PENERAPAN DAN PENGAWASAN PRINSIP SYARIAH …
Transcript of PENERAPAN DAN PENGAWASAN PRINSIP SYARIAH …
1
PENERAPAN DAN PENGAWASAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP
LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN
(Studi Kasus: PT KSEI)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Disusun Oleh
KEVIN TEGAR PRASETYA
NIM : 11160490000059
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH & HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H/2021 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
PENERAPAN DAN PENGAWASAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP
LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN
(Studi Kasus: PT KSEI)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh:
Kevin Tegar Prasetya
NIM : 11160490000059
Pembimbing I :
Dr. Hj. Isnawati Rais M. A.
NIP : 195710271985032001
Pembimbing II :
Dra. Nurul Handayani, M.Pd.
NIP : 19701131999032001
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH & HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H/2021 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul “PENERAPAN DAN PENGAWASAN PRINSIP
SYARIAH TERHADAP LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN
(Studi Kasus: PT KSEI)” yang disusun oleh Kevin Tegar Prasetya NIM
11160490000059 diajukan dalam Sidang Munaqasah Program Studi Hukum
Ekonomi Syariah Pada hari Kamis, 19 Agustus 2021. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) pada
Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 30 Agustus 2021
Mengesahkan
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
NIP. 19760807 200312 1 001
Panitia Sidang:
1. Ketua : AM. Hasan Ali,M.A
NIP. 19751201 2005011005
2. Sekretaris : Dr. Abdurrauf, Lc., M.A (…........................)
NIP. 197312152005011002
3. Pembimbing I : Dr. Hj. Isnawati Rais M. A.
NIP. 195710271985032001
4. Pembimbing II: Dra. Nurul Handayani, M.Pd. (….....................)
NIP. 19701131999032001
5. Penguji I : Prof. Dr. H. Muhammad Amin S.H., M.A., M.M. (… ....................)
NIP. 195505051982031012
6. Penguji II : Drs. Hamid Farihi, M.A. (…....................)
NIP. 195811191986031001
(…………………)
(…………………)
Dr. Ahmad Tholabi Karlie, S.H., M.A., M.H.
iv
LEMBAR PERNYATAAN
iii
ABSTRAK
Kevin Tegar Prasetya (NIM: 11160490000059), Penerapan dan Pengawasan
Prinsip Syariah Terhadap Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Studi
Kasus: PT KSEI). Skripsi. Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalat).
Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2021.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana mekanisme penerapan
dan pengawasan prinsip syariah mengacu pada fatwa nomor 124/DSN-MUI/XI/2018,
yang diterapkan oleh Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) selaku Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) dan selaku regulator pasar modal di Indonesia.
Permasalahan yang terdapat di KSEI diantaranya mengenai penerapan prinsip bisnis
syariah di dalam pengelolaan sub rekening efek syariah (SRE 009 Syariah),
kemudian bagaimana proses Pengawasan Prinsip Syariah secara keseluruhan
bedasarkan fatwa nomor 124/DSN-MUI/XI/2018, serta menjelaskan hubungan
khusus antara penerapan dan pengawasan prinsip syariah di PT. KSEI dengan
permasalahan aset tidak bertuan. Penelitian ini ditinjau dari fatwa dan hukum positif
yang telah mengadopsi esensi dari fatwa.
Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif, dengan
menggunakan pendekatan normatif dan pendekatan konseptual. Penelitian ini
dilakukan dengan menelaah semua peraturan dan regulasi terkait dengan isu hukum
yang akan diteliti. Data yang digunakan adalah data primer dan data skunder yang
diperoleh dari hasil wawancara dan observasi terhadap objek penelitian seta studi
pustaka.
Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa penerapan serta
pengawasan prinsip syariah di PT KSEI sudah diterapkan, namun, kurang
komprehensif mengacu kepada fatwa nomor 124/DSN-MUI/XI/2018. Peran
penerapan pemisahan sub rekening efek syariah dan pengawasan oleh DPS dirasa
belum sesuai POJK No. 15/POJK.04/2015 dan POJK No.16/POJK.04/2015, dan
permasalahan aset tidak bertuan belum bisa diakomodasi dengan fatwa maupun
peraturan hukum positif yang sudah ada, sehingga membutuhkan pembahasan lebih
lanjut antara KSEI dengan DSN-MUI.
Kata Kunci: KSEI, Penerapan dan Pengawasan Prinsip Syariah.
Pembimbing: Dr. Isnawati Rais, M.A. dan Dra. Nurul Handayani, M.Pd.
Daftar Pustaka : 1995-2019
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahiim.
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, dengan menyebut nama Allah yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada
Allah Subhannahu Wa Ta’ala yang selalu memberikan hidayah, rezeki dan taufik-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “PENERAPAN
DAN PENGAWASAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP LEMBAGA
PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN (Studi Kasus: PT KSEI)” sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.) pada prodi S1 Hukum
Ekonomi Syariah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan semoga kita
mendapatkan syafa’atnya di hari akhir nanti.
Skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai syarat guna meraih gekar S.H di
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.Penulis menyadari bahwa terdapat banyak pihak yang telah membantu dalam
proses penyelesaian skripsi. Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah penulis haturkan
atas kelancarann dan kemudahan yang telah Allah SWT berikan. Selain itu, penulis
juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuannya dan penghargaan
yang sebesarbesarnya kepada :
1. Bapak Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag., S.H., M.H., M.A., selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
2. Bapak A.M. Hasan Ali, M.A., selaku Ketua Program Studi Hukum Ekonomi
Syariah dan Bapak Dr. Abdurrauf, Lc., M.A. selaku Sekretaris Program Studi
Hukum Ekonomi Syariah yang telah membimbing penulis untuk menjadi
akademisi yang teladan;
3. Ibu Dr.Hj. Isnawati Rais, M.A., selaku Dosen Pembimbing I Skripsi yang sangat
berperan dalam memberikan arahan, masukan, saran, semangat, dan selalu
meluangkan waktu kepada penulis sehingga skripsi ini di berbagai macam
v
keadaan,. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan keberkahan dan kesehatan
kepada Ibu beserta keluarga. Aamiin;
4. Ibu Dra. Nurul Handayani, M.Pd ., selaku Dosen Pembimbing II Skripsi yang
juga sangat berperan dalam memberikan arahan, masukan, saran, semangat, dan
selalu meluangkan waktu kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan keberkahan dan
kesehatan kepada Ibu beserta keluarga. Aamiin;
5. Kepada yang Terhormat Orang Tua penulis, Ibu Fatimah dan Bapak Bawono,
yang selalu menaruh harapan besar kepada penulis, puji syukur selalu di berikan
support secara mental maupun fisik secara langsung. Dan juga kepada kedua adik
penulis, Agung dan Amelia yang sering kali memberikan dukungan dan support
tanpa henti, semoga allah SWT senantiasa memberikan kami sekeluarga
keberkahan dan Kesehatan selalu. aamiin;
6. Ibu Ayu selaku Staf unit Penelitian di PT KSEI yang telah membantu jalannya
penulis untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh penulis selama
penyusunan skripsi Aamiin;
7. Ibu Adistry selaku Kepala Unit Komunikasi Prusahaan di PT KSEI yang telah
membantu jalannya penulis untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh
penulis selama penyusunan skripsi Aamiin;
8. Kepada teman dan sahabat penulis semasa perkuliahan, Kemal, Hayyu, Aby,
Rahman, Firman, Firman Ahmad, Yasin, Juki, Fariz, Fauzan, Enoy, Reggy,
Boyang, Ridho Akbar dan seluruh keluarga besar Hukum Ekonomi Syariah
angkatan 2016 yang memberikan arti kekeluargaan hingga titik ini, semoga
kalian selalu sehat dan kelak kita akan sukses Bersama.
Jakarta, 30 Agustus 2021
(Kevin Tegar Prasetya)
vi
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ............................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ...................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... iv
DAFTAR ISI .............................................................................................................. vi
BAB I ........................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................................... 1
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah .................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................................... 8
D. Metode Penelitian ....................................................................................................... 9
E. Rancangan Sistematika Penulisan .............................................................................. 12
BAB II ....................................................................................................................... 13
TEORI PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL ............................................. 13
A. Kerangka Teori .......................................................................................................... 13
1. Pasar Modal ........................................................................................................... 13
2. Pasar Modal Syariah ............................................................................................... 13
3. Peranan Pasar Modal ............................................................................................. 14
4. Landasan Hukum Pasar Modal Syariah .................................................................. 17
5. Pengawas Pasar Modal Syariah ............................................................................. 19
B. Kerangka Konseptual ................................................................................................. 22
C. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu ........................................................................... 22
BAB III ...................................................................................................................... 29
GAMBARAN UMUM TENTANG KSEI .............................................................. 29
A. KSEI sebagai Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian. ........................................... 29
B. Penerapan dan Pengawasan Prinsip Syariah di PT. KSEI ............................................ 30
vii
C. Visi, Misi dan Nilai Inti ............................................................................................. 31
D. Struktur Organisasi..................................................................................................... 32
E. Produk dan Jasa KSEI .................................................................................................. 32
1. Jasa Pengelolaan Aset ............................................................................................ 32
2. Jasa Kustodian Sentral ........................................................................................... 34
3. Jasa Penyelesaian Transaksi ................................................................................... 36
4. Jasa Aksi Korporasi ................................................................................................. 38
5. Jasa Penyedia Infrastruktur Investasi..................................................................... 42
6. Initial Public Offering (IPO) .................................................................................... 45
7. Penawaran Tender ................................................................................................. 45
BAB IV ...................................................................................................................... 47
ANALISA TERADAP PENERAPAN DAN PENGAWASAN PRINSIP
SYARIAH DI KSEI. ................................................................................................ 47
A. Pengelolaan Sub Rekening Efek Syariah oleh PT KSEI ........................................... 47
B. Pengawasan prinsip syariah dalam PT KSEI. .............................................................. 54
C. Aset Tidak Bertuan di PT KSEI .................................................................................... 58
BAB V ........................................................................................................................ 63
PENUTUP ................................................................................................................. 63
A. Simpulan .................................................................................................................... 63
B. Saran .......................................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 67
Berita ......................................................................................................................... 67
Buku ................................................................................................................................... 67
Peraturan ........................................................................................................................... 68
Fatwa .................................................................................................................................. 69
Jurnal .................................................................................................................................. 69
Interview ............................................................................................................................ 70
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................... 71
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan pasar modal Indonesia terus mengalami kemajuan sejalan
dengan perkembangan pasar modal syariah yang diperkuat dengan kebijakan
presiden Jokowi, dengan adanya pembangunan infrastruktur besar-besaran dalam
berbagai sektor termasuk pembuatan jembatan Holtekamp di Teluk Youtefa.
Jembatan ini memiliki panjang bentang utama sebesar 400 meter dan panjang
pendekat sebesar 33 meter, jembatan ini diklaim dapat mempersingkat waktu
tempuh dari kota Jayapura menuju perbatasan Skouw, dari 2,5 jam menjadi 1
jam. Perlu diketahui bahwa jembatan ini dibiayai dari Sukuk Negara.
Tabel 1.1 Total Aset C-BEST vs IHSG
Pertumbuhan pasar modal syariah juga ditandai dengan tercapainya roadmap
OJK, yaitu dengan pengadaan edukasi di kalangan pelajar dengan peluncuran
2
program Reksa Dana Syariahku (SAKU), yang dimaksudkan untuk
meningkatkan literasi dan inklusi pasar modal syariah di kalangan pelajar dan
mahasiswa.1
Dalam perjalanan perkembangan pasar modal di Indonesia terlihat dari
masyarakat yang kini kian tertarik dalam berinvestasi di pasar modal, dan
ketertarikan ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah
Total Aset C-BEST vs IHSG berdasarkan data statistik berikut.2
Tabel 1.2 Pertubuhan Pasar Modal Syariah
Lalu melihat dari pertumbuhan jumlah investor saham syariah yang terus
bertambah dari tahun ke tahun terhitung sejak 3 tahun terakhir. Pada tahun 2016
hingga ditahun 2018 terus meningkat signifikan. Sejalan dengan pertumbuhan
jumlah investor saham syariah, pertumbuhan ini juga beriringan dengan Jumlah
1 Gunawan Setyo Utomo, ”LAPORAN PERKEMBANGAN KEUANGAN SYARIAH
IDONESIA 2018”, Direktorat Pengaturan dan Perizinan Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan,
h., 26-29.
2 Berita Pers, “21 Tahun KSEI: Inovasi Untuk Kenyamanan Transaksi di Pasar Modal”, PT
Kustodian Sentral Efek Indonesia, h., 3.
159,056
226,530
306,827
12,28323,207
44,536
2016 2017 2018
Pertubuhan Pasar Modal Syariah
Jumah Investor Pemegang Saham Syariah
Jumlah Pengguna Sistem Online Trading Syariah (SOTS)
3
Pengguna Sistem Online Trading Syariah (SOTS) yang terus meningkat sejak
tiga tahun terakhir.3
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) selaku Self-Regulatory
Organization bersama Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Kliring Penjaminan Efek
Indonesia (KPEI), turut andil mengembangkan pasar modal syariah dengan
mengadakan kerja sama dengan DSN-MUI untuk menerbitkan fatwa terkait
penerapan prinsip syariah dalam pelaksanaan layanan jasa penyimpanan dan
penyelesaian transaksi efek, serta pengelolaan infrastruktur investasi terpadu.
Hingga rapat pleno pun akhirnya dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 8
November 2018, yang dihadiri oleh Ketua DSN-MUI K.H. Dr. Ma’ruf Amin dan
Direktur Utama KSEI Friderica Widyasari Dewi.
Kemudian ditanggal 1 April 2019, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia
(KSEI) secara resmi telah memperoleh fatwa dari Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) terkait proses bisnis atas layanan jasa
KSEI. Penyerahan Fatwa dilakukan oleh sekretaris DSN-MUI Dr. H. Anwar
Abbas kepada direktur utama KSEI Friderica Widyasari Dewi. Pada acara
tersebut, turut hadir pula kepala eksekutif pengawas pasar modal Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) Hoesen, direktur pasar modal syariah OJK Fadilah Kartikasasi,
direksi dan komisaris Self-Regulatory Organizations (BEI, KPEI, KSEI), tamu
undangan dan rekan media.4 Namun, sebelum fatwa tersebut diresmikan, pada
dasarnya KSEI selaku Self-Regulatory Organizations juga mengalami masalah
dalam transaksinya, yaitu ditemukannya unclaimed asset / aset tidak bertuan.
Perlu diketahui, bahwa unclaimed asset adalah efek atau dana yang tercatat
di PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang tidak diklaim oleh pemilik
aset, dan tercatat hingga 2019 dana unclaimed asset di pasar modal mencapai Rp
700 miliar yang tiap waktu dapat meningkat, kejadian ini disebabkan oleh
3 Gunawan Setyo Utomo, ”LAPORAN PERKEMBANGAN KEUANGAN SYARIAH
IDONESIA 2018”, h., 29.
4 Nina Rizalina, ” Berita Pers : KSEI Peroleh Fatwa DSN-MUI Untuk Proses Bisnis &
Layanan Jasa”, Unit Pemasaran dan Komunikasi PT Kustodian Sentral Efek Indonesia, h., 1.
4
pertumbuhan nilai harga efek, capital gain, dan pembagian deviden yang terus
berlanjut. 5 Kejadian ini menjadi salah satu permasalahan terkait batasan
penerapan prinsip transaksi syariah dengan transaksi konvensional. Penelitian ini
akan membahas penerapan maupun pengawasan prinsip syariah dengan
menyesuaikan data fakta yang terjadi di lapangan dengan peraturan syariah yang
terkait.
Untuk memberikan gambaran, maka penulis menyesuaikan penelitian ini
dengan hasil penelitian yang lain dengan objek penelitian yang sama. Oleh
karena itu, penulis masukan hasil penelitian dari beberapa penelitian sebelumnya
yang pernah dilakukan oleh Sivia Sumbogo dan Tansu Kanawa, dengan
penjelasan sebagai berikut.
Perlu diketahui bahwa KSEI menurut penelitian Silvia Sumbogo (2011)
adalah bentuk dari Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP). Dalam
kesimpulannya, dijelaskan bahwa KSEI memiliki tugas melayani pemegang
rekening yang terdiri atas perusahaan efek dan Bank Kustodian. Selain
pemegang rekening, emiten yang efeknya terdaftar di KSEI juga menggunakan
jasa KSEI untuk memperoleh data pihak yang menjadi pemegang efeknya dan
untuk distribusi corporate action. Namun pada saat itu, KSEI belum menerapkan
syariah.6
Selanjutnya penelitian Tansu Kanawa (2014), menjelaskan terkait peralihan
hak milik saham dalam sistem perdagangan sudah berbentuk tanpa warkat
(scripless trading). Pada kesimpulannya perdagangan tanpa warkat di Bursa Efek
Indonesia dilakukan melalui sistem elektronik milik BEI, KPEI dan KSEI yang
terintegrasi dan menurut ketentuan dalam Pasal 55 Ayat (1) Undang-Undang
Pasar Modal memungkinkan peralihan hak milik dilakukan dengan
5 Nur Qolbi, “OJK : Aset tak bertuan menjadi salah satu klausul dalam amandemen RUU
Pasar Modal.” Kontan.co.id, 9 Agustus 2019. Artikel di akses pada 3 Januari 2020 dari Kontan.co.id. 6 Silvia Sumbogo, Tinjauan Yuridis Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI) sebagai
Salah Satu Lembaga di Pasar Modal,(Medan: Departemen Hukum Fakultas Hukum Universitas
Sumatra Utara, 2011).
5
pemindahbukuan secara elektronik melalui sistem penyelesaian efek, dan
mengesampingkan ketentuan peralihan hak milik saham sebagai benda bergerak
tidak berwujud yang diatur dalam KUH Perdata (Lex Specialis Derogat Legi
Generali).7
Kedua penelitian tersebut memiliki kesamaan objek penelitian yaitu
PT. KSEI, namun terdapat perbedaan fokus penelitian. Pada penelitian Silvia
Sumbogo, ini lebih fokus kepada mekanisme pendirian Lembaga Penyimpanan
dan Penyelesaian, sedangkan Tansu Kanawa fokus kepada ranah pasar modal
yang menjelaskan bahwa, perdagangan tanpa warkat memiliki kaitan dengan
lembaga pasar modal seperti KSEI, sebab sistem ini membuat lembaga pasar
modal saling terkait satu sama lain.
