PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6...

76
PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG LENGKUAS (Languas galanga L. Stuntz) YANG KADAR MINYAK ATSIRINYA MEMENUHI STANDAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh: Yulita Fitri Rosanti NIM : 038114131 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007 i

Transcript of PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6...

Page 1: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG LENGKUAS

(Languas galanga L. Stuntz) YANG KADAR MINYAK ATSIRINYA

MEMENUHI STANDAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Yulita Fitri Rosanti

NIM : 038114131

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

i

Page 2: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

ii

Page 3: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

iii

Page 4: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

’’apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu“ ( Markus 11: 24)

If you wanna do somethin’ you are free to do it, BUT you must

know the consequences

Karya kecilku ini ingin kupersembahkan untuk: JESUS CHRIST and SAINT MARY Papa di surga dan mama tercinta Kakakku, adikku, dan sepupuku di rumah

 

Sahabat terbaikku Euze, Retie, Rahma, Thea, Restia, Ero dan Diana Chemistry 2003 yang kusayangi dan kubanggakan Teman bernyanyiku di Senandung Kasih, PSM “Cantus Firmus”, dan PSF “Veronika” Asa dan impianku yang manis Almamater kebanggaanku

iv

Page 5: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus dan

Bunda Maria atas segala berkat kasih dan perlindungan yang diberikan kepada

penulis sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Penentuan Ketebalan Irisan Simplisia Rimpang Lengkuas (Languas

galanga L. Stuntz) Yang Kadar Minyak Atsirinya Memenuhi Standar”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya

bantuan dari berbagai pihak, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak

langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa

terima kasih yang mendalam kepada:

1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma.

2. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah bersedia membimbing dan meluangkan waktunya untuk penulis selama

proses penelitian dengan memberikan perhatian, pengarahan, saran dan

kritikan yang membangun.

3. Ibu Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt. selaku dosen penguji atas pengarahan dan

bimbingannya bagi kesempurnaan skripsi.

4. Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt. selaku dosen penguji atas pengarahan

dan bimbingannya bagi kesempurnaan skripsi.

v

Page 6: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

5. Bapak Ign. Y. Kristio, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan pengarahan dan masukan selama kuliah maupun penyusunan

skripsi.

6. Semua Bapak-Ibu dosen yang telah banyak memberikan ilmu yang berguna

selama proses perkuliahan sehingga bermanfaat dalam penelitian ini.

7. Mas Wagiran, Mas Sigit, Mas Kunto, Mas Andre, dan Pak Mus selaku laboran

yang telah banyak bersabar membantu pelaksaan penelitian ini di laboratorium

selama pembuatan skripsi.

8. Papa Ir. Drajad Soepomo (Alm.) yang selalu menjaga dan menyertai penulis

dari Surga, serta Mama F. M. Chrismartin, Bsc. atas curahan kasih sayang,

doa dan seluruh jerih payah yang tak pernah lelah kauberikan.

9. Kakak St. Deni Hermawan dan adik Y. Ratri Wahyudewi, serta sepupu

penulis Ivan atas segala dukungan dan bantuannya.

10. Yulius Dwi Haryanto yang selalu menjadi inspirasi dan kekuatan penulis,

terima kasih atas proses pembelajaran dan pendewasaan yang diajarkan.

11. Sahabatku Diana, Retie, Thea, Rahma, Restia dan Ero terimakasih atas

semangat, bantuan dan dukungannya dalam suka dan duka (kalian yang

terbaik). Teman-teman senasib di lantai III terimakasih atas kebersamaan dan

keceriannya selama penelitian, juga teman-teman KKN Kulungan angkatan

XXXIII Meme, Tina, Putri, Endar, Srie, Mudji, Frenky dan Sadewo atas

segala kenangan, kebersamaan, dan dukungannya selama ini.

12. Teman-teman Chemistry 2003 semuanya atas keceriaan, kebersamaan, dan

persahabatan yang indah selama kuliah, terutama untuk teman seperjuangan

vi

Page 7: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

vii

Page 8: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

viii

Page 9: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………………………………………………………............i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................... .ii

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………...……....... .iii

HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................iv

KATA PENGANTAR……………………………………………………….........v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...............................................................viii

DAFTAR ISI……………………………………………………………...............ix

DAFTAR TABEL …………………………………………………….…….......xiii

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………..….........xiv

DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xv

INTISARI..............................................................................................................xvi

ABSTRACT...........................................................................................................xvii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............…………………………………………………...1

1. Permasalahan .........................................................................................3

2. Keaslian penelitian ................................................................................4

3. Manfaat penelitian ................................................................................4

B. Tujuan penelitian..........................................................................................4

ix

Page 10: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

1. Tujuan umum.........................................................................................4

2. Tujuan khusus .......................................................................................4

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA

A. Lengkuas ..………………………………………………………………...5

1. Keterangan botani .................................................................................5

2. Nama daerah tanaman ...........................................................................5

3. Pertelaan ................................................................................................5

4. Ekologi dan penyebaran ........................................................................6

5. Kegunaan rimpang ................................................................................7

6. Kandungan kimia ..................................................................................8

B. Pembuatan simplisia .………………....…………………………………..9

1. Pengumpulan bahan baku .....................................................................9

2. Sortasi basah .........................................................................................9

3. Pencucian ..............................................................................................9

4. Perajangan ...........................................................................................10

5. Pengeringan .........................................................................................11

6. Sortasi kering ......................................................................................12

C. Minyak Atsiri …………………………………………………….….......12

D. Penyulingan .........................……………………………………………..16

E. Keterangan Empiris Yang Diharapkan…......……………………………20

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian…………………………………….........21

B. Identifikasi Variabel Penelitian .................................................................21

x

Page 11: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

C. Definisi Operasional………………………………………………….......22

D. Bahan dan Alat Penelitian……………….....……………………...……..22

E. Tata Cara Penelitian …………………………………………………..…23

1. Pengumpulan bahan ............................................................................23

2. Determinasi..........................................................................................23

3. Identifikasi bahan ................................................................................23

4. Pembuatan simplisia............................................................................24

5. Penetapan susut pengeringan ..............................................................24

6. Penetapan kadar minyak atsiri ............................................................24

F. Tata Cara Analisis Hasil ……………………………................................25

BAB IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pengumpulan Bahan ..................................................................................26

B. Determinasi tanaman..................................................................................26

C. Identifikasi Bahan

1. Identifikasi makroskopis ...............................................................27

2. Identifikasi mikroskopis ...............................................................27

3. Identifikasi secara kimia ...............................................................30

D. Pembuatan Simplisia .................................................................................31

1. Sortasi basah ........................................................................................31

2. Pencucian ............................................................................................31

3. Perajangan ...........................................................................................32

4. Pengeringan .........................................................................................33

xi

Page 12: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

E. Penetapan Susut Pengeringan ...................................................................34

F. Penetapan Kadar Minyak Atsiri ……………............................................36

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan……………………………………………………………....40

B. Saran……………………………………………………………………...40

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................41

LAMPIRAN...........................................................................................................44

BIOGRAFI PENULIS..........................................................................................59

xii

Page 13: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Identifikasi serbuk dengan pereaksi warna .............................................30

Tabel II. Susut pengeringan serbuk rmpang lengkuas ..........................................35

Tabel III. Kadar minyak atsiri rimpang lengkuas .................................................38

xiii

Page 14: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Struktur kimia diarilheptanoid, gingerol, metil sinamat, sineol, dan

eugenol ..................................................................................................8

Gambar 2. Berkas pembuluh dan parenkim korteks .............................................28

Gambar 3. Endodermis, berkas pembuluh, dan oleoresin .....................................28

Gambar 4. Trakhea dan fragmen serabut ..............................................................29

Gambar 5. Amilum ................................................................................................29

Gambar 6. Grafik susut pengeringan rimpang lengkuas .......................................35

Gambar 7. Grafik kadar minyak atsiri rimpang lengkuas......................................38

xiv

Page 15: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat determinasi tanaman ................................................................44

Lampiran 2. Gambar tanaman dan rimpang lengkuas...........................................45

Lampiran 3. Gambar irisan rimpang segar dan rimpang kering ...........................46

Lampiran 4. Gambar serbuk simpleks rimpang lengkuas dan alat destilasi

Stahl...................................................................................................47

Lampiran 5. Identifikasi Makroskopis ..................................................................48

Lampiran 6. Pengukuran ketebalan irisan..............................................................49

Lampiran 7. Suhu pengeringan simplisia...............................................................52

Lampiran 8. Susut pengeringan..............................................................................53

Lampiran 9. Analisis variansi susut pengeringan..................................................54

Lampiran 10. Analisis LSD susut pengeringan......................................................55

Lampiran 11. Perhitungan kadar minyak atsiri .....................................................56

Lampiran 12. Analisis variansi kadar minyak atsiri...............................................57

Lampiran 13. Analisis LSD kadar minyak atsiri ...................................................58

xv

Page 16: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

INTISARI

Penelitian tentang pengaruh ketebalan irisan terhadap kadar minyak atsiri simpleks rimpang lengkuas (Languas galanga L. Stuntz.) bertujuan untuk mengetahui kadar minyak atsiri simpleks rimpang lengkuas pada setiap ketebalan irisan yang berbeda serta untuk mengetahui ketebalan irisan yang harus dibuat supaya diperoleh kadar minyak atsiri dari sebesar 0,5 – 1% v/b.

Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola satu arah. Perajangan rimpang lengkuas dilakukan dalam empat ketebalan yang berbeda, yaitu 2, 4, 6 dan 8mm. Penetapan kadar minyak atsiri dilakukan dengan metode penyulingan air menggunakan alat destilasi Stahl. Kadar minyak atsiri yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik berupa Anova satu arah dan diteruskan dengan uji LSD (Least Significant Difference) dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tebal irisan rimpang lengkuas kadar minyak atsiri juga semakin tinggi, namun pada ketebalan 8 mm kadar minyak atsiri menurun. Dari keempat ketebalan irisan tersebut yang kadar minyak atsirinya memenuhi persyaratan adalah pada ketebalan irisan 6mm, dengan kadar rata-rata sebesar 0,5981% v/b ± 7,9561x10-4. Kata kunci: rimpang lengkuas, ketebalan irisan, kadar minyak atsiri

xvi

Page 17: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

ABSTRACT

A research about the significance of slice’s thickness toward the amount of languas rhizome’s (Languas galanga L. Stuntz.) essential oil is meant to find out the amount of dried languas rhizome’s essential oil and to know the exact thickness that should be made in order to get the essential oil’s amount as much as 0,5% – 1% v/b.

This research is included as a pure experimental descriptive research with one way complete random design. The slices of languas rhizome are done in four different thickness, which are 2, 4, 6, and 8 mm. The determination of the essential oil’s amount is done with steam distillation method using Stahl’s distillation tool. The amount of the essential oil that has been gained is analyzed later statistically wich is one way Anova and is continued with LSD test with 95% trust percentage.

The result of the research shows that the more thick the slice of languas rhizome the higher amount of the essential oil is. But in 8 mm thick slice, the amount of the essential oil decreases. The proper thickness that fulfills the requirements for the amount of the essential oil of 0,5% -1% v/b is 6 mm thick with the amount of the essential oil average 0,5981% v/b ± 7,9561x10-4.

