PENDIDIKAN POLITIK BAGI PEREMPUAN MENUJU … · ةمدقم ََن اَسَ نَل اََ قوَ...
Embed Size (px)
Transcript of PENDIDIKAN POLITIK BAGI PEREMPUAN MENUJU … · ةمدقم ََن اَسَ نَل اََ قوَ...

LATIHAN KHUSUS KOHATI NASIONAL (LKK) CABANG YOGYAKARTA
PENDIDIKAN POLITIK BAGI
PEREMPUAN MENUJU MASYARAKAT
LIBERATIF
(KODE N)
Oleh : Yulia Eka Saputri
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)
KOMISARIAT AHMAD DAHLAN I
CABANG SUKOHARJO
2018

قدمةم
ق و ق ح ل ان م ىض ل ع ل و ص ح ال ب م ز ل ت ة ع و م ج م ي اه م ة ل و د ع م ت ج م ي ف ة ع و م ج م ك ة أ ر م ال ف ن .إ ان س ن ال ع ال وق ق ح يل م ال ع ال ن ل ان س ن ال
8491)دوهام ق و ق ح ل ة د د ح م ات ان م ض د و ج ىو ل ع ة اح ر ص ص ن (ل إ ة ي ائ س الن ات ع و م ج م ل ل ان س ن ال ، ن م 2ة اد الم ن أ ل ع ال ن ل
ق و ق ح ل ي م ال ع ال اس س ىأ ل ع ز ي ي م الت م د ع ك ل يذ اف م ،ب ز ي ي م ت ن و د ع ي م ج ل ل ن ي ك ل ام ن و ك ن أ ب ج ة ر ح ال و ق ح ال ن ىأ ل ع ص ن ت ان س ن ال
ك ل ذ ياف م ،ب ة أ ر م ال ق و ق ح ة ا م ح ة ي ول ؤ س ام ض أ ل م ح ت ا،ت ه ي ن اط و م ان م ض ب ة ل و الد ام ز ت ال ب ط ب ت ر ات م د ن ،ع ة ل و الد ن إ ا،ف ذ ك ه ،و س ن ج ال
تال از م ة اس ي يالس ف ن و ان ق اال يه ل ع ص ن ي ت ال ٪03ة سب ن ب د اع ق الم ص ص ح ن أ و ه ث د ح ا م ن ك ل ي.و اس ي الس ن م ال و م ي ل ع يالت ف ق ح ال
ن م ل ك ب ع ش جل أ ن م و عب الش ن م و ب ع الش ن م ة اس ي الس ال ك ش أ يع م ج ه ي ف د م ت س يت اط ر ق م د د ل اب ي يس ن و د ن إ ن .إ ل ام الك ب ة ل م ت ك م ر ي غ
إ ر اص ن ع ك اء س الن ت ج در اأ ذ ا،إ ذ .ل ة أ ر الم و ل ج الر نخ م ة م و ك ح يال ف ة ي ام ز ل ة ف عر م ب ة ز ه ج م ة رأ الم ون ك نت أ ب ج ، ن ه ب ع يش ل ث م م ل ل
و د د ع ت الم يم ل ع الت )ال ه فس ن يق ق ح نت م ة رأ الم ن ك م ت يت ك ل . و ة ر د ق ا ، و ات ار خب ت س ال إ م ، ح ك ل ىذ ل ا ة ص ت خ م و ة ل ه ؤ م ة رأ الم ح صب ىت ت (
ة ق ر الط ه ذ ه ب ي.و اس ي الس د ع ق م يال ف وس ل لج ل م ت يث ،ح ي ر ر ح ت ع م جت م اء ش ن إ م ت ي ،س ك ل ذ ك ر م ال ان اك ذ .إ ة رأ الم ح ال ص م د بع ت س ت ،ل
ياس ي الس يم ل عىالت ل ع ول ص الح ن مك .و ق ي ب ط لت ل ل اب ق و اه م اق ي يس مف ه ار فك أ يه ج و ت و ،ث د ح لت ل ة او س ت م ة اح س م اء س الن و ال ج الر اء عط إ
نخ م ط ائ س و ،و ي سم الر يم عل الت ات س س ؤ م ل ل ال الط ات م ظ ن الم ،و ي ر ي اه م ج ال م عل .ة ي اس ي الس اب ز ح ال ،و ة ي ب ل
ة ي اس ي الس ة ي ب ر ،الت ة أ ر م ،ال ة اس ي :الس ث ح ب ال ات م ل ك

ABSTRAK
Perempuan sebagai suatu kelompok dalam masyarakat suatu Negara, merupakan kelompok
yang termasuk wajib mendapatkan jaminan HAM. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
(DUHAM 1948) memang tidak meyatakan secara eksplisit tentang adanya jaminan hak asasi terhadap
kelompok perempuan secara khusus, namun dalam pasal 2 DUHAM dimuat bahwa hak dan
kebebasan perlu dimiliki oleh setiap orang tanpa diskriminasi, termasuk tidak melakukan diskriminasi
berdasarkan jenis kelamin. Dengan demikian, bila dikaitkan dengan kewajiban Negara untuk
memberikan jaminan atas warga negaranya, Negara juga memiliki tanggung jawab untuk melindungi
hak-hak perempuan termasuk hak untuk mendapat jaminan pendidikan dan berpolitik. Namun yang
terjadi adalah, kuota 30% kursi yang disediakan undang-undang dalam politik, masih belum terisi
sepenuhnya. Indonesia adalah Negara demokrasi dimana segala bentuk-bentuk kebijakan bersumber
dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat baik laki-laki maupun perempuan. Maka jika perempuan
dilibatkan sebagai unsur wajib dalam pemerintahan melalui wakil rakyatnya (DPR/DPRD),
perempuan perlu dibekali pengetahuan akan pendidikan poltik. Agar perempuan mampu
mengaktualisasikan dirinya (kemampuan, kecerdasan, dll) Sehingga perempuan menjadi layak dan
berkompeten untuk duduk di kursi politik. Dengan begitu, maka kepentingan-kepentingan yang
menyangkut perempuan tidak terkesampingkan. Lalu akan tercipta sebuah masyarakat liberatif,
dimana laki-laki dan perempuan diberi ruang yang sama untuk bersuara dan menyalurkan gagasan
mereka sesuai konteks yang berlaku. Pendidikan politik dapat diperoleh perempuan melalui lembaga
pendikan formal, media massa, organisasi mahasiswa, dan partai politik.