Penelitian ini juga didasari dengan adanya ke tidak jelasan dalam penerapan
prinsip pasar modal syariah di KSEI, yaitu terkait pengelolaan sub rekening
syariah yang dalam pengelolaannya tidak wajib untuk di buat oleh anggota bursa,
sehingga peran pengawas syariah di KSEI cukup di pertanyakan dikarenakan
bertentangan dengan POJK (Peraturan Otoitas Jasa Keuangan) No.
15/POJK.04/2015 dan POJK No.16/POJK.04/2015. Kemudian penelitian ini juga
membahas terkait pengelolaan aset tak bertuan serta implikasi aset tak bertuan
bagi penerapan prinsip syariah di KSEI.
Jika kita melihat ke dalam Fatwa 124/DSN-MUI/XI/2018, tentang
penerapan prinsip syariah dalam pelaksanaan layanan jasa penyimpanan dan
penyelesaian transaksi efek serta pengelolaan infrastruktur investasi terpadu.
Dijelaskan bahwa tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah, antara lain
terhindar dari riba, gharar, maysir, tadlis, zhulm (penganiayaan), risywah,
dharar, objek haram dan mekanisme penyelesaian transaksi yang terlarang.
7 Tansu Kanawa, Peralihan Hak Milik Atas Saham Dalam Transaksi Efek di Pasar Sekunder
Melalui Sistem Perdagangan Tanpa Warkat Pada Bursa Efek Indonesia, (Skripsi, Fakultas Hukum
Universitas Lampung Bandar Lampung 2017).
6
penerapan dari Sub Rekening Efek Syariah 009 dirasa masih kurang tepat.
Sebab dalam operasional antara Sub Rekening Efek Syariah 009 dengan Sub
Rekening Efek Depository 001 memiliki cara pengelolaan yang sama persis.
Ketidak jelasan posisi DPS (Dewan Penagwas Syariah) di PT. KSEI menjadi
salah satu permasalahan yang perlu di teliti, sebab menurut Fatwa nomor
124/DSN-MUI/XI/2018 terkait apa saja yang harus disediakan dan dilakukan
KSEI agar penerapan prinsip syariah di dalam kegiatan bisnisnya dapat berjalan,
di antaranya dijelaskan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian harus
membuat, melaksanakan dan memonitor aturan yang melarang terjadinya
pelanggaran prinsip syariah.
Oleh karena itu dengan tidak jelasnya posisi DPS serta bagaimana
mekanisme pengawasan prinsip syariah yang di terapkan oleh PT. KSEI tidak
sejalan dengan fatwa nomor 124/DSN-MUI/XI/2018.
Kemudian terdapat pula permasalahan terkait aset tidak bertuan di PT.
KSEI, seharusnya pengoperasian dari segi bisnis maupun segi hukum yang
diterapkan KSEI tidak diperkenankan untuk bertentangan dengan prinsip syariah
yang dimaksud, tetapi dengan adanya permasalahan aset tidak bertuan
mengindikasikan terdapat ke tidak jelasan dalam pengoperasian aset dari segi
kepemilikan, yang akhirnya membuat penerapan pelaksanaan layanan jasa
penyimpanan dan penyelesaian transaksi efek serta pengelolaan infrastruktur
investasi terpadu bertentangan degan prinsip syariah.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini akan mengkaji
objek yang sama yaitu Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) atau
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), namun dengan fokus penelitian yang
berbeda. Penulis hanya akan meneliti penerapan dan pengawasan prinsip syariah,
dikarenakan peneliti memilih LPP sebagai objek maka studi kasus akan
mengkhususkan meneliti di PT KSEI, sehingga penulis melakukan penelitian
dengan judul PENERAPAN DAN PENGAWASAN PRINSIP SYARIAH
7
TERHADAP LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN (Studi Kasus :
PT KSEI).
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah
Berikut ini merupakan uraian dari identifikasi, pembatasan, dan perumusan
masalah dalam penelitian ini:
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan, terdapat
beberapa masalah yang telah diidentifikasi yaitu, sebagai berikut:
a. Perlu diketahui terkait penerapan prinsip syariah pada Sub Rekening
Efek syariah (SRE 009) oleh PT KSEI
b. Perlu kejelasan terkait pengawasan prinsip syariah di KSEI, sebab KSEI
adalah Lembaga Regulator dalam pasar modal Indonesia yang juga
menjalankan transaksi syariah.
c. Perlu di ketahui permasalahan terkait aset tak bertuan di PT KSEI
apakah berpengaruh terhadap penerapan prinsip syariah secara langsung
maupun tidak langsung.
2. Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan yang akan diteliti, penulis akan
membatasi permasalahan yang akan dibahas. Penulis hanya melakukan
penelitiannya pada PT KSEI, sehingga pembahasan akan lebih jelas dan
terarah. Penelitian ini fokus terhadap analisis penerapan dan pengawasan
pada peraturan syariah, yang terkait terhadap permasalahan nyata di PT
KSEI.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka penulis
dapat menarik rumusan masalah, sebagai berikut:
8
a. Bagaimana penerapan dan pengawasan prinsip syariah berdasarkan
fatwa maupun perundang-undangan terhadap pelaksanaan di PT KSEI?
b. Apakah terdapat faktor penyebab penerapan dan pengawasan prinsip
syariah di PT KSEI tidak terpenuhi?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk memahami penerapan prinsip syariah pada Sub Rekening Efek
syariah (SRE 009) agar sesuai dengan Fatwa yang di terapkan oleh PT
KSEI
b. Untuk memahami pengawasan prinsip syariah bedasarkan Fatwa dan
POJK terhadap KSEI.
c. Untuk memahami permasalahan terkait aset tak bertuan di PT KSEI
apakah berpengaruh terhadap penerapan prinsip syariah secara langsung
maupun tidak langsung.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
Memberikan sebuah ide gagasan terhadap pembaca terkait
penerapan dan pengawasan prinsip syariah terhadap KSEI dalam
mekanisme yang berjalan dengan menjadikan fatwa maupun peraturan
yang terkait sebagai dasar hukum syariah.
b. Secara Praktis
Diharapkan dapat berguna bagi khalayak umum sebagai sumber
keilmuan dan Baik di jadikan sebagai rujukan dalam menyusun sebuah
literasi keilmuan yang akan datang, terlebih seputar mekanisme kinerja
9
Lembaga Penyelesaian dan Penyimpanan dalam perspektif hukum
ekonomi syariah.
D. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan
jenis metode deskriptif, yaitu metode yang memandu peneliti untuk
mengeksplorasi dan atau memotret situasi yang akan di teliti secara menyeluruh,
luas dan dalam.
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian normatif dan empiris,
penelitian normatif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk
menyajikan gambaran lengkap mengenai situasi atau dimaksudkan untuk
melakukan eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau
kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang
berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti antara fenomena yang diuji,
dan mengacu kepada aspek seperangkat aturan yang bersifat normatif (law in
book). Metode penelitian empiris yaitu dilakukan dengan meneliti secara
langsung ke lapangan untuk melihat secara langsung penerapan perundang-
undangan atau aturan hukum lainnya.8
Pendekatan ini dilakukan melalui upaya pengkajian atau penelitian
hukum kepustakaan dalam hal ini penulis menganalisis tentang penerapan
prinsip syariah pada PT. KSEI dengan pendekatan perundang-undangan
(statue approach) dan pendekatan konsep (conceptual approach) yaitu
dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut
dengan isu hukum yang sedang ditangani. kemudian di bandingkan dengan
penerapan secara fenomena atau kenyataan sosial yang terjadi.
8 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti,
2004) , h.134.
10
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan menggunakan penelitian kualitatif,
dalam metode ini teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan dan
menggunakan data yang pasti. Data ini mengandung makna di balik yang
terlihat dan terucap. Penelitian ini menggunakan objek kajian penulisan
berupa pustaka-pustaka yang ada, baik berupa buku-buku, majalah, dan
peraturan-peraturan yang mempunyai korelasi terhadap pembahasan
masalah, sehingga penulisan ini juga bersifat penulisan kepustakaan (library
research).
3. Sumber Data
a. Sumber Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber
pertama.9 Data primer pada penelitian ini adalah data yang diperoleh
dari pihak PT. KSEI.
b. Sumber Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini mencakup dokumen-dokumen
resmi, buku-buku, hasil penelitian yang berwujud laporan, dan
sebagainya yang dikeluarkan oleh PT KSEI, serta berupa bahan-bahan
hukum yang terdiri dari:
1) Bahan Hukum Primer
Bahan yang isinya bersifat mengikat dan resmi sebab
dikeluarkan oleh pemerintah. Ini berisi ketentuan perundang-
undangan yang berkaitan dengan PT. KSEI berdasarkan prinsip
syariah dan regulasi mengenai perlindungan hukum.
9 Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2004), h., 30
11
2) Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum yang bersifat menjelaskan atau memberikan
informasi tambahan terhadap bahan hukum primer, yang terdiri dari
buku, literatur, jurnal, hasil penelitian dan karya ilmiah lainnya yang
berhubungan dengan penelitian.
3) Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan
hukum primer dan bahan hukum sekunder, yang terdiri dari Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Kamus Inggris-Indonesia, dan sebagainya.
4. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan jalan
pengamatan secara langsung mengenai objek penelitian. Metode ini
penulis gunakan sebagai langkah awal untuk mengetahui kondisi
objektif mengenai objek penelitian.
b. Wawancara
Dalam mendapatkan informasi dan memperoleh data primer untuk
kelangsungan penelitian secara mendalam, maka penulis akan
menggunakan metode wawancara mendalam dengan para pihak yang
terkait.
c. Studi Dokumen
Studi dokumen akan dilakukan dengan membaca, mencermati, dan
mengkaji peraturan yang berhubungan dengan penerapan prinsip syariah
terhadap PT KSEI, serta dokumen yang berkaitan.
5. Metode Analisis Data
12
Pengolahan data yang dipergunakan adalah pendekatan kualitatif
terhadap data primer dan data sekunder. Deskriptif tersebut, meliputi isi dan
struktur hukum positif yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh penulis
untuk menentukan makna aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam
menyelesaikan permasalahan hukum yang menjadi objek kajian.
E. Rancangan Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab, masing-masing bab memiliki
keterkaitan antarV, ANALISA TERHADAP PENERAa bab yang satu dengan
bab yang lain. Gambaran yang lebih jelas akan diuraikan dalam sistematika
berikut:
BAB I, PENDAHULUAN. Bab satu ini berisi tentang latar belakang,
identifikasi masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, serta metode penelitian.
BAB II, TEORI PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL. Bab dua ini berisi
teori-teori tentang pasar modal yaitu peranan, lembaga, profesi penunjang dan
beberapa penelitian relevan.
BAB III, GAMBARAN UMUM TENTANG KSEI. Bab tiga berisi tentang
gambaran PT KSEI, yang di dalamnya akan meliputi sejarah KSEI, visi, misi dan
nilai inti, beserta produk layanan yang dijalankan.
BAB IPAN DAN PENGAWASAN PRINSIP SYARIAH DI KSEI. Bab ini
berisi tentang analisis dari mekanisme penerapan dan pengawasan prinsip syariah
pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) di PT KSEI mengacu
kepada fatwa dan POJK.
BAB V, PENUTUP. Bab terakhir ini berisi simpulan dan saran dari hasil
penelitian yang sudah dilakukan.
13
BAB II
TEORI PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL
A. Kerangka Teori
1. Pasar Modal
Pasar Modal merupakan sarana atau wadah untuk mempertemukan
antara penjual dan pembeli. Analogi penjual dan pembeli di sini berbeda
dengan pasar komoditas di pasar tradisional. Penjual dan pembeli adalah
penjualan dan pembeli instrumen keuangan dalam rangka investasi.“Market
is defined as any situation in which buyers and sellers can negotiate the
exchange of a commodity”.
Pasar Modal merupakan situasi yang mana memberikan ruang dan
peluang penjual dan pembeli bertemu dan bernegosiasi dalam pertukaran
komoditas dan kelompok komoditas modal. Modal di sini, baik modal yang
berbentuk hutang (obligasi) maupun modal ekuitas (equity). Tempat untuk
pertukaran modal inilah yang selanjutnya disebut Pasar Modal (Bursa
Efek).1
2. Pasar Modal Syariah
Kelahiran pasar modal syariah Indonesia diawali dengan diterbitkannya
reksa dana syariah pertama pada tahun 1997. Kemudian diikuti dengan
diluncurkannya Jakarta Islamic Index (JII) sebagai indeks saham syariah
pertama, yang terdiri dari 30 saham syariah paling likuid di Indonesia, pada
tahun 2000. Pada tahun 2001, DSN-MUI menerbitkan fatwa nomor 20
tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah dan pada
tahun 2003, DSN-MUI menerbitkan fatwa nomor 40 tentang Pasar Modal
dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal.
1 Nor Hadi, Pasar Modal Edisi 2, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2015, h., 14.
14
Peraturan OJK (pada saat itu masih Bapepam dan LK) tentang pasar
modal syariah pertama diterbitkan ditahun 2006 dan dilanjutkan dengan
diterbitkannya Daftar Efek Syariah (DES) pada tahun 2007. DES adalah
panduan bagi pelaku pasar dalam memilih saham yang memenuhi prinsip
syariah.2
Definisi pasar modal sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal (UUPM) adalah kegiatan yang bersangkutan
dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek.3
Maka dapat disimpulkan bahwa pasar modal syariah adalah kegiatan
berhubungan dengan perdagangan efek syariah perusahaan publik berkaitan
dengan efek yang diterbitkan serta lembaga profesi yang berkaitan
dengannya tidak bertentangan dengan hukum muamalat Islamiyah.
3. Peranan Pasar Modal
Pasar Modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara yang pada
dasarnya mempunyai satu kesamaan antara satu negara dengan negara lain.
Hampir semua negara di dunia ini mempunyai pasar modal, sebagai sarana
pertemuan berbagai pelaku usaha, pasar modal memiliki beberapa peran
penting dalam aktivitas perekonomian suatu negara, di antaranya:4
a. Sebagai fasilitas, melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual
untuk menentukan harga saham atau obligasi yang diperjualbelikan.
Ditinjau dari segi lain, pasar modal memberikan kemudahan dalam
2 https://idxislamic.idx.co.id/edukasi-pasar-modal-syariah/pasar-modal-syariah. 3 UU No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. 4 Nafik HR, Muhammad, “Bursa Efek & Investasi Syariah”, (Jakarta: PT Serambi Ilmu
Semesta, 2009), h. 148
15
melakukan transaksi sehingga kedua belah pihak dapat melakukan
transaksi tanpa melalui tatap muka.
b. Alternatif penghimpunan dana masyarakat di luar perbankan.
c. Memungkinkan para investor untuk melakukan diversifikasi secara efektif
sesuai dengan preferensi risiko.
d. Pasar modal memberi kesempatan kepada para pemodal untuk
menentukan hasil (return) yang diharapkan.
e. Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk menjual
kembali efek yang dimilikinya. Dengan beroperasinya pasar modal para
investor dapat melikuidasi surat berharga yang dimiliki tersebut pada
setiap saat. Apabila pasar modal tidak ada, maka investor terpaksa harus
menunggu pencairan surat berharga yang dimilikinya sampai dengan
saat likuidasi perusahaan.
f. Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk
berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian.
g. Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga
(saham). Bagi para pemodal, keputusan investasi harus didasarkan pada
tersedianya informasi yang akurat dan dapat dipercaya.
h. Memungkinkan terjadinya alokasi dana dan sumber daya yang secara
efisien.
Peranan pasar modal dalam suatu perekonomian negara adalah sebagai
berikut:
a. Fungsi tabungan (Savings Function). Surat berharga yang
diperdagangkan di pasar modal memberi jalan yang begitu murah dan
mudah, untuk menginvestasikan dana. Hal tersebut akan mempertinggi
standar hidup suatu masyarakat. Dengan membeli surat berharga,
masyarakat diharapkan bisa mengantisipasi standar hidup yang lebih
baik.
16
b. Fungsi kekayaan (Wealth Function). Pasar modal adalah suatu cara
untuk menyimpan kekayaan dalam jangka panjang dan jangka pendek
sampai dengan kekayaan tersebut dapat dipergunakan kembali.
c. Fungsi likuiditas (Liquidity Function). Kekayaan yang disimpan dalam
surat-surat berharga, bisa dilikuidasi melalui pasar modal dengan risiko
yang sangat minimal dibandingkan dengan aktiva lain. Proses likuiditas
surat berharga dengan biaya relatif mudah dan lebih cepat. Dengan kata
lain, surat berharga bisa dicairkan sewaktu-waktu.
d. Fungsi pinjaman (Credit Function). Pasar modal merupakan fungsi
pinjaman untuk konsumsi dan investasi. Pinjaman merupakan utang
kepada masyarakat pasar modal, Pasar modal bagi suatu perekonomian
negara merupakan sumber pembiayaan pembangunan dari pinjaman
yang dihimpun dari dana masyarakat.
Lembaga-lembaga yang terlibat di dalam pasar modal yaitu, sebagai
berikut:
a. BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal). Tugas Badan Pengawas
Pasar Modal menurut Keppres No. 53 Tahun 1990 tentang Pasar Modal
adalah: mengikuti perkembangan dan mengatur pasar modal sehingga
efek dapat ditawarkan dan diperdagangkan secara teratur dan efisien
serta melindungi kepentingan pemodal masyarakat umum. Namun,
sejak Undang-undang No. 21 tentang Otoritas Jasa Keuangan disahkan,
maka tugas dan wewenang BAPEPAM dialihkan kepada OJK.
b. Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah
lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain,
yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan,
17
pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-
undang ini.5
c. Bursa Efek Indonesia, pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan
sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli
efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara
mereka (UUPM Pasal 1). Bursa Efek Indonesia (BEI) didirikan dengan
tujuan menyelenggarakan perdagangan efek yang teratur, wajar dan
efisien. Bursa Efek Indonesia bertugas untuk menyelenggarakan
perdagangan efek yang teratur wajar dan efisien, menyediakan sarana
pendukung serta mengawasi kegiatan anggota bursa efek, menyusun
rancangan anggaran tahunan dan penggunaan laba bursa efek dan
melaporkannya ke OJK. Fungsi bursa lainnya adalah menjaga
kelangsungan pasar (market liquidity) dan menciptakan harga efek yang
wajar.
d. Lembaga Kliring dan Penyelesaian Penyimpanan. Untuk membantu
segala proses administrasi serta penyimpanan efek dalam hubungannya
dengan perdagangan efek, maka terdapat dua lembaga yaitu Lembaga
Kliring dan Penyelesaian Penyimpanan yang merupakan suatu lembaga
penyelenggara kliring dan penyelesaian transaksi yang terjadi di bursa
efek, serta penyimpanan efek dalam penitipan untuk pihak lain.6
4. Landasan Hukum Pasar Modal Syariah
Pada penerapannya, pasar modal syariah adalah bagian dari ruang
lingkup pasar modal, sehingga pasar modal syariah juga mengacu kepada
Peraturan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995, tentang pasar modal. Ini
juga mengacu kepada peraturan hukum positif yang sudah berdasarkan
prinsip syariah seperti dalam POJK Nomor 15/POJK.04/2015, tentang
5 Pasal 1 butir 1 UU No. 21 tahun 2011 tentang OJK. 6 Irsyad Lubis, Bank & Lembaga Keuangan, terbitan pertama, USU Pres, Medan, 2010, hal.154.
