penentuankinetikaestersaponifikasidenganmetodekonduktometri-140208061049-phpapp01

download penentuankinetikaestersaponifikasidenganmetodekonduktometri-140208061049-phpapp01

of 10

description

kinetika

Transcript of penentuankinetikaestersaponifikasidenganmetodekonduktometri-140208061049-phpapp01

  • Penentuan Kinetika Ester Saponifikasi dengan Metode Konduktometri

    Intisari

    Telah dilakukan percobaan dengan judul Penentuan Kinetika Ester Saponifikasi dengan

    Metode Konduktometri. Percobaan ini bertujuan untuk menentukan orde reaksi, konstanta

    laju reaksi, dan energy aktivasi dari saponifikasi ester dengan metode konduktometri. Metode

    ini dilakukan berdasarkan pada daya hantar listrik suatu larutan. Saponifikasi di percobaan ini

    dilakukan antara basa NaOH dan ester CHCOOCH yang dihitung daya hantarnya pada suhu

    27:C, 30:C, 40:C, dan 50:C. Berdasarkan hasil percobaan diperoleh reaksi mengikuti orde

    kedua dengan konstanta laju reaksi (kr) pada suhu 27:C yakni 7 x 10 , pada suhu 30:C

    yakni 5 x 10 , pada suhu 40:C yakni 3 x 10 , dan pada suhu 50:C yakni 5 x 10.

    Sedangkan energy aktivasinya diperoleh -67,023 kJ/mol.

    Kata kunci: energy aktivasi, konduktometri, konstanta laju reaksi, saponifikasi

  • PENENTUAN KINETIKA ESTER SAPONIFIKASI DENGAN METODE KONDUKTOMETRI

    TUJUAN

    Dalam percobaan ini akan dilakukan penentuan orde reaksi, konstanta laju reaksi, dan energy

    aktivasi dari saponifikasi ester dengan metoda konduktometri.

    DASAR TEORI

    Kinetika reaksi adalah jumlah mol zat yang bereaksi per liter yang diubah menjadi zat lain dalam suatu satuan waktu tertentu. Suatu reaksi kimia berlangsung karena atom-atom bersenyawa membentuk molekul-molekul baru dengan cara pembentukan electron octet dalam masing-masing atom. Laju berlangsungnya proses kimia dan energy-energi yang bertalian dengan proses ini secara mekanisme reaksi kimia dipelajari dalam kinetika. Mekanisme reaksi adalah rangkaian reaksi setingkat demi setingkat yang terjadi berurutan (Endahwati, 2007).

    Hukum laju dapat ditentukan dengan melakukan serangkain eksperimen secara sistematik pada reaksi A + B C, untuk menentukan orde reaksi terhadap A maka konsentrasi A dibuat tetap sementara konsentrasi B divariasi kemudian ditentukan laju reaksinya pada variasi konsentrasi tersebut. Sedangkan untuk menentukan orde reaksi B, maka konsentrasi B dibuat tetap sementara itu konsentrasi A divariasi kemudian diukur laju reaksinya pada variasi konsentrasi tersebut. Jika suhu dinaikkan maka laju reaksi semakin besar karena kalor yang diberikan akan menambah energi kinetik partikel pereaksi, akibatnya jumlah dari energi tumbukan bertambah besar, begitu pun sebaliknya (Phatalina, 2013).

    Secara umum analisis kinetika reaksu terbagi atas tiga bagian yaitu orde satu, dua dan

    tiga. Orde satu menyatakan grafik hubungan antara ln C dengan t yang merupakan garis lurus

    dengan slope k dan intersep ln Co. Orde dua menyatakan grafik hubungan antara 1/C dengan t

    yang merupakan garis lurus dengan slope k dan intersep 1/Co. Orde tiga menyatakan grafik

    hubungan antara 1/C2 dengan t yang merupakan garis lurus dengan slope 2 k dan intersep

    1/Co2 (Tony, 1987). Konduktometri merupakan metode analisis kimia yang didasarkan pada daya hantar

    listrik suatu larutan analat. Daya hantar listrik (G) suatu larutan bergantung pada jenis dan

    konsentrasi ion didalam larutan. Daya hantar listrik berhubungan dengan pergerakan suatu ion

    didalam larutan ion yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar. Salah satu

    bagian penting dari konduktometer adalah sel yang terdiri dari sepasang elektroda yang terbuat

    dari bahan yang sama. Biasanya elektroda berupa logam yang dilapisi dengan logam platina

    untuk menambah efektifitas permukaan elektroda (Khopkar,1990).

