Penentuan Lokasi BTS Menurut Pemerintah Dan Masyarakat
-
Upload
kacongmarcuet -
Category
Documents
-
view
33 -
download
0
Transcript of Penentuan Lokasi BTS Menurut Pemerintah Dan Masyarakat
-
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1,Juli 2013 37
POTENSI LOKASI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) BERDASARKAN
PEMERINTAH DAN MAYARAKAT DI KOTA MATARAM
Dini Rizka Yunidiya, Fauzul Rizal Sutikno, Dian Dinanti
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan MT.Haryono 167 Malang 65145 Indonesia Telp 0341-567886
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Perkembangan teknologi komunikasi di Indonesia, khususnya daerah perkotaan mendorong berkembangnya
sarana pendukung telekomunikasi. Salah satu diantaranya adalah menara telekomunikasi yang biasa disebut
Base Transceiver Station (BTS). Kota Mataram merupakan salah satu kota yang belum memiliki peraturan
daerah mengenai peletakan bangunan BTS. Sehingga, beberapa BTS yang ada di Kota Mataram berada lokasi
yang seharusnya tidak diperbolehkan. Hal tersebut diperparah karena belum adanya kesamaan persepsi serta
kerjasama antara pihak pemerintah dan masyarakat dalam penentuan lokasi yang sesuai untuk pendirian BTS di
Kota Mataram. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan kajian tentang Potensi Lokasi Base Transceiver Station
(BTS) berdasarkan pemerintah dan mayarakat di Kota Mataram. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Analytic Hierarchy Process (AHP) berdasarkan persepsi dari perwakilan informan pemerintah dan
masyarakat. Penelitian ini menggunakan empat belas variabel penentuan lokasi BTS yaitu Variabel Guna Lahan
(Ruang Terbuka Hijau (RTH), Jaringan Jalan, Perdagangan dan Jasa, Pendidikan, Peribadatan, Kesehatan,
dan Perkantoran), Topografi (Kelerengan Lahan), Jumlah Penduduk (Kepadatan Penduduk), Estetika
Lingkungan (Menara Bersama dan Lokasi BTS Eksisiting), dan Keselamatan (Ketinggian Menara, Kawasan
Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) dan Cagar Budaya, dan Kepadatan Bangunan). Setelah
melalui AHP kemudian akan diperoleh beberapa variabel khusus yang kemudian dilakukan Analisis Tumpang
Susun (Overlay) menggunakan GIS dari masing-masing hasil AHP berdasarkan persepsi dari perwakilan
informan pemerintah dan masyarakat secara terpisah dan terakhir menggabungkan kedua hasil overlay dari
kedua persepsi tersebut sehingga menghasilkan lokasi-lokasi potensial untuk peletakan BTS di Kota Mataram.
Kata Kunci : Base Transceiver Station (BTS), Pemerintah, Masyarakat, Lokasi
ABSTRACT
Base Transceiver Station (BTS) is one of telecommunication facilities which had built for supporting
communication technology development. However, the placement of Base Transceiver Station (BTS) often
located at inappropriate location so it needs more specific regulation for placement BTS. Mataram city is one of
the cities that doesnt have local regulations regarding the placement of BTS which caused some BTS located at inappropriate place. Based on those conditions, it needs to match the perception from both the government and
the society for determining the appropriate location for BTS in Mataram city. The method used in this study is
the Analytic Hierarchy Process (HAP) which used government and society representatives as informants. This
study uses 14 variables determining the location of BTS that are Land Use Variables (Green Open Space, The
Road Network, Commerce and Service, Education, Worship, Health, and Office), Topology (Land Slope), The
Population (Population Density), Environmental Aesthetics (Joint Tower and The location of BTS Eksisiting),
Safety (The Height of The Tower, The Safety of Flight Operations and cultural heritage, and Density of
Buildings). The result of AHP method is priority variables from both of government and society perceptions that
would be represent in spatial using overlay method (GIS approach). Then, the result of overlay method which
combined perceptions of government and society informants was potential locations for placement of BTS in
Mataram city.
Keywords: Base Transceiver Station (BTS), Government, Society, Location.
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi telekomunikasi di
Indonesia semakin meluas disertai dengan
bertambahnya jumlah penduduk dan
bertambahnya permintaan masyarakat sebagai
pengguna telekomunikasi, sehingga mendorong
untuk berkembangnya sarana pendukung
telekomunikasi yang salah satu diantaranya
adalah menara telekomunikasi yang biasa disebut
Base Transceiver Station (BTS).