Key word : languas rhizome, slice thickness, essential oil’s amount

xvii

Page 18: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Tanaman telah lama diketahui merupakan salah satu sumber daya yang

penting untuk pengobatan. Bahkan sampai saat ini menurut perkiraan badan

kesehatan dunia (WHO), 80% penduduk dunia masih menggantungkan dirinya pada

pengobatan tradisional termasuk penggunaan obat yang berasal dari tanaman

(Pezzuto, 1996). Sebagian besar komponen kimia yang berasal dari tanaman yang

digunakan sebagai obat atau bahan obat adalah merupakan metabolit sekunder. Salah

satu jenis metabolit sekunder adalah minyak atsiri.

Minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eteris, minyak esensial, serta

minyak aromatik, adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental

pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang

khas(Anonim, 1999). Minyak atsiri terdapat dalam kelenjar-kelenjar minyak,

pembuluh-pembuluh, kantong-kantong minyak, dan rambut-rambut kelenjar dari

tumbuhan aromatik (Ketaren, 1985). Minyak atsiri terdapat pada bagian khusus

tanaman, tergantung pada tanaman tersebut. Pada familia Zingiberaceae terdapat

pada sel-sel rimpang (Tyler, Brady, Robbers, 1988).

Minyak atsiri merupakan salah satu zat aktif dalam tanaman yang mutunya

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pengadaan bahan baku, penanganan pasca

panen, dan proses produksi. Penanganan pasca panen dari bahan tanaman yang akan

1

Page 19: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

2

diambil minyak atsirinya berkaitan dengan mutu dan rendemen minyak atsiri yang

dihasilkan (Lutoni dan Rahmayanti, 1994). Telah diidentifikasi berbagai jenis

minyak atsiri yang berpotensi untuk dikembangkan, salah satunya adalah minyak

lengkuas. Minyak atsiri dari lengkuas yang banyak digunakan berasal dari bagian

rimpangnya. Minyak atsiri yang terkandung dalam rimpang lengkuas terdiri dari

kamfer, sineol, dan asam metil sinamat (Anonim, 1978) yang berkhasiat untuk

pengobatan. Komponen rempah-rempah yang mempunyai aktivitas antimikroba

terutama adalah bagian minyak atsiri (Kunia, 2006).

Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan, terutama

untuk rimpang. Ketebalan irisan dari perajangan simplisia terutama rimpang akan

mempengaruhi kadar minyak atsiri dan kualitas simplisia. Semakin tipis ketebalannya

maka akan mempercepat proses pengeringan, namun irisan yang terlalu tipis juga

dapat menyebabkan berkurangnya senyawa yang mudah menguap seperti minyak

atsiri, sehingga kadarnya akan berkurang. Proses perajangan juga dapat memudahkan

proses penyulingan minyak atsiri karena perajangan dapat menyebabkan kelenjar

minyak dapat terbuka sehingga memudahkan proses penguapan minyak (Lutony dan

Rahmayanti, 1994). Sebelumnya telah dilakukan penelitian oleh Sudrajad (2004)

mengenai pengaruh ketebalan irisan dan lama perebusan (blanching) terhadap

gambaran makroskopis dan kadar minyak atsiri dari rimpang dringo (Acorus calamus

L). Pada penelitian tersebut digunakan ketebalan irisan pada 2, 4, 6, dan 8 mm. Hasil

percobaan menunjukkan bahwa tebal irisan dan lama blanching berpengaruh baik

terhadap minyak atsiri dan kualitas simplisia dringo. Mengacu pada penelitian

Page 20: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

3

tersebut maka dilakukan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengaruh

ketebalan irisan terhadap kadar minyak atsiri dari rimpang lengkuas.

Tebal irisan yang dilakukan berbeda-beda untuk tiap-tiap rimpang. Tebal

irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6

mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004). Untuk rimpang lengkuas

sendiri belum ada ketentuan ketebalan irisan yang tepat dalam proses perajangan,

maka perlu diketahui ketebalan irisan yang sesuai untuk rimpang lengkuas supaya

diperoleh kadar minyak atsiri sebesar 0,5-1% v/b (Anonim, 1978) yang merupakan

parameter kualitas untuk rimpang lengkuas.

Minyak atsiri dapat diproduksi melalui beberapa metode, salah satunya adalah

metode penyulingan. Menurut Anonim (1978), penetapan kadar minyak atsiri

dilakukan dengan proses penyulingan menggunakan alat destilasi Stahl. Proses

penyulingan yang dilakukan adalah penyulingan dengan air, dan volume minyak

atsiri yang diperoleh dapat dihitung kadarnya dalam % v/b.

1. Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah berapakah mm ketebalan irisan

yang harus dibuat supaya menghasilkan kadar minyak atsiri sebesar 0,5-1% v/b?

2. Keaslian Penelitian

Sepanjang data kepustakan yang telah ditelusuri, belum ditemukan penelitian

mengenai penentuan ketebalan irisan simplisia rimpang lengkuas yang kadar minyak

atsirinya memenuhi standard.

Page 21: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

4

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi

dan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam

bidang kefarmasian terutama yang berhubungan dengan pengaruh ketebalan irisan

terhadap kadar minyak atsiri.

b. Manfaat Praktis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat untuk

mengetahui ketebalan irisan yang tepat dari simplisia rimpang lengkuas supaya

diperoleh kadar minyak atsiri sebesar 0,5-1% v/b.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya kadar minyak

atsiri simplisia rimpang lengkuas yang diperoleh pada setiap ketebalan irisan.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui ketebalan irisan yang

tepat dari simplisia rimpang lengkuas supaya diperoleh kadar minyak atsiri sebesar

0,5-1% v/b.

Page 22: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

5

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Lengkuas

1. Keterangan botani

Nama ilmiah tanaman lengkuas adalah Languas galanga (L.) Stuntz.

Sinonimnya adalah Alpinia galanga (L.) Swartz. dan Alpinia pyramidata BI.

(Anonim, 1978) Marantha galanga (L.) Merr. dan Amomum galanga Lour. Tanaman

ini termasuk dalam familia Zingiberaceae (Soedibyo, 1998).

2. Nama daerah

Nama daerah lengkuas di Sumatra adalah langkueueh (Aceh), lengkuas

(Gayo), kelawas, halawas (Batak), lekuwe (Nias), lengkuas (Melayu), langkuweh

(Minang), lawas (Lampung). Sedangkan di Jawa disebut laja (Sunda), laos (Jawa),

laos (Madura), di Kalimantan disebut langkuwas (Banjar). Di Nusatenggara disebut

kalawasan, laja, lahwas, isem (Bali), langkuwas (Roti). Di daerah Sulawesi dikenal

dengan laja, langkuwas (Makasar), aliku (Bugis), lingkuwas (Menado), likui

(Gorontalo), dan di Maluku disebut lawase, lakwase (Seram), kouroia (Amahai),

laawasi, lawasi (Alfuru), galiasa (Halmahera), lauwesi (Saparua), galiasa (Ternate),

logoase (Buru) (Anonim,1978).

3. Pertelaan

Tumbuhan ini merupakan terna tahunan yang berbatang semu, tumbuh tegak,

tinggi 1 m sampai 3 m. Memiliki batang muda yang keluar sebagai tunas dari pangkal

5

Page 23: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

6

batang tua. Daunnya berbentuk lanset, bundar memanjang, ujung tajam, berambut

sangat halus atau kadang-kadang tidak berambut, pada bagian tepi berwarna putih

bening, warna permukaan daun bagian atas hijau tua, buram dan bagian bawah hijau

muda; urat daun menyirip sejajar, panjangnya 24 cm sampai 47 cm dengan lebar 3,5

cm sampai 11,5 cm; tangkai daun pendek, panjang 1 cm sampai 1,5 cm, bagian dasar

daun terdapat lidah, berwarna kecoklatan dan berambut halus. Perbungaan tumbuhan

ini terbentuk di ujung batang, berbentuk tandan, tegak, gagangnya panjang dan

ramping, jumlah bunga di bagian bawah lebih banyak dari jumlah bunga di bagian

atas (bagian bawah terdapat 3 sampai 6 bunga, sedangkan pada bagian atas terdapat 1

sampai 2 bunga) sehingga tandan berbentuk piramid memanjang. Kelopak bunga

berbentuk lonceng atau corong, agak lebar, dengan panjang 12 mm, berwarna putih

atau putih kehijauan, tidak berambut; di bawah kelopak bunga terdapat daun

pelindung tambahan, berbentuk lanset, tajam, tipis, hampir tidak berambut, daun

pelindung semakin ke atas semakin kecil; mahkota bunga yang masih kuncup pada

bagian ujungnya berwarna putih, panjangnya 2 cm, bibir bunga dangkal, berbentuk

jorong, panjang 2,5 cm, bergigi tidak beraturan sepanjang tepinya, tidak berambut, di

bagian bawah berwarna hijau dan di bagian atas putih bergaris merah jambu.

Rimpangnya tumbuh menjalar, berdaging, berkulit mengkilap, berwarna merah atau

kuning pucat, berserat kasar, berbau harum dan berasa pedas (Anonim, 1978).

4. Ekologi dan penyebaran

Lengkuas tumbuh di seluruh Indonesia, Asia Tenggara, di bawah kaki

pegunungan Himalaya sebelah Timur hingga laut Cina dan India barat daya di antara

Page 24: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

7

Chats dan Lautan Indonesia. Di Jawa tumbuh liar di hutan, semak belukar, dan

umumnya ditanam di tempat yang terbuka sampai di tempat yang agak teduh. Dapat

pula tumbuh di tempat pada ketinggian sampai 1.200 m di atas permukaan laut

(Anonim, 1978).

5. Kegunaan rimpang

Rimpang lengkuas memiliki khasiat sebagai stomakik, diaforetik, karminatif,

aromatik, stimulan, ekspektoran, dan antifungi. Kegunaan rimpang lengkuas adalah

untuk menyembuhkan batuk, bronkhitis, demam, kolera, kurap, diare, mual, mulas,

bau mulut, gangguan pencernaan, radang tenggorokan, rematik, sakit kepala,

menghilangkan ketombe (digunakan sebagai shampoo), panu (sebagai obat luar), dan

tapal setelah melahirkan (sebagai obat luar) (Soedibyo, 1998). Juga untuk mengobati

perut kembung, mual dan muntah, menambah nafsu makan, infeksi, dan stimulan.

Digunakan pula untuk parfum dan bahan perasa karena rasanya yang pedas (Anonim,

2004). Rimpang lengkuas dapat pula digunakan untuk obat eksim, masuk angin,

gabag, radang lambung, dan borok (Sastrapradja, 1986). Aktivitas antimikroba dari

rimpang lengkuas diperoleh dari senyawa diterpennya. Penggunaan rimpang lengkuas

sampai saat ini tidak dilaporkan mempunyai efek samping yang berbahaya (Anonim,

2000). Lengkuas ternyata juga dapat memperpanjang umur simpan atau

mengawetkan makanan karena aktivitas antimikrobanya. Dengan kata lain lengkuas

dapat berperan sebagai pengganti fungsi formalin untuk mengawetkan makanan

(Kunia, 2006).

Page 25: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

8

6. Kandungan kimia

Kadar minyak atsiri rimpang lengkuas sebesar 0,5% sampai 1% v/b. Minyak

atsiri rimpang lengkuas mengandung kamfer, sineol dan asam metil sinamat

(Anonim, 1978). Minyak atsiri rimpang lengkuas terdiri dari seskuiterpen

hidrokarbon dan alkohol, sedikit eugenol; disebut senyawa pedas, suatu kompleks

campuran senyawa yang sukar menguap oleh panas (biasanya disebut galangol) yang

mengandung sejumlah diarilheptanoid, dan gingerol (fenil alkil keton) (gambar 1);

flavonoid, terutama kuersetin dan derivatif kaemferol; sterol dan sterol glikosida

(Bisset dan Witchtl, 2001). Menurut penelitian Jirovetz, Buchbauer, Shafi, dan Leela

(2003) dengan metode GC-MS minyak atsiri rimpang lengkuas terdiri atas 1,8-sineol

(28,4% peak area), a-fensil asetat (18,3% peak area), camphor (7,7% peak area),

(E)-metil sinamat (4,2% peak area) dan guaiol (3,3% peak area).

