PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS...

90
PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TERKAIT PERJANJIAN PENGALIHAN HUTANG (Studi Kasus : KJKS BMT El-Mentari Banyumas) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh : SAEKHU NIM : 1112043100006 PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

Transcript of PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS...

Page 1: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS

JASA KEUANGAN TERKAIT PERJANJIAN PENGALIHAN HUTANG

(Studi Kasus : KJKS BMT El-Mentari Banyumas)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

SAEKHU

NIM : 1112043100006

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 2: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN
Page 3: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN
Page 4: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN
Page 5: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

iv

ABSTRAK

Saekhu, NIM 1112043100006, PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TERKAIT PERJANJIAN

PENGALIHAN HUTANG, Strata Satu (S-1), Jurusan Perbandingan Madzhab,

Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta 1440 H/2019 M, 75 halaman.

Skripsi ini merupakan upaya untuk memaparkan mengenai permasalahan

adanya beberapa perbedaan dalam skema pengalihan hutang antara fatwa DSN-

MUI dan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan. Sementara itu, kedua regulasi

tersebut memiliki kedudukan yang cenderung seimbang dan kedua regulasi

tersebut sama-sama menjadi pedoman pelaksaan operasional lembaga keuangan

syariah di Indonesia. Kedua landasan hukum tersebut memunculkan isu hukum,

yaitu pertentangan hukum (conflict of norm).

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui apa yang menjadi dasar hukum

pelayanan pengalihan hutang dengan studi kasus di KJKS BMT El-Mentari

Banyumas dan bagaimana latar belakang tidak diterapkannya Surat Edaran

Otoritas Jasa Keuangan di KJKS BMT El-Mentari Banyumas.

Adapun penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif

tertulis, dengan menggunakan pendekatan analitis, yang menghasilkan data

deskriptif dengan mengkaji permasalahan yang terdapat dalam skripsi ini. Metode

pengumpulan data yang digunakan, yaitu studi dokumen dan bahan pustaka.

Selain itu, sumber data penelitian yang digunakan mengacu pada Fatwa DSN-

MUI No. 31/DSN-MUI/IV/2002 tentang pengalihan hutang dan Surat Edaran

Otoritas Jasa Keuangan No. 36/SEOJK.03/2015 tentang Produk dan Aktivitas

Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah serta mencari data dari Al-Qur’an,

Hadits, buku-buku, artikel yang relevan dengan masalah dalam skripsi ini.

Dari penelitian yang penulis lakukan bahwa KJKS BMT El-Mentari

Banyumas menganut penuh skema pengalihan hutang yang ditawarkan oleh fatwa

DSN-MUI dari pada skema pengalihan hutang yang ditawarkan oleh Surat Edaran

Otoritas Jasa Keuangan dengan alasan, undang-undang baru di dalam sektor

keuangan nasional tersebut dirasa membatasi ruang lingkup operasional KJKS

BMT El-Mentari Banyumas dan dirasa kurang tepat dalam mengakomodasi

kebutuhan hukum KJKS BMT El-Mentari Banyumas.

Kata kunci : Analisis, Fatwa DSN-MUI, Surat Edaran Otoritas Jasa

Keuangan, Take Over, Pengalihan Hutang, Lembaga

Keuangan, BMT.

Pembimbing : 1. Andi Syafrani, S.H.I, MCCL

2. Maman Rahman Hakim, M.M

Daftar Pustaka : 1969-2018

Page 6: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

v

KATA PENGANTAR

بسم هللا الر حمن الر حيم

Puji dan syukur yang tiada hentinya dipanjatkan kepada sang Penguasa

alam Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, karunia dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “PENERAPAN

FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

TERKAIT PERJANJIAN PENGALIHAN HUTANG (Studi Kasus : KJKS BMT

El-Mentari Banyumas)”. Shalawat serta salam dilimpahkan kepada baginda Nabi

Muhammad SAW, yang telah mengantarkan umatnya dari kegelapan dunia ke

zaman pencerahan ilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini.

Selama penulisan skripsi ini penulis menyadari banyak mengalami

kesulitan dan hambatan untuk mendapatkan data dan referensi. Namun, berkat

kesungguhan hati dan bantuan dari berbagai pihak, esulitan tersebut pada akhirnya

dapat diselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Prof. Dr. Amany Lubis, Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H, M.H, M.A, Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si, dan Hidayatullah M.H, Ketua Program

Studi Perbandingan Madzhab dan Sekretaris Program Studi Perbandingan

Madzhab Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

vi

4. Pembimbing Akademik Dra. Afidah Wahyuni, M. Ag, dan seluruh Dosen

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

5. Dosen Pembimbing Skripsi Andi Syafrani, S.H.I, MCCL, dan Maman

Rahman Hakim, M.M, yang selalu memberi pengarahan, pembelajaran yang

baru bagi saya dengan penuh keikhlasan, kesabaran dan keistiqomahan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

6. Khusus untuk kedua orang tua penulis yang sangat penulis cintai dan sayangi.

Ayahanda tercinta Agus Solikh dan Ibunda tercinta Siti Romlah yang selalu

mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan

skripsi ini, serta mengorbankan seluruh hidupnya untuk membahagiakan dan

membesarkan penulis sampai saat ini. Tidak akan pernah dan mustahil

penulis mampu membalas kebaikan yang telah diberikan selama ini. Kedua

orang tua selalu menjadi sumber teladan bagi penulis dalam mengarungi

kehidupan dan menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada saudari Nurwulan Ninditasari selaku SE PBMTI se-Banyumas atas

ketulusannya dalam membantu penulis dalam proses penelitian skripsi ini.

8. Kepada seluruh staf dan jajaran KJKS BMT El-Mentari Banyumas yang telah

banyak membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

9. Kepada keluaraga besar KPA. Arkadia Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah banyak mendukung dan membantu penulis

dalam perjalanan studi penulis dan dalam proses penyelesaian skripsi ini baik

dalam bentuk materil maupun moril.

Page 8: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

vii

10. Kepada teman-teman seperjuangan mahasiswa PMH (Perbandingan Madzhab

Hukum) angkatan 2012, khususnya Achmad Sanjaya, Ahmad Zarkasih, Amri

Yahya, Deni Afrian, Suhadi Yazid, Zaimi Zet, Khoirul Mahfudz, Abdullah

Mahfudz, Uwaisy, Nova Sandi Prasetyo, serta teman-teman lain yang selalu

memberikan semangat, dukungan, dan saran kepada penulis. Terima kasih

teman-teman, dengan kebersamaan kita selama ini dalam suka dan duka.

Penulis menyadari itu semua sebagai pengalaman berharga yang tidak akan

pernah terlupakan.

11. Seluruh pihak yang terkait dengan penyusunan skripsi ini yang mana penulis

tidak bisa sebutkan satu persatu. Semoga Allah senantiasa memberkati

langkah kita. Semoga Allah membalas amal baik kalian semua dengan

kebaikan yang berlipat ganda.

Semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat

khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca sekalian. Aamiin.

Jakarta, 9 Mei 2019

Penulis

Page 9: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

viii

DAFTAR ISI

SURAT PENGESAHAN PANITIA UJIAN ....................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iii

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................... v

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 6

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah ....................................................... 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................... 7

E. Studi Pustaka ............................................................................................. 8

F. Metode Penelitian ................................................................................... 10

G. Sistematika Penulisan ............................................................................ 11

BAB II TINJAUAN UMUM PENGALIHAN HUTANG DAN

REGULASINYA DI INDONESIA

A. Pengalihan Hutang dalam Islam ........................................................... 13

1. Pengertian Pengalihan Hutang .......................................................... 13

2. Dasar Hukum Pengalihan Hutang .................................................... 16

3. Macam-Macam Pengalihan Hutang ................................................. 17

4. Rukun dan Syarat Pengalihan Hutang ............................................. 19

B. Pengalihan Hutang dalam Perbankan .................................................. 21

1. Pengertian Pengalihan Hutang .......................................................... 21

2. Tujuan Pengalihan Hutang ................................................................ 23

Page 10: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

ix

C. Gambaran Umum Fatwa dan Dewan Syariah Nasional Majelis

Ulama Indonesia (DSN-MUI) .............................................................. 23

1. Definisi Fatwa ..................................................................................... 23

2. Landasan Hukum Fatwa .................................................................... 24

3. Fungsi Fatwa ....................................................................................... 25

4. Metode Penetapan Fatwa ................................................................... 25

5. Bentuk-Bentuk Fatwa ........................................................................ 26

6. Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) 26

D. Dasar Hukum dan Konsep Pelaksanaan Pengalihan Hutang di

Indonesia .................................................................................................. 28

1. Landasan Hukum Positif Pelaksanaan Pengalihan Hutang .......... 28

2. Konsep Pengalihan Hutang dalam Fatwa DSN-MUI No. 31/DSN-

MUI/VI/2002 Tentang Pengalihan Hutang ......................................... 32

3. Konsep Pengalihan Hutang dalam Surat Edaran Otoritas Jasa

Keuangan No. 36/SEOJK.03/2015 Tentang Produk dan Aktivitas

Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah ................................... 35

BAB III PELAKSANAAN PENGALIHAN HUTANG DI KJKS BMT EL-

MENTARI BANYUMAS

A. Profil KJKS BMT El-Mentari Banyumas ........................................... 41

1. Profil dan Sejarah Berdiri KJKS BMT El-Mentari Banyumas .... 41

2. Visi dan Misi KJKS BMT El-Mentari Banyumas ......................... 42

3. Data Lembaga KJKS BMT El-Mentari Banyumas ....................... 42

4. Struktur Organisasi KJKS BMT El-Mentari Banyumas ............... 42

5. Produk KJKS BMT El-Mentari Banyumas .................................... 43

B. Pengalihan Hutang di KJKS BMT El-Mentari Banyumas ............... 46

C. Dasar Hukum Pelaksanaan Pengalihan Hutang di KJKS BMT El-

Mentari Banyumas ................................................................................. 46

Page 11: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

x

D. Pelaksanaan Pengalihan Hutang di KJKS BMT El-Mentari

Banyumas ................................................................................................ 47

BAB IV ANALISIS MASALAH

A. Analisis Dasar Hukum Pengalihan Hutang di KJKS BMT El-

Mentari Banyumas ................................................................................. 51

B. Analisis Terhadap Tidak Diterapkannya Surat Edaran Otoritas Jasa

Keuangan No. 36/SEOJK.03/2015 Tentang Produk dan Aktivitas

Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dalam Pelayanan

Pengalihan Hutang di KJKS BMT El-Mentari Banyumas ............... 52

BAB V PENUTUP ........................................................................................... 59

A. Kesimpulan.............................................................................................. 59

B. Saran ......................................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 62

LAMPIRAN

Page 12: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama terakhir yang di turunkan Allah swt dari langit

kepada hambanya. Agama yang memiliki dua pondasi yaitu, Al Qur’an

dan As Sunnah. Didalamnya telah menjelaskan berbagai aspek ketuhanan

dan ilmu pengetahuan serta mengatur berbagai sendi-sendi kehidupan

dalam berjanji dan bertransaksi. Hal-hal tersebut yang senantiasa selalu

menjadi lentera dan pedoman bagi pemeluknya dalam melangkah dan

bertindak mengikuti perkembangan zaman.

Saat ini Indonesia turut serta dalam berlomba-lomba mengikuti

perkembangan era modernisasi1 dan globalisasi

2. Era ini telah membawa

dampak yang luar biasa dalam berbagai bidang hukum. Salah satu yang

paling terkena dampak ialah bidang hukum ekonomi dan bisnis.

Infrastuktur dan sumber daya manusia turut disempurnakan guna

pemerataan pertumbuhan ekonomi dan persaingan di era globalisasi.

Indonesia adalah salah satu negara dengan mayoritas penduduk

muslim terbanyak di dunia. Karena hal tersebut banyak lembaga-lembaga

di Indonesia yang berdiri berdasarkan asas hukum islam. Pemerintah

Indonesia selalu memperhatikan kebijakan-kebijakan yang mengatur

lembaga-lembaga tersebut guna persaingan di era globalisasi. Salah satu

dari lembaga-lembaga tersebut yang paling berdampak era globalisasi di

bidang hukum ekonomi dan bisnis ialah lembaga Ekonomi Islam.

Ekonomi islam memiliki berbagai macam kelebihan yang tidak

terdapat di dalam sistem ekonomi kapitalis. Islam menganjurkan suatu

sistem yang sangat sederhana untuk meningkatkan ekonomi masyarakat

1 Modernisasi (mo-der-ni-sa-si) adalah proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai

warga masyarakat untuk dapat hidup sesuai dengan tuntutan masa kini. Artikel diakses pada 15

September 2018 dari http://kbbi.web.id/modernisasi.html . 2 Globalisasi (glo-ba-li-sa-si) adalah proses masuknya ke ruang lingkup dunia. Artikel

diakses pada 15 September 2018 dari http://kbbi.web.id/globalisasi.html

Page 13: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

2

dan membolehkan untuk melakukan proses pembangunan ekonomi,

menyediakan peluang yang sama dan memberi hak-hak alami kepada

semua, dan pada saat yang sama menjamin distribusi kekayaan yang ada

semata-mata untuk memelihara stabilitas ekonomi umat.3

Sebagaimana di jelaskan dalam Firman Allah swt:

سصى عي ا أفاء للاه بو اىضه اب ضام اى اى تا ب ىز اى قش صه ىيشه فييه أ و اى قش

ت فا ع ا ام صه فخز اىشه ا آتام ن اء غ ال دىت ب ل ن م اتهقا للاه ه ا نإ

شذذ اى عقاب (95:7)اىحشش, للاه

Artinya:“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah

kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-

kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak

yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan,

supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di

antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan

apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah

kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya”. (QS Al-

Hasyr, 59:7)

Upaya Pemerintah dalam mengakomodir kebutuhan masyarakat

akan institusi keuangan yang prakteknya berdasarkan prinsip ekonomi

islam serta mewujudkan ekonomi islam yang mampu bersaing secara

global sudah di atur dalam Undang-undang No. 21 tahun 2008 dengan

istilah Perbankan Syariah.

Sesuai UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Perbankan

Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan

unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan

proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.4 Adapun Bank Syariah

adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip

syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan

3 Fazlur Rahman. Doktrin Ekonomi Islam, Jilid 1. (Jakarta: Dana Bakti Wakaf, 1995), h.

12. 4 Ismail, Perbankan Syariah. (Jakarta: Prenadamedia Group, 2011) h. 26

Page 14: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

3

pihak lain untuk penyimpanan dana dan pembiayaan kegiatan usaha, atau

kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah.5

Menurut jenisnya bank syariah terdiri dari atas Bank Umum Syariah,

Unit Usaha Syariah, dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.6

Perbankan Syariah pada beberapa tahun belakangan ini sedang naik

daun. Hal itu dipicu dengan besarnya keinginan masyarakat yang semakin

berkembang untuk mendapatkan kehalalan dan selalu berbenturan dengan

peraturan bank konvensional. Regulasi baru Bank Indonesia (BI) tentang

Down Payment atau uang muka yang diperuntukan pembiayaan mobil dan

rumah menjadi durian runtuh bagi perbankan dan leasing syariah.

Kesempatan bank syariah untuk meningkatkan sektor pembiayaan pun

terbuka lebar. Namun, BI khawatir, regulasi tersebut menjadi mimpi buruk

bagi sektor-sektor riil dari perbankan syariah.

Meningkatnya pemberian persetujuan pembiayaan baru dikarenakan

2 (dua) alasan yakni dilihat dari sisi internal dan eksternal bank. Dari sisi

internal, kemampuan permodalan yang masih cukup kuat dan permintaan

kredit atau pembiayaan yang meningkat, sedangkan alasan eksternal bank

adalah membaiknya iklim ekonomi yang ditandai oleh membaiknya

prospek usaha nasabah. Namun dalam hal ini tidak menutup kemungkinan

terjadinya pembiayaan yang bermasalah atau bahkan macet atas

pembiayaan yang di berikan. Akibat yang ditimbulkan dari pembiayaan

yang macet adalah tidak terpenuhinya kewajiban mengembalikan

pembiayaan yang diberikan tersebut, baik sebagian maupun keseluruhan.

Sehubungan dengan hal tersebut, pengaturan tersendiri bagi

perbankan syariah merupakan hal yang mendesak dilakukan, untuk

menjamin terpenuhinya prinsip-prinsip syariah, prinsip kesehatan bank

5 Ascarya, Diana Yumanita, Bank Syariah, (Jakarta: Pusat Pendidikan dan

kebanksentralan (PPSK) BI, 2005). h. 1 6 Sutojo, Siswanto. Menangani Kredit Bermasalah Konsep, Teknik dan Kasus. (Jakarta:

Damar Mulia Pustaka, 2009), h. 61

Page 15: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

4

bagi bank syariah yang tidak kalah penting diharapkan dapat mensyaratkan

pengaturan terhadap bank syariah dalam undang-undang tersendiri.

Perbankan merupakan lembaga keuangan yang sarat akan

pengaturan. Hal ini mengingat bank adalah lembaga yang mengedepankan

prinsip kepercayaan dalam kegiatan operasionalnya. Di samping prinsip

kepercayaan, bank juga harus melaksanakan prinsip pengelolaan lain yakni

prinsip kehati-hatian. UU Nomor 10 Tahun 1998 di sebutkan mengenai

pengertian dari prinsip kehati-hatian. Pasal 2 UU No. 10 Tahun 1998

menyebutkan bahwa: “Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya

berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-

hatian”.

Analisis yang dilakukan lembaga keuangan syariah terhadap calon

nasabah yang mengajukan proses pembiayaan tidak selamanya menjamin

lepas dari resiko terjadinya pembiayaan bermasalah. Kenyataan

menunjukan bahwa masih banyak terjadi berbagai macam pembiayaan

bermasalah, yang akhirnya dapat mempengaruhi terhadap kinerja lembaga

keuangan syariah tersebut.