Base Transceiver Station (BTS) adalah
salah satu bagian dari sistem telekomunikasi
bergerak yang bisa mempermudah para pemakai
-
POTENSI LOKASI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) BERDASARKAN PEMERINTAH DAN MAYARAKAT DI KOTA
MATARAM
38 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013
ponsel untuk tetap bisa begerak berpindah-pindah
tempat tanpa terjadi pemutusan hubungan. Secara
garis besar dalam sebuah sistem selular (cellular
system) kedudukan sebagai penghubung antara
mobile station (ponsel) dengan MSC.
Peletakan Base Transceiver Station (BTS)
yang berada langsung di sekitar permukiman
masyarakat dengan radius keamanan, menim-
bulkan wacana terganggunya kenyamanan dan
kekhawatiran bagi masyarakat setempat, selain
itu peletakan BTS juga tidak memperhatikan
penataan ruang dan estetika lingkungan
disekitarnya.
Peraturan Menkominfo
No.2/PER/M.KOMINFO/3/2008 tentang
Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara
Bersama Telekomunikasi, berdasarkan
penompang dasarnya, menara telekomunikasi
dibedakan menjadi Menara yang peletakannya
diatas tanah (Greenfield) dan Menara yang
peletakkannya di atas/menempel gedung atau
bangunan (rooftop).
Kota Mataram merupakan salah satu kota
yang belum memiliki peraturan daerah mengenai
peletakan bangunan BTS, sehingga beberapa
BTS yang ada di Kota Mataram juga berada di
beberapa lokasi yang seharusnya tidak
diperbolehkan untuk didirikan BTS di tempat
tersebut, selain itu juga belum adanya pemikiran
yang sama atau kesamaan persepsi serta
kerjasama antara pihak pemerintah dan
masyarakat dalam kesepakatan untuk lokasi-
lokasi yang sesuai atau tidak sesuai untuk
pendirian BTS di Kota Mataram.
Peletakan BTS di Kota Mataram harus
disesuaikan dengan faktor-faktor penentu yang
sesuai untuk peletakan BTS, maka perlu
dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui
faktor khusus dalam penentuan lokasi yang
berpotensi untuk peletakan BTS. Penelitian ini
diawali dengan mengetahui terlebih dahulu
semua faktor peletakan bangunan BTS, setelah
memperoleh beberapa faktor atau variabel yang
akan digunakan kemudian mengambil beberapa
perwakilan dari pemerintah dan masyarakat
untuk memberikan persepsi terhadap beberapa
factor yang telah disajikan agar dapat mengetahui
faktor yang lebih berpengaruh dari beberapa
faktor yang ada dalam hal penentuan lokasi untuk
peletakan suatu BTS di Kota Mataram.
Penggunaan pemerintah dan masyarakat
dalam penelitian ini sebagai informan
dikarenakan sering terjadinya ketidaksamaan
antara keinginan dari pihak pemerintah dan
masyarakat dalam hal penentuan peletakan lokasi
BTS. Sehingga dilakukan suatu penelitian yang
berjudul Potensi Lokasi Base Transceiver
Station (BTS) berdasarkan pemerintah dan
mayarakat di Kota Mataram, yang nantinya dari penelitian ini dapat diketahui variabel apa saja
yang lebih utama dari masing-masing pihak
pemerintah dan masyarakat yang lebih utama
dalam penentuan lokasi BTS yang kemudian
akan dilakukan beberapa anlisis sehingga
diperoleh lokasi-lokasi yang dapat dijadikan
sebagai tempat peletakan BTS di Kota Mataram.
Penentuan peletakan bangunan BTS
diperlukan untuk terciptanya estetika lingkungan
yang selaras dengan lingkungan. Penentuan
peletakan bangunan BTS tidak hanya dapat
ditentukan dengan variabel teknis saja, tetapi bias
dari persepsi pemerintah dan masyarakat.
METODE PENELITIAN
Tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui variabel-variabel yang menentukan
lokasi potensial untuk peletakan BTS sehingga
bisa mengetahui lokasi-lokasi yang potensial
untuk peletakan BTS di Kota Mataram. Analisis
yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
Analisis Deskriptif Karakteristik Fisik dan
Persebaran BTS Berdasarkan Variabel
Penentuan Lokasi BTS di Kota Mataram
Analisis deskriptif dilakukan untuk
mendeskripsikan data yang diperoleh dari hasil
survey primer yang mencakup persebaran BTS
berdasarkan variabel-variabel penentuan lokasi
peletakan BTS serta karakteristik fisik yang ada
di Kota Mataram. Analisis ini dilakukan untuk
memperjelas data yang diperoleh dari hasil
survey primer tersebut dan bisa digunakan untuk
analisis selanjutnya.