Kata Kunci: Politik, perempuan, pendidikan politik

I. PENDAHULUAN
Hak asasi manusia adalah hak yang dimiliki manusia secara kodrati tanpa pengecualian dan
keistimewaan bagi golongan, kelompok, maupun tingkat sosial tertentu. Hak-hak tersebut mencakup
antara lain hak atas kehidupan, keamanan, kebebasan berpendapat dan merdeka dari segala bentuk
penindasan yang wajib dijunjung tinggi, tidak saja oleh setiap individu dari suatu negara yang
mengakui keberadaan dan mengakui HAM itu sendiri, namun harus pula dijamin oleh negara tanpa
ada pengecualiannya.(Savitri, 2008;1-2)
Perempuan sebagai suatu kelompok dalam masyarakat suatu Negara, merupakan kelompok
yang termasuk wajib mendapatkan jaminan HAM. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
(DUHAM 1948) memang tidak meyatakan secara eksplisit tentang adanya jaminan hak asasi terhadap
kelompok perempuan secara khusus, namun dalam pasal 2 DUHAM dimuat bahwa hak dan
kebebasan perlu dimiliki oleh setiap orang tanpa diskriminasi, termasuk tidak melakukan diskriminasi
berdasarkan jenis kelamin. Dengan demikian, bila dikaitkan dengan kewajiban Negara untuk
memberikan jaminan atas warga negaranya, Negara juga memiliki tanggung jawab untuk melindungi
hak-hak perempuan termasuk hak untuk mendapat jaminan pendidikan dan berpolitik.(Ibid)
Berbicara soal hak-hak perempuan, tidak terlepas dari istilah feminisme. Feminisme menjadi
trending topic dalam beberapa tahun belakangan. Di Indonesia, kata “feminisme” sebenarnya sudah
terdengar sejak tahun 1970 an yang dimuat dalam majalah-majalah ataupun jurnal-jurnal. Feminisme
diidentikkan dengan kebangkitan perjuangan perempuan untuk memperjuangkan hak-hak atas
perempuan. Paham sekaligus gerakan ini adalah sebagai respon, kritikan, sekaligus perlawanan atas
hak-hak perempuan yang dirasa masih belum bisa terpenuhi karna status gender.(Rueda, 2007;3) Saat
ini, feminisme mengalami kemajuan jika dibanding dengan awal mula gerakan tersebut muncul.
Aplikasi gerakan feminisme modern dapat dilihat dari berbagai aspek pembangunan saat ini. Salah
satunya dalam aspek politik.
Dalam aspek politik, peran perempuan belum maksimal seperti dalam aspek-aspek yang lain.
Buktinya kuota 30% kursi di pemerintahan belum semuanya terpenuhi. UU no.10 tahun 2008 tentang
pemilu legislatif dan UU no.2 tahun 2008 tentang partai politik (parpol) menyatakan bahwasanya
kuota keterlibatan perempuan dalam dunia politik adalah sebesar 30 %, terutama untuk duduk di
parlemen. Bahkan dalam pasal 8 butir di UU no.10 tahun 2008, disebutkan adanya pernyataan
sekurang-kurangnya 30% keterwakilan perempuan pada kepengurusan parpol tingkat pusat sebagai
salah satu persyaratan parpol untuk dapat menjadi peserta pemilu, dan pasal 53 UU menyatakan
bahwa daftar bakal calon peserta pemilu juga harus memuat sedikitnya 30% keterwakilan perempuan.
(amirullah:2016). Di Jawa Tengah saja, kuota 30 % kuota yang disediakan belum terpenuhi
sepenuhnya. Seperti yang diungkapkan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak dan Pengendalian Penduduk Jateng, Sri Kusuma Astuti mengatakan tingkat partisipasi
perempuan di DPRD Jateng hasil pemilihan legislatif (Pileg) 2014 baru mencapai 24 dari jumlah
100 kursi. Sementara di 35 kabupaten/kota di Jateng, jika dirata-rata baru mencapai 17,4%.
(Suara Merdeka;13/09/17)
Kursi-kursi yang belum terpenuhi tersebut merupakan salah satu bentuk penyempitan ruang
gerak yang disebabkan tidak terpenuhinya hak-hak perempuan untuk bersuara di kancah politik
Indonesia. Peran perempuan dalam dunia politik sendiri dibagi menjadi dua, yakni dalam arti sempit
dan dalam arti luas. Dalam arti sempit ialah terkait dengan perannya secara praktis. Sedangkan dalam
arti luas, diartikan sebagai segala kegiatan yang dilakukan untuk masyarakat dan mempuanyai
dampak atas hajat hidup orang banyak melalui pengambilan keputusan yang melibatkan kekuasaan.
