Penentuan Lokasi BTS Menurut Pemerintah Dan Masyarakat

download Penentuan Lokasi BTS Menurut Pemerintah Dan Masyarakat

of 10

Transcript of Penentuan Lokasi BTS Menurut Pemerintah Dan Masyarakat

  • Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1,Juli 2013 37

    POTENSI LOKASI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) BERDASARKAN

    PEMERINTAH DAN MAYARAKAT DI KOTA MATARAM

    Dini Rizka Yunidiya, Fauzul Rizal Sutikno, Dian Dinanti

    Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

    Jalan MT.Haryono 167 Malang 65145 Indonesia Telp 0341-567886

    e-mail: [email protected]

    ABSTRAK

    Perkembangan teknologi komunikasi di Indonesia, khususnya daerah perkotaan mendorong berkembangnya

    sarana pendukung telekomunikasi. Salah satu diantaranya adalah menara telekomunikasi yang biasa disebut

    Base Transceiver Station (BTS). Kota Mataram merupakan salah satu kota yang belum memiliki peraturan

    daerah mengenai peletakan bangunan BTS. Sehingga, beberapa BTS yang ada di Kota Mataram berada lokasi

    yang seharusnya tidak diperbolehkan. Hal tersebut diperparah karena belum adanya kesamaan persepsi serta

    kerjasama antara pihak pemerintah dan masyarakat dalam penentuan lokasi yang sesuai untuk pendirian BTS di

    Kota Mataram. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan kajian tentang Potensi Lokasi Base Transceiver Station

    (BTS) berdasarkan pemerintah dan mayarakat di Kota Mataram. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah Analytic Hierarchy Process (AHP) berdasarkan persepsi dari perwakilan informan pemerintah dan

    masyarakat. Penelitian ini menggunakan empat belas variabel penentuan lokasi BTS yaitu Variabel Guna Lahan

    (Ruang Terbuka Hijau (RTH), Jaringan Jalan, Perdagangan dan Jasa, Pendidikan, Peribadatan, Kesehatan,

    dan Perkantoran), Topografi (Kelerengan Lahan), Jumlah Penduduk (Kepadatan Penduduk), Estetika

    Lingkungan (Menara Bersama dan Lokasi BTS Eksisiting), dan Keselamatan (Ketinggian Menara, Kawasan

    Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) dan Cagar Budaya, dan Kepadatan Bangunan). Setelah

    melalui AHP kemudian akan diperoleh beberapa variabel khusus yang kemudian dilakukan Analisis Tumpang

    Susun (Overlay) menggunakan GIS dari masing-masing hasil AHP berdasarkan persepsi dari perwakilan

    informan pemerintah dan masyarakat secara terpisah dan terakhir menggabungkan kedua hasil overlay dari

    kedua persepsi tersebut sehingga menghasilkan lokasi-lokasi potensial untuk peletakan BTS di Kota Mataram.

    Kata Kunci : Base Transceiver Station (BTS), Pemerintah, Masyarakat, Lokasi

    ABSTRACT

    Base Transceiver Station (BTS) is one of telecommunication facilities which had built for supporting

    communication technology development. However, the placement of Base Transceiver Station (BTS) often

    located at inappropriate location so it needs more specific regulation for placement BTS. Mataram city is one of

    the cities that doesnt have local regulations regarding the placement of BTS which caused some BTS located at inappropriate place. Based on those conditions, it needs to match the perception from both the government and

    the society for determining the appropriate location for BTS in Mataram city. The method used in this study is

    the Analytic Hierarchy Process (HAP) which used government and society representatives as informants. This

    study uses 14 variables determining the location of BTS that are Land Use Variables (Green Open Space, The

    Road Network, Commerce and Service, Education, Worship, Health, and Office), Topology (Land Slope), The

    Population (Population Density), Environmental Aesthetics (Joint Tower and The location of BTS Eksisiting),

    Safety (The Height of The Tower, The Safety of Flight Operations and cultural heritage, and Density of

    Buildings). The result of AHP method is priority variables from both of government and society perceptions that

    would be represent in spatial using overlay method (GIS approach). Then, the result of overlay method which

    combined perceptions of government and society informants was potential locations for placement of BTS in

    Mataram city.

    Keywords: Base Transceiver Station (BTS), Government, Society, Location.

    PENDAHULUAN

    Perkembangan teknologi telekomunikasi di

    Indonesia semakin meluas disertai dengan

    bertambahnya jumlah penduduk dan

    bertambahnya permintaan masyarakat sebagai

    pengguna telekomunikasi, sehingga mendorong

    untuk berkembangnya sarana pendukung

    telekomunikasi yang salah satu diantaranya

    adalah menara telekomunikasi yang biasa disebut

    Base Transceiver Station (BTS).