DiarylheptanoidsR1 -H R1-HR2 -CH3 R2 -OH

O OCH3

R2 R1O

OH

H3CO

HO

CH3

O OH

(8)-Gingerol(Phenyl alkyl ketone)

Methyl cinnamate eugenol

HC CH

O OCH3

OCH3

H2C

OH

Gambar 1. Struktur kimia diarilheptanoid, gingerol, metil sinamat, dan eugenol

(Bisset and Witchtl, 2001).

Page 26: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

9

B. Pembuatan Simplisia

1. Pengumpulan bahan baku

Waktu panen erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif dari

bagian tanaman yang akan dipanen. Senyawa aktif dapat terbentuk secara maksimal

di dalam bagian tanaman pada umur tertentu. Waktu panen selain dikaitkan dengan

umur tanaman, juga perlu diperhatikan saat panen yang tepat dalam sehari. Misalnya

untuk simplisia yang mengandung minyak atsiri lebih baik jika dipanen pada pagi

hari. Tanaman yang pada saat panen diambil rimpangnya, pemanenan dilakukan saat

musim kering dengan tanda telah mengeringnya bagian atas tanaman, karena pada

saat ini rimpang dalam keadaan besar maksimum. Namun, khusus untuk rimpang

lengkuas dikumpulkan saat tanaman berumur 2,5 – 4 bulan agar diperoleh rimpang

yang muda dan belum banyak seratnya (Anonim, 1985).

2. Sortasi basah

Sortasi basah dilakukan pada saat bahan masih segar yang bertujuan untuk

memisahkan bahan dari kotoran-kotoran, seperti tanah, kerikil, gulma, dan rumput.

Sortasi juga dilakukan supaya diperoleh simplisia yang dikehendaki baik kemurnian

maupun kebersihannya. Sortasi juga berperan untuk memilih bahan berdasarkan

ukurannya sehingga dapat diperoleh simplisia dengan ukuran yang seragam

(Siswanto, 2004).

3. Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang

melekat pada bahan simplisia. Untuk bahan simplisia yang mengandung zat yang

Page 27: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

10

mudah larut dalam air yang mengalir, pencucian sebaiknya dilakukan dalam waktu

sesingkat mungkin (Anonim, 1985). Pencucian juga dapat menurunkan jumlah

mikroba patogen yang menyebabkan pembusukan dan membuat penampakan fisik

simplisia lebih menarik. Produk tanaman obat yang perlu dicuci terutama produk

yang berasal dari bawah permukaan tanah, daun, akar, dan batang yang berada di

dekat atau di dalam permukaan tanah atau merambat. Pencucian dilakukan dengan air

mengalir supaya kotoran yang terlepas tidak menempel kembali (Siswanto, 2004).

4. Perajangan

Perajangan merupakan proses pengubahan bentuk produk tanaman obat

menjadi bentuk-bentuk lain, seperti irisan, potongan, dan serutan yang bertujuan

untuk memudahkan kegiatan pengeringan, pengepakan, serta pengolahan selanjutnya.

Beberapa jenis simplisia yang sering mengalami pengubahan bentuk misalnya akar,

umbi, rimpang, batang dan kulit batang. Perajangan dapat dilakukan dengan

menggunakan pisau atau alat perajang khusus sehingga diperoleh irisan yang

berukuran sama sesuai dengan yang dikehendaki. Alat perajang yang dapat digunakan

misalnya alat perajang singkong (rasingko). Perajang sederhana ini amat sesuai untuk

menangani jenis rimpang, umbi, dan akar (Siswanto, 2004).

Pada umumnya semakin tipis bahan yang dikeringkan akan semakin cepat

proses penguapan air yang berlangsung sehingga dapat mempercepat waktu

pengeringan. Namun, irisan yang terlalu tipis juga tidak baik karena senyawa aktif

yang terkandung akan mudah menguap dan simplisia juga akan lebih mudah rusak

saat dikemas. Perajangan dapat menggunakan mesin ataupun perajang manual. Arah

Page 28: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

11

irisan melintang agar sel-sel yang mengandung minyak atsiri tidak pecah dan

kadarnya tidak menurun akibat penguapan (Siswanto, 2004).

Ketebalan irisan bervariasi, tergantung pada jenis bahannya. Bahan seperti

bunga, daun atau bahan yang berukuran tipis dan tidak berserat dapat disuling tanpa

perlakuan perajangan terlebih dahulu. Berbeda dengan bahan yang berupa buah atau

biji-bijian, sebelum disuling perlu dihancurkan agar sebagian besar sel-selnya hancur

dan minyak dapat keluar dengan mudah bila uap dialirkan melalui pecahan-pecahan

tersebut. Sementara untuk bahan berupa akar, ranting, dan semua bagian yang berupa

kayu harus dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil sehingga akan mempermudah

minyak keluar dari bahan saat proses penyulingan (Lutony dan Rahmayati, 1994).

Untuk rimpang lengkuas sebaiknya dikumpulkan pada saat tanaman berumur 2,5

bulan sampai 4 bulan agar diperoleh rimpang yang masih muda dan belum banyak

seratnya, sehingga dapat mempermudah proses perajangan (Anonim, 1985).

5. Pengeringan

Pengeringan dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau

menggunakan alat pengering. Yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan

adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan, dan

luas permukaan bahan. Suhu pengeringan tergantung pada bahan simplisia dan cara

pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 30o – 90oC, tetapi

suhu terbaik adalah tidak melebihi 60oC. Bahan simplisia yang mengandung bahan

aktif tidak tahan panas atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu serendah

mungkin yaitu 30o sampai 45oC. Untuk simplisia daun temperatur dijaga pada suhu

Page 29: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

12

20o-40oC, dan untuk bagian tanaman yang sulit mengering seperti akar dan kulit kayu

biasanya suhu ditingkatkan sampai 60o-70oC (Anonim, 1985).

Ada dua cara pengeringan yaitu:

a. Pengeringan secara alami. Dengan sinar matahari langsung, biasanya

untuk mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras, seperti kayu, kulit batang,

biji. Cara ini mudah dan murah untuk dilakukan, namun suhu, kelembaban dan aliran

udara tidak dapat dikontrol. Dengan diangin-anginkan dan tidak dipanaskan dengan

sinar matahari langsung, untuk mengeringkan bagian tanaman tanaman yang lunak

seperti bunga, daun, serta yang mengandung senyawa aktif yang mudah menguap.

b. Pengeringan buatan. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan alat

pengering. Pengeringan dengan alat mekanis memungkinkan diperoleh kualitas

pengeringan yang baik. Alat pengeringan buatan tidak lagi bergantung pada iklim,

cuaca, dan penyinaran cahaya matahari (Siswanto, 2004).

6. Sortasi kering

Sortasi kering dilakukan untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian

tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor lain yang masih ada atau tertinggal pada

simplisia kering. Sortasi kering dilakukan sebelum simplisia dibungkus kemudian

disimpan (Anonim, 1985).

C. Minyak Atsiri

Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut minyak atsiri, misalnya dalam

bahasa Inggris disebut essential oils, etherial oils dan volatile oils. Dalam bahasa

Page 30: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

13

Indonesia ada yang menyebut dengan minyak terbang, bahkan ada pula yang

menyebut minyak kabur. Minyak atsiri dikatakan sebagai minyak terbang atau

minyak kabur karena minyak atsiri mudah menguap apabila dibiarkan begitu saja

dalam keadaan terbuka (Lutony dan Rahmayati, 1994).

Minyak atsiri atau minyak eteris adalah minyak yang mudah menguap dan

diperoleh dari tanaman dengan cara penyulingan. Minyak atsiri mudah menguap pada

suhu kamar tanpa mengalami peruraian. Pada umumnya minyak atsiri dalam keadaan

segar tidak berwarna atau berwarna pucat, namun apabila dibiarkan dalam keadaan

terbuka akan berwarna lebih gelap. Selain itu minyak atsiri memiliki bau yang khas

sesuai dengan tanaman penghasilnya (Guenther, 1987).

Minyak atsiri dihasilkan dari bagian jaringan tanaman tertentu seperti akar,

batang, kulit, daun, buah, bunga, atau biji. Sifat minyak atsiri yang menonjol antara

lain mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai

dengan aroma tanaman yang menghasilkannya, dan umumnya larut dalam pelarut

organik (Lutony dan Rahmayati, 1994).

Ditinjau dari sumber alami minyak atsiri, substansi yang mudah menguap ini

dapat dijadikan sebagai sidik jari atau ciri khas dari suatu jenis tumbuhan karena

setiap tumbuhan menghasilkan minyak atsiri dengan aroma yang berbeda. Dengan

kata lain, setiap jenis tumbuhan menghasilkan minyak atsiri dengan aroma yang

spesifik. Tidak semua jenis tumbuhan menghasilkan minyak atsiri. Hanya tumbuhan

yang memiliki sel glandula sajalah yang bisa menghasilkan minyak atsiri (Agusta,

2000).

Page 31: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

14

Minyak atsiri terdapat dalam kelenjar-kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh,

kantong-kantong minyak, dan rambut-rambut kelenjar dari tumbuhan aromatik

(Ketaren, 1985). Minyak atsiri terdapat pada bagian khusus tanaman, tergantung pada

tanaman tersebut. Pada tanaman yang termasuk familia Labiate, minyak atsiri

terdapat pada rambut kelenjar; pada tanaman familia Piperaceae terdapat pada sel

parenkim yang telah termodifikasi; pada familia Umbeliferae, minyak atsiri terdapat

pada saluran minyak yang disebut vitae; pada familia Pinaceae dan Rutaceae terdapat

pada rongga lisogen atau skisogen; dan pada familia Zingiberaceae terdapat pada sel-

sel rimpang (Tyler, Brady, Robbers, 1988).

Kegunaan minyak atsiri bagi tanamannya sendiri untuk menarik serangga

yang membantu proses penyerbukan, sebagai cadangan makanan, dan untuk

mencegah kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan lain maupun tanaman

parasit, dengan dihasilkannya minyak dengan bau merangsang. Minyak atsiri

mempunyai sifat menghambat dan merusak proses kehidupan, yang dilain pihak

menguntungkan yaitu sebagai bakterisida dan fungisida (Ketaren, 1985).

Minyak atsiri terbentuk langsung oleh protoplasma. Pembentukan minyak

atsiri berasal dari dua macam cara. Cara pembuatan minyak atsiri yang pertama

adalah dengan dekomposisi lapisan resinogen dinding sel, dan cara kedua adalah

dengan hidrolisis dari glikosida tertentu (Tyler et al., 1988).

Minyak atsiri umumnya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia

yang terbentuk dari unsur carbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O); pada beberapa

jenis tumbuhan mengandung unsur nitrogen (N) dan belerang (S). Pada umumnya

Page 32: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

15

komponen kimia dalam minyak atsiri dapat dibagi menjadi dua, yaitu (1) hidrokarbon

yang terutama terdiri dari terpen, dan (2) hidrokarbon yang teroksidasi (Anonim,

1985). Yang paling banyak terdapat dalam minyak atsiri adalah golongan terpen.

