekerja/buruh

berhak mendapatkan hak-haknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku atau hak-hak yang telah diatur dalam perjanjian kerja, peraturan

perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. Sebagaimana yang telah diatur

dalam Pasal 61 Ayat (5) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan.

Page 54: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

45

Khusus bagi pekerja yang meninggal dunia dalam hubungan kerja, hal

tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 Tentang

Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian

dan peraturan pelaksananya Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 26

Tahun 2015 Tentang Tata Cara Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan

Kerja, Jaminan Kematian, dan Jaminan Hari Tua Bagi Peserta Penerima Upah.

Sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 44

Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan

Jaminan Kematian yaitu:

Jaminan Kematian

1) Manfaat JKM dibayarkan kepada ahli waris Peserta, apabila Peserta

meninggal dunia dalam masa aktif, terdiri atas:

a. Santunan sekaligus Rp.16.200.000,00 (enam belas juta dua ratus ribu

rupiah);

b. Santunan berkala 24 x Rp.200.000,00 = Rp.4.800.000,00 (empat juta

delapan ratus ribu rupiah) yang dibayar sekaligus;

c. Biaya pemakaman sebesar Rp.3.000.000,00 (tiga juta rupiah); dan

d. Beasiswa pendidikan anak diber ikan kepada setiap Peserta yang

meninggal dunia bukan akibat Kecelakaan Kerja dan telah memiliki masa

iuran paling singkat 5 (lima) tahun.

2) Beasiswa pendidikan anak sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf d

diberikan sebanyak Rp.12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) untuk setiap

Peserta.

Kemudian yang berhak menerima Jaminan Kecelakaan Kerja apabila

terdapat pekerja yang meninggal dunia maka diberikan kepada ahli

warisnya, yang meliputi:

a. janda, duda, atau anak ;

b. dalam hal janda, duda, atau anak tidak ada, maka manfaat JKK diber ikan

sesuai urutan sebagai berikut :

Page 55: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

46

1. keturunan sedarah Peker ja menurut garis lurus ke atas dan ke bawah sampai

derajat kedua;

2. saudara kandung;

3. mertua;

4. pihak yang ditunjuk dalam wasiatnya oleh Pekerja; dan

5. bila tidak ada wasiat , biaya pemakaman dibayarkan kepada pihak lain yang

mengurus pemakaman, sedangkan santunan kematian diserahkan ke Dana

Jaminan Sosial.

Adapun besaran nominal santunan yang diberikan kepada masing-masing

korban yaitu:

a. Santunan upah selama tidak bekerja (6 bulan pertama 100%, 6 bulan kedua

75%, seterusnya hingga sembuh 50%)

b. Santunan Kematian akibat kecelakaan kerja sebesar 48x upah yang

dilaporkan oleh perusahaan (pemberi kerja) atau peserta Bantuan Beasiswa

untuk 1 orang anak beasiswa pendidikan bagi satu orang anak dari peserta

yang meninggal dunia atau mengalami cacat total tetap akibat kecelakaan

kerja sebesar Rp12 juta. Dan santunan kepada korban yang mengalami

cacat:

1) Jika mengalami cacat total tetap: Rp. 100 juta.

2) Santunan Berkala cacat total tetap sebesar: Rp. 4.800.000 juta (dibayar

sekaligus).

3) Jika mengalami cacat sebagian anatomis: Rp. 142 juta.

4) Santunan cacat sebagian fungsi: Rp. 142 Juta.

C. Upaya PT. Hutama Karya dalam menjamin Keselamatan dan Kesehatan

Kerja Pada Pembangunan Proyek DDT Kereta Api Jalur Jatinegara-

Manggarai

Pelaksanaan tanggung jawab PT. Hutama Karya terhadap pekerja yang

mengalami kecelakaan kerja berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

Page 56: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

47

berlaku yaitu terdapat pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang

Keselamatan Kerja, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan

Sosial Tenaga Kerja dan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 Tentang

Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Berdasarkan data yang penulis

peroleh kecelakaan kerja yang menimpa pekerja PT. Hutama Karya terjadi

pada saat korban sedang menaikkan alat berat berjenis crane, kemudian ketika

bantalan rel sudah berada di atas namun dudukannya tidak pas sehingga

bantalan rel jatuh dan naas menimpa para pekerja. Sehingga menimbulkan

korban meninggal dunia akibat crane jatuh tersebut.

Sesuai dengan pengertian kecelakaan kerja yang terdapat di Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja,

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan

kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja. Kewajiban

pengusaha yang telah dilakukan oleh PT. Hutama Karya dijelaskan pada Pasal

14 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 yang berbunyi:

Pengurus diwajibkan :

1. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua

syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-undang ini dan

semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang

bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan

menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli kesehatan kerja;

2. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar

keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya,

pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk

pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja;

3. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang

diwajibkan pada tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya dan

menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut,

disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk

pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.

Page 57: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

48

Berdasarkan bunyi Pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa keselamatan

kerja dan syarat keselamatan pada tempat kerja menjadi hal yang wajib

dipatuhi oleh pekerja, dan perushaaan wajib mengingatkan melalui tulisan

maupun gambar tentang keselamatan kerja yang mudah dibaca oleh pekerja,

untuk mendukung semua syarat keselamatan kerja, perusahaan dan pengusaha

melalui manajemen wajib menyiapkan alat-alat pelindung diri untuk pekerja

yang hendak bekerja, seperti sarung tangan, masker, safety belt, kaca mata

kerja, masker, helm, safety shoes dan rompi pelindung badan.