    Base Transceiver Station (BTS) adalah

    salah satu bagian dari sistem telekomunikasi

    bergerak yang bisa mempermudah para pemakai

  • POTENSI LOKASI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) BERDASARKAN PEMERINTAH DAN MAYARAKAT DI KOTA

    MATARAM

    38 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

    ponsel untuk tetap bisa begerak berpindah-pindah

    tempat tanpa terjadi pemutusan hubungan. Secara

    garis besar dalam sebuah sistem selular (cellular

    system) kedudukan sebagai penghubung antara

    mobile station (ponsel) dengan MSC.

    Peletakan Base Transceiver Station (BTS)

    yang berada langsung di sekitar permukiman

    masyarakat dengan radius keamanan, menim-

    bulkan wacana terganggunya kenyamanan dan

    kekhawatiran bagi masyarakat setempat, selain

    itu peletakan BTS juga tidak memperhatikan

    penataan ruang dan estetika lingkungan

    disekitarnya.

    Peraturan Menkominfo

    No.2/PER/M.KOMINFO/3/2008 tentang

    Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara

    Bersama Telekomunikasi, berdasarkan

    penompang dasarnya, menara telekomunikasi

    dibedakan menjadi Menara yang peletakannya

    diatas tanah (Greenfield) dan Menara yang

    peletakkannya di atas/menempel gedung atau

    bangunan (rooftop).

    Kota Mataram merupakan salah satu kota

    yang belum memiliki peraturan daerah mengenai

    peletakan bangunan BTS, sehingga beberapa

    BTS yang ada di Kota Mataram juga berada di

    beberapa lokasi yang seharusnya tidak

    diperbolehkan untuk didirikan BTS di tempat

    tersebut, selain itu juga belum adanya pemikiran

    yang sama atau kesamaan persepsi serta

    kerjasama antara pihak pemerintah dan

    masyarakat dalam kesepakatan untuk lokasi-

    lokasi yang sesuai atau tidak sesuai untuk

    pendirian BTS di Kota Mataram.

    Peletakan BTS di Kota Mataram harus

    disesuaikan dengan faktor-faktor penentu yang

    sesuai untuk peletakan BTS, maka perlu

    dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui

    faktor khusus dalam penentuan lokasi yang

    berpotensi untuk peletakan BTS. Penelitian ini

    diawali dengan mengetahui terlebih dahulu

    semua faktor peletakan bangunan BTS, setelah

    memperoleh beberapa faktor atau variabel yang

    akan digunakan kemudian mengambil beberapa

    perwakilan dari pemerintah dan masyarakat

    untuk memberikan persepsi terhadap beberapa

    factor yang telah disajikan agar dapat mengetahui

    faktor yang lebih berpengaruh dari beberapa

    faktor yang ada dalam hal penentuan lokasi untuk

    peletakan suatu BTS di Kota Mataram.

    Penggunaan pemerintah dan masyarakat

    dalam penelitian ini sebagai informan

    dikarenakan sering terjadinya ketidaksamaan

    antara keinginan dari pihak pemerintah dan

    masyarakat dalam hal penentuan peletakan lokasi

    BTS. Sehingga dilakukan suatu penelitian yang

    berjudul Potensi Lokasi Base Transceiver

    Station (BTS) berdasarkan pemerintah dan

    mayarakat di Kota Mataram, yang nantinya dari penelitian ini dapat diketahui variabel apa saja

    yang lebih utama dari masing-masing pihak

    pemerintah dan masyarakat yang lebih utama

    dalam penentuan lokasi BTS yang kemudian

    akan dilakukan beberapa anlisis sehingga

    diperoleh lokasi-lokasi yang dapat dijadikan

    sebagai tempat peletakan BTS di Kota Mataram.

    Penentuan peletakan bangunan BTS

    diperlukan untuk terciptanya estetika lingkungan

    yang selaras dengan lingkungan. Penentuan

    peletakan bangunan BTS tidak hanya dapat

    ditentukan dengan variabel teknis saja, tetapi bias

    dari persepsi pemerintah dan masyarakat.

    METODE PENELITIAN

    Tujuan penelitian ini yaitu untuk

    mengetahui variabel-variabel yang menentukan

    lokasi potensial untuk peletakan BTS sehingga

    bisa mengetahui lokasi-lokasi yang potensial

    untuk peletakan BTS di Kota Mataram. Analisis

    yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

    Analisis Deskriptif Karakteristik Fisik dan

    Persebaran BTS Berdasarkan Variabel

    Penentuan Lokasi BTS di Kota Mataram

    Analisis deskriptif dilakukan untuk

    mendeskripsikan data yang diperoleh dari hasil

    survey primer yang mencakup persebaran BTS

    berdasarkan variabel-variabel penentuan lokasi

    peletakan BTS serta karakteristik fisik yang ada

    di Kota Mataram. Analisis ini dilakukan untuk

    memperjelas data yang diperoleh dari hasil

    survey primer tersebut dan bisa digunakan untuk

    analisis selanjutnya.

