PENENTUAN POTENSI LAHAN DAN PROFIL BUDIDAYA … · ... dilakukan penelitian yang bertujuan untuk...

8
965 Penentuan lokasi lahan dan profil ... (Mudian Paena) PENENTUAN POTENSI LAHAN DAN PROFIL BUDIDAYA TAMBAK DI KABUPATEN GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR Mudian Paena, Utojo, dan Erna Ratnawati Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: [email protected] ABSTRAK Kabupaten Gresik dihadapkan pada masalah pembangunan yang kurang memperhatikan penataan ruang di mana lahan tambak terancam alih fungsi lahan untuk permukiman, pengembangan kota, dan industri. Sebagai salah satu kawasan Minapolitan di Indonesia, maka profil budidaya tambak di Kabupaten Gresik perlu mendapat perhatian. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui potensi lahan tambak dan profil budidaya tambak di Kabupaten Gresik untuk mendukung program Minapolitan. Teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis diaplikasikan dalam penentuan potensi lahan budidaya tambak. Profil budidaya tambak diketahui dari pengamatan di lapangan dan dari berbagai informasi yang ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas tambak di Kabupaten Gresik pada tahun 2011 mencapai 30.904,5 ha. Perikanan budidaya yang ada di Kabupaten Gresik terdiri atas budidaya tambak (payau) dan budidaya sawah tambak dengan komoditas unggulan adalah udang vaname, ikan bandeng, nila, kakap, kerapu, bawal, tawes, kepiting, tombro, patin, dan lele, serta rumput laut. Pembenihan di Kabupaten Gresik baik skala rumah tangga maupun hatcheri belum ada, yang ada adalah kegiatan penggelondongan udang dan pentokolan bandeng. KATA KUNCI: potensi, profil, lahan, tambak, Kabupaten Gresik PENDAHULUAN Potensi perikanan budidaya Indonesia mencapai 1.224.076 ha dengan tingkat pemanfaatan 37% atau sekitar 452.901 ha (Anonim, 2009). Hal tersebut mendorong peningkatan produksi perikanan di seluruh Indonesia. Perikanan budidaya di beberapa daerah di Indonesia seperti Kabupaten Gresik sebagian masih konvensional, tetapi secara umum telah mengarah pada kegiatan ekonomi dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen. Hal ini karena perkembangan Kabupaten Gresik sebagai daerah industri turut memacu perkembangan perikanan budidaya kearah komersialisasi. Akibatnya berbagai perkembangan teknologi sangat cepat diadopsi oleh pembudidaya dalam rangka mempercepat peningkatan produksi. Sebagaimana wilayah pengembangan perikanan budidaya lainnya di Indonesia, pengembangan usaha budidaya di Kabupaten Gresik juga dihadapkan pada masalah pembangunan yang kurang memperhatikan penataan ruang di mana lahan tambak terancam alih fungsi lahan seperti untuk permukiman, pengembangan kota, dan industri. Benturan kepentingan pemanfaatan ruang kadangkala mengorbankan kegiatan budidaya, sekalipiun disadari bahwa sektor perikanan budidaya dapat merangsang tumbuhnya ekonomi masyarakat bersama-sama dengan sektor lain, membangkitkan semangat kewirausahaan terutama pada daerah padat penduduk seperti Kabupaten Gresik, serta dapat meningkatkan pendapatan asli daerah. Pendekatan kawasan merupakan salah satu pendekatan pengembangan perikanan budidaya untuk meminimalisasi masalah dengan mendorong penerapan manajemen hamparan sebagaimana yang telah diterapkan oleh negara-negara pengembang sektor perikanan budidaya. Namun demikian pendekatan kawasan harus didukung oleh tersedianya data potensi tambak yang akurat sehingga data tersebut dapat menjadi referensi dalam membangun pola, strategi, dan kebijakan pengembangan. Menurut Ahmad et al. (1996), pengembangan usaha budidaya perikanan pesisir berbasis tambak dapat dilakukan pada kawasan pesisir yang memiliki kondisi lingkungan yang sesuai untuk persyaratan lokasi tambak antara lain: adanya sumber air laut dan tawar; variasi pasang surut antara 150-250 cm; topografi relatif landai; kualitas tanah tertentu yang ditentukan oleh teknologi yang akan

Transcript of PENENTUAN POTENSI LAHAN DAN PROFIL BUDIDAYA … · ... dilakukan penelitian yang bertujuan untuk...