Analisis Evaluatif dengan Analytic Hierarchy
Process (AHP) untuk Mengetahui Variable
Terpilih yang Mempengaruhi Lokasi
Peletakan BTS di Kota Mataram
Analytic Hierarchy Process (AHP)
merupakan analisis yang digunakan dalam
pengambilan keputusan dengan pendekatan
sistem (Saaty,1994). Metode ini dilakukan
dengan kuisioner ke pemerintah dan masyarakat
yang memahami tentang variable peletakan BTS.
Variabel-variabel yang digunakan dalam metode
AHP yaitu Variabel Guna Lahan (Ruang Terbuka
Hijau (RTH), Jaringan Jalan, Perdagangan dan
Jasa, Pendidikan, Peribadatan, Kesehatan, dan
Perkantoran), Topografi (Kelerengan Lahan),
Jumlah Penduduk (Kepadatan Penduduk),
Estetika Lingkungan (Menara Bersama dan
Lokasi BTS Eksisiting), dan Keselamatan
(Ketinggian Menara, Kawasan Keselamatan
Operasional Penerbangan (KKOP) dan Cagar
-
Dini Rizka Yunidiya, Fauzul Rizal Sutikno, Dian Dinanti
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013
39
Budaya, dan Kepadatan Bangunan). Dari emmpat
belas variabel tersebut akan diperoleh peringkat
tertinggi yang kemudian akan diambil lima
variabel dengan nilai tertinggi untuk digunakan
pada analisis selanjutnya.
Analisis Evaluatif dengan Overlay dengan
Bantuan Peta Pada Sistem Informasi Geografi
(SIG)
Pada analisis ini digunakan variabel-
variabel pada analisis sebelumnya yaitu analisis
AHP. Analisis Tumpang Susun (Overlay)
(Purwadhi,2008) ini dilakukan terlebih dahulu
untuk masing-masing variabel yaitu dari
perwakilan informan pemerintah dan dari
perwakilan informan masyarakat. Setelah
masing-masing memperoleh lokasi potensial
masing-masing dari hasil persepsi tersebut
kemudian dilakukan overlay gabungan dari kedua
persepsi informan pemerintah dan informan
masyarakat yang kemudian akan menghasilkan
tujuan akhir dari penelitian ini yaitu lokasi
potensial peletakan BTS berdasarkan persepsi
pemerintah dan masyarakat Kota Mataram.
Lokasi potensial yang dihasilkan untuk
penggabungan kedua persepsi ini merupakan
lokasi hanya untuk menara Green Field saja atau
menara yang langsung berada di atas tanah,
karena untuk penelitian ini memiliki batas
penelitian hanya untuk menara Green Field tanpa
membahas peraturan lokasi untuk menara
Rooftop atau menara yang berada di atas gedung.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Wilayah Studi
Lokasi penelitian yang diambil dalam studi
ini berada di 6 kecamatan di Kota Mataram.
Yaitu Kecamatan Ampenan, Kecamatan
Cakranegara, Kecamatan Mataram, Kecamatan
Sandubaya, Kecamatan Sekarbela dan
Kecamatan Selaparang. Luas wilayah
keseluruhan sebesar 6.130 Ha atau 61,30 Km.
Gambar 1. Peta administrasi Kota Mataram
Analisis Deskriptif Karakteristik Fisik dan
Persebaran BTS Berdasarkan Empat Belas
Variabel Penentuan Peletakan Base
Transceiver Station (BTS) di Kota Mataram
Jumlah Base Transceiver Station (BTS)
ekisting yang ada di Kota Mataram adalah 87
BTS dengan persebarannya berada di setiap
Kecamatan berbeda-beda yaitu di Kecamatan
Selaparang sebanyak 15 BTS, Kecamatan Sandu-
baya sebanyak 14 BTS , Kecamatan Mataram
sebanyak 12 BTS , Kecamatan Sekarbela se-
banyak 11 BTS, Kecamatan Ampenan sebanyak
19 BTS, dan Kecamatan Cakranegara sebanyak
16 BTS. Dari persebaran BTS yang ada di Kota
Mataram terlihat persebaran terbanyak berada di
Kecamatan Ampenan yaitu 19 BTS, Dari jumlah
BTS di Kota Mataram yaitu 87 BTS, 45 BTS
berada di area permukiman masyarakat. Selain
itu, 40 BTS merupakan BTS triangular tower
dan 47 merupakan BTS rectangular tower.
BTS yang peletakannya diatas tanah
(Green Field) sejumlah 6 buah, sedangkan BTS
yang peletakannya di atas/menempel di gedung
atau bangunan (Rooftop) sejumlah 1 buah berada
di Kecamatan Sandubaya.