(Tan dalam Yulfita dalam Novi, 1995:1) Seperti yang dikatakan Khofifah Indar Parawansa, selaku
mantan menteri pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. Beliau mengatakan bahwa, “Kita
start terlambat, Sehingga perwakilan perempuan dalam trias politika (legislatif, eksekutif, yudikatif)
sangat rendah”.(antarnews.com;21 Mar 14) Terkait dengan pembuat kebijakan, kontribusi
perempuan masih belum bisa dikatakan maksimal dari segi jumlah maupun kulaitas. Meskipun, akhir-

akhir ini mulai muncul beberapa nama di tingkat daerah maupun di atasnya. Seperti yang terlihat di
permukaan, Rieke Diah Pitaloka, Tri Rismawati, Susi Pudjiastuti, dan lain-lain.
Jika dengan hanya melihat kinerja mereka, penulis kira, pembaca akan sepakat dengan kinerja
perempuan-perempuan di atas. Namun, belum terlalu banyak perempuan yang diberi kesempatan
seperti mereka untuk terlibat dalam pembuatan keputusan (polcy making). Padahal, hak suara
perempuan dan laki-laki adalah sejajar. Perempuan berhak untuk menyerukan aspirasinya terkait
dengan pembangunan yang di dalamnya mencakup banyak aspek, termasuk aspek yang berkaitan
dengan perempuan sendiri. Serta ia juga berhak untuk duduk sebagai pengurus dalam sebuah partai.
Apabila tingkat partisipasi nyata politik perempuan masih rendah, maka dikhawatirkan tidak terwujud
suatu pemerintahan yang demokratis, dan hanya didominasi oleh kelompok tertentu saja. Karena
sejatinya, kualitas dan ketajaman berpikir laki-laki dan perempuan adalah tidak berbeda, hanya saja
kesempatan untuk berpikir perempuan lebih sedikit karena tergerus paradigma yang terkanjur
terbangun dalam masyarakat, bahwa kemampuan perempuan di bawah laki-laki. Ini adalah paradigma
yang harus diubah, dan perempuan pantas mendapatkan kesempatan berpikir dan berperan aktif
dalam dunia yang lebih luas. Seperti dalam dunia politik. (Sukarno dalam Gurniwan, 1963:30)
Peningkatan peran perempuan dalam pembangunan yang berwawasan gender sebagai bagian
integral dari pembangunan nasional, mempunyai arti yang penting dalam upaya untuk membentuk
masyarakat liberatif. Oleh karena itu, pengembangan pendidikan politik perempuan, perlu
ditingkatkan baik dari segi organisasional maupun pemantapan pilar-pilar demokrasi melalui lembaga
legislatif, eksekutif maupun yudikatif yang aspiratif dan pro terhadap kepentingan perempuan,
sebagai akses menuju masyarakat liberatif yang sesuai dengan asas dan kultur bangsa Indonesia.
Untuk itulah salah satu hal yang perlu ditangani adalah masalah pendidikan politik bagi kaum
perempuan, sehingga dengan tumbuh berkembangnya kesadaran politik dikalangan perempuan,
mereka diharapkan mampu memanfaatkan kesempatan dan peluang yang ada sesuai potensi yang
dimiliki dan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam rangka menuju
masyarakat liberatif dimana didalamnya kebebasan bergerak dan berpendapat antara laki-laki dan
perempuan adalah sama. Perempuan diizinkan untuk beraspirasi dan mendapat kesempatan untuk
menyampaikan suaranya, terutama terkait dengan kebijakan-kebijakan umum yang menyangkut
orang banyak. Lalu apa urgensi pendidikan politik bagi perempuan itu sendiri? Dan dimana
perempuan bisa menikmati pendidikan politik untuk menuju pada masyarakat liberatif? Dengan
rumusan tersebut, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah: mengetahui urgensi pendidikan
politik bagi perempuan dan mengetahui tempat-tempat yang menjadi wadah pendidikan politik bagi
perempuan. Penulis berharap, makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca, baik dar segi wawasan
teoritis, maupun menjadi referensi bagi perempuan yang belum mengikuti pendidikan politik agar
dapat berpartisipasi secara aktif dalam dunia politik.
II. TINJAUAN PUSTAKA & METODE
Penulisan artikel ini menggunakan metode library research, yakni dengan menggunakan
referensi tulisan yang ada seperti buku, jurnal, dan artikel lain yang sesuai denga topic
pembahasan. Langkah pertama yang digunakan adalah mencari materi bahasan berupa literatur,
lalu mengidentifikasi literatur yang relevan sesuai dengan topik pembahasan. Kedua, mencermati
konten dari sumber data hasil identifikasi dan mencatatnya. Kemudian yang terakhir adalah
mengorganisir data yang tersedia untuk dipaparkan dalam sebuah karya tulis. Hasil
pengorganisasian data dianalisis dengan teori yang sesuai dengan topik karya tulis.