18
penerapan prinsip syariah di pasar modal, POJK Nomor 16/POJK.04/2015
tentang ahli syariah pasar modal dan POJK Nomor 17 POJK tentang
enerbitan dan persyaratan efek syariah berupa saham oleh emiten syariah
atau perusahaan publik syariah.
Sebagai rujukan utama dalam penerapan implementasi prinsip
syariah dalam hukum positif, maka tentu adanya fatwa menjadi bagian
penting dalam terwujudnya ekosistem pasar modal syariah yang sesuai. Di
antara fatwa yang terkait dengan pasar modal syariah antara lain Fatwa
DSN-MUI No. 40/DSN-MUI/X/2003 tentang pasar modal dan pedoman
umum penerapan prinsip syariah di bidang pasar modal. Fatwa DSN-MUI
No. 80/DSN-MUI/III/2011 tentang penerapan prinsip syariah dalam
mekanisme perdagangan efek bersifat ekuitas di pasar reguler bursa efek,
Fatwa DSN-MUI No. 124/DSN-MUI/XI/2018 tentang penerapan prinsip
syariah dalam pelaksanaan layanan jasa penyimpanan dan penyelesaian
transaksi efek serta pengelolaan infrastruktur investasi terpadu
Adapun landasan hukum yang bersumber dari Al-Quran terdapat di
dalam Q.S. Al-Hasyr (59): 18, sebagai berikut:
ا قدمت لغد واتقوا الله ولتنظر نفس م خبير بما تعملون يايها الذين امنوا اتقوا الله ان الله
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Hasyr (59): 18)
Kemudian terdapat juga landasan hukum yang bersumber dari Al-
Qur’an terdapat di dalam Q.S. Al-Nisa (4): 29, sebagai berikut:
19
ا اموالكم بينكم يايها الذين امنوا ل تأكلو ا انفسكم ان الله نكم ول تقتلو ان تكون تجارة عن تراض م بالباطل ال
كان بكم رحيما
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan
yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu.”(QS. Al-
Nisa [4]: 29).
Adapun Kaidah Fiqih yang digunakan dalam transaksi di pasar modal
syariah adalah:
باحة إل أن يدل دليل على تحريمها الصل في المعاملت ال
"Pada dasarnya, segala sesuatu dalam muamalah boleh dilakukan sampai ada
dalil yang mengharamkannya."
رر يزال الض
“Segala madharat (bahaya, kerugian) harus dihilangkan.”7
5. Pengawas Pasar Modal Syariah
a. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Sebagaimana tertuang dalam Undang-undang No.21 Tahun 2011
tentang Otoritas Jasa Keuangan Pasal 6 bahwa OJK melaksanakan tugas
pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor
pasar modal. Dalam melaksanakan fungsinya bidang Pengawasan
Sektor Pasar Modal mempunyai tugas pokok.
Menyusun peraturan pelaksanaan di bidang pasar modal,
melaksanakan protokol manajemen krisis pasar modal; menetapkan
7 Abdul Haq, Formulasi Nalar Fiqh: Telaah Kaidah Fiqh Konseptual Buku 1, (Surabaya, Khalista :
2006), h., 220.
20
ketentuan akuntansi di bidang pasar modal; merumuskan standar,
norma, pedoman kriteria dan prosedur di bidang pasar modal;
melaksanakan analisis, pengembangan dan pengawasan pasar modal
termasuk pasar modal syariah; melaksanakan penegakan hukum di
bidang pasar modal; menyelesaikan keberatan yang diajukan oleh pihak
yang dikenakan sanksi oleh Otoritas Jasa Keuangan, Bursa Efek
Indonesia, Lembaga Kliring dan Penjaminan, serta Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian;
Merumuskan prinsip-prinsip pengelolaan investasi, transaksi dan
lembaga efek, dan tata kelola emiten dan perusahaan publik; Melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap pihak yang memperolah izin usaha,
persetujuan, pendaftaran dari OJK dan pihak lain yang bergerak di
bidang pasar modal; Memberikan perintah tertulis, menunjuk dan/atau
menetapkan penggunaan pengelola statuter terhadap pihak/lembaga jasa
keuangan yang melakukan kegiatan di bidang pasar modal dalam rangka
mencegah dan mengurangi kerugian konsumen, masyarakat dan sektor
jasa keuangan; dan Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Dewan
Komisioner.8
Adapun OJK berperan memberikan landasan hukum yang kokoh
bagi kegiatan pasar modal berdasarkan prinsip syariah salah satunya
dengan hadirnya POJK No. 15/POJK.05/2015 tentang penerapan prinsip
syariah di pasar modal.
b. ASPM, DPS, dan TAS
Dalam rangka mengakomodasi perkembangan industri Pasar Modal
Syariah saat ini dan meningkatkan mekanisme pengawasan terhadap
Ahli Syariah Pasar Modal (ASPM), perlu melakukan penyempurnaan
pengaturan mengenai Ahli Syariah Pasar Modal antara lain
8 https://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-modal/tentang-pasar-modal/pages/tugas.aspx
21
penyempurnaan persyaratan kompetensi menjadi Ahli Syariah Pasar
Modal, di mana Ahli Syariah Pasar Modal perlu diwajibkan untuk
memiliki sertifikasi kompetensi yang dikeluarkan oleh Lembaga
Sertifikasi Profesi (LSP) di bidang pasar modal.
Mengacu kepada POJK No.16/POJK.04/2015. ASPM sendiri dapat
diartikan sebagai orang perseorangan yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman dibidang syariah yang memiliki izin untuk memberikan
nasihat dan/atau mengawasi pelaksanaan penerapan prinsip syariah di
pasar modal oleh pihak yang melakukan kegiatan syariah di pasar modal
dan/atau memberikan pernyataan kesesuaian syariah atas produk atau
jasa syariah di pasar modal.
Kemudian dijabarkan dalam pasal 7 butir 2 terkait pengertian
Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah dewan yang bertanggung jawab
memberikan nasihat dan saran serta mengawasi pemenuhan Prinsip
Syariah di Pasar Modal terhadap pihak yang melakukan kegiatan
syariah di pasar modal.
Hal ini sejalan dengan Surat Keputusan Dewan Pimpinan MUI
tentang Susunan Pengurus DPS, No. Kep-98/MUI/III/2001.
Menjelaskan bahwa DPS adalah badan yang ada di lembaga keuangan
syariah dan bertugas mengawasi pelaksanaan keputusan DSN di
lembaga keuangan syariah tersebut. DPS diangkat dan diberhentikan di
lembaga keuangan syariah melalui RUPS setelah mendapat
rekomendasi dari DSN.
Dijelaskan pada pasal 7 butir 2 POJK No.16/POJK.04/2015, bahwa
Tim Ahli Syariah adalah tim yang bertanggung jawab terhadap
kesesuaian syariah atas produk atau jasa syariah di pasar modal yang
diterbitkan atau dikeluarkan perusahaan.
22
B. Kerangka Konseptual
C. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu
Terdapat berbagai penelitian yang membahas KSEI dari berbagai sudut
pandang masalah hukum maupun terkait operasional. Banyaknya masalah hukum
yang didapat, maka semakin kaya wawasan penulis, hingga dapat menemukan
permasalahan yang tepat serta dapat menghindari praktik plagiarisme, oleh
karena itu penulis akan memaparkannya, sebagai berikut:
Berdasarkan Fatwa :
Fatwa DSN No. 40/DSN/MUI/X/2003
Fatwa DSN No.80/DSN-MUI/III/2011
Fatwa DSN No.124/ DSN
MUI/XI/2018
Mekanisme
PT KSEI
sebagai LPP
Analisis Penerapan
dan pengawasan
Syariah
Kesimpulan dan Saran
Bursa Efek
Indonesia KSEI KPE
I
OJK
Self Regulatory Organization
Berdasarkan Undang-Undang
General pasar modal:
POJK No: 5 /POJK.04/2021. tentang
Ahli Syariah Pasar Modal.
POJK No. 15/POJK.04/2015 Tentang
Penerapan Prinsip Syariah Di Pasar Modal.
POJK No.16 /POJK.04/2015 Tentang Ahli Syariah Pasar Modal.
23
1. KSEI dalam Mekanisme Perdagangan Tanpa Warkat
Penelitian oleh Mirsa Ridawarista, menjelaskan terkait perubahan
sistem perdagangan saham menjadi tanpa warkat (scripless trading), pada
bentuk pembuktian kepemilikannya dalam sengketa di pengadilan secara
hukum, dijelaskan bahwa KSEI memiliki peran yang cukup penting dalam
mekanisme pembuktian saham pasca perdagangan tanpa warkat (Scripless
trading). Sehingga dari bentuk saham yang berbentuk sertifikat fisik
merupakan saham atas unjuk (bearer stock).
Sedangkan, sekarang dengan tidak adanya sertifikat saham maka
konsekuensi kepemilikan saham menjadi saham atas nama (registered
stock), dengan pencatatan nama nasabah melalui sub rekening efek dalam
daftar kepemilikan KSEI yang terafiliasi dengan rekening efek perusahaan
pada KSEI. Investor dalam rangka penitipan kolektif membuat perjanjian
dengan perusahaan efek, kemudian investor memiliki rekening pada
perusahaan efek, selanjutnya perusahaan efek memiliki rekening pada KSEI
dalam rangka kepentingan nasabah dan perusahaan. Akan tetapi demi
kepentingan nasabah disediakan jasa sub rekening efek yang tercatat atas
nama nasabah pada KSEI.109
Namun, menurut penelitian lain dari Suratman (2018), implementasi
sistem perdagangan saham tanpa warkat (scripless trading), memerlukan
dukungan penuh lembaga yang mencadangkan penyelesaian transaksi
perdagangan di bursa efek. Lembaga yang dimaksud adalah Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) yang dilaksanakan oleh PT Kustodian
Sentral Efek Indonesia (KSEI), dan Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP)
yang dilaksanakan oleh PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI),
9 Mirsa Ridawarista, Implikasi Hukum Pembuktian Kepemilikan Saham dalam Transaksi Efek Saham
Melalui Sistem Perdagangan Tanpa Warkat,( Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, jurnal Hukum,
2014).
24
keduanya merupakan lembaga yang membantu penyelenggaraan sistem
perdagangan saham tanpa warkat di bursa efek.1110
Sehingga hal ini justru menjadikan KSEI dan KPEI sebagai lembaga
yang terkait dan memiliki pengaruh besar dalam permasalahan perdagangan
tanpa warkat, walaupun menurut penelitian lain berpendapat berbeda
Rupanya penelitian yang ditulis oleh Tansu Kanawa (2014),
memaparkan bahwa benar, dengan adanya sistem perdagangan tanpa warkat
justru membuat penyelesaian transaksi dengan cara pemindahbukuan (book
entry settlement) dilakukan secara elektronik. Namun pihak BEI, KSEI dan
KPEI justru harus bersinergi dengan baik antara satu sama lain sebab mereka
adalah bentuk kesatuan yang utuh adanya jika kita membahas permasalahan
seperti perdagangan tanpa warkat.
Dan terkait pembuktian hak milik saham selain dilakukan oleh pihak
BEI, KSEI dan KPEI selaku tiga lembaga pelaksana transaksi efek, juga
harus dibuktikan oleh investor selaku pemilik saham. Proses peralihan hak
milik juga harus jelas mengingat ini merupakan salah satu bentuk
perlindungan hukum terhadap nasabah investor.1211
Kemudian, terkait perkembangan sistem elektronik yang digunakan
dalam menjalankan sistem perdagangan tanpa warkat maka KSEI tentu perlu
menyikapi hal ini dengan serius. Dan hal ini ditunjukan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Elvin Hadisaputro (2006). Penelitiannya memaparkan
tentang teknologi informasi sebagai bentuk bagian vital yang harus dikelola
sedemikian rupa sehingga memainkan peran penting dalam sebagian besar
10 Suratman, Sekilas Tentang KSEI Dalam Implementasi Sistem Perdagangan Saham Tanpa Warkat
di Bursa Efek,(Semarang: Fakultas Hukum Universitas Islam Malang, Yurispruden Vol. 1, No 2,
Januari 2018). 11 Tansu Kanawa, Peralihan Hak Milik Atas Saham Dalam Transaksi Efek di Pasar Sekunder Melalui
Sistem Perdagangan Tanpa Warkat Pada Bursa Efek Indonesia, (Skripsi, Fakultas Hukum Universitas
Lampung Bandar Lampung 2017).
25
fungsi terlebih terkait kebenaran informasi yang tepat (right informaiton,
right time).
Dari penelitian ini dapat disimpulkan jika PT Kustodian Sentral Efek
Indonesia (KSEI), telah memanfaatkan teknologi informasi dan menerapkan
pengelolaan sistem informasi yang dapat dikategorikan dengan baik. KSEI
cukup cermat menyikapi aspek-aspek yang dimiliki oleh teknologi informasi
dengan melaksanakan penguatan infrastruktur dan sendi-sendi pasar modal,
serta mengadakan kerja sama dalam bentuk edukasi dan sosialisasi.
Namun kendati demikian, proses pengambilan keputusan belum
sepenuhnya memanfaatkan perangkat lain, guna mendukung peranan
manusia. Tidak ada sistem khusus DSS (Decision Support System),
komputer yang diperuntukkan bagi para manajer. Manajer (kepala divisi)
dituntut untuk memiliki kecakapan dan performa yang sangat baik dalam
memilah-milah beragam informasi, sehingga mendapat informasi yang
benar-benar dibutuhkan (guna memenuhi konsep right information, right
time) dalam proses pembuatan keputusan.
Dalam jurnal ini penulis memiliki fokus yang mencangkup ke dalam
perkembangan teknologi informasi di dalam mekanisme kerja LPP (KSEI),
sehingga memiliki perbedaan dengan fokus penelitian dengan apa yang
penulis teliti. Namun memiliki kaitan dalam bagaimana KSEI menerapkan
pengelolaan sistem informasi di masa scriptless trading berlangsung.1312
Kemudian penelitian selanjutnya akan mendukung penelitian terkait
akibat hukum yang ditimbulkan terhadap status kepemilikan investor yang
ditulis oleh Kristina Simbolon (2014). Penelitian ini menjelaskan tentang
bagaimana akibat hukum yang ditimbulkan terhadap status kepemilikan
investor atas efek-efek dalam penitipan efek pada bank kustodian, serta
12 Elvin Hadisaputro, Konsep Pendukung Keputusan dan Ekonomi teknologi Informasi (Studi Kasus:
PT Kustodian Sentral Efek Indonesia),(Jakarta: Jurnal Ilmiah Uklab, 2006).
26
bagaimana kegiatan pengalihan kepemilikan efek yang dilakukan oleh
penitipan efek setelah penyelesaian transaksi bursa.
Dalam perdagangan efek di pasar modal dengan adanya penitipan
efek, maka mutasi efek cukup dilakukan dengan pemindahbukuan antar
rekening efek dari pihak-pihak yang melakukan transaksi. Peralihan hak
kepemilikan efek yang dilakukan dengan cara pemindahbukuan antar
rekening efek hanya dapat dilakukan atas instruksi dari pemilik efek.
Sehingga kinerja penitipan efek sebagai lembaga yang siap dalam
melakukan pengalihan kepemilikan efek sangat penting, mengingat hal-hal
yang ditimbulkan oleh karena pengalihan kepemilikan efek setelah kegiatan
perdagangan efek selesai.1413
2. KSEI sebagai Lembaga Penyelesaian dan Penyimpanan
Penelitian oleh Silvia Sumbogo (2011), menjelaskan bahwa Lembaga
Penyelesaian dan Penyimpanan (LPP) merupakan salah satu lembaga yang
memegang peranan cukup penting di pasar modal Indonesia, yaitu
perusahaan yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam pada tanggal 11
November 1998 sesuai dengan Keputusan Bapepam Nomor Kep-
54/PM/1998, dalam hal ini adalah PT KSEI.
Penelitian ini juga menjelaskan, bahwa KSEI menjalankan kegiatan
operasionalnya pada tanggal 9 Januari 1998, yaitu kegiatan penyelesaian
transaksi efek dengan warkat dengan mengambil alih fungsi sejenis dari PT
Kliring Deposit Efek Indonesia (KDEI) yang sebelumnya merupakan
Lembaga Kliring Penyimpanan dan Penyelesaian (LKPP).
13 Kristina Simbolon, Akibat Hukum Pengalihan Kepemilikan Efek Terhadap Efek Yang Dititipkan
pada Bank Kustodian,(Medan: Departemen Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara,
2014).
27
Menurut Silvia, peran LPP dan scriptless trading merupakan hal yang
cukup baru bagi pasar modal Indonesia. Untuk itulah, perangkat hukum yang
saat ini ada, yakni Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 perlu
disempurnakan agar pasar modal Indonesia dapat lebih bersaing dengan
negara-negara lain.1514
Namun hal ini sedikit bertentangan dengan pendapat peneliti lain oleh
Tansu Kanawa, yang berpendapat bahwa pemerintah bersama-sama dengan
OJK, BEI, KPEI dan KSEI hendaknya dapat mengedukasi investor
mengenai proses perdagangan saham melalui sistem perdagangan tanpa
warkat, perkembangan-perkembangan terkini mengenai hukum pasar modal.
Hal ini dapat dilakukan dengan penyediaan akses informasi yang cepat,
terkini dan mudah dipahami bagi investor yang mungkin masih awam
mengenai hukum pasar modal.
