Penelitian Tindakan Kelas

17
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SDN Rancasalak IV Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut masih ditemukan berbagai kendala dan hambatan. Sebagian besar siswa kurang berkonsentrasi serta cenderung pasif pada saat jam pelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil Tes Formatif Pra Siklus untuk pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, siswa Kelas IV SDN Rancasalak IV Kecamatan kadungora Kabupaten garut, masih banyak siswa belum tuntas dalam KD tersebut, ini terlihat dari 43 siswa hanya 18 siswa yang mendapat nilai diatas KKM atau tuntas, sedangkan 25 siswa belum tuntas. Tingkat ketuntasan hanya mencapai 41,9%. Hal tersebut diatas terjadi karena selama ini siswa hanya mendengarkan ceramah dari guru saja sehingga siswa mudah lupa yang telah disampaikan pada mereka. Berdasarkan hasil pelaksanaan pra siklus muncul bebagai masalah diantaranya ialah : 1. Siswa banyak yang tidak memperhatikan di saat pembelajaran. 2. Selama proses belajar mengajar berlangsung, siswa kurang aktif karena proses pembelajaran lebih didominasi oleh guru. 3. Proses pembelajaran yang monoton dan kurang bervariasi. 4. Metode pembelajaran yang kurang tepat. 5. Siswa belum maksimal dalam menjelaskan kembali konsep yang diterima. Agar pembelajaran yang dilaksanakan dapat meningkatkan pemahaman konsep dan interaksi siswa perlu adanya upaya yang dapat mendorong keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dan mengurangi dominasi guru dalam pengajaran. Salah satu upaya tersebut antara lain melalui penggunaan metode diskusi dan media gambar, agar siswa tidak merasa sulit belajar Ilmu Pengetahuan Alam, pemahaman terhadap konsep Ilmu Pengetahuan Alam lebih mudah dan siswa tidak merasa jenuh, guru dapat memanfaatkan alat peraga sederhana yang dibuat guru itu sendiri. Menurut Sri Anitah, dkk. (2008), Melalui penggunaan media dalam proses pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa sehingga dapat tercapainya tujuan pembelajaran yang lebih baik. Kegunaan dan manfaat media dalam proses pembelajaran sangat menguntungkan dalam penyampaian pesan kepada penerima pesan. Dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh setiap media pembelajaran

Transcript of Penelitian Tindakan Kelas

Page 1: Penelitian Tindakan Kelas

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SDN Rancasalak IV

Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut masih ditemukan berbagai kendala dan

hambatan. Sebagian besar siswa kurang berkonsentrasi serta cenderung pasif pada

saat jam pelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil Tes Formatif Pra Siklus untuk

pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, siswa Kelas IV SDN Rancasalak IV Kecamatan

kadungora Kabupaten garut, masih banyak siswa belum tuntas dalam KD tersebut, ini

terlihat dari 43 siswa hanya 18 siswa yang mendapat nilai diatas KKM atau tuntas,

sedangkan 25 siswa belum tuntas. Tingkat ketuntasan hanya mencapai 41,9%. Hal

tersebut diatas terjadi karena selama ini siswa hanya mendengarkan ceramah dari

guru saja sehingga siswa mudah lupa yang telah disampaikan pada mereka.

Berdasarkan hasil pelaksanaan pra siklus muncul bebagai masalah

diantaranya ialah :

1. Siswa banyak yang tidak memperhatikan di saat pembelajaran.

2. Selama proses belajar mengajar berlangsung, siswa kurang aktif karena proses

pembelajaran lebih didominasi oleh guru.

3. Proses pembelajaran yang monoton dan kurang bervariasi.

4. Metode pembelajaran yang kurang tepat.

5. Siswa belum maksimal dalam menjelaskan kembali konsep yang diterima.

Agar pembelajaran yang dilaksanakan dapat meningkatkan pemahaman

konsep dan interaksi siswa perlu adanya upaya yang dapat mendorong keaktifan

siswa dalam proses belajar mengajar dan mengurangi dominasi guru dalam

pengajaran. Salah satu upaya tersebut antara lain melalui penggunaan metode diskusi

dan media gambar, agar siswa tidak merasa sulit belajar Ilmu Pengetahuan Alam,

pemahaman terhadap konsep Ilmu Pengetahuan Alam lebih mudah dan siswa tidak

merasa jenuh, guru dapat memanfaatkan alat peraga sederhana yang dibuat guru itu

sendiri.