    Factor-faktor yang mempengaruhi kinetika reaksi (Endahwati, 2007):

  • Sifat dan bahan. Reaksi antara senyawa ion umumnya berlangsung cepat karena adanya

    gaya tarik yang kuat antar ion dengan muatan yang berlawanan, sehingga hampir

    seluruh tumbukan yang terjadi menghasilkan perubahan.

    Konsentrasi. Semakin besar konsentrasi zat yang bereaksi makin cepat reaksi

    berlangsung, sehingga makin besar kemungkinan terjadinya tumbukan, sehingga makin

    besar pula kemungkinan terjadinya reaksi.

    Suhu. Penurunan suhu memperlambat reaksi, sedangkan kenaikan suhu akan

    mempercepatnya.

    Katalisator. Merupakan zat lain dalam system reaksi, tetapi pada akhir reaksi diperoleh

    kembali. Yang mempercepat reaksi adalah katalisa positif, yang memperlambat reaksi

    adalah katalisa negative.

    METODE PERCOBAAN

    Alat dan Bahan

    Alat-alat yang dibutuhkan pada percobaan ini meliputi alat komduktometer,

    gelas beker, gelas ukur, pipet ukur, labu takar, stopwatch, gelas arloji, dan pipet tetes.

    Sedangkan bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini meliputi larutan

    NaOH 0,5 N, larutan CHCOOCH pekat, dan akuades.

    Cara Kerja

    25 ml larutan NaOH 0,5 N diencerkan menjadi 500 ml. Selain itu diambil pula 1,2

    ml larutan CHCOOCH pekat diencerkan menjadi 500 ml. Kemudian diambil 100 ml

    larutan NaOH dan dimasukkan ke dalam gelas beker. Mula-mula dihitung besar daya

    hantar NaOH sebelum dicampur CHCOOCH pada suhu 27:C. Setelah itu, larutan

    CHCOOCH dicampurkan ke dalam larutan NaOH dan dicatat daya hantar larutan

    setiap 30 detik selama 7,5 menit. Perlakuan yang sama dilakukan untuk suhu 30:C, 40:C,

    dan 50:C.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    HASIL PERCOBAAN

    Waktu

    (s)

    Daya Hantar (s)

    27C 30C 40C 50C

    0

    30

    60

    7790

    3710

    3480

    8050

    3120

    3120

    8570

    2750

    2370

    8540

    1790

    1790

  • 90

    120

    150

    180

    210

    240

    270

    300

    330

    360

    390

    420

    450

    3330

    3210

    3120

    3040

    2965

    2908

    2851

    2798

    2751

    2708

    2668

    2631

    2599

    3080

    3050

    3010

    2966

    2922

    2878

    2837

    2794

    2740

    2715

    2679

    2645

    2611

    2140

    1960

    1860

    1760

    1730

    1700

    1680

    1670

    1670

    1670

    1670

    1660

    1660

    1770

    1760

    1760

    1750

    1760

    1760

    1770

    1770

    1770

    1770

    1770

    1770

    1770

    PEMBAHASAN

    Pada percobaan ini ditentukan besarnya konstanta laju reaksi dan energy

    aktivasi dari suatu reaksi saponifikasi antara alkali basa dan ester. Dalam percobaan ini

    digunakan larutan basa NaOH dan ester CHCOOCH sebagai reaktannya dengan

    menggunakan metode konduktometri (menggunakan daya hantar listrik) dalam variasi

    suhu, di mana akan ditentukan besarnya daya hantar antara reaksi NaOH dengan

    CHCOOCH pada suhu 27:C, 30:C, 40:C, dan 50:C setiap 30 detik selama 7,5 menit

    (450 detik)

    Larutan NaOH maupun CHCOOCH perlu dincerkan terlebih dahulu sebelum

    digunakan. Tujuan pengenceran NaOH yakni agar dapat lebih berinteraksi dengan

    senyawa air yang bersifat polar. Reaksinya adalah sebagai berikut.

