PENERAPAN KARAKTERISTIK WAYANG PUNAKAWAN …

9
Jurnal AGORA Vol. 17 No. 1 Juli 2019 : 16-24 DOI: http://dx.doi.org/1025105/agora.v17i1.7489 ISSN 1411-9722 (Print) ISSN 2622-500X (Online) 16 PENERAPAN KARAKTERISTIK WAYANG PUNAKAWAN TERHADAP BENTUK PERANCANGAN CONVENTION CENTER DI SURAKARTA IMPLEMENTATION OF WAYANG CHARACTERISTIC TOWARD DESIGN FORM OF CONVENTION CENTER IN SURAKARTA Fitria Meralda * 1 , Dr. Ir. A. Hadi Prabowo, MT 2 , Ir. Endhi I Purnomo, MSP 1,2 Universitas Trisakti, Jakarta Barat 3 Jurusan Arsitektur, Universitas Trisakti, Jakarta *e-mail: 1 [email protected], 2 [email protected], 3 [email protected] ABSTRAK Wayang merupakan salah satu kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di masyarakat Jawa. Wayang juga bukan hanya sebagai sarana hiburan namun juga sebagai sarana komunikasi melalui lakon cerita pewayangan yang dianggap merupakan cerminan kehidupan manusia dan mengandung makna moral pada cerita ini. Salah satu cerita wayang yang terkenal di Jawa Tengah yaitu Wayang Punakawan. Punakawan ini memiliki empat karakter utama yaitu Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Keempat karakter ini sendiri mencerminkan berbagai karakter manusia. Tujuan penerapan Wayang Punakawan ini agar generasi anak muda saat ini tidak melupakan kesenian yang sangat berharga ini dan dapat dilestarikan di kemudian harinya. Penerapan budaya ini juga penting untuk menjual daya tarik wisata agar para pendatang mengetahui kekhasan dari daerah setempat. Metode identifikasi karakteristik tokoh wayang ini melalui metode teori kajian semiotika dengan bantuan studi literatur sehingga menghasilkan masing-masing karakteristik sifat maupun fisik pada Punakawan ini. Hasil kajian ini akan diinterpretasikan sebagai tampilan visual pada perancangan Convention Center di Surakarta. Arsitektur Semiotika merupakan ilmu mengenai bagaimana tanda dapat diidentifikasi. Identifikasi karakteristik dari budaya tersebut dapat dibantu juga dengan metode deskriptif yang dibantu dengan studi literatur. Melalui metode inilah sebagai proses bagaimana identifikasi karakteristik Punakawan yang dituangkan kedalam tampilan arsitektural dari perancangan ini. Kata kunci: Wayang, Punakawan, Semiotika, Convention Center ABSTRACT Puppet or wayang is one of the traditional arts that grows and develops in Javanese society. Puppet is also not only as a means of entertainment but also as a means of communication through story plays that are considered a reflection of human life and contain moral meaning in this story. One of the famous wayang stories in Central Java is Punakawan Puppet. Punakawan has four main characters namely Semar, Gareng, Petruk, and Bagong. These four characters themselves reflect various human characters. The purpose of implementing this Punakawan Puppet is so that the current generation of young people will not forget this very valuable art and can be preserved later on. The application of this culture is also important to sell tourist attractions so that migrants know the uniqueness of the local area. The method of identifying the characteristics of this puppet character through the semiotic study theory method with the help of literature studies so as to produce each of the physical and physical characteristics of this Punakawan. The results of this study will be interpreted as a visual display in the design of the Convention Center in Surakarta. Semiotic Architecture is the science of how signs can be identified. Identification of the characteristics of these cultures can also be helped by descriptive methods which are aided by the study of literature.