III. ANALISA & PEMBAHASAN
I. Urgensi Pendidikan Politik
Politik berasal dari bahasa Yunani polis (negara kota) yang berarti kegiatan dalam
rangka mengurus kepentingan masyarakat. Sehingga politik merupakan alokasi nilai-nilai
yang bersifat otoritatif yang dipengaruhi oleh distribusi serta penggunaan kekuasaan. Dalam

sejarah politik, Aristoteles-lah orang yang pertama kali memperkenalkan istilah politik (385-
322 SM). Ia mengungkapkan bahwa manusia adalah binatang politik atau politic animal.
Bedasarkan asumsinya itu, ia mengemukakan gagasan bahwa kehidupan sosial sesungguhnya
adalah politik. Karena ada interaksi antara satu sama lain yang di dalamnya sudah pasti
memuat unsur-unsur politik. Ini adalah sebuah hal manusiawi dan sulit untuk dielakkan.
(Maksudi, 2012;9) ketika seseorang berupaya untuk memeneuhi kebutuhannya, ia akan
melakukan sebuah aktivitas. Aktivitas tersebut dinamakan aktivitas politik.
Dalam definisi yang lebih sempit, politik diartikan sebagai kegiatan dalam suatu
system politik atau bernegara yang menyangkut proses menentukan tujuan system dan
pelaksanaannya. Pendekatan yang digunakan di dalam nya adalah pendekatan kenegaraan
(state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision making), kebijaksanaan
(policy), dan pembagian kekuasaan (distribution) atau alokasi (allocation). (Budiarjo dalam
Kamaludin & Alfan: 2015:179) Pemenuhan kepentingan oleh manusia sendiri tidak terbatas
pada kepentingan pribadi. Namun lebih luas lagi pada kepentingan public. Inilah ciri khas
politik yang sering kita temui di era modern saat ini. politik lebih diidentikkan pada kegiatan
yang berhubungan pada kepentingan negara. Untuk mengambil sebuah kebijakan, diperlukan
subjek-subjek yang dapat mewakili semua golongan rakyat. Jadi politik adalah segala
kegiatan sosial yang dilakukan guna memenuhi kepentingan pribadi maupun kelompok
termasuk kepentingan Negara ataupun public. Kondisi mayor saat ini adalah politik lebih
banyak dikendalikan oleh laki-laki. Padahal untuk menghasilkan sebuah kebijakan yang
berpihak pada pemenuhan hak-hak perempuan, diperlukan keterlibatan perempuan dalam
pembuatan kebijakan tersebut. Satu-satunya cara adalah dengan mempersiapkan generasi
perempuan yang terpelajar dan terlatih dalam bidang politik.
Indonesia adalah Negara demokrasi dimana segala bentuk-bentuk kebijakan
bersumber dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat baik laki-laki maupun perempuan. Maka
jika perempuan dilibatkan sebagai unsur wajib dalam pemerintahan melalui wakil rakyatnya
(DPR/DPRD), perempuan perlu dibekali pengetahuan akan pendidikan poltik. Agar
perempuan mampu mengaktualisasikan dirinya (kemampuan, kecerdasan, dll) Sehingga
perempuan menjadi layak dan berkompeten untuk duduk di kursi politik. Dengan begitu,
maka kepentingan-kepentingan yang menyangkut perempuan tidak terkesampingkan.
Pendidikan politik adalah usaha sadar untuk mengubah proses sosialisasi politik masyarakat,
Sehingga mereka menghayati dan memahami betul niali-nilai yang terkandung dalam system
politik yang dibangun.(Alfian dalam Sunarso, 2007;23).
Bung Hatta pernah mengatakan bahwa,
“Pendidikan politik dilakukan supaya keinsyafan rakyat (laki-laki &perempuan) akan
hak dan harga dirinya bertambah kuat dan pengetahuannya tentang politik, hokum
dan pemerintahan bertambah luas. Dengan ini Indonesia akan menjadi pemerintahan
yang berdasarkan kerakyatan dan kebangsaan, bersandar pada kemauan rakyat dan
takluk kepada rakyat.”
(Hatta dalam Hermawan, 2001:4)
Disamping sebagai media penyadaran akan pentingnya status diri, juga pengetahuan
pemerintahan, pendidikan politik bagi perempuan adalah sebagai alat untuk meningkatkan
peran perempuan dalam pembangunan. Seorang pengamat kajian perempuan di Indonesia
mengingatkan bahwa kesuksesan Indonesia terletak pada kaum perempuan, kaum buruh
khususnya. Itulah sebabnya, perempuan tidak bisa terlepas dari elemen pembangunan
Indonesia. (Primariantari, dkk, 1998:49) Jika para buruh perempuan saja mampu
berkontribusi sedemikian berpengaruhnya, maka para perempuan yang berada di lingkungan
akademisi seharusnya lebih mampu berkontribusi dalam pembangunan Negara terkait dengan
pengambilan kebijakan public. Dengan pendidikan politik yang baik dan memadai, maka
perempuan Indonesia akan mampu memberikan gagasan dan kontribusi nyatanya pada
Negara.