    Analisis Evaluatif dengan Analytic Hierarchy

    Process (AHP) untuk Mengetahui Variable

    Terpilih yang Mempengaruhi Lokasi

    Peletakan BTS di Kota Mataram

    Analytic Hierarchy Process (AHP)

    merupakan analisis yang digunakan dalam

    pengambilan keputusan dengan pendekatan

    sistem (Saaty,1994). Metode ini dilakukan

    dengan kuisioner ke pemerintah dan masyarakat

    yang memahami tentang variable peletakan BTS.

    Variabel-variabel yang digunakan dalam metode

    AHP yaitu Variabel Guna Lahan (Ruang Terbuka

    Hijau (RTH), Jaringan Jalan, Perdagangan dan

    Jasa, Pendidikan, Peribadatan, Kesehatan, dan

    Perkantoran), Topografi (Kelerengan Lahan),

    Jumlah Penduduk (Kepadatan Penduduk),

    Estetika Lingkungan (Menara Bersama dan

    Lokasi BTS Eksisiting), dan Keselamatan

    (Ketinggian Menara, Kawasan Keselamatan

    Operasional Penerbangan (KKOP) dan Cagar

  • Dini Rizka Yunidiya, Fauzul Rizal Sutikno, Dian Dinanti

    Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

    39

    Budaya, dan Kepadatan Bangunan). Dari emmpat

    belas variabel tersebut akan diperoleh peringkat

    tertinggi yang kemudian akan diambil lima

    variabel dengan nilai tertinggi untuk digunakan

    pada analisis selanjutnya.

    Analisis Evaluatif dengan Overlay dengan

    Bantuan Peta Pada Sistem Informasi Geografi

    (SIG)

    Pada analisis ini digunakan variabel-

    variabel pada analisis sebelumnya yaitu analisis

    AHP. Analisis Tumpang Susun (Overlay)

    (Purwadhi,2008) ini dilakukan terlebih dahulu

    untuk masing-masing variabel yaitu dari

    perwakilan informan pemerintah dan dari

    perwakilan informan masyarakat. Setelah

    masing-masing memperoleh lokasi potensial

    masing-masing dari hasil persepsi tersebut

    kemudian dilakukan overlay gabungan dari kedua

    persepsi informan pemerintah dan informan

    masyarakat yang kemudian akan menghasilkan

    tujuan akhir dari penelitian ini yaitu lokasi

    potensial peletakan BTS berdasarkan persepsi

    pemerintah dan masyarakat Kota Mataram.

    Lokasi potensial yang dihasilkan untuk

    penggabungan kedua persepsi ini merupakan

    lokasi hanya untuk menara Green Field saja atau

    menara yang langsung berada di atas tanah,

    karena untuk penelitian ini memiliki batas

    penelitian hanya untuk menara Green Field tanpa

    membahas peraturan lokasi untuk menara

    Rooftop atau menara yang berada di atas gedung.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Wilayah Studi

    Lokasi penelitian yang diambil dalam studi

    ini berada di 6 kecamatan di Kota Mataram.

    Yaitu Kecamatan Ampenan, Kecamatan

    Cakranegara, Kecamatan Mataram, Kecamatan

    Sandubaya, Kecamatan Sekarbela dan

    Kecamatan Selaparang. Luas wilayah

    keseluruhan sebesar 6.130 Ha atau 61,30 Km.

    Gambar 1. Peta administrasi Kota Mataram

    Analisis Deskriptif Karakteristik Fisik dan

    Persebaran BTS Berdasarkan Empat Belas

    Variabel Penentuan Peletakan Base

    Transceiver Station (BTS) di Kota Mataram

    Jumlah Base Transceiver Station (BTS)

    ekisting yang ada di Kota Mataram adalah 87

    BTS dengan persebarannya berada di setiap

    Kecamatan berbeda-beda yaitu di Kecamatan

    Selaparang sebanyak 15 BTS, Kecamatan Sandu-

    baya sebanyak 14 BTS , Kecamatan Mataram

    sebanyak 12 BTS , Kecamatan Sekarbela se-

    banyak 11 BTS, Kecamatan Ampenan sebanyak

    19 BTS, dan Kecamatan Cakranegara sebanyak

    16 BTS. Dari persebaran BTS yang ada di Kota

    Mataram terlihat persebaran terbanyak berada di

    Kecamatan Ampenan yaitu 19 BTS, Dari jumlah

    BTS di Kota Mataram yaitu 87 BTS, 45 BTS

    berada di area permukiman masyarakat. Selain

    itu, 40 BTS merupakan BTS triangular tower

    dan 47 merupakan BTS rectangular tower.

    BTS yang peletakannya diatas tanah

    (Green Field) sejumlah 6 buah, sedangkan BTS

    yang peletakannya di atas/menempel di gedung

    atau bangunan (Rooftop) sejumlah 1 buah berada

    di Kecamatan Sandubaya.