Transcript of PENERAPAN KARAKTERISTIK WAYANG PUNAKAWAN …

Page 1: PENERAPAN KARAKTERISTIK WAYANG PUNAKAWAN …

Jurnal AGORA

Vol. 17 No. 1 Juli 2019 : 16-24

DOI: http://dx.doi.org/1025105/agora.v17i1.7489

ISSN 1411-9722 (Print)

ISSN 2622-500X (Online)

16

PENERAPAN KARAKTERISTIK WAYANG PUNAKAWAN

TERHADAP BENTUK PERANCANGAN CONVENTION

CENTER DI SURAKARTA

IMPLEMENTATION OF WAYANG CHARACTERISTIC

TOWARD DESIGN FORM OF CONVENTION CENTER IN

SURAKARTA

Fitria Meralda *1, Dr. Ir. A. Hadi Prabowo, MT2, Ir. Endhi I Purnomo, MSP 1,2Universitas Trisakti, Jakarta Barat

3Jurusan Arsitektur, Universitas Trisakti, Jakarta

*e-mail: [email protected], [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Wayang merupakan salah satu kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di

masyarakat Jawa. Wayang juga bukan hanya sebagai sarana hiburan namun juga sebagai

sarana komunikasi melalui lakon cerita pewayangan yang dianggap merupakan cerminan

kehidupan manusia dan mengandung makna moral pada cerita ini. Salah satu cerita wayang

yang terkenal di Jawa Tengah yaitu Wayang Punakawan. Punakawan ini memiliki empat

karakter utama yaitu Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Keempat karakter ini sendiri

mencerminkan berbagai karakter manusia. Tujuan penerapan Wayang Punakawan ini agar

generasi anak muda saat ini tidak melupakan kesenian yang sangat berharga ini dan dapat

dilestarikan di kemudian harinya. Penerapan budaya ini juga penting untuk menjual daya

tarik wisata agar para pendatang mengetahui kekhasan dari daerah setempat. Metode

identifikasi karakteristik tokoh wayang ini melalui metode teori kajian semiotika dengan

bantuan studi literatur sehingga menghasilkan masing-masing karakteristik sifat maupun

fisik pada Punakawan ini. Hasil kajian ini akan diinterpretasikan sebagai tampilan visual pada

perancangan Convention Center di Surakarta. Arsitektur Semiotika merupakan ilmu

mengenai bagaimana tanda dapat diidentifikasi. Identifikasi karakteristik dari budaya

tersebut dapat dibantu juga dengan metode deskriptif yang dibantu dengan studi literatur.

Melalui metode inilah sebagai proses bagaimana identifikasi karakteristik Punakawan yang

dituangkan kedalam tampilan arsitektural dari perancangan ini.

Kata kunci: Wayang, Punakawan, Semiotika, Convention Center

ABSTRACT

Puppet or wayang is one of the traditional arts that grows and develops in Javanese society.

Puppet is also not only as a means of entertainment but also as a means of communication

through story plays that are considered a reflection of human life and contain moral meaning

in this story. One of the famous wayang stories in Central Java is Punakawan Puppet.

Punakawan has four main characters namely Semar, Gareng, Petruk, and Bagong. These

four characters themselves reflect various human characters. The purpose of implementing

this Punakawan Puppet is so that the current generation of young people will not forget this

very valuable art and can be preserved later on. The application of this culture is also

important to sell tourist attractions so that migrants know the uniqueness of the local area.

The method of identifying the characteristics of this puppet character through the semiotic

study theory method with the help of literature studies so as to produce each of the physical

and physical characteristics of this Punakawan. The results of this study will be interpreted

as a visual display in the design of the Convention Center in Surakarta. Semiotic Architecture

is the science of how signs can be identified. Identification of the characteristics of these

cultures can also be helped by descriptive methods which are aided by the study of literature.

Page 2: PENERAPAN KARAKTERISTIK WAYANG PUNAKAWAN …

AGORA, Jurnal Arsitektur, Volume 17, Nomor 1, Juli 2019

17

Through this method as a process of identifying the characteristics of Punakawan as outlined

in the architectural appearance of this design.

Keywords : Wayang, Punakawan, Semiotika, Convention Center

A. PENDAHULUAN

Convention Center merupakan tempat

penyelenggaraan MICE. MICE merupakan

fasilitas yang mewadahi dari Meeting,

Incentive, Convention, Exhibition dalam skala

nasional dan internasional. MICE merupakan

aset negara artau kota itu sendiri karena

menjual daya tarik wisatanya sehingga

tampilan visual dari bangunannya penting.

