penduduk kembangan 2
-
Upload
fajar-reza-laksana -
Category
Documents
-
view
81 -
download
0
description
Transcript of penduduk kembangan 2
-
KINERJA POSYANDU DALAM PELAKSANAAN PEMBINAAN GIZI
MASYARKAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN
KEMBANGAN JAKARTA BARAT TAHUN 2014
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
SKRIPSI
OLEH :
MUSFIKA RAHMAN BADAWI
NIM : 109101000023
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H
2014 M
-
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN GIZI
Skripsi, Mei2014
Musfika Rahman Badawi, NIM : 109101000023
Analisis Kinerja Posyandu Dalam Pelaksanaan Pembinaan Gizi Masyarakat Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat Tahun 2014
xvii +109 halaman,4 bagan, 25tabel, 30lampiran
ABSTRAK
Posyandu adalah bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat yang
dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan. Kurang berfungsinya posyandu sehingga kinerja menjadi rendah. Kinerja
posyandu dilihat dari penyelenggaraan posyandu, sehingga mencapai strata kemandirian
posyandu. Kemandirian posyandu dapat dilihat dari frekuensi penimbangan, kader yang
bertugas, cakupan partisipasi masyarakat (D/S), dan rogram tambahan, dan cakupan dana
sehat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja posyandu dalam
pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan, Jakarta Barat. Penelitian ini menggunakan metode kuatitatif dengan desain
penelitian cross sectional. Untuk Penelitian dilakukan selama bulan Juni 2013 hingga
April 2014.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja posyandu wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Kembangan secara keseluruhan tergolong kurang. Hal tersebut disebabkan
oleh rendahnya komponen output posyandu, sehingga mempengaruhi perolehan kinerja
posyandu. Hasil penelitian untuk swadaya masyarakat, pembinaan posyandu, dan
partisipasi tokoh masyarakat wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan tahun
2014 secara keseluruhan juga tergolong kurang. Kemudian untuk hasil uji statistik yang
dilakukan menunjukan bahwa, dari ketiga faktor tersebut hanya swadaya masyarakat dan
pembinaan posyandu yang memiliki hubungan dengan kinerja posyandu.
Selain memiliki hubungan dengan kinerja posyandu, diketahui pula bahwa
swadaya masyarkat dan pembinaan posyandu memiliki hubungan dengan komponen
kinerja, yaitu proses kinerja posyandu. Hal ini menunjukan bahwa, dukungan masyarakat
dana bimbingan dari petugaskesehatan, maupun instansi terkait sebagai sangat penting
pada kegiatan posyandu guna meningkatkan kinerja posyandu.
Daftar bacaan : 31 (2003 2012)
-
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
DEPARTEMENT OF PUBLIC HEALTH
MAJOR OF NUTRITION
Undergraduated Thesis, May2014
Musfika Rahman Badawi, NIM : 109101000023
Integrited Health Services (Posyandu) Performances Analysis in Implementing
aCommunity Nutrition Coaching in KembanganDistrict Health Center (Puskesmas), West
Jakarta 2014
ABSTRACT
Posyandu isa public health efforts that took form in order to empower people and
provide ease in obtaining health care, which were managed and organized from, by, for
and within the community. Posyandu insufficiency led to the lower of its performances.
Posyandu performance could be assedby the way it getting organized, thus achieving the
strata of independence posyandu. Posyandu independence could be assed by the
frequency of weighing in, an average cadres in charge, the scope of public participation,
additional programs, and coverage of health funds.
The purpose of the research is integrited health service (Posyandu) performance
analysis in implementing a community nutrition coaching in Kembangan District health
center (Puskesmas), West Jakarta. This study uses quantitative methods with cross-
sectional research design.This study is conducted in June 2013 through April 2014.
Theresults indicated that the Posyandu in Kembangan District Puskesmas overall
relatively lack in performances. Those caused by the low output components of posyandu,
thus affecting the performance gains by it. Theresults for governmental, posyandu
coaching, and community leaders inKembangan District Puskesmas participation, showed
that overall is low in 2014. Hence, the results of statistical tests showed that between
those three factors, only the non-governmental and posyanducoaching that have a
significant relationship toposyandu performances.
In addition having a relationship with Integrited Health Services (Posyandu)
Performances, note also that the non-governmental and coaching component linked to
performance, is the process of performance. This shows that, good community support
and guidance form health professionals, and related institutions is essential to the
implementation of activities to improve Integrited Health Services (Posyandu)
performances.
Reading list : 31 (2003 2012)
-
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi
KINERJA POSYANDU DALAM PELAKSANAAN PEMBINAAN GIZI
MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN
KEMBANGAN JAKARTA BARAT TAHUN 2014
Skripsi
Telah Disetujui, Diperiksa, dan Dipertahankan Tim Penguji Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 19 Juni 2014
Mengetahui,
Pembimbing I, Pembimbing II,
Catur Rosidati, SKM, M.KM Minsarnawati T, SKM, M.Kes
-
v
PENGESAHAN PANITIAN UJIAN
Skripsi dengan judul Analisis Kinerja Posyandu dalam Pelaksanaan Pembinana Gizi
Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun
2014 telah diajukan dalam sidang ujian skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 20 Mei 2014. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
(SKM) pada Program Studi Kesehatan Masyarakat.
Jakarta, 28 Mei 2014
Sidang Ujian Skripsi
Ketua
Ratri Ciptaningtyas, M.HS
Anggota,
Riastuti Kusuma W, M.KM Puput Oktamianti, SKM, M.M
-
vi
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, April 2014
Musfika Rahman Badawi
-
vii
RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama Musfika Rahman Badawi
Jenis Kelamin Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir Jakarta, 26 Agustus 1991
Alamat Jl. Pondok Randu RT: 006 RW: 02 No. 46 Kec. Cengkareng, Kel.
Durikosambi, Jakarta Barat 11750
Agama Islam
Status Perkawinan Belum Menikah
Nomor Telepon/HP 085695545095
RIWAYAT PENDIDIKAN
2009 2014 Gizi - Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2006-2009 SMA Terpadu Baiturrahman, Bandung
2003-2006 SMP Terpadu Baiturrahman, Bandung
1997-2003 SDN 06 Pagi Jakarta
1995-1997 TK RA Tarbiyatun Nufus, Jakarta
RIWAYAT PEKERJAAN
2013 Praktek Kerja Lapangan di Puskesmas Kecamatan Kembangan,
Jakarta Barat
2012 Praktek Kerja Lapangan II di Puskesmas Ciputat, Tangerang
Selatan
2011 Praktek Kerja Lapangan I di Puskesmas Ciputat, Tangerang Selatan
2010
Staff panitia Seminar Nasional Jurusan Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
RIWAYAT ORGANISASI
2004 OSIS SMP Terpadu Baiturrahman, Bandung
2007 OSIS SMA Terpadu Baiturrahman, Bandung
2011 BEM Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
RIWAYAT PENELITIAN DAN PELATIHAN
2011 Pelatihan Gizi Kedaruratan Nutrition Expo 2011 di Universitas
Indonesia, Depok
2011
Inter Profesional Education dengan tema Work Together For Better Health dibawah bimbingan dr. Dwi Tyastuti Kusuma, MPH di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2010 Peserta Lomba Karya Tulis Ilmiah Kesehatan Islam (LKTKI II) di
Badan PPSDM Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
KETERAMPILAN Microsoft Office Word
Microsoft Office Excel
Microsoft Office Power Point
Program Nutri survei
-
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum WR. Wb
Puji syukur kepada Illahi Rabbi yang telah memberikan berbagai nikmat kepada
kita semua. Shalawat dan salam tak lupa kita panjatkan kepada nabi Muhammad SAW.
Dengan memanjatkan rasa syukur, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Analisis Kinerja Posyandu dalam Pelaksanaan Pembinaan Gizi Masyarakat di Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014. Penyusunan skripsi
ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan, perhatian dan kasih sayang
yang sangat luar biasa.
2. Bapak Prof. DR. (HC) dr. MK Tadjuddin, Sp. Dan selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Ibu Febrianti, M. Si, selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM dan Ibu Minsarnawati Tananghaca, SKM, M.Kes
selaku pembimbing skripsi.
5. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, khususnya
Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah membantu dalam kelancaran
penelitian hingga penyelesaian masa studi.
6. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat yang telah memberikan
izin penulis untuk melakukan penelitian di Puskesmas Kecamatan Kembangan.
7. Ibu Diany Lusia, SKM dan seluruh Staff Puskesmas Kecamatan Kembangan yang
telah membantu dalam kelancaran penelitian.
8. Seluruh Kader Posyandu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan yang
telah berpartisipasi dalam penelitian.
-
ix
9. Teman-teman Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan
2009 yang telah memberikan semangat yang luar biasa untuk menyelesaikan
studinya.
