PENELITIAN DURSAW
-
Upload
binul-slyph -
Category
Documents
-
view
110 -
download
4
description
Transcript of PENELITIAN DURSAW
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat,
pemerintah dan swasta. Apa pun peran yang dimainkan pemerintah, tanpa kesadaran
individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya
sedikit yang akan dicapai. Selain itu, adapun salah satu tujuan Indonesia Sehat 2015
yakni mencegah terjadinya dan menyebarnya penyakit menular sehingga tidak
menjadi masalah kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2005).
Demam berdarah dengue merupakan masalah utama penyakit menular di
berbagai belahan dunia. Selama 1 dekade angka kejadian atau incidence rate (IR)
DBD meningkat dengan pesat diseluruh belahan dunia. Diperkirakan 50 juta orang
terinfeksi DBD setiap tahunnya dan 2,5 miliar (1/5 penduduk dunia) orang tinggal di
daerah endemik DBD. WHO memperkirakan sebanyak 2,5 sampai 3 milyar
penduduk dunia berisiko terinfeksi virus dengue dan setiap tahunnya terdapat 50-100
juta penduduk dunia terinfeksi virus dengue, 500 ribu diantaranya membutuhkan
perawatan intensif di fasilitas pelayanan kesehatan. Setiap tahun dilaporkan sebanyak
21.000 anak meninggal karena DBD atau setiap 20 menit terdapat satu orang anak
yang meninggal. (Depkes RI, 2008). Penyakit demam berdarah penyebarannya sangat
luas hampir di semua daerah tropis diseluruh dunia. Di Indonesia sampai saat ini
penyakit demam berdarah ( DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat.
Angka kesakitan penyakit ini masih cukup tinggi terutama di provinsi DKI Jakarta.
Pada tahun 2008 DKI Jakarta menempati urutan pertama sebagai kota dengan jumlah
kasus DBD terbanyak mencapai 21 persen dari jumlah nasional.Puncak terjadinya
DBD di Indonesia adalah pada bulan Oktober-Februari, sehingga perhitungan CFR
hanya sampai bulan September di tahun 2008 belum tepat untuk menggambarkan
CFR pada tahun 2008 (WHO, 2009).
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang berbahaya,
dapat menimbulkan kematian dalam waktu yang singkat dan sering menimbulkan
wabah (Depkes RI, 1995) . Indonesia menurut kriteria WHO termasuk ke dalam
negara endemik DBD bersama-sama Thailand, Sri Langka dan Timor-Leste dalam
1
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
peta ASEAN. Epidemiologi dari dengue itu bergantung dari multifaktorial seperti
perilaku manusia, iklim, penyebaran virus dan arus perpindahan manusia.
Dikarenakan belum ditemukannya vaksin untuk DBD maka pencegahan yang dapat
dilakukan adalah manajemen lingkungan tempat tinggal terkait pengkontrolan vektor
virus Dengue dan perilaku proteksi pada manusia (WHO, 2008) Perilaku yang sehat
dan kemampuan mayarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan
yang bermutu sangat menentukan keberhasilan Pembangunan Kesehatan (Depkes RI,
2003). Perilaku mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan dari individu itu sendiri
(Notoatmodjo, 2003). Dari hasil penelitian sebelumnya di Kendari didapati hubungan
antara kejadian DBD dengan pengetahuan dimana presentase pengetahuan yang
kurang dari responden yang positif DBD 74 orang (71,8%), sedangkan dari responden
yang negatif DBD ada 29 orang (28,2%) yang berpengetahuan kurang (Duma, 2007).
Penelitian di Mataram menyimpulkan bahwa semakin masyarakat bersikap tidak
serius dan tidak berhati-hati terhadap penularan penyakit DBD akan bertambah resiko
terjadinya penularan penyakit DBD (Fathi, 2005).
Berdasarkan data dari Suku Dinas Kesehatan Jakarta jumlah kasus DBD
hingga bulan Oktober 2011 49.486 dan jumlah kasus kematian sebanyak 403 kasus.
Walaupun kasus yang terjadi tersebut masih lebih rendah dibandingkan periode yang
sama pada tahun 2010 lalu, namun masyarakat tidak boleh lengah. Tingginya curah
hujan diprediksi dapat menjadi pemicu tingginya kasus mematikan tersebut.
Masyarakat diharapkan dapat mencegah berjangkitnya penyakit DBD dengan cara
melakukan PSN di lingkungan tempat tinggalnya masing-masing. (Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Timur, 2011)
Data yang dimiliki Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, sepanjang tahun
2007 sampai tahun 2010 jumlah pasien DBD di Ibukota mengalami penurunan
sebanyak 60,5 persen. Jika pada tahun 2007 jumlah pasien akibat DBD mencapai
31.836 kasus, maka di tahun 2010 menurun menjadi 12.639 .Pada tahun 2008 DKI
Jakarta menempati urutan pertama sebagai kota dengan jumlah kasus DBD terbanyak
mencapai 21 persen dari jumlah nasional.
Jumlah kasus DBD di Kecamatan Duren Sawit pada tahun 2011 tercatat
sebanyak 605 kasus. Dengan kasus di Kelurahan Pondok Bambu sebnyak 88 kasus, di
kelurahan Klender 122 kasus, di Kelurahan Duren Sawit 108 kasus, di Kelurahan
2
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Malak Jaya sebanyak 60 Kasus, Kelurahan Malaka Sari sebnyak 47 kasus, Kelurahan
Pondok Kopi 49 kasus, dan di Kelurahan Pondok Kelapa 131 kasus.
Penurunan kasus DBD tersebut menunjukkan kegiatan PSN sejauh ini berjalan
efektif. Namun walaupun menurun, warga diharapkan tidak boleh terlena dan
hendaknya terus meningkatkan PSN agar kasus DBD di Jakarta Timur dapat benar-
benar diminimalisir.
1.2 Perumusan Masalah
Penelitian mengenai karakteristik, pengetahuan, dan sikap masyarakat terhadap
pencegahan DBD di Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012 dapat menambah wawasan
bagi petugas kesehatan bahwa jumlah masyarakat di Kecamatan Duren Sawit yang
belum sepenuhnya melaksanakan pencegahan DBD di Kecamatan Duren Sawit.
Dengan adanya penelitian ini, para petugas kesehatan akan mendapat hal yang
pasti mengenai keadaan ini karena adanya data-data yang telah dikumpulkan berasal
kuesioner maupun wawancara.
Setelah mendapatkan hasil penelitian, dapat dilakukan intervensi berupa
penyuluhan terhadap warga Kecamatan Duren Sawit sebagai upaya untuk merespon
hasil dari kuesioner yang dilakukan. Penyuluhan yang dilakukan menyiratkan harapan
dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat di Kecamatan Duren Sawit Seiring
meningkatnya pengetahuan masyarakat di Kecamatan Duren Sawit diharapkan
masyarakat pada akhirnya dapat mengambil sikap untuk masalah pencegahan DBD.
Hal ini tentu berguna untuk menanggulangi atau menurunkan angka kejadian DBD di
Kecamatan Duren Sawit
Dimasa yang akan datang, tersimpan suatu harapan bahwa penelitian ini dapat
berguna sebagai pertimbangan untuk menyikapi masalah pencegahan DBD di
Kecamatan Duren Sawit dan meningkatkan wawasan serta keterampilan para petugas
medis di puskesmas Duren Sawit.
3
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik, pengetahuan, dan sikap masyarakat terhadap
pencegahan DBD di Kecamatan Duren Sawit tahun 2012
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran karakteristik (usia, jenis kelamin, suku bangsa,
pendidikan terakhir, pekerjaan, penghasilan keluarga) masyarakat terhadap
pencegahan DBD di Kecamatan Duren Sawit tahun 2012
b. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan (etiologi, cara penularan, jenis vector,
ciri-ciri vector, waktu aktifitas vector, tempat perkembangbiakan vector, gejala,
penanganan awal, program 3M) masyarakat terhadap pencegahan DBD di Kecamatan
Duren Sawit tahun 2012
c. Untuk mengetahui gambaran sikap (program 3M plus, program Jumantik,
pemberantasan nyamuk dewasa, penanganan awal, penyuluhan) masyarakat terhadap
pencegahan DBD di Kecamatan Duren Sawit tahun 2012.
1.4 Manfaat
1.4.1 Hasil penelitian berguna untuk menambah wawasan tentang karakteristik,
pengetahuan dan sikap masyarakat di kecamatan Duren Sawit terhadap
pencegahan DBD
1.4.2 Hasil penelitian ini berguna untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap
masyarakat terhadap pencegahan DBD di Kecamatan Duren Sawit tahun
2012
1.4.3 Hasil penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dan penelitian bagi
dokter muda Universitas Kristen Indonesia dalam hal melakukan penelitian
mengenai kesehatan masyarakat.
1.4.4 Hasil penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk pengembangan system
pelayanan kesehatan sehingga memudahkan pencarian pemecahan–
pemecahan masalah kesehatan.
4
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
2.1. Demam Berdarah Dengue
Penyakit Demam Berdarah (DBD) merupakan penyakit menular yang sampai
dengan sekarang masih sulit dikendalikan. Hal ini bila dilihat dari teori fenomena
gunung es, diperkirakan jumlah penderita penyakit DBD baik yang didiagnosa
Sindroma Syok Dengue (SSD), DBD maupun Demam Dengue (DD) masih sedikit
bila dibandingkan dengan jumlah yang tanpa gejala, sehingga sejauh mana
penyebaran sulit diprediksi yang berakibat terhadap upaya pemutusan penularan
kurang optimal. Demam berdarah dengue (dengue haemorrhagic fever, selanjutnya
disingkat DHF), ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala
utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah 2 hari pertama
uji tourniquet akan positf dengan tanpa ruam disertai beberapa atau semua gejala
perdarahan seperti petekie spontan yang timbul serentak, purpura, ekimosis,
epistaksis, hematemesis, melena, trombositopenia, masa perdarahan dan masa
protrombin memanjang, hematokrit meningkat dan gangguan maturasi megakariosit.
Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome, selanjutnya disingkat DSS) ialah
penyakit DHF yang disertai renjatan.
Fakta epidemi yang lain adalah:
1. Kasus DBD didunia rata-rata tiap tahunnya dilaporkan ada 925.896 kasus
sedangkan di Indonesia telah mencapai lebih dari 160.000 (15-20% kasus
didunia).
2. Diantara negara WHO – SEARO, 3 tahun berturut-turut (2006, 2007,
2008), laporan kasus di Indonesia merupakan yang tertinggi.
3. Sejak tahun 2004 kasus DBD terus meningkat dan meluas sampai lebih
dari 350 kabupaten/kota.
4. Kematian tahun 2008 mencapai 1.187 orang, berarti sekitar 100/bulan,
sama dengan pesawat jatuh setiap bulan dengan seluruh penumpangnya
tewas.
5. Hasil RISKESDAS 2007 : Penyebab kematian No. 5 pada balita setelah
diare, pneumonia, Necrotizing enterocolitis (NEC), dan meningitis. Kasus
kematian karena DBD mencapai 6.8%
6
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Peta insiden DBD di Indonesia pada tahun 2009 memperlihatkan seluruh
wilayah Jawa insidennya lebih dari 3,5 per 10.000 dan di Jawa Tengah sendiri sebesar
5,6.Insiden rate di Jawa Tengah dari tahun 1980-2009 bila ditarik garis trend kasus
tersebut terlihat terus meningkat.
Sepuluh kabupaten/kota dengan insiden tinggi tahun 2009 adalah kota
Semarang, Magelang, jepara, Surakarta, Tegal, Pati, Kudus, Purbalingga, Sragen,
Kabupaten Tegal, dan kota Salatiga.
Pada tahun 2009, 35 kabupaten/kota seluruhnya sudah dilaporkan adanya
kasus DBD (tidak ada yang bebas). Pada tahun 2010 sampai dengan bulan Mei
sebagian besar kabupaten/kota di Jawa Tengah bagian timur insidennya sudah lebih
dari 2 per 10.000 penduduk.
Dilihat dari angka kematian sejak tahun 2007 sudah dibawah 2% namum masih diatas
1% yang menjadi indikator nasional.
Pola kasus DBD di Jawa Tengah, mengalami meningkat mulai November dan
mencapai puncaknya pada bulan Januari yang kemudian pola kasus terus menurun
sampai bulan Oktober. Untuk itu kegiatan Pemberatasan Sarang Nyamuk (PSN) harus
dilakukan terus menerus, seminggu sekali dan serentak disemua wilayah, lebih
ditingkatkan lagi pada bulan Oktober sebagai kewaspadaan adanya peningkatan kasus
bulan November.
Secara umum upaya pengendalian DBD dapat dibagi pada tahapan promotif,
preventif, deteksi dini dan tatalaksana. Tahapan promotif dan preventif meliputi
perbaikan lingkungan, pemberdayaan masyarakat, dan penyuluhan dengan melibatkan
lintas program dan lintas sektoral serta semua unsur yang dapat digerakan. Sedangkan
deteksi dini dan tatalaksana lebih pada pelyanan penderita di sarana kesehata dan juga
di masyatakat agar mengenal tanda-tanda DBD secara dini.
Transmisi virus dengue dari penderita satu ke penderita lain sampai timbul
gejala membutuhkan waktu kurang lebih 15 hari sehiingga upaya pemutusan transmisi
sebaiknya dilakukan kurang dari 1 minggu setelah penderita pertama didiagnosis
sebagai DBD.
Kebijakan dalam pengendalian DBD :
1. Pengendalian DBD didasari pada partisipasi dan pemberdayaan
masyarakat sesuai dengan lokal spesifik
7
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
2. Pengendalian DBD dilaksanakan melalui pengembangan kemitraan
dan jejaring kerja secara multidisiplin dan lintas sektoral.
3. Pengendalian DBD dilakukan dan dikelola secara profesional,
berkualitas, dan terjangkau oleh masyarakat, serta didukung oleh
sumber daya yang memadahi.
4. Membangun infrastruktur Sumber Daya Manusia (SDM) dan
logistik.
5. Meningkatkan kemampuan manajemen penatalaksanaan DBD
antara lain :
a. Meningkatkan komitmen RS dan Dinas Kesehatan Kota
(DKK).
b. Meningkatkan keterampilan petugas.
c. Pelayanan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP).
d. Meningkatkan sarana laboratorium.
6. Meningkatkan pengendalian vektor meliputi logistik, SDM, dan
kemitraan.
Hasil Penelitian transovarial :
1. Vincent (1998) melaporkan bahwa 20% nyamuk yang ditangkap
dari alam/lapangan positif mengandung virus.
2. Sitti Rahmah (Komunikasi Pribadi, 2006) membuktik bahwa pupa
Aedes Aegypti yang ditangkap 2 bulan setelah Kejadian Luar Biasa
(KLB) di kampung Klitren DIY positif mengandung virus dengue.
3. NAMRU II Jakarta mendeteksi keberadaan virus dengue pada
nyamuk Aedes Aegypti jantan, hal tersebut membuktikan bahwa
virus diperoleh nyamuk jantan dari induknya karena nyamuk
jantan tidak pernah menggigit manusia (Suroto Komunikasi
Pribadi).
4. Widiarti (2006) B2P2VRP Salatiga mendeteksi larva Aedes
Aegypti dan Aedes Albopticus dari kota Semarang, larva Aedes
Aegypti kabutan Kendal, Kabupaten Sukharjo 0.48-8.77% positif
antigen virus dengue.
5. South East Asian Journal melaporkan bahwa transovarial mencapai
generasi ke5.
8
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Dengan hasil beberapa penelitian tersebut pengendalian DBD dengan fogging
sudah terlambat karena telur sudah mengandung virus, namum fogging masih
diperlukan pada saat terjadi transmisi dengan bukti ada penderita lain di sekitar
penderita dan dari survei jentiknya ditemukan angka bebas jentiknya kurang dari
95%.
Dengan demikian upaya yang paling tepat adalah PSN yang kegiatannya
berupa 3M(+) yaitu Menguras, Menutup Tempat Penampungan Air, dan Menimbun
Barang-Barang Bekas agar bila musim hujan tidak menjadi tempat perindukan
nyamuk Aedes Aegypti.
2.1.1. Etiologi
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue adalah virus dengue yang
termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus ( Arboviruses ) yang sekarang dikenal
sebagai genus Flavivirus, family Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis streotipe, yaitu;
DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan
antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk
terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan
yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Keempat serotipe virus dengue dapat
ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Di Indonesia, pengamatan virus dengue
yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah sakit menujukkan bahwa
keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN-3
merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan gejala
klinis (Soedarmo, 1999).
Demam Berdarah Dengue (DHF) di Indonesia, pertama kali dicurigai
berjangkit di Surabaya pada tahun 1968, tetapi konfirmasi virologis baru
diperoleh pada tahun 1970. Di Jakarta pertama kali tahun 1969. kemudian
Bandung dan Yogyakarta tahun 1972. Epidemi pertama diluar Jawa pada tahun
1972 di Sumatera Barat dan Lampung, disusul Riau, Sulawesi Utara dan Bali
(1973) pada tahun 1974, epidemi di laporkan di Kalimantan Selatan dan Nusa
Tenggara Barat. Pada tahun 1994. DBD telah menyebar ke seluruh propinsi di
Indonesia.
9
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Vektor utama dengue di Indonesia adalah nyamuk aedes aegypti,
disamping pula aedes albopictus. Vektor ini bersarang di bejana-bejana yang
berisi air jernih dan tawar seperti bak mandi, drum penampung air, kaleng bekas
dan lainnya.
Daerah yang terjangkit DHF adalah daerah yang padat penduduk, karena :
1. Antar rumah jaraknya berdekatan, yang memungkinkan penularan karena
jarak terbang Ae. aegypti adalah 40-100 meter.
2. Ae.aegypti betina mempunyai kebisaan menggigit berulang (multiple
biters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu
singkat.
Kasus DHF cenderung meningkat pada musim hujan, kemungkinan disebabkan :
1. Perubahan musim mempengaruhi frekuensi gigitan nyamuk, karena
pengaruh musim hujan puncak jumlah gigitan terjadi pada siang dan sore
hari.
2. Perubahan musim mempengaruhi manusia sendiri dalam sikapnya
terhadap gigitan nyamuk, misalnya dengan banyak berdiam dirumah
selama musim hujan.
2.1.2. Epidemiologi
Infeksi virus dengue merupakan penyakit yang tersebar di seluruh dunia,
ditularkan melalui gigitan serangga dengan peningkatan angka kejadian di daerah
tropis, Asia, Afrika, Amerika Tengah dan Selatan. Hal ini disebabkan oleh
peningkatkan distribusi geografis virus dan peningkatkan intensitas transmisi virus
dengue oleh nyamuk Aedes Aegypti, kepadatan penduduk, keadaan daerah
pemukiman dibawah standart kesehatan, dan peningkatan transportasi modern yang
meningkatkan transmisi virus dengue, serta adanya fenomena gunung es.
Faktor lain adalah tidak efektifnya pemberatasan nyamuk terutama di daerah
endemis. Kurangnya tenaga sumber daya manusia yang memahami dan ahli dalam hal
pencegahan dan pemberantasan penyakit yang ditularkan vektor, merupakan masalah
infrastruktur kesehatan masyarakat.
Demam berdarah dengue (DBD) sering menyerang anak dibawah usia 15
tahun dan merupakan penyebab kematian dengan jumlah bermakna. Angka kejadian
10
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
di Indonesia sejak pertama kali ditemukan di Surabaya (1968) dan di Jakarta (1969)
semakin meningkat dalam jumlah dan daerah pennyebarannya. Incident Rate (IR) per
100.000 penduduk meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1968: IR 0.05; 1978:
4.9; 1983: 8.65; tahun 1988: 27.96; tahun 1995: 18.41. Peningkatan tersebut dapat
disebabkan penurunan kekebalan setiap 5 tahun, atau mutasi virus tiap 5 tahun, atau
setiap 5 tahun muncul strain baru yang lebih virulen atau peningkatan pelaporan
(surveillance).
