Pendidikan Yunani Dan Romawi

52
1 Pendidikan Yunani-Romawi Manusia berada dan diciptakan dalam sejarah. Di satu sisi, manusia menentukan perjalanan sejarah tetapi di sini lain, dalam arti khusus, manusia juga diciptakan oleh sejarah. Manusia tidak bisa berada di luar dari sejarah, sebaliknya, ia selalu berada bersama dengan perjalanan sejarah. Selain itu, ia juga menemukan dirinya sebagai “yang bereksistensi” dalam sejarah dan bukan di luar sejarah. Agar perjalanan sejarah dapat bernilai maka, pertama-tama ia harus membuat dirinya bernilai di dalam dan di hadapan sejarah. Demi pencapaian tujuan inilah maka banyak orang dalam perjalanan sejarah telah terlibat dalam memikirkan, bagaimana membuat diri manusia bernilai, bermoral dan baik sehingga mengakibatkan dunia yang bernilai, bermoral dan baik. Munculah para ahli filsafat. Pertanyaan tentang filsafat dari masa ke masa menimbulkan perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat, sampai menimbulkan muculnya ilmu-ilmu baru; mulai dari teologi dan sampai kepada teknologi. Salah satu ilmu yang cukup berkembang yaitu pedagogi atau yang sering disebut juga dengan edukasi atau pendidikan.

Transcript of Pendidikan Yunani Dan Romawi

Page 1: Pendidikan Yunani Dan Romawi

1

Pendidikan Yunani-Romawi

Manusia berada dan diciptakan dalam sejarah. Di satu sisi, manusia menentukan

perjalanan sejarah tetapi di sini lain, dalam arti khusus, manusia juga diciptakan oleh sejarah.

Manusia tidak bisa berada di luar dari sejarah, sebaliknya, ia selalu berada bersama dengan

perjalanan sejarah. Selain itu, ia juga menemukan dirinya sebagai “yang bereksistensi” dalam

sejarah dan bukan di luar sejarah. Agar perjalanan sejarah dapat bernilai maka, pertama-tama

ia harus membuat dirinya bernilai di dalam dan di hadapan sejarah.

Demi pencapaian tujuan inilah maka banyak orang dalam perjalanan sejarah telah

terlibat dalam memikirkan, bagaimana membuat diri manusia bernilai, bermoral dan baik

sehingga mengakibatkan dunia yang bernilai, bermoral dan baik. Munculah para ahli filsafat.

Pertanyaan tentang filsafat dari masa ke masa menimbulkan perkembangan dan pertumbuhan

yang sangat pesat, sampai menimbulkan muculnya ilmu-ilmu baru; mulai dari teologi dan

sampai kepada teknologi.

Salah satu ilmu yang cukup berkembang yaitu pedagogi atau yang sering disebut juga

dengan edukasi atau pendidikan. Perkembangan ilmu ini juga sebenarnya telah ada sejak

manusia memikirkan tentang dirinya di hadapan dirinyaa, alam, lingkungan dan bahkan

Tuhan. Tetapi secara perlahan, menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri, otonom.

A. Pendiidkan Di Yunani Kuno

1. Pendidikan pada Masa Peradaban Kuno

Pada masa peradaban tua, tekanan utama pendidikan kepada manuasia ialah

bagaimana cara berusaha agar manusia tidak lupa akan segala norma yang berlaku secara

lisan di tengah-tengah masyarakat. Ini berlaku untuk semua peradaban tradisional sebelum

Page 2: Pendidikan Yunani Dan Romawi

2

manusia mengenal alfabet (huruf-huruf). Dan cara yang paling ampuh untuk mengatasi

kelupaan ialah melalui cerita lisan yang diteruskan kepada anak atau cucu, tentang segala

aturan dan norma hidup, yang juga “ditetapkan” secara lisan. Begitulah dari generasi ke

generasi, manusia mendidik generasi berikutnya dengan cara bercerita.

2. Pendidikan ala Homeros dan Hesiodos

Pada masa ini, pendidikan dibagi dalam 2 bagian, menurut Homeros dan Hesiodos;

yang semuanya berkembang di Yunani. Pendidikan ala Homeros (dalam Illiad dan Odisea)

menekankan pada menjadi manusia ideal. Manusia ideal adalam manusia yang memiliki

arete. Orang yang memiliki arete ialah orang yang memiliki kekuatan fisik seperti keberanian

dan juga kehebatan untuk meraih kegemilangan dan hormat. Ini dicirikan dengan menang

dalam perang, kuat, besar, tampan, bicara sopan dan baik, punya nasehat yang masuk akal,

kaya dan berkuasa (ide kepahlawanan). Tujuan pendidikan ialah membuat manusia memiliki

kualitas-kualitas tersebut. Selain ada dua hal yang ditekankan juga dalam arete yaitu:

kemampuan dalam hal gymnastik dan musik, serta memiliki kebaikan dan keindahan.

Hal yang kedua yaitu pendidikan ala Hesiodos. Pendidikan yang ditekankan Hesiodos ialah

pendidikan yang membuat mereka yang dididik memiliki visi popolis (visi publik-umum-

masyarakat). Konsep arete dalam Homeros berkembang dari ide kepahlawanan menjadi

keutamaan dalam pergulatan hiidup sehari-hari yang dialami kaum tani. Dasar moralitas

dalam arete Hesiodos ialah keadilan dan kerja keras. Orang yang adil ialah orang yang

bekerja keras. Kerja keras adalah jalaan satu-satunya menuju kepada keutamaan.

3. Pendidikan di Sparta dan Athena (Yunani)

Pendidikan di Sparta (abad VIII – VI sm), mulai dari yang lebih humanis kepada

komunitaris yang anti demokrasi. Arete bukan lagi dipahami sebagai serdadu yang

Page 3: Pendidikan Yunani Dan Romawi

3

mengutamakan semangat patriotisme, yang dilakukan secara bebas, tetapi kegiatan

pendidikan diambil alih oleh negara sebagai institusi tertinggi. Sifat pendidikan menjadi

sangat tiranis, totalitarian (sedangkan di wilayah Atena, ciri pendidikan kepada masyarakat

lebih demikratis, dialogis dan menghargai individu). Memang arah dan tujuan pendidikan di

Sparta ialah keutamaan moral sebagai warga negara yang memiliki cinta secara total kepada

tanah air, menghargai nilai kekuatan dan kekerasan, mengutamakan latihan fisik demi

kesiapan tempur dan ketaatan total kepada tanah air (patria). Arete kepahlawan Homerian

berubah menjadi cita-cita cinta akan tanah air, kematian demi membela tanah air adalah

kematian yang indah dan membahagiaan. Kepahlawanan dalam Homerian yang lebih

aristokratis berubah menjadi kepahlawanan yang sifatnya kolektif (demi orang lain-negara).

Inilah awal dari kebangkitan kebangsaan atau jiwa patriotisme yang luar biasa (arete patria).

Sedangkan pendidikan di Atena lebih menekankan keharmonisan. Tatanan sosial tidak

didominasi militer tetapi masyarakatlah yanag mengatur kehidupan polis (kota-negara)

melalui sebaauh tata sosial politik. Sipil diberi kekuasaan yang sangat besar dan luas untuk

mengurus negara dan polis. Arete Homerian yang aristokratis mulai dipraktikan oleh setiap

warga negara yang ingin berprestasi. Ideal kepahlawanan dalam Homerian tidak lagi hanya

milik seseorang tetapi menjadi milik setiap warga polis. Persaingan kepahlawanan di medan

tempur, sekarang juga berubah menjadi persaingan dalam perlombaan di Olympiade.

Sekolah-sekolah yang sebelumnya milik keluarga bangsawan berubah menjadi milik publik.

Pada masa inilah muncul banyak ilmu pendidikan di sekolah: gimnastik, musik, puisi, teater,

dan sastra.

4. Pendidikan menurut Para Filsuf dan Socrates

Pada sekitar abad ke-5 sm, pendidikan oleh para filsuf sangat menekankan gaya bicara

retoris. Manusia dididik untuk menjadi seorang retoris, kepandaian dalam bicara atau

Page 4: Pendidikan Yunani Dan Romawi

4

berpidato. Orang dididik untuk mampu berbicara dengan baik dan logis serta bijaksana.

Mereka diajar untuk menyebarkan gagasan dan pendapat, tata bahasa yang baik, teknik bicara

serta retorika yang meyakinkan. Tujuan pendidikan ialah mencetak para orator ulung. Karena

itu arete berkembang kepada yang sifatnya politis, arete politis, yang termanifestasi melalui

kemampuan retoris yang indah.

Lain dengan pendapat Sokrates. Sokrates menekankan pada “jiwa”. Pendidikan harus

mengantar manusia sampai kepada “penemuan jiwa” dan inilah yang sangat sentral dalam

diri manusia. Jiwa ini setelah ditemukan harus dipelihara. Jiwa dilihat penting karena jiwa

adalah sentral dari kegiatan berpikir, bertindak dan menegaskan nilai-nilai moral. Orang yang

mampu memelihara jiwa ialah orang yang “mengenal dirinya sendiri”. Karena itu arete yang

sebelumnya lebih bersifat politis berubah menjadi arete yang lebih interior, lebih kepada

pengolahan dimensi moralitas manusia.