    Gambar 2. Persebaran BTS berdasarkan

    penopang dasarnya di Kota Mataram

    Persebaran BTS eksisting berdasarkan

    variabel penetuan lokasi potensial BTS di Kota

    Mataram yaitu, untuk variabel RTH, 11 BTS

    berada di kawasan pertanian dan 5 BTS berada di

    area vegetasi; Variabel Jaringan Jalan, Jalan

    Arteri Primer sebanyak 6 BTS, di Jalan Kolektor

    sebanyak 23 BTS, Jalan Lokal dan Lingkungan

    sebanyak 37 BTS; Variabel Perdagangan dan

    Jasa, 4 BTS yang berada disekitar area

    Perdagangan dan Jasa; variabel Pendidikan, 4

    BTS berada disekitar area pendidikan; variabel

    Peribadatan, 1 BTS berada disekitar area

    peribadatan; variabel Kesehatan, 2 BTS eksisting

    berada disekitar area kesehatan; 6 BTS berada

    disekitar area perkantoran; variabel Kelerengan

  • POTENSI LOKASI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) BERDASARKAN PEMERINTAH DAN MAYARAKAT DI KOTA

    MATARAM

    40 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

    Lahan, di kelerengan 0-8% sebanyak 64 BTS,

    sedangkan 22 BTS berada pada ketinggian 9-

    15% dan hanya 1 BTS saja yang berada pada

    kelerengan 16-25%; variabel Jumlah Penduduk,

    berkepadatan sedang sebanyak 30 BTS, kepa-

    datan penduduk rendah sebanyak 25 BTS dan

    kepadatan penduduk sangat rendah sebanyak 32

    BTS; variabel Menara Bersama, 11 BTS yang

    digunakan sebagai menara Bersama; variabel

    Ketinggian Menara BTS dengan ketinggian

    40m sebanyak 52 BTS , BTS dengan ketinggian >40-50 m sebanyak 22 BTS, dan BTS dengan

    ketinggian >50 m sebanyak 13 BTS; variabel

    KKOP, 3 BTS eksistingnya berada pada area

    Bandar Udara Selaparang; dan untuk variabel

    Kepadatan Bangunan berkepadatan sedang

    sebanyak 4 BTS, berkepadatan rendah terdapat

    41 BTS dan pada kepadatan sangat rendah

    terdapat 42 BTS.

    Gambar 3. Persebaran BTS berdasarkan

    penggunaan sebagai menara bersama di Kota

    Mataram

    Analisis Evaluatif Variabel Peletakan Base

    Transceiver Station (BTS) di Kota Mataram

    Pada tahap pertama menggunakan metode

    AHP ini dilakukan dengan pengisian kuisioner

    AHP oleh informan. Informan tersebut dibagi

    menjadi dua yaitu informan dari perwakilan

    Pemerintah dan Perwakilan Masyarakat di Kota

    Mataram yang telah ditentukan sebelumnya.

    Perwakilan dari pemerintah Kota Mataram antara

    lain ahli Bappeda Kota Mataram (Bpk. H. Amir

    Wisuda,ST.,MT.), Dinas Tata Kota Mataram

    bagian Perizinan (Bpk. L. Agus

    Supriyandi,ST.,MT.), Dinas Perhubungan Kota

    Mataram (Bpk. Sumarno,ST), Balai Monitoring

    Frekuensi Radio dan Menara (BALMON) Kota

    Mataram (Bpk. Kasno,ST.), dan Operator

    Jaringan Telekomunikasi Seluler (Bpk. Agung

    Tri Wibowo).

    Perwakilan dari informan Masyarakat yaitu

    Ir. Rini Serilina Saptaningtyas (Dosen Arsitek

    Universitas Mataram), Tety Handayani,ST.,MA.

    (Dosen Arsitek Universitas Mataram), Suthami

    Ariessaputra, ST., M.Eng. (Dosen Elektro

    Universitas Mataram), Paniran,ST.,MT. (Dosen

    Elektro Universitas Mataram), Irfan

    Akbar,ST.,M.Eng (Dosen Sipil Universitas

    Mataram), Ardi Firmanto Nugroho (Vendor

    BTS), Rana Yulistia (Mahasiswa Jurusan Elektro

    Universitas Mataram),dan Mizar Febrian

    (Mahasiswa Jurusan Elektro Universitas

    Mataram).