Kewajiban pengusaha dalam pasal ini dijelaskan jika terjadi kecelakaan

terhadap pekerja, pengusha wajib melaporkan kecelakaan kerja kepada kantor

Departemen Tenaga Kerja dan badan penyelenggara tidak lebih dari 2x24 jam,

karena jika pengusaha melebihi waktu yang telah ditentukan oleh undang-

undang maka, proses klaim tidak dapat dilakukan. Pengusaha diwajibkan

melaporkan kepada Departemen Tenaga Kerja dan badan penyelenggara tidak

lebih 2x24 jam setelah tenaga kerja yangtertimpa kecelakaan oleh dokter yang

merawatnya dinyatakan sembuh. Pengusaha wajib mengurus hak tenaga kerja

yang tertimpa kecelakaan kerja kepada Badan Penyelenggara sampai

memperoleh hak-haknya.

Setelah mendapatkan laporan kecelakaan dari korban. Pasal 20 Ayat (1)

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992:

“Iuran Jaminan Kecelakaan Kerja, luran Jaminan Kematian, dan Iuran

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan ditanggung oleh pengusaha”. Maksud dari

Iuran jaminan kecelakaan kerja ditanggung oleh pengusaha yaitu adanya

kewajiban pengusaha yang mengikutsertakan pekerjanya ke dalam Jaminan

Sosial Tenaga Kerja, sehingga apabila terjadi kecelakaan kerja pengusaha

wajib memberikan upah terhitung mulai dari pekerja dalam proses pengobatan

sampai dinyatakan sembuh ataupun kepada korban yang dinyatakan meninggal

dunia.

Pasal 20 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 Kewajiban

pengusaha terhadap pekerja yang mengalami kecelakaan kerja adalah,

pengusaha tetap membayar upah pekerja selama ia tidak mampu bekerja

Page 58: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

49

sampai pekerja yang bersangkutan mampu bekerja. Kewajiban PT. Hutama

Karya terhadap pekerja yang mengalami kecelakaan kerja, selama mereka tidak

dapat bekerja, perusahaan tetap membayar upah terhitung dari selama mereka

tidak dapat bekerja karena kecelakaan kerja.

Pencegahan yang dilakukan pihak managemen PT. Hutama Karya adalah

dengan memasang gambar-gambar keselamatan kerja, kemudian setiap pekerja

yang memasuki lokasi proyek diwajibkan memakai alat pelindung diri (APD)

seperti helm, kacamata, rompi, sepatu safety, safety belt, masker dan sarung

tangan. Penanggulangan yang dilakukan oleh PT. Hutama Karya dalam

kecelakaan kerja yang menimpa pekerjanya adalah memberikan pertolongan

pertama dilokasi terjadinya kecelakaan kerja, membawa korban kecelakaan ke

rumah sakit terdekat.

Sebagai upaya dalam memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan

kerja yaitu dengan memberikan perlindungan bagi para tenaga kerja sesuai

yang tercantum dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012

Tentang Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja huruf yang berbunyi:

a. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja

yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi;

b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.kerja dan penyakit akibat kerja

dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat

pekerja/serikat buruh;

c. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk

mendorong produktivitas.

Dalam Mewujudkan perlindungan keselamatan kerja, maka pemerintah

telah melakukan upaya pembinaan norma di bidang ketenagakerjaan. Dalam

pengertian pembinaan norma ini sudah mencakup pengertian pembentukan,

penerapan dan pengawasan norma itu sendiri. Keselamatan kerja bertalian

dengan kecelakaan kerja yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau

dikenal dengan kecelakaan industri. Kecelakaan industri ini dapat diartikan:

suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang

Page 59: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

50

mengacaukan proses yang telah diatur aktivitasnya. Suatu kejadian atau

peristiwa tertentu adalah sebab musababnya demikian pula kecelakaan

industri/kecelakaan kerja ini.

Selain pembinaan dan bimbingan mengenai inventaris tempat kerja, juga

memberikan pembinaan Inventarisasi data kecelakaan kerja dan Penyusunan

statistik kecelakaan kerja. Jadi perusahaan tersebut diwajibkan untuk membuat

data yang seakurat mungkin mengenai kecelakaan kerja yang terjadi di

perusahaan. Tujuan dari pembuatan statistik kecelakaan kerja adalah untuk

mengetahui jumlah kecelakaan kerja yang terjadi dari tahun ke tahun, sehingga

dapat diketahui apakah tingkat kecelakaan kerja dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan atau penurunan. jadi perusahaan dituntut untuk selalu transparan

apabila terjadi kecelakaan kerja.

Pengawasan ketenagakerjaan dilaksanakan untuk menjamin pelaksanaan

peraturan ketenagakerjaan dalam Pasal 176 Undang-Undang Nomor.13 Tahun

2003 yang berbunyi: “Pengawasan ketenagakerjaan dilakukan oleh pegawai

pengawas ketenagakerjaan yang mempunyai kompetensi dan independen guna

menjamin pelaksanaan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan”.

Dengan demikian, sasaran pengawasan ketenagakerjaan ialah meniadakan atau

memperkecil adanya pelanggaran Undang-undang Ketenagakerjaan, sehingga

proses hubungan industrial dapat berjalan dengan baik dan harmonis.

Berkaitan dengan hal tersebut terdapat Direktorat Pengawasan Norma

Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang merupakan unit organisasi pengawasan

keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan ketentuan Pasal 5 huruf (a)

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970. Dimana Sistem Manajemen K3 di

lingkungan kerja adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan

yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,

prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan,

penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan

Page 60: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

51

dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan

kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

Pengawasan dan pemeriksaan yang berhubungan dengan kesehatan kerja

yang dilakukan oleh pengawas Dinas Tenaga Kerja antara lain pemeriksaan

kondisi tempat dan lingkungan lingkungan kerja, pemeriksaan Fasilitas

sanitasi, telah disediakan ruang ganti yang memadahi atau belum, Ruang ganti

pakaian, ada tempat pembuangan sampah bekas dan pengolahannya atau

belum, dimana letak sumber air produksi, apakah dalam perusahaan tersebut

telah tersedia pelayanan dan sarana kesehatan kerja yang memadahi atau

belum, apakah perusahaan tersebut telah menerapkan ketentuan tentang

pemeriksaan kesehatan badan tenaga kerja secara awal, berkala dan khusus,

apa saja fasilitas P3K yang tersedia di perusahaan tersebut, bagaimana

penyelenggaraan Penyelenggaraan makan dan minum terhadap pekerja apakah

selalu dilaksanakan dengan baik atau belum.

