penelitian kualitatif deskriptif

19
Dapatkan hosting murah dan domain gratis di IdeBagus.com * Home * Profil * Terms and Conditions * Contact * Donate * Tanya Jawab * Report Abuse Home IMPLEMENTASI KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG / JASA PEMERINTAH DI RSUP Dr. * View * clicks Posted November 12th, 2008 by klicit * Administrasi Negara abstraks: ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi Keputusan Presiden nomor 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang / jasa Pemerintah di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro. Disamping itu juga untuik mengetahui hambatan yang timbul dalam pelaksanaan Keppres tersebut. Peneliltian ini didesain dalam bentuk penenltian implementasi dengan menekankan pada konsep implementasi dari Ripley dan Franklin (1985). Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data diambil dari narasumber yang ditentukan berdasarkan tehnik Purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan tehnik wawancara mendalam, observasi dan studi dokumen. Untuk keperluan analisis data d igunakan tehnik analisis interaktif dari Miles dan Huberman, dengan uji validitas menggunakan triangulasi data. Hasil penelitian menunjukan bahwa implementasi Keppres nomor 80 tahun 2003 di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten telah dilaksanakn sesuai dengan petunjuk pelaksanaannya. Keseluruhan tahapan telah dilalui dengan baik mulai dari perencanaan hingga evaluasinya. Serjumlah faktor diidentifikasi sebagai yang mempengaruhi proses implementasi, diantaranya adalah sikap pelaksana, sumber daya dan sistem komunikasi yang dibangun. Meskipun pelaksanaannya telah sesuai dengan juklaknya akan tetapi masih ditemukan hambatan dalam poelaksanaan keppres tersebut. Hambatan itu adalah hambatan yang bersumber dari kinerja panitia Pengadaan dan hambatan sistem. Untuk itu maka saran yang penenlti ajukan antara lain adalah perlunya langkah kongkrit untuk menunjukkan adnya transparansi dalam pengadaan baranag, menguirangi mekanisme penunjukan rekanan dengan cara-cara yang lebih obyektif serta mengupauyaklan komunikasi yang intensif antara pelaksana dari petahap perencanaan hingga evaluasinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sebuah organisasi apapun b entuknya dalam melaksanakan kegiatan memerlukan sarana dan prasarana pendukung, baik berupa dana, barang maupun sumber daya manusia. Kegiatan atau aktivitas suatu entitas / organisasi, baik entitas swasta maupun entitas pemerintah, yang sehari-harinya melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya (tupoksi),

Transcript of penelitian kualitatif deskriptif

Page 1: penelitian kualitatif deskriptif

8/8/2019 penelitian kualitatif deskriptif

http://slidepdf.com/reader/full/penelitian-kualitatif-deskriptif 1/19

Dapatkan hosting murah dan domain gratis di IdeBagus.com

* Home* Profil* Terms and Conditions* Contact* Donate* Tanya Jawab* Report Abuse

HomeIMPLEMENTASI KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMANPELAKSANAAN PENGADAAN BARANG / JASA PEMERINTAH DI RSUP Dr.

* View* clicks

Posted November 12th, 2008 by klicit

* Administrasi Negara

abstraks:

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi Keputusan Presiden nomor 80 tahun2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang / jasa Pemerintah di RSUP Dr. SoeradjiTirtonegoro. Disamping itu juga untuik mengetahui hambatan yang timbul dalam pelaksanaanKeppres tersebut.Peneliltian ini didesain dalam bentuk penenltian implementasi dengan menekankan pada konsepimplementasi dari Ripley dan Franklin (1985). Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data diambil dari narasumber yang ditentukan berdasarkan tehnik Purposive sampling.Pengumpulan data dilakukan dengan tehnik wawancara mendalam, observasi dan studi

dokumen. Untuk keperluan analisis data digunakan tehnik analisis interaktif dari Miles danHuberman, dengan uji validitas menggunakan triangulasi data.Hasil penelitian menunjukan bahwa implementasi Keppres nomor 80 tahun 2003 di RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten telah dilaksanakn sesuai dengan petunjuk pelaksanaannya.Keseluruhan tahapan telah dilalui dengan baik mulai dari perencanaan hingga evaluasinya.Serjumlah faktor diidentifikasi sebagai yang mempengaruhi proses implementasi, diantaranyaadalah sikap pelaksana, sumber daya dan sistem komunikasi yang dibangun. Meskipunpelaksanaannya telah sesuai dengan juklaknya akan tetapi masih ditemukan hambatan dalampoelaksanaan keppres tersebut. Hambatan itu adalah hambatan yang bersumber dari kinerjapanitia Pengadaan dan hambatan sistem.Untuk itu maka saran yang penenlti ajukan antara lain adalah perlunya langkah kongkrit untukmenunjukkan adnya transparansi dalam pengadaan baranag, menguirangi mekanismepenunjukan rekanan dengan cara-cara yang lebih obyektif serta mengupauyaklan komunikasi

yang intensif antara pelaksana dari petahap perencanaan hingga evaluasinya.

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahDalam sebuah organisasi apapun bentuknya dalam melaksanakan kegiatan memerlukan saranadan prasarana pendukung, baik berupa dana, barang maupun sumber daya manusia. Kegiatanatau aktivitas suatu entitas / organisasi, baik entitas swasta maupun entitas pemerintah, yangsehari-harinya melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya (tupoksi),

Page 2: penelitian kualitatif deskriptif

8/8/2019 penelitian kualitatif deskriptif

http://slidepdf.com/reader/full/penelitian-kualitatif-deskriptif 2/19

akan selalu dijumpai suatu kegiatan yang aktivitasnya melakukan pengadaan (procurement).Pengadaan atau pembelanjaan barang kebutuhan suatu organisasi perlu dilakukan untukmendukung pekerjaan sehari-hari yang bersifat rutin (operasional, pemeliharaan, ataupemenuhan kebutuhan kerja setiap hari), maupun pekerjaan yang bersifat sementara (temporary)yang bersifat investasi, penambahan kapasitas terpasang, atau proyek, yang dilakukan untukmencapai suatu tujuan tertentu yang telah ditargetkan (Depkeu, 2007).Selama ini sudah akrab ditelinga kita berbagai bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam kaitandengan pengadaan barang. Ada istilah mark up, manipulasi, pengadaan yang tak ditenderkan,ketidaksesuaian barang yang dibeli dengan harga, dan sebagainya, yang sarat dengan berbagaipenyelewengan. Kenyataan ini banyak terjadi pada instansi-instansi pemerintah.Sebenarnya hal ini bukanlah sesuatu yang tidak diketahui oleh pemerintah. Untuk itu dalamrangka mengurangi kecenderungan tersebut dan agar pengadaan barang/jasa pemerintahdilaksanakan dengan efektif dan efisien dengan prinsip persaingan sehat, transparan, terbukadan perlakuan adil pada semua pihak sekaligus untuk menghapus praktek kartel pelelangan yangkerap mewarnai tender di sejumlah instansi pemerintah, pemerintah telah mengeluarkankebijakan baru pengadaan barang / jasa pemerintah melalui Keppres No. 80/2003 tentangPedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah sebagai pengganti Keppressebelumnya yaitu Keppres No. 18/2000 (Perpres No. 32 Tahun 2005, 2007). Melalui penerapanKeppres yang baru tersebut diharapkan proses pengadaan barang / jasa oleh instansipemerintah bisa memberikan hasil yang lebih menguntungkan bagi negara dan bisa menghindari

kerugian negara akibat pelaksanaan yang tidak benar.Secara umum proses pengadaan barang / jasa selama ini masih belum dapat menghasilkanharga yang kompetitif dan cenderung berharga lebih tinggi dibandingkan pembelian langsungoleh swasta. Hal ini menjadi indikator bahwa proses pengadaan cenderung menciptakan biayaekonomi tinggi dan menciptakan biaya-biaya yang menambah harga penawaran. Harga yangtidak kompetitif pada akhirnya akan merugikan negara dan masyarakat pada umumnya karenaberkurangnya manfaat dari belanja negara. Inefisiensi menjadi semakin bertambah besar ketikaproses pelelangan juga tidak jujur. Perilaku ini menciptakan nilai proyek yang menggelembungdan kemudian diikuti dengan pelaksanaan pengadaan yang tidak jujur dan ada unsur Kolusi,Korusi dan Nepotisme (KKN).Sebagai sebuah institusi pemerintah yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan, RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten juga tidak terlepas dari kegiatan pengadaan barang/ jasa untukmemenuhi kebutuhan operasional dalam pelayanan kesehatan pada setiap tahun. Berbagai

kegiatan pengadaan diselenggarakan di rumah sakit ini, mulai dari kebutuhan barang yanglangsung terkait dengan pelayanan kesehatan, juga kebutuhan-kebutuhan lain yang sifatnyasebagai penunjang maupun pelengkap dari kebutuhan pokok pada pelayanan kesehatantersebut.Terkait dengan pelaksanaan pembelanjaan di rumah sakit, sebagai bentuk pertanggungjawabanatas pengelolaan uang negara, setiap kurun waktu tertentu (tribulan, semester dan tahunan)disusun laporan realisasi pelaksanaan anggaran. Namun laporan yang dimaksud baru sebataspada besaran penyerapan dana dan pencapaian prestasi pekerjaan, kalaupun ada monitoringdari instansi yang lebih atas waktunya sudah lewat dan biasanya tidak bisa berbuat lebih jauh.Kondisi ini menyebabkan pada saat dilakukan pemeriksaan / pengawasan oleh Aparat PengawasFungsional (APF) baik Inspektorat Jenderal Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Itjen-Depkes. RI), Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) maupun Badan PemeriksaKeuangan (BPK) didapatkan prosedur pengadaan barang dan jasa yang tidak sesuai dengan

ketentuan Keppres Nomor 80 Tahun 2003, baik yang bersifat adminsitratif maupun teknis.Bersifat administratif misalnya tidak dilakukannya pengumuman di media masa dan kesalahandalam pencantuman persyaratan pendaftaran, sedangkan yang bersifat teknis seperti kesalahanpenghitungan volume dan kemahalan harga serta ketidaksesuaian antara barang yang dikirimdengan spesifikasi barang yang ditetapkan.Sebagai Rumah sakit terbesar di Kabupaten Klaten, RSUP Soeradji Tirtonegoro mempunyai

 jumlah karyawan yang cukup besar, dengan pasien yang sangat padat. Ini tentu sajamemerlukan sarana dan prasarana pendukung yang besar pula. Dengan demikian Rumah SakitUmum Pusat Soeradji Tirtonegoro ini merupakan salah satu instansi pemerrintah yang saratdengan pengadaan barang. Hal ini disebabkan karena rumah sakit ini memberikan jasa

