PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat...

204
PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN PENDAPATAN USAHA TERNAK SAPI PERAH KEMITRAAN DAN MANDIRI DI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Agribisnis (S1) dan mencapai gelar Sarjana Pertanian Oleh Siti Aminah NIM 151510601145 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2019

Transcript of PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat...

Page 1: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP)

DAN PENDAPATAN USAHA TERNAK SAPI PERAH

KEMITRAAN DAN MANDIRI

DI KABUPATEN JEMBER

SKRIPSI

diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat

untuk menyelesaikan Program Studi Agribisnis (S1)

dan mencapai gelar Sarjana Pertanian

Oleh

Siti Aminah

NIM 151510601145

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019

Page 2: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

i

PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP)

DAN PENDAPATAN USAHA TERNAK SAPI PERAH

KEMITRAAN DAN MANDIRI

DI KABUPATEN JEMBER

SKRIPSI

diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat

untuk menyelesaikan Program Studi Agribisnis (S1)

dan mencapai gelar Sarjana Pertanian

Dosen Pembimbing

M. Rondhi, SP., MP., Ph.D.

NIP. 197707062008011012

Oleh

Siti Aminah

NIM 151510601145

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019

Page 3: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

ii

PERSEMBAHAN

Puji Syukur wal hamdulillah kepada Allah SWT atas karunia dan

rahmatnya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan pada waktunya. Skripsi ini saya

persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku, Ayahanda Alm. H Jono dan Ibunda Hj Siti Zulaikha

terimakasih ayah dan ibu atas pengorbananmu dan kasih sayangmu selama ini;

2. Kakakku Yuyun Wahyudi S.Pd, Muhammad Ilyas S.Kep serta keluarga besar

tercinta yang senantiasa memberikan semangat, doa, dan dukungan;

3. Guru-guruku sejak Taman Kanak-Kanak hingga Sekolah Menengah serta

dosen-dosen di perguruan tinggi yang telah dengan penuh kesabaran mendidik

dan memberikan ilmu yang bermanfaat;

4. Teman-teman Universitas Negeri Jember, teman-teman Program Studi

Agribisnis 2015 Fakultas Pertanian Universitas Jember.

5. Almamater yang saya banggakan, Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Jember.

Page 4: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

iii

MOTTO

“Hidup ini seperti sepeda. Agar tetap seimbang, kau harus terus bergerak”

(Albert Einstein).

“Jika kau tak suka sesuatu, ubahlah. Jika tak bisa kau ubah, maka ubahlah cara

pandangmu tentangnya”

(Maya Angelou).

“Setiap orang pasti mempunyai mimpi, begitu juga saya, namun bagi saya yang

paling penting adalah bukan seberapa besar mimpi yang kamu punya, tapi adalah

seberapa besar usaha kamu untuk mewujudkan mimpi itu”

(Nazril Irham).

Page 5: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

iv

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Siti Aminah

NIM : 151510601145

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul

“Penerapan Good Dairy Farming Practice (GDFP) dan Pendapatan Usaha

Ternak Sapi Perah Kemitraan dan Mandiri di Kabupaten Jember” adalah

benar-benar hasil karya sendiri, kecuali kutipan yang sudah saya sebutkan

sumbernya, belum pernah diajukan pada institusi manapun, dan bukan karya

jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai

dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan

dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika

ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember, 29 Agustus 2019

Yang menyatakan,

Siti Aminah

NIM. 151510601145

Page 6: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

v

SKRIPSI

PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP)

DAN PENDAPATAN USAHA TERNAK SAPI PERAH

KEMITRAAN DAN MANDIRI

DI KABUPATEN JEMBER

Oleh

Siti Aminah

NIM 151510601145

Pembimbing

Dosen Pembimbing Skripsi : M. Rondhi, SP., MP., Ph.D.

NIP. 197707062008011012

Page 7: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

vi

PENGESAHAN

Skripsi berjudul “Penerapan Good Dairy Farming Practice (GDFP) dan

Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah Kemitraan dan Mandiri di

Kabupaten Jember” telah diuji dan disahkan pada:

Hari, tanggal : Kamis, 29 Agustus 2019

Tempat : Ruang Sidang Fakultas Pertanian Universitas Jember

Dosen Pembimbing Skripsi,

M. Rondhi, SP., MP., Ph.D.

NIP 197707062008011012

Dosen Penguji 1, Dosen Penguji 2,

Dr. Luh Putu Suciati, SP., M.Si. Agus Supriono, SP., M.Si.

NIP. 197310151999032002 NIP. 196908111995121001

Mengesahkan

Dekan,

Ir. Sigit Soeparjono, MS., Ph.D.

NIP. 196005061987021001

Page 8: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

vii

RINGKASAN

Penerapan Good Dairy Farming Practice (GDFP) dan Pendapatan Usaha

Ternak Sapi Perah Kemitraan dan Mandiri di Kabupaten Jember; Siti

Aminah, 151510601145; Program Studi Agribisnis Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jember.

Peternakan sapi perah merupakan salah satu pilar yang turut andil dalam

menopang kebutuhan manusia akan terpenuhinya protein hewani. Produk utama

dari peternakan sapi perah yaitu susu. Susu sapi perah merupakan salah satu bahan

pangan yang sangat penting dalam hal mencukupi kebutuhan gizi masyarakat

karena susu memiliki kandungan gizi yang tinggi. Peningkatan permintaan susu

semakin tinggi seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, akan tetapi

peningkatan permintaan susu kurang diimbangi dengan peningkatan produksi susu

sapi perah dalam negeri sehingga dalam memenuhi kebutuhan susu dalam negeri

masih banyak melakukan impor susu. Dengan adanya permintaan susu yang

tinggi tersebut dapat di lakukan pengembangan usaha peternakan sapi perah di

Kabupaten Jember. Salah satu peternakan sapi perah di Kabupaten Jember yaitu

berada di Desa Kemuning Lor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember yang

merupakan peternakan mandiri. Peternakan mitra di Kabupaten Jember berada di

Desa Ajung Kecamatan Ajung, Desa Balung Lor Kecamatan Balung dan Desa

Rowotengah Kecamatan Sumberbaru yang merupakan peternak mitra dengan

Koperasi Galur Murni. Kedua usaha peternakan tersebut mengalami permasalahan

yang sama yaitu rendahnya produksi susu sehingga menyebabkan rendahnya

pendapatan yang diterima peternak. Produksi susu dapat ditingkatkan apabila

peternak dapat menerapkan GDFP (Good Dairy Farming Practice) sapi perah

yang baik. GDFP (Good Dairy Farming Practice) adalah suatu standarisasi usaha

peternakan sapi perah yang apabila dilaksanakan dengan baik maka tingkat

keuntungan peternak akan selalu dapat dipertahankan. Oleh karena itu maka perlu

diketahui tingkat penerapan GDFP, pendapatan serta efisiensi penggunaan biaya.

Page 9: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

viii

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui penerapan GDFP peternak

sapi perah kemitraan dan mandiri di Kabupaten Jember dengan menggunakan

analisis deskriptif, (2) mengetahui pendapatan peternak sapi perah kemitraan dan

mandiri Kabupaten Jember dengan menggunakan analisis pendapatan (3)

mengetahui efisiensi penggunaan biaya dengan menggunakan alat analisis R/C

rasio. Penentuan daerah penelitian secara purposive method atau disengaja.

Metode penelitian menggunakan metode deskriptif analitik dengan metode

pengambilan contoh total sampling. Metode pengumpulan data yaitu wawancara

dan observasi. Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif untuk

mengetahui penerapan GDFP peternak sapi perah dan analisis analitik untuk

mengetahui pendapatan dan efisiensi penggunaan biaya.

Penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Tingkat penerapan GDFP peternak

kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2)

Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan maupun mandiri di Kabupaten

Jember sama-sama menguntungkan. Besarnya pendapatan per ekor sapi perah

peternak kemitraan sebesar Rp 8.895.763/tahun dan pendapatan bersih per ekor

sapi perah peternak mandiri sebesar Rp 11.635.231/tahun, (3) Efisiensi

penggunaan biaya pada usaha ternak sapi perah kemitraan dan mandiri sama-

sama efisien. Nilai efisiensi R/C rasio usaha peternakan sapi perah kemitraan

sebesar 1,25 sedangkan nilai efisiensi R/C rasio usaha peternakan mandiri sebesar

peternak mandiri sebesar 1,18.

Page 10: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

ix

SUMMARY

The Implementation of Good Dairy Farming Practice (GDFP) and Income of

Partnership and Independent Dairy Farm Businesses in Jember Regency; Siti Aminah, 151510601145; Study Program of Agribusiness Department of

Agricultural Socio-Economics Faculty of Agriculture University of Jember.

The dairy farm is one of the pillar contributing to sustaining human need

toward the fulfillment of animal protein. The main product of dairy cow farming

is milk. Dairy cow milk is one of the food material which is important in fulfilling

society's nutrition need because milk has a high nutrition content. Increased

demand of milk is higher along with the increasing number of population, but

increased demand of milk is less offset by increased production of local dairy cow

milk so that in fulfilling local milk need is still doing a lot of milk import. With

the existing of milk demand, livestock farming development of dairy cows can be

done in Jember Regency. One of dairy cow farming in Jember Regency is located

in Kemuning Lor Village Arjasa District Jember Regency which is the

independent farm. Partnership farm in Jember Regency is in Ajung Village Ajung

District, Balung Lor Village Balung District and Rowotengah Village Sumberbaru

District which are partnership farm with Galur Murni Cooperative. Both livestock

businesses experience the same problem which is the lows of milk production so

that causes the lows of income received by the farmer. Milk production can

increase if the farmer can apply GDFP (Good Dairy Farming Practice) of good

dairy cows. GDFP (Good Dairy Farming Practice) is standardization of dairy

farm business which is if conducted well then the level of farmer's profit will

always be defended. Therefore, it is necessary to know the level of GDFP

implementation, income and cost use efficiency.

This research aimed to (1) find out GDFP implementation of partnership

and independent dairy farm in Jember Regency by using descriptive analysis, (2)

find out the income of partnership and independent dairy farm in Jember Regency

by using income analysis, (3) find out cost use efficiency by using analysis tool of

R/C ratio. The determination of the research area was by purposive method or

Page 11: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

x

intentional. The research method used the analytical-descriptive method with

sample retrieval method of total sampling. Data collection results were interview

and observation. The data analysis method used descriptive analysis to know the

GDFP implementation of the dairy farm and analytical analysis to know the

income and cost use efficiency.

This research showed that: (1) The level of GDFP implementation of

partnership farm was higher than the level of GDFP implementation of the

independent farm. (2) Both livestock businesses of partnership and independent

farm in Jember Regency is mutual. The amount of income per tail of partnership

dairy cows was IDR 8,895,762/year and the net income per tail of independent

dairy cows was IDR 11,635,231/year, (3) The cost use efficiency on partnership

and independent dairy farm businesses was all efficient. The efficiency value of

the R/C ratio of partnership dairy farm business was 1.25 while the efficiency

value of the R/C ratio of the independent dairy farm was 1.18.

Page 12: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

xi

PRAKATA

Puji syukur wal hamdulillah penulis hanturkan kepada Allah SWT atas

karunia dan rahmatnya sehingga menyelesaikan karya ilmiah (skripsi) yang

berjudul “Penerapan Good Dairy Farming Practice (GDFP) dan Pendapatan

Usaha Ternak Sapi Perah Kemitraan dan Mandiri di Kabupaten Jember”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan program sarjana pada

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember.

Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang

telah banyak membantu, membimbing serta memberikan sara, ktitik dan

dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis ingin menyampaikan ucapan

terima kasih kepada:

1. Ir.Sigit Soeparjono,MS., Ph.D selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Jember;

2. M. Rhondi, S.P., M.P., Ph.D selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

atau Program studi Agribisnis Fakultas Pertanian Jember;

3. M. Rhondi, S.P., M.P., Ph.D selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu

memberikan bimbingan, nasihat, pengalaman, saran, serta motivasi selama

penulisan skripsi ini;

4. Dr. Luh Putu Suciati S.P., M.Si selaku Dosen Penguji Utama, serta Agus

Supriono S.P., M.Si., selaku Dosen Penguji Anggota yang telah meluangkan

waktu memberikan bimbingan, nasihat, pengalaman, saran, serta motivasi

selama penulisan skripsi ini;

5. Agus Supriono S.P., M.Si selaku Dosan Pembimbing Akademik yang telah

memberikan bimbingan dan nasehat selama masa studi;

6. Peternak sapi perah yang melakukan kemitraan dengan Koperasi Galur Murni

di Kabupaten Jember dan peternak sapi perah mandiri di Desa Kemuning Lor

Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember yang telah membantu selama pencarian

data penelitian hingga terselesainya skripsi ini.

Page 13: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

xii

7. Teman-teman terbaikku Herlina Efendi, Elia Tri Fatonah, Evina Agustini

Suwardi, Riska Umatus Sholeha dan Mbak Dian yang selalu memberikan

dukungan, semangat, kebersamaan, keceriaan dalam berbagi ilmu dan doa

selama menjadi mahasiswa dari awal hingga terselesaikannya skripsi ini.

8. Muhammad Ilyas, S.Kep terima kasih atas bantuan, motivasi, dukungan, doa

dan kesabaran dalam membantu disegala hal untuk menyelesaikan tugas akhir.

9. Seluruh teman-teman Agribisnis Universitas Jember angkatan 2015 atas semua

bantuan dan kebersamaan selama menjadi mahasiswa.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu

penulisan selama melaksanakan penelitian.

Penulis menyadari bahwa penyusunan karya ilmiah tertulis ini masih

terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun. Semoga karya ilmiah tertulis ini dapat memberikan manfaat bagi

para pembaca.

Jember, Agustus 2019

Penulis

Page 14: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... ii

HALAMAN MOTO ............................................................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv

HALAMAN PEMBIMBING ............................................................................... v

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. vi

RINGKASAN ...................................................................................................... vii

SUMMARY ............................................................................................................ ix

PRAKATA ............................................................................................................ xi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviii

BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 13

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 14

1.3.1 Tujuan Penelitian .................................................................... 14

1.3.2 Manfaat Penelitian .................................................................. 14

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 15

2.1 Penelitian Terdahulu ...................................................................... 15

2.2 Landasan Teori ............................................................................... 20

2.2.1 Sapi Perah ............................................................................... 20

2.2.2 Ternak Sapi Perah ................................................................... 21

2.2.3 GDFP (Good Dairy Farming Practice) Sapi Perah................ 24

2.2.4 Dampak Penerapan GDFP Sapi Perah .................................... 30

2.2.5 Kemitraan ................................................................................ 31

2.2.6 Kontrak Informal .................................................................... 33

2.2.7 Biaya Produksi ........................................................................ 34

Page 15: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

xiv

2.2.7.1 Biaya Implisit dan Biaya Eksplisit ............................. 34

2.2.7.2 Biaya Tetap dan Biaya Variabel ................................. 34

2.2.7.3 Biaya Total ................................................................. 34

2.2.7.4 Biaya Penyusutan ....................................................... 35

2.2.8 Penerimaan .............................................................................. 36

2.2.9 Pendapatan .............................................................................. 36

2.2.10 Efisiensi Penggunaan Biaya .................................................. 38

2.3 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 39

2.4 Hipotesis ........................................................................................... 44

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 45

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ........................................... 45

3.2 Metode Penelitian............................................................................ 45

3.3 Metode Pengambilan Contoh......................................................... 46

3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 46

3.5 Metode Analisis Data ...................................................................... 47

3.6 Definisi Operasional........................................................................ 52

BAB 4. GAMBARAN UMUM ........................................................................... 55

4.1 Keadaan Umum Wilayah ............................................................... 55

4.2 Karakteritik Peternakann Sapi Perah di Kabupaten Jember ... 55

4.3 Gambaran Umum Ternak Sapi Perah di Kabupaten Jember ... 56

4.4 Karakteristik Peternak Sapi Perah ............................................... 57

4.4.1 Usia Peternak Sapi Perah ........................................................ 57

4.4.2 Jenis Kelamin Peternak ........................................................... 58

4.4.3 Tingkat Pendidikan Peternak .................................................. 59

4.4.4 Pengalaman Beternak Sapi Perah .......................................... 60

4.4.5 Kepemilikan Ternak ............................................................... 61

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 63

5.1 Penerapan GDFP Peternak Sapi Perah Kemitraan dan Mandiri

di Kabupaten Jember .................................................................... 63

5.2 Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah Kemitraan dan Mandiri

di Kabupaten Jember ................................................................... 73

Page 16: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

xv

5.2.1 Biaya Usaha Ternak Sapi Perah .............................................. 74

5.2.2 Penerimaan Usaha Ternak Sapi Perah .................................... 83

5.2.3 Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah .................................... 84

5.3 Efisiensi Penggunaan Biaya Usaha Ternak Sapi Perah

Kemitraan dan Mandiri di Kabupaten Jember ......................... 86

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 88

6.1 Kesimpulan ...................................................................................... 88

6.2 Saran ................................................................................................ 89

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

KUISIONER

DOKUMENTASI

Page 17: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

xvi

DAFTAR TABEL

No Judul Tabel Halaman

1.1 Produksi Susu Segar di Indonesia (ton)……………………....... 2

1.2 Produksi Susu Segar Semua Provinsi di Indonesia 2014-2017

(Ton)…………………………………………………………….

3

1.3 Produksi Susu Sapi Perah Berdasarkan Kabupaten/Kota di

Jawa Timur……………………………………………………

4

1.4 Populasi Ternak Sapi Perah Menurut Kabupaten/Kota di Jawa

Timur Tahun 2014-2017………………………………………..

5

1.5 Populasi Ternak Sapi Perah Menurut Kecamatan di Kabupaten

Jember Tahun 2014-2017………………………………………..

7

1.6 Jumlah Ternak Sapi Perah Menurut Desa di Kecamatan Arjasa

2016……………………………………………………………...

9

1.7 Populasi Ternak Sapi Perah Menurut Desa di Kecamatan

Balung Tahun 2015-2017………………………………………..

11

2.1 Pemberian Pakan Pedet Umur 0 – 4 Bulan…………………… 27

3.1 Biaya Tetap Usaha Ternak Sapi Perah per Tahun…………… 50

3.2 Biaya Variabel Usaha Ternak Sapi Perah per Tahun………… 50

4.1 Karakteristik Peternak Sapi Perah di Kabupaten Jember

Berdasarkan Usia……………………………………………….

58

4.2 Karakteristik Peternak Sapi Perah di Kabupaten Jember

Berdasarkan Jenis Kelamin……………………………………

59

4.3 Karakteristik Peternak Sapi Perah di Kabupaten Jember

Berdasarkan Tingkat Pendidikan……………………………….

59

4.4 Karakteristik Peternak Sapi Perah di Kabupaten Jember

Berdasarkan Pengalaman Beternak……………………………..

60

4.5 Karakteristik Peternak Sapi Perah di Kabupaten Jember

Berdasarkan Kepemilikan Ternak………………………………

61

Page 18: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

xvii

5.1 Persentase Aplikasi GDFP Aspek Kesehatan Ternak Pada

Peternak Sapi Perah Kemitraan dan Mandiri di Kabupaten

Jember…………………………………………………………..

63

5.2 Persentase Aplikasi GDFP Aspek Manajemen Pemerahan

Peternak Sapi Perah Kemitraan dan Mandiri di Kabupaten

Jember…………………………………………………………..

65

5.3 Persentase Aplikasi GDFP Aspek Nutrisi (Pakan dan Air)

Peternak Sapi Perah Kemitraan dan Mandiri di Kabupaten

Jember…………………………………………………………..

67

5.4 Persentase Aplikasi GDFP Aspek Kesejahteraan Ternak Sapi

Perah Peternak Kemitraan dan Mandiri di Kabupaten Jember….

69

5.5 Persentase Aplikasi GDFP Aspek Lingkungan Peternak

Kemitraan dan Mandiri di Kabupaten Jember………………...

70

5.6 Persentase Aplikasi GDFP Aspek Manajemen Sosial Ekonomi

Peternak Kemitraan dan Mandiri di Kabupaten Jember………

72

5.7 Total Biaya Tetap Peternak Sapi Perah di Kabupaten Jember

Tahun 2018……………………………………………………

74

5.8 Total Biaya Variabel Peternak Sapi Perah Kemitraan dan

Mandiri di Kabupaten Jember Tahun 2018……………………

79

5.9 Total Penerimaan Susu Peternak Sapi Perah Kemitraan dan

Mandiri di Kabupaten Jember Tahun 2018……………………

83

5.10 Keuntungan Peternak Sapi Perah Kemitraan dan Mandiri di

Kabupaten Jember………………………………………………

85

5.11 Total Biaya, Total Penerimaan dan Pendapatan Bersih per Ekor

Sapi Perah Peternak Mitra dan Peternak Mandiri di Kabupaten

Jember Tahun 2018……………………………………………..

86

5.12 Efisiensi Penggunaan Biaya Peternak Sapi Perah Kemitraan

dan Mandiri di Kabupaten Jember Tahun 2018………………

86

Page 19: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

xviii

DAFTAR GAMBAR

No Judul Gambar Halaman

2.1 Kurva Total Biaya Tetap, Total Biaya Variabel dan Biaya

Total……………………………………………………………...

35

2.2 Kurva Total Penerimaan………………………………………… 36

2.3 Kurva Total Revenue, TC dan Pendapatan Bersih……………… 38

2.4 Skema Kerangka Pemikiran…………………………………….. 43

Page 20: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Subsektor peternakan merupakan salah satu dari sektor pertanian.

Peternakan merupakan suatu kegiatan mengembangbiakkan dengan cara

membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari

kegiatan tersebut. Subsektor peternakan terbagi menjadi : (a) ternak besar, (b)

ternak kecil dan (c) ternak unggas. Ternak besar terdiri dari: (a) sapi (perah dan

potong), (b) kerbau dan (c) kuda. Ternak kecil terdiri dari: (a) kambing, (b) domba

dan (c) babi. Ternak unggas terdiri dari: (a) ayam, (b) itik, dan (c) burung puyuh

(Subagyo, 2008).

Menurut Otoluwa dkk (2016) menyatakan bahwa subsektor peternakan

memiliki peranan yang cukup strategis utamanya dari kontribusi terhadap: (a)

produk domestik bruto, (b) penyerapan tenaga kerja, (c) memenuhi kebutuhan

protein hewani, (d) penyedia pakan, (e) bahan baku industri serta (f) sebagai

sumber pendapatan bagi masyarakat dipedesaan. Direktur Jenderal Peternakan dan

Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) (2018) mengatakan bahwa berdasarkan data,

kontribusi sub sektor peternakan tahun 2017 pada Produk Domestik Bruto (PDB)

nasional adalah sebesar 1,57%.

Menurut Sudono dkk (2008), bahwa komoditas peternakan yang masih

memiliki potensi untuk dikembangkan yaitu sapi. Terdapat dua cara dalam

pengembangan sapi yaitu: (a) sapi perah dan (b) sapi potong. Keunggulan

komoditas sapi perah dibandingkan sapi potong yaitu prospek bisnis sapi perah

lebih menarik dibandingkan sapi potong yaitu pendapatannya harian sedangkan

pendapatan sapi potong masih menunggu sekitar empat bulan. Peternakan sapi

perah merupakan salah satu pilar yang turut andil dalam menopang kebutuhan

manusia akan terpenuhinya protein hewani. Produk utama dari peternakan sapi

perah yaitu susu.

Susu sapi perah merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting

dalam hal mencukupi kebutuhan gizi masyarakat karena susu memiliki kandungan

gizi yang tinggi serta mempunyai kandungan komposisi zat yang lengkap dengan

Page 21: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

2

perbandingan gizi yang sempurna sehingga susu sapi perah mempunyai nilai yang

sangat strategis. Peningkatan permintaan susu semakin tinggi seiring dengan

bertambahnya jumlah penduduk, akan tetapi peningkatan permintaan susu kurang

diimbangi dengan peningkatan produksi susu sapi perah dalam negeri sehingga

dalam memenuhi kebutuhan susu dalam negeri masih banyak melakukan impor

susu (Kementerian Pertanian, 2016).

Tabel 1.1 Produksi Susu Segar Indonesia (Ton)

Tahun Produksi Susu Segar Indonesia

(Ton)

Pertumbuhan*

(%)

2013 786.849,00 -

2014 800.749,00 1,77

2015 835.124,60 4,29

2016 912.735,00 9,29

2017 920.093,43 0,81

Rata-Rata 867.175,51 4,04

Sumber: Badan Pusat Statistik (2018)

Keterangan: *Diolah oleh penulis

Tabel 1.1 menunjukkan data jumlah produksi susu segar yang tersebar di

seluruh wilayah Indonesia. Berdasarkan Tabel 1.1, dapat diketahui bahwa

produksi susu segar di Indonesia mulai tahun 2013 hingga 2017 mengalami

peningkatan produksinya. Produksi susu segar di Indonesia mulai tahun 2013

hingga 2017 menunjukkan rata-rata pertumbuhan yang positif atau meningkat

yaitu sebesar 4,04%. Menurut Prayogo (2017), bahwa faktor yang mempengaruhi

produksi susu segar di Indonesia mengalami peningkatan salah satunya yaitu

dengan adanya dukungan dari pemerintah melalui kebijakan regulasi penyediaan

dan peredaran susu sapi. Inti dari kebijakan tersebut yakni mengatur tentang

upaya peningkatan produksi susu segar dalam negeri (SSDN) melalui peningkatan

produktivitas, peningkatan populasi sapi perah dan peningkatan kualitas susu.

Menurut Aak (1995), menyatakan bahwa pengembangan dan peningkatan

produksi susu sapi perah memerlukan dorongan baik dari pihak pemerintah

ataupun dari pihak swasta seperti industri-industri persusuan serta sarana lainnya

yang diperlukan. Dari pihak pemerintah yaitu berupa penyediaan bibit unggul dan

penyebaran petugas-petugas yang dapat memberikan penyuluhan ke berbagai

penjuru untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

Page 22: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

3

Tabel 1.2 Produksi Susu Segar Semua Provinsi di Indonesia 2014-2017 (Ton)

Provinsi

Produksi Susu Segar 2014-2017

Rata-Rata

Produksi (1)

Rata-Rata

Share (2)

Rata-Rata

Pertumbuhan (3)

(Ton) (%) Ranking (%) Rangking

Aceh 100,01 0,0117 15 -17,256 20

Sumatera Utara 994,16 0,1136 8 22,710 6

Sumatera Barat 1.240,97 0,1429 7 7,991 9

Riau 71,81 0,0084 16 -12,746 21

Jambi 11,33 0,0013 22 1,137 16

Sumatera Selatan 114,63 0,0132 14 7,073 10

Bengkulu 234,34 0,0274 10 -7,269 22

Lampung 547,12 0,0624 9 65,046 2

Kep. Bangka Belitung 132,47 0,0147 13 195,533 1

Kep. Riau 3,01 0,0003 26 39,967 4

Dki Jakarta 5.020,56 0,5808 5 1,995 14

Jawa Barat 280.491,61 32,2912 2 6,722 11

Jawa Tengah 98.402,64 11,3797 3 0,426 18

Di Yogyakarta 6.101,97 0,7054 4 1,470 15

Jawa Timur 472.460,60 54,4887 1 5,460 12

Banten 18,68 0,0022 20 0,672 17

Nusa Tenggara Timur 7,77 0,0008 23 25,800 5

Kalimantan Barat 45,55 0,0052 17 16,764 7

Kalimantan Selatan 170,29 0,0201 11 -25,234 19

Kalimantan Timur 137,82 0,0158 12 11,907 8

Sulawesi Selatan 2.791,80 0,3222 6 5,115 13

Sulawesi Tenggara 27,40 0,0031 19 58,865 3

Keterangan: 1) Dari lampiran A

2) Dari lampiran B

3) Dari lampiran C

Berdasarkan Tabel 1.2 dapat diketahui produksi susu segar semua Provinsi

di Indonesia pada tahun 2014-2017. Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa rata-

rata produksi susu tertinggi adalah Provinsi Jawa Timur yaitu sebesar 472.460,60

ton dimana 54,49% kebutuhan susu dalam negeri telah disumbang oleh Provinsi

Jawa Timur. Meskipun pertumbuhan susu di Provinsi Jawa Timur berada pada

posisi ke 12, akan tetapi pertumbuhan susu di Provinsi Jawa Timur lebih tinggi

Page 23: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

4

dibandingkan dengan pertumbuhan produksi susu di Indonesia dengan rata-rata

pertumbuhan yakni sebesar 4,04%. Berikut merupakan produksi susu sapi perah

yang terdapat diseluruh wilayah pada Provinsi Jawa Timur.

Tabel 1.3 Produksi Susu Sapi Perah Berdasarkan Kabupaten/Kota di Jawa Timur

Kabupaten/Kota

Produksi Susu Perah 2014-2017

Rata-Rata

Produksi (1)

Rata-Rata

Share (2)

Rata-Rata

Pertumbuhan (3)

(Ton) (%) Ranking (%) Rangking

Pacitan 271.942,75 0,06 26 29,60 6

Ponorogo 3.932.398,00 0,83 13 14,37 11

Trenggalek 8.112.782,25 1,71 10 18,88 9

Tulungagung 49.202.051,00 10,46 3 -0,16 31

Blitar 29.516.547,25 6,24 4 8,78 17

Kediri 17.153.190,50 3,63 6 10,01 12

Malang 135.756.277,50 28,81 2 2,07 24

Lumajang 9.086.660,75 1,92 8 7,50 18

Jember 2.839.545,00 0,60 14 0,95 27

Banyuwangi 1.716.073,00 0,36 15 7,24 19

Bondowoso 49.663,50 0,01 29 -4,78 34

Situbondo 383.428,25 0,08 23 9,02 16

Probolinggo 12.294.439,00 2,61 7 1,89 26

Pasuruan 155.193.761,50 32,76 1 9,68 13

Sidoarjo 7.219.515,75 1,53 11 2,05 25

Mojokerto 4.726.900,25 0,99 12 29,29 7

Jombang 8.971.960,00 1,90 9 2,43 22

Nganjuk 18.590,25 0,00 34 -46,78 38

Madiun 329.563,75 0,07 24 20,31 8

Magetan 401.575,75 0,08 21 48,45 2

Ngawi 75.038,00 0,02 27 30,09 5

Bojonegoro 59.086,50 0,01 28 -1,60 33

Tuban 395.009,25 0,09 20 -36,51 37

Lamongan 46.050,75 0,01 30 31,65 4

Gresik 917.604,00 0,19 17 2,28 23

Bangkalan 33.936,50 0,01 33 47,26 3

Sampang 0,00 0,00 36 0,00 28

Pamekasan 6.913,75 0,00 35 2.076,43 1

Sumenep 0,00 0,00 36 0,00 28

Kota Kediri 385.860,25 0,08 22 -16,85 36

Kota Blitar 554.507,25 0,12 18 5,75 20

Kota Malang 276.669,50 0,06 25 -11,10 35

Kota Probolinggo 414.341,25 0,09 19 9,26 15

Keterangan: Dilanjutkan di Kolom Berikutnya

Page 24: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

5

Lanjutan Tabel 1.3 Produksi susu sapi perah berdasarkan Kabupaten/Kota di Jawa

Timur Tahun 2014-2017

Kabupaten/Kota

Produksi Susu Perah 2014-2017

Rata-Rata

Produksi(1) Rata-Rata Share(2)

Rata-Rata

Pertumbuhan(3)

(Ton) (%) Ranking (%) Rangking

Kota Pasuruan 37.634,25 0,01 32 4,90 21

Kota Mojokerto 0,00 0,00 36 0,00 28

Madiun 38.513,75 0,01 31 -1,27 32

Kota Surabaya 961.297,00 0,20 16 9,27 14

Kota Batu 21.033.685,25 4,43 5 15,51 10

Sumber: Badan Pusat Statistik (2017)

Keterangan: 1) Dari lampiran D

2) Dari lampiran E

3) Dari lampiran F

Berdasarkan Tabel 1.3 diketahui bahwa rata-rata produksi susu tertinggi di

Provinsi Jawa Timur adalah Kabupaten Pasuruan dengan rata-rata produksi

sebesar 155.193.761,50 ton. Dalam hal ini, Kabupaten Jember hanya memiliki

rata-rata produksi sebesar 2.839.545 ton dimana Kabupaten Jember hanya mampu

menyumbang 0,6% kebutuhan susu di Provinsi Jawa Timur. Pertumbuhan

produksi susu di Kabupaten Jember juga tidak terlalu baik yaitu sebesar 0.9% dan

berada pada posisi ke-27. Menurut Wirawan (2015) dalam Isnia dkk (2017),

menyatakan bahwa masalah utama pada peternakan sapi perah di Kabupaten

Jember adalah bibit, pakan dan manajemen pemeliharaan. Pemeliharan dan pakan

yang baik nantinya akan meghasilkan produksi susu yang baik dengan didukung

oleh pembibitan yang baik pula. Berikut merupakan sebaran populasi ternak sapi

perah yang ada di Provinsi Jawa Timur.

Tabel 1.4 Populasi Ternak Sapi Perah Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur

Tahun 2014-2017

Kabupaten/Kota Rata-Rata Populasi

Sapi Perah (1)

Rata-Rata

Share(2)

Rata-Rata

Pertumbuhan (3)

(%) Ranking (%) Rangking

Kabupaten

Pacitan 155 0,06 26 32,89 2

Ponorogo 2.023 0,78 13 13,45 6

Trenggalek 4.877 1,88 8 2,68 19

Tulungangung 24.734 9,52 3 2,32 24

Blitar 14.738 5,67 4 3,62 16

Keterangan: Dilanjutkan di Kolom Berikutnya

Page 25: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

6

Lanjutan Tabel 1.4 Populasi Ternak Sapi Perah Menurut Kabupaten/Kota di Jawa

Timur Tahun 2014-2017

Kabupaten/Kota Rata-Rata Populasi

Sapi Perah (1)

Rata-Rata

Share (2)

Rata-Rata

Pertumbuhan (3)

(%) Ranking (%) Rangking

Kediri 9.588 3,69 6 4,04 14

Malang 79.631 30,64 2 3,40 18

Lumajang 4.703 1,81 9 5,73 10

Jember 1.424 0,55 14 3,59 17

Banyuwangi 832 0,32 15 3,81 15

Bondowoso 26 0,01 30 -5,11 33

Situbondo 222 0,09 20 1,34 26

Probolinggo 6.547 2,52 7 2,59 21

Pasuruan 85.652 32,94 1 4,10 13

Sidoarjo 3.513 1,35 11 9,43 8

Mojokerto 2.550 0,98 12 16,44 4

Jombang 4.523 1,74 10 4,99 11

Nganjuk 11 0,00 34 -49,07 38

Madiun 188 0,07 24 5,88 9

Magetan 229 0,09 19 15,39 5

Ngawi 47 0,02 27 -11,40 35

Bojonegoro 32 0,01 28 -6,29 34

Tuban 212 0,08 21 -40,02 37

Lamongan 28 0,01 29 19,12 3

Gresik 462 0,18 17 4,61 12

Bangkalan 20 0,01 33 0,08 28

Sampang 0 0,00 36 0,00 29

Pamekasan 10 0,00 35 10,00 7

Sumenep 0 0,00 37 0,00 30

Kota

Kediri 195 0,08 23 -15,37 36

Blitar 305 0,12 18 2,34 23

Malang 167 0,06 25 168,54 1

Probolinggo 216 0,08 22 0,94 27

Pasuruan 23 0,01 31 2,47 22

Mojokerto 0 0,00 38 0,00 31

Madiun 23 0,01 32 -4,17 32

Surabaya 532 0,20 16 2,03 25

Batu 11.523 4,43 5 2,62 20

Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur dalam Angka (2015, 2016, 2017, 2018)

Keterangan: (1) Dari lampiran U1

(2) Dari lampiran U2

(3) Dari lampiran U3

Page 26: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

7

Berdasarkan Tabel 1.4 diketahui bahwa Kabupaten Pasuruan memiliki

rata-rata share ternak sapi perah tertinggi di Provinsi Jawa Timur. Rata-rata share

yang dimiliki Kabupaten Pasuruan sebesar 32,94 %. Kabupaten Jember memiliki

rata-rata share populasi ternak sapi perah sebesar 0,55% dengan peringkat ke 14.

Kabupaten Jember juga memiliki rata-rata pertumbuhan populasi ternak yang

kurang bagus yaitu sebesar 3,59% serta menempati rangking ke 17.

Menurut Setyono dan Ulfah (2011), cara pengelolaan usaha ternak sapi

perah dapat dilakukan secara: (a) mandiri dan (b) bermitra. Usaha ternak sapi

perah secara mandiri adalah peternak yang melakukan kegiatan usaha ternaknya

secara mandiri, baik dalam hal mendapatkan modal dan sarana produksi,

pemeliharaan ternak hingga pemasarannya. Peternak mandiri menanggung risiko

sendiri tanpa campur tangan pihak lain dan umumnya modal yang dimiliki tidak

terlalu besar. Usaha ternak sapi perah secara bermitra adalah peternak yang

melakukan kegiatan usaha secara kerjasama dengan perusahaan mitra. Alasan

peternak melakukan kemitraan karena mengalami kesulitan pemasaran, atau ingin

mendapatkan jaminan dalam produksi maupun menjual hasil. Adapun di

Kabupaten Jember, terdapat dua kategori peternakan sapi perah yaitu: (a)

peternakan mandiri dan (b) peternakan bermitra. Berikut merupakan data

persebaran populasi ternak sapi perah di Kabupaten Jember.

Tabel 1.5 Populasi Ternak Sapi Perah Menurut Kecamatan di Kabupaten Jember

Tahun 2014-2017

Kecamatan

Rata-Rata

Populasi Sapi

Perah (1)

Rata-Rata

Share (2)

Rata-Rata

Pertumbuhan (3)

(%) Ranking (%) Rangking

Kencong 0 0,00 19 0,00 13

Gumukmas 165 11,59 3 3,16 8

Puger 32 2,25 12 0,00 14

Wuluhan 6 0,40 18 6,67 5

Ambulu 133 9,38 5 -6,30 30

Tempurejo 27 1,91 14 5,36 6

Silo 31 2,16 13 0,96 10

Mayang 0 0,00 20 0,00 15

Mumbulsari 0 0,00 21 0,00 16

Jenggawah 0 0,00 22 0,00 27

Ajung 16 1,05 15 0,00 18

Keterangan: Dilanjutkan di Kolom Berikutnya

Page 27: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

8

Lanjutan Tabel 1.5 Populasi Ternak Sapi Perah Menurut Kecamatan di Kabupaten

Jember Tahun 2014-2017

Kecamatan

Rata-Rata

Populasi Sapi

Perah (1)

Rata-Rata

Share (2)

Rata-Rata

Pertumbuhan (3)

(%) Ranking (%) Rangking

Rambipuji 11 0,73 16 11,11 3

Balung 72 5,05 6 12,41 2

Umbulsari 0 0,00 23 0,00 19

Semboro 0 0,00 24 0,00 20

Jombang 0 0,00 25 0,00 21

Sumberbaru 279 19,50 2 9,75 4

Tanggul 37 2,60 11 3,81 7

Bangsalsari 0 0,00 26 0,00 22

Panti 40 2,80 9 -2,38 28

Sukorambi 52 3,67 7 2,63 9

Arjasa 288 20,31 1 -5,05 29

Pakusari 0 0,00 27 0,00 23

Kalisat 8 0,54 17 -33,33 31

Ledokombo 0 0,00 28 0,00 24

Sumberjambe 0 0,00 29 0,00 25

Sukowono 0 0,00 30 0,00 26

Jelbuk 0 0,00 31 0,00 27

Kaliwates 132 9,43 4 19,55 1

Sumbersari 40 2,78 10 0,85 11

Patrang 42 2,92 8 0,81 12

Sumber: Kabupaten Jember dalam Angka (2015, 2016, 2017, 2018)

Keterangan: (1) Dari Lampiran V1

(2) Dari lampiran V2

(3) Dari lampiran V3

Berdasarkan Tabel 1.5 dapat diketahui bahwa Kecamatan Arjasa

merupakan kecamatan yang memiliki rata-rata share ternak sapi perah tertinggi di

Kabupaten Jember yakni sebesar 20,27% dengan rangking 1. Akan tetapi,

pertumbuhan ternak sapi perah di Kecamatan Arjasa menunjukkan nilai yang

negatif yakni sebesar -5,30% yang menempati rangking ke 29. Peternak di

Kecamatan Arjasa merupakan peternak sapi perah secara mandiri. Usaha ternak

secara mandiri dilakukan oleh peternak sapi perah dengan cara menyediakan

semua sarana produksi secara mandiri sehinga peternak memiliki kebebasan untuk

menjual hasil produknya. Berikut merupakan data sebaran populasi ternak sapi

perah di Kecamatan Arjasa.

Page 28: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

9

Tabel 1.6 Jumlah Ternak Sapi Perah Menurut Desa di Kecamatan Arjasa 2016

Desa Sapi Perah Share

Kemuning Lor 358 100,00

Darsono - 00,00

Arjasa - 00,00

Biting - 00,00

Candijati - 00,00

Kamal - 00,00

Sumber: Kecamatan Arjasa dalam Angka (2017)

Berdasarkan Tabel 1.6 diketahui bahwa di Kecamatan Arjasa, usaha ternak

sapi perah hanya di usahakan di Desa Kemuning Lor. Terdapat dua usaha

peternakan sapi di Desa Kemuning Lor yaitu usaha peternakan dairy farm milik

dinas peternakan dan peternakan mandiri milik peternak pribadi. Usaha ternak

mandiri dilakukan oleh peternak sapi perah dengan cara menyediakan semua

sarana produksi secara mandiri, sehingga peternak memiliki kebebasan menjual

hasil produksinya. Jumlah peternak sapi perah mandiri yang berada di Desa

Kemuning Lor sebanyak 6 orang peternak. Alasan peternak sapi perah mandiri di

Desa Kemuning Lor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember tidak ingin melakukan

kemitraan karena harga susu ditingkat kemitraan tergolong murah. Harga susu di

tingkat peternak kemitraan berkisar antara Rp 4.500 sampai dengan Rp 5.000/liter,

sedangkan jika peternak langsung menjual ke loper harga susu sapi perah yaitu

berkisar antara Rp 6.000 sampai dengan Rp 7.000/liter. Perbedaan harga jual

tersebut akan menyebabkan perbedaan pendapatan yang akan diterima oleh

peternak susu. Resiko yang akan di hadapi peternak mandiri yaitu tidak bisa

memasarkan hasil produksinya ketika permintaan susu rendah, serta peternak

mandiri tidak memiliki jaminan harga ketika harga susu di pasar tidak stabil.

Kecamatan Sumberbaru merupakan kecamatan yang memiliki rata-rata

share ternak sapi perah tertinggi ke dua setelah Kecamatan Arjasa. Rata-rata share

ternak sapi perah di Kecamatan Sumberbaru pada Tabel 1.5 sebesar 19,50%.

Kecamatan Sumberbaru juga memiliki rata-rata pertumbuhan sapi perah yang

cukup baik yakni sebesar 9,75% dengan rangking ke 4. Peternak di Kecamatan

Sumberbaru merupakan peternak sapi perah mitra dengan Koperasi Galur Murni.

Jumlah peternak sapi perah di Kecamatan Sumberbaru yang melakukan kemitraan

dengan Koperasi Galur Murni sebanyak 13 orang peternak. Kemitraan tersebut

Page 29: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

10

dilakukan peternak dengan cara menjalin kerjasama atau bermitra dengan

Koperasi Galur Murni, dengan ketentuan peternak diharuskan menjual semua

hasil produksinya kepada Koperasi Galur Murni. Harga susu sapi perah

tergantung dari kualitas susu yang dihasilkan. Harga susu sapi perah pada

Koperasi Galur Murni berkisar mulai dari Rp 4.500/liter hingga Rp 5.000/liter.

Kemitraan yang terjalin antara peternak susu sapi perah dengan Koperasi

Galur Murni berdasarkan sistem kepercayaan, sehingga tidak ada kontrak tertulis

yang mengikat peternak. Dalam kerjasama ini, koperasi hanya sebagai perantara

penyalur bantuan dari pemerintah yang berupa bibit sapi, perlengkapan ternak,

dan juga pakan. Bimbingan teknis yang diberikan koperasi berupa pelatihan yang

diadakan setiap satu tahun dua kali. Pendapatan yang dihasilkan peternak dalam

kemitraan tersebut beragam dikarenakan kualitas susu serta banyaknya produksi

susu yang dihasilkan. Peternak merasa terbantu dengan adanya kemitraan dengan

koperasi, karena peternak mendapatkan harga tetap dan jaminan pasar. Peternak

tidak akan menanggung resiko pasar terkait harga yang tidak stabil serta

permintaan pasar yang tidak menentu.

Peternak sapi perah lainnya di Kabupaten Jember yang melakukan

kemitraan dengan Koperasi Galur Murni yaitu berada di Kecamatan Balung dan

Kecamatan Ajung. Kecamatan Balung jika di lihat pada Tabel 1.5 memiliki rata-

rata share ternak sapi perah yang cukup baik yaitu sebesar 5,05% dan menempati

rangking ke 6. Rata-rata pertumbuhan ternak sapi perah di Kecamatan Balung

sebesar 12,41 dengan rangking ke dua setelah Kecamatan Kaliwates. Peternak

sapi perah di Kecamatan Balung tepatnya di Desa Balung Lor merupakan

peternak sapi perah yang melakukan kemitraan dengan Koperasi Galur Murni

dimana harga susu ditentukan dari kualitas dan kuantitas susu yang di hasilkan.

Jumlah peternak sapi perah di Kecamatan Balung yang melakukan kemitraan

dengan Koperasi Galur Murni sebanyak 7 orang peternak. Berikut merupakan

sebaran populasi ternak di Kecamatan Balung.

Page 30: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

11

Tabel 1.7 Populasi Ternak Sapi Perah Menurut Desa di Kecamatan Balung Tahun

2015-2017

Desa

Rata-Rata

Populasi Ternak

Sapi Perah (1)

Rata-Rata

Share (2)

Rata-Rata

Pertumbuhan (3)

(%) Ranking (%) Rangking

Karang Duren 5 7,94 4 -81,82 2

Karang Semanding 4 5,16 5 -50,00 4

Tutul 1 1,41 8 -50,00 5

Balung Kulon 6 12,11 2 59,09 3

Balung Kidul 2 3,29 6 -50,00 6

Balung Lor 27 57,75 1 43,96 1

Gumelar 5 10,46 3 -24,29 8

Curah Lele 1 1,88 7 -50,00 7

Sumber: Kecamatan Balung dalam Angka (2016,2017,2018)

Keterangan: (1) Dari lampiran W2

(2) Dari lampiran W3

Usaha ternak sapi perah di Kecamatan Balung banyak diusahakan di Desa

Balung Lor. Berdasarkan Tabel 1.7 diketahui bahwa Desa Balung Lor memiliki

rata-rata share sebesar 57,75% dengan rangking ke 1. Rata-rata pertumbuhan

ternak di Desa Balung Lor menunjukkan laju nilai positif sebesar 43,96% dan

menempati rangking pertama. Peternak di Desa Balung Lor menjadikan usaha

ternak sapi perah sebagai usaha sampingan dan beberapa diantaranya peternak

menjadikan usaha ternak sapi perah sebagai usaha pokok (utama).

Kecamatan Ajung merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Jember

dimana para peternak sapi perah melakukan kemitraan dengan Koperasi Galur

Murni. Kecamatan Ajung memiliki rata-rata share sebesar 1,05% dan menempati

rangking ke 15. Rata-rata pertumbuhan ternak di Kecamatan Ajung sebesar 0,00%

yang artinya usaha ternak sapi perah tidak banyak di usahakan oleh masyarakat

sekitar. Rata-rata populasi sapi perah di Kecamatan Ajung mulai tahun 2014

hingga tahun 2017 sebanyak 16 ekor sapi perah. Terdapat 2 orang peternak sapi

perah di Kecamatan Ajung yang melakukan kemitraan dengan Koperasi Peternak

Galur Murni.

Secara umum permasalahan yang dihadapi oleh kedua usaha sapi perah

peternak mandiri dan peternak mitra relatif sama, yaitu rendahnya produksi susu

yang dihasilkan. Rendahnya susu yang dihasilkan menyebabkan rendahnya

Page 31: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

12

pendapatan peternak. Rata-rata produksi susu peternak sapi perah mandiri di

Kecamatan Arjasa sebesar 8-9 liter. Rata-rata produksi susu sapi perah mitra

peternak Kecamatan Sumberbaru sebesar 8-9 liter. Rata-rata produksi susu sapi

perah mitra peternak Kecamatan Balung sebesar 10-11 liter. Rata-rata produksi

susu sapi perah peternak mitra Kecamatan Ajung sebesar 9-10 liter. Menurut

Ketua Gabungan Koperasi Susu Indonesia (2017), menyatakan bahwa sapi perah

di Indonesia rata-rata menghasilkan susu 13 liter hinga 15 liter per hari.

Usaha ternak sapi perah umumnya membutuhkan biaya yang tinggi

terutama pada saat musim kemarau, karena semakin berkurangnya jumlah

ketersediaan pakan hijauan di lapang. Rata-rata peternak mitra dan peternak

mandiri tidak memiliki lahan khusus untuk di tanami pakan hijauan, sehingga

pada saat musim kemarau rata-rata peternak akan membeli rumput dan sebagian

peternak juga akan mencari pakan hijauan di desa-desa sekitar yang ketersediaan

rumputnya masih banyak. Hal tersebut menyebabkan penambahan biaya produksi

yang harus dikeluarkan oleh peternak, sehingga juga akan berpengaruh terhadap

efisiensi penggunaan biaya usaha ternaknya.

Permasalahan lainnya yang dihadapi kedua usaha peternakan sapi perah

mitra dan mandiri yaitu keterlambatan atau ketidak sesuaian pakan yang diberikan

untuk sapi perah. Keterlambatan atau ketidak sesuaian pemberian pakan misalnya

pada saat musim kemarau. Pada saat musim kemarau peternak akan

memperbanyak minum dan peternak juga akan memperbanyak pemberian pakan

lainnya, seperti pakan katul dan pakan ampas tahu. Pemberian pakan yang tidak

sesuai dengan pemberian pakan pada hari-hari biasa akan menyebabkan

rendahnya produksi susu. Rendahnya produksi susu menyebabkan rendahnya

penerimaan yang diterima peternak, sehingga keuntungan peternak akan rendah.

Menurut Diarmita (2019), solusi untuk mengatasi permasalahan pada

peternakan sapi perah dapat di atasi dengan melakukan suatu perbaikan

manajemen usaha peternakan sapi perah. Manajemen usaha peternakan sapi perah

tersebut yaitu GDFP. GDFP (Good Dairy Farming Practice) adalah suatu

standarisasi usaha peternakan sapi perah yang meliputi segala aktivitas teknis dan

ekonomis dalam pemeliharaan sehari-hari. Aspek-aspek GDFP apabila

Page 32: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

13

dilaksanakan dengan baik maka tingkat keuntungan peternak akan selalu dapat

dipertahankan. Dengan menerapkan GDFP yang baik dan benar maka kuantitas

maupun mutu dari susu sapi perah dapat pertahankan, bahkan juga bisa

ditingkatkan sehingga keuntungan peternak sapi perah meningkat.

Mendasarkan kepada pendapatnya Diarmita (2019) tersebut, dapat diambil

suatu pemahaman bahwa keberhasilan dalam usaha peternakan sapi perah erat

kaitannya dengan baik buruknya tata laksana peternakan yang dijalankan oleh

peternak sapi perah. Pentingnya untuk menerapkan aspek-aspek GDFP untuk

mencapai suatu produksi susu yang optimal sehingga keuntungan peternak

meningkat. Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk

menganalisis lebih lanjut terkait sejauh mana peternak yang menjalin kemitraan

dan yang mandiri sudah menerapkan aspek-aspek GDFP (Good Dairy Farming

Practice), pendapatan peternak sapi perah yang menjalin kemitraan dan yang

mandiri serta efisiensi dalam pengunaan biaya produksi usaha ternak sapi perah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka secara khusus

peneliti ingin mengetahui tentang:

1. Seberapa besar penerapan GDFP (Good Dairy Farming Practice) pada

peternak sapi perah mitra Koperasi Galur Murni dan peternak sapi perah

mandiri di Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember?

2. Apakah usaha ternak sapi perah mitra Koperasi Galur Murni dan peternak

sapi perah mandiri di Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember menguntungkan?

3. Apakah penggunaan biaya usaha ternak sapi perah mitra Koperasi Galur

Murni dan peternak sapi perah mandiri di Kecamatan Arjasa Kabupaten

Jember sudah efisien?

Page 33: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

14

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penerapan GDFP (Good Dairy Farming Practice) pada

peternak sapi perah mitra Koperasi Galur Murni dan peternak sapi perah

mandiri di Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember?

2. Untuk mengetahui apakah usaha ternak sapi perah mitra Koperasi Galur

Murni dan peternak sapi perah mandiri di Kecamatan Arjasa Kabupaten

Jember menguntungkan?

3. Untuk mengetahui apakah penggunaan biaya usaha ternak sapi perah mitra

Koperasi Galur Murni dan peternak sapi perah mandiri di Kecamatan Arjasa

Kabupaten Jember sudah efisien?

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Bagi peternak sapi perah dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk

mengusahakan ternak sapi perah sehingga dapat menentukan apakah dengan

ikut kemitraan atau mandiri.

2. Bagi peneliti dapat dijadikan bahan referensi atau informasi untuk penelitian

selanjutnya.

Page 34: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

15

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Lestari dkk (2015) melakukan penelitian terkait penerapan GDFP sapi

perah dengan judul “Hubungan Antara Penerapan Good Dairy Farming Practice

dengan Tingkat Pendapatan Peternak pada Peternakan Sapi Perah Rakyat (Suatu

Kasus di Wilayah Kerja KPBS Pangalengan Kabupaten Bandung)”. Metode

penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif. Komponen penerapan GDFP

yang akan di cermati terdiri dari tujuh aspek yaitu: (a) reproduksi, (b) kesehatan

ternak, (c) higien pemerahan (d) nutrisi (pakan dan air), (e) kesejahteraan ternak,

(f) lingkungan dan (g) manajemen sosial ekonomi.

Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa penerapan GDFP pada

peternakan sapi perah di KPBS Pangalengan pada skala usaha I sebesar 62,69%

artinya bahwa peternak sapi perah pada skala usaha I telah mampu menerapkan

GDFP sebanyak 62,69%, skala usaha II sebesar 67,43% artinya bahwa peternak

sapi perah pada skala usaha II telah mampu menerapkan GDFP sebanyak 67,43%,

dan skala usaha III sebesar 73,50% artinya bahwa peternak telah mampu

menerapkan GDFP sebanyak 73,50%. Urutan prioritas penerapan GDFP pada

skala usaha I yaitu: (a) aspek reproduksi, (b) higien pemerahan, (c) kesehatan

ternak, (d) nutrisi (pakan dan air), (e) kesejahteraan ternak, (f) lingkungan, dan (g)

manajemen sosial ekonomi. Urutan prioritas penerapan GDFP pada skala usaha II

dan skala usaha III adalah sama yaitu: (a) aspek reproduksi, (b) higien pemerahan,

(c) kesehatan ternak, (d) nutrisi (pakan dan air), (e) kesejahteraan ternak, (f)

manajemen sosial ekonomi, dan (g) lingkungan.

Peternak sapi perah di KPBS Pangalengan yang tingkat penerapan GDFP

masih di bawah rata-rata sebaiknya harus aktif dan terbuka terhadap perubahan

dan inovasi agar dapat menerapkan GDFP dengan baik dan benar. Pihak koperasi

atau Dinas Peternakan setempat harus aktif memberikan pemahaman dan

informasi perihal penerapan GDFP khususnya aspek kesejahteraan ternak,

lingkungan, dan manajemen sosial ekonomi yang persentase penerapannya GDFP

nya masih rendah.

Page 35: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

16

Anggraeni dan Mariana (2016) melakukan penelitian terkait penerapan

GDFP dengan judul “Evaluasi Aspek Teknis Pemeliharaan Sapi Perah Menuju

Good Dairy Farming Practices pada Peternakan Sapi Perah Rakyat Pondok

Ranggon”. Peternakan sapi perah rakyat yang dimaksud yaitu para peternak sapi

perah yang kepemilikan ternaknya sedikit, cara budidaya nya masih tradisional,

serta skala kepemilikan kurang ekonomis. Metode penelitian yang digunakan

yaitu metode deskriptif. Komponen penerapan GDFP yang akan di cermati terdiri

dari lima aspek yaitu: (a) pembibitan dan reproduksi, (b) manajemen pakan dan

air minum, (c) pengelolaan, (d) kandang dan peralatan, (e) kesehatan ternak.

Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa berdasarkan nilai rataan

pelaksanaan Good Dairy Farming Practices (GDFP) pada peternakan sapi perah

rakyat di Kelurahan Pondok Ranggon termasuk kategori cukup baik (2,28) artinya

peternak sapi perah telah mampu menerapkan GDFP termasuk dalam kategori

cukup baik (2,28). Nilai rata rata GDFP tertinggi berada pada aspek pembibitan

dan reproduksi sebesar 3,14 (kategori baik) artinya peternak sapi perah telah

mampu menerapkan aspek pembibitan dan reproduksi termasuk dalam kategori

baik (3,14). Nilai terendah berada pada aspek kesehatan ternak sebesar 1,17

(kategori kurang baik) artinya bahwa peternak hanya mampu menerapkan aspek

kesehatan ternak termasuk dalam kategori kurang baik (1,17).

Peternakan sapi perah rakyat di Kelurahan Pondok Ranggon perlu

melakukan perbaikan tata laksana pemeliharaan. Tata laksana pemeliharaan yang

perlu dilakukan perbaikan terutama pada aspek kesehatan hewan, pencatatan,

manajemen pemeliharaan pedet dan dara serta pengelolaan limbah.

Puspitasari (2008) melakukan penelitian terkait penerapan GDFP dengan

judul “Kajian Penerapan Good Farming Practices dan Good Hygienic Practices

pada KSU Jaya Abadi Kabupaten Blitar Jawa Timur”. Good Farming Practices

adalah pedoman tata cara beternak sapi perah yang baik dan benar, sedangkan

Good Hygienic Practices merupakan tata cara sanitasi yang baik untuk

menghasilkan susu yang menuntut suatu peternakan menerapkan syarat-syarat

cara beternak yang baik sehingga dapat menghasilkan susu yang higien, kaya

nutrisi dan aman untuk dikonsumsi. Aspek-aspek GDFP yang akan di cermati

Page 36: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

17

terdiri dari: (a) bangunan dan fasilitas peternakan, (b) manajemen pakan, (c)

sumberdaya manusia, (d) proses pemerahan, dan (e) manajemen peternakan.

Metode penelitian yang digunakan berupa metode deskriptif.

Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa hasil kajian penerapan GFP

dan GHP pada peternakan KSUJA yaitu bahwa aspek bangunan dan fasilitas

peternakan dalam GFP dan GHP masih sangat kurang diterapkan oleh sebagian

besar (37,93%) peternak. Peternak yang kurang menerapkan GFP dan GHP pada

manajemen pakan sebanyak 55,17%. Peternak kurang menerapkan GFP dan GHP

pada aspek SDM sebanyak 51,72%. Hampir setengah dari jumlah peternak kurang

menerapkan GFP dan GHP pada proses pemerahan. Manajemen peternakan yang

dilaksanakan oleh 44,83% peternak masih sangat kurang sesuai dengan syarat

GFP dan GHP. Sebanyak 13,79% peternak KSUJA cukup menerapkan kelima

aspek penting GFP dan GHP, sedangkan sebanyak 82,76% dan 3,45% peternak

masing-masing masih kurang dan sangat kurang menerapkan GFP dan GHP di

peternakannya.

Saran dari penelitian ini sebaiknya diadakan secara rutin penyuluhan dan

pelatihan baik dari KSUJA maupun dari IPS dengan materi yang menyangkut

tentang GFP dan GHP agar peternak mengerti dan menerapkan dengan benar. Jika

mutu susu dari peternak sapi perah dapat ditingkatkan, maka keamanan pangan

masyarakat dapat tercapai.

Saefullah dkk (2012) melakukan penelitian terkait pendapatan peternak

sapi perah dengan judul “Komparasi Biaya dan Pendapatan Usaha Peternakan

Sapi Perah Rakyat Anggota Koperasi Unit Desa (KUD) dan Non Anggota

Koperasi Unit Desa di Kabupaten Banyumas”. Alat analisis yang digunakan

berupa analisis pendapatan. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa rata-rata

penerimaan peternak anggota koperasi sebesar Rp 1.774.845/bulan/ekor,

sedangkan biaya yang dikeluarkan mencapai Rp 1.653.626,25/bulan/ekor,

sehingga pendapatan yang diperoleh peternak anggota koperasi sebesar Rp

121.218,75/bulan/ekor. Rata-rata penerimaan peternak sapi perah non anggota

koperasi sebesar Rp 855.607,14/bulan/ekor, sedangkan biaya yang dikeluarkan

mencapai Rp 845.335,43/bulan/ekor, sehingga pendapatan yang diperoleh

Page 37: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

18

peternak sapi perah non anggota koperasi sebesar Rp 10.271,71/bulan/ekor.

Kedua usaha peternakan sapi perah tersebut sama-sama menguntungkan karena

penerimaan lebih besar dari pada biaya yang dikeluarkan peternak sapi perah.

Peternak non anggota koperasi disarankan masuk anggota koperasi karena

lebih menguntungkan dari sisi ekonomis. Selain itu diharapkan peternak mampu

meningkatkan usaha dan menekan biaya yang dikeluarkan sehingga mampu

menghasilkan pendapatan yang lebih besar.

Santosa dkk (2013) melakukan penelitian terkait pendapatan peternak sapi

perah dengan judul “Analisis Potensi Pengembangan Usaha Peternakan Sapi

Perah dengan menggunakan Paradigma Agribisnis di Kecamatan Musuk

Kabupaten Boyolali”. Alat analisis yang digunakan yaitu analisis pendapatan.

Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa nilai rata-rata pendapatan per

peternak di Kabupaten Boyolali sebesar Rp 17.595.689,00/tahun/ekor atau Rp

1.466.307,00/bulan/ekor dapat dikatakan cukup tinggi karena besar pendapatan

perbulan lebih besar dari Upah Minimum Regional (UMR) di Kabupaten Boyolali

sebesar Rp 960.000/bulan.

Aisyah (2014) melakukan penelitian terkait pendapatan peternak sapi

perah dengan judul “Analisis Efisiensi Produksi Usaha Peternakan Sapi Perah di

Kelurahan Pondok Ranggon Kecamatan Cipayung Jakarta Timur”. Hasil

penelitian tersebut menyebutkan bahwa biaya total per hari yang dikeluarkan

peternak sebesar Rp 1.143.103,979/UT sedangkan penerimaan per hari sebesar Rp

1.320.846,875/UT. Pendapatan total yang diterima peternak per hari yaitu sebesar

Rp 177.742,896/UT. Sumber penerimaan usaha peternak per hari terdiri dari

penjualan susu ke koperasi, konsumen, loper dan kelompok tani. Usaha

peternakan sapi perah menguntungkan karena harga jual susu sapi perah yang

cukup besar.

Guna meningkatkan produksi susu di peternakan Pondok Ranggon

sebaiknya peternak meningkatkan pemberian pakan ampas tahu sebagai pakan

tambahan selain hijauan kepada sapi perah. Berdasarkan analisis faktor produksi

pemberian pakan ampas tahu dan pemberian pakan hijauan tersebut berpengaruh

nyata terhadap tingkat produksi susu.

Page 38: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

19

Saefullah dkk (2012) melakukan penelitian terkait efisiensi penggunaan

biaya dengan judul “Komparasi Biaya dan Pendapatan Usaha Peternakan Sapi

Perah Rakyat Anggota Koperasi Unit Desa (KUD) dan Non Anggota Koperasi

Unit Desa di Kabupaten Banyumas”. Alat analisis yang digunakan yaitu analisis

R/C rasio. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa nilai R/C rasio peternak

anggota koperasi sebesar 1,07 dan nilai R/C rasio peternak anggota non koperasi

sebesar 1,01. Hal tersebut dapat diartikan bahwa setiap pengeluaran sebesar Rp

1.000.000,00 oleh peternak anggota koperasi akan mendapatkan penerimaan

sebesar Rp 1.070.000,00 dan setiap pengeluaran sebesar Rp 100.000.000,00 oleh

peternak anggota non koperasi akan mendapatkan penerimaan sebesar Rp

1.010.000,00.

Usaha peternakan sapi perah anggota koperasi dan non anggota koperasi

sama-sama efisien. Sebaiknya peternak non anggota koperasi disarankan masuk

anggota koperasi karena penggunaan biaya lebih efisien dan dari sisi ekonomi

lebih menguntungkan.

Santosa dkk (2013) melakukan penelitian terkait efisiensi penggunaan

biaya dengan judul “Analisis Potensi Pengembangan Usaha Peternakan Sapi

Perah dengan Menggunakan Paradigma Agribisnis di Kecamatan Musuk

Kabupaten Boyolali”. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa nilai rata-rata

efisiensi ekonomi (R/C Ratio) pada usaha peternakan sapi perah di Kecamatan

Musuk Kabupaten Boyolali adalah 1,28. Hal tersebut dapat diartikan bahwa setiap

pengeluaran Rp. 1.000.000,00 oleh peternak akan mendapatkan penerimaan

sebesar Rp. 1.280.000,00.

Aisyah (2014) dengan judul “Analisis Efisiensi Produksi Usaha

Peternakan Sapi Perah di Kelurahan Pondok Ranggon Kecamatan Cipayung

Jakarta Timur”, dapat disimpulkan bahwa nilai R/C rasio sebesar 1,15 yang

menunjukkan nilai lebih besar dari satu atau secara ekonomi usaha peternakan

sapi perah menguntungkan atau layak dikembangkan. Hal tersebut dapat diartikan

bahwa setiap pengeluaran sebesar Rp 1.000.000,00 oleh peternak akan

mendapatkan penerimaan sebesar Rp 1.150.000,00.

Page 39: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

20

Guna mencapai tingkat efisiensi dalam penggunaan input sebaiknya

peternak menambah penggunaan pakan hijauan dan ampas tahu, dan mengurangi

jumlah tenaga kerja. Berdasarkan analisis tingkat efisiensi ketiga input yaitu

menambah pakan hijauan, menambah pakan ampas tahu serta mengurangi jumlah

tenaga kerja belum mencapai titik efisien.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Sapi Perah

Sapi perah merupakan salah satu hewan ternak yang menghasilkan protein

hewani yang sangat penting untuk pertumbuhan manusia. Air susu sebagai

sumber gizi yang berupa protein hewani sangat besar manfaatnya bagi bayi, bagi

mereka yang sedang dalam proses pertumbuhan, bagi orang dewasa bahkan bagi

orang yang sudah lanjut usia. Keunggulan susu selain kandungan proteinnya yang

cukup tinggi dan zat-zat yang terkandung didalamnya cukup lengkap, rasanya pun

lezat serta mudah dicerna dan harganya relatif murah. Ditinjau dari segi ekosistem

dan ekonomis, sapi perah berperan penting sebagai pengumpul bahan-bahan yang

tidak bermanfaat bagi manusia seperti rumput, limbah dan tumbuh-tumbuhan

sekitar yang tidak bermanfaat (Aak, 1995).

Sapi perah termasuk ternak terpenting dan andalan sebagai sumber daging,

susu, kulit dan tenaga kerja. Sapi mampu menutupi kebutuhan 45-55% daging,

95% susu dan 85% kebutuhan kulit dunia. Susu sapi merupakan minuman alami

yang kaya akan nutrisi. Manfaat susu untuk tubuh manusia yaitu sebagai zat

pembangun terutama pada masa pertumbuhan. Kandungan pada susu terdiri dari

kandungan kalsium, kandungan protein, fosfor, magnesium, vitamin D dan

vitamin A pada susu sapi sangat berperan penting yaitu untuk pembentukan tulang

serta untuk pembentukan gigi. Bangsa sapi mempunyai klasifikasi taksonomi

sebagai berikut (Syarif dan Harianto, 2011):

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Class : Mamalia

Subclass : Theria

Page 40: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

21

Infraclass : Eutheria

Ordo : Artiodactyla

Sub-ordo : Ruminantia

Infra-ordo : Pecora

Famili : Bovidae

Genus : Bos (cattle)

Group : Taurinae

Spesies : Bos Taurus (sapi eropa)

Bos indicus (sapi india atau sapi zebu)

Bos sondaicus (banteng atau sapi bali)

2.2.2 Ternak Sapi Perah

Menurut Sutarto (2008), ternak sapi perah adalah ternak sapi yang

menghasilkan susu sebagai produk utamanya, selain menghailkan susu ternak sapi

juga menghasilkan daging sapi. Ternak ini sudah banyak dikenal oleh masyarakat

pedesaan. Budidaya sapi perah sebagai berikut:

1. Pembibitan Sapi Perah

Bibit merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk keberhasilan

peternakan sapi perah. Bibit yang baik, pakan yang baik serta tatalaksana yang

baik akan menghasilkan produksi susu yang tinggi. Hal yang perlu diperhatikan

dalam memilih bibit sapi perah yaitu kesehatan sapi. Sapi perah yang sehat akan

terlihat mata bersinar, bibir basah, nafsu makan sapi perah baik, asal-usul sapi

atau silsilah keturunan sapi dan juga catatan produksi jika sapi perah sudah pernah

berproduksi. Faktor fisik sapi perah yang perlu diperhatikan dalam memilih bibit

yang baik yaitu dengan memperhatikan bentuk luar badan yang memiliki bentuk

badan segitiga, kepala tidak terlalu berat dan terlihat kuat, dahi lebar dan cekung,

kulit tidak kering, dada lebar dan dalam, perut besar dan tidak menggantung,

ambing besar serta puting besar dan panjang yang berbentuk silinder.

Page 41: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

22

2. Pembuatan Kandang Sapi Perah

Kandang sapi perah adalah tempat ternak beristirahat dengan nyaman

tanpa kehujanan dan kepanasan karena sinar matahari. Hal yang harus

diperhatikan dalam pembuatan kandang sapi perah yaitu:

a. Kandang dapat memberi kenyamanan pada ternak sapi perah.

b. Kandang dipisah dari rumah tempat tinggal, tidak berdekatan dengan

bangunan umum seperti sekolah, masjid maupun rumah sakit.

c. Kandang terletak dekat dengan sumber air, sumber pakan serta mudah

penganggkutannya yang dapat melancarkan proses pemasaran.

d. Kandang cukup luas dan memungkinkan untuk perluasan pemeliharaan.

e. Kandang memenuhi persyaratan bagi kesehatan sapi, mudah dibersihkan dan

selalu terjaga kebersihannya.

f. Kandang memberikan kemudahan bagi pekerja kandang dalam melakukan

pekerjaannya sehingga menghemat kerja.

g. Pembersihan kandang dilakukan setiap hari dan kotoran tersebut ditempatkan

disuatu tempat agar kotoran terfermentasi dan dapat dijadikan pupuk

kandang. Lantai kandang diusahakan selalu bersih untuk menghindari

munculnya berbagai macam penyakit.

3. Pemberian Pakan Sapi Perah

Ternak sapi perah hendaknya diberi pakan yang baik, baik mutu maupun

jumlahnya dan disesuaikan dengan kebutuhan ternak sapi tersebut. Pakan sapi

perah dibagi menjadi dua macam, yaitu:

a. Pakan kasar (hijauan)

Pada umumnya sapi perah biasa diberi hijauan seperti rumput gajah, rumput

benggala, rumput setaria, daun turi dan daun lamtoro. Pemberian pakan

hijauan sebaiknya diberikan sesudah pemerahan susu agar tidak

mempengaruhi mutu air susu.

b. Pakan penguat (konsentrat)

Konsentrat ini merupakan campuran dari beberapa bahan pakan seperti

bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, dedak halus, tepung jagung, garam

dapur dan kapur.

Page 42: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

23

c. Makanan tambahan

Makanan tambahan sapi perah biasanya berupa feed supplement vitamin,

mineral dan urea. Air mutlak dibutuhkan dalam usaha peternakan sapi perah.

Hal ini disebabkan susu yang dihasilkan 87% berupa air dan sisanya berupa

bahan kering. Untuk menghasilkan 1 liter susu, sapi perah membutuhkan 3,5-

4 liter air minum. Dalam peternakan sapi perah, air digunakan untuk minum

sapi perah, mandi sapi perah serta membersihkan kandang sapi perah.

4. Perawatan Sapi Perah

Perawatan sapi perah dapat dilakukan dengan cara memandikan ternak dua

kali sehari. Seluruh sapi induk dimandikan setiap hari setelah kandang dibersihkan

dan sebelum pemerahan susu. Tujuan dari pembersihan sapi perah yaitu untuk

menjaga kesehatan sapi perah agar bakteri maupun kuman tidak menginfeksi dan

juga untuk menghindarkan bulu-bulu sapi yang rontok kedalam air susu saat

pemerahan. Kandang harus dibersihkan setiap hari dan kotoran ternak

dikumpulkan disatu tempat untuk dijadikan pupuk kandang. Setelah pembersihan

kandang hendaknya lantai diberi tilam. Tilam umumnya terbuat dari jerami atau

sisa-sisa pakan hijauan. Pembongkaran tilam dilakukan setiap seminggu sekali

yang bertujuan untuk mengurangi bau di dalam kandang sapi perah.

5. Pemerahan Sapi Perah

Pemerahan merupakan kegiatan yang harus mendapatkan perhatian khusus

karena akan mempengaruhi produksi susu, baik kualitas maupun kuantitasnya.

Sebelum diperah, hendaknya daerah disekitar ambing dan lipatan paha

dibersihkan terlebih dahulu untuk mencegah kotoran jatuh kedalam susu. Ambing

di cuci dengan air hangat untuk mengurangi kontaminasi bakteri dan juga untuk

mempermudah keluarnya susu. Sebelum susu ditampung diember pemerahan,

hendaknya susu diperikasa terlebih dahulu dengan cara pancaran susu pertama

ditampung pada cangkir atau wadah yang dasanya berwarna gelap. Susu yang

normal tidak akan dijumpai adanya gumpalan atau warna yang aneh didasar

wadah. Susu dari ambing yang terkena mastitis biasanya ditandai dengan adanya

gumpalan atau perubahan warna kemerahan (darah). Pemerahan susu dapat

dilakukan apabila susu dinyatakan normal, sementara pemerahan pada sapi yang

Page 43: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

24

susunya tidak normal dilakukan paling ahir agar tidak menulari puting yang sehat.

Setelah pemerahan selesai, puting dibersihkan dengan air, dikeringkan dan dicelup

atau disemprot dengan cairan desinfektan yang mengandung antiseptik seperti

iodine agar bakteri tidak masuk kedalam ambing melalui lubang puting yang

dapat menyebabkan mastitis (Susilorini dkk.,2008).

6. Panen dan Hasil Panen Sapi Perah

Tujuan utama memelihara sapi perah yaitu untuk mendapatkan produksi

susu. Susu bisa dipanen apabila sapi telah beranak yaitu mulai beranak pertama

kali pada umur 24-30 bulan. Pemerahan dilakukan minimal dua kali per hari

secara manual maupun dengan mesin pemerah. Akan tetapi jika produksi susunya

lebih dari 20 liter/hari, sebaiknya pemerahan dilakukan 3 kali perhari. Sapi perah

dapat berproduksi sampai beranak 5-6 kali (Susilorini dkk., 2008).

2.2.3 GDFP (Good Dairy Farming Practice) Sapi Perah

Good Dairy Farming Practice (GDFP) adalah tata laksana peternakan

sapi perah yang meliputi segala aktivitas teknis dan ekonomis dalam hal

pemeliharaan sehari-hari. Good Dairy Farming Practice memiliki peranan yang

sangat penting karena tidak hanya bertujuan untuk menjalankan usaha sapi perah

dengan baik dan benar sesuai prosedur tetapi juga menjaga agar sapi tetap sehat,

menjamin terciptanya produk susu yang aman dan sehat untuk dikonsumsi, serta

meminimalisir dampak lingkungan. Aspek-aspek Good Dairy Farming Practice

terdiri dari (FAO dan IDF, 2011):

1. Kesehatan ternak

Kesehatan ternak merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan

didalam melaksanakan manajemen pemeliharaan sapi perah, karena sapi perah

yang sehat akan mampu berproduksi secara optimal. Tatalaksana kesehatan ternak

sapi perah terdiri dari:

1.1 Mengunakan ternak yang tahan terhadap penyakit

a. Memilih sapi perah yang sesuai dengan lingkungan setempat yaitu dengan

memilih ternak yang memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan

iklim ekstrem, kualitas pakan, parasit lokal (terutama kutu) dan ketahanan

Page 44: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

25

ternak terhadap penyakit endemik (penyakit yang menyerang suatu

kelompok tertentu).

1.2 Mencegah masuknya penyakit ke lokasi peternakan

a. Memastikan dan memilih ternak yang baru di beli bebas dari penyakit

sehingga ternak baru tersebut tidak membawa penyakit dari luar.

1.3 Memiliki manajemen kesehatan yang efektif

a. Memeriksa secara teratur tanda-tanda penyakit pada ternak dan apabila

penyakit ternak tersebut tidak dapat ditangani sendiri maka segera

melaporkan kepada pihak yang sesuai.

2. Manajemen pemerahan

Menurut Aak (1974), manajemen pemerahan terbagi menjadi tiga tahap

yaitu pra pemerahan, pemerahan, dan pasca pemerahan.

2.1 Pra pemerahan. Tahap pra pemerahan meliputi:

a. Menenangkan sapi yaitu dengan memberikan makanan penguat berupa

konsentrat yang diberikan setengah jam sebelum proses pemerahan serta

mencegah adanya kegaduhan disekitarnya.

b. Membersihkan kandang dari semua kotoran dan sisa makanan yang berbau

c. Membersihkan bagian tubuh terutama di daerah lipatan paha sampai

bagian belakang tubuh untuk mencegah kotoran jatuh ke dalam susu.

d. Mengikat ekor sapi dengan tali pada salah satu kaki belakang dengan

tujuan untuk menghindari sapi mengibas-ngibaskan ekor saat pemerahan.

e. Mencuci ambing dengan air hangat yang bersih memakai spon atau sikat

halus, baik pula ditambahkan kolorine 1% pada air. Kemudian ambing

dikeringkan dengan kain bersih dan diraba-raba atau dimassage selama

beberapa saat agar air susu mudah terangsang keluar.

2.2 Pemerahan

Tahap pemerahan adalah saat ambing sapi perah diperah untuk

mengeluarkan susu. Pemerahan awal yaitu sebanyak 3-4 perahan pertama yang

ditampung di strit cup dan diamati kondisi susu apakah normal atau tidak. Jika

normal, maka pemerahan dapat dilanjutkan, sedangkan jika terdapat kelainan

seperti warna susu kemerahan atau menggumpal maka pemerahan tetap

Page 45: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

26

dilanjutkan namun tidak untuk dikonsumsi, karena diduga sapi tersebut menderita

penyakit mastitis. Pada tahap ini, terdapat dua metode yang tersedia, yakni

pemerahan menggunakan tangan dan pemerahan menggunakan mesin pemerah.

a. Pemerahan dengan menggunakan tangan

Pemerahan dengan menggunakan tangan dapat dilakukan dengan cara whole

hand (tangan penuh). Cara ini adalah yang terbaik, karena puting tidak akan

menjadi panjang olehnya. Cara ini dilakukan pada puting yang agak panjang

sehingga dapat dipegang dangan penuh tangan. Caranya tangan memegang

puting dengan ibu jari dan telunjuk pada pangkalnya. Tekanan dimulai dari

atas puting diremas dengan ibu jari dan telunjuk, diikuti dengan jari tengah,

jari manis, dan kelingking, sehingga air dalam puting susu terdesak ke bawah

dan memancar ke luar. Setelah air susu itu keluar, seluruh jari dikendorkan

agar rongga puting terisi lagi dengan air susu. Remasan diulangi lagi berkali-

kali. Teknik ini dilakukan dengan cara menggunakan kelima jari. Puting

dipegang antara ibu dari dan keempat jari lainnya, lalu ditekan dengan

keempat jari tadi.

b. Pemerahan dengan menggunakan mesin perah

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam pemerahan menggunakan

mesin perah diantaranya yaitu:

1) Sapi dan kandang dibersihkan

2) Ambing harus diperhatikan kebersihannya

3) Mesin perah harus disediakan

4) Listrik dinyalakan

5) Mesin penyedot (vacuum cleaner) ditempatkan satu persatu pada bagian

putingnya

6) Ketika pemerahan sedang berjalan, berilah catatan pada setiap tabung yang

sudah terisi susu sesuai dengan nomor sapinya.

7) Setelah pemerahan selesai maka alat-alat dibersihkan dan disimpan

kembali pada tempat yang tersedia.

Page 46: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

27

2.3 Pasca pemerahan

Ambing di lap menggunakan kain yang telah dibasahi oleh desinfektan,

kemudian dilap kembali dengan kain yang kering. Setelah itu puting juga

dicelupkan ke dalam cairan desinfektan selama 4 detik untuk menghindari

terjadinya mastitis. Susu hasil pemerahan juga harus segera ditimbang, dicatat

kemudian disaring agar kotoran saat pemerahan tidak masuk ke dalam susu.

3. Nutrisi (pakan dan air)

Menurut Sudono dkk (2008), pakan untuk sapi perah menjadi faktor utama

yang dapat mempengaruhi produksi dan kualitas susu. Pemberian pakan harus

sesuai dengan bobot badan sapi, kadar lemak susu dan produksi susunya, terutama

bagi sapi-sapi yang telah berproduksi.

3.1 Pakan pedet (0 – 4 bulan)

Pakan pedet berumur 0-4 bulan adalah air susu induknya. Pedet dalam

peternakan sapi perah hanya diberi susu induk selama 7 hari pertama yang

dinamakan kolostrum. Kolostrum banyak mengandung kekebalan tubuh, protein

dan mineral sehingga sangat dibutuhkan oleh pedet yang baru lahir. Pemberian

kolostrum paling lambat 0,5 – 1 jam setelah pedet lahir. Jika pemberian kolostrum

terlambat, pedet akan mudah terserang penyakit. Pakan untuk pedet bisa diganti

dengan pengganti susu pedet (calf milk replacer/CMR) yang dibuat pabrik susu

atau pabrik pakan. CMR bisa diberikan kepada pedet setelah berumur 2 minggu.

Calf stater atau pakan pemula yang diberikan kepada pedet adalah pakan penguat

yang berkadar protein protein tinggi. Pakan pemula ini terdiri atas ½ bagian

tepung bungkil kelapa, ¼ bagian tepung kacang tanah dan ¼ bagian tepung

jagung. Hijauan yang diberikan harus kering atau dilayukan agar pedet tidak

kembung atau mencret.

Tabel 2.1 Pemberian Pakan Pedet Umur 0 – 4 Bulan

No Umur Air Susu Pakan Pemula Hijauan Air Minum

1. 0 – 1 minggu Kolostrum 3 – 4 lt - - -

2. 1 – 4 minggu 6 – 8 lt - - -

3. 4 – 8 minggu 4 – 6 lt 0,5 kg 2 – 5 kg ad libitum

4. 8 – 12 minggu 4 – 5 lt 1 kg 2 – 5 kg ad libitum

5. 12-16 minggu 2 – 4 lt 1kg 2 – 5 kg ad libitum

Sumber : Sudono dkk (2008)

Page 47: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

28

3.2 Pakan pedet lepas sapih (4 – 8 bulan)

Pada masa ini pedet sudah mampu makan konsentrat dan rumput.

Pemberian pakan dan air kepada pedet lepas sapih, sebaiknya ad libitum atau tidak

terbatas. Patokan pemberian pakan kepada pedet adalah konsentrat 11,5% dan

hijauan 10% dari bobot hidup. Susunan konsentrat untuk pedet lepas sapih terdiri

atas 26% bungkil kelapa, 24% bungkil kedelai, 25% dedak halus dan 25% ampas

tapioka.

3.3 Pakan sapi dara (8 – 14 bulan)

Target bobot badan sapi dara umur 8–14 bulan adalah 200-300 kg. Sebagai

patokan, pemberian pakan berupa rumput 10% dan konsentrat 1-1,5% dari bobot

hidupnya. Contoh konsentrat untuk sapi dara adalah konsentrat yang terdiri atas

55% bungkil kelapa, 40% dedak halus dan 5% ampas tapioka. Setelah masa ini,

sapi dara siap kawin.

3.4 Pakan sapi yang akan beranak

Setelah bunting 7 bulan, sapi harus dikeringkan atau tidak boleh diperah.

Pakan tambahan untuk sapi yang akan beranak berupa telur 5 butir, madu 50 cc

dan gula merah 1 kg biasa diberikan setelah sapi beranak. Pakan tambahan

tersebut dimaksudkan untuk mengganti tenaga yang terkuras saat sapi beranak,

karenanya sapi harus diberi pakan rumput secara ad libitum.

4. Kesejahteraan ternak

Prinsip dasar kesejahteraan ternak, diantaranya (FAO dan IDF, 2011):

4.1 Bebas dari rasa lapar dan haus.

a. Memberikan pakan dan air yang cukup untuk semua ternak setiap hari.

Peternakan sapi perah harus diberi pakan yang cukup, berdasarkan

kebutuhan fisiologis mereka.

b. Melindungi ternak dari tanaman beracun serta dari area yang

terkontaminasi seperti tempat pembuangan kotoran.

c. Tidak memberikan makan sapi perah dengan pakan yang berjamur.

Page 48: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

29

4.2 Bebas dari rasa tidak nyaman.

a. Membangun kandang untuk melindungi ternak dari bahaya lingkungan

sekitar. Membangun kandang harus berlokasi di tempat yang tidak

memiliki jalan buntu, jalur curam serta licin.

b. Kandang harus selalu bersih sehingga memberikan kenyamanan pada

ternak.

c. Melindungi ternak dari kondisi cuaca yang buruk seperti cuaca ekstrem,

kekurangan hijauan, perubahan musim dan lainnya yang menyebabkan

stres dingin atau panas.

d. Menyediakan ventilasi yang memadai bagi ternak sapi perah. Semua

kandang ternak harus berventilasi memadai sehingga pasokan udara segar

cukup untuk menghilangkan kelembaban, dan mencegah penumpukan gas

seperti karbon dioksida, amonia, atau gas lumpur.

4.3 Bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit.

a. Melaporkan kepada pihak terkait apabila ternak mengalami cedera atau

penyakit.

b. Menghindari praktik pemerahan yang buruk karena dapat melukai ternak.

Praktek pemerahan yang buruk dapat memengaruhi kesejahteraan dan

produksi ternak. Peralatan pemerahan harus dirawat dengan baik dan

diservis secara teratur.

4.4 Bebas untuk mengekspresikan tingkah laku alamiah.

a. Memiliki ruangan yang cukup untuk memberikan kesempatan bagi ternak

mengekspresikan pola perilaku normal sebagai wujud kenyamanan hidup.

5. Lingkungan

Peternakan sapi perah di Indonesia sebagian besar di kelola oleh

peternakan rakyat yang dalam pemeliharaannya lebih mementingkan produktivitas

ternak dengan mengesampingkan aspek ekologis. Usaha ternak sapi perah yang

baik dicerminkan dengan (FAO dan IDF, 2011):

5.1 Memiliki sistem pengelolaan limbah yang tepat

a. Menggunakan kembali atau mendaur ulang limbah yang berasal dari

peternakan sapi perah seperti kotoran sapi perah.

Page 49: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

30

b. Mengelola penyimpanan atau pembuangan kotoran ternak sapi perah untuk

meminimalkan kotoran menyebar terhadap lingkungan sekitar sehingga

tidak menyebabkan pencemaran lingkungan.

6. Manajemen sosial ekonomi

Usaha yang dijalankan harus dapat menghasilkan keuntungan secara

ekonomi juga harus memberikan manfaat untuk kepentingan masyarakat luas.

Menurut FAO dan IDF (2011) social responsible dan economically sustainable

merupakan bagian integral dari GDFP. Prinsip dasar social responsibillity adalah

bahwa sebuah organisasi bisnis memiliki tanggung jawab untuk memberikan

dampak positif pada berbagai kelompok masyarakat. Fokus utama social

responsibillity dalam GDFP terletak pada pekerja. Peningkatan kualitas pekerja

dapat dilakukan melalui metode pelatihan manajemen pelaksanaan peternakan

sapi perah yang baik. Fokus utama social responsibility diantaranya yaitu

implementasi manajemen SDM yang efektif dan bertanggung jawab; serta

menjamin kegiatan di dalam peternakan dilakukan dengan aman dan kompeten.

Economically Sustainable mengandung arti bahwa setiap usaha sapi perah dari

segi ekonomi menguntungkan dan keuntungan tersebut harus meningkat secara

berkesinambungan. Peternak harus mampu menerapkan manajemen keuangan dan

keuntungan dari segi ekonomi harus meningkat secara berkesinambungan.

2.2.4 Dampak Penerapan Good Dairy Farming Practice (GDFP) Sapi Perah

Susu merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam

mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, sehingga hal tersebut perlu untuk

dikembangkan mengingat banyaknya kasus gizi buruk dikalangan masyarakat.

Untuk pemulihan kondisi status gizi tersebut, pemberian atau gerakan minum susu

bagi masyarakat merupakan kegiatan yang paling tepat. Produksi susu dalam

negeri belum mampu untuk mencukupi kebutuhan konsumsi susu dalam negeri.

Produksi susu dalam negeri baru bisa memasok tidak lebih dari 21% dari

konsumsi nasional, sisanya 79% berasal dari impor. Tingginya impor susu dari

luar negeri mengakibatkan timbulnya kerugian langsung pada peternakan sapi

perah Indonesia. Tingginya impor susu menyebabkan terkurasnya devisa nasional,

Page 50: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

31

hilangnya kesempatan terbaik (opportunityloss) yang berasal dari menganggurnya

atau tidak dimanfaatkannya potensi sumberdaya yang ada untuk pengembangan

agribisnis persususan, serta hilangnya potensi revenue yang seharusnya diperoleh

pemerintah dari pajak apabila agribisnis persusuan dikembangkan secara baik

(Kementerian Pertanian, 2016).

Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan

Kesehatan Hewan menggelar acara “Pemberian Penghargaan Kepada Peternak

Sapi Perah Pemenang Kompetisi Farmer2Farmer Tahun 2019” bertempat di

Gedung Pusat Informasi Kementerian Pertanian pada hari Jum’at, 5 April 2019.

Program F2F tersebut diharapkan dapat membantu memenuhi permintaan susu

sapi nasional di Indonesia. Fokus program tersebut yaitu pada penerapan GDFP

yang konsisten oleh peternak sapi perah di Indonesia. Melalui penerapan GDFP

diharapkan peternak mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas produksinya.

Penerapan Good Dairy farming Practices akan menghasilkan produksi susu yang

berkualitas serta menghasilkan ternak sapi perah yang sehat. Sapi perah yang

sehat mampu menghasilkan susu yang banyak, sehingga kesejahteraan petenak

terjamin. Penerapan Good Dairy farming Practices juga dapat memelihara sapi

dalam waktu yang panjang serta tidak mengganggu lingkungan disekitar

peternakan sapi perah.

2.2.5 Kemitraan

Kemitraan adalah kerjasama yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih baik

antara usaha kecil termasuk koperasi dengan usaha menengah atau usaha besar

yang disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau

usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling

memperkuat dan saling menguntungkan dalam jangka waktu tertentu dengan

tujuan untuk meraih keuntungan bersama. Kemitraan akan berjalan dengan baik

apabila kerjasama tersebut dapat menguntungkan kedua pihak (Tohar, 2000).

Page 51: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

32

Menurut Januar (2006), kemitraan mengandung beberapa unsur pokok.

Unsur-unsur pokok kemitraan terdiri dari:

1. Kerjasama usaha

Hubungan kerjasama yang dilakukan antara pengusaha besar atau

menengah dengan pengusaha kecil mempunyai kedudukan yang setara dengan

hak dan kewajiban timbal balik sehingga dalam menjalankan kemitraan tidak ada

pihak yang dirugikan dan tidak ada yang saling mengeksploitasi satu sama lain

sehingga akan tumbuh rasa saling percaya diantara para pihak dalam

mengembangkan usahanya.

2. Hubungan antara pengusaha besar atau menengah dengan pengusaha kecil

Hubungan kerjasama melalui kemitraan diharapkan pengusaha besar atau

menengah dapat menjalin hubungan kerjasama yang saling menguntungkan

dengan pengusaha kecil sehingga para pengusaha kecil akan lebih berdaya serta

tangguh didalam berusaha demi tercapainya kesejahteraan. Apabila hubungan

kerja sama tersebut telah menguntungkan masing-masing pihak mitra, maka

kemitraan tersebut dapat berjalan dengan baik.

3. Pembinaan dan pengembangan

Hal yang membedakan hubungan kemitraan dengan hubungan dagang

biasa yaitu adanya bentuk pembinaan dari pengusaha besar terhadap pengusaha

kecil atau koperasi yang tidak ditemukan pada hubungan dagang biasa. Bentuk-

bentuk pembinaan dalam kemitraan antara lain pembinaan didalam mengakses

modal yang lebih besar, pembinaan manajemen usaha, pembinaan peningkatan

sumber daya manusia serta pembinaan manajemen produksi.

4. Prinsip saling memerlukan, memperkuat dan menguntungkan

Prinsip saling memerlukan yaitu adanya saling ketergantungan diantara

kedua belah pihak yang bermitra. Saling memperkuat yaitu bagaimana pihak

perusahaan besar dengan pengusaha kecil atau menengah dapat saling mengisi

atau saling memperkuat dari kekurangan masing-masing pihak yang bermitra.

Saling menguntungkan berarti tidak ada pihak yang tereksploitasi dan dirugikan

justru terciptanya rasa saling percaya.

Page 52: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

33

2.2.6 Kontrak Informal

Kontrak merupakan suatu kesepakatan anatar dua belah pihak yang

mendefinisikan dan menggambarkan hubungan diantara keduanya, termasuk

tanggung jawab masing-masing pihak dan apabila salah satu pihak melanggar atau

gagal mempertahankan isi dari kesepakatan tersebut maka hukum yang akan

bertindak lebih lanjut (Roberts dan Greene., 2009). Salah satu macam-macam

kontrak yaitu kontrak informal. Kontrak informal adalah kontrak tanpa formalitas

tertentu, termasuk kontrak yang tidak terikat secara hukum tetapi hanya terikat

secara moral dan sangat bergantung pada itikad baik diantara para pihak. Kontrak

informal dapat juga disebut sebagai kemitraan lokal atau kemitraan tradisional.

Model kemitraan tradisional ini dapat juga diartikan sebagai kemitraan yang

bersifat noncontract farming dimana kemitraan yang dijalankan secara tidak

formal dimana aturan-aturan yang ada dalam mejalankan kemitraan tidak

dinyatakan secara tertulis. Kontrak informal dijalankan berdasarkan kepercayaan

masing-masing dari pihak mitra (Marilang, 2017).

Menurut Naja (2006) dalam Pasal 1338 KUH Perdata menyatakan bahwa

itikad baik adalah sikap batin seseorag atau kejujuran didalam melakukan sesuatu

(bukan itikad baik menyangkut pelaksanaannya, melainkan atas itikad baik yang

berhubungan dengan sikap batin/kejujuran). Kerjasama yang terbentuk

berdasarkan kepercayaan dan komitmen antar pihak terjadi karena adanya faktor

ketergantungan sumberdaya. Tingkat ketergantungan sumberdaya merupakan

suatu pertukaran untuk mendapatkan sumberdaya diluar kemampuannya. Adanya

saling ketergantungan dalam kerjasama menyebabkan adanya peningkatan

kepercayaan antara satu sama lain serta menguatkan komitmen. Hubungan

kerjasama tersebut dimana masing-masing pihak membutuhkan sumberdaya dari

yang lain dan dimana kebutuhan yang ada saling timbal balik maka masing-

masing pihak berusaha untuk saling melengkapi sehingga akan terjadi saling

ketergantungan antara satu sama lain.

Page 53: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

34

2.2.7 Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh

seseorang selama proses produksi berlangsung. Faktor biaya sangat menentukan

kelangsungan proses produksi. Biaya yang meningkat tidak selalu buruk asal

peningkatan biaya tersebut juga diikuti dengan peningkatan jumlah produksi yang

dihasilkan (Soetriono, 2015).

2.2.7.1 Biaya Implisit dan Biaya Eksplisit

Menurut Hoetoro (2018), bahwa biaya terdiri dari biaya eksplisit dan biaya

implisit. Biaya eksplisit adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh suatu

pihak yang melakukan suatu proses produksi. Biaya eksplisit misalnya adalah

biaya pembelian bahan baku, upah tenaga kerja, transportasi dll. Biaya eksplisit

mencatat pembayaran aktual yang diberikan kepada para pemasok sumberdaya.

Sedangkan biaya implisit adalah biaya yang secara ekonomis harus ikut

diperhitungkan sebagai biaya produksi meskipun tidak di bayarkan dalam bentuk

uang yang tidak terlihat secara kasat mata, seperti biaya penyusutan.

2.2.7.2 Biaya Tetap dan Biaya Variabel

Berdasarkan jenisnya, biaya dapat dibagi menjadi biaya tetap dan biaya

variabel. Biaya tetap atau fixed cost (FC) adalah biaya yang dalam periode waktu

tertentu jumlahnya tetap dan tidak bergantung pada jumlah produk yang

dihasilkan. Contoh biaya tetap yaitu penyusutan peralatan, sewa gedung atau

penyusutan gedung, pajak perusahaan dll. Biaya variabel atau variabel cost (VC)

adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan jumlah produk yang

dihasilkan. Pada biaya variabel, semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan

maka semakin banyak pula biaya variabel yang dikeluarkan. (Soetriono, 2015).

2.2.7.3 Biaya Total

Menurut Soetriono (2015), bahwa biaya total atau total cost adalah jumlah

seluruh biaya yang dikeluarkan selama proses produksi baik biaya variabel

maupun biaya tetap yang dikeluarkan oleh seseorang untuk menghasilkan

sejumlah produk dalam suatu periode tertentu. Biaya total dapat dirumuskan

sebagai berikut:

Page 54: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

35

TC = FC + VC

Keterangan :

TC = biaya total (total cost)

FC = biaya tetap (fixed cost)

VC = biaya variabel (variabel cost)

Berikut kurva mengenai total biaya tetap, total biaya variabel dan biaya

total yang terdapat pada Gambar 2.1 dibawah ini:

Gambar 2.1 Kurva Total Biaya Tetap,Total Biaya Variabel dan Biaya Total (Soetrino, 2015)

Berdasarkan kurva diatas dapat diketahui bahwa kurva FC mendatar

menunjukkan bahwa besarnya biaya tetap tidak bergantung pada jumlah produksi.

Kurva VC membentuk huruf S terbalik, menunjukkan hubungan terbalik antara

tingkat produktivitas dengan besarnya biaya. Kurva TC sejajar dengan VC

menunjukkan bahwa dalam jangka pendek, perubahan biaya total semata-mata

ditunjukkan oleh perubahan biaya variabel.

2.2.7.4 Biaya Penyusutan

Menurut Herry (2014) dalam Sari (2018), penyusutan adalah alokasi

secara periodik dan sistematis dari harga perolehan asset selama periode-periode

berbeda yang memperoleh dari penggunaan asset bersangkutan. Penyusutan

dilakukan sebagai akibat dari masa manfaat dan potensi sumberdaya yang dimiliki

semakin berkurang. Pengurangan nilai sumberdaya tersebut dibebankan sebagai

biaya secara berangsur-angsur atau proporsional sehingga biaya tersebut

mengurangi laba usaha. Biaya penyusutan yang umum digunakan yaitu

Biaya

Kuantitas 0 Y1 Y2

FC

TC

VC

Page 55: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

36

penyusutan garis lurus. Metode penyusutan garis lurus dibagi menjadi dua yaitu

menggunakan nilai residu dan tanpa nilai residu.

Penyusutan menggunakan nilai residu (Rp) = nilai beli- nilai sisa

umur ekonomis

Penyusutan tanpa nilai residu (Rp) = Harga beli : umur ekonomis

2.2.8 Penerimaan

Menurut Rosyidi (2009) menyatakan bahwa penerimaan total

didefinisikan sebagai total uang yang harus dibayarkan kepada produsen untuk

suatu produk serta dihitung sebagai perkalian antara harga produk (P) dan

kuantitas produk yang diminta (Q), serta dinotasikan sebagai TR (total revenue).

Dengan demikian perhitungan TR dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

TR = P x Q

Keterangan:

TR = Total revenue (total penerimaan)

P = Harga

Q = Kuantitas atau jumlah produk

Berikut kurva penerimaan mengenai total penerimaan yang terdapat pada

gambar 2.2 di bawah ini:

P

TR

Q

Gambar 2.2 Kurva Total Penerimaan

2.2.9 Pendapatan

Menurut Soetriono (2015), pendapatan merupakan selisih antara

penerimaan pertahun dengan total biaya produksi pertahun. Pendapatan petani

akan menjadi lebih besar apabila petani dapat menekan biaya variabel yang

Page 56: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

37

dikeluarkan serta di imbangi dengan produksi yang tinggi. Apabila pendapatan

yang diterima petani lebih besar dari pada dari total biaya yang dikeluarkan maka

usaha tersebut layak untuk dikembangkan karena peternak mendapatkan

keuntungan dari hasil kegiatan usaha tersebut.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2015) dalam survei pendapatan rumah

tangga usaha pertanian 2013, pendapatan usaha pertanian adalah pendapatan yang

diperoleh dari kegiatan yang menghasilkan produk pertanian dengan tujuan

sebagian atau seluruh hasil produksi dijual/ditukar atas risiko usaha. Usaha

pertanian tersebut meliputi usaha tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,

peternakan, perikanan dan dan kehutanan termasuk jasa pertanian. Pendapatan

usaha non pertanian adalah seluruh pendapatan rumah tangga petani yang berasal

dari usaha non pertanian setelah dikurangi dengan pengeluaran selama proses

usaha non pertanian yang ditukar dalam satuan rupiah per tahun (Rp/tahun).

Menurut Soetriono (2015) menyatakan bahwa tingkat pendapatan dapat

diukur dengan menggunakan rumus, yaitu:

π = TR – TC

= P*Q – (TFC+TVC)

Keterangan:

π = Pendapatan

TR = Total penerimaan

P = Harga output

Q = Jumlah produksi

TC = Total biaya

TFC = Total biaya tetap

TVC = Total biaya variabel

Berikut kurva mengenai total biaya tetap, total biaya variable dan biaya

total yang terdapat pada Gambar 2.3 berikut:

Page 57: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

38

0

Rp

Kuantitas

a1

b1 c1

a2 b2

c2

Q1 Q2 Q3 Q4 Q5

TC

TR

Gambar 2.3 Kurva Total Revenue, TC dan Pendapatan Bersih (Soetriono, 2015)

Pada Gambar 2.3 diatas, diketahui bahwa tingkat output yang memberikan

laba adalah titik a sampai titik c. Interval titik a sampai titik c dalam teori produksi

disebut sebagai daerah produksi ekonomis. Pendapatan bersih maksimum (∏

maks) akan tercapai jika produksinya sebesar kuantitas (Q) di titik b. Sebaliknya,

jika output dibawah titik a melebihi titik c, maka kegiatan produksi akan

mengalami kerugian karena TR < TC.

2.2.10 Efisiensi Penggunaan Biaya

Analisa untuk menunjukkan efisiensi secara finansial dapat dilakukan

dengan menggunakan rumus R/C rasio. Analisis R/C rasio dapat digunakan untuk

mengetahui tingkat efisiensi biaya produksi, yaitu dengan cara membandingkan

total penerimaan dengan total biaya produksi. Tingginya nilai R/C rasio

dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh serta harga produk yang sangat

berpengaruh terhadap penerimaan yang diperoleh oleh petani. Petani selalu

mempertimbangkan biaya produksi secara proporsional dan efisien, yang

dipengaruhi oleh pengetahuan, keterampilan dalam penguasaan input, teknologi

dan curahan tenaga kerja yang berorientasi pada pencapaian produksi yang

maksimum yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi. Analisis R/C rasio

menghasilkan nilai lebih dari satu berarti dalam berbagai skala usaha layak untuk

Page 58: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

39

diusahakan atau dengan kata lain usaha tersebut secara ekonomis, efisiensi dan

layak untuk dikembangkan (Soekartawi, 2003).

Menurut Soekartawi (1995), R/C merupakan singkatan dari Return Cost

Ratio, atau lebih sering disebut sebagai perbandingan antara penerimaan dan

biaya. Secara matematik R/C dapat dituliskan sebagai berikut:

a = R/C

R = Py.Y

C= FC+VC

A = ((Py.Y) / (FC+VC))

Keterangan:

R = Penerimaan

C = Biaya

Py = Harga output

Y = Output

FC = Biaya tetap (fixed cost)

VC = Biaya variabel (Variabel cost)

Kriteria pengambilan keputusan:

Jika R/C ≤ 1, maka penggunaan biaya produksi tidak efisien atau tidak layak.

Jika R/C > 1, maka penggunaan biaya produksi efisien atau layak.

2.3 Kerangka Pemikiran

Peternakan sapi perah merupakan salah satu pilar yang turut andil dalam

menopang kebutuhan manusia akan terpenuhinya protein hewani. Produk utama

dari peternakan sapi perah yaitu susu. Terdapat dua kategori peternakan sapi perah

yang ada di Kabupaten Jember yaitu (a) peternakan mandiri dan (b) peternakan

bermitra. Peternakan sapi perah yang ada di Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember

merupakan peternakan secara mandiri dimana peternak menyiapkan semua

kebutuhan usaha ternaknya secara mandiri sedangkan peternakan yang ada di

Kecamatan Ajung Kabupaten Jember, Kecamatan Balung Kabupaten Jember dan

Kecamatan Sumberbaru Kabupaten Jember merupakan peternakan sapi perah

secara mitra dengan Koperasi Peternak Galur Murni.

Page 59: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

40

Peternakan sapi perah secara mandiri yang ada di Kabupaten Jember yaitu

berada di di Desa Kemuning Lor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember yang

berbentuk peternakan rakyat dengan pola usaha mandiri. Peternakan sapi perah

yang menjalin kemitraan di Kabupaten Jember berada di Desa Ajung Kecamatan

Ajung Kabupaten Jember, Desa Balunglor Kecamatan Balung Kabupaten Jember

dan Desa Rowotengah Kecamatan Sumberbaru Kabupaten Jember.

Secara umum permasalahan yang dihadapi oleh kedua usaha peternakan

sapi perah tersebut relatif sama yaitu rendahnya produksi susu yang dihasilkan

peternak sehingga menyebabkan rendahnya pendapatan peternak. Rendahnya

produktivitas sapi perah berpengaruh pada keuntungan yang diperoleh peternak.

Pada saat musim kemarau peternak kesulitan dalam memperoleh pakan hijauan

karena peternak tidak memiliki lahan khusus untuk ditanami hijauan, sehingga

sebagian peternak memilih untuk membeli pakan hijauan dan sebagian peternak

akan mencari rumput di desa-desa sekitar yang ketersediaannya masih banyak.

Keterlambatan atau ketidak sesuaian pakan yang diberikan untuk sapi perah

menyebabkan menurunya produksi susu yang dihasilkan.

Berdasarkan pada permasalahan tersebut maka di tetapkan tiga rumusan

masalah yaitu (a) seberapa besar tingkat penerapan GDFP peternak, (b) besarnya

pendapatan yang diterima peternak serta (c) efisiensi penggunaan biaya oleh

peternak, sehingga tujuan penelitian ini yaitu: (a) ingin mengetahui seberapa besar

tingkat penerapan GDFP yang diterapkan peternak mandiri dan peternak bermitra,

(b) ingin mengetahui besarnya pendapatan yang diterima oleh peternak mandiri

dan peternak bermitra serta (c) ingin mengetahui efisiensi penggunaan biaya

peternak mandiri dan peternak bermitra.

Terkait rumusan masalah yang pertama yaitu tingkat penerapan GDFP

peternak sapi perah dilakukan oleh Lestari dkk (2015). Hasil penelitian tersebut

menunjukkan hasil bahwa tingkat penerapan GDFP oleh peternak sapi perah di

Wilayah Kerja KPBS Pangalengan Kabupaten Bandung cukup baik. Penelitian

selanjutnya terkait penerapan GDFP sapi perah dilakukan oleh Anggraeni dan

Mariana (2016). Dapat diketahui bahwa tingkat penerapan GDFP yang dilakukan

oleh peternak sapi perah di Pondok Ranggon cukup baik. Penelitian terdahulu

Page 60: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

41

selanjutnya terkait rumusan masalah pertama yaitu tingkat penerapan GDFP

peternak sapi perah dilakukan oleh Puspitasari (2008). Hasil penelitian tersebut

menyatakan bahwa tingkat penerapan GDFP peternak sapi perah di KSU Jaya

Abadi Kabupaten Blitar Jawa Timur sangat kurang.

Terkait rumusan masalah yang ke dua yaitu pendapatan peternak sapi

perah dilakukan oleh Saefullah dkk (2012). Hasil penelitian menyatakan bahwa

kedua usaha peternakan sapi perah yaitu anggota dan non anggota koperasi di

Kabupaten Banyumas sama-sama menguntungkan. Penelitian terdahulu

selanjutnya oleh Santosa dkk (2013). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Santosa dkk (2013), bahwa usaha ternak sapi perah di Kecamatan Musuk

Kabupaten Boyolali menguntungkan karena penerimaan lebih besar dari pada

biaya. Penelitian selanjutnya terkait rumusan masalah kedua yaitu pendapatan

peternak sapi perah dilakukan oleh Aisyah (2014). Hasil penelitian tersebut

menyatakan bahwa usaha peternakan sapi perah di Kelurahan Pondok Ranggon

Kecamatan Cipayung Jakarta Timur menguntungkan karena harga jual susu sapi

perah yang cukup besar per liternya.

Terkait rumusan masalah yang ke tiga yaitu efisiensi penggunaan biaya

dilakukan oleh Saefullah dkk (2012). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Saefullah dkk (2012), diketahui bahwa nilai R/C rasio peternak anggota koperasi

sebesar 1,07 dan nilai R/C rasio peternak anggota non koperasi sebesar 1,01.

Kedua usaha peternakan sapi perah di Kabupaten Banyumas tersebut sama-sama

efisien. Penelitian terdahulu selanjutnya dilakukan oleh Santosa dkk (2013). Dapat

diketahui bahwa hasil penelitian tersebut menunjukkan nilai rata-rata efisiensi

ekonomi (R/C Ratio) pada usaha peternakan sapi perah di Kecamatan Musuk

Kabupaten Boyolali adalah 1,28. Usaha peternakan sapi perah termasuk dalam

kategori efisien. Penelitian selanjutnya terkait rumusan masalah yang ketiga yaitu

efisiensi penggunaan biaya dilakukan oleh Aisyah (2014). Hasil penelitian Aisyah

(2014), dapat disimpulkan bahwa nilai R/C rasio sebesar 1,15 yang menunjukkan

nilai lebih besar dari satu atau secara ekonomi usaha peternakan sapi perah di

Kelurahan Pondok Ranggon Kecamatan Cipayung Jakarta Timur menguntungkan

atau layak dikembangkan.

Page 61: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

42

Untuk menjawab rumusan masalah yang pertama yaitu tingkat penerapan

GDFP menggunakan analisis deskriptif, untuk menjawab rumusan masalah yang

kedua terkait pendapatan peternak maka menggunakan analisis pendapatan dan

untuk menjawab rumusan masalah yang ketiga terkait efisiensi penggunaan biaya

dapat menggunakan analisis R/C rasio. Sehingga Goal dari penelitian ini yaitu

mendorong keberlanjutan penerapan GDFP peternak sapi perah di Kabupaten

Jember.

Berdasarkan perumusan masalah seperti penerapan GDFP (Good Dairy

Farming Practice) yang diterapkan peternak, pendapatan peternak dan efisiensi

dalam penggunaan biaya produksi memiliki keterkaitan diantara ketiga

permasalahan tersebut. Penerapan aspek GDFP yang baik dan sesuai dengan tata

laksana GDFP maka akan menghasilkan produksi susu yang optimal. Produksi

susu yang optimal menyebabkan harga jual tinggi sehingga akan menmpengaruhi

pendapatan yang diterima peternak. Efisiensi dalam penggunaan biaya produksi

perlu dilakukan dan diperihitungkan karena untuk mengetahui apakah penggunaan

biaya telah efisien sehingga usaha tersebut akan menguntungkan dan layak untuk

dikembangkan. Berikut merupakan kerangka pemikiran seperti pada gambar 2.4:

Page 62: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

43

Gambar 2.4 Skema Kerangka Pemikiran

Kecamatan Arjasa Kecamatan Ajung

Tingkat penerapan GDFP

peternak sapi perah

Mendorong keberlanjutan penerapan GDFP peternak sapi perah di Kabupaten Jember

Peternakan sapi perah di Kabupaten Jember

1. Rendahnya produksi Susu

2. Biaya usaha ternak tinggi

3. Ketidak sesuaian atau keterlambatan pakan

Analisis deskriptif

Analisis pendapatan

Analisis R/C rasio

Kecamatan Balung Kecamatan Sumberbaru

Kemitraan Mandiri

Desa Ajung Desa Balung Lor Desa Rowotengah Desa Kemuning Lor

Pendapatan usaha

ternak sapi perah

Efisiensi penggunaan biaya

usaha ternak sapi perah

Penelitian terdahulu:

1. Lestari dkk (2015):

penerapan GDFP peternak

sapi perah di Kabupaten

Bandung cukup baik.

Tingkat penerapan GDFP

peternak pada skala 1

sebesar 62,69%, skala II

sebesar 67,43% dan skala

III sebesar 73,50%.

2. Anggraeni dan Mariana

(2016): penerapan GDFP

peternak sapi perah di

Pondok Ranggon cukup

baik. Tingkat penerapan

GDFP peternak sapi perah

sebesar 2,28.

3. Puspitasari (2008):

penerapan GDFP peternak

sapi perah di Kabupaten

Blitar sangat kurang.

Tingkat penerapan GDFP

peternak sapi perah

sebesar 13,79%.

Penelitian terdahulu:

1. Saefullah dkk (2012):

pendapatan peternak sapi

perah rakyat anggota

koperasi unit desa (KUD)

dan non anggota koperasi

unit desa di Kabupaten

Banyumas menguntungkan.

Pendapatan peternak sapi

perah anggota KUD sebesar

Rp 121.218,75/bulan/ekor

dan pendapatan peternak

sapi perah non anggota

KUD sebesar Rp

10.271,71/bulan/ekor.

2. Santosa dkk (2013):

pendapatan peternak sapi

perah di Kabupaten Boyolali

menguntungkan. Pendapatan

peternak sapi perah sebesar

Rp 17.595.689/tahun/ekor.

3. Aisyah (2014): pendapatan

peternak sapi perah di

Kecamatan Cipayung

menguntungkan. Pendapatan

peternak sapi perah sebesar

Rp 1.177.742,896/UT/hari.

Penelitian terdahulu:

1. Saefullah dkk (2013):

penggunaan biaya peternak

sapi perah rakyat anggota

koperasi unit desa (KUD)

dan non anggota koperasi

unit desa di Kabupaten

Banyumas sudah efisien.

Nilai R/C rasio peternak

sapi perah anggota KUD

sebesar 1,07 dan peternak

non anggota KUD sebesar

1,01.

2. Santosa dkk (2013):

penggunaan biaya peternak

sapi perah di Kabupaten

Boyolali sudah efisien.

Nilai R/C rasio peternak

sapi perah tersebut sebesar

1,28.

3. Aisyah (2014): pengunaan

biaya peternak sapi perah

di Kecamatan Cipayung

sudah efisien. Nilai R/C

rasio peternak sapi perah

tersebut sebesar 1,15.

Page 63: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

44

2.4 Hipotesis

1. Diduga usaha ternak sapi perah yang dilakukan oleh peternak yang menjalin

kemitraan dengan Koperasi Galur Murni dan Peternak mandiri di Kecamatan

Arjasa Kabupaten Jember sama-sama menguntungkan.

2. Diduga penggunaan biaya usaha ternak sapi perah yang digunakan peternak

yang menjalin kemitraan dengan Koperasi Galur Murni dan peternak mandiri

di Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember sama-sama efisien.

Page 64: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

45

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian menggunakan purposive method.

Menurut Yusuf (2014) menyatakan bahwa metode penentuan daerah penelitian

secara purposive method atau secara sengaja dengan tujuan atau pertimbangan

tertentu. Metode ini memilih secara sengaja dan terencana dengan dasar

pertimbangan bahwa: (a) Kecamatan Sumberbaru merupakan kecamatan yang

memiliki rata-rata share ternak sapi perah tertinggi ke dua setelah Kecamatan

Arjasa, serta melakukan kemitraan dengan Koperasi Galur Murni, (b) Kecamatan

Balung memiliki rata-rata pertumbuhan ternak sapi perah tertinggi ke dua di

Kabupaten Jember, serta melakukan kemitraan dengan Koperasi Galur Murni, (c)

Kecamatan Ajung merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten

Jember yang memiliki jumlah sapi sedikit yaitu sebanyak 64 ekor pada tahun

2017 serta melakukan kemitraan dengan Koperasi Galur Murni, dan (d)

Kecamatan Arjasa merupakan kecamatan yang memiliki rata-rata share ternak

sapi perah tertinggi di Kabupaten Jember, selain itu Kecamatan Arjasa memiliki

wilayah dataran tinggi yang beriklim sejuk sehingga cocok untuk budidaya sapi

perah. Peternak di Kecamatan Arjasa merupakan peternak sapi perah secara

mandiri.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode analitik dan deskriptif.

Menurut Nazir (2005) dalam Hamdi dan Bahruddin (2014) menyatakan bahwa

metode analitik adalah metode yang digunakan untuk menguji hipotesis dan

mengadakan interpretasi terhadap hasil analisa. Metode analitik dalam penelitian

ini digunakan untuk menguji hipotesis kedua dan ketiga mengenai pendapatan

peternak dan efisiensi dalam penggunaan biaya. Sedangkan metode deskriptif

adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-

fenomena yang diteliti. Metode deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi,

gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta, sifat

Page 65: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

46

serta hubungan antar fenomena yang akan diteliti. Metode deskriptif dalam

penelitian ini digunakan untuk menggambarkan atau menjelaskan rumusan

masalah yang pertama mengenai tingkat penerapan GDFP peternak sapi perah

kemitraan dan mandiri. Sedangkan

3.3. Metode Pengambilan Contoh

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode sensus. Menurut Sugiyono (2012), menyatakan bahwa metode sensus

adalah teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi digunakan

sebagai sampel. Metode sensus digunakan apabila jumlah populasi relatif kecil,

kurang dari 30 orang. Dalam penelitian ini populasi peternak sapi perah

Kecamatan Sumberbaru mitra Koperasi Galur Murni sebanyak 13 orang peternak

yang semuanya akan di jadikan sampel dalam penelitian ini. Populasi peternak

sapi perah Kecamatan Balung mitra Koperasi Galur Murni sebanyak 7 orang

peternak yang semuanya akan di jadikan sampel dalam penelitian ini. Populasi

peternak sapi perah Kecamatan Ajung mitra Koperasi Galur Murni sebanyak 2

orang peternak yang semuanya akan di jadikan sampel dalam penelitian ini.

Populasi peternak sapi perah Kecamatan Arjasa yang merupakan peternak mandiri

yaitu sebanyak 6 orang peternak yang semuanya akan di jadikan sampel dalam

penelitian ini. Total sampel penelitian ini sebanyak 22 orang peternak sapi perah

mitra Koperasi Galur Murni dan 6 orang peternak sapi perah mandiri di

Kabupaten Jember. Sehingga total peternak sapi perah mitra dan peternak sapi

perah mandiri di Kabupaten Jember yang di jadikan sampel dalam penelitian ini

sebanyak 28 orang peternak.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2012) menyatakan bahwa metode pengumpulan data

merupakan suatu teknik atau suatu cara yang dapat digunakan peneliti untuk

pengumpulan data. Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam

penelitian ini terdiri dari:

Page 66: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

47

1. Wawancara

Wawancara adalah proses interaksi atau komunikasi secara langsung

antara pewawancara dengan responden. Wawancara digunakan apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang

lebih mendalam. Wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab secara langsung

dengan pihak terkait. Peneliti akan menggunakan bantuan kuisioner saat

wawancara dengan peternak baik mitra maupun non mitra untuk memudahkan

peneliti dalam proses wawancara. Pengumpulan data kemudian dilakukan dengan

mencatat informasi yang didapatkan dari responden mengenai total biaya, total

penerimaan dan pendapatan. Data tersebut bertujuan untuk memperoleh informasi

pendapatan peternak sapi perah dan efisiensi dalam pengggunaan biaya.

2. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara mengamati obyek disekitar daerah penelitian. Observasi dapat menjadi salah

satu cara bagi peneliti untuk menggali lebih dalam informasi yang akan

dibutuhkan dalam penelitiannya. Data dan informasi yang dibutuhkan dari

kegiatan observasi yaitu teknologi atau cara yang digunakan peternak sapi perah

didalam mengusahakan ternak sapi perah.

3.5 Metode Analisis Data

3.5.1 Metode Analisis penerapan GDFP (Good Dairy Farming Practice) peternak

Guna mencapai tujuan pertama dalam penelitian ini yaitu seberapa besar

tingkat penerapan GDFP peternak sapi perah yang mengikuti kemitraan dan yang

mandiri di Kabupaten Jember maka digunakan pendekatan metode deskriptif.

Metode deskriptif dilakukan terhadap penerapan GDFP (Good Dairy Farming

Practice) yang digunakan peternak sapi perah kemitraan dan peternak sapi perah

mandiri di Kabupaten Jember. Aspek yang akan di ukur dalam penerapan GDFP

peternak sapi perah terdiri dari aspek kesehatan ternak, aspek manajemen

pemerahan, aspek nutrisi (pakan dan air), aspek kesejahteraan ternak, aspek

lingkungan dan aspek manajemen sosial ekonomi. Indikator aspek kesehatan

Page 67: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

48

ternak meliputi: (1) penggunaan ternak sapi perah yang tahan terhadap penyakit,

(2) mencegah masuknya penyakit ke lokasi peternakan, dan (3) memiliki

manajemen kesehatan yang efektif. Indikator aspek manajemen pemerahan terdiri

dari tiga tahapan, yaitu: (1) pra pemerahan, (2) pemerahan, dan (3) pasca

pemerahan. Indikator aspek nutrisi (pakan dan air) meliputi aturan pemberian

pakan pada sapi perah yang berumur: (1) pakan pedet (0-4 bulan), (2) pakan pedet

lepas sapih (4-8 bulan), (3) pakan sapi dara (8-14 bulan), dan (4) pakan sapi yang

akan beranak. Indikator aspek kesejahteraan ternak terdiri dari: (1) ternak bebas

dari rasa lapar dan haus, (2) ternak bebas dari rasa tidak nyaman, (3) ternak bebas

dari rasa sakit, luka dan penyakit, (4) ternak bebas untuk mengekspresikan tingkah

laku alamiah. Indikator aspek lingkungan yaitu memiliki sistem pengelolaan

limbah yang tepat. Indikator aspek manajemen sosial ekonomi terdiri dari: (1)

implementasi manajemen SDM yang efektif dan bertanggung jawab, (2)

menjamin kegiatan di dalam peternakan dilakukan dengan aman, dan (3)

manajemen keuangan. Hasil dari metode deskriptif tersebut akan diketahui

seberapa besar penerapan GDFP yang telah dilakukan oleh peternak baik peternak

yang menjalin kemitraan dan peternak yang mandiri di Kabupaten Jember yang

akan dinyatakan dalam satuan persen.

3.5.2 Metode Analisis Pendapatan

Guna mencapai tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah

usaha peternakan sapi perah di Kabupaten Jember menguntungkan maka

digunakan pendekatan metode analitik dengan menggunakan analisis pendapatan.

Untuk mengetahui total pendapatan bersih peternak pola kemitraan dan mandiri,

maka harus mengetahui total penerimaan dan total biaya. Berikut merupakan

langkah menghitung pendapatan usaha ternak sapi perah:

a. Analisis total penerimaan

Menurut Londa dkk (2013) menyatakan bahwa penerimaan adalah nilai

rupiah yang diterima oleh peternak dari hasil penjualan susu (liter). Penerimaan

merupakan hasil penjualan susu dikali dengan harga. Penerimaan akan dianalisis

dengan menggunakan rumus (Rosyidi, 2009):

Page 68: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

49

TR= P.Q

Keterangan : TR = Total revenue (total penerimaan susu)

P = Harga (Rp/liter)

Q = Kuantitas atau jumlah susu (liter)

Menurut Sulthoni (2008) dalam Londa dkk (2013) menyatakan bahwa

sumber penerimaan terbesar dalam usaha ternak sapi perah adalah penjualan susu.

Penerimaan yang berasal dari penjualan susu dipengaruhi oleh jumlah ternak yang

dimiliki. Semakin banyak ternak yang dimiliki maka produksi susu yang

dihasilkan semakin banyak sehingga dapat berpengaruh terhadap penjualan susu.

Penjualan susu yang semakin banyak akan berpengaruh terhadap penerimaan.

Sumber penerimaan peternak dalam penelitian ini berasal dari penjualan susu.

Hasil analisis total penerimaan peternak sapi perah di Kabupaten Jember yaitu

mengetahui total penerimaan peternak di Kabupaten Jember.

b. Analisis biaya total

Total biaya merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan peternak untuk

proses usaha ternaknya termasuk biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap

adalah biaya yang dikeluarkan secara tetap dan jumlahnya tidak bergantung dari

jumlah produksi yang dihasilkan. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan

secara berubah-ubah yang besarnya berdasarkan jumlah produksi yang dihasilkan.

Rumus yang digunakan untuk analisis total biaya yaitu (Riyanto (2001) dalam

Londa dkk., (2013)):

TC = TFC + TVC

Keterangan : TC = Total cost (total biaya) (Rp)

TFC = Total fixed cost (total biaya tetap) (Rp)

TVC = Total variabel cost (total biaya variabel ) (Rp)

Perhitungan penyusutan dalam penelitian ini mengunakan metode garis

lurus tanpa nilai residu dengan asumsi peralatan tidak dapat dijual setelah habis

umur ekonomis. Penyusutan menggunakan metode garis lurus dirumuskan

sebagai berikut (Herry (2014) dalam Sari (2018)):

Penyusutan (Rp) = nilai beli : umur ekonomis

Page 69: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

50

Tabel 3.1 Biaya Tetap Usaha Ternak Sapi Perah per Tahun

No. Jenis Biaya Tetap

1 Penyusutan kandang

2 Penyusutan milkcan

3 Penyusutan timba

4 Penyusutan selang air

5 Penyusutan sekrop

6 Penyusutan sikat

7 Penyusutan kereta dorong atau argo

8 Penyusutan arit/sabit

9 Penyusutan tampar

10 Penyusutan ternak sapi perah

11 Pajak

Total biaya tetap/tahun

Tabel 3.2 Biaya Variabel Usaha Ternak Sapi Perah per Tahun

No. Jenis Biaya Variabel

1 Pakan hijauan

2 Ampas tahu

3 Konsentrat

4 Kesehatan

5 IB atau Inseminasi Buatan (kawin suntik)

6 Tenaga kerja

7 Transportasi

8 Listrik

Total biaya variabel/tahun

Hasil analisis dari analisis total biaya yaitu akan diketahui jumlah biaya

yang dikeluarkan peternak sapi perah yang terdiri dari biaya tetap dan biaya

variabel. Biaya tetap peternak sapi perah seperti biaya penyusutan kandang,

penyusutan milkcan, penyusutan timba, penyusutan selang air, penyusutan sekrop,

penyusutan sikat, penyusutan kereta dorong/argo, penyusutan arit atau sabit,

penyusutan tampar, pembelian sapi perah, pajak. Biaya variabel peternak sapi

perah seperti pakan hijauan, ampas tahu, konsentrat, kesehatan, IB, tenaga kerja,

listrik dan transportasi.

c. Analisis pendapatan

Hasil uji analisis pendapatan yaitu mengetahui jumlah pendapatan yang

diterima peternak. Pendapatan dapat dianalisis dengan menggunakan pendekatan

Soetriono (2015):

Page 70: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

51

π = TR – TC

Keterangan : π = Pendapatan

TR = Total penerimaan (P.Q) (Rp/liter)

P = Harga output susu (Rp/liter)

Q = Jumlah produksi (liter)

TC = Total biaya (TFC + TVC)

TFC = Total biaya tetap (Rp)

TVC = Total biaya variabel (Rp)

3.5.3 Metode Analisis Efisiensi Biaya

Guna menganalisis efisiensi penggunaan biaya peternak maka akan

dilakukan analisis efisiensi biaya. Hasil dari analisis efisiensi biaya akan diketahui

apakah usaha ternak sapi perah yang dilakukan oleh peternak sapi perah telah

efisien dan menguntungkan sehingga usaha ternak tersebut layak untuk

dikembangkan. Berikut merupakan cara menghitung efisiensi penggunaan biaya

(Soekartawi, 1995):

a = R/C

R = Py.Y

C= FC+VC

a = ((Py.Y) / (FC+VC))

Dimana: R = Penerimaan (Rp/liter)

C = Biaya (Rp)

Py = Harga output (susu) (Rp/liter)

Y = Output (susu) (liter)

FC = Biaya tetap (fixed cost) (Rp)

VC = Biaya variabel (Variabel cost) (Rp)

Kriteria pengambilan keputusan:

Jika R/C ≤ 1, maka penggunaan biaya ternak sapi perah tidak efisien/ tidak layak.

Jika R/C > 1, maka penggunaan biaya ternak sapi perah efisien/layak.

Page 71: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

52

3.6 Definisi Operasional

1. Pakan sapi perah yaitu jenis pakan yang diberikan peternak terhadap ternak

sapi perah yang terdiri dari pakan kasar (hijauan), pakan konsentrat dan

makanan tambahan.

2. Pakan hijauan yang diberikan kepada ternak sapi perah yaitu pakan hijauan

yang berupa rumput gajah, rumput benggala, rumput setaria, daun turi dan

daun lamtoro. Pakan hijauan dapat diberikan setelah sapi selesai di perah.

3. Pakan konsentrat adalah pakan yang terdiri dari campuran beberapa bahan

pakan seperti bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, dedak halus, tepung

jagung, garam dapur dan kapur.

4. Pakan tambahan sapi perah biasanya berupa vitamin, mineral dan urea.

5. Pemerahan adalah suatu tindakan mengeluarkan susu sapi perah dari ambing.

Pemerahan bertujuan untuk menghasilkan susu sapi perah yang maksimal.

6. Tatalaksana kesehatan sapi perah yang baik dan benar dapat dicapai apabila

peternak telah menggunakan ternak yang tahan terhadap penyakit, mencegah

masuknya penyakit ke lokasi peternakan, serta memiliki manajemen

kesehatan yang efektif.

7. Ternak sapi perah dapat dikatakan sejahtera apabila peternak telah

menerapkan semua prinsip dasar kesejahteraan ternak yaitu bebas dari rasa

lapar dan haus, bebas dari rasa tidak nyaman, bebas dari rasa sakit, luka, dan

penyakit serta bebas untuk mengekspresikan tingkah laku alamiah.

8. Lingkungan peternakan sapi perah yang baik dan benar yaitu harus mendaur

ulang atau menggunakan kembali limbah yang berasal dari kotoran ternak

dan harus memiliki tempat pembuangan atau penampungan kotoran sehingga

kotoran ternak tidak mencemari lingkungan sekitar peternakan.

9. Manajemen sosial ekonomi peternakan sapi perah yang baik dan benar yaitu

harus dapat meningkatkan kualitas pekerjanya dengan cara memberikan

pelatihan serta dapat meningkatkan pendapatan secara berkesinambungan.

10. Biaya pakan hijauan adalah biaya variabel yang dikeluarkan peternak untuk

membeli pakan hijauan yaitu rumput gajah yang dinyatakan dalam satuan

Rp/tahun.

Page 72: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

53

11. Biaya konsentrat adalah biaya variabel yang dikeluarkan peternak sapi perah

untuk membeli pakan konsentrat sapi perah yang dinyatakan dalam satuan

Rp/tahun/sapi laktasi.

12. Biaya ampas tahu adalah biaya yang dikeluarkan peternak sapi perah untuk

membeli pakan ampas tahu yang dinyatakan dalam satuan Rp/tahun/sapi

laktasi.

13. Tenaga kerja adalah semua pekerja yang memiliki tugas untuk bekerja di

peternakan sapi perah baik itu di lahan maupun di kandang sapi perah.

14. Biaya transportasi peternak mitra adalah biaya variabel yang dikeluarkan

peternak mitra untuk mendatangkan pakan serta menyetor susu ke Koperasi

Peternakan Galur Murni.

15. Biaya transportasi peternak mandiri adalah biaya variabel yang dikeluarkan

peternak mandiri untuk mendatangkan pakan sapi perah.

16. Biaya listrik adalah biaya variabel yang dikeluarkan peternak sapi perah

untuk memandikan sapi perah pagi dan sore serta digunakan untuk

penerangan kandang di malam hari.

17. Biaya plastik susu adalah biaya variabel yang dikeluarkan peternak mandiri

untuk mengemas susu dari hasil pemerahan pagi dan sore yang dikemas

dalam ukuran ½ liter.

18. Biaya IB adalah biaya variabel yang dikeluarkan peternak sapi perah untuk

perkawinan sapi perah dengan cara memasukkan mani ternak jantan (yang

telah dicairkan dan diproses terlebih dahulu) ke dalam saluran alat kelamin

ternak betina dengan menggunakan alat khusus berupa insemination gun.

19. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan peternak sapi perah yang

besarannya tidak bergantung pada jumlah produksi yang dihasilkan peternak

sapi perah selama satu tahun.

20. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan peternak sapi perah yang

besarnya bergantung pada hasil produksi usaha ternak sapi perah selama satu

tahun.

Page 73: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

54

21. Total biaya adalah semua jenis biaya yang dikeluarkan peternak sapi perah

didalam mengusahakan ternak sapi perah baik biaya variabel maupun biaya

tetap selamasatu tahun.

22. Penerimaan adalah nilai uang yang diterima peternak sapi perah dari

penjualan pokok usaha ternak yaitu susu, kotoran ternak (pupuk kandang) dan

penjualan ternak selama satu tahun.

23. Pendapatan bersih usaha ternak sapi perah adalah pendapatan yang

didapatkan dari hasil pengurangan penerimaan dengan biaya pengusahaan

ternak sapi perah selama satu tahun.

24. Efisiensi biaya adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk menunjukkan

efisiensi usaha ternak sapi perah secara finansial dan dapat dilakukan dengan

menggunakan rumus R/C rasio.

Page 74: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

55

BAB 4. GAMBARAN UMUM

4.1 Keadaan Umum Wilayah

Kabupaten Jember secara astronomis terletak pada 113o30’ – 113o45’

bujur timur dan 8o00’ – 8o30’ lintang selatan. Kabupaten Jember memiliki luas

wilayah kurang lebih 3.293,34 km2. Luas perairan Kabupaten Jember yang

termasuk ZEE (Zona Ekonomi Ekslusif) kurang lebih 8.338,5 km2. Secara

administratif wilayah Kabupaten Jember terbagi menjadi 31 kecamatan terdiri atas

28 kecamatan dengan 226 desa dan 3 kecamatan dengan 22 kelurahan, 1.000

dusun/lingkungan, 4.313 RW dan 15.205 RT. Berikut merupakan batas-batas

geografis daerah Kabupaten Jember:

Sebelah Utara : Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Bondowoso

Sebelah Barat : Kabupaten Lumajang

Sebelah Timur : Kabupaten Banyuwangi

Sebelah Selatan : Laut Indonesia

Kabupaten Jember berada pada ketinggian 0-3.300 meter di atas

permukaan laut. Iklim di Kabupaten Jember termasuk dalam iklim tropis. Angka

temperatur berkisar antara 23oC – 31oC dengan musim kemarau terjadi pada bulan

Mei sampai bulan Agustus dan musim hujan terjadi pada bulan September hingga

bulan Januari. Sedangkan curah hujan cukup banyak, yakni berkisar antara 1.969

mm sampai 3.394 mm. Curah hujan yang cukup akan memberikan ketersediaan

air bagi usaha peternakan sapi perah khususnya untuk keperluan ternak,

kebersihan kandang sapi perah, dan untuk ketersediaan rumput serta pakan

hijauan lainnya.

4.2 Karakteristik Peternakan Sapi Perah di Kabupaten Jember

Sektor peternakan di Kabupaten Jember perlu dikembangkan untuk

memenuhi kebutuhan konsumsi pangan masyarakat yang semakin meningkat

seiring dengan meningkatnya jumlah populasi penduduk. Sapi perah merupakan

salah satu komoditas peternakan yang dapat menghasilkan susu setiap hari oleh

karena itu pendapatan peternak sapi perah harian. Budidaya sapi perah tidaklah

Page 75: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

56

sulit, oleh karena itu penduduk di Kabupaten Jember menjadikan usaha ini

sebagai usaha utama dan usaha sampingan. Peternak sapi perah menjadikan

sebagai usaha sampingan dengan alasan bahwa usaha ini dilakukan untuk mengisi

kekosongan waktu dan sebagai tambahan penghasilan sedangkan pekerjaan

utamanya sebagai petani. Peternak yang menjadikan sebagai usaha utama dengan

alasan karena usaha peternakan sapi perah memiliki pendapatan harian yang dapat

mencukupi kebutuhan keluarganya setiap hari.

Sapi perah tidak akan menghasilkan susu secara maksimal jika sapi perah

dibudidayakan pada dataran rendah. Udara panas pada dataran rendah

menyebabkan sapi perah cenderung stress sehingga nafsu makan sapi perah

menurun yang menyebabkan produksi susu tidak maksimal. Sapi perah dapat

diusahakan berproduksi optimal pada dataran rendah tergantung dari peternaknya,

apabila peternak memiliki sifat disiplin, keuletan serta mampu menjaga asupan

nutrisi (pakan dan air), maka sapi perah di dataran rendah juga mampu

berproduksi secara optimal. Lokasi yang ideal untuk peternakan sapi perah yaitu

berada di kawasan dengan ketinggian 500-800 meter diatas permukaan laut.

Ketinggian tersebut sangat ideal karena bersuhu sejuk dan tidak terlalu dingin

dengan kisaran 14oC-19oC. Sapi perah yang dibudidayakan pada ketinggian

kurang dari 500 meter, dengan perlakuan yang sama akan menghasilkan susu

yang lebih rendah 2-3 liter.

4.3 Gambaran Umum Ternak Sapi Perah di Kabupaten Jember

Sapi perah adalah sapi yang dikembangkan secara khusus karena

kemampuannya dalam menghasilkan susu serta juga mampu menghasilkan

daging. Pada umumnya, peternak sapi perah yang ada di Kabupaten Jember

menggunakan ternak sapi perah jenis Fries Holland (FH) dan peranakannya yaitu

hasil persilangan antara FH dengan sapi betina lokal seperti sapi madura dan sapi

jawa. Sapi FH berasal dari Eropa, yaitu Belanda tepatnya di Provinsi Holland

Utara dan Friesian Barat sehinga sapi bangsa ini memilki nama resmi Fries

Holland dan sering di sebut Holstein atau Friesian saja. Sapi FH berukuran besar

dengan totol-totol warna hitam dan putih disekujur tubuhnya. Sapi jantan jenis FH

Page 76: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

57

dapat mencapai berat badan 1.000 kg dan berat badan ideal betina 635 kg. Sapi

Fries Holland merupakan jenis sapi perah dengan kemampuan produksi susu

tertinggi dengan kadar lemak yang rendah dibandingkan bangsa sapi perah lain.

Secara umum, peternak sapi perah di Kabupaten akan memilih bakalan

untuk ternak sapi perah yang memiliki karakteristik diantaranya yaitu:

a. Sapi harus sehat, tubuh tidak cacat, kulit mulus serta bebas dari penyakit

b. Mata bening cerah tidak kusam, tidak berair atau tidak terdapat kotoran mata

c. Tidak banyak keluar lender dari hidungnya, napasnya bagus tidak ada tanda-

tanda batuk

d. Kuku-kukunya bagus, bentuknya sempurna, tidak ada gejala bengkak, bila di

raba suhunya tidak terasa panas

e. Tidak ada tanda-tanda mencret disekitar duburnya

4.4 Karakteristik Peternak Sapi Perah

Peternak di dalam mengusahakan ternak sapi perah memiliki karakteristik

yang berbeda-beda yang dapat menggambarkan tingkat kemampuan masing-

masing seorang peternak sapi perah. Beberapa karakteristik peternak sapi perah

yang dikumpulkan dari responden peternak sapi perah antara lain usia peternak,

jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman beternak dan kepemilikan ternak.

Karakteristik tersebut dianggap penting di dalam penelitian ini karena akan

mempengaruhi tatalaksana produksi susu, terutama yang berkaitan dengan teknik

dan sikap di dalam beternak yang baik.

4.4.1 Usia Peternak Sapi Perah

Menurut Hartono (2011), usia peternak sapi perah besar pengaruhnya

terhadap suatu kemampuan didalam bekerja karena peternak banyak melakukan

kegiatan dalam bentuk fisik yang erat kaitannya dengan kegiatan ekonomi. Usia

peternak juga mempengaruhi tingkat adopsi inovasi. Adopsi inovasi pada peternak

sapi perah sangat penting karena dengan adanya inovasi tersebut maka peternak

dapat meningkatkan produktivitas usahanya. Usia produktif adalah usia pada saat

seseorang mampu melaksanakan kegiatan produktif secara efisien sehingga dapat

Page 77: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

58

menghasilkan pendapatan. Pada usia produktif, peternak sapi perah dapat berfikir

kedepan dengan mengadopsi inovasi baru sehingga dapat meningkatkan

produktivitas usahanya dan secara fisik peternak tersebut masih mampu

mengembagkan usahanya. Kegiatan produktif adalah suatu kegiatan memproduksi

barang dan jasa dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan. Usia produktif

peternak sapi perah berkisar antara 15 tahun hingga 64 tahun dan usia non

produktif peternak sapi perah adalah usia sebelum 15 tahun dan sesudah 64 tahun.

Berikut merupakan data karakteristik umur peternak sapi perah yang menjalankan

kemitraan dan mandiri.

Tabel 4.1 Karakteristik Peternak Sapi Perah di Kabupaten Jember Berdasarkan

Usia Peternak

No Umur

(Tahun)

Jumlah Peternak

Kemitraan

Persentase

(%)

Jumlah Peternak

Mandiri

Persentase

(%)

1 15-29 1 4,55 0 0,00

2 30-45 10 45,45 1 16,67

3 46-64 10 45,45 5 83,33

4 >65 1 4,55 0 0,00

Total 22 100,00 6 100,00

Sumber: Data primer diolah (2019)

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa peternak dengan rentang usia 30-

64 tahun pada peternak mitra mendominasi dengan jumlah masing-masing 10

orang peternk. Pada peternak mandiri, peternak dengan rentang usia 46-64 tahun

mendominasi dengan jumlah 5 orang peternak mandiri. Sebagian besar peternak

sapi perah termasuk dalam usia produktif sehingga dianggap telah cukup

mempunyai kemampuan untuk mengelola usaha ternak sapi perah.

4.4.2 Jenis Kelamin Peternak

Usaha ternak sapi perah dalam kaitannya untuk menghasilkan susu, tidak

hanya laki-laki yang mendomisili, akan tetapi perempuan mulai berani untuk

menekuni usaha ternak sapi perah dengan latar belakangnya yang berbeda-beda

serta ditunjang dengan keterampilan yang beragam pula. Karakteristik peternak

sapi perah kemitraan dan mandiri di Kabupaten Jember berdasarkan jenis kelamin

dapat di lihat pada tabel berikut.

Page 78: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

59

Tabel 4.2 Karakteristik Peternak Sapi Perah di Kabupaten Jember Berdasarkan

Jenis Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah Peternak

Kemitraan

Persentase

(%)

Jumlah Peternak

Mandiri

Persentase

(%)

1 Laki-Laki 22 100,00 3 50,00

2 Perempuan 0 0,00 3 50,00

Total 22 100,00 6 100,00

Sumber: Data primer diolah (2019)

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa peternak sapi perah kemitraan di

Kabupaten Jember didominasi oleh peternak laki-laki dan peternak sapi perah

mandiri yaitu berjenis kelamin perempuan dan laki-laki masing-masing berjumlah

3 orang peternak. Adanya peternak sapi perah mandiri berjenis kelamin

perempuan didasari oleh faktor yang berbeda-beda, diantaranya yaitu meneruskan

usaha yang diwariskan kepada keturunannya dan meneruskan usaha yang

ditinggalkan oleh suaminya yang sudah meninggal.

4.4.3 Tingkat Pendidikan Peternak

Tingkat pendidikan peternak sapi perah dengan cara kemitraan dan

mandiri sangat beragam. Tingkat pendidikan peternak akan berpengaruh terhadap

tingkat penyerapan teknologi maupun ilmu pengetahuan. Peternak rata-rata

memperoleh pendidikan formal. Pendidikan formal yang pernah diperoleh

diharapkan agar peternak lebih terbuka terhadap inovasi baru yang dapat

meningkatkan efisiensi usaha peternakan sapi perah tersebut. Tingkat pendidikan

peternak dalam penelitian ini dibedakan menjadi enam klasifikasi yaitu peternak

yang tidak tamat SD, SD/Sederajat, SMP/Sederajat, SMA/Sederajat dan

Diploma/Sarjana. Tingkat pendidikan peternak dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3 Karakteristik Peternak Sapi Perah di Kabupaten Jember Berdasarkan

Tingkat Pendidikan

No Tingkat

Pendidikan

Jumlah

Peternak

Kemitraan

Persentase

(%)

Jumlah

Peternak

Mandiri

Persentase

(%)

1 Tidak tamat SD 3 13,64 2 33,33

2 SD/sederajat 7 31,82 1 16,67

3 SMP/sederajat 3 13,64 1 16,67

4 SMA/sederajat 8 36,36 1 16,67

5 Diploma/Sarjana 1 4,55 1 16,67

Total 22 100,00 6 100,00

Sumber: Data primer diolah (2019)

Page 79: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

60

Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa peternak sapi perah kemitraan

yang memiliki pendidikan SMA/sederajat mendominasi dengan jumlah 8 orang

peternak. Peternak sapi perah mitra yang memiliki pendidikan diploma/sarjana

memiliki persentase terkecil yaitu sebesar 4,55%. Sedangkan pada peternak

mandiri yang memiliki pendidikan tidak tamat SD mendominasi dengan jumlah 2

orang peternak dengan persentase 33,33%. Umumnya peternak tidak menempuh

pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi karena terkendalanya biaya

pendidikan.

4.4.4 Pengalaman Beternak Sapi Perah

Pengalaman beternak akan mempengaruhi tingkat pengetahuan maupun

tingkat keterampilan peternak didalam pengelolaan usaha ternaknya. Pengalaman

yang diperoleh oleh peternak merupakan suatu pengetahuan yang sangat berarti

dalam pengembangan usaha ternak sapi perah selanjutnya. Menurut Heriyatno

(2009), semakin lama pengalaman beternak, maka cenderung akan semakin

memudahkan peternak didalam suatu pengambilan keputusan yang berhubungan

dengan teknis pelaksanaan usaha ternak yang dilakukannya. Hal tersebut terjadi

karena pengalaman dijadikan sebagai suatu pedoman dan penyesuaian terhadap

suatu permasalahan yang terkadang dihadapi oleh peternak di masa yang akan

datang. Karakteristik peternak sapi perah berdasarkan pengalaman dapat dilihat

pada tabel sebagai berikut.

Tabel 4.4 Karakteristik Peternak Sapi Perah di Kabupaten Jember Berdasarkan

Pengalaman Beternak

No

Pengalaman

Beternak

(Tahun)

Jumlah

Peternak

Kemitraan

Persentase

(%)

Jumlah

Peternak

Mandiri

Persentase

(%)

1 1-5 7 31,82 1 16,67

2 6-10 10 45,45 1 16,67

3 11-15 4 18,18 1 16,67

4 16-20 0 0,00 1 16,67

5 >20 1 4,55 2 33,33

Total 22 100,00 6 100,00

Sumber: Data primer diolah (2019)

Page 80: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

61

Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa peternak sapi perah kemitraan

yang memiliki rentang pengalaman beternak selama 6-10 tahun mendominasi

dengan jumlah 10 orang peternak. Peternak sapi perah mandiri yang memiliki

rentang pengalaman beternak >20 tahun mendominasi dengan jumlah sebanyak 2

orang peternak. Lama beternak bukan merupakan salah satu faktor yang dapat

menentukan keberhasilan usaha ternak sapi perah, akan tetapi masih terdapat

beberapa faktor yang dapat menentukan berhasilnya suatu usaha peternakan sapi

perah seperti usia, tingkat pendidikan peternak, lingkungan dan sebagainya

(Hartono, 2011).

4.4.5 Kepemilikan Ternak

Menurut Ahmad dan Hermiyetti dalam Nurtini dan Anggriani (2014),

bahwa skala ekonomis kepemilikan sapi perah per peternak sebanyak 10-12 ekor.

Komposisi ternak produktif dan ternak non produktif juga merupakan faktor yang

harus diperhatikan di dalam usaha ternak sapi perah. Agar kelangsungan usaha

dan kestabilan produksi ternak terjaga, maka komposisi ternak pada peternakan

sapi perah adalah 85% ternak produktif dan 15% ternak non produktif. Sapi

produktif atau sapi laktasi merupakan faktor penting yang tidak dapat diabaikan

dalam tatalaksana suatu peternakan sapi perah karena ternak produktif yang

menjamin pendapatan peternak karena sapi produktif merupakan sapi perah yang

sedang berada pada masa produktif menghasilkan susu. Berikut merupakan tabel

kepemilikan ternak sapi perah.

Tabel 4.5 Karakteristik Peternak Sapi Perah di Kabupaten Jember Berdasarkan

Kepemilikan Ternak

No

Kepemilikan

Ternak

(Ekor)

Jumlah

Peternak

Kemitraan

Persentase

(%)

Jumlah

Peternak

Mandiri

Persentase

(%)

1 1-12 19 86,36 4 66,67

2 13-24 2 9,09 2 33,33

3 25-36 1 4,55 0 0,00

Total 22 100,00 6 100,00

Sumber: Data primer diolah (2019)

Page 81: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

62

Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwa jumlah kepemilikan ternak sapi

perah berada pada tiga kelompok besar yaitu 1-12 ekor, 13-24 ekor dan 25-36

ekor. Nilai persentase dengan nilai tertinggi pada peternak mitra berada pada

kelompok kepemilikan ternak 1-12 ekor dengan nilai persentase mencapai 86,36.

Nilai persentase dengan nilai tertinggi pada peternak mandiri berada pada

kelompok kepemilikan ternak 1-12 ekor dengan nilai persentase sebesar 66,67%.

Hal tersebut dapat diartikan bahwa masih banyak peternak yang memiliki

populasi ternak <12 ekor, hal tersebut akan mempengaruhi tingkat pendapatan

yang akan diterima peternak.

Page 82: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

63

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Penerapan GDFP (Good Dairy Farming Practice) Peternak Sapi Perah

Kemitraan dan Mandiri Kabupaten Jember

Good Dairy Farming Practice sapi perah yang dimaksud pada penelitian

ini merupakan tata cara beternak sapi perah yang baik dan diterapkan pada

peternakan sapi perah yang menjalin kemitraan dengan Koperasi Galur Murni dan

peternakan mandiri di Kabupaten Jember. Koperasi Galur Murni memiliki tiga

lokasi penampungan susu yang berada di Kabupaten Jember, ketiga lokasi

tersebut berada di Desa Ajung Kecamatan Ajung, Desa Balung Lor Kecamatan

Balung dan Desa Rowotengah Kecamatan Sumberbaru. Sedangkan peternakan

mandiri di Kabupaten Jember salah satunya berada di Desa Kemuning Lor

Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember. Ruang lingkup penelitian ini hanya dibatasi

pada peternak yang aktif menyetor susu setiap hari nya ke Koperasi Galur Murni

dan peternak yang masih aktif mengusahakan ternak sapi perah di Desa Kemuning

Lor Kecamatan Arjasa. Good dairy farming practice dibagi dalam enam aspek.

Keenam aspek tersebut terdiri dari kesehatan ternak, manajemen pemerahan,

nutrisi, kesejahteraan ternak, lingkungan dan manajemen sosial ekonomi.

1. Aspek Kesehatan Ternak

Manajemen kesehatan ternak pada peternakan sapi perah bertujuan untuk

menjamin susu yang dihasilkan aman dan layak di konsumsi serta mengontrol

penyakit pada ternak sapi perah (Anggraeni dan Mariana, 2016). Ternak yang

sehat mampu memproduksi susu yang optimal. Berikut merupakan tabel

kesehatan ternak.

Tabel 5.1 Persentase Aplikasi GDFP Aspek Kesehatan Ternak pada Peternak Sapi

Perah Kemitraan dan Mandiri di Kabupaten Jember Sub Aspek Kesehatan

Ternak

Peternak

Kemitraan (1)

Persentase

(%)

Peternak

Mandiri (2)

Persentase

(%)

Sapi tahan terhadap cuaca

panas 22 100,00 % 6 100,00 %

Sapi bebas dari penyakit 22 100,00 % 6 100,00 %

Memeriksa ternaknya secara

teratur 22 100,00 % 6 100,00 %

Total Menerapkan 100,00 % 100,00 %

Sumber: Data primer diolah (2019)

Keterangan: (1) Dari lampiran H1 dan (2) Dari lampiran O1

Page 83: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

64

Persentase penerapan GDFP sapi perah dari aspek kesehatan ternak pada

peternakan mitra dan peternakan mandiri keduanya sebesar 100%. Peternak

memilih sapi perah yang cocok dan sesuai dengan lingkungan setempat. Jenis sapi

yang digunakan peternak untuk melakukan ternak sapi perah yaitu sapi perah

Friesian Holstein dan peranakannya. Sapi perah FH yang digunakan peternak sapi

perah merupakan sapi perah hasil persilangan antara FH dengan sapi betina lokal

seperti sapi madura dan sapi jawa. Sapi perah FH merupakan sapi perah yang

tingkat produktivitas susu nya tinggi.

Sebelum peternak membeli ternak sapi perah yang baru, peternak akan

memastikan terlebih dahulu apakah ternak sapi perah tersebut sehat serta bebas

penyakit guna mencegah kemungkinan terjadinya penularan penyakit pada ternak

yang lain. Sapi perah yang sehat memiliki ciri-ciri mata terlihat bersinar, bibir

basah, nafsu makan baik, dahi lebar dan cekung, kulit tidak kering, perut besar

dan tidak menggantung, ambing besar serta putting besar dan panjang yang

berbentuk silinder.

Peternak sapi perah mitra dan peternak sapi perah mandiri di Kabupaten

Jember memeriksa ternaknya secara teratur dengan cara peternak setiap hari

mengamati perubahan perilaku pada ternaknya, serta melihat ternak apakah ada

tanda-tanda sakit dan luka di sekujur tubuhnya. Peternak akan menangani sendiri

penyakit pada ternaknya dan apabila penyakit tersebut tidak bisa di tangani sendiri

maka peternak langsung melaporkan pada dokter hewan atau mantri setempat.

2. Aspek Manajemen Pemerahan

Susu sapi perah merupakan suatu produk dari sapi perah yang sangat peka

terhadap cemaran atau kontaminasi baik itu mikroba maupun zat-zat lainnya.

Penanganan susu yang pertama dan yang paling penting ialah pada saat proses

pemerahan yang dilakukan peternak. Manajemen pemerahan sapi perah yang

kurang baik akan menyebabkan menurunnya kualitas susu yang dihasilkan.

Menurunnya kualitas susu yang dihasilkan menyebabkan rendahnya harga jual

susu. Harga jual susu yang rendah akan berpengaruh terhadap pendapatan serta

akan berpengaruh terhadap efisiensi penggunaan biaya oleh peternak sapi perah.

Oleh karena itu manajemen pemerahan yang baik dan benar sangat dibutuhkan

Page 84: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

65

oleh peternak sapi perah saat melakukan proses pemerahan susu sapi perah.

Berikut merupakan tabel hasil persentase aplikasi GDFP pada aspek manajemen

pemerahan sapi perah di Kabupaten Jember.

Tabel 5.2 Persentase Aplikasi GDFP Aspek Manajemen Pemerahan Peternak

Sapi Perah Kemitraan dan Mandiri di Kabupaten Jember Sub Aspek Manajemen

Pemerahan

Peternak

Kemitraan(1)

Persentase

(%)

Peternak

Mandiri (2)

Persentase

(%)

Pra pemerahan

1. Memberikan konsentrat 6 22,27 % 0 0,00 %

2. Membersihkan kandang 22 100,00 % 6 100,00 %

3. Memandikan sapi 22 100,00 % 6 100,00 %

4. Mengikat ekor sapi 11 50,00 % 2 33,33 %

5. Mencuci ambing dengan

air hangat 3 13,64 % 0 0,00%

Pemerahan

1. Menggunakan tangan 22 100,00 % 6 100,00 %

2. Menggunakan mesin

perah 0 0,00 % 0 0,00 %

Pasca pemerahan

1. Putting direndam dengan

larutan disinfektan 11 50,00 % 0 0,00 %

Total Menerapkan 52,73 % 36,67 %

Sumber: Data primer diolah (2019)

Keterangan: (1) Dari lampiran H2

(2) Dari lampiran O2

Penerapan GDFP sapi perah pada aspek manajemen pemerahan pada

peternakan kemitraan lebih besar dari pada aspek manajemen pemerahan

peternakan mandiri. Persentase penerapan GDFP aspek manajemen pemerahan

peternak mitra sebesar 52,73 % dan peternak mandiri sebesar 36,67 %. Sebanyak

22,27% peternak mitra memberikan pakan konsentrat sebelum sapi diperah

dengan tujuan untuk menenangkan sapi sebelum di perah serta agar kualitas susu

tidak turun, sedangkan peternak mitra lainnya dan peternak mandiri tidak

menggunakan konsentrat karena harga konsentrat yang cukup mahal. Menurut

Sutardi (1981), bahwa pemberian konsentrat biasanya diberikan sebelum pakan

hijauan, hal tersebut dimaksudkan agar mikrobia rumen telah mendapatkan cukup

energi sehingga dapat berkembangbiak secara optimal dan mikrobia tersebut

mampu mengubah pakan hijauan menggunakan enzim selulase sehingga dapat

mudah diserap oleh tubuh ternak sapi perah.

Page 85: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

66

Kegiatan membersihkan kandang dilakukan oleh semua peternak sebelum

pemerahan dilakukan. Setelah membersihkan kandang, peternak langsung

memandikan sapi. Menurut Sudono (1999) dalam Simamora dkk (2015),

menyarankan sebelum sapi di perah bagian badan sapi sekitar lipat paha dan

bagian belakang harus dibersihkan untuk mencegah kotoran yang menempel pada

bagian tersebut jatuh kedalam susu pada waktu sapi di perah. Sebelum pemerahan

dilakukan, sebanyak 50% peternak mitra mengikat ekor sapi dengan tali pada

salah satu kaki belakang dengan tujuan untuk menghindari sapi mengibas-

ngibaskan ekor saat pemerahan, sehingga tidak terjadi kemungkinan kotoran jatuh

ke susu karena kibasan ekor sapi. Sebanyak 33,33% peternak mandiri

mengikatkan ekor sapi ke kaki belakang.

Sebanyak 13,64% peternak mitra mencelupkan ambing dengan

menggunakan air hangat sebelum pemerahan dilakukan. Sedangkan peternak

mandiri tidak menerapkan sub aspek tersebut. Pencucian ambing dengan air

hangat sebelum pemerahan bertujuan untuk menghindari pencemaran bakteri dan

juga merangsang keluarnya susu dari kelenjar susu dengan optimal (Mahardika

dkk., 2016). Peternak mandiri sudah mengetahui bahwa pencucian ambing dengan

air hangat dapat merangsang keluarnya susu dengan optimal, akan tetapi peternak

mandiri tidak menerapkan sub aspek tersebut karena sub aspek tersebut di anggap

lebih ribet dan lebih lama untuk melakukan pemerahan susu.

Peternak mitra dan peternak mandiri di Kabupaten Jember melakukan

pemerahan dengan cara manual atau dengan menggunakan tangan. Peternak

melakukan pemerahan dengan mengunakan tangan karena jumlah sapi yang

dimiliki tidak terlalu banyak sehingga masih bisa diperah menggunakan tangan.

Setelah pemerahan selesai dilakukan, terdapat 11 orang peternak mitra dengan

persentase 50% mencelupkan ambing ke larutan disinfektan. Pencelupan ambing

merupakan suatu perlakuan mencelupkan ambing ke dalam larutan antiseptik

untuk mencegah masuknya bakteri ke dalam ambing serta mencegah terjadinya

penyakit mastitis atau radang ambing yang dapat menurunkan produksi susu.

Bahan alami antiseptik bisa dari bahan alami seperti daun kersen, sirih dan kelor

karena bahan-bahan tersebut mengandung senyawa tannin, flavonoid dan saponin

Page 86: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

67

(Kementerian Pertanian, 2017). Peternak mitra tersebut menggunakan antiseptik

dari daun sirih yang ditanam didepan rumah dan pekarangannya. Sedangkan pada

peternak mandiri, tidak ada peternak mandiri yang menerapkan pada sub aspek

tersebut, karena minimnya pengetahuan peternak mandiri tentang kemungkinan

penyakit yang mungkin terjadi melalui ambing, sedangkan pada peternak mitra

memperoleh tambahan pengetahuan melalui sosialisasi Koperasi Galur Murni.

3. Aspek Nutrisi (Pakan dan Air)

Nutrisi (pakan dan air) dalam pemberiannya harus mempertimbangkan

kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Kualitas merupakan baik buruknya pengaruh

pakan terhadap ternak, kuantitas menjamin banyak sedikitnya pakan untuk

mencukupi kebutuhan ternak, dan kontinuitas menunjukkan kesinambungan ada

tidaknya pakan untuk ternak. Berikut merupakan persentase aplikasi GDFP

peternakan sapi perah berdasarkan pada aspek nutrisi.

Tabel 5.3 Persentase Aplikasi GDFP Aspek Nutrisi (Pakan dan Air) Peternak Sapi

Perah Kemitraan dan Mandiri di Kabupaten Jember

Sub Aspek Nutrisi Peternak

Kemitraan (1)

Persentase

(%)

Peternak

Mandiri (2)

Persentase

(%)

Umur 0-1 minggu

(Memberikan kolostrum 3-4

liter)

22 100 % 6 100 %

Umur 1-4 minggu

(Memberikan air susu 6-8

liter)

22 100 % 6 100 %

Umur 1-2 bulan

(Memberikann air susu 3-4

liter, pakan pemula 0,5 kg,

hijauan 2-5 kg)

0 0 % 0 0 %

Umur 2-3 bulan (Memberikan

air susu 4-5 liter, pakan

pemula 1 kg, hijauan 2-5 kg)

0 0 % 0 0 %

Umur 3-4 bulan (Memberikan

air susu 2-4 liter, pakan

pemula 1 kg, hijauan 2-5 kg)

0 0 % 0 0 %

Sapi setelah beranak

(Memberikan telur, madu dan

gula merah)

17 72,27 % 2 33,33 %

Total Menerapkan 46,21 % 38,89 %

Sumber: Data primer diolah (2019)

Keterangan: (1) Dari lampiran H3

(2) Dari lampiran O3

Page 87: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

68

Semua peternak kemitraan dan semua peternak mandiri memberikan

kolostrum pada sapi yang baru lahir/pedet yang masih berumur 0-1 minggu.

Kolostrum merupakan air susu yang dikeluarkan dari ambing induk sapi perah

yang baru melahirkan. Kolostrum tersebut berwarna kekuning-kuningan serta

lebih kental dari pada air susu normal. Kolostrum tersebut keluar dari induk sapi

laktasi yang baru melahirkan atau hari pertama hingga hari ke tujuh. Kolostrum

banyak mengandung zat kekebalan tubuh, protein dan mineral sehingga sangat

dibutuhkan oleh pedet yang baru lahir (Khotimah dan Farizal, 2013).

Peternak sapi perah kemitraan dan mandiri di Kabupaten Jember tidak

memberikan pakan pemula untuk pedet seperti ½ bagian tepung bungkil kelapa, ¼

bagian tepung kacang tanah dan ¼ bagian tepung jagung. Peternak hanya

mendekatkan pakan hijauan didekat pedet. Pakan yang diberikan peternak

kemitraan berupa pakan hijauan, konsentrat dan ampas tahu, sedangkan peternak

mandiri memberikan pakan berupa pakan hijauan, ampas tahu dan katul. Menurut

Asminaya dkk (2018), bahwa variasi jumlah pakan yang diberikan, kecukupan

pakan serta ketersediaan air akan mempengaruhi produksi susu yang dihasilkan.

Penerapan GDFP pada sub aspek pakan sapi perah setelah beranak,

peternakan mitra dan peternakan mandiri berturut-turut ialah 72,27% dan 33,33%.

Terdapat 17 orang peternak mitra dan terdapat 2 orang peternak mandiri yang

menerapkan aspek tersebut. Tujuan dari pemberian telur, gula merah dan madu

pada sapi perah setelah melahirkan dimaksudkan untuk mengganti tenaga yang

terkuras saat sapi perah beranak, oleh karena itu sapi perah harus diberikan pakan

rumput secara ad libitum atau tidak terbatas banyaknya (Sudono dkk, 2008).