5. Pendiidkan menurut Plato (kira-kira 428-348 sM.)

Dia berasal dari keluarga bangsawan dan dalam silsilah nenek moyangnya terdapat

nama raja-raja kota Atena dan seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang bernama

Solon. Sebagai seorang pemuda, Plato turut ambil bagian dalam Pekan olahraga yang

terkenal di kota Korintus, suatu pengalaman yang memupuk minatnya terhadap bidang

keolahragaan seumur hidupnya. Meskipun pengalaman itu muncul sebagai latar belakang

dalam karya tulisnya, namun pengaruh yang jauh lebih penting berporos pada gurunya yang

ternama, yaitu Sokrates. Sayang sekali tidak banyak yang kita ketahui tentang orang luar

biasa ini. Da tidak menulis apa-apa yang diwariskan kepada kita. Hampir segala sesuatu yang

terhimpun mgnjadi warisan dunia intelektual tentang Sokrates adalah akibat kesan yang

timbul atas dirinya oleh muridnya, Plato. Dalam tulisan Plato seringkali Sokrates menempati

kedudukan atau peranan pokok. Plato, bersama dengan satu atau dua orang lainnya,

Page 5: Pendidikan Yunani Dan Romawi

5

membicarakan pelbagai masalah yang ditampilkan Sokrates. Bentuk tulisan-tulisan tersebut

dinamakan "dialog"' meskipun dialog sebenarnya jarang sekali terjadi, sebab Sokrates

sendiri. lah pembicara utama. Da menanyakan, memeriksa jawaban, menjernihkan jawaban

dengan jalan mengajukan pertanyaan baru dan seterusnya , sampai peserta lainnya

menentukan arti dari sesuatu yang dapat dipertahankan dan bukannya yang diterima karena

merupakan semacam pendapat umum belaka yang ditelan begitu saja. Sokrates sendiri selalu

mengatakan bahwa ia tidak mengetahui apa-apa, tetapi ia ingin sekali mencari kebenaran.

Dalam bukunya Pokok-Pokok Filsafat Junani. Muchtar Jahja mengutip dari contoh gaya

mengajar Sokrates yang dibuat oleh Guru besar JohnAdams dari Universitas Oxford.

Demikianlah isinya:

Socrates: "Apakah yang dimaksud dengan serangga (insect) itu? Banyak kali betul saya

dengar orang memperkatakannya, hingga ingin pulalah saya hendak mengetahuinya'"

Murid: "Serangga ialah binatang kecil bersayap." (Si murid yakin bahwa penjawabannya itu

benar.)

Socrates: Kalau begitu, tentu ayam pun boleh kita namai serangga. Sampai sekarang saya

yakin bahwa ayam itu bukanlah serangga'"

Murid: "Ayam bukan demikian kecilnya hingga dapat dinamai serangga. Ayam itu amat

besar kalau dibandingkan dengan serangga'"

Socrates: "Jadinya: Serangga ialah binatang yang amat kecil mempunyai sayap."

Murid: "Betul!"

Soctates: "Kalau demikian, butung pipit dapat dinamai serangga' sebab dia demikian

kecilnYa."

Murid:''Tidak! Burungsekali-kali tidak dapat dinamai serangga.''

Socrates: Jadinya: Serangga ialah binatang yang amat kecil, dia bersayap, tetapi bukan dari

jenis burung."

Page 6: Pendidikan Yunani Dan Romawi

6

Murid: "Benar!"

Socrates: "Kemarin saya memasuki salah satu toko, di dalamnya saya melihat kaleng-kaleng

kecil. Pada masing-masing kaleng itu tertulis: "Tepung Keating yang paling manjur untuk

pemberantas serangga." Pada masing-masing kaleng itu juga tergambar beberapa macam

binatang kecil bukan dari jenis burung, tetapi tidak ada mempunyai sayap, umpama: pijat-

pijat, kutu kucing dan lain-lain. Rupa-rupanya mereka salah menamakan binatang-binatang

tenebut setangga, sebab masing-masingnya tiada bersayap. Adakah masuk akal serangga

tidak bersayap, menurut yang telah kita tetapkan itu?"

Murid: "Binatang-binatang tersebut memang serangga, semua orang tahu itu."

Socrates: "Aneh, aneh. Apa pulakah arti serangga sekarang, menurut fikiranmu. Apakah

sekarang kau berpendapat bahwa “Serangga ialah binatang yang amat kecil, mempunyai

sayap, bukan dari ienis burung, dan kadang-kadang tiada bersayap. Sesungguhnya perkataan

ini amat berlawan-lawanan."

Murid: "Celaka! Pertanyaan-pertanyaan orang ini membosankan. Cobalah tuan sendiri

menerangkan kepada saya, apa arti serangga itu, supaya saya puas dan tuan pun puas."

Socrates: "Bukankah dari tadi saya bilang padamu bahwa saya sendiri pun tidak mengetahui.

Tetapi kendati pun demikian, marilah kita periksa bersamatama, moga-moga kita sampai juga

kepada hakikaf yang sebenarnya. Jalan yang paling baik ialah kita ambil 3 atau 4 ekor

serangga dari jenis yang bermacam-macam itu, kemudian kita perbandingkan yang satu

dengan yang lain, untuk mengetahui sifat-sifatnya yang sama. Apakah serangga yang akan

kita ambil?"

Murid: "Mari kita ambil kupu-kupu, semut, kerangga dan kumbang."

Socrates: "Bagus!"

Maka diselidiki dan diperhatikanlah oleh mereka bersama+ama binatang- binatang tersebut.

Sementara itu Socrates pun banyak mendatangkan pertanyaan-pertanyaan untuk pembuka

Page 7: Pendidikan Yunani Dan Romawi

7

fikiran murid itu. Kemudian sampailah mereka kepada pengertian yang sebenarnya, yaitu

"serangga iahh birutang beruas, kulitnya kesat, hgi keras, kakinya enam, mempunyai sayap,

atau bekas sayap." Dengan memperhatikan contoh yang disebutkan itu kelihatan bahwa

dengan memakai sistem Socrates itu murid melalui tiga tingkat fikiran, yaitu:

a. Yakin yang tiada berdasar.

b. Bimbang dan ragu-ragu tentang pendapatnya semula, dan ingin

hendak mengetahui yang sebenarnya.

c. Yakin yang berdasarkan kepada penyelidikan dan cara berfikir

yang betul.

Akhirnya, amat disayangkan bahwa guru yang termasyhur ini dituduh oleh musuh-

musuhnya merusak akhlak pemuda dengan cara pendekatannya yang khas itu. Atas diri

Sokrates dijatuhkanlah hukuman mati dan dengan tenang ia minum dari mangkok berisi

racun sementara dikelilingi murid-muridnya, termasuk Plato sendiri.

Apabila mutu keahlian seorang guru dapat dikenal dari hasilnya dalam diri pada

muridnya, maka tentu saja Sokrateslah yang harus digolongkan di antara guru-guru yang

paling besar.

Kemudian Plato mendirikan sekolahnya yang dinamakan "Akademi",

suatu istilah yang hingga kini masih hidup dalam banyak bahasa dan kebudayaan, termasuk

Indonesia.

Pikiran matang Plato tentang pendidikan dimuat dalam bukunya yang berjudul,

Republik, suatu karya yang melukiskan bentuk suatu negara yang sesempurna mungkin.

Untuk memimpin negara sedemikian hebat tentu saja mesti ada para pemimpin yang sudah

terdidik dan terlatih sesuai dengan peranan mereka dalam negara itu. Pertama-tama ia

berusaha menggarap alasan mengapa mesti ada pendidikan. Meskipun nama Plato selalu

dikaitkan dengan filsafat, namun di sini ia tidak memaparkan gagasannya melalui suatu

Page 8: Pendidikan Yunani Dan Romawi

8

pendekatan ilmiah yang rumit; ia hanya bercerita. Dalam "Kiasan tentang Suatu Gua", ia

mengundang para pembacanya

membayangkan suatu gua yang aneh.

Beberapa orang sedang menghadap suatu dinding, semacam layar yang padanya

terlihat bayang-bayang. Yang lebih aneh ialah bahwa mereka telah duduk di sana sejak kecil.

Mereka terbelenggu sedemikian rupa se hingga mereka tidak dapat menoleh ke kiri atau ke

kanan. Dua puluh empat jam sehari mereka terpalsa menghadap dinding dengan bayang-

bayangnya itu. Bagi mereka, bayang-bayang itulah satu-satunya dunia nyata. Sayang,

bayang-bayang itu adalah akibat sorotan api unggunjauh di belakang mereka. Pada ruang

antara orang-orang yang terbelenggu dan api unggun itu ada semacam lorong kaki lima yang

dilewati orang-orang lain dengan membawa pelbagai macam barang. Para tahanan tersebut

hanya melihat bentuk bayang-bayangnya saja. Kini, dalam cerita itu, Plato bertanya, "Apakah

yang akan terjadi apabila salah seorang tahanan itu dilepaskan dari belenggunya serta

diperbolehkan melihat seluruh tempat itu?" Dapat dibayangkan sebagian dari perasaannya. Ia

amat bingung. Semua pegangan yang lazimnya dapat ia percayai telah hilang. Ia ingin sekali

kembali lagi kepada belenggunya. Namun, tidak diizinkan. Ia terpaksa ke luar dari gua,

lambang keamanannya. Melalui "pendidikan" yang penuhdengan kesakitan, ia berangsur-

angsur sadar bahwa dunia bayang-bayang dalam gua itu bukanlah dunia nyata. Berdasarkan

penemuan luar biasaitu dan dengan se-mangat yang menggebu-gebu ia merasa diri diutus

dengan tugas mulia untuk turun lagi ke dalam gua guna memproklamasikan

penemuannya kepada iekan-rekannya. Isi proklarnasi itu ialah bahwa bayang- bayang yang

memberikan arti kepada mereka dan merupakan pusat kehidupan mereka itu adalah palsu,

karena dasarnya keliru sama sekali. Kenyataan yang sesungguhnya bukanlah bayang-bayang

yang mereka lihat itu, melainkan benda-benda yang melontarkan bayang-bayang itu pada

dinding di depan mereka. Dengan bagaimanakah keterangan yang seyogianya membebaskan

Page 9: Pendidikan Yunani Dan Romawi

9

mereka itu akan diterima? Mereka tidak menghiraukan berita itu, bahkan mereka tidak ingin

diganggu sejauh itu. Kehidupan mereka sudah cukup memuaskan. Barangkali karena rasa

hormat dan penghargaan

terhadap kawan mereka itu, mereka mendengar beritanya secara sopan. Namun kesabaran

mereka akan berubah menjadi kemarahan, apabila pembawa berita baru itu tetap berusaha

meyakinkan mereka akan kekeliruannya. Bahkan seandainya belenggu mereka dapat

dilepaskan, mereka akan mengusir dia dengan kekerasan dari tengah-tengah nrereka.

Seandainya ia menentang dan tidak mau enyah, kemungkinan besar nyawanya akan

dikorbankan demi perasaan aman persekutuan kecil itu!.

Dari isi kiasan itu, pembaca Plato diharapkan menarik kesimpulan bahwa pendidikan

diperlukan untuk membimbing orang-orang meninggalkan semua bayang-bayang yang tidak

berakar dalam kenyataan agar melihat serta menganut kebenaran Intinya sederhana sekali

namun untuk berpaling dari segala macam bayang-bayang itu,itulah justru tugas yang paling

sulit dilaksanakan. Sebabnya ialah karena manusia condong lebih menghargai keamanan

pribadi meskipun dasarnya salah ketimbang membuka diri terhadap pendekatan baru,

pengetahuan baru, pengertian baru dan sebagainya. Kecodongan itulah alasan mengapa nasib

para nabi pada umumnya begitu buruk. ialam pada itu dapat dicatat reaksi orang kepada

Sokrates, Tuhan Yesus, para nabi Israel purba bahkan modern pun. Tentu saja segala sesuatu

yang baru tidak selalu lebih merupakan kenyataan dan kebenaran daripada yang lama, namun

pendidikan menurut pemikiran Plato, menantang orang untuk terus-menerus menyelidiki

setiap pendapat sehingga dapat menentukan seiauh mana pendapat itu sesuai dengan

kenyataan baru yang sedang muncul. Itulah sebabnya kiasan tentang penghuni gua itu

merupakan "musuh" dari semua ideologi yang condong menghalangi proses pembedaan

antara “bayang-bayang” dan "dunia nyata"' untuk menentukan mana yang paling nyata dan

benar.

Page 10: Pendidikan Yunani Dan Romawi

10

Sebelum membicarakan lebih lanjut asas-asas pendidikannya, sebaiknya kita teliti

dulu salah satu buah pikirannya yang amat pelik dan sulit ditangkap. Menurut Plato, di luar

dunia alam ini terdapat dunia'' gagasan". Untuk setiap benda dalam dunia yang kita kenal

gagasan aslinya yang abadi ada dalam dunia “seberang". Boleh dikatakan bahwa setiap benda

merupakan semacam bayang-bayang dari gagasan asli tersebut. Dalam proses pendidikan,

menurut Plato, kita dibimbing "mengingat" inti abadi dari benda-benda dalam dunia ini.

Usahanya tidak pernah seratus persen berhasil, sebab tidak ada satu benda pun yang betul-

betul sama dan sesuai dengan isi gagasan abadinya. Sebagai contoh dapat kita kemukakan

bahwa belum pemah ada gambaran tentang seekor kuda yang dengan sendirinya dapat

menyingkapkan semua arti yang terkandung dalam gagasan "kuda" itu. Dengan kata lain,

harus kita akui bahwa kebenaran lengkap atau sempurna belum pernah tertuangkan dalam

sesuatu gambaran yang dibuat manusia. Dalam sejarah filsafat, tekanan atas gagasan abadi itu

menggolongkan filsafat plato dalam filsafat idealisme. Dalam bahasa Inggeris istilah yang

lebih tepat dari idealisme ialah idea-ism "gagasan-isme").

Kemudian, "kekuatan gagasan" dalam pemikiran Plato dikaitkan dengan kata Yunani

logos, yang diterjemahkan sebagai firman, kata. Asas itu masih hidup sebagai istilah yang

sama artinya dengan ilmu pengetahuan, misalnya biologi, arkheologi, teologi. Tentang

hubungan penggunaan persis istilah logos dalam ayat pertama dari Injil Yohanes dan artinya

dalam filsafat Yunani, para sarjana belum sepaham, namun pada umumnya diakui ada

hubunganNya. Yang penting untuk maksud kita ialah bahwa Plato sangat menghargai

kemungkinan-kemungkinan yang terdapat dalam akal manusia dan ia bermaksud menolong

sesamanya berpikir secara rasional. Tetapi penitikberatannya itu tidak berarti bahwa Plato

ingin menganggap manusia sebagai otak saja. Ia berusaha supaya orang dididik secara

berimbang, dan tujuan ini dilambangkannya dengan istilah Yunani aner kalos k'agathos,

yang berarti manusia yang indah dan berkebajikan.

Page 11: Pendidikan Yunani Dan Romawi

11

Harus kita sayangkan bahwa "manusia" di sini terbatas artinya. Memang, menurut

Plato, baik pria maupun wanita berhak menerima pendidikan, tetapi ia kurang mampu

membayangkan pengalaman belajar yang sama mendalram bagi semua orang. Yang termasuk

dalam subyek pendidikan itu ialah anak-anak dan muda-mudi dari kaum atasan. orang'orang

lainnya dapat dilatih untuk melaksanakan pelbagai tugas yang diperlukan oleh masyarakat,

tetapi latihan itu bukanlah pendidikan, sebab pendidikan rnencakup perkembangan manusia

sebagai keutuhan. Orang-orang yang terdidik akan menjadi para pemimpin masyarakat, atau

dalam kata-kata Plato, mereka akan menjadi raja-raja yang mampu berpikir filosofis.

Tentang ruang lingkupnya,terdapat tiga bagian pokok, yaitu perkembangan emosi,

tubuh, dan akal.

Pertama-tama, emosi para anak didik harus dikembangkan melalui musik dan cerita-

cerita yang memperlihatkan manusia atau dewa-dewi dalam kegiatan yang bajik. Semua

cerita yang mengemukakan kelakuan dewa-dewi atau orang-orang yang kasar, kejam, dan

sebagainya, tidak boleh dibaca atau didengar. Musik pun turut mengembangkan emosi.

Ketiga unsur musik, yaitu kata-kata, lagu dan iramanya perlu disesuaikan satu sama lain

sehingga anak didik terdorong untuk mencapai kehidupan yang berbudi tinggi. Tetapi tidak

semua musik dapat memenuhi tugas itu. Ada musik yang menghantar orang untuk mengalami

kebajikan; musik yang tidak demikian harus ditolak.

Selanjutnya, tubuh setiap pelajar harus dilatih. Dengan demikian, olahraga

memainkan peranan penting dalam pendidikan yang ditekankan Plato. Kaum terpelajar

memerlukan tubuh yang kuat dan yang berdisiplin. Tubuhnya perlu dilatih agar mampu

menahan kesulitan, bahkan tantangan yang dialami seorang prajurit. Diharapkan bahwa

seorang yang terpelajar akan mampu menguasai tubuhnya, dan bukan sebaliknya.

Page 12: Pendidikan Yunani Dan Romawi

12

Pengalaman ketiga yang perlu untuk mengembangkan seorang yang berbudi tinggi,

mencakup semua ilmu yang menantang akal misalnya ilmu ukur, ilmu pasti, ilmu dintang tlan

dialektika. Pendekatan yang terakhir inilah yang dikembangkan secara teliti oleh Sokrates.

Oleh karena negara memerlukan pemimpin yang sanggup menetapkan dan

meneruskan nilai-nilainya maka pendidikan dianggap sebagai tanggung jawab negara tetapi

negara yang dimaksud Plato bukanlah yang demokratis. Plato tidak mempunyai kepercayaan

cukup tinggi terhadap khalayak ramai untuk melibatkan mereka dalam proses penentuan

kebijakan Negara. Dalam pada itu Plato juga "terpenjara" dalam zamannya. Sungguhpun

demikian, penglihatannya atas kemungkian yang terdapat dalam akal manusia amat

mendalam dan asasnya berlaku bagi semua orang yang mampu dan mendapat kesempatan

untuk belajar.

Pada dasarnya, Plato menekankan penndidikan untuk “mencetak seorang filsuf

pemimpin”. Kritik Plato kepada kepada pemikiran pendidikan sebelumnya: “mereka yang

menjalani pendidikan hanya untuk mengejar sukses, kehormatan, dan popularitas ialah

pendidikan yang tingkatnya rendah sekalai. Menurut Plato, pendidikan yang dilakukan harus

menghantar orang kepada pengenalan dan penghayatan makna kebaikan dan keadilan serta

kebenaran. Manusia harus mempau memelihara keharmonisan dari jiwanya dengan cara

memelihara keharmonisan negara, kebahagiaan dunia dan kebahagiaan yang mengatasi

dunia. Dan ini hanya dapat dimilki oleh seorang filsuf. Seorang filsuf harus mampu

memikirkan kebahagiaan dunia dan yang mengatasi dunia serta mampu hidup dengan orang

lain dalam alam demokratis.

Page 13: Pendidikan Yunani Dan Romawi

13

6. Pendidikan menurut Aristoteles (384-322 seb. M)

Aristoteles lahir di desa Stagira, negeri Thrakia, yaitu bagian utara Yunani modern

sekarang. Ayahnya adalah seorang dokter dan pengalaman Aristoteles dalam rumah

ayahnya rupanya sangat mempengaruhi caranya meninjau dunia sekitarnya. Di kemudian

hari kegemarannya ialah menggambarkan sifat-sifat pelbagai jenis makluk hidup dan

benda dari dunia alam. Pada tahun 367 SM., ia pindah ke Atena dan memasuki akademi

Plato. Di sana dia belajar bekerja selama 20 tahun yaitu sampai Plato wafat, gurunya yang

termasyur itu.

Empat tahun kemudian, yaitu tahun 343, Aristoteles dipanggil menjadi guru pribadi

putra Filipus, raja Makedonia. Pada waktu itu putra yang bernama Iskandar baru tiga belas

tahun umurnya.yaitu sampai ia dipanggil ayahnya melaksanakan pelbagai tugas

kemiliteran. Meskipun tidak ada dokumen yang menggambarkan sifat pendidikan yang

diterima Iskandar itu, namun Aristoteles rupanya telah menanamkan dalam diri anak

didiknya kehausan akan pengetahuan dan cara meneliti apa saja yang ditemuinya dengan

seksama. Di kemudian hari Iskandar sebagai raja dan jenderal (prestasi yang dihormati

para pengikutnya dengan gelar “Agung”), menyebarkan kebudayaan Yunani ke semua

daerah yang berhasil ditaklukkan tentaranya, yaitu dari Yunani sampai ke Mesir sebelah

selatan, kemudia ke India bagian timur. Iskandar mendirikan sebuah perpustakaan dan

museum di kota Iskandaria di Mesir, dua lembaga yang tidak dikenal duniaYunani

sebelumnya. Kalau keberhasilan Iskandar ini dipandang dari segi bangsa yang di

taklukkan tentaranya, maka mereka mungkin akan lebih senang seandainya pendidikan

yang diterima Iskandar di bawah bimbingan Aristoteles tidak seunggul itu!

Pada tahun 334, Aristoteles kembali lagi ke kota Atena dan mendirikan kotanya

dalam suatu gedung Lyceum, suatu ruang olahraga yang merupakan bagian dari kulil

Appolos. Kemudian sebagaimana nama sekolah Plato, yaitu Akademi, terus hidup sebagai

Page 14: Pendidikan Yunani Dan Romawi

14

istilah untuk banyak macam perguruan tinggi, demikianlah pula nama sekolah Aristoteles

itu diambil ahli sebagai nama untuk tempat-tempat di mana orang membahas topic dan

tema yang penting. Dalam taman Lyceum itu Aristoteles condong berjalan hilir-mudik

sambil berbicara dengan para murid tentang berbagai ilmu dan masalah tertentu.

Berdasarkan kebiasaan Aristoteles ini, maka gaya mengajarnya membuat sekolah itu

dikenal sebagai sekolah “peripatetis”, suatu kata kerja yang diambil dari kata erja Yunani

peripatein, yang artinya berjalan-jalan. Di sana ia mengajarkan logika, ilmu alam, ilmu

hayat, ilmu bintang, ilmu jiwa dan etik. Ruang lingkup yang luas ini menunjukkan

kepandaiannya. Dalam abad pertengahan di Eropa Barat kurikulumnya hidup kembali

dalam bentuk yang dikenal sebagai Ketujuh Pokok Seni Liberal (Septem Ars Liberales).

Pengaruh Aristoteles atas dunia cendikiawan amat besar, sungguhpun pelbagai seluk-

beluk tertentu dari ilmunya tidak sesuai lagi dengan hasil penyelidikan modern, namun

banyak istilah ilmia yang dipakai Aristoteles masih dipakai dalam dunia ilmu pengetahuan

dewasa ini. Tulisan-tulisannya diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan kemudian ke

dalam bahasa-bahasa Eropa Barat. Di sana, khususnya pada Universitas Paris, gagasannya

diamnil-alih oleh Prof. Thomas Aquino yang mengolahnya ke dalam bentuk baru. Dengan

system pengajarannya dia berusaha menyesuaikan pandangan Aristoteles dengan iman

Kristen. Sistem intelektual itu masih berlaku dalam pemikiran teologi Gereja Katolik

Roma.

Pandanagan Aristoteles terhadap pendidikan dapat di simpulkan dari isi dua karya

utamanya, yaitu Etika Nikomania dan Politik. Bagi dia, pendidikan termasuk kegiatan

yang insani yang mempunyai maksud utama, yaitu menolong orang mencapai kebahagiaan

(eudaimonia). Pepintas lalu, tujuan itu amat dangkal sabagai titik akhit kegiatan manusia,

karena ia condong mencakup sikap hidup yang berporos pada diri pribadi saja, dalam arti

Page 15: Pendidikan Yunani Dan Romawi

15

kebutuhan dan keinginannya, sedang dipenuhi dan sebaliknya kepentingan masyarakat

tidak begitu dihiraukan.

Tetapi bukan begitu maksud Aristoteles. Intinya jauh lebih mendalam seperti yang

Nampak dalam alinea panjang berikut yang membahas masalah “ Apa itu yang paling

baik?”:

Bagaimanakah Yang Baik seharusnya kita rumuskan, sehingga berlaku bagi semua

jenis upaya manusia? Barangkali Yang Baik itu dapat kita rumuskan sebagai sesuatu demi

mana manusia melakukan segala sesuatu lain. Jadi, apabila ada sesuatu yang menjadi

tujuan akhir dari segala sesuatu yang dilakukan, maka seyogianyalah hal tersebut kita

anggap Yang Baik –atau seandainya terdapat beberapa tujuan akhir seperti itu, maka hasil

keseluruhannyalah yang seharusnya kita anggap Yang Baik. Tetapi sekarang ternyata

bahwa ada berbagai tujuan yang menjadi sasaran kegiatan kita, namun apabila kita pilih

beberapa di antaranya – misalnya kekayaan atau alat music suling dan peralatan-peralatan

pada umumnya—selaku saran untuk sesuatu yang lain, maka jelaslah bahwa tidak

semuanya merupakan tujuan akhir, sedang Yang Paling Baik itu seyogianyalah merupakan

sesuatu yang mutlak. Dengan demikian, apabila ada satu hal yang dari dirinya sendiri

sudah merupakan tujuan akhir, maka itulah yang Paling Baik yang kita cari itu… Ditinjau

dari sudut ini, maka kebahagiaaanlah yang merupakan sesuatu yang mutlak, sebab

kebahagiaan itu selalu kita pilih demi kebahagiaan itu sendiri dan bukan sebagai sarana

untuk mencapai sesuatu yang lain. Memang, kehormatan, kesenangan, kecerdasan,

keunggulan dalam pelbagai macam bentuknya kita pilih juga demi kepentingannya… Jadi,

jika disimpulkan, maka kebahagiaan selaku sesuatu yang mutlak dan lengkap dalam

dirinya, adalah Tujuan dan Sasaran utama dari semua kegiatan kita.)

Lebih lanjut Aristoteles menjernihkan arti kebahagiaan itu selaku penggunaan semua

kemungkinan dalam diri seseorang yang dapat diserasikan dengan kebajikan. Tetapi

Page 16: Pendidikan Yunani Dan Romawi

16

kebajikan itu bukanlah harta milik yang disimpan dalam “bank”, melainkan suatu mutu yang

perlu diamalkan terus-menerus sepanjang hidupku.

Kalau kita menerima bahwa kebahagiaan adalah tujuan hidup dan arena itu tujuan

pendidikan juga, maka bagaimanakah tujuan tersebut dapat dicapai menurut pemikiran

Aristoteles? Pertama'tama, sebagai dasar pendidikannya, ia menitik-beratkan pentingnya

pancaindera manusia. Sama seperti halnya dengan ribuan orang lainnya, maka ia juga

mengamati kecondongan anak-anak kecil untuk menyentuh benda'benda, mencium bunga,

mengamati dunia sekitarnya, mendengar suara anggota-anggota keluarga, meresapi

maknanya dan seterusnya. Secara otomatis anak-anak melibatkan dirinya dalam kegiatan

demikian. Oleh karena itu guru hendaknya mengembangkan tugas belajar yang sesuai dengan

minat pembawaan itu. Sejak kecil si anak berangsur-angsur belajar membedakan antara

pelbagai pengalaman, sampai ia mampu menyesuaikan kelakuannya dengan akibat kegiatan

tertentu. Apabila ia menyentuh kompor panas, tangannya segera ditarik kembali. Kemudian

kompor itu akan menjadi tanda dari kesakitan tadi. Singkatnya, ia belajar dari

pengalamannya. Berdasarkan pengamatan itu fuistoteles menarik kesimpulan, bahwa

pendidikan melalui kebiasaan harus mendahului pendidikan melalui akal. Dengan kata lain,

baik-buruknya sesuatu orang dipelajari melalui apa yang dialaminya. Sehubungan dengan ini

Aristoteles menulis:

Kita tidak memperoleh kesanggupan melihat dengan cara melihat terus-menerus dan

kita juga tidak mendapat kesanggupan mendengar dengan cara mendengar terus-menerus,

melainkan justru sebaliknya. Oleh karena kita mempunyai kemampuan melihat dan

mendengar, kita mulai memanfaatkannya. Kita tidak memperoleh pancaindera tersebut

dengan jalan mempergunakannya. Lain sekali halnya dengan kebajikan. Kita memperoleh

kebajikan sebagai akibat bertindak secara bajik . . . Kita menjadi orang-orang yang adil

dengan cara bertindak adil menjadi berani dengan cara berbuat berani . Oleh karena itu,

Page 17: Pendidikan Yunani Dan Romawi

17

apakah kita terlatih sejak kecil dengan kebiasaan ini atau itu merupakan sesuatu yang amat

penting.

Jadi, para pelajar hendaknya dituntun dan dianjurkan untuk bergaul dengan anak-

anak, muda-mudi dan orang dewasa yang berbudi tinggi. Subyek pergaulan itu bukan anggota

keluarga atau teman-teman saja, melainkan termasuk juga tokoh-tokoh yang muncul dalam

drama, cerita, kitab suci, dan yang aktif dalam masyarakat sebagai rohaniwan, pemimpin

politik dan dramawan dan seterusnya. Oleh karena itu, salah tugas seorang guru ialah untuk

menolong murid-muridnya meningkatkan diri menjadi sama dengan-orang yang berbudi

tinggi.

Jika kebiasaan berbudi itu telah terbentuk atau lebih tepat apabila dikatakan "sedang

terbentuk" dalam diri mereka, maka para pendidik pun wajib memperhatikan perkembangan

kemampuan nalar para pelajar. Aristoteles sendiri mendorong murid-muridnya uniuk meneliti

dunia alam sekitarnya, menggolongkan keterangan yang diperoleh dari usaha itu dan

kemudian menarik kesimpulan berdasarkan hasil penelitian itu, atau dalam kata-kata

Aristoteles sendiri:

Oleh karena itu harus kita periksa kesimpulan yang dikemukakan murid dengan

menguji menurut data-data tertentu. Apabila kesimpulan tersebut sesuai dengan data itu,

maka ia dapat diterima. Kalau tidak, maka ia harus kita anggap hanya satu teori.

Selanjutnya, Aristoteles ingin melibatkan para muridnya dalam kegiatan mengambil

keputusan etis, dalam arti bahwa mereka harus belajar bagaimana mempertimbangkan

pelbagai kemungkinan etis dan akhirnya memilih keputusan yang paling sesuai patokan

"kebahagiaan"yang disebut tadi. Persoalannya ialah bagaimana caranya orang dapat

menemukan ukuran yang dapat dipercaya? Menurut Aristoteles kuncinya ialah "jalan tengah

kencana" (golden mean) sebab dalam pengalaman sehari-hari jarang sekali ditemukan ukuran

Page 18: Pendidikan Yunani Dan Romawi

18

mutlak tentang perilaku yang tepat dalam semua keadaan. Pendekatan yang lebih serasi

ialah memilih jenis perilaku di tengah-tengah dua kemungkinan yang saling berbeda yang

mirip dua kutub perilaku yang bertentangan, misalnya jalan tengah antara kepengecutan dan

nekad secara membabi buta ialah kebenaran antara kemalasan dan nafsu adalah ambis; antara

kerendahan hati dan kesombongan ialah kesederhanaan. Apabila para murid mendekati

keputusan tersebut secara obyektif, maka mereka condong menjauhkan diri mereka dari

segala segala kemungkinan yang bersifat keterlaluan. Mereka sedang menyerasikan diri juga

dengan irama alam dunia; mereka sedang mengalami kebajikan moral dan baru boleh

mendapat gelar "terpelajar".

Meskipun Aristoteles mempertahankan siasat memilih “jalan tengah kencana” sebagai

pedoman mengambil keputusan etis, ia akui juga bahwa asas itu tidak berlakuuntuk semua

macam perilaku. Sebabnya ialah karena ada prilaku yang selalu salah, misalnya mencuri,

membunuh dan berzinah. Semua perilaku tersebut dianggap salah, dan bukan kekuranganatau

keterlaluan di dalamnyayang membuatnya menjadi salah. Siapa saja yang membunuh,

berzinah takkan kunjung diangap berbuat baik karena tidak ada keadaan dalam mana perilaku

tersebut merupakan suatu kebaikan. Apabila pendidikannya berhasil sesuai dengan yang

dimaksud maka si pelajar sudah mencapai kesempurnaan insane yang terbuka bagi manusia.

Perilakunya menampilkan suatu pribadi yang berbudi tinggi yang bijaksana dan yang mampu

melihat hubungan-hubungan yang sejati. Singkatnya, ia boleh dianggap seorang yang

terpelajar, seorang yang berbahagia.

B. Pendidikan pada Zaman Romawi

Selama 5000 tahun sejarah yang tercatat, pendidikan di rumah, gereja, atau sekolah

telah merupakan cara penting untuk menyebarkan tradisi-tradisi dan pengetahuan praktis

Page 19: Pendidikan Yunani Dan Romawi

19

kepada generasi-generasi yang berikutnya. Hal ini dapat dicontohkan oleh binatang yang

mengajarkan kebiasaan-kebiasaan dan ketrampilan-ketrampilan kepada anak-anak mereka

melalui peniruan dan disiplin karena belajar adalah perlu bagi kelangsungan hidup dalam

satu lingkungan yang bermusuhan. Akan tetapi hanya manusia yang telah menemukan

berbagai sistem pendidikan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang sangat penting

dan mencapai tujuan pribadi maupun tujuan sosial.

Perkembangan bahasa telah memungkinkan manusia dalam masyarat yang paling

primitif sekalipun untuk menambah peniruan dan disiplin dengan pelajaran-pelajaran lisan

tentang keselamatan dan tugas-tugas ekonomi. Akan tetapi bagi para penguasa yang

terdorong oleh ambisi politik mereka menggunakan program-program pendidikan untuk

memajukan kepentingan-kepentingan kebangsaan mereka. Para pemimpin agama dan para

ahli filsafat yang megabdi kepada cita-cita moral telah berusaha untuk menuntun

masyarakat mereka ke arah standar-standar hidup dan kebudayaan yang tinggi melalui

pendidikan. Bangsa Romawi adalah bangsa yang praktis. Perkembangan kerajaan itu

mula-mula menghendaki pejuang-pejuang. Kemudian mereka pandai pula membentuk

kerajaan yang kuat. Jadi pada mulanya bangsa Romawi itu belum memperhatikan

pendidikan mereka, mereka hanya memperhatikan tentang kenegaraan yang sifatnya

perjuang dan kerajaan yang kuat untuk mempertahankan negara

Pada zaman Romawi, pendidikan juga merupakan salah satu sumber dalam

meningkatkan derajat peradaban yang telah ada pada zaman sebelumnya, yaitu pada

zaman Yunani. Orang-orang Romawi mampu meningkatkan derajat peradaban bangsanya

melalui pemikiran yang pragmatis. Pada zaman Romawi kuno, ilmu pendidikan itu lebih

difokuskan pada keahlian dalam berbicara atau berpidato (Orator), retorika, karya-karya

satra, teknik perang dan administrasi pemerintahan.

Page 20: Pendidikan Yunani Dan Romawi

20

Pada masa peradaban tua tekanan utama pendidikan kepada manusia ialah bagaimana

cara berusaha agar manusia itu tidak lupa akan segala norma yang berlaku secara lisan di

tengah-tengah masyarakat. Ini berlaku untuk semua peradaban tradisional manusia

mengenal alfabeth. Dan cara yang paling ampuh untuk mengatasi kelupaan ialah melalui

cerita lisan yang diteruskan kepada anak dan cucu, tentang segala aturan dan norma hidup

tang juga diterapkan secara lisan. Begitulah dari generasi ke generasi, manusia mendidik

generasi berikutnya dengan cara bercerita.

Pada pendidikan Romawi lama, pendidikan dimulai pada usia anak-anak tujuh tahun.

Kebiasaan anak laki-laki dan perempuan didik di rumah, untuk kebiasaan baik dalam

pembicaraan dan perbuatan. Setelah bertambah umurnya, mereka diajarkan berburu,

berlari, melompat, melempar bola dan tombak kuda serta menunggang kuda dan berenang.

Jadi yang penting bagi pendidikan anak Romawi adalah yang berguna, yang

menguntungkan negara, menjaga agama dan kesusilaan. Yang menjadi tempat pendidikan

adalah rumah tangga sendiri dan yang menjadi pendidik adalah orang tua mereka sendiri.

Tujuan dari pendidikan ini adalah untuk membentuk manusia yang selalu siap sedia

berkorban membela kepentingan tanah airnya. Yang diutamakan benar-benar adalah

pembentukan warga Negara yang cukup sebagai tentara. Adapun pendidikan tidak menjadi

tugas negara, yang dipentingkan adalah jasmani dan kesusilaan.

1. Pendidikan pada Peradaban Helenistik

Di bawah pemerintahan Alexander agung, kebudayaan yunani telah menyebar

keseluruh penjuru dunia. Berkembanglah corak kebudayaan baru yang dinamakan

kebudayaan Hellenisme, yakni perpaduan unsur –unsur budaya Yunani dengan Romawi.

Sekitar abad ke-4 SM, dimulailah periode Hellenis, di mana kebudayaan Romawi mulai

masuk ke Yunani. Pertemuan kedua kebudayaan ini kemudian mempengaruhi juga

Page 21: Pendidikan Yunani Dan Romawi

21

pendidikan di Yunani. Idealisme manusia tidak hanya ditemukan dalam individu (Yunani) :

dalam pemeliharaan jiwa Sokrates, dalam keterlibatan ala Plato manusia yang memiliki arete

adalah manusia yang berada dalam sebuah dunia yang tergabung secara global melalui

berbagai macam kebudayaan dunia. Pemahaman ini membuka kepada kepada ide humanitas.

Akhirnya pendidikan pada masa ini bergeser kepada pendidikan yang berciri humanitas.

Inilah paideianya ala Romawi. Pada masa ini juga muncul berbagai displin ilmu seperi

matematika (Euklides), fisika (Archimedes), astronomi (Aristrakus), geografi (Erastisfene),

dan lain-lain. Lewat kebudayaan helenis, paideia Yunani berubah menjadi humanitas yang

sedalam-dalamnya.

2. Pendidikan pada Peradaban Romawi dan abad pertama dari Republik Romawi

Pada masa ini paideia Yunani mulai berkembang dan mempengaruhi pendidikan di

Romawi. Tekanan utama pada paideia Romawi yang baru (yang tidak ada sebelumnya)

ialah : peranan penting tradisi dan keluarga dalam pendidikan. Pendidikan di Roma pada

abad-abad sebelum masehi ialah dibentuk melalui keluarga dengan cara menghormati apa

yang disebut dengan mos maiorum dan sistem pater familias.

Materi dasar bagi pendidikan adalah seperti mengutamakan kebaikan tanah air, la

pietas (devosi), la fides (kesetiaan), la grafitas (kualitas hidup) dan la constantia (stabilitas).

Semua orang yang didik harus diarahkan kepada manusia yang mempunyai keutamaan

seperti 4 hal tersebut, dan ini harus dibentuk sejak orang berada di dalam keluarga.

3. Pendidikan pada Peradaban Cicero

Pendidikan pada peradaban ini berkisar 106-43 SM. Cicero telah mencapai ketenaran

dalam berbagai bidang. Ia dikenal sebagai seorang yang ahli pidato besar, seorang ahli

filsafat, seorang pengacara yang sangat cakap, seorang penulis yang sangat ulung dalam latin,

Page 22: Pendidikan Yunani Dan Romawi

22

seorang penulis surat-surat yang mempesonakan, dan seorang pendidik. Karena

kepandaiannya yang beraneka ragam dan pengetahuannya mengenai bidang-bidang praktis

dan kruktural, maka ia sangat dihormati oleh para cendikiawannya sendiri.

Cicero dan keluarganya tinggal di suatu kota di Italia. Sebagai seorang pemuda, Cicero

belajar baik dengan guru pribadi maupun sekolah-sekolah romawi. Pada usia tujuh belas

tahun, ia menerima latihan militer dalam tahun 89 SM, ia secara terpuji berdinas dalam

tentara Romawi. Selama usia dua puluhan ia berpraktek sebagai ahli hukum untuk beberapa

waktu, tetapi kemudian karena alasan kesehatan berpergian ke Athena Rhodes dan Asia

Kecil, dan selama itu pula ia mempelajari retorika dan filsafat di bawah bimbingan guru-guru

terkemuka.

Dalam karir sebagai pejabat negara Cicero secara terus menerus terlibat dalam konflik-

konflik dan kekerasan politik Romawi. Ia pernah menduduki jabatan-jabatan tinggi, menuntut

para pejabat yang korup, sehingga ia mempunyai banyak musuh dan dalam tahun 43 SM, ia

dijatuhkan hukuman mati.

Karya dan pengaruh Cicero dalam dunia pendidikan telah banyak memberikan

sumbangan pemikiran kepada pendidikan dan filsafat demi kemajuan rakyatnya. Pada abab

ke empat belas dan lima belas, gagasan dan pemikiran Cicero tentang pendidikan banyak

sekali tertuang dalam hasil-hasil karyanya dan kumpulan pidato-pidatonya digunakan sebagai

contoh untuk mengajarkan pemakaian bahasa secara efektif dan filsafat oleh para

cendikiawan di seluruh Eropa. Cicero juga telah memberikan dorongan yang hebat untuk

mempelajari tulisan-tulisan Yunani dan Romawi kuno terhadap unsur-unsur kebudayaan

Renaisance. Renaisance itu sendiri adalah salah satu akibat yang dibawa oleh perang Salib,

yang memungkinkan berpindahnya kembali kekayaan intelektual kuno ke tanah Eropa.

Cicero bukanlah seorang ekstrimis tetapi ia lebih menyerupai seorang tokoh yang yang ingin

melestarikan cita-cita dan nilai-nilai tradisional yang berasal dari ahli-ahli filsafat Yunani.

Page 23: Pendidikan Yunani Dan Romawi

23

4. Pendidikan Pada Peradaban Quintilian

Peradaban ini berkisar dari tahun 35-95 M. Tujuan dari pendidikan pada peradaban ini

adalah menjadi pembicara atau orator. Aspek pedagogi sudah harus dimulai pada tahun

pertama masa kanak-kanak, ada keyakinan dalam semua diri manusia, menekankan juga pada

kualitas pendidikan keluarga, pendidikan sebelum sekolah formal, nasihat didaktik kepada

bacaan dan tulisan, telah adanya sekolah privat dan publik, guru retorik, mengembangkan

talenta dan bakat natural dan menjadi seorang orator sempurna. Sudah terdapat tiga tingkat

pendidikan yang ditawarkan oleh Quintiliano, yaitu Primaria, Secondaria, dan Superiore.

Quintilian adalah seorang pendukung yang bersemangat bagi pendidikan sekolah umum.

Warga-warga yang mampu mempunyai pilihan antara mempekerjakan guru-guru pribadi di

rumah atau mengirimkan putra-putra mereka ke sekolah-sekolah dengan membayar uang

sekolah. Pada suatu waktu ketika korupsi merajalela di antar pegawai-pegawai negeri dan

profesi lainnya, orang tua mungkin lebih menyukai mendidik anak-anak mereka di rumah

daripada mengambil resiko pergi sekolah teman-teman yang tidak diinginkan. Quintilian

memperdebatkan bahwa kelakuan yang jahat dapat dipelajari dengan mudah di rumah,

sedangkan suatu sekolah dapat mempekerjakan seorang guru terbaik bagi kelompok besar

siswa dan dengan demikian mencegah atau mengoreksi kebiasaan-kebiasaan yang buruk,

sementara mengajarkan hal yang pokok secara lebih efisien daripada guru-guru di rumah.

Quintilian menentang hukuman badan berdasarkan alasan bahwa seorang guru yang efisien

dapat mendisiplinkan para pemuda secara lebih baik. Memukul seorang pemuda hanya akan

memperkerasnya saja, membuat benci dan kejam, dan menciptakan ketidakhormatan

daripada menghormati gurunya. Para pemuda secara jujur diberi pujian bagi prestasi-prestasi

mereka dan dikritik untuk tingkah laku mereka yang tak baik dan kesalahan-kesalahan

mereka. Seorang guru harus memperlihatkan itikad baik dan perhatian kesulitan-kesulitan

dan kemajuan para siswa.

Page 24: Pendidikan Yunani Dan Romawi

24

Dengan nama Quintilianes ini kita belajar kenal dengan dunia dan pemikiran praltis

yang lazimnya dikaitkan dengan orang-orang Romawi, dan kesan yang umum dianut orang

ini tidak meleset. Mereka mencapai keunggulan dalam administrasi negara. Mereka

membangun gedung-gedung besar, sebagian masih berdiri sampai sekarang. Orang-orang

Romawi kuno itu mengembangkan pelbagai pelayanan yang diperlukan, agar suatu negara

berfungsi lancar, seperti sistem pos, perhubungan darat dan laut, angkatan bersenjata yang

menjamin keamanan, dan paling penting, mereka memelopori suatu sistem hukum yang

masih merupakan dasar hukum dalam kebanyakan negara modern, khususnya yang

dipengaruhi langsung oleh Eropa Barat dan Amerika Utara.

Quintilianes berasal dari Spanyol dan berusaha memperbaiki pendidikan dari segi

praktisnya. Agak menarik untuk dicatat bahwa Quintilianes adalah guru Romawi pertama

yang diangkat sebagai guru Rhetorika (seni bicara di depan umum) yang dibayar dari kas

negara! Sesudah mengajarkan ilmu pidato selama 20 tahun, ia meletakkan jabatannya dan

mengarang karyanya yang ternama, Institutia Oratoria (Pengajaran tentang Asas ilmu Pidato)

yang terdiri dari dua belas jilid. Dalam karya tersebut, ia menjelaskan asas-asas yang

diperlukan untuk mampu berbicara di depan umum. Apabila kita bertanya, mengapa justru

mata pelajaran itulah yang yang merupakan vak pokok bagi anak didik Romawi, maka harus

diingat bahwa keterampilan tersebut diperlukan untuk sejumlah fungsi kenegaraan dahnr

hcrajaan Romawi. Barangsiapa pandai berpidato, dapat menolong orang-orang lain

memperoleh keadilan melalui lembaga-lembaga negara. Juga, pejabat-pejabat negara di

daerah jajahan harus mengungkapkan gaagsan secara fasih sebagai keterampilan dasar.

Antara pendekatan Plato-Aristoteles dan Quintilianes terdapat perbedaan yang

mencolok. Kedua pendidik Yunani itu menjelaskan gagasan yang luas dan mendalam tentang

pendidikan, sedang Quintilianes memilih suatu ruang lingkup yang jauh lebih terbatas, yaitu

Page 25: Pendidikan Yunani Dan Romawi

25

mengajar orang-orang memperoleh salah satu keterampilan praktis. Pendekatan manakah

yangpaling cocok antara kedua pendekatan itu, masih merupakan pokok perdebatan sampai

kini.

Kalau pada waktu itu ditanyakan, siapakah yang paling dihormati, seorang filsuf atau

seorang yang fasih berbicara di depan umum, maka jawabannya akan cenderung memihak

kepada orang-orang terpelajar yang mampu berbicara dengan fasih tentang sejumlah masalah.

Namun status para filsuf tetap tinggi, meskipun mereka tidak langsung tamping dalam

gelanggang kenegaraan. Quintilianes ingin mencapai dua hasil sekaligus. Ia mau mengubah

masyarakat dengan jalan dengan meningkatkan keterampilan berpidato. Akibatnya, ia juga

mengharapkan bahwa seorang pembicara akan dijunjung tinggi oleh rakyat. Ia menulis:

“Filsafat dapat dipalsukan tetapi kepandaian berpidato tidak.” Artinya orang-orang dapat

member kesan seolah-olah kepandaian mereka betul-betul mendalam, meskipun mereka

hanya melaporkan hasil pemikiran yang terdapat dalam buku-buku saja. Lain sekali halnya

dengan orang-orang yang berpidato. Pada saat ia mengungkapkan gagasannya, terampil atau

tidaknyaia berpidato langsung kentara. Ia tidak dapat menipu para pendengarnya. Barangkali

Quintilianes menitik-beratkan keterampilan berpidato karena kecenderungan kaum

cendekiauntuk tidak melibatkan diri dalam urusan Negara, atau dengan kata lain, ia kurang

sabar terhadap orang yang tidak mampu mengamalkan pengetahuannya dalam lingkungan

luas sosialnya. Ia tidak meremehkan pengtingnya pengetahuan sebagai dasar untuk bertindak

dalam keadaan praktis. Itulah sebabnya mengapa dalam jadwal kurikulumnya , disamping

latihan berpidato, juga terdapat mata pelajaran ilmu alam, filsafat, hokum-hukum negear,

kebudayaan, music, latihan olahragadan agama. Sebagai akibatnya, diharapkan bahwa

seorang siswa ilmu berpidato akan belajar juga untuk menjadi seorang yang berbudi tinggi.

Bagi Quintilianes terdapat hubungan yang ertasekali antara kebajuikan dan kepandaian

berpidato.

Page 26: Pendidikan Yunani Dan Romawi

26

Saya bukan hanya menitik-beratkan bahwa seorang ahli pidato yang ideal hendaknya

dikenal sebagai seorang yang budiman, melainkan lebih dari itu lagi, saya katakana

bahwa tidak ada seorang pun yang boleh dianggap seorang ahli pidato pidato kecuali

dia memiliki budi yang tinggi.

Pada dasarnya pergumulan Quintilianesialah masalah mencari pendidikan yang

melatih atau melengkapi orang-orang sehingga mampu melaksanakan tugas yang diperlukan

masyarakat dengan lebih sempurna. Dalam prose situ ia condong mempersempit usahanya

dengan cara menitik-beratkan salah satu keterampilan di atas semua yang lain. Ia menisbikan

(merelatifkan) kepentingan belajar berpikir tanpa waspada terhadap kemungkinan isi sesuatu

pidato kurang logis dan mendalam, meskipun di ucapakn secara amat memuaskan.

Sungguhpun demikian, Quintilianes telah memberi sumbangan yang besar bagi

perkembangan ilmu pendidikan.

Ia memperlakukan setiap anak didik sebagai seorang pribadi yang perlu dihormati.

sikap ini lain sekali dari praktek yang lazim pada zaman itu, di mana sekolah-sekolah

bertitik-tolak dari praduga bahwa anak-anak tidak begitu berbeda dari orang dewasa kecuali

dalam tinggi dan berat badannya. Para pendidik tidak merencanakan tugas belajar yang sesuai

dengan kemampuan khusus setiap golongan umur, seperti dilakukan Quintilianes. Ia yakin

bahwa suatu tugas yang terlampau sulit bagi seorang murid usia 7 tahun, dapat ditunda,

misalnya sampai satu tahun atau lebih.

Kalau tidak, maka kemungkinan negatif akan timbul dalam diri si anak, bahwa dia seorang

yang gagal atau minatnya terhadap pelajaran itu sendiri akan merosot.

Berhubung dengan kecenderungannya mengandalkan metode menghafal, Quintilianes

sebenarnya belum begitu memelopori sesuatu yang haru. Menurut warga ternama Roma ini,

semua bahan yang dipelajari tidak perlu dipahami keseluruhannya pada saat itu juga. Nanti si

Page 27: Pendidikan Yunani Dan Romawi

27

pelajar dapat lrronginjat kembali pelbagai kalimat, gagasan dan sebagainya, untuk memenuhi

pemahaman itu. Kesan-kesan yang diterimanya selama bahan ltu dihafalkan akan

mempengaruhi perilakunya secara positif. Di sini ia mengusulkan suatu pendekatan yang

sama sekali tidak didukung penyelidikan modern.

Quintilianes ingin memanfaatkan pengaruh tekanan dari anak-anak lain yang sebaya.

Bakat seorang anak dikembangkan dalam kelompok belajar itu, karena di sana ia belajar baik

dari kegagalan maupun dari prestasi anak-anak lain. Semangat belajar lebih tinggi karena

anak yang bersangkutan tidak mau kalah. Apabila salah seorang anak menyelesaikan

kewajiban sesuai dengan harapan gurunya, maka sebaiknya prestasi itu diumumkan kepada

semua yang lain. Pengumuman demikian akan meningkatkan harga diri anak yang dipuji itu

dan sekaligus mendorong rekan-rekannya untuk bekerja lebih rajin lagi.

