Penelitian arsitektur

15
Nama : Dwi Cahyo Husodo NRP : 3212100053 Dosen : Defry Agatha A., ST, MT Kelas : A Evaluasi 4 PENELITIAN ARSITEKTUR “ADAPTIF”

description

Penelitian arsitektur

Transcript of Penelitian arsitektur

Page 1: Penelitian arsitektur

Nama : Dwi Cahyo Husodo

NRP : 3212100053

Dosen : Defry Agatha A., ST, MT

Kelas : A

Evaluasi 4

PENELITIAN ARSITEKTUR

“ADAPTIF”

Page 2: Penelitian arsitektur

Perkembangan dan Kemampuan Adaptif Manusia

Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu mengalami proses perubahan dan

perkembangan. Tahap-tahap perkembangan manusia memiliki fase yang cukup panjang.

Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang sistematis, progresif dan

berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya atau dapat diartikan pula

sebagai perubahan – perubahan yang dialami individu menuju tingkat kedewasaan atau

kematangannya.

Sesorang individu mengalami perkembangan sejak masa konsepsi, serta akan berlangsung

selama hidupnya. Perkembangan adalah proses yang berlangsung sejak konsepsi, lahir dan

sesudahnya, dimana badan, otak, kemampuan dan tingkah laku pada masa usia dini, anak-anak

dan dewasa menjadi lebih kompleks dan berlanjut dengan kematangan sepanjang hidup. Dalam

proses perkembangan yang dialami oleh manusia, dibutuhkan penyesuaian diri terhadap

perubahan-perubahan yang terjadi.

Penyesuaian diri ini tidak hanya dilakukan terhadap perubahan-perubahan dari dalam diri

individu (manusia itu sendiri), namun juga perubahan yang terjadi diluar diri individu, seperti

penyesuaian diri pada lingkungan tempat tinggal. Manusia memiliki kecendrungan untuk

berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya baik lingkungan sosial maupun

lingkungan fisik. Penyesuaian diri ini merupakan hal yang sangat penting bagi terciptanya

kesehatan jiwa/mental individu.

Page 3: Penelitian arsitektur

Penduduk eskimo menggunakan pakaian yang tebal untuk beradaptasi terhadap lingkunganna yang dingin

Sumber : https://alifdankayla.files.wordpress.com/2008/04/eskimo2.jpg

Kehidupan manusia merupakan suatu proses penyesuaian diri yang berlangsung kontinu yang

mendorong manusia berjuang memenuhi kebutuhan dan memelihara hubungan tetap harmonis.

Ketika seseorang dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapi secara efektif terhadap

tuntutan dalam dan luar diri maka dia dikatakan sebagai orang yang mampu menyesuaikan diri

dengan baik.

Sebaliknya,apabila masalah yang dihapadi orang tersebut dirasakan terlalu berat sehingga

menimbulkan gejalah rasa cemas,tidak berdaya,tidak bahagia atau gejala lainnya, maka orang itu

dikatakan sebagai orang yang gagal dalam menyesuaikan diri.

Hierarki Kebutuhan Maslow

Manusia akan selalu mengalami proses perubahan. Proses perubahan yang terjadi pada diri

manusia ini akan mempengaruhi kebutuhannya. Menurut Abraham maslow, manusia memiliki

hirarki kebutuhan dasar. Hirarki kebutuhan dasar manusia tersebut meliputi lima kategori yaitu

kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, Kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang,

Kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan sosialisasi diri. Maslow memberi hipotesis

Page 4: Penelitian arsitektur

bahwa setelah individu memuaskan kebutuhan pada tingkat paling bawah, individu akan

memuaskan kebutuhan pada tingkat yang berikutnya. Jika pada tingkat tertinggi tetapi

kebutuhan dasar tidak terpuaskan, maka individu dapat kembali pada tingkat kebutuhan yang

sebelumnya. Menurut Maslow, pemuasan berbagai kebutuhan tersebut didorong oleh dua

kekuatan yakni motivasi kekurangan (deficiency motivation) dan motivasi perkembangan

(growth motivation). Motivasi kekurangan bertujuan untuk mengatasi masalah ketegangan

manusia karena berbagai kekurangan yang ada. Sedangkan motivasi pertumbuhan didasarkan

atas kapasitas setiap manusia untuk tumbuh dan berkembang. Kapasitas tersebut merupakan

pembawaan dari setiap manusia.

Hierarki Kebutuhan Maslow

Sumber : http://darmansyah.weblog.esaunggul.ac.id/wp-content/uploads/sites/97/2012/11/maslow-images.jpg

Kebutuhan paling dasar pada setiap orang adalah kebutuhan fisiologis yakni kebutuhan untuk

mempertahankan hidupnya secara fisik. Kebutuhan-kebutuhan itu seperti kebutuhan akan

makanan, minuman, tempat berteduh, seks, tidur dan oksigen. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis

adalah potensi paling dasar dan besar bagi semua pemenuhan kebutuhan di atasnya. Manusia

yang lapar akan selalu termotivasi untuk makan, bukan untuk mencari teman atau dihargai.

Manusia akan mengabaikan atau menekan dulu semua kebutuhan lain sampai kebutuhan

Page 5: Penelitian arsitektur

fisiologisnya itu terpuaskan. Di masyarakat yang sudah mapan, kebutuhan untuk memuaskan

rasa lapar adalah sebuah gaya hidup Mereka biasanya sudah memiliki cukup makanan, tetapi

ketika mereka berkata lapar maka yang sebenarnya mereka pikirkan adalah citarasa makanan

yang hendak dipilih, bukan rasa lapar yang dirasakannya Seseorang yang sungguh-sungguh lapar

tidak akan terlalu peduli dengan rasa, bau, temperatur ataupun tekstur makanan.

Kebutuhan fisiologis berbeda dari kebutuhan-kebutuhan lain dalam dua hal Pertama, kebutuhan

fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang bisa terpuaskan sepenuhnya atau minimal bisa

diatasi. Manusia dapat merasakan cukup dalam aktivitas makan sehingga pada titik ini, daya

penggerak untuk makan akan hilang. Bagi seseorang yang baru saja menyelesaikan sebuah

santapan besar, dan kemudian membayangkan sebuah makanan lagi sudah cukup untuk

membuatnya mual. Kedua, yang khas dalam kebutuhan fisiologis adalah hakikat

pengulangannya. Setelah manusia makan, mereka akhirnya akan menjadi lapar lagi dan akan

terus menerus mencari makanan dan air lagi. Sementara kebutuhan di tingkatan yang lebih tinggi

tidak terus menerus muncul. Sebagai contoh, seseorang yang minimal terpenuhi sebagian

kebutuhan mereka untuk dicintai dan dihargai akan tetap merasa yakin bahwa mereka dapat

mempertahankan pemenuhan terhadap kebutuhan tersebut tanpa harus mencari-carinya lagi.

Setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya, muncullah kebutuhan -

kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman ini diantaranya adalah rasa

aman fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan dan kebebasan dari daya-daya mengancam

seperti perang, terorisme, penyakit, takut, cemas, bahaya, kerusuhan dan bencana alam.

Kebutuhan akan rasa aman berbeda dari kebutuhan fisiologis karena kebutuhan ini tidak bisa

terpenuhi secara total. Manusia tidak pernah dapat dilindungi sepenuhnya dari ancaman-

ancaman meteor, kebakaran, banjir atau perilaku berbahaya orang lain.

Orang-orang yang tidak aman akan bertingkah laku sama seperti anak-anak yang tidak aman.

Mereka akan bertingkah laku seakan-akan selalu dalam keadaan terancam besar. Seseorang yang

tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara berelebihan serta akan

berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan yang tidak diharapkannya.

Page 6: Penelitian arsitektur

Jika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah terpenuhi, maka muncullah

kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan rasa memiliki-dimiliki. Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi

dorongan untuk bersahabat, keinginan memiliki pasangan dan keturunan, kebutuhan untuk

dekat pada keluarga dan kebutuhan antarpribadi seperti kebutuhan untuk memberi dan

menerima cinta. Seseorang yang kebutuhan cintanya sudah relatif terpenuhi sejak kanak-kanak

tidak akan merasa panik saat menolak cinta. Ia akan memiliki keyakinan besar bahwa dirinya akan

diterima orang-orang yang memang penting bagi dirinya. Ketika ada orang lain menolak dirinya,

ia tidak akan merasa hancur. Cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra

antara dua orang, termasuk sikap saling percaya. Sering kali cinta menjadi rusak jika salah satu

pihak merasa takut akan kelemahan-kelemahan serta kesalahan-kesalahannya. Kebutuhan akan

cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima. Kita harus memahami cinta, harus

mampu mengajarkannya, menciptakannya dan meramalkannya. Jika tidak, dunia akan hanyut ke

dalam gelombang permusuhan dan kebencian.

Setelah kebutuhan dicintai dan dimiliki tercukupi, manusia akan bebas untuk mengejar

kebutuhan akan penghargaan. Setiap orang yang memiliki dua kategori mengenai kebutuhan

penghargaan, yaitu kebutuhan yang lebih rendah dan lebih tinggi. Kebutuhan yang rendah adalah

kebutuhan untuk menghormati orang lain, kebutuhan akan status, ketenaran, kemuliaan,

pengakuan, perhatian, reputasi, apresiasi, martabat, bahkan dominasi. Kebutuhan yang tinggi

adalah kebutuhan akan harga diri termasuk perasaan, keyakinan, kompetensi, prestasi,

penguasaan, kemandirian dan kebebasan. Sekali manusia dapat memenuhi kebutuhan untuk

dihargai, mereka sudah siap untuk memasuki gerbang aktualisasi diri.

Tingkatan terakhir dari kebutuhan dasar Maslow adalah aktualisasi diri. Kebutuhan aktualisasi

diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan, tetapi melibatkan keinginan yang

terus menerus untuk memenuhi potensi. Kebutuhan ini merupakan hasrat untuk semakin

menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya.[5]

Awalnya Maslow berasumsi bahwa kebutuhan untuk aktualisasi diri langsung muncul setelah

kebutuhan untuk dihargai terpenuhi. Akan tetapi selama tahun 1960-an, ia menyadari bahwa

banyak anak muda di Brandeis memiliki pemenuhan yang cukup terhadap kebutuhan-kebutuhan

Page 7: Penelitian arsitektur

lebih rendah seperti reputasi dan harga diri, tetapi mereka belum juga bisa mencapai aktualisasi

diri.

Hunian Manusia

Pada awalnya manusia hidup secara nomaden atau berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat

yang lain. Mereka hidup secara berkelompok dengan mobilitas tinggi. Alasan manusia hidup

nomaden adalah untuk mencari sumber air dan makanan. Pada saat itu manusia belum bisa

menghasilkan makanannya sendiri, seperti melalui bercocok tanam dan berternak. Sehingga saat

sumber makanan yang tersedia disekitar tempat tinggalnya sudah semakin berkurang, manusia

akan berpindah tempat untuk mencari daerah baru yang dekat dengan sumber air dan makanan.

Jejak peninggalan manusia di gua

Sumber : http://dingo.care2.com/pictures/c2c/share/11/115/509/1150996_370.jpg

Pada saat hidup nomaden ini, biasanya manusia tinggal pada selter-selter alami seperti gua,

terutama pada dareah dengan empat musim. Pemilihan gua sebagai selter ini merupakan insting

alami yang dimiliki manusia agar terlindungi dari cuaca diluar yang kurang bersahabat. Gua

adalah selter yang biasa digunakan pada saat musim dingin. Pada saat musim panas, manusia

purba akan keluar untuk berburu dan mengumpulkan makanan.

Page 8: Penelitian arsitektur

Perumahan di Kota Tua Jericho

Sumber : http://www.biblearchaeology.org/image.axd?picture=A-New-Look-WEB.jpg

Pada saat peradaban manusia sudah mulai berkembang, manusia telah mampu menghasilkan

makanannya sendiri melalui bercocok tanam. Sehingga mereka membutuhkan hunian permanen

yang bisa digunakan dalam jangka waktu yang lama. Pada saat itu manusia sudah mulai mencoba

untuk membuat hunian sendiri. Salah satu contoh hunian buatan manusia adalah di kota tua

Jericho di semenanjung arab. Seiring dengan peradaban manusia yang sudah bertambah maju,

penduduk kota jericho telah memiliki teknologi baru. Mereka telah mampu menghasilkan batu

bata yang terbuat dari lumpur yang dibakar dan di jemur pada cahaya matahari. Kemudian

mereka mulai membuat hunian dengan dinding menggunakan batu bata dan diplester dengan

lumpur dan atap dari batang pohon dan lumpur. Hunian yang dibuat penduduk kota Jericho ini

masih sangat sederhana tanpa adanya pintu dan jendela. Hunian tersebut hanya memenuhi

kebutuhan dasar manusia, yaitu sebagai tempat untuk berlindung.

Setelah peradaban manusia telah berkembang lebih jauh lagi, hunian sebagai tempat tinggal

manusia juga semakin berkembang. Kompleksitas dan tipologi bangunan menjadi semakin

meningkat. Perkembangan pola hunian ini menyesuaikan dengan kondisi pada waktu tertentu.

Page 9: Penelitian arsitektur

Rumah milik Roman Abramovich, pemilik Chelsea

Sumber : http://static4.bornrichimages.com/cdn2/683/384/91/c/wp-

content/uploads/s3/1/2012/01/04/1325671055102.jpg

Dari awalnya sebuah tempat tinggal/ rumah hanya dibuat dengan fungsi sebagai tempat

berlindung, lama kelamaan wujud dari sebuah rumah menjadi semakin berkembang. Rumah

tidak lagi hanya menjadi sebuah tempat berlindung, namun juga dapat menunjukan identitas

penghuninya. hal ini terjadi karena adanya perubahan atau pergeseran nilai-nilai di dalam

masyarakat.

Rumah akan sangat bergantung pada pemiliknya. Ketika sebuah keluarga muda yang baru

menikah, mereka hanya membutuhkan rumah dengan ukuran kecil yang dapat menjadi tempat

tinggal mereka. Namun ketika mereka telah mempunyai anak (jumlah anggota keluarga

bertambah), mereka akan membutuhkan ruang atau rumah yang lebih besar yang dapat

menampung seluruh anggota keluarga.

Saat orang memiliki penghasilan rendah, dia hanya memerlukan rumah yang sederhana, namun

ketika penghasilannya bertambah maka kebutuhannya pun akan bertambah, begitu pula

kebutuhan akan tempat tinggalnya. Dia akan membutuhkan sebuah rumah yang memiliki banyak

fasilitas.

Page 10: Penelitian arsitektur

Seiring dengan perubahan-perubahan yang terjadi baik dari dalam maupun dari luar individu,

individu tersebut akan berupaya untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan terjadi.

Metode Open Building

Manusia selalu mengalami proses perkembangan. Oleh karena itu kebutuhan dan pemenuhan

kebutuhan manusia pun akan selalu mengalami perubahan. Begitu juga dengan kebutuhan

mengenai hunian yang akan selalu mengalami perubahan, baik jumlah maupun modelnya. Untuk

itu dibutuhkan suatu metode yang dapat mengatasi masalah tersebut. Salah satu metode dalam

arsitektur yang dapat menyesuaikan dengan kondisi perubahan-perubahan tersebut adalah

metode open building.

Open Building

Sumber: http://www.madeforone.com/features/layers.gif

Open Building adalah sebuah metode yang dicetuskan oleh John Habraken melalui bukunya An

Alternative to Mass Housing yang mulai dipublikasikan di belanda pada tahun 1961. Open

Page 11: Penelitian arsitektur

building adalah suatu cara atau pendekatan untuk menciptakan dan menghasilkan sebuah

lingkungan yang berorientasi terhadap penggunanya. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa

keputusan desain yang diambil akan memberikan dampak yang baik bagi penghuninya di masa

depan karena direncanakan berdasarkan pada perubahan dan stabilitas.

Open building berbeda dengan bangunan konvensional pada umumnya. Hal ini dikarenakan pada

open building mempertimbangkan perubahan yang menyesuaikan dengan kebutuhan

penghuninya di masa depan. Selain itu, perubahan lain yang harus ditangani dalam perancangan

open building antara lain faktor lingkungan yang dimanis seperti suhu, akustik, pencahayaan, dan

kinerja bangunan arsitektur.

Habraken menyarankan dalam perencanaan dan perancangan suatu open building hendaknya

mengenalkan perbedaan level dalam proses merancang bangunan, support and infill, mengacu

pada ketersediaan material lokal (urban fabric), dan fit-out bangunan tersebut . Open building

dapat didefinisikan sebagai pengembalian hierarki yang berubah-ubah, seperti pergantian lantai

dan dinding internal bangunan yang dapat dipindahkan. Pada konsep open building ini juga

memungkinkan perpindahan kamar mandi dan dapur sehingga dalam perencanaan perpipaan

harus sudah dipertimbangkan pada tahap awal perancangan sehingga perpindahan kedua fungsi

ruang tersebut dapat terjadi. Dalam penerapan open building ke dalam bangunan juga

memungkinkan adanya perubahan pada elemen lantai dan dinding eksterior bangunan pada

masa mendatang. Oleh karena itu, konsep open building juga memperhatikan perubahan fasade

bangunan di masa depan, layout di sebuah bangunan multi-unit dan melibatkan penghuni di

dalam mendesain hunian mereka sendiri. Dengan memperhatikan kebutuhan penghuni dan

melibatkan penghuni dalam desain, maka sistem open building ini akan membuat suatu

bangunan menjadi sesuai dengan karakter masing-masing penghuni.

Open Building merupakan salah satu jawaban pragmatis untuk keterikatan teknis bangunan yang

telah dihasilkan dari penambahan- penambahan ruang, dalam jangka waktu yang lama, dan

sistem teknis yang baru. Open Building dapat dinyatakan sebagai care, responsibility and

Page 12: Penelitian arsitektur

technology pada lingkungan binaan sehingga dalam penerapan konsep open building diharapkan

seseorang akan lebih peduli terhadap lingkungan binaannya untuk menciptakan sebuah

lingkungan yang lebih aman dan nyaman. Oleh karena itu, sebuah lingkungan binaan diharapkan

dapat meningkatkan tanggung jawab penghuninya untuk kebutuhan masa depan

Pendekatan Open Building juga mengakui bahwa dalam desain bangunan merupakan sebuah

proses kolaboratif yang melibatkan banyak peserta dengan beragam latar belakang. Dengan

demikian, dalam proses pengambilan keputusan desain bangunan menjadi suatu yang kompleks

untuk menyeimbangkan kepentingan yang berbeda dari pihak pihak yang terkait. Selain itu, juga

melibatkan pengguna bangunan dalam pengambilan keputusan dalam setiap prosesnya. Oleh

karena itu, penerapan open building di dalam bangunan akan mempunyai nilai yang lebih dan

keberlanjutan untuk masa depan.

Fit-out

Sumber : http://www.slideshare.net/zeeyada/open-building

Pada gambar di atas menjelaskan bahwa dalam open building seorang developer atau

pengembang hanya menyediakan base buildingnya saja yang antara lain meliputi struktur,

utilitas, sirkulasi,dan transportasi untuk ditawarkan kepada penghuninya. Kemudian pengguna

Page 13: Penelitian arsitektur

bangunan dapat menyusun layout dan tatanan interior di dalam ruangan menyesuaikan dengan

kebutuhannya dan bersifat lebih fleksibel.

Dalam penerapannya Open building membedakan levels of decision making pada prosesnya

seperti yang ditunjukkan dalam gambar di bawah ini:

levels of decision making

Sumber : http://www.slideshare.net/zeeyada/open-building

Levels of decision making selalu merujuk kepada bagian-bagian dalam bangunan yang

dihubungkan pada masa konstruksi dan transformasi ruang yang menyesuaikan dengan

kebutuhan penggunanya. Open building merupakan konsep multi-facetted dengan solusi

tehnikal, organisasi, dan finansial untuk membangun lingkungan yang dapat beradaptasi dengan

perubahan kebutuhan. Dalam penerapan open building dalam perancangan didukung oleh

pengguna, industri konstruksi, dan restruktur dari proses pembangunan Berdasarkan pada

gambar di atas, dalam levels of decision making terdiri dari tiga level yaitu: tissue, support and

infill. Tissue sebagai bagian dari town fabric yang merupakan level yang tertinggi dalam tingkatan

ini. Sedangkan infill merupakan level terendah pada tingkatan ini.

Page 14: Penelitian arsitektur

Konsep open building disimpulkan menjadi Ide gagasan bahwa pengguna atau penghuni

mempunyai peran untuk membuat keputusan desain seperti seorang professional. Metode ini

menerangkan bahwa merancang merupakan sebuah proses yang melibatkan banyak partisipan

dan profesional dengan latar belakang yang berbeda, sehingga memungkinkan pergantian satu

sistem dengan sistem yang lainnya untuk fungsi yang sama. Dalam metode ini sebuah bangunan

dianggap sebagai produk yang terus berjalan, proses desainnya tidak pernah berakhir, di mana

lingkungan mengubah bagian demi bagian. Open building merupakan gagasan bahwa merancang

merupakan proses yang terus berjalan dan tidak pernah berhenti mengikuti perkembangan dan

pola kebutuhan penggunanya.

Page 15: Penelitian arsitektur

Daftar Pustaka

Kendall, Sthepen and Jonathan Teicher; (2000) Residential Open Building; E & FN Spon; New York

http://www.historyworld.net/wrldhis/PlainTextHistories.asp?historyid=ab27

http://en.wikipedia.org/wiki/Open_building

http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_hierarki_kebutuhan_Maslow

http://www.slideshare.net/zeeyada/open-building