Peraturan Undang-undang Pasar Modal dirasa cukup dalam
mengakomodasi permasalahan terkait scriptless trading. Contohnya terkait
peralihan hak milik saham dalam sistem perdagangan tanpa warkat terjadi
pada saat proses pemindahbukuan (book entry settlement) ditahap
penyelesaian transaksi. Ketentuan dalam Pasal 55 Ayat (1) Undang-undang
Pasar Modal memungkinkan peralihan hak milik saham dilakukan melalui
pemindahbukuan secara elektronik, dan mengesampingkan ketentuan
peralihan hak milik saham sebagai benda bergerak tidak berwujud yang
diatur dalam KUH Perdata (Lex Specialis Derogat Legi Generali).1615
Kemudian menurut penelitian yang dilakukan oleh Sutito, terkait
peran KSEI sebagai LPP terutama, berkaitan dengan transaksi efek ditinjau
14 Silvia Sumbogo, Tinjauan Yuridis Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI) sebagai Salah
Satu Lembaga di Pasar Modal,(Medan: Departemen Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatra
Utara, 2011). 15 Tansu Kanawa, Peralihan Hak Milik Atas Saham Dalam Transaksi Efek di Pasar Sekunder Melalui
Sistem Perdagangan Tanpa Warkat Pada Bursa Efek Indonesia, (Skripsi, Fakultas Hukum Universitas
Lampung Bandar Lampung 2017).
28
dari dua sisi, yaitu sisi penitip efek atau pemegang rekening KSEI maka
KSEI sebagai pihak yang menerima titipan harta yang berkaitan dengan efek
sekaligus sebagai penerima kuasa dari penitip (Pemegang rekening Efek)
untuk melakukan atau mewakili kepentingan tertentu dari pemberi kuasa
(pemegang rekening), mendaftar namanya pada emiten mewakili pemegang
rekening KSEI (sebagai pemilik terdaftar), menerima atau dapat
melaksanakan hak tertentu seperti menerima dan kemudian mendistribusikan
deviden.
Ditinjau dari sisi emiten maka sebagai penerima kuasa atau pemberi
jasa administrasi efek dan pembagian hak-hak tertentu para pemegang efek
emiten, sebagaimana kegiatan pemberian jasa yang selama ini dilakukan
oleh biro administrasi efek. Dengan kata lain, KSEI merupakan fasilitator
dalam efisiensi, efektivitas, dan keamanan dalam transaksi efek di pasar
modal Indonesia.1716
Dari seluruh penelitian di atas lebih menyinggung terkait hukum
dalam bagaimana KSEI bekerja. Tetapi dari penelitian tersebut belum
membahas aspek syariah yang pada saat itu memang belum diinisialisasi
oleh pihak KSEI. Oleh sebab itu, penulis akan melanjutkan penelitian
menuju pembahasan ranah syariah dengan judul PENERAPAN DAN
PENGAWASAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP LEMBAGA
PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN (Studi Kasus: PT KSEI).
16 Sutito, Peranan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Sebagai Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian Dalam Transaksi Efek di Pasar Modal Indonesia, (Yogyakarta: Mimbar Hukum vol. x,
2001).
29
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG KSEI
A. KSEI sebagai Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian.
PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) merupakan Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) di Pasar Modal Indonesia yang
menyediakan layanan jasa kustodian sentral dan penyelesaian transaksi efek yang
teratur, wajar, dan efisien, sesuai amanat Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal. Didirikan di Jakarta pada 23 Desember 1997 dan
memperoleh izin usaha pada 11 November 1998. KSEI merupakan salah satu
Self-Regulatory Organization (SRO) bersama PT Bursa Efek Indonesia (BEI)
dan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI). PT. KSEI mulai
menjalankan kegiatan operasional penyelesaian transaksi efek dengan warkat
pada tanggal 9 Januari 1998, mengambil alih fungsi sejenis dari PT Kliring
Depositori Efek Indonesia (KDEI) sebagai Lembaga Kliring Penyimpanan dan
Penyelesaian (LKPP). Tahun 2000, PT. KSEI bersama SRO lainnya menerapkan
transaksi perdagangan dan penyelesaian efek tanpa warkat (scripless trading) di
Pasar Modal Indonesia. Penerapan tersebut didukung oleh sistem utama KSEI,
yaitu The Central Depository and Book Entry Settlement System (C-BEST).
Melihat perkembangan transaksi di pasar modal kita yang sudah sangat
cepat, serta perkembangan sistem dan teknologi yang sudah semakin maju. KSEI
berinisiatif melakukan pengembangan berkelanjutan atas sistem C-BEST melalui
generasi baru C-BEST Next Generation (Next-G) pada 8 Agustus 2018.
Peluncuran C-BEST Next-G merupakan upaya KSEI dalam mendukung
perkembangan Pasar Modal Indonesia, terutama dari sisi peningkatan jumlah
investor dan peningkatan jumlah penyelesaian transaksi. Upaya meningkatkan
kepercayaan investor untuk berinvestasi diwujudkan KSEI melalui kewajiban
kepemilikan Single Investor Identification (SID) pada tahun 2012. SID sebagai
30
nomor identitas tunggal bagi investor yang memberikan kemudahan pada
proses identifikasi investor sekaligus landasan berbagai pengembangan pasar
modal lainnya, termasuk fasilitas AKSes (Acuan Kepemilikan Sekuritas).
Pada tahun 2016, KSEI telah mengimplementasikan sistem pengelolaan
investasi terpadu (S-INVEST), sehingga Pasar Modal Indonesia memiliki
platform yang terintegrasi untuk industri pengelolaan investasi. Terobosan
tersebut berhasil mengantarkan KSEI meraih penghargaan sebagai The Best
Central Securities Depository in Southeast Asia in 2016 versi Alpha Southeast
Asia Magazine dan menjadikan Indonesia sebagai negara pertama di kawasan
Asia Tenggara yang memiliki sistem pengelolaan investasi terpadu. Optimisme
dan dedikasi menjadi penyulut semangat KSEI untuk memajukan Pasar Modal
Indonesia. Dengan dukungan dari pemegang saham yang terdiri dari SRO (BEI
dan KPEI), Perusahaan Efek, Bank Kustodian, dan Biro Administrasi Efek,
KSEI terus melaju mewujudkan kinerja terbaik melalui berbagai inisiatif.
Beragam inisiatif yang diterapkan serta riset yang diaplikasikan, terus
dikembangkan secara berkelanjutan agar sesuai dengan tren industri terkini serta
kebutuhan pasar.
B. Penerapan dan Pengawasan Prinsip Syariah di PT. KSEI
Sejatinya pengawasan dan penerapan prinsip syariah di KSEI mengacu kepada
Fatwa 124/DSN-MUI/XI/2018, tentang penerapan prinsip syariah dalam
pelaksanaan layanan jasa penyimpanan dan penyelesaian transaksi efek serta
pengelolaan infrastruktur investasi terpadu.
Dijelaskan di dalam Fatwa tersebut mengenai ketentuan kusus bahwa LPP
harus:
1. membuat, melaksanakan dan memonitor aturan yang melarang teriadinya
pelanggaran prinsip syariah.
2. memberikan layanan jasa sesuai dengan prinsip Syariah pada kegiatan
Penyimpanan dan Penyelesaian Transaksi Efek.
31
3. menyediakan fasilitas yang memisahkan Rekening Efek untuk keperluan
syariah dengan Rekening Efek untuk keperluan selain syariah.
4. mengarahkan pembuatan Rekening Dana Nasabah (RDN) oleh investor Pasar
Modal Syariah melalui Perbankan Syariah dan.
5. memberikan layanan jasa sesuai prinsip Syariah pada Pengelolaan
Infrastruktur Investasi Terpadu.
C. Visi, Misi dan Nilai Inti
Berikut ini merupakan visi, misi dan nilai inti dari PT. KSEI.
1. Visi dari PT. KSEI yaitu, sebagai berikut:
a. Menjadi Kustodian sentral yang andal, berdaya saing, dan memiliki
kompetensi yang selaras dengan perkembangan kebutuhan dan
kepentingan para stakeholder serta lingkungan bisnis.
b. Andal berarti secara konsisten memberikan layanan jasa yang efisien,
teratur, aman, tepat waktu, dan akurat.
c. Berdaya saing berarti menjadi penyedia jasa pilihan yang
memberikan nilai tambah.
d. Memiliki kompetensi berarti, cakap dan ahli di bidangnya.
2. Misi dari PT. KSEI yaitu, sebagai berikut:
a. Mendukung pengembangan pasar modal Indonesia secara aktif dan
berkelanjutan.
b. Menjadikan KSEI sebagai Financial dan Information Hub yang
memberikan nilai tambah bagi industri.
c. Melakukan inovasi guna menjawab kebutuhan dan kepentingan para
stakeholder serta lingkungan bisnis.
d. Menerapkan budaya pembelajaran secara terus-menerus guna
meningkatkan kinerja dan kualitas layanan.
32
3. Nilai inti dari PT. KSEI yaitu, Excellence, Togetherness, Integrity,
dan Continual Development.
D. Struktur Organisasi
Tabel 3.1 struktur organisasi PT KSEI
E. Produk dan Jasa KSEI
1. Jasa Pengelolaan Aset
Untuk jasa pengelolaan aset, ada empat jasa yang disediakan oleh KSEI.
a. Pendaftaran Pembukaan Rekening Efek
Divisi Sekretaris
Perusahaan, Manajemen
Proyek dan Risiko
Divisi
Komunikasi
Perusahaan
Direktur Utama
Satuan Pemeriksaan
Internal
Divisi Teknologi
Informasi Divisi Jasa
Kustodian
Divisi
Pengawasan dan
Pemeriksaan
Divisi
Pengembangan
Sistem Informasi
Divisi Penyelesaian
Transaksi dan
Administrasi Layanan
Divisi
Pengelolaan dan
Layanan Investor
Divisi Hukum Divisi Penelitian
dan Pengembangan
Usaha
Divisi Pengembangan
Sumber Daya Manusia
dan Umum
Divisi
Keuangan
Direktur II Direktur I
33
Sebelum partisipan dapat menggunakan jasa KSEI, partisipan harus
mendaftarkan diri sebagai pemakai jasa dan menandatangani perjanjian
pendaftaran rekening efek. Sesuai dengan UUPM, partisipan yang dapat
membuka rekening efek di KSEI adalah perusahaan efek (anggota
kliring dan non anggota kliring), Bank Kustodian, Emiten/BAE dan
KPEI.
KSEI akan membukakan rekening efek yang terdiri dari rekening
efek dan dana bagi partisipan apabila partisipan telah memenuhi
persyaratan yang ditetapkan oleh KSEI yang selanjutnya disebut
pemegang rekening.
Berdasarkan peraturan Bapepam No. III. C. 7 tentang Sub Rekening
Efek pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Pemegang
rekening yang mengelola efek dan/atau nasabah, wajib membukakan
Sub Rekening Efek bagi masing-masing nasabahnya. Tujuan dari
pembukaan Sub Rekening Efek ini adalah untuk memisahkan aset
Pemegang rekening dengan nasabahnya sehingga terhindar dari
penyalahgunaan aset nasabah. Di samping itu juga untuk perlindungan
terhadap investor dan efisiensi dalam hal pendistribusian corporate
action.
b. Perubahan Data Pemegang rekening
Pemegang rekening yang sudah terdaftar di KSEI karena beberapa
alasan dapat melakukan perubahan data seperti perubahan nama, alamat,
nomor telepon, dll. Perubahan ini dapat dilakukan dengan mengirimkan
surat perubahan data Pemegang rekening ke KSEI. Khusus untuk
perubahan “Nama Pemegang rekening” harus ditunjang dengan
dokumen-dokumen pendukung seperti akta perubahan, anggaran dasar
dan akta Berita Acara RUPS.
34
c. Penutupan Pemegang rekening
Pemegang rekening dapat menutup rekening yang telah dibuka dengan
mengajukan permohonan penutupan rekening ke KSEI. Sebelum
permohonan penutupan ini disetujui, Pemegang rekening diharuskan
untuk mengosongkan Rekening Efek dan menyelesaikan seluruh
kewajibannya kepada KSEI. Selain itu juga, sistem KSEI akan
melakukan pengecekan posisi untuk meyakinkan tidak adanya posisi atau
transaksi pending yang harus diselesaikan.
d. Pemblokiran/Lepas Blokir Pemegang rekening
KSEI dapat melakukan pemblokiran atau mencabut blokir atas
Rekening Efek milik Pemegang rekening tertentu, atas instruksi/perintah
tertulis dari OJK atau berdasarkan permintaan tertulis dari kepala
kepolisian daerah, kepala kejaksaan tinggi, atau ketua pengadilan tinggi
untuk kepentingan peradilan dalam perkara perdata atau pidana.
Rekening Efek yang berada dalam status blokir, maka baik efek maupun
dana yang terdapat dalam Rekening Efek tersebut tidak dapat ditarik dan
ditransfer sampai status blokir atas Rekening Efek tersebut dicabut.
2. Jasa Kustodian Sentral
Aktivitas yang dilakukan KSEI dalam mengelola jasa kustodian antara
lain meliputi:
a. Deposit Efek
Deposit Efek merupakan aktivitas pendepositan Efek ke dalam C-
BEST yang dilakukan baik dengan cara melaksanakan konversi fisik
Efek maupun yang dilakukan secara langsung dari perolehan Initial
35
Public Offering (IPO). Investor yang ingin mengonversikan sertifikat
Efek dapat mengajukan permohonan deposit ke KSEI melalui
Pemegang rekening (Perusahaan Efek dan Bank Kustodian) dengan
menyerahkan sertifikat Efek asli yang sudah teregistrasi atas nama
investor tersebut. Berdasarkan permohonan deposit yang disampaikan
melalui sistem KSEI, Emiten/BAE akan melakukan validasi atas
sertifikat Efek tersebut. Setelah sertifikat Efek tersebut divalidasi,
Emiten/BAE akan mengubah data kepemilikan Efek dalam Daftar
Pemegang Saham dari atas nama investor menjadi atas nama KSEI.
Setelah proses validasi selesai Emiten/BAE akan mengirimkan
konfirmasi deposit kepada KSEI dan selanjut KSEI akan
mengkreditkannya ke dalam Rekening Efek milik Pemegang rekening.
b. Deposit Dana
Untuk mencatatkan posisi dana pada Rekening Efek, Pemegang
rekening harus membuka rekening disalah satu Bank Pembayar yang
ditunjuk oleh KSEI.
c. Penarikan Efek
Pemegang rekening atas permintaan investor dapat mengajukan
Permohonan Penarikan Efek dari bentuk elektronik menjadi bentuk
sertifikat Efek atas nama investor yang bersangkutan ke KSEI. KSEI akan
mengirim Permohonan Penarikan Efek tersebut ke Emiten/BAE. Pada saat
yang bersamaan Pemegang rekening juga harus mengirimkan data dan
dokumen pendukung kepada Emiten/BAE untuk keperluan penarikan
Efek tersebut. Apabila data dan dokumen pendukung sesuai dengan data
yang diberikan KSEI pada Permohonan Penarikan Efek, Emiten/BAE
36
akan memberikan konfirmasi dan mencetak sertifikat fisiknya menjadi
atas nama investor yang akan tercetak di sertifikat.
Efek yang sudah ditarik keluar dari C-BEST menjadi bentuk sertifikat,
tidak dapat ditransaksikan (diperjualbelikan) di Bursa Efek. Apabila
investor ingin menransaksikannya kembali, investor harus kembali
mendepositkan sertifikat Efek tersebut ke dalam bentuk elektronik.
d. Rekonsiliasi Efek/Dana
Untuk menjamin bahwa saldo Efek dan dana yang tercatat di
Rekening Efek dalam C-BEST selalu cocok dengan catatan saldo pada
institusi lain yang terkait, maka KSEI perlu melakukan aktivitas
rekonsiliasi. Untuk rekonsiliasi saldo Efek, KSEI akan melakukan
rekonsiliasi Efek dengan Emiten/BAE, sedangkan untuk rekonsiliasi
dana akan dilakukan antara KSEI dengan Bank Pembayaran.
3. Jasa Penyelesaian Transaksi
a. Penyelesaian Transaksi Bursa
Proses perdagangan Efek tanpa warkat dan penyelesaian transaksi
secara pemindahbukuan memungkinkan KSEI untuk melakukan proses
penyelesaian transaksi yang dilakukan di bursa maupun di luar bursa
dengan menggunakan sistem C-BEST. Perdagangan transaksi bursa saat
ini terbagi menjadi 3 pasar:
1) Pasar Reguler yang tanggal penyelesaiannya dilakukan pada
T+2
2) Pasar Tunai yang tanggal penyelesaiannya dilakukan pada
T+0
3) Pasar Negosiasi yang tanggal penyelesaiannya dilakukan
berdasarkan kesepakatan penjual dan pembeli.
37
Transaksi Efek yang sudah terjadi di Bursa bersifat ‘locked-in’,
dengan pengertian bahwa transaksi tersebut wajib diselesaikan pada
T+2/T+0 (sesuai dengan jenis pasarnya). Setiap akhir hari, data
perdagangan yang terjadi di bursa dikirim ke KPEI untuk dilakukan
proses netting. Perdagangan di Pasar Reguler serta Pasar Tunai akan
melalui mekanisme penjaminan oleh KPEI. Sedangkan perdagangan
pada Pasar Negosiasi diselesaikan secara per transaksi dan tidak dijamin
oleh KPEI.
Pada tanggal penyelesaian, KSEI akan melakukan proses
penyelesaian transaksi perdagangan Pasar Reguler dan Pasar Tunai yang
telah mengalami proses netting di KPEI serta transaksi perdagangan
Pasar Negosiasi yang diselesaikan secara per-transaksi.
Sedangkan untuk penyelesaian dana untuk transaksi bursa akan
diproses melalui Bank Pembayaran yang telah di tunjuk atau melalui
mekanisme penyelesaian dana melalui Bank Indonesia yang disebut
Central Bank Money (CeBM).
b. Penyelesaian Transaksi di Luar Bursa (Over The Counter – OTC)
Penyelesaian transaksi di luar bursa dilakukan dengan cara
pemindahbukuan efek dan/atau dana antar rekening Efek di KSEI.
Penyelesaian transaksi ini dapat terdiri dari penyelesaian transaksi efek
dengan disertai pemindahbukuan dana dan penyelesaian transaksi efek
tanpa disertai pemindahbukuan dana.
Dalam melakukan penyelesaian transaksi di luar bursa instruksi
harus disampaikan (diinput) ke KSEI melalui sistem C-BEST. Instruksi
tersebut disampaikan oleh pihak pembeli maupun pihak penjual. Data
yang disampaikan melalui sistem C-BEST harus sama (matching) dari
38
penjual maupun pembeli seperti tanggal penyelesaian transaksi, kode
efek, jumlah efek, dan lain-lain.
4. Jasa Aksi Korporasi
Tindakan Korporasi yang diproses oleh KSEI dapat dibagi menjadi:
a. Tindakan Korporasi Wajib
Tindakan korporasi wajib adalah tindakan korporasi atau Corporate
Action (CA) yang tidak memerlukan tindakan atau instruksi dari
pemegang rekening yang akan mendapatkan hak CA melalui C-BEST.
Pemegang rekening hanya menerima hak CA dari Emiten yang
melakukan kegiatan tersebut.
Jenis CA yang terjadi dalam tindakan korporasi jenis ini adalah:
1) Pembayaran Bunga Obligasi
Bunga obligasi akan diberikan kepada pemegang rekening
yang memiliki obligasi hingga tanggal yang telah ditentukan
oleh Emiten (record date). Pada tanggal pembayaran, C-BEST
secara otomatis akan mendistribusikan bunga dari obligasi
tersebut ke masing-masing rekening yang berhak berdasarkan
daftar pemegang rekening pada tanggal record date.
2) Pembayaran Pokok Obligasi
Pembayaran nilai pokok obligasi akan diberikan pada
tanggal jatuh tempo, KSEI akan memberikan daftar pemegang
obligasi – yaitu daftar pihak yang memiliki obligasi hingga
tanggal jatuh tempo – kepada Emiten/BAE. Emiten/BAE akan
memberikan dana pembayaran nilai pokok obligasi ke KSEI.
Pendistribusian pembayaran pokok obligasi akan diberikan ke
Pemegang rekening yang berhak setelah KSEI menerima dana
dari Emiten/BAE.
39
3) Dividen Tunai
Dividen Tunai akan diberikan kepada Pemegang rekening
atau Sub Rekening yang memiliki saham pada saat recording
date. Sistem akan memperhitungkan besaran pajak dan dividen
tunai bersih yang berhak diterima oleh Pemegang rekening
berdasarkan tingkat pajak yang dikenakan terhadap setiap
Pemegang rekening. Emiten akan memberikan total dividen
tunai bersih (nett) setelah menerima konfirmasi pembayaran
dari KSEI. Pada tanggal distribusi, sistem KSEI akan
mendistribusikan dividen tunai ke rekening Pemegang rekening
yang berhak.
4) Dividen Saham
KSEI akan mendistribusikan Dividen Saham kepada
Pemegang rekening atau Sub Rekening yang memiliki saham
pada saat recording date. Sistem akan memperhitungkan
besaran dividen saham yang akan diterima dan pajak yang
dikenakan kepada setiap Pemegang rekening.
5) Distribusi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD)
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau
Rights akan diberikan kepada Pemegang rekening yang
memiliki saham pada saat recording date. Sistem akan
memperhitungkan besaran HMETD yang akan diterima setiap
Pemegang rekening sesuai dengan rasio yang diberitahukan
oleh Emiten kepada KSEI dan KSEI akan mendistribusikan
HMETD tersebut ke rekening yang berhak.
6) Saham Bonus
Penanganan saham bonus hampir sama dengan dividen
saham, namun tidak memperhitungkan pajak.
40
7) Distribusi Waran
Distribusi Waran ini tidak sama dengan pemberian Waran
kepada pemegang saham yang melakukan exercise Waran atau
yang diberikan kepada pemegang saham yang mendapatkan
saham hasil IPO. Distribusi Waran ini akan diberikan kepada
Pemegang rekening yang memiliki saham pada saat recording
date. Sistem akan memperhitungkan besaran Waran yang akan
diterima setiap pemegang rekening sesuai dengan rasio yang
diberitahukan oleh Emiten kepada KSEI.
Emiten/BAE akan memberikan total Waran yang akan
didistribusikan kepada KSEI pada tanggal distribusi, di mana
KSEI akan mendistribusikan Waran itu ke rekening yang
berhak. Waran ini selanjutnya akan diperdagangkan atau di-
exercise oleh pemegang rekening.
8) Mandatory Conversion
Aktivitas CA ini adalah untuk kegiatan mengubah jumlah
Efek yang dimiliki oleh pemegang rekening dikarenakan
aktivitas yang dilakukan oleh Emiten. Kegiatan ini terdiri dari:
a) Merger dan Akuisisi
Merger adalah kegiatan yang dilakukan oleh Emiten
untuk melakukan penggabungan atas sahamnya. Seluruh
Emiten yang melakukan merger ini akan menjadi saham
Emiten (issuer) baru atau akan menggunakan salah satu
nama Emiten dari seluruh Emiten tersebut.
Kegiatan merger/akuisisi akan mengubah komposisi
jumlah kepemilikan saham yang dimiliki pemegang
rekening. Sistem akan mengubah komposisi jumlah Efek
secara otomatis berdasarkan rasio (perhitungan) yang
41
diberikan Emiten/BAE. Perubahan ini dilakukan pada
tanggal yang sudah ditentukan oleh Emiten/BAE.
b) Stock Split/Reverse Split
Stock Split dan Reverse Split akan mengubah
komposisi jumlah kepemilikan saham yang dimiliki oleh
Pemegang rekening. Sistem akan mengubah komposisi
itu secara otomatis berdasarkan data yang diberikan
Emiten terkait. Perubahan ini dilakukan pada tanggal
yang sudah ditentukan oleh Emiten/BAE.
b. Tindakan Korporasi Sukarela
Tindakan korporasi sukarela memerlukan instruksi/respons dari
pemegang rekening/investor untuk melakukan tindakan korporasi
(Pemenuhan Hak Pemodal). Kegiatan Voluntary Corporate Action
antara lain:
1) Pelaksanaan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dan
Waran
Pelaksanaan (exercise) HMETD dan Waran dilakukan oleh
pemegang rekening melalui C-BEST. KSEI akan memberikan
Daftar pemegang rekening yang telah melakukan exercise.
Selanjutnya, KSEI akan mendistribusikan saham hasil exercise
tersebut ke dalam rekening setelah menerima total saham atas
exercise dari Emiten/BAE. Setelah tanggal jatuh tempo, sisa
HMETD yang tidak di-exercise akan dihilangkan/didebit secara
otomatis dari rekening.
2) Proxy Voting
42
Proxy voting adalah perhitungan jumlah suara yang tercatat
untuk kegiatan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pada
tanggal pencatatan atas RUPS, sistem akan mencatat seluruh
rekening yang memiliki saldo Efek atas emiten yang melakukan
kegiatan RUPS. Sistem akan mengeluarkan laporan konfirmasi
tertulis kepada pemegang rekening yang berhak. Dalam laporan ini
dikonfirmasikan pula jumlah suara/Efek yang dimiliki untuk
keperluan RUPS tersebut.
5. Jasa Penyedia Infrastruktur Investasi
Selain layanan jasa penyimpanan dan penyelesaian transaksi Efek, KSEI
juga menyediakan platform terintegrasi untuk transaksi pengelolaan
investasi, salah satunya produk Reksa Dana, berupa Sistem Pengelolaan
Investasi Terpadu (S-INVEST). Sistem yang diluncurkan sejak Agustus
2016 tersebut, bertujuan meningkatkan standardisasi, efisiensi, dan real time
monitoring atas aktivitas industri pengelolaan investasi. Penggunaan sistem
ini merupakan mandatory bagi pelaku pasar sebagaimana diatur dalam
Peraturan OJK No. 28/POJK.04/2016 tentang Sistem Pengelolaan Investasi
Terpadu, sehingga seluruh transaksi Reksa Dana wajib menggunakan S-
INVEST. S-INVEST mencakup 4 modul utama yaitu modul Static Data,
Order Routing, Post Trade Processing, dan Pelaporan (Reporting).
Sementara itu, pemakai jasa KSEI selaku pengguna S-INVEST terdiri
dari Agen Penjual Reksa Dana sebagai distributor unit kepemilikan Reksa
Dana, manajer investasi sebagai pengelola investasi Reksa Dana, Bank
Kustodian sebagai pihak yang bertanggung jawab atas administrasi dan
penyimpanan aset Reksa Dana, serta Perusahaan Efek dan Treasury Banks
43
dalam hal transaksi aset dasar Reksa Dana dalam modul Post Trade
Processing di S-INVEST.
a. Pendaftaran Pemakai Jasa S-INVEST
Sebelum dapat menggunakan sistem S-INVEST, partisipan harus
mendaftarkan diri sebagai pengguna S-INVEST mengacu pada
peraturan KSEI Nomor X-A, tentang Pendaftaran Sistem Pengelolaan
Investasi Terpadu di KSEI. Partisipan dapat melakukan pendaftaran
dengan memperhatikan batas waktu pendaftaran dan melengkapi
persyaratan yang dibutuhkan. KSEI akan memberikan akses ke dalam
sistem apabila partisipan telah memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan.
b. Pendaftaran Produk Investasi.
Produk investasi yang ingin ditransaksikan harus terlebih dahulu
didaftarkan ke dalam sistem oleh Bank Kustodian dengan melakukan
input langsung ke dalam S-INVEST. Selain itu, Bank Kustodian perlu
menyerahkan dokumen-dokumen untuk keperluan pendaftaran sesuai
dengan ketentuan pada peraturan KSEI Nomor X-A poin 8.2, untuk
dapat diproses lebih lanjut. KSEI akan melakukan proses approval
untuk pendaftaran produk investasi ini.
c. Pendaftaran Dana Nasabah Reksa Dana dan Pembuatan IFUA
Untuk dapat melakukan transaksi Reksa Dana bagi nasabah, Agen
Penjual Reksa Dana harus melakukan pendaftaran data nasabah dengan
melakukan input langsung ke dalam sistem dan melengkapi data yang
telah ditentukan. Bila format data telah sesuai, sistem akan menerbitkan
nomor SID dan secara otomatis membuatkan Rekening
Investasi/Investor Fund Unit Account (IFUA) untuk nasabah terkait.
44
d. Penyampaian Transaksi Unit Reksa Dana
Instruksi untuk transaksi produk investasi yang berlaku untuk Reksa
Dana meliputi:
1) Penyampaian instruksi transaksi produk investasi sesuai instruksi
dari nasabah oleh agen penjual atau manajer investasi yang
melakukan penjualan produk investasi pada T+0.
2) Persetujuan atas setiap instruksi transaksi produk investasi oleh
Manajer Investasi pada T+0.
3) Afirmasi terhadap instruksi transaksi produk investasi oleh Bank
Kustodian.
4) Penyampaian alokasi unit dan balance akhir oleh Bank Kustodian.
5) Penyampaian hasil perhitungan NAB oleh Bank Kustodian T+1.
Seluruh proses pengiriman instruksi dapat dijalankan melalui dua
cara, baik input melalui layar ataupun upload file. Pengguna S-INVEST
perlu memperhatikan format data untuk input/upload agar proses
pengiriman transaksi dapat sukses dilakukan.
Pengguna S-INVEST dapat melakukan monitoring terhadap status
transaksi yang dilakukan dan hasil akhir transaksi pada layar inquiry
serta melakukan download data transaksi. Pengguna S-INVEST juga
dapat melakukan download data dalam beberapa tipe file untuk dapat
dimasukkan ke dalam sistem internal masing-masing dengan
memperhatikan format hasil download pada screen inquiry.
e. Penyampaian Transaksi Aset Dasar (Post Trade Processing)
Transaksi aset dasar merupakan instruksi untuk transaksi aset
produk investasi berlaku untuk Reksa Dana, dana investasi Real Estate,
pengelolaan portofolio efek nasabah secara individual, dan produk
investasi lain yang ditetapkan oleh OJK. Instruksi transaksi aset dasar
45
atau dikenal juga dengan Post Trade Processing ini meliputi di
antaranya:
1) Trade Allocation dan Trade Details.
2) Trade Confirmation.
3) Settlement Instruction.
4) OTC Instruction Creation.
Transaksi aset dasar ini dapat digunakan untuk:
1) Efek bersifat ekuitas.
2) Efek bersifat utang.
3) Efek offshore/unregistered securities settlement instruction dan
deposito berjangka.
4) Efek future/options trade instruction.
6. Initial Public Offering (IPO)
Pada saat IPO, sistem KSEI akan memberikan kepada pemegang
rekening untuk melakukan pembelian saham baru atas IPO tersebut.
Pemegang rekening kemudian akan memberikan instruksi atas jumlah saham
yang akan dibelinya. Pemberian instruksi dilakukan selama masa penawaran.
KSEI akan memberikan daftar pemegang rekening yang memasukkan
instruksi pembelian kepada Emiten. Daftar ini akan dilakukan penjatahan
(allotment). Pada tanggal pendistribusian, KSEI akan mendistribusikan
saham yang telah dialokasikan ke pemegang rekening sesuai dengan data
hasil penjatahan yang diterima Emiten/BAE.
7. Penawaran Tender
46
Penawaran tender adalah penawaran pembelian atau penjualan atas
sejumlah Efek oleh pihak tertentu kepada pihak lain. Pemegang rekening
yang ingin mengikuti penawaran tender dapat memasukkan permohonan
keikutsertaannya dengan memasukkan instruksi tersebut ke dalam sistem.
Efek yang akan ditawarkan oleh Pemegang rekening akan diblokir hingga
tanggal penjatahan.
47
BAB IV
ANALISA TERADAP PENERAPAN DAN PENGAWASAN PRINSIP
SYARIAH DI KSEI.
A. Pengelolaan Sub Rekening Efek Syariah oleh PT KSEI
Secara umum pada dasarnya Sub Rekening Efek (SRE) bertujuan membantu
pemegang rekening untuk menyelenggarakan administrasi Efek nasabah yang
disimpan di KSEI yang mengacu kepada prinsip pemisahan pencatatan aset
nasabah sesuai ketentuan peraturan yang berlaku di pasar modal. Sub Rekening
Efek juga menjamin keterbukaan sistem pembukuan pemegang rekening di
KSEI.
Untuk membuka sub rekening efek, tidak ada ketentuan khusus bahwa Sub
Rekening Efek harus merupakan rekening yang aktif untuk melakukan transaksi,
Sub Rekening Efek juga dapat digunakan untuk cara pengendalian bagi investor
untuk memastikan bahwa Efek yang ada dalam pengelolaan Kustodian milik
investor tersebut tidak digunakan untuk kepentingan Kustodian itu sendiri.
Tetapi terdapat keuntungan utama bagi pemegang rekening yaitu efisiensi
yang didapatkan pada saat adanya Corporate Action, contohnya ketika
pembagian dividen, di mana untuk keperluan tersebut pemegang rekening tidak
perlu menyampaikan daftar nasabahnya lagi kepada KSEI. Secara tidak langsung
data nasabah langsung diperoleh KSEI melalui data sub rekening efek pada
tanggal pencatatan (Recording Date) dan pada tanggal pembayaran dividen
tersebut, KSEI akan langsung mendistribusikan dividen ke masing-masing sub
rekening efek yang berhak memiliki.1
1 (https://www.ksei.co.id/Download/Prosedur_administrasi_SRE_v1.0.pdf), di akses pada 16 Juni
2021.
48
Sesuai dengan apa yang tertulis di dalam peraturan KSEI No. I-C tentang
sub rekening efek, dijelaskan bahwa pemegang rekening yang mengelola Efek
dan/atau dana nasabah wajib membuka sub rekening efek untuk menyimpan Efek
dan/atau dana masing-masing nasabahnya sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku di pasar modal.
Maka ini mengindikasikan bahwa anggota bursa yang menjalankan transaksi
syariah maupun tidak maka wajib untuk membuka sub rekening efek dengan
KSEI agar dapat sejalan dengan arahan pemerintah sesuai dengan peraturan
Bapepam dan LK nomor V.D.3 tentang pengendalian internal perusahaan efek
yang melakukan kegiatan usaha sebagai perantara pedagang efek butir 7.b.2,
menyatakan bahwa pembukaan rekening Efek wajib diikuti dengan :2
1. Pembukaan sub rekening efek pada Kustodian dan pembukaan rekening
dana atas nama nasabah pada bank untuk masing-masing nasabah; dan
2. Pembuatan nomor tunggal identitas nasabah (single investor identitication)
pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, bagi nasabah yang belum
memiliki.
Dalam penerapannya sendiri terdapat beberapa model sub rekening efek
yang berbeda-beda jenisnya, dan setiap sub rekening efek memiliki spesifikasi
khusus bagi para nasabah pemegang rekening yang di antaranya adalah:
1. Sub rekening efek 001, (Sub Rekening Efek Depositori) adalah Sub
Rekening Efek yang digunakan oleh pemegang rekening untuk menyimpan
Efek dan mencatatkan Efek dan/atau dana milik nasabah pemegang
rekening.
2 (https://www.ksei.co.id/Download/Prosedur_administrasi_SRE_v1.0.pdf), diakses pada 16 Juni 2021
49
2. Sub Rekening Efek 004, (Sub Rekening Efek Jaminan) adalah Sub
Rekening Efek yang digunakan nasabah anggota kliring untuk
menempatkan agunan berbentuk Efek dan/atau dana yang dapat digunakan
oleh KPEI untuk menyelesaikan transaksi bursa dan/atau menyelesaikan
kewajiban nasabah anggota kliring.
3. Sub Rekening Efek 005, (Sub Rekening Efek Pemberi Pinjaman Untuk
Pinjam Meminjam Efek) adalah Sub Rekening Efek yang digunakan oleh
nasabah pemegang rekening yang telah mendapatkan persetujuan dari
KPEI, untuk menempatkan Efek yang akan dipinjamkan dan/atau
menerima pengembalian Efek yang dipinjam terkait transaksi pinjam
meminjam Efek di KPEI.
4. Sub Rekening Efek 008, (Sub Rekening Efek Pembiayaan Transaksi
Margin) adalah Sub Rekening Efek yang digunakan oleh nasabah
pemegang rekening untuk penempatan Efek dan/atau dana, khusus
dipergunakan untuk kepentingan nasabah transaksi margin yang memenuhi
persyaratan untuk menerima pembiayaan penyelesaian transaksi efek pada
transaksi bursa.
5. Sub Rekening Efek 009, (Sub Rekening Efek Syariah) adalah Sub
Rekening Efek yang digunakan oleh nasabah pemegang rekening untuk
menyimpan Efek dan mencatatkan Efek dan/atau dana milik nasabah
pemegang rekening khusus Efek berbasis syariah sesuai fungsinya
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.3
Sesuai dengan apa yang tertulis di peraturan KSEI No. I-C tentang sub
rekening efek, nasabah pemegang rekening wajib terlebih dahulu dibukakan Sub
Rekening Efek Depository 001 (SRE 001) oleh pemegang rekening jika
bermaksud membuka jenis Sub Rekening Efek lainnya.
