Penelitian - kankertht-kepalaleher.info · transpalatal, rinotomi lateral, degloving, kraniotomi....

14
1 Penatalaksanaan Angiofibroma Nasofaring Belia di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Periode 2012-2016 Ifiq Budiyan Nazar, Yussy Afriani Dewi Departemen Ilmu KesehatanTelinga Hidung Tenggorok - Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung ABSTRAK Latar Belakang: Angiofibroma nasofaring belia (ANB) merupakan salah satu tumor jinak fibrovaskular yang berasal dari area superoposterior foramen sfenopalatina. Tumor ini bersifat jinak secara histologis, namun ganas secara klinis dikarenakan angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi akibat tumor ini. Sampai saat ini penatalaksanaan utama ANB adalah dengan pembedahan. Pembedahan ANB secara umum dibagi menjadi dua tahap, yakni tahap perioperatif dan operatif. Selain itu tatalaksana ANB adalah terapi hormonal, radioterapi, dan kemoterapi. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penatalaksanaan ANB di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung periode 2012-2016. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dan bersifat potong lintang menggunakan data rekam medik pasien rawat inap dengan diagnosis ANB pada periode tahun 2012-2016. Dalam rentang waktu tersebut didapatkan jumlah sampel sebanyak 76 sampel. Data rekam medik yang diambil antara lain data demografi pasien, antara lain usia, jenis kelamin, stadium dan jenis penatalaksanaan. Stadium ANB diklasifikasikan berdasarkan Redkowski, dan tahap tatalaksana pembedahan dikelompokkan menjadi dua macam, yakni tahap perioperatif dan operatif. Data kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan grafik dan dilakukan analisis secara deskriptif. Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100% sampel berjenis kelamin laki-laki, dan 96% sampel berusia 10-20 tahun. Stadium ANB terbanyak yang ditemukan merupakan stadium IIC (46%). Tahap perioperatif yang terbanyak dilakukan adalah embolisasi (68%), dan tahap operatif yang terbanyak dilakukan adalah teknik transpalatal (90%). Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tatalaksana pembedahan ANB pada Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung terbanyak dilakukan dengan embolisasi sebagai tahap perioperatif dan teknik transpalatal sebagai tahap operatif. Kata kunci : Angiofibroma nasofaring belia, embolisasi, laki-laki, stadium, transpalatal ABSTRACT Introduction: The young nasopharyngeal angiofibroma (ANB) is one of the fibrovascular benign tumors originating from the superoposterior area of the sphenopalatine foramen. These tumors are benign histologically, but are malignant clinically because of the high morbidity and mortality rates caused by these tumors. Until now, the main management of ANB is surgery. The ANB surgery is generally divided into two steps: perioperative and operative. In addition, ANB management is hormonal therapy, radiotherapy and chemotherapy. Aim of Study: This study aims to determine the representation of ANB surgery management at Hasan Sadikin Hospital, Bandung in period time 2012-2016. Material and Method: This research is descriptive and cross-sectional observational research using medical record data of inpatients with ANB diagnosis in 2012-2016 period. In that time period we got 76 samples. The medical record data taken between the patient's demographic data, such as age, gender, stadium and management. ANB stages are classified Penelitian

Transcript of Penelitian - kankertht-kepalaleher.info · transpalatal, rinotomi lateral, degloving, kraniotomi....

Page 1: Penelitian - kankertht-kepalaleher.info · transpalatal, rinotomi lateral, degloving, kraniotomi. Pengobatan lain seperti ... dioperasi atau diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan

1

Penatalaksanaan Angiofibroma Nasofaring Belia di Rumah Sakit Hasan

Sadikin Bandung Periode 2012-2016

Ifiq Budiyan Nazar, Yussy Afriani Dewi

Departemen Ilmu KesehatanTelinga Hidung Tenggorok - Bedah Kepala Leher Fakultas

Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung

ABSTRAK

Latar Belakang: Angiofibroma nasofaring belia (ANB) merupakan salah satu tumor jinak

fibrovaskular yang berasal dari area superoposterior foramen sfenopalatina. Tumor ini bersifat

jinak secara histologis, namun ganas secara klinis dikarenakan angka morbiditas dan mortalitas

yang cukup tinggi akibat tumor ini. Sampai saat ini penatalaksanaan utama ANB adalah dengan

pembedahan. Pembedahan ANB secara umum dibagi menjadi dua tahap, yakni tahap perioperatif

dan operatif. Selain itu tatalaksana ANB adalah terapi hormonal, radioterapi, dan kemoterapi.

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penatalaksanaan ANB di

Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung periode 2012-2016. Metode Penelitian: Penelitian ini

merupakan penelitian observasional deskriptif dan bersifat potong lintang menggunakan data

rekam medik pasien rawat inap dengan diagnosis ANB pada periode tahun 2012-2016. Dalam

rentang waktu tersebut didapatkan jumlah sampel sebanyak 76 sampel. Data rekam medik yang

diambil antara lain data demografi pasien, antara lain usia, jenis kelamin, stadium dan jenis

penatalaksanaan. Stadium ANB diklasifikasikan berdasarkan Redkowski, dan tahap tatalaksana

pembedahan dikelompokkan menjadi dua macam, yakni tahap perioperatif dan operatif. Data

kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan grafik dan dilakukan analisis secara deskriptif. Hasil

Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100% sampel berjenis kelamin laki-laki, dan

96% sampel berusia 10-20 tahun. Stadium ANB terbanyak yang ditemukan merupakan stadium

IIC (46%). Tahap perioperatif yang terbanyak dilakukan adalah embolisasi (68%), dan tahap

operatif yang terbanyak dilakukan adalah teknik transpalatal (90%). Kesimpulan: Berdasarkan

hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tatalaksana pembedahan ANB pada Rumah Sakit Hasan

Sadikin Bandung terbanyak dilakukan dengan embolisasi sebagai tahap perioperatif dan teknik

transpalatal sebagai tahap operatif.

Kata kunci : Angiofibroma nasofaring belia, embolisasi, laki-laki, stadium, transpalatal

ABSTRACT

Introduction: The young nasopharyngeal angiofibroma (ANB) is one of the fibrovascular benign

tumors originating from the superoposterior area of the sphenopalatine foramen. These tumors are

benign histologically, but are malignant clinically because of the high morbidity and mortality

rates caused by these tumors. Until now, the main management of ANB is surgery. The ANB

surgery is generally divided into two steps: perioperative and operative. In addition, ANB

management is hormonal therapy, radiotherapy and chemotherapy. Aim of Study: This study aims

to determine the representation of ANB surgery management at Hasan Sadikin Hospital, Bandung

in period time 2012-2016. Material and Method: This research is descriptive and cross-sectional

observational research using medical record data of inpatients with ANB diagnosis in 2012-2016

period. In that time period we got 76 samples. The medical record data taken between the patient's

demographic data, such as age, gender, stadium and management. ANB stages are classified

Penelitian

Page 2: Penelitian - kankertht-kepalaleher.info · transpalatal, rinotomi lateral, degloving, kraniotomi. Pengobatan lain seperti ... dioperasi atau diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan

according to Redkowski, and the stage of surgical management is grouped into two types, namely

perioperatif and operative stage. The data are then presented in the form of tables and graphs and

analyzed descriptively. Results: The results showed that 100% of the samples were male, and

96% of the samples were 10-20 years old. The highest stage of ANB found was IIC stage (46%).

The most frequent perioperative stage was embolization (68%), and the most operative stage was

transpalatal (90%). Conclusion: Based on the result of research, it can be concluded that the stage

of surgical management of ANB at Hasan Sadikin Hospital Bandung mostly done by embolization

as perioperative stage and transpalatal technique as operative stage.

Keyword : Juvenile nasopharyngeal angiofibroma, embolization, male, stage, transpalatal

Alamat korespondensi: Ifiq Budiyan Nazar, Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

Tenggorok-Bedah Kepala Leher, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah

Sakit Hasan Sadikin, Bandung. Email: [email protected]. Nomor telepon:

0811512886

PENDAHULUAN

Angiofibroma nasofaring belia (ANB) adalah suatu tumor fibrovaskular jinak

yang berasal dari area superoposterior foramen sfenopalatina.1 Secara histologis

ANB bersifat jinak, terdiri dari komponen pembuluh darah (angio) dan jaringan

ikat (fibroma), tetapi secara klinis bersifat ganas karena mempunyai kemampuan

mendestruksi tulang dan meluas ke jaringan sekitarnya.2 Perluasan dari tempat

asalnya dapat mencapai rongga hidung, nasofaring, sinus paranasal, fossa

pterigopalatina, fossa pterigomaksila, orbita, dan fossa kranii media. Tumor yang

kaya pembuluh darah ini memperoleh aliran darah dari arteri faringealis asenden

atau arteri maksilaris interna.1

Insidens ANB sebesar 0,05-0,5% dari seluruh tumor kepala-leher, dan relatif

tinggi di India dan Mesir dari pada di Amerika dan Erofa. Martin, Ehrlich dan

Abels melaporkan rata-rata setiap tahunnya terdapat satu atau dua pasien dari

2000 pasien yang diobati pada Head and Neck Service of The Memorial Hospital,

New York. Di Asia dan timur tengah angka kejadian sekitar 1:5.000 dan

1:60.000. Lesi ini hampir selalu ditemukan pada pasien laki-laki remaja, dalam

kisaran usia 9-19 tahun dengan insidens terbanyak antara usia 14-18 tahun.3,4

ANB jarang terjadi pada laki–laki diatas 25 tahun dan perempuan usia remaja.

Kebanyakan pasien laki-laki, berusia 14–25 tahun dengan yang paling sering usia

15 tahun.5 Di Indonesia dilaporkan 2 sampai 4 kasus angiofibroma nasofaring

belia dalam 1 tahun.6

Page 3: Penelitian - kankertht-kepalaleher.info · transpalatal, rinotomi lateral, degloving, kraniotomi. Pengobatan lain seperti ... dioperasi atau diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan

Keterlibatan intrakranial dilaporkan terjadi pada 10-36% kasus dengan

glandula pituitari, fossa kranii anterior dan media sebagai bagian yang paling

sering terkena. Angka kekambuhan setelah terapi dilaporkan bervariasi antara 0%

hingga 57%.7

Penyebab ANB belum diketahui secara jelas, namun diduga berhubungan

dengan hormon seks. Pengamatan yang menunjukkan tumor secara khas muncul

pada remaja laki-laki. Lesi sering regresi setelah perkembangan lengkap

karakteristik seks sekunder memberikan bukti pengaruh hormonal pada

pertumbuhan tumor.6

Gejala klinik terdiri dari hidung tersumbat (80-90%), epistaksis (45-60%),

kebanyakan unilateral dan rekuren, nyeri kepala (25%); khususnya bila sudah

meluas ke sinus paranasal, pembengkakan wajah (10-18%) dan gejala-gejala lain

seperti anosmia, rhinolalia, gangguan dengar, pembengkakan palatum serta

deformitas pipi. Tumor ini sangat sulit untuk di palpasi.8

Diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang seperti rontgen foto polos, CT scan, angiografi atau MRI.

Pada pemeriksaan rontgen foto polos dapat dijumpai tanda Holman-Miller berupa

lengkungan ke depan dari dinding posterior sinus maksila. Biopsi tidak dilakukan

mengingat risiko perdarahan yang masif dan teknik pemeriksaan radiologi yang

modern sekarang ini dapat menegakkan diagnosis dengan tingkat ketepatan yang

tinggi.9

Penatalaksanaan angiofibroma nasofaring dapat berupa pembedahan

(ekstirpasi tumor) dengan penyulit utama perdarahan hebat saat pembedahan,

radioterapi, terapi hormonal dan sitostatika. Pembedahan merupakan pilihan

utama dan dapat dilakukan dengan beberapa macam metode yaitu pendekatan

transpalatal, rinotomi lateral, degloving, kraniotomi. Pengobatan lain seperti

sitostatika, terapi hormonal maupun radioterapi dilakukan bila tumor tidak dapat

dioperasi atau diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan tumor dan

mengurangi perdarahan durante operasi.9

Pendekatan insisi yang digunakan untuk pengangkatan tumor diitentukan

oleh stadium tumor berdasarkan hasil pemeriksaan radiologi. Pendekatan dapat

Page 4: Penelitian - kankertht-kepalaleher.info · transpalatal, rinotomi lateral, degloving, kraniotomi. Pengobatan lain seperti ... dioperasi atau diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan

secara transfasial (transoral, transnasoetmoidal dan transmaksila) dan transbasal

(anterior dan lateral). Tumor yang berada pada kavum nasi dan meluas ke anterior

dan inferior ke sinus maksila dapat dilakukan insisi midfasial degloving. Letak

Insisi transoral pada sulkus ginggivobukal dari tuberositas maksila kontralateral

dan diperluas hingga mencapai apertura piriformis dan dinding anterior maksila

ditembus sehingga massa dapat terekspos maksimal. Tumor yang meluas dan

melibatkan sinus ethmoid dan nasofaring dapat dilakukan pendekatan rinotomi

lateral.10

Pendekatan yang dilakukan harus memperhitungkan kedudukan tulang

pada piramid hidung sebagai sisi estetis jangka panjang. Tumor yang meluas dan

melibatkan seluruh kavum nasi dan sinus maksila dengan erosi dari dinding

posterior sinus, dapat dilakukan insisi Weber-Ferguson, dimana massa dapat

terekspos secara maksimal dengan diangkatnya prosesus maksila, dinding

nasoantral dibawah konka inferior, tulang lakrimal, lamina papirasea dan sel

etmoid anterior sampai posterior sampai pada lempeng kribriform, sedang bagian

yang dipertahankan ialah sakus lakrimal dan dustusnya serta periosteum dari

dinding medial orbita. Pada pendekatan transpalatal, palatum molle diinsisi dan

diretraksi. Kemudian palatum durum direseksi agar lapangan operasi dapat terlihat

lebih jelas. Tulang palatum juga direseksi sehingga aspek inferior dari pterigoid

dapat terlihat. 10

Pembedahan secara endoskopi diindikasikan pada invasi lesi yang terbatas

pada fossa infratemporal disertai erosi dasar tengkorak. Pendekatan ini merupakan

modalitas yang aman dan efektif mengingat hasil parut yang minimal, reseksi

tulang yang minimal, jumlah perdarahan minimal dan tingkat rekurensi yang

rendah. Adapun pendekatan secara nasoendoskopi bukan tanpa keterbatasan.

Berdasarkan penelitian oleh Nicolai dkk, pendekatan secara nasoendoskopi tidak

dianjurkan pada lesi yang melibatkan arteri karotis interna, sinus kavernosus, dan

nervus optikus. Pada kasus demikian, maka dibutuhkan pendekatan pembedahan

terbuka agar dapat mencapai lesi angiofibroma dan tercapainya reseksi secara

radikal. 11,12,13

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penatalaksanaan ANB di SMF

Page 5: Penelitian - kankertht-kepalaleher.info · transpalatal, rinotomi lateral, degloving, kraniotomi. Pengobatan lain seperti ... dioperasi atau diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan

THT-KL RSHS Bandung, selama periode 2012 – 2016.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dan bersifat

potong lintang menggunakan data rekam medik pasien rawat inap dengan

diagnosis ANB pada periode tahun 2012-2016. Data rekam medik yang diambil

antara lain data demografi pasien, antara lain usia, jenis kelamin, stadium dan

jenis penatalaksanaan. Stadium ANB diklasifikasikan berdasarkan Redkowski,

dan tahap tatalaksana dikelompokkan menjadi pembedahan dan non pembedahan.

Pembedahan ANB melalui dua tahap perioperatif dan operatif. Data kemudian

disajikan dalam bentuk tabel dan grafik dan dilakukan analisis secara deskriptif

HASIL PENELITIAN

Selama periode 2012 – 2016 didapatkan 76 kasus Angiofibroma nasofaring

belia di SMF THT-KL RSHS Bandung. Dari 76 kasus baru angiofibroma

nasofaring belia didapatkan semua pasien (100%) berjenis kelamin laki-laki.

(Gambar 1)

Gambar 1. Distribusi Jenis Kelamin

100%

0, 0%

Distribusi Jenis Kelamin

Laki laki

Perempuan

Page 6: Penelitian - kankertht-kepalaleher.info · transpalatal, rinotomi lateral, degloving, kraniotomi. Pengobatan lain seperti ... dioperasi atau diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan

Dari keseluruhan kasus Angiofibroma Nasofaring belia, didapatkan 73 pasien

(96%) berusia antara 10-20 tahun, dan 3 pasien (4%) berusia antara 21-30 tahun

(Gambar 2). Usia termuda yang ditemukan adalah 11 tahun, dan usia tertua

berusia 24 tahun.

Gambar 2. Distribusi Usia

Keluhan utama terbanyak hidung tersumbat 36 pasien (47%), mimisan 32

pasien (38%), dan benjolan di hidung sebanyak 8 orang (10%).

Gambar 3. Keluhan Utama pada Angiofibroma Nasofaring belia

96%

4%

Distribusi Usia

10-20 tahun

21-30 tahun

42%

47%

11%

Distribusi Pasien Angiofibroma Nasofaring Juvenile Berdasarkan Keluhan Utama

Mimisan

Hidung tersumbat

Benjolan

Page 7: Penelitian - kankertht-kepalaleher.info · transpalatal, rinotomi lateral, degloving, kraniotomi. Pengobatan lain seperti ... dioperasi atau diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan

Dari temuan endoskopi, didapatkan 70 pasien (92%) tampak massa berwarna

kebiruan mudah berdarah dan 6 pasien (8%) temuan nasofaringoskopi tampak

massa sewarna mukosa dan mudah berdarah.

Gambar 4. Temuan Nasofaringoskopi

Dari pemeriksaan CT angiografi, didapatkan 71 pasien (94%) terdapat massa

isodens di nasofaring yang tidak meluas ke intrakranial, dan 5 pasien (6%)

terdapat massa isodens di nasofaring yang meluas ke intrakranial.

92%

8%

Distribusi Pasien Angiofibroma Nasofaring Juvenile Berdasarkan Pemeriksaan

Nasofaringoskopi

Massa kebiruan

Massa sewarnamukosa

Page 8: Penelitian - kankertht-kepalaleher.info · transpalatal, rinotomi lateral, degloving, kraniotomi. Pengobatan lain seperti ... dioperasi atau diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan

Gambar 5. Temuan CT angiografi pada angiofibroma nasofaring belia

Dari keseluruhan kidapatkan 10 pasien (13%) yang didiagnosis stadium II A,

24 pasien (31%) stadium II B, 35 pasien (46%) dengan stadium II C, dan 7 pasien

(10%) di diagnosis stadium III A.

Gambar 6. Penetapan stadium pasien angiofibroma nasofaring belia

Tindakan pre operatif yang dilakukan pada 76 pasien angiofibroma

nasofaring belia yaitu 24 pasien (32%) dengan melakukan ligasi arteri karotis

eksterna dan 52 pasien (68%) dilakukan embolisasi.

93%

7%

Temuan CT Scan Nasofaring pada Pasien Angiofibroma Nasofaring

Tidak Meluas keIntrakranial

Meluas ke intrakranial

Stadium

IIA, 13%

Stadium IIB,

31%Stadium IIC,

46%

Stadium

IIIA, 10%

Diagnosis Stadium Pasien

Angiofibroma Nasofaring Belia

Stadium IIA

Stadium IIB

Stadium IIC

Stadium IIIA

Page 9: Penelitian - kankertht-kepalaleher.info · transpalatal, rinotomi lateral, degloving, kraniotomi. Pengobatan lain seperti ... dioperasi atau diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan

Gambar 7. Metode preoperatif pada angiofiboma nasofaring belia

Tindakan operasi dilakukan dengan 3 teknik pendekatan, 68 pasien (90%)

dengan teknik transpalatal, 7 pasien (9%) dengan teknik rhinotomi lateral, 1

pasien (1%) dengan teknik hemifacial degloving.

Gambar 8. Metode operasi pada angiofiboma nasofaring belia

32%

68%

Metode pre operatif pasien angiofibroma nasofaring belia

Ligasi arteri carotiseksterna

Embolisasi

90%

9% 1%

Distribusi Pasien Angiofibroma Nasofaring Juvenile Berdasarkan Teknik Operasi

Transpalatal

Rhinotomi Lateral

Hemifacial Degloving

Page 10: Penelitian - kankertht-kepalaleher.info · transpalatal, rinotomi lateral, degloving, kraniotomi. Pengobatan lain seperti ... dioperasi atau diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan

DISKUSI

Angiofibroma nasofaring belia adalah tumor yang jarang ditemukan. Pada

penelitian ini didapatkan 76 kasus pasien yang terdiagnosis angiofibroma

nasofaring yang kesemuanya adalah laki-laki, dan memiliki kisaran rentang usia

antara 10-20 tahun. Menurut Persky and Manolidis, mengatakan bahwa

angiofibroma nasofaring belia memiliki predileksi pada remaja laki-laki yang

memiliki rentang usia 7-21 tahun dengan insidens terbanyak antara usia 14-18

tahun dan jarang pada usia diatas 25 tahun.5 Etiologi tumor ini masih belum dapat

diketahui secara pasti, namun diketahui terdapat beberapa teori yang dikemukakan

sebagai etiologi dari angifibroma nasofaring.3,5 Salah satu diantaranya adalah teori

ketidakseimbangan hormonal, yang menyebutkan bahwa penyebab angiofibroma

adalah produksi estrogen yang berlebih atau defisiensi androgen.3 Berdasarkan hal

tersebut diketahui terdapat hubungan antara tumor dengan jenis kelamin dan usia

pasien.6

Pasien angiofobroma nasofaring belia datang dengan berbagai keluhan utama.

Pada penelitian ini kami dapatkan keluhan yang paling banyak dikeluhkan oleh

pasien adalah mimisan pada hidung. Gejala pada angiofibroma nasofaring belia

dapat berupa hidung tersumbat (80-90%), epistaksis (45-60%) yang kebanyakan

unilateral dan rekuren, nyeri kepala (25%) terjadi apabila tumor telah meluas ke

sinus paranasal, dan pembengkakan wajah (10-18%). Gejala lain seperti anosmia,

rhinolalia, deafness, pembengkakan palatum serta deformitas pipi juga dapat

ditemukan pada penderita angiofibroma nasofaring. Angiofibroma nasofaring

sangat sulit untuk di palpasi, palpasi harus sangat hati-hati karena sentuhan jari

pada permukaan tumor dapat menimbulkan perdarahan yang ekstensif.1,6

Pasien angiofibroma nasofaring belia didapatkan massa kebiruan yang rapuh

dan mudah berdarah. Hal ini senada dengan Thakar et al yang mengatakan bahwa

pada temuan klinis pasien angiofibroma belia terdapat massa berlobus dengan

permukaan halus dan berwarna biru keunguan pink.14 Pada pemeriksaan fisik

secara rinoskopi posterior dan endoskopi hidung akan terlihat massa tumor yang

konsistensinya kenyal, warnanya bervariasi dari abu-abu sampai merah muda,

dengan konsistensi kenyal dan permukaan licin. Bagian tumor yang terlihat di

Page 11: Penelitian - kankertht-kepalaleher.info · transpalatal, rinotomi lateral, degloving, kraniotomi. Pengobatan lain seperti ... dioperasi atau diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan

nasofaring biasanya diliputi oleh selaput lendir berwarna keunguan, sedangkan

bagian yang meluas ke luar nasofaring berwarna putih atau abu-abu. Pada usia

muda warnanya merah muda, sedangkan pada penderita yang lebih tua warnanya

kebiruan karena lebih banyak komponen fibromanya. Mukosanya mengalami

hipervaskularisasi dan tidak jarang ditemukan adanya ulserasi.2,3

Hasil pemeriksaan CT angiografi didapatkan mayoritas belum terdapat

perluasan massa ke intrakranial. Pertumbuhan tumor ke arah superior melibatkan

dasar lempengan pterygoideus dan badan dari sphenoid. Keterlibatan intrakranial

telah dilaporkan terjadi di 10% sampai 36% dari semua kasus dalam seri barat.

Perluasan ke intrakranial (90%) melalui empat rute invasi intrakranial telah

dijelaskan: ekstensi langsung melalui rotundum foramen, ovale, dan lacerum dari

fossa infratemporal langsung ke fossa media; dari celah pterygomaxillary melalui

celah orbital inferior dan superior dalam fossa media; jarang melalui lamina

ethmoid dan lempeng cribriform ke fossa kranial anterior dengan keterlibatan sel

udara ethmoid; dan akhirnya perpanjangan intrakranial melalui atap sinus

sphenoid ke sella dan medial ke sinus kavernosus. Dengan ekstensi intrakranial,

ANB merekrut suplai darah dari sirkulasi internal melalui pleksus hypophyseal.

Invasi sinus kavernosus dan sella akan mengenai hipofisis, kiasma optik, saraf

optik serta saraf kranial 3, 4, dan 6.15

Berdasarkan pemeriksaan CT Scan dapat ditentukan stadium tumor ANB.

Pada penelitian ini, penentuan stadium tumor ANB adalah berdasarkan klasifikasi

Redkowski yang dipakai di Divisi Onkologi THT FK UNPAD/RSHS. Dalam

penelitian ini didapati 10 pasien (13%) yang didiagnosis stadium II A, 24 pasien

(31%) stadium II B, 35 pasien (46%) dengan stadium II C dan 7 pasien (10%) di

diagnosis stadium III A. Pada penelitian ini tidak didapatkan penderita dengan

stadium I. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan di luar negeri.

Radkowski et al. dalam penelitiannya mendapatkan sebanyak 17% termasuk ke

dalam stadium IB, 22% termasuk stadium IIA atau IIB, 39% termasuk stadium

IIC dan 22% termasuk ke dalam stadium III.16

Pada penelitian ini semua kasus telah dilakukan tindakan pembedahan

sebagai terapi utama ANB. Dari 76 kasus sebanyak 68 kasus dilakukan tindakan

Page 12: Penelitian - kankertht-kepalaleher.info · transpalatal, rinotomi lateral, degloving, kraniotomi. Pengobatan lain seperti ... dioperasi atau diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan

pembedahan dengan ancangan transpalatal, 7 kasus dilakukan tindakan rhinotomi

lateral dan hanya 1 kasus dilakukan tindakan pembedahan dengan teknik

peningkapan (degloving). Sebelum dilakukan operasi pengangkatan tumor, pada

24 kasus dilakukan ligasi arteri karotis eksterna, sedangkan pada 52 kasus

dilakukan embolisasi terlebih dahulu. Penelitian ini mirip dengan penelitian yang

dilakukan oleh Scholtz et al. sebanyak 7 dari 14 pasien, tindakan pembedahan

dilakukan dengan bantuan endoskopi secara transnasal, akan tetapi 2 dari 7 pasien

tersebut menggunakan ancangan transpalatal. Sisanya sebanyak 6 pasien

memerlukan ancangan rinotomi lateral yang dikombinasi dengan pendekatan

infratemporal dan hanya 1 pasien yang menggunakan teknik peningkapan

midfasial (midfacial degloving).7 Sebelum dilakukan tindakan pembedahan

tersebut pada 13 pasien dilakukan embolisasi terlebih dahulu dan hanya 1 pasien

yang dilakukan ligasi pada arteri maksilaris.

Teknik operasi ekstirpasi yang sering di gunakan adalah dengan pendekatan

transpalatal. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Thakar et al, bahwa teknik yang

sering digunakan adalah transpalatal.14 Pemilihan pendekatan operasi pada ANB

umumnya berdasarkan lokasi dan besar tumor, perluasan tumor ke jaringan

sekitarnya, usia dan keadaan umum pasien, keberhasilan tindakan embolisasi

sebelum pembedahan serta pengalaman ahli bedah.12,15

Pendekatan operasi pada ANB harus dapat memberikan paparan yang baik

pada daerah rongga hidung, nasofaring, sinus paranasal, pterigoid, fosa

infratemporal dan dasar tengkorak. Ancangan transpalatal dilakukan apabila

tumor masih terbatas pada daerah nasofaring, rongga hidung dan sinus sfenoid.

Pembedahan yang menggunakan teknik peningkapan midfasial telah dilakukan

sejak tahun 1986. Teknik ini memberikan keuntungan, yaitu selain memiliki

paparan yang luas juga bekas sayatan tidak akan tampak. Pembedahan dengan

pendekatan infratemporal biasanya dilakukan apabila tumor telah mengalami

perluasan dari fosa pterigopalatina sampai ke nasofaring dan menyilang sampai ke

fosa infratemporal, bagian temporal tulang sfenoid sampai ke fosa kranii media

termasuk sinus kavernosus lateral.14,16,17

Page 13: Penelitian - kankertht-kepalaleher.info · transpalatal, rinotomi lateral, degloving, kraniotomi. Pengobatan lain seperti ... dioperasi atau diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan

Dari kepustakaan juga dikatakan bahwa biasanya pada pasien ANB sebelum

tindakan pembedahan dilakukan embolisasi atau ligasi arteri karotis eksterna

terlebih dahulu dengan tujuan untuk mengurangi perdarahan yang banyak

intraoperatif, yang merupakan penyebab utama morbiditas.18 Selain itu, laporan

penelitian lain dari penurunan rata-rata kehilangan darah intraoperatif dari 60%

dari embolisasi preoperatif.17

Keuntungan dari embolisasi sebelum operasi meliputi pengurangan secara

keseluruhan dalam kehilangan darah dan transfusi persyaratan bedah, oklusi

pembuluh darah arteri yang tidak dapat diakses pada pembedahan, penurunan

waktu operasi, dan peningkatan visualisasi, yang terakhir memungkinkan untuk

identifikasi dan perlindungan struktur yang berdekatan mengakibatkan

pengurangan komplikasi pembedahan secara keseluruhan.18

KESIMPULAN

Angiofibroma Nasofaring Belia yang datang ke THT-KL RSHS memiliki

karakteristik yang cukup beragam. Seluruh penderita adalah laki-laki dengan

rentang usia antara 10-20 tahun, memiliki keluhan utama hidung tersumbat. Pada

pemeriksaan nasofaringoskopi dan CT Scan didapatkan kasus ANB yang belum

perluasan ke intrakranial dan datang dengan stadium II C.

Penatalaksanaan kasus ANB di RS Hasan Sadikin adalah dengan pendekatan

transpalatal. Sebelum dilakukan pengangkatan tumor dilakukan embolisasi,

untuk mengurangi perdarahan yang banyak intraoperatif.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anggreani L, Adham M, Musa Z, Lisnawati, Bardosono S. Gambaran

ekspresi reseptor estrogen β pada angiofibroma nasofaring belia dengan

menggunakan pemeriksaan imunohistokimia. ORLI 2011; 41(1): 8-16

2. Nicolai P, Schreiber A, Villaret AB. Juvenile Angiofibroma: Evolution of

Management. International Journal of Pediatrics. 2012: 1-11

3. Garca MF, Yuca SA, Yuca K. Juvenile Nasopharyngeal Angiofibroma. Eur J

Gen Med. 2010;7(4): 419-25

4. Persky M, Manolidis. S; Bailey’s Head and Neck Surgery-Otolaryngology 5th

Page 14: Penelitian - kankertht-kepalaleher.info · transpalatal, rinotomi lateral, degloving, kraniotomi. Pengobatan lain seperti ... dioperasi atau diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan

Ed; 2014; Vol.2, Chapter 127:2021-8

5. Roezin A., Dharmabakti U S., Musa Z., 2008. Angiofibroma Nasofaring

Belia. Dalam: Soepardi E A., Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga

Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FK

UI, 164-6.

6. Coutinho-Camillo CM. Brentani MM. Nagai MA Genetic alterations in

juvenile nasopharyngeal angiofibromas. Head & Neck 2008;30:390-400

7. Batsakis G. Vasoformative tumors. In: Batsakis JG, editor. Tumors of the

head and neck: clinical and pathological considerations. 2nd ed. Baltimore:

Williams and Wilkins Co; 2009. Page 296–300.

8. Scoltz AW, Appenroth E, Jolly KK, Scoltz LU et al. Juvenile nasopharyngeal

angiofibroma: management and therapy. Laryngoscope 2001; 111: 681-7

9. Zahara NP. Angiofibroma nasofaring belia dengan diagnosis awal

hemangioma kapilare. www.rscm.quality-journey.com. 2016

10. Wardani RS, Mayangsari ID, Lisnawati, Pandelaki J, Prameswari K,

Mangunkusumo E. Bedah sinonasal endoskopik angio broma nasofaring

belia: laporan seri kasus berbasis bukti (evidence based). ORLI 2012; 42(12):

133-42

11. Sharkawy AA, Elmorsy SM. Transnasal endoscopic management of recurrent

juvenile nasopharyngeal angiofibroma. Int Journal of Pediatric

Otorhinolaryngology. 2011; 75;620-3

12. Boghani Z, Husain Q, Kanumuri V, Khan MN. Juvenile nasopharyngeal

angiofibroma : a systematic review and comparison of endoscopic,

endonasal-assistec and open ressection in 1047 cases. Laryngoscope 2013;

123:859-69

13. Primasari M, Sekarutami SM, Adham M. Peran radiasi eksterna pada tata

laksana juvenile nasopharyngeal angiofibroma. Journal of Indonesian

Radiation Oncology Society. 2013; 4(2); p:61-70

14. Thakar A. Gupta G, Bhalla AS, et al. Adjuvant therapy with flutamide for

presurgical volume reduction in juvenile nasopharyngeal angiofibroma. Head

and Neck. 2011;33:1747-53.

15. Danesi G, Panizza B, Mazzoni A. et al. Anterior approaches in juvenile

nasopharyngeal angiofibromas with intracranial extension. Otolaryngol Head

Neck Surg 2000;122:277-283.

16. Radkowski D, McGill T, Healy GB, Ohlms L, Jones DT. Angiofibroma

changes in staging and treatment. Arch Otolaryngol Head Neck Surg 1996;

122:122-9

17. Cansiz H, Güvenç MG, Sekerciog ̆lu N. Surgical approaches to juvenile

nasopharyngeal angiofibroma. J Craniomaxillofacial Surg; 2006; 34:3–8.

18. Gemmete JJ, Chaudhary N, Pandey A, Gandhi D, Sullivan SE, Marentette LJ,

Chepea DB, Ansari SA. Usefulness of percutaneously injected ethylenevinyl

alcohol copolymer in conjunction with standard endovascular embolization

techniques for preoperative devascularization of hypervascular head and neck

tumors: technique, initial experience, and correlation with surgical

observations. AJNR Am J Neuroradiol. 2010; 31: 961–6.