Menurut Sri Anitah, dkk. (2008), Melalui penggunaan media dalam proses

pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa sehingga dapat tercapainya

tujuan pembelajaran yang lebih baik. Kegunaan dan manfaat media dalam proses

pembelajaran sangat menguntungkan dalam penyampaian pesan kepada penerima

pesan. Dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh setiap media pembelajaran

Page 2: Penelitian Tindakan Kelas

2

diharapkan dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, keterbatasan indra

manusia, perbedaan gaya belajar, dan karakteristik penerima pesan.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, permasalahan yang dihadapi

dalam pengajaran kelas yang terjadi, peneliti sebagai guru Sains merasa perlu

melakukan penelitian masalah penggunaan metode diskusi dan media gambar sebagai

alat bantu atau media yang bisa diharapkan mampu meningkatkan penguasaan konsep

dan interaksi dengan media pembelajaran siswa kelas VI SDN Rancasalak IV

Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut tahun pelajaran 2011/2012.

1.2. Identifikasi Masalah.

Berdasarkan latar belakang maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan

sebagai berikut :

1. Dalam proses belajar mengajar guru cenderung menggunakan metode ceramah

dalam menyampaikan materi.

2. Penguasaan konsep Ilmu Pengetahuan Alam siswa masih kurang.

3. Kurangnya interaksi pada saat proses belajar - mengajar.

4. Belum adanya peningkatan prestasi siswa yang dibuktikan dengan pencapaian

nilai rata-rata siswa di bawah KKM Indikator (65).

1.3. Analisis Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah pembelajaran di kelas IV SDN

Rancasalak IV Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut dan hasil konsultasi dengan

supervisor bahwa penggunaan metode dengan peran guru yang dominan serta cara

penyampaian yang kurang menarik menyebabkan siswa merasa bosan dan kurang

aktif sehingga penguasaan konsep Ilmu Pengetahuan Alam rendah serta masih

rendahnya pencapaian nilai ketuntasan siswa (41,9%).

Gambar 1.1 Diagram Alir Analisis Masalah di Kelas IV SDN

Rancasalak IV Kadungora

Monoton dan

kurang bervariasi

Monoton dan

kurang bervariasi Siswa tidak aktif

Penguasaan konsep

kurang, Nilai KKM

rendah

Metode diskusi dan

media gambar

Guru dominan

Page 3: Penelitian Tindakan Kelas

3

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang permasalahan, maka penulis dapat

menetapkan suatu rumusan masalah yaitu: Bagaimana Cara Penggunaan Metode

Diskusi dan Penggunaan Media Gambar Untuk meningkatkan Penguasaan Konsep

dan Interaksi Dengan Media Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas IV Pada

Klasifikasi Hewan di SDN Rancasalak IV ?

1.5. Tujuan Penelitian

Untuk meningkatkan penguasaan konsep dan interaksi dengan media

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV pada Klasifikasi Hewan di SDN

Rancasalak IV Kadungora melalui metode diskusi dan penggunaan media gambar.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun tindakan perbaikan ini dapat bermanfaat antara lain :

a. Bagi Siswa

Dapat meningkatkan penguasaan konsep dan interaksi sehingga dapat dicapai

hasil belajar yang lebih baik dari sebelumnya dengan perubahan nilai yang

signifikan.

b. Bagi Guru

Dapat mengembangkan wawasan keilmuan serta meningkatkan keterampilan

dan inovasi guru dalam proses pembelajaran hingga dapat menghasilkan peserta

didik yang memiliki hasil belajar yang lebih baik dari sebelumnya.

c. Bagi Sekolah

Dapat menambah wahana pembelajaran menjadi lebih variatif sehingga mampu

memajukan proses pendidikan dimasa mendatang.

Page 4: Penelitian Tindakan Kelas

4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Metode Diskusi

Endang Mulyatiningsih (2010), menegaskan bahwa ―metode pembelajaran

merupakan sebuah cara yang digunakan guru untuk melaksanakan rencana yaitu

mencapai tujuan pembelajaran yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata atau

praktis‖.