3 PERATURAN KSEI NOMOR I-C TENTANG SUB REKENING EFEK
50
Maka hal ini juga berlaku bagi para nasabah pemegang rekening yang
berniat membuka sub rekening efek syariah 009 (SRE 009) yang
mengindikasikan terkait penerapan syariah dari sub rekening efek ini menjadi
tidak efektif dikarenakan adanya dua sub rekening efek berbeda dengan jenis
yang berbeda namun melakukan pencatatan yang sama.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Adisty Widyasari selaku kepala unit
komunikasi perusahaan PT KSEI terkait dengan Sub Rekening Efek, hal ini
dibenarkan bahwa memang PT KSEI mewajibkan para nasabah untuk membuka
sub rekening efek 001 rekening depository konvensional terlebih dahulu.
Dijelaskan bahwa walaupun SRE 009 tidak bersifat wajib namun dalam
praktik yang sudah terjadi jika investor ingin membuka akun syariah yang tentu
sudah terintegrasi dengan sistem SOTS maka tentunya sekuritas yang terkait
akan memfasilitasi dengan membuka SRE 009.4
Namun tidak menutup kemungkinan bahwa sangat mudah bagi perusahaan
sekuritas yang menyediakan sistem SOTS tetapi tidak membuka Sub Rekening
Efek Syariah 009 melainkan hanya membuka Sub Rekening Efek 001
Depository. Dikarenakan Sub Rekening Efek Syariah 009 bukan sebuah
kewajiban yang harus dilakukan melainkan hanya sekedar opsi tambahan. Maka
tindakan ini dapat mengindikasikan adanya kemungkinan penyimpangan
tersebut.
Secara garis besar untuk pengelolaan Sub Rekening Efek antara SRE 001
dengan SRE 009 tidak memiliki perbedaan, dimulai dengan sistem tata cara
pembukaan Sub Rekening Efek yang secara umum dibuat sedemikian rupa
dengan ketentuan sebagai berikut:
Format nomor Sub Rekening Efek adalah ‘AAAA-BBBB-CCC-DD’,
dengan keterangan sebagai berikut:
1. AAAA: kode pemegang rekening;
2. BBBB: kode Sub Rekening Efek;
4 Adisty Widyasari, Kepala Unit Komunikasi PT KSEI, Interview Pribadi, Jakarta, 8 Juni 2021.
51
3. CCC: jenis rekening Efek, selalu diisi dengan 001 (Rekening Depositori);
4. DD: diisi dengan alamat nasabah yang tidak dapat tercantum seluruhnya
dalam field alamat 1.
KSEI menyediakan kombinasi 4 (empat) digit angka dan huruf
(alphanumeric) untuk penomoran Sub Rekening Efek. Pemegang rekening dapat
menentukan sendiri penomoran Sub Rekening Efek sepanjang terdiri atas 4
(empat) digit dan belum pernah digunakan sebelumnya (unique).
Untuk lebih jelas, berikut ini merupakan contoh penomoran Sub Rekening
Efek yang dapat dilakukan oleh pemegang rekening.
Contoh: 9X001 2678 001 XX
Dari contoh di atas, dapat dilihat bahwa kode 9X001 sebagai kode pemegang
rekening, kode 2678 sebagai kode Sub Rekening Efek, kode 001 sebagai kode
tipe rekening (rekening depositori), dan kode XX sebagai kode check digit.
Untuk ketentuan dari penutupan Sub Rekening Efek dan laporan Sub
Rekening Efek juga sama-sama mengacu pada peraturan KSEI No. I-C tentang
sub rekening efek. Sehingga secara pengelolaan menggambarkan bahwa Sub
Rekening Efek memiliki fungsi yang sama namun hanya sekedar dibedakan saja.
Menjadikan dengan cara kerja dari sub rekening efek ini bukan dengan cara
mengubah pencatatan dari SRE 001 menjadi SRE 009 melainkan dengan cara
menambah jumlah Sub Rekening Efek Depository dengan opsi sub rekening efek
syariah yang dibutuhkan.
Namun terdapat wacana khusus terkait SRE 009 berikutnya akan
dikembangkan lebih komprehensif agar berbeda dengan pengelolaan Sub
Rekening Efek yang lain. Namun, dikarenakan menurut PT KSEI Sub Rekening
Efek 009 tergolong baru maka hal ini masih dalam tahap pengembangan dan
belum bisa dipublikasi sehingga tidak tahu kapan wacana terkait hasil dari
pengembangan lebih terhadap SRE 009 benar-benar bisa diterapkan.5 Pada
5 Adisty Widyasari, Kepala Unit Komunikasi PT KSEI, Interview Pribadi, Jakarta, 8 Juni 2021.
52
kenyataannya, dalam penerapan sub rekening efek syariah 009 dari pertama kali
diterapkan yaitu pada tahun 2018, dan hingga penulis membahas permasalahan
ini masih berada dalam tahapan pengkajian di internal perusahaan PT KSEI yang
mengindikasikan pengembangan terhadap SRE 009 syariah cukup memakan
waktu yang terbilang lama.
Pada dasarnya pasar modal syariah memiliki prinsip yang digambarkan
dengan skema berikut:6
Tabel 4.1 prinsip pasar modal
6 Abdul Manan, Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah di
Indonesia. (Jakarta: Kencana, 2009), h. 80.
Penyebab haramnya
transaksi
Implikasi di pasar modal
Haram ditinjau
dari zat nya
(Li dzhatihi)
Efek yang di perjual belikan harus representasi
barang dan jasa yang halal
Haram ditinjau
tidak dari zat
nya
(Li Ghairiri)
Tadlis 1. Keterbukaan transparansi informasi
2. Larangan terhadap informasi yang
menyesatkan
Taqrir Larangan terhadap transaksi yang mengandung
ke tidak jelasan objek yang di transaksikan, baik
dari segi pembeli maupun penjual.
Riba Fadhl Larangan untuk penukaran efek sejenis dengan
nilai normal yang berbeda.
Riba Nasiah Larangan atar perdagangan efek fiscal income
yang bukan representasi ‘ayn.
Riba
Jahiliyah
Larangan atas short selling yang menetapkan
bunga atas pinjaman
Bai’ Najasy Larangan untuk melakukan rekayasa permintaan
untuk mendapatkan keuntungan di atas laba
53
Dari prinsip di atas dijelaskan secara jelas bahwa terdapat berbagai macam
kriteria penerapan dalam tataran operasional pasar modal syariah yang wajib
diterapkan, maka tak terkecuali pula PT KSEI dalam menerapkan operasional
Sub Rekening Efek syariah 009 juga wajib menerapkan prinsip tersebut guna
menyelaraskan dengan apa yang sudah diterapkan oleh sekuritas maupun OJK
dalam menjalankan transaksi pasar modal syariah.
Jika kita melihat ke dalam Fatwa yang menjadi acuan dari PT KSEI yaitu
fatwa nomor 124/DSN-MUI/XI/2018, tentang penerapan prinsip syariah dalam
pelaksanaan layanan jasa penyimpanan dan penyelesaian transaksi efek serta
pengelolaan infrastruktur investasi terpadu. Dijelaskan bahwa tidak boleh
bertentangan dengan prinsip syariah, antara lain terhindar dari riba, gharar,
maysir, tadlis, zhulm (penganiayaan), risywah, dharar, objek haram dan
mekanisme penyelesaian transaksi yang terlarang.
Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan dari Sub Rekening Efek Syariah
009 dirasa masih kurang tepat. Memang betul jika PT KSEI sendiri sudah
menyediakan fasilitas Sub Rekening Efek Syariah 009 dan menjelaskannya
normal, dengan menciptakan false demand
Ikhtikar Larangan untuk melakukan rekayasa penawaran
untuk mendapatkan keuntungan di atas laba
normal, dengan cara mengurangi supply agar
harga jual naik
Tidak sah akad Rukun dan
Syarat
Larangan atas semua investasi yang tidak di
lakukan secara spot
Ta’alluq Transaksi yang settelement-nya dikaitkan dengan
transaksi lainnya
2 in 1 Dua transaksi dalam satu akad, dengan syarat:
objek dan pelaku yang sama dengan dilakukan
dalam periode yang sama
54
dengan jelas di dalam peraturan KSEI No. I-C tentang sub rekening efek, namun
yang menjadi masalah yaitu dalam operasional antara Sub Rekening Efek
Syariah 009 dengan Sub Rekening Efek Depository 001 memiliki cara
pengelolaan yang sama persis.
Dalam wawancara dengan Adisty Widyasari selaku kepala unit komunikasi
perusahaan PT KSEI terkait dengan Sub Rekening Efek. Digambarkan bahwa
KSEI diibaratkan bagaikan hotel yang menyewakan kamar dengan kapasitas
kamar utama (SRE 001 Depository) bersifat konvensional dan penyewa kamar
dapat senantiasa menyewa kamar tambahan (SRE 009 Syariah) dengan syarat
harus menyewa kamar utama (SRE 001 Depository) terlebih dahulu yang
kemudian baru boleh menyewa kamar tambahan (SRE 009 Syariah) dan dengan
proses pengelolaan antara kamar utama (SRE 001 Depository) dengan kamar
tambahan (SRE 009 Syariah) dikelola dengan cara yang sama.7 Maka dari
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan Sub Rekening Efek
Syariah 009 ini masih belum komprehensif sehingga menimbulkan kerancuan
dari segi pengelolaan.
B. Pengawasan prinsip syariah dalam PT KSEI.
Rapat pleno antara PT KSEI dengan DSN-MUI yang dihadiri oleh ketua
DSN-MUI K.H. Dr. Ma’ruf Amin dan direktur utama KSEI Friderica Widyasari
Dewi membahas terkait pembentukan fatwa proses bisnis atas layanan jasa KSEI
yang kemudian diresmikan pada 1 April 2019 dengan melakukan penyerahan
antara sekretaris DSN-MUI Dr. H. Anwar Abbas kepada ibu Friderica Widyasari
Dewi selaku direktur utama KSEI pada waktu tersebut. Maka dengan resmi fatwa
nomor 124/DSN-MUI/XI/2018 tentang penerapan prinsip syariah dalam
7 Adisty Widyasari, Kepala Unit Komunikasi PT KSEI, Interview Pribadi, Jakarta, 8 Juni 2021.
55
pelaksanaan layanan jasa penyimpanan dan penyelesaian transaksi efek serta
pengelolaan investasi terpadu tersebut diperoleh PT KSEI.8
Dijelaskan di dalam Fatwa nomor 124/DSN-MUI/XI/2018 terkait apa saja
yang harus disediakan dan dilakukan KSEI agar penerapan prinsip syariah di
dalam kegiatan bisnisnya dapat berjalan, di antaranya dijelaskan Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian harus membuat, melaksanakan dan memonitor
aturan yang melarang terjadinya pelanggaran prinsip syariah.9
Jika kita mengacu pada peraturan Pasal 4 huruf a POJK No.
15/POJK.04/2015 tentang penerapan prinsip syariah di pasar modal. Maka
tindakan ini sejalan dengan fatwa tersebut, sebab dijelaskan bagi pihak yang
melakukan kegiatan syariah di pasar modal yaitu perusahaan yang menyatakan
kegiatan dan jenis usaha, dan/atau cara pengelolaannya, dan/atau jasa yang
diberikannya berdasarkan prinsip syariah di pasar modal. Maka KSEI selaku
lembaga regulator pasar modal yang mendapatkan fatwa dari DSN-MUI bisa
tergolong dalam ketentuan di dalam peraturan tersebut.
Peraturan tersebut berlanjut dengan pasal 7 dan pasal 8 POJK No.
15/POJK.04/2015 yang mengharuskan KSEI menyatakan dengan jelas dalam
anggaran dasar atau dokumen sejenis bahwa kegiatan usahanya dilakukan
berdasarkan prinsip syariah di pasar modal dan paling tidak wajib memiliki DPS
paling sedikit 1 (satu) direktur atau penanggung jawab kegiatan yang diberi
mandat oleh direksi yang memiliki pengetahuan yang memadai dan/atau
pengalaman di bidang keuangan syariah.
Adapun menurut pasal 9 dan butir (1) dan butir (2) POJK No.
15/POJK.04/2015. DPS yang diangkat wajib melalui Rapat Umum Pemegang
Saham, mekanisme lain yang setara dengan Rapat Umum Pemegang Saham, atau
8 Rizania, Nina, Unit Pemasaran Dan Komunikasi PT Kustodian Sentral Efek Indonesia. “Berita Pers :
KSEI Peroleh Fatwa DSN-MUI Untuk Proses Bisnis & Layanan Jasa.” Jakarta, 1 April 2019. 9 Fatwa nomor 124/DSN-MUI/XI/2018.
56
ditunjuk oleh direksi, serta DPS tersebut wajib merupakan orang perseorangan
atau badan usaha yang mempunyai izin.10
Dalam struktur perusahaan KSEI tidak ditemukan adanya DPS, rupanya hal
itu disebabkan oleh adanya sebuah kesepakatan antara DSN-MUI dengan KSEI
untuk tidak di perlukannya DPS di dalam struktural perusahaan KSEI11 namun
terdapat pengganti yang memiliki kewenangan dalam menjalankan tugas tersebut
adalah divisi pengawasan. Maka melihat peran divisi pengawasan di PT KSEI
yang sangat penting terkait pengawasan produk syariah. Seharusnya KSEI cukup
fokus atau perhatian dalam membuat, melaksanakan dan memonitor aturan yang
melarang terjadinya pelanggaran prinsip syariah.
Namun pada kenyataannya divisi pengawasan di PT KSEI bertugas untuk
pengawasan secara general dan keseluruhan terkait proses bisnis, dan tugas
utama dari divisi pengawasan hanya sebatas mengawasi terkait kesesuaian
penerapan perundang-undangan yang di terapkan oleh para partisipan efek.
Adapun tindakan yang dilakukan divisi tersebut mengacu pada peraturan KSEI
No. VII tentang pemeriksaan KSEI.
Lalu disusul dengan penjelasan butir 2.1.1. dan butir 2.1.1. peraturan No. VII
dijelaskan bahwa pemeriksaan yang dilakukan dapat berupa pemeriksaan KSEI
secara berkala yaitu pemeriksaan yang dilakukan dalam rangka menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban pemakai jasa dan/atau pengguna S-INVEST
terhadap peraturan KSEI. Ada pula pemeriksaan KSEI sewaktu-waktu, yaitu
pemeriksaan yang dilakukan dalam rangka menguji adanya indikasi pelanggaran
oleh pemakai jasa dan/atau pengguna S-INVEST terhadap peraturan KSEI, baik
yang dilakukan atas kebutuhan KSEI ataupun atas permintaan OJK, Bursa Efek
dan/atau KPEI.
Dari pemaparan perundang-undangan tersebut maka dapat kita lihat bahwa
memang dalam menjalankan bisnisnya KSEI sebatas mengawasi para pemakai
10 POJK No. 15/POJK.04/2015 Tentang Penerapan Prinsip Syariah Di Pasar Modal. 11 Uztaz Kanny, Ketua Bidang Perbankan Syariah BPH DSN-MUI, Interview Pribadi, Jakarta, 3 Juli 2021
57
jasa dan/atau pengguna sistem S-INVEST. Sehingga KSEI tidak berkonsentrasi
terhadap pengawasan pada penerapan prinsip syariah di pengelolaan bisnisnya.
Hal ini sangat disayangkan sebab pada praktiknya KSEI menerapkan prinsip
syariah pada pengaturan transaksi bisnis, salah satunya di sektor Sub Rekening
Efek.
Narasumber KSEI menjelaskan bahwa tidak ada pengawas yang mengawasi
sistem syariah secara intens di KSEI, adapun OJK selaku lembaga yang lebih
memiliki wewenang dalam mengaudit perusahaan keuangan, namun dalam
pengawasan yang dilakukan OJK hanya sebatas audit dari sistem bisnis yang
dilakukan secara rutin seperti diadakannya audit terkait sertifikasi ISO
9001:2015 tentang sistem manajemen mutu.12
Melansir dari wawancara dengan pihak DSN-MUI, dikatakan bahwa pada
dasarnya dikarenakan KSEI sebagai regulator pasar modal di Indonesia Bersama
BEI dan KPEI memang mereka bertindak sebagai penyelenggara pasar modal di
Indonesia, maka mereka tidak perlu adanya DPS, sebagai gantinya DSN-MUI
hanya memberikan pedoman berupa Fatwa yang harus di terapkan oleh KSEI
dalam menjalankan tugasnya13
KSEI merasa cukup hanya menerapkan prinsip syariah berdasarkan fatwa
namun tidak merasa sebagai bagian dari lembaga keuangan syariah. Hal ini
dikarenakan, KSEI merupakan bagian dari lembaga regulator mandiri pasar
modal bersama dengan KPEI dan BEI. Sehingga menurut narasumber terkait
sistem pengauditan secara intens yang dilakukan DPS hanya berlaku bagi
lembaga keuangan syariah.14 Tetapi yang menjadi permasalahan di sisi lain KSEI
ikut serta dalam menerapkan kebijakan transaksi syariah dengan bekerja sama
dengan DSN-MUI untuk mengadakan fatwa sebagai fondasi dari penerapan
prinsip syariah dalam pengelolaan bisnis KSEI.
12 Adisty Widyasari, Kepala Unit Komunikasi PT KSEI, Interview Pribadi, Jakarta, 8 Juni 2021. 13 Uztaz Kanny, Ketua Bidang Perbankan Syariah BPH DSN-MUI, Interview Pribadi, Jakarta, 3 Juli 2021 14 Adisty Widyasari, Kepala Unit Komunikasi PT KSEI, Interview Pribadi, Jakarta, 8 Juni 2021.
58
C. Aset Tidak Bertuan di PT KSEI
Terkait mekanisme penitipan kolektif di KSEI, ada permasalahan yang perlu
mendapat perhatian pihak otoritas dan regulator di pasar modal dan juga para
pelaku pasar, yaitu mengenai unclaimed assets yang tercatat dalam rekening
Efek yang ada di KSEI.