Pada tahun 1998, presiden pernah mengatakan bahwa terkait dengan pembangunan
nasional, tugas yang harus dilanjutkan adalah meningkatkan kesiapan kaum perempuan untuk
mencapai kemampuan yang lebih tinggi agar dapat berperan lebih besar lagi dalam
pembangunan. (Ibid) Sesuai dengan ungkapan tersebut, maka pendidikan politik bagi
perempuan memanglah sangat penting dan turut berpengaruh guna meningkatkan sumbangan
gagasan yang diberikan perempuan dalam aspek pembangunan. Baik melalui sebuah partai
politik ataupun media lain. Bila melalui partai politik, saat ini kuota 30% yang disediakan
oleh undang-undang belum sepenuhnya terpenuhi. 30% dari kursi-kursi di DPR/DPRD yang
seharusnya diisi oleh para perempuan nyatanya belum bisa terealisasi. Disini peran
pendidikan politik sangat dibutuhkan. Perempuan akan mampu mengembangkan gagasan-
gagasan menariknya bila ia diberi wahana untuk belajar dan berpikir melalui pendidikan
politik. Dengan begitu, gagasan perempuan di dunia politik akan menjadi jembatan menuju
masyarakat liberatif.
II. Sarana Pendidikan Politik bagi Perempuan
Pendidikan politik bagi kaum perempuan dapat dimulai dari lingkup sempit hingga
lingkup luas. Pendidikan tersebut dapat berlangsung dimulai dari lingkungan keluarga hingga
lingkungan masyarakat sesuai subjek-subjek yang mempengaruhi proses pendidikan tersebut.
Seminar keperempuanan. Pendidikan politik ini sebenarnya termasuk dalam sosialisasi
politik. Sosialisasi politik dibagi menjadi dua. Yakni secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung ialah dengan melibatkan materi yang berkenaan dengan politik secara
eksplisit. Seperti pengajaran pendidikan kewarganegaraan di sekolah-sekolah formal,
pengajaran matakuliah di fakultas ilmu sosial politik, pendidikan kewarganegaraan dan
sejenisnya. Lalu bisa juga dengan cara tidak langsung, ialah dengan pengembangan sikap
perempuan (respon) terhadap perintah orang tua, guru, ketua organisasi, maupun lembaga
pemerintahan.(Mas’oed dalam Sunarso,1997;34)
1. Lembaga Formal Pendidikan
Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi
warga Negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hakikat Negara Kesatuan Republik Indonesia
adalah negara kebangsaan modern. Negara kebangsaan modern adalah negara yang
pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan atau nasionalisme yaitu tekad
suatu masyarakat untuk membangun masa depan bersama di bawah satu negara yang
sama walaupun warga masyarakat tersebut berbeda-beda agama, ras, etnik atau golongan
( Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan, dalam Zuhri, 2010;1).
Pendidikan politik yang dilalui dalam sebuah lembaga pendidikan formal, mayoritas
hanya sampai pada sekolah menengah atas saja melalui matapelajaran kewarganegaraan.
Baik melaui pengkajian teori maupun studi kasus-kasus politik yang sedang hangat.
Karena untuk jenjang perkuliahan, pendidikan politik secara mendalam hanya dipelajari
pada fakultas-fakultas ilmu sosial poltik saja. Dan untuk matakuliah umum di universtas,
pendidikan kewarganegaraan tidak dipelajari secara mendalam, rata-rata hanya dua SKS
saja. Pada lembaga pendidikan formal, selain dari matapelajaran kewarganegaraan,
perempuan dapat juga belajar politik melalui organisasi intrasekolah untuk mengasah skil
politiknya. Di dalamnya, mereka dapat mengembangkan sikap-sikap politik yang
nantinya akan menentukan sikap dan politiknya di masa depan. Karena, bagaimanapun
juga ketika seseorang berorganisasi, ia akan terlatih untuk berpendapat dan bertanggung
jawab atas amanah yang diberikan kepadanya.
2. Media Massa (Almond & Verba dalam Sunarso;23)
Media massa merupakan bentuk komunikasi dan rekreasi yang menjangkau
masyarakat secara luas sehingga pesan informasi yang samadapat diterima secara serentak
dan sesaat. Media massa terdiri dari media cetak dan media elektronik. Media cetak seperti
Koran, tabloid, brosur, san lain-lain. Media elektronik terdiri dari telvisi, radio,

handphone, dan lain-lain. Media massa diidentifikasikan sebagai media sosialisasi yang
berpengaruh pula terhadap perilaku masyarakat. Pesan-
pesan yang ditayangkan melalui media elektronik dapat mempengaruhi persepsi politik
bagi penggunanya. Terutama handphone atau gadget, hampir setiap menit perempuan
menggunakannya untuk sekedar berselancar di dunia maya maupun untuk berkomunikasi
dengan orang lain. Media ini cukup efektif sebagai media pembelajaran politik bagi
perempuan.
Lewat media massa yang ada saat ini, perempuan dapat dengan mudah menyimak issu-
issu politik yang sedang berkembang, serta perspektif para ahli di bidangnya. Setelah
menyimak ataupun membaca, perempuan dapat menganalisa solusi yang dirasa efektif
melalui perspektif mereka sebagai perempuan. Bahkan perempuan-perempuan masa kini
bisa dengan mudah mengkritik kebijakan politik melalui kolom opini pada surat kabar
maupun sosial media yang terkait issu-issu tersebut.
3. Organisasi Mahasiswa
Organisasi kemahasiswaan dibagi menjadi dua, yaitu organisasi intra kampus dan
ekstra kampus. Organisasi mahasiswa intrakampus adalah organisasi mahasiswa yang
berada di lingkungan perguruan tinggi dan mendapat pendanaan kegiatan kemahasiswaan
dari pengelola perguruan tinggi dan atau dari Kementerian/Lembaga. Misalnya seperti
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Senat Mahasiswa
(SEMA). Sedangkan organisasi ekstrakampus merupakan organisasi mahasiswa yang
aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi. Organisasi-
organisasi kemahasiswaan tersebut baik intrakampus maupun ekstrakampus telah
memberikan peran positif dalam memberikan pemahaman terhadap kehidupan politik
bagi mahasiswa maupun mahasiswi.(Somawinata, 2017;1)
Salah satu di antaranya adalah organisasi ekstrakampus Himpunan Mahasiswa Islam.
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merupakan organisasi ekstrakampus yang didirikan
di Yogyakarta pada tanggal 5 Februari 1947/14 Rabi’ul Awal 1366 H yang diprakarsai
oleh Lafran Pane. Dalam HMI, ada sebuah wadah yang di dalamnya hanya siidi oleh
perempuan saja. Yaitu KOHATI atau korps HMIwati. KOHATI merupakan salah satu
badan yang menaungi HMIwati. KOHATI dididikan pada tanggal 17 September 1966 M
bertepatan dengan 2 Jumadil Akhir 1386 H pada Kongres VIII di Solo. Adapun alasan
terbentuknya KOHATI adalah sebagai berikut: 1. Secara internal, departemen keputrian
yang ada pada waktu itu sudah tidak mampu lagi menampung aspirasi para kader HMI-
Wati, disamping basic-needs anggota tentang berbagai persoalan perempuan kurang bisa
di fasilitasi oleh HMI. 2. Secara eksternal, HMI mengalami tantangan yang cukup pelik
dikaitkan dengan hadirnya lawan ideologis HMI yaitu komunis yang masuk melalui pintu
gerakan perempuan (GERWANI). Selain itu maraknya pergerakan perempuan yang
ditandai dengan munculnya organisasi perempuan dengan berbagai fariasi bentuk
ideologi, pilihan isu, maupun strategi gerkannya membuat HMI harus merapatkan
barisannya dengan cara terlibat aktif dalm kancah gerakan perempuan yang berbasis
organisasi perempuan. Atas dasar pertimbangan itulah pada di Solo dideklarasikan
KOHATI. Terpilih sebagai Ketua Umum KOHATI pertama waktu itu adalah Anniswati
Rokhlan.
(http://hmimadiun.blogspot.co.id/2014/11/sejarah-berdirinya-korps-hmi-wati-
kohati.html dalam Nurwardani,2017;3) Pembahasan tentang sejarah, dilaksanakan
tersendiri dalam Bedah Pedoman Dasar KOHATI, materi sejarah).( Perempuan-
perempuan yang ingin belajar mengenai politik, dapat belajar di KOHATI melalui proses
perkaderan yang dilaksanakan. Contohnya melalui kajian-kajian gender yang diadakan
KOHATI.
1) Forum Kajian sebagai salah satu cara pembinaan kader yang dilakukan secara
berkelompok, Hal di maksudkan untuk memberikan asupan nutrisi berupa wacana dan

pemahaman tentang keperempuanan, gender,keislaman dan keorganisasian serta hal-
hal yang bersifat menjadi kebutuhan kader hmi wati secara khusus dan kader hmi
secara umum. Materi yang di sampaikan dalam forum kajian ini bertujuan untuk
meningkatkan hard skill dan soft skill kader HMI. Materi-materi yang perlu dikaji
dalam kajian tersebut antara lain:
POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN (diakses dari web)
No. Pokok Bahasan – Sub Pokok Bahasan Tatap muka
(kali)
D.1. Pengantar: 1
Pengertian politik
Pengertian gender
Ruang lingkup
D.2. Sejarah partisipasi wanita dalam politik 2
Internasional
Nasional
D.3. Teori dan konsep yang terkait 5
Negara
Demokrasi
Sosial budaya dan ekonomi
Personal is political
Affirmative action
Feminisme
D.4.
Hukum positif yang mengatur hak-hak wanita dalam politik Internasional
Nasional
Sinkronisasi antara pengaturan internasional dan nasional 3
D.5.
Partisipasi wanita dalam politik
Internasional
Nasional
Pusat
Daerah
Adat
Agama
Dalam
lingkup publik dan domestik
Dalam partai 3
D.6.
Pemilu
Tahapan proses
Kampanye
Pemilih dan yang dipilih 2

TUJUAN PERKULIAHAN Setelah Mahasiswa dapat:
1. Mengetahui dan memahami pengertian politik, gender dan ruang lingkupnya.
2. Mengetahui dan memahami sejarah tentang partisipasi wanita dalam politik di level
internasional, nasional.
3. Mengetahui dan memahami tentang teori dan konsep negara, demokrasi, sosial
budaya dan ekonomi, personal is political dan affirmative action serta feminism.
4. Mengetahui dan memahami hukum positif yang mengatur tentang hak-hak wanita
dalam politik di level internasional, nasional beserta sinkronisasinya antara
pengaturan internasional dan nasional.
5. Mengetahui dan memahami tentang partisipasi wanita dalam politik pada level
internasional, nasional (pusat, daerah, adat dan agama), dalam lingkup public dan
domestic, serta dalam partai.
6. Mengetahui dan memahami tentang pemilihan umum, tahapan proses dan kampanye,
pemilih dan yang dipilih beserta pengalaman perempuan di dalam pemilihan umum.