Peternak yang tidak menerapkan sub aspek pakan sapi perah setelah beranak

biasanya menyuntikkan vitamin pada ternaknya pasca melahirkan dan ada juga

peternak yang hanya memberikan telur.

4. Aspek Kesejahteraan Ternak

Aspek kesejahteraan ternak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya

kebutuhan dasar dari suatu ternak (Lestari dkk., 2015). Kesejahteraan ternak juga

berhubungan erat dengan kesehatan ternak yang merupakan bagian dari aspek

GDFP sapi perah. Penerapan aspek kesejahteraan ternak dapat memberikan efek

Page 88: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

69

yang positif terhadap produktivitas ternak. Fokus utama aspek kesejahteraan

ternak yaitu bebas dari rasa lapar dan haus, bebas dari rasa tidak nyaman, bebas

dari rasa sakit, luka dan penyakit serta bebas mengekspresikan tingkah laku

alamiah. Berikut merupakan penilaian aspek kesejahteraan ternak pada peternakan

kemitraan dan peternakan mandiri di Kabupaten Jember disajikan pada tabel.

Tabel 5.4 Persentase Aplikasi GDFP Aspek Kesejahteraan Ternak Sapi Perah

Peternak Kemitraan dan Mandiri di Kabupaten Jember

Sub Aspek Kesejahteraan

Ternak

Peternak

Kemitraan(1)

Persentase

(%)

Peternak

Mandiri(2)

Persentase

(%)

Bebas dari rasa lapar dan haus 22 100,00 % 6 100,00 %

Bebas dari rasa tidak nyaman 22 100,00 % 4 67,00 %

Bebas dari rasa sakit, luka dan

penyakit 22 100,00 % 6 100,00 %

Bebas mengekspresikan

tingkah laku alamiah (bebas

bergerak dan berprilaku

normal)

22 100,00 % 4 66,67 %

Total Menerapkan 100,00 % 83,33 %

Sumber: Data primer diolah (2019)

Keterangan: (1) Dari lampiran H4

(2) dari lampiran O4

Persentase penerapan GDFP sapi perah pada aspek kesejahteraan ternak

peternakan kemitraan lebih besar dari pada pada peternakan mandiri. Persentase

penerapan GDFP sapi perah pada aspek kesejahteraan ternak peternakan

kemitraan sebesar 100% sedangkan peternakan mandiri sebesar 83,33%. Data

pada tabel diatas memperlihatkan bahwa penerapan indikator bebas dari rasa

lapar dan haus untuk peternak kemitraan dan peternak mandiri sebesar 100%. Hal

tersebut karena semua peternak di daerah penelitian memberikan air minum

secara ad libitum atau tidak terbatas. Penerapan indikator bebas dari rasa tidak

nyaman peternakan mitra sebesar 100% dan peternakan mandiri sebesar 67%.

Semua peternak mitra menggunakan kandang yang semi terbuka atau tanpa

dinding, dengan demikian ventilasi berjalan dengan baik, temperatur tidak panas

dan sinar matahari masuk ke kandang. Sedangkan pada kandang sapi perah

peternakan mandiri, terdapat 2 orang peternak mandiri yang memiliki kandang

bersebelahan dengan dapur dan kandang tersebut tertutup sehingga ventilasi udara

berjalan tidak baik dan juga sinar matahari tidak masuk ke dalam kandang.

Page 89: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

70

Kandang sapi perah yang bersebelahan dengan dapur tersebut dibuat karena

peternak tidak memiliki lahan lagi untuk di buatkan kandang karena modal

peternak terbatas sehingga menyebabkan adanya kandang yang bersebelahan

dengan dapur dan luas kandang yang minimalis.

Penerapan indikator bebas dari sakit, luka dan penyakit peternakan

kemitraan dan peternakan mandiri masing-masing sebesar 100%. Peternak

langsung melaporkan kepada dokter hewan atau mantra jika ternak nya terserang

penyakit, sehingga ternak tersebut langsung di tangani dokter untuk proses

kesembuhannya. Penerapan indikator bebas untuk mengekspresikan tingkah laku

alamiah peternakan mitra sebesar 100% dan peternakan mandiri sebesar 66,67%.

Penerapan indikator bebas untuk mengekspresikan tingkah laku alamiah ternak

pada peternakan kemitraan lebih besar dari pada peternakan mandiri karena

terdapat 2 orang peternak mandiri yang memiliki ruangan atau kandang yang

sempit sehingga kandang tersebut tidak memberikan kesempatan bagi ternak

untuk mengekspresikan pola perilaku normal sebagai wujud kenyamanan hidup.

5. Aspek Lingkungan

Peternakan sapi perah dapat menyebabkan adanya dampak lingkungan

seperti pencemaran lingkungan di sekitar kandang sapi perah dan juga adanya

pencemaran air. Pada umumnya peternak tidak memahami dampak dari adanya

peternakan tersebut terhadap lingkungan sehingga peternak membuang kotoran

ternaknya sembarangan. Kesadaran peternak akan kebersihan lingkungan sekitar

kandang sangat penting untuk meminimalisir adanya dampak terhadap lingkungan

disekitar peternakan sapi perah. Berikut merupakan tabel penerapan GDFP sapi

perah kemitraan dan mandiri di Kabupaten Jember.

Tabel 5.5 Persentase Aplikasi GDFP Aspek Lingkungan Peternak Kemitraan dan

Mandiri di Kabupaten Jember Sub Aspek

Lingkungan

Peternak

Kemitraan(1)

Persentase

(%)

Peternak

Mandiri(2)

Persentase

(%)

Mendaur ulang kotoran ternak 2 9,09 % 0 0,00 %

Memiliki tempat pembuangan

kotoran 7 31,82% 0 0,00 %

Total Menerapkan 20,45 % 0,00 %

Sumber: Data primer diolah (2019)

Keterangan: (1) Dari lampiran H5

(2) Dari lampiran O5

Page 90: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

71

Persentase penerapan GDFP pada aspek lingkungan peternakan kemitraan

lebih besar dari pada peternakan mandiri. Hal tersebut karena pada sub aspek

mendaur ulang kotoran, terdapat 2 orang peternak mitra yang menerapkan dengan

persentase sebesar 9,09%. Peternak mitra tersebut mendaur ulang kotoran ternak

menjadi pupuk kandang. Sedangkan pada peternakan mandiri tidak ada peternak

yang mendaur ulang kotoran ternak. Peternak mandiri langsung membuang

kotoran tersebut tanpa adanya pengolahan lebih lanjut sehingga tidak ada

penerimaan tambahan dari usaha peternakan sapi perah.

Penerapan GDFP pada sub aspek memiliki tempat pembuangan kotoran

pada peternakan mitra lebih besar dari pada peternakan mandiri. Penerapan GDFP

pada sub aspek memiliki tempat pembuangan kotoran pada peternakan mitra

sebesar 31,82% sedangkan pada peternakan mandiri sebesar 0,00%. Terdapat 7

orang peternak mitra yang memiliki tempat pembuangan kotor. Peternak mitra

tersebut hanya menumpuk kotoran sapi di belakang kandangnya dan memberikan

pada warga setempat jika ada yang membutuhkan kotoran ternak sapi perah.

Sedangkan pada peternakan mandiri, semua peternak mandiri tidak memiliki

tempat untuk pembuangan kotoran. Biasanya peternak mandiri langsung

membuang kotoran sapi perah ke sungai yang berada di daerah sekitar

kandangnya. Hal tersebut akan berakibat pada pencemaran air sungai disekitar

peternakan sapi perah.

6. Aspek Manajemen Sosial Ekonomi

Aspek manajemen sosial ekonomi pada peternakan sapi perah harus

memberikan manfaat untuk kepentingan masyarakat yang luas serta dapat

menghasilkan keuntungan secara ekonomi yang berkesinambungan bagi para

pelaku usaha. Fokus utama sosial responsibility ialah memberikan dampak positif

bagi para pekerjanya, dan fokus utama economically sustainable yaitu dapat

memberikan keuntungan secara berkesinambungan. Berikut merupakan data

kajian terkait manajemen sosial ekonomi peternakan sapi perah yang mengikuti

kemitraan dan yang mandiri di Kabupaten Jember.

Page 91: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

72

Tabel 5.6 Persentase Aplikasi GDFP Aspek Manajemen Sosial Ekonomi Peternak

Kemitraan dan Mandiri di Kabupaten Jember

Sub Aspek Manajemen

Sosial Ekonomi

Peternak

Kemitraan

Persentase

(%)

Peternak

Mandiri

Persentase

(%)

Implementasi manajemen

SDM yang efektif dan

bertanggung jawab

4 18,18 % 2 33,33 %

Menjamin kegiatan di

dalam peternakan

dilakukan dengan aman

22 100,00 % 6 100,00 %

Manajemen keuangan 13 59,09 % 3 50,00 %

Total Menerapkan 59,09 % 61,11 %

Sumber: Data primer diolah (2019)

Keterangan: (1) Dari lampiran H6

(2) Dari lampiran O6

Persentase penerapan GDFP peternakan sapi perah pada aspek manajemen

sosial ekonomi peternakan mitra sebesar 59,09% dan peternakan mandiri sebesar

33,33%. Penerapan GDFP pada sub aspek implementasi manajemen SDM yang

efektif dan bertanggung jawab pada peternak mitra lebih kecil bila di bandingkan

dengan peternak mandiri. Hal tersebut dikarenakan pada peternak mitra mayoritas

peternak tidak memiliki pekerja atau staf dari luar. Hanya terdapat 4 orang

peternak mitra yang memiliki tenaga kerja di luar anggota keluarga. Pekerjaan di

kandang di bantu oleh keluarga (family worker), dengan itu peternak mitra

beranggapan tidak perlu menerapkan social responsible karena pekerja

merupakan anggota keluarga sendiri. Sedangkan pada peternak mandiri, terdapat 2

orang peternak mandiri yang memiliki pekerja (yang bukan pekerja keluarga)

sehingga mereka sangat mementingkan kesejahteraan para pekerja social

responsible.

Persentase penerapan GDFP peternakan sapi perah pada sub aspek

menjamin kegiatan di dalam peternakan dilakukan dengan aman pada peternakan

mitra dan peternakan mandiri sama, yaitu sebesar 100%, karena para pekerja di

kedua usaha peternakan sapi perah tersebut saat bekerja di kandang menggunakan

sepatu boot guna menghindari potensi penyakit yang mungkin akan disebabkan

oleh kotoran disekitar kandang, serta untuk menghindari kemungkinan luka di

kaki akibat benda tajam di sekitar kandang. Resiko pekerja di peternakan sapi

perah yaitu penyakit, baik penyakit yang diakibatkan dari singgungan langsung

Page 92: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

73

dengan ternak maupun tidak langsung. Menurut Puslitbangnak (Pusat Penelitian

dan Pengembangan Ternak) dalam Pranamyaditia (2016), penyakit yang dapat

menular dari sapi perah kepada manusia adalah penyakit Anthrax, Rabies,

Toxoplasmosis, Scabies, Influenza dan Brucellosis. Pada pelaksanaan keamanan

pekerja diharapkan akan tercipta tempat kerja yang aman dan sehat sehingga dapat

mengurangi atau terbebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Penerapan GDFP pada sub aspek manajemen keuangan pada peternakan

mitra sebesar 59,09% dan peternakan mandiri sebesar 50%. Dalam usaha

peternakan pasti berkaitan dengan keuangan dan memerlukan suatu buku

manajemen keuangan. Isi dari buku manajemen keuangan tersebut berupa seluruh

transaksi keuangan yang dikeluarkan peternak maupun keuangan yang diterima

peternak di dalam menjalankan usaha peternakan sapi perah. Buku manajemen

keuangan tersebut akan memberikan sebuah informasi terkait dengan pemasukan

dan pengeluaran yang dilakukan, sehingga nantinya akan diketahui seberapa besar

pendapatan bersih yang di terima peternak sapi perah.

5.2 Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah Kemitraan dan Mandiri di

Kabupaten Jember

Usaha ternak sapi perah yang menjalankan kemitraan dan yang mandiri di

Kabupaten Jember merupakan salah satu sumber pendapatan bagi peternak sapi

perah. Usaha ternak sapi perah merupakan pilihan usaha yang dinilai cukup tepat

untuk dijalankan karena pendapatannya harian. Pendapatan yang tinggi serta

menguntungkan merupakan hasil ahir yang sangat dinanti dan diharapkan oleh

para peternak karena pendapatan tersebut digunakan peternak untuk memenuhi

semua kebutuhan hidup dan kesejahteraan keluarganya. Pendapatan dari usaha

ternak sapi perah yang tinggi dipengaruhi oleh harga jual susu yang berlaku pada

saat penjualan berlangsung serta banyaknya susu yang dihasilkan. Berikut

merupakan biaya, penerimaan dan pendapatan usaha ternak sapi perah.

Page 93: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

74

5.2.1 Biaya Usaha Ternak Sapi Perah

Faktor biaya dalam suatu usaha peternakan merupakan salah satu faktor

yang perlu mendapatkan perhatian bagi setiap pelaku usaha ataupun pelaku

ekonomi, termasuk peternakan sapi perah. Biaya dalam usaha ternak sapi perah

terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap sapi perah terdiri dari biaya

penyusutan kandang, penyusutan alat-alat (milkcan, timba, selang air, sekrop,

sikat, argo, sabit, tampar), penyusutan ternak, dan pajak. Biaya variabel teridiri

dari biaya pakan (hijauan, konsentrat, ampas tahu, katul), kesehatan, IB, tenaga

kerja, plastik susu, listrik dan transportasi. Penggunaan biaya diusahakan

seminimal mungkin agar mendapatkan keuntungan yang maksimal. Berikut

merupakan biaya tetap dan biaya variabel usaha ternak sapi perah yang mengikuti

kemitraan dan yang mandiri di Kabupaten Jember

1. Biaya Tetap Usaha Ternak Sapi Perah

Biaya tetap merupakan biaya yang dalam periode tertentu jumlahnya tetap

dan tidak bergantung pada jumlah produk yang dihasilkan (Soetriono, 2015).

Besarnya komponen masing-masing biaya tetap usaha peternakan sapi perah yang

mengikuti kemitraan dan yang mandiri dapat di lihat pada tabel berikut.

Tabel 5.7 Total Biaya Tetap Peternak Sapi Perah di Kabupaten Jember 2018

Biaya Tetap (TFC) Kemitraan (1) Mandiri (2)

Penyusutan Kandang 18.530.000 4.650.000

Penyusutan Milkcan 3.898.000 270.000

Penyusutan Timba 802.000 162.000

Penyusutan Selang Air 165.500 65.200

Penyusutan Sekrop 596.667 6.667

Penyusutan Sikat 114.333 12.833

Penyusutan Kereta Dorong/Argo 640.000 160.000

Penyusutan Arit/Sabit 587.500 158.750

Penyusutan Tampar 89.940 6.300

Biaya Penyusutan Ternak 55.700.000 23.100.000

Pajak Bangunan untuk Kandang 2.340.000 840.000

Total Biaya Tetap seluruh Peternak 83.463.940 29.431.750

Sumber: Data primer diolah (2019)

Keterangan: (1) Dari lampiran I1-I11

(2) Dari lampian P1-P11

Page 94: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

75

a. Biaya Penyusutan Kandang

Berdasarkan Tabel 5.7 dapat diketahui bahwa total biaya penyusutan

semua kandang peternak mitra dan semua kandang peternak mandiri berturut-

turut adalah sebesar Rp 18.530.000/tahun dan Rp 4.650.000/tahun. Besar kecilnya

biaya penyusutan kandang tergantung pada besarnya biaya yang dikeluarkan

untuk membuat kandang. Semakin luas ataupun semakin bagus kandangnya maka

semakin banyak pula biaya yang dikeluarkan untuk membuat kandang.

Perhitungan penyusutan dalam penelitian ini menggunakan metode garis lurus

tanpa nilai residu dengan asumsi peralatan tidak dapat dijual setelah habis umur

ekonomis (Herry (2014) dalam Sari (2018)). Pembuatan kandang sapi perah

berbeda-beda tergantung dari modal yang dimiliki oleh peternak. Jika modal yang

dimiliki peternak sapi perah dinilai cukup untuk membuat kandang yang baik

maka biasanya peternak membuat kandang dengan bahan utama asbes dan beton,

sedangkan jika modal yang dimiliki peternak dinilai kurang biasanya peternak

akan membuat kandang dengan genteng dan bambu sebagai bahan baku

utamanya. Peternak tidak membedakan kandang induk dengan kandang pedet,

sapi induk dan sapi pedet berada pada kandang yang sama hanya saja diberikan

sekat sebagai pembatas antara sapi induk dengan sapi laktasi.

b. Biaya Penyusutan Milkcan

Milkcan merupakan alat berbentuk tabung yang berfungsi khusus sebagai

wadah untuk menampung susu segar yang baru di perah. Penggunaan milkcan

bertujuan untuk melindungi susu agar tidak terkontaminasi oleh mikroba atau

benda asing lainnya seperti debu, kotoran dan lain sebagainya yang bersifat

patogen. Rusaknya susu juga dapat disebabkan oleh milkcan dalam kondisi yang

kurang bersih. Hal ini terjadi karena masih ada sisa-sisa susu yang menempel pada

dinding milkcan, oleh karena itu pencucian milkcan harus dilakukan dengan benar

untuk mencegah terjadinya kerusakan susu. Semua peternak mitra menggunakan

milkcan untuk menjual susu yang baru diperah ke Koperasi Galur Murni agar

kualitas susu dapat terjaga dari benda asing disekitarnya yang dapat

mempengaruhi kualitas susu sehingga akan mempengaruhi harga jual susu ke

Koperasi Galur Murni, sedangkan sebagian peternak mandiri tidak membutuhkan

Page 95: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

76

milkcan karena peternak mandiri langsung menjual susu tersebut ke loper yang

langsung mendatangi rumahnya peternak. Berdasarkan Tabel 5.7 dapat diketahui

bahwa total biaya penyusutan milkcan peternak mitra selama satu tahun sebesar

Rp 3.898.000 dan peternak mandiri sebesar Rp 270.000. Besar kecilnya biaya

penyusutan peralatan milkcan dipengaruhi oleh harga dari milkcan yang

digunakan, jumlah milkcan yang dimiliki serta tergantung dari ukuran milkcan.

c. Biaya Penyusutan Timba

Timba yang digunakan peternak sapi perah baik peternak yang mengikuti

kemitraan maupun peternak mandiri merupakan timba yang terbuat dari

aluminium. Harga timba aluminium berbeda-beda tergantung dari ukurannya.

Timba digunakan untuk menampung susu saat pemerahan dilakukan. Timba yang

terbuat dari aluminium berfungsi untuk menjaga kualitas susu agar tidak

tercampur dengan benda asing. Pada peternakan mitra, terdapat 7 orang peternak

mitra yang tidak menggunakan timba aluminium saat pemerahan susu, akan tetapi

para peternak tersebut langsung menggunakan milkcan untuk menampung susu

yang sedang di perah. Peternak tersebut menggunakan milkcan agar susu setelah

selesai di perah langsung di angkut ke Koperasi Galur Murni. Sedangkan peternak

mandiri semuanya menggunakan timba yang terbuat dari aluminium untuk

menampung susu yang sedang di perah, karena sebagian peternak mandiri tidak

memiliki milkcan yang dapat menampung susunya setelah selesai di perah. Total

biaya penyusutan timba yang digunakan peternak mitra selama satu tahun sebesar

Rp 802.000 dan peternak mandiri sebesar Rp 162.000.

d. Selang Air

Selang air digunakan peternak untuk memandikan ternak, membersihkan

kandang dan peralatan setelah selesai digunakan. Total biaya penyusutan selang

air selama satu tahun peternak mitra yaitu sebesar Rp 165.500 dan peternak

mandiri sebesar Rp 65.200. Semua peternak mitra dan peternak mandiri

menggunakan selang untuk memandikan sapi nya.

Page 96: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

77

e. Biaya Penyusutan Sekrop

Peralatan sekrop dalam penelitian peternakan sapi perah digunakan untuk

mengambil atau membuang kotoran sapi perah, selain itu sekrop digunakan untuk

membuang limbah padat yang ada di lingkungan sekitar kandang. Peternak sapi

perah juga menggunakan sekrop untuk mengaduk atau mencampur pakan untuk

sapi perah. Berdasarkan Tabel 5.7 dapat diketahui bahwa total biaya penyusutan

peternak sapi perah mitra dalam satu tahun sebesar Rp 596.667 dan peternak

mandiri sebesar Rp 6.667. Terdapat 7 orang peternak mitra yang memiliki sekrop

dan terdapat 1 orang peternak mandiri yang memiliki sekrop. Peternak yang tidak

memiliki sekrop yaitu peternak yang membuang kotoran ternaknya dengan

menyemprotkan air secara langsung menggunakan selang air ke saluran

pembuangan kotoran. Kotoran dari ternak tersebut biasanya langsung dialirkan ke

sungai sebagai tempat pembuangan terakhirnya.

f. Sikat

Sikat merupakan peralatan yang dapat digunakan untuk menggosok badan

ternak pada saat ternak dimandikan. Ternak dimandikan dua kali dalam sehari

yaitu pagi dan sore sebelum sapi di perah. Sikat juga dapat digunakan peternak

untuk menggosok atau membersihkan lantai. Total biaya penyusutan sikat

peternak mitra selama satu tahun yaitu sebesar Rp 114.333 dan peternak mandiri

sebesar Rp 12.833. Rata-rata peternak mitra dan peternak mandiri hanya memiliki

satu hingga dua buah sikat karena yang memandikan ternaknya hanya satu orang.

Harga sikat bervasiasi tergantung dari bagus atau tidaknya bahan.

g. Kereta Dorong/Argo

Kereta dorong/argo merupakan alat yang dapat digunakan untuk

mengangkut pakan, kotoran atau limbah padat (sampah, sisa-sisa rumput dan

limbah lainnya) ke tempat pembuangan. Total biaya penyusutan kereta

dorong/argo peternak mitra dan peternak mandiri selama satu tahun berturut-turut

sebesar Rp 640.000 dan Rp 160.000. terdapat 6 orang peternak mitra yang

memiliki argo/kereta dorong dan terdapat 2 orang peternak mandiri yang memiliki

argo/kereta dorong.

Page 97: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

78

h. Arit/Sabit

Arit/sabit digunakan peternak untuk mencari pakan hijauan. Terdapat 1

orang peternak mandiri yang tidak memiliki arit, karena peternak tersebut

memiliki seorang tenaga kerja yang bertugas mencari pakan hijauan untuk

ternaknya. Total biaya penyusutan arit/sabit selama satu tahun peternak mitra

yaitu sebesar Rp 587.500 dan peternak mandiri sebesar Rp 158.750.

i. Tampar

Tampar digunakan peternak untuk mengikat sapi perah. Tampar yang

digunakan sebaiknya tidak terlalu kecil karena akan mudah putus serta dapat

melukai ternak. Semakin banyak jumlah sapi yang dimiliki, maka peternak

semakin banyak membutuhkan tampar. Total biaya penyusutan tampar selama

satu tahun peternak mitra sebesar Rp 89.940 dan peternak mandiri sebesar Rp

6.300 selama satu tahun.

j. Biaya Penyusutan Ternak

Biaya penyusutan ternak dihitung berdasarkan nilai penyusutan untuk

ternak. Total biaya penyusutan ternak selama satu tahun untuk peternak mitra

sebesar Rp 55.700.000 dan peternak mandiri sebesar Rp 23.100.000. Jumlah sapi

perah yang dimiliki peternak mitra lebih banyak dari pada jumlah sapi perah yang

dimiliki peternak mandiri, sehingga biaya yang dikeluarkan peternak mitra lebih

banyak. Jumlah sapi perah yang dimiliki peternak mitra sebanyak 147 ekor dan

jumlah sapi perah yang dimiliki peternak mandiri sebanyak 56 ekor.

k. Pajak

Pajak yang dikeluarkan peternak sapi perah dalam hal ini yaitu pajak bumi

bangunan untuk kandang sapi perah. Total biaya pajak bangunan untuk kandang

yang dikeluarkan oleh peternak mitra selama satu tahun yaitu sebesar Rp

2.340.000 dan peternak mandiri yaitu sebesar Rp 840.000.

2. Biaya Variabel Usaha Ternak Sapi Perah

Biaya variabel atau variabel cost (VC) adalah biaya yang jumlahnya

berubah-ubah sesuai dengan jumlah produk yang dihasilkan. Pada biaya variabel,

semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan maka semakin banyak pula biaya

variabel yang dikeluarkan. (Soetriono, 2015).

Page 98: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

79

Tabel 5.8 Total Biaya Variabel Peternak Sapi Perah Kemitraan dan Mandiri di

Kabupaten Jember Tahun 2018

Biaya Variabel (TVC) Kemitraan (1) Mandiri (2)

Jumlah Sapi 147 56

Sapi Pedet 41 22

Sapi Dara 10 5

Sapi Jantan 20 2

Sapi Laktasi 76 27

Biaya Pakan Hijauan 294.732.000 126.936.000

Jumlah Pakan Hijauan (Kg/Tahun) 815.040 203.760

Jumlah Pakan Hijauan (Kg/Ekor/Tahun) 7.689 5.993

Biaya Ampas Tahu 164.976.000 132.720.000

Jumlah Ampas Tahu (Kg/Tahun) 360.480 265.440

Jumlah Ampas Tahu (Kg/Ekor/Tahun) 4.743 9.831

Biaya Konsentrat 205.776.000 −

Jumlah Konsentrat (Kg/Tahun) 61.200 −

Jumlah Konsentrat (Kg/Ekor/Tahun) 1.654 −

Biaya Katul (Kg) − 80.676.000

Jumlah Katul (Kg) − 58.320

Jumlah Katul (Kg/Ekor) − 2.160

Kesehatan 1.440.000 350.000

IB 1.670.000 600.000

Tenaga Kerja 82.800.000 30.600.000

Plastik Susu − 7.380.000

Transportasi 72.696.000 18.720.000

Listrik 7.200.000 1.440.000

Total Biaya Variabel seluruh Peternak 831.290.000 399.422.000

Total Biaya (TFC+TVC) seluruh Peternak 914.753.940 428.853.750

Rata-Rata Total Biaya (TFC+TVC) per

Peternak 41.579.725 71.475.625

Biaya per Ekor Sapi Perah 6.222.816 7.658.103

Sumber: Data primer diolah (2019)

Keterangan: (1) Dari lampiran J1-J8

(2) Dari lampiran Q1-Q9

a. Pakan Hijauan Sapi Perah

Pemberian pakan hijauan peternak kemitraan lebih banyak dari pada

pemberian pakan hijauan peternak mandiri. Total pakan hijauan yang dibutuhkan

peternak kemitraan sebanyak 7.689 kg/ekor/tahun sedangkan total pakan hijauan

yangdibutuhkan peternak mandiri sebanyak 5.993 kg/ekor/tahun. Meskipun

jumlah pemberian pakan hijauan peternak mandiri lebih sedikit dari pada peternak

mandiri, akan tetapi jumlah pemberian pakan ampas tahu peternak mandiri lebih

tinggi dari pada peternak mitra. Untuk mencukupi kebutuhan pakan ternaknya,

terdapat sebagian peternak yang mencari pakan hijauannya sendiri dengan tujuan

Page 99: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

80

untuk meminimalkan biaya yang dikeluarkan. Peternak yang mencari pakan

hijauan ternaknya sendiri rata-rata yaitu peternak yang memiliki jumlah ternak

sedikit. Selain itu juga terdapat sebagian peternak yang menyuruh orang untuk

mencari kebutuhan pakan ternaknya. Harga pakan hijauan sebesar Rp 500/kg

hingga Rp 650/kg. Perbedaan harga tersebut terjadi sesuai kesepakatan antara

peternak dengan tenaga kerja yang mencari pakan hijauan.

b. Pakan Ampas Tahu Sapi Perah

Pemberian pakan ampas tahu peternak mandiri lebih banyak dari pada

pemberian pakan ampas tahu peternak kemitraan, hal ini karena peternak mandiri

memberikan pakan hijauan lebih sedikit dibandingkan peternak mitra. Total pakan

hijauan yang dibutuhkan peternak mitra untuk mencukupi kebutuhan pakan ampas

tahu sapi perah sebanyak 4.743 kg/ekor/tahun sedangkan peternak mandiri

membutuhkan ampas tahu sebanyak 9.831 kg/ekor/tahun. Harga ampas tahu yaitu

Rp 300 hingga Rp 600 per kilo. Ampas tahu diberikan pada sapi perah yang

menghasilkan susu/sapi laktasi agar produksi susu meningkat.

c. Pakan Konsentrat Sapi Perah

Pakan konsentrat merupakan suatu bahan pakan yang dipergunakan

bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan

makanan yang disatukan dan dicampur sebagai pakan pelengkap. Pakan yang

mengandung konsentrat tinggi akan meningkatkan produksi susu sapi perah (Riski

dkk.,2016). Terdapat 6 orang peternak mitra yang menggunakan pakan konsentrat.

Harga pakan konsentrat cukup mahal yaitu sebesar Rp 3.200 hingga Rp 3.800 per

kilo. Kebutuhan konsentrat satu ekor sapi perah peternak mitra selama satu tahun

sebanyak 1.654 kg/ekor. Tidak semua peternak menggunakan pakan konsentrat

dikarenakan harga konsentrat yang cukup mahal. Konsentrat hanya diberikan

kepada sapi yang produksi/menghasilkan susu.

d. Pakan Katul Sapi Perah

Peternak mandiri di Kecamatan Arjasa semuanya menggunakan pakan

katul, sedangkan peternak mitra tidak menggunakan pakan katul untuk usaha

ternaknya. Peternak mandiri membutuhkan katul selama satu tahun sebanyak

2.160 kg/ekor. Katul didapatkan peternak mandiri di selep-selep terdekat. Harga

Page 100: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

81

katul mulai dari Rp 1.000 hingga Rp 1.800 per kilo. Katul hanya diberikan kepada

sapi yang produksi/sapi laktasi agar produksi susu yang dihasilkan banyak.

e. Kesehatan

Pemeriksaan kesehatan ternak sapi perah dilakukan oleh dokter hewan dan

mantri/paramedis. Frekuensi pemeriksaan kesehatan hewan dilakukan oleh

sebagian besar peternak secara tidak teratur atau tidak tentu. Bila terdapat ternak

yang sakit, beberapa peternak mengobati sendiri dan sebagian peternak lainnya

mengobati ternaknya oleh dokter hewan. Biaya yang dikeluarkan peternak sapi

perah mitra dan mandiri untuk kesehatan ternaknya selama satu tahun berturut-

turut yaitu sebesar Rp 1.440.000 peternak mitra dan Rp 350.000 peternak mandiri.

f. IB (Inseminasi Buatan)

Metode perkawinan sapi perah yang umum dilakukan oleh peternak dibagi

menjadi dua macam yaitu kawin alam dan Inseminasi Buatan (IB). Inseminasi

Buatan (IB) merupakan suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (sperma

atau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal

dari ternak jantan kedalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan

metode dan alat khusus yang disebut insemination gun. Seluruh peternak mitra

dan peternak mandiri mengawinkan ternaknya dengan cara IB, karena perkawinan

IB dinilai lebih menguntungkan karena praktis, hemat waktu, hemat tenaga, serta

menekan tingkat penyebaran penyakit. Setelah 2-3 bulan dilakukan IB,

selanjutnya dilakukan pemeriksaan kebuntingan. Jika sapi perah tidak

menunjukkan tanda-tanda kebuntingan maka inseminator akan melakukan IB

setelah sapi perah tersebut birahi kembali. Inseminasi dan pemeriksaan

kebuntingan dilakukan oleh dokter hewan atau mantri yang langsung mendatangi

kandang sapi perahnya peternak. Total biaya yang dibutuhkan peternak mitra

untuk IB sebesar Rp 1.670.000/tahun dan total biaya yang dibutuhkan peternak

mandiri untuk IB sebesar Rp 600.000/tahun.

g. Tenaga Kerja

Para peternak mitra dan peternak mandiri rata-rata mengerjakan sendiri

pekerjaan-pekerjaan terkait pemeliharaan sapi. Selain itu ada sebagian peternak

yang dibantu oleh anggota keluarga mereka yang meliputi istri, anak dan saudara-

Page 101: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

82

saudaranya. Hanya terdapat 4 orang peternak mitra dan 2 orang peternak mandiri

yang membutuhkan tenaga kerja luar keluarga. Upah yang diberikan oleh peternak

terhadap tenaga kerja luar keluarga dinilai dengan sejumlah nominal uang yang

besarnya tergantung kemampuan setiap unit usaha ternak dalam membayar tenaga

kerja luar keluarga tersebut, serta besarnya upah yang diperoleh tenaga kerja

berdasarkan kesepakatan yang terbentuk antara pekerja dan pemilik usaha ternak.

Upah/gaji tenaga kerja luar keluarga mulai dari Rp 30.000/hari sampai dengan Rp

50.000/hari. Tenaga kerja tersebut ada yang ditempatkan di kandang dan ada juga

yang di lahan. Pada bagian lahan, tugas pekerja tersebut mencari pakan hijauan

untuk mencukupi semua pakan ternak sapi perah, para pekerja lahan tersebut

biasanya berangkat mencari pakan hijauan pagi dan sore hari. Pakan hijauan yang

diperoleh di sore hari diberikan pada ternak di pagi harinya sedangkan pakan

hijauan yang diperoleh pagi akan diberikan pada ternak disore harinya. Sedangkan

pada bagian kandang, tugas pekerja tersebut yaitu membersihkan kandang,

memandikan sapi, memerah susu dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan

kandang. Total biaya tenaga kerja selama satu tahun peternak mitra sebesar Rp

82.800.000 dan peternak mandiri sebesar Rp 30.600.000 per tahun.

h. Plastik Susu

Plastik susu digunakan peternak mandiri untuk mengemas susu dari hasil

pemerahan untuk dijual ke loper. Susu biasanya dikemas dalam ukuran ½ liter.

Banyaknya plastik susu yang dibutuhkan peternak mandiri tergantung dari

banyaknya susu yang dihasilkan. Total biaya plastik susu yang dibutuhkan

peternak mandiri selama satu tahun sebanyak Rp 7.380.000. Peternak sapi perah

kemitraan tidak membutuhkan susu karena peternak kemitraan menjual susu ke

Koperasi Galur Murni.

i. Transportasi

Biaya transportasi peternak mitra merupakan biaya yang dikeluarkan

untuk mendatangkan pakan dan menyetor susu ke Koperasi Galur Murni,

sedangkan biaya transportasi peternak mandiri merupakan biaya yang dikeluarkan

untuk mendatangkan pakan sapi perah. Harga bahan bakar untuk biaya transortasi

di asumsikan sama dengan harga Rp 6.500/liter. Total biaya transprotasi yang

Page 102: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

83

dikeluarkan peternak mitra selama satu tahun sebanyak Rp 72.696.000 dan

peternak mandiri sebesar Rp 18.720.000.

j. Listrik

Listrik digunakan peternak untuk memandikan sapi pagi dan sore sebelum

pemerahan dilakukan. Listrik juga digunakan peternak untuk penerangan di

malam hari. Total biaya listrik yang dikeluarkan peternak mitra selama satu tahun

sebesar Rp 7.200.000/tahun dan total biaya yang dikeluarkan peternak mandiri

sebesar Rp 1.440.000/tahun. Perbedaan jumlah pemakaian listrik diakibatkan

karena jumlah ternak yang dimiliki serta luas kandang ternak yang membutuhkan

jumlah lampu yang berbeda untuk penerangan dimalam hari.

5.2.2 Penerimaan Usaha Ternak Sapi Perah

Penerimaan yang diperoleh peternak sapi perah selama satu tahun dapat

dilihat dari banyaknya susu yang dihasilkan setiap harinya. Sumber penerimaan

terbesar peternak sapi perah yaitu susu. Semakin banyak susu yang dihasilkan

maka semakin banyak pula penerimaan peternak. Adapun besarnya penerimaan

yang diperoleh peternak sapi perah yang mengikuti kemitraan dan peternak yang

mandiri di Kabupaten Jember dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.9 Total Penerimaan Susu Peternak Sapi Perah Kemitraan dan Mandiri di

Kabupaten Jember Tahun 2018

Penerimaan Kemitraan (1) Mandiri (2)

Jumlah Sapi 147 56

Sapi Pedet 41 22

Sapi Dara 10 5

Sapi Jantan 20 2

Sapi Laktasi 76 27

Jumlah Produksi (Ltr) 230,220 75,960

Jumlah Produksi (Ltr/Ekor) 3,029 2,813

Rata-Rata Harga Susu (Rp/Ltr) 4,964 6,667

Total Penerimaan Susu seluruh Peternak 1,142,812,080 506,425,320

Rata-Rata Penerimaan Susu Peternak per

Orang 51,946,004 84,404,220

Rata-Rata Penerimaan Susu per Ekor 15,035,956 18,754,271

Sumber: Data primer diolah (2019)

Keterangan: (1) Dari lampiran L

(2) Dari lampiran S

Page 103: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

84

Berdasarkan Tabel 5.9 dapat diketahui bahwa rata-rata total penerimaan

susu peternak (per orang) sapi perah kemitraan lebih rendah dari pada total

penerimaan susu peternak (per orang) sapi perah mandiri. Total penerimaan susu

peternak (per orang) sapi perah kemitraan selama satu tahun sebesar Rp

51.946.004 sedangkan total penerimaan susu peternak (per orang) sapi perah

mandiri selama satu tahun sebesar Rp 84.404.220. Total penerimaan susu peternak

(per orang) sapi perah kemitraan lebih rendah dari pada total penerimaan susu

peternak (per orang) sapi perah mandiri karena harga jual susu pada peternak

mandiri lebih besar dari pada harga jual susu peternak mitra. Rata-rata harga jual

susu pada peternak mandiri sebesar Rp 6.667/liter sedangkan rata-rata harga susu

pada peternak mitra sebesar Rp 4.964/liter. Perbedaan harga jual susu tersebut

menyebabkan perbedaan penerimaan antara peternak kemitraan dan peternak

mandiri. Meskipun penerimaan susu peternak kemitraan lebih rendah dari pada

penerimaan susu peternak mandiri akan tetapi produksi susu sapi perah peternak

kemitraan lebih tinggi dari pada produksi susu sapi perah peternak mandiri.

Jumlah produksi susu (ltr/ekor) peternak kemitraan selama satu tahun sebesar

3.029 liter sedangkan produksi susu (ltr/ekor) pada peternak mandiri selama satu

tahun sebesar Rp 2.813 liter. Produksi susu per ekor sapi perah peternak mitra

lebih tinggi dari pada produksi susu per ekor sapi perah peternak mandiri karena

beberapa orang peternak mitra menggunakan pakan tambahan yiatu pakan

konsentrat. Menurut Riski dkk., (2016) bahwa pakan yang mengandung

konsentrat tinggi akan meningkatkan produksi susu sapi perah.

5.2.3 Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah

Pendapatan bersih yang diterima peternak sapi perah merupakan sebuah

keuntungan bagi peternak didalam menjalankan usaha peternakan sapi perah.

Besarnya keuntungan yang akan di peroleh peternak tergantung dari banyaknya

susu yang dihasilkan serta harga jual dari susu tersebut. Apabila susu yang

dihasilkan banyak serta harga jual tinggi dengan biaya produksi yang dapat

ditekan, maka pendapatan bersih peternak akan semakin meningkat. Pendapatan

Page 104: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

85

yang tinggi merupakan tujuan ahir yang ingin di dapatkan oleh semua peternak.

Berikut merupakan tabel pendapatan peternak sapi perah di Kabupaten Jember.

Tabel 5.10 Keuntungan Peternak Sapi Perah Kemitraan dan Mandiri di Kabupaten

Jember Tahun 2018

Keuntungan Peternak Kemitraan Mandiri

TR 51.946.004 84.404.220

TC 41.579.725 71.475.625

Total Keuntungan per Peternak 10.336.279 12.928.595

Sumber: Data primer diolah (2019)

Berdasarkan Tabel 5.10 di atas, dapat diketahui bahwa peternak sapi perah

yang mengikuti kemitraan dan peternak sapi perah yang mandiri di Kabupaten

Jember sama-sama menguntungkan karena penerimaan lebih besar dari pada total

biaya. Sumber penerimaan peternak sapi perah tersebut berasal dari penjualan

susu setiap harinya. Total pendapatan bersih/keuntungan yang diterima oleh

peternak mitra sebesar Rp 10.336.279/orang/tahun dan total pendapatan

bersih/keuntungan peternak mandiri sebesar Rp 12.928.595/orang/tahun.

Alasan peternak sapi perah mengikuti kemitraan meskipun harga susu

lebih murah dibandingkan peternak mandiri, yaitu Rp 4.500/liter hingga Rp

5.000/liter karena peternak mitra tidak akan menanggung resiko terkait

permintaan pasar yang tidak menentu serta harga susu yang tidak stabil. Sebanyak

apa pun produksi susu yang dihasilkan peternak mitra, Koperasi Galur Murni

mampu menampung semua produksinya terutama pada saat permintaan susu

rendah sehinga, peternak mitra tidak khawatir akan pemasaran hasil produksi susu

nya. Peternak mitra juga akan mendapatkan jaminan harga pasar ketika harga susu

tidak stabil. Sedangkan pada peternak mandiri, resiko yang akan di hadapi yaitu

loper tidak mampu menampung susu jika peternak mandiri menghasilkan susu

jauh lebih banyak dibandingkan hari-hari biasanya, sehingga peternak mandiri

tidak bisa mengembangkan usaha peternakan sapi perahnya. Pada saat permintaan

susu rendah, peternak mandiri tidak bisa memasarkan hasil produksinya sehingga

peternak mandiri akan mengalami kerugian karena susu yang dihasilkan hanya

untuk konsumsi pribadi. Selain itu peternak mandiri akan menanggung resiko

terkait harga pasar yang tidak stabil.

Page 105: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

86

Tabel 5.11 Total Biaya, Total Penerimaan dan Pendapatan Bersih per Ekor Sapi

Perah Peternak Mitra dan Peternak Mandiri di Kabupaten Jember

Tahun 2018

Kemitraan Mandiri

Rata-Rata Total Penerimaan (Rp/Ekor/Tahun) 15,035,956 18,754,271

Rata-Rata Total Biaya (Rp/Ekor/Tahun) 6,222,816 7,658,103

Pendapatan (Rp/Ekor/Tahun) 8,813,140 11,096,168

Sumber: Data primer diolah (2019)

Pada Tabel 5.11 dapat diketahui bahwa pendapatan per ekor sapi perah

peternak mitra lebih rendah dibandingkan pendapatan per ekor peternak sapi

perah mandiri. Pendapatan per ekor sapi perah peternak mandiri sebesar Rp

8.813.149/ekor/tahun sedangkan pendapatan per ekor sapi perah peternak mandiri

sebesar Rp 11.096.168/ekor/tahun. Pendapatan per ekor sapi perah peternak

mandiri lebih tinggi dari pada pendapatan per ekor sapi perah peternak mitra

disebabkan karena harga jual susu peternak mandiri lebih tinggi dari pada harga

jual susu peternak mitra. Pendapatan per ekor sapi perah peternak mitra dan

peternak mandiri sama-sama menguntungkan karena penerimaan lebih tinggi dari

pada total biaya yang dikeluarkan.

5.3 Efisiensi Penggunaan Biaya Usaha Ternak Sapi Perah Kemitraan dan

Mandiri di Kabupaten Jember

Efisiensi penggunaan biaya usaha peternakan sapi perah baik yang

mengikuti kemitraan maupun yang mandiri dapat dilihat dari besarnya R/C rasio.

Besar kecilnya nilai R/C rasio tergantung dari penerimaan dan biaya yang

dikeluarkan di dalam menjalankan usaha peternakan sapi perah. R/C rasio lebih

besar dari satu maka penggunaan biaya usaha ternak sapi perah tersebut efisien,

sedangkan jika nilai R/C rasio kurang dari satu maka penggunaan biaya usaha

ternak sapi perah tersebut tidak efisien. Besarnya nilai R/C rasio peternak mitra

dan mandiri di Kabupaten Jember dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.12 Efisiensi Penggunaan Biaya per Peternak Sapi Perah Kemitraan dan

Mandiri di Kabupaten Jember Tahun 2018

Kemitraan Mandiri

TR 51.946.004 84.404.220

TC 41.579.725 71.475.625

Efisiensi R/C 1,25 1,18

Sumber: Data primer diolah (2019)

Page 106: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

87

Berdasarkan Tabel 5.12 di atas, dapat diketahui bahwa nilai efisiensi R/C

rasio peternak kemitraan lebih tinggi dari pada nilai efisiensi R/C rasio peternak

mandiri, karena biaya yang digunakan peternak mandiri lebih banyak di

bandingkan penggunaan biaya peternak mitra. Nilai efisiensi R/C rasio peternak

kemitraan sebesar 1,25 dan nilai efisiensi R/C rasio peternak mandiri sebesar 1,18.

Nilai R/C rasio peternak kemitraan sebesar 1,25 dapat diartikan setiap

pengeluaran Rp 1,00 oleh peternak mitra akan mendapatkan penerimaan sebesar

Rp 1,25. Nilai R/c rasio peternak mandiri sebesar 1,18 dapat diartikan setiap

pengeluaran Rp 1,00 oleh peternak mandiri akan mendapatkan penerimaan

sebesar Rp 1,18. Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha peternakan sapi perah

peternak kemitraan dan peternak mandiri di Kabupaten Jember sudah efisien

karena hasil perbandingan penerimaan dengan pengeluaran (biaya) lebih besar

dari 1. Soekartawi (1995) menyatakan bahwa nilai R/C rasio > 1 menunjukkan

bahwa penggunaan biaya produksi sudah efisien. Semakin besar nilai R/C rasio

maka akan semakin efisien usaha tersebut. Peternak sapi perah di Kabupaten

Jember sebagian besar sudah mampu mengelola usahanya dengan cara

meminimalkan biaya produksi dan memaksimumkan keuntungan.

Page 107: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

88

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Tingkat penerapan GDFP peternak kemitraan cenderung lebih tinggi dari

pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. Rata-rata tingkat penerapan

GDFP peternak mitra sebesar 62,96% artinya peternak kemitraan telah

mampu menerapkan GDFP sebesar 62,96%. Rata-rata tingkat penerapan

GDFP peternak mandiri sebesar 53,33% artinya peternak mandiri mampu

menerapkan GDFP sebesar 53,33%. Tingkat penerapan GDFP peternak sapi

perah kemitraan pada aspek kesehatan ternak sebesar 100% dan peternak

mandiri sebesar 100%, aspek manajemen pemerahan peternak mitra sebesar

52,73% dan peternak mandiri sebesar 36,67%, aspek nutrisi (pakan dan air)

peternak mitra sebesar 46,21% dan peternak mandiri sebesar 38,89, aspek

kesejahteraan ternak peternak mitra sebesar 100% dan peternak mandiri

sebesar 83,33%, aspek lingkungan peternak mitra sebesar 20,45% dan

peternak mandiri sebesar 0,00%, aspek manajemen sosial ekonomi peternak

mitra sebesar 59,09% dan peternak mandiri sebesar 61,11%.

2. Jenis usaha peternakan sapi perah baik kemitraan maupun mandiri di

Kabupaten Jember sama-sama menguntungkan. Besarnya pendapatan per

ekor sapi perah peternak kemitraan sebesar Rp 8.813.140/tahun dan

pendapatan bersih per ekor sapi perah peternak mandiri sebesar Rp

11.096.168/tahun.

3. Efisiensi penggunaan biaya pada usaha ternak sapi perah kemitraan dan

mandiri sama-sama efisien. Nilai efisiensi R/C rasio usaha peternakan sapi

perah kemitraan sebesar 1,25 artinya setiap pengeluaran Rp 1,00 oleh

peternak mitra akan mendapatkan penerimaan sebesar Rp 1,25. Nilai efisiensi

R/C rasio usaha peternakan mandiri sebesar peternak mandiri sebesar 1,18

artinya setiap pengeluaran Rp 1,00 oleh peternak mandiri akan mendapatkan

penerimaan sebesar Rp 1,18.

Page 108: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

89

6.2 Saran

1. Tingkat penerapan GDFP peternak mitra pada aspek manajemen pemerahan

sebesar 52,05% dan peternak mandiri sebesar 36,67%. Untuk meningkatkan

tingkat penerapan aspek manajemen pemerahan, sebaiknya peternak mitra

dan peternak mandiri memberikan pakan konsentrat sebelum pemerahan,

mengikat ekor sapi, mencuci ambing dengan air hangat sebelum pemerahan,

serta mencelupkan puting ke larutan disinfektan sesudah pemerahan.

2. Tingkat penerapan GDFP peternak mitra pada aspek nutrisi (pakan dan air)

sebesar 46,21% dan peternak mandiri sebesar 38,89%. Untuk meningkatkan

tingkat penerapan aspek nutrisi (pakan dan air), sebaiknya peternak mitra dan

peternak mandiri memberikan pakan pemula untuk pedet yang berupa calf

stater serta memberikan telur, madu dan gula merah pasca sapi perah

melahirkan.

3. Tingkat penerapan GDFP peternak mandiri pada aspek kesejahteraan ternak

sebesar 83,33%. Untuk meningkatkan tingkat penerapan aspek kesejahteraan

ternak, sebaiknya peternak mandiri menggunakan kandang yang semi terbuka

atau tanpa dinding serta memiliki kandang yang luas.

4. Tingkat penerapan GDFP pada peternak mitra aspek lingkungan sebesar

20,45% dan peternak mandiri 0,00%. Untuk meningkatkan tingkat penerapan

aspek lingkungan, sebaiknya peternak mitra dan peternak mandiri

memaksimalkan pengolahan kotoran serta memiliki tempat pembuangan

kotoran sapi perah.

5. Tingkat penerapan GDFP pada peternak mitra aspek manajemen sosial

ekonomi sebesar 59,09% dan peternak mandiri sebesar 61,11%. Untuk

meningkatkan tingkat penerapan aspek manajemen sosial ekonomi, sebaiknya

peternak mitra dan peternak mandiri memiliki manajemen keuangan.

Page 109: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

90

DAFTAR PUSTAKA

Aak. 1974. Sapi Perah. Yogyakarta: Kanisius.

Aak. 1995. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Yogyakarta: Kanisius.

Asminaya, N. S dan B. P. Purwanto, A. Atabany dan Nurlaha. 2018. Evaluasi

Aspek Teknis Pemeliharaan Sapi Perah Berdasarkan Good Dairy Farming

Practices (GDFP) di Peternakan Rakyat Cibungbulang. Ilmu dan Teknologi

Peternakan Tropis, 5(3):79-87.

Aisyah, N. 2014. Analisis Efisiensi Produksi Usaha Peternakan Sapi Perah di

Kelurahan Pondok Ranggon Kecamatan Cipayung Jakarta Timur. Skripsi.

Fakultas Ekonomi dan Manajemen: Institut Pertanian Bogor.

Anggraeni, A dan E. Mariana. 2016. Evaluasi Aspek Teknis Pemeliharaan Sapi

Perah Menuju Good Dairy Farming Practices pada Peternakan Sapi Perah

Rakyat Pondok Ranggon. Agripet, 16(2): 90-96.

Badan Pusat Statistik. 2018. Produksi Susu Segar menurut Provinsi di Indonesia.

[Serial Online]. https://doi.org/http://bps.go.id [18 Oktober 2018].

Badan Pusat Statistik. 2018. Produksi Susu Segar menurut semua Provinsi di

Indonesia 2013-2017 (Ton). [Serial Online].

https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1083.

Badan Pusat Statistik. 2018. Produksi Susu Perah menurut Kabupaten/Kota di

Jawa Timur. https://jatim.bps.go.id/statictable/2018/10/18/1306/produksi-

susu-perah-menurut-kabupaten-kota-di-jawa-timur-2010-2017-kg-.html

Badan Pusat Statistik. 2018. Kabupaten Jember dalam Angka 2018. Jember:

Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember.

Badan Pusat Statistik. 2018. Kecamatan Arjasa dalam Angka 2018. Jember:

Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember.

Badan Pusat Statistik. 2015. Survei Pendapatan Rumahtangga Usaha Pertanian

2013. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. 2015,2016, 2017, 2018. Provinsi Jawa Timur dalam Angka.

Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. 2018. Kecamatan Balung Dalam Angka. Jember: Badan

Pusat Statistik Kabupaten Jember.

Page 110: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

91

Diarmita, I. K. 2019. Pemerintah Dorong Perbaikan Kualitas dan Kuantitas Susu

Nasional. http://ditjennak.pertanian.go.id/pemerintah-dorong-perbaikan-

kualitas-dan-kuantitas-susu-nasional. Kementerian Pertanian. Direktorat

Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Direktur Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH). 2018.

Kontribusi Peternakan terhadap PDB Nasional. [Serial

Online].http://ditjenpkh.pertanian.go.id/search/kontribusi+peternakan+terha

dap+pdb+nasional.

Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur 2019. Populasi Ternak Sapi Perah di

Kabupaten Jember. http://disnak.jatimprov.go.id/web/data/datastatistik/statistikpopulasiternak.

FAO (Food and Agriculture Organization) dan IDF (International Dairy

Federation). 2011. Guide to Good Dairy Farming Practice. Rome: Animal

Production and Health Guidelines.

Hamdi, A. S dan E. Bahruddin. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi

dalam Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish.

Hartono, B. 2011. Upaya Peningkatan Ekonomi Rumahtangga Peternak Sapi

Perah. Malang: UB Press.

Heriyatno. 2009. Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Produksi Susu Sapi Perah di Tingkat Peternak (Kasus Anggota Koperasi

Serba Usaha Karya Nugraha Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan

Provinsi Jawa Barat). Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Hoetoro, A. 2018. Ekonomi Mikro Islam Pendekatan Integratif. Malang: UB

Press.

Isnia, M., Y. Hariyati dan A. Kusmiati. 2017. Analisis Manajemen Rantai Pasok

Susu Sapi Perah pada Koperasi Peternak Galur Murni di Kecamatan

Sumberbaru Kabupaten Jember. JSEP, 10(1): 65-77.

Januar, J. 2006. Kemitraan Agribisnis. Jember: Fakultas Pertanian UNEJ.

Kementerian Pertanian. 2016. Outlook Susu Komoditas Pertanian Subsektor

Peternakan. https://doi.org/http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id.

Kementerian pertanian. 2017. Pencelupan Putting Menggunakan Bahan Alami

untuk Mencegah Mastitis Subkinis pada Sapi Perah. Jawa Barat: Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian.

http://jabar.litbang.pertanian.go.id/index.php/info-teknologi/623

pencelupan-putting.

Page 111: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

92

Ketua Gabungan Koperasi Susu Indonesia. 2017. Produksi Susu Sapi: Belajar

dari Peternak Belanda.

https://ekonomi.bisnis.com/read/20170404/99/642421/produksi-susu-sapi-

belajar-dari-peternak-belanda.

Khotimah, K dan Farizal. 2013. Kualitas Mikrobiologi Kolostrum Sapi Perah FH

pada Waktu Pemerahan yang berbeda di Peternakan Rakyat. Ilmu Ternak,

13(2): 13-17.

Lestari, N. F., M. Makin dan A. Firman. 2015. Hubungan Antara Penerapan Good

Dairy Farming Practice dengan Tingkat Pendapatan Peternak pada

Peternakan Sapi Perah Rakyat (Suatu Kasus di Wilayah Kerja KPBS

Pangalengan Kabupaten Bandung). Mahasiswa, 4(3): 1-16.

Londa, P. K., P. O. V Waleleng dan R. A. J. Legrans.-A. 2013. Analisis Break

Even Point (BEP) Usaha Ternak Sapi Perah “TAREKAT MSC” Di

Kelurahan Pinaras Kota Tomohon. Zootek, 32(1): 158–166.

Mahardika, H. A., P. Trisunuwati dan P. Surjowardojo. 2016. Pengaruh Suhu Air

Pencucian Ambing dan Teat Dipping terhadap Jumlah Produksi, Kualitas

dan Jumlah Sel Somatik Susu pada Sapi Peranakan Friesian Holstein.

Buletin Peternakan, 40(1): 11-20.

Marilang. 2017. hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian.

Makassar: Indonesia Prime.

Naja, H. R. D. 2006. Seri Keterampilan Merancang Kontrak Bisnis. Jakarta: Citra

Aditya.

Nurtini, S dan M. Anggriani. 2014. Profil Peternakan Sapi Perah Rakyat di

Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada university Press.

Otoluwa, M. A., A. H. S. Salendu., A. K. Rintjap dan M. T. Massie. 2016.

Prospek Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Di Kecamatan

Bolangitang Timur Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Zootek, 36(1):

191–197.

Pranamyaditia, C. D. 2016. Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada

Pekerja Peternakan Sapi di PT X Cabang Kota Kediri. Occupational Safety

and Health. 5(1): 1-10.

Prayogo, C. 2017. Dukung Peternak Sapi, Kementan Terbitkan Regulasi

Penyediaan dan Peredaran Susu.

https://doi.org/https://www.wartaekonomi.co.id/read156021/dukung

peternak sapikementan-terbitkan-regulasi-penyediaan-dan-peredaran-

susu.html. [03 Semptember 2017].

Page 112: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

93

Puspitasari, M. A. 2008. Kajian Penerapan Good Farming Practices dan Good

Hygienic Practices pada KSU Jaya Abadi Kabupaten Blitar Jawa Timur.

Skripsi. Fakultas Peternakan: Institut Pertanian Bogor.

Rahmawati, K. 2018. Good Dairy Farming Practice (GDFP) Peternakan Sapi

Perah Daerah Urban dan Peri-Urban Kecamatan Lembang. Skripsi. Fakultas

Peternakan: Institut Pertanian Bogor.

Riski. P., Purwanto dan Atabany. 2016. Produksi dan Kualitas Susu Sapi FH

Laktasi yang diberi Pakan Daun Pelepah Sawit. Ilmu produksi dan teknologi

hasil peternakan, 4(3): 345-349.

Roberts, A. R dan G. J. Greene. 2009. Buku Pintar Pekerja Sosial. Jakarta:

Gunung Mulia.

Rosyidi, S. 2009. Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan Kepada Teori Ekonomi

Mikro dan Makro. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Saefullah, R., S. Marzuki dan M. Handayani. 2012. Komparasi Biaya dan

Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat Anggota Koperasi Unit

Desa (KUD) dan Non Anggota Koperasi Unit Desa di Kabupaten

Banyumas. Animal Agriculture, 1(1): 845-858.

Santosa, S. I., A. Setiadi dan R. Wulandari. 2013. Analisis Potensi Pengembangan

Usaha Peternakan Sapi Perah dengan Menggunakan Paradigma Agribisnis

di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali. Peternakan, 37(2): 125-135.

Sari, D. I. 2018. Analisis Depresiasi Aktiva Tetap Metode Garis Lurusdan Jumlah

Angka Tahun PT Adira Dinamika. Moneter, V(1): 86-92.

Setyono, D. J dan M. Ulfah. 2011. 7 Jurus Sukses Menjadi Peternak Ayam Ras

Pedaging. Jakarta: Penebar Swadaya.

Simamora, T., A. M. Fuath dan A. A. Atabany. 2015. Evaluasi Aspek Teknis

Peternakan Sapi Perah Rakyat di Kabupaten Karo Sumatera Utara. Ilmu

Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan, 3(1): 52-58.

Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Soekartawi. 2003. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Soetriono. 2015. Daya Saing Agribisnis Kopi Robusta. Malang: Surya Pena

Gemilang.

Subagyo, A. 2008. Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi.Jakarta: PT Elex Media

Komputindo.

Page 113: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

94

Sudono, A., R. F. Rosdiana dan B. S. Setiawan. 2008. Beternak Sapi Perah

Secara Intensif. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Susilorini, T. E., M. E. Sawitri. dan Muharlien. 2008. Budidaya 22 Ternak

Potensial. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sutardi, T. 1981. Sapi Perah dan Pemberian Makananya. Bogor: Fakultas

Peternakan IPB.

Sutarto, T. N. 2008. Beternak Sapi Perah. Jakarta: PT. Musi Perkasa Utama.

Syarif, E. K dan B. Harianto. 2011. Beternak dan Bisnis Sapi Perah. Jakarta:

PT. Agromedia Pustaka.

Tohar, M. 2000. Membuka Usaha Kecil. Yogyakarta: Kanisius.

Yusuf, A.M. 2014. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian

Gabungan. Jakarta: Kencana.

Page 114: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

95

LAMPIRAN

Lampiran A. Produksi Susu Segar semua Provinsi di Indonesia 2014-2017

Provinsinsi Tahun Rata-Rata

Produksi 2014 2015 2016 2017

Aceh 140,00 94,30 88,74 77,00 100,01

Sumatera Utara 783,00 776,16 1.014,48 1.403,00 994,16

Sumatera Barat 1.032,00 1.298,63 1.363,23 1.270,00 1.240,97

Riau 81,00 79,38 74,84 52,00 71,81

Jambi 18,00 8,50 6,82 12,00 11,33

Sumatera Selatan 95,00 124,25 127,25 112,00 114,63

Bengkulu 275,00 273,55 183,82 205,00 234,34

Lampung 223,00 678,16 669,33 618,00 547,12

Kep. Bangka Belitung 19,00 83,17 99,70 328,00 132,47

Kep. Riau 0,00 0,01 0,01 12,00 3,01

Dki Jakarta 5.170,00 4.768,68 4.725,56 5.418,00 5.020,56

Jawa Barat 258.999,00 249.946,95 302.559,48 310.461,00 280.491,61

Jawa Tengah 98.494,00 95.512,93 99.996,62 99.607,00 98.402,64

Di Yogyakarta 5.870,00 6.187,32 6.225,57 6.125,00 6.101,97

Jawa Timur 426.254,00 472.212,76 492.460,62 498.915,00 472.460,60

Banten 20,00 17,20 17,52 20,00 18,68

Nusa Tenggara Timur 0,00 0,04 0,04 31,00 7,77

Page 115: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

96

Lanjutan Lampiran A. Produksi Susu Segar semua Provinsi di Indonesia 2014-2017

Provinsinsi Tahun Rata-Rata

Produksi 2014 2015 2016 2017

Kalimantan Barat 42,00 34,99 43,20 62,00 45,55

Kalimantan Selatan 281,00 162,10 126,07 112,00 170,29

Kalimantan Timur 118,00 120,87 148,41 164,00 137,82

Sulawesi Selatan 2.635,00 2.727,00 2.752,20 3.053,00 2.791,80

Sulawesi Tenggara 13,00 17,65 27,95 51,00 27,40

Indonesia 800.749,00 835.124,60 912.735,00 920.093,43 867.175,51

Sumber: Badan Pusat Statistik (2018)

Page 116: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

97

Lampiran B. Rata-Rata Share Produksi Susu Segar Semua Provinsi di Indonesia Tahun 2014-2017

Provinsi Tahun Rata-Rata Share

2014 2015 2016 2017 % Rangking

Aceh 0,02 0,01 0,01 0,01 0,0117 15

Sumatera Utara 0,10 0,09 0,11 0,15 0,1136 8

Sumatera Barat 0,13 0,16 0,15 0,14 0,1429 7

Riau 0,01 0,01 0,01 0,01 0,0084 16

Jambi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,0013 22

Sumatera Selatan 0,01 0,01 0,01 0,01 0,0132 14

Bengkulu 0,03 0,03 0,02 0,02 0,0274 10

Lampung 0,03 0,08 0,07 0,07 0,0624 9

Kep. Bangka Belitung 0,00 0,01 0,01 0,04 0,0147 13

Kep. Riau 0,00 0,00 0,00 0,00 0,0003 26

Dki Jakarta 0,65 0,57 0,52 0,59 0,5808 5

Jawa Barat 32,34 29,93 33,15 33,74 32,2912 2

Jawa Tengah 12,30 11,44 10,96 10,83 11,3797 3

Di Yogyakarta 0,73 0,74 0,68 0,67 0,7054 4

Jawa Timur 53,23 56,54 53,95 54,22 54,4887 1

Banten 0,00 0,00 0,00 0,00 0,0022 20

Nusa Tenggara Timur 0,00 0,00 0,00 0,00 0,0008 23

Kalimantan Barat 0,01 0,00 0,00 0,01 0,0052 17

Kalimantan Selatan 0,04 0,02 0,01 0,01 0,0201 11

Page 117: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

98

Lanjutan Lampiran B. Rata-Rata Share Produksi Susu Segar Semua Provinsi di Indonesia Tahun 2014-2017

Provinsi Tahun Rata-Rata Share

2014 2015 2016 2017 % Rangking

Kalimantan Timur 0,01 0,01 0,02 0,02 0,0158 12

Sulawesi Selatan 0,33 0,33 0,30 0,33 0,3222 6

Sulawesi Tenggara 0,00 0,00 0,00 0,01 0,0031 19

Keterangan: Diolah oleh penulis dari lampiran A

Page 118: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

99

Lampiran C. Rata-Rata Pertumbuhan Susu Segar Semua Provinsi di Indonesia Tahun 2014-2017

Provinsi Rata-Rata Pertumbuhan

% Rangking 2014-2015 2015-2016 2016-2017

Aceh -32,64 -5,90 -13,23 -17,256 20

Sumatera Utara -0,87 30,71 38,30 22,710 6

Sumatera Barat 25,84 4,97 -6,84 7,991 9

Riau -2,00 -5,72 -30,52 -12,746 21

Jambi -52,78 -19,76 75,95 1,137 16

Sumatera Selatan 30,79 2,41 -11,98 7,073 10

Bengkulu -0,53 -32,80 11,52 -7,269 22

Lampung 204,11 -1,30 -7,67 65,046 2

Kep. Bangka Belitung 337,74 19,87 228,99 195,533 1

Kep. Riau 0,00 0,00 119,900 39,967 4

Dki Jakarta -7,76 -0,90 14,65 1,995 14

Jawa Barat -3,50 21,05 2,61 6,722 11

Jawa Tengah -3,03 4,69 -0,39 0,426 18

Di Yogyakarta 5,41 0,62 -1,62 1,470 15

Jawa Timur 10,78 4,29 1,31 5,460 12

Banten -14,00 1,86 14,16 0,672 17

Nusa Tenggara Timur 0,00 0,00 77,40 25,800 5

Kalimantan Barat -16,69 23,46 43,52 16,764 7

Kalimantan Selatan -42,31 -22,23 -11,16 -25,234 19

Page 119: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

100

Lanjutan Lampiran C. Rata-Rata Pertumbuhan Susu Segar Semua Provinsi di Indonesia Tahun 2014-2017

Provinsi Rata-Rata Pertumbuhan

% Rangking 2014-2015 2015-2016 2016-2017

Kalimantan Timur 2,43 22,78 10,50 11,907 8

Sulawesi Selatan 3,49 0,92 10,93 5,115 13

Sulawesi Tenggara 35,77 58,36 82,47 58,865 3

Keterangan: Diolah oleh penulis dari lampiran A

Page 120: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

101

Lampiran D. Produksi Susu Perah menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur 2014-2017

Kabupaten/Kota 2014 2015 2016 2017 Rata-Rata

Pacitan 185.881,00 206.985,00 297.045,00 397.860,00 271.942,75

Ponorogo 3.117.194,00 3.706.198,00 4.250.997,00 4.655.203,00 3.932.398,00

Trenggalek 6.566.350,00 9.433.426,00 6.842.185,00 9.609.168,00 8.112.782,25

Tulungagung 49.782.664,00 48.250.871,00 49.264.315,00 49.510.354,00 49.202.051,00

Blitar 26.790.979,00 27.786.722,00 29.175.082,00 34.313.406,00 29.516.547,25

Kediri 17.439.167,00 12.250.705,00 19.069.931,00 19.852.959,00 17.153.190,50

Malang 133.650.102,00 131.088.720,00 136.332.000,00 141.954.288,00 135.756.277,50

Lumajang 7.896.009,00 8.935.491,00 9.741.950,00 9.773.193,00 9.086.660,75

Jember 2.930.387,00 2.612.694,00 2.833.347,00 2.981.752,00 2.839.545,00

Banyuwangi 1.414.308,00 1.827.877,00 1.948.655,00 1.673.452,00 1.716.073,00

Bondowoso 50.250,00 48.817,00 60.533,00 39.054,00 49.663,50

Situbondo 419.555,00 258.881,00 425.686,00 429.591,00 383.428,25

Probolinggo 11.306.387,00 12.909.207,00 13.180.631,00 11.781.531,00 12.294.439,00

Pasuruan 125.512.378,00 164.853.563,00 169.584.921,00 160.824.184,00 155.193.761,50

Sidoarjo 7.355.557,00 6.687.950,00 7.092.156,00 7.742.400,00 7.219.515,75

Mojokerto 2.948.298,00 4.461.888,00 5.256.631,00 6.240.784,00 4.726.900,25

Jombang 8.435.028,00 9.091.706,00 9.320.170,00 9.040.936,00 8.971.960,00

Nganjuk 45.118,00 15.574,00 7.811,00 5.858,00 18.590,25

Madiun 222.972,00 347.578,00 384.679,00 363.026,00 329.563,75

Magetan 190.605,00 386.632,00 460.834,00 568.232,00 401.575,75

Ngawi 50.209,00 109.350,00 66.391,00 74.202,00 75.038,00

Bojonegoro 53.616,00 66.391,00 70.297,00 46.042,00 59.086,50

Tuban 729.339,00 369.058,00 307.851,00 173.789,00 395.009,25

Page 121: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

102

Lanjutan Lampiran D. Produksi Susu Perah Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur 2014-2017

Kabupaten/Kota Tahun

Rata-Rata 2014 2015 2016 2017

Lamongan 25.547,00 44.912,00 66.391,00 47.353,00 46.050,75

Gresik 928.845,00 878.709,00 876.756,00 986.106,00 917.604,00

Bangkalan 16.632,00 41.006,00 39.054,00 39.054,00 33.936,50

Sampang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Pamekasan 802,00 15.621,00 240,00 10.992,00 6.913,75

Sumenep 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Kota Kediri 440.173,00 449.118,00 433.496,00 220.654,00 385.860,25

Kota Blitar 474.672,00 593.617,00 603.380,00 546.360,00 554.507,25

Kota Malang 344.414,00 309.416,00 220.144,00 232.704,00 276.669,50

Kota Probolinggo 347.498,00 421.780,00 438.905,00 449.182,00 414.341,25

Kota Pasuruan 37.432,00 64.439,00 23.638,00 25.028,00 37.634,25

Kota Mojokerto 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Madiun 56.426,00 30.199,00 26.424,00 41.006,00 38.513,75

Kota Surabaya 759.903,00 1.058.356,00 1.095.457,00 931.472,00 961.297,00

Kota Batu 15.730.198,00 22.397.308,00 22.672.637,00 23.334.598,00 21.033.685,25

Jawa Timur 426.253.896,00 472.212.765,00 492.460.620,00 498.915.773,00 472.460.763,50

Sumber: Badan Pusat Statistik (2018)

Page 122: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

103

Lampiran E. Rata-Rata Share Produksi Susu Perah Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2014-2017

Kabupaten/Kota Share Produksi Susu Perah

Rata-Rata Rangking 2014 2015 2016 2017

Pacitan 0,04 0,04 0,06 0,08 0,06 26

Ponorogo 0,73 0,78 0,86 0,93 0,83 13

Trenggalek 1,54 2,00 1,39 1,93 1,71 10

Tulungagung 11,68 10,22 10,00 9,92 10,46 3

Blitar 6,29 5,88 5,92 6,88 6,24 4

Kediri 4,09 2,59 3,87 3,98 3,63 6

Malang 31,35 27,76 27,68 28,45 28,81 2

Lumajang 1,85 1,89 1,98 1,96 1,92 8

Jember 0,69 0,55 0,58 0,60 0,60 14

Banyuwangi 0,33 0,39 0,40 0,34 0,36 15

Bondowoso 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 29

Situbondo 0,10 0,05 0,09 0,09 0,08 23

Probolinggo 2,65 2,73 2,68 2,36 2,61 7

Pasuruan 29,45 34,91 34,44 32,23 32,76 1

Sidoarjo 1,73 1,42 1,44 1,55 1,53 11

Mojokerto 0,69 0,94 1,07 1,25 0,99 12

Jombang 1,98 1,93 1,89 1,81 1,90 9

Nganjuk 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 34

Madiun 0,05 0,07 0,08 0,07 0,07 24

Magetan 0,04 0,08 0,09 0,11 0,08 21

Ngawi 0,01 002 0,01 0,01 0,02 27

Bojonegoro 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 28

Tuban 0,17 0,08 0,06 0,03 0,09 20

Page 123: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

104

Lanjutan Lampiran E. Rata-Rata Share Produksi Susu Perah Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2014-2017

Kabupaten/Kota Tahun

Rata-Rata Rangking 2014 2015 2016 2017

Lamongan 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 30

Gresik 0,22 0,19 0,18 0,20 0,19 17

Bangkalan 0,00 0,01 0,01 0,01 0,01 33

Sampang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 36

Pamekasan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 35

Sumenep 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 36

Kota Kediri 0,10 0,10 0,09 0,04 0,08 22

Kota Blitar 0,11 0,13 0,12 0,11 0,12 18

Kota Malang 0,08 0,07 0,04 0,05 0,06 25

Kota Probolinggo 0,08 0,09 0,09 0,09 0,09 19

Kota Pasuruan 0,01 0,01 0,00 0,01 0,01 32

Kota Mojokerto 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 36

Madiun 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 31

Kota Surabaya 0,18 0,22 0,22 0,19 0,20 16

Kota Batu 3,69 4,74 4,60 4,68 4,43 5

Keterangan: Diolah oleh penulis dari lampiran D

Page 124: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

105

Lampiran F. Rata-Rata Pertumbuhan Susu Perah Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2014-2017

Kabupaten/Kota Pertumbuhan Sapi Perah (%)

Rata-Rata Rangking 2014-2015 2015-2016 2016-2017

Pacitan 11,35 43,51 33,94 29,60 6

Ponorogo 18,90 14,70 9,51 14,37 11

Trenggalek 43,66 -27,47 40,44 18,88 9

Tulungagung -3,08 2,10 0,50 -0,16 31

Blitar 3,72 5,00 17,61 8,78 17

Kediri -29,75 55,66 4,11 10,01 12

Malang -1,92 4,00 4,12 2,07 24

Lumajang 13,16 9,03 0,32 7,50 18

Jember -10,84 8,45 5,24 0,95 27

Banyuwangi 29,24 6,61 -14,12 7,24 19

Bondowoso -2,85 24,00 -35,48 -4,78 34

Situbondo -38,30 64,43 0,92 9,02 16

Probolinggo 14,18 2,10 -10,61 1,89 26

Pasuruan 31,34 2,87 -5,17 9,68 13

Sidoarjo -9,08 6,04 9,17 2,05 25

Mojokerto 51,34 17,81 18,72 29,29 7

Jombang 7,79 2,51 -3,00 2,43 22

Nganjuk -65,48 -49,85 -25,00 -46,78 38

Madiun 55,88 10,67 -5,63 20,31 8

Magetan 102,84 19,19 23,31 48,45 2

Ngawi 117,79 -39,29 11,77 30,09 5

Bojonegoro 23,83 5,88 -34,50 -1,60 33

Tuban -49,40 -16,58 -43,55 -36,51 37

Page 125: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

106

Lanjutan Lampiran F. Rata-Rata Pertumbuhan Susu Perah Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2014-2017

Kabupaten/Kota Tahun

Rata-Rata Rangking 2014-2015 2015-2016 2016-2017

Lamongan 75,80 47,82 -28,68 31,65 4

Gresik -5,40 -0,22 12,47 2,28 23

Bangkalan 146,55 -4,76 0,00 47,26 3

Sampang 0,00 0,00 0,00 0,00 28

Pamekasan 1.847,76 -98,46 4.480,00 2.076,43 1

Sumenep 0,00 0,00 0,00 0,00 28

Kota Kediri 2,03 -3,48 -49,10 -16,85 36

Kota Blitar 25,06 1,64 -9,45 5,75 20

Kota Malang -10,16 -28,85 5,71 -11,10 35

Kota Probolinggo 21,38 4,06 2,34 9,26 15

Kota Pasuruan 72,15 -63,32 5,88 4,90 21

Kota Mojokerto 0,00 0,00 0,00 0,00 28

Madiun -46,48 -12,50 55,18 -1,27 32

Kota Surabaya 39,28 3,51 -14,97 9,27 14

Kota Batu 42,38 1,23 2,92 15,51 10

Keterangan: Diolah oleh penulis dari lampiran D

Page 126: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

107

Lampiran G. Identitas Peternak Sapi Perah Kemitraan dengan Koperasi Galur Murni di Kabupaten Jember

No Nama

Usaha yang

di

Jalankan

Jenis

Kelamin

Usia

(Tahun)

Pendidikan

Terakhir

Lama

Usaha

(Tahun)

Jumlah Ternak (Ekor)

Total Sapi

Pedet

Sapi

Dara

Sapi

Jantan

Sapi

Laktasi

1 Saiful Kemitraan Laki-Laki 52 - 23 7 3 6 10 26

2 Junaidi Kemitraan Laki-Laki 43 SD 9 2 3 − 2 7

3 Ahmad Kusyairi Kemitraan Laki-Laki 41 SMK 14 3 − 9 8 20

4 Toli Kemitraan Laki-Laki 45 SMP 8 2 − − 1 3

5 Kasanun Kemitraan Laki-Laki 55 SD 9 2 − − 1 3

6 Halil Kemitraan Laki-Laki 54 - 13 1 − − 2 3

7 Junianto Kemitraan Laki-Laki 41 SMA 13 3 2 1 6 12

8 Yudi Kemitraan Laki-Laki 26 SMA 5 3 − − 1 4

9 Sugeng Kemitraan Laki-Laki 60 SD 5 2 − − 2 4

10 Samini Kemitraan Laki-Laki 72 SMP 11 4 − − 3 7

11 Samli Kemitraan Laki-Laki 50 SD 3 2 − − 2 4

12 Umar Kemitraan Laki-Laki 30 SMP 3 1 − − 2 3

13 Safi'i Kemitraan Laki-Laki 63 SD 8 1 − − 1 2

14 Saniman Kemitraan Laki-Laki 38 SD 8 − 1 − 1 2

15 Sanusi Kemitraan Laki-Laki 49 − 9 1 − − 1 2

16 Boby Kemitraan Laki-Laki 32 S1 Pertanian Unej 8 − − 3 17 20

17 Paidi Kemitraan Laki-Laki 53 SD 8 − 1 − 2 3

18 Masdar Kemitraan Laki-Laki 41 SMA 8 4 − 1 5 10

19 Edy Kemitraan Laki-Laki 41 SMA 5 2 − − 3 5

20 Solihin Kemitraan Laki-Laki 45 SMA 1 1 − − 3 4

21 Aris Kemitraan Laki-Laki 57 SMA 7 − − − 1 1

22 Elyasin Kemitraan Laki-Laki 55 SMA 5 − − − 2 2

Total 41 10 20 76 147

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 127: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

108

Lampiran H1 Persentase Aplikasi GDFP Aspek Kesehatan Ternak Peternak Kemitraan di Kabupaten Jember

No Nama Kesehatan Ternak

Sapi Tahan terhadap Cuaca Panas Sapi Bebas Dari Penyakit Memeriksa Ternaknya Secara Teratur

1 Saiful √ √ √

2 Junaidi √ √ √

3 Ahmad Kusyairi √ √ √

4 Toli √ √ √

5 Kasanun √ √ √

6 Halil √ √ √

7 Junianto √ √ √

8 Yudi √ √ √

9 Sugeng √ √ √

10 Samini √ √ √

11 Samli √ √ √

12 Umar √ √ √

13 Safi'i √ √ √

14 Saniman √ √ √

15 Sanusi √ √ √

16 Boby √ √ √

17 Paidi √ √ √

18 Masdar √ √ √

19 Edy √ √ √

20 Solihin √ √ √

21 Aris √ √ √

22 Elyasin √ √ √

Total Menerapkan (%) 100,00% 100,00% 100,00%

Rata-Rata(%) 100,00%

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 128: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

109

Lampiran H2 Persentase Aplikasi GDFP Aspek Manajemen Pemerahan Pada Peternak Kemitraan di Kabupaten Jember

No Nama

Manajemen Pemerahan

Pra Pemerahan Pemerahan Pasca

Pemerahan

Memberikan

Konsentrat

Membersih

kan Kandang

Memandikan

Sapi

Mengikat

Ekor Sapi

Mencuci

Ambing

Dengan Air

Hangat

Menggunakan

Tangan

Menggunakan

Mesin Perah

Putting Di

Rendam

Dengan

Larutan

Disinfektan

1 Saiful − √ √ √ − √ − √

2 Junaidi − √ √ √ − √ − −

3 Ahmad Kusyairi √ √ √ √ √ √ − √

4 Toli − √ √ − − √ − −

5 Kasanun − √ √ − − √ − −

6 Halil − √ √ √ − √ − −

7 Junianto − √ √ − − √ − √

8 Yudi − √ √ √ − √ − −

9 Sugeng − √ √ − − √ − −

10 Samini − √ √ √ − √ − −

11 Samli √ √ √ √ √ √ − √

12 Umar − √ √ − √ √ − √

13 Safi'i − √ √ − − √ − √

14 Saniman − √ √ √ − √ − √

15 Sanusi − √ √ − − √ − √

16 Boby √ √ √ − − √ − √

17 Paidi √ √ √ √ − √ − √

18 Masdar √ √ √ − − √ − √

19 Edy √ √ √ − − √ − −

20 Solihin − √ √ − − √ − −

21 Aris − √ √ √ − √ − −

22 Elyasin − √ √ √ − √ − −

Page 129: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

110

Lanjutan Lampiran H2 Persentase Aplikasi GDFP Aspek Manajemen Pemerahan Pada Peternak Kemitraan di Kabupaten Jember

No Nama

Manajemen Pemerahan

Pra Pemerahan Pemerahan Pasca

Pemerahan

Memberikan

Konsentrat

Membersih

kan Kandang

Memandikan

Sapi

Mengikat

Ekor Sapi

Mencuci

Ambing

Dengan Air

Hangat

Menggunakan

Tangan

Menggunakan

Mesin Perah

Putting Di

Rendam

Dengan

Larutan

Disinfektan

Total Menerapkan (%) 27,27% 100,00% 100,00% 50,00% 13,64% 100,00% 0,00% 50,00%

Rata-Rata (%) 58,18% 50,00% 50,00%

Jadi 52,73%

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 130: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

111

Lanjutan Lampiran H3 Persentase Aplikasi GDFP Aspek Nutrisi (Pakan dan Air) Pada Peternak Kemitraan di Kabupaten Jember

No Nama

Nutrisi (Pakan dan Air)

0-1 Minggu 1-4 Minggu 1-2 Bulan 2-3 Bulan 3-4 Bulan Sapi Setelah

Beranak

Memberikan

Kolustrum 3-4

Liter

Air Susu 6-8

Liter

Air Susu 3-4 Liter,

Pakan Pemula 0,5

kg, Hijauan 2-5 kg

Air Susu 4-5 liter,

Pakan Pemula 1 kg,

Hijauan 2-5 kg

Air Susu 2-4 lt, Pakan

Pemula 1 kg, Hijauan

2-5 kg

Telur 5 Butir,

Madu, Gula

Merah

1 Saiful √ √ − − − √

2 Junaidi √ √ − − − −

3 Ahmad Kusyairi √ √ − − − √

4 Toli √ √ − − − √

5 Kasanun √ √ − − − √

6 Halil √ √ − − − −

7 Junianto √ √ − − − √

8 Yudi √ √ − − − √

9 Sugeng √ √ − − − √

10 Samini √ √ − − − −

11 Samli √ √ − − − √

12 Umar √ √ − − − √

13 Safi'i √ √ − − − √

14 Saniman √ √ − − − √

15 Sanusi √ √ − − − √

16 Boby √ √ − − − √

17 Paidi √ √ − − − √

18 Masdar √ √ − − − √

19 Edy √ √ − − − −

20 Solihin √ √ − − − √

21 Aris √ √ − − − √

22 Elyasin √ √ − − − −

Total Menerapkan (%) 100,00% 100,00% 0,00% 0,00% 0,00% 77,27%

Rata-Rata(%) 46,21%

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 131: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

112

Lampiran H4 Persentase Aplikasi GDFP Aspek Kesejahteraan Ternak Pada Peternak Kemitraan di Kabupaten Jember

No Nama

Kesejahteraan Ternak

Bebas Dari Rasa

Lapar dan Haus

Bebas Dari Rasa Tidak

Nyaman

Bebas Dari Rasa

Sakit,Luka dan Penyakit

Bebas Mengekspresikan

Tingkah Laku Alamiah

1 Saiful √ √ √ √

2 Junaidi √ √ √ √

3 Ahmad Kusyairi √ √ √ √

4 Toli √ √ √ √

5 Kasanun √ √ √ √

6 Halil √ √ √ √

7 Junianto √ √ √ √

8 Yudi √ √ √ √

9 Sugeng √ √ √ √

10 Samini √ √ √ √

11 Samli √ √ √ √

12 Umar √ √ √ √

13 Safi'i √ √ √ √

14 Saniman √ √ √ √

15 Sanusi √ √ √ √

16 Boby √ √ √ √

17 Paidi √ √ √ √

18 Masdar √ √ √ √

19 Edy √ √ √ √

20 Solihin √ √ √ √

21 Aris √ √ √ √

22 Elyasin √ √ √ √

Total Menerapkan (%) 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%

Rata-Rata(%) 100,00%

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 132: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

113

Lampiran H5 Persentase Aplikasi GDFP Aspek Lingkungan Pada Peternak Kemitraan di Kabupaten Jember

No Nama Lingkungan

Mendaur Ulang Kotoran Memiliki Tempat Pembuangan Kotoran

1 Saiful − −

2 Junaidi − −

3 Ahmad Kusyairi − −

4 Toli − √

5 Kasanun − √

6 Halil − −

7 Junianto √ √

8 Yudi − √

9 Sugeng − √

10 Samini − −

11 Samli − −

12 Umar − −

13 Safi'i − −

14 Saniman − −

15 Sanusi − −

16 Boby √ √

17 Paidi − −

18 Masdar − √

19 Edy − −

20 Solihin − −

21 Aris − −

22 Elyasin − −

Total Menerapkan (%) 9,09% 31,82%

Rata-Rata(%) 20,45%

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 133: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

114

Lampiran H6 Persentase Aplikasi GDFP Aspek Manajemen Sosial Ekonomi Pada Peternak Kemitraan di Kabupaten Jember

No Nama

Manajemen Sosial Ekonomi

Implementasi Manajemen SDM yang

Efektif dan Bertanggung Jawab

Menjamin di dalam peternakan di

lakukan dengan aman Manajemen Keuangan

1 Saiful √ √ −

2 Junaidi − √ −

3 Ahmad Kusyairi √ √ −

4 Toli − √ √

5 Kasanun − √ √

6 Halil − √ √

7 Junianto − √ −

8 Yudi − √ √

9 Sugeng − √ √

10 Samini − √ −

11 Samli − √ √

12 Umar − √ √

13 Safi'i − √ √

14 Saniman − √ √

15 Sanusi − √ √

16 Boby √ √ √

17 Paidi − √ √

18 Masdar √ √ −

19 Edy − √ √

20 Solihin − √ −

21 Aris − √ −

22 Elyasin − √ −

Total Menerapkan (%) 18,18% 100,00% 59,09%

Rata-Rata(%) 59,09%

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 134: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

115

Lampiran I1 Biaya Tetap Penyusutan Kandang Peternak Kemitraan di Kabupaten Jember

No Nama

a b

c d = (axb)/c

Harga Jumlah Umur Pemakaian

(Tahun)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Biaya Penyusutan

(Tahun)

1 Saiful 30.000.000 1 3 10 3.000.000

2 Junaidi 10.000.000 1 9 10 1.000.000

3 Ahmad Kusyairi 25.000.000 1 4 10 2.500.000

4 Toli 2.500000 1 8 10 250.000

5 Kasanun 2.500.000 1 9 10 250.000

6 Halil 3.000.000 1 3 10 300.000

7 Junianto 25.000.000 1 3 10 2.500.000

8 Yudi 3.400.000 1 5 10 340.000

9 Sugeng 3.400.000 1 5 10 340.000

10 Samini 7.000.000 1 1 10 700.000

11 Samli 3.500.000 1 3 10 350.000

12 Umar 3.000.000 1 3 10 300.000

13 Safi'i 1.500.000 1 8 10 150.000

14 Saniman 2.500.000 1 8 10 250.000

15 Sanusi 2.000.000 1 9 10 200.000

16 Boby 25.000.000 1 8 10 2.500.000

17 Paidi 3.000.000 1 8 10 300.000

18 Masdar 20.000.000 1 8 10 2.000.000

19 Edy 3.500.000 1 5 10 350.000

20 Solihin 5.000.000 1 1 10 500.000

21 Aris 2.000.000 1 7 10 200.000

22 Elyasin 2.500.000 1 5 10 250.000

Total

18.530.000

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 135: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

116

Lampiran I2 Biaya Tetap Penyusutan Milkcan Peternak Kemitraan di Kabupaten Jember

No Nama

a b

c d = (axb)/c

Harga Jumlah Umur Pemakaian

(Tahun)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Biaya Penyusutan

Per Tahun

1 Saiful 500.000 7 3 5 700.000

2 Junaidi 150.000 2 4 5 60.000

3 Ahmad Kusyairi 500.000 4 4 5 400.000

4 Toli 400.000 1 3 5 80.000

5 Kasanun 500.000 1 4 5 100.000

6 Halil 500.000 1 3 5 100.000

7 Junianto 500.000 3 3 5 300.000

8 Yudi 400.000 1 1 5 80.000

9 Sugeng 400.000 1 1 5 80.000

10 Samini 500.000 2 1 5 200.000

11 Samli 500.000 1 3 5 100.000

12 Umar 400.000 1 3 5 80.000

13 Safi'i 450.000 1 3 5 90.000

14 Saniman 500.000 1 3 5 100.000

15 Sanusi 500.000 1 4 5 100.000

16 Boby 500.000 6 3 5 600.000

17 Paidi 500.000 1 3 5 100.000

18 Masdar 500.000 2 3 5 200.000

19 Edy 500.000 1 1 5 100.000

20 Solihin 690.000 1 1 5 138.000

21 Aris 500.000 1 2 5 100.000

22 Elyasin 450.000 1 1 5 90.000

Total

3.898.000

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 136: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

117

Lampiran I3 Biaya Tetap Penyusutan Timba Peternak Kemitraan di Kabupaten Jember

No Nama

a b

c d = (axb)/c

Harga Jumlah Umur Pemakaian

(Tahun)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Biaya Penyusutan

Per Tahun

1 Saiful 180.000 2 3 5 72.000

2 Junaidi 100.000 1 4 5 20.000

3 Ahmad Kusyairi 150.000 1 4 5 30.000

4 Toli − − − − −

5 Kasanun − − − − −

6 Halil − − − − −

7 Junianto 150.000 1 3 5 30.000

8 Yudi 100.000 1 1 5 20.000

9 Sugeng − −

− −

10 Samini 450.000 1 1 5 90.000

11 Samli 300.000 1 3 5 60.000

12 Umar 150.000 1 3 5 30.000

13 Safi'i − − − − −

14 Saniman − − − − −

15 Sanusi − − − − −

16 Boby 300.000 3 3 5 180.000

17 Paidi 300.000 1 3 5 60.000

18 Masdar 300.000 1 3 5 60.000

19 Edy 300.000 1 1 5 60.000

20 Solihin 250.000 1 1 5 50.000

21 Aris 100.000 1 2 5 20.000

22 Elyasin 100.000 1 1 5 20.000

Total

802.000

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 137: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

118

Lampiran I4 Biaya Tetap Penyusutan Selang Air Peternak Kemitraan di Kabupaten Jember

No Nama

a b

c d = (axb)/c

Harga Jumlah

(Meter)

Umur Pemakaian

(Tahun)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Biaya Penyusutan

Per Tahun

1 Saiful 3.000 27 3 5 16.200

2 Junaidi 5.000 15 4 5 15.000

3 Ahmad Kusyairi 3.000 23 4 5 13.800

4 Toli 3.500 6 3 5 4.200

5 Kasanun 3.000 6 4 5 3.600

6 Halil 3.500 6 3 5 4.200

7 Junianto 3.000 19 3 5 11.400

8 Yudi 3.000 6 1 5 3.600

9 Sugeng 3.000 6 1 5 3.600

10 Samini 5.000 10 1 5 10.000

11 Samli 3.000 6 3 5 3.600

12 Umar 3.500 6 3 5 4.200

13 Safi'i 2.500 6 3 5 3.000

14 Saniman 3.000 6 3 5 3.600

15 Sanusi 2.500 6 4 5 3.000

16 Boby 4.000 23 3 5 18.400

17 Paidi 4.000 15 3 5 12.000

18 Masdar 4.000 18 3 5 14.400

19 Edy 3.500 7 1 5 4.900

20 Solihin 3.000 13 1 5 7.800

21 Aris 2.500 5 2 5 2.500

22 Elyasin 2.500 5 1 5 2.500

Total

165.500

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 138: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

119

Lampiran I5 Biaya Tetap Penyusutan Sekrop Peternak Kemitraan di Kabupaten Jember

No Nama

a b

c d = (axb)/c

Harga Jumlah Umur Pemakaian

(Tahun)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Biaya Penyusutan

Per Tahun

1 Saiful 60.000 1 2 3 20.000

2 Junaidi 25.000 1 1 3 8.333

3 Ahmad Kusyairi − − − − −

4 Toli − − − − −

5 Kasanun − − − − −

6 Halil − − − − −

7 Junianto 60.000 1 1 3 20.000

8 Yudi − − − − −

9 Sugeng 45.000 1 2 3 15.000

10 Samini − − − − −

11 Samli − − − − −

12 Umar − − − − −

13 Safi'i − − − − −

14 Saniman − − − − −

15 Sanusi − − − − −

16 Boby 400.000 2 1 3 266.667

17 Paidi 400.000 1 1 3 133.333

18 Masdar 400.000 1 1 3 133.333

19 Edy − − − − −

20 Solihin − − − − −

21 Aris − − − − −

22 Elyasin − − − − −

Total

596.667

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 139: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

120

Lampiran I6 Biaya Tetap Penyusutan Sikat Peternak Kemitraan di Kabupaten Jember

No Nama

a b

c d = (axb)/c

Harga Jumlah Umur Pemakaian

(Tahun)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Biaya Penyusutan

Per Tahun

1 Saiful 21.000 1 2 3 7.000

2 Junaidi 20.000 1 1 3 6.667

3 Ahmad Kusyairi 5.000 4 2 3 6.667

4 Toli 10.000 1 2 3 3.333

5 Kasanun 6.000 1 1 3 2.000

6 Halil 7000 1 1 3 2.333

7 Junianto 10.000 2 2 3 6.667

8 Yudi 6.000 1 1 3 2.000

9 Sugeng 3.000 2 2 3 2.000

10 Samini 7.000 1 1 3 2.333

11 Samli 6.000 1 1 3 2.000

12 Umar 4.000 1 2 3 1.333

13 Safi'i 6.000 1 2 3 2.000

14 Saniman 10.000 1 2 3 3.333

15 Sanusi 9.000 1 1 3 3.000

16 Boby 25.000 3 1 3 25.000

17 Paidi 25.000 1 1 3 8.333

18 Masdar 25.000 2 1 3 16.667

19 Edy 6.000 1 2 3 2.000

20 Solihin 12.000 1 1 3 4.000

21 Aris 9.000 1 1 3 3.000

22 Elyasin 8.000 1 2 3 2.667

Total

114.333

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 140: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

121

Lampiran I7 Biaya Tetap Penyusutan Kereta Dorong/Argo Peternak Kemitraan di Kabupaten Jember

No Nama

a b

c d = (axb)/c

Harga Jumlah Umur Pemakaian

(Tahun)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Biaya Penyusutan

Per Tahun

1 Saiful 600.000 1 1 5 120.000

2 Junaidi − − − − −

3 Ahmad Kusyairi − − − − −

4 Toli − − − − −

5 Kasanun − − − − −

6 Halil − − − − −

7 Junianto 500.000 1 3 5 100.000

8 Yudi − − − − −

9 Sugeng 400.000 1 3 5 80.000

10 Samini − − − − −

11 Samli − − − − −

12 Umar − − − − −

13 Safi'i − − − − −

14 Saniman 500.000 1 3 5 100.000

15 Sanusi − − − − −

16 Boby 400.000 2 3 5 160.000

17 Paidi − − − − −

18 Masdar 400.000 1 3 5 80.000

19 Edy − − − − −

20 Solihin − − − − −

21 Aris − − − − −

22 Elyasin − − − − −

Total

640.000

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 141: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

122

Lampiran I8 Biaya Tetap Penyusutan Arit/Sabit Peternak Kemitraan di Kabupaten Jember

No Nama

a b

c d = (axb)/c

Harga Jumlah Umur Pemakaian

(Tahun)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Biaya Penyusutan

Per Tahun

1 Saiful 75.000 1 2 4 18.750

2 Junaidi 50.000 3 1 4 37.500

3 Ahmad Kusyairi 60.000 3 2 4 45.000

4 Toli 60.000 1 3 4 15.000

5 Kasanun 85.000 1 1 4 21.250

6 Halil 60.000 1 1 4 15.000

7 Junianto 65.000 1 1 4 16.250

8 Yudi 50.000 2 3 4 25.000

9 Sugeng 70.000 1 1 4 17.500

10 Samini 60.000 2 2 4 30.000

11 Samli 80.000 1 3 4 20.000

12 Umar 90.000 1 3 4 22.500

13 Safi'i 45.000 1 1 4 11.250

14 Saniman 60.000 1 1 4 15.000

15 Sanusi 60.000 1 2 4 15.000

16 Boby 150.000 3 1 4 112.500

17 Paidi 150.000 1 1 4 37.500

18 Masdar 100.000 1 1 4 25.000

19 Edy 100.000 1 2 4 25.000

20 Solihin 95.000 1 1 4 23.750

21 Aris 80.000 1 3 4 20.000

22 Elyasin 75.000 1 1 4 18.750

Total

587.500

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 142: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

123

Lampiran I9 Biaya Tetap Penyusutan Tampar Peternak Kemitraan di Kabupaten Jember

No Nama

a b

c d = (axb)/c

Harga Jumlah

(Meter)

Umur Pemakaian

(Tahun)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Biaya Penyusutan

Per Tahun

1 Saiful 1.700 57 6 10 9.690

2 Junaidi 1.500 21 9 10 3.150

3 Ahmad Kusyairi 2.000 51 4 10 10.200

4 Toli 4.000 3 8 10 1.200

5 Kasanun 5.000 3 9 10 1.500

6 Halil 3.000 6 3 10 1.800

7 Junianto 2.500 27 3 10 6.750

8 Yudi 3.000 3 5 10 900

9 Sugeng 2.500 6 5 10 1.500

10 Samini 3.000 9 1 10 2.700

11 Samli 3.000 6 3 10 1.800

12 Umar 3.500 6 3 10 2.100

13 Safi'i 2.500 3 8 10 750

14 Saniman 2.000 6 8 10 1.200

15 Sanusi 4.000 3 9 10 1.200

16 Boby 4.000 60 8 10 24.000

17 Paidi 4.000 9 8 10 3.600

18 Masdar 3.500 24 8 10 8.400

19 Edy 3.000 9 5 10 2.700

20 Solihin 2.500 9 1 10 2.250

21 Aris 2.500 3 7 10 750

22 Elyasin 3.000 6 5 10 1.800

Total

89.940

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 143: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

124

Lampiran I10 Biaya Tetap Penyusutan Sapi Perah Kemitraan di Kabupaten Jember

No Nama

a b

c d = (axb)/c

Harga Jumlah Umur Pemakaian

(Tahun)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Biaya Penyusutan

(Tahun)

1 Saiful 12.000.000 4 3 10 4.800.000

2 Junaidi 9.000.000 3 9 10 2.700.000

3 Ahmad Kusyairi 14.000.000 4 4 10 5.600.000

4 Toli 10.000.000 1 8 10 1.000.000

5 Kasanun 13.000.000 1 9 10 1.300.000

6 Halil 12.000.000 1 3 10 1.200.000

7 Junianto 14.000.000 1 3 10 1.400.000

8 Yudi 13.000.000 1 5 10 1.300.000

9 Sugeng 10.000.000 2 5 10 2.000.000

10 Samini 10.000.000 2 1 10 2.000.000

11 Samli 12.000.000 2 3 10 2.400.000

12 Umar 13.000.000 2 3 10 2.600.000

13 Safi'i 12.500.000 1 8 10 1.250.000

14 Saniman 12.000.000 1 8 10 1.200.000

15 Sanusi 12.000.000 1 9 10 1.200.000

16 Boby 10.000.000 8 8 10 8.000.000

17 Paidi 12.500.000 2 8 10 2.500.000

18 Masdar 12.000.000 3 8 10 3.600.000

19 Edy 12.000.000 2 5 10 2.400.000

20 Solihin 12.500.000 3 1 10 3.750.000

21 Aris 13.000.000 1 7 10 1.300.000

22 Elyasin 11.000.000 2 5 10 2.200.000

Total

55.700.000

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 144: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

125

Lampiran I11 Biaya Tetap Pajak Kemitraan di Kabupaten Jember

No Nama Harga/Bulan Harga/Tahun

1 Saiful 30.000 360.000

2 Junaidi 10.000 120.000

3 Ahmad Kusyairi 20.000 240.000

4 Toli 5.000 60.000

5 Kasanun 5.000 60.000

6 Halil 5.000 60.000

7 Junianto 15.000 180.000

8 Yudi 5.000 60.000

9 Sugeng 5.000 60.000

10 Samini 5.000 60.000

11 Samli 5.000 60.000

12 Umar 5.000 60.000

13 Safi'i 5.000 60.000

14 Saniman 5.000 60.000

15 Sanusi 5.000 60.000

16 Boby 25.000 300.000

17 Paidi 5.000 60.000

18 Masdar 15.000 180.000

19 Edy 5.000 60.000

20 Solihin 5.000 60.000

21 Aris 5.000 60.000

22 Elyasin 5.000 60.000

Total

2.340.000

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 145: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

126

Lampiran I12 Total Biaya Tetap Kemitraan di Kabupaten Jember

No Nama TFC

1 Saiful 9.123.640

2 Junaidi 3.970.650

3 Ahmad Kusyairi 8.845.667

4 Toli 1.413.733

5 Kasanun 1.738.350

6 Halil 1.683.333

7 Junianto 4.571.067

8 Yudi 1.831.500

9 Sugeng 2.599.600

10 Samini 3.095.033

11 Samli 2.997.400

12 Umar 3.100.133

13 Safi'i 1.567.000

14 Saniman 1.733.133

15 Sanusi 1.582.200

16 Boby 12.186.567

17 Paidi 3.214.767

18 Masdar 6.317.800

19 Edy 3.004.600

20 Solihin 4.535.800

21 Aris 1.706.250

22 Elyasin 2.645.717

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 146: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

127

Lampiran J1 Biaya Variabel Pakan Hijauan Sapi Perah Peternak Kemitraan di Kabupaten Jember

No Nama Jumlah (Kg) Harga (Rp) Total

1 Saiful 109.440 250 27.360.000

2 Junaidi 27.000 650 17.550.000

3 Ahmad Kusyairi 67.320 250 16.830.000

4 Toli 4.320 600 2.592.000

5 Kasanun 6.120 550 3.366.000

6 Halil 10.800 650 7.020.000

7 Junianto 64.800 250 16.200.000

8 Yudi 6.480 600 3.888.000

9 Sugeng 10.800 650 7.020.000

10 Samini 17.280 650 11.232.000

11 Samli 10.800 650 7.020.000

12 Umar 6.480 550 3.564.000

13 Safi'i 7.200 650 4.680.000

14 Saniman 10.800 650 7.020.000

15 Sanusi 5.400 650 3.510.000

16 Boby 216.000 250 54.000.000

17 Paidi 32.400 600 19.440.000

18 Masdar 86.400 250 21.600.000

19 Edy 43.200 550 23.760.000

20 Solihin 32.400 500 16.200.000

21 Aris 10.800 600 6.480.000

22 Elyasin 28.800 500 14.400.000

Jumlah 815.040

294.732.000

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 147: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

128

Lampiran J2 Biaya Variabel Pakan Ampas Tahu Sapi Perah Peternak Kemitraan di Kabupaten Jember

No Nama Jumlah (Kg) Harga (Rp) Total

1 Saiful 102.600 600 61.560.000

2 Junaidi 27.000 300 8.100.000

3 Ahmad Kusyairi 73.440 600 44.064.000

4 Toli 5.400 300 1.620.000

5 Kasanun 4.320 300 1.296.000

6 Halil 7.200 500 3.600.000

7 Junianto 36.000 300 10.800.000

8 Yudi 2.400 500 1.200.000

9 Sugeng 18.000 300 5.400.000

10 Samini 23.400 300 7.020.000

11 Samli 18.000 300 5.400.000

12 Umar 2.400 500 1.200.000

13 Safi'i 7.200 300 2.160.000

14 Saniman 5.400 300 1.620.000

15 Sanusi 5.400 300 1.620.000

16 Boby − − −

17 Paidi − − −

18 Masdar − − −

19 Edy − − −

20 Solihin 5.400 600 3.240.000

21 Aris 2.520 300 756.000

22 Elyasin 14.400 300 4.320.000

Jumlah 360.480

164.976.000

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 148: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

129

Lampiran J3 Biaya Variabel Pakan Konsentrat Sapi Perah Peternak Kemitraan di Kabupaten Jember

No Nama Jumlah (Kg) Harga (Rp) Total

1 Saiful − − −

2 Junaidi − − −

3 Ahmad Kusyairi 14.400 3.800 54.720.000

4 Toli − − −

5 Kasanun − − −

6 Halil − − −

7 Junianto − − −

8 Yudi − − −

9 Sugeng − − −

10 Samini − − −

11 Samli 4.320 3.500 15.120.000

12 Umar − − −

13 Safi'i − − −

14 Saniman − − −

15 Sanusi − − −

16 Boby 25.200 3.200 80.640.000

17 Paidi 3.600 3.200 11.520.000

18 Masdar 7.200 3.200 23.040.000

19 Edy 6.480 3.200 20.736.000

20 Solihin − − −

21 Aris − − −

22 Elyasin − − −

Jumlah 61.200

205.776.000

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 149: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

130

Lampiran J4 Biaya Variabel Kesehatan Sapi Perah Peternak Kemitraan di Kabupaten Jember

No Nama Jumlah (Tahun) Harga (Rp) Total

1 Saiful 4 20.000 80.000

2 Junaidi 1 15.000 15.000

3 Ahmad Kusyairi 2 30.000 60.000

4 Toli 1 35.000 35.000

5 Kasanun 1 25.000 25.000

6 Halil 2 25.000 50.000

7 Junianto 3 30.000 90.000

8 Yudi 2 35.000 70.000

9 Sugeng 1 30.000 30.000

10 Samini 3 35.000 105.000

11 Samli 2 50.000 100.000

12 Umar 2 50.000 100.000

13 Safi'i 1 50.000 50.000

14 Saniman 1 50.000 50.000

15 Sanusi 1 50.000 50.000

16 Boby 5 35.000 175.000

17 Paidi 2 35.000 70.000

18 Masdar 4 30.000 120.000

19 Edy 2 35.000 70.000

20 Solihin 1 30.000 30.000

21 Aris 1 30.000 30.000

22 Elyasin 1 35.000 35.000

Jumlah

1.440.000

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 150: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

131

Lampiran J5 Biaya Variabel IB Sapi Perah Peternak Kemitraan di Kabupaten Jember

No Nama Jumlah(Tahun) Harga (Rp) Total

1 Saiful 4 30.000 120.000

2 Junaidi 2 30.000 60.000

3 Ahmad Kusyairi 4 25.000 100.000

4 Toli 1 30.000 30.000

5 Kasanun 1 30.000 30.000

6 Halil 2 35.000 70.000

7 Junianto 3 30.000 90.000

8 Yudi 1 30.000 30.000

9 Sugeng 2 35.000 70.000

10 Samini 3 35.000 105.000

11 Samli 1 40.000 40.000

12 Umar 1 35.000 35.000

13 Safi'i 1 35.000 35.000

14 Saniman 1 30.000 30.000

15 Sanusi 1 35.000 35.000

16 Boby 7 35.000 245.000

17 Paidi 2 40.000 80.000

18 Masdar 4 35.000 140.000

19 Edy 2 50.000 100.000

20 Solihin 3 35.000 105.000

21 Aris 1 40.000 40.000

22 Elyasin 2 40.000 80.000

Jumlah

1.670.000

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 151: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

132

Lampiran J6 Biaya Variabel Tenaga Kerja Sapi Perah Peternak Kemitraan di Kabupaten Jember

No Nama Jumlah TK Gaji(Rp/Hari) Gaji (Rp/Tahun)

1 Saiful 1 50.000 18.000.000

2 Junaidi − − −

3 Ahmad Kusyairi 1 30.000 10.800.000

4 Toli − − −

5 Kasanun − − −

6 Halil − − −

7 Junianto − − −

8 Yudi − − −

9 Sugeng − − −

10 Samini − − −

11 Samli − − −

12 Umar − − −

13 Safi'i − − −

14 Saniman − − −

15 Sanusi − − −

16 Boby 2 50.000 36.000.000

17 Paidi − − −

18 Masdar 1 50.000 18.000.000

19 Edy − − −

20 Solihin − − −

21 Aris − − −

22 Elyasin − − −

Jumlah

82.800.000

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 152: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

133

Lampiran J7 Biaya Variabel Transportasi Sapi Perah Peternak Kemitraan di Kabupaten Jember

No Nama Jumlah Liter/Bulan Jumlah Liter/Tahun Harga (Rp) Total

1 Saiful 12 144 6.500 936.000

2 Junaidi 8 96 6.500 624.000

3 Ahmad Kusyairi 60 720 6.500 4.680.000

4 Toli 30 360 6.500 2.340.000

5 Kasanun 30 360 6.500 2.340.000

6 Halil 30 360 6.500 2.340.000

7 Junianto 60 720 6.500 4.680.000

8 Yudi 30 360 6.500 2.340.000

9 Sugeng 60 720 6.500 4.680.000

10 Samini 60 720 6.500 4.680.000

11 Samli 60 720 6.500 4.680.000

12 Umar 30 360 6.500 2.340.000

13 Safi'i 4 48 6.500 312.000

14 Saniman 4 48 6.500 312.000

15 Sanusi 4 48 6.500 312.000

16 Boby 90 1,080 6.500 7.020.000

17 Paidi 60 720 6.500 4.680.000

18 Masdar 90 1,080 6.500 7.020.000

19 Edy 30 360 6.500 2.340.000

20 Solihin 60 720 6.500 4.680.000

21 Aris 60 720 6.500 4.680.000

22 Elyasin 60 720 6.500 4.680.000

Jumlah

72.696.000

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 153: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

134

Lampiran J8 Biaya Variabel Listrik Sapi Perah Peternak Kemitraan di Kabupaten Jember

No Nama Harga/Bulan Harga/Tahun

1 Saiful 125.000 1.500.000

2 Junaidi 15.000 180.000

3 Ahmad Kusyairi 100.000 1.200.000

4 Toli 10.000 120.000

5 Kasanun 10.000 120.000

6 Halil 10.000 120.000

7 Junianto 50.000 600.000

8 Yudi 10.000 120.000

9 Sugeng 10.000 120.000

10 Samini 35.000 420.000

11 Samli 10.000 120.000

12 Umar 10.000 120.000

13 Safi'i 5.000 60.000

14 Saniman 10.000 120.000

15 Sanusi 10.000 120.000

16 Boby 100.000 1.200.000

17 Paidi 20.000 240.000

18 Masdar 25.000 300.000

19 Edy 15.000 180.000

20 Solihin 10.000 120.000

21 Aris 5.000 60.000

22 Elyasin 5.000 60.000

Jumlah

7.200.000

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 154: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

135

Lampiran J9 Total Biaya Variabel Sapi Perah Peternak Kemitraan di Kabupaten Jember

No Nama TVC

1 Saiful 109.556.000

2 Junaidi 26.529.000

3 Ahmad Kusyairi 132.454.000

4 Toli 6.737.000

5 Kasanun 7.177.000

6 Halil 13.200.000

7 Junianto 32.460.000

8 Yudi 7.648.000

9 Sugeng 17.320.000

10 Samini 23.562.000

11 Samli 32.480.000

12 Umar 7.359.000

13 Safi'i 7.297.000

14 Saniman 9.152.000

15 Sanusi 5.647.000

16 Boby 179.280.000

17 Paidi 36.030.000

18 Masdar 70.220.000

19 Edy 47.186.000

20 Solihin 24.375.000

21 Aris 12.046.000

22 Elyasin 23.575.000

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 155: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

136

Lampiran K Total Biaya Sapi Perah Peternak Kemitraan di Kabupaten Jember

No Nama TFC(1) TVC(2) TC

1 Saiful 9.123.640 109.556.000 118.679.640

2 Junaidi 3.970.650 26.529.000 30.499.650

3 Ahmad Kusyairi 8.845.667 132.454.000 141.299.667

4 Toli 1.413.733 6.737.000 8.150.733

5 Kasanun 1.738.350 7.177.000 8.915.350

6 Halil 1.683.333 13.200.000 14.883.333

7 Junianto 4.571.067 32.460.000 37.031.067

8 Yudi 1.831.500 7.648.000 9.479.500

9 Sugeng 2.599.600 17.320.000 19.919.600

10 Samini 3.095.033 23.562.000 26.657.033

11 Samli 2.997.400 32.480.000 35.477.400

12 Umar 3.100.133 7.359.000 10.459.133

13 Safi'i 1.567.000 7.297.000 8.864.000

14 Saniman 1.733.133 9.152.000 10.885.133

15 Sanusi 1.582.200 5.647.000 7.229.200

16 Boby 12.186.567 179.280.000 191.466.567

17 Paidi 3.214.767 36.030.000 39.244.767

18 Masdar 6.317.800 70.220.000 76.537.800

19 Edy 3.004.600 47.186.000 50.190.600

20 Solihin 4.535.800 24.375.000 28.910.800

21 Aris 1.706.250 12.046.000 13.752.250

22 Elyasin 2.645.717 23.575.000 26.220.717

Sumber: Data primer di olah (2019)

Keterangan: (1) Dari lampiran I12, (2) Dari Lampiran J9

Page 156: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

137

Lampiran L Penerimaan Penjualan Susu Sapi Perah Peternak Kemitraan di Kabupaten Jember

No Nama Liter/Tahun Harga/Liter Total

1 Saiful 30.600 5.000 153.000.000

2 Junaidi 6.120 5.000 30.600.000

3 Ahmad Kusyairi 28.800 5.000 144.000.000

4 Toli 2.880 4.800 13.824.000

5 Kasanun 2.880 4.800 13.824.000

6 Halil 4.680 5.000 23.400.000

7 Junianto 10.800 5.000 54.000.000

8 Yudi 1.980 5.000 9.900.000

9 Sugeng 5.040 5.000 25.200.000

10 Samini 8.640 5.000 43.200.000

11 Samli 8.640 5.000 43.200.000

12 Umar 2.160 5.000 10.800.000

13 Safi'i 2.520 5.000 12.600.000

14 Saniman 2.880 4.800 13.824.000

15 Sanusi 1.800 4.800 8.640.000

16 Boby 48.960 5.000 244.800.000

17 Paidi 8.640 5.000 43.200.000

18 Masdar 21.600 5.000 108.000.000

19 Edy 12.960 5.000 64.800.000

20 Solihin 8.640 5.000 43.200.000

21 Aris 2.880 5.000 14.400.000

22 Elyasin 6.120 5.000 30600.000

Jumlah 230.220

1.149.012.000

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 157: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

138

Lampiran M Total Biaya, Total Penerimaan, Keuntungan dan Efisiensi Penggunaan Biaya Sapi Perah Peternak Kemitraan di Kabupaten Jember

No Nama a b c = a-b

Efisiensi R/C TR(1) TC(2) Keuntungan

1 Saiful 153.000.000 118.679.640 34.320.360 1,29

2 Junaidi 30.600.000 30.499.650 100.350 1,00

3 Ahmad Kusyairi 144.000.000 141.299.667 2.700.333 1,02

4 Toli 13.824.000 8.150.733 5.673.267 1,70

5 Kasanun 13.824.000 8.915.350 4.908.650 1,55

6 Halil 23.400.000 14.883.333 8.516.667 1,57

7 Junianto 54.000.000 37.031.067 16.968.933 1,46

8 Yudi 9.900.000 9.479.500 420.500 1,04

9 Sugeng 25.200.000 19.919.600 5.280.400 1,27

10 Samini 43.200.000 26.657.033 16.542.967 1,62

11 Samli 43.200.000 35.477.400 7.722.600 1,22

12 Umar 10.800.000 10.459.133 340.867 1,03

13 Safi'i 12.600.000 8.864.000 3.736.000 1,42

14 Saniman 13.824.000 10.885.133 2.938.867 1,27

15 Sanusi 8.640.000 7.229.200 1.410.800 1,20

16 Boby 244.800.000 191.466.567 53.333.433 1,28

17 Paidi 43.200.000 39.244.767 3.955.233 1,10

18 Masdar 108.000.000 76.537.800 31.462.200 1,41

19 Edy 64.800.000 50.190.600 14.609.400 1,29

20 Solihin 43.200.000 28.910.800 14.289.200 1,49

21 Aris 14.400.000 13.752.250 647.750 1,05

22 Elyasin 30.600.000 26.220.717 4.379.283 1,17

Rata-Rata 52.227.818 41.579.725 10.648.094 1,29

Sumber: Data primer di olah (2019)

Keterangan: (1) Dari lampiran L

(2) Dari Lampiran K

Page 158: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

139

Lampiran N Identitas Peternak Sapi Perah Mandiri di Desa Kemuning Lor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember

No Nama

Usaha

yang di

Jalankan

Jenis

Kelamin

Usia

(Tahun) Pendidikan Terakhir

Lama Usaha

(Tahun)

Jumlah Ternak (Ekor)

Total Sapi

Pedet

Sapi

Dara

Sapi

Jantan

Sapi

Laktasi

1 Nita Mandiri Perempuan 32 D3 Manajemen Informatika 4 5 2 − 6 13

2 Andri Mandiri Laki-Laki 47 SMU 14 5 − − 6 11

3 Sukadi Mandiri Laki-Laki 58 SD 38 5 − 2 7 14

4 B. Sami Mandiri Perempuan 64 − 25 1 − − 1 2

5 B. Hos Mandiri Perempuan 54 SMP 7 1 − − 3 4

6 Abdul Wasit Mandiri Laki-Laki 62 − 19 5 3 − 4 12

Total 22 5 2 27 56

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 159: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

140

Lampiran O1 Persentase Aplikasi GDFP Aspek Kesehatan Ternak Peternak Mandiri di Kabupaten Jember

No Nama

Kesehatan Ternak

Sapi Tahan Terhadap

Cuaca Panas

Sapi Bebas

Dari Penyakit

Memeriksa Ternaknya

Secara Teratur

1 Nita √ √ √

2 Andri √ √ √

3 Sukadi √ √ √

4 B. Sami √ √ √

5 B. Hos √ √ √

6 Abdul Wasit √ √ √

Total Menerapkan (%) 100,00% 100,00% 100,00%

Rata-rata (%) 100,00%

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 160: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

141

Lampiran O2 Persentase Aplikasi GDFP Aspek Manajemen Pemerahan Peternak Mandiri di Kabupaten Jember

No Nama

Manajemen Pemerahan

Pra Pemerahan Pemerahan

Pasca

Pemerahan

Memberikan

Konsentrat

Membersihkan

Kandang

Memandi

kan Sapi

Mengikat

Ekor Sapi

Mencuci Ambing

Dengan Air

Hangat

Menggunakan

Tangan

Mengguna

kan Mesin

Perah

Putting

Direndam

Dengan

Larutan

Disinfektan

1 Nita − √ √ − − √ − −

2 Andri − √ √ √ − √ − −

3 Sukadi − √ √ − − √ − −

4 B. Sami − √ √ √ − √ − −

5 B. Hos − √ √ − − √ − −

6 Abdul Wasit − √ √ − − √ − −

Total Menerapkan (%) 0,00% 100,00% 100,00% 33,33% 0,00% 100,00% 0,00% 0,00%

Rata-Rata 47,00% 100,00% 0,00% 0,00%

Jadi 36,67%

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 161: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

142

Lampiran O3 Persentase Aplikasi GDFP Aspek Nutrisi (Pakan dan Air) Peternak Mandiri di Kabupaten Jember

No Nama

Nutrisi (Pakan dan Air)

0-1 Minggu 1-4 Minggu 1-2 Bulan 2-3 Bulan 3-4 Bulan Sapi Setelah

Beranak

Memberikan

Kolostrum 3-4

Liter

Air Susu 6-8

Liter

Air Susu 3-4 Liter,

Pakan Pemula 0,5

Kg, Hijauan 2-5 Kg

Air Susu 4-5 Liter,

Pakan Pemula 1 Kg,

Hijauan 2-5 Kg

Air Susu 2-4 lt,

Pakan Pemula 1

Kg, Hijauan 2-5

Kg

Telur, Madu,

Gula merah

1 Nita √ √ − − − −

2 Andri √ √ − − − −

3 Sukadi √ √ √ √ √ √

4 B. Sami √ √ − − − −

5 B. Hos √ √ − − − −

6 Abdul Wasit √ √ √ √ √ √

Total Menerapkan(%) 100,00% 100,00% 0,00% 0,00% 0,00% 33,33%

Rata-Rata 38,89%

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 162: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

143

Lampiran O4 Persentase Aplikasi GDFP Aspek Kesejahteraan Ternak Peternak Mandiri di Kabupaten Jember

No Nama

Kesejahteraan Ternak

Bebas dari rasa lapar

dan haus

Bebas dari rasa tidak

nyaman

Bebas dari rasa sakit,luka dan

penyakit

Bebas mengekspresikan

tingkah laku alamiah

1 Nita √ √ √ √

2 Andri √ √ √ √

3 Sukadi √ √ √ √

4 B. Sami √ − √ −

5 B. Hos √ − √ −

6 Abdul Wasit √ √ √ √

Total Menerapkan 100,00% 67,00% 100,00% 66,67%

Rata-Rata 83,33%

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 163: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

144

Lampiran O5 Persentase Aplikasi GDFP Aspek Lingkungan Peternak Mandiri di Kabupaten Jember

No Nama Lingkungan

Mendaur Ulang Kotoran Memiliki Tempat Pembuangan Kotoran

1 Nita − −

2 Andri − −

3 Sukadi − −

4 B. Sami − −

5 B. Hos − −

6 Abdul Wasit − −

Total Menerapkan(%) 0,00% 0,00%

Rata-Rata 0,00%

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 164: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

145

Lampiran O6 Persentase Aplikasi GDFP Aspek Manajemen Sosial Ekonomi Peternak Mandiri di Kabupaten Jember

No Nama

Manajemen Sosial Ekonomi

Implementasi Manajemen SDM yang Efektif

dan Bertanggung Jawab

Kegiatan di Dalam Peternakan

di Lakukan Dengan Aman

Manajemen

Keuangan

1 Nita − √ √

2 Andri √ √ −

3 Sukadi √ √ −

4 B. Sami − √ √

5 B. Hos − √ √

6 Abdul Wasit − √ −

Total Menerapkan (%) 33,33% 100,00% 50,00%

Rata-Rata 61,11%

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 165: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

146

Lampiran P1 Biaya Tetap Penyusutan Kandang Sapi Perah Peternak Mandiri di Kabupaten Jember

No Nama

a b

c d = (axb)/c

Harga Jumlah Umur Pemakaian

(Tahun)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Biaya Penyusutan

(Tahun)

1 Nita 10.000.000 1 4 10 1.000.000

2 Andri 8.000.000 1 4 10 800.000

3 Sukadi 15.000.000 1 8 10 1.500.000

4 B. Sami 2.500.000 1 5 10 250.000

5 B. Hos 3.000.000 1 7 10 300.000

6 Abdul Wasit 8.000.000 1 9 10 800.000

Total

4.650.000

Sumber: Data primer di olah (2019)

Lampiran P2 Biaya Tetap Penyusutan Milkcan Sapi Perah Peternak Mandiri di Kabupaten Jember

No Nama

a b

c d = (axb)/c

Harga Jumlah Umur Pemakaian

(Tahun)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Biaya Penyusutan

(Tahun)

1 Nita 200.000 4 4 5 160.000

2 Andri − − − − −

3 Sukadi 150.000 2 3 5 60.000

4 B. Sami − − − − −

5 B. Hos − − − − −

6 Abdul Wasit 250.000 1 4 5 50.000

Total

270.000

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 166: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

147

Lampiran P3 Biaya Tetap Penyusutan Timba Sapi Perah Peternak Mandiri di Kabupaten Jember

No Nama

a b

c d = (axb)/c

Harga Jumlah Umur Pemakaian

(Tahun)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Biaya Penyusutan

(Tahun)

1 Nita 100.000 1 4 5 20.000

2 Andri 100.000 3 4 5 60.000

3 Sukadi 120.000 1 3 5 24.000

4 B. Sami 100.000 1 1 5 20.000

5 B. Hos 100.000 1 2 5 20.000

6 Abdul Wasit 90.000 1 4 5 18.000

Total

162.000

Sumber: Data primer di olah (2019)

Lampiran P4 Biaya Tetap Penyusutan Selang Air Sapi Perah Peternak Mandiri di Kabupaten Jember

No Nama

a b

c d = (axb)/c

Harga Jumlah

(Meter)

Umur Pemakaian

(Tahun)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Biaya Penyusutan

Per Tahun

1 Nita 6.000 14 4 5 16.800

2 Andri 5.000 9 4 5 9.000

3 Sukadi 6.000 15 3 5 18.000

4 B. Sami 6.000 5 1 5 6.000

5 B. Hos 5.000 5 2 5 5.000

6 Abdul Wasit 4.000 13 4 5 10.400

Total

65.200

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 167: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

148

Lampiran P5 Biaya Tetap Penyusutan Sekrop Sapi Perah Peternak Mandiri di Kabupaten Jember

No Nama

a b

c d = (axb)/c

Harga Jumlah Umur Pemakaian

(Tahun)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Biaya Penyusutan

Per Tahun

1 Nita − − − − −

2 Andri − − − − −

3 Sukadi − − − − −

4 B. Sami − − − − −

5 B. Hos 20.000 1 1 3 6.667

6 Abdul Wasit − − − − −

Total

6.667

Sumber: Data primer di olah (2019)

Lampiran P6 Biaya Tetap Penyusutan Sikat Sapi Perah Peternak Mandiri di Kabupaten Jember

No Nama

a b

c d = (axb)/c

Harga Jumlah Umur Pemakaian

(Tahun)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Biaya Penyusutan

Per Tahun

1 Nita 3.000 2 1 3 2.000

2 Andri 3.000 2 2 3 2.000

3 Sukadi 5.000 3 2 3 5.000

4 B. Sami 2.500 1 1 3 833

5 B. Hos 3.000 1 1 3 1.000

6 Abdul Wasit 3.000 2 1 3 2.000

Total

12.833

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 168: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

149

Lampiran P7 Biaya Tetap Penyusutan Kereta Dorong/Argo Sapi Perah Peternak Mandiri di Kabupaten Jember

No Nama

a b

c d = (axb)/c

Harga Jumlah Umur Pemakaian

(Tahun)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Biaya Penyusutan

Per Tahun

1 Nita − − − − −

2 Andri 400.000 1 4 5 80.000

3 Sukadi − − − − −

4 B. Sami − − − − −

5 B. Hos 400.000 1 2 5 80.000

6 Abdul Wasit − − − − −

Total

160.000

Sumber: Data primer di olah (2019)

Lampiran P8 Biaya Tetap Penyusutan Arit/Sabit Sapi Perah Peternak Mandiri di Kabupaten Jember

No Nama

a b

c d = (axb)/c

Harga Jumlah Umur Pemakaian

(Tahun)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Biaya Penyusutan

(Tahun)

1 Nita 70.000 2 1 4 35.000

2 Andri 65.000 3 2 4 48.750

3 Sukadi 80.000 2 2 4 40.000

4 B. Sami 70.000 1 1 4 17.500

5 B. Hos 70.000 1 3 4 17.500

6 Abdul Wasit − − − − −

Total

158.750

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 169: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

150

Lampiran P9 Biaya Tetap Penyusutan Tampar Sapi Perah Peternak Mandiri di Kabupaten Jember

No Nama

a b

c d = (axb)/c

Harga Jumlah

(Meter)

Umur Pemakaian

(Tahun)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Biaya Penyusutan

Per Tahun

1 Nita 3.000 24 4 10 7.200

2 Andri 2.500 18 4 10 4.500

3 Sukadi 3.000 27 8 10 8.100

4 B. Sami 2.500 3 5 10 750

5 B. Hos 2.500 9 7 10 2.250

6 Abdul Wasit 3.000 21 9 10 6.300

Total

6.300

Sumber: Data primer di olah (2019)

Lampiran P10 Biaya Tetap Penyusutan Sapi Perah Peternak Mandiri di Kabupaten Jember

No Nama

a b

c d = (axb)/c

Harga Jumlah Umur Pemakaian

(Tahun)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Biaya Penyusutan

(Tahun)

1 Nita 11.000.000 6 4 10 6.600.000

2 Andri 13.000.000 3 4 10 3.900.000

3 Sukadi 12.500.000 4 8 10 5.000.000

4 B. Sami 13.000.000 1 5 10 1.300.000

5 B. Hos 13.000.000 3 7 10 3.900.000

6 Abdul Wasit 8.000.000 3 9 10 2.400.000

Total

23.100.000

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 170: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

151

Lampiran P11 Biaya Tetap Pajak Bangungan Kandang Peternak Mandiri di Kabupaten Jember

No Nama Total/Bulan Total/Tahun

1 Nita 15.000 180.000

2 Andri 15.000 180.000

3 Sukadi 15.000 180.000

4 B. Sami 5.000 60.000

5 B. Hos 5.000 60.000

6 Abdul Wasit 15.000 180.000

Total 70.000 840.000

Sumber: Data primer di olah (2019)

Lampiran P12 Total Biaya Tetap Sapi Perah Peternak Mandiri di Kabupaten Jember

No Nama TFC

1 Nita 8.021.000

2 Andri 5.084.250

3 Sukadi 6.835.100

4 B. Sami 1.655.083

5 B. Hos 4.392.417

6 Abdul Wasit 3.466.700

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 171: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

152

Lampiran Q1 Biaya Variabel Pakan Hijauan Sapi Perah Peternak Mandiri di Kabupaten Jember

No Nama Jumlah(Kg) Harga Total

1 Nita 46.080 650 29.952.000

2 Andri 43.200 650 28.080.000

3 Sukadi 48.600 650 31.590.000

4 B. Sami 6.480 550 3.564.000

5 B. Hos 21.600 600 12.960.000

6 Abdul Wasit 37.800 550 20.790.000

Jumlah 203.760

126.936.000

Sumber: Data primer di olah (2019)

Lampiran Q2 Biaya Variabel Pakan Ampas Tahu Sapi Perah Peternak Mandiri di Kabupaten Jember

No Nama Jumlah (Kg) Harga Total

1 Nita 69.120 500 34.560.000

2 Andri 34.560 500 17.280.000

3 Sukadi 77.760 500 38.880.000

4 B. Sami 4.800 500 2.400.000

5 B. Hos 16.200 500 8.100.000

6 Abdul Wasit 63.000 500 31.500.000

Jumlah 265.440

132.720.000

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 172: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

153

Lampiran Q3 Biaya Variabel Pakan Katul Sapi Perah Peternak Mandiri di Kabupaten Jember

No Nama Jumlah (Kg) Harga Total

1 Nita 10.800 1.000 10.800.000

2 Andri 10.800 1.500 16.200.000

3 Sukadi 16.200 1.500 24.300.000

4 B. Sami 3.600 1.800 6.480.000

5 B. Hos 4.320 1.800 7.776.000

6 Abdul Wasit 12.600 1.200 15.120.000

Jumlah 58.320

80.676.000

Sumber: Data primer di olah (2019)

Lampiran Q4 Biaya Variabel Kesehatan Sapi Perah Peternak Mandiri di Kabupaten Jember

No Nama Jumlah(Tahun) Harga Total

1 Nita 2 35.000 70.000

2 Andri 2 30.000 60.000

3 Sukadi 2 40.000 80.000

4 B. Sami 1 30.000 30.000

5 B. Hos 1 30.000 30.000

6 Abdul Wasit 2 40.000 80.000

Jumlah

350.000

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 173: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

154

Lampiran Q5 Biaya Variabel IB Sapi Perah Peternak Mandiri di Kabupaten Jember

No Nama Jumlah(Tahun) Harga(Rp) Total

1 Nita 5 30.000 150.000

2 Andri 4 35.000 140.000

3 Sukadi 4 30.000 120.000

4 B. Sami 1 40.000 40.000

5 B. Hos 2 40.000 80.000

6 Abdul Wasit 2 35.000 70.000

Jumlah

600.000

Sumber: Data primer di olah (2019)

Lampiran Q6 Biaya Variabel Tenaga Kerja Sapi Perah Peternak Mandiri di Kabupaten Jember

No Nama Jumlah Tk Gaji/Hari Gaji/Bulan Gaji/Tahun

1 Nita − − − −

2 Andri 1 50.000 1.500.000 18.000.000

3 Sukadi 1 35.000 1.050.000 12.600.000

4 B. Sami − − − −

5 B. Hos − − − −

6 Abdul Wasit − − − −

Jumlah

30.600.000

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 174: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

155

Lampiran Q7 Biaya Variabel Plastik Susu Sapi Perah Peternak Mandiri di Kabupaten Jember

No Nama Jumlah (1 iket 100 Biji) Harga Total

1 Nita 360 5.000 1.800.000

2 Andri 360 5.000 1.800.000

3 Sukadi 360 5.000 1.800.000

4 B. Sami 12 5.000 60.000

5 B. Hos 48 5.000 240.000

6 Abdul Wasit 336 5.000 1.680.000

Jumlah

7.380.000

Sumber: Data primer di olah (2019)

Lampiran Q8 Biaya Variabel Transportasi Sapi Perah Peternak Mandiri di Kabupaten Jember

No Nama Liter/Bulan Liter/Tahun Harga Total

1 Nita 30 360 6.500 2.340.000

2 Andri 30 360 6.500 2.340.000

3 Sukadi 60 720 6.500 4.680.000

4 B. Sami 30 360 6.500 2.340.000

5 B. Hos 30 360 6.500 2.340.000

6 Abdul Wasit 60 720 6.500 4.680.000

Jumlah

18.720.000

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 175: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

156

Lampiran Q9 Biaya Variabel Listrik Sapi Perah Peternak Mandiri di Kabupaten Jember

No Nama Harga/Bulan Harga/Tahun

1 Nita 25.000 300.000

2 Andri 25.000 300.000

3 Sukadi 30.000 360.000

4 B. Sami 5.000 60.000

5 B. Hos 10.000 120.000

6 Abdul Wasit 25.000 300.000

Jumlah

1.440.000

Sumber: Data primer di olah (2019)

Lampiran Q10 Total Biaya Variabel Sapi Perah Peternak Mandiri di Kabupaten Jember

No Nama TVC

1 Nita 79.972.000

2 Andri 84.200.000

3 Sukadi 114.410.000

4 B. Sami 14.974.000

5 B. Hos 31.646.000

6 Abdul Wasit 74.220.000

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 176: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

157

Lampiran R Total Biaya Sapi Perah Peternak Mandiri di Kabupaten Jember

No Nama TFC(1) TVC(2) TC

1 Nita 8.021.000 79.972.000 87.993.000

2 Andri 5.084.250 84.200.000 89.284.250

3 Sukadi 6.835.100 114.410.000 121.245.100

4 B. Sami 1.655.083 14.974.000 16.629.083

5 B. Hos 4.392.417 31.646.000 36.038.417

6 Abdul Wasit 3.466.700 74.220.000 77.686.700

Sumber: Data primer di olah (2019)

Keterangan: (1) Dari lampiran P12

(2) Dari lampiran Q10

Lampiran S Penerimaan Susu Sapi Perah Peternak Mandiri di Kabupaten Jember

No Nama Jumlah/tahun Harga Total

1 Nita 17.280 7.000 120.960.000

2 Andri 16.200 7.000 113.400.000

3 Sukadi 20.160 7.000 141.120.000

4 B. Sami 3.240 6.000 19.440.000

5 B. Hos 7.560 6.000 45.360.000

6 Abdul Wasit 11.520 7.000 80.640.000

Jumlah 75.960

520.920.000

Sumber: Data primer di olah (2019)

Page 177: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

158

Lampiran T Total Biaya, Total Penerimaan, Keuntungan dan Efisiensi Penggunaan Biaya Sapi Perah Peternak Mandiri di Kabupaten Jember

No Nama TR(1) TC(2) Keuntungan Efisiensi R/C

1 Nita 120.960.000 87.993.000 32.967.000 1.,37

2 Andri 113.400.000 89.284.250 24.115.750 1,27

3 Sukadi 141.120.000 121.245.100 19.874.900 1,16

4 B. Sami 19.440.000 16.629.083 2.810.917 1,17

5 B. Hos 45.360.000 36.038.417 9.321.583 1,26

6 Abdul Wasit 80.640.000 77.686.700 2.953.300 1,04

Rata-rata 86.820.000 71.479.425 15.340.575 1,21

Sumber: Data Primer di olah (2019)

Keterangan: (1) Dari Lampiran S

(2) Dari Lampiran R

Page 178: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

159

Lampiran U1 Populasi Ternak Sapi Perah Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2014-2017

Kabupaten/Kota Tahun Rata-Rata Populasi Ternak

Sapi Perah 2014 2015 2016 2017

Kabupaten

Pacitan 117 106 147 249 155

Ponorogo 1.634 1.898 2.177 2.384 2.023

Trenggalek 4.566 4.831 5.190 4.921 4.877

Tulungangung 23.663 24.710 25.229 25.335 24.734

Blitar 14.102 14.230 14.941 15.680 14.738

Kediri 9.029 9.390 9.766 10.167 9.588

Malang 75.683 78.029 81.150 83.660 79.631

Lumajang 4.243 4.576 4.989 5.005 4.703

Jember 1.378 1.338 1.451 1.527 1.424

Banyuwangi 807 936 729 857 832

Bondowoso 26 25 31 20 26

Situbondo 213 235 218 220 222

Probolinggo 6.172 6.611 6.750 6.653 6.547

Pasuruan 80.518 84.424 86.847 90.817 85.652

Sidoarjo 3.029 3.425 3.632 3.965 3.513

Mojokerto 2.026 2.285 2.692 3.196 2.550

Jombang 4.033 4.656 4.773 4.630 4.523

Nganjuk 27 9 4 3 11

Madiun 173 178 197 205 188

Magetan 191 198 236 291 229

Ngawi 60 56 34 38 47

Bojonegoro 33 34 36 26 32

Page 179: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

160

Lanjutan Lampiran U1 Populasi Ternak Sapi Perah Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2014-2017

Kabupaten/Kota Tahun Rata-Rata Populasi Ternak

Sapi Perah 2014 2015 2016 2017

Tuban 443 189 127 89 212

Lamongan 21 23 34 34 28

Gresik 443 450 449 505 462

Bangkalan 20 21 20 20 20

Sampang 0 0 0 0 0

Pamekasan 10 8 8 12 10

Sumenep 0 0 0 0 0

Kota

Kediri 216 230 222 113 195

Blitar 293 304 309 314 305

Malang 261 27 187 192 167

Probolinggo 212 216 217 218 216

Pasuruan 22 33 17 18 23

Mojokerto 0 0 0 0 0

Madiun 24 24 21 21 23

Surabaya 498 542 561 526 532

Batu 11.060 11.470 11.611 11.950 11.523

Jawa Timur 245.246 255.717 265.002 273.881 259.962

Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur (2015, 2016, 2017, 2018)

Page 180: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

161

Tabel U2 Rata-Rata Share Ternak Sapi Perah Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2014-2017

Kabupaten/Kota Share Ternak Sapi Perah Rata-Rata Share

2014 2015 2016 2017 % Rangking

Kabupaten

Pacitan 0,05 0,04 0,06 0,09 0,06 26

Ponorogo 0,67 0,74 0,82 0,87 0,78 13

Trenggalek 1,86 1,89 1,96 1,80 1,88 8

Tulungangung 9,65 9,66 9,52 9,25 9,52 3

Blitar 5,75 5,56 5,64 5,73 5,67 4

Kediri 3,68 3,67 3,69 3,71 3,69 6

Malang 30,86 30,51 30,62 30,55 30,64 2

Lumajang 1,73 1,79 1,88 1,83 1,81 9

Jember 0,56 0,52 0,55 0,56 0,55 14

Banyuwangi 0,33 0,37 0,28 0,31 0,32 15

Bondowoso 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 30

Situbondo 0,09 0,09 0,08 0,08 0,09 20

Probolinggo 2,52 2,59 2,55 2,43 2,52 7

Pasuruan 32,83 33,01 32,77 33,16 32,94 1

Sidoarjo 1,24 1,34 1,37 1,45 1,35 11

Mojokerto 0,83 0,89 1,02 1,17 0,98 12

Jombang 1,64 1,82 1,80 1,69 1,74 10

Nganjuk 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 34

Madiun 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 24

Magetan 0,08 0,08 0,09 0,11 0,09 19

Ngawi 0,02 0,02 0,01 0,01 0,02 27

Bojonegoro 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 28

Page 181: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

162

Lanjutan Tabel U2 Rata-Rata Share Ternak Sapi Perah Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2014-2017

Kabupaten/Kota Share Ternak Sapi Perah Rata-Rata Share

2014 2015 2016 2017 % Rangking

Tuban 0,18 0,07 0,05 0,03 0,08 21

Lamongan 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 29

Gresik 0,18 0,18 0,17 0,18 0,18 17

Bangkalan 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 33

Sampang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 36

Pamekasan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 35

Sumenep 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 37

Kota

Kediri 0,09 0,09 0,08 0,04 0,08 23

Blitar 0,12 0,12 0,12 0,11 0,12 18

Malang 0,11 0,01 0,07 0,07 0,06 25

Probolinggo 0,09 0,08 0,08 0,08 0,08 22

Pasuruan 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 31

Mojokerto 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 38

Madiun 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 32

Surabaya 0,20 0,21 0,21 0,19 0,20 16

Batu 4,51 4,49 4,38 4,36 4,43 5

Keterangan: Diolah oleh penulis dari lampiran U1 (2019)

Page 182: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

163

Tabel U3 Rata-Rata Pertumbuhan Ternak Sapi Perah Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2014-2017

Kabupaten/Kota Pertumbuhan Ternak Sapi Perah Rata-Rata Pertumbuhan

2014-2015 2015-2016 2016-2017 % Rangking

Kabupaten

Pacitan -9,40 38,68 69,39 32,89 2

Ponorogo 16,16 14,70 9,51 13,45 6

Trenggalek 5,80 7,43 -5,18 2,68 19

Tulungangung 4,42 2,10 0,42 2,32 24

Blitar 0,91 5,00 4,95 3,62 16

Kediri 4,00 4,00 4,11 4,04 14

Malang 3,10 4,00 3,09 3,40 18

Lumajang 7,85 9,03 0,32 5,73 10

Jember -2,90 8,45 5,24 3,59 17

Banyuwangi 15,99 -22,12 17,56 3,81 15

Bondowoso -3,85 24,00 -35,48 -5,11 33

Situbondo 10,33 -7,23 0,92 1,34 26

Probolinggo 7,11 2,10 -1,44 2,59 21

Pasuruan 4,85 2,87 4,57 4,10 13

Sidoarjo 13,07 6,04 9,17 9,43 8

Mojokerto 12,78 17,81 18,72 16,44 4

Jombang 15,45 2,51 -3,00 4,99 11

Nganjuk -66,67 -55,56 -25,00 -49,07 38

Madiun 2,89 10,67 4,06 5,88 9

Magetan 3,66 19,19 23,31 15,39 5

Ngawi -6,67 -39,29 11,76 -11,40 35

Bojonegoro 3,03 5,88 -27,78 -6,29 34

Page 183: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

164

Lanjutan Tabel U3 Rata-Rata Pertumbuhan Ternak Sapi Perah Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2014-2017

Kabupaten/Kota Pertumbuhan Ternak Sapi Perah Rata-Rata Pertumbuhan

2014-2015 2015-2016 2016-2017 % Rangking

Tuban -57,34 -32,80 -29,92 -40,02 37

Lamongan 9,52 47,83 0,00 19,12 3

Gresik 1,58 -0,22 12,47 4,61 12

Bangkalan 5,00 -4,76 0,00 0,08 28

Sampang 0,00 0,00 0,00 0,00 29

Pamekasan -20,00 0,00 50,00 10,00 7

Sumenep 0,00 0,00 0,00 0,00 30

Kota

Kediri 6,48 -3,48 -49,10 -15,37 36

Blitar 3,75 1,64 1,62 2,34 23

Malang -89,66 592,59 2,67 168,54 1

Probolinggo 1,89 0,46 0,46 0,94 27

Pasuruan 50,00 -48,48 5,88 2,47 22

Mojokerto 0,00 0,00 0,00 0,00 31

Madiun 0,00 -12,50 0,00 -4,17 32

Surabaya 8,84 3,51 -6,24 2,03 25

Batu 3,71 1,23 2,92 2,62 20

Keterangan: Diolah oleh penulis dari lampiran U1 (2019)

Page 184: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

165

Tabel V1 Populasi Ternak Sapi Perah Menurut Kecamatan di Kabupaten Jember Tahun 2014-2017

Kecamatan Tahun Rata-Rata Populasi

Ternak Sapi Perah 2014 2015 2016 2017

Kencong 0 0 0 0 0

Gumukmas 160 152 174 174 165

Puger 32 32 32 32 32

Wuluhan 5 6 6 6 6

Ambulu 156 124 126 126 133

Tempurejo 29 24 24 32 27

Silo 32 27 32 32 31

Mayang 0 0 0 0 0

Mumbulsari 0 0 0 0 0

Jenggawah 0 0 0 0 0

Ajung 0 0 0 64 16

Rambipuji 3 13 13 13 11

Balung 57 71 80 80 72

Umbulsari 0 0 0 0 0

Semboro 0 0 0 0 0

Jombang 0 0 0 0 0

Sumberbaru 243 244 312 315 279

Tanggul 35 35 39 39 37

Bangsalsari 0 0 0 0 0

Panti 42 39 39 39 40

Sukorambi 50 51 54 54 52

Arjasa 320 286 272 273 288

Pakusari 0 0 0 0 0

Page 185: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

166

Lanjutan Tabel V1 Populasi Ternak Sapi Perah Menurut Kecamatan di Kabupaten Jember Tahun 2014-2017

Kecamatan Tahun Rata-Rata Populasi

Ternak Sapi Perah 2014 2015 2016 2017

Kalisat 30 0 0 0 8

Ledokombo 0 0 0 0 0

Sumberjambe 0 0 0 0 0

Sukowono 0 0 0 0 0

Jelbuk 0 0 0 0 0

Kaliwates 105 104 166 166 135

Sumbersari 39 39 40 40 40

Patrang 41 41 42 42 42

Jember 1.378 1.338 1.451 1.527 1.424

Sumber: BPS Kabupaten Jember dalam Angka (2015, 2016, 2017, 2018)

Page 186: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

167

Tabel V2 Rata-Rata Share Ternak Sapi Perah Menurut Kecamatan di Kabupaten Jember Tahun 2014-2017

Kecamatan Share Ternak Sapi Perah Rata-Rata Share

2014 2015 2016 2017 % Rangking

Kencong 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 19

Gumukmas 11,61 11,36 11,99 11,39 11,59 3

Puger 2,32 2,39 2,21 2,10 2,25 12

Wuluhan 0,36 0,45 0,41 0,39 0,40 18

Ambulu 11,32 9,27 8,68 8,25 9,38 5

Tempurejo 2,10 1,79 1,65 2,10 1,91 14

Silo 2,32 2,02 2,21 2,10 2,16 13

Mayang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 20

Mumbulsari 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 21

Jenggawah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 22

Ajung 0,00 0,00 0,00 4,19 1,05 15

Rambipuji 0,22 0,97 0,90 0,85 0,73 16

Balung 4,14 5,31 5,51 5,24 5,05 6

Umbulsari 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 23

Semboro 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 24

Jombang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 25

Sumberbaru 17,63 18,24 21,50 20,63 19,50 2

Tanggul 2,54 2,62 2,69 2,55 2,60 11

Bangsalsari 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 26

Panti 3,05 2,91 2,69 2,55 2,80 9

Sukorambi 3,63 3,81 3,72 3,54 3,67 7

Arjasa 23,22 21,38 18,75 17,88 20,31 1

Pakusari 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 27

Page 187: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

168

Lanjutan Tabel V2 Rata-Rata Share Ternak Sapi Perah Menurut Kecamatan di Kabupaten Jember Tahun 2014-2017

Kecamatan Share Ternak Sapi Perah Rata-Rata Share

2014 2015 2016 2017 % Rangking

Kalisat 2,18 0,00 0,00 0,00 0,54 17

Ledokombo 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 28

Sumberjambe 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 29

Sukowono 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 30

Jelbuk 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 31

Kaliwates 7,62 7,77 11,44 10,87 9,43 4

Sumbersari 2,83 2,91 2,76 2,62 2,78 10

Patrang 2,98 3,06 2,89 2,75 2,92 8

Keterangan: Diolah oleh penulis dari lampiran V1 (2019)

Page 188: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

169

Tabel V3 Rata-Rata Pertumbuhan Ternak Sapi Perah Menurut Kecamatan di Kabupaten Jember Tahun 2014-2017

Kecamatan Pertumbuhan Ternak Sapi Perah Rata-Rata Pertumbuhan

2014-2015 2015-2016 2016-2017 % Rangking

Kencong 0,00 0,00 0,00 0,00 13

Gumukmas -5,00 14,47 0,00 3,16 8

Puger 0,00 0,00 0,00 0,00 14

Wuluhan 20,00 0,00 0,00 6,67 5

Ambulu -20,51 1,61 0,00 -6,30 30

Tempurejo -17,24 0,00 33,33 5,36 6

Silo -15,63 18,52 0,00 0,96 10

Mayang 0,00 0,00 0,00 0,00 15

Mumbulsari 0,00 0,00 0,00 0,00 16

Jenggawah 0,00 0,00 0,00 0,00 17

Ajung 0,00 0,00 0,00 0,00 18

Rambipuji 333,33 0,00 0,00 11,11 3

Balung 24,56 12,68 0,00 12,41 2

Umbulsari 0,00 0,00 0,00 0,00 19

Semboro 0,00 0,00 0,00 0,00 20

Jombang 0,00 0,00 0,00 0,00 21

Sumberbaru 0,41 27,87 0,96 9,75 4

Tanggul 0,00 11,43 0,00 3,81 7

Bangsalsari 0,00 0,00 0,00 0,00 22

Panti -7,14 0,00 0,00 -2,38 28

Sukorambi 2,00 5,88 0,00 2,63 9

Arjasa -10,63 -4,90 0,37 -5,05 29

Pakusari 0,00 0,00 0,00 0,00 23

Page 189: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

170

Tabel V3 Rata-Rata Pertumbuhan Ternak Sapi Perah Menurut Kecamatan di Kabupaten Jember Tahun 2014-2017

Kecamatan Pertumbuhan Ternak Sapi Perah Rata-Rata Pertumbuhan

2014-2015 2015-2016 2016-2017 % Rangking

Kalisat -100,00 0,00 0,00 -33,33 31

Ledokombo 0,00 0,00 0,00 0,00 24

Sumberjambe 0,00 0,00 0,00 0,00 25

Sukowono 0,00 0,00 0,00 0,00 26

Jelbuk 0,00 0,00 0,00 0,00 27

Kaliwates -0,95 59,62 0,00 19,55 1

Sumbersari 0,00 2,56 0,00 0,85 11

Patrang 0,00 2,44 0,00 0,81 12

Keterangan: Diolah oleh penulis dari lampiran V1 (2019)

Page 190: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

171

Tabel W1 Populasi Ternak Sapi Perah Menurut Desa di Kecamatan Balung Tahun 2015-2017

Desa Tahun Rata-Rata Populasi Ternak

Sapi Perah 2015 2016 2017

Karang Duren 11 4 0 5

Karang Semanding 11 0 0 4

Tutul 3 0 0 1

Balung Kulon 11 2 6 6

Balung Kidul 7 0 0 2

Balung Lor 17 37 26 27

Gumelar 7 5 4 5

Curah Lele 4 0 0 1

Kecamatan Balung 71 48 36 52

Sumber: Badan Pusat Statistik Kecamatan Balung dalam Angka (2016, 2017, 2018)

Tabel W2 Rata-Rata Share Ternak Sapi Perah Menurut Desa di Kecamatan Balung Tahun 2015-2017

Desa Share Ternak Sapi Perah Rata-Rata Share

2015 2016 2017 % Rangking

Karang Duren 15,49 8,33 0,00 7,94 4

Karang Semanding 15,49 0,00 0,00 5,16 5

Tutul 4,23 0,00 0,00 1,41 8

Balung Kulon 15,49 4,17 16,67 12,11 2

Balung Kidul 9,86 0,00 0,00 3,29 6

Balung Lor 23,94 77,08 72,22 57,75 1

Gumelar 9,86 10,42 11,11 10,46 3

Curah Lele 5,63 0,00 0,00 1,88 7

Keterangan: Diolah penulis dari lampiran W1 (2019)

Page 191: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

172

Tabel W3 Rata-Rata Pertumbuhan Ternak Sapi Perah Menurut Desa di Kecamatan Balung Tahun 2015-2017

Desa Pertumbuhan Ternak Sapi Perah Rata-Rata Pertumbuhan

2015-2016 2016-2017 % Rangking

Karang Duren -63,64 -100 -81,82 2

Karang Semanding -100,00 0 -50,00 4

Tutul -100,00 0 -50,00 5

Balung Kulon -81,82 200 59,09 3

Balung Kidul -100,00 0 -50,00 6

Balung Lor 117,65 -29,73 43,96 1

Gumelar -28,57 -20 -24,29 8

Curah Lele -100,00 0 -50,00 7

Keterangan: Diolah oleh penulis dari lampiran W1

Page 192: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

173

UNIVERSITAS JEMBER

FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

KUISIONER

Judul Penelitian : Penerapan Good Dairy Farming Practice (GDFP) dan

Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah Kemitraan dan

Mandiri di Kabupaten Jember

Lokasi Penelitian : Desa Ajung Kecamatan Ajung

Desa Balung Lor Kecamatan Balung

Desa Rowotengah Kecamatan Sumberbaru

Desa Kemuning Lor Kecamatan Arjasa

Identitas Responden

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :

Nama Organisasi :

Pewawancara

Nama : Siti Aminah

NIM :151510601145

Tanggal Wawancara :

Responden

( )

Page 193: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

174

A. Gambaran Umum Usaha Peternakan Sapi Perah

1. Berapa lama pengalaman di peternakan sapi perah?

Jawab :

2. Berapa jumlah ekor ternak yang Bapak miliki?

Jawab :

3. Bagaimana usaha ternak sapi perah di jalankan?

a. Sendiri

b. Kerjasama (mitra)

4. Apakah selain bekerja sebagai peternak Bapak mempunyai pekerjaan lain?

a. Iya

b. Tidak

5. Berasal dari mana modal usaha Bapak pertama kali di dapatkan?

a. Modal sendiri

b. Pinjaman ke bank

c. Lainnya …..

6. Apakah ada kendala dan hambatan yang Bapak alami dalam berusaha ternak

sapi perha?

a. Iya

b. Tidak

7. Bagaimana cara Bapak mengatasi kendala tersebut?

Jawab :

B. Penerapan GDFP (Good Dairy Farming Practice) Peternak Sapi Perah

Aspek Kesehatan Ternak

1. Apakah Bapak menggunakan sapi perah yang mampu beradaptasi dengan

lingkungan ekstrem (cuaca panas) serta tahan terhadap penyakit?

a. Iya

b. Tidak

Alasan :

2. Apakah Bapak memilih dan memastikan membeli sapi yang bebas dari

penyakit/sapi tersebut sehat fisiknya?

a. Iya

b. Tidak

Page 194: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

175

3. Apakah Bapak selalu memeriksa ternaknya secara teratur tanda tanda

penyakit pada ternak dan melaporkan kepada pihak terkait jika ternaknya

tidak dapat ditangani sendiri?

a. Iya

b. Tidak

Alasan :

Aspek Manajemen Pemerahan

1. Apakah Bapak memberikan pakan konsentrat setengah jam sebelum

pemerahan dilakukan?

a. Iya

b. Tidak

Alasan :

2. Apakah Bapak selalu membersihkan kandang dari semua kotoran dan sisa

makanan yang berbau sebelum pemerahan dilakukan?

a. Iya

b. Tidak

Alasan :

3. Apakah Bapak selalu memandikan sapi sebelum pemerahan di lakukan?

a. Iya

b. Tidak

Alasan :

4. Apakah Bapak selalu mengikat ekor sapi dengan tali pada salah satu kaki

belakang sebelum pemerahan dilakukan?

a. Iya, saya mengikat ekor sapi

b. Tidak, saya membiarkan ekor sapi

Alasan:

5. Apakah Bapak selalu mencuci ambing dengan air hangat yang bersih dengan

memakai spon atau sikat halus serta menambahkan klorine 1% pada air?

a. Iya

b. Tidak

Alasan :

Page 195: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

176

6. Apakah Bapak melakukan teknik pemijatan pada ambing selama beberapa

detik sebelum pemerahan dilakukan?

a. Iya

b. Tidak

Alasan :

7. Apakah Bapak selalu mengeluarkan 3 – 4 pancaran susu dari masing-masing

putting dan menempatkan di satu wadah untuk perlakuan yang sama terhadap

semua sapi laktasi?

a. Iya

b. Tidak

Alasan :

8. Bagaimana cara Bapak melakukan pemerahan?

a. Menggunakan tangan

b. Menggunakan mesin perah

Alasan :

9. Perlakuan apa yang Bapak diterapkan setelah proses pemerahan selesai?

a. Putting direndam di dalam larutan desinfektan selama 4 detik

b. Tidak memberikan perlakuan apa pun

c. Lainnya ………

Aspek Nutrisi (Pakan dan Air)

1. Pakan apa saja yang Bapak berikan untuk pedet yang berumur 0 – 1 minggu?

a. Hanya memberikan kolostrum 3 – 4 liter

b. Memberikan kolostrum 3 – 4 liter dan pakan hijauan maupun pakan

pemula

c. Lainnya …….

2. Pakan apa saja yang Bapak berikan untuk pedet yang berumur 1 minggu – 1

Bulan?

a. Memberikan air susu sebanyak 6 – 8 liter

b. Memberikan air susu sebanyak 6 – 8 liter dan memberikan pakan pemula

serta pakan hijauan

c. Lainnya …..

Page 196: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

177

3. Pakan apa saja yang Bapak berikan untuk pedet yang berumur 1 – 2 Bulan?

a. Memberikan air susu sebanyak 4 – 6 liter, pakan pemula 0,5 kg dan pakan

hijauan 2 – 5 kg

b. Lainnya ……

4. Pakan apa saja yang Bapak berikan untuk pedet yang berumur 2 – 3 Bulan?

a. Memberikan air susu sebanyak 4 – 5 liter, pakan pemula sebanyak 1 kg

dan pakan hijauan sebanyak 2- 5 kg

b. Lainnya ….

5. Pakan apa saja yang Bapak berikan untuk pedet yang berumur 3-4 Bulan?

a. Memberikan air susu sebanyak 2 – 4 liter, pakan pemula sebanyak 1 kg

dan pakan hijauan sebanyak 2 – 5 kg

b. Lainnya …..

6. Pakan seperti apa yang Bapak berikan untuk pedet lepas sapih yaitu berumur

4 – 8 bulan?

a. Memberikan konsentrat 11,5% dan hijauan 10% dari bobot hidupnya

b. Lainnya …..

7. Pakan seperti apa yang Bapak berikan untuk sapi dara yaitu berumur 8 – 14

bulan?

a. Rumput 10% dan konsentrat 1-1,5% dari bobot hidupnya

b. Lainnya ….

8. Apakah Bapak memberikan telur 5 butir, madu 50 cc dan gula merah 1 kg

setelah sapi beranak?

a. Iya

b. Tidak

Alasan :

Aspek Kesejahteraan Ternak

1. Apakah Bapak memberikan pakan dan air yang cukup untuk semua ternak

setiap harinya?

a. Iya

b. Tidak

Alasan :

Page 197: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

178

2. Apakah Bapak melindungi ternak dari tanaman yang beracun serta dari area

yang terkontaminasi seperti tempat pembuangan kotoran?

a. Iya

b. Tidak

Alasan :

3. Apakah Bapak memberikan pakan sapi perah dengan pakan yang sudah

berjamur?

a. Iya

b. Tidak

Alasan :

4. Apakah Bapak memiliki kandang yang dapat melindungi ternak dari bahaya

lingkungan?

a. Iya

b. Tidak

5. Apakah Bapak selalu membersihkan kandang setiap hari serta selalu menjaga

kebersihan kandang?

a. Iya

b. Tidak

6. Apakah Bapak selalu melindungi ternak dari perubahan musim yang dapat

menyebabkan panas atau dingin sehingga menyebabkan stress dinin pada

ternak?

a. Iya

b. Tidak

7. Apakah kandang yang Bapak miliki memiliki ventilasi yang memadai?

a. Iya

b. Tidak

8. Apakah Bapak selalu melaporkan kepada pihak terkait apabila ternak

mengalami cedera atau penyakit?

a. Iya

b. Tidak

Page 198: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

179

9. Apakah saat pemerahan Bapak pernah menyebabkan ambing luka?

a. Iya

b. Tidak

10. Apakah ruangan kandang yang Bapak miliki sudah memiliki ruangan yang

cukup untuk memberikan ternak mengekspresikan pola perilaku normal nya?

a. Iya

b. Tidak

Aspek Lingkungan

1. Apakah Bapak menggunakan kembali atau mendaur ulang limbah yang

berasal dari peternakan sapi perah?

a. Iya

b. Tidak

2. Apakah Bapak memiliki tempat untuk menampung kotoran ternak sapi perah?

a. Iya

b. Tidak

3. Apakah Bapak selalu mengubur ternak mati, serta membuang bahan kimia

pertanian pada tempat yang tempat yang tepat?

a. Iya

b. Tidak

Aspek Manajemen Sosial Ekonomi

1. Apakah Bapak memiliki tenaga kerja di luar anggota keluarga?

a. Iya

b. Tidak

2. Berapa jumlah tenaga kerja yang Bapak miliki?

Jawab:

3. Apakah para pekerja di peternakan sapi perah Bapak sudah terjamin

keamanannya? Misalkan peternak memakai sepatu boot saat berada di

peternakan sapi perah?

a. Iya

b. Tidak

Page 199: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

180

4. Apakah Bapak memiliki buku terkait manajemen keuangan sapi perah?

a. Iya

b. Tidak

5. Apakah keuntungan sapi perah yang Bapak usahakan selalu mengalami

keuntungan secara berkesinambungan?

a. Iya

b. Tidak

Page 200: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

181

C. Total Biaya yang di Keluarkan Peternak Sapi Perah

C1. Biaya Penyusutan

No Uraian

a b c d= (axb)/c

Harga

Beli per

satuan

Jumlah Umur

Pemakaian

Umur

Ekonomis

Biaya

Penyusutan

per Tahun

1 Kandang

2 Milkcan

3 Timba

4 Selang air

5 Kipas angin

6 Sekop

7 Sapu lidi

8 Sikat

9 Kereta

dorong

10 Arit/ sabit

11 Cangkul

12 Tali

13 Timbangan

14 Chopper

15

Total keseluruhan

C2. Biaya Tetap

No Uraian Jumlah

(Tahun)

Harga

(Rp/Satuan)

Total

(Tahun)

1 Pajak

2 Pembelian Sapi

Perah

3 Listrik

4

Total Keseluruhan :

Page 201: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

182

C3. Biaya Variabel

No Uraian Jumlah

(Bulan)

Jumlah

(Tahun)

Harga

(Rp/Satuan)

Total

(Tahun)

1 Pakan

a. Hijauan

b. Konsentrat

c. Ampas tahu

d.Katul

e.

2 Biaya

Vaksin/Kesehatan

3 IB

4 Tenaga kerja

5 Plastik susu

6 Transportasi

7

8

9

10

11

Total keseluruhan:

Total Biaya = Total biaya tetap + Total biaya variabel

=

D. Total Penerimaan Peternak Sapi Perah

No Uraian Jumlah

(Bulan)

Jumlah

(Tahun)

Harga

(Rp/Satuan)

Total

(Tahun)

1 Penjualan ternak

Pedet (anak)

- Jantan

- Betina

Sapi afkir

- Jantan

- Betina

2 Penjualan kotoran

atau pupuk

3 Penjualan susu

4 Penjualan ……..

5 Penjualan …..

Total Keseluruhan

Page 202: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

183

DOKUMENTASI

Gambar 1. Kandang Peternak Kemitraan di Desa Rowotengah Kecamatan

Sumberaru Kabupaten Jember

Gambar 2. Kandang Peternak Mandiri di Desa Kemuning Lor Kecamatan Arjasa

Kabupaten Jember

Page 203: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

184

Gambar 3. Milkcan yang digunakan Peternak Kemitraan untuk Menyetor susu ke

Koperasi Galur Murni

Gambar 4. Timba yang digunakan Peternak Mandiri saat Pemerahan Susu di Desa

Kemuning Lor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember

Page 204: PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE (GDFP) DAN ... · kemitraan lebih tinggi dari pada tingkat penerapan GDFP peternak mandiri. (2) Kedua usaha peternakan sapi perah baik kemitraan

185

Gambar 5. Proses Wawancara dengan Peternak Kemitraan

Gambar 6. Proses Wawancara dengan Peternak Mandiri