Gambar 2. Persebaran BTS berdasarkan
penopang dasarnya di Kota Mataram
Persebaran BTS eksisting berdasarkan
variabel penetuan lokasi potensial BTS di Kota
Mataram yaitu, untuk variabel RTH, 11 BTS
berada di kawasan pertanian dan 5 BTS berada di
area vegetasi; Variabel Jaringan Jalan, Jalan
Arteri Primer sebanyak 6 BTS, di Jalan Kolektor
sebanyak 23 BTS, Jalan Lokal dan Lingkungan
sebanyak 37 BTS; Variabel Perdagangan dan
Jasa, 4 BTS yang berada disekitar area
Perdagangan dan Jasa; variabel Pendidikan, 4
BTS berada disekitar area pendidikan; variabel
Peribadatan, 1 BTS berada disekitar area
peribadatan; variabel Kesehatan, 2 BTS eksisting
berada disekitar area kesehatan; 6 BTS berada
disekitar area perkantoran; variabel Kelerengan
-
POTENSI LOKASI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) BERDASARKAN PEMERINTAH DAN MAYARAKAT DI KOTA
MATARAM
40 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013
Lahan, di kelerengan 0-8% sebanyak 64 BTS,
sedangkan 22 BTS berada pada ketinggian 9-
15% dan hanya 1 BTS saja yang berada pada
kelerengan 16-25%; variabel Jumlah Penduduk,
berkepadatan sedang sebanyak 30 BTS, kepa-
datan penduduk rendah sebanyak 25 BTS dan
kepadatan penduduk sangat rendah sebanyak 32
BTS; variabel Menara Bersama, 11 BTS yang
digunakan sebagai menara Bersama; variabel
Ketinggian Menara BTS dengan ketinggian
40m sebanyak 52 BTS , BTS dengan ketinggian >40-50 m sebanyak 22 BTS, dan BTS dengan
ketinggian >50 m sebanyak 13 BTS; variabel
KKOP, 3 BTS eksistingnya berada pada area
Bandar Udara Selaparang; dan untuk variabel
Kepadatan Bangunan berkepadatan sedang
sebanyak 4 BTS, berkepadatan rendah terdapat
41 BTS dan pada kepadatan sangat rendah
terdapat 42 BTS.
Gambar 3. Persebaran BTS berdasarkan
penggunaan sebagai menara bersama di Kota
Mataram
Analisis Evaluatif Variabel Peletakan Base
Transceiver Station (BTS) di Kota Mataram
Pada tahap pertama menggunakan metode
AHP ini dilakukan dengan pengisian kuisioner
AHP oleh informan. Informan tersebut dibagi
menjadi dua yaitu informan dari perwakilan
Pemerintah dan Perwakilan Masyarakat di Kota
Mataram yang telah ditentukan sebelumnya.
Perwakilan dari pemerintah Kota Mataram antara
lain ahli Bappeda Kota Mataram (Bpk. H. Amir
Wisuda,ST.,MT.), Dinas Tata Kota Mataram
bagian Perizinan (Bpk. L. Agus
Supriyandi,ST.,MT.), Dinas Perhubungan Kota
Mataram (Bpk. Sumarno,ST), Balai Monitoring
Frekuensi Radio dan Menara (BALMON) Kota
Mataram (Bpk. Kasno,ST.), dan Operator
Jaringan Telekomunikasi Seluler (Bpk. Agung
Tri Wibowo).
Perwakilan dari informan Masyarakat yaitu
Ir. Rini Serilina Saptaningtyas (Dosen Arsitek
Universitas Mataram), Tety Handayani,ST.,MA.
(Dosen Arsitek Universitas Mataram), Suthami
Ariessaputra, ST., M.Eng. (Dosen Elektro
Universitas Mataram), Paniran,ST.,MT. (Dosen
Elektro Universitas Mataram), Irfan
Akbar,ST.,M.Eng (Dosen Sipil Universitas
Mataram), Ardi Firmanto Nugroho (Vendor
BTS), Rana Yulistia (Mahasiswa Jurusan Elektro
Universitas Mataram),dan Mizar Febrian
(Mahasiswa Jurusan Elektro Universitas
Mataram).