DAFTAR RUJUKAN (PUSTAKA)
1. Sulistiyowati; 2006; Perempuan dan Hukum: menuju hukum yang berperspektif
kesetaraan dan keadilan; Penerbit nZaid bekerjasama dengan The Convention
Watch – Universitas Indonesia dan Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
2. Abdul Bari Azed dan Makmur Amir; 2005; Pemilu, Partai Politik di Indonesia;
Penerbit Pusat Studi HTN FH UI, Jakarta.
3. Locco, Joseph dan William Leonard; 2002; Political Theory, Kajian Klasik dan
Kontemporer, Pemikiran Machiavelli dan Rowls;
4. Third World: Women and the Politics of Feminism edited by Chandra Talpade
Mohanty; Ann Russo; Lourdes Torres; Indiana University Press, 1991, Indianapolis.
2) Bermitra organisasi dengan organisasi mahasiswa dan organisasi perempuan Bermitra
dengan organisasi mahasiswa dan organisasi perempuan mutlak di lakukan dalam
mengembangkan organisasi dalam hal ranah eksternal. Karena dengan berjejaring
kohati bisa menjadi alat pencapai tujuan hmi dalam menyikapi persoalan
keperempuanan dan anak. Termasuk persoalan perempuan yang belum bisa memenuhi
kuota 30% kursi di DPR/DPRD. Dewasa ini jaringan dan komunikasi dengan mitra
organisasi eksternal sangat berguna terutama dalam persoalan teknis berkaitan dengan
dukungan massa ketika mengadakan aksi solidaritas dan mengadakan berbagai
pelatihan. Dinamika perkembangan modernitas hari ini, yang di satu sisi begitu deras
menghantam eksistensi sosial, dan di sisi lain cukup sulit untuk diprediksi ke mana
arahnya, membutuhkan tidak hanya kesiapan dalam menghadapi segala kemungkinan
yang akan datang, namun juga kemampuan dalam menganalisa perkembangan situasi
tersebut secara tajam, cermat, dan akurat. Jika menoleh kepada kondisi masyarakat
Indonesia, yang masih dapat dikatakan relatif gagap dalam menghadapi pesatnya

kemajuan jaman, tentu saja akan lahir sikap pesimis dalam menatap masa depan.
Kecuali masyarakat Indonesia memiliki bagian di dalamnya yang mampu melakukan
dua tugas sebagaimana dimaksud, yaitu; kesiapan dalam menghadapi segala
kemungkinan di masa mendatang, dan kemampuan analisa yang tajam, cermat dan
akurat. Bagian dari masyarakat tersebut, yang secara integral, ke dalam menjalankan
fungsi education-empowering-advocation, dan keluar menjalankan peran fight for-
fight against, diharapkan mampu benar-benar mengawal masyarakat dalam
menghadapi kejutan-kejutan di masa depan. Dalam diskursus sosial-politik, entitas
yang dimaksud adalah civil society. (Pedoman Dasar Kohati,2016;29)
4. Partai Politik
adalah kelompok manusia yang terorganisasi secara stabil dengan tujuan untuk
merebut atau mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan bagi pemimpin partai dan
berdasarkan kekuasaan itu akan memberikan kegunaan materiil dan idiil pada para
anggotanya. (Friedrich dalam Hermawan, 2001;69) Partai politik masih bisa menyediakan
wadah bagi kader-kadernya, terutama perempuan untuk mendapatkan pendidikan,
pelatihan, juga pengalaman yang berkaitan dengan wacana perpolitikan maupun
pembangunan. Meskipun dalam realisasinya, partai politik masih dilemma dengan
pemenangan kandidat dalam pencalonan yang bersifat pragmatis. Pendidikan dalam partai
politik dinilai masih relevan asal dilaksanakan secara sistematis dan terarah. Meskipun
membutuhkan waktu yang cukup lama, namun jika perempuan-perempuan yang
berkompeten dalam bidang tersebut diberi kesempatan untuk belajar, maka akan
menghasilkan kader partai yang terpeelajar dan professional memperjuangkan hak-hak
rakyat termasuk hak-hak perempuan di dalamnya.
IV. Simpulan
Politik adalah segala kegiatan sosial yang dilakukan guna memenuhi kepentingan
pribadi maupun kelompok termasuk kepentingan Negara ataupun public. Kondisi mayor saat
ini adalah politik lebih banyak dikendalikan oleh laki-laki. Terutama dalam politik
pemerintahan. Padahal untuk menghasilkan sebuah kebijakan yang berpihak pada pemenuhan
hak-hak perempuan, diperlukan keterlibatan perempuan dalam pembuatan kebijakan tersebut.
Satu-satunya cara adalah dengan mempersiapkan generasi perempuan yang terpelajar dan
terlatih dalam bidang politik.
Indonesia adalah Negara demokrasi dimana segala bentuk-bentuk kebijakan
bersumber dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat baik laki-laki maupun perempuan. Maka
jika perempuan dilibatkan sebagai unsur wajib dalam pemerintahan melalui wakil rakyatnya
(DPR/DPRD), perempuan perlu dibekali pengetahuan akan pendidikan poltik. Agar
perempuan mampu mengaktualisasikan dirinya (kemampuan, kecerdasan, dll) Sehingga
perempuan menjadi layak dan berkompeten untuk duduk di kursi politik. Dengan begitu,
maka kepentingan-kepentingan yang menyangkut perempuan tidak terkesampingkan. Jika
sudah begitu, maka akan tercipta sebuah masyarakat liberatif, dimana laki-laki dan perempuan
diberi ruang yang sama untuk bersuara dan menyalurkan gagasan mereka sesuai konteks yang
berlaku.
Pendidikan politik bagi perempuan dapat diperoleh dari lembaga pendidikan formal,
seperti sekolah dan universitas. Selain itu, bisa juga diperoleh melalui media massa dengan
menelusuri issu-issu politik yang ada lalu menganalisa issu tersebut atau mencari materi-
materi politik yang terkait dengan keterlibatan perempuan dalam politik. Organisasi
mahasiswa tidak ketinggalan memainkan perannya untuk menjadi salah satu ruang pendidikan
politik bagi perempuan. KOHATI yang berada dalam naungan HMI efektif dalam
mencanangkan dan merealisasikan pendidikan politik bagi perempuan (mahasiswa) melalui
kajian yang sudah didesain terlebih dahulu materinya sesuai kebutuhan. Yang terakhir adalah

melaui partai politik. Partai politik masih bisa menyediakan wadah bagi kader-kadernya,
terutama perempuan untuk mendapatkan pendidikan, pelatihan, juga pengalaman yang
berkaitan dengan wacana perpolitikan maupun pembangunan. Meskipun dalam realisasinya,
partai politik masih dilema dengan pemenangan kandidat dalam pencalonan yang bersifat
pragmatis. Pendidikan dalam partai politik dinilai masih relevan asal dilaksanakan secara
sistematis dan terarah.
Dari sekian cara yang bisa ditempuh perempuan untuk mendapatkan pendidikan
politik, cara ketiga adalah cara yang paling efektif. Yakni mengikuti organisasi mahasiswa.
Karena, dalam oraganisasi HMI, KOHATI giat melakukan kajian-kajian gender dan politik
kekinian yang relevan dengan issu-issu terkini. Juga, lingkup KOHATI sendiri adalah
nasional, jadi pengkaderan perempuan dan kemitraan organisasi yang ada di dalamnya pun
tidak sebatas pada wilayah regional saja.

DAFTAR PUSTAKA
Hermawan Eman. 2001. Politik Membela yang Benar Teori Kritik & Nalar, Yogyakarta :Yayasan
Kajian dan Layanan Informasi untuk Kedaulatan Rakyat (KLIK).
Kamaludin Undang A, Alfan M. 2015. Dinamika Politik Indonesia Perjalanan Politik Di Indonesia
sejak Orde Lama hingga Reformasi, Bandung: Pustaka Setia.
Kamil Pasya G, Peranan Wanita dalam Kepemimpinan dan Politik , Pendidkan Geografi, FPIPS UPI
Maksudi Iriawan Beddy. 2012. Sistem Politik Indonesia Pemahaman secara Teoritik dan Empirik.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Marisa Rueda, Marta R, dkk. 2007. Feminisme untuk Pemula. Yogyakarta :Resist Book.
Niken Savitri, 2008. HAM Perempuan Kritik Teori Hukum Feminis terhadap KUHP. Yogyakarta:PT
Refika Aditama,
Pedoman Dasar Kohati, Korps HMI-Wati Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam Periode 2016-
2018
Primariantari, dkk. 1998. Perempuan dan Politik Tubuh Fantastis .Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Somawinata R A. 2017. Peranan Sosialisasi Politik Organisasi Kemahasiswaan Ekstra Kampus
dalam Meningkatkan Kesadaran Politik Mahasiswa. Bandung :Universitas Pasundan.
Sunarso. 2007. jurnal civics no 4 vol 2 Desember Pendidikan Politik dan Politik Pendidikan.
Yogyakarta: FISE UNY Peranan Sekolah dalam Proses Sosialisasi Politik, Sihabudin
Zuhri, 2010, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang, Semarang.
ANTARANEWS.COM, https://www.antaranews.com/berita/425327/perempuan-indonesia-dan-
politik, Ella Syafputri, 21 Maret 2014.
http://www.suaramerdeka.com/index.php/news/detail/922/Jumlah-Legislator-Perempuan-Rendah-
Gubernur-Dorong-Pakai-Sistem-Tertutup# , diakses pada 14 Pebruari 2018, oleh Hanung
Soekendro
http://noveez.blogspot.co.id/2012/05/partisipasi-politik-perempuan-di_26.html , novee’s Blog.
Diakses pada 18 Pebruari 2018.

BIODATA
Nama Lengkap Yulia Eka Saputri
Nama Panggilan Putri
Tempat dan Tanggal Lahir Ngawi, 30 Juli 1997
Status Keluarga Belum Menikah
Alamat asal (Lengkap) RT 05 RW 02 Dsn. Mlarik, Ds. Baderan, Kec. Geneng, Kab. Ngawi
Alamat Tinggal Sekarang Menco ,Kartasura. Sukoharjo
No. Telp/HP 085815834249
Email [email protected]
Pendidikan Sekarang
a. Universitas / Institute Muhammadiyah Surakarta
b. Fakultas Agama Islam
c. Jurusan Pendidikan Agama Islam
d. Angkatan 2015
e. NIM (Nomer Induk G000150131
Mahasiswa)
Jenjang Pendidikan Sebelumnya Tahun Masuk Tahun Tamat
a. MIN 2003 2009
MLARIK
b. MTsN 2009 2012
NGAWI
c. MAN 2012 2015
NGAWI
d. Univ. Muhammadiyah 2015 Sekarang
Surakarta