    Berdasarkan reaksi di atas, terlihat bahwa dengan mengencerkan NaOH

    menyebabkan senyawa NaOH akan terionisasi menjadi Na dan OH, di mana ion-ion ini

    dapat memberikan respon positif saat diuji dengan konduktometer dengan

    menunjukkan adanya daya hantar. Sementara itu, pengenceran CHCOOCH karena

    CHCOOCH yang digunakan berbentuk pekat, maka hal tersebut bertujuan untuk

    mengurangi kepekatan dari larutan tersebut. Sehingga perubahan-perubahan yang

    terjadi selama reaksi dapat teramati dengan baik.

    Sebelum larutan NaOH dicampur dengan larutan CHCOOCH, daya hantar

    NaOH diukur terlebih dahulu dengan konduktometer. Hal ini bertujuan untuk

    mengetahui besarnya daya hantar NaOH sebelum ditambahkan CHCOOCH. Besarnya

    daya hantar ini dinyatakan sebagai daya hantar (A) pada waktu nol. Berdasarkan hasil

  • percobaan diperoleh nilai daya hantar NaOH sebelum dicampur dengan CHCOOCH

    yakni pada suhu 27:C yaitu 7790 s, pada suhu 30:C yaitu 8050 s, pada suhu 40:C

    yaitu 8570 s, dan pada suhu 30:C yaitu 8540 s.

    Konduktometer dapat menentukan besarnya daya hatar suatu larutan karena

    alat ini dilengkapi oleh konduktor (yang dicelupkan ke dalam larutan). Konduktor ini

    akan menerima rangsangan dari suatu ion-ion (ion Na dan OH) yang menyentuh

    permukaan konduktor dan hasilnya akan diproses dan dilanjutkan pada outpunya

    berupa angka/bilangan.

    Larutan NaOH yang telah dicampur dengan CHCOOCH akan membentuk suatu

    reaksi saponifikasi yang kemudian diukur daya hantarnya menggunakan alat

    konduktometer. Reaksi saponifikasi antara NaOH dan CHCOOCH tersebut

    menghasilkan produk berupa natrium asetat (CHCOONa) dan etil alcohol/etanol

    (CHCHOH).

    Persamaan reaksi antara keduanya adalah sebagai berikut.

    Pada alat konduktometer akan menunjukkan daya hantar yang diberikan

    campuran larutan tersebut, di mana berdasarkan hasil percobaan diketahui bahwa daya

    hantar larutan sebelum bercampur (saat hanya larutan NaOH saja) cukup tinggi. Namun,

    saat dicampurkan dengan larutan CHCOOCH seiring bertambahnya waktu akan

    semakin menurun nilai daya hantarnya. Misalnya saja pada saat suhu 27:C, daya hantar

    NaOH sebelum dicampur yakni 7790 s. Namun, saat telah bercampur dengan

    CHCOOCH pada 30 detik pertama menjadi 3710 s dan semakin lama akan semakin

    menurun sampai pada menit ke 7,5 menjadi 2599 s bahkan sampai pada keadaan tak

    terhingga yakni 1228 s.

    Peristiwa di atas dapat terjadi karena sebenarnya yang memiliki daya hantar

    yang kuat yakni NaOH yang mana dapat terurai menjadi ion Na dan OH. Ion-ion inilah

    yang menyebabkan larutan memiliki daya hantar. Namun, setelah ditambahkan larutan

    CHCOOCH ke dalam NaOH, daya hantarnya menurun karena antara NaOH dan

    CHCOOCH akan bereaksi yang disebut sebagai reaksi saponifikasi (antara basa dan

    ester).