Tabel 1. Priority Vector, Eigen Value &
Consistency Index hasil gabungan pendapat
perwakilan Pemerintah terhadap variabel
penentu lokasi peletakan Base Tranceiver
Station (BTS) di kota Mataram
Variabel Total
Normalisasi
Gabungan
Pendapat
Priority
Vector
(VP)
Rating
Prioritas
RTH 0.86 0.06169 VI
Jaringan Jalan 0.83 0.05930 IX
Perdagangan dan
Jasa
0.93
0.06224 IV
Pendidikan 0.87 0.06179 V
Peribadatan 0.83 0.05947 VIII
Kesehatan 0.88 0.05863 X
Perkantoran 0.81 0.05821 XII
Kelerengan Lahan 0.67 0.04441 XIV
Kepadatan
Penduduk
1.97
0.14037 I
Menara Bersama 0.74 0.04938 XIII
Lokasi BTS
Eksisting
0.82
0.05862 XI
Ketinggian Menara
0.85
0.06100 VII
Kawasan
Keselamatan
Operasional
III
Penerbangan dan
Cagar Budaya
1.32
0.08796
Kepadatan Bangunan
1.61 0.11533 II
Hasil dari analisis AHP untuk persepsi dari
informan pemerintah ini diambil 2 variabel yang
menjadi urutan paling penting atau paling tinggi
berdasarkan Priority Vector yang merupakan
urutan perioritas dari gabungan pendapat
informan pemerintah, pengambilan 2 variabel ini
dilakukan dengan mengambil variabel yang
memiliki nilai prioritas tinggi 0,1. Berdasarkan urutan yang telah dihasilkan maka untuk analisis
selanjutnya digunakan 2 variabel menurut
persepsi dari informan perwakilan pemerintah
yaitu variabel Kepadatan Penduduk dan variabel
Kepadatan Bangunan.
-
Dini Rizka Yunidiya, Fauzul Rizal Sutikno, Dian Dinanti
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013
41
Tabel 2. Priority Vector, Eigen Value &
Consistency Index Hasil Gabungan Pendapat
Perwakilan Masyarakat terhadap Variabel
Penentu Lokasi Peletakan Base Tranceiver
Station (BTS) di Kota Mataram Variabel Total
Normalisasi
Gabungan
Pendapat
Priority
Vector
(VP)
Rating
Prioritas
RTH 0.75 0.05329 X
Jaringan Jalan 0.66 0.04711 XI
Perdagangan dan
Jasa
1.41 0.10040 IV
Pendidikan 0.63 0.04523 XIII
Peribadatan 0.63 0.04530 XII
Kesehatan 1.27 0.09053 V
Perkantoran 0.62 0.04413 XIV
Kelerengan Lahan 1.16 0.08303 VI
Kepadatan
Penduduk
1.78 0.12716
II
Menara Bersama 0.90 0.06418 VIII
Lokasi BTS
Eksisting
0.90 0.06419
VII
Ketinggian
Menara
0.88 0.06273
IX
Kawasan 1.70 0.12161 III
Keselamatan
Operasional
Penerbangan dan
Cagar Budaya
Kepadatan
Bangunan 2.58 0.18434 I
Hasil dari analisis AHP ini diambil 4
variabel yang menjadi urutan paling penting atau
paling tinggi berdasarkan Priority Vector yang
merupakan urutan perioritas dari gabungan
pendapat informan masyarakat, pengambilan 4
variabel ini dilakukan dengan mengambil
variabel yang memiliki nilai prioritas tinggi 0,1. Berdasarkan urutan yang telah dihasilkan maka
untuk analisis selanjutnya menggunakan 4
variabel berdasarkan persepsi informan dari
masyarakat yaitu variabel Kepadatan Bangunan,
variabel Jumlah Penduduk, variabel Kawasan
Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP)
dan Cagar Budaya, dan variabel Perdagangan dan
Jasa.
Analisis Lokasi Potensial Peletakan Base
Transceiver Station (BTS) di Kota Mataram
Pada tahap ini dilakukan dengan
menggunakan analisis overlay dengan GIS.
Overlay dilakukan dengan menggunakan input
data dari hasil analisis AHP yaitu menggunakan
variabel-variabel khusus berdasarkan informan
perwakilan dari pemerintah dan masyarakat.
Adapun kriteria potensial dan tidak potensial
dalam peletakan BTS di Kota Mataram dapat
dilihat pada tabel 3.
Proses overlay yang dilakukan untuk tahap
analisis kedua ini, langkah pertama yaitu overlay
dengan menggabungkan 2 variabel hasil AHP
dari Informan Pemerintah yaitu variabel
Kepadatan Penduduk dan variabel Kepadatan
Bangunan (Gambar 4). Overlay dari hasil AHP
persepsi informan masyarakat yang juga
menggunakan 4 variabel yaitu variabel
Kepadatan Bangunan, variabel Kepadatan
Penduduk, variabel Kawasan Keselamatan
Operasional Penerbangan (KKOP), dan variabel
Perdagangan dan Jasa (Gambar 5).