965 Penentuan lokasi lahan dan profil ... (Mudian Paena)

PENENTUAN POTENSI LAHAN DAN PROFIL BUDIDAYA TAMBAK DI KABUPATEN GRESIKPROVINSI JAWA TIMUR

Mudian Paena, Utojo, dan Erna RatnawatiBalai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau

Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi SelatanE-mail: [email protected]

ABSTRAK

Kabupaten Gresik dihadapkan pada masalah pembangunan yang kurang memperhatikan penataan ruangdi mana lahan tambak terancam alih fungsi lahan untuk permukiman, pengembangan kota, dan industri.Sebagai salah satu kawasan Minapolitan di Indonesia, maka profil budidaya tambak di Kabupaten Gresikperlu mendapat perhatian. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui potensilahan tambak dan profil budidaya tambak di Kabupaten Gresik untuk mendukung program Minapolitan.Teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis diaplikasikan dalam penentuan potensi lahanbudidaya tambak. Profil budidaya tambak diketahui dari pengamatan di lapangan dan dari berbagai informasiyang ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas tambak di Kabupaten Gresik pada tahun 2011 mencapai30.904,5 ha. Perikanan budidaya yang ada di Kabupaten Gresik terdiri atas budidaya tambak (payau) danbudidaya sawah tambak dengan komoditas unggulan adalah udang vaname, ikan bandeng, nila, kakap,kerapu, bawal, tawes, kepiting, tombro, patin, dan lele, serta rumput laut. Pembenihan di Kabupaten Gresikbaik skala rumah tangga maupun hatcheri belum ada, yang ada adalah kegiatan penggelondongan udangdan pentokolan bandeng.

KATA KUNCI: potensi, profil, lahan, tambak, Kabupaten Gresik

PENDAHULUAN

Potensi perikanan budidaya Indonesia mencapai 1.224.076 ha dengan tingkat pemanfaatan 37%atau sekitar 452.901 ha (Anonim, 2009). Hal tersebut mendorong peningkatan produksi perikanandi seluruh Indonesia. Perikanan budidaya di beberapa daerah di Indonesia seperti Kabupaten Gresiksebagian masih konvensional, tetapi secara umum telah mengarah pada kegiatan ekonomi denganmenerapkan prinsip-prinsip manajemen. Hal ini karena perkembangan Kabupaten Gresik sebagaidaerah industri turut memacu perkembangan perikanan budidaya kearah komersialisasi. Akibatnyaberbagai perkembangan teknologi sangat cepat diadopsi oleh pembudidaya dalam rangkamempercepat peningkatan produksi. Sebagaimana wilayah pengembangan perikanan budidaya lainnyadi Indonesia, pengembangan usaha budidaya di Kabupaten Gresik juga dihadapkan pada masalahpembangunan yang kurang memperhatikan penataan ruang di mana lahan tambak terancam alihfungsi lahan seperti untuk permukiman, pengembangan kota, dan industri. Benturan kepentinganpemanfaatan ruang kadangkala mengorbankan kegiatan budidaya, sekalipiun disadari bahwa sektorperikanan budidaya dapat merangsang tumbuhnya ekonomi masyarakat bersama-sama dengan sektorlain, membangkitkan semangat kewirausahaan terutama pada daerah padat penduduk sepertiKabupaten Gresik, serta dapat meningkatkan pendapatan asli daerah.