Menurut Surya Dharma (2008), menyebutkan beberapa metode

pembelajaran yang bisa digunakan untuk mengimpelementasikan strategi

pembelajaran, diantaranya yaitu : (a) Metode Ceramah; (b) Metode Demonstrasi; (c)

Metode Diskusi; (d) Metode Simulasi; (e) Metode Tugas dan Resitasi; (f) Metode

Tanya Jawab; (g) Metode Kerja Kelompok; (h) Metode Problem Solving; (i) Metode

Sistem Regu (Team Teaching); (j) Metode Latihan (Drill) (k) Metode Karyawisata

(Field-Trip).

Metode Diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa

pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu

permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa,

serta untuk membuat suatu keputusan (Killen, 1998; dikutip Surya Dharma, 2008).

Selanjutnya, Toto Ruhimat dan Asep Herry Hernawan (2008), menambahkan

―metode ini disebut sebagai salah satu metode yang menggunakan pendekatan CBSA

atau keterampilan proses.

A. Jenis-Jenis Metode Diskusi

Untuk dapat melaksanakan diskusi di kelas, seorang Guru harus

mengetahui terlebih dahulu tentang jenis-jenis diskusi, sehingga dalam

pelaksanaannya nanti dapat menyesuaikan jenis diskusi apa yang akan

digunakan. Menurut Surya Dharma (2008), mengemukakan macam-macam jenis

diskusi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, antara lain :

a. Diskusi Kelas

Diskusi kelas atau disebut juga diskusi kelompok adalah proses pemecahan

masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi.

Page 5: Penelitian Tindakan Kelas

5

Prosedur yang digunakan dalam jenis diskusi ini adalah: (1) guru membagi

tugas sebagai pelaksanaan diskusi, misalnya siapa yang akan menjadi

moderator, siapa yang menjadi penulis; (2) sumber masalah (guru, siswa, atau

ahli tertentu dari luar) memaparkan masalah yang harus dipecahkan selama

10-15 menit; (3) siswa diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan

setelah mendaftar pada moderator; (4) sumber masalah memberi tanggapan;

dan (5) moderator menyimpulkan hasil diskusi.

b. Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok-

kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang. Pelaksanaannya

dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara umum, kemudian

masalah tersebut dibagi-bagi ke dalam sub masalah yang harus dipecahkan

oleh setiap kelompok kecil. Selesai diskusi dalam kelompok kecil, ketua

kelompok menyajikan hasil diskusinya.

c. Simposium

Simposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu persoalan

dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian.Simposium

dilakukanuntuk memberikan wawasan yang luas kepada siswa. Setelah para

penyaji memberikan pandangannya tentang masalah yang dibahas, maka

symposium diakhiri dengan pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus

yang telah ditentukan sebelumnya.

d. Diskusi Panel

Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh

beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang di hadapan

audiens. Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi lainnya. Dalam diskusi

panel audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan hanya sekadar

peninjau para panelis yang sedang melaksanakan diskusi. Oleh sebab itu, agar

diskusi panel efektif perlu digabungkan dengan metode lain, misalnya dengan

metode penugasan. Siswa disuruh untuk merumuskan hasil pembahasan

dalam diskusi.

B. Prosedur Metode Diskusi

Surya Dharma (2008), menyatakan ―Agar penggunan diskusi berhasil

dengan efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

Page 6: Penelitian Tindakan Kelas

6

a. Langkah Persiapan

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi di

antaranya:

1) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum

maupun tujuan khusus.

2) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan

yang ingin dicapai.

3) Menetapkan masalah yang akan dibahas.

4) Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis

pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala fasilitasnya,

petugas-petugas diskusi seperti moderator, notulis, dan tim perumus,

manakala diperlukan.

b. Pelaksanaan Diskusi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi

adalah :

1) Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat memengaruhi kelancaran

diskusi.

2) Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya

menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai

dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan.

3) Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan.

Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memerhatikan suasana atau iklim

belajar yang menyenangkan, misalnya tidak tegang, tidak saling

menyudutkan, dan lain sebagainya.

4) Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk

mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.

5) Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas.

Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya arah

pembahasan menjadi melebar dan tidak fokus.

c. Menutup Diskusi

Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi

hendaklah dilakuan hal-hal sebagai berikut:

1) Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan

hasil diskusi.

Page 7: Penelitian Tindakan Kelas

7

2) Me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta

sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya ―.

