PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI...

53
PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI INDRAMAYU (Kajian terhadap Ajaran Sejarah Alam Ngajirasa Bumi Segandu) TESIS Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Agama dalam Bidang Pendidikan Islam Oleh: ABDUL RAHMAN AL-MUHALLI 13.2.00.0.12.01.0064 Pembimbing: Prof. Dr. ABUDDIN NATA, MA SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

Transcript of PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI...

Page 1: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

PENDIDIKAN NILAI

PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI

INDRAMAYU (Kajian terhadap Ajaran Sejarah Alam Ngajirasa Bumi Segandu)

TESIS

Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister

Agama dalam Bidang Pendidikan Islam

Oleh:

ABDUL RAHMAN AL-MUHALLI

13.2.00.0.12.01.0064

Pembimbing:

Prof. Dr. ABUDDIN NATA, MA

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2017

Page 2: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

iii

KATAPENGANTAR والصالة والسالم على اكمل موجوداته دمحموعلى اله . الحمد نّور العقول واألفهام يهدي دين اإلسالم

واصحابه واوالده وذرياته وانصاره وخدامه واتباعه واحبائه الذين نرث من انواع علومهم ونستفيض Assala>mu’alaikum Wr, Wb. Tiada kata yang layak untuk diucapkan selain puji syukur yang tulus dan mendalam ke hadirat Ila>hi Rabbi> za>t yang Maha Kuasa lagi Maha Mengetahui. sehingga penulisan tesis dengan judul“Pendidikan Nilai Pada Komunitas Dayak Losarang di Indramayu (Kajian Terhadap Tradisi Ajaran Alam Ngajirasa)” dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Shalawat dan salam semoga Allah l impahkan kepada Nabi dan Rasul Allah, Muhammad Saw. Selama penulisan tesis ini, penulis banyak mendapatkan dorongan, bimbingan, dan semangat dari berbagai pihak, sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena iu dengan ketulusan hati penulis sampaikan terima kasih kepada, Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Prof. Dr. Masykuri Abdillah, MA selaku Direktur SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran pimpinan, Prof. Dr. Didin Syaefuddin, M.A., dan Dr. JM. Muslimin, M.A., juga kepada seluruh civitas akademika dan Perpustakaan SPs UIN .بفيضهم ونستمد باسرارهم اما بعد

Jakarta. Ucapan terima kasih yang tak terhingga disampaikan kepada; 1. Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA. Selaku pembimbing, yang telah membatu penulis dalam memberikan arahan dan bimbingannya sehingga penulisan tesis ini dapat selesai dengan baik. Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA., Prof. Dr. Iik Arifin Mansurnoor, MA., Prof. Dr. Said Aqil Husin al-Munawar, MA., Dr. JM. Muslimin, MA., Prof. Dr. Suwito, MA., yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis. 2. Shaikh Khaeru>l Muni>r Arli>, Lc. selaku orangtua (mursyi>d)Masha>yikhahli Tarekat Qadiriy>ah wal-Naqsabandiy>ah(Mranggen), dengan kemurnian hati juga aliran bimbingannya Fi>l- Di>n wal Dunya\ wal-A>khirah. Ungkapan terimakasih kepada seluruh rekan Jam’iyah Tarekat Qadariy>ah wal-Naqsabandiy>ah (TQN) Bongas Indramayu, Jakarta dan Banten atas bantuan do’a dan semangatnya. 3. Bapak Ki Takhmad, selaku pimpinan suku Dayak Losarang Hindu-Buddha Bumi Segandu Indramayu.Bapak Tarka, mas Aking dan seluruh masyarakat suku Daylos yang telah memberikan izin penulis melakukan penelitian disana, terima kasih banyak atas bantuannya. Penulisan tesis ini juga tidak terlepas dari jasa dan do’a orang-orang yang terkasih. Kepada kedua orang tua yang semasa hidupnya sangat berjasa dalam untaian do’a juga bimbingannya penulis cintai, ayahanda Muchtar Achmad (rahimahulla>h rahmat al-abra>r), dan juga Ibunda Hj. Subai’ah Kamal (matta’alla>h bi tu>li h}aya>tiha>)terkhusus istri tercinta Yustin, SE, ungkapan terima kasih tidak akan cukup mewakili beribu jasa, do’a, cinta, kasih sayang dan motivasi yang telah

Page 3: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

iv

diberikan, tidak lupa keberhasilan ini kupersembahkan untuk kedua mutiara hidupku Hafizd Al-Mahali dan Sa’adatul Hafsah. Untaian do’a dan support yang kalian berikanhingga akhirnya mengantarkan saya ke puncak penyelesaian study ini. Ucapan terima kasih, juga saya haturkan kepada mamanda Carwan, miminda tercinta Eri Eryani yang selalu mendo’akan penulis di setiap sujud S}alatnya, kepada saudara-saudaraku tercinta, kakanda Nurseha, SE, H. Tsaniur Rahman, MM, Amira Muchtar, Amelia Muchtar, banyak terima kasih atas dukungan dan semangatnya. Kepada dinda Abdullah Efendi Muchtara, Achmad Ridha\ Muchtar, Muhadir Salamdan Miftahuddin Muchtar, terima kasih atas do’a dan motivasinya yang begitu berharga untuk menyelesaikan tulisan ini. Tidak lupa juga kepada semua teman-teman seperjuangan Pascasarjana yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih banyak atas motivasi dan kebersamaannya, semoga kita semua selalu sukses dimanapun berada. Semoga Allah Ta’a>la\ selalu mencurahkan rahmat, berkah dan anugerah-Nya kepada kita semua. Alla>humma A>mi>n… Wassala>mu’alaiku>m Wr. Wb. Jakarta, 13 Februari 2017

Page 4: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

v

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Abdul Rahman Al-Muhalli NIM : 13.2.00.0.12.01.0064 Jenjang Pendidikan : Program Magister (S2) TTL : Jambi, 15 Oktober 1978

Menyatakan bahwa Tesis yang berjudul “Pendidikan Nilai Pada Komunitas Dayak Losarang di Indramayu” (Kajian Terhadap Ajaran Sejarah Alam Ngajirasa) adalah murni karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan-kutipan yang telah disebutkan sumbernya. Apabila di kemudian hari terbukti ditemukanadanya unsur-unsur plagiasi dalam tesis ini. Saya siap menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang diberlakukan oleh Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, 13 Februari 2017 Yang membuat peryataan, Abdul Rahman Al-Muhalli

Page 5: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

vi

Page 6: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

vii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis yang berjudul “Pendidikan Nilai Pada Komunitas Dayak Losarang di Indramayu” (Kajian terhadap Ajaran Sejarah Alam Ngajirasa) yang ditulis oleh: Nama : Abdul Rahman Al-Muhalli NIM : 13.2.00.0.12.01.0064 Jenjang Pendidikan : Program Magister (S2) Konsentrasi : Ilmu Pendidikan Islam Menerangkan bahwa tesis ini telah melalui proses Work in Progress I dan II, serta telah diperiksa dan diperbaiki sebagaimana mestinya. Dengan ini saya menyetujui untuk diajukan ke Ujian Promosi. Jakarta, 14 Februari 2017 Pembimbing, Prof. Dr. Abuddin Nata, MA

Page 7: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

viii

Page 8: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

ix

PERSETUJUAN PENGUJI Tesis yang berjudul: Tesis yang berjudul “Pendidikan Nilai Pada Komunitas Dayak Losarang di Indramayu” (Kajian terhadap Ajaran Sejarah Alam Ngajirasa) oleh Abdul Rahman Al-Muhalli NIM :13.2.00.0.12.01.0064, telah dinyatakan lulus pada ujian pendahuluan yang diselenggarakan pada hari/tanggal Rabu, 25 Januari 2017. Tesis ini telah diperbaiki sesuai saran dan komentar para penguji sehingga disetujui untuk dilanjutkanpadasidangpromosi. Jakarta, 14 Februari 2017 Tim Penguji: No. Nama dan Jabatan Tanda Tangan Tanggal 1. Prof. Dr. MasykuriAbdillah (Ketua Sidang)

2. Prof. Dr. Salman Zulkifli, MA (Penguji I)

3. Dr. Nurlena Rifa’i (Penguji II)

4. Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA. (Penguji/Promotor)

Page 9: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

x

Page 10: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

xi

ABSTRAK 13.2.00.0.12.01.0064 Tesis ini menyimpukan bahwa eksistensi komunitas Dayak Losarang merupakan gabungan dari sejumlah orang yang tidak mau terlibat aturan agama dan pemerintah sehingga membentuk sebuah persekutuan yang bersifat ikatan batin, sebuah komunitas penganut ajaran sejarah alam Ngajirasa yang terdiri dari riual kumkum dan mepeh yang tidak ada pada agama lain. Tesis ini membantah kesimpulan Muhamad Nasser (2014) yang menyatakan bahwa pendidikan nilai pada komunitas Dayak Losarang dengan ritual ajaran Sejarah Alam Ngajirasa merupakan aliran kepercayaan sempalan dalam Isla>m, dan tidak boleh diajarkan karena dianggap telah melanggar keputusan Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat (PAKEM). Van Bruinessen (2007), dinyatakan pula oleh Norbeck (1994) bahwa “munculnya aliran-aliran keagamaan baru sebagai refleksi dari ketidak berdayaan manusia dalam menghadapi kehidupan yang sangat berat.” Tesis ini ditulis untuk mendukung pemikiran Kenneth, J. Blacwell (2005), Bakker Sj (1989), Sjarkawi (2006), diperkuat oleh Qodri Azizy (2009) dalam

bukunya Build Character, The Leader’s Guide to Building Character, menyatakan bahwa tujuan pendidikan nilai dimaksudkan untuk memfasilitasi diri dalam upaya mengembangkan karakter, sehingga menjadi insan yang berkepribadian mulia (cerdas dan kompetitif). Dedy Mulyana (2007) dinyatakan pula oleh Bella Pertiwi (2015) bahwa pendidikan nilai pada komunitas Dayak Losarang bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual, emosional, sosial, dan spiritual, serta membentuk karakteristik kehidupan masyarakat demokratis yang tidak bisa dilepaskan dalam pembelajaran dan tidak bisa dinafikan lewat pengajaran di seluruh jenjang”pendidikan”. Tesis ini menunjukkan bahwa; (1) pendidikan nilai dan pengajaran perlu diajarkan pada pendidikan formal maupun lembaga non-formal karena salah satu tujuannya adalah membangun kepribadian manusia; (2) komunitas Dayak Losarang (Daylos) dengan ajaran Sejarah Alam Ngajirasa identik dengan nilai-nilai global civil society, memberikan pengkayaan budaya civility berbasis orientasi dan motif kejuangan bernilai transdental, serta pranata mubahalah, yakni berhakim kepada Tuhan terhadap perbedaan paham/keyakinan; (3) eksistensi komunitas Dayak Losarang merupakan implementasi dalam perilaku dan sikap pendidikan nilai keharmonisan dan keseimbangan hidup dengan alam semesta terhadap para pengikutnya, terlebih ditentukan oleh nilai-nilai kesederhanaan dan tradisional meskipun beberapa respon menunjukkan perlawanan kendatipun tidak secara terbuka. Kajian dikembangkan dalam perspektif sosiologi agama, dengan pendekatan fenomenologik. Analisis berbasis pada sumber primer gerakan komunitas Dayak Losarang, sejak masa kemunculannya hingga masa pemerintahan era reformasi, ditunjang data-data hasil wawancara mendalam dengan pimpinan juga anggota komunitas Dayak Losarang, beberapa key-informan melibatkan pihak Pemerintah Daerah, pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI), masyarakat Desa Krimun beserta dokumen hasil dialogis para pihak terkait.

Page 11: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

xii

Page 12: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

xiii

ABSTRACT 13.2.00.0.12.01.0064 This thesis concluded that the existence of the Dayak community Losarang is a combination of a number of people who do not want to get involved rules of religion and government so as to form an alliance that is a bond, a community in adherents of natural history Ngajirasa consisting of riual kumkum and mepeh that do not exist in other religions , This thesis disputed the conclusions Mohammed Nasser (2014) which states that the educational value of the Dayak community Losarang with ritual teachings Natural History Ngajirasa a cult splinter in Isla> m, and should not be taught because they have violated the decision Monitoring Mystical Beliefs in Society (PAKEM). Van Bruinessen (2007), expressed also by Norbeck (1994) that "the emergence of new religious sects as a reflection of human helplessness in the face of a very tough life." This thesis was written to support the idea Kenneth, J. Blacwell (2005), Bakker SJ (1989), Sjarkawi (2006), reinforced by Qodri Azizy (2009) in his book Build Character, The Leader's Guide to Building Character, stating that the purpose of education value intended to facilitate themselves in efforts to develop the character, so that the human personality became noble (intelligent and competitive). Dedy Mulyana (2007) stated also by Bella Pertiwi (2015) that the educational value of the Dayak community Losarang aims to develop the intellectual, emotional, social, and spiritual, as well as shaping the characteristics of the life of a democratic society can not be separated in their learning and can not be denied through teaching at all levels "education". The thesis shows that; (1) the value of education and teaching needs to be taught in formal and non-formal institutions because one goal is to build the human personality; (2) the Dayak community Losarang (Daylos) with the teaching of Natural History Ngajirasa synonymous with the values of global civil society, provide enrichment culture-based civility orientation and motive kejuangan worth transdental and mubahalah institutions, namely berhakim to God to disagreement / confidence; (3) the existence of an implementation Losarang Dayak community in the behavior and attitudes of educational value harmony and balance with the life of the universe over their followers, especially determined by the values of simplicity and traditional although some responses to the fight though not openly. Study developed in the perspective of the sociology of religion, with a phenomenological approach. Analysis based on primary sources movement Dayak community Losarang, from the time of its appearance until the reign of the reform era, supported by the data in-depth interviews with the leaders also members of the Dayak community Losarang, some key-informant involving the regional government, the board of the Indonesian Ulema Council (MUI) , the village of Krimun and documents the results of dialogic stakeholders.

Page 13: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

xiv

Page 14: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

xv

ملخصال وخلصت هذه األطروحة أن وجود المجتمع داياك هو مزيج من عدد من األشخاص الذين ال ترغب في الحصول على قواعد المعنية الدين والحكومة وذلك لتشكيل تحالف الذي هو السند، والمجتمع في أتباع التاريخ

شككت هذه األطروحة . التي لم تكن موجودة في الديانات األخرى ، mepehو kumkum الطبيعي تتكون من المجتمع مع تعاليم طقوس لوسراع التي تنص على أن القيمة التربوية للداياك) 2014(االستنتاجات دمحم ناصر

راقبة المعتقدات م، ويجب أن ال يتم تدريسها ألنهم انتهكوا قرار م> التاريخ الطبيعي منشقة عبادة في جزيرةأن 1994) (Norbeck ، وأعرب أيضا 2007) (Bruinessen فان ). PAKEM(باطني في المجتمع

."ظهور الطوائف الدينية الجديدة كانعكاس بالعجز البشري في مواجهة حياة صعبة للغاية"في كتابه بناء الشخصية، دليل المرشد لبناء الشخصية، ) 2009) ( Qodri Azizy، الذي يعززه 2006) (SJ (1989) ،Sjarkawi، باكر 2005) ( J. Blacwell وقد كتب هذه الرسالة لدعم فكرة كينيث،

مشيرا إلى أن الغرض من قيمة التعليم تهدف إلى تسهيل أنفسهم في الجهود المبذولة لتطوير الطابع، بحيث أيضا من قبل بيال ) 2007(ذكر الديدي موليانا ). ةذكي وقادر على المنافس(أصبح للشخصية اإلنسانية النبيلة Pertiwi) (2015 ( أن القيمة التربوية للمجتمع داياك تهدفLosarangلتطوير الفكرية والعاطفية لوسراع

واالجتماعية، والروحية، وكذلك تشكيل خصائص حياة مجتمع ديمقراطي ال يمكن فصلها في تعلمهم وال يمكن ".التعليم"على جميع المستويات إنكاره من خالل تعليم

يجب على قيمة التعليم والتدريس ليتم تدريسها في المؤسسات الرسمية وغير ) 1(تظهر أطروحة ذلك؛ مع تدريس التاريخ ) (Daylos لوسراع المجتمع داياك) 2. (الرسمية لهدف واحد هو بناء شخصية اإلنسان

العالمي، وتوفير تخصيب القائم على ثقافة التوجه الكياسة ويستحق و الطبيعي مرادفا لقيم المجتمع المدني داياك في سلوك ومواقف Losarangوجود تنفيذ المجتمع ) 3(الثقة؛ / المؤسسات الدافع ، وهي هللا أن الخالف

ة على وئام قيمة التعليمي والتوازن مع الحياة في الكون على أتباعهم، وخاصة يحددها قيم البساطة والتقليدي .الرغم من أن بعض الردود على القتال ولكن ليس علنا

التحليل القائم على الحركة المصادر . دراسة وضعت في منظور علم اجتماع الدين، مع مقاربة الظواهر ، من وقت ظهورها حتى عهد عهد اإلصالح، بدعم من بيانات المقابالت لوسراع األولية داياك المجتمع

المجتمع ، بعض مفتاح المخبر تشمل الحكومة اإلقليمية، لوسراع مع القادة أيضا أعضاء في داياكالمتعمقة .وتوثق نتائج أصحاب المصلحة حوارية Krimun، قرية ) MUI(مجلس إدارة مجلس العلماء اإلندونيسي