Pembiayaan yang bermasalah memberikan dampak kurang baik bagi

negara, masyarakat dan perbankan Indonesia, khususnya bank yang

bersangkutan. Semakin besar pembiayaan bermasalah yang dihadapi oleh

bank, maka akan menurunkan pula tingkat kesehatan operasional bank,

Penurunan mutu pembiayaan dan tingkat kesehatan bank, yang pada

akhirnya dapat mempengaruhi kepercayaan nasabah penabung atau bahkan

calon nasabah. Semakin besar jumlah pembiayaan yang bermasalah, maka

semakin besar jumlah dana cadangan yang harus disediakan, dan semakin

besar pula tanggungan bank untuk mengadakan dana cadangan, karena

kerugian yang ditanggung bank akan mengurangi modal bank.7

7 Azis, Azizah, Strategi Penanganan Pembiayaan Bermasalah pada Bank Syariah

Mandiri Cabang Pembantu Bone, Tesis S2 Program Pascasarjana, Universitas Islam Negeri

Alauddin Makassar, h. 12.

Page 16: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

5

Salah satu bentuk jasa pelayanan keuangan di lembaga keuangan

syariah adalah membantu masyarakat mengalihkan tranksaksi non syariah

yang telah berjalan menjadi transaksi yang sesuai dengan syariah. Dengan

demikian, yang di maksud dengan pembiayaan berdasarkan pengalihan

hutang di lembaga keuangan syariah adalah pembiayaan yang timbul

sebagai akibat dari pengalihan hutang terhadap transaksi non syariah yang

telah berjalan yang dilakukan oleh lembaga keuangan syariah atas

permintaan nasabah.8

Penyelesaian hutang melalui perjanjian pengalihan hutang telah di

atur dalam fatwa DSN-MUI No. 31/DSN-MUI/IV/2002 tentang

pengalihan hutang. Di dalamnya terdapat keterangan bahwa yang

dinamakan pengalihan hutang adalah pengalihan transaksi yang sesuai

dengan syariah. Pengalihan hutang dalam fatwa tersebut menggunakan

akad Al-Qardh dan empat alternatif lainnya.

Munculnya regulasi terbaru Undang-undang No. 21 Tahun 2011

tentang Otoritas Jasa Keuangan telah melepas status kewenangan Bank

Indonesia dalam pengawasan di dunia perbankan. Tehitung sejak tanggal

31 Desember 2013 fungsi, tugas dan weenang pengaturan dan pengawasan

kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan beralih dari Bank Indonesia ke

Otoritas Jasa Keuangan. Selanjutnya, terhitung sejak beralihnya fungsi,

tugas dan wewenang kepada Otoritas Jasa Keuangan maka, beralih pula

segala bentuk kekayaan negara dan dokumen.

Dalam melakukan tugas dan wewenang otoritas dalam pengawasan

di dunia perbankan, Otoritas Jasa Keuangan menerbitkan Surat Edaran

Otoritas Jasa Keuangan Nomor 36/SEOJK.03/2015 tentang Produk dan

Aktivitas Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Regulasi tersebut

telah disahkan dan menjadi salah satu landasan hukum pada produk-

8 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2010), edisi 4, cet. Ke-8, h. 248.

Page 17: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

6

produk bank syariah yang termasuk di dalamnya konsep pengalihan

hutang.

Dengan demikian ada beberapa perbedaan dalam skema pengalihan

hutang antara fatwa DSN-MUI dan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan.

Sementara itu, kedua regulasi tersebut memiliki kedudukan yang

cenderung seimbang. Kedua regulasi tersebut sama-sama menjadi

pedoman pelaksaan operasional lembaga keuangan syariah di Indonesia.

Kedua landasan hukum tersebut memunculkan isu hukum, yaitu

pertentangan hukum (conflict of norm). Isu hukum diawali karena adanya

dua posisi yang mempunyai hubungan, baik yang bersifat fungsional,

kasualitas maupun yang satu menegaskan yang lainnya. Isu hukum juga

timbul karena adanya dua proporsi hukum yang saling berhubungan satu

sama lain.9

Berangkat dari latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengkaji

lebih dalam mengenai fatwa DSN-MUI No. 31/DSN-MUI/IV/2002

tentang Pengalihan Hutang dan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan

Nomor 36/SEOJK.03/2015 tentang Produk dan Aktivitas Bank Umum

Syariah dan Unit Usaha Syariah dan menganalisis penerapannya di KJKS

BMT El-Mentari Banyumas serta menuangkannya dalam sebuah karya

tulis ilmiah (skripsi) yang berjudul: “Penerapan Fatwa DSN-MUI dan

Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Terkait Perjanjian Pengalihan

Hutang (Studi Kasus : KJKS BMT El-Mentari Banyumas)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang maka hipotesis atau

permasalahannya adalah sebagai berikut:

1. Apa itu pengalihan hutang?

2. Apa landasan hukum pengalihan hutang?

3. Apa manfaat pengalihan hutang?

9 Mahmud, Peter. Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 57.

Page 18: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

7

4. Bagaimana konsep pengalihan hutang menurut fatwa DSN-MUI?

5. Bagaimana konsep pengalihan hutang menurut Surat Edaran Otoritas

Jasa Keuangan?

6. Bagaimana kedudukan hukum antara Fatwa DSN-MUI dengan Surat

Edaran Otoritas Jasa Keuangan dalam hirarki perundang-undangan di

Indonesia?

7. Bagaimana penerapan fatwa DSN MUI dan Surat Edaran Otoritas Jasa

Keuangan di KJKS BMT El-Mentari Banyumas?

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Peniliti akan membatasi tema penelitian ini hanya mengkaji fatwa

DSN-MUI No. 31/DSN-MUI/IV/2002 tentang pengalihan hutang dan

Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor. 36/SEOJK.03/2015 tentang

Produk dan Aktivitas Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di

KJKS BMT El-Mentari Banyumas dengan mengemukakan beberapa sub

masalah yang akan dibahas sebagai berikut :

1. Bagaimana dasar hukum pengalihan hutang di KJKS BMT El-Mentari

Banyumas?

2. Apa alasan KJKS BMT El-Mentari Banyumas tidak berpedoman pada

Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No. 36/SEOJK.03/2015 tentang

Produk dan Aktivitas Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk menganalisa dasar hukum perjanjian pengalihan hutang di

KJKS BMT EL-Mentari Banyumas.

b. Untuk menganalisa terhadap tidak di terapkannya Surat Edaran

Otoritas Jasa Keuangan di KJKS BMT El-Mentari Banyumas dalam

perjanjian pengalihan hutang.

2. Manfaat Penelitian

Page 19: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

8

Dengan adanya penelitian ini penulis berharap dapat memberikan

manfaat, di antaranya :

a. Manfaat Penulis :

Adapun manfaat penelitian ini bagi penulis yaitu :

1) Sebagai bahan untuk memenuhi tugas akademik guna

memperoleh gelar Sarjana Hukum Strata 1 Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2) Sebagai pengetahuan tentang dunia Lembaga Keuangan Mikro

Syariah dalam hal perjanjian pengalihan hutang.

b. Manfaat Akademis :

Adapun tujuan penilitian ini bagi dunia akademis yaitu:

1) Memberikan informasi kepada para pembaca tentang perjanjian

pengalihan hutang, dasar hukumnya dan konsep pelaksanaannya.

2) Menambah literatur penelitian pustaka dan referensi bacaan

dalam rangka memajukan keilmuan di bidang Lembaga

Keuangan Mikro Syariah.

c. Manfaat Masyarakat :

Adapun manfaat dari penelitian ini bagi masyarakat :

1) Memberikan pengetahuan tentang perjanjian pengalihan hutang

untuk perkembangan ekonomi masyarakat yang lebih baik.

2) Memberikan penjelasan perjanjian pengalihan hutang, dasar

hukumnya dan konsep pelaksanaannya agar masyarakat lebih

teliti sebelum melakukan perjanjian akad dengan Lembaga

Keuangan Mikro Syariah.

E. Studi Pustaka

Dalam pembuatan skripsi ini sebelumnya penulis melakukan kajian

terhadap tulisan-tulisan terdahulu.Telah ada tulisan-tulisan yang terkesan

mirip dengan penulisan skripsi yang dipilih oleh penulis. Tulisan-tulisan

tersebut memiliki tema sebagai berikut:

Page 20: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

9

1. Jurnal portalgaruda.org milik Muhammad Rizaldi dengan judul

“Pelaksanaan Take Over di Bank Syariah Mandiri Cabang Medan”

dengan kesimpulan bahwa dalam pembiayaan take over tersebut telah

menggunakan akad Qardh dan Murabahah sesuai dengan fatwa DSN-

MUI No 31 Tahun 2002. Yang menjadi pembeda dengan penelitian

yang akan dilakukan penulis adalah tidak adanya pembahasan tentang

pelaksanaannya dari sisi hukum positif.

2. Skripsi M. Koni Rumaini Aziz dengan NIM: 104046101649 dari

Program S1 Konsentrasi Perbankan Syariah Program Studi Muamalat

(Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011 yang berjudul “Analisa

Perjanjian Take Over di Bank DKI Syariah” dengan kesimpulan

bahwa dalam analisanya mendapatkan beberapa aspek yang belum

sesuai dengan pelaksanaan pengalihan hutang dengan teori akad

Hiwalah. Yang menjadi pembeda dengan penelitian yang akan

dilakukan penulis adalah skripsi tersebut menggunakan analisis

normatif empiris yang menganalisa pratek perjanjian pengalihan hutang

pada Bank DKI Syariah.

3. Skripsi Millaturrofi’ah dengan NIM: 132311011 dari Program S1

Konsentrasi Hukum Ekonomi Syariah Program Studi Muamalah

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Walisongo

Semarang 2017 yang berjudul “Analisis Pelaksanaan Pengalihan

Hutang (Take Over) di Bank Jateng Cabang Syariah Semarang”

dengan kesimpulan bahwa analisanya pengalihan hutang pada Bank

Jateng cabang Syariah Semarang menggunakan Akad Qardh. Yang

menjadi pembeda dengan penelitian yang akan dilakukan penulis adalah

skripsi tersebut menggunakan analisis normatif empiris yang

menganalisa pratek perjanjian pengalihan hutang pada Bank Jateng

Cabang Syariah Semarang.

Page 21: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

10

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif tertulis. Penelitian

hukum normatif tertulis adalah metode penelitian hukum terhadap

aturan hukum tertulis.10

2. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

studi dokumen atau pustaka dan wawancara.

3. Sumber Data Penelitian

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

a. Sumber Data Primer

Data primer yaitu Fatwa DSN-MUI No. 31/DSN-MUI/IV/2002

tentang pengalihan hutang dan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan

Nomor 36/SEOJK.03/2015 tentang Produk dan Aktivitas Bank

Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

b. Sumber Data Sekunder

Data sekunder yaitu data pendukung dan pelengkap. Adapun sumber

data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah jurnal,

artikel, dan buku-buku yang memiliki kaitan dengan penelitian ini

termasuk analisis data hasil wawancara

4. Pendekatan

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan analitis.

Pendekatan analitis hukum dimaksudkan untuk menganalisis pengertian

hukum, asas hukum, kaidah hukum, sistem hukum dan berbagai konsep

yuridis.11

10

Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum. (Ciputat:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h.38. 11

Jhonny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang:

Bayumedia Publishing, 2005), h. 311.

Page 22: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

11

5. Metode analisis data

Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif-analisis, yakni prosedur atau cara memecahkan

masalah penelitian dengan memaparkan keadaan obyek yang diselidiki

sebagaimana adanya berdasarkan fakta yang aktual pada saat

sekarang.12

Adapun analisis yang akan dilakukan yaitu tentang

bagimana dasar hukum pelaksanaan pengalihan hutang di KJKS BMT

El-Mentari Banyumas dan apa yang menjadi alasan tidak diterapkannya

Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No. 36/SEOJK.03/2015 tentang

Produk dan Aktivitas Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

dalam pelayanan pengalihan hutang di KJKS BMT El-Mentari

Banyumas.

6. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini mengacu kepada buku Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah.

G. Sistematika Penulisan

Supaya pemahaman dalam naskah skripsi nanti teratur dan berurutan

dengan baik, maka pembahasan skripsi ini dibangun secara sistematis,

sehingga diharapakan dapat diperoleh kejelasan yang semaksimal mungkin

dari informasi yang termuat dalam skripsi nanti.

Adapun sistematika penulisan dalam karya tulis ini yaitu sebagai

berikut :

BAB I Merupakan Bab Pendahuluan yang terdiri dari: Latar Belakang,

Identifikasi Masalah, Pembatasan dan Rumusan Masalah, Tinjauan dan

Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika

Penulisan.

12

Hadari Nawawi dan Martini Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press, 1995), h. 67.

Page 23: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

12

BAB II Membahas tentang Tinjauan Umum Pengalihan Hutang:

Pengertian Pengalihan Hutang, Macam-Macam Pengalihan Hutang, Rukun

dan Syarat Pengalihan Hutang, Tujuan dan Manfaat Pengalihan Hutang,

Gambaran Umum Fatwa, dan Landasan Hukum serta Konsep Pelaksanaan

Pengalihan Hutang.

BAB III Membahas tentang gambaran umum profil KJKS BMT El-

Mentari Banyumas: Sejarah berdiriya, Visi dan Misi, Profil, Struktur

Organisasi, Produk-produk perbankan syariah, dilanjutkan dengan konsep

pengalihan hutang, dasar hukum pengalihan hutang, dan pelaksanaan

pengalihan hutang di KJKS BMT El-Mentari Banyumas.

BAB IV Membahas Analisis Masalah yang meliputi analisis dasar hukum

pelaksanaan pengalihan hutang di KJKS BMT El-Mentari Banyumas dan

analisis terhadap tidak Diterapkannya Surat Edaran Otoritas Jasa

Keuangan No. 36/SEOJK.03/2015 tentang Produk dan Aktivitas Bank

Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dalam pelayanan pengalihan

hutang di KJKS BMT El-Mentari Banyumas.

BAB V Bab terakhir ini berisikan tentang Kesimpulan dan Saran.

Page 24: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

13

BAB II

TINJAUAN UMUM PENGALIHAN HUTANG DAN REGULASINYA DI

INDONESIA

A. Pengalihan Hutang dalam Islam

1. Pengertian Pengalihan Hutang

Transaksi perniagaan yang berkembang di tengah masyarakat

semakin beragam. Seiring dengan berkembangnya polemik perniagaan,

maka bermunculan pula ketentuan transaksi yang semakin rumit, tidak

sesederhana jual beli klasik, atau bahkan sistem barter jaman dahulu.

Begitu juga dalam hal hutang-piutang, bukan hanya hutang-piutang yang

sesederhana qardh, atau hutang yang dibayar secara cicilan. Dalam akad

muamalah ada akad pengalihan hutang, yakni hiwalah.

Secara bahasa, pengalihan hutang dalam hukum islam disebut

sebagai hiwalah yang mempunyai arti lain yaitu Al-intiqal dan Al-tahwil,

artinya memindahkan dan mengalihkan. Penjelasan yang dimaksud adalah

memindahkan hutang dari tanggungan muhil (orang yang berhutang)

menjadi tanggungan muhal‟alaih (orang yang melakukan pembayaran

hutang).1

Sedangkan pengertian hiwalah secara istilah, para ulama berbeda-

beda dalam mendefinisikannya, antara lain sebagai berikut:

Menurut Hanafi, yang dimaksud hiwalah yaitu :

اىيتزقو اىطاىبت رت اىذ اى رت 2

“Memindahkan tagihan dari tanggung jawab yang berhutang kepada

orang lain yang punya tanggung jawab pula”

Al-Jaziri berpendapat bahwa yang dimaksud dengan hiwalah adalah

1 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010) h. 99.

2 Ali Jum’ah Muhammad, dkk. Mausu‟ah Fatawa Al-Muamalat Al-Maliyah Lilmasyarif

wa Al-Muassaat, Al-Maliyah, Al-Islamiyah, Al-Murabahah, jilid 13, (Kairo: Dar Al-Salam

Lithaba’ah wa Al-Tauzi’ wa Al-Tarjamah, 2009) h. 11.

Page 25: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

14

قو اىذ رت اى رت3

3 Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqh Ala Mazahiz Al-Arba‟ah, Juz 4, (Mesir: Al-Maktabah

Al-Tijariyah Al-Kubro, 1969) h. 210.

Page 26: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

15

“Pemidahan hutang dari tanggung jawab seseorang menjadi tanggung

jawab orang lain”.

Syihab Al-Din Al-Qalyubi bahwa yang dimaksud dengan hiwalah adalah

عقذ قتض اتقاه د رت اى رت4

“Akad yang menetapkan pemindahan beban utang dari seseorang kepada

orang lain”.

Muhammad Syatha Al-Dimyati berpendapat bahwa yang dimaksud

hiwalah adalah

عقذ قتض تحو د رت اى رت

“Akad yang menetapkan pemindahan hutang dari beban seseorang

menjadi beban orang lain”.

Ensiklopedia hukum islam, di dalamnya dijelaskan hiwalah adalah

pemindahan hak atau kewajiban yang dilakukan pihak pertama kepada

pihak kedua untuk menuntut pembayaran hutang dari atau kepada pihak

ketiga, karena pihak ketiga berhutang kepada pihak pertama dan pihak

pertama berhutang kepada pihak kedua atau karena pihak pertama

berhutang kepada pihak ketiga disebabkan pihak kedua berhutang kepada

pihak pertama. Perpindahan itu dimaksudkan sebagai ganti pembayaran

yang ditegaskan dalam akad ataupun tidak didasarkan kesepakatan

bersama.5

Dalam konsep hukum perdata Indonesia (KUH Perdata), hiwalah

dipresepsikan dengan lembaga pengambilalihan hutang

(schuldoverneming), atau penjualan hutang (debt sale), atau lembaga

penggantian kreditur dan debitur. Dalam hukum perdata dikenal dengan

4 Wahbah Az-Zhuhaily, Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuh, Juz 5, (Damsyiq: Dar Al-Fikri,

1989) h. 162. 5 Abdul Aziz Dahlan, et al. Ensklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,

1997), h. 559.

Page 27: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

16

lembaga subrogasi6 dan novasi

7, yaitu lembaga hukum yang

memungkinkan terjadinya pergantian kreditur dan debitur.