C. Prasyarat untuk mengoptimalkan pembelajaran diskusi

Pada dasarnya setiap metode memiliki tahapan-tahapan dalam

pelaksanaanya. Agar metode pembelajaran yang diterapkan dapat berjalan

dengan efektif, setiap guru harus memperhatikan langkah-langkah kegiatan dari

metode pembelajaran yang kita pilih. Begitupun dengan metode diskusi, ada

beberapa langkah-langkah kegiatan yang harus diikuti guru ketika akan memilih

metode ini dalam proses pembelajaran.

Toto Ruhimat dan Asep Herry Hernawan (2008), menyebutkan hal-hal

yang perlu dipersiapkan oleh seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran

diskusi, diantaranya yaitu : (a) mampu merumuskan permasalahan sesuai dengan

kurikulum yang berlaku; (b) mampu membimbing siswa untuk merumuskan dan

mengidentifikasi permasalahan serta menarik kesimpulan; (c) mampu

mengelompokkan siswa sesuai dengan kebutuhan permasalahan dan

pengembangan kemampuan siswa; (d) mampu mengelola pembelajaran melalui

diskusi; dan (e) menguasai permasalahan yang didiskusikan.

Sedangkan yang harus diperhatikan dari kondisi dan kemampuan siswa

untuk menunjang pelaksanaan diskusi di antaranya adalah : (a) memiliki

motivasi, perhatian, dan minat dalam berdiskusi; (b) mampu melaksanakan

diskusi; (c) mampu menerapkan belajar secara bersama; (d) mampu

mengeluarkan isi pikiran atau pendapat/ide, dan (e) mampu memahami dan

menghargai pendapat orang lain.

D. Keunggulan metode diskusi

Beberapa keunggulan penggunaan metode diskusi menurut Toto

Ruhimat dan Asep Herry Hernawan (2008) dalam memfasilitasi kegiatan belajar

mengajar siswa sehingga siswa dapat, yaitu : (1) bertukar pikiran; (2) menghayati

permasalahan; (3) merangsang siswa untuk berpendapat; (4) mengembangkan

rasa tanggung jawab; (5) membina kemampuan berbicara (6) belajar memahami

pendapat atau pikiran orang lain (7) memberikan kesempatan belajar.

E. Kelemahan metode diskusi

Page 8: Penelitian Tindakan Kelas

8

Adapun kelemahan pada metode diskusi, yaitu : (1) relatif memerlukan

waktu yang banyak; (2) apabila siswa tidak memahami konsep dasar

permasalahan maka diskusi tidak akan efektif; (3) materi pelajaran dapat menjadi

luas, dan (4) yang aktif hanya siswa tertentu saja.

Setiap metode yang dilaksanakan dalam setiap pembelajaran

tentunyamemiliki kelebihan dan kelemahan atau kendala, oleh karena itu,

seorang guru harus pandai mengantisipasi pada saat menggunakan metode

diskusi ini.

2.2. Media Gambar

A. Pengertian media pembelajaran

Menurut Heinich, dkk. (1993) dalam Asep Herry Hernawan (2008),

media merupakan alat saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa latin dan

merupakan bentuk jamak dari kata ―medium‖ yang secara harfiah berarti

―perantara‖, yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a

receiver), contohnya : film, televisi, diagram, bahan tercetak, computer dan

instruktur. Contoh media tersebut bias dipertimbangkan, sebagai media

pembelajaran jika membawa pesan-pesan dalam rangka mencapai tujuan

pembelajaran.

Dadang Supriatna (2009), mengutip beberapa pengertian media

pembelajaran menurut para ahli antara lain, yaitu : Briggs menyebutkan bahwa

media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang

siswa untuk belajar. Sementara itu Schramm berpendapat bahwa media

merupakan teknologi pembawa informasi atau pesan instruksional yang dapat

dimanipulasi, dilihat, didengar dan dibaca. Dengan demikian media pembelajaran

adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran.

Menurut Benny Agus Pribadi, dkk. (2012), menerangkan bahwa,

―Media yang tergolong sebagai gambar diam adalah foto, bahan-bahan grafis

baik yang dicetak ataupun dilukis. Gambar diam dapat berisi informasi atau

pengetahuan tentang objek, peristiwa, atau prosedur. Informasi yang dikemas

dalam gambar diam dapat berbentuk diagram, chart, atau grafik. Gambar diam

berupa diagram pada umumnya digunakan untuk menjelaskan konsep-konsep

yang menggambarkan komponen-komponen dalam sistem. Chart biasanya

digunakan untuk menjelaskan proses atau prosedur dalam bentuk aliran,

Page 9: Penelitian Tindakan Kelas

9

misalnya flowchart. Sedangkan grafik lazim digunakan untuk mejelaskan

konsep-konsep yang mengupas perbandingan antara variabel yang satu dengan

yang lain. Gambar diam berbentuk foto dapat digunakan untuk menjelaskan

objek dan peristiwa secara realistik‖.

