Penerapan Good Agriculture Practice (GAP) pada produksi ... · ... PADA PRODUKSI TANAMAN TOMAT...
Click here to load reader
Transcript of Penerapan Good Agriculture Practice (GAP) pada produksi ... · ... PADA PRODUKSI TANAMAN TOMAT...
PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICE (GAP) PADA
PRODUKSI TANAMAN TOMAT CHERRY (Lycopersicon
esculentum var. cerasiforme) DI PT. SAUNG MIRWAN,
MEGAMENDUNG, BOGOR,
JAWA BARAT
SRI MEI BUDHIANI
A24070063
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
RINGKASAN
SRI MEI BUDHIANI. Penerapan Good Agriculture Practice (GAP) pada
Produksi Tanaman Tomat Cherry (Lycopersicon esculentum var.
cerasiforme) di PT. Saung Mirwan, Megamendung, Bogor, Jawa Barat.
(Dibimbing oleh TRIKOESOEMANINGTYAS)
Magang dilaksanakan selama 4 bulan di PT. Saung Mirwan mulai Februari
sampai Juni 2011. Penulis mempelajari aspek teknis dan aspek manajerial
tanaman tomat cherry selama magang. Penulis berstatus sebagai karyawan harian
selama 1 bulan, sebagai pendamping kepala bagian selama 2 bulan dan sebagai
pendamping manajer selama 1 bulan. Magang ini bertujuan untuk memperluas
wawasan pengetahuan, meningkatkan kemampuan dalam segi teknik budidaya,
pengelolaan pasca panen dan marketing, kemampuan manajerial, memperoleh
informasi seberapa jauh seluruh kegiatan budidaya sudah sesuai dengan GAP
(Good Agriculture Practice) untuk komoditas tomat cherry, dan mempersiapkan
kemampuan untuk menghadapi proses kerja secara nyata.
PT.Saung Mirwan berada pada 54-1060 BT dan 4-60 LS dengan ketinggian
670 m diatas permukaan laut (dpl) yang berada di bawah kaki Gunung
Pangarango. Lokasi PT.Saung Mirwan berada di Jalan Cikopo Selatan No. 134
Desa Sukamanah, Kampung Pasir Muncang, Kecamatan Megamendung, Bogor,
Jawa Barat. Suhu tertinggi pada greenhouse adalah 35-36 0C pada siang hari dan
suhu terendah 18-24 0C pada malam hari dengan kelembapan udara (RH) 77%
pada titik tertinggi dan 66% pada titik terendah. Jenis tanah di PT. Saung Mirwan
adalah tanah latosol. Total karyawan PT. Saung Mirwan sampai tanggal 15 Juni
2011 berjumlah 205 orang.
Budidaya tanaman tomat cherry berada di lokasi Sukamanah mulai dari
pembibitan sampai pasca panen. Benih yang digunakan pada awalnya berasal dari
PT. East Weast, namun beberapa bulan terakhir benih tomat cherry diproduksi
sendiri oleh PT. Saung Mirwan melalui pembenihan sendiri maupun dengan cara
stek pucuk. Benih disemaikan di dalam tray dengan media arang sekam dan
dipindahkan ke lapang setelah berumur 2 minggu. Jangka waktu dari pembibitan
sampai panen adalah sekitar 12-15 minggu dan biasanya akan dibongkar setelah
19 minggu.
Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan terhadap aspek budidaya
tanaman tomat yang terkait dengan lokasi lahan pertanian, struktur lahan
pertanian, lingkungan lahan pertanian (tanah dan nutrisi), pemeliharaan lahan
pertanian (pembibitan, penanaman, pemupukan, teknik irigasi, pengendalian
gulma, hama dan penyakit tanaman, pemanenan, teknik pengolahan pasca panen),
manajemen pertanian (catatan dan pelatihan staf). Selain itu, juga diamati
beberapa karateristik tanaman tomat yang berkaitan dengan produksi, yaitu bobot
buah per tanaman dan bobot buah total setiap kali panen. PT. Saung Mirwan
mengembangkan 3 kultivar tanaman tomat cherry yaitu, Gang, Guindo dan
Sakura.
Tomat cherry ditanam dengan menggunakan sistem hidroponik dengan
menggunakan arang sekam pada polybag berukuran 35 x 40 cm. Pemupukan dan
penyiraman dilakukan secara bersamaan dengan menggunakan drip irrigation.
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah penyiraman dan pemupukan,
pengajiran, penyerbukan, pemangkasan dan pewiwilan. Produksi yang paling
tinggi dari 3 kultivar yang dikembangkan adalah kultivar Guindo dan Sakura
(4.83 Kg/pohon) sementara varietas Gang hanya 4.01 Kg/pohon.
Kegiatan budidaya yang ada di PT.Saung Mirwan belum sesuai dengan
program GAP. Kegiatan budidaya mulai dari pembibitan sampai pemasaran yang
sesuai dengan program GAP hanya sekitar 23.43%, kegiatan yang telah dilakukan
namun belum sesuai GAP mencapai 59.37% dan kegiatan yang sama sekali tidak
dilakukan sekitar17.1%. Kekurangan biaya produksi akibat manajemen
perusahaan yang kurang baik dan bersifat individu merupakan kendala terbesar
yang sedang dihadapi saat ini sehingga sangat diperlukan perubahan sistem
manajemen yang akurat untuk dapat melaksanakan penerapan GAP dan
meningkatkan produksi tomat cherry.
PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICE (GAP) PADA
PRODUKSI TANAMAN TOMAT CHERRY (Lycopersicon
esculentum var. cerasiforme) DI PT. SAUNG MIRWAN,
MEGAMENDUNG, BOGOR,
JAWA BARAT
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
SRI MEI BUDHIANI
A24070063
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
Judul : PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICE (GAP) PADA
TANAMAN TOMAT CHERRY (Lycopersicon esculentum var. cerasiforme)
DI PT. SAUNG MIRWAN, MEGAMENDUNG, BOGOR, JAWA BARAT
Nama : SRI MEI BUDHIANI
NIM : A24070063
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr.Ir. Trikoesoemaningtyas MSc.
NIP. 19620102 199702
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Agronomi dan Hortikultura
Dr. Ir. Agus Purwito, M.Agr.
NIP. 19611101 1987031 003
Tanggal :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara pada 31
Mei 1989 yang merupakan anak pertama dari Sayang Ginting dan Sarianta Br.
Sembiring. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di ST. Xaverius
No.1 Kabanjahe pada tahun 2001. Tahun 2004 Penulis lulus dari SLTP Negeri 1
Kabanjahe. Penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Kabanjahe dan
lulus pada tahun 2007. Penulis melanjutkan studi ke IPB melalui jalur undangan
seleksi masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa di Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.
Penulis mengikuti beberapa organisasi selama mengikuti kegiatan
akademik. Tahun 2007 sampai saat ini, penulis aktif di Permata GBKP Bogor.
Penulis berperan sebagai Sekretaris Bidang Partisipasi di Permata GBKP Bogor
pada periode kepengurusan 2009/2011. Penulis juga merupakan anggota dari
organisasi mahasiswa daerah (OMDA) dari Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA).
Penulis juga mengikuti beberapa kepanitiaan di dalam organisasi seperti Panitia
Maper Permata GBKP Bogor (2008), Gema Nusantara (Genus) IPB (2008),
Panitia Natal Permata GBKP Bogor (2008-2009) dan Panitia Leadership Camp
Permata GBKP Klasis Jakarta-Bandung. Penulis juga mengikuti beberapa
kegiatan seminar dan lokakarya.
Penulis melaksanakan magang untuk skripsi selama empat bulan, Februari
sampai Juni 2011 di PT. Saung Mirwan, Megamendung, Bogor, Jawa Barat.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah
memberikan berkat serta anugerah sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik. Skripsi magang yang berjudul “Penerapan Good Agriculture Practice (GAP)
pada Produksi Tomat Cherry (Lycopersicon esculentum var. cerasiforme) di PT.
Saung Mirwan, Megamendung, Bogor, Jawa Barat” merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Secara khusus penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Dr. Ir. Trikoesoemaningtyas MSc. Sebagai dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan bimbingan, ilmu dan pengarahan selama
pelaksanaan magang hingga penyelesaian skripsi.
2. Ir. Purwono sebagai dosen pembimbing akademik yang telah membantu
dan membimbing penulis selama melaksanakan perkuliahan.
3. Dr. Ir. Anas D Susila dan Dr. Ir. Winarso D Widodo sebagai dosen
penguji.
4. Bapak dan Mamak, kakak (Dina Ocha Br Ginting), adik (Esi Marsella Br
Ginting dan Bredi Arianto Ginting) dan seluruh keluarga yang telah
memberikan kasih sayang dan dukungan-dukungan kepada penulis.
5. Seluruh dosen dan staf Departemen Agronomi dan Hortikultura yang telah
mendidik penulis selama melaksanakan studi.
6. PT. Saung Mirwan yang telah memberikan kesempatan untuk
melaksanakan magang dan seluruh karyawan yang telah membantu dalam
penyelesaian tugas akhir ini.
7. Rekan-rekan Agronomi dan Hortikultura angkatan 44 atas, dukungan,
semangat, dan kekeluargaan yang telah terjalin.
8. Keluarga besar GBKP dan Permata GBKP Runggun Bogor atas semua
kekeluargaan, persahabatan dan pertumbuhan rohani selama berada di
Bogor.
Semoga skripsi ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi
para pembaca dan dapat menjadi berkat bagi kemuliaanNya.
Bogor, Juli 2011
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
Latar Belakang ..................................................................................................1
Tujuan ...............................................................................................................3
METODE .................................................................................................................4
Tempat dan Waktu ...........................................................................................4
Metode ..............................................................................................................4
Pengamatan dan Pengumpulan Data ................................................................6
Analisis Data ....................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................7
Botani ...............................................................................................................7
Syarat Tumbuh .................................................................................................8
Penerapan Budidaya Terbaik untuk Sayuran .................................................10
HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................................13
A. KEADAAN UMUM ..................................................................................13
B. PRESTASI KERJA DALAM KEGIATAN MAGANG ..........................23
Aspek Teknis ..................................................................................................23
......................................................................................................... Budidaya Tomat Cherry ........................................................................23
......................................................................................................... Persiapan Tanam ...................................................................................23
......................................................................................................... Persiapan Lahan ....................................................................................25
......................................................................................................... Penanaman ............................................................................................27
......................................................................................................... Pemeliharaan .........................................................................................29
......................................................................................................... Pengendalian Hama dan Penyakit ........................................................34
......................................................................................................... Pemanenan ............................................................................................40
......................................................................................................... Pengolahan Hasil ..................................................................................40
Aspek Manajerial ............................................................................................42
KEGIATAN BUDIDAYA .....................................................................................47
1. Lokasi Lahan Pertanian ...............................................................................47
2. Lingkungan pertanian .................................................................................49
3. Pemeliharaan Tanaman Pertanian ...............................................................53
4. Budidaya Tanaman .....................................................................................56
5. Manajemen Pertanian ..................................................................................70
KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................................75
Kesimpulan .....................................................................................................75
Saran ...............................................................................................................75
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................77
LAMPIRAN ...........................................................................................................89
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Tabel 1. Data suhu rumah kaca Februari-Juni, 2011 .............................................13
Tabel 2. Penanaman tomat cherry selama 4 bulan .................................................18
Tabel 3. Komoditi Sayuran Buah dan Bunga PT. Saung Mirwan 2011 ................18
Tabel 4. Komoditi Sayuran Daun dan Komoditi Herb PT.Saung Mirwan 2011 ..19
Tabel 5. Jumlah karyawan PT.Saung Mirwan berdasarkan Jabatan ......................21
Tabel 6. Jumlah karyawan PT.Saung Mirwan berdasarkan Gender ......................22
Tabel 7. Jumlah karyawan PT.Saung Mirwan berdasarkan Pendidikan ................22
Tabel 8. Komposisi Pupuk Dasar Penanaman Tomat per 1000 liter .....................28
Tabel 9. Larutan Nutrisi Pekat Tomat per 27 000 liter ..........................................29
Tabel10 Prestasi Kerja Penulis Selama 4 Bulan Magang .....................................46
Tabel 11. Kesesuaian Lokasi Lahan Pertanian PT. Saung Mirwan dengan GAP .48
Tabel 12. Kesesuaian Lingkungan Pertanian PT. Saung Mirwan dengan GAP ....49
Tabel 13. Perbandingan beberapa media hidroponik .............................................51
Tabel 14. Kesesuaian Pemeliharaan Tanaman Pertanian PT. Saung Mirwan
dengan GAP ...........................................................................................53
Tabel 15. Kesesuaian Bahan Tanam PT. Saung Mirwan dengan GAP .................56
Tabel 16. Kesesuaian Penggunaan Pestisida dan Bahan Kimia PT. Saung Mirwan
dengan GAP ...........................................................................................58
Tabel 17. Kesesuaian Manajemen Hama dan Penyakit Tanaman PT. Saung
Mirwan dengan GAP .............................................................................61
Tabel 18. Kesesuaian Penggunaan Pupuk PT. Saung MIrwan dengan GAP ........62
Tabel 19. Pemupukan selama 23 minggu ..............................................................64
Tabel 20. Kesesuaian Pemanenan PT. Saung Mirwan dengan GAP .....................65
Tabel 21. Data panen tomat cherry selama 4 bulan ...............................................65
Tabel 22. Kesesuaian Pengemasan PT. Saung Mirwan dengan GAP ...................67
Tabel 23. Kesesuaian Penyimpanan dingin PT. Saung Mirwan dengan GAP ...69
Tabel 24. Kesesuaian Manajemen Pertanian PT. Saung Mirwan dengan GAP ....70
Tabel 25. Kesesuaian Usaha Tani PT. Saung Mirwan dengan GAP .....................71
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Jenis tanaman dan kondisi greenhouse di Lemah Neundet................................16
2. (a) Tray pembibitan tomat cherry, (b) Pembibitan tomat cherry .......................23
3. (a) Hasil stek dalam plastik, (b) Pengikatan plastik bagian atas tanaman yang
distek ..................................................................................................................24
4. (a) Tanaman hasil stek berumur 1 minggu dalam plastik, (b) Bibit stek yang
telah berakar, (c) Bibit stek siap tanam .............................................................24
5. Pembersihan lantai semen dengan menggunakan power sprayer (steam) .........25
6. Proses pemasangan mulsa pada lantai tanah ......................................................25
7. Proses pembakaran sekam untuk media hidroponik ..........................................26
8. Lahan siap tanam ...............................................................................................27
9. Proses penanaman tomat cherry secara hidroponik ...........................................28
11. Saringan pasir air irigasi ..................................................................................30
12. Proses Pengajiran pada tomat cherry ...............................................................31
13. Tanaman tomat cherry yang telah dipangkas ...................................................32
15. Tunas air yang akan dibuang (diwiwil)............................................................33
16. Hama white fly .................................................................................................34
17. Hama Leafminer ...............................................................................................35
18. Hama thrips ......................................................................................................36
19. Hama embun tepung. .......................................................................................36
20. Penyakit layu fusarium ....................................................................................37
21. Penyakit layu bakteri ........................................................................................38
22. Penyakit busuk ujung buah ..............................................................................39
23. Proses perajangan dan pemackingan komoditi tomat dan bawang Bombay ...41
24. Sterilisasi ..........................................................................................................47
25. Lokasi luar rumah kaca yang dijadikan tempat pengomposan ........................48
26. Perbedaan tanaman yang berasal dari stek pucuk (berpenyakit) dan benih .....50
27. Sumber air di lokasi kebun Sukamanah ...........................................................52
xiii
28. (a) Emiter, (b) Springkler irrigation, (c) Lahan pertanaman yang becek
akibat sumbatnya saluran irigasi dan atap yang rusak ...................................53
29. Keadaan rumah kaca PT.Saung Mirwan ..........................................................54
30. Pencucian polibag, pembersihan lahan dengan power sprayer (steam) dan
pengeringan tali ajir yang telah dicuci .............................................................55
31. Westafel yang digunakan oleh karyawan ........................................................55
32. Peralatan dalam proses budidaya .....................................................................56
33. Penyuluhan Global GAP ..................................................................................60
34. Kondisi lahan akibat pemberian pupuk yang berlebihan .................................63
35. Beberapa mesin packaging yang digunakan di PT.Saung Mirwan ..................68
36. Proses pengemasan tomat cherry .....................................................................69
37. Ruang penyimpanan dingin .............................................................................70
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Peraturan Good Agriculture Practice (GAP) .....................................................80
2. Lay out Bangunan PT.Saung Mirwan, Desa Sukamanah, .................................87
3. Lay out Greenhouse PT. Saung Mirwan, Desa Sukamanah ..............................88
4. Volume dan Prestasi Kerja Karyawan dan Penulis di Lokasi Produksi Tomat
Cherry di PT. Saung Mirwan .............................. Error! Bookmark not defined.
5. Skema jaringan irigasi tetes ...............................................................................89
6. Skema jaringan irigasi nutrisi pusat ...................................................................90
7. Struktur Organisasi PT. Saung Mirwan .............................................................91
8.Data Panen selama 4 bulan .................................................................................92
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Buah tomat merupakan salah satu jenis sayuran buah yang sangat dikenal
oleh semua kalangan masyarakat. Buah ini termasuk kedalam jenis sayuran
karena dimakan bersama dengan makanan utama (nasi). Tomat memiliki rasa
yang manis dan menyegarkan sehingga dapat memberikan efek yang baik bagi
kesehatan. Cita rasa yang khas ini menyebabkan tomat banyak digemari oleh
banyak orang (Webster and Wilson, 1980).
Data dari Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian menunjukkan
produksi dan produktivitas tomat terus meningkat sampai tahun 2008. Tahun
2008, produksi tomat secara keseluruhan mencapai 725,937 ton dari 635,474 ton
pada tahun 2007. Sementara itu, tingkat produktivitas tomat pada tahun 2007
sebesar 1.2 ton/ha juga mengalami peningkatan pada tahun 2008 yaitu sebesar
1.36 ton/ha. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk,
perkembangan zaman, dan peningkatan pendapatan perkapita masyarakat suatu
negara maka kesadaran untuk mengkonsumsi sayur akan semakin meningkat
untuk memenuhi konsumsi makanan dengan komposisi zat gizi yang lengkap.
Sayuran merupakan salah satu komponen yang tidak dapat ditinggalkan dalam
susunan zat gizi yang lengkap. Itulah sebabnya saat ini telah terjadi peningkatan
konsumsi masyarakat terhadap sayuran untuk menjaga kesehatan (Berliana,
2005).
Menurut pengelompokan komoditas, tomat termasuk pada kelompok
sayuran seperti halnya kubis, kentang, cabai, dan sebagainya, akan tetapi pada
kenyataannya konsumen rumah tangga sering mengkonsusi tomat sebagai
pengganti buah-buahan seperti melon, semangka, jeruk dan sebagainya. Sebagai
pengganti buah-buahan tomat yang dipilih oleh konsumen adalah jenis tomat yang
berwarna merah, berdaging tebal serta air buahnya cukup banyak, yang umumnya
dikonsumsi dalam bentuk segar misalnya dicampur dengan gula. Tomat cherry
memiliki banyak manfaat bagi kesehatan manusia karena merupakan sumber
vitamin A, C dan E.
2
Usaha pembudidayaan tomat cherry dilakukan didalam green house dan
juga secara konvensiona. Budidaya tomat didalam greenhouse biasanya
dilakukan dengan teknologi hidroponik. Teknologi hidroponik yaitu teknik
budidaya tanaman dalam media inert dengan penambahan larutan hara. Teknologi
hidroponik saat ini banyak digunakan untuk memproduksi sayuran. Keuntungan
penggunaan teknologi hidroponik antara lain dapat meningkatkan kualitas dan
hasil, menurunkan kehilangan hara, efesien dalam penggunaan pupuk dan air,
serta penanganannya yang mudah karena menggunakan sistem komputerisasi
(Resh, 1998).
Kebutuhan penduduk yang semakin tinggi dalam mengkonsumsi tomat
menuntut adanya suatu program yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Oleh
sebab itu dikembangkan suatu program yang dapat menjamin mutu dan kualitas
produk yaitu program GAP (Good Agriculture Practice) yang bertujuan untuk
menjamin mutu produk yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Good Agriculture Practices merupakan akreditasi dokumen normatif
untuk sertifikasi dalam pemasaran produk. Dalam pelaksanaannya, hal ini
mencakup kerangka kerja untuk mencapai standar dan upaya produsen untuk
memproduksi secara optimum melalui norma dalam penggunaan benih, lahan,
pupuk, perlindungan tanaman, energi, air, serta meminimalisasi pengaruh negatif
terhadap lingkungan, dengan menjamin kesehatan lingkungan sosialnya dan
kesejahteraan pekerja. Seluruh hal ini, berhubungan dengan mutu produk yang
ditawarkan. Mutu merupakan gabungan kriteria yang memberikan nilai pada
suatu produk yang dapat memuaskan konsumen. Mutu ini berkaitan erat dengan
kesesuaian dengan tujuan/standar produk. Dalam basis implementasi sertifikasi,
GAP ini juga berkaitan erat dengan GMP (Good Manufacturing Practices) dan
GHP (Good Hygine Practices).
Menurut data dari Dirjen Hortikultura (2009), tujuan dari penerapan GAP
diantaranya adalah (1) meningkatkan produksi dan produktivitas, (2)
meningkatkan mutu hasil buah-buahan termasuk keamanan konsumsi, (3)
meningkatkan efisiensi produksi dan daya saing, (4) memperbaiki efisiensi
penggunaan sumberdaya alam, (5) mempertahankan kesuburan lahan, kelestarian
3
lingkungan dan sistem produksi yang berkelanjutan, (6) mendorong petani dan
kelompok tani untuk memiliki sikap mental yang bertanggung jawab terhadap
kesehatan dan keamanan diri dan lingkungan, (7) meningkatkan peluang
penerimaan oleh pasar internasional dan (8) memberi jaminan keamanan terhadap
konsumen. Sasaran yang akan dicapai adalah terwujudnya keamanan pangan,
jaminan mutu, usaha agribisnis hortikultura berkelanjutan dan peningkatan daya
saing.