    Tabel 1. Priority Vector, Eigen Value &

    Consistency Index hasil gabungan pendapat

    perwakilan Pemerintah terhadap variabel

    penentu lokasi peletakan Base Tranceiver

    Station (BTS) di kota Mataram

    Variabel Total

    Normalisasi

    Gabungan

    Pendapat

    Priority

    Vector

    (VP)

    Rating

    Prioritas

    RTH 0.86 0.06169 VI

    Jaringan Jalan 0.83 0.05930 IX

    Perdagangan dan

    Jasa

    0.93

    0.06224 IV

    Pendidikan 0.87 0.06179 V

    Peribadatan 0.83 0.05947 VIII

    Kesehatan 0.88 0.05863 X

    Perkantoran 0.81 0.05821 XII

    Kelerengan Lahan 0.67 0.04441 XIV

    Kepadatan

    Penduduk

    1.97

    0.14037 I

    Menara Bersama 0.74 0.04938 XIII

    Lokasi BTS

    Eksisting

    0.82

    0.05862 XI

    Ketinggian Menara

    0.85

    0.06100 VII

    Kawasan

    Keselamatan

    Operasional

    III

    Penerbangan dan

    Cagar Budaya

    1.32

    0.08796

    Kepadatan Bangunan

    1.61 0.11533 II

    Hasil dari analisis AHP untuk persepsi dari

    informan pemerintah ini diambil 2 variabel yang

    menjadi urutan paling penting atau paling tinggi

    berdasarkan Priority Vector yang merupakan

    urutan perioritas dari gabungan pendapat

    informan pemerintah, pengambilan 2 variabel ini

    dilakukan dengan mengambil variabel yang

    memiliki nilai prioritas tinggi 0,1. Berdasarkan urutan yang telah dihasilkan maka untuk analisis

    selanjutnya digunakan 2 variabel menurut

    persepsi dari informan perwakilan pemerintah

    yaitu variabel Kepadatan Penduduk dan variabel

    Kepadatan Bangunan.

  • Dini Rizka Yunidiya, Fauzul Rizal Sutikno, Dian Dinanti

    Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

    41

    Tabel 2. Priority Vector, Eigen Value &

    Consistency Index Hasil Gabungan Pendapat

    Perwakilan Masyarakat terhadap Variabel

    Penentu Lokasi Peletakan Base Tranceiver

    Station (BTS) di Kota Mataram Variabel Total

    Normalisasi

    Gabungan

    Pendapat

    Priority

    Vector

    (VP)

    Rating

    Prioritas

    RTH 0.75 0.05329 X

    Jaringan Jalan 0.66 0.04711 XI

    Perdagangan dan

    Jasa

    1.41 0.10040 IV

    Pendidikan 0.63 0.04523 XIII

    Peribadatan 0.63 0.04530 XII

    Kesehatan 1.27 0.09053 V

    Perkantoran 0.62 0.04413 XIV

    Kelerengan Lahan 1.16 0.08303 VI

    Kepadatan

    Penduduk

    1.78 0.12716

    II

    Menara Bersama 0.90 0.06418 VIII

    Lokasi BTS

    Eksisting

    0.90 0.06419

    VII

    Ketinggian

    Menara

    0.88 0.06273

    IX

    Kawasan 1.70 0.12161 III

    Keselamatan

    Operasional

    Penerbangan dan

    Cagar Budaya

    Kepadatan

    Bangunan 2.58 0.18434 I

    Hasil dari analisis AHP ini diambil 4

    variabel yang menjadi urutan paling penting atau

    paling tinggi berdasarkan Priority Vector yang

    merupakan urutan perioritas dari gabungan

    pendapat informan masyarakat, pengambilan 4

    variabel ini dilakukan dengan mengambil

    variabel yang memiliki nilai prioritas tinggi 0,1. Berdasarkan urutan yang telah dihasilkan maka

    untuk analisis selanjutnya menggunakan 4

    variabel berdasarkan persepsi informan dari

    masyarakat yaitu variabel Kepadatan Bangunan,

    variabel Jumlah Penduduk, variabel Kawasan

    Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP)

    dan Cagar Budaya, dan variabel Perdagangan dan

    Jasa.

    Analisis Lokasi Potensial Peletakan Base

    Transceiver Station (BTS) di Kota Mataram

    Pada tahap ini dilakukan dengan

    menggunakan analisis overlay dengan GIS.

    Overlay dilakukan dengan menggunakan input

    data dari hasil analisis AHP yaitu menggunakan

    variabel-variabel khusus berdasarkan informan

    perwakilan dari pemerintah dan masyarakat.

    Adapun kriteria potensial dan tidak potensial

    dalam peletakan BTS di Kota Mataram dapat

    dilihat pada tabel 3.

    Proses overlay yang dilakukan untuk tahap

    analisis kedua ini, langkah pertama yaitu overlay

    dengan menggabungkan 2 variabel hasil AHP

    dari Informan Pemerintah yaitu variabel

    Kepadatan Penduduk dan variabel Kepadatan

    Bangunan (Gambar 4). Overlay dari hasil AHP

    persepsi informan masyarakat yang juga

    menggunakan 4 variabel yaitu variabel

    Kepadatan Bangunan, variabel Kepadatan

    Penduduk, variabel Kawasan Keselamatan

    Operasional Penerbangan (KKOP), dan variabel

    Perdagangan dan Jasa (Gambar 5).