Wisatawan akan mengidentifikasi makna dan

fungsi dari bangunan tersebut melalui tampilan

visualnya. Tampilan visual dari suatu bangunan

bisa diidentifikasi dari budaya atau kebiasaan

dari daerah yang ditempati tersebut.

Perancangan Convention Center ini akan

dibangun di Surakarta.

Wayang merupakan salah satu hasil budaya

kesenian Jawa Tengah. Salah satu cerita

wayang yang terkenal yaitu Wayang

Punakawan. Wayang Punakawan merupakan

salah satu peninggalan Sunan Kalijaga yang

bertujuan untuk menyebarkan Agama Islam

pada masa transisi Hindu sekitar tahun 1500 di

Kerajaan Demak. Kebudayaan Wayang

Punakawan dapat mewakilkan budaya yang

dapat dijual daya tarik wisatanya agar menarik

para wisatawan yang datang ke Kota Surakarta.

Perlunya gagasan pengembangan ide agar

bangunan ini menjadi makna dari cerita Wayng

Punakawan ini.

Arsitek berkeinginan mengajak orang awam

untuk memahami desainnya dalam bentuk

komunikasi. Dalam perkembangan arsitektur,

gaya semiotika mulai banyak digunakan sejak

arsitektur post-modern yaitu dimana arsitek

mulai menyadari kesenjangan arsitek dengan

orang awam yang merupakan pemakai

lingkungan itu sendiri. Oleh sebab itu

diperlukan pemahaman dan pemakaian

arsitektur semiotik yang dimana membahas

tentang hubungan antara tanda dan bagaimana

manusia mengartikannya. Tanda-tanda yang

dimanfaatkan untuk beromunikasi antar

manusia perlu dikaji berdasarkan konvensi,

contohnya penggunaan simbol. Di dalam

semiotika arsitektur terdapat tiga unsur yaitu

sintaksis, pragmatik, dan semantik.

Berdasarkan penjelasan diatas, muncul

pemikiran untuk mendesain sebuah Convention

dan Expo center di Surakarta yang

mengedepankan unsur ciri khas dari karakter

wayang Punakawan dan makna yang ingin

disampaikan. Teori Arsitektur Semiotik dapat

dikatakan sesuai untuk dijadikan pendekatan

dalam perancangan ini.

Permasalahan yang akan dipecahkan adalah

bagaimana konsep perencanaan dan

perancangan Convention dan Expo Center

dengan menerapkan konsep arsitektur

semiotika pada elemen bangunan, bentuk masa

serta ornamen arsitektural yang terinspirasi dari

cerita wayang Punakawan.

Tujuan

Tujuan yang ingin didapat dalam perancangan

ini ialah menyusun konsep perencanaan dan

perancangan Convention dan Expo Center

dengan menerapkan konsep arsitektur

semiotika pada elemen bangunan, bentuk masa,

serta ornamen arsitektural.

Page 3: PENERAPAN KARAKTERISTIK WAYANG PUNAKAWAN …

Fitria Meralda:Penerapan Karakteristik Wayang Punakawan Terhadap Bentuk Perancangan Convention Center

Di Surakarta (16-24)

18

B. STUDI PUSTAKA

Tampilan visual yang akan dirancang pada

perancangan ini akan mengambil dari kisah

Wayang Punakawan. Punakawan berasal dari

kata pana yang bermakna ”paham”, dan kawan

yang bermakna “teman”. Maksudnya ialah, para

punakawan tidak hanya sekedar abdi atau

pengikut biasa, namun mereka juga memahami

apa yang sedang menimpa majikan mereka.

Bahkan seringkali mereka bertindak sebagai

penasehat majikan mereka (Kaelola, 2010: 257-

258). Sunan Kalijaga membuat Punakawan

untuk tujuan menyebarkan agama Islam pada

masa transisi Hindu. Makna dari Punakawan

ialah mengingatkan manusia agar selalu ingat

Tuhan dalam kelebihan dan kekurangan pada

masing-masing individu dalam melakukan

apapun. Punakawan terdiri dari 4 tokoh yaitu

Semar, Gareng, Petruk, serta Bagong. Keempat

karakter ini akan diuraikan sebagai berikut.

Pertama, Semar mempunyai sifat jujur, tidak

sombong, dan bijaksana dan merupakan

karakter utama yang disegani oleh para kstaria

atau lawannya. Semar memiliki ciri rambut

kuncung yang mewakili jiwa muda namun

berwajah tua dan badannya gemuk. Semar

memiliki mata yang sayu atau terlihat sedih.

Kedua, Gareng merupakan anak angkat Semar

yang mempunyai sifat percaya diri namun tidak

pandai berbicara sehingga selalu salah persepsi.

Secara fisik, Gareng memiliki banyak

kekurangan yaitu mata juling, cacat tangan dan

kaki. Ketiga, Petruk merupakan anak kedua dari

Semar. Ia memiliki sifat panjang akal, cerdas,

dan pandai berbicara. Secara fisik, Petruk

merupakan karakter yang paling sempurna

diantara semua tokoh Punakawan. Petruk

memiliki hidung yang mancung dan tubuh yang

tinggi dan kurus dan memiliki kaki dan tangan

yang panjang. Keempat, Bagong adalah anak

terakhir yang dimana merupakan bayangan dari

Semar ini sendiri. Secara fisik hampir sama

seperti Semar yang membedakan adalah mata.

Mata Bagong terlihat besar menyala dan

memiliki mulut yang lebar. Bagong memiliki

watak penghibur sehingga penuh dengan

lelucon hingga kadang-kadang menunjukkan

ketidaksopanannya. Bagong memiliki tangan

dengan jarinya yang lebar bermakna bahwa

Bagong siap untuk bekerja keras.

Pada setiap cerita pagelaran wayang,

Gunungan merupakan hal yang penting.

Gunungan merupakan simbol kehidupan.

Makna bentuk gunungan merupakan segi lima

dan bentuk yang meruncing ke atas adalah

makna bahwa manusia di hidup ini menuju yang

di atas yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

Definisi Convention adalah pertemuan secara

umum dan formal oleh sekumpulan orang dari

kelompok social atau kelompok bisnis

bertujuan untuk bertukar pikiran atau pendapat

dan informasi yang berkaitan dengan situasi

tertentu atau permasalahan maupun kebijakan

dari para pesertanya dan biasanya ditentukan

oleh waktu yang terbatas tanpa frekuensi yang

harus ditentukan (Fred Lawson, 1981).

Tampilan visual yang dapat diterapkan pada

convention center ini yaitu melalui pendekatan

arsitektur semiotika. Istilah semiotika itu

sendiri berasal dari bahasa Yunani “semeion”

yang memiliki arti sebagai tanda. Tanda akan

menyampaikan suatu informasi sehingga

pendekatan ini bersifat komunikatif. Kajian

teori semiotika yang berada di keilmuan seni

desain rupa dan komunikasi dapat dijadikan

sebagai alat pengkaji makna wayang terutama

wayang Punakawan sehingga dapat digunakan

oleh desainer sebagai sumber inspirasi untuk

ide desain visual perancangan Convention

Center ini.

Teori semiotika yang akan digunakan yaitu

teori semiotika oleh Charles Sanders Pierce.

Page 4: PENERAPAN KARAKTERISTIK WAYANG PUNAKAWAN …

AGORA, Jurnal Arsitektur, Volume 17, Nomor 1, Juli 2019

19

Sachari menjelaskan tentang teori semiotika

Pierce dalam bukunya yang berjudul

“Metodologi Penelitian Budaya Rupa” bahwa

seiotika merupakan segi relasi tanda antara satu

tanda dengan tanda lainnya. Teori semiotika

Pierce terdiri dari tiga kelompok utama, yaitu:

-Semiotika Sintaksis, membahas tanda dalam

tata ruang serta kerja sama atau kesamaan

antara tanda tersebut.

-Semiotika Semantik, mempelajari tentang

hubungan atara tanda dengan donatatum atau

penafsirannnya serta menyangkut arti dan

makna dari bentuk-bentuk arsitektur.

-Semiotika Pragmatik, mempelajari tentang

pengaruh tanda dengan pemakai bangunannya

yang brtkaitan dengan fungsi dari tanda

tersebut.

Arsitektur semiotika semantik merupakan

wujud tanda yang dapat diamati, dipahami, dan

dibaca. Semantik merupakan bagian yang

membahas tentang makna dan arti dibalik

sebuah tanda elemen pembentuk arsitektur.

Terdapat empat unsur yang akan dibahas dalam

pendekatan semantik ini yaitu: Referensi,

relevansi, maksud, dan ekspresi. Namun unsur-

unsur tersebut tidak harus semua digunakan

dalam sebuah perancangan. Penggunaannya

disesuaikan dengan objek perancangan. Ada

beberapa variabel semantik untuk memperjelas

setip unsur semantik diatas yaitu dalam

bentuk/wujud, ukuran/skala, pola/susunan,

bahan/konstruksi, serta letak/posisi (Zahnd,

2009).

Transformasi bentuk dari makna cerita

Wayang Punakawan pada desain perancangan

ini akan berkaitan langsung dengan teori

Wucius Wong yang ada dalam buku “Beberapa

Asas Merancang Trimatra” (1989:9) yang

membahas tentang kajian semiotika sebagai

kajian terhadap unsur rupa suatu objek visual

atau simbol. Penentuan penampilan akhir

sebuah rancangan dapat dilihat dengan kajian

bahasa rupa dalam semiotika, yang dimana

makna dari bahasa rupa merupakan kerangka

dasar dalam sebuah perancangan desain pada

suatu bangunan. Teori Wucius Wong, Sachari

(2005:71) meringkas bahwa bahasa rupa

seperti bahasa lain memiliki kaidah, asas, atau

konsep dibaliknya. Desain sebagai bahasa rupa

memiliki empat kelompok aspek, yaitu:

1. Aspek Konsep, terdiri dari titik, garis,

bidang,dan volume.

2. Aspek Rupa, terdiri dari bentuk, ukuran,

warna, dan tekstur.

3. Aspek Pertalian, terdiri dari arah,

kedudukan, ruang, gaya, dan berat.

4. Aspek Peranan, terdiri dari gaya, makna,

dan tugas.

Dalam penerapan makna dari Wayang

Punakawan ini diperlukan metode

transformasi desain untuk menghasilkan

hasil akhir bentuk perancangan ini. Setelah

mengkaji tentang makna cerita Punakawan

ini, di dalam arsitektur perlunya metode

transformasi agar mempermudah dalam

menerapkan hasil kajian makna tersebut ke

dalam bentuk arsitektural. Metode

transformasi yang akan digunakan

menggunakan prinsip peminjaman atau

borrowing dari makna Wayang Punakawan

tersebut dengan kriteria batasan internal

(fungsi, program ruang) dan artistik sebagai

gagasan awal perancang secara individu

(kemampuan, kemauan, dan sikap

perancang).

Parameter semiotika semantik yang

digunakan sebagai acuan transformasi

bentuk dari kajian wayang Punakawan ini

adalah dari bentuk/wujud dari masing-

masing karakternya serta makna dari sifat

mereka yang dituangkan kedalam tata ruang

massa.

Page 5: PENERAPAN KARAKTERISTIK WAYANG PUNAKAWAN …

Fitria Meralda:Penerapan Karakteristik Wayang Punakawan Terhadap Bentuk Perancangan Convention Center

Di Surakarta (16-24)

20

C. METODE PERANCANGAN

Tampilan visual pada desain perancangan ini

tidak bisa tercapai dan tepat sasaran jika dalam

perancangannya tidak mendalami terlebih

dahulu tentang karakter wayang Punakawannya

itu sendiri. Perlunya analisa bahasa rupa

wayang Punakawan dan hasilnya daat

digunakan sebagai sumber inspirasi visual

perancangan. Setelah analisis tentang bahasa

rupa wayang Punakawan ditelusuri, dalam

arsitektur juga terdapat metode untuk

mengaplikasikan atau menerapkanobjek hasil

kajian bahasa rupa tersebut ke dalam desain

bentuk serta tampilan visual pada perancangan

dengan metode transformasi desain. Tahap

transformasinya adalah:

1. Tahap pertama yaitu menghubungkan

kriteria konsep visual perancangan ini

dengan hasil kajian yang telah

dilakukan (prinsip borrowing) dengan

kriteria batasan fungsi dan program

serta gagasan awal (internal). Skematik

desain satu (S1) akan dihasilkan dari

hubungan ritreia diatas.

2. Skematik desain satu dengan kriteria

program tapak seperti zoning, tata

massa dan eksterior yang diperoleh dari

hasil analisis kriteria eksternal/teori

prinsip transformasi tradisional

menjadi tahapan selanjutnya.

Transformasi ini akan mencapai

tahapan skemasik desain dua/s2 yang

selanjutnya akan menjadi referensi

desain perancangan yang disesuaikan

dengan kondisi tapak perancangan

Convention dan Expo Center.

3. Dalam proses transformasi selanjutnya

akan memperoleh referensi desain yang

nantinya menempuh tahap

perancangan pengembangan, yang

dimana pengembangan hasil referensi

hingga menjadi produk akhir.

Pengembangan desain menggunakan

beberapa metode yaitu metode

pragmatis, teknik digitalisasi, hingga

permodelan. Hasil akhir berupa gambar

kerja mulai dari site plan hingga detail

arsitektural yang khususnya

menunjukan elemen visual arsitektur

Connvention dan Expo Center dari

pengaplikasian tampilan bahasa rupa

wayang Punakawan dan animasi.

Untuk skema proses transformasi dalam

perancangan berikut di bawah ini:

D. HASIL PEMBAHASAN

1. Lokasi Perencanaan Tapak

Perancangan Convention dan Expo Center

berada di kawasan PKN yaitu Pusat Kegiatan

Nasional di Surakarta. Lokasi tapak berada di

Jl. KH Dewantara, Kec. Jebres, Surakarta.

Tapak ini memiliki empat batasan di keempat

sisinya, yaitu Sungai Bengawan Solo di sebelah

utara, Pusat Pergudangan dan Aneka Usaha

“Pedaringan” Surakarta di sebelah timur,

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di sebelah

selatan, dan terdapat ruko beserta permukiman

di sebelah barat.

Gambar 1: Skema Transformasi Perancangan (sumber: Hasil Analisis,2020)

Page 6: PENERAPAN KARAKTERISTIK WAYANG PUNAKAWAN …

AGORA, Jurnal Arsitektur, Volume 17, Nomor 1, Juli 2019

21

Keberadaan perancangan ini diharapkan

menjadi daya tarik para pendatang maupun

wisatawan untuk mengenal lebih baik tentang

ciri khas daerah ini.

2. Analisa Semiotika Bahasa Rupa Wayang

Punakawan

Menggunakan teknik tabel semiotika yang

menjabarkan masing-masing karakter wayang

pada bentuk dan warnanya. Karakter yang

diambil yaitu Semar, Gareng, Petruk, Bagong

dan Gunungan. Hasil Analisis nantinya akan

dipakai untuk referensi desain perancangan.

Dari tabel dibawah ini dapat ditarik kesimpulan

dari masing-msaing karakter memiliki ciri khas

masing-masing yang dapat dijadian referensi

inspirasi desain pada perancangan ini. Berikut

adalah penjabaran melalui tabel semiotika:

Kesimpulan yang bisa ditarik adalah setiap

karakter memiliki ciri khas atau sifat khusus

masing-masing yaitu:

a. Semar memiliki Kuncung Putih yang

berbentuk segitiga menjulang ke atas

yang melambangkan walaupun

umurnya sudah tua namun

pemikirannya masih segar dan muda.

b. Gareng memiliki Mata Kero dan Mata

Juling yang memiliki menyimbolkan

berpandangan dan berpengetahuan luas

serta tidak melirik yang bukan haknya.

Garen juga mmiliki Tangan Ceko yang

menyimbolkan segala permasalahan

hidup pasti ada jalan keluar serta Kaki

Pincang yang menyimbolkan bahwa

setiap langkah harus berhati-hati.

c. Petruk memiliki Hidung Mae Ula yang

berbentuk panjang dan mancung yang

melambangkan kepekaan dan

ketajaman. Petruk memiliki badan

yang jangkungdan panjang yang

melambangkan cekatan, panjang akal

dan mudah menolong orang lain.

d. Bagong mempunyai Mata Mleleng

yang artinya memilki pandangan luas

dan selalu waspada serta Tangan

Megar yang memiliki makna bahwa ia

selalu bekerja keras demi apa yang

dituju

e. Gunungan memiliki bentuk segi lima

meruncing ke atas seperti puncak

gunung yang menyimbolkan

kehidupan manusia menuju Tuhan

YME.

Berikut keterangan gambar masing-masing

karakter wayang:

Gambar 2: Batasan Lokasi sekitar lingkungannya (sumber: Google Maps)

Gambar 3: Kuncung Putih Semar

(Sumber: Jurnal Perancangan

Komunikasi Visual)

Page 7: PENERAPAN KARAKTERISTIK WAYANG PUNAKAWAN …

Fitria Meralda:Penerapan Karakteristik Wayang Punakawan Terhadap Bentuk Perancangan Convention Center

Di Surakarta (16-24)

22

Gambar 8: Transformasi bentuk bangunan Expo (Sumber: Data Pribadi)

3. Skematik Perancangan Convention dan

Expo Center

a. Elemen Massa Bangunan Expo

Dikarenakan massa Expo adalah massa

yang paling besar karena berkapasitas

paling banyak juga, maka dari itu

hierarki dari Semar untuk menjadi

referensi bentuk dari bangunan ini.

Secara keseluruhan dari skala yang

paling besar sesuai dengan badan

Semar dan memiliki Kuncung Sebagai

Skylight Atrium.

b. Elemen Massa Bangunan

Convention

Bangunan Convention merupakan

bangunan utama namun

kapasitasnya tidak lebih banyak

dari Expo. Inspirasi bentuk dari

bangunan ini adalah karakter

Gareng sebagai anak pertama dari

Semar. Ciri-ciri dari Gareng adalah

mempunyai Mata Kero dan Mata

Juling hingga kaki yang pincang.

Kaki yang pincang melambangkan

ketidak seimbangan. Bentuk Mata

Kero yang bulat namun tidak

sempurna dan juling.

Gambar 4: Mata Kero

dan Juling Gareng

(Sumber: Jurnal

Perancangan

Gambar 5: Hidung Mare Ula Petruk

(Sumber: Jurnal

Perancangan

Komunikasi

Visual)

Gambar 6: Tangan Megar dan Mata Mleleng Bagong (Sumber: Jurnal Perancangan Komunikasi Visual)

Gambar 7: Simbol Gunungan pada Pewayangan (Sumber: Jurnal Perancangan Komunikasi Visual)

Page 8: PENERAPAN KARAKTERISTIK WAYANG PUNAKAWAN …

AGORA, Jurnal Arsitektur, Volume 17, Nomor 1, Juli 2019

23

Gambar 9: Transformasi bentuk bangunan Convention (Sumber: Data Pribadi)

Gambar 10: Transformasi bentuk bangunan Retail

(Sumber: Data Pribadi)

Gambar 11: Transformasi bentuk bangunan Art Hall (Sumber: Data Pribadi)

Gambar 12: Transformasi bentuk Gunungan Sculpture

(Sumber: Data Pribadi)

Gambar 13: Batik Kawung

(Sumber: www.pemoeda.co.id)

c. Elemen Massa Bangunan Retail

Retail merupakan bangunan

penunjang dari bangunan

Convention dan Expo. Karakter

Petruk menjadi bentuk awal dari

bagnunan ini. Karakter Petruk yang

paling menonjol ialah hidung

panjangnya yaitu hidung Mae Ula.