    Dalam sebuah reaksi tentunya akan terjadi pengurangan jumlah reaktan dan

    bertambahnya jumlah produk. Sehingga, reaksi keduanyalah yang menyebabkan

    konsentrasi reaktan OH yang berasal dari NaOH berkurang dan digantikan dengan

    bertambahnya konsentrasi produk hasil saponifikasi salah satunya natrium asetat

    (CHCOONa). Ion OH telah diketahui sebagai ion yang kuat (daya hantarnya besar),

    sementara itu diketahui pula bahwa ion CHCOO merupakan ion yang lemah (daya

    hantarnya kecil). Sehingga, dengan begitu konduktometri dapat digunakan untuk reaksi

    saponifikasi pada percobaan ini, di mana saat daya hantar larutan berkurang

  • menandakan kedua senyawa telah bereaksi dan telah menghasilkan produk saponifikasi

    berupa natrium asetat dan etanol.

    Selain perbandingan daya hantar pada waktu tertentu, perbandingan daya

    hantar juga dilihat dari perbedaan suhunya. Pada percobaan ini dilakukan variasi pada

    suhu larutan, yakni pada suhu 27:C, 30:C, 40:C, dan 50:C. Pertambahan suhu

    mengindikasikan pertambahan kalor dalam pencampurannya yang mana bertujuan

    untuk mempengaruhi laju reaksinya. Berdasarkan hasil percobaan terlihat bahwa pada

    suhu yang semakin tinggi menunjukkan daya hantarnya semakin besar. Misalnya pada

    suhu 27:C daya hantar saat waktu 450 detik daya hantarnya 2599s, sedangkan pada

    suhu 30:C daya hantarnya pada waktu yang sama yaitu 2611s.

    Peristiwa di atas dapat terjadi karena senyawa pada suhu yang tinggi maka

    partikel tersebut secara tidak langsung akan mendapat tambahan energy dari luar,

    sehingga energy kinetic yang dimiliki suatu partikel akan bertambah besar. Hal ini yang

    menyebabkan pergerakan partikel akan semakin cepat, sehingga partikel akan lebih

    sering menyentuh/mengenai konduktor pada konduktometri, sehingga daya hantar

    yang dihasilkan pun semakin besar.

    Akan tetapi, terdapat ketidaksesuaian yakni pada saat suhu 40:C dan 50:C justru

    daya hantarnya semakin kecil. Misalnya, saat 450 detik pada suhu 40:C daya hantarnya

    1660s dan pada suhu 50:C daya hantarnya 1770s, sedangkan jika dibandingkan

    dengan saat suhu 27:C pada waktu yang sama daya hantarnya 2599s. Padahal

    seharusnya, berdasarkan teori yang ada daya hantarnya harus lebih besar karena suhu

    yang tinggi menyebabkan pergerakan partikel semakin cepat.

    Kejadian di atas dimungkinkan karena saat proses percobaan, larutan harus

    dipanaskan dahulu (disesuaikan temperaturnya) sampai suhu yang diinginkan. Tapi,

    larutan yang dipanaskan hanya larutan NaOH saja, sedangkan larutan CHCOOCH tidak

    dipanaskan. Sehingga, saat larutan CHCOOCH dicampurkan ke dalam NaOH, yang

    terjadi yakni antara kedua larutan tersebut akan mengalami perpindahan panas, di

    mana larutan NaOH akan melepaskan panas sedangkan larutan CHCOOCH akan

    menerima panas. Hal ini menyebabkan suhu campuran yang seharusnya bersuhu 40:C

    dan 50:C menjadi tidak seperti yang diinginkan (suhunya lebih rendah), sehingga

    penghitungan daya hantarpun bisa menjadi lebih rendah bahkan lebih rendah dari yang

    suhu 27:C.

    Selain itu, pada suhu 50:C juga terjadi ketidaksesuaian, di mana saat detik ke-

    210 daya hantarnya 1750 s, namun mulai detik ke-240 dan seterusnya justru daya

    hantar meningkat. Hal ini juga dapat disebabkan oleh suhu yang tidak sama antara

    NaOH dan CHCOOCH saat dicampurkan. Hal ini karena saat awal-awal kemungkinan

    suhu antara NaOH dan CHCOOCH belum tercampur sepenuhnya.

  • Nilai konstanta laju reaksi ( ) dapat diketahui dengan dibuat grafik antara t vs

    pada setiap suhunya, di mana pada grafik ini akan terbentuk garis lurus dengan

    gradient . Sehingga, berdasarkan hasil percobaan diperoleh nilai pada suhu 27:C

    yakni , pada suhu 30:C yakni , pada suhu 40:C yakni , dan

    pada suhu 50:C yakni . Sementara itu, nilai energy aktivasi (Ea) dapat

    diperoleh dengan dibuat grafik antara vs ln k, di mana akan terbentuk garis lurus

    dengan gradient . Sehingga, diperoleh besarnya Ea yaitu -67,023 kJ/mol.

    Selain itu, untuk orde reaksi saponifikasi ester CHCOOCH dan basa NaOH yakni

    mengikuti orde dua. Hal ini karena dalam reaksi laju reaksinya bergantung pada

    konsentrasi dari dua reaktan berbeda (CHCOOCH dan NaOH) yang masing-masing

    dipangkatkan dengan bilangan satu.

    KESIMPULAN

    Pada reaksi saponifikasi antara basa NaOH dan ester CHCOOCH diperoleh:

    Orde reaksi mengikuti orde dua

    Konstanta laju reaksi

    o Suhu 27:C yakni 7 x 10

    o Suhu 30:C yakni 5 x 10

    o Suhu 40:C yakni 3 x 10

    o Suhu 50:C yakni 5 x 10

    Energy aktivasi diperoleh -67,023 kJ/mol

    DAFTAR PUSTAKA

    Endahwati, L,. 2007, Kinetika Reaksi Pembuatan NaOH dari Soda Ash dan Ca(OH), Jurnal

    Penelitian Ilmu Teknik, No 2, Vol 7, Hal 55-63.

    Khopkhar, S. M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, (diterjemahkan oleh: Saptorihardjo A), UI

    Press, Jakarta.

    Phatalina, dkk., 2013, Pembuatan Sabun Lunak dari Minyak Goreng Bekas Ditinjau dari Kinetika

    Reaksi Kimia, Jurnal Teknik Kimia, No 2, Vol 19, Hal 42-48.

    Tony, B., 1987, Kimia Fisika Untuk Universitas, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

    GRAFIK

    Konstanta Laju Reaksi pada Suhu 27:C

  • Grafik di atas merupakan grafik hubungan antara t vs pada suhu 27:C.

    Berdasarkan grafik tersebut diperoleh persamaan garis .

    Persamaan garis tersebut menyatakan . Gradient garis

    menyatakan , sehingga nilai pada suhu 27:C yakni 7 x 10.

    Konstanta Laju Reaksi pada Suhu 30:C

    Grafik di atas merupakan grafik hubungan antara t vs pada suhu 30:C.

    Berdasarkan grafik tersebut diperoleh persamaan garis .

    Persamaan garis tersebut menyatakan . Gradient garis

    menyatakan , sehingga nilai pada suhu 30:C yakni 5 x 10.

  • Konstanta Laju Reaksi pada Suhu 40:C

    Grafik di atas merupakan grafik hubungan antara t vs pada suhu 40:C.

    Berdasarkan grafik tersebut diperoleh persamaan garis .

    Persamaan garis tersebut menyatakan . Gradient garis

    menyatakan , sehingga nilai pada suhu 40:C yakni 3 x 10.

    Konstanta Laju Reaksi pada Suhu 50:C

    Grafik di atas merupakan grafik hubungan antara t vs pada suhu 50:C.

    Berdasarkan grafik tersebut diperoleh persamaan garis .

    Persamaan garis tersebut menyatakan . Gradient garis

    menyatakan , sehingga nilai pada suhu 50:C yakni 5 x 10.

  • Energy Aktivasi

    Grafik di atas merupakan grafik hubungan antara 1/T vs ln k pada reaksi saponifikasi

    antara basa NaOH dan ester CHCOOCH. Berdasarkan grafik tersebut diperoleh

    persamaan garis . Persamaan garis tersebut menyatakan

    . Gradient garis menyatakan , sehingga diperoleh nilai

    energy aktivasi (Ea) yakni -67,023 kJ/mol.