Berdasarkan hasil overlay yang telah
dilakukan sebelumnya yaitu overlay dari hasil
persepsi informan dari pemerintah dan overlay
persepsi informan dari masyarakat yang memper-
oleh masing-masing lokasi potensial berdasarkan
variabelnya, setelah itu dilakukan overlay
gabungan dari kedua hasil overlay tersebut
sehingga memperoleh lokasi yang potensial
untuk peletakan BTS berdasarkan kedua persepsi
tersebut yang digunakan sebagai lokasi potensial
untuk peletakan BTS di Kota Mataram.
Berdasarkan hasil overlay gabungan dari variabel
Informan Pemerintah dan Masyarakat
menghasilkan lokasi-lokasi Potensial untuk
peletakan BTS di Kota Mataram (Gambar 6).
Gambar 4. Peta Overlay lima variabel
berdasarkan persepsi informan dari Pemerintah di
kota Mataram
Gambar 5. Peta Overlay Lima Variabel
Berdasarkan Persepsi Informan dari Masyarakat
di Kota Mataram
-
POTENSI LOKASI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) BERDASARKAN PEMERINTAH DAN MAYARAKAT DI KOTA
MATARAM
42 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013
Lokasi yang memiliki area paling luas
untuk potensial peletakan BTS adalah di
Kecamatan Cakranegara yaitu seluas 421,4 Ha
atau 21% dari luas keseluruhan lokasi potensial,
yang terdiri dari 70% Kawasan pertanian, dan
30% permukiman, lokasi potensial yang berada
di Kecamatan Cakranegara tersebar di Kelurahan
Sayang-sayang, Kelurahan Cilinaya, Kelurahan
Sapta Marga, Kelurahan Cakranegara Selatan,
Kelurahan Cakranegara Selatan Baru.
Lokasi potensial terendah berada di
Kecamatan Ampenan yaitu seluas 104,7 Ha atau
10% dari luas keseluruhan lokasi potensial, yang
terdiri dari 70% permukiman dan 30% kawasan
pertanian, lokasi potensial untuk peletakan BTS
di Kelurahan Ampenan Tengah, Kelurahan
Pejeruk dan Kelurahan Kebon Sari. Keseluruhan
lokasi potensial untuk peletakan BTS di Kota
Mataram sebagian besar merupakan wilayah
permukiman dan kawasan pertanian yang ada di
masing-masing berada di setiap Kecamatan di
Kota Mataram.
Tabel 3. Kriteria potensial dan tidak potensial untuk lokasi peletakan Base Transceiver Station
(BTS) di kota Mataram No Variabel Kriteria
1 Ruang
Terbuka
Hijau (RTH)
I :
II :
Tidak Potensial, jika berada pada Lapangan Olahraga dan vegetasi esuai dengan Juknis Kriteria Lokasi Menara
Telekomunikasi, 2011.
Potensial, jika berada pada Lahan Kosong, Pemakaman Umum dan Kawasan Pertanian sesuai dengan Juknis
Kriteria Lokasi Menara Telekomunikasi, 2011.
2 Jaringan
Jalan
I :
II :
Tidak Potensial, jika berada pada badan jalan dan ruwas jalan utama yaitu jalan arteri dan jalan kolektor.
Potensial, jika berada diluar badan jalan dan diluar ruwas jalan utama yaitu jalan arteri dan jalan kolektor,
dengan jarak dari sisi tepi badan jalan dengan ruwas disesuaikan dengan jenis jaringan jalan, dan jika berada
pada jalan lokal dan jalan lingkungan
3 Perdagangan
dan Jasa
I :
II :
Tidak Potensial, jika BTS berada langsung pada bangunan perdagangan dan jasa.
Potensial, jika BTS berada >15 meter dari bangunan perdagangan dan jasa (Komalawati,2009).
4 Pendidikan I :
II :
Tidak Potensial, jika BTS berada langsung pada bangunan Pendidikan.
Potensial, jika BTS berada >15 meter dari bangunan Pendidikan.
5 Peribadatan I :
II :
Tidak Potensial, jika BTS berada langsung pada Peribadatan.
Potensial, jika BTS berada >15 meter dari bangunan Peribadatan.
6 Kesehatan I :
II :
Tidak Potensial, jika BTS berada langsung pada Kesehatan.
Potensial, jika BTS berada >15 meter dari bangunan Kesehatan.
7 Perkantoran I :
II :
Tidak Potensial, jika BTS berada langsung pada Perkantoran.
Potensial, jika BTS berada >15 meter dari bangunan Perkantoran.
8 Kelerengan
Lahan
I :
II :
Tidak Potensial, jika kelerengan lahan 8-25% di kelurahan tertentu
Potensial, jika kelerengan lahan 0-8 % di kelurahan tertentu.
