penduduk kembangan 2

download penduduk kembangan 2

of 159

description

jumlah penduduk di kembanan

Transcript of penduduk kembangan 2

  • KINERJA POSYANDU DALAM PELAKSANAAN PEMBINAAN GIZI

    MASYARKAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN

    KEMBANGAN JAKARTA BARAT TAHUN 2014

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

    Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

    SKRIPSI

    OLEH :

    MUSFIKA RAHMAN BADAWI

    NIM : 109101000023

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1435 H

    2014 M

  • ii

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    PEMINATAN GIZI

    Skripsi, Mei2014

    Musfika Rahman Badawi, NIM : 109101000023

    Analisis Kinerja Posyandu Dalam Pelaksanaan Pembinaan Gizi Masyarakat Di

    Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat Tahun 2014

    xvii +109 halaman,4 bagan, 25tabel, 30lampiran

    ABSTRAK

    Posyandu adalah bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat yang

    dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, guna

    memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan dalam mendapatkan pelayanan

    kesehatan. Kurang berfungsinya posyandu sehingga kinerja menjadi rendah. Kinerja

    posyandu dilihat dari penyelenggaraan posyandu, sehingga mencapai strata kemandirian

    posyandu. Kemandirian posyandu dapat dilihat dari frekuensi penimbangan, kader yang

    bertugas, cakupan partisipasi masyarakat (D/S), dan rogram tambahan, dan cakupan dana

    sehat.

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja posyandu dalam

    pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

    Kembangan, Jakarta Barat. Penelitian ini menggunakan metode kuatitatif dengan desain

    penelitian cross sectional. Untuk Penelitian dilakukan selama bulan Juni 2013 hingga

    April 2014.

    Hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja posyandu wilayah kerja Puskesmas

    Kecamatan Kembangan secara keseluruhan tergolong kurang. Hal tersebut disebabkan

    oleh rendahnya komponen output posyandu, sehingga mempengaruhi perolehan kinerja

    posyandu. Hasil penelitian untuk swadaya masyarakat, pembinaan posyandu, dan

    partisipasi tokoh masyarakat wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan tahun

    2014 secara keseluruhan juga tergolong kurang. Kemudian untuk hasil uji statistik yang

    dilakukan menunjukan bahwa, dari ketiga faktor tersebut hanya swadaya masyarakat dan

    pembinaan posyandu yang memiliki hubungan dengan kinerja posyandu.

    Selain memiliki hubungan dengan kinerja posyandu, diketahui pula bahwa

    swadaya masyarkat dan pembinaan posyandu memiliki hubungan dengan komponen

    kinerja, yaitu proses kinerja posyandu. Hal ini menunjukan bahwa, dukungan masyarakat

    dana bimbingan dari petugaskesehatan, maupun instansi terkait sebagai sangat penting

    pada kegiatan posyandu guna meningkatkan kinerja posyandu.

    Daftar bacaan : 31 (2003 2012)

  • iii

    FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

    DEPARTEMENT OF PUBLIC HEALTH

    MAJOR OF NUTRITION

    Undergraduated Thesis, May2014

    Musfika Rahman Badawi, NIM : 109101000023

    Integrited Health Services (Posyandu) Performances Analysis in Implementing

    aCommunity Nutrition Coaching in KembanganDistrict Health Center (Puskesmas), West

    Jakarta 2014

    ABSTRACT

    Posyandu isa public health efforts that took form in order to empower people and

    provide ease in obtaining health care, which were managed and organized from, by, for

    and within the community. Posyandu insufficiency led to the lower of its performances.

    Posyandu performance could be assedby the way it getting organized, thus achieving the

    strata of independence posyandu. Posyandu independence could be assed by the

    frequency of weighing in, an average cadres in charge, the scope of public participation,

    additional programs, and coverage of health funds.

    The purpose of the research is integrited health service (Posyandu) performance

    analysis in implementing a community nutrition coaching in Kembangan District health

    center (Puskesmas), West Jakarta. This study uses quantitative methods with cross-

    sectional research design.This study is conducted in June 2013 through April 2014.

    Theresults indicated that the Posyandu in Kembangan District Puskesmas overall

    relatively lack in performances. Those caused by the low output components of posyandu,

    thus affecting the performance gains by it. Theresults for governmental, posyandu

    coaching, and community leaders inKembangan District Puskesmas participation, showed

    that overall is low in 2014. Hence, the results of statistical tests showed that between

    those three factors, only the non-governmental and posyanducoaching that have a

    significant relationship toposyandu performances.

    In addition having a relationship with Integrited Health Services (Posyandu)

    Performances, note also that the non-governmental and coaching component linked to

    performance, is the process of performance. This shows that, good community support

    and guidance form health professionals, and related institutions is essential to the

    implementation of activities to improve Integrited Health Services (Posyandu)

    performances.

    Reading list : 31 (2003 2012)

  • iv

    PERNYATAAN PERSETUJUAN

    Judul Skripsi

    KINERJA POSYANDU DALAM PELAKSANAAN PEMBINAAN GIZI

    MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN

    KEMBANGAN JAKARTA BARAT TAHUN 2014

    Skripsi

    Telah Disetujui, Diperiksa, dan Dipertahankan Tim Penguji Program Studi Kesehatan

    Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    Jakarta, 19 Juni 2014

    Mengetahui,

    Pembimbing I, Pembimbing II,

    Catur Rosidati, SKM, M.KM Minsarnawati T, SKM, M.Kes

  • v

    PENGESAHAN PANITIAN UJIAN

    Skripsi dengan judul Analisis Kinerja Posyandu dalam Pelaksanaan Pembinana Gizi

    Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun

    2014 telah diajukan dalam sidang ujian skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 20 Mei 2014. Skripsi ini telah

    diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

    (SKM) pada Program Studi Kesehatan Masyarakat.

    Jakarta, 28 Mei 2014

    Sidang Ujian Skripsi

    Ketua

    Ratri Ciptaningtyas, M.HS

    Anggota,

    Riastuti Kusuma W, M.KM Puput Oktamianti, SKM, M.M

  • vi

    LEMBAR PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa :

    1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

    satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

    Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

    sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

    merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

    yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

    Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Jakarta, April 2014

    Musfika Rahman Badawi

  • vii

    RIWAYAT HIDUP

    DATA PRIBADI

    Nama Musfika Rahman Badawi

    Jenis Kelamin Perempuan

    Tempat/Tanggal Lahir Jakarta, 26 Agustus 1991

    Alamat Jl. Pondok Randu RT: 006 RW: 02 No. 46 Kec. Cengkareng, Kel.

    Durikosambi, Jakarta Barat 11750

    Agama Islam

    Status Perkawinan Belum Menikah

    Nomor Telepon/HP 085695545095

    RIWAYAT PENDIDIKAN

    2009 2014 Gizi - Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu

    Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    2006-2009 SMA Terpadu Baiturrahman, Bandung

    2003-2006 SMP Terpadu Baiturrahman, Bandung

    1997-2003 SDN 06 Pagi Jakarta

    1995-1997 TK RA Tarbiyatun Nufus, Jakarta

    RIWAYAT PEKERJAAN

    2013 Praktek Kerja Lapangan di Puskesmas Kecamatan Kembangan,

    Jakarta Barat

    2012 Praktek Kerja Lapangan II di Puskesmas Ciputat, Tangerang

    Selatan

    2011 Praktek Kerja Lapangan I di Puskesmas Ciputat, Tangerang Selatan

    2010

    Staff panitia Seminar Nasional Jurusan Kesehatan Masyarakat,

    Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri

    Syarif Hidayatullah Jakarta

    RIWAYAT ORGANISASI

    2004 OSIS SMP Terpadu Baiturrahman, Bandung

    2007 OSIS SMA Terpadu Baiturrahman, Bandung

    2011 BEM Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu

    Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    RIWAYAT PENELITIAN DAN PELATIHAN

    2011 Pelatihan Gizi Kedaruratan Nutrition Expo 2011 di Universitas

    Indonesia, Depok

    2011

    Inter Profesional Education dengan tema Work Together For Better Health dibawah bimbingan dr. Dwi Tyastuti Kusuma, MPH di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    2010 Peserta Lomba Karya Tulis Ilmiah Kesehatan Islam (LKTKI II) di

    Badan PPSDM Kesehatan Kementrian Kesehatan RI

    KETERAMPILAN Microsoft Office Word

    Microsoft Office Excel

    Microsoft Office Power Point

    Program Nutri survei

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum WR. Wb

    Puji syukur kepada Illahi Rabbi yang telah memberikan berbagai nikmat kepada

    kita semua. Shalawat dan salam tak lupa kita panjatkan kepada nabi Muhammad SAW.

    Dengan memanjatkan rasa syukur, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

    Analisis Kinerja Posyandu dalam Pelaksanaan Pembinaan Gizi Masyarakat di Wilayah

    Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014. Penyusunan skripsi

    ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan. Penulis

    mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan, perhatian dan kasih sayang

    yang sangat luar biasa.

    2. Bapak Prof. DR. (HC) dr. MK Tadjuddin, Sp. Dan selaku Dekan Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    3. Ibu Febrianti, M. Si, selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    4. Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM dan Ibu Minsarnawati Tananghaca, SKM, M.Kes

    selaku pembimbing skripsi.

    5. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, khususnya

    Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah membantu dalam kelancaran

    penelitian hingga penyelesaian masa studi.

    6. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat yang telah memberikan

    izin penulis untuk melakukan penelitian di Puskesmas Kecamatan Kembangan.

    7. Ibu Diany Lusia, SKM dan seluruh Staff Puskesmas Kecamatan Kembangan yang

    telah membantu dalam kelancaran penelitian.

    8. Seluruh Kader Posyandu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan yang

    telah berpartisipasi dalam penelitian.

  • ix

    9. Teman-teman Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan

    2009 yang telah memberikan semangat yang luar biasa untuk menyelesaikan

    studinya.

    10. Terima kasih kepada sahabat seperjuangan Affan Muhammad, Rifqi Nasrul Haq,

    dan Rijal Nurul Azam yang selalu memberikan dukungan kepada penulis, serta

    teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

    Penulis sadar bahwa dalam penulisan ini masih terdapat banyak kekurangan

    sehingga penulis sangat menerima setiap kritik dan saran yang diberikan untuk

    memperbaiki skripsi ini. Semoga tulisan yang sedikit ini dapat bermanfaat dengan

    menambah khazanah keilmuan Kesehatan Masyarakat.