Pendekatan kawasan merupakan salah satu pendekatan pengembangan perikanan budidaya untukmeminimalisasi masalah dengan mendorong penerapan manajemen hamparan sebagaimana yangtelah diterapkan oleh negara-negara pengembang sektor perikanan budidaya. Namun demikianpendekatan kawasan harus didukung oleh tersedianya data potensi tambak yang akurat sehinggadata tersebut dapat menjadi referensi dalam membangun pola, strategi, dan kebijakan pengembangan.Menurut Ahmad et al. (1996), pengembangan usaha budidaya perikanan pesisir berbasis tambakdapat dilakukan pada kawasan pesisir yang memiliki kondisi lingkungan yang sesuai untuk persyaratanlokasi tambak antara lain: adanya sumber air laut dan tawar; variasi pasang surut antara 150-250cm; topografi relatif landai; kualitas tanah tertentu yang ditentukan oleh teknologi yang akan

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 966

diterapkan; curah hujan kurang dari 2.000 mm/tahun dan bebas dari banjir; gelombang besar, aruskuat, serta bebas cemaran; kelengkapan dan kemudahan fasilitas; kemudahan pemasokan saranaproduksi tambak dan pemasaran; sesuai tataguna lahan; dan kebijakan pemerintah.

Langkah awal dalam rencana pengembangan perikanan budidaya yang lebih maju danberkelanjutan adalah melakukan perhitungan luas tambak, termasuk luas, dan distribusi tambakyang ada di Kabupaten Gresik. Menurut Paena et al. (2007), perhitungan luas tambak aktual dapatdilakukan dengan dua metode umum yaitu sensus dan teresterial. Metode sensus memiliki kelebihanterutama hemat dalam waktu dan biaya tetapi kelemahan yang mungkin terjadi adalah munculnyabias data yang sangat besar. Metode teresterial memiliki kelebihan, data yang dihasilkan memilikitingkat ketelitian yang tinggi, sedangkan kelemahannya memerlukan waktu survai yang lama dengankebutuhan dana yang sangat besar, metode ini hanya efektif pada daerah yang sempit. Perkembangandan kemajuan teknologi telah memberikan dampak pada munculnya metode baru untuk menghitungluasan tambak, metode tersebut adalah pemanfaatan teknik penginderaan jauh (inderaja) dan sisteminformasi geografis (SIG).Selanjutnya dikatakan bahwa pemanfaatan teknik inderaja dan SIG dalammenentuan luas tambak dianggap lebih efektif karena memiliki tingkat ketelitian yang tinggi, hematbiaya, dan mengurangi pekerjaan teresterial. Selain itu, data yang dihasilkan dari teknik ini dapatdisajikan secara spasial dalam bentuk peta sehingga dapat dilakukan evaluasi dan pemantauan poladistribusi tambak dan kemungkinan perubahannya. Dengan demikian teknologi tersebut dapatdigunakan untuk melakukan validasi data yang ada selama ini. Mustafa & Tarunamulia (2009)menyatakan bahwa validasi data luas tambak dilakukan sebagai upaya untuk mendapatkan dataterbaru luasan tambak yang ada dan perubahan luasan secara temporal.

Pemanfaatan teknik inderaja dan SIG semakin populer digunakan terutama untuk evaluasi lahansecara spasial. Beberapa penelitian yang memanfaatkan SIG telah dilakukan dibeberapa daerah antaralain di Kabupaten Pinrang (Paena et al., 2007), Kepulauan Togean (Utojo et al., 2007), KabupatenLuwu (Paena et al., 2008), Kecamatan Watubangga Kabupaten Kolaka (Pantjara et al., 2008), perairanKecamatan Moro Kabupaten Riau (Radiarta et al., 2008), dan Sulawesi Utara (Sudradjat et al., 2008).Berbagai penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemanfaatan SIG dapat memberikan solusi dalampengembangan wilayah (keruangan). Berdasarkan hal tersebut maka telah dilakukan penelitian yangbertujuan untuk menentukan potensi dan profil budidaya tambak di Kabupaten Gresik Provinsi JawaTimur.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan pada bulan April 2011 di Kabupaten Gresik. Penelitian dibagi dalam beberapatahap meliputi tahap persiapan, survai, analisis, dan pelaporan. Pembuatan peta survai merupakanpersiapan yang utama dilakukan hal ini dimaksudkan sebagai alat bantu untuk mengenal lokasipenelitian secara spasial dan utuh, serta dapat menjadi panduan dalam menentukan titik pengambilancontoh dan jalur menuju titik pengambilan contoh tersebut. Pembuatan peta lapangan dibuat denganmenggunakan citra ALOS AVNIR-2 akuisisi tahun 2010 yang juga digunakan untuk analisis lanjut.Citra tersebut diintegrasikan dengan peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) dijital lengkap dengantoponominya memanfaatkan program ArcView 3.3 (Gambar 1).

Tahap pertama adalah persiapan peralatan survai. Tahap kedua adalah pelaksanaan survai, untukpengamatan lapangan dan pencatatan titik koordinatnya dengan sistem universal transversal mercator(UTM). Pengambilan posisi juga dilakukan pada daerah-daerah pertemuan atau perbatasan antaradua penggunaan lahan yang berbeda, hal ini akan membantu membedakan secara tegas antaratambak dan penggunaan lahan lain pada saat analisis dan dijitasi distribusi tambak. Selain dataprimer juga dikumpulkan data sekunder yang ada kaitannya dengan topik penelitian dari instansidan sumber yang berbeda.

Setelah survai lapangan, dilanjutkan dengan analisis data. Analisis data diawali dengan meng-input data posisi (grid) dan semua data lapangan berupa atribut maupun informasi penunjang kedalamtabel. Sedangkan data lainnya dianalisis di laboratorium. Untuk analisis spasial distribusi tambakdiawali dengan melakukan analisis citra dengan menggunakan perangkat lunak Er-Mapper 7.1 ataudapat langsung dianalisis menggunakan Arc-view 3.3. untuk membuat citra komposit. Pemilihan

967 Penentuan lokasi lahan dan profil ... (Mudian Paena)

warna dalam citra komposit disesuaikan dengan kombinasi warna merah, hijau, dan biru yangmemudahkan mengenali obyek tambak secara jelas. Pada penelitian ini citra komposit yang digunakanadalah 432, di mana tumbuhan dikenali dengan degradasi warna merah dan tambak yangmengandung air dan tubuh air dikenali dengan degradasi hijau sampai gelap. Tingkat perubahanwarna air yang akan dikenali sebagai tambak kadang kala berbeda namun memiliki pola yang samasehingga memudahkan dikenali sebagai tambak. Selanjutnya dilakukan dijitasi distribusi tambakdalam ArcView 3.3 sampai lay out peta distribusi tambak. Analisis deskriptif juga dilakukan pada datadan informasi yang ada kaitannya dengan profil tambak, tingkat pemanfataan lahan dan teknologibudidaya. Tahap terakhir adalah pelaporan.

HASIL DAN BAHASAN

Kondisi Umum

Kabupaten Gresik merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Timur, secarageografis terletak antara 7° dan 8° lintang Selatan dan 112° dan 133° bujur Timur. Sebagian besar

Gambar 1. Peta lokasi penelitian dan titik pengambilan contoh di kawasanpertambakan Kabupaten Gresik Provinsi Jawa Timur

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 968

wilayah Kabupaten Gresik adalah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-12 m di atas permukaanlaut kecuali sebagian kecil di bagian utara (Kecamatan Paceng) mempunyai ketinggian sampai 25 mdi atas permmukaan laut. Sebelah Utara Kabupaten Gresik berbatasan dengan Laut Jawa, sebelahTimur dengan Selat Madura dan Kota Surabaya, sebelah Selatan dengan Kabupaten Sidoarjo danKabupaten Mojokerto, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lamongan (Anonim, 2010).Sepertiga wilayah Kabupaten Gresik merupakan daerah pesisir yakni beberapa bagian wilayahKecamatan Paceng, Ujung Pangkah, Sidayu, Bungah, Manyar, Gresik, Kebomas, Tambak, danSangkapura, dengan total panjang garis pantai mencapai 140 km (Anonim, 2011). Gambaran kondisigeografis tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Gresik masih memungkinkan untukmengembangkan usaha perikanan budidaya.

Jumlah penduduk Kabupaten Gresik pada tahun 2008 mencapai 1.194.821 jiwa dan pada tahun2009 menjadi 1.215.603 jiwa. Dengan luas wilayah 1.192,25 km2 maka kepadatan penduduk padatahun 2008 mencapai 1.002 jiwa/km² dan pada tahun 2009 menjadi 1.019 jiwa/km² (Anonim, 2010).Berdasarkan jumlah penduduk, maka Kabupaten Gresik sangat layak menjadikan perikanan budidayasebagai salah satu program pengembangan ekonomi andalan karena besarnya jumlah pendudukmerupakan pasar yang baik bagi produksi perikanan.

Kondisi Pembangunan Perikanan

Berdasarkan data statistik Kabupaten Gresik, antara tahun 2007-2009 produksi perikanan tambakcenderung menurun baik dari segi produksi maupun produktivitasnya. Produksi tambak payau, tahun2007 tercatat 21.665 ton menjadi 14.958 ton tahun 2009 (Anonim, 2010). Berdasarkan data darisumber lain, juga melaporkan terjadi penurunan produksi budidaya tambak yaitu 21.664,73 tonpada tahun 2009 menjadi 21.571,88 ton pada tahun 2010 (Anonim, 2011a). Produksi tambak padatahun 2010 mencapai 21.431,39 ton (Anonim, 2011b).

Perikanan budidaya yang ada di Kabupaten Gresik terdiri atas budidaya tambak (payau) danbudidaya sawah tambak dengan komoditas unggulan adalah udang vaname, ikan bandeng, nila,kakap, tawes, kepiting, tombro, patin, dan lele, serta rumput laut. Budidaya tambak dengan komoditasikan kerapu dan bawal dilakukan di sepanjang pesisir pantai Kecamatan Bungah, Panceng, UjungPangkah, Sangkapura, dan Tambak (Bawean). Budidaya laut dengan komoditas kerang hijau dilakukandi perairan Kecamatan Ujung Pangkah, Panceng, Sangkapura dan Tambak. Usaha budidaya di KabupatenGresik umumnya masih menerapkan teknologi tradisional.

Pembenihan di Kabupaten Gresik baik skala rumah tangga maupun hatcheri belum ada, yang adaadalah kegiatan penggelondongan udang dan pentokolan bandeng di petakan tambak yang dibuatkhusus. Pembudidaya di Kabupaten Gresik seluruhnya menggunakan benih hasil penggelondongandan pentokolan. Tidak adanya usaha pembenihan skala rumah tangga maupun hatcheri sebagaiakibat dari tingginya kekeruhan perairan laut sekitar Kabupaten Gresik sepanjang tahun. Berdasarkanhal tersebut maka upaya yang harus dilakukan pemerintah setempat adalah mengoptimalkan usahapenggelondongan dan pentokolan sehingga hasilnya dapat memenuhi kebutuhan benih di KabupatenGresik.

Potensi Lahan Budidaya

Potensi lahan tambak di Jawa Timur mencapai 62.207 ha sedangkan yang termanfaatkan 51.609ha atau sekitar 83% (Anonim, 2009). Kabupaten Gresik memiliki luas lahan tambak dan sawah tambaksebesar 32.464,07 ha (Anonim, 2011b), dari jumlah tersebut menunjukkan bahwa 63% tambak diJawa Timur terdapat di Kabupaten Gresik. Hasil analisis spasial distribusi tambak, menunjukkan luastambak di Kabupaten Gresik pada tahun 2011 mencapai 30.904,5 ha; terdapat selisih 1.559,57 halebih kecil dari luas tambak berdasarkan data sekunder. Data sekunder yang terbit tahun 2011merupakan hasil sensus data tahun 2010, sehingga terdapat selisih waktu satu tahun dengan datahasil survai menyebabkan terdapat kemungkinan perbedaan. Terjadinya perbedaan data tersebutkarena adanya alih fungsi lahan dari tambak menjadi peruntukan permukiman.

Potensi tambak yang luas di Kabupaten Gresik merupakan modal sumberdaya yang sangat potensialuntuk dikembangkan. Agar pengembangan yang dilakukan dapat berhasil guna maka disarankan;

969 Penentuan lokasi lahan dan profil ... (Mudian Paena)

(1) penguatan kelembagaan, sehingga kelompok pembudidaya semakin bertambah dan memudahkanpenerapan inovasi teknologi termasuk mempermudah pendampingan dan pengawasan; (2) untukpembudidaya dengan modal masih terbatas, mempertahankan cara budidaya tradisional merupakanlangkah bijak tetapi harus menerapkan standar operasional berbudidaya yang baik dan benar,sedangkan pembudidaya dengan modal yang menengah dapat disarankan untuk melakukan budidayatradisional plus; (3) spesies budidaya yang selama ini dikembangkan sudah cukup memadai tetapisangat diharapkan budidaya nila perlu mendapat prioritas pengembangan selain udang dan bandeng.

Profil Tambak

Sebagian besar tambak yang ada di Kabupaten Gresik merupakan tambak tradisional, walaupundemikian petakannya sangat teratur dan bersih menunjukkan bahwa tambak-tambak yang ada diKabupaten Gresik adalah tambak yang telah lama dioperasikan. Namun sebagian besar tambak memilikipematang yang berukuran kecil yang menyebabkan produksi tidak maksimal terutama pada musimhujan di mana pematang akan rusak karena tidak mampu menahan beban air yang berakibat lolosnyaikan keluar tambak. Terhadap masalah tersebut maka perlu dilakukan rekonstruksi tambak. Menurut

Gambar 2. Peta distribusi tambak di Kabupaten Gresik Provinsi Jawa Timur

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 970

Mustafa (2008), salah satu faktor penting yang sangat menentukan keberhasilan usaha budiaya tambakadalah rekayasa tambak yang mencakup desain, tata letak, dan konstruksi tambak. Selanjutnyadijelaskan bahwa secara umum desain tambak merupakan perencanaan bentuk tambak yang meliputiukuran panjang dan lebar petakan, kedalaman, ukuran pematang, ukuran berm, dan ukuran salurankeliling, serta ukuran dan letak pintu air. Tata letak suatu unit tambak harus memenuhi tujuan sepertimenjamin kelancaran mobilitas operasional sehari-hari, menjamin kelancaran dan keamanan pasokanair serta pembuangannya, dapat menekan biaya konstruksi tanpa mengurangi fungsi teknis dari unittambak yang dibangun.

Rekonstruksi tambak yang akan dilakukan membutuhkan biaya dan tenaga yang besar, namununtuk memperoleh hasil yang optimal dan kesinambungan usaha budidaya maka hal tersebut harusdilakukan.

Masalah Pengembangan Perikanan Budidaya

Luasnya tambak yang ada di Kabupaten Gresik belum didukung dengan sarana pembenihan,sehingga harapan untuk dapat memenuhi permintaan benih pembudidaya belum tercapai.

KESIMPULAN

1. Luas tambak di Kabupaten Gresik pada tahun 2011 mencapai 30.904,5 ha.2. Perikanan budidaya yang ada di Kabupaten Gresik terdiri atas budidaya tambak (payau) dan budidaya

sawah tambak dengan komoditas unggulan adalah udang vaname, ikan bandeng, nila, kakap,kerapu, bawal, tawes, kepiting, tombro, patin, dan lele, serta rumput laut.

3. Pembenihan di Kabupaten Gresik baik skala rumah tangga maupun hatcheri belum ada, yang adaadalah kegiatan penggelondongan udang dan pentokolan bandeng.

DAFTAR ACUAN

Anonim. 2009. Kelautan dan Perikanan dalam Angka. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta,154 hlm.

Anonim. 2010. Statistik Daerah Kabupaten Gresik. Badan Pusat Statistik Kabupaten Gresik, 26 hlm.Anonim. 2011a. Program Kawasan Minapolitan. Pemerintah Kabupaten Gresik, 16 hlm.Anonim. 2011b. Gresik dalam Angka. Pemerintah Kabupaten Gresik, hlm. 221.Ahmad, T., Mustafa, A., & Hanafi, A. 1996. Konsep pengembangan desa pantai mendukung

keberlanjutan produksi perikanan pesisir. Dalam Poernomo, A., Irianto, H.E., Nurhakim, S., Murniyati,& Pratiwi, E. (Eds.) Prosiding Rapat Kerja Teknis Peningkatan Visi Sumberdaya Manusia Peneliti PerikananMenyongsong Globalisasi IPTEK. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta, 91-106.

Mustafa, A. 2008. Disain, tata letak, dan konstruksi tambak. Media Akuakultur, 3(2): 166-174.Mustafa, A. & Tarunamulia. 2009. Penentuan luas, potensi dan kesesuaian lahan tambak di Sulawesi

Selatan melalui pemanfaatan data satelit penginderaan jauh. Media Akuakultur, 3(2): 93-103.Paena, M., Mustafa, A., Hasnawi, & Rachmansyah. 2007. Validasi Lahan Tambak Di Kabupaten Pinrang

Provinsi Sulawesi Selatan Dengan Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh dan Sistem InformasiGeografis. J. Ris. Akuakultur, 2(3): 329-343.

Panjtara, B., Utojo, Aliman, & Mangampa, M. 2008. Kesesuaian lahan budidaya tambak di KecamatanWatubangga Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara. J. Ris. Akuakultur, 3(1): 123-135.

Paena, M. & Mustafa, A. 2009. Validasi luas lahan tambak Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatandengan menggunakan teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis. Buku ForumInovasi Akuakultur 2009. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Jakarta, 4 hlm.

Radiarta, I N., Prihadi, T.H., Saputra, A., Haryadi, J., & Johan, O. 2008. Penentuan lokasi budidayarumput laut (Eucheuma spp.) berdasarkan parameter lingkungan di perairan Kecamatan Moro ProvinsiKepulauan Riau. J. Ris. Akuakultur, 3(1): 123-135.

Sudradjat, A., Saputra, A., Prihadi, T.H., & Hidayat, A. 2008. Kajian potensi kawasan budidaya laut diProvinsi Sulawesi Utara dengan pendekatan sistem informasi geografis. Teknologi Perikanan Budidaya.Pusat Riset Perikanan Budidaya, hlm. 401-414.

971 Penentuan lokasi lahan dan profil ... (Mudian Paena)

Utojo, Mansyur, A., Mustafa, A., Hasnawi, & Tangko, AM. 2007. Pemilihan lokasi budidaya ikan, rumputlaut dan tiram mutiara yang ramah lingkungan di Kepulauan Togean Sulawesi Tengah. J. Ris.Akuakultur, 2(3): 303-318.

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 972

DISKUSI

1. Anonim

Pertanyaan:

Bagaimana pemanfaatan perikanan sampai saat ini dan bagaimana status saat ini

Tanggapan:

· Pemanfaatan perikanan baru 37% dan tahun 2007-2009 produksi perikanan mulai menurun.· Perubahan fungsi lahan merupakanm kendala utama dalam pengembangan perikanan budidaya

di Kabupaten Gresik padahal perkembangan teknologi cukup besar dan terserap oleh masyarakat.· Data yang akurat sangat dibutuhkan dalam perkembangan perikanan budidaya dimana alih fungsi

lahan yang menjadi kendala agar budidaya dapat tetap ditingkatkan. (terutama data lahan).· Metode pengukuran dengan pengindraan jarak jauh sedang populer dan cocok untuk diterapkan

dibandingkan pengukuran dengan metode sensus atau pengukuran langsung.· Metode kerja:

1. Pembuatan peta kerja2. Analisis lapangan3. Analisis data

· Hasil1. Potensi lahan yang termanfaatkan di Gresik mencapai 87%.2. Hasil digitasi lebih kecil 1.509.57Ha dibandingkan data sekunder dari luas lahan 30.000,5Ha