9 Kepadatan
Penduduk
I :
II :
Tidak Potensial, jika BTS berada di kepadatan penduduk rendah dan sangat rendah di kelurahan tertentu.
Potensial, jika BTS berada di kepadatan penduduk sedang dan tinggi di kelurahan tertentu.
10 Menara
Bersama
I :
II :
Tidak Potensial, jika suatu BTS berada pada ketinggian 40 m, maka tidak berpotensi sebagai lokasi penambahan operator pada BTS tersebut.
Potensial, jika kondisi pada eksisting BTS berada pada ketinggian >40-50 m tetapi hanya terdapat satu operator
saja pada BTS tersebut, maka berpotensi sebagai lokasi penambahan operator pada BTS tersebut. Selain itu,
apabila ketinggian suatu BTS >50m, maka berpotensi untuk penambahan operator pada BTS tersebut.
11 Lokasi BTS
Eksisting
I :
II :
Tidak Potensial, jika jarak antara BTS eksisting dengan lokasi peletakan BTS baru adalah
-
Dini Rizka Yunidiya, Fauzul Rizal Sutikno, Dian Dinanti
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013
43
Gambar 6. Peta Overlay berdasarkan persepsi informan Pemerintah dan persepsi informan
Masyarakat di kota Mataram
Gambar 7. Peta Overlay kecamatan Ampenan
berdasarkan persepsi informan Pemerintah dan
persepsi informan Masyarakat di kota Mataram
Gambar 8. Peta Overlay kecamatan Sekarbela
berdasarkan persepsi informan Pemerintah dan
persepsi informan Masyarakat di kota Mataram
Gambar 9. Peta Overlay kecamatan Mataram
berdasarkan persepsi informan Pemerintah dan
persepsi informan Masyarakat di kota Mataram
Gambar 10. Peta Overlay kecamatan Selaparang
berdasarkan persepsi informan Pemerintah dan
persepsi informan masyarakat di Kota Mataram
-
POTENSI LOKASI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) BERDASARKAN PEMERINTAH DAN MAYARAKAT DI KOTA
MATARAM
44 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013
Gambar 11. Peta Overlay kecamatan
Cakranegara berdasarkan persepsi informan
Pemerintah dan persepsi informan Masyarakat di
kota Mataram
Gambar 12. Peta Overlay kecamatan Sandubaya
berdasarkan persepsi informan Pemerintah dan
persepsi informan Masyarakat di kota Mataram
Tabel 4. Luas lokasi potensial peletakan Base
Transceiver Station (BTS) di setiap kecamatan
kota Mataram No Kecamatan Luas Lokasi Potensial
(Ha)
1 Ampenan 104,7
2 Sekarbela 267,9
3 Mataram 168,1
4 Selaparang 124,8
5 Cakranegara 421,4
6 Sandubaya 164,2
Jumlah 1.251,1
Gambar 13. Persentase Luas Lokasi Potensial
Peletakan BTS di setiapKecamatan Kota
Mataram
Kota Mataram secara keseluruhan
memiliki luas 6.130 Ha, dari total luas Kota
Mataram tersebut 1.251,1 Ha adalah lokasi po-
tensial untuk peletakan BTS di Kota Mataram.
SIMPULAN
Variabel untuk penentuan lokasi potensial
peletakan BTS di Kota Mataram menggunakan
empat belas variabel yang kemudian dianalisis
terlebih dahulu menggunakan Analytical
Hierarchy Proces (AHP) untuk memperoleh
variabel khusus yang akan digunakan untuk
analisis overlay penentuan lokasi potensial
peletakan BTS. Variabel berdasarkan hasil
Analytical Hierarchy Proces (AHP) dari masing-
masing pemerintah dan masyarakat adalah untuk
perwakilan informan pemerintah menggunakan
variabel Kepadatan Penduduk dan variabel
Kepadatan Bangunan. Sedangkan untuk
perwakilan informan masyarakat menggunakan
variabel Kepadatan Bangunan, variabel
Kepadatan Penduduk, variabel Kawasan
Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP),
dan variabel Perdagangan dan Jasa.
Lokasi potensial peletakan bangunan Base
Transceiver Station (BTS) di Kota Mataram
berdasarkan hasil overlay gabungan dari variabel
Informan Pemerintah dan Masyarakat
menghasilkan lokasi-lokasi Potensial untuk
peletakan BTS di Kota Mataram sebagai berikut:
Kecamatan Ampenan seluas 104,7 Ha.
Kecamatan Sekarbela seluas 267,9 Ha.
Kecamatan Mataram seluas 168,1 Ha.
Kecamatan Selaparang seluas 124,8 Ha.
Kecamatan Cakranegara seluas 421,4 Ha.