Unclaimed assets atau aset terlantar/tidak bertuan adalah aset berupa Efek
atau dana milik nasabah pemegang rekening KSEI, perusahaan Efek dan Bank
Kustodian, yang tidak di-claimed oleh nasabah atau Emitennya sudah delisting
dan tidak ada pihak yang mewakili Emiten.15 Kondisi pertama terjadi karena
Perusahaan Efek atau Bank Kustodian sudah tidak dapat menghubungi
nasabahnya, padahal nasabah tersebut masih memiliki aset yang dititipkan di
KSEI. Hal ini semakin rumit apabila Perusahaan Efek atau Bank Kustodian
tersebut telah dibubarkan.16 Dengan demikian, terjadi pengalihan kewajiban
penyimpanan aset nasabah dari Perusahaan Efek atau Bank Kustodian di mana
KSEI akan menyimpan aset tersebut dalam suatu rekening tampungan.
Kondisi kedua terjadi karena Emiten atau Penerbit Efek tidak memberikan
informasi mengenai status dan perubahan identitas perusahaannya, seperti
alamat, pengurus, maupun identitas lainnya. Hal ini yang membuat KSEI
terhambat dalam melakukan kegiatan administrasi Efek yang dititipkan ke KSEI
oleh Emiten atau Penerbit Efek tersebut. Hal ini juga berdampak kepada investor
yang harus dilindungi kepentingannya sebagai Pemegang Efek.
Kondisi ketiga penyebab yang dapat memunculkan berupa efek yang tidak
bertuan antara lain karena proses pembukaan rekening efek terdahulu yang
belum dilakukan secara elektronik sehingga pengkinian data terkait investor sulit
dilakukan. Biasanya aset ini timbul dikarenakan pihak broker maupun KSEI
15 “Berita Pers : Tahun Depan, Pembukaan Sub Rekening Efek di KSEI Semakin Mudah dan Cepat”
Unit Komunikasi Perusahaan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia, Jakarta, 30 Desember 2013 16 Adisty Widyasari, Kepala Unit Komunikasi PT KSEI, Interview Pribadi, Jakarta, 8 Juni 2021.
59
tidak dapat melakukan konfirmasi terkait kepemilikan aset ini karena pemilik
aset tidak bisa dihubungi.
Permasalahan ini pernah dibahas dalam Focus Group Discussion (FGD)
yang diadakan oleh KSEI dan dihadiri oleh perwakilan-perwakilan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), Mahkamah Agung, Balai Harta Peninggalan Kementerian
Hukum dan HAM, Self Regulatory Organization (PT Bursa Efek Indonesia, PT
Kliring Penjaminan Efek Indonesia dan KSEI), Badan Arbitrase Pasar Modal
Indonesia (BAPMI), Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal Indonesia serta
asosiasi-asosiasi yang terdapat di pasar modal.
Heri Sunaryadi, direktur utama KSEI pada masa tersebut, dalam
sambutannya menyampaikan bahwa saat ini di KSEI terdapat sekitar 13.000 sub
rekening yang terkait dengan 38 saham yang Emitennya sudah delisting dan
tidak beroperasi. Emiten-emiten 38 saham tersebut tidak dapat dihubungi,
sehingga saham tidak dapat ditransaksikan maupun dikonversikan ke dalam
bentuk warkat. Heri menyampaikan,
Unclaimed assets ini sangat serius untuk segera dicarikan solusinya karena peraturan
dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku saat ini belum cukup lengkap dan
memadai untuk menangani permasalahan ini. Kami berharap FGD ini sebagai langkah awal
dapat menggali usulan atau terobosan solusi yang bisa ditindaklanjuti oleh working group,
yang nantinya dapat dituangkan dalam bentuk semacam rekomendasi untuk diusulkan dapat
masuk dalam rencana pembahasan perubahan undangan-undang pasar modal.17
Namun kenyataannya semenjak Focus Group Discussion yang diadakan
pada tahun 2013 tersebut belum ada penjelasan yang cukup signifikan dari
perkembangan pengelolaan aset tidak bertuan, hingga pada tahun 2019 OJK
membuat pernyataan berniat untuk memasukkan permasalahan aset tidak bertuan
ke dalam salah satu klausul yang diusulkan dalam amandemen Rancangan
Undang-undang Pasar Modal (RUU Pasar Modal).
17 “Berita Pers : Aset Milik Investor yang Terlantar di KSEI Perlu Mendapatkan Perhatian Segera”
Unit Komunikasi Perusahaan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia, Jakarta, 30 Desember 2013
60
Deputi Komisioner Pengawasan Pasar Modal II OJK Fakhri Hilmi
mengatakan, dalam rancangan tersebut akan terdapat keterangan jangka waktu
kedaluwarsa terhadap aset tidak bertuan. Hal ini dikatakan agar aset dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan pasar modal, baik dari segi produk,
infrastruktur, maupun regulasi. Namun untuk saat ini perkembangan masih
berada dalam tahap perumusan. Untuk detailnya nanti akan diatur di peraturan
OJK agar bisa lebih dinamis dan mudah disesuaikan.18
Namun sejak pernyataan Deputi Komisioner Pengawasan Pasar Modal II
OJK Fakhri Hilmi tersebut hingga kini belum ada kepastian maupun kabar
terbaru terkait perkembangan RUU Pasar Modal, terlebih mengenai memasukkan
permasalahan aset tidak bertuan ke dalam salah satu klausul yang diusulkan
dalam amandemen.
Adapun tindakan pencegahan yang dilakukan PT KSEI yaitu terus
melakukan inisiatif terkait penekanan nilai aset tidak bertuan dengan membantu
menginformasikan terkait kebenaran dari adanya rekening efek dari aset tidak
bertuan.
KSEI pun mengerti bahwa akurasi data nasabah yang digunakan untuk
pembuatan SID dan pembukaan sub rekening efek di KSEI memiliki andil yang
besar dalam penekanan nilai aset tidak bertuan.19 Sehingga dalam
pengaplikasiannya khusus untuk investor individu domestik dipastikan sistem
akan melakukan verifikasi terlebih dahulu ke data base dukcapil sebelum SID
dan sub rekening efek dibuat.
Dengan tindakan tersebut maka ke depannya dapat menekan bertambahnya
aset tidak bertuan. Dengan data yang akurat dan tersambung dengan dukcapil,
sangat dimungkinkan jika nantinya disediakan layanan untuk penelusuran aset
tidak bertuan oleh ahli waris dari pemilik efek yang sudah meninggal dunia
18 Nur Qolbi . “OJK: Aset tak bertuan jadi salah satu klausul dalam amandemen RUU Pasar Modal.”
KONTAN.CO.ID, Jakarta, 09 Agustus 2019. 19 Yoliawan H . “Ini strategi KSEI untuk menekan jumlah aset tak bertuan di pasar modal.”
KONTAN.CO.ID, Jakarta, 20 Maret 2019.
61
Mengacu ke dalam butir 3 fatwa nomor 124/DSN-MUI/XI/2018 bahwa
pelaksanaan layanan jasa penyimpanan dan penyelesaian transaksi efek serta
pengelolaan infrastruktur investasi terpadu, tidak boleh bertentangan dengan
prinsip syariah, antara lain terhindar dari riba, gharar, maysir, tadlis, zhulm
(penganiayaan), rishwah, dharar, objek haram dan mekanisme penyelesaian
transaksi yang terlarang.
Serta mengacu pada fatwa nomor 124/DSN-MUI/XI/2018 butir 4 huruf ‘a’,
membuat, melaksanakan dan memonitor aturan yang melarang terjadinya
pelanggaran prinsip syariah dan huruf ‘b’ memberikan layanan jasa sesuai
dengan prinsip syariah pada kegiatan penyimpanan dan penyelesaian transaksi
efek.
Maka seharusnya pengoperasian dari segi bisnis maupun segi hukum yang
diterapkan KSEI tidak diperkenankan untuk bertentangan dengan prinsip syariah
yang dimaksud, tetapi dengan adanya permasalahan aset tidak bertuan
mengindikasikan terdapat ke tidak jelasan dalam pengoperasian aset dari segi
kepemilikan, yang akhirnya membuat penerapan pelaksanaan layanan jasa
penyimpanan dan penyelesaian transaksi efek serta pengelolaan infrastruktur
investasi terpadu bertentangan degan prinsip syariah.
Menurut narasumber Untuk saat ini fatwa nomor 124/DSN-MUI/XI/2018
dirasa belum bisa mengakomodasi permasalahan aset tidak bertuan di PT KSEI,
disebabkan tindakan aset tidak bertuan bukanlah sebuah permasalahan
umum20sehingga permasalahan tersebut bisa dibilang sebagai permasalahan yang
perlu didiskusikan lebih lanjut dengan DSN-MUI guna mendapatkan penjelasan
lebih komprehensif agar permasalahan aset tidak bertuan tidak memberikan
implikasi khusus pada penerapan prinsip syariah oleh KSEI.
20 Uztaz Kanny, Ketua Bidang Perbankan Syariah BPH DSN-MUI, Interview Pribadi, Jakarta, 3 Juli 2021
62
Sebab aset tidak bertuan betul adanya dan nilai dari aset tersebut terus
bertumbuh, maka tentu permasalahan tersebut menjadi pengaruh citra bagi pasar
modal syariah maupun citra pasar modal Indonesia itu sendiri. Permasalahan
serupa yang di alami oleh KSEI juga terjadi di beberapa lini lembaga keuangan
syariah, salah satunya adalah di sektor uang elektronik, sering kali dalam
permasalahan uang elektronik syariah jika seorang konsumen menggunakan uang
elektronik syariah namun media kartu sebagai alat transaksi hilang, maka
menurut Fatwa uang yang tersimpan di dalam kartu tersebut tidak boleh ikut
hilang.21 Lebih lanjut di jelaskan jika pemilik kartu yang hilang tidak dapat di
identifikasi dalam kurun waktu tertentu, maka dana yang tidak jelas
kepemilikannya tersebut akan menjadi dana untuk kebajikan.
21 Fatwa DSN No. 116/DSN-MUI/IX/2017 Tentang Uang Elektronik Syariah
63
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa
kesimpulan terkait penerapan dan pengawasan prinsip syariah terhadap Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian (studi kasus: PT KSEI), yaitu sebagai berikut:
1. PT KSEI terkait dengan pengelolaan Sub Rekening Efek Sariah 009 kurang
komprehensif, terlebih dalam bagaimana KSEI mengimplementasikan amanat
fatwa nomor 124/DSN-MUI/XI/2018 terkait dengan penyediaan fasilitas yang
memisahkan Rekening Efek untuk keperluan syariah dengan Rekening Efek
untuk keperluan selain syariah. Dituangkan dalam peraturan KSEI No. 1-C
yang menyebabkan pemisahan Sub Rekening Efek tidak benar-benar terpisah.
Partisipan KSEI wajib untuk membuka SRE 001 Depository terlebih dahulu,
baru kemudian dapat membuka SRE 009 syariah, maka tindakan ini
mengindikasikan peluang mudahnya bagi perusahaan sekuritas yang
menyediakan sistem SOTS tetapi tidak membuka Sub Rekening Efek Syariah
009 melainkan hanya membuka Sub Rekening Efek 001 Depository.
Dikarenakan Sub Rekening Efek Syariah 009 bukan sebuah kewajiban yang
harus dilakukan melainkan hanya sekedar opsi tambahan. Maka tindakan ini
dapat mengindikasikan adanya kemungkinan penyimpangan tersebut.
2. Pengawasan prinsip syariah di KSEI dilakukan oleh divisi pengawasan
sebagai pengganti DPS sebab tidak ditemukannya DPS di dalam struktur
perusahaan, adapun anggota DPS seharusnya menurut POJK
No.16/POJK.04/2015. Anggota DPS wajib bersertifikasi ASPM sedangkan
sebagai pengganti DPS dijelaskan bahwa anggota divisi pengawasan dalam
PT KSEI belum bisa memastikan bersertifikasi ASPM. Dalam pengawasan
64
yang dilakukan juga tidak komprehensif seperti DPS pada umumnya.
Pengawasan sebatas mengawasi terkait kesesuaian penerapan perundang-
undangan yang diterapkan oleh para partisipan efek. Pemeriksaan yang
dilakukan dapat berupa pemeriksaan KSEI secara berkala yaitu pemeriksaan
yang dilakukan dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
pemakai jasa dan/atau pengguna S-INVEST terhadap peraturan KSEI. Ada
pula pemeriksaan KSEI sewaktu-waktu, yaitu pemeriksaan yang dilakukan
dalam rangka menguji adanya indikasi pelanggaran oleh pemakai jasa
dan/atau pengguna S-INVEST terhadap peraturan KSEI, baik yang dilakukan
atas kebutuhan KSEI ataupun atas permintaan OJK, Bursa Efek dan/atau
KPEI. Padahal menurut pasal 7 dan pasal 8 POJK No. 15/POJK.04/2015,
mengharuskan KSEI menyatakan dengan jelas dalam anggaran dasar atau
dokumen sejenis bahwa kegiatan usahanya dilakukan berdasarkan prinsip
syariah di Pasar Modal dan paling tidak wajib memiliki DPS paling sedikit 1
(satu) direktur atau penanggung jawab kegiatan yang diberi mandat oleh
direksi yang memiliki pengetahuan yang memadai dan/atau pengalaman di
bidang keuangan syariah.
3. Aset tidak bertuan menjadi permasalahan khusus yang bertentangan dengan
penerapan prinsip syariah di KSEI. Pasalnya, menurut butir 3 fatwa nomor
124/DSN-MUI/XI/2018 bahwa pelaksanaan layanan jasa penyimpanan dan
penyelesaian transaksi efek serta pengelolaan infrastruktur investasi terpadu
tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah, antara lain terhindar dari riba,
gharar, maysir, tadlis, zhulm (penganiayaan), risyttah, dharar, objek haram
dan mekanisme penyelesaian transaksi yang terlarang. Mengacu pada Fatwa
nomor 124/DSN-MUI/XI/2018 butir 4 huruf ‘a’, membuat, melaksanakan dan
memonitor aturan yang melarang terjadinya pelanggaran prinsip syariah dan
huruf ‘b’. memberikan layanan jasa sesuai dengan prinsip syariah pada
kegiatan penyimpanan dan penyelesaian transaksi efek. Maka seharusnya
65
pengoperasian dari segi bisnis maupun segi hukum yang diterapkan KSEI
tidak diperkenankan untuk bertentangan dengan prinsip syariah yang
dimaksud, tetapi dengan adanya permasalahan aset tidak bertuan
mengindikasikan terdapat ke tidak jelasan dalam pengoperasian aset dari segi
kepemilikan, yang akhirnya membuat penerapan pelaksanaan layanan jasa
penyimpanan dan penyelesaian transaksi efek serta pengelolaan infrastruktur
investasi terpadu bertentangan degan prinsip syariah.
B. Saran
Dari kesimpulan yang didapat dari penjelasan di atas, maka penulis memiliki
saran yang dapat dijadikan pertimbangan untuk pihak yang terkait dalam
penerapan maupun pengawasan prinsip syariah di PT KSEI. Berikut beberapa
saran yang dimaksud:
1. pemisahan maupun pengelolaan bagi Sub Rekening Efek 009 Syariah
dapat lebih komprehensif, agar terjamin penerapan prinsip syariah di pasar
modal dari hulu ke hilir.
2. Perlunya pengawasan prinsip syariah di KSEI yang lebih komprehensif
dengan perlu adanya Dewan Pengawas Syariah yang sudah bersertifikasi
ASPM untuk berada di dalam jajaran struktur perusahaan guna dapat
memantau penerapan prinsip syariah yang diaplikasikan oleh KSEI.
3. perlunya KSEI mengadakan Focus Group Discussion (FGD), minimal
diadakan oleh KSEI dan dihadiri oleh perwakilan-perwakilan DSN-MUI.
Untuk membahas permasalahan aset tidak bertuan serta menerbitkan Press
Release terkait kejelasan bahwa permasalahan aset tidak bertuan tidak
memiliki implikasi khusus dengan penerapan prinsip syariah di PT KSEI.
Sehingga para investor tidak perlu ragu dalam menjalankan transaksinya
pada ekosistem pasar modal syariah di Indonesia.
67
DAFTAR PUSTAKA
Berita
Wisnu, Rian. Perkembangan Pasar Modal Syariah Indonesia Dan Roandmapnya. CNBC
Indonesia, March 11, 2019.
Rizania, nina. Berita Pers : KSEI Peroleh Fatwa DSN-MUI Untuk Proses Bisnis &
Layanan Jasa. Jakarta : Unit Pemasaran Dan Komunikasi PT Kustodian Sentral Efek
Indonesia, 1 April 2019.
Berita Pers : 21 Tahun KSEI: Inovasi Untuk Kenyamanan Transaksi Di Pasar Modal.
Jakarta : Unit Pemasaran Dan Komunikasi PT Kustodian Sentral Efek Indonesia,
Desember 2018.
Berita Pers : Tahun Depan, Pembukaan Sub Rekening Efek di KSEI Semakin Mudah dan
Cepat. Jakarta : Unit Komunikasi Perusahaan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia,
30 Desember 2013.
Nur Qolbi . OJK: Aset tak bertuan jadi salah satu klausul dalam amandemen RUU Pasar
Modal. Jakarta : KONTAN.CO.ID, 09 Agustus 2019.
Yoliawan H . Ini strategi KSEI untuk menekan jumlah aset tak bertuan di pasar modal.
Jakarta : KONTAN.CO.ID, 20 Maret 2019.
Buku
Hadi, Nor, Pasar Modal Edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015.
Depdikbud. , Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1997.
Irsyad Lubis, Bank & Lembaga Keuangan, terbitan pertama. Medan : USU Pres, 2010.
68
Abdul Fatah, Rohadi, Analisis Fatwa Keagamaan Dalam Fiqih Islam. Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2006.
Gatot Supramono, Transaksi Bisnis Saham & Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan.
cetakan ke 1. Jakarta : Kharisma Putra Utama, 2014.
Muhammad, Abdulkadir, Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti,
2004.
Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2004.
Muhammad, Nafik HR, Bursa Efek & Investasi Syariah. Jakarta : PT Serambi Ilmu
Semesta, 2009.
Manan, Abdul, Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi Pasar Modal Syariah Di
Indonesia. Jakarta: Kencana, 2009.
Peraturan
Undang-Undang No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
Undang-undang No.21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
POJK No. 15/POJK.04/2015 Tentang Penerapan Prinsip Syariah Di Pasar Modal
POJK No.16 /POJK.04/2015 Tentang Ahli Syariah Pasar Modal
69
Fatwa
Fatwa DSN No. 40/DSN/MUI/X/2003 Tentang Pasar Modal Dan Pedoman Umum
Penerapan Prinsip Syariah Di Bidang Pasar Modal
Fatwa DSN No.80/DSN-MUI/III/2011 Tentang Penerapan Prinsip Syariah Dalam
Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas Di Pasar Reguler Bursa Efek.