Page 3: penelitian kualitatif deskriptif

8/8/2019 penelitian kualitatif deskriptif

http://slidepdf.com/reader/full/penelitian-kualitatif-deskriptif 3/19

pelayanan kesehatan yang didalamnya memerlukan berbagai barang untuk melayani pasien.Barang itu bisa berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan untuk medis maupun untuk kebutuhanrutin/ operasional rumah sakit.Mengingat jumlahnya yang relatif cukup banyak apalagi dengan statusnya yang swadana tentusaja Rumah sakit ini perlu lebih berhati-hati dalam hal pengadaan barang kebutuhannya. Iniuntuk menjaga kepuasan pelanggan maupun untuk tertib adminitrasi dan kelancaran prosespelayanan kesehatan sendiri. Hal yang cukup penting juga berkaitan dengan upayapenghematan yang harus dilakukan dengan status swadananya.Menarik untuk dijadikan sebagai sebuah bahan kajian ilmiah, maka dalam rangka penyusunanskripsi untuk menyelesaikan pendidikan strata satu di Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Madani,penulis tertarik untuk meneliti tentang implementasi Keppres nomor 80 tahun 2003 tentangPedoman Pelaksanaan Pengadaan barang/ jasa Pemerintah di RSUP Soeradji TirtonegoroKlaten, khususnya barang-barang untuk kebutuhan rutin/ operasional rumah sakit yang bersifatnon medis (di luar obat-obatan). Untuk itu maka peneliti mengambil judul penelitian”Implementasi Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman PelaksanaanPengadaan Barang / Jasa Pemerintah di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten”.

B. Perumusan MasalahBerdasarkan apa yang diuraikan dalam latar belakang masalah diatas maka permasalahan yangada dalam penenltian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Bagaimanakah implementasi Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang PedomanPelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten ?b. Hambatan apa yang muncul dalam implementasi Keppres nomor 80 tahun 2003 tersebut ?

C. Tujuan PenelitianTujuan penelitian ini dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok yaitu tujuan fungsional dantujuan individual. Penjabaran dari masing-masing tujuan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Fungsionala. Mengetahui implementasi Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang PedomanPelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klatenb. Mengetahui kendala / permasalahan yang terdapat pada proses pengadaan barang / jasa diRSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

2. Tujuan IndividualUntuk memenuhi sebagian persyaratan guna meraih sarjana S1 pada Program Studi IlmuAdministrasi Negara Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) MADANI Klaten.

D. Manfaat Penelitian1. Manfaat Teoritisa. Secara teoritis melalui penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmuAdministrasi Negara khususnya dalam bidang studi kebijakan publik dengan pokok kajian tentangimplementasi kebijakan.b. Menambah pemahaman peneliti dan sebagai bahan pustaka ilmu administrasi negarakhususnya tentang hasil-hasil penelitian implementasi kebijakan publik.2. Manfaat Praktisa. Menambah wawasan peneliti dalam bidang ilmu adminsitrasi negara khususnya tentang

implementasi Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman PelaksanaanPengadaan Barang / Jasa Pemerintah di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.b. Sebagai informasi dan sekaligus menjadi salah satu bahan untuk melakukan evaluasi atasimplementasi Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman PelaksanaanPengadaan Barang / Jasa Pemerintah di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Page 4: penelitian kualitatif deskriptif

8/8/2019 penelitian kualitatif deskriptif

http://slidepdf.com/reader/full/penelitian-kualitatif-deskriptif 4/19

Dalam penelitian ilmiah, metode penelitian diperlukan sebagai frame dalam melakukan research,analisa data, dan penyajian data sehingga terintegrasi dalam satu garis pemikiran dan tidak bias.Beberapa tipe penelitian antara lain penelitian deskriptif, eksplanatif dan eksploratif. Disampingitu ada beberapa jenis penelitian, antara lain penelitian survei, eksperimen, grounded research,kombinasi pendekatan kualitatif dan kuantitatif, dan analisa data sekunder (Singarimbun danEffendi : 1999:13).Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan atau melukiskan proses implementasi KeputusanPresiden RI Nomor 80 tahun 2003 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan barang/ jasapemerintah, dengan berbagai aspek kajian yang telah ditentukan. Penelitian ini didesain dalambentuk penelitian implementasi.Untuk itu dalam rangka menggambarkan proses pelaksanaan dan menggali informasi yangdibutuhkan untuk menjawab pertanyaan penelitian sebagaimana telah diformulasikan dalamrumusan masalah, penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif, dengan mengkombinasikanpendekatan kualitatif, analisis data sekunder dan wawancara mendalam secara langsung(Indepth Interview) untuk menggali data-data primer.Penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki denganmenggambarkan / melukiskan keadaan subyek / obyek penelitian (seorang, lembaga,masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atausebagaimana adanya (Hadari Nawawi 1998 : 63). Penelitian deskriptif ini akan dipadukan denganpendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2000: 5), bahwa penelitian deskriptif kualitatif digunakan

berdasarkan pertimbangan : 1) Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapandengan kenyataan 2) Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara penilitidengan responden dan 3) Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri denganbanyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.Sementara itu berdasarkan tipologi tujuannya penelitian ini digolongkan dalam penelitianimplementasi. Hal ini disebabkan karena penenltian ini dilakukan pada saat implementasikebijakan sedang berlangsung, sehingga lebih menekankan pada proses yang terjadi. Acuanyang digunakan dalam penelitian adalah mengacu pada konsep Ripley & Franklin (1985) dimanadalam penelitian implementasi yang ingin dilihat adalah tingkat kepatuhan pelaksana danberbagai hal yang terjadi selama proses pelaksanaan tersebut. Hasil yang diharapkan dalampenelitian semacam ini adalah generalisasi mengenai bagaimana intervensi (program/ kebijakan)tersebut berjalan dan bagaimana kondisi yang dapat membuat program tersebut efektif. (Patton1990:160-161).

Dari sisi sumber datanya, penelitian yang dilakukan ini lebih menekankan pada penelitianlapangan (field study).

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, yang beralamat di jalanKRT. Suraji Tirtonegoro No. 1 Klaten. Pemilihan lokasi ini didasari oleh pertimbangan :a. RSUP Dr. Soeradji Tironegoro Klaten sebagai unit pelaksana teknis (UPT) pemerintah yangmempunyai keharusan menerapkan Keppres Nomor 80 Tahun 2003 dalam proses pengadaanbarang dan jasa yang jumlah kegiatannya terus meningkat sejalan dengan bertambahnya volumekegiatan pelayanan di rumah sakit.b. Semua kebutuhan barang / bahan untuk operasionalisasi kegiatan pelayanan rumah sakitdilakukan melalui pengadaan barang / jasa berdasarkan Keppres No. 80 Tahun 2003.

C. Data dan Sumber dataData dalam penelitian ini dikelompokkan kedalam dua jenis data yaitu data primer dan datasekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari informan yang akandiwawancarai. Sedangkan data sekunder adalah data yang bersumber dari dokumen-dokumenyang sudah ada, sehingga peneliti tinggal mengutip dan menganalisanya.Data primer dalam hal ini akan dikumpulkan dari informan yang ada di RSUP Suradji Tirtonegro.Sementara itu data sekunder diperoleh dengan melihat arsip, dokumen yang berhubungandengan pelaksaan pengadaan barang dan jasa Pemerintah di RSUP Soeradji Tirtonegoro sepertiberita acara pembelian, rapat-rapat yang diadakan , bukti-bukti pembayaran dan sebagainya.

Page 5: penelitian kualitatif deskriptif

8/8/2019 penelitian kualitatif deskriptif

http://slidepdf.com/reader/full/penelitian-kualitatif-deskriptif 5/19

D. Tehnik pengambilan sampleData primer diperoleh dari sumber data atau informan yang penentuannya didasarkan padatehnik purposive sampling atau sample bertujuan. Hal ini disebabkan karena penentuan informandilakukan dengan pertimbangan tertentu (HB Sutopo, 2002:56) Dalam hal ini peneliti mengambilinforman dari pihak-pihak yang dianggap mengetahui tentang fenomena yang diteliti secaramendalam dan dapat dipercaya.Informan yang dipilih yaitu :1. Kepala Subag Penyusunan Program yang mengetahui perencanaan pembelanjaan di rumahsakit.2. Kepala Subag Anggaran dan Perbendaharaan yang memahami tentang pendanaan dalampengadaan barang / jasa kebutuhan rumah sakit.3. Panitia pengadaan dan penerima4. Petugas yang membelanjakan

E. Tehnik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan datanya dilakukan dengan menggunakan berbagaipertimbangan berdasarkan konsep tehnis yang digunakan, keingintahuan pribadi, karakteristikempiris dan sebagainya. Dalam hal ini digunakan tehnik yang bersifat interaktif dan non interaktif.