Di Indonesia, walaupun angka kesakitan rata-rata cenderung meningkat (dari 2
penderita tahun 1968 menjadi 227 pada tahun 1995), angka kematian (case fatality
rate/CFR) secara drastis menurun dari 41.3% pada tahun 1968 menjadi 3% pada tahun
1984.Angka kematian DBD yang dirawat di rumah sakit cukup tinggi yaitu 5-15%
terutama di rumah sakit rujukan. Antara tahun 1988-1994 kasus sindroma syok
dengue (SSD) merupakan 16-40% kasus yang dirawat dengan kematian 5.7-50% atau
3-10kali lebih tinggi dari pada yang tidak syok.
Di berbagai rumah sakit di Indonesia angka kejadian SSD 11.2-42.8% dari
jumlah DBD. Angka kematian sampai saat ini masih tinggi. Di RSUP Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta, angka kematian SSD 20-26%, di RS Dr. Soetomo 16-20%,
di RSUP Dr. Kariadi 26% (1996), dan RS Pirngadi Medan 60%.Di RSUP dr. Kariadi
angka kematian DBD yang dirawat pada tahun 1997-1998 adalah 4% (dari 701
penderita). DBD berat yang dirawat diruang intensif anak PICU RSUP dr. Kariadi
sebanyak 14.4% dengan angka kematian 53.19%.
2.1.3. Cara Penularan
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus
dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada
manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes
polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat jugamenularkan virus ini, namun
merupakan vektor yang kurang berperan. Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung
virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia.
Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari
11
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
(extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada
saat gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan kepada
telurnya (transovanan transmission), namun perannya dalam penularan virus tidak
penting. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh nyamuk,
nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif). Di tubuh
manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 46 hari (intrinsic incubation period)
sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat
terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari
sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul.
2.1.4 Patogenesis Demam Berdarah Dengue
Patogenesis DBD masih kontroversial dan belum dapat diketahui secara jelas
terdapat 2 teori yang sering dikemukakan dan yang paling banyak dianut dalam
patogenesis DBD dan SSD adalah Hipotesis Infeksi Sekunder oleh virus yang
heterologus. Hipotesis ini menyatakan bahwa pasien yang mengalami infeksi kedua
kalinya dengan serotipe virus dengue yang heterolog akan mempunyai resiko yang
lebih besar menderita DBD dan SSD. Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya
akan mengenali virus lain yang menginfeksi dan kemudian membentuk kompleks
antigen-antibodi yang kemudian berikatan dengan Fc reseptor dari memberan sel
leukosit terutama makrofag. Oleh karena antibodi heterolog maka virus tidak
dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan bebas melakukan replikasi dalam sel
makrofag.
Hipotesis kedua menyatakan bahwa virus dengue seperti juga virus binatang
lain, dapat mengalami perubahan genetik akibat tekanan sewaktu virus mengadakan
replikasi baik pada tubuh manusia maupun tubuh nyamuk. Ekspresi fenotip dari
perubahan genetik dalam genom virus dapat menyebabkan peningkatan replikasi virus
dan viremia, peningkatan virulensi, dan mempunyai potensi untuk menimbulkan
wabah. Pandangan lain mengenai patogenesis DBD atau SSD berdasarkan bahwa
patogenesis harus dimulai dari identifikasi sel atau tipe sel yang mendukung
timbulnya infeksi secara in vivo (port d’ entree) serta mekanisme virus mengikat sel
target. Beberapa jenis sel yang diketahui mungkin merupakan sel target infeksi virus
12
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
dengue adalah monosit/makrofag, sel endotel, sel kupfer, sel hepar dan sel-sel
sumsum tulang.
Terdapatnya komplek virus-antibodi dalam sirkulasi darah mengakibatkan hal
sebagai berikut :
1. Kompleks virus-antibodi akan mengaktivasi sistem komplemen,
berakibat dilepaskannya anafilatoksin C3a dan C5a. C5a menyebabkan
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangnya
plasma melalui endotel dinding tersebut, suatu keadaan yang amat
berperan dalam terjadinya renjatan. Pada DSS kadar C3 dan C5 menurun
masing-masing sebanyak 33% dan 89%. Nyata pada DHF pada masa
renjatan terdapat penurunan kadar komplemen dan dibebaskannya
anafilatoksin dalam jumlah besar, walupun plasma mengandung
inaktivator ampuh terhadap anafilatoksin, C3a Dan c5a agaknya perannya
dalam proses terjadinya renjatan telah mendahului proses inaktivasi
tersebut. Anafilaktoksin C3a dan C5a tidak berdaya untuk membebaskan
histamin dan ini terbukti dengan ditemukannya kadar histamin yang
meningkat dalam air seni 24 jam pada pasien DHF.
2. Timbulnya agregasi trombosit yang melepaskan ADP akan mengalami
metamorfosis. Trombosit yang mengalami kerusakan metamorfosis akan
dimusnahkan oleh sistem retikuloendotel dengan berakibat
trombositopenia hebat dan perdarahan. Pada keadaan agregasi, trombosit
akan melepaskan amin vasoaktif (histamin dan serotonin) yang bersifat
meninggikan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit faktor III
yang merangsang koagulasi intravaskular.
3. Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor XII) dengan akibat akhir
terjadinya pembekuan intravaskular yang meluas. Dalam proses aktivasi ini,
plasminogen akan menjadi plasmin yang berperan dalam pembentukan
anafilatoksin yang penghancuran fibrin menjadi fibrin degradation product.
Disamping itu aktivasi akan merangsang sistem kinin yang berperan dalam
proses meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah
Bagan 1
13
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
INFEKSI SEKUNDER VIRUS DENGUE YANG BERBEDA
DSS terjadi biasanya pada saat atau setelah demam menurun, yaitu
diantara hari ke-3 dan ke-7 sakit. Hal ini dapat diterangkan dengan hipotesis
meningkatnya reaksi imunologis, yang dasarnya sebagai berikut:
1. Pada manusia, sel fagosit mononukleus, yaitu monosit, histiosit, makrofag
dan sel kupfer merupakan tempat utama terjadinya infeksi verus dengue.
2. Non-neutralizing antibody, baik yang bebas di sirkulasi maupun spesifik
pada sel, bertindak sebagai reseptor spesifik untuk melekatnya virus
dengue pada permukaan sel fogosit mononukleus.
3. Virus dengue kemudian akan bereplikasi dalam sel fagosit mononukleus
yang telah terinfeksi itu. Parameter perbedaan terjadinya DHF dan DSS
ialah jumlah sel yang terinfeksi.
14
Virus bereplikasi Reaksi anamnestik antibodi
Agregasi frombosit Aktivasi koagulasi Aktivasi komplemen
Penghancuran trombosit oleh RES
Trombositopenia
Gangguan fungsi trombosit
Pelepasan trombosit faktor III
Aktivasi factor hageman
Rangsang koagulasi intravaskular
Faktor
pembekuan menurun
Perdarahan yang berlebihan
Rangsang sistem kinin
Kinin
Produk digraasi fibrin
Anafilatoksin
Permeabilitas dinding pembuluh darah
meningkat
Shock
Plasmin
Kompleks virus-antibodi
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
4. Meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan disseminated
intravaskular coagulation (DIC) terjadi sebagai akibat dilepaskannya
mediator-mediator oleh sel fagosit mononukleus yang terinfeksi itu. Mediator
tersebut berupa monokin dan mediator lain yang mengakibatkan aktivasi
komplemen dengan efek peninggian permeabilitas dinding pembuluh darah,
serta tromboplastin yang memungkinkan terjadinya DIC.
2.1.5. Manifestasi Klinik\
Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit akut yang ditandai dengan
empat gejala klinik, yaitiu demam tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali dan
sering kali kegagalan sirkulasi. Patofisiologi yang penting dan menentukan derajat
penyakit adalah terdapatnya kebocoran plasma dan kelainan hemostasis yang akan
bermanifestasi sebagai peningkatan hematokrit dan trombositopenia, kedua jenis
kelainan laboratorium tersebut selalu ada pada perjalanan penyakit DBD. Hal ini
memebedakan demam dengue dengan demam berdarah dengue.
Demam tinggi mendadak disertai facial flushing dan sakit kepala terjadi
setelah masa inkubasi 4-6 hari. Kehilangan nafsu makan, nyeri di daerah epigastrium
disertai nyeri perut di bawah lengkung iga sebalah kanan. Pada perjalanan awal
penyakit DBD sulit dibedakan dengan demam dengue, tetapi jalan disertai ruam
makulo papula. Suhu meningkat mendadak sampai 40 derajat celcius atau lebih dan
kadang kala disertai dengan kejang.
Manifestasi perdarahan yang sering dijumpai pada awal perjalanan penyakit
adalah uji tourniquet positif, peteqie, ekimosis atau hematom yang timbul pada daerah
bekas tusukan jarum. Epistaksis dan perdarah gusi lebih jarang terjadi dari pada
peteqie, sedangkan perdarahan saluran cerna yang berat berhubungan erat dengan
syok lama. Masa kritis pada DBD adalah hari sakit ke-3 sampai ke-7, pada saat itu
suhu badan cenderung menurun, bersamaan dengan itu sering terjadi tanda-tanda
syok. Bila pasien tidak segera diberikan terapi cairan kondisi anak memburuk.
Apabila syok lama terjadi, akan diikuti dengan asidosis metabolik, hipoksemia,
perdarahan saluran cerna hebat yang akan memperburuk prognosis.Pada kasus ringan
dan sedang, semua tanda dan gejala klinis menghilang setelah demam turun. Demam
turun disertai keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi dan tekanan darah,
15
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
ujung ekstremitas terasa dingin, disertai dengan kongesti kulit. Perubahan ini
memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi sebagai akibat dari perembesan plasma
yang dapat bersifat ringan atau sementara (Depkes RI, 2001).
Pembagian renjatan menurut Munir dan Rampengan:
1.Syok ringan/tingkat 1 (impending shock) yaitu gejala dan tanda-tanda syok
disertai menyempitnya tekanan nadi menjadi 20mmHg.
2.Syok sedang/tingkat 2 (moderate shock) yaitu=tingkat 1 ditambah tekanan
nadi menjadi <20mmHg, tetapi belum sampai nol, disertai menurunnya
tekanan sistolik menjadi <80mmHg, tetapi belum sampai nol.
3.Syok berat/tingkat 3 (profound shock) yaitu tekanan darah tidak
terukur/nol,tetapi belum ada sianosis/asidosis.
4.Syok sangat berat/tingkat 4 (moribund cases) yaitu tekanan darah tidak
terukur lagi disertai sianosis dan asidosis.
Pemeriksaan Laboratorium
A. Isolasi virus dengan mendeteksi antigen virus atau RNA di dalam serum atau
jaringan tubuh, dan deteksi antibodi spesifik dalam serum pasien.
B. Uji Serologis
Pada saat demam reda, pada infeksi dengue primer antibodi mulai terbentuk,
sedangkan pada infeksi sekunder kadar antibodi yang ada meningkat.
C. Laboratorium Lain
a. Jumlah leukosit yang normal atau turun dengan dominasi neutrofil
pada awal perjalanan penyakit
b. Trombositopenia dan hemokonsentrasi selalu dijumpai pada DBD
c. Kelainan pembekuan terjadi sesuai derajat penyakit
d. Penurunan jumlah protein plasma terutama hipoalbuminemia
e. Hiponatremia terjadi pada kasus berat
f. Serum alanin amino transferase sedikit meningkat
D. Pemeriksaan Radiologis
Terdapat efusi pleura pada hemitoraks kanan atau kedua hemitoraks bila berat
pada pemeriksaan lateral dekubitus kanan.
16
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Kriteria Diagnosis WHO tahun 1997
Diagnosis DBD ditegakan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO tahun 1997
terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris.
A. Kriteria Klinis
a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas berlangsung terus
menerus selama 2-7hari
b. Terdapat manifestasi perdarahan, termasuk uji tourniquet positif,
peteqie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemsis dan atau
melena.
c. Pembesaran hati
d. Terdapat tanda-tanda kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah,
penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit
lembab dan pasien tampak gelisah.
B. Kriteria Laboratoris
a. Trombositopenia (≤ 100.000/mm3)
b. Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari kenaikan hematokrit 20% atau
lebih menurut standar umur dan jenis kelamin, atau terdapat bukti
kebocoran plasma lainnya (hipoalbumenia, efusi pleura, acites).
Dua kriteria klinis pertama ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi atau
peningkatan hematokrit cukup menegakan diagnosis klinis DBD.
Pedoman Diagnosis DBD menurut WHO 2009
A. Fase Febris : panas tinggi secara tiba-tiba berlangsung 2-7hari disertai flushing
eritem kulit badan sakit semua nyeri otot nyeri sendir dan pusing dapat disertai
kejang demam pada anak.
B. Fase kritis : terjadi pada hari ke-3 sampai ke-7 sakit dimana suhu turun
menjadi 37,5-38 derajat celcius dapat terjadi syok karena kebocoran plasma,
perdarahan hebat, gangguan fungsi organ.
C. Fase pemulihan : apabila pasien dapat melewati fase kritis 24-48 jam, terjadi
penyerapan perlahan dari cairan ekstravaskuler dalam waktu 48-72jam. Dapat
terjadi hipervolemia apabila diberikan carian yang berlebihan.
17
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
D. Dengue berat : bila terdapat 1 dari gejala sebagai berikut : kebocoran plasma
yang dapat menyebabkan syok, akumulasi cairan dengan atau tanpa distres
respiras, dan atau perdarahan masif, dan atau gangguan fungsi organ berat.
2.1.6. Pengobatan
Pengobatan DBD bersifat suportif. Tatalaksana didasarkan atas adanya perubahan
fisiologi berupa perembesan plasma dan perdarahan (Depkes RI, 2001).
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan keluarga jika ada salah satu atau lebih anggota
keluarganya diduga terkena DD atau DBD yakni memberi minum sebanyak-
banyaknya dengan air yang sudah dimasak seperti air susu, teh, atau oralit. Untuk
menurunkan demam, beri kompres air dingin atau air es dan berikan obat penurun
panas (misalnya parasetamol) dengan dosis untuk anak-anak sebanyak 10-20 mg/Kg
berat badan dalam 1 hari dan untuk dewasa 3x1 tablet tiap hari. Setelah itu jangan
lupa dibawa segera ke dokter atau petugas puskesmas pembantu atau bidan desa atau
perawat atau ke Puskesmas/Rumah Sakit terdekat (Depkes RI, 1995).
Bagan 2
Tatalaksanaan Penderita Tersangka
Demam Berdarah Dengue
Tersangka DBD
18
Demam tinggi, mendadak terus menerus < 7 hari tidak disertai ISPA badan lemah/lesu
Ada kedaruratan Tidak Ada kedaruratan
Tanda syok
Muntah terus menerus kejang
Kesadaran menurun
Muntah darah
Berak darah
Periksa uji tourniquet
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Bagan 3
Tatalaksana Kasus tersangka DBD (Lanjutan bagan 2)
Gejala klinis : demam 2-7 hari
Uji tourniquet positif atau
Laboratorium : hematokrit tidak meningkat trombositopenia (ringan)
19
Uji tourniquet (+)
(Ruple Leede)
Uji tourniquet (-)
(Ruple Leede)
Tatalaksana disesuaikan (lihat bagan 3,4,5)
Jumlah trombosit
< 100.000 I
Jumlah trombosit
< 100.000 I
Rawat Jalan
Rawat inap
(Lihat bagan 3)
Rawat jalan
Parasetamol kontrol tiap hari sampai demam hilang
Bila timbul tanda syok; gelisah, lemah, kaki tangan dingin, nyeri perut, berak hitam, kencing berkurang, Hb/Ht naik dan trombosit turun SEGERA BAWA RUMAH SAKIT
Nilai tanda klinis & jumlah trombosit, Ht bila masih demam hari sakit ke-3
Minum banyak parasetamol bila perlu kontrol tiap hari sampai demam turun bila demam menetap periksa Hb, Ht, trombosit
Pasien masih dapat minum
Beri minum 1-2 liter/hari atau 1 sendok makan tiap 5 menit jenis minuman air putih, teh manis, sirup, jus buah, susu, oralit bila suhu > 38,5 derajat celcius beri barasetamol bila kejang beri obat anti kanvulsi
Pasien tidak dapat minum
Pasien muntah terus menerus
Pasien tidak dapat minum
Pasang infus NaCL 0,45% : dekstraso 5% tetesan rumatan sesuai berat badan periksa Ht-b tiap 6 jam trombosit tiap 12 jam
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Bagan 4
Tatalaksana Kasus DBD
Cairan awal
Monitor tanda vital/nilai Ht & trombosit tiap 6 jam
Tetesan dikurangi tetesan dinaikkan
20
Monitor gejala klinis dan laboratorium
Perhatikan tanda syok
Palpasi hati setiap hari
Ukur diuresis setiap hari
Ht naik dan atau trombosit turun
Infus ganti ringer laktat (tetesan disesuaikan, lihat bagan 4)Perbaikan klinis dan laboratoris
Pulang
Perbaikan Tidak gelisah
Nadi kuat
Tek. Darah stabil
Diuresis cukup
PerburukanGelisah
Distres pernafasan
Frek. Nadi naik
Ht tetap tinggi/naikTanda vital memburuk
Ht. Meningkat
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Perbaikan 10 ml/kg BB/jam
5 mk/kgBB/jam
Sesuaikan tetesan
3 ml/kg
1. Pada DSS segera beri infus kristaloid ( Ringer laktat atau NaCl 0,9%) 10-20
ml/kgBBsecepatnya (diberikan dalam bolus selama 30 menit) dan oksigen 2
lt/mnt. Untuk DSS berat ( DBD derajat IV, nadi tidak teraba dan tensi tidak
terukur) diberikan ringer laktat 20ml/kgBB bersama kolid. Observasi tensi dan
nadi tiap 15 menit, hematokrit dan trombosit tiap 4-6 jam. Periksa elektrolit
dan gula darah.
2. Apabila dalam waktu 30 menit syok belum teratasi, tetesan ringer laktat tetap
dilanjutkan15-20ml/kgBB, ditambah plasma (fresh frozen plasma) atau koloid
(dekstran 40) sebanyak 10-20ml/kgBB, maksimal 30ml/kgBB (koloid
diberikan pada lajur infus yang sama dengan kristaloid, diberikan secepatnya).
Observasi keadaan umum, tekanan darah, keadaan nadi tiap 15 menit, dan
periksa hematokrit tiap 4-6 jam. Koreksi asidosis, elektrolit dan gula darah.
3. Apabila syok telah teratasi disertai penurunan kadar hemoglobin/ hematokrit,
tekanan nadi > 20mmHg, nadi kuat, maka tetesan cairan dikurangi menjadi
10ml/kgBB. Volume 10ml/kgBB/jam dapat tetap dipertahankan sampai 24
jam atau sampai klinis stabildan hematokrit menurun <40%. Selanjutnya
21
Tidak ada perbaikan
15 ml/kgBB/jam
Tanda vital tidak stabil diuresis kurang tanda-tanda syok
Perbaikan
IV FD stop setelah 24-48 jam
Apabila tanda vital/Ht stabil dan diuresis cukup segar
Distress pernafasan
Ht naik
Ht turun
Koloid 20-30 ml/kgBB
Transfusi darah
Perbaikan
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
cairan diturunkan menjdi 7ml/kgBB sampai keadaan klinis danhematokrit
stabil kemudian secara bertahap cairan diturunkan 5ml dan
seterusnya3ml/kgBB/jam. Dianjurkan pemberian cairan tidak melebihi 48 jam
setelah syok teratasi. Observasi klinis, nadi, tekanan darah, jumlah urin
dikerjakan tiap jam (usahakan urin >1ml/kgBB, BD urin <1,020) dan
pemeriksaan hematokrit dan trombosit tiap 4-6 jam sampai keadaan umum
baik.