Page 15: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

xvi

Page 16: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

xvii

PEDOMAN TRANSLITERASI Pedomantransliterasi Arab-Latin yang digunakandalampenelitianiniadalah ALA-LC ROMANIZATION tables yaitusebagaiberikut: A. Konsonan Initial Romanization Initial Romanization }D ض A ا Ţ ط B ب }Z ظ T ت ‘ ع Th ث Gh غ J ج F ف }H ح Q ق Kh خ K ك D د L ل Dh ذ M م R ر N ن Z ز H ه،ة S س W و Sh ش Y ي }S ص

B. Vokal 1. Vokal Tunggal Tanda Nama Huruf Latin Nama َ◌ Fatḥah A A ِ◌ Kasrah I I ُ◌ Ḑammah U U

2. VokalRangkap Tanda Nama GabunganHuruf Nama

ي... َ◌ Fatḥahdanya Ai A dan I و... َ◌ Fatḥahdanwau Au A da U

Contoh: H{aul :حول H{usain :حسين

Page 17: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

xviii

C. VokalPanjang Tanda Nama GabunganHuruf Nama َ Fatḥahdanalif a> a dangaris di atas ــا Kasrahdanya Ī I dangaris di atas ـِـي Ḑamahdanwau Ū u dangaris di atas ــُو D. Ta’ Marbūţah Transliterasi ta’ marbūţah (ة) di akhir kata, biladimatikanditulis h. Contoh:

:Madrasah (ketentuaninitidakdigunakanterhadap kata-kata Arab yang sudahdiserapkedalambahasa Indonesia sepertishalat, zakat dansebagainya,kecualidikehendakilafadzaslinya) E. Shiddah Shiddah/Tashdīd di transliterasiinidilambangkandenganhuruf, yaituhuruf yang samadenganhurufbershaddahitu. Contoh :مدرسة Mar’ah : مرأة al-Qalam : القلم :Shawwa>l F. Kata SandangAlif + La>m Apabiladiikutidenganhurufqamariyah, ditulis al. Contoh :شّوال <Rabbana :رّبنا

Page 18: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

xix

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i KATA PENGANTAR ii PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI iv PERSETUJUAN PEMBIMBING v PERSETUJUAN TIM PENGUJI vi ABSTRAK vii TRANSLITERASI x DAFTAR ISI xii BAB 1 PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Permasalahan 20 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 21 D. Defenisi Operasional 22 E. Penelitian Terdahulu 23 F. Landasan Teori 28 G. Metodologi Penelitian 30 H. Sistematika Penulisan 34 BAB II KONSEP DASAR PENDIDIKAN NILAI 35 A. Pengertian Pendidikan Nilai 35 B. Tujuan Pendidikan Nilai 40 C. Pendidikan Nilai Ritual Kidung Alas Turi 47 D. Pendidikan Nilai Ritual Berendam (Kumkum) 55 E. Pendidikan Nilai Ritual Pewayangan 58 BAB III MOTIF NILAI PENDIDIKAN DAYAK LOSARANG SEBAGAI GERAKAN KOMUNITAS ALIRAN MARJINAL 75 A. Gambaran Umum Padepokan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu 75 B. Takhmad sebagai Motif Nilai Pembelajaran Bagi Pengikutnya 85 C. Proses Pendidikan Dalam Keluarga Dayak Losarang 93 D. Dinamika Alam Ngajirasa sebagai Nilai Pendidikan 104 E. Fatwa MUI Terhadap Kebatilan Ajaran Dayak Losarang 107 BAB IV PENDIDIKAN NILAI DALAM PERSFEKTIIF ISLAM 117 A. Pembentukan Akidah yang Benar bagi Manusia117 B. Pendidikan Islam Mengajarkan Keseimbangan Alam 126 C. Pendidikan Islam: Menumbuhkan Nilai Moral132 D. Pendidikan Ruhani (al-Tarbiyah ar-Ruhiyah) 139 E. Kepentingan Terbaik Bagi Anak (The Best Interest of the Child) 143

Page 19: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

xx

BAB VI PENUTUP 165 A. Kesimpulan 165 B. Saran-saran 168 DAFTAR PUSTAKA 171 GLOSSARY 187 DAFTAR INDEX 195 BIODATA PENULIS 199 LAMPIRAN-LAMPIRAN 201

Page 20: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

1

BAB 1 PENDAUHLUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kenneth, J. Blacwell,1 dalam bukunya Build Character, The Leader’s Guide to Building Character, menyatakan bahwa secara spesifik tujuan pendidikan nilai dimaksudkan untuk memfasilitasi diri dalam upaya mengembangkan karakter, sehingga menjadi insan yang berkepribadian mulia (cerdas dan kompetitif). Nilai-nilai yang dikategorikan sebagai High Charakter dalam upaya membagun karakter. Pernyataan tersebut diperkuat oleh pandangan Qodri Azizy dalam bukunya Pendidikan Agama Untuk Membangun Etika Sosial Aneka Ilmu, bahwa salah satu tujuan pendidikan nilai dan pengajaran adalah membangun kepribadian manusia. Sebuah keyakinan yang dianut harus memiliki berbagai dimensi sistem yang meliputi hukum, ekonomi, politik, dan yang tidak kalah penting adalah sistem pendidikan nilai, dimana sistem pendidikan nilai harus mendapat perhatian secara khusus. Yang lebih luas dari sekedar bertujuan untuk individu atau masyarakat tertentu. Menurut H. M Arifin,2 pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan dasar anak didik baik dalam bentuk pendidikan formal maupun non formal. Adapun menurut Ahmad D. Marimba adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. 3 Adapun pengertian pendidikan menurut Soegarda Poerbakawatja ialah semua perbuatan atau usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, dan ketrampilannya kepada generasi muda. Sebagai usaha menyiapkan agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmani maupun rohani.

Pendidikan merupakan proses pengembangan semua modal (capital) yang ada dalam diri setiap insan, yaitu modal intelektual (intellectual capital), modal sosial (social capital), modal kultural (cultural capital) dan modal spiritual (spiritual capital), yang bersama-sama akan menjadi modal mewujudkan masyarakat humanis. 4 Pendidikan yang mampu mengembangkan berbagai kemampuan manusia secara ringkas akan membentuk manusia utuh. Namun eksistensi manusia utuh ini akan mantap jika kebutuhan ekonomisnya terpenuhi, maka mewujudkan masyarakat adil makmur, sejahtera menjadi keharusan dalam masyarakat humanis jika ingin seluruh warga bangsanya dapat mengembangkan kamanusiaannya secara penuh. Tanpa kesejahteraan, kemakmuran ekonomi, maka

1Kenneth, J. Blacwell, Build Character, The Leader’s Guide to Building Character,

(The Ohio Center Civic Character, 2005), www.ohiospirit.org. 2 HM. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama, (Jakarta : Bulan Bintang,1976) hlm. 12 3Frederick J. MC. Donald, Educational Psychology, (Tokyo: Overseas Publication LTD,1959), hlm. 4.

4Zamroni, Teaching Social Studies. A Reader, Yogyakarta: Graduate Program TheState University of Yogyakarta. 2008

Page 21: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

2

pikiran, perhatian dan segala kekuatan akan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan primernya dan perhatian untuk pengembangan diri secara kualitatif akan terhambat.

Masyarakat humanis hanya dapat terwujud jika manusia sebagai subjek masyarakat tersebut telah berkembang secara manusiawi berkat pendidikan. Secara manusiawi dalam arti menjadi subjek yang mampu memikul tanggungjawabnya sebagai warga masyarakat, mempunyai kebebasan penuh untuk mengekspresikan diri secara positif demi kepentingan sesama sehingga terwujud masyarakat yang harmonis dan adil. 5 Dalam hal ini pendidikan merupakan prasarat jika ingin mewujudkan masyarakat madani. Tugas utama pendidikan adalah membangun karakter baru bangsa sesuai dengan tuntutan masyarakat madani.

Ilmu pendidikan (pedagogy) termasuk di dalamnya pendidikan nilai adalah sebagai sebuah science memiliki kebenaran ilmiah relatif, dan sebuah teknologi memiliki ketepatan yang tentatif. Problematika di bidang pendidikan dan keteologian yang terus berkembang mengharuskan adanya paradigma baru, teori baru dan metode-metode baru untuk menggantikan paradigma, teori dan metode lama yang mungkin tidak relevan atau tidak fungsional lagi untuk memecahkan problematika baru yang lebih kompleks dan kualitatif. Atas dasar itulah diperlukan pembaharuan pemikiran, pengkajian dan penelitian terhadap pendidikan teologi untuk melakukan rekonstruksi mulai aspek teologis, filisofis, substantif, metodologinya sampai pembelajarannya. Dari beberapa pendapat yang telah diuraikan secara terperinci dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha manusia untuk dapat membantu, melatih, dan mengarahkan anak melalui transmisi pengetahuan, pengalaman, intelektual, dan keberagamaan orang tua (pendidik) dalam kandungan sesuai dengan fitrah manusia supaya dapat berkembang sampai pada tujuan yang dicita-citakan yaitu kehidupan yang sempurna dengan terbentuknya kepribadian yang utama. Sedang pendidikan Islam menurut ahmad D Marimba adalah bimbingan jasmani maupun rohani berdasarkan hukum-hukum agama. 6 Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.7 Senada dengan pendapat diatas, menurut Chabib Thoha pendidikan Islam adalah pendidikan yang falsafah dasar dan tujuan serta teori-teori yang dibangun untuk melaksanakan praktek pandidikan berdasarkan nilai-nilai dasar Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits. Menurut Achmadi mendefinisikan pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya insan yang berada pada subjek didik menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam atau dengan istilah lain yaitu terbentuknya kepribadian muslim. Masih banyak lagi pengertian pendidikan Islam menurut para ahli, namun dari sekian banyak pengertian pandidikan Islam yang dapat kita petik, pada dasarnya pendidikan Islam

5 Ariel Heryanto, Nasionalisme Refleksi Kritis Kaum Ilmuwan. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar Offset, 1996 6Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan (Bandung : Al Ma’arif, 1989) hlm. 7 Soegarda Poerbakawatja, et. al. Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta : Gunung Agung,1981) hlm. 257

Page 22: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

3

adalah usaha bimbingan jasmani dan rohani pada tingkat kehidupan individu dan sosial untuk mengembangkan fitrah manusia berdasarkan hukum-hukum Islam menuju terbentuknya manusia ideal (insan kamil) yang berkepribadian muslim dan berakhlak terpuji serta taat pada Islam sehingga dapat mencapai kebahagiaan didunia dan di akherat. Jadi nilai-nilai pendidikan Islam adalah sifat-sifat atau hal-hal yang melekat pada pendidikan Islam yang digunakan sebagai dasar manusia untuk mencapai tujuan hidup manusia yaitu mengabdi pada Allah SWT.

Terkait hubungan manusia (budaya) dengan alam Bakker Sj (1989), 8 menyatakan bahwa alam sekitar tidak hanya memberikan corak nilai lahir kepada kebudayaan, melainkan juga mempengaruhi pendidikan nilai, pola pikiran, perasaan, perangai dan kesenian.9Sementara itu Sonny Keraf (2002) menyebutkan alam dan budaya saling mempengaruhi secara intim, keterkaitan budaya dengan lingkungan alam (bentang lahan) ini lazim di kenal dengan cultural landskape. 10 Namun demikian dominasi industrialisasi nampaknya telah berpengaruh terhadap disharmoni kehidupan manusia dengan alam.11 Benar apa yang dikatakan William Asher bahwa “If man is not aware of what has been learned in history, it is said he is bound to repeat the experiences”.12 Masalah-masalah pendidikan yang kita dapati sekarang ini bukan seluruhnya masalah baru, atau bahkan boleh dikatakan masalah-masalah yang lama sering muncul kembali dalam keunikan yang lain. Pendidikan adalah persoalan yang paling strategis bagi kehidupan manusia baik dalam perspektif individu, masyarakat dan bangsa. Dalam hal ini John Dewey dalam Democracy and Education (1964:1-53) mengemukakan bahwa pendidikan adalah sebagai salah satu kebutuhan hidup (a necessary of life), salah satu fungsi sosial (a social function), sebagai bimbingan (a direction) dan sebagai sarana pertumbuhan (as growth), yang mempersiapkan dan membukakan serta membentuk disiplin hidup.13 Dari sisi lain menurut Harun Nasution (1986),14 keberadaan aliran-aliran teologi baik tradisional maupun liberal yang pernah mewarnai dunia Islam dengan ajarannya, yang beberapa bahkan memicu kontroversi di kalangan umat Islam

8 Bakker Sj, “State Policies on Religious Diversity in Indonesia”, Al-Jami’ah

Journal of Islamic Study, http:///.aljamiah.org /journal/index.php/AJ/article/view/93 (diakses pada 3 Mei 2014)

9Amir Mua’llim, Humanisme Islam Bukan Ide Parsial, http://www.jawapos.co.id, diakses pada 7 Mei 20014

10 Mekanistis berarti bahwa seluruh alam semesta termasuk manusia di pandang sebagai mesin yang berfungsi mekanis sehingga dianalisis secara terpisah yang lepas dari keseluruhan yang membentuknya. Reduksionistis berarti realitas alam semesta termasuk manusia dilihat dari satu aspek saja tanpa ada keterkaitan dengan aspek lainnya. A.Sonny Keraf, Etika Lingkungan , (Jakarta: Kompas, 2002). 253. xv-xvi

11 Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke-21, Jakarta: Percetakan radar Jaya Offset 1988).

12Williem Asher J.”Education Research and Evaluation Methode, Litthle, Brown and Company: Boston, Toronto, 1976). 216

13 John Dewey dalam Democracy and Education ( Boston: Toronto, 1964).1-53 14 Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan.

Jakarta: UI-Press.2002)..55

Page 23: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

4

sendiri. Teologi sendiri adalah ilmu tentang ajaran-ajaran dasar dari suatu agama, dalam Islam teologi disebut sebagai al ‘Ilm al Kala>m. Akhirnya pendidikan kasunyatan hasil rekonstruksi pimpinan Suku Dayak Losarang di era sekarang secara bertahap berkembang pada aliran agama kebudayaan yang menamakan dirinya sebagai aliran “Sejarah Alam Ngajirasa” yang diyakini sepenuhnya oleh para pengikutnya.15

Clifford Geertz dalam bukunya The Religion of Java 16 dan Koentjaraningrat dalam bukunya Kebudayaan Jawa memandang kebatinan atau kejawen sebagai salah satu varian dari agama Islam.17 Ajaran kejawen yang dalam kepustakaan Jawa sering disebut ngilmu kejawen18, yaitu sebuah unsur kepercayaan sinkritetisme perpaduan antara animisme dan budaya agama Hindu-Budha. agama yang dianut di pulau Jawa oleh orang suku Jawa dan suku bangsa lainnya yang menetap di Jawa.19 Agama Kejawen sebenarnya adalah nama sebuah kelompok kepercayaan yang mirip satu sama lain dan bukan sebuah agama terorganisir seperti halnya agama Sunni (Islam) atau bahkan Kristen, ataupun Hindu-Buddha. Aliran komunitas ini lebih dekat kepada ritual Jawa agama (kejawen). Apalagi sesudah membanjirnya proses westernisasi dewasa ini. Kekhawatiran akan tenggelamnya kepribadian bangsa Indonesia dalam arus westernisasi, ternyata merangsang segolongan orang untuk menggali serta kembali kepada dasar-dasar kerohanian dan kebudayaan Jawa. Bahkan menurut Sri Mulyono dikatakan bahwa pendidikan kasunyatan adalah bagian dari tradisi mistikisme dan filsafat Nusantara abad XIX20. Masalah pokok yang menjadi pembahasan adalah konsepsi tentang pendidikan Alam Ngajirasa yang fungsinya sebagai jalan untuk mencapai keseimbangan serta kesempurnaan (sejati) hidup manusia dalam keharmonisan.

Maka yang diperlukan adalah nilai pendidikan sebagai rekonstruksi sosial (social reconstruction), jadi pendidikan harus membawa perubahan sosial ke arah yang lebih baik, lebih manusiawi. Pendidikan merupakan sarana mengubah manusia secara kualitatif, manusia yang disempurnakan secara fisik, emosi, rasio dan spiritual, sehingga dia menyadari diri secara penuh kedudukan, peran serta dalam masyarakat dan dunia. Maka pendidikan merupakan prasarat mutlak untuk terwujudnya masyarakat madani. Nilai pendidikan dari dua kajian penting yakni

15 Konsep ajaran yang dimiliki Suku Dayak ini ialah ‘mawas diri’, atau sadar terhadap diri sendiri. ‘Ngaji alam’ dan ‘ngaji rasa’, setelah mengetahui akan dirinya maka harus merasakan hakikatnya alam, dengan cara penyatuan terhadap alam, merasakan benda hidup ataupun mati, maka setelah itu dikembalikan kepada diri sendiri, apakah manusia itu sudah benar dalam menjalankan kehidupan selama di dunia, ataukah selalu salah yang dilakukannya. Karena pandangan manusia itu jikalau dalam mencari kebenaran selalu susah, namun jika mendapatkan kesalahan pasti mudah melakukannya. (hasil wawancara Kang Tono, 22April 2014)

16 Clifford Geertz, Islam yang Saya Amati, Penerjemah Hasan Basri, Jakarta, 1982 17 Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan, Gramedia, Jakarta,

1974 18 Bratakesawa, Kunci Swarga (Surabaya: Yayasan Joyoboyo, 1966), hlm. 14 19 Soesilo, Sekilas Tentang Ajaran Kejawen, Jakarta: CV Melayu Agung, 2000. 20 Sri Mulyono, Simbolisme dan Mistikisme dalam Wayang (Jakarta: Gunung

Agung, 1979), hlm. 90

Page 24: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

5

pendidikan dan masyarakat madani 21 yang memiliki berbagai sudut pandang. Pendidikan22 tertuang dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Pemahaman terhadap pendidikan dinilai sebagai upaya membimbing,23memberi petunjuk dan nasehat24 serta mempengaruhi orang menuju kesempurnaan jasmani akal dan akhlak25 sebagai upaya membentuk kepribadian dan rasa tanggungjawab.26

Pendidikan juga meliputi pemberian nilai pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Yang menjadi salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melalui generasi.27Dengan demikian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untu mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, moral mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan agama Islam dapat dipahami dari tiga perspektif; Pertama, pendidikan yang dipahami dan dikembangkan sekaligus disusun melalui nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’a>n dan Hadi>ts. Kedua, pendidikan agama Islam dan nilai-nilainya harus menjadi pandangan dan sikap hidup dalam keseharian. Ketiga,

21 Rustam Ibrahim, Indonesia Civil Society 2006 ( Jakarta: YAPPIKA, 2006), 20-

21. Aspek vertikal pemaknaan konsep masyarakat madani dikutip dari pandangan Sujatmiko (2003), misalnya terkait dengan eksistensi dan gerakan LSM/NGO; aspek horizontal dimaksud dikutip dari pemikiran Nurkholis Madjid (1999), dimana terminologi masyarakat madani (madaniyah) diinspirasikan dari konsep masyarakat warga pada jaman Rasulullah Muhammad SAW (awal abad ke-7) yang terpusat di kota Madinah. Pada dasarnya, masyarakat madani merupakan bentuk/konsisi masyarakat yang respek dan lekat dengan prinsip-prinsip toleransi dan pluralisme.

22 Lihat Mardiatmadja, Tantangan Dunia Pendidikan (Yogyakarta: Kanisius, 2008), 49; Isjoni Ishaq, Bersinergi Dalam Peubahan: Menciptakan Pendidikan Berkualitas di Era Global, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), 3.

23 Tarbiyah berasal dari bahasa Arab bentuk kata ia بر merupakan bentuk masdar dari fi’il madhi “rabba-yarabbu- tarbiyyah” Ma’luf, Louis, al-Munjid fi al-Lughah wa al-‘Alam (Lebanon: Dar al-Mashriq, 1992), 66.

24 Jusuf Amir Faisal, Reorientasi Pendidikan Islam (Gema Insan Press, Jakarta, 2005), 94-95.

25 Imam al-Zarkashi, al-Tarbiyah wal al-Ta’lim (Ponorogo: Gontor Press, 2005) edisi revisi, 17.

26 Minto Rahayu, Pendidikan Kewarganegaraan: Perjuangan Menghidupi Jati Diri Bangsa (Jakarta: Gramedia, 2007), 69-70; lihat juga Bambang Soedoro Mintargo, Pendidikan Kadeham, Kebangsaan, Demokrasi, dan Hak Asasi Manusia (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2008), 4-6; H.A.R, Tilaar, Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam Perspektif Abad 21 (Magelang: Tera Indonesia, 2002), 56-57.

27 Berbagai pandangan tersebut lihat Budi Winarno, Globalisasi: Peluang atau Ancaman Bagi Indonesia (Jakarta: Erlangga, 2008), 3-12; Zainuddin, Reformasi Pendidikan: Kritik Kurikulum dan Manajemen Berbasis Sekolah (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2008), 4-6; H.A.R, Tilaar, Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam Perspektif Abad 21 (Magelang: Tera Indonesia, 2002), 56-57.

Page 25: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

6

pendidikan agama Islam sebagai proses dan praktek dalam penyelenggaraan pendidikan yang berkembang dalam sejarah umat Islam itu sendiri.28

Pendidikan Islam yang sering dikenal sebagai Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah sebuah pelajaran di sekolah yang wajib diikuti oleh seluruh peserta peserta didik yang beragama Islam pada semua satuan jenis dan jenjang sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi, dan tentunya pendidikan agama Islami harus dihayatai dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengetahui seberapa besar materi pendidikan agama Islam sudah dihayati dan diamalkan dalam sehingga menjadi nilai-nilai pendidikan dalam upaya pembentukan karakter humanisasi.29

Humanisasi dalam perspektif Pendidikan Islam adalah sebuah potensi besar yang sesungguhnya dimiliki pendidikan Islam dalam pemberdayaan pendidikan rakyat secara keseluruhan. Dengan kedekatannya kepada masyarakat Muslim, pendidikan Islam merupakan potensi dalam pembentukan nilai masyarakat madani, pada tingkat akar rumput (grass roots) kaum Muslimin. Dalam konteks ini, pendidikan Islam dapat menjadi sebuah wahana “pendidikan kritis” (critical education), bagi rakyat; membebaskan lapisan terbawah masyarakat dari keterbelakangan dan kemiskinan.30 Disini, pendidikan Islam dapat menjadi lembaga pendidikan penting dalam penanaman dan penumbuhan pendidikan demokrasi (democracy education), yang singkatnya secara substantif menyangkut sosialisasi, diseminasi dan aktualisasi konsep, sistem, nilai, budaya dan praktik demokrasi melalui pendidikan, maka nilai-nilai dan pengertian-pengertiannya harus dijadikan unsur yang menyatu dengan sistem pendidikan kita, tidak dalam artian menjadikannya muatan kurikuler yang klise itu, tetapi dengan jalan merasakannya dalam hidup nyata (lived in) dalam sistem pendidikan.

Cendekiawan muslim Nurcholish Madjid 31 memberikan deskripsi yang sangat filosofis perihal karakteristik masyarakat humanis, yang oleh Bachtiar Effendy 32 diidentifikasi sebagai tatanan masyarakat yang sangat ideal selaras dengan tuntunan sunnah Rasul. Karakteristik tersebut adalah: Karakteristik masyarakat ideal selaras dengan tuntunan sunnah Rasul saw. Identifikasi karakteristik humanis diantaranya;

a. Suatu peradaban yang bernafaskan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

28 Pokok-pokok pikiran Kepala Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan,

pengantar seminar Dinamika Internal dalam Berbagai Agama di Indonesia, 23 Oktober 2003, di Yogyakarta.

29 Pokok-pokok pikiran Kepala Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan, pengantar seminar Dinamika Internal dalam Berbagai Agama di Indonesia, 23 Oktober 2003, di Yogyakarta.

30 Abdurrahman Wahid, Universalisme dan Kosmopolitanisme Peradaban Islam: Kumpulan Karangan, Jakarta: TP. 1991

31 Nurcholis Madjid, Menuju Masyarakat Madani (situs Edi Cahyono’s Page, 2007) 32 Bachtiar Effendy, Islam dan Negara: Transformasi Pemikiran dan Praktek

Politik Islam di Indonesia, Jakarta: Prisma, 1995.

Page 26: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

7

b. Masyarakat yang senantiasa berijtihad untuk meretaskan inovasi-inovasi gemilang menuju kondisi yang lebih baik dari generasi sebelumnya.

c. Kritis dan konstruktif berisi solusi alternatif, dengan transparansi yang santun dan tidak asal lempar judgment.

d. Konsisten menghormati dan menghargai tatanan nilai-nilai yang ada. e. mengembalikan semua sebagai karunia Allah yang mesti disikapi dengan

syukur, bukannya takabur. Penafsiran terhadap undang-undang sistem pendidikan Nasional tahun 2003

menegaskan pula bahwa dalam pembelajaran berbasis kompetensi terutama pada pendidikan masyarakat humanis mengarahkan pada nilai-nilai pembentukan manusia Indonesia seutuhnya, sebagai pribadi yang integral, produktif, kreatif, dan memiliki sikap kepemimpinannyang demokratis serta bertanggung jawab dan berjiwa kritis. 33 Kritis berarti siswa diarahkan untuk memiliki kemampuan menganalisis persoalan yang berhubungan dengan nilai-nilai civil society, melakukan sintesa, mengenal masalah dan pemecahannya, memberikan kesimpulan sekaligus penilaian.

Pendidikan yang berbasiskan masyarakat (community-based education), adalah sesuai dengan misi pembangunan kita dewasa ini.34 Dengan ikut sertanya masyarakat di dalam penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikannya, maka pendidikan tersebut betul-betul berakar di dalam masyarakat dan di dalam kebudayaan. Dengan demikian lembaga-lembaga pendidikan yang berfungsi untuk membudayakan nilai-nilai masyarakat Indonesia baru dapat memenuhi fungsinya dan semestinya hal ini dijadikan sinyalemen positif bagi manajer pendidikan Islam, bahwa peluang mengelola hubungan lembaga pendidikan Islam dengan masyarakat semakin luas.35Community-based education diharapkan menjadi salah satu fondasi dalam mewujudkan masyarakat madani. Dengan sendirinya, pendidikan Islam yang berdasarkan pada community-based education akan menampilkan wajah lain yang selama ini kita lihat telah mengasingkan lembaga pendidikan dari masyarakat.

Hak-hak asasi dalam bidang sosial, budaya, politik, agama akan terabaikan manakala manusia menghabiskan waktunya hanya memikirkan bagaimana memenuhi kebutuhan ekonomisnya.36 Maka dengan mengembangkan kesejahteraan, kemakmuran dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat akan menjadi landasan atau penopang kuat berdiri tegaknya masyarakat madani. Jika hak-hak ekonomis telah terpenuhi, warga bangsa dapat didorong untuk memikirkan peran aktif dan positif dalam mengembangkan hak-hak politiknya seperti hak berperan aktif dalam ikut mengelola negara, ikut menentukan arah kebijakan pemerintah yang mengangkat

33 Lihat Miyarso Yusuf Hadi, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2007), 19; lihat juga Saiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi educative (Jakarta: Rieneka Cipta, 2002), 3.

34 Muhammad Hikam, Demokrasi dan Civil Society, Jakarta: PT Pustaka LP3ES. 1996.

35 Abdurrahman Wahid, Universalisme dan Kosmopolitanisme Peradaban Islam: Kumpulan Karangan, Jakarta: TP. 1991

36 Kartodirdjo, Sartono,Multidimensi Pembangunan Bangsa: Etos Nasionalisme dan Negara Kesatuan. Yogyakarta: Penerbitan Kanisius, 1999

Page 27: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

8

martabat manusia sesuai dengan prinsip-prinsip HAM yang menjamin pluralitas warga bangsa.37

Dengan terpenuhinya hak-hak politik maka warga bangsa akan mempunyai kepercayaan dan kesediaan untuk setia kepada negara bangsa. Demokrasi akan menjadi bingkai yang mengikat keberlangsungan masyarakat madani dalam kerangka negara bangsa. Sementara negara bangsa sendiri merupakan produk utama dari nasionalisme modern yang dikembangkan sebagai reaksi terhadap keadaan politik, sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lain.yang menekan atau menindas karena pemerintahan asing atau bangsanya sendiri, yang otoriter, sewenang-wenang, korup dan penindas. 38 Negara bangsa yang demokratis itulah yang memberi ruang masyarakat madani dapat dikembangkan. Nilai dalam konteks masyarakat madani, mengacu ke kehidupan masyarakat yang berkualitas dan bertamaddun (civility). Sivilitas meniscayakan toleransi, yakni kesediaan individu-individu untuk menerima berbagai pandangan politik dan sikap sosial yang berbeda.39 Ini berarti, tidak ada satu pihak mana pun, termasuk pemerintah, yang berhak memaksakan kehendak dan kemauannya sendiri, apakah dengan bentuk kooptasi, regimentasi, yang pada gilirannya hanya menimbulkan law lessness dengan social costs yang sering amat mahal.40

Zamroni mengugkapkan bahwa para ahli pada umumnya sudah sepakat bahwa masyarakat humanis, budaya sipil dan modal sosial (social capital) berperan penting dalam memperkuat demokrasi, itu berarti demokrasi akan semakin berakar dalam masyarakat jika negara bangsa berhasil mewujudkan masyarakat humanis, dimana budaya sipil berkembang dan modal sosial dapat dioptimalkan.41 Demokrasi pada dasarnya bukan hanya alat tetapi sekaligus tujuan, maka demokrasi merupakan prasarat bagi terwujudnya masyarakat madani dalam sebuah negara bangsa. Sebaliknya masyarakat madani berdaya guna untuk menyeimbangkan antara kekuasaan negara danperlindungan atas individu yang terancam kekuasaan negara. Masyarakat digambarkan sebagai sosio-political cultur dan etis, yang memiliki kedudukan seimbang dan berkedudukan sama didepan hukum.42 Hukum sendiri diartikan sebagai etos, yakni seperangkat nilai kemanusiaan berkekuatan

37Ariel Heryanto, Nasionalisme Refleksi Kritis Kaum Ilmuwan. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar Offset, 1996 38Nasikun, ”Pembangunan dan Dinamika Integrasi Nasional dalam Masyarakat

Majemuk”, 1996 39Winarno Surakhmad, Mengurai Benang Kusut Pendidikan, Jakarta: Transformasi

UNJ, 2003. 40 Zubaedi, Pendidikan Berbasis Masyarakat: Upaya Menawarkan Solusi terhadap

Berbagai Problem Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005. 41 Zamroni, Teaching Social Studies. A Reader, Yogyakarta: Graduate Program

TheState University of Yogyakarta. 2008 42 M. Deden Ridwan dan Dewi Nurjulianti (ed), Pembangunan Masyarakat Madani

dan Tantangan Demokratisasi di Indonesia (Jakarta: LSAF & The Asian Foundation, 1999), 21.

Page 28: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

9

konsensus komunitas yang tidak hanya berkaitan dengan prosedur politik, tapi juga sebagai substansi dasar kebijakan (virtue).43

Indonesia merupakan negeri seribu pulau tempat dimana lahirnya beragam budaya dari mulai bahasa, suku, agama, dan adat istiadatnya. Indonesia memiliki masyarakat yang multikultural dari beragam budaya yang ada di Indonesia, Indramayu merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki sejarah dan kebudayaan yang menarik untuk diminati. Terbentuknya akulturasi budaya Indramayu yang menjadi ciri khas masyarakat hingga dewasa ini lebih disebabkan oleh faktor geografis dan historis. Dalam konteks ini sebagai daerah pesisir, Indramayu sejak sebelumnya dan sesudah masuknya pengaruh Islam merupakan pelabuhan yang penting di pesisir Utara Jawa. Dalam posisinya yang demikian Indramayu menjadi sangat terbuka bagi interaksi budaya yang luas dan dalam serta menjadi tempat bertemunya berbagai suku, agama dan bahkan antar bangsa.

Dari sekian banyak budaya yang ada, terdapat salah satu komunitas yang dikenal dengan nama “Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu” atau sering disebut dengan “Dayak Losarang” di Indramayu. Konteks lokal dari pembangunan suku Dayak Losarang. Kata “Suku“ pada dasarnya merupakan pengertian yang mengacu kepada realitas makna bahasa kebudayaan masyarakat Jawa di wilayah Indramayu Jawa Barat. Namun, kata tersebut tidak identik dengan pengertian literatur kamus bahasa Indonesia. Suku Dayak Indramayu bukanlah sebuah suku bangsa (etnik) dalam pengertian antropologis, melainkan istilah yang diambil makna kata-kata dalam bahasa daerah (Jawa). Sebuah komunitas yang memiliki kepercayaan, adat istiadat dan gaya hidup yang unik.44

Komunitas berasal dari bahasa latin communitas yang berarti “kesamaan”, kemudian diartikulasikan menjadi communis yang berarti “sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak. Komunitas sebagai sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, pada umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manuisa, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud dan tujuan, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, resiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa.

Menurut Hermawan (2008:11),45 pengertian Komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lainlebih dari yang seharusnya. Dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota dalam komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values. Dengan demikian suatu komunitas merupakan suatu kelompok sosial yang dinyatakan sebagai masyarakat setempat, yaitu suatu kelompok yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu dengan batas-batas terstentu pula, dimana kelompok itu dapat

43 Norma masyarakat lebih condong pada pengambilan kebijakan, bukan pada

proses politik. Lihat Dede Rosyada dkk., Demokrasi dan Hak Asasi Manusia, Masyarakat Madani, Edidi Revisi (Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah, 2003), 243.

44 http://mmr.uinsgd.ac.id/site/detail/kajianilmiah/suku-dayak-hindu-budha-bumi-segandu-indramayu-kajian-tentang-kebangkitan-budaya-lokal-dalam-konteks-sosial-keagamaan-indonesia, 1 Februari 2015.

45 Hermawan Kertajaya, Arti Komunitas, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008

Page 29: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

10

memenuhi kebutuhan hidup dan dilingkupi oleh perasaan kelompok serta interaksi yang lebih besar di antara para anggotanya.

Komunitas terbagi menjadi 2 (dua) komponen: Pertama, berdasarkan lokasi (wilayah), sebuah komunitas dapat dilihat sebagai tempat dimana sekumpulan orang mempunyai sesuatu yang sama secara letak geografis. Kedua, berdasarkan minatsekelompok orang yang mendirikan suatu komunitas karena mempunyai ketertarikan dan minat yang sama, misalnya agama, pekerjaan, suku, ras, maupun berdasarkan kelainan seksual.46

Seperti halnya masyarakat Indonesia pada umumnya, komunitas Dayak Losarang adalah masyarakat yang religious. Adat dan tradisi, hukum dan moral, kehidupan sosial, kekeluargaan dan ikatan kerabat, semuanya mempunyai dasar-dasar religious. Sebuah unsur masyarakat yang berada di kawasan Losarang Indramayu. Mereka adalah sekumpulan orang yang memiliki ajaran dan gaya hidup yang berbeda dengan suku di Indonesia pada umumnya. 47 Suku Dayak ini mempunyai nama asli “Dayak Losarang Hindu Budha Bumi Segandu” namun orang-orang sering menyebutnya “Dayak Losarang” atau “Daylos”. Nilai agama merupakan kekuatan yang sangat berpengaruh dalam tindak kehidupan kelompok dan perorangan. Sehubungan dengan kehidupan keagamaan pada lingkungan masyarakat marjinal di Indonesia, para etnolog, antropolog dan juga para theology. Ada yang berkesimpulan bahwa agama-agama ataupun kepercayaan suku di Indonesia itu pada dasarnya sangat ditentukan terhadap kuasa-kuasa para roh dan Ilah-ilah.

Penyebutan kata “Suku” artinya kaki, mengandung makna manusia berjalan dan berdiri di atas kaki untuk mencapai tujuan hidup sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan masing-masing. Kata “Dayak” berasal dari kata “ayak” atau ngayak yang artinya memilih dan memilah mana yang benar dan mana yang salah. Kata “Hindu” artinya kandungan atau rahim. Filosofinya setiap manusia dilahirkan dari kandungan sang Ibu (perempuan). Arti kata “Budha”, asal kata “Wuda” yang artinya telanjang. filosofinya adalah setiap manusia dilahirkan dalam keadaan telanjang. Selanjutnya adalah kata “Bumi Segandu Indramayu”. “mengandung filosofi kekuatan hidup. Adapun “Indramayu”, filosofinya adalah ibu (perempuan)

46Komunikasi adalah sebuah identifikasi dan interaksi sosial yang dibangun dengan

berbagtai dimensi kebutuhan fungsional. Kekuatan pengikat suatu komunitas terutama, kepentingan bersama dalam pemenuhan kebutuhan sosial berikurt kesamaan latar belakang budaya, sosial, politik-ekonomi. Secara fisik suatu komunitas di ikat oleh batas lokasi (wilayah) geografis. Dengan pemaknaan lain komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana terjadi jalinan relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut . lihat juga, Hermawan Kertajaya, Arti Komunitas, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008. http://kbbi.web.id/metode, 08 September 2015.

47 Suhendra, “Sejarah singkat perkembangan Suku Dayak Losarang di Indramayu selama 20 Tahun”, harian Radar Indramayu 27 April 2010

Page 30: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

11

merupakan sumber hidup, karena dari rahimnyalah kita semua dilahirkan. Maka pantas sekali setiap kaum hawa (Perempuan) yang ada disana lebih dihormati.48

Mencermati hasil dan kesimpulan Muhammad Nasser,49 menyatakan bahwa ajaran Alam Ngajirasa yang diajarkan oleh Ki Takhmad (pimpinan)50 terhadap pengikutnya dengan 4 (empat) model ritual; Pertama, pewayangan tentang kisah Pandawalima sebagai tokoh panutan. Kedua, “kumkum”, upaya melatih sifat sabar, benar, jujur, nerima, hidup, sembuh (sadar), tumbuh, dirawat, supaya menjadi bagus, kumkum adalah ritual berendam. Dilakukan pada setiap malam jum’at kliwon dengan cara berdiri dipinggir sungai selanjutnya merendamkan diri sekujur badan hingga sebatas leher (kepala). Ritual tersebut dilakukan sejak tengah malam pukul 12 malam, hingga jam 6 pagi. Sebagai upaya melatih kesabaran dan kekuatan lahir bathin sebagai penganut ajaran Alam Ngajirasa. Ketiga, mepeh, memiliki arti membersihkan diri dari jiwa, raga, hati dan nafsu dunia, dan Keempat, mender dan pujian-pujian kidung alasturi sama sepeti diba>an, yang dianggap melanggar keputusan Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat (PAKEM) dan tidak boleh di agamakan.51

Komunitas Dayak Losarang Hindu Budha Bumi Segandu sangat meyakini nilai keagamaan lokal (Jawa Agama) digolongkan kedalam bentuk aliran kepercayaan. Baik dalam tindakan atau perilaku simbolik, seperti ritual pepe, dan kumkum ataupun simbol-simbol dalam bentuk benda seprti aksesoris-aksesoris yang digunakan sehari-hari. Dayak Losarang di Indramayu ini tergolong bebas

48Bella Indra Pertiwi, Budaya Politik Komunitas Dayak Hindu Budha Bumi Segandu

Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, ( Bandung: Lentera, 2015). 49 Muhammad Nasser adalah seorang tokoh intelektual Muslim pro aktif dalam

berbagai dakwah keagamaan sekaligus ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Indrmayu (2014). Mengecam upaya penyebaran ajaran suku Dayak Losarang Bumi Segandu oleh Ki Takhmad karena dianggan telah menodai ajaran agama Islam (Sunni). Hasyim Djunaedi Ketua DPRD Kab. Indramayu (2010) bahwa tindakan Ki Takhmad dengan ajarannya sebuah penistaan agama yang sudah ada. Dilansir pada tabloid Surat kabar harian Radar Indramayu, 2010. hlm.7. diakses pada 14 Juni 2014.

50 Ki Takhmad mengajarkan konsep “Ngajirasa terhadap alam semesta” atau “menyatukan diri dengan alam” ke para pengikutnya. Konsep di atas, disebut para pengikutnya tidak berasal dari kitab suci, kepercayaan, maupun budaya manapun. Mereka berusaha mencari pemurnian diri dengan teladan tokoh Semar dan Pandawa Lima. Dianggap sebagai orang yang mencapai pemurnian diri jika dalam kesehariannya dapat berperilaku setelah mengetahui yang benar dan salah. Konsep ini juga mendidik untuk mengendalikan diri “nata, niti dan noto” (harta, tahta, dan wanita). Dalam hal ini misalnya, perceraian dan melakukan hubungan di luar nikah sangat ditentang. Ajarannya Takmad tampaknya banyak dipengaruhi konsep kejawen (Hindu-Jawa). Sebagaimana kita tahu, pada pemahaman masyarakat kejawen Pulau Jawa itu dikuasai oleh Dewi-dewi, itu pula kenapa semua penguasa alam di Jawa selalu disimbolkan dengan wanita seperti Nyi Roro Kidul (Penguasa Laut Kidul), Nyi Blorong (Penguasa Gunung Bromo), Dewi Sri (Dewi Padi) dan lain-lain. (isi karya tulis buku Alam Nuralam ).

51 http://mmr.uinsgd.ac.id/site/detail/kajianilmiah/suku-dayak-hindu-budha-bumi-segandu-indramayu-kajian-tentang-kebangkitan-budaya-lokal-dalam-konteks-sosial-keagamaan-indonesia, 1 Februari 2015.

Page 31: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

12

agama namun memiliki aliran kepercayaa.52 Dengan kata lain, dalam kehidupan moral maupun dalam rangka penyembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa bagi penganut aliran kepercayaan tidak menagacu kepada ajaran agama tertentu seperti Islam, Kristen, Katholik, Hindu-Budha ataupun Konghucu. Adapun bentuk aliran kepercayaan komunitas Dayak Losarang adalah menganut ajaran Sejarah Alam Ngajirasa merupakan bagian dari ajaran Jawa Agama ( Kejawen).

Komunitas Dayak Losarang ini tidak memiliki agama tetapi menganut aliran kepercayaan yang merupakan suatu bentuk ajaran berpandangan hidup kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan tidak bersandar sepenuhnya kepada ajaran agama-agama yang ada. Ajaran Sejarah Alam Ngajirasa yang dianut oleh komunitas Dayak Losarang sepernuhnya mempelajari (ngaji) atau mengkaji perasaan orang lain, termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di alam semesta. Dengan mempelajari serta memahami perasaan sendiri juga oranglain, maka akan sampai kepada kesimpulan bahwa terdapat persamaan antara apa yang dirasakan dirinya dan orang lain. Misalnya, merasakan sakit bila dicubit maka jangan coba-coba mencubit, orang akan merasa kecewa dan tidak suka bila di bohongi demikian sebaliknya,orang akan merasa senang ketika dipuji dan dihargai. Denghan mempelajari kenyataan yang terdiri rangkaian pengalaman hidup sendiri, orang lain, juga makhluk hidup (hukum alam) maka manusia akan dapat memilah dan memilih mana baik dan buruk, mana yang benar dan salah. Dari pengalaman hidup akan dapat dirumuskan nilai-nilai kebenaran yang terdiri dari sabar, benar, jujur, dan menerima kenyataan.

Menurut Ki Takhmad,53 manusia harus berusaha membuat keseimbangan antara kehidupan manusia dan alam semesta, dengan keseimbangan itu maka manusia dapat membuat kehidupan di alam semesta ini menjadi nilai-nilai yang harmonis. Sebab nilai-nilai pendidikan harmonis merupakan sifat kehidupan alam semesta. Bila kehidupan manusia dan alam tidak ada keseimbangan maka kehidupan manusia dan alam tidak akan ada keharmonisan justru mengakibatkan ancaman bagi kehidupan alam semesta secara keseluruhan. Sebagai contoh kehidupan harmonis ditunjukkan oleh Ki Takhmad (pimpinan) bahwa orang-orang

52 Aliran kepercayaan merupakan suatu ajaran pandangan hidup berkepercayaan

kepada Tuhan Yang Maha Esa yang tidak bersandarkan kepada aturan-aturan agama yang ada. Lihat juga, Hermawan Kertajaya, Arti Komunitas, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008

53 Ki Takhmad atau yang bergelar “Paheran Takhmad Diningrat” mengungkapkan bahwa sebuah cerminanan dari hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta, berupa ungkapan rasa syukur supaya dijauhkan dari bencana dan marabahaya. Diantara bentuk ajaran serta ritual kebudayaannya adalah melantunkan Kidung Alas Turi dan pujian alam secara bersama-sama. Salah satu bait dari pujian Alam, berbunyi sebagai berikut: “Ana kita ana sira, wijile kita cukule sira, jumlahe ana pira, hana lima, anane ning awake sira. Rohbana rohbana ya rohbana 2x rohbana batin kita. Ning dunya sabarana, benerana, jujurana, nerimana, uripana, warasana, sukulana, penanan, bagusana”. “Ada pada saya juga ada pada kamu, lahirnya aku tumbuhnya kamu, jumlahnya ada berapa, jumlahnya ada lima. Adanya di badan kita, Rohbana ya rohbana (rubahnya bathin kita), di dunia harus punya sifat sabar, benar, jujur, nerima, hidup, sembuh (sadar), tumbuh, dirawat, supaya menjadi bagus” (Kitab Alam Nuralam suku Dayak Hindu Buddha Bumi Segandu Losarang)

Page 32: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

13

yang memiliki jabatan, kekayaan, kekuasaan atau sebagai atasan, harus melihat dan merasakan kehidupan masyarakat kelas bawah (bawahan) sebaliknya, orang bawah (masyarakat) tidak boleh segan-segan untuk menyampaikan inspirasi (kritik) yang menjadi keinginannya sebagaimana digambarkan dalam filsafat Konghucu “yin-yang”.54

Penganut ajaran Ngajirasa Dayak Losarang hanya percaya pada kekuatan alam, mereka menyebutnya dengan Alam Ngajirasa, ajaran yang diakui sebagai jalan menuju pemurnian diri, mendidik setiap pengikutnya untuk mengendalikan diri dari sifat-siafat keburukan terhadap harta, tahta dan wanita. Atau di pahami dengan istilah (1) “nata, yang berarti menelusuri arti dari kehidupan pribadi, (2) niti, adalah memahami mana kehidupan yang baik dan buruk, dan (3) noto diri kawula” merupakan nilai pakem segala hal baik dan buruknya menjalani hidup ada pada diri manusia. Untuk membuktikan nilai-nilai kebenaran di atas muka bumi maka haruslah di uji, ujian nilai-nilai kebenaran tersebut digambarkan dengan sikap hidup berbakti kepada “anak” dan” istri”.55 Bentuk nilai ujian tersebut yaitu;

Pertama, adalah mengabdi kepada istri, hakikatnya istri merupakan orang asing yang secara sukarela menjadi pendamping sekaligus melayani suami. Istri adalah orang yang melahirkan anak-anak keturunan mereka. Dalam setiap kesempatan istri dijadikan sebagai nilai-nilai kebenaran untuk menilai (koreksi) kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh suami. Umumnya fungsi seorang suami dalam keluarga bagaikian nahkoda yang memimpin bahtera kehidupan tumah tangga. Akibatnya, seringkali menghadapi perasaaan superiotitas, kesulitan juga berbagai macam permasalahan yang berhubungan dengan kehidupan. Akibatnya, tidak jarang seorang istri menjadi obyek kemarahan dan kekecewaan suami.

Bagi para pengikut yang telah menikah, suami harus sepenuhnya mengabdikan diri pada keluarga. Suami tidak boleh menghardik, memarahi, atau berlaku kasar terhadap anak dan istrinya. Oleh karena itu, perceraian merupakan sesuatu yang dianggap pantang terjadi. Dalam ajaran Ngajirasa wujud wadon (wanita) dibagi menjadi dua identitas yaitu “wanita bebas” dan “wanita tidak bebas”.56 Demikian juga, hubungan diluar pernikahan sangat ditentang. “Jangan coba-coba berzina apabila tidak ingin terkena kutuk sang guru”. 57 Dengan memposisikan seorang istri yang harus disanjung dan dihormati menjadikannya

54 Wawancara mendalam bersama Ki Takhmad yang tidak lain pimpinan

komunitas Dayak Losarang Hindu Budha Bhumi Segandu di Indramayu, 12 Februari 2015. 55 http://mmr.uinsgd.ac.id/site/detail/kajianilmiah/suku-dayak-hindu-budha-bumi-

segandu-indramayu-kajian-tentang-kebangkitan-budaya-lokal-dalam-konteks-sosial-keagamaan-indonesia, 1 Februari 2015.

56 Sejarah perhitungan sifat 20 dalam naskah buku Alam Nuralam menjelaskan wujud wanita (istri) daam komunias mereka ada dua;(1) wanita bebas artinya dalam keseharian mereka diberi kebebasan dalam menjalani pola hidup sehari-hari dan tidak ada keharusan untuk mengikuti aturan baku dalam kelompok tersebut. Adapun (2) wanita tidak bebas adalah mengikuti semua pola aturan yang telah di tentukan pada komunitas Dayak Bumi Segandu Losarang, wawancara bersama bapak Achim, 20 Nopember 2016.

57 Wawancara mendalam bersama kang Aking di kediamannya Blok Tirtamulya Kec. Bongas pada tanggal, 22 November 2016

Page 33: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

14

orang yang selalu “benar”. Maka seorang suami haruslah belajar mengoreksi diri dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang diperbuatnya. Ini merupakan ujian kesabaran yang harus dimiliki oleh seorang suami. Itulah sebabnya dalam tradisi komunitas Dayak Losarang, para suamilah yang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga seperti; memasak, menyapu membersihkan rumah, dan lain-lain.

Ujian kedua, berbakti kepada anak. Meskipun para suami diharuskan berbakti kepada seorang istri tidak kalah pentingnya adalah mengabdikan diri kepada anak-anak sebab anak adalah penerus yang akan meneruskan kehidupan manusia dan yang akan menjaga keseimbangan alam semesta. anak menjadi prioritas utama dalam tradisi komunitas Dayak Losarang. Anak menjadi prioritas yang paling utama di atas hak mengabdi kepada istri. Dalam pengabdiannya anak tidak boleh dimarahi atau dirampas hak-hak kebebasanya. Sebab anak sejak dilahirkan (suci) membawa nilai-nilai kebenaran dan selalu dibenarkan, kalaupun mereka berbuat salah itu bagian dari proses menuju kebenaran dan biarkanlah berjalan sebab suatu masa ia akan menyadari dan kembali kepada nilai kebenaranya.

Menurut Tarka, sebelum memiliki anak seorang laki-laki (suami) mengabdikan diri kepada istri, namun setelah memiliki anak maka pengabdian yang terutama adalah kepada anak. Karena hubungan dengan anak bersifat langgeng (abadi) sedangkan hubungan dengan istri bersifat temporal. Ungkapan “seorang istri ada bekasnya, sedangkan anak tidak ada bekasnya”. Dengan kata lain, hubungan atau ikatan suami-istri bisa putus kapan saja tetapi hubungan ayah dengan anaknya tidak akan ada putusnya.

Pada era selanjutnya, berbagai ujian berat yang dihadapi oleh para penganut ajaran ini nampaknya tidak menjadikannya jera untuk terus menguatkan keberadaannya sebagai penganut aliran kebudayaan di wilayah Indramayu, kendatipun berujung rekomendasi dari Badan Koordinasi PAKEM (Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat dan Keagamaan) akhirnya pada 9 Juni 2008, pemerintah menerbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama, Jaksa Agung dan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2008,58 tentang Peringatan dan Perintah Kepada Penganut aliran Suku Dayak Losarang, berikut terbitnya Fatwah MUI Kabupaten Indramayu pada tahun 2009, tentang nilai ajaran Sejarah Alam Ngajirasa Suku Dayak di Indramayu, serta adanya ancaman pembubaran diutarakan oleh Ketua DPRD Kabupaten Indramayu, yang ternyata justru memberikan ruang gerak yang lebih luas serta mendapatkan pembelaan dari tokoh-tokoh aliran kebudayaan juga aktivis-aktivis Hak Asasi Manusia (HAM).59

Fakta yang amat menarik patut dicatat adalah menguatnya penolakan dan pembubaran terhadap Dayak Losarang yang terjadi pada era reformasi dimana era ini merupakan realitas menguatnya penghargaan terhadap HAM, pluralisme, toleransi dan demokrasi dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Menurut

58 Badan Litbang & Kementerian Agama RI, Buku Sosialisasi Surat Keputusan

Bersama Menteri Agama, Jaksa dan Menteri Dalam Negeri RI. Nomor: 3 tahun 2008, Badan Litbang & Diklat Kementerian Agama RI, 2011.

59 Antara New, Dayak Indramayu Abaikan Vonis MUI, (Antara.com, 2007) 11 September 2014.

Page 34: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

15

Bapak Tarka, 60 adanya tuduhan bahwa aliran Sejarah Alam Ngajirasa Dayak Losarang telah melakukan penistaan/penodaan agama yang dapat dijerat dengan UU Nomor 1/PNPS/1965 awalnya mengemuka pada era tahun 1980-an, kecuali bahwa komunitas tersebut dianggap sesat. Tuduhan tersebut makin menguat justru pada era reformasi sejalan dengan fatwa MUI Kabupaten Indramayu pada tahun 2009, bahwa kepercayaan Suku Dayak Losarang merupakan aliran sesat dan menyesatkan, bukan merupakan aliran dalam beragama. Hadirnya fatwah tersebut tidak dapat dilepaskan dari berbagai macam rangkaian bentuk ritual agama serta cara berkebudayaan yang menyalahi aturan kebudayaan yang ada, bahkan lebih terlihat sebagai bentuk agama sempalan dalam Islam (Sunni>). Fakta di atas memberikan indikasi dari persoalan agama yang muncul di masyarakat, terlebih melihat peran dari Badan Koordinasi Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat dan Keagamaan (PAKEM) yang secara struktur merupakan bagian dari Kementerian Agama RI.

Agar mendapatkan fakta-fakta yang mampu memberikan bantahan atas teori tersebut di atas, kajian tesis ini dipokuskan pada kelompok yang tergolong marjinal, 61 yaitu suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Losarang atau yang lebih dikenal dengan sebutan “Dayak Losarang” (Daylos), hubungannya dengan ajaran Alam Ngajirasa sebagai ajaran keyakinannya dengan tradisi masyarakat Indramayu sebagai kasusnya. Keunikan tersebut selaras dengan kuatnya pertentangan sehingga menimbulkan perdebatan bahkan memunculkan pro dan kontra di Indramayu, bahkan hingga Nasional. Banyak pembelaan yang dilakukan oleh aktivis Hak Asasi Manusia (HAM)62 juga dari aktivis budaya baik lokal maupun Nasional, Juga kuatnya tekanan dalam berbagai interaksi komunitas lainnya maupun kekuasaan pemerintah sejak kemunculannya pada tahun 1982.63

Masalah pokok yang menjadi pembahasan dalam bab ini adalah pendidikan nilai hubungannya dengan gerakan ajaran Alam Ngajirasa suku Dayak Losarang yang fungsinya sebagai jalan untuk mencapai realitas gambaran suasana hidup yang seimbangan antara kehidupan manusia dan alam semesta, dengan keseimbangan itu maka manusia dapat membuat kehidupan menjadi nilai-nilai yang harmonis. Sebab nilai-nilai pendidikan harmonis merupakan cerminan kehidupan alam semesta. Bila

60 Wawancara mendalam dengan bapak Tarka, “Ultimatum pembubaran dari Kapolres Resort Kabupaten Indramayu untuk segera membubarkan komunitas kepercayaan Suku Dayak Losarang dalam waktu 3 bulan terhitung sejak 20 November 2007), kediamannya di Ds. Tirtamulya -Indramayu, 23 Juli 2015.

61 Dimaknai marjinal bilamana kondisi organisasi komunitas memiliki kuantitas anggota yang relatif kecil, cenderung ekslusif secara ideologis, biasanya memperoleh perlakuan intimidatif dari organisasi komunitas yang lebih besar, masyarakat maupun pemerintah, lihat T.K. Oomens, Nation, Civil Society and Social Movement: essays in Politic Sociology (New Delhi: Sage Publications, 2004)

62 Komite HAM PBB mengatakan bahwa “Kebebasan menganut atau menetapkan” agama atau keyakinan perlu mencakup kebebasan memillih agama atau keyakinan, termasuk, antara lain, hak untuk menggantikan agama atau kepercayaan yang sedang di anut dengan yang lain atau untuk tidak beragama, dan juga hak untuk mempertahankan agama atau kepercayaannya sendiri” (komentar umum 22, Pasal 5)

63Radarcirebon.go.id, 26 Mei 1999; (12.10.2005)

Page 35: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

16

kehidupan tidak ada keseimbangan maka mengakibatkan ancaman bagi kehidupan manusia dan alam semesta secara keseluruhan. Langkah selanjutnya Ki Takhmad juga intens mengajarkan nilai-nilai keberadaban, di antaranya; (1) kesederhanaan baik dalam pola pikir, tingkah laku; (2) serta keikhlasan yang tulus dalam melakukan berbagai macam kegiatan sosial serta ditunjukkan oleh kepribadian komunitas Dayak Losarang dalam memaknai nilai-nilai keberadaban; (3) kebebasan dalam memilih pekerjaan dengan melakukan kemandirian baik dari segi kemampuan, keterampilan maupun dalam berwirausaha seperti bercocok tanam dalam bidang pertanian dan perkebunan, dan beberapa keterampilan seperti membuat kerajinan ukiran tangan seperti gelang dan asesoris kalung; (4) adapun dalam menyelesaikan berbagai kasus pro-kontra oleh Pemerintah dan institusi otoritas keagamaan (Islam) dan kelompok Islam mainstream dilakukan dengan cara dialog dan musyawarah sepi (sunyata) tetapi nyata-nyata ada.64

Kesadaran bahwa mencapai kasunyatan itu tidaklah mudah, penuh duri dan tantangan selau tertanam dalam diri komunitas Dayak Losarang Bumi Segandu, keseimbangan serta kesempurnaan hidup manusia dalam keharmonisan.65Mengalirnya kepustakaan Islam kejawen, ternyata dengan cepat mempengaruhi perkembangan tradisi dan kepustakaan Jawa. Secara historis, gerakan ngajirasa yang bersifat sistematis merupakan upaya untuk menciptakan realitas hidup dalam keseimbangan juga keharmonisan hidup bagi penganut ajaran Alam Ngajirasa, suku Dayak Losarang Bumi Segandu sebagai respon atas beratnya beban hidup yang dihadapi.

Di sisi lain, masih terdapat sebagian kelompok masyarakat, yang memandang persoalan kemunculan ajaran Suku Dayak Losarang bukan semata-mata terkait dengan penyikapan kebebasan beragama melainkan upaya penodaan agama yang ada,66 mengingat nilai ajaran Sejarah alam Ngajirasa Dayak Losarang telah melakukan sempalan penafsiran terhadap pokok-pokok ajaran Agama Islam.67 Bagi negara, lahirnya SKB dimaksud sepatutnya dapat diapresiasi oleh semua pihak, setidaknya berdasarkan pada 3 (tiga) alasan, yaitu: pertama, sedikit banyak membantu anggota/pengikut kelompok aliran tertentu untuk memahami dirinya dari kaca mata orang luar sehingga tidak merasa benar sendiri sehingga menganggap kelompok di luar dirinya salah; kedua, mengarahkan masyarakat agar

64 Wawan Susetya, Renungan Sufistik Islam Jawa, (Yogyakarta: Narasi, 2007) 65 Muh}ammad Fauzi\ ‘Abd al-Maqsu>d, Al-Fikr al-Tarbawi\ Li al-Usta>dh Ima>m

Muh}ammad Abduh Wa A<liatihi> Fi> Tadwi>r al-Ta’li>m (Beirut: Da>r al-Fikr, 2008), 66-67 66 Bentuk ritualnya persis seperti Mana>qiba>n (diba>an) yang diyakini banyak

kalangan merupakan ritual agama sempalan dalam aliran sunni (Isla>m), pernyataan KH. Amin Bay (Tokoh MUI Kecamatan Losarang) Radar Cirebon, 2010. Diakses tanggal 24 April 2014.

67 Lihat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.1 tahun 1965. Tentang Pencegahan penyalahgunaan dan atau Penodaan Agama. Diperkuat oleh Ketetapan Majelis Pemusyawaratan Rakyat Nomor IV/MPR/1978 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang menyatakan antara lain bahwa: Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa tidak merupakan agama. Dijelaskan lagi oleh instruksi Menteri Agama RI. Nomor 4 tahun 1978. Tentang kebijakan Mengenai Aliran-Aliran Kepercayaan.

Page 36: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

17

lebih membuka diri terhadap perbedaan pendapat dan tidak melakukan main hakim sendiri bilamana menemukan satu kelompok masyarakat yang punya paham keagamaan berbeda dengan umat Islam pada umumnya; ketiga, belajar untuk menyelesaikan semua persoalan keumatan dengan kerangka penegakan hukum dan penghargaan terhadap hak-hak azasi manusia.68

Sulitnya mendapatkan pekerjaan yang layak bagi masyarakat kurang beruntung ditambah adanya persaingan kualitas pendidikan dan keterampilan secara individu, mahalnya harga-harga yang menjulang tinggi sehingga memberatkan bagi masyarakat miskin. Dengan daya saing yang amat berat ditambah kebijakan-kebijakan pemerintah yang selalu berubah-ubah lebih banyak menekan serta merugikan rakyat. Seperti kebijakan hukum di Indonesia yang masih pilih tebang antara masyarakat sivil dengan masyarakat tingkat atas, maka tidak heran munculnya gerakan kelompok masyarakat secara individu maupun berkelompok dalam gaya baru terorganisir dan independen. Berbagai organisasi atau kelompok masyarakat berbasiskan misi pendidikan, sosial, agama, ekonomi, politik dan lain-lain, dalam menciptakan model kehidupan baru yang selamanya tidak sesuai dengan agama dan kebudayaan yang ada untuk menuntut tujuan bersama, yaitu kemerdekaan.69 Tulisan ini ingin menyumbangkan kerangka metodologis-filosofis dalam memahami fenomena nilai pendidikan keberadaban (civilited) hubungannya dengan tradisi ajaran suku Dayak pulau Jawa era kontemporer,70khususnya yang terkait dengan model-model ajaran Alam Ngajirasa. Pendidikan nilai pada hakikatnya upaya mewariskan nilai kebersihan hati dan jiwa, hidup sejati dalam upaya mencapai keharmonisan hidup yang akan menjadi penolong dan penentu manusia dalam menjalani kehidupan,71 sekaligus akan memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia.

Di kalangan anggota dan pengurus suku Dayak Losarang (Daylos) di Indramayu, kepribadian Ki Takhmad merupakan motif sekaligus orientasi dari gerakan pendidikan civi society. Sebagaimana dipahami bahwa motif dan orientasi tersebut menjadi bagian utama dalam pembangunan karakter bagi para komunitas Dayak Losarang yang dilandaskan pada maklumat masa depan kelompoknya. Motif sang guru mengajarkan apa yang dia temui kepada beberapa orang yang tertarik hingga selanjutnya, lama-kelamaan terciptalah sebuah komunitas yang sangat menghormati apa yang diajarkan oleh sang guru. Komunitas ini semakin dikenal

68 Sambutan tertulis yang disampaikan oleh Kepala Puslitbang Kehidupan

Beragama, Kementerian Agama RI, Prof. H. Abdurrahman Mas’ud, Phd pada September 2008, dalam Imam Syaukani & Patchan Kamal, “Kliping Berita Media Massa tentang Penangan Kasus Jemaat Ahmadiyah Indonesia”, Badan Litbang dan Diklat PUSLITBANG Kehidupan Beragama, Departemen Agama RI, 2008

69Rustam Ibrahim, Indonesia Civil Society 2006 (Jakarta: YAPPIKA, 2006), 18 70 Ursula King, “Historical and Phenomenologikal Approaches to the Study of

Religion” dalam Frank Whaling (ed). Contemporery Approaches to the Study Religion, Vol.II: The Social Sciences. (Erlin: Mounton Publishers, 1984), 106-9 dan juga 139-140

71 Djohar M.S., Pendidikan Strategis; Alternatif untuk Pendidikan Masa Depan (Yogyakarta: LESFI, 2003), 69.

Page 37: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

18

oleh masyarakat luar, bahkan mulai menarik perhatian dari pemerintahan meskipun menuai pro dan kontra dari berbagai elemen organisasi keagamaan masyarakat khususnya umat Islam karena dianggap sebuah penodaan, namun komunitas ini tetap ada dan melakukan aktivitas mereka seperti biasa.

Ngajirasa adalah model pendidikan spiritual ajaran Alam Ngajirasa yang menekankan pada konsep nilai keseimbangan dan keharmonisan hidup (sejati). Merupakan ajaran asli leluhur tanah Jawa, yang belum terkena pengaruh budaya luar. Artinya sebelum budaya Hindu dan Budha masuk ke tanah Jawa, para leluhur tanah Jawa sudah mempunyai peradaban budaya yang tinggi. Kenapa demikian, karena terbukti adanya beberapa cara pandang spiritual Ngajirasa yang tidak ada di budaya Hindu maupun Budha. Di dalam mengekpresikan budayanya, pendidikan kasunyatan suku Daylos amat sangat menghormati pola hubungan yang seimbang, baik dilakukan pada sesama individu, dilakukan pada lingkungan alam dan dilakukan pada Tuhan yang dilambangkan sebagai pusat segala kehidupan di dunia. Masing-masing pola perilaku yang ditunjukkan adalah pola perilaku yang mengutamakan keseimbangan, sehingga apabila terjadi sesuatu, seperti terganggu kelangsungan kehidupan manusia di dunia, dianggap sebagai adanya gangguan keseimbangan. Dalam pada itu manusia harus dengan segera memperbaiki gangguan tersebut, sehingga keseimbangan kembali akan dapat dirasakan. Terutama hubungan manusia dengan Tuhan, di dalam budaya

Sebagaimana dipahami bahwa motif dan orientasi gerakan menjadi bagian paling utama dalam pembangunan nilai karakter bagi para penganut ajaran Alam Ngajirasa yang dilandaskan pada maklumat masa depan kelompok Dayak Losarang, seperti berikut ini: “Ada pada saya juga ada pada kamu, lahirnya aku tumbuhnya kamu, jumlahnya ada berapa, jumlahnya ada lima. Adanya di badan kita, Rohbana ya rohbana (rubahnya bathin kita), di dunia harus punya sifat sabar, benar, jujur, nerima, hidup, sembuh (sadar), tumbuh, dirawat, supaya menjadi bagus”.72 Dengan kata lain, kekuatan terbesar dari pendidikan nilai kelompok Dayak Losarang adalah realitas empirik dari karaker atau kepribadian Ki Takhmad itu sendiri. Secara empiris normatif, karakter atau kepribadian tersebut dilandaskan pada proses bai’at yang mewajibkan bagi setiap anggota untuk berkomitmen memenuhi 9 (sembian) persyaratan sebagai pengikut ajaran Dayak Losarang. Point penting dalam syarat tersebut adalah: 1. Senantiasa menghindari diri dari segala corak bohong, zina, pandangan birahi

terhadap bukan muhrim, perbuatan fasiq, kejahatan, aniaya, khianat, mengadakan huru-hara, dan memberontak serta tidak akan dikalahkan oleh hawa nafsunya meskipun bagaimana juga dorongan tehadapnya;

2. Tidak akan mendatangkan kesusahan apapun tehadap makhluk Tuhan umumnya dan kaum komunitas lain khususnya karena dorongan hawa nafsunya, dengan cara apapun juga;

72 Melantunkan kidung Alas Turi dan Pujian Alam merupakan Bait dari pujian

alam dalam ritual kungkum setiap malam jum’at kliwon tertuang dalam kitab Alam Nur Alam yang diyakini sebagai pedoman dalam ajaran mereka. Hasil wawancara bersama Ki Takhmad pada tanggal 7 Desember 2015

Page 38: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

19

3. Tetap setiap terhadap Tuhan Hyang Maha Kuasa baik dalam segala keadaan susah ataupun senang, dalam suka atau duka, nikmat atau musibah, pendeknya akan rela tehadap keputusan Tuhan, dan senantiasa akan bersedia menerima segala kehinaan dan kesusahan di jaan Hyang Maha Kuasa, tidak akan memalingkan mukanya dari Tuhan ketika ditimpa suatu musibah, bahkan akan terus melangkah ke muka;

4. Berhenti dari perilaku yang buruk dan dari menuruti hawa nafsu, dan benar-benar akan menjunjung tinggi perintah dalam kitab Alam Nur Alam yang diyakini sebagai pedoman baginya dalam tiap langkahnya;

5. Meninggalkan takabur dan sombong, akan hidup dengan merendahkan diri, bersikap lemah lembut, berbudi pekerti yang halus dan sopan santun;

6. Menghargai agama, kehormatan agama dan mencintai Islam lebih dari pada jiwanya, hartanya, anak-anaknya, dan dari segala yang dicintainya;

7. Sampai kapanpun senantiasa menjauhi syirik; 8. Menaruh belas kasih terhadap makhluk Hyang Maha Kuasa umumnya, dan akan

sejauh mungkin mendatangkan faedah kepada umat manusia dengan kekuatan dan nikmat yang dianugerahkan Hyang Kuasa kepadanya; dan

9. Mengikat tali persaudaraan dengan hamba ini, serta menjunjung inggi ikatan perjanjian ini melebihi ikatan duniawi, baik ikatan keuarga, ikatan persahabatan maupun ikatan kerja.

Kita mengenal sedikitnya ada tiga jenis gerakan keagamaan (religious movements) 73 yaitu endogenous religious movement, exogenous religious movements, dan ketiga generative religious movements. Dalam gerakan keagaamaan tipe pertama (endogenous religious movement) perubahan yang terjadi menyangkut baik sistem kepercayaan, sistem simbol, sistem ritus dan pengamalan, dan organisasi keagamaan. Menurut penelitian Robby Wibowo, 74 menguatkan penentuan kasus komunitas suku Dayak Losarang di Indramayu sebagai objek

73 Gerakan endogenous dalam bidang teologi dapat menimbulkan perubahan

bentuk sacred canopy yang dipercayai sebelumnya, baik dalam sistem cosmogeny, anthropogeny maupun sistem teodicy. Adapun exogenous movement yang bersifat external merupakan reaksi dari organisasi-orgnisasi keagamaan terhadap lingkunagn sekitarnya yang berubah, tipe ketiga generative religious upaya untuk melahirkan agama baru di luar agama-agama yang ada. Lihat, H.M. Atho Mudzhar, Dinamika Agama-agama di Indonesia, Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. II. 2003). Nomor 8.

74Rendaman dalam bahasa Jawa yang disebut “kungkum” memuat nilai unsur-unsur pendidikan kejernihan hati yaitu merendamkan seluruh tubuh atau setengah tubuh ke dalam air (sungai atau laut) ritual rendaman ini memiliki arti membersihkan jiwa dan raga, dengan rendaman ini seseorang membersihkan diri dari jiwa, raga, hati dan nafsu madzmu>mah\ (tercela). Lihat Robby Wibowo, “Komunikasi Ritual Rendaman (kumkum) suku Dayak Indramayu”, Bandung: Lentera, 20012. Menurut ajaran al-Ghaza\li yang paling dikenal dalam kitab Ih}ya>’ ‘Ulu>m al-Di>n\ adalah tazkiy>at nufu>s wal qulu>b (penyucian jiwa dan hati).74 Ma’ba>d al-Juhani> dengan teori Fi> al-Falsafa>h al-Isla>mi>yah oleh dan disebar luaskan oleh Ghila>n al-Damsyi>qi. Menurut Ghila>n, manusia berkuasa atas perbuatannya. Manusia sendirilah yang berkehendak dan bertindak sesuai dengan kekuasaannya. Karena itu, mausia bebas dalam menentukan tindakannya. Lihat, M. Jamil, Cakrawala Tasawuf: Sejarah, Pemikiran dan Kotekstualitas, Jakarta: GP Press, 2007.

Page 39: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

20

kajian, mengingat klaim Dayak Losarang bahwa ajaran Alam Ngajirasa bukanlah aliran agama namun lebih kepada bentuk aliran kepercayaan. Faktanya mendapat pertentangan dari komunitas muslim di wilayah Indramayu, termasuk adanya penekanan dari Pemerintah (yang dipresentasikan oleh Departemen Agama RI) dan organisasi masyarakat Islam lainnya (Islam mainstream). Namun demikian aktifitas pendidikan ajaran Alam Ngajirasa yang dianut oleh komunitas Dayak Losarang tersebut tidak mendapatkan banyak respon positif akibat banyaknya pernyataan miring yang diterima oleh kelompok pengikut ajaran tersebut karena dianggap sebagai gerakan penistaan agama tertentu dengan berbagai bentuk konsep ritual dan ajarannya. Sehingga pemarginalan terhadap komunitas Dayak Losarang menjadi sebuah keniscayaan. Alih-alih pendidikan aliran kebudayaan ikut menjadi balai pendidikan yang diawasi di tengah pendidikan kepercayaan dan membangun nilai-nilai pendidikan dalam gerakan suku Dayak Losarang atau yang dikenal dengan sebutan “Daylos“ di Indramayu. Karena itu penelitian ini berjudul “Pendidikan Nilai Pada Komunitas Dayak Losarang di Indramayu” (Kajian Terhadap Ajaran Sejarah Alam Ngajirasa Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu),” layak untuk diteliti.

B. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah Merujuk hasil penelitian terhadap masyarakat Suku Dayak Bumi Segandu atau Dayak Losarang, penelitian secara spesifik mengkaji bagaimana proses pendidikan nilai komunitas Dayak Losarang belum penulis temukan dalam jumlah yang banyak. Faktor kurangnya mendapatkan literatur penelitian tentang ajaran Sejarah Alam Ngajirasa atau memang sedikitnya jumlah peneliti yang concern di bidang ini.75 Hal-hal tersebut di atas menjadi landasan penulis untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan sistem pendidikan kasunyatan yang berjalan di lingkungan masyarakat Suku Dayak Losarang. Supaya penelitian ini mendapatkan benang merah dari permasalahan yang ingin dipelajari, maka penulis mengidentifikasi terdapat beberapa masalah yang muncul dari berbagai aspek, antara lain:

75 Robby Wibowo, Ki Takmad mengajarkan konsep “ngaji rasa terhadap alam

semesta” atau “menyatukan diri dengan alam” ke para pengikutnya. Konsep di atas, disebut para pengikutnya tidak berasal dari kitab suci, kepercayaan, maupun budaya manapun. Mereka berusaha mencari pemurnian diri dengan teladan tokoh Semar dan Pandawa Lima. Dianggap sebagai orang yang mencapai pemurnian diri jika dalam kesehariannya dapat berperilaku setelah mengetahui yang benar dan salah. Konsep ini juga mendidik untuk mengendalikan diri dari “Tiga Ta”, harta, tahta, dan wanita. Dalam hal ini misalnya, perceraian dan melakukan hubungan di luar nikah sangat ditentang. Ajarannya Takmad tampaknya banyak dipengaruhi konsep kejawen (Hindu-Jawa). Sebagaimana kita tahu, pada pemahaman masyarakat kejawen Pulau Jawa itu dikuasai oleh Dewi-dewi, itu pula kenapa semua penguasa alam di Jawa selalu disimbolkan dengan wanita seperti Nyi Roro Kidul (Penguasa Laut Kidul), Nyi Blorong (Penguasa Gunung Bromo), Dewi Sri (Dewi Padi) dan lain-lain. (hasil wawancara 26 Maret 2014).

Page 40: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

21

a. Bagaimanakah sistem pendidikan nilai dalam ajaran Sejarah Alam Ngajirasa yang telah mempengaruhi tata kehidupan masyarakat suku Dayak Losarang (Daylos) di Indramayu ?

b. Apakah pendidikan nilai pada komunitas Dayak Losarang dikatakan sebagai agama alam ? Ataukah merupakan salah satu di antara agama-agama nenek moyang bangsa Indonesia yang diyakini sebagai agama budaya ?

c. Apakah aliran Sejarah Alam Ngajirasa mempunyai dasar-dasar keyakinan agama yang sama terhadap aliran kejawen (Jawa Agama) sebagai induk mereka ?

d. Bagaimanakah posisi ajaran Sejarah Alam Ngajirasa dalam menghadapi Negara/Pemerintah maupun golongang komunitas lain di sekitarnya ?

2. Pembatasan Masalah Dengan memperhatikan rumusan masalah, dalam kaitan itulah kajian ini

akan mengambil kasus pendidikan nilai pada komunitas Dayak Losarang di Indramayu. Beberapa alasan berikut mendasari diambilnya kasus ini untuk bahan kajian. Dalam konteks penelitian, penulis akan memfokuskan pembahasan pada tiga aspek;

a. Realitas empirik pendidikan nilai dalam ajaran Sejarah Alam Ngajirasa

merupakan salah satu di antara agama-agama nenek moyang bangsa Indonesia yang diyakini sebagai agama budaya;

b. Proses pendidikan Sejarah Alam Ngajirasa dalam pengaruhnya terhadap kehidupan para anggotanya dan

c. Realitas empiris kekuatan nilai pendidikan dalam komunitas suku Dayak Losarang yang tergolong marjinal, tanpa memperdebatkan asal usul tumbuhnya kesadaran kolektif dalam aksi tindakan atau gerakan terhadap Negara/pemerintah maupun golongan komunitas lain disekitarnya.

3. Perumusan Masalah

Dengan memperhatikan pembatasan masalah seperti dinyatakan di atas, dapat dikemukakan rumusan masalah dalam tesis ini seperti berikut :

a. Bagaimana eksistensi pendidikan nilai yang diajarkan Takhmad pada komunitas Dayak Losarang ?

b. Bagaimana pendidikan nilai dalam keluarga Dayak Losarang berkontribusi terhadap nilai Budaya Tradisional ?

c. Bagaimanakah kritik terhadap model interaksional ajaran Dayak Losarang dalam menghadapi Negara/Pemerintah maupun golongan komunitas lain di sekitarnya ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Mencermati dengan seksama latar belakang masalah, identifikasi dan

perumusan masalah seperti telah dirumuskan di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan umum, yaitu: menjelaskan realitas empiris gerakan pendidikan nilai Dayak

Page 41: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

22

Losarang sebagai komunitas aliran kebudayaan yang menganut ajaran Alam Ngajirasa di Indramayu, baik menyangkut eksistensinya menurut nilai keberadaban (civility) maupun interaksinya terhadap Negara. Dengan hasil penelitian sebagaimana diharapkan pada tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian tersebut mampu memberikan wacana tentang adanya khasanah keilmuan yang lebih luas menyangkut model nilai pendidikan, dimana potensi hasil temuannya bisa jadi memperkaya konsep/pemikiran baru di antara konsep yang telah ada. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini dapat dirumuskan seperti berikut :

1. Mengelaborasi kekuatan nilai keberadaban pada komunitas Dayak Losarang di Indramayu;

2. Menjelaskan realitas dinamika pendidikan nilai pada komunitas Dayak Losarang dalam menghadapi kekuasaan Negara/Pemerintah maupun golongan komunitas lain disekitarnya.

3. Menjelaskan secara analitis efektivitas nilai pendidikan, dalam konteks organisasi komunitas yang tergolong marjinal di Indramayu, sebagai diskursus teori-teori pendidikan.

D. Defenisi Operasional 1. Pendidikanmerupakan prasarat jika ingin mewujudkan masyarakat humanis.

Tugas utama pendidikan adalah membangun karakter nilai bagi bangsa sesuai dengan tuntutan masyarakat humanis. Maka yang diperlukan adalah pendidikan sebagai rekonstruksi sosial (social reconstruction), jadi pendidikan harus membawa perubahan sosial ke arah yang lebih baik, lebih manusiawi. Pendidikan merupakan sarana mengubah manusia secara kualitatif, manusia yang disempurnakan secara fisik, emosi, rasio dan spiritual, sehingga dia menyadari diri secara penuh kedudukan, peran serta dalam masyarakat dan dunia. Maka pendidikan merupakan prasarat mutlak untuk terwujudnya masyarakat madani. Pendidikan merupaksan proses pengembangan semua modal (capital) yang ada dalam diri setiap insan, yaitu modal intelektual (intellectualcapital), modal sosial (social capital), modal kultural (cultural capital) dan modal spiritual (spiritual capital), yang bersama-sama akan menjadi modal mewujudkan masyarakat madani.76

2. Hubungan gerakan adalah “metoda kognisi” (a method of cognition) dan sebuah “petunjuk aksi” (a guide to action). Ia merupakan pengetahuan tentang masa lalu (sejarah), mengerti dengan benar apa yang terjadi sekarang dan meramalkan masa depan.77 Ajaran Hegel yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang terdapat di alam semesta itu terjadi dari hasil pertentangan antara dua hal yang menimbulkan hal lain lagi.

76 Zamroni, Teaching Social Studies. A Reader. Yogyakarta: Graduate

Program TheState University of Yogyakarta, 2008. 77Lihat Irwan Abdullah; Ferry Siregar; Muhammad Zain, Dialektika Teks Suci

Agama: Struktur Makna Agama dalam Kehidupan Masyarakat (Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana UGM bekerjasama Pustaka Pelajar, 2008), 12-13.

Page 42: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

23

3. Tradisi adalah adat kebiasaan turun-temurun yang masih dijalankan di masyarakat.78 Cara dan proses penerusan suatu pikiran, gagasan, konsep, tema, norma yang berlaku di dalam suatu kehidupan kemasyarakatan dari generasi terdahulu ke generasi selanjutnya. 79 Penilaian tradisi masyarakat Indramayu yang berhubungan dengan masyarakat madani pada: a. Tradisi Sedekah Bumi b. Tradisi Mapag Sri c. Tradisi Ngunjung d. Tradisi Ngarot

Diagram1.1

Defenisi Operasional Pendidikan Nilai Pada Ajaran Dayak Losarang

gerakan

E. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian atau studi terdahulu tersebut telah menitik beratkan

kajiannya pada aspek sejarah, gerakan dakwah, dan resolusi konflik yang dialami oleh komunitas Dayak Losarang akibat tantangan dari sebagian besar umat Islam di Indramayu. Berbagai penelitian atau studi tersebut menguatkan keyakinan bahwa eksistensi komunitas Dayak Losarang di Indramayu sebagai fakta komunitas marjinal atau termarjinalkan. Oleh karena itu, dalam kajian tesis ini lebih memfokuskan pada pendidikan nilai terhadap kelompok Dayak Losarang dan gerakannya dalam menghadapi Negara dan dominasi Islam mainstream, sehingga realitas tersebut dapat dikaji dalam perspektif sosiologi agama pada kasus komunitas marjinal, khususnya menyangkut nilai pendidikan dalam kategori

78 Bambang Sugiharto; Agus Rachmat W., Wajah Baru Etika dan Agama (Yogyakarta: Kanisius, 2000), 176-177.

79 Yosef Lalu, Manusia Menggumuli Makna Hidupnya (Yogyakarta: Kanisius, 2010), 30.

Komunitas Dayak Losarang

Perspektif Islam

Pendidikan nilai ajaran Ngajirasa: 1. Kidung Alasturi (kelembutan hati

nurani cerminan hidup antara manusia dan Tuhan)

2. Kumkum (media komunikasi, bersih jiwa raga, serta melatih kesabaran)

3. Mepeh (nerima, keseimbangan, tumbuh, dan mendekatkan diri dengan alam) .

Pendidikan Nilai pada: (1). al-Tarbiyah ar-Ruhiyah (ruhani), (2). Tazkiyah al-Nufus wal-qulu>b (3). Q.S. Hud: 61

Pendidikan

Nilai

Ngajirasa

(Identitas diri)

Keseimbangan hidup dengan

alam

Page 43: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

24

subordinasi Negara (negaracentrism). Untuk mengetahui posisi penelitian dalam kajian tesis ini, telah dilakukan penelusuran penelitian-penelitian terdahulu menyangkut realitas gerakan komunitas Dayak Losarang. Beberapa penelitian telah menghasilkan fakta-fakta seperti berikut ini:

Nurkholis Madjid mengatakan bahwa al-qur’a>n80 memberikan pandangan dasar bahwa Allah YME telah menetapkan idiom, cara, metode dan jalan untuk masing-masing kelompok manusia atau golongan untuk mencoba berjalan dari posisi masing-masing menuju kebenaran dengan idiom, metode, cara dan jalannya sendiri-sendiri, sehingga tidak dibenarkan terjadi saling menyalahkan atau memaksakan kehendak satu sama lainnya. Namun justru harus saling menghargai idiom, cara, metode dan jalan masing-masing kelompok agar tercipta kedamaian dan kerukunan. Karena keyakinan merupakan sesuatu yang tidak dapat dipaksakan baik oleh seseorang, kelompok tertentu, atau bahkan oleh rezim penguasa.

Kajian yang dilakukan oleh Munawar Ahmad, 81 mengambil kasus komunitas masyarakat marjinal, menghasilkan pemikiran bahwa “politik kerukunan umat beragama di Indonesia perlu menghindari instrumentalisasi agama oleh politik dan mengembangkan konsep egonisme politik sebagai paradigma demokratisasi”. Oleh karena itu, diperlukan politik candy’s bowl untuk menjamin lahirnya lembaga peradilan yang adil dalam menyelesaikan konflik agama, serta menciptakan ruang yang kondusif untuk tumbuhnya potensi-potensi positif masyarakat agama dalam mengelola keharmonisan hidupnya.

Studi Yasser Arafat,82menyajikan kesimpulan bahwa “Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 188/94/KPTS/013/2011) tentang larangan-larangan aktifitas kelompok Suku Dayak Losarang Bumi Segandu di Jawa Barat tidak sesuai dengan keadilan sebagai tujuan hukum”. Ketidakadilan yang dilakukan negara melalui Undang-undang Nomor 1/PNPS/Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan

80 Firman Allah surat al-Maidah ayat 48 yang artinya, “dan Kami (Tuhan)

menurunkan kepada engkau (Muhammad) kitab suci (Al-Qur’an) sebagai pendukung kebenaran kitab suci yang ada sebelumnya, dan untuk menopang kitab suci itu. Maka jalankanlah hukum (ajaran kebaikan) antara mereka sesuai dengan yang diturunkan Allah, dan janganlah mengikuti keinginan mereka mengikuti keinginan mereka menjauhi dari kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk masing-masing di antara kamu (umat manusia) kami buatkan shir’ah (jalan menuju kebenaran) dan minhaj> (metode pelaksanaannya). Seandainya Allah menghendaki tentulah Dia menjadikan kamu sekalian (umat manusia) menjadi umat yang tunggal. Tetapi dibuat bermacam-macam) agar Dia menguji kamu sekalian berkenaan dengan itu. Maka berlomba-lombalah kamu sekalian menuju kepada kebaikan. Dan hanya tentang hal-hal yang pernah kamu perselisihkan. Lihat Kementerian Agama Republik Indonesia, Kala>mul Qur’an Terjemah per Kata, 116.

م بما أنزل الل ن منا عل فاحكم ب د من الكتاب وم ن ك الكتاب بالحق مصدقا لما ب وال تتبع أªواءªم عما وأنزلنا إلرات بلوكم في ما آتاكم فاستبقوا الخ اجا ولو شاء الل لجعلكم أمة واحدة ولكن ل جاءك من الحق لكل جعلنا منكم شرعة ومن

نبئكم بما كنتم ف تختلفون عا ف .إلى الل مرجعكم جم81 Munawar Ahmad, Candy’s Bowl: Politik Kerukunan Umat Beragama di

Indonesia (Yogyakarta: SUKA Press UIN Sunan Kalijaga, 2013) 82 Yaser Arafat, “Larangan Aktifitas Kelompok Suku Dayak Losarang Bumi

Segandu dalam Perspektif Keadilan Hukum (Studi Kasus Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 188/94/KPTS/013/2011)” (Bandung: UNS, 2011).

Page 44: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

25

dan/atau Penodaan Agama menyebabkan dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama 3 Menteri maupun Keputusan Gubernur Jawa Barat tentang larangan aktivitas komunitas Dayak Losarang Bumi Segandu di Indramayu. Realitas ini menunjukkan bahwa Negara melakukan penafsiran mutlak, dan dijadikan dasar dalam mengadili pihak-pihak yang memiliki penafsiran lain atau berbeda.

Sementara itu, dari penelitian Van Bruinessen, 83 diperoleh pemahaman bahwa gerakan sempalan pada beberapa tahun terakhir menjadi populer di Indonesia, sebagai sebutan untuk berbagai gerakan atau aliran agama yang dianggap “aneh”, alias menyimpang dari aqidah, ibadah, amalan atau pendirian mayoritas umat. Istilah ini, acapkali diterjemahkan dari kata “sekte” atau “sektarian”, kata yang mempunyai beberapa konotasi negatif, seperti protes terhadap dan pemisahan diri dari mayoritas, sikap ekslusif, pendirian tegas tetapi kaku. Realitas ini telah menjadikan klaim monopoli atas kebenaran, dan fanatisme, yang dapat mengakibatkan konflik antar umat beragama.

Studi dari M. Mujiburrahman, 84 menyatakan pentingnya kebijakan yang mampu mewadahi kepentingan seluruh umat beragama, sehingga terbuka ruang kolaborasi antar umat beragama. Kebijakan tersebut hendaknya mengakomodir hal-hal seperti: (1) pembatasan pembangunan baru tempat ibadah; (2) pembatasan propaganda agama; (3) kontrol bantuan luar tempat ibadah; (4) kelas-kelas agama Islam harus diberikan kepada himpunan mahasiswa yang belajar di sekolah Kristen; serta (5) antar-agama perkawinan tidak akan diizinkan. Selain dari isu-isu ini ditentang, pemerintah dan pemimpin agama telah berusaha untuk menghindari konflik dan membangun kerjasama dan perdamaian antara kelompok-kelompok agama di negara itu melalui dialog antar agama, yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau disponsori oleh para pemimpin dari kelompok agama itu sendiri.

Berdasarkan hasil penelitian S. Bustamin,85pemikiran M. Dawam Rahrdjo cukup relevan dalam membahas problem kebebasan beragama di Indonesia, dengan mengembalikan permasalahan tersebut keranah falsafah negara Indonesia, yaitu Pancasila. Dalam pandangannya, Pancasila nyata-nyata disemangati oleh trilogi sekularisme, liberalisme, dan pluralisme. Pada hakikatnya, Pancasila juga menjamin kebebasan beragama, sebagaimana dicerminkan dalam trilogi tersebut. Sebagai jalan keluar dari problem inkonsistensi penegakan jaminan negara atas kebebasan beragama, meka perlu undang-undang kebebasan beragama.

83 Van Bruinessen, Gerakan Sempalan di Kalangan Umat Islam Indonesia: Latar

Belakang Sosial-Budaya (Jakarta: Lembaga Filsafat dan Agama, 2007). 84 M. Mujiburrahman, “State Policies on Religious Diversity in Indonesia”, Al-

Jami’ah Journal of Islamic Study, http://www/aljamiah.org /journal/index.php/AJ/article/view/93 (diakses pada 7 April 2014)

85 S. Bustamin, “Kebebasan Beragama di Indonesia dalam Perspektif M. Dawam Rahdjo” (Jakarta: Fakultas Ushuludin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah, 2009), lihat Kesimpulan Kajian, http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/862 (diakses 5 Januari 2014)

Page 45: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

26

Penelitian Muhammad Zuldin,86memperkuat fakta marjinalisasi terhadap kelompok Dayak Losarang yang makin signifikan semenjak regulasi pemerintah (baik propinsi dan Kota/Kabupaten) yang melarang kegiatan kelompok Dayak Losarang di Indramayu secara organisasi/kelembagaan. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa “keberadaan SKB Tiga Menteri pada Tahun 2008 tentang Peringatan dan Perintah kepada Penganut, anggota, dan/atau Anggota Pengurus dan Warga Masyarakat maupun Peraturan Gubernur terkait ternyata tidak dapat berfungsi sebagai resolusi konflik perbedaan paham keagamaan, konflik yang ada justru diakibatkan oleh aspek politik, aspek ekonomi dan aspek sosial, ditunjang oleh kelangkaan tokoh pemersatu dan pihak-pihak yang terlibat konflik, ekslusifitas dalam beribadah dan pengaruh pemberitaan media massa antara komunitas Dayak Losarang dan komunitas Islam mainstream di wilayah Indramayu”.

Peter Connolly (1999),87 dalam penelitiannya tentang Aneka Pendekatan Studi Agama bahwa agama selalu mencakup dua entitas yang tidak dapat dipisahkan tetapi dapat dibedakan, yaitu normativitas (teks, ajaran) dan historitas (praktek dan pelaksanaan ajaran). Manuskrip dalam pembahasan H. kraemer ataupun G.W.J. Drewes, The Admonition of She Bahri (Pitutur She Bahri).88 Nama kitab Ihya>’ ‘Ulu>m al-Di>n suatu kitab karya imam al-Ghaaza>li\, semenjak abad enam belas membawa pengaruh dalam kepustakaan Jawa.89Romdon,90 meneliti tentang Metodologi Ilmu Perbandingan Agama, juga Tasawuf dan Aliran Kebatinan,” pada tahun 2006. Perbandingan antara Aspek-aspek Mistikisme Jawa. Ia sedikit membahas pendidikan agama beberapa aliran kepercayaan atau kebatinan di Indonesia. Ia juga membandingkannya dengan ajaran mistik Islam dan menyimpulkan ada kaitan historis antara ajaran Alam Ngajirasa dengan ajaran mistik Islam (Kejawen). Misalnya Ia menyatakan bahwa aliran Susila Budi Darma (Subud) dengan tarekat Naqsyabandi>yah, karena Pak Subuh pernah berguru kepada seorang Syai>kh tarekat Naqsyabandi>yah bernama Syai>kh Abdurrahi>m. Dan kaitan antara pemikiran aliran kepercayaan dengan mistik Islam tampak lebih jelas pada karya Bratakesawa, sebab dalam uraian-uraiannya dihiasi dengan dalil-dalil al-Qur’an dan Hadi>th.

86 Muhammad Zuldin, “Konflik Agama dan Resolusinya pada Masyarakat

Pedesaan, Studi Sosiologis terhadap Surat Keputusan Bersama SKB Tiga Menteri Tahun 2008 dan Pergub 2011 tentang eksistensi komunitas Dayak Losarang Bumi Segandu di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat” (Bandung: Program Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati, 2013).

87 Peter Connoly, Aneka Pendekatan Studi Agama (Yogyakarta: LkiS, Pengantar Ninian Smart, 1999).

88Lihat G.W.J. Drewes, The Admonition of She Bahri (Leiden:The Haque Martinus Nijhoff, 1969), hlm. 8-13.

89Lihat G.W.J. Drewes, Drewes, Een Javanse Primbon Uit de Zestiende Eeuw (Leiden: 1945), hlm. 46.

90Romdon, Metodologi Ilmu Perbandingan Agama, Jakarta: Raja Grapindo, 1996.

Page 46: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

27

Selanjutnya Clifford Geertz menulis tentang “The Religion of Java”91berdasarkan hasil penelitiannya membuat trikhotomi masyarakat Islam Jawa, banyak orang yang mengkritik kategorisasi tersebut. Seperti Simuh,92salah seorang ilmuan sekaligus budayawan Jawa mengelompokkan corak Islam di Jawa ke dalam dua varian, yaitu kepustakaan Islam santri untuk kalangan Muslim ortodoks (Islam pesantren), dan kepustakaan Islam kejawen yang dianut bangsawan dan rakyat biasa. Dennys Lombard menandaskan, dua sifat mendasar keagamaan di Jawa “putih” dan “merah”, nama putih dimaksudkan untuk golongan Muslim “ortodoks” atau “saleh”, sedangkan warna merah atau abang adalah warna awam.93

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Abdullah Aly, yakni dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren Telaah Terhadap Kurikulum Pesantren Modern Islam Assala>m Surakarta. Dalam temuannya ia menyatakan Pluralisme dalam pendidikan Islam memuat nilai-nilai harmonisasi, adil, demokratis, dan terbuka. Selanjutnya dalam implementasi kurikulum pendidikan Islam di Pesantren Assala>m Surakarta ini memuat nilai-nilai multikultural dan sekaligus kontraproduktif terhadap nilai-nilai pendidikan. Karena dalam memahami persaudaraan hanya sebatas untuk sesama muslim, untuk umat non muslim tidak diperlukan nilai persaudaraan melainkan hanya diperlukan persatuan dan kasih sayang.94 Dalam kajian ini hanya menganalisis kurikulum yang ada di Pesantren Assala>m, dan tidak ditemukan atas pengembangan budaya yang berbeda di pesantren. . Apalagi dengan latar belakang agama santri yang homogen.

Sementara menurut Bella Pertiwi (2015) dalam judul penelitiannya “Budaya Politik Komunitas Suku Dayak Losarang Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” mengatakan bahwa pendidikan nilai pada Suku Dayak Losarang yang saat ini dikenal dengan ajaran Sejarah Alam Ngajirasa, bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual, emosional, sosial, dan spiritual. Dalam diri manusia diharapkan muncul kesalehan spiritual sekaligus kesalehaan sosial. Dengan demikian, wujud kehidupan masyarakat dan bangsa diwarnai dengan nilai-nilai kasih sayang, ketulusan, tanggung jawab, kejujuran, pengorbanan, kepatuhan, kedisiplinan, rasa malu, penghormatan, penghargaan, kemulyaan, rendah hati, cinta lingkungan, dan nasionalisme. Nilai-nilai tersebut seharusnya menjadi budaya dan karakter bangsa.95

Saat ini, nyatanya (kasuistik) para penganut aliran pendidikan Sejarah Alam Ngajirasa menunjukkan perkembangan yang semakin meningkat. Pada tahun 1982, mengawali dari beberapa orang pengikut hingga saat ini menurut sumber data

91 Clifford Geertz, The Religion of Java, Chicago dan London: The University of Chicago, 1976

92Simuh, Sufisme Jawa, Transformasi Tasawuf Islam ke Mistik Jawa, Yogyakarta: Bentang Budaya, 1995

93 Dennys Lombard, Nusa Jawa Silang Budaya; Kajian Sejarah Terpadu, Jakarta: Gramedia Pustka Budaya, 1996

94 Abdullah Aly, Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren Telaah Terhadap Kurikulum Pesantren Modern Islam Assala>m Surakarta (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011).

95 Bella Indri Pertiwi, Budaya Politik Komunitas Suku Dayak Losarang Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara”( Bandung: Lentera, 2015)

Page 47: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

28

yang diperoleh sudah mencapai +1000 orang anggota\ yang tersebar di beberapa daerah sekitar khususnya di bumi Indramayu Jawa Barat. Jangan-jangan, fenomena ini merupakan New Age yang sering diramalkan oleh berbagai pihak akan menjadi sebuah trend teologi (agama) di abad ke-21 ini.96 Diduga, trend ini sebagai reaksi atas ketidak puasan sebagian masyarakat tertentu terhadap sajian nilai-nilai spiritualisme yang selama ini disajikan oleh para ahli agama-agama tertentu, baik Islam, Kristen, maupun lainnya. Ketidak puasan itu, pada satu sisi mungkin dari metode penyajian nilai-nilai teologi spiritual yang sangat formalistik sehingga kurang menyentuh sisi terdalam atau inner dari diri para penganut aliran Sejarah Alam Ngajirasa yang dianut oleh suku Dayak Losarang. Sedang pada sisi yang lain, aktualisasi dari nilai-nilai spiritual teologi agama-agama tertentu justru arogan, bahkan jauh dari harapan dapat dijadikan tatanan nilai dalam kehidupan manusia yang sosialistik-religius, karena jauh dari nilai-nilai humanistik. F. Landasan Teori

Teori dalam studi ini adalah teori ideologi nilai-nilai keberadaban masyarakat (civility) serta kategori pluralis yang terkenal dengan konsep melting pot society,97 serta memaknai keberadaan masyarakat dengan individu-individu yang beragam latar belakangsuku (race or etnicity), agama (religion) dan kelas sosial (social class). Keragaman latar belakang individu dalam masyarakat tersebut berimplikasi pada keragaman latar belakang suatu lembaga pendidikan. 98 Teori ini dibangun dari konsep pendidikan multikultural di Amerika dan negara-negara Eropa Barat pada tahun 1960-an oleh gerakan yang menuntut diperhatikannya hak-hak sipil (civil right movement). Tujuan utama gerakan ini adalah untuk mengurangi praktik diskriminasi di tempat-tempat publik, di rumah, di tempat-tempat kerja, dan di lembaga-lembaga pendidikan, yang dilakukan oleh kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas. Selama itu, di Amerika dan negara-negara Eropa Barat hanya dikenal adanya satu kebudayaan, yaitu kebudayaan kulit putih yang Kristen. Golongan-golongan lainnya yang ada dalam masyarakat-masyarakat tersebut dikelompokkan sebagai minoritas dengan pembatasan hak-hak mereka.99 Penguatan atas teori tersebut dikembangkan dari teori cultural pluralism oleh Berkson ini berpandangan bahwa masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang beragam

96 Lihat tulisan Ruslani , Wacana Spiritualitas Timur dan Barat, (Bandung: Karya

Perkasa eds, 2000). 97 Etzioni mendefenisikan konsep “melting pot” sebagai Imerging Different

Substance Into In New Brew” sementara “assimilation” diartikan sebagai “Absorbing Various New Groups Into The Mainstream Culture”. Lihat Amitai Etzioni, The New Golden Rule (New York: Basic Book, 1996), 295. Lihat juga Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2008),80.

98 James A. Bank, (ed.). Multicultural Education: Issues and Perspectives (Boston-London: Allyn and Bacon Press, 1989), 14.

99 Parsudi Suparlan, “Menuju Masyarakat Indonesia yang Multikultural”, dalam makalah yang diseminarkan pada simposium Intenasional ke-3, Jurnal Antropologi Indonesia, Denpasar Bali, 16-2 Juli 2002, 2-3,; James A. Bank, (ed.). Multicultural Education: Issues and Perspectives, 4-5.

Page 48: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

29

latar belakang agama, etnik, bahasa, dan budaya, memiliki hak untuk mengekspresikan identitas budayanya secara demokratis.

Teori multikultural dapat pula sejalan dengan semangat Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUPSN) Tahun 2003. Salah satu diktum dari UUPSN Tahun 2003 tersebut menyebutkan bahwa pendidikan nasional meletakkan salah satu prinsipnya: “bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia”. Teori ini sama sekali tidak meminggirkan identitas budaya tertentu, termasuk identitas budaya kelompok minoritas sekalipun.