Andoyo Sastromiharjo (2008), mengungkapkan manfaat media pendidikan

sebagai berikut :

(1) Media dapat memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis,

(2) Media dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera,

(3) Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat

diatasi sikap pasif siswa. Dengan demikian, media berguna untuk menimbulkan

kegairahan belajar, memungkinkan interaksi yang langsung antara siswa,

lingkungan, dan kenyataan, dan memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri

menurut kemampuan dan minatnya,

(4) Dengan adanya unsur keunikan pada diri siswa, guru dapat menggunakan media

untuk memberikan perangsang yang sama, menyamakan pengalaman, dan

menyamakan persepsi.

B. Jenis-jenis media

Media visual/gambar adalah media yang hanya mengandalkan indera

penglihatan. Menurut Asep Herry Hernawan (2008), menyatakan bahwa media

visual dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Media Visual yang tidak diproyeksikan

Media Visual yang tidak diproyeksikan adalah media visual yang dalam

pemanfaatannya tidak membutuhkan proyektor dan layar untuk

memproyeksikan perangkat lunaknya.Jenis media ini meliputi: (1) gambar

mati atau gambar diam, (2) ilustrasi, (3) karikatur, (4) poster, (5) bagan, (6)

grafik, (7) peta, (8) realia dan model, dan (9) berbagai papan.

b. Media Visual yang diproyeksikan

Media Visual yang diproyeksikan adalah media visual yang dalam

pemanfaatannya membutuhkan proyektor dan layar untuk memproyeksikan

perangkat lunaknya. Jenis media ini meliputi : (1) OHP (Overhead projector),

(2) Slide Projector (proyektor film berbingkai), (3) Filmstrip Projector, dan

(4) Opaque Projector.

Page 10: Penelitian Tindakan Kelas

10

2.3. Penguasaan Konsep

Istilah konsep berasal dari bahasa latin conceptum, artinya sesuatu yang

dipahami. Aristoteles dalam "The classical theory of concepts" menyatakan bahwa

konsep merupakan penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan ilmiah dan

filsafat pemikiran manusia. Konsep merupakan abstraksi suatu ide atau gambaran

mental, yang dinyatakan dalam suatu kata atau simbol. Konsep dinyatakan juga

sebagai bagian dari pengetahuan yang dibangun dari berbagai macam kharakteristik

(http://id.wikipedia.org/wiki/Konsep, diakses Tanggal 19 Nopember 2012).

Menurut Nuryani Rustaman (2011), Konsep merupakan abstraksi yang

berdasarkan pengalaman. Karena pengalaman dua orang tidak sama, maka konsep

yang dibentuk juga mungkin berbeda. Walaupun konsep-konsepnya berbeda, konsep-

konsep itu cukup serupa bagi kita untuk dapat berkomunikasi satu sama lain dengan

menggunakan nama atau label konsep. Nama atau label konsep itu adalah symbol

yang digunakan untuk menyatakan konsep, yang merupakan abstraksi internal. Nama

atau label itu sendiri bukanlah konsep. Dengan kata lain konsep merupakan suatu

abstraksi mental yang mewakili sekelompok stimulus. Contohnya konsep tumbuhan,

sel, hidup.

Bell (1995) dalam Nuryani Rustaman (2011), mengemukakan batasan

konsep dalam dua dimensi. Dimensi pertama menyatakan konsep sebagai konstruk

mental dari seseorang yang ditandai oleh satu atau lebih kata yang menyatakan

konsep khusus. Dimensi kedua menyatakan konsep sebagai pengertian yang diterima

secara sosial. Konsep sebagai konstruk mental merupakan komponen-komponen

kritis dari perubahan kematangan seseorang yang secara terus menerus, perluasan

struktur kognitif. Konsep juga merupakan batu-batu pembangun berpikir. Pendidikan

formal di sekolah diarahkan untuk belajar konsep dan struktur pengetahuan yang

saling berhubungan menjadi konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang terorganisir.