2. Dasar Hukum Pengalihan Hutang

Pengalihan hutang atau disebut juga dengan hiwalah dibenarkan

dalam islam berdasarkan As-Sunnah dan Ijma‟.

a. Hadits

Imam Bukhori dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu

Hurairoh, bahwa Rasulullah SAW, bersabda:

ع اب ششة سض للا ع ا سصه للا صي للا عي صي قه 5 طو اىغ ظي فارا

اتبع احذم عي يء فيتبع )تفق عي(

“Dari Abu Hurairah R.A berkata bahwa Nabi Muhammad S.A.W

bersabda: Memperlambat pembayaran hukum yang dilakukan oleh

orang kaya merupakan perbuatan dzalim. Jika salah seorang kamu

dialihkan kepada orang yang mudah membayar hutang, maka

hendaklah ia beralih (diterima pengalihan tersebut)”, (HR Al-Bukhori

dan Muslim).8

Pada hadits ini Rasulullah memerintahkan kepada orang yang

menghutangkan, jika orang yang berhutang menghiwalahkan kepada

orang yang kaya dan berkemampuan, hendaklah ia menerima hiwalah

tersebut, dan hendaklah ia mengikuti (menagih) kepada orang yang

dihiwalahkannya (muhal‟alaih), dengan demikian haknya dapat

terpenuhi (dibayar).9

6 Subrogasi diatur dalam Pasal 1400 KUH Perdata. Disebutkan dalam pasal tersebut

subrogasi adalah penggantian hak-hak oleh seorang pihak ketiga yang membayar kepada kreditur.

Subrogasi dapat terjadi baik melalui perjanjian maupun karena ditentukan olen undang-undang.

Artikel diakses pada 17 februari 2019 dari

https://m.hukumonline.com/klinik/detail/cl3400/permasalahan-cessie-dan-subrogasi/ 7 Novasi atau pembaruan hutang merupakan salah satu penyebab hapusnya perikatan.

Novasi dapat diartikan sebagai perjanjian yang menggantikan perikatan yang lama dengan

perikatan yang baru. Penggantian tersebut dapat terjadi pada kreditur, debitur, maupun obyek

perikatan. Artikel diakses pada 17 Februari 2019 dari www.jurnalhukum.com/novasi-pembaruan-

utang/. 8 Mukhammad bin Ismail Abu Abdillah Al-Bukhori, Shahih Al-Bukhari, editor : Mustafa

Daib Al-Bigha (Beirut: Dar Ibn Katsir, 1987), h. 799. 9 Rozalinda, Fiqh Ekonomi Syariah: Prinsip dan Implementasinya pada Sektor Keuangan

Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 284-285.

Page 28: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

17

Jumhur ulama berpendapat bahwa perintah yang terdapat pada

hadits di atas (fal yatba‟) adalah perintah yang bersifat sunnah dan

anjuran. Oleh karena itu, tidak wajib hukumnya untuk menerima akad

hiwalah. Namun, Abu Daud dan Imam Ahmad berpendapat bahwa

perintah dalam hadits terebut adalah bersifat wajib, oleh karena itu

wajib bagi pihak muhal untuk menerima hiwalah tersebut.10

b. Ijma’

Selain hadits Nabi, terdapat kesepakatan ulama yang membolehkan

hiwalah. Hiwalah dibolehkan pada hutang yang tidak berbentuk barang

atau benda, karena hiwalah adalah perpindahan hutang. Oleh sebab itu

harus pada hutang atau kewajiban finansial.

3. Macam-Macam Pengalihan Hutang

Ada beberapa istilah dalam pembagian jenis hiwalah. Ditinjau dari

segi objek akad, hiwalah dapat di bagi menjadi dua, yaitu apabila yang

dipindahkan merupakan hak menuntut hutang, maka pemindahan itu

disebut hiwalah al-haqq (pemindahan hak). Sedangkan jika yang

dipindahkan adalah kewajiban untuk membayar hutang, maka disebut

dengan hiwalah ad-dain (pemindahan hutang).11

Hiwalah ad-dain ada dua macam, yaitu memindahkan sebagai ganti

dari pembayaran hutang pihak pertama kepada pihak kedua disebut

hiwalah al-muqoyyadah (pemindahan bersyarat). Kemudian pemindahan

hutang yang tidak ditegaskan sebagai ganti dari dari pembayaran hutang

pihak pertama kepada pihak kedua disebut dengan hiwalah al-muthlaqoh

(pemindahan mutlak).12

Hiwalah muthlaqoh terjadi jika orang yang berhutang (orang

pertama) kepada orang lain (orang kedua) mengalihkan hak penagihannya

10

Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam wa Adillatuhu, jilid 6, terjemahan Abdul Hayyie Al-

Kattani, (Jakarta: Gema Insani, 2011), h. 84. 11

Sutan Remy Sjahdaeni, Perbankan Syariah : Produk-Produk dan Aspek-Aspek

Hukumnya, (Jakarta: Kencana, 2015), h. 384. 12

M. Syafi’i Antonio, Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 67.

Page 29: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

18

kepada pihak ketiga tanpa didasari pihak ketiga ini berhutang kepada

orang pertama. Jika A berhutang kepada B dan A mengalihkan hak

penagihan B kepada C, sementara C tidak memiliki hubungan hutang

piutang kepada A, maka hiwalah ini disebut hiwalah muthlaqoh. Ini hanya

menurut madzhab Hanafi, sedangkan jumhur ulama mengklasifikasikan

jenis hiwalah ini sebagai kafalah.

Hiwalah muqoyyadah terjadi jika muhil mengalihkan hak penagihan

muhal kepadal muhal alaih karena yang terakhir memiliki hutang kepada

muhal. Inilah hiwalah yang diperbolehkan berdasarkan kesepakatan para

ulama.13

Ketiga madzhab selain madzhab Hanafi (madzhab Maliki, Syafi’i,

dan Hanbali) berpendapat bahwa hanya memperbolehkan dan

mensyariatkan hiwalah muqoyyadah dengan syarat hutang muhal kepada

muhil dan hutang muhal alaih kepada muhil harus sama, baik sifat maupun

jumlahnya. Jika sudah sama jenis dan jumlahnya, maka telah sah hiwalah

tersebut. Tetapi jika salah satunya berbeda, maka hiwalah tersebut tidak

bisa dikatakan sah.

Seiring dengan konsep transaksi ekonomi yang semakin

berkembang, muncul pula jenis hiwalah yang baru, yang masuk dalam

akad profit dan bukan lagi akad tabarru‟ yakni hiwalah bil ujrah. Hiwalah

bil ujrah adalah hiwalah dengan pengenaan ujrah atau fee. Hiwalah bil

ujrah hanya berlaku pada hiwalah muthlaqoh. Dalam hiwalah muthlaqoh,

muhal alaih boleh memperoleh ujrah atau fee atas kesediannya untuk

membayar hutang muhil. Besarnya fee tersebut harus ditetapkan pada saat

akad secara jelas, tetap dan pasti sesuai kesepakatan. Ketentuan mengenai

hiwalah bil ujrah telah disepakati oleh para ulama modern dan telah

tercantum dalam fatwa DSN-MUI nomor 58 tahun 2007 tentang hiwalah

bil ujrah.

13

Rozalinda, Fiqh Ekonomi Syariah: Prinsip dan Implementasinya pada Sektor

Keuangan Syariah, h. 173.

Page 30: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

19

4. Rukun dan Syarat Pengalihan Hutang

Dalam sebuah perjanjian dalam islam (akad), terdapat rukun dan

syarat yang menjadikan akad itu halal menurut agama. Tidak terkecuali

akad pengalihan hutang.

Syarat hiwalah dari Sayyid Sabiq adalah sebagai berikut:

a. Relanya pihak muhil dan muhal tanpa adanya muhal „alaih, jadi yang

harus rela itu adalah pihak muhal dan muhil saja. Bagi muhal „alaih rela

atau tidak rela, tidak akan mempengaruhi syarat hiwalah.

b. Samanya kedua hak, baik jenis maupun kadarnya, penyelesaiannya,

tempo waktu kualitas, dan kuantitasnya.

c. Stabilnya muhal „alaih, jika pihak muhal „alaih sedang dalam keadaan

tidak stabil, maka kewajiban penghiwalahan kepada seseorang yang

tidak mampu membayar hutang adalah batal.

d. Hak tersebut diketahui secara jelas.14

Persyaratan hiwalah ini berkaitan dengan muhil, muhal, muhal ‟alaih

dan muhal bih. Persyaratan yang berkaitan dengan muhil. Pertama, ia

diisyaratkan harus berkemampuan untuk melakukan akad. Hal ini hanya

dapat dimiliki jika ia berakal dan baligh. Hiwalah tidak berlaku bagi orang

gila dan anak kecil karena tidak bisa atau belum dapat dipandang sebagai

orang yang bertanggung jawab secara hukum. Kedua, kerelaan muhil. Hal

ini disebabkan karena hiwalah mengandung pengertian kepemilikan

sehingga tidak sah jika mengandung unsur paksaan. Disamping itu

persyaratan ini diwajibkan para ahli fiqh terutama untuk meredam rasa

kekecewaan atau ketersinggungan yang mungkin di rasakan oleh muhil

ketika diadakan akad hiwalah.

Persyaratan yang berkaitan dengan muhal. Pertama, sama dengan

syarat pertama bagi muhil yaitu berakal dan baligh. Kedua, kerelaan dari

14

Hasbiyallah, Sudah Syar‟ikah Muamalahmu? (Panduan Memahami Seluk-Beluk Fiqh

Muamalah), (Yogyakarta: Salma Idea, 2014), h. 87.

Page 31: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

20

hatinya karena tidak boleh adanya unsur paksaan. Ketiga ia menerima

akad hiwalah.

Persyaratan yang berkaitan dengan muhal „alaih. Pertama, sama

dengan syarat muhil dan muhal yaitu berakal dan baligh. Kedua, mampu

menerima akad hiwalah. Untuk syarat kerelaan, tidak diisyaratkan adanya

unsur kerelaan bagi muhal „alaih. Hanya unsur kestabilan ekonomi dari

pihak muhal ‟alaih yang harus di pertimbangkan.

Persyaratan yang berkaitan dengan Muhal Bih. Pertama, harus

berupa hutang dan hutang tersebut merupakan tanggungan dari muhil

kepada muhal. Kedua, hutang tersebut harus berbentuk hutang lazim

artinya bahwa hutang tersebut hanya bisa dihapuskan dengan pelunasan

atau penghapusan.15

Menurut Imam Hanafi, rukun hiwalah ialah adanya ijab (pernyataan

melakukan pengalihan hutang) dari Muhil (pihak pertama), dan adanya

qabul (pernyataan menerima pengalihan hutang) dari Muhal (pihak kedua)

kepada Muhal „alaih (pihak ketiga). Sementara itu, menurut madzhab

Maliki, Syafi’i dan Hambali rukun hiwalah ada enam yakni : Muhil (orang

yang berhutang dan sekaligus berpiutang), Muhal (orang yang berpiutang

kepada muhil), Muhal „alaih (orang yang berhutang kepada muhil dan

sekaligus wajib membayar hutang kepada muhal), Muhal bih 1 (hutang

muhil kepada muhal), Muhal bih 2 (hutang muhal „alaih kepada muhil),

Sighat (ijab-qabul).16

15

Ahmat Sarwat, Ensikopedia Fiqh Indonesia 7 : Muamalah, (Jakarta: Gramedia pustaka

Utama, 2018), h. 304-306. 16

Hasbiyallah, Sudah Syar‟ikah Muamalahmu? (Panduan Memahami Seluk-Beluk Fiqh

Muamalah), h. 86-87.

Page 32: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

21

B. Pengalihan Hutang dalam Perbankan

1. Pengertian Pengalihan Hutang

Pengalihan hutang dalam perbankan sering disebut dengan take over,

menurut kamus bahasa Inggris-Indonesia bermakna mengambil alih.17

Take

over adalah pengambilalihan atau dalam ruang lingkup perusahaan adalah

perubahan kepentingan dalam pengendalian sesuatu perseroan.18

Menurut

Eti Rochaety dan Ratih Tresnati, take over selain mempunyai pengertian

perubahan kepentingan dalam pengendalian suatu perseroan, juga memiliki

pengertian lain yaitu pengambilalihan sebuah perusahaan oleh perusahaan

lain.19

Namun dalam dunia perbankan, take over diistilahkan dengan

pengalihan hutang seperti yang dijelaskan dalam Surat Edaran Otoritas Jasa

Keuangan No. 36/SEOJK.03/2015 dan Fatwa DSN-MUI Nomor 31 tahun

2002 tentang pengalihan hutang.

Pengalihan hutang (take over) merupakan istilah yang dipakai dalam

dunia perbankan dalam hal pihak ketiga memberi kredit kepada debitur yang

bertujuan untuk melunasi hutang atau kredit debitur kepada kreditur awal

dan memberikan kredit baru kepada debitur, sehingga kedudukan pihak

ketiga ini menggantikan kedudukan debitur awal. Peristiwa pengalihan

hutang ini identik dengan peristiwa subrogasi. Sesuai dengan pasal 1400

KUH Perdata, yang menyatakan bahwa subrogasi adalah perpindahan hak

kreditur kepada seorang pihak ketiga yang membayar kepada kreditur yang

dapat terjadi karena sebuah persetujuan atau karena undang-undang.

Subrogasi terjadi karena pembayaran yang dilakukan oleh oleh pihak ketiga

kepada kreditur baik secara langsung maupun secara tidak langsung.20

17

John M Echols dan Hasan Sadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 1990), h.578. 18

Ahmad Antoni K. Muda, Kamus Lengkap Ekonomi, (Jakarta: Gramedia Press, 2003), h.

331. 19

Eti Rochaety dan Ratih Tresnati, Kamus Istilah Ekonomi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,

2005), h. 231. 20

Subekti, R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata),

(Jakarta: Pradnya Paramita, 2003), h. 213.

Page 33: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

22

Pengalihan hutang (take over) merupakan salah satu bentuk pelayanan

bank syariah dalam membantu masyarakat mengalihkan transaksi non

syariah yang telah berjalan menjadi transaksi yang sesuai dengan syariah

berdasarkan permintaan nasabah.21

Dalam hal ini, bank syariah mengambil

alih hutang nasabah di bank konvensional dengan cara memberikan jasa

hiwalah atau menggunakan qardh yang disesuaikan dengan ada atau

tidaknya unsur bunga dalam hutang nasabah kepada bank konvensional.

Dalam pembiayaan berdasarkan take over, bank syariah

mengklasifikasikan hutang kepada bank konvensional menjadi dua macam,

yaitu hutang pokok dan hutang pokok plus bunga. Dalam menangani hutang

nasabah berbentuk hutang pokok, bank syariah memberikan jasa hiwalah

(alih hutang piutang) dikarenakan hiwalah tidak untuk pembayaran hutang

yang berbasis bunga. Sedangkan untuk yang berbentuk hutang pokok plus

bunga, bank syariah akan menawarkan jasa qardh (pinjaman uang)

dikarenakan alokasi penggunaan qard tidak terbatas dan termasuk untuk

pembayaran hutang yang berbasis bunga.

Dalam proses take over, bank syariah bertindak sebagai pihak yang

akan melakukan take over terhadap kredit yang dimiliki calon nasabahnya di

bank konvensional. Bank syariah bertindak sebagai wakil dari calon

nasabahnya untuk melunasi sisa kredit yang terdapat di bank asal,

mengambil bukti lunas, surat asli anggunan, perizinan, polis asuransi,

sehingga barang yang dikreditkan tersebut menjadi milik nasabah secara

utuh.22

Selanjutnya, untuk melunasi hutang nasabah kepada bank syariah,

maka nasabah tersebut menjual kembali barang yang dikreditkan tersebut

kepada bank syariah. Kemudian bank syariah akan menjual barang tersebut

lagi kepada nasabah dengan pilihan kombinasi akad yang tertera dalam

fatwa DSN-MUI/VI/2002 nomor 31 tentang pengalihan hutang seperti

21

Ahmad Antoni K Muda, Kamus Lengkap Ekonomi, h. 331. 22

Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2006), h. 248.

Page 34: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

23

qardh dan murabahah, syirkah al-milk dan murabahah, qardh dan ijarah,

dan ijarah muntahiyah bittamlik.

2. Tujuan Pengalihan Hutang

Salah satu bentuk jasa pelayanan keuangan yang menjadi kebutuhan

masyarakat adalah take over. Bank berusaha untuk memfasilitasi

masyarakat yang ingin memindahkan transaksi hutang yang telah berjalan,

beralih ke hutang yang sesuai prinsip syariah. Take over bertujuan untuk

membantu mengalihkan transaksi non syariah menjadi transaksi yang sesuai

syariah. Take over juga bertujuan untuk membantu suplier mendapatkan

modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya dan bank mendapat ganti

biaya atas jasa pemindahan piutang.23

C. Gambaran Umum Fatwa dan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama

Indonesia (DSN-MUI)

1. Definisi Fatwa

Fatwa secara etimologi menurut Amir Syarifuddin yaitu berasal dari

kata afta, yang artinya memberikan penjelasan. Sedangkan menurut kamus

lisan al-arab, fatwa berarti menjelaskan. Adapun fatwa menurut terminologi

yaitu sebagai berikut:

a. Menurut Burhanuddin Susanto, fatwa yaitu menerangkan hukum-hukum

Allah Swt, dengan berdasarkan dalil-dalil syara’ secara umum dan

menyeluruh.

b. Menurut Yusuf Qardhawi, fatwa yaitu menerangkan hukum syara’ dalam

suatu persoalan sebagai jawaban dari suatu pertanyaan, baik si penanya

itu jelas identitasnya maupun tidak, baik perseorangan maupun kolektif.

23

Habib Nazir dan Muhammad Hasanuddin, Ensiklopedi Ekonomi dan Perbankan

Syariah, (Jakarta: Kaki Langit, 2004), h. 64.

