PENELITIAN DURSAW

133
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Apa pun peran yang dimainkan pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang akan dicapai. Selain itu, adapun salah satu tujuan Indonesia Sehat 2015 yakni mencegah terjadinya dan menyebarnya penyakit menular sehingga tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2005). Demam berdarah dengue merupakan masalah utama penyakit menular di berbagai belahan dunia. Selama 1 dekade angka kejadian atau incidence rate (IR) DBD meningkat dengan pesat diseluruh belahan dunia. Diperkirakan 50 juta orang terinfeksi DBD setiap tahunnya dan 2,5 miliar (1/5 penduduk dunia) orang tinggal di daerah endemik DBD. WHO memperkirakan sebanyak 2,5 sampai 3 milyar penduduk dunia berisiko terinfeksi virus dengue dan setiap tahunnya terdapat 50-100 juta penduduk dunia terinfeksi virus dengue, 500 ribu diantaranya membutuhkan perawatan intensif di fasilitas pelayanan kesehatan. Setiap tahun dilaporkan sebanyak 21.000 anak meninggal karena DBD atau setiap 20 menit terdapat satu orang anak yang meninggal. 1 Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012

description

dbd

Transcript of PENELITIAN DURSAW

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat,

pemerintah dan swasta. Apa pun peran yang dimainkan pemerintah, tanpa kesadaran

individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya

sedikit yang akan dicapai. Selain itu, adapun salah satu tujuan Indonesia Sehat 2015

yakni mencegah terjadinya dan menyebarnya penyakit menular sehingga tidak

menjadi masalah kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2005).

Demam berdarah dengue merupakan masalah utama penyakit menular di

berbagai belahan dunia. Selama 1 dekade angka kejadian atau incidence rate (IR)

DBD meningkat dengan pesat diseluruh belahan dunia. Diperkirakan 50 juta orang

terinfeksi DBD setiap tahunnya dan 2,5 miliar (1/5 penduduk dunia) orang tinggal di

daerah endemik DBD. WHO memperkirakan sebanyak 2,5 sampai 3 milyar

penduduk dunia berisiko terinfeksi virus dengue dan setiap tahunnya terdapat 50-100

juta penduduk dunia terinfeksi virus dengue, 500 ribu diantaranya membutuhkan

perawatan intensif di fasilitas pelayanan kesehatan. Setiap tahun dilaporkan sebanyak

21.000 anak meninggal karena DBD atau setiap 20 menit terdapat satu orang anak

yang meninggal. (Depkes RI, 2008). Penyakit demam berdarah penyebarannya sangat

luas hampir di semua daerah tropis diseluruh dunia. Di Indonesia sampai saat ini

penyakit demam berdarah ( DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat.

Angka kesakitan penyakit ini masih cukup tinggi terutama di provinsi DKI Jakarta.

Pada tahun 2008 DKI Jakarta menempati urutan pertama sebagai kota dengan jumlah

kasus DBD terbanyak mencapai 21 persen dari jumlah nasional.Puncak terjadinya

DBD di Indonesia adalah pada bulan Oktober-Februari, sehingga perhitungan CFR

hanya sampai bulan September di tahun 2008 belum tepat untuk menggambarkan

CFR pada tahun 2008 (WHO, 2009).

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang berbahaya,

dapat menimbulkan kematian dalam waktu yang singkat dan sering menimbulkan

wabah (Depkes RI, 1995) . Indonesia menurut kriteria WHO termasuk ke dalam

negara endemik DBD bersama-sama Thailand, Sri Langka dan Timor-Leste dalam

1

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

peta ASEAN. Epidemiologi dari dengue itu bergantung dari multifaktorial seperti

perilaku manusia, iklim, penyebaran virus dan arus perpindahan manusia.

Dikarenakan belum ditemukannya vaksin untuk DBD maka pencegahan yang dapat

dilakukan adalah manajemen lingkungan tempat tinggal terkait pengkontrolan vektor

virus Dengue dan perilaku proteksi pada manusia (WHO, 2008) Perilaku yang sehat

dan kemampuan mayarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan

yang bermutu sangat menentukan keberhasilan Pembangunan Kesehatan (Depkes RI,

2003). Perilaku mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan dari individu itu sendiri

(Notoatmodjo, 2003). Dari hasil penelitian sebelumnya di Kendari didapati hubungan

antara kejadian DBD dengan pengetahuan dimana presentase pengetahuan yang

kurang dari responden yang positif DBD 74 orang (71,8%), sedangkan dari responden

yang negatif DBD ada 29 orang (28,2%) yang berpengetahuan kurang (Duma, 2007).

Penelitian di Mataram menyimpulkan bahwa semakin masyarakat bersikap tidak

serius dan tidak berhati-hati terhadap penularan penyakit DBD akan bertambah resiko

terjadinya penularan penyakit DBD (Fathi, 2005).

Berdasarkan data dari Suku Dinas Kesehatan Jakarta jumlah kasus DBD

hingga bulan Oktober 2011 49.486 dan jumlah kasus kematian sebanyak 403 kasus.

Walaupun kasus yang terjadi tersebut masih lebih rendah dibandingkan periode yang

sama pada tahun 2010 lalu, namun masyarakat tidak boleh lengah. Tingginya curah

hujan diprediksi dapat menjadi pemicu tingginya kasus mematikan tersebut.

Masyarakat diharapkan dapat mencegah berjangkitnya penyakit DBD dengan cara

melakukan PSN di lingkungan tempat tinggalnya masing-masing. (Suku Dinas

Kesehatan Jakarta Timur, 2011)

Data yang dimiliki Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, sepanjang tahun

2007 sampai tahun 2010 jumlah pasien DBD di Ibukota mengalami penurunan

sebanyak 60,5 persen. Jika pada tahun 2007 jumlah pasien akibat DBD mencapai

31.836 kasus, maka di tahun 2010 menurun menjadi 12.639 .Pada tahun 2008 DKI

Jakarta menempati urutan pertama sebagai kota dengan jumlah kasus DBD terbanyak

mencapai 21 persen dari jumlah nasional.

Jumlah kasus DBD di Kecamatan Duren Sawit pada tahun 2011 tercatat

sebanyak 605 kasus. Dengan kasus di Kelurahan Pondok Bambu sebnyak 88 kasus, di

kelurahan Klender 122 kasus, di Kelurahan Duren Sawit 108 kasus, di Kelurahan

2

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Malak Jaya sebanyak 60 Kasus, Kelurahan Malaka Sari sebnyak 47 kasus, Kelurahan

Pondok Kopi 49 kasus, dan di Kelurahan Pondok Kelapa 131 kasus.

Penurunan kasus DBD tersebut menunjukkan kegiatan PSN sejauh ini berjalan

efektif. Namun walaupun menurun, warga diharapkan tidak boleh terlena dan

hendaknya terus meningkatkan PSN agar kasus DBD di Jakarta Timur dapat benar-

benar diminimalisir.

1.2 Perumusan Masalah

Penelitian mengenai karakteristik, pengetahuan, dan sikap masyarakat terhadap

pencegahan DBD di Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012 dapat menambah wawasan

bagi petugas kesehatan bahwa jumlah masyarakat di Kecamatan Duren Sawit yang

belum sepenuhnya melaksanakan pencegahan DBD di Kecamatan Duren Sawit.

Dengan adanya penelitian ini, para petugas kesehatan akan mendapat hal yang

pasti mengenai keadaan ini karena adanya data-data yang telah dikumpulkan berasal

kuesioner maupun wawancara.

Setelah mendapatkan hasil penelitian, dapat dilakukan intervensi berupa

penyuluhan terhadap warga Kecamatan Duren Sawit sebagai upaya untuk merespon

hasil dari kuesioner yang dilakukan. Penyuluhan yang dilakukan menyiratkan harapan

dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat di Kecamatan Duren Sawit Seiring

meningkatnya pengetahuan masyarakat di Kecamatan Duren Sawit diharapkan

masyarakat pada akhirnya dapat mengambil sikap untuk masalah pencegahan DBD.

Hal ini tentu berguna untuk menanggulangi atau menurunkan angka kejadian DBD di

Kecamatan Duren Sawit

Dimasa yang akan datang, tersimpan suatu harapan bahwa penelitian ini dapat

berguna sebagai pertimbangan untuk menyikapi masalah pencegahan DBD di

Kecamatan Duren Sawit dan meningkatkan wawasan serta keterampilan para petugas

medis di puskesmas Duren Sawit.

3

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik, pengetahuan, dan sikap masyarakat terhadap

pencegahan DBD di Kecamatan Duren Sawit tahun 2012

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran karakteristik (usia, jenis kelamin, suku bangsa,

pendidikan terakhir, pekerjaan, penghasilan keluarga) masyarakat terhadap

pencegahan DBD di Kecamatan Duren Sawit tahun 2012

b. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan (etiologi, cara penularan, jenis vector,

ciri-ciri vector, waktu aktifitas vector, tempat perkembangbiakan vector, gejala,

penanganan awal, program 3M) masyarakat terhadap pencegahan DBD di Kecamatan

Duren Sawit tahun 2012

c. Untuk mengetahui gambaran sikap (program 3M plus, program Jumantik,

pemberantasan nyamuk dewasa, penanganan awal, penyuluhan) masyarakat terhadap

pencegahan DBD di Kecamatan Duren Sawit tahun 2012.

1.4 Manfaat

1.4.1 Hasil penelitian berguna untuk menambah wawasan tentang karakteristik,

pengetahuan dan sikap masyarakat di kecamatan Duren Sawit terhadap

pencegahan DBD

1.4.2 Hasil penelitian ini berguna untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap

masyarakat terhadap pencegahan DBD di Kecamatan Duren Sawit tahun

2012

1.4.3 Hasil penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dan penelitian bagi

dokter muda Universitas Kristen Indonesia dalam hal melakukan penelitian

mengenai kesehatan masyarakat.

1.4.4 Hasil penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk pengembangan system

pelayanan kesehatan sehingga memudahkan pencarian pemecahan–

pemecahan masalah kesehatan.

4

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

5

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

2.1. Demam Berdarah Dengue

Penyakit Demam Berdarah (DBD) merupakan penyakit menular yang sampai

dengan sekarang masih sulit dikendalikan. Hal ini bila dilihat dari teori fenomena

gunung es, diperkirakan jumlah penderita penyakit DBD baik yang didiagnosa

Sindroma Syok Dengue (SSD), DBD maupun Demam Dengue (DD) masih sedikit

bila dibandingkan dengan jumlah yang tanpa gejala, sehingga sejauh mana

penyebaran sulit diprediksi yang berakibat terhadap upaya pemutusan penularan

kurang optimal. Demam berdarah dengue (dengue haemorrhagic fever, selanjutnya

disingkat DHF), ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala

utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah 2 hari pertama

uji tourniquet akan positf dengan tanpa ruam disertai beberapa atau semua gejala

perdarahan seperti petekie spontan yang timbul serentak, purpura, ekimosis,

epistaksis, hematemesis, melena, trombositopenia, masa perdarahan dan masa

protrombin memanjang, hematokrit meningkat dan gangguan maturasi megakariosit.

Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome, selanjutnya disingkat DSS) ialah

penyakit DHF yang disertai renjatan.

Fakta epidemi yang lain adalah:

1. Kasus DBD didunia rata-rata tiap tahunnya dilaporkan ada 925.896 kasus

sedangkan di Indonesia telah mencapai lebih dari 160.000 (15-20% kasus

didunia).

2. Diantara negara WHO – SEARO, 3 tahun berturut-turut (2006, 2007,

2008), laporan kasus di Indonesia merupakan yang tertinggi.

3. Sejak tahun 2004 kasus DBD terus meningkat dan meluas sampai lebih

dari 350 kabupaten/kota.

4. Kematian tahun 2008 mencapai 1.187 orang, berarti sekitar 100/bulan,

sama dengan pesawat jatuh setiap bulan dengan seluruh penumpangnya

tewas.

5. Hasil RISKESDAS 2007 : Penyebab kematian No. 5 pada balita setelah

diare, pneumonia, Necrotizing enterocolitis (NEC), dan meningitis. Kasus

kematian karena DBD mencapai 6.8%

6

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Peta insiden DBD di Indonesia pada tahun 2009 memperlihatkan seluruh

wilayah Jawa insidennya lebih dari 3,5 per 10.000 dan di Jawa Tengah sendiri sebesar

5,6.Insiden rate di Jawa Tengah dari tahun 1980-2009 bila ditarik garis trend kasus

tersebut terlihat terus meningkat.

Sepuluh kabupaten/kota dengan insiden tinggi tahun 2009 adalah kota

Semarang, Magelang, jepara, Surakarta, Tegal, Pati, Kudus, Purbalingga, Sragen,

Kabupaten Tegal, dan kota Salatiga.

Pada tahun 2009, 35 kabupaten/kota seluruhnya sudah dilaporkan adanya

kasus DBD (tidak ada yang bebas). Pada tahun 2010 sampai dengan bulan Mei

sebagian besar kabupaten/kota di Jawa Tengah bagian timur insidennya sudah lebih

dari 2 per 10.000 penduduk.

Dilihat dari angka kematian sejak tahun 2007 sudah dibawah 2% namum masih diatas

1% yang menjadi indikator nasional.

Pola kasus DBD di Jawa Tengah, mengalami meningkat mulai November dan

mencapai puncaknya pada bulan Januari yang kemudian pola kasus terus menurun

sampai bulan Oktober. Untuk itu kegiatan Pemberatasan Sarang Nyamuk (PSN) harus

dilakukan terus menerus, seminggu sekali dan serentak disemua wilayah, lebih

ditingkatkan lagi pada bulan Oktober sebagai kewaspadaan adanya peningkatan kasus

bulan November.

Secara umum upaya pengendalian DBD dapat dibagi pada tahapan promotif,

preventif, deteksi dini dan tatalaksana. Tahapan promotif dan preventif meliputi

perbaikan lingkungan, pemberdayaan masyarakat, dan penyuluhan dengan melibatkan

lintas program dan lintas sektoral serta semua unsur yang dapat digerakan. Sedangkan

deteksi dini dan tatalaksana lebih pada pelyanan penderita di sarana kesehata dan juga

di masyatakat agar mengenal tanda-tanda DBD secara dini.

Transmisi virus dengue dari penderita satu ke penderita lain sampai timbul

gejala membutuhkan waktu kurang lebih 15 hari sehiingga upaya pemutusan transmisi

sebaiknya dilakukan kurang dari 1 minggu setelah penderita pertama didiagnosis

sebagai DBD.

Kebijakan dalam pengendalian DBD :

1. Pengendalian DBD didasari pada partisipasi dan pemberdayaan

masyarakat sesuai dengan lokal spesifik

7

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

2. Pengendalian DBD dilaksanakan melalui pengembangan kemitraan

dan jejaring kerja secara multidisiplin dan lintas sektoral.

3. Pengendalian DBD dilakukan dan dikelola secara profesional,

berkualitas, dan terjangkau oleh masyarakat, serta didukung oleh

sumber daya yang memadahi.

4. Membangun infrastruktur Sumber Daya Manusia (SDM) dan

logistik.

5. Meningkatkan kemampuan manajemen penatalaksanaan DBD

antara lain :

a. Meningkatkan komitmen RS dan Dinas Kesehatan Kota

(DKK).

b. Meningkatkan keterampilan petugas.

c. Pelayanan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP).

d. Meningkatkan sarana laboratorium.

6. Meningkatkan pengendalian vektor meliputi logistik, SDM, dan

kemitraan.

Hasil Penelitian transovarial :

1. Vincent (1998) melaporkan bahwa 20% nyamuk yang ditangkap

dari alam/lapangan positif mengandung virus.

2. Sitti Rahmah (Komunikasi Pribadi, 2006) membuktik bahwa pupa

Aedes Aegypti yang ditangkap 2 bulan setelah Kejadian Luar Biasa

(KLB) di kampung Klitren DIY positif mengandung virus dengue.

3. NAMRU II Jakarta mendeteksi keberadaan virus dengue pada

nyamuk Aedes Aegypti jantan, hal tersebut membuktikan bahwa

virus diperoleh nyamuk jantan dari induknya karena nyamuk

jantan tidak pernah menggigit manusia (Suroto Komunikasi

Pribadi).

4. Widiarti (2006) B2P2VRP Salatiga mendeteksi larva Aedes

Aegypti dan Aedes Albopticus dari kota Semarang, larva Aedes

Aegypti kabutan Kendal, Kabupaten Sukharjo 0.48-8.77% positif

antigen virus dengue.

5. South East Asian Journal melaporkan bahwa transovarial mencapai

generasi ke5.

8

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Dengan hasil beberapa penelitian tersebut pengendalian DBD dengan fogging

sudah terlambat karena telur sudah mengandung virus, namum fogging masih

diperlukan pada saat terjadi transmisi dengan bukti ada penderita lain di sekitar

penderita dan dari survei jentiknya ditemukan angka bebas jentiknya kurang dari

95%.

Dengan demikian upaya yang paling tepat adalah PSN yang kegiatannya

berupa 3M(+) yaitu Menguras, Menutup Tempat Penampungan Air, dan Menimbun

Barang-Barang Bekas agar bila musim hujan tidak menjadi tempat perindukan

nyamuk Aedes Aegypti.

2.1.1. Etiologi

Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue adalah virus dengue yang

termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus ( Arboviruses ) yang sekarang dikenal

sebagai genus Flavivirus, family Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis streotipe, yaitu;

DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan

antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk

terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan

yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Keempat serotipe virus dengue dapat

ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Di Indonesia, pengamatan virus dengue

yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah sakit menujukkan bahwa

keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN-3

merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan gejala

klinis (Soedarmo, 1999).

Demam Berdarah Dengue (DHF) di Indonesia, pertama kali dicurigai

berjangkit di Surabaya pada tahun 1968, tetapi konfirmasi virologis baru

diperoleh pada tahun 1970. Di Jakarta pertama kali tahun 1969. kemudian

Bandung dan Yogyakarta tahun 1972. Epidemi pertama diluar Jawa pada tahun

1972 di Sumatera Barat dan Lampung, disusul Riau, Sulawesi Utara dan Bali

(1973) pada tahun 1974, epidemi di laporkan di Kalimantan Selatan dan Nusa

Tenggara Barat. Pada tahun 1994. DBD telah menyebar ke seluruh propinsi di

Indonesia.

9

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Vektor utama dengue di Indonesia adalah nyamuk aedes aegypti,

disamping pula aedes albopictus. Vektor ini bersarang di bejana-bejana yang

berisi air jernih dan tawar seperti bak mandi, drum penampung air, kaleng bekas

dan lainnya.

Daerah yang terjangkit DHF adalah daerah yang padat penduduk, karena :

1. Antar rumah jaraknya berdekatan, yang memungkinkan penularan karena

jarak terbang Ae. aegypti adalah 40-100 meter.

2. Ae.aegypti betina mempunyai kebisaan menggigit berulang (multiple

biters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu

singkat.

Kasus DHF cenderung meningkat pada musim hujan, kemungkinan disebabkan :

1. Perubahan musim mempengaruhi frekuensi gigitan nyamuk, karena

pengaruh musim hujan puncak jumlah gigitan terjadi pada siang dan sore

hari.

2. Perubahan musim mempengaruhi manusia sendiri dalam sikapnya

terhadap gigitan nyamuk, misalnya dengan banyak berdiam dirumah

selama musim hujan.

2.1.2. Epidemiologi

Infeksi virus dengue merupakan penyakit yang tersebar di seluruh dunia,

ditularkan melalui gigitan serangga dengan peningkatan angka kejadian di daerah

tropis, Asia, Afrika, Amerika Tengah dan Selatan. Hal ini disebabkan oleh

peningkatkan distribusi geografis virus dan peningkatkan intensitas transmisi virus

dengue oleh nyamuk Aedes Aegypti, kepadatan penduduk, keadaan daerah

pemukiman dibawah standart kesehatan, dan peningkatan transportasi modern yang

meningkatkan transmisi virus dengue, serta adanya fenomena gunung es.

Faktor lain adalah tidak efektifnya pemberatasan nyamuk terutama di daerah

endemis. Kurangnya tenaga sumber daya manusia yang memahami dan ahli dalam hal

pencegahan dan pemberantasan penyakit yang ditularkan vektor, merupakan masalah

infrastruktur kesehatan masyarakat.

