PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI...

31
KODE : LAPORAN AKHIR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAH DI LAHAN KERING IKLIM KERING UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS >20% Tahun Anggaran 2011 BALAI PENELITIAN TANAH BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2011

Transcript of PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI...

Page 1: PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011... · DIPA/RKAKL Satker Balai Penelitian Tanah Tahun ... pendampingan aplikasi

KODE :

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAH DI LAHAN KERING IKLIM

KERING UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS >20%

Tahun Anggaran 2011

BALAI PENELITIAN TANAH BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2011

Page 2: PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011... · DIPA/RKAKL Satker Balai Penelitian Tanah Tahun ... pendampingan aplikasi

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAH DI LAHAN KERING IKLIM

KERING UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS >20%

Tahun Anggaran 2011

Oleh

Dr. Ai Dariah Dr. Neneng L. Nurida

Jubaedah, SP, MS. Ir. Nurjaya, MS.

Satker

BALAI PENELITIAN TANAH BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2011

Page 3: PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011... · DIPA/RKAKL Satker Balai Penelitian Tanah Tahun ... pendampingan aplikasi

LEMBAR PENGESAHAN 1. Judul Kegiatan (RPTP) : Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Tanah di Lahan Kering Iklim Kering untuk Meningkatkan Produktivitas >20% 2. Penanggungjawab RPTP/RDHP : a. Nama : Dr. Ai Dariah b. Pangkat/Golongan : Pembina/IVa c. Jabatan c1. Fungsional : Peneliti Madya c2. Struktural : Ka Kelti Konservasi, Rehabilitasi dan Reklamasi

Lahan 3. Lokasi Kegiatan : Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat 4. Biaya Penelitian : Rp. 170.000.000- (Seratus tujuh puluh juta

rupiah) 5. Sumber dana : DIPA/RKAKL Satker. Balai Penelitian Tanah

Tahun Anggaran 2011

Menyetujui, Penanggungjawab Kepala Balai Penelitian Tanah RPTP Dr. Ir. Sri Rochayati, MSc. Ai Dariah NIP. 19570616 198603 2001 NIP. 19620210 198703 2001

Page 4: PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011... · DIPA/RKAKL Satker Balai Penelitian Tanah Tahun ... pendampingan aplikasi

i

KATA PENGANTAR

Kegiatan berjudul “Teknologi Pengelolaan Tanah di Lahan Kering Iklim Kering

untuk Meningkatkan Produktivitas >20%”, merupakan kegiatan penelitian yang didanai

DIPA/RKAKL Satker Balai Penelitian Tanah Tahun Anggaran 2011. Kegiatan ini

dilakukan untuk mendukung “Konsorsium Model/Sistem Pertanian Terpadu Lahan

Kering Iklim Kering”, yang dilaksanakan dan dibiayai bersama oleh beberapa satker

terkait.

Selain melakukan pendampingan dalam hal teknik pengelolaan tanah meliputi

teknik konservasi dan pemupukan, dilakukan pula kegiatan dalam bentuk superimphose

trial. Pada TA-2011 kegiatan dilakukan di dua lokasi yaitu di NTT yang merupakan

kelanjutan kegiatan TA-2010 dan NTB. Laporan akhit ini merupakan hasil kegiatan

selama TA-2011.

Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah bekerjasama dan

membantu demi kelancaran pelaksanaan penelitan ini.

Bogor, Juli 2011

Kepala Balai Penelitian Tanah

Dr. Sri Rochayati

NIP. NIP. 19570616 198603 2001

Page 5: PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011... · DIPA/RKAKL Satker Balai Penelitian Tanah Tahun ... pendampingan aplikasi

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. i DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii DAFTAR TABEL.................................................................................................. iii DAFTAR GAMBAR............................................................................................. iii RINGKASAN........................................................................................................ i v SUMMARY ...................................................................................................... iv I. PENDAHULUAN............................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang.............................................................................. 1 1.2. Dasar Pertimbangan ..................................................................... 3 1.3. Tujuan ............................................................................................ 3 1.4. Luaran yang Diharapkan .............................................................. 3 1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak dari kegiatan yang dirancang..... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 5

2.1. Kerangka Teoritis ...................................................................... 5 2.2. Hasil-Hasil Penelitian ................................................................. 6

III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................... 8

3.1. Pendekatan ................................................................................. 8 3.2. Ruang Lingkup kegiatan ............................................................ 8 3.3. Bahan dan Metode Penelitian .................................................... 8 3.4. Analisis Resiko ......................................................................... 11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 12

4.1. Karakterisasi lahan di lokasi penelitian dan kegiatan pendampingan aplikasi teknik pengelolaan tanah........................ 12

4.2. Kegiatan superimphose trial ...................................................... 15

V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 22 4.1. Kesimpulan sementara .......................................................................... 22 4.2. Saran ................................................................................................... 22

VI. PRAKIRAAN DAMPAK HASIL KEGIATAN .......................................... 23

VII. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 18

Page 6: PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011... · DIPA/RKAKL Satker Balai Penelitian Tanah Tahun ... pendampingan aplikasi

iii

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

Dosis pupuk dasar dan pembenah tanah yang digunakan pada masing-masing perlakuan.................................................................... Perlakuan dan pupuk dasar yang digunakan pada plot superimphose konservasi di NTB............................................................................... Perlakuan pada superimphose pemupukan di NTB............................ Hasil Pengujian status kesuburan tanah pada Demplot SPTLKIK di NTB..................................................................................................... Pengaruh penggunaan mulsa terhadap tinggi tanaman jagung di Desa Oebola, NTT ................................................................. Pengaruh perlakuan pemupukan terhadap tinggi tanaman jagung pada percobaan superimpose di Desa Puncak Jringo, NTB (MST=minggu setelah tanam)............................................................ Pengaruh perlakuan pemupukan terhadap produksi tanaman jagung pada percobaan superimpose di Desa Puncak Jringo, NTB............. Pengaruh perlakuan pemupukan terhadap sifat fisik tanah pada percobaan superimpose di Desa Puncak Jringo, NTB ............. Pengaruh aplikasi mulsa dan pembenah tanah terhadap pertumbuhan tanaman jagung di Desa Puncah Jringo NTB.............. Pengaruh aplikasi mulsa dan pembenah tanah terhadap produksi tanaman jagung di Desa Puncak Jringo NTB.................................. Pengaruh aplikasi mulsa dan pembenah tanah terhadap sifat fisik tanah di Desa Puncah Jringo NTB....................................................

10

11

11

12

16

.17

18

18

19

20

20

Page 7: PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011... · DIPA/RKAKL Satker Balai Penelitian Tanah Tahun ... pendampingan aplikasi

iv

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman 1 2 3 4

Kondisi Topografi pada Demplot SPT-LKIK di NTB.................... Kondisi batuan di permukan pada Demplot SPT-LKIK di NTB........ Plot super imphose pada areal Demplot SPT-LKIK di NTB............. Pengaruh perlakuan (DP=dosis petani, DR=dosis rekomendasi, DR+POH= dosis rekomendasi+pupuk hayati) terhadap parameter kemampuan tanah memegang air......................................................

13

14

15 .

19

Page 8: PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011... · DIPA/RKAKL Satker Balai Penelitian Tanah Tahun ... pendampingan aplikasi

v

RINGKASAN

Perbaikan kualitas tanah yang berdampak pada peningkatan efisiensi penggunaan input usahatani khususnya penggunaan air dan pupuk, merupakan salah satu kunci peningkatan produktivitas dan keuntungan usahatani lahan kering. Kegiatan ini merupakan bagian dari “Konsorsium Model/Sistem Pertanian Terpadu Lahan Kering Iklim Kering”, dan bertujuan untuk: (1) melakukan pendampingan teknologi di bidang pengelolaan tanah (pemupukam, pengelolaan bahan organik, konservasi dan rehabilitasi tanah) dalam upaya mendukung Konsorsium Pengembangan “Model/Sistem Pertanian Terpadu Lahan Kering Iklim Kering”, (2) menguji beberapa teknik pengelolan tanah (pemupukan, pengelolaan bahan organik, konservasi dan rehabilitasi tanah) dalam bentuk penelitian superimposed trial untuk meningkatkan produktivitas tanaman >20%. Penelitian dilakukan di KP Naibonat, Kupang, NTT dan Desa Persiapan Puncak Jringo, Kecamatan Suela, Lombok Timur, NTB. Karakterisasi kondisi lahan untuk menentukan rekomendasi pengelolaan tanah dilakukan pada lokasi kegiatan di NTB. Kegiatan super imphose trial di NTT merupakan lanjutan kegiatan 2011, yakni pengujian penggunaan pembenah tanah berbahan dasar biochar yang telah diperkaya pupuk hayati dan senyawa humat, serta pemanfaatan mulsa baik dalam bentuk mulsa permukaan maupun vertikal. Kegiatan yang sama dilakukan pula di lokasi demplot NTB. Kegiatan superimphose trial pemupukan hanya dilakukan di demplot NTB, yakni menguji dosis pupuk, yaitu dosis rekomendasi penuh, ¾, dan ½ dosis rekomendasi. Hasil sementara kegiatan ini menunjukkan bahwa kesuburan tanah pada demplot di NTB tergolong baik, yang menjadi pembatas utama usahatani adalah adanya batuan di permukaan yang sangat tinggi (>50%), dan topografi yang rata-rata curam. Konservasi bahan organik pada lahan kering iklim kering harus menjadi prioritas, karena ada indikasi penurunan kadar bahan organik yang drastis pada lahan yang telah diusahakan secara intensif. Hasil kegiatan super impose trial di NTT menunjukan perlakuan aplikasi mulsa dan pembenah tanah berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman jagung. Pertumbuhan terbaik dicapai perlakuan mulsa vertical (slot mulsa), baik dengan maupun tanpa pembenah tanah. Pada perlakuan slot mulsa pengurangan dosis pupuk menjadi ¾ dosis rekomendasi tidak menyebabkan perubahan pertumbuhan tanaman. Hasil kegiatan superimpose di NTB menunjukan penurunan dosis pupuk NPK menjadi ¾ dan ½ dosis rekomendasi nyata menurunkan berat basah dan berat kering tongkol, serta berat kering pipilan jagung, meski disertai dengan penambahan pupuk organik hayati sebanyak 2,5 t/ha. Aplikasi mulsa dan pembenah tanah dapat meningkatkan pertumbuha tanaman secara nyata, namun tidak berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman jagung. Perlakuan aplikasi mulsa dan pembenah tanah berpengaruh nyata terhadap persen pori drainase cepat dan indeks stabilitas agregat. Persen pori drainase cepat tertinggi dicapai perlakuan mulsa ditambah pembenah tanah, berbeda nyata dibanding kontrol dan mulsa permukaan tanpa pembenah tanah

Page 9: PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011... · DIPA/RKAKL Satker Balai Penelitian Tanah Tahun ... pendampingan aplikasi

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Luas wilayah lahan kering beriklim kering yang berpotensi untuk pengembangan

pertanian adalah sekitar 6,7 juta ha. Sekitar 2,73 juta ha dinyatakan berpotensi untuk

pengembangan tanaman semusim, 3,44 juta ha untuk tanaman tahunan, dan 0,5 juta ha

untuk peternakan (Puslitbangtanak, 2002).

Lahan kering di daerah beriklim kering merupakan pendukung utama

terwujudnya kemandirian pangan di kawasan ini. Namun demikian, dalam

pemanfaatannya masih ditemukan berbagai kendala, sehingga tingkat produktivitas

aktual masih lebih rendah dari potensinya. Perbaikan kualitas tanah yang berdampak

pada peningkatan efisiensi penggunaan input usahatani khususnya penggunaan air dan

pupuk merupakan salah satu kunci peningkatan produktivitas dan keuntungan usahatani

lahan kering.

Hasil kegiatan penelitian pada TA.2010 menunjukkan bahwa status bahan organik

tanah pada lahan kering beriklim kering di KP Naibonat, Nusa Tenggara Timur rata-rata

sangat rendah (Dariah et al., 2010). Beberapa hasil penelitian lainnya juga menunjukkan

buruknya status bahan organik pada lahan kering beriklim kering, terutama yang telah

diusahakan untuk tanaman semusim (Dariah et al., 2006; Dariah et al., 1999). Tingkat

dekomposisi bahan organik yang relatif cepat, dengan tingkat pengembalian yang tidak

memadai merupakan penyebab buruknya status bahan organik tanah pada lahan kering

beriklim kering, dan hal ini berdampak terhadap kemerosotan kualitas tanah. Erosi pada

lahan kering beriklim kering juga merupakan masalah yang tidak bisa diabaikan, karena

meskipun total curah hujan relatif kecil namun karena terjadi dalam waktu yang relatif

pendek, maka intensitas hujan menjadi tinggi, sehingga menyebabkan tingkat

erosivitasnya juga menjadi tinggi.

Optimalisasi pemanfaatan sumber bahan organik yang bersifat insitu merupakan

cara yang paling efisien untuk mendukung perbaikan kualitas tanah di areal lahan kering.

Pemanfaatan limbah pertanian hingga tidak ada lagi limbah yang terbuang (zero waste)

bermakna melestarikan perputaran unsur hara dari tanah-tanaman-ternak kembali ke

tanah. Selain melestarikan perputaran unsur hara, pengembalian bahan organik ke dalam

Page 10: PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011... · DIPA/RKAKL Satker Balai Penelitian Tanah Tahun ... pendampingan aplikasi

2

tanah juga akan menjaga status bahan organik tanah dari ancaman degradasi, sehingga

sifat fisik dan lingkungan biologi tanah tetap terjaga dengan baik.

Konservasi dan pemanfaatan air merupakan aspek lainnya yang menjadi kunci

keberhasilan pengelolaan lahan dan peningkatan produktivitas pertanian pada lahan

kering beriklim kering. Namun demikian manfaat dari penerapan teknologi konservasi

tanah dan air yang tidak secara cepat dapat dirasakan petani, merupakan faktor penyebab

rendahnya partisipasi petani dalam menerapkan teknologi konservasi tanah dan air. Oleh

karena itu pembangunan suatu pilot project dapat dijadikan suatu sarana dalam

mendiseminasikan teknologi yang akan dikembangkan, termasuk di dalamnya teknologi

konservasi, pengelolaan hara, dan lain sebagainya, sehingga petani dapat melihat secara

langsung manfaat dari teknologi yang akan dikembangkan.

Kegiatan ”Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Tanah di Lahan

Kering Beriklim Kering untuk Meningkatkan Produktivitas >20%” merupakan bagian

dari kegiatan “Konsorsium Model/Sistem Pertanian Terpadu Lahan Kering Iklim

Kering”. Sesuai mandat Balai Penelitian Tanah, fokus utama pengkajian yang akan

dilakukan adalah dalam aspek sumberdaya tanah dengan mengintegrasikan aspek

agronomi, iklim, sosial ekonomi, dan lain sebagainya. Aspek tersebut juga akan menjadi

titik berat kajian anggota konsorsium lainnya.

Badan Litbang Pertanian membentuk “Konsorsium Model/Sistem Pertanian

Terpadu Lahan Kering Iklim Kering”, yang dilaksanakan dan dibiayai bersama oleh

beberapa satker terkait. Tujuan kegiatan konsorsium tersebut adalah: (1) membangun

model/sistem pertanian terpadu spesifik pada lahan kering beriklim kering (pada TA.

2010 Kebun Percobaan BPTP Naibonat dijadikan sebagai pilot project, dan pada TA.

2011 lokasi pilot project dikembangkan ke wilayah NTB), (2) menerapkan inovasi

teknologi (Pupuk, Air, Varietas, Alsintan) dan kelembagaan pertanian lahan kering

beriklim kering secara terintegrasi, (3) melakukan beberapa inovasi teknologi melalui

penelitian superimposed di dalam kawasan pilot project, (4) melakukan transfer teknologi

pertanian lahan kering ke pelaku usaha agribisnis, dan (5) menyusun grand design sistem

pengembangan pertanian terpadu lahan kering berilkim kering secara nasional.

Page 11: PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011... · DIPA/RKAKL Satker Balai Penelitian Tanah Tahun ... pendampingan aplikasi

3

1.2. Dasar Pertimbangan

Inovasi teknologi pengelolaan tanah (pemupukan, pengelolaan bahan organik,

konservasi dan rehabilitasi tanah) merupakan komponen penting dalam pengembangan

model/sistem pengembangan pertanian terpadu lahan kering beriklim kering. Teknik

pengelolaan tanah untuk lahan kering sudah cukup tersedia namun pengembangannya

masih jauh tertinggal. Teknologi tersebut masih perlu diintegrasikan, dikemas dan dikaji

secara praktis di lapangan dengan mempertimbangkan faktor penghambat yang bersifat

umum maupun spesifik lokasi.

1.3. Tujuan

a. Tahunan (2011)

- Melakukan pengawalan teknologi di bidang pengelolaan tanah (pemupukam,

pengelolaan bahan organik, konservasi dan rehabilitasi tanah) dalam upaya

mendukung Konsorsium Pengembangan “Model/Sistem Pertanian Terpadu Lahan

Kering Iklim Kering”.

- Menguji beberapa teknik pengelolan tanah (pemupukan, pengelolaan bahan organik,

konservasi dan rehabilitasi tanah) dalam bentuk penelitian superimposed trial untuk

meningkatkan produktivitas tanaman >20%.

b. Jangka Panjang

Menyusun konsep pedoman pengelolaan tanah pada lahan kering iklim kering

yang bersifat berkelanjutan.

1.4. Luaran yang diharapkan

- Dua paket komponen teknologi (pemupukan dan konservasi) pengelolaan tanah

(pemupukan, pengelolaan bahan organik, konservasi dan rehabilitasi tanah) untuk

meningkatkan produktivitas lahan kering iklim kering >20%

- Rekomendasi teknologi pengelolaan tanah untuk mendukung penyusunan model

sistem pertanian terpadu Lahan kering iklim kering.

Page 12: PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011... · DIPA/RKAKL Satker Balai Penelitian Tanah Tahun ... pendampingan aplikasi

4

1.5. Perkiraan manfaat dan dampak dari kegiatan yang dirancang

- Sebagai dampak penggunaan mulsa, tingkat kehilangan air lewat evaporasi dapat

dikurangi, sehingga penggunaan air menjadi lebih efisien.

- Sebagai dampak penggunaan bahan pembenah tanah, terjadi perbaikan kemampuan

tanah memegang air, sehingga air menjadi lebih tersedia untuk tanaman.

- Peningkatan ketersediaan hara khususnya hara P, sebagai dampak penggunaan

pupuk hayati.

- Peningkatan produktivitas tanaman sebagai dampak penanggulangan faktor

pembatas penyediaan air dan perbaikan beberapa sifat tanah.

Page 13: PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011... · DIPA/RKAKL Satker Balai Penelitian Tanah Tahun ... pendampingan aplikasi

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis

Potensi lahan kering untuk pengembangan pertanian di Indonesia tergolong tinggi,

namun terdapat permasalahan biofisik dan sosial ekonomi yang harus diatasi, bila ingin

dicapai tingkat produktivitas yang optimal dan berkelanjutan. Beberapa tindakan

penanggulangan faktor pembatas biofisik lahan yang dapat dilakukan adalah pengelolaan

kesuburan tanah, konservasi dan rehabilitasi tanah, serta pengelolaan sumberdaya air

secara efisien (Abdurachman et al., 2008).

Program peningkatan produkivitas lahan kering di daerah beriklim kering seperti

P3NT (Proyek Pembangunan Penelitian Pertanian Nusa Tenggara), UFDP (Upland

Farmers Development Project), NWMCP (National Watershed Management

Conservation Project (Momuat et al., 1993; Rachman et al., 1995; Dariah et al., 1995,

Agus et al., 1999; Abdurachman et al., 1998), telah dilakukan sejak sebelum tahun 1980.

Namun demikian sampai saat ini pembangunan pertanian lahan kering masih jauh

tertinggal. Berdasarkan beberapa hasil studi tersebut dapat dilakukan evaluasi tentang

berbagai faktor penghambat adopsi teknologi, baik yang bersifat umum maupun yang

bersifat spesifik lokasi, sehingga dapat dirumuskan beberapa alternatif pemecahannya.

2.2. Hasil-hasil Penelitian

Lahan kering didefinisikan sebagai hamparan lahan yang tidak pernah tergenang

atau digenangi air pada sebagian besar waktu dalam setahun atau sepanjang waktu

(Hidayat dan Mulyani, 2005). Berdasarkan Atlas Arahan Tata Ruang Pertanian

Indonesia skala 1:1.000.000 (Puslitbangtanak, 2001), sekitar 76,2 juta ha lahan kering

dinyatakan sesuai untuk budidaya pertanian, yang berada di wilayah beriklim kering

adalah sekitar 6.674.480 ha, utamanya terdapat di Nusa Tenggara, Bali, Sulawesi dan

Jawa Timur. Sekitar 2.733.410 ha lahan kering beriklim kering dinyatakan berpotensi

untuk pengembangan tanaman semusim, 3.437.120 ha untuk tanaman tahunan dan

503.950 ha untuk peternakan (Puslitbangtanak, 2002).

Page 14: PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011... · DIPA/RKAKL Satker Balai Penelitian Tanah Tahun ... pendampingan aplikasi

6

Pada daerah beriklim kering, tingkat kesuburan dan produktivitas tanah relatif

lebih tinggi dibandingkan tanah-tanah di daerah beriklim basah. Pada daerah ini banyak

ditemukan tanah Alfisol, Vertisol, Mollisol, dan Inceptisol (Hidayat dan Mulyani, 2005).

Kahat bahan organik banyak ditemukan pada lahan kering, baik di wilayah beriklim

basah maupun kering. Kadar bahan organik yang rendah berdampak pada kondisi fisik

tanah. Tanah dengan kadar bahan organik rendah umumnya mudah mengalami

pemadatan, aerasi menjadi buruk dan kemampuan tanah memegang air menjadi rendah.

Sifat biologi tanah juga sangat dipengaruhi oleh ketersediaan bahan organik dan kondisi

lingkungan seperti kondisi aerasi tanah, ketersediaan air, dan lain sebagainya.

Hasil penelitian pada lahan keing iklim kering di KP Naibonat (Dariah et al.,

2010) menunjukkan kandungan P potensial di lokasi ini tinggi-sangat tinggi, namun

ketersediaannya bagi tanaman sangat rendah. Ikatan Ca-P yang dominan terjadi pada

tanah ber pH netral alkalin merupakan penyebab rendahnya ketersediaan P pada tanah di

lokasi penelitian. Penambahan mikroba pelarut P merupakan salah satu cara untuk

meningkatkan ketersediaan P, asam-asam organik juga dapat melemahkan ikatan Ca-P

sehingga tersedia untuk tanaman.

Produktivitas aktual lahan kering umumnya lebih rendah dari potensinya.

Ketersediaan air seringkali menjadi penyebab hal tersebut di atas. Pada lahan kering

beriklim kering, selain total hujan tahunan tergolong sangat rendah (<1.500 mm/th), rata-

rata musim hujan juga terjadi dalam waktu relatif singkat yakni 3-5 bulan, bahkan di

beberapa wilayah di NTT hujan terjadi dalam jangka waktu kurang dari 3 bulan) (Irianto,

et al., 1998; Nurida et al., 2007).

Cara konvensional dan mungkin paling ekonomis dalam mengkonservasi air

adalah melalui pemilihan tanaman yang sesuai untuk iklim setempat (Agus et al., 2005),

sehingga untuk daerah beriklim kering dipilih tanaman yang sedikit mengkonsumsi air.

Sebagai contoh Las et al. (1995) menunjukan beberapa pilihan tanaman untuk kabupaten

Sikka, Nusa Tenggara Barat. Di daerah arid dan semi arid, curah hujan yang kurang dari

1.000 mm/tahun mampu mendukung pertanian dengan diterapkannya teknologi hemat air

(Subagyono et al., 2004).

Berbagai teknik pengelolaan air untuk memperpanjang masa tanam seperti teknik

panen hujan telah dicoba di berbagai tempat, dengan hasil yang relatif baik. Pada daerah

Page 15: PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011... · DIPA/RKAKL Satker Balai Penelitian Tanah Tahun ... pendampingan aplikasi

7

arid dan semi arid banyak dipraktekkan teknik pematang setengah lingkar (half moon

dykes), rorak (dead-end trenches atau sedimen pit), sistem gulud menurut kontur, sistem

gulud berblok (tied ridging atau boxes ridges), pengolahan tanah berzone (zoned tillage),

dan lain-lain (Agus et al., 2005). Hasil penelitian Wiyo et al. (2000) di Malawi

menunjukkan bahwa sistem gulud berblok (tied ridging) bermanfaat untuk tanaman

jagung bila curah hujan berkisar antara 500-900 mm/tahun. Tied ridging yang dibuat

pada akhir musim hujan dapat meningkatkan cadangan air tanah pada musim kemarau.

Pemanfaatan rorak merupakan alternatif untuk memanen air dan meningkatkan

kelengasan tanah, serta mengendalikan erosi (Puslit Kopi dan Kakao, 1998; Agus et al.,

1999; Dariah et al., 2004). Rorak yang dikombinasikan dengan mulsa vertikal (slot

mulch) mampu mengurangi erosi sampai 94% (Noeralam, 2002). Beberapa penelitian

lainnya juga menunjukkan efektivitas mulsa vertikal dalam menahan erosi dan aliran

permukaan (Brata, 1995a, 1995b dan Talao’hu et al., 1992). Teknik untuk mengurangi

kehilangan air melalui evaporasi dengan memanfaatkan sisa-sisa tanaman dan legum

penutup tanah akan memberikan peluang untuk memperpanjang ketersediaan air.

Page 16: PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011... · DIPA/RKAKL Satker Balai Penelitian Tanah Tahun ... pendampingan aplikasi

8

II. METODOLOGI/PROSEDUR

3.1. Pendekatan

Penyusunan rekomendasi pengelolaan tanah didasarkan pada hasil identifikasi

karakteristik lahan kering iklim kering di lokasi penelitian dan inventarisasi teknologi

pengelolaan lahan kering iklim kering. Superimposed trial dilakukan untuk menguji

teknik pengelolaan tanah atau berbagai produk yang diperlukan (misalnya pupuk atau

pembenah tanah), namun belum pernah diuji pada areal lahan kering iklim kering.

3.2. Ruang Lingkup Kegiatan

Kegiatan ini merupakan bagian dari “Konsorsium Model/Sistem Pertanian

Terpadu Lahan Kering Iklim Kering”. Dalam konsorsium tersebut dikaji berbagai aspek

yang berhubungan dengan pembangunan pertanian lahan kering di daerah beriklim kering,

temasuk aspek biofisik (aspek tanah, agronomi, iklim, dan lain sebagainya) dan sosial

ekonomi. Sesuai mandat yang dimiliki Balittanah, maka asek kajian yang akan dilakukan

akan dititik beratkan pada aspek tanah, termasuk teknologi pengelolaan tanah yang dapat

dikembangakan untuk meningkatkan produktivitas lahan kering iklim kering.

Pada TA.2011 kegiatan penelitian dilakukan di 2 lokasi yaitu NTT dan NTB.

Kegiatan di NTT tepatnya di KP Naibonat melanjutkan satu kegiatan superimposed,

sedangkan kegiatan superimposed lainnya dilakukan di NTB. Bentuk penelitian

superimposed di lokasi baru (NTB) didasarkan pada hasil identifikasi karaktersitik lahan

yang dilakukan pada awal penelitian dan inventarsasi kebutuhan teknologi pengelolaan

tanah yang masih memerlukan pengujian.

3.3. Bahan dan Metode Penelitian

3.3.1. Bahan dan alat

- Data sumberdaya lahan kering iklim kering

- PUTK, Produk Balittanah (pembenah tanah Biochar SP-50 humat, pupuk hayati)

- Benih, pupuk dasar (urea, ZA, Ponska, SP36, KCl), obat-obatan, label, bahan kimia.

- ATK, CD, Flash Disk, Tonner, kertas peta, dll

Page 17: PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011... · DIPA/RKAKL Satker Balai Penelitian Tanah Tahun ... pendampingan aplikasi

9

3.3.2. Metodologi

A. Karakterisasi kondisi lahan di lokasi penelitian

Kegiatan ini dilakukan di lokasi penelitian baru (NTB). Hasil dari kegiatan ini

digunakan untuk menyusun rekomendasi pengelolaan tanah diantaranya rekomendasi

pemupukan, pengelolaan bahan organik, perbaikan (rehabilitasi) lahan dan konservasi

tanah. Berdasarkan hasil kegiatan ini juga dapat diidentifikasi alternatif teknologi yang

dibutuhkan, namun masih memerlukan pengujian dalam bentuk superimposed trial.

Karakteristik tanah yang akan diamati adalah:

(a1). Status kesuburan tanah

Pengujian/pengukuran tingkat kesuburan tanah dilakukan dengan menggunakan

PUTK (Perangkat Uji Tanah Kering), beberapa sample divalidasi dengan melakukan

analisis di laboratorium Balittanah. Unsur yang diukur meliputi status N, P, K, dan

kandungan bahan organik, serta pH tanah. Hasil pengukuran ini digunakan untuk

menyusun rekomendasi pemupukan.

Selain status bahan organik tanah, identifikasi sumber bahan organik insitu akan

dilakukan untuk menyusun rekomendasi sistem pengelolaan bahan organik di lokasi

penelitian.

(a2). Kemiringan lahan, panjang lereng, dan ketebalan solum tanah, dan pola tanam

Pengukuran kemiringan tanah, panjang lereng, dan ketebalan solum tanah, dan

pola tanam akan digunakan sebagai salah satu data dukung untuk penyusunan

rekomendasi teknologi konservasi tanah.

B. Kegiatan superimposed trial

b1. Superimposed trial di Konservasi Tanah dan air di NTT

Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan 3 ulangan, adapun

perlakuan yang diuji adalah sebagai berikut:

K1= Kontrol (tanpa teknik konservasi atau cara petani) K2= Mulsa konvensional K3= Mulsa konvensional+Pembenah tanah ; pupuk ¾ dosis rekomendasi K4= Mulsa vertikal K5= Mulsa vertikal + pembenah tanah; pupuk ¾ dosis rekomendasi

Page 18: PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011... · DIPA/RKAKL Satker Balai Penelitian Tanah Tahun ... pendampingan aplikasi

10

Tanaman indikator adalah jagung. Pada perlakuan pembenah tanah dilakukan

pengurangan pupuk sampai ¾ dosis rekomendasi. Dosis pupuk dan pembenah tanah

yang digunakan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Dosis pupuk dasar dan pembenah tanah yang digunakan pada masing-masing perlakuan

Perlakuan

urea ZA Ponska SP-36, KCl PT Mulsa

--- kg/ha --- --- t/ha --

K1= Kontrol (tanpa KTA /cara petani) 200 200 - - 0 0

K2= Mulsa permukaan 200 100 300 45,25 0 5

K3= mulsa permukaan + PT, pupuk ¾ DR 150 75 225 33,75, 18,75 2,5 5

K4= Slot mulsa 200 100 300 45, 25 0 5

K5= Slot mulsa + PT, pupuk ¾ DR 150 75 225 33,75, 18,75 2,5 5

PT=pembenah tanah, DR=dosis rekomendasi

b2. Superimposed trial di Konservasi Tanah dan air di NTB

Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan acak kelompok.

Pembenah tanah merupakan alternatif tenologi yang diuji di lokasi NTB. Jenis teknik

konservasi yang diuji sama dengan jenis teknik konservasi yang diuji di NTT yaitu

penggunaan mulsa (permukaan dan vertikal). Pembenah tanah yang diuji merupakan

bahan pembenah yang dapat meningkatkan kemampuan tanah memegang air (campuran

biochar dan pupuk organik), sedangkan unsur hayati digunakan untuk memperkaya

pembenah tanah. Tanaman indikator adalah jagung. Pada perlakukan pembenah tanah

penggunaan pupuk dikurangi menjadi ¾ dosis rekomendasi. Perlakuan dan pupuk dasar

yang digunakan pada superimphose konservasi disajikan pada Tabel 2. Pada super

impose pemupukan perlakuan pemupukan yang diuji disajikan pada Tabel 3.

Page 19: PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011... · DIPA/RKAKL Satker Balai Penelitian Tanah Tahun ... pendampingan aplikasi

11

Tabel 2. Perlakuan dan pupuk dasar yang digunakan pada plot superimphose konservasi di NTB

Perlakuan

Urea ZA Ponska KCl PT Mulsa --- kg/ha --- --- t/ha --

K1= Kontrol (tanpa KTA atau cara petani 200 200 - - 0 0 K2= Mulsa permukaan 150 150 250 15 0 5 K3= mulsa permukaan + PT, pupuk ¾ DR 112,5 112,5 187,5 11,25 2,5 5 K4= Slot mulsa 150 150 250 15 2,5 5 K5= Slot mulsa + PT , pupuk ¾ DR 112,5 112,5 187,5 11,25 2,5 5

PTO=pembenah tanah , DR=dosis rekomendasi

Tabel 3. Perlakuan pada plot superimphose pemupukan

Perlakuan

Dosis Pupuk anorganik Dosis PO t/ha

Dosis pupuk hayati kg/ha

Urea ZA Ponska KCl

------- kg/ha ------- P1=cara petani 200 200 0 0 0 0

P2= dosis rekomentasi NPK 150 150 250 15 0 0 P3= dosis rek NPK +pupuk organik hayati 150 150 250 15 2,5 2 P4= ¾ dosis rek NPK +pupuk organik hayati 112,5 112,5 187,5 11,25 2,5 2 P5= ½ dosis rek NPK +pupuk organik hayati 75 75 125 7,5 2,5 2

3.4. Analisis Resiko

- Resiko kekeringan, karena musim hujan di lokasi penelitian terbatas dan

ketidakpastian musim yang sering terjadi belakangan ini, oleh karena ini perlu

disediakan fasilitas untuk irigasi suplemen.

- Keterbatasan bahan mulsa yang bersumber dari bahan organik sisa panen karena

adanya persaingan penggunaan dengan pakan ternak, alternatif pengganti mulsa

adalah tanaman legum seperyi glyriciceau atau rumput yang banyak tumbuh di

sekitar lokasi penelitian.

- Perubahan parameter sifat fisik dan status bahan organik sulit teridentifikasi dalam

jangka pendek, oleh karena itu penelitian sebaiknya dilakukan dalam jangka

panjang.

Page 20: PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011... · DIPA/RKAKL Satker Balai Penelitian Tanah Tahun ... pendampingan aplikasi

12

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakterisasi lahan di lokasi penelitian dan kegiatan pendampingan aplikasi teknik pengelolaan tanah

Karakterisasi kondisi lahan dilakukan di lokasi penelitian yang baru yaitu di Desa

Persiapan Puncak Jringo, Kecamatan Suela, Kabupaten Lombok Timur. Lokasi

penelitian merupakan areal Transmigrasi Lokal, dengan areal penguasaan lahan per

petani meliputi 0,75 ha lahan usaha (LU) dan 0,25 ha lahan pekarangan (LP).

4.1.1. Status kesuburan tanah.

Penetapan status kesuburan tanah dilakukan dengan menggunakan PUTK,

pengambilan sample dilakukan di Lahan Usaha dan Lahan Pekarangan, dengan membuat

transek dengan titik pengambilan sample tanah pada lereng atas, tengah dan bawah.

Lahan Usaha umumnya berada di lereng yang lebih atas dibanding Lahan Pekarangan.

Hasil pengujian tanah dengan menggunakan PUTK disajikan pada Tabel 4.

Hasil pengujian tanah dengan menggunakan PUTK menunjukkan pH tanah

berkisar 5-7, kandungan P sedang-tinggi dan K tergolong rendah-sedang, kondisi bahan

organik cukup bervariasi dari rendah sampai tinggi. Lahan dengan kandungan bahan

organik tinggi ditemukan pada areal yang baru dibuka. Hal ini menunjukkan bahwa

setelah lahan dibuka penurunan bahan organik berlangsung sangat cepat.

Tabel 4. Hasil pengujian status kesuburn tanah di lokasi penelitian

Lokasi pengambilan sample tanah

Parameter pH P K C-organik

LU lereng atas LU lereng tengah LU lereng bawah LP lereng atas LU lereng tengah LU lereng bawah

5-6 5-6 6-7 6-7 5-6 5-6

Sedang Sedang Tinggi Sedang Tinggi Tinggi

Rendah Rendang Sedang Rendah Sedang Sedang

Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Rendah Rendah

Page 21: PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011... · DIPA/RKAKL Satker Balai Penelitian Tanah Tahun ... pendampingan aplikasi

13

4.1.2. Topograpi dan ketebalan solum tanah, serta pola tanam

Desa Puncak Jringo didominasi topografi berbukit sampai bergunung. Areal LU

didominasi lahan dengan kemiringan curam (Gambar 1). Lereng atas umumnya sudah

tidak sesuai ditanami tanaman semusim secara monokultur, apalagi untuk lahan dengan

kemiringan >40%. Untuk areal dengan kemiringan 30-40% masih dapat ditanami

tanaman semusim disela tanaman tahunan, meskipun demikian sebaiknya proporsi

tanaman tahunan masih lebih tinggi dibanding tanaman semusim. Kemiringan lahan

pada areal LP juga sangat bervariasi, namun sebagian besar >15%, oleh karena ini

kombinasi tanaman tahunan dengan tanaman semusim juga perlu ditekankan untuk lahan

pekarangan.

Gambar 1. Kondisi topografi pada demplot SPT-LKIK di NTB

Tindakan konservasi umumnya belum dilakukan petani. Sebagian kecil petani

menanaman tanaman turi dalam pola alley cropping. Beberapa petani juga sudah mulai

menata lahannya dengan membuat teras batu secara bertahap, terutama pada areal lahan

pekarangan. Sebagian besar petani sangat berminat membuat teras batu, namun

keterbatasan tenaga kerja dan peralatan merupakan faktor pembatas pengembangan atau

aplikasi teras batu.

Tanaman utama semusim yang diusahakan pada areal LU adalah tanaman jagung.

Beberapa petani menanaman tanaman pisang diantara tanaman jagung dengan letak yang

tidak teratur. Tanaman jagung hanya ditanam satu musim pertahun. Sampai saat ini

Page 22: PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011... · DIPA/RKAKL Satker Balai Penelitian Tanah Tahun ... pendampingan aplikasi

14

lahan yang sudah intensif diusahakan petani adalah lahan pekarangan, karena jaringan air

sudah terpasang di areal ini. Tanaman hortikultur seperti cabe dan tanaman sayuran

lainnya ditanam petani di lahan pekarangan dengan luasan yang terbatas (<500 m2).

Tanaman tembakau juga diusahakan petani di lahan pekarangan. Tanaman hortikultur

buah-buahan seperti mangga dan pisang juga ditanam di lahan pekarangan.

Solum tanah di lokasi penelitian umumnya tergolong dalam (>100 cm), namun

persen batuan di permuaan sangat tinggi (>50%) (Gambar 2), dan menjadi faktor

pembatas utama usahatani. Kondisi ini membuat penataan lahan sangat sulit dilakukan,

sehingga petani berusaha menanam tanaman semusim maupun tahunan disela-sela batu.

Perlu inovasi teknologi untuk mengatasi hal ini, karena sulit untuk menata batuan yang

ada di permukaan tanah secara manual, umumnya batu berukuran besar. Batuan yang

berukuran kecil ditata petani mengikuti garis menyrupai kontur. Keberadaan batuan

bukan hanya di permukaan, namun juga menyebar sampai kedalaman tanah >100 cm.

Gambar 2. Kondisi batuan di permukaan pada areal SPT-LKIK di NTB

4.1.3. Pendampingan aplikasi teknik konservasi pada lahan kering iklim kering di Puncak jringo, NTB dan Desa Oebola, NTT

Potensi erosi pada lokasi pilot SPT-LKIK di Puncak Jringo sangat tinggi, dlihat

dari kemiringan lereng yang relatif curang. Berdasarkan karakteristik lahan di Desa

Puncak Jringo, alternatif teknik konservasi yang bisa diterapkan adalah dengan membuat

teras batu, seperti yang telah dilakukan beberapa petani di Desa ini. Namun demikian,

pada sebagian besar areal lahan kering di daerah ini, pembuatan teras batu sulit dilakukan

secara menual, karena batuan yang muncul di permukaan berukuran besar, dan tertanam

Page 23: PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011... · DIPA/RKAKL Satker Balai Penelitian Tanah Tahun ... pendampingan aplikasi

15

cukup dalam. Oleh karena itu, direkomendasikan jenis teknik konservasi yang

diterapkan pada lokasi ini adalah dengan menanam tanaman legum tree menurut kontur.

Pendampingan teknologi untuk menarik garis kontur telah dilakukan. Tanaman legun

yang ditanam pada garis kontur adalah glyrisidia atau turi, karena bibit tanaman ini

banyak ditemui di lokasi ini. Pangkasan dari tanaman legun juga dapat dimanfaatkan

sebagai pakan ternak.

Pendampingan teknologi yang telah dilakukan di Desa Oebola adalah sistem

pengelolaan bahan organik, meliputi pembuatan kompos dan biochar. Bahan baku

kompos yang digunakan adalah pupuk kandang, sedangkan sisa tanam sudah

dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Bahan baku biochar adalah ranting pangkasan legum

tree, yang tidan dapat dimanfaatkan sebagai pakan. Pendampingan aplikasi teknik

konservasi rencananya akan dilakukan pada TA-2012, bersamaan dengan aplikasi

kompos pukan dan biochar sebagai pupuk organik dan pembenah tanah.

4.2. Kegiatan superimposed trial

4.2.1. Superimposed trial Teknik Konservasi Tanah dan air di NTT

Perlakuan aplikasi mulsa dan pembenah tanah berpengaruh nyata terhadap

pertumbuhan tanaman jagung, ditunjukan data tinggi tanaman umur 8 minggu (Tabel 5).

Pertumbuhan terbaik dicapai perlakuan mulsa vertical (slot mulsa), baik dengan maupun

tanpa pembenah tanah. Pada perlakuan slot mulsa pengurangan dosis pupuk menjadi ¾

dosis rekomendasi tidak menyebabkan perubahan pertumbuhan tanaman.

Aplikasi mulsa dan pembenah tanah tidak berpengaruh nyata terhadap produksi

tanaman jagung, ditunjukan data berat tongkol basah dan berat pipilan kering jagung

(Tabel 5), Namun demikian terlihat ada kecenderungan berat tongkol basah dan berat

pipilan kering tertinggi dicapai perlakuan slot mulsa tanpa dilakukan pengurangan dosis

pupuk, meski tidak dilakukan pemberian bahan pembenah tanah.

Page 24: PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011... · DIPA/RKAKL Satker Balai Penelitian Tanah Tahun ... pendampingan aplikasi

16

Tabel 5. Pengaruh penggunaan mulsa terhadap tinggi tanaman jagung di Desa Oebola, NTT

Perlakuan Tinggi tanaman 8 MST (cm)

Berat tongkol basah (kg/plot)

Berat Pipilan (kg/plot)

K1= Kontrol (tanpa KTA /cara petani) 148,90 ab 22,10 a 13,00 a K2= Mulsa permukaan 147,73 ab 23,93 a 13,07 a K3= mulsa permukaan + PT, pupuk ¾ DR 137,40 b 22,40 a 12,67 a K4= Slot mulsa 152,53 a 27,43 a 15,33 a K5= Slot mulsa + PT, pupuk ¾ DR 152,87 a 22,77 a 12,37 a * angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT

pada taraf nyata 5%. PT=pembenah tanah, DR=dosis rekomendasi 4.2.2. Superimposed trial di pemupukan NPK dan Organik-hayati di NTB

Kegiatan superimphose trial di Puncak Jringo, NTB dilakukan di areal Lahan

Pekarangan, kemiringan lahan sekitar 15%. Kondisi areal yang digunakan untuk

kegiatan superimphose ditunjukan Gambar 3.

Gambar 3. Plot superimphose pada areal Demplot lahan kering di NTB

Perlakuan pemupukan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman jagung

(Tabel 6). Perlakuan dengan dosis yang umum digunakan petani di lokasi pilot (200 kg

urea/ha dan 200 kg ZA/ha) menghasilkan pertumbuhan yang paling buruk, berbeda nyata

dibanding perlakuan rekomendasi penuh. Berdasarkan data tinggi tanaman umur 6

minggu setalah tanah (MST) menunjukan bahwa pengurangan dosis pupuk NPK menjadi

¾ dosis rekomendasi tidak menurunkan pertumbuhan tanaman secara nyata. Namun

Page 25: PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011... · DIPA/RKAKL Satker Balai Penelitian Tanah Tahun ... pendampingan aplikasi

17

pengurangan dosis sampai dengan ½ dosis rekomendasi menurunkan pertumbuhan

tanaman menjadi tidak berbeda nyata dengan perlakuan cara petani, meskipun masih ada

kecenderungan lebih baik pada perlakuan dosis ½ rekomendasi disertai pemberian pupuk

organik dan hayati. Berdasarkan tinggi tanaman pada perlakuan P2 dan P3, pemberian

pupuk organik dengan dosis 2,5 t/ha belum mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman.

Tabel 6. Pengaruh perlakuan pemupukan terhadap tinggi tanaman jagung pada

percobaan superimpose di Desa Puncak Jringo, NTB (MST=minggu setelah tanam)

Perlakuan

2 MST 4 MST 6 MST

--------------------cm--------------------- P1=cara petani 21,77 b* 86,37 b 149,20 b P2= dosis rekomentasi NPK 25,77 a 106,47 a 201,20 a P3= dosis rek NPK +pupuk organik hayati 23,77 ab 100,57 a 196,13 a P4= ¾ dosis rek NPK +pupuk organik hayati 23,37 ab 97,57 ab 190,27 a P5= ½ dosis rek NPK +pupuk organik hayati 24,87 ab 99,33 ab 177,13 ab * angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT

pada taraf nyata 5%

Perlakuan pemupukan juga berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman jagung,

ditunjukan data jumlah tongkol; berat basah biomas dan tongkol; berat kering biomas,

tongkol, dan pipilan (Tabel 7). Perlakuan dosis petani rata-rata menghasilkan semua

komponen produksi jagung terendah. Penurunan dosis pupuk sampai dengan ½ dosis

rekomendasi tidak menyebabkan penurunan berat basah dan berat kering biomas. Lain

halnya dengan pengaruhnya terhadap patameter produksilainnya. Penurunan dosis pupuk

NPK menjadi ¾ dan ½ dosis rekomendasi nyata menurunkan berat basah dan berat

kering tongkol, serta berat kering pipilan jagung, meski disertai dengan penambahan

pupuk organik hayati sebanyak 2,5 t/ha. Pada perlakuan NPK dosis rekomendasi,

pemberian pupuk organik hayati dengan dosis 2,5 t/ha tidak menghasilkan produksi

tanaman yang berbeda nyata. Untuk tanah dengan kandungan bahan organic tanah

rendah dibutuhkan dosis pupuk organic yang relative tinggi (>2,5 t/ha).

Page 26: PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011... · DIPA/RKAKL Satker Balai Penelitian Tanah Tahun ... pendampingan aplikasi

18

Tabel 7. Pengaruh perlakuan pemupukan terhadap produksi tanaman jagung pada percobaan superimpose di Desa Puncak Jringo, NTB

Perlakuan

Jumlah tongkol

(biji/plot)

Berat basah Berat kering Biomas Tongkol Biomas Tongkol Pipilan

-----------------------kg/plot------------------------------------ P1= carapetani 169,0 bc* 24,33 b 21,00 c 24,33 b 14,50 b 11,23 c P2= DR NPK 198,0a 45,67 a 34,00 a 45,67 a 20,50 a 18,23 a P3= DR NPK + POH 190,3 ab 42,67 a 30,67 ab 42,67 a 19,67 a 17,33 a P4= ¾ DR NPK + POH 160,0 c 43,67 a 24,67 c 43,67 a 15,83 b 13,07 bc P5= ½ DR NPK + POH 178,0abc 40,67 a 26,00 bc 40,67 a 16,33 b 14,50 b * angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT

pada taraf nyata 5% . DR=dosis rekomendasi, POH=pupuk organik+hayati

Perlakuan pemupukan NPK dan organic hayati tidak berpengarih nyata terhadap

persen pori drainase sepat dan air tersedia, serta stabilitas agreagat (Tabel 8). Pengaruh

nyata perlakuan terhadap ruang pori total tidak menunjukan pola yang jelas. Dilihat dari

parameter persen agregasi, pemberian pupuk sesuai rekomendasi menghasilkan persen

agregasi yang nyata lebih tinggi dibanding control jika disertai pemberian pupuk organic

hayati.

Tabel 8. Pengaruh perlakuan pemupukan terhadap sifat fisik tanah pada percobaan superimpose di Desa Puncak Jringo, NTB

Perlakuan Pori drainase

cepat Pori air tersedia

Ruang pori total Agregasi

(%)

Indeks stabilitas agregat ---------%Vol----------

P1= carapetani 14,10 a 14,33 a 51,37 ab 43,60 b 48,13 a P2= DR NPK 17,87 a 14,00a 56,27 a 47,37 ab 58,07 a P3= DR NPK + POH 15,47 a 13,47 a 55,00 ab 50,33 a 58,20 a P4= ¾ DR NPK + POH 14,80 a 10,80 a 50,70 b 46,93 ab 47,73 a P5= ½ DR NPK + POH 18,77 a 13,37 a 55,27 ab 48,73 ab 58,03 a * angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT

pada taraf nyata 5% . DR=dosis rekomendasi, POH=pupuk organik+hayati

Pemberian bahan organik pada lahan kering iklim kering diantaranya ditujukan

untuk meningkatkan kemampuan tanah memegang air. Berdasarkan data kadar air tanah

pada beberapa tingkatan pF menunjukkan ada indikasi peningkatan kemampuan

mememgang air pada perlakuan aplikasi bahan organik (Gambar 4).

Page 27: PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011... · DIPA/RKAKL Satker Balai Penelitian Tanah Tahun ... pendampingan aplikasi

19

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

pF2 pF2,52 pF4

% volum

e

DP

DR

DR+POH

Gambar 4. Pengaruh perlakuan (DP=dosis petani, DR=dosis rekomendasi, DR+POH=

dosis rekomendasi+pupuk hayati) terhadap parameter kemampuan tanah memegang air.

4.2.2. Superimposed trial di Teknik Konservasi Tanah di NTB

Aplikasi mulsa dan pembenah tanah berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan

tanaman jagung, ditunjukan data tinggi tanaman pada umur 6 dan 8 minggu setelah tanam

(MST). Perlakuan tanpa mulsa dan pembenah tanah menghasilkan rata-rata tinggi

tanaman paling rendah (Tabel 9). Pengurangan dosis pupuk menjadi ¾ dosis

rekomendasi pada perlakuan pembenah tanah tidak menyebabkan terjadinya penurunan

pertumbuhan tanaman. Tidak ada perbedaan nyata antara perlakuan mulsa yang

diaplikasikan dengan cara disebar dengan dimasukan ke dalam slot (lubang), kecuali pada

perlakuan slot mulsa yang tidak disertai dengan pemberian pembenah tanah, ditunjukan

data tinggi tanaman umur 8 minggu setelah tanam.

Tabel 9. Pengaruh aplikasi mulsa dan pembenah tanah terhadap pertumbuhan tanaman jagung di Desa Puncak Jringo NTB

Perlakuan

Tinggi tanaman pada umur 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST

-----------------------cm------------------- K1= Kontrol (tanpa KTA atau cara petani) 21,93 a* 93,33 a 172,57 b 217,63 b K2= Mulsa permukaan 23,40 a 100,79 a 191,23 ab 264,97 a K3= mulsa permukaan + PT, pupuk ¾ DR 23,23 a 98,63 a 205,90 a 263,20 a K4= Slot mulsa 23,20 a 95,50 a 173,30 b 257,13 a K5= Slot mulsa + PT , pupuk ¾ DR 22,77 a 95,25 a 180,57 ab 248,07 a *angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf nyata 5% . DR=dosis rekomendasi, PT=pembenah tanah, MST=minggu setelah tanam

Page 28: PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011... · DIPA/RKAKL Satker Balai Penelitian Tanah Tahun ... pendampingan aplikasi

20

Data produksi tanaman jagung yang disajikan dalam laporan ini adalah data

produksi tanaman sample, karena menjelang panen, plot penelitian diserang monyet.

Berdasarkan data panen tanaman sample, perlakuan aplikasi mulsa dan pemberian

pembenah tanah tidak berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman jagung (Tabel 10).

Ada kecenderungan perlakuan mulsa permukaan menghasilkan rata-rata produksi jagung

lebih tinggi dibanding perlakuan lainnya. Pengurangan dosis pupuk NPK pada perlakuan

pemberian pembenah tanah tidak menyababkan penurunan produksi tanaman jagung

secara nyata.

Tabel 10. Pengaruh aplikasi mulsa dan pembenah tanah terhadap produksi tanaman jagung di Desa Puncah Jringo NTB

Perlakuan

Tongkol Basah Tongkol Kering Pipilan Kering --------------------------g/plot----------------------------

K1= Kontrol (tanpa KTA atau cara petani) 1713,30 a* 1093,30 a 843,30 a K2= Mulsa permukaan 1963,30 a 1203,30 a 940,00 a K3= mulsa permukaan + PT, pupuk ¾ DR 1913,30 a 1156,70 a 900,00 a K4= Slot mulsa 1816,70 a 1136,70 a 906,70 a K5= Slot mulsa + PT , pupuk ¾ DR 1713,30 a 1050,00 a 806,70 a * angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT

pada taraf nyata 5% . DR=dosis rekomendasi, PT=pembenah tanah.

Perlakuan aplikasi mulsa dan pembenah tanah berpengaruh nyata terhadap persen

pori drainase cepat dan indeks stabilitas agregat. Persen pori drainase cepat tertinggi

dicapai perlakuan mulsa ditambah pembenah tanah, berbeda nyata dibanding kontrol dan

mulsa permukaan tanpa pembenah tanah (Tabel 11). Indeks stabilitas agregat tertinggi

dicapai perlakuan mulsa permukaan ditambah pembenah tanah.

Tabel 11. Pengaruh aplikasi mulsa dan pembenah tanah terhadap sifat fisik tanah di Desa Puncah Jringo NTB

Perlakuan PDC PAT Permeabi-

litas cm/jam

Agregasi (%)

Indeks stab.

agregat --------%vol--------- K1= Kontrol (tanpa KTA atau cara petani) 15,27 ab* 15,20 a 10,00 b 41,80 a 76,63 ab K2= Mulsa permukaan 13,63 b 14,37 a 10,13 b 44,13 a 77,37 ab K3= mulsa permukaan + PT, pupuk ¾ DR 14,43 ab 12,53 a 17,07 a 43,23 a 100,03 a K4= Slot mulsa 16,80 a 13,27 a 18,53 a 45,60 a 73,53 b K5= Slot mulsa + PT , pupuk ¾ DR 18,57 a 13,93 a 16,23 ab 39,80 a 77,80 ab * angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT

pada taraf nyata 5% . DR=dosis rekomendasi, PT=pembenah tanah.

Page 29: PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011... · DIPA/RKAKL Satker Balai Penelitian Tanah Tahun ... pendampingan aplikasi

21

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Pendampingan aplikasi teknologi pengelolaan tanah

1. Potensi erosi pada lokasi pilot SPT-LKIK di Puncak Jringo, NTB tergolong tinggi.

Aplikasi teknik konservasi yang direkomendasikan adalah penanaman tanaman legum

menurut garis kontur, karena pemanfaatan batuan untuk aplikasi teknik konservasi

sulit dilakukan secara manual.

2. Penurunan kandungan bahan organik tanah relatif cepat, dilihat dari kandungan bahan

organik tanah pada areal yang telah intensif diusahakan dibandingkan dengan areal

yang relatif baru dibuka.

3. Aplikasi sistem usaha tanai yang bersifat zero waste belum sepenuhnya diaplikasikan

petani pada lokasi pilot di Desa Oebola, karena masih adanya sumber bahan organik

sulit lapuk yang belum dimanfaatkan. Oleh karena itu diperlukan pendampingan

pemanfaatan bahan organik sulit lapuk , diantanya dalam bentuk biochar.

Super impose aplikasi mulsa dan pembenah tanah di lokasi pilot Naibonat

4. Perlakuan aplikasi mulsa dan pembenah tanah berpengaruh nyata terhadap

pertumbuhan tanaman jagung. Pertumbuhan terbaik dicapai perlakuan mulsa vertical

(slot mulsa), baik dengan maupun tanpa pembenah tanah. Pada perlakuan slot mulsa

pengurangan dosis pupuk menjadi ¾ dosis rekomendasi tidak menyebabkan

perubahan pertumbuhan tanaman.

Superimposed trial di pemupukan NPK dan Organik-hayati di Puncak Jringo,NTB

5. Penurunan dosis pupuk NPK menjadi ¾ dan ½ dosis rekomendasi nyata menurunkan

berat basah dan berat kering tongkol, serta berat kering pipilan jagung, meski disertai

dengan penambahan pupuk organik hayati sebanyak 2,5 t/ha.

Super impose aplikasi mulsa dan pembenah tanah di lokasi pilot Puncak Jringo,NTB

6. Aplikasi mulsa dan pembenah tanah dapat meningkatkan pertumbuha tanaman secara

nyata, namun tidak berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman jagung.

Page 30: PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011... · DIPA/RKAKL Satker Balai Penelitian Tanah Tahun ... pendampingan aplikasi

22

7. Perlakuan aplikasi mulsa dan pembenah tanah berpengaruh nyata terhadap persen

pori drainase cepat dan indeks stabilitas agregat. Persen pori drainase cepat tertinggi

dicapai perlakuan mulsa ditambah pembenah tanah, berbeda nyata dibanding kontrol

dan mulsa permukaan tanpa pembenah tanah

5.2. Saran

Perlu bantuan peralatan untuk mengurangi keberadaan batuan di permukaan,

utamanya jika lahan akan digunakan untuk pertanaman tanaman semusim. Untuk

mendukung animo petani dalam menanamn tanaman tahunan perlu bantuan bibit

tanaman hortikultur berkualitas baik dan pengembangan ketrampilan petani dalam

memperbanyak bibit tanaman tahunan.

VI. PRAKIRAAN DAMPAK HASIL PENELITIAN

Optimalisasi pemanfaatan lahan kering iklim kering dengan faktor pembatas

ketersediaan air, topografi, dan kondisi batuan di permukaan.

Page 31: PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011... · DIPA/RKAKL Satker Balai Penelitian Tanah Tahun ... pendampingan aplikasi

23

V. DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, A., A. Dariah, dan A. Mulyani. 2008. Strategi dan Teknologi Lahan Kering Mendukung Pengadaan Pangan Nasional. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 27 (2): 43-48.

Agus, F., E. Surmaini, dan N. Sutrisno. 2005. Teknologi Hemat air dan irigasi suplemen. Hlm. 223-245 dalam Teknologi Pengelolaan Lahan Kering: Menuju Pertanian Produktif dan Ramah Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Dariah, A. N.L. Nurida., S.H. Talaouhu. 2007. Aplikasi sistem olah tanah pada lahan kering beiklim kering di Lombok Timur. Hlm 291-300. dalam Prosiding Kongres Nasional IX HITI. UPN Veteran Yogyakarta, 5-7 Desember 2007.

Dariah, A., N.L. Nurida, Nurjaya. 2010. Laboran Akhir Penelitian dan Pengemabngan Pengelolaan Tanah pada Lahan Kering Beriklim Kering untuk Meningkatkan Productivitas Tanaman>20%. Balai Penelitian Tanah. Badan Litbang Pertanian.

Hidayat, A. dan A. Mulyani. 2005. Lahan Kering untuk Pertanian. Hlm. 1-34. Dalam Abdurachman et al. (ed.). Buku Pengelolaan Lahan Kering Menuju Pertanian Produktif dan Ramah Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Irianto, G., H. Sosiawan, dan S. Karama. 1998. Stratei pmbangunan pertanian lahan kering untuk mengantisipasi persaingan global. Hlm 1-12 dalam Prosiding Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil Penelitian Tanah danAgroklimat. Makalah utama. Bogor, 10-12 Februari 1998. Puslittanak, Bogor.

Las, I., M.B.L. De Rozari, A. Bey, J.S. Baharsyah, E. Guhardja. S.N. Darwis, dan A.S. Karama. 1995. Pengunan model iklim dan tanaman untuk pengembangan komoditas pertanian di Sikka dan Ende, NTT. Agromet Journal XI (I):1-34.

Nurida, N.L dan A. Dariah. 2007. Keunggulam komparatif aplikasi olah tanah konservasi pada pertanaman jagung di lalahn berbatu Kabupaten Lombk Timur. Hlm.27-37. dalam Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya Lahan dan Lingkungan Pertanian. Bogor, 7-8 Nopember 2008.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. 2001. Atlas Arahan Tata Ruang Pertanian Indonesia Skala 1 : 1.000.000. Puslitbangtanak. Bogor. Indonesia. 37 hal.

Pusat Penelitian Tanah dan Agrolimat. 2002. Atlas Arahan Pewilayahan Komoditas Unggulan Nasioanal skala 1:1.000.000. Puslitbangtanak, Bogor.

Subagyono, K., U. Haryati, dan S. H. Talaohu. 2004. Teknologi konservasi air pada pertanian lahan kering. Hlm. 151-188 dalam Konservasi Tanah pada Lahan Kering Berlereng. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian.

Wiyo, K.A., Z.M. kasumekera, and J. Feyen. 2000. Effect of tied ridgingon soil water status of maize crop under Malawi condition. Agricultural Water Management 45: 101-125.