    Berdasarkan hasil overlay yang telah

    dilakukan sebelumnya yaitu overlay dari hasil

    persepsi informan dari pemerintah dan overlay

    persepsi informan dari masyarakat yang memper-

    oleh masing-masing lokasi potensial berdasarkan

    variabelnya, setelah itu dilakukan overlay

    gabungan dari kedua hasil overlay tersebut

    sehingga memperoleh lokasi yang potensial

    untuk peletakan BTS berdasarkan kedua persepsi

    tersebut yang digunakan sebagai lokasi potensial

    untuk peletakan BTS di Kota Mataram.

    Berdasarkan hasil overlay gabungan dari variabel

    Informan Pemerintah dan Masyarakat

    menghasilkan lokasi-lokasi Potensial untuk

    peletakan BTS di Kota Mataram (Gambar 6).

    Gambar 4. Peta Overlay lima variabel

    berdasarkan persepsi informan dari Pemerintah di

    kota Mataram

    Gambar 5. Peta Overlay Lima Variabel

    Berdasarkan Persepsi Informan dari Masyarakat

    di Kota Mataram

  • POTENSI LOKASI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) BERDASARKAN PEMERINTAH DAN MAYARAKAT DI KOTA

    MATARAM

    42 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

    Lokasi yang memiliki area paling luas

    untuk potensial peletakan BTS adalah di

    Kecamatan Cakranegara yaitu seluas 421,4 Ha

    atau 21% dari luas keseluruhan lokasi potensial,

    yang terdiri dari 70% Kawasan pertanian, dan

    30% permukiman, lokasi potensial yang berada

    di Kecamatan Cakranegara tersebar di Kelurahan

    Sayang-sayang, Kelurahan Cilinaya, Kelurahan

    Sapta Marga, Kelurahan Cakranegara Selatan,

    Kelurahan Cakranegara Selatan Baru.

    Lokasi potensial terendah berada di

    Kecamatan Ampenan yaitu seluas 104,7 Ha atau

    10% dari luas keseluruhan lokasi potensial, yang

    terdiri dari 70% permukiman dan 30% kawasan

    pertanian, lokasi potensial untuk peletakan BTS

    di Kelurahan Ampenan Tengah, Kelurahan

    Pejeruk dan Kelurahan Kebon Sari. Keseluruhan

    lokasi potensial untuk peletakan BTS di Kota

    Mataram sebagian besar merupakan wilayah

    permukiman dan kawasan pertanian yang ada di

    masing-masing berada di setiap Kecamatan di

    Kota Mataram.

    Tabel 3. Kriteria potensial dan tidak potensial untuk lokasi peletakan Base Transceiver Station

    (BTS) di kota Mataram No Variabel Kriteria

    1 Ruang

    Terbuka

    Hijau (RTH)

    I :

    II :

    Tidak Potensial, jika berada pada Lapangan Olahraga dan vegetasi esuai dengan Juknis Kriteria Lokasi Menara

    Telekomunikasi, 2011.

    Potensial, jika berada pada Lahan Kosong, Pemakaman Umum dan Kawasan Pertanian sesuai dengan Juknis

    Kriteria Lokasi Menara Telekomunikasi, 2011.

    2 Jaringan

    Jalan

    I :

    II :

    Tidak Potensial, jika berada pada badan jalan dan ruwas jalan utama yaitu jalan arteri dan jalan kolektor.

    Potensial, jika berada diluar badan jalan dan diluar ruwas jalan utama yaitu jalan arteri dan jalan kolektor,

    dengan jarak dari sisi tepi badan jalan dengan ruwas disesuaikan dengan jenis jaringan jalan, dan jika berada

    pada jalan lokal dan jalan lingkungan

    3 Perdagangan

    dan Jasa

    I :

    II :

    Tidak Potensial, jika BTS berada langsung pada bangunan perdagangan dan jasa.

    Potensial, jika BTS berada >15 meter dari bangunan perdagangan dan jasa (Komalawati,2009).

    4 Pendidikan I :

    II :

    Tidak Potensial, jika BTS berada langsung pada bangunan Pendidikan.

    Potensial, jika BTS berada >15 meter dari bangunan Pendidikan.

    5 Peribadatan I :

    II :

    Tidak Potensial, jika BTS berada langsung pada Peribadatan.

    Potensial, jika BTS berada >15 meter dari bangunan Peribadatan.

    6 Kesehatan I :

    II :

    Tidak Potensial, jika BTS berada langsung pada Kesehatan.

    Potensial, jika BTS berada >15 meter dari bangunan Kesehatan.

    7 Perkantoran I :

    II :

    Tidak Potensial, jika BTS berada langsung pada Perkantoran.

    Potensial, jika BTS berada >15 meter dari bangunan Perkantoran.

    8 Kelerengan

    Lahan

    I :

    II :

    Tidak Potensial, jika kelerengan lahan 8-25% di kelurahan tertentu

    Potensial, jika kelerengan lahan 0-8 % di kelurahan tertentu.

    9 Kepadatan

    Penduduk

    I :

    II :

    Tidak Potensial, jika BTS berada di kepadatan penduduk rendah dan sangat rendah di kelurahan tertentu.

    Potensial, jika BTS berada di kepadatan penduduk sedang dan tinggi di kelurahan tertentu.

    10 Menara

    Bersama

    I :

    II :

    Tidak Potensial, jika suatu BTS berada pada ketinggian 40 m, maka tidak berpotensi sebagai lokasi penambahan operator pada BTS tersebut.

    Potensial, jika kondisi pada eksisting BTS berada pada ketinggian >40-50 m tetapi hanya terdapat satu operator

    saja pada BTS tersebut, maka berpotensi sebagai lokasi penambahan operator pada BTS tersebut. Selain itu,

    apabila ketinggian suatu BTS >50m, maka berpotensi untuk penambahan operator pada BTS tersebut.

    11 Lokasi BTS

    Eksisting

    I :

    II :

    Tidak Potensial, jika jarak antara BTS eksisting dengan lokasi peletakan BTS baru adalah

  • Dini Rizka Yunidiya, Fauzul Rizal Sutikno, Dian Dinanti

    Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

    43

    Gambar 6. Peta Overlay berdasarkan persepsi informan Pemerintah dan persepsi informan

    Masyarakat di kota Mataram

    Gambar 7. Peta Overlay kecamatan Ampenan

    berdasarkan persepsi informan Pemerintah dan

    persepsi informan Masyarakat di kota Mataram

    Gambar 8. Peta Overlay kecamatan Sekarbela

    berdasarkan persepsi informan Pemerintah dan

    persepsi informan Masyarakat di kota Mataram

    Gambar 9. Peta Overlay kecamatan Mataram

    berdasarkan persepsi informan Pemerintah dan

    persepsi informan Masyarakat di kota Mataram

    Gambar 10. Peta Overlay kecamatan Selaparang

    berdasarkan persepsi informan Pemerintah dan

    persepsi informan masyarakat di Kota Mataram

  • POTENSI LOKASI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) BERDASARKAN PEMERINTAH DAN MAYARAKAT DI KOTA

    MATARAM

    44 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

    Gambar 11. Peta Overlay kecamatan

    Cakranegara berdasarkan persepsi informan

    Pemerintah dan persepsi informan Masyarakat di

    kota Mataram

    Gambar 12. Peta Overlay kecamatan Sandubaya

    berdasarkan persepsi informan Pemerintah dan

    persepsi informan Masyarakat di kota Mataram

    Tabel 4. Luas lokasi potensial peletakan Base

    Transceiver Station (BTS) di setiap kecamatan

    kota Mataram No Kecamatan Luas Lokasi Potensial

    (Ha)

    1 Ampenan 104,7

    2 Sekarbela 267,9

    3 Mataram 168,1

    4 Selaparang 124,8

    5 Cakranegara 421,4

    6 Sandubaya 164,2

    Jumlah 1.251,1

    Gambar 13. Persentase Luas Lokasi Potensial

    Peletakan BTS di setiapKecamatan Kota

    Mataram

    Kota Mataram secara keseluruhan

    memiliki luas 6.130 Ha, dari total luas Kota

    Mataram tersebut 1.251,1 Ha adalah lokasi po-

    tensial untuk peletakan BTS di Kota Mataram.

    SIMPULAN

    Variabel untuk penentuan lokasi potensial

    peletakan BTS di Kota Mataram menggunakan

    empat belas variabel yang kemudian dianalisis

    terlebih dahulu menggunakan Analytical

    Hierarchy Proces (AHP) untuk memperoleh

    variabel khusus yang akan digunakan untuk

    analisis overlay penentuan lokasi potensial

    peletakan BTS. Variabel berdasarkan hasil

    Analytical Hierarchy Proces (AHP) dari masing-

    masing pemerintah dan masyarakat adalah untuk

    perwakilan informan pemerintah menggunakan

    variabel Kepadatan Penduduk dan variabel

    Kepadatan Bangunan. Sedangkan untuk

    perwakilan informan masyarakat menggunakan

    variabel Kepadatan Bangunan, variabel

    Kepadatan Penduduk, variabel Kawasan

    Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP),

    dan variabel Perdagangan dan Jasa.

    Lokasi potensial peletakan bangunan Base

    Transceiver Station (BTS) di Kota Mataram

    berdasarkan hasil overlay gabungan dari variabel

    Informan Pemerintah dan Masyarakat

    menghasilkan lokasi-lokasi Potensial untuk

    peletakan BTS di Kota Mataram sebagai berikut:

    Kecamatan Ampenan seluas 104,7 Ha.

    Kecamatan Sekarbela seluas 267,9 Ha.

    Kecamatan Mataram seluas 168,1 Ha.

    Kecamatan Selaparang seluas 124,8 Ha.

    Kecamatan Cakranegara seluas 421,4 Ha.

    Kecamatan Sandubaya seluas 164,2 Ha. Kota Mataram secara keseluruhan

    memiliki luas 6.130 Ha, dari total luas Kota

    Mataram tersebut 1.251,1 Ha adalah lokasi

    potensial untuk peletakan BTS di Kota Mataram.

    Lokasi yang memiliki area paling luas untuk

    potensial peletakan BTS adalah di Kecamatan

    Cakranegara yaitu seluas 421,4 Ha atau 21% dari

    luas keseluruhan lokasi potensial, yang terdiri

    dari 70% Kawasan pertanian, dan 30%

    permukiman, lokasi potensial yang berada di

    Kecamatan Cakranegara tersebar di Kelurahan

    Sayang-sayang, Kelurahan Cilinaya, Kelurahan

    Sapta Marga, Kelurahan Cakranegara Selatan,

    Kelurahan Cakranegara Selatan Baru. Lokasi

    potensial terendah berada di Kecamatan

    Ampenan yaitu seluas 104,7 Ha atau 10% dari

    luas keseluruhan lokasi potensial, yang terdiri

    dari 70% permukiman dan 30% kawasan

    pertanian, lokasi potensial untuk peletakan BTS

    di Kelurahan Ampenan Tengah, Kelurahan

  • Dini Rizka Yunidiya, Fauzul Rizal Sutikno, Dian Dinanti

    Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

    45

    Pejeruk dan Kelurahan Kebon Sari. Keseluruhan

    lokasi potensial untuk peletakan BTS di Kota

    Mataram sebagian besar merupakan wilayah

    permukiman dan kawasan pertanian yang ada di

    masing-masing berada di setiap Kecamatan di

    Kota Mataram.

    Saran

    Guna menyempurnakan penelitian ini

    terdapat beberapa saran yang dapat disampaikan,

    antara lain:

    1. Pemerintah dapat menjadikan sedikit acuan kepada pemerintah Kota Mataram dalam

    peletakan BTS di setiap kecamatan di Kota

    Mataram dan bisa di jadikan refrensi dalam

    pembuatan peraturan BTS tentang penetapan

    dan pengendaliannya di Kota Mataram yang

    sampai saat ini masih belum memiliki

    peraturan yang jelas dalam penentuan lokasi

    untuk BTS.

    2. Masyarakat di Kota Mataram ikut membantu dan berpartisipasi untuk member masukan

    dan membantu pemerintah dalam perizinan

    untuk lokasi yang sesuai atau tidak dalam

    peletakan BTS yang sesuai agar masyarakat

    juga bisa tetap merasa aman dan tidak

    terganggu dengan lokasi peletakan BTS

    tersebut.

    3. Penelitian ini hanya membahas mengenai lokasi potensial untuk peletakan BTS di

    Kota Mataram berdasarkan persepsi dari

    perwakilan informan pemerintah dan

    masyarakat. Penelitian ini masih belum

    mengacu pada peraturan pemerintah Kota

    Mataram mengenai BTS yang dikarenakan

    belum tersusunya peraturan pemerintah

    tersebut. Penelitian ini hanya membahas

    lokasi yang tidak memperhatikan aturan

    mengenai peletakan BTS Rooftop, hanya

    khusus untuk BTS Green Field. Oleh karena

    itu, peneliti menyarankan untuk perlunya

    dilakukan penelitian lanjutan yang

    memperhatikan peraturan pemerintah jika

    telah dibuat nantinya serta melakukan

    penelitian yang lebih mendetail mengenai

    lokasi yang spesifik untuk peletakannya

    sebagai menara Rooftop dan Green Field

    serta jumlah BTS yang boleh diletakkan

    pada lokasi yang telah diperoleh agar untuk

    pendirian BTS memiliki batasan jumlah

    yang diperbolehkan sesuai variabel-variabel

    dalam penentuan peletakan BTS. Selain itu,

    untuk penelitian selanjutkan harus

    disertakan dengan data jenis-jenis RTH

    untuk sekala RT atau RW untuk

    menyempurnakan penelitian selanjutnya.

    DAFTAR PUSTAKA

    Komalawati, Ayu . 2009. Pengendalian Dan

    Penataan Bangunan BTS di Kota

    Malang. Skripsi. Malang: Jurusan

    Perencanaan Wilayah dan Kota

    Universitas Brawijaya. Tidak

    Diterbitkan

    Purwadhi, hardiyanti Prof.dr.f.sri, dkk. 2008.

    Pengantar Interpretasi Citra

    Pengindraan Jauh. Semarang:

    Lembaga penerbangan dan antariksa

    nasional dan universitas negeri

    semarang.

    Saaty, Thomas. 1994. Pengembangan Keputusan

    Bagi Para Pemimpin. Jakarta: PT

    Pustaka Binaman Pressindo

  • POTENSI LOKASI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) BERDASARKAN PEMERINTAH DAN MAYARAKAT DI KOTA

    MATARAM

    46 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013