PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur...

81
PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index (TRIX) DI WADUK SENGGURUH, DESA SENGGURUH, KECAMATAN KEPANJEN, KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR SKRIPSI Oleh : FATMA BELLA NUR UMAMI NIM. 145080101111052 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018

Transcript of PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur...

Page 1: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index (TRIX)

DI WADUK SENGGURUH, DESA SENGGURUH, KECAMATAN

KEPANJEN, KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR

SKRIPSI

Oleh :

FATMA BELLA NUR UMAMI

NIM. 145080101111052

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2018

Page 2: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

ii

PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index (TRIX)

DI WADUK SENGGURUH, DESA SENGGURUH, KECAMATAN

KEPANJEN, KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan

Di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Brawijaya

Oleh :

FATMA BELLA NUR UMAMI

NIM. 145080101111052

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2018

Page 3: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

iii

SKRIPSI

PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index (TRIX)

DI WADUK SENGGURUH, DESA SENGGURUH, KECAMATAN

KEPANJEN, KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR

Oleh:

FATMA BELLA NUR UMAMI

NIM. 145080101111052

Telah dipertahankan didepan penguji pada tanggal 31 Mei 2018

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Jurusan, Dosen Pembimbing,

(Dr. Ir. Muhamad Firdaus, MP) (Nanik Retno Buwono, S.Pi, MP.)

NIP. 19680919 200501 1 001 NIP. 19840420 201204 2 002

Tanggal: Tanggal:

Page 4: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

iv

LEMBAR IDENTITAS TIM PENGUJI

Judul : PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index (TRIX) DI WADUK SENGGURUH, DESA SENGGURUH, KECAMATAN KEPANJEN, KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR

Nama : FATMA BELLA NUR UMAMI

NIM : 145080101111052

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

PENGUJI PEMBIMBING

Pembimbing : NANIK RETNO BUWONO, S.Pi, MP

PENGUJI BUKAN PEMBIMBING

Dosen Penguji 1 : IR. PUTUT WIDJANARKO, MP

Dosen Penguji 2 : DR. ASUS MAIZAR S. H., S.Pi, MP

Page 5: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, berkaitan dengan terselesaikannya laporan skripsi ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam

pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Allah SWT, yang telah memberikan nikmat sehat dan kelancaran serta

kemudahan dalam kehidupan saya.

2. Dr. Ir. Happy Nursyam, MS, selaku dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Universitas Brawijaya, Malang.

3. Dr. Ir. Muhammad Firdaus, MP, selaku ketua jurusan Manajemen

Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas

Brawijaya, Malang.

4. Dr. Ir. Mulyanto, MSi selaku ketua program studi Manajemen Sumberdaya

Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya,

Malang.

5. Nanik Retno Buwono, S.Pi, MP., selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah memberikan waktu, bimbingan dan pengarahan selama penyusunan

proposal dan laporan.

6. Bapak Nur Kholis, ibu Suprihatin, adik Muhammad Haikal Izul Fadli, bapak

H. Mustar, ibu Hj. Muryati, Kakak Rita Yuli Astutik, S. Pd.I, Kakak Ade Irma

Puspitasari, S.Si dan nenek Hj. Murtiyah beserta keluarga besar yang telah

memberikan doa restu, perhatian, kasih sayang, motivasi, bersedia menjadi

tempat berkeluh kesah dan mendukung saya baik moril dan materil.

7. Spesial kepada Galih Dwi Cahya beserta keluarga yang selalu mendoakan

dan memberikan semangat kepada saya untuk menyelesaikan laporan

skripsi.

Page 6: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

vi

8. Teman-teman dari “Sengguruh Squad” (Sulistyorini, Erlina, Lailatul

Rokhmah, Putri Pramunita) dan Anindya Cahya Pratama serta “Good

Sisters” (Ari Niyastana, Evi Karina) yang telah mensuport dan membantu

dalam proses penyusunan usulan skripsi dan laporan.

9. Teman-teman Manajemen Sumberdaya Perairan angkatan 2014 yang

selalu bekerja sama dan saling memberikan dukungan serta motivasi

dalam kebersamaan serta kakak tingkat Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Universitas Brawijaya Malang yang telah memberi masukan,

arahan dan informasi pengalamannya.

10. Pihak-pihak yang telah mensuport dan membantu dalam proses

penyusunan usulan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan namanya

satu-persatu.

Semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Malang, 31 Mei 2018

Penulis

Page 7: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

vii

RINGKASAN

Fatma Bella Nur Umami. Pendugaan Status Trofik Berdasarkan Trophic Index

(TRIX) di Waduk Sengguruh, Desa Sengguruh, Kecamatan Kepanjen,

Kabupaten Malang, Jawa Timur (dibawah bimbingan Nanik Retno Buwono,

S.Pi, MP)

Waduk Sengguruh merupakan waduk di hulu Sungai Brantas yang memegang peranan penting dalam hal pengendalian banjir, penyediaan air untuk irigasi dan membangkitkan sebagian besar energi listrik PLTA yang terletak di Desa Sengguruh, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Penurunan kualitas air karena eutrofikasi akan menurunkan fungsi perairan waduk dan mengganggu ekosistem yang ada didalamnya. Status trofik merupakan status kualitas perairan air berdasarkan kadar unsur hara dan kandungan biomassa fitoplankton atau produktivitasnya. Kondisi kualitas air waduk diklasifikasikan berdasarkan eutrofikasi yang disebabkan oleh adanya peningkatan kandungan unsur hara dalam air. Pendugaan status trofik berdasarkan Trophic Index (TRIX) dilakukan untuk mengetahui tingkat kesuburan di perairan Waduk Sengguruh. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 29 Januari – 12 Februari 2018 di Waduk Sengguruh, Desa Sengguruh, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey. Penentuan stasiun pengamatan berdasarkan metode purposive sampling yang terdiri dari 4 titik stasiun. Pengamatan dilakukan sebanyak 3 kali pengambilan sampel dengan selang waktu 7 hari. Pengamatan terhadap parameter kualitas air diantaranya yaitu klorofil-a, suhu, kecerahan, oksigen terlarut (DO), derajat keasaman (pH), nitrat, orthofosfat, total fosfat, total nitrogen, dan fitoplankton. Hasil dari penelitian ini diperoleh nilai klorofil-a sebesar 2,25 – 13,24 µg/L tergolong mesotrofik sampai hipertrofik. Hasil pengukuran kualitas air diperoleh nilai suhu berkisar 25,1 – 26,6 oC, kecerahan berkisar 6,50 – 31 cm, oksigen terlarut berkisar 7,57 – 8,70 mg/L, derajat keasaman berkisar 7,47 – 7,94, nitrat berkisar 0,8493 – 0,8503 mg/L, ortofosfat berkisar 0,1019 – 0,1033 mg/L, total fosfat berkisar 0,077 – 0,786 mg/L, total nitrogen berkisar 0,168 – 0,716 mg/L. Hasil kualitas air tergolong baik dan masih dalam batas optimum untuk proses pertumbuhan organisme. Analisa fitoplankton diperoleh kompisisi dari 4 divisi fitoplankton diantaranya yaitu Chlorophyta, Bacillariophyta, Cyanophyta dan Chrysophyta. Hasil kelimpahan fitoplankton tergolong perairan mesotrofik dengan kisaran kelimpahan sebesar 3200 ind/ml sampai 3440 ind/ml, kelimpahan relatif fitoplankton tertinggi pada setiap stasiun secara keseluruhan adalah dari divisi Chlorophyta yaitu sebesar 52%. indeks keanekaragaman sedang dan indeks dominasi mendekati 0 atau tidak ada dominasi. Analisa Trophic Index (TRIX) diperoleh nilai berkisar antara 2,18 – 3,45 sehingga status trofik (tingkat kesuburan) perairan Waduk Sengguruh tergolong mesotrofik. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu kondisi kualitas air tergolong baik dan masih dalam batas optimum untuk proses pertumbuhan organisme. Tingkat kesuburan perairan di Waduk Sengguruh berdasarkan Trophic Index (TRIX) tergolong perairan dengan tingkat kesuburan yang sedang atau mesotrofik. Kemudian saran yang dapat diberikan terkait dengan penelitian ini yaitu perlu adanya pengontrolan dan pengawasan secara berkelanjutan dari pihak pengelola Waduk Sengguruh untuk mengurangi pencemaran sehingga

Page 8: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

viii

tidak menurunkan fungsi dan kegunaan Waduk Sengguruh. Saat ini perairan Waduk Sengguruh berada pada kondisi mesotrofik namun kondisi ini dapat berubah seiring dengan bertambahnya waktu apabila tidak dilakukan pengelolaan kualitas air secara berkelanjutan, oleh karena itu diharapkan dapat dilakukan penelitian lanjutan mengenai tingkat eutrofikasi perairan.

Page 9: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

ix

PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya

juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau pernah

diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis naskah ini dan disebutkan dalam

daftar pustaka

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Skripsi ini hasil

penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut, sesuai hukum yang berlaku di indonesia.

Malang, 31 Mei 2018

Mahasiswa,

Fatma Bella Nur Umami

Page 10: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

x

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi ini dengan

judul “Pendugaan Status Trofik Berdasarkan Trophic Index (TRIX) di Waduk

Sengguruh, Desa Sengguruh, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang,

Jawa Timur”. Laporan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih

gelar sarjana di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya,

Malang.

Sangat disadari bahwa masih ada kekurangan dan keterbatasan

pengetahuan yang dimiliki oleh penulis untuk penyajian laporan skripsi ini, namun

penulis telah berusaha dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga tujuan yang

diharapkan dapat tercapai, Amin.

Malang, 31 Mei 2018

Penulis

Page 11: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. iII LEMBAR IDENTITAS TIM PENGUJI ............................................................... iv UCAPAN TERIMAKASIH .................................................................................. v RINGKASAN ................................................................................................... vii PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................................................... ix KATA PENGANTAR ......................................................................................... x DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv 1. PENDAHULAN .............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2 Perumusan Masalah ............................................................................... 3 1.3 Tujuan ..................................................................................................... 4 1.4 Kegunaan ................................................................................................ 5 1.5 Tempat dan Waktu .................................................................................. 5

2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 6 2.1 Perairan Waduk ...................................................................................... 6 2.2 Status Trofik ............................................................................................ 7 2.3 Eutrofikasi ............................................................................................... 7 2.4 Fitoplankton ............................................................................................. 8 2.5 Klorofil-a ................................................................................................ 10 2.6 Parameter Kualitas Air .......................................................................... 10

2.6.1 Suhu ............................................................................................ 10 2.6.2 Kecerahan ................................................................................... 11 2.6.3 Derajat Keasaman (pH) ............................................................... 12 2.6.4 Oksigen Terlarut (DO) ................................................................. 13 2.6.5 Ortofosfat..................................................................................... 14 2.6.6 Nitrat ............................................................................................ 14 2.6.7 Total Fosfat ................................................................................. 15 2.6.8 Total Nitrogen .............................................................................. 16

2.7 Trophic Index (TRIX) ............................................................................. 16

3. METODE PENELITIAN ............................................................................... 18 3.1 Materi Penelitian ................................................................................... 18 3.2 Alat dan Bahan ...................................................................................... 18 3.3 Metode Penelitian.................................................................................. 18

3.3.1 Data Primer ................................................................................. 18 a. Observasi .................................................................................. 19 b. Wawancara ............................................................................... 19 c. Dokumentasi .............................................................................. 19

3.3.2 Data Sekunder ............................................................................ 20 3.4 Lokasi Penelitian ................................................................................... 20 3.5 Penentuan Stasiun Pengamatan ........................................................... 20

Page 12: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

xii

3.6 Teknik Pengambilan Sampel ................................................................. 21 3.6.1 Klorofil-a ...................................................................................... 22 3.6.2 Suhu ............................................................................................ 22 3.6.3 Oksigen Terlarut .......................................................................... 23 3.6.4 Derajat Keasaman (pH) ............................................................... 23 3.6.5 Kecerahan ................................................................................... 25 3.6.6 Nitrat ............................................................................................ 25 3.6.7 Ortofosfat..................................................................................... 26 3.6.8 Total Fosfat ................................................................................. 26 3.6.9 Total Nitrogen .............................................................................. 27 3.6.10 Oksigen Saturasi ....................................................................... 28 3.6.11 Fitoplankton ............................................................................... 29

a. Pengambilan Sampel Fitoplankton ............................................ 29 b. Identifikasi Fitoplankton ............................................................. 29 c. Perhitungan Jumlah Fitoplankton ............................................... 29 d. Kelimpahan Relatif..................................................................... 30 e. Indeks Keanekaragaman (H’) .................................................... 30 d. Indeks Dominasi ........................................................................ 31

3.7 Analisa Data .......................................................................................... 31

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 33 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian ......................................................... 33 4.2 Deskripsi Stasiun Pengambilan Sampel ................................................ 33

a. Stasiun 1 .......................................................................................... 34 b. Stasiun 2 .......................................................................................... 34 c. Stasiun 3 .......................................................................................... 35 d. Stasiun 4 .......................................................................................... 36

4.3 Klorofil-a ................................................................................................ 36 4.4 Hasil Pengamatan Fitoplankton ............................................................. 38

4.4.1 Kompisisi Fitoplankton ................................................................. 38 4.4.2 Kelimpahan Fitoplankton ............................................................. 39 4.4.3 Kelimpahan Relatif ...................................................................... 41 4.4.4 Indeks Keanekaragaman (H’) ...................................................... 41 4.4.5 Indeks Dominasi .......................................................................... 42

4.5 Trophic Index (TRIX) ............................................................................. 43 4.6 Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Air .............................................. 45

4.6.1 Suhu ............................................................................................ 45 4.6.2 Kecerahan ................................................................................... 47 4.6.3 Oksigen Terlarut .......................................................................... 48 4.6.4 Derajat Keasaman (pH) ............................................................... 49 4.6.5 Nitrat ............................................................................................ 51 4.6.5 Ortofosfat..................................................................................... 52 4.6.5 Total Fosfat ................................................................................. 53 4.6.5 Total Nitrogen .............................................................................. 54

5. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 56

5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 56 5.2 Saran .................................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 58

LAMPIRAN ...................................................................................................... 67

Page 13: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Spesifikasi Sensor AAQ1183 ....................................................................... 23

2. Hubungan antara Kadar Oksigen Terlarut Jenuh dan Suhu ......................... 28

3. Hasil pengukuran klorofil-a (µg/L) ................................................................ 36

4. Hasil pengukuran suhu (oC) ......................................................................... 46

5. Hasil pengukuran kecerahan (cm) ............................................................... 47

6. Hasil pengukuran oksigen terlarut (mg/L) ..................................................... 48

7. Hasil pengukuran derajat keasaman ............................................................ 50

8. Hasil pengukuran nitrat (mg/L) ..................................................................... 51

9. Hasil pengukuran ortofosfat (mg/L) .............................................................. 52

10. Hasil pengukuran total fosfat (mg/L) .......................................................... 53

11. Hasil pengukuran total nitrogen (mg/L) ..................................................... 54

Page 14: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan Alur Perumusan Masalah ................................................................... 3

2. Lokasi Stasiun Pengambilan Sampel ........................................................... 21

3. Stasiun 1 daerah air masuk (inlet) dari Sungai Lesti .................................... 34

4. Stasiun 2 daerah air masuk (outlet) dari Sungai Brantas ............................. 35

5. Stasiun 3 daerah tengah Waduk Sengguruh ................................................ 35

6. Stasiun 4 daerah air keluar (outlet) Waduk Sengguruh ................................ 36

7. Grafik kelimpahan fitoplankton (ind/ml) ........................................................ 40

8. Grafik kelimpahan relatif fitoplankton ........................................................... 41

9. Grafik indeks keanekaragaman fitoplankton ................................................ 42

10. Grafik Hasil perhitungan Trophic Index (TRIX) ........................................... 43

Page 15: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Peta Lokasi Waduk Sengguruh .................................................................... 67

2. Alat dan Bahan ............................................................................................ 68

3. Identifikasi Fitoplankton .............................................................................. 70

4. Perhitungan Metode Trophic Index (TRIX) ................................................... 74

5. Perhitungan DO Saturasi ............................................................................. 77

6. Hasil Nilai Total Fosfat (mg/L) dan Total Nitrogen (mg/L) ............................. 79

7. Hasil Perhitungan Fitoplankton .................................................................... 82

8. Hasil Pengamatan Fitoplankton ................................................................... 84

9. Hasil Kelimpahan Fitoplankton (ind/ml) ....................................................... 85

10. Hasil Kelimpahan Relatif Fitoplankton ....................................................... 86

11. Indeks Keanekaragaman Fitoplankton ...................................................... 88

12. Indeks Dominasi ........................................................................................ 89

13. Dokumentasi Penelitian ............................................................................. 90

Page 16: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Waduk merupakan ekosistem yang terdiri dari unsur air, kehidupan

akuatik dan daratan yang dipengaruhi oleh tinggi rendahnya muka air, sehingga

waduk akan mempengaruhi iklim, dan keseimbangan ekosistem di sekitarnya.

Waduk berperan sebagai reservoir yang airnya dapat dimanfaatkan untuk

berbagai keperluan seperti pembangkit listrik, irigasi, perikanan, sumber air baku,

pengendali banjir, dan sumber air tanah (Haeruman, 1999).

Fungsi waduk antara lain adalah menyediakan air untuk keperluan

Saluran Irigasi, Pembangkit Listrik dan Air baku. Keberlangsungan waduk

ditentukan oleh jumlah air yang masuk dan keluar. Beberapa vaiabel yang

mempengaruhi jumlah dan keseimbangan air waduk adalah pengambilan air,

penguapan oleh tumbuhan di permukaan tanah (evapotranspirasi), evaporasi

(penguapan permukaan air), bocoran (leak), peresapan tanah (infiltrasi), jumlah

intensitas hujan dan air masuk (Faqih, 2014).

Waduk Sengguruh terletak di Desa Sengguruh, Kecamatan Kepanjen,

Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Djajasinga et al. (2012) menyatakan

bahwa, waduk Sengguruh merupakan waduk di hulu Sungai Brantas yang

memegang peranan penting dalam hal pengendalian banjir, penyediaan air untuk

irigasi dan membangkitkan sebagian besar energi listrik PLTA di JawaTimur.

Namun waduk Sengguruh juga menerima beban sedimentasi yang begitu tinggi

sejak awal operasinya.

Penurunan kualitas air karena eutrofikasi akan menurunkan fungsi

perairan waduk dan mengganggu ekosistem yang ada didalamnya. Unsur fosfor

dan nitrogen yang masuk ke perairan waduk akibat dari aktivitas manusia

diantaranya berasal dari kegiatan industri yang berasal dari limbah sisa hasil

Page 17: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

2

produksi, rumah tangga yang berasal dari deterjen, pertanian yang berasal dari

pupuk, dan budidaya perikanan karamba yang berasal dari sisa ekskresi dan sisa

pakan (Samudra et al., 2013). Masukan bahan organik yang terbawa melalui

limbah yang dihasilkan oleh kegiatan manusia akan masuk ke perairan dan pada

kondisi tertentu akan mengganggu ekosistem perairan. Kandungan bahan

organik yang terlalu tinggi akan menyebabkan perairan mengalami eutrofikasi.

Eutrofikasi adalah kondisi dimana perairan mengalami peningkatan kadar bahan

organik, kondisi ini ditandai dengan terjadinya peningkatan fitoplankton dan

tumbuhnya tumbuhan air yang meningkat (blooming alga). Selain itu, eutrofikasi

juga dikhawatirkan akan mengurangi kadar oksigen terlarut dalam perairan, dan

tingginya kandungan ammonia yang bersifat toksik bagi biota air (Simbolon,

2016)

Pencemaran yang terjadi di perairan waduk disebabkan oleh adanya

sumber bahan pencemar yang masuk dan terakumulasi di waduk, antara lain

berasal dari kegiatan produktif maupun non produktif di lahan atas dari

pemukiman dan dari kegiatan yang berlangsung di sekitar badan perairan waduk

itu sendiri. Beberapa jenis bahan pencemar utama yang masuk ke perairan

waduk antara lain limbah organic, dan anorganik, residu pestisida, sedimen dan

bahan - bahan lainnya (Pudjiastuti et al., 2013).

Status trofik merupakan status kualitas perairan air berdasarkan kadar

unsur hara dan kandungan biomassa fitoplankton atau produktivitasnya. Kondisi

kualitas air waduk diklasifikasikan berdasarkan eutrofikasi yang disebabkan oleh

adanya peningkatan kadar unsur hara dalam air. Status kesuburan perairan

dapat diindikasikan oleh produktivitas primer perairan yang berhubungan erat

dengan kandungan klorofil fitoplankton. Semakin tinggi nutrien yang masuk ke

perairan maka akan meningkatkan produktivitas primernya (Soeprobowati dan

Sri, 2010).

Page 18: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

3

Apabila kondisi masuknya beban pencemar terjadi secara terus-menerus

tentu akan berdampak buruk pada kualitas perairan maupun organisme yang

hidup di perairan Waduk Sengguruh. Sehingga dapat diketahui bahwa dengan

mengetahui tingkat kesuburan di perairan waduk maka dapat meminimalisir dan

mengendalikan beban pencemar yang masuk dari lingkungan sekitar agar

keberadaan ekosistem waduk dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Oleh

karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai tingkat kesuburan perairan

dengan menggunakan sampel kelimpahan fitoplankton dan rumus perhitungan

TRIX (Trophic Index).

1.2 Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dilihat pada uraian Gambar

1, yaitu sebagai berikut :

(A)

Aktivitas manusia :

- Kegiatan rumah tangga

- Kegiatan pertanian

- Kegiatan industri

Gambar 1. Bagan Alur Perumusan Masalah

Keterangan :

= Berpengaruh langsung

= Umpan balik

(B)

Limbah

(C)

Penurunan kondisi

kualitas air dan

terjadi

eutrofikasi

(D)

Tingkat kesuburan perairan

Trophic Index (TRIX)

Page 19: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

4

(A) Banyaknya aktivitas manusia di lingkungan sekitar Waduk Sengguruh yang

meliputi kegiatan rumah tangga, kegiatan pertanian dan kegiatan industri.

(B) Dari aktivitas manusia yang semakin meningkat tersebut menimbulkan

adanya suatu limbah yang dibuang langsung di sungai dan masuk ke

lingkungan Waduk Sengguruh.

(C) Beban pencemar yang masuk ke lingkungan Waduk Sengguruh akan

menimbulkan penurunan kondisi kualitas air. Banyaknya limbah yang masuk

ke dalam perairan akan mempengaruhi cepatnya pertumbuhan alga yang

sering disebut dengan eutrofikasi.

(D) Analisa data yang meliputi pengambilan sampel fitoplankton dapat

digunakan untuk menduga tingkat kesuburan suatu perairan waduk

berdasarkan (Trophic Index) TRIX, sedangkan analisa parameter kualitas air

dapat menunjukkan kondisi kualitas air di Waduk Sengguruh. Status

kesuburan perairan yang didapat dengan menggunakan Trophic Index

(TRIX) dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan acuan dalam

pengelolaan sumberdaya perairan melalui pengendalian aktifitas manusia di

lingkungan sekitar Waduk Sengguruh, Desa Sengguruh, Kecamatan

Kepanjen, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.

Berdasarkan uraian penjelasan dari Gambar 1, maka dapat disimpulkan

bahwa rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana kondisi kualitas air di Waduk Sengguruh ?

b. Bagaimana tingkat kesuburan perairan di Waduk Sengguruh ?

1.3 Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah :

a. Mengetahui kondisi kualitas air di Waduk Sengguruh.

Page 20: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

5

b. Mengetahui tingkat kesuburan perairan di Waduk Sengguruh

1.4 Kegunaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi

untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang kondisi kualitas air yang

dapat digunakan untuk menduga tingkat kesuburan perairan di Waduk

Sengguruh, Desa Sengguruh, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa

Timur. Selain itu diharapkan agar dapat mempermudah dalam pengelolaan dan

pengembangan ekosistem sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.

1.5 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 29 Januari – 12 Februari 2018

di Waduk Sengguruh, Desa Sengguruh, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten

Malang, Jawa Timur. Analisa parameter fisika, kimia dan biologi dilakukan di

Laboratorium Unit Pelaksana Teknis Air Tawar Sumberpasir, Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang. Pengukuran total

fosfat dan total nitrogen dilakukan di Laboratorium Kualitas Air Perum Jasa Tirta

1 Malang.

Page 21: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

6

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perairan Waduk

Waduk merupakan suatu komponen yang memiliki peran penting dalam

keseimbangan sistem tanah, air, udara, dan sumber daya alam lainnya. Dari

sudut ekologi, perairan menggenang yang meliputi waduk dan danau merupakan

ekosistem yang terdiri dari unsur air, kehidupan akuatik dan daratan yang

dipengaruhi tinggi rendahnya permukaan air (Rahayu dan Astria, 2012). Kartini

dan Permana (2016) menyatakan bahwa, waduk adalah tempat pada permukaan

tanah yang digunakan untuk menampung air saat terjadi kelebihan air atau

musim penghujan sehingga air itu dapat dimanfaatkan pada musim kering.

Sumber air waduk berasal dari aliran permukaan dan ditambah dengan air hujan

langsung. Waduk selain sebagai sumber pengairan persawahan juga

dimanfaatkan sebagai sumber penyediaan air baku untuk bahan baku air minum

dan rumah tangga, tetapi air yang dipakai harus memenuhi persyaratan sesuai

dengan kegunaannya.

Waduk merupakan badan air yang terbentuk karena pembendungan

aliran air sungai oleh manusia dan merupakan tipe perairan umum yang dibuat

untuk keperluan irigasi, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Perusahaan Air

Minum (PAM), perikanan dan pariwisata. Waduk mempunyai karakteristik fisik,

kimia dan biologinya berbeda dengan sungai. Dengan terbentuknya sungai

menjadi waduk maka karateristik lingkungan perairan waduk mengikuti

karakteristik perairan yang tergenang lainnya seperti danau (Hidayah et al.,

2014). Di Jawa Timur terdapat beberapa waduk yang diantaranya adalah waduk

Sengguruh, Karangkates, Lahor, Wlingi Raya dan Wonorejo, dimana waduk-

waduk tersebut merupakan beberapa waduk yang menampung air dari aliran

sungai Brantas (Suryanto dan Umi, 2009).

Page 22: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

7

2.2 Status Trofik

Status mutu air merupakan tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan

kondisi tercemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu

dengan membandingkan dengan baku mutu air atau kelas air yang telah

ditetapkan. Status trofik adalah status kualitas air danau berdasarkan kadar

unsur hara dan kandungan biomassa fitoplankton atau produktivitasnya.

Penentuan status trofik danau atau waduk dapat ditetapkan berdasarkan data

kualitas air dan berdasarkan kriteria status trofik (Peraturan MENLH Nomor 28,

2009).

Penggolongan status trofik meliputi hipertrofik (kadar unsur hara sangat

tinggi), eutrofik (kadar unsur hara tinggi), mesotrofik (kadar unsur hara sedang),

oligotrofik (kadar unsur hara rendah) serta distrofik (kondisi perairan yang menuju

kerusakan). Namun secara garis besar dikenal 3 kategori yaitu eutrofik (kadar

unsur hara tinggi), mesotrofik (kadar unsur hara sedang) dan oligotrofik (kadar

unsur hara rendah). Perairan dikatakan eutrofik jika memiliki nutrien tinggi dan

mendukung tumbuhan dan hewan air yang hidup di dalamnya. Perairan tipe

oligotrofik pada umumnya jernih, dalam dan tidak dijumpai melimpahnya

tanaman airserta alga (Indriani et al., 2016). Dalam menentukan status trofik

suatu perairan tergantung pada penyebaran serta konsentrasi klorofil-a,

ketersediaan nutrien (nitrogen dan fosfor). Konsentrasi klorofil-a sendiri dapat

dijadikan petunjukkan dalam menentukan status trofik suatu perairan (Irawati,

2014).

2.3 Eutrofikasi

Eutrofikasi adalah peningkatan tingkat pasokan bahan organik ke dalam

ekosistem perairan karena kelebihan pengayaan nutrien, terutama fosfor dan

nitrogen, di dalam tubuh air seperti danau atau waduk (Nixon, 1995). Tusseau

Page 23: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

8

dan Vuilleman (2001) dalam Hardiyanto et al. (2012) menyatakan bahwa,

eutrofikasi merupakan suatu masalah yang sering dihadapi di seluruh dunia yang

terjadi dalam ekosistem perairan tawar maupun laut. Eutrofikasi disebabkan oleh

masuknnya beban nutrien berlebih terutama akibat buangan limbah pertanian

maupun buangan limbah rumah tangga. Salah satu dampak langsung dari

eutrofikasi tersebut adalah menurunnya produktivitas primer yang diakibatkan

oleh meningkatnya respirasi perairan.

Limbah organik dalam air dan sedimen waduk mengalami dekomposisi

dan meningkatkan konsentrasi unsur nitrogen (N) dan fosfor (P), yang dapat

mendorong pertumbuhan fitoplankton. Pada konsentrasi yang optirnum, unsur

hara N dan P menguntungkan bagi pertumbuhan fitoplankton yang merupakan

makanan ikan sehingga dapat meningkatkan produksi ikan di waduk. Namun

ketika konsentrasi unsur-unsur tersebut tinggi maka akan terjadi pertumbuhan

fitoplankton yang berlebih (blooming) atau eutrofikasi dan mengakibatkan

terjadinya pencemaran air waduk. Apabila kondisi tersebut sudah parah maka

akan berdampak pada kualitas air menurun, air berubah menjadi keruh, oksigen

terlarut rendah dan timbul gas-gas beracun (Sugiura et al., 2004). Abida (2010)

menyatakan bahwa, beban masukan yang berupa lumpur akan membawa

partikel tersuspensi, nutrien dan bahan organik terlarut yang akan mendukung

terjadinya eutrofikasi atau bahkan kematian masal organisme dan bisa

menyebabkan berkurangnya penetrasi cahaya pada kolom air. Hal ini akan

berakibat pada keberadaan organisme terutama plankton yang langsung

merespon dari keberadaan nutrien dan kualitas air tersebut.

2.4 Fitoplankton

Fitoplankton merupakan tumbuhan mikroskopis yang hidup melayang-

layang di perairan. Fitoplankton adalah kelompok yang memegang peranan

Page 24: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

9

sangat penting dalam ekosistem air, karena kelompok ini dengan adanya

kandungan klorofil mampu melakukan proses fotosintesis. Fitoplankton dapat

ditemukan diseluruhmassa air mulai dari permukaan air sampai pada kedalaman

dengan intensitas cahaya yang masih memungkinkan terjadinya fotosintesis.

Disamping sebagai sumber makanan yang siap dimanfaatkan olah organisme

lainnya fitoplankton juga berperan sebagai pemasok oksigen melalui proses

fotosintesis (Odum 1993).

Heddy dan Kurniati (1996) menyatakan bahwa, kehadiran fitoplankton di

suatu ekosistem perairan sangatlah penting, karena fungsinya sebagai produsen

primer atau karena kemampuannya dalam mensintesa senyawa organik dari

senyawa anorganik melalui proses fotosintesis. Kualitas suatu perairan terutama

perairan menggenang dapat ditentukan berdasarkan fluktuasi populasi plankton

yang akan mempengaruhi tingkatan trofik perairan tersebut. Struktur komunitas

fitoplankton dan zooplankton dicirikan oleh indeks-indeks biologi berupa jumlah

individu dan spesies, kelimpahan, indeks keanekaragaman dan dominansi.

Salah satu ciri khas yang dimiliki organisme fitoplankton yaitu bagian

terpenting dan merupakan dasar dari rantai makanan di perairan. Kehadiran

fitoplankton di perairan juga dapat menggambarkan karakteristik suatu perairan

apakah berada dalam keadaan subur atau tidak. Kelimpahan fitoplankton di

suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa parameter lingkungan dan karakteristik

fisiologis perairan tersebut. Komunitas fitoplankton juga dapat dijadikan indikasi

kualitas perairan waduk tersebut. Keberadaan fitoplankton sangat berpengaruh

terhadap kehidupan di perairan karena memegang peranan penting yaitu dalam

rantai makanan fitoplankton menduduki posisi sebagai produsen yang menjadi

sumber makanan utama berbagai hewan-hewan perairan. Jadi dapat dikatakan

bahwa jika suatu perairan produksi primer fitoplanktonnya tinggi maka akan

berpotensi memiliki sumberdaya hayati yang besar (Rahmadani, 2017).

Page 25: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

10

2.5 Klorofil-a

Klorofil-a fitoplankton merupakan pigmen yang terdapat pada semua jenis

fitoplankton dan terlibat langsung dalam proses fotosintesis. Klorofil-a dapat

digunakan sebagai indikator tinggi rendahnya produktivitas primer suatu perairan

dan indikator tentang status kesuburan ekosistem perairan (Ardiwijaya, 2002).

Asriyana dan Yuliana (2007) menyatakan bahwa, cahaya matahari yang masuk

kedalam suatu perairan akan semakin berkurang dengan bertambahnya

kedalaman perairan, hal ini menyebabkan nilai produktivitas primernya semakin

rendah. Energi cahaya matahari yang masuk kedalam perairan digunakan dalam

proses fotosintesis, diserap oleh pigmen klorofil dan diubah menjadi energi kimia

yang digunakan dalam proses reduksi karbondioksida sehingga terbentuk bahan

organik sebagai hasil akhir dari proses fotosintesis.

Peningkatan unsur P akan mempengaruhi jumlah klorofil-a yang tinggi

sehingga menghambat masuknya sinar matahari ke dalam waduk. Pada saat

musim penghujan kandungan konsentrasi klorofil-a akan lebih tinggi karena

curah hujan juga membawa unsur hara dari daratan menuju ke perairan, oleh

karena itu konsentrasi klorofil-a bergantung dengan kondisi musim. Konsentrasi

klorofil yang tinggi mengindikasikan tingkat kesuburan perairan tersebut.

Ekosistem waduk yang tercemar dengan zat organik berupa N dan P dapat

menyebabkan kekurangan oksigen saat kondisi malam hari (Komarawidjaya,

2011).

2.6 Parameter Kualitas Air

2.6.1 Suhu

Suhu air merupakan salah satu faktor fisika yang banyak

mempengaruhi kehidupan hewan dan tumbuhan air salah satunya adalah

plankton. Pada perairan dangkal lapisann suhu air bersifat homogen berlanjut

Page 26: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

11

sampai ke dasar, sedangkan pada perairan laut yang lebih dalam terjadi

perbedaan suhu antar kedalaman perairan sehingga mempengaruhi

kelimpahan serta komposisinya di perairan (Handayani, 2009).

Stratifikasi suhu dari suatu air waduk secara umum dapat terjadi

dalam suatu badan air yang disebabkan karena air yang mempunyai suhu

yang lebih tinggi berada diatas lapisan air yang bersuhu lebih rendah. Pada

umumnya lapisan stratifikasi dapat dibagi menjadi tiga yaitu lapisan

epilimnion, metalimnion, dan hypolimnion. Pola stratifikasi suhu dari suatu air

waduk sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: iklim, pola angin,

kedalaman waduk, bentuk waduk, ukuran waduk, dan waktu tinggal

(residence time) waduk. Pada umumnya daerah yang mempunyai musim

dingin dan musim panas, stratifikasi hanya terjadi pada musim panas. Di

samping itu, stratifikasi umumnya terjadi pada badan air yang mempunyai

kedalaman di atas 5 m. Karena pada badan air yang mempunyai kedalaman

kurang dari 4 m, tekanan angin secara umum cukup kuat untuk menimbulkan

sirkulasi dalam badan air sehingga percampuran secara vertikal dapat terjadi

(Sidauruk et al., 2006).

2.6.2 Kecerahan

Kecerahan perairan adalah suatu kondisi yang menunjukkan

kemampuan cahaya matahari untuk menembus lapisan air pada kedalaman

tertentu. Pada perairan alami kecerahan sangat penting karena erat

kaitannya dengan aktifitas fotosintesis. Kecerahan merupakan faktor penting

bagi proses fotosintesis dan produksi primer dalam suatu perairan (Sari dan

Usman, 2012). Kondisi perairan yang kecerahannya rendah dan terlalu tinggi

akan menurunkan kelimpahan plankton, hal ini disebabkan karena

penurunan kecerahan akan menyebabkan makanan untuk plankton

Page 27: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

12

berkurang, serta sifat dari plankton yang fototaksis negatif yaitu bergerak

menjauhi sumber cahaya (Goldman dan Horme, 1983).

Pujiastuti et al. (2013) menyatakan bahwa, kecerahan perairan sangat

dipengaruhi oleh keberadaan padatan tersuspensi, zat-zat terlarut, partikel-

partikel dan warna air. Pengaruh kandungan lumpur yang dibawa oleh aliran

sungai dapat mengakibatkan tingkat kecerahan air waduk menjadi rendah,

sehingga dapat menurunkan nilai produktivitas perairan. Parameter

kecerahan dapat untuk mengetahui sampai dimana proses asimilasi dapat

berlangsung di dalam air. Air yang tidak terlampau keruh dan tidak terlampau

jernih baik untuk kehidupan ikan. Kekeruhan yang baik adalah kekeruhan

yang disebabkan oleh jasad renik atau plankton.

2.6.3 Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman atau pH (Power of Hydrogen) merupakan

gambaran jumlah atau aktivitas ion hidrogen dalam perairan. Secara umum

nilai pH menggambarkan seberapa besar tingkat keasaman atau kebasaan

suatu perairan. Perairan dengan nilai pH = 7 adalah kondisi netral, pH < 7

dikatakan kondisi perairan bersifat asam, sedangkan pH > 7 dikatakan

kondisi perairan bersifat basa. Adanya karbonat, bikarbonat dan hidroksida

akan menaikkan kebasaan air, sementara adanya asam-asam mineral bebas

dan asam karbonat menaikkan keasaman suatu perairan (Rahman, 2010).

Derajat keasaman (pH) air merupakan faktor pembatas pada

pertumbuhan ikan dan jasad renik lainnya yang berupa plankton maupun

zooplankton, dan lain sebagainya. Nilai keasaman (pH) perairan yang sangat

rendah (sangat asam) dapat menyebabkan kematian terhadap biota perairan,

demikian pula dengan nilai keasaman pH) perairan yang tinggi (sangat besar)

maka akan menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat (Cahyono, 2001).

Page 28: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

13

2.6.4 Oksigen Terlarut (DO)

Garno (2001) menyatakan bahwa, konsentrasi oksigen terlarut dalam

perairan dipengaruhi oleh suhu, respirasi, fotosintesis, respirasi organisme

dan kandungan bahan organik. Diantaranya, keberadaan bahan organik yang

paling sering menyebabkan oksigen terlarut rendah. Sebenarnya badan air

mempunyai kemampuan untuk menetralkan bahan pencemar yang masuk

kedalamnya, namun jika bahan pencemar masuk secara berlebihan maka

kebutuhan oksigen menjadi sangat besar dan mengakibatkan oksigen terlarut

rendah atau bahkan habis. Kondisi DO yang cukup baik berkaitan erat

dengan pengukuran pada siang hari dan kondisi perairan Waduk yang sangat

subur sehingga sebagian besar kandungan DO tersebut merupakan metabolit

fitoplankton yang tumbuh subur. Sebaliknya pada malam hari, DO tidak

diproduksi fitoplankton, sebaliknya DO yang tersedia digunakan oleh fauna

perairan seperti ikan budidaya dan lain-lain termasuk digunakan juga oleh

plankton tersebut. Oleh karena itu, dengan suburnya perairan ini, kebutuhan

oksigen biologi di perairan Waduk tidak tercukupi sehingga bisa terjadi

kondisi kekurangan oksigen (anoksia).

Sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah disfusi dari udara dan

hasil fotosintesis biota (makhluk hidup) yang berklorofil yang seluruh

tubuhnya tenggelam di dalam air. Proses difusi ini akan selalu terjadi apabila

ada pergerakan air sehingga mendorong terjadinya proses difusi oksigen dari

udara ke dalam air. Hal ini karena kandungan oksigen di udara lebih banyak.

Kelarutan oksigen di dalam air dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya

suhu, pergerakan air, luas daerah permukaan air yang terbuka, dan

persentase oksigen di sekelilingnya. Faktor penyebab berkurangnya oksigen

terlarut di dalam perairan antara lain respirasi yang dikeluarkan oleh biota

Page 29: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

14

perairan, penguraian atau perombakan bahan organik, dan pelepasan

oksigen ke udara (Mahyuddin, 2010).

2.6.5 Ortofosfat

Ortofosfat adalah fosfat organik yang merupakan salah satu bentuk

fosfor (P) yang larut dalam air dan dapat dimanfaatkan oleh organisme nabati

diantaranya adalah fitoplankton dan tanaman air (Hariyadi et al., 1992).

Fosfor di perairan dalam bentuk senyawa fosfat, yang terdiri atas fosfat

terlarut dan fosfat partikulat. Fosfat terlarut terbagi atas fosfat organik dan

fosfat anorganik yang terdiri dari ortofosfat dan polifosfat (Rumhayati, 2010).

Fosfat merupakan unsur kunci dalam kesuburan perairan dan nutrien

yang menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan fitoplankton. Fosfat di

perairan berada dalam bentuk terlarut berupa ortofosfat, bentuk padatan

berupa mineral batuan dan bentuk tersuspensi dalam sel organisme seperti

bakteri, plankton, sisa tanaman dan protein (Effendi, 2000). Santoso (2007),

organisme utama yang memerlukan keberadaan unsur ortofosfat di perairan

adalah fitoplankton untuk digunakan dalam proses fotosintesis.

2.6.6 Nitrat

Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan

merupakan sumber nutrisi utama bagi pertumbuhan fitoplankton dan

tumbuhan air lainnya. Kadar nitrat yang lebih dari 5 mg/L menggambarkan

telah terjadinya pencemaran (Tatangindatu, 2013). Nitrat (NO3) merupakan

pengontrol produktivitas primer perairan di zona eufotik dan dapat menjadi

pupuk pada tanaman air. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi

sempurna senyawa nitrogen di perairan dengan bantuan bakteri (Effendi,

2003). Alaert dan Santika (1984) menyatakan bahwa nitrat adalah bentuk

senyawa nitrogen yang merupakan sebuah senyawa stabil. Nitrat merupakan

salah satu senyawa penting untuk sintesis protein tumbuhan dan hewan,

Page 30: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

15

akan tetapi nitrat pada konsentrasi yang tinggi dapat menstimulasi

pertumbuhan alga yang tak terbatas.

Nitrat adalah bentuk nitrogen utama diperairan alami. Nitrat berasal

dari ammonium yang masuk ke dalam badan air terutama melalui limbah

domestik konsentrasinya di dalam air akan semakin berkurang bila semakin

jauh dari titik pembuangan yang disebabkan adanya aktifitas mikroorganisme

di dalam air contohnya bakteri nitrosumonas (Mustofa, 2015).

2.6.7 Total Fosfat

Phosporus merupakan unsur utama penyebab eutrofikasi danau dan

waduk yang berasal dari kegiatan manusia (Hart et al., 2004). Total Phosphat

menggambarkan jumlah total fosfor, baik berupa partikulat maupun terlarut,

anorganik, maupun organik. Fosfor tidak bersifat toksik bagi manusia, hewan,

dan ikan. Namun, keberadaan fosfor secara berlebihan yang disertai dengan

keberadaan nitrogen dapat menstimulir ledakan pertumbuhan alga di perairan

(algae bloom). Alga yang berlimpah ini dapat membentuk lapisan pada

permukaan air, yang selanjutnya dapat menghambat penetrasi oksigen dan

cahaya matahari sehingga kurang menguntungkan bagi ekosistem perairan

(Effendi, 2003).

Phosfat adalah bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan

dan merupakan unsur esensial bagi tumbuhan tingkat tinggi dan alga

sehingga dapat mempengaruhi tingkat produktivitas perairan (Bahri, 2006).

Syahrul (2005) menyatakan bahwa, total fosfat dalam perairan terdapat

sebagai senyawa ortofosfat, polifosfat dan fosfat organik. Fosfat organik

adalah unsur P yang terikat pada senyawa – senyawa organik hingga tidak

berada dalam larutan secara terlepas. Setiap senyawa fosfat tersebut

terdapat dalam bentuk terlarut, tersuspensi dan terikat dalam senyawa

organik.

Page 31: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

16

2.6.8 Total Nitrogen

Senyawa nitrogen anorganik terlarut (Dissolved Inorganic

Nitrogen/DIN) di perairan merupakan salah satu senyawa polutan yang

berpotensi menimbulkan penyuburan pada perairan yang dapat menimbulkan

gangguan sistem perairan. Senyawa tersebut di perairan terdapat dalam tiga

bentuk utama yang berada dalam keseimbangan yaitu nitrat, nitrit dan

amonium. Keberadaan nitrogen di perairan sangat dipengaruhi oleh buangan

limbah cair yang berasal dari kegiatan domestik, industri, bahan peledak,

pirotehnik dan pemupukan (Islam, 2005).

Dissolved inorganic nitrogen (DIN) adalah gabungan senyawa nitrat,

nitrit dan amonium yang terukur di perairan. Nilai kandungan DIN (nitrogen

anorganik terlarut atau Dissolved Inorganik Nitrogen (DIN) di perairan

merupakan penjumlahan nilai kandungan nitrat (NO3-N), nitrit (NO2-N) dan

amonium (NH4+) dapat dipergunakan sebagai indikator pencemaran

antropogenik pada perairan, diketahui bahwa ke tiga senyawa tersebut

adalah senyawa yang dapat mengakibatkan terjadinya pengayaan

(eutrofikasi) sistem perairan (Humborg et al., 2003)

2.7 Trophic Index (TRIX)

Trophic Index (TRIX) merupakan suatu indeks terbaik yang digunakan

untuk mengidentifikasi tingkat eutrofikasi danau atau waduk. Indeks TRIX

memiliki keunggulan diantaranya yaitu metodenya sangat praktis dan mudah

dimengerti untuk memantau serta melakukan suatu penilaian terhadap status

kesuburan perairan danau. Dalam menjaga kualitas perairan waduk maka

dibutuhkan suatu aspek guna mendapatkan wawasan tentang bagaimana cara

untuk meminimalisir dan mengendalikan beban pencemar yang masuk dari

Page 32: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

17

lingkungan sekitar agar keberadaan ekosistem waduk dapat dimanfaatkan

secara berkelanjutan (Goethals, 2013).

Vollenweider et al. (1998) menyatakan bahwa Trophic Index (TRIX)

didefinsikan sebagai kombinasi linear logaritmik dari empat variabel, antara lain

klorofil-a, oksigen terlarut jenuh (DO saturasi), mineral nitrogen, dan ortofosfat.

Distribusi data TRIX indeks dapat dianalisis dengan distribusi statistik yang

memiliki keuntungan yaitu dapat dikombinasikan dua atau lebih parameter yang

dapat diinterpretasikan. Tingkat kesuburan waduk dapat diformulasikan dengan

TRIX indeks. Nilai TRIX akan ditunjukkan dengan ukuran kesuburan (trofik)

antara 0 sampai 10. Semakin besar nilai indeks tersebut maka akan semakin

tinggi pula tingkat eutrofikasi pada suatu perairan.

Page 33: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

18

3. METODE PENELITIAN

3.1 Materi Penelitian

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tentang kualitas air

dan status kesuburan perairan waduk dengan menggunakan TRIX (Trophic

Index) dengan beberapa parameter pendukung meliputi parameter biologi

(klorofil-a dan kelimpahan fitoplankton), parameter fisika (suhu dan kecerahan)

dan parameter kimia (derajat keasaman (pH), oksigen terlarut (DO), nitrat,

orthofosfat, total fosfat dan total nitrogen).

3.2 Alat dan Bahan

Dalam melaksanakan penelitian ini membutuhkan alat dan bahan. Alat

maupun bahan tersebut digunakan untuk memperoleh hasil pengamatan

kualitas air dan status kesuburan perairan. Alat dan bahan yang digunakan

dalam pengambilan sampel kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 2.

3.3 Metode Penelitian

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode survey.

Sugiyono (2009) menyatakan bahwa, metode survey digunakan untuk

mendapatkan data dari tempat tertentu yang bersifat alamiah (bukan buatan),

tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan

mengedarkan kuisioner, pengamatan secara langsung, wawancara terstruktur

dan sebagainya karena perlakuan dalam metode survey tidak seperti dalam

metode eksperimen.

3.3.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diambil secara langsung dari kegiatan

atau obyek yang diamati. Hermawan (2005) menyatakan bahwa, data primer

merupakan data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti untuk

Page 34: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

19

menjawab masalah atau tujuan penelitian yang dilakukan dalam penelitian

eksploratif, deskriptif maupun kausal dengan menggunakan metode

pengumpulan data berupa survei atau observasi.

a. Observasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan secara langsung. Menurut

Djaelani (2013), observasi berasal dari kata observation yang berarti

pengamatan. Metode observasi dilakukan dengan cara mengamati perilaku,

kejadian atau kegiatan orang atau sekelompok orang yang diteliti kemudian

mencatat hasil pengamatan tersebut untuk mengetahui apa yang

sebenarnya terjadi. Observasi dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh

hasil pengamatan kualitas air dan status kesuburan yang dilakukan secara

langsung di Waduk Sengguruh, Desa Sengguruh, Kecamatan Kepanjen,

Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.

b. Wawancara

Metode observasi saja belum cukup untuk mendapatkan informasi,

oleh karena itu dapat dilengkapi dengan melakukan metode wawancara.

Menurut Subandi (2011), untuk lebih memperjelas pengambilan data dapat

dilakukan dengan wawancara. Wawancara dilakukan dengan dua cara, yaitu

wawancara bebas dan terprogram. Wawancara bebas dilakukan terhadap

beberapa informan dan narasumber untuk memperoleh data yang sifatnya

umum. Wawancara terprogram dilakukan untuk menggali data yang benar-

benar diperlukan dalam penelitian. Wawancara dilakukan dengan instansi

terkait dan warga sekitar Waduk Sengguruh, Desa Sengguruh, Kecamatan

Kepanjeng, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.

c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi merupakan kegiatan

pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen (Usman dan

Page 35: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

20

Akbar, 2014). Dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan gambar dari

Waduk Sengguruh, Desa Sengguruh, Kecamatan Kepanjeng, Kabupaten

Malang, Provinsi Jawa Timur.

3.3.2 Data Sekunder

Menurut Surakhmad (2004), data sekunder adalah data yang telah

lebih dulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang diluar dari penyidik sendiri,

walaupun yang dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data yang asli.

Sumber data sekunder bisa diperoleh dari sumber internal, internet, majalah,

jurnal-jurnal ilmiah, buku-buku dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini data

sekunder diperoleh dari dari jurnal, buku, situs internet dan kepustakaan

yang menunjang untuk pengerjaan laporan penelitian.

3.4 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Waduk Sengguruh, Desa Sengguruh,

Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Sampel yang

diambil dalam penelitian ini berupa sampel air dan sampel fitoplankton.

Pengambilan sampel dilakukan seminggu sekali selama 3 minggu. Lokasi Waduk

Sengguruh dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.5 Penentuan Stasiun Pengamatan

Dalam penelitian ini penentuan stasiun pengamatan terdiri dari 4 lokasi,

diantaranya yaitu daerah masuknya aliran sungai ke waduk (inlet) yang terdiri

dari inlet yang berasal dari Sungai Brantas dan Sungai Lesti, daerah tengah

waduk dan daerah dekat bendungan (outlet). Penentuan stasiun pengamatan

dipilih agar mendapatkan hasil yang merata dan mewakili kondisi keseluruhan

Waduk Sengguruh. Amirullah (2015) menyatakan bahwa, metode Purposive

sampling merupakan salah satu bentuk dari convenience sampling. Dalam

Page 36: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

21

metode Purposive sampling ini penentuan stasiun pengamatan yang dipilih

berdasarkan penilaian atau pandangan peneliti berdasarkan tujuan dan maksud

dari penelitian. Lokasi stasiun pengambilan sampel terdapat pada Gambar 2.

1

4 3 2

Gambar 2. Lokasi Stasiun Pengambilan Sampel

Keterangan :

Stasiun 1 : Longitude - 8o 11’ 8, 68448’’ serta Latitude 112o 33’ 22, 29433’’

yang merupakan daerah aliran masukan dari dari Sungai Lesti

Stasiun 2 : Longitude - 8o 10’ 52, 58334’’ serta Latitude 112o 33’ 18, 4109’’

yang merupakan daerah aliran masukan dari dari Sungai

Brantas

Stasiun 3 : Longitude - 8o 10’ 59, 43533’’ serta Latitude 112o 33’ 2, 92273’’

yang merupakan daerah tegah waduk

Stasiun 4 : Longitude - 8o 10’ 55,10629’’ serta Latitude 112o 32’ 48, 42794’’

yang merupakan daerah pengeluaran air waduk

3.6 Teknik Pengambilan Sampel

Pada pengambilan sampel yang dilakukan di Waduk Sengguruh, Desa

Sengguruh, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur

Page 37: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

22

terdapat 4 titik stasiun yang diambil sampel kualitas airnya dan dilakukan

sebanyak 3 kali pengambilan sampel dengan selang waktu 7 hari. Pengambilan

sampel dilakukan dengan selang waktu tersebut karena disesuaikan dengan daur

hidup fitoplankton yaitu berkisar antara 7-14 hari. Nugroho (2006) menyatakan

bahwa, fitoplankton dapat dijadikan sebagai indikator kualitas perairan karena

siklus hidupnya pendek dan memiliki respon yang sangat cepat terhadap

perubahan lingkungan. Susanti (2010) menyatakan bahwa, pengambilan sampel

dapat dilakukan pada pukul 07.00 sampai 12.00 WIB karena adanya migrasi

plankton akan kebutuhan cahaya matahari dan makanan. Pengambilan sampel

dilakukan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 minggu, dengan pertimbangan

terjadinya variasi populasi plankton. Selanjutnya pengukuran parameter kualitas

air dilakukan di Laboratorium Unit Pelaksana Teknis Air Tawar Sumberpasir,

Universitas Brawijaya, Malang.

3.6.1 Klorofil-a

Pengukuran klorofil-a dilakukan dengan menggunakan AAQ1183

dengan prosedur sebagai berikut :

- Menghubungkan kabel sensor AAQ1183 ke smart handy

- Mengkalibrasi sensor AAQ1183 menggunakan aquades

- Memasukkan sensor AAQ1183 kedalam perairan

- Menunggu sekitar 2 sampai dengan 3 menit sampai angka yang mucul

stabil

- Menyimpan data pada smart handy.

3.6.2 Suhu

Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan AAQ1183 dengan

prosedur sebagai berikut :

- Menghubungkan kabel sensor AAQ1183 ke smart handy

- Mengkalibrasi sensor AAQ1183 menggunakan aquades

Page 38: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

23

- Memasukkan sensor AAQ1183 kedalam perairan

- Menunggu sekitar 2 sampai dengan 3 menit sampai angka yang muncul

stabil

- Menyimpan data pada smart handy.

3.6.3 Oksigen Terlarut

Pengukuran oksigen terlarut (DO) dilakukan dengan menggunakan

AAQ1183 dengan prosedur sebagai berikut :

- Menghubungkan kabel sensor AAQ1183 ke smart handy

- Mengkalibrasi sensor AAQ1183 menggunakan aquades

- Memasukkan sensor AAQ1183 kedalam perairan

- Menunggu sekitar 2 sampai dengan 3 menit sampai angka yang muncul

stabil

- Menyimpan data pada smart handy.

3.6.4 Derajat Keasaman (pH)

Pengukuran derajat keasaman (pH) dilakukan dengan menggunakan

AAQ1183 dengan prosedur sebagai berikut :

- Menghubungkan kabel sensor AAQ1183 ke smart handy

- Mengkalibrasi sensor AAQ1183 menggunakan aquades

- Memasukkan sensor AAQ1183 kedalam perairan

- Menunggu sekitar 2 sampai dengan 3 menit sampai angka yang muncul

stabil

- Menyimpan data pada smart handy

Page 39: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

24

Tabel 1. Spesifikasi Sensor AAQ1183

Parameter

Tipe Sensor

Rentang

Pengukuran

Resolusi

Akurasi

Waktu

Konstan

(detik) Kedalaman

Semiconductor

pressure

transducer

0 – 100m

0,002 m

0,3%

FS

0,2

Suhu

Thermistor

-5 - 40°C

0,001 °C ± 0,02

°C

0,2

Konduktivitas

Inductive Cell 0 – 60

mS/cm

0,001

mS/cm

± 0,02

mS/cm

0,2

Salinitas UNESCO

Formula

0 – 40

0,001

± 0,03

0,2

Turbiditas Back-scattering

light

0 – 1000

FTU

0,02

FTU

± 0,3

FTU

0,2

Klorofil-a Fluorescent

Scattering Light

0 –

200 ppb

0,01

µg/L

± 1 %

0,2

DO Galvanic

Electrode

0 – 20 mg/L 0.,01

mg/L

± 0,2

mg/L

3,5

pH Glass Electrode 0 – 14 0,01 pH ± 0,2 10

Sumber : (Nijin, 2017)

AAQ 1183 merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur

kualitas perairan. Alat ini memiliki sensor untuk mengukur kedalaman, sensor

suhu perairan, sensor salinitas, sensor klorofil-a, sensor turbiditas, sensor pH

(derajat keasaman) dan sensor DO (oksigen teralarut). Untuk penggunaan AAQ

1183 ini biasanya digunakan untuk kedalaman yang tidak terlalu dalam, karena

dikhawatirkan jika terlalu dalam alat ini akan mengenai bagian dasar dari perairan

dan dapat mengakibatkan kerusakan terhadap alat ini (Luthfi dan Alfan, 2014).

AAQ1183 merupakan chlorotec probe (Chlorotec, type AAQ1183, Alec

Electronics), memiliki beberapa sensor yang digunakan untuk mengetahui dan

Page 40: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

25

mengukur beberapa parameter baik fisika maupun kimia di perairan. Chlorotec

probe ini terdiri atas rangkaian sensor dan monitor. Rangkaian sensor tsb terdiri

atas: sensor temperatur, salinitas, oksigen terlarut (DO), turbiditas, kedalaman,

pH (derajat keasaman) dan chlorophil-a. Chlorotec ini mempunyai kemampuan

merekam data mulai dari probe diturunkan sampai ditarik kembali ke permukaan

dengan interval perekaman data sesuai dengan kebutuhan surveyor (Edyanto,

2006).

3.6.5 Kecerahan

Menurut Bloom (1998), pengukuran kecerahan dilakukan dengan

menggunakan alat yaitu secchi disc. Adapun pengukuran kecerahan

dilakukan dengan cara sebagai berikut :

- Memasukkan atau menurunkan secchi disc secara pelan-pelan kedalam

air hingga batas kelihatan atau batas tampak pertama kali dan dicatat

kedalamannya (D1)

- Menarik pelan-pelan secchi disc sampai nampak pertama kali dan dicatat

kedalamannya (D2)

- Memasukkan data kedalam rumus berikut

Keterangan :

D : Kecerahan

D1 : Kedalaman pertama

D2 : Kedalaman kedua

3.6.6 Nitrat

Menurut Standar Nasional Indonesia (1990), prosedur pengukuran

nitrat dalam perairan adalah sebagai berikut :

Page 41: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

26

- Menyaring 25 – 50 ml sampel dan tuangkan pada cawan porselen

- Menguapkan diatas hot plate sampai mengerak dan didinginkan

- Menambah 2ml asam fenol disulfonik dan diaduk

- Menambah aquades sampai 10 ml dan kemudian ditetesi NH4OH sampai

warna kuning

- Memasukkan larutan kedalam cuvet

- Diukur absorbsinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang

410 nm. Dicatat hasil yang tertera pada spektofotometer

3.6.7 Ortofosfat

Menurut Standar Nasional Indonesia (1990), pengukuran kadar

ortofosfat dalam perairan dapat diukur menggunakan spektrofotometer

dengan prosedur sebagai berikut :

- Membuat larutan standar pembanding

- Menambahkan 2 ml mmonium molybdate-asam sulfat kedalam masing -

masing larutan standar yang telah dibuat dan di goyangkan sampai

larutan bercampur

- Menambahkan 5 tetes larutan SnCl2 dan kocok. Warna biru akan timbul

(10-20 menit) sesuai dengan kadar fosfatnya

- Mengukur dan tuangkan 50 ml sempel ke dalam erlemeyer

- Menambahkan 2 ml ammonium molybdate dan kocok

- Menambahkan 5 tetes SnCl2 dan kocok

- Membandingkan warna biru dan air sampel dengan larutan standar, baik

visual atau dengan spektrofotometer (panjang gelombang 590 µm).

3.6.8 Total Fosfat

Prosedur pengukuran total fosfat menurut Laboratorium Kualitas Air

Jasa Tirta I adalah sebagai berikut :

Page 42: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

27

- Mengukur 25 ml contoh air uji, tambahkan 0,25 ml H2SO4 pekat dan 1,25

ml HNO3 pekat.

- Kemudian panaskan sampai volume tersisa 1 ml dan kemudian

dinginkan.

- Setelah dingin tambahkan air suling sebanyak 5 ml lalu netralkan dengan

NaOH 1 N sampai berwarna merah muda.

- Volume air sampel ditambahkan air suling hingga 25 ml dan kemudian

ukur 10 ml contoh uji serta tambahkan larutan campuran sebanyak 1,6 ml.

- Kemudian ukur konsentrasinya dengan menggunakan spektrofotometer

pada panjang gelombang 880 nm dan dicatat hasil yang tertera pada

spektofotometer

Sumber : (SNI 19-2483-1991)

3.6.9 Total Nitrogen

Prosedur pengukuran total nitrogen menurut Laboratorium Kualitas Air

Jasa Tirta I adalah sebagai berikut :

- Persiapkan contoh uji air, kemudian penghilangan ammonia, setelah itu

residu destilasi ditambah 10 ml reagen digestion.

- Didihkan beberapa saat sampai mengeluarkan SO3 atau sampai

berwarna jerami muda.

- Selanjutnya lakukan peleburan selama 30 menit hingga volume 1/3 dari

volume awal.

- Kemudian dinginkan dan tambahkan 3 tetes PP dan 10 ml sodium

hidroksi thiosulfat.

- Setelah itu di destilasi, dan kemudian tamping destilat dalam gelas atau

labu ukur 50 ml yang sudah berisi 50 ml H2SO4 ± 0,04 N hingga volume

menjadi 50 ml.

Page 43: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

28

- Selanjutnya siapkan pipet 10 ml destilat, tambahkan 0,4 ml larutan phenol

dan kocok, tambahkan 0,4 ml sodium nitroprusside dan 1 ml larutan

oksida dan kocok.

- Biarkan campuran tersebut selama ± 1 jam (stabil 24 jam)

- Kemudian ukur konsentrasinya dengan menggunakan spektrofotometer

pada panjang gelombang 640 nm dan dicatat hasil yang tertera pada

spektofotometer.

Sumber : (APHA. 4500-N-Org B-2005)

3.6.10 Oksigen Saturasi

Untuk menentukan konsentrasi oksigen jenuh (saturasi) di suatu

perairan maka digunakan rumus menurut Effendi (2003), yaitu :

Tabel 2. Hubungan antara kadar oksigen terlarut jenuh dan suhu

Suhu

(oC)

Kadar Oksigen

Terlarut (mg/L)

Suhu

(oC)

Kadar Oksigen

Terlarut (mg/L)

Suhu

(oC)

Kadar Oksigen

Terlarut (mg/L)

0 14,62 14 10,31 28 7,83

1 14,22 15 10,08 29 7,69

2 13,83 16 9,87 30 7,56

3 13,46 17 9,66 31 7,43

4 13,11 18 9,47 32 7,30

5 12,77 19 9,28 33 7,18

6 12,45 20 9,09 34 7,06

7 12,14 21 8,91 35 6,95

8 11,84 22 8,74 36 6,84

9 11,56 23 8,58 37 6,73

10 11,29 24 8,42 38 6,62

11 11,03 25 8,26 39 6,51

12 10,78 26 8,11 40 6,41

13 10,54 27 7,97

Sumber : (Cole, 1983 dalam Effendi, 2003)

Page 44: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

29

3.6.11 Fitoplankton

a. Pengambilan sampel Fitoplankton

Menurut Ariana et al. (2013), pengambilan plankton dapat dilakukan

dengan prosedur sebagai berikut :

- Mengambil sampel air menggunakan ember volume 5 liter sebanyak

25 liter

- Menyaring air dengan menggunakan plankton net nomor 25

- Memasukkan hasil penyaringan ke dalam botol sampel dengan

volume 40 mL dan diteteskan lugol 4% sebanyak 2-3 tetes

- Mengidentifikasi di laboratorium dengan menggunakan mikroskop

untuk dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.

b. Identifikasi Fitoplankton

Menurut Astuti et al. (2012), prosedur identifikasi fitoplankton yang

dilakukan di laboratorium adalah sebagai berikut :

- Mengidentifikasi dengan menggunakan mikroskop binokuler dengan

perbesaran 400 kali

- Meneteskan sampel pada permukaan objek glass yang cekung,

kemudian ditutup dengan menggunakan cover glass

- Mengamati dengan menggeser objek glass secara horizontal dan

vertikal, sehingga semua permukaan cover glass teramati.

- Mengambil tiap plankton yang teramati, kemudian dilakukan

identifikasi morfologi pada tingkat genus menggunakan buku

identifikasi plankton.

c. Kelimpahan Fitoplankton

Menurut Arfiati (1991), cara menghitung kelimpahan fitoplankton

adalah sebagai berikut :

Page 45: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

30

- Membersihkan obyek glass dan cover glass dengan aquadest dan

dikeringkan menggunakan tissue secara searah

- Menetesi object glass dengan air sampel

- Menutup dengan cover glass dan mengamati di bawah mikroskop

dengan perbesaran 100x sampai 400x

- Mengamati jumlah plankton pada tiap bidang pandang. Jika (p)

adalah jumlah bidang pandang, maka (n) adalah jumlah plankton

dalam bidang pandang

- Menghitung dengan menggunakan rumus :

N =

x n

Keterangan :

N = Jumlah total plankton (ind/mL)

T = Luas cover glass (20 x 20 mm)

V = Volume sampel plankton dalam botol penampung (mL)

L = Luas lapang pandang

P = Jumlah lapang pandang

V = Volume sampel plankton di bawah cover glass (mL)

W = Volume air sampel yang disaring

n = Jumlah plankton dalam bidang pandang

d. Kelimpahan Relatif

Menurut Dahuri (2003) dalam Ariana et al. (2013), penentuan

kelimpahan relatif dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

a = Jumlah Individu jenis tertentu yang ditemukan

Page 46: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

31

a, b, c = Jumlah keseluruhan jenis-jenis yang ditemukan

e. Indeks Keanekaragaman (H’)

Menurut Ferianita et al. (2008), untuk mendapatkan nilai keragaman

spesies maka digunakan rumus indeks Diversity Shannon-Wiener adalah

sebagai berikut :

Keterangan :

H’ = Indeks keragaman Shannon-Wiener

Pi = ni/N

Ni = Jumlah individu jenis ke-i

N = Jumlah total individu

f. Indeks Dominasi

Untuk melihat ada atau tidaknya plankton yang mendominasi suatu

ekosistem perairan maka digunakan rumus menurut Odum (1998), yaitu :

D = ∑

)2

Keterangan :

D = Indeks dominasi

ni = Jumlah individu genus ke-i

N = Jumlah total individu seluruh genera

3.7 Analisa Data

Pendugaan Status Trofik Perairan hasil dari analisis kualitas air yang

diperoleh selanjutnya akan digunakan untuk mengetahui tingkat kesuburan

perairan berdasarkan Trophic Index (TRIX) dari Giovanardi dan Vollenweider

(2004). Skor status trofik ini merupakan nilai rataan dari Trophic Index (TRIX)

Page 47: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

32

keempat parameter kualitas air (klorofil-a, DO saturasi, total fosfat dan total

nitrogen). Batas nilai indeks TRIX disajikan sebagai berikut :

Nilai TRIX Status Trofik

0 < TRIX < 2 Oligotrofik

2 ≤ TRIX < 4 Mesotrofik

4 ≤ TRIX < 6 Eutrofik

6 ≤ TRIX < 10 Hipertrofik

Adapun perhitungan TRIX (Trophic Index) dari Giovanardi dan

Vollenweider (2004) adalah sebagai berikut :

)

Keterangan :

PO4 = Total fosfat (mg/L)

TN = Total nitrogen (mg/L)

Chl–a = Konsentrasi klorofil-a

DO saturasi = Persentase oksigen saturasi

Variabel a = 1,5 dan b = 1,2 adalah skala koefisien.

Page 48: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

33

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Waduk Sengguruh terletak di Desa Sengguruh, Kecamatan Kepanjen,

Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur. Waduk Sengguruh terletak pada 112o

42’ 58” – 112o 36’ 21” Bujur Timur 8o 02’ 50” – 8o 12’ 10” Lintang Selatan, berada

sekitar 24 km di selatan Kota Malang. Waduk Sengguruh berada pada bagian

hilir pertemuan sungai Brantas dan sungai Lesti yang bertujuan untuk menahan

laju sedimen serta PLTA (Djajasinga et al., 2012). Socheh (2002) menyatakan

bahwa Waduk Sengguruh terletak di sebelah hulu Waduk Sutami, yaitu yang

membendung sungai Lesti dan sungai Brantas. Waduk Sengguruh berfungsi

untuk melindungi Waduk Sutami dari sedimentasi. Apabila Waduk Sengguruh

dalam keadaan tidak beroperasi (penuh sedimen), maka Waduk Sutami akan

mengalami peningkatan beban sedimen menjadi tiga kali lipat.

Waduk Sengguruh merupakan waduk serbaguna yang diamanfaatkan

untuk menyuplai listrik bagi sebagian penduduk Malang, memenuhi ketersediaan

air irigasi dan digunakan sebagai penahan sedimen yang masuk ke Waduk

Sutami. Sedimentasi yang terjadi di Waduk Sengguruh setiap tahunnya

mengalami kenaikan. Potensi wisata di Waduk Sengguruh belum terlaksana

dengan baik dan serius. Hal ini diduga karena waduk ini lokasinya cukup tertutup

dan terdapat hutan milik Perum Jasa Tirta I (Ishaq, 2016).

4.2 Deskripsi Stasiun Pengambilan Sampel

Penelitian ini dilakukan pada 4 titik stasiun pengambilan sampel yang

sebelumnya telah ditentukan melalui metode purposive sampling, yang mana

penentuan stasiun pengamatan dipilih berdasarkan penilaian atau pandangan

peneliti berdasarkan maksud dan tujuan. Keempat stasiun tersebut meliputi dua

Page 49: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

34

inlet waduk yang terdiri dari Sungai Lesti dan Sungai Brantas, bagian tengah

waduk dan bagian outlet waduk. Deskripsi dari masing-masing stasiun tersebut

adalah sebagai berikut :

a. Stasiun 1

Pada penelitian di Waduk Sengguruh, pengambilan sampel yang

dilakukan di titik stasiun 1 yaitu daerah inlet yang aliran airnya berasal dari

Sungai Lesti. Di sebelah kanan dan kiri dari titik stasiun 1 berupa daerah

persawahan dan juga banyak ditumbuhi tanaman air seperti eceng gondok

dan kangkung air di bagian pinggir waduk. Kegiatan perikanan yang ada di

stasiun 1 yaitu kegiatan penangkapan ikan menggunakan alat pancing.

Kondisi perairan di stasiun 1 terdapat pada Gambar 3.

Gambar 3. Stasiun 1 daerah air masuk (inlet) dari Sungai Lesti

b. Stasiun 2

Pada penelitian di Waduk Sengguruh, pengambilan sampel yang

dilakukan di titik stasiun 2 yaitu bagian inlet Waduk Sengguruh yang berasal

dari aliran Sungai Brantas. Di sebelah kanan dari titik stasiun 2 merupakan

daerah persawahan. Pada stasiun 2 aliran airnya cenderung membawa

sampah. Kegiatan perikanan yang dilakukan yaitu kegiatan penangkapan

ikan menggunakan pancing. Kondisi perairan di stasiun 2 terdapat pada

Gambar 4.

Page 50: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

35

Gambar 4. Stasiun 2 daerah air masuk (outlet) dari Sungai Brantas

c. Stasiun 3

Pada penelitian di Waduk Sengguruh, pengambilan sampel yang

dilakukan di titik stasiun 3 yaitu terletak di bagian tengah Waduk Sengguruh

dan pertemuan antara aliran air sungai Lesti dan sungai Brantas. Stasiun 3

merupakan tempat pengerukan sampah sebelum air mengalir ke pintu keluar

waduk. Pada stasiun 3 tidak terdapat kegiatan penangkapan ikan dan dekat

dengan dermaga kapal mesin, serta dekat dengan alat berat yang digunakan

untuk mengeruk sampah. Kondisi perairan di stasiun 3 terdapat pada

Gambar 5.

Gambar 5. Stasiun 3 daerah tengah Waduk Sengguruh

Page 51: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

36

d. Stasiun 4

Pada penelitian di Waduk Sengguruh, pengambilan sampel yang

dilakukan di titik stasiun 4 yaitu bagian outlet Waduk Sengguruh. Di sebelah

kanan dari titik stasiun 4 terdapat bangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air

(PLTA) dan daerah pemukiman warga, sedangkan di sebelah kiri terdapat

sumber air dan kebun. Kegiatan perikanan di stasiun 4 yaitu penangkapan

ikan menggunakan pancing. Kondisi perairan di stasiun 4 terdapat pada

Gambar 6.

Gambar 6. Stasiun 4 daerah air keluar (outlet) Waduk Sengguruh

4.3 Klorofil-a

Klorofil-a merupakan suatu pigmen yang berwarna hijau pada fitoplankton

yang sangat menentukan produktivitas primer di perairan, sebaran tinggi dan

rendahnya konsentrasi klorofi-a sangat terkait dengan kondisi geografis suatu

perairan. (Sitorus, 2009). Berikut ini merupakan hasil pengukuran klorofil-a di

perairan Waduk Sengguruh selama penelitian disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil pengukuran klorofil-a (µg/L)

Stasiun Klorofil-a (µg/L)

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3

1 2,86 3,63 13,12

2 2,25 3,78 13,24

Page 52: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

37

Stasiun Klorofil-a (µg/L)

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3

3 2,43 3,92 11,73

4 2,61 3,55 11,27

Berdasarkan tabel diatas, nilai klorofil-a yang diperoleh saat penelitian

pada minggu 1 yaitu berkisar antara 2,25 – 2,86 µg/L, minggu ke 2 diperoleh

kisaran klorofil-a 3,55 – 3,92 µg/L dan pada minggu ke 3 diperoleh kisaran

klorofil-a 11,27 – 13,24 µg/L. Nilai klorofil-a tertinggi terdapat pada minggu ke 3,

hal ini diduga karena nilai nitrat yang diperoleh pada minggu ke 3 juga tinggi yaitu

sebesar 0,8500 – 0,8503 mg/L. Widyastuti et al. (2015) menyatakan bahwa, nitrat

di perairan merupakan makro nutrien yang meengontrol produktivitas primer di

daerah eufotik. Nitrat merupakan faktor penting yang dimanfaatkan oleh

fitoplankton dalam proses pertumbuhan. Kadar nitrat di suatu perairan sangat

dipengaruhi oleh asupan nitrat dari daerah aliran sungai yang berasal dari

buangan pertanian, rumah tangga termasuk feses dan urine ikan. Menurut

Kepmen LH tentang baku mutu air (2004), klorofil-a dibagi menjadi tiga kategori,

yaitu kategori baik jika klorofil-a dengan nilai < 15 µg/L, kategori sedang jika

klorofil-a dengan nilai 15 – 30 µg/L dan kategori buruk jika klorofil-a dengan nilai

> 30 µg/L. Vollenweider et al. (1998) menjelaskan bahwa, perairan yang memiliki

kandungan klorofil-a lebih kecil dari 1 µg/L termasuk oligotrofik, nilai klorofil-a 1 –

3 µg/L termasuk mesotrofik, nilai klorofil-a 3 – 5 µg/L termasuk eutrofik dan nilai

klorofil-a lebih besar dari 5 µg/L termasuk hipertrofik, sehingga klorofil-a yang

terdapat di Waduk Sengguruh tergolong dalam perairan mesotrofik sampai

hipertrofik dengan nilai berkisar antara 2,25 – 13,24 µg/L.

Sitorus (2009) dalam Rohmah et al. (2016) menyatakan bahwa

peningkatan nilai produktivitas primer merupakan hasil proses fotosintesis

sebanding dengan jumlah oksigen yang dihasilkan, dan kandungan oksigen

Page 53: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

38

terlarut di perairan dapat memberikan petunjuk tentang tingginya produktivitas

primer disuatu perairan. Klorofil-a merupakan salah satu parameter yang sangat

menentukan produktivitas primer di waduk, dimana kelimpahan fitoplankton yang

tinggi akan menghasilkan oksigen yang lebih banyak jika dibandingkan dengan

kelimpahan fitoplankton yang rendah, artinya kelimpahan fitoplankton yang tinggi

cenderung menghasilkan oksigen yang tinggi sebagai hasil dari proses

fotosintesis. Menurut Krismono (2010), kadar klorofil-a dapat digunakan sebagai

biomonitoring kualitas dan kesuburan perairan (produktivitas perairan). Maka

dapat disimpulkan bahwa tingginya kandungan klorofil-a akan menghasilkan nilai

produktivitas primer yang tinggi pula.

4.4 Hasil Pengamatan Fitoplankton

4.4.1 Komposisi Fitoplankton

Susanti (2010) menyatakan bahwa fitoplankton merupakan tumbuhan

mikroskopis yang hidupnya melayang-layang di perairan. Fitoplankton adalah

kelompok yang memegang peranan sangat penting dalam ekosistem air,

karena adanya kandungan klorofil sehingga mampu melakukan proses

fotosintesis. Fitoplankton dapat ditemukan diseluruh massa air mulai dari

permukaan air sampai pada kedalaman dengan intensitas cahaya yang

masih memungkinkan terjadinya proses fotosintesis. Berdasarkan dari

kegiatan penelitian yang dilakukan di Waduk Sengguruh, kompisisi dari divisi

fitoplankton yang ditemukan pada saat pengamatan diantaranya adalah

Chlorophyta, Bacillariophyta dan Cyanophyta. Dari divisi Chlorophyta

ditemukan 11 genus diantaranya yaitu Actinastrum, Closteriopsis, Closterium,

Mougotia, Oocytis, Pediastrum, Pleurotaenium, Scenedesmus, Sphaeroplea,

Triploceras, Ulothrix. Dari divisi Bacillariophyta ditemukan 8 genus

diantaranya yaitu Navicula, Suriella, Synedra, Aphileura, Diatoma,

Page 54: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

39

Magostolia, Gomphonema dan Nitzschia, sedangkan dari divisi Cyanophyta

hanya ditemukan 1 genus yaitu Oscilatoria.

Komposisi fitoplankton yang paling banyak ditemukan yaitu dari divisi

Chlorophyta dan Bacillariophyta. Davis (1995) dalam Sofarini (2012)

menyatakan bahwa, pada perairan yang tenang Chlorophyta merupakan

filum yang paling banyak ditemukan dibanding pada perairan lainnya. Hal

serupa disampaikan oleh Mujiyanto et.al. (2011) dalam Samudera et al.

(2013) bahwa divisi yang paling banyak ditemukan adalah Chlorophyta dan

Bacillariophyta. Perairan danau atau waduk umumnya didominansi oleh

fitoplankton dari kelas Chlorophyceae, Bacillariophyceae dan Cyanophyceae.

Chlorophyta adalah alga hijau yang apabila jumlahnya banyak dan

mendominansi perairan akan membuat perairan terlihat berwarna kehijauan,

sedangkan Bacillariophyta merupakan fitoplankton yang lebih dikenal sebagai

diatom. Dominasi jumlah dan jenis Chlorophyta dapat mengindikasikan

bahwa suatu perairan mengalami eutrofikasi.

4.4.2 Kelimpahan Fitoplankton

Kelimpahan plankton dipengaruhi oleh perubahan kondisi lingkungan

perairan. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kelimpahan plankton

adalah ketersediaan nutrisi, khususnya nitrogen sangat menentukan

kelimpahan jenis fitoplankton di suatu perairan. Unsur nutrisi berupa nitrogen

dan fosfor yang terakumulasi dalam suatu perairan akan menyebakan

terjadinya kelimpahan fitoplankton (Syukur, 2006). Berikut ini merupakan

hasil perhitungan kelimpahan fitoplankton di perairan Waduk Sengguruh

selama penelitian disajikan pada Gambar 7.

Page 55: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

40

Gambar 7. Grafik kelimpahan fitoplankton (ind/ml)

Berdasarkan grafik tersebut, hasil perhitungan rata-rata kelimpahan

fitoplankton yang diperoleh saat penelitian pada minggu 1 sebesar 3380

ind/ml, minggu 2 sebesar 3440 ind/ml dan minggu 3 sebesar 3200 ind/ml.

Kelimpahan fitoplankton di Waduk Sengguruh tergolong perairan mesotrofik

dengan kisaran kelimpahan sebesar 3200 ind/ml sampai 3440 ind/ml. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Landner (1978) bahwa, untuk menduga status

trofik di suatu perairan dapat digolongkan berdasarkan kelimpahan

fitoplankton antara lain :

Perairan Oligotrofik merupakan perairan yang tingkat kesuburannya

rendah dengan kelimpahan fitoplankton berkisar antara 0 – 2000 ind/ml.

Perairan Mesotrofik merupakan perairan yang tingkat kesuburannya

sedang dengan kelimpahan fitoplankton berkisar antara 2000 – 15.000

ind/ml.

Perairan Eutrofik merupakan perairan yang tingkat kesuburannya sedang

dengan kelimpahan fitoplankton berkisar antara > 15.000 ind/ml.

Nugroho (2006) menyatakan bahwa, kondisi lingkungan perairan yang tidak

menguntungkan bagi fitoplankton diakibatkan karena rendahnya ketersediaan

unsur hara di perairan sehingga keadaan tersebut dapat menyebabkan

kelimpahan maupun jumlah spesies fitoplankton berkurang, kondisi ini dapat

0

200

400

600

800

1000

1200

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3

Ke

limp

ahan

Fit

op

lan

kto

n

(in

d/m

l) Stasiun 1

Stasiun 2

Stasiun 3

Stasiun 4

Page 56: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

41

mempengaruhi tingkat kesuburan perairan. Oleh karena itu, kelimpahan

fitoplankton pada suatu perairan dapat digunakan untuk menduga tingkat

kesuburan.

4.4.3 Kelimpahan Relatif

Nilai kelimpahan relatif selama 3 minggu pengamatan yang dilakukan

sekali dalam 1 minggudi Waduk Sengguruh, disajikan dalam gambar 8 :

Gambar 8. Grafik kelimpahan relatif fitoplankton

Berdasarkan grafik tersebut, diperoleh nilai kelimpahan relatif yaitu

dari divisi Chlorophyta sebesar 52%, dari divisi Bacillariophyta sebesar 39%,

dan divisi Cyanophyta sebesar 9%. Kelimpahan relatif tertinggi di setiap

stasiun secara keseluruhan adalah dari divisi Chlorophyta sebesar 52%.

Siregar (2011) menyatakan bahwa, Chlorophyta umumnya banyak ditemukan

di perairan air tawar karena sifatnya mudah beradaptasi dan cepat

berkembang biak sehingga populasinya banyak ditemukan di perairan. Faktor

pembatas untuk kehidupan Chlorophyta adalah nitrogen. Bacillariophyta

dapat hidup pada nilai pH yang tinggi, sedangkan Cyanophyta tidak dapat

bertahan hidup pada kondisi perairan yang memiliki fosfor rendah, karena

fosfor merupakan faktor pembatas dari Cyanophyta.

4.4.4 Indeks Keanekaragaman (H’)

Nilai indeks keanekaragaman (H’) selama 3 minggu pengamatan yang

dilakukan sekali dalam 1 minggu di Waduk Sengguruh, disajikan pada

Gambar 9.

52% 39%

9% Chlorophyta

Bacillariophyta

Cyanophyta

Page 57: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

42

Gambar 8. Grafik kelimpahan relatif fitoplankton

Berdasarkan tabel tersebut diperoleh hasil indeks keanekaragaman (H’)

fitoplankton di perairan Waduk Sengguruh sebesar 4,21. Hasil indeks

keanekaragaman (H’) menunjukkan bahwa fitoplankton di Waduk Sengguruh

memiliki nilai keanekaragaman yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Lee et al. (1978) bahwa, H’ atau indeks keanekaragaman fitoplankton dapat

diklasifikasikan sebagai berikut, H’ < 1 menunjukkan keanekaragaman

rendah, H’ 1,0 – 1,5 menunjukkan keanekragaman rendah menuju sedang, H’

1,6 – 2,0 menunjukkan keanekaragaman sedang menuju tinggi dan H’ > 2,0

menunjukkan keanekaragaman tinggi. Handayani dan Tobing (2008)

menyatakan bahwa, tinggi rendahnya tingkat keanekaragaman fitoplankton

menggambarkan baik buruknya kualitas suatu perairan. Semakin tinggi

tingkat keanekaragaman fitoplankton maka semakin baik pula kualitas

perairan tersebut.

4.4.5 Indeks Dominasi

Indeks dominasi digunakan untuk mengetahui apakah ada komunitas

yang mendominasi di perairan atau tidak. Nilai indeks dominasi fitoplankton

yang diperoleh selama 3 minggu pengamatan yang dilakukan sekali dalam 1

minggu di Waduk Sengguruh yaitu pada stasiun 1 sebesar 0,0034, pada

stasiun 2 sebesar 0,0046, pada stasiun 3 sebesar 0,0041 dan pada stasiun 4

0.00000

0.10000

0.20000

0.30000

0.40000

0.50000

0.60000

0.70000

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4

Ind

eks

Kea

nek

arag

aman

(H

')

Chlorophyta

Bacillariophyta

Cyanophyta

Divisi

Page 58: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

43

sebesar 0,0047. Dari hasil perhitungan indeks dominasi menunjukkan bahwa

lebih banyak yang memiliki nilai mendekati 0 (nol) dibandingkan yang

mendekati 1 (satu), sehingga dapat dijelaskan bahwa secara umum di

perairan Waduk Sengguruh selama penelitian tidak terjadi dominasi

fitoplankton. Barus (2004) menyatakan bahwa, nilai indeks dominasi berkisar

antara 0 – 0,5 artinya tidak ada spesies yang mendominasi. Apabila kisaran

nilai indeks dominasi 0,5 – 1 artinya terdapat spesies yang mendominasi.

4.5 Trophic Index (TRIX)

Radiarta dan Sagala (2012) menyatakan bahwa, status tropik perairan

merupakan indikator tingkat kesuburan perairan yang dapat diukur dari berbagai

macam unsur hara yang masuk ke perairan tersebut. Kondisi tingkat kesuburan

(eutropikasi) suatu kawasan waduk merupakan faktor penting yang harus

diperhatikan. Pengelolaan secara berkala terhadap kondisi kualitas perairan

waduk sangat diperlukan demi mendukung pengelolaan dan manajemen waduk

yang berwawasan lingkungan. Berikut ini merupakan hasil perhitungan Trophic

Index (TRIX) di perairan Waduk Sengguruh selama penelitian disajikan pada

Gambar 9.

Gambar 9. Grafik Hasil perhitungan Trophic Index (TRIX)

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3

Tro

ph

ic In

de

x (T

RIX

)

Stasiun 1

Stasiun 2

Stasiun 3

Stasiun 4

Page 59: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

44

Berdasarkan gambar 9 tersebut, hasil perhitungan indeks status trofik

selama 3 minggu pengamatan yang dilakukan sekali dalam 1 minggu didapatkan

nilai berkisar antara 2,18 – 3,45. Status trofik perairan Waduk Sengguruh

tergolong mesotrofik. Vollenweider et al. (1998) menyatakan bahwa, tingkat

kesuburan waduk dapat diformulasikan dengan Trophic Index (TRIX) yang

didasarkan pada keberadaan klorofil-a, persentase oksigen terlarut jenuh (%DO)

dan nutrien (N dan P) dengan skala nilai 0-10. TRIX dapat digunakan untuk

mengevaluasi tingkat kesuburan perairan dalam jangka panjang. Berdasarkan

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widyastuti et al. (2015) di Waduk

Panglima Besar Soedirman Kabupaten Banjarnegara didapatkan nilai Trophic

Index (TRIX) berkisar antara 4,61 – 6,33 dan tergolong eutrofik sampai

hipertrofik. Hasil nilai Trophic Index (TRIX) yang didapatkan tersebut berbeda

satu tingkatan trofik dengan nilai Trophic Index (TRIX) di Waduk Sengguruh yang

tergolong mesotrofik dengan nilai berkisar antara 2,18 – 3,45. Perbedaan nilai

Trophic Index (TRIX) di setiap waduk sesuai dengan kondisi dan kualitas

perairan waduk itu sendiri.

Eutrofikasi merupakan sebuah masalah yang diakibatkan adanya limbah

phospat, eutrofikasi juga dapat didefinisikan sebagai pencemaran air yang

disebabkan oleh munculnya nutrient yang berlebihan ke dalam ekosistem air

waduk. Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 28 tahun 2009,

perairan yang tergolong mesotrofik yaitu perairan yang mengandung unsur hara

dengan kadar sedang, kondisi ini menunjukkan adanya peningkatan kadar N dan

P, namun kondisi ini masih dalam batas toleransi.

Perairan yang tergolong mesotrofik dapat dicirikan dengan perairan yang

mempunyai konsentrasi nutrien sedang. Kondisi perairan mungkin sedikit tertutup

oleh bahan organik, sedimen, padatan tersuspensi dan alga. Status trofik dapat

berkisar antara oligotrofik yang memiliki jumlah nutrien dan produktivitas yang

Page 60: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

45

rendah, menjadi mesotrofik di mana ada jumlah nutrien dan produktivitas

menengah, hingga eutrofik yang memilki nutrien berlebih (Wagner dan Erickson,

2017). Status trofik dapat digunakan untuk mengindikasikan tingkat eutrofikasi di

perairan yang disebabkan oleh masuknya beban nutrien berlebih terutama akibat

buangan limbah pertanian maupun buangan limbah rumah tangga. Selain itu

status kesuburan perairan dapat digunakan dalam pengelolaan waduk dimasa

mendatang dan memberikan informasi guna mencegah terjadinya penurunan

kualitas perairan waduk. Perairan Waduk Sengguruh tergolong mesotrofik sesuai

dengan hasil klorofil-a yang tergolong dalam perairan mesotrofik sampai

hipertrofik dengan nilai berkisar antara 2,25 – 13,24 µg/L.

4.6 Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Air

Parameter kualitas air merupakan faktor pendukung baik buruknya

kondisi suatu perairan, pada penelitian ini dilakukan pengukuran parameter

kualitas diantaranya yaitu suhu, kecerahan, oksigen terlarut (DO), derajat

keasaman (pH), nitrat, ortofosfat, total fosfat dan total nitrogen. Berikut

merupakan hasil pengukuran parameter kualitas air.

4.6.1 Suhu

Suhu perairan merupakan parameter fisika yang berpengaruh

terhadap laju pertumbuhan dan laju metabolisme organisme perairan. Suhu

adalah salah satu faktor pembatas bagi organisme air. Pada suhu yang tinggi

metabolisme dan pernafasan meningkat sehingga konsumsi oksigen juga

mengalami peningkatan, maka perairan dengan suhu tinggi miskin akan

oksigen (Fachrul et al., 2016). Berikut ini merupakan hasil pengukuran suhu

di perairan Waduk Sengguruh selama penelitian disajikan pada Tabel 4.

Page 61: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

46

Tabel 4. Hasil pengukuran suhu (oC)

Stasiun Suhu (oC)

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3

1 26,2 25,6 25,2

2 25,9 25,5 25,1

3 26,6 25,8 25,2

4 26,3 25,9 25,6

Berdasarkan tabel diatas, nilai suhu yang diperoleh saat penelitian

pada minggu 1 yaitu berkisar antara 25,9 – 26,6 oC, minggu ke 2 diperoleh

kisaran suhu 25,5 – 25,9 oC dan pada minggu ke 3 diperoleh kisaran suhu

25,1 – 25,6 oC. Hasil rata-rata nilai pengukuran suhu yang didapatkan stabil,

hal ini diduga karena cuaca saat pengukuran tidak terlalu panas, sehingga

nilai suhu di Waduk Sengguruh dapat dikatakan cukup baik untuk

pertumbuhan fitoplankton. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Fachrul et al. (2016) di Waduk Pluit Jakarta Barat didapatkan

kisaran suhu perairan sebesar 27 – 30 oC dan berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Shaleh et al. (2014) di Waduk Sempor Kebumen didapatkan

kisaran suhu perairan sebesar 29 – 31 oC dengan rata-rata 29,93 oC.

Pada suhu yang tinggi kecepatan metabolisme akan meningkat

sehingga konsumsi oksigen juga mengalami peningkatan, maka perairan

dengan suhu yang tinggi akan mengkibatkan terjadinya penurunan oksigen

(Susanti, 2010). Apridayanti (2008) menyatakan bahwa, kisaran suhu yang

optimum bagi pertumbuhan fitoplankton adalah antara 20 – 30 oC,

ditambahkaan oleh APHA (1989), bahwa suhu optimum untuk pertumbuhan

fitoplankton berkisar antara 20 – 30 oC.

Page 62: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

47

4.6.2 Kecerahan

Kecerahan perairan merupakan ukuran yang digunakan untuk

mengetahui daya tembus cahaya matahari ke dalam kolom perairan

(Ketjulan, 2013). Berikut ini merupakan hasil pengukuran kecerahan di

perairan Waduk Sengguruh selama penelitian disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil pengukuran kecerahan (cm)

Stasiun Kecerahan (cm)

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3

1 19,20 22,50 6,50

2 31,00 31,00 9,75

3 28,00 19,75 11,50

4 24,00 23,50 9,25

Berdasarkan tabel diatas, nilai kecerahan yang diperoleh saat

penelitian pada minggu 1 yaitu berkisar antara 19 – 31 cm, minggu ke 2

diperoleh kisaran kecerahan 19 – 31 cm dan pada minggu ke 3 diperoleh

kisaran kecerahan 6 - 11 cm. Waduk Sengguruh termasuk pada tingkat

kecerahan yang rendah karena banyaknya masukan limbah hingga terjadi

penumpukan sampah dan menghambat masuknya cahaya matahari kedalam

air. Hal ini sesuai dengan pendapat Susanti (2010) bahwa, kecerahan yang

rendah akibat dari sedikitnya cahaya matahari yang masuk kedalam air

sehingga dapat mengganggu proses fotosintesis. Penetrasi cahaya akan

berbeda pada setiap ekosistem air yang berbeda. Proses fotosintesis yang

dilakukan oleh fitoplankton sangat bergantung pada sinar matahari. Apabila

proses ini terganggu maka ketersediaan oksigen didalam perairan juga

mengalami kendala. Hal ini akan berdampak negatif terhadap kehidupan

organisme air. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Syamiazi et al. (2015) di Waduk Nadra Kerenceng didapatkan nilai kecerahan

Page 63: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

48

yang berkisar antara 16-25 cm. Hasil kecerahan yang didapatkan tersebut

hampir sama dengan nilai kecerahan yang didapatkan di Waduk Sengguruh.

Akrimi dan Gatot (2002) menyatakan bahwa kecerahan air di bawah 100 cm

tergolong pada tingkat kecerahan yang rendah. Menurut Yazwar (2008),

kecerahan berpengaruh langsung terhadap perkembangan dan pertumbuhan

fitoplakton.

4.6.3 Oksigen terlarut

Oksigen Terlarut merupakan suatu faktor penting dalam suatu

perairan, oksigen terlarut dibutuhkan organisme untuk proses respirasi.

Oksigen terlarut yang ada di perairan sangat dipengaruhi oleh suhu.

Peningkatan suhu mengakibatkan konsentrasi oksigen terlarut menurun dan

juga sebaliknya jika suhu rendah maka oksigen terlarut akan tinggi (Barus,

2001). Berikut ini merupakan hasil pengukuran oksigen terlarut di perairan

Waduk Sengguruh selama penelitian disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil pengukuran oksigen terlarut (mg/L)

Stasiun Oksigen Terlarut (mg/L)

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3

1 8,28 8,35 8,18

2 8,77 8,50 8,29

3 8,17 8,19 8,21

4 8,20 8,10 7,57

Berdasarkan tabel diatas, nilai oksigen terlarut yang diperoleh saat

penelitian pada minggu 1 yaitu berkisar antara 8,17 – 8,77 mg/L, minggu ke 2

diperoleh kisaran oksigen terlarut 8,10 – 8,50 mg/L dan pada minggu ke 3

diperoleh kisaran oksigen terlarut 7,57 – 8,29 mg/L. Parameter suhu dan

oksigen terlarut sangat berhubungan karena pada saat suhu tinggi oksigen

terlarut akan mengalami penurunan, tetapi nilai oksigen terlarut yang

Page 64: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

49

didapatkan saat pengamatan di Waduk Sengguruh dapat dikatakan cukup

baik untuk pertumbuhan fitoplankton. Berdasarkan penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Syamiazi et al. (2015) di Waduk Nadra Kerenceng

didapatkan kisaran nilai oksigen terlarut sebesar 6,6 – 12,5 mg/L. Hasil

oksigen terlarut yang didapatkan tersebut hampir sama dengan nilai oksigen

terlarut yang didapatkan di waduk Sengguruh sehingga dapat dikatakan

cukup baik untuk pertumbuhan fitoplankton. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Kristanto (2004) bahwa kandungan oksigen terlarut (DO) yang optimum bagi

kehidupan fitoplankton yaitu > 6,5 mg/L. Kadar oksigen terlarut dapat

dijadikan ukuran untuk menentukan kualitas air. Kehidupan di air dapat

bertahan jika terdapat oksigen terlarut minimal sebanyak 5 ppm atau 5 mg/L,

selebihnya bergantung kepada ketahanan organisme, derajat aktif, kehadiran

bahan pencemar dan suhu air. Menurut Effendi (2000), semakin tinggi suhu

akan mempengaruhi tingkat kelarutan oksigen. Oksigen terlarut dalam air

berasal dari hasil proses fotosintesis oleh fitoplankton atau tumbuhan air

lainnya dan difusi dari atmosfir. Sedangkan dekomposisi bahan organik dan

oksidasi bahan anorganik dapat mengurangi kadar oksigen terlarut hingga

mencapai 0 (anaerobik).

4.6.4 Derajat keasaman (pH)

Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion

hidrogen dalam perairan. Secara umum nilai pH menggambarkan seberapa

besar tingkat keasaman atau kebasaan suatu perairan (Darmayanti et al.,

2011). Berikut ini merupakan hasil pengukuran derajat keasaman di perairan

Waduk Sengguruh selama penelitian disajikan pada Tabel 7.

Page 65: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

50

Tabel 7. Hasil pengukuran derajat keasaman

Stasiun Derajat Keasaman

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3

1 7,71 7,88 7,47

2 7,84 7,66 7,47

3 7,88 7,68 7,46

4 7,94 7,76 7,51

Berdasarkan tabel tersebut, nilai derajat keasaman yang diperoleh

saat penelitian pada minggu 1 yaitu berkisar antara 7,71 – 7,94, minggu ke 2

diperoleh kisaran derajat keasaman 7,66 – 7,88 dan pada minggu ke 3

diperoleh kisaran derajat keasaman 7,47 – 7,51. Nilai pH pada Waduk

Sengguruh relatif stabil dan tidak terjadi fluktuasi yang meningkat ataupun

rendah, sehingga nilai derajat keasaman tersebut masih dapat mendukung

kehidupan organisme akuatik yang ada di dalamnya termasuk fitoplankton.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Arizuna et al. (2014) bahwa, fitoplankton

dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH yang optimal

dengan kisaran 6,8 sampai dengan 8,5. Pada nilai pH 6,8 sampai dengan 8,5

ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan untuk kehidupan fitoplankton dalam

kondisi yang optimal. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Rustadi (2009) di Waduk Sermo didapatkan kisaran nilai derajat

keasaman sebesar 6,2 – 8,9 dengan rata-rata sebesar 7,57 sehingga nilai

derajat keasaman di Waduk Sermo tergolong basa. Hasil derajat keasaman

yang didapatkan di Waduk Sermo sama dengan hasil yang didapatkan di

Waduk Sengguruh karena nilai keduanya tergolong basa. Hamidah (2001)

dalam Jalaluddin et al. (2014) menyatakan bahwa, organisme akuatik dapat

hidup dalam suatu perairan dengan pH netral. Nilai pH optimal untuk

pertumbuhan plankton berkisar antara 6,8 sampai dengan 8,5. Kondisi

Page 66: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

51

perairan yang bersifat basa sesuai bagi kehidupan plankton dan sebaliknya

bila kondisi perairan yang bersifat basa sesuai bagi kehidupan planton dan

sebaliknya bila kondisi perairan bersifat asam akan membahayakan

kelangsungkan hidup plankton karena akan menyebabkan terjadinya

gangguan metabolisme dan respirasi.

4.6.5 Nitrat

Nitrat (NO3) adalah bentuk utama dari nitrogen di perairan alami dan

merupakan unsur hara utama bagi alga dan tanaman. Tanaman air dan

fitoplankton lebih mudah menggunakan nitrogen dalam bentuk nitrat.

Pembentukan nitrat tergantung pada adanya oksigen dalam proses oksidasi

oleh bakteri yang bertugas mengubah nitrit menjadi nitrat secara aerob

(Warman, 2015). Berikut ini merupakan hasil pengukuran nitrat di perairan

Waduk Sengguruh selama penelitian disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil pengukuran nitrat (mg/L)

Stasiun Nitrat (mg/L)

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3

1 0,8496 0,8495 0,8502

2 0,8494 0,8489 0,8500

3 0,8497 0,8494 0,8501

4 0,8493 0,8499 0,8503

Berdasarkan tabel tersebut, nilai nitrat yang diperoleh saat penelitian

pada minggu 1 yaitu berkisar antara 0,8493 – 0,8497 mg/L, minggu ke 2

diperoleh kisaran nitrat 0,8489 – 0,8499 mg/L dan pada minggu ke 3

diperoleh kisaran nitrat 0,8500 – 0,8503 mg/L. Nilai nitrat yang diperoleh

selama penelitian berkisar antara 0,8489 – 0,8503 mg/L, sehingga perairan

Waduk Sengguruh tergolong dalam perairan oligotrofik karena memiliki kadar

nitrat kurang dari 1 mg/L. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wetzel (1975)

Page 67: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

52

bahwa, nitrat dapat digunakan untuk mengelompokkan tingkat kesuburan

perairan. Perairan oligotrof memiliki kadar nitrat antara 0 – 1 mg/l, perairan

mesotrof memiliki kadar nitrat antara 1 – 5 mg/l, dan perairan eutrof memiliki

kadar nitrat yang berkisar antara > 5 – 50 mg/l. Kadar nitrat yang rendah

diduga adanya pemanfaatan nitrat oleh fitoplankton sehingga kandungan

nitrat menjadi sedikit. Effendi (2003) menyatakan bahwa, Kadar nitrat yang

rendah diduga disebabkan karena nitrat yang tersedia di perairan telah

dimanfaatkan oleh organisme terutama fitoplankton dalam pembentukan

protein.

4.6.6 Ortofosfat

Saeni (1991) menyatakan bahwa, senyawa fosfat merupakan salah

satu senyawa esensial untuk pembentuk protein, pertumbuhan alga dan

pertumbuhan organisme perairan. Di perairan alam fosfat terdapat dalam tiga

bentuk yaitu fosfat organik (tidak terlarut), polifosfat (setengah terlarut) dan

ortofosfat (terlarut). Berikut ini merupakan hasil pengukuran ortofosfat di

perairan Waduk Sengguruh selama penelitian disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil pengukuran ortofosfat (mg/L)

Stasiun Ortofosfat (mg/L)

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3

1 0,1022 0,1022 0,1033

2 0,1022 0,1023 0,1023

3 0,1019 0,1023 0,1028

4 0,1020 0,1022 0,1032

Berdasarkan tabel tersebut, nilai ortofosfat yang diperoleh saat

penelitian pada minggu 1 yaitu berkisar antara 0,1019 – 0,1022 mg/L, minggu

ke 2 diperoleh kisaran ortofosfat 0,1022 – 0,1023 mg/L dan pada minggu ke 3

diperoleh kisaran ortofosfat 0,1023 – 0,1033 mg/L. Tingginya nilai ortofosfat

Page 68: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

53

di perairan Waduk Sengguruh diduga berasal dari aktivitas pertanian, limbah

industri dan limbah domestik yang masuk ke waduk melalui aliran Sungai

Lesti dan Sungai Brantas. Hal ini sesui dengan pernyataan Effendi (2003)

dalam Sari et al. (2015) bahwa, sumber antropogenik fosfor adalah limbah

industri dan limbah domestik, sebagai contoh fosfor yang berasal dari

detergen. Limpasan dari daerah pertanian yang menggunakan pupuk juga

memberikan kontribusi yang cukup besar bagi keberadaan fosfor. Fosfor

tidak bersifat toksik bagi manusia, hewan dan ikan. Di perairan, bentuk unsur

fosfor berubah secara terus menerus, akibat proses dekomposisi dan sintesis

antara bentuk organik dan anorganik yang dilakukan oleh mikroba.

4.6.7 Total Fosfat

Cole (1983) menyatakan bahwa, fosfor memiliki peran yang sangat

penting untuk kehidupan organisme perairan karena berfungsi dalam

penyimpanan dan transfer energi dalam sel dan berfungsi dalam sistem

genetik. Berikut ini merupakan hasil pengukuran total fosfat di perairan

Waduk Sengguruh selama penelitian disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil pengukuran total fosfat (mg/L)

Stasiun Total Fosfat (mg/L)

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3

1 0,425 0,692 0,388

2 0,520 0,786 0,469

3 0,515 0,077 0,660

4 0,451 0,611 0,515

Berdasarkan tabel tersebut, nilai total fosfat yang diperoleh saat

penelitian pada minggu 1 yaitu berkisar antara 0,425 – 0,520 mg/L, minggu

ke 2 diperoleh kisaran total fosfat 0,077 – 0,786 mg/L dan pada minggu ke 3

diperoleh kisaran total fosfat 0,388 – 0,660 mg/L. Hasil pengukuran total

Page 69: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

54

fosfat yang dianalisakan di Laboratorium Kualitas Air Perum Jasa Tirta I

disajikan pada lampiran 6. Nilai total fosfat tertinggi terdapat pada minggu ke

2 stasiun 2, sumber fosfat yang ada di perairan Waduk Sengguruh diduga

berasal dari aktivitas penduduk sekitar waduk yang menghasilkan limbah

yang kemudian masuk ke waduk melalui aliran Sungai Brantas. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Kopacek et al. (1995) bahwa, meningkatnya senyawa

fosfat dipengaruhi oleh asupan nutrien dari daerah tangkapan air, aktivitas

penduduk sekitar waduk yang menghasilkan limbah dan kegiatan perikanan.

Kandungan P-total dalam kolom air sangat dipengaruhi oleh partikel yang

berasal dari daratan yang masuk ke perairan akibat erosi dan aktivitas

manusia, input nutrien atmosfer dan derajat keasaman atau pH.

4.6.8 Total Nitrogen

Nitrogen merupakan kandungan dari protoplasma dan dibutuhkan

fitoplankton untuk mensintesis protein. Nitrogen di perairan terdiri dari dua

golongan yang berbeda bentuknya yaitu nitrogen organik dan nitrogen

anorganik (Boyd, 1988 dalam Putri et al., 2014). Berikut ini merupakan hasil

pengukuran total nitrogen di perairan Waduk Sengguruh selama penelitian

disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil pengukuran total nitrogen (mg/L)

Stasiun Total Nitrogen (mg/L)

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3

1 0,173 0,484 0,716

2 0,168 0,326 0,473

3 0,306 0,424 0,572

4 0,212 0,273 0,343

Berdasarkan tabel tersebut, nilai total nitrogen yang diperoleh saat

penelitian pada minggu 1 yaitu berkisar antara 0,168 – 0,306 mg/L, minggu

Page 70: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

55

ke 2 diperoleh kisaran total nitrogen 0,273 – 0,484 mg/L dan pada minggu ke

3 diperoleh kisaran total nitrogen 0,343 – 0,716 mg/L. Hasil pengukuran total

fosfat yang dianalisakan di Laboratorium Kualitas Air Perum Jasa Tirta I

disajikan pada lampiran 7. Nilai total nitrogen tertinggi terdapat pada minggu

ke 3 stasiun 1, sumber N di perairan Waduk Sengguruh diduga berasal dari

aktivitas pertanian yang masuk ke waduk melalui aliran Sungai Lesti. Frame

dan Reiter (2013) menyatakan bahwa sumber nitrogen dari aktifitas pertanian

yang masuk ke perairan berasal dari penggunaan pupuk. Pupuk yang

digunakan pada lahan pertanian masuk ke aliran sungai melalui sistem

drainase.

Page 71: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

56

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Waduk Sengguruh, Desa

Sengguruh, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Data parameter kualitas air diperoleh nilai klorofil-a sebesar 2,25 – 13,24

µg/L, suhu berkisar 25,1 – 26,6 oC, kecerahan berkisar 6,50 – 31 cm, oksigen

terlarut berkisar 7,57 – 8,70 mg/L, derajat keasaman berkisar 7,47 – 7,94,

nitrat berkisar 0,8493 – 0,8503 mg/L, ortofosfat berkisar 0,1019 – 0,1033

mg/L, total fosfat berkisar 0,077 – 0,786 mg/L, total nitrogen berkisar 0,168 –

0,716 mg/L. Hasil kualitas air tergolong baik dan masih dalam batas optimum

untuk proses pertumbuhan organisme perairan. Analisa fitoplankton diperoleh

hasil kelimpahan fitoplankton dengan kisaran kelimpahan sebesar 3200 ind/ml

sampai 3440 ind/ml, kelimpahan relatif fitoplankton tertinggi di setiap stasiun

secara keseluruhan adalah dari divisi Chlorophyta sebesar 52%. indeks

keanekaragaman sedang dan indeks dominasi mendekati 0 atau tidak ada

dominasi.

2. Analisa Trophic Index (TRIX) diperoleh nilai berkisar antara 2,18 – 3,45

sehingga status trofik (tingkat kesuburan) perairan Waduk Sengguruh

tergolong mesotrofik. Perairan yang tegolong mesotrofik yaitu perairan yang

mengandung unsur hara dengan kadar sedang, kondisi ini menunjukkan

adanya peningkatan kadar N dan P, namun kondisi ini masih dalam batas

toleransi.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan terkait dengan penelitian yang telah

dilaksanakan tentang Pendugaan Status Trofik Berdasarkan Trophic Index

Page 72: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

57

(TRIX) di Waduk Sengguruh, Desa Sengguruh, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten

Malang, Jawa Timur yaitu perlu adanya pengontrolan dan pengawasan secara

berkelanjutan dari pihak pengelola Waduk Sengguruh untuk mengurangi

pencemaran sehingga tidak menurunkan fungsi dan kegunaan Waduk

Sengguruh. Saat ini perairan Waduk Sengguruh berada pada kondisi mesotrofik

namun kondisi ini dapat berubah seiring dengan bertambahnya waktu apabila

tidak dilakukan pengelolaan kualitas air secara berkelanjutan, oleh karena itu

diharapkan dapat dilakukan penelitian lanjutan mengenai tingkat eutrofikasi

perairan.

Page 73: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

58

DAFTAR PUSTAKA Abida, I. W. 2010. Struktur Komunitas dan Kelimpahan Fitoplankton di Perairan

Muara Sungai Porong Sidoarjo. Jurnal Kelautan. 3 (1) : 36-40. Akrimi dan Gatot. 2002. Teknik Pengamatan Kualitas Air dan Plankton di

Reservat Danau Arang-Arang Jambi. Jurnal Penelitian Teknik Pertanian. 7 (2). Balai Riset perairan Umum. Hal : 54

Alaert, G and Santika. 1984. Metoda Penelitian air. Usaha Nasional. Surabaya. Algaebase. 2018. http://www.algaebase.org/browser/taxonomy/. Diakses pada

tanggal 3 April 2018 pukul 20.00 WIB Amirullah. 2015. Populasi dan Sampel (Pemahaman, jenis dan teknik).

Bayumedia Publishing. Malang

APHA (American Public Health Association). 1989. Standart Methods for the

Examination of Water and Waste Water. 19th ed. APHA. Awwa. And

WPCF Washington DC.

Apridayanti, E. 2008. Evaluasi Pengelolaan Lingkungan Perairan Waduk Lahor Kabupaten Malang Jawa Timur. Tesis, Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro.

Ardiwijaya. R. R. 2002. Distribusi Horizontal Klorofil-a dan Hubungannya dengan

Kandungan Unsur Hara serta Kelimpahan Fitoplankton di Teluk Semangka, Lampung. Skripsi. FPIK Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Arfiati, D. 1991. Survey Makro Invertebrata dan Fisika Kimia di Sungai Amprong,

Malang, Jawa Timur. LUW. UNIBRAW-FISH. Fisheries Project.

Universitas Brawijaya: Malang

Ariana, D., J. Samiaji dan S. Nasution. 2013. Komposisi Jenis dan Kelimpahan Fitoplankton Perairan Laut Riau. Fisheries and Marine Science Faculty Riau University : Pekanbaru.

Arizuna, M., Suprapto D dan Muskananfola M. R. 2014. kandungan nitrat dan

fosfat dalam air pori sedimen di sungai dan muara Sungai Wedung Demak. Diponegoro Journal of Maquares. 3 (1) : 7-16.

Asriyana dan Yuliana. 2012. Produktivitas Perairan. Bumi Aksara. Jakarta. Astuti, R. P., P. T. Imanto dan G. S. Sumiarsa. 2012. Kelimpahan Beberapa

Jenis Mikroalga Diatom di Perairan Pulau Gumilamo-Magaliho, Halmahera Utara. Jurnal Ilmu danTeknologi Kelautan Tropis. 4 (1): 97-106.

Bahri, A F. 2006. Analisis Kandungan Nitrat dan Fosfat pada sedimen mangrove yang termanfaatkan di Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru. Studi Kasus Pemanfaatan Ekosistem Mangrove & Wilayah Pesisir Oleh

Page 74: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

59

Masyarakat Di Desa Bulucindea Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep. Asosiasi Konservator Lingkungan : Makassar.

Barus, T. A. 2001. Pengantar Limnologi, Studi Tentang Ekosistem Sungai dan

Danau. Jurusan Biologi. Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.

Medan

Barus, T.A. 2004. Faktor-Faktor Lingkungan Abiotik dan Keanekaragaman

Plankton sebagai Indikator Kualitas Perairan Danau Toba. Jurnal Manusia

dan Lingkungan. 11 (2) : 64-72.

Basmi, J. 2000. Planktonologi : Sebagai Indikator Pencemaran Perairan.

Fakultas Pertanian dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Bloom, J. H. 1998. Analisis Mutu Air secara Kimia dan Fisika. Sebuah Laporan tentang Pelatihan dan Praktek pada Fakultas Perikanan. NUUFIC. Unibraw. Malang.

Cahyono, B. 2001. Budidaya Ikan di Perairan Umum. Kanisius. Yogyakarta. Cole, G. A. 1983. Text Book of Limnology. 3r ed. Missouri: C.V. Mosby Company. Darmayanti, L., Y. L. Handayani dan J. MTS. 2011. Pengaruh Penambahan

Media Pada Sumur Resapan Dalam Memperbaiki Kualitas Air Limbah

Rumah Tangga. Jurnal Sains dan Teknologi. 10 (2) : 61-66.

Djaelani, A. R. 2013. Teknik Pengumpulan Data dalam Penelitian Kualitatif. Majalah Ilmiah Pawiyatan. 19 (1) : 82-92.

Djajasinga, V., A. Masrevaniah dan P. T. Juwono. 2012. Kajian Ekonomi

Penanganan Sedimen pada Waduk Seri di Sungai Brantas (Sengguruh,

Sutami dan Wlingi). Jurnal Teknik Pengairan. 3 (2) : 143 – 152.

Dyntaxa, 2018./search/a= Amphipleura pellucida /jpg. Diakses tanggal

21/04/2018: Pukul 15:20 WIB

Edyanto, Cb. H. 2006. Penelitian Kualitas Air Danau Anaeuk Laot di Pulau Weh Propinsi Nangroe Aceh Darussalam. Jurnal Teknologi Lingkungan. 116-124.

Effendi, H. 2000. Telaah Kualitas Air Bagi pengelolaan Sumberdaya Lingkungan

Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya Lingkungan

Perairan. Kanisius. Yogyakarta. Fachrul, M. F., A. Rinanti., D. Hendrawan dan A. Satriawan. 2016. Kajian

Kualitas Air dan Keanekaragaman Jenis Fitoplankton di Perairan Waduk

Pluit Jakarta Barat. Jurnal Penelitian dan Karya ilmiah Lemlit. 1 (2) : 109-

120.

Page 75: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

60

Faqih, N. 2014. Analisis Kehilangan Air Waduk Akibat Gulma Enceng Gondok

(Eichhornia crassipes). Jurnal PPKM III. 149-155.

Ferianita, M. F., Setijati Hartinah E dan M. Wulandari. 2008. Komposisi dan

Model Kelimpahan Fitoplankton di Perairan Sungai Ciliwung. Jakarta.

Biodiversitas. 9 (4) : 296-300.

Frame, H dan Reiter M. S. 2013. Enhanced efficiency fertilizer materials : nitrogen stabilizer. Petersburg : Virginia Polytechnic Institute and State University.

Garno, Y. S. 2001. Dinamika Kualitas Perairan di Muara Jangari Bendungan

Cirata. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. 3(4):19-27. Giovanardi, F., dan Vollenweider, R. A. (2004). Trophic Conditions of Marine

Coastal Waters: Experience in Applying the Trophic Index TRIX to Two Areas of the Adriatic and Tyrrhenian Seas. Journal of Limnology, 63(2),199–218.

Goethals, P.L.M. (2013) Sustainability of Water Quality and Ecology: Easier Said

than Defined and Implemented. Sustain. Water Qual. Ecol. 1 : 1–2. Goldman, C.R dan Horne, J. A. 1983. Limnology. Mc. Graw Hill Book Company.

New York.

Handayani, D. (2009). Kelimpahan dan Keanekaragaman Plankton di Perairan Pasang Surut Tambak Blanakan, Subang. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Handayani, S. dan I. S. L. Tobing. 2008. Keanekaragaman Fitoplankton di

Perairan Pantai Sekitar Merak Banten dan Pantai Panet Lampung. VIS VITALIS. 01 (1) :29 – 33.

Hardiyanto, R., H. Suherman dan R. I. Pratama. 2012. Kajian Produktivitas

Primer Fitoplankton di Waduk Saguling, Desa Bongas Dalam Kaitannya dengan Kegiatan Perikanan. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3 (4) : 51-59.

Hariyadi, S., Suryadiputra, I.N.N., dan Widigdo, B. 1992. Metode Analisis Kualitas

Air. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor Hart, M. R., Quin, B. F dan Nguyen, M. L. 2004. Phosporus Runoff from

Agricultural Land and Direct Fertilizer Effect: A Review. Journal of

Environmental Quality. 33 : 1954-1972

Heddy, S dan Kurniati. 1996. Prinsip-prinsip Dasar Ekologi. Raja Grafind. Persada. Jakarta.

Hermawan, A. 2005. Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Jakarta : PT.

Grasindo.

Page 76: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

61

Heruman, H. l999. Kebijakan Pengelolaan Danau dan Waduk Ditinjau dari Aspek Tata Ruang National Makalah disajikan dalam Seminar dan Workshop on Lake and Resevoir Management and Utilization. IPB. Bogor.

Hidayah, T., M. R. Ridho dan Suheryanto. 2014. Struktur Komunitas Fitoplankton

di Waduk Kedungombo Jawa Tengah. Maspari Journal. 6 (2) : 104-112.

Humborg C, Danielsson A, Sjoberg B, Green M. 2003. Nutrient lan-sea fluxes in oligothropic and Pristine estuaries of the Gulf of Bothnia, Baltic Sea. Estuarine, Coastal and Shelf Science 56 : 781 - 793.

Indriani, W., S. Hutabarat dan C. A’in. 2016. Status Trofik Perairan Berdasarkan

Nitrat, Fosfat, dan Klorofil-a di Waduk Jatibarang, kota Semarang.

Diponegoro Journal of Maquares. 5 (4) : 258-264.

Irawati, N. 2014. Pendugaan Kesuburan Perairan Berdasarkan Sebaran Nutrien

dan Klorofil-a di Teluk Kendari Sulawesi Tenggara. Jurnal Ilmu Perikanan

dan Sumberdaya Perairan. 193-200.

Ishaq, H. 2016. Bendungan Sengguruh, Tempat Berburu Kuliner Ikan Sungai.

https://ngalam.co/2016/01/23/bendungan-sengguruh-tempat-berburu-

kuliner-ikan sungai/. Diakses pada tanggal 14 Maret 2018 pukul 14.12

WIB

Islam MS. 2005. Nitrogen and phosphorus budget in coastal and marine cage aquaculture and impacts of effluent loading on ecosystem: review and analysis towards model development. Marine Pollution Bulletin 50: 48–61.

Jalaluddin., N. Akmal dan Azwir. 2014. Inventarisasi Fitoplankton di Perairan

Bendungan Beurayeun Kecamatan Leupung Kabupaten Aceh Besar.

Serambi Saintia. 2 (2) :119-124.

Kartini, T. dan S. Permana. 2016. Analisis Operasional Waduk Ir. H. Juanda.

Jurnal kalibrasi Sekolah Tinggi Teknologi Garut. 14 (1) : 13 – 24.

Kementrian Lingkungan Hidup. 2009. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

Nomor 28 tentang Daya aTampung Beban Pencemaran Air Danau dan

atau Waduk. Jakarta : Kemeneg LH.

Ketjulan, R. 2013. Kelangsungan Hidup Karang (Acropora formosa) pada Area yang Telah Mengalami Kerusakan di Perairan Pulai Hari. Jurnal Mina Laut Indonesia. 1 (1) : 128 – 133.

Khaeriyah, A. 2014. Kelimpahan dan Sebaran Horizontal Phytoplankton Bagi

Peruntukan Budidaya Ikan (Studi Kasus Waduk Bilibili Zona I). Otopus

Jurnal Ilmu Perikanan. 3 (2) : 297-304.

Komarawidjaja,W. 2011. Penentuan Konsentrasi Khlorofil a Sebagai Indikator Kualitas Perairan Waduk Saguling. ejurnal. bbpt.go.id.

Page 77: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

62

Kopacek, J., Prochazkova, L., Stuchlik, E., dan Blazka, P. 1995. The Nitrogen-Phosphorus Relationship in Mountain Lakes : Influence of Atmospheric Input, Watershed, and pH. Limnology and Oceanography, 40(5) : 930– 937.

Krismono. 2010. Hubungan Antara Kualitas Air Dengan Klorofil-a dan

Pengaruhnya Terhadap Populasi Ikan Di Perairan Danau Limboto. Jurnal Limnotek. 17 (2).

Kristanto, P. 2004. Ekologi Industri. Universitas Kristen PETRA Surabaya. ANDI.

Yogyakarta.

Landner. 1978. Eutrophication of Lakes. Analysis Water and Air Pollution

Research Laboratory Stockholm. Sweden.

Lutfi, O. M dan Alfan J. 2014. Assesmen Kondisi Fisika-Kimia Oseanografi Perairan Pulau Sempu Malang Selatan Sebagai Paraeter Penentuan Lokasi Pembuatan Taman Karang. Jakarta: Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan X ISOI 2013.

Mahyuddin, K. 2010. Panduan Lengkap Agribisnis Patin. Penebar Swadaya.

Jakarta

Menurut Kepmen Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 Tentang Baku Mutu

Air Laut Untuk Biota Hidup.

Michael, T. 1986. Ecologycal Method for Field and Labolatory Investigation. USA. Tata-McGraw-Hill Publishing.

Mustofa, A. 2015. Kandungan Nitrat dan Pospat Sebagai Faktor Tingkat

Kesuburan Perairan Pantai. Jurnal DISPROTEK. 6 (1) : 13-19.

Nijin. 2017. AAQ 1183 Series. http://www.nijin.com.tw/en/aaq/1183.htm. Diakses

pada tanggal 26 Desember 2017 pukul 10.30 WIB

Nixon, S. W. 1995. Coastal Marine Eutrophication : A definition, Social causes, and

future concerns. Ophelia. 41 : 199-219.

Nugroho. 2006. Bioindikator Kualitas Air. Universitas Trisakti. Jakarta. Odum, E. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan Tjahjono Samingan. Edisi

Ketiga. Universitas Gadjahmada : Yogyakarta.

Odum, E. P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan Tjahjono dari

Fundamentals of Ecology. Alih Bahasa Samingan, T. Edisi Ketiga.

Universitas Gadjahmada : Yogyakarta.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 28 Tahun 2009 tentang Daya

Tampung Beban Pencemaran Air Danau dan/atau waduk. Menteri Negara Lingkungan Hidup.

Pudjiastuti, P., B. Ismail dan Pranoto. 2013. Kualitas dan Beban Pencemaran

Perairan Waduk Gajah Mungkur. Jurnal EKOSAINS. 5 (1) : 59 – 75.

Page 78: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

63

Putri, F. D. M., E. Widyastuti dan Christiani. 2014. Hubungan Perbandingan Total

Nitrogen dan Total Fosfor dengan Kelimpahan Chrysophyta di Perairan

Waduk Panglima Besar Soedirman, Banjarnegara. Scripta Biologica. 1 (1)

: 96 -101.

Radiarta, I. N. dan S. L. Sagala. 2012. Model Spasial Tingkat Kesuburan

Perairan di Danau Batur Kabupaten Bangli Provinsi Bali dengan Aplikasi

Sistem Informasi Geografis. J. Ris. Akuakultur. 7 (3) : 499-508.

Rahayu, S. Y. S. dan R, Astria. 2012. Kelimpahan dan Keanekaragaman

Plankton di Area Waduk Jangari, Bobojang, Cianjur. Omne-Akuatika. 11

(14) : 1-6.

Rahmadani, Z. A. 2017. Keragaman Jenis Fitoplankton di Waduk Mulur

Kabupaten Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah. Skripsi. Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah. Surakarta.

Rahman, A. 2010. Penentuan Status Trofik Waduk Koto Panjang Propinsi Riau

Berdasarkan Kandungan Klorofil-a dan Beberapa Parameter Lingkungan.

Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Rohmah, W. S., Suryanti dan M. R. Muskananfola. 2016. Pengaruh Kedalam

Terhadap Nilai Produktivitas Primer di Waduk Jatibarang Semarang.

Diponegoro Journal Of Maquares. 5 (3) : 150-1156.

Roshisati, I. 2002. Distribusi Spasial Biomassa Fitoplankton (Klorofil-a) di Perairan Teluk Lampung pada Bulan Mei, Juli, dan September 2001. Skripsi. Program Studi MSP. FPIK. IPB. Bogor.

Rumhayati B. 2010. Studi senyawa fosfat dalam sedimen dan air menggunakan

teknik diffusive gradien in thin films. Jurnal Ilmu Dasar. 11(2):160-166. Rustadi. 2009. Eutrofikasi Nitrogen dan Fosfor serta Pengendaliannya dengan

Perikanan di Waduk Sermo. J. Manusia dan Lingkungan. 16 (3) : 176-186.

Saeni, M. S. 1989. Kimia Lingkungan. Departemen P dan K. Dirjen Pendidikan

Tinggi. PAU Ilmu Hayat. IPB. Samudra, S. R., T. R. Soeprobowati dan M. Izzati. 2013. Daya Tampung Beban

Pencemaran Fosfor untuk Budidaya Perikanan Danau Rawapening. Prosiding Workshop Penyelamatan Ekosistem Danau Rawapening. UNDIP. Semarang.

Santoso, A. D. 2007. Kandungan Zat Hara Fosfat Pada Musim Barat dan Musim

Timur di Teluk Hurun Lampung. Jurnal Teknik Lingkungan. 8 : 207-210.

Sari, H. M., B. Sulardiono dan S. Rdiyanti. 2015. Kajian Kesuburan Perairan di Waduk IR. H. Juanda Purwakarta Berdasarkan Kandungan Nutrien dan

Page 79: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

64

Struktur Komunitas Fitoplankton. Diponegoro Journal of Maquares Management of Aquatic Resources. 4 (3) : 123-131.

Sari, T. E. Y dan Usman. 2012. Studi Parameter Fisika dan Kimia Daerah

Penangkapan Ikan Perairan Selat Asam Kabupaten Kepualauan Meranti

Propinsi Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 17 (1) : 88-100.

Shaleh, F., R., K. Soewardi dan S. Hariyadi. 2014. Kualitas Air dan Status

Kesuburan Perairan Waduk Sempor, Kebumen. Jurnal Ilmu Pertanian

Indonesia (JIPI). 19 (3) : 169-173.

Sidauruk, P., Alip dan B. Pratikno. 2006. Penelitian Pola Stratifikasi Air Waduk

Jatiluhur dengan Menggunakan Teknik Perunut Isotip Alam. Jurnal Ilmiah

Aplikasi Isotop dan Radiasi. 2 (2) : 1-12.

Simbolon, A. R. 2016. Pencemaran Bahan Organik dan Eutrofikasi di Perairan

Cituis, Pesisir Tangerang. Jurnal Pro-Life. 3 (2). 109-118.

Siregar. 2011. Identifikasi Dominasi Genus Alga pada Air Boezem

Morokembrangan sebagai Sistem High Rate Algae Pond (HRAP).

Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS. Surabaya.

Sitorus, M. 2009. Hubungan Nilai Produktivitas Primer dengan Konsentrasi

Klorofil-a dan Faktor Fisika Kimia di Perairan Danau Toba Balige

Sumatera Utara. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera

Utara. Medan.

Socheh. 2002. Tinjauan Terhadap Sedimentasi di Waduk-waduk Utama di

Daerah Pengaliran Sungai (DPS) Kali Brantas. Prosiding Simposium

Nasional Pencegahan Bencana Sedimen, 12-13 Maret 2002. Integrate

Sediment-related Disaster Management Project (ISDM Project),

Yogyakarta.

Soeprobowati, T. R dan W. A. S. Sri 2010. Status Trofik Danau Rawapening dan

Solusi Pengelolaannya. Jurnal Sains & Matematika (JSM). 18 (4) : 158-

169.

Sofarini, D. 2012. Keberadaan dan Kelimpahan Fitoplankton sebagai Salah Satu

Indikator Kesuburan Lingkungan Perairan Waduk Riam Kanan.

EnciroScienteae. 8 : 30-34.

Standar Nasional Indonesia No. M-10-1990-F. Cara Uji Oksigen Terlarut Dalam Air Dengan Titrimetrik. Jakarta.

Standar Nasional Indonesia. 1990. Metode Pengukuran Kualitas Air. Dinas

Pekerjaan Umum. Jakarta. Subandi. 2011. Deskripsi Kualitatif sebagai Satu Metode dalam Penelitian

Pertunjukan. Harmonia. 11 (2) : 173-179.

Page 80: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

65

Sugiura, N., M. Utsumi., B. Wei., N. Iwami., K. Okano., Y. Kawauchi., T. Maekawa. 2004. Assessment for the Complicated Occurrence of Nuisance Odours from Phytoplankton and Environmental Factors in a Eutrophic Lake. Lake & Resenoirs: Res and Man. 9 (1) : 95-201.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Surakhmad, W. 2004. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik

(Edisi Revisi). Bandung : Penerbit Tarsito. Suryanto, A. M. H. dan H. S. Umi, 2009. Pendugaan Status Trofik dengan

Pendekatan Kelimpahan Fitoplankton dan Zooplankton di Waduk

Sengguruh, Karangkates, Lahor, Wlingi Raya dan Wonorejo Jawa Timur.

Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 1 (1) : 7 – 13.

Susanti, M. 2010. Kelimpahan dan Distribusi Plankton di Perairan Waduk

Kedungombo. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Syahrul, S. S dan Bannu. 2005. Kajian Analisis Kualitas Air Danau UNHAS :

Pembahasan Khusus pada Proses Eutrofikasi. Program Studi Fisika

JUrusan Fisika FMIPA. Universitas Hsanuddin. Makassar.

Syamiazi, F. D. N., Syaifullah dan F. R. Indaryanto. Kualitas Air di Waduk Nadra

Kerenceng Kota Cilegon Provinsi Banten. Jurnal Akuatika. 6 (2) : 161-

169.

Syukur, A. 2006. Kualitas Air dan Struktur Komunitas Fitoplankton Perikanan dan

Ilmu Kelautan. Pekanbaru : Universitas Riau.

Tatangindatu, F., O. Kalesaran dan R. Rompas. 2013. Studi Parameter Fisika

Kimia Air pada Areal Budidaya Ikan di Danau Tondano, Desa Paleloan,

Kabupaten Minahasa. Jurnal Budidaya Perairan. 1 (2) : 8-19.

Usman, H. dan P.S. Akbar. 2014. Metodologi penelitian sosial. Jakarta : Bumi Aksara.

Vollenweider RA, F Giovanardi, G Montanari, A Rinaldi. 1998. Characterization of

the Trophic Conditions of Marine Coastal Waters with Special Reference to the NW Adriatic Sea: Proposal for a Trophic Scale, Turbidity and Generalized Water Quality Index. Journal Environmetric, 9 (1): 329–357.

Wagner, T. dan L. E. Erickson. 2017. Sustainable Management of Eutrophic

Lakes and Reservoirs. Journal of Environmental Protection. 8 : 436-463. Warman I. 2015. Uji Kualitas Air Muara Sungai Lais Untuk Perikanan di Bengkulu

Utara. Jurnal Agroqua. 13(2).

Wetzel ,R.G. 1975. Limnology.. Philadelphia: W. B. Saunders Co

Page 81: PENDUGAAN STATUS TROFIK BERDASARKAN Trophic Index …repository.ub.ac.id/12443/1/Fatma Bella Nur Umami.pdf · 2018-10-08 · pembuatan laporan skripsi ini sehingga laporan skripsi

66

Widyastuti, E., Sukanto dan N. Setyaningrum. 2015. Pengaruh Limbah Orgaanik terhadap Status Tropik, Rasio N/P serta Kelimpahan Fitoplankton di Waduk Panglima besar Soedirman Kabupaten Banjarnegara. Biosfera. 32 (1) : 35-41.

Yazwar. 2008. Keanekaragaman Plankton dan Keterkaitannya dengan Kualitas Air di DanauToba. Universitas Sumatera Utara.