Page 35: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

24

c. Menurut Amir Syarifuddin, fatwa yaitu usaha memberikan penjelasan

tentang hukum syara’ oleh ahlinya kepada orang yang belum

mengetahuinya.24

2. Landasan Hukum Fatwa

a. Al-Qur’an

ضتفتل قو للا فتن ف اىنييت ا اشؤا يل ىش ى ىذ ى اخت فيا صف ا

تشك شثا ا ى ن ىا ىذ فا ماتا اثت فيا اىثيثا ا تشك ا ما

اخة سجال ضاء فييزمش ثو حع الث ب للا ىن ا تضيا للا بنو شء

(49651اء, عي )اىض

Artinya: “mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah25

)

katakanlah : Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika

seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai

saudara perempuan, maka baginya saudaranya yang perempuan itu

seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudara yang laki-laki

mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak

mempunyai anak tetapi saudara perempuannya itu dua orang, maka bagi

keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh orang yang

meninggal. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara

laki dan perempuan, maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak

bahagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum

ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan Allah Maha Mengetahui

segala sesuatu” (QS Annisa, 4:176).

b. Al-Hadits

ع اب عباس ا صعذ ب عبادة اصتفت سصه للا صي للا عي صي فقاه ا

ا زس ى قض, فقاه سصه للا صي للا عي صي اقض عاا اتت ى

Artinya: “Dari Ibnu Abbas r.a, bahwa Sa‟ad bin „Ubadah r.a, meminta

fatwa kepada Nabi SAW, yaitu dia mengatakan; sesungguhnya ibuku

meninggal dunia padahal beliau mempunyai kewajiban nadzar yang

24

Maman Rahman Hakim, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, (Tangerang Selatan:

Faza Media, 2017) h. 74 25

Kalalah adalah ketidakhadiran anak laki-laki atau perempuan dan ayah, tetapi

mempunyai saudara yang secara otomatis saudara berkedudukan sebagai ahli waris dengan

ketentuan yang telah ditetapkan. Artikel diakses pada 12 Maret 2019 dari

www.rumahbangsa.net/2014/05/kalaah-dalam-ilmu-waris.html?m=1.

Page 36: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

25

belum ditunaikannya? Lalu Rasulullah SAW menjawab: tunaikan nadzar

itu atas nama ibumu”, (HR Abu Daud dan Nasai).26

3. Fungsi Fatwa

a. Fatwa bagi orang awam laksana dalil bagi mujtahid.

b. Fatwa menjadi hujjah syar‟iyah yang mengikat bagi mustafti karena

madzhab mustafti itu mengikuti madzhab muftinya.27

4. Metode Penetapan Fatwa

Metode penetapan fatwa yang selama ini digunakan oleh Dewan

Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia antara lain:

a. Sebelum fatwa ditetapkan hendaklah ditinjau terlebih dahulu pendapat

para imam madzhab dan ulama yang mu‟tabar tentang masalah yang

akan difatwakan tersebut secara seksama berikut dalil-dalilnya.

b. Masalah yang telah jelas hukumnya hendaklah disampaikan sebagaimana

adanya.

c. Dalam masalah yang terjadi khilafiyah di kalangan madzhab, maka;

1) Penetapan fatwa didasarkan pada hasil usaha penemuan titik temu di

antara pendapat-pendapat ulama madzhab melalui metode al-jam‟u

wa at-tawfiq dan

2) Jika usaha penemuan titik temu tidak berhasil dilakukan, maka

penetapan fatwa didasarkan pada hasil tarjih melalui metode

muqoranah dengan menggunakan kaidah-kaidah Ushul Fiqh

Muqaran.

d. Dalam masalah yang tidak ditemukan pendapat hukumnya di kalangan

madzhab, penetapan fatwa didasarkan pada hasil ijtihad jama‟iy

(kolektif) melalui metode bayaniy, ta‟lily (qiyasiy, istihsaniy, ilhaqiy),

istishlahy, dan saad adzdzariah.

e. Penetapan fatwa harus senantiasa memperhatikan kemaslahatan umum

(mashalih „ammah) dan maqashid al-syariah.28

26

Mu’amal Hamidy, et al, Terjemahan Nailul Authar, Himpunan Hadits-Hadits Hukum,

Jilid 6, (Surabaya: Bina Ilmu, 1986), h. 597-598. 27

Maman Rahman Hakim, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, h. 80.

Page 37: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

26

5. Bentuk-Bentuk Fatwa

Secara umum para ulama sepakat bahwa al-ifta atau ijtihad dapat

diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: ijtihad fardiy (perorangan) dan ijtihad

jama‟i (kelompok). Ijtihad fardiy (perorangan) adalah ijtihad yang

dilakukan oleh perorangan terhadap persoalan tertentu yang umumnya

menyangkut kepentingan perorangan. Sedangkan ijtihad jama‟i (kelompok)

adalah ijtihad yang dilakukan oleh kelompok para pakar terhadap persoalan

tertentu yang umumnya menyangkut kepentingan luas.

Pada masa sekarang ijtihad jama‟i dilakukan melalui forum-forum

yang khusus diadakan oleh organisasi keagamaan, baik tingkat internasional

maupun nasional. Pada tingkat internasional dikenal dengan majma‟ al-

buhuts al-islamiyah, majma‟ al-fiqh, dan lain sebagainya. Sedangkan dalam

tingkat nasional dikenal dengan komisi fatwa MUI, Bahtsul Matsail

Nahdhlatul Ulama, Majelis Tarjih Muhammadiyah, Lembaga Hisbah Persis,

dan lain sebagainya.

Faktor-faktor yang menyebabkan pilihan untuk melakukan ijtihad

jama‟i dan ijtihad fardiy antara lain, perkembangan modernisasi dalam

segala segi kehidupan dan perkembangan spesialisasi ilmu pengetahuan.

Masalah-masalah kontemporer ini tidak memadai jika diselesaikan dengan

ijtihad perorangan.29

6. Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) adalah

dewan yang dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia yang bertugas dan

memiliki kewenangan untuk memastikan kesesuaian antara produk, jasa,

dan kegiatan usaha bank dengan prinsip syariah. Fungsi utama Dewan

Syariah Nasional adalah mengawasi produk-produk lembaga keuangan

syariah agar sesuai dengan syariah islam. Dewan ini bukan hanya

28

Maman Rahman Hakim, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, h. 82-83. 29

Maman Rahman Hakim, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, h. 83-84.

Page 38: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

27

mengawasi bank syariah, tetapi juga lembaga-lembaga lain seperti asuransi,

reksadana, modal ventura, dan sebagainya.

Tugas pokok Dewan Syariah Nasional:

a. Menumbuh-kembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam

perekonomian pada umumnya dan keuangan pada khususnya.

b. Mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis kegiatan keuangan.

c. Mengeluarkan fatwa atas produk dan jasa keuangan syariah.

d. Mengawasi penerapan fatwa yang telah dikeluarkan.

Wewenang Dewan Syariah Nasional:

a. Mengeluarkan fatwa yang mengikat Dewan Pengawas Syariah di

masing-masing lembaga keuangan syariah dan menjadi dasar tindakan

hukum pihak terkait.

b. Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan atau

peraturan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, seperti

Kementrian Keuangan dan Bank Indonesia.

c. Memberikan rekomendasi dan atau mencabut rekomendasi nama-nama

yang akan duduk sebagai Dewan Pengawas Syariah pada suatu lembaga

keuangan syariah.

d. Mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang diperlukan

dalam pembahasan ekonomi syariah, termasuk otoritas moneter atau

lembaga keuangan dalam maupun luar negeri.

e. Memberikan peringatan kepada lembaga keuangan syariah untuk

menghentikan penyimpangan dari fatwa yang telah dikeluarkan oleh

Dewan Syariah Nasional.

f. Mengusulkan kepada instansi yang berwenang untuk mengambil

tindakan apabila peringatan tidak diindahkan.30

30

Maman Rahman Hakim, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, h. 84-87.

Page 39: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

28

D. Dasar Hukum dan Konsep Pelaksanaan Pengalihan Hutang di Indonesia

1. Landasan Hukum Positif Pelaksanaan Pengalihan Hutang

Konsep negara hukum yang tercantum dalam kostitusi Indonesia

memberikan dampak terhadap subjek hukum baik warga negara atau badan

hukum. Karena hal tersebut, setiap perbuatan yang dilakukan oleh subjek

hukum wajib memiliki dasar hukum, mengikuti hukum yang berlaku, dan

tidak melanggar peraturan-peraturan yang ada.

Di Indonesia terdapat beberapa landasan atau peraturan perundang-

undangan yang dijadikan sebagai sumber hukum. Seperti yang telah diatur

dalam pasal 7 dan pasal 8 UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan. Adapun norma hukum yang mengatur

tentang perbankan syariah dapat yaitu, antara lain:

a. Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945

Selanjutnya hukum yang menjadi asas kegiatan perbankan baik

konvensional maupun syariah harus memenuhi beberapa kriteria yang

telah ditetapkan dalam undang-undang dasar 1945 pasal 33, antara lain:

1) Segala bentuk perekonomian disusun sebagai sebuah usaha bersama

berdasarkan atas asas kekeluargaan.

2) Semua cabang produksi yang vital atau penting bagi negara serta

menjadi hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

3) Bumi dan air serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk kemakmuran rakyat.

4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi

ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, keadilan,

berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, menjaga

keseimbangan antara kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

b. Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

KUH Perdata pasal 1338 merupakan sebuah landasan hukum

terkait dengan kebebasan dalam kehidupan bermuamalah. Ketentuan

Page 40: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

29

dalam KUH Perdata pasal 1338 menyatakan bahwa setiap perjanjian

yang dibuat secara sah dapat berlaku sebagai undang-undang bagi

mereka yang membuatnya dan tidak dapat ditarik kembali selain dengan

kesepakatan kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang ditentukan

oleh undang-undang serta harus dilaksanakan dengan itikad baik. Dengan

demikian sebelum adanya UU tentang perbankan syariah pun nyatanya

aturan hukum positif Indonesia telah mengakomodir prinsip-prinsip

syariah.31

c. Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

Lahirnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang

Perbankan Syariah menjadi hal yang sangat dinantikan oleh masyarakat

muslim Indonesia. Karena sebelumnya, kedudukan perbankan syariah

dalam perbankan nasional masih belum mendapatkan perhatian yang

serius dari Bank Indonesia dan belm memiliki regulasi yang jelas.

Undang-Undang Perbankan Syariah mengatur secara jelas tentang

kewajiban operasional perbankan dengan menerapkan prinsip-prinsip

syariah dan menjadi pembeda dengan perbankan konvensional.

Perbedaan tersebut terlihat dari pelbagai aspek seperti adanya Dewan

Pengawas Syariah, Dewan Syariah Nasional, pemberlakuan akad bagi

hasil, pemberlakuan hukum islam dan adanya Badan Arbitrase Syariah

Nasional (Basyarnas) yang menjadi badan penyelesaian sengketa

perbankan syaraiah non litigasi.32

d. Undang-Undang tentang Bank Indonesia dan Peraturan Bank Indonesia

Produk jasa perbankan syariah berdasarkan akad hiwalah secara

teknis merujuk pada PBI (Peraturan Bank Indonesia) No. 9/16/PBI/2008

tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan

Dana Serta Pelayanan Bank Syariah. Dalam pasal 3 menyebutkan

pemenuhan prinsip syariah sebagaimana dimaksud, antara lain dilakukan

31

Maman Rahman Hakim, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, h. 53. 32 Maman Rahman Hakim, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, h. 60.

Page 41: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

30

melaui kegiatan pelayanan jasa dengan mempergunakan antara lain akad

hiwalah, kafalah dan sharf.

Lebih rinci lagi, praktik dan mekanisme pemberian jasa pengalihan

hutang dijelaskan pada poin IV.2 dalam Surat Edaran Bank Indonesia

No. 10/14/DpBS Perihal Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan

Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.

Dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi payung

hukum perbankan di Indonesia, disebutkan bahwa semua bank

konvensional maupun syariah yang beroperasi di Indonesia berada

dibawah pengawasan dan pembinaan dari Bank Indonesia sebagai Bank

Sentral. Namun, semenjak tahun 2011 telah beralih tugas pengawasan

lembaga keuangan yang awalnya menjadi pengawasan Bank Indonesia

beralih ke pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

e. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

Lahirnya Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 Tentang Otoritas

Jasa Keuangan sebagai wujud peralihan tugas dan wewenang dalam

pengaturan dan pengawasan di seluruh sektor jasa keuangan dari Bank

Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan. Tugas dan wewenang OJK ini

dijelaskan dalam pasal 5 yang berbunyi OJK berfungsi

menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi

terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.33

Produk pengalihan hutang dalam perbankan syariah dijelaskan

secara rinci dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor.

36/SEOJK.03/2015 tentang Produk dan Aktivitas Bank Umum Syariah

dan Unit Usaha Syariah. Pada poin II.7 sudah dijelaskan secara rinci

mekanisme pengalihan hutang dengan 6 alternatif untuk pengalihan

hutang dari bank konvensional ke bank syariah dan 3 alternatif untuk

pengalihan hutang dari bank syariah ke bank konvensional.

33

Maman Rahman Hakim, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, h. 70.

Page 42: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

31

f. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia

Merujuk pada hierarki sebagaiman tersebut dalam UU No. 12 tahun

2011 di atas, kedudukan fatwa DSN-MUI bukan merupakan suatu jenis

peraturan perundang-undangan yang mempunyai kekuatan hukum

mengikat. Kedudukan MUI dalam ketatanegaraan Indonesia sebenarnya

adalah berada dalam elemen infra struktur ketatanegaraan, sebab MUI

adalah organisasi Alim Ulama Umat Islam yang mempunyai tugas dan

fungsi untuk pemberdayaan masyarakat khususnya umat islam, artinya

MUI adalah organisasi yang ada di dalam masyarakat dan bukan

merupakan institusi milik negara atau merepresentasikan negara.

Fatwa DSN-MUI merupakan sebuah rujukan untuk berbagai

macam akad-akad perbankan syariah di Indonesia. Begitu pula terkait

pengalihan hutang di indonesia, tak lepas dari fatwa-fatwa DSN-MUI.

Produk pengalihan hutang dalam fatwa DSN-MUI dijelaskan secara

terperinci dan terurai dalam beberapa fatwa, yaitu:

1) Fatwa DSN-MUI Nomor. 12/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Hawalah.

2) Fatwa DSN-MUI Nomor. 31/DSN-MUI/VI/2002 Tentang Pengalihan

Hutang.

3) Fatwa DSN-MUI Nomor. 27/DSN-MUI/III/2002 Tentang Al-Ijarah

Al-Muntahiyah Bit Tamlik.

4) Fatwa DSN-MUI Nomor. 90/DSN-MUI/III/2002 Tentang Pengalihan

Pembiayaan Murabahah antar Lembaga Keuangan Syariah.

5) Fatwa DSN-MUI Nomor. 58/DSN-MUI/V/2007 Tentang Hawalah Bil

Ujrah.

Namun, dari sekian banyak fatwa DSN-MUI terkait perjanjian

pengalihan hutang penulis hanya memfokuskan satu fatwa saja dalam

penelitian ini, yaitu fatwa DSN-MUI Nomor. 31/DSN-MUI/VI/2002

Tentang Pengalihan Hutang.

Page 43: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

32

2. Konsep Pengalihan Hutang dalam Fatwa DSN-MUI No. 31/DSN-

MUI/VI/2002 Tentang Pengalihan Hutang

Ketentuan umum dalam fatwa No. 31 tahun 2002, yang dimaksud

dengan pengalihan hutang adalah pemindahan hutang nasabah dari bank

konvensional beralih ke bank syariah. Yang dimaksud dengan nasabah

adalah calon nasabah Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang mempunyai

kredit (hutang) kepada Lembaga Keuangan Konvensional (LKK) untuk

pembelian aset dan ingin mengalihkan hutangnya ke LKS. Sedangkan aset

adalah aset nasabah yang dibelinya melalui kredit (hutang) kepada LKK dan

belum lunas pembayaran kreditnya.34

Dalam fatwa DSN-MUI No. 31 Tahun 2002, akad yang

dipergunakan untuk transaksi ini dapat melalui empat alternatif berikut:

a. Alternatif I

1) LKS memberikan qardh kepada nasabah. Dengan qardh tersebut

nasabah melunasi kredit hutangnya. Dengan demikian, aset yang

dibeli dengan kredit tersebut menjadi milik nasabah secara penuh.

2) Nasabah menjual aset dimaksud angka 1 kepada LKS, dan dengan

hasil penjualan itu nasabah melunasi qardhnya kepada LKS.

3) LKS menjual secara murabahah aset yang telah menjadi miliknya

tersebut kepada nasabah, dengan pembayaran secara cicilan.

4) Fatwa DSN No. 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang Al-Qardh dan fatwa

DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah berlaku pula

dalam pelaksanaan pembiayaan pengalihan hutang sebagaimana

dimaksud alternatif I ini.

34

M. Ichwan Sam dkk, Himpunan Fatwa Keuangan Syariah (Dewan Syariah Nasional

MUI), (Jakarta: Erlangga, 2014) h. 4

Page 44: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

33

Skema 3.1 mekanisme pengalihan hutang alternatif I fatwa DSN-MUI

b. Alternatif II

1) LKS membeli sebagian aset nasabah, dengan seizin LKK. Sehingga

dengan demikian, terjadilah syirkah al-milk antara LKS dan nasabah

terhadap aset tersebut.

2) Bagian aset yang dibeli oleh LKS sebagaimana dimaksud angka 1

adalah bagian aset yang senilai dengan hutang (sisa cicilan) nasabah

kepada LKK.

3) LKS menjual secara murabahah bagian aset yang menjadi miliknya

tersebut kepada nasabah, dengan pembayaran secara cicilan.

4) Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah berlaku

pula dalam pelaksanaan pembiayaan pengalihan hutang sebagaimana

dimaksud dalam alternatif II ini.

Skema 3.2 mekanisme pengalihan hutang alternatif II fatwa DSN-MUI

Page 45: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

34

c. Alternatif III

1) Dalam pengurusan untuk memperoleh kepemilikan penuh atas aset,

nasabah dapat melakukan akad ijarah dengan LKS, sesuai dengan

fatwa DSN No. 09/DSN-MUI/IV/2002.

2) Apabila diperlukan, LKS dapat membantu menalangi kewajiban

nasabah dengan menggunakan prinsip Al-Qardh sesuai fatwa DSN

No. 19/DSN-MUI/IV/2001.

3) Akad ijarah sebagaimana dimaksudkan angka 1 tidak boleh

dipersyaratkan dengan (harus terpisah dari) pemberian talangan

sebagaimana dimaksudkan angka 2.

4) Besar imbalan jasa ijarah sebagaimana dimaksudkan angka 1 tidak

boleh didasarkan pada jumlah talangan yang diberikan LKS kepada

nasabah sebagaimana dimaksudkan angka 2.