10. Terima kasih kepada sahabat seperjuangan Affan Muhammad, Rifqi Nasrul Haq,
dan Rijal Nurul Azam yang selalu memberikan dukungan kepada penulis, serta
teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan ini masih terdapat banyak kekurangan
sehingga penulis sangat menerima setiap kritik dan saran yang diberikan untuk
memperbaiki skripsi ini. Semoga tulisan yang sedikit ini dapat bermanfaat dengan
menambah khazanah keilmuan Kesehatan Masyarakat.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Jakarta, Juni 2014
Penulis
-
x
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ................................................................................................................ i
ABSTRAK ............................................................................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................. v
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................................ vi
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ x
DAFTAR BAGAN ................................................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2.Rumusan Masalah ............................................................................................................ 5
1.3.Pertanyaan Penelitian ....................................................................................................... 6
1.4.Tujuan Penelitian ............................................................................................................. 6
1.4.1. Tujuan Umum ................................................................................................ 6
1.4.2. Tujuan Khusus ............................................................................................... 6
1.5.Manfaat Penelitian ................... 7
1.5.1. Bagi Pengelola Program Gizi Dinas Kesehatan Kota Jakarta ....................... 7
1.5.2. Bagi Puskesmas Kecamatan Kembangan ...................................................... 7
1.5.3. Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ................................................. 7
1.5.4. Bagi Penulis ................................................................................................... 8
1.6.Ruang Lingkup ..................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat ............................................................................. 9
2.1.1. Sasaran Pembinaan Gizi Masyarakat ....................... 9
-
xi
2.1.2. Pencapaian Indikator Kinerja Pembinaan Gizi 2010-2014 .......................... 11
2.1.2.1. Balita Ditimbang Berat Badannya (Cakupan D/S) ............................. 12
2.1.2.2. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan .............................................. 15
2.1.2.3. Balita Usia 6-59 Bulan Mendapat Kapsul Vitamin A ......................... 16
2.1.2.4. Bayi Usia 0-6 Bulan Mendapat Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif ........... 18
2.1.2.5. Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe ........................................................... 20
2.1.2.6. Rumah Tangga Mengonsumsi Garam Beriodium ............................... 22
2.1.2.7. Pelaksanaan Surveilans Gizi ............................................................... 24
2.1.2.8. Penyediaan Buffer Stock MP-ASI untuk Daerah Bencana ................. 25
2.2. Posyandu .................................................................................................................... 26
2.2.1. Kegiatan Gizi Posyandu .......................................................................... 28
2.2.2 Tingkat Perkembangan Posyandu ................. 31
2.3.Kinerja ...................... 33
2.3.1 Pengertian ...................... 33
2.4. Penilaian Kinerja Posyandu ............................................................................ 34
2.4.1. Komponen Input ....................................................................... 37
2.4.2. Komponen Proses ............................. 43
2.4.3. Komponen Output ......................... 44
2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Posyandu .................................................... 47
2.6.1 Faktor Lingkungan Sosial Posyandu ................................................................... 47
2.6.2. Pembinaan Posyandu .......................................................................................... 49
2.6.3. Motivasi Kader ................................................................................................... 53
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep ....................................................................................... 58
3.2. Definisi Operasional ...................................................................................................... 61
3.3. Hipotesis Penelitian .................... 65
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ...................... 66
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................... 66
4.2.1. Lokasi Penelitian ................................................................................................ 66
-
xii
4.2.2. Waktu Penelitian ................................................................................................. 67
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ................... 67
4.3.1. Populasi Penelitian .............................................................................................. 67
4.3.2. Sampel Penelitian ............................................................................................... 67
4.4 Instrumen Penelitian ......................... 69
4.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ....................... 69
4.6 Pengolahan Data ....................... 70
4.7 Analisis Data .................... 71
4.7.1 Analisisi Univariat ............................................................................................... 71
4.7.2. Analisis Bivariat ................................................................................................. 72
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1. Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Kembangan .................................................. 73
5.1.1. Kondisi Geografis ............................................................................................... 73
5.1.2. Kondisi Demografis ............................................................................................ 74
5.1.3. Visi dan Misi Puskesmas Kecamatan Kembangan ............................................. 75
5.1.4. Upaya Kesehatan Puskesmas Kecamatan Kembangan ...................................... 75
5.2. Gambaran Kinerja Posyandu ........................................................................................... 77
5.2.1. Gambaran Input Posyandu .................................................................................. 78
5.2.2. Gambaran Proses Posyandu Dalam Pelaksanaan Pembinaan Gizi Masyarakat.. 78
5.2.3. Gambaran Output Posyandu ............................................................................... 80
5.3. Gambaran Variabel Independen ...................................................................................... 81
5.3.1. Gambaran Swadaya Masyarakat ......................................................................... 81
5.3.2. Gambaran Pembinaan Posyandu ........................................................................ 82
5.3.3. Gambaran Partisipasi Tokoh Masyarakat ........................................................... 84
5.4. Hasil Analisis Hubungan Variabel Independen dengan Variabel Dependen .................. 85
5.4.1. Hasil Analisi Hubungan antara Swadaya Masyarakat dengan Kinerja
Posyandu .......................................................................................................... 85
5.4.2. Hasil Analisi Hubungan antara Pembinaan Posyandu dengan Kinerja
Posyandu .......................................................................................................... 87
5.4.3. Hasil Analisi Hubungan antara Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan Kinerja 89
-
xiii
Posyandu ..........................................................................................................
BAB VI PEMBAHASAN
6.1. Gambaran Kinerja Posyandu ........................................................................................... 91
6.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Posyandu ................................ ................... 98
6.2.1. Hubungan Swadaya Masyarakat dengan Kinerja Posyandu ................................ 98
6.2.2. Hubungan Pembinaan Posyandu dengan Kinerja Posyandu ................................ 101
6.2.3. Hubungan Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan Kinerja Posyandu ................... 104
BAB VII KESIMPILAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan ..................................................................................................................... 107
7.2. Saran ................................................................................................................................ 108
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
xiv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Konsep Pelayanan Gizi 10
Bagan 2.2 Struktur Organisasi Posyandu Berdasarkan
Kondisi Wilayah Setempat
42
Bagan 2.3 Kerangka Teori 57
Bagan 3.1 Kerangka Konsep 60
-
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indikator Kinerja dan Target Kegiatan Pembinaan Gizi Tahun 2010-2014 12
Tabel 4.1 Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data 70
Tabel 5.1 Luas Wilayah, Jumlah RW dan RT Kecamatan Kembangan Menurut
Kelurahan
74
Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Puskesmas Kecamatan Kembangan 75
Tabel 5.3 Persentase Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan Tahun Jakarta Barat 2014
77
Tabel 5.4 Persentase Komponen Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014
77
Tabel 5.5 Persentase Input Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014
78
Tabel 5.6 Persentase Proses Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan Tahun 2014
79
Tabel 5.7 Persentase Komponen Proses Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014
79
Tabel 5.8 Persentase Output Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan Tahun 2014
80
Tabel 5.9 Hasil Rata-rata Nilai Skor Swadaya Masyarakat Terhadap Posyandu Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014
82
Tabel 5.10 Hasil Rata-rata Nilai Skor Pembinaan Terhadap Posyandu Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014
83
Tabel 5.11 Hasil Rata-rata Nilai Skor Partisipasi Tokoh Masyarakat Terhadap Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014
84
Tabel 5.12 Gambaran Kinerja Posyandu Berdasarkan Swadaya Masyarakat Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014
85
Tabel 5.13 Gambaran Input Kinerja Posyandu Berdasarkan Swadaya Masyarakat
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014
86
Tabel 5.14 Gambaran Proses Kinerja Posyandu Berdasarkan Swadaya Masyarakat 86
-
xvi
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014
Tabel 5.15 Gambaran Output Kinerja Posyandu Berdasarkan Swadaya Masyarakat
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014
86
Tabel 5.16 Gambaran Kinerja Posyandu Berdasarkan Pembinaan Posyandu Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014
87
Tabel 5.17 Gambaran Input Kinerja Posyandu Berdasarkan Pembinaan Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014
87
Tabel 5.18 Gambaran Proses Kinerja Posyandu Berdasarkan Pembinaan Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014
88
Tabel 5.19 Gambaran Output Kinerja Posyandu Berdasarkan Pembinaan Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014
88
Tabel 5.20 Gambaran Kinerja Posyandu Berdasarkan Partisipasi Tokoh Masyarakat
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014
89
Tabl 5.21
Gambaran Input Kinerja Posyandu Berdasarkan Partisipasi Tokoh
Maasyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta
Barat Tahun 2014
89
Tabel 5.22
Gambaran Proses Kinerja Posyandu Berdasarkan Partisipasi Tokoh
Maasyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta
Barat Tahun 2014
90
Tabel 23
Gambaran Output Kinerja Posyandu Berdasarkan Partisipasi Tokoh
Maasyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta
Barat Tahun 2014
90
-
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Analisis Kinerja Posyandu
Lampiran 2 Persentase Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan Tahun 2014
Lampiran 3 Persentase Komponen Input Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Lampiran 4 Persentase komponen Porses Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Lampiran 5 Persentase Kegiatan Persiapan Pada Komponen Proses Posyandu Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Lampiran 6 Persentase Kegiatan Penimbangan zada Komponen Proses Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Lampiran 7 Persentase Kegiatan Penyuluhan Pada Komponen Proses Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Lampiran 8 Persentase Kegiatan Pelaporan dan Rencana Tindak Lanjut Pada
Komponen Proses Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan Tahun 2014
Lampiran 9 Persentase Kegiatan Pelayanan Gizi dan Kesehatan Pada Komponen
Proses Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun
2014
Lampiran 10 Persentase komponen Output Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Lampiran 11 Hasil Uji T-Independen antara Swadaya Masyarakat dengan Kinerja
Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Lampiran 12 Hasil Uji T-Independen antara Swadaya Masyarakat dengan Komponen
Input Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun
2014
Lampiran 13 Hasil Uji T-Independen antara Swadaya Masyarakat dengan Komponen
Proses Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun
-
xviii
2014
Lampiran 14 Hasil Uji T-Independen antara Swadaya Masyarakat dengan Komponen
Output Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan
Tahun 2014
Lampiran 15 Hasil Uji T-Independen antara Pembinaan Posyandu dengan Kinerja
Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Lampiran 16 Hasil Uji T-Independen antara Pembinaan Posyandu dengan Komponen
Input Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun
2014
Lampiran 17 Hasil Uji T-Independen antara Pembinaan Posyandu dengan Komponen
Proses Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun
2014
Lampiran 18 Hasil Uji T-Independen antara Pembinaan Posyandu dengan Komponen
Output Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan
Tahun 2014
Lampiran 19 Hasil Uji T-Independen antara Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan
Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan
Tahun 2014
Lampiran 20 Hasil Uji T-Independen antara Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan
Komponen Input Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan Tahun 2014
Lampiran 21 Hasil Uji T-Independen antara Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan
Komponen Proses Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan Tahun 2014
Lampiran 22 Hasil Uji T-Independen antara Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan
Komponen Output Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan Tahun 2014
Lampiran 23 Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Komponen Kinerja Posyandu Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamtan Kembangan
Lampiran 24 Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Komponen Input Menurut Ketersediaan
Sarana Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan
-
xix
Tahun 2014
Lampiran 25 Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Kegiatan Persiapan Posyandu Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Lampiran 26 Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Kegiatan Penimbangan Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Lampiran 27 Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Kegiatan Penyuluhan Posyandu Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
Lampiran 28 Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Kegiatan Pelayanan Pertolongan Gizi
dan Kesehatan di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan Tahun 2014
Lampiran 29 Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Kegiatan Pelaporan dan Rencana Tindak
Lanjut di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan
Tahun 2014
Lampiran 30 Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Komponen Output Menurut Cakupan
Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat guna memberdayakan masyarakat dan memberikan pelayanan
kesehatan dasar, dengan tujuan untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu
dan bayi (Kemenkes RI, 2011).
Depdagri dan Otda, et al (2001) dalam Nusi (2006) membuktikan bahwa bila
penyelenggaraan posyandu baik, maka upaya untuk pemenuhan kebutuhan dasar
pengembangan anak akan baik pula, seperti tercapainya cakupan imunisasi yang
-
2
cukup tinggi dan adanya peningkatan umur harapan hidup. Sebaliknya bila kinerja
posyandu tidak baik, seperti dalam pemantauan pertumbuhan anak, maka
perkembangan status gizi anak dapat terganggu.
Kurang berfungsinya posyandu menunjukan kinerja menjadi rendah,
disebabkan oleh rendahnya kemampuan kader dan pembinaan dari unsur pemerintah
dan instansi terkait, hal tersebut mengakibatkan menurunnya minat masyarakat untuk
memanfaatkan posyandu (Nusi, 2006).
Berdasaran hasil Riskedas 2007, secara nasional diperoleh 27,3% rumah
tangga memanfaatkan posyandu sebagai pelayanan kesehatan dasar berbasis
masyarakat, sedangkan 62,5% rumah tangga tidak memanfaatkan posyandu karena
tidak membutukan dan 10,3% tidak memanfaatkan posyandu karena alasan lainnya.
Hal tersebut menunjukan bahwa masih banyak masyarakat yang belum memanfaatkan
posyandu sebagai fasilitas pelayanan kesehatan terutama untuk memantau tumbuh
kembang anak (Depkes, 2008).
Sedangkan di tingkat provinsi, Provinsi DKI Jakarta memiliki persentase
25,4% rumah tangga yang memanfaatkan posyandu sebagai pelayanan kesehatan
dasar berbasis masyarakat, 66,7% rumah tangga yang tidak memanfaatkan posyandu
karena tidak membutuhkan dan 7,9% tidak memanfaatkan karena alasan lainnya. Hal
ini juga membuktikan bahwa masih banyak masyarakat Provinsi DKI Jakarta yang
belum memanfaatkan posyandu sebagai fasilitas pelayanan kesehatan terutama untuk
memantau tumbuh kembang anak (Depkes, 2008).
Kemudian persentase nasional balita ditimbang berat badannya 4 kali
(penimbangan rutin dilakukan) dalam 6 bulan terakir adalah 45,4%. Pada tingkat
-
3
provinsipersentase balita di timbang berat badannya 4 kali dalam 6 bulan terakhir,
Provinsi DKI Jakarta mencapai 57,6% lebih tinggi dari prevalensi nasional. Sebagai
pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat, secara nasional posyandu merupakan
sarana penimbangan balita yang paling banyak digunakan yaitu 78,3% dibandingkan
dengan pelayanan kesehatan lainnya seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Polindes, dan
lainnya. Di Provinsi DKI Jakarta, persentase penimbangan balita yang dilakukan di
posyandu mencapai 67,2% (Depkes, 2008).
Selain itu, berdasarkan laporan Susenas 2007-2009 cakupan pemberian Air
Susu Ibu (ASI) eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia berfluktuasi dalam 3 tahun,
menurun dari 62,2% tahun 2007 menjadi 56,2% pada tahun 2008, dan kembali terjadi
sedikit peningkatan di tahun 2009 menjadi 61,3%. Demikian pula cakupan pemberian
ASI eksklusif pada bayi sampai 6 bulan menurun dari 28,6% di tahun 2007 menjadi
24,3% pada tahun 2008, dan kembali meningkat menjadi 34,3% pada tahun 2009
(Kemenkes, 2012).
Pada tahun 2011 cakupan partisipasi masyarakat (D/S) di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Kembangan paling tinggi mencapai 64% di Bulan Febuari,
hingga sampai pada akhir bulan cakupan D/S menurun menjadi 58% pada Bulan
Desember (Laporan Tahunan Puskemas Kecamatan Kembangan, 2012). Hal sama
terjadi di tahun 2012, berdasaran Laporan Bulanan Gizi (LB3 Gizi) Puskesmas
Kecamatan Kembangan dimana cakupan D/S wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan paling tinggi mencapai 80% di Bulan Maret, kemudian hingga sampai
pada Bulan Desember terjadi penurunan menjadi 66%. Hal ini menunjukan bahwa
pastisipasi masyarakat dalam memanfaatkan posyandu sebagai fasilitas untuk
-
4
memantau tumbuh kembang anak masi rendah dan meningkat pada waktu-waktu
tertentu.
Kemudian cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi di tahun 2011
mencapai 23,9% dan cakupan balita mendapat kapsul vitamin A 2 kali pada tahun
2011 yaitu mencapai 72,89%. Hal ini menunjukan bahwa masih banyak bayi usia 0-6
bulan tidak mendapatkan ASI eksklusif (Laporan Tahunan Puskemas Kecamatan
Kembangan, 2012).
Sedangkan Kementerian Kesehatan telah menetapkan dalam Standar
Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan di kabupaten/kota bahwa target cakupan
deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah adalah 90%, cakupan balita
mendapatkan ASI eksklusif adalah 80%, dan cakupan balita mendapat kapsul vitamin
A 2 kali per tahun yaitu 90% (Kemenkes, 2003).
Pelaksanaan kegiatan pembinana gizi masyarakat diantaranya mencakup
kegiatan promotif, kegiatan preventif, dan kegiatan kuratif. Kegiatan promotif
diantaranya meliputi pemantauan pertumbuhan, penyuluhan, konseling, pemberian
kapsul vitamin A, pemberian tabelt Fe, promosi garam beriodium, serta pelacakan dan
tindak lanjut kasus gizi buruk. kemudian kegiatan preventif meliputi pemberian
makanan tambahan (PMT), sedangkan kegiatan kuratif berupa tatalaksanan gizi buruk
rawat inap maupun rawat jalan (Kemenkes, 2012). Oleh karena itu, Rencana Aksi
Pembinaan Gizi Masyarakat juga menetapkan target bahwa 85% balita ditimbang
berat badannya, 80% bayi mendapatkan ASI eksklusif, dan 85% balita usia 6-59 bulan
mendapat kapsul vitamin A (Kemenkes 2012).
-
5
Kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi pegawai atau
kegiatan yang dilakukan selama periode waktu tertentu (Sulistiayani dan Rosidah,
2003 dalam Puspita, 2011). Gibson, et al (1996) dalam Pusita (2011) juga
menyebutkan bahwa kinerja adalah hasil yang diinginkan dari perilaku dan kinerja
individu adalah dasar kinerja organisasi. Penilaian kinerja merupakan proses menilai
hasil karya Sumber Daya Manusia (SDM) dalam suatu organisasi melalui instrument
penilaian kinerja (Kepmenkes, 2009).
Ridwan (2007) dalam Jasmawaty (2012) mengatakan bahwa kinerja posyandu
dilihat dari penyelenggaraan pelaksanaan posyandu, sehingga mencapai strata
kemandirian posyandu. Kemandirian posyandu tersebut dilihat dari frekuensi
penimbangan, rata-rata kader yang bertugas, cakupan partisipasi masyarakat (D/S),
program tambahan dan cakupan dana sehat.
Berdasarkan uraian diatas, cakupan D/S, cakupan ASI eksklusif, dan cakupan
pemberian vitamin A yang merupakan hasil dari pelaksanaan kegiatan posyandu di
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat belum mencapai
target yang telah ditentukan dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang
kesehatan di kabupaten/kota maupun dalam Rencana Aksi Pembinaan Gizi
Masyarakat (RAPGM). Hal ini mengindikasikan adanya permasalahan yang terjadi di
posyandu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat.
Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti kinerja posyandu dalam
pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan
Kembangan Jakarta Barat tahun 2014.
1.2 Rumusan Masalah
-
6
Diketahui bahwa wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan memiliki
cakupan partisipasi masyarakat (D/S) pada tahun 2011 dan 2012 mengalami
peningkatan pada bulan tertentu dan kembali menurun di akhir tahunnya. Selain itu,
cakupan D/S, cakupan pemberian ASI eksklusif dan cakupan balita mendapat kapsul
vitamin A pada tahun 2011 belum mencapai target, baik taget yang telah ditentukan
pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan kabupaten/kota maupun
target Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat (RAPGM).
Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat permasalahan pada kinerja posyandu
dalam pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Kembangan Jakarta Barat.
Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang kinerja posyandu dalam
pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan, Jakarta Barat tahun 2014.
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran kinerja posyandu dalam pelaksanaan pembinaan gizi
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat
Tahun 2014 meliputi input, proses, dan output?
2. Bagaimana gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja posyandu dalam
pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014?
3. Bagaimana hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja posyandu dalam
pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014?
-
7
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja
posyandu dalam pelaksanaan pembinaan gizi masyaraktat di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat tahun 2014.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran kinerja posyandu dalam pelaksanaan pembinaan
gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan
Jakarta Barat Tahun 2014 meliputi input, proses, dan output.
2. Mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
posyandu dalam pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014.
3. Mengetahui hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
posyandu dalam pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Pengelola Program Gizi Dinas Kesehatan Kota Jakarta
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi
sehingga dapat digunakan sebagai bahan dalam pengambilan tindakan,
perencanaan jangka pendek dan menengah, serta perumusan kebijakan guna
meningkatkan kinerja posyandu khususnya dalam pelaksanaan pembinaan gizi
masyarakat.
1.5.2 Bagi Puskesmas Kecamatan Kembangan
-
8
Hasil penelitian secara tidak langsung akan memberikan informasi
khususnya mengenai kinerja posyandu dalam pelaksanaan pembinaan gizi
masyarakat. Sehingga informasi tersebut dapat dijadikan sebagai acuan
menyusun program atau kegiatan untuk meningkatkan kinerjanya.
1.5.3 Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai tambahan pustaka mengenai
analisis kinerja posyandu, dan dapat dijadikan bahan referensi dan
rekomendasi oleh peneliti lain untuk dikembangkan pada penelitian
selanjutnya, khususnya terkait kinerja posyandu.
1.5.4 Bagi Penulis
Penelitian merupakan aplikasi mata kuliah yang didapat selama
proses perkuliahan. Serta membandingkan teori dengan fakta yang didapat di
masyarakat pada saat penelitian berlangsung.
1.6 Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi peminatan gizi Program Studi
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang dilaksanakan pada Bulan Juni tahun 2013 hingga April
tahun 2014. Penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain
cross sectional.
Penelitian dilakukan di posyandu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Kembangan, mengenai kinerja posyandu dalam pelaksanaan pembinaan gizi
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat.
-
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pembahasan teori pada penelitian ini, akan membahas diantaranya mengenai :
kegiatan pembinaan gizi masyarakat, posyandu, dan kinerja, serta faktor-faktor yang
berhubungan dengan kinerja posyandu.
2.1 Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat
2.1.1 Sasaran Pembinaan Gizi Masyarakat
Kegiatan pembinaan gizi masyarakat bertujuan untuk meningkatkan
cakupan dan kualitas pelayanan gizi keluarga untuk meningkatkan status gizi
ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita. Secara konseptual pelayanan gizi
dapat dilihat pada bagan 2.1 (Kemenkes, 2012).
-
9
Bagan 2.1
Konsep Pelayanan Gizi
Tidak naik berat badan/kurus Balita gizi buruk
PROMOTIF PREVENTIF KURATIF
Sumber : Kemenkes. 2012. Kinerja Kegiatan Pembinaan Gizi Tahun 2011. Dirjen Bina Gizi Kesehatan Ibu dan Anak. Dirjen
Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
Pemantauan pertumbuhan
Konseling ASI/Makanan
Pendamping ASI
Pemberian kapsul vitamin A
Pemberian tablet Fe ibu
hamil
Promosi garam beryodium
Skrining aktif
Taburia
Pemberian Makanan
Tambahan ibu hamil KEK
Balita gizi kurang
diberi Pemberian
Makanan
Tambahan (PMT)
pemulihan
Balita gizi buruk
mendapat perawatan
- Rawat Inap/TFC
- Rawat Jalan
-
10
2.1.2 Pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Gizi 2010-2014
Secara operasional kegiatan pembinaan gizi masyarakat tahun 2011
mencakup 2 indikator utama dan 6 indikator penunjang, diantaranya
(Kemenkes, 2012) :
1. Indikator utama :
a. 70% balita ditimbang berat badannya (D/S)
b. 100% balita gizi buruk mendapat perawatan
2. Indikator penunjang :
a. 78% balita usia 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A
b. 67% bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI eksklusif
c. 86% ibu hamil mendapat 90 tablet tambah darah
d. 77% rumah tangga mengonsumsi garam beriodium
e. 100% kabupaten dan kota melaksanakan surveilans gizi
f. 100% penyedian buffer stock Makanan Pendamping (MP) ASI untuk
daerah bencana
Secara garis besar, beberapa indikator berikut merupakan kegiatan
yang rutin dilakukan di tingkat Desa/Kelurahan (Posyandu). Indikator-
indikator tersebut akan dijelaskan selengkapnya dibawah ini (Kemenkes RI,
2012) :
-
11
Tabel 2.1
Indikator Kinerja dan Target Kegiatan Pembinaan Gizi Tahun 2010-2014
No Indikator Kinerja Target
2010 2011 2012 2013 2014
1 Persentase balita ditimbang berat
badannya (% D/S) 85 70 75 80 85
2 Balita gizi buruk mendapat
perawatan 100 100 100 100 100
3 Persentase balita 6-59 bulan
mendapat kapsul vitamin A 75 78 80 83 85
4 Persentase bayi usia 0-6 bulan
mendapat ASI eksklusif 65 67 70 75 80
5 Persentase ibu hamil mendapat 90
tablet Fe 84 86 90 93 95
6 Cakupan rumah tangga yang
mengonsumsi garam beriodium 75 77 80 85 90
7 Persentase kabupaten/kota
melaksanakan surveilans gizi 100 100 100 100 100
8 Persentase penyediaan buffer stock
Makanan Pendamping Air Susu Ibu
(MP-ASI) untuk daerah bencana
100 100 100 100 100
Sumber : Kemenkes. 2012. Petunjuk Pelaksanaan Surveilans Gizi. Dirjen Bina
Gizi dan Kesehatan ibu dan Anak Kementerian Kesehatan.Jakarta : Kemenkes
2.1.2.1 Balita Ditimbang Berat Bandannya (cakupan D/S)
Balita yang ditimbang berat badannya akan dibedakan kedalam 2
kelompok yaitu balita dengan umur 0-23 bulan (baduta) dan balita
dengan umur 24-59 bulan (balita), sebagai berikut (Kemenkes, 2012) :
a. Baduta (0-23 bulan) :
-
12
- Data S baduta adalah jumlah baduta yang berasal dari seluruh
posyandu yang melaporkan di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
- Data D baduta adalah jumlah baduta yang ditimbang diseluruh
posyandu yang melapor di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
b. Balita (24-59 bulan) :
- Data S balita adalah seluruh balita yang berasal dari seluruh
posyandu yang melapor di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
- Data D balita adalah balita yang ditimbang di seluruh posyandu
yang melapor di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
-
13
Kinerja penimbangan baduta dan balita dinilai baik, apabila
persentase D/S setiap bulannya sesuai dengan target.Pemantauan dan
pelaporan kegiatan penimbangan baduta dan balita dilakukan setiap
bulan (Kemenkes, 2012).
Cakupan penimbangan balita (D/S) merupakan indikator yang
berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan
pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi, tingkat partisipasi
masyarakat, serta prevalensi gizi kurang. Dimana semakin tinggi
cakupan D/S, maka semakin tinggi pula cakupan vitamin A, kemudian
semaki tinggi cakupan imunisasi dan semakin rendah prevalensi gizi
kurang (Kemenkes, 2012).
Menurut Kementerian Kesehatan (2012) bahwa masalah yang
berkaitan dengan rendahnya minat masyarakat datang ke posyandu
diantaranya : dana operasional, sarana prasarana, tingkat pengetahuan
kader dan kemampuan petugas dalam pemantauan pertumbuhan dan
konseling, tingkat pemahaman keluarga dan masyarakat akan manfaat
posyandu, serta pelaksanaan pembinaan kader (Kemenkes, 2012).
2.1.2.2 Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan
Balita menurut Kementerian Kesehatan (2012) merupakan anak
yang berumur dibawah 5 tahun (0-59 bulan).Giziburuk adalah keadaan
kurang gizi tingkat berat pada anak berdasarkan indeks berat badan
-
14
menurut tinggi badan (BB/TB) < -3 SD dan atau ditemukannya tanda-
tanda klinis (Depkes, 2008).
Kasus balita gizi buruk mendapat perawatan adalah balita
dengan gizi buruk yang dirawat inap maupun rawat jalan di fasilitas
pelayanan kesehatan dan masyarakat (Kemenkes, 2012).
Jumlah kasus gizi buruk yang dilaporkan dari tahun 2006
sampai 2008 cenderung menurun, namun terjadi peningkatan jumlah
kasus balita gizi buruk di tahun 2009. Sedangkan pada tahun 2010 dan
2011 dilaporkan jumlah kasus gizi buruk kembali menurun masing-
masing menjadi 43.616 kasus dan 40.412 kasus (Kemenkes, 2012).
Persentase kasus gizi balita gizi buruk mendapat perawatan
menurut Kementerian Kesehatan (2012), adalah jumlah kasus balita
gizi buruk yang dirawat inap maupun rawat jalan di fasilitas pelayana
kesehatan masyarkat dibagi jumlah kasus balita gizi buruk yang
ditemukan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dikali
100%, seperti dibawah ini :
Kinerja penanganan kasus balita gizi buruk dinilai baik jika
seluruh balita gizi buruk yang ditemukan mendapat perawatan, baik
rawat inap maupun rawat jalan sesuai dengan tata laksana gizi buruk di
pelayanan kesehatan dan masyarakat.Pengamatan balita gizi buruk
-
15
mendapat perawatan dilakukan setiap saat, termasuk pada saat
investigasi Kejadian Luar Biasa (KLB) gizi buruk, sedangkan kegiatan
pelaporan dilakukan setiap bulannya (Kemenkes, 2012).
2.1.2.3 Balita Usia 6-59 Bulan Mendapat Kapsul Vitamin A
Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama
ditemukan.Vitamin A sangat berperan dalam berbagai fungsi faali
tubuh, diantaranya untuk penglihatan, diferensiasi sel, fungsi
kekebalan, pertumbuhan dan perkembangan reproduksi, pencegahan
kanker dan penyakit jantung, dan lain sebagainya (Almatsier, 2006).
Kapsul vitamin A adalah kapsul yang mengandung vitamin A
dosis tinggi, yaitu 100.000 SI untuk bayi umur 6-11 bulan dan 200.000
SI untuk anak balita 12-59 bulan. Tujuan pemberian kapsul vitamin A
adalah untuk menurunkan prevalensi dan mencegah kekurangan
vitamin A pada balita (Kemenkes, 2012).
Persentase balita mendapat kapsul vitamin A adalah jumlah
bayi 6-11 bulan ditambah jumlah balita 12-59 bulan yang mendapat 1
kapsul vitamin A pada periode 6 bulan dibagi jumlah seluruh balita 6-
59 bulan yang ada di satu wilayah kabupaten/kota dalam periode 6
bulan yang didistribusikan setiap bulan Febuari dan Agustus.
Persentase tersebut dapat dilihat sebagai berikut (Kemenkes, 2012) :
-
16
Kinerja pemberian kapsul vitamin A dinilai baik jika,
persentase balita 6-59 bulan mendapat vitamin A sesuai
target.Pengamatan pemberian vitamin A pada balita 6-59 bulan
dilakukan setiap 6 bulan.Pelaporan dilakukan setiap 6 bulan yaitu pada
bulan Febuari dan bulan Agustus (Kemenkes, 2012).
Kekurangan (defisiensi)vitamin A tertutama terdapat pada anak
balita dapat merupakan kekurangan primer yaitu akibat kurang
konsumsi, atau kekurangan sekunder yaitu karena gangguan
penyerapan dan penggunaan dalam tubuh, kebutuhan yang meningkat,
ataupun adanya gangguan pada konveri karoten menjadi vitamin A
(Almatsier, 2006).
Dampak dari kekurangan vitamin A diantaranya buta senja
yang merupakan tanda awal kekurangan vitamin A, perubahan pada
mata dimana kornea mata secara dini akan terpengaruh akibat
kekurangan vitamin A, terjadi perubahan pada kulit, gangguan
pertumbuhan, dan lain sebagainya (Almatsier, 2006).
2.1.2.4 Bayi Usia 0-6 Bulan Mendapat Air Susu Iibu (ASI) Eksklusif
Bayi usia 0-6 bulan menurut Kementerian Kesehatan (2012)
adalah seluruh bayi usia 0 hari sampai 5 bulan 29 hari. Bayi mendapat
-
17
ASI eksklusif adalah bayi usia 0-6 bulan yang hanya diberi ASI saja
tanpa makanan atau cairan lain keculai obat, vitamin dan mineral
berdasarkan recall 24 jam.
Persentase bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI eksklusif adalah
jumlah bayi 0-6 bulan yang mendapat ASI eksklusif dibagi jumlah
seluruh bayi usia 0-6 bulan yang tercatat dalam register
pencatatan/Kartu Menuju Sehat (KMS) di wilayah tertentu dikali
100%, seperti dibawah ini (Kemenkes, 2012) :
Data pemberian ASI eksklusif dicatat dari KMS seluruh bayi
usia 0 hari sampai 5 bulan 29 hari pada formulir pencatatan pemberian
ASI eksklusif, sesuai dengan simbol-simbol berikut (Kemenkes, 2012)
:
= bayi diberi ASI saja
X = bayi sudah diberi makan/minuman lain selain ASI, kecuali obat,
vitamin dan mineral
A = bayi tidak datang penimbangan
Kinerja pencatatan bayi 0-6 bulan mendapat ASI eksklusif
dinilai baik, jika persentase bayi 0-6 bulan mendapat ASI eksklusif
sesuai target.Pencatat pada KMS dilakukan setiap bulannya,
-
18
bersamaan dengan kegiatan penimbangan di posyandu.Frekuensi
laporan diberikan setiap 6 bulan yaitu pada bulan Febuari dan bulan
Agustus, sedangkan cakupan tahunan menggunakan penjumlahan data
bulan Febuari dan bulan Agustus (Kemenkes, 2012).
Langkah-langkah perhitungan cakupan pemberian ASI
eksklusif pada bayi 0-6 bulan, diantaranya meliputi (Kemenkes, 2012)
:
a. Siapkan KMS balita dan hitung umur bayi pada saat penimbangan
bulanan. Umur bayi dihitung berdasarkan bulan penuh, dengan
kata lain umur dihitung 1 bulan apabila telah genap 30 hari.
b. Tanyakan ibu apakah 1 hari sebelumnya bayi telah diberikan
makan/minuman lain kecuali obat, vitamin dan mineral, kemudian
catat jawaban tersebut kedalam KMS pada kolom pemberian ASI
eksklusif sesuai dengan simbol-simbol ASI eksklusif.
c. Pindahkan catatan informasi ASI pada KMS seuai dengan simbol-
simbol ke dalam register bayi. Hal ini dilakukan setiap bulan bayi
berkunjung ke pposyandu. Pada kunjungan terakhir (Febuari atau
Agustus), hitung jumlah untuk masing-masing symbol.
d. Kemudian bidan desa merekapitulasi jumlah masing-masing
symbol pada kunjungan terakhir (Febuari atau Agustus) di
posyandu kedalam formulir rekapitulasi di desa/kelurahan. Begitu
pula dengan Tugas Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas dan
memasukannya kedalam formulir rekapitulasi di puskesmas.
-
19
e. Selanjutnya petugas kabupaten/kota merekapitulasi dan
menghitung persentase pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan setiap 6
bulan sekali bersamaan dengan bulan vitamin A yaitu pada bulan
Febuari dan Agustus.
f. Hasil rekapitulasi di kabupaten/kota selanjutnya dilaporkan ke
tingkat provinsi dan pusat pada saat yang bersamaan (Febuari dan
Agustus).
Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan dapat
disebabkan oleh rendahnya pemahaman masyarakat termasuk petugas
kesehatan tentang manfaat dan pentingnya pemberian ASI eksklusif
(Kemenkes, 2012).
2.1.2.5 Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe
Besi (Fe) merupakan zat mineral mikro yang paling banyak
terdapat dalam tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyak 3-5 gram di
dalam tubuh manusia dewasa.Beberapa fungsi esensial zat besi (Fe) di
dalam tubuh yaitu sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke
jaringan tubuh, sebagai alat angkut electron di dalam sel, dan sebagi
bagian terpadu berbagai reaksi enzim dalam jaringan tubuh.Fungsi
lainnya dari zat besi (Fe) adalah untuk membantu metabolisme energi,
kemampuan belajar, membantu kekebalan tubuh, dan pelarut obat-
obatan (Almatsier, 2006).
Pada umunya ketersedian biologik zat besi (Fe) paling tinggi
terdapat dalam daging, ayam, dan ikan, sedangkan dalam kacang-
-
20
kacangan dan serealian mengandung ketersedian biologik sedang. Besi
yang sebagian besar terdapat dalam sayuran seperti bayam memiliki
ketersediaan biologik rendah (Almatsier, 2006).
Anemia gizi besi adalah rendahnya kadar Hemoglobin (Hb)
dalam darah, hal ini disebabkan oleh kekurangan zat besi yang
diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut. Intervensi yang telah
dilakukan dalam penanggulangan masalah tersebut adalah dengan
mendistribusikan tablet besi (Fe) (Kemenkes, 2012).
Tablet Tambah Darah (TTD) adalah tablet yang mengandung
Fe dan asam folat, baik yang berasal dari program maupun mandiri.
TTD program adalah tablet yang mengandung 60 mg zat besi dan 0,25
mg asam folat yang disediakan oleh pemerintah dan diberikan secara
gratis pada ibu hamil. Sedangkan TTD mandiri adalah TTD atau multi
vitamin dan mineral, minimal mengandung zat besi dan asam folat
yang diperoleh secara mandiri sesuai anjuran (Kemenkes, 2012).
Ibu hamil mendapat 90 tablet Fe adalah ibu yang selama masa
kehamilannya minimal mendapat 90 TTD program maupun TTD
mandiri (Kemenkes, 2012).
-
21
Perhitungan cakupan tersebut dilakukan untuk menghitung
cakupan dalam 1 tahun. Kinerja pemberian tablet Fe pada ibu hamil
dinilai baik, jika persentase ibu hamil mendapat 90 tablet Fe sesuai
target.
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi tahun 2011,
secara nasional cakupan pemberian tablet Fe sebesar 83,3%. Cakupan
tersebut belum mencapai target nasional yaitu 85% (Kemenkes, 2012).
2.1.2.6 Rumah Tangga Mengonsumsi Garam Beriodium
Iodium merupakan mineral yang ada di dalam tubuh dalam
jumlah yang sangat sedikit.Sekitar 75% dari iodium ini terdapat di
dalam kelenjar tiroid, yang digunakan untuk mensistesis hormon
tiroksin, tetraiodotironin (T4), dan triiodotironin (T3).Sisa iodium
lainnya terdapat di dalam jaringan, terutama di dalam kelenjar-kelenjar
ludah, payudara, dan lambung serta di dalam ginjal (Almatsier, 2006).
Laut merupakan sumberiodium.Oleh karena itu, makanan laut
seperti ikan, udang, dan kerang serta ganggang laut merupakan sumber
iodium yang baik.Semakinjauh suatu daerah dari laut maka semakin
sedikit pula kandungan iodiumnya termasuk tanaman yang
tumbuh.noleh sebabitu, salah satu cara penanggulangan kekurang
iodium adalah melalui fortifikasi garam dapur dengan iodium
(Almatsier, 2006).
-
22
Garam beriodium adalah garam (NaCl) yang diperkaya dengan
iodium melalui proses iodisasai sesuai Standar Nasional Indonesia
(SNI) dengan kandungan Kalium Iodat (KIO3) (Kemenkes, 2012).
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) adalah
sekumpulan gejala yang timbul karena tubuh seseorang kurang unsur
iodium secara terus-menerus dalam jangka waktu lama. Akibat
kekurangan iodium akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia
secara luas, meliputi gangguan tumbuh kembang, termasuk
perkembangan otak sehingga terjadi penurunan potensi tingkat
kecerdasan (Kemenkes, 2012).
Metode yang digunakan untuk pemeriksanan garam dengan
menggunakan tes kit iodium yang dilakukan pada murid sekolah. Tes
kit iodium (larutan uji garam beriodium) adalah larutan yang
digunakan untuk menguji kandungan iodium dalam garam secara
kualitatif yang dapat membedakan ada/tidaknya iodium dalam garam
melalui perubahan warna menjadi ungu (Kemenkes, 2012).
Rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium adalah
seluruh anggota rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium,
dan pemantauannya dilakukan melalui Sekolah Dasar (SD) atau
Madrasah Ibtidaiyah (MI) pada tiap desa/kelurahan (Kemenkes, 2012).
-
23
Kinerja dinilai baik, jika persentase rumah tangga
mengonsumsi garam beriodium sesuai target.Frekuensi pengamatan
dilakukan setiap bulan Febuari dan Agustus.Pelaporan kegiatan
dilakukan 1 kali dalam setahun, yaitu pada bulan Febuari atau Agustus
dengan menggunakan formulir F6 (6 bulan) (Kemenkes, 2012).
2.1.2.7 Pelaksanaan Surveilans Gizi
Surveilans adalah proses pengamatan berbagai masalah yang
berkaitan dengan suatu program secara terus menerus melalui
pengumpulan, pengolahan, analisis dan intepretasi secara sistematis
serta penyebaran informasi kepada unit terkait dalam rangka
pengambilan tindakan. Surveilans memiliki peran penting dalam
penyediaan informasi kinerja dan dampak dari program yang
dilaksanakan (Depkes, 2006).
Menurut Kementrian Kesehatan RI (2012) bahwa surveilans
gizi adalah suatu proses pengumpulan, pengolahan dan deseminasi
informasi hasil pengolahan data secara terus menerus dan teratur
tentang indikator yang terkait dengan kinerja pembinaan gizi
masyarakat.
-
24
Kinerja dinilai baik, jika persentase kabupaten/kota yang
melaksanakan surveilans gizi sesuai dengan target.Frekuensi
pengamatan dan laporan dilakukan setiap bulannya (Kemenkes, 2012).
2.1.2.8 Penyediaan Buffer Stock MP-ASI untuk Daerah Bencana
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan
yang diberikan kepada bayi dan anak umur 6-24 bulan untuk
memenuhi kebutuhan gizi. Sedangkan Buffer Stock MP-ASI adalah
MP-ASI yang disediakan untuk antisipasi darurat akibat bencana,
Kejadian Luar Biasa (KLB) gizi dan situasi sulit lainnya (Kemenkes,
2012).
Kinerja penyediaan buffer stock MP-ASI dinilai baik, jika
pengadaannya sesuai dengan taget.Frekuensi laporan diberikan setipa
bulannya (Kemenkes, 2012).
-
25
2.2 Posyandu
Sebelum sampai pada definisi posyandu, maka terlebih dahulu mengetahui
hubungan posyandu dengan kegiatan pembinaan gizi masyarakat yang telah dijelaskan
sebelumnya. Kegiatan pembinaan gizi masyarakat merupakan indikator yang
digunakan dalam pelaksanaan surveilans gizi, dimana informasi yang diperoleh dapat
dimanfaatkan untuk pengambilan tindakan segera, perencanaan program jangka
pendek, menengah maupun jangka panjang, serta perumusan kebijakan (Kemenkes,
2012).
Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam surveilans gizi diantaranya
pengumpulan data, pengolahan data dan penyajian informasi. Sumber data yang
dikumpulkan dibagi kedalam 2 kelompok, yaitu ((Kemenkes, 2012) :
1. Data Rutin : meliputi data penimbangan bulanan, pemantauan dan pelaporan
kasus gizi buruk, pendistribusian tablet Fe ibu hamil, pendistribusian kapsul
vitamin A balita, dan pemberian ASI eksklusif.
2. Data Survei Khusus : data ini dilakukan berdasarkan kebutuhan, seperti data
konsumsi garam beriodium, pendistribusian Makanan Pendamping (MP)-ASI dan
Pemberian Makanan Tambahan (PMT), pemantauan status gizi anak dan ibu
hamil serta Wanita Usia Subur (WUS) risiko Kurang Energi Kronik (KEK), atau
studi yang berkaitan dengan masalah gizi lainnya.
Dari kedua sumber data diatas, data rutin merupakan sumber data yang sering
dilakukan di posyandu. Oleh karena itu, posyandu memiliki peran penting dalam
kegiatan pembinaan gizi masyarakat yang digunakan sebagai indikator pada
pelaksanaan kegiatan surveilans gizi (Kemenkes, 2012).
-
26
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2011), Posyandu merupakan salah satu
bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan
bayi. Pelayanan kesehatan dasar yang diberikan posyandu mencakup 5 kegiatan
pokok, yaitu : kesehatan ibu dan anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi,
gizi dan penanggulanan diare untuk para ibu di tingkat masyarakat.
Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) adalah kebutuhan
masyarakat yang dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan
bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya
(Kemenkes RI, 2010). Pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan adalah proses
untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Mubarak, dkk (2009) posyandu merupakan suatu forum komunikasi,
alih tekhnologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang
mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini.
Pernyataan tersebut kemudian didukung dengan fungsi posyandu menurut
Kementerian Kesehatan RI (2011), yaitu sebagai wadah pemberdayaan masyarakat
dalam alih informasi dan keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar
sesama masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu
(AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Anak Balita (AKABA).
-
27
Selain itu, untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan
penurunan AKI, AKB, dan AKBA.
Secara umum tujuan diselenggarakannya posyandu yaitu untuk menunjang
penuruanan AKI, AKB, dan AKABA di Indonesia melalui pemberdayaan
masyarakat. Sasaran posyandu meliputi seluruh masyarakat, terutama bayi, anak
balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, dan Pasangan Usia Subur (PUS)
(Kemenkes RI, 2010).
2.2.1 Kegiatan Gizi Posyandu
Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan
pengembangan/pilihan. Secara rinci kegiatan gizi posyandu adalah sebagai
berikut (Kemenkes RI, 2010) :
A. Kegiatan Utama :
1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) :
a. Ibu hamil :
Pelayananyang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup
penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran
tekanan darah, pengukuran lingkar lengan ataas, status gizi,
pemberian tablet Fe, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi
Tetanus Toxoid, konseling, serta KB pasca persalinan. Selain itu,
diadakannya kelas ibu hamil.
b. Ibu nifas dan menyusui :
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan
menyusui mencakup penyuluhan atau konseling kesehatan, pasca
-
28
persalinan, KB, IMD, ASI eksklusif, dan gizi. Kemudian
pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah 200.000 SI, perawatan
payudara, serta dilakukannya pemeriksaan kesehatan umum,
pemeriksaan payudara, pemeriksaan tinggi fundus uteri dan
pemeriksaan lochia oleh petugas kesehatan.
c. Bayi dan Anak Balita :
Pelayanan Posyandu untuk bayi dan anak balita harus
dilaksanakan secara menyenangkan dan memacu kreativitas
tumbuh kembangnya. Untuk itu perlu disediakan sarana permainan
yang sesuai dengan umur balita.
Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan posyandu
untuk balita mencakup penimbangan berat badan, penetuan status
pertumbuhan, penyuluhan dan konseling.Jika ada tenaga kesehatan
Puskesmas maka dilakukan pemeriksaan kesehatan, pemberian
imunisasi, deteksi dini tumbuh kembang.
2. Keluarga Berencana (KB) :
Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader
adalah pemberian kondom dan pemberian pil ulangan.Jika terdapat
tenaga kesehatan Puskesmas, pelayanan yang dapat diberikan yaitu
suntikan KB dan konseling KB.Apabila tersedia ruangan dan peralatan
yang menunjang serta tenaga yang terlatih dapat pula dilakukan
pemasangan IUD dan implant.
-
29
3. Imunisasi :
Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh
petugas Puskesmas.Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan
program terhadap bayi dan ibu hamil.
4. Gizi :
Pelayanan gizi di posyandu dilakukan oleh kader. Jenis
pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi
dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan dan konseling gizi, pemberian
makanan tambahan (PMT) local, suplementasi vitamin A dan tablet Fe.
Apabila ditemukan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK),
balita yang berat badannya tidak naik 2 kali berturut-turut atau berada
di bawah garis merah (BGM), kader wajib segera melakukan rujukan
ke Puskesmas atau Poskesdes.
5. Pencegahan dan penanggulangan Diare :
Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).Penanggulangan diare di
Posyandu dilakukan melalui pemberian oralit. Apabila diperlukan
penanganan lebih lanjut akan diberikan obat Zinc oleh petugas
kesehatan.
B. Kegiatan Pengembangan atau pilihan :
Dalam kegiatan tertentu masyarakat dapat menambah kegiatan
posyandu dengan kegiatan baru, seperti : perbaikan kesehatan lingkungan,
pengendalian penyakit menular, dan berbagai program pembangunan
-
30
masyarakat desa lainnya. Posyandu seperti ini disebut juga Posyandu
Terintegrasi. Beberapa kegiatan tambahan posyandu yang telah
diselenggarakan, antara lain :
a. Bina Keluarga Balita (BKB).
b. Kelas ibu hamil dan balita.
c. Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensi Kejadian Luar
Biasa (KLB).
d. Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
e. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).
f. Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman
(PAB-PLP).
g. Program diversifikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan
pekarangan, melalui Tanaman Obat Keluarga (TOGA).
h. Kegiatan ekonomi produktif.
i. Tabungan ibu bersih, tabungan masyarakat.
j. Kesehatan lanjut usia melalui Bina Keluarga Lansia.
k. Kesehatan reproduksi remaja.
l. Pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil dan
penyandang masalah kesejahteraan sosial.
2.2.2 Tingkat Perkembangan Posyandu
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2011), perkembangan pada masing-
masing posyandu berbeda-beda, sehingga pembinaan yang dilakukan pada
-
31
masing-masing posyandu juga berbeda-beda. Secara umum, tingkat perkembangan
posyandu dibedakan atas 4 tingkat, diantaranya :
1. Posyandu Pratama : Posyandu pratama adalah posyandu belum mantap,
ditandai dengan kegiatan yang dilakukan belum rutin, dan terbatasnya
kader yang aktif yakni 5 orang.Selain terbatasnya kader, kurang siapnya
masyarakat kemungkinan yang menyebabkan kegiatan dilakukan di
posyandu belum rutin.Intervensi yang dilakukan pada jenjang ini adalah
memotivasi masyarakat dan menambahkan jumlah kader.
2. Posyandu Madya : Posyandu madya adalah posyandu sudah dapat
melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali setiap tahun, dengan rata-rata
jumlah kader 5 orang atau lebih, tetapi cakupan program kegiatan
Posyandu seperti KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare di
bawah 50 %. Intervensi yang dilakukan pada jenjang ini adalah
meningkatkan cakupan dengan menyertakan tokoh masyarakat sebagai
motivator dan penggiat kader. Sebagai contoh intervensi yang dapat
dilakukan antara lain :pelatihan tokoh masyarakat dengan metode simulasi,
dan menerapkan SMD dan MMD di posyandu.
3. Posyandu Purnama : Posyandu purnama adalah posyandu yang telah dapat
melaksanakan kegaiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah
kader 5 orang atau lebih, cakupan kegiatan utama lebih dari 50 %, sudah
ada program tambahan seperti sanitasi dasar, kesehatan lingkungan,
pengobatan dasar. Meskipun ada kegiatan dana sehat, tetapi belum optimal,
-
32
sehingga intervensi yang dilakukan adalah pelatihan dana sehat untuk
kader gizi.
4. Posyandu Mandiri : Posyandu mandiri adalah posyandu yang sudah mantap
karena dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan
rata-rata jumlah kader 5 orang atau lebih, cakupan 5 program utama sudah
di atas 50%, dengan dana sehat yang kuat. Intervensi yang harus dilakukan
adalah pembinaan dana sehat oleh petugas kesehatan dan memperbanyak
program tambahan sesuai dengan kemampuan masing-masing.
2.3 Kinerja
2.3.1 Pengertian
Kinerja merupakan suatu hasil kerja (outcome) personal atau kelompok
professional dalam organisasi baik pada pemangku jabatan struktural dan
fungsional maupun pada seluruh jajaran dalam organisasi selama periode
waktu tertentu (Gomes, 1998 ; Yalis Ilyas, 1999 dalam Rohmadi, 2003).
Pengertian yang sama juga dikemukakan menurut Gibson (1996)
dalam Suparti (2010) bahwa kinerja merupakan catatan keluaran hasil pada
suatu fungsi jabatan atau seluruh aktivitas kerja dalam periode tertentu. Agar
dapat menghasilkan kinerja yang baik, seseorang memiliki kemampuan,
kemauan, usaha, serta dukungan dari lingkungan. Kemauan dan usaha akan
menghasilkan motivasi, sehingga seseorang akan menampilkan perilaku untuk
bekerja.
Pengertian lain menurut Mahsun (2009) dalam Wirasata (2010) dari
berbagai literatur secara umum bahwa kinerja adalah gambaran mengenai
-
33
tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam
perencanaan stategi suatu organisasi.
Berdasarkan pengertian dari para ahli, dapat disimpulkan bahwa
kinerja (performance) merupakan hasil kerja atau tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam suatu organisasi untuk
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam
perencanaan selama periode waktu tertentu.
2.4 Penilaian Kinerja Posyandu
Pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian pencapaian target-
target tertentu yang diderivasi dari tujuan strategi organisasi (Lohman, 200 dalam
Wirasata, 2010). Pengertian serupa menurut Setyani (1999) dalam Rohmadi (2003),
penilaian kinerja merupakan suatu tindakan untuk melihat apakah segala sesuatunya
berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
Sementara menurut Gomes (1998) dalam Rohmadi (2003) penilaian kinerja
adalah suatu cara mengukur kontribusi dari individu-individu anggota organiasi
kepada organisasinya dan diperlukan untuk menentukan tingkat kontirbusi individu.
Pengertian penilaian kinerja lainnya, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
penilaian berarti proses atau perbuatan memperkirakan atau menghargai sesuatu.
Sedangkan indikator adalah alat pemantauan atau sesuatu yang dapat memberikan
petunjuk atau keterangan. Kinerja adalah pencapaian kegiatan mulai dari masukan,
proses, sampai hasil. Indikator kinerja posyandu berarti alat pemantau untuk kegiatan
-
34
posyandu yang meliputi input, process, dan output posyandu (Moeliono, 1989 dalam
Pakhri, 2002).
Berdasarkan difinisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa penilaian atau
pengukuran kinerja posyandu merupakan suatu metode atau alat yang digunakan
untuk menilai kegiatan atau aktivitas berdasarkan tujuan atau target yang telah
ditentukan sebelumnya meliputi input, process, dan output, sehingga segala
sesuatunya berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
Penilaian kinerja dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan atau ktriteria,
menurut Putri (1990) dalam Puspita (2011) menggunakan metode penilaian kinerja
berdasarkan konsep input-proses-output. Sementara menurut Ainsworth et al, (2002)
dalam Puspita (2011) pengukuran kinerja menggunakan skala dua faktor, yakni skala
hasil dan skala usaha, dimana ukuran ini memfokuskan pada : produktivitas, biaya,
mutu, kepuasan pelanggan, dan tenggat waktu.
Sedangkan Menurut K-State Cooperative Extension Service ukuran kinerja bagi
penyuluh dapat dicapai melalui beberapa dimensi, diantaranya : kualitas kerja,
kuantitas kerja, keterikatan pada jadwal kerja, alokasi kerja, sikap dan ketenangan,
dan kepuasan organisasi dan pelanggan. Terziovski dan Dean menyatakan bahwa
peningkatan atau pengembangan kualitas kerja mengacu pada dimensi yang paling
efektif dalam memengaruhi kinerja pegawai (Khalil et al,.2008 dalam Puspita, 2011).
Berdasarkandari uraian diatas, Puspita (2011) menyimpulkan bahwa penilaian
kinerja dapat dilakukan dari aspek input-proses-output ataupun dari aspek hasil dan
usaha. Dalam penyuluhan publik, penilaiannya relatif lebih sulit, karena harus
mencakup berbagai aspek, baik kualitas maupun kuantitas pelayanan.
-
35
Hardiansyah (1999) dalam Pakhri (2002) telah menyusun instrument penilaian
kinerja posyandu yang dapat melihat kelemahan atau kekuatan posyandu setiap 6
bulan. Instrument penelitian tersebut meliputi : input, proses, dan output yang masing-
masing diberi skor dan kemudian dijumlahkan, dengan skor maksimal 500. Kinerja
posyandu dinyatakan baik, jika total skor yang diperoleh 80%. Komponen input
diantaranya terdiri dari : alat bantu, bahan, kader dan organisasi. Komponen proses
diantaranya meliputi : persiapan dan penimbangan, penyuluhan, pelayanan paket
pertolongan gizi dan kesehatan, serta pelaporan dan tindak lanjut. Sedangkan
komponen output diantaranya meliputi : pelaporan dan cakupan SKDN, cakupan
vitamin A, dan cakupan Fe.
Berdasarakan hasil Hatoyo, dkk (2000) dalam Pakhri (2002) mengenai uji coba
penilaian kinerja posyandu pada 10 posyandu di Kabupaten Bogor, banyak pada
pertanyaan input, proses, dan output memiliki skor jawaban yang rendah. Sehingga 7
posyandu dinyatakan memiliki tingkat kinerja yang kurang.
Hasil penelitian Kasmita dkk (2000), menunjukan bahwa kinerja posyandu di
Kabupaten Padang Pariaman Provinsi Sumatera Barat secara umum dikategorikan
sedang dengan rata-rata skor 63,7% dan hanya 3 posyandu (10%) yang memiliki
kinerja baik. Beberapa ha1 yang menyebabkan rendahnya komponen input, meliputi
ketersediaan alat peraga dan obat-obatan, formulir pencatatan dan KMS, tidak ada
uraian tugas bagi masing-masing kader, dan jadwal pelaksanaan Posyandu.
Pada komponen proses tidak berjalan dengan baik, berkenaan dengan persiapan
kader sebelum pelaksanaan posyandu belum maksimal, pencatatan hasil penimbangan
pada formulir register dan KMS belum dikerjakan sendiri oleh kader, penyuluhan
-
36
yang belum terarah, pembuatan laporan dan tindak lanjut dari suatu kasus di
Posyandu. Sedangkan komponen output, berkaitan dengan pencapaian target dari K/S,
D/S dan N/D serta cakupan pemberian obat-obatan seperti pil besi dan vitamin A serta
target penurunan jumlah balita BGM (Kasmita dkk, 2000). Dari hasil tersebut
menunjukan bahwa komponen pertanyaan masih membutuhkan penyesuaian.
Begitu pula dengan hasil penelitian Nusi (2006) menunjukan bahwa secara
keseluruhan kinerja posyandu tergolong sedang. Hal tersebut diketahui dimana dari
ketiga komponen kinerjanya (input, proses, dan output) hanya komponen proses yang
tergolong sedang, sedangkan komponen input dan output sudah tergolong baik.
Penilaian kinerja tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan baik tanpa adanya
standar kerja.esensi penilaian kinerja adalah perbandingan kinerja ternilai dengan
standar kinerjanya. Jika penilaian kinerja dilaksanakan tanpa standar kinerja, maka
hasilnya tidak memiliki nilai (Wirawan, 2009 dalam Suparti, 2010).
2.4.1 Komponen Input
Masukan (input) merupakan bagian atau elemen yang terdapat dalam
suatu sistem yang diperlukan, untuk dapat berfungsisnya sistem tersebut.
Masukan (input) berupa sumber-sumber daya dalam suatu organisasi
(Sulaeman, 2009).
Menurut Sulaeman (2009), sumber-sumber daya dibagi kedalam 2
kelompok yaitu sumber daya manusia dan sumber daya non manusia, yang
terdiri atas sumber daya fisik, sumberdaya finansial, serta sumber daya sistem
dan teknologi. Dimana organisasi yang dimaksud adalah Posyandu. Berikut
-
37
sumber-sumber daya yang diperlukan dan merupakan penilaian terhadap
komponen input terhadap posyandu :
1. Tersedianya kader Posyandu :
Kader adalah anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan
memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan Posyandu secara
sukarela. Pemilihan kader posyandu dapat dilakukan dengan dipilih
dari dan oleh masyarakat pada saat musyawarah pembentukan
posyandu (Kemenkes RI, 2011). Kader posyandu dipilih dari anggota
masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk
menyelenggarakan kegiatan posyandu secara sukarela (Depkes,
2006).
Kriteria yang harus dimiliki kader posyandu diantaranya :
dapat membaca dan menulis, berjiwa sosial dan menerima bekerja
secara relawan, mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat,
mempunyai waktu yang cukup, berdomisili di wilayah kerja
posyandu, berpenampilan ramah, simpatik, dan mampu diterima
masyarakat (Makmur, 2009).
Kader posyandu memiliki 3 tugas utama diantaranya :
persiapan sebelum hari bukan posyandu (H-1), pada saat hari buka
posyandu (hari H), dan setelah hari buka posyandu (H+1), berikut
penjelasannya (Kemenkes RI, 2011) :
1) Sebelum hari buka posyandu (H-1) :
-
38
a. Menyebarluaskan hari buka posyandu melalui pertemuan
warga setempat.
b. Mempersiapkan tempat pelaksanaan posyandu.
c. Mempersiapkan sarana posyandu.
d. Melakukan pembagian tugas antar kader.
e. Berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas
lainnya.
f. Mempersiapkan bahan PMT penyuluhan.
2) Pada hari buka posyandu (hari H) : Pada proses ini
menggunakan sistem 5 meja seperti tabel 2.2 :
a. Melaksanakan pendaftaran pengunjung posyandu.
b. Melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yang
berkunjung di posyandu.
c. Mencatat hasil penimbangan di buku KIA atau KMS dan
mengisi buku registrasi posyandu.
d. Pengukuran LILA pada ibu hamil dan WUS.
e. Melaksanakan kegiatan penyuluhan dan konseling
kesehatan dan gizi sesuai dengan hasil penimbangan serta
memberikan PMT.
f. Membentu petugas kesehatan memberikan pelayanan
kesehatan dan KB sesuai kewenangannya.
-
39
g. Setelah pelayanan selesai, kader bersama petugas
kesehatan melengkapi pencatatan dan membahas hasil
kegiatan serta tindak lanjut.
3) Setelah hari buka posyandu (H+1) :
a. Mengadakan pemutakhiran data sasaran posyandu : ibu
hamil, ibu nifas, dan ibu menyusui, serta bayi dan balita.
b. Membuat diagram batang SKDN.
c. Melakukan tindak lanjut terhadap : saran yang tidak
datang, dan sasaran yang memerlukan penyuluhan
lanjutan.
d. Memberitahkan kepada kelompok sasaran untuk datang
ke posyandu pada hari buka.
e. Melakukan kunjungan tatap muka ke tokoh masyarakat,
menghadiri pertemua rutin seperti pengajian dan atau
arisan masyarakat.
Salah satu indikator dalam tingkat perkembangan posyandu
menurut Kemenkes (2011), yaitu rerata kader yang bertugas adalah 5
orang atau lebih.
Selain rerata kader yang bertugas di posyandu, jumlah kader
yang bertugas pada hari pelaksanaan posyandu juga dapat dijadikan
indikasi lancar tidaknya kegiatan posyandu (Nusi, 2006).
Berdasarkan penelitian Hayati (2000) dan Juarsa (2004) dalam
Makmur (2009), dimana keterampilan kader memiliki hubungan
-
40
yang signifikan untuk meningkatkan cakupan penimbangan balita
dengan memotivasi ibu balita untuk datang ke posyandu.
Sandang (2004) dalam Dewi, dkk (2012) menyatakan bahwa
seseorang dalam bekerja akan lebih baik hasilnya bila memiliki
keterampilan dalam melaksanakan tugas, dan keterampilan seseorang
dapat terlihat pada lamanya bekerja.
2. Ketersediaan Sarana Posyandu :
Menurut Depkes (2000) dalam Nusi (2006), sarana kesehatan
merupakan salah satu komponen penting dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan. Adanya sarana kesehatan diharapkan dapat
menunjang berbagai upaya pelayanan kesehatan baik di tingkat
individu maupun masyarakat.
Hasil penelitian Murniati (2007) membuktikan bahwa
ketersediaan pelayanan memiliki hubungan dengan pemanfaatan
pelayanan kesehatan. Hasil penelitian Hasanah (2012) juga
menunjukan bahwa, fasilitas posyandu yang lengkap memiliki
pengaruh terhadap kinerja kader posyandunya. Dengan kata lain,
tersedianya sarana yang memadai di posyandu akan meningkatkan
minat ibu untuk membawa anaknya ditimbang ke posyandu.
Sarana yang terdapat di posyandu diantaranya meliputi : alat
timbang berat badan, alat ukur Lingkar Lengan Atas (LLA), tablet
besi, kapsul vitamin A, buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) atau
-
41
Kartu Menuju Sehat (KMS), formulir pendataan, pencatatan dan
pelaporan, serta poster blanko SKDN (Kemenkes, 2011).
3. Struktur Organisasi
Menurut Depkes (2006), struktur organisasi posyandu
ditetapkan oleh musyawarah masyarakat pada saat pembentukan
posyandu. Sturktur organisasi minimal terdiri dari ketua, sekretaris,
bendahara, dam kader posyandu merangkap sebagai anggota.
Beberapa posyandu yang ada di suatu wilayah (kelurahan/desa
dan sebagainya), selayaknya dikelola oleh suatu unit/kelompok
pengelola posyandu yang keanggotaannya dipilih dari kalangan
masyarakat setempat. Pengorganisasian posyandu di desa/kelurahan
dapat dilihat pada bagan 2.2 (Kemenkes, 2011).
Bagan 2.2
Struktur Organisasi Posyandu Berdasarkan Kondisi Wilayah
Setempat
Sumber : Kementerian Kesehatan. 2011. Pedoman Umum
Pengelolaan Posyandu. Sekjen Kementerian Kesehatan RI. Jakarta
-
42
2.4.2 Komponen Proses
Menurut Sulaeman (2009), tahapan proses yaitu merubah masukan
menjadi keluaran dengan melaksanakan fungsi-fungsi menejemen dan
pelayanan kesehatan yang ditunjang oleh standar mutu pelaksanaan dan
standard operating procedure (SOP) serta sistem informasi.
Tahapan poses pada kegiatan posyandu terdapat pada
penyelenggaraan kegiatan posyandu. Tahapan ini merupakan indikator untuk
menilai kegiatan posyandu, tahapan tersebut diantaranya (Nusi, 2006) :
1. Tahap Persiapan: Tahapan ini merupakan tahapan sebelum hari buka
posyandu (H-1), diaman kader bertugas mempersiapkan kebutuhan
yang dibutuhkan seperti tempat pelaksanaan kegiatan posyandu,
sarana posyandu, bahan PMT, sekaligus pembagian tugas antar kader
agar kegiatan penimbangan berjalan dengan baik (Nusi, 2006).
2. Tahap Pendaftaran dan Penimbangan : Kegiatan pendaftaran dan
penimbangan