4. Apabila syok belum dapat teratasi, sedangkan kadar hematokrit menurun
tetapi masih >40 vol% berikan darah dalam volume kecil10ml/kgBB. Apabila
tampak perdarahan masif,berikan darah segar 20ml/kgBB dan lanjutkan cairan
kristaloid 10ml/kgBB/jam. Pemasangan CVP (dipertahankan 5-8cmH2O)
padasyok berat kadang-kadang diperlukan, sedangkan pemasangan sonde
lambung tidak dianjurkan.
5. Apabila syok masih belum teratasi, pasang CVP untuk mengtahui kebutuhan
cairan dan pasang kateter urin untuk mengetahui jumlah urin. Apabila CVP
normal (>10cmH2O), maka diberikan dopamin.
DSS
Oksigenasi (berikan 02 2-4 liter/menit
Penggantian volume plasma segera
(cairan kristaloid isotonis)
ringer iakta/NaCl 0,9%
10-20 ml/kgBBsecepatnya (bolus dalam 30 menit)
22
Evaluasi 30 menit, apakah syok teratasi ?
Pantau tanda vital tiap 10 menit, catat balans cairan selama pemberian cairan intravena
Syok teratasi Syok tidak teratasi
Kesadaran membaik
Nadi teraba kuat
Tekanan nadi > 20 mmHg
Tidak sesak nafas/sianosis
Kesadaran menurun
Nadi lembut/tidak teraba
Tekanan nadi < 20 mmHg
Distres pernafasan/sianosis
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
2.1.7. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan DBD
Untuk mencegah penyakit DBD, nyamuk penularnya (Aedes aegypti) harus
diberantas sebab vaksin untuk mencegahnya belum ada. Cara tepat untuk
memberantas nyamuk Aedes aegypti adalah memberantas jentik-jentiknya di tempat
berkembang biaknya. Cara ini dikenal dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD
23
Cairan dan tetesan disesuaikan 10 ml/kgBB/jam
Evaluasi ketat Tanda vital
Tanda perdarahan
Diuresis
Hb, Ht, trombosit
Stabil dalam 24 jam
Tetesan 5 ml/kgBB/jam
Tetesan 3 ml/kgBB/jam
Infus stop tidak melebihi 48 jam
Syok teratasi
Lanjutkan cairan 15-20 ml/kgBB/jam
Tambahkan koloid/plasma Dekstran/FFP
Koreksi asidosis
Syok belum teratasi
Ht turun Ht tetap tinggi naik koloid
Transfusi darah segar 10 ml/kgBB 20 ml/kg BB dapat diulang sesuai kebutuhan
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
(PSN-DBD). Oleh karena tempat-tempat berkembang biaknya terdapat di rumah-
rumah dan tempat-tempat umum maka setiap keluarga harus melaksanakan PSN-
DBD secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali (Depkes RI, 1995). PSN-
DBD bias melalui penggunaan insektisida untuk langsung membunuh nyamuk Aedes
aegypti dewasa. Malation adalah insektisida yang lazim dipakai sekarang ini. Cara
penggunaan malation ialah dengan pengasapan (thermal fogging) atau pengabutan
(cold fogging). Ada juga insektisida yang bertujuan membunuh jentik-jentik nyamuk,
yakni temephos (abate). Cara penggunaan abate ialah dengan pasir abate (sand
granules) ke dalam sarang -sarang nyamuk Aedes aegypti. Sedangkan cara PSN-DBD
tanpa menggunakan insektisida adalah 3M, yakni menguras bak mandi, tempayan
atau TPA minimal seminggu sekali karena perkembangan telur untuk menjadi
nyamuk memerlukan waktu 7-10 hari. Selanjutnya menutup TPA rapat-rapat, dan
langkah terakhir dari 3M yakni membersihkan halaman rumah dari barang-barang
yang memungkinkan nyamuk tersebut bersarang atau bertelur (Hendarwanto, 2001).
2.2. Karakteristik, Pengetahuan dan Perilaku
2.2.1. Karateristik
Umur
Umur sebagai salah satu sifat karateristik tentang orang yang dalam studi
epidemiologi merupakan variable yang cukup penting karena cukup banyak penyakit
ditemukan dengan berbagai frekuensi yang disebabkan oleh umur. Peranan variable
umur menjadi cukup penting antara lain karena : (1) studi tentang hubungan variasi
suatu penyakit dengan umur dapat memberikan gambaran tentang faktor penyebab
penyakit tersebut, (2) umur dapat merupakan faktor sekunder yang harus
diperhitungkan dalam mengamati atau meneliti perbedaan frekuensi penyakit terhadap
variable lainnya.
Umur merupakan salah satu sifat karakteristik tentang orang yang sangat
utama karena umur mempunyai hubungan yang erat dengan keterpaparan. Umur juga
mempunyai hubungan erat dengan berbagai faktor karakteristik tentang orang lainnya,
seperti : pekerjaan, status perkawinan, reproduksi dan berbagai kebiasaan lainnya.
24
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan salah satu variable deskriptif yang dapat
memberikan perbedaan angka kejadian pada pria dan wanita. Pada umumnya, keluhan
beberapa penyakit tertentu lebih terbuka pada pria dibandingkan wanita. Perbedaan
frekuensi kejadian penyakit kejadian penyakit menurut jenis kelamin dapat pula
disebabkan karena pengaruh jenis kelamin terhadap penggunaan sarana kesehatan
yang tersedia. Pelayanan kesehatan primer lebih banyak dikunjungi oleh wanita dan
anak-anak dibandingkan pria.
Kelompok Etnik
Kelompok etnik meliputi kelompok homogen berdasarkan kebiasaan hidup
maupun homogenitas biologi atau genetis. Dari segi epidemiologic kelompok orang-
orang yang tinggal dan hidup bersama dalam waktu yang cukup lama dan
membutuhkan karakteristik tertentu baik secara biologis maupun dalam hal
mekanisme social merupakan salah satu hal yang dalam harus diperhatikan.
Agama
Agama yang merupakan salah satu karakteristik variable tentang orang yang
dapat memberikan keterangan tentang pengalaman dan keadaan penyakit dalam
masyarakat tertentu. Hal ini terjadi karena berbagai faktor yang erat hubungannya
dengan agama, umpamanya perbedaan makanan yang oleh agama tertentu dinyatakan
terlarang, akan menghindarkan mereka dari penyakit tertentu yang bersumber dari
makanan tersebut, seperti babi dengan penyakit trichinosis, alcohol dengan penyakit
sirosis hepatis dan sebagainya.
Pekerjaan
Pekerjaan lebih banyak dilihat dari kemungkinan keterpaparan khusus dan
tingkat/ derajat keterpaparan tersebut serta besarnya risiko menurut sifat pekerjaan,
lingkungan kerja dan sifat sosioekonomi karyawan pada pekerjaan tertentu. Ada
berbagai hal yang mungkin berhubungan erat dengan sifat pekerjaan, seperti : jenis
kelamin, umur, status perkawinan serta tingkat pendidikan yang juga sangat
berpengaruh terhadap tingkat kesehatan pekerja. Pekerjaan juga mempunyai
hubungan yang erat dengan status social ekonomi, sedangkan berbagai jenis penyakit
25
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
yang timbul dalam keluarga sering berkaitan dengan jenis pekerjaan yang
mempengaruhi pendapatan keluarga.
Status Perkawinan
Status perkawinan mempunyai peranan yang cukup penting, baik terhadap
derajat keterpaparan maupun dalam hal besar resiko dan pada derajat kerentanan.
Dalam hal ini keterangan tentang kawin/tidak kawin, cerai/janda/duda merupakan
variable dalam penentuan status perkawinan. Dari suatu pengamatan di Amerika
Serikat menunjukan bahwa angka kematian kelompok yang kawin ternyata lebih
rendah dibandingkan mereka yang tidak kawin atau yang cerai (hidup sendiri). Hal ini
mungkin disebabkan karena orang yang cara hidupnya tidak teratur (hidup
sembarangan) sehingga mempunyai keterpaparan yang tinggi terhadap berbagai agen
penyakit juga pada umumnya mempunyai kecenderungan untuk tidak kawin dan pada
umumnya terdapat perbedaan cara hidup antara orang-orang yang tidak kawin dengan
orang yang kawin yang mungkin merupakan resiko untuk terkena berbagai penyakit
tertentu.
Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi sangat erat hubungannya dengan pekerjaan dan jenis
pekerjaan serta besarnya pendapatan keluarga juga berhubungan dengan lokasi tempat
tinggal, kebiasaan hidup keluarga termasuk kebiasaan makan, jenis rekreasi keluarga
dan sebagainya. Status sosial ekonomi erat pula hubungannya dengan faktor psikologi
individu dan keluarga dalam masyarakat.
2.2.2 Perilaku
Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang
mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Blum, 1974). Oleh
sebab itu dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, maka
intervensi atau upaya yang ditujukan kepada faktor perilaku ini sangat strategis. Dua
upaya untuk intervensi terhadap faktor perilaku ini ialah :
1. Tekanan (enforcement)
Upaya agar masyarakat mengubah perilaku atau mengadopsi perilaku
kesehatan dengan cara-cara tekanan, paksaan, atau koreksi. Upaya ini bisa
26
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
dalam bentuk undang-undang atau peraturan (law inforcement), instruksi,
tekanan, (fisik dan non fisik), sanksi, dan sebagainya. Cara ini biasanya
menimbulkan dampak yang lebih cepat terhadap perubahan perilaku tetapi
pada umumnya tidak langgeng, karena perubahan perilaku yang dihasilkan
dengan cara ini tidak didasari oleh pengertian dan kesadaran yang tinggi
terhadap tujuan perilaku tersebut dilaksanakan.
2. Edukasi
Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadaptasi perilaku
kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan
informnasi, memberikan kesadaran melalui kegiatan yang disebut pendidikan
atau penyuluhan kesehatan. Memang dampak yang timbul dari cara ini
terhadap perubahan perilaku masyarakat akan memakan waktu lama
dibandingkan dengan cara koreksi. Namun demikian akan lenggeng.
Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang
dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Skiner
(1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau
reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Menurut Lawrence Green (1980) perilku dipengaruhi oleh tiga faktor utama :
a. Faktor predisposisi
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
kesehatan, tradisi, dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat
pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.
b. Faktor pemungkin (enambling factors)
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan bagi masyarakat misalnya : air bersih, tempat pembuangan sampah
dan ketersediaan makanan bergizi. Termasuk juga fasilitas pelayanan
kesehatan seperti puskesmas, posyandu, poliklinik dan sebagainya. Untuk
perilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana yang
mendukung.
c. Faktor penguat (reinforcing factors)
27
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (Toma),
tokoh agama (Toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas
kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hang
perlu perilaku dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan
perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan petugas
kesehatan.
Apabila konsep Blum yang menjelaskan bahwa derajat kesehatan itu
dipengaruhi oleh empat faktor utama, yakni : lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan, dan keturunan, maka pendidikan (promosi kesehatan) adalah sebuah
intervensi terhadap faktor perilaku (konsep Green), maka kedua konsep tersebut dapat
diilustrasikan seperti pada bagan hubungan status kesehatan, perilaku, dan pendidikan
kesehatan.
28
Keturunan
Status kesehatan
Perilaku
Proses perubahan
Enabling factors (ketersediaan
sumber/fasilitas)
Pemberdayaan masyarakat
Pendidikan kesehatan (promosi kesehatan)
Pelayanan kesehatan Status kesehatan
Predisposing factors
(pengetahuan, sikap)
Reinforcing factors
(sikap&perilaku petugas
Komunikasi Training
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Perilaku dapat dibedakan jadi dua yaitu :
1. Perilaku tertutup (covert behaviour)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung
atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih
terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan
sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan
belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behaviour)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan
nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas
dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah
dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
Perilaku Kesehatan
kAdalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau
objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan, minuman serta lingkungan. Dari batasan ini perilaku kesehatan
dapat diklasifikasikan jadi tiga kelompok :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan
Adalah perilaku atau usaha seseorang untuk memelihara atau
menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan
bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini
terdiri dari tiga aspek:
a. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuahn penyakit bila
sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari
penyakit.
29
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
b. Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan
sehat.
c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman
dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang,
tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab
menurunnya kesehatan seseorang.
2. Perilaku pencarian dan penggunan sistem atau fasilitas pelayanan
kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan.
Perilaku ini menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan.
3. Perilaku kesehatan lingkungan yaitu bagaimana seseorang merespon
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan
sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi
kesehatannya.
Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan
membagi perilaku manusia itu ke dalam tiga domain yakni : a)
kognitif, b) afektif, c)psikomotor. Dalam perkembangannya, teori
Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan,
yakni :
2.2.3 Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap sutu objek tertentu.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
adalam membentuk tindakan seseorang.
Proses adopsi perilaku
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses
yang berurutan yakni:
30
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam
arti mengetahui stimulus terlebih dahulu.
2. Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus
3. Evaluation, menimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya.
4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Tingkat Pengetahuan di dalam domain kognitif
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan
1. Tahu ( Know )
Mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahea orang tahu
tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, mendefinisikan,
menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami ( Comprehension )
Suatu kemampuan untuk menjelaskan seacara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi ( Application )
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi sebenarnya.
4. Analisis
Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam
komponen : tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan ini dapat dilihat dari kesanggupan
untuk membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan
sebagainya.
5. Sintesis
31
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampian untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
6. Evaluasi
Kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau
responden.Indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan
atau kesadaran terhadap kesehatan, dapat dikelompokkan menjadi :
a. Pengetahuan tenyang sakit dan penyakit, meliputi :
Penyebab penyekat
Gejala atau tanda-tanda penyakit
Bagaimana cara pengobatan atau kemana mencari terapi
Bagaimana cara penularannya
Bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi dan sebagainya
b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat,
meliputi :
Jenis : makanan bergizi
Manfaat makanan bergizi bagi kesehatannya
Pentingnya olhraga bagi kesehatan
Penyakit atau bahaya merokok, minum-minuman keras, narkoba, dan
sebagainya.
Pentingnya istiraha cukup, relaksasi, rekreasi dan sebagainya bagi
kesehatan.
c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
Manfaat air bersih
Cara-cara pembuangan limbah yang sehat
Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat
Akibat polusi bagi kesehatan dan sebagainya
o Sikap ( Attitude )
Merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek.
32
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Proses terbentuknya sikap dan reaksi :
Komponen pokok sikap
Allport ( 1954 ) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen
pokok yaitu :
1. Kepercayaan ( keyakinan ), ide dan konsep terhadap suatu
objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
Berbagai tingkatan sikap :
1. Menerima ( receiving ) = orang / subjek mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan ( objek )
2. Merespon ( responding ) = memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu
indikasi dari sikap tingkat ini.
3. Menhargai ( valving ) = mengajak orang lain atau mengerjakan atau
mendiskusikan suatui masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab ( responsible ) atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala resiko.
33
Stimulus Rangsangan
Proses Stimulus
Reaksi Tingkah laku ( terbuka )
Sikap (tertutup )
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara
langsung dapat dipertanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden
terhadap suatu obyek. Secara langsung dapat dilakukan dengan pernyataan, hipotesis,
kemudian ditanyakn pendapat responden.
Indikator untuk sikap kesehatan meliputi antara lain :
a. Sikap terhadap sakit dan penyakit. Adalah bagaimna penilaian atau pendapat
seseorang terhadap : gejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara
penunalaran, cara pencegahan dan sebagainya.
b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat. Adalah penilaian atau pendapat
seseorang terhadap cara-cara memelihara dan cara (berprilaku) hidup sehat.
c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan. Adalah pendapat atau penilaian
seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya terhadap kesehatan.
o Praktik
Suatu sikap yang belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan.
Untuk mewujudkan sikap menjadi perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah
fasilitas.
Praktik ini memounyai beberapa tingkatan :
a. Presepsi. Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan
yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
b. Respon terpimpin. Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar
dan sesuai dengan contoh. Ini merupakan indikator praktik tingkat dua.
c. Mekanisme. Apabila sesorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar
secara otomatis atau seusatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mencapai praktik tingkat tiga.
d. Adopsi. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni
dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa
jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan
34
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan
responden.
Indikator praktik kesehatan meliputi :
a. Tindakan sehubungan dengan penyakit. Ini mencakup : pencegahan penyakit
dan penyembuhan penyakit
b. Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Mencakup antara lain:
mengkonsusmsi makan dengan gizi seimbang, melakukan olahraga teratur,
tidak merokok dan sebagainya.
c. Tindakan kesehatan lingkungan. Mecakup antara lain : membuang sampah
ditempat sampah, menggunaka air bersih dan lain-lain.
Perilaku atau kegiatan individu menyangkut hal-hal yang dia sadari dan juga
yang dia tidak sadari. Menurut konsep Psikoanalisis sebagian besar kehidupan
individu terdiri atas bagian yang tidak disadari (ketidaksadaran), hanay sebgain kecil
saja yang dapat disadari oleh individu. Sigmund Freud bapak Psikoanalisis
mengumpamakan kehidupan individu itu seperti sebuah gunung es yang melayang-
melayang di permukaan air laut. Sebagian besar dari gunug es itu berada dibawah
permukaan air, hanya sedikit bagian dari gung es itu yang tersembul di permukaan air.
Bagian yang tersembul itu oleh Freud diumpamakan sebagai kesadarn atau hal-hal
yang dapat disadarim bagian yang tenggelam diumpamakan sebagai ketidaksadaran
atau hal-hal yang tidak disadari.
Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan
Masyarakat atau anggot masyarakat yang mendapat penyakit, dan tidak
merasakn sakit (disease but not illness) sudah barang tentu tidak akan bertindak apa-
apa terhadap penyakitnya tersebut. Tetapi bila mereka diserang penyakit dan juga
merasakn sakit, maan baru akan timbul berbagai macam perilaku dan usaha. Respons
seseorang apabila sakit adalah sebagai berikut :
Tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apap-apa (no action).
Alasannya antara lain bahwa kondisi yang demikian tidak akan menganggu
kehiatan atau kerja mereka sehari-hari. Mungkin beranggapan bahwa tanpa
bertindak apapun symptom atau gejala yang dideritanya akan lenyap dengan
sendirinya. Tidak jarang pula masyarakat memprioritaskan tugas-tugas lain
35
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
yang dianggap lebih penting daripada megobati sakitnya. Hal ini merupakan
suatu bukti bahwa kesehatan belum merupakan prioritas di dalam hidup dan
kehidupannya. Alasan lain yang sering kita dengar adalah fasilitas kesehatan
yang diperlukan sangat jauh letaknya, para petugas kesehatan tidak simpatik,
judes, tidak responsif, dan sebagainya. Dan akhirnya alasan takut dokter, takut
pergi ke rumah sakit, takut biaya dan sebagainya.
Tindakan mengobati sendiri (self treatment), dengan alasan bahwa orang atau
masyarakat tersebut sudah percaya kepada diri sendiri dan sudah merasa
bahwa berdasar pengalaman yang lalu usaha pengobatan sendiri sudah dapat
mendatangkan kesembuhan. Hal ini mengakibatkan pencarian pengobatan
keluar tidak diperlukan.
Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional (traditional
remedy). Untuk masyarakat pedesaan khususnya, pengobatan tradisional ini
masih menduduki tempat teratas dibanding dengan pengobatan-pengobatan
yang lain.
Pada masyarakat yang masih sederhana, masalah sehat-sakit adalah lebih
bersifat budaya daripada gangguan-gangguan fisik. Identik dengan itu
pencarian pengobatan pun lebih berorientasi kepada sosial budaya masyarakat
daripada hal-hal yang dianggap masih asing.
Dukun (bermacam-macam dukun) yang melakukan pengobatan tradisional
merupakan bagian dari masyarakat, dekat dengan masyarakat dan pengobatan
yang dihasilkan adalah kebudayaan masyarakat, lebih diterima masyarakat
daripada dokter, mantra, bidan dan sebagainya yang masih asing bagi mereka,
seperti juga pengobatan yang dilakukan dan obat-obatnyapun masih
merupakan kebudayaan mereka.
Mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat dan
sejenisnya, termasuk ke tukang-tukang jamu. Obat-obat yang mereka dapatkan
pada umumnya adalah obat-obat yang tidak memakai resep sehingga sukar
untuk dikontrol. Namun demikian, sampai sejauh ini pemakaian obat-obat
bebas oleh masyarakat belum mengakibatkan masalah yang serius. Khusus
mengenai jamu sebagai sesuatu untuk pengobatan (bukan hanya untuk
pencegahan saja) makin tampak peranannya dalam kesehatan masyarakat.
Untuk itu perlu diadakan penelitian yang lebih mendalam.
36
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang diadakan
oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta yang dikategorikan
ke dalam balai pengobatan, puskesmas dan rumah sakit.
Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan
oleh praktik dokter (private medicine).
Persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit erat hubungannya dengan
perilaku pencarian pengobatan. Kedua pokok pikiran tersebut akan
mempengaruhi atas dipakai atau tidak dipakainya fasilitas kesehatan yang
disediakan. Apabila persepsi sehat-sakit masyarakat belum sama dengan
konsep sehat-sakit dokter, maka jelas masyarakat belum tentu atau tidak mau
mengguanakan fasilitas yang dipergunakan dan sebaliknya.
Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan di
Puskesmas perlu ditunjang dengan adanya penelitian-penelitian sosial budaya
masyarakat, persepsi dan perilaku masyarakat tersebut terhadap sehat-sakit.
Bila diperoleh data bahwa masyarakat masih mempunyai persepsi sehat-sakit
yang berbeda dengan kita (dokter), maka kita dapat melakukan pembetulan
konsep sehat-sakit itu melalui pendidikan kesehatan masyarakat. Dengan
demikian, pelayanan yang kita (dokter) berikan akan diterima oleh
masyarakat.
37
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
BAB III
KERANGKA TEORITIS DAN KONSEP
KERANGKA TEORITIS
3.1 KERANGKA TEORITIS
a. Karakteristik
Usia
Jenis kelamin
Suku Bangsa
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Penghasilan perbulan
b. Pengetahuan
Etiologi
Cara penularan
Jenis Vektor
Ciri-ciri Vektor
Waktu aktifitas Vektor
Tempat perkembangbiakan Vektor
Gejala
Diagnosis
Patogenesis
Penanganan awal
Penatalaksanaan
38
PENCEGAHAN DBD
Baik
Sedang
Kurang
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Prognosis
Program 3M
c. Sikap
Program 3M
Program Jumantik
Pemberantasan nyamuk dewasa
Penanganan awal
Penyuluhan
3.2 KERANGKA KONSEP
a. Karakteristik
Usia
Jenis kelamin
Suku Bangsa
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Penghasilan keluarga
b. Pengetahuan
Etiologi
Cara penularan
Jenis Vektor
Ciri-ciri Vektor
Waktu aktifitas Vektor
Tempat perkembangbiakan Vektor
Gejala
Penanganan awal
Program 3M
d. Sikap
Program 3M
39
PENCEGAHAN DBD
Baik
Sedang
Kurang
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Program Jumantik
Pemberantasan nyamuk dewasa
Penanganan awal
Penyuluhan
3.3 DEFINISI OPERASIONAL
VARIABEL DEFINISI
OPERASIONAL
CARA
PENGUKURAN
KATEGORI SKALA
PENGUKURAN
Usia Lamanya seseorang
hidup dalam satuan
tahun sejak
kelahiran
Wawancara dan
pengisian
kuisioner
< 20 tahun 20 - 30 tahun 30 – 40 tahun > 40 tahun
Interval
Jenis
kelamin
Istilah yang
membedakan laki –
laki dan perempuan
secara biologis dan
dibawa sejak lahir
Wawancara dan
pengisian
kuisioner
Laki – laki perempuan
Nominal
Suku bangsa Suatu golongan
manusia yang
anggota –
anggotanya
mengidentifikasikan
dirinya dengan
sesamanya biasanya
berdasarkan garis
keturunan yang
dianggap sama
Wawancara dan
kuisioner
betawi sunda jawa padang batak lain – lain
Nominal
Pendidikan Jenjang pendidikan Wawancara dan SD SLTP
Ordinal
40
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
terakhir terakhir yang
diselesaikan pada
instansi pendidikan
formal
pengisian
kuisioner
SLTA Universitas/D3
Pengetahua
n
Informasi yang
dimiliki seseorang
mengenai objek
dalam hal ini
Demam Berdarah
Dengue
Wawancara dan
pengisian
kuisioner
Penyebab Cara penularan Jenis Vektor Ciri-ciri Vektor Waktu aktifitas
Vektor Tempat
perkembangbiakan Vektor
Gejala Penanganan awal Program 3M
Nominal
Sikap Reaksi atau respon
seseorang terhadap
suatu informasi
(stimulus)
Wawancara dan
pengisian
kuisioner
Program 3M Program Jumantik Pemberantasan
nyamuk dewasa Penanganan awal Penyuluhan
Nominal
Pencegahan Segala sesuatu yang dilakukanrespondensehubungan dengan pengetahuan dan
sikap untuk
mencegah dan
menanggulangi
DBD
Wawancara
dengan
pengisian
kuesioner
Baik Sedang Kurang
Ordinal
Cara PengukuranPencegahan
Tindakan diukur melalui 5 pertanyaan, responden yang menjawab benar akan
diberi skor 1 sedangkan jika menjawab salah diberi skor 0. Sehingga total skor
tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 5.
41
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan definisi sebagai
berikut:
a. Baik, apabila skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu ≥ 4.
b. Sedang, apabila skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi yaitu 2-3.
c. Kurang, apabila skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi yaitu ≤ 1
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggambarkan
karakteristik, pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap pencegahan DBD di
kecamatan Duren Sawit.
Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan
dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara
objektif. Kedua variabel baik variabel independent dan dependent dikumpulkan
secara bersamaan, maka jenis penelitiannya adalah cross sectional.
4.2 Populasi dan sampel
i. Populasi
Populasi yang diteliti adalah masyarakat di Kecamatan Duren Sawit tahun
2012.
ii. Sample
Sampel yang diteliti adalah masyarakat di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit
tahun 2012
4.3 Teknik Pengambilan Sampel
Cara pengambilan sample menggunakan teknik non random accidental sampling
4.4 Cara Pengumpulan Data
42
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Cara pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara dengan sampel
penelitian.
4.5 Instrument Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah kuesioner.
4.6 Pengolahan, Analisis serta Penyajian Data
4.6.1 Pengolahan Data
Pengolahan data penelitian dilakukan baik dalam editing, coding maupun
tabulating, dilakukan secara manual.
4.6.2 Analisa Data
Data penelitian di analisis dengan menggunakan tabel analisis univariat dan
bivariat.
4.6.3 Penyajian Data
Data penelitian disajikan dalam bentuk tabel univariat dan bivariat.
4.7 Pelaksana
Yang menjadi pelaksana dalam penelitian Puskesmas adalah seluruh dokter muda
yang mengikuti kegiatan puskesmas di Kecamatan Duren Sawit
43
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1. TABEL UNIVARIAT
Tabel 5.1.1. Distribusi Usia Responden di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit
Tahun 2012
USIA JUMLAH PERSENTASE (%)< 20 tahun 6 620 – 30 tahun 25 2531 – 40 tahun 29 29> 40 tahun 40 40
TOTAL 100 100
Berdasarkan dari tabel 5.1.1. didapatkan 40 responden (40%) yang berusia >40
tahun.
Tabel 5.1.2.Distribusi Jenis Kelamin Responden di Puskesmas Kecamatan Duren
Sawit Tahun 2012
JENIS KELAMIN JUMLAH PERSENTASE (%)PRIA 38 38WANITA 62 62
TOTAL 100 100
Berdasarkan dari tabel 5.1.2. didapatkan 62 responden (62%) berjenis kelamin
wanita.
Tabel 5.1.3.Distribusi Suku Bangsa Responden di Puskesmas Kecamatan Duren
Sawit Tahun 2012
SUKU BANGSA JUMLAH PERSENTASE (%)BETAWI 29 29SUNDA 15 15JAWA 43 43PADANG 4 4
44
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
BATAK 5 5LAIN-LAIN 4 4
TOTAL 100 100%
Berdasarkan dari tabel 5.1.3. didapatkan 43 responden (43%) bersuku Jawa.
Tabel 5.1.4. Distribusi Pendidikan Terakhir Responden di Puskesmas Kecamatan
Duren Sawit Tahun 2012
PENDIDIKAN TERAKHIR JUMLAH PERSENTASE (%)SD 13 13SMP 20 20SMA 50 50D3/S1 17 17
TOTAL 100 100
Berdasarkan dari tabel 5.1.4. didapatkan 50 responden (50%) berpendidikan terakhir
SMA.
Tabel 5.1.5. Distribusi Pekerjaan Responden di Puskesmas Kecamatan Duren
Sawit Tahun 2012
PEKERJAAN JUMLAH PERSENTASE (%)Ibu Rumah Tangga 46 46
Pelajar 5 5
Karyawan Swasta 18 18
Wiraswasta 16 16
Pegawai Negeri Sipil 0 0
Lain-lain 15 15
TOTAL 100 100
Berdasarkan dari tabel 5.1.5. didapatkan bahwa 46 responden (46%) memiliki
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga.
Tabel 5.1.6. Distribusi Penghasilan Keluarga Responden per Bulan di Puskesmas
Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
PENGHASILAN KELUARGA JUMLAH PERSENTASE (%)< Rp 800.000 29 29Rp 800.000 – Rp 1.500.000 36 36>Rp 1.500.000 35 35
TOTAL 100 100
45
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Berdasarkan dari tabel 5.1.6. didapatkan bahwa 36 responden (36%) memiliki
penghasilan keluarga Rp. 800.000 – Rp.1.500.000
Tabel5.1.7. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Penyebab Penyakit DBD
di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
PENYEBAB DEMAM BERDARAH DENGUE JUMLAH PERSENTASE (%)a. Nyamuk 94 94b. Bakteri 3 3c. Virus 3 3d. Cacing 0 0
TOTAL 100 100
Berdasarkan dari tabel 5.1.7. didapatkan bahwa 94 responden (94%) menyatakan
penyebab DBD adalah nyamuk.
Tabel5.1.8. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Jenis Nyamuk Yang
Menularkan Penyakit DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit
Tahun 2012
CARA PENULARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE
JUMLAH PERSENTASE (%)
a. Mansonia sp 4 4b. Anopheles 13 13c. Culex sp 0 0d. Aedes aegypti 83 83
TOTAL 100 100
Berdasarkan dari tabel 5.1.8. didapatkan 83 responden (83%) menyatakan
menyatakan jenis nyamuk yang menularkan penyakit DBD adalah Aedes aegypti.
Tabel5.1.9. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Ciri Nyamuk Yang
Menularkan Penyakit DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit
Tahun 2012
CIRI NYAMUK YANG MENULARKAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE
JUMLAH PERSENTASE (%)
a. Tubuh berwarna hitam dengan belang-belang cokelat
29 29
b. Tubuh seluruh berwarna hitam 5 5c. Tubuh berwarna hitam dengan
belang-belang putih65 65
d. Tubuh seluruhnya berwarna coklat 1 1100 100 100
Berdasarkan dari tabel 5.1.9. didapatkan bahwa 65 responden (65%) menyatakan
menyatakan warna nyamuk DBD adalah tubuh berwarna hitam dengan belang-belang
putih.
46
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Tabel5.1.10. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Waktu Aktifitas Nyamuk
Yang Menularkan Penyakit DBD di Puskesmas Kecamatan Duren
Sawit Tahun 2012
WAKTU NYAMUK DEMAM BERDARAH BEREDAR
JUMLAH PERSENTASE (%)
a. Siang dan malam 9 9
b. Pagi dan Sore 78 78
c. Malam 0 0
d. Sepanjang hari 13 13
TOTAL 100 100
Berdasarkan dari tabel 5.1.10. didapatkan bahwa 78 responden (78%) menyatakan
waktu nyamuk DBD beredar adalah pada pagi dan sore.
Tabel5.1.11. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Cara Penularan Penyakit
DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
CARA PENULARAN DEMAM BERDARAH DENGUE
JUMLAH PERSENTASE (%)
a. Melalui suntikan 1 1
b. Kontak langsung dengan penderita 1 1
c. Gigitan nyamuk 97 97
d. Makanan/minuman yang dihinggapi lalat 1 1
TOTAL 100 100
Berdasarkan dari tabel 5.1.11. didapatkan bahwa 97 responden (97%) menyatakan
cara penularan penyakit DBD melalui gigitan nyamuk.
Tabel5.1.12. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Tempat
Perkembangbiakan Nyamuk DBD di Puskesmas Kecamatan Duren
Sawit Tahun 2012
TEMPAT PERKEMBANG BIAKAN NYAMUK DBD
JUMLAH PERSENTASE (%)
a. Air jernih yang tergenang 54 54
b. Benda yang tergantung dalam rumah 7 7
c. Sembarang tempat 2 2
d. Air kotor yang tergenang 37 37
TOTAL 100 100
Berdasarkan dari tabel 5.1.12. didapatkan bahwa 54 responden (54%) menyatakan
tempat perkembangbiakan nyamuk DBD adalah air jernih yang tergenang.
47
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Tabel5.1.13. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Gejala dan Tanda Dari
Penyakit DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
GEJALA DARI PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE
JUMLAH PERSENTASE (%)
a. Demam dan bintik-bintik kemerahan 93 93
b. Gatal-gatal pada kulit 0 0
c. Diare 0 0
d. Sedikit buang air kecil 7 7TOTAL 100 100
Berdasarkan dari tabel 5.1.13. didapatkan bahwa 93 responden (93%) menyatakan
gejala dari penyakit DBD adalah demam dan bintik-bintik kemerahan.
Tabel5.1.14. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Penanganan Awal
Penyakit DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
PENANGANAN AWAL PENYAKIT DBD JUMLAH PERSENTASE (%)a. Diberi minum sebanyak-banyaknya dan
dibawa ke dokter/fasilitas kesehatan 77 77
b. Diberi jamu/obat tradisional 7 7
c. Diberi jus jambu biji 16 16
d. Tidak perlu diberikan apa-apa 0 0
TOTAL 100 100
Berdasarkan dari tabel 5.1.14. didapatkan bahwa 77 responden (77%) menyatakan
penanganan awal yang dapat dilakukan bagi seseorang yang terkena penyakit DBD
adalah diberi minum sebanyak-banyaknya dan dibawa ke dokter/fasilitas kesehatan.
Tabel5.1.15. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Program 3M PLUS di
Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
PROGRAM 3M PLUS JUMLAH PERSENTASE (%)a. Membakar, Menguras, Menutup,
Memmelihara ikan pemakan jentik, Menabur
bubuk abate21 21
b. Mengubur, Menguras, Menutup,
Memeihara ikan pemakan jentik, Menabur
bubuk abate57 57
c. Mengubur, Menguras, Membersihkan, Memelihara ikan pemakan jentik, Menabur bubuk abate
14 14
d. Menyemprot, Menguras, Mengubur, Memelihara ikan pemakan jentik, Menabur bubuk abate
8 8
TOTAL 100 100
48
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Berdasarkan dari tabel 5.1.15. didapatkan bahwa 57 responden (57%) menyatakan
kepanjangan dari program 3M plus adalah Mengubur, Menguras, Menutup,
Memelihara ikan pemakan jentik, dan Menabur bubuk abate.
Tabel5.1.16. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Program PSN di
Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
PROGRAM PSN JUMLAH PRESENTASE (%)a.Pembasmian Sarang Nyamuk 31 31
b.Penyemprotan Sarang Nyamuk 24 24
c.Pemberantasan Sarang Nyamuk 45 45
TOTAL 100 100
Berdasarkan dari tabel 5.1.16. didapatkan bahwa 45 responden (45%) menyatakan
kepanjangan dari program PSN adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk.
Tabel5.1.17. Distribusi Sikap Responden Tentang Kaleng Bekas Dan Pecahan
Botol Yang Sudah Tidak Digunakan di Puskesmas Kecamatan Duren
Sawit Tahun 2012
KALENG BEKAS DAN PECAHAN BOTOL YANG SUDAH TIDAK DIGUNAKAN LAGI
JUMLAH PERSENTASE (%)
a. Dibakar 6 6
b. Dibiarkan saja 1 1
c. Dikubur 93 93
TOTAL 100 100
Berdasarkan dari tabel 5.1.17. didapatkan bahwa 93 responden (93%) menyatakan
kaleng bekas dan pecahan botol yang sudah tidak digunakan lagi sebaiknya dikubur.
Tabel5.1.18. Distribusi Sikap Responden Tentang Tempat Penampungan
Air/Gentong di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit2012
PENAMPUNGAN AIR/GENTONG DI RUMAH JUMLAH PERSENTASE (%)a. Menutup tempat penampungan tersebut 92 92
b. Membiarkan terbuka 4 4
c. Tidak peduli 4 4
TOTAL 100 100
Berdasarkan dari tabel 5.1.18. didapatkan bahwa 92 responden (92%) menyatakan
menutup tempat penampungan air/gentong yang terdapat di rumah.
49
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Tabel5.1.19. Distribusi Sikap Responden Tentang Tentang Waktu Menguras Bak
Mandi di Rumah di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
FREKUENSI MENGURAS BAK MANDI DI RUMAH
JUMLAH PRESENTASE (%)
a. Menguras jika sudah sangat kotor 7 7
b. Menguras minimal 1 kali seminggu 76 76
c. Menguras 2 minggu sekali 17 17
TOTAL 100 100
Berdasarkan dari tabel 5.1.19. didapatkan bahwa 76 responden (76%) menyatakan
menguras bak mandi di rumah minimal 1 kali seminggu.
Tabel5.1.20. Distribusi Sikap Responden Tentang Partisipasi Sebagai Petugas
Jumantik di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
KESEDIAAN MENJADI PETUGAS JUMANTIK (JURU PEMANTAU JENTIK)
JUMLAH PRESENTASE (%)
a. Bersedia dengan senang hati 74 74
b. Menolak dengan alasan buang-buang waktu
dan tenaga 4 4
c. Mempertimbangkannya untuk lain waktu 22 22
TOTAL 100 100
Berdasarkan dari tabel 5.1.20. didapatkan bahwa 74 responden (74%) menyatakan
bersedia dengan senang hati apabila diajak oleh petugas Puskesmas menjadi
JUMANTIK (Juru Pemantau Jentik).
Tabel5.1.21. Distribusi Sikap Responden Tentang Petugas Jumantik Yang Akan
Memeriksa Rumah di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun
2012
PETUGAS JUMANTIK (JURU PEMANTAU JENTIK) YANG AKAN MEMERIKSA RUMAH
JUMLAH PRESENTASE (%)
a. Mengunci pintu rumahnya 2 2
b. Mempersilahkannya 98 98
c. Mengusir petugas tersebut 0 0
TOTAL 100 100
Berdasarkan dari tabel 5.1.21. didapatkan bahwa 98 responden (98%) menyatakan
mempersilahkan petugas JUMANTIK (Juru Pemantau Jentik) bila akan memeriksa
rumah.
50
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Tabel5.1.22. Distribusi Sikap Responden Tentang Bubuk Abate Yang Dibagikan
Petugas Jumantik di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
BUBUK ABATE YANG DIBAGIKAN OLEH PETUGAS JUMANTIK (JURU PEMANTAU JENTIK)
JUMLAH PERSENTASE (%)
a. Disimpan saja 1 1
b. Ditaburkan ke tempat penampungan air 99 99
c. Diberikan kepada tetangga 0 0
TOTAL 100 100
Berdasarkan dari tabel 5.1.22. didapatkan bahwa 99 responden (99%) menyatakan
akan menaburkan bubuk abate yang diberikan oleh petugas JUMANTIK (Juru
Pemantau Jentik) ke tempat penampungan air.
Tabel5.1.23. Distribusi Sikap Responden Tentang Anggota Keluarga Yang
Dicurigai Terjangkit Penyakit DBD di Puskesmas Kecamatan Duren
Sawit Tahun 2012
ANGGOTA KELUARGA YANG DICURIGAI TERJANGKIT PENYAKIT DBD
JUMLAH PERSENTASE (%)
a. Diberi jus jambu biji 18 18
b. Diberi minum sebanyak-banyaknya dan
dibawa ke dokter/fasilitas kesehatan 82 82
c. Dibiarkan saja 0 0
TOTAL 100 100
Berdasarkan dari tabel 5.1.23. didapatkan bahwa 82 responden (82%) menyatakan
memberi minum sebanyak-banyaknya dan membawa ke dokter/fasilitas kesehatan
apabila ada anggota keluarga yang dicurigai terjangkit penyakit DBD.
Tabel5.1.24. Distribusi Sikap Responden Tentang Petugas Kesehatan Yang Akan
Melakukan Pengasapan/Fogging di Puskesmas Kecamatan Duren
Sawit Tahun 2012
PETUGAS KESEHATAN YANG AKAN MELAKUKAN PENGASAPAN/FOGGING DI RUMAH
JUMLAH PERSENTASE (%)
a. Mengusir petugas tersebut 1 1
b. Mempersilahkannya 97 97
c. Mengunci pintu dan menutup semua jendela 2 2
TOTAL 100 100
51
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Berdasarkan dari tabel 5.1.24. didapatkan bahwa 97 responden (97%) menyatakan
akan mempersilahkan petugas kesehatan untuk melakukan pengasapan/fogging di
rumah.
Tabel5.1.25. Distribusi Sikap Responden Tentang Penyuluhan Penyakit DBD di
Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
KESEDIAAN MENGIKUTI PENYULUHAN TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE
JUMLAH PERSENTASE (%)
a. Mengikuti dan memahami tentang
penyakit DBD 97 97
b. Sekedar mengikuti 2 2
c. Tidak ikut karena buang-buang waktu saja 1 1
TOTAL 100 100
Berdasarkan dari tabel 5.1.25. didapatkan bahwa 97 responden (97%) menyatakan
apabila diadakan penyuluhan tentang DBD maka akan mengikuti dan memahami
tentang penyakit DBD.
Tabel5.1.26. Distribusi Sikap Responden Tentang Anggota Keluarga Yang
Menderita Penyakit DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit
Tahun 2012
ANGGOTA KELUARGA ATAUPUN WARGA DI LINGKUNGAN YANG SUDAH DINYATAKAN MENDERITA DBD
JUMLAH PERSENTASE (%)
a. Melaporkan ke RT / Petugas kesehatan
setempat 97 97
b. Menunggu orang lain untuk melapor ke RT /
Petugas kesehatan 3 3
c. Mendiamkan saja 0 0
TOTAL 100 100
Berdasarkan dari tabel 5.1.26. didapatkan bahwa 97 responden (97%) menyatakan
melaporkan ke RT/Petugas kesehatan setempat apabila ada anggota keluarga ataupun
warga dilingkungan yang dinyatakan menderita DBD.
5.2. TABEL BIVARIAT
Tabel 5.2.1. Distribusi Usia Responden Terhadap Pencegahan DBD di
Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
USIA
PENCEGAHAN DBDTOTAL
BAIK SEDANG KURANG
N % N % N % N %
52
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
< 20 tahun 3 50 3 50 0 0 6 100
20 – 30 tahun 17 70,83 5 20,83 2 8,34 24 100
31 – 40 tahun 21 72,41 7 24,14 1 3,45 29 100
> 40 tahun 34 82,93 5 12,19 2 4,88 41 100
Berdasarkan Tabel 5.2.1 didapatkan 34 responden (82,93%) dengan umur >40 tahun
memiliki pencegahan DBD yang baik dibandingkan 3 responden (50%) dengan umur
<20 tahun.
Tabel 5.2.2. Distribusi Jenis Kelamin Responden Terhadap Pencegahan DBD di
Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
JENIS KELAMIN
PENCEGAHAN DBD
TOTALBAIK SEDANG KURANG
N % N % N % N %
PRIA 25 67,57 10 27,03 2 5,40 37 100
WANITA 50 79,37 10 15,87 3 4,76 63 100
Berdasarkan Tabel 5.2.2 didapatkan 50 responden (79,37%) dengan jenis kelamin
wanita memiliki pencegahan DBD yang baik dibandingkan 25 responden (67,57%)
dengan jenis kelamin pria.
Tabel 5.2.3. Distribusi Suku Bangsa Responden Terhadap Pencegahan DBD di
Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
SUKU BANGSA
PENCEGAHAN DBD
TOTALBAIK SEDANG KURANG
N % N % N % N %
BETAWI 21 70 5 16,67 4 13,33 30 100
SUNDA 13 86,67 2 13,33 0 0 15 100
53
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
JAWA 34 79,07 9 20,93 0 0 43 100
PADANG 2 50 1 25 1 25 4 100
BATAK 3 60 2 40 0 0 5 100
LAIN-LAIN 2 66,67 1 33,33 0 0 3 100
Berdasarkan Tabel 5.2.3 didapatkan 34 responden (79,07%) dengan suku bangsa Jawa
memiliki pencegahan DBD yang baik dibandingkan 2 responden (50%) dengan suku
bangsa Padang.
Tabel 5.2.4. Distribusi Pendidikan Terakhir Responden Terhadap Pencegahan
DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
PENDIDIKAN TERAKHIR
PENCEGAHAN DBD
TOTALBAIK SEDANG KURANG
N % N % N % N %
SD 10 71,43 3 21,43 1 7,14 14 100
SMP 15 78,95 4 21,05 0 0 19 100
SMA 36 72 11 22 3 6 50 100
D3/S1 14 82,35 2 11,77 1 5,88 17 100
Berdasarkan Tabel 5.2.4 didapatkan 36 responden (72%) dengan pendidikan terakhir
SMA memiliki pencegahan DBD yang baik dibandingkan 10 responden (71,43%)
dengan pendidikan terakhir SD.
Tabel 5.2.5. Distribusi Pekerjaan Responden Terhadap Pencegahan DBD di
Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
PEKERJAAN
PENCEGAHAN DBD
TOTALBAIK SEDANG KURANG
N % N % N % N %
54
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Ibu Rumah Tangga 39 84.8 6 13 1 2.2 46 100
Pelajar 2 40 3 60 0 0 5 100
Karyawan Swasta 11 61.11 4 22.22 3 16.67 18 100
Wiraswasta 12 75 4 25 0 0 16 100
Lain-lain 11 73.33 3 20 1 6.67 15 100
Berdasarkan Tabel 5.2.5 didapatkan 39 responden (84.8%) dengan pekerjaan ibu
rumah tangga memiliki pencegahan DBD yang baik dibandingkan 2 responden (40%)
dengan status pelajar.
Tabel 5.2.6. Distribusi Penghasilan Keluarga Responden Terhadap Pencegahan
DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
PENGHASILAN KELUARGA
PENCEGAHAN DBD
TOTALBAIK SEDANG KURANG
N % N % N % N %
< Rp 800.000 21 75 6 21.43 1 3.57 28 100
Rp 800.000 – Rp1.500.000 30 83.34 5 13.88 1 2.78 36 100
>Rp 1.500.000 24 66.67 9 25 3 8.33 36 100
Berdasarkan Tabel 5.2.6 didapatkan 30 responden (83.34%) dengan penghasilan
keluarga Rp 800.000 – Rp 1.500.000 per bulan memiliki pencegahan DBD yang baik
dibandingkan dengan 21 responden (75%) dengan penghasilan <Rp. 800.000
Tabel5.2.7. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Penyebab Penyakit DBD
Terhadap pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit
Tahun 2012
PENYEBAB DEMAM
PENCEGAHAN DBD
TOTALBAIK SEDANG KURANG
55
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
BERDARAH DENGUEN % N % N % N %
a. Nyamuk 70 74.47 19 20.22 5 5.31 94 100
b. Bakteri 3 100 0 0 0 0 3 100
c. Virus 2 66.67 1 33.33 0 0 3 100
Berdasarkan Tabel 5.2.7 didapatkan 70 responden (74.47%) dengan pencegahan DBD
baik menyatakan bahwa penyebab DBD adalah nyamuk dibandingkan dengan 2
responden (66.67%) yang menyatakan bahwa penyebab DBD adalah virus.
Tabel5.2.8. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Jenis Nyamuk Yang
Menularkan Penyakit DBD Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas
Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
JENIS NYAMUK PENYEBAB PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE
PENCEGAHAN DBD
TOTALBAIK SEDANG KURANG
N % N % N % N %
a. Mansonia sp 3 60 1 20 1 20 5 100
b. Anopheles 2 66.67 1 33.33 0 0 3 100
c. Culex sp 0 0 0 0 0 0 0 0
d. Aedes aegypti 70 76.08 18 19.57 4 4.35 92 100
Berdasarkan Tabel 5.2.8 didapatkan 70 responden (76,08%) dengan pencegahan DBD
baik menyatakan bahwa jenis nyamuk yang menularkan penyakit DBD adalah Aedes
aegypti dibandingkan 2 responden (66,67%) yang menyatakan bahwa jenis nyamuk
yang menularkan penyakit DBD adalah Anopheles.
56
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Tabel5.2.9. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Ciri Nyamuk Yang
Menularkan Penyakit DBD Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas
Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
CIRI NYAMUK YANG MENULARKAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE
PENCEGAHAN DBD
TOTALBAIK SEDANG KURANG
N % N % N % N %
a. Tubuh berwarna hitam dengan belang-belang cokelat
23 79,3 5 17,3 1 3,4% 29 100
b. Tubuh seluruh berwarna hitam
2 50 2 50 0 0 4 100
c. Tubuh berwarna hitam dengan belang-belang putih
49 74,3 13 19,7 4 6 66 100
d. Tubuh seluruhnya berwarna coklat
1 100 0 0 0 0 1 100
Berdasarkan Tabel 5.2.9 didapatkan 49 responden (74,3%) dengan pencegahan DBD
baik menyatakan bahwa ciri nyamuk yang menularkan penyakit DBD adalah tubuh
berwarna hitam dengan belang-belang putih dibandingkan 1 responden (100%) yang
menyatakan bahwa ciri nyamuk yang menularkan penyakit DBD adalah dengan tubuh
seluruhnya bewarna coklat.
Tabel5.2.10. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Waktu Aktifitas Nyamuk
Yang Menularkan Penyakit DBD Terhadap Pencegahan DBD di
Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
WAKTU NYAMUK DEMAM BERDARAH BEREDAR
PENCEGAHAN DBD
TOTALBAIK SEDANG KURANG
N % N % N % N %
a. Siang dan Malam 4 57,2 3 42,8 0 0 7 100
b. Pagi dan Sore 62 78,5 14 17,7 3 3,8 79 100
c. Malam 1 100 0 0 0 0 1 100
d. Sepanjang hari 8 61,5 3 23,1 2 15,4 13 100
Berdasarkan Tabel 5.2.10 didapatkan 62 responden (78,5%) dengan pencegahan DBD
baik menyatakan bahwa waktu aktifitas nyamuk yang menularkan penyakit DBD
adalah pagi dan sore dibandingkan 1 responden (100%) yang menyatakan bahwa
aktivitas nyamuk yang menularkan penyakit DBD adalah saat malam hari.
57
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Tabel5.2.11. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Cara Penularan Penyakit
DBD Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren
Sawit Tahun 2012
CARA PENULARAN DEMAM BERDARAH DENGUE
PENCEGAHAN DBD
TOTALBAIK SEDANG KURANG
N % N % N % N %
a. Melalui suntikan 1 100 0 0 0 0 1 100
b. Kontak langsung
dengan penderita0 0 1 100 0 0 1 100
c. Gigitan nyamuk 74 75,5 19 19,4 5 5,1 98 100
d. Makanan/minum yang
dihinggapi lalat0 0 0 0 0 0 0 0
Berdasarkan Tabel 5.2.11 didapatkan 74 responden (75,5%) dengan pencegahan DBD
baik menyatakan bahwa cara penularan penyakit DBD adalah melalui gigitan nyamuk
dibandingkan dengan 1 responden (100%) yang menyatakan bahwa cara penularan
penyakit DBD adalah melalui suntikan.
Tabel5.2.12. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Tempat
Perkembangbiakan Nyamuk DBD Terhadap Pencegahan DBD di
Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
TEMPAT PERKEMBANG BIAKAN NYAMUK DBD
PENCEGAHAN DBD
TOTALBAIK SEDANG KURANG
N % N % N % N %
a. Air jernih yang
tergenang41 77,4 9 17 3 5,6 53 1001
b. Benda yang tergantung
dalam rumah4 100 0 0 0 0 4 100
c. Sembarang tempat 5 100 0 0 0 0 5 100
d. Air kotor yang
tergenang25 65,8 11 28,9 2 5,3 38 100
Berdasarkan Tabel 5.2.12 didapatkan 41 responden (77,4%) dengan pencegahan DBD
baik menyatakan bahwa tempat perkembangbiakan nyamuk DBD adalah air jernih
yang tergenang dibandingkan dengan 4 responden (100%) yang menyatakan bahwa
58
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
tempat perkembangbiakan nyamuk DBD adalah benda yang tergantung dalam
rumah.
Tabel5.2.13. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Gejala dan Tanda Dari
Penyakit DBD Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan
Duren Sawit Tahun 2012
TANDA DARI PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE
PENCEGAHAN DBD
TOTALBAIK SEDANG KURANG
N % N % N % N %
a. Demam dan bintik-
bintik kemerahan75 75 20 20 5 5 100 100
b. Gatal-gatal pada kulit 0 0 0 0 0 0 0 0
c. Diare 0 0 0 0 0 0 0 0
d. Sedikit buang air kecil 0 0 0 0 0 0 0 0
Berdasarkan Tabel 5.2.13 didapatkan 75 responden (75%) dengan pencegahan DBD
baik menyatakan bahwa tanda dari penyakit DBD adalah demam dan bintik-bintik
kemerahan.
Tabel5.2.14. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Penanganan Awal DBD
Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit
Tahun 2012
PENANGANAN AWAL YANG DAPAT DILAKUKAN BAGI SESEORANG YANG TERKENA PENYAKIT DBD
PENCEGAHAN DBD
TOTALBAIK SEDANG KURANG
N % N % N % N %
a. Diberi minum
sebanyak-banyaknya
dan dibawa ke
dokter/fasilitas
kesehatan
63 75,9 16 19,28 4 4,82 83 100
b. Diberi jamu/obat
tradisional0 0 0 0 0 0 0 0
c. Diberi jus jambu biji 12 70,58 4 23,52 1 5,9 17 100
d. Tidak perlu diberikan
apa-apa0 0 0 0 0 0 0 0
59
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Berdasarkan Tabel 5.2.14 didapatkan 63 responden (75,9%) dengan pencegahan DBD
baik menyatakan bahwa penanganan awal yang dapat dilakukan bagi seseorang yang
terkena penyakit DBD adalah diberi minum sebanyak-banyaknya dan dibawa ke
dokter/fasilitas kesehatan dibandingkan 12 responden 70,58) yang memilih
memberikan jus jambu biji.
Tabel5.2.15. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Program 3M PLUS
Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit
Tahun 2012
PROGRAM 3M PLUS
PENCEGAHAN DBD
TOTALBAIK SEDANG KURANG
N % N % N % N %
a. Membakar, Menguras,
Menutup, Memmelihara
ikan pemakan jentik,
Menabur bubuk abate
8 61,54 4 30,76 1 7,7 13 100
b. Mengubur, Menguras,
Menutup, Memeihara
ikan pemakan jentik,
Menabur bubuk abate
50 81,96 9 14,76 2 3,28 61 100
c. Mengubur, Menguras, Membersihkan, Memelihara ikan pemakan jentik, Menabur bubuk abate
14 77,78 3 16,67 1 5,55 18 100
d. Menyemprot, Menguras, Mengubur, Memelihara ikan pemakan jentik, Menabur bubuk abate
3 37,5 4 50 1 12,5 8 100
Berdasarkan Tabel 5.2.15 didapatkan 50responden (81,96%) dengan pencegahan
DBD baik menyatakan bahwa kepanjangan dari 3M Plus adalah Mengubur,
Menguras, Menutup, Memeihara ikan pemakan jentik, Menabur bubuk abate lebih
baik dibandingkan 3 responden (37,5%) yang menjawab Menyemprot, Menguras,
Mengubur, Memelihara ikan pemakan jentik, Menabur bubuk abate.
60
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Tabel5.2.16. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Program PSN Terhadap
Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
PROGRAM PSN
PENCEGAHAN DBD
TOTALBAIK SEDANG KURANG
N % N % N % N %
a.Pembasmian Sarang
Nyamuk21 84 2 8 2 8 25 100
b.Penyemprotan Sarang
Nyamuk19 73,07 5 19,23 2 7,7 26 100
c.Pemberantasan Sarang
Nyamuk35 71,43 13 26,53 1 2,04 49 100
Berdasarkan Tabel 5.2.16 didapatkan lebih dari 35 responden (71,43%) dengan
pencegahan DBD baik menyatakan bahwa kepanjangan PSN adalah Pemberantasan
Sarang Nyamuk lebih baik dibandingkan dengan 19 responden (73,07%) yang
menjawab Penyemprotan Sarang Nyamuk
Tabel5.2.17. Distribusi Sikap Responden Tentang Kaleng Bekas Dan Pecahan
Botol Yang Sudah Tidak Digunakan Terhadap Pencegahan DBD di
Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
KALENG BEKAS DAN PECAHAN BOTOL YANG SUDAH TIDAK DIGUNAKAN LAGI
PENCEGAHAN DBD
TOTALBAIK SEDANG KURANG
N % N % N % N %
a. Dibakar 4 57,14 3 42,86 0 0 7 100
b. Dibiarkan saja 1 100 0 0 0 0 1 100
c. Dikubur 70 76,09 17 18,48 5 5,43 92 100
Berdasarkan Tabel 5.2.17 didapatkan 70 responden (76,09%) dengan pencegahan
DBD yang baik menyatakan bahwa kaleng bekas dan pecahan botol yang sudah tidak
digunakan lagi sebaiknya dikubur dibandingkan 1 responden (100%) dengan
menyatakan sebaiknya dibiarkan saja.
61
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Tabel5.2.18. Distribusi Sikap Responden Tempat Penampungan Air/Gentong
Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit
Tahun 2012
PENAMPUNGAN AIR/GENTONG DI RUMAH
PENCEGAHAN DBD
TOTALBAIK SEDANG KURANG
N % N % N % N %
a. Menutup tempat
penampungan
tersebut
72 74,23 20 20,62 5 5,15 97 100
b. Membiarkan terbuka 3 100 0 0 0 0 3 100
c. Tidak peduli 0 0 0 0 0 0 0 100
Berdasarkan Tabel 5.2.18 didapatkan 72 responden (74,23%) dengan pencegahan
DBD baik menyatakan bahwa tempat penampungan air/gentong dirumah sebaiknya
ditutup dibandingkan 3 responden (100%) yang menyatakan sebaiknya dibiarkan
terbuka.
Tabel5.2.19. Distribusi Sikap Responden Tentang Tentang Waktu Menguras Bak
Mandi di Rumah Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas
Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
FREKUENSI MENGURAS BAK MANDI DI RUMAH
PENCEGAHAN DBD
TOTALBAIK SEDANG KURANG
N % N % N % N %
a. Menguras jika sudah
sangat kotor1 33,33 2 66,67 0 0 3 100
b. Menguras minimal 1
kali seminggu64 81,01 11 13,92 4 5,07 79 100
c. Menguras 2 minggu
sekali10 55,56 7 38,88 1 5,56 18 100
Berdasarkan Tabel 5.2.19 didapatkan 64 responden (81,01%) dengan pencegahan
DBD baik menyatakan bahwa bak mandi dirumah sebaiknya dikuras minimal 1 kali
seminggu dibandingkan 1 responden (33,33%) yang menyatakan sebaiknya dikuras
jika sudah sangat kotor.
62
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Tabel5.2.20. Distribusi Sikap Responden Tentang Partisipasi Sebagai Petugas
Jumantik Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan
Duren Sawit Tahun 2012
KESEDIAAN MENJADI PETUGAS JUMANTIK (JURU PEMANTAU JENTIK)
PENCEGAHAN DBD
TOTALBAIK SEDANG KURANG
N % N % N % N %
a. Bersedia dengan
senang hati61 79,22 12 15,58 4 5,2 77 100
b. Menolak dengan
alasan buang-buang
waktu dan tenaga
1 100 0 0 0 0 1 100
c. Mempertimbangkannya
untuk lain waktu13 59,1 8 36,36 1 4,54 22 100
Berdasarkan Tabel 5.2.20 didapatkan 61 responden (79,22%) dengan pencegahan
DBD baik menyatakan akan bersedia dengan senang hati apabila diajak oleh petugas
puskesmas untuk menjadi petugas JUMANTIK dibandingkan 1 responden (100%)
yang menyatakan akan menolak dengan alasan buang-buang waktu dan tenaga.
Tabel5.2.21. Distribusi Sikap Responden Tentang Petugas Jumantik yang Akan
Memeriksa di Rumah Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas
Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
PETUGAS JUMANTIK (JURU PEMANTAU JENTIK) YANG AKAN MEMERIKSA RUMAH
PENCEGAHAN DBD
TOTALBAIK SEDANG KURANG
N % N % N % N %
a. Mengunci pintu
rumahnya1 100 0 0 0 0 1 100
b. Mempersilahkannya 74 74.74 20.21 20 5 5.05 99 100
c. Mengusir petugas
tersebut0 0 0 0 0 0 0 0
Berdasarkan Tabel 5.2.21 didapatkan 74 responden (74.74%) dengan pencegahan
DBD baik menyatakan akan mempersilahkan petugas JUMANTIK apabila datang
untuk memeriksa rumah dibandingkan dengan 1 responden (100%) yang menyatakan
akan mengunci pintu rumahnya ketika petugas JUMANTIK datang.
63
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Tabel5.2.22. Distribusi Sikap Responden Tentang Bubuk Abate Yang Dibagikan
Petugas Jumantik Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas
Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
BUBUK ABATE YANG DIBAGIKAN OLEH PETUGAS JUMANTIK (JURU PEMANTAU JENTIK)
PENCEGAHAN DBD
TOTALBAIK SEDANG KURANG
N % N % N % N %
a. Disimpan saja 0 0 0 0 0 0 0 0
b. Ditaburkan ke tempat
penampungan air75 75 20 20 5 5 100 100
c. Diberikan kepada
tetangga0 0 0 0 0 0 0 0
Berdasarkan Tabel 5.2.22 didapatkan 75 responden (75%) dengan pencegahan DBD
baik menyatakan akan menebarkan bubuk abate ketempat penampungan air apabila
diberikan oleh petugas JUMANTIK.
Tabel5.2.23. Distribusi Sikap Responden Tentang Anggota Keluarga Yang
Dicurigai Terjangkit Penyakit DBD Terhadap Pencegahan DBD di
Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
ANGGOTA KELUARGA YANG DICURIGAI TERJANGKIT PENYAKIT DBD
PENCEGAHAN DBD
TOTALBAIK SEDANG KURANG
N % N % N % N %
a. Diberi jus jambu biji 9 50 7 38.88 2 11.12 18 100
b. Diberi minum
sebanyak-banyaknya
dan dibawa ke
dokter/fasilitas
kesehatan
66 80.48 13 15.86 3 3.66 82 100
c. Dibiarkan saja 0 0 0 0 0 0 0 0
Berdasarkan Tabel 5.2.23 didapatkan 66 responden (80.48%) dengan pencegahan
DBD baik menyatakan akan memberi minum sebanyak-banyaknya dan membawa ke
dokter/fasilitas kesehatan apabila ada anggota keluarga yang dicurigai menderita
64
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
DBD dibandingkan dengan 9 responden (50%) menyatakan akan memberi jus jambu
biji.
Tabel5.2.24. Distribusi Sikap Responden Tentang Petugas Kesehatan Yang Akan
Melakukan Pengasapan/Fogging Terhadap Pencegahan DBD di
Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
PETUGAS KESEHATAN YANG AKAN MELAKUKAN PENGASAPAN/FOGGING DI RUMAH
PENCEGAHAN DBD
TOTALBAIK SEDANG KURANG
N % N % N % N %
a. Mengusir petugas tersebut 1 14.29 1 14.29 5 71.42 7 100
b. Mempersilahkannya 73 80.21 18 19.79 0 0 91 100
c. Mengunci pintu dan
menutup semua jendela1 50 1 50 0 0 2 100
Berdasarkan Tabel 5.2.24 didapatkan 73 responden (80,21%) dengan pencegahan
DBD baik menyatakan akan mempersilahkan petugas kesehatan yang akan
melakukan pengasapan/fogging di rumah dibandingkan 1 responden (14,29%) yang
menyatakan akan mengusir petugas tersebut.
Tabel5.2.25. Distribusi Sikap Responden Penyuluhan Penyakit DBD Terhadap
Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
PENYULUHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE
PENCEGAHAN DBDTOTALBAIK SEDANG KURANG
N % N % N % N %a. Mengikuti dan
memahami tentang penyakit DBD
74 76,3 20 20,6 3 3,1 97 100
b. Sekedar mengikuti 0 0 0 0 2 100 2 100
c. Tidak ikut karena buang-buang waktu saja
1 100 0 0 0 0 1 100
Berdasarkan Tabel 5.2.25 didapatkan 74 responden (76,3%) dengan pencegahan DBD
baik menyatakan sebaiknya mengikuti dan memahami tentang penyakit DBD apabila
diadakan penyuluhan di lingkungannya dibandingkan dengan 1 responden (100%)
yang menyatakan tidak akan ikut karena buang-buang waktu saja.
65
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Tabel5.2.26. Distribusi Sikap RespondenTentang Anggota Keluarga Yang
Menderita Penyakit DBD Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas
Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
ANGGOTA KELUARGA ATAUPUN WARGA DI LINGKUNGAN YANG SUDAH DINYATAKAN MENDERITA DBD
PENCEGAHAN DBD
TOTALBAIK SEDANG KURANG
N % N % N % N %
a. Melaporkan ke RT /
Petugas kesehatan
setempat
73 75,2 19 19,6 5 5,2 97 100
b. Menunggu orang lain
untuk melapor ke RT /
Petugas kesehatan
2 66,7 1 33,3 0 0 3 100
c. Mendiamkan saja 0 0 0 0 0 0 0 0
Berdasarkan Tabel 5.2.26 didapatkan 73 responden (75,2%) dengan pencegahan DBD
baik menyatakan akan akan melaporkan ke RT/petugas kesehatan apabila ada anggota
keluarga ataupun warga di lingkungan yang dinyatakan menderita DBD
dibandingkan dengan 2 responden (66,7%) yang menyatakan akan menunggu orang
lain untuk melapor ke RT/Petugas kesehatan.
66
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
BAB VI
PEMBAHASAN
1. ANALISA TABEL UNIVARIAT
6.1.1 ANALISA TABEL UNIVARIAT DISTRIBUSI KARAKTERISTIK
MASYARAKAT DI KECAMATAN DUREN SAWIT TAHUN 2012
Dari hasil pengolahan analisis univariat Tabel I Berdasarkan dari tabel 5.1.1.
didapatkan 40 responden (40%) berusia > 40tahun. Ini menunjukkan bahwa
responden termasuk dalam kelompok usia produktif dimana menurut data dari
Departemen Kesehatan pada tahun 2009 dikatakan bahwa komposisi penduduk
Indonesia menurut kelompok umur, adalah penduduk yang berusia muda (0-14 tahun)
sebesar 26,96%, yang berusia produktif (15-64 tahun) sebesar 67,92% dan yang
67
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
berusia tua (> 65 tahun) sebesar 5,12% (depkes.go.id.profil kesehatan Indonesia
2009).
Didapatkan 62 responden (62%) berjenis kelamin wanita. Berdasarkan hasil
Sensus Penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia sebesar 237.556.363 orang, yang
terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan. Secara nasional, rasio jenis
kelamin penduduk Indonesia tahun 2011 sebesar 101, yang artinya jumlah penduduk laki-
laki satu persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan, atau setiap 100
perempuan terdapat 101 laki-laki. Lebih banyaknya responden wanita dapat terjadi
dikarenakan lebih banyaknya wanita yang bekerja sebagai ibu rumah tangga sehingga
mempunyai waktu untuk datang ke puskesmas Duren Sawit.
Didapatkan 42 responden (42%) bekerja sebagai ibu rumah tangga.Santoso
dalam penelitiannyajuga mendapati karakteristik pekerjaan bahwa hanya 1% yang
bekerja sebagai PNS. Sedikit berbeda denganyang diungkapkan Marlina (2005)
menunjukkan responden yang bekerja sebagaiibu rumah tangga sebanyak 32,3%.
Dan sebanyak 43 responden (43%) ber-suku Jawa. Hal ini dapat terjadi
mengingat arus urbanisasi dan perpindahan penduduk yang begitu tinggi di DKI
Jakarta sebagai ibukota dan kota besar dengan anggapan bahwa akan lebih mudah
untuk mencari pekerjaan dan kehidupan lebih baik di ibukota. Namun tidak dapat
dikatakan bahwa suku tertentu mempunyai pencegahan DBD yang lebih baik karena
menurut Hasil Penelitian Hasanah (2006) maupun Probini (2008)pencegahan dan
pemberantasan DBD lebih dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan sikap seseorang.
Didapatkan bahwa lebih dari setengah jumlah responden (50%) pendidikan
terakhirnya adalah SMA. (depkes.go.id.peta kesehatan Indonesia2008)
Didapatkan bahwa didapatkan 34 responden (34%) memiliki penghasilan keluarga
Rp 800.000 – Rp 1.500.000 perbulan.. Hal ini menunjukkan penghasilan berada pada
rata-rata upah minimum regional DKI Jakarta.
6.1.2 ANALISA TABEL UNIVARIAT DISTRIBUSI PENGETAHUAN
MASYARAKAT DI KECAMATAN DUREN SAWIT TAHUN 2012
Berdasarkan dari tabel 5.1.7. didapatkan 94 responden (94%) menyatakan
penyebab Demam Berdarah Dengue adalah Nyamuk. Kesalahpahaman ini mungkin
terjadi karena kesalahan dalam penyerapan informasi yang disampaikan oleh media.
Penyebab dari DBD sendiri adalah infeksi virus dengue yang ditularkan melalui
68
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
gigitan serangga. Florensi (2004) memberikan hasil yang berbeda yakni sebanyak
52% responden dapat menjawab penyebab DBD adalah virus, sedangkan 42% lainnya
menjawab nyamuk.
Berdasarkan dari tabel 5.1.8. didapatkan 83 responden (83%) menyatakan
Jenis Nyamuk yang Menularkan Penyakit DBD adalah Aedes aegypti. Aedes aegypti
merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit
demam berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga merupakan pembawa virus demam
kuning (yellow fever) dan chikungunya. Sebagai pembawa virus dengue, A. aegypti
merupakan pembawa utama (primary vector) dan bersama Aedes albopictus
menciptakan siklus persebaran dengue di desa dan kota. ( http://id.wikipedia.org)
Berdasarkan dari tabel 5.1.9. didapatkan 65 responden (65%) menyatakan
Warna Nyamuk Demam Berdarah Dengue adalah Tubuh berwarna hitam dengan
belang-belang putih. Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan
tubuh berwarna hitam. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan gari-garis putih
keperakan. Sering disebut si belang karena tubuhnya ada spot putih di beberapa
tempat baik ditubuh maupun kaki. Di bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua
garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies ini.
Nyamuk jantan dan betina tidak memiliki perbedaan dalam hal ukuran nyamuk jantan
yang umumnya lebih kecil dari betina dan terdapatnya rambut-rambut tebal pada
antena nyamuk jantan. Kedua ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti)
Berdasarkan dari tabel 5.1.10. didapatkan 78 responden (78%) menyatakan
Waktu Nyamuk Demam Berdarah Dengue Beredar adalah pada Pagi dan Sore. Masa
menggigitnya yang aktif ialah pada awal pagi yaitu dari pukul 8 hingga 10 dan sore
hari dari pukul 3 hingga 5. Nyamuk aedes aegypti memiliki siklus hidup yang berbeda
dari nyamuk biasa. Nyamuk ini lebih suka berkelana mencari mangsanya di siang hari
dibanding nyamuk lain yang cenderung menyerang manusia pada malam hari.
Berdasarkan Tabel 5.1.11 didapatkan 97 responden (97%) dengan pencegahan
DBD baik menyatakan bahwa cara penularan penyakit DBD adalah melalui gigitan
nyamuk. Nyamuk Aedes Aegypti merupakan pembawa virus dari penyakit DBD.
Cara penyebaran adalah melalui nyamuk yang menggigit seseorang yang sudah
terinfeksi. Virus akan terbawa dalam kelenjar ludah nyamuk, kemudian nyamuk akan
menggigit orang sehat. Bersamaan dengan terhisapnya darah dari orang yang sehat,
69
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
virus juga akan berpindah ke orang tersebut. (http://kumpulan.info/sehat/artikel-
kesehatan)
Berdasarkan dari tabel 5.1.12 didapatkan 54 responden (54%) menyatakan
Tempat Perkembangbiakan Nyamuk Demam Berdarah Dengue adalah Air Jernih
Yang Tergenang. Demam Berdarah ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti (betina)
yang berkembang biak di dalam air jernih di sekitar rumah, bukan di got / comberan
yang berair kotor. Tempat bertelur nyamuk Aedes aegypti adalah kontainer air buatan
yang berada di lingkungan perumahan yang banyak ditemukan di dalam rumah dan
sekitar lingkungan perkotaan seperti botol minuman, alas pot bunga, vas bunga, bak
mandi, talang air. Selain itu juga sering ditemukan di lubang pohon, tempurung
kelapa dan lainnya. (WHO, 2009 demam Berdarah Dengue : diagnosis, pengobatan
dan pencegahan, EGC, Jakarta)
Berdasarkan dari tabel 5.1.13 didapatkan 93 responden (93%) menyatakan
Tanda Dari Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah Demam dan bintik-bintik
kemerahan. Demam yang terjadi pada infeksi virus dengue ini timbulnya mendadak,
tinggi (dapat mencapai 39-40 derajat celcius) dan dapat disertai dengan menggigil.
Demam ini hanya berlangsung untuk 5-7 hari. Pada infeksi virus dengue apalagi pada
bentuk klinis demam berdarah dengue selalu disertai dengan tanda perdarahan. Hanya
saja tanda perdarahan ini tidak selalu didapat secara spontan oleh penderita, bahkan
pada sebagian besar penderita tanda perdarahan ini muncul setelah dilakukan test
tourniquet. Bentuk-bentuk perdarahan spontan yang dapat terjadi pada penderita
demam dengue dapat berupa perdarahan kecil-kecil di kulit (petechiae), perdarahan
agak besar di kulit (echimosis), perdarahan gusi, perdarahan hidung dan kadang-
kadang dapat terjadi perdarahan yang masif yang dapat berakhir dengan kematian.
Berdasarkan dari tabel 5.1.14. didapatkan 77 responden (77%) menyatakan
Penanganan Awal Yang Dapat Dilakukan Bagi Seseorang Yang Terkena Penyakit
Demam Berdarah Dengue adalah Diberi minum sebanyak-banyaknya dan dibawa ke
dokter/fasilitas kesehatan. Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah
mengatasi perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan syok/presyok, yaitu dengan
mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24
jam (air teh dan gula sirup atau susu). Penambahan cairan tubuh melalui infus
(intravena) mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang
berlebihan. Namun, Gejala-gejala demam berdarah dengue tersebut bisa berbeda-beda
70
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
antara penderita yang satu dengan yang lain. Untuk memastikan seseorang menderita
demam berdarah dengue atau tidak, periksakan penderita ke dokter jika mengalami
demam tinggi. Penanganan sejak dini akan mengurangi resiko kematian yang bisa
diakibatkan oleh penyakit demam berdarah dengue ini.
(http://www.litbang.depkes.go.id)
Berdasarkan dari tabel 5.1.15. didapatkan 57 responden (57%) menyatakan
Kepanjangan dari Program 3M adalah Mengubur, Menguras, Menutup. Cara yang
paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan
cara-cara di atas, yang disebut dengan 3M Plus, yaitu menutup, menguras, mengubur.
Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik,
menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa,
menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk,
memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan kondisi setempat.
(http://www.litbang.depkes.go.id)
Berdasarkan dari tabel 5.1.16. didapatkan 45 responden (45%) menyatakan
kepanjangan dari program PSN adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk.
Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD) adalah kegiatan
memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk penular DBD (Aedes aegypti) di
tempat-tempat perkembangbiakannya. (Depkes RI, 2005). Tujuan PSN DBD adalah
mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti, sehingga penularan DBD dapat
dicegah atau dikurangi. (Depkes RI, 2005).
6.1.3 ANALISA TABEL UNIVARIAT DISTRIBUSI SIKAP MASYARAKAT DI
KECAMATAN DUREN SAWIT TAHUN 2011
Berdasarkan dari tabel 5.1.17. didapatkan 93 responden (93%) menyatakan
Kaleng bekas dan pecahan botol yang sudah tidak digunakan lagi sebaiknya dikubur.
Media perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti yakni adanya air jernih yang
tergenang dan tidak berhubungan dengan tanah cenderung meningkat dan banyak
tersedia di saat musim penghujan, hal ini dikarenakan banyaknya tempat-tempat yang
dapat menampung air yang terisi air hujan, sehingga menjadi media yang sangat baik
bagi nyamuk Aedes Aegypti. Tempat-tempat yang dapat menampung air hujan walau
sedikit, seperti ban bekas, kaleng, batok kelapa, gelas aqua, sampah plastik, dsb. harus
dikubur, diamankan atau dibuang ke tempat pembuangan sampah. Jangan dibuang
71
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
sembarangan, ke lahan kosong, dsb di sekitar rumah, karena masih akan menjadi
ancaman. Air tergenang walaupun sedikit tetap menjadi media perkembangbiakan
nyamuk. (http://dinkes.bontangkota.go.id)
Berdasarkan dari tabel 5.1.18. didapatkan 92 responden (92%) menyatakan
menutup tempat penampungan air/gentong yang terdapat di rumah. Cara yang hingga
saat ini masih dianggap paling tepat untuk mengendalikan penyebaran penyakit
demam berdarah adalah dengan mengendalikan populasi dan penyebaran vektor.
Program yang sering dikampanyekan di Indonesia adalah 3M, yaitu menguras,
menutup, dan mengubur. Menutup tempat penampungan air sehingga tidak ada
nyamuk yang memiliki akses ke tempat itu untuk bertelur. (http://id.wikipedia.org)
Berdasarkan dari tabel 5.1.19. didapatkan 76 responden (76%) menyatakan
Menguras Bak mandi di rumah I kali seminggu. "Gerakan 3M" adalah kegiatan yang
dilakukan secara serentak oleh seluruh masyarakat untuk memutuskan rantai
kehidupan (daur hidup) nyamuk Aedes Aegypti, penular penyakit DBD. Daur hidup
nyamuk Aedes Aegypti terdiri dari : telur, jentik dan kepompong. Waktu yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan dari telur sampai menjadi dewasa
pada tempat yang bersuhu 27 oC dan kelembaban udaranya 80 % kurang lebih 10 hari.
Telur,jentik dan kepompong hidup dalam air yang tidak beralaskan tanah dan akan
mati bila airnya dibuang ke dalam got atau tempat pembuangan air lainnya. Agar
supaya telur,jentik dan kepompong tersebut tidak menjadi nyamuk, maka perlu
dilakukan 3M secara teratur sekurang-kurangnya seminggu seperti menguras bak
mandi seminggu sekali.
Berdasarkan dari tabel 5.1.20. didapatkan 74 responden (74%) menyatakan
Bersedia dengan senang hati apabila diajak oleh petugas Puskesmas menjadi
JUMANTIK (Juru Pantau Jentik). Juru Pemantau Jentik adalah petugas khusus yang
berasal dari lingkungan sekitar yang secara sukarela mau bertanggung jawab untuk
melakukan pemantauan jentik nyamuk DBD aedes aegypti di wilayahnya serta
melakukan pelaporan ke kelurahan secara rutin dan berkesinambungan. Jumantik
harus mendapatkan pelatihan khusus jumantik dan tinggal di dekat wilayah pantau
jentik nyamuk DBD. Pemantauan dilakukan satu kali dalam seminggu (biasanya
jumat) pada pukul pagi hari. Jika ditemukan jentik nyamuk maka petugas berhak
memberi peringatan kepada penghuni / pemilik untuk membersihkan atau menguras
agar bersih dari jentik. Jumantik lalu membuat catatan dan laporan yang diperlukan
72
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
untuk dilaporkan ke kelurahan dan kemudian dari kelurahan dilaporkan ke instansi
terkait atau vertikal.
Berdasarkan dari tabel 5.1.21. didapatkan 98 responden (98%) menyatakan
mempersilahkan petugas JUMANTIK (Juru Pemantau Jentik) bila akan memeriksa
rumah. Jumantik yaitu singkatan dari Juru Pemantau Jentik adalah petugas khusus
yang berasal dari lingkungan sekitar yang secara sukarela mau bertanggung jawab
untuk malakukan pemantauan jentik nyamuk DBD aedes aegypti di wilayahnya serta
melakukan pelaporan ke kelurahan secara rutin dan berkesinambungan. Warga tidak
boleh menolak para petugas juru pemantau jentik (Jumantik). Sebab tugas mereka
justru ikut membantu warga guna mencegah penyebaran jentik nyamuk aedes aegepty
penyebab demam berdarah dengue (DBD). Jika warga menolak berarti tidak
mendukung upaya pemerintah mencegah penyakit mematikan itu.
Berdasarkan dari tabel 5.1.22. didapatkan 99 responden 99%) menyatakan
akan menaburkan bubuk abate yang diberikan oleh petugas JUMANTIK (Juru Pantau
Jentik) ke tempat penampungan air. Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau
sulit dikuras, taburkan bubuk ABATE ke dalam genangan air tersebut untuk
membunuh jentik-jentik nyamuk. Bubuk abate 1G berwarna kecoklatan, terbuat dari
pasir yang dilapisi dengan zat kimia yang dapat membunuh jentik nyamuk. Dalam
takaran yang dianjurkan aman bagi manusia dan tidak menimbulkan keracunan. Jika
dimasukan ke air maka sedikit demi sedikit zat kimia itu akan terlarut merata dan
membunuh semua jentik nyamuk yang ada dalam tempat penampungan air.
Diantaranya ada yang menempel pada dinding tempat penampungan air dan bertahan
sampai 3 bulan. Oleh sebab itu penaburan abate perlu diulang setiap 3 bulan. Takaran
yang digunakan yakni untuk 100 liter air cukup dengan 10 gr bubuk abate 1 G.
(WHO, 2009, Demam Berdarah Dengue : diagnosis, pengobatan dan pencegahan,
EGC, Jakarta).
Berdasarkan dari tabel 5.1.23. didapatkan 82 responden (82%) menyatakan
memberi minum sebanyak-banyaknya dan membawa ke dokter/fasilitas kesehatan
apabila ada anggota keluarga yang dicurigai terjangkit penyakit DBD. Penanganan
awal yang diberikan adalah memberi minum sebanyak-banyaknya dengan air yang
sudah dimasak seperti air susu, teh atau air minum lainnya, dapat juga dengan oralit,
Berikan kompres air dingin atau es, Berikan obat penurun panah misalnya
parasetamol (dosis anak-anak 10-20 mg/Kg BB per hari; dewasa; 3×1 tablet/hari).
73
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Dan yang paling penting harus segera dibawa ke dokter, petugas puskesmas
pembantu, bidan desa, perawat pembina desa, Puskesmas atau Rumah Sakit.
Berdasarkan dari tabel 5.1.24. didapatkan 97 responden (97%) menyatakan
akan mempersilahkan petugas kesehatan untuk melakukan pengasapan/fogging di
rumah. Juru Pemantau Jentik adalah petugas khusus yang berasal dari lingkungan
sekitar yang secara sukarela mau bertanggung jawab untuk malakukan pemantauan
jentik nyamuk DBD aedes aegypti di wilayahnya serta melakukan pelaporan ke
kelurahan secara rutin dan berkesinambungan. Jumantik harus mendapatkan pelatihan
khusus jumantik dan tinggal di dekat wilayah pantau jentik nyamuk DBD.
Pemantauan dilakukan satu kali dalam seminggu (biasanya jumat) pada pukul pagi
hari. Jika ditemukan jentik nyamuk maka petugas berhak memberi peringatan kepada
penghuni / pemilik untuk membersihkan atau menguras agar bersih dari jentik.
Jumantik lalu membuat catatan dan laporan yang diperlukan untuk dilaporkan ke
kelurahan dan kemudian dari kelurahan dilaporkan ke instansi terkait atau vertikal.
Berdasarkan dari tabel 5.1.25. didapatkan 97 responden (97%) menyatakan
apabila diadakan penyuluhan tentang DBD maka akan mengikuti dan memahami
tentang penyakit DBD. Demam berdarah dapat menyerang secara serentak di suatu
wilayah dan faktor kejadian luar biasa hingga menyebabkan kematian. Salah satu
faktor penyebab akibat kebersihan lingkungan yang kurang terjaga. Karena itu
penyuluhan tentang Demam Berdarah sangat penting dilakukan.
Berdasarkan dari tabel 5.1.26. didapatkan 95 responden (95%) menyatakan
melaporkan ke RT/Petugas kesehatan setempat apabila ada anggota keluarga ataupun
warga dilingkungan yang dinyatakan menderita DBD. Hal ini perlu dilakukan untuk
mencegah penularan penyakit DBD di lingkungan mengingat Nyamuk dewasa yang
menyedot darah penderita DBD akan membawa virus, yang mengalami masa inkubasi
antara 8-10 hari di dalam tubuh nyamuk. Jika nyamuk menggigit orang sehat, virus
pun menular. Nyamuk tersebut juga memiliki daya jelajah yang lebih jauh. Jarak
terbang di literatur antara 50-100 meter.
2. ANALISIS TABEL BIVARIAT
74
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
6.2.1 ANALISA TABEL BIVARIAT DISTRIBUSI KARAKTERISTIK
MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN DBD DI KECAMATAN
DUREN SAWIT TAHUN 2012
Dari hasil pengolahan analisis Bivariat Tabel didapatkan bahwa 34responden (
82,93%) berumur >40 tahun dengan pencegahan DBD baik. Ini menunjukkan bahwa
responden termasuk dalam kelompok usia produktif dimana menurut data dari
departemen kesehatan pada tahun 2010 dikatakan bahwa komposisi penduduk
Indonesia menurut kelompok umur, adalah penduduk yang berusia muda (0-14 tahun)
sebesar 26,96%, yang berusia produktif (15-64 tahun) sebesar 67,92% dan yang
berusia tua (> 65 tahun) sebesar 5,12% (depkes.go.id.profil kesehatan Indonesia
2009).Tindakan merupakan realisasi dari pengalaman dan sikap menjadi perbuatan
nyata. Tindakan juga merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
nyata dan terbuka (Dina Marini, 2009).
Sebanyak 50 responden (79,37%) berjenis kelamin wanita.Berdasarkan hasil
Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia sebesar 237.556.363 orang, yang
terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan. Secara nasional, rasio jenis
kelamin penduduk Indonesia tahun 2010 sebesar 101, yang artinya jumlah penduduk laki-
laki satu persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan, atau setiap 100
perempuan terdapat 101 laki-laki.
Sebanyak 34 responden (79,07%) ber-suku Jawa. Hal ini dapat terjadi
mengingat arus urbanisasi dan perpindahan penduduk yang begitu tinggi di DKI
Jakarta sebagai ibukota dan kota besar dengan anggapan bahwa akan lebih mudah
untuk mencari pekerjaan dan kehidupan lebih baik di ibukota. Namun tidak dapat
dikatakan bahwa suku tertentu mempunyai pencegahan DBD yang lebih baik karena
menurut Hasil Penelitian Hasanah (2006) maupun Probini (2008)pencegahan dan
pemberantasan DBD lebih dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan sikap seseorang.
Didapatkan bahwa 36 responden (72%) pendidikan terakhirnya adalah SMA
dengan pencegahan DBD baik. Sistem pendidikan di Indonesia, dibedakan menjadi:
(a) TingkatPra Sekolah, (b) Tingkat Sekolah Dasar, (c) Tingkat Sekolah Menengah
Pertama, (d) Tingkat Sekolah Menengah Atas, (e) Tingkat Perguruan Tinggi.
Perbedaan tingkat pendidikan menyebabkan perbedaan pengetahuan kesehatan.
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang diperlukan untuk
75
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
pengembangan diri. Perbedaan tingkat pendidikan menyebabkan Perbedaan
pengetahuan dasar kesehatan. Namun hasil penelitian Proborini (2008) menyatakan
tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kegiatan 3M,
dengan kata lain kegiatan 3M tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu rumah
tangga. Hasil penelitian tersebut berbeda dengan yang didapat oleh peneliti, mungkin
dikarenakan karakteristik responden dan lokasi penelitian yang berbeda .
Sebanyak 39 responden (84,8%) bekerja sebagai ibu rumah tangga memiliki
pencegahan DBD baik karena kebanyakan dari responden adalah wanita sehingga
mereka memiliki waktu lebih banyak untuk melakukan aktifitas rumah tangga
terutama menyangkut kebersihan rumah.
Didapatkan bahwa didapatkan bahwa 30 responden (83,34%) memiliki
penghasilan keluarga Rp 800.000 – Rp 1.500.000 perbulan dengan pencegahan DBD
baik. Hal ini menunjukkan penghasilan berada pada rata-rata upah minimum regional
DKI Jakarta.
6.2.2 ANALISA TABEL BIVARIAT DISTRIBUSI PENGETAHUAN
MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN DBD DI KECAMATAN
DUREN SAWIT TAHUN 2012
Berdasarkan Tabel 5.2.7 didapatkan 70 responden (74,47%) dengan
pencegahan DBD baik menyatakan bahwa penyebab DBD adalah nyamuk. Menurut
penelitian Dina Marini di daerah padang bulan-Sumut (2009) didapatkan 82.2%
responden menjawab penyebab DBD adalah nyamuk, bukan virus. Hal ini mungkin
dikarenakan kesalahan dalam penyerapan informasi yang disampaikan oleh media.
Berdasarkan Tabel 5.2.8 didapatkan 70 responden (76,08%) dengan
pencegahan DBD baik menyatakan bahwa jenis nyamuk yang menularkan penyakit
DBD adalah Aedes aegypti. Virus dengue ini dibawah melalui nyamuk Aedes aegypti
dan menulari manusia melalui gigitannya. Di Indonesia, nyamuk A. aegypti umumnya
memiliki habitat di lingkungan perumahan, di mana terdapat banyak genangan air
bersih dalam bak mandi ataupun tempayan. Oleh karena itu, jenis ini bersifat urban,
bertolak belakang dengan A. albopictus yang cenderung berada di daerah hutan
berpohon rimbun (sylvan areas).(http://www.litbang.depkes.go.id)
76
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Berdasarkan Tabel 5.2.9 didapatkan 49 responden (74,3%) dengan
pencegahan DBD baik menyatakan bahwa warna dari nyamuk DBD adalah tubuh
hitam dengan belang-belang putih. Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran
sedang dengan tubuh berwarna hitam. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan
gari-garis putih keperakan. Di bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis
melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies ini
Berdasarkan Tabel 5.2.10 didapatkan 62 responden (78,5%) dengan
pencegahan DBD baik menyatakan bahwa waktu peredaran nyamuk DBD adalah pagi
dan sore. Puncak keaktifan nyamuk penyebar virus DBD itu terjadi antara pukul
08.00-09.00 pagi dan 16.00-17.00.
Berdasarkan Tabel 5.2.11 didapatkan 74 responden (75,5%) dengan
pencegahan DBD baik menyatakan bahwa cara penularan penyakit DBD adalah
melalui gigitan nyamuk. Nyamuk dewasa yang menyedot darah penderita DBD akan
membawa virus, yang mengalami masa inkubasi antara 8-10 hari di dalam tubuh
nyamuk.
Berdasarkan Tabel 5.2.12 didapatkan 41 responden (77,4%) dengan
pencegahan DBD baik menyatakan bahwa tempat perkembangbiakan nyamuk DBD
adalah air jernih yang tergenang. Nyamuk betina dewasa hanya bertelur di tempat
genangan air jernih dan tidak bersarang di air got dan semacamnya. Nyamuk aedes
dapat berkembang di dalam air bersih yang menggenang lebih dari lima hari. Siklus
perkembangbiakan nyamuk berkisar antara 10-12 hari.
Berdasarkan Tabel 5.2.13 didapatkan 75 responden (75%) dengan pencegahan
DBD baik menyatakan bahwa tanda dari penyakit DBD adalah demam dan bintik-
bintik kemerahan. Peneliti berasumsi bahwa responden yang menjawab demikian
karena gambaran demam DBD adalah pelana kuda, yakni suhu yang meningkat tiba-
tiba, lalu tetap tinggi selama kurang lebih 3 hari lalu pada hari ke-4 demam baru akan
turun dan kembali demam pada hari ke-6. Jadi karena adanya fase demam yang tingi
terus menerus sehingga banyak yang menjawab ciri demam pada DBD adalah
suhunya tinggi terus-menerus.
Berdasarkan Tabel 5.2.14 didapatkan 63 responden (75,9%) dengan
pencegahan DBD baik menyatakan bahwa penanganan awal yang dapat dilakukan
bagi seseorang yang terkena penyakit DBD adalah diberi minum sebanyak-banyaknya
dan dibawa ke dokter/fasilitas kesehatan. Berdasarkan literature, Penanganan awal
77
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
yang diberikan adalah memberi minum sebanyak-banyaknya dengan air yang sudah
dimasak seperti air susu, teh atau air minum lainnya, dapat juga dengan oralit, Berikan
kompres air dingin atau es, Berikan obat penurun panah misalnya parasetamol (dosis
anak-anak 10-20 mg/Kg BB per hari; dewasa; 3×1 tablet/hari). Dan yang paling
penting Harus segera dibawa ke dokter, petugas puskesmas pembantu, bidan desa,
perawat pembina desa, Puskesmas atau Rumah Sakit.
Berdasarkan Tabel 5.2.15 didapatkan 50 responden (81,96%) dengan
pencegahan DBD baik menyatakan bahwa kepanjangan dari 3 M adalah Mengubur,
Menguras, Menutup. Cara yang hingga saat ini masih dianggap paling tepat untuk
mengendalikan penyebaran penyakit demam berdarah adalah dengan mengendalikan
populasi dan penyebaran vektor. Program yang sering dikampanyekan di Indonesia
adalah 3M, yaitu menguras, menutup, dan mengubur.
Menguras bak mandi, untuk memastikan tidak adanya larva nyamuk yang
berkembang di dalam air dan tidak ada telur yang melekat pada dinding bak
mandi.
Menutup tempat penampungan air sehingga tidak ada nyamuk yang memiliki
akses ke tempat itu untuk bertelur.
Mengubur barang bekas sehingga tidak dapat menampung air hujan dan
dijadikan tempat nyamuk bertelur.
Berdasarkan Tabel 5.2.16 didapatkan 35 responden (71,43%) dengan
pencegahan DBD baik menyatakan bahwa kepanjangan PSN adalah Pemberantasan
Sarang Nyamuk. PSN secara umum adalah melakukan gerakan 3M yaitu menguras
bak air, menutup tempat yang mungkin menjadi sarang berkembang biak nyamuk,
mengubur barang-barang bekas yang bisa menampung air. Di tempat penampungan
air seperti bak mandi diberikan insektisida yang membunuh larva nyamuk seperti
abate. Ini bisa mencegah perkembangbiakan nyamuk selama beberapa minggu, tapi
pemberiannya harus diulang setiap periode waktu tertentu. Dengan demikian gerakan
PSN dengan 3M Plus yaitu menguras tempat-tempat penampungan air minimal
seminggu sekali atau menaburinya dengan bubuk abate untuk membunuh jentik
nyamuk. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air agar nyamuk Aedes aegipty
tidak bisa bertelur. Mengubur dan membuang barang-barang bekas seperti ban bekas,
kaleng bekas yang dapat menampung air hujan.
78
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
6.2.3 ANALISA TABEL BIVARIAT DISTRIBUSI SIKAP MASYARAKAT
TERHADAP PENCEGAHAN DBD DI KECAMATAN DUREN SAWIT
TAHUN 2012
Berdasarkan Tabel 5.2.17 didapatkan 70 responden (76,09%) dengan
pencegahan DBD baik menyatakan bahwa kaleng bekas dan pecahan botol yang
sudah tidak digunakan lagi sebaiknya dikubur. Dari hasil penelitian Dina Marini
(2009) diperoleh 77,8% responden bersikap akan mengumpulkan kaleng bekas dan
pecahan botol jika keberadaannya sudah sangat mengganggu keindahan. Hal
inimerupakan indikator harus adanya stimulus yang tidak baik dulu, baru akan ada
respon dari masyarakat yaitu berupa sikap.
Berdasarkan Tabel 5.2.18 didapatkan 72 responden (74,23%) dengan
pencegahan DBD baik menyatakan bahwa tempat penampungan air/gentong dirumah
sebaiknya ditutup. Program yang sering dikampanyekan di Indonesia adalah 3M,
salah satunya ialah menutup.Menutup tempat penampungan air sehingga tidak ada
nyamuk yang memiliki akses ke tempat itu untuk bertelur. Hasil penelitian Dina
Marini (2009) diperoleh tindakan menutup tempat penampungan air ada 83,3%
responden yang melakukannya. Marlina (2005) juga menunjukkan hasil yang sama
yakni sebanyak 77,6% yang melakukan penutupan tempat penampungan air.
Berdasarkan Tabel 5.2.19 didapatkan 64 responden (81,01%) dengan
pencegahan DBD baik menyatakan bahwa bak mandi dirumah sebaiknya dikuras 1
kali seminggu. Ini menunjukkan bahwa masyarakat telah mengetahui bahwa nyamuk
Aedes aegyptu dapat berkembangbiak di tempat penampungan air dalam rumah/bak
mandi.
Berdasarkan Tabel 5.2.20 didapatkan 61 responden (79,22%) dengan
pencegahan DBD baik menyatakan bersedia dengan senang hati apabila diajak oleh
petugas puskesmas untuk menjadi petugas Jumantik. Juru Pemantau Jentik adalah
petugas khusus yang berasal dari lingkungan sekitar yang secara sukarela mau
bertanggung jawab untuk malakukan pemantauan jentik nyamuk DBD aedes aegypti
di wilayahnya serta melakukan pelaporan ke kelurahan secara rutin dan
berkesinambungan. Jumantik harus mendapatkan pelatihan khusus jumantik dan
tinggal di dekat wilayah pantau jentik nyamuk DBD. Pemantauan dilakukan satu kali
dalam seminggu (biasanya jumat) pada pukul pagi hari. Jika ditemukan jentik nyamuk
79
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
maka petugas berhak memberi peringatan kepada penghuni / pemilik untuk
membersihkan atau menguras agar bersih dari jentik. Jumantik lalu membuat catatan
dan laporan yang diperlukan untuk dilaporkan ke kelurahan dan kemudian dari
kelurahan dilaporkan ke instansi terkait atau vertikal
Berdasarkan Tabel 5.2.21 didapatkan 74 responden (74,74%) dengan
pencegahan DBD baik menyatakan akan mempersilahkan petugas JUMANTIK
apabila datang untuk memeriksa rumah. Jumantik yaitu singkatan dari Juru Pemantau
Jentik adalah petugas khusus yang berasal dari lingkungan sekitar yang secara
sukarela mau bertanggung jawab untuk malakukan pemantauan jentik nyamuk DBD
aedes aegypti di wilayahnya serta melakukan pelaporan ke kelurahan secara rutin dan
berkesinambungan. Jumantik harus mendapatkan pelatihan khusus jumantik dan
tinggal di dekat wilayah pantau jentik nyamuk DBD. Pemantauan dilakukan satu kali
dalam seminggu (biasanya jumat) pada pukul pagi hari. Jika ditemukan jentik nyamuk
maka petugas berhak memberi peringatan kepada penghuni / pemilik untuk
membersihkan atau menguras agar bersih dari jentik. Jumantik lalu membuat catatan
dan laporan yang diperlukan untuk dilaporkan ke kelurahan dan kemudian dari
kelurahan dilaporkan ke instansi terkait atau vertikal.
Berdasarkan Tabel 5.2.22 didapatkan 75 responden (75%) dengan pencegahan
DBD baik menyatakan akan menebarkan bubuk abate ketempat penampungan air
apabila diberikan oleh petugas Jumantik. Dengan demikian gerakan PSN dengan 3M
Plus yaitu menguras tempat-tempat penampungan air minimal seminggu sekali atau
menaburinya dengan bubuk abate untuk membunuh jentik nyamuk. Menutup rapat-
rapat tempat penampungan air agar nyamuk Aedes aegipty tidak bisa bertelur.
Mengubur dan membuang barang-barang bekas seperti ban bekas, kaleng bekas yang
dapat menampung air hujan. Pemberantasan DBD akan berhasil dengan baik jika
upaya PSN dengan 3M Plus dilakukan secara sistematis, terus-menerus berupa
gerakan serentak, sehingga dapat mengubah perilaku masyarakat dan lingkungannya
ke arah perilaku dan lingkungan yang bersih dan sehat, tidak kondusif untuk hidup
nyamuk Aedes aegypti.
Berdasarkan Tabel 5.2.23 didapatkan 66 responden (80,48%) dengan
pencegahan DBD baik menyatakan memberi minum sebanyak-banyaknya dan
membawa ke dokter/fasilitas kesehatan apabila ada anggota keluarga yang dicurigai
menderita DBD. Penanganan awal yang diberikan adalah memberi minum sebanyak-
80
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
banyaknya dengan air yang sudah dimasak seperti air susu, teh atau air minum
lainnya, dapat juga dengan oralit, Berikan kompres air dingin atau es, Berikan obat
penurun panah misalnya parasetamol (dosis anak-anak 10-20 mg/Kg BB per hari;
dewasa; 3×1 tablet/hari). Dan yang paling penting Harus segera dibawa ke dokter,
petugas puskesmas pembantu, bidan desa, perawat pembina desa, Puskesmas atau
Rumah Sakit
Berdasarkan Tabel 5.2.24 didapatkan 73 responden (80,21%) dengan
pencegahan DBD baik menyatakan akan mempersilahkan petugas kesehatan yang
akan melakukan pengasapan/fogging dirumah. Pencegahan dengan pengasapan hanya
dapat menghalau atau membunuh nyamuk betina dewasa tetapi tidak dapat
membunuh larvanya. Pengasapan menggunakan insektisida Malathion 4 persen
dicampur solar, hanya dapat membunuh nyamuk-nyamuk dewasa pada wilayah radius
100-200 meter di sekitarnya dan efektif hanya untuk satu-dua hari. Sementara, siklus
pertumbuhan jentik nyamuk menjadi nyamuk dewasa memerlukan waktu 10 hari.
Sehingga tidak cukup dilakukan satu kali penyemprotan saja. Berdasarkan Tabel
5.2.25 didapatkan 74 responden (76,3%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan
akan mengikuti dan memahami tentang penyakit DBD apabila diadakan penyuluhan
di lingkungannya. Demam berdarah dapat menyerang secara serentak di suatu
wilayah dan factor kejadian luar biasa hingga menyebabkan kematian. Salah satu
faktor penyebab akibat kebersihan lingkungan yang kurang terjaga. Karena itu
penyuluhan tentang Demam Berdarah sangat penting dilakukan.
Terbentuknya perilaku baru pada seseorang dimulai dari seseorang tahu
dahulu terhadap stimuli yang berupa materi atau obyek diluarnya sehingga
menimbulkan pengetahuan baru pada seseorang tersebut. Menurut Azwar S (2003)
karakteristik sikap mempunyai arah yang terpilah pada dua arah kesetujuan, yaitu
apakah setuju atau tidak setuju, mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak
atau tidak memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai obyek. Orang yang
setuju, mendukung dan memihak teradap suatu obyek sikap, berarti memiliki sikap
yang arahnya positif. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Hasana (2006),
Proborini (2008) dan Wardhanie (2009), dimana sikap merupakan faktor predisposisi
yang berhubungan dengan partisipasi dalam pencegahan dan pemberantasan DBD.
Berdasarkan Tabel 5.2.26 didapatkan 73 responden (75,2%) dengan
pencegahan DBD baik menyatakan kan melaporkan ke RT/petugas kesehatan apabila
81
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
ada anggota keluarga ataupun warga di lingkungan yang dinyatakan menderita DBD.
Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah penularan penyakit DBD di lingkungan
mengingat Nyamuk dewasa yang menyedot darah penderita DBD akan membawa
virus, yang mengalami masa inkubasi antara 8-10 hari di dalam tubuh nyamuk. Jika
nyamuk menggigit orang sehat, virus pun menular. Nyamuk tersebut juga memiliki
daya jelajah yang lebih jauh. Jarak terbang di literatur antara 50-100 meter.
82
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Sebanyak 40 responden (40%) berusia >40 tahun dimana 34 responden (82.93%)
memiliki pencegahan DBD yang baik dimana responden termasuk dalam
kelompok usia produktif dimana menurut data Departemen Kesehatan Pada Tahun
2009 dikatakan bahwa komposisi penduduk indonesia menurut kelompok umur
adalah penduduk yang berusia produktif 15-40 tahun.
2. Sebanyak 62 responden (62%) berjenis kelamin wanita dimana 50 responden
(79.37%) diantaranya memiliki pencegahan DBD yang baik karena berdasarkan
hasil sensus penduduk 2011 jumlah penduduk Indonesia 230.556.363 orang yang
terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan.
3. Sebanyak 43 responden (43%) ber-suku Jawa dimana 34 responden (79.04%)
memiliki pencegahan DBD yang baik hal ini terjadi mengingat arus urbaninsasi
dan perpindahan penduduk yang begitu tinggi di DKI Jakarta sebagai ibukota dan
kota besar dengan anggapan bahwa akan lebih mudah untuk mencari pekerjaan
dan kehidupan lebih baik di ibukota, namum tidak dapat dikatakan suku tertentu
mempunyai pencegahan DBD yang lebih baik.
4. Didapatkan sebanyak 50 responden (50%) pendidikan terakhirnya adalah SMA
dimana 36 responden (72%) diantaranya dengan memiliki pencegahan DBD yang
baik karena menurut penelitian Hasanah, 2006 dan Probini, 2008 pencegahan dan
pemberantasan DBD lebih dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan seseorang.
5. Sebanyak 46 responden (46%) memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga
dimana 39 responden (84.8%) memiliki pencegahan DBD yang baik karena ibu
83
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
rumah tangga mempunyai banyak waktu untuk membaca, mendengarkan
informasi dari berbagai media.
6. Sebanyak 36 responden (36%) memiliki penghasilan keluarga Rp 800.000 – Rp
1.500.000 perbulan dimana 30 responden (83.34%) diantaranya memiliki
pencegahan DBD yang baik.
7. Sebanyak 94 responden (94%) menyatakan penyebab demam berdarah dengue
adalah nyamuk dimana sebanyak 70 responden (74.7%) memiliki pencegahan
DBD yang baik karena walaupun yang mempunyai pencegahan baik mengatakan
penyebab DBD adalah nyamuk namun hal tersebut masih salah karena penyebab
penyakit DBD sebenarnya adalah virus.
8. Sebanyak 97 responden (97%) menyatakan cara penularan penyakit demam
berdarah dengue adalah melalui gigitan nyamuk dimana 74 responden (75.5%)
diantaranya memiliki pencegahan DBD baik karena nyamuk Aides Aegypti
merupakan pembawa virus dari penyakit DBD dan cara penyebarannya melalui
nyamuk yang mengigit seseorang yang sudah terinfeksi.
9. Sebanyak 83 responden (83%) menyatakan jenis nyamuk yang menularkan
penyakit DBD adalah Aedes aegypti dimana 70 responden (76.08%) memiliki
pencegahan DBD baik karena sebagian besar tahu nyamuk jenis Aedes Aegypti
adalah nyamuk yang membawa virus DBD.
10. Terdapat 65 responden (65%) menyatakan warna nyamuk Demam Berdarah
Dengue adalah Tubuh berwarna hitam dengan belang-belang putih dimana 49
responden (74.3%) diantaranya memiliki pencegahan DBD baik karena sebagian
besar tahu nyamuk aedes aegypti bertubuh hitam dengan belang-belang putih.
11. Sebanyak 78 responden (78%) menyatakan waktu nyamuk demam berdarah
dengue beredar adalah pada pagi dan sore dimana 62 responden (78.5%) memiliki
pencegahan DBD baik karena sebagian besar mengetahui penyebaran DBD pada
pagi dan sore hari.
12. Sebanyak 54 responden (54%) menyatakan tempat perkembangbiakan nyamuk
demam berdarah dengue adalah air jernih yang tergenang dimana 41 responden
(77.4%) diantaranya memiliki pencegahan DBD baik sebagian besar mengetahui
tempat perkembangbiakan nyamuk DBD adalah air jernih yang tergenang.
13. Sebanyak 93 responden (93%) menyatakan tanda dari penyakit demam berdarah
dengue adalah demam dan bintik-bintik kemerahan dimana didapatkan 75
84
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
responden (75%) memiliki pencegahan DBD baik karena sebagian besar tahu
tanda dari penyakit DBD adalah demam dan bintik-bintik kemerahan.
14. Terdapat 77 responden (77%) menyatakan penanganan awal yang dapat
dilakukan bagi seseorang yang terkena penyakit demam berdarah dengue adalah
diberi minum sebanyak-banyaknya dan dibawa ke dokter/fasilitas kesehatan
dimana 63 responden (75.9%) diantaranya memiliki pencegahan DBD baik karena
sebagia besar tahu penanganan awal yang harus dilakukan ketika terkena penyakit
DBD adalah diberi minum sebanyak-banyaknya dan di bawa ke dokter/fasilitas
kesehatan.
15. Sebanyak 57 responden (57%) menyatakan kepanjangan dari program 3M adalah
mengubur, menguras, menutup dengan 50 responden (81.96%) memiliki
pencegahan DBD baik karena sebagian besar mengetahui kepanjangan program
3M adalah mengubur, menguras, menutup.
16. Sebanyak 45 responden (45%) menyatakan kepanjangan dari program PSN adalah
Pemberantasan Sarang Nyamuk dimana 35 responden (71.43%) diantaranya
memiliki pencegahan DBD baik sebagian besar mengetahui kepanjangan dari
program PSN adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk.
17. Sebanyak 93 responden (93%) menyatakan kaleng bekas dan pecahan botol yang
sudah tidak digunakan lagi sebaiknya dikubur dan 70 responden (76.09%)
memiliki pencegahan DBD baik karena sebagian besar mengetahui bahwa kaleng
bekas dan pecahan botol yang sudah tidak digunakan lagi sebaiknya dikubur.
18. Sebanyak 76 responden (76%) menyatakan menguras bak mandi di rumah
minimal 1 kali seminggu dimana 64 responden (81.01%) diantaranya memiliki
pencegahan DBD baik karena sebagian besar mengetahui bahwa menguras bak
mandi dirumah minimal 1 kali seminggu.
19. Sebanyak 92 responden (92%) menyatakan menutup tempat penampungan
air/gentong yang terdapat di rumah dengan 72 responden (74.23%) memiliki
pencegahan DBD baik karena sebagian mengetahui menutup tempat
penampungan air/gentong yang terdapat di rumah.
20. Terdapat 98 responden (98%) menyatakan mempersilahkan petugas JUMANTIK
(Juru Pemantau Jentik) bila akan memeriksa rumah dimana 74 responden
(74.74%) diantaranya memiliki pencegahan DBD baik karena sebagian besar
mempersilahkan petugas JUMANTIK bila akan memeriksa rumah.
85
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
21. Sebanyak 74 responden (74%) menyatakan bersedia dengan senang hati apabila
diajak oleh petugas Puskesmas menjadi JUMANTIK (Juru Pemantau Jentik)
dimana 61 responden (79.22%) memiliki pencegahan DBD baik karena sebagian
besar bersedia dengan senang hati apabila diajak oleh petugas puskesmas menjadi
JUMANTIK.
22. Terdapat 99 responden (99%) menyatakan akan menaburkan bubuk abate yang
diberikan oleh petugas JUMANTIK (Juru Pantau Jentik) ke tempat penampungan
air dimana 75 responden (75%) diataranya memiliki pencegahan DBD baik karena
sebagian besar akan menaburkan bubuk abate yang diberikan oleh petugas
JUMANTIK.
23. Sebanyak 97 responden (97%) menyatakan akan mempersilahkan petugas
kesehatan untuk melakukan pengasapan/fogging di rumah, 73 responden (80.21%)
memiliki pencegahan DBD baik karena sebagian besar akan mempersilahkan
petugas kesehatan untuk melakukan pengasapan/fogging dirumah.
24. Sebanyak 82 responden (82%) menyatakan memberi minum sebanyak-banyaknya
dan membawa ke dokter/fasilitas kesehatan apabila ada anggota keluarga yang
dicurigai terjangkit penyakit DBD dimana 66 responden (80.48%) diantaranya
memiliki pencegahan DBD baik karena sebagian besar akan memberi minum
sebanyak-banyaknya dan membawa ke dokter/fasilitas kesehatan apabila ada
anggota keluarga yang dicurigai penyakit DBD.
25. Sebanyak 97 responden (97%) menyatakan melaporkan ke RT/Petugas kesehatan
setempat apabila ada anggota keluarga ataupun warga dilingkungan yang
dinyatakan menderita DBD dimana 73 responden (75.2%) memiliki pencegahan
DBD baik karena sebagian besar akan melaporkan ke RT/Petugas Kesehatan
setempat apabila ada anggota keluarga ataupun warga lingkungan yang
dinyatakan menderita DBD.
26. Sebanyak 97 responden (97%) menyatakan apabila diadakan penyuluhan tentang
DBD maka akan mengikuti dan memahami tentang penyakit DBD dimana 74
responden (76.3%) diantaranya memiliki pencegahan DBD baik karena sebagian
besar apabila diadakan penyuluhan tentang DBD maka akan mengikut dan
memahami tentang penyakit DBD.
86
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Saran
Saran untuk masyarakat Kecamatan Duren Sawit
1) Agar masyarakat memperhatikan kebersihan lingkungan rumah dan lingkungan
sekitar.
2) Agar masyarakat melaksanakan kegiatan 3M plus secara rutin sebagai upaya
memberantas penyakit demam berdarah dengue.
3) Agar masyarakat berpartisipasi dengan sukarela dalam kegiatan PSN
(Pemberantasan Sarang Nyamuk) sebagai JUMANTIK (Juru Pemantau Jentik)
untuk bersama-sama memberantas nyamuk demam berdarah dengue di
lingkungan rumah dan sekitar.
4) Agar masyarakat meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan dan penanganan
demam berdarah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat demam
berdarah dengue.
Saran untuk Petugas Puskesmas Kecamatan Duren Sawit
1) Agar petugas puskesmas terus mengingatkan dan menolong masyarakat untuk
terus memperhatikan serta menjaga kebersihan lingkungan rumah dan lingkungan
sekitar.
2) Agar petugas puskesmas memotivasi masyarakat dengan memberikan
penyuluhan-penyuluhan tentang pencegahan dan penanganan demam berdarah
dengue bagi masyarakat kecamatan Duren Sawit secara khusus tentang
pentingnya PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)
3) Agar petugas puskesmas menggalakkan masyarakat untuk terus melakukan
kegiatan 3M plus secara rutin untuk mencegah dan memberantas
perkembangbiakan nyamuk demam berdarah dengue.
4) Agar petugas puskesmas terus melaksanakan kegiatan PSN dengan melibatkan
serta masyarakat kecamatan Duren Sawit untuk menjadi petugas JUMANTIK
87
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
DAFTAR PUSTAKA
1. Arief Mansyoer, Suprohaita, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek Setiowulan. Media
Aesculapius FKUI. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga jilid 2. 2000; 419-427
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Indikator Indonesia Sehat 2010
dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. 2003
3. Duma, Nicolas S., Arsin, A.A., dan Darmawansyah, Analisis Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Demam Berdarah Dengued di Kecamatan Baruga
Kota Kendari .Fakultas Kesehatan Masyarakat UNHAS. 2007. Available from:
http://www.pascaunhas.net/jurnal_pdf/an_4_2/03_JURNAL%20tesis
%20MA WAN.pdf
4. Fathi., Soedjajadi K., dan Chatarina U.W., 2005. Peran Faktor Lingkungan dan
Perilaku Terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Mataram. Fakultas
KesehatanMasyarakatUNAIR.Availablefrom
http://www.pascaunhas.net/jurnal_pdf/an_4_2/03_JURNAL%20tesis
%20MA WAN.pdf
5. Hadinegoro Sri R.H, Soegijanto Soedeng: Tatalaksana Demam Dengue di Indonesia.
Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia Direktorat
Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. 2001
6. Hadinegoro Sri R.H, Satari Hinra G: Demam Berdarah Dengue. Naskah Lengkap
Pelatihan bagi Pelatih Dokter Spesialis Anak dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
dalam Tatalaksana Kasus DBD. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2004.
7. Marlina, Siti, 2005. Perilaku Keluarga terhadap Usaha Pencegahan Penyakit DBD
di Lingkungan Rumah di Desa Suka Makmur Kecamatan Delitua. Fakultas
Kedokteran USU.2005 Available from: http://addy1571.wordpress.com/perilaku-
keluarga-terhadap-usaha- pencegahan-penyakit-dbd-di-lingkrumah/
8. Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia, jilid I, Edisi ketiga.1998; 417-426.
9. Rampengan T.H, Dr., DSAK, Laurents I.R, Dr., DSA: Penyakit Infeksi Tropik Pada
Anak. EGC. 1997; 135 – 157. Halaman 135-143.
10. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak. Buku Kuliah jilid. 2 Ilmu Kesehatan Anak.
Cetakan ke enam 1991.
11. Sigarlaki, H.J.O, Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : CV
Info Medika, 2003.
12. Sigarlaki, H.J.O, Epidemiologi. Jakarta : CV Info Medika, 2003.
88
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012
Sri Rezeki H.Hadinegoro, Soegeng Soegijanto, Suharyono Wuryadi, Thomas Suroso.
Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia. 2001
13. Sri Rezeki H.Hadinegoro, Hindra Irawan Satari. Demam Berdarah Dengue, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
14. WHO, 2008. Dengue/DHF Situation of Dengue/Dengue Haemorrhagic Fever in the
South East Asia Region Variable endemicity for DF/DHF in countries of SEA
RegionAvailablefrom:http://www.searo.who.int/en/Section10/Section332_1100.htm.
[Accessed 10 Maret 2011]
15. WHO, 2009. Dengue Status in South East Asia Region: An Epidemiological
Perspective. Available from: http://www.searo.who.int/LinkFiles/Dengue_dengue-
SEAR-2008.pdf . [Accessed 10 Maret 2011]
16. WHO, 2009. Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. Available from:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/. [Accessed 10 Maret 2011]
17. www.indonesiaindonesia.com/f/13744-profil-nyamuk-aedes-pembasmiannya/
18. www.organisasi.org/cara-jumantik-memberantas-nyamuk-demam-berdarah-dengue-
dbd pengertian-juru-pemantau-jentik
19. www.teknologitinggi.wordpress.com/2008/03/19/nyamuk-penyebab-demam-berdarah
mampu-hidup-di-air-kotor/
20. www.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti#pengendalian _vektor
89
Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Tahun 2012