analisis tingkat penerapan program keselamatan kesehatan kerja (k3)
PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT ...
Transcript of PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT ...
PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PADA PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I MEDAN
TUGAS AKHIR
Disusun sebagai Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma 3
Oleh SITI A’FIQAH BR HARAHAP
NIM 1605092065
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
MEDAN 2019
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadiran Allah SWT yang mana
penulis telah diberikan kesehatan serta kesempatan dalam menyelesaikan
Tugas Akhir ini tepat pada waktunya dan sesuai harapan. Tugas Akhir ini
disusun sebagai satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan
pendidikan Diploma 3 Program Studi Administrasi Bisnis Politeknik Negeri
Medan.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis menyadari banyak
mendapatkan perhatian, bimbingan, motivasi, bantuan moral, dan materi dari
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, dengan
segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. M. Syahruddin, S.T., M.T., Direktur Politeknik Negeri Medan.
2. Agus Edy Rangkuti, S.E.,M.Si, Ketua Jurusan Administrasi Niaga Politeknik
Negeri Medan.
3. Safaruddin, S.E.,M.Si., Sekretaris Jurusan Administrasi Niaga Politeknik
Negeri Medan.
4. Suri Purnami, S.E.,M.A., Kepala Program Studi Administrasi Bisnis
Politeknik Negeri Medan.
5. Erwinsyah S, S.Si,M.Kom, Sekretaris Program Studi Administrasi Bisnis
Politeknik Negeri Medan.
6. Indra Siregar, S.E.,M.Si.Ak, Dosen Pembimbing I, yang bersedia
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.
i
ii
7. Drs. Pantas Simanjuntak, M.Hum, Dosen Pembimbing II, yang besedia
memberikan pengarahan dan perbaikan penulisan kepada penulis.
8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta Pegawai Program Studi Administrasi
Bisnis, Politeknik Negeri Medan yang telah mendidik dan memberikan ilmu
selama penulis menjalani proses perkuliahan.
9. Untuk sahabat penulis Fahrul Fahrozi, Dwi Wulan Sari, Fajar Fadli, Eggi
Febio, Nur Fatiha, Nur Halijah, Novita Sari Dewi, Widya Sun Flower, Resti
Permata Sari yang selalu setia menemani penulis dalam mengerjakan
Tugas Akhir ini dan teman-teman seperjuangan kelas AB-6D.
Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada kedua orangtua
tercinta, Ayahanda Zakaria Harahap dan Ibunda Zahrul yang telah memberikan
motivasi, dorongan doa, dukungan materi dan yang selalu memberikan
semangat baru disaat penulis jenuh mengerjakan Tugas Akhir ini, semoga Allah
SWT selalu memberikan kita limpahan karunia-Nya.
Penulis menyadari bahwa kesempurnaan milik Allah SWT, sehingga
penulis masih banyak kekurangan dalam penulisan Tugas Akhir ini. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih, semoga
Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, Agustus 2019 Penulis,
Siti A’fiqah Br Harahap NIM 1605092065
iii
ABSTRAK
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan program dan
pelayanan terbaik yang wajib diterima oleh setiap karyawan dari perusahaan,
karena penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) mencegah timbulnya
kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja, serta berdampak bagi proses
peningkatan produktivitas karyawan.
Pengumpulan data dilakukan dengan penelitian lapangan melalui
observasi, wawancara dan studi pustaka. Jenis data yang digunakan adalah
data primer dan sekunder. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis
deskriptif.
Dari hasil wawancara maka dapat disimpulkan bahwa penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada PT. Pertamina (Persero) Marketing
Operation Region I Medan terlaksana dengan baik. PT. Pertamina (Persero)
Marketing Operation Region I Medan melakukan program-program kampanye
dan didukung dengan alat-alat K3 yang baik dan sesuai dengan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3).
Kata Kunci: Keselamatan, Kesehatan, Kerja
iv
ABSTRACT
Occupational Health and Safety (K3) is a program that must be accepted
by every employee in the company, because the application of occupational
safety and health (K3) prevents accidents due to work and work-related
diseases, and affects the process of increasing employee productivity. This
research aims to find out the application of occupational safety and health at
PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I Medan.
Data collected by the field research through observation, interviews and
library research. Types of data used are primary data and secondary data.
Analysis using descriptive analysis.
From the interviews, it can be concluded that the application of
occupational health and safety (K3) at PT. Pertamina (Persero) Marketing
Operation Region I Medan is well implemented. PT. Pertamina (Persero)
Marketing Operation Region I Medan conducts campaign programs and is
supported by good health and safety equipment and in accordance with the
occupational health and safety management system (SMK3).
Keywords: Safety, Health, Work
v
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR ............................................................................ i ABSTRAK ............................................................................................ iii ABSTRACT .......................................................................................... iv DAFTAR ISI .......................................................................................... v DAFTAR GAMBAR .............................................................................. vii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... viii BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul ........................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................. 4
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................... 4
1.5 Sistematika Penulisan.......................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 6
2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja .................... 6
2.2 Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja .............................. 7
2.3 Cara Mengurangi Kecelakaan Kerja .................................... 11
2.4 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja .......................... 12
2.5 Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja ....................................... 15
2.6 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja ....................... 17
2.7 Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) ....................................................................... 18
BAB 3 METODE PENGUMPULAN DATA .......................................... 21
3.1 Metode Pengumpulan Data ................................................. 21
3.2 Jenis dan Sumber Data ....................................................... 22
3.3 Teknik Analisis Data ............................................................ 23
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 24
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ............................................ 24
4.1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan ................................. 24
4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan ........................................... 28
4.1.3 Makna dan Logo Perusahaan .................................... 29
4.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan ................................ 30
vi
4.2 Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
PT. Pertamina (Persero) ..................................................... 37
4.2.1 Penyebab Kecelakaan Kerja pada PT. Pertamina
(Persero) .................................................................... 38
4.2.2 Cara Mengurangi Kecelakaan Kerja pada
PT. Pertamina (Persero) ............................................ 39
4.2.3 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
PT. Pertamina (Persero) ........................................... 40
4.2.4 Program-program Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pada PT. Pertamina (Persero) .......................... 41
4.2.5 Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada PT. Pertamina (Persero) ........ 46
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 47
5.1 Simpulan.............................................................................. 47
5.2 Saran ................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 49
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1: Logo PT. Pertamina (Persero) Medan .................................. 29
Gambar 2: Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero) Medan ............ 31
Gambar 3: Rambu-rambu K3 PT. Pertamina (Persero) Medan .............. 42
Gambar 4: Poster K3 PT. Pertamina (Persero) Medan .......................... 44
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero) Medan
Lampiran 2: Penerapan K3 pada PT. Pertamina (Persero) Medan
Lampiran 3: Alat Pelindung Diri (APD)
Lampiran 4: Daftar Wawancara
Lampiran 5: Kartu Bimbingan Dosen Pembimbing 1
Lampiran 6: Kartu Bimbingan Dosen Pembimbing 2
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan sebuah program
pemeliharaan sumber daya manusia (SDM) yang ada di perusahaan dalam
mencegah kondisi ataupun faktor yang dapat mempengaruhi keselamatan dan
kesehatan pekerja. Pada era globalisasi saat ini, perusahaan sangat
memerlukan sumber daya manusia (SDM) yang mempunyai tingkat
keterampilan yang telah berpengalaman, karena pada umumnya perusahaan-
perusahaan dalam bidang industri memiliki resiko yang lebih besar dalam
melakukan pekerjaan berat di lapangan tidak terkecuali di dalam
ruangan/kantor.
Berbagai perusahaan telah melakukan pelatihan kepada karyawan
dalam penggunaan peralatan dan perlengkapan kerja, namun tingkat
kecelakaan kerja masih tetap tinggi. Berbagai peraturan pemerintah tentang
keselamatan dan kesehatan kerja telah dijadikan sebagai acuan untuk
meminimalkan risiko kecelakaan kerja, namun risiko kecelakaan kerja masih
tetap terjadi. Penyebab kecelakaan kerja biasanya sering terjadi karena ada
sesuatu hal yang tidak aman, seperti tidak mengikuti standar prosedur kerja,
tidak mematuhi peraturan, tidak memakai alat pelindung diri, serta kurangnya
pengalaman kerja dan kondisi badan yang lemah.
Kecelakaan kerja yang terjadi berakibat menimbulkan korban jiwa,
kerusakan materi dan terhambatnya proses produksi, kondisi seperti ini terjadi
akibat kurangnya kesadaran dan pemahaman akan pentingnya aspek-aspek
2
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sebagai salah satu unsur yang dapat
mencegah kecelakaan yang terjadi saat bekerja. Keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) yang terintegrasi berperan dalam menurunkan angka kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja serta penyebab kecelakaan kerja yang sering
ditemui secara bersamaan.
Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) menjadi salah satu
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman dan sehat, serta bebas dari
pencemaran lingkungan. Dengan demikian pekerja dapat terbebas dari resiko
kecelakaan yang dapat membahayakan pekerja serta tidak terjadi kerugian
yang sangat besar bagi perusahaan, salah satunya seperti kehilangan sumber
daya manusia (SDM).
Manusia merupakan sumber daya yang tidak dapat tergantikan dengan
teknologi apapun. Oleh karena itu, dalam membangun tenaga kerja yang
produktif, sehat dan berkualitas dalam melakukan pekerjaan, perusahaan wajib
melakukan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3). Penerapan program SMK3 ini diharapkan dapat mencegah dan
mengurangi terjadinya kecelakaan kerja di perusahaan.
PT. Pertamina (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara yang
berbentuk Perusahaan Perseroan (Persero) yang bergerak dalam bidang
perminyakan dan gas bumi. Potensi bahaya yang ditimbulkan oleh perusahaan
ini sangat besar dan mempunyai tingkat risiko kecelakaan kerja yang lebih
tinggi (high risk). Berdasarkan survei yang dilakukan penulis diketahui bahwa
kecelakaan kerja yang terjadi pada PT. Pertamina (Persero) dikarenakan
sebagian dari pekerja tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti
3
sarung tangan, sepatu yang sesuai standar K3, masker dan juga sebagian dari
pekerja ada yang lalai atau kurang konsentrasi ketika melakukan pekerjaan.
Alasan pekerja tidak menggunakan APD karena dianggap mengurangi
kecekatan dalam bekerja atau kurang bebas bergerak.
PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I Medan
berkewajiban memperhatikan dan melaksanakan seluruh aspek yang berkaitan
dengan keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Aspek K3 juga dilaksanakan
untuk mematuhi peraturan yang dikemukakan dalam Undang-Undang No. 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pasal 86 (2) yang menegaskan “Untuk
melindungi keselamatan pekerja atau buruh guna mewujudkan produktifitas
kerja yang optimal, diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja”.
Pekerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan, kesehatan,
pemeliharaan moral kerja, serta perlakuan yang sesuai dengan martabat dan
moral agama.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membahas
mengenai penerapan kesehatan dan keselamatan kerja pada PT. Pertamina
(Persero) Marketing Operation Region I Medan. Oleh karena itu penulis
mengajukan laporan tugas akhir dengan judul “Penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pada PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation
Region I Medan”.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada Tugas Akhir ini adalah
bagaimana penerapan keselamatan dan kesehatan kerja yang dilaksanakan
pada PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I Medan?
4
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja pada PT. Pertamina (Persero)
Marketing Operation Region I Medan.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pentingnya penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja pada PT. Pertamina (Persero) Marketing
Operation Region I Medan.
2. Menambah referensi bagi mahasiswa untuk memperoleh pengetahuan
tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Memberikan saran bagi perusahaan tentang pentingnya penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja pada PT. Pertamina (Persero) Marketing
Operation Region I Medan.
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan Tugas Akhir ini, menggunakan sistematika sebagai
berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang pemilihan judul tugas akhir, rumusan
masalah, tujuan penulisan tugas akhir, manfaat penulisan tugas akhir
dan sistematika penulisan tugas akhir.
5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi pengertian keselamatan dan kesehatan kerja, tujuan
keselamatan dan kesehatan kerja, penyebab terjadinya kecelakaan
kerja, cara mengurangi kecelakaan kerja, kerugian akibat kecelakaan
kerja, program kselamatan dan kesehatan kerja, dan penerapan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3).
BAB 3 METODE PENELITIAN
Bab ini berisi metode pengumpulan data, jenis sumber data, teknik
analisis data.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi gambaran umum perusahaan yaitu sejarah berdirinya
perusahaan, visi dan misi perusahaan, struktur organisasi perusahaan
dan pembahasan mengenai prosedur penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja pada PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation
Region I Medan. Pembahasan dilakukan dengan membandingkan teori
dan tinjauan teoritis dengan data-data yang diperoleh dari lapangan.
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi simpulan berdasarkan pembahasan yang diperoleh melalui
penjabaran hasil dan pembahasan serta memberikan saran yang
diharapkan berguna bagi pihak perusahaan.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Kasmir (2018:266), keselamatan kerja adalah merupakan
aktivitas perlindungan karyawan secara menyeluruh. Artinya perusahaan
berusaha untuk menjaga jangan sampai karyawan mendapat suatu kecelakaan
pada saat menjalankan aktivitasnya.
Menurut Kasmir (2018: 266), kesehatan kerja adalah upaya untuk
menjaga agar karyawan tetap sehat selama bekerja. Artinya jangan sampai
kondisi lingkungan kerja akan membuat karyawan tidak sehat atau sakit.
Menurut Mangkunegara dalam Triwibowo (2017: 89), keselamatan dan
kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan
dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada
khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju
masyarakat adil dan makmur.
Menurut Triwibowo dan dkk (2017: 88), Keselamatan dan Kesehatan
Kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja yang diatur
dalam Undang-Undang. Dengan menerapkan teknologi pengendalian
keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai
ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan, bahwa keselamatan dan
kesehatan kerja adalah suatu bentuk usaha atau upaya bagi para pekerja untuk
memperoleh jaminan atas keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam
7
melakukan pekerjaan yang mana pekerjaan tersebut dapat mengancam dirinya
yang berasal dari individu sendiri dan lingkungan kerjanya.
2.2 Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja
Kecelakan kerja dapat terjadi dalam perusahaan, termasuk perusahaan
yang paling menyadari Keselamatan dan Kesehatan Kerja sekalipun.
Kecelakaan kerja biasanya disebabkan oleh manusianya sendiri, misalnya
karena tidak berpengalaman, kurangnya pengetahuan, kurangnya pengawasan
keteledoran dan faktor lainnya yang berhubungan dengan program kerja.
Menurut Triwibowo dan dkk (2017: 96-98), faktor-faktor lain yang bisa
menimbulkan kecelakaan kerja adalah sebagai berikut:
1. Umur
Umur mempunyai pengaruh yang penting terhadap kejadian
kecelakaan akibat kerja. Golongan umur tua mempunyai kecenderungan
yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan akibat kerja dibandingkan
dengan golongan umur muda karena umur muda mempunyai reaksi dan
kegesitan yang lebih tinggi.
Namun unsur muda pun sering pula mengalami kasus kecelakaan
akibat kerja, hal ini mungkin karena kecerobohan dan sikap suka tergesa-
gesa. Dari hasil penelitian di Amerika Serikat diungkapkan bahwa pekerja
muda usia lebih banyak mengalami kecelakaan dibandingkan dengan
pekerja yang lebih tua. Pekerja muda usia biasanya kurang berpengalaman
dalam pekerjaannya.
Banyak alasan mengapa tenaga kerja golongan umur muda
mempunyai kecenderungan untuk menderita kecelakaan akibat kerja lebih
8
tinggi dibandingkan dengan golongan umur yang tua. Beberapa faktor yang
mempengaruhi tingginya kejadian kecelakaan akibat kerja pada golongan
umur muda antara lain karena kurang perhatian, kurang disiplin, ceroboh
dan tergesa-gesa.
2. Tingkat Pendidikan
Pendidikan seseorang berpengaruh dalam pola pikir seseorang
dalam menghadapi pekerjaan yang dipercayakan kepadanya, selain itu
pendidikan juga akan mempengaruhi tingkat penyerapan terhadap
pelatihan yang diberikan dalam rangka melaksanakan pekerjaan dan
keselamatan kerja.
Hubungan tingkat pendidikan dan lapangan yang tersedia bahwa
pekerja dengan tingkat pendidikan rendah, seperti Sekolah Dasar atau
bahkan tidak pernah bersekolah akan bekerja di lapangan yang
mengandalkan fisik. Hal ini dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan
kerja karena beban fisik yang berat dapat mengakibatkan kelelahan yang
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan
akibat kerja.
3. Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya kecelakaan akibat kerja. Berdasarkan berbagai penelitian dengan
meningginya pengalaman dan keterampilan akan disertai dengan
penurunan angka kecelakaan akibat kerja. Kewaspadaan terhadap
kecelakaan akibat kerja bertambah baik sejalan dengan pertambahan usia
dan lamanya kerja di tempat kerja yang bersangkutan.
9
Tenaga kerja baru biasanya belum mengetahui secara mendalam
seluk-beluk pekerjaannya. Penelitian dengan studi restropektif di Hongkong
dengan 383 kasus membuktikan bahwa kecelakaan akibat kerja karena
mesin terutama terjadi pada buruh yang mempunyai pengalaman kerja di
bawah 1 tahun.
Menurut Mangkunegara (2017: 162-163), ada lima penyebab kecelakaan
dan gangguan kesehatan pegawai yaitu:
1. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja
1) Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang
diperhitungkan keamanannya.
2) Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.
3) Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
2. Pengaturan Udara
1) Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang kotor,
berdebu, dan berbau tidak enak).
2) Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.
3. Pengaturan Penerangan
1) Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat.
2) Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.
4. Pemakaian Peralatan Kerja
1) Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
2) Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik.
5. Kondisi Fisik dan Mental Pegawai
1) Kerusakan alat indera, stamina pegawai yang tidak stabil.
10
2) Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, cara
berpikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah,
sikap pegawai yang ceroboh, kurang cermat, dan kurang pengetahuan
dalam penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa
risiko bahaya.
Menurut Sunyoto (245-246), penyebab terjadinya kecelakaan kerja yaitu:
1. Kondisi dan Tindakan yang Membahayakan
Kondisi yang membahayakan merupakan sebab besar utama
daripada kecelakaan. Kondisi demikian antara lain:
a. Perlengkapan yang penjagaannya kurang baik
b. Perlengkapan yang sudah rusak
c. Susunan atau prosedur yang berbahaya dalam, pada, atau sekitar mesin
atau perlengkapan
d. Tempat penyimpanan yang membahayakan, terlalu banyak muatan
e. Penerapan yang kurang memadai, cahaya kurang atau tidak cukup atau
menyilaukan
f. Ventilasi yang kurang baik, pergantian udara tidak cukup
2. Perbuatan-perbuatan yang Membahayakan
a. Menyelenggarakan pekerjaan tanpa wewenang
b. Lalai menjamin perlengkapan atau memperingatkan karyawan-karyawan
lain mengenai bahaya yang mungkin menimpa
c. Lalai menggunakan pakaian atau alat pelindung pribadi yang aman
d. Bekerja dengan kecepatan yang membahayakan, terlalu cepat atau
terlalu lambat
11
e. Menggunakan perlengkapan yang membahayakan, atau menggunakan
perlengkapan secara tidak berhati-hati.
2.3 Cara Mengurangi Kecelakaan Kerja
Kecelakaan sering terjadi sekalipun telah disediakan program kerja yang
baik. Kecelakaan kerja biasanya disebabkan oleh manusianya sendiri. Oleh
karena itu, kecelakaan kerja harus dapat diminimalkan dengan cara
mengurangi kecelakaan kerja itu sendiri.
Menurut Kasmir (2018: 286-287), cara untuk mengurangi kecelakaan
kerja dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Buat aturan tentang keselamatan
Artinya perusahaan harus membuat suatu peraturan tentang
keselamatan kerja. Biasanya dalam bentuk buku dan diberi judul pedoman
keselamatan kerja, baik untuk kondisi di darat, air, maupun di udara. Pedoman
ini disosialisasikan dan dibagikan kepada seluruh karyawan untuk
dilaksanakan.
2. Buat rambu-rambu yang mudah dibaca
Artinya setelah adanya pedoman keselamatan kerja, pihak perusahaan
harus memasang rambu-rambu di setiap sudut yang dianggap penting.
Tujuannya agar karyawan dapat mengetahui dan mengingatkan mereka akan
keselamatan kerja. Letak rambu-rambu tersebut harus strategis dan mencolok,
sehingga mudah dilihat dan dibaca.
3. Sediakan alat pengaman kerja
Artinya dalam bekerja sudah disediakan berbagai alat pengamanan
tergantung dimana lokasi bekerja. Misalnya penutup kepala berupa helm, atau
masker untuk penutup mulut, penutup telinga, kacamata, sepatu khusus kerja
12
dan baju kerja. Peralatan keselamatan kerja ini harus digunakan pada tempat
dimana karyawan bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing.
4. Selalu melakukan pemeliharaan alat secara terus-menerus
Artinya peralatan kecelakaan kerja harus terus-menerus dijaga dan
dipelihara. Tujuannya agar fungsi dari peralatan tersebut tetap terjaga
kualitasnya. Apabila fungsi alat-alat peralatan kecelakaan kerja sudah dianggap
tidak layak, maka sebaiknya jangan digunakan dan digantikan dengan
peralatan yang baru.
5. Melakukan pengawasan secara ketat
Artinya karyawan yang menggunakan peralatan keselamatan kerja harus
diawasi secara ketat. Kebanyakan karyawan lupa atau lalai tidak menggunakan
peralatan kerja atau tidak menggunakan secara benar.
6. Memberikan sanksi bagi yang melanggar
Artinya ada semacam sanksi atau tindakan bagi mereka yang tidak
menggunakan peralatan kerja selama bekerja. Sanksi ini bertujuan agar yang
bersangkutan selalu ingat untuk menggunakan peralatan kerja. Lebih dari itu
sanksi juga dapat memberikan efek pelajaran bagi katyawan bila melakukan hal
yang sama.
2.4 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tujuan utama dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah untuk
mengurangi atau menghilangkan risiko kecelakaan kerja yang dialami para
pekerja untuk mencapai kenyamanan dan keamanan kerja dalam mencapai
tujuan perusahaan secara efisien dan efektif.
13
Menurut Kasmir (2018: 269-271), tujuan keselamatan kerja adalah
sebagai berikut:
1. Membuat karyawan merasa aman
Artinya dengan dimilikinya prosedur kerja dan adanya peralatan kerja
yang memadai maka akan membuat karyawan merasa lebih aman dan
nyaman dalam bekerja.
2. Memperlancar proses kerja
Artinya dengan adanya program keselamatan dan kesehatan kerja,
maka kecelakaan kerja dapat diminimalkan. Kemudian dengan kesehatan
kerja karyawan yang terjamin baik secara fisik maupun mental, maka
karyawan dapat beraktivitas secara normal.
3. Agar karyawan berhati-hati dalam bekerja
Maksudnya adalah karyawan dalam hal ini setiap melakukan
pekerjaannya sudah dengan paham dan mengerti akan aturan kerja yang
telah ditetapkan.
4. Mematuhi aturan dan rambu-rambu kerja
Artinya perusahaan akan memasang rambu-rambu kerja yang telah
ada dan dipasang di berbagai tempat sebagai tanda dan peringatan.
5. Tidak mengganggu proses kerja
Artinya dengan adanya program keselamatan dan kesehatan kerja
diharapkan tindakan karyawan tidak akan mengganggu aktivitas karyawan
lainnya.
6. Menekan biaya
Maksudnya perusahaan berupaya menekan biaya dengan adanya
program keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini disebabkan dengan
14
adanya program keselamatan dan kesehatan kerja, maka kecelakaan kerja
dapat diminimalkan. Oleh karena itu, karyawan harus menggunakan peralatan
dan pengamanan kerja.
7. Menghindari kecelakaan kerja
Artinya kepatuhan karyawan kepada aturan kerja termasuk
memerhatikan rambu-rambu kerja yang telah dipasang.
8. Menghindari tuntutan pihak-pihak tertentu
Artinya jika terjadi sesuatu seperti kecelakaan kerja yang sering kali
disalahkan adalah pihak perusahaan.
Menurut Sholihah (2014: 29), tujuan kesehatan kerja adalah sebagai
berikut:
1. Memelihara dan meningkatkan setinggi-tingginya derajat kesehatan
masyarakat pekerja di semua lapangan pekerjaan, baik kesehatan fisik,
mental, maupun sosial.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang
disebabkan oleh tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.
3. Memberikan perlindungan bagi pekerja dari kemungkinan bahaya yang
disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatan dan
pekerjanya.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis mereka.
Tribowo dan dkk (2017: 93-94), menyatakan tujuan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut:
1. Memelihara lingkungan yang sehat.
15
2. Mencegah dan mengobati kecelakaan yang disebabkan akibat pekerjaan
sewaktu bekerja.
3. Mencegah dan mengobati keracunan yang ditimbulkan dari kerja.
4. Memelihara moral, mencegah, dan mengobati keracunan yang timbul dari
kerja.
5. Menyesuaikan kemampuan dengan pekerjaan, dan
6. Merehabilitasi pekerja yang cedera atau sakit akibat pekerjaan.
Menurut Mangkunegara (2017: 162), tujuan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja adalah sebagai berikut:
1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
dan seefektif mungkin.
3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atau kondisi kerja.
7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
2.5 Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja
Menurut Ramli dalam Triwibowo (2017: 110-112), kerugian akibat
kecelakaan kerja dikategorikan atas dua kerugian, yaitu:
1. Kerugian Langsung
16
Kerugian langsung adalah kerugian akibat kecelakaan yang langsung
dirasakan dan membawa dampak terhadap organisasi atau perusahaan.