    Wassalamualaikum Wr. Wb

    Jakarta, Juni 2014

    Penulis

  • x

    DAFTAR ISI

    LEMBAR JUDUL ................................................................................................................ i

    ABSTRAK ............................................................................................................................ ii

    LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................................ iv

    LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................. v

    LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................................ vi

    RIWAYAT HIDUP .............................................................................................................. vii

    KATA PENGANTAR .......................................................................................................... viii

    DAFTAR ISI ........................................................................................................................ x

    DAFTAR BAGAN ................................................................................................................ xiv

    DAFTAR TABEL ................................................................................................................. xv

    DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... xvii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1.Latar Belakang ................................................................................................................. 1

    1.2.Rumusan Masalah ............................................................................................................ 5

    1.3.Pertanyaan Penelitian ....................................................................................................... 6

    1.4.Tujuan Penelitian ............................................................................................................. 6

    1.4.1. Tujuan Umum ................................................................................................ 6

    1.4.2. Tujuan Khusus ............................................................................................... 6

    1.5.Manfaat Penelitian ................... 7

    1.5.1. Bagi Pengelola Program Gizi Dinas Kesehatan Kota Jakarta ....................... 7

    1.5.2. Bagi Puskesmas Kecamatan Kembangan ...................................................... 7

    1.5.3. Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ................................................. 7

    1.5.4. Bagi Penulis ................................................................................................... 8

    1.6.Ruang Lingkup ..................... 8

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat ............................................................................. 9

    2.1.1. Sasaran Pembinaan Gizi Masyarakat ....................... 9

  • xi

    2.1.2. Pencapaian Indikator Kinerja Pembinaan Gizi 2010-2014 .......................... 11

    2.1.2.1. Balita Ditimbang Berat Badannya (Cakupan D/S) ............................. 12

    2.1.2.2. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan .............................................. 15

    2.1.2.3. Balita Usia 6-59 Bulan Mendapat Kapsul Vitamin A ......................... 16

    2.1.2.4. Bayi Usia 0-6 Bulan Mendapat Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif ........... 18

    2.1.2.5. Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe ........................................................... 20

    2.1.2.6. Rumah Tangga Mengonsumsi Garam Beriodium ............................... 22

    2.1.2.7. Pelaksanaan Surveilans Gizi ............................................................... 24

    2.1.2.8. Penyediaan Buffer Stock MP-ASI untuk Daerah Bencana ................. 25

    2.2. Posyandu .................................................................................................................... 26

    2.2.1. Kegiatan Gizi Posyandu .......................................................................... 28

    2.2.2 Tingkat Perkembangan Posyandu ................. 31

    2.3.Kinerja ...................... 33

    2.3.1 Pengertian ...................... 33

    2.4. Penilaian Kinerja Posyandu ............................................................................ 34

    2.4.1. Komponen Input ....................................................................... 37

    2.4.2. Komponen Proses ............................. 43

    2.4.3. Komponen Output ......................... 44

    2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Posyandu .................................................... 47

    2.6.1 Faktor Lingkungan Sosial Posyandu ................................................................... 47

    2.6.2. Pembinaan Posyandu .......................................................................................... 49

    2.6.3. Motivasi Kader ................................................................................................... 53

    BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

    3.1. Kerangka Konsep ....................................................................................... 58

    3.2. Definisi Operasional ...................................................................................................... 61

    3.3. Hipotesis Penelitian .................... 65

    BAB IV METODE PENELITIAN

    4.1 Desain Penelitian ...................... 66

    4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................... 66

    4.2.1. Lokasi Penelitian ................................................................................................ 66

  • xii

    4.2.2. Waktu Penelitian ................................................................................................. 67

    4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ................... 67

    4.3.1. Populasi Penelitian .............................................................................................. 67

    4.3.2. Sampel Penelitian ............................................................................................... 67

    4.4 Instrumen Penelitian ......................... 69

    4.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ....................... 69

    4.6 Pengolahan Data ....................... 70

    4.7 Analisis Data .................... 71

    4.7.1 Analisisi Univariat ............................................................................................... 71

    4.7.2. Analisis Bivariat ................................................................................................. 72

    BAB V HASIL PENELITIAN

    5.1. Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Kembangan .................................................. 73

    5.1.1. Kondisi Geografis ............................................................................................... 73

    5.1.2. Kondisi Demografis ............................................................................................ 74

    5.1.3. Visi dan Misi Puskesmas Kecamatan Kembangan ............................................. 75

    5.1.4. Upaya Kesehatan Puskesmas Kecamatan Kembangan ...................................... 75

    5.2. Gambaran Kinerja Posyandu ........................................................................................... 77

    5.2.1. Gambaran Input Posyandu .................................................................................. 78

    5.2.2. Gambaran Proses Posyandu Dalam Pelaksanaan Pembinaan Gizi Masyarakat.. 78

    5.2.3. Gambaran Output Posyandu ............................................................................... 80

    5.3. Gambaran Variabel Independen ...................................................................................... 81

    5.3.1. Gambaran Swadaya Masyarakat ......................................................................... 81

    5.3.2. Gambaran Pembinaan Posyandu ........................................................................ 82

    5.3.3. Gambaran Partisipasi Tokoh Masyarakat ........................................................... 84

    5.4. Hasil Analisis Hubungan Variabel Independen dengan Variabel Dependen .................. 85

    5.4.1. Hasil Analisi Hubungan antara Swadaya Masyarakat dengan Kinerja

    Posyandu .......................................................................................................... 85

    5.4.2. Hasil Analisi Hubungan antara Pembinaan Posyandu dengan Kinerja

    Posyandu .......................................................................................................... 87

    5.4.3. Hasil Analisi Hubungan antara Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan Kinerja 89

  • xiii

    Posyandu ..........................................................................................................

    BAB VI PEMBAHASAN

    6.1. Gambaran Kinerja Posyandu ........................................................................................... 91

    6.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Posyandu ................................ ................... 98

    6.2.1. Hubungan Swadaya Masyarakat dengan Kinerja Posyandu ................................ 98

    6.2.2. Hubungan Pembinaan Posyandu dengan Kinerja Posyandu ................................ 101

    6.2.3. Hubungan Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan Kinerja Posyandu ................... 104

    BAB VII KESIMPILAN DAN SARAN

    7.1. Kesimpulan ..................................................................................................................... 107

    7.2. Saran ................................................................................................................................ 108

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xiv

    DAFTAR BAGAN

    Bagan 2.1 Konsep Pelayanan Gizi 10

    Bagan 2.2 Struktur Organisasi Posyandu Berdasarkan

    Kondisi Wilayah Setempat

    42

    Bagan 2.3 Kerangka Teori 57

    Bagan 3.1 Kerangka Konsep 60

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Indikator Kinerja dan Target Kegiatan Pembinaan Gizi Tahun 2010-2014 12

    Tabel 4.1 Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data 70

    Tabel 5.1 Luas Wilayah, Jumlah RW dan RT Kecamatan Kembangan Menurut

    Kelurahan

    74

    Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Puskesmas Kecamatan Kembangan 75

    Tabel 5.3 Persentase Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan

    Kembangan Tahun Jakarta Barat 2014

    77

    Tabel 5.4 Persentase Komponen Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas

    Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014

    77

    Tabel 5.5 Persentase Input Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan

    Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014

    78

    Tabel 5.6 Persentase Proses Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan

    Kembangan Tahun 2014

    79

    Tabel 5.7 Persentase Komponen Proses Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas

    Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014

    79

    Tabel 5.8 Persentase Output Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan

    Kembangan Tahun 2014

    80

    Tabel 5.9 Hasil Rata-rata Nilai Skor Swadaya Masyarakat Terhadap Posyandu Wilayah

    Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014

    82

    Tabel 5.10 Hasil Rata-rata Nilai Skor Pembinaan Terhadap Posyandu Wilayah Kerja

    Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014

    83

    Tabel 5.11 Hasil Rata-rata Nilai Skor Partisipasi Tokoh Masyarakat Terhadap Posyandu

    Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014

    84

    Tabel 5.12 Gambaran Kinerja Posyandu Berdasarkan Swadaya Masyarakat Wilayah

    Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014

    85

    Tabel 5.13 Gambaran Input Kinerja Posyandu Berdasarkan Swadaya Masyarakat

    Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014

    86

    Tabel 5.14 Gambaran Proses Kinerja Posyandu Berdasarkan Swadaya Masyarakat 86

  • xvi

    Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014

    Tabel 5.15 Gambaran Output Kinerja Posyandu Berdasarkan Swadaya Masyarakat

    Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014

    86

    Tabel 5.16 Gambaran Kinerja Posyandu Berdasarkan Pembinaan Posyandu Wilayah

    Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014

    87

    Tabel 5.17 Gambaran Input Kinerja Posyandu Berdasarkan Pembinaan Posyandu

    Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014

    87

    Tabel 5.18 Gambaran Proses Kinerja Posyandu Berdasarkan Pembinaan Posyandu

    Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014

    88

    Tabel 5.19 Gambaran Output Kinerja Posyandu Berdasarkan Pembinaan Posyandu

    Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014

    88

    Tabel 5.20 Gambaran Kinerja Posyandu Berdasarkan Partisipasi Tokoh Masyarakat

    Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014

    89

    Tabl 5.21

    Gambaran Input Kinerja Posyandu Berdasarkan Partisipasi Tokoh

    Maasyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta

    Barat Tahun 2014

    89

    Tabel 5.22

    Gambaran Proses Kinerja Posyandu Berdasarkan Partisipasi Tokoh

    Maasyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta

    Barat Tahun 2014

    90

    Tabel 23

    Gambaran Output Kinerja Posyandu Berdasarkan Partisipasi Tokoh

    Maasyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta

    Barat Tahun 2014

    90

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Analisis Kinerja Posyandu

    Lampiran 2 Persentase Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan

    Kembangan Tahun 2014

    Lampiran 3 Persentase Komponen Input Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas

    Kecamatan Kembangan Tahun 2014

    Lampiran 4 Persentase komponen Porses Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas

    Kecamatan Kembangan Tahun 2014

    Lampiran 5 Persentase Kegiatan Persiapan Pada Komponen Proses Posyandu Wilayah

    Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

    Lampiran 6 Persentase Kegiatan Penimbangan zada Komponen Proses Posyandu

    Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

    Lampiran 7 Persentase Kegiatan Penyuluhan Pada Komponen Proses Posyandu

    Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

    Lampiran 8 Persentase Kegiatan Pelaporan dan Rencana Tindak Lanjut Pada

    Komponen Proses Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan

    Kembangan Tahun 2014

    Lampiran 9 Persentase Kegiatan Pelayanan Gizi dan Kesehatan Pada Komponen

    Proses Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun

    2014

    Lampiran 10 Persentase komponen Output Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas

    Kecamatan Kembangan Tahun 2014

    Lampiran 11 Hasil Uji T-Independen antara Swadaya Masyarakat dengan Kinerja

    Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

    Lampiran 12 Hasil Uji T-Independen antara Swadaya Masyarakat dengan Komponen

    Input Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun

    2014

    Lampiran 13 Hasil Uji T-Independen antara Swadaya Masyarakat dengan Komponen

    Proses Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun

  • xviii

    2014

    Lampiran 14 Hasil Uji T-Independen antara Swadaya Masyarakat dengan Komponen

    Output Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan

    Tahun 2014

    Lampiran 15 Hasil Uji T-Independen antara Pembinaan Posyandu dengan Kinerja

    Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

    Lampiran 16 Hasil Uji T-Independen antara Pembinaan Posyandu dengan Komponen

    Input Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun

    2014

    Lampiran 17 Hasil Uji T-Independen antara Pembinaan Posyandu dengan Komponen

    Proses Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun

    2014

    Lampiran 18 Hasil Uji T-Independen antara Pembinaan Posyandu dengan Komponen

    Output Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan

    Tahun 2014

    Lampiran 19 Hasil Uji T-Independen antara Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan

    Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan

    Tahun 2014

    Lampiran 20 Hasil Uji T-Independen antara Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan

    Komponen Input Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan

    Kembangan Tahun 2014

    Lampiran 21 Hasil Uji T-Independen antara Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan

    Komponen Proses Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan

    Kembangan Tahun 2014

    Lampiran 22 Hasil Uji T-Independen antara Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan

    Komponen Output Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan

    Kembangan Tahun 2014

    Lampiran 23 Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Komponen Kinerja Posyandu Wilayah

    Kerja Puskesmas Kecamtan Kembangan

    Lampiran 24 Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Komponen Input Menurut Ketersediaan

    Sarana Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan

  • xix

    Tahun 2014

    Lampiran 25 Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Kegiatan Persiapan Posyandu Wilayah

    Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

    Lampiran 26 Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Kegiatan Penimbangan Posyandu

    Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

    Lampiran 27 Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Kegiatan Penyuluhan Posyandu Wilayah

    Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

    Lampiran 28 Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Kegiatan Pelayanan Pertolongan Gizi

    dan Kesehatan di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan

    Kembangan Tahun 2014

    Lampiran 29 Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Kegiatan Pelaporan dan Rencana Tindak

    Lanjut di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan

    Tahun 2014

    Lampiran 30 Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Komponen Output Menurut Cakupan

    Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya

    Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan

    bersama masyarakat guna memberdayakan masyarakat dan memberikan pelayanan

    kesehatan dasar, dengan tujuan untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu

    dan bayi (Kemenkes RI, 2011).

    Depdagri dan Otda, et al (2001) dalam Nusi (2006) membuktikan bahwa bila

    penyelenggaraan posyandu baik, maka upaya untuk pemenuhan kebutuhan dasar

    pengembangan anak akan baik pula, seperti tercapainya cakupan imunisasi yang

  • 2

    cukup tinggi dan adanya peningkatan umur harapan hidup. Sebaliknya bila kinerja

    posyandu tidak baik, seperti dalam pemantauan pertumbuhan anak, maka

    perkembangan status gizi anak dapat terganggu.

    Kurang berfungsinya posyandu menunjukan kinerja menjadi rendah,

    disebabkan oleh rendahnya kemampuan kader dan pembinaan dari unsur pemerintah

    dan instansi terkait, hal tersebut mengakibatkan menurunnya minat masyarakat untuk

    memanfaatkan posyandu (Nusi, 2006).

    Berdasaran hasil Riskedas 2007, secara nasional diperoleh 27,3% rumah

    tangga memanfaatkan posyandu sebagai pelayanan kesehatan dasar berbasis

    masyarakat, sedangkan 62,5% rumah tangga tidak memanfaatkan posyandu karena

    tidak membutukan dan 10,3% tidak memanfaatkan posyandu karena alasan lainnya.

    Hal tersebut menunjukan bahwa masih banyak masyarakat yang belum memanfaatkan

    posyandu sebagai fasilitas pelayanan kesehatan terutama untuk memantau tumbuh

    kembang anak (Depkes, 2008).

    Sedangkan di tingkat provinsi, Provinsi DKI Jakarta memiliki persentase

    25,4% rumah tangga yang memanfaatkan posyandu sebagai pelayanan kesehatan

    dasar berbasis masyarakat, 66,7% rumah tangga yang tidak memanfaatkan posyandu

    karena tidak membutuhkan dan 7,9% tidak memanfaatkan karena alasan lainnya. Hal

    ini juga membuktikan bahwa masih banyak masyarakat Provinsi DKI Jakarta yang

    belum memanfaatkan posyandu sebagai fasilitas pelayanan kesehatan terutama untuk

    memantau tumbuh kembang anak (Depkes, 2008).

    Kemudian persentase nasional balita ditimbang berat badannya 4 kali

    (penimbangan rutin dilakukan) dalam 6 bulan terakir adalah 45,4%. Pada tingkat

  • 3

    provinsipersentase balita di timbang berat badannya 4 kali dalam 6 bulan terakhir,

    Provinsi DKI Jakarta mencapai 57,6% lebih tinggi dari prevalensi nasional. Sebagai

    pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat, secara nasional posyandu merupakan

    sarana penimbangan balita yang paling banyak digunakan yaitu 78,3% dibandingkan

    dengan pelayanan kesehatan lainnya seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Polindes, dan

    lainnya. Di Provinsi DKI Jakarta, persentase penimbangan balita yang dilakukan di

    posyandu mencapai 67,2% (Depkes, 2008).

    Selain itu, berdasarkan laporan Susenas 2007-2009 cakupan pemberian Air

    Susu Ibu (ASI) eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia berfluktuasi dalam 3 tahun,

    menurun dari 62,2% tahun 2007 menjadi 56,2% pada tahun 2008, dan kembali terjadi

    sedikit peningkatan di tahun 2009 menjadi 61,3%. Demikian pula cakupan pemberian

    ASI eksklusif pada bayi sampai 6 bulan menurun dari 28,6% di tahun 2007 menjadi

    24,3% pada tahun 2008, dan kembali meningkat menjadi 34,3% pada tahun 2009

    (Kemenkes, 2012).

    Pada tahun 2011 cakupan partisipasi masyarakat (D/S) di wilayah kerja

    Puskesmas Kecamatan Kembangan paling tinggi mencapai 64% di Bulan Febuari,

    hingga sampai pada akhir bulan cakupan D/S menurun menjadi 58% pada Bulan

    Desember (Laporan Tahunan Puskemas Kecamatan Kembangan, 2012). Hal sama

    terjadi di tahun 2012, berdasaran Laporan Bulanan Gizi (LB3 Gizi) Puskesmas

    Kecamatan Kembangan dimana cakupan D/S wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

    Kembangan paling tinggi mencapai 80% di Bulan Maret, kemudian hingga sampai

    pada Bulan Desember terjadi penurunan menjadi 66%. Hal ini menunjukan bahwa

    pastisipasi masyarakat dalam memanfaatkan posyandu sebagai fasilitas untuk

  • 4

    memantau tumbuh kembang anak masi rendah dan meningkat pada waktu-waktu

    tertentu.

    Kemudian cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi di tahun 2011

    mencapai 23,9% dan cakupan balita mendapat kapsul vitamin A 2 kali pada tahun

    2011 yaitu mencapai 72,89%. Hal ini menunjukan bahwa masih banyak bayi usia 0-6

    bulan tidak mendapatkan ASI eksklusif (Laporan Tahunan Puskemas Kecamatan

    Kembangan, 2012).

    Sedangkan Kementerian Kesehatan telah menetapkan dalam Standar

    Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan di kabupaten/kota bahwa target cakupan

    deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah adalah 90%, cakupan balita

    mendapatkan ASI eksklusif adalah 80%, dan cakupan balita mendapat kapsul vitamin

    A 2 kali per tahun yaitu 90% (Kemenkes, 2003).

    Pelaksanaan kegiatan pembinana gizi masyarakat diantaranya mencakup

    kegiatan promotif, kegiatan preventif, dan kegiatan kuratif. Kegiatan promotif

    diantaranya meliputi pemantauan pertumbuhan, penyuluhan, konseling, pemberian

    kapsul vitamin A, pemberian tabelt Fe, promosi garam beriodium, serta pelacakan dan

    tindak lanjut kasus gizi buruk. kemudian kegiatan preventif meliputi pemberian

    makanan tambahan (PMT), sedangkan kegiatan kuratif berupa tatalaksanan gizi buruk

    rawat inap maupun rawat jalan (Kemenkes, 2012). Oleh karena itu, Rencana Aksi

    Pembinaan Gizi Masyarakat juga menetapkan target bahwa 85% balita ditimbang

    berat badannya, 80% bayi mendapatkan ASI eksklusif, dan 85% balita usia 6-59 bulan

    mendapat kapsul vitamin A (Kemenkes 2012).

  • 5

    Kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi pegawai atau

    kegiatan yang dilakukan selama periode waktu tertentu (Sulistiayani dan Rosidah,

    2003 dalam Puspita, 2011). Gibson, et al (1996) dalam Pusita (2011) juga

    menyebutkan bahwa kinerja adalah hasil yang diinginkan dari perilaku dan kinerja

    individu adalah dasar kinerja organisasi. Penilaian kinerja merupakan proses menilai

    hasil karya Sumber Daya Manusia (SDM) dalam suatu organisasi melalui instrument

    penilaian kinerja (Kepmenkes, 2009).

    Ridwan (2007) dalam Jasmawaty (2012) mengatakan bahwa kinerja posyandu

    dilihat dari penyelenggaraan pelaksanaan posyandu, sehingga mencapai strata

    kemandirian posyandu. Kemandirian posyandu tersebut dilihat dari frekuensi

    penimbangan, rata-rata kader yang bertugas, cakupan partisipasi masyarakat (D/S),

    program tambahan dan cakupan dana sehat.