Demam berdarah dengue (DBD) sering menyerang anak dibawah usia 15

tahun dan merupakan penyebab kematian dengan jumlah bermakna. Angka kejadian

10

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

di Indonesia sejak pertama kali ditemukan di Surabaya (1968) dan di Jakarta (1969)

semakin meningkat dalam jumlah dan daerah pennyebarannya. Incident Rate (IR) per

100.000 penduduk meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1968: IR 0.05; 1978:

4.9; 1983: 8.65; tahun 1988: 27.96; tahun 1995: 18.41. Peningkatan tersebut dapat

disebabkan penurunan kekebalan setiap 5 tahun, atau mutasi virus tiap 5 tahun, atau

setiap 5 tahun muncul strain baru yang lebih virulen atau peningkatan pelaporan

(surveillance).

Di Indonesia, walaupun angka kesakitan rata-rata cenderung meningkat (dari 2

penderita tahun 1968 menjadi 227 pada tahun 1995), angka kematian (case fatality

rate/CFR) secara drastis menurun dari 41.3% pada tahun 1968 menjadi 3% pada tahun

1984.Angka kematian DBD yang dirawat di rumah sakit cukup tinggi yaitu 5-15%

terutama di rumah sakit rujukan. Antara tahun 1988-1994 kasus sindroma syok

dengue (SSD) merupakan 16-40% kasus yang dirawat dengan kematian 5.7-50% atau

3-10kali lebih tinggi dari pada yang tidak syok.

Di berbagai rumah sakit di Indonesia angka kejadian SSD 11.2-42.8% dari

jumlah DBD. Angka kematian sampai saat ini masih tinggi. Di RSUP Dr. Cipto

Mangunkusumo Jakarta, angka kematian SSD 20-26%, di RS Dr. Soetomo 16-20%,

di RSUP Dr. Kariadi 26% (1996), dan RS Pirngadi Medan 60%.Di RSUP dr. Kariadi

angka kematian DBD yang dirawat pada tahun 1997-1998 adalah 4% (dari 701

penderita). DBD berat yang dirawat diruang intensif anak PICU RSUP dr. Kariadi

sebanyak 14.4% dengan angka kematian 53.19%.

2.1.3. Cara Penularan

Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus

dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada

manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes

polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat jugamenularkan virus ini, namun

merupakan vektor yang kurang berperan. Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung

virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia.

Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari

11

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

(extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada

saat gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan kepada

telurnya (transovanan transmission), namun perannya dalam penularan virus tidak

penting. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh nyamuk,

nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif). Di tubuh

manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 46 hari (intrinsic incubation period)

sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat

terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari

sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul.

2.1.4 Patogenesis Demam Berdarah Dengue

Patogenesis DBD masih kontroversial dan belum dapat diketahui secara jelas

terdapat 2 teori yang sering dikemukakan dan yang paling banyak dianut dalam

patogenesis DBD dan SSD adalah Hipotesis Infeksi Sekunder oleh virus yang

heterologus. Hipotesis ini menyatakan bahwa pasien yang mengalami infeksi kedua

kalinya dengan serotipe virus dengue yang heterolog akan mempunyai resiko yang

lebih besar menderita DBD dan SSD. Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya

akan mengenali virus lain yang menginfeksi dan kemudian membentuk kompleks

antigen-antibodi yang kemudian berikatan dengan Fc reseptor dari memberan sel

leukosit terutama makrofag. Oleh karena antibodi heterolog maka virus tidak

dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan bebas melakukan replikasi dalam sel

makrofag.

Hipotesis kedua menyatakan bahwa virus dengue seperti juga virus binatang

lain, dapat mengalami perubahan genetik akibat tekanan sewaktu virus mengadakan

replikasi baik pada tubuh manusia maupun tubuh nyamuk. Ekspresi fenotip dari

perubahan genetik dalam genom virus dapat menyebabkan peningkatan replikasi virus

dan viremia, peningkatan virulensi, dan mempunyai potensi untuk menimbulkan

wabah. Pandangan lain mengenai patogenesis DBD atau SSD berdasarkan bahwa

patogenesis harus dimulai dari identifikasi sel atau tipe sel yang mendukung

timbulnya infeksi secara in vivo (port d’ entree) serta mekanisme virus mengikat sel

target. Beberapa jenis sel yang diketahui mungkin merupakan sel target infeksi virus

12

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

dengue adalah monosit/makrofag, sel endotel, sel kupfer, sel hepar dan sel-sel

sumsum tulang.

Terdapatnya komplek virus-antibodi dalam sirkulasi darah mengakibatkan hal

sebagai berikut :

1. Kompleks virus-antibodi akan mengaktivasi sistem komplemen,

berakibat dilepaskannya anafilatoksin C3a dan C5a. C5a menyebabkan

meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangnya

plasma melalui endotel dinding tersebut, suatu keadaan yang amat

berperan dalam terjadinya renjatan. Pada DSS kadar C3 dan C5 menurun

masing-masing sebanyak 33% dan 89%. Nyata pada DHF pada masa

renjatan terdapat penurunan kadar komplemen dan dibebaskannya

anafilatoksin dalam jumlah besar, walupun plasma mengandung

inaktivator ampuh terhadap anafilatoksin, C3a Dan c5a agaknya perannya

dalam proses terjadinya renjatan telah mendahului proses inaktivasi

tersebut. Anafilaktoksin C3a dan C5a tidak berdaya untuk membebaskan

histamin dan ini terbukti dengan ditemukannya kadar histamin yang

meningkat dalam air seni 24 jam pada pasien DHF.

2. Timbulnya agregasi trombosit yang melepaskan ADP akan mengalami

metamorfosis. Trombosit yang mengalami kerusakan metamorfosis akan

dimusnahkan oleh sistem retikuloendotel dengan berakibat

trombositopenia hebat dan perdarahan. Pada keadaan agregasi, trombosit

akan melepaskan amin vasoaktif (histamin dan serotonin) yang bersifat

meninggikan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit faktor III

yang merangsang koagulasi intravaskular.

3. Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor XII) dengan akibat akhir

terjadinya pembekuan intravaskular yang meluas. Dalam proses aktivasi ini,

plasminogen akan menjadi plasmin yang berperan dalam pembentukan

anafilatoksin yang penghancuran fibrin menjadi fibrin degradation product.

Disamping itu aktivasi akan merangsang sistem kinin yang berperan dalam

proses meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah

Bagan 1

13

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

INFEKSI SEKUNDER VIRUS DENGUE YANG BERBEDA

DSS terjadi biasanya pada saat atau setelah demam menurun, yaitu

diantara hari ke-3 dan ke-7 sakit. Hal ini dapat diterangkan dengan hipotesis

meningkatnya reaksi imunologis, yang dasarnya sebagai berikut:

1. Pada manusia, sel fagosit mononukleus, yaitu monosit, histiosit, makrofag

dan sel kupfer merupakan tempat utama terjadinya infeksi verus dengue.

2. Non-neutralizing antibody, baik yang bebas di sirkulasi maupun spesifik

pada sel, bertindak sebagai reseptor spesifik untuk melekatnya virus

dengue pada permukaan sel fogosit mononukleus.

3. Virus dengue kemudian akan bereplikasi dalam sel fagosit mononukleus

yang telah terinfeksi itu. Parameter perbedaan terjadinya DHF dan DSS

ialah jumlah sel yang terinfeksi.

14

Virus bereplikasi Reaksi anamnestik antibodi

Agregasi frombosit Aktivasi koagulasi Aktivasi komplemen

Penghancuran trombosit oleh RES

Trombositopenia

Gangguan fungsi trombosit

Pelepasan trombosit faktor III

Aktivasi factor hageman

Rangsang koagulasi intravaskular

Faktor

pembekuan menurun

Perdarahan yang berlebihan

Rangsang sistem kinin

Kinin

Produk digraasi fibrin

Anafilatoksin

Permeabilitas dinding pembuluh darah

meningkat

Shock

Plasmin

Kompleks virus-antibodi

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

4. Meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan disseminated

intravaskular coagulation (DIC) terjadi sebagai akibat dilepaskannya

mediator-mediator oleh sel fagosit mononukleus yang terinfeksi itu. Mediator

tersebut berupa monokin dan mediator lain yang mengakibatkan aktivasi

komplemen dengan efek peninggian permeabilitas dinding pembuluh darah,

serta tromboplastin yang memungkinkan terjadinya DIC.

2.1.5. Manifestasi Klinik\

Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit akut yang ditandai dengan

empat gejala klinik, yaitiu demam tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali dan

sering kali kegagalan sirkulasi. Patofisiologi yang penting dan menentukan derajat

penyakit adalah terdapatnya kebocoran plasma dan kelainan hemostasis yang akan

bermanifestasi sebagai peningkatan hematokrit dan trombositopenia, kedua jenis

kelainan laboratorium tersebut selalu ada pada perjalanan penyakit DBD. Hal ini

memebedakan demam dengue dengan demam berdarah dengue.

Demam tinggi mendadak disertai facial flushing dan sakit kepala terjadi

setelah masa inkubasi 4-6 hari. Kehilangan nafsu makan, nyeri di daerah epigastrium

disertai nyeri perut di bawah lengkung iga sebalah kanan. Pada perjalanan awal

penyakit DBD sulit dibedakan dengan demam dengue, tetapi jalan disertai ruam

makulo papula. Suhu meningkat mendadak sampai 40 derajat celcius atau lebih dan

kadang kala disertai dengan kejang.

Manifestasi perdarahan yang sering dijumpai pada awal perjalanan penyakit

adalah uji tourniquet positif, peteqie, ekimosis atau hematom yang timbul pada daerah

bekas tusukan jarum. Epistaksis dan perdarah gusi lebih jarang terjadi dari pada

peteqie, sedangkan perdarahan saluran cerna yang berat berhubungan erat dengan

syok lama. Masa kritis pada DBD adalah hari sakit ke-3 sampai ke-7, pada saat itu

suhu badan cenderung menurun, bersamaan dengan itu sering terjadi tanda-tanda

syok. Bila pasien tidak segera diberikan terapi cairan kondisi anak memburuk.

Apabila syok lama terjadi, akan diikuti dengan asidosis metabolik, hipoksemia,

perdarahan saluran cerna hebat yang akan memperburuk prognosis.Pada kasus ringan

dan sedang, semua tanda dan gejala klinis menghilang setelah demam turun. Demam

turun disertai keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi dan tekanan darah,

15

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

ujung ekstremitas terasa dingin, disertai dengan kongesti kulit. Perubahan ini

memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi sebagai akibat dari perembesan plasma

yang dapat bersifat ringan atau sementara (Depkes RI, 2001).

Pembagian renjatan menurut Munir dan Rampengan:

1.Syok ringan/tingkat 1 (impending shock) yaitu gejala dan tanda-tanda syok

disertai menyempitnya tekanan nadi menjadi 20mmHg.

2.Syok sedang/tingkat 2 (moderate shock) yaitu=tingkat 1 ditambah tekanan

nadi menjadi <20mmHg, tetapi belum sampai nol, disertai menurunnya

tekanan sistolik menjadi <80mmHg, tetapi belum sampai nol.

3.Syok berat/tingkat 3 (profound shock) yaitu tekanan darah tidak

terukur/nol,tetapi belum ada sianosis/asidosis.

4.Syok sangat berat/tingkat 4 (moribund cases) yaitu tekanan darah tidak

terukur lagi disertai sianosis dan asidosis.

Pemeriksaan Laboratorium

A. Isolasi virus dengan mendeteksi antigen virus atau RNA di dalam serum atau

jaringan tubuh, dan deteksi antibodi spesifik dalam serum pasien.

B. Uji Serologis

Pada saat demam reda, pada infeksi dengue primer antibodi mulai terbentuk,

sedangkan pada infeksi sekunder kadar antibodi yang ada meningkat.

C. Laboratorium Lain

a. Jumlah leukosit yang normal atau turun dengan dominasi neutrofil

pada awal perjalanan penyakit

b. Trombositopenia dan hemokonsentrasi selalu dijumpai pada DBD

c. Kelainan pembekuan terjadi sesuai derajat penyakit

d. Penurunan jumlah protein plasma terutama hipoalbuminemia

e. Hiponatremia terjadi pada kasus berat

f. Serum alanin amino transferase sedikit meningkat

D. Pemeriksaan Radiologis

Terdapat efusi pleura pada hemitoraks kanan atau kedua hemitoraks bila berat

pada pemeriksaan lateral dekubitus kanan.

16

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Kriteria Diagnosis WHO tahun 1997

Diagnosis DBD ditegakan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO tahun 1997

terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris.

A. Kriteria Klinis

a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas berlangsung terus

menerus selama 2-7hari

b. Terdapat manifestasi perdarahan, termasuk uji tourniquet positif,

peteqie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemsis dan atau

melena.

c. Pembesaran hati

d. Terdapat tanda-tanda kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah,

penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit

lembab dan pasien tampak gelisah.

B. Kriteria Laboratoris

a. Trombositopenia (≤ 100.000/mm3)

b. Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari kenaikan hematokrit 20% atau

lebih menurut standar umur dan jenis kelamin, atau terdapat bukti

kebocoran plasma lainnya (hipoalbumenia, efusi pleura, acites).

Dua kriteria klinis pertama ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi atau

peningkatan hematokrit cukup menegakan diagnosis klinis DBD.

Pedoman Diagnosis DBD menurut WHO 2009

A. Fase Febris : panas tinggi secara tiba-tiba berlangsung 2-7hari disertai flushing

eritem kulit badan sakit semua nyeri otot nyeri sendir dan pusing dapat disertai

kejang demam pada anak.

B. Fase kritis : terjadi pada hari ke-3 sampai ke-7 sakit dimana suhu turun

menjadi 37,5-38 derajat celcius dapat terjadi syok karena kebocoran plasma,

perdarahan hebat, gangguan fungsi organ.

C. Fase pemulihan : apabila pasien dapat melewati fase kritis 24-48 jam, terjadi

penyerapan perlahan dari cairan ekstravaskuler dalam waktu 48-72jam. Dapat

terjadi hipervolemia apabila diberikan carian yang berlebihan.

17

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

D. Dengue berat : bila terdapat 1 dari gejala sebagai berikut : kebocoran plasma

yang dapat menyebabkan syok, akumulasi cairan dengan atau tanpa distres

respiras, dan atau perdarahan masif, dan atau gangguan fungsi organ berat.

2.1.6. Pengobatan

Pengobatan DBD bersifat suportif. Tatalaksana didasarkan atas adanya perubahan

fisiologi berupa perembesan plasma dan perdarahan (Depkes RI, 2001).

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan keluarga jika ada salah satu atau lebih anggota

keluarganya diduga terkena DD atau DBD yakni memberi minum sebanyak-

banyaknya dengan air yang sudah dimasak seperti air susu, teh, atau oralit. Untuk

menurunkan demam, beri kompres air dingin atau air es dan berikan obat penurun

panas (misalnya parasetamol) dengan dosis untuk anak-anak sebanyak 10-20 mg/Kg

berat badan dalam 1 hari dan untuk dewasa 3x1 tablet tiap hari. Setelah itu jangan

lupa dibawa segera ke dokter atau petugas puskesmas pembantu atau bidan desa atau

perawat atau ke Puskesmas/Rumah Sakit terdekat (Depkes RI, 1995).

Bagan 2

Tatalaksanaan Penderita Tersangka

Demam Berdarah Dengue

Tersangka DBD

18

Demam tinggi, mendadak terus menerus < 7 hari tidak disertai ISPA badan lemah/lesu

Ada kedaruratan Tidak Ada kedaruratan

Tanda syok

Muntah terus menerus kejang

Kesadaran menurun

Muntah darah

Berak darah

Periksa uji tourniquet

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Bagan 3

Tatalaksana Kasus tersangka DBD (Lanjutan bagan 2)

Gejala klinis : demam 2-7 hari

Uji tourniquet positif atau

Laboratorium : hematokrit tidak meningkat trombositopenia (ringan)

19

Uji tourniquet (+)

(Ruple Leede)

Uji tourniquet (-)

(Ruple Leede)

Tatalaksana disesuaikan (lihat bagan 3,4,5)

Jumlah trombosit

< 100.000 I

Jumlah trombosit

< 100.000 I

Rawat Jalan

Rawat inap

(Lihat bagan 3)

Rawat jalan

Parasetamol kontrol tiap hari sampai demam hilang

Bila timbul tanda syok; gelisah, lemah, kaki tangan dingin, nyeri perut, berak hitam, kencing berkurang, Hb/Ht naik dan trombosit turun SEGERA BAWA RUMAH SAKIT

Nilai tanda klinis & jumlah trombosit, Ht bila masih demam hari sakit ke-3

Minum banyak parasetamol bila perlu kontrol tiap hari sampai demam turun bila demam menetap periksa Hb, Ht, trombosit

Pasien masih dapat minum

Beri minum 1-2 liter/hari atau 1 sendok makan tiap 5 menit jenis minuman air putih, teh manis, sirup, jus buah, susu, oralit bila suhu > 38,5 derajat celcius beri barasetamol bila kejang beri obat anti kanvulsi

Pasien tidak dapat minum

Pasien muntah terus menerus

Pasien tidak dapat minum

Pasang infus NaCL 0,45% : dekstraso 5% tetesan rumatan sesuai berat badan periksa Ht-b tiap 6 jam trombosit tiap 12 jam

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Bagan 4

Tatalaksana Kasus DBD

Cairan awal

Monitor tanda vital/nilai Ht & trombosit tiap 6 jam

Tetesan dikurangi tetesan dinaikkan

20

Monitor gejala klinis dan laboratorium

Perhatikan tanda syok

Palpasi hati setiap hari

Ukur diuresis setiap hari

Ht naik dan atau trombosit turun

Infus ganti ringer laktat (tetesan disesuaikan, lihat bagan 4)Perbaikan klinis dan laboratoris

Pulang

Perbaikan Tidak gelisah

Nadi kuat

Tek. Darah stabil

Diuresis cukup

PerburukanGelisah

Distres pernafasan

Frek. Nadi naik

Ht tetap tinggi/naikTanda vital memburuk

Ht. Meningkat

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Perbaikan 10 ml/kg BB/jam

5 mk/kgBB/jam

Sesuaikan tetesan

3 ml/kg

1. Pada DSS segera beri infus kristaloid ( Ringer laktat atau NaCl 0,9%) 10-20

ml/kgBBsecepatnya (diberikan dalam bolus selama 30 menit) dan oksigen 2

lt/mnt. Untuk DSS berat ( DBD derajat IV, nadi tidak teraba dan tensi tidak

terukur) diberikan ringer laktat 20ml/kgBB bersama kolid. Observasi tensi dan

nadi tiap 15 menit, hematokrit dan trombosit tiap 4-6 jam. Periksa elektrolit

dan gula darah.

2. Apabila dalam waktu 30 menit syok belum teratasi, tetesan ringer laktat tetap

dilanjutkan15-20ml/kgBB, ditambah plasma (fresh frozen plasma) atau koloid

(dekstran 40) sebanyak 10-20ml/kgBB, maksimal 30ml/kgBB (koloid

diberikan pada lajur infus yang sama dengan kristaloid, diberikan secepatnya).

Observasi keadaan umum, tekanan darah, keadaan nadi tiap 15 menit, dan

periksa hematokrit tiap 4-6 jam. Koreksi asidosis, elektrolit dan gula darah.

3. Apabila syok telah teratasi disertai penurunan kadar hemoglobin/ hematokrit,

tekanan nadi > 20mmHg, nadi kuat, maka tetesan cairan dikurangi menjadi

10ml/kgBB. Volume 10ml/kgBB/jam dapat tetap dipertahankan sampai 24

jam atau sampai klinis stabildan hematokrit menurun <40%. Selanjutnya

21

Tidak ada perbaikan

15 ml/kgBB/jam

Tanda vital tidak stabil diuresis kurang tanda-tanda syok

Perbaikan

IV FD stop setelah 24-48 jam

Apabila tanda vital/Ht stabil dan diuresis cukup segar

Distress pernafasan

Ht naik

Ht turun

Koloid 20-30 ml/kgBB

Transfusi darah

Perbaikan

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

cairan diturunkan menjdi 7ml/kgBB sampai keadaan klinis danhematokrit

stabil kemudian secara bertahap cairan diturunkan 5ml dan

seterusnya3ml/kgBB/jam. Dianjurkan pemberian cairan tidak melebihi 48 jam

setelah syok teratasi. Observasi klinis, nadi, tekanan darah, jumlah urin

dikerjakan tiap jam (usahakan urin >1ml/kgBB, BD urin <1,020) dan

pemeriksaan hematokrit dan trombosit tiap 4-6 jam sampai keadaan umum

baik.