Kebalikan dari pujian ialah bermacam-macam hukuman, termasuk yang menyakiti

hati dan badan murid-murid. Para guru zaman itu banyak memukul murid-muridnya sebagai

siasat/mengendalikan perilaku. Quintilianes menolak cara mengajar seperti itu. Pertama-

tama, tindakan itu menghina diri si pelajar. Kedua, apabila si anak hanya dapat dikendalikan

dengan pukulan, maka hukuman itu sendiri tidak akan berhasil memenuhi maksud yang

semula, karena anak bisa terbiasa atas tindakan keras semacam itu. Lebih parah lagi,

kekerasan itu condong menunjukkan kegagalan guru itu sendiri. Kalau guru melakukan

tugasnya sebagaimana semestinya, tindakan keras seperti itu tidak akan diperlukan. Lebih

lanjut, Quintilianes mencatat suatu tinjauan yang perlu dipuji oleh siapa saja yang membina

anak-anak. Mereka ini " . . . agak tak berdaya dan terlampau gampang dikorbankan. Oleh

karena itu, tidak ada seorang pun yang boleh diberikan kuasa yang tidak terbatas atas diri

mereka itu". Masih ada satu alasan lain lagi mengapa para guru harus menjauhkan diri dari

kekerasan. Pengalaman di sekolah hendaknya mengembangkan keinginan dalam diri setiap

murid untuk bertindak dengan budi yang tinggi, meskipun tidak ada tokoh berkuasa yang

Page 28: Pendidikan Yunani Dan Romawi

28

mengharuskan perilaku demikian. Sekolah hendaknya memupuk gaya swadaya dalam diri

anak, suatu prestasi yang mustahil terjadi di bawah ancaman hukuman saja.

Quintilianes sadar akan pentingnya waktu senggang atau waktu ketika para pelajar

boleh bersantai. Apabila asas ini tidak dihiraukan, anak-anak akan cepat lelah dan bosan

dalam tugas belajar mereka. Bagi anak-anak kecil, permainan mempunyai peranan yang

serupa.

Dia juga mengemukakan suatu pengertian yang baru tentang jabatan guru itu senairi.

Gambarannya tentang sifat seorang guru masih amat menarik sampai sekarang:

Ia hendaknya mempunyai sikap keibu-bapaan terhadap murid-muridnya dan

memandang dirinya sebagai wakil orangtua. Kepadanya anak-anak mereka

dipercayakan. Ia harus bebas dari segala macam keburukan dalam pribadinya dan

juga tidak membiarkannya dalam diri orang lain. Ia harus bertindak tegas tetapi tidak

keras; ia harus ramah-tamah tetapi jangan terlampau akrab, sebab kekerasan itu

menyebabkan dia kurang populer dan keakraban menimbulkan rasa kurang hormat

murid-muridnya terhadap dia. Pembicaraannya harus berporos pada yang baik dan

mulia; semakin banyak menegur mereka, akan membuat keperluan menghukum

semakin berkurang. Ia harus mengendalikan kecondongan menunjukkan kemarahan

tanpa menutup mata terhadap kekurangan yang perlu dikoreksi. Gaya mengajarnya

jangan bersifat pura-pura; kerajinannya harus nampak. Ia harus menuntut banyak

secara konsekuen dari kelasnya, tetapi tidak terlalu banyak. Ia harus rela menjawab

pertanyaan dan juga mengajukan pertanyaan kepada para murid yang condong tetap

diam saja. Bila ia memuji prestasi seseorang, maka biarlah ucapan itu jujur tetapi juga

tidak berlebihan. Sebabnya ialah karena yang pertama akan mengurangi hasrat

bekerja, sedang yang kedua mengakibatkan perasaan puas diri. selama ia mengecam

kesalahan, jangan kentara dalam suaranya sindiran tajam, khususnya suara yang

Page 29: Pendidikan Yunani Dan Romawi

29

memperkecil martabat pribadi si murid, sebab kecaman demikian memberi kesan

bahwa murid-murid tidak disukai dan condong mengurangi kerajinan. Ia wajib

berpidato di depan kelas setiap hari, agar murid-muridnya memperoleh manfaat dari

ucapannya. Bagaimana pun besarnya jumlah contoh dari sumber tertulis yang

diharapkan bakal ditiru mereka, namun suara hidup, khususnya dari gurunya,

merupakan "gizi" yangjauh lebih kaya, sebab apabila mereka diajar sebagaimana

semestinya, dia akan dikasihi dan dihormati. Sudah rahasia umum bahwa kita semakin

meniru kelakuan orang-orang yang kita sukai.

Dengan cara bagaimanakah kita mengukur sumbangan Quintilianes ini? Ulich

memberikan penilaian berikut:

Kalau dibandingkan dengan karya teori pendidikan lainnya, maka tidak banyak yang

sama terperinci, dan dalam beberapa hal sama mulia seperti hasil Quintilianes.

Apabila ilmu pendidikan dipandang sebagai suatu sistem siasat yang berguna untuk

mengajar secara teratur dan berhasil, maka dalam sejarah pendidikan ia harus

dianggap salah seorang yang paling pandai . Semua orang, termasuk para pendidik

progresif dan modern dapat memperoleh manfaat dari sumbangannya sehubungan

dengan usaha me-ngajar seorang pelajar yang berbakat secara konsekuen dan

seksama.

Di pihak lain, dalam pemikiran Quintilianes terdapat kekurangan yang mencolok pula.

Ia berusaha meningkatkan suatu nilai yang nisbi, yaitu kefasihan berpidato, menjadi suatu

nilai yang mutlak. Namun, karyanya lebih berpengaruh di luar kawasan dan zamannya. Pada

tahun 1410 M., Institutionya ditemukan kembali dalam biara Santo Gall, Swis, oleh seorang

humanis yang bernama Poggio. Pada zaman itu gerakan yang memihak kepada manusia itu

sedang berusaha menggantikan sistem pendidikan kaku yang berlaku pada waktu itu dengan

sesuatu yang lain, tetapi contohnya belum ada. Untunglah bagi gerakan itu, bahwa karya

Page 30: Pendidikan Yunani Dan Romawi

30

Quintilianes diperoleh sebagai sumbangan yang dapat memenuhi kcbutuhan yang dicari. Da

memuji mata pelajaran yang oleh mereka justru diharapkan akan dimasukkan dalam

kurikulum, antara lain musik, sastra, puisi. Kaum humanis itu juga bermaksud meningkatkan

kemampuan mengungkapkan gagasan-gagasab secara lisan. Niat ini pun diperkuat oleh karya

Quintilianes. Di samping itu mereka juga sadar akan harkat dan martabat setiap pribadi,

dengan salah satu akibatnya bahwa mereka juga ingin mengurangi perlakuan keras dari guru

terhadap murid.

Pada Abad pertengahan dan awal zaman Reformasi kita akan bertemu kembali dengan

nama Quintilianes. Separuh judul karya. Pokoknya akan diambil alih oleh sejumlah

pengarang lainnya, termasuk Yohanes Calvin dengan Institutionya yang termasyur.

C. Kesimpulan

Pada makalah ini, kesimpulan yang kami ambil adalah :

Pendidikan pada zaman Yunani dan Romawi lama sangat dipengaruhi oleh hasil

pemikiran beberapa tokoh pendidikan dan filsafat pada zaman tersebut.

Paham Yunani memfokuskan pada pada tekanan utama pada kultur dan ilmu

pengetahuan. Ciri khas pendidikan Yunani adalah Paidea Humanitas ( semua manusia

dididik untuk memenuhi sikap prikemanusiaan kepada sesamanya).

Pendidikan pada zaman Yunani dimulai pada usia 7 – 19 atau 20 tahun. Ilmu yang

dipelajari antara lain: matematika, geografi, botani, medis, dan stroriografi. Selain itu telah

ada pembagian tingkatan sekolah: sekolah dasar, menengah, dan lapangan gymnasium

tempat untuk pertandungan olahraga.

Page 31: Pendidikan Yunani Dan Romawi

31

Pendidikan pada zaman Romawi memfokuskan pada keahlian berbicara didepan umum

atau berpidato ,yang menitik beratkan pada pemakaian bahasa secara efektif yang menjadi

dasar kurikulum tersebut.

Pendidikan pada zaman Romawi, harus dimulai pada tahun pertama masa kanak-kanak,

yang lebih menekankan pada kualitas pendidikan keluarga, pendidikan prasekolah formal,

nasehat didaktik pada bacaan dan tulisan, telah adanya sekolah privat dan publik, guru

retorik, mengembangkan talenta dan bakat natural dan menjadi orator utama.

D. Saran

Dengan mempelajari pendidikan pada zaman Yunani dan Romawi lama ini, kami

menyarankan agar pendidikan anak pada saat ini dimulai dari keluarga dan dilakukan

oleh kedua orang tua. Sehingga pada usia tujuh tahun sampai dua puluh tahun, anak-

anak lebih siap dalam psikis maupun fisik untuk bersosialisasi dengan lingkungannya.

Selain mempelajari ilmu matematika, botani, medis, geografi, storiografi, filologi dan

astronomi, anak-anak juga diarahkan untuk mengoptimalkan kemampuannya dalam

berkomunikasi di depan umum.

DAFTAR PUSTAKA

Boehlke, Robert R., 1991, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek

Pendidikan Agama Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta.

Lavine, T. Z., 2002, Petualangan Filsfata: Dari Socrates ke Sarte, Penerbit Jendela,

Yogyakarta

Peterson, Charles H., 1970, Western Philosophy, Volume I: 600 B.C. to 1600 A.D.

Cliff’s Note, Nebraska.

Page 32: Pendidikan Yunani Dan Romawi

32