Skema 3.3 mekanisme pengalihan hutang alternatif III fatwa DSN-MUI

d. Alternatif IV

1) LKS memberikan qardh kepada nasabah. Dengan qardh tersebut

nasabah melunasi kredit (hutang)-nya. Dengan demikian, aset yang

dibeli dengan kredit tersebut menjadi milik nasabah secara penuh.

2) Nasabah menjual aset yang dimaksud angka 1 kepada LKS, dan

dengan hasil penjualan itu nasabah melunasi qardhnya kepada LKS.

Page 46: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

35

3) LKS menyewakan aset yang telah menjadi miliknya tersebut kepada

nasabah, dengan akad al-ijarah al-muntahiyah bi al-tamlik.

4) Fatwa DSN No. 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang Al-Qardh dan fatwa

DSN No. 27/DSN-MUI/III/2002 tentang Al-Ijarah Al-Muntahiyah bi

Al-Tamlik berlaku pula dalam pelaksanaan pembiayaan pengalihan

hutang sebagaimana dimaksud dalam alternatif IV ini.

Skema 3.4 mekanisme pengalihan hutang alternatif IV fatwa DSN-MUI

Penetapan ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama

Indonesia tentang pengalihan hutang ini ditetapkan di Jakarta, pada tanggal

15 Rabi’ul Awal 1423 H/26 Juni 2002.

3. Konsep Pengalihan Hutang dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.

36/SEOJK.03/2015 Tentang Produk dan Aktivitas Bank Umum Syariah dan

Unit Usaha Syariah

Surat Edaran ini adalah salah satu bentuk peraturan yang telah

dikeluarkan OJK untuk mengawasi produk dan aktivitas semua LKS yang

ada di Indonesia. Sebagaimana tugas dan fungsi OJK yang telah termaktub

dalam Undang-undang No. 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

Dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan (SEOJK) ini

menerangkan secara rinci perihal mekanisme pengalihan hutang. Pada poin

II.7 menerangkan dalam dua karakteristik yaitu pemindahan hutang dari

Page 47: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

36

LKK ke LKS dengan enam alternatif dan pemindahan hutang dari LKS ke

LKK dengan tiga alternatif.

Namun dalam hal ini penulis hanya akan menjabarkan mekanisme

pembiayaan pengalihan hutang dari LKK ke LKS. Dalam hal pemindahan

hutang nasabah dari LKK ke LKS yaitu sebagai berikut:

a. Alternatif I

1) Bank memberikan pinjaman qardh kepada nasabah untuk melunasi

kredit nasabah di lembaga keuangan konvensional sehingga aset yang

dibeli dengan kredit tersebut menjadi milik nasabah secara penuh.

2) Nasabah menjual aset tersebut kepada Bank dan dan hasil

penjualannya digunakan untuk melunasi pinjaman qardh.

3) Bank menjual aset yang telah menjadi milik Bank kepada nasabah

secara murabahah dengan pembayaran cicilan.

4) Memenuhi ketentuan pembiayaan qardh dan pembiayaan murabahah.

Skema 3.5 mekanisme pengalihan hutang alternatif I SE.OJK

b. Alternatif II

1) Bank dengan seizin LKK membeli aset nasabah yang dibiayai oleh

LKK sehingga terjadi kepemilikan antara Bank dan nasabah terhadap

aset tersebut.

2) Bagian aset yang dibeli Bank adalah bagian aset yang senilai dengan

sisa hutang (sisa kredit) nasabah kepada LKK.

Page 48: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

37

3) Bank menjual bagian aset yang telah dimilikinya tersebut kepada

nasabah secara murabahah dengan pembayaran secara cicilan.

4) Memenuhi ketentuan pembiayaan murabahah.

Skema 3.6 mekanisme pengalihan hutang alternatif II SE.OJK

c. Alternatif III

1) Dalam pengurusan untuk memperoleh kepemilikan penuh atas aset,

nasabah dapat melakukan akad ijarah dengan Bank.

2) Apabila diperlukan, Bank dapat membantu menalangi kewajiban

nasabah dengan memberikan pinjaman qardh.

3) Akad ijarah sebagaimana dimaksud pada angka 1 tidak dapat di

persyaratkan dengan pemberian talangan sebagaimana dimaksud pada

angka 2.

4) Besar imbalan jasa ijarah sebagaimana dimaksud pada angka 1 tidak

boleh didasarkan pada jumlah talangan yang diberikan bank kepada

nasabah sebagaimana dimaksud pada angka 2.

5) Memenuhi ketentuan pembiayaan ijarah dan/atau pembiayaan qardh.

Page 49: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

38

Skema 3.7 mekanisme pengalihan hutang alternatif III SE.OJK

d. Alternatif IV

1) Bank memberikan qardh kepada nasabah untuk melunasi kredit,

dengan demikian aset yang dibeli dengan kredit tersebut menjadi

milik nasabah secara penuh.

2) Nasabah menjual aset tersebut kepada bank syariah dan hasil

penjualannya digunakan untuk melunasi pinjaman qardh.

3) Bank syariah menyewakan aset yang telah menjadi milik Bank kepada

nasabah dengan akad ijarah muntahiyah bittamlik.

4) Memenuhi ketentuan pembiayaan ijarah muntahiyah bittamlik dan

pembiayaan qardh.

Skema 3.8 mekanisme pengalihan hutang alternatif IV SE.OJK

Page 50: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

39

e. Alternatif V

1) Nasabah yang masih memiliki kredit pada LKK mengajukan

permohonan pengalihan hutangnya kepada Bank dengan akad

musyarakah mutanaqisah.

2) Bank dan nasabah melakukan akad musyarakah matanaqisah dengan

ketentuan bank dan nasabah menyertakan modal usaha senilai

kesepakatan antara bank dengan nasabah.

3) Nasabah melunasi kreditnya kepada LKK.

4) Nasabah menyewa barang yang menjadi obyek syirkah (musyarakah)

dengan akad ijarah dan/atau nasabah dan Bank melakukan kegiatan

usaha dengan pihak ketiga dalam bentuk:

a) Kegiatan usaha sewa menyewa.

b) Kegiatan usaha jual beli dan/atau,

c) Kegiatan usaha bagi hasil.

5) Bank dan nasabah berbagi pendapatan atas kegiatan sebagaimana

diatur pada angka 4.

6) Nasabah membeli porsi kepemilikan (hishshah) modal syirkah Bank

secara bertahap.

Skema 3.9 mekanisme pengalihan hutang alternatif V SE.OJK

f. Alternatif VI

1) Nasabah yang masih memiliki kredit LKK mengajukan permohonan

pengalihan hutangnya kepada Bank.

Page 51: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

40

2) Bank setelah menyetujui permhonan nasabah tersebut, melakukan

akad hawalah bi al-ujrah dan membayar sebagian atau seluruh hutang

nasabah kepada LKK pada waktu yang disepakati.

3) Nasabah membayar ujrah kepada Bank atas jasa hawalah.

4) Nasabah membayar kewajibannya yang timbul dari akad hawalah

kepada bank, baik secara tunai maupun secara tangguh/angsur sesuai

kesepakatan.

Skema 3.10 mekanisme pengalihan hutang alternatif VI SE.OJK

Penetapan ketentuan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan tentang

produk dan aktivitas bank umum syariah dan unit usaha syariah ini

ditetapkan di jakarta, pada tanggal 21 Desember 2015.

Page 52: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

41

BAB III

PELAKSANAAN PENGALIHAN HUTANG DI KJKS BMT EL-MENTARI

BANYUMAS

A. Profil KJKS BMT El-Mentari Banyumas

1. Profil dan Sejarah Berdiri KJKS BMT El-Mentari Banyumas

Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) BMT El-Mentari hadir

sebagai lembaga keuangan mikro syariah yang siap membantu dalam

menerima dan menyalurkan simpanan masyarakat, zakat, infak dan

shadaqah. BMT El-Mentari beroperasi sejak tahun 2009 dengan berbadan

hukum No. 241/BH/XIV.2/2012 tanggal 9 Juli 2012. Hingga saat ini KJKS

BMT El-Mentari telah memiliki 2 kantor yang beralamat di Jl. Bobosan

Rt. 06/01 Purwanegara, Purwokerto Utara dan Jl. Jaelani No. 19

Karangwangkal, Purwokerto Utara.

Latar belakang berdirinya KJKS BMT El-Mentari berawal dari

adanya pasar di perempatan karang jambu (sekarang menjadi pasar ikan)

yang terdapat banyak rentenir, dimana para pedagang terpaksa meminjam

uang yang berunsur ribawi untuk kebutuhan dagangnya kepada rentenir

tersebut. Hingga sampai adanya pemikiran dari orang-orang disekitar

lingkungan tersebut yang merupakan para penggiat koperasi untuk

mengatasi bagaimana cara menghilangkan riba tersebut. Pada akhirnya

para anggota tersebut yang berjumlah 20 orang bersama-sama mendirikan

BMT El-Mentari dengan modal awal berjumlah 20 Juta.1

Sesuai dengan visi dan misi, KJKS BMT El-Mentari menawarkan

produk dan jasa simpanan dan pembiayaan dengan sistem bagi hasil.

Selain itu, KJKS BMT El-Mentari juga menerima dan menyalurkan zakat,

infak, dan shadaqah untuk pemberdayaan ekonomi mikro.

1 Sofwan Al-Rasyid Camelia, dkk, Laporan Akhir Magang Profesi, Program Studi

Hukum Ekonomi Syariah, IAIN Purwokerto, h. 12-13

Page 53: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

42

2. Visi dan Misi KJKS BMT El-Mentari Banyumas

a. Visi

Menjadi lembaga keuangan mikro yang sehat dan sesuai syariat islam,

berkembang dan terpercaya, yang mampu mencapai kehidupan yang

penuh keselamatan kedamaian dan kesejahteraan.

b. Misi

Mengembangkan BMT sebagai gerakan pembebasan dari ekonomi

ribawi, gerakan pemberdayaan masyarakat, dan gerakan keadilan

sehingga terwujud kualitas masyarakat di sekitar BMT yang penuh

keselamatan, keadilan dan kesejahteraan.

3. Data Lembaga KJKS BMT El-Mentari Banyumas

Nama Lembaga : Baitul Mal wa Tamwil El-Mentari

Tahun Berdiri : 2009

Alamat Kantor 1 : Jl. Bobosan Rt. 06/01 Purwanegara, Purwokerto

Utara

No. Telephone : 0281-9128664

Alamat Kantor 2 : Jl. Jaelani No. 19 Karangwangkal, Purwokerto

Utara

No. Telephone : 0281-9128684

Badan Hukum : Koperasi

Jenis Usaha : Syariah

Akta Pendirian : No. 241/BH/XIV.2/2012 tanggal 9 Juli 2012

Cakupan Wilayah : Kabupaten

Jumlah Pendiri : 20 Orang

4. Struktur Organisasi KJKS BMT El-Mentari Banyumas

a. Dewan Pengawas Syariah

Ketua : Soim, S.Pd

Sekretaris : Wahyu Yuliarto

Bendahara : Siti Rohmanah

Page 54: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

43

b. Pengurus

Ketua : Saguh Windiyanto, S.E

Sekretaris : Anifah Rachma Yulia, S.E

Bendahara : Arief Pamuji Wibowo

c. Pengelola

Manager Umum : Indiyani NC, S.E

1) KJKS BMT El-Mentari Karangjambu

Anifah Rachma Yulia, S.E

A Saefudin, S.E

2) KJKS BMT El-Mentari Karangwangkal

Ika Sudi Astuti, S.E

Daryanto

5. Produk KJKS BMT El-Mentari Banyumas

a. Produk Penghimpunan Dana

1) SIMAT (Simpanan Ummat)

a) Simpanan Sukarela.

b) Dapat diambil dan di setor sewaktu-waktu.

2) SIMPEL (Simpanan Pelajar)

a) Mempersiapkan dana untuk biaya pendidikan.

b) Dapat disetorkan sewaktu-waktu dan diambil setiap tahun ajaran

baru.

3) SIMTRI (Simpana Idul Fitri)

a) Mempersiapkan dana untuk keperluan di hari Raya Idul Fitri.

b) Dapat disetorkan sewaktu-waktu dan diambil menjelang hari

Raya Idul Fitri.

4) SIMHA (Simpanan Haji Terwujud)

Page 55: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

44

a) Membantu mewujudkan niat nasabah untuk menunaikan ibadah

haji.

b) Terdapat pilihan jangka waktu dan setoran yang dapat

disesuaikan dengan rencana nasabah.

5) SIMAQUR (Simpanan Aqiqah/Qurban)

a) Membantu merencanakan niat aqiqah/qurban.

b) Dapat disetorkan sewaktu-waktu dan ditarik menjelang

aqiqah/qurban.

6) SIMWALI (Simpanan Walimah)

a) Membantu merencanakan biaya pernikahan.

b) Dapat disetorkan sewaktu-waktu dan ditarik menjelang

pernikahan.

7) SIMKA (Simpanan Berjangka)

a) Simpanan dengan pilihan jangka waktu 1, 3, 6, dan 12 bulan.

b) Jumlah setoran minimal Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah).

c) Bagi hasil kompetitif.

d) Bagi hasil diberikan setiap akhir bulan, dan dapat diambil secara

tunai, atau transfer ke rekening lain.

e) Dapat diperpanjang secara otomatis.2

b. Produk Penyaluran Dana

1) Mudharabah

Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan dimana BMT sebagai

pihak yang menyediakan dana dan nasabah yang menerima

pinjaman sebagai pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha.

Pendanaan yang diperoleh dari hasil usaha anda akan dinisbahkan

sesuai kesepakatan bersama.

2) Musyarakah

2 A. Saefudin, Manager Operasional KJKS BMT El-Mentari Banyumas, Interview

Pribadi, Banyumas, 2 Mei 2019.

Page 56: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

45

Pembiayaan Musyarakah adalah pembiayaan dimana BMT dan

nasabah bersama-sama menyediakan dana dan mengelola bersama-

sama pula. Bagi hasil disepakati atas dasar penyertaan anda.

Syarat dan ketentuan pembiayaan Musyarakah.

a) Menjadi anggota KJKS BMT El-Mentari dengan mengisi

formulir keanggotaan.

b) Menyerahkan fotokopi identitas diri (KTP/SIM, dll).

c) Detail akad dan kesepakatan dilakukan langsung di kantor KJKS

BMT El-Mentari.

3) Ijarah

Pembiayaan Ijarah adalah pembiayaan dimana BMT menyewakan

barang yang dibutuhkan nasabah. Kemudian pada akhir batas sewa,

nasabah membeli barang sewa tersebut.

Syarat dan ketentuan pembiayaan Ijarah.

a) Menjadi anggota KJKS BMT El-Mentari dengan mengisi

formulir keanggotaan.

b) Menyerahkan fotokopi identitas diri (KTP/SIM, dll).

c) Detail akad dan kesepakatan dilakukan langsung di kantor KJKS

BMT El-Mentari.

4) Murabahah

Pembiayaan Murabahah adalah pembiayaan dimana BMT akan

menyediakan dana kepada nasabah untuk pengadaan bahan baku

atau modal. Nasabah wajib mengembalikan pada saat jatuh tempo

beserta margin yang telah di perhitungkan.

Syarat dan ketentuan pembiayaan Murabahah.

a) Menjadi anggota KJKS BMT El-Mentari dengan mengisi

formulir keanggotaan.

b) Menyerahkan fotokopi identitas diri (KTP/SIM, dll).

Page 57: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

46

c) Detail akad dan kesepakatan dilakukan langsung di kantor KJKS

BMT El-Mentari.

5) Qardh Al-Hasan

Pinjaman Qardh Al-Hasan adalah pinjaman yang diperuntukan

bagi pengusaha kecil pemula yang dianggap layak dan tidak

mempunyai modal apapun selain kemampuan untuk berusaha.3

B. Pengalihan Hutang di KJKS BMT El-Mentari Banyumas

Salah satu bentuk jasa pelayanan keuangan bank syariah adalah

membantu mengalihkan transaksi non syariah menjadi transaksi yang sesuai

syariah. KJKS BMT El-Mentari Banyumas pun tak melewatkan hakikat salah

satu fungsi pelayan bank syariah tersebut, yakni dengan menggunakan layanan

take over.

Respon positif masyarakat akan “gaya hidup halal” telah membawa

mereka kepada kebutuhan jasa keuangan syariah. KJKS BMT El-Mentari

Banyumas menangkap baik akan adanya fenomena tersebut dengan

menghadirkan layanan jasa take over. Pelayanan pengalihan hutang di KJKS

BMT El-Mentari Banyumas dapat dilakukan pada produk pembiayaan yang

disediakan oleh KJKS BMT El-Mentari Banyumas.

Pada aplikasinya KJKS BMT El-Mentari Banyumas membantu

pengalihan utang pembiayaan nasabah dari bank konvensional, kemudian

dianalisis dan disesuaikan dengan produk pembiayaan yang ada di KJKS BMT

El-Mentari Banyumas.4

C. Dasar Hukum Pelaksanaan Pengalihan Hutang di KJKS BMT El-Mentari

Banyumas

Dasar hukum yang digunakan dalam pelaksanaan layanan pengalihan

hutang di KJKS BMT El-Mentari Banyumas adalah sebagai berikut :

3 A. Saefudin, Manager Operasional KJKS BMT El-Mentari Banyumas, Interview

Pribadi, Banyumas, 2 Mei 2019. 4 A. Saefudin, Manager Operasional KJKS BMT El-Mentari Banyumas, Interview

Pribadi, Banyumas, 2 Mei 2019.

Page 58: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

47

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian.

2. Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No.

19/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi

Jasa Keuangan Syariah (KJKS)

3. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No.

352/PER/M.KUKM/X/2007 tentang Pedoman Standar Operasional

Manajemen Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Usaha Jasa

Keuangan Syariah.

4. Fatwa DSN-MUI No. 31/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pengalihan Hutang.5

D. Pelaksanaan Pengalihan Hutang di KJKS BMT El-Mentari Banyumas

Berdasarkan dasar hukum yang dianut dalam SOP pelaksanaan

pengalihan hutang di KJKS BMT El-Mentari Banyumas terdapat persyaratan

dan tata cara pembiayaan pengalihan hutang dari bank konvensional ke KJKS

BMT El-Mentari Banyumas, yaitu sebagai berikut :

1. Bagi calon pemohon perorangan wajib memenuhi dan melengkapi

persyaratan :

a. Mengisi formulir keanggotaan (jika belum terdaftar sebagai anggota

KJKS BMT El-Mentari).

b. Surat permohonan nasabah dalam pengajuan pembiayaan pengalihan

hutang.

c. Fotocopy kartu tanda penduduk pemohon dan suami/istri yang masih

berlaku.

d. Pas photo terbaru pemohon dan suami/istri.

e. Fotocopy kartu keluarga.

f. Fotocopy surat nikah (bagi yang telah menikah).

g. Daftar/slip gaji terakhir yang diterima dan diketahui bendahara atau

pimpinan perusahaan tempat bekerja.