4. Apabila syok belum dapat teratasi, sedangkan kadar hematokrit menurun

tetapi masih >40 vol% berikan darah dalam volume kecil10ml/kgBB. Apabila

tampak perdarahan masif,berikan darah segar 20ml/kgBB dan lanjutkan cairan

kristaloid 10ml/kgBB/jam. Pemasangan CVP (dipertahankan 5-8cmH2O)

padasyok berat kadang-kadang diperlukan, sedangkan pemasangan sonde

lambung tidak dianjurkan.

5. Apabila syok masih belum teratasi, pasang CVP untuk mengtahui kebutuhan

cairan dan pasang kateter urin untuk mengetahui jumlah urin. Apabila CVP

normal (>10cmH2O), maka diberikan dopamin.

DSS

Oksigenasi (berikan 02 2-4 liter/menit

Penggantian volume plasma segera

(cairan kristaloid isotonis)

ringer iakta/NaCl 0,9%

10-20 ml/kgBBsecepatnya (bolus dalam 30 menit)

22

Evaluasi 30 menit, apakah syok teratasi ?

Pantau tanda vital tiap 10 menit, catat balans cairan selama pemberian cairan intravena

Syok teratasi Syok tidak teratasi

Kesadaran membaik

Nadi teraba kuat

Tekanan nadi > 20 mmHg

Tidak sesak nafas/sianosis

Kesadaran menurun

Nadi lembut/tidak teraba

Tekanan nadi < 20 mmHg

Distres pernafasan/sianosis

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

2.1.7. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan DBD

Untuk mencegah penyakit DBD, nyamuk penularnya (Aedes aegypti) harus

diberantas sebab vaksin untuk mencegahnya belum ada. Cara tepat untuk

memberantas nyamuk Aedes aegypti adalah memberantas jentik-jentiknya di tempat

berkembang biaknya. Cara ini dikenal dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD

23

Cairan dan tetesan disesuaikan 10 ml/kgBB/jam

Evaluasi ketat Tanda vital

Tanda perdarahan

Diuresis

Hb, Ht, trombosit

Stabil dalam 24 jam

Tetesan 5 ml/kgBB/jam

Tetesan 3 ml/kgBB/jam

Infus stop tidak melebihi 48 jam

Syok teratasi

Lanjutkan cairan 15-20 ml/kgBB/jam

Tambahkan koloid/plasma Dekstran/FFP

Koreksi asidosis

Syok belum teratasi

Ht turun Ht tetap tinggi naik koloid

Transfusi darah segar 10 ml/kgBB 20 ml/kg BB dapat diulang sesuai kebutuhan

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

(PSN-DBD). Oleh karena tempat-tempat berkembang biaknya terdapat di rumah-

rumah dan tempat-tempat umum maka setiap keluarga harus melaksanakan PSN-

DBD secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali (Depkes RI, 1995). PSN-

DBD bias melalui penggunaan insektisida untuk langsung membunuh nyamuk Aedes

aegypti dewasa. Malation adalah insektisida yang lazim dipakai sekarang ini. Cara

penggunaan malation ialah dengan pengasapan (thermal fogging) atau pengabutan

(cold fogging). Ada juga insektisida yang bertujuan membunuh jentik-jentik nyamuk,

yakni temephos (abate). Cara penggunaan abate ialah dengan pasir abate (sand

granules) ke dalam sarang -sarang nyamuk Aedes aegypti. Sedangkan cara PSN-DBD

tanpa menggunakan insektisida adalah 3M, yakni menguras bak mandi, tempayan

atau TPA minimal seminggu sekali karena perkembangan telur untuk menjadi

nyamuk memerlukan waktu 7-10 hari. Selanjutnya menutup TPA rapat-rapat, dan

langkah terakhir dari 3M yakni membersihkan halaman rumah dari barang-barang

yang memungkinkan nyamuk tersebut bersarang atau bertelur (Hendarwanto, 2001).

2.2. Karakteristik, Pengetahuan dan Perilaku

2.2.1. Karateristik

Umur

Umur sebagai salah satu sifat karateristik tentang orang yang dalam studi

epidemiologi merupakan variable yang cukup penting karena cukup banyak penyakit

ditemukan dengan berbagai frekuensi yang disebabkan oleh umur. Peranan variable

umur menjadi cukup penting antara lain karena : (1) studi tentang hubungan variasi

suatu penyakit dengan umur dapat memberikan gambaran tentang faktor penyebab

penyakit tersebut, (2) umur dapat merupakan faktor sekunder yang harus

diperhitungkan dalam mengamati atau meneliti perbedaan frekuensi penyakit terhadap

variable lainnya.

Umur merupakan salah satu sifat karakteristik tentang orang yang sangat

utama karena umur mempunyai hubungan yang erat dengan keterpaparan. Umur juga

mempunyai hubungan erat dengan berbagai faktor karakteristik tentang orang lainnya,

seperti : pekerjaan, status perkawinan, reproduksi dan berbagai kebiasaan lainnya.

24

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu variable deskriptif yang dapat

memberikan perbedaan angka kejadian pada pria dan wanita. Pada umumnya, keluhan

beberapa penyakit tertentu lebih terbuka pada pria dibandingkan wanita. Perbedaan

frekuensi kejadian penyakit kejadian penyakit menurut jenis kelamin dapat pula

disebabkan karena pengaruh jenis kelamin terhadap penggunaan sarana kesehatan

yang tersedia. Pelayanan kesehatan primer lebih banyak dikunjungi oleh wanita dan

anak-anak dibandingkan pria.

Kelompok Etnik

Kelompok etnik meliputi kelompok homogen berdasarkan kebiasaan hidup

maupun homogenitas biologi atau genetis. Dari segi epidemiologic kelompok orang-

orang yang tinggal dan hidup bersama dalam waktu yang cukup lama dan

membutuhkan karakteristik tertentu baik secara biologis maupun dalam hal

mekanisme social merupakan salah satu hal yang dalam harus diperhatikan.

Agama

Agama yang merupakan salah satu karakteristik variable tentang orang yang

dapat memberikan keterangan tentang pengalaman dan keadaan penyakit dalam

masyarakat tertentu. Hal ini terjadi karena berbagai faktor yang erat hubungannya

dengan agama, umpamanya perbedaan makanan yang oleh agama tertentu dinyatakan

terlarang, akan menghindarkan mereka dari penyakit tertentu yang bersumber dari

makanan tersebut, seperti babi dengan penyakit trichinosis, alcohol dengan penyakit

sirosis hepatis dan sebagainya.

Pekerjaan

Pekerjaan lebih banyak dilihat dari kemungkinan keterpaparan khusus dan

tingkat/ derajat keterpaparan tersebut serta besarnya risiko menurut sifat pekerjaan,

lingkungan kerja dan sifat sosioekonomi karyawan pada pekerjaan tertentu. Ada

berbagai hal yang mungkin berhubungan erat dengan sifat pekerjaan, seperti : jenis

kelamin, umur, status perkawinan serta tingkat pendidikan yang juga sangat

berpengaruh terhadap tingkat kesehatan pekerja. Pekerjaan juga mempunyai

hubungan yang erat dengan status social ekonomi, sedangkan berbagai jenis penyakit

25

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

yang timbul dalam keluarga sering berkaitan dengan jenis pekerjaan yang

mempengaruhi pendapatan keluarga.

Status Perkawinan

Status perkawinan mempunyai peranan yang cukup penting, baik terhadap

derajat keterpaparan maupun dalam hal besar resiko dan pada derajat kerentanan.

Dalam hal ini keterangan tentang kawin/tidak kawin, cerai/janda/duda merupakan

variable dalam penentuan status perkawinan. Dari suatu pengamatan di Amerika

Serikat menunjukan bahwa angka kematian kelompok yang kawin ternyata lebih

rendah dibandingkan mereka yang tidak kawin atau yang cerai (hidup sendiri). Hal ini

mungkin disebabkan karena orang yang cara hidupnya tidak teratur (hidup

sembarangan) sehingga mempunyai keterpaparan yang tinggi terhadap berbagai agen

penyakit juga pada umumnya mempunyai kecenderungan untuk tidak kawin dan pada

umumnya terdapat perbedaan cara hidup antara orang-orang yang tidak kawin dengan

orang yang kawin yang mungkin merupakan resiko untuk terkena berbagai penyakit

tertentu.

Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi sangat erat hubungannya dengan pekerjaan dan jenis

pekerjaan serta besarnya pendapatan keluarga juga berhubungan dengan lokasi tempat

tinggal, kebiasaan hidup keluarga termasuk kebiasaan makan, jenis rekreasi keluarga

dan sebagainya. Status sosial ekonomi erat pula hubungannya dengan faktor psikologi

individu dan keluarga dalam masyarakat.

2.2.2 Perilaku

Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang

mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Blum, 1974). Oleh

sebab itu dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, maka

intervensi atau upaya yang ditujukan kepada faktor perilaku ini sangat strategis. Dua

upaya untuk intervensi terhadap faktor perilaku ini ialah :

1. Tekanan (enforcement)

Upaya agar masyarakat mengubah perilaku atau mengadopsi perilaku

kesehatan dengan cara-cara tekanan, paksaan, atau koreksi. Upaya ini bisa

26

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

dalam bentuk undang-undang atau peraturan (law inforcement), instruksi,

tekanan, (fisik dan non fisik), sanksi, dan sebagainya. Cara ini biasanya

menimbulkan dampak yang lebih cepat terhadap perubahan perilaku tetapi

pada umumnya tidak langgeng, karena perubahan perilaku yang dihasilkan

dengan cara ini tidak didasari oleh pengertian dan kesadaran yang tinggi

terhadap tujuan perilaku tersebut dilaksanakan.

2. Edukasi

Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadaptasi perilaku

kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan

informnasi, memberikan kesadaran melalui kegiatan yang disebut pendidikan

atau penyuluhan kesehatan. Memang dampak yang timbul dari cara ini

terhadap perubahan perilaku masyarakat akan memakan waktu lama

dibandingkan dengan cara koreksi. Namun demikian akan lenggeng.

Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang

dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Skiner

(1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau

reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Menurut Lawrence Green (1980) perilku dipengaruhi oleh tiga faktor utama :

a. Faktor predisposisi

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

kesehatan, tradisi, dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang

berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat

pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.

b. Faktor pemungkin (enambling factors)

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas

kesehatan bagi masyarakat misalnya : air bersih, tempat pembuangan sampah

dan ketersediaan makanan bergizi. Termasuk juga fasilitas pelayanan

kesehatan seperti puskesmas, posyandu, poliklinik dan sebagainya. Untuk

perilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana yang

mendukung.

c. Faktor penguat (reinforcing factors)

27

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (Toma),

tokoh agama (Toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas

kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hang

perlu perilaku dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan

perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan petugas

kesehatan.

Apabila konsep Blum yang menjelaskan bahwa derajat kesehatan itu

dipengaruhi oleh empat faktor utama, yakni : lingkungan, perilaku, pelayanan

kesehatan, dan keturunan, maka pendidikan (promosi kesehatan) adalah sebuah

intervensi terhadap faktor perilaku (konsep Green), maka kedua konsep tersebut dapat

diilustrasikan seperti pada bagan hubungan status kesehatan, perilaku, dan pendidikan

kesehatan.

28

Keturunan

Status kesehatan

Perilaku

Proses perubahan

Enabling factors (ketersediaan

sumber/fasilitas)

Pemberdayaan masyarakat

Pendidikan kesehatan (promosi kesehatan)

Pelayanan kesehatan Status kesehatan

Predisposing factors

(pengetahuan, sikap)

Reinforcing factors

(sikap&perilaku petugas

Komunikasi Training

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Perilaku dapat dibedakan jadi dua yaitu :

1. Perilaku tertutup (covert behaviour)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung

atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih

terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan

sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan

belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (overt behaviour)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan

nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas

dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah

dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

Perilaku Kesehatan

kAdalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau

objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan, minuman serta lingkungan. Dari batasan ini perilaku kesehatan

dapat diklasifikasikan jadi tiga kelompok :

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan

Adalah perilaku atau usaha seseorang untuk memelihara atau

menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan

bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini

terdiri dari tiga aspek:

a. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuahn penyakit bila

sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari

penyakit.

29

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

b. Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan

sehat.

c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman

dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang,

tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab

menurunnya kesehatan seseorang.

2. Perilaku pencarian dan penggunan sistem atau fasilitas pelayanan

kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan.

Perilaku ini menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan.

3. Perilaku kesehatan lingkungan yaitu bagaimana seseorang merespon

lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan

sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi

kesehatannya.

Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan

membagi perilaku manusia itu ke dalam tiga domain yakni : a)

kognitif, b) afektif, c)psikomotor. Dalam perkembangannya, teori

Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan,

yakni :

2.2.3 Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap sutu objek tertentu.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

adalam membentuk tindakan seseorang.

Proses adopsi perilaku

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses

yang berurutan yakni:

30

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui stimulus terlebih dahulu.

2. Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus

3. Evaluation, menimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya.

4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Tingkat Pengetahuan di dalam domain kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan

1. Tahu ( Know )

Mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahea orang tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, mendefinisikan,

menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami ( Comprehension )

Suatu kemampuan untuk menjelaskan seacara benar tentang objek yang

diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi ( Application )

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi sebenarnya.

4. Analisis

Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam

komponen : tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada

kaitannya satu sama lain. Kemampuan ini dapat dilihat dari kesanggupan

untuk membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan

sebagainya.

5. Sintesis

31

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampian untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

6. Evaluasi

Kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau

responden.Indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan

atau kesadaran terhadap kesehatan, dapat dikelompokkan menjadi :

a. Pengetahuan tenyang sakit dan penyakit, meliputi :

Penyebab penyekat

Gejala atau tanda-tanda penyakit

Bagaimana cara pengobatan atau kemana mencari terapi

Bagaimana cara penularannya

Bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi dan sebagainya

b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat,

meliputi :

Jenis : makanan bergizi

Manfaat makanan bergizi bagi kesehatannya

Pentingnya olhraga bagi kesehatan

Penyakit atau bahaya merokok, minum-minuman keras, narkoba, dan

sebagainya.

Pentingnya istiraha cukup, relaksasi, rekreasi dan sebagainya bagi

kesehatan.

c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan

Manfaat air bersih

Cara-cara pembuangan limbah yang sehat

Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat

Akibat polusi bagi kesehatan dan sebagainya

o Sikap ( Attitude )

Merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek.

32

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Proses terbentuknya sikap dan reaksi :

Komponen pokok sikap

Allport ( 1954 ) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen

pokok yaitu :

1. Kepercayaan ( keyakinan ), ide dan konsep terhadap suatu

objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

Berbagai tingkatan sikap :

1. Menerima ( receiving ) = orang / subjek mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan ( objek )

2. Merespon ( responding ) = memberikan jawaban apabila ditanya,

mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu

indikasi dari sikap tingkat ini.

3. Menhargai ( valving ) = mengajak orang lain atau mengerjakan atau

mendiskusikan suatui masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab ( responsible ) atas segala sesuatu yang telah

dipilihnya dengan segala resiko.

33

Stimulus Rangsangan

Proses Stimulus

Reaksi Tingkah laku ( terbuka )

Sikap (tertutup )

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara

langsung dapat dipertanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden

terhadap suatu obyek. Secara langsung dapat dilakukan dengan pernyataan, hipotesis,

kemudian ditanyakn pendapat responden.

Indikator untuk sikap kesehatan meliputi antara lain :

a. Sikap terhadap sakit dan penyakit. Adalah bagaimna penilaian atau pendapat

seseorang terhadap : gejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara

penunalaran, cara pencegahan dan sebagainya.

b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat. Adalah penilaian atau pendapat

seseorang terhadap cara-cara memelihara dan cara (berprilaku) hidup sehat.

c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan. Adalah pendapat atau penilaian

seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya terhadap kesehatan.

o Praktik

Suatu sikap yang belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan.

Untuk mewujudkan sikap menjadi perbuatan nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah

fasilitas.

Praktik ini memounyai beberapa tingkatan :

a. Presepsi. Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan

yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

b. Respon terpimpin. Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar

dan sesuai dengan contoh. Ini merupakan indikator praktik tingkat dua.

c. Mekanisme. Apabila sesorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar

secara otomatis atau seusatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah

mencapai praktik tingkat tiga.

d. Adopsi. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni

dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa

jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan

34

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan

responden.

Indikator praktik kesehatan meliputi :

a. Tindakan sehubungan dengan penyakit. Ini mencakup : pencegahan penyakit

dan penyembuhan penyakit

b. Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Mencakup antara lain:

mengkonsusmsi makan dengan gizi seimbang, melakukan olahraga teratur,

tidak merokok dan sebagainya.

c. Tindakan kesehatan lingkungan. Mecakup antara lain : membuang sampah

ditempat sampah, menggunaka air bersih dan lain-lain.

Perilaku atau kegiatan individu menyangkut hal-hal yang dia sadari dan juga

yang dia tidak sadari. Menurut konsep Psikoanalisis sebagian besar kehidupan

individu terdiri atas bagian yang tidak disadari (ketidaksadaran), hanay sebgain kecil

saja yang dapat disadari oleh individu. Sigmund Freud bapak Psikoanalisis

mengumpamakan kehidupan individu itu seperti sebuah gunung es yang melayang-

melayang di permukaan air laut. Sebagian besar dari gunug es itu berada dibawah

permukaan air, hanya sedikit bagian dari gung es itu yang tersembul di permukaan air.

Bagian yang tersembul itu oleh Freud diumpamakan sebagai kesadarn atau hal-hal

yang dapat disadarim bagian yang tenggelam diumpamakan sebagai ketidaksadaran

atau hal-hal yang tidak disadari.

Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan

Masyarakat atau anggot masyarakat yang mendapat penyakit, dan tidak

merasakn sakit (disease but not illness) sudah barang tentu tidak akan bertindak apa-

apa terhadap penyakitnya tersebut. Tetapi bila mereka diserang penyakit dan juga

merasakn sakit, maan baru akan timbul berbagai macam perilaku dan usaha. Respons

seseorang apabila sakit adalah sebagai berikut :

Tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apap-apa (no action).

Alasannya antara lain bahwa kondisi yang demikian tidak akan menganggu

kehiatan atau kerja mereka sehari-hari. Mungkin beranggapan bahwa tanpa

bertindak apapun symptom atau gejala yang dideritanya akan lenyap dengan

sendirinya. Tidak jarang pula masyarakat memprioritaskan tugas-tugas lain

35

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

yang dianggap lebih penting daripada megobati sakitnya. Hal ini merupakan

suatu bukti bahwa kesehatan belum merupakan prioritas di dalam hidup dan

kehidupannya. Alasan lain yang sering kita dengar adalah fasilitas kesehatan

yang diperlukan sangat jauh letaknya, para petugas kesehatan tidak simpatik,

judes, tidak responsif, dan sebagainya. Dan akhirnya alasan takut dokter, takut

pergi ke rumah sakit, takut biaya dan sebagainya.

Tindakan mengobati sendiri (self treatment), dengan alasan bahwa orang atau

masyarakat tersebut sudah percaya kepada diri sendiri dan sudah merasa

bahwa berdasar pengalaman yang lalu usaha pengobatan sendiri sudah dapat

mendatangkan kesembuhan. Hal ini mengakibatkan pencarian pengobatan

keluar tidak diperlukan.

Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional (traditional

remedy). Untuk masyarakat pedesaan khususnya, pengobatan tradisional ini

masih menduduki tempat teratas dibanding dengan pengobatan-pengobatan

yang lain.

Pada masyarakat yang masih sederhana, masalah sehat-sakit adalah lebih

bersifat budaya daripada gangguan-gangguan fisik. Identik dengan itu

pencarian pengobatan pun lebih berorientasi kepada sosial budaya masyarakat

daripada hal-hal yang dianggap masih asing.

Dukun (bermacam-macam dukun) yang melakukan pengobatan tradisional

merupakan bagian dari masyarakat, dekat dengan masyarakat dan pengobatan

yang dihasilkan adalah kebudayaan masyarakat, lebih diterima masyarakat

daripada dokter, mantra, bidan dan sebagainya yang masih asing bagi mereka,

seperti juga pengobatan yang dilakukan dan obat-obatnyapun masih

merupakan kebudayaan mereka.

Mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat dan

sejenisnya, termasuk ke tukang-tukang jamu. Obat-obat yang mereka dapatkan

pada umumnya adalah obat-obat yang tidak memakai resep sehingga sukar

untuk dikontrol. Namun demikian, sampai sejauh ini pemakaian obat-obat

bebas oleh masyarakat belum mengakibatkan masalah yang serius. Khusus

mengenai jamu sebagai sesuatu untuk pengobatan (bukan hanya untuk

pencegahan saja) makin tampak peranannya dalam kesehatan masyarakat.

Untuk itu perlu diadakan penelitian yang lebih mendalam.

36

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang diadakan

oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta yang dikategorikan

ke dalam balai pengobatan, puskesmas dan rumah sakit.

Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan

oleh praktik dokter (private medicine).

Persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit erat hubungannya dengan

perilaku pencarian pengobatan. Kedua pokok pikiran tersebut akan

mempengaruhi atas dipakai atau tidak dipakainya fasilitas kesehatan yang

disediakan. Apabila persepsi sehat-sakit masyarakat belum sama dengan

konsep sehat-sakit dokter, maka jelas masyarakat belum tentu atau tidak mau

mengguanakan fasilitas yang dipergunakan dan sebaliknya.

Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan di

Puskesmas perlu ditunjang dengan adanya penelitian-penelitian sosial budaya

masyarakat, persepsi dan perilaku masyarakat tersebut terhadap sehat-sakit.

Bila diperoleh data bahwa masyarakat masih mempunyai persepsi sehat-sakit

yang berbeda dengan kita (dokter), maka kita dapat melakukan pembetulan

konsep sehat-sakit itu melalui pendidikan kesehatan masyarakat. Dengan

demikian, pelayanan yang kita (dokter) berikan akan diterima oleh

masyarakat.

37

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

BAB III

KERANGKA TEORITIS DAN KONSEP

KERANGKA TEORITIS

3.1 KERANGKA TEORITIS

a. Karakteristik

Usia

Jenis kelamin

Suku Bangsa

Pendidikan terakhir

Pekerjaan

Penghasilan perbulan

b. Pengetahuan

Etiologi

Cara penularan

Jenis Vektor

Ciri-ciri Vektor

Waktu aktifitas Vektor

Tempat perkembangbiakan Vektor

Gejala

Diagnosis

Patogenesis

Penanganan awal

Penatalaksanaan

38

PENCEGAHAN DBD

Baik

Sedang

Kurang

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Prognosis

Program 3M

c. Sikap

Program 3M

Program Jumantik

Pemberantasan nyamuk dewasa

Penanganan awal

Penyuluhan

3.2 KERANGKA KONSEP

a. Karakteristik

Usia

Jenis kelamin

Suku Bangsa

Pendidikan terakhir

Pekerjaan

Penghasilan keluarga

b. Pengetahuan

Etiologi

Cara penularan

Jenis Vektor

Ciri-ciri Vektor

Waktu aktifitas Vektor

Tempat perkembangbiakan Vektor

Gejala

Penanganan awal

Program 3M

d. Sikap

Program 3M

39

PENCEGAHAN DBD

Baik

Sedang

Kurang

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Program Jumantik

Pemberantasan nyamuk dewasa

Penanganan awal

Penyuluhan

3.3 DEFINISI OPERASIONAL

VARIABEL DEFINISI

OPERASIONAL

CARA

PENGUKURAN

KATEGORI SKALA

PENGUKURAN

Usia Lamanya seseorang

hidup dalam satuan

tahun sejak

kelahiran

Wawancara dan

pengisian

kuisioner

< 20 tahun 20 - 30 tahun 30 – 40 tahun > 40 tahun

Interval

Jenis

kelamin

Istilah yang

membedakan laki –

laki dan perempuan

secara biologis dan

dibawa sejak lahir

Wawancara dan

pengisian

kuisioner

Laki – laki perempuan

Nominal

Suku bangsa Suatu golongan

manusia yang

anggota –

anggotanya

mengidentifikasikan

dirinya dengan

sesamanya biasanya

berdasarkan garis

keturunan yang

dianggap sama

Wawancara dan

kuisioner

betawi sunda jawa padang batak lain – lain

Nominal

Pendidikan Jenjang pendidikan Wawancara dan SD SLTP

Ordinal

40

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

terakhir terakhir yang

diselesaikan pada

instansi pendidikan

formal

pengisian

kuisioner

SLTA Universitas/D3

Pengetahua

n

Informasi yang

dimiliki seseorang

mengenai objek

dalam hal ini

Demam Berdarah

Dengue

Wawancara dan

pengisian

kuisioner

Penyebab Cara penularan Jenis Vektor Ciri-ciri Vektor Waktu aktifitas

Vektor Tempat

perkembangbiakan Vektor

Gejala Penanganan awal Program 3M

Nominal

Sikap Reaksi atau respon

seseorang terhadap

suatu informasi

(stimulus)

Wawancara dan

pengisian

kuisioner

Program 3M Program Jumantik Pemberantasan

nyamuk dewasa Penanganan awal Penyuluhan

Nominal

Pencegahan Segala sesuatu yang dilakukanrespondensehubungan dengan pengetahuan dan

sikap untuk

mencegah dan

menanggulangi

DBD

Wawancara

dengan

pengisian

kuesioner

Baik Sedang Kurang

Ordinal

Cara PengukuranPencegahan

Tindakan diukur melalui 5 pertanyaan, responden yang menjawab benar akan

diberi skor 1 sedangkan jika menjawab salah diberi skor 0. Sehingga total skor

tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 5.

41

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan definisi sebagai

berikut:

a. Baik, apabila skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu ≥ 4.

b. Sedang, apabila skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi yaitu 2-3.

c. Kurang, apabila skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi yaitu ≤ 1

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggambarkan

karakteristik, pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap pencegahan DBD di

kecamatan Duren Sawit.

Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan

dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara

objektif. Kedua variabel baik variabel independent dan dependent dikumpulkan

secara bersamaan, maka jenis penelitiannya adalah cross sectional.

4.2 Populasi dan sampel

i. Populasi

Populasi yang diteliti adalah masyarakat di Kecamatan Duren Sawit tahun

2012.

ii. Sample

Sampel yang diteliti adalah masyarakat di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit

tahun 2012

4.3 Teknik Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sample menggunakan teknik non random accidental sampling

4.4 Cara Pengumpulan Data

42

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Cara pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara dengan sampel

penelitian.

4.5 Instrument Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah kuesioner.

4.6 Pengolahan, Analisis serta Penyajian Data

4.6.1 Pengolahan Data

Pengolahan data penelitian dilakukan baik dalam editing, coding maupun

tabulating, dilakukan secara manual.

4.6.2 Analisa Data

Data penelitian di analisis dengan menggunakan tabel analisis univariat dan

bivariat.

4.6.3 Penyajian Data

Data penelitian disajikan dalam bentuk tabel univariat dan bivariat.

4.7 Pelaksana

Yang menjadi pelaksana dalam penelitian Puskesmas adalah seluruh dokter muda

yang mengikuti kegiatan puskesmas di Kecamatan Duren Sawit

43

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1. TABEL UNIVARIAT

Tabel 5.1.1. Distribusi Usia Responden di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit

Tahun 2012

USIA JUMLAH PERSENTASE (%)< 20 tahun 6 620 – 30 tahun 25 2531 – 40 tahun 29 29> 40 tahun 40 40

TOTAL 100 100

Berdasarkan dari tabel 5.1.1. didapatkan 40 responden (40%) yang berusia >40

tahun.

Tabel 5.1.2.Distribusi Jenis Kelamin Responden di Puskesmas Kecamatan Duren

Sawit Tahun 2012

JENIS KELAMIN JUMLAH PERSENTASE (%)PRIA 38 38WANITA 62 62

TOTAL 100 100

Berdasarkan dari tabel 5.1.2. didapatkan 62 responden (62%) berjenis kelamin

wanita.

Tabel 5.1.3.Distribusi Suku Bangsa Responden di Puskesmas Kecamatan Duren

Sawit Tahun 2012

SUKU BANGSA JUMLAH PERSENTASE (%)BETAWI 29 29SUNDA 15 15JAWA 43 43PADANG 4 4

44

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

BATAK 5 5LAIN-LAIN 4 4

TOTAL 100 100%

Berdasarkan dari tabel 5.1.3. didapatkan 43 responden (43%) bersuku Jawa.

Tabel 5.1.4. Distribusi Pendidikan Terakhir Responden di Puskesmas Kecamatan

Duren Sawit Tahun 2012

PENDIDIKAN TERAKHIR JUMLAH PERSENTASE (%)SD 13 13SMP 20 20SMA 50 50D3/S1 17 17

TOTAL 100 100

Berdasarkan dari tabel 5.1.4. didapatkan 50 responden (50%) berpendidikan terakhir

SMA.

Tabel 5.1.5. Distribusi Pekerjaan Responden di Puskesmas Kecamatan Duren

Sawit Tahun 2012

PEKERJAAN JUMLAH PERSENTASE (%)Ibu Rumah Tangga 46 46

Pelajar 5 5

Karyawan Swasta 18 18

Wiraswasta 16 16

Pegawai Negeri Sipil 0 0

Lain-lain 15 15

TOTAL 100 100

Berdasarkan dari tabel 5.1.5. didapatkan bahwa 46 responden (46%) memiliki

pekerjaan sebagai ibu rumah tangga.

Tabel 5.1.6. Distribusi Penghasilan Keluarga Responden per Bulan di Puskesmas

Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

PENGHASILAN KELUARGA JUMLAH PERSENTASE (%)< Rp 800.000 29 29Rp 800.000 – Rp 1.500.000 36 36>Rp 1.500.000 35 35

TOTAL 100 100

45

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Berdasarkan dari tabel 5.1.6. didapatkan bahwa 36 responden (36%) memiliki

penghasilan keluarga Rp. 800.000 – Rp.1.500.000

Tabel5.1.7. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Penyebab Penyakit DBD

di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

PENYEBAB DEMAM BERDARAH DENGUE JUMLAH PERSENTASE (%)a. Nyamuk 94 94b. Bakteri 3 3c. Virus 3 3d. Cacing 0 0

TOTAL 100 100

Berdasarkan dari tabel 5.1.7. didapatkan bahwa 94 responden (94%) menyatakan

penyebab DBD adalah nyamuk.

Tabel5.1.8. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Jenis Nyamuk Yang

Menularkan Penyakit DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit

Tahun 2012

CARA PENULARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

JUMLAH PERSENTASE (%)

a. Mansonia sp 4 4b. Anopheles 13 13c. Culex sp 0 0d. Aedes aegypti 83 83

TOTAL 100 100

Berdasarkan dari tabel 5.1.8. didapatkan 83 responden (83%) menyatakan

menyatakan jenis nyamuk yang menularkan penyakit DBD adalah Aedes aegypti.

Tabel5.1.9. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Ciri Nyamuk Yang

Menularkan Penyakit DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit

Tahun 2012

CIRI NYAMUK YANG MENULARKAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

JUMLAH PERSENTASE (%)

a. Tubuh berwarna hitam dengan belang-belang cokelat

29 29

b. Tubuh seluruh berwarna hitam 5 5c. Tubuh berwarna hitam dengan

belang-belang putih65 65

d. Tubuh seluruhnya berwarna coklat 1 1100 100 100

Berdasarkan dari tabel 5.1.9. didapatkan bahwa 65 responden (65%) menyatakan

menyatakan warna nyamuk DBD adalah tubuh berwarna hitam dengan belang-belang

putih.

46

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Tabel5.1.10. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Waktu Aktifitas Nyamuk

Yang Menularkan Penyakit DBD di Puskesmas Kecamatan Duren

Sawit Tahun 2012

WAKTU NYAMUK DEMAM BERDARAH BEREDAR

JUMLAH PERSENTASE (%)

a. Siang dan malam 9 9

b. Pagi dan Sore 78 78

c. Malam 0 0

d. Sepanjang hari 13 13

TOTAL 100 100

Berdasarkan dari tabel 5.1.10. didapatkan bahwa 78 responden (78%) menyatakan

waktu nyamuk DBD beredar adalah pada pagi dan sore.

Tabel5.1.11. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Cara Penularan Penyakit

DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

CARA PENULARAN DEMAM BERDARAH DENGUE

JUMLAH PERSENTASE (%)

a. Melalui suntikan 1 1

b. Kontak langsung dengan penderita 1 1

c. Gigitan nyamuk 97 97

d. Makanan/minuman yang dihinggapi lalat 1 1

TOTAL 100 100

Berdasarkan dari tabel 5.1.11. didapatkan bahwa 97 responden (97%) menyatakan

cara penularan penyakit DBD melalui gigitan nyamuk.

Tabel5.1.12. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Tempat

Perkembangbiakan Nyamuk DBD di Puskesmas Kecamatan Duren

Sawit Tahun 2012

TEMPAT PERKEMBANG BIAKAN NYAMUK DBD

JUMLAH PERSENTASE (%)

a. Air jernih yang tergenang 54 54

b. Benda yang tergantung dalam rumah 7 7

c. Sembarang tempat 2 2

d. Air kotor yang tergenang 37 37

TOTAL 100 100

Berdasarkan dari tabel 5.1.12. didapatkan bahwa 54 responden (54%) menyatakan

tempat perkembangbiakan nyamuk DBD adalah air jernih yang tergenang.

47

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Tabel5.1.13. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Gejala dan Tanda Dari

Penyakit DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

GEJALA DARI PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

JUMLAH PERSENTASE (%)

a. Demam dan bintik-bintik kemerahan 93 93

b. Gatal-gatal pada kulit 0 0

c. Diare 0 0

d. Sedikit buang air kecil 7 7TOTAL 100 100

Berdasarkan dari tabel 5.1.13. didapatkan bahwa 93 responden (93%) menyatakan

gejala dari penyakit DBD adalah demam dan bintik-bintik kemerahan.

Tabel5.1.14. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Penanganan Awal

Penyakit DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

PENANGANAN AWAL PENYAKIT DBD JUMLAH PERSENTASE (%)a. Diberi minum sebanyak-banyaknya dan

dibawa ke dokter/fasilitas kesehatan 77 77

b. Diberi jamu/obat tradisional 7 7

c. Diberi jus jambu biji 16 16

d. Tidak perlu diberikan apa-apa 0 0

TOTAL 100 100

Berdasarkan dari tabel 5.1.14. didapatkan bahwa 77 responden (77%) menyatakan

penanganan awal yang dapat dilakukan bagi seseorang yang terkena penyakit DBD

adalah diberi minum sebanyak-banyaknya dan dibawa ke dokter/fasilitas kesehatan.

Tabel5.1.15. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Program 3M PLUS di

Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

PROGRAM 3M PLUS JUMLAH PERSENTASE (%)a. Membakar, Menguras, Menutup,

Memmelihara ikan pemakan jentik, Menabur

bubuk abate21 21

b. Mengubur, Menguras, Menutup,

Memeihara ikan pemakan jentik, Menabur

bubuk abate57 57

c. Mengubur, Menguras, Membersihkan, Memelihara ikan pemakan jentik, Menabur bubuk abate

14 14

d. Menyemprot, Menguras, Mengubur, Memelihara ikan pemakan jentik, Menabur bubuk abate

8 8

TOTAL 100 100

48

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Berdasarkan dari tabel 5.1.15. didapatkan bahwa 57 responden (57%) menyatakan

kepanjangan dari program 3M plus adalah Mengubur, Menguras, Menutup,

Memelihara ikan pemakan jentik, dan Menabur bubuk abate.

Tabel5.1.16. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Program PSN di

Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

PROGRAM PSN JUMLAH PRESENTASE (%)a.Pembasmian Sarang Nyamuk 31 31

b.Penyemprotan Sarang Nyamuk 24 24

c.Pemberantasan Sarang Nyamuk 45 45

TOTAL 100 100

Berdasarkan dari tabel 5.1.16. didapatkan bahwa 45 responden (45%) menyatakan

kepanjangan dari program PSN adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk.

Tabel5.1.17. Distribusi Sikap Responden Tentang Kaleng Bekas Dan Pecahan

Botol Yang Sudah Tidak Digunakan di Puskesmas Kecamatan Duren

Sawit Tahun 2012

KALENG BEKAS DAN PECAHAN BOTOL YANG SUDAH TIDAK DIGUNAKAN LAGI

JUMLAH PERSENTASE (%)

a. Dibakar 6 6

b. Dibiarkan saja 1 1

c. Dikubur 93 93

TOTAL 100 100

Berdasarkan dari tabel 5.1.17. didapatkan bahwa 93 responden (93%) menyatakan

kaleng bekas dan pecahan botol yang sudah tidak digunakan lagi sebaiknya dikubur.

Tabel5.1.18. Distribusi Sikap Responden Tentang Tempat Penampungan

Air/Gentong di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit2012

PENAMPUNGAN AIR/GENTONG DI RUMAH JUMLAH PERSENTASE (%)a. Menutup tempat penampungan tersebut 92 92

b. Membiarkan terbuka 4 4

c. Tidak peduli 4 4

TOTAL 100 100

Berdasarkan dari tabel 5.1.18. didapatkan bahwa 92 responden (92%) menyatakan

menutup tempat penampungan air/gentong yang terdapat di rumah.

49

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Tabel5.1.19. Distribusi Sikap Responden Tentang Tentang Waktu Menguras Bak

Mandi di Rumah di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

FREKUENSI MENGURAS BAK MANDI DI RUMAH

JUMLAH PRESENTASE (%)

a. Menguras jika sudah sangat kotor 7 7

b. Menguras minimal 1 kali seminggu 76 76

c. Menguras 2 minggu sekali 17 17

TOTAL 100 100

Berdasarkan dari tabel 5.1.19. didapatkan bahwa 76 responden (76%) menyatakan

menguras bak mandi di rumah minimal 1 kali seminggu.

Tabel5.1.20. Distribusi Sikap Responden Tentang Partisipasi Sebagai Petugas

Jumantik di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

KESEDIAAN MENJADI PETUGAS JUMANTIK (JURU PEMANTAU JENTIK)

JUMLAH PRESENTASE (%)

a. Bersedia dengan senang hati 74 74

b. Menolak dengan alasan buang-buang waktu

dan tenaga 4 4

c. Mempertimbangkannya untuk lain waktu 22 22

TOTAL 100 100

Berdasarkan dari tabel 5.1.20. didapatkan bahwa 74 responden (74%) menyatakan

bersedia dengan senang hati apabila diajak oleh petugas Puskesmas menjadi

JUMANTIK (Juru Pemantau Jentik).

Tabel5.1.21. Distribusi Sikap Responden Tentang Petugas Jumantik Yang Akan

Memeriksa Rumah di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun

2012

PETUGAS JUMANTIK (JURU PEMANTAU JENTIK) YANG AKAN MEMERIKSA RUMAH

JUMLAH PRESENTASE (%)

a. Mengunci pintu rumahnya 2 2

b. Mempersilahkannya 98 98

c. Mengusir petugas tersebut 0 0

TOTAL 100 100

Berdasarkan dari tabel 5.1.21. didapatkan bahwa 98 responden (98%) menyatakan

mempersilahkan petugas JUMANTIK (Juru Pemantau Jentik) bila akan memeriksa

rumah.

50

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Tabel5.1.22. Distribusi Sikap Responden Tentang Bubuk Abate Yang Dibagikan

Petugas Jumantik di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

BUBUK ABATE YANG DIBAGIKAN OLEH PETUGAS JUMANTIK (JURU PEMANTAU JENTIK)

JUMLAH PERSENTASE (%)

a. Disimpan saja 1 1

b. Ditaburkan ke tempat penampungan air 99 99

c. Diberikan kepada tetangga 0 0

TOTAL 100 100

Berdasarkan dari tabel 5.1.22. didapatkan bahwa 99 responden (99%) menyatakan

akan menaburkan bubuk abate yang diberikan oleh petugas JUMANTIK (Juru

Pemantau Jentik) ke tempat penampungan air.

Tabel5.1.23. Distribusi Sikap Responden Tentang Anggota Keluarga Yang

Dicurigai Terjangkit Penyakit DBD di Puskesmas Kecamatan Duren

Sawit Tahun 2012

ANGGOTA KELUARGA YANG DICURIGAI TERJANGKIT PENYAKIT DBD

JUMLAH PERSENTASE (%)

a. Diberi jus jambu biji 18 18

b. Diberi minum sebanyak-banyaknya dan

dibawa ke dokter/fasilitas kesehatan 82 82

c. Dibiarkan saja 0 0

TOTAL 100 100

Berdasarkan dari tabel 5.1.23. didapatkan bahwa 82 responden (82%) menyatakan

memberi minum sebanyak-banyaknya dan membawa ke dokter/fasilitas kesehatan

apabila ada anggota keluarga yang dicurigai terjangkit penyakit DBD.

Tabel5.1.24. Distribusi Sikap Responden Tentang Petugas Kesehatan Yang Akan

Melakukan Pengasapan/Fogging di Puskesmas Kecamatan Duren

Sawit Tahun 2012

PETUGAS KESEHATAN YANG AKAN MELAKUKAN PENGASAPAN/FOGGING DI RUMAH

JUMLAH PERSENTASE (%)

a. Mengusir petugas tersebut 1 1

b. Mempersilahkannya 97 97

c. Mengunci pintu dan menutup semua jendela 2 2

TOTAL 100 100

51

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Berdasarkan dari tabel 5.1.24. didapatkan bahwa 97 responden (97%) menyatakan

akan mempersilahkan petugas kesehatan untuk melakukan pengasapan/fogging di

rumah.

Tabel5.1.25. Distribusi Sikap Responden Tentang Penyuluhan Penyakit DBD di

Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

KESEDIAAN MENGIKUTI PENYULUHAN TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE

JUMLAH PERSENTASE (%)

a. Mengikuti dan memahami tentang

penyakit DBD 97 97

b. Sekedar mengikuti 2 2

c. Tidak ikut karena buang-buang waktu saja 1 1

TOTAL 100 100

Berdasarkan dari tabel 5.1.25. didapatkan bahwa 97 responden (97%) menyatakan

apabila diadakan penyuluhan tentang DBD maka akan mengikuti dan memahami

tentang penyakit DBD.

Tabel5.1.26. Distribusi Sikap Responden Tentang Anggota Keluarga Yang

Menderita Penyakit DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit

Tahun 2012

ANGGOTA KELUARGA ATAUPUN WARGA DI LINGKUNGAN YANG SUDAH DINYATAKAN MENDERITA DBD

JUMLAH PERSENTASE (%)

a. Melaporkan ke RT / Petugas kesehatan

setempat 97 97

b. Menunggu orang lain untuk melapor ke RT /

Petugas kesehatan 3 3

c. Mendiamkan saja 0 0

TOTAL 100 100

Berdasarkan dari tabel 5.1.26. didapatkan bahwa 97 responden (97%) menyatakan

melaporkan ke RT/Petugas kesehatan setempat apabila ada anggota keluarga ataupun

warga dilingkungan yang dinyatakan menderita DBD.

5.2. TABEL BIVARIAT

Tabel 5.2.1. Distribusi Usia Responden Terhadap Pencegahan DBD di

Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

USIA

PENCEGAHAN DBDTOTAL

BAIK SEDANG KURANG

N % N % N % N %

52

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

< 20 tahun 3 50 3 50 0 0 6 100

20 – 30 tahun 17 70,83 5 20,83 2 8,34 24 100

31 – 40 tahun 21 72,41 7 24,14 1 3,45 29 100

> 40 tahun 34 82,93 5 12,19 2 4,88 41 100

Berdasarkan Tabel 5.2.1 didapatkan 34 responden (82,93%) dengan umur >40 tahun

memiliki pencegahan DBD yang baik dibandingkan 3 responden (50%) dengan umur

<20 tahun.

Tabel 5.2.2. Distribusi Jenis Kelamin Responden Terhadap Pencegahan DBD di

Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

JENIS KELAMIN

PENCEGAHAN DBD

TOTALBAIK SEDANG KURANG

N % N % N % N %

PRIA 25 67,57 10 27,03 2 5,40 37 100

WANITA 50 79,37 10 15,87 3 4,76 63 100

Berdasarkan Tabel 5.2.2 didapatkan 50 responden (79,37%) dengan jenis kelamin

wanita memiliki pencegahan DBD yang baik dibandingkan 25 responden (67,57%)

dengan jenis kelamin pria.

Tabel 5.2.3. Distribusi Suku Bangsa Responden Terhadap Pencegahan DBD di

Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

SUKU BANGSA

PENCEGAHAN DBD

TOTALBAIK SEDANG KURANG

N % N % N % N %

BETAWI 21 70 5 16,67 4 13,33 30 100

SUNDA 13 86,67 2 13,33 0 0 15 100

53

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

JAWA 34 79,07 9 20,93 0 0 43 100

PADANG 2 50 1 25 1 25 4 100

BATAK 3 60 2 40 0 0 5 100

LAIN-LAIN 2 66,67 1 33,33 0 0 3 100

Berdasarkan Tabel 5.2.3 didapatkan 34 responden (79,07%) dengan suku bangsa Jawa

memiliki pencegahan DBD yang baik dibandingkan 2 responden (50%) dengan suku

bangsa Padang.

Tabel 5.2.4. Distribusi Pendidikan Terakhir Responden Terhadap Pencegahan

DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

PENDIDIKAN TERAKHIR

PENCEGAHAN DBD

TOTALBAIK SEDANG KURANG

N % N % N % N %

SD 10 71,43 3 21,43 1 7,14 14 100

SMP 15 78,95 4 21,05 0 0 19 100

SMA 36 72 11 22 3 6 50 100

D3/S1 14 82,35 2 11,77 1 5,88 17 100

Berdasarkan Tabel 5.2.4 didapatkan 36 responden (72%) dengan pendidikan terakhir

SMA memiliki pencegahan DBD yang baik dibandingkan 10 responden (71,43%)

dengan pendidikan terakhir SD.

Tabel 5.2.5. Distribusi Pekerjaan Responden Terhadap Pencegahan DBD di

Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

PEKERJAAN

PENCEGAHAN DBD

TOTALBAIK SEDANG KURANG

N % N % N % N %

54

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Ibu Rumah Tangga 39 84.8 6 13 1 2.2 46 100

Pelajar 2 40 3 60 0 0 5 100

Karyawan Swasta 11 61.11 4 22.22 3 16.67 18 100

Wiraswasta 12 75 4 25 0 0 16 100

Lain-lain 11 73.33 3 20 1 6.67 15 100

Berdasarkan Tabel 5.2.5 didapatkan 39 responden (84.8%) dengan pekerjaan ibu

rumah tangga memiliki pencegahan DBD yang baik dibandingkan 2 responden (40%)

dengan status pelajar.

Tabel 5.2.6. Distribusi Penghasilan Keluarga Responden Terhadap Pencegahan

DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

PENGHASILAN KELUARGA

PENCEGAHAN DBD

TOTALBAIK SEDANG KURANG

N % N % N % N %

< Rp 800.000 21 75 6 21.43 1 3.57 28 100

Rp 800.000 – Rp1.500.000 30 83.34 5 13.88 1 2.78 36 100

>Rp 1.500.000 24 66.67 9 25 3 8.33 36 100

Berdasarkan Tabel 5.2.6 didapatkan 30 responden (83.34%) dengan penghasilan

keluarga Rp 800.000 – Rp 1.500.000 per bulan memiliki pencegahan DBD yang baik

dibandingkan dengan 21 responden (75%) dengan penghasilan <Rp. 800.000

Tabel5.2.7. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Penyebab Penyakit DBD

Terhadap pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit

Tahun 2012

PENYEBAB DEMAM

PENCEGAHAN DBD

TOTALBAIK SEDANG KURANG

55

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

BERDARAH DENGUEN % N % N % N %

a. Nyamuk 70 74.47 19 20.22 5 5.31 94 100

b. Bakteri 3 100 0 0 0 0 3 100

c. Virus 2 66.67 1 33.33 0 0 3 100

Berdasarkan Tabel 5.2.7 didapatkan 70 responden (74.47%) dengan pencegahan DBD

baik menyatakan bahwa penyebab DBD adalah nyamuk dibandingkan dengan 2

responden (66.67%) yang menyatakan bahwa penyebab DBD adalah virus.

Tabel5.2.8. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Jenis Nyamuk Yang

Menularkan Penyakit DBD Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas

Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

JENIS NYAMUK PENYEBAB PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

PENCEGAHAN DBD

TOTALBAIK SEDANG KURANG

N % N % N % N %

a. Mansonia sp 3 60 1 20 1 20 5 100

b. Anopheles 2 66.67 1 33.33 0 0 3 100

c. Culex sp 0 0 0 0 0 0 0 0

d. Aedes aegypti 70 76.08 18 19.57 4 4.35 92 100

Berdasarkan Tabel 5.2.8 didapatkan 70 responden (76,08%) dengan pencegahan DBD

baik menyatakan bahwa jenis nyamuk yang menularkan penyakit DBD adalah Aedes

aegypti dibandingkan 2 responden (66,67%) yang menyatakan bahwa jenis nyamuk

yang menularkan penyakit DBD adalah Anopheles.

56

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Tabel5.2.9. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Ciri Nyamuk Yang

Menularkan Penyakit DBD Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas

Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

CIRI NYAMUK YANG MENULARKAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

PENCEGAHAN DBD

TOTALBAIK SEDANG KURANG

N % N % N % N %

a. Tubuh berwarna hitam dengan belang-belang cokelat

23 79,3 5 17,3 1 3,4% 29 100

b. Tubuh seluruh berwarna hitam

2 50 2 50 0 0 4 100

c. Tubuh berwarna hitam dengan belang-belang putih

49 74,3 13 19,7 4 6 66 100

d. Tubuh seluruhnya berwarna coklat

1 100 0 0 0 0 1 100

Berdasarkan Tabel 5.2.9 didapatkan 49 responden (74,3%) dengan pencegahan DBD

baik menyatakan bahwa ciri nyamuk yang menularkan penyakit DBD adalah tubuh

berwarna hitam dengan belang-belang putih dibandingkan 1 responden (100%) yang

menyatakan bahwa ciri nyamuk yang menularkan penyakit DBD adalah dengan tubuh

seluruhnya bewarna coklat.

Tabel5.2.10. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Waktu Aktifitas Nyamuk

Yang Menularkan Penyakit DBD Terhadap Pencegahan DBD di

Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

WAKTU NYAMUK DEMAM BERDARAH BEREDAR

PENCEGAHAN DBD

TOTALBAIK SEDANG KURANG

N % N % N % N %

a. Siang dan Malam 4 57,2 3 42,8 0 0 7 100

b. Pagi dan Sore 62 78,5 14 17,7 3 3,8 79 100

c. Malam 1 100 0 0 0 0 1 100

d. Sepanjang hari 8 61,5 3 23,1 2 15,4 13 100

Berdasarkan Tabel 5.2.10 didapatkan 62 responden (78,5%) dengan pencegahan DBD

baik menyatakan bahwa waktu aktifitas nyamuk yang menularkan penyakit DBD

adalah pagi dan sore dibandingkan 1 responden (100%) yang menyatakan bahwa

aktivitas nyamuk yang menularkan penyakit DBD adalah saat malam hari.

57

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Tabel5.2.11. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Cara Penularan Penyakit

DBD Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren

Sawit Tahun 2012

CARA PENULARAN DEMAM BERDARAH DENGUE

PENCEGAHAN DBD

TOTALBAIK SEDANG KURANG

N % N % N % N %

a. Melalui suntikan 1 100 0 0 0 0 1 100

b. Kontak langsung

dengan penderita0 0 1 100 0 0 1 100

c. Gigitan nyamuk 74 75,5 19 19,4 5 5,1 98 100

d. Makanan/minum yang

dihinggapi lalat0 0 0 0 0 0 0 0

Berdasarkan Tabel 5.2.11 didapatkan 74 responden (75,5%) dengan pencegahan DBD

baik menyatakan bahwa cara penularan penyakit DBD adalah melalui gigitan nyamuk

dibandingkan dengan 1 responden (100%) yang menyatakan bahwa cara penularan

penyakit DBD adalah melalui suntikan.

Tabel5.2.12. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Tempat

Perkembangbiakan Nyamuk DBD Terhadap Pencegahan DBD di

Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

TEMPAT PERKEMBANG BIAKAN NYAMUK DBD

PENCEGAHAN DBD

TOTALBAIK SEDANG KURANG

N % N % N % N %

a. Air jernih yang

tergenang41 77,4 9 17 3 5,6 53 1001

b. Benda yang tergantung

dalam rumah4 100 0 0 0 0 4 100

c. Sembarang tempat 5 100 0 0 0 0 5 100

d. Air kotor yang

tergenang25 65,8 11 28,9 2 5,3 38 100

Berdasarkan Tabel 5.2.12 didapatkan 41 responden (77,4%) dengan pencegahan DBD

baik menyatakan bahwa tempat perkembangbiakan nyamuk DBD adalah air jernih

yang tergenang dibandingkan dengan 4 responden (100%) yang menyatakan bahwa

58

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

tempat perkembangbiakan nyamuk DBD adalah benda yang tergantung dalam

rumah.

Tabel5.2.13. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Gejala dan Tanda Dari

Penyakit DBD Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan

Duren Sawit Tahun 2012

TANDA DARI PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

PENCEGAHAN DBD

TOTALBAIK SEDANG KURANG

N % N % N % N %

a. Demam dan bintik-

bintik kemerahan75 75 20 20 5 5 100 100

b. Gatal-gatal pada kulit 0 0 0 0 0 0 0 0

c. Diare 0 0 0 0 0 0 0 0

d. Sedikit buang air kecil 0 0 0 0 0 0 0 0

Berdasarkan Tabel 5.2.13 didapatkan 75 responden (75%) dengan pencegahan DBD

baik menyatakan bahwa tanda dari penyakit DBD adalah demam dan bintik-bintik

kemerahan.

Tabel5.2.14. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Penanganan Awal DBD

Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit

Tahun 2012

PENANGANAN AWAL YANG DAPAT DILAKUKAN BAGI SESEORANG YANG TERKENA PENYAKIT DBD

PENCEGAHAN DBD

TOTALBAIK SEDANG KURANG

N % N % N % N %

a. Diberi minum

sebanyak-banyaknya

dan dibawa ke

dokter/fasilitas

kesehatan

63 75,9 16 19,28 4 4,82 83 100

b. Diberi jamu/obat

tradisional0 0 0 0 0 0 0 0

c. Diberi jus jambu biji 12 70,58 4 23,52 1 5,9 17 100

d. Tidak perlu diberikan

apa-apa0 0 0 0 0 0 0 0

59

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Berdasarkan Tabel 5.2.14 didapatkan 63 responden (75,9%) dengan pencegahan DBD

baik menyatakan bahwa penanganan awal yang dapat dilakukan bagi seseorang yang

terkena penyakit DBD adalah diberi minum sebanyak-banyaknya dan dibawa ke

dokter/fasilitas kesehatan dibandingkan 12 responden 70,58) yang memilih

memberikan jus jambu biji.

Tabel5.2.15. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Program 3M PLUS

Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit

Tahun 2012

PROGRAM 3M PLUS

PENCEGAHAN DBD

TOTALBAIK SEDANG KURANG

N % N % N % N %

a. Membakar, Menguras,

Menutup, Memmelihara

ikan pemakan jentik,

Menabur bubuk abate

8 61,54 4 30,76 1 7,7 13 100

b. Mengubur, Menguras,

Menutup, Memeihara

ikan pemakan jentik,

Menabur bubuk abate

50 81,96 9 14,76 2 3,28 61 100

c. Mengubur, Menguras, Membersihkan, Memelihara ikan pemakan jentik, Menabur bubuk abate

14 77,78 3 16,67 1 5,55 18 100

d. Menyemprot, Menguras, Mengubur, Memelihara ikan pemakan jentik, Menabur bubuk abate

3 37,5 4 50 1 12,5 8 100

Berdasarkan Tabel 5.2.15 didapatkan 50responden (81,96%) dengan pencegahan

DBD baik menyatakan bahwa kepanjangan dari 3M Plus adalah Mengubur,

Menguras, Menutup, Memeihara ikan pemakan jentik, Menabur bubuk abate lebih

baik dibandingkan 3 responden (37,5%) yang menjawab Menyemprot, Menguras,

Mengubur, Memelihara ikan pemakan jentik, Menabur bubuk abate.

60

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Tabel5.2.16. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Program PSN Terhadap

Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

PROGRAM PSN

PENCEGAHAN DBD

TOTALBAIK SEDANG KURANG

N % N % N % N %

a.Pembasmian Sarang

Nyamuk21 84 2 8 2 8 25 100

b.Penyemprotan Sarang

Nyamuk19 73,07 5 19,23 2 7,7 26 100

c.Pemberantasan Sarang

Nyamuk35 71,43 13 26,53 1 2,04 49 100

Berdasarkan Tabel 5.2.16 didapatkan lebih dari 35 responden (71,43%) dengan

pencegahan DBD baik menyatakan bahwa kepanjangan PSN adalah Pemberantasan

Sarang Nyamuk lebih baik dibandingkan dengan 19 responden (73,07%) yang

menjawab Penyemprotan Sarang Nyamuk

Tabel5.2.17. Distribusi Sikap Responden Tentang Kaleng Bekas Dan Pecahan

Botol Yang Sudah Tidak Digunakan Terhadap Pencegahan DBD di

Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

KALENG BEKAS DAN PECAHAN BOTOL YANG SUDAH TIDAK DIGUNAKAN LAGI

PENCEGAHAN DBD

TOTALBAIK SEDANG KURANG

N % N % N % N %

a. Dibakar 4 57,14 3 42,86 0 0 7 100

b. Dibiarkan saja 1 100 0 0 0 0 1 100

c. Dikubur 70 76,09 17 18,48 5 5,43 92 100

Berdasarkan Tabel 5.2.17 didapatkan 70 responden (76,09%) dengan pencegahan

DBD yang baik menyatakan bahwa kaleng bekas dan pecahan botol yang sudah tidak

digunakan lagi sebaiknya dikubur dibandingkan 1 responden (100%) dengan

menyatakan sebaiknya dibiarkan saja.

61

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Tabel5.2.18. Distribusi Sikap Responden Tempat Penampungan Air/Gentong

Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit

Tahun 2012

PENAMPUNGAN AIR/GENTONG DI RUMAH

PENCEGAHAN DBD

TOTALBAIK SEDANG KURANG

N % N % N % N %

a. Menutup tempat

penampungan

tersebut

72 74,23 20 20,62 5 5,15 97 100

b. Membiarkan terbuka 3 100 0 0 0 0 3 100

c. Tidak peduli 0 0 0 0 0 0 0 100

Berdasarkan Tabel 5.2.18 didapatkan 72 responden (74,23%) dengan pencegahan

DBD baik menyatakan bahwa tempat penampungan air/gentong dirumah sebaiknya

ditutup dibandingkan 3 responden (100%) yang menyatakan sebaiknya dibiarkan

terbuka.

Tabel5.2.19. Distribusi Sikap Responden Tentang Tentang Waktu Menguras Bak

Mandi di Rumah Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas

Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

FREKUENSI MENGURAS BAK MANDI DI RUMAH

PENCEGAHAN DBD

TOTALBAIK SEDANG KURANG

N % N % N % N %

a. Menguras jika sudah

sangat kotor1 33,33 2 66,67 0 0 3 100

b. Menguras minimal 1

kali seminggu64 81,01 11 13,92 4 5,07 79 100

c. Menguras 2 minggu

sekali10 55,56 7 38,88 1 5,56 18 100

Berdasarkan Tabel 5.2.19 didapatkan 64 responden (81,01%) dengan pencegahan

DBD baik menyatakan bahwa bak mandi dirumah sebaiknya dikuras minimal 1 kali

seminggu dibandingkan 1 responden (33,33%) yang menyatakan sebaiknya dikuras

jika sudah sangat kotor.

62

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Tabel5.2.20. Distribusi Sikap Responden Tentang Partisipasi Sebagai Petugas

Jumantik Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan

Duren Sawit Tahun 2012

KESEDIAAN MENJADI PETUGAS JUMANTIK (JURU PEMANTAU JENTIK)

PENCEGAHAN DBD

TOTALBAIK SEDANG KURANG

N % N % N % N %

a. Bersedia dengan

senang hati61 79,22 12 15,58 4 5,2 77 100

b. Menolak dengan

alasan buang-buang

waktu dan tenaga

1 100 0 0 0 0 1 100

c. Mempertimbangkannya

untuk lain waktu13 59,1 8 36,36 1 4,54 22 100

Berdasarkan Tabel 5.2.20 didapatkan 61 responden (79,22%) dengan pencegahan

DBD baik menyatakan akan bersedia dengan senang hati apabila diajak oleh petugas

puskesmas untuk menjadi petugas JUMANTIK dibandingkan 1 responden (100%)

yang menyatakan akan menolak dengan alasan buang-buang waktu dan tenaga.

Tabel5.2.21. Distribusi Sikap Responden Tentang Petugas Jumantik yang Akan

Memeriksa di Rumah Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas

Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

PETUGAS JUMANTIK (JURU PEMANTAU JENTIK) YANG AKAN MEMERIKSA RUMAH

PENCEGAHAN DBD

TOTALBAIK SEDANG KURANG

N % N % N % N %

a. Mengunci pintu

rumahnya1 100 0 0 0 0 1 100

b. Mempersilahkannya 74 74.74 20.21 20 5 5.05 99 100

c. Mengusir petugas

tersebut0 0 0 0 0 0 0 0

Berdasarkan Tabel 5.2.21 didapatkan 74 responden (74.74%) dengan pencegahan

DBD baik menyatakan akan mempersilahkan petugas JUMANTIK apabila datang

untuk memeriksa rumah dibandingkan dengan 1 responden (100%) yang menyatakan

akan mengunci pintu rumahnya ketika petugas JUMANTIK datang.

63

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Tabel5.2.22. Distribusi Sikap Responden Tentang Bubuk Abate Yang Dibagikan

Petugas Jumantik Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas

Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

BUBUK ABATE YANG DIBAGIKAN OLEH PETUGAS JUMANTIK (JURU PEMANTAU JENTIK)

PENCEGAHAN DBD

TOTALBAIK SEDANG KURANG

N % N % N % N %

a. Disimpan saja 0 0 0 0 0 0 0 0

b. Ditaburkan ke tempat

penampungan air75 75 20 20 5 5 100 100

c. Diberikan kepada

tetangga0 0 0 0 0 0 0 0

Berdasarkan Tabel 5.2.22 didapatkan 75 responden (75%) dengan pencegahan DBD

baik menyatakan akan menebarkan bubuk abate ketempat penampungan air apabila

diberikan oleh petugas JUMANTIK.

Tabel5.2.23. Distribusi Sikap Responden Tentang Anggota Keluarga Yang

Dicurigai Terjangkit Penyakit DBD Terhadap Pencegahan DBD di

Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

ANGGOTA KELUARGA YANG DICURIGAI TERJANGKIT PENYAKIT DBD

PENCEGAHAN DBD

TOTALBAIK SEDANG KURANG

N % N % N % N %

a. Diberi jus jambu biji 9 50 7 38.88 2 11.12 18 100

b. Diberi minum

sebanyak-banyaknya

dan dibawa ke

dokter/fasilitas

kesehatan

66 80.48 13 15.86 3 3.66 82 100

c. Dibiarkan saja 0 0 0 0 0 0 0 0

Berdasarkan Tabel 5.2.23 didapatkan 66 responden (80.48%) dengan pencegahan

DBD baik menyatakan akan memberi minum sebanyak-banyaknya dan membawa ke

dokter/fasilitas kesehatan apabila ada anggota keluarga yang dicurigai menderita

64

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

DBD dibandingkan dengan 9 responden (50%) menyatakan akan memberi jus jambu

biji.

Tabel5.2.24. Distribusi Sikap Responden Tentang Petugas Kesehatan Yang Akan

Melakukan Pengasapan/Fogging Terhadap Pencegahan DBD di

Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

PETUGAS KESEHATAN YANG AKAN MELAKUKAN PENGASAPAN/FOGGING DI RUMAH

PENCEGAHAN DBD

TOTALBAIK SEDANG KURANG

N % N % N % N %

a. Mengusir petugas tersebut 1 14.29 1 14.29 5 71.42 7 100

b. Mempersilahkannya 73 80.21 18 19.79 0 0 91 100

c. Mengunci pintu dan

menutup semua jendela1 50 1 50 0 0 2 100

Berdasarkan Tabel 5.2.24 didapatkan 73 responden (80,21%) dengan pencegahan

DBD baik menyatakan akan mempersilahkan petugas kesehatan yang akan

melakukan pengasapan/fogging di rumah dibandingkan 1 responden (14,29%) yang

menyatakan akan mengusir petugas tersebut.

Tabel5.2.25. Distribusi Sikap Responden Penyuluhan Penyakit DBD Terhadap

Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

PENYULUHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

PENCEGAHAN DBDTOTALBAIK SEDANG KURANG

N % N % N % N %a. Mengikuti dan

memahami tentang penyakit DBD

74 76,3 20 20,6 3 3,1 97 100

b. Sekedar mengikuti 0 0 0 0 2 100 2 100

c. Tidak ikut karena buang-buang waktu saja

1 100 0 0 0 0 1 100

Berdasarkan Tabel 5.2.25 didapatkan 74 responden (76,3%) dengan pencegahan DBD

baik menyatakan sebaiknya mengikuti dan memahami tentang penyakit DBD apabila

diadakan penyuluhan di lingkungannya dibandingkan dengan 1 responden (100%)

yang menyatakan tidak akan ikut karena buang-buang waktu saja.

65

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Tabel5.2.26. Distribusi Sikap RespondenTentang Anggota Keluarga Yang

Menderita Penyakit DBD Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas

Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

ANGGOTA KELUARGA ATAUPUN WARGA DI LINGKUNGAN YANG SUDAH DINYATAKAN MENDERITA DBD

PENCEGAHAN DBD

TOTALBAIK SEDANG KURANG

N % N % N % N %

a. Melaporkan ke RT /

Petugas kesehatan

setempat

73 75,2 19 19,6 5 5,2 97 100

b. Menunggu orang lain

untuk melapor ke RT /

Petugas kesehatan

2 66,7 1 33,3 0 0 3 100

c. Mendiamkan saja 0 0 0 0 0 0 0 0

Berdasarkan Tabel 5.2.26 didapatkan 73 responden (75,2%) dengan pencegahan DBD

baik menyatakan akan akan melaporkan ke RT/petugas kesehatan apabila ada anggota

keluarga ataupun warga di lingkungan yang dinyatakan menderita DBD

dibandingkan dengan 2 responden (66,7%) yang menyatakan akan menunggu orang

lain untuk melapor ke RT/Petugas kesehatan.

66

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

BAB VI

PEMBAHASAN

1. ANALISA TABEL UNIVARIAT

6.1.1 ANALISA TABEL UNIVARIAT DISTRIBUSI KARAKTERISTIK

MASYARAKAT DI KECAMATAN DUREN SAWIT TAHUN 2012

Dari hasil pengolahan analisis univariat Tabel I Berdasarkan dari tabel 5.1.1.

didapatkan 40 responden (40%) berusia > 40tahun. Ini menunjukkan bahwa

responden termasuk dalam kelompok usia produktif dimana menurut data dari

Departemen Kesehatan pada tahun 2009 dikatakan bahwa komposisi penduduk

Indonesia menurut kelompok umur, adalah penduduk yang berusia muda (0-14 tahun)

sebesar 26,96%, yang berusia produktif (15-64 tahun) sebesar 67,92% dan yang

67

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

berusia tua (> 65 tahun) sebesar 5,12% (depkes.go.id.profil kesehatan Indonesia

2009).

Didapatkan 62 responden (62%) berjenis kelamin wanita. Berdasarkan hasil

Sensus Penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia sebesar 237.556.363 orang, yang

terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan. Secara nasional, rasio jenis

kelamin penduduk Indonesia tahun 2011 sebesar 101, yang artinya jumlah penduduk laki-

laki satu persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan, atau setiap 100

perempuan terdapat 101 laki-laki. Lebih banyaknya responden wanita dapat terjadi

dikarenakan lebih banyaknya wanita yang bekerja sebagai ibu rumah tangga sehingga

mempunyai waktu untuk datang ke puskesmas Duren Sawit.

Didapatkan 42 responden (42%) bekerja sebagai ibu rumah tangga.Santoso

dalam penelitiannyajuga mendapati karakteristik pekerjaan bahwa hanya 1% yang

bekerja sebagai PNS. Sedikit berbeda denganyang diungkapkan Marlina (2005)

menunjukkan responden yang bekerja sebagaiibu rumah tangga sebanyak 32,3%.

Dan sebanyak 43 responden (43%) ber-suku Jawa. Hal ini dapat terjadi

mengingat arus urbanisasi dan perpindahan penduduk yang begitu tinggi di DKI

Jakarta sebagai ibukota dan kota besar dengan anggapan bahwa akan lebih mudah

untuk mencari pekerjaan dan kehidupan lebih baik di ibukota. Namun tidak dapat

dikatakan bahwa suku tertentu mempunyai pencegahan DBD yang lebih baik karena

menurut Hasil Penelitian Hasanah (2006) maupun Probini (2008)pencegahan dan

pemberantasan DBD lebih dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan sikap seseorang.

Didapatkan bahwa lebih dari setengah jumlah responden (50%) pendidikan

terakhirnya adalah SMA. (depkes.go.id.peta kesehatan Indonesia2008)

Didapatkan bahwa didapatkan 34 responden (34%) memiliki penghasilan keluarga

Rp 800.000 – Rp 1.500.000 perbulan.. Hal ini menunjukkan penghasilan berada pada

rata-rata upah minimum regional DKI Jakarta.

6.1.2 ANALISA TABEL UNIVARIAT DISTRIBUSI PENGETAHUAN

MASYARAKAT DI KECAMATAN DUREN SAWIT TAHUN 2012

Berdasarkan dari tabel 5.1.7. didapatkan 94 responden (94%) menyatakan

penyebab Demam Berdarah Dengue adalah Nyamuk. Kesalahpahaman ini mungkin

terjadi karena kesalahan dalam penyerapan informasi yang disampaikan oleh media.

Penyebab dari DBD sendiri adalah infeksi virus dengue yang ditularkan melalui

68

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

gigitan serangga. Florensi (2004) memberikan hasil yang berbeda yakni sebanyak

52% responden dapat menjawab penyebab DBD adalah virus, sedangkan 42% lainnya

menjawab nyamuk.

Berdasarkan dari tabel 5.1.8. didapatkan 83 responden (83%) menyatakan

Jenis Nyamuk yang Menularkan Penyakit DBD adalah Aedes aegypti. Aedes aegypti

merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit

demam berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga merupakan pembawa virus demam

kuning (yellow fever) dan chikungunya. Sebagai pembawa virus dengue, A. aegypti

merupakan pembawa utama (primary vector) dan bersama Aedes albopictus

menciptakan siklus persebaran dengue di desa dan kota. ( http://id.wikipedia.org)

Berdasarkan dari tabel 5.1.9. didapatkan 65 responden (65%) menyatakan

Warna Nyamuk Demam Berdarah Dengue adalah Tubuh berwarna hitam dengan

belang-belang putih. Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan

tubuh berwarna hitam. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan gari-garis putih

keperakan. Sering disebut si belang karena tubuhnya ada spot putih di beberapa

tempat baik ditubuh maupun kaki. Di bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua

garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies ini.

Nyamuk jantan dan betina tidak memiliki perbedaan dalam hal ukuran nyamuk jantan

yang umumnya lebih kecil dari betina dan terdapatnya rambut-rambut tebal pada

antena nyamuk jantan. Kedua ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti)

Berdasarkan dari tabel 5.1.10. didapatkan 78 responden (78%) menyatakan

Waktu Nyamuk Demam Berdarah Dengue Beredar adalah pada Pagi dan Sore. Masa

menggigitnya yang aktif ialah pada awal pagi yaitu dari pukul 8 hingga 10 dan sore

hari dari pukul 3 hingga 5. Nyamuk aedes aegypti memiliki siklus hidup yang berbeda

dari nyamuk biasa. Nyamuk ini lebih suka berkelana mencari mangsanya di siang hari

dibanding nyamuk lain yang cenderung menyerang manusia pada malam hari.

Berdasarkan Tabel 5.1.11 didapatkan 97 responden (97%) dengan pencegahan

DBD baik menyatakan bahwa cara penularan penyakit DBD adalah melalui gigitan

nyamuk. Nyamuk Aedes Aegypti merupakan pembawa virus dari penyakit DBD.

Cara penyebaran adalah melalui nyamuk yang menggigit seseorang yang sudah

terinfeksi. Virus akan terbawa dalam kelenjar ludah nyamuk, kemudian nyamuk akan

menggigit orang sehat. Bersamaan dengan terhisapnya darah dari orang yang sehat,

69

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

virus juga akan berpindah ke orang tersebut. (http://kumpulan.info/sehat/artikel-

kesehatan)

Berdasarkan dari tabel 5.1.12 didapatkan 54 responden (54%) menyatakan

Tempat Perkembangbiakan Nyamuk Demam Berdarah Dengue adalah Air Jernih

Yang Tergenang. Demam Berdarah ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti (betina)

yang berkembang biak di dalam air jernih di sekitar rumah, bukan di got / comberan

yang berair kotor. Tempat bertelur nyamuk Aedes aegypti adalah kontainer air buatan

yang berada di lingkungan perumahan yang banyak ditemukan di dalam rumah dan

sekitar lingkungan perkotaan seperti botol minuman, alas pot bunga, vas bunga, bak

mandi, talang air. Selain itu juga sering ditemukan di lubang pohon, tempurung

kelapa dan lainnya. (WHO, 2009 demam Berdarah Dengue : diagnosis, pengobatan

dan pencegahan, EGC, Jakarta)

Berdasarkan dari tabel 5.1.13 didapatkan 93 responden (93%) menyatakan

Tanda Dari Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah Demam dan bintik-bintik

kemerahan. Demam yang terjadi pada infeksi virus dengue ini timbulnya mendadak,

tinggi (dapat mencapai 39-40 derajat celcius) dan dapat disertai dengan menggigil.

Demam ini hanya berlangsung untuk 5-7 hari. Pada infeksi virus dengue apalagi pada

bentuk klinis demam berdarah dengue selalu disertai dengan tanda perdarahan. Hanya

saja tanda perdarahan ini tidak selalu didapat secara spontan oleh penderita, bahkan

pada sebagian besar penderita tanda perdarahan ini muncul setelah dilakukan test

tourniquet. Bentuk-bentuk perdarahan spontan yang dapat terjadi pada penderita

demam dengue dapat berupa perdarahan kecil-kecil di kulit (petechiae), perdarahan

agak besar di kulit (echimosis), perdarahan gusi, perdarahan hidung dan kadang-

kadang dapat terjadi perdarahan yang masif yang dapat berakhir dengan kematian.

Berdasarkan dari tabel 5.1.14. didapatkan 77 responden (77%) menyatakan

Penanganan Awal Yang Dapat Dilakukan Bagi Seseorang Yang Terkena Penyakit

Demam Berdarah Dengue adalah Diberi minum sebanyak-banyaknya dan dibawa ke

dokter/fasilitas kesehatan. Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah

mengatasi perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan syok/presyok, yaitu dengan

mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24

jam (air teh dan gula sirup atau susu). Penambahan cairan tubuh melalui infus

(intravena) mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang

berlebihan. Namun, Gejala-gejala demam berdarah dengue tersebut bisa berbeda-beda

70

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

antara penderita yang satu dengan yang lain. Untuk memastikan seseorang menderita

demam berdarah dengue atau tidak, periksakan penderita ke dokter jika mengalami

demam tinggi. Penanganan sejak dini akan mengurangi resiko kematian yang bisa

diakibatkan oleh penyakit demam berdarah dengue ini.

(http://www.litbang.depkes.go.id)

Berdasarkan dari tabel 5.1.15. didapatkan 57 responden (57%) menyatakan

Kepanjangan dari Program 3M adalah Mengubur, Menguras, Menutup. Cara yang

paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan

cara-cara di atas, yang disebut dengan 3M Plus, yaitu menutup, menguras, mengubur.

Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik,

menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa,

menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk,

memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan kondisi setempat.

(http://www.litbang.depkes.go.id)

Berdasarkan dari tabel 5.1.16. didapatkan 45 responden (45%) menyatakan

kepanjangan dari program PSN adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk.

Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD) adalah kegiatan

memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk penular DBD (Aedes aegypti) di

tempat-tempat perkembangbiakannya. (Depkes RI, 2005). Tujuan PSN DBD adalah

mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti, sehingga penularan DBD dapat

dicegah atau dikurangi. (Depkes RI, 2005).

6.1.3 ANALISA TABEL UNIVARIAT DISTRIBUSI SIKAP MASYARAKAT DI

KECAMATAN DUREN SAWIT TAHUN 2011

Berdasarkan dari tabel 5.1.17. didapatkan 93 responden (93%) menyatakan

Kaleng bekas dan pecahan botol yang sudah tidak digunakan lagi sebaiknya dikubur.

Media perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti yakni adanya air jernih yang

tergenang dan tidak berhubungan dengan tanah cenderung meningkat dan banyak

tersedia di saat musim penghujan, hal ini dikarenakan banyaknya tempat-tempat yang

dapat menampung air yang terisi air hujan, sehingga menjadi media yang sangat baik

bagi nyamuk Aedes Aegypti. Tempat-tempat yang dapat menampung air hujan walau

sedikit, seperti ban bekas, kaleng, batok kelapa, gelas aqua, sampah plastik, dsb. harus

dikubur, diamankan atau dibuang ke tempat pembuangan sampah. Jangan dibuang

71

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

sembarangan, ke lahan kosong, dsb di sekitar rumah, karena masih akan menjadi

ancaman. Air tergenang walaupun sedikit tetap menjadi media perkembangbiakan

nyamuk. (http://dinkes.bontangkota.go.id)

Berdasarkan dari tabel 5.1.18. didapatkan 92 responden (92%) menyatakan

menutup tempat penampungan air/gentong yang terdapat di rumah. Cara yang hingga

saat ini masih dianggap paling tepat untuk mengendalikan penyebaran penyakit

demam berdarah adalah dengan mengendalikan populasi dan penyebaran vektor.

Program yang sering dikampanyekan di Indonesia adalah 3M, yaitu menguras,

menutup, dan mengubur. Menutup tempat penampungan air sehingga tidak ada

nyamuk yang memiliki akses ke tempat itu untuk bertelur. (http://id.wikipedia.org)

Berdasarkan dari tabel 5.1.19. didapatkan 76 responden (76%) menyatakan

Menguras Bak mandi di rumah I kali seminggu. "Gerakan 3M" adalah kegiatan yang

dilakukan secara serentak oleh seluruh masyarakat untuk memutuskan rantai

kehidupan (daur hidup) nyamuk Aedes Aegypti, penular penyakit DBD. Daur hidup

nyamuk Aedes Aegypti terdiri dari : telur, jentik dan kepompong. Waktu yang

diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan dari telur sampai menjadi dewasa

pada tempat yang bersuhu 27 oC dan kelembaban udaranya 80 % kurang lebih 10 hari.

Telur,jentik dan kepompong hidup dalam air yang tidak beralaskan tanah dan akan

mati bila airnya dibuang ke dalam got atau tempat pembuangan air lainnya. Agar

supaya telur,jentik dan kepompong tersebut tidak menjadi nyamuk, maka perlu

dilakukan 3M secara teratur sekurang-kurangnya seminggu seperti menguras bak

mandi seminggu sekali.

Berdasarkan dari tabel 5.1.20. didapatkan 74 responden (74%) menyatakan

Bersedia dengan senang hati apabila diajak oleh petugas Puskesmas menjadi

JUMANTIK (Juru Pantau Jentik). Juru Pemantau Jentik adalah petugas khusus yang

berasal dari lingkungan sekitar yang secara sukarela mau bertanggung jawab untuk

melakukan pemantauan jentik nyamuk DBD aedes aegypti di wilayahnya serta

melakukan pelaporan ke kelurahan secara rutin dan berkesinambungan. Jumantik

harus mendapatkan pelatihan khusus jumantik dan tinggal di dekat wilayah pantau

jentik nyamuk DBD. Pemantauan dilakukan satu kali dalam seminggu (biasanya

jumat) pada pukul pagi hari. Jika ditemukan jentik nyamuk maka petugas berhak

memberi peringatan kepada penghuni / pemilik untuk membersihkan atau menguras

agar bersih dari jentik. Jumantik lalu membuat catatan dan laporan yang diperlukan

72

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

untuk dilaporkan ke kelurahan dan kemudian dari kelurahan dilaporkan ke instansi

terkait atau vertikal.

Berdasarkan dari tabel 5.1.21. didapatkan 98 responden (98%) menyatakan

mempersilahkan petugas JUMANTIK (Juru Pemantau Jentik) bila akan memeriksa

rumah. Jumantik yaitu singkatan dari Juru Pemantau Jentik adalah petugas khusus

yang berasal dari lingkungan sekitar yang secara sukarela mau bertanggung jawab

untuk malakukan pemantauan jentik nyamuk DBD aedes aegypti di wilayahnya serta

melakukan pelaporan ke kelurahan secara rutin dan berkesinambungan. Warga tidak

boleh menolak para petugas juru pemantau jentik (Jumantik). Sebab tugas mereka

justru ikut membantu warga guna mencegah penyebaran jentik nyamuk aedes aegepty

penyebab demam berdarah dengue (DBD). Jika warga menolak berarti tidak

mendukung upaya pemerintah mencegah penyakit mematikan itu.

Berdasarkan dari tabel 5.1.22. didapatkan 99 responden 99%) menyatakan

akan menaburkan bubuk abate yang diberikan oleh petugas JUMANTIK (Juru Pantau

Jentik) ke tempat penampungan air. Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau

sulit dikuras, taburkan bubuk ABATE ke dalam genangan air tersebut untuk

membunuh jentik-jentik nyamuk. Bubuk abate 1G berwarna kecoklatan, terbuat dari

pasir yang dilapisi dengan zat kimia yang dapat membunuh jentik nyamuk. Dalam

takaran yang dianjurkan aman bagi manusia dan tidak menimbulkan keracunan. Jika

dimasukan ke air maka sedikit demi sedikit zat kimia itu akan terlarut merata dan

membunuh semua jentik nyamuk yang ada dalam tempat penampungan air.

Diantaranya ada yang menempel pada dinding tempat penampungan air dan bertahan

sampai 3 bulan. Oleh sebab itu penaburan abate perlu diulang setiap 3 bulan. Takaran

yang digunakan yakni untuk 100 liter air cukup dengan 10 gr bubuk abate 1 G.

(WHO, 2009, Demam Berdarah Dengue : diagnosis, pengobatan dan pencegahan,

EGC, Jakarta).

Berdasarkan dari tabel 5.1.23. didapatkan 82 responden (82%) menyatakan

memberi minum sebanyak-banyaknya dan membawa ke dokter/fasilitas kesehatan

apabila ada anggota keluarga yang dicurigai terjangkit penyakit DBD. Penanganan

awal yang diberikan adalah memberi minum sebanyak-banyaknya dengan air yang

sudah dimasak seperti air susu, teh atau air minum lainnya, dapat juga dengan oralit,

Berikan kompres air dingin atau es, Berikan obat penurun panah misalnya

parasetamol (dosis anak-anak 10-20 mg/Kg BB per hari; dewasa; 3×1 tablet/hari).

73

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Dan yang paling penting harus segera dibawa ke dokter, petugas puskesmas

pembantu, bidan desa, perawat pembina desa, Puskesmas atau Rumah Sakit.

Berdasarkan dari tabel 5.1.24. didapatkan 97 responden (97%) menyatakan

akan mempersilahkan petugas kesehatan untuk melakukan pengasapan/fogging di

rumah. Juru Pemantau Jentik adalah petugas khusus yang berasal dari lingkungan

sekitar yang secara sukarela mau bertanggung jawab untuk malakukan pemantauan

jentik nyamuk DBD aedes aegypti di wilayahnya serta melakukan pelaporan ke

kelurahan secara rutin dan berkesinambungan. Jumantik harus mendapatkan pelatihan

khusus jumantik dan tinggal di dekat wilayah pantau jentik nyamuk DBD.

Pemantauan dilakukan satu kali dalam seminggu (biasanya jumat) pada pukul pagi

hari. Jika ditemukan jentik nyamuk maka petugas berhak memberi peringatan kepada

penghuni / pemilik untuk membersihkan atau menguras agar bersih dari jentik.

Jumantik lalu membuat catatan dan laporan yang diperlukan untuk dilaporkan ke

kelurahan dan kemudian dari kelurahan dilaporkan ke instansi terkait atau vertikal.

Berdasarkan dari tabel 5.1.25. didapatkan 97 responden (97%) menyatakan

apabila diadakan penyuluhan tentang DBD maka akan mengikuti dan memahami

tentang penyakit DBD. Demam berdarah dapat menyerang secara serentak di suatu

wilayah dan faktor kejadian luar biasa hingga menyebabkan kematian. Salah satu

faktor penyebab akibat kebersihan lingkungan yang kurang terjaga. Karena itu

penyuluhan tentang Demam Berdarah sangat penting dilakukan.

Berdasarkan dari tabel 5.1.26. didapatkan 95 responden (95%) menyatakan

melaporkan ke RT/Petugas kesehatan setempat apabila ada anggota keluarga ataupun

warga dilingkungan yang dinyatakan menderita DBD. Hal ini perlu dilakukan untuk

mencegah penularan penyakit DBD di lingkungan mengingat Nyamuk dewasa yang

menyedot darah penderita DBD akan membawa virus, yang mengalami masa inkubasi

antara 8-10 hari di dalam tubuh nyamuk. Jika nyamuk menggigit orang sehat, virus

pun menular. Nyamuk tersebut juga memiliki daya jelajah yang lebih jauh. Jarak

terbang di literatur antara 50-100 meter.

2. ANALISIS TABEL BIVARIAT

74

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

6.2.1 ANALISA TABEL BIVARIAT DISTRIBUSI KARAKTERISTIK

MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN DBD DI KECAMATAN

DUREN SAWIT TAHUN 2012

Dari hasil pengolahan analisis Bivariat Tabel didapatkan bahwa 34responden (

82,93%) berumur >40 tahun dengan pencegahan DBD baik. Ini menunjukkan bahwa

responden termasuk dalam kelompok usia produktif dimana menurut data dari

departemen kesehatan pada tahun 2010 dikatakan bahwa komposisi penduduk

Indonesia menurut kelompok umur, adalah penduduk yang berusia muda (0-14 tahun)

sebesar 26,96%, yang berusia produktif (15-64 tahun) sebesar 67,92% dan yang

berusia tua (> 65 tahun) sebesar 5,12% (depkes.go.id.profil kesehatan Indonesia

2009).Tindakan merupakan realisasi dari pengalaman dan sikap menjadi perbuatan

nyata. Tindakan juga merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

nyata dan terbuka (Dina Marini, 2009).

Sebanyak 50 responden (79,37%) berjenis kelamin wanita.Berdasarkan hasil

Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia sebesar 237.556.363 orang, yang

terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan. Secara nasional, rasio jenis

kelamin penduduk Indonesia tahun 2010 sebesar 101, yang artinya jumlah penduduk laki-

laki satu persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan, atau setiap 100

perempuan terdapat 101 laki-laki.

Sebanyak 34 responden (79,07%) ber-suku Jawa. Hal ini dapat terjadi

mengingat arus urbanisasi dan perpindahan penduduk yang begitu tinggi di DKI

Jakarta sebagai ibukota dan kota besar dengan anggapan bahwa akan lebih mudah

untuk mencari pekerjaan dan kehidupan lebih baik di ibukota. Namun tidak dapat

dikatakan bahwa suku tertentu mempunyai pencegahan DBD yang lebih baik karena

menurut Hasil Penelitian Hasanah (2006) maupun Probini (2008)pencegahan dan

pemberantasan DBD lebih dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan sikap seseorang.

Didapatkan bahwa 36 responden (72%) pendidikan terakhirnya adalah SMA

dengan pencegahan DBD baik. Sistem pendidikan di Indonesia, dibedakan menjadi:

(a) TingkatPra Sekolah, (b) Tingkat Sekolah Dasar, (c) Tingkat Sekolah Menengah

Pertama, (d) Tingkat Sekolah Menengah Atas, (e) Tingkat Perguruan Tinggi.

Perbedaan tingkat pendidikan menyebabkan perbedaan pengetahuan kesehatan.

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang diperlukan untuk

75

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

pengembangan diri. Perbedaan tingkat pendidikan menyebabkan Perbedaan

pengetahuan dasar kesehatan. Namun hasil penelitian Proborini (2008) menyatakan

tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kegiatan 3M,

dengan kata lain kegiatan 3M tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu rumah

tangga. Hasil penelitian tersebut berbeda dengan yang didapat oleh peneliti, mungkin

dikarenakan karakteristik responden dan lokasi penelitian yang berbeda .

Sebanyak 39 responden (84,8%) bekerja sebagai ibu rumah tangga memiliki

pencegahan DBD baik karena kebanyakan dari responden adalah wanita sehingga

mereka memiliki waktu lebih banyak untuk melakukan aktifitas rumah tangga

terutama menyangkut kebersihan rumah.

Didapatkan bahwa didapatkan bahwa 30 responden (83,34%) memiliki

penghasilan keluarga Rp 800.000 – Rp 1.500.000 perbulan dengan pencegahan DBD

baik. Hal ini menunjukkan penghasilan berada pada rata-rata upah minimum regional

DKI Jakarta.

6.2.2 ANALISA TABEL BIVARIAT DISTRIBUSI PENGETAHUAN

MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN DBD DI KECAMATAN

DUREN SAWIT TAHUN 2012

Berdasarkan Tabel 5.2.7 didapatkan 70 responden (74,47%) dengan

pencegahan DBD baik menyatakan bahwa penyebab DBD adalah nyamuk. Menurut

penelitian Dina Marini di daerah padang bulan-Sumut (2009) didapatkan 82.2%

responden menjawab penyebab DBD adalah nyamuk, bukan virus. Hal ini mungkin

dikarenakan kesalahan dalam penyerapan informasi yang disampaikan oleh media.

Berdasarkan Tabel 5.2.8 didapatkan 70 responden (76,08%) dengan

pencegahan DBD baik menyatakan bahwa jenis nyamuk yang menularkan penyakit

DBD adalah Aedes aegypti. Virus dengue ini dibawah melalui nyamuk Aedes aegypti

dan menulari manusia melalui gigitannya. Di Indonesia, nyamuk A. aegypti umumnya

memiliki habitat di lingkungan perumahan, di mana terdapat banyak genangan air

bersih dalam bak mandi ataupun tempayan. Oleh karena itu, jenis ini bersifat urban,

bertolak belakang dengan A. albopictus yang cenderung berada di daerah hutan

berpohon rimbun (sylvan areas).(http://www.litbang.depkes.go.id)

76

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Berdasarkan Tabel 5.2.9 didapatkan 49 responden (74,3%) dengan

pencegahan DBD baik menyatakan bahwa warna dari nyamuk DBD adalah tubuh

hitam dengan belang-belang putih. Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran

sedang dengan tubuh berwarna hitam. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan

gari-garis putih keperakan. Di bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis

melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies ini

Berdasarkan Tabel 5.2.10 didapatkan 62 responden (78,5%) dengan

pencegahan DBD baik menyatakan bahwa waktu peredaran nyamuk DBD adalah pagi

dan sore. Puncak keaktifan nyamuk penyebar virus DBD itu terjadi antara pukul

08.00-09.00 pagi dan 16.00-17.00.

Berdasarkan Tabel 5.2.11 didapatkan 74 responden (75,5%) dengan

pencegahan DBD baik menyatakan bahwa cara penularan penyakit DBD adalah

melalui gigitan nyamuk. Nyamuk dewasa yang menyedot darah penderita DBD akan

membawa virus, yang mengalami masa inkubasi antara 8-10 hari di dalam tubuh

nyamuk.

Berdasarkan Tabel 5.2.12 didapatkan 41 responden (77,4%) dengan

pencegahan DBD baik menyatakan bahwa tempat perkembangbiakan nyamuk DBD

adalah air jernih yang tergenang. Nyamuk betina dewasa hanya bertelur di tempat

genangan air jernih dan tidak bersarang di air got dan semacamnya. Nyamuk aedes

dapat berkembang di dalam air bersih yang menggenang lebih dari lima hari. Siklus

perkembangbiakan nyamuk berkisar antara 10-12 hari.

Berdasarkan Tabel 5.2.13 didapatkan 75 responden (75%) dengan pencegahan

DBD baik menyatakan bahwa tanda dari penyakit DBD adalah demam dan bintik-

bintik kemerahan. Peneliti berasumsi bahwa responden yang menjawab demikian

karena gambaran demam DBD adalah pelana kuda, yakni suhu yang meningkat tiba-

tiba, lalu tetap tinggi selama kurang lebih 3 hari lalu pada hari ke-4 demam baru akan

turun dan kembali demam pada hari ke-6. Jadi karena adanya fase demam yang tingi

terus menerus sehingga banyak yang menjawab ciri demam pada DBD adalah

suhunya tinggi terus-menerus.

Berdasarkan Tabel 5.2.14 didapatkan 63 responden (75,9%) dengan

pencegahan DBD baik menyatakan bahwa penanganan awal yang dapat dilakukan

bagi seseorang yang terkena penyakit DBD adalah diberi minum sebanyak-banyaknya

dan dibawa ke dokter/fasilitas kesehatan. Berdasarkan literature, Penanganan awal

77

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

yang diberikan adalah memberi minum sebanyak-banyaknya dengan air yang sudah

dimasak seperti air susu, teh atau air minum lainnya, dapat juga dengan oralit, Berikan

kompres air dingin atau es, Berikan obat penurun panah misalnya parasetamol (dosis

anak-anak 10-20 mg/Kg BB per hari; dewasa; 3×1 tablet/hari). Dan yang paling

penting Harus segera dibawa ke dokter, petugas puskesmas pembantu, bidan desa,

perawat pembina desa, Puskesmas atau Rumah Sakit.

Berdasarkan Tabel 5.2.15 didapatkan 50 responden (81,96%) dengan

pencegahan DBD baik menyatakan bahwa kepanjangan dari 3 M adalah Mengubur,

Menguras, Menutup. Cara yang hingga saat ini masih dianggap paling tepat untuk

mengendalikan penyebaran penyakit demam berdarah adalah dengan mengendalikan

populasi dan penyebaran vektor. Program yang sering dikampanyekan di Indonesia

adalah 3M, yaitu menguras, menutup, dan mengubur.

Menguras bak mandi, untuk memastikan tidak adanya larva nyamuk yang

berkembang di dalam air dan tidak ada telur yang melekat pada dinding bak

mandi.

Menutup tempat penampungan air sehingga tidak ada nyamuk yang memiliki

akses ke tempat itu untuk bertelur.

Mengubur barang bekas sehingga tidak dapat menampung air hujan dan

dijadikan tempat nyamuk bertelur.

Berdasarkan Tabel 5.2.16 didapatkan 35 responden (71,43%) dengan

pencegahan DBD baik menyatakan bahwa kepanjangan PSN adalah Pemberantasan

Sarang Nyamuk. PSN secara umum adalah melakukan gerakan 3M yaitu menguras

bak air, menutup tempat yang mungkin menjadi sarang berkembang biak nyamuk,

mengubur barang-barang bekas yang bisa menampung air. Di tempat penampungan

air seperti bak mandi diberikan insektisida yang membunuh larva nyamuk seperti

abate. Ini bisa mencegah perkembangbiakan nyamuk selama beberapa minggu, tapi

pemberiannya harus diulang setiap periode waktu tertentu. Dengan demikian gerakan

PSN dengan 3M Plus yaitu menguras tempat-tempat penampungan air minimal

seminggu sekali atau menaburinya dengan bubuk abate untuk membunuh jentik

nyamuk. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air agar nyamuk Aedes aegipty

tidak bisa bertelur. Mengubur dan membuang barang-barang bekas seperti ban bekas,

kaleng bekas yang dapat menampung air hujan.

78

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

6.2.3 ANALISA TABEL BIVARIAT DISTRIBUSI SIKAP MASYARAKAT

TERHADAP PENCEGAHAN DBD DI KECAMATAN DUREN SAWIT

TAHUN 2012

Berdasarkan Tabel 5.2.17 didapatkan 70 responden (76,09%) dengan

pencegahan DBD baik menyatakan bahwa kaleng bekas dan pecahan botol yang

sudah tidak digunakan lagi sebaiknya dikubur. Dari hasil penelitian Dina Marini

(2009) diperoleh 77,8% responden bersikap akan mengumpulkan kaleng bekas dan

pecahan botol jika keberadaannya sudah sangat mengganggu keindahan. Hal

inimerupakan indikator harus adanya stimulus yang tidak baik dulu, baru akan ada

respon dari masyarakat yaitu berupa sikap.

Berdasarkan Tabel 5.2.18 didapatkan 72 responden (74,23%) dengan

pencegahan DBD baik menyatakan bahwa tempat penampungan air/gentong dirumah

sebaiknya ditutup. Program yang sering dikampanyekan di Indonesia adalah 3M,

salah satunya ialah menutup.Menutup tempat penampungan air sehingga tidak ada

nyamuk yang memiliki akses ke tempat itu untuk bertelur. Hasil penelitian Dina

Marini (2009) diperoleh tindakan menutup tempat penampungan air ada 83,3%

responden yang melakukannya. Marlina (2005) juga menunjukkan hasil yang sama

yakni sebanyak 77,6% yang melakukan penutupan tempat penampungan air.

Berdasarkan Tabel 5.2.19 didapatkan 64 responden (81,01%) dengan

pencegahan DBD baik menyatakan bahwa bak mandi dirumah sebaiknya dikuras 1

kali seminggu. Ini menunjukkan bahwa masyarakat telah mengetahui bahwa nyamuk

Aedes aegyptu dapat berkembangbiak di tempat penampungan air dalam rumah/bak

mandi.

Berdasarkan Tabel 5.2.20 didapatkan 61 responden (79,22%) dengan

pencegahan DBD baik menyatakan bersedia dengan senang hati apabila diajak oleh

petugas puskesmas untuk menjadi petugas Jumantik. Juru Pemantau Jentik adalah

petugas khusus yang berasal dari lingkungan sekitar yang secara sukarela mau

bertanggung jawab untuk malakukan pemantauan jentik nyamuk DBD aedes aegypti

di wilayahnya serta melakukan pelaporan ke kelurahan secara rutin dan

berkesinambungan. Jumantik harus mendapatkan pelatihan khusus jumantik dan

tinggal di dekat wilayah pantau jentik nyamuk DBD. Pemantauan dilakukan satu kali

dalam seminggu (biasanya jumat) pada pukul pagi hari. Jika ditemukan jentik nyamuk

79

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

maka petugas berhak memberi peringatan kepada penghuni / pemilik untuk

membersihkan atau menguras agar bersih dari jentik. Jumantik lalu membuat catatan

dan laporan yang diperlukan untuk dilaporkan ke kelurahan dan kemudian dari

kelurahan dilaporkan ke instansi terkait atau vertikal

Berdasarkan Tabel 5.2.21 didapatkan 74 responden (74,74%) dengan

pencegahan DBD baik menyatakan akan mempersilahkan petugas JUMANTIK

apabila datang untuk memeriksa rumah. Jumantik yaitu singkatan dari Juru Pemantau

Jentik adalah petugas khusus yang berasal dari lingkungan sekitar yang secara

sukarela mau bertanggung jawab untuk malakukan pemantauan jentik nyamuk DBD

aedes aegypti di wilayahnya serta melakukan pelaporan ke kelurahan secara rutin dan

berkesinambungan. Jumantik harus mendapatkan pelatihan khusus jumantik dan

tinggal di dekat wilayah pantau jentik nyamuk DBD. Pemantauan dilakukan satu kali

dalam seminggu (biasanya jumat) pada pukul pagi hari. Jika ditemukan jentik nyamuk

maka petugas berhak memberi peringatan kepada penghuni / pemilik untuk

membersihkan atau menguras agar bersih dari jentik. Jumantik lalu membuat catatan

dan laporan yang diperlukan untuk dilaporkan ke kelurahan dan kemudian dari

kelurahan dilaporkan ke instansi terkait atau vertikal.

Berdasarkan Tabel 5.2.22 didapatkan 75 responden (75%) dengan pencegahan

DBD baik menyatakan akan menebarkan bubuk abate ketempat penampungan air

apabila diberikan oleh petugas Jumantik. Dengan demikian gerakan PSN dengan 3M

Plus yaitu menguras tempat-tempat penampungan air minimal seminggu sekali atau

menaburinya dengan bubuk abate untuk membunuh jentik nyamuk. Menutup rapat-

rapat tempat penampungan air agar nyamuk Aedes aegipty tidak bisa bertelur.

Mengubur dan membuang barang-barang bekas seperti ban bekas, kaleng bekas yang

dapat menampung air hujan. Pemberantasan DBD akan berhasil dengan baik jika

upaya PSN dengan 3M Plus dilakukan secara sistematis, terus-menerus berupa

gerakan serentak, sehingga dapat mengubah perilaku masyarakat dan lingkungannya

ke arah perilaku dan lingkungan yang bersih dan sehat, tidak kondusif untuk hidup

nyamuk Aedes aegypti.

Berdasarkan Tabel 5.2.23 didapatkan 66 responden (80,48%) dengan

pencegahan DBD baik menyatakan memberi minum sebanyak-banyaknya dan

membawa ke dokter/fasilitas kesehatan apabila ada anggota keluarga yang dicurigai

menderita DBD. Penanganan awal yang diberikan adalah memberi minum sebanyak-

80

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

banyaknya dengan air yang sudah dimasak seperti air susu, teh atau air minum

lainnya, dapat juga dengan oralit, Berikan kompres air dingin atau es, Berikan obat

penurun panah misalnya parasetamol (dosis anak-anak 10-20 mg/Kg BB per hari;

dewasa; 3×1 tablet/hari). Dan yang paling penting Harus segera dibawa ke dokter,

petugas puskesmas pembantu, bidan desa, perawat pembina desa, Puskesmas atau

Rumah Sakit

Berdasarkan Tabel 5.2.24 didapatkan 73 responden (80,21%) dengan

pencegahan DBD baik menyatakan akan mempersilahkan petugas kesehatan yang

akan melakukan pengasapan/fogging dirumah. Pencegahan dengan pengasapan hanya

dapat menghalau atau membunuh nyamuk betina dewasa tetapi tidak dapat

membunuh larvanya. Pengasapan menggunakan insektisida Malathion 4 persen

dicampur solar, hanya dapat membunuh nyamuk-nyamuk dewasa pada wilayah radius

100-200 meter di sekitarnya dan efektif hanya untuk satu-dua hari. Sementara, siklus

pertumbuhan jentik nyamuk menjadi nyamuk dewasa memerlukan waktu 10 hari.

Sehingga tidak cukup dilakukan satu kali penyemprotan saja. Berdasarkan Tabel

5.2.25 didapatkan 74 responden (76,3%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan

akan mengikuti dan memahami tentang penyakit DBD apabila diadakan penyuluhan

di lingkungannya. Demam berdarah dapat menyerang secara serentak di suatu

wilayah dan factor kejadian luar biasa hingga menyebabkan kematian. Salah satu

faktor penyebab akibat kebersihan lingkungan yang kurang terjaga. Karena itu

penyuluhan tentang Demam Berdarah sangat penting dilakukan.

Terbentuknya perilaku baru pada seseorang dimulai dari seseorang tahu

dahulu terhadap stimuli yang berupa materi atau obyek diluarnya sehingga

menimbulkan pengetahuan baru pada seseorang tersebut. Menurut Azwar S (2003)

karakteristik sikap mempunyai arah yang terpilah pada dua arah kesetujuan, yaitu

apakah setuju atau tidak setuju, mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak

atau tidak memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai obyek. Orang yang

setuju, mendukung dan memihak teradap suatu obyek sikap, berarti memiliki sikap

yang arahnya positif. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Hasana (2006),

Proborini (2008) dan Wardhanie (2009), dimana sikap merupakan faktor predisposisi

yang berhubungan dengan partisipasi dalam pencegahan dan pemberantasan DBD.

Berdasarkan Tabel 5.2.26 didapatkan 73 responden (75,2%) dengan

pencegahan DBD baik menyatakan kan melaporkan ke RT/petugas kesehatan apabila

81

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

ada anggota keluarga ataupun warga di lingkungan yang dinyatakan menderita DBD.

Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah penularan penyakit DBD di lingkungan

mengingat Nyamuk dewasa yang menyedot darah penderita DBD akan membawa

virus, yang mengalami masa inkubasi antara 8-10 hari di dalam tubuh nyamuk. Jika

nyamuk menggigit orang sehat, virus pun menular. Nyamuk tersebut juga memiliki

daya jelajah yang lebih jauh. Jarak terbang di literatur antara 50-100 meter.

82

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Sebanyak 40 responden (40%) berusia >40 tahun dimana 34 responden (82.93%)

memiliki pencegahan DBD yang baik dimana responden termasuk dalam

kelompok usia produktif dimana menurut data Departemen Kesehatan Pada Tahun

2009 dikatakan bahwa komposisi penduduk indonesia menurut kelompok umur

adalah penduduk yang berusia produktif 15-40 tahun.

2. Sebanyak 62 responden (62%) berjenis kelamin wanita dimana 50 responden

(79.37%) diantaranya memiliki pencegahan DBD yang baik karena berdasarkan

hasil sensus penduduk 2011 jumlah penduduk Indonesia 230.556.363 orang yang

terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan.

3. Sebanyak 43 responden (43%) ber-suku Jawa dimana 34 responden (79.04%)

memiliki pencegahan DBD yang baik hal ini terjadi mengingat arus urbaninsasi

dan perpindahan penduduk yang begitu tinggi di DKI Jakarta sebagai ibukota dan

kota besar dengan anggapan bahwa akan lebih mudah untuk mencari pekerjaan

dan kehidupan lebih baik di ibukota, namum tidak dapat dikatakan suku tertentu

mempunyai pencegahan DBD yang lebih baik.

4. Didapatkan sebanyak 50 responden (50%) pendidikan terakhirnya adalah SMA

dimana 36 responden (72%) diantaranya dengan memiliki pencegahan DBD yang

baik karena menurut penelitian Hasanah, 2006 dan Probini, 2008 pencegahan dan

pemberantasan DBD lebih dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan seseorang.

5. Sebanyak 46 responden (46%) memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga

dimana 39 responden (84.8%) memiliki pencegahan DBD yang baik karena ibu

83

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

rumah tangga mempunyai banyak waktu untuk membaca, mendengarkan

informasi dari berbagai media.

6. Sebanyak 36 responden (36%) memiliki penghasilan keluarga Rp 800.000 – Rp

1.500.000 perbulan dimana 30 responden (83.34%) diantaranya memiliki

pencegahan DBD yang baik.

7. Sebanyak 94 responden (94%) menyatakan penyebab demam berdarah dengue

adalah nyamuk dimana sebanyak 70 responden (74.7%) memiliki pencegahan

DBD yang baik karena walaupun yang mempunyai pencegahan baik mengatakan

penyebab DBD adalah nyamuk namun hal tersebut masih salah karena penyebab

penyakit DBD sebenarnya adalah virus.

8. Sebanyak 97 responden (97%) menyatakan cara penularan penyakit demam

berdarah dengue adalah melalui gigitan nyamuk dimana 74 responden (75.5%)

diantaranya memiliki pencegahan DBD baik karena nyamuk Aides Aegypti

merupakan pembawa virus dari penyakit DBD dan cara penyebarannya melalui

nyamuk yang mengigit seseorang yang sudah terinfeksi.

9. Sebanyak 83 responden (83%) menyatakan jenis nyamuk yang menularkan

penyakit DBD adalah Aedes aegypti dimana 70 responden (76.08%) memiliki

pencegahan DBD baik karena sebagian besar tahu nyamuk jenis Aedes Aegypti

adalah nyamuk yang membawa virus DBD.

10. Terdapat 65 responden (65%) menyatakan warna nyamuk Demam Berdarah

Dengue adalah Tubuh berwarna hitam dengan belang-belang putih dimana 49

responden (74.3%) diantaranya memiliki pencegahan DBD baik karena sebagian

besar tahu nyamuk aedes aegypti bertubuh hitam dengan belang-belang putih.

11. Sebanyak 78 responden (78%) menyatakan waktu nyamuk demam berdarah

dengue beredar adalah pada pagi dan sore dimana 62 responden (78.5%) memiliki

pencegahan DBD baik karena sebagian besar mengetahui penyebaran DBD pada

pagi dan sore hari.

12. Sebanyak 54 responden (54%) menyatakan tempat perkembangbiakan nyamuk

demam berdarah dengue adalah air jernih yang tergenang dimana 41 responden

(77.4%) diantaranya memiliki pencegahan DBD baik sebagian besar mengetahui

tempat perkembangbiakan nyamuk DBD adalah air jernih yang tergenang.

13. Sebanyak 93 responden (93%) menyatakan tanda dari penyakit demam berdarah

dengue adalah demam dan bintik-bintik kemerahan dimana didapatkan 75

84

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

responden (75%) memiliki pencegahan DBD baik karena sebagian besar tahu

tanda dari penyakit DBD adalah demam dan bintik-bintik kemerahan.

14. Terdapat 77 responden (77%) menyatakan penanganan awal yang dapat

dilakukan bagi seseorang yang terkena penyakit demam berdarah dengue adalah

diberi minum sebanyak-banyaknya dan dibawa ke dokter/fasilitas kesehatan

dimana 63 responden (75.9%) diantaranya memiliki pencegahan DBD baik karena

sebagia besar tahu penanganan awal yang harus dilakukan ketika terkena penyakit

DBD adalah diberi minum sebanyak-banyaknya dan di bawa ke dokter/fasilitas

kesehatan.

15. Sebanyak 57 responden (57%) menyatakan kepanjangan dari program 3M adalah

mengubur, menguras, menutup dengan 50 responden (81.96%) memiliki

pencegahan DBD baik karena sebagian besar mengetahui kepanjangan program

3M adalah mengubur, menguras, menutup.

16. Sebanyak 45 responden (45%) menyatakan kepanjangan dari program PSN adalah

Pemberantasan Sarang Nyamuk dimana 35 responden (71.43%) diantaranya

memiliki pencegahan DBD baik sebagian besar mengetahui kepanjangan dari

program PSN adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk.

17. Sebanyak 93 responden (93%) menyatakan kaleng bekas dan pecahan botol yang

sudah tidak digunakan lagi sebaiknya dikubur dan 70 responden (76.09%)

memiliki pencegahan DBD baik karena sebagian besar mengetahui bahwa kaleng

bekas dan pecahan botol yang sudah tidak digunakan lagi sebaiknya dikubur.

18. Sebanyak 76 responden (76%) menyatakan menguras bak mandi di rumah

minimal 1 kali seminggu dimana 64 responden (81.01%) diantaranya memiliki

pencegahan DBD baik karena sebagian besar mengetahui bahwa menguras bak

mandi dirumah minimal 1 kali seminggu.

19. Sebanyak 92 responden (92%) menyatakan menutup tempat penampungan

air/gentong yang terdapat di rumah dengan 72 responden (74.23%) memiliki

pencegahan DBD baik karena sebagian mengetahui menutup tempat

penampungan air/gentong yang terdapat di rumah.

20. Terdapat 98 responden (98%) menyatakan mempersilahkan petugas JUMANTIK

(Juru Pemantau Jentik) bila akan memeriksa rumah dimana 74 responden

(74.74%) diantaranya memiliki pencegahan DBD baik karena sebagian besar

mempersilahkan petugas JUMANTIK bila akan memeriksa rumah.

85

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

21. Sebanyak 74 responden (74%) menyatakan bersedia dengan senang hati apabila

diajak oleh petugas Puskesmas menjadi JUMANTIK (Juru Pemantau Jentik)

dimana 61 responden (79.22%) memiliki pencegahan DBD baik karena sebagian

besar bersedia dengan senang hati apabila diajak oleh petugas puskesmas menjadi

JUMANTIK.

22. Terdapat 99 responden (99%) menyatakan akan menaburkan bubuk abate yang

diberikan oleh petugas JUMANTIK (Juru Pantau Jentik) ke tempat penampungan

air dimana 75 responden (75%) diataranya memiliki pencegahan DBD baik karena

sebagian besar akan menaburkan bubuk abate yang diberikan oleh petugas

JUMANTIK.

23. Sebanyak 97 responden (97%) menyatakan akan mempersilahkan petugas

kesehatan untuk melakukan pengasapan/fogging di rumah, 73 responden (80.21%)

memiliki pencegahan DBD baik karena sebagian besar akan mempersilahkan

petugas kesehatan untuk melakukan pengasapan/fogging dirumah.

24. Sebanyak 82 responden (82%) menyatakan memberi minum sebanyak-banyaknya

dan membawa ke dokter/fasilitas kesehatan apabila ada anggota keluarga yang

dicurigai terjangkit penyakit DBD dimana 66 responden (80.48%) diantaranya

memiliki pencegahan DBD baik karena sebagian besar akan memberi minum

sebanyak-banyaknya dan membawa ke dokter/fasilitas kesehatan apabila ada

anggota keluarga yang dicurigai penyakit DBD.

25. Sebanyak 97 responden (97%) menyatakan melaporkan ke RT/Petugas kesehatan

setempat apabila ada anggota keluarga ataupun warga dilingkungan yang

dinyatakan menderita DBD dimana 73 responden (75.2%) memiliki pencegahan

DBD baik karena sebagian besar akan melaporkan ke RT/Petugas Kesehatan

setempat apabila ada anggota keluarga ataupun warga lingkungan yang

dinyatakan menderita DBD.

26. Sebanyak 97 responden (97%) menyatakan apabila diadakan penyuluhan tentang

DBD maka akan mengikuti dan memahami tentang penyakit DBD dimana 74

responden (76.3%) diantaranya memiliki pencegahan DBD baik karena sebagian

besar apabila diadakan penyuluhan tentang DBD maka akan mengikut dan

memahami tentang penyakit DBD.

86

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Saran

Saran untuk masyarakat Kecamatan Duren Sawit

1) Agar masyarakat memperhatikan kebersihan lingkungan rumah dan lingkungan

sekitar.

2) Agar masyarakat melaksanakan kegiatan 3M plus secara rutin sebagai upaya

memberantas penyakit demam berdarah dengue.

3) Agar masyarakat berpartisipasi dengan sukarela dalam kegiatan PSN

(Pemberantasan Sarang Nyamuk) sebagai JUMANTIK (Juru Pemantau Jentik)

untuk bersama-sama memberantas nyamuk demam berdarah dengue di

lingkungan rumah dan sekitar.

4) Agar masyarakat meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan dan penanganan

demam berdarah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat demam

berdarah dengue.

Saran untuk Petugas Puskesmas Kecamatan Duren Sawit

1) Agar petugas puskesmas terus mengingatkan dan menolong masyarakat untuk

terus memperhatikan serta menjaga kebersihan lingkungan rumah dan lingkungan

sekitar.

2) Agar petugas puskesmas memotivasi masyarakat dengan memberikan

penyuluhan-penyuluhan tentang pencegahan dan penanganan demam berdarah

dengue bagi masyarakat kecamatan Duren Sawit secara khusus tentang

pentingnya PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)

3) Agar petugas puskesmas menggalakkan masyarakat untuk terus melakukan

kegiatan 3M plus secara rutin untuk mencegah dan memberantas

perkembangbiakan nyamuk demam berdarah dengue.

4) Agar petugas puskesmas terus melaksanakan kegiatan PSN dengan melibatkan

serta masyarakat kecamatan Duren Sawit untuk menjadi petugas JUMANTIK

87

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

DAFTAR PUSTAKA

1. Arief Mansyoer, Suprohaita, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek Setiowulan. Media

Aesculapius FKUI. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga jilid 2. 2000; 419-427

2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Indikator Indonesia Sehat 2010

dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. 2003

3. Duma, Nicolas S., Arsin, A.A., dan Darmawansyah, Analisis Faktor yang

Berhubungan dengan Kejadian Demam Berdarah Dengued di Kecamatan Baruga

Kota Kendari .Fakultas Kesehatan Masyarakat UNHAS. 2007. Available from:

http://www.pascaunhas.net/jurnal_pdf/an_4_2/03_JURNAL%20tesis

%20MA WAN.pdf

4. Fathi., Soedjajadi K., dan Chatarina U.W., 2005. Peran Faktor Lingkungan dan

Perilaku Terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Mataram. Fakultas

KesehatanMasyarakatUNAIR.Availablefrom

http://www.pascaunhas.net/jurnal_pdf/an_4_2/03_JURNAL%20tesis

%20MA WAN.pdf

5. Hadinegoro Sri R.H, Soegijanto Soedeng: Tatalaksana Demam Dengue di Indonesia.

Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia Direktorat

Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. 2001

6. Hadinegoro Sri R.H, Satari Hinra G: Demam Berdarah Dengue. Naskah Lengkap

Pelatihan bagi Pelatih Dokter Spesialis Anak dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam

dalam Tatalaksana Kasus DBD. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. 2004.

7. Marlina, Siti, 2005. Perilaku Keluarga terhadap Usaha Pencegahan Penyakit DBD

di Lingkungan Rumah di Desa Suka Makmur Kecamatan Delitua. Fakultas

Kedokteran USU.2005 Available from: http://addy1571.wordpress.com/perilaku-

keluarga-terhadap-usaha- pencegahan-penyakit-dbd-di-lingkrumah/

8. Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia, jilid I, Edisi ketiga.1998; 417-426.

9. Rampengan T.H, Dr., DSAK, Laurents I.R, Dr., DSA: Penyakit Infeksi Tropik Pada

Anak. EGC. 1997; 135 – 157. Halaman 135-143.

10. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak. Buku Kuliah jilid. 2 Ilmu Kesehatan Anak.

Cetakan ke enam 1991.

11. Sigarlaki, H.J.O, Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : CV

Info Medika, 2003.

12. Sigarlaki, H.J.O, Epidemiologi. Jakarta : CV Info Medika, 2003.

88

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012

Sri Rezeki H.Hadinegoro, Soegeng Soegijanto, Suharyono Wuryadi, Thomas Suroso.

Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia. 2001

13. Sri Rezeki H.Hadinegoro, Hindra Irawan Satari. Demam Berdarah Dengue, Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, 2002

14. WHO, 2008. Dengue/DHF Situation of Dengue/Dengue Haemorrhagic Fever in the

South East Asia Region Variable endemicity for DF/DHF in countries of SEA

RegionAvailablefrom:http://www.searo.who.int/en/Section10/Section332_1100.htm.

[Accessed 10 Maret 2011]

15. WHO, 2009. Dengue Status in South East Asia Region: An Epidemiological

Perspective. Available from: http://www.searo.who.int/LinkFiles/Dengue_dengue-

SEAR-2008.pdf . [Accessed 10 Maret 2011]

16. WHO, 2009. Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. Available from:

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/. [Accessed 10 Maret 2011]

17. www.indonesiaindonesia.com/f/13744-profil-nyamuk-aedes-pembasmiannya/

18. www.organisasi.org/cara-jumantik-memberantas-nyamuk-demam-berdarah-dengue-

dbd pengertian-juru-pemantau-jentik

19. www.teknologitinggi.wordpress.com/2008/03/19/nyamuk-penyebab-demam-berdarah

mampu-hidup-di-air-kotor/

20. www.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti#pengendalian _vektor

89

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Tahun 2012