Oleh karena itu untuk memperoleh data yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti,maka peneliti menggunakan alat pengumpulan data penelitian sebagai berikut :1. Wawancara mendalam/ indeph interviewWawancara ini tidak dilakukan secara terstruktur ketat dan dengan pertanyaan yang tertutupakan tetapi lebih bersifat “open ended” dan mengarah pada kedalaman informasi serta dengancara yang tidak secara formal tersturktur (HB Sutopo, 2002:59). Tehnik ini dilakukan denganmengadakan tanya jawab secara langsung dan mendalam dengan responden atau narasumber yang dianggap berkompeten terhadap permasalahan yang akan diteliti.Guna memperoleh data yang lengkap maka wawancara dengan informan bisa dilakukan lebihdari satu kali tergantung pada kebutuhan akan data yang diperlukan. Untuk melakukanwawancara mendalam maka instrument yang digunakan adalah kuesioner guide (panduanwawancara)

2. Pengamatan/observasi.Tehnik ini digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat ataulokasi dasn benda serta rekaman gambar. Observasi merupakan kegiatan pengamatan langsungterhadap objek yang akan diteliti sehingga gambaran objek yang didapat akan menjadi lebihkonkret. Dalam kaitan dengan pengamatan ini bisa dilakukan terutama terhadap berbagai halyang berkaiatan dengan aktivitas pengadaan baranag, barang yang dibeli dan sebagainya.3. Studi DokumentasiStudi dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan jalan menyelidiki benda-benda tertulisseperti buku-buku, peraturan-peraturan, dokumen, majalah, notulen rapat, catatan harian dansebagainya. Ini merupakan salah satu tehnik non interaktif. Dalam kaitan dengan persoalanpengadaan barang, maka dokumen yang diperlukan antara lain tentang MOU kontrakpengadaan, kuitansi pembayran, berita acara proses tender dsb. Dalam penggunaan tehnik inipeneliti berusaha mengkritisi dokumen-dokumen yang ada guna menangkap maknanya. Untuk

itu juga dilakukan pembandingan antar dokumen satu dengan dokumen yang lain.

F. Tehnik Analisa dataAnalisis Data adalah proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan, untuk selanjutnya ditarikkesimpulan. . Data yang terkumpul dalam penelitian ini akan dianalisis dengan metode analisisdeskriptif kualitatif, yaitu dengan menggambarkan keadaan subyek/obyek penelitian seseorang,lembaga, masyarakat dan lain-lain, pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta sebagaimanaadanya. Dalam kaitan dengan ini maka peneliti menggunakan model analisis interaktif dari Miles& Huberman (1988). Dalam model analisis data terdiri atas tiga komponen yaitu Reduksi data,sajian data, dan penarikan kesimpulan serta verifikasinya. (HB Sutopo, 2002:91) Ketiga

Page 6: penelitian kualitatif deskriptif

8/8/2019 penelitian kualitatif deskriptif

http://slidepdf.com/reader/full/penelitian-kualitatif-deskriptif 6/19

komponen tersebut aktivitasnya berbentuk interaksi dengan prose pengumpulan data yangmenggunakan proses siklus. Tiga komponen tersebut terlibnat dalam proses analisis dan salingberkaitan serta menentukan hasil akhir analisis.Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan dan penyederhanaan dan abstraksi datakasar yang dilakukan selama berlangsungnya proses penelitian. Sajian data merupakanrangkaian informasi untuk mempermudah pemahaman yang disusun secara sistematis berdasar reduksi yang dilakukan sebelumnya. Sajian data selain bisa dilakukan dalam bentuk narasikalimat, juga dapat meliputi berbagai jenis matriks, gambar/skema, jaringan kerja kaitankegioatan dan juga table pendukung narasinya (HB Sutopo, 2002:92). Sementara itu kesimpulanmerupakan proses akhir dalam analisis data guna memperoleh jawaban atas pertanyaanpenelitian. Dalam hal ini perlu dilakukan verifikasi agar mantap dan bisa dipertanggungjawabkan.Verifikasi ini bisa dilakukan dengan pengulangan untuk tujuan pemantapan, penenlusuran datakembali dengan cepat. Disamping itu juga dimungkinkan melalui diskusi.Adapun bagan dari analisis tersebut adalah sebagai berikut :

Bagan III : Tehnik Analisa Interaktif 

(HB Sutopo, 2002:96)

Selanjutnya untuk menguji keabsahan data yang diperoleh, peneliti menggunakan tehnik

triangulasi, yaitu tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data, untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut(Moleong, 1994:178). Dalam kaitan dengan triangulasi ini dibedakan empat macam triangulasiyaitu triangulasi sumber, metode, penyidik dan teori. Dalam penelitian ini digunakan tehniktriangulasi sumber guna menguji keabsahan datanya. Ini berarti bahwa pengecekan keabsahanatau validitas data dilakukan dengan membandingkan dan mengecek balik derajad kepercayaansuatu informasi yang diperoleh dengan sumber yang berbeda.

BAB IVDESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Perkembangan RSUP Soeradji TirtonegoroRSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro semula bernama RSUP Tegalyoso Klaten didirikan pada tanggal

27 Desember 1927 secara bersama-sama oleh beberapa perkebunan (onderneming) milikpemerintah dengan nama rumah sakit Dr. SCHEURER HOSPITAL. Pada tahun 1942 wilayahIndonesia dikuasai Jepang, dengan demikian rumah sakit ini juga dikuasai Jepang. Selamadikuasai oleh Jepang, rumah sakit ini dipimpin Dr. Maeda dan Dr. Suruta. Setelah Jepang kalahpada tahun 1945, rumah sakit ini diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia dan namarumah sakit diganti menjadi Rumah Sakit Umum TEGALYOSO, dipimpin oleh Dr. Soenoesmo.Nama rumah sakit diambil dari nama desa di mana rumah sakit ini berkedudukan yaitu desaTegalyoso.Dalam masa peralihan dari rumah sakit di bawah pengelolaan Zending menjadi rumah sakitPemerintah RI masih terdapat beberapa tenaga dokter asing antara lain Dr. Horner dan Dr.Bakker Muda. Selama masa itu, semua karyawan RSU Tegalyoso Klaten diberi kesempatanuntuk memilih, tetap bekerja di RSU Tegalyoso untuk kemudian diangkat menjadi pegawai negeriatau pindah ke rumah sakit Zending yang lain yaitu RS Bethesda Yogyakarta atau RS Jebres

Surakarta.Selama kurun waktu yang panjang dan setelah melalui berbagai perubahan ke arah manajemenrumah sakit yang sesuai dengan perkembangan jaman maka berdasarkan SK Menteri KesehatanRI No. 1442 A/Menkes/SK/XII/1997 tertanggal 20 Desember 1997 nama RSUP Tegalyoso digantimenjadi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro. Nama tersebut diambil dari salah seorang tokohpergerakan pada perkumpulan BOEDI OETOMO yang mengabdi sebagai dokter di wilayahKlaten.Hubungan historis antara RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro dengan Fakultas KedokteranUniversitas Gadjah Mada sangat mendalam. Hal ini ditunjukkan dengan dibukanya PerguruanTinggi Kedokteran bagian pre-klinik di RSU Tegalyoso Klaten (nama rumah sakit saat itu) pada

Page 7: penelitian kualitatif deskriptif

8/8/2019 penelitian kualitatif deskriptif

http://slidepdf.com/reader/full/penelitian-kualitatif-deskriptif 7/19

tanggal 5 Maret 1946 yang kemudian menjadi cikal bakal Fakultas Kedokteran UGM diYogyakarta.Hubungan dan kerjasama RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro dengan Fakultas Kedokteran UGMmasih tetap dipertahankan sampai saat ini karena kerjasama itu membawa manfaat sangat besar bagi kedua belah pihak. Kerjasama dengan Fakultas Kedokteran UGM secara resmi dikukuhkansecara tertulis pada tahun 1975 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI yang antaralain menetapkan RSUP Tegalyoso Klaten bersama-sama dengan RSUP Dr. Sardjito Yogyakartasebagai tempat pendidikan bagi mahasiswa Fakultas kedokteran UGM. Sehubungan telahmelakukan fungsi pendidikan dan digunakan sebagai lahan prakter bagi calon tenaga kesehatan,Departemen Kesehatan memandang status RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro perlu disesuaikandari non pendidikan menjadi rumah sakit pendidikan.Pada tanggal 5 Maret 2001 dengan surat bernomor 934/Menkes/IX/2001 Menteri Kesehatan RImenyetujui RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro sebagai RS Pendidikan FK UGM. Meskipun demikianRSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro belum dikategorikan sebagai RS Pendidikan dalam arti yangsebenarnya pada saat itu. Baru pada 1 Maret 2003 RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro diresmikansebagai Rumah Sakit Kelas B Pendidikan oleh Menteri Kesehatan RI dengan SuratKeputusannya nomor 1594/MenKes/SK/XII/2002. Saat ini struktur organisasi dan tata kerja(SOTK) sebagai rumah sakit pendidikan tengah diproses di Depkes untuk ditetapkan.Tahapan sejarah perkembangan kelembagaan RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten secaragaris besar adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1978, ditetapkan sebagai Rumah Sakit Kelas C.2. Tahun 1992, ditetapkan sebagai Rumah Sakit Unit Swadana Dengan Syarat. (Rumah SakitUnit Swadana Periode Pertama di Indonesia sebagai Pilot Project)3. Tahun 1993, ditetapkan sebagai Rumah Sakit Kelas B Non Pendidikan.4. Tahun 1994, ditetapkan sebagai Rumah Sakit Unit Swadana Tanpa Syarat5. Tahun 1997, ditetapkan sebagai Rumah Sakit pengguna PNBP.6. Tahun 1997, terakreditasi secara penuh oleh Depkes RI untuk Akreditasi Tingkat Dasar (5standar pelayanan)7. Tahun 2001, terakreditasi secara penuh oleh Depkes RI untuk Akreditasi Tingkat Lanjut (12standar pelayanan)8. Tahun 2003, ditetapkan sebagai Rumah Sakit Kelas B Pendidikan9. Tahun 2007, ditetapkan sebagai rumah sakit yang menerapkan Pola Pengelolaan KeuanganBadan Layanan Umum (PPK-BLU)

RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro sebagai sarana pelayanan kesehatan Pemerintah yang padatkarya, padat pakar, padat modal dan padat teknologi perlu dikelola secara efektif, efisien danproduktif agar dapat menjalankan fungsinya sesuai harapan seluruh masyarakat dengan tarif yang terjangkau serta mutu pelayanan kesehatan yang prima dan terus meningkat seiringdengan perubahan pola penyakit dan perkembangan iptekdok yang melaju dengan cepat danterutama tuntutan masyarakat yang makin meningkat. Untuk itu meskipun tidak for profit, RumahSakit harus dikelola dengan mengacu kepada prinsip-prinsip ekonomi, karena biaya investasi,gaji (termasuk insentif), biaya operasional dan pemeliharaan, dan lain-lain sangat besar.Sementara kemampuan Pemerintah untuk membiayai seluruh pelayanan publiknya dari hasilpajak dan usaha negara selalu terbatas, sehingga subsidi Pemerintah untuk Rumah Sakitsemakin menurun secara persentase terhadap total biaya Rumah Sakit yang seharusnya.Dengan demikian maka semua masalah yang bersangkut paut dengan manajemen keuangan,sumber daya manusia, teknologi yang ada, proses produksi jasa, sistem informasi dan

sebagainya yang merupakan kondisi internal rumah sakit perlu dikaji kekuatan dankelemahannya. Begitupun semua masalah yang merupakan dampak globalisasi, terjadinyaperubahan manajemen, arus informasi yang tak terbatas, kemampuan keuangan negara,perubahan sosial politik dan kebijakan pemerintah, epidemiologi, perkembangan iptek, dukunganpemasok/supplier, perubahan sikap dan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan, petapersaingan, dan lain-lain perlu dicermati peluang dan ancamannya bagi organisasi rumah sakit.B. Keadaan PegawaiSebagai Rumah Sakit Pemerintah yang terbesar di Kabupaten Klaten, RSUP SoeradjiTirtonegoro memerlukan sumberdaya manusia (pegawai) yang sesuai dengan apa yangdibutuhkan oleh sebuah rumah sakit. Jumlah keseluruhan tenaga/ pegawai yang ada di RS

Page 8: penelitian kualitatif deskriptif

8/8/2019 penelitian kualitatif deskriptif

http://slidepdf.com/reader/full/penelitian-kualitatif-deskriptif 8/19

adalah 815 pegawai yang terdiri atas 457 tenaga kesehatan, 207 tenaga non kesehatan dan 151tenaga kontrak. Sebagai gambaran tentang Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada, berikut kamiinformasikan data tentang keadaan pegawai di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro selengkapnyaberdasarkan data base tahun 2006 adalah sebagai berikut :Tabel 4.1.Keadaan pegawai RSUP Soeradji Tirtonegoro Kabupaten KlatenNo. Jenis Pegawai Jumlah1. Tenaga medis 51 orang2. Tenaga Perawat 323 orang3. Farmasi 14 orang4.. Kesehatan masyarakat 7 orang5 Gizi 8 orang6. Keterapian fisik 12 orang7. Keteknisan medis 42 orang8. Non kesehatan 207 orang9. Tenaga honorer 151 orangJumlah 815 orangSumber : Bagian Kepegawaian RSUP Soeradji Tirtonegoro th 2006C. Visi Rumah SakitRSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, sebagai Rumah sakit swadana bukan saja

menyelenggarakan kegiatan jasa pelayanan kesehatan, akan tetapi juga jasa pendidikan dan jasa penelitian di bidang kesehatan. Sifat jasa yang diselenggarakan adalah berfungsi sosial,profesional dan etis dengan pengelolaan yang ekonomis. Ini selaras dengan visi rumah sakityang menjadi dasar terselenggaranya kegiatan. Adapun visi dari RSUP Soeradji Tirtonegoroadalah :“Menjadi rumah sakit yang berkualitas dan mandiri dalam pelayanan, pendidikan dan penelitian dibidang kesehatan tingkat nasional”.

D. Misi Rumah SakitUntuk mewujudkan visi tersebut maka misi yang diemban oleh Rumah sakit adalah sebagaiberikut :1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna, berkualitas dan terjangkau.2. Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan ilmu bidang

kesehatan dengan standar mutu yang tinggi.3. Mewujudkan kepuasan pelanggan untuk mencapai kemandirian rumah sakit.4. Meningkatkan kesejahteraan karyawan

E. Tujuan/ sasaran RSUP Dr. Soeradji TirtonegoroDalam rangka melaksanakan misi tersebut maka semua kegiatan di RSUP Soeradji Tirtonegorodiarahkan pada beberapa tujuan atau sasaran, antara lain yaitu :1. Terciptanya produk pelayanan kesehatan yang berkualitas unggul dan sesuai kebutuhanmasyarakat.2. Terselenggaranya pendidikan, penelitian dan pengembangan sehingga dihasilkan SDM yangprofesional dan mampu melakukan penapisan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran.3. Terwujudnya kepuasan seluruh pelanggan dengan pengelolaan yang efektif dan efisien.4. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan karyawan.

Untuk mewujudkan sasaran tersebut maka ada beberapa nilai yang ditanamkan sebagai dasar melaksanakan tugas pekerjaan. Nilai-nilai itu diantaranya adalah :1. Karyawan yang berkualitas dan berkomitmen tinggi kepada rumah sakit adalah aset yangpaling berharga.2. Kepuasan dan kesetiaan pelanggan adalah dasar kelangsungan hidup rumah sakit.3. Mutu pelayanan rumah sakit sebagai pengikat kesetiaan pelanggan.4. Kebersamaan adalah kunci utama dalam mencapai kesuksesan

F. Kegiatan Rumah SakitDalam menyelenggarakan tugas, RSUP Dr. Soeradji Tirtongeoro mempunyai fungsi :

Page 9: penelitian kualitatif deskriptif

8/8/2019 penelitian kualitatif deskriptif

http://slidepdf.com/reader/full/penelitian-kualitatif-deskriptif 9/19

1. Menyelenggarakan pelayanan medis2. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis3. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan4. Menyelenggarakan pelayanan rujukan5. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan6. Menyelenggarakan pelayanan penelitian dan pengembangan7. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuanganSelanjutnya bisa disampaikan di sini bahwa sampai saat ini terdapat beberapa institusipendidikan yang telah menjalin kerjasama dengan RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro dan sudahberjalan dengan baik yaitu :1. Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta2. Fakultas Farmasi Universitas Setya Budi Surakarta3. Akademi Fisioterapi Surakarta4. Pendidikan Ahli Madya Keperawatan Yogyakarta5. Akademi Gizi Yogyakarta6. Akademi Gizi Semarang7. Akademi Teknik Elektromedik Surabaya8. Akademi Teknik Elektromedik Jakarta9. Akademi Teknik Radiodiagnostik Semarang10. Akademi Kebidanan Klaten

11. Akademi Perekam dan Informatika Kesehatan Lintang Nuswantoro Semarang12. Akademi Perekam dan Informatika Kesehatan Mandala Waluya Semarang13. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Klaten14. Akademi Gizi Muhammadiyah Surakarta15. Akademi Teknik Radiologi Citra Bangsa Yogyakarta16. Beberapa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)

H. Susunan Organisasi dan Dewan Pengawas1. Susunan Organisasi Rumah SakitSampai saat ini struktur organisasi dan tata kerja (SOTK) yang dipergunakan di Dr. SoeradjiTirtonegoro masih mengacu pada Surat Keputusan Menteri Keseharan RI Nomor 545 / Menkes /SK / VI / 1994 tanggal 13 Juni 1994, namun untuk kepentingan Rencana Bisnis dan AnggaranTahun 2008 ini kami menyusunnya berdasarkan proyeksi tata kelola rumah sakit PPK-BLU yang

saat ini telah selesai dirumuskan dan tinggal menunggu pengesahannya. Adapun susunan SOTKyang dimaksud terdiri atas : (struktur selengkapnya terlampir)1. Direktur Utama2. Direktur Pelayanan Medik & KeperawatanDibawah Direktur Pelayanan Medik & Keperawatan ini terdapat tiga Bidang, yaitu :a. Bidang Pelayanan Medikb. Bidang Pelayanan Keperawatanc. Bidang Fasilitas Medik dan KeperawatanMasing-masing Bidang di atas mempunyai satu Seksi Perencenaan dan pengembangan sertasatu Seksi Monitoring dan Evaluasi.Direktorat medik dan keperawatan mempunyai beberapa instalasi yang berfungsi sebagai sentralunit bisnis.a. Instalasi Rawat Jalan

b. Instalasi Rawat Daruratc. Instalasi Rawat Inapd. Instalasi Rawat Intensif e. Instalasi Bedah Sentralf. Instalasi Farmasig. Instalasi Rehabilitasi Medikh. Instalasi Patologi Kilniki. Instalasi Patologi Anatomi

 j. Instalasi Radiologik. Instalasi Rekam Medik

Page 10: penelitian kualitatif deskriptif

8/8/2019 penelitian kualitatif deskriptif

http://slidepdf.com/reader/full/penelitian-kualitatif-deskriptif 10/19

l. Instalasi Persalinan3. Direktur Umum, SDM dan PendidikanDibawah Direktur Umum, SDM dan Pendidikan terdapat dua Bagian, yaitu :a. Bagian Umum dan Sumber Daya ManusiaPada bagian ini terdapat tiga Sub Bagian, yaitu :1). Sub Bagian Tata Usaha2). Sub Bagian Rumah Tangga3). Sub Bagian Sumber Daya Manusiab. Bagian Pendidikan dan PenelitianTerdapat dua Sub Bagian pada Bagian ini, yaitu :1). Sub Bagian Pendidikan dan Pelatihan2). Sub Bagian Penelitian dan PengembanganBeberapa Instalasi yang berada di bawah koordinasi Direktur Umum, SDM dan Pendidikanadalah :a. Instalasi Gizib. Instalasi Sterilisasi Sentralc. Instalasi Forensik dan Perawatan Jenazahd. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakite. Instalasi Sanitasi4. Direktur Keuangan

Terdapat tiga Bagian di bawah Direktur Keuangan ini, yaitu :a. Bagian Perencanaan dan Anggaran1). Sub Bagian Penyusunan Program dan Anggaran2). Sub Bagian Evaluasi dan Pelaporanb. Bagian Perbendaharaan dan Mobilisasi Dana1). Sub Bagian Perbendaharaan2). Sub Bagian Mobilisasi Danac. Bagian Akuntansi1). Sub Bagian Akuntansi Keuangan2). Sub Bagian Akuntansi Manajemen dan verifikasiBeberapa Instalasi yang berada di lingkungan Direktorat Keuangan adalah :a. Instalasi Tata Usaha Rawat Pasienb. Instalasi Penyelesaian Piutang Pasien

c. Instalasi Pemasaran dan Hubungan Masyarakatd. Instalasi Sistem Informasi Rumah SakitSelanjutnya unit-unit non struktural yang ada adalah :1. Komite Medis2. Komite Etik dan Hukum3. Komite Pengembangan dan Unggulan4. Satuan Pengawas Intern2. Dewan PengawasSaat ini Dewan Pengawas belum dibentuk dan akan segera ditindaklanjuti setelah SuratPengesahan Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) PPK-BLU untuk RSUP Dr. SoeradjiTirtonegoro ditetapkan.

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANDalam bab ini akan dikemukakan hasil penelitian yang dilakukan beserta pembahasannya.Uraian akan diawali dengan menjelaskan implementasi Keppres nomor 80 tahun 2003, factor-faktor yang mempengaruhi dan hambatan yang dirasakan dalam proses implementasi.Selanjutnya di bagian akhir akan dilakukan pembahasan hasil penelitian dibandingkan denganteori yang digunakan. Untuk lebih jelasnya dikemukakan masing-masing sebagai berikut :

A. Implementasi Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 tahun 2003 tentangPedoman Pengadaan Barang/ jasa Pemerintah di RSUP Soeradji Tirtonegoro Klaten.Sebagai sebuah organisasi Pemerintah, RSUP Soeradji Tirtonegoro dalam rangka pengadaan

Page 11: penelitian kualitatif deskriptif

8/8/2019 penelitian kualitatif deskriptif

http://slidepdf.com/reader/full/penelitian-kualitatif-deskriptif 11/19

barang dan jasa, pelaksanaannya mengacu pada ketentuan Keppres Nomor 80 tahun 2003.Untuk itu dalam melihat proses implementasinya maka uraian akan diawali dengan deskripsimengenai proses pengadaan barang/ jasa itu sendiri. Menurut Kepala Sub Bagian PenyusunanProgram Rumah Sakit Umum Pusat Suradji Tirtonegoro, proses pengadaan barang/ jasa melaluibeberapa tahap. Ini seperti apa yang dikemukakannya sebagai berikut :Selayaknya ketentuan dalam Keppres nomor 80 tahun 2003 maka proses pengadaan barang diRSUP Soeradji Tirtonegoro, dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahap perencanaan, tahappelaksanaan pengadaan dan tahap penilaian. (wawancara bulan juli 2007)

Untuk memperjelas tentang hal tersebut berikut ini dikemukakan tahapan-tahapan nya sebagaiberikut :1. Tahap Persiapan pengadaan barang/ jasa PemerintahMenurut Kasubag Penyusunan program, pada tahap persiapan ini dilakukan beberapa kegiatanyaitu :a). Perencanaan Pengadaan barang/ jasaDalam hal perencanaan pengadaan barang/ jasa untuk kebutuhan Rumah sakit, pelaksanaannyadilakukan oleh masing-masing unit kerja dan dikoordinir di Sub Bagian Perencanaan, Hal iniseperti dikemukakan oleh Kasubag Perencannan RSUP Soeradji Tirtonegoro sebagai berikut :Untuk masalah pengadaan barang/ jasa di RSUP Soeraji Tirtonegoro, identifikasi kebutuhanbiasanya dilakukan oleh masing-masing unit kerja, dan dikoordinir dan dikumpulkan di Sub

Bagian Perencanaan. Proses ini dilakukan biasanya pada awal tahun. Sub Bagian Perencanaanmenerima masukan atau usulan dari masing-masing unit kerja tersebut (wawancara juni 2007) .

Apa yang dikemukakan oleh Kasubag Perencanaan Program tersebut dibenarkan oleh KepalaBagian Kepegawaian RSUP sebagai berikut :Memang untuk kebutuhan akan peralatan rutin seperti ATK , maupun alat-alat rumah tangga,kami dari masing-masing unit mengajukan melalui Sub Bagian Perencanaan. Dan sub Bgainperencanaanlah yang pada akhirnya akan menyusun sebagai suatu perencanana tahunan untukkebutuhan barang dan jasanya. Hal ini biasanya dilakukan pada awal tahun anggaran yaitu padabulan januari. (wawancara juli 2007).

b). Pembentukan Panitia Pengadaan/ penunjukan pejabat pengadaan Barang/ jasaSetelah perencanaan untuk pengadaan barang dibuat, maka selanjutnya dibentuk panitia yang

akan menangani pengadaannya. Ini seperti dikatakan oleh Wakil Direktur bidang administrasisebagai berikut :Kita Di RSUP, setelah masing-masing unit kerja mengusulkan kebutuhannya, maka persoalanpengadaan kita serahkan pada Panitia Pengadaan barang/ jasa. Panitia ini dibentuk dengan SKDirektur. (wawancara juni 2007)

Hal itu dibenarkan oleh Kasubag Perencanaan Program RSUP dengan menyatakan sebagaiberikut :Kami di bagian Perencanaan hanya membuat dan menampung kebutuhan-kebutuhan masing-masing unit. Untuk pengadaannya, biasanya Direktur membentuk panitia yang dibentuk denganSurat keputusan Direktur Rumah Sakit Panitia tersebut berbeda antara pengadaan barang yangnon medik dan yang medik.(wawancara juni 2007)

Adapun Panitia Pengadaan Barang Non medis dan pekerjaan (jasa) Perbaikan/ PemeliharaanAlat-alat non medis tahun 2006 berdasarkan Keputusan Direktur RSUP Soeradji Tirtonegoro,Klaten nomor : PL.00.06.01.03E.03A, tanggal 2 januari 2006 terdiri atas :1. Ketua : Mustaqim S.IP, M. Si2. Sekretaris I : MuslimahSekretaris II : Sri Asih Wulandari, SH3. Anggota : Ririn Yuliati, S. SiT: Triyono.Dalam melaksanakan kegiatannya, panitia Pengadaan barang / jasa non medis ini bertugassebagai berikut:

Page 12: penelitian kualitatif deskriptif

8/8/2019 penelitian kualitatif deskriptif

http://slidepdf.com/reader/full/penelitian-kualitatif-deskriptif 12/19

1. Menyusun rencana dan menetapkan :a). Rencana kerja dan syarat-syarat pengadaanb). Tata cara pengadaanc). Syarat-syarat peserta penunjukkan langsung/ pemilihan langsung/ pelelangan untuk diajukankepada Direktur guna mendapatkan persetujuan/ pengesahan.2. Melaksanakan proses pengadaan barang dan pelaksanaan pekerjaan sesuai prosedur/ aturanyang berlaku3. Membuat laporan pertanggungjawaban kepada Direktur.

c). Penetapan sistem pengadaanDalam tahap perencanaan ini setelah Panitia terbentuk maka selanjutnya Panitia Pengadaanakan menetapkan sistem pengadaan yang akan dilakukan. Menurut Ketua Panitia Pengadaanbarang/ jasa di RSUP Soeradji Tirtonegoro, system pengadaan yang dilakukan dalam hal iniberbeda-beda tergantung spesfikasinya. Ini seperti diungkapkan sebagai berikut :Untuk system pengadaan, kita tetap mengacu pada Keppres nomor 80 tahun 2003. Sistem yangkita gunakan bervariasi sesuai dengan besar kacilnya danaatau anggaran yang akan digunakan (wawancara juni 2007)

Adapun ketentuan yang dimaksud diantaranya adalah :1). Untuk anggaran diatas Rp. 100 juta maka dilakukan lelang secara terbuka

2). Untuk Rp. 10 juta sampai Rp. 100 juta dilakukan melalui penunjukan rekanan secaralangsung3). Untuk anggaran yang berada pada level dibawah Rp.10 juta biasanya dilakukan pembeliansecara tunai, langsung oleh unit kerja yang bersangkutan, dengan rekomendasi dari Panitia.Ketentuan diatas digunakan sebagai pedoman oleh pihak Rumah sakit. Namun demikian dalamprakteknya banyak terjadi hal-hal yang tak seperti diharapkan. Menurut Panitia PengadaanBarang dan jasa non medik, hal ini disebabkan karena kebiasaaan yang sudah ada. Misalnyauntuk lelang jarang diadakan karena sudah ada rekomendasi dari pusat tentang rekanan yangakan ditunjuk. Demikian pula untuk penunjukan rekanan, biasanya mengacu pada pengalamanyang sudah ada.

d). Penyusunan jadual pelaksanaan pengadaanPenentuan jadual pengadaan barang/ jasa yang ada di RSUP Suradji Tirtonegoro Klaten,

biasanya dilakukan setiap triwulan. Hal ini seperti dikemukakan oleh Ketua Panitia Pengadaanbarang dan jasa RSUP sebagai berikut :Untuk jadual biasanya kita buat setiap triwulan. Hal itu untuk lebih memudahkan pencairandananya. Jadual biasanya berisi tentang berbagai pewrsiapn yang akan dilaklukan dalam kaitandengan pengadaan, hingga terbitnya Surat perintah Kerja. (wawancara juni 2007)

Pernyataan diatas dibenarkan oleh Kasubag Anggaran dan Perbendaharaan RSUP SuradjiTirtonegoro yang menyatakan sebagai berikut :Untuk memudahkan pencairan dananya, biasanya kita lakukan penjadualan kegiatan pengadaanpada setiap triwulan. Oleh karena itu masing-masing unit kerja harus bisa memprioritaskankebutuhan yang harus dipenuhinya terlebih dahulu (wawancara juni 2007)

Dalam jadual tersebut dicantumkan agenda kegiatan beserta tanggal pelaksanaannya. Berikut ini

ditampilkan salah satu contoh jadual pengadaan kebutuhan gudang perlengkapan untuk triwulanI tahunh 2006.

Tabel 5.1.Jadual Kegiatan Pengadaan Gudang perlengkapan Triwulan I tahun 2006No Kegiatan Tanggal No. Agenda1. Pemberian undangan 1/2/06 PL..06.01.03E.03B500A2. Pengambilan dokumen Prakualifikasi 4/2/06 -3. Pakta integritas 4/2/06 PL.06.01.03E.03B.608B4. Pengembalian dokumen prakualifikasi 7/2/06 PL.06.01.03E.03B.675A

Page 13: penelitian kualitatif deskriptif

8/8/2019 penelitian kualitatif deskriptif

http://slidepdf.com/reader/full/penelitian-kualitatif-deskriptif 13/19

Page 14: penelitian kualitatif deskriptif

8/8/2019 penelitian kualitatif deskriptif

http://slidepdf.com/reader/full/penelitian-kualitatif-deskriptif 14/19

7. Persetujuan penetapan harga8. Penunjukan pelaksana Pekerjaan9. Pembuatan Surat perintah kerja

2. Tahap Pelaksanaan pengadaan barang/ jasa PemerintahPada tahap ini dilakukan beberapa kegiatan diantaranya adalah penentuan perusahaan rekananyang ditunjuk, penyusunan kontrak, dan pelaksanaan kontrak. Tahap pelaksanaan pekerjaandimulai ketika sudah ditentukan siapa yang menjadi pelaksana kegiatan pengadaan barang. Halini akan nampak setalah diterbitkannya Surat perintah Kerja oleh Panitia Pengadaan barang/

 jasa. Dalam hal penentuan pelaksana kegiatan diatur dengan ketentuan sebagai berikut ;1. Pengadaan diatas Rp. 100 juta dilakukan lelang secara terbuka. Akan tetapi untuk tahun 2006kegiatan ini tidak dilakukan mengingat pada tahun ini tak ada pengadaan barang non medikdengan nominal diatas Rp. 100 juta tersebut. Disamping itu dalam kenyataannya pada tahun-tahun sebelumnya pengadaan dengan nominal diatas Rp. 100 juta, pelaksananya ditentukanoleh Pusat. Dengan demikian pihak RSUP hanya tinggal membuat SPK untuk rekanan yangditunjuk. Ini seperti dikemukakan oleh ketua Panitia Pengadaan sebagai berikut :Memang dalam ketentuan dinyatakan bahwa pengadaan diatas Rp. 100 juta harus dilakukanlelang secara terbuka. Namun demikian biasanya lelang itu tidak kita lakukan secara terang-terangan. Ini mengingat semuanya sudah ditentukan oleh Departemen Kesehatan Pusat. Kamihanya tinggal melaksanakannya saja. Untuk tahun 2006 di RSUP tidak ada pengadaan barang

kebutuhan rutin seharga diatas Rp 100 juta tersebut ( wawancara juli 2007).

Pernyataan ketua Panitia tersebut dibenarkan oleh anggota Panitia Pengadaan yang lain denganmenyatakan pendapatnya sebagai berikut ;Tahun 2006 kebetulan di RSUP tidak ada pengadaan barang kebutuhan rutin non medik yangberada di leveldiatas RP. 100 juta. Jika pun ada biasanya itu berdasarkan penunjukan langsungdari Pusat. Kita hanya tinggal membuat Surat perintah kerja untuk pelaksanannya saja(wawancara juni 2007).

2. Untuk pengadaan diatas Rp. 10 juta sampai dengan Rp. 100 juta biasanya digunakanpenunjukan secara langsung, atas dasar penawaran yang diajukan oleh rekanan. Ini sesuaidengan pernyataan Sekretaris Panitia pengadaan yang menyatakan sebagai berikut :Pembelian diantara Rp. 10 juta hingga Rp. 100 juta dilakukan dengan mekanisme penunjukan

secara langsung terhadap penawaran-penawaran dari rekanan yang masuk. Dalam hal inibiasanya kita menggunakan rekanan yang selama ini sudah diajak bekerjasama dan hasilnyatidak mengecewakan. (wawancara juni 2007)

Untuk tahun 2006 beberapa rekanan yang ditunjuk adalah sebagai berikut :Tabel 5.2.Nama-nama rekanan RSUP untuk pengadaan barang kebutuhan rutin non medikNo. Nama rekanan Alamat Jenis barang1. CV Pandulu Seto Klaten Barang kewbutuhan poko, makanan dsb2. UD Saudara Klaten ATK, barang cetakan3. PT Bhakti Kurnia Tama Klaten Peralatan Rumah Tangga4. CV Dian Rana Klaten Barang kebutuhan rumah tanggaSumber : Panitia Pengadaan barang/ jasa RSUP th 2006.

3). Sedangkan ketentuan untuk pelaksanaan pekerjaan pengadaan dengan anggaran dibawahRp. 10 juta biasanya dilakukan secara langsung dengan rekomendasi dari Panitia Pengadaan,Adapaun pelaksana pengadaannya adalah pelaksanan di tingkat unit kerja.Setelah penunjukan dilakukan maka selanjutnya dibuat kontrak kerja dengan pihak rekanan Inidilakukan setelah diterbitkannya surat keterangan penunjukan pelaksana pekerjaan. Dalamkontrak kerja tersebut tertulis berbagai hal antara lain :

a). Nomor dan tanggal sumber anggaranb). Kode kegiatan

Page 15: penelitian kualitatif deskriptif

8/8/2019 penelitian kualitatif deskriptif

http://slidepdf.com/reader/full/penelitian-kualitatif-deskriptif 15/19

c). Nomor dan tanggal SPK Kontrakd) Nama dan alamat rekanane). Nilai kontrakf). Uraian dan volume pekerjaang). Cara pembayaranh). Jangka waktu pelaksanaan peekrjaani). Tanggal penyelesaian pekerjaan

 j). Ketentuan sanksiDengan ditandatanganinya kontrak maka berarti bahwa proses pelaksanan pekerjaan pengadaantinggal menunggu realisasinya. Pelaksanaan kegiatan ini tentunya mengacu pada kontrak yangtelah disepakati.

3. Tahap evaluasi/ penilaian dan pencocokan barang yang dipesanPenilaian atas barang yang dipesan adalah tanggung jawab pada pihak gudang. Pihak gudangakan mencocokan barang yang diterima dengan barang yang dipesan. Dalam hal ini biasanya diRSUP dibentuk Tim kecil yang diketuai oleh Kepala gudang perlengkapan RSUP SoeradjiTirtonegoro. Ini seperti diungkapkan oleh Panitia Pengadaan barang sebagai berikut ;Setelah kontrak ditandatangani dan direalisasikan maka selanjutnya untuk penerimaan danpencocokan barang dipercayakan kepada panitia kecil yang diketuai oleh kepala gudangperlengkapan RSUP. Panitia ini sering disebut dengan Tim pembantu Direktur Untuk menerima

Barang dan jasa. Tugas pokok Panitia/ tim ini adalah mencocokan barang yang dipesan denganyang diteriam, baik kualitas maupun kuantitasnya ( wawancara juni 2007)

Adapun anggota Tim Pembantu Direktur untuk menerima barang non medis untuk tahun 2006adalah sebagai berikut ;a) . Ketua : Dra Nining Setyawati, M. Sib). Sekretaris I : Ririn Yuliati, SD.So.Tc.). Sekretaris II : Muslimahd). Anggota ; 1. Triyono2. CH. Suryati, AMKPemeriksanaan atas barang yang diterima dilakukan dengan diterbitkannya Berita acarapenerimaan barang. Dalam berita acara tersebut tercantum hari, tanggal dan tempatdiserahkannya barang-barang yang dipesan, serta kesimpulan Tim atas barang-barang yang

dipesan tersebut. Dalam pelaksanaan tahun 2006 proses penerimaan berjalan baik. Ini berartibahwa tidak ada barang pesnan yang datang yang tak sesuai dengan ketentuan yang tertuangdalam kontrak dan SPK. Ini dinyatakan oleh Ketua Tim sebagai berikut :Hasil pemeriksaan yang kami mlakukan untuk tahun 2006 tidak ada barang yang dikembalikanpada rekanan karena tak sesuai dengan ketentuan pemesanan. Hampir semua dapat dilakukandengan baik dan sesuai pesanan RSUP (wawancara juni 2007)

Dari semua uraian diatas jika kita melihat proses implementasinya nampak bahwa prtosesimplementasi Keppres nomor 80 tahun 2003 di RSUP Soeradji Tirtonegoro telah dilaksanakansesuai dengan ketentuan. Keseluruhan tahapan-tahapan yang seharusnya dilaksanakan telahdirealisasikan dengan baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses implementasi telahdilaksanakan sesuai dengan ketentuan dari keppres Nomor 80 tahun 2003 tentang pedomanpengadaan barang/ jasa pemerintah.

Dengan demikian dari sisi kepatuhan pada aturan pelaksanaan dapat dikatakan bahwa parapelaksana di RSUP Suradji Tirtonegoro telah mematuhi apa yang tertuang dalam pedomanpelaksanaan yaitu Keppres nomor 80 tahun 2003 tersebut. Para pelaksana mematuhi apa yangada dalam ketentuan tersebut. Dampaknya adalah bahwa proses berhjalan seperti yangdiharapkan.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi Keppres nomor 80 tahun 2003 di RSUPSoeradji Tirtonegoro KlatenBerdasarkan definisi operasional yang dikemukakan dibagian depan maka dalam penenlitian inidiidentifikasi sejumlah factor yang mempengaruhi proses implementasi Keppres nomor 80 tahun

Page 16: penelitian kualitatif deskriptif

8/8/2019 penelitian kualitatif deskriptif

http://slidepdf.com/reader/full/penelitian-kualitatif-deskriptif 16/19

2003 di RSUP Soeradji Tirtonegoro. Adapun factor tersebut adalah :

1). Sikap pelaksanaDari sisi sikap pelaksana nampak bahwa para pelaksana di RSUP konsisten dalam upayanyamelaksanakan ketentuan pengadaan barang/ jasa sesuai dengan Keppres tersbut. Konsistensiini dapat dilihat dari keseluruhan tahapan-tahapan yang dilakukan beserta persyaratanadministrasi yang disediakan. Para pelaksana nampak sangat menguasai pedomanpelaksanaannya dengan baik sehingga tidak terjadi upaya saling menyalahkan dalam halpengadaan barang/ jasa pemerintah tersebut. Komitmen yang tinggi dari Panitia Pengadaan danTim Pembantu Direktur untuk menerima barang non medis terlihat cukup baik. Mereka telahbekerja secara optimal disela-sela pekerjaan rutin mereka. Namun demikian kecenderunganpelaksana untuk senantiasa menunggu petunjuk dari atasan telah menyebabkan pelaksanaanpekerjaan yang agak terlambat dan tak sesuai dengan penjadualan yang dilakukan.Kecenderungan pihak Panitia untuk senantiasa menghadirkan Direktur atau Wakil Direktur RSUPsering menjadi hambatan dalam upaya menepati jadual yang telah ditetapkan. Ini disebabkankarena padatnya jadwal kegiatan dari Direktur dan wakil direktur tersebut.

2). Sumber dayaDari sisi sumber daya, baik berupa sumber daya manusia maupun sumber dananya, sangatmempengaruhi implementasi keppres tersebut. Keanggotaan Panitia yang pada umumnya telah

berpendidikan dan cukup pengalaman serta telah menduduki jabatan tertentu di RSUP telahmenyebabkan proses implementasi dapat dengan baik dilaksanakan. Pengalaman merekasebagai pegawai ditopang dengan kualitas dan kemaun mereka telah menghasilkan kinerjaimplementasi pengadaan barang/ jasa yang sesuai dengan ketentuan. Hal itu didukung dengantersedianya dana yang akan digunakan. Keseluruahan dana uantuk pembelanjaan pengadaanbarang tak pernah terlambat, sehingga pihak rekananpun menjadi lebih serius dalam menjalinkerjasama pengadaan barang/ jasa.

3). Sistem komunikasi yang dibangunMeskipun implementasi telah dilakukan dengan baik akan tetapi implmentasi akan dapatdilakukan dengan lebih baik jika komunikasi antar pelaksana khususnya antara unit kerja (user)dengan panitia berjalan harmonis. Selama ini komunikasi secara intensif antara user dan Panitia

 jarang dilakukan. User hanya mengajukan permohonan poengadaan pada Panitia dan Panitia

tinggal melaksanakan pengadaannya. Dengan demikian yang terjadi justru semuanya salingmenunggu. Kenyataan ini juga sebagai salah satu penyebab ketidaksesuaian pelaksanaandengan agenda yang dijadwalkan.

C. Hambatan-hambatan yang ditemukan dalam proses implementasi Keppres nomor 80 tahun2003Dalam pelaksanaan pengadaan barang/ jasa di RSUP Soeradji Tirtonegoro ditemukan sejumlahhambatan. Diantaranya adalah :1). Hambatan yang bersumber dari kinerja Panitia, dinataranya adalah persoalan ketidaktepatanwaktu pelaksnaan dengan jadual yang telah ditetapkan. Disamping itu juga kurangnyakomunikasi antara user dengan panitia. Otoritas yang dimiliki oleh Panitia cenderungmeneybabkan Panitia bekerja kurang terkoordinasi dengan user. Akibatnya sering terjadiketidaksinkronan akan keperluan yang harus segera dihadapi pada saat iutu. Seringkali user 

merasa bahwa pengadaan terlambat. Sebagai contoh misalnya adalah pengadaan untuk tI,barang baru diterima akhir triwulan II. Hal ini sedikit banyak tentu akan berpengaruh terhadapproses pelaksnaan pekerjaan. Hambatan yang lain yang dirasakan dalam kaitannya dengankinerja panitia adalah kurang adanya trasparansi dalam pengadaan barang/ jasa. Ini disebabkankecenderungan Panitia untuk senantiasa menunggu petunjuk dan memuaskan pimpinan.Dampak yang terjadi adalah tidak mengetahuinya user tentang seluk beluk dan prosespengadaan barang dan jasa tersebut.2. Hambatan yang bersumber dari system yang sudah ada. Hambatan ini berkaitan dengankecenderungan melakukan penunjukan langsung atas rekanan dengan kurang memperhatikanaspek inovasi atau mencoba rekanan baru dalam hal pengadaan. Barang dan jasa pemerintah.

Page 17: penelitian kualitatif deskriptif

8/8/2019 penelitian kualitatif deskriptif

http://slidepdf.com/reader/full/penelitian-kualitatif-deskriptif 17/19

Dalam kenyataannya proses lelang juga tidak dilakukan. Mekanisme penunjukan langsung baikdari Departemen kesehatan Pusat maupun dari pejabat lokal menjadi salah satu hambatanpeningkatan efektivitas pelaksanaan Keppres tersebut.

D. PembahasanBerdasarkan semua uraian diatas jika kita mengacu pada konsep implementasi dari Ripley danFranklin (1986) maka dapat dikatakan bahwa dari sisi kepatuhan, pelaksanaan Keputusanpresiden Nomor 80 tahun 2003 tentang Pedoman pelaksanan Pengadan barang/ jasaPemerintah di RSUP Soeradji Tirtonegro Klaten telah dilaksanakan sesuai dengan standar aturanyang ada. Keseluruhan tahapan-tahapan mulai dari perencanaan hingga evaluasi telah dilakukansesuai ketentuan.Menurut Ripley dan Franklin (1986) untuk melakukan penelitian implementasi maka yang harusdilakuklan adalah memberikan penjelasan atas dua aspek yaitu aspek kepatuhan (compliance)dan menguraiakn apa yang terjadi sela aproses itu berlangsung (what’s happened).Dari sisi kepatuhan, para pelaksana sudah cukup optimal dalam pelaksanaan tugasnya. Merekamempunyai komitmen yang tinggi dalam pelaksanana Keppres tersebut. Hal ini mempngaruhikerbhasilan implementasinya. Meskipun demikian berbagai kekurangan, khususnya dalam halkomunikasi, transparansi dan kecenderungan menunggu petunjuk masih terjadi.Sementara itu untuk menjelaskan apa yang terjadi (what’s happened), selain dijelaskan prosesyang berlangsung, dapat dilakukan identifikasi berbagai hal yang terjadi selama proses

implementasi dengan mengambil beberapa indicator yang mungkin bisa berperananmempengaruhi dalam proses implementasi program. Diantara factor-faktor yang diidentifikasitersebut antara lain sikap pelaksana, komunikasi yang dibangun, sumber daya yang digunakan.Faktor-faktor tersebut diadopsi dari beberapa model Topdown yang dikemukakan seperti Grindle,Van meter dan Van Horn, serta Sabatier & Mazmanian.Dari beberapa faktor diatas semuanya mempengaruhi proses pelaksanaan Kepmendiknastersebut. Dari sisi sikap pelaksana, pemahaman yang baik tentang petunjuk pelaksanaan danpetunjuk tehnis telah menyebabkan kinerja implementasi yang optimal dari pelaksana. MenurutSamodra Wibawa (1994 : 21) bahwa sikap pelaksana merupakan kognisi, netralitas, danobyektivitas para individu pelaksana yang dapat memahami kondisi dan menerima sasaran agar mau melaksanakan aturan-aturan yang telah disepakati akan memberikan dukungan positif terhadap keberhasilan implementasi. Ketidakpahaman mereka akan juklak dan juknismenyebabkan proses pelaksanaanya seperti sesuatu yang tak ada kepastiannya.

Komunikasi yang dilakukan meskipun agak tersendat namun masih mampu menjadikanpelaksanaan program berjalan seperti yang diharapkan. Faktor sumber daya manusia khusunyapelaksana kebijakan juga merupakan factor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi.Namun demikian juga masih ditemukasn berbagai hal yang dirasa kurang dalam halimplermentasi. Keppres tersebutHal ini berarti bahwa masih ada hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan Kepmendiknastersebut. Jika diidentifikasi maka hambatan tersebut berupa hambatan system, hambatankomunikasi serta hambatan yang bersumber dari sisi kinerja Panitia Pengadaan barang/ jasa. .BAB VIP E N U T U P

A. KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa secara umum implementasi

Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pengadaanbarang/ jasa Pemerintah di Rumah Sakit Umum Pusat Suradji Tirtonegoro telah dilaksanakansesuai dengan petunjuk pelaksanaannya. Keseluruhan tahapan-tahapan dalam prosesimplementasi telah dilakukan dengan baik. Namun demikian dari hasil penelitian juga masihditemukan berbagai hambatan dalam implementasi Keppres tersebut. Secara lebih terperincikesimpulan tersebut diuraikan sebagai berikut :1. Proses implementasi Keppres nomor 80 tahun 2003 telah dilakukan mulai tahap perencanaan,pelaksanaan hingga tahap evaluasi. Dalam tahap perencanaan sudah dilakuakn berbagai upayaseperti identifikasi kebutuhan masing-masing unit kerja, pembentukan Panitia Pengadaanbarang/ jasa, hingga penyiapan segala berkas administrasi dan dokumen untuk pengadaan..

Page 18: penelitian kualitatif deskriptif

8/8/2019 penelitian kualitatif deskriptif

http://slidepdf.com/reader/full/penelitian-kualitatif-deskriptif 18/19

2. Tahap pelaksanaan, dimulai setalah berhasil memilih rekanan untuk pengadaan hinggadibuatnya kontrak kerja sama dan terbitnya Surat perintah Kerja bagi rekanan yang ditunjuk.Dalam hal ini sejumlah rekanan diambil dari potensi lokal/ daerah yang ada.3. Tahap evaluasi dilakukan dengan pencocokan barang yang dibeli dengan pesanan yangdatang dari rekanan. Untuk keperluan ini ditangani oleh Tim pembantu Direktur untuk menerimabarang / jasa yang dipesan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa selama tahun 2006 semuapesanan yang diajukan oleh rekanan telah memenuhi persyaratan seperti yang dipesan, baik darisisi kualitas mapun kauntitas.4. Dari sisi kepatuhan disimpulkan bahwa para pelaksana telah mematuhi Keppres tersebut,sehingga proses implementasi bisa berjalan seperti yang diharapkan. Pelaksana cukupmempunyai komitmen untuk mengimplementasikan Keppres tersebut. Mereka telah memahanisubstansi Kepprer dengan baik dan benar.5. Berdasarakan hasil penelitian juga dapat disimpulkan bahwa sejumlah factor diidentifikasisebagai factor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi. Faktor tersebut antara lainadalah sikap pelaksana, sumber daya yang digunakan serta system komunikasi yang dibangun.6. Hambatan yang ditemukan dalam implementasi keppres tersebut diantaranya adalahhambatan yang bersumber dari kinerja panitia, dan hambatan system. Yang bersumber darikinerja Panitia lebih disebabkan karena kecenderungan panitia menunggu pimpinan dalam setiapkegiatan, dan karena kesibukan panitia melaksanakan tugas rutinnya. Sedangkan yangbersumber dari system lebih berupa penunjukan langsung rekanan dan kebiasaan mengikuti hal-

hal yang sudah ada dan dilakukan sejak dahulu. Ini berdampak pada kurangnya kreativitas dantransparansi dari pelaksana dalam hal pengadaan barang dan jasa di RSUP Suradji Tirtonegoro

B. Saran-saranSejumlah saran yang peneliti rekomendasikan dalam penelitian ini antara lain adalah :1. Perlu dilakukan langkah-langkah kongkrit untuk lebih menunjukkan adanya transparansi dalamhal pengadaan barang dan jasa di RSUP, sebab selama ini berbagai pihak termasuk unit kerjatidak mengetahui proses pengadaan itu sendiri.2. Mekanisme penunjukan langsung mestinya sudah dikurangi, dan diganti dengan cara-carayang lebih obyektif melihat penawaran yang menguntungkan pihak RSUP Suradji Tirtonegoro.3. Perlu diupayakan komunikasi yang intensif antara pelaksana dari persncanaan hinggaevaluasinya. Denagn demikian ada keharmonisan dalam upaya memenuhi kebutha barang jasapada masing-masing unit kerja.

DAFTAR PUSTAKAAbdulwahab, Solichin, 1990, Pengantar Analisis Kebijakasanaan Negara, Rineka Cipta, Malang.

 __________, 1991, Analisa Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi kebijakan, Bumi Aksarea,Jakarta.

Darwin, Muhajir, 1994, Kebijaksanaan Publik, Buku Pegagan Kuliah, UNS Press, Surakarta,1994.

Dunn, William N, 1995, Analisis Kebijakan Publik, edisi terjemahan, Gajahmada University Press,Yogyakarta.

Grindle, Merilee S., 1980, Politics and Policy Implementation in The Thirrd World, PrincetonUniversitty Press, New Yersey.

Moleong, Lexy J, 1994, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rudakarya, Bandung.

Islamy, Irfan M., 1997, Perumusan kebijakasanaan Negara, Bina Aksara, Jakarta.

Matthew B Miles & A Michael Huberman, 1992, Analisis Data Kualitatif, UI Press, Jakarta.

Meter, Donald S Van and Carl E, Van Horn, 1975, The Policy Implementation Process; A

Page 19: penelitian kualitatif deskriptif

8/8/2019 penelitian kualitatif deskriptif

http://slidepdf.com/reader/full/penelitian-kualitatif-deskriptif 19/19

Conceptual Framework, Sage publication, Beverly Hills.

Ripley, Randall B & Franklyn, Grace A., 1986, Policy Implementation and Bureaucracy, TheDorcey Press, Chicago.

Sutopo, HB 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Sebelas Maret University Press, Surakarta.

Wibowo, Samodra, 1994, Evaluasi Kebijakan, PT Grafindo Persada Jakarta.

Sumber-sumber lain :

Keputusan Presiden RI nomor 80 Tahun 2003 dan Perubahannya Tentang PedomanPelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah, CV Minijaya Abadi, Jakarta.

Keputusan Presiden RI nomor 80 Tahun 2003 dan Perubahannya Tentang PedomanPelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah, Fokus Media, 2006, Jakarta.

Panduan Wawancara :

1. Pedoman apa yang digunakan dalam rangka Pengadaan barang/ jasa di RSUP ?

2. Bagiaman langkah-langkah yang dilakukan pihak RSUP dalam rangka pengadaan barang dan jasa ?3. Apakah dalam hal pengadaan dibentuk kepanitiaan? Siapa saja anggotanya? Apa tugasnya ?4. Apakah panitia tersebut telah diberikan pendidikan dan pelatihan khusus tentang pengadaanbarang dan jasa ?5. Apakah dokumen-dokumen administratsi yang berhubungan dengan pengadaan barang dan

 jasa tersimpan dengan baik ? Pada siapa/6. Dalam hal pengadaan barang dan jasa di RSUP bagaimana tehnik dan systempengadaannya ?7. Selama ini apakah leang pernah dilakukan untuk meemnuhi kebutuhan akan pengadaanbarang dan jasa non medik ? Kalau iya kapan ?8. Siapa saja yang dilibatkan dalam lelang ? Apakah beesifat terbuka dan transparan ?9. Apakah dalam penentuan rekanan juga sering dilakuakn dengan penunjukan langsung ? Siapa

yang melakukan ? Atasa dasar apa itu dilakukan ?10. Apakah dalam pelaksanaan pengadaan barang telah dilaksanakan sesuai dengan jadwalyang ada ? Pernahkah terjadi ketyerlambatan ? Kalau ya mengapa itu terjadi ?11. Apakah pelaksanan diberi kewenangan untuk menafsirkan isi keppres tersebut untukkemudian dicarikan jalan yang terbaik ataukah semuanya sudah ditentukan oleh pimpinan ?12. Untuk keperluan kontrak, apakah itu dilakukan langsung oleh Direktur atau hanya oleh Panitia? mengapa demikian ?13. Siapa yang bertugas mencocokkan barang yang dipesan dengan spesifikasi yang dimintadalam penjelasan pekerjaan pengadaan ?14. Apakah semua berkas administrasi untuk keperluan pengadaan disediakan oleh pihakRumah sakit ?15. Dengan rekanan darimana saja pihak Rumah sakit bekerja sama ?16. Apakah system yang digunakan dalam pengadaan sudah cukup transparan ? apa buktinya ?

17. Hambatan apa yang dirasakan dalam rangka pengadaan barang dan jasa sesuai Keppresnomor 80 tahun 2003?18. Apakah pelaksana cukup konsisten dalam hal melaksanakan ketentuan dalam Keppres?

* click link* 2023 clic