Pengawas akan melakukan penindakan secara preventif apabila pada saat

pengawasan dan pemeriksaan pengawas tersebut menemukan pelaksanaan

norma kerja dan keselamatan dan kesehatan kerja ada penyimpangan. tindakan

tersebut berupa pembinaan secara lisan dan tertulis yang diketahui oleh kepala

dinas. Pengawas juga akan melakukan penindakan secara represif apabila

pengawas selama pemeriksaan menemukan penyimpangan terhadap norma

kerja serta keselamatan dan kesehatan kerja secara berulang tanpa ada itikad

untuk memperbaikinya.

Pengawasan ketenagakerjaan merupakan suatu sistem yang sangat penting

dalam penegakan atau penerapan peraturan perundang-undangan

ketenagakerjaan. Penegakan atau penerapan peraturan perundang-undangan

merupakan upaya untuk menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban bagi

pengusaha dan pekerja/buruh. Keseimbangan tersebut diperlukan untuk

menjaga kelangsungan usaha dan ketenangan kerja yang pada akhirnya akan

meningkatkan produktivitas kerja dan kesejahteraan tenaga kerja. Agar

Page 61: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

52

peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan khususnya mengenai

keselamatan dan kesehatan kerja dapat dilaksanakan dengan baik, maka

diperlukan pengawasan ketenagakerjaan yang independen dan kebijakan yang

sentralistik atau lebih optimal.

Selain dari segi usia dan pengalaman, menurut peneliti hal yang

membedakan antara pengawas umum dan pengawas spesialis adalah bahwa

pengawas umum melaksanakan pemeriksaan pertama dan kontrol

(pemeriksaan berkala), sedangkan pengawas spesialis hanya melaksanakan

control atau pemeriksaan berkala saja. Pemeriksaan pertama adalah

pemeriksaan lengkap yang dilakukan kepada perusahaan atau tempat kerja baru

yang belum pernah diperiksa, jadi baru pertama kali diperiksa, sedangkan

pemeriksaan Kontrol (pemeriksaan berkala) adalah pemeriksaan ulang yang

dilakukan setelah pemeriksaan pertama baik secara lengkap maupun tidak. Jadi

yang berhak melaksanakan pemeriksaan pertama adalah pengawas umum,

sedangkan untuk pemeriksaan berkala baik pengawas umum maupun pengawas

khusus berhak melaksanakannya.

Salah satu kewajiban dari pengawas baik pengawas umum maupun

pengawas khusus adalah Merahasiakan segala sesuatu yang diperoleh yang

perlu dirahasiakan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. hal ini telah

sesuai dengan ketentuan Pasal 181 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan. Kegiatan pengawasan terpadu ini sudah terkonsep

dengan cukup baik. Suatu kegiatan pengawasan dan pemeriksaan memang

harus dimulai dengan rencana kerja. Tanpa adanya suatu rencana yang matang

tentunya akan berdampak pada saat pemeriksaan nantinya. Seperti yang telah

penulis bahas di muka bahwa untuk tahapan pemeriksaan di perusahaan atau

tempat kerja ini dikelompokkan menjadi obyek-obyek tertentu seperti: Jenis

usaha perusahaan, data umum perusahaan, Pelaksanaan waktu kerja dan waktu

istirahat, hubungan kerja, pelaksanaan pengupahan, Jamsostek dan

kesejahteraan serta Keselamatan dan Kesehatan kerja.

Page 62: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

53

Tujuan dari pengelompokkan obyek pengawasan dan pemeriksaan ini

menurut penulis adalah untuk mempermudah dalam fokus pengawasan dan

pemeriksaan. pada tahap inilah pegawai pengawas harus benar-benar berperan

aktif dalam penindakan apabila terjadi pelanggaran-pelanggaran

ketenagakerjaan. Secara preventif pengawas dapat melaksanakan pembinaan-

pembinaan khususnya mengenai keselamatan dan kesehatan kerja guna

mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Sedangkan apabila terjadi

penyimpangan terhadap norma kerja serta keselamatan dan kesehatan kerja

secara berulang tanpa ada itikad untuk memperbaikinya. Pengawas dapat

mengusulkan kepada kepala Dinas untuk diproses penyidikan dengan

koordinasi dengan polisi untuk diajukan ke Pengadilan setempat melalui

penuntutan. Jadi dalam tahap penindakan ini pegawai pengawas dituntut untuk

bertindak secermat mungkin dan seobyektif mungkin dalam menindak

pelanggaran ketenagakerjaan yang terjadi.

Tahap yang keempat yang merupakan tahap terakhir dari pengawasan dan

pemeriksaan terpadu ini adalah Pelaporan hasil pemeriksaan ini nantinya bisa

digunakan sebagai instropeksi diri baik bagi perusahaan yang bersangkutan

maupun bagi Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi, dengan laporan tersebut

akan dapat diketahui pelanggaran apa saja yang terjadi, serta tingkat

kecelakaan kerja yang terjadi sehingga diharapkan dapat mengatasi

permasalahan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja. Pasal 173 Undang-

Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yang menyatakan

bahwa:

1. Pemerintah melakukan pembinaan terhadap unsur-unsur dan kegiatan yang

berhubungan dengan ketenagakerjaan.

2. Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1), dapat mengikutsertakan

organisasi pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh, dan organisasi profesi

terkait.

3. Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1), dan Ayat (2),

dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi.

Page 63: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

54

Maka berdasarkan Pasal diatas dijelaskan bahwa Pemerintah melakukan

pembinaan terhadap unsur-unsur dan kegiatan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan. Pembinaan tersebut dapat mengikut-sertakan organisasi

pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh, dan organisasi profesi terkait. dan

dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi. Pengawasan ketenagakerjaan

diatur dalam Pasal 176 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa Pengawasan

ketenagakerjaan dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan yang

mempunyai kompetensi dan independen guna menjamin pelaksanaan peraturan

perundang-undangan ketenagakerjaan.

D. Analisis Mengenai Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Penulis dalam hal ini menganalisis beberapa aspek yang berkaitan dengan

penerapan keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana yang harusnya sesuai

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012, sehingga dapat

mengurangi atau mencegah adanya kecelakaan dalam bekerja. Adapun aspek

yang menjadi tujuan utama dari analisis penulis adalah berdasarkan aspek

penerapan aturan yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja,

pelaksanaan pertanggung jawaban PT. Hutama Karya terhadap korban

kecelakaan kerja serta upaya yang diberikan oleh PT. Hutama Karya sebagai

bentuk perlindungan dan pencegahan agar dapat mengurangi kecelakaan kerja

khususnya pada proyek konstruksi pembangunan double-double track jalur

kereta api jatinegara-manggarai, yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Penerapan

Dalam upaya mendukung adanya penerapan keselamatan dan kesehatan

kerja pihak bagian K3 dari proyek pembangunan double-double track kereta

api jalur jatinegara-manggarai memberikan fasilitas maupun sarana yang

mendukung penerapan keselamatan dan kesehatan kerja. Fasilitas tersebut

berupa adanya Penerapan K3 Terhadap Tenaga Kerja Proyek Pembangunan

Double-double Track Kereta Api Jalur Jatinegara-Manggarai dikaji dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Sistem Manajemen

Page 64: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

55

K3. Pasal 86 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan, menjelaskan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja:

a. Setiap pekerja/buruh memiliki hak untuk memperoleh perlindungan atas:

1. Keselamatan dan kesehatan kerja

2. Moral dan kesusilaan, serta

3. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-

nilai agama.

b. Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh demi mewujudkan

produktivitas kerja yang optimal maka diselenggarakan upaya

keselamatan dan kesehatan kerja.

c. Perlindungan sebagaimana yang dimaksud dalam Ayat (1) dan Ayat (2)

wajib untuk dilaksanakan.

Kemudian dijelaskan juga dalam Pasal 87 Paragraf 5 Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yang berbunyi:

1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.

2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) diatur dengan

Peraturan Pemerintah.

Jika dikaji dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 yang

membahas mengenai keselamatan dan kesehatan pekerja/buruh terdiri atas 2

Pasal, yaitu Pasal 86 dan Pasal 87. Dalam Pasal 86, Undang-undang tersebut

terdiri atas 3 ayat yang mana pada Pasal 86 Ayat (1) dijelaskan bahwa setiap

buruh memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan, terutama dalam bidang

keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan serta berhak

mendapatkan perlakuan yang sesuai.

Pada Ayat (2) disebutkan bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan

sangatlah diperlukan untuk melindungi kesehatan buruh/pekerja dalam

melakukan pekerjaan dan untuk meningkatkan produktivitas kerja. Kemudian

Page 65: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

56

pada ayat (3) Pasal 86 ini menjelaskan bahwa peraturan yang terdapat dalam

Ayat (1) dan (2) harus dilaksanakan sesuai dengan undang-undang yang

berlaku. Selanjutnya dalam Pasal 87 juga menjelaskan tentang hal-hal yang

memiliki kaitan dengan kesehatan kerja yang kemudian terbagi menjadi dua

ayat. Dalam Ayat (1) menjelaskan bahwa setiap perusahaan diwajibkan

membentuk manajemen kesehatan kerja yang optimal dengan manajemen

perusahaan yang kemudian dalam pelaksanaannya diatur dan diterapkan oleh

Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yaitu disebutkan dalam Pasal

5 yang menjelaskan bahwa:

a) Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya.

b) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada Ayat (l) berlaku bagi perusahaan

yang mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang;

atau mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.

c) Ketentuan mengenai tingkat potensi bahaya tinggi sebagaimana dimaksud

pada Ayat (2) huruf b sesuai dengan ketentuan perafuran perundang-

undangan.

d) Pengusaha dalam menerapkan SMK3 wajib berpedoman pada Peraturan

Pemerintah ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan serta dapat

memperhatikan konvensi atau standar internasional.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Undang-

Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 86 dan Pasal 87 mengatur penjaminan

kesehatan dan keselamatan pekerja/buruh dalam menjalankan pekerjaan

mereka. Dan sertiap perusahaan wajib memenuhi aturan-aturan tersebut sesuai

dengan undang-undang yang berlaku. Sementara itu diperkuat dengan adanya

Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 yang mengharuskan

perusahaan menerapkan Sistem Manajemen Kesehatan Kerja agar para

pekerja/buruh dapat terjamin keselamatannya dalam bekerja.

Page 66: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

57

Akan tetapi berdasarkan uraian di atas yang secara keseluruhan telah

menyatakan bahwa Sistem Manajemen Keselamatan Kerja telah di penuhi

pada kenyataannya tidak sesuai dengan fakta yang ada. Hal ini di buktikan

dengan adanya kecelakaan kerja yang terjadi pada tanggal 4 Februari 2018

terjadi kecelakaan kerja pada proyek pembangunan Double-double Track

(DDT) Kereta Api jalur Jatinegara-Manggarai, Jakarta Timur. Kronologi

terjadinya kecelakaan tersebut berawal ketika pukul 05.00 BBWI ketika itu

para pekerja sedang menaikkan alat berat berjenis crane, kemudian ketika

bantalan rel sudah berada di atas namun dudukannya tidak pas sehingga

bantalan rel jatuh dan naas menimpa para pekerja. Sehingga menimbulkan

korban meninggal dunia akibat crane jatuh tersebut.

Para pekerja/tenaga kerja menyadari bahwa kecelakaan kerja merupakan

hal yang tidak bisa diduga, begitu pun para pengusaha selaku yang

bertanggung jawab apabila terjadi suatu kecelakaan kerja sangatlah tidak

mengaharapkan adanya kecelakaan tersebut. Namun dalam kasus kecelakaan

ini yang menjadi penyebab adalah karena penerapan SMK3 yang belum

dilaksanakan secara optimal hal ini dapat dibuktikan bahwa pekerja konstruksi

disuruh bekerja melampaui jam kerja. Bahkan, kontraktor mempekerjakan

buruh yang belum memunyai keahlian dan terlatih. Hal ini diungkapkan oleh

Anto (35) warga Manggarai yang juga mantan pekerja pada proyek

pembangunan DDT tersebut. Ia mengakui bahwa ia dan teman-temannya

beraktivitas dari pagi sampai petang di proyek itu. Mereka bekerja mulai jam

09.00 sampai jam 06.00, bakan mereka sering lembur sampai jam 03.00 pagi.

Ditambah buruknya faktor cuaca pada saat pekerja menaikkan crane tersebut

dimana sedang turun hujan yang cukup deras sehingga terjadi kecelakaan

kereja yang menyebabkan tewasnya 4 orang pekerja. Oleh karena itu

berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa SMK3 yang dibuat tidak

dijalankan dengan sebagaimana mestinya yang mana hal ini diatur dalam

Pasal 77 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003: Pasal 77 berbunyi:

1. Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja.

Page 67: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

58

2. Waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) meliputi: 7 (tujuh)

jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6

(enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 8 (delapan) jam 1 (satu) hari

dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam

1 (satu) minggu.

Berdasarkan uraian Pasal 77 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

Tentang Ketenagakerjaan maka dapat disimpulkan bahwa Penerapan

Keselamatan dan Kesehatan dalam bekerja belum dijalankan secara optimal,

pekerjaan yang dilakukan melampaui ketentuan waktu bekerja dapat

menurunkan konsentrasi serta keadaan fisik sudah mulai menurun sehingga

menyebabkan kecelakaan dalam bekerja.

Adanya peraturan yang ditetapkan makan tujuan dan sasarannya adalah

bagi keselamatan kerja sebagai bentuk pencegahan kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja. dalam proyek pembangunan double-double track jalur

kereta api Jatinegara-Manggarai para pekerja yang harusnya melaksanakan

pekerjaan pada pukul 23.00 BBWI, namun karena pada saat itu kondisi cuaca

tidak memungkinkan karena turun hujan yang cukup deras, sehingga harus

menunda pekerjaan sampai pukul 05.00 BBWI.

Hasil wawancara yang dilakukan kepada petugas K3 di lokasi proyek

pembangunan double-double track kereta api jalur jatinegara-manggarai, dapat

peneliti lihat secara langsung yaitu dilakukan observasi untuk melihat

penerapannya di lokasi proyek. Dari hasil observasi diketahui bahwa

keseluruhan elemen Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3) di lokasi proyek tersebut telah dilaksanakan. Dan dari hasil

wawancara tersebut dapat dilihat bahwa selain kecelakaan atau penyakit kerja

yang membutuhkan pertolongan medis, ditemukan juga terjadinya kecelakaan

kerja yang fatal dan menyebabkan kematian. Hal tersebut berarti perusahaan

perlu mengeluarkan biaya sebagai ganti rugi bagi keluarga pekerja yang

meninggal. Terhadap korban yang meninggal dunia atas terjadinya kecelakaan

Page 68: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

59

pada proyek pembangunan double-double track kereta api jalur jatinegara-

manggarai, Hutama Karya sebagai pelaksana konstruksi bertanggung jawab

atas insiden kecelakaan kerja tersebut.

2. Bentuk Pelaksanaan Pemberian Santunan

Dalam hal pekerja/buruh meninggal dunia, ahli waris pekerja/buruh berhak

mendapatkan hak-haknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku atau hak-hak yang telah diatur dalam perjanjian kerja, peraturan

perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. Apabila terjadi kecelakaan atau

penyakit kerja yang disebabkan oleh lingkungan kerja maupun penerapan

SMK3 yang tidak benar, maka seluruh biaya yang harus dikeluarkan untuk

penanggulangannya menjadi tanggung jawab perusahaan. Selain itu jumlah

hari kerja yang hilang akibat beberapa pekerja yang membutuhkan pertolongan

medis tersebut, tidak mengakibatkan penundaan atau terganggunya

pelaksanaan pembangunan. Hal tersebut telah diantisipasi dengan pembentukan

Tim Tanggap Darurat (TTD) yang telah dipersiapkan perusahaan sebelum

pelaksanaan proyek ini berlangsung.

Tanggung jawab perusahaan dalam hal pekerjanya meninggal dunia itu

sebenarnya bergantung pada peraturan perundang-undangan yang berlaku atau

hak-hak yang telah diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau

perjanjian kerja bersama. Dengan demikan sesuai dengan pengertian

kecelakaan kerja yang terdapat di Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992

Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Kecelakaan kerja adalah kecelakaan

yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul

karena hubungan kerja. Kewajiban pengusaha yang telah dilakukan oleh PT.

Hutama Karya dijelaskan pada Pasal 14 Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1970.

Penjelasan Pasal 14 ini sudah dilakukan oleh seluruh pekerja dan

managemen PT. Hutama Karya khususnya pada bagian K3 dilokasi proyek

bekerja. Kemudian dikaji dengan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 3 Tahun

Page 69: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

60

1992 menjelaskan tentang kewajiban pengusaha dalam hal pelaksanaan

jaminan kecelakan kerja, yang berbunyi:

a. Pengusaha wajib melaporkan kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja

kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Badan Penyelenggaraan

dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam.

b. Pengusaha wajib melaporkan kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja dan

Badan Penyelenggara dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam setelah

tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan oleh dokter yang merawatnya

dinyatakan sembuh, cacat atau meninggal dunia.

c. Pengusaha wajib mengurus hak tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja

kepada Badan Penyelenggara sampai memperoleh hak-haknya.

Berdasarkan uraian di atas dijelaskan bahwa bukan hanya pekerja yang

wajib mengikuti program jamsostek, pengusaha juga wajib mengikuti

program Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Pengusaha sendiri wajib memiliki

daftar data tentang pekerja dan keluarganya, mulai dari upah sampai

kecelakaan kerja di perusahaan, pengusaha wajib melaporkan data-data

pekerja yang diikutkan dalam program jaminan sosial tenaga kerja kepada

badan penyelenggara, yaitu PT. Jamsostek, apabila dari perusahaan, tidak

mendaftarkan pekerja ke dalam jaminan sosial tenaga kerja, dan kemudian

pekerja yang tidak didaftarkan ke dalam jaminan sosial tenaga kerja itu

mengalami kecelakaan kerja, maka perusahaan wajib memberikan hak-

haknya kepada tenaga kerja yang bersangkutan itu.

Dari penjelasan pasal-pasal yang terkait mengenai kewajiban pengusaha

terhadap pekerja yang mengalami kecelakaan kerja, kecelakaan ditempat

kerja bukan hanya terjadi begitu saja, akan tetapi banyak faktor yang

menyebabkan kecelakaan kerja bisa terjadi, bukan berarti kecelakaan

ditempat kerja tidak dapat kita cegah. Oleh karenanya maka kita juga perlu

meneliti sebab-sebab terjadinya kecelakaan dan bagaimana upaya-upaya

untuk mengurangi dan mencegah kecelakaan kerja itu tidak terulang kembali.

Page 70: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

61

Berdasarkan uraian di atas tentang pelaksanaan tanggung jawab

perusahaan terhadap pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dapat

dipahami dan dicermati bahwa dalam pelaksanaan pencegahan agar tidak

terjadi lagi kecelakaan yang serupa hingga menyebabkan korban meninggal

dunia yaitu diperlukan adanya jaminan kesehatan dan keselamatan kerja

menjadi salah satu upaya yang dilakukan oleh PT. Hutama Karya selaku

pihak yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan proyek pembangunan

double-double track kereta api jalur jatinegara-manggarai dalam mencegah

ataupun mengantisipasi agar tidak terjadi kecelakaan kerja, sehingga dapat

memberikan perasaan yang aman dan para tenaga kerja dapat bekerja tanpa

adanya perasaan tertekan dengan kondisi atau keadaan disekitar lingkungan

kerja.

Mengenai besaran santunan yang diberikan kepada korban yang

meninggal dunia menurut ketentuan Pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 44

Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja

dan Jaminan Kematian adalah sebagai berikut:

a. Santunan sekaligus Rp.16.200.000,00 (enam belas juta dua ratus ribu

rupiah);

b. Santunan berkala 24 x Rp.200.000,00 = Rp.4.800.000,00 (empat juta

delapan ratus ribu rupiah) yang dibayar sekaligus;

c. Biaya pemakaman sebesar Rp.3.000.000,00 (tiga juta rupiah); dan

santunan kepada korban yang mengalami cacat:

a) Jika mengalami cacat total tetap: Rp. 100 juta.

b) Santunan Berkala cacat total tetap sebesar: Rp. 4.800.000 juta

(dibayar sekaligus).

c) Jika mengalami cacat sebagian anatomis: Rp. 142 juta.

d) Santunan cacat sebagian fungsi: Rp. 142 Juta.

Berdasarkan ketentuan Pasal tersebut PT. Hutama Karya selaku pihak yang

bertanggung jawab telah memberikan santunan kepada korban yang meninggal

dunia sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu dengan meberikan

Page 71: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

62

santunan sebesar Rp. 25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah) kepada ahli waris

para korban kecelakaan kerja yang meninggal dunia. Dengan rician sebagai

berikut:

1) Jaenuddin (44): Rp. 25.000.000

2) Dani Prasetyo (25): Rp. 25.000.000

3) Jana Sutisna (44): Rp. 25.000.000

4) Joni Fitrianto (34): Rp. 25.000.000

Dan kepada korban yang sakit atau mengalami cacat PT. Hutama Karya juga

sudah bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan Pasal tersebut dengan

memberikan santunan sesuai dengan nominal yang ditetapkan dalam Pasal 34

Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program

Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian.

3. Upaya PT. Hutama Karya dalam menjamin keselamatan pekerja

Upaya yang diberikan oleh PT. Hutama Karya dalam menjamin

keselamatan para pekerjanya serta untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja

dikemudian hari yaitu dengan mewajibkan para pekerja memakai alat

pelindung diri (APD) yang terdiri dari:

a. Kacamata Pengaman

b. Sarung Tangan

c. Sepatu pengaman

d. Helm atau pelindung kepala

e. Masker

f. Sabuk pengaman

g. Rompi pelindung diri

Dalam hal Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan, perusahaan

membuat kebijakan setiap awal pembangunan proyek APD yang digunakan

juga haruslah APD yang belum pernah digunakan sebelumnya dan rutin

mengganti APD yang sudah rusak atau tidak layak pakai, dengan sistem

pekerja yang sebelum bekerja telah diberikan APD lengkap melaporkan kepada

Page 72: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

63

unit K3 ketika APD yang digunakan sudah rusak atau tidak nyaman ketika

digunakan. Perusahaan bertanggung jawab penuh untuk mengganti atau

memperbaki.