Fatwa DSN No.124/ DSN MUI/XI/2018 Tentang Penerapan Prinsip Syariah Dalam
Pelaksanaan Layanan Jasa Penyimpanan Dan Penyelesaian Transaksi Efek Serta
Pengelolaan Infrastruktur Investasi Terpadu
Fatwa DSN No. 116/DSN-MUI/IX/2017 Tentang Uang Elektronik Syariah
Jurnal
OJK, LAPORAN PERKEMBANGAN KEUANGAN SYARIAH INDONESIA 2018,
Direktorat Pengaturan dan Perizinan Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan.
2018.
Elvin Hadisaputro. Konsep Pendukung Keputusan dan Ekonomi teknologi Informasi (Studi
Kasus: PT Kustodian Sentral Efek Indonesia). Jakarta: Jurnal Ilmiah Uklab, 2006.
Kristina Simbolon, Akibat Hukum Pengalihan Kepemilikan Efek Terhadap Efek Yang
Dititipkan pada Bank Kustodian. Medan: Departemen Hukum Fakultas Hukum
Universitas Sumatra Utara, 2014.
Silvia Sumbogo. Tinjauan Yuridis Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI)
sebagai Salah Satu Lembaga di Pasar Modal. Medan: Departemen Hukum Fakultas
Hukum Universitas Sumatra Utara, 2011.
70
Suratman. Sekilas Tentang KSEI Dalam Implementasi Sistem Perdagangan Saham Tanpa
Warkat di Bursa Efek. Semarang: Fakultas Hukum Universitas Islam Malang,
Yurispruden Volume 1, Nomor 2, Januari 2018.
Mirsa Ridawarista. Implikasi Hukum Pembuktian Kepemilikan Saham dalam Transaksi
Efek Saham Melalui Sistem Perdagangan Tanpa Warkat. Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya, jurnal Hukum, 2014.
Sutito. Peranan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Sebagai Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian Dalam Transaksi Efek di Pasar Modal Indonesia.
Yogyakarta: Mimbar Hukum vol. x, 2001.
Tansu Kanawa. Peralihan Hak Milik Atas Saham Dalam Transaksi Efek di Pasar Sekunder
Melalui Sistem Perdagangan Tanpa Warkat Pada Bursa Efek Indonesia. Skripsi,
Fakultas Hukum Universitas Lampung Bandar Lampung 2017.
Interview
Adisty Widyasari, Kepala Unit Komunikasi PT KSEI, Interview Pribadi, Jakarta, 8
Juni 2021.
Uztaz Kanny, Ketua Bidang Perbankan Syariah Badan Pengurus Harian DSN-MUI,
Interview Pribadi, Jakarta, 3 Juli 2021
71
LAMPIRAN-LAMPIRAN
72
SURAT KETERANGAN
No: KSEI-0002/SKE/0721
PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dengan ini menerangkan bahwa mahasiswa
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syariah Hidayatullah Jakarta berikut:
Nama : Kevin Tegar Prasetya
NIM 11160490000059
Prodi : Hukum Ekonomi Syariah
Pada tanggal 11 Juni 2021 telah melakukan wawancara dengan pihak KSEI, yaitu:
Nama : Adisty Widyasari
Jabatan : Kepala Unit Komunikasi Perusahaan
Untuk keperluan penulisan skripsi dengan judul Penerapan dan Pengawasan Prinsip Syariah
Terhadap Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Studi Kasus : PT. KSEI)
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta, 8 Juli 2021
Rasmi M. Ramyakim
Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan, Komunikasi dan Edukasi
AWD/Surat Keterangan Mahasiswa UIN Hidayatullah Jakarta_Kevin TP.doc
PT Kustodian Sentral Efek Indonesia Indonesia Stock Exchange Building 1st Tower 5th Floor Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190 – Indonesia Phone: (62-21) 5299 1099, Fax: (62-21) 5299 1199 www.ksei.co.id
73
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
Telp. (021) 74711537 ext. 1605, Fax (021) 7491821 Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat – Tangerang Selatan Website: www.uinjkt.ac.id, e-mail: [email protected]
Nomor : B- 1846/F4/HM.03.5/04/2021
Lampiran : - Hal : Izin Penelitian dan Wawancara
Yang Terhormat,
Bapak Uriep Budhi Prasetyo
Direktur Utama PT. KSEI
di Tempat
Assalamu’alaikum, Wr. Wb. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menerangkan
bahwa :
Nama : Kevin Tegar Prasetya Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 10 Oktober 1998
NIM 089603871267 Semester : 10 (Sepuluh)
Program Studi Alamat
: Hukum Ekonomi Syariah : Jl peninggaran timur 1, rt7, rw9, keb-lama, No.31.
Telp / Email : 089603871267/[email protected]
adalah benar yang bersangkutan mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang sedang menyusun skripsi dengan judul:
“PENERAPAN DAN PENGAWASAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP
LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN TERPADU (Studi Kasus :
PT. KSEI)”
Sehubungan dengan itu, untuk melengkapi bahan penulisan metode penelitian, mohon
kiranya Bapak/Ibu dapat menerima yang bersangkutan untuk memperoleh data dimaksud.
Atas kerjasama dan bantuannya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Jakarta, 28 April 2021 an.Dekan
Kepala Bagian Tata Usaha
Drs. Saroni.
NIP. 196701011996031001
Tembusan: 1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
2. Arsip.
74
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA SKRIPSI
SEPUTAR PENERAPAN DAN PENGAWASAN PRINSIP SYARIAH DI KSEI
Judul Penelitian
“Penerapan dan Pengawasan Prinsip Syariah Terhadap Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian (Studi Kasus: PT KSEI)”
Responden : Adisty Widyasari
Jabatan : Kepala Unit Komunikasi Perusahaan KSEI
Tanggal : Senin, 8 Juni 2021
Via : Zoom Meething
1. Apakah PT KSEI memiliki Dewan Pengawas Syariah?
Jawaban :
Sebetulnya di dalamPT KSEI sendiri tidak ada Dewan Pengawas Sariah,
tetapi KSEI sendiri memiliki pendampingan dengan DSN-MUI, sehingga jika
KSEI ingin melakukan kajian Syariah ataupun menerbitkan fatwa Syariah
maka bisa langsung menghubungi DSN-MUI selaku pendamping prusahaan,
Sesuai dengan fatwa 124 yang kita dapat dari DSN-MUI terkait penerapan
prinsip Syariah di KSEI. Dan kami juga sudah mempublikasi dengan
menerbitkan press release terkait fatwa 124 tersebut sehingga bisa di akses
secara detil oleh masyarakat.
2. Jadi apakah saya bisa katakan jika KSEI memiliki kedekatan kusus dengan
DSN-MUI sehingga jika KSEI ingin mengadakan review secara detil
mengenai pengawasan Syariah maka bisa langsung menghubungi DSN-MUI,
apakah demikian?
75
Jawaban :
bukan pengawasan, lebih tepatnya kami sebetulnya membutuhkan saran dari
DSN-MUI, sehingga kami lebih menyebutnya sebagai masukan, pandangan,
ataupun pendapat jika kami ingin melakukan kajian ataupun membutuhkan
fatwa, semisal seperti fatwa 124 tersebut.
3. Baik, namun dari yang saya pahami, terkait berbagai macam dari bentuk
Lembaga yang menjalani transaksi Syariah maka di dalam susunan prusahan
tersebut seharusnya terdapat DPS, namun di KSEI dari yang saya lihat tidak
terdapat DPS, oleh karena itu apa alas an KSEI tidak memerlukan adanya
DPS?
Jawaban :
Jadi seperti yang kita tau, pasar modal itu terdiri dari tiga Lembaga yang
mengakomodir jalannya pasar modal di Indonesia, ada bursa efek Indonesia
(BEI), Kliring Penjamin Efek Indoneisa (KPEI), dan ada Kustodian Sentral
Efek Indonesia (KSEI). Sehingga ketiga Lembaga ini yang menjadi pelaksana
sekaligus yang menjalani regulasi yang ada. Sedangkan OJK itu menurut
kami mereka hanya memantau di bagian level produk saja seperti skuritas,
sehingga terkait peraturan prusahaan harus memiliki Dewan Pengawas
Syariah maka itu lebih tertuju kepada prusahaan seperti skuritas,
sepengetahuan kami juga Skuritas sering kali di audit setiap setahun sekali
terutama terkait penerapan efeek Syariah harus sudah sesuai, Tapi untuk
regulator mandiri pasar modal seperti kami hanya di berikan fatwa saja, guna
menjadi acuan dalam menjalankan pelayanan jasa kami sesuai Syariah.
4. bagaimana KSEI menerapkan fatwa 124 kedalam ekosistem kerja di KSEI?
76
Jawaban :
Salah satu bentuk dari penerapanya yaitu terkait penerapan Sub Rekening
Syariah yang di sarankan oleh DSN-MUI. Sehingga dari hulu ke hilir di
harapkan sudah sesuai Syariah, kami sendiri sebagai KSEI jika dalam
runtutan dibukanya rekening Syariah maka ivestor harus meminta
permohonan ke skuritas kemudian skruitas membuka rekening ke ksei, dis itu
DSN-MUI melihat perlu adanya sub rekening Syariah. Maka kami
sediakanlah Sub rekening Syariah 009.
5. Dari apa yang saya lihat, Terkait sub rekening Syariah, di dalam peraturan
KSEI jika ingin membuka sub rekening efek Syariah adalah sebuah opsi dan
tidak di wajibkan, yang di wajibkan adalah sub rekening depositori terlebih
dahulu. Mengapa demikian?
Jawaban :
Memang dalam sub rekening efek sendiri kami memiliki berbagai macam,
namun dapat di jelaskan pada dasarnya ada sub rekening yang Syariah dan
ada sub rekening yang konvensional, dan kami sepakat dengan DSN-MUI
bahwa Sub rekening efek Syariah tidaklah di wajibkan sehinga jika investor
mau maka barulah kami buatkan.
6. dari sifat pembentukan Sub Rekening Efek yang bersifat opsi membuat saya
berfikir sepertinya tujuan adanya pendampingan antara KSEI dengan DSN-
MUI agar peneraapan prinsip syariah di pasar modal dari hulu ke hilir
menjadi tidak terpenuhi secara utuh, sebab jika dari prusahaan skuritas saja
sudah menerapkan system online trading Syariah sebagai upaya penerapan
77
prinsip Syariah namun Ketika masuk kedalam KSEI sangat mungkin investor
Syariah tidak menggunakan sub rekening Syariah, apakah bisa demikian?
Jawaban :
menurut peraturan KSEI no 1 C, terkait Sub rekening efek nasabah prusahaan
dan juga bank custodian, jika ngin membuka rekening efek di ksei maka harus
membuka sub rekening efek 001 depositori yang bersifat konvensional, dan
justru yang wajib di buka terlebih dahulu adalah Sub rekening konvensional.
Sedangkan sub rekening sayriah kami beri kode 009, jadi pada dasarnya pun
untuk berbagai macam nasabah mau yang konvensional ataupun bukan wajib
di bukakan sub rekening 001 depository, ini sebetulnya jika skuritas ingin
membuka akun Syariah dan menerapkan SOTS maka biasaya skuritas akan
membukakan investor Sub Rekening Efek 009 syariah. Namun memang
dalam penerapan sub rekening efek Syariah 009 tidak tertulis di wajibkan.
Jadi memang masih bedasarkan praktik yang ada.
7. Terkati pengelolaan sub rekening efek 009 Syariah dengan sub rekening 001
yang bersifat konvensional apakah memiliki perbedaan?
Jawaban :
Untuk saat ini memang tidak ada perbedaan kusus tetapi untuk perkembangan
berikutnya akan kami bedakan, yang pertama tentu kami akan mengklaim sub
rekening efek Syariah 009 adalah secara jelas bahwa nasabah yang
menerapkan sub rekening Syariah dan juga menerapkan SOTS. Tetapi untuk
saat ini belum boleh kami publikasi secara detil terkait perkembangan
tersebut, yang pasti akan ada pengembanagan yang lebih koprehensif terkait
sub rekening efek Syariah 009. Dan perbedaan yang kami tonjolkan itu lebih
kepada bahwa kita tidak ada bunga, dan dikarenakan sub rekening Syariah ini
78
masih terbilang baru maka memang untuk saat ini masih dalam tahap
pengembangan.
8. apakah sudah pasti jika skuritas yang menerapkan SOTS juga wajib membuka
sub rekening 001 yang bersifat konvensional? Mengapa tidak lansung di
wajibkan untuk membuat sub rekening 009 sayriah?
Jawaban :
Jadi dalam implementasinya Ketika investor ingin membuka akun berlabel
Syariah di sekuritas yang sudah menerapkan SOTS, maka nanti yang pertama
kali di buatkan adalah sub rekening 001 depositori (bersifat menyimpan dan
mencatatkan efek milik nasabah) , kemudian baru bisa request pilihan ingin
membuka sub rekening 009 syariah, sehingga sub rekening 009 syariah
bersifat sebahai tambahan, jadi bisa di katakana investor Syariah memiliki 2
sub rekening efek. Ibarat semisal KSEI adalah hotel maka jika ada
pengunjung yang datang memesan sebuah kamar biasa dan memita kamar
tambahan kusus maka kami sediakan kedua jenis kamar tersebut sesuai
dengan permintaan pemesan, kira kira seperti itu.
9. terkait penerapan faatwa 124 selain dalam bentuk sub rekening efek, apakah
ada bentuk implementasi lain?
Jawaban :
Kami juga mengimplementasikan di dalam rekening dana nasabah (RDN).
Jadi terkait bank RDN tidak bisa memilih kita ingin menggunakan bank apa,
karena bank yang di gunakan harus bedasarkan Kerjasama dengan ksei
terlebih dahulu, baru bisa menjadi bagian dari rekening dana nasabah. Supaya
bisa mendukung prinsip Syariah pasar modal maka kami juga sudah menjalin
79
hubungan kerja sama dengan bank RDN yang merupakan bank Syariah yang
berlabel Syariah ataupun bank konvensional yang memiliki anak prusahaan
bank Syariah. Seperti Bank Sayariah Indoneisa ataupun Bank BCA Syariah.
10. terkait di dalam fatwa tertulis bahwa KSEI selaku LPP harus melaksanakan
dan memonitor aturan pelanggaran yang melarang terjadinya pelanggaran
prinsip Syariah, maka dalam cara kerja KSEI menerapkannya seperti apa?
Jawaban :
Jadi di dalam KSEI kami memiliki divisi kusus untuk memantau maupun
memonitor terkait permasalahhan tersebut, kami menyebutnya sebagai divisi
pengawasan. Selain menjaga bisnis yang berjalan di KSEI serta para
penggunanya juga harus sesuai, juga harus memastikan sesuai dengan apa
yang tertulis di dalam fatwa 124, tetapi tidak terbatas hanya fokus membahas
apa yang ada di dalam fatwa karena divisi tersebut memonitor secara general
keseluruhan prusahaan KSEI.
11. apakah anggota divisi pengawasan sudah bersertifikasi ASPM (Ahli Syariah
Pasar Modal)? Dan apakah pengawasan Syariah yang secara intens terdapat di
KSEI?
Jawaban :
Terkait sertifikasi tersebut kami merasa belum mendata lebih jauh, namun
nanti mungkin akan saya pastikan Kembali. Namun terkait pengawasan di
KSEI terkait penerapan prinsip Syariah yang cukup intens kami rasa tidak
ada, dan terkait pengauditan terhadap KSEI itu ada beberapa, karena
sebelumnya kami merasa KSEI bukan Lembaga syariah maka audit yang
bersifat Syariah kami tidak ada, tetapi audit secara general sudah di lakukan
80
oleh OJK secara rutin, kami memiliki standar oprasional yang sering kali di
audit yaitu sertifikasi ISO 9001:2015 tentang sistem manajemen mutu.
12. Namun menurut peraturan OJK, mengatakan setiap Lembaga keuangan yang
menjalani transaksi Syariah bisa di katakan sebagai Lembaga keuangan
Syariah maka apakah tidak berlaku untuk KSEI selaku organisasi regulator
mandiri di pasar modal?
Jawaban :
Menurut kami sepertinya tidak berlaku, karena kami hanya perlu menerapkan
prinsip Syariah yang sudah ada dalam bentuk fatwa, dan kami sendiri merasa
bukanlah Lembaga keuangan Syariah. Berbeda dengan bank syarah yang jelas
sebagai bentuk dari Lembaga keuangan Syariah yang menurut kami Lembaga
seperti itu yang semestinya di audit secara Syariah. Dan mungkin yang lebih
harus di audit secara Syariah menurut kami adalah skuritas yang menerapkan
SOTS itu sendiri yang jelas pasti selalu melakukan bentuk transaksi sayriah.
13. sepengetahuan saya di dalam skuritas yang menerapkan SOTS juga di
dalamnya terdapat semacam divisi Syariah yang menangani terkait
perkembangan dari penerapan Syariah, apakah KSEI tidak memiliki hal
serupa di dalam bisnis yang di jalankan?
Jawaban :
Tidak ada, dan menurut kami sepetinya hal itu tidak perlu dikarenakan kami
adalah regulator pasar modal itu sendiri, dan berkaca dari BEI dan KPEI juga
demikian, walaupun di BEI sendiri juga terdapat divisi Syariah namun divisi
tersebut sepengetahuan kami hanya sebatas untuk edukasi saja dan bukan
bagian dari dalam bisnis. Begitu
81
14. Bagaimana bisa ada asset tidak bertuan dan bagaimana KSEI menangani
permasalahan tersebut?
Jawaban :
Asset tidak bertuan bukan sesuatu yang dengan sengaja kami lakukan, sering
kali permasalahan tersebut timbul Ketika kami kehilangan kontak dengan
investor yang bersangkutan, sehingga investor tidak dapat di hubungi dan di
identifikasi, semisal ada Investor yang kehilangan smartphone nya yang
membuat investor tidak dapat di hubungi dan juga di tambah investor tersebut
bukanlah investor yang aktif. Adapun pula permasalahan ini di sebabkan dari
sumbangsih peralihan bentuk saham dari script menjadi scriptless, sehingga
pada waktu itu juga banyak data yang hilang. Namun dalam penanganan kami
tentunya sudah kami laporkan dan serahkan kepada ojk untuk memberikan
arahan lebih lanjut, dan setelah itu kami merasa permasalahan tersebut sudah
kami tutup.