Kecamatan Sandubaya seluas 164,2 Ha. Kota Mataram secara keseluruhan
memiliki luas 6.130 Ha, dari total luas Kota
Mataram tersebut 1.251,1 Ha adalah lokasi
potensial untuk peletakan BTS di Kota Mataram.
Lokasi yang memiliki area paling luas untuk
potensial peletakan BTS adalah di Kecamatan
Cakranegara yaitu seluas 421,4 Ha atau 21% dari
luas keseluruhan lokasi potensial, yang terdiri
dari 70% Kawasan pertanian, dan 30%
permukiman, lokasi potensial yang berada di
Kecamatan Cakranegara tersebar di Kelurahan
Sayang-sayang, Kelurahan Cilinaya, Kelurahan
Sapta Marga, Kelurahan Cakranegara Selatan,
Kelurahan Cakranegara Selatan Baru. Lokasi
potensial terendah berada di Kecamatan
Ampenan yaitu seluas 104,7 Ha atau 10% dari
luas keseluruhan lokasi potensial, yang terdiri
dari 70% permukiman dan 30% kawasan
pertanian, lokasi potensial untuk peletakan BTS
di Kelurahan Ampenan Tengah, Kelurahan
-
Dini Rizka Yunidiya, Fauzul Rizal Sutikno, Dian Dinanti
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013
45
Pejeruk dan Kelurahan Kebon Sari. Keseluruhan
lokasi potensial untuk peletakan BTS di Kota
Mataram sebagian besar merupakan wilayah
permukiman dan kawasan pertanian yang ada di
masing-masing berada di setiap Kecamatan di
Kota Mataram.
Saran
Guna menyempurnakan penelitian ini
terdapat beberapa saran yang dapat disampaikan,
antara lain:
1. Pemerintah dapat menjadikan sedikit acuan kepada pemerintah Kota Mataram dalam
peletakan BTS di setiap kecamatan di Kota
Mataram dan bisa di jadikan refrensi dalam
pembuatan peraturan BTS tentang penetapan
dan pengendaliannya di Kota Mataram yang
sampai saat ini masih belum memiliki
peraturan yang jelas dalam penentuan lokasi
untuk BTS.
2. Masyarakat di Kota Mataram ikut membantu dan berpartisipasi untuk member masukan
dan membantu pemerintah dalam perizinan
untuk lokasi yang sesuai atau tidak dalam
peletakan BTS yang sesuai agar masyarakat
juga bisa tetap merasa aman dan tidak
terganggu dengan lokasi peletakan BTS
tersebut.
3. Penelitian ini hanya membahas mengenai lokasi potensial untuk peletakan BTS di
Kota Mataram berdasarkan persepsi dari
perwakilan informan pemerintah dan
masyarakat. Penelitian ini masih belum
mengacu pada peraturan pemerintah Kota
Mataram mengenai BTS yang dikarenakan
belum tersusunya peraturan pemerintah
tersebut. Penelitian ini hanya membahas
lokasi yang tidak memperhatikan aturan
mengenai peletakan BTS Rooftop, hanya
khusus untuk BTS Green Field. Oleh karena
itu, peneliti menyarankan untuk perlunya
dilakukan penelitian lanjutan yang
memperhatikan peraturan pemerintah jika
telah dibuat nantinya serta melakukan
penelitian yang lebih mendetail mengenai
lokasi yang spesifik untuk peletakannya
sebagai menara Rooftop dan Green Field
serta jumlah BTS yang boleh diletakkan
pada lokasi yang telah diperoleh agar untuk
pendirian BTS memiliki batasan jumlah
yang diperbolehkan sesuai variabel-variabel
dalam penentuan peletakan BTS. Selain itu,
untuk penelitian selanjutkan harus
disertakan dengan data jenis-jenis RTH
untuk sekala RT atau RW untuk
menyempurnakan penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Komalawati, Ayu . 2009. Pengendalian Dan
Penataan Bangunan BTS di Kota
Malang. Skripsi. Malang: Jurusan
Perencanaan Wilayah dan Kota
Universitas Brawijaya. Tidak
Diterbitkan
Purwadhi, hardiyanti Prof.dr.f.sri, dkk. 2008.
Pengantar Interpretasi Citra
Pengindraan Jauh. Semarang:
Lembaga penerbangan dan antariksa
nasional dan universitas negeri
semarang.
Saaty, Thomas. 1994. Pengembangan Keputusan
Bagi Para Pemimpin. Jakarta: PT
Pustaka Binaman Pressindo
-
POTENSI LOKASI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) BERDASARKAN PEMERINTAH DAN MAYARAKAT DI KOTA
MATARAM
46 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013