Secara kimia, terpen minyak atsiri dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu

monoterpen dan seskuiterpen yang titik didihnya berbeda (titik didih monoterpen

140-180oC, dan titik didih seskuiterpen 120oC). Monoterpen dapat dibagi menjadi

dua golongan, tergantung pada struktur kimianya yaitu asiklik (misalnya geraniol)

dan siklik. Siklik dibagi menjadi dua yaitu monosiklik (misalnya limonen) dan

bisiklik (misalnya α dan β pinena). Dalam setiap golongan, monoterpen dapat berupa

hidrokarbon tak jenuh (misalnya limonen) atau dapat mempunyai gugus fungsi

berupa alkohol (mentol), aldehid, atau keton (misalnya menton, karvon) (Harborne,

1987).

Secara fisik, minyak atsiri mempunyai banyak kesamaan meskipun secara

kimia sangat berbeda. Sifat-sifat fisik yang sama meliputi indeks bias yang biasanya

tinggi, sebagian besar bersifat optis-aktif dan mempunyai rotasi spesifik. Selain itu

minyak atsiri tidak dapat bercampur dengan air tetapi larut dalam pelarut organik

seperti eter, alkohol, dan pelarut organik lain. Minyak atsiri umumnya tidak berwarna

saat masih segar, tetapi pada penyimpanan yang lama minyak atsiri teroksidasi

sehingga warnanya menjadi lebih gelap (Tyler et al., 1988).

Kegunaan minyak atsiri sangat luas dan spesifik, khususnya dalam berbagai

bidang industri. Banyak contoh kegunaan minyak atsiri, antara lain dalam industri

kosmetik digunakan dalam sabun, pasta gigi, shampo, dan lotion; dalam industri

Page 33: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

16

makanan digunakan sebagai bahan penyedap atau penambah cita rasa; dalam industri

parfum sebagai pewangi dalam berbagai produk minyak wangi; dalam industri

farmasi atau obat-obatan (antinyeri, antiinfeksi, pembunuh bakteri); dalam industri

bahan pengawet; bahkan digunakan pula sebagai insektisida (Lutony dan Rahmayati,

1994).

Jika minyak atsiri memiliki kandungan hidrokarbon tidak beroksigen dalam

jumlah besar dan stearoptena dalam porsi kecil, maka kegunaannya lebih diutamakan

memberi bau yang spesifik atau perancah (flavouring), sedangkan jika minyak atsiri

mengandung lebih banyak senyawa dari golongan hidrokarbon, alkohol, keton, fenol,

ester dari fenol, oksida, dan ester, lebih memungkinkan digunakan sebagai obat,

karena secara teori diketahui bahwa semua senyawa itu memiliki gugus aktif yang

berfungsi melawan suatu jenis penyakit (Agusta, 2000). Contoh komponen penyusun

minyak atsiri adalah sineol dan borneol yang berkhasiat sebagai counterirritant.

Sineol dan borneol merupakan komponen khas minyak atsiri tumbuhan familia

Zingiberaceae (Tyler et al., 1988).

D. Penyulingan

Minyak atsiri dapat diproduksi melalui beberapa metode. Namun, sebagian

besar minyak atsiri diperoleh melalui metode penyulingan yang dikenal juga dengan

hidrodestilasi. Akan tetapi, cara ini hanya cocok dipakai untuk jenis minyak tanaman

tertentu yang tidak rusak oleh panas uap air, misalnya minyak cempaka, cengkih,

jahe, kenanga, selasih dan minyak nilam. Peristiwa terpenting yang terjadi pada

Page 34: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

17

proses penyulingan dengan metode ini adalah terjadinya difusi minyak atsiri dan air

panas melalui membran bahan yang disuling (hidrodifusi), terjadinya hidrolisa

terhadap beberapa komponen minyak atsiri, dan terjadinya dekomposisi yang

disebabkan oleh panas (Lutony dan Rahmayati, 1994).

Penyulingan didefinisikan sebagai proses pemisahan komponen-komponen

suatu campuran dari dua jenis cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap

dari masing-masing zat. Minyak atsiri akan dibebaskan dari kelenjar minyak dalam

tanaman dengan pemanasan oleh air atau uap. Secara umum proses penyulingan

adalah sebagai berikut: pada alat penyuling berisi dua macam cairan yaitu air dan

minyak atsiri yang tidak saling melarutkan atau hanya sedikit saja melarut. Saat alat

penyuling dididihkan secara perlahan-lahan, maka akan terbentuk campuran uap air

dan uap minyak yang kemudian mengalir melalui pipa menuju ke kondensor

sehingga uap tersebut dicairkan kembali. Dari kondensor, kondensat tersebut

ditampung dalam tabung pemisah, dimana minyak atsiri akan terpisah dari air suling.

Jika seluruh minyak atsiri telah tersuling, maka hanya air murni yang keluar berarti

proses penyulingan telah selesai(Guenther, 1987).

Minyak atsiri dapat diproduksi melalui tiga metode penyulingan, yaitu

penyulingan dengan air, penyulingan dengan uap, dan penyulingan dengan air dan

uap.

1. Penyulingan dengan air

Pada metode penyulingan ini, terjadi kontak langsung antara bahan yang

disuling dengan air mendidih. Simplisia yang telah dipotong-potong, digiling kasar

Page 35: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

18

atau digerus halus kemudian didihkan dengan air, dan uap air dialirkan melalui

pendingin. Sulingan berupa minyak yang belum murni kemudian ditampung.

Penyulingan dengan cara ini sesuai untuk simplisia kering yang tidak rusak dengan

pendidihan (Anonim, 1985). Ciri khas model ini yaitu adanya kontak langsung antara

bahan dan air mendidih. Oleh karena itu sering disebut penyulingan langsung. Namun

penyulingan ini dapat menyebabkan banyaknya rendemen minyak yang hilang (tidak

tersuling) dan terjadi pula penurunan minyak yang diperoleh, juga menyebabkan

terjadinya oksidasi serta hasil yang tidak dikehendaki. Untuk bahan-bahan yang

mudah merekat dan menggumpal jika disuling dengan uap, sebaiknya disuling

dengan metode ini (Guenther, 1987).

2. Penyulingan dengan uap

Model ini disebut juga penyulingan uap atau penyulingan tidak langsung

(Lutony dan Rahmayati, 1994). Penyulingan ini baik digunakan untuk membuat

minyak atsiri dari biji, akar, kayu, yang umumnya mengandung komponen yang

bertitik didih tinggi. Penyulingan dengan cara ini tidak memerlukan air, dan uap

panas yang biasanya digunakan bertekanan lebih dari 1 atmosfir dialirkan melalui

suatu pipa uap. Peralatan yang digunakan tidak berbeda dengan penyulingan dengan

air dan uap, hanya diperlukan alat tambahan untuk memeriksa suhu dan tekanan

(Anonim, 1985). Pada penyulingan ini, air penghasil uap tidak diisikan bersama-sama

dalam ketel penyulingan. Uap dialirkan langsung ke dalam ketel dan berkontak

langsung dengan bahan yang akan disuling. Uap yang digunakan berupa uap jenuh,

atau uap yang lewat panas dengan tekanan lebih dari 1 atmosfer (Guenther, 1987)

Page 36: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

19

3. Penyulingan dengan air dan uap

Penyulingan ini dilakukan pada simplisia basah atau kering yang dapat rusak

oleh pendidihan. Untuk simplisia kering harus dimaserasi terlebih dulu, sedangkan

untuk simplisia segar yang baru dipetik tidak perlu dimaserasi (Anonim, 1985). Pada

metode ini, bahan yang akan disuling diletakkan pada rak-rak atau saringan

berlubang. Ketel suling diisi air sampai permukaan air sedikit dibawah saringan atau

rak terbawah, kemudian air dipanaskan sampai mendidih. Ciri khas dari metode ini

adalah: a) uap selalu dalam keadaan basah, jenuh, dan tidak terlalu panas; b) bahan

yang akan disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air mendidih

(Guenther, 1987).

Pembuatan minyak atsiri dengan penyulingan dipengaruhi oleh tiga faktor: a)

besarnya tekanan uap yang digunakan, b) bobot molekul masing-masing komponen

dalam minyak, dan c) kecepatan keluarnya minyak atsiri dari simplisia (Anonim,

1985). Kelebihan dan kekurangan metode penyulingan:

a. Penyulingan dengan air. Meskipun dari proses pengerjaannya sangat

mudah, tetapi penyulingan dengan cara langsung ini dapat menyebabkan banyaknya

rendemen minyak yang hilang (tidak tersuling) dan terjadi pula penurunan mutu

minyak yang diperoleh. Penyulingan langsung juga dapat menyebabkan terjadinya

pengasaman (oksidasi) serta persenyawaan zat ester yang dikandung dengan air dan

timbulnya berbagai hasil sampingan yang tidak dikehendaki.

b. Penyulingan dengan uap. Salah satu kelebihan model ini antara lain

proses produksi akan berlangsung dengan cepat. Namun sayangnya, proses

Page 37: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

20

penyulingan dengan model ini memerlukan kontruksi ketel yang lebih kuat, alat-alat

pengaman yang lebih baik dan sempurna, biaya yang diperlukan pun lebih mahal.

c. Penyulingan dengan air dan uap. Dari segi komersial, penyulingan

dengan air dan uap memang cukup ekonomis sehingga model penyulingan ini paling

banyak digunakan di berbagai negara, terutama di negara-negara yang sedang

berkembang. Selain biaya yang diperlukan relatif murah, rendemen minyak atsiri

yang dihasilkan juga cukup memadai, mutunya pun dapat diterima dengan baik oleh

konsumen (Lutony dan Rahmayati, 1994).

Dari ketiga metode penyulingan tersebut hanya satu yang digunakan untuk

menentukan kadar minyak atsiri suatu simplisia, yaitu metode penyulingan dengan air

menggunakan alat destilasi Stahl (Anonim, 1978).

E. Keterangan Empiris Yang Diharapkan

Keterangan empiris yang diharapkan adalah diketahui bagaimana pengaruh

ketebalan irisan terhadap kadar minyak atsiri simpleks rimpang lengkuas serta

ketebalan irisan yang dapat menghasilkan minyak atsiri sebesar 0,5%-1% v/b.

Page 38: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan

rancangan acak lengkap pola satu arah. Subjek pada penelitian ini yaitu rimpang

lengkuas. Objek yang akan diteliti adalah kadar minyak atsiri pada setiap ketebalan

irisan.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas

Ketebalan irisan rimpang lengkuas (2, 4, 6, dan 8mm).

2. Variabel tergantung

Kadar minyak atsiri (% v/b) simpleks rimpang lengkuas pada tiap ketebalan

irisan.

3. Variabel pengacau terkendali

Alat percobaan, umur tanaman (4 bulan), suhu dan waktu penyulingan (100oC

selama 6 jam).

4. Variabel pengacau tidak terkendali

Suhu matahari yang tidak bisa dikontrol pada saat pengeringan dan simplisia pada

setiap ketebalan irisan dikeringan dalam waktu yang sama (delapan hari).

21

Page 39: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

22

C. Definisi Operasional

1. Ketebalan irisan rimpang lengkuas adalah ukuran tebal (mm) dari irisan rimpang

lengkuas.

2. Minyak atsiri rimpang lengkuas adalah minyak yang mudah menguap yang

diperoleh dari rimpang lengkuas melalui proses penyulingan menggunakan alat

destilasi Stahl.

3. Penentuan ketebalan irisan adalah dimaksudkan untuk mengetahui besarnya kadar

minyak atsiri yang dihasilkan pada setiap ketebalan irisan 2, 4, 6, dan 8mm.

4. Susut pengeringan adalah prosentase kadar bagian yang menguap dari suatu

simplisia yang dinyatakan dalam % b/b.

5. Kadar minyak atsiri adalah prosentase kadar minyak atsiri suatu bahan yang

dinyatakan dalam % v/b.

D. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan penelitian

Bahan yang digunakan adalah rimpang lengkuas, dan aquadest sebagai bahan

untuk destilasi, kloralhidrat, asam sulfat (95%), natrium hidroksida 5% b/v, amonia

(25%), ferri klorida 5% b/v, dan kalium hidroksida 5%.

2. Alat penelitian

Alat yang digunakan adalah perajang empon-empon, seperangkat alat destilasi

Stahl, jangka sorong, termometer, moisture ballance, timbangan elektrik, mikroskop

Page 40: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

23

(Olympus Optical CH 30 RF 200, Japan), dan alat-alat gelas laboratorium yang lazim

pakai.

E. Tata Cara Penelitian

1. Pengumpulan bahan

Rimpang lengkuas segar umur 4 bulan diperoleh dari Shinta Garden, Desa

Tirtoadi, Mlati, Kabupaten Sleman pada tanggal 30 Juli 2006.

2. Determinasi

Determinasi dilakukan terhadap tanaman lengkuas di Laboratorium

Farmakognosi Fitokimia Fakultas Farmasi USD dengan menggunakan kunci

determinasi (Backer dan Bakhuizen van den Brink, Jr., 1963 dan 1968).

3. Identifikasi bahan

Identifikasi rimpang lengkuas secara organoleptis dilakukan dengan cara

mengamati, mencium dan merasakan serbuk rimpang lengkuas. Identifikasi bahan

berupa rimpang lengkuas secara makroskopis dilakukan dengan membandingkan

bahan yang diperoleh dengan keterangan-keterangan mengenai rimpang lengkuas

dalam pustaka (Anonim, 1978).

Identifikasi juga dilakukan secara mikroskopis dari bahan rimpang segar dan

serbuk. Caranya adalah dengan meletakkan irisan melintang rimpang segar atau

serbuk rimpang kering di atas objek gelas, kemudian ditambahkan dengan air atau

kloralhidrat dan diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran lemah dan kuat

Page 41: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

24

untuk melihat fragmen yang khas dari rimpang lengkuas. Fragmen yang teramati

selanjutnya dicocokkan dengan pustaka (Anonim, 1978).

4. Pembuatan simplisia

Rimpang yang telah dikumpulkan, dipisahkan dari kotoran-kotoran atau

bahan-bahan asing yang menempel. Kemudian dicuci dengan air mengalir sebanyak

tiga kali, ditiriskan dan dijemur selama satu hari. Rimpang yang telah bersih dirajang

sesuai ketebalan yang diinginkan (2, 4, 6 dan 8 mm). Irisan-irisan rimpang kemudian

dikeringkan dengan sinar matahari tidak langsung, yaitu menutup rimpang dengan

kain hitam. Pengeringan dilakukan sampai bahan mudah dipatahkan. Rimpang yang

telah kering disimpan dalam wadah yang bersih, kering dan tertutup rapat.

5. Penetapan susut pengeringan

Penetapan susut pengeringan dilakukan dengan metode gravimetri. Caranya

adalah kurang lebih 10 gram serbuk simpleks rimpang lengkuas dimasukkan dan

ditimbang saksama dalam wadah yang telah ditara. Dikeringkan dalam alat dengan

suhu 105o C selama 5 jam dan ditimbang. Kemudian dilanjutkan pengeringan dengan

jarak 1 jam dan ditimbang sampai perbedaan antara dua penimbangan berturut-turut

tidak lebih dari 0,25% (Anonim, 1995a).

sebelumberatsesudahberatsebelumberatnpengeringaSusut −

=

6. Penetapan kadar minyak atsiri

Sepuluh gram bahan (simplisia rimpang lengkuas kering) dicampur dengan

300 ml air. Bahan kemudian dimasukkan ke dalam labu alat Stahl, dipanaskan dengan

Page 42: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

25

tangas udara sehingga penyulingan berlangsung lambat dan teratur. Setelah

penyulingan selesai, yaitu saat volume minyak atsiri tidak bertambah lagi, pemanas

dimatikan dan dibiarkan selama tidak kurang dari 15 menit dan dicatat volume

minyak atsiri yang tertampung dalam bagian atas buret. Kadar minyak atsiri dihitung

dalam % v/b (Anonim, 1995b)

bahannpenimbangaBeratatsiriyakvolumeatsiriyakKadar minmin =

F. Tata Cara Analisis Hasil

Data yang diperoleh adalah nilai susut pengeringan dan kadar minyak atsiri

dari tiap ketebalan irisan rimpang (2, 4, 6, dan 8 mm). Data kemudian dianalisis

menggunakan analisis statistik berupa one way Anova dan diteruskan dengan uji LSD

(Least Significant Difference) dengan taraf kepercayaan 95%.

Page 43: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

26

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pengumpulan Bahan

Rimpang lengkuas segar umur 4 bulan diperoleh dari Shinta Garden, Desa

Tirtoadi, Mlati, Kabupaten Sleman pada tanggal 30 Juli 2006. Bahan utama ini

dikumpulkan dari tempat dan waktu panen yang sama. Hal ini dilakukan untuk

menghindari variasi kandungan kimia tanaman yang terlalu besar apabila bahan

dikumpulkan dari tempat dan waktu yang berbeda karena adanya perbedaan kondisi

cuaca dan lingkungan. Selain itu dipilih rimpang yang berumur 4 bulan karena

menurut Anonim (1985) sebaiknya rimpang lengkuas dikumpulkan saat tanaman

berumur 2,5 sampai 4 bulan supaya diperoleh rimpang yang masih muda dan belum

banyak seratnya, sehingga dapat memudahkan proses perajangan.

B. Determinasi tanaman

Determinasi tanaman bertujuan untuk memastikan kebenaran spesies tanaman

dari rimpang yang akan digunakan dalam penelitian dengan mencocokkan keadaan

morfologi tanaman dengan buku kunci determinasi (Backer dan Bakhuizen, Jr., 1963

dan1968). Determinasi sampai tingkat familia:

1b-2b-3b-4b-12b-13b-14b-17b-18b-19b-20b-21b-22b-23b-24b-25b-26b-27b-799b-

800b-801b-802a-803b-804b-805c-806b-807a-808c-809b-810b-811a-812b-815b-

816b-818b-820b-821b-822a-823c-824b-825b-826b-829b-830b-831b-832b-833b-

26

Page 44: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

27

834a-835b-983b-984b-986b-991b-992b-993b-994b-995a-996b-997b-998a-999a-

…............................F.207 : Zingiberaceae

Determinasi sampai tingkat genus:

1a-2a-3b-4a-5b- ……...4. Languas

Determinasi sampai tingkat spesies:

1a-…………………...........Languas galanga (L.) Stuntz

Dari hasil determinasi (lampiran 1) dapat diketahui bahwa bahan rimpang yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Languas galanga L. Stuntz (lengkuas).

C. Identifikasi Bahan

1. Identifikasi makroskopis

Hasil pemeriksaan rimpang lengkuas segar secara makroskopis menunjukkan

warna permukaan coklat kekuningan dengan garis ruas yang jelas. Bentuk rimpang

memanjang dan bercabang dengan ujung yang bengkok. Rimpang lengkuas segar

berukuran besar, berdaging keras, dan bekas patahan berserat pendek. Serbuk

rimpang lengkuas kering berwarna coklat, beraroma khas dan berasa pedas. Rimpang

lengkuas yang digunakan termasuk dalam varietas lengkuas putih. Dari hasil

pemeriksaan secara makroskopis apabila dibandingkan dengan pustaka (Anonim,

1978) diketahui bahwa rimpang yang digunakan dalam penelitian ini adalah benar

rimpang lengkuas.

2. Identifikasi mikroskopis

Pemeriksaan mikroskopis dilakukan terhadap serbuk rimpang lengkuas kering

dan irisan penampang melintang rimpang lengkuas segar. Pengamatan dilakukan

Page 45: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

28

dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran lemah dan kuat untuk melihat

fragmen-fragmen yang khas dari rimpang lengkuas.

Dari hasil pemeriksaan mikroskopis irisan melintang rimpang lengkuas

terlihat adanya berkas pembuluh, parenkim korteks (Gambar 2), endodermis,

oleoresin (Gambar 3), sedangkan dari pemeriksaan serbuk terlihat fragmen serabut,

dan trakhea (Gambar 4), dan amilum (Gambar 5). Fragmen-fragmen yang lain tidak

teramati saat pengamatan secara mikroskopis. Apabila dibandingkan dengan

pemeriksaan mikroskopis serbuk rimpang lengkuas dalam pustaka (Anonim, 1978),

maka terlihat bentuk amilum yang sama dan khas yaitu berbentuk butiran panjang

dan mengecil pada bagian ujung.

a. Irisan penampang melintang dengan penambahan air.

Gambar 2. Berkas pembuluh (A) dan parenkim korteks (B) dengan perbesaran 50x. Pembanding nomor 6 dan 2 (Anonim, 1978).

Page 46: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

29

Gambar 3. Endodermis (A), berkas pembuluh (B), dan oleoresin (C) dengan perbesaran 50x. Pembanding nomor 7, 6, dan 4 (Anonim, 1978).

b. Serbuk dengan penambahan kloralhidrat.

Gambar 4. Trakhea (A), dan fragmen serabut (B) dengan perbesaran 50x. Pembanding nomor 6 dan 4 (Anonim, 1978).

c. Serbuk dengan penambahan air.

Gambar 5. Amilum dengan perbesaran 125x. Pembanding nomor 3 (Anonim, 1978).

Page 47: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

30

Dari hasil pemeriksaan secara mikroskopis dari irisan segar dan serbuk

rimpang apabila dibandingkan dengan pustaka (Anonim, 1978) ditemukan fragmen-

fragmen yang sama. Maka dapat disimpulkan bahwa rimpang yang digunakan dalam

penelitian ini adalah benar rimpang lengkuas.

3. Identifikasi secara kimia

Identifikasi secara kimia terhadap serbuk rimpang lengkuas kering dapat

dilihat pada tabel.

Tabel I. Identifikasi serbuk dengan pereaksi warna

Serbuk (mg)

Zat Kimia Jumlah (tetes)

Pustaka (MMI)

Hasil pengamatan

2 Asam sulfat P 5 Coklat ungu Coklat ungu 2 HCl pekat 5 Coklat Coklat gelap 2 NaOH P 5%b/v 5 Coklat merah Coklat merah 2 KOH P 5%b/v 5 Coklat merah Coklat merah 2 Amonia 25% P 5 Coklat merah Coklat merah 2 FeCl3 P 5%b/v 5 Hijau Coklat kehijauan

Dari hasil identifikasi serbuk rimpang lengkuas dengan berbagai pereaksi

kimia menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara hasil percobaan yang

dilakukan dengan pustaka dari Materia Medika Indonesia. Sehingga dapat dikatakan

bahwa serbuk tersebut memberikan hasil positif terhadap pereaksi kimia yang

digunakan..

Page 48: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

31

D. Pembuatan Simplisia

1. Sortasi basah

Sortasi basah dilakukan pada saat bahan masih segar sebelum bahan dicuci.

Tujuannya adalah untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing seperti

tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar, serta pengotor lainnya yang harus dibuang.

Rimpang lengkuas yang telah dipanen kemudian dibersihkan dari tanah, akar dan

batang tanaman yang masih menempel dengan menggunakan pisau, sehingga tinggal

bagian rimpangnya saja. Dengan dilakukannya sortasi basah ini maka menjamin

kemurnian dari simplisia rimpang lengkuas yang digunakan, karena bahan lain yang

tidak diinginkan telah dibuang.

2. Pencucian

Pencucian dilakukan untuk memperoleh simplisia yang bersih serta untuk

menghilangkan tanah, mikroba, dan pengotor lainnya yang masih menempel pada

rimpang. Pencucian dilakukan dengan air yang mengalir yaitu air kran sebanyak tiga

kali supaya kotoran yang terlepas tidak menempel kembali. Menurut Anonim (1985)

pencucian sebanyak satu kali dapat menghilangkan 25% dari jumlah mikroba awal,

dan jika dilakukan pencucian sebanyak tiga kali maka jumlah mikroba yang tertinggal

hanya sekitar 42% dari jumlah mikroba awal. Pencucian tidak dapat membersihkan

simplisia dari semua mikroba yang ada karena air pencucian yang digunakan

biasanya juga mengandung sejumlah mikroba. Proses pencucian yang dilakukan akan

menurunkan jumlah mikroba yang dapat menyebabkan pembusukan dan membuat

penampilan fisik simplisia lebih menarik.

Page 49: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

32

Setelah rimpang dicuci sebanyak tiga kali dengan air kran diperoleh rimpang

yang bersih yang bebas dari tanah dan akar. Simplisia yang baru diambil atau dicuci

tidak langsung dirajang, tetapi dijemur terlebih dahulu dalam keadaan utuh selama 1

hari. Penjemuran sebelum perajangan dilakukan untuk mengurangi pewarnaan akibat

adanya reaksi antara bahan dengan logam pisau alat perajang. Karena apabila bahan

tidak dijemur terlebih dahulu pada saat dilakukan perajangan akan terjadi warna

kehitaman (karena reaksi logam dengan senyawa fenol dan glikosida) pada rimpang

yang dapat menurunkan penampilan fisik dari rimpang lengkuas. Setelah rimpang

dijemur secara utuh selama satu hari, rimpang telah siap untuk dirajang.

3. Perajangan

Perajangan bahan dilakukan dengan menggunakan alat perajang empon-

empon pada empat ketebalan yang berbeda, yaitu 2, 4, 6 dan 8 mm. Perajangan bahan

dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengemasan, serta penyulingan.

Pada umumnya semakin tipis bahan maka proses pengeringan akan semakin cepat.

Namun, irisan yang terlalu tipis juga tidak baik karena senyawa aktif yang mudah

menguap akan berkurang atau hilang dan simplisia juga akan lebih mudah rusak saat

dikemas. Selain itu perajangan bahan untuk memperkecil ukuran supaya lebih

kompak dan seragam di dalam alat penyuling. Apabila bentuk bahan tidak kompak

dan seragam, penggunaan uap air saat penyulingan menjadi tidak efisien karena akan

banyak uap air yang lolos tidak mengenai bahan.

Hasil analisis statistik terhadap pengukuran masing-masing ketebalan dari

rimpang lengkuas (lampiran 6) diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan rata-

Page 50: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

33

rata ukuran yang dihasilkan dengan ukuran yang sebenarnya. Artinya alat perajang

yang digunakan memberikan hasil ketebalan irisan yang baik.

4. Pengeringan

Rimpang segar yang telah dirajang kemudian dihamparkan di atas tempat

pengeringan dan diatur supaya tidak saling menumpuk agar pemanasan dapat merata.

Rimpang kemudian ditutupi dengan kain hitam dan dilakukan penjemuran di bawah

sinar matahari sampai rimpang kering. Di bawah tempat pengeringan diberi jarak

tertentu supaya memungkinkan terjadinya sirkulasi udara. Bahan harus sering dibalik

posisinya supaya pengeringan dapat merata dan menghindari terjadinya face

hardening, yaitu pada bagian luarnya sudah kering namun bagian dalamnya masih

basah. Proses pengeringan secara alamiah ini dipilih karena proses ini masih banyak

digunakan oleh industri-industri obat tradisional untuk mengeringkan simplisia.

Pengeringan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air (kurang dari 8% untuk

rimpang) sehingga simplisia tidak mudah rusak, dan dapat disimpan untuk waktu

yang lama. Karena dengan adanya air dapat menimbulkan reaksi enzimatik yang

dapat mengubah atau mengurai senyawa aktif yang dikandung oleh simplisia. Reaksi

enzimatik tidak berlangsung apabila kadar air dalam simplisia kurang dari 10%.

Selain itu juga untuk mencegah terjadinya pertumbuhan jamur atau mikroorganisme

lain yang dapat menurunkan kualitas simplisia, serta menghasilkan zat beracun yang

disebut mikotoksin. Dari penelitian sebelumnya (Christanti, 2001) diperoleh hasil

bahwa rimpang lengkuas kering memiliki kadar minyak atsiri yang lebih besar

dibandingkan pada rimpang lengkuas segar, sehingga proses pengeringan perlu

Page 51: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

34

dilakukan supaya kadar minyak atsiri yang diperoleh melalui proses penyulingan

dapat maksimal.

Proses pengeringan secara alamiah merupakan cara yang murah dan mudah

dilakukan. Namun pada proses ini suhu, kelembaban dan aliran udara tidak dapat

dikontrol, juga memerlukan waktu pengeringan yang lama. Proses pengeringan

dihentikan apabila simplisia telah mudah dipatahkan. Pada penelitian ini proses

pengeringan dilakukan selama 8 hari dengan parameter mudah dipatahkannya

simplisia terutama pada ketebalan 8 mm. Selama proses pengeringan dicatat suhunya

pada tiap-tiap jam menggunakan termometer dan diperoleh nilai suhu pengeringan

rata-rata sebesar 35,6oC dengan kisaran dari 30oC sampai 42oC (lampiran 7).

E. Penetapan Susut Pengeringan

Penetapan susut pengeringan dilakukan untuk mengetahui kadar senyawa

yang mudah menguap dalam serbuk simplisia rimpang lengkuas. Selain itu, susut

pengeringan ditetapkan untuk menjaga kualitas simplisia karena susut pengeringan

berkaitan dengan kemungkinan pertumbuhan jamur atau kapang. Karena apabila

kandungan air dalam simplisia sedikit maka kemungkinan simplisia rusak karena

ditumbuhi jamur atau mikroba sangat kecil, dan sebaliknya. Pada pemeriksaan mutu

dengan penetapan susut pengeringan diperoleh nilai bahwa semakin tebal simplisia

nilai susut pengeringannya semakin besar pula (Tabel II dan Gambar 6). Proses

pengeringan dilakukan dalam waktu yang cukup lama (delapan hari) dan parameter

kering yang digunakan adalah mudah dipatahkannya simplisia dengan ketebalan 8

Page 52: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

35

mm. Akibatnya pada saat penetapan susut pengeringan pada ketebalan 2 mm nilai

susut pengeringannya sangat kecil karena semakin banyak air dan minyak atsiri yang

telah menguap selama proses pengeringan. Sedangkan pada ketebalan 8 mm nilai

susut pengeringannya paling besar karena pada saat proses pengeringan tidak terlalu

banyak air dan minyak atsiri yang menguap.

Tabel II. Susut pengeringan rimpang lengkuas

Ketebalan (mm)

Mean Susut pengeringan (%b/b)

SD

2 2,69 0,1429 4 5,34 0,3703 6 5,45 0,1703 8 7,06 0,3789

0,001,002,003,004,005,006,007,008,00

2 4 6 8

ketebalan (mm)

susu

t pen

geri

ngan

(%)

Gambar 6. Grafik susut pengeringan rimpang lengkuas

Untuk mengetahui apakah masing-masing ketebalan mempunyai nilai susut

pengeringan yang berbeda-beda maka dilakukan uji statistik berupa analisis variansi

satu arah yang dilanjutkan dengan uji Least Significant Difference (LSD). Hasil

analisis (lampiran 10) menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang bermakna antar

nilai susut pengeringan pada setiap ketebalan yang berbeda, kecuali antara susut

Page 53: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

36

pengeringan pada ketebalan 4 dan 6 mm dimana perbedaannya tidak bermakna.

Artinya pada ketebalan 4 dan 6 mm mempunyai nilai susut pengeringan yang sama.

Persyaratan kadar air untuk rimpang menurut Anonim (1985) adalah ≤8%,

dan dari hasil pengeringan nilai susut pengeringan pada setiap ketebalan irisan

kurang dari 8% (Lampiran 8). Karena hasil penetapan susut pengeringan tersebut

tidak hanya menunjukkan besarnya kandungan air yang menguap tetapi juga

kandungan minyak atsiri, maka kandungan air yang terkandung dalam simpleks

rimpang lengkuas kurang dari 8%. Karena kadar air yang diperoleh memenuhi syarat

maka simplisia dapat dikatakan bermutu, dan dengan kandungan airnya yang sedikit

maka kemungkinan simplisia rusak karena ditumbuhi jamur atau mikroba sangat

kecil.

F. Penetapan Kadar Minyak Atsiri

Penetapan kadar minyak atsiri terhadap simpleks rimpang lengkuas dilakukan

dengan menggunakan seperangkat alat destilasi Stahl. Pada saat alat dipanaskan,

maka air suling dan minyak atsiri yang terkandung dalam simpleks rimpang lengkuas

akan menguap. Penguapan ini terjadi pada titik didih yang lebih rendah dari titik

didih air dan minyak atsiri, karena tekanan yang dihasilkan oleh campuran uap akan

lebih besar dari pada tekanan yang dihasilkan dari masing-masing komponen.

Tekanan uap yang naik akan turun menjadi 1 atm karena alat berhubungan dengan

atmosfir luar. Karena tekanan parsial turun maka menyebabkan turunnya titik didih.

Titik didih air 100oC dan titik didih komponen minyak mudah menguap berkisar

antara 150oC-300oC pada tekanan 1atm, maka kedua komponen akan menguap pada

Page 54: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

37

suhu di bawah titik didih air. Jika komponen minyak telah habis menguap, suhu akan

naik mencapai titik didih komponen yang tertinggal yaitu air suling (Guenther, 2006).

Karena rimpang lengkuas disuling dalam bentuk irisan, maka minyak akan lebih

mudah diuapkan dan kekuatan difusi air (hidrodifusi) akan sedikit dibutuhkan untuk

membebaskan minyak atsiri. Pada awal penyulingan, komponen-komponen minyak

yang bertitik didih rendah akan tersuling lebih dahulu kemudian disusul komponen

yang bertitik didih tinggi. Dari proses penyulingan selama 6 jam diperoleh minyak

atsiri yang berwarna kekuningan dan terdapat pada bagian atas buret penampung,

artinya minyak atsiri simpleks rimpang lengkuas memiliki bobot jenis yang lebih

rendah dari air. Proses penyulingan ini dilakukan pada tekanan yang rendah (1 atm)

yang mengakibatkan suhu proses juga rendah sehingga tidak merusak minyak atsiri.

Namun, proses ini membutuhkan jumlah uap air yang lebih besar per satuan berat

minyak sehingga proses penyulingan akan berjalan lambat dan membutuhkan waktu

yang lama (6 jam). Proses penyulingan dihentikan ketika volume minyak atsiri yang

tertampung dalam buret tidak bertambah lagi (volumenya tetap).

Penetapan kadar minyak atsiri simpleks rimpang lengkuas ini dilakukan

dengan metode penyulingan air. Metode ini menggunakan air suling yang kontak

langsung dengan bahan. Air suling yang digunakan berfungsi untuk menambah

kecepatan penguapan minyak dengan mendesak minyak ke permukaan rimpang

lengkuas, sehingga proses penyulingan dengan air lebih unggul daripada penyulingan

uap. Selain itu, uap air juga dapat berfungsi mentransmisikan panas karena rimpang

lengkuas tidak dapat meneruskan panas ke seluruh bagian rimpang, sehingga

Page 55: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

38

mempermudah penguapan minyak atsiri. Menguapkan campuran minyak atsiri dalam

air akan mempertahankan suhu tetap lebih rendah dari titik didih air sehingga

kerusakan dan degradasi minyak atsiri oleh pemanasan yang terlalu tinggi dapat

dicegah.

Tabel III. Kadar minyak atsiri rimpang lengkuas

Ketebalan Mean Kadar (%v/b) SD 2 0,1995 7,9812x10-4

4 0,3995 3,6332x10-4

6 0,5981 7,9561x10-4

8 0,1992 4,5055x10-4

0.0000

0.1000

0.2000

0.3000

0.4000

0.5000

0.6000

2 4 6 8

ketebalan (mm)

kada

r min

yak

(%v/

b)

Gambar 7. Grafik kadar minyak atsiri rimpang lengkuas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tebal irisan kadar minyak atsiri

juga semakin tinggi, namun pada ketebalan 8 mm kadar minyak atsiri menurun (tabel

III, gambar 7). Menurut Anonim (1978), kadar minyak atsiri untuk rimpang lengkuas

adalah sebesar 0,5-1% v/b. Dari hasil penetapan kadar minyak atsiri rimpang

lengkuas yang dilakukan ternyata yang memenuhi persyaratan hanya pada ketebalan

6 mm saja, yaitu sebesar 0,5981 % b/v ± 7,9561x10-4. Pada ketebalan 2 dan 4 mm

diperoleh nilai kadar minyak atsiri yang terlalu kecil karena ketebalan irisan yang

Page 56: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

39

terlalu tipis sehingga kandungan minyak atsirinya telah menguap selama proses

perlakuan terutama saat pengeringan. Karena proses pengeringan yang dilakukan

memerlukan waktu yang lama, maka semakin banyak pula minyak atsiri yang

menguap dan hilang. Sedangkan pada simplisia ketebalan 8 mm juga diperoleh kadar

minyak atsiri yang kurang dari 0,5%, karena irisan yang terlalu tebal sehingga

minyak atsiri yang terkandung di dalamnya tidak semua dapat keluar saat dilakukan

proses penyulingan. Artinya masih ada minyak atsiri yang tertinggal.

Untuk mengetahui apakah masing-masing ketebalan mempunyai kadar

minyak atsiri yang berbeda-beda maka dilakukan uji statistik berupa analisis varian

satu arah yang dilanjutkan dengan uji Least Significant Difference (LSD). Hasil

analisis (lampiran 13) menunjukkan bahwa kadar minyak atsiri pada ketebalan 2, 4,

dan 6 mm memiliki nilai yang berbeda bermakna, sedangkan antara ketebalan 2

dengan 8 mm memiliki nilai yang berbeda tidak bermakna.

Proses penyulingan minyak atsiri simpleks rimpang lengkuas ini tidak

dipengaruhi oleh kadar air yang terkandung di dalamnya. Hal ini dapat dibuktikan

melalui uji statistik analisis variansi dan LSD untuk susut pengeringan dan kadar

minyak atsiri yang telah dilakukan. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada ketebalan

2 dan 8 mm nilai susut pengeringannya berbeda bermakna, tetapi kadar minyak

atsirinya berbeda tidak bermakna. Sedangkan pada ketebalan 4 dan 6 mm nilai susut

pengeringannya berbeda tidak bermakna, tetapi kadar minyak atsirinya berbeda

bermakna.

Page 57: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

40

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Ketebalan irisan rimpang lengkuas yang memenuhi persyaratan kadar

minyak atsirinya 0,5-1% v/b adalah ketebalan 6 mm dengan kadar minyak atsiri rata-

rata sebesar 0,5981% v/b ± 7,9561x10-4.

B. Saran

1. Perlu dilakukan perbandingan penetapan kadar minyak atsiri simpleks rimpang

lengkuas dengan penyulingan air dengan metode penyulingan air dan uap dan

penyulingan uap.

2. Untuk simplisia yang megandung minyak atsiri sebaiknya pengeringan dilakukan

dengan metode pengeringan buatan supaya proses pengeringan berjalan lebih

cepat dan menghindari menguapnya minyak atsiri secara berlebih.

40

Page 58: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

41

DAFTAR PUSTAKA

Agusta, A., 2000, Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia, 1-6, Laboratorium Fitokimia Puslitbang Biologi LIPI, Bandung.

Anonim, 1978, Materia Medika Indonesia, Jilid II, 48-54, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, 4-7, 10-12, 54-55, 105-125, Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1995a, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 1036, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1995b, Materia Medika Indonesia, Jilid VI, 319-320, Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1999, Minyak Atsiri, http://www.w3.org/1999/xhtml. Diakses pada 30 Juli

2007. Anonim, 2000, Acuan Sediaan Herbal, Edisi Pertama, 119-121, Departemen

Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan, Jakarta.

Anonim, 2004, Nursing 2004 : Herbal Medicine Handbook, Second (2nd) Edition,

194, Lippincott Williams and Wilkins, United State. Anonim, 2005, Produksi Biofarmaka Di Indonesia Tahun 2000 – 2004, http://

deptan.go.id/infoeksekutif/horti/2005/Prod.Biofarmaka2. Diakses pada 29 Maret 2007.

Backer, C.A., dan Bakhuizen Van den brink, R.C., Jr., 1963, Flora of Java, Volume I, 3-5, 58-61, 70-71, N.V.P., Noordhoff, Groningen, The Netherlands.

Backer, C.A., dan Bakhuizen Van den brink, R.C., Jr., 1968, Flora of Java, Volume

III, 41-42, 49-50, N.V.P., Noordhoff, Groningen, The Netherlands. Bisset, N.G., and Wichtl, M., 2001, Herbal Drugs and Phytopharmaceuticals,

Second (2nd) Edition, 218-219, Medpharm Scientific Publishers, Germany.

Page 59: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

42

Christanti, N., 2001, Analisis Perbedaan Minyak Atsiri Rimpang Laos (Languas galanga (L.) Stuntz) dari Bahan Segar dan Kering, Skripsi, Fakultas Farmasi USD, Yogyakarta.

Guenther, E., 1987, Minyak Atsiri, diterjemahkan oleh S. Ketaren, Jilid I, 20, 91-134,

Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, 130-131, Penerbit ITB, Bandung.

Jirovetz, L., Buchbauer, G., Shafi, M. P., Leela, N. K., 2003, Analysis of The Essential Oils of The Leaves, Stems, rhizomes and Roots of The Medicinal Plant Alpinia galanga from Southern India, http://jagor.srce.hr/acphee/Jirovetz.pdf. Diakses pada 19 April 2007.

Ketaren, S., 1985, Pengantar Teknologi Minyak Atsiri, 132-139, Penerbit Balai

Pustaka, Jakarta.

Kunia, K., 2006, Lengkuas Pengganti Formalin, http://www.pikiran-rakyat.co.id. Diakses pada 2 April 2007.

Lutony, T. L., dan Rahmayati, Y., 1994, Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri, 1-2, 31-34, Penebar Swadaya, Jakarta.

Pezzuto, J., 1996, Taxol Production in Plant Cell Culture Comes of Age, 1083, Lippincott Williams and Wilkins, United State.

Sastrapradja, D. S., 1986, Medicinal Herb Index In Indonesia, 339, PT Eisai Indonesia, Jakarta.

Siswanto, Y. W., 2004, Penanganan Hasil Panen Tanaman Obat Komersial, 29, 46, 66, Penebar Swadaya, Jakarta.

Soedibyo, Mooryati, B.R.A., 1998, Alam Sumber Kesehatan, Manfaat Dan Kegunaan, 241, Penerbit Balai Pustaka, Jakarta.

Page 60: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

43

Sudrajad, H., 2004, Pengaruh Ketebalan Irisan dan Lama Perebusan (Blanching) terhadap Gambaran Makroskopis dan Kadar Minyak Atsiri Simplisia Dringo (Acorus calamus L.), http://digilib.litbang.depkes.go.id/ Diakses pada 19 April 2006.

Tyler, V.E., Brady, L.R., Robbers, J.E., 1998, Pharmacognosy, Ninth (9th) Edition,

103-110, Lea and Febiger, Philadelphia.

Page 61: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

44

Page 62: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

45

Lampiran 2. Gambar tanaman (a) dan rimpang lengkuas (b)

(a)

(b)

Page 63: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

46

Lampiran 3. Gambar irisan rimpang segar dan rimpang kering

a. Ketebalan 2mm

b. Ketebalan 4mm

c. Ketebalan 6mm

d. Ketebalan 8mm

Page 64: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

47

Lampiran 4. Gambar serbuk simpleks rimpang lengkuas (a) dan alat destilasi

Stahl (b)

(a)

(b)

Page 65: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

48

Lampiran 5. Identifikasi Makroskopis

Pustaka (MMI) Pengamatan Bau aromatis Bau aromatis Rasa pedas Rasa pedas Potongan panjang 4 cm sampai 6 cm Potongan panjang 6 cm sampai 10 cm Tebal 1 cm sampai 2 cm Tebal 1 cm sampai 2 cm Kadang-kadang bercabang, ujung bengkok

Rimpang bercabang dan ujungnya bengkok

Warna permukaan coklat kemerahan Warna permukaan coklat kekuningan Parut daun jelas Parut daun jelas Bekas patahan berserat pendek, berbutir kasar, warna coklat

Bekas patahan berserat pendek, berbutir kasar, dan berwarna coklat

Page 66: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

49

Lampiran 6. Pengukuran ketebalan irisan Tebal: 2mm Data (cm): 1. 0,225 6. 0,210 11. 0,190 16. 0,200 2. 0,220 7. 0,220 12. 0,205 17. 0,225 3. 0,200 8. 0,200 13. 0,195 18. 0,210 4. 0,185 9. 0,195 14. 0,195 19. 0,215 5. 0,225 10.0,225 15. 0,230 20. 0,225 One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

pengukuran 20 ,20975 ,014093 ,003151 One-Sample Test

Test Value = 0.2

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

pengukuran 3,094 19 ,006 ,00975 ,00315 ,01635

Tebal = 4mm

Data (cm):

1. 0,445 6. 0,490 11. 0,395 16. 0,455 2. 0,440 7. 0,465 12. 0,380 17. 0,445 3. 0,455 8. 0,425 13. 0,410 18. 0,420 4. 0,415 9. 0,435 14. 0,435 19. 0,500 5. 0,425 10. 0,390 15. 0,410 20. 0,355

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

pengukuran 20 ,42950 ,035314 ,007897

Page 67: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

50

One-Sample Test Test Value

= 0.4

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of

the Difference

Lower Upper pengukuran 3,736 19 ,001 ,02950 ,01297 ,04603

Tebal: 6mm

Data (cm):

1. 0,655 6. 0,635 11. 0,615 16. 0,625 2. 0,670 7. 0,555 12. 0,605 17. 0,575 3. 0,670 8. 0,645 13. 0,625 18. 0,700 4. 0,615 9. 0,635 14. 0,610 19. 0,620 5. 0,690 10. 0,640 15. 0,610 20. 0,685

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

pengukuran 20 ,63400 ,037049 ,008284

One-Sample Test Test Value =

0.6

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of

the Difference

Lower Upper pengukuran 4,104 19 ,001 ,03400 ,01666 ,05134

Tebal: 8mm

Data (cm):

1. 0,880 6. 0,860 11. 0,810 16. 0,870 2. 0,835 7. 0,830 12. 0,810 17. 0,765 3. 0,880 8. 0,895 13. 0,790 18. 0,755

Page 68: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

51

4. 0,790 9. 0,745 14. 0,880 19. 0,845 5. 0,805 10. 0,890 15. 0,840 20. 0,865

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

pengukuran 20 ,83200 ,046464 ,010390 One-Sample Test

Test Value = 0.8

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of

the Difference

Lower Upper pengukuran 3,080 19 ,006 ,03200 ,01025 ,05375 Analisis Statistik Ketebalan Irisan Apakah ada perbedaan rata-rata pengukuran ketebalan irisan (2, 4, 6, dan 8mm) dengan ukuran yang sebenarnya? Jawab:

1. Ho = ada perbedaan rata-rata dengan ukuran sebenarnya 2. H1 = tidak ada perbedaan rata-rata dengan ukuran sebenarnya 3. α = 0.05 4. H0 ditolak bila Sig < 0,05 atau t hitung > t tabel (t > 1,729)

Tebal Sig. t hitung 2 0,006 3,094 4 0,001 3,736 6 0,001 4,104 8 0,006 3,080

5. Kesimpulan = karena semua nilai Sig < 0,05 dan t hitung > 1,729 maka dapat

disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata ukuran ketebalan irisan yang dihasilkan dengan ukuran yang sebenarnya.

Page 69: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

52

Lampiran 7. Suhu pengeringan simplisia

Tanggal Jam Suhu (0C) Mean(0C)

3 Agustus 2006 11.45 13.00 14.00 15.00

39 39 41 37

39

4 Agustus 2006 09.00 10.00 11.00 11.45 13.00 14.00

41 37 39 37 36 35

37,5

5 Agustus 2006 09.30 10.30 12.00 13.00 14.30

35 30 39 42 41

37,4

6 Agustus 2006 09.45 12.00 13.00 14.00 15.00

30 29 32 39 30

32

7 Agustus 2006 10.00 12.00 13.00 14.00 15.30

30 35 38 42 31

35,2

8 Agustus 2006 11.45 13.00 14.00 15.30

32 32 40 30

33,5

9 Agustus 2006 10.00 12.00 13.00 14.00 15.00

31 39 38 32 31

34,2

10 Agustus 2006 10.00 10.38 11.59 12.35 13.00 14.00

30 35 39 35 38 40

36,2

Rata-rata total suhu pengeringan = 35,6oC

Page 70: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

53

Lampiran 8. Susut pengeringan

sebelumberatsesudahberatsebelumberatnpengeringaSusut −

=

Tebal Berat sebelum (g)

Berat sesudah (g)

Susut pengeringan (% b/b)

)/(% bbX SD

2mm 10.006 9.7347 2.66 2.69 0.1429 10.002 9.7154 2.85 10.005 9.7435 2.57

4mm 10.004 9.4969 5.03 5.34 0.3703 10.002 9.4759 5.24 10.005 9.4250 5.75

6mm 10.003 9.4395 5.61 5.45 0.1703 10.007 9.4548 5.46 10.002 9.4728 5.27

8mm 10.007 9.3196 6.81 7.05 0.3789 10.004 9.2512 7.49 10.003 9.3139 6.86

Page 71: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

54

Lampiran 9. Analisis variansi susut pengeringan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

susut pengeringan ketebalan N 12 12

Normal Parameters

Mean 5,1333 5,00

Std. Deviation

1,65153 2,335

Most Extreme

Differences

Absolute ,225 ,166

Positive ,167 ,166 Negative -,225 -,166

Kolmogorov-Smirnov Z

,780 ,574

Asymp. Sig. (2-tailed)

,578 ,897

a Test distribution is Normal. b Calculated from data. Anova satu arah susut pengeringan

Sum of Squares

df Mean Square

F Sig.

Between Groups

29,343 3 9,781 118,484 ,000

Within Groups

,660 8 ,083

Total 30,003 11 Apakah ada perbedaan rata-rata pengukuran susut pengeringan? Jawab:

1. Ho = 4321 μμμμ ===

2. H1 = 4321 μμμμ ≠≠≠ 3. α = 0.05 4. f = 118.484 5. H0 ditolak bila

),(2

),(2

1 2121 vvvvffatauff αα ><

H0 ditolak bila )8,3(025.0)8,3(025.01 ffatauff >< −

H0 ditolak bila f < 0.0688 atau f > 5.416

6. Kesimpulan: karena 118.484>5.416 atau f >f2α (v1,v2) maka Ho ditolak.

Artinya ada perbedaan rata-rata pengukuran susut pengeringan.

Page 72: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

55

Lampiran 10. Analisis LSD susut pengeringan Multiple Comparisons Dependent Variable: susut pengeringan LSD Multiple Comparisons Dependent Variable: susut pengeringan LSD

Mean Difference

(I-J)

Std. Error Sig. 95% Confidence

Interval

(I) ketebalan

(J) ketebalan

Lower Bound

Upper Bound

2 4 -2,6467* ,23459 ,000 -3,1876 -2,1057 6 -2,7533* ,23459 ,000 -3,2943 -2,2124 8 -4,3600* ,23459 ,000 -4,9010 -3,8190 4 2 2,6467* ,23459 ,000 2,1057 3,1876 6 -,1067 ,23459 ,661 -,6476 ,4343 8 -1,7133* ,23459 ,000 -2,2543 -1,1724 6 2 2,7533* ,23459 ,000 2,2124 3,2943 4 ,1067 ,23459 ,661 -,4343 ,6476 8 -1,6067* ,23459 ,000 -2,1476 -1,0657 8 2 4,3600* ,23459 ,000 3,8190 4,9010 4 1,7133* ,23459 ,000 1,1724 2,2543 6 1,6067* ,23459 ,000 1,0657 2,1476

* The mean difference is significant at the .05 level.

Page 73: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

56

Lampiran 11. Perhitungan kadar minyak atsiri

)()()/(%

gbobotmlvolumebvKadar =

Tebal Bobot (g) Volume (ml)

Kadar (% v/b)

(%)X SD

2mm 10.0077 0.02 0.1998 0.1995 7.9812x10-4

10.0000 0.02 0.2000 10.0079 0.02 0.1998 10.0040 0.02 0.1999 10.0094 0.02 0.1981 4mm 10.0078 0.04 0.3997 0.3995 3.6332x10-4

10.0106 0.04 0.3996 10.0230 0.04 0.3991 10.0219 0.04 0.3991 10.0025 0.04 0.3999 6mm 10.0417 0.06 0.5975 0.5981 7.9561x10-4

10.0154 0.06 0.5991 10.0221 0.06 0.5987 10.0299 0.06 0.5982 10.0472 0.06 0.5972 8mm 10.0498 0.02 0.1990 0.1992 4.5055x10-4

10.0007 0.02 0.1999 10.0301 0.02 0.1994 10.0645 0.02 0.1987 10.0411 0.02 0.1992

Page 74: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

57

Lampiran 12. Analisis variansi kadar minyak atsiri One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

kadar minyak ketebalan N 20 20

Normal Parameters

Mean ,349095 5,00

Std. Deviation

,1696688 2,294

Most Extreme Differences

Absolute ,310 ,169

Positive ,310 ,169 Negative -,187 -,169

Kolmogorov-Smirnov Z

1,387 ,754

Asymp. Sig. (2-tailed)

,043 ,621

a Test distribution is Normal. b Calculated from data. Anova satu arah

Sum of Squares

df Mean Square

F Sig.

Between Groups

.547 3 .182 454376.996 .000

Within Groups

.000 16 .000

Total .547 19

1. Ho = 4321 μμμμ ===

2. H1 = 4321 μμμμ ≠≠≠ 3. α = 0.05 4. f = 454376.996 5. H0 ditolak bila

),(2

),(2

1 2121 vvvvffatauff αα ><

H0 ditolak bila )16,3(025.0)16,3(025.01 ffatauff >< −

H0 ditolak bila f < 0.0703 atau f > 4.077

6. Kesimpulan: karena 454376.996>4.0777 atau f >f2α (v1,v2) maka Ho ditolak.

Artinya ada perbedaan rata-rata pengukuran kadar minyak atsiri.

Page 75: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

58

Lampiran 13. Analisis LSD kadar minyak atsiri Multiple Comparisons Dependent Variable: kadar minyak LSD

Mean Difference

(I-J)

Std. Error Sig. 95% Confidence

Interval

(I) ketebalan

(J) ketebalan

Lower Bound

Upper Bound

2 4 -.199960* .0004006 .000 -.200809 -.199111 6 -.398620* .0004006 .000 -.399469 -.397771 8 .000280 .0004006 .495 -.000569 .001129 4 2 .199960* .0004006 .000 .199111 .200809 6 -.198660* .0004006 .000 -.199509 -.197811 8 .200240* .0004006 .000 .199391 .201089 6 2 .398620* .0004006 .000 .397771 .399469 4 .198660* .0004006 .000 .197811 .199509 8 .398900* .0004006 .000 .398051 .399749 8 2 -.000280 .0004006 .495 -.001129 .000569 4 -.200240* .0004006 .000 -.201089 -.199391 6 -.398900* .0004006 .000 -.399749 -.398051

The mean difference is significant at the .05 level.

Page 76: PENENTUAN KETEBALAN IRISAN SIMPLISIA RIMPANG ...irisan untuk rimpang temulawak dan jahe antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm (Siswanto, 2004).

59

Biografi Penulis

Penulis skripsi yang berjudul “Penentuan Ketebalan

Irisan Simplisia Rimpang Lengkuas (Languas

galanga L. Stuntz) Yang Kadar Minyak Atsirinya

Memenuhi Standar” ini memiliki nama lengkap

Yulita Fitri Rosanti. Penulis dilahirkan di Yogyakarta

pada tanggal 9 Juli 1985 sebagai putri kedua dari tiga

bersaudara dari pasangan Ir. Dradjad Soepomo (Alm.)

dan F. M. Chrismartin, B.Sc. Penulis menempuh Pendidikan Taman Kanak-Kanak di

TK Purbonegaran Yogyakarta pada tahun 1989 selama dua tahun. Pada tahun 1991

penulis meneruskan Pendidikan Sekolah Dasar di SD Kanisius Kotabaru Yogyakarta

sampai tahun 1997, kemudian melanjutkan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di

SLTP Negeri 5 Yogyakarta sampai tahun 2000. Setamat SLTP, penulis melanjutkan

studi di SMU Negeri 8 Yogyakarta dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2003.

Selesai menempuh pendidikan SMU penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama masa perkuliahan penulis

aktif terlibat dalam UKM PSM Cantus Firmus dan UKF PSF Veronika, baik menjadi

anggota maupun sebagai pengurus.