5 A. Saefudin, Manager Operasional KJKS BMT El-Mentari Banyumas, Interview

Pribadi, Banyumas, 2 Mei 2019.

Page 59: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

48

h. Mengisi formulir pembiayaan pengalihan hutang di KJKS BMT El-

Mentari Banyumas.

2. Bagi calon pemohon berbadan usaha wajib memenuhi dan melengkapi

persyaratan :

a. Mengisi formulir keanggotaan (jika belum terdaftar sebagai anggota

KJKS BMT El-Mentari).

b. Surat permohonan nasabah dalam pengajuan pembiayaan pengalihan

hutang

c. Fotocopy kartu tanda penduduk pemilik usaha yang masih berlaku.

d. Proposal usaha tentang gambaran umum badan usaha, lokasi usaha,

struktur organisasi dan nama pengurus.

e. Fotocopy SIUP dan TDP (jika ada).

f. Mengisi formulir pembiayaan pengalihan hutang di KJKS BMT El-

Mentari Banyumas.

3. Petugas pembiayaan KJKS BMT El-Mentari Banyumas melakukan survey

dan cheking terhadap calon pemohon, untuk memastikan bahwa calon

pemohon tidak tercantum dalam daftar hitam (black list).

4. Ketentuan margin dalam pemberian take over yaitu, fasilitas pembiayaan

take over yang diajukan sesuai dengan saldo pokok dari bank sebelumnya

dan dilarang memperhitungkan denda, penalty, tunggakan, bunga dan lain-

lain.

5. Petugas menganalisis pembiayaan dan memastikan jumlah total pelunasan

pembiayaan dengan meminta nasabah untuk mencantumkan setoran terakhir

pada bank sebelumnya.

6. Untuk menentukan pemberian fasilitas pembiayaan yang sesuai dengan

produk pembiayaan yang terdapat di KJKS BMT El-Mentari Banyumas,

maka dilakukan pengkajian oleh petugas KJKS BMT El-Mentari Banyumas

melalui wawancara dengan calon pemohon.

7. Pengalihan hutang pemohon dari bank lain ke KJKS BMT El-Mentari

Banyumas dapat menggunakan beberapa alternatif ketentuan akad

diantaranya adalah:

Page 60: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

49

a. Alternatif I

1) KJKS BMT El-Mentari memberikan qardh kepada pemohon. Dengan

qardh tersebut nasabah melunasi kredit hutangnya. Dengan demikian,

aset yang dibeli dengan kredit tersebut menjadi milik pemohon secara

penuh.

2) Pemohon menjual aset dimaksud angka 1 kepada KJKS BMT El-

Mentari, dan dengan hasil penjualan itu pemohon melunasi qardhnya

kepada KJKS BMT El-Mentari.

3) KJKS BMT El-Mentari menjual secara murabahah aset yang telah

menjadi miliknya tersebut kepada pemohon, dengan pembayaran

secara cicilan.

b. Alternatif III

1) Dalam pengurusan untuk memperoleh kepemilikan penuh atas aset,

pemohon dapat melakukan akad ijarah dengan KJKS BMT El-

Mentari.

2) Apabila diperlukan, KJKS BMT El-Mentari dapat membantu

menalangi kewajiban pemohon dengan menggunakan prinsip Al-

Qardh.

3) Akad ijarah sebagaimana dimaksudkan angka 1 tidak boleh

dipersyaratkan dengan (harus terpisah dari) pemberian talangan

sebagaimana dimaksudkan angka 2.

4) Besar imbalan jasa ijarah sebagaimana dimaksudkan angka 1 tidak

boleh didasarkan pada jumlah talangan yang diberikan KJKS BMT

El-Mentari kepada pemohon sebagaimana dimaksudkan angka 2.

c. Alternatif IV

1) KJKS BMT El-Mentari memberikan qardh kepada pemohon. Dengan

qardh tersebut pemohon melunasi kredit (hutang)-nya. Dengan

demikian, aset yang dibeli dengan kredit tersebut menjadi milik

pemohon secara penuh.

Page 61: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

50

2) pemohon menjual aset yang dimaksud angka 1 kepada KJKS BMT El-

Mentari, dan dengan hasil penjualan itu pemohon melunasi qardhnya

kepada KJKS BMT El-Mentari.

3) KJKS BMT El-Mentari menyewakan aset yang telah menjadi

miliknya tersebut kepada pemohon, dengan akad al-ijarah al-

muntahiyah bi al-tamlik.

8. Dari fasilitas pengalihan hutang, pemohon memiliki kewajiban

menyerahkan jaminan sebagai berikut :

a. Surat asli pengangkatan atau surat keputusan pegawai dan sebagainya

dari perusahaan tempat pemohon bekerja

b. SHM atau SHGB atas tanah atau bangunan dan BPKB kendaraan

bermotor roda dua atau empat.

c. Penentuan jaminan yang ditetapkan berdasarkan kepada analisis

pembiayaan yang dilakukan oleh petugas KJKS BMT El-Mentari

Banyumas yang telah melakukan penilaian jaminan secara seksama,

menyeluruh dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan besarnya

margin pembiayaan take over yang diberikan.

9. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh KJKS BMT El-Mentari dalam

pemberian qardh kepada pemohon, yaitu :

a. Dalam pemberian qardh kepada pemohon, dipastikan bahwa pemohon

pembiayaan take over tersebut berkarakter baik, disiplin, dan dapat

dipercaya, dan memiliki kondisi ekonomi yang baik.

b. Qardh yang diberikan kepada pemohon sudah dijelaskan secara detail

penggunaanya dan batas waktu pengembalian qardh.6

6 A. Saefudin, Manager Operasional KJKS BMT El-Mentari Banyumas, Interview

Pribadi, Banyumas, 2 Mei 2019.

Page 62: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

51

BAB IV

ANALISIS MASALAH

A. Analisis Dasar Hukum Pengalihan Hutang di KJKS BMT El-Mentari

Banyumas

Take over atau disebut juga dengan pengalihan hutang adalah satu

contoh transaksi yang menggambarkan gaya hidup halal di Indonesia.

Sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, pengalihan

hutang dalam konteks skripsi ini adalah pengalihan kredit dalam dunia

perbankan. Dalam hal ini pihak pihak KJKS BMT El-Mentari Banyumas

menjadi pihak ketiga yang memberi kredit kepada debitur (pemohon) untuk

melunasi hutang atau kredit debitur kepada kreditur awal (lembaga keuangan

konvensional) dan memberikan kredit baru sehingga kedudukan pihak ketiga

ini mengantikan kedudukan pihak kreditur awal.

Pelayanan pengalihan hutang di KJKS BMT El-Mentari Banyumas

dilakukan pada produk pembiayaan yang tersedia di KJKS BMT El-Mentari

Banyumas. Sebagai mana di jelaskan pada BAB III tentang pelaksanaan

pengalihan hutang, KJKS BMT El-Mentari Banyumas hanya menggunakan

tiga dari empat alternatif akad yang ada, yaitu diantaranya, qardh, murabahah,

dan ijarah. Hal itu dikarenakan ketiga alternatif akad tersebut adalah sesuai

dengan produk-produk pembiayaan yang ada di KJKS BMT El-Mentari

Banyumas. Pemakaian ketiga akad tersebut tidak lain adalah berpedoman

terhadap fatwa DSN-MUI No. 31 tahun 2002 tentang pengalihan hutang.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa terdapat dua hukum

yang membahas secara jelas tentang mekanisme pengalihan hutang yaitu fatwa

DSN-MUI No. 31/DSN-MUI/IV/2002 tentang Pengalihan Hutang dan Surat

Edaran Otoritas Jasa Keuangan No. 36/SEOJK.03/2015 tentang Produk dan

Aktivitas Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Kedua hukum tersebut

memiliki persamaan akad dalam pelaksanaan pengalihan hutang. Namun,

kedua hukum tersebut memiliki kedudukan yang berbeda di dalam hirarki

Page 63: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

52

perundang-undangan di Indonesia. Karena kedudukan fatwa DSN-MUI bukan

merupakan suatu jenis peraturan perundang-undangan yang mempunyai

kekuatan hukum mengikat. Sedangkan OJK merupakan sebuah institusi milik

negara atau salah satu institusi yang merepresentasikan negara, dan SE OJK

merupakan suatu jenis peraturan perundang-undangan yang mempunyai

kekuatan hukum yang lebih mengikat.

Namun, KJKS BMT El-Mentari Banyumas dalam sistem

operasionalnya tidak menerapkan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.

36/SEOJK.03/2015 tentang Produk dan Aktivitas Bank Umum Syariah dan

Unit Usaha Syariah sebagai dasar hukum layanan pembiayaan pengalihan

hutang. Hal itu dikarenakan KJKS BMT El-Mentari Banyumas belum terdaftar

dalam pengawasan Otoritas Jasa Keuangan.1

Oleh karena itu, pelaksanaan pengalihan hutang di KJKS BMT El-

Mentari Banyumas hanya menganut secara penuh skema yang ditawarkan oleh

fatwa DSN-MUI No. 31 tahun 2002 tentang Pengalihan Hutang karena dirasa

paling realistis, lengkap dan sesuai dengan produk-produk pembiayaan yang

ada di KJKS BMT El-Mentari Banyumas.

B. Analisis Terhadap Tidak Diterapkannya Surat Edaran Otoritas Jasa

Keuangan No. 36/SEOJK.03/2015 Tentang Produk dan Aktivitas Bank

Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dalam Pelayanan Pengalihan

Hutang di KJKS BMT El-Mentari Banyumas

Keberadaan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia

menunjukkan progress yang baik, pasalnya LKM merupakan lembaga

keuangan yang mampu berbaur dengan masyarakat ekonomi rendah. Dengan

ciri khasnya yang berbeda dengan bank, LKM hadir sebagai mitra masyarakat

untuk mengakses modal.

Dari banyaknya LKM yang ada di Indonesia, BMT merupakan LKM

yang dapat dikatakan memiliki karakteristik yang berbeda dengan LKM

1 A. Saefudin, Manager Operasional KJKS BMT El-Mentari Banyumas, Interview

Pribadi, Banyumas, 2 Mei 2019.

Page 64: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

53

sejenisnya. Hal ini dapat dilihat dari prinsip-prinsip yang dijalankan oleh BMT

dan juga corak dari kegiatan usaha yang berbeda dengan LKM lain yang

sejenis.

Undang-Undang No. 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian pada

awalnya menjadi satu-satunya payung hukum dalam kelembagaan BMT.

Namun, dengan UU tersebut dirasa sangat kurang dalam memenuhi

kelembagaan dan ketepatan hukum. Dengan alasan tersebut, pemerintah

mengeluarkan Undang-Undang No. 21 tahun 2012 tentang Otoritas Jasa

keuangan dan Undang-Undang No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan

Mikro sebagai penyempurnaan undang-undang dalam memperkuat payung

hukum LKM termasuk BMT di dalamnya.

Dalam pemaparan di atas, terdapat tiga undang-undang yang secara

jelas berkaitan dalam mengatur operasional kelembagaan BMT yaitu :

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian

Berdasarkan UU tersebut dijelaskan bahwa koperasi adalah badan

hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi,

dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk

menjalankan usaha yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di

bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip

koperasi. Undang-undang tersebut disahkan sebagai acuan badan hukum

Lembaga Keuangan Mikro.

Sebagai Lembaga Keuangan Mikro, dapat berbentuk badan hukum

Perseroan Terbatas. Jika LKM berbentuk Perseroan Terbatas maka

sahamnya paling sedikit 60% (enam puluh persen) harus dimiliki oleh

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau badan usaha milik desa/kelurahan.

Sisa kepemilikan sahamnya dapat dimiliki oleh warga negara Indonesia

dan/atau koperasi.

Berdasarkan Undang-Undang tersebut, BMT sebagai lembaga

keuangan mikro berbadan hukum koperasi yang beroperasi berdasarkan

Page 65: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

54

prinsip syariah, hanya disinggung pada Pasal 87 ayat (3), bahwa “koperasi

dapat menjalankan usaha atas dasar prinsip ekonomi syariah”. Selanjutnya

dalam Pasal 87 ayat (4), bahwa “ketentuan mengenai koperasi berdasarkan

prinsip ekonomi syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan

peraturan pemerintah”. Undang-Undang tersebut tidak menjelaskan secara

spesifik tentang teknis operasional dan hal-hal lainnya yang memperkuat

payung hukum BMT di Indonesia. Adapun peraturan pemerintah yang

dimaksud dalam pasal tersebut yaitu Keputusan Menteri Negara Koperasi

dan Usaha Kecil dan Menengah No. 19/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang

Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) dan

Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No.

352/PER/M.KUKM/X/2007 tentang Pedoman Standar Operasional

Manajemen Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Usaha Jasa

Keuangan Syariah.

Namun, di tahun 2014 dunia perkoperasian kembali diguncang

dengan keputusan mahkamah konstitusi yang membatalkan Undang-

Undang Koperasi No. 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian. Sebagai

konsekuensi hukum dibatalkannya undang-undang tersebut maka mengenai

perkoperasian kembali pada Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian. Dengan diberlakukannya undang-undang tersebut, semakin

tidak adanya kejelasan perihal pengaturan untuk BMT. Selain itu, Undang-

Undang No. 25 Tahun 1992 tidak menyinggung sedikitpun tentang prinsip

syariah.

2. Undang-Undang No. 21 Tahun 2012 tentang Otoritas Jasa Keuangan

Otoritas Jasa Keuangan yang selanjutnya disingkat OJK, adalah

lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain yang

mempunyai fungsi, tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan,

pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang

ini.

Page 66: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

55

OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan

pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor

jasa keuangan. OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan

terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan; kegiatan jasa

keuangan di sektor Pasar Modal; dan kegiatan jasa keuangan di sektor

Peransuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa

Keuangan Lainnya.

Undang-Undang ini hanya membahas secara penuh tugas dan

wewenang OJK saja dan tidak membahas secara spesifik tentang Koperasi

Jasa Keuangan Syariah. Namun, berdasarkan undang-undang tersebut OJK

memiliki wewenang penuh dalam pembinaan dan pengawasan segaa bentuk

lembaga yang bergerak disektor jasa keuangan termasuk LKM didalamnya.

Adapun penjelasan mengenai LKM selanjutnya dijelaskan dalam Undang-

Undang No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro.

3. Undang-Undang No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro.

Undang-Undang yang terdiri dari 42 pasal ini memuat substansi

pokok mengenai ketentuan lingkup LKM, konsep Simpanan dan

Pinjaman/Pembiayaan dalam definisi LKM, maupun asas dan tujuan.

Undang-Undang ini juga mengatur kelembagaan, baik berkenaan dengan

pendirian, bentuk badan hukum, permodalan, maupun kepemilikan.

Selain itu, Undang-Undang ini mengatur juga mengenai kegiatan

usaha LKM meliputi jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan

masyarakat baik melalui Pinjaman atau Pembiayaan dalam skala mikro

kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun pemberian

jasa konsultasi pengembangan usaha, serta cakupan wilayah usaha suatu

LKM yang berada dalam satu wilayah desa/kelurahan, kecamatan atau

kabupaten/kota sesuai dengan perizinannya.

Lembaga Keuangan Mikro yang selanjutnya disingkat LKM adalah

lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk memberikan jasa

pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman

Page 67: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

56

atau pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota dan msyarakat,

pengelolaan simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan

usaha yang tidak semata-mata mencari keuntungan.

Dalam undang-undang ini dijelaskan bahwa seluruh LKM belum

cukup hanya dengan berbadan hukum koperasi atau perseroan terbatas.

Namun, LKM juga wajib memporoleh izin usaha dari OJK. Hal ini guna

terwujudnya pembinaan dan pengawasan LKM yang lebih baik,

memberikan kemudahan bagi LKM untuk pengembangan usaha, dan

meningkatnya kepercayaan nasabah.

Berdasarkan Undang-Undang dijelaskan bahwa, Otoritas Jasa

Keuangan, Kementerian Koperasi dan Kementerian Dalam Negeri

berkerjasama untuk melakukan inventarisasi LKM yang belum memiliki

badan hukum. Inventarisasi LKM yang dimaksud dalam undang-undang

tersebut harus diselesaikan paling lambat dua tahun terhitung sejak undang-

undang ini berlaku.

Dari ketiga undang-undang tersebut dalam praktiknya, Undang-undang

No. 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian terbatas hanya mengatur internal

kelembagaan dan badan hukum usaha KJKS BMT El-Mentari Banyumas saja.

Sedangkan untuk praktis di lapangan perihal operasional, pengaturan, dan

pengawasan KJKS BMT El-Mentari Banyumas diatur lebih dalam Undang-

Undang No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro dan jika KJKS

BMT El-Mentari Banyumas telah memiliki izin usaha dari OJK, maka KJKS

BMT El-Mentari Banyumas wajib mentaati peraturan terkait peraturan OJK

sesuai Undang-Undang No. 21 Tahun 2012 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

KJKS BMT El-Mentari Banyumas sudah berdiri sejak tahun 2009

dengan berbadan hukum koperasi sesuai dengan Undang-Undang No. 17 tahun

2012 tentang Perkoperasian. Dalam sistem operasional kelembagaan KJKS

BMT El-Mentari Banyumas hanya merujuk kepada undang-undang tersebut

hingga saat ini. Adapun dalam hal mekanisme pembiayaan KJKS BMT El-

Page 68: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

57

Mentari Banyumas menganut secara penuh skema yang ditawarkan oleh fatwa

DSN-MUI termasuk pelaksanaan pengalihan hutang di dalamnya.

Adanya undang-undang baru di dalam sektor keuangan nasional

tersebut membuat KJKS BMT El-Mentari Banyumas merasa ruang lingkup

operasionalnya dibatasi oleh undang-undang tersebut. Undang-undang baru

yang mengatur terkait BMT tersebut masih dirasakan kurang tepat dalam

mengakomodasi kebutuhan hukum KJKS BMT El-Mentari Banyumas saat ini.