Kerugian langsung dapat berupa:
a. Biaya Pengobatan dan Kompensasi. Kecelakaan mengakibatkan cedera,
baik cedera ringan, berat, cacat atau menimbulkan kematian. Cedera ini
akan mengakibatkan seorang pekerja tidak mampu menjalankan
tugasnya dengan baik sehingga mempengaruhi produktivitas. Jika terjadi
kecelakaan perusahaan harus mengeluarkan biaya pengobatan dan
tunjangan kecelakaan sesuai ketentuan yang berlaku.
b. Kerusakan Sarana Produksi Kerusakan Langsung lainnya adalah
kerusakan sarana produksi akibat kecelakaan seperti kebakaran,
peledakan, dan kerusakan.
2. Kerugian Tidak Langsung
Di samping kerugian langsung, kecelakaan juga menimbulkan
kerugian tidak langsung antara lain:
a. Kerugian jam kerja jika terjadi kecelakaan, kegiatan pasti akan terhenti
sementara untuk membantu korban yang cedera, penanggulangan
kejadian, perbaikan kerusakan atau penyelidikan kejadian. Kerugian jam
kerja yang hilang akibat kecelakaan jumlahnya cukup besar yang dapat
mempengaruhi produktivitas.
b. Kerugian produksi kecelakaan juga membawa kerugian terhadap proses
produksi akibat kerusakan atau cedera pada pekerja. Perusahaan tidak
bisa berproduksi sementara waktu sehingga kehilangan peluang untuk
mendapat keuntungan.
17
c. Kerugian sosial kecelakaan dapat menimbulkan dampak sosial bagi
keluarga korban yang terkait langsung maupun lingkungan sosial
sekitarnya.
2.6 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dilakukan untuk
menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan untuk menjaga kesehatan
karyawan dari gangguan penglihatan, pendengaran, kelelahan, dan lain-lain.
Penciptaan lingkungan kerja yang sehat secara tidak langsung akan
mempertahankan dan meningkatkan produktivitas.
Pencegahan kecelakaan kerja membutuhkan perencanaan program
keselamatan. Program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu
sistem yang dirancang untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua
pekerja di tempat kerja agar mereka tidak menderita luka ataupun penyakit di
tempat kerja dengan mematuhi hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan
kerja yang berlaku, yang tercermin dari perubahan sikap menuju keselamatan
di tempat kerja.
Menurut Argama dalam Sholihah dan dkk (2014: 107);
“Program k3 adalah suatu program yang dibuat bagi pekerja
maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif)
timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat hubungan kerja di
dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang
berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja
serta tindakan antisipatif apabila terjadi hal yang demikian.”
18
2.7 Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3)
Tujuan dan sasaran SMK3 adalah menciptakan suatu sistem
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, tenaga kerja, kondisi, dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam
rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta
terciptanya tempat kerja yang aman, nyaman, efisien dan produktif.
Menurut Triwibowo (2017: 108-110), hal-hal yang harus diperhatikan
dalam penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)
yaitu:
1. Pembentukan Komitmen
Komitmen merupakan modal utama dalam penerapan K3 secara riil
menegenai arti penting Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Pembentukan
komitmen tentang arti pentingnya K3 harus dimulai dari level Top Management
supaya penerapan sistem K3 berjalan efektif dan optimal. Sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dijelaskan
bahwa unsur pimpinan (direktur) bertanggung jawab untuk melaksanakan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Unsur pimpinan inilah yang nantinya
diharapkan mampu membuat kebijakan-kebijakan yang positif tentang K3 dan
mampu menggerakkan aspek-aspek penunjang atau fasilitas sampai dengan
karyawan-karyawan level bawah untuk menjalankan fungsi K3 untuk mencapai
“Zero Accident”.
2. Perencanaan
19
Perencanaan disini dimaksudkan sebagai dasar penerapan program
kerja K3 yang nantinya akan dilaksanakan secara menyeluruh oleh seluruh
karyawan.
Dalam menentukan program kerja K3, idealnya komite K3 melakukan
assessment di area kerja mengenai masalah-masalah K3 di perusahaan
tersebut. Cara mudah biasanya menggunakan teknik berupa HIRARC (High
Identification Risk Assessment & Risk Control), yaitu suatu cara atau teknik
mengidentifikasi potensi-potensi bahaya yang kemungkinan menimbulkan
kecelakaan kerja atau penyakit kerja dan melakukan langkah penanggulangan
sebagai kontrol.
3. Pengorganisasian
Bentuk komitmen dari pimpinan perusahaan selain melalui kebijakan
tertulis, dapat juga memfasilitasi pembentukan komite K3 yang khusus
menangani permasalahan K3 yang terdiri dari berbagai wakil dari divisi yang
terlibat sesuai dengan kompetensinya masing-masing. Selain itu yang paling
penting untuk menggerakkan organisasi/komite K3 tersebut diperlukan seorang
ahli K3 yaitu seorang yang berkompeten di bidang K3 yang telah tersertifikasi
sebagai ahli K3. Dalam penerapan program kerja serta aktivitas-aktivitas K3
tidak bisa lepas dari visi dan misi ahli K3 tersebut yang mampu menggerakkan
jalannya organisasi kerja. Efektivitas komite K3 tentu saja diperhitungkan dari
penerapan program-program K3 yang tersistematis dan mendapatkan support
dari seluruh level karyawan.
4. Penerapan
Penerapan K3 tentu saja berkaitan dengan pelaksanaan aktivitas
program-program kerja K3 secara optimal. Harus disertai evidence serta bukti-
20
bukti lapangan mengenai penerapan program kerja tersebut. Contoh program
kerja yang bisa dilakukan yaitu semacam safety campaign, safety sign, safety
training, safety talk, safety for visitor, safety for contractor, simulasi dan
evakuasi, safety alert, dll.
5. Pelaporan
Setiap pelaporan program-program K3 harus dilakukan pelaporan
sebagai bukti evidence sehingga dapat dipertanggungjawabkan dan dapat
dilakukan perbaikan secara bertahap. Pelaporan K3 harus disusun secara rapi
sebagai penunjang administrasi K3 yang terintegrasi.
6. Evaluasi
Proses evaluasi memang sangat diperlukan sebagai bentuk pengukuran
efektivitas program atau penerapan K3 sudah sedemikian efektif atau belum.
Secara praktis biasanya dibentuk suatu tim auditor untuk melakukan audit dan
verifikasi mengenai penerapan yang dijalankan mengenai sistem manajemen
K3.
21
BAB 3
METODE PENELITIAN
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang permasalahan yang
akan dibahas, pengumpulan data yang diperoleh harus jelas, akurat, relevan,
objektif, dan dipertanggungjawabkan serta harus berkaitan dengan masalah
yang akan dibahas, mulai dari metode pengumpulan data, jenis sumber data
dan teknik analisis data.
3.1 Cara Pengumpulan Data
Adapun metode yang digunakan oleh penulis untuk memperoleh data-
data yang diperlukan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah:
1. Studi Lapangan (Field Research)
Studi Lapangan adalah perolehan data dengan cara melakukan
pengamatan langsung kepada pihak terkait yaitu pada bagian HSSE pada
PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I Medan.
Pengumpulan data ini dilakukan penulis dengan dua cara yaitu:
a. Observasi
Menurut Simanjuntak (2016:89), Observasi dilakukan dengan cara
langsung mengamati permasalahan di lapangan (checking on the spot).
Metode ini biasanya disertai dengan kegiatan-kegiatan lainnya, seperti
teknik rekam, teknik simak dan catat, serta dimungkinkan juga
memadukannya dengan teknik wawancara.
Penulis melakukan observasi ke lapangan dengan cara melihat
dokumen tentang sistem manajemen HSSE dan mengamati penerapan
22
keselamatan dan kesehatan kerja pada PT. Pertamina (Persero) Marketing
Operation Region I Medan, serta mencatat hasil-hasil pengamatan tersebut.
Dengan begitu penulis dapat memperoleh data yang diperlukan dalam
penulisan tugas akhir.
b. Wawancara
Menurut Simanjuntak (2016:91), Wawancara merupakan alat re-
checking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang
diperoleh sebelumnya. Metode pengumpulan data ini penulis melakukan
tanya jawab langsung dengan Analyst Compliance & Partnership Bapak
Wiskusa yang berada bagian HSSE pada PT. Pertamina (Persero)
Marketing Operation Region I Medan.
2. Metode Kepustakaan (Library Research)
Metode Kepustakaan adalah metode pengumpulan data informasi
yang dilakukan dengan menggunakan sumber-sumber tertulis untuk
memperoleh data (Simanjuntak 2016:92). Metode Kepustakaan dilakukan
dengan mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan judul Tugas
Akhir dengan membaca buku – buku ilmiah sebagai bahan referensi.
3.2 Jenis-jenis Sumber Data
Menurut Sugiyono (2017:225), bila dilihat dari sumber datanya, maka
pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder.
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain
atau dokumen. Adapun jenis sumber data yang diperoleh dalam menyelesaikan
Tugas Akhir ini adalah:
23
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan dan
langsung dari objek atau sumber datanya. Untuk dapat memperoleh data ini
maka penulis langsung melakukan wawancara kepada bagian HSSE pada PT.
Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I Medan.
2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh tanpa harus menemui
langsung objek dan sumber datanya, melainkan dapat diperoleh dari sumber
data lain seperti teori-teori yang terdapat pada buku-buku referensi yang ada.
3.3 Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2017:244) Analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan
temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Teknik analisis data yang dilakukan untuk penyusunan Tugas Akhir ini
dengan cara analisis deskriptif yaitu suatu teknik yang dilakukan dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan secara jelas tentang Penerapan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada PT. Pertamina (Persero) Marketing
Operation Region I Medan.
24
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah Perusahaan
PT. PERTAMINA (Persero) memiliki sejarah yang cukup panjang dalam
perjalanan bisnisnya. Pasca perang (1950) Pemerintah Republik Indonesia
mulai menginventarisasi sumber–sumber pendapatan negara dibidang migas,
namun pada saat itu pengelolaan ladang minyak bekas peninggalan jaman
Belanda ini penuh dengan sengketa. Oleh karena itu Pemerintah Republik
Indonesia mengambil sikap dengan merestrukturisasi PT. PERMINA menjadi
PN. PERMINA yang berarti pengeksplorasi migas di Indonesia hanya boleh
dilakukan oleh Negara.
Melalui satu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun
1968 yang dikeluarkan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20 Agustus 1968,
penggabungan antara PT. PERMINA yang bergerak di bidang produksi
dengan PT. PERTAMIN yang bergerak di bidang pemasaran bertujuan
menyatukan tenaga, modal dan sumber daya yang kala itu sangat terbatas.
Perusahaan gabungan tersebut dinamakan PT. Pertambangan Minyak dan
Gas Bumi Nasional (PERTAMINA).
Pemerintah menerbitkan Undang-Undang No. 8 tahun 1971 untuk
memperkuat Badan Usaha Milik Negara ini yang berisikan peran PERTAMINA
sebagai satu-satunya Perusahaan milik negara yang ditugaskan mengelola
dan menghasilkan migas dari ladang – ladang minyak di seluruh wilayah
Indonesia, mengolahnya menjadi berbagai produk dan menyediakan serta
24
25
melayani kebutuhan bahan bakar minyak & gas di seluruh Indonesia.
Seiring berjalannya waktu, menghadapi dinamika perubahan di industri
migas nasional maupun global, Pemerintah menerapkan Undang–Undang No.
22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. 9 Paska penerapan tersebut,
PERTAMINA memiliki kedudukan yang sama dengan Perusahaan minyak
lainnya.
Pada 17 September 2003 PERTAMINA berubah bentuk menjadi PT.
PERTAMINA (Persero) berdasarkan PP No. 31 Tahun 2003. Undang– undang
tersebut antara lain juga mengharuskan pemisahan antara kegiatan usaha
migas di sisi hulu dan hilir, hal ini bertujuan memfokuskan serta
mengoptimalkan usaha migas. Pada sektor hulu akan lebih terfokus pada
pencarian migas dan mengoptimalisasi pencarian cadangan minyak dan gas
bumi. Sedangkan di sektor hilir dapat difokuskan pada pengolahan,
pemasaran dan Niaga.
Pada 10 Desember 2005, sebagai upaya menghadapi persaingan bisnis,
PT. PERTAMINA (Persero) mengubah logo dari lambang kuda laut menjadi
anak panah dengan tiga warna dasar biru–hijau–merah. Logo tersebut
menunjukkan unsur kedinamisan serta mengisyaratkan wawasan lingkungan
yang diterapkan dalam aktivitas usaha Perseroan.
Pada 20 Juli 2006, PT. PERTAMINA (Persero) mencanangkan program
transformasi Perusahaan dengan 2 tema besar yakni fundamental dan bisnis.
Untuk lebih memantapkan program transformasi itu, pada 10 Desember 2007
PT. PERTAMINA (Persero) mengubah visi Perusahaan yaitu, “Menjadi
Perusahaan Minyak Nasional Kelas Dunia”. Menyikapi perkembangan global
yang berlaku, PT. PERTAMINA (Persero) mengupayakan perluasan bidang
26
usaha dari minyak dan gas menuju ke arah pengembangan energi baru dan
terbarukan, berlandaskan hal tersebut di tahun 2011 PT. PERTAMINA
(Persero) menetapkan visi baru Perusahaannya yaitu, “Menjadi Perusahaan
Energi Nasional Kelas Dunia”.
Aktivitas eksplorasi dan produksi panas bumi oleh Pertamina
sepenuhnya dilakukan di dalam negeri dan ditujukan untuk mendukung
program pemerintah menyediakan 10.000 Mega Watt (MW) listrik tahap
kedua. Di samping itu Pertamina mengembangkan CBM atau juga dikenal
dengan gas metana batubara (GMB) dalam rangka mendukung program
diversifikasi sumber energi serta peningkatan pasokan gas nasional
pemerintah.
Potensi cadangan gas metana Indonesia yang besar dikelola secara
serius yang dimana saat ini Pertamina telah memiliki 6 Production Sharing
Contract (PSC)-CBM.
Pertamina juga mengoperasikan Unit Kilang LNG Arun (Aceh) dan Unit
Kilang LNG Bontang (Kalimantan Timur). Sedangkan produk yang dihasilkan
meliputi bahan bakar minyak (BBM) seperti premium, minyak tanah, minyak
solar, minyak diesel, minyak bakar dan Non BBM seperti pelumas, aspal,
Liquefied Petroleum Gas (LPG), Musicool, serta Liquefied Natural Gas (LNG),
Paraxylene, Propylene, Polytam, PTA dan produk lainnya.
Selain itu Direktorat Gas, Energi Baru dan Terbarukan mengelola bisnis
Gas, Power, dan NRE sebagai core business Pertamina untuk 3 memperkuat
business positioning dan daya saing, mengoptimalkan profit serta mendukung
business sustainability Perseroan. Strategi:
1. Mengembangkan penguasaan pasar Gas, Power, dan NRE dengan
27
mengamankan sisi pasokan, serta meng-create dan memperluas pasar
untuk mengembangkan skala bisnis melalui optimalisasi bisnis eksisting
dan penguasaan resources baru.
2. Ekspansi pasar baru untuk mengakselerasi bisnis Direktorat GEBT di
bidang Gas, Power, dan NRE.
3. Mengembangkan resources dan bisnis baru sebagai new growth engine.
Sektor hilir Pertamina meliputi kegiatan pengolahan minyak mentah,
pemasaran dan niaga produk hasil minyak, gas dan petrokimia, dan bisnis
perkapalan terkait untuk pendistribusian produk Perusahaan.
Kegiatan pengolahan atau Refinery Unit (RU) terdiri dari:
1. RU II (Dumai),
2. RU II (Pakming),
3. RU III (Plaju),
4. RU IV (Cilacap),
5. RU V (Balikpapan),
6. RU VI (Balongan) dan
7. RU VII (Sorong).
Sedangkan kegiatan pemasaran atau Marketing Operation Region
(MOR) terdiri dari:
1. Marketing Operation Region I (Medan),
2. Marketing Operation Region II (Palembang),
3. Marketing Operation Region III (Jakarta),
4. Marketing Operation Region IV (Semarang),
5. Marketing Operation Region V (Surabaya),
6. Marketing Operation Region VI (Balikpapan),
28
7. Marketing Operation Region VII (Makassar), dan
8. Marketing Operation Region VIII (Irian Jaya).
4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan
Setiap perusahaan mempunyai visi dan misi agar tujuan perusahaan
tersebut dapat tercapai dengan baik. Adapun visi dan misi PT. Pertamina
(Persero) Marketing Operation Region I Medan dalah sebagai berikut:
1. Visi
“Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia” Untuk
mewujudkan Visi Perseroan sebagai Perusahaan kelas dunia, maka
Perseroan sebagai Perusahaan milik Negara (100% saham dimiliki
Negara) turut melaksanakan serta menunjang 10 kebijakan dan program
Pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada
umumnya, terutama di bidang penyelenggaraan usaha energi, yaitu minyak
dan gas bumi, energi baru dan terbarukan baik di dalam maupun di luar
negri. Pengembangan optimalisasi sumber daya yang dimiliki Perseroan
harus menghasilkan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan
berdaya saing kuat serta mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai
Perseroan dengan menerapkan prinsip – prinsip Perseroan Terbatas.
2. Misi
“Menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan
secara terintegrasi, berdasarkan prinsip – prinsip komersial yang kuat”.
Misi Perseroan menjalankan usaha inti minyak, gas, bahan bakar nabati
serta kegiatan pengembangan, eksplorasi, produksi serta niaga energi
baru dan terbarukan (new and renewble energy) secara terintegrasi.
29
4.1.3 Makna dan Logo Perusahaan
Gambar 4.1.3 Logo Pertamina
Sumber: PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I
Medan
Elemen logo membentuk huruf “P”, yang secara keseluruhan
merupakan representasi bantuk panah menggambarkan Pertamina
yang bergerak maju dan progresif.
Warna-warna mencolok, menunjukkan langkah besar yang diambil
Pertamina dan aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif
dan dinamis.
Warna merah, mencerminkan keuletan dan ketegasan serta
keberanian dalam menghadapi berbagai berbagai macam kesulitan.
Warna hijau, mencerminkan sumber daya energy yang berwawasan
lingkungan.
Warna biru, mencerminkan andal, dapat dipercaya dan bertanggung
jawab.
30
4.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi perusahaan merupakan susunan kerangka dasar
yang menyeluruh dan mempersatukan pembagian tugas-tugas dan tanggung
jawab dalam suatu organisasi perusahaan, sekaligus menetapkan hubungan
antara para personil atau staf yang melaksanakan tugas dan tanggung jawab.
Struktur organisasi juga dapat diartikan sebagai susunan hubungan-
hubungan antar komponen bagian-bagian dan posisi dalam suatu perusahaan
maupun instansi pemerintah.
Suatu organisasi mempunyai 3 faktor yaitu:
a. Adanya sekelompok orangnya
b. Adanya hubungan dan pembagian kerja diantara orang-orang
c. Adanya tujuan yang ingin dicapai
Pembentukan struktur organisasi bertujuan untuk menciptakan suatu
pola yang dapat mempertinggi efisiensi kerja. Karena struktur organisasi sangat
membantu karyawan untuk mengetahui posisinya dalam perusahaan apa yang
menjadi tugas atau fungsinya, apa yang menjadi tanggung jawabnya dan
kepada siapa dia harus bertanggung jawab.
31
Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero) Markteing Operation Region I
Medan:
Gambar 4.1.4 Struktur Organisasi
Sumber: PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I Medan
32
Untuk meningkatkan kegiatan kerja di PT. Pertamina (Persero)
Marketing Operation Region I Medan maka diadakan pembagian kerja dan
tanggung jawab yaitu:
1. General Manager
General Manager bertanggung jawab sebagai pengelola seluruh kegiatan
usaha pemasaran atas semua kebijakan direksi atau direktur hilir dalam rangka
pelaksanaan kegiatan pemasaran minyak dan gas bumi dan kegiatan
masyarakat atau konsumen terpenuhi secara optimal dan efisien dalam
memelihara perusahaan terhadap lingkungan.
Tugas Pokok:
a. Menyelenggarakan kegiatan usaha dalam penyediaan pelayanan dan
pemasaran bahan bakar minyak dan gas bumi dengan tepat kuantitas,
kualitas, waktu dan tempat secara optimal, efisien, serta ekonomis.
b. Menyelenggarakan pelayanan penunjang bagi kegiatan usaha pemasaran
serta pembinaan lingkungan dan keselamatan kerja.
c. Merencanakan pengawasan dan pemantauan atas pengelolaan keuangan
berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran.
d. Membina organisasi dan Sumber Daya Manusia dalam rangka menunjang
kegiatan perusahaan.
2. Manajer Penjualan
Manajer Penjualan bertanggung jawab sebagai perencanaan,
pengorganisasian, dan pengevaluasian kegiatan BBM dan NBBM, mutu produk
dan pelayanan lembaga penyalur, administrasi BBM dan NBBM yang ada, agar
kebutuhan pelanggan BBM dan Non BBM dapat terpenuhi, tepat waktu, tepat
jumlah dan tepat mutu.
33
Tugas Pokok:
a. Menyusun rencana, target, dan strategi serta evaluasi penjualan produk,
meliputi penjualan dan alokasi BBM, NBBM dan produk lainnya sesuai
permintaan pelanggan/lembaga penyalur dengan kesepakatan antara
General Manager Marketing Operation Region I dengan General Manager
Unit Usaha.
b. Membuat perencanaan dan pembinaan lembaga penyalur untuk
meningkatkan mutu pelayanan dan mutu produk serta pemeliharaan master
penyalur.
c. Menyelenggarakan kegiatan administrasi penjualan di bawah Unit
Pemasaran I sehingga jumlah BBM, NBBM dan produk khusus lainnya.
d. Melaksanakan kegiatan pembinaan SDM di lingkungan fungsi penjualan
untuk menunjang tercapainya target kinerja perusahaan.
3. Manajer Persediaan dan Distribusi
Manajer Persediaan dan Distribusi memiliki tanggung jawab
menyelenggarakan kegiatan pengadaan, pengendalian mutu penyaluran BBM
maupun NBBM sesuai dengan rencana, tepat waktu dan tersedia pada waktu
yang dibutuhkan.
Tugas Pokok:
a. Mengkoordinasi kegiatan pengadaan, penyimpanan, penerimaan, dan
pembekalan BBM serta pengaturan layanan dan transportasi.
b. Mengkoordinasi kegiatan penerimaan, penimbunan, BBM dan Non BBM
penyaluran kepada konsumen.
34
c. Menyusun rencana dan melaksanakan pengawasan distribusi BBM dan
NBBM serta gas untuk kebutuhan di wilayah kerja Pertamina Marketing
Operation Region I.
4. Kepala Marine
Kepala Marine bertanggung jawab mengkoordinir kegiatan
pengoperasian tankers untuk kelancaran operasi marine, kebendaraan di
bidang transportasi laut dan pelabuhan.
Tugas Pokok:
a. Mengatur kegiatan pengangkutan BBM dan lain – lain melalui laut agar
operasi perusahaan terkendali dengan lancer dan aman.
b. Mengatur kegiatan prasarana marine yang mencakup sarana tambal kapal,
navigasi dan lingkungan air agar siap pakai.
5. Manajer Keuangan
Manager Keuangan bertanggung jawab mengedalikan dan
mengkoordinasi pelaksanaan kegiatan keuangan meliputi anggaran,
perbendaharaan dan akuntansi di unit pemasaran serta laporan pertanggung
jawaban dapat dilaksanakan secara accountable dan auditable.
Tugas Pokok:
a. Mengkoordinasi penyusunan rencana kerja dan anggaran serta mengawasi
realisasi anggaran yang disusun sesuai dengan rencana kerja dan
realisasinya dapat berjalan dengan baik.
b. Mengkoordinasi dan mengawasi pelayanan jasa informasi pengolahan
data, pelayanan pertimbangan hukum dan pertahanan, pembinaan
hubungan pemerintah dan masyarakat serta kegiatan operasi pengamanan
fisik dan
35
c. non fisik untuk kelancaran dan keamanan operasi perusahaan berjalan
lancar.
d. Mengatur penyelenggaraan kegiatan perbendaharaan agar perolehan dana
dapat berjalan dengan baik.
e. Mengatur penyelenggaraan kegiatan akuntansi agar pemeriksaan,
penyusunan laporan dan pengendalian dapat terlaksana dengan baik.
f. Mengatur penyelenggaraan pembinaan aparatur fungsi keuangan agar
dapat meningkatkan kemampuan dan disiplin kerja.
6. Kepala LK3
Kepala LK3 bertanggungjawab mengkoordinasi, merencanakan dan
melaksanakan kegiatan pencegahan, penanggulangan terhadap potensi
bahaya pencemaran lingkungan, kebakaran, kecelakaan dan
meminimalisasikan kerugian perusahaan.
Tugas Pokok:
a. Menyelenggarakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
pengawasan pencegahan dan penanggulangan keselamatan kerja,
kesehatan kerja, kebakaran dan lindungan lingkungan untuk keserasian
lingkungan dan meminimalisasi kerugian perusahaan.
b. Menyelenggarakan kegiatan analisis di bidang keselamatan kerja,
pencegahan kebakaran, kesehatan lingkungan kerja dan perlindungan
lingkungan untuk meningkatkan program loss control perusahaan.
c. Menyelenggarakan pelatihan membina pekerja dan membuat laporan
administrasi dari fungsi LK3 untuk menjadikan pekerja yang profesional dan
laporan yang akan dipertanggung jawabkan.
36
7. Manajer SDM
Manajer SDM bertanggungjawab mengkoordinasi kegiatan sumber daya
manusia yang meliputi kegiatan perencanaan dan pembinaan pekerja,
hubungan industrial kesejahteraan dan jasa SDM, organisasi, prosedur dan
manejemen mutu, kesehatan dan pertahanan, hubungan masyarakat,
keamanan serta sistem informasi dan komunikasi untuk menunjang kegiatan
operasional unit pemasaran.
Tugas Pokok:
a. Mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pelayanan dan
perawatan kesehatan pekerja serta mengatur fasilitas pekerja dan keluarga
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan keluarga.
b. Mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan kegiatan sumber daya
manusia meliputi perencanaan dan pengkajian, perawatan kerja, penelitian,
pengusulan perbaikan norma dan rumah untuk kerja serta penyiapan
sarana, fasilitas kantor dan rumah untuk meningkatakan kesejahteraan
pekerja serta kelancaran pekerja kantor.
8. Manajer Layanan Jasa Teknik
Manajer Jasa Teknik bertanggung jawab dalam mengkoordinir dan
mengendalikan kegiatan layanan jasa teknik meliputi perencanaan dan
anggaran, pemeliharaan dan konstruksi, inspeksi serta pengadaan material
untuk kebutuhan operasi pemasaran sesuai dengan rencana, tepat waktu dan
tersedia pada waktu yang dibutuhkan.
Tugas Pokok:
37
a. Melaksanakan koordinasi perencanaan anggaran dan pemeliharaan
seluruh sarana pemasaran di unit pemasaran agar anggaran yang
tersedia dapat dimanfaatkan secara optimal.
b. Melaksanakan koordinasi kegiatan pembangunan baru dan pemeliharaan
seluruh sarana usaha di Unit Pemasaran agar pembangunan baru
maupun pemeliharaan terlaksana sesuai rencana.
c. Mengkoordinasi kegiatan pengadaan material, penyimpanan dan
pengiriman material untuk menunjang operasi pemasaran.
4.2 Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada PT.
Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I Medan
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu program yang sudah
diterapkan oleh PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I Medan.
Penerapan K3 sangat penting untuk mengendalikan risiko yang berdampak
pada kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Menurut Bapak Wiskusa bagian HSSE PT. Pertamina (Persero)
Marketing Operation Region I Medan, keselamatan dan kesehatan kerja
adalah upaya yang dilakukan suatu perusahaan untuk mengurangi risiko
kecelakaan kerja dan mengurangi kerugian dari aktivitas perusahaan baik
kerugian itu menimpa manusia, equipment dan environment.
.Pelaksanaan kegiatan K3 tidak hanya ditujukan pada tenaga kerja yang
berada di tempat kerja agar terjamin keselamatannya, tetapi juga bagaimana
dapat mengendalikan risiko terhadap peralatan, aset dan sumber produksi
sehingga dapat digunakan secara aman dan efisien agar terhindar dari
38
kecelakaan kerja. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada PT.
Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I Medan antara lain:
1. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) terdapat di sudut ruangan setiap bagian.
APAR adalah alat pemadam kebakaran protable, karena bentuknya yang
kecil dan praktis sehingga mudah dipindahkan dan dibawa kemana-mana.
(Lampiran Kedua)
2. Pada ruangan kerja setiap bagian terdapat kotak Pertolongan Pertama
pada Kecelakaan (P3K) sehingga apabila kecelakaan kecil terjadi,
pertolongan dapat segera dilakukan. (Lampiran Kedua)
3. Pada ruangan kerja setiap bagian terdapat pendingin ruangan. (Lampiran
Kedua)
4. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) untuk memberikan perlindungan
terhadap potensi-potensi bahaya yang tidak dapat dieliminasi. Alat
Pelindung Diri ini dugunakan jika karyawan di PT. Pertamina (Persero)
Marketing Operation Region I Medan melakukan kegiatan dinas yang
dilakukan setiap 3 bulan sekali. Secara umum, prosedur alat pelindung diri
minimal yang harus dipakai di area kerja yaitu helm, kacamata, sarung
tangan, rompi, sepatu safety. (Lampiran Ketiga)
4.2.1 Penyebab Kecelakaan Kerja pada PT. Pertamina (Persero) Marketing
Operation Region I Medan
Kecelakaan kerja bukan hanya menimbulkan kerugian material, korban
jiwa dan gangguan kesehatan bagi pekerja, tetapi dapat mengganggu proses
dalam bekerja. Adapun penyebab terjadinya kecelakaan kerja pada PT.
Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I Medan yaitu:
39
1. Kelalaian karyawan dalam bertindak disela pekerjaannya, sehingga hal-hal
kecil penyebab kecelakaan mungkin saja dapat terjadi.
2. Akibat peralatan yang sudah tidak layak pakai. Hal ini dapat terjadi karena
pekerja tidak melakukan pemeriksaan terlebih dahulu terhadap peralatan
yang akan digunakan sebelum memulai suatu pekerjaan.
3. Kesalahan dalam melakukan prosedur pekerjaan.
4. Kurangnya pengalaman yang dimiliki oleh karyawan dalam melakukan
pekerjaannya tidak maksimal dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan
oleh perusahaan, sehingga kesalahan yang menyebabkan terjadinya
kecelakaan dapat terjadi.
4.2.2 Cara Mengurangi Kecelakaan Kerja pada PT. Pertamina (Persero)
Marketing Operation Region I Medan
Adapun cara-cara mengurangi kecelakaan kerja pada PT. Pertamina
(Persero) Marketing Operation Region I Medan yaitu:
1. Menciptakan tempat kerja yang aman dan nyaman melalui penataan
ruangan, menjaga kebersihan lingkungan kerja dan mengatur suhu serta
penerangan yang cukup.
2. Memberi penjelasan kepada pekerja mengenai kondisi dan bahaya di
tempat kerja dan pemakaian APD.
3. Melakukan pemeriksaan berkala terhadap izin peralatan.
4. Melakukan pelatihan APAR untuk semua karyawan
5. Melakukan pengaturan waktu kerja sehingga setiap karyawan hanya bekerja
selama 8 jam dalam 1 hari kerja. Dengan 1 jam untuk waktu istirahat.
6. Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
40
4.2.3 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada PT. Pertamina
(Persero) Marketing Operation Region I Medan
Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja dapat terlaksana apabila
seluruh unsur yang berada di perusahaan, baik pihak manajemen maupun
tenaga kerja bersama-sama berkomitmen melaksanakan upaya pencegahan
kecelakaan kerja, tujuan keselamatan dan kesehatan kerja pada PT. Pertamina
(Persero) Marketing Operation Region I Medan adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan semangat kerja karyawan
Jika karyawan merasa nyaman dan tenang dalam bekerja, maka
pekerja akan semangat melakukan pekerjaan. PT. Pertamina selalu
memberikan kenyamanan dan ketenangan kepada seluruh karyawan agar
menambah semangat kerja.
2. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan
Jika keselamatan dan kesehatan kerja karyawan diperhatikan dengan
baik oleh perusahaan, maka akan meminimalisir resiko kecelakaan di
lingkungan kerja. Jika tingkat kecelakaan di suatu perusahaan rendah,
maka tidak ada hambatan untuk menyelesaikan pekerjaan atau aktivitas di
perusahaan. Dalam hal ini, para karyawan akan menyelesaikan pekerjaan
tepat waktunya sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
3. Mencegah dan meminimalisir resiko kecelakaan di lingkungan kerja
Hampir semua pekerjaan yang dilakukan karyawan memiliki tingkat
resiko masing-masing. Namun resiko setinggi apapun dapat dicegah dan
diminimalisir dengan diterapkannya sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yang baik dalam perusahaan.
41
4. Meningkatkan motivasi atau gairah para pekerja
PT. Pertamina selalu melindungi keselamatan dan kesehatan kerja
karyawan sehingga karyawan dapat memaksimalkan semua
kemampuannya dalam bekerja tanpa rasa khawatir.
4.2.4 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada PT. Pertamina
(Persero) Marketing Operation Region I Medan
Program-program K3 yang dilakukan PT. Pertamina (Persero) Marketing
Operation Region I Medan yaitu:
1. Melakukan sosialisasi kepada pekerja untuk membahas pentingnya
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja melalui safety meeting yang
dilaksanakan setiap bulannya oleh bagian HSSE.
2. Memasang rambu-rambu K3. Penggunaan simbol dalam rambu-rambu K3
sangatlah penting untuk mengkomunikasikan peraturan ataupun petunjuk di
area tertentu. Rambu-rambu K3 yang terdapat di kantor PT. Pertamina
(Persero) Marketing Operation Region I Medan yaitu:
a. Rambu K3 Dilarang Merokok
Gambar 4.2.4 Rambu K3
Sumber: PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I Medan
Puntung rokok, serta merokok di kawasan yang dilarang merokok
dapt menjadi salah satu penyebab kecelakaan kerja jika tidak ditangani
42
sesuai dengan aturan yang ada. Adanya rambu “DILARANG
MEROKOK” menjadi salah satu langkah pencegahan terjadinya
kecelakaan kerja.
b. Rambu K3 Jagalah Kebersihan
Gambar 4.2.4 Rambu K3
Sumber: PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I Medan
Kebersihan dapat menjadi pendukung keberhasilan keselamatan kerja.
Rambu “JAGALAH KEBERSIHAN” menjadi salah satu pengingat agar
karyawan dapat selalu menjaga kebersihan yang ada, sehingga dapat
meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja.
c. Rambu Jalur Evakuasi
Gambar 4.2.4 Rambu K3
Sumber: PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I Medan
Jalur evakuasi sangat berperan penting dalam keadaan darurat saat
terjadinya kecelakaan kerja (kebakaran, gempa bumi, dan lainnya). Rambu
43
atau petunjuk K3 menjadi penting untuk mendukung terlaksananya SMK3.
Petunjuk jalur evakuasi yang terletak disetiap dinding-dinding lorong yang
mudah dilihat ini bertujuan untuk dapat mempermudah karyawan saat
terjadinya kecelakaan kerja sehingga dapat meminimalisir korban saat
terjadinya kecelakaan kerja.
3. Melakukan kampanye K3. Kampanye ini dapat didefinisikan sebagai
sebuah program yang ditujukan untuk mempengaruhi pekerja untuk berfikir
atau bertindak secara aman. Tujuan dari program kampanye K3 untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Program kampanye K3 yang
dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I
Medan yaitu melalui poster-poster dan banner. Adapun poster-poster K3
tersebut yaitu:
a. Sehat untuk Bekerja (Fit to Work)
Gambar 4.2.4 Poster K3
Sumber: PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I Medan
Tingkat kesehatan pekerja dapat berdampak terhadap keselamatan
dalam pelaksanaan pekerjaan. Setiap pekerja yang akan bekerja, terutama
untuk pekerja yang melaksanakan pekerjaan dengan risiko tinggi diharuskan
berada dalam kondisi “Fit” sesuai dengan beban kerjanya.
Pekerja diharuskan:
44
1. Melakukan Medical Check Up (MCU) sesuai dengan potensi bahaya di
lingkungan kerjanya dan jadwal yang telah ditetapkan (maksimum masa
berlaku MCU adalah satu tahun)
2. Melaporkan kepada pengawas apabila merasa kurang fit untuk bekerja
3. Menjalankan pola hidup sehat agar kesehatan dapat terjaga dan fit untuk
melakukan pekerjaan
4. Melakukan pemeriksaan kesehatan harian, sebelum melakukan
pekerjaan yang berisiko tinggi (ketinggian, confined spaces,
pengoperasian alat berat, dll)
Pengawas Pekerjaan Wajib:
1. Memastikan setiap personel melakukan MCU sesuai dengan potensi
bahaya di lingkungan kerjanya dan sesuai jadwal yang ditetapkan
2. Memastikan setiap personel dalam status fit untuk bekerja, dan telah
melakukan pemeriksaan kesehatan harian untuk personel yang
melaksanakan pekerjaan dengan risiko tinggi
b. Alat dan Peralatan (Tools and Equipment)
Gambar 4.2.4 Poster K3
Sumber: PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I Medan
45
Penggunaan peralatan dan perlengkapan yang tepat serta layak
pakai salah satu kunci pencegahan kecelakaan.
Pekerja diharuskan:
1. Memeriksa semua peralatan sebelum digunakan dan pastikan peralatan
yang akan digunakan dalam kondisi baik serta sesuai dengan pekerjaan
yang akan dilakukan
2. Waspada terhadap titik bahaya, titik jepit, dan potensi bahaya
3. Kenakan alat pelindung diri yang sesuai dengan hasil penilaian risiko
Pengawas pekerjaan wajib:
1. Memastikan peralatan dan perlengkapan yang sesuai dan layak pakai
tersedia untuk pelaksanaan pekerjaan
2. Memastikan seluruh personel yang terlibat dalam pekerjaan
mengenakan alat perlindungan diri yang sesuai
3. Menghentikan pekerjaan jika pekerjaan tidak aman untuk dilaksanakan
c. Mengemudi dengan Aman (Safety Driving)
Gambar 4.2.4 Poster K3
Sumber: PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I Medan
46
Ketika mengemudi, pengemudi dituntut untuk selalu menaati semua
peraturan yang ada, dengan selalu mengemudikan kendaraan dengan baik
dan benar maka akan terhindar dari suatu kecelakaan.
Pengemudi diharuskan:
1. Melakukan pemeriksaan awal kondisi kendaraan sebelum mengemud
2. Mematuhi semua peraturan lalu lintas
3. Tidak menggunakan telephone dan merokok pada saat mengemudi
4. Tidak mengemudi dalam pengaruh obat-obatan dan alkohol
5. Tidak mengemudi ketika lelah dan ngantuk
6. Beristirahat 30 menit setiap mengemudi selama 4 jam
4.2.5 Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) pada PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I
Medan
PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I Medan telah
menerapkan SMK3 agar tercapainya tujuan K3 perusahaan. Terbukti dengan
PT. Pertamina (Persero) telah memiliki sertifikasi OHSAS 18001. OHSAS
18001 adalah standar menetapkan persyaratan dari suatu penerapan SMK3.
Penerapan SMK3 pada PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I
Medan mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Menekan angka kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja.
2. Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman bagi karyawan
sehingga terciptanya suasana yang menyenangkan bagi seluruh karyawan.
3. Mengurangi kerugian material perusahaan serta korban jiwa.
4. Menjamin kesehatan pekerja agar terbebas dari penyakit akibat kerja
47
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Setelah penulis melakukan penelitian dan evaluasi data untuk
menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I
Medan” maka penulis mengambil simpulan sebagai berikut:
1. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada PT. Pertamina
(Persero) Marketing Operation Region I Medan telah terlaksana dengan baik
dan sesuai dengan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3).
2. PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I Medan telah
melakukan program-program K3 melalui poster-poster, rambu-rambu dan
sosialisasi tentang keselamatan dan kesehatan kerja untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja.
3. PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I Medan telah
menyediakan peralatan keselamatan kerja seperti alat-alat pelindung diri
yang memadai.
48
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan kepada
PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I Medan adalah:
1. Bagian HSSE PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I
Medan diharapkan selalu menghimbau kepada setiap karyawan agar selalu
mengikuti peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan,
terutama mengenai peraturan penerapan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yang wajib diterapkan saat melakukan setiap pekerjaan agar setiap
karyawan merasa aman saat melakukan pekerjaan.
49
DAFTAR PUSTAKA
Kasmir. 2018. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Keempat. Depok:
Rajawali Pers.
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2017. Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan. Cetakan Kesebelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sholihah, Qomariyatus dan Wahyudi Kuncoro. 2014. Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Simanjuntak, Pantas. 2016. Tata Tulis Laporan. Medan: USU Press.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sunyoto, Danang. 2019. Manajemen dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia. Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Publishing Service)
Triwibowo, Cecep dan Mitha E. Pusphandani. 2017. Kesehatan Lingkungan
dan K3. Cetakan Kedua. Yogyakarta: Nuha Medika.
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
DAFTAR WAWANCARA
Penulis : Apa pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja?
Pak Wiskusa : Keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya yang dilakukan
suatu perusahaan untuk mengurangi risiko kecelakaan kerja
dan mengurangi kerugian dari aktivitas perusahaan baik
kerugian itu menimpa manusia, equipment dan environment.
Penulis : Apa penyebab kecelakaan kerja yang terjadi di PT. Pertamina
(Persero) Marketing Operation Region I Medan?
Pak Wiskusa: Penyebab terjadinya kecelakaan kerja yaitu karena kelalaian
karyawan dalam bertindak di sela pekerjaannya, sehingga hal-
hal kecil penyebab kecelakaan dapat terjadi. Dan kecelakaan
kerja juga terjadi akibat peralatan yang sudah tidak layak pakai.
Penulis : Bagaimana cara mengurangi kecelakaan yang terjadi di PT.
Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I Medan?
Pak Wiskusa : Cara mengurangi kecelakaan kerja dengan menciptakan tempat
kerja yang aman dan nyaman melalui penataan ruangan,
menjaga kebersihan lingkungan kerja an mengatur suhu serta
penerangan yang cukup. Kemudian melakukan pemeriksaan
berkala terhadap izin peralatan, melakukan pelatihan APAR
untuk semua karyawan, dan menerapkan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3).
Penulis : Apa tujuan yang ingin dicapai oleh PT. Pertamina (Persero)
Marketing Operation Region I Medan dalam melakukan
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja?
Pak Wiskusa : Tujuan yang ingin dicapai dalam menerapkan keselamatan dan
kesehatan kerja yaitu untuk mecegah dan meminimalisir resiko
kecelakaan di lingkungan kerja, meningkatkan semangat kerja
karyawan dan meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
Penulis : Apakah PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I
Medan melakukan program-program keselamatan dan
kesehatan kerja?
Pak Wiskusa : PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I Medan
telah melakukan program-program keselamatan dan kesehatan
kerja melalui sosialisasi kepada pekerja untuk memahas
pentingnya penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
Kemudian memasang ramu-rambu K3 dan melakukan
kampanye K3.
Penulis : Bagaimana penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I Medan?
Pak Wiskusa: PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I Medan
telah melakukan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja
dengan menyediakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di
setiap sudut ruangan, menyediakan Alat Pelindung Diri (APD),
menyediakan kotak Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
(P3K).
LAMPIRAN 5
LAMPIRAN 6