Alat pelindung diri yang disediakan oleh perusahaan sudah sesuai standar

yang diatur oleh Departemen Tenaga Kerja, mulai dari pelindung kepala

sampai pelindung kaki disediakan untuk kenyamanan pekerja saat bekerja.

Perusahaan sangat menyadari tentang pentingnya menyediakan APD yang

sesuai kebutuhan pekerja, yang berfungsi disamping untuk keselamatan pekerja

juga dapat meningkatkan produktifitas kerja.

Untuk pembagian APD, petugas K3 memberikan APD yang berbedabeda

kepada seluruh pekerja atau dengan kata lain tidak semua APD yang

disediakan oleh perusahaan diberikan kepada pekerja. Berbeda APD yang

digunakan oleh operator mesin dengan pekerja yang berada dipinggiran

bangunan. Untuk APD pada operator mesin seperti operator crane ataupun

gondola, petugas K3 hanya memberikan APD berupa Helmet, Kacamata,

Wearcpack dan safety shoes sedangkan untuk pekerja yang bekerja pada

pinggiran gedung diberikan APD lengkap berupa Helmet, Kacamata,

Wearpack, safety shoes dan full body harness.

Adanya kecelakaan kerja pada kegiatan konstruksi salah satunya,

diakibatkan oleh pekerja yang tidak menjalankan amanat yang telah

diperintahkan sebelumnya, penggunaan APD yang diwajibkan oleh perusahaan

dengan harapan para pekerja akan terhindar dari kecelakaan kerja tidak

dilaksanakan secara maksimal. Dari hasil observasi yang dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa, penggunaan APD oleh pekerja tidak lah maksimal atau

dengan kata lain masih banyak pekerja yang tidak menggunakan APD saat

bekerja.

Upaya yang bersifat preventif diharapkan dapat mencegah terjadinya

kecelakaan kerja. Sedangkan dengan upaya yang bersifat pro aktif diharapkan

dapat untuk mendukung jalannya usaha peningkatan keselamatan kerja di

tempat kerja. Dan dengan upaya-upaya tersebut dapat membuat para pengusaha

dan pekerja dapat berhati-hati, sehingga lebih meningkatkan keselamatan

Page 73: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

64

dalam bekerja. Selain itu juga diperlukan upaya bimbingan pencegahan

kecelakaan kerja dan bimbingan kesehatan kerja secara optimal. Upaya-upaya

mengenai keselamatan dan kesehatan kerja baik yang bersifat preventif,

proaktif, diharapkan dapat mengurangi atau mencegah menekan angka

kecelakaan kerja dan dapat meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja,

sehingga perusahaan-perusahaan dapat beroperasi semaksimal mungkin.

Selain penggunaan alat pelindung diri PT. Hutama Karya Juga melakukan

pembinaan terhadap para pekerja terkait dengan keselamatan dan kesehatan

kerja kemudian dilakukannya peningkatan pemahaman standar keselamatan

dan kesehatan kerja, adanya pemenuhan fasilitas dan peralatan yang berkaitan

dengan keselamatan dan kesehatan kerja dan pengawasan yang dilakukan oleh

personil yang berkompeten dalam bidang keselamatan kerja.

Jika dikaitkan dengan teori perlindungan hukum maka sesuai aturan yang

berlaku perlindungan hukum terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk

menjamin hak–hak dasar pekerja/buruh dan menjamin kesamaan kesempatan

serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apa pun untuk mewujudkan

kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya. Perlindungan hukum ini penting

untuk menjamin agar hak–hak manusia sebagai subjek hukum tidak di langgar

atau di rugikan oleh pihak lainnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa PT. Hutama Karya sudah

melakukan upaya-upaya serta penerapan keselamatan kerja untuk mengurangi

kecelakaan kerja sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012.

Namun PT. Hutama Karya tidak mengindahkan atau tidak menjalankan secara

optimal aturan mengenai jam kerja yang sesuai dengan Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 77 dan hal ini yang menjadi penyebab terjadinya

kecelakaan kerja. Karena berdasarkan hasil wawancara dengan mantan pekerja

proyek tersebut ia mengakui bahwa ia dan teman-temannya yang bekerja di

proyek itu tak jarang terus beraktivitas dari pagi sampai petang. Mereka

bekerja mulai jam 9 pagi sampai jam 6 sore. Bahkan, mereka sering lembur

sampai jam 3 pagi. Maka berdasarkan keterangan tersebut PT. Hutama Karya

harus menyesuaikan waktu kerja, dan harus mempertimbangkan faktor cuaca

Page 74: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

65

serta kesanggupan dan keahlian tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya.

Sehingga diharapkan dapat mengurangi adanya resiko kecelakaan yang dapat

terjadi di lingkungan/lokasi kerja. Kemudian PT. Hutama Karya telah

bertanggung jawab sepenuhnya dengan memberikan santunan baik kepada

korban yang mengalami sakit atau yang meninggal dunia sesuai dengan

ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Page 75: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

66

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan yang sudah dikemukakan dalam bab-bab

sebelumnya, dengan ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. PT. Hutama Karya sudah menerapkan SMK3 namun dalam praktiknya

penerapan K3 belum dilaksanakan secara optimal, hal ini dibuktikan dengan

adanya kecelakaan kerja yang terjadi pada proyek pembangunan tersebut.

2. Upaya yang dilakukan oleh PT. Hutama Karya sudah dapat mengurangi

kecelakaan kerja namun, kecelakaan yang terjadi pada proyek Keselamatan

Kesehatan Kerja Pada Pembangunan Proyek DDT Kereta Api Jalur

Jatinegara-Manggarai disebabkan oleh faktor cuaca yang tidak dapat

diprediksi oleh tenaga kerja maupun PT sehingga upaya yang dilakukan

belum dapat mengurangi kecelakaan kerja secara optimal.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam penulisan skripsi ini

maka saya sebagai peneliti ingin memberikan beberapa saran yang dianggap

peneliti perlu untuk dilakukan yaitu:

1. Dalam menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

(smk3) PT. Hutama Karya harus memperhatikan beberapa faktor yaitu:

a. faktor kesehatan pekerja

b. faktor kesanggupan pekerja dalam menggunakan alat-alat berat

c. faktor cuaca; dan

d. waktu kerja yg tdk boleh melebihi waktu yang ditetapkan oleh Undang-

Undang yang telah mengaturnya. Sehingga pekerjaan yang dikerjakan

oleh para tenaga kerja bisa berjalan dengan optimal.

2. Bagi pekerja untuk membudayakan K3 pada kehidupan sehari-hari dan

menanamkan rasa kewaspadaan saat bekerja. Membiasakan penggunaan

APD saat bekerja merupakan langkah positif bagi keselamatan saat bekerja.

Page 76: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

67

3. Bagi pihak perusuhaan untuk lebih meningkatkan K3 pada setiap proyek

pembangunan, menambah petugas K3 yang bertugas dan lebih tegas

terhadap pekerja yang tidak membiasakan diri untuk menggunakan APD

saat bekerja karena disamping untuk keselamatan pekeerja, perusahaan juga

diuntungkan dari segi produktifitas dan biaya yang dikeluarkan saat terjadi

kecelakaan kerja.

4. Bagi pemerintah untuk meningkatkan perhatian terhadap penerapan K3

konstruksi karena melihat penelitian sebelumnya, Indonesia merupakan

Negara dengan angka kecelakaan kerja konstruksi yang cukup tinggi dan

mengembangkan kebijakan kerja yang menjadi pedoman perusahaan dan

pekerja untuk bekerja dengan selamat.

5. Pihak PT. Hutama Karya harus memperhitungkan keadaan hujan yang

diperkirakan licin dan menyebabkan crane roboh, sehingga keselamatan

para pekerja saat melakukan pekerjaan dapat terjamin dengan baik

6. Pihak PT. Hutama Karya harus memperhitungkan dengan cermat tidak

terburu-buru, dan memperhitungkan faktor keselamatan pekerja serta

memastikan penggunaan alat-alat berat yang digunakan dalam keadaan

layak pakai.

Page 77: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

68

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Abdul Rachmad Budiono, Hukum Perburuhan di Indonesia, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 1997

Abdul R. Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori dan Contoh Kasus,

Jakarta: Kencana, 2011

Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, Jakarta: Sinar Grafika, 2009

Aloysius Uwiyono, dkk, Asas-asas Hukum Perburuhan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014

Amidhan H, Hak Pekerja dan Jaminan Sosial Dalam Instrumen Hukum Nasional

dan Internasional, Jakarta: Komnas HAM, 2005

Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Jakarta: Sinar Grafika,

2009

Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Jakarta: Sinar Grafika,

2013

Agusmidah, Dinamika dan Kajian Teori Hukum Ketenagakerjaan Indonesia,

Bogor: Ghalia Indonesia, 2010

Cecep Dani Sucipto, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Tangerang: Gosyen

Publishing, 2014

C.S.T. Kansil, Christine S.T. Kansil, Hukum Perusahaan Indonesia, Jakarta: PT

Pradnya Paramita, 2009

Imam Soepomo, Hukum Perburuhan Undang-undang dan Peraturan-peraturan,

Jakarta: Djambatan, 2001

Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 1999

M.B. Hendri Anto, Pengantar Ekonomi Mikro Islam, Yogyakarta: Ekonomis UII,

2003

Nandang Mulya Santoso, Tanya Jawab Pengantar Hukum Perburuhan, Bandung:

Armico, 1981

Page 78: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

69

Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Modern

English Press, Jakarta, 2002

Salim HS an Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis

dan Disertasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013

Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2010

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia: Jakarta,

1986

Sofyan Effendi, Hukum Perburuhan di Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta: Liberty,

1999

Suma’mur, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Jakarta: Gunung

Agung, 1985

Zaeni Asyhadie, Hukum Kerja: Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan

Kerja, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007

Zainal Asikin, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, Jakarta: Rajawali pers, 2010

INTERNET ATAU WEBSITE

http://m.detik.com/news/berita/crane/crane-ambruk-di-jatinegara-alat-proyek-ddt

diakses pada

www.hutamakarya.com diakses pada

JURNAL

Jurnal forum, 2008, edisi no.11

e-journal.uajy.ac.id

Jurnal manfaat pembangunan double-double track (DDT)

Subijanto, Peran Negara Dalam Hubungan Tenaga Kerja Indonesia, Jurnal

Pendidikan Dan Kebudayaan, vol 17 no 6, 2011

Page 79: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

70

Depnaker Terapkan Studi K3, Republika, 1997

Vega O. Merpati, Hak dan Kewajiban Perusahaan Terhadap Pekerja, 2013

Peraturan Perundang-undangan

1) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1070 Tentang Keselamatan Kerja

3) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional

4) Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Sistem Manajemen

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)

3) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2015

Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Janinan

Kematian Bagi Pekerja Harian lepas, Borongan, dan Perjanjian Kerja Waktu

Tertentu Pada Sektor Usaha Jasa Konstruksi

5) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pelayanan

Kesehatan dan Besaran Tarif Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan

Kecelakaan Kerja

Page 80: PENERAPAN KESELAMATAN (K3) TERHADAP TENAGA KERJA ...

Tembusan : Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta