PENENTUAN JUMLAH OPTIMAL TRANSFORMATOR DAYA …repository.ub.ac.id/2939/1/PUJO UTOMO.pdf ·...
Transcript of PENENTUAN JUMLAH OPTIMAL TRANSFORMATOR DAYA …repository.ub.ac.id/2939/1/PUJO UTOMO.pdf ·...
PENENTUAN JUMLAH OPTIMAL TRANSFORMATOR DAYA
PENURUN TEGANGAN CADANGAN MENGGUNAKAN METODE
DISTRIBUSI POISSON
SKRIPSI
TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ENERGI ELEKTRIK
Ditujukan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Teknik
Disusun Oleh :
PUJO UTOMO
NIM. 12506030711022
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2017
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya dan
berdasarkan hasil penelusuran berbagai karya ilmiah, gagasan dan masalah ilmiah yang
diteliti dan diulas di dalam Naskah Skripsi ini adalah asli dari pemikiran saya. Tidak terdapat
karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di
suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan
disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah Skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur
jiplakan, saya bersedia Skripsi dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).
Malang, 27 Juli 2017
Mahasiswa,
PUJO UTOMO
NIM. 125060307111022
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
Jl. Mayjend. Haryono no. 167, Malang, 65145, Indonesia
Telp. : +62-341-587710, 587711; Fax : +62-341-551430
http://teknik.ub.ac.id E-mail : [email protected]
FORMULIR BIODATA SARJANA UNIVERSITAS BRAWIJAYA
I. DATA SARJANA BARU
1. N a m a : Pujo Utomo 2. N I M : 125060307111022 3. Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang, 11 Juni 1994 4. Jenis Kelamin : Laki-laki 5. Agama : Islam 6. Status Perkawinan : Belum kawin
7. A l a m a t : Kp. Sekarwangi RT 005/008 No. 27, Kelurahan Neglasari, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang, Banten.
8. Nama Orang Tua : Supriyadi 9. Pekerjaan Orang Tua : Pensiunan Swasta
10. Alamat Orang Tua : Kp. Sekarwangi RT 005/008 No. 27, Kelurahan Neglasari, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang, Banten.
II. RIWAYAT PENDIDIKAN 1. Tahun Masuk Perguruan Tinggi : 2012 2. Pindahan dari *) : - 3. Jumlah sks yang dibebaskan *) : ..... 4. Tanggal Tahun Lulus : 08 Agustus 2017 5. Gelar yang diperoleh : Sarjana Teknik 6. Fakultas : Teknik Universitas Brawijaya 7. Jurusan : Teknik Elektro 8. Konsentrasi : Teknik Energi Elektrik 9. Nomor Ijazah : III. DATA AKHIR PENDIDIKAN ST
1. Judul Skripsi (Indonesia) : Penentuan Jumlah Optimal Transformator Daya Penurun Tegangan Cadangan Menggunakan Metode Distribusi Poisson
2. Judul Skripsi (Inggris) : Determining the Optimal Number of Step Down Power Transformers Spares using Poisson Distribution Method
3. Dosen Pembimbing : 1. Ir. Mahfudz Shidiq, M.T 2. Ir. Teguh Utomo, M.T 4. Hasil Akhir Skripsi : B + 5. IP Kumulatif : 3,07 6. Predikat Kelulusan : Sangat Memuaskan 7. Lama Studi : 4,9 Tahun 8. Alumni ke :
Malang, 18 Agustus 2017 An. Dekan Wakil Dekan Bidang Akademik
Dr. Ir. Surjono, MTP. NIP. 19650518 199002 1 001
Catatan : Data NAMA, TEMPAT/TANGGAL LAHIR, sesuaikan dengan ijazah terakhir. *) Khusus bagi mahasiswa Alih Program dan harus diisi
Teriring ucapan terima kasih kepada
Bapakku Supriadi dan mamahku Supiyati tercinta,
Saudara-saudariku serta kekasihku tersayang.
RINGKASAN
Pujo Utomo, Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Juli,
2017, Penentuan Jumlah Optimal Transformator Daya Penurun Tegangan Cadangan
Menggunakan Metode Distribusi Poisson. Dosen pembimbing : Mahfudz Shidiq dan Teguh
Utomo.
Peralatan-peralatan tenaga listrik seperti generator, transformator, kabel transmisi, pmt,
dll memiliki rata- rata laju kegagalan selama berlangsungnya kehidupan peralatan tersebut (da
silva & et al, 2010). Dalam Sistem kelistrikan konsep keandalan secara umum berhubungan
dengan keberadaan. Keberadaan suatu peralatan cadangan sangat dibutuhkan sebagai salah satu
cara alternafif untuk tetap menjaga sistem operasi walaupun peralatan utama mengalami
kegagalan. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menentukan jumlah optimal transformator
cadangan 150/20 kV dan 70/20 kV yang dibutuhkan pada PT. PLN APP Malang dengan
kapasitas transformator terpasang berturut turut adalah 30 unit dan 23 unit. Dengan laju
kegagalan per tahun yang didapatkan berdaasarkan IEEE C.57.11-1986 dan waktu perbaikan
1 tahun. Digunakan metode distribusi poisson berdasarkan kriteria keandalan dan MTBF serta
dengan menggunakan metode nilai ekonomi dapat ditentukan jumlah optimal transformator
cadangan yang dibutuhkan oleh PT PLN APP Malang. .
Dari hasil perhitungan dan analisis, didapatkan bahwa jumlah optimal tranformator
cadangan yang didapat berdasarkan kriteria keandalan dan MTBF sebesar 4 unit transformator
cadangan 150/20 kV dan 70/20 kV dan berdasarkan perhitungan ekonomi saat terdapat 4 unit
transformator memberikan hasil biaya yang lebih tinggi yaitu sebesar Rp. 6.157.555.062 pada
transformator 150/20 kV dan Rp. 3.971.460.742 pada transformator 70/20 kV, jika
dibandingkan saat terdapat 2 unit transformator cadangan yang merupakan biaya optimal, yaitu
sebesar Rp. 3.872.395.232 pada transformator 150/20 kV dan Rp. 2.526.887.502 pada
transformator 70/20 kV.
Kata kunci : Transformator, Laju kegagalan , metode distribusi poisson
SUMMARY
Pujo Utomo, Department of Electrical Engineering, Faculty of Engineering, University
of Brawijaya, July, 2017, Determining the optimal Number of Step down power Transformers
spare using poisson distribution method. Academic Supervisor : Mahfudz Shidiq and Teguh
Utomo.
Electrical equipment such as generator, transformer, line transmission, circuit breaker,
etc has a failure rate that varies over the life of that unit. In electrical system, reliability
concepts generally related to existence of the equipment. Existence of spare equpment is very
needed as an alternatif ways to keep the operating system even the main equipment fail. The
purpose of this research is to compute and get the optimal number of spare transformers,
150/20 kV and 70/20 kV in PT. PLN APP Malang, with the capacity of installed transformers
respectively 30 unit and 23 unit. With failure rate calculate by IEEE C57.11 and procurement
rate 1 year. By using Poisson distribution method which modeled as reliabity and MTBF or
average time that transformers operate till fail and also using statistical economic concept the
optimal number of spare transformers which needed by PT PLN APP Malang can be
determined .
The results show that the calculation by reliability and MTBF criteria, the optimal
number of spare transformers that needed is 4 unit in 150/20 kV and 70/20 kV. Then, by
economic criteria shows that 4 unit transformers provides more expensive results,
consecutively in transformers 150/20 kV and 70/20 kV 𝑅𝑝. 6.157.555.062, total cost of having
4 unit spare transformers is 𝑅𝑝. 6.157.555.062 and Rp. 3.971.460.742. And if it compared with
2 unit transformers, which theoptimal results of economic criteria. Total cost of having 2 unit
spare transformers is 𝑅𝑝. 3.872.395.232 on transformers 150/20 kV and Rp. 2.526.887.502 on
70/20 kV.
Key words : Transformers, failure rate , Poisson distribution Method
i
PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Penentuan Jumlah Optimal Transformator Daya Penurun Tegangan Cadangan
Menggunakan Metode Distribusi Poisson” dengan lancar. Skripsi ini disusun sebagai syarat
untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.
Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini tidak akan mungkin bisa tercapai
tanpa bantuan, bimbingan serta dorongan dari semua pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Azis Muslim, ST., MT., Ph.D. sebagai Ketua Jurusan Teknik Elektro
Universitas Brawijaya.
2. Bapak Hadi Suyono,ST., MT., Ph.D. sebagai Sekretaris Jurusan Teknik Elektro
Universitas Brawijaya.
3. Bapak Ali Mustafa, ST., MT. sebagai Ketua Program Studi S1 Teknik Elektro
Universitas Brawijaya.
4. Ibu Dr. Rini Nur Hasanah, ST., M.Sc. sebagai Ketua Kelompok Dosen Keahlian
Teknik Energi Elektrik, Jurusan Teknik Elektro universitas Brawijaya.
5. Bapak Ir. Mahfudz Shidiq, M.T sebagai Dosen Pembimbing I atas segala
bimbingan, pengarahan, ide, saran, dan kritik yang telah diberikan selama
pengerjaan skripsi.
6. Bapak Ir. Teguh Utomo, M.T sebagai Dosen Pembimbing II atas segala
bimbingan, pengarahan, ide, saran, yang telah diberikan selama pengerjaan
skripsi.
7. Seluruh Civitas Akademika TEUB atas bimbingannya selama perkuliahan, serta
staff recording TEUB, dan staff Ruang Baca Teknik Elektro Universitas
Brawijaya.
8. Ayah tercinta Supriadi, yang mendidik penulis dengan baik sehingga mampu
menyelesaikan skripsi ini.
9. Ibu tercinta Supiyati yang penuh kesabaran memberikan kasih sayang, semangat
serta doa hingga terselesaikannya skripsi ini.
10. Mba Dewi , Mba Srini, Mba Endah, Mas Jarwo , Mas Yudi dan Mas Bayu atas
segala dukungan, motivasi, dorongan, doa serta dukungan yang telah diberikan.
ii
11. Teman-teman tercinta yang telah menemani kehidupan kuliah di Malang Karina
Arohma, Septian, Bima, Reza, Fathur , Rio dan Feraldi ,Viki , Valdy, afif,
Hendro, Adhi, Avif, Wira, Feby, Fariz, Maya dan kawan kawan lainnya
12. Seluruh teman-teman serta semua pihak yang tidak mungkin untuk dicantumkan
namanya satu-persatu, terima kasih atas segala benuk bantuan dan dukungannya.
Pada akhirnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Penulis berharap semoga
skripsi inidapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta bagi
masyarakat.
Malang, Juni 2017
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... vii
BAB I .................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................................... 2
1.3. Batasan Masalah ......................................................................................................... 3
1.4. Tujuan ......................................................................................................................... 3
1.5. Manfaat ....................................................................................................................... 3
BAB II ................................................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................ 5
2.1. Sistem Tenaga Listrik ................................................................................................. 5
2.2. Gardu Induk ................................................................................................................ 5
2.3. Transformator ............................................................................................................. 6
2.4.Kegagalan Transformator ............................................................................................ 8
2.4.1. Klasifikasi Kegagalan .......................................................................................... 9
2.4.2. Gangguan Eksternal ............................................................................................. 9
2.4.3. Gangguan Internal .............................................................................................. 10
2.4.4. Kurva Bak Mandi ............................................................................................... 10
2.4.5. Laju Kegagalan (Failure Rate) .......................................................................... 12
2.5. Keandalan, Ketersediaan dan Kemampurawatan ..................................................... 12
2.5.1. Keandalan Transformator .................................................................................. 13
2.6. Ilmu Peluang ............................................................................................................. 14
iv
2.6.1. Metode distribusi Poisson ........................................................................... 17
BAB III ................................................................................................................................ 22
METODE PENELITIAN .................................................................................................... 22
3.1. Studi Literatur .................................................................................................... 22
3.2. Objek Penelitian ................................................................................................ 23
3.3. Perhitungan dan Analisis ................................................................................... 23
3.4. Pengambilan Kesimpulan .................................................................................. 26
BAB IV ............................................................................................................................... 29
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 29
4.1. Penentuan Jumlah Optimal Transformator Berdasarkan Kriteria Keandalan ... 30
4.2. Penentuan Jumlah Optimal Transformator berdasarkan MTBF ....................... 32
4.3. Penentuan Jumlah Optimal Transformator berdasarkan statistika ekonomi ..... 35
BAB V ................................................................................................................................. 43
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................................... 43
5.1. KESIMPULAN ................................................................................................. 43
5.2. SARAN .............................................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 45
LAMPIRAN ........................................................................................................................ 46
v
DAFTAR TABEL
Tabel 4. 1. Jumlah transformator terpasang pada APP Malang .............................. 29
Tabel 4. 2. Jumlah gangguan Transformator ............................................................ 29
Tabel 4. 3. Keandalan sistem transformator 150/20 kV jika terdapat sejumlah n
(transformator cadangan) .......................................................................................... 31
Tabel 4. 4. Keandalan sistem transformator 70/20 kV jika terdapat sejumlah n (transformator
cadangan) .................................................................................................................. 32
Tabel 4. 5. Jumlah cadangan transformator 150/20 kV berdasarkan kritera MTBF 34
Tabel 4. 6. Jumlah cadangan transformator 70/20 kV berdasarkan kritera MTBF .. 35
Tabel 4. 7. Analisis Ekonomi Transformator 150/20 kV ......................................... 40
Tabel 4. 8. Analisis ekonomi transformator 70/20 kV ............................................. 41
vi
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2 1 Transformator .................................................................................................... 7
Gambar 2 2 kurva bak mandi .............................................................................................. 11
Gambar 2 3 Pemodelan distibusi Poisson ........................................................................... 17
Gambar 3 1 Diagram Alir Penelitian....................................................................................22
Gambar 3 2 Diagram alir perhitungan ................................................................................. 23
Gambar 3 3 Diagram alir perhitungan nilai keandalan ....................................................... 24
Gambar 3 4 Diagram alir perhitungan nilai MTBF ............................................................. 25
Gambar 3 5 Diagram alir Perhitungan nilai ekonomi ......................................................... 25
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Energi listrik memiliki peranan penting dalam kehidupan, kebutuhan tenaga listrik pada
suatu daerah berkaitan erat setidaknya dengan 2 variabel yaitu pertumbuhan ekonomi dan
pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik berbanding lurus dengan
pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk. Semakin meningkatnya perekonomian dan
bertambahnya jumlah penduduk, maka konsumsi tenaga listrik juga akan semakin meningkat
sesuai dengan tingkat pertumbuhan kelistrikan di Indonesia. Meningkatnya jumlah beban atau
konsumen tentu akan meningkatkan jumlah gangguan pada sistem tenaga listrik. Maka PT PLN
(Perusahaan Listrik Negara) yang merupakan penyedia energi listrik di Indonesia tidak saja
berusaha untuk memenuhi permintaan daya yang meningkat, akan tetapi juga memperbaiki
mutu keandalan pelayanan (SPLN 59:1985). Diketahui bahwa kegagalan dalam sistem
kelistrikan tidak dapat dihindari, maka dari itu berbagai macam cara dilakukan agar dapat
mempertahankan keandalan suatu sistem, seperti mendesain dan memelihara gardu induk
dengan kebijakan operasi yang baik.. Namun, Chowdury & Koval (2005) menyatakan bahwa,
sistem penyaluran tenaga listrik harus dirancang agar dapat menahan kegagalan peralatan
dengan cara penambahan peralatan atau dengan menyiapkan peralatan cadangan pada
perencanaan sistem operasi tenaga listrik .Dalam sistem kelistrikan konsep keandalan secara
umum berhubungan dengan keberadaan. Keberadaan suatu peralatan cadangan sangat
dibutuhkan sebagai salah satu cara alternafif untuk tetap menjaga sistem operasi walaupun
peralatan utama mengalami kegagalan.Transformator merupakan alat yang memiliki peranan
penting dalam sistem kelistrikan. Dalam sistem tenaga listrik, transformator memiliki fungsi
untuk menyalurkan daya dengan baik ke beban atau konsumen. Peralatan peralatan tenaga
listrik seperti generator, transformator, kabel transmisi, pmt, dll memiliki rata- rata laju
kegagalan selama berlangsungnya kehidupan peralatan tersebut (da silva & et al, 2010).
Terdapat 2 tipe kegagalan pada transformator: dapat diperbaiki (repairable) dan tidak dapat
diperbaiki (non repairable). Kegagalan pada transformator biasanya diikuti dengan tindakan
darurat, seperti menyalurkan beban ke transformator terdekat untuk menyalurkan daya ke beban
saat transformator diperbaiki atau dengan memasang transformator cadangan
yangmenghasbikan waktu 1-5 hari, lebih cepat
2
jika dibandingkan dengan waktu perbaikan 1-10 hari dan lebih cepat dibandingkan
penggantian transformator 1- 1,5 tahun dari membeli hingga membangun dalam kasus bahwa
tidak ada transformator cadangan dan kerusakan tidak dapat diperbaiki (Vaahedi &
Mansour,1999). Sehingga penggunaan transformator cadangan sangat baik untuk
ditindaklanjuti. Namun, pengadaan transformator cadangan juga memiliki dampak modal dan
biaya, walaupun keberadaannya dapat meningkatkan ketersediaan dan keandalan sistem tenaga
listrik. Hal tersebut tidak selalu menjadi pilihan perusahaan tenaga listrik. Jika jumlah
transformator cadangan meningkat, biaya operasi dan manajemen (O&M) sistem juga
meningkat. Untuk itu maka diperlukan perhitungan jumlah optimal dari transformator cadangan
untuk menghasilkan biaya yang minimal (Nahman & Tanaskovic,2009).
Untuk menentukan jumlah optimal transformator cadangan terdapat 3 metode
pemodelan yang dapat dilakukan, yaitu: metode poison, metode markov dan metode monte
carlo. Dari ketiga metode tersebut, metode poison merupakan metode yang paling umum
digunakan untuk menentukan jumlah transformator yang optimal digunakan. Pada penelitian
yang dilakukan A. da Silva, et al (2010), digunakan 3 model matematika tersebut, dimana
metode distribusi poisson digunakan untuk menganalisis nilai keandalan sistem, metode
markov dan metode monte carlo (chronological monte carlo) digunakan untuk mendapatkan
nilai ketersediaan sistem. Ketiga metode tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu untuk
menetukan jumlah optimal transformator cadangan, namun dari penelitian tersebut di ketahui
bahwa metode distribusi poisson mudah digunakan dan praktis dalam pengaplikasiannya.
Selain itu Marbun, Sinisuka & Hariyanto (2015) menyatakan bahwa metode distribusi poisson
sudah cukup untuk dapat menentukan jumlah optimal transformator cadangan. Sehingga, dalam
penelitian ini digunakan metode distribusi poisson untuk menentukan jumlah optimal
transformator cadangan yang dibutuhkan sistem.
Berdasarkan uraian diatas penulis akan meneliti mengenai jumlah optimal transformator
cadangan yang dibutuhkan menggunakan metode distribusi poisson, dengan objek penelitian
PT PLN APP TJBTB Malang.
1.2. Rumusan Masalah
1) Berapa jumlah optimal transformator cadangan yang dibutuhkan pada PT. PLN area
pelaksana dan pemeliharaan Malang dan bagaiamana pengaruh jumlah optimal
transformator cadangan terhadap biaya yang ditimbulkannya.
3
1.3. Batasan Masalah
1) Transformator yang di analisis ialah transformator daya penurun tegangan 70/20 kV
dengan jumlah transformator terpasang 23 unit dan 150/20 kV dengan jumlah
transformator terpasang 30 unit.
2) Periode analisis ialah tahun 2016.
3) Rating/kapasitas transformator 150/20 kV ialah 60 MVA dan transformator 70/20 kV
ialah 30 MVA.
4) Waktu rata-rata perbaikan transformator yang mengalami kerusakan ialah 1 tahun.
5) Periode kerja atau umur satu unit transformator ialah 35 tahun.
6) Laju kegagalan transformator dihitung berdasarkan IEEE C57.11-1986
7) Digunakan harga unit transformator sebagai harga yang ditimbulkan akibat kegagalan
1.4. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menganalisis pengaruh yang ditimbulkan oleh
adanya transformator cadangan serta untuk menentukan jumlah transformator cadangan yang
dibutuhkan pada PT PLN Transmisi Jawa bagian Timur dan Bali Area Pelaksana Pemeliharaan
Malang (PT PLN TJTB APP Malang).
1.5. Manfaat
Manfaat yang diberikan dalam penelitian ini ialah, untuk pembelajaran bagi penulis
mengenai transformator cadangan serta menjadi alternatif pilihan bagi sistem penyedia jasa
listrik jika dilakukan perencanaan pembangunan sistem tenaga listrik ataupun sebagai evaluasi
akan keandalan transformator pada sistem tersebut.
4
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistem Tenaga Listrik
Prinsip kerja dari sistem tenaga listrik dimulai dari bagian pembangkitan kemudian
disalurkan melalui sistem jaringan transmisi pada gardu induk dan dari gardu induk
disalurkan kepada pelanggan melalui saluran distribusi. Berdasarkan hal tersebut, sistem
tenaga listrik dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Sistem Pembangkitan
Pada pembangkitan tenaga listrik terdapat proses pengubahan sumber energi primer
menjadi energi listrik. Proses pengubahan sumber energi baik konvensional maupun non
konvensional. Masing-masing jenis pembangkit tenaga listrik mempunyai prinsip kerja yang
berbeda, sesuai dengan penggerak mulanya (prime mover). Satu hal yang sama pada
pembangkit tenaga listrik adalah semuanya berfungsi untuk mengubah energi mekanik
menjadi energi listrik dengan cara mengubah potensi energi mekanik yang berasal dari air,
uap, gas, panas bumi, nuklir, kombinasinya.
2. Sistem Transmisi
Energi listrik yang dibangkitkan dari pembangkit listrik disalurkan melalui saluran
transmisi menuju gardu induk (GI). Fungsi utama dari gardu induk adalah untuk mengatur
aliran daya listrik dari saluran transmisi yang satu kesaluran transmisi yang lain,
mendistribusikannya ke konsumen, sebagai tempat untuk menurunkan tegangan transmisi
menjadi tegangan distribusi, sebagai tempat kontrol dan pengaman operasi sistem.
3. Sistem Distribusi
Energi listrik dari gardu-gardu induk akan disalurkan menuju gardu distribusi untuk
diturunkan tegangannya, untuk kemudian didistribusikan kepada konsumen.
2.2. Gardu Induk
Gardu induk adalah bagian dari suatu sistem tenaga yang dipusatkan pada suatu
tempat berisi saluran transmisi dan distribusi, perlengkapan hubung bagi, transformator, dan
6
peralatan pengaman serta peralatan kontrol. Gardu induk merupakan salah satu komponen
utama dalam suatu proses penyaluran tenaga listrik dari pembangkit ke konsumen (beban).
Fungsi utama dari gardu induk adalah untuk mengatur aliran daya listrik dari saluran
transmisi yang satu kesaluran transmisi yang lain, mendistribusikannya ke konsumen,
sebagai tempat untuk menurunkan tegangan transmisi menjadi tegangan distribusi, sebagai
tempat kontrol dan pengaman operasi sistem. Dari segi manfaat tersebut terlihat bahwa
peralatan dalam gardu induk harus memiliki keandalan yang tinggi sehingga kualitas tenaga
listrik yang sampai ke konsumen secara optimal dan konsumen tidak akan merasa dirugikan.
Kontinuitas pelayanan yang baik dan keandalan yang tinggi dari peralatan ditetapkan dengan
memperhatikan segi ekonomis dan standar yang berlaku, sehingga keandalan dari peralatan
tersebut dapat optimal, sedangkan untuk penempatan peralatan direncanakan sedemikian
rupa sehingga dalam pengoperasian dan perawatan dapat dilakukan dengan mudah, aman,
dan efektif.
2.3. Transformator
Transformator merupakan suatu alat listrik yang termasuk ke dalam klasifikasi mesin
listrik statis yang berfungsi menyalurkan tenaga/daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan
rendah dan sebaliknya atau dapat juga diartikan mengubah tegangan arus bolak-balik dari
satu tingkat ke tingkat yang lain melalui prinsip-prinsip induksi elektromagnetik.
Transformator digunakan secara luas, baik dalam bidang tenaga listrik maupun elektronika.
Penggunaan transformator dalam sistem tenaga listrik didasarkan pada tegangan yang sesuai
untuk tiap-tiap keperluan, misalnya kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya
listrik jarak jauh.
Secara konstruksinya transformator terdiri atas dua kumparan yaitu primer dan
sekunder. Apabila kumparan primer dihubungkan dengan tegangan (sumber), maka akan
mengalir arus bolak balik 𝐼1 pada kumparan tersebut. Oleh karena kumparan mempunyai
inti, arus 𝐼1 menimbulkan fluks magnit yang juga berubah-ubah pada intinya. Akibatnya
adanya fluks magnit yang berubah-ubah pada kumparan primer akan timbul GGl
(Sumanto,1996:2).
7
Gambar 2 1 Transformator
Sumber: Sumanto (1996:6)
Dari Gambar 2.1, bagian-bagian dari transformator adalah sebagai berikut:
𝑈1 : tegangan primer
𝑈2 : tegangan sekunder
𝐼1 : arus primer
𝐼2 : arus sekunder
𝑒𝑝 : GGL induksi pada kumparan primer
𝐺𝑠 : GGL induksi pada kumparan sekunder
𝑁𝑝 : jumlah lilitan kumparan primer
𝑁𝑠 : jumlah lilitan kumparan sekunder
𝑏 : fluks magnit bersama (mutual fluks)
Z : beban
Berdasarkan pemakaiannya transformator dikelompokkan kedalam 3 jenis, yaitu:
a) Transformator daya, yaitu transformator yang biasa digunakan untuk
menaikkan atau menurunkan tegangan. Transformator daya dibagi kedalam 2 jenis,
yaitu:
a. Transformator step-up adalah transformator yang memiliki lilitan sekunder
lebih banyak daripada lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penaik tegangan.
Transformator ini biasa ditemui pada pembangkit tenaga listrik sebagai penaik
8
tegangan yang dihasilkan generator menjadi tegangan tinggi yang digunakan
dalam transmisi jarak jauh.
b. Transformator step-down memiliki lilitan sekunder lebih sedikit daripada
lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penurun tegangan. Transformator jenis
ini biasa ditemui pada gardu induk, dimana digunakan untuk menurunkan
tegangan yang diterima dari pembangkit tenaga listrik.
b) Transformator distribusi, yaitu transformator yang digunakan untuk
menurunkan tegangan transmisi menjadi tegangan distribusi yang kemudian energi
listrik disalurkan menuju konsumen.
c) Transformator pengukuran, yaitu transformator yang memiliki fungsi untuk
mengukur tegangan atau arus. Transformator tegangan untuk mengukur tegangan
dan transformator arus untuk mengukur arus.
2.4.Kegagalan Transformator
Kegagalan transformator merupakan kemampuan transformator untuk dapat bekerja
sesuai fungsinya dalam waktu tertentu. Dalam penelitian keandalan transformator, sulit
untuk membedakan antara kerusakan besar dan kerusakan kecil, sehingga digunakan
beberapa istilah, sebagai berikut (ANSI C.57.11:1986)
a) Failure with forced outage (Kegagalan dengan pemadaman paksa)
Kegagalan dimana transformator harus berhenti bekerja karena adanya gangguan selama
lebih dari satu hari bersamaan dengan tindakan perbaikan.
b) Failure with scheduled outage (Kegagalan dengan pemadaman terjadwal)
Kegagalan dimana transformator harus berhenti bekerja sesuai waktu yang ditentukan.
c) Defect
Ketidaksempurnaan atau kekurangan kinerja transformator yang bisa dikoreksi tanpa
melakukan pemadaman.
Peralatan peralatan tenaga listrik seperti generator, transformator, kabel transmisi, pmt, dll
memiliki rata- rata laju kegagalan selama berlangsungnya kehidupan peralatan tersebut ( Da
Silva & et al, 2010). Kegagalan pada transformator merupakan hal yang sangat perlu
diantisipasi, Terdapat 2 tipe kegagalan pada transformator: dapat diperbaiki dan tidak dapat
diperbaiki. Waktu perbaikan transformator berkisar antara (1-10 hari), lebih cepat
dibandingkan penggantian transformator ( 1- 1,5 tahun) dari membeli hingga membangun
9
dalam kasus bahwa tidak ada transformator cadangan dan kerusakan tidak dapat diperbaiki
(Vaahedi & Mansour, 1999).
2.4.1. Klasifikasi Kegagalan
Kegagalan pada transformator dapat diklasifikasikan berdasarkan :
a) Jenis
Jenis kegagalan bisa dilihat dari pengaruh lokal ketika kegagalan terjadi.
Contoh: rangkaian terbuka, short circuit, dll.
b) Penyebab
Penyebab dari kegagalan bisa jadi kegagalan intrinsik yang ditunjukkan oleh
ketidakmampuan atau sudah tidak terpakainya lagi sebuah sistem atau komponen,
dan juga ekstrinsik yang ditunjukkan oleh error, salah penggunaan ketika
perancangan, produksi dari sistem atau komponen tersebut
c) Efek
Efek atau konsekuensi dari kegagalan dapat berbeda pada sistem atau
komponen. Pembagian umumnya adalah : sebagian (partial), lengkap (complete),
kritis (critical failure).
d) Mekanisme
Kegagalan mekanisme adalah kegagalan fisik, kimia atau proses lainnya yang
berakhir dengan kegagalan.
Kegagalan juga dapat diklasifikasikan sebagai kegagalan yang mendadak dan
kegagalan yang perlahan. Sebagaimana kegagalan tidak hanya penyebab dari sebuah barang
mengalami kemunduran, sebuah bentuk lain yang menunjukkan turunnya tingkat kualitas
dari sebuah barang adalah gangguan (Napitupulu,2012)
2.4.2. Gangguan Eksternal
Gangguan eksternal sumber gangguannya berasal dari luar pengamanan
transformator, tetapi dampaknya dirasakan oleh transformator tersebut, diantaranya:
a) Gangguan hubung singkat pada jaringan.
10
Gangguan hubung singkat diluar transformator ini biasanya dapat segera dideteksi
karena timbulnya arus yang sangat besar, dapat mencapai beberapa kali arus
nominalnya.
b) Beban lebih
Transformator daya dapat beroperasi secara terus menerus pada arus beban
nominalnya. Apabila beban yang dilayani lebih besar dari 100%, maka akan terjadi
pembebanan lebih. Hal ini dapat menimbulkan pemanasan yang berlebih. Kondisi
ini mungkin tidak akan menimbulkan kerusakan, tetapi apabila berlangsung secara
terus menerus akan memperpendek umur isolasi.
c) Surja petir
Gelombang surja dapat terjadi karena cuaca, yaitu petir yang menyambar jaringan
transmisi dan kemudian akan merambat ke gardu terdekat dimana transformator
tenaga terpasang. Walaupun hanya terjadi dalam kurun waktu sangat singkat hanya
beberapa puluh mikrodetik, akan tetapi karena tegangan puncak yang dimiliki cukup
tinggi dan energi yang dikandungnya besar, maka ini dapat menyebabkan kerusakan
pada transformator.
2.4.3. Gangguan Internal
Gangguan internal adalah gangguan yang bersumber dari daerah pengamanan/petak
bay transformator, diantaranya:
a) Gangguan hubung singkat antar belitan dan inti tranformator.
b) Gangguan hubung singkat belitan dengan tangki transformator.
c) Gangguan pada isolasi (minyak) transformator.
2.4.4. Kurva Bak Mandi
Bath-up curve (kurva bak mandi) biasa digunakan dalam reliability engineering
(teknik kehandalan). Reliability dapat dipandang sebagai suatu peluang suatu sistem/produk
bekerja sesuai dengan fungsi pada suatu percobaan atau tetap berfungsi hingga suatu rentang
waktu tertentu. Kurva ini menggambarkan keterangan bentuk dari fungsi kegagalan
(Dhillon,2005). Kurva Bak mandi dihasilkan dengan memetakan tingkat kegagalan dini
(early infantmortality failures) ketika sebuah produk diperkenalkan, tingkat kegagalan acak
(random failures) selama usia penggunaan produk, dan akhirnya tingkat kegagalan setelah
11
produk sudah tidak digunakan lagi (wear out failure) dimana produk tersebut sudah melebihi
masa hidup yang telah didesain untuk jangka waktu tertentu. Hasil pemetaan ketiga bagian
ini akan menghasilkan kurva Observed Failure Rate yang berwarna biru. Kurva bak mandi
bisa dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2 2 kurva bak mandi
Sumber : Dhillon Bs (2005,43)
Pada umumnya laju kerusakan komponen berubah-ubah sejalan dengan pertambahan
waktu. Increasing Failure Rate (IFR) adalah keadaan dimana laju kerusakan meningkat
sejalan dengan bertambahnya waktu, sedangkan Decreasing Failure Time (DFR) adalah
keadaan dimana kerusakan menurun sejalan dengan bertambahnya waktu. jika beberapa unit
produk diamati fungsinya pada suatu waktu bersamaan dan setiap unit yang gagal dicatat,
maka laju kegagalan (failure rate) akan membentuk pola seperti bak mandi, yang disebut
dengan kurva Bath-Up. Dari Gambar 2.2 dapat dijelaskan :
a) Masa awal
Masa awal dari suatu komponen atau sistem (early stage) ditandai dengan tingginya
kegagalan yang berangsur-angsur turun seiring dengan bertambahnya waktu. Periode
ini pada umunya terjadi pada alat-alat yang baru diproduksi oleh pabrik, yang pada
awalnya memiliki suatu tingkat kerusakan tertentu (tidak nol). Laju kegagalan awal
disebabkan oleh material maupun kesalahan pembuatan alat dan komponen. Rating
kegagalan atau failure rate pada gambar dipetakan oleh kurva yang berwarna
merah.
b) Masa berguna ( expected normal life atau mid-life time)
12
Laju kegagalan komponen atau sistem cenderung konstan. Kerusakan yang terjadi
pada periode ini tidak dapat diramalkan sebelumnya atau berupa kerusakan
mendadak (diluar kebisaaan). Masa berguna transformator daya dimulai sejak
transformator memulai pelayanan hingga 30 tahun atau lebih (IEEE C57.11: 1986).
Pada gambar dipetakan oleh kurva yang berwarna hijau.
c) Masa aus ( wear out region atau end of life)
Masa aus ditandai dengan laju kegagalan yang cenderung naik seiring dengan
bertambahnya waktu. pada gambar dipetakan oleh kurva yang berwarna kuning.
Diketahui bahwa kegagalan dalam sistem kelistrikan tidak dapat dihindari, maka dari
itu berbagai macam cara dilakukan agar dapat mempertahankan keandalan suatu sistem.
Sistem tenaga listrik harus dirancang agar dapat menahan kegagalan peralatan dengan cara
penambahan peralatan atau dengan kesiagaan dalam seluruh sistem perencanaan operasi
(Chowdury & Koval,2005)
2.4.5. Laju Kegagalan (Failure Rate)
Laju Kegagalan dapat diartikan sebagai jumlah kegagalan yang terjadi dari suatu
komponen untuk melakukan fungsi yang dimaksudkan, dibagi dengan jumlah akumulasi
komponen pada tahun pelayanan (accumulate service years).
Laju Kegagalan (𝜆) =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑔𝑎𝑔𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 (2-1)
Untuk dapat menentukan laju kegagalan, dibutuhkan informasi mengenai kegagalan akibat
pemadaman paksa (Failure with forced outage) dan transformator harus dikategorikan
berdasarkan karakteristik yang sama, yaitu berdasarkan rating dan bekerja dibawah prosedur
operasi dan kontrol yang sama (IEEE C.57.117:1986)
2.5. Keandalan, Ketersediaan dan Kemampurawatan
Kemampurawatan (Maintainability) didefinisikan sebagai peluang suatu komponen
atau sistem dapat pulih atau diperbaiki menuju kondisi tertentu dalam suatu periode waktu
bila perbaikan dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Dengan kata lain
kemampurawatan berarti peluang dapat bekerja kembalinya suatu masalah selama masa
perbaikan .
Ketersediaan (Availability) didefinisikan sebagai peluang suatu komponen atau
sistem berfungsi menurut kebutuhan pada waktu tertentu saat digunakan dalam kondisi
13
beroperasi. Ketersediaan diinterpretasikan sebagai peluang beroperasinya komponen atau
sistem dalam waktu yang ditentukan.
Keandalan (Reliability) didefinisikan sebagai peluang suatu komponen atau sistem
memenuhi fungsi yang dibutuhkan dalam periode waktu yang diberikan selama digunakan
dalam kondisi beroperasi. Dengan kata lain keandalan berarti peluang tidak terjadi kegagalan
selama beroperasi. (Birolini, 2006)
Dalam Sistem kelistrikan konsep keandalan secara umum berhubungan dengan
eksistensi keberadaan. Cara alternafif untuk tetap menjaga sistem operasi walaupun
peralatan mengalami kegagalan. Contohnya, dalam perencanaan gardu, biasanya digunakan
kriteria N-1, dimana 2 atau lebih transformator dihubungkan secara parallel sehingga sistem
dapat mengatasi beban puncak walaupun salah satu transformator mengalami kegagalan.
Walaupun aman , kriteria ini tidak dapat di aplikasikan kepada gardu yang mengalami beban
kritis (Carvalho & Da Silva,2008). Kriteria tersebut aman namun merupakan kriteria yang
sangat mahal (Vaahedi &Mansour,1999).
2.5.1. Keandalan Transformator
Keandalan transformator adalah peluang tidak terjadinya kegagalan transformator
saat beroperasi dimana keandalan transformator dipengaruhi oleh tingkat kegagalannya.
Keandalan transformator daya sangat penting diperhitungkan dalam sistem tenaga listrik,
faktor yang mempengaruhinya adalah gangguan-gangguan yang menyebabkan
transformator daya tidak melayani beban, bisa dikarenakan gangguan eksternal, internal,
bahkan pemeliharaan transformator tersebut juga mengakibatkan transformator tidak
melayani (Birolini,2006).
Keandalan adalah suatu kemungkinan dari sebuah barang yang bekerja pada suatu
kondisi tertentu dengan memuaskan dalam suatu periode tertentu. Menurut IEEE, keandalan
adalah kemampuan sistem atau komponen untuk memenuhi fungsi yang dibutuhkan dalam
kondisi tertentu selama rentang waktu yang spesifik. Dari sisi pandang kualitas, keandalan
dapat didefinsikan sebagai kemampuan sebuah barang untuk dapat tetap berfungsi.
Sedangkan dari sisi pandang kuantitatif, keandalan ditunjukkan sebagai kemungkinan bahwa
tidak ada gangguan operasional yang akan muncul dalam suatu rentang waktu tertentu
(Dhillon, 2005).
Agar keandalan ini efektif di pendanaan dan waktu, maka keandalan ini harus
terintegrasi dengan aktivitas-aktivitas proyek, dukungan jaminan kualitas, dan upaya
14
rekayasa secara bersamaan. Keandalan transformator sangat penting diperhitungkan dalam
sistem tenaga listrik, faktor yang mempengaruhinya adalah gangguan-gangguan yang
menyebabkan transformator tidak melayani beban, bisa dikarenakan gangguan eksternal,
internal, bahkan pemeliharaan transformator tersebut juga mengakibatkan transformator
daya tidak melayani (Dhillon, 2005).
Hal-hal yang menjadi indikasi keandalan adalah :
a) Probabilitas / kemungkinan
Hal ini merupakan cara untuk menunjukkan sesuatu itu akan terjadi atau tidak terjadi.
Besar nilainya diantara 0 dan 1.
b) Bekerja sesuai dengan fungsinya
Menunjukkan tugas dari suatu komponen atau sistem.
c) Periode waktu
Faktor yang menunjukkan pengukuran waktu dalam penentuan kemungkinan.
d) Kondisi kerja
Kondisi kerja memiliki pengaruh penting terhadap keandalan.
2.6. Ilmu Peluang
Untuk mempelajari ilmu peluang terlebih dahulu harus diketahui kumpulan semua
kemungkinan yang disebut ruang sampel dan setiap kejadian sebagai bagian/komponen dari
ruang sampel yang disebut kejadian (event) atau titik sampel. Dengan menghubungkan untuk
setiap kejadian merupakan bilangan antara 0 hingga 1, dapat menunjukkan pengertian
hubungan setiap kejadian yang disebut sebagai peluang kejadian. Bila suatu kejadian
diyakini terjadi, maka peluangnya 1, bila diyakini tidak akan terjadi, maka peluangnya 0.
Kebanyakan kejadian memiliki peluang dengan nilai diantara 0 dan 1. Dalam persamaan
matematis nilai peluang untuk suatu kejadian X dapat terjadi dituliskan sebagai P(X). Secara
matematika probabilitas atau peluang suatu hal dapat di definisikan pada persamaan (2-2)
P = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑔𝑘𝑖𝑛𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛 (2-2)
Dalam kasus pengoperasian transformator pada penelitian ini, bila dalam suatu
periode waktu sangat diyakini transformator dapat bekerja tanpa adanya suatu kejadian yang
menyebabkan tidak beroperasinya transformator untuk jangka waktu tak terhingga, maka
15
dapat dinyatakan peluang beroperasi transformator tersebut adalah 1. Sebaliknya kondisi
transformator yang sudah tidak dapat beroperasi lagi untuk selama-lamanya dinyatakan
sebagai peluang beroperasinya 0. Tentunya akibat keterbatasan kemampuan sistem
menyebabkan tidak ada peralatan yang sempurna sehingga peluang beroperasi akan berkisar
diantara 0 dan 1. Dan seiring dengan waktu, berbagai kejadian yang dialami peralatan
transformator akan menyebabkan perubahan nilai peluang beroperasi yang umumnya
cenderung semakin menurun, menuju 0 (akan mengalami keadaan off-line).
Probabilitas memiliki hubungan erat dengan keandalan. Karena dengan adanya
peluang suatu kejadian dapat diantisipasi atau ditanggulangi dengan tepat dengan
menganilisinya terlebih dahulu. Agar dapat menganalisis Keandalan diperlukan
pengetahuan tentang fungsi peluang. Secara matematika untuk variabel acak kontinu, fungsi
kepadatan peluang didefinisikan oleh (2-2)
𝑓(𝑡) =𝑑𝐹𝑡
𝑑𝑡 (2-3)
Dimana:
t = waktu (misalnya, variabel acak kontinu)
f (t) = fungsi kepadatan peluang (dalam pekerjaan kehandalan, sering disebut
sebagai fungsi laju kegagalan)
F (t) = fungsi distribusi kumulatif dan dinyatakan oleh persamaan (2-4)
𝐹(𝑡) = ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑡𝑡
0 (2-4)
Ada banyak cara menyajikan sejumlah distribusi statistik atau probabilitas yang
berguna untuk melakukan berbagai jenis penelitian dalam keandalan, kualitas, dan
keselamatan (Dhillon, 2005).
1. Distribusi Normal
2. Distribusi Binominal
3. Distribusi Poisson
4. Distribusi Eksponensial
5. Distribusi Rayleigh
16
6. Distribusi Weibull
Untuk dapat menganalisis jumlah optimal transformator cadangan pada sistem terdapat
beberapa cara perhitungan yang dapat dilakukan, namun secara umum terdapat 3 metode
yang dapat digunakan yaitu:
1. Metode Distribusi Poisson
2. Metode Markov
3. Metode Monte carlo
Metode distribusi Poisson merupakan metode yang dapat menghitung kejadian acak dari
sebuah komponen atau sistem, dalam kasus pada penelitian ini kegagalan transformator
merupakan kejadian yang tidak dapat di prediksi atau acak. Pada metode distribusi Poisson,
dimodelkan bahwa jika terdapat kerusakan pada komponen atau dalam hal ini transformator,
maka akan dilakukan pembaharuan sehingga terdapat komponen baru pada sistem. Berbeda
dengan metode markov dimana saat terjadi kerusakan metode markov memungkinkan untuk
terjadi perbaikan. Pada metode monte carlo, sistem dimodelkan berdasarkan histogram,
dimana pada metode monte carlo selain digunakan untuk menghitung komponen cadangan,
juga dapat menghitung fungsi utilitas yaitu nilai peluang kepuasan perusahaan berdasarkan
berbagai macam aspek seperti, pertumbuhan beban, penuaan dan aspek lainnya. Pada
penelitian ini tidak membahas tentang fungsi utilitas, walaupun metode monte carlo dapat
menentukannya, metode tersebut memiliki variabel rumus yang tidak dibahas pada
penelitian ini. Ketiga metode tersebut, dapat digunakan untuk menetukan transformator
cadangan namun, metode distribusi poisson memiliki keunggulan lebih mudah digunakan
dan cukup untuk menentukan transformator cadangan (Marbun, Sinisuka & Hariyanto :
2015). Sehingga penelitian ini akan dibahas dan digunakan metode distribusi poisson untuk
menentukan jumlah optimal transformator distribusi cadangan berdasarkan 3 kriteria yang
akan di sebutkan pada subbab selanjutnya.
2.6.1. Metode distribusi Poisson
Metode distribusi poisson diperkenalkan oleh seorang matematikawan Francis
Simeon Poisson (1781-1840). Distribusi Poisson dapat menghitung peluang terjadinya suatu
jumlah kejadian dalam waktu tertentu.
17
Gambar 2 3 Pemodelan distibusi Poisson
Sumber: Nahman (2009,759)
Dalam Pemodelan menggunakan metode distribusi poisson, diasumsikan bahwa jika
terdapat kerusakan pada suatu barang dalam hal ini adalah transformator, maka akan
dilakukan penggantian terhadap barang tersebut. Rumus umum dari distribusi poisson ialah
pada (2-5).
𝑃𝑥(𝑡) =𝑒−𝜆𝑡(𝜆𝑡)𝑥
𝑥! (2-5)
Dimana: 𝜆 = Laju kegagalan.
𝑥 = Jumlah kejadian.
t = Waktu dalam interval tertentu.
Untuk dapat menentukan jumlah optimal transformator cadangan, dengan metode distribusi
poisson jumlah optimal transformator cadangan dapat dicari berdasarkan 3 kriteria model.
Yaitu:
1. Berdasarkan kriteria keandalan.
2. Berdasarkan nilai MTBF (Mean Time Between Failure).
3. Berdasarkan nilai ekonomi.
2.6.1.1. Jumlah optimal transformator Berdasarkan Kriteria keandalan
Fungsi distribusi poisson dapat digunakan untuk menghitung keandalan dari sistem
yang konstan, dimana komponen cadangan mulai beroperasi secepatnya setelah komponen
utama mengalami masalah. Dimana fungsi keandalannya ialah
𝑅(𝑡) = 𝑃0(𝑡) + 𝑃1(𝑡) (2-6)
Dimana 𝑃0(𝑡) 𝑑𝑎𝑛 𝑃1(𝑡) merupakan peluang terjadinya suatu kegagalan 0 dan 1 dalam t
Jika di substitusikan persamaan (2-4) dan (2-6) didapat
𝑅(𝑡) = 𝑒−𝜆𝑡(1 + 𝜆𝑡) (2-7)
Kerusakan Pembaharuan Baru
18
Dan Keandalan suatu sistem dimana terdapat N komponen utama dan n cadangan ialah
𝑅(𝑡) = 𝑒−𝜆𝑁𝑡 ∑(𝑁𝜆𝑡)𝑥
𝑥!
𝑛𝑥=0 (2-8)
Atau
𝑅(𝑡) = 𝑒−𝜆𝑁𝑡 [1 + 𝑁𝜆𝑡 +(𝑁𝜆𝑡)2
2!+
(𝑁𝜆𝑡)3
3!+
(𝑁𝜆𝑡)4
4!+. . . . . +
(𝑁𝜆𝑡)𝑛
𝑛!] (2-9)
2.6.1.2. Jumlah Optimal Transformator berdasarkan MTBF
Mean Time between Failure (MTBF) adalah waktu peralatan atau aset atau
komponen mulai beroperasi hingga terjadi kegagalan. Pada persamaan (2-9) keandalan
sistem didapat berdasarkan jumlah n dari distribusi poisson tersebut. Keandalan sistem
berdasarkan metode distribusi poisson dapat menentukan ketidaktersediaan pada sejumlah
unit N. Rata rata jumlah unit yang masuk masa perbaikan ialah sejumlah dengan jumlah unit
yang mengalami kegagalan dalam satu tahun. Sehingga rata rata jumlah unit yang
mengalami kegagalan atau sedang dalam masa perbaikan dapat didefinisikan
𝜇𝑟 = 𝑁 𝜆 𝑀𝑇𝑇𝑅 (2-10)
Dimana : 𝜇𝑟 = rata rata unit dalam perbaikan
MTTR = Mean time to repair ( Waktu rata-rata perbaikan)
N = tumlah Transformator terpasang
𝜆= Laju kegagalan
dan fungsi peluangnya ialah,
𝑃𝑥(𝑡) = (𝑒−𝜇𝑟𝜇𝑟
𝑥)
𝑥! (2-11)
Jika terdapat komponen cadangan (n) peluang semua unit n digunakan dalam suatu waktu
Pu, peluang ketidaktersediaan transformator dalam kasus ini ialah peluang ketidaktersediaan
transformator cadangan sama dengan jumlah peluang dalam (2-11) untuk 𝑥 ≥ 𝑛
𝑃𝑢 = 𝑃𝑥(𝑥 ≥ 𝑛) = 1 − 𝑃𝑥(𝑥 < 𝑛) = 1 − ∑(𝑒−𝜇𝑟𝜇𝑟
𝑥)
𝑥!
𝑛−1𝑥=0 (2-12)
jika MTBF sama dengan 𝑀𝑇𝐵𝐹𝑢, pada sistem dimana semua cadangan telah digunakan.
Interval waktunya ialah rata rata waktu diantara peralatan tidak tersedia atau mengalami
kegagalan
19
𝑀𝑇𝐵𝐹𝑢 =1
(𝑁𝜆𝑃𝑢) (2-13)
Jika 𝜇𝑢 merupakan unit yang tidak tersedia ketika semua cadangan telah digunakan untuk
mengatasi kegagalan, maka
𝜇𝑢 =∑ (𝑥−𝑛)𝑒−𝜇𝑟𝜇𝑟
𝑥𝑁+𝑛𝑥=𝑛
𝑥!≈ 𝜇𝑟 − 𝑛 +
∑ (𝑛−𝑥)𝑒−𝜇𝑟𝜇𝑟𝑥𝑛−1
𝑥=0
𝑥! (2-14)
Sehingga,
𝑀𝑇𝑇𝑅𝑢 = 𝜇𝑢𝑀𝑇𝐵𝐹𝑢 (2-15)
2.6.1.3. Jumlah optimal transformator berdasarkan model statistika ekonomi
Seiring bertambahnya jumlah transformator cadangan maka modal dan biaya operasi
dan manajemen pun meningkat, Sehingga untuk dapat menentukan jumlah optimal
transformator diperlukan analisis mengenai biaya terhadap keuntungan yang didapat dengan
adanya sejumlah transformator cadangan. Aspek ekonomi, merupakan aspek yang penting
dalam menentukan keandalan sistem.
Analisis ekonomi berdasarkan biaya pengeluaran pelanggan ( customer outage cost)
dapat digunakan untuk menentukan jumlah optimal transformator cadngan yang diperlukan.
Biaya tahunan ketika unit tidak beroperasi= 𝜇𝑢 . 𝑐𝑢 (2-16)
Dimana: 𝜇𝑢 = rata rata jumlah unit gagal (unavailable)
𝐶𝑢 = Peningkatan biaya akibat unit gagal
Jika terdapat sejumlah n cadangan, maka total biaya perbaikan transformator dengan hadinya
sejumlah transformator cadangan ialah
𝑛 . 𝐶𝑠 (2-17)
Dimana: n = jumlah transformator cadangan
𝐶𝑠= biaya pengadaan transformator (membeli dan instalasi)
Sehingga, jumlah optimal transformator cadangan berdasarkan total biayanya ialah
Total biaya= 𝜇𝑢 . 𝑐𝑢 + 𝑛 . 𝐶𝑠 (2-18)
20
21
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan untuk menyelesaikan rumusan masalah dan
merealisasikan tujuan pada penelitian ini terdiri dari studi literatur, perancangan konsep,
pengujian dan pengambilan data, perhitungan dan analisis data, serta pengambilan
kesimpulan.
Gambar 3 1 Diagram Alir Penelitian
Pada gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa metode yang digunakan dalam penyelesaian tugas
akhir ini, sebagai berikut:
3.1. Studi Literatur
Penulis menggunakan buku - buku literatur, diktat kuliah, buku panduan operasi
peralatan serta sumber pendukung lain untuk dijadikan landasan yang berhubungan dengan
pokok pembahasan.
22
3.2. Objek Penelitian
Penulis melakukan pengambilan data dan kelengkapannya dilakukan pada PLN
(PERSERO) Transmisi Jawa Bagian Timur dan Bali Area Pelaksana Pemeliharaan Malang.
Data yang digunakan dalam penelitian meliputi:
a. TROF (Transformers Rated Outage Frequency) selama 14 Januari hingga
Desember 2016.
b. Harga satu unit transformator
Dimana berdasarkan data-data tersebut transformator dikelompokkan kembali berdasarkan
tegangannya. Sedangkan untuk rating transformator diasumsikan memiliki rating yang sama
yaitu 30 MVA untuk transformator 70/20 kV dan 60 MVA untuk transformator 150/20 kV.
Mengingat dalam penelitian ini akan dianalisis jumlah transformator daya penurun tegangan
cadangan yang meliputi transformator 150/20 kV dan transformator 70/20 kV.
3.3. Perhitungan dan Analisis
Gambar 3 2 Diagram alir perhitungan
23
Gambar 3 3 Diagram alir perhitungan nilai keandalan
Gambar 3 4 Diagram alir perhitungan nilai MTBF
24
Gambar 3 5 Diagram alir Perhitungan nilai ekonomi
Pada gambar 3.2. yang merupakan diagram alir perhitungan dijelaskan bahwa,
Setelah didapatkan data yang diperlukan selanjutnya data tersebut diolah dengan
perhitungan-perhitungan yang telah ada dalam literatur skripsi ini yaitu pada tinjauan
pustaka sehingga dapat ditentukan jumlah optimal transformator cadangan yang dibutuhkan,
penentuan jumlah optimal transformator cadangan tersebut mengacu pada rumusan masalah
yang telah di jelaskan pada subbab sebelumnya, maka langkah langkah analisis dan
perhitungannya ialah sebagai berikut:
1. Pada gambar 3.2, dijelaskan bahwa setelah didapat data komponen keluar akibat
emadaman paksa, jumlah transformator terpasang dapat dilakukan perhitungan laju
kegagalan, berdasarkan IEEE C.57.11:1986, untuk kemudian digunakan dalam
perhitungan selanjutnya.
2. Pada gambar 3.3, dijelaskan bahwa setelah didapat nilai laju kegagalan dapat
dilakukan perhitungan nilai keandalan dengan menggunakan metode distribusi
poisson, guna mendapatkan jumlah transformator cadangan yang dibutuhkan. Pada
perhitungan ini, transformator cadangan (n) dihitung hingga lebih besar atau sama
dengan 0,995 yang merupakan kriteria keandalan yang biasa digunakan oleh
penyedia jasa listrik(da silva, et al:2015).
25
3. Pada gambar 3.4 dengan menghitung nilai rata-rata unit dalam perbaikan dan nilai
MTBFu berdasarkan hasil perhitungan laju kegagalan dapat dilakukan perhitungan
nilai Peluang komponen tidak tersedia atau dalam masa perbaikan (Pu), guna
mendapatkan jumlah transformator cadangan yang dibutuhkan, dimana perhitungan
dilakukan hingga Pu < MTBFu.
4. Pada gambar 3.5. melakukan perhitungan nilai ekonomi, dengan menghitung nilai
ketidaktersediaan komponen (𝜇𝑢), yang kemudian digunakan untuk menetukan
jumlah optimal transformator cadangan dengan menggunakan harga tranformator
dan biaya instalasinya sebesar 15 % dari harga unit transformator tersebut. Dimana
pada analisis ini transformator cadangan ditentukan berdasarkan total biaya terendah,
dan banyaknya perhitungan ditentukan berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya,
yaitu perhitungan nilai keandalan dan MTBF.
3.4. Pengambilan Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian dan analisis, pada tahap selanjutnya dilakukan
pengambilan kesimpulan berdasarkan teori, hasil perhitungan serta analisis. Sebagai akhir
dari penelitian yang dilakukan dapat ditarik suatu kesimpulan dari semua proses analisis
yang telah dilakukan, dan pemberian saran kepada pembaca yang akan melakukan studi
terkait dengan skripsi ini. Saran yang dimaksudkan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan
yang terjadi serta menyempurnakan penelitian untuk pengembangan dimasa mendatang.
26
27
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis dan perhitungan mengenai penentuan
jumlah optimal transformator cadangan, transformator yang akan dianalisis ialah
transformator daya penurun tegangan pada area pelaksana pemeliharaan transmisi jawa
bagian timur dan bali. Transformator daya penurun tegangan yang dianalisis ialah
transformator 150/20 kV dengan rating yang diasumsikan sama, yaitu sebesar 60 MVA dan
70/20 kV dengan rating 30 MVA.
Tabel 4. 1. Jumlah transformator terpasang pada APP Malang
Tegangan Transformator 150 kV
70 kV
Jumlah Transformator 30 unit 23 unit
Sumber : PT.PLN APP Malang (2016)
Pada area pelaksana pemeliharaan transmisi jawa bagian timur dan bali terdapat 30 unit
transformator penurun daya 150/20 kv terpasang dan 23 unit transformator daya 70/20 kV
terpasang. Transformator – transformator tersebut di letakkan di sejumlah gardu induk di
daerah lingkup kerja area pelaksana pemeliharaan malang, transformator transformator
tersebut merupakan transformator tipe pasangan luar, dimana tipe gardu induk di daerah
malang merupakan gardu induk terbuka. Untuk selanjutnya, transformator tersebut akan
dianalisis berdasarkan laju kegagalan per tahunnya, guna mendapatkan jumlah optimal
transformator cadangan yang diperlukan, serta untuk melihat seberapa jauh nilai keandalan
yang didapatnya.
Tabel 4. 2. Jumlah gangguan Transformator
Tegangan Transformator 150 kV
70 kV
Jumlah gangguan 3 2
Jumlah Gangguan padam dan
tidak padam
3 3
Sumber: PT PLN APP Malang (2016)
28
Berdasarkan tabel tersebut terdapat 3 gangguan pada transformator 150/70 kV dan 70/20
kV. Untuk transformator 150/20 kV gangguan gangguan tersebut terletak pada gardu induk
ngoro, gardu induk lawang dan gardu induk balong bendo. Sedangkan pada transformator
70/20 kV gangguan gangguan yang terjadi terletak pada satu unit transformator terpasang di
gardu induk wlingi dan dua buah transformator pada gardu induk turen.
Untuk dapat menentukan jumlah optimal transformator cadangan yang dapat digunakan,
diperlukan perhitungan mengenai laju kegagalan, perhitungan dapat dilakukan mengacu
pada rumus (2-1)
Laju Kegagalan (𝜆) =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑔𝑎𝑔𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 (2-1)
Untuk dapat menentukan laju kegagalan, dibutuhkan informasi mengenai kegagalan akibat
pemadaman paksa (Failure with forced outage) dan transformator harus dikategorikan
berdasarkan karakteristik yang sama, yaitu berdasarkan rating dan bekerja dibawah prosedur
operasi dan kontrol yang sama (IEEE C.57.117:1986).
Pada APP Malang terdapat 1 kerusakan dengan pemadaman paksa, dimana melebihi 1 hari
yaitu pada transformator 150 kV di GI Balongbendo dan 70 kV di GI Wlingi. Maka, untuk
transformator 150/20 kV laju kegagalannya ialah,
Laju Kegagalan (𝜆) =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑔𝑎𝑔𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
= 1
30 = 0,03
Dan untuk transformator 70/20 kV ialah,
Laju Kegagalan (𝜆) = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑔𝑎𝑔𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
= 1
23 = 0,04
4.1. Penentuan Jumlah Optimal Transformator Berdasarkan Kriteria Keandalan
Pada analisis ini, akan dihitung jumlah optimal transformator berdasarkan nilai
keandalan, digunakan metode distribusi poisson untuk menghitung nilai keandalan.
Keandalan minimum yang harus dicapai oleh suatu komponen dalam hal ini adalah
transformator ialah 0,9950 yang merupakan kriteria keandalan yang biasa digunakan oleh
penyedia jasa listrik(da silva, et al:2015). Berdasarkan data data yang telah diperoleh dan
29
didapat seperti kapasitas transformator terpasang dan laju kegagalan, dapat digunakan untuk
menghitung jumlah transformator cadangan yang dibutuhkan sistem.
Pada Transformator 150/20 kV, dengan jumlah trasformator terpasang 30 unit dan
memiliki laju kegagalan 0,03 per tahun. Maka perhitungannya berdasarkan (2-9), yaitu:
Diketahui: n = 30
𝜆 = 0,03
Maka pada n = 4,
𝑅(𝑡) = 𝑒−𝜆𝑁𝑡 [1 + 𝑁𝜆𝑡 +(𝑁𝜆𝑡)2
2!+
(𝑁𝜆𝑡)3
3!+
(𝑁𝜆𝑡)4
4!+. . . . . +
(𝑁𝜆𝑡)𝑛
𝑛!]
𝑅(𝑡) = 𝑒−30 . 0,03 [1 + 30 . 0,03 +(30 . 0,03)2
2!+
(30 . 0,03)3
3!+
(30 . 0,03)4
4!]
𝑅(𝑡) = 𝑒−0,9 [ 1 + 0,9 + 0,405 + 0,1215 + 0,0273]
𝑅(𝑡) = 0,99765
Tabel 4. 3. Keandalan sistem transformator 150/20 kV jika terdapat sejumlah n
(transformator cadangan)
n R(t)
0 0,04065
1 0,77248
2 0,93714
3 0,98654
4 0,99765
5 0,99965
6 0,99995
7 0,99999
Pada tabel 4.3 diketahui nilai bahwa keandalan awal sistem transformator 150/20 kV
ialah 0,04065 dengan bertambahnya jumlah transformator cadangan ( n ) maka keandalan
pun meningkat, hingga terdapat sejumlah 4 transformator cadangan yang memberikan
dampak nilai keandalan melebihi 0,9950 yang merupakan standar keandalan penyedia jasa
listrik.. Diketahui bahwa berdasarkan tabel 4.3, jumlah transformator cadangan yang
dibutuhkan sistem ialah 2 unit transformator cadangan 150/20 kV.
30
Pada Transformator 70/20 kV, dengan jumlah trasformator terpasang 23 unit dan memiliki
laju kegagalan 0,04 per tahun. Maka perhitungannya berdasarkan (2-9), yaitu:
Diketahui: n = 23
𝜆 = 0,04
Maka pada n = 4,
𝑅(𝑡) = 𝑒−𝜆𝑁𝑡 [1 + 𝑁𝜆𝑡 +(𝑁𝜆𝑡)2
2!+
(𝑁𝜆𝑡)3
3!+
(𝑁𝜆𝑡)4
4!+. . . . . +
(𝑁𝜆𝑡)𝑛
𝑛!]
𝑅(𝑡) = 𝑒−23 . 0,04 [1 + 23 . 0,04 +(23 . 0,04)2
2!+
(23 . 0,04)3
3!+
(23 . 0,04)4
4! ]
𝑅(𝑡) = 𝑒−0,92[1 + 0,92 + 0,4232 + 0,12978+ 0,02984]
𝑅(𝑡) = 0,99742
Tabel 4. 4. Keandalan sistem transformator 70/20 kV jika terdapat sejumlah n
(transformator cadangan)
n 𝑅(𝑡)
0 0,39851
1 0,76515
2 0,93380
3 0,98553
4 0,99742
5 0,99961
6 0,99995
7 0,99999
Pada tabel 4.4 diketahui bahwa keandalan awal sistem transformator 70/20 kV ialah
0,39851 dengan bertambahnya jumlah transformator cadangan ( n ) maka keandalan pun
meningkat, hingga terdapat sejumlah 4 transformator cadangan yang memberikan dampak
nilai keandalan melebihi 0,9950 yang merupakan standar keandalan penyedia jasa listrik.
Diketahui bahwa berdasarkan tabel 4.4, jumlah transformator cadangan yang dibutuhkan
sistem ialah 4 unit transformator cadangan 70/20 kV.
4.2. Penentuan Jumlah Optimal Transformator berdasarkan MTBF
Pada pembahasan bab sebelumnya dijelaskan bahwa MTBF atau Mean Time
Between Failure adalah waktu peralatan atau aset atau komponen mulai beroperasi hingga
terjadi kegagalan. Dengan menggunakan nilai laju kegagalan, jumlah transformator
terpasang dan MTTR atau Mean Time to Repair yaitu waktu rata rata perbaikan sistem yang
mana diasumsikan 1 tahun. Pertanyaan utama yang harus dijawab ialah berapa banyak
jumlah transformator cadangan yang dibutuhkan sistem?
31
Berdasarkan IEEE C.57.11-1986, diketahui bahwa untuk memperhitungkan nilai keandalan
sangat tidak mungkin untuk menghitung nilai keandalan pada saat masa guna transformator
berkahir, atau dimulainya masa akhir atau masa aus. Diketahui bahwa masa guna
transformator ialah berkisar antara 20 hingga 40 tahun sejak pertama kali digunakan, namun
fase akhirnya tidak dapat diketahui, sehingga digunakan waktu 25 atau 30 tahun untuk
menunjukkan bahwa masa guna transformator mulai berakhir. Pada perhitungan nilai MTBF
digunakan waktu 35 tahun, karena pada waktu 35 tahun pada umumnya transformator
memasuki masa aus, dimana pada masa tersebut laju kegagalan cenderung naik. Pada
penjelasan pada bab sebelumnya dijelaskan bahwa, pada perhitungan nilai MTBF akan
dihitung peluang ketidaktersediaan komponen cadangan saat semua unit cadangan sudah
digunakan 𝑃𝑢. Dimana syarat yang harus terpenuhi ialah bahwa peluang ketidaktersediaan
tersebut harus lebih kecil dari waktu rata-rata diantara kerusakan atau waktu rata-rata
komponen tidak mengalami kerusakan (𝑃𝑢<𝑀𝑇𝐵𝐹𝑢). Maka, pada perhitungan nilai MTBF
ini akan diketahui berapa unit transformator cadangan yang dibutuhkan berdasarkan peluang
ketidaktersediaan dan waktu rata-rata transformator tidak mengalami kerusakan dimana
diinginkan bahwa peluang transformator tidak mengalami kerusakan lebih dari 35 tahun,
dimana pada masa tersebut umumnya transformator memasuki masa aus ( wear out).
Berdasarkan rumus (2-10), (2-12) dan (2-13) dapat didapatkan jumlah optimal
transformator cadangan yang dibutuhkan sistem berdasarkan kriteria MTBF. Untuk
transformator 150/20 kV perhitungannya ialah:
Berdasarkan rumus (2-10), laju perbaikan transformator ialah:
𝜇𝑟 = 𝑁 𝜆 𝑀𝑇𝑇𝑅
= 30 . 0,09 . 1
= 0,9 unit dalam waktu perbaikan
Dimana 𝜇𝑟 ialah rata rata transformator memasuki waktu perbaikan, N ialah jumlah
transformator terpasang dan 𝜆 ialah laju kegagalan transformator.
Berdasarkan rumus (2-13), MTBF yang merupakan nilai rata rata komponen menuju
kerusakan, sama dengan 𝑀𝑇𝐵𝐹𝑢 dimana merupakan nilai rata rata komponen menuju
kerusakan saat semua unit cadangan telah digunakan atau tidaka ada cadangan sama sekali,
maka:
32
𝑀𝑇𝐵𝐹𝑢 =1
(𝑁𝜆𝑃𝑢)> 35 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑃𝑢 < 1
(30.0,03.35 ) = 0,0317
Untuk mendapatkan 𝑃𝑢, digunakan rumus (2-12), yaitu:
Pada n = 4
𝑃𝑢 = 𝑃𝑥(𝑥 ≥ 𝑛) = 1 − 𝑃𝑥(𝑥 < 𝑛) = 1 − ∑(𝑒−𝜇𝑟𝜇𝑟
𝑥)
𝑥!
𝑛−1
𝑥=0
𝑃𝑢 = 1 − ∑(𝑒−𝜇𝑟𝜇𝑟
𝑥)
𝑥!
𝑛−1𝑥=0
𝑃𝑢 = 1- [𝑒−0,90,90
0!+
𝑒−0,90,91
1!+
𝑒−0,90,92
2!+
𝑒−0,90,93
3!]
= 1 – [ 0,40656+ 0,3659 + 0,16466+ 0,04939]
= 0,0134
Tabel 4. 5. Jumlah cadangan transformator 150/20 kV berdasarkan kritera MTBF
n = 0 𝑃𝑢= 1 > 0,0317
n = 1 𝑃𝑢 = 0,59343 > 0,03174
n = 2 𝑃𝑢 = 0,22751 > 0,03174
n = 3 𝑃𝑢 = 0,06285 > 0,03174
n = 4 𝑃𝑢 = 0,01345 < 0,03174
n = 5 𝑃𝑢 = 0,00234 < 0,03174
n = 6 𝑃𝑢 = 0,00034 < 0,03174
n = 7 𝑃𝑢 = 0,00004 < 0,03174
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa jumlah transformator 150/20 kV yang
dibutuhkan ialah 4 untuk dapat memenuhi kondisi bahwa 𝑀𝑇𝐵𝐹𝑢 lebih dari 35 tahun dimana
𝑃𝑢 yang merupakan nilai probabilitas jika semua transformator cadangan digunakan.
Untuk Transformator 70/20 kV perhitungannya ialah:
𝜇𝑟 = 𝑁 𝜆 𝑀𝑇𝑇𝑅
= 23 . 0,04 . 1
= 0,92 unit dalam waktu perbaikan
33
𝑀𝑇𝐵𝐹𝑢 =1
(𝑁𝜆𝑃𝑢)> 35 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑃𝑢 < 1
(23 .0,04 .35 ) = 0,0310
Pada n = 4
𝑃𝑢 = 𝑃𝑥(𝑥 ≥ 𝑛) = 1 − 𝑃𝑥(𝑥 < 𝑛) = 1 − ∑(𝑒−𝜇𝑟𝜇𝑟
𝑥)
𝑥!
𝑛−1
𝑥=0
𝑃𝑢 = 1 − ∑(𝑒−𝜇𝑟𝜇𝑟
𝑥)
𝑥!
𝑛−1𝑥=0
𝑃𝑢 = 1-[𝑒−0,920,920
0!+
𝑒−0,920,921
1!+
𝑒−0,920,922
2!+
𝑒−0,920,923
3!]
𝑃𝑢= 1 – [ 0,3985 + 0,3666 + 0,1686 + 0,0517]
𝑃𝑢= 0,0144
Tabel 4. 6. Jumlah cadangan transformator 70/20 kV berdasarkan kritera MTBF
n = 0 𝑃𝑢= 1 > 0,0310
n = 1 𝑃𝑢 = 0,60148 > 0,0310
n = 2 𝑃𝑢 = 0,23484 > 0,0310
n = 3 𝑃𝑢 = 0,06619 > 0,0310
n = 4 𝑃𝑢 = 0,01447 < 0,0310
n = 5 𝑃𝑢 = 0,00257 < 0,0310
n = 6 𝑃𝑢 = 0,00038 < 0,0310
n = 7 𝑃𝑢 = 0,00005 < 0,0310
Berdasarkan Tabel 4.6. Jumlah transformator yang dibutuhkan ialah 4 unit
transformator cadangan.
4.3. Penentuan Jumlah Optimal Transformator berdasarkan statistika ekonomi
Aspek ekonomi merupakan aspek yang penting untuk menentukan keandalan sistem.
Dengan adanya transformator cadangan tentu keandalan sistem akan meningkat, namun
tentu akan memberikan efek biaya atau pengeluaran terhadap perusahaan. Analisis ekonomi
dapat dilakukan untuk menentukan jumlah transformator cadangan yang dibutuhkan oleh
sistem. Berdasarkan rumus (2-18) dapat diketahui jumlah transformator yang dibutuhkan
oleh sistem ditinjau berdasarkan aspek ekonomi, yaitu berdasarkan pengeluaran perusahaan
akibat adanya transformator cadangan. Parameter yang digunakan untuk mencari total biaya
untuk mendapatkan transformator cadangan ialah 𝜇𝑢, 𝑐𝑢 dan 𝐶𝑠. 𝜇𝑢 merupakan laju rata –
rata unit yang mengalami kegagalan dalam suatu waktu, dapat dicari berdasarkan rumus (2-
34
14). Dan 𝑐𝑢 merupakan biaya yang diakibatkan unit mengalami kegagalan, dalam hal ini
digunakan harga satu unit transformator sebagai nilai yang digunakan dalam perhitungan.
Sehingga, 𝜇𝑢 . 𝑐𝑢 merupakan biaya biaya akibat unit yang mengalami kegagalan dalam suatu
waktu. 𝐶𝑠, merupakan biaya untuk mengirim dan memasang transformator cadangan, dalam
penelitian ini digunakan nilai 𝐶𝑠 sebesar 15% dari harga unit transformator. Maka, jika
terdapat sejumlah cadangan (n) dalam sistem, biaya untuk mengirim dan memasangnya
ialah, 𝑛. 𝐶𝑠 . Jumlah optimal transformator cadangan didapat bedasarkan total biaya yang
akan dikeluarkan oleh perusahaan, melalui penjumlahan antara biaya akibat unit gagal dan
biaya mengirim dan memasang transformator tersebut, atau berdasarkan rumus (2-18), total
biaya ialah 𝜇𝑢 . 𝑐𝑢 + 𝑛 . 𝐶𝑠. Jumlah optimal transformator cadangan didapat berdasarkan
total biaya terendah, yang ditunjukkan oleh perhitungan tersebut.
Berdasarkan rumus (2-14), 𝜇𝑢 dapat diperoleh
𝜇𝑢 =∑ (𝑥−𝑛)𝑒−𝜇𝑟𝜇𝑟
𝑥𝑁+𝑛𝑥=𝑛
𝑥!≈ 𝜇𝑟 − 𝑛 +
∑ (𝑛−𝑥)𝑒−𝜇𝑟𝜇𝑟𝑥𝑛−1
𝑥=0
𝑥!
Pada transformator 150/20 kV, dengan kapasitas transformator terpasang sebesar 30 unit dan
laju kegagalan transformator 0,03 maka laju perbaikan transformator,
𝜇𝑟 = 𝑁 𝜆 𝑀𝑇𝑇𝑅
= 30 . 0,03 . 1
= 0,9 unit dalam waktu perbaikan
Pada n = 1, rata rata unit yang mengalami kegagalan ialah
𝜇𝑢 = 𝜇𝑟 − 𝑛 +∑ (𝑛 − 𝑥)𝑒−𝜇𝑟𝜇𝑟
𝑥𝑛−1𝑥=0
𝑥!
= (0,9 − 1) +(1−0)𝑒−0,90,90
0!
= −0,1 + 0,4065
= 0,3065
n = 2
𝜇𝑢 = 𝜇𝑟 − 𝑛 +∑ (𝑛 − 𝑥)𝑒−𝜇𝑟𝜇𝑟
𝑥𝑛−1𝑥=0
𝑥!
35
= (0,9 − 2) +(2 − 0)𝑒−0,90,90
0!+
(2 − 1)𝑒−0,90,91
1!
= −1,1 + 0,8131 + 0,3659
= 0,0790
n = 3
𝜇𝑢 = 𝜇𝑟 − 𝑛 +∑ (𝑛 − 𝑥)𝑒−𝜇𝑟𝜇𝑟
𝑥𝑛−1𝑥=0
𝑥!
= (0,9 − 3) +(3−0)𝑒−0,90,90
0!+
(3−1)𝑒−0,90,91
1!+
(3−2)𝑒−0,90,92
2!
= −2,1 + 1,2197 + 0,7318 + 0,1646
= 0,0161
n =4
𝜇𝑢 = 𝜇𝑟 − 𝑛 +∑ (𝑛 − 𝑥)𝑒−𝜇𝑟𝜇𝑟
𝑥𝑛−1𝑥=0
𝑥!
= (0,9 − 4) +(4−0)𝑒−0,90,90
0!+
(4−1)𝑒−0,90,91
1!+
(4−2)𝑒−0,90,92
2!+
(4−3)𝑒−0,90,93
3!
= −3,1 + 1,6262 + 1,0977 + 0,3293 + 0,0493
= 0,0027
n = 5
𝜇𝑢 = 𝜇𝑟 − 𝑛 +∑ (𝑛 − 𝑥)𝑒−𝜇𝑟𝜇𝑟
𝑥𝑛−1𝑥=0
𝑥!
= (0,9 − 5) +(5 − 0)𝑒−0,90,90
0!+
(5 − 1)𝑒−0,90,91
1!+
(5 − 2)𝑒−0,90,92
2!
+ (5 − 3)𝑒−0,90,93
3!+
(5 − 4)𝑒−0,90,94
4!
= -4,1 + 2,0328+ 1,4636 + 0,4939 + 0,0987+0,0111
= 0,000392
n = 6
𝜇𝑢 = 𝜇𝑟 − 𝑛 +∑ (𝑛 − 𝑥)𝑒−𝜇𝑟𝜇𝑟
𝑥𝑛−1𝑥=0
𝑥!
36
= (0,9 − 6) +(6−0)𝑒−0,90,90
0!+
(6−1)𝑒−0,90,91
1!+
(6−2)𝑒−0,90,92
2!+
(6−3)𝑒−0,90,93
3!+
(6−4)𝑒−0,90,94
4!+
(6−5)𝑒−0,90,95
5!
= -5,1 + 2,4394 +1,8295 +0,6586 +0,1481 + 0,0222 + 0,002
= 0,000048
n = 7
𝜇𝑢 = 𝜇𝑟 − 𝑛 +∑ (𝑛 − 𝑥)𝑒−𝜇𝑟𝜇𝑟
𝑥𝑛−1𝑥=0
𝑥!
= (0,9 − 7) +(7−0)𝑒−0,90,90
0!+
(7−1)𝑒−0,90,91
1!+
(7−2)𝑒−0,90,92
2!+
(7−3)𝑒−0,90,93
3!+
(7−4)𝑒−0,90,94
4!+
(7−5)𝑒−0,90,95
5!+
(7−6)𝑒−0,90,96
6!
= -6,1 + 2,8459 +2,1954 + 0,8233 + 0,1975 + 0,0333 + 0,004 + 0,0003
= 0,000005
Pada transformator 70/20 kV, dengan kapasitas transformator terpasang sebesar 23 unit dan
laju kegagalan transformator 0,13 maka laju perbaikan transformator,
𝜇𝑟 = 𝑁 𝜆 𝑀𝑇𝑇𝑅
= 23 . 0,04 . 1
= 0,92 unit dalam waktu perbaikan
Pada n = 1, rata rata unit yang mengalami kegagalan ialah
𝜇𝑢 = 𝜇𝑟 − 𝑛 +∑ (𝑛 − 𝑥)𝑒−𝜇𝑟𝜇𝑟
𝑥𝑛−1𝑥=0
𝑥!
= (0,92 − 1) +(1−0)𝑒−0,92 0,92 0
0!
= −0,08 + 0,3985
= 0,3185
n = 2
𝜇𝑢 = 𝜇𝑟 − 𝑛 +∑ (𝑛 − 𝑥)𝑒−𝜇𝑟𝜇𝑟
𝑥𝑛−1𝑥=0
𝑥!
37
= (0,92 − 2) +(2−0)𝑒−0,92 0,92 0
0!+
(2−1)𝑒−0,92 0,92 1
1!
= −1,08 + 0,7970 + 0,3666
= 0,0836
n = 3
𝜇𝑢 = 𝜇𝑟 − 𝑛 +∑ (𝑛 − 𝑥)𝑒−𝜇𝑟𝜇𝑟
𝑥𝑛−1𝑥=0
𝑥!
= (0,92 − 3) +(3−0)𝑒−0,92 0,92 0
0!+
(3−1)𝑒−0,92 0,92 1
1!+
(3−2)𝑒−0,92 0,92 2
2!
= −2,08 + 1,1955 + 0,7332 + 0,1686
= 0,0174
n = 4
𝜇𝑢 = 𝜇𝑟 − 𝑛 +∑ (𝑛 − 𝑥)𝑒−𝜇𝑟𝜇𝑟
𝑥𝑛−1𝑥=0
𝑥!
= (0,92 − 4) +(4−0)𝑒−0,92 0,92 0
0!+
(4−1)𝑒−0,92 0,92 1
1!+
(4−2)𝑒−0,92 0,92 2
2!+
(4−3)𝑒−0,92 0,92 3
3!
= −3,08 + 1,5940 + 1,0999 + 0,3373 + 0,0517
= 0,0030
n = 5
𝜇𝑢 = 𝜇𝑟 − 𝑛 +∑ (𝑛 − 𝑥)𝑒−𝜇𝑟𝜇𝑟
𝑥𝑛−1𝑥=0
𝑥!
= (0,92 − 5) +(5−0)𝑒−0,92 0,92 0
0!+
(5−1)𝑒−0,92 0,92 1
1!+
(5−2)𝑒−0,92 0,92 2
2!+
(5−3)𝑒−0,92 0,92 3
3!+
(5−4)𝑒−0,92 0,92 4
4!
= -4,08 + 1,9925 + 1,4665 + 0,5059 +0,1034 + 0,0118
= 0,000441
n = 6
38
𝜇𝑢 = 𝜇𝑟 − 𝑛 +∑ (𝑛 − 𝑥)𝑒−𝜇𝑟𝜇𝑟
𝑥𝑛−1𝑥=0
𝑥!
= (0,92 − 6) +(6 − 0)𝑒−0,92 0,92 0
0!+
(6 − 1)𝑒−0,92 0,92 1
1!+
(6 − 2)𝑒−0,92 0,92 2
2!
+(6 − 3)𝑒−0,92 0,92 3
3!+
(6 − 4)𝑒−0,92 0,92 4
4!+
(6 − 5)𝑒−0,92 0,92 5
5!
= -5,08 + 2,3911 + 1,8331 + 0,1551 + 0,0237 + 0,0021
= 0,000056
n = 7
𝜇𝑢 = 𝜇𝑟 − 𝑛 +∑ (𝑛 − 𝑥)𝑒−𝜇𝑟𝜇𝑟
𝑥𝑛−1𝑥=0
𝑥!
= (0,92 − 7) +(7−0)𝑒−0,92 0,92 0
0!+
(7−1)𝑒−0,92 0,92 1
1!+
(7−2)𝑒−0,92 0,92 2
2!+
(7−3)𝑒−0,92 0,92 3
3!+
(7−4)𝑒−0,92 0,92 4
4!+
(7−5)𝑒−0,92 0,92 5
5!+
(7−6)𝑒−0,92 0,92 6
6!
= -6,08 + 2,7896 + 2,1998 + 0,8432 + 0,2068 + 0,0356 + 0,0043 + 0,0003
= 0,000006
Berdasarkan data harga satuan unit peralatan, yang diperoleh dari PT PLN APP
Malang, harga satu unit transformator 150/20 kV ialah 𝑅𝑝. 10.216.000.000 dan harga satu
unit transformator 70/20 kV ialah 𝑅𝑝. 6.586.000.000, angka tersebut merupakan 𝑐𝑢. Dan
𝑐𝑠 merupakan 15 % dari 𝑐𝑢. Sehingga untuk transformator 150/20 kV 𝑐𝑠 sebesar Rp
1.532.400.000 dan Rp. 987.900.000 untuk transformator 70/20 kV.
Sehingga, pada transformator 150/20 kV total biaya didapat sebesar
Tabel 4. 7. Analisis Ekonomi Transformator 150/20 kV
n 𝜇𝑢 𝐶𝑢 𝐶𝑠 Total biaya
1 0,306569 Rp. 10.216.000.000 Rp. 1.532.400.000 Rp. 4.664.316.055
2 0,079052 Rp. 10.216.000.000 Rp. 1.532.400.000 Rp. 3.872.395.232
3 0,016195 Rp. 10.216.000.000 Rp. 1.532.400.000 Rp. 4.762.649.142
4 0,002736 Rp. 10.216.000.000 Rp. 1.532.400.000 Rp. 6.157.555.062
5 0,000392 Rp. 10.216.000.000 Rp. 1.532.400.000 Rp. 7.666.006.715
6 0,000048 Rp. 10.216.000.000 Rp. 1.532.400.000 Rp. 9.194.897.519
7 0,000005 Rp. 10.216.000.000 Rp. 1.532.400.000 Rp. 10.726.854.145
39
Pada, Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa pada n = 2 , atau jika terdapat sebuah transformator
cadangan akan memberikan efek biaya yang lebih kecil dibanding lainnya, maka pada
menurut analisis ini dibutuhkan 2 unit transformator cadangan pada sistem.
Pada transformator 70/20 kV total biaya didapat sebesar
Tabel 4. 8. Analisis ekonomi transformator 70/20 kV
n 𝜇𝑢 𝐶𝑢 𝐶𝑠 Total biaya
1 0,318519 Rp. 6.586.000.000 Rp. 987.900.000 Rp. 3.085.666.134
2 0,083675 Rp. 6.586.000.000 Rp. 987.900.000 Rp. 2.526.887.502
3 0,017485 Rp. 6.586.000.000 Rp. 987.900.000 Rp. 3.078.858.844
4 0,003015 Rp. 6.586.000.000 Rp. 987.900.000 Rp. 3.971.460.742
5 0,000441 Rp. 6.586.000.000 Rp. 987.900.000 Rp. 4.942.407.060
6 0,000056 Rp. 6.586.000.000 Rp. 987.900.000 Rp. 5.927.768.816
7 0,000006 Rp. 6.586.000.000 Rp. 987.900.000 Rp. 6.915.341.294
Pada, Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa pada n = 2 , atau jika terdapat sebuah
transformator cadangan akan memberikan efek biaya yang lebih kecil dibanding lainnya,
maka pada menurut analisis ini dibutuhkan 2 unit transformator cadangan pada sistem.
40
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan perhitungan perhitungan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya
dapat ditarik kesimpulan bahwa, dibutuhkan 4 unit transformator 150/20 kV dan 70/20 kV
dengan menggunakan analisis nilai keandalandana analisis waktu rata-rata transformator
tidak mengalami kerusakan ( MTBF). Pada perhitungan nilai ekonomi saat terdapat 4 unit
transformator cadangan memberikan dampak biaya yang lebih besar, yaitu sebesar
Rp. 6.157.555.062 pada transformator 150/20 kV dan Rp. 3.971.460.742 pada transformator
70/20 kV jika dibandingkan saat terdapat 2 unit transformator cadangan yang nilai total
biaya optimal, dimana biaya yang ditimbulkannya sebesar Rp. 3.872.395.232 pada
transformator 150/20 kV dan Rp. 2.526.887.502 pada transformator 70/20 kV. Berdasarkan
perhitungan yang telah dilakukan, perhitungan nilai ekonomi memberikan hasil yang terbaik
dengan memperhitungkan biaya operasi sistem saat terjadi kerusakan atau tidak tersedianya
transformator cadangan dan biaya instalasi transformator tersebut. Maka, PT. PLN Area
Pelaksana dan Pemeliharaan Transmisi Jawa bagian Timur dan Bali membutuhkan dua unit
transformator cadangan 150/20 kV dan 70/20 kV.
5.2. SARAN
Terdapat beberapa saran untuk memperbaiki penelitian ini, yaitu:
1. Menggunakan metode analisis lain, seperti metode markov,atau metode lainnya.
2. Melakukan perhitungan dan analisis pada objek penelitian yang berbeda, baik pada
gardu distribusi atau pada peralatan dan komponen lainnya selain transformator.
42
43
DAFTAR PUSTAKA
A.A. Chowdury dan D. Koval,” Development of Probabilistic Models for Computing
Optimal Distribution Transformers Spare,” IEEE trans. Industry App. Vol 41 no. 6, pp.
1493-1498, Nov.2005.
A. da Silva, J. de Carvalho Costa, and A.A.Chowdhury, “Probabilistic Method for
Optimizing the Number and Timing of Substations Spare Transformers,” IEEE trans.
power syst., vol. 30, no.4, Jul. 2015.
A. da Silva, J. de Carvalho Costa, dan A.A.Chowdhury, “Probabilistic Methodologies for
Determining the Optimal Number of Substations Spare Transformers,” IEEE trans.
power syst., vol. 25, no.1, Feb. 2010.
Birolini, Alessandro. 2006. Reliability Engineering Theory and Process. 5 th Edition.
Leipzig: Springer.
Dhillon,B.s.2005.”Reliability, Quality and Safety for Engineering”. Florida:CRC Press.
IEEE std C57.11:1986,”IEEE Guide for Reporting Failure data for Power Transformers and
Shunt Reactors on Electric Utility Power Systems.New York: Institute of Electrical and
Electronics Engineer,Inc.
J. de Carvalho Costa, A. da Silva,” Monte Carlo Simulation to Assess the Optimum
transformers spares,”in proc. 10th Int. PMAPS- Probability Methods Applied to Power
Syst, Rincorn, PR, USA, May 25-19,2008.
J. M. Nahman dan M. R. Tanaskovic,”Probability Model for Optimal Sparing of Distribution
Network Transformers,” IEEE trans. power syst., vol. 24, no.2, Apr. 2009.
M.P.Marbun, Ng.I . Sinisuka dan N.Hariyaanto,”Inventory Management Method to
determined spare transformers optimization,”IEEE reg. 10 conf, TENCON. 2015.
SPLN 59:1985.”Keandalan pada sistem distribusi 20 kV dan 6 kV”.PT PLN.
Sumanto. 1996. Teori Transformator. Yogyakarta: ANDI.
44