Banyak pula pihak yang merasa undang-undang tersebut dirasa belum matang

untuk diundangkan dan terlihat seperti tumpang tindih.2

Kerancuan dalam undang-undang terkait operasional BMT membuat

KJKS BMT El-Mentari Banyumas bukan hanya terbatasi operasionalnya,

namun juga membuat KJKS BMT El-Mentari Banyumas semakin dirasa rentan

terhadap penyimpangan-penyimpangan dalam bidang hukum karena adanya

ketidaktepatan dan ketidakmampuan undang-undang dalam menjawab

kebutuhan KJKS BMT El-mentari sebagai lembaga keuangan mikro di

masyarakat.3

Adanya undang-undang baru tersebut juga membuat KJKS BMT El-

Mentari Banyumas kesulitan dalam merujuk hukum atau undang-undang mana

yang harus dijadikan acuan dasar apabila terjadi perselisihan atau

penyimpangan.4

Pernyataan seperti yang dialami KJKS BMT El-Mentari Banyumas saat

ini telah tumbuh dan berkembang, karena masyarakat memandang perlu

adanya lembaga ini walaupun pengaturannya belum ada.

Namun demikian semestinya pengaturan tentang lembaga keuangan

syariah dan BMT khususnya haruslah disesuaikan dengan arah pembangunan

di bidang hukum ekonomi. Pembangunan di bidang hukum ekonomi perlu

2 A. Saefudin, Manager Operasional KJKS BMT El-Mentari Banyumas, Interview

Pribadi, Banyumas, 2 Mei 2019. 3 A. Saefudin, Manager Operasional KJKS BMT El-Mentari Banyumas, Interview

Pribadi, Banyumas, 2 Mei 2019. 4 A. Saefudin, Manager Operasional KJKS BMT El-Mentari Banyumas, Interview

Pribadi, Banyumas, 2 Mei 2019.

Page 69: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

58

difokuskan pada satu konsep yang jelas. Salah satu orientasi yang perlu

disiapkan adalah upaya pada mewujudkan terciptanya demokrasi ekonomi

yang berorientasi pada kemakmuran, keadilan, dan kesejahteraan sosial.

Khusus untuk perangkat hukum yang diharapkan mampu memenuhi

kebutuhan hukum di bidang kegiatan ekonomi harus memenuhi asas

keseimbangan, pengawasan publik, asas campur tangan negara terhadap

kegiatan ekonomi.

Dalam merespon perkembangan BMT yang sangat pesat, dapat

dikatakan pemerintah terlambat mengeluarkan peraturan yang berbentuk

undang-undang yang tegas dalam mengatur BMT. Hal ini terlihat dari

eksistensi lembaga BMT yang lebih dahulu ada dibandingkan dengan undang-

undang yang mengaturnya. Namun, upaya pemerintah saat ini yang mulai

memberikan perhatian kepada BMT patut di apresiasi. Pasalnya, mengingat

hukum adalah aturan yang mengikat setiap warga negara dan juga bersifat

memaksa, maka undang-undang yang saat ini telah dikeluarkan oleh

pemerintah terkait mendukung pengembangan BMT sangat penting dan

mendesak untuk dilakukan.5

Hal tersebut penting untuk melindungi berbagai pihak diperlukan

regulasi dengan tidak menghilangkan karakteristiknya yang khas sebagai baitul

maal dan baitut tamwil. Sehingga kedepannya undang-undang yang telah ada

perlu diadakan pengembangan sesuai dengan perkembangan BMT di masa

yang akan datang.

5 A. Saefudin, Manager Operasional KJKS BMT El-Mentari Banyumas, Interview

Pribadi, Banyumas, 2 Mei 2019.

Page 70: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

59

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis

dapat mengambil kesimpulan mengenai :

1. Dasar hukum yang digunakan dalam pelaksanaan pengalihan hutang di

KJKS BMT El-Mentari Banyumas adalah berpedoman penuh terhadap

fatwa DSN-MUI No. 31/DSN-MUI/IV/2002 tentang Pengalihan Hutang.

Namun, KJKS BMT El-Mentari Banyumas hanya menerapkan tiga

alternatif dari empat alternatif akad yang ada di dalam fatwa DSN-MUI

tersebut, yaitu akad qardh, murabahah, dan ijarah. Hal itu dikarenakan

ketiga alternatif akad tersebut adalah sesuai dengan produk-produk yang

ada di KJKS BMT El-Mentari Banyumas.

2. Pelaksanaan pengalihan hutang di KJKS BMT El-Mentari Banyumas dari

segi hukum islam, telah sesuai dengan syariah. Pelaksanaan yang terjadi

yaitu menggunakan penggabungan akad yang telah dilegalkan oleh fatwa

DSN-MUI. Adapun dari segi hukum positif, pelaksanaan pengalihan

hutang di KJKS BMT El-Mentari Banyumas dinilai tidak melanggar Surat

Edaran Otoritas Jasa Keuangan No. 36/SEOJK.03/2015 Tentang Produk

dan Aktivitas Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, karena tidak

menyalahi ketentuan yang ada dalam Surat Edaran tersebut. Namun,

keabsahan legalitas badan hukum KJKS BMT El-Mentari Banyumas

dianggap masih kurang kuat, karena hanya terdaftar dengan berbadan

hukum koperasi saja dan KJKS BMT El-Mentari Banyumas sebagai LKMS

belum terdaftar dengan izin dari Otoritas Jasa Keuangan seperti yang

tercantum dalam Undang-Undang No. 1 tahun 2013 tentang Lembaga

Keuangan Mikro. Karena, adanya undang-undang baru di dalam sektor

keuangan nasional tersebut membuat KJKS BMT El-Mentari Banyumas

merasa ruang lingkup operasionalnya dibatasi oleh undang-undang

Page 71: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

60

tersebut. Undang-undang baru yang mengatur terkait BMT tersebut masih

dirasakan kurang tepat dalam mengakomodasi kebutuhan hukum KJKS

BMT El-Mentari Banyumas saat ini dan undang-undang tersebut dirasa

belum matang untuk diundangkan dan terlihat seperti tumpang tindih.

B. Saran

Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis menuangkan seluruh

kemampuan dan kemauan yang ada mengenai pembahasan “Analisis

Penerapan Fatwa DSN-MUI dengan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan

terkait Perjanjian Pengalihan Hutang” yang selanjutnya penulis akan

menyampaikan saran-saran sebagai berikut :

1. Sampai saat ini regulasi terbaru tentang pengalihan hutang di Lembaga

Keuangan Syariah adalah Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.

36/SEOJK.03/2015 Tentang Produk dan Aktivitas Bank Umum Syariah

dan Unit Usaha Syariah. Di dalam SE OJK tersebut mengatur tentang

pelayanan jasa di Lembaga Keuangan Syariah yang salah satunya adalah

pengalihan hutang. Namun penjelasan yang disuguhkan oleh SE OJK

tersebut tidak sepenuhnya jelas. Artinya, dalam regulasi tersebut hanya

mengatur bagaimana mekanisme pengalihan hutangnya saja, tetapi belum

dibahas hingga penyelesaiannya dan bagaimana jika terjadi perselisihan

dalam pengembalian dana talangannya. Untuk itu diharapakan kepada

Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga yang mengatur, mengawasi dan

melindungi lembaga keuangan agar segera menerbitkan regulasi terbaru

terkait penyelesaian dan bagaimana jika terjadi perselisihan dalam

pengembalian dana talangan.

2. Banyaknya regulasi yang mengatur akan keberadaan BMT sangat dirasa

masih kurang matang untuk diundangkan dan terlihat seperti tumpang

tindih. Saran bagi pemerintah hendaknya mengkaji ulang regulasi-regulasi

terkait BMT yang sudah ada dengan melibatkan praktisi BMT agar

terwujudnya regulasi yang lebih mampu untuk menjawab kebutuhan BMT

sebagai Lembaga Keuangan Mikro di masyarakat.

Page 72: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

61

3. Keberadaan BMT di Indonesia menunjukkan progress yang baik, pasalnya

BMT merupakan lembaga keuangan yang mampu berbaur dengan

masyarakat ekonomi rendah. Dengan ciri khasnya yang berbeda dengan

bank, BMT hadir sebagai mitra masyarakat untuk mengakses modal.

Namun, seiring pertumbuhan BMT yang pesat, perlu diiringi dengan

pondasi hukum yang kuat, agar tidak rentan terhadap penyimpangan-

penyimpangan hukum. Saran bagi praktisi KJKS BMT El-Mentari

Banyumas, agar mengkaji ulang regulasi hukum yang sudah ada agar

terwujudunya KJKS BMT El-Mentari Banyumas yang memiliki pondasi

hukum yang lebih kuat dan turut bersinergi dengan pemerintah dalam

menyusun rancangan undang-undang terkait Lembaga Keuangan Mikro

Syariah agar tercipta suatu hukum yang baik dan sesuai dengan aspirasi

masyarakat.

Page 73: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

62

DAFTAR PUSTAKA

Al- Qur‟an Al-Karim

Adiwarman A. Karim. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, edisi 4, cet ke-8.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010.

Ahmadi, Fahmi Muhammad dan Aripin, Jaenal. Metode Penelitian Hukum.

Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Ali Jum’ah, Muhammad, dkk. Mausu‟ah Fatawa Al-Muamalat Al-Maliyah

Lilmasyarif wa Al-Muassaat, Al-Maliyah, Al-Islamiyah, Al-Murabahah, jilid

13. Kairo: Dar Al-Salam Lithaba’ah wa Al-Tauzi’ wa Al-Tarjamah, 2009.

Al-Jaziri, Abdurrahman. Al-Fiqh Ala Mazahiz Al-Arba‟ah, Juz 4. Mesir: Al-

Maktabah Al-Tijariyah Al-Kubro, 1969.

Al Rasyid, Camelia Sofwan. dkk, Laporan Akhir Magang Profesi, Program Studi

Hukum Ekonomi Syariah, IAIN Purwokerto.

Antonio, M. Syafi’i. Dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema Insani, 2001.

Ascarya, Diana Yumanita. Bank Syariah. Jakarta: Pusat Pendidikan dan

kebanksentralan (PPSK) BI, 2005.

Azis, Azizah, Strategi Penanganan Pembiayaan Bermasalah pada Bank Syariah

Mandiri Cabang Pembantu Bone, Tesis S2 Program Pascasarjana,

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2012.

Az-Zhuhaily, Wahbah. Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuh, Juz 5. Damsyiq: Dar Al-

Fikri, 1989.

Dahlan, Abdul Aziz et al. Ensklopedi Hukum Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van

Hoeve, 1997.

Echols, John M dan Sadily, Hasan. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 1990.

Hadari, Nawawi dan Hadari, Martini. Instrumen Penelitian Bidang Sosial.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995.

Hakim, Maman Rahman. Hukum Perbankan Syariah di Indonesia. Tangerang

Selatan: Faza Media, 2017

Hamidy, Mu’amal, et al. Terjemahan Nailul Authar, Himpunan Hadits-Hadits

Hukum, Jilid 6. Surabaya: Bina Ilmu, 1986.

Page 74: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

63

Hasbiyallah. Sudah Syar‟ikah Muamalahmu? (Panduan Memahami Seluk-Beluk

Fiqh Muamalah). Yogyakarta: Salma Idea, 2014.

http://kbbi.web.id/modernisasi.html, artikel diakses pada 15 September 2018.

http://kbbi.web.id/globalisasi.html, artikel diakses pada 15 September 2018.

https://m.hukumonline.com/klinik/detail/cl3400/permasalahan-cessie-dan-

subrogasi/, artikel diakses pada 17 februari 2019.

Interview Pribadi dengan A. Saefudin, Manager Operasional KJKS BMT El-

Mentari Banyumas, Banyumas, 2 Mei 2019.

Ibrahim, Jhonny. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Malang:

Bayumedia Publishing, 2005.

Ismail. Perbankan Syariah. Jakarta: Prenadamedia Group, 2011.

Ismail, bin Mukhammad Abu Abdillah Al-Bukhori. Shahih Al-Bukhari. editor :

Mustafa Daib Al-Bigha. Beirut: Dar Ibn Katsir, 1987.

K. Muda, Ahmad Antoni. Kamus Lengkap Ekonomi. Jakarta: Gitamedia Press,

2003.

Mahmud, Peter. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana, 2010.

Nazir, Habib dan Hasanuddin, Muhammad. Ensiklopedi Ekonomi dan Perbankan

Syariah. Jakarta: Kaki Langit, 2004.

Rahman, Fazlur. Doktrin Ekonomi Islam, Jilid 1. Jakarta: Dana Bakti Wakaf,

1995.

Rochaety, Eti dan Tresnati, Ratih. Kamus Istilah Ekonomi. Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2005.

Rozalinda. Fiqh Ekonomi Syariah: Prinsip dan Implementasinya pada Sektor

Keuangan Syariah. Jakarta: Rajawali Pers, 2016.

Sam, M. Ichwan dkk. Himpunan Fatwa Keuangan Syariah (Dewan Syariah

Nasional MUI). Jakarta: Erlangga, 2014.

Sarwat, Ahmat. Ensikopedia Fiqh Indonesia 7 : Muamalah. Jakarta: Gramedia

pustaka Utama, 2018.

Sjahdaeni, Sutan Remy. Perbankan Syariah : Produk-Produk dan Aspek-Aspek

Hukumnya. Jakarta: Kencana, 2015.

Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah. Jakarta: Rajawali Pers, 2010.

Page 75: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

64

Sutojo, Siswanto. Menangani Kredit Bermasalah Konsep, Teknik dan Kasus.

Jakarta: Damar Mulia Pustaka, 2009.

Tjitrosudibio R, Subekti. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata).

Jakarta: Pradnya Paramita, 2003.

www.jurnalhukum.com/novasi-pembaruan-utang/, artikel diakses pada 17

Februari 2019.

www.rumahbangsa.net/2014/05/kalaah-dalam-ilmu-waris.html?m=1, artikel

diakses pada 12 Maret 2019.

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 Tentang

Perkoperasian.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2012 Tentang Otoritas Jasa

Keuangan.

Undang-Undang Republik Indnesia Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga

Keuangan Mikro.

Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No. 36/SEOJK.03/2015 tentang Produk dan

Aktivitas Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 31 Tahun 2002

Tentang Pengalihan Hutang.

Page 76: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lampiran|1

Page 77: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lampiran|2

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

Daftar pertanyaan wawancara ini berfungsi untuk menjawab rumusan masalah pada

penelitian yang berjudul “Penerapan Fatwa DSN-MUI dengan Surat Edaran

Otoritas Jasa Keuangan terkait Perjanjian Pengalihan Hutang”. Berikut daftar

pertanyaan wawancara untuk menjawab rumusan masalah bagaimana pelaksanaan

pengalihan hutang dan apa yang menjadi landasan hukum pengalihan hutang serta

bagaimana penerapannya di KJKS BMT El-Mentari Banyumas.

Daftar Pertanyaan :

1. Bagaimana gambaran umum tentang KJKS BMT El-Mentari Banyumas?

“Perihal profil KJKS BMT El-Mentari Banyumas yang terbaru bisa di sesuaikan

dengan Laporan Akhir Magang Profesi, Program Studi Hukum Ekonomi Syariah

IAIN Purwokerto tahun 2018 atas nama Camelia Sofwan Al-Rasyid dkk.”

2. Bagaimana sejarah berdirinya KJKS BMT El-Mentari Banyumas?

“Perihal sejarah KJKS BMT El-Mentari Banyumas yang terbaru bisa di sesuaikan

dengan Laporan Akhir Magang Profesi, Program Studi Hukum Ekonomi Syariah

IAIN Purwokerto tahun 2018 atas nama Camelia Sofwan Al-Rasyid dkk.”

3. Apa saja dasar hukum yang menjadi asas atau pondasi berdirinya KJKS BMT El-

Mentari Banyumas?

“KJKS BMT El-Mentari Banyumas sudah berdiri sejak tahun 2009 dan dengan

berbadan hukum koperasi No. 241/BH/XIV.2/2012 tanggal 9 Juli 2012.”

4. Bagaimana visi dan misi KJKS BMT El-Mentari Banyumas?

“Visi dan Misi KJKS BMT El-Mentari Banyumas yaitu:

Visi

Menjadi lembaga keuangan mikro yang sehat dan sesuai syariat islam,

berkembang dan terpercaya, yang mampu mencapai kehidupan yang penuh

keselamatan kedamaian dan kesejahteraan.

Page 78: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Misi

Mengembangkan BMT sebagai gerakan pembebasan dari ekonomi ribawi,

gerakan pemberdayaan masyarakat, dan gerakan keadilan sehingga terwujud

kualitas masyarakat di sekitar BMT yang penuh keselamatan, keadilan dan

kesejahteraan.”

5. Bagaimana struktur organisasi KJKS BMT El-Mentari Banyumas?

“Pengurus

Ketua : Saguh Windiyanto, S.E

Sekretaris : Anifah Rachma Yulia, S.E

Bendahara : Arief Pamuji Wibowo

Pengelola

Manager Umum : Indiyani NC, S.E

1. KJKS BMT El-Mentari Karangjambu

Anifah Rachma Yulia, S.E

A Saefudin, S.E

2. KJKS BMT El-Mentari Karangwangkal

Ika Sudi Astuti, S.E

Daryanto”

6. Bagaimana Struktur Dewan Pengawas Syariah di KJKS BMT El-Mentari

Banyumas?

“Dewan Pengawas Syariah

Ketua : Soim, S.Pd

Sekretaris : Wahyu Yuliarto

Bendahara : Siti Rohmanah”

Page 79: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

7. Apa saja produk-produk perhimpunan dana dan penyaluran dana yang dimiliki

KJKS BMT El-Mentari Banyumas?

“Produk penghimpunan dana dan penyaluran dana adalah sebagai berikut:

1. Produk Penghimpunan Dana

a. SIMAT (Simpanan Ummat)

1) Simpanan Sukarela.

2) Dapat diambil dan di setor sewaktu-waktu.

b. SIMPEL (Simpanan Pelajar)

1) Mempersiapkan dana untuk biaya pendidikan.

2) Dapat disetorkan sewaktu-waktu dan diambil setiap tahun ajaran baru.

c. SIMTRI (Simpana Idul Fitri)

1) Mempersiapkan dana untuk keperluan di hari Raya Idul Fitri.

2) Dapat disetorkan sewaktu-waktu dan diambil menjelang hari Raya Idul

Fitri.

d. SIMHA (Simpanan Haji Terwujud)

1) Membantu mewujudkan niat nasabah untuk menunaikan ibadah haji.

2) Terdapat pilihan jangka waktu dan setoran yang dapat disesuaikan

dengan rencana nasabah.

e. SIMAQUR (Simpanan Aqiqah/Qurban)

1) Membantu merencanakan niat aqiqah/qurban.

2) Dapat disetorkan sewaktu-waktu dan ditarik menjelang aqiqah/qurban.

f. SIMWALI (Simpanan Walimah)

1) Membantu merencanakan biaya pernikahan.

2) Dapat disetorkan sewaktu-waktu dan ditarik menjelang pernikahan.

g. SIMKA (Simpanan Berjangka)

Page 80: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

1) Simpanan dengan pilihan jangka waktu 1, 3, 6, dan 12 bulan.

2) Jumlah setoran minimal Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah).

3) Bagi hasil kompetitif.

4) Bagi hasil diberikan setiap akhir bulan, dan dapat diambil secara tunai,

atau transfer ke rekening lain.

5) Dapat diperpanjang secara otomatis.

2. Produk Penyaluran Dana

a. Mudharabah

Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan dimana BMT sebagai pihak

yang menyediakan dana dan nasabah yang menerima pinjaman sebagai

pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha. Pendanaan yang

diperoleh dari hasil usaha anda akan dinisbahkan sesuai kesepakatan

bersama.

b. Musyarakah

Pembiayaan Musyarakah adalah pembiayaan dimana BMT dan nasabah

bersama-sama menyediakan dana dan mengelola bersama-sama pula. Bagi

hasil disepakati atas dasar penyertaan anda.

Syarat dan ketentuan pembiayaan Musyarakah.

1) Menjadi anggota KJKS BMT El-Mentari dengan mengisi formulir

keanggotaan.

2) Menyerahkan fotokopi identitas diri (KTP/SIM, dll).

3) Detail akad dan kesepakatan dilakukan langsung di kantor KJKS BMT

El-Mentari.

c. Ijarah

Pembiayaan Ijarah adalah pembiayaan dimana BMT menyewakan barang

yang dibutuhkan nasabah. Kemudian pada akhir batas sewa, nasabah

membeli barang sewa tersebut.

Page 81: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Syarat dan ketentuan pembiayaan Ijarah.

1) Menjadi anggota KJKS BMT El-Mentari dengan mengisi formulir

keanggotaan.

2) Menyerahkan fotokopi identitas diri (KTP/SIM, dll).

3) Detail akad dan kesepakatan dilakukan langsung di kantor KJKS BMT

El-Mentari.

d. Murabahah

Pembiayaan Murabahah adalah pembiayaan dimana BMT akan

menyediakan dana kepada nasabah untuk pengadaan bahan baku atau

modal. Nasabah wajib mengembalikan pada saat jatuh tempo beserta

margin yang telah di perhitungkan.

Syarat dan ketentuan pembiayaan Murabahah.

1) Menjadi anggota KJKS BMT El-Mentari dengan mengisi formulir

keanggotaan.

2) Menyerahkan fotokopi identitas diri (KTP/SIM, dll).

3) Detail akad dan kesepakatan dilakukan langsung di kantor KJKS BMT

El-Mentari.

e. Qardh Al-Hasan

Pinjaman Qardh Al-Hasan adalah pinjaman yang diperuntukan bagi

pengusaha kecil pemula yang dianggap layak dan tidak mempunyai modal

apapun selain kemampuan untuk berusaha.”

8. Apa saja jenis pembiayaan pengalihan hutang (take over) di KJKS BMT El-

Mentari Banyumas?

“Pelayanan pengalihan hutang di KJKS BMT El-Mentari Banyumas dapat

dilakukan pada produk pembiayaan yang disediakan oleh KJKS BMT El-Mentari

Banyumas. Pada aplikasinya KJKS BMT El-Mentari Banyumas membantu

pengalihan utang pembiayaan nasabah dari bank konvensional, kemudian

Page 82: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

dianalisis dan disesuaikan dengan produk pembiayaan yang ada di KJKS BMT El-

Mentari Banyumas.”

9. Bagaimana persyaratan pengajuan pengalihan hutang (take over) untuk perorangan

dan untuk perusahaan di KJKS BMT El-Mentari Banyumas?

“Persyaratan untuk pengalihan hutang di KJKS BMT El-Mentari Banyumas

hamper sama dengan produk pembiayaan yang lainnya yang ada di KJKS BMT-

El-Mentari Banyumas. Untuk perinciannya ada lah sebagai berikut:

1. Bagi calon pemohon perorangan wajib memenuhi dan melengkapi persyaratan

:

a. Mengisi formulir keanggotaan (jika belum terdaftar sebagai anggota KJKS

BMT El-Mentari).

b. Surat permohonan nasabah dalam pengajuan pembiayaan pengalihan

hutang.

c. Fotocopy kartu tanda penduduk pemohon dan suami/istri yang masih

berlaku.

d. Pas photo terbaru pemohon dan suami/istri.

e. Fotocopy kartu keluarga.

f. Fotocopy surat nikah (bagi yang telah menikah).

g. Daftar/slip gaji terakhir yang diterima dan diketahui bendahara atau

pimpinan perusahaan tempat bekerja.

h. Mengisi formulir pembiayaan pengalihan hutang di KJKS BMT El-Mentari

Banyumas.

2. Bagi calon pemohon berbadan usaha wajib memenuhi dan melengkapi

persyaratan :

a. Mengisi formulir keanggotaan (jika belum terdaftar sebagai anggota KJKS

BMT El-Mentari).

b. Surat permohonan nasabah dalam pengajuan pembiayaan pengalihan

hutang

c. Fotocopy kartu tanda penduduk pemilik usaha yang masih berlaku.

Page 83: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

d. Proposal usaha tentang gambaran umum badan usaha, lokasi usaha,

struktur organisasi dan nama pengurus.

e. Fotocopy SIUP dan TDP (jika ada).

f. Mengisi formulir pembiayaan pengalihan hutang di KJKS BMT El-Mentari

Banyumas.”

10. Apakah KJKS BMT El-Mentari Banyumas menerapkan Fatwa DSN-MUI No.

31/DSN-MUI/IV/2002 sebagai dasar hukum pelaksanaan pengalihan hutang (take

over)?

“KJKS BMT El-Mentari Banyumas menerapkan fatwa DSN-MUI No. 31/DSN-

MUI/IV/2002 sebagai acuan mekanisme pembiayaan pengalihan hutang. KJKS

BMT El-Mentari Banyumas hanya menggunakan tiga dari empat alternatif akad

yang ada, yaitu diantaranya, qardh, murabahah, dan ijarah. Hal itu dikarenakan

ketiga alternatif akad tersebut adalah sesuai dengan produk-produk pembiayaan

yang ada di KJKS BMT El-Mentari Banyumas. Adapun, sebagian mekanisme di

sesuaikan dengan management KJKS BMT El-Mentari Banyumas seperti,

persyaratan pendaftaran, survey, cheking, dan analisis.”

11. Apa saja dasar hukum pengalihan hutang (take over) di KJKS BMT El-Mentari

Banyumas selain fatwa DSN-MUI No. 31/DSN-MUI/IV/2002?

“Hanya fatwa DSN-MUI saja”

12. Bagaimana mekanisme pelaksanaan pengalihan hutang (take over) di KJKS BMT

El-Mentari Banyumas?

“Mekanisme keseluruhannya adalah sebagai berikut:

1. Mendaftar sebagai anggota KJKS BMT El-Mentari Banyumas.

2. Mengajukan permohonan pembiayaan pengalihan hutang dengan mengisi

form pembiayaan dan melengkapi persyaratan yang dibutuhkan.

3. Petugas pembiayaan KJKS BMT El-Mentari Banyumas melakukan survey dan

cheking terhadap calon pemohon, untuk memastikan bahwa calon pemohon

tidak tercantum dalam daftar hitam (black list).

Page 84: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

4. Ketentuan margin dalam pemberian take over yaitu, fasilitas pembiayaan take

over yang diajukan sesuai dengan saldo pokok dari bank sebelumnya dan

dilarang memperhitungkan denda, penalty, tunggakan, bunga dan lain-lain.

5. Petugas menganalisis pembiayaan dan memastikan jumlah total pelunasan

pembiayaan dengan meminta nasabah untuk mencantumkan setoran terakhir

pada bank sebelumnya.

6. Untuk menentukan pemberian fasilitas pembiayaan yang sesuai dengan

produk pembiayaan yang terdapat di KJKS BMT El-Mentari Banyumas, maka

dilakukan pengkajian oleh petugas KJKS BMT El-Mentari Banyumas melalui

wawancara dengan calon pemohon.

7. Pengalihan hutang pemohon dari bank lain ke KJKS BMT El-Mentari

Banyumas dapat menggunakan beberapa alternatif ketentuan akad

diantaranya adalah:

a. Alternatif I

1) KJKS BMT El-Mentari memberikan qardh kepada pemohon. Dengan

qardh tersebut nasabah melunasi kredit hutangnya. Dengan demikian,

aset yang dibeli dengan kredit tersebut menjadi milik pemohon secara

penuh.

2) Pemohon menjual aset dimaksud angka 1 kepada KJKS BMT El-Mentari,

dan dengan hasil penjualan itu pemohon melunasi qardhnya kepada

KJKS BMT El-Mentari.

3) KJKS BMT El-Mentari menjual secara murabahah aset yang telah

menjadi miliknya tersebut kepada pemohon, dengan pembayaran secara

cicilan.

b. Alternatif III

1) Dalam pengurusan untuk memperoleh kepemilikan penuh atas aset,

pemohon dapat melakukan akad ijarah dengan KJKS BMT El-Mentari.

Page 85: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

2) Apabila diperlukan, KJKS BMT El-Mentari dapat membantu menalangi

kewajiban pemohon dengan menggunakan prinsip Al-Qardh.

3) Akad ijarah sebagaimana dimaksudkan angka 1 tidak boleh

dipersyaratkan dengan (harus terpisah dari) pemberian talangan

sebagaimana dimaksudkan angka 2.

4) Besar imbalan jasa ijarah sebagaimana dimaksudkan angka 1 tidak

boleh didasarkan pada jumlah talangan yang diberikan KJKS BMT El-

Mentari kepada pemohon sebagaimana dimaksudkan angka 2.

c. Alternatif IV

1) KJKS BMT El-Mentari memberikan qardh kepada pemohon. Dengan

qardh tersebut pemohon melunasi kredit (hutang)-nya. Dengan demikian,

aset yang dibeli dengan kredit tersebut menjadi milik pemohon secara

penuh.

2) pemohon menjual aset yang dimaksud angka 1 kepada KJKS BMT El-

Mentari, dan dengan hasil penjualan itu pemohon melunasi qardhnya

kepada KJKS BMT El-Mentari.

3) KJKS BMT El-Mentari menyewakan aset yang telah menjadi miliknya

tersebut kepada pemohon, dengan akad al-ijarah al-muntahiyah bi al-

tamlik.

8. Dari fasilitas pengalihan hutang, pemohon memiliki kewajiban menyerahkan

jaminan sebagai berikut :

a. Surat asli pengangkatan atau surat keputusan pegawai dan sebagainya dari

perusahaan tempat pemohon bekerja

b. SHM atau SHGB atas tanah atau bangunan dan BPKB kendaraan bermotor

roda dua atau empat.

c. Penentuan jaminan yang ditetapkan berdasarkan kepada analisis

pembiayaan yang dilakukan oleh petugas KJKS BMT El-Mentari Banyumas

yang telah melakukan penilaian jaminan secara seksama, menyeluruh dan

Page 86: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan besarnya margin pembiayaan

take over yang diberikan.

9. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh KJKS BMT El-Mentari dalam

pemberian qardh kepada pemohon, yaitu :

a. Dalam pemberian qardh kepada pemohon, dipastikan bahwa pemohon

pembiayaan take over tersebut berkarakter baik, disiplin, dan dapat

dipercaya, dan memiliki kondisi ekonomi yang baik.

b. Qardh yang diberikan kepada pemohon sudah dijelaskan secara detail

penggunaanya dan batas waktu pengembalian qardh.”

10. Apakah KJKS BMT El-Mentari Banyumas menerapkan Surat Edaran OJK No.

36/SEOJK.03/2015?

“KJKS BMT El-Mentari Banyumas tidak menerapkan Surat Edaran OJK No.

36/SEOJK.03/2015, karena KJKS BMT El-Mentari Banyumas tidak di awasi

langsung oleh OJK dan belum memiliki izin usaha dari OJK. KJKS BMT El-

Mentari hanya berbadan hukum koperasi sebagai landasan hukum operasional

dan Fatwa DSN-MUI sebagai acuan dan dasar hukum mekanisme produk-produk

yang ada di dalamnya.”

11. Apakah KJKS BMT El-Mentari pernah mendapatkan sosialisasi terkait UU No. 21

Tahun 2011 tentang Otoritas jasa Keuangan?

“KJKS BMT El-Mentari Banyumas pernah mengikuti sosialisasi perihal undang-

undang tersebut. Akan tetapi, undang-undang tersebut dirasa menimbulkan

keraguan dan dirasa tidak ditetapkan untuk memfasilitasi payung hukum BMT.

Karena di dalamnya tidak menjelaskan secara spesifik terkait koperasi syariah,

khususnya BMT.”

12. Dalam UU tersebut dijelaskan bahwa OJK memiliki wewenang penuh dalam

pengawasan seluruh lembaga di sektor jasa keuangan termasuk LKM, bagaimana

BMT El-Mentari Banyumas dalam menyikapi UU tersebut?

Page 87: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

“Karena alasan tersebut, KJKS BMT El-Mentari Banyumas lebih memilih untuk

hanya berbadan hukum koperasi dan tunduk pada undang-undang

perkoperasian.”

13. Apakah BMT El-Mentari pernah mendapatkan sosialisasi terkait UU No. 1 Tahun

2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro?

“KJKS BMT El-Mentari Banyumas pernah mengikuti sosialisasi perihal undang-

undang tersebut. Akan tetapi, undang-undang tersebut dirasa seperti membatasi

ruang lingkup operasional KJKS BMT El_Mentari Banyumas. Undang-undang

baru yang mengatur terkait BMT tersebut masih dirasakan kurang tepat dalam

mengakomodasi kebutuhan hukum KJKS BMT El-Mentari Banyumas saat ini dan

dirasa belum matang untuk diundangkan dan terlihat seperti tumpang tindih.

Kerancuan dalam undang-undang terkait operasional BMT juga membuat KJKS

BMT El-Mentari Banyumas semakin dirasa rentan terhadap penyimpangan-

penyimpangan dalam bidang hukum karena adanya ketidaktepatan dan

ketidakmampuan undang-undang dalam menjawab kebutuhan KJKS BMT El-

mentari sebagai lembaga keuangan mikro di masyarakat.”

14. Dalam UU No. 1 tahun 2013 disebutkan bahwa Baitul Maal wa Tamwil (BMT)

wajib mentaati UU tersebut, bagaimana BMT El-Mentari Banyumas dalam

menyikapi UU tersebut?

“Dalam merespon perkembangan BMT yang sangat pesat, dapat dikatakan

pemerintah terlambat mengeluarkan peraturan yang berbentuk undang-undang

yang tegas dalam mengatur BMT. Hal ini terlihat dari eksistensi lembaga BMT

yang lebih dahulu ada dibandingkan dengan undang-undang yang mengaturnya.

Namun, upaya pemerintah saat ini yang mulai memberikan perhatian kepada

BMT patut di apresiasi. Pasalnya, mengingat hukum adalah aturan yang mengikat

setiap warga negara dan juga bersifat memaksa, maka undang-undang yang saat

ini telah dikeluarkan oleh pemerintah terkait mendukung pengembangan BMT

sangat penting dan mendesak untuk dilakukan. Hal tersebut penting untuk

melindungi berbagai pihak diperlukan regulasi dengan tidak menghilangkan

Page 88: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

karakteristiknya yang khas sebagai baitul maal dan baitut tamwil. Sehingga

kedepannya undang-undang yang telah ada perlu diadakan pengembangan sesuai

dengan perkembangan BMT di masa yang akan datang.”

Page 89: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lampiran|3

SURAT PERMOHONAN PEMBIAYAAN/PINJAMAN

Kepada Yth.

Bagian Pembiayaan KJKS BMT EL-MENTARI KABUPATEN BANYUMAS

Di Purwokerto

بسن هللا الر حمن الر حين

السالم عليكن ورحمة هللا وبركاته

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Alamat :

Tempat, tgl Lahir :

Pekerjaan :

No. KTP :

Tanggal berakhir KTP :

No. Telp/HP :

Dengan ini mengajukan permohonan pembiayaan/pinjaman untuk diri

sendiri/..............................*) dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Tujuan permohonan : ......................................................................................

2. Besar permohonan : Rp.................................................................................

3. Jangka waktu angsuran : .......................................................hari/minggu/bulan*)

4. Besarnya angsuran : Rp..................................................hari/minggu/bulan*)

5. Sumber pengembalian : Gaji/Hasil Usaha/..........................................................

6. Jaminan berupa : a. BPKB Roda 2/4 Nomor.................atas nama............

b. SHM No......... atas nama..................Luas............m2

c. Simpanan.......di KJKS BMT EL-Mentari Banyumas

d. ...................................................................................

Bersama ini saya lampirkan :

1. Fotocopy KTP calon konsumen dan pasangan/orangtua.

2. Kartu Keluarga

3. Surat Nikah

4. Surat Cerai/kematian

5. Data penghasilan, Rek. Tabungan

6. Surat Ket. Kerja, Surat Ket. Usaha, NPWP

7. Rekomendasi dukungan

Demikian surat ini say ajukan, atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

وباهلل التىفق و الهداية

وسالم عليكن ورحمة هللا وبركاته

Purwokerto, .........................................

Calon Nasabah

(............................)

Pasangan

(...........................)

Page 90: PENERAPAN FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46780/... · 2019-08-20 · FATWA DSN-MUI DAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN