Pendidikan Nonformal Dalam Konteks Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan - Prof. Dr. S. Mundzir, M.pd
date post
20-Oct-2015Category
Documents
view
105download
10
Embed Size (px)
description
Transcript of Pendidikan Nonformal Dalam Konteks Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan - Prof. Dr. S. Mundzir, M.pd
1Pendidikan Nonformal dalam Kon teks Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan
Prof. Dr. S. Mundzir, M.Pd
PENDIDIKAN NONFORMALDALAM KONTEKS PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DESA HUTAN
Pidato Pengukuhan Guru Besar
dalam Bidang Ilmu Sosiologi Pendidikan
pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)
Disampaikan dalam Sidang Terbuka Senat
Universitas Negeri Malang (UM)
Tanggal 30 September 2010
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)
SEPTEMBER 2010
2 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR
3Pendidikan Nonformal dalam Kon teks Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan
Yth. Bapak Rektor UM Selaku Ketua Senat UM
Yth. Bapak/Ibu Anggota Senat UM, Ketua dan Anggota Komisi
Guru Besar UM
Yth Bapak/Ibu Pejabat Struktural di lingkungan UM
Yth Rekan Dosen dan Mahasiswa UM
Yth Para Undangan serta hadirin yang berbahagia
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Pertama-tama saya sampaikan rasa syukur kehadirat Al-
lah SWT karena sampai saat ini masih diberi limpahan rahmat,
taufiq, hidayah, dan kasih sayang-Nya sehingga dapat terseleng-
gara acara pidato pengukuhan ini.
Pidato pengukuhan ini merupakan suatu keharusan bagi
Guru Besar (GB) di lingkungan Universitas Negeri Malang
untuk menyampaikan pokok-pokok pikiran dalam perkem-
bangan keilmuan yang ditekuni sesuai dengan bidang studinya.
Saya menyadari akan pentingnya kegiatan ilmiah ini, karena
pidato pengukuhan ini merupakan puncak karier akademik
sebagai seorang dosen. Sebetulnya masa jabatan GB sudah
lebih dari dua tahun, tetapi baru saat ini saya berkesempatan
untuk menyampaikan pidato ini, dan ini juga karena dorongan
dari Bapak Rektor yang setiap saat selalu mengingatkan akan
segera melaksanakan kegiatan ini, oleh karena itu pada kesem-
patan ini saya sampaikan ucapan terima kasih atas motivasinya
yang tiada henti.
Pendidikan Nonformal dalam KonteksPemberdayaan Masyarakat Desa Hutan
3
4 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR
Yth Bpk Rektor dan Para hadirin yang saya mulyakan
Forum ini merupakan suatu kesempatan yang sangat
berharga bagi saya untuk menyampaikan beberapa pemikiran
tentang pendidikan nonformal (PNF) dalam kontek pemberda-
yaan Masyarakat Desa, sebagai bagian dari bidang keilmuan
saya, yaitu: Sosiologi Pendidikan. Pemikiran saya tersebut
merupakan paduan dua disiplin ilmu yang saya tekuni, yaitu
Pendidikan Nonformal (S1 dan S2) di IKIP MALANG dan
Sosiologi Pedesaan (S3) di Universitas Brawijaya Malang. Pendi-
dikan nonformal, yang juga dikenal oleh masyarakat Indonesia
dengan berbagai istilah menurut perkembangannya, yaitu: Pendi-
dikan Masyarakat (Penmas), Pendidikan Sosial (Pensos), dan
Pendidikan Luar Sekolah (PLS), merupakan institusi atau lemba-
ga pendidikan yang memiliki program layanan pendidikan yang
luas dan kaya serta spesifik sebagai perwujudan implementasi
tentang filsafat pendidikan sepanjang hayat (life long learning).
Dengan pendidikan sepanjang hayat, secara sosiologis, psiko-
logis, ekonomis, dan filosofis baik di negara maju maupun
negara berkembang kenyataaannya sangat membutuhkan PLS
yang saat ini lebih dikenal dengan pendidikan nonformal (PNF),
karena memang dalam menghadapi pembangunan bangsa dan
berbagai permasalahannya, tidak mungkin hanya mengandalkan
pendidikan persekolahan atau pendidikan formal (PF) yang
ternyata masih banyak memiliki kelemahan-kelemahan dan
kritik terhadapnya (Sudjana, 2004, Coombs 1985, Illich, 1982,
Freire, 1972). Secara kelembagaan di Universitas Negeri Malang
(UM), bidang keilmuan PNF sebagai bidang studi bernaung di
Jurusan Pendidikan Sosial (tahun 1954-1979), dan berubah
menjadi Jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) secara nasional
sampai saat ini. PNF dalam perkembangannya memiliki sejarah
yang panjang sepanjang sejarah peradaban manusia (Sudjana,
2000) sehingga istilah PNF sangat beragam, misalnya: learning
5Pendidikan Nonformal dalam Kon teks Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan
society, lifelong learning, shogai gakushu, recurrent education,
permanent education, coommunity education, extention edu-
cation, social education, adult education, dan continuing edu-
cation, (Sudjana, 2004, Kamil, 2009). Pokok kajian keilmuan
Pensos pada saat itu diarahkan pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat melalui program pendidikan, dan kajian ini sangat
dekat dengan konsep pembangunan masyarakat yang dikem-
bangkan para pakar pembangunan dalam perspektif sosiologi.
Perubahan konsep Pensos menjadi PLS juga tidak lepas dari
pemikiran pakar PNF pada saat itu, di mana arah pembangunan
pendidikan lebih ditekankan pada proses pembelajaran masya-
rakat sehingga tercipta masyarakat gemar belajar (learning
society). Sedangkan perubahan nama PLS menjadi Pendidikan
Nonformal (PNF) mengikuti perkembangan Undang-Undang
Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, di mana pada pasal 1 (satu) ayat 10 disebutkan
tentang satuan pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non-
formal dan informal.
Pemberdayaan masyarakat desa merupakan bagian dari
kajian Sosiologi Pedesaan yang dikembangkan dari teori sosiologi
klasik yang berparadigma definisi sosial, di mana konsep pem-
berdayaan masyarakat lebih menekankan pada potensi individu
yang lebih manusiawi dibandingkan dengan pembangunan ma-
syarakat yang mengikuti paradigma fakta sosial atau aliran
positivisme. Pemberdayaan masyarakat berparadigma definisi
sosial merupakan konsep yang dianggap paling sesuai dengan
konsep PNF yang sebagian besar penganutnya lebih menekankan
konsep pendidikan yang beraliran humanis dibandingkan dengan
kajian pendidikan yang beraliran behavioris. Perkembangan
teori sosiologi akhir-akhir ini, juga terdapat perubahan tidak
menggunakan konsep dikotomi antara paradigma fakta sosial
dan definisi sosial tetapi lebih tertarik untuk menggunakan
konsep garis kontinun diantara penganut aliran positivis dan
6 PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR
aliran subjektivis dalam menerapkan konsep pembangunan
masyarakat, sebagaimana dikembangkan oleh Ritzer dalam
konsep sosiologi mikro makro (Ritzer, 2003) dan Gidden
dalam teori Strukturasi (Gidden, 2004).
Pemberdayaan masyarakat dalam konteks sosiologi mikro
makro nampaknya sangat sesuai dengan konsep PNF yang
beraliran humanis, terutama dalam penerapan Pendidikan Orang
Dewasa yang dikembangakan oleh Malcom Knowles, namun
dalam perkembangan pendidikan orang dewasa saat ini tidak
hanya mengikuti aliran humanis saja, tetapi sudah pula ada
yang menggunakan pendekatan aliran Behavioris. Menurut
Elias (2005) pendidikan orang dewasa dapat dikaji berdasarkan
filosofis terdapat dua aliran, yaitu aliran behavioris dan aliran
humanis. Aliran behavioris lebih menkankan bahwa pendidikan
orang dewasa lebih banyak diberikan pada pendidikan ketram-
pilan yang diidentifikasi dari kebutuhan ketrampilan untuk
melaksanakan tugasnya, lebih lanjut menurut Elias (2005)
aliran humanis lebih menekankan pada inisiatif warga belajar
sendiri yang dianggap relevan dengan kebutuhan belajar.
Memberdayakan masyarakat desa hutan melalui PNF,
tentunya harus disesuaikan dengan karakteristik, kondisi empirik
dan permasalahan yang dihadapi masyarakat desa tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian di beberapa daerah pinggiran
hutan di kabupaten Malang, ditemukan berbagai permasalahan
terkait dengan masyarakat desa hutan. Permasalahan tersebut
antara lain: a) rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, dan
tidak memiliki ketrampilan yang cukup memadai untuk menda-
patkan pekerjaan yang memiliki penghasilan tetap, b) penda-
patan yang relatif rendah sehingga kurang mencukupi untuk
menopang kehidupan keluarga apalagi untuk membiayai pendi-
dikan anak, c) pola konsumsi yang masih belum memenuhi
standar konsumsi sehat, d) sebagian besar masyarakat desa
hutan tidak memiliki lahan pertanian (landless), sehingga seba-
7Pendidikan Nonformal dalam Kon teks Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan
gian besar masyarakat desa hutan tergantung pada pengolahan
lahan hutan, e) tingkat ketergantungan pada stimulan dari luar
baik berupa program maupun materi yang sangat tinggi sehingga
sulit untuk dapat hidup secara mandiri, dan f) lokasi atau letak
geografis relatif terisolir dan kurang ditunjamg oleh infrastruktur
tranportasi yang memadai (Mundzir, 2006, 2008 dan 2009).
A. Perkembangan Pendidikan Nonformal
Bapak Rektor, dan para hadirin yang saya mulyakan.
Pada kesempatan ini saya akan menjelaskan perkembangan
konsep Pendidikan Nonformal.
1. Konsep Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal (PNF) atau yang juga populer
dengan sebutan pendidikan luar sekolah (PLS) sebelum Undang-
Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional, mengikuti konsep Philip H Coomb yaitu:
Any organized educational activity outside the established
formal system wether operating separately or as an important
feature of some broader activity that it intended to serve
identiviable clientlels and learning objectives (Coombs,1973).
Selanjutnya Coombs dan Ahmad mendefinisikan PNF is any
organized, systematic, educational activity carried on outside
the framework of the formal