Bila dalam suatu masyarakat terdapat individu pemeluk agama Islam, Katholik, Protestan, Hindu, Budha, dan Konghucu, maka semua pemeluk agama diberi peluang untuk mengekspresikan identitas keagamaannya masing-masing. Bila individu dalam masyarakat berlatar belakang budaya Jawa, Madura, Betawi, dan Ambon, misalnya, maka masing-masing individu berhak menunjukkan identitas budayanya, bahkan diizinkan untuk mengembangkannya. Masyarakat yang menganut teori ini, terdiri dari individu yang sangat pluralistik, sehingga masing-masing identitas individu dan kelompok dapat hidup dan membentuk mosaik yang indah. Teori ini sejalan dengan semboyan negara Indonesia, Bhineka Tunggal Ika. Secara normatif, semboyan tersebut memberi peluang kepada semua bangsa Indonesia untuk mengekspresikan identitas bahasa, etnik, budaya, dan agama masing-masing, dan bahkan diizinkan untuk mengembangkannya.100

100 Teori tersebut terjadi atas gugatan 2 teori sebelumnya, yaitu teori Pertama, Anglo

Conformity, berpandangan bahwa masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang beragam latar belakang seperti agama, etnik, bahasa, dan budaya harus disatukan ke dalam satu wadah yang paling dominan. Teori ini melihat individu dalam masyarakat secara hirarkis, yaitu kelompok masyarakat mayoritas dan minoritas. Bila mayoritas individu dalam suatu masyarakat adalah pemeluk agama Islam, maka individu lain yang beretnik non-Jawa harus mencair ke dalam etnik Jawa, dan demikian seterusnya. Teori hanya memberikan peluang kepada kelompok mayoritas untuk menunjukkan identitasnya. Sebaliknya, kelompok minoritas sama sekali tidak memperoleh hak untuk mengekspresikan identitasnya. Identitas disini bisa berupa agama, etnik, bahasa, dan budaya. Teori ini tampak sangat tidak demokratis. Kedua, Anti tesis terhadap teori tersebut muncullah teori kedua, Ethnic Synthesis. Teori yang dipopulerkan oleh Israel Zangwill ini memandang bahwa individu-individu dalam suatu masyarakat yang beragam latar belakangnya, disatukan kedalam satu wadah, dan selanjutnya membentuk wadah baru, dengan memasukkan sebagian unsur budaya yang dimiliki oleh masing-masing individu dalam masyarakat tersebut. Identitas agama, etnik, bahasa, dan budaya asli para anggotanya melebur menjadi identitas yang baru, sehingga identitas lamanya menjadi hilang, bila dalam suatu masyarakat terdapat individu-individu yang beretnik Jawa, Sunda, Batak, misalnya, maka identitas asli dari ketiga etnik tersebut menjadi hilang, selanjutnya membentuk identitas baru. Islam Jawa di Kraton dan masyarakat sekitarnya yang merupakan perpaduan antara nilai-nilai Islam dan nilai-nilai kejawen adalah salah satu contohnya. Teori ini belum spenuhnya demokratis, karena hanya mengambil sebagian unsur budaya asli individu dalam masyarakat, dan membuang sebagian unsur budaya yang lain. Lihat, Ricardo L. Garcia, Teaching in a Pluristic Society: Concepts, Models, Strategies (New York: Harper & Row Publisher, 1982), 37-42.

Page 49: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

30

Secara historis, nilai-nilai pendidikan yang bersifat sistematis merupakan upaya untuk menciptakan realitas hidup dalam keseimbangan juga keharmonisan hidup bagi penganut ajaran Alam Ngajirasa Dayak Losarang sebagai respon atas beratnya beban hidup yang dihadapi. Sulitnya mendapatkan pekerjaan yang layak bagi masyarakat kurang beruntung ditambah adanya persaingan kualitas pendidikan dan keterampilan secara individu, mahalnya harga-harga yang menjulang tinggi sehingga memberatkan bagi masyarakat miskin. Dengan daya saing yang amat berat ditambah kebijakan-kebijakan pemerintah yang selalu berubah-ubah lebih banyak menekan serta merugikan rakyat. Seperti kebijakan hukum di Indonesia yang masih pilih tebang antara masyarakat sivil (civil society) dengan masyarakat tingkat atas, maka tidak heran munculnya gerakan kelompok masyarakat secara individu maupun berkelompok dalam gaya baru terorganisir dan independen. Berbagai organisasi atau kelompok masyarakat berbasiskan misi pendidikan, sosial, agama, ekonomi, politik dan lain-lain, dalam menciptakan model kehidupan baru yang selamanya tidak sesuai dengan agama dan kebudayaan yang ada untuk menuntut tujuan bersama, yaitu kemerdekaan.101

Tulisan ini ingin menyumbangkan kerangka metodologis-filosofis dalam memahami efektivitas pendidikan nilai terhadap gerakan komunitas Dayak Losarang hubungannya dengan ajaran Alam Ngajirasa berikut tradisi masyarakat Indramayu khususnya yang terkait dengan model-model pendidikan “Alam ngajirasa” yang hakikatnya merupakan upaya mewariskan nilai kebersihan hati dan jiwa, hidup sejati dalam upaya mencapai keharmonisan hidup yang akan menjadi penolong dan penentu manusia dalam menjalani kehidupan, 102 sekaligus akan memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia. G. Metodologi Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada komunitas Dayak Losarang Bumi Segandu yang berada di desa Krimun Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu. Agar mampu menjawab pertanyaan penelitian dan hasil dari penelitian ini dapat mncapai tujuan penelitian dan dapat memberikan kemanfaatan yang optimal, maka langkah-langkah penelitian telah dilakukan dan dikembangkan menurut metodologi penelitian seperti berikut ini:

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini berusaha memahami pemaknaan (vestehen) atas realitas pendidikan nilai pada komunitas Dayak Losarang sebagai komunitas marjinal di Indramayu menurut perspektif penelitian kualitatif. 103 Pemerkayaan teknis

101Rustam Ibrahim, Indonesia Civil Society 2006 (Jakarta: YAPPIKA, 2006), 18 102 Djohar M.S., Pendidikan Strategis; Alternatif untuk Pendidikan Masa Depan

(Yogyakarta: LESFI, 2003), 69. 103 Tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk memahami (to undestand)

fenomena atau gejala sosial dengan lebih menitik beratkan pada gambaran yang lengkap tentang fenomena yang dikaji daripada memerincinya menjadi variabel-variabel yang saling terkait. Harapannya ialah diperoleh pemahaman yang mendalam tentang fenomena untuk

Page 50: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

31

metodologi bertumpu pada paradigma realistic, 104 dengan melihat realitassosial sebagaimana yang dipahami oleh peneliti berdasarkan teori-teori yang ada dan didialogkan dengan pemahaman subyek yang diteliti (data empiris).

Di samping itu, juga ditunjang dengan data-data sekunder atau data-data dari hasil penelitian terdahulu, serta pemahaman maknawi atas perilaku, simbol-simbol dan fenomena-fenomena yang diamati. Bagian fundamental yang patut dipahami adalah memformulasikan kebenaran konsep berdasarkan hasil penelitian seperti Lincoln & Guba105 nyatakan, sehingga “kebenaran konsep” yang disajikan pada dasarnya merupakan sesuatu susunan yang dapat dipercaya, sistematis, yang digali melalui metodologi dan cara pandang (paradigma) yang benar. 2. Sumber Data atau Subyek Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini adalah aktivitas gerakan komunitas Dayak Losarang, berpusat di Indramayu Jawa Barat dalam interaksinya dengan kekuasaan Pemerintah dan golongan masyarakat dilingkungannya. Sumber data tersebut menyangkut data sekunder, data primer dan data dokumenter.

Pertama, data sekunder digali dari berbagai sumber informasi resmi, baik dari hasil investigasi fakta-fakta maupun hasil penelitian yang memiliki sampel dengan cakupan besar, terkait dengan perkembangan pertumbuhan masyarakat di Indonesia, serta gerakan organisasi masyarakat (community social organizations) Islam lainnya yang menjadi era interaksi dengan Dayak Losarang, termasuk organisasi-organisasi politik di Indoensia.

Kedua, data primer digali dengan alat bantu instrumen penelitian dengan menenpatkan key informan sebagai sumber datanya (subyek penelitian) yakni para aktivis (opinion leader) atau aktor atau kelompok yang mencerminkan karakter keberadaban komunitas Dayak Losarang, sehingga dapat diketahui beberapa hal yang berkaitan dengan fenomena aksi atau tindakan atau gerakan-gerakan yang berkaitan dengan eksistensi komunitas Dayak Losarang. Di samping itu, sebagai bagian dari uji triangulasi dalam penelitian ini, juga digali pandangan dari kalangan Pemerintah, penguasa (elit politik terkait), tokoh-tokoh Muslim ataupun pimpinan organisasi masyarakat Islam (baik yang pro maupun yang kontra terhadap keberadaan Dayak Losarang), secara dominan didasarkan pada dokumen resmi hasil-hasil dialogis yang difasilitasi Pemerintah terkait dengan persoalan gerakan Dayak Losarang di Indramayu.

Responden dari komunitas Dayak Losarang adalah: Pertama, Ki Takhmad Diningrat. Ia adalah pendiri sekaligus pimpinan komunitas Dayak Losarang Bumi Segandu. Ketokohannya sebagai indikator responden utama studi ini karena ia merupakan orang pertama yang mengembangkan adanya pendidikan Alam

selanjutnya dihasilkan sebuah teori. Lihat Mudjia Rahardjo, Jenis dan Metode Penelitian Kualitatif (Malang: UIN Press, 2010).

104 Muhammad Yusuf, “Pendekatan Sosiologi Dalam Penelitian Living Qur’an”, dalam buku Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadist (Yogyakarta: Teras, 2007), 51.

105 Guba, E.G & Lincoln, Y.S, “Competing Paradigms in Qualitative Research”, Chapter 1, cited in: Denzin, N.K & Lincoln, Y.S, Handbook of Qualitative Research (London: Sage Publications, 1994)

Page 51: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

32

Ngajirasa di kawasan studi ini, disamping itu ia cukup memahami keadaan masyarakat suku Dayak Losarang dan segala bentuk ragam ritual ajarannya. Kedua, Bapak Tarka, wakil dari pimpinan suku Dayak Losarang, mang Aking, mang Dedy, bagian dari abdi dalam pasarean. Ketiga, kang Tono, kang Sumar bagian dalam pendopo. Responden dari komunitas masyarakat umum, yaitu: abah Qosim seorang tokoh adat Indramayu dari desa Krimun yang sangat berperan dalam membantu menetapkan kebijakan-kebijakan di wilayah Indramayu. Kedua, Drs. H. Hamami, (Sekretaris Camat Losarang, Bapak Zaenih salah seorang Kepala Dusun (Kuwu) Desa Krimun, Ketiga, Muhammad Nasser, MA. Ia bagian dari institusi Kementerian Agama di wilayah kabupaten Indramayu dan anggota MUI Losarang .

Kemudian wawancara tidak terstruktur juga dilakukan untuk mempertegas atau mengkonfirmasi beberapa pernyataan dari responden utama. Mereka itu adalah H. Camar, Martaka, Supriadi, Cecep, dan Suwatno sebagai orang yang tinggal jarak dekat dengan komunitas suku Dayak Losarang (Daylos). Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang lengkap tentang kehidupan masyarakat Dayak dan untuk mengecek apakah informasi yang disampaikan oleh orang-orang Dayak Segandu itu sesuai atau tidak dengan kenyataan yang ada.

Ketiga, data dokumenter bermanfaat untuk memberikan penjelasan-penjelasan objektif atas setiap kejadian yang perlu dijelaskan berdasarkan dokumen resmi, seperti: Dokumen Penjelasan Atas Penetapan Presiden RI Nomor 1/PNPS Tahun 1965 Tentang Pencegahan Penyalah-Gunaan Dan/Atau Penodaan Agama. Perubahan Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan. laporan hasil notulensi rapat/musyawarah pemimpin komunitas Dayak Losarang (Ki Takhmad) bersama Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Indramayu, pihak-pihak pemerintahan dalam hal ini Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Indramayu, aparatur Pemerintah Kecamatan/Desa, sesepuh/tokoh adat setempat, foto-foto kegiatan, berita koran, hasil-hasil advokasi, investigasi, dan sebagainya, yang dipandang relevan dengan fokus penelitian ini. 3. Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologik, artinya peneliti akan mengamati dan menganalisis gejala-gejala yang terjadi pada komunitas suku Dayak Losarang yang dijadikan sumber khususnya, yang memfokuskan pada aksi atau gerakan yang mencerminkan karakteristik pendidikan nilai, serta memaparkan seperti apa adanya tanpa diikuti persepsi peneliti (verstehen peneliti). Setiap gejala yang diamati, seperti apa adanya yang terjadi, peneliti tidak terlibat secara emosional. Oleh karena itu, dalam analisisnya juga memanfaatkan berbagai keterangan dari sejumlah aktor atau tokoh-tokoh Dayak Losarang yang memiliki pemahaman mendalam mengenai eksistensi gerakan komunitas Dayak Losarang di Indramayu, bahkan sebagai aktor atau tokoh tersebut memiliki jalur keturunan yang amat dekat dengan pendiri dan pelopor komunitas Dayak Losarang.

Penomenologi agama sangat memperhatikan dimensi relativitas, historitas atau empiritas dari agama-agama dalam era multikultural ini. Namun bukanlah pendekatan fenomenologi agama, jika ia hanya memperhatikan aspek relativitas-empirisitas-historitas dari agama-agama. Ia juga sangat dan sungguh-sungguh

Page 52: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

33

memperhatikan dan peduli terhadap dimensi normativitas-absolusitas agama-agama. Adapaun dimensi “absolusitas” yang juga sangat diperhatikan oleh penomenologi agama adalah sisi “What Iies beyond the diverse phenomemon of religions” (apa yang sesungguhnya ada dan bersifat fundamental-mendasar dibalik fenomena keanekaragaman agama-agama umat manusia). Pencarian ini cukup berat karena melibatkan logika, intelek, spiritualitas, kecerdasan bahkan nalar kritis selain ketulusan dan keikhlasan. Untuk memasuki wilayah ini, pendekatan penomenologi agama mengedepankan model pendekatan yang terbuka-transparan-empati terhadap realitas keanekaragaman atau pluralitas agama.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan teknis observasi, teknis wawancara mendalam atas sumber data atau subyek penelitian sebagaimana telah dijelaskan di atas. Uji triangulasi dalam penelitian ini digali melalui berbagai pandangan dari kalangan penguasa (elit politik), tokoh-tokoh Muslim ataupun pimpinan organisasi masyarakat Islam baik yang “pro” maupun yang “kontra” terhadap keberadaan kelompok Dayak Losarang. Mencermati hasil penelitian seperti telah dirumuskan, maka data atau informasi yang dibutuhkan agar mampu menjelaskan berbagai hal yang diharapkan dalam tujuan penelitian, terdiri atas: a. Dokumen hasil penelitian regional lokal atau bahkan studi kasus yang

berhubungan dengan pendidikan nilai dan eksistensi gerakan-gerakannya, khususnya pada organisasi masyarakat muslim dan komunitas Dayak Losarang;

b. Data-data sekunder maupun dokumen-dokumen terkait dengan catatan peristiwa atau kejadian, yang berbentuk audio dan visual , dokumen publik seperti; jurnal, buku, koran, makalah, dokumenter, dan lain sebagainya terkait pertumbuhannya dan implikasi gerakan-gerakannya, khususnya pada komunitas aliran Sejarah Alam Ngajirasa yang menjadi objek kasus dalam tesis ini, yaitu Komunitas Dayak Hindu Budha Bumi Segandu di Indramayu.

c. Respon dari pihak Pemerintah, MUI atau tokoh yang menjadi objek dari eksistensi gerakan Dayak Losarang terkait pendidikan nilai, dimana informannya amat tergantung pada substansi gerakannya yang mencirikan masyarakat humanis dan potensi pihak yang terkena dampak implikasinya.

5. Teknik Analisis Data Data yang terkumpul akan dianalisis dengan menggunakan analisis

kualitatif, 106 mengambil model interaktif sebagai pendekatannya sebagaimana

106Penelitian ini berupaya untuk memahami perilaku manusia atau peristiwa yang

menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistik atau cara kuantitatif lainnya. Serta dapat dipergunakan untuk penelitian kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsional organisasi, dan hal-hal yang berkenaan dengan pendidikan. Termasuk juga berbagai studi tentang pergerakan-pergerakan sosial, dan hubungan kekeluargaan. Penelitian ini juga bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan. Lihat G.J. Renier, Historyits Purpose and Methode, diterjemahkan oleh Muin Umar, Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), hlm. 29-32

Page 53: PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK LOSARANG DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38601/1/Abdul Rahman Almuhalli... · PENDIDIKAN NILAI PADA KOMUNITAS DAYAK

34

Miles & Hubermas,107 yang terdiri dari 3 (tiga) langkah utama dalam analisis data, yakni: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi, merupakan sesuatu yang saling terkait pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam susunan yang sejajar, sehingga terbangun wawasan umum yang disebut dengan analisis. Mengingat pendidikan nilai humanis merupakan fakta-fakta kejadian yang telah berjalan. Analisis tersebut untuk mengetahui pola pendidikan nilai pada komunitas Dayak Losarang hubungannya dengan tradisi ajaran komunitasnya. H. Sistematika Penulisan

Mengacu kepada kerangka konsep di atas, maka tesis ini disusun dalam 6 (enam) bab, menurut kerangka sistematika penulisan diawali dengan : 1. BAB pertama, merupakan bab pendahuluan menyajikan latar belakng masalah,

perumusan masalah, tujuan dan manfaat, posisi penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

2. BAB kedua, menyajikan teori tentang dekadensi nilai secara humanis, masalah yang dibahas adalah pendidikan agama bagian dari nilai-nilai kebudayaan atau agama adalah kebudayaan itu sendiri.

3. BAB ketiga, mengungkapkan implemetasi nilai-nilai pendidikan keberadaban (civility) budaya pada komunitas marjinal suku Dayak Losarang dan respon masyarakat Indramayu terhadap motif ajaran Takhmad dengan aliran Sejarah Alam Ngajirasa,

4. BAB keempat, mengungkapkan dimensi pendidikan nilai dalam Islam relasional pada Komunitas Dayak Losarang terhadap Negara serta eksistensinya sebagai kelompok komunitas aliran kebudayaan di Indramayu.

5. BAB lima, adalah bab penutup yang menyajikan kesimpulan-kesimpulan yang relevan dan rekomendasi yang rasional.

107 M.B. Miles dan A.M. Hubermas, Metode Penelitian Kualitatif, Penerjemah

Tjetjep Rohidi (Jakarta: UI Press, 1992), 144.