Prinsip terbentuk dari konsep. Pembentukan prinsip dari konsep melibatkan

hubungan antar konsep. Terdapat empat (4) tipe dasar hubungan yang dinyatakan

dalam prinsip, yaitu : (1) sebab akibat (cause and effect), (2) korelasional

(corelational), (3) peluang (probability), dan (4) aksioma (axiomatic). Tipe dasar

hubungan sebab akibat paling banyak terdapat dalam IPA, tetapi dalam tipe lainnya

juga banyak ditemukan.

Penguasaan konsep dapat ditunjukkan dengan berbagai cara. Dalam

pembelajaran dengan model konstruktivisme pemahaman konsep dapat ditunjukkan

dengan kemampuan siswa untuk mengungkapkan pikirannya dalam bentuk bahasa.

Siswa yang dapat menjawab pertanyaan mengenai apa yang tidak dikuasainya

Page 11: Penelitian Tindakan Kelas

11

menunjukkan penguasaan konsep yang lebih baik. Dalam sistem pendidikan di

Indonesia berlandaskan pada pemikiran bahwa penguasaan konsep ditunjukkan

dengan hasil belajar melalui tes. Oleh karena itu, evaluasi yang digunakan dalam

kegiatan pembelajaran ini menggunakan tes dan observasi proses belajar yang

merupakan modifikasi antara evaluasi pembelajaran tradisional dengan pembelajaran

konstruktivisme (Yuliati, dalam seminar nasional IPA, 2005).

2.4. Interaksi Dengan Media Pembelajaran

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (1995), Interaksi adalah saling

mempengaruhi, hubungan timbal balik antara pihak tertentu misalnya antara guru dan

murid‖.

Pembelajaran terwujud dalam bentuk interaksi timbal balik secara dinamis

antara guru dengan siswa dan atau siswa dengan kondisi belajarnya. Guru pada saat

tertentu berposisi sebagai perangsang atau stimulasi yang memancing siswa untuk

bereaksi sebagai wujud aktivitasnya yang disebut belajar. Pada saat yang lain guru

bereaksi atas aksi-aksi yang diperbuat siswa. Interaksi diantara kedua belah pihak

berjalan secara dinamis bertolak dari kondisi awal melalui titik-titik sepanjang garis

kontinum hingga akhir kegiatan pembelajaran.

Interaksi dinamis guru-siswa dalam pembelajaran dapat terwujud dalam

berbagai bentuk hubungan. Interaksi guru-siswa dapat mengambil bentuk hubungan

langsung, yakni interaksi secara tatap muka. Dalam bentuknya yang lain hubungan

guru-siswa bersifat tidak langsung, yakni melalui perantaraan media pembelajaran

seperti paket belajar, modul pembelajaran, penyelesaian tugas-tugas terstruktur, dan

sejenisnya. Di samping itu interaksi guru-siswa terealisasi pula melalui hubungan

yang bersifat campuran. Meskipun guru telah memanfaatkan media pembelajaran,

tetapi guru tetap hadir dalam pembelajaran.

Pola arus interaksi guru-siswa di kelas memiliki berbagai kemungkinan arus

komunikasi. Sedikitnya menurut Heinich ada empat pola arus komunikasi: (1)

komunikasi guru-siswa searah, (2) komunikasi dua arah — arus bolak-balik–, (3)

komunikasi dua arah antara guru-siswa dan siswa-siswa, (4) komunikasi optimal total

arah. Arus komunikasi dalam pembelajaran ada pula yang membedakan kedalam dua

jenis, yakni one way traffic comunication dan two way traffic comunication.

2.5. Klasifikasi Hewan

Page 12: Penelitian Tindakan Kelas

12

A. Materi Pembelajaran

Hewan banyak jenisnya.Ada yang besar ada yang kecil.Ada yang berjalan,

merayap, dan ada yang terbang. Menurut jenis makanannya, hewan digolongkan

menjadi tiga, yaitu herbivor, karnivor, dan omnivor (Budi Wahyono dan Setya

Nurachmandani, 2008).

1. Herbivor

Hewan yang makanannya hanya berupa tumbuhan saja (rumput,daun-

daunan, biji-bijian, dan buah-buahan) digolongkan sebagai hewanpemakan

tumbuhan. Hewan pemakan tumbuhan juga disebut herbivor.