d. Elemen Massa Bangunan Art Hall

Bangunan Art Hall menjadi

bangunan penunjang untuk

perancangan ini. Bentuk bangunan

ini diambil dari perpaduan bentuk

Tangan Megar dan Mata Mleleng

dari karakter Bagong. Bentuk awal

setengah lingkaran dari tangan

yang megar dan mata bulat diolah

sedemikian rupa memakai teknik

borrowing.

e. Elemen Pusat Open Place

Simbol Gunungan diterapkan

sebagai elemen open space utama

pada perancangan. Unsur bentuk

Gunungan terlihat dari bentuk

sculpture yang berbentuk segi lima

meruncing ke atas.

f. Transformasi Pola Batik Kawung

1. Batik Kawung pada elemen

ruang luar. Bentuk dasar dari

pola batik Kawung

diinterpretasikan kepada pola

landscape perancangan.

Page 9: PENERAPAN KARAKTERISTIK WAYANG PUNAKAWAN …

Fitria Meralda:Penerapan Karakteristik Wayang Punakawan Terhadap Bentuk Perancangan Convention Center

Di Surakarta (16-24)

24

Gambar 14: Penerapan batik Kawung pada taman

(Sumber: Data Pribadi)

Gambar 15: Penerapan batik Kawung pada secondary

skin

(Sumber: Data Pribadi)

2. Elemen Batik Kawung pada

Fasad

Pola dekoratif batik Kawung

juga diterapkan pada fasad

salah satu bangunan di

perancangan ini sebagai

secondary skin.

E. KESIMPULAN

Usulan perancangan Convention dan Expo

Center memuat aspek aspek perancangan yang

holistik baik dari segi fungsi, bentuk, dan

makna. Dalam visualisasi arsitekturnya, suatu

bentuk atau fungsi tertentu berfungsi dalam

menyampaikan makna tertentu. Perancangan

desain arsitektur convention dan expo center

dengan pendekatan hasil transformasi dari

kajian semiotika bahasa rupa ini merupakan

upaya untuk mencapai karakter Punakawan

sehingga sarana MICE dapat mempermudah

masyarakat untuk mengenal, mengingat serta

mengenang secara visual dan dapat

mengkomunikasikan MICE ini sebagai

perancangan penanda/sculpture bagi kawasan

Jebres karena lokasinya yang sangan strategis

dan berada di PKN/Pusat Kegiatan Nasional.

DAFTAR RUJUKAN

AK, Soetarno. 1989. Ensiklopedi Wayang.

Solo: Dahara Proze.

Antoniades, Anthony C. 1990. Poetics of

Architecture: Theory of Design. New York:

Van Nostrand Reinhold.

Arief, Novida Nur M. 2017. Semantik

Arsitektur Pada Pasar Seni Kabupaten

Sidoarjo. Yogyakarta: Universitas Negeri

Yogyakarta

Broadbent, Geoffrey, Bunt, R., & Jencks, C.

1980. Sign, Symbol & Architecture. New York:

John Willey and Sons.

Ismana, Ardhi. 2013. Transformasi Bahasa

Rupa Wayang Kulit Purwa Pada Perancangan

Wayang Kekayon Bantul Yogyakarta. Malang:

Universitas Brawijaya

Kharisma, Alifian. 2014. Semantik Arsitektur

Pada Pasar Seni Kabupaten Sidoarjo. Malang:

Universitas Brawijaya

Kresna, Ardian. 2002. Punakawan Simbol

Kerendahan Hati Orang Jawa.

Yogyakarta:Narasi.

Sachari, Agus. 2003. Metodologi Penelitian

Budaya Rupa. Jakarta: Penerbit Erlangga

Wong, Wucius. 1986. Beberapa Azas

Merancang Dwi-Matra. Bandung: ITB

Zahnd, Markus. 2009. Pendekatan dalam

Perancangan Arsitektur. Semarang: Kanisius.

http://maps.google.com/ (diakses 18 Juni

2020).