    Berdasarkan uraian diatas, cakupan D/S, cakupan ASI eksklusif, dan cakupan

    pemberian vitamin A yang merupakan hasil dari pelaksanaan kegiatan posyandu di

    wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat belum mencapai

    target yang telah ditentukan dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang

    kesehatan di kabupaten/kota maupun dalam Rencana Aksi Pembinaan Gizi

    Masyarakat (RAPGM). Hal ini mengindikasikan adanya permasalahan yang terjadi di

    posyandu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat.

    Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti kinerja posyandu dalam

    pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan

    Kembangan Jakarta Barat tahun 2014.

    1.2 Rumusan Masalah

  • 6

    Diketahui bahwa wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan memiliki

    cakupan partisipasi masyarakat (D/S) pada tahun 2011 dan 2012 mengalami

    peningkatan pada bulan tertentu dan kembali menurun di akhir tahunnya. Selain itu,

    cakupan D/S, cakupan pemberian ASI eksklusif dan cakupan balita mendapat kapsul

    vitamin A pada tahun 2011 belum mencapai target, baik taget yang telah ditentukan

    pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan kabupaten/kota maupun

    target Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat (RAPGM).

    Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat permasalahan pada kinerja posyandu

    dalam pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas

    Kecamatan Kembangan Jakarta Barat.

    Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang kinerja posyandu dalam

    pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

    Kembangan, Jakarta Barat tahun 2014.

    1.3 Pertanyaan Penelitian

    1. Bagaimana gambaran kinerja posyandu dalam pelaksanaan pembinaan gizi

    masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat

    Tahun 2014 meliputi input, proses, dan output?

    2. Bagaimana gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja posyandu dalam

    pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

    Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014?

    3. Bagaimana hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja posyandu dalam

    pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

    Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014?

  • 7

    1.4 Tujuan Penelitian

    1.4.1 Tujuan Umum

    Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja

    posyandu dalam pelaksanaan pembinaan gizi masyaraktat di wilayah kerja

    Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat tahun 2014.

    1.4.2 Tujuan Khusus

    1. Mengetahui gambaran kinerja posyandu dalam pelaksanaan pembinaan

    gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan

    Jakarta Barat Tahun 2014 meliputi input, proses, dan output.

    2. Mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

    posyandu dalam pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja

    Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014.

    3. Mengetahui hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

    posyandu dalam pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja

    Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014.

    1.5 Manfaat Penelitian

    1.5.1 Bagi Pengelola Program Gizi Dinas Kesehatan Kota Jakarta

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi

    sehingga dapat digunakan sebagai bahan dalam pengambilan tindakan,

    perencanaan jangka pendek dan menengah, serta perumusan kebijakan guna

    meningkatkan kinerja posyandu khususnya dalam pelaksanaan pembinaan gizi

    masyarakat.

    1.5.2 Bagi Puskesmas Kecamatan Kembangan

  • 8

    Hasil penelitian secara tidak langsung akan memberikan informasi

    khususnya mengenai kinerja posyandu dalam pelaksanaan pembinaan gizi

    masyarakat. Sehingga informasi tersebut dapat dijadikan sebagai acuan

    menyusun program atau kegiatan untuk meningkatkan kinerjanya.

    1.5.3 Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai tambahan pustaka mengenai

    analisis kinerja posyandu, dan dapat dijadikan bahan referensi dan

    rekomendasi oleh peneliti lain untuk dikembangkan pada penelitian

    selanjutnya, khususnya terkait kinerja posyandu.

    1.5.4 Bagi Penulis

    Penelitian merupakan aplikasi mata kuliah yang didapat selama

    proses perkuliahan. Serta membandingkan teori dengan fakta yang didapat di

    masyarakat pada saat penelitian berlangsung.

    1.6 Ruang Lingkup

    Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi peminatan gizi Program Studi

    Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta, yang dilaksanakan pada Bulan Juni tahun 2013 hingga April

    tahun 2014. Penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain

    cross sectional.

    Penelitian dilakukan di posyandu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

    Kembangan, mengenai kinerja posyandu dalam pelaksanaan pembinaan gizi

    masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat.

  • 9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Pembahasan teori pada penelitian ini, akan membahas diantaranya mengenai :

    kegiatan pembinaan gizi masyarakat, posyandu, dan kinerja, serta faktor-faktor yang

    berhubungan dengan kinerja posyandu.

    2.1 Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat

    2.1.1 Sasaran Pembinaan Gizi Masyarakat

    Kegiatan pembinaan gizi masyarakat bertujuan untuk meningkatkan

    cakupan dan kualitas pelayanan gizi keluarga untuk meningkatkan status gizi

    ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita. Secara konseptual pelayanan gizi

    dapat dilihat pada bagan 2.1 (Kemenkes, 2012).

  • 9

    Bagan 2.1

    Konsep Pelayanan Gizi

    Tidak naik berat badan/kurus Balita gizi buruk

    PROMOTIF PREVENTIF KURATIF

    Sumber : Kemenkes. 2012. Kinerja Kegiatan Pembinaan Gizi Tahun 2011. Dirjen Bina Gizi Kesehatan Ibu dan Anak. Dirjen

    Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

    Pemantauan pertumbuhan

    Konseling ASI/Makanan

    Pendamping ASI

    Pemberian kapsul vitamin A

    Pemberian tablet Fe ibu

    hamil

    Promosi garam beryodium

    Skrining aktif

    Taburia

    Pemberian Makanan

    Tambahan ibu hamil KEK

    Balita gizi kurang

    diberi Pemberian

    Makanan

    Tambahan (PMT)

    pemulihan

    Balita gizi buruk

    mendapat perawatan

    - Rawat Inap/TFC

    - Rawat Jalan

  • 10

    2.1.2 Pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Gizi 2010-2014

    Secara operasional kegiatan pembinaan gizi masyarakat tahun 2011

    mencakup 2 indikator utama dan 6 indikator penunjang, diantaranya

    (Kemenkes, 2012) :

    1. Indikator utama :

    a. 70% balita ditimbang berat badannya (D/S)

    b. 100% balita gizi buruk mendapat perawatan

    2. Indikator penunjang :

    a. 78% balita usia 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A

    b. 67% bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI eksklusif

    c. 86% ibu hamil mendapat 90 tablet tambah darah

    d. 77% rumah tangga mengonsumsi garam beriodium

    e. 100% kabupaten dan kota melaksanakan surveilans gizi

    f. 100% penyedian buffer stock Makanan Pendamping (MP) ASI untuk

    daerah bencana

    Secara garis besar, beberapa indikator berikut merupakan kegiatan

    yang rutin dilakukan di tingkat Desa/Kelurahan (Posyandu). Indikator-

    indikator tersebut akan dijelaskan selengkapnya dibawah ini (Kemenkes RI,

    2012) :

  • 11

    Tabel 2.1

    Indikator Kinerja dan Target Kegiatan Pembinaan Gizi Tahun 2010-2014

    No Indikator Kinerja Target

    2010 2011 2012 2013 2014

    1 Persentase balita ditimbang berat

    badannya (% D/S) 85 70 75 80 85

    2 Balita gizi buruk mendapat

    perawatan 100 100 100 100 100

    3 Persentase balita 6-59 bulan

    mendapat kapsul vitamin A 75 78 80 83 85

    4 Persentase bayi usia 0-6 bulan

    mendapat ASI eksklusif 65 67 70 75 80

    5 Persentase ibu hamil mendapat 90

    tablet Fe 84 86 90 93 95

    6 Cakupan rumah tangga yang

    mengonsumsi garam beriodium 75 77 80 85 90

    7 Persentase kabupaten/kota

    melaksanakan surveilans gizi 100 100 100 100 100

    8 Persentase penyediaan buffer stock

    Makanan Pendamping Air Susu Ibu

    (MP-ASI) untuk daerah bencana

    100 100 100 100 100

    Sumber : Kemenkes. 2012. Petunjuk Pelaksanaan Surveilans Gizi. Dirjen Bina

    Gizi dan Kesehatan ibu dan Anak Kementerian Kesehatan.Jakarta : Kemenkes

    2.1.2.1 Balita Ditimbang Berat Bandannya (cakupan D/S)

    Balita yang ditimbang berat badannya akan dibedakan kedalam 2

    kelompok yaitu balita dengan umur 0-23 bulan (baduta) dan balita

    dengan umur 24-59 bulan (balita), sebagai berikut (Kemenkes, 2012) :

    a. Baduta (0-23 bulan) :

  • 12

    - Data S baduta adalah jumlah baduta yang berasal dari seluruh

    posyandu yang melaporkan di suatu wilayah kerja pada kurun

    waktu tertentu.

    - Data D baduta adalah jumlah baduta yang ditimbang diseluruh

    posyandu yang melapor di suatu wilayah kerja pada kurun

    waktu tertentu.

    b. Balita (24-59 bulan) :

    - Data S balita adalah seluruh balita yang berasal dari seluruh

    posyandu yang melapor di suatu wilayah kerja pada kurun

    waktu tertentu.

    - Data D balita adalah balita yang ditimbang di seluruh posyandu

    yang melapor di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

  • 13

    Kinerja penimbangan baduta dan balita dinilai baik, apabila

    persentase D/S setiap bulannya sesuai dengan target.Pemantauan dan

    pelaporan kegiatan penimbangan baduta dan balita dilakukan setiap

    bulan (Kemenkes, 2012).

    Cakupan penimbangan balita (D/S) merupakan indikator yang

    berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan

    pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi, tingkat partisipasi

    masyarakat, serta prevalensi gizi kurang. Dimana semakin tinggi

    cakupan D/S, maka semakin tinggi pula cakupan vitamin A, kemudian

    semaki tinggi cakupan imunisasi dan semakin rendah prevalensi gizi

    kurang (Kemenkes, 2012).

    Menurut Kementerian Kesehatan (2012) bahwa masalah yang

    berkaitan dengan rendahnya minat masyarakat datang ke posyandu

    diantaranya : dana operasional, sarana prasarana, tingkat pengetahuan

    kader dan kemampuan petugas dalam pemantauan pertumbuhan dan

    konseling, tingkat pemahaman keluarga dan masyarakat akan manfaat

    posyandu, serta pelaksanaan pembinaan kader (Kemenkes, 2012).

    2.1.2.2 Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan

    Balita menurut Kementerian Kesehatan (2012) merupakan anak

    yang berumur dibawah 5 tahun (0-59 bulan).Giziburuk adalah keadaan

    kurang gizi tingkat berat pada anak berdasarkan indeks berat badan

  • 14

    menurut tinggi badan (BB/TB) < -3 SD dan atau ditemukannya tanda-

    tanda klinis (Depkes, 2008).

    Kasus balita gizi buruk mendapat perawatan adalah balita

    dengan gizi buruk yang dirawat inap maupun rawat jalan di fasilitas

    pelayanan kesehatan dan masyarakat (Kemenkes, 2012).

    Jumlah kasus gizi buruk yang dilaporkan dari tahun 2006

    sampai 2008 cenderung menurun, namun terjadi peningkatan jumlah

    kasus balita gizi buruk di tahun 2009. Sedangkan pada tahun 2010 dan

    2011 dilaporkan jumlah kasus gizi buruk kembali menurun masing-

    masing menjadi 43.616 kasus dan 40.412 kasus (Kemenkes, 2012).

    Persentase kasus gizi balita gizi buruk mendapat perawatan

    menurut Kementerian Kesehatan (2012), adalah jumlah kasus balita

    gizi buruk yang dirawat inap maupun rawat jalan di fasilitas pelayana

    kesehatan masyarkat dibagi jumlah kasus balita gizi buruk yang

    ditemukan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dikali

    100%, seperti dibawah ini :

    Kinerja penanganan kasus balita gizi buruk dinilai baik jika

    seluruh balita gizi buruk yang ditemukan mendapat perawatan, baik

    rawat inap maupun rawat jalan sesuai dengan tata laksana gizi buruk di

    pelayanan kesehatan dan masyarakat.Pengamatan balita gizi buruk

  • 15

    mendapat perawatan dilakukan setiap saat, termasuk pada saat

    investigasi Kejadian Luar Biasa (KLB) gizi buruk, sedangkan kegiatan

    pelaporan dilakukan setiap bulannya (Kemenkes, 2012).

    2.1.2.3 Balita Usia 6-59 Bulan Mendapat Kapsul Vitamin A

    Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama

    ditemukan.Vitamin A sangat berperan dalam berbagai fungsi faali

    tubuh, diantaranya untuk penglihatan, diferensiasi sel, fungsi

    kekebalan, pertumbuhan dan perkembangan reproduksi, pencegahan

    kanker dan penyakit jantung, dan lain sebagainya (Almatsier, 2006).

    Kapsul vitamin A adalah kapsul yang mengandung vitamin A

    dosis tinggi, yaitu 100.000 SI untuk bayi umur 6-11 bulan dan 200.000

    SI untuk anak balita 12-59 bulan. Tujuan pemberian kapsul vitamin A

    adalah untuk menurunkan prevalensi dan mencegah kekurangan

    vitamin A pada balita (Kemenkes, 2012).

    Persentase balita mendapat kapsul vitamin A adalah jumlah

    bayi 6-11 bulan ditambah jumlah balita 12-59 bulan yang mendapat 1

    kapsul vitamin A pada periode 6 bulan dibagi jumlah seluruh balita 6-

    59 bulan yang ada di satu wilayah kabupaten/kota dalam periode 6

    bulan yang didistribusikan setiap bulan Febuari dan Agustus.

    Persentase tersebut dapat dilihat sebagai berikut (Kemenkes, 2012) :

  • 16

    Kinerja pemberian kapsul vitamin A dinilai baik jika,

    persentase balita 6-59 bulan mendapat vitamin A sesuai

    target.Pengamatan pemberian vitamin A pada balita 6-59 bulan

    dilakukan setiap 6 bulan.Pelaporan dilakukan setiap 6 bulan yaitu pada

    bulan Febuari dan bulan Agustus (Kemenkes, 2012).

    Kekurangan (defisiensi)vitamin A tertutama terdapat pada anak

    balita dapat merupakan kekurangan primer yaitu akibat kurang

    konsumsi, atau kekurangan sekunder yaitu karena gangguan

    penyerapan dan penggunaan dalam tubuh, kebutuhan yang meningkat,

    ataupun adanya gangguan pada konveri karoten menjadi vitamin A

    (Almatsier, 2006).

    Dampak dari kekurangan vitamin A diantaranya buta senja

    yang merupakan tanda awal kekurangan vitamin A, perubahan pada

    mata dimana kornea mata secara dini akan terpengaruh akibat

    kekurangan vitamin A, terjadi perubahan pada kulit, gangguan

    pertumbuhan, dan lain sebagainya (Almatsier, 2006).

    2.1.2.4 Bayi Usia 0-6 Bulan Mendapat Air Susu Iibu (ASI) Eksklusif

    Bayi usia 0-6 bulan menurut Kementerian Kesehatan (2012)

    adalah seluruh bayi usia 0 hari sampai 5 bulan 29 hari. Bayi mendapat

  • 17

    ASI eksklusif adalah bayi usia 0-6 bulan yang hanya diberi ASI saja

    tanpa makanan atau cairan lain keculai obat, vitamin dan mineral

    berdasarkan recall 24 jam.

    Persentase bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI eksklusif adalah

    jumlah bayi 0-6 bulan yang mendapat ASI eksklusif dibagi jumlah

    seluruh bayi usia 0-6 bulan yang tercatat dalam register

    pencatatan/Kartu Menuju Sehat (KMS) di wilayah tertentu dikali

    100%, seperti dibawah ini (Kemenkes, 2012) :

    Data pemberian ASI eksklusif dicatat dari KMS seluruh bayi

    usia 0 hari sampai 5 bulan 29 hari pada formulir pencatatan pemberian

    ASI eksklusif, sesuai dengan simbol-simbol berikut (Kemenkes, 2012)

    :

    = bayi diberi ASI saja

    X = bayi sudah diberi makan/minuman lain selain ASI, kecuali obat,

    vitamin dan mineral

    A = bayi tidak datang penimbangan

    Kinerja pencatatan bayi 0-6 bulan mendapat ASI eksklusif

    dinilai baik, jika persentase bayi 0-6 bulan mendapat ASI eksklusif

    sesuai target.Pencatat pada KMS dilakukan setiap bulannya,

  • 18

    bersamaan dengan kegiatan penimbangan di posyandu.Frekuensi

    laporan diberikan setiap 6 bulan yaitu pada bulan Febuari dan bulan

    Agustus, sedangkan cakupan tahunan menggunakan penjumlahan data

    bulan Febuari dan bulan Agustus (Kemenkes, 2012).

    Langkah-langkah perhitungan cakupan pemberian ASI

    eksklusif pada bayi 0-6 bulan, diantaranya meliputi (Kemenkes, 2012)

    :

    a. Siapkan KMS balita dan hitung umur bayi pada saat penimbangan

    bulanan. Umur bayi dihitung berdasarkan bulan penuh, dengan

    kata lain umur dihitung 1 bulan apabila telah genap 30 hari.

    b. Tanyakan ibu apakah 1 hari sebelumnya bayi telah diberikan

    makan/minuman lain kecuali obat, vitamin dan mineral, kemudian

    catat jawaban tersebut kedalam KMS pada kolom pemberian ASI

    eksklusif sesuai dengan simbol-simbol ASI eksklusif.

    c. Pindahkan catatan informasi ASI pada KMS seuai dengan simbol-

    simbol ke dalam register bayi. Hal ini dilakukan setiap bulan bayi

    berkunjung ke pposyandu. Pada kunjungan terakhir (Febuari atau

    Agustus), hitung jumlah untuk masing-masing symbol.

    d. Kemudian bidan desa merekapitulasi jumlah masing-masing

    symbol pada kunjungan terakhir (Febuari atau Agustus) di

    posyandu kedalam formulir rekapitulasi di desa/kelurahan. Begitu

    pula dengan Tugas Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas dan

    memasukannya kedalam formulir rekapitulasi di puskesmas.

  • 19

    e. Selanjutnya petugas kabupaten/kota merekapitulasi dan

    menghitung persentase pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan setiap 6

    bulan sekali bersamaan dengan bulan vitamin A yaitu pada bulan

    Febuari dan Agustus.

    f. Hasil rekapitulasi di kabupaten/kota selanjutnya dilaporkan ke

    tingkat provinsi dan pusat pada saat yang bersamaan (Febuari dan

    Agustus).

    Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan dapat

    disebabkan oleh rendahnya pemahaman masyarakat termasuk petugas

    kesehatan tentang manfaat dan pentingnya pemberian ASI eksklusif

    (Kemenkes, 2012).

    2.1.2.5 Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe

    Besi (Fe) merupakan zat mineral mikro yang paling banyak

    terdapat dalam tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyak 3-5 gram di

    dalam tubuh manusia dewasa.Beberapa fungsi esensial zat besi (Fe) di

    dalam tubuh yaitu sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke

    jaringan tubuh, sebagai alat angkut electron di dalam sel, dan sebagi

    bagian terpadu berbagai reaksi enzim dalam jaringan tubuh.Fungsi

    lainnya dari zat besi (Fe) adalah untuk membantu metabolisme energi,

    kemampuan belajar, membantu kekebalan tubuh, dan pelarut obat-

    obatan (Almatsier, 2006).

    Pada umunya ketersedian biologik zat besi (Fe) paling tinggi

    terdapat dalam daging, ayam, dan ikan, sedangkan dalam kacang-

  • 20

    kacangan dan serealian mengandung ketersedian biologik sedang. Besi

    yang sebagian besar terdapat dalam sayuran seperti bayam memiliki

    ketersediaan biologik rendah (Almatsier, 2006).

    Anemia gizi besi adalah rendahnya kadar Hemoglobin (Hb)

    dalam darah, hal ini disebabkan oleh kekurangan zat besi yang

    diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut. Intervensi yang telah

    dilakukan dalam penanggulangan masalah tersebut adalah dengan

    mendistribusikan tablet besi (Fe) (Kemenkes, 2012).

    Tablet Tambah Darah (TTD) adalah tablet yang mengandung

    Fe dan asam folat, baik yang berasal dari program maupun mandiri.

    TTD program adalah tablet yang mengandung 60 mg zat besi dan 0,25

    mg asam folat yang disediakan oleh pemerintah dan diberikan secara

    gratis pada ibu hamil. Sedangkan TTD mandiri adalah TTD atau multi

    vitamin dan mineral, minimal mengandung zat besi dan asam folat

    yang diperoleh secara mandiri sesuai anjuran (Kemenkes, 2012).

    Ibu hamil mendapat 90 tablet Fe adalah ibu yang selama masa

    kehamilannya minimal mendapat 90 TTD program maupun TTD

    mandiri (Kemenkes, 2012).

  • 21

    Perhitungan cakupan tersebut dilakukan untuk menghitung

    cakupan dalam 1 tahun. Kinerja pemberian tablet Fe pada ibu hamil

    dinilai baik, jika persentase ibu hamil mendapat 90 tablet Fe sesuai

    target.

    Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi tahun 2011,

    secara nasional cakupan pemberian tablet Fe sebesar 83,3%. Cakupan

    tersebut belum mencapai target nasional yaitu 85% (Kemenkes, 2012).

    2.1.2.6 Rumah Tangga Mengonsumsi Garam Beriodium

    Iodium merupakan mineral yang ada di dalam tubuh dalam

    jumlah yang sangat sedikit.Sekitar 75% dari iodium ini terdapat di

    dalam kelenjar tiroid, yang digunakan untuk mensistesis hormon

    tiroksin, tetraiodotironin (T4), dan triiodotironin (T3).Sisa iodium

    lainnya terdapat di dalam jaringan, terutama di dalam kelenjar-kelenjar

    ludah, payudara, dan lambung serta di dalam ginjal (Almatsier, 2006).

    Laut merupakan sumberiodium.Oleh karena itu, makanan laut

    seperti ikan, udang, dan kerang serta ganggang laut merupakan sumber

    iodium yang baik.Semakinjauh suatu daerah dari laut maka semakin

    sedikit pula kandungan iodiumnya termasuk tanaman yang

    tumbuh.noleh sebabitu, salah satu cara penanggulangan kekurang

    iodium adalah melalui fortifikasi garam dapur dengan iodium

    (Almatsier, 2006).

  • 22

    Garam beriodium adalah garam (NaCl) yang diperkaya dengan

    iodium melalui proses iodisasai sesuai Standar Nasional Indonesia

    (SNI) dengan kandungan Kalium Iodat (KIO3) (Kemenkes, 2012).

    Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) adalah

    sekumpulan gejala yang timbul karena tubuh seseorang kurang unsur

    iodium secara terus-menerus dalam jangka waktu lama. Akibat

    kekurangan iodium akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia

    secara luas, meliputi gangguan tumbuh kembang, termasuk

    perkembangan otak sehingga terjadi penurunan potensi tingkat

    kecerdasan (Kemenkes, 2012).

    Metode yang digunakan untuk pemeriksanan garam dengan

    menggunakan tes kit iodium yang dilakukan pada murid sekolah. Tes

    kit iodium (larutan uji garam beriodium) adalah larutan yang

    digunakan untuk menguji kandungan iodium dalam garam secara

    kualitatif yang dapat membedakan ada/tidaknya iodium dalam garam

    melalui perubahan warna menjadi ungu (Kemenkes, 2012).

    Rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium adalah

    seluruh anggota rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium,

    dan pemantauannya dilakukan melalui Sekolah Dasar (SD) atau

    Madrasah Ibtidaiyah (MI) pada tiap desa/kelurahan (Kemenkes, 2012).

  • 23

    Kinerja dinilai baik, jika persentase rumah tangga

    mengonsumsi garam beriodium sesuai target.Frekuensi pengamatan

    dilakukan setiap bulan Febuari dan Agustus.Pelaporan kegiatan

    dilakukan 1 kali dalam setahun, yaitu pada bulan Febuari atau Agustus

    dengan menggunakan formulir F6 (6 bulan) (Kemenkes, 2012).

    2.1.2.7 Pelaksanaan Surveilans Gizi

    Surveilans adalah proses pengamatan berbagai masalah yang

    berkaitan dengan suatu program secara terus menerus melalui

    pengumpulan, pengolahan, analisis dan intepretasi secara sistematis

    serta penyebaran informasi kepada unit terkait dalam rangka

    pengambilan tindakan. Surveilans memiliki peran penting dalam

    penyediaan informasi kinerja dan dampak dari program yang

    dilaksanakan (Depkes, 2006).

    Menurut Kementrian Kesehatan RI (2012) bahwa surveilans

    gizi adalah suatu proses pengumpulan, pengolahan dan deseminasi

    informasi hasil pengolahan data secara terus menerus dan teratur

    tentang indikator yang terkait dengan kinerja pembinaan gizi

    masyarakat.

  • 24

    Kinerja dinilai baik, jika persentase kabupaten/kota yang

    melaksanakan surveilans gizi sesuai dengan target.Frekuensi

    pengamatan dan laporan dilakukan setiap bulannya (Kemenkes, 2012).

    2.1.2.8 Penyediaan Buffer Stock MP-ASI untuk Daerah Bencana

    Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan

    yang diberikan kepada bayi dan anak umur 6-24 bulan untuk

    memenuhi kebutuhan gizi. Sedangkan Buffer Stock MP-ASI adalah

    MP-ASI yang disediakan untuk antisipasi darurat akibat bencana,

    Kejadian Luar Biasa (KLB) gizi dan situasi sulit lainnya (Kemenkes,

    2012).

    Kinerja penyediaan buffer stock MP-ASI dinilai baik, jika

    pengadaannya sesuai dengan taget.Frekuensi laporan diberikan setipa

    bulannya (Kemenkes, 2012).

  • 25

    2.2 Posyandu

    Sebelum sampai pada definisi posyandu, maka terlebih dahulu mengetahui

    hubungan posyandu dengan kegiatan pembinaan gizi masyarakat yang telah dijelaskan

    sebelumnya. Kegiatan pembinaan gizi masyarakat merupakan indikator yang

    digunakan dalam pelaksanaan surveilans gizi, dimana informasi yang diperoleh dapat

    dimanfaatkan untuk pengambilan tindakan segera, perencanaan program jangka

    pendek, menengah maupun jangka panjang, serta perumusan kebijakan (Kemenkes,

    2012).

    Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam surveilans gizi diantaranya

    pengumpulan data, pengolahan data dan penyajian informasi. Sumber data yang

    dikumpulkan dibagi kedalam 2 kelompok, yaitu ((Kemenkes, 2012) :

    1. Data Rutin : meliputi data penimbangan bulanan, pemantauan dan pelaporan

    kasus gizi buruk, pendistribusian tablet Fe ibu hamil, pendistribusian kapsul

    vitamin A balita, dan pemberian ASI eksklusif.

    2. Data Survei Khusus : data ini dilakukan berdasarkan kebutuhan, seperti data

    konsumsi garam beriodium, pendistribusian Makanan Pendamping (MP)-ASI dan

    Pemberian Makanan Tambahan (PMT), pemantauan status gizi anak dan ibu

    hamil serta Wanita Usia Subur (WUS) risiko Kurang Energi Kronik (KEK), atau

    studi yang berkaitan dengan masalah gizi lainnya.

    Dari kedua sumber data diatas, data rutin merupakan sumber data yang sering

    dilakukan di posyandu. Oleh karena itu, posyandu memiliki peran penting dalam

    kegiatan pembinaan gizi masyarakat yang digunakan sebagai indikator pada

    pelaksanaan kegiatan surveilans gizi (Kemenkes, 2012).

  • 26

    Menurut Kementerian Kesehatan RI (2011), Posyandu merupakan salah satu

    bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan

    diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, guna memberdayakan

    masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh

    pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan

    bayi. Pelayanan kesehatan dasar yang diberikan posyandu mencakup 5 kegiatan

    pokok, yaitu : kesehatan ibu dan anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi,

    gizi dan penanggulanan diare untuk para ibu di tingkat masyarakat.

    Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) adalah kebutuhan

    masyarakat yang dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan

    bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya

    (Kemenkes RI, 2010). Pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan adalah proses

    untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam

    memelihara dan meningkatkan kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

    Menurut Mubarak, dkk (2009) posyandu merupakan suatu forum komunikasi,

    alih tekhnologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang

    mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini.

    Pernyataan tersebut kemudian didukung dengan fungsi posyandu menurut

    Kementerian Kesehatan RI (2011), yaitu sebagai wadah pemberdayaan masyarakat

    dalam alih informasi dan keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar

    sesama masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu

    (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Anak Balita (AKABA).

  • 27

    Selain itu, untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan

    penurunan AKI, AKB, dan AKBA.

    Secara umum tujuan diselenggarakannya posyandu yaitu untuk menunjang

    penuruanan AKI, AKB, dan AKABA di Indonesia melalui pemberdayaan

    masyarakat. Sasaran posyandu meliputi seluruh masyarakat, terutama bayi, anak

    balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, dan Pasangan Usia Subur (PUS)

    (Kemenkes RI, 2010).

    2.2.1 Kegiatan Gizi Posyandu

    Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan

    pengembangan/pilihan. Secara rinci kegiatan gizi posyandu adalah sebagai

    berikut (Kemenkes RI, 2010) :

    A. Kegiatan Utama :

    1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) :

    a. Ibu hamil :

    Pelayananyang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup

    penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran

    tekanan darah, pengukuran lingkar lengan ataas, status gizi,

    pemberian tablet Fe, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi

    Tetanus Toxoid, konseling, serta KB pasca persalinan. Selain itu,

    diadakannya kelas ibu hamil.

    b. Ibu nifas dan menyusui :

    Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan

    menyusui mencakup penyuluhan atau konseling kesehatan, pasca

  • 28

    persalinan, KB, IMD, ASI eksklusif, dan gizi. Kemudian

    pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah 200.000 SI, perawatan

    payudara, serta dilakukannya pemeriksaan kesehatan umum,

    pemeriksaan payudara, pemeriksaan tinggi fundus uteri dan

    pemeriksaan lochia oleh petugas kesehatan.

    c. Bayi dan Anak Balita :

    Pelayanan Posyandu untuk bayi dan anak balita harus

    dilaksanakan secara menyenangkan dan memacu kreativitas

    tumbuh kembangnya. Untuk itu perlu disediakan sarana permainan

    yang sesuai dengan umur balita.

    Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan posyandu

    untuk balita mencakup penimbangan berat badan, penetuan status

    pertumbuhan, penyuluhan dan konseling.Jika ada tenaga kesehatan

    Puskesmas maka dilakukan pemeriksaan kesehatan, pemberian

    imunisasi, deteksi dini tumbuh kembang.

    2. Keluarga Berencana (KB) :

    Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader

    adalah pemberian kondom dan pemberian pil ulangan.Jika terdapat

    tenaga kesehatan Puskesmas, pelayanan yang dapat diberikan yaitu

    suntikan KB dan konseling KB.Apabila tersedia ruangan dan peralatan

    yang menunjang serta tenaga yang terlatih dapat pula dilakukan

    pemasangan IUD dan implant.

  • 29

    3. Imunisasi :

    Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh

    petugas Puskesmas.Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan

    program terhadap bayi dan ibu hamil.

    4. Gizi :

    Pelayanan gizi di posyandu dilakukan oleh kader. Jenis

    pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi

    dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan dan konseling gizi, pemberian

    makanan tambahan (PMT) local, suplementasi vitamin A dan tablet Fe.

    Apabila ditemukan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK),

    balita yang berat badannya tidak naik 2 kali berturut-turut atau berada

    di bawah garis merah (BGM), kader wajib segera melakukan rujukan

    ke Puskesmas atau Poskesdes.

    5. Pencegahan dan penanggulangan Diare :

    Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan

    Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).Penanggulangan diare di

    Posyandu dilakukan melalui pemberian oralit. Apabila diperlukan

    penanganan lebih lanjut akan diberikan obat Zinc oleh petugas

    kesehatan.

    B. Kegiatan Pengembangan atau pilihan :

    Dalam kegiatan tertentu masyarakat dapat menambah kegiatan

    posyandu dengan kegiatan baru, seperti : perbaikan kesehatan lingkungan,

    pengendalian penyakit menular, dan berbagai program pembangunan

  • 30

    masyarakat desa lainnya. Posyandu seperti ini disebut juga Posyandu

    Terintegrasi. Beberapa kegiatan tambahan posyandu yang telah

    diselenggarakan, antara lain :

    a. Bina Keluarga Balita (BKB).

    b. Kelas ibu hamil dan balita.

    c. Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensi Kejadian Luar

    Biasa (KLB).

    d. Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

    e. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).

    f. Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman

    (PAB-PLP).

    g. Program diversifikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan

    pekarangan, melalui Tanaman Obat Keluarga (TOGA).

    h. Kegiatan ekonomi produktif.

    i. Tabungan ibu bersih, tabungan masyarakat.

    j. Kesehatan lanjut usia melalui Bina Keluarga Lansia.

    k. Kesehatan reproduksi remaja.

    l. Pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil dan

    penyandang masalah kesejahteraan sosial.

    2.2.2 Tingkat Perkembangan Posyandu

    Menurut Kementerian Kesehatan RI (2011), perkembangan pada masing-

    masing posyandu berbeda-beda, sehingga pembinaan yang dilakukan pada

  • 31

    masing-masing posyandu juga berbeda-beda. Secara umum, tingkat perkembangan

    posyandu dibedakan atas 4 tingkat, diantaranya :

    1. Posyandu Pratama : Posyandu pratama adalah posyandu belum mantap,

    ditandai dengan kegiatan yang dilakukan belum rutin, dan terbatasnya

    kader yang aktif yakni 5 orang.Selain terbatasnya kader, kurang siapnya

    masyarakat kemungkinan yang menyebabkan kegiatan dilakukan di

    posyandu belum rutin.Intervensi yang dilakukan pada jenjang ini adalah

    memotivasi masyarakat dan menambahkan jumlah kader.

    2. Posyandu Madya : Posyandu madya adalah posyandu sudah dapat

    melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali setiap tahun, dengan rata-rata

    jumlah kader 5 orang atau lebih, tetapi cakupan program kegiatan

    Posyandu seperti KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare di

    bawah 50 %. Intervensi yang dilakukan pada jenjang ini adalah

    meningkatkan cakupan dengan menyertakan tokoh masyarakat sebagai

    motivator dan penggiat kader. Sebagai contoh intervensi yang dapat

    dilakukan antara lain :pelatihan tokoh masyarakat dengan metode simulasi,

    dan menerapkan SMD dan MMD di posyandu.

    3. Posyandu Purnama : Posyandu purnama adalah posyandu yang telah dapat

    melaksanakan kegaiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah

    kader 5 orang atau lebih, cakupan kegiatan utama lebih dari 50 %, sudah

    ada program tambahan seperti sanitasi dasar, kesehatan lingkungan,

    pengobatan dasar. Meskipun ada kegiatan dana sehat, tetapi belum optimal,

  • 32

    sehingga intervensi yang dilakukan adalah pelatihan dana sehat untuk

    kader gizi.

    4. Posyandu Mandiri : Posyandu mandiri adalah posyandu yang sudah mantap

    karena dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan

    rata-rata jumlah kader 5 orang atau lebih, cakupan 5 program utama sudah

    di atas 50%, dengan dana sehat yang kuat. Intervensi yang harus dilakukan

    adalah pembinaan dana sehat oleh petugas kesehatan dan memperbanyak

    program tambahan sesuai dengan kemampuan masing-masing.

    2.3 Kinerja

    2.3.1 Pengertian

    Kinerja merupakan suatu hasil kerja (outcome) personal atau kelompok

    professional dalam organisasi baik pada pemangku jabatan struktural dan

    fungsional maupun pada seluruh jajaran dalam organisasi selama periode

    waktu tertentu (Gomes, 1998 ; Yalis Ilyas, 1999 dalam Rohmadi, 2003).

    Pengertian yang sama juga dikemukakan menurut Gibson (1996)

    dalam Suparti (2010) bahwa kinerja merupakan catatan keluaran hasil pada

    suatu fungsi jabatan atau seluruh aktivitas kerja dalam periode tertentu. Agar

    dapat menghasilkan kinerja yang baik, seseorang memiliki kemampuan,

    kemauan, usaha, serta dukungan dari lingkungan. Kemauan dan usaha akan

    menghasilkan motivasi, sehingga seseorang akan menampilkan perilaku untuk

    bekerja.

    Pengertian lain menurut Mahsun (2009) dalam Wirasata (2010) dari

    berbagai literatur secara umum bahwa kinerja adalah gambaran mengenai

  • 33

    tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam

    mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam

    perencanaan stategi suatu organisasi.

    Berdasarkan pengertian dari para ahli, dapat disimpulkan bahwa

    kinerja (performance) merupakan hasil kerja atau tingkat pencapaian

    pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam suatu organisasi untuk

    mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam

    perencanaan selama periode waktu tertentu.

    2.4 Penilaian Kinerja Posyandu

    Pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian pencapaian target-

    target tertentu yang diderivasi dari tujuan strategi organisasi (Lohman, 200 dalam

    Wirasata, 2010). Pengertian serupa menurut Setyani (1999) dalam Rohmadi (2003),

    penilaian kinerja merupakan suatu tindakan untuk melihat apakah segala sesuatunya

    berjalan sesuai dengan yang direncanakan.

    Sementara menurut Gomes (1998) dalam Rohmadi (2003) penilaian kinerja

    adalah suatu cara mengukur kontribusi dari individu-individu anggota organiasi

    kepada organisasinya dan diperlukan untuk menentukan tingkat kontirbusi individu.

    Pengertian penilaian kinerja lainnya, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

    penilaian berarti proses atau perbuatan memperkirakan atau menghargai sesuatu.

    Sedangkan indikator adalah alat pemantauan atau sesuatu yang dapat memberikan

    petunjuk atau keterangan. Kinerja adalah pencapaian kegiatan mulai dari masukan,

    proses, sampai hasil. Indikator kinerja posyandu berarti alat pemantau untuk kegiatan

  • 34

    posyandu yang meliputi input, process, dan output posyandu (Moeliono, 1989 dalam

    Pakhri, 2002).

    Berdasarkan difinisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa penilaian atau

    pengukuran kinerja posyandu merupakan suatu metode atau alat yang digunakan

    untuk menilai kegiatan atau aktivitas berdasarkan tujuan atau target yang telah

    ditentukan sebelumnya meliputi input, process, dan output, sehingga segala

    sesuatunya berjalan sesuai dengan yang direncanakan.

    Penilaian kinerja dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan atau ktriteria,

    menurut Putri (1990) dalam Puspita (2011) menggunakan metode penilaian kinerja

    berdasarkan konsep input-proses-output. Sementara menurut Ainsworth et al, (2002)

    dalam Puspita (2011) pengukuran kinerja menggunakan skala dua faktor, yakni skala

    hasil dan skala usaha, dimana ukuran ini memfokuskan pada : produktivitas, biaya,

    mutu, kepuasan pelanggan, dan tenggat waktu.

    Sedangkan Menurut K-State Cooperative Extension Service ukuran kinerja bagi

    penyuluh dapat dicapai melalui beberapa dimensi, diantaranya : kualitas kerja,

    kuantitas kerja, keterikatan pada jadwal kerja, alokasi kerja, sikap dan ketenangan,

    dan kepuasan organisasi dan pelanggan. Terziovski dan Dean menyatakan bahwa

    peningkatan atau pengembangan kualitas kerja mengacu pada dimensi yang paling

    efektif dalam memengaruhi kinerja pegawai (Khalil et al,.2008 dalam Puspita, 2011).

    Berdasarkandari uraian diatas, Puspita (2011) menyimpulkan bahwa penilaian

    kinerja dapat dilakukan dari aspek input-proses-output ataupun dari aspek hasil dan

    usaha. Dalam penyuluhan publik, penilaiannya relatif lebih sulit, karena harus

    mencakup berbagai aspek, baik kualitas maupun kuantitas pelayanan.

  • 35

    Hardiansyah (1999) dalam Pakhri (2002) telah menyusun instrument penilaian

    kinerja posyandu yang dapat melihat kelemahan atau kekuatan posyandu setiap 6

    bulan. Instrument penelitian tersebut meliputi : input, proses, dan output yang masing-

    masing diberi skor dan kemudian dijumlahkan, dengan skor maksimal 500. Kinerja

    posyandu dinyatakan baik, jika total skor yang diperoleh 80%. Komponen input

    diantaranya terdiri dari : alat bantu, bahan, kader dan organisasi. Komponen proses

    diantaranya meliputi : persiapan dan penimbangan, penyuluhan, pelayanan paket

    pertolongan gizi dan kesehatan, serta pelaporan dan tindak lanjut. Sedangkan

    komponen output diantaranya meliputi : pelaporan dan cakupan SKDN, cakupan

    vitamin A, dan cakupan Fe.

    Berdasarakan hasil Hatoyo, dkk (2000) dalam Pakhri (2002) mengenai uji coba

    penilaian kinerja posyandu pada 10 posyandu di Kabupaten Bogor, banyak pada

    pertanyaan input, proses, dan output memiliki skor jawaban yang rendah. Sehingga 7

    posyandu dinyatakan memiliki tingkat kinerja yang kurang.

    Hasil penelitian Kasmita dkk (2000), menunjukan bahwa kinerja posyandu di

    Kabupaten Padang Pariaman Provinsi Sumatera Barat secara umum dikategorikan

    sedang dengan rata-rata skor 63,7% dan hanya 3 posyandu (10%) yang memiliki

    kinerja baik. Beberapa ha1 yang menyebabkan rendahnya komponen input, meliputi

    ketersediaan alat peraga dan obat-obatan, formulir pencatatan dan KMS, tidak ada

    uraian tugas bagi masing-masing kader, dan jadwal pelaksanaan Posyandu.

    Pada komponen proses tidak berjalan dengan baik, berkenaan dengan persiapan

    kader sebelum pelaksanaan posyandu belum maksimal, pencatatan hasil penimbangan

    pada formulir register dan KMS belum dikerjakan sendiri oleh kader, penyuluhan

  • 36

    yang belum terarah, pembuatan laporan dan tindak lanjut dari suatu kasus di

    Posyandu. Sedangkan komponen output, berkaitan dengan pencapaian target dari K/S,

    D/S dan N/D serta cakupan pemberian obat-obatan seperti pil besi dan vitamin A serta

    target penurunan jumlah balita BGM (Kasmita dkk, 2000). Dari hasil tersebut

    menunjukan bahwa komponen pertanyaan masih membutuhkan penyesuaian.

    Begitu pula dengan hasil penelitian Nusi (2006) menunjukan bahwa secara

    keseluruhan kinerja posyandu tergolong sedang. Hal tersebut diketahui dimana dari

    ketiga komponen kinerjanya (input, proses, dan output) hanya komponen proses yang

    tergolong sedang, sedangkan komponen input dan output sudah tergolong baik.

    Penilaian kinerja tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan baik tanpa adanya

    standar kerja.esensi penilaian kinerja adalah perbandingan kinerja ternilai dengan

    standar kinerjanya. Jika penilaian kinerja dilaksanakan tanpa standar kinerja, maka

    hasilnya tidak memiliki nilai (Wirawan, 2009 dalam Suparti, 2010).

    2.4.1 Komponen Input

    Masukan (input) merupakan bagian atau elemen yang terdapat dalam

    suatu sistem yang diperlukan, untuk dapat berfungsisnya sistem tersebut.

    Masukan (input) berupa sumber-sumber daya dalam suatu organisasi

    (Sulaeman, 2009).

    Menurut Sulaeman (2009), sumber-sumber daya dibagi kedalam 2

    kelompok yaitu sumber daya manusia dan sumber daya non manusia, yang

    terdiri atas sumber daya fisik, sumberdaya finansial, serta sumber daya sistem

    dan teknologi. Dimana organisasi yang dimaksud adalah Posyandu. Berikut

  • 37

    sumber-sumber daya yang diperlukan dan merupakan penilaian terhadap

    komponen input terhadap posyandu :

    1. Tersedianya kader Posyandu :

    Kader adalah anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan

    memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan Posyandu secara

    sukarela. Pemilihan kader posyandu dapat dilakukan dengan dipilih

    dari dan oleh masyarakat pada saat musyawarah pembentukan

    posyandu (Kemenkes RI, 2011). Kader posyandu dipilih dari anggota

    masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk

    menyelenggarakan kegiatan posyandu secara sukarela (Depkes,

    2006).

    Kriteria yang harus dimiliki kader posyandu diantaranya :

    dapat membaca dan menulis, berjiwa sosial dan menerima bekerja

    secara relawan, mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat,

    mempunyai waktu yang cukup, berdomisili di wilayah kerja

    posyandu, berpenampilan ramah, simpatik, dan mampu diterima

    masyarakat (Makmur, 2009).

    Kader posyandu memiliki 3 tugas utama diantaranya :

    persiapan sebelum hari bukan posyandu (H-1), pada saat hari buka

    posyandu (hari H), dan setelah hari buka posyandu (H+1), berikut

    penjelasannya (Kemenkes RI, 2011) :

    1) Sebelum hari buka posyandu (H-1) :

  • 38

    a. Menyebarluaskan hari buka posyandu melalui pertemuan

    warga setempat.

    b. Mempersiapkan tempat pelaksanaan posyandu.

    c. Mempersiapkan sarana posyandu.

    d. Melakukan pembagian tugas antar kader.

    e. Berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas

    lainnya.

    f. Mempersiapkan bahan PMT penyuluhan.

    2) Pada hari buka posyandu (hari H) : Pada proses ini

    menggunakan sistem 5 meja seperti tabel 2.2 :

    a. Melaksanakan pendaftaran pengunjung posyandu.

    b. Melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yang

    berkunjung di posyandu.

    c. Mencatat hasil penimbangan di buku KIA atau KMS dan

    mengisi buku registrasi posyandu.

    d. Pengukuran LILA pada ibu hamil dan WUS.

    e. Melaksanakan kegiatan penyuluhan dan konseling

    kesehatan dan gizi sesuai dengan hasil penimbangan serta

    memberikan PMT.

    f. Membentu petugas kesehatan memberikan pelayanan

    kesehatan dan KB sesuai kewenangannya.

  • 39

    g. Setelah pelayanan selesai, kader bersama petugas

    kesehatan melengkapi pencatatan dan membahas hasil

    kegiatan serta tindak lanjut.

    3) Setelah hari buka posyandu (H+1) :

    a. Mengadakan pemutakhiran data sasaran posyandu : ibu

    hamil, ibu nifas, dan ibu menyusui, serta bayi dan balita.

    b. Membuat diagram batang SKDN.

    c. Melakukan tindak lanjut terhadap : saran yang tidak

    datang, dan sasaran yang memerlukan penyuluhan

    lanjutan.

    d. Memberitahkan kepada kelompok sasaran untuk datang

    ke posyandu pada hari buka.

    e. Melakukan kunjungan tatap muka ke tokoh masyarakat,

    menghadiri pertemua rutin seperti pengajian dan atau

    arisan masyarakat.

    Salah satu indikator dalam tingkat perkembangan posyandu

    menurut Kemenkes (2011), yaitu rerata kader yang bertugas adalah 5

    orang atau lebih.

    Selain rerata kader yang bertugas di posyandu, jumlah kader

    yang bertugas pada hari pelaksanaan posyandu juga dapat dijadikan

    indikasi lancar tidaknya kegiatan posyandu (Nusi, 2006).

    Berdasarkan penelitian Hayati (2000) dan Juarsa (2004) dalam

    Makmur (2009), dimana keterampilan kader memiliki hubungan

  • 40

    yang signifikan untuk meningkatkan cakupan penimbangan balita

    dengan memotivasi ibu balita untuk datang ke posyandu.

    Sandang (2004) dalam Dewi, dkk (2012) menyatakan bahwa

    seseorang dalam bekerja akan lebih baik hasilnya bila memiliki

    keterampilan dalam melaksanakan tugas, dan keterampilan seseorang

    dapat terlihat pada lamanya bekerja.

    2. Ketersediaan Sarana Posyandu :

    Menurut Depkes (2000) dalam Nusi (2006), sarana kesehatan

    merupakan salah satu komponen penting dalam penyelenggaraan

    pembangunan kesehatan. Adanya sarana kesehatan diharapkan dapat

    menunjang berbagai upaya pelayanan kesehatan baik di tingkat

    individu maupun masyarakat.

    Hasil penelitian Murniati (2007) membuktikan bahwa

    ketersediaan pelayanan memiliki hubungan dengan pemanfaatan

    pelayanan kesehatan. Hasil penelitian Hasanah (2012) juga

    menunjukan bahwa, fasilitas posyandu yang lengkap memiliki

    pengaruh terhadap kinerja kader posyandunya. Dengan kata lain,

    tersedianya sarana yang memadai di posyandu akan meningkatkan

    minat ibu untuk membawa anaknya ditimbang ke posyandu.

    Sarana yang terdapat di posyandu diantaranya meliputi : alat

    timbang berat badan, alat ukur Lingkar Lengan Atas (LLA), tablet

    besi, kapsul vitamin A, buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) atau

  • 41

    Kartu Menuju Sehat (KMS), formulir pendataan, pencatatan dan

    pelaporan, serta poster blanko SKDN (Kemenkes, 2011).

    3. Struktur Organisasi

    Menurut Depkes (2006), struktur organisasi posyandu

    ditetapkan oleh musyawarah masyarakat pada saat pembentukan

    posyandu. Sturktur organisasi minimal terdiri dari ketua, sekretaris,

    bendahara, dam kader posyandu merangkap sebagai anggota.

    Beberapa posyandu yang ada di suatu wilayah (kelurahan/desa

    dan sebagainya), selayaknya dikelola oleh suatu unit/kelompok

    pengelola posyandu yang keanggotaannya dipilih dari kalangan

    masyarakat setempat. Pengorganisasian posyandu di desa/kelurahan

    dapat dilihat pada bagan 2.2 (Kemenkes, 2011).

    Bagan 2.2

    Struktur Organisasi Posyandu Berdasarkan Kondisi Wilayah

    Setempat

    Sumber : Kementerian Kesehatan. 2011. Pedoman Umum

    Pengelolaan Posyandu. Sekjen Kementerian Kesehatan RI. Jakarta

  • 42

    2.4.2 Komponen Proses

    Menurut Sulaeman (2009), tahapan proses yaitu merubah masukan

    menjadi keluaran dengan melaksanakan fungsi-fungsi menejemen dan

    pelayanan kesehatan yang ditunjang oleh standar mutu pelaksanaan dan

    standard operating procedure (SOP) serta sistem informasi.

    Tahapan poses pada kegiatan posyandu terdapat pada

    penyelenggaraan kegiatan posyandu. Tahapan ini merupakan indikator untuk

    menilai kegiatan posyandu, tahapan tersebut diantaranya (Nusi, 2006) :

    1. Tahap Persiapan: Tahapan ini merupakan tahapan sebelum hari buka

    posyandu (H-1), diaman kader bertugas mempersiapkan kebutuhan

    yang dibutuhkan seperti tempat pelaksanaan kegiatan posyandu,

    sarana posyandu, bahan PMT, sekaligus pembagian tugas antar kader

    agar kegiatan penimbangan berjalan dengan baik (Nusi, 2006).

    2. Tahap Pendaftaran dan Penimbangan : Kegiatan pendaftaran dan

    penimbangan