Hewan herbivor banyak terdapat di sekitar kita.permukaan lebar dan

bergerigi. Gigi gerahamnya juga memiliki banyak hubungan (bagian

puncakgigi).Mengapa demikian? Agar dapat digunakanuntuk menggiling rumput

dan daun-daun yang keras. Dengan begitu, rumput dan daun yang telah dimakan

dapat masuk ke dalam lambung secara mudah. Ada juga herbivor yang tidak

memiliki gigi melainkan memiliki tembolok. Fungsi tembolok hampir sama

dengan fungsi gigi geraham.

Contoh hewan herbivor yang makan dedaunan, yaitu kambing, kuda,

gajah, dan sapi. Herbivor pemakan biji-bijian, antara lain, burung pipit, kenari,

tupai, dan merpati. Herbivor pemakan buah adalah burung beo, ulat buah, dan

jalak.

Gambar 2.1 Hewan-hewan herbivora, yaitu (a) sapi, (b) kuda, dan (c)

kambing (Sularmi dan M.D Wijayanti, 2009)

2. Karnivor

(a) (b) (c)

Page 13: Penelitian Tindakan Kelas

13

Di depan telah dijelaskan bahwa terdapat hewan yang makanan utamanya

hewan lain. Hewan jenis ini disebut karnivor. Hewan karnivormudah dikenali

karena memiliki bagian tubuh yang berbeda dengan hewan herbivor.

Karnivor berkaki empat memiliki gigi geraham khusus yang digunakan

untuk mengunyah daging. Gigi geraham ini dapat mengerat dan menghancurkan

makanan. Gigi serinya kecil-kecil dan tajam. Gigi seri berfungsi untuk menggigit

dan memotong makanan. Gigi taringnya panjang, besar, dan runcing. Gigi taring

berfungsi untuk mengoyak mangsanya.

Gambar 2.2 Hewan-hewan karnivora, yaitu (a) elang dan (b) harimau

(Sularmi dan M.D Wijayanti, 2009)

Karnivor dari jenis burung memiliki kuku dan paruh yang kuat dan tajam.

Bentuk paruh ini disesuaikan dengan kegunaannya, yaitu agar mudah mencabik-

cabik mangsa.Mangsanya terdapat di udara, di air, dan di darat. Burung apa

sajakah yang suka makan daging atau hewan lain? Burung elang, burung rajawali,

burung alap-alap, burung hantu adalah contoh-contoh burung pemakan daging.

3. Omnivor

Apakah kamu tahu hewan yang disebut musang? Selain dikenal sebagai

pencuri ayam, musang juga dikenal sebagai pemakan buah-buahan, antara lain,

buah kopi. Hewan pemakan tumbuhan maupun daging disebut omnivor. Musang

adalah salah satu contoh omnivor. Contoh lainnya adalah beruang, ayam, bebek,

dan tikus.

Beruang selain makan ikan juga memakan buah-buahan dan madu. Ayam

dan bebek sangat suka terhadap biji-bijian. Namun, keduanya juga sering makan

cacing atau serangga kecil lainnya. Tikus seperti musang, ikan dan buah-buahan

merupakan makanan kesukaannya.

Bentuk gigi omnivor merupakan gabungan dari bentuk gigi herbivor dan

karnivor. Gigi geraham omnivor berguna untuk melumat, gigi serinya untuk

memotong, dan gigi taringnya untuk mengerat makanan. Bagaimana dengan

manusia? Termasuk kelompok pemakan apakah manusia itu?

(a) (b)

Page 14: Penelitian Tindakan Kelas

14

Bangsa burung juga ada yang termasuk hewan karnivor. Misalnya,

burung kutilang, burung jalak, dan burung cucakrawa. Pernahkah kamu

melihatnya? Bagaimana bentuk paruh burung-burung tersebut? Bentuk paruhnya

panjang, kecil, dan runcing. Bentuk paruh seperti itu sangat sesuai untuk

mengambil makanan berupa tumbuhan serta hewan-hewan kecil yang berada di

daun ataupun di dalam batang pohon.

Gambar 2.3 Hewan-hewan omnivora (a) bebek dan (b) ayam (Sularmi

dan M.D Wijayanti, 2009).

B. Peta Konsep

Gambar 2.4 Peta Konsep Klasifikasi Hewan (Sularmi dan M.D

Wijayanti, 2009)

2.6. Penelitian Tindakan Kelas

A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

HEWAN

Jenis makanannya

Digolongkan berdasarkan

Meliputi

Karnivora

Ular, buaya, singa, srigala, harimau

Misalnya

Herbivora

Kambing, belalang, sapi, kuda, zebra.

Misalnya

Omnivora

Ayam, angsa, musang, beruang, burung jalak

Misalnya

(a) (b)

Page 15: Penelitian Tindakan Kelas

15

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh ahli

psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti

gagasan Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti

Stephen Kemmis, Robin Mc Tanggart, John Elliot, Dave Ebbutt, dan sebagainya.

PTK di Indonesia baru dikenal pada akhir dekade 80-an. Oleh karenanya, sampai

dewasa ini keberadaannya sebagai salah satu jenis penelitian masih sering

menjadi perdebatan jika dikaitkan dengan bobot keilmiahannya.

Menurut IGAK Wardhani (2009), menyatakan bahwa ‖Penelitian

tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya

sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya

sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Sedangkan

Stephen Kemmis (1983) dalam Darwiyanto (2009), PTK adalah suatu bentuk

kegiatan penelaahan atau inkuiri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh

peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial (termasuk pendidikan)

untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran dari (a) praktik-praktik sosial atau

pendidikan yang mereka lakukan sendiri, (b) pemahaman mereka terhadap

praktik-praktik tersebut, dan (c) situasi di tempat praktik itu dilaksanakan (David

Hopkins, 1993: 44). Sedangkan Tim Pelatih Proyek PGSM (1999)

mengemukakan bahwa PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif

oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional

dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman

terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi

dimana praktik pembelajaran tersebut dilakukan (M. Nur, 2001dalam

Darwiyanto, 2009).

B. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas

Sebagaimana diisyaratkan di atas, PTK antara lain bertujuan untuk

memperbaiki dan / atau meningkatkan praktik pembelajaran secara

berkesinambungan yang pada dasarnya ‖melekat‖ penunaian misi profesional

pendidikan yang diemban oleh guru. Dengan kata lain, tujuan PTK adalah untuk

perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru. Di samping itu, sebagai

tujuan penyerta PTK adalah untuk meningkatkan budaya meneliti bagi guru guna

memperbaiki kinerja di kelasnya sendiri.

Dalam hubungannya dengan peningkatan profesionalisme guru,

kegiatan PTK penting untuk dilakukan dengan alasan:

Page 16: Penelitian Tindakan Kelas

16

1. PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap

dinamika pembelajaran di kelasnya.

2. PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional.

3. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan PTK, guru mampu memperbaiki

proses pembelajaran di kelas.

4. Pelaksanaan PTK tidak mengganggu tugas pokok seorang guru karena tidak

perlu meninggalkan kelasnya.

5. Dengan PTK guru akan menjadi kreatif.

C. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Manfaat yang dapat dipetik jika guru mau dan mampu melaksanakan

PTK:

1. Guru semakin diberdayakan untuk mengambil berbagai prakarsa profesional

secara mandiri, sehingga berkembang inovasi-inovasi pembelajaran yang

sangat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan pembelajaran.

2. PTK juga bermanfaat untuk pengembangan kurikulum dan untuk peningkatan

profesionalisme guru.

D. Tahap-Tahap Penelitian Tindakan Kelas

PTK memiliki empat tahap yang dirumuskan oleh Lewin (Kemmis dan

Mc Taggar, 1992) yaitu: (1) Planning (Rencana); (2) Action (Tindakan); (3)

Observation (Pengamatan); (4) Reflection (Refleksi)

Untuk memperjelas fase-fase dalam PTK, siklus spiral-nya dan

bagaimana pelaksanaannya, Stephen Kemmis menggambarkannya dalam siklus

sebagaimana tampak pada gambar 2.5.

Page 17: Penelitian Tindakan Kelas

17

23 February 2008 Mahfud PTK

Rencana Awal

RencanaYang direvisi

STRATEGI

TINDAKAN

OBSERVASI

REFLEKSI

REVISI

STRATEGI

TINDAKAN

OBSERVASI

REFLEKSI

Gambar 2.5 Penelitian Tindakan Model Kemmis dan Mc Taggart