Good Manufacturing Practice (GMP) berkaitan dengan pengolahan pasca
panen produk dalam hal keamanan pangan, ramah lingkungan dan kesejahteraan
pekerja sedangkan GHP merupakan komponen horizontal antara GAP dan GMP
yang memberi jaminan terhadap keamanan pangan tersebut.
Tujuan
Kegiatan magang ini memiliki 2 tujuan yaitu :
1. Tujuan Utama
Tujuan utama dari kegiatan magang adalah untuk memperluas wawasan
pengetahuan, meningkatkan kemampuan dalam segi teknik budidaya,
kemampuan manajerial, dan mempersiapkan kemampuan untuk
menghadapi proses kerja secara nyata.
2. Tujuan Khusus
Untuk memperoleh informasi tentang budidaya, pengelolaan pasca
panen dan marketing tomat di PT Saung Mirwan.
Untuk memperoleh informasi seberapa jauh seluruh kegiatan budidaya
sudah sesuai dengan GAP (Good Agriculture Practice) untuk
komoditas tomat.
Untuk memperoleh kesesuaian informasi budidaya tomat di PT. Saung
Mirwan tersebut dengan program industri ramah lingkungan
METODE
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di PT. Saung Mirwan yang berlokasi di
Desa Sukamanah, Pasir Muncang, Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Magang
dilaksanakan selama empat bulan, mulai Februari sampai Juni 2011.
Metode
Kegiatan magang yang dilakukan berupa praktik di lapangan dengan
mengikuti seluruh rangkaian kegiatan yang dilaksanakan perusahaan mulai dari
teknik budidaya, penanganan pascapanen, serta pemasarannya. Kegiatan magang
meliputi:
1. Pengumpulan data mengenai pengelolaan usaha dan kondisi umum PT.
Saung Mirwan dilakukan dengan cara mendeskripsikan teknik budidaya
tanaman tomat yang dilaksanakan di PT.Saung Mirwan.
Data diperoleh melalui wawancara dengan pekerja dan
penanggung jawab perusahaan. Selain itu, data ini juga diperoleh melalui
pengamatan mandiri. Informasi kondisi umum meliputi informasi sejarah
dan keadaan wilayah, sarana dan prasarana, struktur organisasi, dan
identifikasi varietas tomat yang dibudidayakan di PT. Saung Mirwan.
Kegiatan identifikasi dilakukan pada minggu pertama kegiatan magang
yang bertujuan untuk mengetahui keragaman tomat serta sumber bibit
yang diperoleh.
2. Perbandingan kegiatan produksi tanaman tomat dengan program GAP.
Kegiatan yang dilaksanakan adalah semua kegiatan yang ada di
lapangan dengan mengikuti sistem kerja di PT. Saung Mirwan. Kegiatan
yang dilakukan adalah seluruh kegiatan budidaya tomat meliputi persiapan
lahan, penanaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, panen,
dan pasca panen. Jurnal kegiatan magang yang melaporkan kegiatan yang
5
dilaksanakan serta prestasi kerja dibuat setiap hari. Data ini diperoleh
melalui kegiatan wawancara dengan penanggung jawab kebun yang
dilengkapi dengan pengisisan kuisioner yang telah disusun. Selain itu,
kegiatan ini juga dilakukan dengan cara pengisisan kuisisoner oleh
penanggung jawab kebun serta pengamatan mandiri dengan keikutsertaan
dalam diskusi kelompok. Kegiatan ini dilaksanakan pada minggu ke-2
hingga minggu ke-12 pelaksanaan magang.
3. Pendamping Manajer Kebun.
Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan aktivitas manajer kebun dan
membantu asisten serta manajer dalam mengamati hasil kegiatan di lapang
dan mengevaluasinya. Kegiatan ini dilaksanakan pada minggu ke-13
hingga minggu ke-16 pelaksanaan magang .
4. Pengumpulan data mengenai produksi dan teknik pasca panen tanaman
tomat di PT. Saung Mirwan.
Pengumpulan data dilakukan melalui diskusi ataupun wawancara
dengan manajer dan tetap dilakukan pengisisan kuisioner yang telah
disusun. Hal ini bertujuan untuk mengetahui potensi usaha tanaman tomat
di PT. Saung Mirwan yang dilaksanakan pada minggu ke-13 dan ke-14
magang.
5. Evaluasi hasil data primer dan sekunder yang diperoleh dilaksanakan pada
minggu ke-15 dan ke-16 pelaksanaan magang.
6
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan metode langsung dan
tidak langsung. Data primer diperoleh melalui pengamatan di lapangan dan
wawancara dengan penanggung jawab kegiatan (key informan). Hal yang diamati
adalah aspek budidaya tanaman tomat yang terkait dengan lokasi lahan pertanian,
struktur lahan pertanian, lingkungan lahan pertanian (tanah dan nutrisi),
pemeliharaan lahan pertanian (pembibitan, penanaman, pemupukan, teknik
irigasi, pengendalian gulma, hama dan penyakit tanaman, pemanenan, teknik
pengolahan pasca panen), manajemen pertanian (catatan dan pelatihan staf).
Selain itu, juga diamati beberapa karateristik tanaman tomat yang berkaitan
dengan produksi, yaitu bobot buah per tanaman dan bobot buah total setiap kali
panen.
Data sekunder diperoleh melalui metode observasi dari data perusahaan
yang sudah ada serta berbagai lembaga yang terkait dengan kegiatan produksi
perusahaan. Data juga diperoleh melalui studi pustaka budidaya tomat. Data
sekunder meliputi data yang mendukung pelaksanaan teknis lapangan, antara lain
kondisi lingkungan (kondisi greenhouse, suhu, kelembapan, sanitasi, kebersihan
dan pencahayaan) dan kondisi umum perusahaan (sejarah, visi dan misi, struktur
organisasi, ketersediaan faktor produksi, dan pemasaran).
Analisis Data
Hasil kegiatan magang berupa data primer maupun sekunder dengan
berbagai peubah dan rekomendasi teknis yang diterapkan diolah dengan
menggunakan analisis deskriptif.
7
TINJAUAN PUSTAKA
Botani
Tanaman tomat termasuk tanaman setahun (annual) yang berarti umur
tanaman ini hanya untuk satu kali periode panen. Setelah produksi, kemudian
mati. Tanaman ini berbentuk perdu atau semak dengan panjang bisa mencapai
2m. Oleh karena itu, tanaman tomat perlu diberi ajir dari turus bambu atau turus
kayu agar tidak roboh di tanah tetapi tumbuh secara vertikal (Wilson and Walter,
1967).
Klasifikasi buah tomat menurut Wilson dan Walter (1967), tomat termasuk
dalam divisi spermatophyta (tanaman berbiji), subdivisi angiospermae (biji berada
dalam buah), kelas dicotyledonae, ordo tubiflorae, familia solanaceae, genus
lycopersicon dan spesies Lycopersicon esculentum var. cerasiforme.
Tanaman tomat memiliki akar tunggang yang tumbuh vertikal menembus
kedalam tanah dan horizontal berupa akar serabut yang tumbuh menyebar ke arah
samping. Daerah perakarannya dapat mencapai 1.5 m sedangkan ujung akarnya
dapat mencapai kedalaman 0.5 m pada kondisi lingkungan yang optimum.
Berdasarkan sifat perakaran ini, tanaman tomat akan dapat tumbuh baik jika
ditanam pada lahan yang gembur dan porous (Wilson and Walter, 1967).
Batang tanaman tomat mudah patah sewaktu masih muda sedangkan
setelah tua menjadi keras hampir berkayu, persegi dan seluruh permukaan
batangnya berbulu halus. Tanaman tomat cherry memiliki pertumbuhan batang
indeterminate, dimana pertumbuhan batangnya tidak diakhiri dengan rangkaian
bunga atau buah, arah pertumbuhannya vertikal, periode panen buahnya panjang
atau dapat dipanen sepanjang musim, dan habitus tanaman umumnya tinggi dan
akan lemah bila tidak ditopang (Opena and Van der Vossen, 1994).
Daun tomat merupakan daun majemuk yang tumbuh berselang-seling atau
tersusun spiral mengelilingi batang tanaman. Daun tanaman tomat cherry
umumnya lebar, bersirip dan berbulu, panjangnya antara 20-30 cm atau lebih.
Lebar daun sekitar 15-20 cm dan biasanya tumbuh dekat ujung dahan. Tangkai
8
daun bulat panjang sekitar 7-10 cm dan tebalnya antara 0.3-0.5 cm (Opena and
Van der Vossen, 1994).
Bunga tanaman tomat berukuran kecil, berdiameter sekitar 2 cm dan
berwarna kuning cerah. Bunganya tersusun dalam rangkaian bunga yang jumlah
kuntum bunganya sekitar 30-70 buah tiap clusternya. Jumlah kelopaknya 5
berwarna hijau dan 5 buah mahkota bunganya berwarna kuning yang bagian
dalam dasarnya menyatu, sedangkan bagian atasnya meruncing menyebar, seolah-
olah menyerupai bintang. Bagian bunga terdiri atas benang sari (stamen) dan
kepala sari (anther) yang didalamnya terdapat tepung sari (pollen). Kepala sari
berbentuk kubah (cone) dengan celah menghadap kebawah sedangkan posisi putik
berada di bawah kubah tersebut. Tangkai sarinya pendek dan kantong sarinya
memiliki 12 alur, sehingga berbentuk seperti granat. Bunga tomat menyerbuk
sendiri tetapi juga mudah untuk dilakukan penyerbukan silang (Rubazky dan
Yamaguchi, 1999).
Buah tomat cherry berbentuk bulat dengan diameter 1.5-3 cm. Bobot buah
± 30 gr, memiliki kulit buah tipis. Kulit buah ada yang berwarna merah muda,
merah, oranye atau kuning (Opena and Van der Vossen, 1994). Biji tomat
dikelilingi oleh bahan gel yang memenuhi rongga buah. Biji tomat berbentuk
pipih dan berwarna krem muda. Biji tomat umumnya memiliki panjang 2-3 mm
(Rubazky dan Yamaguchi, 1999).
Syarat Tumbuh
Tanaman tomat dapat tumbuh didataran rendah sampai dataran tinggi
dengan lahan yang dapat ditanami adalah lahan bekas sawah dan lahan kering.
Idealnya, tanaman tomat tumbuh di tempat yang dingin, cuaca kering dan dataran
tinggi (1000-1250 m dpl), khusus untuk tomat cherry umumnya tumbuh dan
berproduksi dengan baik pada daerah yang mempunyai ketinggian diatas 700 m
dpl (Suarni, 2006).
Menurut Cahyono (2008), tomat yang cocok ditanam di dataran tinggi
antara lain varietas Berlian, Mutiara dan Kada sedangkan untuk dataran rendah
9
adalah Intan, Ratna, LV, CLN, Zamrud, Opal dan Mirah. Selain itu, ada varietas
lain yang cocok ditanam di dataran rendah maupun di dataran tinggi, yaitu
varietas GH2, GH4, Berlian dan Mutiara.
Suhu yang optimum untuk pertumbuhan dan pembungaan tomat adalah
25-300C pada siang hari dan antara 160C-200C pada malam hari. Perbedaan harian
yang besar untuk siang dan malam cenderung meningkatkan pembungaan,
pertumbuhan dan kualitas buah. Pembentukan buah terbaik antara suhu 180C dan
240C, pada suhu dibawah 150C dan diatas 300C pembentukan buah berlangsung
buruk. Untuk pembentukan buah, suhu malam lebih kritis dari suhu siang. Tomat
cherry memerlukan sinar matahari minimal 8 jam per hari dan curah hujan pada
kisaran 750-1250 mm per tahun. Meskipun demikian tanaman ini tidak tahan
terhadap sinar matahari yang terik dan hujan lebat (Rubazky dan Yamaguchi,
1999).
Keadaan temperatur dan kelembapan yang tinggi (95%), berpengaruh
kurang baik terhadap pertumbuhan, produksi dan kualitas buah tomat cherry. Hal
ini terjadi karena kelembapan yang tinggi akan merangsang peningkatan laju
transpirasi melalui stomata yang membuka lebih banyak pada kelembapan tinggi.
Selain itu, kelembapan yang tinggi juga dapat merangsang pertumbuhan
organisme pengganggu tanaman.
Menurut Opena and Van der Vossen (1994), tomat dapat tumbuh pada
berbagai macam jenis tanah, mulai dari tanah berpasir hingga tanah liat yang
mengandung banyak bahan organik. Kisaran pH ideal adalah 6.0-6.5, pH terlalu
tinggi atau terlalu rendah dapat meyebabkan defisiensi mineral dan keracunan.
Menurut Salakpetch (2005), pembagian manajemen mutu dibedakan
menjadi 3 bagian. Pembagian ini didasarkan pada HACCP (Hazard Analysis and
Critical Control Point) dan ISO (International Organization for Standardization).
Quality Policy (Kebijakan Mutu).Kebijakan mutu ini merupakan kebijakan
yang ditujukan untuk para petani, dimana mereka harus memiliki semboyan
“kami berusaha untuk memproduksi buah dan sayuran segar untuk pasar segar
dan akan memberikan kepuasan kepada pelanggan”
10
Quality Objectives (Sasaran Mutu). Sasaran mutu merupakan pelanggan
ataupun konsumen. Sasaran mutu ini bertujuan untuk mengembangkan syarat-
syarat utama yang menjadi permintaan konsumen. Hal ini berkaitan dengan
kepuasan konsumen terhadap produk yang ditawarkan yang berkaitan dengan
mutu fisik, kimia, biologi dan bebas hama penyakit. Sasaran mutu ini berbeda
menurut jenis komoditas yang ditawarkan, misalnya sasaran mutu durian akan
berbeda dengan sasaran mutu mangga.
Quality Plan (Perencanaan Mutu). HACCP merupakan analisis ataupun
peraturan yang mengatur suatu kegiatan misalnya budidaya tanaman dengan
pemenuhan beberapa komponen yang telah ditetapkan. HACCP membantu dalam
mengidentifikasi kualitas produk yang mungkin dalam pelaksanaannya masih ada
faktor-faktor kerusakan yang perlu diseleksi, dihindari atau diminimalkan.
Penerapan Budidaya Terbaik untuk Sayuran
Pemilihan jenis benih dan bibit yang baik akan sangat mempengaruhi
keberlanjutan dan keberhasilan dari sebuah usahatani ataupun perusahaan
pertanian. Setiap tanaman pasti memiliki kondisi iklim tertentu agar dapat
tumbuh dan berpotensi maksimal sehingga jika kondisi lahan tidak sesuai maka
kita harus menciptakan kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman tersebut.
Berdasarkan cara penanamannya, tanaman sayuran dapat dibagi menjadi 3 jenis
yaitu :
1. Tanaman yang biasanya dipindahtanamkan (kubis, brokoli,
kembang kol, selada, lada, seledri, tomat, terung)
2. Tanaman yang biasanya ditanam langsung (melon, labu pahit,
mentimun, buncis, kangkung, bawang merah, jagung manis)
3. Tanaman harus tanam langsung (lobak, wortel, bit)
Tanaman tomat merupakan tanaman yang biasanya dipindahtanamkan
sehingga membutuhkan proses pembibitan. Proses pembibitan harus dapat
menciptakan kondisi yang baik terhadap tanaman yang akan ditransplantasi. Hal –
hal yang harus diperhatikan dalam proses pembibitan adalah perlindungan
11
terhadap hama dan hewan tingkat tinggi seperti ayam, hujan, sinar matahari yang
berlebihan dan perlindungan terhadap suhu ekstrim.
Selain itu, hal lain yang harus diperhatikan adalah media tanam yang baik
untuk pembibitan. Adapun karateristik dari media tanam yang ideal adalah
memiliki kemampuan menahan air dan aerasi dengan baik. mampu menyerap
nutrisi dengan baik serta bebas dari hama dan penyakit.
Berdasarkan hasil penelitian di Filipina yang dilakukan oleh Holmer
(1998) dan Trugglemann (2000), pemupukan pada tanaman sayuran akan
memperoleh hasil yang terbaik jika ada pengkombinasian antara pupuk organik
dan pupuk anorganik. Pupuk organik seperti pupuk kandang dan kompos berguna
untuk memperbaiki sifat fisik, bioligi dan kimia tanah sedangkan pupuk anorganik
seperti urea, NPK, KCl dan sebaginya berguna sebagai sumber bahan organik
yang langsung tersedia dan dapat langsung diserap oleh tanaman. Perbedaan yang
mendasar yang terdapat antara pupuk organik dan pupuk anorganik sebenarnya
adalah konsentrasi dan ketersediaannya pada tanaman karena pupuk organik
lambat tersedia bagi tanaman (melalui proses dekomposisi) sedangkan pupuk
anorganik langsung tersedia bagi tanaman. Kombinasi dari kedua jenis pupuk ini
akan dapat meningkatkan produksi dan produktivitas dari hasil sayuran.
Aplikasi pupuk ini juga harus dilakukan secara bertahap. Pada tahap awal
(tahap basal) dilakukan pemberian pupuk organik secara keseluruhan pada masa
sebelum tanam dan pada tahp berikutnya diberikan pada 1 ataupun 2 minggu
setelah tanam (tergantung kondisi dan varietas tanaman).
Pemberian air ataupun irigasi pada tanaman merupakan hal yang penting
bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dalam budidaya tomat ada
beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu, air dan nitrogen merupakan 2 input
yang mempengaruhi produksi tomat, ketersediaan air yang tidak cukup, harga
pupuk yang meningkat, pengelolan air yang baik diperlukan untuk menjaga
ketersedian nitrogen di zona perakaran
Penanganan pasca panen merupakan faktor yang paling penting dalam
menangani mutu tanaman terlebih tanaman sayuran. Pada dasarnya, penyebab
utama kehilangan hasil pada tanaman sayuran adalah layu, kuning, dan tingkat
12
respirasi yang tinggi sehingga tanaman cepat busuk. Dalam hal ini, tanaman
sayuran juga merupakan tanaman yang sangat cepat kehilangan air. Hal ini akan
sangat merugikan karena selain merusak penampilan produk juga akan
menyebabkan susut bobot yang besar. Untuk itu, sebenarnya perlu dikembangkan
teknik-teknik pasca panen yang dapat mengurangi kehilangan hasil pada produk.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara perlakuan suhu dingin ataupun modifikasi
kemasan sesuai dengan produk yang dihasilkan dengan memperhatikan laju
respirasi dan jenis tanaman yang dihasilkan (Kader, 2002).
Standar perlindungan pekerja merupakan standar peraturan yang dibuat
untuk mengurangi resiko pekerja. Hal ini berkaitan dengan keracunan pestisida
dan cedera pada saat bekerja dilapangan. Peraturan standar pekerja ini harus
dilaksanakan oleh seluruh orang yang terkait dengan perusahaan tersebut, baik itu
pemilik, kontraktor maupun manajer. Namun, ketentuan untuk tiap tingkatan pasti
berbeda. Misalnya khusus kepada pekerja aplikasi pestisida, diberikan peraturan
tambahan untuk mengikuti pelatihan aplikasi pestisida sebelum mereka turun ke
lapangan. Hal ini juga berkaitan dengan label petunjuk penggunaan pestisida yang
terdapat pada kemasan pestisida karena efek dari penggunaan yang tidak tepat
atau berlebihan dapat mengakibatkan hama resisten dan akan semakin sulit untuk
dikendalikan.
Pengendalian hama juga dapat dilakukan dalam pengendalian penyakit,
hanya saja ada beberapa komponen yang berbeda. Dalam pengendalian penyakit
terdapat 3 komponen yng harus diamati yaitu : tanaman inang, lingkungan, dan
patogen yang menyebabkan terjadinya penyakit. Hal ini sering disebut dengan
“segitiga penyakit”. Jika lingkungan mendukung bagi perkembangan patogen
maka penyakit akan menyebar. Pengendalian penyakit ini dapat ditangani dengan
beberapa cara, antara lain : penanaman varietas tahan, sanitasi (pembersihan
lingkungan dari patogen) (Kuswanto, 2000).
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. KEADAAN UMUM
Lokasi
Tabel 1. Data suhu rumah kaca Februari-Juni, 2011
Week Suhu (0C)
Cuaca Kelembapan (RH)Min Max Rata-rata
7 20.8 34.4 27.6 Mendung 75.9
8 20.0 29.0 27.8 Berawan 67.0
9 19.4 30.2 20.6 Hujan 77.2
10 19.6 32.0 25.8 Berawan 71.9
11 24.8 36.0 25.3 Panas 66.3
12 22.0 33.3 27.6 Berawan 74.7
13 24.5 30.0 27.2 Mendung 75.5
14 24.6 31.1 27.9 Mendung 68.8
15 23.0 30.0 26.5 Panas 70.0
16 22.8 31.6 27.2 Berawan 70.0
17 21.6 33.6 27.4 Berawan 76.6
19 20.4 34.2 27.3 Cerah 73.2
20 20.6 34.8 27.7 Mendung 72.5
21 21.5 36.3 28.9 Berawan 75.8
22 19.5 34.2 26.8 Berawan 74.3
23 21.4 34.6 28.0 Panas 67.9 Sumber : Bagian Nutrisi PT.Saung Mirwan, 2011
PT.Saung Mirwan berada pada 106054’ BT dan 6041’ LS dengan
ketinggian 670 m diatas permukaan laut (dpl) yang berada di bawah kaki Gunung
Pangarango. Lokasi PT.Saung Mirwan berada di Jalan Cikopo Selatan No. 134
Desa Sukamanah, Kampung Pasir Muncang, Kecamatan Megamendung, Bogor,
Jawa Barat. Sebelah utara desa Sukamanah berbatasan dengan Desa Sukamaja,
sebelah timur berbatasan dengan Desa Suka Karya dan Desa Suka Galih, sebelah
barat dengan Desa Jambu Luwuk dan Desa Bojong Murni di sebelah selatan.
Suhu tertinggi pada rumah kaca adalah 35-36 0C pada siang hari dan suhu
terendah 18-24 0C pada malam hari dengan kelembapan udara (RH) 77% pada
titik tertinggi dan 66% pada titik terendah. Jenis tanah pada daerah ini adalah
14
tanah latosol. Ciri-ciri tanah latosol adalah berwarna kecokelatan, liat remah,
gembur, mudah menginfiltrasi air, daya dukung air baik dan tahan erosi. Tanah
seperti ini cocok untuk penanaman sayuran dengan topografi yang berbukit-buit,
datar dan miring. Tabel 1 merupakan data iklim rata-rata yang diperoleh pada
bulan Februari sampai Juni 2011
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
PT. Saung Mirwan merupakan perusahaan sayuran yang memiliki 3 lokasi
lahan budidaya. Lahan budidaya ini terdiri dari lahan sendiri dan lahan mitra.
Beberapa lahan yang dimiliki oleh perusahaan ini berada di desa Sukamanah,
Garut dan kampung Lemah Neundeut. Lahan budidaya sendiri terdapat di
Sukamanah dan Lemah Neundeut sementara lahan mitra berada di Garut.
1. Desa Sukamanah, Bogor
Desa Sukamanah merupakan pusat produksi PT.Saung Mirwan Lokasi ini
meliputi semua kegiatan produksi, pengemasan, serta penjualan. Oleh
karena itu, lokasi ini merupakan wilayah terluas dibandingkan dengan 4
lokasi lahan PT.Saung Mirwan lainnya. Selain itu, bangunan kantor,
rumah pemilik, gudang pengemasan, sarana olahraga, mess karyawan,
bengkel, sarana ibadah serta berbagai sarana dan prasarana penunjang
lainnya juga berada di tempat ini. Luas daerah ini lebih kurang mencapai
11 ha dan 4 ha diantaranya merupakan bangunan rumah kaca.
Lahan di lokasi ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu lahan luar dan
lahan di dalam rumah kaca. Lahan luar ditanami dengan paria, produksi
benih edamame, rukulla, dan buncis mini. Lahan dalam rumah kaca
ditanami dengan berbagai jenis tanaman sayuran dan tanaman hias.
Tanaman sayuran yang ditanam antara lain tomat cherry (Lycopersicon
esculentum var. cerasiforme), tomat biasa (Lycopersicon esculentum var.
esculentum), salanova (Lactuca sativa L.), paprika (Capsicum annuum L.
cv. group Grossum), timun (Cucumis sativus L.), dan sisitho (Capsicum
annuum) dengan luas lahan sekitar 0.7 ha. Komoditi tanaman hias yang
dikembangkan adalah bunga krisan (Dendrathema grandiflora Tzvelev
15
Syn.), kastuba (Euphorbia pulcherrima) , kalandiva (Kalanchoe sp.) dan
kalanchoe (Kalanchoe blossfeldiana). Lokasi tanaman induk krisan juga
dibagi menjadi 2 bagian, yaitu induk krisan untuk produksi stek pucuk di
pasar lokal seluas 0.5 ha dan induk krisan untuk produksi stek pucuk di
pasar ekspor. Bunga krisan ini, juga dijual dalam bentuk krisan pot dan
krisan potong.
Sebagian besar tanaman dibudidayakan di dalam rumah kaca
walaupun ada beberapa jenis tanaman yang dibudidayakan di lahan luar.
Rumah kaca ini memiliki tipe ridge an furrow. Jika dilihat tipe rumah kaca
yang ada di luar negeri, tipe rumah kaca akan dibuat cukup fleksibel
sehingga dapat menanam secara periodik pada 4 musim yang berbeda
untuk memperoleh hasil pertanian yang optimum. Sementara di Indonesia
rumah kaca dibuat agar dapat melindungi tanaman dari hujan agar pupuk
yang diberikan kepada tanaman tidak tercuci oleh air hujan. Selain itu,
posisi rumah kaca juga dibuat menghadap utara agar cahaya matahari yang
diperoleh dapat merata sepanjang hari (Nelson, 1978)
Rumah kaca terbuat dari kontruksi besi stall sehingga lebih tahan
lama dibandingkan dengan kayu yang memilki umur ekonomis 25 tahun.
Plastik untuk atap merupakan plastik ultraviolet (UV) 14% setebal 2
milimikron berwarna putih dan memiliki umur teknis 6-12 bulan. Namun,
hal ini juga berantung pada kondisi cuaca dan iklim. Jika banyak angin
dan curah hujan tinggi plastik ini akan lebih cepat robek dan rusak.
Rumah kaca ini memilki ukuran standar dengan panjang 36 m dan
40 m dan lebar 12.8 m dengan 2 atap dengan lebar masing-masing 6.4 m
yang dibentuk menjadi 4 bedengan. Setiap rumah kaca terdiri dari 8
bedengan dengan ketinggian dinding 3-5 m.
2. Kampung Lemah Neundet, Bogor
Lahan Lemah Neundet merupakan lahan sewa kepada PTPN VII
Gunung-Mas Bogor dengan luas lebih kurang 3.5 ha. Lokasi ini berada
diketinggian yang lebih tinggi daripada desa Sukamanah dan terletak di
sebelah tenggara desa Sukamanah yang dapat ditempuh selama 15-20
16
menit. Lahan di daerah ini digunakan untuk bangunan rumah kaca seluas
1.2 ha. Gambar 1. Merupakan gambar keadaan rumah kaca yang ada di
lokasi Lemah Neundeut dan beberapa jenis tanaman yang dibudidayakan.
Gambar 1. Jenis tanaman dan kondisi greenhouse di Lemah Neundet
3. Garut
Luas lahan di Garut yang disewakan kepada petani sekitar 9 ha
sekitar areal penanaman. Lahan ini berada di Kecammatan Cisurupan,
yaitu di Desa Cisurupan, Desa Tambaklaya, Desa Cilame, Desa Barusuda,
dan Desa Baluwangi. Komoditi yang dikembangkan adalah selada
(Lactuca sativa L.), dengan beberapa varitas yaitu butter head, lettuce
head, lettuce romance demiscus, lolorosa A, lolorosa C, radichio
(Chicorium intybus), endive (Cichorium endivia L.), kol merah (Brassica
oleracea L. cv. group Red Headed Cababage), seledri (Apium graveolens),
dan zucchini (Cucurbita pepo L. cv. group Zucchini).
Keadaan Tanaman dan Produksi
PT.Saung Mirwan merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi
bunga dan sayuran. Perusahaan lokal ini banyak memproduksi komoditas ekspor
yang juga bergerak dalam bidang agribisnis sebagai produsen. Pada awalnya,
perusahaan ini merupakan perusahaan yang mengembangkan teknik budidaya
secara hidroponik namun pada tahun 1991 diperluas lagi dengan budidaya stek
tanaman hias.
Budidaya tomat di PT Saung Mirwan mulai dikembangkan pada tahun
1995. Tomat dibudidayakan didalam rumah kaca dengan menggunakan media
17
arang sekam. Adapun jenis tomat yang dikembangkan adalah tomat biasa dan
tomat cherry. Khusus untuk tomat cherry, kultivar yang dikembangkan adalah
Sakura, Guindo dan Gang.
Tomat cherry merupakan produk ekspor yang dikembangkan untuk
memenuhi permintaan dari beberapa Negara. Varietas Guindo diekspor ke
Spanyol sedangkan varietas Sakura diekspor ke Jepang. Penjualan di daerah lokal
adalah penjualan kepada konsumen retail seperti Carrefour, Matahari (Foodmart
dan Hypermart). Super Indo, Yogya, Ranch Market dan lain-lain.
Tomat chery membutuhkan waktu 12-15 minggu sampai panen sejak dari
pembibitan. Pembibitan hanya membutuhkan waktu 2 atau 3 minggu kemudian
dipindahkan ke lapang dan biasanya dibongkar setelah 19 minggu. Saat ini,
pengembangan tanaman tomat cherry tidak hanya dari benih tapi juga mulai
dikembangkan melalui stek pucuk/tunas air yang diambil dari tanaman induk yang
berasal dari benih.
Penanaman tomat cherry di PT. Saung Mirwan dilakukan berdasarkan
adanya permintaan dari pasar, namun terkadang apabila terdapat lahan kosong dan
tidak digunakan maka ditanami dengan tanaman lain (tidak bergantung pada
permintaan). Data dibawah menunjukkan bahwa penanaman tomat cherry di
lokasi T (BPT) mencapai 100 % dari target tanam sedangkan pada lokasi
Propagation C, penanaman hanya 97% dari target penanaman. Hal ini disebabkan
karena adanya kekurangan benih tomat cherry yang masih tersedia ataupun yang
dapat digunakan. Oleh karena itu, mandor melakukan stek pucuk untuk
memperoleh bibit agar dapat memenuhi target tanam. Dalam stek pucuk ini, tidak
semua hasil stek bisa digunakan yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan
faktor internal lainnya sehingga tidak semua lokasi yang menjadi target
penanaman dapat ditanami.
Tabel 2. merupakan data penanaman tomat cherry selama 4 bulan. Pada
tabel tersebut kita dapat melihat target dan realisasi tanam tomat cherry selama 4
bulan pada 2 lokasi yaitu lokasi BPT (Greenhouse lokasi T) dan BRC
(Propagation lokasi C).
18
Tabel 2. Penanaman tomat cherry selama 4 bulan
Week BPT BRC Total
Target tanam
Realisasi tanam
% Target tanam
Realisasi tanam
% Target tanam
Realisasi tanam
%
4 - - - - - - - - - 5 - - - - - - - - - 6 - - - - - - - - - 7 240 240 100 - - - 240 240 100 8 800 800 100 800 780 98 1,600 1,580 99 9 480 480 100 - - - 480 480 100
10 - - - - - - - - - 11 - - - - - - - - - 12 160 160 100 150 144 96 310 304 98 13 - - - - - - - - - 14 - - - - - - - - - 15 - - - - - - - - - 16 - - - - - - - - - 17 - - - - - - - - - 18 - - - - - - - - - 19 - - - - - - - - - 20 - - - - - - - - - 21 - - - - - - - - - 22 688 688 100 - - - 688 688 100
Total 2,368 2,368 100 950 924 97 3,318 3,292 99 Rata-rata
474 474 100 475 462 97 175 173 99
Sumber : Bagian Produksi PT.Saung Mirwan, 2011
Adapun komoditi yang saat ini diproduksi oleh Saung Mirwan dapat
dilihat pada tabel 3 dan 4. Komoditi tersebut dibagi menjadi 4 bagian yaitu,
komoditi sayuran daun, komoditi sayuran buah, komoditi herb dan komoditi
bunga. Sementara untuk varietas salanova ada beberapa yang dikembangkan yaitu
Baby lettuce, Butter head, Lettuce head, Lettuce romance demiscus, Lolorosa A
dan C, Red Batavia, Selada keriting, Selada merah dan Selada oakleaf
Tabel 3. Komoditi Sayuran Buah dan Bunga PT. Saung Mirwan 2011
No Komoditi Sayuran Buah No Komoditi Bunga
1 Cabai (Capsicum annuum) 1 Kalanchoe (Kalanchoe blossfeldiana)
2 Paprika (Capsicum annuum L. cv. group Grossum)
2 Kalandiva (Kalanchoe sp.)
3 Timun (Cucumis sativus L. cv. group Slicing Cucumber)
3 Kastuba (Euphorbia pulcherrima)
4 Tomat (Lycopersicon esculentum var. esculentum)
4 Krisan tipe spray (Dendrathema grandiflora Tzvelev Syn.)
5 Zucchini (Cucurbita pepo L. cv. group Zucchini)
5 Krisan tipe standar (Dendrathema grandiflora Tzvelev Syn.)
Sumber : Bagian Umum PT. Saung Mirwan, 2011
19
Tabel 4. Komoditi Sayuran Daun dan Komoditi Herb PT.Saung Mirwan 2011
No Komoditi Herb No Komoditi Sayuran Daun
1 Basil (Ocimum basilicum) 1 Bawang daun (Allium fistulosum)
2 Chervil (Anthriscus cerefolium) 2 Endive (Cichorium endivia L.)
3 Chives (Allium tuberosum) 3 Kailan baby (Brassica oleracea L. cv. Chinese Kale)
4 Coriander (Coriandrum sativum) 4 Kol merah (Brassica oleracea L. cv. Red Headed Cababage)
5 Dill (Anethum graveolens) 5 Radichio (Chicorium intybus).
6 Kemangi (Ocimum americanum) 6 Rukulla (Eruca vesicaria L. subsp. Sativa)
7 Oregano (Origanum vulgare subsp. hirtum) 7 Seledri (Apium graveolens)
8 Rosemary (Rosmarinus officinalis) 8 Pakchoi baby (Brassica rapa L. cv. Pakchoi)
9 Sage (Salivia officinalis) 9 Salanova (Lactuca sativa L.)
10 Seledri (Apium graveolens)
11 Summer savory (Satureja hortenis)
12 Sweet Marjoram (Origanum majorana)
13 Thyme (Thymus serpyllum)
Sumber : Bagian umum PT.Saung Mirwan, 2011
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
PT.Saung Mirwan merupakan sebuah Perseroan Terbatas yang bergerak
dalam bidang budidaya dan kemitraan. PT.Saung Mirwan memiliki seorang
Presiden Direktur utama yaitu Tatang Hadinata yang juga merupakan pemilik
perusahaan ini. Presiden Direktur dibantu oleh 2 Wakil Direktur yaitu Wakil
Direktur yang menangani bidang Penjaminan Mutu, Teknik informatika dan Riset
dan Pengembangan dan Wakil Direktur yang menangani Bidang Produksi, Bidang
Komersil dan Bidang Umum. Masing-masing bidang ini, dipimpin oleh seorang
Manajer.
Bidang produksi membawahi seluruh kegiatan produksi yang terdapat di
tiga lokasi yaitu, lokasi Desa Sukamanah, Garut dan Lemah Neundet. Kegiatan
produksi ini dikepalai oleh kepala bagian yaitu, Kepala Bagian untuk Pot, MUM,
BCF, Benih LST, Pengemasan, MP Export, Lokal dan HPT. Kepala bagian ini
membawahi Kepala Divisi yang menangani beberapa bagian yang berjumlah 15
20
orang dan masing-masing bagian akan ditangani oleh Kepala Sub Divisi. Kepala
Sub Divisi ini terdiri dari 27 orang yang akan bertanggung jawab terhadap
kegiatan budidaya di lapangan.
Bidang komersial memiliki lima Divisi yaitu, Divisi Penjualan Sayur,
Divisi Penjualan Bunga, Divisi Pengadaan. Divisi Pengemasan, dan Divisi
Kemitraan. Divisi Penjualan Sayur dibagi menjadi 4 bagian yaitu bagian ekspor,
penjualan, Pendataan dan distribusi. Divisi Penjualan Bunga memiliki dua bagian
yaitu bagian penjualan dan packaging. Divisi Pengadaan dibagi menjadi dua
yaitu, bagian pembelian dan administrasi. Divisi Pengemasan dibagi menjadi
empat yaitu, bagian penerimaan sayur, sayuran segar, sayuran segar potong dan
bagian umum sedangkan divisi Kemitraan memilki tiga bagian yaitu, bagian mitra
tani, mitra beli dan bagian sortasi dan penerimaan.
Bidang Umum memiliki 4 bagian yaitu, Bagian Humas, Bagian
Sumberdaya Manusia, Bagian Keuangan/Akutansi, dan Bagian Teknik. Bagian
Humas dibagi menjadi bidang umum dan RTK sedangkan bagian Sumberdaya
Manusia memilki dua bagian yaitu, bagian personalia dan bagian pengembangan.
Bagian keuangan/akutansi memiliki dua bagian yaitu, bagian keuangan dan
bagian akuntansi sedangkan bagian Teknik hanya memiliki 1 bagian yaitu bagian
mekanik.
Standar baku untuk jam kerja karyawan dimulai pada pukul 07.30-16.00
WIB dengan satu kali istirahat selama satu jam yaitu pukul 12.00-13.00 WIB
untuk hari Senin-Kamis. Hari Jumat, jam istirahat lebih panjang selama dua jam
mulai dari jam 11.00-13.00 WIB kemudian dilanjutkan sampai jam 16.00 WIB.
Hal ini dikarenakan pada hari Jumat staf dan karyawan laki-laki yang muslim
melaksanakan sholat Jumat. Untuk hari Sabtu, jam kerja hanya setengah hari yaitu
sampai pukul 13.00 WIB sedangkan untuk hari Minggu diberlakukan jam kerja
lembur. Terdapat perbedaan jam kerja untuk karyawan pengemasan sayur yang
bekerja setiap hari (Senin sampai Minggu). Namun pembagian kerja ini
dilakukan dengan pemberlakuan sift kerja. Sift kerja dibagi menjadi dua yaitu sift
pagi dan sift siang, sift pagi mulai bekerja pukul 07.00-12.00 WIB dengan jam
21
istirahat yang sama sedangkan sift siang mulai pukul 13.00-17.00 dan dilanjutkan
pukul 20.00 sampai selesai, biasanya sampai pukul 03.00 WIB.
Saat ini PT.Saung Mirwan memiliki jumlah total karyawan sebanyak 205
orang. Rincian mengenai jumlah karyawan berdasarkan jabatan, gender dan
pendidikan dapat dilihat pada tabel 5, 6, dan 7.
Tabel 5. Jumlah karyawan PT.Saung Mirwan berdasarkan Jabatan
No. Posisi Jumlah 1 Direktur utama 1 2 Direktur 2 3 Manajer 6 4 Kepala bagian 8 5 Kepala seksi 15 6 Kepala sub seksi 27 7 Bulanan 72 8 Harian tetap 48 9 Harian lepas 26
Total 205 Sumber : Bagian Human Resource PT.Saung Mirwan, 2011
Karyawan yang terdapat di PT. Saung Mirwan sebagian besar merupakan
karyawan bulanan, karyawan harian tetap dan karyawan harian lepas. Setiap
karyawan ini mempunyai tugas dan tanggung jawab serta memiliki upah yang
berbeda-beda. Karyawan bulanan merupakan tenaga kerja tetap yang memiliki
upah dan tunjangan setiap bulan. Karyawan bulanan berhak atas tunjangan
kesehatan dan pengobatan, tunjangan jabatan dan hari raya, premi atas lama
pengabdian dan kehadiran serta uang makan. Karyawan bulanan terdiri dari 35.12
% dari total seluruh karyawan. Karyawan bulanan ini pada awalnya merupakan
karyawan harian lepas ataupun karyawan harian tetap kemudian berdasarkan
rekomendasi mandor dan lama pengabdian (≥ 5 tahun) maka karyawan ini dapat
diangkat menjadi karyawan bulanan. Biasanya karyawan bulanan bekerja sebagai
mandor dan karyawan di lahan budidaya namun ada juga beberapa yang bekerja
di bagian pengemasan. Karyawan harian tetap (23.41%) merupakan karyawan
tetap dengan gaji yang disesuaikan dengan standar gaji karyawan per hari dan
karyawan ini memperoleh tunjangan. Karyawan harian lepas yang berjumlah
sekitar 12.68% dari total karyawan merupakan tenaga kerja tidak tetap dan upah
disesuaikan dengan gaji karyawan tetap per hari namun karyawan harian lepas ini
tidak memperoleh tunjangan apapun dari perusahaan.
22
Tabel 6. Jumlah karyawan PT.Saung Mirwan berdasarkan Gender
No Gender Jumlah 1 Pria 137 2 Wanita 68
Total 205 Sumber : Bagian Human Resource PT.Saung Mirwan, 2011
Karyawan pria yang bekerja di PT. Saung Mirwan berjumlah 2 kali lipat
dari karyawan wanita. Karyawan pria biasanya bekerja sebagai karyawan bulanan,
kepala seksi, kepala sub seksi dan kepala bagian. Sementara karyawan wanita
biasanya bekerja sebagai staf administrasi, karyawan harian tetap dan harias lepas.
Pembagian upah karyawan terdiri dari 2 jenis, yaitu upah bagi karyawan bulanan
dan upah mingguan bagi karyawan harian. Pembagian upah ini didasarkan pada
tingkat pendidikan, lama pengabdian, hari orang kerja, jenis kelamin, dan fungsi
tanggung jawab.
Tabel 7. Jumlah karyawan PT.Saung Mirwan berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Jumlah 1 S1 9 2 D3 6 3 SLTA 40 4 SLTP 20 5 SD 130
Total 205 Sumber : Bagian Human Resource PT.Saung Mirwan, 2011
Berdasarkan tingkat pendidikan, karyawan lulusan SD merupakan
kelompok terbesar dari jumlah total karyawan yang ada di PT. Saung Mirwan.
Karyawan lulusan SD biasanya bekerja sebagai karyawan harian lepas dan
karyawan harian tetap. Karyawan bulanan minimal merupakan lulusan SD hingga
SLTA dan untuk karyawan yang telah bekerja minimal 5 tahun dapat diangkat
sebagai Kasubsi, D3 untuk posisi Kasi dan S1 untuk Kabag dan Manajer.
23
B. PRESTASI KERJA DALAM KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Budidaya Tomat Cherry
Persiapan Tanam
Teknik budidaya merupakan faktor penting yang mempengaruhi produksi
tanaman. Budidaya tomat cherry pada PT.Saung Mirwan melakukan budidaya
dengan sistem hidroponik sehingga terdapat beberapa perbedaan dengan budidaya
secara konvensional baik dalam pemberian pupuk, hara, pestisida dan perlakuan
lainnya.
(a) (b)
Gambar 2. (a) Tray pembibitan tomat cherry, (b) Pembibitan tomat cherry
Pembibitan tanaman tomat cherry dilakukan dalam tray berwarna putih
dan akan dikecambahkan selama 2 atau 3 minggu (Gambar 2). Selain bibit dari
pembibitan dan perkecambahan benih, dilakukan juga perbanyakan tanaman
dengan stek tunas (stek pucuk). Pucuk yang diambil berasal dari tunas air (tunas
adventif) yang terdapat pada tanaman tomat cherry yang tumbuh dari benih. Hal
ini dilakukan karena pada saat ini PT.Saung Mirwan tidak dapat memenuhi
kebutuhan benih yang dibutuhkan dilapangan. Namun bibit dari hasil stek pucuk
ini juga cukup baik untuk dikembangkan, setidaknya dapat menggunakan tunas
air yang seharusnya tidak digunakan lagi.
24
Gambar 3. (a) Hasil stek dalam plastik, (b) Pengikatan plastik bagian atas tanaman yang distek
Setelah diambil dari batangnya, tunas-tunas air ini kemudian dipotong dan
bagian bawah batang diberi suatu bahan aktif untuk menginduksi perakaran
kemudian ditanam dalam pot berwarna putih. Media yang digunakan sama dengan
media pembibitan yaitu arang sekam, dalam satu pot terdapat 8 sampai 9 tunas.
Setelah itu pot ini dibungkus dalam plastik putih yang diikat di bagian atasnya
(Gambar 3). Hal ini dilakukan untuk melindungi tanaman dari serangan berbagai
hama dan menjaga kodisi tanaman tetap basah dan lembab. Plastik yang
digunakan adalah plastik putih agar cahaya tetap dapat ditangkap oleh tanaman
untuk membantu proses pertumbuhannya. Bibit ini akan dipindahkan ke lahan
setelah berumur 2 sampai 3 minggu, setelah akarnya cukup banyak dan kuat
(Gambar 4)
Gambar 4. (a) Tanaman hasil stek berumur 1 minggu dalam plastik, (b) Bibit stek yang telah berakar, (c) Bibit stek siap tanam
25
Persiapan Lahan
Gambar 5. Pembersihan lantai semen dengan menggunakan power sprayer (steam)
Jika lahan bekas tanaman lain belum diberi mulsa maka akan dilakukan
pemasangan mulsa terlebih dahulu. Namun, jika lantai lahan merupakan lantai
semen maka akan dilakukan pembersihan menggunakan power sprayer (Gambar
5)Dalam pemasangan mulsa ini, terlebih dahulu tanah dibuat dalam beberapa
guludan dengan lebar 60 cm dan lebar antar guludan untuk tempat berjalan 100
cm. Di atas guludan diletakkan batu secara berderetan dengan jarak antar batu 20-
25 cm. Peletakan batu ini dilakukan sebagai tempat peletakan polybag tanaman
tomat nantinya. Setelah itu, seluruh lahan ditutup dengan plastik mulsa berwarna
hitam atau perak (Gambar 6). Pemberian mulsa ini salah satunya bertujuan untuk
mengurangi kegiatan pembersihan gulma. Selain itu, penggunaan mulsa ini juga
dapat meningkatkan kebersihan kebun khususnya di sekitar tanaman.
Gambar 6. Proses pemasangan mulsa pada lantai tanah
26
Lahan yang telah diberi mulsa tidak lagi membutuhkan kegiatan
pemasangan mulsa karena mulsa yang digunakan di PT.Saung Mirwan adalah
untuk dua kali musim tanam. Kegiatan yang perlu dilakukan hanya pembersihan
mulsa dari kotoran-kotoran tanaman sebelumnya dan sisa arang sekam yang
mungkin berjatuhan di lantai pada saat membongkar tanaman. Kegiatan ini juga
dapat dilakukan dengan cara menyikat lantai untuk membersihkan lumut-lumut
yang menempel pada lantai. Setelah itu akan dilakukan penyiraman dengan air
bersih menggunakan power sprayer (steam).
Media yang digunakan dalam penanaman tomat cherry ini adalah media
arang sekam. Untuk persiapan media, dilakukan pembakaran sekam pada pukul
17.00 WIB sampai keesokan harinya pada pukul 07.00 WIB. Pembakaran ini
dilakukan di tempat pembakaran sekam dengan menggunakan tungku api berupa
pipa besi panjang, caranya dengan membakar kayu bakar ataupun arang di dalam
pipa besi tersebut, kemudian arang sekam mentah diletakkan secara merata
mengelilingi pipa besi. Api yang berasal dari pipa besi tersebut akan membakar
sekam di sekelilingnya dan pada akhirnya semua sekam akan terbakar pada
keesokan harinya (Gambar 7). Arang sekam yang telah terbakar terlebih dahulu
disiram dengan air bersih agar tidak menjadi abu sekam. Rasio pembakaran dari
sekam mentah menjadi arang sekam yaitu 5 : 2 yang artinya dari 5 karung sekam
mentah dapat diperoleh 2 karung arang sekam.
Gambar 7. Proses pembakaran sekam untuk media hidroponik
27
Wadah yang digunakan untuk tanaman tomat cherry ini adalah polybag
berwarna hitam berukuran 35 x 40 cm yang dapat diisi dengan 2-2.5 kg arang
sekam. Untuk penanaman dilakukan pengisian polybag menggunakan arang
sekam setinggi 20-25 cm. Setelah itu, polybag-polybag tersebut disusun diatas
batu yang telah diatur sebelumnya. Selain itu, juga dilakukan pemasangan selang
irigasi untuk memberikan air dan nutrisi tanaman berupa irigasi tetes (drip
irrigation).
Penanaman
Gambar 8. Lahan siap tanam
Penanaman tomat cherry dilakukan setelah 2 sampai 3 minggu benih di
persemaian dan langsung ditanam pada lahan siap tanam (Gambar 8). Jika bibit
berasal dari stek maka harus diperiksa keberadaannya apakah masih layak untuk
ditanam atau tidak. Sebelum melakukan penanaman maka ke dalam media sekam
diberikan pupuk dasar. Komposisi pupuk dasar yang diberikan dapat dilihat pada
Tabel 8.
Pemberian pupuk dasar ini dilakukan beberapa jam sebelum penanaman
ataupun maksimal 1 hari sebelum penanaman. Hal ini bertujuan agar pada saat
penanaman media sekam masih basah sehingga tanaman tidak stres dan langsung
dapat memperoleh hara. Sebelum pemberian pupuk dasar, biasanya arang sekam
akan diberi klorin terlebih dahulu 3 hari sebelum tanam untuk membunuh bakteri
yang mungkin ada di dalam arang sekam.
28
Tabel 8. Komposisi Pupuk Dasar Penanaman Tomat per 1000 liter
Stok Jenis (gr) Larutan pekat (gr)
Bak A HNO3 16Ca(NO3)2 1.243
Fe 13% 7
Bak B KH2PO4 170KNO3 339K2SO4 13MgSO4 554Mn 2Zn 1
Borax 4Sumber : Bagian Nutrisi PT.Saung Mirwan, 2011
Gambar 9. Proses penanaman tomat cherry secara hidroponik
Kegiatan penanaman tomat cherry ini dilakukan dengan cara
memindahkan bibit yang ada di tray ke polybag yang telah disiram dengan pupuk
dasar. Di dalam 1 polybag akan ditanam 2 bibit cherry dan disesuaikan ukurannya
(Gambar 9). Sebelum pemindahan sebaiknya disiram terlebih dahulu agar arang
sekam dan akar tanaman dapat dengan mudah dipindahkan dari tray. Pembuatan
lubang tanam dilakukan dengan menggunakan kayu ataupun telunjuk tangan
sedalam 5-10 cm. Setelah itu bibit dimasukkan ke dalam lubang tersebut dan
akarnya ditutup dengan menggunakan arang sekam. Berbeda dengan bibit yang
berasal dari stek. Bibit ini membutuhkan lubang tanam yang lebih dalam dan lebar
karena bibit dari hasil stek ini memiliki batang yang lebih besar dan akar yang
29
lebih banyak. Biasanya 1-2 hari setelah penanaman, bibit dari stek ini mengalami
stres dan layu namun untuk selanjutnya akan beradaptasi dengan lingkungannya.
Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan terhadap tomat cherry ini sebenarnya sama
saja dengan tanaman tomat pada umumnya. Kegiatan yang dilakukan antara lain,
penyiraman, pemberian pupuk, pengajiran, pemangkasan, penyerbukan dan
pewiwilan. Hanya saja untuk tomat cherry pewiwilan dilakukan lebih intensif
(sampai 3 kali seminggu) karena tunas tomat cherry lebih cepat tumbuh dan
berkembang sehingga apabila tidak dikendalikan akan mengganggu pertumbuhan
tanaman . Untuk penyiraman dan pemberian pupuk dilakukan secara bersamaan
dengan menggunakan saluran irigasi berupa drip irrigation.
1. Penyiraman dan Pemupukan
Penyiraman tanaman tomat cherry dilakukan setiap hari dengan
menggunakan irigasi tetes. Penyiraman yang dilakukan disesuaikan dengan
keadaan cuaca. Jika cuaca panas dan kering maka penyiraman dilakukan
sebanyak 8 kali dengan penyiraman setiap jam selama jam kerja, namun apabila
cuaca mendung dan berawan maka penyiraman dapat dikurangi tergantung
kondisi tanaman. Penyiraman dilakukan oleh pihak yang bertugas pada bagian
nutrisi dengan komposisi yang telah ditetapkan (dapat dilihat pada Tabel 9).
Tabel 9. Larutan Nutrisi Pekat Tomat per 27 000 liter
Stok Jenis Jumlah (gr)Bak A Ca(NO3)2 (kg) 29.2 Fe13% (gr) 175
KH2PO4 (kg) 4.6Bak B KNO3 (kg) 12.3
K2SO4 (kg) 2.4MgSO4 (kg) 10Mn (gr) 46Zn (gr) 39Borax (gr) 77Cu (gr) 5
NaMo (gr) 3Sumber : Bagian Nutrisi PT.Saung Mirwan, 2011
30
Pertama air dimasukkan dari pusat setelah itu akan dialirkan ke bak
penampung yang berisi 3000 l. Sebelumnya, terlebih dahulu disiapkan pupuk
pekat yang diaduk dengan air sebanyak 90 l untuk setiap bak (bak A dan bak B).
Semua larutan akan dicampurkan dan dimasukkan kedalam bak A dan bak B
(Gambar 10).
Gambar 10. Bak Irigasi
Setelah itu, larutan pupuk akan masuk ke mesin supply melalui
despriter/saringan pasir. Saringan pasir ini berguna untuk menyaring pupuk agar
dapat dialirkan 100% ke tanaman. Pembersihan saringan ini dilakukan dengan
cara memasukkan air dari bagian bawah kemudian dikuras dan air yang kotor
akan keluar dan dibuang dari atas. Saringan ini dikuras sampai air yang keluar
dari pipa sudah berwarna bening dan bersih. Dari saringan pasir, pupuk akan
masuk ke dalam rumah kaca melalui filter (Gambar 11) yang terdiri dari 2
bagian.. Untuk pembersihan selang dan semua pipa yang digunakan dilakukan
setiap 6 bulan sekali. Pembersihan ini dilakukan dengan cara memasukkan asam
nitrat pada sore hari kemudian pada keesokan harinya dibersihkan dan dibilas
dengan menggunakan air bersih.
Gambar 10. Saringan pasir air irigasi
31
Dosis pupuk per tanaman tidak lebih dari 2 l per hari (8 kali penyiraman).
Untuk tanaman muda dalam sekali penyiraman diberikan 150 cc ataupun selama 3
menit sedangkan untuk tanaman dewasa diberikan pupuk sebanyak 200 cc setiap
kali penyiraman atau lebih kurang selama 5 menit.
2. Pengajiran
Pengajiran merupakan pemberian tali ajir pada tanaman agar dapat tumbuh
tegak dan menopang buah. Pengajiran pada tomat cherry dilakukan setelah
tanaman berumur 2-3 minggu di lapangan. Tali yang digunakan adalah benang
kasur. Pengajiran ini dilakukan dengan cara mengikatkan tali ajir pada batang
tanaman dan melilitkan tali tersebut pada cabang tanaman dari kiri ke kanan
(Gambar 12). Khusus untuk tanaman tomat, bagian atas tali ajir dikaitkan pada
sebuah besi yang berbentuk huruf S dan digantungkan pada kawat melintang. Besi
yang berbentuk huruf S ini dibuat dari kawat dengan menggunakan tang. Tujuan
pemberian besi ini untuk mempermudah penggeseran tanaman ketika ajir
dinaikkan. Ajir tanaman akan dinaikkan mulai pada saat tanaman berumur 5,7,9
dan12 MST dan dilakukan penurunan tanaman pada saat seminggu sebelum
panen. Penurunan tanaman ini dilakukan bersamaan dengan penaikan ajir, ketika
ajir tanaman dinaikkan maka tanaman akan diturunkan kearah kanan. Tujuan
penurunan tanaman ini yaitu untuk mempermudah pewiwilan dan pemangkasan
tanaman . Penurunan ini akan tetap dilakukan sampai tanaman siap dibongkar
Gambar 11. Proses Pengajiran pada tomat cherry
32
3. Pemangkasan
Gambar 12. Tanaman tomat cherry yang telah dipangkas
Pemangkasan dilakukan setelah ajir dinaikkan dan batang diturunkan.
Tujuan dari pemangkasan ini adalah untuk membuang bagian daun yang sudah
menguning dan yang terserang hama dan penyakit. Selain itu, pemangkasan ini
juga bertujuan untuk menghindari pertumbuhan vegetatif yang terlalu maksimal
sehingga dapat menghambat pertumbuhan generatif tanaman (buah).
Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan gunting dan bagian yang
dipangkas adalah dua daun atau lebih dari daun yang paling bawah dan sudah tua
atau menguning (Gambar 13). Untuk pemangasan pucuk (pemotongan titik
tumbuh) dilakukan 3 minggu sebelum tanaman dibongkar. Hal ini dilakukan
untuk menghentikan pertumbuhan vegetatif sehingga nutrisi yang diberikan
digunakan untuk memaksimalkan pertumbuhan buah agar mencapai ukuran yang
normal. Umur ekonomis tanaman tomat cherry biasanya mencapai 24 minggu.
4. Penyerbukan
Penyerbukan pada tomat cherry pada dasarnya merupakan penyerbukan
sendiri. Penyerbukan ini dilakukan setiap pagi setelah cuaca cukup panas dan
matahari cukup terik, biasanya dilakukan pada pukul 08.00-09.00 WIB.
Penyerbukan dilakukan dengan cara memukul-mukul batang tomat cherry dengan
menggunakan kayu pemukul (Gambar 14) yang dilapisi dengan busa agar tidak
terjadi kerusakan pada batang.
33
Gambar 14. Alat penyerbuk
5. Pewiwilan
Pewiwilan adalah pembuangan tunas adventif pada tanaman agar tidak
menghambat pertumbuhan batang utama. Tunas adventif (Gambar 15) yang biasa
disebut dengan tunas air merupakan tunas yang tumbuh pada tempat yang tidak
semestinya (biasanya pada ketiak batang atau pada ujung bunga). Tunas adventif
yang dibiarkan tumbuh akan dapat menghambat intersepsi cahaya matahari di
sela-sela daun. Tunas ini tidak berfungsi dan juga tidak akan menghasilkan buah
sehingga harus dibuang untuk mengurangi persaingan memperoleh nutrisi pada
batang utama. Di PT.Saung Mirwan, tunas air ini juga digunakan sebagai bibit
tanaman yang diperoleh melalui stek pucuk
Gambar 13. Tunas air yang akan dibuang (diwiwil)
Pewiwilan ini dilakukan 2 atau 3 minggu setelah tanam. Biasanya
pewiwilan ini dilakukan bersamaan dengan pengajiran tanaman. Pada pewiwilan
34
pertama bagian yang dibuang adalah tunas air dan daun pertama yang berada
pada dasar batang. Setelah itu, pewiwilan dilakukan tergantung pada pertumbuan
tanaman. Untuk tomat cherry biasanya diakukan 2-3 kali dalam seminggu.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit tanaman merupakan suatu faktor yang tidak dapat
dihindari dari sistem budidaya tanaman. Pada PT.Saung Mirwan khususnya
tanaman tomat cherry, pengendalian hama dan penyakit secara kimiawi masih
sangat besar yaitu dengan penyemprotan pestisida dan bahan kimia lainnya.
Penyemprotan pestisida ini dilakukan secara rutin yaitu 2-3 kali dalam seminggu
tergantung berat atau ringannya jenis serangan. Biasanya penyemprotan ini
dilakukan pada sore hari hari yaitu pada saat suhu berada dibawah 300C dan
kelembapan minimal 60%. Hal ini harus diperhatikan karena apabila
penyemprotan dilakukan dalam suhu dan kelembapan yang tidak sesuai maka
akan menyebabkan toksisitas pada tanaman. Ada beberapa jenis hama dan
penyakit yang sering menyerang pertumbuhan tanaman tomat cherry, antara lain :
1. White Fly (Bemisia tabaci)
Gambar 14. Hama white fly
Hama ini merupakan hama yang menyerang bagian daun tanaman dengan
cara menghisap cairan daun dan menghasilkan embun madu sehingga daun akan
terlihat keriput dan kecokelatan. Adapun gejala yang ditimbulkan dari seranga
hama ini adalah adanya bercak klorosis kekuningan pada daun, daun kering dan
35
mati dan secara umum daun menjadi layu dan gugur (Gambar 16). Selain itu, juga
timbul jelaga hitam pada daun dan batang. Pengendalian untuk hama jenis ini
biasanya dilakukan dengan pengendalian kimia yaitu dengan cara penyemprotan
insektisida dengan bahan aktif metomil 25%,
2. Leafminer (Liriomyza trifolli)
Hama ini merupakan salah satu jenis hama yang menyerang pada stadium
larva dewasa dengan cara membuat alur gerakan pada bagian bawah epidermis
sehingga menyebabkan daun berwarna kekuningan (Gambar 17).
Pengendalian yang dilakukan adalah dengan dengan penyemprotan pestisida
dengan bahan aktif abamektin.
Gambar 15. Hama Leafminer
3. Thrips
Thrips ini merupakan hama yang menyerang bagian daun muda, bunga
dan buah dan berada di bawah daun. Gejala yang ditimbulkan adalah adanya
perubahan warna pada daun serta bagian antara tulang-tulang daun berwarna
kelabu sehingga akhirnya akan terbentuk bercak kering (Gambar 18).
Pengendaliannya adalah dengan penyemprotan pestisida dengan bahan aktif
imidakloprid 200 gr/l
36
Gambar 16. Hama thrips
4. Penyakit embun tepung (powdery mildew)
Adapun gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini adanya bercak nekrotik
berwarna kekuningan pada permukaan daun atas dan apabila daun dibalik
maka akan terlihat tepung berwarna putih keabu-abuan (Gambar 19).
Serangan ini biasanya dimulai dari daun yang tua dan menular kedaun muda.
Daun yang terserang penyakit ini juga biasanya ditumbuhi oleh cendawan
Peronospora parasitica sehingga menghambat fungsi daun untuk
berfotosintesis. Pengendalian yang dilakukan adalah dengan pembuangan
daun yang telah terserang dan juga dengan penyemprotan fungisida dengan
bahan aktif klorotalonil 500 gr/l. Menurut Rukmana (1999) pengendalian
penyakit ini juga dapat dilakukan dengan cara rotasi tanaman, perlakuan benih
sebelum tanam yaitu dengan perendaman selama 15-30 menit dengan air
hangat 55-600C, menjaga kebersihan kebun, dan penyemprotan fungisida
Gambar 17. Hama embun tepung.
37
5. Layu Fusarium (Fusarium oxysporum)
Penyakit ini biasanya akan menyerang bibit di persemaian dan tanaman
dewasa. Patogen ini masuk kedalam tanaman melalui akar kemudian
menyerang jaringan pembuluh sehingga tanaman akan layu dan akhirnya mati.
Bagian yang terserang akan lunak dan berair tetapi tidak mengeluarkan cairan
lendir berwarna putih dari bagian yang busuk tersebut (Gambar 20). Penyakit
ini sebenarnya dapat dicegah dengan cara mencelupkan akar bibit tanaman
kedalam larutan fungisida sebelum tanam (Rahmat Rukmana, 1999). Untuk
pengendaliannya dapat dilakukan dengan cara pemberian Previkur-N (0.3cc/l)
serta diupayakan agar sirkulasi udara tetap lancar dan tidak ada air yang
tergenang pada lokasi penanaman.
Gambar 18. Penyakit layu fusarium
6. Layu bakteri (Pseudomonas solanacearum)
Selama 4 bulan pengamatan, penyakit ini merupakan penyakit utama yang
menyerang tanaman tomat cherry. Hal ini disebabkan karena bibit tanaman
yang ditanam merupakan bibit yang berasal dari stek pucuk. Sebelum
penanaman bibit tersebut tidak diberi perlakuan apapun, hanya dengan
pemberian rooton dan kemudian ditanam dalam polybag. Selain itu, pada saat
38
penyetekan tanaman mengalami pelukaan sehingga bakteri sangat mudah
untuk masuk ke dalam tanaman. Adanya penyakit ini juga menyebabkan
penularan terhadap tanaman yang berasal dari benih sehingga PT.Saung
Mirwan mengalami kerugian yang besar karena produksi tanaman yang
berkurang dan tanaman harus dibongkar sebelum waktunya. Penyakit ini
disebabkan oleh patogen yang menyerang jaringan pengangkut air sehingga
translokasi air dan hara terganggu. Gejala yang ditimbulkan dari penyakit ini
adalah tanaman layu, kuning, kerdil dan akhirnya mati (Gambar 21). Bagian
yang mengalami pembusukan akibat penyakit ini mengeluarkan cairan
berwarna putih seperti lendir. Jika sudah terserang, hal pertama yang harus
dilakukan adalah pembuangan tanaman yang terserang kemudian dibuang
sejauh mungkin agar tidak menular pada tanaman lain karena apabila sudah
menyebar maka penyakit ini tidak dapat dikendalikan lagi. Selain itu, juga
sering dilakukan penyemprotan bakterisida dengan bahan aktif streptomisin
sulfat 20 %. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan
tanaman dan lingkungan penanaman serta perlakuan pergiliran tanaman.
Gambar 19. Penyakit layu bakteri
7. Busuk ujung buah (Blossom end rot)
Kerusakan ini disebabkan oleh adanya kekurangan unsur Ca dalam
tanaman. Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini adalah adanya bercak
pada ujung buah dan warna kulit menjadi cokelat tua (Gambar 22). Bercak
tersebut menandakan jaringan yang berada dibawahnya mati sehingga
39
mengakibatkan bagian tersebut cenderung lebih cepat matang. Penyakit ini
juga dapat disebabkan oleh kelebihan unsur K yang mengakibatkan
kekurangan Ca. Menurut Untung (2000), penyakit ini sebenarnya timbul
akibat defisiensi unsur K pada buah itu sendiri bukan karena kandungan
kalsium dalam nutrisi. Hal ini dapat diakibatkan oleh beberapa faktor antara
lain stress air, defisiensi kalsium, EC tinggi, ketidakseimbangan komposisi
nutrisi, lingkungan yang tidak mendukung atau kombinasi dari beberapa
faktor tersebut. Selain itu, kelembapan yang tinggi juga dapat menyebabkan
adanya penyakit ini karena penguapan yang sedikit akan mengakibatkan
transportasi air ke daun menjadi lambat sehingga aliran kalsium melalui xylem
ke jaringan buah juga berkurang. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan
dengan penyemprotan (CaNO3)2 (5-7g/l). Menurut Pantastico danVenter
(1986), penyakit ini juga dapat dikurangi dengan penyemprotan CaCl2.
Gambar 20. Penyakit busuk ujung buah
Selain beberapa penyakit diatas, kemungkinan penularan penyakit bisa
saja terjadi pada benih tanaman sebelum ditanam. Menurut Kuswanto (2000),
kemungkinan penularan penyakit pada benih dapat dibagi menjadi beberapa
bagian, yaitu benih tertular penyakit pada waktu prosesing dan pengemasan
benih, ketika benih berada dalam penyimpanan atau di rantai pemasaran
sebelum sampai ke tangan petani dan benih tertular penyakit di tangan petani
sebelum benih dipakai untuk usaha tani.
40
Pemanenan
Pemanenan merupakan pengumpulan hasil tanaman yang telah sesuai
dengan kriteria kematangan yang diinginkan oleh konsumen. Pemanenan yang
dilakukan pada tanaman tomat cherry adalah pemanenan dengan kriteria
kematangan 80%. Tomat cherry biasanya sudah dapat dipanen setelah berumur
12-15 MST. Pemanenan dilakukan setiap 2 hari sekali. Pemanenan dilakukan
pada pagi hari yaitu sekitar pukul 08.00 WIB.
Cara pemanenan tomat cherry adalah dengan memetik buah secara hati-
hati dan tetap menjaga agar buah tersebut tidak rusak atau pecah. Tomat cherry
tidak memiliki produk BS, hanya dilakukan pemisahan kepada buah yang busuk
dan terserang penyakit.
Pengolahan Hasil
Pengolahan hasil produk yang dihasilkan dari lahan akan dilakukan
diruang packing. Ruang packing di PT.Saung Mirwan terdiri dari 2 bagian yaitu,
packing untuk sayuran dan packing untuk bunga (khususnya krisan).
Packing sayuran terdiri dari 2 ruangan yaitu packing biasa dan packing
untuk sayuran segar potong dengan suhu 40C. Ruangan ini digunakan untuk
proses perajangan yang dilakukan pada beberapa komoditi misalnya tomat dan
bawang Bombay.
Proses pembuatan sayuran segar potong ini dimulai dari proses perajangan
terlebih dahulu (Gambar 23). Perajangan dilakukan dengan mencacah produk
menggunakan pisau kemudian akan dimasukkan ke dalam mesin perajangan
untuk dicacah lebih kecil lagi. Setelah keluar dari mesin perajangan maka hasil
rajangan akan dicuci dengan air bersih. Pencucian ini dilakukan 2 kali agar
produk yang dijual nantinya merupakan produk yang benar-benar bersih. Setelah
dicuci, produk ini akan dikeringkan terlebih dahulu dengan menggunakan mesin
pengeringan selama 3-5 menit. Produk yang sudah kering akan dikemas dalam
plastik, masing-masing sebanyak 200 gr. Plastik yang telah terisi produk ini
kemudian dimasukkan ke dalam mesin pres untuk memadatkan produk dalam
41
kemasan dan mengeluarkan semua udara yang terdapat dalam kemasan sehingga
produk dapat tahan lebih lama.
Gambar 21. Proses perajangan dan pemackingan komoditi tomat dan bawang Bombay
Packing krisan merupakan pengemasan produk mother plan yang akan
diekspor. Tanaman yang dikemas merupakan krisan yang siap tanam dengan
panjang 10-15 cm tanpa akar. Pengemasan ini dilakukan dengan mengumpulkan
tanaman yang akan dikemas terlebih dahulu di dalam boks. Setelah itu, tanaman
akan dikepruk (dipukul-pukul dengan tangan) untuk mengeluarkan hama trips
yang sering terdapat pada tanaman. Kemudian krisan ini akan disusun dalam
sebuah plastik dan setiap plastik terdapat 52 tanaman siap tanam. Setelah itu,
kemasan ini akan dimasukkan kedalam boks karton dan siap untuk
didistribusikan.
42
Aspek Manajerial
1. Karyawan Harian
Kegiatan pelaksanaan magang dilaksanakan selama 4 bulan di PT.Saung
Mirwan. Satu bulan pertama, penulis bekerja sebagai karyawan harian yang
bertugas di lapangan untuk membantu dan mengerjakan pekerjaan sebagai
karyawan harian. Kegiatan yang dilaksanakan sebagian besar merupakan kegiatan
yang berhubungan dengan budidaya tomat cherry mulai dari pembibitan,
penanaman, pemeliharaan (pewiwilan, penyerbukan, pemupukan, pengendalian
hama dan penyakit, pengajiran), panen dan pasca panen. Selama bekerja sebagai
karyawan harian, rata-rata jumlah jam kerja penulis adalah 6 jam kerja dari 7 jam
kerja normal karyawan. Hal ini disebabkan karena penulis setiap hari
melaksanakan pengamatan tersendiri mengenai topik khusus tentang GAP
sebelum melaksanakan pekerjaan sebagai karyawan.
Karyawan harian bekerja selama 7 jam dalam sehari. Setiap karyawan
diwajibkan untuk mengisi daftar hadir setiap harinya dan kepala subdivisi akan
menjelaskan tugas dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Kegiatan rutin setiap
harinya adalah panen, pewiwilan, pemberian air dan hara tanaman dan
penyemprotan pestisida. Seluruh karyawan akan bertanggung jawab terhadap
pekerjaan yang mereka kerjakan kepada Kepala subdivisi. Banyak pelajaran dan
pengetahuan mengenai sistem budidaya tomat cherry yang diperoleh oleh penulis
selama menjadi karyawan harian yang dibimbing oleh Kepala Divisi, Kepala
Subdivisi dan para karyawan lainnya.
2. Pendamping Kepala Divisi
Pendamping Kepala Divisi dilaksanakan oleh penulis selama 2 bulan yang
dimulai pada bulan kedua sampai bulan ketiga kegiatan magang. Selama bekerja
sebagai pendamping Kepala Divisi, penulis mempelajari dan mengerjakan tugas-
tugas Kepala Divisi seperti pengawasan terhadap pekerjaan Kepala Sub Divisi,
mengecek stok pupuk, benih, memperhatikan keadaan rumah kaca, dan
bekerjasama dengan bidang pengadaan untuk menyediakan berbagai kebutuhan
43
yang diperlukan untuk kegiatan produksi. Selain itu, penulis juga mempelajari
kegiatan administrasi yang dilaksanakan di kantor.
Dalam priode magang yang dilaksanakan di PT.Saung Mirwan Kepala
Divisi juga berperan dalam kegiatan kemitraan yang ada di Garut. Hal ini
dilakukan dengan kunjungan yang dilaksanakan oleh Kasi setiap hari rabu dan
kamis ke lahan produksi yang terdapat di Garut. Secara umum, tugas Kasi adalah
bersama kepala bagian membuat perencanaan kegiatan budidaya, mengawasi
pelaksanaannya dan melakukan evaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan.
3. Pendamping Kepala Bagian
Kegiatan sebagai pendamping kepala bagian dilaksanakan pada bulan
keempat magang selama 1 bulan. Dalam kegiatan ini penulis mempelajari
kegiatan manajemen untuk produksi tomat cherry melalui diskusi dengan manajer
umum. Tugas manajer secara umum adalah bertanggung jawab terhadap
keseluruhan kegiatan produksi hingga pemasaran komoditas yang diusahakan.
Manajer juga bertanggung jawab kepada direktur dan pemilik perusahaan.
PT.Saung Mirwan memiliki 3 bagian utama dalam mengatur seluruh
kegiatan budidaya yang terdapat dalam perusahaan ini. Setiap bagian dipimpin
oleh seorang manajer yang memiliki tugas yang berbeda-beda yakni bagian
produksi, komersil dan bagian umum yang memiliki manajemen saling terkait.
a. Bidang Produksi
Bidang produksi merupakan salah satu bidang yang menjadi tolak
ukur keberhasilan penanaman suatu jenis tanaman. Hal ini disebabkan
karena bagian produksi merupakan bidang yang bertugas untuk
membuat perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan pengarahan
terhadap kegiatan budidaya yang akan dilaksanakan di lahan. Kegiatan
ini mencakup seluruh kebun yang dikelola oleh PT.Saung Mirwan
yaitu yang berada di Sukamanah, Lemah Neundet, dan Garut.
Perencanaan yang dibuat oleh bidang produksi berdasarkan data
yang diperoleh dari bagian penjualan (sales). Bagian penjualan akan
44
bekerjasama dengan bidang produksi untuk menyusun program
penanaman jenis tanaman yang sesuai dengan data jumlah permintaan.
Bagian produksi memiliki tanggung jawab dalam mempersiapkan
lahan, bahan tanam, dan input produksi kegiatan budidaya.
Penyusunan program ini dilakukan setiap bulan, namun jika ada
perubahan dapat dilakukan revisi setiap minggu pada rapat masing-
masing bidang. Untuk bagian produksi rapat dilaksanakan setiap hari
senin yang membahas tentang keberhasilan suatu program tanam yang
telah dilaksanakan. Rapat ini akan dihadiri hanya oleh kepala divisi,
kepala bagian dan manajer karena dalam rapat ini juga akan dibahas
masalah interen perusahaan.
Seluruh kegiatan budidaya ini akan berada dibawah pengawasan
bidang produksi yang bertugas untuk melihat, mengontrol dan juga
memberi pengarahan kepada karyawan jika ada kegiatan yang tidak
sesuai dengan perencanaan.
b. Bagian Komersil
Bagian komersil merupakan perpanjangan tangan dari hasil yang
diproduksi oleh bagian produksi. Artinya, bagian komersil
bertanggungjawab untuk menjual produk yang telah dihasilkan dari
bagian produksi. Hal ini berkaitan dengan mencari peluang pasar,
melakukan promosi, pengadaan, dan mengatur distribusi untuk
menyalurkan barang agar dapat sampai ke tangan konsumen dan sesuai
dengan permintaan konsumen. Pemenuhan target permintaan
konsumen ini juga dapat dipenuhi dari jalinan kemitraan dengan petani
mitra yang tersebar di beberapa daerah.
c. Bagian Umum
Bagian umum memiliki beberapa tanggung jawab yang cukup
penting dalam pengelolaan usaha di PT.Saung Mirwan. Hal-hal yang
harus ditangani oleh bagian umum adalah pengelolaan keuangan,
tenaga kerja, fasilitas dan properti serta penelitian yang berguna untuk
pengembangan usaha. Bagian umum juga bertanggungjawab untuk
45
meningkatkan soft skill para karyawan dengan mengadakan pelatihan
ataupun training.
Prestasi kerja penulis selama 4 bulan magang dapat dilihat pada
Tabel 10. Keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh penulis belum
memenuhi standar HOK yang ditetapkan di PT. Saung Mirwan. Hal ini
disebabkan karena penulis juga melakukan pengamatan untuk topik
GAP 1-2 jam setiap harinya. Selain itu, penulis juga belum cukup
berpengalaman dalam melakukan pekerjaan yang ada di lapangan.
Namun, untuk beberapa kegiatan seperti penyemaian, pengajiran,
pengisian polybag, pewiwilan, penanaman dan pemanenan, penulis
dapat melakukan 80-90% dari standar yang ditetapkan. Untuk kegiatan
lainnya seperti penyemprotan, penulis belum dapat mencapai prestasi
kerja 50% karena penyemprotan hanya dilakukan oleh karyawan pria
dan sudah berpengalaman. Sementara untuk bagian pengemasan dan
pemangkasan, penulis hanya mencapai standar 50% karena
pengemasan tomat cherry dilakukan pada malam hari pukul 20.00-
03.00 WIB dan kegiatan pemangkasan biasanya dilakukan oleh
karyawan pria karena termasuk pekerjaan yang berat.
Tabel10 Prestasi Kerja Penulis Selama 4 Bulan Magang
Keterangan : HOK per orang dalam sehari dihitung 7 jam
No Jenis Kegiatan Satuan Penulis Karyawan
Volume dalam HOK
Prestasi dalam per jam
Volume dalam HOK
Prestasi dalam per jam
1 Penyemaian baki 105 15 168 24 2 Pengisian polibag polibag 490 70 630 90 3 Pindah tanam tray 21 3 35 5 4 Penanaman polibag 2800 400 2940 420 5 Pengajiran polibag 1050 150 1260 180 6 Pewiwilan polibag 700 100 840 120 7 Pemangkasan polibag 420 60 840 120 8 Penyemprotan polibag 126 180 4200 600 9 Pemanenan polibag 210 30 280 40 10 Sortasi dan grading kg 105 15 126 18 11 Pengemasan pack 210 30 420 60
KEGIATAN BUDIDAYA
1. Lokasi Lahan Pertanian
PT.Saung Mirwan mengembangkan dua metode penanaman tanaman
sayuran yaitu dengan metode konvensional dan hidroponik. Metode hidroponik
merupakan penanaman tanaman pada media inert atau sering juga dikatakan
penanaman tanaman pada media bukan tanah.
Gambar 22. Sterilisasi
Tanaman hidroponik dibudidayakan dalam rumah kaca agar dapat
mengontrol iklm mikro karena tanaman hidroponik lebih rentan terhadap hama
dan penyakit daripada tanaman yang ditanam secara konvensional. Setiap pintu
masuk rumah kaca dilengkapi dengan satu tempat sterilisasi sebelum memasuki
rumah kaca. Tempat ini diberi larutan steril yang terdiri dari air dan bahan aktif
karbonil yang dilapisi dengan kain kapas didalamnya (Gambar 24). Sebelum
memasuki wilayah rumah kaca seluruh karyawan, staf dan tamu diwajibkan untuk
menginjakkan kaki di tempat ini agar hama atau penyakit yang terbawa, mati dan
tidak menular pada tanaman lain. Larutan ini diganti seminggu sekali agar larutan
tersebut masih berfungsi dengan baik.
Tomat cherry di PT.Saung Mirwan juga dibudidayakan dengan metode
hidroponik, sehingga tidak dilakukan analisis tanah untuk penanamannya. Media
yang digunakan adalah arang sekam dan hanya digunakan untuk sekali musim
tanam. Setelah itu, arang sekam dibuang ke luar rumah kaca dan diganti dengan
arang sekam yang baru untuk penanaman berikutnya.
48
Tabel 11. Kesesuaian Lokasi Lahan Pertanian PT. Saung Mirwan dengan GAP
Sumber : Pengamatan
Tabel 11 menunjukkan bahwa tidak ada (0%) kegiatan yang berhubungan
dengan lokasi lahan pertanian yang telah sesuai dengan GAP. Kegiatan yang telah
dilakukan namun tidak sesuai dengan GAP sebanyak 66.7 % yaitu kegiatan
penelusuran dan sejarah penggunaan lahan, sementara kegiatan yang tidak
dilakukan yaitu kegiatan pencatatan (33.3%).
Sejarah penggunaan lahan di PT. Saung Mirwan tidak terlalu diperhatikan.
Penanaman dilakukan sesuai dengan permintaan pasar sehingga rotasi tanaman
tidak teratur. Semua bekas tanaman yang telah dibongkar ataupun tanaman yang
berpenyakit dikomposkan dan dijadikan pupuk dasar untuk tanaman yang
dikembangkan secara konvensional. Untuk tanaman tomat, baik tanaman tomat
cherry maupun jenis lainnya, sisa tanaman yang telah dibongkar ataupun tanaman
yang berpenyakit dikumpulkan di lahan luar dan kemudian dikomposkan (Gambar
25). Setelah itu, kompos dijadikan sebagai pupuk dasar dalam penanaman
tanaman edamame dan salanova.
Gambar 23. Lokasi luar rumah kaca yang dijadikan tempat pengomposan
No Komponen pengamatan Kesesuaian dengan GAP
Sesuai Belum Sesuai Tidak dilakukan
1 Penelusuran (traceability) √
2 Pencatatan (record keeping)
√
3 Sejarah penggunaan lahan √
49
2. Lingkungan pertanian
Tabel 12. Kesesuaian Lingkungan Pertanian PT. Saung Mirwan dengan GAP
Sumber : Pengamatan
Tabel 12 menunjukkan bahwa kegiatan pemenuhan standar GAP yang
berhubungan dengan lingkungan pertanian ada sebanyak 8 kegiatan. Dari 8
kegiatan tersebut terdapat satu kegiatan (12.5%) yang telah sesuai dengan GAP
yaitu identifikasi sumber air. Kegiatan yang telah dilakukan namun belum sesuai
standar GAP ada sebanyak 3 kegiatan (37.5%) sementara kegiatan yang benar-
benar tidak dilakukan jumlahnya paling tinggi yaitu 50% ataupun 4 kegiatan.
Penilaian terhadap dampak lingkungan tidak pernah dilakukan, bahkan
limbah dari bagian pengemasan dibuang ke air pembuangan yang mengalir ke
sumur masyarakat desa Sukamanah. Pembuangan tanaman yang berpenyakit juga
tidak jauh dari area penanaman di belakang rumah kaca bahkan ada beberapa
tanaman yang berpenyakit yang tidak dibuang dan terus dibiarkan berkembang
walaupun menghasilkan buah yang lebih kecil (Gambar 26).
No Komponen pengamatan Kesesuaian dengan GAP
Sesuai Belum Sesuai Tidak dilakukan
1 Pengelolaan limbah pertanian
√
2 Tanah tidak terkontaminasi logam berat √
3 Analisis tanah 3 tahun sekali
√
4 Penggunaan tanah bersih √
5 Identifikasi sumber air √
6 Analisis topografi landskap √
7 Kebersihan kolam √
8 Penggunaan air kolam √
50
Gambar 24. Perbedaan tanaman yang berasal dari stek pucuk (berpenyakit) dan benih
Tanah merupakan media tanam yang secara umum kita kenal. Tanah
merupakan sumber bahan organik yang dapat membantu pertumbuhan tanaman
pada umumnya. Untuk memperoleh hasil yang maksimal dari sebuah usaha
pertanian pasti sangat terkait dengan keadaan tanahnya. Teknologi yang semakin
maju selalu akan berusaha menciptakan suatu teknik baru untuk mempermudah
dan meringankan pekerjaan manusia. Salah satu teknologi yang berkaitan dengan
media tanaman adalah teknologi hidroponik yang sudah banyak dikembangkan
oleh negara-negara pertanian di seluruh dunia. Banyak jenis media yang dapat
digunakan antara lain air, pasir dan arang sekam. PT. Saung Mirwan
mengembangkan teknologi hidroponik dengan menggunakan media arang sekam
yang diperoleh melalui pembakaran sekam mentah. Media ini cukup baik
digunakan untuk tanaman sayuran seperti tomat, paprika, dan selada.
Dalam penerapan program GAP, dikemukakan bahwa analisis terhadap
tanah pertanian harus dilakukan setiap 2 tahun sekali. Hal ini dilakukan untuk
menghindari adanya penyebaran hama dan penyakit serta adanya kontaminasi
tanah dengan penyakit yang terbawa tanah. Perusahaan pertanian yang telah
menerapkan sistem hidroponik biasanya tidak melakukan analisis tanah ini
karena media yang digunakan bukan tanah. Demikian halnya dengan PT.Saung
Mirwan, kegiatan ini juga tidak dillaksanakan karena penanaman tomat cherry
dilakukan pada media sekam. Hal yang dilakukan hanyalah sterilisasi lahan
tanam dan menjaga kebersihan media arang sekam yang digunakan. Arang
sekam ini hanya digunakan dalam sekali musim tanam setelah itu akan dibuang
dan tidak digunakan lagi. Perlakuan ini diharapkan dapat membantu peningkatan
pertumbuhan tanaman karena media sekam merupakan media ringan yang dapat
51
menyerap air dan hara dengan cepat. Menurut Conover (1980), media ini
merupakan media yang paling baik dalam menyerap air jika dibandingkan
dengan media tanam hidroponik lainnya. (Tabel 13)
Tabel 13. Perbandingan beberapa media hidroponik
Jenis media Aerasi Kapasitas
penyerapan air
Kapasitas pertukaran
kation Berat
Kompos pinus
H M M M
Pasir M L L H
Serutan H M M L
Sekam padi H H H L
Ampas tebu M L M L
Sumber : Conover (1980)
Keterangan : H : tinggi (high)
M : cukup (medium)
L : rendah (low)
Komponen dalam GAP menyatakan bahwa air yang diberikan kepada
tanaman haruslah air yang telah teridentifikasi secara baik. Di PT.Saung Mirwan,
kondisi air dapat dikatakan dalam keadaan baik karena air yang digunakan untuk
tanaman merupakan air yang berasal dari sumur bor yang terdapat di lokasi
pertanaman. Untuk kebun yang ada di Gadog, terdapat 2 sumber air yang berasal
dari sumur bor (Gambar 27). Air ini digunakan untuk seluruh kegiatan di Saung
Mirwan, baik untuk tanaman, toilet maupun untuk diminum. Pada kebun yang
terdapat di Lemah Neundet, air yang digunakan berasal dari air pegunungan yang
ditampung dalam sebuah kolam dengan kedalaman 4 meter. Air ini dialirkan
langsung dari pegunungan sejauh 3 km. Sumber air ini juga digunakan untuk
kebutuhan tanaman yang terdapat di lokasi tersebut. Kolam yang terdapat di
lokasi tersebut dilapisi dengan terpal berwarna biru sehingga air yang terdapat di
dalamnya tetap berada dalam kondisi yang bersih.
Lokasi yang ada di Sukamanah juga memiliki kolam ikan yang diatasnya
digunakan untuk koleksi anggrek dan bunga-bunga lainnya. Di dalam kolam
tersebut dipelihara ikan mujair dan beberapa ikan-ikan kecil lainnya. Kolam ini
52
juga digunakan untuk mengairi sebagian kecil lahan luar yang berada dekat
dengan kolam.
Gambar 25. Sumber air di lokasi kebun Sukamanah
Faktor lain yang juga mendukung pemenuhan program GAP ini adalah
sistem irigasi. Irigasi merupakan suatu faktor yang juga banyak berpengaruh
dalam penentuan kualitas produk. Terlebih lagi, sebagian besar produk yang
dikembangkan oleh PT.Saung Mirwan merupakan produk dengan penanaman
secara hidroponik dimana air dan hara diberikan secara bersamaan melalui saluran
irigasi dengan menggunakan sistem drip irrigation (Gambar 28.a). Penggunaan
sistem irigasi ini telah dikembangkan beberapa tahun yang lalu untuk
mempermudah pemberian hara pada tanaman terutama tanaman yang ditanam
bukan dengan media tanah dan tanaman yang membutuhkan air dalam jumlah
yang besar seperti tomat.
Sistem irigasi yang baik dan modern tentu membutuhkan dana dan
pemeliharaan yang lebih intensif. Pada awalnya, pemeliharaan sistem irigasi ini
dilakukan secara rutin yaitu adanya pembersihan semua selang dan drip irigasi
setiap bulan dengan menggunakan asam nitrat, namun karena adanya keterbatasan
dana maka saat ini kegiatan pembersihan sudah sangat jarang dilakukan. Hal ini
mengakibatkan banyaknya drip dan selang yang sumbat sehingga mengakibatkan
lokasi lahan menjadi banjir dan becek (Gambar 28.c). Kondisi ini juga
menyulitkan karyawan untuk melakukan pemanenan dan pemeliharaan tanaman.
53
(a) (b) (c)
Gambar 26. (a) Emiter, (b) Springkler irrigation, (c) Lahan pertanaman yang becek akibat sumbatnya saluran irigasi dan atap yang rusak
3. Pemeliharaan Tanaman Pertanian
Tabel 14. Kesesuaian Pemeliharaan Tanaman Pertanian PT. Saung Mirwan dengan GAP
No Komponen pengamatan
Kesesuaian dengan GAP
Sesuai Belum Sesuai
Tidak dilakukan
1 Pemeliharaan ruang penyimpanan dan pengemasan
√
2 Jadwal pembersihan gudang √
3 Penyediaan toilet dan westafel
√
Sumber : Pengamatan
Kegiatan pemeliharaan pertanian ini 100% belum sesuai dengan GAP
(Tabel 14) karena dari ketiga komponen yang ditetapkan, belum ada kegiatan
yang dapat memenuhi standar GAP. Kegiatan dalam komponen pemeliharaan
pertanian ini sebagian besar berhubungan dengan kebersihan lahan dan
lingkungannya.
Kebersihan lahan budidaya juga merupakan salah satu bagian yang dapat
meningkatkan kualitas produk yang akan dijual. Hal ini termasuk kedalam salah
satu aspek yang harus dapat dipenuhi untuk dapat memperoleh kesesuaian dengan
GAP. Pada PT.Saung Mirwan, kebersihan ini masih dalam keadaan yang minim
54
karena beberapa produk pertanian seperti tomat dan paprika terkadang kualitas
dan kuantitasnya berkurang akibat adanya serangan tikus yang memakan produk
siap panen. Keadaan ini juga disebabkan oleh keadaan rumah kaca yang kurang
mendukung karena banyak dinding rumah kaca yang sudah lapuk dan koyak
sehingga tikus dan hewan lainnya dapat masuk dengan mudah. Selain itu, hewan
lain seperti kucing dan kadal juga dapat masuk dengan bebas kedalam lokasi
pertanaman yang mengakibatkan lokasi menjadi tidak bersih dan tidak jarang
berbau kotoran hewan. Tidak hanya dinding rumah kaca, atap dari rumah kaca
yang ada di lokasi ini juga sangat memprihatinkan. Banyak atap yang sudah
koyak dan tidak diganti sehingga menyebabkan tanaman yang ada dibawah atap
tersebut menjadi mati akibat terkena hujan dan panas terik matahari (Gambar 29).
Selain itu, pipa untuk mengalirkan air hujan dari atap ke selokan juga ditumbuhi
oleh banyak lumut dan tanaman sejenis pakis-pakisan (Gambar 29). Pipa ini juga
banyak yang telah bocor dan tidak diperbaiki sehingga air hujan dapat masuk ke
lokasi pertanaman dan menyebabkan lantai rumah kaca menjadi lembab dan
tergenang air (Gambar 29). Perbaikan yang dilakukan sangat minim dan
menggunakan sisa bahan yang masih ada. Kendala yang paling besar yang
menghambat setiap perbaikan rumah kaca ini adalah kurangnya dana untuk
mengganti setiap bagian yang telah rusak.
Gambar 27. Keadaan rumah kaca PT.Saung Mirwan
Beberapa peralatan dan bahan untuk pertanian juga digunakan berulang
kali, misalnya polybag dan tali ajir (Gambar 30). Setelah satu musim tanam, alat-
alat ini akan dicuci dan dikeringkan untuk digunakan kembali pada musim tanam
berikutnya. Hal ini sangat memungkinkan penularan penyakit dari satu tanaman
ke tanaman berikutnya. Pencucian ini dilakukan dengan menggunakan deterjen
dan disikat menggunakan sobekan karung plastik. Setelah itu, akan dibilas dengan
air dan dikeringkan kemudian akan digunakan kembali. Alat-alat ini akan dibuang
55
setelah tidak layak pakai, seperti polybag akan dibuang setelah sobek dan rusak
sehingga tidak ada ketentuan pemakaian alat untuk berapa kali musim tanam.
Gambar 28. Pencucian polibag, pembersihan lahan dengan power sprayer (steam) dan pengeringan tali ajir yang telah dicuci
Pembersihan lokasi lahan pertanian pada awalnya dilakukan setiap minggu
dengan menggunakan power sprayer (steam) yang bertujuan untuk membersihkan
lantai dan selokan dari lumut dan tanah yang dapat menyumbat aliran air ke
selokan. Kegiatan ini biasanya dilakukan setiap hari sabtu. Namun, sekarang
kegiatan ini semakin jarang dilakukan, hanya sekitar satu atau dua bulan sekali.
Hal ini megakibatkan lahan pertanaman menjadi kotor dan ditumbuhi banyak
lumut serta selokan juga tersumbat sehingga lahan pertanian menjadi kotor dan
sulit untuk melakukan pemeliharaan dan panen.
Gambar 29. Westafel yang digunakan oleh karyawan
Kebersihan juga sangat terkait erat dengan sarana dan parasarana
kebersihan seperti toilet dan westafel. Di PT.Saung Mirwan sarana dan prasarana
ini sudah disediakan. Setiap rumah kaca memiliki dua toilet dan berada di luar
rumah kaca yang letaknya cukup jauh dari rumah kaca sehingga kontaminasi
dapat dikurangi. Westafel juga disediakan untuk mencuci tangan sebelum dan
sesudah bekerja (Gambar 31). Setiap rumah kaca memiliki 4 tempat mencuci
tangan, 1 berupa westafel dan 3 lainnya hanya berupa kran air yang juga
56
digunakan untuk kran penyiraman tanaman pada saat-saat tertentu dan sarana ini
berada didalam rumah kaca
Gambar 30. Peralatan dalam proses budidaya
Kemungkinan kontaminasi antara pupuk, pestisida, kotoran dengan
makanan ataupun minuman para pegawai sangat tinggi karena karyawan juga
menggunakan air yang digunakan untuk tanaman sebagai air minum. Tempat
memasak air ini berada di lokasi lahan dan tempatnya berdekatan dengan westafel
dan penyimpanan botol bekas pestisida.
Perlengkapan yang digunakan dalam proses budidaya juga pada awalnya
disediakan oleh perusahaan seperti ember, gunting, sarung tangan, bangku dan
yang lainnya. Setelah kondisi semakin tidak baik, maka kebanyakan fasilitas ini
disediakan sendiri oleh karyawan seperti bangku dan ember dimana kondisinya
juga semakin tidak terpelihara (Gambar 32).
4. Budidaya Tanaman
Tabel 15. Kesesuaian Bahan Tanam PT. Saung Mirwan dengan GAP
No Komponen pengamatan Kesesuaian dengan GAP
Sesuai Belum Sesuai Tidak dilakukan
1 Bebas penyakit √
2 Sumber jelas √
Sumber : Pengamatan
Komponen penggunaan bahan tanam dalam standar GAP terdiri dari 2
komponen yaitu bahan tanam yang bebas penyakit dan bahan tanam yang berasal
57
dari sumber yang jelas. Tabel 15 menunjukkan bahwa kegiatan ini 100% belum
sesuai dengan GAP. Hal ini menunjukkan bahwa bahan tanam yang dipakai dalam
produksi sayuran di PT.Saung Mirwan belum dapat dikatakan baik.
Tanaman yang berkualitas pasti didukung oleh bahan tanam ataupun bibit
yang juga berkualitas. Penggunaan bahan tanam yang baik dan bebas dari
penyakit merupakan langkah awal yang baik untuk mendapatkan hasil yang baik
dan produksi yang tinggi. Hal inilah yang menjadi dasar mengapa setiap petani
dituntut untuk menggunakan benih yang baik dan bebas dari penyakit karena
akan sangat kecil kemungkinan untuk mendapatkan tanaman dengan hasil yang
baik dari bibit yang tidak baik ataupun jelek. Dalam pemenuhan program GAP,
faktor ini merupakan faktor utama dalam budidaya tanaman. Bahan tanaman
yang digunakan harus benar-benar bebas dari penyakit dan berasal dari sumber
yang jelas. Sumber ini akan membantu kita untuk dapat mengidentifikasi jenis
tanaman dan cara pemeliharaan yang intensif.
PT.Saung Mirwan, saat ini banyak menggunakan jenis tanaman yang
asalnya tidak diketahui. Khususnya untuk tomat cherry, beberapa bahan tanam
yang digunakan adalah tanaman yang berasal dari lahan luar yang dikecambahkan
sendiri oleh mandor. Alasan penggunaan bibit ini adalah adanya kesulitan dalam
pemenuhan kebutuhan bibit sehingga ketika melihat ada tanaman tomat cherry
yang tumbuh baik dilahan luar maka buahnya diambil dan dijadikan benih.
Mandor sendiri tidak mengetahui jenis varietas dari tomat cherry tersebut, namun
setelah berbuah dan tumbuh besar, ciri-ciri dan pertumbuhan tomat ini sangat
mirip dengan tomat cherry varietas Sakura.
Selain itu, juga digunakan bibit yang berasal dari hasil stek pucuk. Hal ini
dilakukan dengan mengambil tunas air dari tomat yang berasal dari bibit
kemudian distek dan ditanam dalam pot. Dua minggu kemudian, tanaman ini telah
mengeluarkan akar dan siap untuk ditanam sebagai bahan tanam. Dalam masa
pertumbuhannya, tanaman ini sangat rentan terhadap virus sehingga hasilnya juga
tidak sebaik tanaman yang berasal dari benih yang berkualitas.
Tabel 16 menunjukkan bahwa terdapat 15 komponen pengamatan untuk
melihat kesesuaian dengan standar GAP, yang sudah sesuai dengan standar GAP
58
terdapat 4 poin (26.6%), yang tidak dilakukan terdiri dari 3 poin (19.9%),
sementara yang belum sesuai terdiri dari 8 poin (53.3%).
Tabel 16. Kesesuaian Penggunaan Pestisida dan Bahan Kimia PT. Saung Mirwan dengan GAP
No Komponen pengamatan Kesesuaian dengan GAP
Sesuai Belum Sesuai Tidak dilakukan
1 Petugas pestisida memiliki sertifikat √
2 Pestisida terdaftar dalam perencanaan awal √
3 Aplikasi sesuai rekomendasi
√
4 Pemahaman operator √
5 Pemberian label pestisida √
6 Penyimpanan pestisida √
7 Pembuangan wadah bekas sesuai pada label √
8 Catatan penggunaan pestisida
√
9 Pemeliharaan alat penyemprot
√
10 Rentang waktu aplikasi √
11 Pelatihan kepada operator √
12 Penggunaan air larutan √
13 Kontak langsung dengan pestisida √
14 Penggunaan bahan kimia sesuai rekomendasi
√
15 Penyimpanan bahan kimia √
Sumber : Pengamatan
Hama dan penyakit tanaman adalah suatu masalah utama pada seluruh
kegiatan pertanian. Hal ini yang menyebabkan sulitnya mencapai tanaman organik
yang bermutu internasional karena penanggulangan hama dan penyakit ini sudah
pasti dikaitkan dengan penggunaan pestisida yang cukup tinggi. Tingginya jumlah
penggunaan pestisida ini juga merupakan suatu hal yang sangat mempengaruhi
persaingan produk dari Indonesia dengan produk organik dari luar negeri dengan
kualitas yang sama ataupun lebih tinggi. Hal ini merupakan hal yang mendorong
beberapa perusahaan pertanian seperti Saung Mirwan untuk memperbanyak
penggunaan pestisida agar kualitas produk dapat bersaing, sehingga jangka waktu
59
antara pra-panen dan aplikasi pestisida juga tidak diperhatikan dengan fokus
untuk menyaingi produk lain yang lebih baik.
Dalam penerapannya, persyaratan penggunaan pestisida ini masih sangat
sulit untuk dilaksanakan terlebih dalam hal menjaga kebersihannya. Di PT.Saung
Mirwan penggunaan pestisida juga masih sangat tinggi dan belum sepenuhnya
mengikuti petunjuk pada label kemasan. Hal ini sebenarnya juga dipengaruhi oleh
pihak-pihak ataupun orang-orang yang bertanggung jawab terhadap pengawasan
penggunaan pestisida ini. Pada dasarnya, orang-orang yang ditempatkan untuk
pengawasan pestisida ini adalah orang-orang yang ahli dalam bidangnya dan telah
memiliki sertifikat penggunaan pestisida dari berbagai pelatihan yang juga sering
dilaksanakan oleh PT.Saung Mirwan (Gambar 33). Pelatihan ini mendatangkan
orang-orang yang cukup berkompeten misalnya dari dosen IPB, Departemen
Pertanian dan beberapa tim pengajar lainnya. Kegiatan ini cukup sering
dilaksanakan walaupun tidak rutin yang dihadiri oleh mandor dari setiap rumah
kaca sehingga pengetahuan yang diberikan dapat merata dan sumberdaya manusia
dalam hal ini dapat dijamin. Hanya saja, dalam pelaksanaannya sering menemui
berbagai kendala, salah satunya adalah minimnya fasilitas yang ada sehingga
sangat sulit untuk memenuhi persyaratan penggunaan pestisida. Misalnya, dalam
melakukan penyemprotan pestisida, peralatan seperti masker, sarung tangan, topi
dan peralatan lainnya tidak disediakan oleh perusahaan sehingga karyawan akan
memakai pakaian sehari-hari untuk bekerja di lapang.
Pelatihan Global GAP untuk penggunaan pestisida telah beberapa kali
dilakukan. Pelatihan ini biasanya dilaksanakan selama 2 hari, hari pertama untuk
pemberian teori di ruangan sementara hari kedua pemberian materi praktik
penggunaan alat dan pestisida. Pelatihan ini membahas mengenai bagaimana cara
pemberian pestisida, pengetahuan mengenai bahan aktif, dosis dan penyimpanan
pestisida yang ada di label. Selain itu, untuk penggunaan alat diberikan materi
mengenai kalibrasi sprayer yang digunakan dalam aplikasi pestisida. Orang-orang
yang diutus dalam pelatihan ini adalah para mandor dari setiap rumah kaca juga
petani mitra yang ingin datang dan menambah pengetahuan mengenai pestisida.
Para peserta akan diberikan sertifikat Global GAP sebagai bukti telah mengikuti
pelatihan.
60
Gambar 31. Penyuluhan Global GAP
Rendahnya pendapatan karyawan juga mengakibatkan hal ini menjadi
diabaikan. Misalnya, untuk pembuangan wadah bekas pestisida yang seharusnya
jauh dari lahan, tapi hal ini diabaikan oleh karyawan yang berpenghasilan rendah.
Banyak diantara mereka yang mengumpulkan wadah bekas pestisida didalam
karung dan menjualnya kembali dan digunakan untuk keperluan yang lain dan
tidak ada larangan untuk hal ini.
Perencanaan penggunaan pestisida ini diperbaharui setiap bulan sehingga
pestisida yang digunakan tidak pernah disimpan untuk beberapa bulan ataupun
tahun. Dasar dari perubahan penggunaan pestisida ini adalah dari hasil
pengamatan yang dilakukan setiap hari oleh orang-orang yang bertanggung
jawab dalam pengawasan pestisida. Bagian penyakit dan hama tanaman akan
memberikan rekomendasi pembelian pestisida kepada bagian pengadaan
kemudian bagian pengadaan akan memenuhi rekomendasi ini dan untuk
penggunaannya akan diserahkan kembali kepada orang yang bertanggungjawab.
Rekomendasi ini tidak harus selamanya sama dengan realisasi di lahan karena
realisasi yang dilaksanakan berdasarkan hasil pengamatan dan kebutuhan yang
diamati setiap harinya.
61
Tabel 17. Kesesuaian Manajemen Hama dan Penyakit Tanaman PT. Saung Mirwan dengan GAP
No Komponen pengamatan Kesesuaian dengan GAP
Sesuai Belum Sesuai Tidak dilakukan
1 Berdasarkan data historis √
2 Isolasi hama yang terdeteksi
√
3 Pengendalian hama terpadu √
Sumber : Pengamatan
Tabel 17 menunjukkan bahwa manajemen hama dan penyakit tanaman
telah dilakukan berdasarkan data historis berdasarkan kondisi yang ada saat ini.
Kegiatan ini merupakan satu kegiatan yang telah sesuai dengan GAP (33.3%).
Sementara itu, kegiatan yang telah dilaksanakan namun belum sesuai standar
GAP ada sejumlah 66.7% (2 poin).
Aplikasi pestisida dilakukan 3 kali dalam seminggu sementara panen
dilakukan setiap hari dan khusus untuk tomat cherry panen dilakukan 2 hari
sekali, sehingga sangat besar kemungkinan produk tersebut masih mengandung
pestisida yang tinggi ketika didistribusikan. Standar GAP juga menetapkan
beberapa poin dalam penggunaan pestisida walaupun sebenarnya GAP bukanlah
sertifikat untuk pertanian organik namun dalam hal ini persyaratan penggunaan
pestisida juga penting untuk diperhatikan. Selain penggunaan pestisida, kita juga
mengenal pengendalian hama secara terpadu.
Pengendalian hama secara terpadu merupakan pengendalian organisme
pengganggu tanaman yang memadukan berbagai metode pengelolaan tanaman
budidaya dalam perpaduan yang paling efektif dalam mencapai stabilitas produksi
dengan resiko seminimal mungkin bagi manusia dan lingkungan (Lubis, 2004).
Hal ini diharapkan dapat mengurangi penggunaan pestisida dan lebih diutamakan
pada penggunaan pestisida nabati. Dengan demikian pengeluaran petani untuk
membeli pestisida dapat dikurangi dan produk yang dihasilkan lebih baik dan
lebih sehat. Pengendalian hama secara terpadu ini tentu terkait dengan
pengendalian hama secara mekanis dimana hama dikendalikan dengan membunuh
hama yang ada di tanaman. Tentu saja hal ini akan sangat sulit dilakukan jika
hama yang menyerang tanaman merupakan hama yang berukuran sangat kecil
62
seperti trips ataupun tungau, dan tanaman yang dibudidayakan dalam jumlah yang
besar. Di PT.Saung Mirwan, pengendalian secara mekanis ini dilakukan pada
tanaman yang masih muda dan kecil. Biasanya dilakukan pada tanaman sisitho
dan paprika untuk hama trips, dimana hama ini masih memungkinkan untuk
dikendalikan satu per satu dengan memeriksa semua daun yang ada. Namun,
setelah dewasa pengendalian hama ini dilakukan hanya dengan penggunaan
pestisida.
Tabel 18. Kesesuaian Penggunaan Pupuk PT. Saung MIrwan dengan GAP
No Komponen pengamatan Kesesuaian dengan GAP
Sesuai Belum Sesuai Tidak dilakukan
1 Penggunaan pupuk kandang/kompos √
2 Pemeliharaan alat pemupukan
√
3 Rentang waktu aplikasi √
4 Catatan penggunaan pupuk √
5 Penyimpanan pupuk √
6 Pengujian nilai gizi dan kontaminasi logam berat √
7 Lampiran analisis lab √
Sumber : Pengamatan
Tabel 18 menunjukkan bahwa, kegiatan yang telah sesuai dengan GAP
hanya sebesar 14.3% (1 poin) sementara kegiatan yang telah dilaksanakan namun
belum sesuai ada sebesar 57.1% (4 poin). Kegiatan yang tidak dilakukan sama
sekali adalah pengujian nilai gizi dan lampiran analisis lab (28.6%).
Pemupukan merupakan pemberian hara kepada tanaman agar dapat
berproduksi optimum. Jenis pupuk sangat berkaitan dengan cara aplikasinya,
misalnya untuk pupuk cair harus diberikan dalam bentuk larutan yang dicampur
dengan air.
PT.Saung Mirwan mengembangkan teknik hidroponik dengan sistem
irigasi tetes dimana pupuk dan air diberikan secara bersamaan dan melalui alat
yang sama yaitu drip. Media yang digunakan merupakan media arang sekam
tanpa campuran pupuk lainnya. Jika penanaman pada umumnya menggunakan
tanah dengan pupuk dasar adalah pupuk kandang, maka penggunaan media arang
sekam dengan teknologi hidroponik ini mengurangi pemakaian pupuk kandang
63
dan kompos yang digantikan oleh pupuk dasar yang diberikan sebelum
penanaman. Penggunaan dan aplikasi pupuk ini dicatat dan direkap setiap hari
oleh bagian nutrisi yang bertanggung jawab. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
jumlah nutrisi yang masuk ke tanaman setiap harinya dan jika ada gejala
kekurangan ataupun kelebihan nutrisi akan dapat diketahui dengan cepat.
Gambar 32. Kondisi lahan akibat pemberian pupuk yang berlebihan
Pupuk yang digunakan di Saung Mirwan disediakan oleh bagian
pengadaan, dimana bagian nutrisi akan memberikan rekomendasi pupuk yang
ingin diberikan dan bagian pengadaan akan bekerjasama dengan bagian keuangan
untuk pembelian pupuk. Setiap minggu penanggung jawab nutrisi akan
mengambil barang ke bagian pengadaan dan mengambil kebutuhan pupuk untuk
satu minggu. Biasanya penggunaan pupuk hanya sekitar satu paket/hari.
Penggunaan pupuk ini sering sekali tidak memperhatikan kapasitas media dalam
menampung larutan yang diberikan sehingga banyak pupuk yang terbuang
percuma akibat media terlalu penuh. Jumlah pupuk yang diberikan kepada
tanaman tomat cherry dapat dilihat pada Tabel 19. Irigasi dibuka dalam jangka
waktu yang cukup lama dan tidak memperhatikan ketentuan waktu pemberian
pupuk. Hal ini juga mengakibatkan lahan pertanaman jadi tergenang larutan
pupuk dan sulit untuk melakukan pemeliharaan (Gambar 34).
Penyimpanan pupuk berada pada bagian nutrisi untuk kebutuhan seminggu
sedangkan untuk penyimpanan dalam jangka waktu yang lebih lama berada pada
bagian pengadaan.
Analisis nilai gizi dan kandungan logam berat belum pernah dilakukan
terhadap tanaman hidroponik yang dikembangkan. Hal ini diakibatkan karena
tingginya biaya yang diperlukan untuk analisis gizi (sekitar 3.5 juta rupiah) dan
64
tidak ada permintaan dari custumer untuk menguji analisis gizi dan logam berat
tersebut.
Tabel 19. Pemupukan selama 23 minggu
Week Lokasi Jumlah tanaman A (lt) B(lt) Air (lt)
1 T.3.17 634 28 28 14000
2 T.3.14 1360 60 60 15703
3 T.3.14 1660 73 73 19206
4 T.3.14 1660 69 69 17679
5 T.3.4.14.15.17 1660 66 66 16756
6 T.3.4.14.15 1660 77 77 19443
7 T.3.4.5.6.7.14.15.17 1960 90 90 23548
8 T.3.4.6.7.14.15.17 1960 93 93 47095
9 T.3.4.6.7.14.15.17 2460 97 97 24486
10 T.3.4.6.7.14.15.17 2460 110 110 27603
11 T.3.4.5.6.7.9.14.15.17 2540 124 124 31054
12 T.3.4.5.6.7.9.14.15.17 2540 124 124 31054
13 T.3.4.5.7.9.12.14.15.17 2384 165 165 41456
14 T.3.4.5.7.9.12.14.15.17 2384 170 170 40940
15 T.3.4.5.7.9.12.14.15.17 2384 182 182 45800
16 T.3.4.5.7.9.11.12.14.15.17 2734 188 188 47505
17 T.3.4.5.7.9.11.12.14.15.17 2734 178 178 44938
18 T.3.4.5.7.9.11.12.14.15.17 2734 180 180 45104
19 T.3.4.5.7.9.11.12.14.15.17 2734 190 190 47542
20 T.3.4.5.7.9.11.12.14.15.17 2734 213 213 51279
21 T.3.4.5.7.9.11.12.14.15.17 2734 210 210 52983
22 T.4.9.11.12.18.19 3000 223 223 55850
23 T.4.9.11.12.18.19 3000 223 223 55850
Sumber : Bagian Nutrisi PT.Saung Mirwan, 2011
Tabel 20 menunjukkan bahwa proses pemanenan telah dilakukan sesuai
dengan standar GAP, dimana pemanenan dilakukan dengan cepat dan langsung
disimpan dalam ruang pendinginan sebelum dikemas. Komponen yang telah
sesuai dengan GAP sebesar 20%, sedangkan komponen yang belum sesuai GAP
ada sejumlah 60% dan untuk poin yang tidak dilakukan sama sekali sebesar 20%
yaitu, pengeringan permukaan produk sebelum pengemasan.
65
Tabel 20. Kesesuaian Pemanenan PT. Saung Mirwan dengan GAP
No Komponen pengamatan Kesesuaian dengan GAP
Sesuai Belum Sesuai Tidak dilakukan
1 Proses pemanenan √
2 Fasilitas pencucian √
3 Penggunaan air bersih dalam pencucian √
4 Kebersihan tempat pengolahan
√
5 Pengeringan permukaan produk
√
Sumber : Pengamatan
Tabel 21. Data panen tomat cherry selama 4 bulan
Sumber : Bagian Produksi PT.Saung Mirwan, 2011
Week
BPT BRC Total
Pa-nen
Tar-get
%panen/ target
Pa-nen
Tar-get
%panen/ target
Pa-nen
Tar-get
%panen/ target
16 99 124 80 - - - 99 124 80
17 93 216 43 26 - - 119 216 55
18 227 299 76 81 22 374 308 321 96
19 147 289 51 85 150 57 232 439 53
20 150 361 42 63 142 44 213 503 42
21 144 396 36 111 167 67 255 562 45
22 112 274 41 59 80 74 171 354 48
Total 972 1,958 50 425 560 76 1,397 2,518 55
Rata-rata
139 280 50 71 112 63 200 360 55
23 - 225 - - 70 - - - -
24 - 253 - - 50 - - - -
25 - 280 - - 50 - - - -
26 - 217 - - 50 - - - -
27 - 217 - - 50 - - - -
28 - 220 - - 50 - - - -
29 - 156 - - 50 - - - -
30 - 103 - - 50 - - - -
31 - 185 - - 47 - - - -
66
Panen merupakan pengumpulan hasil tanaman yang sudah memenuhi
kriteria panen. Untuk tomat cherry kriteria hasil panen yang layak jual di
PT.Saung Mirwan adalah sebagai berikut :
Warna : Hijau ke merah (cemolat)
Bentuk : Bulat
Berat : 10-30 gr
Daimeter : 2.5-3 cm
Keadaan : a. Tidak ada kerusakan akibat serangan hama (busuk)
b. Tidak memar/genjur/pecah
c. Tangkai buah utuh (optimal)
Pemanenan di PT.Saung Mirwan dilakukan pada pukul 08.00 WIB
sebelum matahari terik agar hasil panen tidak layu terkena matahari. Hasil panen
dikumpulkan dalam boks dan diangkut dengan menggunakan mobil pengangkutan
ke pengemasan. Data pemanenan tomat cherry selama 4 bulan dapat dilihat pada
Tabel 21.
Tabel 22 menunjukkan bahwa 62.5% kegiatan di pengemasan telah sesuai
dengan GAP. Angka ini merupakan angka terbesar dari semua komponen yang
diamati sementara kegiatan yang belum sesuai hanya sebesar 37.5%.
Packaging ataupun pengemasan merupakan suatu kegiatan yang tidak bisa
dilepaskan dari faktor produksi. Kegiatan ini memiliki pengaruh yang cukup besar
terhadap kualitas dan daya simpan produk pertanian. Oleh karena itu, hal ini juga
dianggap penting untuk diperhatikan dalam pemenuhan program GAP (Good
Agriculture Practice).
Dalam program GAP, keadaan ruangan dan mesin packaging harus bersih
dan benar-benar terhindar dari sampah ataupun kotoran yang dapat menularkan
penyakit pada produk. Keadaan ini juga harus didukung dengan peralatan
kebersihan dan sarana yang cukup memadai. Hal ini akan sangat berpengaruh
terhadap kualitas produk dalam masa penyimpanan ataupun dalam perjalanan
menuju lokasi distribusi. Kegiatan pengemasan ini harus dijaga kebersihannya
67
agar produk aman untuk dikonsumsi. Sebisa mungkin produk dihindarkan dari
sampah ataupun sisa-sisa gulma yang masih menempel pada produk.
Tabel 22. Kesesuaian Pengemasan PT. Saung Mirwan dengan GAP
No Komponen pengamatan
Kesesuaian dengan GAP
Sesuai Belum Sesuai
Tidak dilakukan
1 Cuci tangan sebelum dan sesudah pengemasan √
2 Penggunaan masker dan sarung tangan √
3 Pembersihan mesin pengemasan √
4 Penyimpanan dan penggunaan peti sayur
√
5 Kebersihan ruangan pengemasan √
6 Kebersihan produk sebelum dikemas √
7 Media pengemasan √
8 Pelabelan √
Sumber : Pengamatan
PT. Saung Mirwan merupakan perusahan sayuran yang produknya telah
diekspor ke luar negeri sehingga harus benar-benar memperhatikan kualitas dan
daya simpan dari produk yang dihasilkan. Untuk kegiatan packing, PT.Saung
Mirwan telah memiliki beberapa mesin dan peralatan yang cukup mendukung
(Gambar 35). Namun, sampai saat ini perusahaan ini masih terkendala dalam
pemenuhan biaya untuk beberapa mesin dan peralatan yang seharusnya sudah
dimiliki oleh perusahaan skala besar lainnya. Kendala ini sangat dirasakan
beberapa tahun terakhir ini akibat adanya beberapa kasus penipuan yang dialami
oleh perusahaan ini oleh salah satu perusahaan milik Belanda. Mereka menjual
mesin packaging dari perusahaan yang sudah tidak diakui lagi. Produk tersebut
merupakan salah satu mesin packing yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan
produksi sehingga ketika pihak investor datang untuk melihat kondisi perusahaan,
menjadi berpikir ulang untuk menanamkan modal dan bekerjasama dengan
PT.Saung Mirwan. Hal ini merupakan suatu hal yang sangat merugikan bagi
pihak perusahaan sehingga perusahaan juga mendapatkan kesulitan untuk mencari
investor yang rela menanamkan modal dan bekerjasama.
68
Gambar 33. Beberapa mesin packaging yang digunakan di PT.Saung Mirwan
Pengemasan adalah proses terakhir sebelum tanaman didistribusikan
kepada konsumen. Proses pengemasan di PT.Saung Mirwan dilakukan setelah
semua barang terkumpul baik dari lahan maupun dari petani mitra. Pengemasan
untuk tomat cherry dilakukan pada malam hari pukul 20.00 WIB dan dilakukan
diruang packaging dengan suhu yang lebih rendah. Pengemasan ini dilakukan
oleh pekerja borongan dengan jam kerja pukul 13.00-16.30 WIB dan 20.00-03.00
WIB. Pekerja yang berada dalam pengemasan tidak menggunakan sarung tangan
ataupun masker. Pada umumnya pekerja hanya menggunakan kerudung (bagi
pekerja wanita) untuk melindumgi kepala dari suhu dingin.
Peralatan packing sangat jarang dibersihkan dimana alat-alat yang
digunakan hanyalah timbangan, gunting, dan pisau. Namun, untuk ruang packing
food cut peralatan packing dibersihkan setiap hari dan setiap karyawan wajib
menggunakan masker, baju packing, sarung tangan dan sepatu boot. Barang
ataupun produk yang dipanen pada pagi hari disimpan terlebih dahulu di ruang
penyimpanan dengan suhu 40 C kemudian akan dikeluarkan pada malam hari
untuk dikemas.
Pengemasan untuk tomat cherry sangat sederhana yaitu hanya dengan
memasukkannya ke dalam kemasan mika dengan bobot 250 gr/kemasan.
Kemasan yang lain, hanya dimasukkan kedalam plastik putih biasa dengan bobot
sesuai dengan permintaan konsumen. Untuk kemasan dalam mika biasanya akan
didistribusikan ke matahari sehingga memerlukan packing yang lebih baik. Semua
kemasan ini kemudian akan diberi label berwarna hijau bertuliskan PT.Saung
Mirwan (Gambar 36). Semua kemasan adalah kemasan yang masih baru dan
dalam keadaan yang bersih dan layak pakai. Khusus untuk tomat cherry tidak
69
dilakukan pencucian sebelum pengemasan. Tomat cherry hanya disimpan di
dalam boks dan kemudian dikemas tanpa proses pencucian dan pembersihan.
Gambar 34. Proses pengemasan tomat cherry
Tabel 23. Kesesuaian Penyimpanan dingin PT. Saung Mirwan dengan GAP
No Komponen pengamatan Kesesuaian dengan GAP
Sesuai Belum Sesuai Tidak dilakukan
1 Fasilitas penyimpanan dingin
√
2 Standar ruang penyimpanan √
3 Kebersihan ruang dan udara √
4 Es untuk pendingin √
5 Pemeliharaan peralatan √
Sumber : Pengamatan
Tabel 23 menunjukkan bahwa 40% dari komponen penyimpanan dingin
telah sesuai dengan GAP, sementara 60% lainnya telah dilaksanakan namun
belum sesuai dengan standar GAP.
Produk yang telah dipanen dari lahan tidak langsung dikemas, beberapa
diantaranya disimpan terlebih dahulu dalam ruang penyimpanan dan akan
dikemas pada malam harinya. Selain itu, diruang penyimpanan ini juga digunakan
untuk menyimpan produk-produk dari mitra sebelum dikemas ataupun untuk stok
pada hari berikutnya. Penyimpanan dalam ruang penyimpanan ini hanya
dimasukkan kedalam boks dan disusun secara rapi. Tidak ada perlakuan khusus di
ruang penyimpanan bahkan produk yang datang dari mitra langsung dimasukkan
kedalam ruang penyimpanan dan masih menggunakan karung bekas (Gambar 37).
70
Gambar 35. Ruang penyimpanan dingin
Ruang penyimpanan ini dilengkapi dengan alat pendingin ruangan dan
terdapat 2 alat dalam satu ruangan. Es yang digunakan untuk pendingin
merupakan air bersih yang dibuat sendiri oleh para pekerja. Air yang digunakan
adalah air bersih dari kran yang juga digunakan untuk mencuci tangan dan minum
pekerja.
Pengecekan alat hanya dilakukan apabila ada kerusakan ataupun ada
sistem yang tidak berfungsi dan tidak ada pengecekan secara rutin yang dilakukan
oleh pekerja. Hal ini karena pekerjaan ini dianggap tidak perlu dan juga tidak ada
pengetahuan yang cukup mengenai pentingnya pengecekan ini.
5. Manajemen Pertanian
Tabel 24. Kesesuaian Manajemen Pertanian PT. Saung Mirwan dengan GAP
No Komponen pengamatan Kesesuaian dengan GAP
Sesuai Belum Sesuai Tidak dilakukan
1 Kesehatan dan keamanan pekerja √
2 Sistem manajemen √
3 Catatan staf √
Sumber : Pengamatan
Tabel 24 menunjukkan bahwa 100% komponen manajemen pertanian
belum sesuai dengan standar GAP. Hal ini terjai karena PT.Saung Mirwan tidak
71
memiliki jaminan khusus terhadap para karyawan. Jamsostek hanya dimiliki oleh
beberapa karyawan tertentu dan untuk karyawan lainnya tidak memiliki jaminan
apapun.
Sistem manajemen yang diterapkan oleh PT.Saung Mirwan juga baru
diberlakukan 15 tahun terakhir. Sebelumnya, sistem manajemen hanya dipegang
oleh Direktur sendiri baik mengenai penerimaan tenaga kerja maupun sistem
penggajian. Sistem penggajian diberikan langsung oleh Direktur kepada karyawan
dan tidak memiliki tanda bukti penerimaan gaji. Sistem yang seperti ini
mengakibatkan catatan staf menjadi tidak lengkap dan karyawan yang bekerja
juga tidak memiliki tanda bukti diterima bekerja sebagai karyawan, perekrutan
hanya dilakukan oleh Direktur dan tidak ada syarat yang harus dipenuhi untuk
mendaftar sebagai karyawan, khususnya karyawan harian.
Tabel 25. Kesesuaian Usaha Tani PT. Saung Mirwan dengan GAP
No Komponen pengamatan Kesesuaian dengan GAP
Sesuai Belum Sesuai Tidak dilakukan
1 Koordinator yang bertanggungjawab √
2 Catatan usahatani √
Sumber : Pengamatan
Tabel 25 menunjukkan bahwa poin untuk usaha tani ini 100% belum
sesuai dengan GAP. PT. Saung Mirwan memiliki struktur organisasi yang cukup
jelas, namun pada tahun ini karena kondisi perusahaan dalam masa yang kritis
maka ada beberapa tanggung jawab yang dibebankan hanya kepada satu orang
saja. Hal ini terjadi karena ada beberapa kepala bagian yang mengundurkan diri
dan sebagian lainnya telah dilakukan pemutusan hubungan kerja, sehingga tidak
memungkinkan untuk tetap mengikuti struktur yang lama.
Keadaan diatas juga mengakibatkan catatan usaha tani menjadi tidak dapat
dikoordinir sepenuhnya sehingga banyak catatan yang tidak diketahui
keberadaannya. Selain itu, pengumpulan semua catatan juga tidak pernah
dilakukan, catatan tentang divisi dan kondisi lahan ataupun bagian lainnya hanya
dipegang oleh masing-masing divisi. Hal ini megakibatkan pengetahuan secara
umum mengenai usahatani perusahaan tidak merata. Setiap divisi hanya
72
menguasai bagian masing-masing dan sama sekali tidak mengetahui kondisi dan
keadaan divisi lainnya.
Produksi tomat di Indonesia masih sangat kecil. Pada tahun 2009, di
Indonesia rata-rata produksi tomat nasional dengan budidaya di lapang baru
mencapai 15.51 ton/ha atau 21.93 ton/ha untuk pulau Jawa dan 11.80 ton/ha untuk
luar Jawa (Sumber : ATAP 2009, Ditjen Hortikultura).
Produksi tomat cherry yang ada di Saung Mirwan belum mencapai standar
produksi tomat yang ada di Indonesia. Beberapa varietas yang dikembangkan juga
merupakan varietas ekspor, yaitu Gang, Sakura dan Guindo. Untuk varietas
Guindo dan Sakura produksi per pohon hanya menghasilkan tomat cherry rata-
rata sebanyak 4.83 kg sedangkan untuk varietas gang hanya menghasilkan 4.01 kg
per pohon. Jika dikonversi dalam luas lahan per Ha dengan jarak tanam 25 x 100
cm, maka varietas Guindo dan sakura hanya sekitar 19.32 ton/ha sementara
varietas gang sekitar 16.04 ton/ha. Angka ini masih berada di bawah rata-rata
standar nasional sehingga dapat dikatakan bahwa produksi tomat cherry di
PT.Saung Mirwan masih rendah. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
adanya penggunaan bibit yang berasal dari stek pucuk yang rentan terhadap virus
dan penyakit layu sehingga tanaman harus dibongkar sebelum waktunya. Selain
itu, kegiatan budidaya yang belum sesuai dengan GAP juga mempengaruhi
rendahnya produksi tomat yang dihasilkan. Data panen selama 4 bulan terakhir
dapat dilihat pada Lampiran 8.
Saran Peningkatan Produksi Tomat Cherry di PT. Saung Mirwan
Jumlah tanaman yang ditanam untuk memproduksi tomat cherry di PT.
Saung Mirwan selama 4 bulan (Februari-Juni) dengan produksi rata-rata setiap
kali panen 222 gr/pohon hanya sekitar 2174 tanaman dengan luasan 1280 m2
(dapat dilihat pada Lampiran 8) sementara berdasarkan perhitungan, untuk
memenuhi kebutuhan pasar yang diasumsikan sebanyak 50 kg/hari dibutuhkan
produksi 1577 tanaman dengan luasan 1200 m2 yang siap panen setiap minggu,
dengan perhitungan sebagai berikut :
73
Daya serap pasar yang dapat dimasuki untuk tomat cherry setiap hari : 50 kg/hari
Rata-rata bobot buah tomat cherry sekali panen per tanaman : 222 gr/tanaman
Jumlah tanaman yang diperlukan = 50.000/222
= 225 tanaman/hari
= 1577 tanaman/minggu
Asumsi Keadaan Produksi
- Kehilangan saat tanam : 20%
- Kehilangan saat panen : 20%
- Jarak polibag tomat cherry : 100 x 25 cm (@2 tanaman
Jumlah tanaman yang harus ditanam = 100/80 x 100/80 x 1577
= 2464, 0625 tanaman/minggu
= 2464 tanaman/minggu
Luas areal efektif = (1 x 0.25) x (2464/2)
= 308 m2
Luas areal total = jumlah minggu penanaman/siklus
x (luas efektif + 30% luas efektif)
= 3 x (308 + 92.4 m2)
= 1200 m2
Keadaan diatas menunjukkan bahwa dengan benih/bibit serta teknik
budidaya yang digunakan sekarang, PT. Saung Mirwan tidak akan mampu untuk
memenuhi permintaan pasar yang ada. Hal ini merupakan suatu kendala yang
sangat menghambat peningkatan produksi dan pendapatan untuk perusahaan. Hal
ini tentu membutuhkan suatu solusi agar PT. Saung mirwan dapat meningkatkan
produksi dan pendapatannya. Usaha untuk meningkatkan produksi ini salah
satunya dapat dilakukan dengan penerapan program GAP (Good Agriculture
Practice) yang dilaksanakan dengan pemenuhan beberapa komponen GAP yang
belum sesuai dengan teknik budidaya yang dilakukan, yaitu :
74
1. Lokasi Lahan Pertanian
Pemenuhan standar ini dapat dilakukan dengan melakukan
penelusuran dan memperhatikan sejarah penggunaan lahan.
2. Lingkungan Pertanian
Pemenuhan standar ini dapat dilakukan dengan memperhatikan
pengolahan limbah, kebersihan dan penggunaan air kolam.
3. Pemeliharaan Tanaman Pertanian
Pemenuhan standar ini dapat dilakukan dengan melakukan
pemeliharaan dan pembersihan ruangan penyimpanan dan gudang
serta penyediaan toilet dan westafel.
4. Budidaya Tanaman
Pemenuhan standar ini dapat dilakukan dengan penggunaan bahan
tanam dari sumber yang jelas, memperhatikan penggunaan dan
penyimpanan pestisida dan pupuk, pemeliharaan peralatan budidaya,
melaksanakan pengendalian hama terpadu, dan melakukan analisis gizi
terhadap tanaman yang dibudidayakan. Selain itu, perlu juga dilakukan
pencucian komoditas sebelum pengemasan, penggunaan pakaian
khusus dalam pengemasan dan pemenuhan fasilitas untuk
penyimpanan dingin.
5. Manajemen Pertanian
Pemenuhan standar ini dapat dilakukan dengan memperhatikan
kesehatan dan keamanan pekerja, melakukan pencatatan lengkap
terhadap produksi tanaman dan menetapkan seorang koordinator yang
bertanggung jawab terhadap hal tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Magang dilaksanakan selama 4 bulan di PT. Saung Mirwan tentang
penerapan Good Agriculture Practice pada produksi tanaman tomat cherry. Hal-
hal yang dipelajari berupa aspek teknis dan aspek manajerial perusahaan yang
dibimbing oleh seorang pembimbing lapang. Prestasi kerja penulis dapat dilihat
pada Lampiran 4.
Kegiatan budidaya yang ada di PT.Saung Mirwan belum sesuai dengan
program GAP. Kegiatan budidaya mulai dari pembibitan sampai pemasaran yang
sesuai dengan program GAP hanya sekitar 23.43%, kegiatan yang telah dilakukan
namun belum sesuai GAP mencapai 59.37% dan kegiatan yang sama sekali tidak
dilakukan sekitar17.1%. Data tersebut menyatakan bahwa kegiatan budidaya yang
ada di PT.Saung Mirwan belum sesuai dengan GAP.
Kendala terbesar yang dihadapi pada saat ini adalah kekurangan modal
akibat manajemen perusahaan yang tidak jelas dan bersifat individu sehingga
sangat diperlukan perubahan sistem manajemen yang akurat dan sesuai dengan
sistem manajemen yang berlaku untuk perusahaan individu lainnya. Hal ini
menyangkut aspek ketenagakerjaan dan sistem budidaya yang diterapkan selama
ini sehingga program GAP belum bisa diterapkan.
Saran
Saran yang ingin disampaikan penulis tentang budidaya tanaman yang ada
di PT.Saung Mirwan khususnya tomat cherry adalah :
1. Pengelolaaan sistem ketenagakerjaan yang lebih optimal dan efektif pada
semua aspek budidaya tomat cherry.
2. Penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan budidaya
tomat cherry.
3. Pelatihan yang lebih intensif kepada seluruh karyawan agar memiliki
pengetahuan yang merata mengenai sistem budidaya.
76
4. Penggunaan bibit dari sumber yang jelas dan tidak hanya berdasarkan
pengetahuan secara sempit namun memiliki dasar yang kuat.
5. Mengurangi pemakaian pestisida yang berlebihan dan dilakukan secara
tepat dosis, waktu, cara, jenis dan sasaran.
6. Pengaktifan kembali semua sarana dan prasarana yang ada dan digunakan
secara optimal untuk memperoleh hasil produksi yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Berliana, R.E. 2005. Penjadwalan Pasokan Larutan Nutrisi pada Sistem Irigasi Tetes Selada (Lactuca sativa, L.) Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dan Algoritma. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. 84 hal.
Cahyono, B. 2008. Usaha Tani Tomat dan Penanganan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta. 136 hal
Kader, A.A. 2002. Postharvest Technology of Horticultutal Crops. University of California, Agricultural and Natural Resources, Publication 3311.
Kusharto, Clara.M. 2006. Serat Makanan dan Peranannya bagi Kesehatan. Jurnal
Gizi dan Pangan. 45-54
Kuswanto, H. 2000. Benih sebagai Sumber Penyakit. Agric. 14(1): 32-36
Muchtadi, Deddy. 2001. Sayuran sebagai Sumber Serat Pangan untuk Mencegah Timbulnya Penyakit Degeneratif. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 61-71
Nelson, P.V. 1978. Greenhouse Operation and Management. Publishing Company. Inc. Virginia. USA. 518p
Opena, R.T. and H.A.M. van der Vossen. 1994. Lycopersicon esculentum Miller, p 199-205 in: plant Recources of South-East asia 8, Vegetable. Porsea foundation. Bogor
Pantastico, Er.B, dan F. Venter. 1986. Gangguan-gangguan Fisiologi Selain Kerusakan Akibat Pendinginan Bagian 2 (Tomat), hal.597-603. Dalam Er.B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen : Pennanganan sayuran dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika (Penerjemah : Kamariyadi). Gajah Mada University Press.
Resh, H.M. 1998. Hydroponic Food Production. Woodbridge Press Pbl. Santa Barbara. 527p
Rubatzky, V.E. and M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia (diterjemahkan dari : World Vegetable, penerjemah : C. Herison). Penerbit Institut Teknologi Bandung. Bandung. 292 hal.
Rukmana, R. 1999. Tomat dan Cherry. Kanisisus. Yogyakarta.
Salakpetch,S. 2005. Quality Managemen System : Good Agricultural Practice (GAP) for On-farm Production in Thailand. Proceeding of the International Seminar on Technology Development for Good Agricultural Practice in Asia and Oceania. Food and Fertilizer Technology Center. Japan. Vol. 37-41.
78
Suarni, S. 2006. Aplikasi Nitrobenzen pada Tomat Cherry (Lycoersicon esculentum var. cerasiforme) dalam Sistem Hidroponik. Skripsi. Program Studi Hortikultura. Institut PertanianBogor. Bogor
Trisnawati, Y. dan A.D. Setiawan. 2002. Tomat Pembudidayaan Secara Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta. 123 hal
Untung, O. 2000. Hidroponik Sayuran Sistem NFT (Nutrient Film Technique). Penebar Swadaya. Jakarta.
Webster, C.C. and Wilson P.N. 1980. Agriculture in Tropics. Longman Inc. New York. 640 p
Williams, C.N. 1993. Produksi Sayuran di Daerah Tropika. Jilid 1. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta. 374
Wilson, C.L. and Walter E. L. 1967. Botany. Holt, Rinehart and Winston. Inc. USA. 626p
LAMPIRAN
80
Lampiran 1. Peraturan Good Agriculture Practice (GAP)
Peraturan Good Agriculture Practices (GAP)
Good Agriculture Practice for Fruits and Vegetable Farming (GAP-VF)
merupakan suatu standar yang dikeluarkan oleh Departemen Pertanian untuk
produksi buah dan sayuran. Adapun prinsip-prinsip tersebut ditekankan pada
enam bidang usaha yaitu :
1. Lokasi lahan pertanian
2. Struktur lahan pertanian
3. Lingkungan lahan pertanian
4. Pemeliharaan lahan pertanian (kesehatan dan kebersihan)
5. Teknik usaha pertanian (Teknik budidaya yang mencakup manajemen
pupuk dan pestisida, hama dan penyakit dan penanganan pasca panen)
6. Manajemen pertanian (catatan dan pelatihan staf)
Dasar utama dari Good Agriculture Practice ini adalah menyediakan
produk yang aman dan berkualitas bagi konsumen.. Program GAP meliputi
produksi, panen dan pasca panen, penanganan buah dan sayuran serta penanganan
pasca panen dalam proses pengemasan. Peraturan dan prinsip ini dapat digunakan
untuk semua produk tanaman tetapi bukan sertifikasi bagi tanaman organik.
1. Lokasi Lahan pertanian
Analisis tanah untuk penggunaan lahan pertanian
Mengetahui sejarah penggunaan lahan untuk mengidentifikasi
hama dan penyakit
Penilaian terhadap dampak lingkungan dan aspek teknis yang dapat
dilakukan dalam usaha pencegahannya
2. Struktur Lahan Pertanian
81
Aspek budidaya. Menjaga kebersihan tempat penyimpanan dan
pengemasan produk. Membuang limbah, sampah dan gulma dari
tempat penyimpanan dengan menggunakan tindakan yang efektif.
Menjaga sistem irigasi
Menjaga dan memelihara semua perlengkapan yang berhubungan
dengan produk sayuran misalnya panen, penyimpanan dan
penanganan pasca panen.
3. Lingkungan Lahan Petanian
Tanah
Tanah dianalisis setiap 3 tahun sekali untuk mengetahui
kontaminasi logam berat
Tanah harus dianalisis ulang setelah dilakukan pergantian sistem
budidaya
Logam berat yang teridentifikasi diisolasi agar tidak kembali lagi
ke tanah
Tanah yang telah lulus uji dan dinyatakan bersih tidak digunakan
untuk penggunaan lain selain pertanian
Air
Identifikasi sumber primer dan sekunder a
Jika memungkinkan, dilakukan analisis topografi landskap dan
mempelajari aspek-aspek yang dapat mempengaruhi aliran air dan
pola curah hujan
Kolam air yang dipergunakan untuk kegiatan pertanian (baik
irigasi maupun penggunaan pestisida) harus berkualitas dan
memenuhi kriteria :
1.Kolam tidak boleh berisi sampah ataupun rumput liar
2.Hewan kecuali ikan harus dijauhkan dari kolam
3.Menghindari runoff langsung ke kolam dari daerah
budidaya
82
4. Pemeliharaan Pertanian
Lahan budidaya baik ruang penyimpanan maupun ruang kemasan
bebas dari segala jenis hewan
Pembuatan jadwal pembersihan gudang dan area pengemasan
sesuai dengan prosedur
Penyediaan toilet bagi para pekerja dan karyawan. Tempat ini
sebaiknya jauh dari sumber air dan tempat yang dapat
menyebabkan kontaminasi.
5. Budidaya Tanaman
Penggunaan bahan tanam :
Bahan tanaman yang digunakan bebas dari penyakit
Bahan tanaman berasal dari sumber yang jelas
Penggunaan pestisida
Penggunaan pestisida selama produksi sayuran harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
Orang yang berhak melaksanakan dan mengawasi penggunaan
pestisida adalah orang-orang yang memiliki sertifikat
Pestisida yang digunakan adalah pestisida yang terdaftar dalam
perencanaan awal teknik budidaya
Aplikasi pestisida (dosis, waktu dan frekwensi) sesuai dengan
rekomendasi
Operator pestisida mengerti dan memahami semua aspek yang
berkaitan dengan penggunaan dan aplikasi pestisida
Pestisida diberi label dan disimpan dalam di tempat yang aman.
Pembuangan wadah bekas pestisida sesuai dengan instruksi pada
label
Catatan pembelian, aplikasi dan pembuangan disimpan selama
produksi tanaman
83
Pemeliharaan alat aplikasi pestisida untuk memastikan bahwa
peralatan dapat beroperasi pada kondisi optimum sehingga aplikasi
bisa dilakukan dengan efektif untuk menghindari kebocoran pada
saat penggunaan
Memperhatikan rentang waktu aplikasi pestisida dengan
pemanenan
pelatihan tentang penggunaan pestisida yang kepada operator
pestisida. Selain itu juga dilakukan pelatihan untuk pengoperasian
dan pemeliharaan peralatan untuk meningkatkan keefektifan dalam
penyemprotan
Tidak dianjurkan penyimpanan pestisida lebih dari satu tahun
sebelum digunakan
Air yang digunakan dalam campuran aplikasi pestisida merupakan
air yang berkualitas untuk menghindari kontaminasi mikroba
Penggunaan pupuk
Tidak dianjurkan penggunaan pupuk kandang mentah dan kotoran
manusia dalam produksi sayuran
Penggunaan pupuk kandang harus dibatasi dan peralatan yang
kontak langsung dengan pupuk kandang harus dibersihkan dengan
air bertekanan tinggi sebelum digunakan di area produksi
Pengomposan pupuk kandang unggas dan bahan organik lainnya
sebelum penggunaan
Kontak langsung antara pupuk alami dengan sayuran harus
diperhatikan, minimal 2 minggu (14 hari) sebelum panen
Pencatatan mengenai pemupukan. Hal ini berkaitan dengan sumber
bahan kompos, hasil uji mikroba pada kompos, tanggal aplikasi
pupuk, jumlah, metode aplikasi serta orang yang bertanggung
jawab dalam pemupukan tersebut
Pupuk disimpan terpisah dengan pestisida di tempat yang sejuk dan
kering
84
Tempat penyimpanan pupuk diisolasi untuk mencegah kontaminasi
terutama dari tempat pengemasan
Untuk tanaman hidroponik, dilakukan pengujian terhadap nilai gizi
dan terbebas dari logam berat
Hasil analisis laboratorium dilampirkan dalam laporan pengamatan
Penggunaan bahan kimia lainnya
Penggunaan bahan kimia seperti deterjen, sanitizer berdasarkan
rekomendasi
Bahan kimia ini harus disimpan secara terpisah dengan pupuk dan
pestisida dan diberi label yang jelas
Manajemen pestisida dan penyakit tanaman
Manajemen hama dan penyakit dilakukan berdasarkan data historis
dan kecenderungan kondisi saat ini
Hama yang terdeteksi diisolasi dan dilakukan pengamatan yang
intensif dan akan dilakukan tindakan pengendalian hama terpadu
(PHT)
Pemanenan
Proses pemanenan harus dilakukan dengan cepat untuk
meminimalisasi kerusakan
Setelah panen, produk sayuran dihindarkan dari sinar matahari
secara langsung. Hal ini untuk mencegah kerusakan produk akibat
kelayuan
Fasilitas pencucian harus lengkap dan berada pada kondisi yang
kondusif bagi produk sayuran
Air yang digunakan dalam proses pencucian harus benar-benar
bebas dari mikroba :
1. air yang digunakan untuk pencucian hanya air
bersih
2. air pencucian harus sering diganti
3. penggunaan desinfektan diizinkan jika diperlukan
85
Jika klorin digunakan untuk membersihkan tempat pengolahan
maka perlu diperhatikan keadaan tempat pengolahan yang bebas
dari klorin selama penggunaan. Sampel harus diambil setiap jam
untuk mengetahui konsentrasi klorin. Sirkulasi air juga harus dijaga
dengan baik untuk meyakinkan penggunaan air bersih
Permukaan sayuran harus kering sebelum pengemasan
Pengemasan
Packers harus mencuci tangan dengan deterjen sebelum dan
sesudah pengemasan
Packers tidak boleh makan, minum ataupun merokok pada saat
proses pengemasan karena kemungkinan banyak bakteri yang
terdapat dalam mulut yang dapat mengkontaminasi produk. Selama
proses pengemasan packers harus menggunakan masker dan
sarung tangan
Peralatan dan mesin packing harus dicuci dan didesinfeksi secara
teratur sebelum dan sesudah packing sesuai dengan prosedur
Container atau peti yang berisi sayuran harus disimpan jauh dari
penyimpanan pupuk dan pestisida
Ruangan packing harus terpisah dari toilet dan kondisi ruangan
harus dijaga kebersihannya dengan ventilasi yang baik
Sayuran yang dikemas adalah sayuran yang bebas dari tanah dan
harus dipastikan bahwa sayur yang dikemas dan dikirim hanya
sayuran yang bersih
Penggunaan media pengemasan yang masih baru
Setiap kemasan sayuran harus diberi label yang jelas sesuai dengan
peraturan pelabelan dan memiliki dokumentasi yang lengkap
Penyimpanan dingin
Fasilitas penyimpanan harus bersih dan bebas dari penyakit
Sayuran harus disimpan diruangan dingin setelah dikemas.
Peralatan yang digunakan harus berada pada kondisi yang baik.
86
Penyimpanan dalam ruangan sejuk dianjurkan pada
suhu 5-10 ° C dengan kelembaban relatif 95-99%.
Bila pendingin yang digunakan merupakan pendingin udara maka
udara harus tetap dijaga tetap bersih dan bebas dari patogen
Air yang digunakan untuk membuat es sebagai pendingin harus
merupakan air bersih dan bebas patogen.
Peralatan pendingin harus sering diperiksa. Pemeliharaan peralatan
ini juga penting untuk menjamin keselamatan pekerja
6. Manajemen pertanian
Catatan usahatani
Dalam sistem usahatani harus dipilih seorang koordinator yang
akan bertanggungjawab
Pencatatan yang dilakukan harus diperbaharui setiap 2 tahun sekali.
Usahatani baru yang ingin melakukan program ini harus memiliki
catatan sertifikasi pertanian 3 bulan sebelum melakukan
pendaftaran
Semua catatan analisis laboratorium harus dilampirkan
Setiap paket kemasan yang telah dihasilkan harus diberi label
(nomor dan nama perusahaan, tanggal panen dan nomor sertifikasi)
Staf pelatihan
Catatan staf harus lengkap, jelas dan rapi serta dijaga keamanannya
87
Lampiran 2. Lay out Bangunan PT.Saung Mirwan, Desa Sukamanah,
Megamendung, Bogor
88
Lampiran 3. Lay out Greenhouse PT. Saung Mirwan, Desa Sukamanah
Megamendung, Bogor
Greenhouse Saung Mirwan
(Luas = 40.00 X 6.40 = 256.00 m2)
89
Lampiran 4. Skema jaringan irigasi tetes
90
Lampiran 5. Skema jaringan irigasi nutrisi pusat
91
Lampiran 6. Struktur Organisasi PT. Saung Mirwan
DIREKTUR UTAMA PT. SAUNG MIRWAN
QA IT
BIDANG PRODUKSI BIDANG KOMERSIL BIDANG UMUM
KEBUN GADOG
KEBUN LEMAH
KEBUN CIPANAS
KEBUN GARUT
DIV. KEMITRAAN
DIV. PENGEMASAN
DIV. PENGADAAN
DIV. PENJUALAN BUNGA
DIV. PENJUALAN SAYUR DIV. GA
DIV. HR
DIV. KEU/AK
DIV. TEKNIK
R&D
92
Lampiran 7.Data Panen selama 4 bulan
Lokasi : T.4
Tanam : Week 3 (18 Januari 2011)
Panen : Week 16
Varietas : Guindo/Sakura
Jumlah tanaman : 600 tanaman
Bongkar : Week 21
No Tanggal Week Kg Jumlah Kg/pohon
1 23 Maret 2011 12 0.5 0.5 1
2 26 Maret 2011 13 1.5 2 0.75
3 28 Maret 2011 13 3 5 0.60
4 30 Maret 2011 13 6 11 0.54
5 01 April 2011 14 5 16 0.31
6 05 April 2011 14 13 29 0.44
7 07 April 2011 14 12 41 0.29
8 09 April 2011 15 13 54 1.40
9 11 April 2011 15 14 66 0.23
10 13 April 2011 15 15 83 0.18
11 15 April 2011 16 14 97 0.14
12 17 April 2011 16 10 107 0.09
13 19 April 2011 16 11 118 0.09
14 21 April 2011 16 17 135 0.13
15 23 April 2011 17 6 141 0.04
16 25 April 2011 17 5 146 0.03
17 27 April 2011 17 8 154 0.05
18 29 April 2011 18 24 178 0.13
19 01 Mei 2011 18 13 191 0.06
20 03 Mei 2011 18 14 205 0.06
21 05 Mei 2011 18 15 220 0.06
22 07 Mei 2011 19 20 240 0.08
23 09 Mei 2011 19 9 249 0.03
24 11 Mei 2011 19 7 256 0.02
25 13 Mei 2011 20 9 265 0.03
26 16 Mei 2011 20 13 278 0.04
27 18 Mei 2011 20 4 282 0.01
28 20 Mei 2011 21 5 287 0.01
29 23 Mei 2011 21 4 291 0.01
30 27 Mei 2011 22 5 296 0.01
31 30 Mei 2011 22 12 308 0.03
Bobot panen per pohon 6.89
93
Lokasi : T.11
Tanam : Week 12 (17 April 2011)
Panen : Week 21
Varietas : Gang
Jumlah tanaman : 602
Bongkar : Week 34
No Tanggal Week Kg Jumlah Kg/pohon
1 01 Juni 2011 22 10 10 1.00
2 03 Juni 2011 23 6 16 0.38
3 04 Juni 2011 23 4 20 0.2
4 06 Juni 2011 23 10 30 0.33
5 08 Juni 2011 23 20 50 0.40
6 09 Juni 2011 23 19 69 0.27
7 11 Juni 2011 24 15 84 0.17
8 13 Juni 2011 24 19 103 0.18
9 15 Juni 2011 24 12 115 0.10
Bobot panen per pohon 3.03
Lokasi : T.12
Tanam : Week 12 (17 April 2011)
Panen : Week 20
Varietas :Gang
Jumlah tanaman : 172
Bongkar :Week 30
No Tanggal Week Kg Jumlah Kg/pohon 1 16 Mei 2011 20 13 13 1.00 2 18 Mei 2011 20 4 17 0.23 3 20 Mei 2011 21 7 24 0.29 4 23 Mei 2011 21 11 35 0.31 5 27 Mei 2011 22 7 42 0.16 6 30 Mei 2011 22 13 55 0.23 7 01 Juni 2011 22 6 61 0.09 8 03 Juni 2011 23 6 67 0.08 9 04 Juni 2011 23 7 74 0.09 10 06 Juni 2011 23 6 80 0.07 11 08 Juni 2011 23 6 86 0.06 12 10 Juni 2011 24 15 101 0.14 13 11 Juni 2011 24 15 116 0.12 14 13 Juni 2011 24 15 131 0.11 15 15 Juni 2011 24 10 141 0.07
Bobot panen/pohon 3.05
94
Lokasi : T.5
Tanam : Week 5 (13 Februari 2011)
Panen : 17
Varietas : Gang
Jumlah tanaman : 160
Bongkar : Week 25
No Tanggal Week Kg Jumlah Kg/pohon
1 09 April 2011 15 5 5 1.00
2 11 April 2011 15 8 13 0.61
3 13 April 2011 15 11 24 0.45
4 15 April 2011 16 14 38 0.36
5 17 April 2011 16 11 48 0.22
6 19 April 2011 16 9 57 0.15
7 21 April 2011 16 13 70 0.18
8 23 April 2011 17 10 80 0.12
9 25 April 2011 17 6 86 0.06
10 27 April 2011 17 10 96 0.10
11 29 April 2011 18 15 100 0.15
12 01 Mei 2011 18 10 110 0.09
13 03 Mei 2011 18 15 125 0.12
14 05 Mei 2011 18 10 135 0.07
15 07 Mei 2011 19 14 149 0.09
16 09 Mei 2011 19 10 159 0.06
17 11 Mei 2011 19 10 169 0.05
18 13 Mei 2011 20 10 179 0.05
19 16 Mei 2011 20 10 189 0.05
20 18 Mei 2011 20 6 195 0.03
Bobot panen per pohon 4.01
95
Lokasi : T.7
Tanam : Week 9 (1 Maret 2011
Panen : Week 19
Varietas :Guindo
Jumlah tanaman : 640
Bongkar : Week 29
No Tanggal Week Kg Jumlah Kg/pohon
1 23 April 2011 17 13 13 1 2 25 April 2011 17 6 19 0.31 3 27 April 2011 17 3 22 0.13 4 29 April 2011 18 3 25 0.12 5 01 Mei 2011 18 18 43 0.41 6 03 Mei 2011 18 7 50 0.14 7 05 Mei 2011 18 13 63 0.2 8 07 Mei 2011 19 9 72 0.12 9 09 Mei 2011 19 5 77 0.06
10 11 Mei 2011 19 7 84 0.08 11 13 Mei 2011 20 6 90 0.06 12 16 Mei 2011 20 8 98 0.08 13 18 Mei 2011 20 4 102 0.03 14 20 Mei 2011 21 3 105 0.02 15 23 Mei 2011 21 3 108 0.02
Bobot panen per pohon 2.78